BAB V IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS PADA SEKOLAH DASAR DI KOTA DENPASAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS PADA SEKOLAH DASAR DI KOTA DENPASAR"

Transkripsi

1 136 BAB V IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS PADA SEKOLAH DASAR DI KOTA DENPASAR Sebagai bagian dari kajian budaya kritis (critical cultural studies) penelitian ini berfokus pada implementasi kebijakan pemerintah Kota Denpasar yang menyangkut pelaksanaan pembelajaran bahasa Inggris pada SD. Dengan demikian, kebijakan tersebut akan dilihat secara kritis, termasuk kaitan kekuasaan dibaliknya, sampai pelaksanaannya secara nyata di lapangan dalam rangka emansipasi masyarakat yang terlibat dalam proses pendidikan tersebut, dalam hal ini murid-murid SD di Kota Denpasar yang menjadi sasaran pembelajaran bahasa Inggris. Pada bab ini dipaparkan implementasi kebijakan pemerintah pusat dalam penyelenggaraan pembelajaran bahasa Inggris di SD, implementasi kebijakan pemerintah Kota Denpasar dalam penyelenggaraan pembelajaran bahasa Inggris tingkat SD, dan praktik penyelenggaraan pembelajaran bahasa Inggris tingkat SD di Kota Denpasar. 5.1 Implementasi Kebijakan Pemerintah dalam Penyelenggaraan Pembelajaran Bahasa Inggris Komitmen yang kuat dari pemerintah Indonesia untuk meningkatkan sumber daya manusia merupakan tujuan utama pembangunan nasional. Contoh nyata adalah ketika memasuki pembangunan jangka panjang 25 tahun tahapan ke- 2 (PJP II) 1994/95, maka arah pembangunannya ditekankan pada pembangunan sumber daya manusia. Tujuan utama pembangunan adalah menguasai ilmu 136

2 137 pengetahuan dan teknologi. Untuk bisa menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pengajaran bahasa Inggris mendapat perhatian khusus dari berbagai kalangan akademisi, praktisi, pengusaha, dan pemerintah. Hal ini wajar diperhatikan mengingat peranan dan fungsi bahasa Inggris sebagai bahasa international atau bahasa komunikasi global agar dapat menguasai IPTEK. Dunia pendidikan harus selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan teknologi informasi telah membuat dunia menjadi satu kesatuan dan seolah-olah menghilangkan batas antarnegara. Bahasa komunikasi internasional sudah menjadi suatu kebutuhan untuk berkomunikasi secara global. Bangsa yang tidak mampu berkomunikasi secara global akan ketinggalan dari bangsa lain. Dewasa ini bahasa Inggris telah digunakan oleh lebih dari setengah penduduk dunia. Fungsinya tidak hanya sebagai alat atau media untuk berkomunikasi antarbangsa, tetapi semakin luas dan penting, yaitu sebagai bahasa ilmu pengetahuan, teknologi, sosial ekonomi, budaya, bahkan seni. Sebagai bahasa global bahasa Inggris memegang fungsi dan peran yang sangat penting. Era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, semakin terbukanya kesempatan untuk berkomunikasi secara internasional dan pasar bebas yang segera dilaksanakan menuntut bangsa Indonesia memiliki kompetensi yang kompetitif di segala bidang. Indonesia tidak bisa lagi hanya mengandalkan sumber daya alam dan kemampuan fisik saja untuk mencapai kesejahteraan bangsanya, tetapi harus lebih mengandalkan sumber daya manusia yang profesional. Salah satu syarat untuk mencapainya adalah kemampuan berbahasa Inggris, khususnya

3 138 kemampuan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Penguasaan ini sangat penting karena hampir semua sumber informasi global pada berbagai aspek kehidupan menggunakan bahasa Inggris. Pesatnya komunikasi dan interaksi global telah menempatkan bahasa Inggris sebagai salah satu media yang mutlak dibutuhkan. Oleh karena tanpa kemampuan berbahasa Inggris yang memadai, para lulusan SMA bahkan sarjana, akan menghadapi banyak masalah dalam menjalin interaksi global tersebut. Dalam kaitan ini Crystal (2000:1) menyatakan, English is a global language. Pernyataan ini memiliki makna bahwa bahasa Inggris adalah bahasa global. Bahasa global ini digunakan oleh berbagai bangsa untuk berkomunikasi dengan bangsa di seluruh dunia. Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulisan. Pengertian berkomunikasi dimaksudkan adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, serta mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya dengan menggunakan bahasa Inggris. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana (Depdiknas, 2003:13). Demikian pula dalam konteks pendidikan, bahasa Inggris berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi dalam rangka mengakses informasi, bahkan dalam konteks sehari- hari, yakni sebagai alat untuk membina hubungan interpersonal lintas bangsa, bertukar informasi, serta menikmati estetika bahasa dalam budaya Inggris. Lebih khusus lagi, bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang dianggap sangat penting sebagai alat atau media untuk penyerapan, transfer, dan pengembangan ilmu pengetahuan,

4 139 teknologi, seni budaya, dan pembinaan hubungan dengan bangsa lain. Dengan mempelajari dan menguasai bahasa Inggris, maka seseorang akan terbuka wawasan dan pengetahuannya secara internasional. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Inggris menjadi sangat penting mengingat semakin mengglobalnya dunia informasi saat ini. Oleh karena pentingnya penguasaan bahasa Inggris bagi masyarakat Indonesia umumnya dan lulusan sekolah menengah atas khususnya, bahasa Inggris diajarkan pada siswa dari SD, SMP, sampai dengan SMA. Untuk tingkat SD, bahasa Inggris diberikan sebagai mata pelajaran muatan lokal, sedangkan untuk tingkat SMP dan SMA, bahasa Inggris diberikan sebagai mata pelajaran wajib, bahkan termasuk mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional (UN). Pemerintah menganggap pengajaran bahasa Inggris mempunyai posisi khusus di sekolah. Bahasa Inggris merupakan mata pelajaran wajib dari SMP sampai perguruan tinggi. Tujuan utama pengajaran bahasa Inggris adalah memberikan keterampilan berkomunikasi dalam bahasa Inggris sehingga mereka mampu mengikuti berbagai kegiatan akademik tingkat internasional karena biasanya mempergunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa internasional yang tidak dapat dihindari dari percaturan dunia. Pembelajaran bahasa Inggris sudah menjadi suatu kebutuhan pendidikan, khususnya untuk daerah tujuan wisata yang banyak bersentuhan dengan dunia internasional. Untuk itu, pemerintah secara khusus memberikan perhatian pada pembelajaran bahasa Inggris yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Inggris di SD melalui berbagai

5 140 bentuk pelatihan serta pengadaan instrumen pendukungnya. Melalui program tersebut diharapkan dapat tercipta bahasa Inggris bukan lagi sebagai bahasa asing, tetapi menjadi bahasa komunikasi setelah bahasa daerah sebagai bahasa pertama dan bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia. Kemampuan berbahasa Inggris merupakan salah satu kemampuan yang sangat menentukan dalam memperoleh lapangan kerja akhir-akhir ini. Fenomena yang mendasari munculnya keinginan pemberian atau keinginan untuk memperkenalkan bahasa Inggris di beberapa provinsi di seluruh wilayah Indonesia. Terlepas dari bagaimana sesungguhnya mutu pembelajaran bahasa Inggris yang telah diberikan di SD di Indonesia, tersirat suatu keadaan yang memprihatinkan, yakni kurang baiknya mutu hasil pengajaran bahasa Inggris di sekolah-sekolah (Artsiyanti, 2002:1). Begitu pentingnya mata pelajaran bahasa Inggris maka dibuatlah kurikulum nasional mata pelajaran bahasa Inggris untuk jenjang kelas empat sampai dengan kelas enam. Namun, kurikulum pembelajaran bahasa Inggris untuk sekolah yang memberikan bahasa Inggris dari jenjang kelas satu sampai dengan kelas tiga diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah daerah, dalam hal ini Disdikpora tingkat kabupaten atau kota berkoordinasi dengan Disdikpora tingkat provinsi. Dalam hal ini, kurikulumnya meliputi banyak segi yang terkait dengan sistem pembelajaran. Sebagai contoh, bagaimana bahasa Inggris diajarkan dan materi apa yang harus dipakai. Dalam kurikulum ini jam pelajaran bahasa Inggris ditambah dan disesuaikan dengan tingkatan kelas dan sekolah. Dalam

6 141 penerapannya di lapangan ternyata kurikulum mata pelajaran bahasa Inggris sangat kaku dan sulit untuk diimplementasikan di kelas. Tujuan pendidikan dasar di Indonesia ialah mempersiapkan lebih awal siswa pengetahuan dasar sebelum melangkah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Website Departemen Pendidikan Nasional, 2004). Alasan yang terakhir adalah bagi orangtua dan guru dapat memberikan bekal kepada siswa karena dengan menguasai bahasa Inggris akan memberikan kesempatan yang lebih terbuka untuk mengembangkan diri agar memperoleh kesempatan yang lebih baik menghadapi persaingan lapangan kerja dan karier pada masa yang akan datang. Dalam kaitan ini Pennycook (1995:40) berpendapat bahwa bahasa Inggris telah menjadi suatu alat yang sangat menentukan bagi kelanjutan pendidikan, pekerjaan, serta status sosial masyarakat Seperti yang diuraikan dalam kurikulum bahasa Inggris berbasis kompetensi (Depdiknas, 2001:7), maka untuk menjawab tantangan pada tingkat global, penguasaan bahasa Inggris merupakan salah satu syarat utama yang harus dimiliki individu, masyarakat, dan bangsa Indonesia. Penguasaan bahasa Inggris dapat diperoleh melalui berbagai program, tetapi sebagian besar bangsa Indonesia mendapatkan pelajaran bahasa Inggris melalui sekolah. Program pembelajaran bahasa Inggris untuk SD merupakan upaya untuk memperbaiki pola pembelajaran bahasa Inggris yang selama ini menggunakan pendekatan gramatikal menjadi bahasa sebagai alat komunikasi. Program pembinaan bahasa Inggris ini mencakup kurikulum, guru, materi, metodologi, sarana prasarana dan evaluasinya.

7 142 Dalam hal ini data yang diperoleh menunjukkan bahwa pengenalan bahasa Inggris di SD sangat penting. Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi program ini harus terus dilanjutkan. Alasan yang pertama adalah bahwa bahasa Inggris merupakan bahasa yang sangat penting dalam dunia internasional, khususnya pada era globalisasi sekarang ini. Alasan kedua adalah bahwa dengan menguasai bahasa Inggris, maka orang akan dengan mudah masuk dan dapat mengakses dunia informasi dan teknologi. Oleh karena itu, dengan pengenalan bahasa Inggris di SD, maka siswa akan mengenal dan mengetahui bahasa tersebut lebih awal. Di samping itu, mereka akan mempunyai pengetahuan dasar yang lebih baik sebelum melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Pelaksanaan program pembelajaran bahasa Inggris untuk jenjang SD sebagai salah satu kurikulum muatan lokal perlu disusun suatu strategi sebagai kebijakan nasional. Secara resmi kebijakan tentang memasukkan pelajaran bahasa Inggris di SD sesuai dengan kebijakan Depdikbud RI No. 0487/1992, Bab VIII, yang menyatakan bahwa SD dapat menambah mata pelajaran dalam kurikulumnya, asalkan pelajaran itu tidak bertentangan dengan tujuan pendidikan nasional. Kemudian, kebijakan ini disusul oleh SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 060/U/1993 Tanggal 25 Februari 1993 yang memuat tentang dimungkinkannya program bahasa Inggris sebagai mata pelajaran muatan lokal SD, dan dapat dimulai pada kelas empat SD, hingga muncul Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Inggris untuk SD.

8 Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Denpasar dalam Penyelenggaraan Pembelajaran Bahasa Inggris Kewenangan yang dimiliki pemerintah sesuai dengan pemberlakuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan yang semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Penerapan desentralisasi pengelolaan pendidikan adalah dengan diberikannya wewenang kepada sekolah untuk menyusun kurikulum. Hal itu juga mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu Pasal 3 tentang Fungsi Dan Tujuan Pendidikan Nasional serta Pasal 35 tentang Standar Nasional Pendidikan. Selain itu, juga adanya tuntutan globalisasi dalam bidang pendidikan yang memacu keberhasilan pendidikan nasional agar dapat bersaing dengan hasil pendidikan negara-negara maju. Dalam hal ini desentralisasi pengelolaan pendidikan yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan kondisi daerah perlu segera dilaksanakan. Bukti nyata desentralisasi pengelolaan pendidikan ini adalah diberikannya kewenangan kepada sekolah untuk mengambil keputusan berkenaan dengan pengelolaan pendidikan, seperti dalam pengelolaan kurikulum, baik dalam penyusunan maupun pelaksanaannya di sekolah. Pengenalan bahasa Inggris untuk siswa SD merupakan tindak lanjut kebijakan pemerintah pusat dan provinsi yang memberikan kebebasan kepada Disdikpora tingkat kota ataupun kabupaten untuk mengambil suatu kebijakan terkait dengan pembelajaran bahasa Inggris di SD mulai kelas empat. Kebijakan ini akibat adanya otonomi daerah untuk mengatur pemerintahan sendiri di daerah,

9 144 terutama di bidang pendidikan. Selanjutnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab IV, Pasal 10 menyatakan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah berhak mengarahkan, membimbing, dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Kemudian, pada Pasal 11, Ayat (1) dinyatakan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. Dalam rangka pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal 2004 yang berbasis kompetensi, Disdikpora Provinsi Bali melalui Dana Alokasi Sekolah Kejuruan (DASK) Tahun Anggaran 2004 menerbitkan standar kompetensi muatan lokal wajib dan standar kompetensi untuk muatan lokal pilihan. Kurikulum muatan lokal wajib terdiri atas: Bahasa Bali dan Budi Pekerti, sedangkan kurikulum muatan lokal pilihan terdiri atas: Industri Rumah Tangga, Menari, Mejejaitan, Menganyam, Menggambar, Permainan Tradisional, Mengukir, Metembang, Lingkungan Hidup, dan Bahasa Inggris. Berikut sikap dan tanggapan Dewa Made Sugiarta, KASI Kurikulum Disdikpora Provinsi Bali. Pembelajaran bahasa Inggris ditetapkan sebagai mata pelajaran muatan lokal pilihan. Muatan lokal dibagi dua jenis, yaitu muatan lokal wajib, yakni bahasa Bali, sedangkan muatan lokal pilihan disesuaikan dengan lingkungan dari sekolah bersangkutan. Muatan lokal pilihan itu antara lain menganyam, seni tari permainan tradional, mejejaitan, dan bahasa Inggris. Oleh karena daerah Bali merupakan daerah tujuan wisata utama, maka kebanyakan sekolah dasar di Bali memilih bahasa Inggris sebagai mata pelajaran muatan lokal pilihan. Pelajaran bahasa Inggris diberikan mulai dari kelas empat dengan waktu dua jam per minggu sesuai dengan kebijakan pemerintah pusat untuk memberikan pelajaran bahasa Inggris bagi provinsi yang merasa mampu melaksanakan kebijakan tersebut. Menurut Permen No 22 tentang Standar Isi dan Permen No. 23 tentang

10 145 Standar Kompetensi Lulusan, pembelajaran bahasa Inggris untuk sekolah dasar dimulai kelas empat. Kenyataan di lapangan ada sekolah yang juga memberikan pelajaran bahasa Inggris dari kelas satu. Untuk kurikulum bahasa Inggris kelas IV ke atas mengacu pada kurikulum yang dikeluarkan oleh BSNP, sedangkan kurikulum bahasa Inggris dari kelas satu sampai kelas tiga ditentukan oleh dinas provinsi yang disebut dengan kurikulum persiapan. Kurikulum persiapan ini mengacu pada kurikulum yang dikeluarkan oleh BSNP dan dimodifikasi sesuai dengan kepentingan masyarakat setempat atau kepentingan dan kebutuhan daerah. Sampai saat ini kurikulum bahasa Inggris tersebut belum terwujud. (wawancara 29 September 2009) Data hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa kebijakan pembelajaran bahasa Inggris jenjang SD di Kota Denpasar adalah berdasarkan kebijakan Disdikpora Provinsi Bali yang menetapkan bahasa Inggris termasuk dalam kurikulum muatan lokal pilihan. Disdikpora Provinsi Bali menetapkan bahasa Inggris sebagai mata pelajaran muatan lokal pilihan berdasarkan kepada kebijakan pemerintah pusat yang memasukkan pelajaran bahasa Inggris di SD dan dapat dimulai pada kelas empat SD. Dengan adanya kebijakan pemerintah pusat dan kebijakan pemerintah provinsi yang menetapkan bahasa Inggris sebagai mata pelajaran muatan lokal pilihan bagi daerah yang merasa mampu untuk melaksanakannya, maka Pemerintah Kota Denpasar juga menetapkan kebijakan yang sama untuk melaksanakan pembelajaran bahasa Inggris sebagai muatan lokal pilihan. Penetapan bahasa Inggris sebagai muatan lokal pilihan juga berdasarkan pada kenyataan di lapangan bahwa jauh sebelumnya sudah ada beberapa sekolah yang memberikan mata pelajaran bahasa Inggris, terutama sekolah dasar swasta. Di samping itu, pertimbangan penting lainnya adalah Kota Denpasar sebagai daerah tujuan wisata utama di Indonesia perlu mempersiapkan sumber daya manusia

11 146 yang mampu berbahasa Inggris dengan baik. Berdasarkan wawancara di lapangan, kebijakan pengajaran bahasa Inggris untuk SD di Kota Denpasar, adalah seperti yang dikatakan oleh Kadisdikpora Kota Denpasar I Gusti Lanang Jelantik. Memang setelah dilaksanakan kebijakan desentralisasi pengelolaan pendidikan kepada daerah tingkat II maupun Kota, kurikulum masih merupakan kewenangan pemerintah pusat. Kurikulum pendidikan yang ada sekarang, masih ditentukan oleh pusat dengan bobot 80%, sedangkan 20% lagi adalah kewenangan propinsi atau kabupaten atau kota. Bahasa Inggris oleh Pemerintah Provinsi Bali ditetapkan sebagai muatan lokal pilihan yang diberikan mulai dari kelas empat, sedangkan bahasa Bali merupakan muatan lokal wajib. Realitas yang ada, dominan sekolah dasar di Kota Denpasar memilih bahasa Inggris sebagai muatan lokal pilihan dengan pertimbangan bahwa Denpasar merupakan tetangga dari Kabupaten Badung yang merupakan daerah tujuan wisata utama di Bali. Untuk pengembangan potensi diri dan memanfaatkan jam dan hari yang kosong, banyak pula sekolah yang memberikan pelajaran bahasa Inggris dari kelas satu. Oleh karena hampir semua sekolah memilih bahasa Inggris sebagai muatan lokal pilihan, maka bahasa Inggris dimasukkan dalam ujian sekolah. Memang pengadaan guru bahasa Inggris menjadi kendala karena pengadaan guru masih merupakan kewenangan provinsi. Pengalaman tahun lalu pengangkatan guru kelas sekolah dasar sangat kecil, apalagi untuk pengadaan guru bahasa Inggris yang merupakan muatan lokal tidak ada sama sekali. Untuk pengadaan guru bahasa Inggris saat ini diserahkan sepenuhnya kepada sekolah bekerja sama dengan komite sekolah untuk mencari guru honor. Untuk pengadaan sarana dan prasarana khusus bahasa Inggris belum ada, yang ada adalah bantuan sarana dan prasarana secara umum seperti media pembelajaran berupa komputer yang bisa untuk membantu media pengajaran bahasa Inggris (wawancara 22 Desember 2009). Tuturan di atas menunjukkan bahwa kebijakan pembelajaran bahasa Inggris untuk jenjang SD di Kota Denpasar merupakan tindak lanjut kebijakan Disdikpora Provinsi yang memasukkan bahasa Inggris dalam kurikulum muatan lokal pilihan. Kebijakan Disdikpora tingkat provinsi mengacu pada kebijakan pemerintah pusat, dalam hal ini Kementrian Pendidikan Nasional yang memberikan kewenangan kepada daerah untuk memasukkan pelajaran bahasa Inggris SD berdasarkan kebutuhan daerah, asalkan daerah tersebut mampu untuk melaksanakannya.

12 147 Kenyataan yang ada adalah kebanyakan SD yang ada di Kota Denpasar memilih bahasa Inggris sebagai mata pelajaran muatan lokal pilihan walaupun ada mata pelajaran lain yang ditawarkan sebagai muatan lokal pilihan. Namun, mata pelajaran bahasa daerah ditetapkan sebagai muatan lokal wajib. Data di lapangan menunjukkan bahwa dalam pelaksanaannya, kebijakan pembelajaran bahasa Inggris jenjang SD di Kota Denpasar masih banyak menimbulkan permasalahan yang mesti dipecahkan dengan berbagai pihak terkait, seperti: pemerintah provinsi, kota, pihak sekolah, siswa, dan masyarakat. Dalam hal ini sebelum suatu kebijakan ditetapkan, semestinya pemerintah harus melihat kondisi di lapangan apakah memungkinkan suatu kebijakan untuk dilaksanakan. Dalam praktik/ pelaksanaan penyelenggaraan pembelajaran bahasa Inggris jenjang SD di Kota Denpasar, yakni menunjukkan bahwa pemerintah pusat, provinsi serta kota tidak mengawal kebijakan tersebut sampai dalam pelaksanaan di lapangan. Pengamat Pendidikan, Wayan Maba, menanggapi kebijakan pembelajaran bahasa Inggris di SD, yakni sebagai berikut. Pembelajaran bahasa Inggris di SD belum bersifat operasional, masih perlu dikaji lebih lanjut supaya ada keseragaman dengan SD lainnya. Semestinya ada bintek, monev, dan supervisi dari para pengawas SD di kecamatan masing-masing. Suatu kebijakan semestinya perlu dikawal oleh semua pihak yang terkait, bahkan perlu didanai melalui APBD secara rutin setiap tahun. Suatu kebijakan jangan diserahkan begitu saja ke SD dan hal ini tidak efektif dan efisien. Satuan pendidikan SD tidak tahu dan tidak mampu melaksanakan kebijakan mentah tersebut, kalau toh jalan hanya versi setempat, yang mungkin berlawanan dengan silabus mulok pilihan di SD. Hal ini preseden buruk bagi dunia pembelajaran di SD, dampak negatif sangat berbahaya untuk satuan pendidikan menengah. Berdasarkan penjaminan mutu di SD dari Direktorat TK dan SD, maka pembelajaran bahasa Inggris di SD dimulai dari kelas empat, akan tetapi banyak SD yang memulai dari kelas satu dan ditinjau dari segi guru,sarana dan prasarana dan metode pengajaran dan lainnya bertentangan dengan filosofi KTSP dan mulok di SD, karena disusun sendiri sesuai kemampuan dan

13 148 dilaksanakan sendiri sesuai kondisi oleh guru seadanya. Soal harian, UTS dan soal UAS juga tidak jelas dalam pembelajaran bahasa Inggris di SD, terutama yang untuk kelas satu sampai kelas tiga. Untuk menghindari halhal negatif dalam proses pembelajaran diharapkan semua pihak menunjukkan kepedulian untuk merancang pembelajaran bahasa Inggris di SD agar dapat mencapai tujuan pendidikan di daerah Bali umumnya dan Kota Denpasar khususnya. (wawancara 23 September 2009). Data wawancara tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa Inggris di SD asal jalan saja menurut versi SD masing-masing sehingga tidak ada keseragaman dengan SD lainnya. Kenyataan di atas tentu sangat berbahaya, mengingat Bali sebagai daerah pariwisata sangat memerlukan SDM yang mumpuni. Semestinya Disdikpora mengawal kebijakan tersebut agar mencapai hasil yang optimal dalam rangka menyiapkan SDM Bali ke depan, terutama dalam penguasaan bahasa Inggris sejak dini. Hal ini sangat relevan dengan teori ilmu Pengetahuan/ Kekuasaan bahwa dengan menguasai bahasa Inggris secara baik dan benar akan memudahkan siswa dalam mendapatkan ilmu pengetahuan, di samping dengan ilmu tersebut akan memudahkan mereka untuk mendapatkan pekerjaan, khususnya di sektor pariwisata. Dalam hal ini sekolah yang mampu menyiapkan guru, sarana prasarana pendidikan yang memadai saja yang akan berasil dalam suatu proses belajar mengajar. Apabila kebijakan tersebut hanya digulirkan dan hanya diserahkan begitu saja kepada satuan pendidikan SD untuk dilaksanakan seperti kondisi masingmasing, maka hasilnya akan tidak maksimal. Semestinya Tim Pemgembang Kurikulum diminta untuk mendatangkan ahli dari LPTK untuk merancang bahan ajar, metode mengajar, menatar guru bahasa Inggris, dan yang lainnya. Disdikpora semestinya berupaya menembus DPRD agar kebijakan tersebut diikuti dengan

14 149 DIPA setiap tahun. Selanjutnya, realisasi DIPA oleh Disdikpora bekerja sama dengan PT LPTK untuk mengawal kebijakan pembelajaran bahasa Inggris di satuan pendidikan sekolah dasar. 5.3 Implementasi/Praktik Penyelenggaraan Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar di Kota Denpasar Disdikpora Kota Denpasar sangat responsif terhadap tuntutan akan mutu pendidikan sesuai dengan tuntutan zaman pada era globalisasi yang penuh dengan harapan dan tantangan. Desentralisasi pengelolaan pendidikan yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan kondisi daerah telah dilaksanakan. Bukti nyata dari desentralisasi pengelolaan pendidikan ini adalah diberikannya kewenangan kepada sekolah untuk mengambil keputusan berkenaan dengan pengelolaan pendidikan, seperti dalam pengelolaan kurikulum, baik dalam penyusunan maupun pelaksanaannya di sekolah. Mengingat pelajaran bahasa Inggris mempunyai posisi atau status sebagai bahasa international, maka pemerintah Kota Denpasar dengan mengacu pada Standar Kompetensi Kurikulum Muatan Lokal Tahun 2004 yang diterbitkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Bali pada tanggal 10 September 2004, memberikan pelajaran bahasa Inggris sebagai mata pelajaran muatan lokal pilihan sejak kelas empat bahkan ada sekolah swasta di perkotaan memberikan pelajaran bahasa Inggris sejak kelas satu SD. Pertimbangan lain adalah Bali sebagai daerah tujuan wisata utama di Indonesia akan memerlukan sumber daya manusia yang mampu berbahasa Inggris dengan baik, dalam hal ini, baik secara lisan maupun tulisan. Kenyataan juga menunjukkan bahwa untuk merebut peluang kerja di

15 150 sektor pariwisata diperlukan sumber daya manusia yang mempunyai kemampuan berbahasa Inggris yang baik. Pemerintah Kota Denpasar melalui Disdikpora sangat mendukung kebijakan pengajaran bahasa Inggris sekolah dasar, yakni dengan melanjutkan kebijakan pemerintah pusat dan provinsi yang menetapkan pengajaran bahasa Inggris di SD sebagai mata pelajaran muatan lokal pilihan dari kelas empat. Alasan utama untuk mendukung kebijakan tersebut adalah karena bahasa Inggris (seperti yang diuraikan sebelumnya) merupakan bahasa internasional. Pemerintah Kota Denpasar sadar bahwa semua sektor pariwisata sudah tentu memerlukan sumber daya manusia yang mampu berbahasa Inggris dengan baik. Oleh karena itu kebijakan untuk memberikan pengajaran bahasa Inggris sejak awal merupakan suatu kebijakan yang patut didukung oleh pemerintah dan masyarakat Kota Denpasar. Kebijakan pengajaran bahasa Inggris jenjang SD di Kota Denpasar secara umum mendapat respon yang sangat positif dari berbagai kalangan, baik dari Dinas Pendidikan, kepala sekolah, guru, komite sekolah, masyarakat umum, maupun para siswa. Kebijakan ini disambut dengan perasaan senang oleh kepala sekolah yang mempunyai tenaga pengajar yang profesional dan prasarana pembelajaran yang memadai. Akan tetapi, ada rasa kurang percaya diri (PD) dari kepala sekolah yang memang belum siap dengan sumber daya guru dan fasilitas pembelajaran. Sebenarnya kebijakan ini masih banyak kelemahannya walaupun banyak hal positif yang dapat diraih. Semestinya sebelum kebijakan tersebut dilaksanakan, hendaknya dipersiapkan tenaga guru, sarana pendidikan seperti alat

16 151 peraga, laboratorium bahasa, serta sarana dan prasarana lainnya yang menunjang pelaksanaan proses belajar mengajar. Menurut Curtain & Pesola (1994) dewan sekolah dan persatuan orangtua siswa memerlukan alasan kuat dan bukti nyata sebelum membuat keputusan atau kebijakan tentang waktu, dana, dan jenis suatu program baru. Program bahasa Inggris ini perlu mengetengahkan manfaat dari pembelajaran bahasa, pilihan bahasa yang harus diajarkan, dan jenis pembelajaran yang umum yang akan dipakai, dan lain sebagainya. Dasar pemikiran yang meyakinkan dan mantap akan dapat membantu keberadaan pelajaran bahasa asing di SD. Hal pertama yang dilakukan dalam pelaksanaan pengajaran bahasa Inggris adalah mengadakan rapat dengan komite sekolah untuk pengadaan guru bahasa Inggris yang memang belum banyak tersedia. Sebagai langkah awal adalah menugaskan guru kelas atau salah seorang guru yang dianggap mempunyai kemampuan untuk mengajarkan bahasa Inggris. Dalam hal Disdikpora kota juga sadar bahwa pelaksanaan pengajaran bahasa Inggris SD memunculkan berbagai kendala, baik faktor kebahasaan (linguistik) maupun nonkebahasaan, seperti tenaga guru, materi pengajaran dan prasarana pembelajaran yang mendukung proses belajar mengajar yang baik untuk mendapatkan hasil yang optimal. Berikut hasil wawancara dengan Ida Bagus Alit Kasi Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kota Denpasar. Bahasa Inggris dimasukkan sebagai mata pelajaran muatan lokal pilihan yang diberikan dari kelas empat sampai kelas enam. Alasan utama adalah di era global ini mau tidak mau bahasa Inggris harus kita pahami selain bahasa Indonesia dan bahasa Bali. Bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa internasional yang sangat dibutuhkan dalam kancah pergaulan internasional. Kendala di lapangan yang dihadapi oleh sekolah adalah

17 152 tenaga guru bahasa Inggris yang mempunyai sertifikat untuk mengajarkan bahasa Inggris di sekolah dasar atau untuk pembelajar pemula. Pemerintah belum bisa memberikan sarana dan prasarana pendidikan seperti alat peraga, laboratorium bahasa dan buku-buku pelajaran bahasa Inggris ke semua sekolah, kecuali sekolah yang mendapat program rintisan bahasa Inggris. Pengadaan guru dan sarana pembelajaran bahasa Inggris dilaksanakan oleh sekolah bekerja sama dengan komite sekolah. (wawancara 18 September 2009). Ungkapan di atas menunjukkan betapa pentingnya pembelajaran bahasa Inggris untuk diberikan di SD di Kota Denpasar sebagai mata pelajaran muatan lokal pilihan. Tujuan utama memberikan pembelajaran bahasa Inggris pada siswa sekolah dasar adalah untuk memberikan pengetahuan awal sebelum mereka melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bahasa Inggris diberikan lebih awal dengan tujuan untuk menyiapkan sumber daya manusia yang mampu bersaing di era global. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya di lapangan banyak kendala yang timbul, terutama dalam mendapatkan guru yang memang berkualifikasi pendidik bagi pembelajar pemula. Kebijakan pembelajaran bahasa Inggris ini ternyata tidak diikuti oleh bantuan pemerintah daerah ataupun pusat dalam menyediakan sarana dan prasarana pembelajaran. Oleh karena dalam pengajaran bahasa Inggris, tanpa didukung sarana prasarana yang memadai tidak akan berhasil. Misalnya tidak tersedianya buku pegangan/paket, baik untuk guru maupun anak, di sampping alat peraga (visualaids) wall chard, flash card, teks lagu/nyanyian dan lain sebagainya. Mutu pendidikan sangat erat kaitannya dengan kualitas sumber daya pendidik karena lulusan berkualitas akan dapat dihasilkan apabila tersedia tenaga pendidik yang profesional. Memang dalam pelaksanaan di lapangan banyak kendala yang dihadapi oleh sekolah, terutama ketersediaan guru bahasa Inggris

18 153 yang memang dipersiapkan secara khusus untuk pembelajar pemula. Pelajaran bahasa Inggris boleh diajarkan di tingkat SD sejak tahun 1994 sebagai muatan lokal. Dalam pelaksanaannya ternyata banyak mengalami kendala yang berkaitan dengan kurikulum bahasa Inggris untuk SD, ketersediaan dan kemampuan tenaga pengajar, substansi atau materi pelajaran, metodologi atau pendekatan dalam pembelajaran, sistem evaluasi, serta sarana dan prasarana. Di samping itu, kenyataan menunjukkan bahwa penyelenggaraan pengajaran bahasa Inggris di SD tidak ditangani oleh guru yang memang berkompetensi mengajar bahasa Inggris untuk SD. Hal ini berarti bahwa pengajaran bahasa Inggris di SD diselenggarakan secara coba-coba. Padahal apa pun yang diajarkan di SD, yakni sebagai lembaga pendidikan dasar yang paling awal, mempunyai pengaruh yang besar terhadap pengajaran pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Oleh karena kuat lemahnya dasar yang berhasil diletakkan di sekolah dasar akan menentukan perkembangan selanjutnya. Tujuan pengajaran bahasa Inggris di SD adalah agar siswa dapat membaca, menyimak, melafalkan, dan menulis sejumlah kosakata dan keterampilan fungsional dalam kalimat dan ujaran bahasa Inggris sederhana yang berhubungan dengan lingkungan siswa, sekolah, dan sekitarnya. Dalam teori Psikologi Piaget memandang anak sebagai individu (pembelajar) yang aktif. Perhatian utama Piaget tertuju pada hal bagaimana anak-anak dapat mengambil peran dalam lingkungannya dan bagaimana lingkungan sekitar berpengaruh terhadap perkembangan mentalnya. Menurut Piaget (dalam Helena, 2004), anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha mengatasi masalah-

19 154 masalah yang dihadapi di lingkungan. Dalam hal melalui kegiatan yang dimaksudkan untuk memecahkan masalah itulah, maka pembelajaran terjadi. Sesuai dengan kurikulum yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan 2006 tentang kurikulum muatan lokal, terutama mata pelajaran bahasa Inggris, ternyata sederhana sekali sehingga kelihatannya mudah dipahami dan diterapkan. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara penulis, ternyata mata pelajaran muatan lokal (mulok) pilihan bahasa Inggris ini merupakan salah satu kendala yang serius dihadapi oleh para guru bahasa Inggris SD di Kota Denpasar. Hal itu dapat kita buktikan, yakni ada SD yang mengajarkan bahasa Inggris yang gurunya bukan dari SD bersangkutan, tetapi mengambil dari luar (honorer). Kenyataannya di Kota Denpasar masih banyak guru bahasa Inggris tingkat SD berstatus guru honorer atau memimjam dari sekolah lain. Berikut ini data hasil wawancara dengan Ida Ayu Putu Tirta, Kepala SD No. 8 Dauh Puri. Beliau mengatakan seperti berikut ini. Pengajaran bahasa Inggris di SD adalah muatan lokal pilihan, sedangkan bahasa Bali merupakan muatan lokal wajib. Selain bahasa Inggris ada juga muatan lokal pilihan lainnya, seperti: menganyam, mejejaitan, dan permainan tradisional. Bahasa Inggris ditetapkan sebagai pelajaran muatan lokal pilihan karena sesuai dengan kondisi masing-masing daerah. Bali yang merupakan daerah wisata utama di Indonesia, maka banyak dominan sekolah dasar di Kota Denpasar menetapkan bahasa Inggris sebagai muatan lokal pilihan. Di sekolah, kami juga memberikan pelajaran bahasa Inggris dari kelas satu karena sekolah kami mendapat proyek sekolah rintisan bahasa Inggris. Ada lima gugus sekolah dasar di Kota Denpasar yang menjadi pilot projek sekolah rintisan bahasa Inggris, yaitu satu sekolah dari masing-masing kecamatan ditambah lagi satu sekolah diambil dari Kecamatan Denpasar Selatan. Jumlah sekolah yang mendapat sekolah rintisan bahasa Inggris di Bali sebanyak 63 gugus. Secara umum tidak semua sekolah mendapat bantuan sarana dan prasarana pendidikan seperti buku-buku dan media pembelajaran bahasa Inggris, kecuali sekolah yang bersatus rintisan saja yang mendapat bantuan tersebut. Sampai saat ini sekolah kami belum mendapat bantuan guru PNS yang tamatan IKIP

20 155 maupun FKIP yang mempunyai sertifikasi pengajar bahasa Inggris untuk siswa sekolah dasar. Adapun guru bahasa Inggris yang ada sekarang adalah tamatan Fakultas Sastra Jurusan Bahasa Inggris. Untuk meningkatkan metode mengajar, kami memberikan kesempatan kepada guru tersebut untuk secara rutin ikut workshop ataupun seminar yang biasanya diadakan oleh Dinas Pendidikan Kecamatan. (wawancara 17 September 2009). Ungkapan di atas menunjukkan bahwa berdasarkan standar nasional pendidikan, terutama standar pendidik atau guru, maka pembelajaran bahasa Inggris sebagai mulok pilihan pada jenjang SD di Kota Denpasar ternyata belum optimal. Hal ini terbukti bahwa guru pengajar bahasa Inggris di SD sebagian besar bukan lulusan S1 atau S.Pd, bahasa Inggris LPTK. Dalam hal ini satuan pendidikan di SD menugaskan sembarang guru untuk melaksanakan pembelajaran bahasa Inggris, asalkan dia mau dan mampu berbahasa Inggris. Dari segi kompetensi guru, ternyata guru tersebut tidak memiliki kompetensi atau tidak profesional dalam pembelajaran bahasa Inggris. Secara umum guru yang berasal dari non-lptk biasanya kurang menguasai metodologi pembelajaran sehingga pembelajaran bahasa Inggris di SD tidak profesional, tidak luwes, tidak efektif dan sangat jauh dari visi dan misi pembelajaran bahasa Inggris SD. Guru merupakan pelaksana yang harus mampu menerjemahkan komponen kurikulum, yaitu tujuan, metodologi, materi, dan evaluasi menjadi kegiatan praktis di kelas bahasa Inggris. Oleh karena itu, guru SD yang mengajarkan bahasa Inggris atau guru bahasa Inggris yang mengajar di SD harus memiliki kemampuan dan keterampilan berbahasa Inggris yang mumpuni, di samping menguasai teknikteknik mengajarkan bahasa Inggris yang sesuai untuk anak-anak. Hal ini sangat ditekankan oleh Fillmore (1991) karena dari hasil penelitiannya ditemukan bahwa

BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Dalam bagian ini diuraikan profil Kota Denpasar, yaitu meliputi lokasi

BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Dalam bagian ini diuraikan profil Kota Denpasar, yaitu meliputi lokasi 103 BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN Dalam bagian ini diuraikan profil Kota Denpasar, yaitu meliputi lokasi geografi, demografi, ekonomi dan pariwisata, politik dan pemerintahan, serta sosial dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

PANDUAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

PANDUAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN PANDUAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN 2006 KATA PENGANTAR Buku Panduan ini dimaksudkan sebagai pedoman sekolah/madrasah

Lebih terperinci

PEMINATAN PESERTA DIDIK

PEMINATAN PESERTA DIDIK PEMINATAN PESERTA DIDIK KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PUSAT PENGEMBANGAN TENAGA KEPENDIDIK 2013 i

Lebih terperinci

PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) KELAS V SD NEGERI GIWANGAN YOGYAKARTA

PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) KELAS V SD NEGERI GIWANGAN YOGYAKARTA PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) KELAS V SD NEGERI GIWANGAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Lebih terperinci

MEMBANGUN DAYA SAING BANGSA MELALUI PENDIDIKAN: REFLEKSI PROFESIONALISME GURU DI ERA GLOBALISASI

MEMBANGUN DAYA SAING BANGSA MELALUI PENDIDIKAN: REFLEKSI PROFESIONALISME GURU DI ERA GLOBALISASI MEMBANGUN DAYA SAING BANGSA MELALUI PENDIDIKAN: REFLEKSI PROFESIONALISME GURU DI ERA GLOBALISASI Oleh: Euis Karwati * Disampaikan dalam seminar internasional (proceeding ISSn : 2086-8340) Abstrak Saat

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH : LUH PUTU DIANI SUKMA NPM : 07.8.03.51.30.1.5.1069

SKRIPSI OLEH : LUH PUTU DIANI SUKMA NPM : 07.8.03.51.30.1.5.1069 i SKRIPSI MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI PADA SISWA KELAS V SDN 8 DAUH PURI

Lebih terperinci

NI KOMANG SRI YULIANTARI NPM.:

NI KOMANG SRI YULIANTARI NPM.: SKRIPSI MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BANGUN RUANG SISI DATAR MELALUI IMPLEMENTASI CTL DENGAN BANTUAN ALAT PERAGA PADA SISWA KELAS V A SD NEGERI 10 KESIMAN TAHUN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa peneliti sebelumnya. Maka peneliti juga diharuskan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa peneliti sebelumnya. Maka peneliti juga diharuskan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu Penelitian ini juga pernah di angkat sebagai topik penelitian oleh beberapa peneliti sebelumnya. Maka peneliti juga diharuskan untuk mempelajari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan tentang Standar Proses

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan tentang Standar Proses 17 BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan tentang Standar Proses Standar proses pendidikan berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran yang berarti dalam standar proses pembelajaran berlangsung. Penyusunan standar

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI IMPLEMENTASI DUA MODEL RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI SEKOTA SALATIGA TAHUN 2012 SKRIPSI

STUDI KOMPARASI IMPLEMENTASI DUA MODEL RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI SEKOTA SALATIGA TAHUN 2012 SKRIPSI STUDI KOMPARASI IMPLEMENTASI DUA MODEL RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI SEKOTA SALATIGA TAHUN 2012 SKRIPSI Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam OLEH

Lebih terperinci

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang STANDAR Proses UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Badan Standar Nasional Pendidikan Tahun 2007 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... 3 RINGKASAN EKSEKUTIF... 5 KATA PENGANTAR... 9 DAFTAR GAMBAR... 11 DAFTAR TABEL... 12 1. PENDAHULUAN... 14

DAFTAR ISI... 3 RINGKASAN EKSEKUTIF... 5 KATA PENGANTAR... 9 DAFTAR GAMBAR... 11 DAFTAR TABEL... 12 1. PENDAHULUAN... 14 1 P a g e 2 P a g e Daftar Isi DAFTAR ISI... 3 RINGKASAN EKSEKUTIF... 5 KATA PENGANTAR... 9 DAFTAR GAMBAR... 11 DAFTAR TABEL... 12 1. PENDAHULUAN... 14 1.1. Latar Belakang...14 1.2. Perumusan Masalah...16

Lebih terperinci

(BSE) BATANG SOSIAL SKRIPSI. Oleh : 3101409035 NIM

(BSE) BATANG SOSIAL SKRIPSI. Oleh : 3101409035 NIM PENGGUNAAN BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE) SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM PROSES PEMBELAJARAN IPS SEJARAH DI SMP NEGERI 1 BATANG SKRIPSI Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Sejarah Oleh Pratiwi Chrisnanda

Lebih terperinci

AKREDITASI PROGRAM STUDI DIPLOMA

AKREDITASI PROGRAM STUDI DIPLOMA EDISI 7 JANUARI 2010 BAN-PT AKREDITASI PROGRAM STUDI DIPLOMA BUKU IV PANDUAN PENGISIAN BORANG BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI JAKARTA 2009 DAFTAR ISI Halaman I PENDAHULUAN 3 II TIM PENGISI BORANG

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PENGERTIAN DAN LANDASAN KODE ETIK PESERTA DIDIK. Kode etik (ethical cade), adalah norma-norma yang mengatur tingkah

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PENGERTIAN DAN LANDASAN KODE ETIK PESERTA DIDIK. Kode etik (ethical cade), adalah norma-norma yang mengatur tingkah 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PENGERTIAN DAN LANDASAN KODE ETIK PESERTA DIDIK 1. Pengertian Kode Etik Peserta Peserta Didik Kode etik (ethical cade), adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

Lebih terperinci

VI. PENGELOLAAN PESERTA DIDIK. A. Pengertian. B. Rekrutmen Peserta Didik. 1. Pendaftaran. 2. Syarat-syarat Pendaftaran

VI. PENGELOLAAN PESERTA DIDIK. A. Pengertian. B. Rekrutmen Peserta Didik. 1. Pendaftaran. 2. Syarat-syarat Pendaftaran VI. PENGELOLAAN PESERTA DIDIK A. Pengertian Dalam hal ini pengelolaan peserta didik menurut Hendayat Soetopo dan Wasty Soemanto (1982) adalah merupakan suatu penataan atau pengaturan segala aktivitas yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS GURU DAN PENGAWAS

PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS GURU DAN PENGAWAS - 0 - PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS GURU DAN PENGAWAS DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2009 KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Peraturan Menteri Pendidikan

Lebih terperinci

UNIT9 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN. Masrinawatie AS. Pendahuluan

UNIT9 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN. Masrinawatie AS. Pendahuluan UNIT9 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN Masrinawatie AS Pendahuluan P endapat yang mengatakan bahwa mengajar adalah proses penyampaian atau penerusan pengetahuan sudah ditinggalkan

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMILIHAN GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) BERPRESTASI TINGKAT NASIONAL TAHUN 2015

PEDOMAN PEMILIHAN GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) BERPRESTASI TINGKAT NASIONAL TAHUN 2015 PEDOMAN PEMILIHAN GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) BERPRESTASI TINGKAT NASIONAL TAHUN 2015 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH 2015 KATA PENGANTAR Peran Guru dalam

Lebih terperinci

Manajemen Sumber Daya Manusia Perguruan Tinggi Pendekatan Budaya Kerja Dosen Profesional

Manajemen Sumber Daya Manusia Perguruan Tinggi Pendekatan Budaya Kerja Dosen Profesional 1 2 KATA PENGANTAR Puji syukur dihaturkan ke hadirat Allah SWT, karena atas kodrat dan karunia-nya sehingga buku ; Pendekatan Budaya Kerja Dosen Profesional dapat diselesaikan, walaupun di sana-sini masih

Lebih terperinci

DAK OIPERDAGANG. Murid Kelas VI Sekolah Dasar yang Berbahasa Ibu Bahasa Aceh:

DAK OIPERDAGANG. Murid Kelas VI Sekolah Dasar yang Berbahasa Ibu Bahasa Aceh: DAK OIPERDAGANG Murid Kelas VI Sekolah Dasar yang Berbahasa Ibu Bahasa Aceh: TIDAK DIPERDAGANGKAN UNTUK UMUM Kemampuan Berbahasa Indonesia Murid Kelas VI Sekolah Dasar yang Berbahasa Ibu Bahasa Aceh:

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN KULIAH KERJA NYATA (KKN), PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL), TUGAS AKHIR (SKRIPSI) & TESIS

BUKU PANDUAN KULIAH KERJA NYATA (KKN), PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL), TUGAS AKHIR (SKRIPSI) & TESIS BUKU PANDUAN KULIAH KERJA NYATA (KKN), PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL), TUGAS AKHIR (SKRIPSI) & TESIS FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012 TIM PENYUSUN DAN EDITOR BUKU PANDUAN PKL,

Lebih terperinci

HUBUNGAN MINAT BELAJAR SISWA DENGAN HASIL BELAJAR IPS DI SD GUGUS 1 KABUPATEN KEPAHIANG SKRIPSI

HUBUNGAN MINAT BELAJAR SISWA DENGAN HASIL BELAJAR IPS DI SD GUGUS 1 KABUPATEN KEPAHIANG SKRIPSI HUBUNGAN MINAT BELAJAR SISWA DENGAN HASIL BELAJAR IPS DI SD GUGUS 1 KABUPATEN KEPAHIANG SKRIPSI Oleh: RESSA ARSITA SARI NPM : A1G009038 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE CERAMAH, TANYA JAWAB, DAN LATIHAN DALAM PENGAJARAN BAHASA CHINA DI SMA N I KARANGANOM

IMPLEMENTASI METODE CERAMAH, TANYA JAWAB, DAN LATIHAN DALAM PENGAJARAN BAHASA CHINA DI SMA N I KARANGANOM IMPLEMENTASI METODE CERAMAH, TANYA JAWAB, DAN LATIHAN DALAM PENGAJARAN BAHASA CHINA DI SMA N I KARANGANOM LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan mencapai Derajat Ahli Madya pada

Lebih terperinci

Skripsi. disajikan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh. Muhamad Farid 1401409015

Skripsi. disajikan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh. Muhamad Farid 1401409015 PENINGKATAN HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK BERBASIS TEORI BELAJAR BRUNER PADA SISWA KELAS IV SDN KALIGAYAM 02 KABUPATEN TEGAL Skripsi disajikan

Lebih terperinci