ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH DI KELURAHAN MBAY II KECAMATAN AESESA KABUPATEN NAGEKEO NUSA TENGGARA TIMUR IRMA BHIBHA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH DI KELURAHAN MBAY II KECAMATAN AESESA KABUPATEN NAGEKEO NUSA TENGGARA TIMUR IRMA BHIBHA"

Transkripsi

1 ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH DI KELURAHAN MBAY II KECAMATAN AESESA KABUPATEN NAGEKEO NUSA TENGGARA TIMUR IRMA BHIBHA PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2016

2 HALAMAN JUDUL ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH DI KELURAHAN MBAY II KECAMATAN AESESA KABUPATEN NAGEKEO NUSA TENGGARA TIMUR IRMA BHIBHA SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1) PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2016

3

4

5 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah Di Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo Nusa Tenggara Timur Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Makassar, April 2016 IRMA BHIBHA

6 ABSTRAK IRMA BHIBHA Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah Di Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo Nusa Tenggara Timur. Dibimbing oleh NAILAH HUSAIN dan SITTI ARWATI. Penelitian bertujuan untuk mengetahui, jumlah biaya yang dikeluarkan dan Pendapatan yang diperoleh Petani Padi Sawah di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo, yang berlangsung di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo pada bulan Februari- April Populasi dalam penelitian ini adalah petani padi sawah yang ada di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II tersebut yang berjumlah 108 orang. Penentuan sampel dilakukan secara acak (Simple Random Sampling). Dengan mengambil 20% dari jumlah populasi, sehingga diperoleh 22 orang responden sebagai sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata penerimaan usahatani padi sawah yang diperoleh petani di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II sebesar Rp ,00 sedangkan rata-rata penerimaan per ha sebesar Rp ,1 Biaya usahatani merupakan seluruh pengeluaran yang terjadi selama jangka waktu tertentu. Rata-rata biaya usahatani padi sawah yang dikeluarkan petani di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II sebesar Rp ,00 Sedangkan rata-rata biaya per ha sebesar Rp ,59 Rata-rata pendapatan usahatani padi sawah yang diperoleh petani dalam 1 kali musim tanam di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II sebesar Rp ,00 Sedangkan rata-rata pendapatan per ha sebesar Rp ,1

7 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah Di Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo Nusa Tenggara Timur. Salawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, beserta sahabatnya. Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada Ayahanda Yusuf Paser dan Ibunda Halima Tawu yang telah berjuang, berdo a, mendidik dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi kebaikan dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan akhirat. Kepada saudara-saudaraku, sepupu-sepupuku beserta keluarga besar atas segala dukungan moral maupun material. Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak di sampaikan dengan hormat kepada: Bapak Dr. Irwan Akib, M. Pd., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar. Bapak Ir. Saleh Mollah, M.M., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar. Bapak Amruddin,S.Pt., M. Pd., M.Si. sebagai Ketua Jurusan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

8 Ir. Nailah Husain, M.Si selaku Pembimbing I dan Siti Arwati, SP.,M.Si selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini terselesaikan. Bapak dan Ibu dosen Jurusan agribisnis Fakultas pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bimbingan, arahan dan jasa-jasa yang tak ternilai harganya kepada penulis. Bapak dan ibu petani Padi Sawah di Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dan yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan selama penulis melaksanakan penelitian. Sahabat terbaikku, Rismayanti dan Hasmia yang senantiasa menjadi penyemangat dan menemani disetiap hariku. Sahabat merupakan salah satu sumber kebahagiaan dikala kita merasa tidak bahagia. Teman-teman seperjuanganku angkatan 2011 khususnya kelas A yang selalu membantu, berbagi keceriaan dan melewati setiap suka dan duka selama kuliah, terimakasih banyak. "Tiada hari yang indah tanpa kalian semua Senior- senior yang senantiasa membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Serta semua pihak yang penulis belum sempat sebutkan namanya, terima kasih banyak atas bantuannya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Dan tiada manusia yang luput dari salah dan khilaf. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan

9 yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga saran dan kritik tersebut menjadi motivasi kepada penulis untuk lebih tekun belajar. Akhirnya penulis berharap semoga segala aktivitas keseharian kita senantiasa bernilai ibadah di sisi-nya. Amiin. Makassar, April 2016 Penulis IRMA BHIBHA

10 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PENGESAHAN KOMISI.... HALAMAN PERNYATAAN.... ABSTRAK.... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v vi vii xi x xi I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA Usahatani Padi Sawah Biaya, Pendapatan dan Penerimaan Usahatani Biaya Usahatani Pendapatan Usahatani Penerimaan Usahatani... 12

11 2.3. Penyusutan Alat Kerangka Pikir III. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Teknik Penentuan Sampel Jenis dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisis Data Defenisi Operasional IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Luas dan Letak Geografis Letak Wilayah Keadaan Penduduk Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Umur Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Keadaan Pertanian Sarana dan Prasarana V. HASIL DAN PEMBAHASAN Identitas Responden Umur Petani Responden Tingkat Pendidikan Responden

12 Jumlah Tanggungan Keluarga Responden Pengalaman Berusaha Tani Padi Sawah Luas Lahan Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP... 84

13 DAFTAR TABEL No. Halaman Teks 1. Luas tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah Di Kabupaten Nagekeo Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Jumlah penduduk berdasarkan tingkat umur Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan Jumlah penduduk berdasarkan mata pencarian Sarana dan Prasarana Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Umur Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Jumlah responden Berdasarkan Pengalaman Berusaha Tani Jumlah Responden Berdasarkan Tanggungan Keluarga Jumlah Responden Berdasarkan Luas Lahan Rata-rata Biaya Produksi dan Pendapatan Per hektar Pada Usahatani Padi Sawah... 33

14 DAFTAR GAMBAR No. Teks Halaman 1. Kerangka Pikir Penelitian... 15

15 DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman Teks 1. Kuesioner Penelitian Identitas Responden Benih Pupuk NPK Pupuk Urea/Kaltim Pestisida (Insektisida/Dangke 40 WP) Pestisida (Insektisida/Explore 250 EC) Pestisida (Insektisida/Penalty 50 SC) Pestisida (Insektisida/Chix 25 EC) Pestisida (Herbisida/DMA 400 ml) Pestisida (Herbisida/Rumpas 120 EW) Tenaga Kerja Pengolahan Lahan Petani Padi Sawah Tenaga Kerja Pindah bibit Pada Petani Padi Sawah Tenaga Kerja Penanaman Padi Pada Petani Padi Sawah Tenaga Kerja Panen Padi Pada Petani Padi Sawah Tenaga Kerja Rontok Padi Pada Petani Padi Sawah Penyusutan Alat ( Cangkul ) Petani Yang Mengusahakan Tanaman Padi Sawah Penyusutan Alat (Parang ) Petani Yang Mengusahakan Tanaman Padi Sawah... 64

16 18. Penyusutan Alat (Sabit ) Petani Yang Mengusahakan Tanaman Padi Sawah Penyusutan Alat ( Sprayer ) Petani Yang Mengusahakan Tanaman Padi Sawah Penyusutan Alat (Traktor ) Petani Yang Mengusahakan Tanaman Padi Sawah Penyusutan Alat ( Rontok ) Petani Yang Mengusahakan Tanaman Padi Sawah Biaya Sewa Mesin Traktor Petani Yang Mengusahakan Tanaman Padi Sawah Biaya Sewa Mesin Perontok Padi Petani Yang Mengusahakan Tanaman Padi Sawah Biaya Sewa Pajak Per Tahun ) Petani Yang Mengusahakan Tanaman Padi Sawah Biaya Variabel Petani Padi Sawah Biaya Tetap Petani Padi Sawah Rekapitulasi Biaya Variabel Pada Petani Padi Sawah Rekapitulasi Biaya Tetap Pada Petani Padi Sawah Rekapitulasi Total Biaya Usahatani Padi Pada Petani Padi Sawah Total Produksi dan Penerimaan Usahatani Padi Pada Petani Padi Sawah Total Penerimaan dan Pendapatan Petani Pada Petani Padi Sawah Dokumentasi Penelitian... 79

17 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting perananya dalam Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal tersebut bisa kita lihat dengan jelas dari peranan sektor pertanian didalam menampung penduduk serta memberikan kesempatan kerja kepada penduduk. Pembangunan pertanian perlu mendapat perhatian yang lebih baik, sekalipun prioritas pada kebijaksanaan industrialisasi sudah dijatuhkan, namun sektor pertanian dapat memiliki kemampuan untuk menghasilkan surplus. Hal ini terjadi bila produktifitas diperbesar sehingga menghasillkan pendapatan petani yang lebih tinggi dan memungkinkan untuk menabung dan mengakumulasikan modal. Peningkatan taraf hidup tersebut diperoleh petani dengan cara meningkatkan pendapatannya. Untuk memperoleh pendapatan yang tinggi mereka melaksanakan berbagai kegiatan dengan mengembangkan berbagai kemungkinan komoditi pertanian lain (diversifikasi usahatani) yang secara ekonomis menguntungkan jika lahan pertaniannya memungkinkan. Pengembangan pendapatan diluar usahatani (off farm income) juga akan sangat membantu peningkatan kesejahtraan karena terbatasnya potensi usahatani. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan sektor pertanian akan mampu menurunkan angka kemiskinan petani (Sudarman, 2001). Pengembangan tanaman pangan merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang mendapat perhatian serius dan terus dikembangkan sampai saat 1

18 ini. Tujuan pembangunan pangan adalah untuk mewujudkan kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan dengan gizi yang cukup baik bagi penduduk untuk menjalani hidup yang sehat dan produktif. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan perubahan selera makan maka ketersediaan pangan harus ditingkatkan baik dalam jumlah, kualitas maupun keragamannya. Padi sawah dipilih oleh petani sebagai salah satu komoditas yang diusahakan karena peranannya sebagai salah satu makanan pokok Nusa Tenggara Timur yang makin hari terasa penting karena mengandung nilai gizi dan energi yang cukup bagi tubuh manusia, dapat menciptakan lapangan pekerjaan serta dapat meningkatkan pendapatan petani. Kabupaten Nagekeo merupakan salah satu sentra produksi padi tepatnya di Kecamatan Aesesa yang memiliki potensi lahan pertanian yang tinggi khususnya untuk pengembangan tanaman padi. Sebagian besar penduduk bermata pencarian sebagai petani. Hasil yang diproduksi biasanya untuk dikomsumsi sebagai bahan pangan dan ada pula yang dijual dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Besar kecilnya Pendapatan usahatani padi sawah yang diterima oleh penduduk di pengaruhi oleh penerimaan biaya produksi. 2

19 Tabel 1. Luas tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi di Kabupaten Nagekeo tahun 2015 No Tahun Luas lahan(ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Kw/ha) Tanam Panen , , , , ,84 Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Nagekeo Tabel 1 menunjukkan produksi padi tertinggi terjadi pada tahun 2013 sebesar ton dengan luas tanam ha, luas panen ha dan produktivitas 38,94 Kw/ha. Sedangkan produksi padi terendah terjadi pada tahun 2010 sebesar ton dengan luas tanam ha, luas panen ha dan produktivitas 32,75 Kw/ha. Hal ini disebabkan karena hama, bencana alam, dan berkaitan dengan pekerjaan proyek saluran irigasi yang dikerjakan saat musim tanam sehingga para petani belum bisa menanam akibat air irigasi untuk sementara ditutup. Dengan luas lahan yang begitu potensial, Kabupaten Nagekeo mempunyai potensi yang cukup besar dalam mengembangkan produksi padi sawah salah satunya yaitu di Kecamatan Aesesa. Padi merupakan sumber pendapatan sebagian besar penduduk disamping kegiatan lainnya. Hal ini tidak terlepas dari adanya peranan pemerintah setempat yang senantiasa memberikan bimbingan dan bantuan kepada para petani agar produksinya dapat ditingkatkan supaya pendapatan usaha padi juga meningkat. 3

20 Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Kelurahan tersebut dengan judul, Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah di Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo Nusa Tenggara Timur. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu Berapa besar Pendapatan yang diperoleh Petani Padi sawah di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo? 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah adapun tujuan dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui Besarnya Pendapatan yang diperoleh Petani Padi Sawah di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo. Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi peneliti Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan serta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar 2. Bagi petani sebagai bahan informasi untuk memotivasi petani dalam melakukan usahatani padi. 3. Bagi pemerintah sebagai bahan pertimbangan dan informasi untuk pembinaan serta pengambilan kebijakan disektor pertanian khususnya tanaman padi. 4

21 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Padi Sawah Menurut (Soekartawi, 1995) bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input). Ilmu usahatani merupakan proses menentukan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi pertanian untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan yang maksimal (Suratiyah, 2011). Hal ini seperti yang telah diungkapkan (Soekartawi, 2002) bahwa usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Ilmu usahatani merupakan ilmu terapan yang membahas atau memperoleh bagaimana membuat atau menggunakan sumber daya secara efisien pada suatu usaha pertanian, perikanan atau peternakan. (Prawirokusumo, 1990). Menurut (Suratiyah, 2011) klasifikasi usahatani dapat dibedakan menurut corak dan sifat, organisasi, pola serta tipe usahatani, yaitu : 5

22 1. Corak dan sifat Menurut corak dan sifat dibagi menjadi dua, yakni komersial dan subsistence. Usahatani komersial memperhatikan kualitas serta kuantitas produk. Sedangkan usahatani subsistence hanya memenuhi kebutuhan sendiri. 2. Organisasi Menurut organisasinya, usahatani dibagi menjadi 3 yakni, individual, kolektif dan kooperatif. a. Usahatani individual adalah usahatani yang seluruh proses dikerjakan oleh petani sendiri beserta keluarganya mulai dari perencanaan, mengolah tanah hingga pemasaran ditentukan sendiri. b. Usahatani kolektif adalah usahatani yang seluruh proses produksinya dikerjakan oleh suatu kelompok kemudian hasilnya dibagi dalam bentuk natura maupun keuangan. Contoh usahatani kolektif yang pernah ada di Indonesia adalah Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI). c. Usahatani kooperatif adalah usahatani yang tiap prosesnya dikerjakan secara individual, hanya pada beberapa kegiatan yang dianggap penting dikerjakan oleh kelompok. Contohnya pembelian saprodi, pemberantasan hama, pemasaran hasil dan pembuatan saluran. Contoh usahatani kooperatif adalah Perkebunan Inti rakyat (PIR). 3. Pola Menurut polanya, usahatani dibagi menjadi 3 yakni khusus, tidak khusus dan campuran. 6

23 a. Usahatani khusus adalah usahatani yang hanya mengusahakan satu cabang usahatani saja, misalnya usahatani peternakan, usahatani perikanan dan usahatani tanaman pangan. b. Usahatani tidak khusus adalah usahatani yang mengusahakan beberapa cabang usaha bersama-sama tetapi dengan batas yang tegas c. Usahatani campuran adalah usahatani yang mengusahakan beberapa cabang usaha bersama-sama dalam sebidang lahan tanpa batas yang tegas. Tumpang sari dan mina padi. 4. Tipe Menurut tipenya, usahatani dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan komoditas yang diusahakan, misalnya usahatani ayam, usahatani kambing dan usahatani sawi. Tiap jenis ternak dan tanaman dapat merupakan tipe usahatani. Selain itu ada 2 bentuk usahatani yang telah dikenal yaitu usahatani keluarga (family farming) dan perusahaan pertanian (Plantation, enterprise). Pada umumnya yang dimaksud dengan usahatani adalah usaha keluarga sedangkan yang lain adalah perusahaan pertanian. Perbedaan pokok antara usahatani keluarga dan perusahaan terletak pada 8 hal yakni sebagai berikut. Suratiyah (2011) a. Tujuan akhir Tujuan akhir usahatani keluarga adalah pendapatan keluarga petani yang terdiri atas laba, upah, tenaga kerja dan bunga modal sendiri. Pendapatan yang dimaksud adalah selisih antara nilai produksi dikurangi dengan biaya yang betulbetul dikeluarkan oleh petani. 7

24 b. Bentuk hukum Usahatani keluarga tidak berbadan hukum. Sedangkan perusahaan pertanian pada umumnya mempunyai badan hukum misalnya PT, Firma dan CV. c. Luas usaha Usahatani keluarga umumnya berlahan sempit yang biasanya disebut petani gurem karena penggunaan lahan kurang dari 0,5 Ha. d. Jumlah modal Usahatani keluarga mempunyai modal per satuan luas lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan pertanian. e. Jumlah tenaga yang dicurahkan Jumlah tenaga yang dicurahkan per satuan luas usahatani keluarga lebih besar dari perusahaan pertanian. f. Unsur usahatani Yang membedakan unsur usahatani keluarga dan perusahaan pertanian terletak pada tenaga luar yang dibayar. Pada usahatani keluarga melibatkan petani dan keluarga serta tenaga luar. Sedangkan perusahaan pertanian hanya tenaga luar yang dibayar. g. Sifat usaha Usahatani keluarga pada umumnya bersifat subsistence, komersial maupun semi komersial (transisi dari subsistence ke komersial) sementara perusahaan pertanian selalu komersial artinya selalu mengejar keuntungan dengan memperhatikan kualitas dan kuantitas produknya. 8

25 h. Pemanfaatan terhadap hasil-hasil pertanian Perusahaan pertanian selalu berusaha memanfaatkan hasil-hasil pertanian yang mutakhir, bahkan tidak segan-segan membiayai pertanian demi kemajuan usahanya. Perusahaan pertanian biasanya mempunyai bagian penelitian dan pengembangan yang berfungsi untuk mencari terobosan-terobosan baru baik dari segi teknik bercocok tanam, pengolahan hasil maupun pemasarannya. Sementara usahatani keluarga karena keterbatasan modal dan peralatan, maka terobosanterobosan baru tergantung pada hasil penelitian dan pengembangan pemerintah melalui Departemen Pertanian dengan Balai-Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi serta tenaga-tenaga penyuluh. Usahatani merupakan kegiatan bercocok tanam dengan mengalokasikan sumber-sumber daya seperti tanah, lahan, tenaga kerja, modal dan air untuk memperoleh pendapatan guna memenuhi kebutuhan hidup. 2.2 Biaya, Pendapatan dan Penerimaan Usahatani Biaya Usahatani Biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani. Menurut (Soekartawi, 1995) Biaya usahatani dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : a. Biaya tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Contohnya pajak. Biaya untuk pajak akan tetap dibayar walaupun hasil usahatani itu besar atau gagal sekalipun. Biaya tetap ini beragam dan 9

26 kadang-kadang tergantung dari peneliti apakah mau memberlakukan variabel itu sebagai biaya tetap atau biaya variabel (tidak tetap). Contoh biaya tetap antara lain : sewa tanah, pajak, alat pertanian dan iuran irigasi. b. Biaya tidak tetap (Variable Cost) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Contohnya biaya untuk sarana produksi, kalau menginginkan produksi yang tinggi, maka tenaga kerja perlu ditambah, pupuk juga perlu ditambah dan sebagainya, sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah tergantung dari besar kecilnya produksi yang diinginkan. Biaya merupakan salah satu kunci keberhasilan petani dalam menjalankan usahanya. Hal ini disebabkan biaya sangat menentukan keuntungan yang akan diperoleh petani. Biaya adalah semua pengeluaran yang dapat diukur dengan uang, baik yang telah, sedang maupun yang akan dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk. Untuk melihat biaya yang dikeluarkan oleh petani padi sawah maka rumus yang digunakan adalah TC = FC + VC. (Soekartawi, 1995) Keterangan : TC : Total Cost (biaya total) FC : Fixed Cost (biaya tetap) VC : Variable Cost ( biaya variabel) 10

27 2.2.2 Pendapatan Usahatani Menurut (Soekartawi, 2006) pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Keuntungan atau profit adalah pendapatan yang diterima oleh seseorang dari penjualan produk barang maupun produk jasa yang dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam membiayai produk barang maupun produk jasa. Pendapatan dapat dibagi menjadi tiga pendapatan yaitu sebagai berikut : 1. Pendapatan kotor (Gross Income) adalah pendapatan usahatani yang belum dikurangi biaya-biaya. 2. Pendapatan bersih (Net Income) adalah pendapatan setelah dikurangi biaya. 3. Pendapatan pengelola (Management Income) adalah pendapatan merupakan hasil pengurangan dari total output dengan total input. Menurut (Suratiyah, 2011) pendapatan dan biaya usahatani dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari umur petani, pendidikan, pengetahuan, pengalaman, keterampilan, jumlah tenaga kerja, luas lahan dan modal. Faktor eksternal berupa harga dan ketersediaan sarana produksi. Ketersediaan harga produksi dan harga tidak dapat dikuasai oleh petani sebagai individu meskipun dana tersedia. Bila salah satu sarana produksi tidak tersedia maka petani akan mengurangi penggunaan faktor produksi tersebut, demikian juga dengan harga sarana produksi misalnya harga pupuk sangat tinggi bahkan tidak terjangkau akan mempengaruhi biaya dan pendapatan. (Soekartawi, 1995) mengatakan bahwa pendapatan usahatani terbagi atas dua jenis yaitu pendapatan kotor dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor 11

28 merupakan total nilai produksi usahatani dalam jangka waktu tertentu dikali dengan harga jual. Sedangkan pendapatan bersih adalah selisih antara pendapatan kotor dengan semua biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Dalam melakukan kegiatan usahatani, petani berharap dapat meningkatkan pendapatannya sehingga kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi. Harga dan produktivitas merupakan sumber dari faktor ketidak pastian, sehingga bila harga dan produksi berubah maka pendapatan yang diterima juga berubah. Dan untuk melihat jumlah pendapatan yang diperoleh petani padi sawah maka rumus yang digunakan adalah : Pd = TR TC. (Soekartawi, 1995) Keterangan : Pd : Pendapatan Usahatani TR : Total Revenue (Total Penerimaan) TC : Total Cost (Total Biaya) Penerimaan Usahatani Menurut (Soekartawi, 1995) penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Dalam menghitung penerimaan usahatani, beberapa hal perlu diperhatikan: pertama, hati-hatilah dalam menghitung produksi pertanian, karena tidak semua produksi pertanian itu dapat dipanen secara serentak. Contoh: menghitung produksi padi per ha sangat mudah karena produksi panennya serentak. Semakin banyak jumlah produk yang dihasilkan maupun semakin tinggi harga per unit produk yang bersangkutan, maka penerimaan total yang diterima 12

29 produsen akan semakin besar. Sebaliknya, jika produksi yang dihasilkan sedikit dan harganya rendah maka penerimaan total yang diterima oleh produsen semakin kecil. Besarnya harga pasar dan jumlah output perusahaan, maka penerimaan total perusahaan adalah jumlah output perusahaan dikali dengan harga pasar. Apabila terjadi perubahan jumlah output berarti memerlukan perubahan pemakaian input sama artinya dengan terjadi perubahan biaya. Selain itu, akan mengakibatkan terjadinya perubahan penerimaan perusahaan. Keuntungan merupakan selisih antara penerima total dan biaya total. Biaya ini dalam kenyataannya dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya variabel (Soekartawi, 2006). Penerimaan adalah nilai uang yang diperoleh petani dari penjualan tanaman padi yang dihasilkannya sehingga besarnya tergantung pada volume padi yang mampu dijual dan harga jual dari penerimaan dihitung dari besarnya untung rugi yang dialami petani, dengan cara mengurangkan besarnya penerimaan dengan biaya total yang telah dikeluarkan. (Bandini dan Azis, 2000). Untuk melihat penerimaan yang di peroleh petani padi sawah maka rumus yang digunakan adalah : TRi = Yi. Pyi. (Soekartawi, 1995) Keterangan : TR : total revenue (Total Penerimaan) Yi : Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Pyi : Harga Y 13

30 2.3 Penyusutan Alat Penyusutan alat yang digunakan petani responden dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (Straight Line Method) dengan asumsi bahwa alat yang digunakan dalam usahatani menyusut dalam besaran yang sama setiap tahunnya. Secara sistematis penyusutan alat dirumuskan sebagai berikut: NPA HB HS LP x JA Keterangan: NPA = Nilai Penyusutan Alat (Rp/Tahun) HB = Harga Baru (Rp) HS = Harga Sisa (Rp) JA = Jumlah Alat (Unit) LP = Lama Pemakaian (Tahun) 2.4 Kerangka Pikir Petani padi adalah semua petani yang berusahatani padi dan memperoleh pendapatan dari usahataninya. Usahatani padi adalah suatu organisasi produksi yang dilakukan oleh petani padi untuk mengelolah faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja dan modal yang bertujuan untuk menghasilkan produksi dan pendapatan di sektor pertanian. Di dalam usahatani padi ada biaya-biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang relative tetap jumlahnya tanpa mempengaruhi besar kecilnya produksi yang diperoleh seperti, pajak, sewa tanah, penyusutan alat dan iuran irigasi. Biaya variabel adalah biaya tidak tetap dan mempengaruhi besar kecilnya produksi yang diperoleh seperti, benih, pupuk, tenaga kerja dan pestisida. Produksi adalah jumlah output atau hasil panen padi dari luas lahan petani selama satu kali musim tanam dalam bentuk gabah kering panen. Harga adalah nilai tukar gabah kering panen ditingkat petani dan diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/Kg). 14

31 Penerimaan adalah banyaknya jumlah produksi padi atau gabah selama satu kali musim tanam yang diukur dalam satuan rupiah (Rp). Pendapatan adalah penerimaan yang diperoleh petani setelah dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan selama proses produksi yang diukur dalam satuan rupiah (Rp). Berdasarkan uraian-uraian diatas maka, dapat digambarkan kerangka pikir sebagai berikut : Petani Padi Sawah Usahatani Padi Sawah Biaya Tetap Biaya Variabel Produksi Harga dan Penerimaan Pendapatan Gambar 1. Kerangka Pikir Analisis pendapatan Usahatani Padi Sawah Di Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo Nusa Tenggara Timur. 15

32 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo pada bulan Februari sampai April Teknik Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah petani padi sawah yang ada di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II tersebut yang berjumlah 108 orang. Sampel Penentuan sampel dilakukan secara acak (Simple Random Sampling). Dengan mengambil 20% dari jumlah populasi, sehingga diperoleh 22 orang responden sebagai sampel. Menurut (Arikunto, 2006) mengenai teknik pengambilan sampel jika jumlah populasi kurang dari 100, lebih baik diambil semua. Tetapi, jika jumlah populasi lebih dari 100 maka dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%. 3.3 Jenis Dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Jenis data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kuantitatif yaitu metode untuk menyelidiki objek yang dapat diukur dengan angka-angka seperti biaya tetap dan biaya variabel yang diperoleh dari petani yang berusahatani 16

33 padi di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo b) Sumber data Sumber data yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan petani dengan mengisi kuisioner. 2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan jalan menyimpulkan dokumen-dokumen dan informasi penunjang di kantor Kelurahan dan Badan Pusat Statistik. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah a. Observasi yaitu pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung kepada objek yang diteliti b. Wawancara merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Wawancara (interview) adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi antara pewawancara dan sumber informasi atau orang yang diwawancarai melalui komunikasi langsung atau tatap muka antara pewawancara dengan sumber informasi, dimana pewawancara bertanya langsung tentang sesuatu objek yang diteliti dan telah dirancang sebelumnya. c. Dokumentasi merupakan catatan atau karya seseorang tentang sesuatu yang sudah berlalu tentang orang atau sekelompok orang, peristiwa atau kejadian 17

34 dalam situasi sosial yang sesuai dan terkait dengan fokus penelitian. Dokumentasi itu dapat berupa teks, gambar maupun foto. 3.5 Teknik analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis biaya dan pendapatan yang bertujuan untuk melihat jumlah biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang diperoleh petani padi sawah Dusun Mbaling di Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo. 3.6 Defenisi Operasional 1. Petani padi adalah semua petani yang mengadakan suatu kegiatan usahatani padi dan memperoleh pendapatan dari usahataninya. 2. Usahatani padi adalah suatu organisasi produksi yang dilakukan oleh petani padi untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja dan modal yang bertujuan untuk menghasilkan produksi dan pendapatan di sektor pertanian. 3. Produksi adalah jumlah output atau hasil panen padi dari luas lahan petani selama satu kali musim tanam yang diukur dalam satuan kilogram (Kg). 4. Luas lahan adalah ukuran besarnya areal tanam yang digunakan petani untuk melakukan usahatani padi selama satu kali musim tanam yang diukur dalam satuan hektar (Ha) 5. Tenaga kerja adalah jumlah orang yang bersedia untuk bekerja yang digunakan dalam proses produksi selama satu kali musim tanam yang diukur dalam satuan hari orang kerja (HOK). 18

35 6. Benih adalah bakal tanaman yang digunakan petani pada proses produksi selama satu kali musim tanam yang diukur dalam satuan kilogram (Kg). 7. Pupuk adalah bahan unsur hara yang digunakan oleh petani pada proses produksi dalam satu kali musim tanam dari jumlah pupuk yang digunakan (Urea, TSP, KCL) yang diukur dalam satuan kilogram (Kg). 8. Pestisida (obat-obatan) adalah zat yang digunakan dalam usahatani padi untuk memberantas hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi yang diukur dalam satuan Liter. 9. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani padi dalam proses produksi yang mempengaruhi hasil produksi seperti, benih, pupuk, bibit, pestisida, dan tenaga kerja yang diukur dalam satuan rupiah (Rp) 10. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani padi tanpa mempengaruhi hasil produksi seperti pajak lahan, penyusutan alat, dan irigasi yang diukur dalam satuan rupiah (Rp). 11. Pendapatan adalah sejumlah uang yang didapat oleh petani padi selama satu kali musim tanam setelah dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan oleh petani dan diukur dalam satuan rupiah (Rp). 12. penerimaan adalah perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga jual dan diukur dalam satuan rupiah (Rp). 19

36 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Topografis Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II terletak di Mbay Nila Ibu kota Kabupaten. Dusun Mbaling terletak pada ketinggian antara 0-25 mdpl. Topografinya rata, luas wilayah kurang lebih 1,18 sama dengan 10,18 Ha. Lahan sawah yang berpotensi seluas 4,272,67 Ha, yang fungsional 3,735,21 Ha dan lahan kering seluas 4,391,59 Ha. 4.2 Letak Wilayah Secara administrasi, Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo bebatasan dengan : 1. Sebelah utara : Dusun Maki Paket 2. Sebelah Barat : Dusun Enek 3. Sebelah Selatan : Dusun Towak 4. Sebelah Timur : Dusun perepoje 4.3 Keadaan Penduduk Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Penduduk merupakan faktor penentu terbentuknya suatu negara atau wilayah dan sekaligus sebagai modal utama suatu negara dikatakan berkembang atau maju, bahkan suksesnya pembangunan disegala bidang dalam negara tidak bisa terlepas dari peran penduduk, baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik, budaya dan pendidikan, sekaligus sebagai faktor utama dalam pembangunan fisik maupun nonfisik. Oleh karena kehadiran dan peranannya sangat 20

37 menentukan bagi perkembangan suatu wilayah, baik dalam skala kecil maupun besar. Jumlah penduduk Dusun Mbaling adalah 428 jiwa yang terdiri dari 224 jiwa penduduk laki-laki dan 204 jiwa penduduk wanita, dan penduduknya dari 428 tidak semua memeluk agama islam. 218 jiwa penduduk memeluk agama islam dan 210 jiwa penduduk memeluk agama katholik. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo. No. Jenis Kelamin Jumlah Penduduk Persentase % (Jiwa) 1 2 Laki-Laki Perempuan ,34 47,66 Jumlah Sumber : Data skunder 2015 Tabel 2 menunjukan bahwa pertumbuhan penduduk menurut jenis kelamin laki-laki dengan perempuan jumlah 428 jiwa dengan persentase 52,34% pertumbuhan penduduk berjenis laki-laki. Sedangkan untuk penduduk perempuan dengan jumlah 428 jiwa dengan persentase 47,66 % Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Umur Keadaan penduduk berdasarkan Umur di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II terhitung mulai angka bayi sampai lanjut usia. Keadaan umur penduduk Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II masih sangat potensial untuk mengembangkan satu titik usaha yang maksimal karena masih banyak didominasi oleh umur yang masih produktif, sehingga pola pikir untuk mengembangkan usaha di bidang pertanian terkhusus pada penciptaan ekonomi sampingan pada tahapan-tahapan usaha-usaha sampingan. 21

38 Keadaan penduduk Dusun Mbaling dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Penduduk Dusun Mbaling Berdasarkan Tingkat Umur Tingkat umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) , , , ,84 41 keatas ,73 Jumlah Sumber : Data Sekunder 2015 Tabel 3 menunjukkan bahwa bahwa penyebaran penduduk menururt tingkat umur yang mendominasi antara umur 41 keatas dengan persentase 46,73% sedangkan yang paling terendah yaitu antara umur dengan persentase 5,84% Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan Slamet (2003) mengemukakan bahwa pendidikan adalah suatu usaha untuk menghasilkan perubahan-perubahan pada perilaku manusia. Perubahan perilaku yang ditimbulkan oleh proses pendidikan dapat dilihat melalui, perubahan dalam hal pengetahuan, perubahan dalam keterampilan atau kebiasaan dalam melakukan sesuatu, dan perubahan dalam sikap mental terhadap segala sesuatu yang dirasakan. Kemampuan seseorang di dalam berusahatani maupun ikut kegiatan di lingkungan sekelilingnya sebagian ditentukan oleh tingkat pendidikannya, baik yang bersifat formal maupun informal. Oleh karena itu, data penduduk berdasarkan pendidikan merupakan hal yang cukup penting untuk diketahui. Data penduduk berdasarkan pendidikan di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II dapat dilihat pada Tabel 4. 22

39 Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Tingkat pendidikan Jumlah Persentase (%) 1 SD ,92 2 SMP 49 11,45 3 SMA 91 21,26 4 S1 23 5,37 Jumlah Sumber : Data Sekunder 2015 Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah pendidikan berdasarkan data yang tercatat pada tahun 2016, menunjukkan bahwa yang paling banyak adalah tingkat pendidikan SD dengan persentase 61,92% dan yang paling sedikit adalah sarjana dengan persentase 5,37% Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata pencaharian Mata pencaharian penduduk Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo sebagian besar adalah petani. Namun tidak semua penduduk Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II bermata pencaharian sebagai petani karena ada juga sebagian masyarakat yang mata pencahariannya sebagai PNS, Bidan/Perawat dan Wiraswasta. untuk lebih jelasnya dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah Penduduk Desa Berdasarkan Mata pencaharian No Jenis Mata Pencaharian Jumlah Persentase(%) (orang) 1 Petani PNS Bidan/Perawat 4 1,6 4 Wiraswasta Pensiunan 1 0,4 Jumlah Sumber : Data Sekunder 2015 Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang bermata pencaharian terbanyak adalah petani dengan persentase 92%. Hal ini disebabkan karena Dusun 23

40 Mbaling Kelurahan Mbay II memiliki potensi lahan pertanian yang tinggi khususnya untuk pengembangan tanaman padi sawah. 4.4 Keadaan Pertanian Keadaan pertanian di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II menyangkut tentang pola penggunaan lahan terdiri dari kebun/ladang, pekarangan, sawah, hutan dan lain-lainnya. Keadaan pertanian itu ditunjang juga dengan adanya kepedulian masyarakat terhadap pengelolahan pertanian di daerah tersebut. Hal ini sangat berpengaruh kepada kemajuan suatu daerah. Kabupaten Nagekeo berbatasan langsung dengan Kabupaten Ende dan Kabupaten Ngada. Kabupaten Nagekeo mengandalkan sektor pertanian, pertambangan dan penggalian serta industri sebagai sektor penggerak perkembangannya. Kabupaten Nagekeo memiliki Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Mbay, memungkinkan kawasan ini berkembang menjadi pusat produksi, pengolahan dan perdagangan hasil-hasil pertanian mengingat posisi strategis dan dukungan sumber daya alam yang dimilikinya. Kehadiran KAPET Mbay pada wilayah ini merupakan penggerak ekonomi yang sangat berharga bagi perekonomian Nagekeo secara keseluruhan. 4.5 Sarana Dan Prasaran Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor terpenting dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat, karena sangat berhubungan dengan berbagai segi kehidupan jasmani maupun rohani. Ketersediaan sarana dan prasarana tersebut tentu memperlancar kegiatan masyarakat yang ada di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo. Untuk lebih jelasnya rincian 24

41 sarana dan prasarana yang ada di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo dapat kita lihat pada Tabel 6. Tabel 6. Sarana dan Prasarana di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo No. Jenis sarana dan prasarana Jumlah (unit) Kantor Lurah TK SD Mesjid/Musollah Gereja Posyandu Perkuburan/TPU Lapangan Sumber : Data Skunder Tabel 6 menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang ada Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo yang paling banyak yaitu Masjid yang berjumlah 2 unit dan Posyandu 2 unit.. 25

42 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identitas Responden Identitas responden menggambarkan keberagaman responden dari beberapa aspek yaitu umur, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan keluarga dan luas lahan. Identitas seorang responden akan sangat membantu dalam proses penelitian karena dapat memberikan informasi tentang keadaan usahataninya terutama dalam peningkatan produksi usahataninya. Responden merupakan orang yang melakukan usaha dalam pemenuhan kebutuhannya di bidang pertanian. Untuk memperoleh informasi tentang usahatani yang diusahakannya, maka identitas responden merupakan salah satu hal penting yang dapat membantu kelancaran proses penelitian. Berikut ini merupakan pembahasan mengenai identitas responden yang meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman berusahatani dan luas lahan Umur Umur seseorang menentukan potensi kerja atau kinerja orang tersebut. Tingkat umur mempunyai pengaruh terhadap kemampuan fisik responden dalam mengelolah usahataninya maupun usaha-usaha lain yang dikerjakannya. Umur responden yang ditemui di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo bervariasi antara petani satu dengan petani lainnya. Pada umumnya petani yang berumur muda dan sehat mempunyai fisik yang lebih kuat dan cepat menerima informasi atau inovasi baru yang di anjurkan. Hal ini 26

43 dikarenakan responden mudah lebih berani mengambil resiko, meskipun responden muda masih kurang memiliki pegalaman kerja, sehingga untuk mengimbangi kekurangan ini, responden muda bertindak lebih dinamis agar cepat mendapatkan pengalaman. Sedangkan responden yang umurnya relatif lebih tua, mempunyai kapasitas pengelolahan usahatani yang lebih matang karena banyaknya pengalaman- pengalaman dalam berusahatani. Umur responden berkisar antara tahun. Untuk lebih jelasnya tingkat umur responden di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Identitas Responden Padi Sawah Berdasarkan Tingkat Umur Di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo. No Umur Responden Jumlah Persentase (%) (Orang) ,73 45,45 31,82 Jumlah Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2016 Tabel 7 menunjukkan bahwa umur responden terbanyak berdasarkan umur adalah berumur tahun yaitu sebanyak 10 orang sedangkan yang paling sedikit adalah tingkat umur tahun yaitu sebanyak 5 orang. Hal ini berarti bahwa terdapat kecenderungan sebagian besar responden relatif lebih mudah untuk menerima informasi dan inovasi, sebagaimana pendapat Mosher (1991) yang mengemukakan bahwa petani yang berumur lebih muda dapat menerima informasi dan inovasi baru dan semua hal-hal yang dianjurkan dan lebih berani menanggung resiko. 27

44 5.1.2 Pendidikan Petani Tingkat Pendidikan petani yang relatif memadai akan mempengaruhi cara berfikir petani, dimana pada umumnya petani yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung lebih cepat menerima inovasi baru dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang rendah. Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yang pernah diikuti oleh petani responden. Petani yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung cepat memperoleh dan menerapkan inovasi yang bermanfaat dibandingkan dengan mereka yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Di samping itu, lebih mengerti dan berani menerapkan inovasi baru dan pada akhirnya berpengaruh terhadap usahatani yang di kelolanya. Untuk jelasnya mengenai rincian responden berdasarkan tingkat pendidikan formal dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo. No Tingkat pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) SD SMP SMA/SMK S ,27 4,55 13,63 4,55 Jumlah Sumber : Data Primer Setelah Diolah, Tabel 8 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal responden di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo tergolong rendah yakni terdapat 17 orang yang mempunyai tingkat pendidikan sekolah dasar dengan presentase 77,27 %, terdapat 1 orang yang telah menamatkan pendidikan formalnya di sekolah lanjutan pertama dengan presentase 4,55%, terdapat 3 orang yang telah menamatkan pendidikan lanjutan atas dengan 28

45 presentase 13,63%. Sedangkan yang telah menamatkan pendidikan akademik (S1) terdapat 1 orang dengan presentase 4,55 %. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo masih tergolong rendah karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya pendidikan Pengalaman Berusahatani Padi Sawah Pengalaman berusahatani dari seorang petani berpengaruh terhadap pola pengelolaan usahataninya karena terdapat kecenderungan bahwa petani yang memiliki pengalaman usahatani yang cukup lama juga memiliki kemampuan berusahatani yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Soetrisno (2002), petani yang usianya lebih tua mempunyai pengalaman yang lebih banyak dibandingkan dengan petani yang usianya lebih muda. Untuk lebih jelasnya mengenai pengalaman berusahatani petani responden di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Jumlah Responden Menurut Pengalaman Berusahatani di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo. No Pengalaman Usahatani Padi Sawah Berusahatani (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) ,63 27,27 59,10 Jumlah Sumber : Data Primer Setelah Diolah, Tabel 9 menunjukkan bahwa pengalaman responden yang tertinggi yaitu antara sebanyak 13 orang atau 59,10 % dan yang terkecil yaitu antara

46 sebanyak 3 orang 13,63 %. Hal ini menunjukkan bahwa petani yang berusahatani padi sawah di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo memiliki kemampuan berusahatani yang cukup berpengalaman Jumlah Tanggungan Keluarga Setiap keluarga di dalamnya terdapat beberapa orang yang menjadi tanggungan kepala keluarga, konsekuensinya adalah kepala keluarga harus melakukan usaha-usaha memperoleh pendapatan agar mampu memenuhi kebutuhan keluarganya. Besar kecilnya tanggungan keluarga akan menentukan perilaku petani dalam usahataninya. Makin besar jumlah tanggungan keluarga, maka makin dinamis dalam usahataninya karena ia terdorong oleh tanggung jawab terhadap keluarganya. Rata-rata jumlah tanggungan keluarga responden dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Jumlah Responden Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga Di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo. No Jumlah tanggungan Jumlah (Orang) Persentase (%) keluarga (orang) ,64 45,45 40,91 Jumlah Sumber : Data Primer Setelah Diolah,2016 Tabel 10 menunjukkan sebagian besar responden memiliki jumlah tanggungan keluarga 3-4 orang sebanyak 10 orang (45,45 %) dan terdapat 9 orang yang memiliki jumlah tanggungan keluarga 5-6 orang. Umumnya petani yang memiliki banyak tanggungan keluarga mungkin merasakan beban yang berat karena terkait dengan besarnya biaya rumah tangga yang harus dikeluarkan oleh 30

47 mereka sebagai kepala keluarga. Namun di sisi lain banyaknya jumlah tanggungan keluarga merupakan potensi pula bagi mereka karena anggota keluarga yang ditanggung dapat membantu secara langsung atau menjadi tenaga kerja pada usahataninya. Apalagi jika anggota keluarga masih tergolong dalam usia produktif, berarti anggota keluarga dapat memberikan tambahan penghasilan keluarga Luas Lahan Luas lahan yang dimiliki oleh petani sangat berpengaruh pada produksi yang dihasilkan. Luas lahan garapan sangat berpengaruh terhadap petani dalam mengelola usahataninya. Lahan atau yang lebih dikenal dengan tanah merupakan faktor utama dalam usahatani. Hal ini dikarenakan tanaman maupun hewan memanfaatkan tanah sebagai media tumbuh maupun tempat tinggalnya. Untuk lebih jelasnya mengenai luas lahan yang dimiliki oleh responden di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Jumlah Responden Menurut Luas Lahan di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo. No. Luas lahan (ha) Jumlah (orang) Persentase (%) ,25-0,49 0,50-0,75 0,76-1, ,73 22,73 54,54 Jumlah Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2016 Tabel 11 terlihat bahwa jumlah responden yang memiliki luas lahan 1,00 ha adalah sebanyak 12 orang responden dengan persentase sebanyak (54,54%), terdapat 5 orang responden yang memiliki luas lahan 0,50 ha dengan persentase sebesar (22,73%). Hal ini menunjukkan bahwa luas lahan yang dimiliki 31

48 oleh responden di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II tergolong besar karena usahatani ini adalah usahatani utama atau mata pencaharian utama di samping membudidayakan tanaman palawija. 5.2 Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani menentukan, mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi dengan sebaikbaiknya dan memberikan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan. Ukuran dari keberhasilan pengelolaan itu adalah produktivitas dari setiap faktor produksi tersebut (Hernanto, 1996). 32

49 Tabel 12. Rata-rata Biaya Produksi dan Pendapatan Per hektar pada Usahatani Padi Sawah di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo Uraian Jumlah (Unit) Harga per Unit (Rp) Nilai (Rp) 1. Produksi (Kg) 4.705, ,1 2. Biaya Variabel : Benih (Kg) NPK (Kg) Urea (Kg) Pestisida Tenaga kerja : - Peng. Lahan (HOK) - Pembibitan (HOK) - Penanaman (HOK) - Panen (HOK) - Pasca Panen (HOK) - Sewa alat (Rp) 3. Biaya Tetap : 25,6 155,3 155,3-2,36 5,31 11,465 11,901 5, , , , , , , , , , ,623 - Penyusutan - - alat (Rp) ,41 - Pajak (Rp) , Total biaya ,6 5. Pendapatan (Rp) ,731,1 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2016 Tabel 12 menunjukkan bahwa dari total biaya yang dikeluarkan untuk biaya benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja, yang mana biaya pestisida paling banyak jumlahnya yaitu sebesar Rp ,514 per ha dibandingkan biaya lainnya. Total biaya yang dikeluarkan petani responden di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II sebesar Rp Sedangkan Total biaya per ha sebesar Rp ,26 33

50 1) Penerimaan Usahatani Penerimaan usahatani adalah hasil perkalian dari produksi yang diperoleh dengan harga jual. Jumlah produksi adalah hasil yang diperoleh dari usahataninya, sedangkan harga jual adalah nilai atau harga dari usahatani per satuan produksi. Suatu usahatani dikatakan berhasil apabila situasi pendapatan memenuhi persyaratan yaitu cukup untuk membayar semua sarana produksi, upah tenaga kerja atau bentuk lainnya selama proses produksi. 2) Analisis Biaya Biaya mempunyai peranan yang amat penting dalam pengambilan keputusan usahatani. Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi menentukan besarnya harga pokok dari produk yang akan dihasilkan, dalam hal ini biaya produksi padi sawah. Jenis biaya yang digunakan dalam analisis biaya yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam melaksanakan aktivitas usahatani padi sawah yang besarannya tidak mempengaruhi besarnya produksi dan dinyatakan dalam satuan rupiah, yang tergolong dalam biaya tetap meliputi penyusutan alat, sewa alat pertanian dan pajak. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam melaksanakan aktivitas usahatani padi sawah yang besarannya mempengaruhi besarnya produksi dan dinyatakan dalam satuan rupiah, yang tergolong dalam biaya variabel yaitu benih, pupuk, pestisida dan upah tenaga kerja. Berdasarkan hasil wawancara, petani menggunakan traktor untuk mengolah lahan yang akan ditanami padi sawah. Waktu kerja untuk pengolahan 34

51 lahan tergantung dari luas lahan yang dimiliki oleh petani dan kemampuan bekerja petani. Pengolahan lahan dilakukan dengan tujuan untuk mempersiapkan lahan yang akan ditanami. Pengolahan tanah pertama menggunakan bajak yang berfungsi membalikkan tanah agar sisa-sisa tanaman terbenam di dalam tanah. Kemudian melakukan pembajakan kedua yang berfungsi memperkecil bongkahan tanah pada pembajakan pertama menjadi remah. Setelah tanah dibajak pada pengolahan tanah pertama dan kedua, tanah bajakan tersebut diratakan dan dihaluskan menggunakan garu/sisir. Tahap-tahap pengolahan tanah tersebut untuk memperbaiki struktur tanah dan sirkulasi udara serta untuk memperbaiki fisik dan kimia tanah. Pembibitan untuk tanaman padi direndam terlebih dahulu agar cepat berkecambah. Lama perendaman 24 jam, kemudian diangkat dan dikeringkan selama 8 jam. Apabila benih sudah berkecambah, benih disebar di tempat persemaian. Setelah mencapai umur hari, bibit siap untuk ditanam. Petani menggunakan benih padi sawah dengan harga Rp10.000/Kg yang ada di toko-toko tani terdekat di Kabupaten Nagekeo. Jumlah penggunaan benih yang disesuaikan dengan luas lahan, namun terdapat beberapa petani yang menggunakan benih melebihi kebutuhan yang semestinya, hal ini karena petani beranggapan bahwa jika benih yang digunakan lebih banyak maka produksi yang diperoleh akan banyak pula namun semakin banyak benih yang digunakan maka makin banyak pula pupuk yang akan digunakan nantinya. Petani biasanya menyediakan benih sekitar 40 sampai 45 Kg 35

52 untuk setiap hektar tanah yang akan ditanaminya. Jumlah benih tersebut jauh di atas kebutuhan sebenarnya. Berdasarkan hasil wawancara, jumlah benih yang dibutuhkan maksimal 25 sampai 30 Kg/Ha. Berlebihnya penggunaan benih padi berpengaruh terhadap mutu bibit padi yang dihasilkan. jika terlalu banyak maka saat disebar di atas persemaian, benih-benih tersebut akan sangat rapat. Akibatnya, bibit akan tumbuh saling berjejal sehingga sinar matahari tidak dapat menembus ke sela-selanya. Kondisi ini dapat menjadikan bibit tumbuh memanjang dan lemah serta mudah patah pada saat dicabut sehingga saat dipindahkan ke lahan banyak yang mati. Petani menggunakan insektisida dan herbisida untuk mencegah serangan hama dan penyakit serta gulma. Insektisida yang umumnya digunakan petani responden adalah Dangke 40 WP, Explore 250 EC, Penalty 50 SC dan Chix 25 EC. Sedangkan herbisida yang digunakan adalah DMA 400 ml, Rumpas 120 EW. Dengan harga masing-masing Dangke 40 WP Rp , Explore 250 EC Rp , Penalty 50 SC Rp. 50, Chix 25 EC Rp , DMA 400 ml Rp dan Rumpas 120 EW Rp Masih banyaknya responden menggunakan pestisida melebihi dosis yang dianjurkan karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki. Dosis yang berlebihan bisa berbahaya bagi manusia, mencemari lingkungan dan mengakibatkan tanaman keracunan pestisida. Cara yang baik adalah menggunakan dosis sesuai dengan yang dianjurkan pada label kemasan insektisida atau herbisida atau menyesuaikan dengan kebutuhan tanaman yang dibudidayakan. Sesuai pendapat Djojosumanto (1999) bahwa waktu aplikasi merupakan salah satu faktor yang menentukan 36

53 efektivitas insektisida yang diaplikasikan. Karena pentingnya saat aplikasi suatu insektisida, maka ada yang berpendapat bahwa lebih baik terjadi sedikit kesalahan dalam cara aplikasinya daripada kesalahan dalam penentuan aplikasi. Pemupukan dilakukan dengan tujuan untuk menambah unsur hara yang tidak terdapat dalam tanah. Pemupukan dilakukan sesuai keadaan tanah tersebut, agar pertumbuhan tanaman dapat berjalan dengan baik. Pupuk yang digunakan petani pada umumnya yaitu pupuk Urea/Kaltim dan NPK. Pemupukan dilakukan melalui 3 tahap, yaitu : (1) Pemberian pupuk pada saat tanaman padi berumur 7-10 hst. Karena pada saat ini perakaran padi sudah mulai berkembang, (2) Pemberian pupuk pada minggu ke 3 atau 21 hst, (3) Pemberian pupuk pada saat tanaman berumur hst. Sewaktu tanaman padi mengeluarkan malai. Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 3 Bulan. Pemanenan dilakukan dengan memotong padi pmenggunakan sabit. Setelah di panen, padi di tumpuk sementara di lahan sawah, kemudian dirontok. perontokan menggunakan mesin perontok padi untuk memisahkan bulir-bulir padi dengan jerami. Dengan menggunakan mesin perontok padi, petani tentu akan lebih bisa menghemat waktu dan juga tenaga. Karena perontok padi dapat dengan mudah memisahkan bulir-bulir padi dengan jerami. pengangkutan padi ke rumah petani menggunakan gerobak traktor, setelah itu dikeringkan, dimasukkan dalam karung kemudian digiling lalu disimpan. 37

54 3) Pendapatan Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Pendapatan yang diterima oleh seseorang dari penjualan produk barang maupun produk jasa yang dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam membiayai produk barang maupun produk jasa. Rata-rata pendapatan usahatani padi sawah yang diperoleh petani dalam 1 kali musim tanam di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II sebesar Rp ,00 Sedangkan rata-rata pendapatan per ha sebesar Rp ,1 38

55 VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata penerimaan usahatani padi sawah yang diperoleh petani di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II sebesar Rp ,00 sedangkan rata-rata penerimaan per ha sebesar Rp ,1 Rata-rata biaya usahatani padi sawah yang dikeluarkan petani di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II sebesar Rp ,00 Sedangkan rata-rata biaya per ha sebesar Rp ,59 Rata-rata pendapatan usahatani padi sawah yang diperoleh petani dalam 1 kali musim tanam di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II sebesar Rp ,00 Sedangkan rata-rata pendapatan per ha sebesar Rp ,1 6.2 Saran 1. Terkait dengan analisis pendapatan usahatani padi sawah bahwa sebaiknya petani perlu menerapkan sistem tumpang sari agar unsur hara tanah tidak berkurang. Apabila pengolahan lahan yang terus menerus dapat mengurangi unsur hara tanah sehingga berpengaruh terhadap pendapatan petani. 2. Penghasilan usahatani dapat ditingkatkan bahkan dapat memperluas areal penanaman dengan efisiensi biaya untuk mendapatkan hasil yang maksimal serta diharapkan ada terobosan mengenai sistem tanam. Perlu 39

56 disempurnakan agar produktivitas usahatani padi sawah dan pendapatan petani dapat lebih meningkat. 3. Pemerintah harus serius memperhatikan petani guna meningkatkan pembangunan Ekonomi masyarakat Desa untuk memperkokoh ketahanan Ekonomi secara nasional. 40

57 DAFTAR PUSTAK A Al- ashari, Nurul Analisis Pendapatan Usahatani Bayam Di Kelurahan Bontolebang Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah, Makassar. Arikunto, Suharsimi Metodelogi penelitian. Bina Aksara. Yogyakarta Badan Pusat Statistik Kabupaten Nagekeo Luas tanam, Luas Panen, Produksi dan produktivitas Padi Kabupaten Nagekeo. Bandini dan Azis Pengantar ekonomi Pertanian. Bumi Aksara Jakarta. Djojosumarto Pestisida Dan Aplikasinya. Jakarta. PT. Agromedia Pustaka. Endang Widowati, Analisis Ekonomi Usahatani Padi Organik Di Kabupaten Sragen, Tesis. MESP UNS. Surakarta. Fatmawati M. Lumintang Analisis Pendapatan Petani Padi Di Desa Teep Kecamatan Langowan Timur. Jurnal EMBA Vol.1 No.3 September 2013, Hal Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sam Ratulangi Manado Ferryanto Laporan Ektan Stuktur Penerimaan Usahatani Desa BPI Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma. (on-line). Lidiayuliana79.blogspot.com/laporan ektan- strktur-penerimaan-usaha. hml \Diakses 20 Januari Hadi Prayitno dan Lincolin Arsyad, Petani Usahatani padi. Skripsi. FE- UNS. Surakarta. Hernanto Ilmu Usahatani. Penebar swadaya. Jakarta IRRI Brown Spot. Rice Fact Sheets. Produced By The International Ri ce Research Institute (IRRI). Rice Science For a Better World. Kumar, K. V. K., M.S. reddy, J.W. Kloepper, K.S. Lawrence. D.E. Groth, and M.E. Miller, Sheath Blight Disease Of Rice (Oryza sativa L.). An overview. Biosciences. Biotechnology Research Asia 6(2): Mubyarto Ekonomi Pertanian Lembaga Penelitian dan Penyelenggaraan Ekonomi Sosial (LP3S). Jakarta. Mubyarto, Ilmu Usahatani. Pustaka Pelajar. Yokyakarta. 41

58 Mosher, A.T Menggerakkan dan Membangun Pertanian. CV. Yasaguna. Jakarta. Kurnianti, Novik Budidaya Tanaman Padi Sawah. Diakses tanggal 30 Januari 2016 Sudarman, I made Penyakit Tanaman padi (Oryza sativa L.). Graha Ilmu. Yogyakarta. Sudarman Teori Ekonomi Mikro. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Jakarta. Sugiyono, DR Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung. Suratiyah Ilmu Usaha tani. Penebar Swadaya. Jakarta. Suratiyah, Ken Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Soekartawi, Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Soekartawi,1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Soekartawi, Ilmu Usahatani. BPFE. Yokyakarta. Soekartawi, Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Soekartawi, Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil, Universitas Indonesia Press. Jakarta. Soetrisno Paradigma Baru Pertanian. Sebuah Tinjauan Sosiologis. Kanisius. Yogyakarta. Slamet Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. IPB Press. Bogor Poli H, Maria Proposal Penelitian Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah (Oryzae Sativa L) Di Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang. Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana Kupang. Prawirokusumo, S Ilmu Usahatani. BPFE. Yogyakarta. Puspito, Joko Analisis Komparatif Usahatani Padi (Oriza sativa L.) Sawah Irigasi Bagian Hulu Dan Sawah Irigasi Bagian Hilir Daerah Irigasi Bapang Kabupaten Sragen. Skripsi. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 42

59 Made, Supartama, Made Antara, Rustam Abd Rauf Analisis Pendapatan Dan Kelayakan Usahatani Padi Sawah Di Subak Baturiti Desa Balinggi Kecamatan Balinggi Kabupaten Parigi Moutong. Jurnal Agrotekbis 1(2) : , Juni Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu Yusuf, Muri, A Metode Penelitian. Prenadamedia Group. Jakarta. 43

60 LAMPIRAN 44

61 KUISIONER PENELITIAN ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH DI DUSUN MBALING KELURAHAN MBAY II KECAMATAN AESESA KABUPATEN NAGEKEO I. Identitas Petani: 1. Nama : 2. Umur : 3. Pendidikan : 4. Pekerjaan Utama : 5. Pengalaman berusahatani : 6. Jumlah tanggungan keluarga : II. Pertanyaan: 1. Luas dan Status Penguasaan Lahan No 1 Bentuk Lahan Status Kepemilikan Lahan Hak Milik Bagi Hasil Sewa Luas Lahan (ha) Total 2. Pemilikan Alat-alat Pertanian No Jenis alat Jumlah (unit) harga (Rp/unit) Nilai (Rp) Umur (thn) Beli (Rp) Sumber Sendiri (Rp) Total 45

62 3. Penggunaan Faktor Produksi a. bibit No 1 Jenis tanaman Kebutuhan (Kg/ha) Harga (Rp/kg) Nilai (Rp) Beli (Rp) Sumber Sendiri (Rp) Total b. pestisida No Jenis pestisida Kebutuhan (ml) 1 Harga (Rp/ml) Nilai (Rp) Beli (Rp) Sumber Sendiri (Rp) Total c. Pupuk No 1 Jenis pupuk Kebutuhana (kg/ha) Harga (Rp/kg) Nilai (Rp) Beli (Rp) Sumber Sendiri (Rp) Total 46

63 4. Pengeluaran Input Tenaga Kerja No Jenis kegiatan Satuan (HK) Upah (R/HK) Lama (jam) Nilai (Rp) Total 5. Penerimaan Usahatani No Jenis Tanaman Luas lahan (ha) Produksi (Kg) Harga/satuan (Rp/Kg) Nilai (Rp) 1 Total 47

64 Lampiran 1. Identitas Responden Petani Padi Sawah di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo No Nama Luas Jumlah Pengalaman lahan Umur Tanggungan Berusaha (Ha) (Tahun) Keluarga Tani (Tahun) (Orang) Pendidikan 1 Ibrahim Bhabha 1, SD 2 Nasir Pasi 1, SD 3 Jubair Lako 0, SD 4 Abdullah Rute 0, SD 5 Karolus Raja 0, SD 6 Abubakar Ladho 1, SD 7 Abdul Kasim 0, SD 8 Ishak Sangkak 0, SMP 9 Ramudhan Rajo 1, S1 10 Abdul Kadir Jogo 0, SD 11 Abdullah Tandi 1, SD 12 Sofia Nina 0, SD 13 Bernadus Lendang 1, SD 14 Muh. Saleh Enco 1, SD 15 Husen Jepar 1, SD 16 Abdul Rahman Jema 0, SD 17 Hasan Jawa 0, SD 18 Jafar Dhala 0, SD 19 Yusuf Paser 1, SD 20 Suaib Radhang 1, SMA 21 Adi Rai 1, SMA 22 Darwin Sulaiman 1, SMA Jumlah 15, Rata-rata 0,71 51,81 28,95 4,09 - Maksimum 1, Minimum 0,

65 Lampiran 2. Biaya Benih Pada Petani Padi Sawah di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo Luas Harga Benih Nilai biaya No Nama lahan (Rp/Kg) (Kg) (Rp) (Ha) 1 Ibrahim Bhabha 1, Nasir Pasi 1, Jubair Lako 0, Abdullah Rute 0, Karolus Raja 0, Abubakar Ladho 1, Abdul Kasim 0, Ishak Sangkak 0, Ramudhan Rajo 1, Abdul Kadir Jogo 0, Abdullah Tandi 1, Sofia Nina 0, Bernadus Lendang 1, Muh. Saleh Enco 1, Husen Jepar 1, Abdul Rahman Jema 0, Hasan Jawa 0, Jafar Dhala 0, Yusuf Paser 1, Suaib Radhang 1, Adi Rai 1, Darwin Sulaiman 1, Jumlah 15, Rata-rata 0,71 18, ,182 Rata-rata/ha 25, ,946 Sumber : Data primer setelah diolah

66 Lampiran 3. Biaya Pupuk NPK Pada Petani Padi Sawah di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo No Nama Luas lahan (Ha) Pupuk NPK (Kg) Harga (Rp) Nilai biaya (Rp) 1 Ibrahim Bhabha 1, Nasir Pasi 1, Jubair Lako 0, Abdullah Rute 0, Karolus Raja 0, Abubakar Ladho 1, Abdul Kasim 0, Ishak Sangkak 0, Ramudhan Rajo 1, Abdul Kadir Jogo 0, Abdullah Tandi 1, Sofia Nina 0, Bernadus Lendang 1, Muh. Saleh Enco 1, Husen Jepar 1, Abdul Rahman Jema 0, Hasan Jawa 0, Jafar Dhala 0, Yusuf Paser 1, Suaib Radhang 1, Adi Rai 1, Darwin Sulaiman 1, Jumlah 15, Rata-rata 0,71 110, ,273 Rata-rata/ha 155, ,539 Sumber : Data primer setelah diolah,

67 Lampiran 4. Biaya Pupuk Urea Pada Petani Padi Sawah di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan AesesaKabupaten Nagekeo No Nama Luas lahan (Ha) Pupuk urea (Kg) Harga (Rp) Nilai biaya (Rp) 1 Ibrahim Bhabha 1, Nasir Pasi 1, Jubair Lako 0, Abdullah Rute 0, Karolus Raja 0, Abubakar Ladho 1, Abdul Kasim 0, Ishak Sangkak 0, Ramudhan Rajo 1, Abdul Kadir Jogo 0, Abdullah Tandi 1, Sofia Nina 0, Bernadus Lendang 1, Muh. Saleh Enco 1, Husen Jepar 1, Abdul Rahman Jema 0, Hasan Jawa 0, Jafar Dhala 0, Yusuf Paser 1, Suaib Radhang 1, Adi Rai 1, Darwin Sulaiman 1, Jumlah 15, Rata-rata 0,71 110, ,364 Rata-rata/ha 155, ,034 Sumber : Data primer setelah diolah

68 Lampiran 5. Biaya Pestisida (Insektisida/Dangke 40 WP) Pada Petani Padi Sawah di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo No Nama Luas lahan (Ha) Kebutuhan Insektisida (Dangke/Gram) Harga (Rp) Nilai biaya (Rp) 1 Ibrahim Bhabha 1, Nasir Pasi 1, Jubair Lako 0, Abdullah Rute 0, Karolus Raja 0, Abubakar Ladho 1, Abdul Kasim 0, Ishak Sangkak 0, Ramudhan Rajo 1, Abdul Kadir Jogo 0, Abdullah Tandi 1, Sofia Nina 0, Bernadus Lendang 1, Muh. Saleh Enco 1, Husen Jepar 1, Abdul Rahman Jema 0, Hasan Jawa 0, Jafar Dhala 0, Yusuf Paser 1, Suaib Radhang 1, Adi Rai 1, Darwin Sulaiman 1, Jumlah 15, Rata-rata 0,71 143, ,91 Rata-rata/ha 201, ,4 Data Primer Setelah diolah,

69 Lampiran 6. Biaya Pestisida (insektisida/eksplore 250 EC) Pada Petani Padi Sawah di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo No Nama Luas lahan (Ha) Kebutuhan Insektisida (Explore/ml) Harga (Rp) Nilai biaya (Rp) 1 Ibrahim Bhabha 1, Nasir Pasi 1, Jubair Lako 0, Abdullah Rute 0, Karolus Raja 0, Abubakar Ladho 1, Abdul Kasim 0, Ishak Sangkak 0, Ramudhan Rajo 1, Abdul Kadir Jogo 0, Abdullah Tandi 1, Sofia Nina 0, Bernadus Lendang 1, Muh. Saleh Enco 1, Husen Jepar 1, Abdul Rahman Jema 0, Hasan Jawa 0, Jafar Dhala 0, Yusuf Paser 1, Suaib Radhang 1, Adi Rai 1, Darwin Sulaiman 1, Jumlah 15, Rata-rata 0,71 143, ,91 Rata-rata/ha 201, ,7 Data Primer Setelah diolah,

70 Lampiran 7. Biaya Pestisida (Insektisida/Penalty 50 SC) Pada Petani Padi Sawah di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo No Nama Luas lahan (Ha) Kebutuhan Insektisida (Penalty/ml) Harga (Rp) Nilai biaya (Rp) 1 Ibrahim Bhabha 1, Nasir Pasi 1, Jubair Lako 0, Abdullah Rute 0, Karolus Raja 0, Abubakar Ladho 1, Abdul Kasim 0, Ishak Sangkak 0, Ramudhan Rajo 1, Abdul Kadir Jogo 0, Abdullah Tandi 1, Sofia Nina 0, Bernadus Lendang 1, Muh. Saleh Enco 1, Husen Jepar 1, Abdul Rahman Jema 0, Hasan Jawa 0, Jafar Dhala 0, Yusuf Paser 1, Suaib Radhang 1, Adi Rai 1, Darwin Sulaiman 1, Jumlah 15, Rata-rata 0,71 143, ,73 Rata-rata/ha 201, ,831 Data Primer Setelah diolah,

71 Lampiran 8. Biaya Pestisida (Insektisida/Chix 25 EC) Pada Petani Padi Sawah di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo No Nama Luas lahan (Ha) Kebutuhan Insektisida (chix/ml) Harga (Rp) Nilai biaya (Rp) 1 Ibrahim Bhabha 1, Nasir Pasi 1, Jubair Lako 0, Abdullah Rute 0, Karolus Raja 0, Abubakar Ladho 1, Abdul Kasim 0, Ishak Sangkak 0, Ramudhan Rajo 1, Abdul Kadir Jogo 0, Abdullah Tandi 1, Sofia Nina 0, Bernadus Lendang 1, Muh. Saleh Enco 1, Husen Jepar 1, Abdul Rahman Jema 0, Hasan Jawa 0, Jafar Dhala 0, Yusuf Paser 1, Suaib Radhang 1, Adi Rai 1, Darwin Sulaiman 1, Jumlah 15, Rata-rata 0,71 143, ,2 Rata-rata/ha 201, ,89 Data Primer Setelah diolah,

72 Lampiran 9. Biaya Pestisida (Herbisida/DMA) Pada Petani Padi Sawah di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo No Nama Luas lahan (Ha) Kebutuhan Herbisida (DMA/ml) Harga (Rp) Nilai biaya (Rp) 1 Ibrahim Bhabha 1, Nasir Pasi 1, Jubair Lako 0, Abdullah Rute 0, Karolus Raja 0, Abubakar Ladho 1, Abdul Kasim 0, Ishak Sangkak 0, Ramudhan Rajo 1, Abdul Kadir Jogo 0, Abdullah Tandi 1, Sofia Nina 0, Bernadus Lendang 1, Muh. Saleh Enco 1, Husen Jepar 1, Abdul Rahman Jema 0, Hasan Jawa 0, Jafar Dhala 0, Yusuf Paser 1, Suaib Radhang 1, Adi Rai 1, Darwin Sulaiman 1, Jumlah 15, Rata-rata 0, ,91 Rata-rata/ha 387, ,4 Data Primer Setelah diolah,

73 Lampiran 10. Biaya Pestisida (Herbisida/Rumpas 120 EW) Pada Petani Padi Sawah di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo No Nama Luas lahan (Ha) Kebutuhan Herbisida (Rumpas/ml) Harga /ml (Rp) Nilai biaya (Rp) 1 Ibrahim Bhabha 1, Nasir Pasi 1, Jubair Lako 0, Abdullah Rute 0, Karolus Raja 0, Abubakar Ladho 1, Abdul Kasim 0, Ishak Sangkak 0, Ramudhan Rajo 1, Abdul Kadir Jogo 0, Abdullah Tandi 1, Sofia Nina 0, Bernadus Lendang 1, Muh. Saleh Enco 1, Husen Jepar 1, Abdul Rahman Jema 0, Hasan Jawa 0, Jafar Dhala 0, Yusuf Paser 1, Suaib Radhang 1, Adi Rai 1, Darwin Sulaiman 1, Jumlah 15, Rata-rata 0,71 143, ,91 Rata-rata/ha 201, ,4 Data Primer Setelah diolah,

74 Lampiran 11. Biaya Tenaga Kerja Pengolahan Lahan Pada Petani Padi Sawah di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo No Nama Luas Lahan (Ha) Tenaga kerja (orang) Waktu kerja (hari ) Upah kerja (Rp/Hari) Nilai (Rp) 1 Ibrahim Bhabha 1, Nasir Pasi 1, Jubair Lako 0, Abdullah Rute 0, Karolus Raja 0, Abubakar Ladho 1, Abdul Kasim 0, Ishak Sangkak 0,25 1 * Ramudhan Rajo 1, Abdul Kadir Jogo 0,25 1 * Abdullah Tandi 1, Sofia Nina 0,50 2 * Bernadus Lendang 1, Muh. Saleh Enco 1, Husen Jepar 1, Abdul Rahman Jema 0, Hasan Jawa 0,25 2 * Jafar Dhala 0,50 1 * Yusuf Paser 1, Suaib Radhang 1, Adi Rai 1, Darwin Sulaiman 1, Jumlah 15, Rata-rata 0,71 1,68 2, , ,909 Rata-rata/ha 2,36 4, Data primer setelah diolah, 2016 Keterangan: ( * ) Tenaga Kerja Dalam Keluarga Tanpa Upah 58

75 Lampiran 12. Biaya Tenaga Kerja Pembibitan Pada Petani Padi Sawah di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo Luas Tenaga Waktu No Nama Upah kerja Nilai Lahan kerja kerja (Rp/Hari) (Rp) (Ha) (orang) (hari ) 1 Ibrahim Bhabha 1, Nasir Pasi 1, Jubair Lako 0, Abdullah Rute 0, Karolus Raja 0, Abubakar Ladho 1, Abdul Kasim 0, Ishak Sangkak 0, Ramudhan Rajo 1, Abdul Kadir Jogo 0, Abdullah Tandi 1, Sofia Nina 0, Bernadus Lendang 1, Muh. Saleh Enco 1, Husen Jepar 1, Abdul Rahman Jema 0, Hasan Jawa 0, Jafar Dhala 0, Yusuf Paser 1, Suaib Radhang 1, Adi Rai 1, Darwin Sulaiman 1, Jumlah 15, Rata-rata 0,71 3, ,364 Rata-rata/ha 5, ,02 Data primer setelah diolah,

76 Lampiran 13. Biaya Tenaga Kerja Penanaman Pada Petani Padi Sawah di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo Luas Tenaga Waktu No Nama Upah kerja Nilai Lahan kerja kerja (Rp/Hari) (Rp) (Ha) (orang) (hari ) 1 Ibrahim Bhabha 1, Nasir Pasi 1, Jubair Lako 0, Abdullah Rute 0, Karolus Raja 0, Abubakar Ladho 1, Abdul Kasim 0, Ishak Sangkak 0, Ramudhan Rajo 1, Abdul Kadir Jogo 0, Abdullah Tandi 1, Sofia Nina 0, Bernadus Lendang 1, Muh. Saleh Enco 1, Husen Jepar 1, Abdul Rahman Jema 0, Hasan Jawa 0, Jafar Dhala 0, Yusuf Paser 1, Suaib Radhang 1, Adi Rai 1, Darwin Sulaiman 1, Jumlah 15, Rata-rata 0,71 8, ,182 Rata-rata/ha 11, ,355 Data primer setelah diolah,

77 Lampiran 14. Biaya Tenaga Kerja Panen Pada Petani Padi Sawah Di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo No Nama Luas Lahan (Ha) Tenaga kerja (orang) Waktu kerja (hari ) Upah kerja (Rp/Hari) Nilai (Rp) 1 Ibrahim Bhabha 1, Nasir Pasi 1, Jubair Lako 0, Abdullah Rute 0, Karolus Raja 0, Abubakar Ladho 1, Abdul Kasim 0, Ishak Sangkak 0, Ramudhan Rajo 1, Abdul Kadir Jogo 0, Abdullah Tandi 1, Sofia Nina 0, Bernadus Lendang 1, Muh. Saleh Enco 1, Husen Jepar 1, Abdul Rahman Jema 0, Hasan Jawa 0, Jafar Dhala 0, Yusuf Paser 1, Suaib Radhang 1, Adi Rai 1, Darwin Sulaiman 1, Jumlah 15, Rata-rata 0,71 8, ,273 Rata-rata/ha 11, ,525 Data primer setelah diolah,

78 Lampiran 15. Biaya Tenaga Kerja Pasca Panen Pada Petani Padi Sawah di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo No Nama Luas Lahan (Ha) Tenaga kerja (orang) Waktu kerja (hari ) Upah kerja (Rp/Hari) Nilai (Rp) 1 Ibrahim Bhabha 1, Nasir Pasi 1, Jubair Lako 0, Abdullah Rute 0, Karolus Raja 0, Abubakar Ladho 1, Abdul Kasim 0, Ishak Sangkak 0, Ramudhan Rajo 1, Abdul Kadir Jogo 0, Abdullah Tandi 1, Sofia Nina 0, Bernadus Lendang 1, Muh. Saleh Enco 1, Husen Jepar 1, Abdul Rahman Jema 0, Hasan Jawa 0, Jafar Dhala 0, Yusuf Paser 1, Suaib Radhang 1, Adi Rai 1, Darwin Sulaiman 1, Jumlah 15, Rata-rata 0,71 3, ,818 Rata-rata/ha 5, ,335 Data primer setelah diolah,

79 Lampiran 16. Biaya Penyusutan Cangkul Pada Petani Padi Sawah di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo No Nama Cangkul (Unit) Harga Baru (Rp) Harga Lama (Rp) Lama Pemakaian (Tahun) NPA (Rp) 1 Ibrahim Bhabha Nasir Pasi Jubair Lako Abdullah Rute Karolus Raja Abubakar Ladho Abdul Kasim Ishak Sangkak Ramudhan Rajo Abdul Kadir Jogo Abdullah Tandi Sofia Nina Bernadus Lendang Muh. Saleh Enco Husen Jepar Abdul Rahman Jema Hasan Jawa Jafar Dhala Yusuf Paser Suaib Radhang Adi Rai Darwin Sulaiman Jumlah Rata-rata ,454 Data primer setelah di olah,

80 Lampiran 17. Biaya Penyusutan Parang Pada Petani Padi Sawah di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo No Nama Parang (Unit) Harga Baru (Rp) Harga Lama (Rp) Lama Pemakaian (Tahun) NPA (Rp) 1 Ibrahim Bhabha Nasir Pasi Jubair Lako Abdullah Rute Karolus Raja Abubakar Ladho Abdul Kasim Ishak Sangkak Ramudhan Rajo Abdul Kadir Jogo Abdullah Tandi Sofia Nina Bernadus Lendang Muh. Saleh Enco Husen Jepar Abdul Rahman Jema Hasan Jawa Jafar Dhala Yusuf Paser Suaib Radhang Adi Rai Darwin Sulaiman Jumlah Rata-rata , ,182 Data primer setelah di olah

81 Lampiran 18. Biaya Penyusutan Sabit Pada Petani Padi Sawah di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo No Nama Sabit (Unit) Harga Baru (Rp) Harga Lama (Rp) Lama Pemakaian (Tahun) NPA (Rp) 1 Ibrahim Bhabha Nasir Pasi Jubair Lako Abdullah Rute Karolus Raja Abubakar Ladho Abdul Kasim Ishak Sangkak Ramudhan Rajo Abdul Kadir Jogo Abdullah Tandi Sofia Nina Bernadus Lendang Muh. Saleh Enco Husen Jepar Abdul Rahman Jema Hasan Jawa Jafar Dhala Yusuf Paser Suaib Radhang Adi Rai Darwin Sulaiman Jumlah Rata-rata , ,909 Sumber :Data Primer setelah diolah

82 Lampiran 19. Biaya Penyusutan Sprayer Pada Petani Padi Sawah di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo No Nama Sprayer (Unit) Harga Baru (Rp) Harga Lama (Rp) Lama Pemakaian (Tahun) NPA (Rp) 1 Ibrahim Bhabha Nasir Pasi Jubair Lako Abdullah Rute Karolus Raja Abubakar Ladho Abdul Kasim Ishak Sangkak Ramudhan Rajo Abdul Kadir Jogo Abdullah Tandi Sofia Nina Bernadus Lendang Muh. Saleh Enco Husen Jepar Abdul Rahman Jema Hasan Jawa Jafar Dhala Yusuf Paser Suaib Radhang Adi Rai Darwin Sulaiman Jumlah Rata-rata , ,364 Sumber :Data Primer setelah diolah

83 Lampiran 20. Biaya Penyusutan Traktor Pada Petani Padi Sawah di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo No Nama Traktor (Unit) Harga Baru (Rp) Harga Lama (Rp) Lama Pemakaian (Tahun) NPA (Rp) 1 Ibrahim Bhabha Nasir Pasi Jubair Lako Abdullah Rute Karolus Raja Abubakar Ladho Abdul Kasim Ishak Sangkak Ramudhan Rajo Abdul Kadir Jogo Abdullah Tandi Sofia Nina Bernadus Lendang Muh. Saleh Enco Husen Jepar Abdul Rahman Jema Hasan Jawa Jafar Dhala Yusuf Paser Suaib Radhang Adi Rai Darwin Sulaiman Jumlah Rata-rata ,3 3, ,7 Sumber :Data Primer setelah diolah

84 Lampiran 21. Biaya Penyusutan Mesin Perontok Padi Pada Petani Padi Sawah di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo No Nama Perontok Padi (Unit) Harga Baru (Rp) Harga Lama (Rp) Lama Pemakaian (Tahun) NPA (Rp) 1 Ibrahim Bhabha Nasir Pasi Jubair Lako Abdullah Rute Karolus Raja Abubakar Ladho Abdul Kasim Ishak Sangkak Ramudhan Rajo Abdul Kadir Jogo Abdullah Tandi Sofia Nina Bernadus Lendang Muh. Saleh Enco Husen Jepar Abdul Rahman Jema Hasan Jawa Jafar Dhala Yusuf Paser Suaib Radhang Adi Rai Darwin Sulaiman Jumlah Rata-rata ,3 3, ,33 Sumber :Data Primer setelah diolah

85 Lampiran 22. Biaya Traktor Pada Petani Padi Sawah di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo No Nama Luas lahan (Ha) Traktor (Rp) 1 Ibrahim Bhabha 1,00-2 Nasir Pasi 1, Jubair Lako 0, Abdullah Rute 0, Karolus Raja 0,50-6 Abubakar Ladho 1,00-7 Abdul Kasim 0,50-8 Ishak Sangkak 0, Ramudhan Rajo 1,00-10 Abdul Kadir Jogo 0,25-11 Abdullah Tandi 1, Sofia Nina 0, Bernadus Lendang 1,00-14 Muh. Saleh Enco 1,00-15 Husen Jepar 1, Abdul Rahman Jema 0,25-17 Hasan Jawa 0, Jafar Dhala 0,50-19 Yusuf Paser 1, Suaib Radhang 1,00-21 Adi Rai 1,00-22 Darwin Sulaiman 1, Jumlah 15, Rata-rata 0, Rata-rata/ha ,14 Sumber :Data Primer setelah diolah

86 Lampiran 23. Biaya Perontok Padi Pada Petani Padi di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo No Nama Luas lahan (Ha) Perontok Padi (Rp) 1 Ibrahim Bhabha 1,00-2 Nasir Pasi 1, Jubair Lako 0, Abdullah Rute 0, Karolus Raja 0,50-6 Abubakar Ladho 1,00-7 Abdul Kasim 0,50-8 Ishak Sangkak 0, Ramudhan Rajo 1,00-10 Abdul Kadir Jogo 0,25-11 Abdullah Tandi 1, Sofia Nina 0, Bernadus Lendang 1,00-14 Muh. Saleh Enco 1,00-15 Husen Jepar 1, Abdul Rahman Jema 0,25-17 Hasan Jawa 0, Jafar Dhala 0,50-19 Yusuf Paser 1, Suaib Radhang 1,00-21 Adi Rai 1,00-22 Darwin Sulaiman 1, Jumlah 15, Rata-rata 0, Rata-rata/ha ,028 Sumber :Data Primer setelah diolah

87 Lampiran 24. Biaya Pajak Lahan Pada Petani Padi Sawah di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo No Nama Luas lahan (Ha) Pajak (Rp) 1 Ibrahim Bhabha 1, Nasir Pasi 1, Jubair Lako 0, Abdullah Rute 0, Karolus Raja 0, Abubakar Ladho 1, Abdul Kasim 0, Ishak Sangkak 0, Ramudhan Rajo 1, Abdul Kadir Jogo 0, Abdullah Tandi 1, Sofia Nina 0, Bernadus Lendang 1, Muh. Saleh Enco 1, Husen Jepar 1, Abdul Rahman Jema 0, Hasan Jawa 0, Jafar Dhala 0, Yusuf Paser 1, Suaib Radhang 1, Adi Rai 1, Darwin Sulaiman 1, Jumlah 15, Rata-rata 0, ,545 Rata-rata/ha ,894 Sumber :Data Primer setelah diolah

88 Lampiran 25. Biaya Variabel Pada Petani Padi Sawah di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo Pestisida Biaya Biaya Luas (Insektisi Biaya Biaya Sewa Alat Benih Pupuk Pupuk Peng. Biaya Pasca lahan da & Pembibitan Penanam (Rp) NPK Urea Lahan Panen (Rp) panen No Nama (Ha) Herbisid (Rp) an (Rp) (Rp) (Rp) a ) Traktor Perontok Total Biaya 1 Ibrahim Bhabha 1, Nasir Pasi 1, Jubair Lako 0, Abdullah Rute 0, Karolus Raja 0, Abubakar Ladho 1, Abdul Kasim 0, Ishak Sangkak 0, Ramudhan Rajo 1, Abdul Kadir Jogo 0, Abdullah Tandi 1, Sofia Nina 0, Bernadus L. 1, Muh. Saleh Enco 1, Husen Jepar 1, Abdul R. Jema 0, Hasan Jawa 0, Jafar Dhala 0, Yusuf Paser 1, Suaib Radhang 1, Adi Rai 1, Darwin Sulaiman 1, Jumlah 15, Rata-rata 0, , , , , , , , , , ,73 Rata-rata/ha , , , , , , , , , , ,28 72

89 Lampiran 26. Biaya Tetap Pada Petani Padi Sawah di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo No. Nama Luas Lahan Nilai Penyusutan Alat Pajak Total Biaya (Ha) Cangkul Parang Sabit Sprayer Traktor Rontok 1 Ibrahim Bhabha 1, Nasir Pasi 1, Jubair Lako 0, Abdullah Rute 0, Karolus Raja 0, Abubakar Ladho 1, Abdul Kasim 0, Ishak Sangkak 0, Ramudhan Rajo 1, Abdul Kadir Jogo 0, Abdullah Tandi 1, Sofia Nina 0, Bernadus Lendang 1, Muh. Saleh Enco 1, Husen Jepar 1, Abdul Rahman Jema 0, Hasan Jawa 0, Jafar Dhala 0, Yusuf Paser 1, Suaib Radhang 1, Adi Rai 1, Darwin Sulaiman 1, Jumlah 15, Rata-rata 0, , , Rata-rata/ha , ,31 73

90 Lampiran 27. Rekapitulasi Biaya Variabel Pada Petani Padi Sawah di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo No. Luas lahan (ha) Biaya Variabel Sewa Alat pertanian (Rp) Total Biaya Variabel Benih Pupuk Tenaga Pestisida kerja 1 1, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Jumlah 15, Rata-rata 0, , 182 Rata-rata/ha , , , , , , , , ,28 74

91 Lampiran 28. Rekapitulasi Biaya Tetap Pada Petani Padi Sawah di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo Total Biaya tetap No. Luas lahan (ha) NPA (Rp) Pajak Lahan (Rp/Thn) 1 1, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Jumlah 15, Rata-rata 0, , , Rata-rata/ha , , ,31 75

92 Lampiran 29. Rekapitulasi Total Biaya Usahatani Padi Pada Petani Padi Sawah di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo Biaya No. Luas Lahan Biaya Variabel Biaya Tetap Total Biaya (ha) 1 1, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Jumlah 15, Rata-rata 0, , ,73 Rata-rata/ha , , ,59 76

93 Lampiran 30. Total Produksi dan Penerimaan Usahatani Padi Pada Petani Padi Sawah di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo No. Nama Luas lahan (ha) Produksi GKP (Kg) Harga (Rp) Penerimaan (Rp) 1 Ibrahim Bhabha 1, Nasir Pasi 1, Jubair Lako 0, Abdullah Rute 0, Karolus Raja 0, Abubakar Ladho 1, Abdul Kasim 0, Ishak Sangkak 0, Ramudhan Rajo 1, Abdul Kadir Jogo 0, Abdullah Tandi 1, Sofia Nina 0, Bernadus Lendang 1, Muh. Saleh Enco 1, Husen Jepar 1, Abdul Rahman Jema 0, Hasan Jawa 0, Jafar Dhala 0, Yusuf Paser 1, Suaib Radhang 1, Adi Rai 1, Darwin Sulaiman 1, Jumlah 15, Rata-rata 0, , ,7 Rata-rata/ha 4.705, ,1 Sumber: Data Primer Setelah Diolah,

94 Lampiran 31. Total Penerimaan dan Pendapatan Petani Pada Petani Padi Sawah di Dusun Mbaling Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo No. Nama Luas Lahan (ha) Penerimaan (Rp) Total Biaya (Rp) Pendapatan (Rp) 1 Ibrahim Bhabha 1, Nasir Pasi 1, Jubair Lako 0, Abdullah Rute 0, Karolus Raja 0, Abubakar Ladho 1, Abdul Kasim 0, Ishak Sangkak 0, Ramudhan Rajo 1, Abdul Kadir Jogo 0, Abdullah Tandi 1, Sofia Nina 0, Bernadus Lendang 1, Muh. Saleh Enco 1, Husen Jepar 1, Abdul Rahman Jema 0, Hasan Jawa 0, Jafar Dhala 0, Yusuf Paser 1, Suaib Radhang 1, Adi Rai 1, Darwin Sulaiman 1, Jumlah 15, Rata-rata 0, , ,1 Rata-rata/ha , ,1 Sumber: Data Primer Setelah Diolah,

95 Lampiran 32. Dokumentasi Penelitian Gambar 1. Wawancara dengan Petani Padi Sawah Gambar 2. Kegiatan membajak lahan 79

96 Gambar 3.kegiatan membersihkan pematang Gambar 4. Bibit padi sawah siap ditanam 80

97 Gambar 5. Kegiatan menanam padi sawah Gambar 6. Tanaman padi sawah umur 7 hari 81

98 Gambar 7. Tanaman padi sawah umur 8 minggu 21 hari 82

99 RIWAYAT HIDUP Irma Bhibha dilahirkan di Nila Nusa Tenggara Timur, 15 Januari 1991, buah cinta dan kasih sayang dari Ayahanda Yusuf Paser dan Ibunda Halima Tawu. Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara. Penulis mulai memasuki dunia pendidikan tingkat dasar pada tahun 1998 di SD Towak Laing dan lulus pada tahun Kemudian penulis melanjutkan pendidikan tingkat menengah di Madrasah Tsanawia Negeri Mbay Alorongga pada tahun 2004 dan lulus pada tahun Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri Mbay Alorongga dan lulus pada tahun Pada tahun 2011 penulis melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan lulus seleksi masuk program studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar program studi strata 1. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul Analisis Pendapatan Usaha Tani Padi Sawah Di Kelurahan Mbay II Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo Nusa Tenggara Timur. 83

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI (Glycine max L.) VARIETAS ORBA (Suatu Kasus pada Kelompoktani Cikalong di Desa Langkapsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Oleh: Apang Haris 1, Dini Rochdiani

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Ekonomi 3.1.1. Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan diperoleh.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting perananya dalam Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal tersebut bisa kita lihat

Lebih terperinci

Oleh: 1 Haris Hermawan, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani

Oleh: 1 Haris Hermawan, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAGUNG HIBRIDA VARIETAS BISI 2 (Zea mays Linn.) (Suatu Kasus di Desa Handapherang Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis) Oleh: 1 Haris Hermawan, 2 Soetoro,

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis) ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Ciamis) Oleh : Didin Saadudin 1, Yus Rusman 2, Cecep Pardani 3 13 Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2 Fakultas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Sistem pertanian polikultur didefinisikan sebagai sebuah metode pertanian yang memadukan lebih dari 4 jenis tanaman lokal bernilai

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat dengan responden para petani yang menggunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan besar dalam menunjang

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan III. METODELOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Agribisnis Sering ditemukan bahwa agribisnis diartikan secara sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Mubyarto (1989) usahatani adalah himpunan dari sumber sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air,

Lebih terperinci

Analis Pendapatan Usaha Tani Padi dengan Sistem Tanam Benih Langsung (TABELA) di Kelurahan Padangsappa Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu

Analis Pendapatan Usaha Tani Padi dengan Sistem Tanam Benih Langsung (TABELA) di Kelurahan Padangsappa Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu Analis Pendapatan Usaha Tani Padi dengan Sistem Tanam Benih Langsung (TABELA) di Kelurahan Padangsappa Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu Idawati Universitas Andi Djemma Palopo ABSTRAK Tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pupuk Kompos Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Ekonomi 3.1.1.1 Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktorfaktor produksi dengan produk

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Ilmu usaha tani merupakan proses menentukan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi pertanian untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan yang

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

SISTEM BAGI HASIL USAHATANI JAGUNG PETANI PENGGARAP DI KECAMATAN PULUBALA KABUPATEN GORONTALO

SISTEM BAGI HASIL USAHATANI JAGUNG PETANI PENGGARAP DI KECAMATAN PULUBALA KABUPATEN GORONTALO \ AGRINESIA : Jurnal Ilmiah Agribisnis ISSN : 2541-6847 SISTEM BAGI HASIL USAHATANI JAGUNG PETANI PENGGARAP DI KECAMATAN PULUBALA KABUPATEN GORONTALO Laila Umpul 1), Mahludin Baruwadi 2), Amelia Murtisari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Petani dan Usahatani Menurut Hernanto (1995), petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya di bidang pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya)

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya) ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya) Oleh: Ade Epa Apriani 1, Soetoro 2, Muhamad Nurdin Yusuf 3 1) Mahasiswa Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani (wholefarm) adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang artinya bahwa pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA e-j. Agrotekbis 4 (4) : 456-460, Agustus 2016 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA Income Analysis of Corn Farming Systemin Labuan

Lebih terperinci

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT Rachmat Hendayana Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Jl Tentara Pelajar, 10 Bogor ABSTRAK Makalah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September KELAYAKAN USAHATANI UBI JALAR (Ipomoea batatas L) DI LAHAN PASIR KECAMATAN MIRIT KABUPATEN KEBUMEN

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September KELAYAKAN USAHATANI UBI JALAR (Ipomoea batatas L) DI LAHAN PASIR KECAMATAN MIRIT KABUPATEN KEBUMEN KELAYAKAN USAHATANI UBI JALAR (Ipomoea batatas L) DI LAHAN PASIR KECAMATAN MIRIT KABUPATEN KEBUMEN Tri Santoso, Uswatun Hasanah, dan Dyah Panuntun Utami Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap pembangunan di Indonesia,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) VARIETAS PARADE (Studi Kasus di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman Kota Banjar)

ANALISIS USAHATANI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) VARIETAS PARADE (Studi Kasus di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman Kota Banjar) ANALISIS USAHATANI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) VARIETAS PARADE (Studi Kasus di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman Kota Banjar) Oleh: Alek Hermawan 1, Dini Rochdiani 2, Tito Hardiyanto 3 1)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk,

II. TINJAUAN PUSTAKA. input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Usahatani Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian III. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Desa Kebonagung Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI e-j. Agrotekbis 2 (3) : 332-336, Juni 2014 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI Analysis of income and feasibility farming

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO Purwanto 1) dan Dyah Panuntun Utami 2) 1)Alumnus Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian 2) Dosen Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tanaman kopi rakyat sebagian besar merupakan tanaman tua, tanaman semaian dari bibit tanaman lokal

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian,

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian, 44 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar Konsep dasar merupakan pengertian mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian, mencakup: Usahatani

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian survey. Dalam penelitian ini data yang diperlukan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani Identitas petani merupakan suatu tanda pengenal yang dimiliki petani untuk dapat diketahui latar belakangnya. Identitas

Lebih terperinci

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU MENTE (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur ) Oleh : Apollonaris Ratu

Lebih terperinci

Kajian Biaya, Penerimaan & Keuntungan Usahatani

Kajian Biaya, Penerimaan & Keuntungan Usahatani Kajian Biaya, Penerimaan & Keuntungan Usahatani I. Pendahuluan Setiap kegiatan pada proses produksi dalam usahatani menimbulkan pengorbanan hasil yg diperoleh Korbanan yang dicurahkan dalam proses produksi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis 30 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Usahatani ubi jalar di Desa Cikarawang menurut bentuk dan coraknya tergolong ke dalam usahatani perorangan dimana pengelolaannya dilakukan

Lebih terperinci

KAJIAN USAHATANI TANAMAN TOMAT TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI,

KAJIAN USAHATANI TANAMAN TOMAT TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI, KAJIAN USAHATANI TANAMAN TOMAT TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI, (Studi Kasus di Desa Golago Kusuma, Kecamatan Jailolo Timur, Kabupaten Halmahera Barat) Arman Drakel Staf Pengajar FAPERTA UMMU-Ternate,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Kertawinangun, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KOTA BANGUN KECAMATAN KOTA BANGUN

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KOTA BANGUN KECAMATAN KOTA BANGUN 72 ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KOTA BANGUN KECAMATAN KOTA BANGUN (Analysis of Income and Efficiency of the Lowland Rice Farm In the Kota Bangun I Village, Kota Bangun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak dan Keadaan Geografis Kecamatan Telaga merupakan salah satu dari 18 kecamatan yang ada di Kabupatan Gorontalo. Sesuai dengan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Marga dan Hutan Rakyat 1. Hutan Marga Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani adalah pelaku usahatani yang mengatur segala faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kualitas

Lebih terperinci

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. HASIL DAN PEMBAHASAN II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Faktor umur adalah salah satu hal yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Semakin produktif umur seseorang maka curahan tenaga yang dikeluarkan

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI NANAS DI DESA DODA KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI NANAS DI DESA DODA KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI ej. Agrotekbis 3 (2) : 240 246, April 2015 ISSN : 23383011 ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI NANAS DI DESA DODA KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI Feasibility study on Pineapple Farming at Doda Village, Sigi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa globalisasi, persaingan antarbangsa semakin ketat. Hanya bangsa yang mampu mengembangkan daya sainglah yang bisa maju dan bertahan. Produksi yang tinggi harus

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi III. METODE PENELITIAN Penelitian tentang pengembangan usahatani mina padi dengan sistem jajar legowo ini dilakukan di Desa Mrgodadi, Kecamatan sayegan, Kabupaten Sleman. Penelitian ini menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH 67 BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH Bab ini akan membahas keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) dalam mencapai sasaran-sasaran

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI PADI SAWAH DI SENTRA PRODUKSI PADI SAWAH (Studi Kasus: Desa Purwobinangun, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat)

NILAI TUKAR PETANI PADI SAWAH DI SENTRA PRODUKSI PADI SAWAH (Studi Kasus: Desa Purwobinangun, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat) NILAI TUKAR PETANI PADI SAWAH DI SENTRA PRODUKSI PADI SAWAH (Studi Kasus: Desa Purwobinangun, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat) SKRIPSI OLEH : FAQITA IQLIMA PUTRY 110304020 AGRIBISNIS PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU 30 ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU (Manihot esculenta) DI DESA PUNGGELAN KECAMATAN PUNGGELAN KABUPATEN BANJARNEGARA Supriyatno 1), Pujiharto 2), dan Sulistyani

Lebih terperinci

Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI

Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH DENGAN SISTEM PANEN HIJAU DAN SISTEM PANEN MERAH (Kasus Pada Petani Cabai di Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya) Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Defenisi Operasional Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan dari perolehan data yang dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian.

Lebih terperinci

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN :

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN : AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : 137 143 ISSN : 1411-1063 ANALISIS RENTABILITAS EKONOMI USAHATANI JAGUNG (Zea mays) DI DESA KALIORI KECAMATAN KALIBAGOR KABUPATEN BANYUMAS Winarsih Badan Pelaksana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program pengembangan agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekonomi Padi Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut Kasryno dan Pasandaran (2004), beras serta tanaman pangan umumnya berperan

Lebih terperinci

BAB III LAPORAN PENELITIAN

BAB III LAPORAN PENELITIAN BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Gapoktan Kelompok Tani Bangkit Jaya adalah kelompok tani yang berada di Desa Subik Kecamatan Abung Tengah Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA Eddy Makruf, Yulie Oktavia, Wawan Eka Putra, dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Responden Tingkat pendidikan di Desa Babakanreuma masih tergolong rendah karena dari 36 responden sebagian besar hanya menyelesaikan pendidikan sampai tingkat SD,

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT DENGAN POLA INTENSIF DAN NON INTENSIF DI DESA BUKIT HARAPAN KECAMATAN MERSAM

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT DENGAN POLA INTENSIF DAN NON INTENSIF DI DESA BUKIT HARAPAN KECAMATAN MERSAM ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT DENGAN POLA INTENSIF DAN NON INTENSIF DI DESA BUKIT HARAPAN KECAMATAN MERSAM TRIONO HERMANSYAH NPM. 0710 4830 0671 ABSTRAK Berbedanya kemampuan petani

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian Gaol (2011) yang berjudul Analisis Luas Lahan Minimum untuk Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawah di Desa Cinta Damai, Kecamatan Percut Sei Tuan,

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 Sarana Usahatani Kembang Kol Sarana produksi merupakan faktor pengantar produksi usahatani. Saran produksi pada usahatani kembang kol terdiri dari bibit,

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan sistem jajar legowo di Kabupaten Bantul menggunakan metode dekriptif analisis. Metode deskriptif bertujuan untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu. 37 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang petani mengalokasikan sumberdaya yang ada, baik lahan, tenaga

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan ibu rumah tangga yang mengurusi kebutuhan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani responden pada penelitian ini adalah petani yang berjumlah 71 orang yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang petani

Lebih terperinci

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup 7 II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pola makan anak balita Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup khususnya manusia. Pangan merupakan bahan yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta TINJAUAN PUSTAKA Monokultur Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini meluas praktiknya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT. Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK PENDAHULUAN

PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT. Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK PENDAHULUAN PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dan alokasi waktu

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor Jawa Barat, tepatnya di Kecamatan Jasinga. Pemilihan lokasi ini dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK 1 ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK FARMING ANALYSIS OF PADDY IN KEMUNINGMUDA VILLAGE BUNGARAYA SUB DISTRICT SIAK REGENCY Sopan Sujeri 1), Evy Maharani

Lebih terperinci

KAJIAN MANFAAT IRIGASI WADUK PELAPARADO DI KABUPATEN BIMA TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DAN KESEMPATAN KERJA

KAJIAN MANFAAT IRIGASI WADUK PELAPARADO DI KABUPATEN BIMA TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DAN KESEMPATAN KERJA KAJIAN MANFAAT IRIGASI WADUK PELAPARADO DI KABUPATEN BIMA TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DAN KESEMPATAN KERJA Abiyadun dan Ni Putu Sutami Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali ABSTRAK Dalam panca

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep usahatani Soekartawi (1995) menyatakan bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Bantar Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap) ABSTRAK

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Bantar Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap) ABSTRAK ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Bantar Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap) Oleh: Waris 1, Dedi Herdiansah S 2, Tito Hardiyanto 3 1,2,3 Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan Pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian bangsa, hal ini ditunjukkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan Kabupaten

Lebih terperinci

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya I. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, artinya adalah metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada

Lebih terperinci