GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN KESADARAN IBU MENGENAI PENTINGNYA IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA ANAK DI PUSKESMAS KASSI-KASSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN KESADARAN IBU MENGENAI PENTINGNYA IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA ANAK DI PUSKESMAS KASSI-KASSI"

Transkripsi

1 SKRIPSI GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN KESADARAN IBU MENGENAI PENTINGNYA IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA ANAK DI PUSKESMAS KASSI-KASSI OLEH: Cynthia Kristi Harlimton C Pembimbing dr. Eka Yusuf Inrakartika, M.Kes., Sp.A DIBAWAKAN SEBAGAI SALAH SATU PERSYARATAN PENYELESAIAN PENDIDIKAN SARJANA (S1) KEDOKTERAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

2 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN KESADARAN IBU MENGENAI PENTINGNYA IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA ANAK DI PUSKESMAS KASSI-KASSI Diajukan Kepada Universitas Hasanuddin Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Cynthia Kristi Harlimton C Pembimbing: dr. Eka Yusuf Inrakartika, M.Kes., Sp.A FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2017 ii

3 KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada program studi pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Saya menyadari bahwa tanpa bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada: 1. dr. Eka Yusuf Inrakartika, M.Kes., Sp.A, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini; 2. dr. Muh. Iqbal Basri, M.Kes., Sp.S dan dr. Asty Amalia selaku dosen penguji atas waktu dan masukan dalam penyusunan skripsi ini; 3. Pihak Puskesmas Kassi-Kassi yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang saya perlukan; 4. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan dukungan moral dan material; dan 5. Sahabat dan teman yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Makassar, Desember 2017 Penulis iii

4 iv

5 v

6 vi

7 LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Cynthia Kristi Harlimton NIM : C Tempat & tanggal lahir : Ujung Pandang, 29 Oktober 1996 Alamat Tempat Tinggal : Jl. Mawar G/17 Alamat cynthiaharlimton@yahoo.co.id HP : Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi dengan judul: Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Kesadaran Ibu mengenai Pentingnya Imunisasi Dasar Lengkap pada Anak di Puskesmas Kassi-Kassi adalah hasil pekerjaan saya dan seluruh ide, pendapat, atau materi dari sumber lain telah dikutip dengan cara penulisan referensi yang sesuai. Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Makassar, 8 Desember 2017 Yang Menyatakan, Cynthia Kristi Harlimton vii

8 SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN Desember 2017 Cynthia Kristi Harlimton dr. Eka Yusuf Inrakartika, M.Kes., Sp.A Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Kesadaran Ibu mengenai Pentingnya Imunisasi Dasar Lengkap pada Anak di Puskesmas Kassi-Kassi ABSTRAK Pendahuluan: Capaian indikator imunisasi dasar lengkap di Indonesia (86,54%) masih belum mencapai target Renstra (91%), namun di Makassar khususnya Puskesmas Kassi-Kassi telah mencapai dengan baik target capaian imunisasi. Terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu terhadap imunisasi dasar pada anak, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan kesadaran ibu mengenai imunisasi dasar lengkap pada anak. Metode:Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan desain penelitian cross-sectional dengan menggunakan data primer berupa jawaban kuesioner dari ibu-ibu yang mempunyai anak 0-12 bulan di Puskesmas Kassi-Kassi, Makassar yang dilaksanakan pada Oktober-November Kuesioner telah diuji validitasnya. Hasil: Sampel yang diteliti sebesar 50 orang. Terdapat 30 responden dengan tingkat pengetahuan yang baik mengenai imunisasi dasar (60%), 13 responden dengan tingkat pengetahuan cukup (26%) dan 7 orang lainnya memiliki tingkat pengetahuan kurang (14%). Umumnya responden tidak menjawab dengan benar mengenai isi imunisasi dan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Terdapat juga 49 responden (98%) dengan kesadaran baik ( 80%) mengenai imunisasi dasar, sedangkan responden dengan kesadaran <80% hanya 1 orang (2%). Umumnya responden tidak setuju dengan imunisasi apabila anak telah mengalami demam pada imunisasi sebelumnya dan jika terdapat efek samping imunisasi pada orang di sekitarnya. Sampel umumnya berusia tahun (74%) dan berpendidikan terakhir pada tahap SMA/SMK (44%). Kesimpulan: Penelitian ini menampilkan karakteristik ibu-ibu dengan status imunisasi lengkap di Puskesmas Kassi-Kassi, dan mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan dan kesadaran yang umumnya baik. Dibutuhkan penelitian selanjutnya dengan sampel yang juga mencakup ibu dengan status imunisasi dasar yang tidak lengkap, dan juga penelitian mengenai hubungan pengetahuan dan kesadaran dengan status imunisasi dasar. Kata kunci: tingkat pengetahuan, tingkat kesadaran, imunisasi dasar lengkap viii

9 THESIS FACULTY OF MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY December 2017 Cynthia Kristi Harlimton dr. Eka Yusuf Inrakartika, M.Kes., Sp.A Description of Mothers Knowledge and Awareness Level of Complete Basic Immunization Importance in Puskesmas Kassi-Kassi ABSTRACT Introduction: Complete basic immunization performance indicator in Indonesia (86,54%) has not reach its target by Renstra (91%), whereas in Makassar especially Puskesmas Kassi-Kassi has reach its performance indicator thoroughly. Since it has been proven that there is correlation between knowledge and awareness to complete immunization in children, this study aims to discover mothers knowledge and awareness level of complete basic immunization. Method: This is a descriptive observational study using cross-sectional method, using primary data obtained from questionnaire which is answered by mothers with 0-12 month children in Puskesmas Kassi-Kassi, Makassar, which is held in October- November Questionnaire has been validated. Result: Out of 50 samples, 60% have high level of knowledge, 26% have moderate level of knowledge, and the remaining 14% have low level of knowledge. Most respondents do not answer correctly in questions about contents of vaccine and Adverse Events Following Immunization (AEFI). In this study also known that 98% have high ( 80%) level of awareness while the other 2% have <80% awareness. Most respondents will not bring their child back to be immunized if their children have suffered fever from previous immunization or if there is people around whose child suffered from adverse effect of immunization. Samples mostly is years old (74%) and last educated in High School (44%). Conclusion: This study shows characteristics of respondents in Puskesmas Kassi- Kassi, and most respondents have high level of knowledge and awareness. Further study is needed with samples obtained also from mothers with incomplete basic immunization, and to search for correlation between knowledge and awareness to basic immunization. Keywords: knowledge level, awareness level, complete basic immunization ix

10 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN JUDUL... ii KATA PENGANTAR... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA... vii ABSTRAK... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 6 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Imunisasi Pengertian Imunisasi Tujuan Imunisasi Manfaat Imunisasi Jenis Imunisasi Prosedur Imunisasi Tempat Suntikan yang Dianjurkan Pemberian dua atau lebih Vaksin pada Hari yang Sama Kontraindikasi Pemberian Imunisasi Imunisasi Wajib, Program Pengembangan Imunisasi (PPI) Pengetahuan x

11 Pengertian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Proses Mengadopsi Pengertian Tingkatan Pengetahuan Sikap Definisi Sikap Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap Tingkatan Sikap Struktur dan Pembentukan Sikap Komponen Sikap Pembagian Sikap Kerangka Teori BAB 3. KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Tempat danwaktu Populasi dan Sampel Perkiraan Besar Sampel Cara Pengambilan Sampel Kriteria Inklusi dan Eksklusi Etika Penelitian Manajemen dan Analisis Data Definisi Operasional BAB 5. HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Karakteristik Sampel Karakteristik Sampel menurut Umur Ibu Karakteristik Sampel menurut Pendidikan Terakhir Hasil Uji Kuesioner Hasil Uji Validitas Kuesioner xi

12 5.2.2 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Hasil Analisa Data Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Gambaran Tingkat Kesadaran Ibu BAB 6. PEMBAHASAN Tingkat Pengetahuan Ibu mengenai Imunisasi Tingkat Kesadaran Ibu mengenai Imunisasi Keterbatasan Penelitian BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1.Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 DAFTAR TABEL TABEL 5.1 DISTRIBUSI SAMPEL MENURUT UMUR TABEL 5.2 DISTRIBUSI SAMPEL MENURUT PENDIDIKAN TERAKHIR 40 TABEL 5.3 DISTRIBUSI TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENURUT SKOR TABEL 5.4 DISTRIBUSI TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENURUT KATEGORI TABEL 5.5 DISTRIBUSI JAWABAN KUESIONER TINGKAT PENGETAHUAN TABEL 5.6 GAMBARAN TINGKAT KESADARAN IBU MENURUT NILAI TABEL 5.7 GAMBARAN TINGKAT KESADARAN IBU MENURUT KATEGORI TABEL 5.8 DISTRIBUSI JAWABAN KUESIONER TINGKAT KESADARAN xiii

14 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Skema Kerangka Teori Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep Gambar 5.1 Distribusi Sampel menurut Umur Ibu Gambar 5.2 Distribusi Sampel menurut Pendidikan Terakhir Gambar 5.3 Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu menurut Skor Gambar 5.4 Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu menurut Kategori Gambar 5.5 Distribusi Jawaban Kuesioner Tingkat Pengetahuan Gambar 5.6 Gambaran Tingkat Kesadaran Ibu menurut Nilai Gambar 5.7 Gambaran Tingkat Kesadaran Ibu menurut Kategori Gambar 5.8 Distribusi Jawaban Kuesioner Tingkat Kesadaran xiv

15 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Rekomendasi Persetujuan Etik Lampiran 2. Surat Izin Penelitian Lampiran 3. Penjelasan kepada Calon Responden mengenai Penelitian yang Akan Dilakukan Lampiran 4. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) Lampiran 5. Lembar Kuesioner Penelitian Lampiran 6. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian Lampiran 7. Data Responden Lampiran 8. Jawaban Kuesioner Responden Lampiran 9. Biodata Peneliti xv

16 BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Anak-anak merupakan masa depan bangsa. Karena itu, penting bagi kita untuk memperhatikan kehidupan anak-anak pada saat ini dalam segala aspek, baik dari perkembangan fisik, mental, dan jiwa salah satunya adalah kesehatan mereka. Kesehatan pada masa anak-anak perlu diberi perhatian lebih, karena kesehatan anak pada masa sekarang akan menentukan perkembangan otak dan tingkah laku mereka di masa depan. Salah satu cara memberdayakan kesehatan anak secara efektif adalah dengan imunisasi. (Nelson, 2000) Imunisasi adalah sebuah proses dimana seseorang dibuat resisten terhadap sebuah penyakit infeksi, yang biasanya melalui pemberian vaksin. Imunisasi terbukti dapat mengontrol dan menyingkirkan penyakit infeksi yang mengancam nyawa, dilihat dari estimasi pencegahan penyakit oleh imunisasi yaitu sekitar 2-3 juta kematian setiap tahunnya. Selain itu, imunisasi tidak memakan biaya yang besar, dengan strategi-strategi yang terbukti mampu menjangkau bahkan populasi yang paling sulit dijangkau. (WHO, 2017). Masa balita merupakan periode emas pertumbuhan fisik, intelektual, mental, dan emosional anak, dimana pemenuhan kebutuhan akan asah, asih dan asuh melalui pemenuhan aspek fisik hingga aspek biologis anak (gizi, kebersihan, imunisasi, vitamin A, dan pelayanan kesehatan yang bermutu), kasih sayang dan stimulasi yang 2

17 3 memadai pada balita akan meningkatkan kualitas kelangsungan hidup anak dan mengoptimalkannya sebagai generasi penerus bangsa. Sedemikian pentingnya masa balita pada anak, kurangnya pemenuhan kebutuhan anak dimana segala bentuk penyakit, kekurangan gizi, kasih sayang ataupun stimulasi dapat membawa dampak negatif yang akan terus menetap hingga dewasa bahkan usia lanjut (WHO, 2017). Imunisasi pada bayi berumur kurang dari satu tahun merupakan hal yang sangat penting dalam mencegah Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Diperkirakan PD3I merupakan penyebab kematian dari sekitar 48 bayi dan 56 balita per1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun (WHO, 2017). Setiap tahun lebih dari 1,4 juta anak meninggal karena berbagai penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi. (Kemenkes, 2015). Apabila dilihat dari penyebab kematian, sebenarnya sebagian besar anak tidak perlu meninggal. Daya lindung vaksin difteri (80%), pertussis (90%), tetanus (90%), polio (92%), dan campak (95%) semuanya angka tersebut menunjukkan banyaknya bayi dan anak yang dapat dicegah mengalami penyakit jika diberikan vaksin dengan baik. Angka di atas menunjukkan vaksin sangat efektif dalam mencegah penyakit (Barry, 1988). Pencegahan terhadap penyakit infeksi maupun upaya yang menentukan situasi yang kondusif mutlak dilakukan pada anak dalam tumbuh kembangnya sedini mungkin untuk mempertahankan kualitas hidup yang prima hingga dewasa. Demikian pula perhitungan ekonomi bahwa pencegahan adalah salah satu cara perlindungan yang paling efektif dan jauh lebih murah daripada mengobati apabila sudah terserang penyakit dan memerlukan perawatan rumah sakit (IDAI, 2011).

18 4 Program imunisasi pada bayi bertujuan supaya setiap bayi memperoleh imunisasi dasar secara lengkap, sehingga dapat terhindar dari penyakit. Namun, meskipun imunisasi sangat penting, pelaksanaannya belum maksimal. Capaian indikator imunisasi dasar lengkap di Indonesia pada tahun 2015 adalah sebesar 86,54%. Angka ini belum mencapai target Renstra tahun 2015 sebesar 91%. (Kemenkes, 2015). Di Sulawesi Selatan sendiri, pelaksanaan imunisasi juga tidak maksimal. Capaian indikator di Sulawesi Selatan pada tahun 2015 sebesar 85,86%. Angka ini juga tidak mencapai target Renstra pada tahun (Kemenkes, 2015) Namun di Makassar, hal ini tidak lagi berlaku. Berdasarkan laporan dari Bidang Bina P2PL, imunisasi dasar lengkap pada tahun 2014 telah mencapai angka 100,38%. Selain itu, indikator lain untuk menilai keberhasilan imunisasi melalui UCI (Universal Child Imunization) dimana dari 143 kelurahan yang ada di Kota Makassar, 100% telah mencapai kelurahan UCI. (Pemda Makassar, 2015) Puskesmas Kassi-Kassi Makassar merupakan salah satu komponen pencapaian ini. Pada tahun 2011, cakupan UCI di Puskesmas Kassi-Kassi adalah HB0 104,2%, BCG 126,4%, DPT-HB1 134,24%, DPT-HB2 109,94%, DPT-HB3 105,50%, Polio1 135,56%, Polio2 112,10%, Polio3 103,30%, Polio4 109,99%, dan Campak 111,0%. Data ini menunjukkan Puskesmas Kassi-Kassi berhasil mencapai target UCI. (Profil Puskesmas Kassi-Kassi, 2011). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi dkk (2013) di Kelurahan Parupuk Tabing Kota Padang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu mengenai imunisasi dasar terhadap kelengkapan imunisasi

19 5 dasar pada anak. Hal ini dapat dilihat bahwa presentase pemberian imunisasi dasar lengkap lebih banyak pada ibu yang memiliki pengetahuan cukup, yaitu sebesar 87,5%. Karena adanya kontras ini maka peneliti menganggap perlu untuk melakukan penelitian mengenai pengetahuan dan kesadaran ibu mengenai pentingnya imunisasi dasar lengkap pada anak di tingkat Puskesmas. Sepanjang pengetahuan penulis, penelitian ini belum pernah dilakukan di Makassar Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian berupa bagaimana pengetahuan dan kesadaran ibu mengenai pentingnya imunisasi dasar lengkap pada anak di tingkat Puskesmas Tujuan Penelitian Tujuan Umum Mengetahui tingkat pengetahuan dan kesadaran ibu mengenai pentingnya imunisasi dasar lengkap pada anak di tingkat Puskesmas Tujuan Khusus Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu mengenai pentingnya imunisasi dasar lengkap pada anak di tingkat Puskesmas.

20 6 2. Mengetahui gambaran kesadaran ibu mengenai pentingnya imunisasi dasar lengkap pada anak di tingkat Puskesmas. 1. 4Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat 1. Bagi peneliti untuk menambah wawasan dan pengetahuan terutama dalam bidang peningkatan program khususnya dalam usaha meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu mengenai pentingnya imunisasi dasar lengkap. 2. Bagi instansi sebagai sumber data dan pertimbangan untuk menjadi salah satu contoh program mengenai pengetahuan dan kesadaran ibu mengenai imunisasi dasar lengkap bagi anak. 3. Bagi tempat penelitian sebagai sumber data pengetahuan dan kesadaran ibu mengenai imunisasi dasar bagi anak. 4. Bagi fasilitas kesehatan lainnya untuk meningkatkan cakupan imunisasi puskesmas lainnya dengan menjadikan penelitian ini sebagai salah satu pertimbangan. 5. Bagi peneliti lain untuk dijadikan referensi bagi penelitian yang sama atau terkait.

21 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Imunisasi Pengertian Imunisasi Imunisasi berasal dari kata imun, kebal, atau resisten. Sistem imun adalah suatu sistem pertahanan yang terdiri atas sel-sel serta zat-zat yang dihasilkannya, dimana mereka bekerja sama secara kolektif dan terkoordinasi untuk melawan benda asing, misalnya kuman atau produk racunnya yang masuk ke dalam tubuh. Anak diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit spesifik sesuai dengan jenis imunisasinya (Notoatmodjo, 2007). Imunisasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga jika anak terpapar pada antigen yang serupa di kemudian hari, sistem imun dapat mengatasinya dan tidak berkembang menjadi penyakit (IDAI, 2001). Vaksinasi adalah pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas dalam sistem imun tubuh. Vaksinasi merupakan tindakan yang dengan sengaja memaparkan antigen dari mikroorganisme patogen, yang telah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga anak tidak jatuh sakit tetapi tetap mampu mengaktifkan limfosit untuk menghasilkan antibodi dan sel memori. (IDAI, 2001) Imunisasi merupakan suatu program dimana antigen lemah sengaja dimasukkan ke dalam tubuh untuk merangsang antibodi, sehingga tubuh menjadi resisten terhadap 7

22 8 penyakit tertentu. Sistem imunitas tubuh mempunyai suatu sistem memori dimana ketika vaksin masuk ke dalam tubuh, maka tubuh akan membentuk antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan sistem memori akan menyimpannya sebagai sebuah pengalaman. Apabila tubuh terpapar kembali dengan antigen yang sama dengan vaksin, maka antibodi akan terbentuk lebih cepat dan banyak meskipun antigen bersifat lebih kuat daripada vaksin yang diberikan. Faktor inilah yang menyebabkan imunisasi efektif dalam mencegah penyakit infeksi (Proverawati, 2010). Menurut Sujono Riyadi (2009), prinsip dasar pemberian imunisasi adalah: a. Bila ada antigen (kuman, bakteri, virus, parasit, racun) memasuki tubuh, maka tubuh akan berusaha mempertahankan diri, dimana tubuh akan memproduksi zat anti berupa antibodi atau antitoxin. b. Reaksi tubuh pertama kali terhadap antigen berlangsung secara lambat dan lemah, sehingga tidak cukup banyak antibodi yang terbentuk. Pada reaksi kedua, ketiga, dan seterusnya tubuh sudah mulai lebih mengenali jenis antigen tersebut. c. Setelah beberapa waktu, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang. Untuk mempertahankan agar tubuh tetap kebal, perlu diberikan suntikan imunisasi ulang. d. Kadar antibodi yang tinggi dalam tubuh menjamin anak akan sulit terserang penyakit. Terdapat banyak faktor penyebab keberhasilan imunisasi, misalnya dari faktor anak seperti umur bayi pada saat diberikan imunisasi yang menentukan apakah masih ada antibodi maternal dari ibu pada waktu imunisasi diberikan. Kualitas dan kuantitas vaksin yang diberikan juga mempengaruhi keberhasilan imunisasi tersebut (Hidayat, 2005).

23 9 Pemberian imunisasi pada anak sebaiknya mengikuti jadwal yang ada. Dengan memberikan imunisasi sesuai jadwal yang telah ditetapkan, hasil pembentukan antibodi juga akan optimal sehingga dapat melindungi anak dari paparan penyakit. Ada tujuh penyakit infeksi pada anak yang dapat menyebabkan kematian atau cacat, walaupun sebagian anak dapat bertahan dan menjadi kebal. Ketujuh penyakit tersebut adalah poliomyelitis (kelumpuhan), campak, difteri, pertussis, tetanus, tuberculosis, dan hepatitis B. Sedangkan jadwal imunisasi yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI mengharuskan orang tua untuk memberikan lima imunisasi dasar lengkap yaitu Hepatitis B, Polio, DTP, BCG, dan Campak. (Depkes RI, 2006) Tujuan Imunisasi Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi sehingga dapat mencegah penyakit dan kematian bayi atau anak yang disebabkan oleh penyakit menular (Proverawati, 2010). Imunisasi juga bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada populasi (Marimbi, 2010). Tujuan pemberian imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit dan kematian bayi dan anak-anak yang disebabkan oleh wabah yang sering muncul. Pemerintah Indonesia sangat mendorong pelaksanaan program imunisasi sebagai sebuah cara untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada bayi, balita, dan anak-anak (Depkes RI, 2001).

24 Manfaat Imunisasi Menurut Marimbi (2010) manfaat imunisasi adalah: 1. Bagi anak, yaitu untuk mencegah penderitaan dan kemungkinan cacat atau kematian yang disebabkan oleh penyakit. 2. Bagi keluarga, yaitu menghilangkan keresahan mengenai pengobatan apabila anak sakit dan memberdayakan pembentukan keluarga karena orang tua yakin anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang sehat dan nyaman. 3. Bagi negara, yaitu memperbaiki tingkat kesehatan, serta menciptakan bangsa yang kuat dan berakal sehat untuk melanjutkan pembangunan negara Jenis Imunisasi Terdapat dua macam imunisasi, yaitu: (Proverawati, 2010) 1. Imunisasi aktif Imunisasi aktif adalah pemberian suatu bibit penyakit yang telah dilemahkan (vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik terhadap antigen yang diberikan dan mendapatkan suatu memori terhadap antigen ini, sehingga ketika kembali terpapar, tubuh dapat mengenali dan meresponnya dengan efektif. Dalam imunisasi aktif, terdapat beberapa unsur-unsur vaksin, yaitu: a. Vaksin, dapat berupa organisme yang secara keseluruhan dimatikan b. Pengawet, stabilisator, atau antibiotik c. Cairan pelarut dapat berupa air steril atau cairan kultur jaringan d. Adjuvant, berupa garam aluminium.

25 11 2. Imunisasi pasif Imunisasi pasif merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara pemberian zat immunoglobulin yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia Prosedur Imunisasi Prosedur imunisasi dimulai dari menyiapkan dan membawa vaksin, mempersiapkan anak dan orang tua, teknik penyuntikan yang aman, pencatatan, pembuangan limbah, sampai pada teknik penyimpanan dan penggunaan sisa vaksin dengan benar. Penjelasan kepada orang tua sebelum dan sesudah imunisasi penting untuk diperhatikan. Pengetahuan mengenai kualitas vaksin yang masih boleh diberikan pada bayi/anak juga perlu dipelajari. Selain itu, ukuran jarum, lokasi suntikan, cara mengurangi ketakutan dan rasa nyeri pada anak juga perlu diketahui. Proses imunisasi dari awal hingga akhir perlu dicatat secara lengkap, termasuk keluhan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI). (IDAI, 2011) Tempat Suntikan yang Dianjurkan Bagian tubuh yang dianjurkan untuk vaksinasi pada bayi dan anak-anak yang berumur di bawah 12 bulan adalah paha anterolateral. Regio deltoid juga merupakan lokasi alternatif untuk vaksinasi anak-anak yang lebih besar (yang sudah dapat berjalan) dan orang dewasa (IDAI, 2011). Sejak akhir 1980, WHO memberikan rekomendasi untuk melakukan vaksinasi pada daerah anterolateral paha, bukan pada pantat (daerah gluteus) karena adanya risiko kerusakan saraf ischiadika (n. ischiadicus). Risiko kerusakan saraf ischiadika akibat

26 12 suntikan di daerah gluteus lebih besar pada bayi karena adanya variasi posisi saraf tersebut, massa otot yang lebih tebal, sehingga pada vaksinasi dengan suntikan intramuskular di daerah gluteal dengan tidak sengaja menghasilkan suntikan subkutan dengan reaksi lokal yang lebih berat. Vaksinasi hepatitis B dan rabies bila disuntikkan di daerah gluteal kurang imunogenik (untuk semua umur). Sedangkan vaksin BCG harus disuntik pada kulit di atas insersi otot deltoid (lengan atas), sebab suntikan-suntikan di atas puncak pundak memberi risiko terjadinya keloid (IDAI, 2011) Pemberian dua atau lebih vaksin pada hari yang sama Pemberian vaksin yang berbeda boleh diberikan pada hari yang sama. Vaksin inactivated dan vaksin virus hidup, khususnya vaksin yang dianjurkan dalam jadwal imunisasi, pada umumnya diberikan pada lokasi yang berbeda pada saat hari kunjungan yang sama. Misalnya, pada saat yang sama dapat diberikan vaksin DTP, Hib, Hepatitis B, dan Polio. Pada saat yang sama dapat diberikan lebih dari satu macam vaksin virus hidup, tetapi apabila sudah diberikan satu jenis vaksin, vaksin virus hidup jenis lain tidak boleh diberikan kurang dari dua minggu, sebab respon terhadap vaksin kedua mungkin telah berkurang. Vaksin-vaksin yang berbeda tidak boleh dicampur dalam satu semprit. Vaksin yang berbeda yang diberikan dalam satu hari yang sama harus diberikan pada lokasi yang berbeda dengan semprit yang berbeda pula (IDAI, 2011) Kontraindikasi Pemberian Imunisasi Terdapat tiga kontraindikasi pemberian imunisasi, yaitu: (Proverawati, 2010)

27 13 1. Anafilaksis atau reaksi hipersensitivitas yang hebat merupakan kontraindikasi mutlak terhadap pemberian vaksin. Riwayat kejang demam dan panas lebih dari 38 C merupakan kontraindikasi pemberian DTP atau HB1 dan campak. 2. Vaksin BCG tidak boleh diberikan pada bayi yang menunjukkan tanda dan gejala AIDS, tetapi vaksin lain sebaiknya diberikan. 3. Jika orang tua sangat keberatan terhadap pemberian imunisasi pada bayi yang sakit, lebih baik jangan diberikan vaksin, tetapi mintalah ibu kembali lagi setelah bayi sehat. Penanganan pada bayi yang mengalami kondisi sakit tetapi tetap sebaiknya diberi imunisasi: 1. Pada bayi yang mengalami alergi atau asma, imunisasi masih bisa diberikan, kecuali jika anak alergi terhadap salah satu komponen dalam vaksin yang diberikan 2. Sakit ringan seperti infeksi saluran nafas atau diare dengan suhu di bawah 38,5 C 3. Riwayat keluarga tentang peristiwa yang membahayakan setelah imunisasi 4. Dugaan infeksi HIV atau positif terinfeksi HIV dengan tidak menunjukkan tanda dan gejala AIDS, jika menunjukkan tanda-tanda dan gejala AIDS tidak diberikan imunisasi BCG, sedangkan imunisasi lain tetap diberikan. 5. Anak masih mengkonsumsi ASI 6. Bayi yang menderita penyakit kronis seperti penyakit jantung kronis, paru-paru, ginjal atau hati. 7. Pada penderita Down Syndrome atau pada anak dengan kondisi saraf stabil. 8. Bayi prematur atau Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 9. Sebelum dan sesudah operasi

28 Gizi rendah 11. Riwayat sakit kuning (icterus) saat kelahiran Imunisasi Wajib, Program Pengembangan Imunisasi (PPI) Imunisasi dasar yang wajib didapatkan sebelum usia 12 bulan adalah: 1. BCG Imunisasi BCG (Bacille Calmete-Guerin) adalah vaksin hidup yang diberikan pada bayi untuk mencegah penyakit tuberkulosis (TBC), yang disebabkan oleh sekelompok bakteri Mycobacterium tuberculosis complex. Vaksin ini dibuat dari Mycobacterium bovis yang dibiakkan selama 1-3 tahun sehingga didapatkan hasil yang tidak virulen tetapi masih dapat mengaktifkan sistem imun. Vaksinasi BCG menimbulkan sensitivitas terhadap tuberculin. (IDAI, 2011) Imunisasi BCG diberikan sekali sebelum anak berumur 2 bulan dengan suntikan intrakutan pada lengan atas. Untuk bayi berumur kurang dari 1 tahun vaksin diberikan dengan dosis 0,05 ml, sedangkan untuk anak berumur lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 ml. Setelah 1 hingga 2 minggu diberikan imunisasi, akan timbul indurasi dan kemerahan di lokasi suntikan yang kemudian berubah menjadi pustul, dan pecah menjadi luka. Namun luka ini tidak perlu pengobatan khusus karena akan sembuh sendiri (Proverawati, 2010). Vaksin BCG tidak dapat mencegah terjadinya infeksi tuberkulosis, namun dapat mencegah komplikasinya. Apabila BCG diberikan pada umur lebih dari tiga bulan, sebaiknya dilakukan uji tuberculin terlebih dahulu (Proverawati, 2010).

29 15 Imunisasi BCG tidak boleh diberikan pada anak yang sedang menderita penyakit kulit berat atau menahun seperti eksim, furunkolosis, dan sebagainya. Imunisasi BCG tidak diberikan pada anak yang menderita tuberkulosis atau menunjukkan uji mantoux (tuberculin) positif (Maryunani, 2012). Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari, harus disimpan pada suhu 2-8 C tetapi tidak boleh beku. Vaksin yang telah diencerkan harus dihabiskan dalam waktu 8 jam. a. Kejadian ikutan pasca imunisasi vaksinasi BCG Penyuntikan BCG intradermal akan menimbulkan ulkus lokal superfisial tiga minggu setelah penyuntikan. Ulkus tertutup krusta, akan sembuh dalam 2-3 bulan, dan meninggalkan parut bulat dengan diameter 4-8 mm. Apabila dosis yang diberikan terlalu tinggi, maka ukuran ulkus menjadi lebih besar, namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi akan tertarik ke dalam. Limfadenitis Limfadenitis supuratif di aksila atau di leher kadang dijumpai setelah penyuntikan BCG. Limfadenitis akan sembuh sendiri sehingga tidak membutuhkan pengobatan lebih lanjut. Apabila limfadenitis melekat pada kulit atau timbul fistula, maka dapat didrainase dan diberikan obat antituberkulosis lokal. BCG-itis diseminasi Kejadian ini jarang terjadi dan berhubungan dengan imunodefisiensi berat. Komplikasi lainnya adalah eritema nodosum, iritis, lupus vulgaris, dan osteomyelitis. Komplikasi ini harus diobati dengan kombinasi anti tuberkulosis. b. Kontraindikasi BCG (IDAI, 2011; Proverawati, 2010)

30 16 Reaksi uji tuberculin >5 mm Menderita infeksi HIV atau dengan risiko tinggi terinfeksi HIV, imunodefisiensi akibat penggunaan kortikosteroid, obat imunosupresif, mendapat pengobatan radiasi, penyakit keganasan yang mengenai sumsum tulang atau sistem limfe. Menderita gizi buruk Menderita demam tinggi Menderita infeksi kulit yang luas c. Rekomendasi (IDAI, 2011; Proverawati, 2010) Vaksin BCG diberikan pada bayi berumur kurang dari dua bulan Pada bayi yang memiliki kontak erat dengan penderita tuberculosis (BTA +3) sebaiknya diberikan isoniazid profilaksis terlebih dahulu, sedangkan dengan pasien kontak tuberculosis tenang, bayi dapat diberikan vaksin. 2. DTP Imunisasi DTP bertujuan untuk mencegah tiga penyakit yaitu difteri, pertusis, dan tetanus. Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphteriae. Pertusis adalah penyakit batuk rejan (batuk seratus hari) adalah penyakit infeksi saluran nafas yang disebabkan oleh Bordetella pertusis (Marimbi, 2010). Sedangkan tetanus adalah gangguan neuromuscular akut yang berupa trismus (Maryunani, 2012). Terdapat dua jenis vaksin DTP, yaitu DTwP (whole-cell pertussis) dan DTaP (acellular pertussis). Berdasarkan pandangan James D. Cherry, MD dalam The New England Journal of Medicine, imunisasi DTaP harus dimulai dari usia muda dengan interval yang rendah pada setiap dosis. Dalam jurnal ini disebutkan bahwa pada dasarnya ibu hamil

31 17 mendapatkan imunisasi DTP untuk menurunkan risiko terjadinya penularan pertussis pada saat melahirkan dan dapat memberikan perlindungan sekitar selama 1-2 bulan. Imunisasi DTP primer diberikan tiga kali sejak anak berumur dua bulan (DTP tidak boleh diberikan sebelum umur 6 minggu) dengan interval 4-8 minggu. Interval terbaik diberikan 8 minggu, sehingga DTP-1 diberikan pada umur 2 bulan, DTP-2 diberikan pada umur 4 bulan, dan DTP-3 diberikan pada umur 6 bulan. Ulangan booster DTP selanjutnya diberikan satu tahun setelah DTP-3 yaitu pada umur bulan dan DTP-5 pada saat masuk sekolah berumur 5 tahun. Pada booster umur lima tahun, vaksin dengan komponen pertussis harus tetap diberikan (sebaiknya diberikan DTaP untuk mengurangi demam pasca imunisasi) mengingat kejadian pertussis pada dewasa muda meningkat akibat ambang proteksi telah sangat rendah sehingga dapat menjadi sumber penularan bagi bayi dan anak. Dosis DTwP atau DTaP atau DT adalah 0,5 ml secara intramuskular, baik untuk imunisasi dasar maupun ulangan. a. Kejadian ikutan pasca imunisasi DTP (IDAI, 2011) Reaksi lokal kemerahan, bengkak, dan nyeri pada lokasi injeksi yang terjadi pada separuh penerima DTP. Proporsi demam ringan dengan reaksi lokal sama dan diantaranya dapat mengalami hiperpireksia. Anak gelisah dan menangis terus menerus selama beberapa jam pasca suntikan (inconsolable crying).

32 18 Kejang demam sesudah vaksinasi yang berhubungan dengan demam yang terjadi Kejadian ikutan paling serius yaitu terjadinya ensefalopati akut atau reaksi anafilaksis dan terbukti disebabkan oleh pemberian vaksin pertussis. b. Kontraindikasi (IDAI, 2011) Saat ini didapatkan dua hal yang diyakini merupakan kontraindikasi mutlak terhadap pemberian vaksin pertussis baik whole cell maupun aselular, yaitu: Anafilaksis pada pemberian vaksin sebelumnya. Ensefalopati sesudah pemberian vaksin pertussis sebelumnya Keadaan lain dapat dinyatakan sebagai perhatian khusus (precaution). Misalnya, pemberian vaksin berikutnya bila pada pemberian pertama dijumpai riwayat hiperpireksia, keadaan hipotonik-hiporesponsif dalam 48 jam, anak menangis terus menerus selama 3 jam dan riwayat kejang dalam 3 hari sesudah imunisasi DTP. Riwayat kejang dalam keluarga dan kejang yang tidak berhubungan dengan pemberian vaksin sebelumnya, kejadian ikutan pasca imunisasi atau alergi terhadap vaksin bukanlah suatu kontraindikasi terhadap pemberian vaksin DTaP. 3. Hepatitis B WHO merekomendasikan vaksin Hepatitis B diberikan segera setelah lahir dalam waktu 24 jam pertama meskipun tanpa mengetahui status HbsAg dari ibu, mengingat vaksinasi hepatitis B merupakan upaya pencegahan yang sangat efektif dalam memutus rantai penularan melalui transmisi maternal dari ibu kepada bayinya. Liza Fitria, dkk. dalam salah satu jurnal Pediatrica Indonesiana yang diterbitkan pada November 2010 yaitu

33 19 Influence of Hepatitis B Immunization to Prevent Vertical Transmission of Hep-B virus in Newborn Infants from Hep-B Positive Mothers menjelaskan bahwa efektifitas vaksin hepatitis B dalam mencegah penularan pada bayi adalah 80-95%. Vaksin diberikan secara intramuskular, dimana pada bayi diberikan di anterolateral paha, sedangkan pada anak besar dan dewasa diberikan di region deltoid. a. Imunisasi aktif Imunisasi HepB-1 diberikan sedini mungkin (dalam waktu 12 jam) setelah lahir Imunisasi HepB-2 diberikan setelah satu bulan (empat minggu) dari imunisasi HepB-1. Untuk hasil yang maksimal, interval imunisasi HepB-2 dengan HepB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan. Maka imunisasi HepB-3 diberikan pada umur 3-6 bulan. Bila sesudah dosis pertama imunisasi terputus, segera berikan dosis kedua. Sedangkan imunisasi ketiga diberikan dengan jarak terpendek 2 bulan bukan dari imunisasi kedua. Bila dosis ketiga terlambat, diberikan sesegera mungkin. Bila bayi lahir dengan ibu Hbs-Ag tidak diketahui, HepB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dan dilanjutkan pada umur 1 bulan dan 3-6 bulan. Apabila semula status Hbs-Ag ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selajutnya diketahui ibu dengan Hbs-Ag positif, maka akan ditambahkan hepatitis B immunoglobulin (HBIg) 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari. Bayi lahir dari ibu dengan Hbs-Ag positif, diberikan vaksin HepB-1 dan HBIg 0,5 ml secara bersamaan dalam waktu 12 jam setelah lahir.

34 20 Anak dari ibu pengidap hepatitis B yang telah memperoleh imunisasi dasar tiga kali pada semasa bayi, maka pada usia 5 tahun tidak perlu diberikan booster, hanya dilakukan permeriksaan kadar anti HBs. Apabila sampai dengan usia lima tahun anak belum pernah memperoleh imunisasi hepatitis B, maka secepatnya diberikan imunisasi HepB dengan jadwal tiga kali pemberian (catch-up vaccination), yang merupakan upaya imunisasi pada anak atau remaja yang belum pernah diimunisasi atau terlambat lebih dari satu bulan dari jadwal yang seharusnya. Khusus pada imunisasi Hepatitis B, imunisasi ini diberikan dengan interval minimal 4 minggu antara dosis pertama dan dosis kedua, sedangkan interval antara dosis kedua dan ketiga minimal 8 minggu atau 16 minggu setelah dosis pertama. Ulangan imunisasi (HepB-4) dapat dipertimbangkan pada umur tahun, apabila kadar pencegahan belum tercapai (anti-hbs < 10µg/ml). b. Imunisasi pasif Hepatitis B Immunoglobulin (HBIg) dalam waktu singkat akan memberikan proteksi dalam jangka waktu pendek (3-6 bulan). HBIg hanya diberikan setelah terjadi paparan. Sebaiknya HBIg diberikan bersama vaksin VHB sehingga proteksinya berlangsung lama. 4. Polio Polio dapat menyebabkan gejala ringan atau penyakit yang sangat parah. Penyakit ini dapat menyerang sistem pencernaan dan sistem saraf. Polio dapat menyebabkan demam,

35 21 muntah-muntah, dan dapat menyerang saraf sehingga mengakibatkan kelumpuhan permanen (Proverawati, 2010). Vaksin polio merupakan imunisasi yang bertujuan untuk mencegah penyakit poliomyelitis. Pemberian vaksin polio dapat dikombinasikan dengan vaksin DPT. Terdapat dua macam vaksin polio, yaitu: (Proverawati, 2010) a. Inactivated Polio Vaccine (IPV= Vaksin, Salk) mengandung virus polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan. b. Oral Polio Vaccine (OPV= Vaksin Sabin) mengandung vaksin hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan. Imunisasi dasar polio diberikan empat kali, yaitu polio I, II, III, IV dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan satu tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat meninggalkan SD (12 tahun). Di Indonesia umumnya diberikan vaksin sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 ml) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula. Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru (Proverawati, 2010). Pemberian imunisasi polio tidak boleh dilakukan pada orang yang menderita defisiensi imunitas. Tidak ada efek berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh (Proverawati, 2010).

36 22 a. Usia Pemberian (IDAI, 2011) Saat lahir (0 bulan), dan berikutnya di usia 2, 3, 6 bulan. Dilanjutkan pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio selalu diberikan bersamaan dengan vaksin DTP. b. Cara Pemberian Dapat melalui suntikan (Inactivated Poliomyelitis Vaccine/IPV), atau dengan pemberian oral (Oral Poliomyelitis Vaccine/OPV). c. Efek Samping Efek samping dari vaksin polio hampir tidak ada. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot. Kasusnya pun sangat jarang. Mungkin juga terjadi kelumpuhan dan kejang-kejang. d. Kontraindikasi Vaksin polio tidak dapat diberikan pada anak yang menderita penyakit akut atau demam tinggi (di atas 38 derajat celcius), muntah atau diare, penyakit kanker atau keganasan, HIV/AIDS, sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum, serta anak dengan mekanisme kekebalan terganggu. 5. Campak Imunisasi campak adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak, terutama karena penyakit ini sangat menular (Maryunani, 2012). Sebenarnya bayi telah mendapat kekebalan terhadap campak dari ibunya. Namun seiring bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh antibodi

37 23 tambahan melalui pemberian vaksin campak. Apalagi penyakit campak mudah menular, dan orang-orang dengan daya tahan tubuh yang lemah mudah terserang penyakit ini. Untungnya campak hanya diderita sekali seumur hidup, sehingga orang tidak akan terkena kembali. Imunisasi campak efektif untuk memberi kekebalan terhadap penyakit ini sampai seumur hidup. Pemberian vaksin campak hanya diberikan satu kali, dapat dilakukan pada umur 9-11 bulan, dengan dosis 0,5 cc. Sebelum disuntikkan, vaksin campak terlebih dahulu dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut. Kemudian suntikan diberikan pada lengan kiri atas secara subkutan (Proverawati, 2010). Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi. Pemberian imunisasi campak tidak boleh dilakukan pada orang yang mengalami imunodefisiensi atau individu yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia dan limfoma (Proverawati, 2010) Pengetahuan Pengertian Pengetahuan menurut Notoatmojo (2010) adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui proses melihat dan mendengar oleh mata dan telinga, yang juga dapat diperoleh melalui pendidikan, baik formal maupun non formal. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih sempurna daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

38 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Notoatmojo (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah: 1. Faktor internal Faktor internal yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan adalah pendidikan, pekerjaan, dan umur. Pendidikan secara umum adalah upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat melalui kegiatan untuk memberikan dan meningkatkan pengetahuan sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pendidik. Dari batasan ini maka tersirat unsur-unsur pendidikan yaitu: input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, dan masyarakat) dan pendidik (pelaku pendidikan), proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain), dan output (meningkatkan pengetahuan sehingga melakukan apa yang diharapkan). Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi sikap berperan serta dalam pembangunan. Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untik memanjang kehidupannya dan keluarga. Pekerjaan bukan sebuah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupaka suatu cara untuk mencari nafkah. Umur adalah hitungan tahun manusia mulai saat dilahirkan hingga saat berulang tahun. Sedangkan menurut Huclock (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. 2. Faktor eksternal

39 25 Faktor ekternal mempengaruhi terbentuknya pengetahuan adalah faktor lingkungan. Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi sikap dalam menerima informasi Proses mengadopsi pengertian Sebelum seseorang mengadopsi pengetahuan sehingga menjadi perilaku, terdapat suatu proses berurutan, dimana menurut Dewi dan Wawan (2011) adalah sebagai berikut: 1. Awareness (kesadaran) yaitu orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulasi (objek). 2. Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian terhadap stimulasi tersebut 3. Evaluation (menimbang) dimana individu akan mulai mepertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya 4. Trial, yaitu saat individu mulai mencoba perilaku baru 5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap stimulus. Pada penelitian selanjutnya Rogers (1974) dalam Notoatmojo (2010) menyimpulkan bahwa pengadopsian perilaku yang melalui proses di atas dan didasari oleh pengetahuan, kesadaran yang positif, maka perilaku tersebut akan berlangsung lama (long lasting). Namun sebaliknya jika perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka perilaku tersebut bersifat sementara dan tidak berlangsung lama.

40 Tingkatan Pengetahuan Tingkat pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif meliputi enam tingkatan: (Notoatmojo, 2010) 1. Tahu (know) Tahu adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. 2. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat diinterpretasikan secara benar. 3. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi ini dapat berupa aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4. Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen yang masih ada dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesa (synthesis)

41 27 Sintesis merujuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam satu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya dalam menyusun atau merencanakan. 6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan secara individu maupun menggunakan kriteria yang telah tersedia Sikap Definisi Sikap Menurut Notoatmojo (2010), sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Heri Purwanto (1998), sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap Pembentukan sikap seseorang sangat dipengaruhi oleh: kepribadian, intelegensi, dan minat. Sikap dapat dipelajari, dibentuk, dan akan mencerminkan kepribadian seseorang. Sikap mempunyai tiga komponen, yaitu: 1) kepercayaan, ide, dan konsep terhadap sebuah objek; 2) kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek; 3) kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini membentuk sebuah sikap yang utuh. Dalam penentuan

42 28 sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosi memgang peranan penting (Notoatmojo, 2003) Tingkatan Sikap Menurut Notoatmojo (2003), tingkatan sikap dibagi menjadi empat bagian umum, diantaranya adalah: 1. Menerima (receiving), yaitu seseorang (subjek) mau menerima stimulus yang diberikan (objek). 2. Menanggapi (responding), yaitu memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. 3. Menghargai (valuing), yaitu subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi orang lain merespon. 4. Bertanggung jawab (responsible), yaitu sikap bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko Struktur dan Pembentukan Sikap Struktur sikap terdiri atas komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif, afektif, dan konatif. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Sekali kepercayaan telah terbentuk, maka akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari objek tertentu. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional subjektif

43 29 terhadap suatu objek sikap. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Pengertian kecenderungan berperilaku menunjukkan bahwa komponen afektif meliputi juga bentuk-bentuk perilaku yang berupa pertanyaan atau perkataan yang diucapkan seseorang. (Azwar, 2005) Pembentukan sikap menurut Azwar (2005) dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1. Pengalaman pribadi yang meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. 2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting juga salah satu komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap. 3. Pengaruh kebudayaan dimana kita dibesarkan juga memberi pengaruh besar dalam pembentukan sikap. 4. Media massa juga mempengaruhi pembentukan sikap meskipun dampaknya tidak sebesar interaksi individual secara langsung. 5. Lembaga agama dan pendidikan mempengaruhi pembentukan sikap karena keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep diri seseorang. 6. Pengaruh faktor emosional merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego Komponen Sikap

44 30 Biasanya para peneliti berpendapat sikap terdiri atas tiga komponen, yaitu kesadaran, perasaan dan perilaku. Karena untuk memahami sikap sangat rumit, maka ketiga komponen ini sangat membantu dalam memahami hubungan potensial antara sikap dan perilaku. Dalam banyak hal, kesadaran dan perasaan tidak dapat dipisahkan. Hal ini dikarenakan kesadaran dan perasaan biasanya muncul secara bersama-sama. Kemudian, perasaan bisa menimbulkan hasil akhir perilaku seseorang. Meskipun kita sering berpikir bahwa kesadaran menimbulkan peraaan yang akan menentukan perilaku, pada kenyataannya komponen-komponen ini sulit untuk dipisahkan, karena saling berkaitan satu dengan yang lainnya. (Robbins & Judge, 2007) Pembagian Sikap Secara garis besar sikap dapat dibedakan menjadi dua yaitu sikap positif dan sikap negatif. Sikap positif merupakan sikap yang menunjukkan atau mempertahankan, menerima, mengakui, menyetujui, serta melaksanakan norma-norma yang berlaku. Sikap negatif merupakan sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan penolakan atau tidak menyetujui norma yang berlaku. Salah satu cara untuk mengukur sikap seseorang yaitu dengan skala kuesioner. Skala penilaian sikap mengandung serangkaian pernyataan tentang permasalahan tertentu. (Heri Purwanto, 1998)

45 Kerangka Teori Skema Kerangka Teori IMUNISASI DASAR LENGKAP Anak Definisi dan Tujuan Imunisasi Cara Kerja Imunisasi Cara Pemberian Imunisasi Penyakit Disuntikkan Diteteskan di mulut 5 Jenis Imunisasi Dasar Lengkap Hepatitis B BCG DPT Polio Campak Kontraindikasi Imunisasi Kegiatan Ikutan Pasca Imunisasi

46 BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL HIPOTESIS PENELITIAN 3.1.Kerangka Konsep Skema Kerangka Konsep Biaya Ketakutan akan efek samping Capaian imunisasi belum mencapai target Kesadaran dan pengetahuan ibu Gambaran penelitian Waktu dan tempat Minimnya sumber informasi Variabel bebas Variabel tergantung Hubungan variabel bebas Hubungan variabel tergantung Garis koordinasi 32

47 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1.Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi observasional deskriptif untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan sikap ibu terhadap pentingnya imunisasi dasar lengkap pada anak di Puskesmas Kassi-Kassi. 4.2.Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Kassi-Kassi pada Oktober-November Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah ibu-ibu yang datang membawa anaknya ke posyanduposyandu yang ada di Puskesmas Kassi-Kassi untuk diberikan imunisasi dasar. Sampel penelitian adalah semua populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Sampel penelitian ini adalah ibu-ibu yang datang membawa anaknya ke posyandu-posyandu yang ada di Puskesmas Kassi-Kassi untuk diberikan imunisasi dasar. 4.4.Perkiraan Besar Sampel Besar sampel penelitian ini diambil dengan metode random sampling dengan menggunakan rumus Slovin: n = N. Z 2. p. q (d(n 1) + Z)p. q 33

48 34 Keterangan: n = perkiraan besar sampel Z = tingkat kepercayaan (standar nilai normal untuk α = 0.05 (1,96)) α N = tingkat signifikansi = perkiraan jumlah populasi wanita yang telah berkeluarga dan memiliki anak berumur 0-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kassi-Kassi = 55 orang d = nilai presisi = 5% P = proporsi populasi = 0,5 Dengan demikian, jumlah sampel yang digunakan adalah: n = 55. 1,96 2.0,5.0,5 (0,05(55 1) + 1,96)0,5.0,5 n = 52,822 1,165 n = 45,34, dibulatkan menjadi 46 sampel. Sampel penelitian ini adalah wanita yang sudah berkeluarga dan memiliki anak berumur 0-12 bulan di Puskesmas Kassi-Kassi untuk diberikan imunisasi dasar periode Oktober-November 2017.

49 Cara Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang diterapkan adalah metode simple random sampling yaitu semua populasi wanita yang sudah berkeluarga dan memiliki anak berumur 0-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kassi-Kassi periode Oktober November Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria Inklusi 1. Terdaftar sebagai warga di Puskesmas Kassi-Kassi yang datang berkunjung ke posyandu dengan membawa anaknya untuk mendapatkan imunisasi dasar. 2. Memiliki buku pencatatan tanggal pemberian imunisasi yang dapat dievaluasi sesuai dengan variabel yang akan diteliti. 3. Memiliki anak berumur 0-12 bulan Kriteria Eksklusi Terdapat variabel yang tidak lengkap dalam buku pencatatan tanggal pemberian imunisasi anak. 4.7.Etika Penelitian 1. Menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada pihak pemerintah sebagai permohonan izin untuk melakukan penelitian. 2. Persetujuan bersedia sebagai sampel penelitian untuk orang tua pasien. 3. Segala tindakan dilakukan setelah persetujuan dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

50 Manajemen dan Analisis Data Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan setelah meminta perizinan dari pihak pemerintah dan Puskesmas pengambilan sampel. Data tersebut diperoleh melalui beberapa pertanyaan yang ada dalam kuesioner yang kemudian diajukan kepada ibu-ibu yang berkunjung ke posyandu-posyandu di Puskesmas Kassi-Kassi. Setelah itu dilakukan pengamatan dan pencatatan langsung ke dalam kuesioner yang telah disediakan. 1. Imunisasi dasar lengkap pada anak Imunisasi dasar diukur dengan cara mencatat imunisasi dasar yang sudah diberikan dari buku imunisasi masing-masing anak dengan standar pengukuran berdasarkan tabel imunisasi PPI tahun 2012 dan diisi pada kuesioner, kemudian disesuaikan dengan jadwal imunisasi PPI. Imunisasi dasar ini diukur dengan menggunakan kuesioner. Hasil ukur yang akan tertera adalah: a. Imunisasi dasar pada anak lengkap b. Imunisasi dasar pada anak tidak lengkap 2. Pengetahuan ibu mengenai imunisasi Pengetahuan ibu akan diukur dengan menggunakan kuesioner yaitu dengan mencatat jawaban dari pertanyaan kuesioner yang diberikan kepada ibu, kemudian dihitung jumlah jawaban yang benar.

51 37 Hasil pengukuran yang diperoleh adalah: a. Pengetahuan ibu tentang imunisasi adalah baik, apabila ibu mampu menjawab lebih atau sama dengan 8 pertanyaan ( 80%). b. Pengetahuan ibu tentang imunisasi cukup, apabila ibu mampu menjawab 6-7 (60%-70%) pertanyaan dengan benar. c. Pengetahuan ibu tentang imunisasi kurang, apabila ibu mampu menjawab kurang atau sama dengan 5 pertanyaan ( 50%) 3. Kesadaran ibu mengenai imunisasi Kesadaran ibu akan diukur dengan menggunakan kuesioner yaitu dengan mencatat jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dalam kuesioner dan dihitung jawaban yang setuju. Hasil yang akan dicantumkan adalah: a. Ibu dikategorikan setuju terhadap imunisasi, apabila ibu setuju dengan pernyataan pada kuesioner sebanyak 8 pernyataan (80%) atau lebih. b. Ibu dikategorikan tidak setuju terhadap imunisasi, apabila ibu setuju dengan pernyataan pada kuesioner sebanyak kurang dari 8 pernyataan (80%) Teknik Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan setelah pencatatan data yang dibutuhkan ke dalam daftar tilik dengan menggunakan Microsoft Excel dan SPSS ver. 24 untuk memperoleh hasil statistik yang diharapkan.

52 Penyajian Data Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel dan diagram untuk menggambarkan tingkat pengetahuan dan kesadaran ibu terhadap pentingnya imunisasi dasar lengkap pada anak di Puskesmas Kassi-Kassi Definisi Operasional 1. Imunisasi Dasar Lengkap pada Anak adalah imunisasi wajib berdasarkan program pemerintah yang terdiri atas BCG, Hepatitis B, DTP, Polio, dan Campak. 2. Pengetahuan Ibu mengenai Imunisasi mencakup definisi imunisasi, tujuan imunisasi, manfaat imunisasi, cara pemberian imunisasi, kontraindikasi, cara kerja, jadwal pemberian, jenis imunisasi dasar program PPI, serta efek samping imunisasi. 3. Kesadaran Ibu mengenai Imunisasi yang dimaksud adalah persetujuan ibu yaitu untuk pelaksanaan imunisasi; pentingnya imunisasi; keuntungan imunisasi lebih banyak dibandingkan dengan kerugiannya; dan cara ibu menangani isu mengenai imunisasi, jangkauan tempat imunisasi, serta biaya untuk imunisasi.

53 Persentase BAB 5 HASIL PENELITIAN Deskripsi Karakteristik Sampel Karakteristik Sampel menurut Umur Ibu Sampel merupakan ibu-ibu yang mempunyai anak 0-12 bulan dan dibawa ke Puskesmas Kassi-Kassi untuk diimunisasi. Sampel penelitian berjumlah 50 orang. Berdasarkan hasil pengumpulan data karakteristik sampel menurut umur dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5.1. Distribusi Sampel menurut Umur Ibu Umur (tahun) Jumlah Persentase (%) Total % 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Distribusi Sampel menurut Umur Ibu 74% 20% 6% <= Kategori 39 Umur Graf ik 5.1. Distribusi Sampel menurut Umur Ibu

54 40 Berdasarkan tabel dan grafik 5.1., dapat dilihat bahwa ibu-ibu di Puskesmas Kassi- Kassi umumnya berada pada kelompok umur tahun, yaitu sebanyak 37 orang (74%), kemudian diikuti oleh kelompok umur tahun sebanyak 10 orang (20%), dan paling sedikit pada kelompok umur kurang dari 20 tahun, yaitu hanya sebanyak 3 orang (6%) Karakteristik Sampel menurut Pendidikan Terakhir Ibu Sedangkan karakteristik sampel menurut pendidikan terakhir dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5.2. Distribusi Sampel menurut Pendidikan Terakhir Ibu Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%) SD 4 orang 8 SMP 10 orang 20 SMA/SMK 22 orang 44 D3/S1 14 orang 28 Total 50 orang 100 Grafik 5.2. Distribusi Sampel menurut Pendidikan Terakhir Ibu

55 Persentase 41 Distribusi Sampel menurut Pendidikan Terakhir Ibu 50% 40% 30% 20% 10% 0% 44% 28% 20% 8% SD SMP SMA/SMK D3/S1 Pendidikan Terakhir Berdasarkan tabel dan grafik 5.2., dapat dilihat bahwa ibu-ibu di Puskesmas Kassi-Kassi umumnya terakhir mengenyam pendidikan pada tingkat SMA/SMK sebanyak 22 orang (44%), kemudian di urutan kedua pada tingkat D3/S1 sebanyak 14 orang (28%), yang diikuti pada tingkat SMP sebanyak 10 orang (20%) di urutan ketiga, dan yang paling sedikit pada tingkat SD sebanyak 4 orang (8%) Hasil Uji Kuesioner Hasil Uji Validitas Kuesioner Setelah dilakukan uji validitas pada kuesioner, didapatkan hasil bahwa setiap nomor dalam kuesioner valid. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai r hitung setiap nomor r tabel, dimana r tabel yang didapatkan adalah 0,3610, sesuai tingkat signifikansi 0, Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Setelah dilakukan uji reliabilitas pada kuesioner, didapatkan hasil bahwa kuesioner bersifat reliabel. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai Cronbach alpha sebesar 0,732 yang lebih besar dari 0,6.

56 Hasil Analisa Data Setelah kuesioner dikumpulkan dan diolah, diperoleh data yang disajikan dalam bentuk distribusi tabel dan grafik yang menggambarkan tingkat pengetahuan dan kesadaran ibu mengenai imunisasi dasar lengkap pada anak di Puskesmas Kassi- Kassi Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu 1. Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu menurut Skor Tabel 5.3. Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu menurut Skor Skor Jumlah Persentase (%) 4 2 orang orang orang orang orang orang orang 16 Total 50 orang 100

57 PERSENTASE 43 Grafik 5.3. Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu menurut Skor Tingkat Pengetahuan Ibu menurut Skor 30% 25% 26% 20% 15% 10% 10% 8% 18% 18% 16% 5% 0% 4% SKOR Berdasarkan tabel dan grafik 5.3., dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan ibu di Puskesmas Kassi-Kassi terbanyak pada skor 9, yaitu sebanyak 13 orang (26%), kemudian di urutan kedua yaitu pada skor 7 dan 8 sebanyak 9 orang (18%), diikuti skor 10 sebanyak 8 orang (16%). Pada urutan berikutnya yaitu pada skor 5 sebanyak 5 orang (10%), diikuti skor 6 sebanyak 4 orang (8%), dan di urutan terakhir yaitu skor 4 sebanyak 2 orang (4%). 2. Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu menurut Kategori Tabel 5.4. Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu menurut Kategori Kategori Jumlah Persentase (%) Baik 30 orang 60 Cukup 13 orang 26

58 PERSENTASE 44 Kurang 7 orang 14 Total 50 orang 100 Tingkat Pengetahuan Ibu menurut Kategori 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 60% 26% 14% Baik Cukup KATEGORI Kurang Grafik 5.4. Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu menurut Kategori Berdasarkan tabel dan grafik 5.4., tingkat pengetahuan ibu umumnya berada pada kategori baik, yaitu sebanyak 30 orang (60%). Selanjutnya diikuti oleh kategori cukup sebanyak 13 orang (26%), kemudian terakhir oleh kategori

59 45 kurang sebanyak 7 orang (14%). Adapun dikatakan baik apabila tingkat pengetahuan ibu lebih atau sama dengan 80%, dikatakan cukup apabila 60-70%, dan dikatakan kurang apabila kurang atau sama dengan 50%. 3. Frekuensi Jawaban Kuesioner Tingkat Pengetahuan Tabel 5.5. Distribusi Jawaban Kuesioner Tingkat Pengetahuan Nomor Jawaban Benar Jawaban Salah Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

60 PERSENTASE 46 Grafik 5.5. Distribusi Jawaban Kuesioner Tingkat Pengetahuan 120% Frekuensi Jawaban Responden 100% 80% 60% 40% 20% 0% 96% 100% 88% 90% 86% 76% 78% 72% 62% 38% 54% 46% 24% 4% 28% 0% 12% 10% 14% 22% NOMOR SOAL KUESIONER Benar Salah Berdasarkan tabel dan grafik 5.5., dapat dilihat frekuensi jawaban kuesioner pada masing-masing poin kuesioner. Pada nomor 1, diperoleh sebanyak 38 (76%) jawaban benar, dan sebanyak 12 (24%) jawaban salah. Pada nomor 2, diperoleh sebanyak 48 (96%) jawaban benar, dan sebanyak 2 (4%) jawaban salah. Pada nomor 3 diperoleh sebanyak 36 (72%) jawaban benar dan 14 (28%) jawaban salah. Pada nomor 4, tidak diperoleh jawaban salah sehingga diperoleh 50 (100%) jawaban benar. Pada nomor 5, diperoleh sebanyak 44 (88%) jawaban benar dan 6 (12%) jawaban salah. Pada nomor 6, diperoleh sebanyak 45 (90%) jawaban benar dan 5 (10%) jawaban salah. Pada nomor 7, diperoleh sebanyak 43 (86%) jawaban benar dan 7 (14%) jawaban salah. Pada nomor 8, diperoleh sebanyak 19 (38%) jawaban benar dan 31 (62%) jawaban salah. Pada nomor 9, diperoleh sebanyak 39 (78%) jawaban benar

61 PERSENTASE 47 dan 11 (22%) jawaban salah. Pada nomor 10, diperoleh sebanyak 27 (54%) jawaban benar dan 23(46%) jawaban salah Gambaran Tingkat Kesadaran Ibu 1. Gambaran Tingkat Kesadaran Ibu menurut Nilai Tabel 5.6. Gambaran Tingkat Kesadaran Ibu menurut Nilai Nilai Jumlah Persentase (%) 6 1 orang orang orang orang orang 58 Total 50 orang 100 Grafik 5.6. Gambaran Tingkat Kesadaran Ibu menurut Nilai 70% Tingkat Kesadaran Ibu menurut Nilai 60% 50% 58% 40% 30% 20% 10% 0% 18% 22% 2% 0% NILAI

62 48 Berdasarkan tabel dan grafk 5.6., dapat dilihat bahwa tingkat kesadaran ibu mengenai imunisasi dasar di Puskesmas Kassi-Kassi umumnya berada pada nilai 10, yaitu sebanyak 29 orang (58%), kemudian diikuti pada nilai 9 sebanyak 11 orang (22%), di urutan ketiga yaitu pada nilai 8 sebanyak 9 orang (18%), dan terakhir pada nilai 6 yaitu sebanyak 1 orang (2%). Tidak terdapat responden yang memperoleh nilai Gambaran Tingkat Kesadaran Ibu menurut Kategori Tabel 5.7. Gambaran Tingkat Kesadaran Ibu menurut Kategori Kategori Jumlah Persentase (%) 80% 49 98% <80% 1 2% Total % Grafik 5.7. Gambaran Tingkat Kesadaran Ibu menurut Kategori

63 PERSENTASE 49 Tingkat Kesadaran Ibu menurut Kategori 120% 100% 80% 98% 60% 40% 20% 0% 2% 80% <80% KATEGORI Berdasarkan tabel dan grafik 5.7., tingkat kesadaran ibu di Puskesmas Kassi- Kassi umumnya berada di kategori 80% yaitu sebanyak 49 orang (98%). Pada kategori <80% terdapat sebanyak 1 orang (2%). 3. Frekuensi Jawaban Kuesioner Tingkat Kesadaran Tabel 5.8. Distribusi Jawaban Kuesioner Tingkat Kesadaran Nomor Setuju Tidak Setuju Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

64 PERSENTASE Grafik 5.8. Distribusi Jawaban Kuesioner Tingkat Kesadaran Frekuensi Jawaban Responden 120% 100% 80% 100% 100% 96% 94% 74% 76% 96% 100% 98% 100% 60% 40% 20% 0% 26% 24% 0% 0% 4% 6% 4% 0% 2% 0% NOMOR SOAL KUESIONER setuju tidak setuju Berdasarkan tabel dan grafik 5.8., dapat dilihat frekuensi jawaban masingmasing poin kuesioner. Pada nomor 1, tidak terdapat jawaban tidak setuju sehingga terdapat 50 (100%) jawaban setuju. Pada nomor 2 juga tidak terdapat jawaban tidak setuju sehingga terdapat 50 (100%) jawaban setuju. Pada nomor 3 terdapat 48 (96%) jawaban setuju dan 2 (4%) jawaban tidak setuju. Pada nomor 4 terdapat 47 (94%) jawaban setuju dan 3 (6%) jawaban tidak setuju. Pada nomor 5 terdapat 37 (74%)

65 51 jawaban setuju dan 13 (26%) jawaban tidak setuju. Pada nomor 6 terdapat 38 (76%) jawaban setuju dan 12 (24%) jawaban tidak setuju. Pada nomor 7 terdapat 48 (96%) jawaban setuju dan 2 (4%) jawaban tidak setuju. Pada nomor 8 tidak terdapat jawaban tidak setuju sehingga terdapat 50 (100%) jawaban setuju. Pada nomor 9 terdapat 49 (98%) jawaban setuju dan 1 (2%) jawaban tidak setuju. Pada nomor 10 tidak terdapat jawaban tidak setuju sehingga jawaban setuju berjumlah 50 (100%).

66 50 BAB 6 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian mengenai gambaran tingkat pengetahuan dan kesadaran ibu mengenai imunisasi dasar lengkap di Puskesmas Kassi-Kassi. Total sampel yang mengikuti penelitian ini adalah 50 orang, yang semuanya berjenis kelamin perempuan. Dari 50 sampel, yang berusia tahun memiliki jumlah terbanyak daripada kelompok umur lainnya, yaitu sebanyak 37 orang (74%). Jika ditinjau menurut pendidikan terakhir, sampel dengan pendidikan terakhir SMA/SMK memiliki jumlah terbanyak dibanding kelompok lainnya yaitu 22 orang (44%) Tingkat Pengetahuan Ibu mengenai Imunisasi Dari data hasil penelitian di atas, tingkat pengetahuan ibu mengenai imunsasi menunjukkan bahwa ibu yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik adalah sebesar 60% (30 orang), dibandingkan dengan ibu yang memiliki tingkat pengetahuan cukup adalah sebesar 26% (13 orang), sedangkan ibu dengan tingkat pengetahuan kurang adalah sebesar 14% (7 orang). Namun dilihat dari tingkat pengetahuan ibu menurut skor, tingkat pengetahuan ibu dengan skor 7 memiliki jumlah yang sama dengan ibu yang memeperoleh skor 8, yaitu 9 orang (18%), sehingga dapat kita lihat bahwa dari 26% ibu dengan tingkat pengetahuan cukup, setengahnya telah mendekati skor tingkat pengetahuan baik. 50

67 51 Pada umumnya, ibu-ibu belum mengetahui mengenai isi dari imunisasi yang diberikan. Seperti yang dapat dilihat pada tabel dan grafik 5.5., pada poin kuesioner nomor 8 dengan pertanyaan mengenai isi dari imunisasi yang diberikan, terdapat lebih banyak ibu yang tidak menjawab dengan benar, yaitu sebanyak 31 orang (62%). Selain itu, cukup banyak ibu yang juga tidak menjawab dengan benar pada pertanyaan nomor 10 mengenai kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) sebanyak 23 orang (46%). Hal ini menunjukkan ibu-ibu masih belum mengetahui dengan tepat mengenai asal usul imunisasi, dan juga mungkin belum akrab dengan istilah kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI). Karakteristik dari tingkat pendidikan ibu di Puskesmas Kassi-Kassi terdiri dari tingkat pendidikan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, hingga Perguruan Tinggi. Banyaknya proporsi ibu yang memiliki tingkat pengetahuan baik mungkin dapat disebabkan tingkat pendidikan ibu yang rata-rata di tingkat pendidikan Menengah Atas (SMA/SMK), sehingga ibu-ibu mungkin telah mendapatkan materi mengenai imunisasi dan memiliki wawasan yang lebih luas mengenai imunisasi pada anak. Selain itu, ibu-ibu di Puskesmas Kassi-Kassi rata-rata berusia tahun, dimana usia ini dikenal dengan usia produktif dan kemungkinan berperan dalam tingkat pengetahuan pada anak. Namun hal ini belum dapat dipastikan karena jumlah sampel yang tidak sebanding antar kelompok umur maupun kelompok pendidikan terakhir. Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan atau kognitif merupakan komponen yang sangat penting dalam menentukan tindakan seseorang, dimana perilaku

68 52 seseorang yang dilandasi oleh pengetahuan lebih teguh dan tahan lama daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan ibu yang baik mengenai imunisasi menmotivasi ibu-ibu untuk memberikan imunisasi lengkap pada anaknya, karena ibu tersebut mengerti manfaat imunisasi pada bayinya. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari pada tahun 2015 di Puskesmas Bendo Kabupaten Magetan. Pada penelitian ini diperoleh hasil sebesar 52,3% ibu mempunyai tingkat pengetahuan yang baik, dimana 49,2% diantaranya memiliki status imunisasi lengkap. Sedangkan terdapat sebesar 30,8% bayi dengan status imunisasi tidak lengkap dengan pengetahuan ibu yang kurang baik. Seperti yang telah diketahui bahwa capaian imunisasi Puskesmas Kassi-Kassi telah mencapai target dan termasuk tinggi, sehingga tidak mengejutkan jika tingkat pengetahuan ibu-ibu di wilayah kerja Puskesmas Kassi-Kassi sebagian besar baik Tingkat Kesadaran Ibu mengenai Imunisasi Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan diinterpretasikan dalam tabel dan grafik menunjukkan bahwa ibu yang setuju 80% dari pernyataan kuesioner terhadap imunisasi adalah sebesar 98% (49 orang), sedangkan ibu yang memiliki kesadaran <80% terhadap imunisasi hanya sebesar 2% (1 orang). Dalam kategori 80%, sebagian besar (58%) setuju sepenuhnya dengan pernyataan pada kuesioner, yang dilihat dari perolehan skor 10. Kemudian secara bertahap menurun pada skor 9 dan 8, masing-masing sebesar 22% dan 18% dari seluruh sampel.

69 53 Sedangkan ibu yang termasuk dalam kategori tidak setuju hanya 1 orang (2%) dan memperoleh skor 6. Sikap individu dapat dibentuk maupun dipelajari yang diperoleh dari informasi dan pengalaman dengan kaitannya dengan situasi, kondisi, dan objek tersebut. Pernyataan ini sesuai dengan yang dijelaskan Notoatmodjo (2005) bahwa terbentuknya suatu perilaku baru terutama pada orang dewasa, dimulai pada domain kognitif atau pengetahuan, yang berarti seseorang tahu terlebih dahulu stimulus yang dapat berupa materi atau suatu objek. Kemudian hal ini menimbulkan suatu respon yang baru terhadap objek tersebut yang akhirnya akan dihasilkan respon yang lebih jauh, yaitu tindakan. Pada umumnya setiap pernyataan pada kuesioner disetujui oleh sebagian besar responden, yang menghasilkan hasil 98% kategori kesadaran 80% terhadap imunisasi. Namun terdapat juga beberapa pernyataan yang cenderung tidak disetujui oleh para ibu di Puskesmas Kassi-Kassi. Responden cenderung keberatan dengan pernyataan nomor 5 dan 6, yaitu mengenai efek samping imunisasi, masing-masing dengan respon tidak setuju sebesar 26% dan 24%. Para ibu cenderung tidak setuju membawa anaknya kembali untuk diimunisasi jika telah mengalami demam pada imunisasi sebelumnya, dan juga jika mendengar kasus efek samping yang terjadi dari orang di sekitarnya. Hal ini mungkin terjadi karena para ibu tidak sepenuhnya memahami efek samping imunisasi, sehingga terkadang menganggap KIPI sebagai hal yang membahayakan dan menjadi tidak percaya dengan imunisasi. Hal ini

70 54 mungkin terjadi mengingat cukup banyak jawaban yang tidak tepat pada pertanyaan mengenai KIPI. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwi Agung Riyanto pada tahun 2013 di Kampung Cantilan Kelurahan Kagungan Kecamatan Kasemen Kota Serang. Pada penelitian ini diperoleh hasil sebesar 69,7% ibu menunjukkan sikap positif, dimana 59,2% diantaranya memiliki status imunisasi lengkap. Sedangkan terdapat sebesar 23,7% bayi dengan status imunisasi tidak lengkap dengan kesadaran ibu yang masih rendah. Pada penelitian tersebut didapatkan nilai p=0.000, dengan nilai OR = 20,25 yang menunjukkan ibu yang menunjukkan sikap positif memiliki peluang sebesar 20 kali untuk melaksanakan imunisasi dasar. Mengingat tingginya capaian imunisasi di Puskesmas Kassi-Kassi, maka wajar kesadaran ibu untuk membawa anaknya diimunisasi juga tinggi. Pada umumnya ibu-ibu yang memiliki sikap setuju terhadap imunisasi memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi mengenai imunisasi dasar lengkap. Namun tidak menutup kemungkinan, sikap setuju yang diberikan ibu-ibu juga disebabkan oleh faktor-faktor lainnya selain karena pengetahuan ibu, misalnya karena melihat tetangga lain membawa anaknya ke posyandu Keterbatasan Penelitian Penelitian ini pula memiliki beberapa kelemahan, yaitu cakupan sampel yang tidak merata, yaitu hanya mencakup ibu-ibu dengan status imunisasi dasar lengkap. Selain itu, penelitian ini tidak mencari hubungan antar variabel.

71 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai tingkat pengetahuan dan kesadaran ibu mengenai imunisasi dasar lengkap pada anak di Puskesmas Kassi- Kassi, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: a. Tingkat pengetahuan ibu yang memiliki anak dengan imunisasi dasar lengkap mengenai imunisasi dasar adalah pengetahuan baik. b. Tingkat kesadaran ibu yang memiliki anak dengan imunisasi dasar lengkap mengenai imunisasi dasar adalah kesadaran baik ( 80%) Saran Setelah penelitian ini, peneliti mengharapkan beberapa hal antara lain sebagai berikut: a. Bagi tenaga kesehatan sebaiknya dalam penyuluhan ditekankan mengenai isi dari imunisasi dan efek samping imunisasi, serta Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), sehingga masyarakat memiliki pengetahuan dan kesadaran mengenai imunisasi dengan lebih menyeluruh dan tepat. 55

72 56 b. Bagi masyarakat untuk lebih aktif mengikuti penyuluhan kesehatan untuk menambah pengetahuan mengenai kesehatan dan imunisasi. c. Bagi peneliti selanjutnya dapat mengambil sampel tidak hanya ibu dengan status imunisasi lengkap, tetapi juga ibu dengan status imunisasi dasar yang tidak lengkap. Selain itu peneliti selanjutnya juga dapat meneliti lebih jauh mengenai hal ini, misalnya dengan mencari hubungan pengetahuan atau kesadaran dengan imunisasi dasar.

73 DAFTAR PUSTAKA Azwar, Saifuddin Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cherry, James D., MD The New England Journal of Medicine: Perspective- Epidemic Pertussis in 2012 The Resurgence of a Vaccine-Preventable Disease. Diakses tanggal 14 Juni Departemen Kesehatan RI Pemantauan Pertumbuhan Balita. Jakarta: Departemen Kesehatan. Departemen Kesehatan RI Petunjuk Teknis Kampanye Imunisasi DPT-HB. Jakarta: Departemen Kesehatan. Dewi, A.P., Eryati D., Edison Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi di Kelurahan Parupuk Tabing Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang tahun Jurnal Kesehatan Andalas. Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun Makassar: Dinas Kesehatan. Elizabeth Hurlock, Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga. Fitria, Liza., Hartono Gunardi, Arwin AP Akib Pediatrica Indonesiana Vol 50 no. 6: Influence of Hepatitis B Immunization to Prevent Vertical Transmission of Hep-B Virus in Infants Born from Hep-B Positive Mother. 57

74 58 Heri Purwanto Pengantar Perilaku Manusia untuk Keperawatan. Jakarta: EGC. Hidayat A Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika. Ikatan Dokter Anak Indonesia Buku Imunisasi Indonesia. Jakarta: IDAI. Marimbi Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi Dasar pada Balita. Yogyakarta: Nuha Medika. Maryunani Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media. Wahab S Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Volume 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Notoatmojo, Prof. Dr. Soekidjo Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmojo, S Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmojo Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rhineka Cipta. Puskesmas Kassi-Kassi Profil Puskesmas Kassi-Kassi. Makassar. Proverawati Imunisasi dan Vaksinasi. Yogyakarta: Nuha Medika. Riyadi, Sujono dan Sukarmin Asuhan Keperawatan pada Anak, edisi I. Yogyakarta: Graha Ilmu. Riyanto, DA Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Imunisasi Dasar dengan Perilaku Pelaksanaan Imunisasi Dasar pada Balita di Kampung Cantilan Kelurahan

75 59 Kagungan Kecamatan Kasemen Kota Serang tahun Bandung: Jurnal Kesehatan Sekolah Tinggi Kesehatan Borromeus. Robbins, Stephen P., Judge, Timothy A Organizational Behavior. 12 th edition. Pearson Education, Inc., New Jersey. Sari, DNI., Basuki, SW., Triastuti NJ Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Bendo Kabupaten Magetan. Surakarta: Naskah Publikasi Program Studi Kedokteran Umum FK Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sutarjo, U. S., dkk Profil Kesehatan Indonesia tahun Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Wawan dan Dewi Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika. Widyastuti Nur Hubungan antara Pengetahuan dan Praktek Ibu dalam Imunisasi Dasar Lengkap bagi Bayi di Desa Purwokerto Kecamatan Patelon Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Semarang: Karya Ilmiah Program Studi Kedokteran Umum FK Undip. World Health Organization. Health Topics: Immunization. Diakses tanggal 4 Juni Ziemmerman Barry, Lavi Sasson Adverse Reaction to Vaccines. In: Elliot Middleston Jr., editor. Allergy, principles, and practice. 3rd edition. Vol 1. CV. Mosby Company.

76 LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Rekomendasi Persetujuan Etik 60

77 Lampiran 2. Surat Izin Penelitian 61

78 62 Lampiran 3. Penjelasan kepada Calon Responden mengenai Penelitian yang Akan Dilakukan Selamat pagi Ibu-Ibu. Salam sejahtera, saya Cynthia Kristi Harlimton, mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Sehubungan dengan salah satu persyaratan penyelesaian pendidikan Sarjana (S1) Kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, maka saya melaksanakan penelitian yang berjudul Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Kesadaran Ibu mengenai Pentingnya Imunisasi Dasar Lengkap pada Anak. Adapun salah satu cara untuk mendapatkan data adalah dengan melalui kuesioner. Karena itu saya sangat berharap kesediaan para ibu sekalian untuk membantu saya dengan mengisi kuesioner ini sebagai data yang akan digunakan dalam penelitian ini. Saya membutuhkan waktu dan kesediaan ibu kurang lebih 10 menit untuk mengisi kuisioner. Jawaban ibu akan dirahasiakan dan tidak akan dipublikasikan. Kuesioner ini sematamata digunakan hanya untuk keperluan akademik dan bersifat rahasia, dimana nama ibu akan kami inisialkan dalam laporan penelitian kami. Untuk itu juga kami berharap para ibu menjawab setiap pertanyaan dengan jujur. Atas kesediaannya dan partisipasinya, saya ucapkan banyak terima kasih. Penanggung Jawab, Peneliti Utama Nama : Cynthia Kristi Harlimton Alamat : Jl. Mawar G/17, Makassar No. Telpon :

79 63 Lampiran 4. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) FORMULIR PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini; Nama / initial : Alamat : Nomor telepon : Setelah mendengar dan mengerti penjelasan yang diberikan oleh peneliti mengenai tujuan,manfaat,prosedur kerja dan luaran dari proses penelitian ini, maka dengan ini saya menyatakan bersedia untuk menjadi partisipasi pada penelitian ini tanpa paksaan dari pihak manapun. Demikian surat pernyataan ini saya buat, untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Makassar, Yang memberi pernyataan, ( ) Saksi 1 : Saksi 2: ( ) ( ) Penanggung Jawab Peneliti Nama : Cynthia Kristi Harlimton Alamat : Jl. Mawar G 17 No Telepon : Lampiran 5. Lembar Kuesioner Penelitian

80 64 KARAKTERISTIK RESPONDEN A) Identitas Ibu 1. Tanggal pengisian : 2. Nama Responden : 3. Umur : 4. Pendidikan Terakhir: 5. Alamat : KUESIONER PENELITIAN IMUNISASI B) Identitas Bayi 1. Nama: 2. Tempat / tanggal lahir : 3. Umur : 4. Anak ke- : 5. Jenis kelamin : Pengetahuan (pilih salah satu) 1. Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan imunisasi? a. Usaha untuk mencegah penyakit infeksi b. Usaha untuk mengobati penyakit infeksi c. Usaha untuk meningkatkan gizi anak d. Tidak tahu 2. Apakah tujuan imunisasi? a. Supaya anak tidak rewel b. Supaya anak cerdas c. Supaya anak tidak terkena penyakit infeksi d. Tidak tahu 3. Penyakit apa yang bisa dicegah dengan imunisasi? a. Tetanus b. Kaki gajah c. Diabetes d. Tidaktahu 4. Di bawah ini yang mana termasuk cara pemberian imunisasi? a. Disuntikkan di paha

81 65 b. Diteteskan di telinga c. Dioleskan di kulit tangan d. Tidak tahu 5. Bagaimana cara kerja imunisasi? a. Menyembuhkan penyakit b. Meningkatkan daya tahan tubuh c. Meningkatkan nafsu makan d. Tidak tahu 6. Kapan seharusnya imunisasi PERTAMA KALI diberikan pada anak? a. Sejak lahir b. Saat umur 1 bulan c. Saat umur 1 tahun d. Tidak tahu 7. Imunisasi Campak sebaiknya diberikan pada anak berusia: a. Segera setelah lahir b. 1 bulan c. 9 bulan d. Tidak tahu 8. Apa isi dari imunisasi yang diberikan? a. Zat gizi b. Kuman/virus yang dilemahkan c. Antibiotik d. Tidaktahu 9. Berikut ini termasuk jenis imunisasi dasar pada anak, KECUALI: a. Campak b. DPT c. Influenza d. Tidaktahu 10. Yang tidak termasuk Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) adalah: a. Sakit pada tempat suntikan b. Luka c. Mata juling d. Tidak tahu Kesadaran (Tuliskan tanda ( ) pada jawaban Anda)

82 66 1. Apakah Anda setuju anak Anda diimunisasi? 2. Apakah Anda setuju imunisasi penting untuk anak? Pertanyaan Ya Tidak 3. Apakah Anda yakin imunisasi dapat mencegah penyakit infeksi seperti polio, tetanus, dsb? 4. Apakah Anda setuju manfaat imunisasi lebih banyak daripada efek samping yang ditimbulkan? 5. Apakah Anda tetap memberikan persetujuan imunisasi pada anak Anda jika anak Anda mengalami demam setelah imunisasi sebelumnya? 6. Apakah Anda tetap akan memberikan persetujuan imunisasi pada anak Anda jika Anda mendengar laporan efek samping yang terjadi pada anak lain? 7. Apakah Anda tetap member imunisasi pada anak meskipun biayanya memberatkan Anda? 8. Apakah Anda tetap akan memberikan persetujuan imunisasi pada anak Anda apabila layanan imunisasi jauh dari rumah Anda? 9. Apakah Anda tetap akan memberikan persetujuan imunisasi anak sesuai jadwal meskipun terdapat pekerjaan pada hari itu dan Anda sangat sibuk? 10. Apakah Anda akan menyarankan ibu-ibu lain untuk menyetujui anak mereka diberikan imunisasi?

83 67 Lampiran 6. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian Untuk Validitas perhatikan nilai cronbach s alpha, jika nilai > 0.6 maka keseluruhan pertanyaan dinyatakan reliabel Untuk Reliabilitas perhatikan nilai Corrected Item-Total Correlation, jika nilai > 0.3 (nilai bias positif atau negatif) maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid RELIABILITY /VARIABLES=A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE /SUMMARY=TOTAL. Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N % Cases Valid Excluded a 0.0 Total a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items Item Statistics Mean Std. Deviation N A A A A A A A

84 68 A A A A Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item- Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted A A A A A A A A A A A Scale Statistics Mean Variance Std. Deviation N of Items Correlations A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A A1 Pearson Correlation 1,106,036,309,154,154,154,154,327,257,486 ** Sig. (2-tailed),578,849,097,416,416,416,416,078,171,006 N A2 Pearson Correlation,106 1,484 **,342,196,342,196,196 -,093,282,565 ** Sig. (2-tailed),578,007,064,300,064,300,300,626,131,001 N A3 Pearson Correlation,036,484 ** 1,177,354,354,177,354 -,079,484 **,604 ** Sig. (2-tailed),849,007,350,055,055,350,055,679,007,000

85 69 N A4 Pearson Correlation,309,342,177 1,250,400 * -,050,100 -,056,342,525 ** Sig. (2-tailed),097,064,350,183,029,793,599,770,064,003 N A5 Pearson Correlation,154,196,354,250 1,250,700 **,250,111,049,610 ** Sig. (2-tailed),416,300,055,183,183,000,183,558,797,000 N A6 Pearson Correlation,154,342,354,400 *,250 1,100,250,279,489 **,666 ** Sig. (2-tailed),416,064,055,029,183,599,183,136,006,000 N A7 Pearson Correlation,154,196,177 -,050,700 **,100 1,250,279 -,098,497 ** Sig. (2-tailed),416,300,350,793,000,599,183,136,607,005 N A8 Pearson Correlation,154,196,354,100,250,250,250 1,279,049,525 ** Sig. (2-tailed),416,300,055,599,183,183,183,136,797,003 N A9 Pearson Correlation,327 -,093 -,079 -,056,111,279,279,279 1,234,410 * Sig. (2-tailed),078,626,679,770,558,136,136,136,212,025 N A10 Pearson Correlation,257,282,484 **,342,049,489 ** -,098,049,234 1,565 ** Sig. (2-tailed),171,131,007,064,797,006,607,797,212,001 N A Pearson Correlation,486 **,565 **,604 **,525 * *,610 **,666 **,497 **,525 **,410 *,565 ** 1 Sig. (2-tailed),006,001,000,003,000,000,005,003,025,001 N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

86 70 RELIABILITY /VARIABLES=B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE /SUMMARY=TOTAL. Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N % Cases Valid Excluded a 0.0 Total a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items Item Statistics Mean Std. Deviation N B B B B B B B B B B B

87 71 Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item- Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted B B B B B B B B B B B Scale Statistics Mean Variance Std. Deviation N of Items Correlations B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B B1 Pearson Correlation 1,385 *,010 -,031,040,262,111,262 -,040,262,402 * Sig. (2-tailed),035,956,872,833,162,560,162,833,162,028 N B2 Pearson Correlation,385 * 1,033,247,261,279,279,144,009,009,484 ** Sig. (2-tailed),035,864,188,164,136,136,448,962,962,007 N B3 Pearson Correlation,010, ,198,397 *,434 *,157,296,296,018,451 * Sig. (2-tailed),956,864,295,030,016,407,113,113,923,012 N B4 Pearson Correlation -,031,247 -,198 1,191,355,491 **,218,082,218,480 ** Sig. (2-tailed),872,188,295,312,055,006,247,667,247,007 N B5 Pearson Correlation,040,261,397 *,191 1,473 **,339,339,473 ** -,063,642 ** Sig. (2-tailed),833,164,030,312,008,067,067,008,743,000

88 72 N B6 Pearson Correlation,262,279,434 *,355,473 ** 1,330,464 **,330,464 **,812 ** Sig. (2-tailed),162,136,016,055,008,075,010,075,010,000 N B7 Pearson Correlation,111,279,157,491 **,339,330 1,330 -,071,063,561 ** Sig. (2-tailed),560,136,407,006,067,075,075,708,743,001 N B8 Pearson Correlation,262,144,296,218,339,464 **,330 1,330,330,687 ** Sig. (2-tailed),162,448,113,247,067,010,075,075,075,000 N B9 Pearson Correlation -,040,009,296,082,473 **,330 -,071,330 1,063,461 * Sig. (2-tailed),833,962,113,667,008,075,708,075,743,010 N B10 Pearson Correlation,262,009,018,218 -,063,464 **,063,330,063 1,436 * Sig. (2-tailed),162,962,923,247,743,010,743,075,743,016 N B Pearson Correlation,402 *,484 **,451 *,480 **,642 **,812 **,561 **,687 **,461 *,436 * 1 Sig. (2-tailed),028,007,012,007,000,000,001,000,010,016 N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

89 73 Lampiran 7. Data Responden No. Nama No. telp Umur Pendidikan Terakhir Tanggal Lahir anak umur anak 1 Ny. I 0852xxxxxxxxxxx 25 SMA 19/8/ bln 2 Ny. RR xxxx 22 SMP 25/1/ bln 3 Ny. H xxxx 31 SMA 27/1/ bln 4 Ny. AD xxxx 26 S1 25/7/ bln 5 Ny. A xxxx 28 S1 12/6/ bln 6 Ny. A xxxx 21 SMA 26/8/ bln 7 Ny. V xxxx 26 SMA 23/6/ bln 8 Ny. NAR xxxx 21 SMA 3/5/ bln 9 Ny. A xxxx 31 D3 4/7/ bln 10 Ny. N xxxx 28 S1 26/1/ bln 11 Ny.R xxxx 21 SD 23/6/ thn 12 Ny. ICP xxxx 23 SMK 21/6/ bln 13 Ny. M xxxx 26 SMP 4/12/ bln 14 Ny. N none 34 D3 21/7/ bln 15 Ny. DEL xxxx 27 S1 27/8/ bln 16 Ny. M xxxx 35 SMP 28/7/ bln 17 Ny. FW xxxx 29 S1 21/8/ bln 18 Ny. L xxxx 26 SMA 22/10/ thn 19 Ny. R xxx 33 SMA 25/12/ bln 20 Ny. W none 20 SMK 24/6/ bln 21 Ny. F xxxx 24 S1 23/1/ bln 22 Ny. W xxxx 38 SMP 20/08/ bln 23 Ny. FS xxxx 28 SMP 25/10/ bln 24 Ny. D xxxx 26 SMA 11/6/ bln 25 Ny. S xxxx 36 S1 20/9/ bln 26 Ny. ES xxxx 37 S1 20/7/ bln 27 Ny. F xxxx 30 SMA 24/10/ bln 28 Ny. N xxxx 31 S1 4/8/ bln 29 Ny.W xxxx 25 SMA 1/6/ bln 30 Ny. NFR xxxx 20 SMP 22/6/ bln 31 Ny. H xxx 18 SMP 20/5/ bln 32 Ny. F none 29 SMA 23/9/ bln 33 Ny. K xxxx 25 SMA 11/7/ bln 34 Ny. N xxxx 30 SMA 23/6/ bln 35 Ny. API xxxx 22 SMA 1/9/ bln

90 36 Ny. N xxxx 27 SMP 30/5/ bln 37 Ny. R xxxx 24 SMK 27/6/ bln 38 Ny. M xxxx 29 SMA 26/7/ bln 39 Ny. A xxxx 30 SD 3/1/ bln 40 Ny. S none 18 SMA 1/8/ bln 41 Ny. H none 25 SD 21/6/ bln 42 Ny. S none 28 S1 29/9/ bln 43 Ny. N xxxx 29 SMP 28/10/ bln 44 Ny. N none 26 SMK 11/7/ bln 45 Ny. I xxxx 27 SMK 1/8/ bln 46 Ny. Y xxxx 27 S1 2/6/ bln 47 Ny. Y none 25 SMP 29/8/ bln 48 Ny. N xxxx 37 S1 25/10/ hari 49 Ny. S xxxx 26 SD 3/7/ bln 50 Ny. K xxxx 28 SMK 30/7/ bln 74

91 75 Lampiran 8. Jawaban Kuesioner Responden Pengetahuan Sikap No a c a a b a d b c c y y y y y y y y y y 2 a c a a b a c b c c y y y y n n y y y y 3 b c a a b a c c c c y y y y y y y y y y 4 a c a a b b c b c c y y n y y y y y y y 5 a c d a b a c d c d y y y y n y y y y y 6 a c a a b a d a d d y y y y y y y y y y 7 c c d a b a c c c d y y y y y y y y y y 8 a c a a b a c c c d y y y y y y y y y y 9 a c a a b a c c c c y y y y y y y y y y 10 a c a a b a c c b c y y y y y y y y y y 11 c c a a b a c c b c y y y y y n y y y y 12 a c a a b b c a c c y y y y n n y y y y 13 a c a a b a c c c b y y y y n n y y y y 14 a c a a b a c c c c y y y y y y y y y y 15 a c a a b a b c c d y y y y y y y y y y 16 c c d a b a d d d d y y y y y y y y y y 17 a c a a b a c b c c y y y y y y y y y y 18 a c a a b a c c d d y y y y y y y y y y 19 b c d a b a d c c d y y y y y y y y y y 20 a c a a b a c b c c y y y y y y y y y y 21 a c b a b a c c c c y y y y n y y y y y 22 a c d a b b c d c d y y y y y y y y y y 23 b c a a b a c b c c y y y y n n y y y y 24 a c a a b a c a b a y y y n y y y y y y 25 a c d a b a c b a c y y y y y y y y y y 26 a c a a a a c b c c y y y y y y y y y y 27 a c a a b a c c c c y y y y y y y y y y 28 a c a a b a c b c c y y y y y y y y y y 29 a c a a a a c b c a y y y y n n y y y y 30 a c a a b a c b c a y y y y y y y y y y 31 a c a a b a c c c c y y y y y y y y n y 32 c c a a b a c c c a y y y y n y n y y y 33 a c a a b a c b c a y y y y n n y y y y 34 a c a a b a c b c a y y y y n y y y y y 35 a c a a b a c b c c y y y y y y y y y y

92 36 a c a a b a c b c c y y y y y n y y y y 37 a c a a b a c b c c y y y y n y y y y y 38 c c c a b a c a c c y y y y y y y y y y 39 a c a a a b c c a d y y y y y y y y y y 40 c c a a b a c a c c y y y y y y y y y y 41 a c d a b a c b c c y y y y y y y y y y 42 a c d a b a b c d d y y y y y n y y y y 43 d d d a d a c d c d y y n n y n n y y y 44 a c d a a a c c c d y y y n n y y y y y 45 a c d a b a c c c d y y y y y y y y y y 46 c c a a b b c c c c y y y y n n y y y y 47 a b c a b a c a a a y y y y y n y y y y 48 a c a a b a a b c c y y y y y y y y y y 49 c c a a a a c a a a y y y y y y y y y y 50 a c a a b a c b c c y y y y y y y y y y 76

93 77 Lampiran 9. Biodata Peneliti BIODATA DIRI PENULIS Data Pribadi: Nama Lengkap Nama Panggilan : Cynthia Kristi Harlimton : Cynthia Tempat/Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 29 Oktober 1996 Pekerjaan Agama Jenis Kelamin Gol. Darah : Mahasiswa : Kristen : Perempuan : AB Nama Orang Tua Ayah : Wilson Harlimton Ibu : Fanny Wijaya Pekerjaan Orang Tua Ayah : Wiraswasta Ibu : IRT

Imunisasi PPI: Program imunisasi nasional

Imunisasi PPI: Program imunisasi nasional Imunisasi PPI: Program imunisasi nasional BCG (bacille calmette-guerin).: Vaksin hidup dari mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun, sehingga didapat basil tak virulen tapi masih mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Imunitas merupakan daya tahan tubuh. Sistem imun adalah jaringan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Imunitas merupakan daya tahan tubuh. Sistem imun adalah jaringan dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Imunisasi Imunitas merupakan daya tahan tubuh. Sistem imun adalah jaringan dalam tubuh yang berfungsi melindungi tubuh dari infeksi dan benda asing, juga berfungsi menyembuhkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari pengindraan atau hasil tahu seseorang dan terjadi terhadap objek melalui indra yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memasukan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memasukan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasi 1. Pengertian Imunisasi Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk

Lebih terperinci

IMUNISASI SWIM 2017 FK UII Sabtu, 14 Oktober 2017

IMUNISASI SWIM 2017 FK UII Sabtu, 14 Oktober 2017 IMUNISASI Dr. dr. Fx. Wikan Indrarto, SpA SWIM 2017 FK UII (Simposium & Workshop Imunisasi) Sabtu, 14 Oktober 2017 Di Hotel Eastparc Jl. Laksda Adisucipto Km. 6,5, Yogyakarta IMUNISASI Cara meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Imunisasi 2.1.1 Definisi Imunisasi yaitu pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi) dari sistem imun di dalam tubuh. 7 2.1.2 Imunisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang efektif dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi, berbagai penyakit seperti TBC,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasi 1. Definisi Imunisasi Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah dilemahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2011). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Imunisasi Dasar a. Pengertian imunisasi Imunisasi adalah suatu cara untuk memberikan kekebalan kepada seseorang secara aktif terhadap penyakit menular (Mansjoer,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasi Dasar 1. Pengertian Menurut Hidayat (2005) Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat

Lebih terperinci

ASPEK MEDIS DAN KEAMANAN VAKSIN KOMBINASI PENTABIO. Dominicus Husada

ASPEK MEDIS DAN KEAMANAN VAKSIN KOMBINASI PENTABIO. Dominicus Husada ASPEK MEDIS DAN KEAMANAN VAKSIN KOMBINASI PENTABIO Dominicus Husada ISI 1. Pendahuluan 2. Aspek Medis Vaksin Kombinasi Pentabio 3. Aspek Keamanan Vaksin Kombinasi Pentabio 4. Penutup 5. Bonus PENDAHULUAN

Lebih terperinci

ABSTRAK. Lidia Anestesia Iskandar,2009,Pembimbing I:Donny Pangemanan,drg.,SKM. Pembimbing II:Dani,dr.,M.Kes.

ABSTRAK. Lidia Anestesia Iskandar,2009,Pembimbing I:Donny Pangemanan,drg.,SKM. Pembimbing II:Dani,dr.,M.Kes. ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU BAYI TERHADAP IMUNISASI DASAR LENGKAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIUMBULEUIT, KECAMATAN CIDADAP, KOTA BANDUNG TAHUN 2009 Lidia Anestesia Iskandar,2009,Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Imunisasi merupakan program pemerintah yang senantiasa digalakkan dalam upaya untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu penyakit dengan melakukan vaksinasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Imunisasi Dasar Tubuh manusia pada dasarnya mampu melawan zat asing (Bakteri, Virus, Racun dan sebagainya) dengan mengaktifkan sistim kekebalan yang ada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Karromna (2014) yang berjudul Persepsi Orang Tua Tentang Imunisasi Tambahan pada Bayi di BPS Ny. M Amd.Keb Desa Kalirejo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasi 1. Pengertian Imunisasi Imunisasi adalah suatu tindakan memberikan perlindungan atau kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh. Tujuan pemberian imunisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai mengancam jiwa (Ranuh, dkk., 2001, p.37). dapat dijumpai pada 5% resipien, timbul pada hari 7-10 sesudah imunisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. sampai mengancam jiwa (Ranuh, dkk., 2001, p.37). dapat dijumpai pada 5% resipien, timbul pada hari 7-10 sesudah imunisasi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi (Ranuh, dkk., 2001, p.37). Vaksin mutakhir

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IMUNISASI 1. Pengertian Imunisasi Imunisasi adalah suatu tindakan memberikan perlindungan atau kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh. Tujuan pemberian imunisasi

Lebih terperinci

Kata Kunci: Pengetahuan, KIPI

Kata Kunci: Pengetahuan, KIPI PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) DI DESA BULUMARGI KECAMATAN BABAT LAMONGAN Dian Nurafifah Dosen D3 Kebidanan STIKes Muhammadiyah Lamongan email: diannurafifah66@yahoo.com

Lebih terperinci

DAN INFORMASI KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI MALANG 2011/2012

DAN INFORMASI KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI MALANG 2011/2012 MAKALAH IMUNISASI DASAR BAYI BARU LAHIR Dajukan sebagai peryaratan mengikuti ujian semester3 Pembimbing: Bpk.Ahmad Rifai Disusun Oleh : 1. 2. 3. 4. 5. 6. D-III ADMINISTRASIPEREKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN PROSEDUR VAKSINASI

BUKU PANDUAN PROSEDUR VAKSINASI BUKU PANDUAN PROSEDUR VAKSINASI Penyusun dr. Martira Maddeppungeng SpA(K) CLINICAL SKILL LABORATORY 5 (CSL 5) BLOK SIKLUS HIDUP FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN PROSEDUR VAKSINASI Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kematian bayi dan balita (bayi dibawah lima tahun) adalah

BAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kematian bayi dan balita (bayi dibawah lima tahun) adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia masih menghadapi banyak masalah kesehatan yang cukup serius terutama dalam bidang kesehatan ibu dan anak. Salah satu faktor penting dalam penurunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Imunisasi Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tidak tahu menjadi tahu, ini terjadi karena seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, pengindraan terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Imunisasi 2.1.1. Definisi Imunisasi Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak terpajan antigen

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Imunisasi 2.1.1. Pengertian Imunisasi Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) Topik : Imunisasi Pentavalen Hari / Tanggal : Selasa/ 08 Desember 2014 Tempat : Posyandu Katelia Waktu Pelaksanaan : 08.00 sampai selesai Peserta / Sasaran : Ibu dan Anak

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN Oleh : Esti Ratnasari dan Muhammad Khadziq Abstrak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. POSYANDU 2.1.1. Defenisi Posyandu Posyandu merupakan strategi jangka panjang pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HEPATITIS B DAN IMUNISASI HEPATITIS B SERTA JADWAL PEMBERIAN VAKSINASINYA PADA BAYI DI PUSKESMAS PADANG BULAN, MEDAN

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HEPATITIS B DAN IMUNISASI HEPATITIS B SERTA JADWAL PEMBERIAN VAKSINASINYA PADA BAYI DI PUSKESMAS PADANG BULAN, MEDAN 1 TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HEPATITIS B DAN IMUNISASI HEPATITIS B SERTA JADWAL PEMBERIAN VAKSINASINYA PADA BAYI DI PUSKESMAS PADANG BULAN, MEDAN KARYA TULIS ILMIAH Oleh: PUVANA SRE A/P D.MANIRAO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cita-cita pembangunan manusia mencakup semua komponen pembangunan yang tujuan akhirnya ialah kesejahteraan masyarakat. Hal ini juga merupakan tujuan pembangunan Milenium

Lebih terperinci

cita-cita UUD Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan

cita-cita UUD Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan cita-cita UUD 1945. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan masalah, sementara penyakit degeneratif juga muncul sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 9 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Imunisasi a. Pengertian Menurut Permenkes RI Nomor 42 Tahun 2013, Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan, sebagai salah satu bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai Millenium

Lebih terperinci

BAB II. PEMBAHASAN MASALAH & SOLUSI MASALAH PERANCANGAN KAMPANYE PENGGUNAAN VAKSIN

BAB II. PEMBAHASAN MASALAH & SOLUSI MASALAH PERANCANGAN KAMPANYE PENGGUNAAN VAKSIN BAB II. PEMBAHASAN MASALAH & SOLUSI MASALAH PERANCANGAN KAMPANYE PENGGUNAAN VAKSIN II.1 Definisi Vaksinasi Vaksinasi merupakan sebuah aktivitas atau kegiatan pemberian vaksin kepada tubuh manusia atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setidaknya 50% angk kematian di Indonesia bisa dicegah dengan imunisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. setidaknya 50% angk kematian di Indonesia bisa dicegah dengan imunisasi dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Bayi menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak karena merupakan cerminan dari status kesehatan anak saat ini. WHO 2010 mencatat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efektif untuk bayi dari segi biaya (Wahab, 2000).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efektif untuk bayi dari segi biaya (Wahab, 2000). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Imunisasi Dasar Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit serius yang paling efektif untuk bayi dari segi biaya (Wahab, 2000). Imunisasi dasar adalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP KEPATUHAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI DESA MOROREJO KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP KEPATUHAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI DESA MOROREJO KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP KEPATUHAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI DESA MOROREJO KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL Emmy Isnaini *) Vivi Yosafianti, P** ),, Shobirun ***) *) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan pada tahun 1990, kita telah mencapai status Universal Child

BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan pada tahun 1990, kita telah mencapai status Universal Child BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cakupan Program Imunisasi Program Imunisasi berhasil menekan morbiditas dan mortalitas tujuh penyakit di Indonesia, yaitu : Tuberkulosis, Polio, Difteri, Tetanus, Pertusis, Campak,

Lebih terperinci

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Imunisasi Imunisasi adalah proses menginduksi imunitas secara buatan baik dengan vaksinasi (imunisasi aktif) maupun dengan pemberian antibodi (imunisasi pasif). Imunisasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. 1.1. Imunisasi Imunisasi merupakan aplikasi prinsip imunilogi yang paling terkenal dan paling berhasil terhadap kesehatan manusia. (Achmadi 2006: hal.38). Imunisasi berasal dari

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN FLYING DOCTOR HEALTH CARE DI PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2012

PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN FLYING DOCTOR HEALTH CARE DI PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2012 PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN FLYING DOCTOR HEALTH CARE DI PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2012 PROGRAM : Pencegahan dan Pengendalian Penyakit 1. KEGIATAN : IMUNISASI 1. Imunisasi Bayi : HB0, BCG,DPT,POLIO,Campak

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN PROSEDUR VAKSINASI

BUKU PANDUAN PROSEDUR VAKSINASI BUKU PANDUAN PROSEDUR VAKSINASI Penyusun Dr. dr. Martira Maddeppungeng, SpA(K) CLINICAL SKILL LABORATORY 5 (CSL 5) BLOK SIKLUS HIDUP FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2018 PROSEDUR VAKSINASI 1

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Imunisasi Imunisasi adalah proses menginduksi imunitas secara buatan baik dengan vaksinasi (imunisasi aktif) maupun dengan pemberian antibodi (imunisasi pasif).

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Imunisasi Imunisasi adalah proses menginduksi imunitas secara buatan baik dengan vaksinasi (imunisasi aktif) maupun dengan pemberian antibodi (imunisasi pasif). Imunisasi

Lebih terperinci

5 Imunisasi Dasar Lengkap Terbaru Untuk Bayi Beserta Jadwal Pemberiannya

5 Imunisasi Dasar Lengkap Terbaru Untuk Bayi Beserta Jadwal Pemberiannya 5 Imunisasi Dasar Lengkap Terbaru Untuk Bayi Beserta Jadwal Pemberiannya masbidin.net /imunisasi-dasar-lengkap/ masbidin harnas.co Imunisasi Dasar Lengkap Imunisasi adalah suatu upaya yang dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi adalah prosedur yang dilakukan untuk memberikan kekebalan. tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan vaksin

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi adalah prosedur yang dilakukan untuk memberikan kekebalan. tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan vaksin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Imunisasi adalah prosedur yang dilakukan untuk memberikan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh sehingga tubuh

Lebih terperinci

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN : SURVEI KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BAYI UMUR 1-12 BULAN DI DESA PANCUR MAYONG JEPARA INTISARI

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN : SURVEI KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BAYI UMUR 1-12 BULAN DI DESA PANCUR MAYONG JEPARA INTISARI SURVEI KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BAYI UMUR 1-12 BULAN DI DESA PANCUR MAYONG JEPARA Devi Rosita 1, dan Yayuk Norazizah 2 INTISARI Pada saat ini imunisasi sendiri sudah berkembang cukup pesat, ini terbukti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat berbahaya, demikian juga dengan Tetanus walau bukan penyakit menular

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat berbahaya, demikian juga dengan Tetanus walau bukan penyakit menular BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Difteri, Pertusis dan Hepatitis B merupakan penyakit menular yang sangat berbahaya, demikian juga dengan Tetanus walau bukan penyakit menular namun apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program kesehatan di Indonesia periode adalah Program

BAB I PENDAHULUAN. Program kesehatan di Indonesia periode adalah Program BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program kesehatan di Indonesia periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam Sustainable Development Goals (SDG S). Tujuan ke ketiga SDGs adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam Sustainable Development Goals (SDG S). Tujuan ke ketiga SDGs adalah 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbaikan kualitas manusia disuatu negara dijabarkan secara international dalam Sustainable Development Goals (SDG S). Tujuan ke ketiga SDGs adalah menurunkan angka

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita Dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) di Puskesmas Oebobo Tahun 2016

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita Dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) di Puskesmas Oebobo Tahun 2016 Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita Dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) di Puskesmas Oebobo Tahun 2016 Ririn Widyastuti Poltekkes Kemenkes Kupang Program Studi Kebidanan Email: ririenwidyastuti@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

Lebih terperinci

REKOMENDASI No.: 013/Rek/PP IDAI/IV/2016 Penggantian Vaksin Saat Kelangkaan Vaksin

REKOMENDASI No.: 013/Rek/PP IDAI/IV/2016 Penggantian Vaksin Saat Kelangkaan Vaksin REKOMENDASI No.: 013/Rek/PP IDAI/IV/2016 Penggantian Vaksin Saat Kelangkaan Vaksin Vaksin DTP acellular dan vaksin influenza dalam beberapa bulan terakhir langka di pasaran karena berbagai alasan, antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tombak pelayanan kesehatan masyarakat di pedesaan/kecamatan. pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama (Kemenkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. tombak pelayanan kesehatan masyarakat di pedesaan/kecamatan. pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama (Kemenkes, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan nasional seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Kesehatan RI No 36 Tahun 2009, yaitu tercapainya derajat kesehatan secara optimal bagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Teori Imunisasi a. Definisi Imunisasi adalah usaha untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit infeksi pada bayi, anak dan juga orang dewasa (Indiarti

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU IBU TERHADAP KEPATUHAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI RS SARTIKA ASIH BANDUNG TAHUN 2010

ABSTRAK PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU IBU TERHADAP KEPATUHAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI RS SARTIKA ASIH BANDUNG TAHUN 2010 ABSTRAK PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU IBU TERHADAP KEPATUHAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI RS SARTIKA ASIH BANDUNG TAHUN 2010 Devita Citra Dewi, 2010; Pembimbing Utama : Dr. Felix Kasim, dr.,m.kes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan anak masih menjadi fokus perhatian masyarakat dunia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan anak masih menjadi fokus perhatian masyarakat dunia. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan anak masih menjadi fokus perhatian masyarakat dunia. Hal ini dibuktikan dengan salah satu indikator ketiga dari 17 indikator dalam Sustainable Development

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENYAKIT HEPATITIS B 1. Pengertian Hepatitis. Hepatitis B atau yang sering disebut penyakit kuning adalah infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang menyerang hati dan

Lebih terperinci

UPAYA PROMOSI DAN PREVENTIVE KESEHATAN BAYI DAN ANAK

UPAYA PROMOSI DAN PREVENTIVE KESEHATAN BAYI DAN ANAK TENTANG UPAYA PROMOSI DAN PREVENTIVE KESEHATAN BAYI DAN ANAK DI SUSUN OLEH : 1. ULVAH HASANAH 2. NUR JANAH 3. NUR ANITA 4. NURBIATI 5. FENI RAHMAWATI 6. FARIDAH SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) YAHYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Negara, juga merupakan salah satu indikator yang paling sensitif dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Negara, juga merupakan salah satu indikator yang paling sensitif dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi (infant mortality rate) merupakan salah satu aspek penting dalam menggambarkan tingkat pembangungan sumber daya manusia di sebuah Negara, juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik yang cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit yang dapat. menyerang anak dibawah usia lima tahun (Widodo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit yang dapat. menyerang anak dibawah usia lima tahun (Widodo, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi merupakan hal terpenting dalam usaha melindungi kesehatan anak. Imunisasi merupakan suatu cara efektif untuk memberikan kekebalan khususnya terhadap seseorang

Lebih terperinci

BAB II Jadwal Imunisasi

BAB II Jadwal Imunisasi BAB II Jadwal Imunisasi Jadwal imunisasi 1. 2. 3. 4. 5. Pedomana imunisasi nasional Jadwal imunisasi Jadwal imunisasi tidak teratur Vaksin kombinasi Imunisasi anak sekolah dan remaja Jadwal Imunisasi Imunisasi

Lebih terperinci

Dosis dan Tempat Pemberian Pada neonates dan bayi diberikan pada vastus lateralis Pada anak dan dewasa di regio deltoid Jangan diberikan di gluteal

Dosis dan Tempat Pemberian Pada neonates dan bayi diberikan pada vastus lateralis Pada anak dan dewasa di regio deltoid Jangan diberikan di gluteal Imunisasi Hepatitis B (Rekombinan DNA sel ragi) Dosis dan Tempat Pemberian Pada neonates dan bayi pada vastus lateralis Pada anak dan dewasa di regio deltoid Jangan di gluteal Jadwal IDAI dan Kemenkes

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian pada anak dibawah usia 5 tahun walaupun. tidak sebanyak kematian yang disebabkan oleh malnutrisi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian pada anak dibawah usia 5 tahun walaupun. tidak sebanyak kematian yang disebabkan oleh malnutrisi dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi masih menjadi masalah dan dapat menyebabkan kematian pada anak dibawah usia 5 tahun walaupun tidak sebanyak kematian yang disebabkan oleh malnutrisi

Lebih terperinci

Pertanyaan dan Jawaban tentang imunisasi. Petunjuk untuk pemuka masyarakat, kader PSF, kelompok masyarakat, tentang imunisasi di Timor Leste

Pertanyaan dan Jawaban tentang imunisasi. Petunjuk untuk pemuka masyarakat, kader PSF, kelompok masyarakat, tentang imunisasi di Timor Leste Pertanyaan dan Jawaban tentang imunisasi Petunjuk untuk pemuka masyarakat, kader PSF, kelompok masyarakat, tentang imunisasi di Timor Leste Apa itu imunisasi dan bagaimana kerja nya? 1. Apa tujuan dari

Lebih terperinci

Lalu, kekebalan seperti apa yang dimiliki bayi di bulan-bulan pertamanya?

Lalu, kekebalan seperti apa yang dimiliki bayi di bulan-bulan pertamanya? Apa sih manfaat imunisasi? Dan kapan harus diberikan? Agar ibu tidak salah kaprah, silahkan simak tanya jawab seputar imunisasi dibawah ini. Mengapa anak perlu imunisasi? Karena usia anak-anak merupakan

Lebih terperinci

Manfaat imunisasi untuk bayi dan anak

Manfaat imunisasi untuk bayi dan anak Manfaat imunisasi untuk bayi dan anak Bayi dan anak yang mendapat imunisasi dasar lengkap akan terlindung dari beberapa penyakit berbahaya dan akan mencegah penularan ke adik, kakak dan teman-teman disekitarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dalam kelompok penyakit infeksi dan merupakan ancaman besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dalam kelompok penyakit infeksi dan merupakan ancaman besar bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular mematikan nomor satu terbesar dalam kelompok penyakit infeksi dan merupakan ancaman besar bagi pembangunan sumber daya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat, 2005). Imunisasi adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat, 2005). Imunisasi adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Imunisasi merupakan usaha pemberian kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bahasan selanjutnya dalam penelitian ini yang dimaksud imunisasi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bahasan selanjutnya dalam penelitian ini yang dimaksud imunisasi adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah diketahui bahwa terdapat dua jenis imunisasi yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi pasif adalah suatu pemindahan atau transfer antibodi secara pasif. Sedangkan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Data responden Nama responden (Orangtua) : Nama anak : Usia anak: tahun Alamat lengkap : No. Telp/HP : Pekerjaan ayah : ibu : Pendidikan terakhir ayah : ibu : Penghasilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu dari 17 program pokok pembangunan kesehatan adalah program

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu dari 17 program pokok pembangunan kesehatan adalah program BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Salah satu dari 17 program pokok pembangunan kesehatan adalah program pencegahan dan pemberantasan penyakit, yang salah satu sasarannya untuk mencapai Universal Child

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Definisi pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan pengindraan terhadap obyek tertentu (Notoatmodjo, 2007). 2.1.2 Faktor faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi (Ranuh dkk, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi (Ranuh dkk, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Imunisasi dalam sistem kesehatan nasional adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasai 1. Pengertian Imunisasi dan vaksinasi seringkali diartikan sama. Imunisasi adalah suatu pemindahan atau transfer antibody secara pasif, sedangkan istilah vaksinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional, karena masalah kesehatan menyentuh hampir semua aspek kehidupan manusia. Oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan 1. Pengertian Kepatuhan Kepatuhan adalah Kata dasar dari patuh. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah, sedangkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 18 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross-sectional untuk mengetahui kelengkapan imunisasi dasar pada anak balita dan hubungannya dengan faktorfaktor yang akan

Lebih terperinci

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1 Mengapa Kita Batuk? Batuk adalah refleks fisiologis. Artinya, ini adalah refleks yang normal. Sebenarnya batuk ini berfungsi untuk membersihkan tenggorokan dan saluran napas. Atau dengan kata lain refleks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Suhu yang dimaksud adalah

BAB I PENDAHULUAN. dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Suhu yang dimaksud adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Suhu yang dimaksud adalah

Lebih terperinci

TETAP SEHAT! PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA

TETAP SEHAT! PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA IMUNODEFISIENSI PRIMER TETAP SEHAT! PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA TETAP SEHAT! PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA 1 IMUNODEFISIENSI PRIMER Imunodefisiensi primer Tetap sehat! Panduan untuk pasien dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Imunisasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Imunisasi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam ruang lingkup pelayanan kesehatan, bidang preventif merupakan prioritas utama dan dalam melaksanakan Sistem Kesehatan Nasional (SKN), imunisasi merupakan salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit TB disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit TB disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tuberkulosis (TB) 2.1.1. Pengertian TB TB adalah penyakit infeksi yang menular, di mana sebagian besar infeksi terjadi pada paru (Koplewich, 2005). 2.1.2. Penyebab TB Penyakit

Lebih terperinci

PELAYANAN IMUNISASI PANDUAN BAB I DEFINISI BAB II

PELAYANAN IMUNISASI PANDUAN BAB I DEFINISI BAB II PELAYANAN IMUNISASI No. Kode : Terbitan : No. Revisi : PEMERINTAH KAB. BANJARNEGARA PANDUAN Tgl. : MulaiBerlaku Halaman : / Tanda tangan UPT PUSKESMAS PURWAREJA KLAMPOK 1 Ditetapkan oleh : Kepala Puskesmas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasi Dasar 1. Pengertian Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh bayi membuat zat anti untuk mencegah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun diseluruh dunia, ratusan ibu, anak anak dan dewasa meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014 386 Artikel Penelitian Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014 Selvia Emilya 1, Yuniar Lestari 2, Asterina 3 Abstrak

Lebih terperinci

Macam kekebalan : (cara timbul) 1.Aktif -Dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen, mis: imunisasi aktif, terpajan secara alamiah.

Macam kekebalan : (cara timbul) 1.Aktif -Dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen, mis: imunisasi aktif, terpajan secara alamiah. Definisi Suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit Tujuan Mencegah terjadinya penyakit tertentu

Lebih terperinci

dr. Mei Neni Sitaresmi, PhD, SpA(K)

dr. Mei Neni Sitaresmi, PhD, SpA(K) dr. Mei Neni Sitaresmi, PhD, SpA(K) Divisi Tumbuh kembang Anak-Pedsos, FK UGM- RS DR. Sardjito, Yogyakarta Email : meisitaresmi@gmail.com Organisasi: Ketua KOMDA KIPI DIY Satgas Imunisasi, IDAI UKK TB-Pedsos

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2014 Nia¹, Lala²* ¹Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Prima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada balita dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat antibodi untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Imunisasi adalah memberi kekebalan terhadap penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Imunisasi adalah memberi kekebalan terhadap penyakit BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Imunisasi Tetanus Toksoid a. Pengertian Imunisasi adalah memberi kekebalan terhadap penyakit tertentu.sedangkan pengertian imunisasi Tetanus Toksoid adalah

Lebih terperinci

suatu penyakit, jika suatu saat dia terkena penyakit yang sama maka tubuhnya sudah kebal terhadap penyakit tersebut (Matondang & Siregar,

suatu penyakit, jika suatu saat dia terkena penyakit yang sama maka tubuhnya sudah kebal terhadap penyakit tersebut (Matondang & Siregar, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif dan efisien dalam mencegah penyakit dan dapat meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu penyakit, jika suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Balita (AKBA) di Indonesia telah menurun, dimana rata-rata

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Balita (AKBA) di Indonesia telah menurun, dimana rata-rata BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Balita (AKBA) di Indonesia telah menurun, dimana rata-rata penurunan AKBA pada dekade 1990-an adalah tujuh persen per tahun, lebih tinggi dari dekade

Lebih terperinci