BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan media di era globalisasi saat ini, sangat

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan media di era globalisasi saat ini, sangat banyak sekali berbagai trend gaya hidup dikalangan remaja khususnya yang bermunculan. Perkembangan teknologi seperti internet yang semakin mudah diakses oleh masyarakat dan teknologi yang lebih canggih dengan berbagai fitur yang menarik didalamnya, membuat remaja lebih tertarik, memang bukan hanya saja remaja tetapi hampir semua kalangan dari anak, remaja dan dewasa pun turut menikmati kecanggihannya. Instagram, siapa yang tidak mengenal Instagram? Media sosial yang sedang hits 1 ini hampir digunakan seluruh pengguna smartphone. Berikut contoh pengguna Instagram: Gambar 1. Tokoh terkenal dari berbagai latar belakang. (Politik, Media dan Pengusaha) 1 Hits merupakan suatu istilah yang kerap digunakan oleh para remaja untuk menyatakan fenomena yang tengah popular. 1

2 Pengguna Instagram meliputi berbagai kalangan dan umur. Awalnya Instagram meledak dikalangan remaja namun seiring pesatnya perkembangan dunia informasi kini pengguna Instagram merambahi orang dewasa, bahkan anak-anak kecil pun memiliki akun Instagram yang tentu saja dipegang oleh orang tuanya. Mulai dari pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga, pedagang, businessmen, artis hingga para pejabat termasuk presiden pun memiliki akun Instagram dan menjadi pengguna aktif Instagram. Kemudahan untuk mengakses Instagram dan banyaknya informasi yang didapat dari Instagram membuat para pengguna Instagram sering mengakses Instagram. Instagram bisa diakses kapan saja dan dimana saja, bagi para pelajar dan mahasiswa tentu memiliki banyak waktu luang untuk mengakses Instagram, tak lain ada yang mencuri-curi waktu untuk asyik berkelana di Instagram disaat guru atau dosen yang sedang mengajar atau bahkan sepulang sekolah dirumah menghabiskan waktunya untuk mengakses Instagram. Ibu rumah tangga yang menyempatkan diri melihat Instagram sambil menunggu masakannya matang, atau saat mengasuh si kecil disambi melihat-lihat Instagram. Para pejabat atau presiden pun tak malu-malu untuk mengakses Instagram, walaupun hanya melihat-lihat bahkan sampai berbagi tentang aktifitas mereka sehari-hari. Berdasarkan pengamatan awal, muncul ketertarikan untuk melihat fenomena penggunaan Instagram di kalangan mahasiswi Yogyakarta. Umumnya, individu akan berinteraksi, pola interaksi yang berjalan biasa dilakukan dengan kontak langsung. Setiap individu melakukan pertemuan face to face selama proses interaksi. Proses interaksi yang masih dilakukan secara 2

3 tradisional ini, tentu akan lebih banyak menggunakan panca indera. Hal tersebut berbanding terbalik dengan fenomena di Instagram, dimana segala komunikasinya telah terkoneksi melalui media. Nilai kehadiran digambarkan secara visual yang dibentuk oleh individu di setiap akun yang di miliki, tepatnya digambarkan dengan menampilkan profil penggunanya. Instagram sebagai media sosial informatif ini mejadi sumber informasi bagi mahasiswi. Banyaknya bermunculan akun-akun informatif seperti akun kuliner, traveling, membuat Instagram semakin ramai digunakan para mahasiswi sebagai referensi kegiatannya. Berikut gambar sebagai contoh banyak akun-akun informatif yang bermunculan: Gambar 2. Akun traveling Jogja yang memberikan informasi mengenai destinasi wisata. 3

4 Gambar 3. Akun kuliner yang memberikan referensi kuliner di Yogyakarta. Instagram menjadi dunia baru dikalangan mahasiswi. Setiap citra yang telah dibangun oleh mahasiswi itu sendiri, kemudian seringkali digunakan sebagai dasar mereka dalam menunjukkan identitas dirinya dalam Instagram. Dampaknya yaitu banyak identitas-identitas baru yang bermunculan. Mengingat dalam Instagram seseorang bebas membentuk identitas pribadinya sesuai dengan keinginan. 2 Kepopuleran Instagram ditunjang dengan munculnya berbagai gadget yang dilengkapi kamera, hal ini menunjukkan adanya gejala masyarakat visual, dimana 2 Avika Rochmawati, Skirpsi: Online Shopping Sebgai Alternatif Berbelanja: Masyarakat Melek Gadget (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada), hal. 34 4

5 Instagram merupakan media sosial yang mengutamakan visual. Dari paparan diatas, akan dilakukan penelitian tentang mahasiswi pengguna Instagram Permasalahan Instagram mampu menimbulkan ketertarikan di semua umur dengan banyak hal yang bisa dilakukannya. Keunggulan Instagram ini banyak dimanfaatkan dengan berbagai cara oleh para pengguna Instagram. Keunggulan ini membuat penulis penasaran dan muncul sebuah pertanyaan besar, yaitu: Bagaimana mahasiswi menggunakan Instagram dalam kehidupan sehari-hari? 1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami dan mendeskripsikan peran Instagram di kalangan pengguna Instagram. Tujuan lain adalah untuk mengetahui seperti apa makna sosial dari penggunaan Instagram Kajian Pustaka Berbagai kajian mengenai sosial media dan Instagram telah banyak ditulis oleh para ahli maupun peneliti. Di antaranya yaitu tulisan Alboin dalam skripsinya yang berjudul Penggunaan Media Sosial Sebagai Eksistensi Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Media Sosial Untuk Eksistensi Diri pada Mahasiswa FISIP 5

6 UNS Tahun Ajaran2015/2016) 3. Kata eksistensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai hal berada; keberadaan. Oleh karena itu pada tulisan ini, dapat dilihat bahwa penulis skripsi bermaksud untuk mengetahui bagaimanakah penggunaan media sosial oleh mahasiswa FISIP UNS angkatan 2015/2016 dalam hal eksistensi diri. Alboin mengutip konsep Dramaturgi karya Erving Goffman, yang dikutip oleh Mulyana (2006: 112) bahwa Individu akan berlomba-lomba menampilkan dirinya sebaik mungkin. Goffman mengasumsikan bahwa ketika orang-orang berinteraksi, mereka ingin menyajikan suatu gambaran diri yang akan diterima orang lain. Upaya ini disebut sebagai pengelolaan kesan (impression management), yaitu teknik yang digunakan aktor untuk memupuk kesan-kesan tertentu dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam konsep dramaturgi, kehidupan sosial manusia dimaknai sama seperti pertunjukan drama dimana terdapat aktor yang memainkan perannya. Melalui empat informan pengguna media sosial, hasilnya yaitu media sosial telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mahasiswa FISIP UNS, hal ini terbukti dari seluruh informan yang dijadikan informan dalam penelitian ini menggunakan media sosial. Berkaitan dengan penggunaan media sosial sebagai sarana untuk eksistensi oleh mahasiswa FISIP UNS angkatan 2015, dapat terlihat dari berbagai fasilitas dalam media sosial. Salah satu diantaranya adalah media sosial yang sering digunakan sebagai sarana untuk ajang eksis dengan cara mengunggah foto selfie. Bentuk lain dari ajang eksis melalui media sosial yakni 3 Alboin Leonard, Skripsi: Penggunaan Media Sosial Sebagai Eksistensi Diri Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Media Sosial Untuk Eksistensi Diri pada Mahasiswa FISIP UNS Tahun Ajaran 2015/2016, (Surakarta: Universitas Sebelas Maret) 6

7 yang terlihat pada media sosial jenis Path. Media ini memiliki fasilitas check-in, yakni fasilitas yang memungkinkan pengguna agar dapat menandai tempat dimana dia sedang berada. Saat ini pengguna media sosial berlomba-lomba untuk dapat mengikuti atau mengunjungi tempat-tempat yang nge-hits atau sedang menjadi tempat populer untuk dikunjungi. Ada pula tulisan lain yang terdapat dalam makalah dengan judul Penggunaan Instagram Dalam Bentuk Eksistensi Diri 4 yang ditulis oleh Nidya Zahra Ayumi. Fokus dari penelitiannya untuk mengetahui eksistensi diri individu dalam menggunakan Instagram. Sebagai hasilnya, penelitian menunjukkan Instagram digunakan sebagai salah satu alat untuk menunjukkan eksistensi diri terutama di kalangan remaja. Hal tersebut mengarahkan pula pada bagaimana Instagram dapat diartikan sebagau akibat atau dampak yang ditimbulkan dari perkembangan media online saat ini. Adanya perkembangan zaman yang mempengaruhi perubahan perilaku manusia akan kesadaran dirinya untuk menampilkan berbagai hal yang ia dokumentasikan ke dalam bentuk foto atau video ke dalam Instagram. Diantara kedua tulisan yang sudah dipublikasikan tersebut, nampak para penulis sama-sama menyebutkan istilah eksistensi pada tulisannya. Eksistensi mempunyai arti kata hal berada/keberadaan, di mana keduanya menempatkan topik mengenai eksistensi diri mahasiswi pengguna Instagram pada Instagram. Keberadan Instagram seringkali digunakan bukan sebagai aksi seseorang yang akan 4 Nidya Zahra Ayumi, 2014, Skripsi: Penggunaan Instagram Dalam Bentuk Eksistensi Diri (Depok: Universitas Indonesia). 7

8 berkomunikasi. Melainkan Instagram oleh sebagian kalangan dimanfaatkan sebagai media pengisi waktu luang dan menjadikan media pamer diri. Dalam sebuah jurnal yang berjudul Representasi Kecantikan Perempuan dalam Media Sosial Instagram karya Dini Aprilita dan Refti Handini 5 telah dilakukan penelitian mengenai representasi kecantikan perempuan pada tiga akun Instagram. Dini dan Refti berusaha membongkar representasi kecantikan yang ditampilkan Teori yang digunakan adalah semiotika dari Roland Barthes dan konsep tubuh dan kecantikan. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga akun tersebut merepresentasi kecantikan secara berbeda-beda. Mitos kecantikan yang ditampilkan adalah cantik modern dan cantik sensual. menujukkan mitos kecantikan islami. menciptakan mitos kecantikan berupa cantik lokalitas. Pada sebuah naskah publikasi telah ada yang meneliti tentang Motif dan Kepuasan Penggunaan Instagram. Dalam tulisan tersebut, menjelaskan mengenai seberapa besar tingkat kepuasaan mahasiswa UMS angkatan 2013 dalam menggunakan media sosial Instagram. Berdasarkan 98 responden, dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat motif mahasiswa UMS penggunaan media sosial Instagram 5 Dini Aprilita dan Refti, 2016, Jurnal: Representasi Kecantikan Perempuan dalam Media Sosial Instagram (Surabaya: Universitas Negeri Surabaya) 8

9 adalah termasuk kategori tinggi dengan motif informasi sebagai motif yang paling tinggi dibandingkan dengan motif hiburan, motif identitas dan motif interaksi. Diantara tulisan diatas, hasil yang didapatkan mengenai Instagram menggunakan metode quisioner. Hal tersebutlah yang membedakan antara penelitian dalam tulisan diatas, dengan skripsi ini. Skripsi ini dalam proses penelitian menggunakan metode wawancara mendalam dan melakukan wawancara langsung dengan informan yang dipilih. Melalui proses wawancara tersebut data yang dihasilkan dapat menggambarkan pandangan langsung informan terhadap fenomena Instagram. Hasil wawancara tidak hanya diambil berdasarkan jawabanjawaban informan saja, melainkan juga dapat dilihat dari mimik wajah maupun background informan. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, tulisan ini akan fokus untuk mencari tahu apa makna yang bisa didapatkan dari Instagram yang hadir di kehidupan mahasiswi, yaitu dengan melihat bagaimana fenomena Instagram ini pada para informan. Selain itu, penelitian ini juga melihat implikasi dari kemunculan Instagram terhadap gaya hidup manusia modern. Melalui tulisan ini diharapkan nantinya mampu menambah kekayaan bacaan mengenai masyarakat modern Kerangka Pemikiran Untuk dapat melaksanakan suatu penelitian yang baik, maka sudah seharusnya seorang peneliti mendasarkan kerjanya berdasarkan kerangka pemikiran tertentu. Penelitian ini menggunakan konsep-konsep yang berhubungan 9

10 mengenai gaya hidup melalui studi mahasiswi pengguna Instagram, seperti modernisasi, gaya hidup, identitas diri dan kesempatan mata pencaharian. Proses modernisasi telah membawa perubahan yang besar terhadap gaya hidup mahasiswi. Berbagai kecanggihan teknologi yang dihadirkan sebagai salah satu ciri modernisasi, berpengaruh terhadap gaya hidup masyarakat global yang ruang interaksinya tidak lagi hanya dapat dilakukan di dunia nyata melainkan dapat dilakukan pada ruang baru bagi masyarakat modern yaitu dunia maya. Modernisasi menurut Abdulsyani (1994), adalah suatu proses peningkatan kehidupan masyarakat dalam berbagai aspek dari suatu arah perubahan ke arah yang lebih maju, secara sederhana dapat dikatakan bahwa modernisasi adalah proses perubahan dari cara-cara tradisional ke cara-cara baru yang lebih modern, yang dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan. Pendapat lain dari Schoorl (1991) yang mengatakan bahwa modernisasi adalah sebagai penerapan pengetahuan ilmiah yang ada kepada aktivitas, semua bidang kehidupan atau kepada aspek-aspek masyarakat. Istilah modernisasi merujuk pada perubahan-perubahan diberbagai bidang yang berlangsung dalam keseluruhan jaringan sosial dan kebudayaan. Pada setiap negara tentu akan ada berbagai perubahan seiring dengan berkembangnya zaman. Mahasiswi yang mengikuti arus modernisasi itu sendiri kemudian mempunyai dunia baru untuk mereka gunakan sebagai ruang interaksi dengan individu lain, yaitu dunia maya. 10

11 Instagram merupakan sebuah jejaring sosial di dunia maya yang berfungsi untuk berinteraksi dan berbagi dengan individu lain. Melalui kelahiran dunia maya ini, pengertian waktu dalam batasan ruang yang ada telah lenyap (Piliang, 2011 : 237). Sama halnya dengan Instagram, aktifitas mahasiswi tidak dibatasi oleh waktu dan ruang. Mahasiswi dapat mengakses segala sesuatu yang ada di Instagram selagi tersedianya perangkat pendukung untuk menjalankan aktifitas di Instagram. Mahasiswi bebas membentuk dan membagi segala informasi yang mereka punya. Oleh karena itu, Instagram menjadi ruang komunikasi mahasiswi yang tanpa batas. Fenomena saat ini dimana para mahasiswi berlomba-lomba membentuk identitasnya pada Instagram untuk ditunjukkan pada dunia. Seperti yang diungkapkan Idi Subandy dalam buku Lifestyle yang ditulis oleh Chaney (2011), dalam abad gaya hidup,penampilan diri itu justru mengalami estetisisasi, estetisasi kehidupan sehari-hari. Bahkan tubuh/diri (body/self) pun justru mengalami estetisasi tubuh. Tubuh/diri dan kehidupan sehari-hari pun menjadi sebuah proyek, benih penyemaian gaya hidup. Kamu bergaya maka kamu ada! adalah ungkapan mungkin cocok untuk melukiskan kegandrungan manusia modern akan gaya. Itulah sebabnya industri gaya hidup untuk sebagian besar adalah industri penampilan. Hal ini sesuai dengan fenomena pada instagram dimana penampilan menjadi hal yang utama dan hal-hal yang ada di Instagram menjadi acuan untuk mahasiswi bergaya. 11

12 1.6. Metode Penelitian Lokasi Penelitian Lokasi utama dalam proses penelitian terkait pengguna Instagram ini adalah yang berdomisili di Kota Yogyakarta, dengan mempertimbangkan pada akses dalam mendapatkan data. Mengingat pengguna Instagram ini tidak memiliki ruang berkumpul yang tetap seperti sebuah komunitas berbasis wilayah. Instagram para pengguna ini juga menjadi lokasi penelitian, mengingat mereka sering mengunggah pengalamanpengalamannya Pemilihan Informan Pemilihan informan dalam penelitian ini difokuskan pada pengguna instagram yang aktif setiap harinya, yaitu yang selalu membuka instagram baik mengunggah, menyukai dan mencari aneka konten. Informan pada penelitian ini dipilih berdasarkan kedekatan penulis, selain itu juga menggunakan snowball sampling untuk memilih informan berdasarkan rekomendasi dari informan sebelumnya Pengumpulan Data dan Analisis Data Pencarian data akan dilakukan dengan menggunakan metode wawancara mendalam (in-depth interview) baik secara face to face maupun secara online, mengingat penelitian ini mengenai media sosial online (Instagram) maka proses wawancara tidak hanya dilakukan secara face to 12

13 face saja melainkan proses pencarian data juga dilakukan secara online dengan melihat berbagai aktifitas yang dilakukan seseorang ketika menggunakan Instagram. Melalui interaksi penulis dengan para informan, diharapkan penulis dapat menjawab pertanyaan dalam penelitian yang sesuai dengan kenyataan dilapangan. 13