BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Definisi Manajemen Manajemen seringkali diartikan sebagai seni dalam mengelola dan mengatur. Secara etimologis, kata manajemen berasal dari bahasa inggris, yaitu management, yang dikembangkan dari kata to manage, yang artinya mengatur atau mengelola. Johnson, sebagaimana dikutip oleh Pidarta mengemukakan bahwa Manajemen adalah proses mengintegrasikan sumber-sumber yang tidak berhubungan menjadi sistem total untuk menyelesaikan suatu tujuan (Abdul Choliq, 2011:2). Sedangkan menurut Husaini Usman (2011:5) menjelaskan bahwa Manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian (P4) sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Menurut G.R Terry dan Leslie W. Rue (2013:1) mendefinisikan bahwa Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuantujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa: 1. Manajemen adalah proses mengarahkan sekelompok orang ke arah tujuan perusahaan. 2. Manajemen adalah proses mengintegrasikan sumber-sumber yang tidak berhubungan menjadi sistem total untuk menyelesaikan tujuan. 15

2 16 3. Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk mencapai suatu tujuan secara efektif dan efisien. Jadi, manajemen adalah sutau proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, dan pengintegrasian sumber daya seperti sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan perusahaan secara efektif dan efisien Fungsi Manajemen Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya adalah mengatur. Pengaturan tersebut dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan fungsi-fungsi dari manajemen itu sendiri. Menurut Edwin B. Flippo yang dikutip Suwanto dalaam bukunya yang berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia (2011:30) terdapat 4 fungsi manajerial, yaitu: a. Fungsi Perencanaan Manajer yang berhasil akan mengerti dan mencurahkan waktunya untuk perencanaan. Perencanaan adalah proses penentuan tindakan untuk mencapai tujuan. b. Fungsi Pengorganisasian Sesudah diadakan perencanaan, tindakan selanjutnya adalah membentuk organisasi untuk melaksanakan tujuan yang telah ditentukan untuk dicapai. c. Fungsi Pengarahan Sesudah diadakan pengorganisasian, maka tahap selanjutnya adalah mengadakan pengarahan. Pengarahan berarti memberi petunjuk dan mengajak para pegawai agar mereka berkemauan secara sadar untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan yang telah ditentukan perusahaan.

3 17 d. Fungsi Pengendalian Setelah diadakan perencanaan, pengorganisasian, dan pengarahan, maka dungsi manajerial yang terakhir dari pimpinan kepegawaian adalah fungsi pengendalian. Pengendalian berarti melihat, mengamati dan menilai tindakan atau pekerjaan pegawai, apakah mereka benar-benar melaksanakan pekerjaan sesuai dengan rencana. Menurut Usman (2013:19) Fungsi manajemen, (1) perencanaan; (2) pengorganisasian; (3) pengarahan (motivasi, kepemimpinan, pengambilan keputusan, komunikasi, koordinasi, negosiasi, manajemen konflik, perubahan organisasi keterampilan interpersonal, membangun kepercayaan, penilaian kinerja, dan kepuasan kerja; (4) pengendalian meliputi pemantauan (monitoring) evaluasi sering disingkat ME atau Monev. Sedangkan menurut Ricki W. Griffin dalam Ladzi Safroni (2012:47) fungsi-fungsi manajemen meliputi Perencanaan dan Pengambilan keputusan (planning and decision making), pengorganisasian (organizing), Pengarahan (leading) serta Pengendalian (controlling). Dari perbandingan beberapa fungsi-fungsi manajemen di atas, dapat dipahami bahwa semua manajemen diawali dengan perencanaan (planning) karena perencanaan yang akan menentukan tindakan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Setelah itu, pengorganisasian (organizing) dimana hampir semua ahli menempatkan pengorganisasian diposisi kedua karena pengorganisasian merupakan pembagian kerja dan sangat erat hubungannya dengan perencanaan, karena pengorganisasian pun harus direncanakan. Selanjutnya fungsi pengarahan yang diartikan dalam kata yang berbeda-beda seperti actuating, leading dan commanding, namun punya tujuan yang sama yaitu mengarahkan semua karyawan agar mau bekerjasama dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan perusahaan. Kemudian fungsi yang terakhir adalah fungsi pengendalian (controlling). Pada fungsi terakhir ini, perusahaan

4 18 mengamati para karyawannya apakah mereka bekerja dengan baik atau tidak sesuai rencana dengan cara monitoring evaluasi. 2.2 Manajemen Sumber Daya Manusia Definisi Manajemen Sumber Daya Manusia Manusia merupakan faktor yang mempengaruhi suatu perusahaan mencapai tujuan. Untuk bisa mencapai tujuan manusia tersebut harus di atur dan dikelola dengan tepat agar dapat berjalan dengan efektif dan efisien sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik. Di bawah ini dirumuskan definisi manajemen sumber daya manusia yang di kemukakan oleh para ahli, yaitu: Dessler (2011:5) mendefiniskan bahwa Manajemen sumber daya manusia sebagai kebijakan dan praktik menentukan aspek manusia atau sumber daya manusia dalam posisi manajemen, termasuk merekrut, menyaring, melatih, memberi penghargaan dan penilaian. Menurut Rivai dan Sagala (2011:1) Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu bidang dari manajemen umum yang meliputi segi-segi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian. Menurut Marihot Tua E. H dalam Sunyoto (2012:1), manajemen sumber daya manusia didefinisikan Human resource management is the activities undertaken to attact, develop, motivate and maintain a high performing workface within the organization (Manajemen sumber daya manusia adalah aktivitas yang dilakukan merangsang, mengembangkan, memotivasi dan memelihara kinerja yang tinggi dalam organisasi). Berdasarkan definisi tersebut, Marihot Tua mengatakan bahwa sumber daya manusia dengan keseluruhan penentuan dan pelaksanaan berbagai aktivitas, policy, dan program yang bertujuan untuk mendapatkan tenaga kerja, pengembangan dan pemeliharaan dalam usaha meningkatkan dukungannya terhadap peningkatan efektivitas organisasi dengan cara yang secara etis dan sosial dapat dipertanggungjawabkan.

5 19 Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa: 1. Aktivitas untuk merangsang, mengembangkan, memotivasi dan memelihara kinerja karyawan untuk meningkatkan efektivitas organisasi. 2. Suatu kebijakan dan praktik untuk menentukan sumber daya manusia dalam manajemen seperti merekrut, menyaring, melatih, memberi penghargaan dan penilaian. 3. Bidang manajmen umum yang meliputi segi-segi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian Jadi, manajemen sumber daya manusia adalah suatu aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian sumber daya manusia seperti merekrut, menyaring, melatih, memberi penghargaan dan penilaian untuk merangsang, mengembangkan, memotivasi dan memelihara kinerja karyawan dalam rangka meningkatkan efektivitas organisasi Fungsi-Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Mathis dan Jackson dalam Rika (2011:18) manajemen sumber daya manusia terdiri dari beberapa kelompok aktivitas yang saling berhubungan yang terjadi dalam konteks organisasi, yaitu: 1. Perencanaan dan Analisis SDM Melalui perencanaan SDM, manajer dapat mengantisipasi kekuatan yang akan mempengaruhi persediaan dan tuntutan para karyawan di masa depan. Hal ini sangat penting untuk memiliki sistem informasi sumber daya manusia (SISDM) guna memberikan informasi yang akurat dan tepat waktunya untuk perecanaan SDM. 2. Peluang Pekerjaan yang Sama Pemenuhan hukum dan peraturan tentang kesetaraan kesempatan kerja (Equal Employment Opportunity/EEO) mempengaruhi semua aktivitas SDM yang lain dan integral dengan manajemen SDM.

6 20 3. Pengembangan SDM Dimulai dengan orientasi karyawan baru, pengembangan SDM juga meliputi pelatihan keterampilan pekerjaan. Ketika pekerjaan berkembang dan berubah maka diperlukan pelatihan ulang yang dilakukan terus menerus untuk menyesuaikan perubahan teknologi. 4. Kompensasi dan Tunjangan Kompensasi memberikan penghargaan kepada karyawan atas pelaksanaan kepada pekerjaan melalui gaji, insentif dan tunjangan. Para pemberi kerja harus mengembangkan dan memperbaiki sistem upah dan gaji dasar mereka. 5. Kesehatan, Keselamatan, dan Keamanan Jaminan atas kesehatan fisik dan mental serta keselamatan para karyawan adalah hal yang sangat penting. Secara global, berbagai hukum keselamatan dan kesehatan telah menjadikan organisasi lebih responsif terhadap persoalan kesehatan dan keselamatan. 6. Hubungan Karyawan dan Buruh/Manajemen Hubungan antara para manajer dan karyawan harus ditangani secara efektif apabila para karyawan dan organisasi ingin sukses bersama. Merupakan suatu hal yang penting untuk mengembangkan, mengkomunikasikan dan mengupdate kebijakan dan prosedur SDM sehingga para manajer dan karyawan sama-sama tahu apa yang diharapkan. Fungsi operasional manajemen sumber daya manusia terdiri dari lima fungsi area yang dinyatakan oleh Mondy, Noe, and Premeaux (1996:6) dalam Yunarsih dan Suwatno (2011) bukunya manajemen sumber daya manusia yaitu meliputi: 1. Human resources planning, recruitment, and selection;

7 21 2. Human resources developement; 3. Compensation and benefit; 4. Safety and health; 5. Employee and labor relation. Terdapat dua kelompok fungsi manajemen sumber daya manusia menurut Rivai dan Segala (2013:13) yaitu: 1. Fungsi manajerial diantaranya adalah fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian. 2. Fungsi organisasional diantaranya adalah pengadaan tenaga kerja, pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja. 2.3 Keselamatan Kerja Definisi Keselamatan Kerja Setiap tenaga kerja butuh perlindungan berupa perlindungan keselamatan dari tempat dimana ia bekerja. Perlindungan keselamatan tersebut dimaksudkan agar tenaga kerja dapat melaksanakan pekerjaannya sehari-hari dengan aman. Keselamatan kerja menunjukkan kondisi yang aman dan selamat dari kerugian di tempat kerja. Kondisi bangunan tempat karyawan bekerja harus sesuai dengan memenuhi kriteria keselamatan bagi penghuni dan kondisi mesin yang ada di perusahaan harus baik agar karyawan merasa aman dan selamat dari kecelakaan. Mesin yang dimiliki perusahaan harus dirawat secara rutin agar mencegah terjadinya kerusakan mesin yang dapat membahayakan operator. Berikut adalah pengertian keselamatan kerja menurut beberapa ahli: Sedangkan Swasto (2011:107) mengemukakan bahwa Keselamatan kerja menyangkut segenap proses perlindungan tenaga kerja terhadap kemungkinan adanya bahaya yang timbul dalam lingkungan pekerjaan.

8 22 Menurut Bangun Wilson (2012:377) Keselamatan kerja adalah perlindungan atas keamanan kerja yang dialami pekerja baik fisik maupun mental dalam lingkungan pekerjaan. Menurut Ilfani (2013) keselamatan kerja adalah Keadaan dimana tenaga kerja merasa aman dan nyaman, dengan perlakuan yang didapat dari lingkungan dan berpengaruh pada kualitas bekerja. Berdasarkan definisi para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keselamatan kerja adalah: 1. Perlindungan tenaga kerja terhadap kemungkinan adanya bahaya yang timbul dalam lingkungan kerja. 2. Perasaan aman dan nyaman yang dialami karyawan. 3. Perlakuan yang diberikan oleh lingkungan yang berpengaruh pada kualitas kerja karyawan. Jadi, pengertian keselamatan kerja adalah suatu perlakuan yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan berupa perlindungan dari kemungkinan adanya bahaya yang timbul dari lingkungan kerja agar karyawan merasa aman dan nyaman dalam bekerja yang dapat berpengaruh pada kualitas kerja karyawan Alasan Pentingnya Keselamatan Kerja Pentingnya keselamatan kerja bagi karyawan merupakan sebuah keharusan bagi setiap perusahaan. Menurut Sedarmayanti (2011:125), untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya keselamatan kerja yaitu selalu berhati-hati dalam bekerja dapat dilakukan dalam beberapa cara yaitu: a. Pengarahan singkat yang dilakukan oleh pihak perusahaan setiap hari sebelum bekerja. b. Memberi pengertian kepada karyawan mengenai cara bagaimana mereka harus bekerja dengan benar (tepat, cepat dan selamat).

9 23 c. Meyakinkan karyawan bahwa keselamatan kerja mempunyai dasar yang sama pentingnya dengan kualitas/ mutu dan target. d. Memberi pengertian kepada karyawan tentang cara pelaksanaan pengamanan kerja tanpa disertai suatu peraturan. e. Menginsyafkan diri sendiri beserta staf, bahwa kecelakaan kerja mungkin dan telah terjadi, sebenarnya dapat dihindarkan. Jika karyawan lebih dahulu mengetahuinya dan mau mencegah segera. f. Perlu ditekankan bahwa cara kerja yang baik dan aman merupakan kebiasaan dan dapat dikembangkan dengan kesadaran untuk selalu berhati-hati dalam bekerja. Sedangkan menurut Bangun Wilson (2012:379) alasan pentingnya keselamatan kerja terbagi menjadi tiga yaitu: 1. Moral Manusia merupakan makhluk termulia di dunia, oleh karena itu sepatutnya manusia memperoleh perlakuan yang terhormat dalam organisasi. Manusia memiliki hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan, serta perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia dan nilai-nilai agama (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan). Para pemberi kerja melaksanakan itu untuk membantu dan memperingan beban penderitaan atas musibah kecelakaan kerja yang dialami para karyawan dan keluarga. 2. Hukum Undang-Undang ketenagakerjaan merupakan jaminan bagi setiap pekerja untuk menghadapi resiko kerja yang dihadapi yang ditimbulkan pekerjaan. Para pemberi kerja yang lalai atas tanggung jawab dalam melingdungi pekerja yang mengakibatkan kecelakaan kerja akan mendapat hukuman yang setimpal yang sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan. Yang tertera pada undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk melindungi para pekerja

10 24 pada segala lingkungan kerja baik di darat, dalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. 3. Ekonomi Alasan ekonomi akan dialami oleh banyak perusahaan karena mengeluarkan biaya-biaya yang tidak sedikit jumlahnya akibat kecelakaan kerja yang dialami pekerja. Kebanyakan perusahaa membebankan kerugian kecelakaan kerja yang dialami karyawan kepada pihak asuransi. Kerugian tersebut bukan hanya berkaitan dengan biaya pengobatan dan pertanggungan lainnya, tetapi banyak faktor lain yang menjadi perhitungan akibat kecelakaan kerja yang diderita para pekerja Indikator Keselamatan Kerja Keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi di mana pekerja dilengkapi dengan alat-alat pengaman, dan lingkungan kerja yang aman sehingga dapat terhindar dari kecelakaan atau bahkan kematian yang terjadi di tempat kerja. Menurut Moenir (2006:203) indikator keselamatan kerja adalah: a. Lingkungan Kerja secara Fisik Secara fisik, upaya-upaya yang perlu dilakukan perusahaan untuk meningkatkan keselamatan kerja adalah: 1. Penempatan benda atau barang dilakukan dengan diberi tanda-tanda, batas-batas dan peringatan yang cukup. 2. Penyediaan perlengkapan yang mampu untuk digunakan sebagai alat pencegahan, pertolongan dan perlindungan. Perlengkapan pencegahan misalnya: alat pencegahan kebakaran; pintu darurat; kursi pelontar bagi penerbangan pesawat tempur, pertolongan apabila terjadi kecelakaan seperti: alat P3K; perahu penolong di setiap kapal besar; tabung oksigen; ambulance.

11 25 b. Lingkungan Sosial Psikologis Sedangkan jaminan kecelakaan secara psikologis dapat dilihat pada aturan organisasi sepanjang mengenai berbagai jaminan organisasi atas pegawai atau pekerja yang meliputi: 1. Aturan mengenai ketertiban organisasi dan atau pekerjaan hendaknya diperlakukan secara merata kepada semua pegawai tanpa kecuali. Masalah-masalah seperti itulah yang sering menjadi sebab utama kegagalan pegawai termasuk para eksekutif dalam pekerjaan. Hal ini dijelaskan lebih lanjut oleh Dale dalam bukunya Manajemen Theori and Practice bahwa kegagalan para pegawai dan eksekutif dalam pekerjaan disebabkan oleh kekurangan keahlian. 2. Perawatan dan pemeliharaan asuransi terhadap para pegawai yang melakukan pekerjaan berbahaya dan resiko, yang memungkinkan terjadi kecelakaan kerja yang sangat besar. Asuransi meliputi jenis dan tingkat penderitaan yang dialami pada kecelakaan. Adanya asuransi jelas menimbulkan ketenangan pegawai dalam bekerja dan menimbulkan ketenangan akan dapat ditingkatkan karenanya. Sedangkan indikator dari keselamatan kerja menurut Hiksan Nur (2012) adalah sebagai berikut: a. Tingkat pemahaman terhadap pemakaian alat keselamatan yang benar. b. Tingkat pendidikan dan pelatihan terhadap keselamatan. c. Tingkat pengendalian personil. d. Jaminan keselamatan. e. Tingkat kelengkapan alat keselamatan kerja Fungsi Keselamatan Kerja Keselamatan kerja berfungsi sebagai tindakan yang dilakukan sebelum terjadi bahaya yang dapat mengakibatkan terjadinya hal buruk yang

12 26 dapat merugikan karyawan maupun perusahaan. Menurut Sucipto (2014:2) terdapat empat fungsi keselamatan kerja, yaitu: 1. Antisipasi, identifikasi dan evaluasi kondisi dan praktek berbahaya 2. Buat desain pengendalian bahaya, metode, prosedur dan program 3. Terapkan, dokumentasikan dan informasikan rekan lainnya dalam hal pengendalian bahaya dan program pengendalian bahaya 4. Ukur, periksa kembali keefektifitas pengendalian bahaya dan program pengendalian bahaya Tujuan Keselamatan Kerja Keselamatan kerja sangatlah penting bagi setiap karyawan, karena dalam setiap pekerjaan mempunyai resiko. Sekecil apapun resiko dalam pekerjaan dapat merugikan karyawan maupun perusahaan. Keselamatan kerja dimaksudkan untuk melindungi karyawan dari bahaya dan agar karyawan merasakan perasaan aman dan nyaman dalam bekerja. Adapun tujuan keselamatan kerja menurut Suma mur (1996:2) yaitu: 1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional 2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja 3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien Sedangkan menurut Paramita dan Wijayanto (2012) tujuan dari keselamatan kerja adalah: 1. Setiap pegawai dapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja. 2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya. 3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya. 4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan gizi pegawai. 5. Agar meningkat kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi kerja. 6. Terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan lingkungan kerja.

13 27 7. Agar pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja. Kecelakaan kerja adalah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan Syarat-syarat Keselamatan Kerja Dengan adanya syarat-syarat keselamatan kerja, maka memungkinkan perusahaan untuk melaksanakan program keselamatan kerja yang nantinya kemungkinan akan terjadinya kecelakaan kerja kecil bahkan zero. Dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Bab III Pasal 3 dan Pasal 4 dijelaskan syarat-syarat keselamatan kerja. Pasal 3 1. Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk: a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan; b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran; c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya; e. Memberi pertolongan pada kecelakaan; f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja; g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran; h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan; i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai; j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik; k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup; l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;

14 28 m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya; n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang; o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan; p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang; q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya; r. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi. 2. Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut dalam ayat (1) sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi serta pendapatan-pendapatan baru di kemudian hari. Pasal 4 1. Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan. 2. Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah menjadi suatu kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan praktis yang mencakup bidang konstruksi, bahan, pengolahan dan pembuatan, perlengkapan alat-alat perlindungan, pengujian dan pengesyahan, pengepakan atau pembungkusan, pemberian tanda-tanda pengenal atas bahan, barang, produk teknis dan aparat produk guna menjamin keselamatan barang-barang itu sendiri, keselamatan tenaga kerja yang melakukannya dan keselamatan umum. 3. Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut dalam ayat (1) dan (2); dengan peraturan perundangan ditetapkan siapa

15 29 yang berkewajiban memenuhi dan mentaati syarat-syarat keselamatan tersebut. 2.4 Kesehatan Kerja Definisi Kesehatan Kerja Menurut Swasto (2010:110) kesehatan kerja menyangkut kesehatan fisik dan mental. Sedangkan menurut Moenir (1983) dalam Hartono (2011) yang dimaksud dengan kesehatan kerja adalah suatu usaha dan keadaan yang memungkinkan seseorang mempertahankan kondisi kesehatannya dalam pekerjaan. Menurut Widodo (2015) kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani maupun sosial dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerja dan lingkungan kerja maupun penyakit umum. Berdasarkan pengertian para ahli di atas, maka kesehatan kerja adalah: 1. Usaha untuk memperoleh dan mempertahankan kondisi kesehatan baik jasmani, rohani maupun sosial. 2. Usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerja, lingkungan kerja maupun penyakit umum. 3. Kondisi yang menyangkut kesehatan fisik dan mental. Jadi, pengertian kesehatan kerja adalah usaha yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh dan mempertahankan kondisi kesehatan fisik dan mental karyawan, seperti pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau

16 30 gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerja, lingkungan kerja mauapun penyakit umum Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Kerja Ada banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan kerja diantaranya adalah lingkungan kerja. Menurut Swasto (2011:110) faktorfaktor yang mempengaruhi kesehatan kerja meliputi: 1. Kondisi lingkungan tempat kerja Kondisi ini meliputi: a. Kondisi fisik Berupa penerangan suhu, udara, ventilasi ruangan tempat kerja, tingkat kebisingan, getaran mekanis, radiasi dan tenaga udara. b. Kondisi fisiologis Kondisi ini dapat dilihat dari konstruksi mesin/peralatan, sikap badan dan cara kerja dalam melakukan kelelahan fisik dan bahkan dapat mengakibatkan perubahan fisik tubuh karyawan. c. Kondisi khemis Kondisi yang dapat dilihat dari uap gas, debu, kabut, asap, awan, cairan dan benda padat. 2. Mental psikologis Kondisi ini meliputi hubungan kerja dalam kelompok/teman sekerja, hubungan kerja antara bawahan dengan atasan dan sebaliknya, suasana kerja dan lain-lain Indikator Kesehatan Kerja Kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi di mana pekerja dalam keadaan yang stabil secara fisik dan psikis atau terhindar dari sakit akibat lingkungan kerja yang tidak aman dan sehat. Adapun tiga indikator dari kesehatan kerja menurut Manullang (2016:87) yaitu:

17 31 1. Lingkungan secara medis Dalam hal ini lingkungan kerja secara medis dapat dilihat dari sikap perusahaan dalam menangani hal-hal sebagai berikut: a. Kebersihan lingkungan kerja. b. Suhu udara dan ventilasi di tempat kerja. c. Sistem pembuangan sampah dan limbah industri. 2. Lingkungan kesehatan tenaga kerja Upaya-upaya dari perusahaan untuk meningkatkan kesehatan dari tenaga kerjanya hal ini dapat dilihat dari penyediaan air bersih dan sarana kamar mandi. 3. Pemeliharaan kesehatan tenaga kerja yaitu pelayanan kesehatan tenaga kerja Menurut Hiksan Nur (2012) indikator kesehatan kerja adalah sebagai berikut: a. Pemeriksaan kesehatan karyawan secara periodik b. Jaminan kesehatan yang diberikan perusahaan. c. Pengobatan yang diberikan perusahaan d. Lingkungan kerja yang aman dan bersih e. Ketersediaan faslitas kerja yang mendukung kesehatan Sedangkan Dessler (2013) mengukur kesehatan kerja dengan menggunakan tiga indikator sebagai berikut: 1. Keadaan dan kondisi karyawan adalah keadaan yang dialami oleh karyawan pada saat bekerja yang mendukung aktivitas dalam bekerja. 2. Lingkungan kerja adalah lingkungan yang lebih luas dari tempat kerja yang mendukung aktivitas karyawan dalam bekerja 3. Perlindungan karyawan merupakan fasilitas yang diberikan untuk menunjang kesejahteraan karyawan.

18 Tujuan Kesehatan Kerja Selain keselamatan kerja, karyawan juga sangat membutuhkan kesehatan dalam bekerja. Karena, jika kesehatan karyawan diabaikan oleh perusahaan, maka karyawan tidak akan bisa bekerja dengan baik sehingga tujuan perusahaan pun sulit untuk dicapai. Menurut Permen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 03/MEN/1982 tentang Pelayanan di perusahaan adalah usaha kesehatan yang dilaksanakan dengan tujuan: a. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik fisik maupun mental, terutama dalam penyesuaian pekerjaan tenaga kerja b. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan atau lingkungan kerja. c. Meningkatkan kesehatan d. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga kerja yang menderita sakit. Dalam GBHN Tap. No. II/MPR/1983 digariskan mengenai tujuan Higienie perusahaan dan kesehatan kerja adalah untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif melalui: 1. Pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan tenaga kerja 2. Penyerasian tenaga kerja terhadap teknologi dan pekerjaannya 3. Bimbingan terapan teknologi pengendalian dalam hal pengaruh faktorfaktor fisik dan kimia kepada tenaga kerja di tempat kerja 4. Penggunaan pemonitoring biomedis 5. Penerapan tata dan sistem kerja 2.5 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Setiap perusahaan memiliki sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan perusahaan. Alangkah baiknya apabila

19 33 sumber daya manusia tersebut diperlakukan dengan sangat baik oleh perusahaan agar mereka nyaman untuk bekerja di perusahaan tersebut. Menurut Jackson et al. (2011:267) Keselamatan dan kesehatan kerja mengacu pada kondisi psikologis fisik dan psikologis pekerja yang merupakan hasil dari lingkungan yang diberikan oleh perusahaan. Kesehatan dan keselamatan kerja adalah Suatu sistem yang bertujuan melakukan pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya kecelakaan yang diakibatkan oleh aktivitas kerja dan juga pencegahan akan timbulnya penyakit yang diakibatkan oleh aktivitas kerja dan juga pencegahan akan timbulnya penyakit yang diakibatkan oleh hubungan kerja di dalam lingkungan kerja para karyawan (Hanggraeni 2012:171). Menurut Sibarani Mutiara (2012:163), Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur. Berdasarkan uraian para ahli mengenai definisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3), maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya untuk melakukan pencegahan terhadap kemungkinan adanya kecelakaan kerja yang disebabkan oleh aktivitas kerja dan lingkungan kerja. 2. Keselamatan dan kesehatan kerja adalah kondisi fisik dan psikologi para karyawan yang ada di perusahaan. 3. Keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya untuk menjaga keutuhan dan kesempurnaan para tenaga kerja untuk menuju masyarakat yang adil dan makmur. Jadi, pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah upaya yang dilakukan perusahaan untuk menjaga dan mencegah karyawan terhadap

20 34 kemungkinan adanya kecelakaan kerja yang disebabkan oleh aktivitas kerja dan lingkungan kerja, menjaga kondisi fisik dan psikologis karyawan untuk menuju masyarakat yang adil dan makmur Tujuan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan adanya penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) maka karyawan akan merasa aman dan jauh dari bahaya ketika melaksanakan pekerjaannya. Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) memiliki beberapa tujuan dalam pelaksanaannya yaitu: Berdasarkan Undang-Undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yaitu antara lain: 1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja. 2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien. 3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional. Menurut Ardana dkk; (2012:208) terdapat tiga tujuan keselamatan dan kesehatan kerja, yaitu: 1. Memberikan jaminan rasa aman dan nyaman terhadap karyawan dalam melakukan pekerjaan; 2. Menciptakan masyarakat dan lingkungan kerja yang aman, sehat, sejahtera, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja; 3. Ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan pembangunan nasional dengan prinsip pembangunan berwawasan lingkungan. Menurut Flippo dalam Sibarani Mutiara (2012:114) mengatakan bahwa tujuan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan dapat dicapai jika unsur-unsur yang mendukung, yaitu: 1. Adanya dukungan dari pimpinan puncak;

21 35 2. Ditunjuknya direktur keselamatan; 3. Rekayasa pabrik dan kegiatan yang aman; 4. Diberikannya pendidikan bagi semua karyawan untuk bertindak aman; 5. Terpeliharanya catatan-catatan tentang kecelakaan; 6. Menganalisis penyebab kecelakaan; 7. Kontes keselamatan; 8. Melaksanakan peraturan Dasar Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) memiliki beberapa dasar hukum pelaksanaan. Undang-Undang yang mengatur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yaitu Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja: 1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan; 2. Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran; 3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan; 4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya; 5. Memberi pertolongan pada kecelakaan; 6. Memberi alat-alat perlindungan diri pada pekerja; 7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran; 8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi, dan penularan; 9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai; 10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;

22 Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup; 12. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban; 13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara, dan proses kerjanya; 14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang; 15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan; 16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan penyimpanan barang; 17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya; 18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi. Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan: Undang-Undang ini menyatakan bahwa secara kusus perusahaan berkewajiban memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik pekerja yang baru maupun yang akan dipindahkan ke tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 86 dan Pasal 87 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Pasal 86 1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas: a. keselamatan dan kesehatan kerja; b. moral dan kesusilaan; dan c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.

23 37 2) Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. 3) Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 87 1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan Alasan Pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting bagi karyawan dan juga perusahaan. Menurut Sunyoto (2012:242) terdapat tiga alasan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja, yaitu: 1. Berdasarkan Perikemanusiaan Pertama-tama para manajer mengadakan pencegahan kecelakaan atas dasar perikemanusiaan yang sesungguhnya. Mereka melakukan demikian untuk mengurangi sebanyak-banyaknya rasa sakit, dan pekerja yang menderita luka serta keluarganya sering diberi penjelasan mengenai akibat kecelakaan. 2. Berdasarkan undang-undang Karena pada saat ini di Amerika terdapat undang-untung federal, undangundang negara bagian dan undang-undang kota Praja tentang keselamatan dan kesehatan kerja dan bagi mereka yang melanggar dijatuhkan denda. 3. Ekonomis Yaitu agar perusahaan menjadi sadar akan keselamatan kerja karena biaya kecelakaan dapat berjumlah sangat besar bagi perusahaan. Menurut Nedinma et al. (2014) keselamatan dan kesehatan kerja sangat perlu diperhatikan karena merupakan daerah interdisipliner yang

24 38 melibatkan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja kepada karyawan di suatu perusahaan dan hal-hal yang mungkin terkena dampak langsung maupun secara tidak langsung oleh kegiatan di tempat bekerja Dimensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan kesehatan kerja mengacu pada kondisi psikologis fisik dan psikologis pekerja yang merupakan hasil dari lingkungan yang diberikan oleh perusahaan. Pegawai yang akan mengalami dampak penyakit jangka pendek maupun jangka panjang akibat bekerja di perusahaan akan semakin sedikit apabila suatu perusahaan melakukan pengukuran keamanan dan kesehatan yang efektif. Menurut Jackson et al. (2011:289) terdapat lima dimensi untuk melihat strategi atau upaya untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja yang efektif, yaitu: 1. Mengukur dan mengawasi. Dalam rangka upaya meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja, maka suatu pencegahan kecelakaan serta penyakit akibat kerja harus dimulai dari mengukur mengidentifikasi bahaya atau risiko yang dapat muncul dalam lingkungan kerja. Setelah itu baru dilakukan pengawasan dan penilaian terhadap bahaya tersebut. 2. Pencegahan kecelakaan. Merancang lingkungan kerja dengan baik merupakan salah satu upaya terbaik untuk mencegah dan meningkatkan keselamatan kerja. 3. Pencegahan penyakit. Penyakit kerja dapat lebih merugikan dan berbahaya daripada kecelakaan kerja. Karena penyakit sering kali membutuhkan waktu lama untuk berkembang, kondisi kerja yang berbahaya bisa tidak terdeteksi selama beberapa tahun. Mengembangkan strategi untuk mengurangi tingkat kejadian penyakit ini biasanya lebih sulit daripada mengurangi kecelakaan dan cedera. 4. Manajemen tekanan. Program manajemen dalam memberikan program yang dirancang untuk membantu pegawai dalam menghadapi tekanan

25 39 terkait dengan pekerjaaan merupakan strategi untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja. Program ini diharapkan dapat mengurangi tekanan yang dialami oleh pegawai. 5. Program kesehatan. Perusahaan-perusahaan semakin berfokus untuk menjaga pegawainya tetap sehat. Dengan meningkatkan kesehatan pegawainya, perusahaan dapat mengurangi pengeluaran dan meningkatkan keuntungan mereka Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengatur Program Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja pada Pasal 86 yaitu Pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas program keselamatan kerja dan kesehatan kerja dan pada Pasal 87 yaitu Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen program Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. Menurut Lubis dalam Rahman (2013), program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah Suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja. Ardana et al. (2012:208) menyatakan bahwa ada empat manfaat yang dipetik apabila perusahaan menerapkan program K3 dengan baik, yaitu: 1. Dapat memicu produktivitas kerja karyawan 2. Meningkatkan efesiensi perusahaan 3. Mengefektifkan pengembangan dan pembinaan SDM 4. Meningkatkan daya saing produk perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa program keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu tanggung jawab yang

26 40 harus dilakukan oleh perusahaan, dimana hal tersebut dapat membawa dampak maupun pengaruh langsung kepada karyawan dalam bekerja. Perlindungan karyawan meliputi beberapa aspek salah satunya yaitu perlindungan keselamatan, perlindungan ini dimaksudkan agar karyawan dapat bekerja sehari-hari secara aman untuk meningkatkan produksi dan produktivitas. Karyawan haruslah mendapatkan perlindungan dari berbagai soal disekitarnya dan pada dirinya sendiri yang dapat mengganggu dirinya serta pelaksanaan pekerjaannya. Selain perlindungan keselamatan, perlindungan kesehatan juga merupakan usaha perusahaan untuk menjaga karyawannya dari kemungkinan terkena penyakit atau keracunan dan memperoleh ketegangan atau tekanan selama mereka bekerja. 2.6 Kecelakaan Kerja Definisi Kecelakaan Kerja Setiap pekerjaan yang dilakukan pasti memiliki resiko terjadinya kecelakaan sekecil apapun. Maka dari itu perusahaan perlu memperhatikan para karyawan dan lingkungan kerja yang memiliki resiko terjadinya kecelakaan. Perusahaan harus bisa mencegah terjadinya kecelakaan dalam aktivitas kerja karyawan. Karena bila terjadi kecelakaan kerja, bukan hanya karyawan saja yang rugi, tetapi perusahaan pun ikut rugi. Menurut UU No 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan biasa atau wajar dilalui. Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak

27 41 dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan sering tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda, atau properti maupun korban jiwa yang terjadi didalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2012). Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kecelakaan kerja adalah: 1. Kejadian yang tidak dikehendaki atau tidak diinginkan dan sering tidak terduga yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, korban manusia maupun harta benda. 2. Kejadian yang bisa terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan biasa atau wajar dilalui. 3. Penyakit yang timbul karena hubungan kerja yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas. Jadi, pengertian kecelakaan kerja adalah kejadian yang bisa terjadi secara tidak terduga, tidak dikehendaki atau tidak diinginkan yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, korban manusia maupun harta benda Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja Kecelakaan merupakan suatu kejadian yang tidak diharapkan yang dapat mengangu jalannya suatu kegiatan yang memberikan dampak negatif serta dapat merugikan pihak-pihak yang terkait. Kecelakaan bisa disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor manusia dan faktor lingkungannya. Menurut Husni (2010:153), ada sebab dari suatu kejadian akan membawa akibat. Akibat dari kecelakaan industri ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1. Kerugian yang bersifat ekonomis, antara lain: a. Kerusakan/kehancuran mesin, peralatan, bahan dan bangunan b. Biaya pengobatan dan perawatan korban

28 42 c. Tunjangan kecelakaan d. Hilangnya waktu kerja e. Menurunnya jumlah maupun mutu produksi 2. Kerugian yang bersifat non ekonomis Pada umumnya berupa penderitaan manusia yaitu tenaga kerja yang bersangkutan, baik itu merupakan kematian, luka/cedera berat maupun luka ringan. Menurut Ervianto (2012) secara umum, faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja dapat dibedakan menjadi: a. Faktor pekerja itu sendiri b. Faktor metoda konstruksi c. Peralatan d. Manajemen Sedangkan menurut Rezkyan et al. (2013) faktor manusia adalah kurangnya kemampuan fisik, yaitu kebugaran fisik dan mental Usaha Pencegahan Timbulnya Kecelakaan Kerja Usaha-usaha pencegahan timbulnya kecelakaan kerja harus dilakukan sedini mungkin. Tindakan pencegahan kecelakaan menurut Sedarmayanti (2011:133) dapat dilakukan diantaranya dengan program tri-e (program triple E) yang terdiri dari: 1. Teknik (Engineering) Adalah tindakan pertama yang melengkapi semua perkakas dan mesin dengan alat pencegah kecelakaan (safety guards). 2. Pendidikan (Education) Adalah perlu memberikan pendidikan dan latihan kepada para pegawai untuk menanamkan kebiasaan bekerja dan cara kerja yang tepat dalam rangka mencapau keadaan yang aman (safety) semaksimal mungkin. 3. Pelaksanaan (Enforcement)

29 43 Adalah tindakan pelaksanaan, yang memberi jaminan bahwa peraturan pengendalian kecelakaan dilaksanakan. Berikut ini adalah beberapa tindakan yang mungkin dilakukan untuk mencegah timbulnya kecelakaan kerja menurut Ervianto (2012): 1. Mengidentifikasi setiap jenis pekerjaan yang beresiko dan mengelompokkannya sesuai tingkat resiko; 2. Adanya pelatihan bagi para karyawan konstruksi sesuai dengan keahliannya; 3. Melakukan pengawasan secara lebih intensif terhadap pelaksanaan pekerjaan; 4. Menyediakan alat perlindungan kerja selama durasi proyek; 5. Melaksanakan pengaturan di lokasi proyek konstruksi. Menurut Hanggraeni (2012:175) ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh suatu perusahaan untuk mencegah terjadinya kecelakaan di tempat kerja, diantaranya: 1. Mengurangi kondisi yang tidak aman. Hal ini dilakukan dengan cara memastikan bahwa kondisi dan lingkungan kerja telah memenuhi standartandar keamanan. 2. Mengurangi perilaku kerja yang tidak aman. Ini bisa dilakukan dengan cara memberikan kesadaran bagi para pekerja bahwa mematuhi standarstandar keamanan kerja adalah hal yang sangat penting. 3. Memiliki pekerja yang memiliki sikap kerja yang baik. Proses seleksi juga berperan dalam hal manajemen. Perusahaan harus bisa memastikan bahwa pekerja yang dipilih memliki sikap kerja yang baik. Artinya, pekerja tidak ceroboh, tidak lalai, bertanggung jawab dan tidak memiliki intensi untuk tidak mematuhi peraturan. 4. Melakukan pelatihan K3. Pelatihan mengenai K3 penting untuk diadakan guna meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan pekerja akan sumber-

30 44 sumber bahaya dan cara penanganannya sehingga bisa meminimalkan potensi terjadinya kecelakaan kerja. 5. Melakukan inspeksi dan motivasi secara terus menerus. Inspeksi harus selalu dilakukan untuk memastikan bahwa pekerja mematuhi dan melaksanakan standar keamanan yang ada. Apabila ditemukan pelanggaran, maka perusahaan bisa langsung melakukan koreksi dan hukuman kepada pekerja tersebut. Selain itu, motivasi untuk terus patuh terhadap standar keamanan juga harus selalu dilakukan, caranya bisa dengan menempelkan spanduk, poster atau ajakan untuk selalu berperilaku kerja yang mengikuti standar keamanan. 6. Melakukan audit K3. Audit dilakukan untuk memastikan bahwa sistem dan manajemen K3 sudah direncanakan dan diimplementasikan dengan benar. Audit ini berguna untuk menemukan apakah ada ketidaksesuaian antara standar yang telah ditetapkan dengan implementasi nyata di lapangan. 2.7 Kinerja Karyawan Definisi Kinerja Karyawan Dalam mencapai suatu tujuan, suatu perusahaan atau organisasi harus digerakkan oleh sekelompok orang (group of humanbeing) yang berperan aktif sebagai pelaku tujuan yang ditetapkan tersebut. Tercapainya tujuan perusahaan atau organisasi dikarenakan adanya upaya dari pelaku perusahaan atau organisasi tersebut yaitu kinerja dari karyawan. Kinerja bisa diartikan sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang dibebankan kepadanya. Kinerja adalah hasil pekerjaan yang dicapai karyawan berdasarkan persyaratan-persyaratan pekerjaan (Bangun, 2012:231).

31 45 Menurut Riani (2013:61) kinerja merupakan Tingkat produktivitas seorang karyawan, relatif pada rekan kerjanya, pada beberapa hasil dan perilaku yang terkait dengan tugas. Menurut Wibowo (2014:3) kinerja merupakan Implementasi dari rencana yang telah disusun, implementasi ini dilakukan oleh sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, kompetensi dan motivasi. Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah: 1. Susunan rencana yang diimplementasikan oleh sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, kompetensi dan motivasi. 2. Tingkat produktivitas seorang karyawan. 3. Hasil yang dicapai seseorang dalam pekerjaannya. Jadi, pengertian kinerja karyawan adalah tingkat produktivitas atau hasil yang dicapai seseorang yang memiliki kemampuan, kompetensi dan motivasi dalam pekerjaannya Indikator dan Dimensi Kinerja Indikator kinerja merupakan ukuran kuantitatif atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan (BPKP dalam Abdullah, 2014:145). Menurut Hersey, Blanchard, dan Johnson dalam Wibowo (2011:102) terdapat tujuh indikator kinerja, yaitu: 1. Tujuan Tujuan menunjukkan ke arah mana kinerja harus dilakukan. Atas dasar arah tersebut, dilakukan kinerja untuk mencapai tujuan. Kinerja individu maupun organisasi dikatakan berhasil apabila dapat mencapau tujuan yang diinginkan.

32 46 2. Standar Standar merupakan suatu ukuran apakah tujuan yang diinginkan dapat dicapai. Tanpa standar, tidak dapat diketahui kapan suatu tujuan tercapai. Kinerja seseorang dikatakan berhasil apabila mampu mencapai standar yang ditentukan atau disepakati bersama antara atasan dan bawahan. 3. Umpan balik Umpan balik merupakan masukan yang dipergunakan untuk mengukur kemajuan kinerja, standar kinerja dan pencapaian tujuan. Dengan umpan balik dilakukan evaluasi terhadap kinerja dan sebagai hasilnya dapat dilakukan perbaikan kinerja. 4. Alat atau sarana Alat atau sarana merupakan faktor penunjang untuk pencapaian tujuan. Tanpa alat atau sarana, tugas pekerjaan spesifik tidak dapat dilakukan dan tujuan tidak dapat diselesaikan sebagaimana seharusnya. 5. Kompetensi Kompetensi merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menjalankan pekerjaan yang diberikan kepadanya dengan baik. Kompetensi memungkinkan seseorang mewujudkan tugas yang berkaitan dengan pekerjaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan. 6. Motif Motif merupakan alasan atau pendorong bagi seseorang untuk melakukan sesuatu, tanpa dorongan motif untuk mencapai tujuan, kinerja tidak akan berjalan. 7. Peluang Pekerja perlu mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan prestasi kerjanya. Tugas mendapatkan prioritas lebih tinggi, mendapat perhatian lebih banyak, dan mengambil waktu yang tersedia.

33 47 Bangun (2012:233) menyatakan bahwa suatu pekerjaan dapat diukur melalui 5 dimensi, yaitu: 1. Kuantitas pekerjaan. Hal ini menunjukkan jumlah pekerjaan yang dihasilkan individu atau kelompok sebagai persyaratan yang menjadi standar pekerjaan. 2. Kualitas pekerjaan. Setiap karyawan dalam perusahaan harus memenuhi persyaratan tertentu untuk dapat menghasilkan pekerjaan sesuai kualitas yang dituntut suatu pekerjaan tertentu. 3. Ketepatan waktu. Setiap pekerjaan memiliki karakteristik yang berbeda, untuk jenis pekerjaan tertentu harus diselesaikan tepat waktu, karena memiliki ketergantungan atas pekerjaan lainnya. 4. Kehadiran. Suatu jenis pekerjaan tertentu menuntut kehadiran karyawan dalam mengerjakannya sesuai waktu yang ditentukan. 5. Sikap kooperatif. Tidak semua pekerjaan dapat diselesaikan oleh satu karyawan saja, untuk jenis pekerjaan tertentu mungkin harus diselesaikan oleh dua orang karyawan atau lebih. Kinerja karyawan dapat dinilai dari kemampuannya bekerjasama dengan rekan sekerja lainnya. Menurut Moeheriono (2012:108) indikator kinerja didefinisikan sebagai berikut: a. Indikator kinerja adalah nilai atau karakteristik tertentu yang digunakan untuk mengukur output atau outcome suatu kegiatan. b. Indikator kinerja adalah alat ukur yang dipergunakan untuk menentukan derajat keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya Faktor yang Mempegaruhi Kinerja Kinerja seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja menurut beberapa ahli: Ada tiga peringkat variabel yang mempengaruhi perilaku dan prestasi kerja atau kinerja menurut Gibson dalam Wibowo (2011 : 39) yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kesadaran Menurut Hasibuan (2012:193), kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Menurut

Lebih terperinci

KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA MAKALAH KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA Oleh : Viviany Angela Kandari NIM : 16202111018 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2017 1 DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN VIII) KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA copyright by Elok Hikmawati 1 Pasal 86 UU No.13 Th.2003 1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas : a. keselamatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja. adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja. adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 2.1.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut Mangkunegara (2002:163) Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan. BAB II LANDASAN TEORI A. Keselamatan Kerja Menurut Tarwaka keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan kerja dan lingkungan

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN LAMPIRAN 1 84 Universitas Kristen Maranatha 85 Universitas Kristen Maranatha 86 Universitas Kristen Maranatha 87 Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN 2 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Dalam penelitian terdahulu, ada dua penelitian yang meneliti tentang analisis keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan terhadap

Lebih terperinci

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya manusia untuk mencapai

Lebih terperinci

Angka kecelakaan kerja di Indonesia tahun 2010 hingga Juli mencapai kasus.

Angka kecelakaan kerja di Indonesia tahun 2010 hingga Juli mencapai kasus. Memahami pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja (K3) Memahami peranan manajemen dalam menciptakan keselamatan dan kesehatan kerja Memahami cara mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja Memahami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis A. Pengawasan Fungsi pengawasan merupakan fungsi terakhir dari manajemen. Fungsi ini terdiri dari tugas-tugas memonitor dan mengevaluasi aktivitas perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pencegahan dan pengawasan dalam melakukan berbagai hal. berkaitan dengan pekerjaan. Mangkunegara (2011:161), Keselamatan kerja

BAB II LANDASAN TEORI. pencegahan dan pengawasan dalam melakukan berbagai hal. berkaitan dengan pekerjaan. Mangkunegara (2011:161), Keselamatan kerja BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan Keselamatan adalah suatu bentuk perlindungan dengan upaya pencegahan dan pengawasan dalam melakukan berbagai hal. 2.1.1 Pengertian Keselamatan Kerja Keselamatan merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Area dari keselamatan kerja dalam dunia rekayasa mencakup keterlibatan manusia baik para pekerja, klien, maupun pemilik perusahaan. Menurut Goetsch

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA BAB I TENTANG ISTILAH-ISTILAH. Pasal 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA BAB I TENTANG ISTILAH-ISTILAH. Pasal 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA BAB I TENTANG ISTILAH-ISTILAH Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. "tempat kerja" ialah tiap ruangan atau

Lebih terperinci

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja Modul ke: 14 Mahasiswa memahani mengenai : 1. Tujuan dari kesehatan dan keselamatan kerja 2. Peraturan keseelamatan dan kesehtan kerja 3. Resiko-resiko yang dihadapi dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut Widodo (2015:234), Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia

Lebih terperinci

Undang-undang Nomor I Tahun 1970

Undang-undang Nomor I Tahun 1970 KESELAMATAN KERJA Undang-undang Nomor I Tahun 1970 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi kebanyakan orang di Indonesia maupun di dunia, bekerja adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi kebanyakan orang di Indonesia maupun di dunia, bekerja adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bagi kebanyakan orang di Indonesia maupun di dunia, bekerja adalah salah satu tujuan hidup meskipun terdapat resiko didalamnya selama mereka bekerja termasuk resiko

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peran Menurut kamus Bahasa Indonesia (1988:667) peranan mempunyai dua arti, pertama menyangkut pelaksanaan tugas, kedua diartikan sebagian dari tugas utama yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

PENJELASAN. Jakarta, 3 Mei DEPARTEMEN TENAGA KERJA. DIREKTORAT PEMBINAAN NORMA-NORMA KESELAMATAN KERJA, HYGIENE PERUSAHAN dan KESEHATAN KERJA.

PENJELASAN. Jakarta, 3 Mei DEPARTEMEN TENAGA KERJA. DIREKTORAT PEMBINAAN NORMA-NORMA KESELAMATAN KERJA, HYGIENE PERUSAHAN dan KESEHATAN KERJA. TERBITAN UNDANG-UNDANG No. 1 TAHUN 1970 tentang KESELAMATAN KERJA serta TERJEMAHAN dalam BAHASA INGGRIS, DISYAHKAN untuk DIEDARKAN dan DIPAKAI. Jakarta, 3 Mei 1972. DEPARTEMEN TENAGA KERJA. DIREKTORAT

Lebih terperinci

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Disusun oleh: Anggita Kintan Dewantari (135030207111116) Dhana Arissetio (135030201111123) Kevin Adri Geaviano (135030207111117) Muchtar Tsabit (135030207111122) Jurusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi perusahaan dalam mengelola, mengatur, dan memanfaatkan pegawai sehingga dapat berfungsi secara

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1, 1970 KESELAMATAN KERJA. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2918) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA

NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA BAB I TENTANG ISTILAH-ISTILAH Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1. "tempat kerja" ialah tiap ruangan atau

Lebih terperinci

URGENSI DAN PRINSIP K3 PERTEMUAN #2 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

URGENSI DAN PRINSIP K3 PERTEMUAN #2 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI URGENSI DAN PRINSIP K3 PERTEMUAN #2 TKT302 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja yaitu suatu kejadian yang timbul akibat atau selama pekerjaan yang mengakibatkan kecelakaan kerja yang fatal dan kecelakaan kerja yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pada diri dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pada diri dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional harus didasarkan pada Pancasila dan UUD 1945 yang diarahkan pada peningkatan harkat, martabat, dan kemampuan manusia serta kepercayaan pada

Lebih terperinci

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri. Tujuan Pembelajaran

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri. Tujuan Pembelajaran 1 Tujuan Pembelajaran 2 Pengantar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Pemahaman terhadap urgensi konsep manajemen K3. dari Pemahaman terhadap prinsip manajemen K3. 6623 - Taufiqur Rachman 1 Materi Pembelajaran

Lebih terperinci

MODUL 10 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Prinsip Keselamatan Kerja)

MODUL 10 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Prinsip Keselamatan Kerja) MODUL 10 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (Prinsip Keselamatan Kerja) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO SISTEM MANAJEMEN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek Konstruksi Suatu proyek konstruksi biasanya merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek.selain itu,

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN IV PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PEMBELAJARAN IV PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEMBELAJARAN IV PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA A) KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR: 1. Menguasai peraturan perundang-undangan yang mengatur Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2. Menguasai

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian K3 Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajaran Taufiqur Rachman 1

Tujuan Pembelajaran Taufiqur Rachman 1 Urgensi dan Prinsip K3 6623 Taufiqur Rachman 2013 Referensi: Rudi Suardi. 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Edisi I. PPM. Jakarta (Halaman 1 24) Tujuan Pembelajaran Pengantar Keselamatan

Lebih terperinci

TENTANG KESELAMATAN KERJA

TENTANG KESELAMATAN KERJA UNDANG.UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA DENGAN RACHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian yang hanya satu kali yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Selain itu, proyek

Lebih terperinci

Tujuan Dari Sistem Manajemen K3

Tujuan Dari Sistem Manajemen K3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja 6623 Taufiqur Rachman 2013 Referensi: Rudi Suardi, 2005, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Edisi I. PPM. Jakarta (Bab 2, Halaman 11 34)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen Proyek Konstruksi dan Peran Manajer. satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen Proyek Konstruksi dan Peran Manajer. satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Manajemen Proyek Konstruksi dan Peran Manajer Suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek.

Lebih terperinci

Peranan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Sebagai Wujud Keberhasilan Perusahaan

Peranan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Sebagai Wujud Keberhasilan Perusahaan Jurnal Teknologi Proses Media Publikasi Karya Ilmiah Teknik Kimia 4(2) Juli 2005 : 1 5 ISSN 1412-7814 Peranan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Sebagai Wujud Keberhasilan Perusahaan Harrys Siregar Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata To Manage yang berarti mengatur,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata To Manage yang berarti mengatur, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari kata To Manage yang berarti mengatur, mengurus, melaksanakan, dan mengelola. Manajemen dalam bahasa ingris berarti mengatur. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan kerja yang sangat tinggi sehingga mengakibatkan banyaknya korban

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan kerja yang sangat tinggi sehingga mengakibatkan banyaknya korban BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banyaknya kecelakaan yang terjadi pada pekerja khususnya pada pekerja bangunan sering diakibatkan karena pihak pelaksana jasa kurang memprioritaskan keselamatan dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Manajemen 1. Pengertian Manajemen Ilmu manajemen sampai saat ini sudah berkembang. Hal ini membuktikan bahwa ilmu ini memang dibutuhkan tidak saja oleh kelompok tertentu tetapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Peran Manajemen Sumber Daya Manusia sangat penting bagi suatu organisasi, sebesar atau sekecil

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dilakukan oleh Pungvongsanuraks et al., (2014). Dalam penelitiannya yang

BAB II LANDASAN TEORI. dilakukan oleh Pungvongsanuraks et al., (2014). Dalam penelitiannya yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian yang dilakukan untuk mengeksplorasi budaya keselamatan kerja dalam industri konstruksi telah banyak dilakukan. Salah satu penelitian tersebut dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam suatu perusahaan karyawan yang sehat jasmani dan rohani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam suatu perusahaan karyawan yang sehat jasmani dan rohani BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu perusahaan karyawan yang sehat jasmani dan rohani merupakan aset yang sangat berharga bagi perusahaan. Untuk itu diperlukan berbagai macam fasilitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Telah kita ketahui bersama bahwa manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam kegiatan suatu organisasi, karena manusia sebagai perencana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang ketenaga kerjaan yakni penyegelan asset perusahaan jika melanggar

BAB I PENDAHULUAN. tentang ketenaga kerjaan yakni penyegelan asset perusahaan jika melanggar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya tingginya tingkat kecelakaan kerja dan rendahnya tingkat derajat kesehatan kerja di indonesia disebabkan minimnya kesadaran pengusaha untuk menerapkan Kesehatan

Lebih terperinci

KESELAMATAN, KEAMANAN, & KESEHATAN KERJA

KESELAMATAN, KEAMANAN, & KESEHATAN KERJA KESELAMATAN, KEAMANAN, & KESEHATAN KERJA CHAPTER 16 PERSONNEL MANAGEMENT & HUMAN RESOURCES William Werther & Keith Davies (2006), 5 th Edition Singapore. McGraw Hills 1 Konsep tunjangan wajib ini diawali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara mengurangi biaya yang dianggap kurang penting dikeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. cara mengurangi biaya yang dianggap kurang penting dikeluarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia adalah salah satu aset perusahaan yang utama, oleh karena itu dibutuhkan sdm yang berkualitas, keberhasilan tujuan perusahaan juga didukung

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Menimbang : a. Bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut Husni (2006 : 138) ditinjau dari segi keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja dapat

Lebih terperinci

RUANG LINGKUP KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA ( K3 ) Keselamatan & Kesehatan Kerja

RUANG LINGKUP KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA ( K3 ) Keselamatan & Kesehatan Kerja RUANG LINGKUP KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA ( K3 ) K3 Keselamatan & Kesehatan Kerja Tempat kerja ialah Tiapruanganataulapangan, Tertutupatauterbuka, Bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TAHUN 2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TAHUN 2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TAHUN 2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kepuasan Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang pengetahuan memiliki pengertian yang berlainan tentang kepuasan, adapun berbagai macam pengertian

Lebih terperinci

Menerapkan Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan Hidup (MKLH)

Menerapkan Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan Hidup (MKLH) Menerapkan Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan Hidup (MKLH) Kompetensi Dasar 1 : Mengikuti prosedur lingkungan kerja tentang kesehatan, keselamatan dan keamanan Menerapkan Keselamatan, Kesehatan, dan

Lebih terperinci

12. Peraturan Uap Tahun 1930 atau Stoom Verordening 1930;

12. Peraturan Uap Tahun 1930 atau Stoom Verordening 1930; 9. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan; 10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 rentang Pemerintahan Daerah; 11. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek 2012 Oleh: Arrigo Dirgantara 1106069664 Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Indonesia 2012 Pertanyaan:

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan Kerja Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja

Lebih terperinci

MATERI KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (HSE)

MATERI KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (HSE) MATERI KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (HSE) 1. TEORI DAN KONSEP K3 2. PROSEDUR KERJA AMAN 3. ALAT PELINDUNG DIRI 4. PERMIT SYSTEM 5. JOB SAFETY ANALYSES 6. ERGONOMIC SAFETY 7. INDUSTRIAL HYGIENE 8. MSDS

Lebih terperinci

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Tujuan Pembelajaran Setelah melalui penjelasan dan diskusi 1. Mahasiswa dapat menyebutkan tujuan Penerapan K3 sekurang-kurangnya 3 buah 2. Mahasiswa dapat memahami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Manajemen Manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari serangkaian kegiatan seperti perencanaan, pengendalian/pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Occupational Health Safety Asessment Series merupakan standar internasional untuk penerapan sistem manajemen

Lebih terperinci

PENGARUH KESELAMATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA CV. SRIWIJAYA UTAMA DI BANDAR LAMPUNG. Oleh

PENGARUH KESELAMATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA CV. SRIWIJAYA UTAMA DI BANDAR LAMPUNG. Oleh 15 PENGARUH KESELAMATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA CV. SRIWIJAYA UTAMA DI BANDAR LAMPUNG Oleh Supriyadi Dosen Pasca Sarjana USBRJ dan STIE Umitra ABSTRAK CV.Sriwijaya Utama merupakan perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Manajemen Manajemen biasanya dipergunakan antara lain sebagai seperangkat proses,sekelompok orang, suatu disiplin atau wilayah kajian atau suatu karier. Menurut Robbins

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisa yang telah dilakukan terhadap data sekunder dan data primer dengan menggunakan analisa kualitatif serta setelah melalui validasi kepada para

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam melakukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia (MSDM) adalah suatu proses menangani berbagai masalah pada ruang lingkup

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. AGANSA PRIMATAMA SOLO

BAB III IMPLEMENTASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. AGANSA PRIMATAMA SOLO BAB III IMPLEMENTASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. AGANSA PRIMATAMA SOLO 4. Implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Agansa Primatama 1. Profil PT. Agansa Primatama PT. Agansa Primatama

Lebih terperinci

PELATIHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA Oleh : Agus Yulianto

PELATIHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA Oleh : Agus Yulianto PELATIHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA Oleh : Agus Yulianto Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Implementasi Kartu observasi bahaya atau HOC (Hazard Observation Card) Implementasi merupakan aspek yang sangat penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Implementasi Kartu observasi bahaya atau HOC (Hazard Observation Card) Implementasi merupakan aspek yang sangat penting BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Implementasi Kartu observasi bahaya atau HOC (Hazard Observation Card) Implementasi merupakan aspek yang sangat penting dalam keseluruhan proses pembuatan kebijakan. Pelaksanaan

Lebih terperinci

Intoduction: Manajemen Sumber Daya Manusia

Intoduction: Manajemen Sumber Daya Manusia MSDM Materi 1 Intoduction: Manajemen Sumber Daya Manusia http://deden08m.com 1 Pengertian Manajemen SDM Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) adalah pemafaatan para individu untuk mencapai tujuan-tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan di sektor industri dewasa ini berlangsung dengan cepat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan di sektor industri dewasa ini berlangsung dengan cepat digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan di sektor industri dewasa ini berlangsung dengan cepat dan membawa perubahan-perubahan dalam skala besar terhadap tata kehidupan negara

Lebih terperinci

RESUME PENGAWASAN K3 LINGKUNGAN KERJA MATA KULIAH: STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. Ditulis oleh: Yudy Surya Irawan

RESUME PENGAWASAN K3 LINGKUNGAN KERJA MATA KULIAH: STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. Ditulis oleh: Yudy Surya Irawan RESUME PENGAWASAN K3 LINGKUNGAN KERJA MATA KULIAH: STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Ditulis oleh: Yudy Surya Irawan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang Judul Resume

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pabrik (plant atau factory) adalah tempat di mana faktor-faktor industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pabrik (plant atau factory) adalah tempat di mana faktor-faktor industri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Pabrikan Pabrik (plant atau factory) adalah tempat di mana faktor-faktor industri seperti manusia, alat, material, energi uang (modal/capital), informasi dan sumber

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Menurut Hasibuan (2008:1) manajemen adalah ilmu yang mengatur mengenai pemanfaatan sumber daya baik sumber daya manusia ataupun sumber daya lainnya dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Implementasi K3 Implementasi K3 adalah suatu proses pengarahan, penjurusan dan pemberian fasilitas kerja kepada orang-orang yang diorganisasikan dalam kelompok-kelompok

Lebih terperinci

INFORMASI TENTANG PROSEDUR PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI KEADAAN DARURAT

INFORMASI TENTANG PROSEDUR PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI KEADAAN DARURAT INFORMASI TENTANG PROSEDUR PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI KEADAAN DARURAT Kecelakaan kerja di Indonesia telah menghabiskan uang negara sebesar 280 triliun rupiah (Kemenkes RI 2014). Dalam rangka memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produktivitas adalah pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produktivitas adalah pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja 26 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang berkaitan tentang keselamatan dan kesehatan kerja dan produktivitas adalah pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Memasuki perkembangan era industrialisasi yang bersifat global seperti sekarang ini, persaingan industri untuk memperebutkan pasar baik pasar tingkat regional,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kecelakaan Kerja Sebuah perusahaan yang beroperasi dalam bidang konstruksi mempunyai kemungkinan terjadi kecelakaan kerja. Setiap orang dimanapun berada, siapapun bisa mengalami

Lebih terperinci

K3 Konstruksi Bangunan

K3 Konstruksi Bangunan K3 Konstruksi Bangunan LATAR BELAKANG PERMASALAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN Kegiatan konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan Kegiatan konstruksi menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja menurut Edwin B. Flippo (1995), adalah pendekatan yang menentukan standar yang menyeluruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sistem yang berhubungan semua unsur yang berada dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Keselamatan Kerja Tarwaka (2008: 4) mengatakan bahwa keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) 2.1.1.1. Pengertian Keselamatan Kerja Perlindungan tenaga kerja meliputi beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 2.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut Mangkunegara (2009:160) keselamatan dan kesehatan kerja adalah kondisi yang aman

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN KINERJA PADA KARYAWAN PT. PLN PERSERO SURAKARTA.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN KINERJA PADA KARYAWAN PT. PLN PERSERO SURAKARTA. HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN KINERJA PADA KARYAWAN PT. PLN PERSERO SURAKARTA Skripsi Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2.1.1. Keselamatan Kerja Dalam pemahaman yang umum, kesehatan dan keselamatan kerja (K3), adalah segala upaya untuk mengendalikan resiko yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Hasibuan (2012:10) mengatakan bahwa, manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Pemakaian istilah sumber daya manusia boleh dikatakan relatif baru, sesuai dengan perkembangan dan

Lebih terperinci

BEBAN KERJA & PRODUKTIVITAS PERTEMUAN KE-2

BEBAN KERJA & PRODUKTIVITAS PERTEMUAN KE-2 BEBAN KERJA & PRODUKTIVITAS PERTEMUAN KE-2 BEBAN KERJA Tubuh manusia dirancang untuk melakukan pekerjaan, massa otot beratnya hampir ½ berat badan, memungkinkan dpt menggerakan tubuh Setiap beban kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi atau perusahaan, karena manusia merupakan aset hidup yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. organisasi atau perusahaan, karena manusia merupakan aset hidup yang perlu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan peranan penting bagi keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan, karena manusia merupakan aset hidup yang perlu dipelihara dan dikembangkan.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA Menimbang : a. bahwa terjadinya kecelakaan di tempat kerja sebagian

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pelatihan Pelatihan karyawan merupakan hal yang penting bagi human resources management atau manajemen sumber daya manusia. Hal ini disebabkan karena adanya

Lebih terperinci

A. KRITERIA AUDIT SMK3

A. KRITERIA AUDIT SMK3 LAMPIRAN II PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN PENILAIAN PENERAPAN SMK3 A. KRITERIA AUDIT SMK3 1 PEMBANGUNAN DAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Manajemen 2.1.1.1 Definisi Manajemen Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan pengarahan suatu

Lebih terperinci

Perusahaan yang berorientasi pada karir semacam ini akan

Perusahaan yang berorientasi pada karir semacam ini akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kompetisi global yang semakin intensif, deregulasi dan kemajuan mencetuskan suatu ide - ide perubahan, yang telah membuat banyak perusahaan tidak bisa bertahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. serikat pekerja dengan pengusaha dan pemerintah sebagai satu kesatuan system dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. serikat pekerja dengan pengusaha dan pemerintah sebagai satu kesatuan system dalam 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Hubungan Industrial Ghani (2003:70), Hubungan Industrial (HI) adalah interaksi yang melibatkan pekerja/ serikat pekerja dengan pengusaha dan pemerintah

Lebih terperinci