I. PENDAHULUAN. Sektor Pertanian di Indonesia dengan agribisnisnya masih. mempunyai peran strategis dalam pemulihan ekonomi nasional.

Transkripsi

1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor Pertanian di Indonesia dengan agribisnisnya masih mempunyai peran strategis dalam pemulihan ekonomi nasional. Peranan strategis tersebut khususnya dalam peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB), penyediaan pangan, penyediaan bahan baku industri, peningkatan ekspor dan devisa negara, penyediaan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan petani dan kesehjateraan rakyat. Fakta dan data sampai saat ini masih tidak terlalu berubah drastis bahwa sektor pertanian masih merupakan basis ekonomi rakyat di pedesaan, atau masih merupakan tumpuan harapan bagi 80 persen penduduk Indonesia (Arifin, 2002). Walaupun pangsa terhadap perekonomian PDB telah menurun menjadi sekitar 16 persen saja, sektor pertanian masih mampu menyerap sekitar 50 persen tenaga kerja, terutama di pedesaan. Dengan kata lain, Indonesia masih memerlukan sektor pertanian sebagai basis pembangunan ekonomi sampai sekian tahun kedepan. Sektor pertanian saat ini jelas memerlukan langkahlangkah nyata untuk merangsang investasi, meningkatkan nilai tambah dan mencari pasar-pasar baru di dalam dan luar negeri. Keseriusan upaya merangsang pertumbuhan tinggi di sektor pertanian adalah suatu keharusan apabila pengembangan sistem agribisnis berkerakyatan yang lebih modern, mengikuti irama desentralisasi dan responsif terhadap

2 perubahan global serta berkelanjutan akan dijadikan prioritas. Namun perubahan kebijakan desentralisasi ekonomi dan otonomi daerah yang seharusnya membawa kesehjateraan pada masyarakat, ternyata hanya menimbulkan euphoria politik berupa perubahan kewenangan pada sekelompok kecil elit di daerah. Pengembangan agribisnis dalam fase desentralisasi ekonomi dan pembangunan ekonomi regional harus diterjemahkan menjadi peningkatan basis kemandirian daerah yang secara teoritis dan empiris mampu mengalirkan dan bahkan menciptakan dampak ganda aktifitas ekonomi lain di daerah. Otonomi daerah perlu diterjemahkan sebagai suatu kewenangan di daerah untuk lebih leluasa melakukan kombinasi strategi pemanfaatan suatu keunggulan kompetitif yang ada disuatu daerah otonom, khususnya dalam kerangka pengembangan agribisnis. Untuk itu daerah perlu lebih sungguh-sungguh untuk menentukan arah kebijakan ekonomi regional di daerah, apalagi sebagian besar dari rencana strategis pembangunan daerah adalah berbasis agribisnis Tantangan terbesar pengembangan agribisnis Indonesia saat ini adalah upaya rekonstruksi peran agribisnis secara lebih utuh dan terintegrasi kedalam pembangunan ekonomi makro secara nasional. Rekonstruksi agribisnis ini sebenarnya dapat diukur dengan seberapa besar tingkat diversifikasi usaha kearah penerimaan ekonomis yang lebih baik.

3 Pergeseran komoditas agribisnis dari bahan pangan berbasis padi ke komoditas non padi seperti hortikultura, buah-buahan, tanaman keras dan lain-lain adalah salah satu bukti tingkat kelayakan usaha ekonomis yang lebih tinggi dari komoditas non-padi tersebut. Langkah-langkah diversifikasi usaha ini pun tidak akan dapat berjalan mulus apabila pendapatan petani produsen masih rendah. Mereka memerlukan tambahan modal kerja dan investasi untuk adopsi teknologi baru, akses informasi, intensitas tenaga kerja proses produksi, manajemen pengolahan, pemasaran, dan pasca panen lain, baik secara kelompok maupun individual. Keputusan Indonesia untuk meratifikasi dan mengikatkan diri dengan ketentuan dan skema perdagangan dunia World Trade Organization (WTO) telah membawa konsekuensi tantangan persaingan dunia yang semakin keras. Penguatan basis depan (front-line) sistem agribisnis Indonesia perlu diterjemahkan dengan langkah pemihakan yang sungguh-sungguh terhadap dunia agribisnis, terutama petani sebagai pelaku. Daya saing agribisnis Indonesia ditentukan oleh keseriusan seluruh pelaku ekonomi, akademisi dan pemerintah dalam meningkatkan efisiensi, mutu produk dan intelijen pasar yang memang sangat dibutuhkan di era keterbukaan. Membiarkan produk agribisnis Indonesia dihantam oleh produk agribisnis asing apalagi di rumah sendiri-jelas bukan merupakan sikap dan langkah terpuji.

4 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian sebagai suatu institusi penelitian dan pengembangan pertanian dibawah Departemen Pertanian, ikut berperan aktif dalam mendorong percepatan inovasi teknologi pertanian. Badan ini mendukung pembangunan pertanian di daerah melalui pembentukan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ( BPTP ) yang tersebar dimasing masing Propinsi di Indonesia, dengan tugas melakukan penelitian komoditas unggulan wilayah serta pengkajian berbagai komponen teknologi yang dihasilkan oleh Balai Besar / Balai Penelitian / Loka Penelitian untuk menghasilkan teknologi spesifik lokasi yang siap dikembangkan dan diadopsi oleh para pelaku agribisnis. BBP Mektan telah menghasilkan berbagai prototipe alat dan mesin pertanian (alsintan), diantaranya ada yang berhasil dan diadopsi sehingga berkembang, namun banyak juga yang tidak berhasil sehingga tidak diadopsi. Kegagalan pengembangan prototipe alsintan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain kualitas (bentuk, fabrikasi dan kinerja), harga alsintan dan kesesuaian antara prototipe yang dihasilkan dengan kebutuhan pelaku agribisnis serta kemauan pengguna untuk mengembangkannya sendiri. Kegiatan inovasi alat dan mesin pertanian yang dilakukan di BBP Mektan saat ini belum memenuhi mutu dan kualitas produk / prototipe yang diinginkan pengguna / pasar, Inovasi berjalan lambat, dan umpan balik dari pengguna belum dapat ditangani dengan baik.

5 Untuk memenuhi kebutuhan pengguna, BBP Mektan harus meningkatkan kualitas dan desain prototipe alsintan yang dihasilkan. Salah satu cara untuk meningkatkan kinerja BBP Mektan tersebut adalah mengelola secara optimal komponen teknologi yang meliputi; (1). perangkat teknologi yang dimiliki, (2). kemampuan sumber daya manusia yang menangani, (3). informasi yang digunakan dan (4). organisasi yang mengelolanya. Melalui penguasaan komponen teknologi yang optimal akan dicapai kualitas dan Inovasi produk yang diinginkan oleh Institusi maupun pengguna. Oleh karena itu untuk menghasilkan produk alsintan yang inovatif, perlu dilakukan Kajian Manajemen Teknologi di BBP Mektan Rumusan Masalah. Dengan memperhatikan permasalahan yang ada BBP Mektan, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang meliputi : 1. Bagaimana Status Komponen dan Kemampuan Teknologi yang dimiliki oleh Institusi BBP Mektan agar mampu meningkatkan inovasi produk / prototipe sesuai dengan tujuan Institusi dan kebutuhan pengguna. 2. Faktor faktor apa yang mempengaruhi kemampuan inovasi alsintan di BBP Mektan. 3. Alternatif pengembangan strategi seperti apa untuk meningkatkan Inovasi produk alsintan di BBP Mektan.

6 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah : 1. Menganalisa status komponen dan kemampuan teknologi yang digunakan dalam proses pembuatan protototipe alsintan di BBP Mektan. 2. Merumuskan faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan inovasi produk yang dihasilkan. 3. Merumuskan alternatif pengembangan strategi bagi peningkatan inovasi produk alsintan sesuai dengan keinginan institusi dan kebutuhan pengguna Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi : Penelitian ini bermanfaat bagi Institusi sebagai bahan masukan penerapan manajemen teknologi untuk meningkatkan inovasi produk alat dan mesin pertanian (alsintan) di BBP Mektan. 2. Bagi Peneliti : Sumbangan Pemikiran akademis dalam upaya merumuskan alternatif strategi meningkatkan Inovasi proses untuk mencapat peningkatan kualitas, efisiensi dan daya saing produk alsintan di BBP Mektan.

7 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan mengkaji kemampuan/kecanggihan perangkat komponen teknologi antara kondisi di lapangan dengan harapan Institusi dalam jangka pendek (5 tahun kedepan) untuk meningkatkan Inovasi teknologi alat dan mesin yang dihasilkan. Penelitian ini hanya mengambil beberapa contoh produk inovasi alat dan mesin pertanian yang dihasilkan oleh BBP Mektan. Penelitian dibatasi pada tahap pemberian alternatif strategi untuk meningkatkan inovasi produk alsintan yang dihasilkan Institusi, dimana implementasinya diserahkan kepada manajemen di BBP Mektan Serpong.