Asminingsih

Transkripsi

1 88 Jurnal Ilmiah Edukasi & Sosial, Volume 7, Nomor 1, Maret 2016, hlm PENINGKATAN KOMPETENSI OPERASI HITUNG BERBAGAI BENTUK BILANGAN PECAHAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW SISWA KELAS III SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN SD NEGERI BAUJENG 1 KABUPATEN PASURUAN Asminingsih as.asminingsih@gmail.com Abstrak: Kemahiran menyelesaikan pengerjaan operasi pada berbagai macam bentuk pecahan merupakan kemampuan yang harus dikuasai siswa, khususnya siswa kelas III SD Negeri Baujeng 1 Kabupaten Pasuruan, kebanyakan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan operasi hitung pada berbagai macam bentuk pecahan. Untuk mengatasi kesulitan ini, diberikan sebuah tindakan perbaikan pembelajaran melalui penerapan pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw. Teknik ini dianggap efektif karena siswa merasa terbimbing dalam menyelesaikan soal-soal latihan melalui pembelajaran kooperatif dan guru pun semakin termotivasi memberikan pembelajaran matematika. Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus. Prosedur yang dilakukan dalam setiap siklus adalah perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Penerapan model pembelajaran kooperatif sangat membantu siswa memecahkan kesulitan dan mengatasi keterasingan, sehingga siswa merasa senang dalam belajar. Hasil penelitian secara umum menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar siswa. Dalam siklus pertama diperoleh rata-rata nilai 64,5 sedangkan siklus kedua diperoleh rata-rata nilai 74,1. Pada siklus ketiga diperoleh rata-rata nilai 76,4. Disarankan (1) bagi Guru, sebaiknya menerapkan berbagai model dan teknik pembelajaran yang menarik, misalnya pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw; (2) bagi Kepala Sekolah dan Pengawas, untuk menyosialisasikan hasil perbaikan pembelajaran ini kepada semua guru agar melakukan kegiatan serupa; (3) Kepala Dinas Pendidikan Kota, hendaknya memfasilitasi untuk desiminasi hasil perbaikan ini; (4) Pemerhati dunia pendidikan, memanfaatkannya sebagai bahan kajian peningkatan mutu pendidikan; dan peneliti lain, memanfaatkan sebagai bahan rujukan untuk penelitian serupa/lanjutan. Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif, Matematika, Operasi Hitung, Bilangan Pecahan Matematika berasal dari bahasa Latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh suatu akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. Namun demikian, pembelajaran dan pemahaman konsep dapat diawali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi. Proses induktifdeduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika. Kegiatan dapat dimulai dengan beberapa contoh atau fakta yang teramati, membuat daftar sifat yang muncul (sebagai gejala), memperkirakan hasil baru yang diharapkan, yang kemudian dibuktikan secara deduktif. Dengan demikian cara belajar induktif dan deduktif dapat digunakan dan sama-sama berperan penting dalam mempelajari matematika. (Dirjen Dikdasmen, 2004) Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar dan trigonometri. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik dan tabel. Kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika mulai dari sekolah dasar, adalah: (1) menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajari, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, 88

2 Asminingsih, Peningkatan Kompetensi Operasi Hitung Berbagai Bentuk Bilangan Pecahan 89 efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, grafik, atau diagram untuk memperjelas keadaan atau masalah; (3) menggunakan penalaran pada pola, sifat atau melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (4) menunjukkan kemampuan strategik dalam membuat (merumuskan), menafsirkan dan menyelesaikan model matematika dalam pemecahan masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan. Untuk siswa sekolah dasar, kecakapan tersebut dicapai melalui aspek materi matematika yaitu berhitung bilangan, geometri dan pengukuran, dan pengelolaan data. Materi berhitung bilangan untuk siswa SD kelas III meliputi operasi hitung bilangan bulat dan pecahan serta penggunaannya dalam pemecahan masalah. Materi bilangan, memahami pecahan sederhana dan penggunaanya dalam pemecahan masalah. (Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Standar Isi Matematika Kelas III). Konsep pecahan dan operasinya merupakan konsep yang sangat penting untuk dikuasai, sebagai bekal mempelajari bahan matematika berikutnya. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak siswa sekolah dasar menyatakan mengalami kesulitan memahami pecahan dan operasinya, serta banyak guru sekolah dasar menyatakan mengalami kesulitan untuk mengajarkan pecahan. Para guru cenderung menggunakan cara yang mekanistik, yaitu memberikan aturan secara langsung untuk dihafalkan, diingat dan diterapkan. (Gatot Muhsetyo, 3.32, Modul UT, 2004) Tidak mudah untuk membawa para siswa mampu memahami konsep dan makna pecahan. Ini berarti pembelajaran pecahan memerlukan perhatian, kesungguhan, ketekunan dan kemampuan profesional. Seyogyanya siswa dihadapkan pada pengalaman realistik, sesuai dengan keadaan di sekitar kehidupan dan lingkungan mereka. Mereka akan merasakan materi matematika yang diberikan mempunyai kaitan nyata dan bermanfaat dengan situasi yang mereka alami setiap hari. Pembelajaran operasi hitung berbagai bentuk pecahan merupakan aplikasi lanjutan dari konsep dasar pecahan yang sudah dikuasai siswa, sehingga dalam pembelajaran ini banyak prasyarat yang diperlukan, dari mengenal makna dan jenis pecahan, mencari pecahan senilai, membandingkan pecahan, menyederhanakan pecahan dan mengubah pecahan biasa menjadi pecahan campuran atau sebaliknya. Sayangnya banyak siswa tidak memiliki kemahiran ini, sehingga mereka tidak mampu menyelesaikan soal dengan benar. Kenyataan ini juga terjadi pada siswa-siswi kelas III SD Negeri Baujeng 1 Kabupaten Pasuruan tahun pelajaran , bahwa kemampuan siswa menyelesaikan operasi hitung berbagai bentuk pecahan sangatlah kurang, bahkan persentasenya tidak lebih dari 50%. Guna mengatasi masalah tersebut, tindakan yang akan dilakukan adalah menerapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran operasi hitung berbagai bentuk pecahan dengan menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif sebagai bagian dari upaya melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian di atas, berikut adalah rumusan masalah yang akan dicari penyelesaiannya melalui kegiatan penelitian ini. 1. Apakah penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran operasi hitung berbagai bentuk bilangan pecahan untuk siswa kelas III SD Negeri Baujeng 1 Kabupaten Pasuruan? 2. Apakah penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas III SD Negeri Baujeng 1 Kabupaten Pasuruan menyelesaikan operasi hitung berbagai bentuk bilangan pecahan? Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dirinci tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan apakah penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran operasi hitung berbagai bentuk bilangan pecahan untuk siswa kelas III SD Negeri Baujeng 1 Kabupaten Pasuruan. 2. Untuk mendeskripsikan apakah penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas III SD Negeri Baujeng 1 Kabupaten Pasuruan menyelesaikan operasi hitung berbagai bentuk bilangan pecahan. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Siswa dapat memperoleh kemudahan dalam menyelesaikan operasi hitung berbagai bentuk bilangan pecahan

3 90 Jurnal Ilmiah Edukasi & Sosial, Volume 7, Nomor 1, Maret 2016, hlm Guru mampu meningkatkan profesionalisme dengan memperoleh tindakan alternatif dalam pembelajaran operasi hitung berbagai bentuk bilangan pecahan dan pembelajaran matematika umumnya 3. Bagi kelas, kegiatan ini bermanfaat untuk menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) 4. Bagi sekolah, akan bangga memiliki siswa dan guru yang aktif dan kreatif, sehingga memberikan kontribusi positif bagi upaya peningkatan kualitas pendidikan 5. Bagi peneliti/penulis, meningkatkan profesionalitas kinerja guru, meningkatkan kualitas pembelajaran, mengembangkan budaya meneliti dan kegemaran menulis (menyusun laporan). METODE PENELITIAN Subyek penelitian adalah semua siswa kelas III SDN Baujeng 1 Kabupaten Pasuruan tahun pelajaran yang berjumlah 22 siswa terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Penelitian ini juga berkolaborasi dengan seorang teman sejawat, yaitu: Sulfia Irana, S.Pd. Penelitian dilaksanakan di kelas III SDN Baujeng 1 Kabupaten Pasuruan, berlokasi di jalan raya Pandaan-Bangil No. 10, Desa Baujeng, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan. Lokasi ini dipilih, karena SDN Baujeng 1 Kabupaten Pasuruan merupakan tempat penulis bertugas dan penulis adalah guru kelas III sehingga memudahkan pelaksanaan penelitian. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran pada bulan Maret, April dan Mei 2013, dengan rincian: 1. Minggu ketiga, Senin tanggal 18 Maret 2013 digunakan untuk mengidentifikasi masalah serta konsultasi dengan kolaborator/teman sejawat. 2. Minggu keempat, Senin tanggal 25 Maret 2013 digunakan untuk menyusun rencana penelitian dan persiapan perangkat penelitian. 3. Tiga minggu, tanggal 01 April s/d 20 April 2013 digunakan untuk tahap penelitian /implementasi tindakan. 4. Dua minggu, tanggal 22 April s/d 4 Mei 2013 digunakan untuk penyusunan karya tulis/laporan. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas atau Classroom Action Research Model Spiral dari Kemmis dan Taggart. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus, dengan alur setiap siklus sebagai berikut: 1. Tahap perencanaan (Planning), meliputi pemilihan materi pembelajaran, penyusunan perangkat pembelajaran dan persiapan lainnya. 2. Tahap pelaksanaan (Acting), meliputi penyajian pembelajaran dalam kelas dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. 3. Tahap pengamatan (Observation) dilaksanakan ketika proses pembelajaran, meliputi aktivitas guru dan siswa, pengelolaan pembelajaran dan hasil belajar siswa. 4. Tahap evaluasi (Reflection) yang meliputi analisis hasil dan rencana perbaikan siklus berikutnya. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan semua data selama penelitian berlangsung. Teknik yang penulis gunakan adalah: 1. Observasi atau pengamatan selama proses perbaikan pembelajaran 2. Wawancara dengan kolaborator/pengamat dan siswa 3. Studi dokumen terhadap daftar nilai, rencana perbaikan pembelajaran, laporan tugas siswa, LKS, tes prestasi belajar siswa dan buku-buku teks 4. Catatan lapangan (field note) dan hasil observasi kolaborator/pengamat 5. Angket siswa tentang respon terhadap proses pembelajaran dan minat terhadap materi pembelajaran Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis kualitatif dan kuantitatif. 1. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui kualitas proses pembelajaran kooperatif jigsaw dari data observasi keterampilan kooperatif dan angket untuk siswa 2. Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui hasil prestasi belajar siswa dengan melihat ratarata skor dan tingkat ketuntasan siswa terhadap materi pelajaran. Peningkatan prestasi belajar dilihat dengan cara membandingkan skor nilai yang diperoleh disetiap siklus. Semua data dianalisis secara diskripsi dan disajikan dalam tabel. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada siklus pertama perbaikan pembelajaran diawali dengan kegiatan apersepsi berupa pertanyaan tentang bilangan pecahan. Siswa tampak antusias menjawab pertanyaan guru, terbukti dengan adanya beberapa siswa yang mampu menjawab pertanyaan guru dengan benar. Sayangnya kegiatan ini memakan waktu lebih lama dari jadwal yang direncanakan karena ada seorang siswa melakukan kesalahan pada saat diminta guru untuk menuliskan contoh bilangan pecahan campuran, sehingga guru perlu membahas ulang tentang konsep bilangan pecahan campuran.

4 Asminingsih, Peningkatan Kompetensi Operasi Hitung Berbagai Bentuk Bilangan Pecahan 91 Apersepsi inti berupa penyelesaian soal penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan berpenyebut sama terkesan terburu-buru, walaupun siswa mampu menyelesaikan soal dengan benar. Meskipun guru sudah memberi pengarahan dan penjelasan sejelas-jelasnya (menurut perkiraan guru) ternyata siswa masih kesulitan melakukan diskusi kelompok model pembelajaran kooperatif jigsaw. Diskusi dalam kelompok ahli tidak bisa berjalan maksimal, siswa masih terkesan egois untuk menyatukan pendapatnya, akibatnya pada saat diskusi kelas siswa hanya mampu menyelesaikan 2 tugas dengan benar dari 5 tugas yang harus diselesaikan secara kelompok. Dari hasil observasi kolaborator/pengamat pengelolaan perbaikan pembelajaran siklus pertama ini kurang efisien dalam pengaturan waktu karena waktu yang digunakan melampaui alokasi yang ditentukan dalam rencana perbaikan pembelajaran tertulis. Suasana kelas terkesan tegang dan kurang hangat, karena siswa masih merasa asing dengan model pembelajaran yang diterapkan. Bahasa pengantar yang digunakan guru kurang komunikatif dan terlalu tinggi untuk siswa sekolah dasar. Meskipun belum memenuhi standar ketuntasan, nilai prestasi belajar siswa yang diperoleh dari tes akhir menunjukkan adanya perbaikan. Dari data awal menyelesaikan operasi hitung berbagai bentuk pecahan, tanpa menerapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, nilai rata-rata siswa adalah 57,7 sedangkan pada siklus pertama ini diperoleh nilai rata-rata 64,5. Pada saat menentukan jawaban akhir soal, siswa mengalami kesulitan ketika mengubah pecahan biasa menjadi pecahan campuran atau menyederhanakan pecahan. Nilai yang diperoleh siswa menjadi kurang sempurna karena kesalahan ini, padahal langkahlangkah yang ditempuh sudah benar. Pada siklus kedua ini perbaikan pembelajaran diawali dengan membahas secara umum kesalahankesalahan yang dilakukan siswa pada saat siklus pertama. Penegasan ulang tentang cara menyelesaikan operasi hitung berbagai bentuk pecahan, sangat membantu siswa dalam menyelesaikan soal. Ketegangan sudah tidak nampak, karena guru menggunakan bahasa pengantar yang komunikatif dan mudah diterima siswa. Suasana kelas menjadi lebih hangat dengan adanya yel-yel penggugah semangat sebagai selingan, sehingga kelas menjadi lebih hidup dan siswa termotivasi belajarnya. Pengelolaan waktu pun terorganisir sesuai dengan rencana. Nilai prestasi belajar siswa yang diperoleh dari tes akhir pada siklus kedua ini juga menunjukkan adanya peningkatan dengan nilai rata-rata 74,1. Guru telah berupaya memberikan bimbingan untuk menghindari kesalahan pada siklus pertama, khususnya kemahiran siswa menyederhanakan pecahan atau mengubah pecahan biasa menjadi pecahan campuran tetapi ada beberapa siswa melakukan kesalahan, walaupun intensitasnya lebih rendah daripada siklus pertama. Proses perbaikan pembelajaran pada siklus ketiga menunjukkan adanya kegairahan yang lebih meningkat dibandingkan siklus pertama dan kedua. Siswa semakin antusias untuk menyelesaikan tugas individu dan kelompok. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw tidak mengalami hambatan dan pengaturan waktu pun sesuai rencana. Penggunaan bahasa pengantar yang komunikatif dengan selingan yel-yel penggugah semangat semakin menambah suasana kelas menjadi aktif, kreatif dan menyenangkan. Tugas yang harus diselesaikan secara kelompok dapat diselesaikan tanpa kesalahan. Nilai prestasi belajar siswa yang diperoleh dari tes akhir pada siklus ketiga ini semakin menunjukkan adanya peningkatan, dengan nilai rata-rata 76,4. Hal ini sangat signifikan dengan peningkatan antusiasme siswa terhadap proses pembelajaran. Sampai dengan akhir siklus ketiga ini masih terdapat kekurangan. Hal ini terjadi karena kurang sempurnanya jawaban siswa pada saat menentukan hasil akhir ketika harus mengubah pecahan biasa menjadi pecahan campuran atau menyederhanakan pecahan. Padahal seharusnya kemahiran ini merupakan prasyarat untuk menyelesaikan operasi pegerjaan hitung berbagai bentuk pecahan. Namun patut dibanggakan, pada siklus ketiga ini terdapat dua orang siswa memperoleh nilai 100. Pada siklus pertama, 1 siswa memperoleh nilai 67 atau lebih, persentasenya adalah 50% dari jumlah siswa. Siklus kedua, siswa yang memperoleh nilai 67 atau lebih meningkat menjadi 77,3% dari jumlah siswa. Pada akhir siklus ketiga, siswa yang memperoleh nilai 67 atau lebih meningkat menjadi 86,4%. Meskipun semua siswa belum tuntas dalam perbaikan pembelajaran ini, adanya peningkatan persentase ketuntasan dan peningkatan nilai rata-rata siswa, telah menunjukkan indikator keberhasilan penelitian ini Berdasarkan data, 56,6% dari jumlah siswa menunjukkan minat yang sangat besar terhadap materi pembelajaran operasi hitung berbagai bentuk pecahan. Hal ini berarti bahwa penerapan pembelajaran model kooperatif jigsaw memberikan pengalaman yang sangat berarti bagi siswa sehingga memotivasi dan minat mereka semakin meningkat.

5 92 Jurnal Ilmiah Edukasi & Sosial, Volume 7, Nomor 1, Maret 2016, hlm KESIMPULAN Dengan memperhatikan hasil penelitian dan pembahasannya tentang permasalahan yang diteliti, dapat disimpulkan bahwa: 1. Prestasi hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan dan peningkatan tersebut relevan dengan respon siswa yang positif terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif jigsaw 2. Aktiitas siswa juga cenderung meningkat dalam pembelajaran ini, terutama pada kegiatan kemahiran menyelesaikan tugas/soal, mengemukakan pendapat dalam diskusi dan bekerja sama dalam diskusi, sehingga siswa menjadi aktif dan suasana kelas menjadi lebih efektif dan menyenangkan Saran Berdasarkan hasil dan kesimpulan dalam penelitian ini dianjurkan bagi pengajar kelas III SD sebagai berikut: 1. Model pembelajaran kooperatif jigsaw telah terbukti memiliki kelebihan-kelebihan, oleh karenanya model pembelajaran ini diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif bagi guru dalam memecahkan aneka permasalahan pembelajaran di kelas 2. Guru hendaknya senantiasa mengembangkan potensi diri dengan selalu mencoba model-model pembelajaran yang inovatif dan mengembangkan perangkat pembelajaran (alat bantu belajar) yang relevan dan berorientasi pada pembelajaran kooperatif 3. Meningkatkan profesionalisme guru melalui kegiatan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) sebagai wahana menumbuh kembangkan budaya menulis dan meneliti. DAFTAR RUJUKAN Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah Dasar. Jakarta: Puskur. Dit PTKSD Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika. Buku I dan II. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Diknas Paket Pelatihan I Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar Melalui Manajemen Berbasis Sekolah, Peran Serta Masyarakat, dan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Jakarta: Depdiknas. Muhsetyo, Gatot Pembelajaran Matematika SD. Buku Materi Pokok PGSD Jakarta: Universitas Terbuka. Mulyana Rahasia Matematika Cara Pintas Mencapai Tingkat Kemahiran. Surabaya: Edutama Mulia. Mulyasa Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nurhadi, Yasin, Senduk Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas negeri Malang. Wardani, Wihardit, Nasoetion Penelitian Tindakan Kelas. Buku Materi Pokok IDIK Jakarta: Universitas Terbuka. Wartono Proposal Penelitian Pengembangan Modul sebagai Teaching Material Pembelajaran Berbasis Konstruktivis Kajian Empiris Rasional untuk Meningkatkan Proses Pembelajaran dan Prestasi Belajar mahasiswa Prodi Fisika pada Mata Kuliah Fisika Dasar I Universitas Negeri Malang. Malang: Jurusan Fisika FMIPA-UM. Wiraatmadja, Rochiati Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosdakarya dan Program Pascasarjana UPI.