H A S A N NOMOR INDUK MAHASISWA:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "H A S A N NOMOR INDUK MAHASISWA:"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN LKPD BERBASIS LITERASI SAINS TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA ENERGI LISTRIK TEMA GLOBALISASI KELAS VI UPT SPF SDN MANGKURA 1 MAKASSAR DEVELOPMENT OF SCIENCE LITERATURE BASED LKPD ON STUDENTS' LEARNING OUTCOMES ON ELECTRICITY GLOBALIZATION THEME CLASS VI UPT SPF SDN MANGKURA 1 MAKASSAR TESIS Oleh: H A S A N NOMOR INDUK MAHASISWA: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN DASAR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2022 i

2 ii

3 iii

4 ABSTRAK Hasan, Pengembangan LKPD Berbasis Literasi Sains Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Energi Listrik Tema Globalisasi Siswa Kelas VI UPT SPF SDN Mangkura 1 Makassar, Dibimbing oleh Syarifuddin Kune dan Rahmawati. Penelitian ini bertujuan mengembangkan lembar kerja peserta didik berbasis literasi sains yang valid, efektif dan praktis. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Research and Development (R & D) dengan model pengembangan 4D yaitu define, design, development dan disseminate. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIa yang digunakan untuk uji coba terbatas dengan jumlah peserta didik sebanyak 6 peserta didik dan kelas VIb digunakan sebagai kelas uji coba luas dengan jumlah peserta didik sebanyak 30 peserta didik. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa instrumen perangkat pembelajaran yaitu RPP, dan Lembar Kerja Peserta Didik serta instrumen pengumpulan data yaitu angket validasi, angket respon guru dan peserta didik, lembar tes dan lembar observasi. Teknik analisis data dilakukan untuk melihat valid, efektif dan praktis dari lembar kerja peserta didik berbasis literasi sains. Berdasarkan analisis kevalidan berdasarkan data pengisian instrumen oleh uji ahli dan praktisi baik dari segi desain dan materi menunjukkan bahwa lembar kerja peserta didik berbasis Literasi sains dinilai dengan skor rata-rata 3,90 yaitu Sangat Valid. Kepraktisan respons siswa terhadap LKPD meliputi beberapa aspek yaitu petunjuk penggunaan LKPD diperoleh rata-rata 3,92 dengan kategori sangat praktis dan berdasarkan keefktifannya diperoleh rata-rata 3,89 dengan kategori sangat efektif. Berdasarkan hasil pengamatan observasi diperoleh skor rata-rata 3,51 kategori sangat efektif. Hasil yang ditunjukkan bahwa skor N-gain 0,75 persentase Gain adalah 75% dengan kategori efektif. Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada kelas VI SDN Mangkura I Makassar, nilai pottest yakni sebanyak 34 siswa termasuk kategori tuntas (94,44%) dan 2 siswa termasuk kategori belum tuntas (5,56%), dengan KKM 70. Sedangkan hasil belajar pretest yakni sebanyak 4 siswa termasuk kategori tuntas (11,11%) dan 32 siswa termasuk kategori belum tuntas (88,89%) Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar dari pretest ke posttest mengalami peningkatan hasil belajar. Kata Kunci : Lembar Kerja Peserta Didik; Literasi Sains dan Hasil Belajar iv

5 v

6 KATA PENGANTAR Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah Swt, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. Serta salam dan salawat peneliti senantiasa hanturkan kepada baginda Nabi besar Muhammad Saw dan para sahabatnya yang telah memberi petunjuk dan cahaya bagi umat manusia. Adapun judul tesis yang diangkat dan dikembangkan dalam penelitian ini adalah Pengembangan LKPD Berbasis Literasi Sains Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Energi Listrik Tema Globalisasi Siswa Kelas VI UPT SPF SDN Mangkura 1 Makassar. Peneliti mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya karena menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini dapat terselesaikan berkat dukungan kedua orang tua, dan keluarga, yang telah mencurahkan segala cinta dan kasih sayangnya, bantuan, motivasi, dan do a terbaik kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan studi ini dengan baik, serta kesuksesan dan kebaikan bagi peneliti dunia dan akhirat. Selanjutnya, Peneliti mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: vi

7 1. Bapak Prof. H. Ambo Asse, M.Ag. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah memberi ruang bagi peneliti untuk melaksanakan dan menyelesaikan studi di Universitas Muhammadiyah Makassar. 2. Bapak Dr. H. Darwis Muhdina, M.Ag. Direktur Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah memberi izin dan kesempatan, serta memberi ilmu bagi peneliti selama proses studi di Universitas Muhammadiyah Makassar. 3. Ibu Hj. Sulfasyah, S.Pd., MA., Ph.D. Ketua Program Studi Magister Pendidikan Dasar Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan dalam penyusunan tesis ini. 4. Bapak Dr. Syarifuddin Kune, M.Si Pembimbing 1 dan Ibu Dr. Rahmawati, M.Pd Pembimbing 2 yang telah meluangkan waktunya, memberi petunjuk, arahan dan bimbingan bagi peneliti dalam penyusunan tesis dari awal hingga akhir penyusunan tesis ini. 5. Kepala sekolah UPT SDN Mangkura 1 Makassar serta guru kelas VI yang telah menerima dan memberi masukan serta bantuan kepada peneliti selama melaksanakan penelitian. Kepada teman-teman kelas A Angkatan 2020, teman-teman dekat, sahabat dan berbagai pihak yang telah memberi bantuan dan motivasi bagi peneliti yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini terdapat keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati vii

8 peneliti berharap kritik, saran dan masukan dari berbagai pihak yang bersifat membangun untuk kemudian menjadi bahan perbaikan karya tesis ini. Semoga hasil penelitian pengembangan bahan ajar ini dapat memberikan manfaat bagi guru, bagi pembaca dan bagi peneliti selanjutnya, demi tercapainya tujuan dan cita-cita negara serta kemajuan Pendidikan. Aamin Allahumma Aamiin. Makassar, Mei 2022 Peneliti, H A S A N NIM: viii

9 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iv ABSTRACK... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... xii xi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 8 C. Tujuan Penelitian... 8 D. Spesifikasi Produk... 9 E. Manfaat Penelitian... 9 F. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian dan Pengembangan G. Defenisi Operasional ix

10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Litersi Sains Hasil Belajar IPA/Sains Lembar Kerja Siswa B. Penelitian Yang Relevan C. Kerangka Pikir BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN A. Model Penelitian dan Pengembangan B. Prosedur Penelitian dan Pengembangan C. Uji Coba Produk Desain Uji Coba Subjek Coba dan Lokasi Penelitian Jenis Data Instrumen Pengumpulan Data Teknis Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian B. Pembahasan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

11 DAFTAR TABEL Tabel Teks Halaman 1.1 Peringkat literasi Sains Indonesia Sejak Tahun Indikator Literasi Sains Subjek dan Tahapan Pengembangan LKPD Skala Penilaian untuk Lembar Validasi Skala Penilaian untuk Lembar Kepraktisan Kategorisasi Kriteria Kevalidan LKPD Kategorisasi Kepraktisan LKPD Kategorisasi Keefektifan LKPD Konversi Nilai Hasil Belajar Interpretasi N-Gain Peta Kebutuhan LKPD Literasi sanis Spesifikasi Tujuan Pembelajaran LKPD Berbasis 74 Literasi Sains 4.3 Kegiatan Pembelajaran LKPD Berbasis Literasi Sains Validasi Materi Hasil validasi Konstruksi Hasil Validasi Bahasa Hasil Analisis Kepraktisan Hasil Analisis Kepraktisan Siswa Hasil Analisis Kepratisan Guru 86 xi

12 4.10 Hasil Validasi Observasi Aktivitas Siswa Hasil Validasi Observasi Aktivitas Guru Rata-Rata N Gain Hasil Pengamatan Respon Siswa Tahap Uji Coba Hasil Pengamtan Respon Guru Tahap Uji Coba Hasil Aktivitas Siswa Uji Coba Lapangan Hasil Akrivitas Guru Uji Coba Lapangan Hasil Respon Siswa Uji Coba Lapangan Hasil Respon Guru Uji Coba Hasil Belajar Siswa Perbandingan Nilai Pre Test dan Posttest 97 DAFTAR GAMBAR Tabel Teks Halaman 2.1 Diagram Alur Penyusunan LKPD Kerangka Pikir Penelitian Desain Uji Coba LKPD Pengembangan LKPD Berbasis Literasi Sains Model 58 4D 4.1 Sampul LKPD Sebelum Revisi Sampul LKPD Sesudah Revisi 89 xii

13 xiii

14 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pembelajaran di sekolah di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi semakin meningkat dengan berkembangnya zaman. Hal tersebut menimbulkan adanya kompetisi dalam berbagai aspek dalam kehiudpuan, salah satunya adalah di bidang Pendidikan. Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menyadari akan hal itu SDM di sekolah dasar, maka dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 disebutkan bahwa pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. Budaya membaca, menulis dan berhitung. Salah satu ayat Al Qur an yang memerintahkan untuk membaca adalah surah Al Alaq ayat 1 2 yang berbunyi: ل ا ما ي ر ب م ا أ ر ق Terjemahan: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah mencitptakan manusia dari segumpal darah. (QS. Al Alaq: 1 2). Dijelaskan pula melalui firman Allah SWT surat Al Mujadalah ayat 11 yang berbunyi: 1

15 2 Terjemahannya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan Ayat tersebut diatas memerintahkan kepada hambanya untuk membaca segala apa yang ada di bumi mulai dari hal paling kecil sampai hal terbesar karena tidak lepas dari proses berfikir dan membaca keadaan yang ada di muka bumi. Pendidikan yang merupakan salah satu wadah untuk membentuk siswa menjadi generasi yang berkompeten dan terciptanya proses belajar mengajar di dalam kelas. Pendidikan yang semakin maju siswa harus memiliki keterampilan dan inovasi untuk menggunakan media indormasi dan teknologi untuk meningkatkan kemampuan siswa. OECD (Organisation for Economic Co-operation and Dvelopment) merupakan organisasi internasional yang concern pada perkembangan dunia pendidikan secara periodic melakukan Programme for International Student Assestment (PISA) setiap tiga tahun sekali dan Indonesia salah satu negara yang ikut serta dalam penilaian salah satunya adalah literasi sains dan selalu dibawah standar internasional. (OECD, 2018).

16 3 Tabel 1.1 peringkat Literasi Sains Indonesia sejak tahun Tahun Studi Jumlah Skor rata-rata Skor Peringkat Negara Indonesia Maksimum Indonesia Peserta Studi Sumber: OECD (2018) & Suciati, et. Al (2014) Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa secara umum literasi sains Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini perlu dilakukan upaya untuk mendorong Indonesia memperbaiki proses pembelajaran literasi sains secara berkesinambungan. Pada tahun 2021 kegiatan tersebut belum terlaksana. Untuk itu salah satu langkah yang perlu ditempuh harus disesuaikan dengan tujuan Pendidikan Nasional Indonesia itu sendiri sesuai Pasal 3 UU No 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mendiskripsikan tentang pengembangan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia dan menjadi warga negarayang demokratis serta bertanggungjawab. Pendidikan yang berkualitas tentunya melibatkan siswa untuk aktif belajar dan mengarahkan terbentuknya nilai-nilai yang dibutuhkan siswa dalam menempuh kehidupan. (Sani, 2014) Sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional literasi sains untuk peserta didik adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berfikir secara kritis dalam memecahkan

17 4 masalah dan mencari informasi serta menemukan suatu permasalahan. (Prahastiwi, 2019). Literasi sains yaitu suatu ilmu pengetajuan dan pemahaman mengenai konsep dan proses sains yang akan memungkinkan seseorang untuk membuat membuat suatu keputusan dengan pengetahuan yang dimilikinya, serta turut terlibat dalam hal kenegaraan, budaya dan pertumbuhan ekonomi, termasuk di dalamnya kemampuan spesifik yang dimilikinya (Widyatiningtyas, 2008). Keterkaitan antara literasi sains dan hasil belajar yaitu pertama literasi sains berkaitan dengan indikator hasil belajaranalisis, interpretasi, inferensi dan evaluasi. Kompetensi literasi sains kedua yaitu mengevaluasi dan merancang peneyelidikan ilmiah yang berkaitan dengan indikator hasil belajarinterpretasi, inferensi, eksplanasi, dan evaluasi. Kompetensi literasi sains ketiga yaitu menjelaskan data dan fakta secara ilmiah yang berkaitan dengan indikator hasil belajareksplanasi, analisis dan inferensi. (Prahastiwi, 2019) Literasi sains dapat membentuk peserta didik mampun memecahkan setiap permalasahan setiap permasalahan yang ada, mampu mengambil keputusan, memiliki keterampilan proses sains yang merupakan bagian dari prinsip hasil belajar untuk dapat menilai dalam keputusan sehari-hari Ketika ia berhubungan dengan orang lain dan lingkungannya. (Abidin, Y. et.al., 2017 dan Toharuddin, U. et al., 2011)

18 5 Rendahnya pembelajaran sains yang masih bersifat konvensional dan kemampuan guru dalam mengimplementasikan pembelajaran sains masih dipengaruhi oleh kurikulum dan sistem Pendidikan, kualitas pembelajaran, pemilihan metode dan model pengajaran guru dan pembelajaran sains masih bersifat konvensioanl dengan menghadap materi sains tanpa berusaha memecahkan masalah dan mencari solusi mengakibatkan peserta didik merasa bosan dan kejenuhan dalam proses pembelajaran, hal ini sudah tidak sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional dan pencapaian indikator kompetensi literasi sains serta hasil belajarpeserta didik. (Fred Percival dan Henry Ellington, 1993) Pencapaian tujuan tersebut diatas dapat dilakukan antara lain dengan mengajar IPA sejak dini dengan menerapkan literasi sains yang disesuaikan dengan perkembangan usia peserta didik pada setiap jenjangnya. Roestiyah (2008) mengatakan bahwa di dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi agar siswa dapar belajar secara efektif dan efesien serta mengena pada tujuan pembelajaran. Konsep IPA adalah salah satu materi pembelajaran yang harus dikuasi oleh peserta didik sekolah dasar untuk membekali dalam pembelajaran aktif dan memberikan ruang untuk menguasai sesuatu dengan pikiran-pikiran, karena itu maka belajar berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofinya, maksud dan implikasinya serta aplikasiaplikasinya, sehingga menyebabkan siswa dapat memahami suatu situasi. Sardiman (2001) Di

19 6 Sekolah Dasar pembelajaran IPA termuat didalam tematik yang diajarkan secara terpadu atau terintegrasi dengan mata pelajaran yang lain memungkinkan siswa baik individu maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik yang ada pada pelajaran tersebut. Salah satu konsep IPA dalam pembelajaran tematik di kelas VI sekolah dasar adalah rangkaian listrik yang termuat dalam tema globalisasi. Materi rangkaian listrik yang termuat dalam tema globalisasi kelas VI sangat banyak manfaatnya pada kehidupan sehari-hari. Tapi, pada kenyataannya peserta didik belum memahami dan memanfaatkan konsep IPA tersebut. Untuk mengelola kelas agar tetap nyaman dan terkontrol guru dapat menggunkan LKPD (lembar kerja peserta didik) yang menarik agar peserta didik tidak jenuh dan bosan dalam memecahkan masalah dalam pemeblajaran IPA. LKPD (lembar kerja peserta didik) masih minim dan kebanyakan yang beredar di sekolah masih sederhana baik itu dari segi sajian materi maupun tampilannya. (Rahayu, 2013) Kondisi tersebut harus menciptakan kondisi belajar yang nyaman dan menciptakan inovasi pembelajaran melalaui strategi, metode, inovatif dan penggunaan bahan ajar seperti LKPD (lembar kerja peserta didik) yang tepat untuk mendorong keaktifan peserta didik dalam melakukan eksplorasi dan berfikir secara kritis untuk memecahkan masalah dalam pembalajaran IPA pada materi rangkaian listrik pada tema globalisasi.

20 7 Hasil observasi dan pengamatan awal di UPT SPF Sekolah Dasar Negeri Mangkura 1 yang ada di Kota Makassar pada tanggal 06 September 18 September 2021 ditemukan bahwa LKPD (lembar kerja peserta didik) masih sederhana karena tugas peserta didik yang diberikan hanya berdasarkan pada buku paket belum ada LKPD (lembar kerja peserta didik) tersendiri dan belum memenuhi standarisasi pembuatan LKPD. Standarisasi dalam pembuatan LKPD ada kecenderungan masalah yang disajikan tidak sesuai dengan kehidupan sehari-hari peserta didik, tidak memuat materi ajar dan hanya berisikan soal yang harus dikerjakan oleh peserta didik. (Prastowo, 2011) dan tidak memuat aktivitas belajar yang menarik dan melibatkan peserta didik secara langsung. LKPD (lembar kerja peserta didik) berdasarkan hasil observasi pun menunjukkan mulai dari sampul tidak menarik tidak menunjukkan ketertarikan membaca peserta didik, isi pada LKPD sangat singkat dan belum jelas tidak memuat materi sains, gambar dalam LKPD yang dibuat tidak berwarna, soal-soal dalam LKPD tidak menunjukkan pemecahan masalah masih LOST (Lower Order Thinking Skills) belum bersifat HOST (High Order Thinking Skills). LKPD seperti ini tidak memberikan pengalaman yang menarik dalam menyelesaikan tugas IPA yang diberikan oleh guru dan tidak mendorong hasil belajar peserta didik lebih baik sehingga LKPD diperlukan dikembangkan agar peserta didik dikembangkan melalui LKPD untuk melatih keterampilan peserta didik untuk memecahkan masalah dan menggali informasi serta memperdalam

21 8 konsep IPA melalui pengalaman mengajar antara guru dan peserta didik. Kesenjangan dalam proses belajar mengajar berdampak pada rendahnya kemampuan hasil belajar dalam memecahkan masalah melalui literasi sains pada konsep IPA terlihat masih ada peserta didik belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar < 75 yaitu sebanyak 37 orang peserta didik dari 69 peserta didik (54%) yang belum tuntas dan 32 peserta didik dari 69 (46%) peserta didik sudah tuntas. Kesimpulan uraian di atas bahwa rendahnya ketertarikan peserta didik dalam memecahkan masalah melalui LKPD (lembar kerja peserta didik) pada konsep IPA dipenagruhi beberapa faktor yangdikarenakan (1) LKPD yang digunakan tidak menarik, isi dan materi tidak sesuai kebutuhan peserta didik, (2) LKPD yang disediakan tidak memberikan stimulus dan respon antara guru dan peserta didik. Dan (3) penyajian soal pada LKPD masih menggunakan soal lost. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Pengembangan LKPD (lembar kerja peserta didik) Berbasis Literasi Sains terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Eneregi Listrik Tema Globalisasi Kelas VI UPT SPF SD Negeri Mangkura 1 Makassar B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana wujud LKPD lieterasi sains di kembangkan?

22 9 2. Apakah lembar kerja peserta didik berbasis literasi sains yang dikembangkan valid? 3. Apakah lembar kerja peserta didik berbasis literasi sains yang dikembangkan praktis untuk peserta didik? 4. Apakah lembar kerja peserta didik berbasis literasi sains yang dikembangkan efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: 1. Wujud LKPD literasi sains dikembangkan. 2. Kevalidan LKPD berbasis literasi terhadap hasil belajar siswa siswa pada energi alternatif tema globalisasi kelas VI UPT SPF SD Negeri Mangkura 1 Makassar 3. Kelayakan LKPD berbasis literasi sains terhadap hasil belar siswa siswa pada energi alternatif tema globalisasi kelas VI UPT SPF SD Negeri Mangkura 1 Makassar 4. Keefektifan LKPD berbasis literasi sains terhadap hasil belajar siswa siswa pada energi alternatif tema globalisasi kelas VI UPT SPF SD Negeri Mangkura 1 Makassar D. Spesifik Produk Spesifikasi produk yang dikembangkan dalam penelitian ini yakni: lembar kerja peserta didik (LKPD) peserta didik berbasis literasi sains untuk

23 10 meningkatkan hasil belajarmelalui konsep IPA kelas VI sekolah dasar. LKPD tersebut berisi pendahuluan, petunjuk penggunaan LKPD, kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi, Langkah-langkah mengerjakan soal dan tugas akhir. Beberapa komponen yang saling berkaitan dan diharapkan dapat menghasilkan produk yang valid, praktis dan efesien pada konsep IPA kelas VI UPT SPF SD Negeri Mangkura 1 Makassar Kecamatan Ujungpandang. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini antara lain: 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kemudahan mempelajari konsep IPA pada pembelajaran tematik di sekolah dasar 2. Manfaat praktis Manfaat praktis penelitian ini sasarannya berbagi sebagai berikut: a. Siswa Bahan ajar yang berupa LKPD yang telah dikembangkan dapat membantu peserta didik dalam proses pembelajaran agar memotivasi dan memabntu memahami konsep IPA dan memecahkan masalah sesuai tujuan pembelajaran. b. Guru

24 11 Untuk menjadi bahan guru dalam proses pembelajaran di sekolah dan meningkatkan keterampilan mengajar guru dalam mengolah LKPD di kelas. c. Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya sumber belajar alternatif. d. Peneliti Penelitian dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta pengalaman mengenai pengembangan LKPD dan peneliti juga dapat meningkatkan kreatifitas dan dalam merancang LKPD. F. Asumsi dan Batasan Penelitian dan Pengembangan 1. Asumsi Penelitian dan Pengembangan Beberapa asumsi yang mendasari pengembangan ini, yaitu: a. Pembelajaran akan menarik dan memotivasi belajar peserta didik serta berwarna apabila LKPD (lembar kerja peserta didik) sesuai kebutuhan dan karakteristik peserta didik. b. LKPD yang disusun dan terstruktur sesuai capaian kompetensi pembelajaran untuk memperoleh hasil belajar kognitif peserta didik melalui LKPD berbasis literasi sains siswa kelas VI sekolah dasar yang didesain secara individu maupun kelompok untuk menemukan pembelajaran IPA yang disajikan di LKPD yang lebih menarik dan mudah dipahami. 2. Batasan Penelitian dan Pengembangan

25 12 a. Pengembangan ini batasi pada buatan LKPD ddengan berbasis literasi sains pada energi listrik secara global untuk meningkatkan Hasil belajar peserta didik. b. Pengembangan ini hanya terbatas pada mata pelajaran IPA pada kelas VI sekolah dasar c. Pengembangan LKPD ini dilakukan sampai penyebaran (Disseminate) untuk sekolah (guru, siswa sampai dinas Pendidikan kota makassar) G. Defenisi Operasional Defenisi operasional diperlukan untuk menghindari terjadinya kekeliruan penafsiran pembaca terhadap variabel-variabel atau kata-kata dan istilah-istilah teknis dan dinyatakan sebagai berikut: 1. LKPD berbasis literasi sains merupakan bahan ajar berupa lembaran yang berisi ringkasan materi dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik dalam rangka memecahkan masalah menghasilkan solusi, gagasan, desain, dan menjawab pertanyaan peserta didik dan mengukur kemampuan peserta didik dalam memahami teks bacaan yang disajikan dalam LKPD untuk memperoleh pengetahuan dan mengacu pada kemampuan siswa menggunakan ilmu pengetahuan terutama untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan IPA. Literasi sains memiliki 3 indikator kompetensi yaitu (a) menjelaskan suatu fenomena ilmiah; (b) mengevaluasi dan merancang penyelidikan ilmiah; dan (c) menginterpretasikan data dan

26 13 bukti-bukti ilmiah. Pengembangan perangkat pembelajaran berupa yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Four-D oleh Thiagaraja, Semmel, dan Semmel (1974) yang terdiri atas empat tahap yaitu: pendefinisian (Define), tahap perancanaan (Design), tahap pengembangan (Develop) dan tahap diseminasi (Dissemenation). 2. Hasil belajar merupakan kemampuan yang melibatkan hasil kogniti, psikomotorik dan afektif peserta didik dalam mengambil keputusan atau tindakan yang terarah dan logis untuk menyelesaikan tes/soal melalui evaluasi, dan memberikan jawaban berupa fakta atau fenomena sehingga peserta didik dapat menarik kesimpulal.

27 14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Literasi Sains a. Definisi Literasi Sains Literasi sains berasal dari dua kata yaitu literasi dan sains. Asal kata literasi yaitu literature yaitu mempunyai arti melek huruf dan asal kata sains yaitu scientia yang mempunyai arti pengetahuan. (Pertiwi, et al., 2008) Literasi sains menurut PISA yaitu the capacity to use scientific knowledge, to identifity questions and to draw evidence-based conclusions in order to understand and help make decisions about the natural world and the changes made to it through human activity (kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengindentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka memahami serta membuat keputusan tentang alam dan perubahan yang dilakukan melalui aktivitas manusia. (Yuliati, 2017) Literasi sains adalah kemampuan seseorang untuk memahami sains, megkomunikasikan sains (lisan dan tulisan), serta menerapkan pengetahuan sains untuk memecahkan masalah sehingga memiliki sikap dan kepekaan yang tinggi terhadap diri dan lingkungannya dalam mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sains. Toharuddin (2011) 14

28 15 Literasi sains merupakan suatu ilmu pengetahuan dan pemahaman mengenai konsep dan proses sains yang akan memungkinkan seseorang untuk membuat suatu keputusan dengan pengetahuan yang dimilikinya, serta turut terlibat dalam kenegaraan, budaya dan pertumbuhan ekonomi, termasuk didalamnya kemampuan spesifik yang dimilikinya. (cahyana, 2017). Berdasarkan dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT menaikkan derajat manusia yang menuntut ilmu dan belajar melalui proses pembelajaran dan literasi sains adalah kemampuan peserta didik untuk mengetahui dan menerapkan konsep atau fakta yang didapatkan di sekolah atau lingkungan sekitar dengan fenomena alam yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. b. Ruang Lingkup Literasi Sains Dalam pengukuran literasi sains, PISA menetapkan tiga aspek yaitu kandungan literasi sains, proses sains dan konteks aplikasi sains. PISA 2003 memaparkan literasi sains sebagai berikut: 1) Kandungan Literasi Sains Konsep ilmiah (scientific concepts), peserta didik perlu menangkap sejumlah konsep kunci atau esensial dapat memahami fenomena alam tertnetu dan perubahan-perubahan yang terjadi akibat kegiatan mansuia. Hal ini merupakan gagasan besar pemersatu yang berupaya menjelaskan aspekaspek ingkungan fisik. PISA mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang

29 16 mempersatukan konsep-konsep fisika, kimia, biologi, serta ilmu pengetahuan bumi dan antariksa. (Toharuddin, et.al., 2011) 2) Proses Literasi Sains Proses literasi sains dalam PISA mengkaji kemampuan peserta didik untuk menggunkan pengetahuan dan pemahaman ilmiah, seperti kemampuan peserta didik untuk menemukan, menafsirkan dan mencari bukti-bukti. PISA menguji lima proses semacam itu, yaitu: 1) mengenali pertanyaan ilmiah, 2) mengindetifikasi bukti, 3) menarik kesimpulan, 4) mengomunikasikan kesimpulan, dan 5) menunjukkan pemahaman konsep ilmiah. (Toharuddin, et.al., 2011) 3) Konteks Literasi Sains Konteks literasi dalam PISA mengacu pada kehidupan sehari-hari daipada kelas atau laboratorium dan konteks sains pun melibatkan isu-isu yang sangat penting dalam kehidupan secara umum serta pertanyaanpertanyaan dalam PISA 2000 dikelompokkan menjadi tiga tempat sains diterapkan yaitu kehidupan dan Kesehatan, bumi dan lingkungan, serta teknologi. (Toharuddin, et.al., 2011) Seseorang yang memiliki literasi sains adalah orang yang menggunakan konsep sains, memiliki keterampilan proses sains untuk menilai dalam kehidupan sehari-hari. Semakin berkembangnya pemikiran seseorang

30 17 mengenai sains tetapi sains dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. (Abidin, Y. et al., 2017). Literasi sains diharapkan peserta didik mampu memenuhi berbagai tuntutan zaman yaitu menjadi problem solver dengan pribadi kompetitif, inovatif, serta berkarakter. Hal tersebut dikarenakan penguasaan kemampuan literasi sains dapat mendukung pengembangan dan penggunaan kompetensi abad ke 21. (Yuliati, 2017) Seseorang yang memiliki lietarasi sains dan teknologi ditandai dengan memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan mengguakan konsep-konsep sains yang diperoleh dalam Pendidikan sesuai dengan jenjangnya, mengenai produk yang ada disekitarnya beserta dampaknya, mapu menggunakan produk teknologi dan memeliharanya, kreatif dalam membuat hasil tenologi yang sederhanakan sehingga peserta didik mampu mengambil keputisan berdasarkan nilai dan budaya masyarakat setempat. (Toharuddin, et.al., 2011) Berdasarkan uraian diatas bahwa ruang lingkup literasi sains kemampuan peserta didik untuk mempelajari dan memahami isu-isu literasi sains untuk memecahkan masalah ilmiah berdasarkan konsep, keterampilan serta berbasi teknologi sehingga peserta didik dapat kompetitif, inovatif dan berkarakter dalam mengambil keputusan. c. Tujuan Literasi Sains

31 18 Membangun Literasi Sains tidak terlepas dari tujuan utama yakni untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang siap memasuki Abad 21. Oleh karena itu, tujuan operasional dari literasi sains bagi peserta didik adalah: a) memiliki kemampuan pengetahuan dan pemahaman tentang konsep ilmiah dan proses yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam masyarakat di era digital, b) kemampuan mencari atau menentukan jawaban pertanyaan yang berasal dari rasa ingin tahu yang berhubungan dengan pengalaman seharihari, c) memiliki kemampuan, menjelaskan dan memprediksi fenomena. d) dapat melakukan percakapan sosial yang melibatkan kemampuan dalam membaca dalam mengerti artikel tentang Ilmu pengetahuan; e) dapat mengindentifikasi masalah-masalah ilmiah dan teknologi informasi; f) memiliki kemampuan dalam mengevaluasi informasi ilmiah atas dasar sumber dan metode yang dipergunakan; g) dapat menarik kesimpulan dan argument serta memiliki kapasitas mengevaluasi argument berdasarkan bukti. Untuk mengukur tingkat kemampuan literasi sain, diperlukan penilaian literasi sains tersebut. (Kusuma, 2018) Ruba (Toharuddin, et.al., 2011) menyatakan bahwa peserta didik harus memiliki karakteristik individu yang harus dimiliki dalam lietrasi sains adalah sebagai berikut: 1) Bersikap positif terhadap sains 2) Mampu menggunakan proses sains 3) Berpengetahuan luas tentang hasil-hasil riset

32 19 4) Memiliki penegtahuan tentang konsep dan prinsip sains, serta mampu menerapkannya dalam teknologi dan masyarakat, 5) Memiliki pengertian hubungan antar sains, teknologi, masyarakat dan nilainilai manusia, 6) Berkemampuan membuat keputusan dan terampil menganalisis nilai untuk pemecahan masalah-masalah masyarakat yang berhubungan dengan sains tersebut. Dari hasil diatas berdasarkan dari tujuan dan karakteristik peserta didik harus dimiliki adalah peseserta didik harus mampun memahami dan memiliki pengetahuan yang luas dan mengambil keputusan serta mengikuti perkembangan teknologi terkait kehidupan sehari-hari. d. Indikator Literasi Sains Kemampuan peserta didik dalam memahami lietasi sains sangat diperlukan guna pembelajaran yang rancang secara optimal agar terjalin komunikasi yang baik antara guru dan peserta didik terhadap materi pembelajaran yang disampaikan. Untuk mengukur seberapa baik tingkat kemampuan peserta didik tentunya diperlukan beberapa indikator yang berfungsi sebagai acuan dasar dalam pengukuran tersebut. Berikut ini beberapa indikator yaitu sengai berikut: Tabel 2.1 Indikator Literasi Sains Indikator Deskripsi Indikator

33 20 Menjelaskan Mengevaluasi penjelasan untuk berbagai fenomena Ilmiah fenomena alam dan teknologi Mengevaluasi dan mendesain Menggambarkan penelitian ilmiah Menafsirkan data Mengalisis dan bukti ilmiah Sumber: OECD, 2015 (Abidin, 2017) Pembelajaran lietrasi sains yaitu pembelajaran yang relevan untuk mengembangkan kemampuan literasi sains yang sesuai dengan proses dan produk kehidupan sehari-hari dalam masyarakat dan memasukkan isu-isu social yang memerlukan komponen konsep sains dalam pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah dan membantu peserta didik dalam hal penyelesaian masalah (Holbrook dan Miaa, 2009) e. Aspek Literasi Sains Domain lietasi sains terdiri atas konteks, pengetahuan, kompetensi dan sikap. Asesmen PISA dibuat agar siswa dapat memahami bahwa ilmu pengetahuan memiliki nilai tertentu bagi individu dan masyarakat dalam meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup dan dalam pengembangan kebijakan publik. (OECD, 2013) Oleh karen aitu, soal-soal lietrasi saons PISA berfokus pada situasi terkait pada diri individu, sosial dan peraturan global sebagai konteks, atau situasi spesifik untuk Latihan penilaian. Asesmen literasi sains PISA tidak

34 21 menilai konteks, tetapi menilai kompetensi, pengetahuan dan sikap yang berhubungan dengan konteks. Penelitian ini merujuk pada asesmen PISA 2013, dimana domain literasi sains yang dinilai adalah aspek pengetauan dan kompetensi yaitu sebagai berikut: 1) Aspek Pengetahuan Sains Tujuan penilaian PISA adalah untuk menggambarkan sejauh mana siswa dapat menerapkan pengetahuan dalam konteks yang relevan dengan kehidupan, oleh karen aitu, penilaian pengetahuan akan dipilih dari hiding utama fisika, kimia, biologi, ilmu bumi dan ruang angkasa dan teknologi. 2) Aspek Kompetensi Sains Penilaian PISA dalam literasi sains memberikan prioritas terhadap beberapa kompetensi, yaitu: a) Mengindetifikasi isu ilmiah, yaitu mengenal isu yang mungkin diselidiki secara ilmiah, mengidentifikasi kata-kata kunci untuk informasi ilmiah, mengenal ciri khas penyelidikan ilmiah. b) Menjelaskan fenomena ilmiah, yaitu mengaplikasikan pengetahuan sains dalam situasi yangdiberikan, mendeskripsikan atau menafsirkan fenomena dan meprediksi perubahan, mengindetifikasi deskripsi, eksplanasi dan prediksi yang sesuai. c) Menggunakan bukti ilmiah, yaitu menafsirkan bukti ilmiah dan menarik kesimpulan, memberikan alas an untuk mendukung atau menolak kesimpulan dan mengindentifikasi asumsi-asumsi yangdibuat dalam

35 22 mencapai kesimpulan, mengomunikasikan kesimpulan terkait bukti dan penalaran dibalik kesimpulan dan membuat refleksi berdasarkan implikasi sosial dari kesimpulan ilmiah. (OECD, 2013) Berdasarkan hasil pemaparan diatas bahwa aspek literasi sains bagi peserta didik dari indikatornya adalah menjelaskan suatu fenomena ilmiah; mengevaluasi dan merancang penyelidikan ilmiah; dan menginterpretasikan data dan bukti-bukti ilmiah yang diharapkan peserta didik dapat memahami berbagai displin ilmu dalam penegmbangan sains dan menfasirkan berbagai pokok permasalahan atau isu-isu lokal maupun global dari domain literasi sains dan menganalisis materi stimuluas peserta didik, kompetensi peserta didik dan menunjukkan tanggapan peserta didik dari permasalah dalam kehidupan sehari-hari. 2. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Purwato (2011) Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian dari hasil adalah (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukan suatu aktifitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Abdurrahman (1999) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar menurutnya juga anakanak yang berhasil dalam belajar ialah berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.

36 23 Hasil belajar dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar mengajar, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar suatu proses untuk melihat sejauh mana siswa dapat menguasai pembelajaran setelah mengikuti kegiatan proses belajar mengajar, atau keberhasilan yang dicapai seorang peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran yang ditandai dengan bentuk angka, huruf, atau simbol tertentu yang disepakati oleh pihak penyelenggara Pendidikan. Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan hasil akhir yang diperoleh kognitif peserta didik dalam pemahamannya tentang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan proses mental (otak) dan merupakan dasar penguasaan ilmu pengetahuan yang harus dikuasai oleh peserta didik setelah ia melakukan suatu pembelajaran. b. Ranah Hasil Belajar Menurut Anderson dan Krathwol hasil revisi dari taksonomi Bloom (Nur Astriany, 2016), hasil peserta didik ditunjukkan oleh penguasaan tiga kompetensi yang meliputi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Dalam ranah kognitif meliputi kemampuan peserta didik dalam (1) mengingat, (2) memahami, (3) menerapkan, (4) menganalisis, (5) mengevaluasi, dan (6) menciptakan. Selain ranah kognitif, juga terdapat tingkatan ranah psikomotorik dan afektif. Ranah afektif meliputi (1) menerima, (2) merespon, (3) menghargai,

37 24 (4) mengorganisasikan, (5) karakterisasi. Sedangkan ranah psikomotorik meliputi (1) meniru, (2) manipulasi, (3) presisi, (4) artikulasi, (5) naturalisasi. Suharsimi Arikunto (2007) mengungkapkan ranah kognitif pada siswa SD yang cocok diterapkan adalah ingatan, pemahaman dan aplikasi dan analisis. Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, model atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah. Hasil belajar yang baik adalah hasil belajar yang memenuhi dan dapat mencapai tujuan belajar serta mencakup tiga ranah kecerdasan siswa, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar dari segi kognitif berupa penguasaan materi yang akan ditunjukkan dengan penilaian tes kognitif dengan jenjang kemampuan yang diperoleh siswa dibagi ke dalam tiga kategori yaitu pengetahuan, pemahaman, dan penerapan pada saat pembelajaran IPA dengan menggunakan LKPD siswa c. Indikator Hasil Belajar Kognitif Belajar merupakan suatu proses mencari informasi untuk mengembangkan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik seseorang. Menurut

38 25 Roger, belajar adalah sebuah proses internal yang menggerakkan anak didik agar menggunakan seluruh potensi kognitif, afektif dan psikomotoriknya agar memiliki berbagai kapabilitas intelektual, moral, dan keterampilan lainnya (Nata, 2011). Penilaian Ranah Kognitif Ranah kognitif merupakan ranah yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan sesorang yang dapat dilihat melalui tes maupun nontes. Menurut Yanti (2020), Penilaian ranah kognitif bisa dilakukan dengan tes dan nontes. Penilaian dengan tes memerlukan instrumen berupa tes tertulis dan tes lisan. Tes tertulis bisa berupa pilihan ganda, menjodohkan, menguraikan, isian singkat, teslian bia dilkakukan dengan wawancara dan tanhya jawab. Dalam proses belajar mengajar, aspek kognitif inilah yang paling menonjol dan bisa dilihat langsung dari hasil tes. Dimana disini pendidik dituntut untuk melaksanakan semua tujuan tersebut. Hal ini bisa dilakukan oleh pendidik dengan cara memasukkan unsur tersebut kedalam pertanyaan yang diberikan. Pertanyaan yang diberikan kepada siswa harus memenuhi unsur tujuan dari segi kognitif, sehingga peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Ranah kognitif merupakan ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk ranah kognitif. Menurut Nana Sudjana (2010) Ranah kognitif meliputi lima tipe hasil belajar yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan

39 26 evaluasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 3 tahapan yaitu sebagai berikut: a. Pengetahuan Pengetahuan diidentikkan dengan hafalan atau untuk diingat. Contoh tipe hasil belajar ini yaitu rumus, batasan, definisi, istilah, pasal dalam undangundang, nama tokoh, nama tempat (kota). b. Pemahaman Tingkat pemahaman lebih tinggi daripada pengetahuan. Contoh tipe pemahaman yaitu menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri, memberikan contoh lain dsb. c. Aplikasi Tipe hasil belajar aplikasi merupakan penerapan sebuah ide, teori, atau petunjuk teknis pada situasi yang baru. Jika aplikasi atau penerapan ini dilakukan secara berulang-ulang maka akan menjadi hafalan atau keterampilan. Dari pendapat di atas, dapat ditegaskan bahwa indikator hasil belajar kognitif siswa adalah proses pembelajaran yang mengkaji tentang masalahmasalah kehidupan sehari-hari. d. Faktor-Faktor Mempengaruhi Hasil Belajar Widoyoko (2010) Proses pembelajaran melibatkan dua subjek, yaitu guru dan siswa akan menghasilkan suatu perubahan pada diri siswa sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada diri siswa sebagai akibat kegiatan pembelajaran bersifat non-fisik seperti perubahan sikap, pengetahuan maupun kecakapan. Berbagai perubahan yang terjadi pada diri siswa sebagai hasil proses pembelajaran.

40 27 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa, yang meliputi kondisi lingkungan disekitar. Kemudian faktor yang berasal dari dalam diri siswa, yang meliputi keadaan jasmani dan rohani siswa. Menurut Slameto (2003) ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu (1) Faktor internal (berasal dari dalam diri), (2) Faktor eksternal (berasal dari luar diri. Slameto (2003) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Yang termasuk dalam faktor intern seperti, faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. Sedangkan faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapatlah dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu, faktor keluarga, faktor sekolah (organisasi) dan faktor masyarakat. Faktor-faktor di atas sangat bepengaruh terhadap proses belajar mengajar. Ketika dalam proses belajar peserta didik tidak memenuhi faktor tersebut dengan baik, maka hal tersebut dapat berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik. Untuk mencapai hasil belajar yang telah direncanakan sesuai dengan tujuan dalam pembelajaran, seorang guru harus memperhatikan faktor-faktor diatas agar hasil belajar yang dicapai peserta didik bisa maksimal.

41 28 Menurut Muhibbin Syah (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar peserta didik yaitu: 1. Faktor internal meliputi dua aspek yaitu: a) Aspek fisiologis b) Aspek psikologis 2. Faktor eksternal meliputi: a) Faktor lingkungan sosial b) Faktor lingkungan nonsosial Faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain: 1) Faktor internal yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani peserta didik. 2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar peserta didik misalnya faktor lingkungan. 3) Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pembelajaran. Sudjana dan Rivai (2001) Faktor yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya faktor jasmani dan rohani siswa, hal ini berkaitan dengan masalah kesehatan siswa baik kondisi fisiknya secara umum, sedangkan faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi. Hasil belajar siswa di sekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan.

42 29 Menurut Chalijah Hasan (1994) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar antara lain: 1. Faktor yang terjadi pada diri organisme itu sendiri disebut dengan faktor individual adalah faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi. 2. Faktor yang ada diluar individu yang kita sebut dengan faktor sosial, faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang digunakan atau media pengajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran, lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial. Sabri (2010) Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa secara garis besar terbagi dua bagian, yaitu factor internal dan eksternal. 1. Faktor internal siswa a. Faktor fisiologis siswa, seperti kondisi kesehatan dan kebugaran fisik, serta kondisi panca inderanya terutama penglihatan dan pendengaran. b. Faktor psikologis siswa, seperti minat, bakat, intelegensi, motivasi, dan kemampuan-kemampuan kognitif seperti kemampuan persepsi, ingatan, berpikir dan kemampuan dasar pengetahuan yang dimiliki. 2. Faktor-faktor eksternal siswa a. Faktor lingkungan siswa Faktor ini terbagi dua, yaitu pertama, faktor lingkungan alam atau non sosial seperti keadaan suhu, kelembaban

43 30 udara, waktu (pagi, siang, sore, malam), letak madrasah, dan sebagainya. Kedua, faktor lingkungan sosial seperti manusia dan budayanya. b. Faktor instrumental Yang termasuk faktor instrumental antara lain gedung atau sarana fisik kelas, sarana atau alat pembelajaran, media pembelajaran, guru, dan kurikulum atau materi pelajaran serta strategi pembelajaran. Tinggi rendahnya hasil belajar peserta didik dipengaruhi banyak faktorfaktor yang ada, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Faktorfaktor tersebut sangat mempengaruhi upaya pencapaian hasil belajar siswa dan dapat mendukung terselenggaranya kegiatan proses pembelajaran, sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran. 3. IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) a. Pengertian IPA Menurut Trianto (2009), pemahaman konsep adalah pemahaman siswa terhadap dasar kualitatif di mana fakta-fakta saling berkaitan dengan kemampuannya untuk menggunakan pengetahuan tersebut dalam situasi baru. Tjandra (2010) konsep merupakan kesimpulan dari suatu pengertian yang terdiri dari dua atau lebih fakta dengan memiliki ciri-ciri yang sama. Untuk menanamkan suatu konsep dalam pelajaran, seorang guru perlu mengajarkannya dalam konteks nyata dengan mengaitkannya terhadap lingkungan sekitar. Hal ini akan mampu mengembangkan kemampuan berpikir

44 31 kritis siswa dan meningkatkan pemahaman konsepnya terhadap materi yang diajarkan. Menurut Samatowa (2016) Konsep merupakan abstraksi yang berdasarkan pengalaman. Letak sebuah konsep dalam pembelajaran IPA merupakan bagian dari produk yang meliputi fakta-fakta IPA. Hal itu sejalan dengan Susanto (2016) menjelaskan bahwa Konsep IPA merupakan suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta IPA. Selanjutnya Susanto menjelaskan bahwa Konsep merupakan penghubung antara fakta-fakta yang ada hubungannya. Berdasarkan penjelasan diatas tentang pemahaman konsep IPA adalah kemampuan peserta didik untuk dapat memahami suatu konsep atau fakta dan menjawabnya dengan menggunakan kalimat sendiri tanpa mengubah arti dari konsep yang dimaksudkan dengan melibatkan fenomena alam dilingkungan sekitar. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya

45 32 menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Asy ari (2006) mengemukakan bahwa IPA adalah pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh alam dengan cara yang terkontrol. Trianto (2010) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematis dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menurut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. IPA merupakan rumpun ilmu yang memiliki karakteristik khusus yaitu mempelajari fenomena alam yang faktual (factual), baik berupa kenyataan (reality) atau kejadian (event) dan hubungan sebab akibatnya. Cabang ilmu yang termasuk anggota rumpun IPA saat ini antara lain Biologi, Fisika, IPA, Astronomi/Astrofisika, dan Geologi. (Wisudawati dan Sulistyowati, 2014) b. Tujuan IPA SD Menurut Depdiknas Ditjen Manajemen dan Dikdasmen TK dan SD (2007) Sains di sekolah dikenal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA). Konsep IPA di SD merupakan konsep yang masih terpadu karena belum dipsahkan secara tersendiri. Adapun tujuan IPA/Sains di SD yaitu: 1) memperoleh keyakinan terhadap keberadaan Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam citpaan-nya, 2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

46 33 bermafaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, 30 mengembangkan rasa ingin tahu (Curiosity), sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan teknologi dan masyarakat, 4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar dan pemecahan masalah dan membuat keputusan, 5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam, 6) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segalanya keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan 7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan Pendidikan ke SMP. Samatowa (2011) mengungkapkan bahwa aspek pokok dalam pembelajaran IPA adalah anak dapat menyadari keterbatasan pengetahuan mereka, memiliki rasa ingin tahu untuk menggali berbagai pengetahuan baru, dan akhirnya dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka. Sedangkan aspek yang perlu diperhatikan guru adalah: (1) pentingnya memahami bahwa pada saat memulai kegiatan pembelajaran, anak telah memiliki berbagai konsepsi, pengetahuan yang relevan dengan apa yang mereka pelajari; (2) aktivitas anak melalui berbagai kegiatan nyata dengan alam menjadi hal utama dalam pembelajaran IPA; (3) dalam setiap pembelajaran IPA kegiatan bertanyalah menjadi bagian yang penting, bahkan menjadi bagian yang paling utama dalam pembelajaran; (4) dalam

47 34 pembelajaran IPA memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan kemampuan berfikirnya dalam menjelaskan suatu masalah. Bandu (2006) menyatakan bahwa proses sains adalah sejumlah keterampilan untuk mengkaji fenomena alam dengan cara-cara tertentu dan pengembangan ilmu itu selanjutnya. Keterampilan dasar yang diperlukan dalam proses mendapatkan IPA disebut keterampilan proses. Keterampilan proses yang dikembangkan untuk siswa SD meliputi keterampilan mengamati, melakukan percobaan, mengelompokkan, menafsirkan hasil pecobaan, meramalkan, menerapkan, mengkomunikasikan, dan mengajukan pertanyaan (Samatowa, 2011). Contoh IPA sebagai proses yaitu mengetahui proses pelapukan batuan akibat pengaruh panas. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa IPA atau Sains merupakan pengetahuan yang dibentuk dari suatu beberapa konsep serta skema konseptual yang saling berhubungan satu sama lain yang diperoleh dengan mengumpulkan data menggunakan metode observasi atau eksperimen yang dikontrol untuk mengolahnya sesuai kebutuhan manusia dan mengkajinya menggunakan metode ilmiah. c. Prinsip-prinsip IPA SD Seorang ahli IPA Jhon S. Richardson dalam Hendro Darmodjo (1992) menyarankan digunakannya tujuh prinsip dalam proses belajar mengajar agar suatu pengajaran IPA dapat berhasil. Ketujuh prinsip itu adalah:

48 35 1) Prinsip keterlibatan siswa secara aktif Dalam pembelajaran IPA sering dilupakan bahwa keterlibatan siswa secara aktif ini merupakan bagian yang esensial dari suatu proses belajar mengajar dalam pembelajaran IPA, yang dimaksud dengan keterlibatan siswa secara aktif menurut Richardson adalah learning by doing, siswa harus ikut berbuat sesuatu untuk memperoleh ilmu yang mereka cari. 2) Prinsip belajar berkesinambungan Prinsip belajar berkesinambungan adalah proses belajar yang selalu dimulai dari apa-apa yang telah dimiliki oleh siswa. Dalam hal ini pengembangan yang telah dimiliki oleh siswa itu seolah-olah merupakan jembatan yang sangat esensial bagi siswa untuk dapat meraih pengetahuan yang baru. Untuk melaksanakan prinsip ini tentu saja harus mengetahui sejauh mana pengetahuan yang telah dimiliki siswanya. 3) Prinsip motivasi Motivasi dapat diartikan sebagai suatu dorongan yang menyebabkan seseorang ingin berbuat sesuatu. Dalam proses pembelajaran IPA tentunya motivasi yang dimaksud sebagai dorongan untuk berkeinginan belajar IPA, dorongan ini dapat bersumber dari kebutuhan yang hakiki dari manusia yang disebut sebagai motivasi intrinsik. Motivasi ini juga dapat timbul dari pengaruh yang datang dari luar dirinya, misalnya hadiah yang akan diberikan kepada siswa yang jadi juara di kelasnya. Motivasi semacam ini dapat disebut sebagai motivasi ekstrinsik.

49 36 4) Prinsip multi saluran Dalam proses pembelajaran IPA ada siswa yang mudah belajar melalui membaca, ada siswa yang mudah mengerti apabila diberi ceramah oleh guru, ada pula yang baru mengerti jika ia ikut aktif dalam melakukan percobaan. Oleh karena itu penggunaan multi saluran dalam proses belajar IPA sangat diperlukan agar semua siswa dengan berbagai kemampuan daya tangkap dapat menerima pembelajaran dengan baik. 5) Prinsip penemuan Prinsip penemuan adalah memahami suatu konsep atau simbolsimbol, siswa tidak diberi tahu oleh guru, tetapi guru memberi peluang agar siswa dapat memperoleh sendiri pengertian-pengertian itu melalui pengalamannya. Misalnya untuk mengetahui hukum Boyle, siswa tidak langsung diberitahu oleh guru, tetapi guru memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan percobaan yang kesimpulannya adalah hukum Boyle. 6) Prinsip totalitas Prinsip totalitas bertolak dari suatu paham bahwa siswa belajar dari segenap kemampuan yang ia miliki sebagai makhluk hidup, yaitu panca indranya, perasaan satu pikirannya, dalam proses belajar siswa tidak hanya memperhatikan materi pelajaran (misalnya IPA) tetapi meliputi bagaimana cara guru mengajar, lingkungan sekitar, temantemannya, dan semua hal-hal yang berkenaan dengan jiwa raganya. Itu semua merupakan bagian penentu keberhasilan belajar siswa. Yang dimaksud hasil belajar

50 37 tidak hanya berupa pengetahuan intelektual, tetapi juga meliputi bidang sikap dan kepribadian siswa. 7) Prinsip perbedaan individu Prinsip ini tidak dimaksudkan untuk membedabedakan siswa, tetapi bertolak pada suatu kenyataan bahwa setiap siswa berbeda yang satu terhadap yang lain. Perbedaan individu ini terutama ditunjukan kepada adanya perbedaan kemampuan (termasuk kecerdasan dan kecepatan belajar) dan perbedaan minat termasuk motivasi belajar. Prinsip perbedaan individu dimaksudkan agar siswa mendapatkan kesempatan belajar sesuai dengan kapasitas dan minatnya. Berdasarkan pendapat di atas, dalam pembelajaran IPA terdapat tujuh prinsip yang harus diperhatikan, yaitu: 1) prinsip keterlibatan siswa secara aktif, 2) prinsip belajar berkesinambungan, 3) prinsip motivasi, 4) prinsip multisaluran, 5) prinsip penemuan, 6) prinsip totalitas, dan 7) prinsip perbedaan individu. Berdasarkan penjelasan di atas tentang prinsip pembelajaran IPA, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA merupakan interaksi antara guru dan peserta didik untuk proses belajar mengajar dalam mempelajari pembelajaran IPA dan fakta serta fenomena secara rasional dan obyektif. 4. Lembar kerja peserta didik (LKPD) Materi Energi Listrik a. Pengertian LKPD Lembar kerja peserta didik (LKPD) salah satu sumber belajar yang dikembangkan oleh guru sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar.

51 38 Trianto (2009) mengemukakan bahwa LKPD dapat berupa panduan untuk Latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk mengembangkan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi. Menurut Hendro dan Jenny R.E Kaligis (1992), lembar kerja peserta didik merupakan sarana pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam meningkatkan keterlibatan atau aktivitas siswa dalam proses belajar-mengajar. Prastowo (2011) mengemukakan bahwa LKPD merupakan bahan ajar cetak berupa lembaran kertas berisi ringkasan materi dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai. Berdasarkan pengertian diatas dari beberapa pendapat tersebut menjelaskan bahwa lembar kerja peserta didik adalah lembar kerja berupa panduan untuk peserta didik yang berisi informasi, pertanyaan, perintah dan petunjuk dari guru kepada peserta didik untuk melaksanakan eksperimen atau kegiatan dan memecahkan masalah dalam bentuk kerja, praktek atau percobaan yang didalamnya dapat mengembangkan semua aspek kognitif karena dengan lembar kerja peserta didik membuat peserta didik lebih mudah seorang guru menyampaikan materi ajar yang dapat mengefektifkan waktu, serta akan meningkatkan keterampilan interaksi antara guru dengan peserta didik dalam proses belajar mengajar.

52 39 Prastowo (2011) bahan ajar lembar kerja peserta didik (LKPD) memiliki empat fungsi yaitu: 1) Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih mengaktifkan peserta didik, 2) Sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk memahami materi yang diberikan, 3) Sebagai bahan ajar yang ringkas dan tugas untuk berlatih, dan 4) Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik. Setiap LKPD disusun dengan materi dan tugas tertentu yang dikemas sedemikian rupa untuk tujuan tertentu yang memiliki perbedaan maksud dan tujuan pengemasan materi sehingga LKPD memiliki berbagai macam bentuk menurut Prastowo (2011) ada beberapa bentuk LKPD yaitu: 1) LKPD yang membantu peserta didik menemukan suatu konsep, 2) LKPD yang membantu peserta didik menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang ditemukan, 3) LKPD berfungsi sebagai panuntun belaja, 4) LKPD yang berfungsi sebagai penguatan, dan 5) LKPD yang berfungsi sebagai petunjuk praktikum. Lembar kerja peserta didik ditinjau dari strukturnya lebih sederhana daripada modul, namun lebih kompleks dari pada buku. Bahan ajar LKPD terdiri atas enam unsur utama meliputi yaitu: 1) judul, 2) petunjuk belajar, 3) kompetensi dasar atau materi pokok, 4) informasi pendukung, 5) tugas atau Langkah kerja, dan 6) penilaian. (Prastowo, 2011) Syarat-syarat yang harus dimiliki dalam Menyusun LKPD menurut Darmodjo & Jenny (dalam Susilo, 2012) sebagai berikut: 1) Syarat-syarat Didaktik

53 40 Lembar kerja peserta didik sebagai salah satu bentuk sarana berlangsungnya proses pembelajaran haruslah memenuhi persyaratan didaktik, artinya ia harus mengikuti asas-asas pembelajaran yang efektif, yaitu: a. Lembar kerja peserta didik memperhatikan adanya perbedaan kemampuan individual siswa, sehingga dapat digunakan oleh siswa yang lamban, sedang maupun pandai. b. Lembar kerja peserta didik menekan pada proses untuk menemukan prinsip/konsep sehingga berfungsi sebagai petunjuk bagi peserta didik untuk mencari informasi dan bukan sebagai alat pemberi tahu informasi. c. Lembar kerja peserta didik memiliki variasi stimulus melalui berbagai kegiatan peserta didik sehingga dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik sehingga dapat memberikan kesempatan kepada untuk menulis, menggambar, berdialog dengan temannya dan lain sebagainya. d. Lembar kerja peserta didik mengembangkan kemampuan komunikasi sosial dan emosional pada diri anak sehingga tidak hanya ditujukan untuk mengenal fakta-fakta dan konsep akademis saja. Bentuk kegiatan yang ada memungkinkan peserta didik dapat berhubungan dengan orang lain dan mengkomunikasikan pendapat serta hasil kerjanya. 2) Syarat-syarat konstruksi Syarat konstruksi adalah syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan Bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan yang pada hakikatnya haruslah tepat guna tingkat kesukaran dan

54 41 kejelasan yang pada hakikatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh pihak penggunaan yaitu anak didik. a. Lembar kerja peserta didik menggunakan Bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan anak. b. Lembar kerja peserta didik menggunakan struktur kalimat yang jelas c. Lembar kerja peserta didik memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan anak. d. Lembar kerja peserta didik menghindari pertanyaan yang terlalu terbuka, yang dianjurkan adalah isian atau jawaban yang didapat dari hasil pengolahan informasi, bukan mengambil dari pembedaharaan pengetahuan yang tidak terbatas. e. Lembar kerja peserta didik mengacu pada buku sumber yang diluar kemampuan dan keterbacaan peserta didik. f. Lembar kerja peserta didik menyediakan ruangan/tempat yang cukup untuk memberi keleluasaan pada peserta didik untuk menulis maupun menggambar hal-hal yang ingin peserta didik sampaikan dengan memberi tempat menulis dan menggambar jawaban. g. Lembar kerja peserta didik menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek. Kalimat yang panjang tidak menjamin kejelasan isi namun kalimat yang terlalu pendek juga dapat mengundang pertanyaan. h. Lembar kerja peserta didik menggunakan kalimat komunikatif dan interaktif. Pengguna kalimat komunikatif dan kata sesuai dengan tingkat

55 42 perkembangan kognitif peserta didik sehingga dapat dimengerti oleh peserta didik yang lambat maupun yang cepat. i. Lembar kerja peserta didik memiliki tujuan belajar yang jelas serta bermanfaat sebagai sumber motivasi belajar. j. Lembar kerja peserta didik memuat identitas, seperti: topik, kela, nama kelompok dan anggotanya. 3) Syarat-syarat Teknis a. Tulisan, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain: 1. Menggunakan huruf yang jelas dan mudah dibaca, meliputi jenis dan ukuran huruf 2. Menggunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik 3. Perbandingan ukuran huruf dan ukuran gambar serasi b. Gambar Gambar yang baik dapat menyampaikan pesan secara efektif pada pengguna lembar kerja peserta didik untuk mendukung kejelasan konsep. c. Penampilan Penampilan dibuat menarik. Kemenarikan penampilan lembar kerja peserta didik akan menarik perhatian siswa, tidak menimbulkan kesan jenuh dan membosankan. Lembar kerja peserta didik yang menarik adalah lembar kerja peserta didik yang memiliki kombinasi antar gambar, warna dan tulisan yang sesuai.

56 43 e. Pengembangan LKPD Pengembangan lembar kerja peserta didik peserta didik merupakan suatu proses pembelajaran untuk mengembangkan lembar kerja peserta didik baru atau menyempurnakan yang telah ada. Berikut adalah penjebaran mengenai pengembangan lembar kerja peserta didik. 1. Desain pengembangan Lembar kerja peserta didik Prastowo (2011) mengungkapkan bahwa dua faktor yang perlu diperhatikan pada saat mendesain lembar kerja peserta didik yaitu tingkat kemampuan membaca peserta didik dan pengetahuan peserta didik. Lembar kerja peserta didik didesain untuk digunakan peserta didik secara mandiri, artinya kita sebagai fasilitator, dan peserta didik yang diharapkan berperan secara aktif dalam mempelajari materi yang terdepat dalam lembar kerja peserta didik. Adapun Batasan umum pedoman pada saat menentukan desain lembar kerja peserta didik yaitu: a) Ukuran yaitu disarankan untuk menggunakan ukuran yang dapat mengakomodasikan kebutuhan pembelajaran yang telah ditetapkan. b) Kepadatan halaman yaitu usahakan agar halaman tidak terlalu didapati dengan tulisan. Halaman yang terlalu padat akan mengakibatkan peserta didik sulit memfokuskan perhatian. c) Penomoran yaitu pemberian nomor pada lembar kerja peserta didik ditujukan untuk membantu para peserta didik yang mengambil kesulitan

57 44 untuk menentukan nama judul dari materi yang diberikan dalam lembar kerja peserta didik. d) Kejelasan yaitu kejelasan yang dimaksud disini ialah kejelasan cetakan tulisan, baik tulisan yang memuat materi dan intruksi sehingga dapat dibaca jelas. 2. Langkah-langkah Pengembangan LKPD Prastowo (2011) mengungkapkan bahwa untuk mengembangkan lembar kerja peserta didik yang menarik dan dapat digunakan secara maksimal oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, ada empat Langkah yang dapat ditempuh, yaitu: a) Menentukan tujuan pembelajaran yang akan direncanakan dalam lembar kerja peserta didik. Kita harus menentukan desain menurut tujuan pembelajaran yang kit aacu. Perhatikan variabel ukuran, kepadatan halaman, penomoran halaman, dan kejelasan. b) Pengumpulan materi. Dalam pengumpulan materi hal yang perlu dilakukan adalah menentukan materi dan tugas yang akan dimasukkan ke dalam lembar kerja peserta didik. Pastikan bahwa materi dan buat rincian yang harus dilaksanakan oleh peserta didik. Bahan yang akan dimuat dalam lembar kerja peserta didik dapat dikembangkan sendiri atau dapat memanfaatkan materi yang sudah ada. Tambahkan pula ilustrasi atau bagan yang adapat memperjelas penjelasan naratif yang kita sajikan.

58 45 c) Penyusunan elemen atau unsur-unsur yang mengintegrasikan desain (hasil dari Langkah pertama) dengan tugas sebagai hasil dari Langkah kedua. d) Pemeriksaan dan penyempurnaan. Ada empat unsur yang harus kita cermati sebelum lembar kerja peserta didik dapat dibagikan ke peserta didik, yaitu: 1) kesesuaian desain dengan tujuan pembelajaran yang berangkat dari kompetensi dasar, 2) kesesuaian materi dan tujuan pembelajaran, 3) kesesuaian elemen atau unsur-unsur dengan tujuan pembelajaran, dan 4) kejelasan penyampaian. 3. Langkah-langkah Aplikatif Membuat Lembar kerja peserta didik Langkah-langkah penyusunan lembar kerja peserta didik harus dipahamii terlebih dahulu untuk menghasilkan lembar kerja peserta didik yang inovatif dan kreatif. Menurut Diknas (2004) dalam Prastowo (2011) Langkahlangkah penyusunan lembar kerja peserta didik tampak pada gambar berikut:

59 46 1. Analisis Kurikulum 2. Analisis Kurikulum 3. Analisis Kurikulum 4. Analisis Kurikulum a. Merumuskan KD b. menentukan alat penilaian c. Menyusun Materi d. memperhatikan struktur bahan ajar Gambar: 2.1 Diagram Alur Penyusunan LKPD (Prastowo, 2011) 1. Melakukan analisis kurikulum. Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi yang memerlukan bahan ajar lembar kerja peserta didik. Analisis ini dilakukan dengan cara melihat materi pokok, pengalaman

60 47 belajar, serta materi yang akan diajukan. Selanjutnya adalah memperhatikan kompetensi yang harus dimiliki peserta didik. 2. Menyusun peta kebutuhan lembar kerja peserta didik. Peta kebutuhan lembar kerja peserta didik sangat dibutuhkan untuk mengetahui jumlah lembar kerja peserta didik yang harus ditulis serta melihat urutan LKPD. 3. Menentukan judul-judul LKPD ditentukan atas dasar kompetensikompetensi dasar, materi-materi pokok atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. Salah kompetensi dasar bisa dijadikan satu judul jika cakupan kompetensi tersebut tidak terlalu besar. Bila kompetensi dasar itu terlalu besar dan bisa diuraikan menjadi beberapa materi pokok, maka harus dipikirkan Kembali apakah kompetensi dasar itu perlu dipecahkan, kemudian dijadikan kedalam beberapa judul LKPD. 4. Penulisan LKPD, beberapa hal yang perlu dilakukan dalam penulisan LKPD. Pertama, merumuskan kompetensi dasar. Kedua, menentukan alat penilaian. Ketiga, Menyusun materi. Penyusunan materi LKPD perlu memperhatikan: a) kompetensi dasar yang akan dicapai, b) informasi pendukung, d) sumber materi, dan d) pemilihan kalimat yang jelas dan tidak ambigu. Keempat Menyusun struktur LKPD yang terdiri atas beberapa komponen yaitu judul, kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, uraian materi dan tugas akhir. B. Penelitian Yang Relevan

61 48 Penelitian yang relevan adalah penelitian yang digunakan sebagai perbandingan untuk menghindari dari manipulasi terhadap sebuah karya ilmiah dan menguatkan bahwa penelitian yang penulis lakukan benar-benar belum pernah diteliti oleh orang lain. Penelitian yang relevan dengan penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian yang pernah dilakukan oleh Mukkarram (2014) judul penelitiannya adalah Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKPD) dan Media Pembelajaran IPA SMP Berbasis Keterampilan Berfikir Kritis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LKPD dan media yang dikembangkan layak digunakan dan membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan berfikir kritis. Penelitian yang relevan juga pernah dilakukan oleh Meyda Handayani (2020). judul penelitiannya adalah Pengembangan Lembar kerja peserta didik Berbasis Literasi Sains pada Materi Alat-Alat Optik untuk Meningkatkan kemampuan Literasi Sains Siswa SMP. Hasil penelitian ini diperoleh LKPD berbasis literasi sains yang dikembangkan tergolong valid, praktis, dan efektif dalam meningkatkan kemampuan literasi sains sains. Penelitian relevan juga pernah diteliti oleh Yuliani (2021) judul penelitiannya adalah Pengembangan e-lkpd berbasis lietarsi sains untuk melatihkan keterampilan berfikir kritis peserta didik pada materi pertumbuhan dan perkembangan Kelas XII SMAN 1 Tarik Sidoarjo. Hasil penelitian ini diperoleh e-lkpd berbasis literasi sains untuk melatih keterampilan berfikir kritis peserta didik pada materi pertumbuhan dan perkembangan yang

62 49 dikembangkan telah dinyatakan valid, praktis, dan efektif untuk diterapkan pada proses pembelajaran. Wardani (2018) dengan judul Pengembangan LKPD Berbasis Saintifik untuk Melatih Keterampilan Berfikir Kritis SD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LKPD memenuhi kriteria validitas, kepraktisan dan keefketifan sehingga layak untuk melatih kemampuan sainstifik dan keterampilan berfikir kritis siswa. Izzatunnisa (2019) dengan judul penelitian adalah Pengembangan LKPD Berbasis Pembelajaran Penemuan Untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik Pada Materi Kimia SMA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LKPD berbasis pembelajaran penemuan pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit sangat layak digunakan sebagai media pembelajaran dikarenakan telah memenuhi syarat dan kelayakan secara teoritis dengan presentase rata-rata LKPD sebesar 89,33% dan termasuk dalam kriteria sangat layak. LKPD berbasis pembelajaran penemuan sangat praktis dan mudah digunakan oleh guru dan peserta didik dengan rata-rata respon sebesar 86,79% dan termasuk dalam kategori sangat baik atau praktis. LKPD berbasis pembelajaran penemuan efektif meningkatkan kemampuan literasi sains peserta didk dengan skor N-gain sebesar 0,36 dan termasuk dalam kategori sedang. Khoirul Huda (2019) dengan judul Pengembangan Lembar kerja peserta didik Berbasis Literasi Sains Untuk Meningkatkan HIGH ORDER THINKING SKILLS

63 50 (HOTS) Siswa SMP Kelas VIII Materi Sistem Ekskresi Manusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hasil belajar siswa mengalami peningkatan 14% dengan ketuntutasan 100% yang menunjukkan lembar kerja peserta didik berbasis literasi sainsin menggunakan soal-soal tipe C4, C5 dan C6 mampu meningkatkan High Order Thinking Skills (HOTS) siswa. Rika (2016) dengan judul penelitian Penggunaan Lembar kerja peserta didik Berbasis Keterampilan Proses Sains (KPS) Untuk Meningkatkan Literasi sains Siswa Pada Konsep Kingdom Plantae Kelas X di SMAN 3 Kuningan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan literasi sains yang signifikan antara kelas yang menggunakan lembar kerja peserta didik berbasis keterampilan proses sains dengan yang tidak menggunakan lembar kerja peserta didik berbasis keterampilan proses sains, dilihat dari hasil lembar kerja peserta didik dan tes. Kemampuan literasi sains siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Peningkatan kemampuan literasi sains siswa dengan menggunakan lembar kerja peserta didik berbasis keterampilan proses sains dibuktikan dengan hasil respon angket siswa berbasis keterampilan proses sains siswa sangat baik.aktifitas belajar siswa dikelas eksperimen lebih meningkat jauh lebih baik dibandingaktifitas belajar kelas control, terdapat perbedaan peningkatan literasi sains siswa yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas control. Siswa memberi respon positif terhadap pembelajaran menggunakan lembar kerja peserta didik berbasis KPS pada Konsep Kingdom Plantae.

64 51 Dewi Setyowati (2018) dengan judul penelitian adalah Implementasi LKPD Berkonten Literasi Sains Kearifan Lokal Untuk Mengembangkan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa SMP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil perhitungan paired simple t-test didapatkan nilai signifikasi sebesar 0,000 < 0,05 yang mengindikasikan nilai posttest setelah melakukan literasi sains berbasis kearifan lokal lebih tinggi dibandingkan dengan nilai pretest sebelum dilakukan penerapan dengan menunjukkan implementasi LKPD yang diperkaya literasi sains berbasis kearifan lokal dikembangkan efektif dalam meningkatkan keterampilan berfikir kritis siswa. C. Kerangka Pikir Pembelajaran sains memiliki karakteristik yang sangat kompleks karena proses pemeblajaran dalam memecahkan masalah melakukan analisis melalui hasil belajar yang dilakukan oleh peserta didik yang merupakan salah satu outcome yang diharapkan dari pendidika sains. Dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu bentuk interaksi antar beberapa komponen yaitu pendidik, peserta didik, media pembelajaran, lingkungan belajar, dan bahan ajar melalui kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan berfikir, sikap dan nilai kepada peserta didik yang berdasar pada pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Salah satu cara guru untuk melatih peserta didik dalam memahami pembelajaran yaitu dengan melaksanakan pembelajaran dengan meningkatkan hasil belajar melalui lembar kerja peserta didik yang digunakan,

65 52 dan menciptakan suasana belajar peserat didik lebih aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan agar termotivasi dan berkembang sepenuhnya selama proses belajar mengajar. Lembar kerja peserta didik salah satu bahn ajar yang digunakan dalam proses pembalajaran yang merupakan media yang menuntun peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan. Salah satu syarat dari pengembangan lembar kerja peserta didik yaitu harus dapat digunakan untuk seluruh peserta didik dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi kenyataannya lembar kerja peserta didik yang beredar di sekolah masih sederhana hanya membuat rangkuman materi dan soal Latihan tidak memperhatikan masalah-masalah yang berkaitan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Keberhasilan belajar peserta didik ditentukan oleh guru sebagai pendidik dan kreativitas guru dalam memilih bahan ajar melalui lembar kerja peserta didik yang tepat untuk membantu peserta didik dalam memahami materi pembelajaran yang diberikan. Adapun kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut:

66 53

67 54 BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN A. Model Penelitian dan Pengembangan Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan model pengembangan 4-D. model ini dikembangkan oleh Thiagarajan (1974), model pengembangan 4-D terdiri atas 4 tahap utama yaitu define (pendefenisian), design (perencanaan), develop (pengembangan) dan dissemination (penyebaran), atau model 4-P yaitu pendefinisian, perancanaan, pengembangan, dan penyebaran. (Sani, 2018). Namun dalam penelitian ini hanya dibatasi sampai tahap pengembangan (develop) saja, sedangkan tahap penyebaran (disseminate) Tidak berjalan karena alasan waktu dan biaya. Alasan kami memilih model 4D untuk studi pengembangan ini adalah karena langkah-langkah pada setiap tahap model 4D sudah jelas dan pengembangannya. B. Prosedur Penelitian dan Pengembangan Prosedur penelitian pengembangan ini dimodifikasi dari model pengembangan perangkat pembelajaran 4-D yang dikembangkan oleh Thiagarajan (1974) yang terdiri dari 4 tahap define, design, develop, dan disseminate. Pengembangan LKPD dilakukan dalam penelitian ini dibatasi hingga tahapan develop, karena keterbatasan waktu dan biaya. Sehingga 54

68 55 pengembangan terdiri dari tahap define, design, develop dan disseminate. Adapun tahap-tahap pengembangan LKPD diuraikan sebagai berikut: 1. Tahap Pendefenisian (Define) Tujuan tahap ini adalah menetapkan dan mendefenisikan syarat pembelajaran yang diawali dengan analisis tujuan dari batasan materi yang dikembangkan perangkatnya hanya menggunakan lima Langkah poko yaitu analisis kurikulum, menyusun peta kebutuhan LKPD, menentukan Judul LKPD, Analisis Konsep dan Spesifikasi tujuan. Dalam tahap ini peneliti membatasi langkah-langkah yang ditempuh yaitu tidak menggunakan analisis masalah karena dalam hal peneliti telah membahas analisis masalah sebelumnya, oleh karena itu peneliti melakukan lima langkah pokok yang ditempuh oleh peneliti yaitu sebagai berikut; a. Analisis kurikulum Analisis kurikulum menggunakan dan memperhatikan silabus, acara semester, acara tahunan, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) & Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) b. Menyusun Peta Kebutuhan LKPD Peta kebutuhan LKPD sangat diperlukan untuk mengetahui jumlah LKPD yang harus ditulis serta melihat sekuensi atau urutan LKPDnya. LKPD yang akan dikembangkan berjumlah 4 buah LKPD dengan pertimbangan bahwa

69 56 KD yang ditulis sesuai dengan indikator yang ingin dicapai oleh peserta didik. c. Menentukan Judul LKPD Tahapan ini yang perlu diperhatikan adalah kompetensi dasar, indikator, dan materi pokok yang disesuaikan dengan silabus dengan berpedoman pada kurikulum d. Analisis Konsep Tahap ini bertujuan untuk menganalisis konsep-konsep penting yang harus dikuasai oleh peserta didik. Konsep-konsep pada salah satu KD saling dikaitkan dengan konsep-konsep pada KD lainnya kemudian disusun ke dalam sebuah peta konsep. Peta konsep yang telah disusun digunakan sebagai dasar dalam menyusun tujuan pembelajaran. e. Spesifikasi Tujuan Dari data analisis spesifikasi tujuan pada penilitian ini adalah LKPD yang berjudul LKPD Berbasis literasi sains untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada Kkonsep IPA Kelas VI UPT SPF SD Negeri Mangkura 1 Makassar. 2. Tahap Perencanaan (Design) Setelah muncul suatu permasalahan dari tahapan pendefinisian, selanjutnya masuk ke tahap berikutnya. Tahap perencanaan ini bertujuan untuk merancang suatu LKPD IPA yang digunakan dalam proses

70 57 pembelajaran. Dalam tahap ini dilakukan perancangan media pembelajaran yang paling sesuai dengan kondisi dan karakteristik siswa Sekolah Dasar (SD). Dalam tahap ini peneliti melakukan empat tahap yaitu pemilihan bentuk penyajian, pemilihan media yang sesuai, pemilihan format, rancangan awal LKPD sampai tahap draft 1, dalam hal ini peneliti tidak melakukan penyusunan tes acuan karena dalam hal ini peneliti tidak melakukan tes antara tahap pendefinisian (define) dengan tahap perancangan (design) Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini, yaitu: a. Penyusunan Instrumen Instrumen yang disusun pada penelitian ini meliputi instrumen validasi produk LKPD berbasis literasi. Instrumen validasi produk bertujuan untuk menilai kelayakan produk LKPD berbasis literasi sains. Selain peyusunan instrumen validasi produk juga terdapat instrument penilaian hasil uji coba produk peserta didik b. Pemelihan media yang sesuai Dalam tahap ini adalah pemilihan Bahan Ajar berupa LKPD berbasis literasi sains yang disesuaiakan dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik UPT SPF SD Negeri Mangkura 1 Makassar. c. Pemilihan format LKPD IPA berbasis lietrasi sains bertujuan untuk membantu peserta didik menemukan konsep, sehingga format LKPD harus didesain sesuai dengan

71 58 tujuan tersebut baik dari ukuran, penomoran, kepadatan halaman dan kertas serta kejelasan Bahasa sesuai dengan batasan umum pedoman pada saat mennetukan desain LKPD oleh Prastowo (2011). Selain itu bagian memahami masalah, mennetukan rencana strategi penyelesaian masalah, menyelesaikan strategi penyelesaian masalah dan memeriksa Kembali jawaban yang telah diperoleh. d. Rancangan awal LKPD Rancangan awal LKPD yaitu rancangan yang telah dibuat oleh peneliti kemudian diberi masukan oleh validator. Masukan dari validator akan digunakan untuk merevisi LKPD sebelum dilakukan produksi. Kemudian melakukan revisi setelah mendapatkan saran perbaikan LKPD dari dosen pembimbing dan nantinya rancangan ini akan dilakukan tahap validasi. Rancangan ini berupa draf I LKPD. Tahap perancangan ini, peneliti sudah membuat produk awal (prototype) atau rancangan produk. Tahap ini dilakukan untuk membuat LKPD sesuai dengan kerangka isi hasil analisis kurikulum dan materi. Tahap ini diisi dengan kegiatan menyiapkan kerangka konseptual model dan perangkat pembelajaran (materi, media, alat evaluasi) dan mensimulasikan penggunaan moel dan prangkat pembelajaran tersebut dalam lingkup kecil. Adapun struktur pengembangan LKPD yang dipakai dalam penelitian ini yaitu struktur penyusunan LKPD menurut Prastowo (2011) disajikan sebagai berikut:

72 59 1. Bagian Pendahuluan a. Judul: b. Daftar Tujuan Kompetensi 2. Bagian Inti a. Uraian Materi b. Kegiatan Pembelajaran 3. Bagian Penutup Tes akhir 3. Tahap Pengembangan (Develop) Tujuan dari tahap ini adalah untuk membuat lembar kerja revisi posttest berdasarkan masukan dari validator, dalam tahap ini peneliti hanya melakukan revisi produk atau draf 1 dan draf 2 berdasarkan prosedur define dan design yang disusun oleh peneliti. Langkah-langkah dalam tahap pengembangan adalah sebagai berikut: a. Validasi Validasi oleh satu validator yang terdiri dari satu dosen ecaluasi, dosen Pendidikan IPA dan satu guru sekolah dasar. Adapun aspek yang divalidasi oleh validator terkait konten materi, kontruksi, dan Bahasa. Adapun validasi yang digunakan adalah validasi ahli sebanyak 3 orang yaitu 2 orang pakar ahli dari instansi universitas dan 1 orang ahli pakar guru dari sekolah. Validasi Ahli adalah penilaian para ahli terhadap LKPD IPA kualitas yang dibuat. Tahapan validasi memiliki tujuan untuk mengetahui kelayakan

73 60 LKPD IPA. Berdasarkan masukan dari ahli materi maupun guru IPA dengan model tiga dimensi diperbaiki agar lebih tepat, efektif, efisien dan mudah digunakan oleh siswa dan memiliki kualitas yang layak untuk digunakan dalam proses pembelajaran b. Tahap Uji Coba Terbatas Pada tahap uji coba terbatas di lakukan pembelajaran di kelas VI UPT SPF SD Negeri Mangkura 1 Makassar Kecamatan Ujung Pandang Kota Makassar dengan menerapkan LKPD berbasis literasi sains. Pada tahap uji coba terbatas melibatkan peserta didik kelas VI UPT SPF SDN Mangkura I Makassar. Pada tahap uji coba terbatas melibatkan guru sebagai pengamat. Pengamatan dilakukan untuk mengamati aktivitas peserta didik dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran sekaligus memberikan respon mengenai LKPD yang digunakan. Tabel 3.1 Subjek dan Tahapan Pengembangan LKPD Tahapan Pengembangan Jumlah Sampel/Orang Karakteristik Sampel Hasil Uji Coba 6 Pemakai Revisi dengan Terbatas produk, guru nilai kepraktisan dan siswa Implementasi 30 Pemakai LKPD yang produk, guru valid, praktis, dan siswa dan efektif Adapun rancangan desain uji coba pengembangan LKPD dapat dilihat pada gambar 3.2 berikut : Simulasi

74 61 Uji Coba Terbatas Implementasi Gambar 3.1. Desain uji coba LKPD 4. Tahap Penyebaran (Disseminate) Proses penyebaran merupakan suatu tahap akhir dalam model pengembangan 4-D. penyebaran dilakukan untuk mempromosikan produk yang dihasilkan di kelas lain, sekolah lain dan guru lain. Menurut Thiagarajan (1974) beberapa media yang dapat digunakan dalam menyebarkan produk seperti jurnal Pendidikan, makalah Pendidikan, konferensi, pertemuan, dan perjanjian dalam berbagai jenis serta melalui pengiriman lewat . Adapun prosedur penelitian pengembangan menggunakan model 4-D dapat dilihat pada gambar berikut:

75 Gambar: 3.2 Pengembangan LKPD Berbasis Literasi Sains Model 4-D 62

76 63 C. Uji Coba Produk 1. Desain Uji Coba Desain uji coba dalam penelitian ini dilakukan uji coba terbatas sebanyak 9 peserta didik di kelas VI UPT SPF SD Negeri Mangkura 1 Makassar Kecamatan Ujung Pandang Kota Makassar. Uji coba terbatas dilakukan untuk mengetahui keefktifan dan kepraktisan LKPD berbasis literasi sains. 2. Subjek Coba dan Lokasi Penelitian Subjek uji coba produk hasil pengembangan adalah peserta didik kelas VI sebanyak 36 peserta didik uji coba lapangan dan lokasi penelitian adalah UPT SPF SD Negeri Mangkura 1 Makassar Kecamatan Ujung Pandang Kota Makassar. Uji lapangan berbasis literasi sains. Waktu uji lapangan/eksperimen mulai 01 februari sampai 28 Maret Jenis Data Jenis instrumen yang diperlakukan untuk mengukur efektivitas bahan ajar berupa instrument penilaian kognitif tes hasil belajar IPA yang dikembangkan adalah angket dan tes belajar peserta didik IPA yang menggambarkan kemampuan hasil belajar dan dijabarkan sebagai berikut: a. Lembar Validasi Formulir validasi digunakan untuk memperoleh informasi tentang kualitas perangkat pembelajaran berdasarkan evaluasi validator yang

77 64 berpengetahuan luas. Informasi yang diperoleh melalui alat ini akan digunakan sebagai masukan untuk revisi materi yang dikembangkan untuk membuat produk akhir yang valid. b. Angket Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan terhadap data dengan menghadirkan serangkaian pertanyaan atau instruksi tertulis kepada responden untuk menjawabnya. Kuesioner ini akan digunakan dalam evaluasi dan review LKPD berbasis IPA untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dan dievaluasi oleh ahli materi dan verifikator desain. Di sisi lain, survei LKPD berbasis berpikir kritis menyediakan angket siswa dan tes lapangan. c. Observasi Observasi dilakukan untuk memperoleh data-data pendukung. Observasi yang dimaksud merupakan observasi katerlaksanaan pembelajaran dan penilaian sikap peserta didik. Pengumpulan data dilakukan dengan mengisi lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran yang diisi oleh guru dan siswa proses obeservasi bertujuan untuk mengetahui penggunaan LKPD. Proses observasi ini dilakukan saat peneliti melakukan studi pendahuluan untuk menentukan kebutuhan peserta didik d. Tes

78 65 Adapun tes yang digunakan berupa tes subjektif, yang pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian. 4. Instrumen Pengumpulan Data a. Lembar Validasi LKPD Instrumen ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai pendapat pada ahli (validator) terhadap LKPD yang disusun pada rancangan awal. Instrumen ini akan menjadi pedoman dalam merevisi LKPD yang disusun. Lembar validasi LKPD terdiri dari tiga lembar validasi yaitu: 1) Lembar Validasi Validasi materi dilakukan untuk menilai kemampuan LKPD yang dirancang dalam mencapai kompetensi dasar dan indikator yang ditetapkan. 2) Lembar Validasi Konstruksi Validasi konstruksi dilakukan untuk menilai kesesuaian antar format dan bagian-bagian yang ditetapkan dengan LKPD yang dirancang. 3) Lembar Validasi Bahasa Validasi Bahasa dilakukan untuk menilai ketetapan Bahasa yang digunakan pada LKPD yang dirancang. Tabel 3.2 Skala Penilaian untuk Lembar Validasi

79 66 Jawaban Skor Sangat Sesuai 4 Sesuai 3 Cukup Sesuai 2 Tidak Sesuai 1 Khabibah (2006) b. Lembar Kepraktisan LKPD Instrumen ini berupa angket yang diberikan kepada guru dan peserta didik sebagai pengguna LKPD. Lembar ini berfungsi untuk mengetahui kepraktisan dari rancangan LKPD yang telah valid. Lembar ini sebagai dasar untuk merevisi LKPD. Tabel 3.3 Skala Penilaian untuk Lembar Kepraktisan Jawaban Skor Sangat Sesuai 4 Sesuai 3 Cukup Sesuai 2 Tidak Sesuai 1 Khabibah (2006) c. Lembar Efektivitas LKPD Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data tingkat keefektifan LKPD yang dikembangkan, terdiri dari: Lembar observasi dan tes untuk mengetahui aktivitas peserta didik dan guru dalam proses belajar mengajar. Pengamatan ini dilakukan oleh guru

80 67 sebagai pengamat dari awal hingga akhir pelajaran yang akan dianalisis untuk mengetahui keefektifan pembelajaran. 5. Teknis Analisis Data Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis kemudian digunakan untuk merevisi LKPD yang dikembangkan sehingga diperoleh LKPD yang layak sesuai dengan kriteria yang ditentukan yaitu valid, praktis dan efektif. a. Analisis Validasi LKPD Hasil penelitian oleh para ahli pada lembar validasi dicari dengan cara berikut: 1) Memberikan skor untuk setiap item dengan jawaban 5 (sangat sesuai), 4 (sesuai), 3 (cukup sesuai), 2 (kurang sesuai), dan 1 (tidak sesuai) 2) Menjumlahkan skor total tiap validator untuk setiap aspek 3) Mencari rata-rata tiap aspek dari semua validator 4) Pemberian nilai validitas dengan rumus berikut: V = n i =1 RAi n Keterangan: V = skor rata-rata validitas RAi = Skor rata-rata validitas aspek ke- i n = banyaknya aspek 5) Mencocokkan rata-rata validitas (V ) dengan kriteria kevalidan LKPD Tabel 3.4 Kategorisasi Kriteris Kevalidan LKPD

81 68 Nilai Kategori X > 3,4 Sangat Valid 2,8 < X 3,4 Valid 2,2 < X 2,8 Cukup Valid 1,6 < X 2,2 Kurang Valid X 1,6 Tidak Valid Windoyoko (2009) Hasil dari skor rata-rata validasi yang didapatkan akan disesuaikan dengan kriteria yaitu: 1. Jika LKPD dikategorikan sangat valid berarti aspek materi, konstruksi dan Bahasa pada LKPD sangat layak digunakan. 2. Jika LKPD dikategorikan valid berarti aspek materi, konstruksi dan Bahasa pada LKPD layak digunakan dan perlu sedikit perbaikan. 3. Jika LKPD dikategorikan kurang valid berarti aspek materi, konstruksi dan Bahasa pada LKPD kurang layak digunakan dan perlu banyak perbaikan. 4. Jika LKPD dikategorikan tidak valid berarti aspek materi, konstruksi dan Bahasa pada LKPD tidak layak digunakan dan perlu pergantian. 5. Jika nilai rata-rata validates (V < 3) maka LKPD harus direvisi dan di validasi Kembali sebelum diuji cobakan ketahap selanjunta. b. Analisis Kepraktisan LKPD Hasil penilaian oleh peserta didik dan guru pada lembar kepraktisan dicari dengan cara berikut: 1. Memberikan skor untuk setiap item dengan jawaban 5 (sangat setuju), 4 (setuju), 3 (cukup setuju), 2 (kurang setuju), dan 1 (tidak setuju).

82 69 2. Menjumlahkan skor total tiap peserta didik dan guru untuk setiap aspek 3. Mencari rata-rata aspek dari semua peserta didik dan guru 4. Pemberian nilai kepraktisan dengan rumus berikut: Keterangan: P = skor rata-rata kepraktisan P = RAi = Skor rata-rata validitas aspek ke- i n = banyaknya aspek n i =1 RAi n 5. Mencocokkan rata-rata kepraktisan (P ) dengan kriteria kepraktisan LKPD Tabel 3.5 Kriteria Pengkategorian Kepraktisan LKPD Nilai Kategori X > 3,4 Sangat Praktis 2,8 < X 3,4 Praktis 2,2 < X 2,8 Cukup Praktis 1,6 < X 2,2 Kurang Praktis X 1,6 Tidak Praktis Windoyoko (2009) Hasil dari skor rata-rata kepraktisan yang didapatkan akan disesuaikan dengan kriteria yaitu: 1. Jika LKPD dikategorikan sangat praktis berarti bagian-bagian pada LKPD sangat dapat digunakan dengan baik tanpa ada kendala yang berarti 2. Jika LKPD dikategorigkan praktis berarti bagian-bagian pada LKPD dapat digunakan dengan baik tanpa ada kendala yang berarti dan perlu sedikit perbaikan.

83 70 3. Jika LKPD dikategorikan kurang praktis berasrti bagian-bagian pada LKPD kurang dapat digunakan dengan baik tanpa ada kendala yang berarti dan perlu banyak perbaikan. 4. Jika LKPD dikategorikan tidak praktis berarti bagian-bagian pada LKPD tidak dapat digunakan dengan baik tanpa ada kendala yang berarti dan perlu pergantian. 5. Jika nilai rata-rata kepraktisan (P < 3) maka LKPD harus direvisi dan divalidasi Kembali sebelum diuji cobakan ketahap selanjutnya: c. Analisis Efektifitas LKPD berbasis literasi sains untuk meningkatkan hasil belajar dikatakan efektif apabila: 1. Hasil penilaian oleh peserta didik pada lembar angket aktivitas peserta didik dengan rumus: Keterangan: A siswa = A = skor rata-rata aktivitas peserta didik Ai = Skor rata-rata validitas aspek ke- i n = banyaknya aspek n i =1 Ai n 2. Hasil penilaian pada lembar aktivitas guru, digunakan rumus: Keterangan: A guru = n i =1 Ai n

84 71 A = skor rata-rata aktivitas guru Ai = Skor rata-rata validitas aspek ke- i n = banyaknya aspek 3. Pemberian nilai rata-rata aktivitas digunakan rumus: A = A siswa+ A guru 2 Keterangan: A = skor rata-rata aktivitas A siswa = Skor rata-rata aktivitas guru A guru = nilai rata-rata aktivitas guru 4. Pemberian nilai rata-rata respon peserta didik digunakan rumus: R = n i=1 Ri n Keterangan: R = nilai rata-rata respon peserta didik Ri = Nilai rata-rata respon peserta didik ke - i n = banyak siswa 5. Pemberian nilai rata-rata hasil belajar peserat didik digunakan rumus: H = n i=1 Hi n Keterangan: H = nilai rata-rata hasil belajar peserta didik Hi = Nilai hasil belajar peserta didik ke - i

85 72 n = banyak siswa 6. Pemberian nilai rata-rata efektifitas digunakan rumus: E = ( A x 30%)+(R x 30%)+( H x 40%) 100% Keterangan: E = nilai rata-rata efektifitas A = nilai rata-rata aktivitas R = nilai rata-rata respon peserta didik H = nilai rata-rata hasil belajar siswa Tabel 3.6 Kriteria Pengkategorian Keefektifan LKPD Nilai Kategori X > 3,4 Sangat Efektif 2,8 < X 3,4 Efektif 2,2 < X 2,8 Cukup Efektif 1,6 < X 2,2 Kurang Efektif X 1,6 Tidak Efektif Windoyoko (2009) Hasil penilaian efektivitas rata-rata disesuaikan dengan kriteria sebagai berikut: 1. Jika LKPD ternyata sangat efektif, berarti LKPD dapat memaksimalkan aktivitas, reaksi dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. 2. Jika LKPD ternyata efektif, berarti LKPD dapat memaksimalkan aktivitas, reaksi, dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran dan memerlukan beberapa perbaikan. 3. Jika LKPD ternyata

86 73 kurang efektif, berarti LKPD belum mampu memaksimalkan aktivitas, respon, dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran dan memerlukan perbaikan yang signifikan. 4. Jika LKPD ternyata tidak efektif, berarti proses pembelajaran tidak dapat memaksimalkan aktivitas, reaksi, atau hasil belajar siswa dan perlu diganti. d. Analisis Hasil Belajar Instrumen ini digunakan untuk menilai keefektifan pembelajaran yaitu nilai ratarata yang dicapai siswa setelah pembelajaran menggunakan LKPD. Instrumen berisikan soal Latihan untuk mengetahui daya serap peserta didik dalam pembelajaran dan implementasi LKPD yang digunakan untuk keefektifan hasil belajar peserta didik. Tabel 3.7 Konversi Nilai Hasil Belajar Nilai Kategori 0 Nilai 40 Sangat rendah 40 Nilai 60 Rendah 60 Nilai 75 Sedang 75 Nilai 85 Tinggi 85 Nilai 100 Sangat Tinggi Khabibah (2006) Tes yang diberikan pada penelitian ini ada dua yaitu pretest dan posttest. Pretest dan posttest dilakukan untuk menguji LKPD berbasis literasi sains dengan menggunakan uji N-Gain tujuannya untuk mengukur hasil belajar peserta didik setelah menggunakan LKPD berbasis literasi sains dengan menggunakan rumus uji N-Gain.

87 74 Rumus uji N-Gain adalah sebagai berikut: N-Gain = Skor Posttest Skor Pretest Skor maksimal skor Pretest Tabel 3.8 Interpretasi N- Gain Nilai Kategori g 0,7 Tinggi 0,3 g < 0,7 Sedang g < 0,3 Rendah Sumber: Hake (1999)

88 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Penyajian Data Uji Coba Hasil pengembangan LKPD berbasis literasi sains untuk menumbuhkan hasil belajar siswa sekolah dasar dalam pembelajaran IPA akan diuraikan sebagai berikut: a. Tahap pendefinisian Tujuan tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran. Penentuan dan penetapan syarat-syarat pembelajaran diaguru dengan analisis tujuan. Hasil setiap kegiatan pada tahap pendefinisian diuraikan sebagai berikut. 1) Analisis Kurikulum Analisis kurikulum sangat penting dalam perencanaan pembuatan lembar kegiatan siswa. Guru harus mampu memilih materi-materi yang akan disajikan dengan tepat dalam menggunakan bahan ajar LKPD. Hal-hal yang menyangkut kurikulum termasuk perangkat pembelajaran harus diperhatikan terutama pada materi dan kompetensi yang harus dicapai dengan berpedoman pada kurikulum Karakteristik kurikulum 2013 dirancang untuk mempersiapkan pendidik dapat mengembangkan keterampilan yang dimiliki.

89 Berdasarkan uraian tersebut, maka untuk mengatasi masalah yang sejalan dengan tuntutan dan tantangan Kurikulum 2013, maka sebagai alternatif yang peneliti rancang adalah mengembangkan LKPD yang berbasis literasi sains untuk menumbuhkan hasil belajar siswa sekolah dasar dalam pembelajaran IPA dengan harapan dapat mengatasi berbagai masalah yang dihadapi guru kelas VI SD Negeri Mangkura 1 Makassar dan hambatan siswa dalam belajar khususnya dalam mempelajari materi rangkaian listrik, 2) Menyusun peta kebutuhan LKPD Langkah dalam menyusun peta kebutuhan LKPD ini menentukan kuantitas atau banyaknya LKPD yang diperlukan. Pada tahap ini juga ditentukan urutan-urutan LKPD agar dapat digunakan dengan baik, runtut dan tidak menimbulkan kebingungan. Analisis kurikulum dengan mengkaji kurikulum yang digunakan, yaitu Kurikulum 2013 (K13) agar LKPD yang dikembangkan ini, dapat digunakan oleh berbagai sekolah dan tidak terpatok pada kurikulum sekolah tertentu. Hal-hal yang dianalisis dalam kurikulum adalah kompetensi dasar yang diharapkan, dan indikator yang harus dicapai oleh siswa pada pokok bahasan rangkaian listrik. Jika analisis kurikulum sudah dilakukan maka penyusunan peta kebutuhan LKPD dapat lebih mudah dilakukan. Termasuk juga didalam penyusunan peta kebutuhan lembar kerja peserta didik adalah analisis sumber belajar yang akan diguankan dalam pembelajaran. Peta kebutuhan LKPD digambarkan sebagai berikut.

90 Table 4.1 Peta Kebutuhan LKPD Literasi sains No Kompetensi Dasar Menjelaskan cara menghasilkan, menyalurkan dan menghemat energi listrik 4.6 Menyajikan karya tentang berbagai cara lakukan penghematan energi dan usulan sumber alternatif energi listrik Indikator Mengidentifikasi cara menghasilkan energi listrik Melaporkan hasil pengamatan tentang cara menghasilkan energi listrik dengan benar Mengindentifikasi cara menghasilkan energi listrik Menuliskan hasil pengamatan tentang cara menghasilkan energi listrik 3) Menentukan Judul-judul LKPD berbasis literasi sains Judul LKPD biasanya ditentukan dan disesuaikan dengan tiap kompetensi yang akan dicapai. Jika terlalu luas maka dapat disesuaikan dengan tiap-tiap materi pokok yang diajarkan, dalam penentuan judul LKPD ini juga harus menentukan komponen penunjang LKPD lainnya seperti kompetensi inti, standar kompetensi, kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 4) Analisis Konsep Menurut Prastowo (2011) dalam menulis LKPD mempunyai Langkahlangkah sebagat berikut:

91 a) Merumuskan kompetensi dasar Kompetensi dasar dirumuskan dengan mengacu dari kurikulum yang dipakai, guru langsung mencantumkan kompetensi yang ada pada kurikulum dan perangkat pembelajaran ke dalam LKPD. b) Menentukan alat penilaian Penilaian perlu dilakukan dalam setiap pembelajaran, maka sangat perlu dalam LKPD dicantumkan alat penilaian yang digunakan. Penilaian ditentukan sesuai kebutuhan serta bentuk dan tujuan dari penggunaan LKPD. Perhatikan juga apakah perlu adanya pretest atau tidak jika ada tentu harus dicantumkan pada awal pada struktur LKPD tersebut nanti. c) Menyusun materi. Penyusunan materi jelas harus dilakukan dengan mengacu pada materi dan hal-hal apa saja yang harus disampaikan. Materi ditulis dari sumber belajar yang telah ditentukan sebelumnnya. Perlu diperhatikan juga seberapa dalam materi harus dicantumkan dalam LKPD, jika menggunakan sumber belajar lain seperti buku teks pelajaran atau lainnya maka materi yang dicantumkan dalam LKPD dapat secara umum dan informasi tambahan yang tidak terdapat dalam sumber belajr lain yang digunakan. d) Menyusun struktur LKPD Struktur bahan LKPD harus sangat diperhatikan, ini berkaitan dengan bagimana kemudahan dalam menggunakan LKPD tersebut nantinya. LKPD harus disusun secara baik, urut, dan tidak menimbulkan kebingungan dalam

92 penggunaannya. Struktur LKPD harus disusun urut yang setidaknya terdiri atas beberapa komponen yaitu judul, kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, uraian materi, dan tugas akhir 5) Spesifikasi Tujuan Kegiatan yang dilakukan pada spesifikasi tujuan pembelajaran dimaksudkan untuk merumuskan tujuan pembelajaran disesuaian kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai. Rumusan tujuan pembelajaran disajikan pada tabel 4.2 berikut Tabel 4.2 Spesifikasi Tujuan Pembelajaran LKPD Literasi sains No Kompetensi Dasar Menjelaskan cara menghasilkan, menyalurkan dan menghemat energi listrik 4.6 Menyajikan karya tentang berbagai cara lakukan penghematan energi dan usulan sumber alternatif energi listrik Indikator Mengindetifikasi cara menghasilkan energi listrik Tujuan Pembelajaran siswa mampu men uliskan informasi penting tentang cara menghasilkan energi listrik dengan tepat Siswa mampu menjelaskan cara menghasilkan energi listrik Siswa mampu mengindetifikasi cara

93 menghasilkan energi listrik Melaporkan hasil pengamatan tentang cara menghasilkan energi listrik dengan benar Siswa mampu melaporkan hasil melalui pengamatan model rangkaian listrik Mengindentifikasi cara menghasilkan energi listrik Siswa mampu mengidentifikasi cara menghasilkan energy listrik dengan benar No Kompetensi Dasar Indikator Menuliskan hasil pengamatan tentang cara menghasilkan energi listrik Tujuan Pembelajaran Siswa mampu menyimpulkan cara menghasilkan energi listrik dari lapor an hasil pengamatan tentang cara menghasilkan energi listrik b. Tahap Perancangan Berdasarkan analisis temuan pada studi pendahuluan, selanjutnya dibuat rancangan bahan ajar berupa LKPD berbasis Literasi sains untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Tujuan tahap ini adalah untuk menyipakan protipe bahan ajar LKPD literasi sains untuk meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran IPA. Tahap ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

94 1) Penyusunan Instrumen Penyusunan instrumen didasarkan pada produk LKPD berbasis literasi sains yang dijabarkan dalam indikator pencapaian kompetensi yang telah dilakukan ditahap pertama (define). Instrumen ini berfungsi sebagai instrument validasi untuk mengukur instrumen yang akan digunakan untuk penggunaan LKPD berbasis literasi sains di kelas VI UPT SPF SD Negeri Mangkura 1 Makassar. 2) Pemilihan media yang sesuai Media pembelajaran sebagai sarana, alat untuk mengefektiffkan proses transfer materi kepada siswa dapat memahami, menerima materi, menguasai materi dengan baik, jelas, mudah, sehingga proses belajar mengajar berlangsung dengan baik. Media yang dimaksud adalah LKPD disesuaikan dengan kompetensi dasar, indikator, dan materi pokok, gambar yang disajikan disesuaikan dengan karakteristik dan kehidupan sehari-hari siswa sehingga tujuan pembelajaran tercapai sesuai indikator. 3) Pemilihan format Penulisan Pemilihan format dilakukan dengan mengkaji format-format bahan ajar LKPD berbasis literasi sains dalam menumbuhkan hasil belajar dalam pembelajaran IPA meliputi LKPD. Bahan ajar dalam pengembangan ini disajikan buku, bentuk huruftimes roman 12, Judul utama Times Roman 24, gambar yang digunakan adalah gambar rangkaian listrik yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari siswa.

95 4) Rancangan awal LKPD Tahap perancangan ini, peneliti sudah membuat produk awal (prototype) atau rancangan produk. Tahap ini dilakukan untuk membuat LKPD sesuai konseptual model dan bahan ajar berbasis literasi sains materi energi listrik dan mensimulasikan bahan ajar LKPD berbasis literasi sains. Adapun struktur pengembangan LKPD yang dipakai dalam penelitian ini yaitu struktur penyusunan LKPD menurut Prastowo (2011) disajikan sebagai berikut: (1) Bagian Pendahuluan a) Judul: Lembar Kerja Peserta Didik Berbasis Literasi sains untuk meningkatkan Hasil belajar siswa pada energi listrik tema globalisasi Kelas V SD/MI" b) Daftar Tujuan Kompetensi Daftar tujuan kompetensi memuat kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran. (2) Bagian Inti Bagian inti dalam model pengembangan ini terdiri beberapa elemen yaitu: a) Uraian Materi Uraian materi berisi materi pengantar untuk mempelajari setiap kegiatan belajar. Setetah disajikan uraian materi di dalam LKPD berbasis literasi sains

96 yang dimulai dengan memberikan suatu percobaan dimana masalah yang disajikan merupakan masalah energi listrik. b) Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran pada bahan ajar LKPD berbasis literasi sains dalam pembelajaran IPA disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.3 Kegiatan Pembelajaran LKPD berbasis literasi sains Kegiatan pembelajaran Memahami masalah Mengembangkan Strategi pemecahan masalah Menerapkan strategi dengan tepat Memeriksa Jawaban Deskripsi Kegiatan Siswa harus dapat menentukan dengan jeli apa yang diketahui dan apa yanq di tanyakan untuk memecahkan suatu masalah Siswa dikondisikan untuk memiliki strategi pemecahan pengalaman menerapkan berbagai macam strategi atau metode pemecahan masalah Siswa perlu mengecek langkah proses pemecahan masalah, apakah masingmasing langkah sudah benar Setelah mendapatkan jawaban dari suatu masalah, pengecekan atau melihat Kembali jawaban adalah suatu yang sangat penting Sumber: Polya (2002) c) Bagian Penutup Bagian penutup dalam model pengembangan ini adalah tes akhir. Tes akhir merupakan tes untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran

97 IPA setelah menggunakan LKPD berbasis literasi sains. Tes ini berupa soalsoal yang mencakup semua indikator. c. Tahap Pengembangan Tahap pengembangan bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar LKPD yang sudah direvisi berdasarkan masukan dari validator materi, konstruksi, dan bahasa Adapun langkah-langkah dalam tahap pengembangan sebagai berikut: 1) Validasi Instrumen Validasi dilakukan untuk mengatahui kelayakan suatu instrumen penelitian adapun instrumen penelitian yang divalidasi adalah lembar materi, konstruksi, bahasa, efektivitas, kepraktisan, respon siswa, respons guru, aktivitas siswa, dan lembar aktivitas guru. Instrumen diisi oleh 2 orang pakar dibidang masing-masing yaitu 1 orang pengembangan, dan 1 orang Pendidikan IPA. Adapun hasil validasi dijabarkan sebagai berikut: a) Hasil Validasi LKPD (1) Validitas Materi Untuk mengetahui validitas materi dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.4 Validitas Materi No Pernyataan Skor n 1 = 1 V 1 V 2 V 3 n RAi 1 P P ,7 V Kriteria Sangat Valid Sangat Valid

98 3 P ,7 4 P P Jumlah ,4 Rata-Rata ,6 3,9 Sumber: Data primer 2022 Sangat Valid Sangat Valid Sangat Valid Sangat Valid Berdasarkan tabel di alas yang diperoleh pada lembar validasi materi dianalisis kriteria yang telah ditentukan dapat disimpulkan sebagai berikut: (a) Materi yang disajikan pada LKPD sesuai dengan kompetensi dasar. Dengan nilai 4 dalam kriteria Sangat Valid". Berarti disajikan pada LKPD layak digunakan. (b) Urutan materi pada LKPD sesuai dengan kompetensi dasar. Dengan nilai 3,7 dalm kriteris Sangat Valid.Berarti urutan penyajianpada LKPD telah tepat. (c) Materi disajikan secara sistematis yaitu dari mudah ke sukar sesuai tujuan pembelajaran yaitu penemuan konsep. Dengan nilai 3,7 dalam kriteria Sangat Valid. Berarti penyajian materi pada LKPD sudah sistematis (d) Konsep materi yang dibahas dalam LKPD ini benar. Dengan nilai 4 dalam kriteria Sangat Valid". Berarti konsep-konsep yang disajikan dalam LKPD telah tepat.

99 (e) Soal-soal pada LKPD ini sesuai dengan kompetensi dasar. Dengan nilai 4 dalam kriteria 'Sangat Valid. Berarti soal-soal dalam LKPD dapat mengukur pemahaman siswa. Analisis kevalidan berdasarkan data pengisian instrumen oleh uji ahli materi menunjukkan bahwa Draf I LKPD yang telah diperbaiki berdasarkan materi revisi dinilai dengan skor rata-rata 3,8 yaitu Sangat Valid. (2) Validitas Konstruksi Untuk mengetahui validitas konstruksi dapat dilihat pada tabel berikut. No 1 P1 2 P2 Pern yataa n Tabel 4.5 Hasil Validitas Konstruksi Jawaban Skor V 1 V 2 V 3 V 1 V 2 V P3. A P3. B P3. C P3. D P4. A P4. B P4. C P4. D P No 6 P6 Perny ataan n 1 = 1 RAi n , ,75 3, ,5 3,83 3, ,75 3, Jawaban Skor n 1 = 1 RAi V V 1 V 2 V 3 V 1 V 2 V 3 n V Kriteria Sangat Valid Sangat Valid Sangat Valid Sangat Valid Sangat Valid Kriteria Sangat valid Jumlah 23,5 22, ,25 23,42-3,92 3,79 4 3,90 Sangat Rata-Rata Valid

100 Sumber: Data primer 2022 Berdasarkan tabel diatas yang diperoleh pada lembar validasi konstruksi dianalisis dengan kriteria yang telah ditentukan dapat disimpulkan sebagai berikut. (1) LKPD sesuai dengan tujuan yaitu penemuan konsep dan membuat siswa aktif. Dengan nilai 3,67 dalam kriteria Sangat Valid. Berarti aktivitas dalam LKPD mengaktifkan siswa dalam proses penemuan konsep. (2) LKPD sesuai dengan tujuan yaitu memudahkan siswa untuk memahami materi yang disajikan. Dengan nilai 4 dalam kriteria Valid. Berarti Aktivitas dalam LKPD mempermudahkan siswa dalam memahami materi. (3) LKPD sesuai dengan struktur LKPD yang ditetapkan. Dengan nilai 3,83 dalam kriteria Valid. Berarti Format LKPD yang dirancang mempermudah siswa dalam memahami materi. (4) Konsep materi yang dibahas dalam LKPD ini benar. Dengan nilai 3,63 dalam kriteria Valid. Berati konsep materi LKPD ini benar. (5) Penampilan LKPD menarik yaitu adanya kombinasi antara huruf, gambar dan warna yang sesuai. Dengan nilai 4 dalam kriteria Sangat Valid. Berarti LKPD membuat siswa tertarik untuk menggunakan LKPD. (6) Langkah-langkah pada LKPD membimbing siswa untuk memecahkan masalah dan menyimpulknn suatu konsop. Dengan nilai 4 dalam katana "Valid". Beraiti LKPD sesuai dengan metode pemecahan masalah.

101 Anahsis kevalidan berdasarkan data pengisian instrumen nleh uji jhli konstruksi menunjukkan bahwa Draft I yang telah diperbaiki berdasarkan materi revisi dinilai dengan skor rata-rata 3,90 yaitu Sangat Valid. (3) Validitas Bahasa Untuk mengetahui validitas bahasa dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.6 Hasil Validitas Bahasa No Pernyataan Skor n 1 = 1 RAi V 1 V 2 V 3 n V Kriteria 1 P Sangat Valid 2 P Sangat Valid 3 P Sangat Valid 4 P ,67 Valid 5 P Sangat Valid 6 P ,67 Sangat Valid Jumlah ,34 - Rata-Rata 3, ,67 3,89 Sangat Valid Sumber: Data primer 2022 Berdasarkan data yang di peroleh pada table lembar Validasi Bahasa dianalisis dengan kriteria yang telah di tentukan dapat disimpulkan sebagai berikut (1) LKPD terlihat dengan jelas sesuai dengan tujuan LKPD. Dengan nilai 4 dalam kriteria Sangat Valid". Berarti tulisan LKPD terlihat dengan jelas.

102 (2) Tulisan LKPD menggunakan huruf yang mudah dibaca sesuai dengan tujuan LKPD. Dengan nilai 4 dalam kriteria Sangat Valid. Berarti LKPD menggunakan jenis huruf yang mudah dibaca. (3) LKPD menggunakan bahasa sesuai dengan tingkat pemikiran siswa. Dengan nilai 4 dalam kriteria "Valid. Berarti bahasa dalam LKPD telah tepat. (4) LKPD ini menggunakan kalimat yang sederhana, jelas dan mudah dipahami. Dengan nilai 3,67 dalam kriteria Sangat Valid. Berarti kalimat dalam LKPD baik. (5) LKPD menggunakan bahasa sesuai dengan aturan Bahasa Indonesia yang baik. Dengan nilai 4 dalam kriteria Valid. Berarti aturan penulisan pada LKPD telah baik. (6) Gambar pada LKPD pada LKPD sesuai dengan tujuan LKPD yaitu penemuan konsep dan dapat dilihat dengan jelas. Dengan nilai 3,67 dalam kriteria Sangat Valid. Berarti gambar memitiki makna dan dapat dengan jelas. Analisis kevalidan berdasarkan data pengisian instrument oleh validator ahli bahasa menunjukkan bahwa Draft I yang telah diperbaiki berdas materi revisi dinilai dengan skor rata-rata 3,90 yaitu Sangat Valid. Hasil validasi dari ketiga bagian yaitu materi, konstruksi, dan bahasa dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut.

103 v = v = n I=1 RAi n 3,9 + 3,90 + 3,89 3 v = 11,69 3 v = 3, 90 Berdasarkan rumus hasil anaiisis data validasi di atas diperoleh skor 3,90 Skor tersebut menghasilkan nilai Sangat Valid berdasarkan kriteria yang telah dibuat. Ini berarti LKPD layak digunakan sebagai media pembelajaran baik dari segi materi, konstruksi, dan Bahasa 2) Hasil Lembar Kepraktisan LKPD yang dikembangkan. a) Hasil Validasi Kepraktisan LKPD Tabel 4.7 Hasil Analisis No Pernyataan Skor V 1 V 2 V 3 n 1 = 1 RAi n P Kriteria Petunjuk penggunaan LKPD membantu dalam menggunakan LKPD LKPD memiliki tulisan yang mudah dibaca LKS memiliki warna yang cocok untuk dilihat Sangat Praktis Sangat Praktis Sangat Praktis

104 LKPD memiliki gambar 4 yang menyampaikan pesan/isi yang sesuai dengan materi Kotak info pada LKPD 5 memudahkan dalam menemukan konsep Isi LKPD sangat 6 membantu memahami materi Latihan di akhir materi 7 membuat tertantang untuk menyelesaikan dengan baik 8 Meningkatkan minat dan motivasi belajar 9 Secara umum LKPD mudah untuk digunakan 10 Penampilan LKPD menarik Jumlah Rata-Rata Sumber: Data primer , ,67 Sangat Praktis Sangat Praktis Sangat Praktis Sangat Praktis ,67 Sangat Praktis Sangat Praktis Sangat Praktis ,01-4 3,7 4 11,7 3,90 Sangat Praktis Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa hasil validasi kepraktisan LKPD oleh validator menyatakan bahwa produk kepraktisan dalam kategori praktis rata-rata dan sesua aspek penilaian mencapai 3,90. Berarti LKPD dapat digunakan dengan baik. b) Hasil Validasi Kepraktisan Respons Siswa terhadap LKPD Tabel 4.8 Hasil Analisis Kepraktisan Respons Siswa terhadap LKPD No Pernyataan Skor n 1 = 1 RAi V 1 V 2 V 3 n P Kriteria

105 1 Petunjuk penggunaan Sangat LKPD membantu dalam Valid menggunakan LKPD 2 LKPD memiliki tulisan Sangat yang mudah dibaca Valid 3 LKS memiliki warna Sangat ,67 yang cocok untuk dilihat Praktis LKPD memiliki gambar 4 yang menyampaikan Sangat ,67 pesan/isi yang sesuai Praktis dengan materi 5 Kotak info pada LKPD Sangat memudahkan dalam Valid menemukan konsep 6 Isi LKPD sangat Sangat membantu memahami Valid materi Latihan di akhir materi 7 membuat tertantang Sangat untuk menyelesaikan Valid dengan baik 8 Meningkatkan minat 4 Sangat dan motivasi belajar Valid 9 Secara umum LKPD Sangat mudah untuk digunakan Valid 10 Penampilan LKPD Sangat menarik Valid Jumlah ,34 - Rata-Rata 3,9 3,9 4 11,8 3,93 Sangat Valid Sumber: Data primer 2022 Berdasarkan table di atas menunjukkan bahwa hasil validasi kepraktisan respons siswa terhadap LKPD oleh validator menyatakan bahwa produk kepraktisan berada dalam kategori sangat praktis karena rata-rata dan semua aspek penilaian mencapai nilai 3,93. Berarti LKPD sangat dapat digunakan dengan baik.

106 c) Hasil Validasi Kepraktisan Respons Guru terhadap LKPD Tabel 4.9 Hasil Analisis Lembar Kepraktisan Respons Guru terhadap LKPD No Pernyataan Skor n 1 = 1 RAi V 1 V 2 V 3 n P Kriteria 1 Petunjuk penggunaan Sangat LKPD membantu dalam Valid menggunakan LKPD 2 LKPD memiliki tulisan Sangat yang mudah dibaca Valid 3 LKS memiliki warna Sangat yang cocok untuk dilihat Valid LKPD memiliki gambar 4 yang menyampaikan Sangat pesan/isi yang sesuai Valid dengan materi 5 Kotak info pada LKPD Sangat memudahkan dalam ,67 Praktis menemukan konsep 6 Isi LKPD sangat Sangat membantu memahami ,67 Praktis materi Latihan di akhir materi 7 membuat tertantang Sangat untuk menyelesaikan Valid dengan baik 8 Meningkatkan minat dan Sangat motivasi belajar Valid 9 Secara umum LKPD Sangat mudah untuk digunakan Valid 10 Penampilan LKPD Sangat menarik Valid Jumlah ,34 - Rata-Rata 3,8 4 7,8 3,93 Sangat Valid Sumber: Data primer 2022 Berdasarkan tabet di atas menunjukkan bahwa hasil validasi kepraktisan respons guru terhadap LKPD oleh validator menyatakan bahwa

107 produk kepraktisan berada dalam kategori sangat praktis karena rata-rata dari semua aspek penilaian mencapai nilai 3,93. Berarti LKPD sangat layak digunakan dengan baik. Analisis kepraktisan berdasarkan data pengisian instrumen oleh validator ahli kepraktisan menunjukkan bahwa Draft II yang telah diperbaiki berdasarkan kepraktisan LKPD, kepraktisan respons siswa terhadap LKPD, dan kerpraktisan respons guru terhadap LKPD dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut. P = P = n I=1 RAi n 3,90 + 3,93 + 3,93 3 P = 11,76 3 P = 3, 92 Berdasarkan rumus hasil analisis data validasi kepraktisan di atas diperoleh skor 3,92. Skor tersebut menghasilkan nilai Sangat Praktis berdasarkan kriteria yang telah dibuat. Ini berarti LKPD layak digunakan sebagai bahan ajar baik dari segi kepraktisan LKPD, kepraktisan respons siswa terhadap LKPD. dan kepraktisan respons guru terhadap LKPD. d) Hasil Validitas Efektifitas (1) Hasil Validitas Observasi Akivitas Siswa Tabel 4.10 Hasil Validitas Observasi Aktivitas Siswa

108 No Pernyataan V 1 V 2 V 3 Skor Petunjuk lembar pengamatan dinyatakan jelas Kriteria penilaian dinyatakan jelas Penggunaan bahasa ditinjau dari kaidah bahasa Indonesia yang baku Sifat komunikatif bahasa yang digunakan Kejelasan petunjuk/arahan/koment ar dan penyelesaian masalah Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimenaerti Rata- Rata , , Kriteria Sangat Efektif Sangat Efektif Sangat Efektif Sangat Efektif Sangat Efektif Sangat Efektif Jumlah ,34 - Rata-Rata 3,83 3, ,67 3,89 Sumber: Data primer 2022 Sangat Efektif Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa hasil validasi obsetvasi aktivitas siswa oleh validator menyatakan bahwa aktivitas siswa berada dalam kategori sangat efektif karena rata-rata dari semua aspek penilaian mencapai nilai 3,89. Berarti LKPD layak digunakan dengan sangat baik. (2) Hasil Validitas Observasi Akivitas Guru Tabel 4.11 Hasil Validitas Observasi Aktivitas Siswa No Pernyataan V 1 V 2 V 3 Skor 1 Petunjuk lembar pengamatan dinyatakan jelas Rata- Rata Kriteria Sangat Efektif

109 Kriteria penilaian dinyatakan jelas Penggunaan bahasa ditinjau dari kaidah bahasa Indonesia yang baku Sifat komunikatif bahasa yang digunakan ,67 Kejelasan petunjuk/arahan/koment ar dan penyelesaian ,67 masalah Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimenaerti Jumlah ,34 - Rata-Rata 3,83 3, ,67 3,89 Sumber: Data primer 2022 Sangat Efektif Sangat Efektif Sangat Efektif Sangat Efektif Sangat Efektif Sangat Efektif Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa hasil validasi lembar keaktivan guru oleh validator menyatakan bahwa berada dalam kategori sangat efektif karena rata-rata dari semua aspek penilaian mencapai nilai 3,89. Berarti LKPD sangat dapat digunakan dengan sangat baik. d. Tahap penyebaran Media penyebaran yang digunakan mempromosikan produk yang dihasilkan adalah kolokium online, publikasi jurnal LKPD berbasis literasi sains dan ISBN/HAKI LKPD berbasis literasi sains untuk meningkatkan hasil belajar IPA kelas VI SD pada materi energi listrik tema globalisasi dalam pembelajaran IPA. 2. Uji Coba Terbatas

110 Bahan ajar LKPD dilakukan uji coba terbatas di kelas VI SD Negeri Mangkura 1 Makassar. Pengamat terdiri atas 2 orang masing-masing guru tempat penelitian. Uji coba terbatas terhadap penggunaan LKPD sebanyak 6 siswa dalam kelompok kecil dilakukan untuk mengetahui hasil, belajar, respons siswa, dan respons guru terhadap penggunaan LKPD. Pretest hasil belajar IPA siswa sebelum menggunakan LKPD dalam proses pembelakaran diperoleh nilai rata-rata keseluruhan adalah 52 dan berada pada interval 40 Nilai 60 dengan kategori rendah. Hasil posttest husil belajar IPA siswa setelah menggunakan LKPD dalam proses pembelajaran diperoleh nilai rata-rata keseluruhan adalah 79 dan berada pada interval 75 Nilai 85 dengan kategori tinggi. Berdasarkan hasil perolehan pretest dan posttest pada uji coba kelompok dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa diperoleh nilai N-Gain pada table sebagai berikut: Tabel 4.12 Rata-rata N-Gain Ternormalisasi Hasil Belajar IPA Tahap uji coba Rata-rata Kategori Uji coba kelompok 0.75 Sedang Sumber: Data primer 2022 Berdasarkan sajian data Tabel 4.12 diketahui bahwa hasil pretest dan posttest dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa menggunakan LKPD dalam proses pembelajaran berada pada rata-rata 0,75 atau 75% dan dinyatakan dalam kategori tinggi.

111 Tabel 4.13 Hasil pengamatan Respons Siswa pada tahap uji coba No Nama Inisial Rata-rata Respon Siswa 1 MT 3,7 2 IA 3,3 3 IZ 3,4 4 NM RA 3,5 6 KF 3,7 Jumlah 21,1 Rata-Rata 3,51 Sumber: Data primer 2022 Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa rata-rata respon siswa terhadap penggunaan LKPD adalah 3,51 dengan kategori baik LKPD sudah layak digunakan dengan sedikit revisi. Tabel 4.14 Hasil Pengamatan Respons Guru pada tahap uji coba LKPD No Aspek Rata-rata Respons Guru 1 A1 4 2 A A3 4 4 A A A6 4 7 A7 4 8 A A A Sumber Data Primer 2022 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata respons guru terhadap penggunaan LKPD adalah 3,75 dengan kategori baik. Respons

112 guru terhadap LKPD yang digunakan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran sudah tayak digunakan sedikit revisi. 3. Revisi Produk LKPD Revisi produk atau instrumen penelitian direvisi berdasarkan uji -oba produk dan masukan dari guru dan validator. Adapun produk LKPD yang direvisi adalah instrumen materi dan konstruksi dalam pelaksanaan bahan ajar pembelajaran LKPD. a) Instrumen validasi materi Data hasil diskusi tanya jawab dengan ahli materi pada uji validitas menunjukkan bahwa LKPD yang divalidasi sudah cukup baik dan menarik dengan menyajikan beberapa gambar, hanya saja masih memerlukan sedikit revisi dalam pengetikan posisi nomor (gunakan agar lebih rapi). Validitas materi pada LKPD dengan judul Energi Listrik Tema Globalisasi, berkaitan dengan perumusan indikator LKPD. Perumusan Indikator harus diturunkan dari kompetensi dasar dalam silabus. b) Instrumen Validasi Materi

113 Gambar. 4.1 Sampul LKPD Sebelum Revisi Gambar: 4.2 Sampul LKPD Sesudah Revisi Berdasarkan gambar 4.1 LKPD sebelum revislpi adalah LKPD sebelumnya diberi nama LKPD Berbasis Literasi Sains untuk meningkatkan kreatifitas berfikir kritis siswa sehingga butuh direvisi menjadi LKPD berbasis literasi sains sesuai isi penelitian. Adapun revisi lainnya adalah pemberian

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi kunci penting dalam menghadapi tantangan di masa depan. Untuk itu, pendidikan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan untuk mengembangkan dan menggali potensi yang dimiliki oleh manusia untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkompeten.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang

BAB I PENDAHULUAN. Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang mendorong para peserta didik untuk mendapatkan prestasi terbaik. Pendidikan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan kehidupan suatu bangsa sangat ditentukan oleh pendidikan. Pendidikan yang tertata dengan baik dapat menciptakan generasi yang berkualitas, cerdas, adaptif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ayu Eka Putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ayu Eka Putri, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan harus dapat mengarahkan peserta didik menjadi manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan manusia terdidik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. martabat manusia secara holistik. Hal ini dapat dilihat dari filosofi

BAB I PENDAHULUAN. martabat manusia secara holistik. Hal ini dapat dilihat dari filosofi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses sistematis untuk meningkatkan martabat manusia secara holistik. Hal ini dapat dilihat dari filosofi pendidikan yang intinya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan seseorang. Melalui pendidikan seseorang akan memiliki pengetahuan yang lebih baik serta dapat bertingkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia harus menapaki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sangat membantu proses perkembangan di semua aspek kehidupan bangsa. Salah satunya adalah aspek

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEMAMPUAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DITINJAU DARI ASPEK-ASPEK LITERASI SAINS

IDENTIFIKASI KEMAMPUAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DITINJAU DARI ASPEK-ASPEK LITERASI SAINS IDENTIFIKASI KEMAMPUAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DITINJAU DARI ASPEK-ASPEK LITERASI SAINS Suciati 1, Resty 2, Ita.W 3, Itang 4, Eskatur Nanang 5, Meikha 6, Prima 7, Reny 8 Program Studi Magister

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Pendidikan nasional, sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam

BAB I PENDAHULUAN. khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam aspek kehidupan manusia termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikir seseorang untuk selalu melakukan inovasi dan perbaikan dalam segala aspek

BAB I PENDAHULUAN. pikir seseorang untuk selalu melakukan inovasi dan perbaikan dalam segala aspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses perubahan tingkah laku dan kemampuan seseorang menuju arah kemajuan dan peningkatan. Pendidikan dapat mengubah pola pikir seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya merupakan syarat mutlak bagi pengembangan sumber daya manusia dalam menuju masa depan yang lebih baik. Melalui pendidikan dapat dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi aspek yang paling berpengaruh dalam upaya membentuk generasi bangsa yang siap menghadapi masalah-masalah di era globalisasi. Namun, kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sains dan teknologi adalah suatu keniscayaan. Fisika adalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sains dan teknologi adalah suatu keniscayaan. Fisika adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika adalah pondasi penting dalam pengembangan sains dan teknologi. Tanpa adanya pondasi fisika yang kuat, keruntuhan akan perkembangan sains dan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha sadar untuk membekali warga negara agar menjadi warga negara yang memiliki kecerdasan dan kepribadian yang baik. Hal tersebut sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan kesesuaian antara kompetensi baru dengan kebutuhan. pengetahuan untuk kepentingan proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan kesesuaian antara kompetensi baru dengan kebutuhan. pengetahuan untuk kepentingan proses pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat pesat. Sejalan dengan hal tersebut, telah muncul kompetensi abad 21. Menurut Menteri Pendidikan

Lebih terperinci

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya setiap individu wajib menempuh pendidikan di lembaga formal maupun lembaga non formal. Sesuai dengan yang diperintahkan oleh pemerintah

Lebih terperinci

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini disampaikan pendahuluan penelitian yang meliputi latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum dapat dipahami bahwa rendahnya mutu Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa Indonesia saat ini adalah akibat rendahnya mutu pendidikan (Tjalla, 2007).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan Penjelasannya, Pasal 3.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan Penjelasannya, Pasal 3. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting bagi masyarakat, baik masyarakat umum maupun masyarakat belajar, pendidikan juga mempunyai peranan yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for

BAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan Kemampuan IPA peserta didik Indonesia dapat dilihat secara Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for Economic Cooperation and Development)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Di era globalisasi saat ini menuntut setiap manusia agar dapat bersaing untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, berbagai masalah dan tantangan dalam segala aspek

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Berpikir merupakan kemampuan alamiah yang dimiliki manusia sebagai pemberian berharga dari Allah SWT. Dengan kemampuan inilah manusia memperoleh kedudukan mulia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah membawa perubahan hampir di semua aspek kehidupan manusia, dimana berbagai permasalahan hanya dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kalau kita cermati saat ini pendidikan di Indonesia masih jauh dari harapan yang diinginkan, apalagi harapan yang dituangkan dalam Undangundang Nomor 20 Tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh pengetahuan (Knowledge acquisition), mengembangkan kemampuan/ keterampilan (Skills development), sikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sistem pendidikan nasional merupakan satu kesatuan utuh

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sistem pendidikan nasional merupakan satu kesatuan utuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sistem pendidikan nasional merupakan satu kesatuan utuh seluruh komponen pendidikan yang saling terkait dan terpadu, serta bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global sekarang ini menuntut individu untuk berkembang menjadi manusia berkualitas yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembenahan di segala bidang termasuk bidang pendidikan. Hal ini juga dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. pembenahan di segala bidang termasuk bidang pendidikan. Hal ini juga dilakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Majunya suatu negara sangat ditentukan oleh majunya pendidikan di negara tersebut. Pada era globalisasi saat ini, seluruh negara di dunia berusaha melakukan pembenahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana atau wahana yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun kewajiban sebagai warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fisika merupakan salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Fisika berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga fisika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia diera global seperti saat ini menjadi kebutuhan yang amat menentukan bagi masa depan seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, penanganan, dan prioritas secara intensif baik oleh

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, penanganan, dan prioritas secara intensif baik oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan masa depan bangsa, karena dari pendidikan diharapkan mampu memberdayakan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas suatu bangsa dan negara sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya. Setiap bangsa yang ingin berkualitas selalu berupaya untuk meningkatkan tingkat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih berkualitas. Dalam menciptakan SDM yang berkualitas tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih berkualitas. Dalam menciptakan SDM yang berkualitas tidak terlepas 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan era globalisasi menuntut sumber daya manusia (SDM) yang lebih berkualitas. Dalam menciptakan SDM yang berkualitas tidak terlepas dari peran pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasil observasi atau eksperimen di samping penalaran. 2 Matematika adalah

BAB I PENDAHULUAN. hasil observasi atau eksperimen di samping penalaran. 2 Matematika adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan matematika memiliki sifat khas yang berbeda dari ilmu pengetahuan yang lain. Ilmu matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio (penalaran),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS PESERTA DIDIK SMP PADA TEMA LIMBAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

2015 PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS PESERTA DIDIK SMP PADA TEMA LIMBAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Literasi sains adalah kemampuan seseorang untuk memahami sains, dan kemampuan seseorang untuk menerapkan sains bagi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sukmadinata (2004: 29-30) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sukmadinata (2004: 29-30) bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecakapan hidup atau life skills mengacu pada beragam kemampuan yang diperlukan untuk menempuh kehidupan yang penuh kesuksesan dan kebahagiaan, seperti kemampuan

Lebih terperinci

mengembangkan kemampuan baik kognitif, keterampilan (skill), serta sikap sosialnya terhadap manusia lain, lingkungan dan teknologi. Ace Suryadi (2014:

mengembangkan kemampuan baik kognitif, keterampilan (skill), serta sikap sosialnya terhadap manusia lain, lingkungan dan teknologi. Ace Suryadi (2014: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan di abad 21 menjadikan manusia dituntut untuk semakin mengembangkan kemampuan baik kognitif, keterampilan (skill), serta sikap sosialnya terhadap manusia lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini pembelajaran di sekolah harus bervariasi agar bisa menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dimana siswa dapat tertarik pada

Lebih terperinci

R PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF LITERASI SAINS UNTUK PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA BIOTEKNOLOGI DI BIDANG PRODUKSI PANGAN

R PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF LITERASI SAINS UNTUK PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA BIOTEKNOLOGI DI BIDANG PRODUKSI PANGAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pendidikan nasional Indonesia secara umum adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya dalam bentuk pola pikir. Sebagai proses transformasi, sudah barang tentu

BAB I PENDAHULUAN. budaya dalam bentuk pola pikir. Sebagai proses transformasi, sudah barang tentu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses transformasi budaya dari generasi ke generasi berikutnya, baik yang berbentuk ilmu pengetahuan, nilai, moral maupun budaya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup global, setiap tahun pada bulan April diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup global, setiap tahun pada bulan April diselenggarakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lingkup global, setiap tahun pada bulan April diselenggarakan sebuah kampanye global bertajuk "Education for All" atau "Pendidikan untuk Semua". Kampanye "Education

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan pengamatan melalui langkah-langkah metode ilmiah dan proses

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI GERAK DI SMP NEGERI 27 BANJARMASIN

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI GERAK DI SMP NEGERI 27 BANJARMASIN PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI GERAK DI SMP NEGERI 27 BANJARMASIN Mauizatil Rusjiah, M. Arifuddin J, dan Andi Ichsan M Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Yunius, Siti Nuryanti, dan Yusuf Kendek Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai salah satu unsur kehidupan berperan penting dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk mengembangkan potensi diri dan sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pada sub bab ini, peneliti akan membahas mengenai teori - teori yang berkaitan dengan variabel yang sudah ditentukan. Adapaun teori yang berkaitan dengan variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan dunia global menuntut kesiapan bagi bangsa Indonesia untuk membentuk generasi muda penerus bangsa yang memiliki dedikasi tinggi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat sentral dalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM). Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat sentral dalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM). Pendidikan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan menjadi ukuran utama suatu bangsa dikatakan sebagai bangsa yang memiliki kesejahteraan tinggi, karena pendidikan memiliki peranan yang sangat sentral dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan suatu bangsa. Dengan landasan pemikiran tersebut, pendidikan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA Model Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses memproduksi sistem nilai dan budaya kearah yang lebih baik, antara lain dalam pembentukan kepribadian, keterampilan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang sangat besar, terutama pendidikan di tingkat dasar dan menengah. Pendidikan ditujukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari gejala-gejala alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan berupa fakta, konsep,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20, 2003, h. 4).

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20, 2003, h. 4). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. semua potensi, kecakapan, serta karakteristik sumber daya manusia kearah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. semua potensi, kecakapan, serta karakteristik sumber daya manusia kearah yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik sumber daya manusia kearah yang positif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Syah, 2008). Pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Syah, 2008). Pendidikan formal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya, dengan demikian akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orang membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Undang- Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

Lebih terperinci

Keberhasilan suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa komponen. Dalam prosesnya, siswa dituntut untuk meningkatkan kompetensinya dengan

Keberhasilan suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa komponen. Dalam prosesnya, siswa dituntut untuk meningkatkan kompetensinya dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu komponen penting dalam mentransformasi pengetahuan, keahlian, dan nilai-nilai akhlak dalam pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inovatif oleh pihak-pihak terkait, mulai dari tingkat pusat, daerah, maupun

BAB I PENDAHULUAN. inovatif oleh pihak-pihak terkait, mulai dari tingkat pusat, daerah, maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Sekolah sebagai satuan pendidikan terdepan, pada dasarnya merupakan suatu kesatuan yang didalamnya terdiri dari unsur-unsur yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan membekali manusia akan ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan membekali manusia akan ilmu pengetahuan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu aspek yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan membekali manusia akan ilmu pengetahuan, keterampilan, serta sikap yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan globalisasi sekarang ini sangat sekali diperlukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan globalisasi sekarang ini sangat sekali diperlukan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi tantangan globalisasi sekarang ini sangat sekali diperlukan sumber daya manusia yang handal yang mampu menghadapi segala tantangan di masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deana Zefania, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deana Zefania, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah kata yang sangat familiar kita dengarkan di dalam hidup sehari hari, sebab pendidikan merupakan kegiatan penting yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, matematika diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakekat pendidikan adalah suatu usaha untuk mencerdaskan dan membudayakan manusia serta mengembangkannya menjadi sumber daya yang berkualitas. Berdasarkan UU

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam rangka menghadapi era kompetisi yang mengacu pada penguasaan

Lebih terperinci

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21 PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS KEARIFAN LOKAL PADA MATA PELAJARAN IPA Encep Andriana, Mudmainah Vitasari, Yuvita Oktarisa, Diana Citra Damayanti Universitas Sultan Ageng Tirtayasa andriana1188@untirta.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu guru dapat di katakan sebagai sentral pembelajaran. dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. itu guru dapat di katakan sebagai sentral pembelajaran. dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pendidikan. Guru sebagai salah satu komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa Indonesia mampu hidup menapak di buminya sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. siswa Indonesia mampu hidup menapak di buminya sendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya terorganisir yang memiliki makna bahwa pendidikan dilakukan oleh usaha sadar manusia dengan daya dan tujuan yang jelas, memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam pengertian secara umum, yakni proses transmisi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam pengertian secara umum, yakni proses transmisi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam pengertian secara umum, yakni proses transmisi pengetahuan dari satu orang kepada orang lainnya atau dari generasi satu ke generasi lainnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia saat ini tidak bisa terlepas dari pendidikan. Pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental bagi kemajuan suatu bangsa sehingga menjadi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Aunurrahman ( 2012 : 35 ) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi (Depdiknas, 2006). Pendidikan IPA memiliki potensi yang besar

BAB I PENDAHULUAN. teknologi (Depdiknas, 2006). Pendidikan IPA memiliki potensi yang besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai bagian dari pendidikan pada umumnya berperan penting untuk menyiapkan peserta didik yang mampu berpikir kritis,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam arti luas adalah segala pengalaman (belajar) di berbagai lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi perkembangan

Lebih terperinci

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Yogyakarta 2)

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Yogyakarta 2) Pengembangan LKPD Berbasis Conceptual. (Syella Ayunisa Rani) 231 PENGEMBANGAN LKPD BERBASIS CONCEPTUAL ATTAINMENT UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI KESEIMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang dekat sekali dengan kehidupan manusia. Saat kita mempelajari IPA, berarti mempelajari bagaimana alam semesta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bidang yang memiliki peran penting dalam peningkatan daya saing suatu negara adalah pendidikan. Pendidikan saat ini menunjukkan kemajuan yang sangat pesat

Lebih terperinci

JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah

JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah JIPFRI, Vol. 1 No. 2 Halaman: 83-87 November 2017 JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 adalah untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan

Lebih terperinci