PERALIHAN HAK ATAS TANAH YANG DILAKUKAN OLEH PASANGAN KAWIN CAMPUR TANPA ADANYA PERJANJIAN KAWIN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERALIHAN HAK ATAS TANAH YANG DILAKUKAN OLEH PASANGAN KAWIN CAMPUR TANPA ADANYA PERJANJIAN KAWIN"

Transkripsi

1 PERALIHAN HAK ATAS TANAH YANG DILAKUKAN OLEH PASANGAN KAWIN CAMPUR TANPA ADANYA PERJANJIAN KAWIN Yanti Indrawati Sarjana Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Narotama Surabaya yanti_thiey@yahoo.co.id ABSTRACT - This study discusses the transfer of rights over land by mixed marriage couples marry without their agreement. This is because many intermarried couples who do not enter into agreements segregation of assets and does not know about the arrangement buying and selling land and buildings in Indonesia that is allowed for a couple of intermarrying according to national law of the land. The research discussed in this study of how land ownership by foreign nationals in the absence of agreement to marry in a mixed marriage and how the validity of the sale and purchase of land and buildings in Indonesia by a pair of interbreeding with joint property related rights arrangements on certain lands in the UUPA, This research used normative juridical research. The results of the study by UUPA, a right that can be owned by foreigners (WNA) included in this case they are married to a citizen without a mate is the Right of Use agreement. And if the land and buildings to be sold as Hak then a woman who is an Indonesian citizen can act alone without the consent of a male foreign nationals because foreigners can not have land rights in the form of property rights in accordance with Article 21 of the UUPA. Keywords : Transfer of rights to land, Buy and sell, Intermarriage PENDAHULUAN Dengan era globalisasi yang lebih terbuka untuk lintas batas antara negara yang satu dan negara lain menjadikan interaksi yang tidak bisa dihindari antara orang dari satu negara dengan warga negara lainnya, dimana tidak jarang dari interaksi tersebut sampai dengan dilakukannya proses perkawinan dengan beda kewarganegaraan. Perkawinan ini di Indonesia di kenal dengan istilah perkawinan campuran. 1 Dalam perundang-undangan di Indonesia, perkawinan diatur dalam Undangundang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. (selanjutnya akan disebut dengan UUP). Hukum perkawinan di Indonesia dibagi menjadi dua yaitu, yang pertama adalah yang bertalian dengan hubungan antara pria dan wanita 1 Lili Rasjidi, Hukum Perkawinan dan Perceraian di Indonesia dan Malaysia, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1996, h. 3 1

2 2 untuk menciptakan keluarga dan yang kedua adalah hukum kekayaan dalam perkawinan yang mengatur tentang harta suami isteri yang timbul dalam hubungan perkawinan. Salah satu hubungan yang terjadi akibat perkawinan adalah hubungan suami isteri dengan harta benda dalam perkawinan. Menurut KUHPerdata, dengan adanya perkawinan maka sejak pada hari terjadinya perkawinan dengan sendirinya menurut hukum terjadi percampuran harta kekayaan. Percampuran itu berlaku secara bulat tanpa mempersoalkan bawaan masing-masing atau dengan kata lain bersifat kolektif. Sedangkan dalam UUP, pengertian harta perkawinan pada dasarnya sama dengan menurut KUHPerdata hanya saja terdapat perbedaan, yang dikarenakan sifat kedudukan hubungan hukum antara suami lain yaitu bersifat kolektif, sedangkan UUP bersifat individual. Hal ini disebabkan kedudukan isteri dengan suami adalah seimbang, dimana perempuan meskipun sudah nikah adalah tetap cakap, secara individu masing-masing dapat dipertanggungjawabkan. Sehingga harta perkawinan menurut UUP adalah harta yang timbul selama perkawinan tidak termasuk harta yang dibawa masing-masing sebelum perkawinan berlangsung. 2 Mengenai hubungan hukum antara suami isteri terhadap harta. Dalam UUP diatur dalam pasal 35, 36, dan 37. Mengenai harta benda perkawinan dalam pasal 35 dibedakan menjadi: 1. Harta yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama. 2. Harta bawaan masing-masing suami isteri dan harta yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan adalah dibawah penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain. Seperti yang disebutkan dalam pasal 35 UUP, maka harta yang diperoleh selama perkawinan akan menjadi harta bersama. Pengertian dari harta bersama secara lebih luas adalah barang-barang yang diperoleh selama perkawinan, dimana suami isteri hidup berusaha untuk memenuhi kepentingan kebutuhan kehidupan keluarga. Oleh karena harta bersama merupakan harta yang dimiliki bersama-sama oleh suami 2 Ibid., h. 97

3 3 dan istri, maka untuk melakukan tindakan terhadap harta tersebut memerlukan persetujuan dari kedua belah pihak. Hal ini seperti yang diatur dalam pasal 36 ayat (1) UUP, disebutkan bahwa mengenai harta bersama, suami isteri dapat bertindak atas persetujuan kedua belah pihak : 1. Suami dapat bertindak atas harta bersama setelah ada persetujuan isteri. 2. Isteri dapat bertindak atas harta bersama setelah mendapat persetujuan dari suami. Dari pasal tersebut bahwa suami maupun isteri tidak dapat secara sendiri-sendiri melakukan tindakan terhadap harta bersamanya seperti menjual atau menjaminkan harta tersebut, karena keduanya memiliki hak dan kewajiban yang sama terhadap harta tersebut. Jadi, apabila si suami atau si isteri ingin mengalihkan hak atas tanah yang menggunakan harta bersama maka si suami atau isteri tersebut harus mendapatkan persetujuan dari pasangannya. Persetujuan ini harus didapat bukan hanya karena telah diatur dalam UUP, namun hal ini juga penting dalam hal pemilikan hak atas tanah atau rumah tersebut. Ketentuan Hak-Hak Atas Tanah dalam pasal 4 ayat (1) UUPA dijabarkan lebih lanjut dalam pasal 16 ayat (1) dan pasal 53 UUPA. Dalam kaitannya dengan subyek yang dapat diberikan dan mempunyai hak atas tanah, maka sesuai dengan asas nasionalitas yang menjadi landasan UUPA, ditentukan bahwa hanya WNI yang dapat mempunyai hubungan sepenuhnya dengan bumi, air, dan ruang angkasa (Pasal 9 ayat 1 UUPA). Apabila hal itu dihubungkan dengan pasal 16 UUPA, maka hanya warga negara Indonesia yang dapat mempunyai Hak Milik sebagaimana ditegaskan dalam pasal 21 ayat (1). Peralihan Hak Milik atas tanah baik secara langsung maupun tidak langsung kepada orang asing, kepada seseorang yang mempunyai dua kewarganegaraan, karena percampuran harta atau kepada badan hukum yang tidak ditunjuk oleh pemerintah adalah batal karena hukum dan tanahnya jatuh kepada negara, artinya tanah tersebut kembali menjadi tanah yang dikuasai

4 4 langsung oleh negara 3. Dua hal yang penting dalam peralihan hak atas tanah dan bangunan adalah mengenai subjek dan objek. Dalam jual beli subjek yang terkait adalah penjual dan pembeli. Hal yang perlu diperhatikan dari penjual adalah apakah penjual berhak menjual, yaitu apakah ia merupakan pemegang yang sah dari hak atas tanah yang dijualnya. Selain berhak menjual, penjual juga harus berwenang menjual tanah tersebut karena mungkin saja ia berhak atas suatu tanah namun ia tidak berwenang menjualnya. Hal ketiga yang perlu diperhatikan dari pihak penjual adalah apakah ia boleh menjual, karena penjual mungkin berhak menjual sebidang tanah, ia juga berwenang, namun ia tidak atau belum boleh menjual tanah tersebut 4. Misalnya dikarenakan larangan oleh suatu undang-undang atau karena tanah tersebut sedang disita pengadilan. Untuk pembeli, hal yang perlu diperhatikan adalah apakah pembeli boleh membeli. Hal ini 3 Maria Sumardjono, Pengaturan Hak Atas Tanah Beserta Bangunan Bagi Warga Negara Asing dan badan Hukum Asing, Kompas, Jakarta, 2007, h Effendi Perangin, Praktek Jual Beli Tanah : Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1994, h. 5 dikarenakan setelah jual beli terlaksana, tentu saja tanah itu akan menjadi hak pembeli, yang menjadi persoalan adalah apakah pembeli boleh menjadi subjek atau pemegang dari hak atas tanah yang dibeli itu 5. Seperti yang kita ketahui dalam UUPA diatur mengenai jenis-jenis hak atas tanah, diantaranya adalah Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, dan lain-lain. Apabila dalam hal ini subjek dari jual beli ini, baik penjual maupun pembeli merupakan pasangan suami istri dan objek dari jual beli itu yaitu tanah dan bangunan tersebut merupakan harta bersama, maka sesuai dengan penjelasan yang telah disebutkan, harus mendapatkan persetujuan dari kedua belah pihak. Hal ini penting untuk mengetahui apakah mereka berhak atau tidak dalam menjual atau membeli tanah. Untuk pasangan suami istri yang keduanya berasal dari Indonesia, hal ini tentunya tidak menjadi masalah, yang menjadi masalah adalah ketika pembeli atau penjual merupakan pasangan kawin campur. 5 Ibid., h. 7

5 5 Hal mengenai peralihan hak atas tanah dan bangunan yang dilakukan oleh pasangan kawin campur ini yang belakangan menjadi perhatian para pihak. Hal ini juga banyak terjadi diantara WNI yang menikah dengan WNA. Banyak diantara pasangan tersebut yang tinggal dan menetap di Indonesia sehingga mengharuskan mereka untuk memiliki tempat tinggal di Indonesia. Untuk mengadakan jual beli tanah menggunakan harta bersama dalam perkawinan campur akan menjadi masalah terkait dengan hak atas tanah yang dapat dimiliki oleh WNA terkait aturan dalam UUPA, yaitu khususnya mengenai jual beli tanah dengan Hak Milik atau Hak Guna Bangunan (HGB) yang diatur dalam pasal 26 dan pasal 36 UUPA. Pasal tersebut melarang peralihan tanah Hak Milik atau HGB terhadap WNA. Sehingga hal ini akan menyulitkan apabila pasangannya yang berkewarganegaraan Indonesia ingin melakukan jual beli tanah dan bangunan, jika harta yang digunakan merupakan harta bersama. Berdasarkan dari latar belakang tersebut diatas maka terdapat beberapa pokok permasalahan yang akan dibahas yaitu : Berdasarkan uraian dan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, maka rumusan masalahnya adalah : 1. Bagaimana kepemilikan hak atas tanah oleh warga negara asing tanpa adanya perjanjian kawin dalam perkawinan campuran? 2. Bagaimana keabsahan jual beli hak atas tanah dan bangunan di Indonesia oleh pasangan kawin campur dengan harta bersama terkait pengaturan hak atas tanah tertentu dalam UUPA? METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini digunakan tipe penelitian yuridis normatif, artinya penelitian ini didasarkan pada penelusuran studi pustaka atas seperangkat norma yang telah ada, khususnya Peraturan perundangundangan yang digunakan yaitu Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Undangundang No 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria dan peraturan lainnya yang berhubungan dengan materi yang dibahas.

6 6 Pendekatan masalah yang digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan Peraturan Perundangundangan (Statute Approach) dan pendekatan konseptual (Conceptual Approach). PEMBAHASAN Kepemilikan Hak Atas Tanah Oleh Warga Negara Asing Tanpa Adanya Perjanjian Kawin Dalam Perkawinan Campuran Hak atas tanah merupakan suatu hak untuk menguasai tanah oleh negara yang diberikan kepada seseorang, sekelompok orang, maupun kepada badan hukum baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing. Pemegang hak milik atas suatu tanah mempunyai wewenang untuk menggunakan serta memanfaatkan tanah hak miliknya untuk kepentingan hidupnya dengan mematuhi peraturan yang diatur dalam UUPA serta Peraturan Perundangan-Undangan lain yang terkait. Warga negara asing dan badan-badan hukum asing diberikan hak sesuai yang ditetapkan dalam Pasal 41, 42, 45, dan pasal 55 UUPA. UUPA pasal 42 mengatur bahwa yang dapat mempunyai hak pakai adalah : 1. Warga Negara Indonesia 2. Orang asing yang berkedudukan di Indonesia. 3. Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia. 4. Badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia. Warga negara asing yang berkedudukan di Indonesia dapat menguasai tanah dengan Hak Pakai atau Hak Sewa Untuk Bangunan dan memiliki bangunan yang didirikan di atasnya. Orang asing tidak diperbolehkan menguasai tanah dengan hak milik, seperti yang diatur pada Pasal 26 ayat (2) UUPA dimana apabila orang asing mendapat hak milik maka tanah tersebut dikuasai oleh negara. Hal ini untuk mengurangi adanya kepemilikan atas tanah oleh orang asing. Karena selain menjaga agar tanah hak milik WNI tidak menjadi tanah milik orang asing, kepemilikan atas hak milik juga membantu WNI agar dapat memanfaatkan tanah hak miliknya untuk menunjang kehidupannya.

7 7 Bagi orang asing berlaku larangan kepemilikan atas tanah hak milik sesuai dengan Pasal 21 UUPA, serta bagi badan-badan hukum yang ingin berkedudukan di Indonesia harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh Pemerintah. Namun apabila orang asing mendapatkan hak milik karena waris atau adanya pencampuran harta pada saat melakukan perkawinan dengan warga negara Indonesia setelah berlakunya UUPA harus melepaskan hak miliknya dalam jangka waktu satu tahun saat hak tersebut diperoleh atau pada saat orang tersebut kehilangan kewarganegaraannya seperti yang diatur pada Pasal 21 ayat (3) UUPA. Dan jika dalam jangka waktu tersebut seseorang itu tidak melepaskan hak miliknya, maka hak tersebut hapus karena hukum dan tanah yang menjadi hak milik orang asing tersebut dikuasai oleh negara. Bagi orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia dapat menggunakan hak pakai untuk mendirikan sebuah bangunan, seperti yang diatur pada Pasal 42 UUPA. Untuk pemberian hak pakai oleh pemilik hak atas tanah dalam jangka waktu tertentu kepada orang asing ataupun warga negara Indonesia tidak boleh memberikan syaratsyarat yang dapat merugikan salah satu pihak. Dimana pemberi hak pakai sebagai pemilik atas tanah hak pakai, serta penerima hak pakai harus mematuhi hak dan kewajiban yang telah disepakati dalam perjanjian. Peralihan Hak Atas Tanah Melalui Jual Beli Dalam Perkawinan Campuran Jual beli tanah menurut UUPA merupakan perbuatan hukum pemindahan hak yang sifatnya terdiri dari 3 unsur, yaitu: 6 1) Tunai artinya penyerahan hak dan pembayaran harganya dilakukan pada saat yang sama. 2) Riil artinya dengan mengucapkan kata-kata dengan mulut saja belumlah terjadi jual beli, hal ini dikuatkan dalam Putusan MA No. 271/K/Sip/ 1956 dan No.840/K/Sip/1971. Jual beli dianggap telah terjadi dengan penulisan kontrak jual beli di muka Kepala Kampung serta penerimaan harga oleh penjual, meskipun tanah yang 6 Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Sinar Grafika, 2006, h. 77

8 8 bersangkutan masih berada dalam penguasaan penjual. 3) Terang artinya dipenuhi pada umumnya pada saat dilakukannya jual beli itu disaksikan oleh Kepala Desa, karena Kepala Desa dianggap orang yang mengetahui tentang hukum dan kehadiran Kepala Desa mewakili warga masyarakat desa tersebut. Sejak berlakunya Peraturan pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, jual beli dilakukan oleh para pihak di hadapan PPAT yang bertugas membuat aktanya. Dengan dilakukannya jual beli di hadapan PPAT, dipenuhi syarat terang (bukan perbuatan hukum yang gelap, yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi) 7 Akta jual beli yang ditandatangani para pihak membuktikan telah terjadi pemindahan hak dari penjual kepada pembelinya dengan disertai pembayaran harganya, telah memenuhi syarat tunai dan menunjukan bahwa secara nyata atau riil perbuatan hukum jual beli yang bersangkutan telah dilaksanakan. Akta tersebut membuktikan bahwa benar telah dilakukannya perbuatan hukum yang dilakukan merupakan perbuatan hukum pemindahan hak, maka akta tersebut membuktikan bahwa penerima hak (Pembeli) sudah menjadi pemegang haknya yang baru. Akan tetapi, hal itu baru diketahui oleh para pihak dan ahli warisnya, karenanya juga baru mengikat para pihak karena administrasi PPAT sifatnya tertutup. 8 Syarat Jual Beli ada dua yaitu : 1) Syarat Materil Syarat materil sangat menentukan akan sahnya jual beli tanah tersebut, antara lain sebagai berikut: a) Pembeli berhak membeli tanah yang bersangkutan maksudnya adalah pembeli sebagai penerima hak harus memenuhi syarat untuk memiliki tanah yang akan dibelinya. Untuk menentukan berhak atau tidaknya si pembeli memperoleh hak atas tanah yang dibelinya tergantung pada hak apa yang ada pada tanah tersebut, 7 Ibid., h Ibid., h. 79

9 9 apakah hak milik atas tanah hanya warga negara indonesia tunggal dan badanbadan hukum yang ditetapkan oleh pemerintah (Pasal 21 UUPA). b) Penjual berhak menjual tanah yang bersangkutan. 2) Syarat Formal, setelah semua persyaratan materiil dipenuhi maka PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah) akan membuat akta jual belinya. Akta jual beli menurut Pasal 37 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 harus dibuat oleh PPAT. Adapun prosedur jual beli tanah menurut Undang-Undang Pokok Agraria, yaitu Jual beli tanah itu diawali kata sepakat antara calon penjual dengan calon pembeli mengenai objek jual belinya yaitu tanah hak milik yang akan dijual dan harganya. Hal ini dilakukan melalui musyawarah di antara mereka sendiri, setelah mereka sepakat akan harga dari tanah itu, biasanya sebagai tanda jadi, diikuti dengan pemberian panjer. Pemberian panjer tidak diartikan sebagai harus dilaksanakan jual beli itu. Panjer disini memiliki fungsi hanya sebagai tanda jadi akan dilaksanakannnya jual beli. Dengan adanya panjer, para pihak akan merasa mempunyai ikatan moral untuk melaksanakan jual beli tersebut. Apabila telah ada panjer, maka dapatlah diselenggarakan pelaksanaan jual beli tanahnya dengan calon pembeli dan calon penjual dihadapan Kepala Desa (Adat) untuk menyatakan maksud mereka itu. Kemudian oleh penjual dibuat suatu akta bermaterai yang menyatakan bahwa benar penjual telah menyerahkan tanah miliknya untuk selama-lamanya kepada pembeli dan bahwa benar penjual telah menerima harga secara penuh. Akta tersebut ditandatangani oleh pembeli dan Kepala Desa (Adat). Dengan telah ditandatanganinya akta tersebut, maka perbuatan jual beli itu selesai. Pembeli kini menjadi pemegang hak atas tanahnya yang baru dan sebagai tanda buktinya adalah surat jual beli tersebut 9. Perkawinan campuran yang dimaksud dalam UUP adalah 9 Ibid., h. 80

10 10 perkawinan antara perkawinan yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan, karena perbedaan kewarganegaraan dan salah satu pihak berkewarganegaraan Indonesia. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam perkawinan campuran salah satu pihak merupakan pihak asing. Apabila hal ini dikaitkan dengan pengaturan harta dalam perkawinan, khususnya mengenai harta bersama, maka akibat dari perkawinan campur tersebut akan menyebabkan setengah bagian dari harta bersama antara suami dan istri tersebut menjadi milik dari pasangan yang berstatus WNA tersebut. Namun untuk melihat apakah UUP berlaku bagi pasangan kawin campur maka hal ini dapat dilihat menurut prinsip-prinsip hukum perkawinan di Indonesia. Harta benda perkawinan adalah termasuk status personal. Maka untuk pengaturan mengenai harta benda perkawinan yang banyak dipakai dalam jurisprudensi di Indonesia adalah menggunakan prinsip nasionalitas, sehingga hukum yang digunakan adalah hukum nasional para pihak. Hal ini hanya dapat diterapkan apabila kedua pihak memiliki kewarganegaraan yang sama, baik yang disebabkan oleh pilihan para pihak maupun yang didapatkan sebagai akibat dari perkawinan itu sendiri. Lain haknya apabila pasangan suami isteri ini memiliki kewarganegaraan yang berbeda. Dengan adanya perbedaan tersebut, maka penggunaan prinsip status personal (kewarganegaraan para pihak) akan sulit diterapkan untuk pasangan yang memiliki kewarganegaraan berbeda, hukum yang digunakan adalah menurut hukum domisili pasangan setelah menikah. Oleh karena itu, untuk pasangan kawin campur yang berdomisili di Indonesia maka berlakulah UUP untuk pengaturan harta benda perkawinan. Selanjutnya, hukum yang berlaku bagi benda yang tidak bergerak adalah hukum dimana benda tersebut terletak (prinsip lex rei sitae). Oleh karena itu, jika tanah yang dibeli terletak di Indonesia, maka hukum tanah yang digunakan adalah hukum tanah nasional yang diatur dalam UUPA. Hal ini kemudian yang menjadi permasalahan, yaitu ketika pasangan

11 11 kawin campur melakukan jual beli tanah dan bangunan dengan menggunakan harta bersama di Indonesia karena yang berlaku adalah hukum tanah nasional Indonesia. Dalam hukum tanah nasional, hak-hak yang dapat dimiliki oleh asing tidaklah tak terbatas. Hal ini disebabkan karena adanya larangan-larangan kepemilikan hak atas tanah tertentu oleh orang asing. Larangan itu disebutkan antara lain, untuk hak milik dalam pasal 21 ayat (2) UUPA. Untuk menjawab permasalahan tersebut maka hal pertama adalah hukum yang berlaku untuk status harta perkawinan dan hukum dari hartanya sendiri, dalam hal ini tanah dan rumah dengan hak berupa hak milik. Dari penjelasan sebelumnya, maka ketentuan mengenai harta benda perkawinan dalam UUP bagi pasangan perkawinan campur karena tidak membuat perjanjian kawin mengenai pemisahan harta, maka harta yang diperoleh selama perkawinan akan masuk dalam harta bersama, kemudian untuk tanah dan bangunan yang dibeli oleh pasangan kawin campur dalam hal ini berada di Indonesia, maka berlakulah pengaturan hukum tanah nasional dalam jual beli tanah tersebut. Yang perlu diperhatikan lebih lanjut mengenai para pihak adalah apakah penjual dan pembeli berhak dan berwenang untuk membeli atau menjual tanah yang dijual atau dibeli olehnya. Untuk melihat penjual atau pembeli berhak atau tidak atas tanah tersebut, maka hal ini dapat dilihat dari pengaturan dalam UUPA mengenai subjek-subjek hak atas tanah. Untuk subjek atas hak milik diatur dalam pasal 21 UUPA, untuk hak pakai diatur dalam pasal 42 UUPA. Apabila penjual atau pembeli merupakan pihak yang tidak berhak atas tanah tersebut, maka jual beli tersebut adalah batal demi hukum. Untuk jual beli hak milik, hal ini diatur secara jelas dalam pasal 26 ayat (2) UUPA, bahwa jual beli tersebut akan batal demi hukum dan tanah tersebut akan menjadi milik negara. Begitu juga dengan pengalihan hak milik, apabila dilakukan oleh dan untuk subjeksubjek yang tidak memenuhi syarat sebagai penerima hak tersebut maka hak tersebut akan hapus demi hukum. Selanjutnya adalah mengenai kewenangan, dari penjual atau

12 12 pembeli tanah. Bagi penjual dan pembeli yang sudah menikah, maka perlu dilihat adalah apakah pihak tersebut menjual atau membeli tanahnya yang merupakan harta bersama atau merupakan harta bawaan. Untuk suami atau istri yang ingin menjual tanah yang merupakan harta bawaan, maka berwenang secara penuh atas tanah tersebut tanpa memerlukan izin dari pasangannya, untuk suami atau isteri yang ingin menjual tanah yang merupakan harta bersama, maka dalam hal ini suami atau isteri tersebut tidak berwenang menjual sendiri tanah itu. Ia harus bertindak sebagai penjual bersama-sama suami atau isterinya, atau pasangannya memberikan persetujuan tertulis untuk menjual tanah itu, hal ini didasarkan pada pasal 36 UUP. Apabila para pihak telah terbukti berwenang dan memenuhi seluruh syarat dan dokumen yang diperlukan, maka tahap selanjutnya dalam proses jual beli tanah adalah pemeriksaan terhadap tanah atau bangunan (objek) yang dilakukan melaui pemeriksaan sertifikat tanah oleh PPAT ke kantor pertanahan guna mengetahui keaslian sertifikat, kemudian apakah sertifikat tersebut sedang dijaminkan atau tidak. Serta apakah tanah tersebut sedang dalam sengketa atau tidak. Setelah sertifikat tersebut terbukti asli dan tidak dalam sengketa atau tidak dijaminkan, maka para pihak kemudian diwajibkan untuk membayar pajak-pajak. Bagi pembeli membayar BPHTB (Bea Perolehan Hak Tanah dan Bangunan) dan bagi penjual membayar Pph (Pajak Penghasilan). Setelah pajak tersebut lunas, barulah para pihak membuat Akta Jual Beli (AJB) tanah dihadapan Notaris/PPAT. Dalam proses pembuatan AJB tersebut, harus dihadiri oleh calon penjual dan calon pembeli atau orang yang diberi kuasa tertulis, saksi sekurangkurangnya 2 orang saksi. Hal selanjutnya adalah PPAT yang membacakan akta dan menjelaskan mengenai isi dan maksud pembuatan akta. Setelah akta tersebut disetujui oleh semua pihak, maka barulah AJB tersebut ditandatangani oleh penjual, calon pembeli, saksi-saksi, dan PPAT. Akta tersebut dibuat 4 rangkap 2 lembar asli dengan perincian 1 lembar disimpan dikantor PPAT dan 1 lembar untuk disampaikan di Kantor Pertanahan

13 13 yang digunakan untuk pendaftaran (balik nama) dan 2 lembar salinan untuk penjual dan pembeli. Penyerahan AJB ke kantor pertanahan tersebut dilaksanakan selambat-lambatnya 7 hari kerja sejak ditandatanganinya akta. Pada proses pendaftaran tanah, nama dari pemilik lama dicoret untuk kemudian dituliskan nama pemilik baru dalam sertifikat tanah tersebut. 10 Keabsahan Jual Beli Hak Atas Tanah dan Bangunan di Indonesia Oleh Pasangan Kawin Campur Dengan Harta Bersama Secara umum dalam jual beli hak atas tanah dan bangunan seperti yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, jual beli hak atas tanah dan bangunan harus dilakukan dihadapan yang berwenang. Sama halnya dengan jual beli hak atas tanah dan bangunan di Indonesia yang dilakukan oleh pasangan kawin campur dengan harta bersama harus dilakukan dihadapan yang berwenang. Dalam hal ini yang berwenang adalah Pejabat Pembuat Akta Tanah. Dan yang perlu diperhatikan lebih lanjut mengenai para pihak apakah penjual dan pembeli berhak dan berwenang untuk menjual atau membeli tanah yang dijual atau dibeli olehnya sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UUPA. Hak Milik atas tanah hanya dapat dimiliki oleh warga negara Indonesia. Hak Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan dapat diberikan kepada warga negara Indonesia dan badan hukum Indonesia. Sedangkan Hak Pakai dapat diberikan kepada warga negara Indonesia, warga negara asing, badan hukum Indonesia dan badan hukum asing. Untuk pasangan kawin campur dalam hal ini adalah seorang perempuan yang berkewarganegaraan Indonesia menikah dengan seorang laki-laki yang berkewarganegaraan asing yang membeli rumah dengan hak berupa hak milik dengan harta bersama yang tertulis atas nama seorang perempuan yang berkewarganegaraan Indonesia. Seorang perempuan yang berkewarganegaraan Indonesia tersebut tidak mengikuti kewarganegaraan suaminya sehingga mereka tetap pada kewarganegaraan masing-masing. 10 Ibid., h. 83

14 14 Dalam hal mengalihkan hak atas tanah dan bangunan berupa hak milik tersebut, maka pihak yang berhak menandatangani Akta Jual Beli yaitu Istri yang berkewarganegaraan Indonesia tersebut. Istri yang berkewarganegaraan Indonesia dapat bertindak sendiri dalam hal mengalihkan hak atas tanah dan bangunan tersebut karena suami yang berkewarganegaraan asing tidak dapat memiliki hak atas tanah berupa hak milik sesuai dengan Pasal 21 UUPA. Dengan proses ini, maka jual beli hak atas tanah dan bangunan sah dimata hukum. PENUTUP Kesimpulan 1. Kepemilikan Hak Atas Tanah yang boleh dimiliki oleh warga negara asing tanpa adanya perjanjian kawin dalam perkawinan campuran yaitu Hak Pakai. Sehingga dalam perkawinan campuran yang dilangsungkan tanpa membuat perjanjian kawin, Hak Pakai bisa menjadi harta bersama dalam perkawinan campuran tersebut. Selain Hak Pakai, misalnya Hak Milik, Hak Guna Bangunan dan Hak Guna Usaha dalam perkawinan campuran tanpa adanya perjanjian kawin tidak bisa menjadi harta bersama. 2. Keabsahan jual beli hak atas dan bangunan di Indonesia oleh pasangan perkawinan campuran tanpa adanya perjanjian kawin harus dilakukan dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah. Dan untuk pasangan kawin campur dalam hal mengalihkan hak atas tanah dan bangunan berupa hak milik yang tertulis atas nama Istri yang berkewarganegaraan Indonesia, maka pihak yang berhak menandatangani Akta Jual Beli yaitu Istri yang berkewarganegaraan Indonesia. Istri yang berkewarganegaraan Indonesia dapat bertindak sendiri dalam hal mengalihkan hak atas tanah dan bangunan tersebut karena suami yang berkewarganegaraan asing tidak dapat memiliki hak atas tanah berupa hak milik sesuai dengan Pasal 21 UUPA. Dengan demikian, maka jual beli hak atas tanah dan bangunan sah dimata hukum.

15 15 Saran 1. Dalam hal kepemilikan hak atas tanah yang boleh dimiliki oleh warga negara asing adalah hak pakai. Dan apabila hak milik sudah terlanjur diperoleh karena waris atau adanya pencampuran harta pada saat melakukan perkawinan dengan warga negara Indonesia maka dalam jangka waktu satu tahun harus melepas hak miliknya tersebut. Jika sesudah jangka waktu tersebut lampau hak milik itu tidak dilepaskan, maka hak tersebut hapus karena hukum dan tanahnya jatuh pada negara.oleh karena itu penulis menyarankan untuk segera melepaskan hak milik apabila subyek dari hak atas tanah tersebut adalah warga negara asing agar tanahnya tidak jatuh pada negara. 2. Bagi WNI yang berencana menikah dengan WNA penulis menyarankan calon suami dan isteri untuk membuat perjanjian perkawinan yang mengatur mengenai harta benda perkawinan perkawinan sebelum dilangsungkan yang disahkan oleh pegawai pencatat perkawinan. Hal ini untuk menghindari kesulitankesulitan yang mungkin terjadi, misalnya dalam hal mengenai jual beli tanah dan bangunan, dengan adanya perjanjian kawin, apabila para pihak bersepakat untuk mengadakan pemisahan harta maka calon suami atau isteri memiliki kewenangan penuh terhadap hartanya masingmasing. DAFTAR PUSTAKA Rasjidi, Lili, 1996, Hukum Perkawinan dan Perceraian di Indonesia dan Malaysia, Remaja Rosdakarya, Bandung. Sumardjono, Maria, 2007, Pengaturan Hak Atas Tanah Beserta Bangunan Bagi Warga Negara Asing dan badan Hukum Asing, Kompas, Jakarta. Perangin, Effendi, 1994, Praktek Jual Beli Tanah, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sutedi, Adrian, 2006, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Sinar Grafika.

BENTUK PERALIHAN HAK ATAS TANAH YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH WARGA NEGARA ASING AKIBAT PERCAMPURAN HARTA DALAM PERKAWINAN

BENTUK PERALIHAN HAK ATAS TANAH YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH WARGA NEGARA ASING AKIBAT PERCAMPURAN HARTA DALAM PERKAWINAN BENTUK PERALIHAN HAK ATAS TANAH YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH WARGA NEGARA ASING AKIBAT PERCAMPURAN HARTA DALAM PERKAWINAN Oleh Ida Ayu Putu Larashati Anak Agung Ngurah Gde Dirksen Program Kekhususan/Bagian

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dengan membuat Permohonan penetapan kepada Pengadilan Negeri. Surabaya yang isinya menyatakan bahwa benar telah didaftarkannya

BAB V PENUTUP. dengan membuat Permohonan penetapan kepada Pengadilan Negeri. Surabaya yang isinya menyatakan bahwa benar telah didaftarkannya 77 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pokok permasalahan dalam kasus ini adalah perjanjian perkawinan yang tidak berlaku terhadap pihak ketiga karena tidak tercantum dalam akta perkawinan. Tindakan hukum yang

Lebih terperinci

HAK ATAS TANAH BAGI ORANG ASING DI INDONESIA TERKAIT DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN 1960

HAK ATAS TANAH BAGI ORANG ASING DI INDONESIA TERKAIT DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN 1960 HAK ATAS TANAH BAGI ORANG ASING DI INDONESIA TERKAIT DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN 1960 Oleh Kadek Rita Listyanti Ni Made Ari Yuliartini Griadhi Bagian Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

LEGAL MEMORANDUM STATUS KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH DALAM HAL PEMILIKNYA TERIKAT PERKAWINAN CAMPURAN TANPA MEMBUAT PERJANJIAN PERKAWINAN

LEGAL MEMORANDUM STATUS KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH DALAM HAL PEMILIKNYA TERIKAT PERKAWINAN CAMPURAN TANPA MEMBUAT PERJANJIAN PERKAWINAN LEGAL MEMORANDUM STATUS KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH DALAM HAL PEMILIKNYA TERIKAT PERKAWINAN CAMPURAN TANPA MEMBUAT PERJANJIAN PERKAWINAN Rudijanto Budiman (1288007) ABSTRAK Penyusunan Legal Memorandum ini

Lebih terperinci

The Enactment of Marriage Agreement Post Constitutional Court Verdict

The Enactment of Marriage Agreement Post Constitutional Court Verdict The Enactment of Marriage Agreement Post Constitutional Court Verdict Heniyatun 1 *, Puji Sulistyaningsih 2, Bambang Tjatur Iswanto 3 1,2,3 Hukum/Fakultas Hukum, *Email: heniyatun@ummgl.ac.id Keywords:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling ketergantungan antara manusia yang satu dengan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling ketergantungan antara manusia yang satu dengan manusia yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam menjalani kehidupan bermasyarakat ternyata tidak lepas untuk saling ketergantungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya, hal

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH DALAM PERALIHAN HAK ATAS TANAH TERHADAP WARGA NEGARA ASING BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DASAR POKOK-POKOK

Lebih terperinci

STATUS KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN OLEH WARGA NEGARA ASING YANG BERKEDUDUKAN DI INDONESIA DAN AKIBAT HUKUM TERHADAP HAK MILIK TERSELUBUNG

STATUS KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN OLEH WARGA NEGARA ASING YANG BERKEDUDUKAN DI INDONESIA DAN AKIBAT HUKUM TERHADAP HAK MILIK TERSELUBUNG STATUS KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN OLEH WARGA NEGARA ASING YANG BERKEDUDUKAN DI INDONESIA DAN AKIBAT HUKUM TERHADAP HAK MILIK TERSELUBUNG Oleh: Vita Natalia Tambing I Gusti Ayu Putri Kartika

Lebih terperinci

Oleh : Ni Putu Dian Putri Pertiwi Darmayanti Ni Nyoman Sukerti I Wayan Novy Purwanto. Program Kekhususan Hukum Perdata Fakultas Hukum Udayana

Oleh : Ni Putu Dian Putri Pertiwi Darmayanti Ni Nyoman Sukerti I Wayan Novy Purwanto. Program Kekhususan Hukum Perdata Fakultas Hukum Udayana AKIBAT HUKUM JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH KEPADA ORANG ASING BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DASAR POKOK-POKOK AGRARIA Oleh : Ni Putu Dian Putri Pertiwi Darmayanti Ni Nyoman

Lebih terperinci

HAK WARGA NEGARA ASING ATAS PENGUASAAN TANAH DI INDONESIA. Oleh : Vina Jayanti I Nyoman Wita. Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

HAK WARGA NEGARA ASING ATAS PENGUASAAN TANAH DI INDONESIA. Oleh : Vina Jayanti I Nyoman Wita. Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana HAK WARGA NEGARA ASING ATAS PENGUASAAN TANAH DI INDONESIA Oleh : Vina Jayanti I Nyoman Wita Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hak

Lebih terperinci

KEDUDUKAN HUKUM SUAMI ISTRI DALAM HAL JUAL BELI DENGAN ADANYA PERJANJIAN KAWIN (KAJIAN UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN)

KEDUDUKAN HUKUM SUAMI ISTRI DALAM HAL JUAL BELI DENGAN ADANYA PERJANJIAN KAWIN (KAJIAN UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN) KEDUDUKAN HUKUM SUAMI ISTRI DALAM HAL JUAL BELI DENGAN ADANYA PERJANJIAN KAWIN (KAJIAN UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN) Oleh I Gusti Ayu Oka Trisnasari I Gusti Ayu Putri Kartika I

Lebih terperinci

Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017

Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017 PERALIHAN HAK ATAS TANAH MELALUI JUAL BELI MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997 1 Oleh : Fredrik Mayore Saranaung 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sarana teknologi menjadikan interaksi antar negara dan antara

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sarana teknologi menjadikan interaksi antar negara dan antara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Era globalisasi menjadikan batas-batas antar negara semakin dekat. Penggunaan sarana teknologi menjadikan interaksi antar negara dan antara warga negara semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Aristoteles manusia adalah zoon politicon atau makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Aristoteles manusia adalah zoon politicon atau makhluk sosial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Aristoteles manusia adalah zoon politicon atau makhluk sosial. Manusia tidak dapat terlepas dari interaksi dengan lingkungan dan manusia disekitarnya

Lebih terperinci

PEROLEHAN TANAH DALAM PENGADAAN TANAH BERSKALA KECIL

PEROLEHAN TANAH DALAM PENGADAAN TANAH BERSKALA KECIL PEROLEHAN TANAH DALAM PENGADAAN TANAH BERSKALA KECIL Urip Santoso (Dosen Tetap Pada Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Jln. Darmawangsa Dalam selatan Surabaya) Abstract: Government is a side or party

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM PERJANJIAN PEMILIKAN HAK ATAS TANAH UNTUK WARGA NEGARA ASING (WNA) DENGAN AKTA NOMINEE

AKIBAT HUKUM PERJANJIAN PEMILIKAN HAK ATAS TANAH UNTUK WARGA NEGARA ASING (WNA) DENGAN AKTA NOMINEE AKIBAT HUKUM PERJANJIAN PEMILIKAN HAK ATAS TANAH UNTUK WARGA NEGARA ASING (WNA) DENGAN AKTA NOMINEE Mohammad Anis Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Darul Ulum Lamongan Jl. Airlangga 3 Sukodadi Lamongan

Lebih terperinci

HAK ATAS TANAH UNTUK WARGA NEGARA ASING

HAK ATAS TANAH UNTUK WARGA NEGARA ASING HAK ATAS TANAH UNTUK WARGA NEGARA ASING MAKALAH Oleh : Hukum Agraria Dosen : FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2012 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa

Lebih terperinci

BAB III KEABSAHAN JUAL BELI TANAH YANG DILAKUKAN OLEH BUKAN PEMILIK TANAH. 1. Jual Beli Hak Atas Tanah

BAB III KEABSAHAN JUAL BELI TANAH YANG DILAKUKAN OLEH BUKAN PEMILIK TANAH. 1. Jual Beli Hak Atas Tanah BAB III KEABSAHAN JUAL BELI TANAH YANG DILAKUKAN OLEH BUKAN PEMILIK TANAH 1. Jual Beli Hak Atas Tanah Jual beli tanah sebagai suatu lembaga hukum, tidak secara tegas dan terperinci diatur dalam UUPA. Bahkan,

Lebih terperinci

PENGATURAN DAN MANFAAT PEMBUATAN POST-MARITAL AGREEMENT DALAM PERKAWINAN CAMPURAN DI INDONESIA

PENGATURAN DAN MANFAAT PEMBUATAN POST-MARITAL AGREEMENT DALAM PERKAWINAN CAMPURAN DI INDONESIA PENGATURAN DAN MANFAAT PEMBUATAN POST-MARITAL AGREEMENT DALAM PERKAWINAN CAMPURAN DI INDONESIA Oleh: Kasandra Dyah Hapsari I Ketut Keneng Bagian Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Usaha Pemerintah di dalam mengatur tanah-tanah di Indonesia baik bagi perorangan maupun bagi badan hukum perdata adalah dengan melakukan Pendaftaran Tanah

Lebih terperinci

KEPEMILIKAN HAK PAKAI ATAS TANAH BAGI WARGA NEGARA ASING DI KABUPATEN BADUNG PROVINSI BALI

KEPEMILIKAN HAK PAKAI ATAS TANAH BAGI WARGA NEGARA ASING DI KABUPATEN BADUNG PROVINSI BALI KEPEMILIKAN HAK PAKAI ATAS TANAH BAGI WARGA NEGARA ASING DI KABUPATEN BADUNG PROVINSI BALI oleh : I Putu Indra Mandhala Putra A.A. Sagung Wiratni Darmadi A.A. Sri Indrawati Hukum Bisnis Fakultas Hukum

Lebih terperinci

JURNAL ILMIAH KEPASTIAN HUKUM PEMINDAHAN HAK ATAS TANAH MELALUI JUAL BELI DIBAWAH TANGAN

JURNAL ILMIAH KEPASTIAN HUKUM PEMINDAHAN HAK ATAS TANAH MELALUI JUAL BELI DIBAWAH TANGAN JURNAL ILMIAH KEPASTIAN HUKUM PEMINDAHAN HAK ATAS TANAH MELALUI JUAL BELI DIBAWAH TANGAN Oleh : MADE DWI YOGA PRASANTHA D1A 009 066 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM MATARAM 2013 2 Halaman Pengesahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH, HAK MILIK ATAS TANAH, DAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH, HAK MILIK ATAS TANAH, DAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH, HAK MILIK ATAS TANAH, DAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH 2. 1. Pendaftaran Tanah Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

Lebih terperinci

PENGUASAAN TANAH OLEH WARGA NEGARA ASING DENGAN PERJANJIAN PINJAM NAMA (NOMINEE) DI WILAYAH INDONESIA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960

PENGUASAAN TANAH OLEH WARGA NEGARA ASING DENGAN PERJANJIAN PINJAM NAMA (NOMINEE) DI WILAYAH INDONESIA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 Penguasaan Tanah oleh Warga Negara Asing dengan Perjanjian Pinjam Nama (Nominee) di Wilayah... PENGUASAAN TANAH OLEH WARGA NEGARA ASING DENGAN PERJANJIAN PINJAM NAMA (NOMINEE) DI WILAYAH INDONESIA MENURUT

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HARTA SUAMI - ISTRI DENGAN ADANYA PERJANJIAN KAWIN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HARTA SUAMI - ISTRI DENGAN ADANYA PERJANJIAN KAWIN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HARTA SUAMI - ISTRI DENGAN ADANYA PERJANJIAN KAWIN Oleh Made Topan Antakusuma Dewa Gde Rudy I Nyoman Darmadha Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

Lebih terperinci

KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) DALAM PROSES JUAL BELI TANAH

KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) DALAM PROSES JUAL BELI TANAH KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) DALAM PROSES JUAL BELI TANAH BAHARUDIN Dosen Fakultas Hukum Universitas Bandar lampung Jl. ZA Pagar Alam No. 26 Labuhan Ratu Bandar Lampung ABSTRACT Land Deed

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan hubungan satu sama lain dalam berbagai bentuk. Hubungan tersebut dapat dilakukan antara individu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. rakyat bukan dalam pengertian di jalankan oleh rakyat. 1

BAB II TINJAUAN UMUM. rakyat bukan dalam pengertian di jalankan oleh rakyat. 1 BAB II TINJAUAN UMUM A. Pengertian Pengalihan Hak Dalam ketentuan pasal 19 UUPA itu jelas bahwa tujuan pendaftaran tanah di indonesia adalah untuk kepentingan pemerintah dalam rangka memberikan jaminan

Lebih terperinci

HIBAH TANAH PEMERINTAHAN KABUPATEN/KOTA KEPADA WARGA NEGARA INDONESIA

HIBAH TANAH PEMERINTAHAN KABUPATEN/KOTA KEPADA WARGA NEGARA INDONESIA PERSPEKTIF Volume XX No. 3 Tahun 2015 Edisi September HIBAH TANAH PEMERINTAHAN KABUPATEN/KOTA KEPADA WARGA NEGARA INDONESIA Urip Santoso Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya e-mail: urip_sts@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa. 5 Dalam perspektif

BAB I PENDAHULUAN. yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa. 5 Dalam perspektif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Perkawinan ialah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Perkawinan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa penting dalam kehidupan manusia, karena perkawinan tidak saja menyangkut pribadi kedua calon suami istri, tetapi juga

Lebih terperinci

PERKAWINAN CAMPURAN DAN AKIBAT HUKUMNYA. Oleh : Sasmiar 1 ABSTRACT

PERKAWINAN CAMPURAN DAN AKIBAT HUKUMNYA. Oleh : Sasmiar 1 ABSTRACT PERKAWINAN CAMPURAN DAN AKIBAT HUKUMNYA Oleh : Sasmiar 1 ABSTRACT Mixed marriage according to Nomor.1 Act of 1974 on Marriage is a marriage between Indonesian citizens with a foreign citizen (Article 57).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yang dimaksud dengan perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era modern zaman sekarang, perdagangan tidak lagi dalam lingkup dalam negeri saja tetapi juga luar negeri. Adanya komunikasi atara warga suatu negara dengan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Hukum Agraria, Hak Milik Atas Tanah, Perjanjian Nominee, WNA ABSTRACT

ABSTRAK. Kata Kunci : Hukum Agraria, Hak Milik Atas Tanah, Perjanjian Nominee, WNA ABSTRACT 1 PENGATURAN MENGENAI PERJANJIAN NOMINEE DAN KEABSAHANNYA (DITINJAU DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DASAR POKOK-POKOK AGRARIA) Oleh : Gde Widhi

Lebih terperinci

E-JOURNAL KEDUDUKAN SAKSI DALAM PEMBUATAN AKTA JUAL BELI HAK ATAS TANAH DI HADAPAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH

E-JOURNAL KEDUDUKAN SAKSI DALAM PEMBUATAN AKTA JUAL BELI HAK ATAS TANAH DI HADAPAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH E-JOURNAL KEDUDUKAN SAKSI DALAM PEMBUATAN AKTA JUAL BELI HAK ATAS TANAH DI HADAPAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH Kadek Yudhi Aditya Putra Pembimbing I Ibrahim. R. Pembimbing II Kadek Sarna. Bagian Hukum Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jual beli tanah merupakan suatu perjanjian dalam mana pihak yang mempunyai tanah (penjual) berjanji dan mengikatkan diri untuk menyerahkan haknya atas tanah

Lebih terperinci

PELAKSANAAN JUAL BELI TANAH YANG BELUM BERSERTIFIKAT DI DENPASAR

PELAKSANAAN JUAL BELI TANAH YANG BELUM BERSERTIFIKAT DI DENPASAR PELAKSANAAN JUAL BELI TANAH YANG BELUM BERSERTIFIKAT DI DENPASAR Oleh : I Gusti Ngurah Hadi Indrawan Wijaya I Wayan Wiryawan I Ketut Westra (Program Kekhususan IV : Hukum Bisnis, Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 28 BAB III TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hukum Tanah Dalam ruang lingkup agraria, tanah merupakan bagian dari bumi, yang disebut permukaan bumi.tanah yang dimaksud di sini bukan mengatur tanah dalam segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat indah membuat investor asing berbondong-bondong ingin berinvestasi di

BAB I PENDAHULUAN. sangat indah membuat investor asing berbondong-bondong ingin berinvestasi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan tanah saat ini sangat meningkat karena tanah tidak hanya digunakan sebagai tempat hunian tetapi juga digunakan sebagai tempat untuk membuka usaha. Banyaknya

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM KEPAILITAN SUAMI/ISTRI TERHADAP HARTA BERSAMA SUAMI-ISTRI TANPA PERJANJIAN KAWIN. Oleh Putu Indi Apriyani I Wayan Parsa

AKIBAT HUKUM KEPAILITAN SUAMI/ISTRI TERHADAP HARTA BERSAMA SUAMI-ISTRI TANPA PERJANJIAN KAWIN. Oleh Putu Indi Apriyani I Wayan Parsa AKIBAT HUKUM KEPAILITAN SUAMI/ISTRI TERHADAP HARTA BERSAMA SUAMI-ISTRI TANPA PERJANJIAN KAWIN Oleh Putu Indi Apriyani I Wayan Parsa Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana Denpasar Abstract :

Lebih terperinci

KELAYAKAN SAKSI DALAM PEMBUATAN AKTA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH OLEH PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH

KELAYAKAN SAKSI DALAM PEMBUATAN AKTA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH OLEH PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH KELAYAKAN SAKSI DALAM PEMBUATAN AKTA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH OLEH PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH Oleh : Renhat Marlianus Siki I Gusti Nyoman Agung I Nyoman Darmadha Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum

Lebih terperinci

HAK ATAS TANAH BAGI PARTAI POLITIK

HAK ATAS TANAH BAGI PARTAI POLITIK HAK ATAS TANAH BAGI PARTAI POLITIK Agus Sekarmadji Dosen Fakultas Hukum Universitas Airlangga Email: agussekarmadji_unair@yahoo.com Abstract Land Law in Indonesia does not clearly specify the political

Lebih terperinci

JUAL-BELI TANAH HAK MILIK YANG BERTANDA BUKTI PETUK PAJAK BUMI (KUTIPAN LETTER C)

JUAL-BELI TANAH HAK MILIK YANG BERTANDA BUKTI PETUK PAJAK BUMI (KUTIPAN LETTER C) PERSPEKTIF Volume XVII No. 2 Tahun 2012 Edisi Mei JUAL-BELI TANAH HAK MILIK YANG BERTANDA BUKTI PETUK PAJAK BUMI (KUTIPAN LETTER C) Urip Santoso Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya e-mail: urip_sts@yahoo.com

Lebih terperinci

Dimyati Gedung Intan: Prosedur Pemindahan Hak Atas Tanah Menuju Kepastian Hukum

Dimyati Gedung Intan: Prosedur Pemindahan Hak Atas Tanah Menuju Kepastian Hukum PROSUDUR PEMINDAHAN HAK HAK ATAS TANAH MENUJU KEPASTIAN HUKUM Oleh Dimyati Gedung Intan Dosen Fakultas Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai ABSTRAK Tanah semakin berkurang, kebutuhan tanah semakin meningkat,

Lebih terperinci

STATUS PERKAWINAN INTERNASIONAL DAN PERJANJIAN PERKAWINAN. (Analisis Kasus WNI Yang Menikah Dengan Warga Negara Prancis di Jepang)

STATUS PERKAWINAN INTERNASIONAL DAN PERJANJIAN PERKAWINAN. (Analisis Kasus WNI Yang Menikah Dengan Warga Negara Prancis di Jepang) STATUS PERKAWINAN INTERNASIONAL DAN PERJANJIAN PERKAWINAN (Analisis Kasus WNI Yang Menikah Dengan Warga Negara Prancis di Jepang) A. Latar Belakang Masalah Seorang WNI menikah dengan warga Negara Prancis

Lebih terperinci

THE JUDICIAL REVIEW PROPERTY RIGHTS CITIZENS WHO MARRY FOREIGNERS IN INDONESIA BASED ON LAW NUMBER 5 OF 1960 ON THE BASIC REGULATION OF AGRARIAN

THE JUDICIAL REVIEW PROPERTY RIGHTS CITIZENS WHO MARRY FOREIGNERS IN INDONESIA BASED ON LAW NUMBER 5 OF 1960 ON THE BASIC REGULATION OF AGRARIAN THE JUDICIAL REVIEW PROPERTY RIGHTS CITIZENS WHO MARRY FOREIGNERS IN INDONESIA BASED ON LAW NUMBER 5 OF 1960 ON THE BASIC REGULATION OF AGRARIAN Syarifa Yana Fakultas Hukum Universitas Riau Kepulauan Batam

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM PENGALIHAN HAK JUAL BELI MELALUI AKTA PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH ATAS TANAH WARISAN TANPA PERSETUJUAN SALAH SATU AHLI WARIS LAINNYA

AKIBAT HUKUM PENGALIHAN HAK JUAL BELI MELALUI AKTA PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH ATAS TANAH WARISAN TANPA PERSETUJUAN SALAH SATU AHLI WARIS LAINNYA Akibat Hukum Pengalihan Hak Jual Beli Melalui...(Anita Sofiana) AKIBAT HUKUM PENGALIHAN HAK JUAL BELI MELALUI AKTA PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH ATAS TANAH WARISAN TANPA PERSETUJUAN SALAH SATU AHLI WARIS

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH MELALUI HIBAH UNTUK ANAK DI BAWAH UMUR

PELAKSANAAN PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH MELALUI HIBAH UNTUK ANAK DI BAWAH UMUR PELAKSANAAN PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH MELALUI HIBAH UNTUK ANAK DI BAWAH UMUR Asri Arinda Mahasiswa S-2 Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret asriarinda@yahoo.com Abstract

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM PUTUSAN PAILIT TERHADAP DEBITOR YANG MELAKUKAN PERJANJIAN PEMISAHAAN HARTA PERKAWINAN

AKIBAT HUKUM PUTUSAN PAILIT TERHADAP DEBITOR YANG MELAKUKAN PERJANJIAN PEMISAHAAN HARTA PERKAWINAN AKIBAT HUKUM PUTUSAN PAILIT TERHADAP DEBITOR YANG MELAKUKAN PERJANJIAN PEMISAHAAN HARTA PERKAWINAN Oleh : Ida Bagus Yoga Adi Putra I Wayan Novy Purwanto Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

HAK AHLI WARIS BERKEWARGANEGARAAN ASING TERHADAP HARTA WARISAN BERUPA TANAH

HAK AHLI WARIS BERKEWARGANEGARAAN ASING TERHADAP HARTA WARISAN BERUPA TANAH HAK AHLI WARIS BERKEWARGANEGARAAN ASING TERHADAP HARTA WARISAN BERUPA TANAH Oleh: Ida Ayu Ide Dinda Paramita I Gede Yusa I Wayan Wiryawan Bagian Hukum Bisnis, Fakultas Hukum, Universitas Udayana ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain sebagai tempat tinggal, tempat untuk melakukan berbagai aktifitas

BAB I PENDAHULUAN. lain sebagai tempat tinggal, tempat untuk melakukan berbagai aktifitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah memiliki peranan yang sangat penting bagi manusia, antara lain sebagai tempat tinggal, tempat untuk melakukan berbagai aktifitas kehidupan manusia dan tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk, membuat kebutuhan akan tanah atau lahan. meningkat membuat harga tanah juga menjadi tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk, membuat kebutuhan akan tanah atau lahan. meningkat membuat harga tanah juga menjadi tinggi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah hal yang penting dalam kehidupan bangsa Indonesia, karena sebagai sebuah Negara agraris (Negara pertanian), keberadaan tanah adalah suatu keharusan,

Lebih terperinci

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PERJANJIAN KAWIN YANG DAPAT DILAKUKAN SELAMA PERKAWINAN BERLANGSUNG

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PERJANJIAN KAWIN YANG DAPAT DILAKUKAN SELAMA PERKAWINAN BERLANGSUNG ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PERJANJIAN KAWIN YANG DAPAT DILAKUKAN SELAMA PERKAWINAN BERLANGSUNG Oleh : Sriono, SH, M.Kn Dosen tetap STIH Labuhanbatu e_mail: sriono_mkn@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya dalam bidang harta kekayaan menjadi pendorong tumbuh dan

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya dalam bidang harta kekayaan menjadi pendorong tumbuh dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kehidupan manusia untuk mencapai suatu tujuan ekonomi khususnya dalam bidang harta kekayaan menjadi pendorong tumbuh dan berkembangnya badan hukum.

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM TERHADAP PENGUASAAN HAK MILIK ATAS TANAH OLEH ORANG ASING BERDASARKAN PERJANJIAN PINJAM NAMA (NOMINEE)

AKIBAT HUKUM TERHADAP PENGUASAAN HAK MILIK ATAS TANAH OLEH ORANG ASING BERDASARKAN PERJANJIAN PINJAM NAMA (NOMINEE) AKIBAT HUKUM TERHADAP PENGUASAAN HAK MILIK ATAS TANAH OLEH ORANG ASING BERDASARKAN PERJANJIAN PINJAM NAMA (NOMINEE) Oleh Gede Herda Virgananta I Nyoman Mudana I Made Dedy Priyanto Bagian Hukum Bisnis Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan: Bumi air dan kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan: Bumi air dan kekayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah dalam kehidupan manusia mempunyai peran yang sangat penting karena merupakan sumber kesejahteraan, kemakmuran, dan kehidupan. Selain itu tanah mempunyai hubungan

Lebih terperinci

BAB II KEABSAHAN JUAL BELI TANAH HAK MILIK OLEH PERSEROAN TERBATAS. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok

BAB II KEABSAHAN JUAL BELI TANAH HAK MILIK OLEH PERSEROAN TERBATAS. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok BAB II KEABSAHAN JUAL BELI TANAH HAK MILIK OLEH PERSEROAN TERBATAS 1. Syarat Sahnya Jual-Beli Tanah Hak Milik Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Argaria, LNRI Tahun 1960

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 69/PUU-XIII/2015 Hak Milik dan Hak Guna Bangunan Terhadap Warga Negara Indonesia yang Menikah dengan Warga Negara Asing I. PEMOHON Ike Farida II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Group, Jakarta, 2012, hlm Urip Santoso, Hukum Agraria Kajian Komprehensif, ctk. Pertama, Kencana Prenada Media

BAB I PENDAHULUAN. Group, Jakarta, 2012, hlm Urip Santoso, Hukum Agraria Kajian Komprehensif, ctk. Pertama, Kencana Prenada Media BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ruang lingkup bumi menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (disebut juga UUPA) adalah permukaan bumi, dan tubuh

Lebih terperinci

BAB II PEMBUATAN AKTA JUAL BELI YANG TIDAK SESUAI KETENTUAN DALAM PROSEDUR PEMBUATAN AKTA PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH

BAB II PEMBUATAN AKTA JUAL BELI YANG TIDAK SESUAI KETENTUAN DALAM PROSEDUR PEMBUATAN AKTA PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH BAB II PEMBUATAN AKTA JUAL BELI YANG TIDAK SESUAI KETENTUAN DALAM PROSEDUR PEMBUATAN AKTA PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH A. Peralihan Hak Atas Tanah Melalui Jual Beli 1. Pengertian Hak Atas Tanah Tanah diberikan

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN PERKAWINAN YANG DIBUAT SETELAH PERKAWINAN BERLANGSUNG

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN PERKAWINAN YANG DIBUAT SETELAH PERKAWINAN BERLANGSUNG AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN PERKAWINAN YANG DIBUAT SETELAH PERKAWINAN BERLANGSUNG Oleh : Komang Padma Patmala Adi Suatra Putrawan Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT:

Lebih terperinci

KAJIAN YURIDIS STATUS HUKUM ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM

KAJIAN YURIDIS STATUS HUKUM ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM SKRIPSI KAJIAN YURIDIS STATUS HUKUM ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM JURIDICAL STUDY ON CHILDREN S LEGAL STATUS OVER MARRIAGE CANCELLATION ACCORDING BY COMPILATION OF ISLAM

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U AN

BAB I P E N D A H U L U AN BAB I P E N D A H U L U AN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebutuhan rumah tempat tinggal atau hunian di daerah perkotaan semakin meningkat dan dirasakan kurang, mengingat jumlah perumahan yang tersedia tidak

Lebih terperinci

Lex Privatum Vol. V/No. 5/Jul/2017

Lex Privatum Vol. V/No. 5/Jul/2017 EKSISTENSI SURAT KUASA TERHADAP PERALIHAN HAK ATAS TANAH DITINJAU DARI KUHPERDATA 1 Oleh : Steviyanti Veronica Mongdong 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI NASKAH PUBLIKASI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN JUAL BELI TANAH YANG SERTIFIKATNYA MASIH DALAM PROSES PEMECAHAN SERTIFIKAT SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas

Lebih terperinci

Pengertian Hak Milik Hak Milik adalah hak atas tanah yang turun temurun, terkuat dan terpenuh. Kata terkuat dan terpenuh tidak berarti bahwa hak milik itu merupakan hak yang mutlak, tidak dapat diganggu

Lebih terperinci

Psl. 119 BW jo. Psl. 124 BW

Psl. 119 BW jo. Psl. 124 BW Psl. 119 BW jo. Psl. 124 BW Pada asasnya dalam suatu perkawinan (keluarga) terdapat satu kekompok harta (harta persatuan) dan hak melakukan beheer atas harta tersebut dilakukan oleh suami. Penyimpangan

Lebih terperinci

ANTARA WARGA NEGARA INDONESIA DENGAN WARGA NEGARA ASING DALAM PRAKTIK JUAL BELI TANAH DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG UNDANG POKOK AGRARIA NOMOR.

ANTARA WARGA NEGARA INDONESIA DENGAN WARGA NEGARA ASING DALAM PRAKTIK JUAL BELI TANAH DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG UNDANG POKOK AGRARIA NOMOR. PERJANJIAN NOMINEE ANTARA WARGA NEGARA INDONESIA DENGAN WARGA NEGARA ASING DALAM PRAKTIK JUAL BELI TANAH DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG UNDANG POKOK AGRARIA NOMOR. 05 TAHUN 1960 Oleh: Dr. Jaya Kesuma, SH.,

Lebih terperinci

Pertemuan ke-5 HAK-HAK PENGUASAAN ATAS TANAH. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

Pertemuan ke-5 HAK-HAK PENGUASAAN ATAS TANAH. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA Pertemuan ke-5 HAK-HAK PENGUASAAN ATAS TANAH Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA PENGERTIAN HAK PENGUASAAN ATAS TANAH Hak penguasaan atas tanah memberikan kewenangan kepada pemegang haknya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini karena hampir sebagian besar aktivitas dan kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini karena hampir sebagian besar aktivitas dan kehidupan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat absolut dan vital, artinya kehidupan manusia dipengaruhi dan ditentukan oleh eksistensi tanah. Kehidupan

Lebih terperinci

ANALISIS YURIDIS AKTA KETERANGAN LUNAS YANG DIBUAT DIHADAPAN NOTARIS SEBAGAI DASAR DIBUATNYA KUASA MENJUAL JURNAL. Oleh

ANALISIS YURIDIS AKTA KETERANGAN LUNAS YANG DIBUAT DIHADAPAN NOTARIS SEBAGAI DASAR DIBUATNYA KUASA MENJUAL JURNAL. Oleh ANALISIS YURIDIS AKTA KETERANGAN LUNAS YANG DIBUAT DIHADAPAN NOTARIS SEBAGAI DASAR DIBUATNYA KUASA MENJUAL JURNAL Oleh AHMAD JUARA PUTRA 137011045/MKn FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

Lebih terperinci

Abstract. Keyword: implementation of the provision of article 21 subsection 3 of the Agrarian Law. Abstrak

Abstract. Keyword: implementation of the provision of article 21 subsection 3 of the Agrarian Law. Abstrak PENERAPAN KETENTUAN PASAL 21 AYAT (3) UUPA TENTANG KEPEMILIKAN TANAH BAGI WNI DALAM PERKAWINAN CAMPURAN IMPLEMENTATION OF ARTICLE 21 SUBSECTION 3 OF AGRARIAN LAW TO MIX MARRIAGE Sayaman Harahap Magister

Lebih terperinci

BAB II KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM PENGALIHAN HAK ATAS BANGUNAN

BAB II KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM PENGALIHAN HAK ATAS BANGUNAN BAB II KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM PENGALIHAN HAK ATAS BANGUNAN A. Pengalihan Hak Atas Bangunan Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan adalah: Penjualan, tukarmenukar, perjanjian pemindahan hak, pelepasan

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH PADA SATUAN RUMAH SUSUN

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH PADA SATUAN RUMAH SUSUN TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH PADA SATUAN RUMAH SUSUN Oleh: Indah Erfira I Made Walesha Putra Bagian Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian terhadap Penetapan Pemisahan Harta Perkawinan yang dilakukan setelah Perkawinan berlangsung Nomor. 0012/Pdt.P/2015/PA.Ska. 1. Posisi Kasus Permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, dan kehidupan. bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, dan kehidupan. bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Tanah mempunyai peranan yang penting karena tanah merupakan sumber kesejahteraan, kemakmuran, dan kehidupan.

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM NOMINEE AGREEMENT TERHADAP JUAL BELI TANAH OLEH WARGA NEGARA ASING DENGAN PINJAM NAMA

AKIBAT HUKUM NOMINEE AGREEMENT TERHADAP JUAL BELI TANAH OLEH WARGA NEGARA ASING DENGAN PINJAM NAMA AKIBAT HUKUM NOMINEE AGREEMENT TERHADAP JUAL BELI TANAH OLEH WARGA NEGARA ASING DENGAN PINJAM NAMA oleh Anak Agung Sagung Cahaya Dewi Savitri Sagung Putri M.E Purwani Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial. Artinya setiap manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan bantuan orang lain, bahkan sejak manusia lahir, hidup dan

Lebih terperinci

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN 2.1 Pengertian Perkawinan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN NOMINEE DALAM KEPEMILIKAN TANAH DI KABUPATEN GIANYAR OLEH ORANG ASING

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN NOMINEE DALAM KEPEMILIKAN TANAH DI KABUPATEN GIANYAR OLEH ORANG ASING AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN NOMINEE DALAM KEPEMILIKAN TANAH DI KABUPATEN GIANYAR OLEH ORANG ASING Oleh : I Gede Putu Aditya Dharma I Nyoman Darmadha A.A. Ketut Sukranatha Bagian Hukum Bisnis Fakultas

Lebih terperinci

Upik Hamidah. Abstrak

Upik Hamidah. Abstrak Pembaharuan Standar Prosedure Operasi Pengaturan (SOP) Pelayanan Pendaftaran Peralihan Hak Milik Atas Tanah Karena Hibah Wasiat Berdasarkan Alat Bukti Peralihan Hak Upik Hamidah Dosen Bagian Hukum Administrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang merupakan ketentuan yang mengatur pelaksanaan perkawinan yang ada di Indonesia telah memberikan landasan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 69/PUU-XIII/2015 Hak Milik dan Hak Guna Bangunan Terhadap Warga Negara Indonesia yang Menikah dengan Warga Negara Asing I. PEMOHON Ike Farida II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian

Lebih terperinci

JURNAL. Diajukan oleh : Lusius Maria Bram Bintang Ferdinanta. Program Kekhususan : Hukum Pertanahan dan LingkunganHidup

JURNAL. Diajukan oleh : Lusius Maria Bram Bintang Ferdinanta. Program Kekhususan : Hukum Pertanahan dan LingkunganHidup JURNAL PENDAFTARAN PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH KARENA JUAL BELI BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI KOTA TEGAL Diajukan

Lebih terperinci

PEROLEHAN TANAH OLEH PEMERINTAH DAERAH YANG BERASAL DARI TANAH HAK MILIK

PEROLEHAN TANAH OLEH PEMERINTAH DAERAH YANG BERASAL DARI TANAH HAK MILIK PEROLEHAN TANAH OLEH PEMERINTAH DAERAH YANG BERASAL DARI TANAH HAK MILIK Urip Santoso Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya e-mail: urip_sts@yahoo.com ABSTRAK Pemerintah Daerah memerlukan tanah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH. A. Pengertian dan dasar hukum pendaftaran tanah

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH. A. Pengertian dan dasar hukum pendaftaran tanah 34 BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH A. Pengertian dan dasar hukum pendaftaran tanah Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 mengatur tentang Pendaftaran Tanah yang terdapat di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya, termasuk perekonomiannya, terutama masih bercorak agraria, bumi, air dan ruang angkasa, sebagai

Lebih terperinci

KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH DALAM PROSES JUAL BELI TANAH

KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH DALAM PROSES JUAL BELI TANAH KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH DALAM PROSES JUAL BELI TANAH ERMASYANTI Fakultas Hukum Universitas Nasional, Jl. Sawo Manila, Pejanten, Pasar Minggu Jakarta Selatan 12510 Abstract Process the switchover

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH AKIBAT HUKUM JUAL BELI TANAH HAK GUNA BANGUNAN ATAS TANAH NEGARA YANG BERASAL DARI HARTA BAWAAN DENGAN

KARYA ILMIAH AKIBAT HUKUM JUAL BELI TANAH HAK GUNA BANGUNAN ATAS TANAH NEGARA YANG BERASAL DARI HARTA BAWAAN DENGAN 1 KARYA ILMIAH AKIBAT HUKUM JUAL BELI TANAH HAK GUNA BANGUNAN ATAS TANAH NEGARA YANG BERASAL DARI HARTA BAWAAN DENGAN BANGUNAN YANG DIMILIKI OLEH PIHAK LAIN Tanah merupakan suatu faktor yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian Anak merupakan karunia yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada kedua orang tuanya. Setiap anak tidak hanya tumbuh dan berkembang dalam sebuah

Lebih terperinci

KEKUATAN YURIDIS METERAI DALAM SURAT PERJANJIAN

KEKUATAN YURIDIS METERAI DALAM SURAT PERJANJIAN KEKUATAN YURIDIS METERAI DALAM SURAT PERJANJIAN Oleh : Komang Kusdi Wartanaya Nyoman A. Martana Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT: This paper entitled Juridical Power of Seal on

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita

Lebih terperinci

FH UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FH UNIVERSITAS BRAWIJAYA NO PERBEDAAN BW/KUHPerdata Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 1 Arti Hukum Perkawinan suatu persekutuan/perikatan antara seorang wanita dan seorang pria yang diakui sah oleh UU/ peraturan negara yang bertujuan

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN (SPPJB)

CONTOH SURAT PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN (SPPJB) CONTOH SURAT PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN (SPPJB) Pada hari ini ( ) tanggal [( ) ( tanggal dalam huruf )] ( bulan dalam huruf ) tahun [( ) ( tahun dalam huruf )], kami yang bertanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup pasti akan mengalami kematian, demikian juga

BAB I PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup pasti akan mengalami kematian, demikian juga BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap makhluk hidup pasti akan mengalami kematian, demikian juga manusia akan meninggalkan dunia ini tanpa membawa suatu apapun juga. Dia lahir ke dunia dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. Secara umum, kuasa diatur dalam bab ke-16, Buku III Kitab Undang-

BAB II TINJAUAN UMUM. Secara umum, kuasa diatur dalam bab ke-16, Buku III Kitab Undang- BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Pemberian Kuasa Secara umum, kuasa diatur dalam bab ke-16, Buku III Kitab Undang- Undang Hukum Perdata dan secara khusus diatur dalam hukum acara perdata. Pasal 1792 KUHPerdata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan hubungan satu sama lain dalam berbagai bentuk. Hubungan tersebut dapat dilakukan antara individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan manusia untuk mencukupi kebutuhan, baik langsung untuk kehidupan seperti bercocok tanam atau tempat tinggal,

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK PENDAFTARAN TANAH PEMELIHARAAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN SURAT KUASA JUAL

BAB III PRAKTEK PENDAFTARAN TANAH PEMELIHARAAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN SURAT KUASA JUAL 1 BAB III PRAKTEK PENDAFTARAN TANAH PEMELIHARAAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN SURAT KUASA JUAL 3.1. PENGERTIAN PENDAFTARAN TANAH Secara general, pendaftaran tanah adalah suatu kegiatan administrasi yang dilakukan

Lebih terperinci