Hingga akhirnya, hadirlah Kala yang saat ini menjadi sahabat terbaikku. Kala, yang tengah duduk di sampingku. Bagaimana ujian pendadaranmu tadi?

Ukuran: px

Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Hingga akhirnya, hadirlah Kala yang saat ini menjadi sahabat terbaikku. Kala, yang tengah duduk di sampingku. Bagaimana ujian pendadaranmu tadi?"

Farida Rachman
7 tahun lalu
Tontonan:

1 Sangkala Jingga Aku tengah duduk berdua bersama sahabatku. Kuperkenalkan dia dengan nama Sangkala Jingga. Parasnya ayu, laksana rembulan malam yang bersinar dengan keayuannya yang menghibur gelap langit. Kala, begitu aku senang memanggilnya, adalah sahabatku semenjak duduk di bangku Perguruan Tinggi. Banyak keistimewaan darinya yang membuatku menyukainya. Perangainya baik, tutur katanya sopan, isi kepalanya menunjukkan kecerdasan, dan sikap batinnya menunjukkan spiritualitas yang tinggi, yang begitu mengasihi Tuhannya. Kala dibesarkan dan tumbuh dalam tata kehidupan yang cukup berbeda dari kebanyakan manusia pada umumnya. Sebenarnya dia memiliki Ayah dan Ibu sebagai sang penabur dan penampung benih kehidupan. Namun sayang, dia tidak pernah mengenal keduanya sebagai pasangan yang menjadikannya ada di dunia. Kala kecil tidak pernah tahu seperti apa wujud Ayah dan Ibunya. Kala kecil sudah berada di panti asuhan, sebelum akhirnya sepasang kekasih mengadopsinya dan menjadikannya sebagai buah hati mereka. Tante Kania dan Tante Najwa, mereka orangtua Kala saat ini. Keduanya sangat menyayangi Kala dengan kasih yang luar biasa. Keduanya merawat, menjaga, dan membesarkan Kala dengan segala fasilitas terbaik yang dapat mereka berikan. Fasilitas raga dan batin Kala terpenuhi dengan sangat baik. 6

2 Hingga akhirnya, hadirlah Kala yang saat ini menjadi sahabat terbaikku. Kala, yang tengah duduk di sampingku. Bagaimana ujian pendadaranmu tadi? tanya Kala sambil meneguk air mineral dari botol plastiknya. Aku masih berkutik dengan ponselku yang tiba-tiba mengalami error connection. Jika dibanding dengan hasilmu nanti, tentu aku di bawahmu. Namun jika tak ada teori perbandingan denganmu, aku pasti akan lulus dengan IPK cumlaude melebihi mahasiswa lainnya dan menduduki peringkat pertama. Kala tertawa. Aku tahu dia tidak sedang meremehkanku yang jelas-jelas di bawahnya. Dia menertawai selera humorku. Dulu dia pernah berkata padaku bahwa aku memiliki selera humor yang tinggi. Aku gadis periang, suka bersosialisasi dan selalu menjadi daya tarik di manapun aku berada. Namun Kala juga mengetahui sisi lainku yang sebenarnya introvert. Sikap guyon dan ramahku pada semua orang menjadi tameng untuk menutupi keheningan batinku. Kala tahu itu, dia dapat membaca setiap gerak bahasa tubuh dan tutur kataku. Dia tahu kegirangan dan kemeriahan yang aku tunjukkan pada dunia hanyalah sisi bebas hidupku yang biasa-biasa saja. Sisi hidup yang umum, yang setiap orang berhak mengetahuinya. Namun di kedalaman batinku yang paling dasar, aku adalah sosok yang tersembunyi. Aku adalah sebuah kotak kecil di dalam ruangan yang besar. Kotak yang terkunci, dan hanya aku saja yang memiliki kuncinya. Aku saja yang dapat membukanya. Sesungguhnya, Kala memiliki kunci serepnya. Aku tidak suka mengorasikan kehidupan pribadiku pada orang-orang yang tidak layak untuk mengetahuinya. Namun pada Kala, aku menemukan sesosok makhluk yang sempurna. Sosok yang dominan baik. Sosok yang tahu dan paham 7

3 bagaimana menghargai hak pribadi orang lain dalam menjalankan hidupnya. Kala, dia perempuan tanpa batas yang mengajariku tentang kehidupan. Tentang menyayangi Tuhan dan semua ciptaan. Tentang sebuah nilai kepekaan atas adanya penderitaan. Tentang sebuah mahakarya seni dalam diri manusia yang Tuhan ciptakan dengan beraneka perbedaan dan keunikan. Kala dapat memahami itu semua. Sisi batinnya sangat anggun. Aku tak pernah menemukan sedikitpun kecacatan dalamnya. Hidupnya tidak mudah. Aku yakin tak ada orang yang dapat memerankan tokohnya dalam drama kehidupan yang Tuhan anugerahkan ini sebaik dirinya. Sehebat dirinya. Semaklum dirinya. Kala kecil sering dihina, dianggap sebagai anak buangan yang disia-sia. Untung saja panti asuhan menemukannya dari balik semak di dalam kardus indomie. Badannya dikerumuni semut hitam yang saat itu hampir membunuhnya. Sekali lagi kukatakan, untung saja panti asuhan menemukannya. Seorang Ibu tua bernama Margareta menemukannya dan membawanya ke panti asuhan yang bernama Karunia. Konon katanya, nama Karunia dipakai sebagai sebuah simbol untuk memaknai kehadiran bayi-bayi terlantar sebagai karunia yang Tuhan titipkan kepada mereka. Kala kecil tidak begitu lama tinggal di sana. Setelah akhirnya Ibu Margareta mengobati dan merawatnya yang hampir binasa, tiga bulan kemudian datanglah sepasang perempuan yang berkeinginan untuk mengadopsinya. Kala menyebut mereka Bunda Kania dan Meme 1 Najwa. Keduanya merawat dan membesarkan Kala dalam intrik kehidupan yang tidak biasa. Neneknya, Ibu dari Meme Najwa, 1 Meme: Panggilan seorang Ibu di Bali 8

4 menyukainya, hanya saja Beliau tidak menyukai Bundanya. Itu yang tiba-tiba menjadi alasan Neneknya juga menjadi tidak menyukai Kala. Nama Sangkala Jingga diberikan oleh Bunda Kania, dan itu yang membuat Neneknya tidak menyukai Kala. Neneknya membenci Bunda Kania karena dianggap telah merebut Meme Najwa, putrinya bungsunya. Neneknya tidak pernah beri restu kepada kedua pasangan yang dianggap laknat itu. Namun mereka masih saja bersatu. Mereka masih menggunakan setiap sisa daya yang dimiliki untuk bersatu. Hingga Kala besar muncul bagai sinar matahari yang gemilang dan cemerlang. Sinar matahari yang tangguh, yang tidak pernah dendam karena dilahirkan oleh Ibu kandung yang membuangnya, yang tidak pernah malu karena dibesarkan oleh pasangan yang disebut laknat itu. Kala mencintai Bunda dan Memenya dengan sepenuh hati, dengan sebuah hutang budi yang begitu besar karena telah membuatnya tumbuh menjadi perempuan cantik dan berdaya guna tinggi. Perempuan maha daya yang Tuhan titipkan kepada kedua pasangan yang dianggap laknat. Kala tidak pernah menganggap kedua Ibunya sebagai pasangan yang laknat. Kala justru menganugerahi keduanya sebagai sepasang malaikat. Kala sadar, tanpa adanya kedua Ibu itu, barangkali dia tidak akan pernah dapat membuka cakrawalanya mengenai kehidupan yang beraneka ragam ini. Kala sangat beruntung. Sangat berterima kasih. Lalu, jadi tahun depan nanti kau menikah? tanya Kala dengan senyum kecilnya yang menggodaku. Tergantung takdir. jawabku singkat. Jangan menunggu takdir Kina. Ia tidak selalu menjadi jawaban dari sebuah perjalanan hidup. Buatlah takdirmu sendiri 9

5 dengan sebuah perencanaan yang kau buat secara matang, dan berbahagialah di dalamnya. Hmm, Aku meliriknya. Kala selalu lebih paham mengenai falsafah kehidupan. Dan sayangnya, aku sering tidak memahaminya. Aku sering tidak mengerti pokok pembicaraan yang dia sampaikan. Namun aku juga sering diam aja. Aku tidak ingin menggugat beberapa pernyataannya yang tidak aku mengerti. Aku menghargainya. Perjalanan hidupnya telah membawanya pada beraneka konsep pemikiran yang terkadang lebih terdengar ambigu. Aku dan Jendra baru akan membicarakannya setelah aku diwisuda. Itu artinya empat bulan lagi kalian akan membuat perencanaan. Membuat takdir kami sendiri maksudmu? Aku tersenyum menyindirnya. Kala mengangguk. Senyum tipisnya mengembang. Tapi tak tersirat balasan atas sindiranku padanya. Senyum manisnya serius. Ponselku berdering. Koneksiku yang sempat rusak tadi sepertinya sudah pulih. Rajendra Aruna, nama kekasihku terpampang di layar smart phone warna putih ini. Sebentar Kala melirikku. Bibirnya masih tersenyum. Namun sesaat kemudian dia berdiri, mengalihkan duduknya di depanku. Dia tidak lagi duduk di sampingku, sepertinya dia tidak ingin mengganggu perbincanganku dengan lelaki menawan ini. Jendra meneleponku. Kuangkat panggilannya. Terdengar dari seberang lain sana nada cemasnya. Pasti koneksi yang tidak cerdas dari ponsel cerdasku tadi yang membuatnya sangat 10

dokumen-dokumen yang mirip

Ratu dan Raja. Selamat ya.. Seorang yang kutaktahu namanya menyalamiku.

Ratu dan Raja. Selamat ya.. Seorang yang kutaktahu namanya menyalamiku. Ratu dan Raja Selamat ya.. Seorang yang kutaktahu namanya menyalamiku. Orang itu tersenyum penuh kebahagiaan seakan turut merasakan kabahagiaan yang ada di dadaku. Akupun menyalaminya dan tak lupa kulemparkan