GAMBARAN PERAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN DEKUBITUS DI BANGSAL WIJAYA KUSUMA RSUD WATES KULON PROGO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN PERAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN DEKUBITUS DI BANGSAL WIJAYA KUSUMA RSUD WATES KULON PROGO"

Transkripsi

1 i GAMBARAN PERAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN DEKUBITUS DI BANGSAL WIJAYA KUSUMA RSUD WATES KULON PROGO SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta Disusun oleh : ERNA IVANA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2017

2 ii

3 iii

4 iv PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan Rahmat dan karunia-nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Gambaran peran perawat dalam pencegahan dekubitus di Bangsal Wijaya Kusuma RSUD Wates. Skripsi ini dapat diselesaikan atas bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak, dan pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati mengucapkan terimakasih kepada : 1. Kuswanto Hardjo, dr., M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta. 2. Tetra Saktika Adinugraha, M.Kep.,Ns. Sp. Kep. M.B selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta. 3. Muhamat Nofiyanto, S.Kep.,Ns., M.Kep. selaku pembimbing yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, saran, dan pendapat selama prosses penyelesaian skripsi ini. 4. Rahayu Iskandar, S.Kep.,Ns., M.Kep. selaku penguji yang telah memberikan masukan. 5. Seluruh responden yang telah bersedia membantu jalannya penelitian. 6. Direktur RSUD Wates Kulon Progo khususnya Kepala Ruang Bangsal Wijaya Kusuma yang telah menerima dan memberikan izin untuk melakukan penelitian. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya, sebagai imbalan atas segala amal kebaikan dan bantuannya. Akhirnya besar harapan penulis semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menambah ilmu pengetahuan. Yogyakarta, 15 Agustus 2017 Penulis

5 v DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR SKEMA... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT... Hal i ii iii iv v vii viii ix x xi xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah... 5 C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian... 6 E. Keaslian Penelitian... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori... 9 B. Kerangka Teori C. Pertanyaan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian B. Lokasi dan Waktu Penelitian C. Subyek Penelitian D. Variabel Penelitian E. Definisi Operasional F. Alat dan Metode Pengumpulan Data G. Pengolahan dan Analisa Data H. Validitas dan Reliabilitas I. Etika Penelitian J. Pelaksanaan Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil Penelitian B. Pembahasan Penelitian C. Keterbatasan Penelitian... 68

6 vi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

7 vii DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 2.1 Stage 1 Pressure Injury-Edema Gambar 2.2 Stage 2 Partial-Thickness Skin Loss With Exposed Dermis Gambar 2.3 Stage 3 Pressure Injury with Epibole Gambar 2.4 Stage 4 Pressure Injury Gambar 2.5 Pressure Injury-Slough and Eschar Gambar 2.6 Deep Tissue Pressure Injury... 18

8 viii DAFTAR SKEMA Hal Skema 2.1 Kerangka Teori... 31

9 ix DAFTAR TABEL Hal Tabel 3.1 Definisi Operasional Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Penelitian Sebelum Uji Validitas Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Penelitian Setelah Uji Validitas Tabel 3.4 Analisis Deskriptif Karakteristik Variabel Tabel 4.1 Karakteristik Perawat di Bangsal Wijaya Kusuma Tabel 4.2 Gambaran Peran Perawat dalam Pencegahan Dekubitus Tabel 4.3 Gambaran Peran Perawat per Domain Tabel 4.4 Gambaran Peran Perawat per Item Pernyataan Tabel 4.5 Gambaran Peran Perawat Berdasarkan Karakteristik... 56

10 x DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Jadwal Pembuatan Skripsi Lampiran 2. Surat Permohonan Berpartisipasi Menjadi Responden Lampiran 3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 4. Kuesioner Peran Perawat Lampiran 5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 6. Data Mentah Pengelolaan Lampiran 7. Surat Pengantar Penelitian Lampiran 8. Lembar Bimbingan Skripsi

11 xi GAMBARAN PERAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN DEKUBITUS DI BANGSAL WIJAYA KUSUMA RSUD WATES KULON PROGO INTISARI Latar Belakang: Upaya pencegahan dekubitus perlu memperhatikan pengetahuan, sikap, motivasi, dan perilaku perawat. Tingkat keberhasilan dalam upaya pencegahan dekubitus tergantung hal tersebut, akan tetapi berbagai studi mengindikasikan bahwa perawat tidak memiliki informasi dan pengetahuan yang cukup dalam memahami isi panduan penanganan dan kegiatan pencegahan dekubitus. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui gambaran peran perawat dalam pencegahan dekubitus di Bangsal Wijaya Kusuma RSUD Wates Kulon Progo. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif menggunakan pendekatan waktu cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 15 responden dengan teknik total populasi. Analisis menggunakan statistik deskriptif dan dipaparkan dalam bentuk persentase. Hasil: Sebagian besar perawat mempunyai peran yang baik dalam pencegahan dekubitus 10 (66,7%). Peran perawat dilihat dari karakteristik yaitu, perempuan 13 (86,7%) dengan rentang usia tahun yaitu 12 (80,0%), lama kerja >3 tahun yaitu 9 (60,0%), dan mayoritas berpendidikan DIII yaitu 13 (86,7%). Peran perawat dalam pengkajian faktor risiko dekubitus pada kategori baik 9 (60,0%), peran perawat dalam perawatan kulit pasien pada kategori baik 9 (60,0%), peran perawat memperbaiki status nutrisi pasien pada kategori baik 10 (66,7%), peran perawat dalam support surface pada kategori cukup 12 (80,0%), dan peran perawat dalam memberikan edukasi pada kategori baik 13 (86,7%). Kesimpulan: Peran perawat dalam pencegahan dekubitus di Bangsal Wijaya Kusuma RSUD Wates Kulon Progo dalam kategori baik. Kata Kunci: Peran perawat, pencegahan dekubitus.

12 xii NURSES ROLE S IN DECUBITUS PREVENTION IN WIJAYA KUSUMA WARD OF RSUD WATES KULON PROGO ABSTRACK Background : Decubitus prevention need the knowledge, attitude, motivation, and behavior of nurses. The success of decubitus prevention depends on it, but indicated studies that the nurses not have more information and knowledge for understanding the content of handling guidelines and decubitus prevention. Objective : To identify the description of nurses Role s in decubitus prevention in Wijaya Kusuma Ward of RSUD Wates Kulon Progo. Method : This was a quantitative study with descriptive design by using cross sectional time approach. The number of samples was 15 respondents selected through total sampling technique. The analysis applied descriptive statistic and presented in the format of percentage. Result : The majority of nurses had positive role s in decubitus prevention as many as 10 respondents (66.7%), the nurses role s according to some characteristics were as follows; female as many as 13 respondents (86.7%) with age interval of years old as many as 12 respondents (80.0%), longer working period than 3 years as many as 9 respondents (60.0%), and mostly from DIII educational background as many as 13 respondents (86.7%). The nurses role in the assessment on decubitus risk factor was in good category as many as 9 respondents (60.0%), the nurses role in skin care for patients was in good category as many as 9 respondents (60.0%), the nurses role in patients nutritional status enhancement was in good category as many as 10 respondents (66.7%), the nurses role in support surface was in sufficient category as many as 12 respondents (80.0%), and the nurses role in providing education was in good category as many as 13 respondents (86.7%). Conclusion : The nurses role s in decubitus prevention in Wijaya Kusuma Ward of RSUD Wates Kulon Progo is in good category. Keywords : Nurses Role s, Decubitus Prevention.

13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mayoritas luka pada penduduk dunia adalah luka karena pembedahan atau trauma (48.00%), ulkus kaki (28.00%), dan luka dekubitus (21.00%). Pada tahun 2009, sebuah asosiasi luka di Amerika melakukan penelitian tentang insiden luka di dunia dan di dapatkan data bahwa angka kejadian ulkus dekubitus mencapai 8,50 juta kasus (Diligence, 2009). Berdasarkan suatu studi, insiden dekubitus di Study International sebanyak 1.9%-63.6%, ASEAN (Jepang, Korea, Cina) 2.1%-18%, di Indonesia cukup tinggi yaitu 33.3% (Suriadi, 2007). Survei yang dilakukan WHO terhadap 55 rumah sakit di 14 negara menunjukkan 8,7% dari rumah sakit tersebut terdapat pasien dengan luka dekubitus. Selain itu, survei menunjukkan bahwa 1,4 juta orang di seluruh dunia menderita luka dekubitus akibat perawatan di rumah sakit (WHO, 2002). Sedangkan angka kejadian dekubitus di Yogyakarta khususnya di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta adalah 20%, dengan rata-rata waktu kejadian dekubitus adalah 11 hari perawatan (Sudiarti, 2015). Faktor resiko utama penyebab terjadinya dekubitus adalah status gizi, kelembaban kulit, peningkatan usia, perfusi dan oksigenasi. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya dekubitus adalah mobilisasi dan lama rawat (National Pressure Ulcer Advisory Panel [NPUAP] & European Pressure Ulcer Advisory Panel [EPUAP] & Pan Pacific Pressure Injury Alliance [PPPIA], 2014). Kejadian dekubitus berawal dari lesi pada kulit yang disebabkan karena adanya tekanan yang berlebih dan mengakibatkan kerusakan pada bagian dasar jaringan kulit. Tekanan akan mengganggu jaringan lokal dan mengakibatkan hipoksia, serta memperbesar pembuangan metabolik yang dapat menyebabkan nekrosis (NPUAP, 2009). Menurut Suriadi (2008) yang disitasi Martini (2012) mengatakan bahwa dekubitus merupakan masalah yang serius karena dapat mengakibatkan meningkatnya biaya, lama perawatan di rumah sakit serta memperlambat program rehabilitas bagi pasien, selain itu dekubitus juga dapat menyebabkan nyeri berkepanjangan, rasa 1

14 2 tidak nyaman dan menyebabkan komplikasi berat yang mengarah ke sepsis, infeksi kronis, selulitis, osteomyelittis, dan meningkatkan prevalensi mortalitas pada klien lanjut usia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Netty, dkk (2013) mengatakan bahwa ulkus dekubitus termasuk salah satu daftar penyebab kematian secara langsung (7-8%) pada pasien-pasien paraplegia. Evaluasi secara luas telah dilakukan dan hasilnya menunjukkan bahwa 1/3 pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit yang mengalami dekubitus selama perawatan, dilaporkan meninggal dunia, dan lebih dari setengahnya akan meninggal dalam 12 bulan kedepan. Selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Brem, dkk (2010) mengatakan bahwa dampak dari dekubitus yaitu tingginya biaya perawatan terutama pada pasien dengan dekubitus grade IV biaya perawatannya mencapai dolar atau sekitar Rp ,00 Insidensi terjadinya dekubitus bervariasi, tetapi secara umum dilaporkan bahwa 5-11% terjadi di tatanan perawatan acute care, 15-25% di tatanan perawat jangka panjang atau longterm care, dan 7-12% ditatanan perawatan rumah atau homecare (Mukti, 2006). Frekuensi luka dekubitus yang cukup tinggi terjadi pada pasienpasien neurologis karena immobilisasi yang lama dan berkurangnya kemampuan sensorik (Potter dan Perry, 2006). Berdasarkan hasil penelitan Setiyawan (2008), mengatakan bahwa angka kejadian luka dekubitus pada pasien tirah baring di rumah sakit Cakra Husada Klaten sebanyak 17,65%. Indikator standar mutu pelayanan rumah sakit oleh WHO, diadopsi oleh Depkes RI 2001 ditetapkan bahwa sasaran target mutu dekubitus 0% (Lumenta, 2008). Pada kenyataanya kejadian dekubitus masih tinggi, menurut penelitian Okatiranti, dkk (2013) menyatakan bahwa gambaran risiko terjadinya dekubitus di ruang perawatan neurologi berdasarkan tingkat ketergantungan pasien minimal care sebesar 88,24% atau hampir seluruhnya tidak memiliki risiko untuk terjadinya dekubitus, partial care sebesar 45,95% atau hampir setengahnya yang berisiko terjadinya dekubitus dan total care sebesar 44,12% atau hampir setengahnya yang memiliki risiko tinggi terjadinya dekubitus. Dekubitus pada pasien-pasien dengan gangguan neurologi disebabkan karena kurang imobilisasi dan berkurangnya

15 3 kemampuan sensori (Netty, 2013). Insiden luka dekubitus pada penderita dengan trauma medulla spinalis mencapai 25-85% (Sabandar, 2008). Upaya pencegahan dekubitus perlu memperhatikan pengetahuan, sikap, motivasi, dan perilaku yang dimiliki oleh perawat. Tingkat keberhasilan dalam upaya pencegahan tergantung dari hal tersebut, akan tetapi berbagai studi mengindikasikan bahwa perawat tidak memiliki informasi dan pengetahuan yang cukup dalam memahami isi panduan penanganan dan kegiatan pencegahan dekubitus (Buss, 2009). Perawat merupakan petugas kesehatan yang bersama dengan pasien selama 24 jam dan bertemu dengan pasien-pasien yang berisiko mengalami luka tekan sehingga perawat memiliki peran penting dalam mencegah luka tekan. Bagi tenaga keperawatan, adanya luka tekan berarti peningkatan beban kerja karena luka tekan membutuhkan pendekatan perawatan yang berbeda, sehingga dibutuhkan pencegahan berkesinambungan untuk mencegah terjadinya luka tekan (Kallman dan Suserud, 2009). Perawat memainkan peran yang penting dalam pencegahan luka tekan (Tweed dan Tweed, 2008 dalam Strand dan Lindgren, 2010). Langkah pertama dalam pencegahan dekubitus adalah mengidentifikasi dengan benar pasien yang berisiko mengembangkan ulkus tekan (Bergstrom et al, 1987 dalam Suriadi 2008). Menurut NPUAP (2009) terdapat beberapa tools yang telah dikembangkan untuk mengkaji risiko luka tekan seperti skala Braden, Gosnell, skala Norton, Waterlow, dan lain lain. Salah satu skala yang biasa digunakan yaitu Skala Braden yang terdiri dari 6 sub skala faktor risiko terhadap kejadian dekubitus diantaranya adalah : persepsi sensori, kelembaban, aktivitas, mobilitas, nutrisi, pergeserandan gesekan. Nilai total berada pada rentang 6 sampai 23, nilai rendah menunjukkan risiko tinggi terhadap kejadian dekubitus (Braden dan Bergstrom, 1989 dalam Kozier 2010). Berdasarkan hasil penelitian Kale (2014) mengatakan bahwa skala Braden efektif dalam memprediksi kejadian luka tekan. Oleh karena itu, skala Braden disarankan untuk digunakan sebagai alat skrining terhadap risiko terjadinya luka tekan terutama pada pasien yang mengalami perawatan yang lama.

16 4 Ada beberapa intervensi keperawatan untuk mencegah dekubitus misalnya dengan melakukan alih tirah baring atau perubahan posisi. Berdasarkan hasil penelitian Zulaikah (2014) mengatakan bahwa ada pengaruh antara alih tirah baring 2 jam terhadap kejadian dekubitus pada berbagai varian IMT pasien dengan ρ value 0,011. Intervensi keperawatan yang lainnya yaitu dengan menggunakan kasur anti dekubitus. Hasil penelitian Rustina (2016) menyatakan bahwa ada pengaruh antara kasur anti dekubitus dengan derajat dekubitus pada pasien tirah baring dengan ρ value 0,046. Dekubitus juga dapat di cegah dengan cara memberikan nutrisi yang adekuat. Berdasarkan hasil penelitian Tianingsih (2010) menunjukkan bahwa ada hubungan antara status nutrisi dengan kejadian dekubitus pada penderita stroke dengan ρ value 0,002. Selain dengan tirah baring, kasur anti dekubitus, dan asupan nutrisi yang adekuat, dekubitus juga dapat di cegah dengan menggunakan nigella sativa oil. Hasil penelitian Utomo, dkk (2012) menunjukan adanya perbedaan ratarata skor ulkus dekubitus yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ρ value = (p < 0.05). Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 7 April 2017 di RSUD Wates didapatkan data bahwa angka kejadian dekubitus di RSUD Wates pada tahun 2016 sebanyak 32 kasus dengan kejadian dekubitus terbanyak di Bangsal Wijaya Kusuma yaitu terdapat 10 kasus dan dari hasil wawancara dengan kepala ruang Bangsal Wijaya Kusuma RSUD Wates, menyatakan bahwa perawat sudah melakukan beberapa upaya pencegahan dekubitus seperti menggunakan kasur anti dekubitus pada pasien dengan risiko tinggi dekubitus, ROM setiap 2 jam pada pasien bedrest total, pergantian posisi dengan miring kanan miring kiri, memberikan nutrisi yang adekuat, memberikan krim pelembab, melakukan edukasi kepada keluarga pasien, dan melakukan observasi pada pasien bedrest total. Selain itu, 80% perawat telah melakukan pengakjian risiko dekubitus, tetapi hanya melakukan pengkajian risiko dekubitus menggunakan status fungsional Barthel Index dan tidak terdapat instrumen khusus yang digunakan untuk mengkaji risiko dekubitus dan masih ada perawat pelaksana yang tidak melakukan pengkajian dekubitus ataupun melakukan dokumentasi risiko dekubitus. Di Bangsal Wijaya

17 5 Kusuma RSUD Wates hanya terdapat SOP perawatan luka dekubitus, tetapi tidak ada SOP pencegahan dekubitus. Sehubungan dengan pentingnya peran perawat dalam upaya pencegahan kejadian dekubitus terutama di Bangsal Wijaya Kusuma, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan peneltian tentang gambaran peran perawat dalam upaya pencegahan terjadinya dekubitus di Bangsal Wijaya Kusuma RSUD Wates Kulon Progo. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut : bagaimanakah gambaran peran perawat dalam pencegahan dekubitus di Bangsal Wijaya Kusuma RSUD Wates Kulon Progo? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran peran perawat dalam pencegahan dekubitus di Bangsal Wijaya Kusuma RSUD Wates Kulon Progo. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui karakteristik perawat di Bangsal Wijaya Kusuma RSUD Wates Kulon Progo. b. Untuk mengatahui peran perawat dalam identifikasi pasien dengan risiko dekubitus di Bangsal Wijaya Kusuma RSUD Wates Kulon Progo. c. Untuk mengetahui peran perawat dalam perawatan kulit pasien di Bangsal Wijaya Kusuma RSUD Wates Kulon Progo. d. Untuk mengatahui peran perawat dalam pemenuhan nutrisi pasien di Bangsal Wijaya Kusuma RSUD Wates Kulon Progo. e. Untuk mengetahui peran perawat dalam mengurangi tekanan atau gesekan pada pasien di Bangsal Wijaya Kusuma RSUD Wates Kulon Progo. f. Untuk mengetahui peran perawat dalam memberikan edukasi tentang pencegahan dekubitus di Bangsal Wijaya Kusuma RSUD Wates Kulon Progo.

18 6 D. Manfaat Penelitian Berdasarkan dari tujuan penelitian, maka manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan yang berhubungan dengan topik peran perawat dalam pencegahan dekubitus. 2. Manfaat praktis a. Manfaat bagi peneliti Untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan mendapat pengalaman tentang penelitian mengenai gambaran peran perawat dalam pencegahan dekubitus di Bangsal Saraf. b. Manfaat bagi profesi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada perawat khususnya yang bertugas di Bangsal Saraf mengenai pencegahan dekubitus. Masukan penelitian ini diharapkan dapat membantu perawat untuk memaksimalkan pencegahan dekubitus supaya tingkat kejadian dekubitus dapat menurun. c. Manfaat bagi rumah sakit Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber evaluasi dalam upaya peningkatan mutu pelayanan dalam asuhan keperawatan secara komprehensif terutama mengenai peran perawat dalam pencegahan dekubitus. d. Manfaat bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai data dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya mengenai gambaran peran perawat dalam pencegahan dekubitus pasien di Bangsal Saraf. Penelitian yang berkesinambungan serta berkelanjutkan sangat diperlukan dibidang keperawatan, agar dapat mengatasi permasalahan sesuai dengan fenomena yang terjadi.

19 7 E. Keaslian Penelitian 1. Setiyawan, (2008) Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku Perawat Dalam Upaya Pencegahan Dekubitus Di Rumah Sakit Cakra Husada Klaten. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif non-eksperiment menggunakan metode deskriptif korelatif dan pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan observasi. Populasi penelitian adalah perawat pelaksana yang sedang memberikan asuhan keperawatan pada pasien tirah baring sebanyak 30 orang. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa tingkat pengetahuan tidak mempunyai hubungan dengan perilaku perawat dalam mencegah dekubitus dengan nilai ρ value 0,077 (ρ < 0,05) sedangkan sikap mempunyai hubungan yang signifikan yaitu semakin baik sikap perawat maka semakin baik perilaku perawat dalam mencegah dekubitus dengan nilai ρ value 0,008 (ρ < 0,05). Persamaan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui peran perawat dalam melakukan pencegahan dekubitus. Perbedaan penelitian ini adalah desain penelitian yang digunakan, pada penelitian ini menggunakan metode kuantitatif non-eksperiment sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan penelitian deskriptif cross sectional. Variabel dalam penelitian yang akan dilakukan yaitu gambaran peran perawat dalam mencegah dekubitus di Bangsal Wijaya Kusuma RSUD Wates Kulon Progo. 2. Zulaikah dkk (2014) Pengaruh Alih Tirah Baring 2 Jam Terhadap Resiko Dekubitus Dengan Varian Berat Badan Pada Pasien Bedrest Total Di SMC RS Telogorejo. Tujuan dari penelitian ini untuk menegtahaui pengaruh tirah baring terhadap resiko dekubitus dengan varian berat badan pada pasien bedrest total di SMC RS Telogorejo. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi eksperiment dengan posttest only design. Desain yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan menggunakan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah 66 pasien yang mengalami bedrest total yang belum terjadi luka tekan. Teknik yang digunakan adalah purposive sampling.

20 8 Persamaan pada penelitian ini dengan penelitian yang akan di lakukan yaitu terletak pada desain penelitian yang menggunakan desain penelitian deskriptif cross sectional sama-sama membahas tentang kejadian dekubitus. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada waktu, tempat, populasi dan jenis penelitiannya. Penelitian yang akan dilakukan populasinya pada perawat yang bertugas di bangsal saraf. Variabel dalam penelitian yang akan dilakukan yaitu gambaran peran perawat dalam mencegah dekubitus di Bangsal Wijaya Kusuma RSUD Wates Kulon Progo.

21 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian Penelitian ini untuk mengetahui gambaran peran perawat dalam pencegahan dekubitus di Bangsal Wijaya Kusuma RSUD Wates Kulon Progo. Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang diperoleh dari kuesioner dalam bentuk deskriptif frekuensi. Urutan uraian pada bab ini adalah gambaran lokasi penelitian, karakteristik sampel, deskriptif variabel dan pembahasan. 1. Gambaran Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wates Kulon Progo berlokasi di jalan Tentara Pelajar Km. 1, No 5, Dusun Beji, Kecamantan Wates, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Yogyakarta. RSUD Wates merupakan Rumah Sakit tipe B, yang berstatus Negeri dengan jumlah perawat 283, bidan 47, penunjang 104, dokter gigi 1, dokter umum 11, dokter spesialis 24, adminitrasi 201, pejabat struktural 20 (Data Sekunder dari Bagian Pegawaian, 2016). Visi RSUD Wates yaitu menjadi rumah sakit pendidikan dan pusat rujukan yang unggul dalam pelayanan yang bermutu, sedangkan misi RSUD Wates yaitu menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan peripurna yang profesional berorientasi pada kepuasan pelanggan, mengembangkan manajemen rumah sakit yang efektif dan efisien, menciptakan lingkungan yang sehat, nyaman dan harmonis, meningkatkan sumber daya manusia, sarana dan prasarana sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan karyawan dan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan. Pelayanan yang diberikan di rumah sakit umum daerah wates yaitu pelayanan gawat darurat (IGD), pelayanan kekritisan (ICU), pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, serta pelayanan penunjang. Pelayanan rawat inap di RSUD wates berupa rawat inap penyakit dalam, rawat inap penyakit syaraf, rawat inap penyakit bedah, rawat inap penyakit anak, rawat inap penyakit obstetri. Pelayanan rawat jalan di RSUD Wates berupa poliklinik penyakit 47

22 48 dalam, poliklinik penyakit bedah, poliklinik penyakit anak, poliklinik penyakit syaraf, poliklinik penyakit obstetric, Ginekologi dan KB, poliklinik penyakit THT, poliklinik penyakit mata, poliklinik penyakit penyakit gigi dan mulut, poliklinik penyakit kulit kelamin, dan poliklinik fisioterapi. Penelitian ini dilakukan di Bangsal Wijaya Kusuma RSUD Wates Kulon Progo. Bangsal Wijaya Kusuma adalah bangsal rawat inap khusus bagi penderita syaraf dan stroke. Di Bangsal Wijaya Kusuma terdapat 13 tempat tidur yang terdiri dari 2 TT berada di kelas I, 4 TT berada dikelas II, 4 TT berada dikelas III, dan 3 TT ruangan mini unit stroke yang digunakan untuk melakukan perawat pada pasien yang harus mendapatkan perawatan total. Bangsal Wijaya Kusuma RSUD Wates Kulon Progo mempunyai 2 kasur anti dekubitus, tetapi hanya 1 kasur anti dekubitus yang dapat digunakan karena kasur dekubitus yang lain mengalami kebocoran. Kasur anti dekubitus biasanya digunakan pada pasien yang mempunyai risiko tinggi terjadi dekubitus atau pasien yang mengalami kelemahan anggota gerak. Perawat di Bangsal Wijaya Kusuma RSUD Wates Kulon Progo selalu melakukan observasi secara rutin kepada pasien-pasien dengan perawatan total untuk mencegah terjadinya dekubitus. Penggantian linen di Bangsal Wijaya Kusuma RSUD Wates Kulon Progo dilakukan secara rutin setiap pagi, tetapi jika ada linen yang kotor karena terkena darah, minuman, makanan, urin atau cairan lain maka linen akan langsung diganti. Sebagai instalasi yang harus siaga 24 jam setiap hari, pihak manajemen RSUD Wates mengambil kebijakan untuk membagi jam kerja menjadi 3 dinas jaga, yaitu pagi, siang, dan malam. Jumlah perawat yang bertugas di Bangsal Wijaya Kusuma RSUD Wates berjumlah 15 perawat, yang terdiri dari 13 perawat lulusan D-3 Keperawatan 2 perawat lulusan SI-Keperawatan atau Ners. Sebagai salah satu bangsal rawat inap yang harus siaga 24 jam setiap hari, maka pihak manajemen RSUD Wates mengambil kebijakan untuk membagi jam kerja menjadi 3 dinas jaga, yaitu pagi, siang, dan malam. Jadwal sift pagi terdiri dari 6 perawat, sift siang 3 perawat, sift malam 3 perawat, dan ada 3 perawat lainnya yang tidak berjaga dikarenakan libur atau cuti.

23 49 2. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah semua perawat yang berkerja di Bangsal Wijaya Kusuma RSUD Wates Kulon Progo yang berjumlah 15 orang. Karakteristik responden diuraikan berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan lama kerja disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Karakteristik Perawat di Bangsal Wijaya Kusuma RSUD Wates Kulon Progo (n=15) Karakteristik Frekuensi % Jenis kelamin Laki-laki 2 13,3 Perempuan 13 86,7 Total Usia tahun 1 6, tahun 12 80, tahun 2 13,3 Total Lama kerja 3 tahun 6 40,0 > 3 tahun 9 60,0 Total Pendidikan DIII 13 86,7 S1/Ners 2 13,3 Total Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa karaktersitik perawat di Bangsal Wijaya Kusuma RSUD Wates Kulon Progo mayoritas adalah perempuan yaitu 13 (86,7%) dan sebagian besar perawat yang bekerja di Bangsal Wijaya Kusuma RSUD Wates Kulon Progo pada rentang usia tahun yaitu 12 (80,0%). Sebagian besar perawat telah bekerja > 3 tahun yaitu 9 (60,0%) dan mayoritas pendidikan perawat adalah DIII yaitu 13 (86,7%).

24 50 3. Peran perawat dalam pencegahan dekubitus Gambaran peran perawat dalam pencegahan dekubitus diukur dari 38 butir pernyataan dengan skor jawaban skala likert 1-3 dengan hasil disajikan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Gambaran Peran Perawat dalam Pencegahan Dekubitus di Bangsal Wijaya Kusuma RSUD Wates Kulon Progo (n=15) Variabel Kategori Frekuensi % Peran Perawat dalam Baik ( 89) 10 66,7 pencegahan dekubitus Cukup (63-88) 5 33,3 Total ,0 Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui bahwa sebagian besar perawat di Bangsal Wijaya Kusuma RSUD Wates Kulon Progo memiliki peran yang baik dalam pencegahan dekubitus 10 (66,7%) dan 5 (33,3%) perawat memiliki peran yang cukup dalam pencegahan dekubitus. Peran perawat dalam pencegahan dekubitus yang berada pada kategori cukup yaitu pada peran memberikan support surface hal ini dibuktikan dari hasil rata-rata skor terendah (73,3333) pada domain support surface. Peran perawat dalam pencegahan dekubitus terdiri dari 5 domain yaitu melakukan pengkajian faktor risiko, melakukan perawatan pada kulit, memperbaiki status nutrisi, support surface, dan memberikan edukasi dengan gambaran yang disajikan pada Tabel 4.3.

25 51 Tabel 4.3 Gambaran Peran Perawat Per Domain dalam Pencegahan Dekubitus di Bangsal Wijaya Kusuma RSUD Wates Kulon Progo (n=15) Domain Kategori Frekuensi % Mengkaji faktor risiko Baik ( 14) 9 60,0 dekubitus Cukup (10-13) 6 40,0 Total Perawatan kulit Baik ( 39,6) 9 60,0 Cukup (28,3-39,5) 6 40,0 Total Memperbaiki status Baik ( 18,7) 10 66,7 nutrisi Cukup (13,3-18,6) 5 33,3 Total Support surface Baik ( 9,3) 3 20,0 Cukup (6,7-9,2) 12 80,0 Total Memberikan edukasi Baik ( 7) 13 86,7 Cukup (5-6,9) 2 13,3 Total Berdasarkan tabel 4.3 di atas diketahui bahwa pada domain mengkaji faktor risiko dekubitus sebagian besar perawat memiliki peran yang baik dalam pengkajian faktor risiko 9 (60,0%), tetapi sebanyak 6 (40,0%) perawat memiliki peran yang cukup. Pada domain perawatan kulit sebagian besar perawat memiliki peran yang baik dalam melakukan perawatan pada kulit 9 (60,0%), tetapi sebanyak 6 (40,0%) perawat memiliki peran yang cukup. Pada domain memperbaiki status nutrisi sebagian besar perawat memiliki peran yang baik dalam memperbaiki status nutrisi 10 (66,7%), tetapi sebanyak 5 (33,3%) perawat memiliki peran yang cukup.

26 52 Pada domain support surface sebagian besar perawat memiliki peran yang cukup dalam support surface sebanyak 12 (80,0%) dan hanya ada 3 (20,0%) perawat yang memiliki peran yang baik Pada domain memberikan edukasi sebagian besar perawat memiliki peran yang baik dalam memberikan edukasi 13 (86,7%), tetapi sebanyak 2 (13,3%) perawat memiliki peran yang cukup. Peran perawat dalam pencegahan dekubitus terdiri dari 5 domain dan dalam 5 domain tersebut terdapat 38 pernyataan yang disajikan pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Gambaran Peran Perawat Per Item Pernyataan dalam Pencegahan Dekubitus di Bangsal Wijaya Kusuma RSUD Wates Kulon Progo (n=38) Domain Aspek Pernyataan Rata-rata Mengkaji faktor risiko Pengkajian perasaan pasien 1,9333 Pengkajian status persepsi sensori 2,5333 Pengkajian status kemandirian pasien 2,7333 Pengkajian risiko dekubitus dengan barthel index 1,5333 Pengkajian riwayat merokok pasien 2,4667 Pengkajian usia pasien 2,9333 Total 6 Perawatan kulit Mengkaji tanda-tanda kerusakan integritas kulit 3,0000 Mengeringkan kulit pasien dari keringat 2,4000 Memberikan minyak kayu putih 1,5333 Menjaga kebersihan linen pasien 3,0000 Membersihkan air liur pasien 2,6000 Mengukur suhu tubuh pasien 3,0000 Melakukan pemijatan pada area penonjolan 2,0000 tulang Memandikan pasien 2x sehari 2,5333 Melakukan inspeksi kulit pasien 1,6667 Mengatur kelembaban ruangan 2,5333 Menggunakan sabun yang lembut saat 2,9333 memandikan pasien Melakukan massage punggung 2,8667 Mengeringkan kulit pasien menggunakan handuk 3,0000 Melakukan pemijatan pada area kemerahan 1,4000 Melakukan tindakan keperawatan untuk 2,7333 mencegah pasien mengompol Menggosok bagian perineal pasien 1,4000 Mengganti diapers pasien 1x sehari 1,3333

27 53 Total 17 Domian Aspek Pernyataan Rata-rata Memperbaiki Mengecek kadar hemoglobin pasien 2,6000 nutrisi Mengidentifikasi masalah pencernaan pasien 2,7333 Mengecek kadar albumin pasien 2,2667 Memberikan makanan tinggi serat 1,5333 Memberikan makanan sesuai permintaa pasien 2,1333 Mengkaji kemampuan mengunyah pasien 2,8000 Mengkaji riwayat pembedahan pasien 2,8000 Menghitung IMT pasien 2,2667 Total 8 Support surface Menggunakan balutan donat 2,4000 Menggunakan kasur antidekubitus sesuai orderan 1,5333 dokter Meletakkan bantal dibawah kaki pasien 2,4000 Melakukan alih baring setiap 2 jam 2,4667 Total 4 Memberikan Melakukan demonstrasi posisi 2,5333 edukasi Melakukan pendidikan kesehatan tentang 2,7333 perawatan kulit Perawat malas melakukan pendidikan kesehatan 2,7333 Total 3 Berdasarkan tabel 4.4 diatas diketahui bahwa pada domain mengkaji faktor risiko dekubitus skor terendah (1,5333) pada pernyataan nomor 12 yaitu pernyataan mengkaji pasien risiko dekubitus menggunakan Barthel Index. Pada domain perawatan kulit skor terendah (1,3333) pada pernyataan nomor 38 yaitu pernyataan mengganti diapers pasien 1 kali sehari. Pada domain memperbaiki status nutrisi skor terendah (1,5333) pada pernyataan nomor 17 yaitu pernyataan memberikan makanan tinggi serat kepada pasien. Pada domain support surface skor terendah (1,5333) pada pernyataan nomor 24 yaitu pernyataan menggunakan kasur anti dekubitus berdasarkan orderan dari dokter. Pada domain memberikan edukasi skor terendah (2,5333) pada pernyataan nomor 1 yaitu pernyataan melakukan demonstrasi posisi yang tepat untuk mengurangi risiko dekubitus.

28 54 4. Peran perawat dalam pencegahan dekubitus berdasarkan karakteristik Peran perawat dalam pencegahan dekubitus dapat dipengaruhi oleh karakteristik responden yang diuraikan berdasarkaan usia, jenis kelamin, lama kerja, dan tingkat pendidikan disajikan pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Gambaran Peran Perawat dalam Pencegahan Dekubitus Berdasarkan Karakteristik (n=15) Karakteristik Peran perawat Baik Cukup Total f % f % f % Jenis Laki-laki 0 0, , kelamin Perempuan 10 76,9 3 23, Umur , ,0 tahun ,0 3 25,0 tahun ,0 1 50,0 tahun Lama kerja Baru 4 66,7 2 33, Lama 6 66,7 3 33, Pendidikan DIII 8 61,5 5 38, S1/Ners 2 100,0 0 0, Dari tabel di atas diketahui bahwa perawat perempuan memiliki peran yang baik 10 (76,9%) dan perawat laki-laki memiliki peran yang cukup 2 (100%). Sebagian besar perawat dengan rentang umur tahun memiliki peran yang baik. Perawat yang bekerja 3 tahun 4 (66,7%) maupun > 3 tahun 6 (66,7%) memiliki peran yang baik. Perawat dengan pendidikan S1/Ners seluruhnya memiliki peran yang baik.

29 55 B. Pembahasan Penelitian 1. Karakteristik Perawat Karaktersitik perawat di Bangsal Wijaya Kusuma RSUD Wates Kulon Progo mayoritas adalah perempuan yaitu 13 (86,7%) dengan rentang usia tahun yaitu 12 (80,0%), telah bekerja > 3 tahun yaitu 9 (60,0%), dan mayoritas pendidikan perawat adalah D-III yaitu 13 (86,7%). Jumlah perawat di Bangsal Wijaya Kusuma RSUD Wates Kulon Progo sebagian besar berjenis kelamin perempuan, hal ini juga sesuai dengan penelitian Firmansyah (2009), bahwa rerata jenis kelamin perawat pelaksana terbesar ialah perempuan 84,2% dimana perawat pelaksana berjenis kelamin perempuan lebih besar dibandingkan berjenis kelamin laki-laki. Perempuan lebih cendrung memiliki caring karena sesuai dengan kodratnya sebagai seorang ibu, sehingga profesi perawat banyak diminati kaum perempuan, maka tidak mengherankan kalau proporsi perempuan lebih besar dibanding laki-laki. Karakteristik usia perawat di Bangsal Wijaya Kusuma RSUD Wates Kulon Progo sebagian besar berada pada rentang usia tahun atau dalam masa dewasa awal. Menurut Potter & Perry (2011) masa dewasa awal secara psikologis telah mencapai perkembangan kognitif yang optimal sehingga memiliki kemampuan untuk menilai sesuatu secara objekif. Perawat di Bangsal Wijaya Kusuma RSUD Wates Kulon Progo sebagian besar mempunyai masa kerja > 3 tahun, menurut Nursalam (2009) menyatakan bahwa semakin banyak masa kerja perawat maka semakin banyak pengalaman perawat tersebut dalam memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar atau prosedur tetap yang berlaku. Hasil penelitian Sofiana dan Purbadi (2006) menyatakan bahwa berdasarkan lama kerjanya, perawat dengan masa kerja lebih dari 3 tahun memiliki pengetahuan lebih baik dibandingkan perawat yang memiliki masa kerja kurang dari 3 tahun. Perawat di Bangsal Wijaya Kusuma RSUD Wates Kulon Progo sebagian besar mempunyai tingkat pendidikan DIII Keperawatan, menurut Bady (2007) menyatakan bahwa distribusi tingkat pendidikan formal tenaga keperawatan profesional hanya sebsar 6% yaitu tenaga keperawatan dengan pendidikan

30 56 Sarjana Keperawatan atau S1, selebihnya tenaga keperawatan bukan professional yaitu DIII/DIV 72% dan SPK/SPR 22%, untuk meningkatkan tenaga keperawatan professional perlu diadakan pendidikan penjenjangan dari SPK/SPR ke Akper, dari Akper ke S1 Keperawatan. Tenaga keperawatan profesional yang menjalankan pekerjaan berdasarkan ilmu pengetahun sangat berperan dalam penanggulangan tingkat komplikasi penyakit, terjadinya infeksi nosokomial, dan memperpendek lama rawat, selain itu angka kematian di rumah sakit akan lebih rendah bila mempunyai komposisi tenaga keperawatan profesional yang lebih banyak. Jadi, dengan pendidikan yang lebih tinggi, maka pengetahuan dan profesionalitas akan lebih baik dan tentu saja kinerja perawat juga akan lebih baik. 2. Peran perawat Sebagian besar perawat di Bangsal Wijaya Kusuma RSUD Wates Kulon Progo mem iliki peran yang baik dalam pencegahan dekubitus 10 (66,7%). Sedangkan 5 (33,3%) perawat masih memiliki peran kategori cukup dan skor terendah (73,3333) pada pencegahan dekubitus terutama pada domain support surface. Peran perawat dalam upaya pencegahan dekubitus merupakan prioritas dalam perawatan pasien dan tidak terbatas pada pasien yang mengalami keterbatasan mobilisasi (Potter dan Perry, 2006). Hampir 95% dekubitus dapat dicegah melalui tindakan keperawatan, sisanya lebih kurang 5% pasien imobilisasi tetap akan mengalami dekubitus (The Agency for Health Care Policy and Research, 2009). Peran perawat dalam pencegahan dekubitus terdiri dari 5 domain yaitu berdasarkan hasil penelitian melakukan pengkajian faktor risiko sebagai berikut: a. Mengkaji faktor risiko Sebagian besar perawat memiliki peran yang baik dalam pengkajian faktor risiko 9 (60,0%), tetapi sebanyak 6 (40,0%) memiliki peran yang cukup dengan skor terendah (1,5333) pada mengkaji pasien risiko dekubitus menggunakan barthel index.

31 57 Penilaian risiko terjadinya dekubitus dapat menggunakan beberapa tool atau skala penilaian risiko luka dekubitus seperti skala Braden, skala Norton, Gosnel, dan skala Waterlow. Namun skala yang lebih banyak digunakan adalah skala Braden. Skala Braden telah diuji dengan tingkat reliabilitas dan validitas dengan berbagai tipe rumah sakit dan pasien. Untuk skala Gosnell hingga saat ini masih jarang digunakan, padahal faktor yang diukur dalam skala tersebut pada dasarnya lebih banyak yaitu status mental, kontinensia, mobilitas, aktivitas dan nutrisi. Ditambah dengan penampilan kulit, medikasi, diet dan kebutuhan cairan 24 jam serta data demografi, item klinis, dan kriteria naratif (Anonym, 2012). Penggunaan tool tersebut sebaiknya dilakukan setiap 48 jam di unit perawatan akut, setiap 24 jam di unit perawatan kritis, setiap minggu saat 4 minggu pertama di unit perawataan jangka panjang (long term care) kemudian setiap bulan hingga setiap 3 bulan dan setiap kali kunjungan rumah pada unit home care ( Bryant, 2007). Pada domain mengkaji faktor risiko terdapat skor terendah (1,5333) pada pernyataan mengkaji risiko dekubitus menggunakan barthel index hal ini dikarenakan barthel index bukan termasuk tool untuk pengkajian risiko dekubitus melainkan instrumen untuk mengkaji status kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan mobilitas. Barthel index merupakan instrumen pengukuran status fungsional yang digunakan pada dewasa yang sedang dalam perawatan klinis maupun dalam area rehabilitasi. Domain dalam instrumen ini meliputi makan, berpindah tempat, kebersihan diri, aktivitas toileting seperti mengontrol defekasi dan berkemih, mandi, makan, berjalan di jalan datar, naik turun tangga, dan berpakaian (Loretz, 2005 dalam Ropyanto, 2011).

32 58 b. Perawatan kulit Sebagian besar perawat memiliki peran yang baik dalam melakukan perawatan pada kulit 9 (60,0%), tetapi sebanyak 6 (40,0%) memiliki peran yang cukup dengan skor terendah (1,3333) pada pernyataan mengganti diapers pasien 1 kali sehari. Peran perawat yang baik dalam perawatan kulit pasien dengan cara menjaga kebersihan kulit dan kelembaban kulit dengan memberikan lotion atau cream. Mengontrol kelembaban terhadap urin, feses, keringat, saliva, cairan luka, atau tumpahan air atau makanan, melakukan inspeksi setiap hari terhadap kulit. Kaji adanya tanda-tanda kerusakan integritas kulit (Carville, 2007). Penelitian Dewandono (2014) mengatakan bahwa pemberian teknik massage dan virgin coconut oil dalam penyembuhan luka dekubitus derajat II pada lansia, memberikan perkembangan luka yang cukup signifikan, dengan hasil luka mengering, warna luka menjadi kecoklatan, struktur luka menjadi lebih halus, dan ada perbaikan luka yang ditandai dengan granulasi, poliferasi dan luka semakin mengecil. Penelitian lain menyatakan bahwa white petroleum jelly berpengaruh terhadap penurunan luka tekan yang signifikan sesudah diberikan WPJ dengan nilai ρ value sebesar (p<0.05) (Zahara, 2016). Pada domain perawatan kulit terdapat skor terendah (1,3333) pada pernyataan mengganti diapers 1x sehari, dari hasil skor tersebut dapat disimpulkan bahwa perawat di Bangsal Wijaya Kusuma RSUD Wates Kulon Progo kurang memperhatikan kebersihan dan kelembaban kulit pasien yang dikarenakan cairan urin dan feses. Pasien imobilisasi yang tidak mampu memenuhi kebutuhan higienisnya sendiri, maka pasien tersebut tergantung kepada perawat atau keluarga untuk menjaga kebersihan dan kelembaban kulitnya, beberapa cairan tubuh seperti urin, feses, dan inkontensia menyebabkan erosi kulit dan meningkatkan resiko terjadi luka akibat tekanan pada pasien (Potter & Perry, 2005). Hasil penelitian Schindler (2011) menyatakan bahwa kejadian dekubitus di ruang perawatan

33 59 anak mencapai 10,2 % tetapi hal ini dapat dicegah dengan beberapa cara jika pasien menggunakan diapers, maka gunakan diapers yang mempunyai daya serap tinggi dan pastikan diapers dalam keadaan kering, gunakan tempat tidur yang khusus, penuhi kebutuhan nutrisi, gunakan bantalan busa, gunakan body lotion dan lakukan perubahan posisi setiap 2-4 jam. c. Memperbaiki status nutrisi Sebagian besar perawat memiliki peran yang baik dalam memperbaiki status nutrisi 10 (66,7%), tetapi sebanyak 5 (33,3%) memiliki peran yang cukup dengan skor terendah (1,5333) pada pernyataan memberikan makanan tinggi serat kepada pasien. Dekubitus disebabkan karena adanya kerusakan kulit dan jaringan dib awahnya rusak, tetapi risiko dekubitus dapat meningkat jika tidak memenuhi kebutuhan nutrisi. Nutrisi yang baik membuat kulit lebih sehat dan dapat mengurangi risiko terjadinya dekubitus (Departement of Nutrition and Dietetics, 2015). Perawat mempunyai peran untuk memperbaiki status nutrisi pasien, karena jika pasien mengalami malnutrisi maka akan meningkatkan faktor risiko terjadinya dekubitus, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memperbaiki status nutrisi pasien yaitu dengan memberikan suplemen tetapi lebih baik jika mengkonsumsi suplemen dari awal atau sebelum sakit (Houwing, dkk, 2003). Penelitian terdahulu yang dilakukan Puspaningrum (2013) ada hubungan antara status gizi dengan risiko dekubitus pada pasien stroke. Selain itu menurut penelitian Vangilder, et al (2008) mengatakan bahwa prevalensi luka tekan lebih tinggi pada pasien dengan IMT rendah dan juga pada pasien berat badan kurang dan berat badan lebih. Pada domain memperbaiki status nutrisi terdapat skor terendah (1,5333) pada pernyataan memberikan makanan tinggi serat kepada pasien, hal ini dikarenakan makanan tinggi serat bukan makanan yang dianjurkan untuk mencegah terjadinya dekubitus, menurut Herminingsih (2010) makanan tinggi serat bermanfaat untuk mengontrol berat badan, mencegah gangguan gastroinntestinal, mencegah kanker kolon, dan mengurangi tingkat

34 60 kolesterol. Sedangkan untuk mencegah terjadinya dekubitus haruslah mengkonsumsi makanan tinggi protein, minum air 6-8 gelas setiap hari, dan konsumsi kalori yang cukup untuk menjaga berat badan (Koller, 2015). Protein sangat penting untuk membantu tubuh membuat jaringan baru, jika tidak cukup mengkonsumsi protein, maka jaringan kita menjadi lebih lemah dan jika terjadi kerusakan akan lebih lama sembuh (Departement of Nutrition and Dietetics, 2015). d. Support surface Sebagian besar perawat memiliki peran yang cukup dalam support surface sebanyak 12 (80,0%) dan hanya ada 3 (20,0%) perawat yang memiliki peran yang baik, dala domain support surface skor terendah (1,5333) pada pernyataan menggunakan kasur anti dekubitus sesuai orderan dokter. Support surface merupakan hal yang penting untuk dilakukan karena support surface dapat mengurangi tekanan, gesekan dan pergeseran pada suatu daerah secara terus-menerus, jika ada tekanan permukaan atau desakan pada kulit secara terus menerus, maka akan mengakibatkan suplai darah menuju kulit terputus, jaringan akan mati dan terjadi dekubitus (Bryant & Denise, 2007). Ada beberapa penelitian terdahulu yang mendukung pentingnya peran perawat dalam melakukan tindakan support surface. Penelitian terdahulu menurut Gray & Krapfl (2008) mengatakan bahwa mengubah posisi pasien setiap 2 jam sangat signifikan untuk mencegah terjadinya dekubitus. Selain itu berdasarkan penelitian Sulistyorini (2015) mengatakan bahwa dengan melakukan tindakan merubah posisi dan massase kulit maka pasien stroke tidak mengalami dekubitus. Pada domain support surface terdapat skor terendah (1,5333) pada pernyataan menggunakan kasur anti dekubitus berdasarkan orderan dari dokter, hal tersebut dikarenakan di Bangsal Wijaya Kusuma RSUD Wates Kulon Progo tidak mempunyai SOP pencegahan dekubitus sehingga perawat tidak melakukan tindakan pencegahan dekubitus dengan tepat.

35 61 Menurut NSQHS (2012) perawat dapat memberikan support surface dengan pemakaian alat bantu khusus seperti kasur dekubitus, kursi dekubitus dan bantal dekubitus karena dapat mencegah terjadinya pressure ulcer. Berdasarkan hasil penelitian Rustina (2015) menyatakan bahwa ada pengaruh pengguanaan kasur anti dekubitus terhadap derajad dekubitus dengan ρ value 0,046. e. Memberikan edukasi Sebagian besar perawat memiliki peran yang baik dalam memberikan edukasi 13 (86,7%), tetapi sebanyak 2 (13,3%) memiliki peran yang cukup dengan skor terendah ( 2,5333) pada pernyataan melakukan demontrasi posisi yang tepat untuk mengurangi risiko dekubitus. Salah satu aspek penting dalam pendidikan profesi perawat adalah meningkatkan pengetahuan terutama kepada masyarakat dalam menjaga dan mempertahankan integritas kulit klien agar senantiasa terjaga dan utuh. Intervensi dalam perawatan kulit klien akan menjadi salah satu indikator kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan (Potter dan Perry 2005). Menurut penelitian Kurniawan (2009) menunjukkan pengetahuan perawat tentang pengertian dekubitus 66,7%, tujuan pencegahan 59%, dan pencegahan dekubitus 51,3%. Menurut hasil penelitian Sunaryanti (2015) mengatakan bahwa pemberian pendidikan kesehatan tentang reposisi dan minyak kelapa terbukti efektif untuk pencegahan dekubitus dengan ρ value 0,004. Pada domain memberikan edukasi terdapat skor terendah (2,5333) pada pernyataan melakukan demontrasi posisi yang tepat untuk mengurangi risiko dekubitus, hal ini dikarenakan perawat di Bangsal Wiajaya Kusuma RSUD Wates Kulon Progo tidak mempunyai jadwal rutin untuk melakukan pendidikan kesehatan tentang pencegahan dekubitus. Menurut Setiyawan (2008) kurangnya pemberian pendidikan kesehatan oleh perawat dikarenakan perawat tidak memiliki informasi dan pengetahuan yang cukup dalam memahami isi panduan penanganan dan kegiatan pencegahan dekubitus. Kurangnya pemberian pendidikan kesehatan berpengaruh

36 62 terhadap pengetahuan keluarga dan pasien, menurut penelitian Rismawan (2014) menyatakan bahwa, sebagian besar keluarga klien tidak mengerti tentang pencegahan dekubitus 87% dan kejadian dekubitus 87,1% dan terdapat hubungan antara pengetahuan keluarga klien terhadap kejadian dekubitus. 3. Peran Perawat dalam Pencegahan Dekubitus Berdasarkan Karakteristik Menurut Nurningsih (2012) menyatakan bahwa karakteristik perawat dikategorikan menjadi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan lama kerja. a. Jenis kelamin Sebagian besar perawat perempuan di Bangsal Wijaya Kusuma RSUD Wates Kulon Progo mempunyai peran yang baik 10 (76,9 %) dan semua perawat laki-laki mempunyai peran yang cukup 2 (100,0 %). Dilihat dari proporsi jenis kelamin terdapat perbedaan prosentase dimana sebagian besar perawat perempuan mempunyai peran yang baik dibandingkan dengan perawat laki-laki. Menurut Ikarini (2008) terdapat suatu perilaku yang tidak konsisten antara laki-laki dan perempuan, hal ini dikarenakan setiap individu cenderung mengubah nilai pekerjaannya sebagai hasil pengalaman yang didapatkan selama bekerja. Penelitian Al-Ahmadi (2009) tentang kinerja perawat terhadap kualitas pelayanan di rumah sakit Riyadh Saudi Arabia yang menyatakan bahwa jenis kelamin berkorelasi positif terhadap kinerja, perawat perempuan cenderung mempunyai kinerja lebih baik dibanding dengan pria dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Sedangkan penelitian lain mengatakan bahwa tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam beradaptasi dengan lingkungan kerja dan menyelesaikan pekerjaan, sehingga jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap kinerja perawat. (Hasmoko, 2008). Dapat disimpulkan bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai peluang yang sama dalam melakukan suatu pekerjaan dengan baik.

37 63 b. Usia Sebagian besar perawat di Bangsal Wijaya Kusuma RSUD Wates Kulon Progo dengan rentang usia tahun mempunyai peran yang baik 9 (75,0 %), dan pada perawat dengan rentang usia tahun mempunyai peran yang cukup 1 (100,0 %), sedangkan perawat dengan rentang usia tahun mempunyai peran yang seimbang, yaitu baik 1 (50,0 %) dan peran yang cukup 1 (50,0 %). Dilihat dari proporsi usia terdapat prosentase dimana sebagian besar perawat pada rentang usia tahun mempunyai peran yang baik, menurut Depkes RI (2009) usia tersebut masuk dalam kategori masa dewasa awal. Walaupun sudah memiliki peran yang baik, tetapi perawat usia dewasa awal masih memerlukan bimbingan dan arahan dalam bersikap disiplin serta ditanamkan rasa tanggung jawab sehingga pemanfaatan usia produktif bisa lebih maksimal (Wahyudi, 2010). Menurut Sunaryo (2004) rentang umur tahun merupakan tahap perkembangan generativitas vs stagnasi, dimana seseorang memperhatikan ide-ide, keinginan untuk berbagi pengetahuan, dan meningkatkan kreativitas. Hasil penelitian Qaddumi, dkk (2014) yang melakukan penelitian di Rumah Sakit Amman, Yordania, dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa usia sebagian besar perawat yang mempunyai tingkat pengetahuan yang baik terhadap pencegahan luka dekubitus adalah tahun. Hal tersebut sama dengan hasil penelitian Al Kharabsheh, dkk (2014) yang melakukan penelitian di Rumah Sakit Yordania, penelitian tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar perawat yang berusia tahun mempunyai tingkat pengetahuan yang baik terhadap pencegahan luka dekubitus.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang kesehatan juga mulai berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang kesehatan juga mulai berkembang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan globalisasi, perkembangan pengetahuan dan teknologi, pengetahuan masyarakat tentang kesehatan juga mulai berkembang. Perkembangan pengetahuan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu aspek penting dalam pelayanan keperawatan adalah menjaga dan mempertahankan integritas kulit klien agar senantiasa terjaga dan utuh. Intervensi dalam perawatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah mempertahankan integritas kulit. Hal ini dapat tercapai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah mempertahankan integritas kulit. Hal ini dapat tercapai dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien adalah mempertahankan integritas kulit. Hal ini dapat tercapai dengan memberikan perawatan kulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dekubitus merupakan masalah serius yang sering terjadi pada pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. Dekubitus merupakan masalah serius yang sering terjadi pada pasien yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dekubitus merupakan masalah serius yang sering terjadi pada pasien yang mengalami gangguan neurologis, penyakit kronis, penurunan status mental, pasien yang dirawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada pasien yang mengalami gangguan mobilitas, seperti pasien stroke, injuri

BAB I PENDAHULUAN. pada pasien yang mengalami gangguan mobilitas, seperti pasien stroke, injuri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Luka tekan (pressure ulcer) merupakan masalah serius yang sering terjadi pada pasien yang mengalami gangguan mobilitas, seperti pasien stroke, injuri tulang belakang

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN DEKUBITUS DI RUMAH SAKIT CAKRA HUSADA KLATEN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN DEKUBITUS DI RUMAH SAKIT CAKRA HUSADA KLATEN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN DEKUBITUS DI RUMAH SAKIT CAKRA HUSADA KLATEN Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iritasi dan akan berkembang menjadi luka tekan atau dekubitus (Sumardino, Dekubitus merupakan masalah yang serius karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. iritasi dan akan berkembang menjadi luka tekan atau dekubitus (Sumardino, Dekubitus merupakan masalah yang serius karena dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu aspek penting dalam pelayanan keperawatan adalah menjaga dan mempertahankan integritas kulit klien agar senantiasa terjaga dan utuh. Intervensi dalam perawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. UU R.I Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 62 tentang. peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. UU R.I Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 62 tentang. peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit menyatakan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini dapat dibuktikan juga dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kulit agar senantiasa terjaga dan utuh adalah salah satu aspek penting di

BAB I PENDAHULUAN. kulit agar senantiasa terjaga dan utuh adalah salah satu aspek penting di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia keperawatan menjaga dan mempertahankan integritas kulit agar senantiasa terjaga dan utuh adalah salah satu aspek penting di dalamnya. Intervensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas ini berkepanjangan akan mengakibatkan luka. regangan dan gesekan (Potter dan Perry, 2005; Hidayat, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas ini berkepanjangan akan mengakibatkan luka. regangan dan gesekan (Potter dan Perry, 2005; Hidayat, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Faktor yang mempengaruhi durasi dan intensitas tekanan diatas tulang yang menonjol adalah imobilitas, inaktifitas, dan sensori persepsi, bila aktifitas ini berkepanjangan

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI LATERAL INKLIN 30 0 TERHADAP KEJADIAN DEKUBITUS PADA PASIEN STROKE DI BANGSAL ANGGREK I RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA

PENGARUH POSISI LATERAL INKLIN 30 0 TERHADAP KEJADIAN DEKUBITUS PADA PASIEN STROKE DI BANGSAL ANGGREK I RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA PENGARUH POSISI LATERAL INKLIN 30 0 TERHADAP KEJADIAN DEKUBITUS PADA PASIEN STROKE DI BANGSAL ANGGREK I RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berbaring lama. Ulkus dekubitus sering disebut sebagai ischemic ulcer, pressure ulcer, pressure sore, bed sore.

BAB I PENDAHULUAN. yang berbaring lama. Ulkus dekubitus sering disebut sebagai ischemic ulcer, pressure ulcer, pressure sore, bed sore. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dekubitus adalah suatu keadaan kerusakan jaringan setempat yang disebabkan oleh iskemia pada kulit (kutis dan sub-kutis) akibat tekanan dari luar yang berlebihan. Umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan adalah mempertahankan integritas kulit. Intrvensi perawatan kulit yang terencana dan konsisten merupakan intervensi

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS NUTRISI DENGAN KEJADIAN DEKUBITUS PADA PENDERITA STROKE DI YAYASAN STROKE SARNO KLATEN

HUBUNGAN STATUS NUTRISI DENGAN KEJADIAN DEKUBITUS PADA PENDERITA STROKE DI YAYASAN STROKE SARNO KLATEN HUBUNGAN STATUS NUTRISI DENGAN KEJADIAN DEKUBITUS PADA PENDERITA STROKE DI YAYASAN STROKE SARNO KLATEN SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit stroke. Menurut Muttaqin (2008), stroke merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit stroke. Menurut Muttaqin (2008), stroke merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dekubitus merupakan luka yang timbul karena tekanan terutama pada bagian tulang-tulang yang menonjol akibat tirah baring yang lama di tempat tidur. Kasus dekubitus dapat

Lebih terperinci

INOVASI KEPERAWATAN PENGGUNAAN SKALA BRADEN PADA PASIEN STROKE DI RSUD CENGKARENG

INOVASI KEPERAWATAN PENGGUNAAN SKALA BRADEN PADA PASIEN STROKE DI RSUD CENGKARENG INOVASI KEPERAWATAN PENGGUNAAN SKALA BRADEN PADA PASIEN STROKE DI RSUD CENGKARENG Lampiran 1 A. Pengertian Skala Braden merupakan salah satu jenis skala atau metode yang digunakan dalam menilai resiko

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PERENCANAAN PULANG

EVALUASI PELAKSANAAN PERENCANAAN PULANG JURNAL NURSING STUDIES, Volume 1, Nomor 1 Tahun 2012, Halaman 213 218 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnursing EVALUASI PELAKSANAAN PERENCANAAN PULANG Liliana Dewi Purnamasari 1),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal

BAB I PENDAHULUAN. Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal akibat dari tekanan eksternal yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan tidak sembuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pressure ulcer merupakan masalah yang harus dihadapi oleh pasien

BAB I PENDAHULUAN. Pressure ulcer merupakan masalah yang harus dihadapi oleh pasien BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pressure ulcer merupakan masalah yang harus dihadapi oleh pasien pasien yang mengalami penyakit kronis, kondisi lemah, kelumpuhan dan bahkan hal ini menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dekubitus merupakan masalah yang dihadapi oleh pasien-pasien dengan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Dekubitus merupakan masalah yang dihadapi oleh pasien-pasien dengan penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Dekubitus merupakan masalah yang dihadapi oleh pasien-pasien dengan penyakit kronis, Pasien yang sangat lemah, dan Pasien yang lumpuh dan waktu lama, bahkan saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merawat, memberikan terapi serta menunjang fungsi-fungsi vital pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merawat, memberikan terapi serta menunjang fungsi-fungsi vital pasien yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian mandiri dari rumah sakit, yang dilengkapi dengan tenaga medis dan teknologi khusus untuk mengobservasi, merawat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hemoragik di Jawa Tengah adalah 0,03%. Sedangkan untuk stroke non

BAB I PENDAHULUAN. hemoragik di Jawa Tengah adalah 0,03%. Sedangkan untuk stroke non BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dekubitus merupakan luka yang timbul karena tekanan terutama pada bagian tulang-tulang yang menonjol akibat tirah baring yang lama di tempat tidur. Kasus dekubitus dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. stroke masih tinggi. Menurut estimasi World Health Organisation (WHO), pada

BAB I PENDAHULUAN. stroke masih tinggi. Menurut estimasi World Health Organisation (WHO), pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kronis yang terjadi di Indonesia setiap tahun semakin bertambah. Kondisi ini dapat dilihat dari banyaknya penduduk Indonesia yang meninggal dunia akibat dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Dimana

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Dimana BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Dimana penelitian dibatasi oleh waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dekubitus 1. Pengertian Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal akibat dari tekanan eksternal yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan tidak

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PERAN PERAWAT DALAM EDUKASI TENTANG NUTRISI PASIEN POST OPERASI. Di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

KARYA TULIS ILMIAH PERAN PERAWAT DALAM EDUKASI TENTANG NUTRISI PASIEN POST OPERASI. Di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. KARYA TULIS ILMIAH PERAN PERAWAT DALAM EDUKASI TENTANG NUTRISI PASIEN POST OPERASI Di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Hardjono Ponorogo Oleh: ARIEN PURWANINGSIH NIM. 11612060 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sangat strategis yaitu dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Magelang dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sangat strategis yaitu dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Magelang dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Pelaksanaan Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Magelang terletak pada jalur yang sangat strategis yaitu dikelilingi oleh wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan suatu kondisi klinis yang berkembang dengan cepat akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Angka kejadian luka setiap tahun semakin meningkat, baik luka akut maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan prevalensi pasien dengan luka

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG DEKUBITUS. Di Ruang Aster RSUD dr. Hardjono Ponorogo

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG DEKUBITUS. Di Ruang Aster RSUD dr. Hardjono Ponorogo KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG DEKUBITUS Di Ruang Aster RSUD dr. Hardjono Ponorogo Oleh: PUTRI DEWANTI NIM: 12612191 PRODI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang

BAB I PENDAHULUAN. Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam meningkatkan derajat kesehatan. Keberhasilan sistem pelayanan kesehatan tergantung dari berbagai komponen yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan NURAINI FAUZIAH R1115072

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan adalah mempertahankan integritas kulit. Intervensi perawatan kulit yang terencana dan konsisten merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Yogyakarta atau yang terkenal dengan nama Rumah Sakit Jogja adalah rumah sakit milik Kota Yogyakarta yang

Lebih terperinci

TINGKAT RESIKO PRESSURE ULCER DAN FAKTOR RESIKONYA DI RUMAH SAKIT DAERAH TIDAR MAGELANG. Naskah Publikasi

TINGKAT RESIKO PRESSURE ULCER DAN FAKTOR RESIKONYA DI RUMAH SAKIT DAERAH TIDAR MAGELANG. Naskah Publikasi TINGKAT RESIKO PRESSURE ULCER DAN FAKTOR RESIKONYA DI RUMAH SAKIT DAERAH TIDAR MAGELANG Naskah Publikasi Disusun Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Magister Keperawatan Universitas Muhammadyah Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya pembuluh darah atau tersumbat oleh gumpalan. Gangguan asupan darah

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya pembuluh darah atau tersumbat oleh gumpalan. Gangguan asupan darah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan gangguan asupan darah di otak yang sering disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah atau tersumbat oleh gumpalan. Gangguan asupan darah tersebut mengganggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan hilangnya fungsi otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization [WHO], 2014). Hal

Lebih terperinci

serangan yang cepat dan penyembuhannya dapat diprediksi (Lazarus,et al., 1994).

serangan yang cepat dan penyembuhannya dapat diprediksi (Lazarus,et al., 1994). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap kulit sehat memiliki risiko mengalami kerusakan yang disebabkan oleh faktor mekanis, bahan kimia, vaskular, infeksi, alergi, inflamasi, penyakit sistemik, dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES Annisa Nur Erawan INTISARI Latar Belakang : Perawat merupakan sumber

Lebih terperinci

PERILAKU PASIEN DIABETES MELLITUS DALAM PENCEGAHAN HIPOGLIKEMIA. Di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. Harjono Ponorogo

PERILAKU PASIEN DIABETES MELLITUS DALAM PENCEGAHAN HIPOGLIKEMIA. Di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. Harjono Ponorogo PERILAKU PASIEN DIABETES MELLITUS DALAM PENCEGAHAN HIPOGLIKEMIA Di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. Harjono Ponorogo KARYA TULIS ILMIAH Diajukan kepada Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasy-experiment posttest

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasy-experiment posttest 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasy-experiment posttest only with control group. Rancangan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH KEMAMPUAN ADL (ACTIVITY DAILY LIVING S) PADA PASIEN PASCA STROKE

KARYA TULIS ILMIAH KEMAMPUAN ADL (ACTIVITY DAILY LIVING S) PADA PASIEN PASCA STROKE KARYA TULIS ILMIAH KEMAMPUAN ADL (ACTIVITY DAILY LIVING S) PADA PASIEN PASCA STROKE Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngariboyo Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan Oleh : WULAN JUNIARTI AMI SUSENO NIM : 11611945

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi merupakan pengalaman yang sulit bagi sebagian pasien

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi merupakan pengalaman yang sulit bagi sebagian pasien BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindakan operasi merupakan pengalaman yang sulit bagi sebagian pasien karena kemungkinan hal buruk yang membahayakan pasien bisa saja terjadi, sehingga dibutuhkan peran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008). BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (deficit neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke otak (Junaidi, 2011). Menurut Organisasi

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PERSEPSI PERAWAT TENTANG PROGRAM BPJS DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN DI RSUD KOTA MADIUN

KARYA TULIS ILMIAH PERSEPSI PERAWAT TENTANG PROGRAM BPJS DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN DI RSUD KOTA MADIUN KARYA TULIS ILMIAH PERSEPSI PERAWAT TENTANG PROGRAM BPJS DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN DI RSUD KOTA MADIUN OLEH : ELNA INDRIANTO NIM: 11612072 PRODI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut definisi World Health Organization (WHO), kematian. negara atau daerah adalah kematian maternal (Prawirohardjo, 1999).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut definisi World Health Organization (WHO), kematian. negara atau daerah adalah kematian maternal (Prawirohardjo, 1999). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut definisi World Health Organization (WHO), kematian maternal adalah kematian wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh

Lebih terperinci

PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PERSONAL HYGIENE MENURUT PERSEPSI PASIEN IMOBILISASI FISIK

PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PERSONAL HYGIENE MENURUT PERSEPSI PASIEN IMOBILISASI FISIK JURNAL NURSING STUDIES, Volume 1, Nomor 1 Tahun 2012, Halaman 169 174 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnursing PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PERSONAL HYGIENE MENURUT PERSEPSI PASIEN

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP IBU DALAM MENGATASI KETIDAKNYAMANAN KEHAMILAN TM III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAWANGSARI SUKOHARJO

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP IBU DALAM MENGATASI KETIDAKNYAMANAN KEHAMILAN TM III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAWANGSARI SUKOHARJO PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP IBU DALAM MENGATASI KETIDAKNYAMANAN KEHAMILAN TM III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAWANGSARI SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Sebagain Persyaratan

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PERILAKU PASIEN HEMODIALISIS DALAM MENGONTROL CAIRAN TUBUH. Di Ruang Hemodialisis RSUD Dr. Harjono Ponorogo

KARYA TULIS ILMIAH PERILAKU PASIEN HEMODIALISIS DALAM MENGONTROL CAIRAN TUBUH. Di Ruang Hemodialisis RSUD Dr. Harjono Ponorogo KARYA TULIS ILMIAH PERILAKU PASIEN HEMODIALISIS DALAM MENGONTROL CAIRAN TUBUH Di Ruang Hemodialisis RSUD Dr. Harjono Ponorogo Oleh: WAHYU WIJAYANTI NIM: 13612558 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017 HUBUNGAN SIKAP CARING PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN ORAL HYGIENE PADA PASIEN TOTAL CARE DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO Erdianti Wowor Linnie Pondaag Yolanda Bataha Fakultas Kedokteran Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

PROTOKOL TINDAKAN MOBILISASI MIRING KANAN / MIRING KIRI DAN PERAWATAN KULIT / MASSAGE. Suatu tindakan merubah posisi tidur pada pasien yang mengalami

PROTOKOL TINDAKAN MOBILISASI MIRING KANAN / MIRING KIRI DAN PERAWATAN KULIT / MASSAGE. Suatu tindakan merubah posisi tidur pada pasien yang mengalami LAMPIRAN - LAMPIRAN Lampiran 1 PROTOKOL TINDAKAN MOBILISASI MIRING KANAN / MIRING KIRI DAN PERAWATAN KULIT / MASSAGE A. Pengertian : Suatu tindakan merubah posisi tidur pada pasien yang mengalami keterbatasan

Lebih terperinci

EVALUASI KEMAMPUAN PERAWAT DALAM PEMASANGAN KATETER URIN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT ISLAM KENDAL.

EVALUASI KEMAMPUAN PERAWAT DALAM PEMASANGAN KATETER URIN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT ISLAM KENDAL. EVALUASI KEMAMPUAN PERAWAT DALAM PEMASANGAN KATETER URIN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT ISLAM KENDAL Tesis Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Di Amerika, Home Care yang terorganisasikan dimulai sejak tahun 1880-an dimana saat itu banyak sekali penderita penyakit infeksi dengan angka kematian yang tinggi.

Lebih terperinci

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PADA KLIEN STROKE DI RSUD WATES

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PADA KLIEN STROKE DI RSUD WATES 122 HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PADA KLIEN STROKE DI RSUD WATES 1 Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 2 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Arif Nurcahyono 1, Sri Arini 2,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada orang dewasa (Hudak & Gallo, 2010). Hampir sekitar tiga perempat stroke

BAB I PENDAHULUAN. pada orang dewasa (Hudak & Gallo, 2010). Hampir sekitar tiga perempat stroke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke dapat didefinisikan sebagai defisit neurologi yang mempunyai awitan mendadak dan berlangsung 24 jam sebagai akibat dari gangguan neurologi yang sering terjadi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini merupakan cross sectional survey karena pengambilan data dilakukan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan (Hidayat 2007). Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN 51 BAB V HASIL PENELITIAN Bab ini menguraikan hasil penelitian tentang pengaruh terapi air terhadap proses defekasi pasien konstipasi di RSU Sembiring Delitua Deli Serdang yang dilaksanakan pada 4 April-31

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas pelayanan yang baik bagi pasiennya. Keberhasilan suatu rumah sakit ditandai dengan adanya peningkatan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN KELUARGA PASIEN DIABETES MELLITUS TENTANG KOMPLIKASI AKUT. Di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. Hardjono Ponorogo

PENGETAHUAN KELUARGA PASIEN DIABETES MELLITUS TENTANG KOMPLIKASI AKUT. Di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. Hardjono Ponorogo PENGETAHUAN KELUARGA PASIEN DIABETES MELLITUS TENTANG KOMPLIKASI AKUT Di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. Hardjono Ponorogo KARYA TULIS ILMIAH Diajukan kepada Program Studi D III Keperawatan Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN METODE IVA TERHADAP MOTIVASI IBU DI KELURAHAN MOJOSONGO RW XIV SURAKARTA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN METODE IVA TERHADAP MOTIVASI IBU DI KELURAHAN MOJOSONGO RW XIV SURAKARTA PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN METODE IVA TERHADAP MOTIVASI IBU DI KELURAHAN MOJOSONGO RW XIV SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan suatu bentuk pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Pada perkembangannya ilmu

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PERAN KELUARGA DALAM PRAKTIK MOBILISASI PASIEN PASCA STROKE

KARYA TULIS ILMIAH PERAN KELUARGA DALAM PRAKTIK MOBILISASI PASIEN PASCA STROKE KARYA TULIS ILMIAH PERAN KELUARGA DALAM PRAKTIK MOBILISASI PASIEN PASCA STROKE Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngariboyo Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan Oleh : MUHAMAD IKHSAN SANTOSO NIM 12612130 PRODI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mortalitas dan morbiditas penduduk dengan prevalensi yang cukup tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. mortalitas dan morbiditas penduduk dengan prevalensi yang cukup tinggi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular yang sering terjadi saat ini. Stroke adalah penyakit gangguan fungsional pada otak yang bersifat akut karena

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN TENTANG KOMPLIKASI AKUT PADA PASIEN DIABETES MELLITUS. Di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr.

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN TENTANG KOMPLIKASI AKUT PADA PASIEN DIABETES MELLITUS. Di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN TENTANG KOMPLIKASI AKUT PADA PASIEN DIABETES MELLITUS Di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. Hardjono Ponorogo OLEH : EKA SEPTIANA DEWI NIM: 11612017 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

Lebih terperinci

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, menuntut perawat bekerja secara profesional yang didasarkan pada standar praktik keperawatan dan

Lebih terperinci

DIAN KUSUMA DEWI

DIAN KUSUMA DEWI GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN NEEDLE STICK INJURY DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Pada Program

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN MOTIVASI PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KEBERSIHAN DIRI PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSU

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN MOTIVASI PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KEBERSIHAN DIRI PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSU HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN MOTIVASI PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KEBERSIHAN DIRI PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSU dr. H. KOESNADI BONDOWOSO SKRIPSI oleh Ervina Novi Susanti NIM 082310101008

Lebih terperinci

: PAMBUDI EKO PRASETYO

: PAMBUDI EKO PRASETYO HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN MENGGUNAKAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO SKRIPSI Disusun Oleh : PAMBUDI EKO PRASETYO NIM

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH GAMABARAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT STROKE. di Poli Syaraf RSUD Dr. Hardjono Ponorogo

KARYA TULIS ILMIAH GAMABARAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT STROKE. di Poli Syaraf RSUD Dr. Hardjono Ponorogo KARYA TULIS ILMIAH GAMABARAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT STROKE di Poli Syaraf RSUD Dr. Hardjono Ponorogo Oleh : AWANG SURYO FITONO NIM: 11612065 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. PENGETAHUAN PASIEN TYPHOID ABDOMINALIS TENTANG DIET TYPHOID ABDOMINALIS di Rumah sakit Kabupaten Ponorogo

KARYA TULIS ILMIAH. PENGETAHUAN PASIEN TYPHOID ABDOMINALIS TENTANG DIET TYPHOID ABDOMINALIS di Rumah sakit Kabupaten Ponorogo KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN PASIEN TYPHOID ABDOMINALIS TENTANG DIET TYPHOID ABDOMINALIS di Rumah sakit Kabupaten Ponorogo Oleh: SITI ROKAYAH NIM: 11612092 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya. (Pratiwi, 2011). Menurut Leininger (1984) manusia

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya. (Pratiwi, 2011). Menurut Leininger (1984) manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk biopsikososial dan spiritual yang utuh dalam arti merupakan satu kesatuan utuh dari aspek jasmani dan rohani dan unik karena mempunyai

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PERAWATAN KAKI PADA DIABETES MELLITUS. Di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr.

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PERAWATAN KAKI PADA DIABETES MELLITUS. Di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PERAWATAN KAKI PADA DIABETES MELLITUS Di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. Harjono Ponorogo Oleh: MAYA FEBRIANI NIM: 13612565 PRODI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap pengalaman sakit, yang disebabkan karena faktor lingkungan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap pengalaman sakit, yang disebabkan karena faktor lingkungan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak-anak usia sekolah adalah kelompok usia yang sangat rentan terhadap pengalaman sakit, yang disebabkan karena faktor lingkungan, kebersihan, gizi yang buruk ataupun

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH Maria Novianti Nino a, Yohanes Dion S.Kep.,Ns.,M.Kes b, dan Maryati

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. desain deskriptif korelatif, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas

BAB III METODE PENELITIAN. desain deskriptif korelatif, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif korelatif, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi 385.000 kejadian luka akibat benda tajam yang terkontaminasi darah pada tenaga kesehatan di rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada tahap ini ditandai dengan menurunnya kemampuan kerja tubuh (Nugroho, 2007). Semakin bertambahnya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dalam tubuh yang menyebabkan sakit yang disertai. dengan gejala klinis baik lokal maupun sistemik.

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dalam tubuh yang menyebabkan sakit yang disertai. dengan gejala klinis baik lokal maupun sistemik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potter & Perry (2005) Infeksi adalah masuk dan berkembangnya mikroorganisme dalam tubuh yang menyebabkan sakit yang disertai dengan gejala klinis baik lokal maupun

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN KASUR ANTI DEKUBITUS TERHADAP DERAJAD DEKUBITUS PADA PASIEN TIRAH BARING. Abstrak

PENGARUH PENGGUNAAN KASUR ANTI DEKUBITUS TERHADAP DERAJAD DEKUBITUS PADA PASIEN TIRAH BARING. Abstrak PENGARUH PENGGUNAAN KASUR ANTI DEKUBITUS TERHADAP DERAJAD DEKUBITUS PADA PASIEN TIRAH BARING Rustina 1), Wahyuningsih Safitri, M.Kep 2), Dra. Agnes Sri Harti, M.Si 3) 1) : Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan

Lebih terperinci

PERILAKU PERAWATAN KAKI PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI POLIKLINIK ENDOKRIN RSUD dr PIRNGADI MEDAN SKRIPSI. Oleh: Susi Roida Simanjuntak

PERILAKU PERAWATAN KAKI PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI POLIKLINIK ENDOKRIN RSUD dr PIRNGADI MEDAN SKRIPSI. Oleh: Susi Roida Simanjuntak PERILAKU PERAWATAN KAKI PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI POLIKLINIK ENDOKRIN RSUD dr PIRNGADI MEDAN SKRIPSI Oleh: Susi Roida Simanjuntak 091101031 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Saint Terapan Disusun Oleh : Eka Rahmawati R1113025 PROGRAM

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN KELUARGA PASIEN TENTANG PRIORITAS PENANGANAN TRIAGE. di IGD RSUD Dr. Hardjono Ponorogo

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN KELUARGA PASIEN TENTANG PRIORITAS PENANGANAN TRIAGE. di IGD RSUD Dr. Hardjono Ponorogo KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN KELUARGA PASIEN TENTANG PRIORITAS PENANGANAN TRIAGE di IGD RSUD Dr. Hardjono Ponorogo Oleh : RISKA RIA NURCAHYANI NIM: 13612468 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI 1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI DESCRIPTION OF NURSE IN THE PREVENTION OF BEHAVIOR IN THE EVENT OF PLEBITIS INPATIENT KEDIRI BAPTIST

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PERAN KELUARGA DALAM PENCEGAHAN KONSTIPASI PADA LANSIA. Di Dukuh Ngujung Desa Gandu Kepuh Kecamatan Sukorejo Ponorogo

KARYA TULIS ILMIAH PERAN KELUARGA DALAM PENCEGAHAN KONSTIPASI PADA LANSIA. Di Dukuh Ngujung Desa Gandu Kepuh Kecamatan Sukorejo Ponorogo KARYA TULIS ILMIAH PERAN KELUARGA DALAM PENCEGAHAN KONSTIPASI PADA LANSIA Di Dukuh Ngujung Desa Gandu Kepuh Kecamatan Sukorejo Ponorogo Oleh : WULAN SIAMSIH NIM: 11611957 PRODI D III KEPERAWATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlational yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlational yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlational yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antar variabel (Nursalam,

Lebih terperinci

HUBUNGAN KECERDASAN SPIRITUAL DAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DI IRNA I RSUD PROF. DR

HUBUNGAN KECERDASAN SPIRITUAL DAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DI IRNA I RSUD PROF. DR HUBUNGAN KECERDASAN SPIRITUAL DAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DI IRNA I RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Lebih terperinci

PENELITIAN PERILAKU PERAWAT DALAM MENGGUNAKAN ALAT PERLINDUNGAN DIRI DI INSTALASI GAWAT DARURAT. Di RS Kabupaten Ponorogo

PENELITIAN PERILAKU PERAWAT DALAM MENGGUNAKAN ALAT PERLINDUNGAN DIRI DI INSTALASI GAWAT DARURAT. Di RS Kabupaten Ponorogo PENELITIAN PERILAKU PERAWAT DALAM MENGGUNAKAN ALAT PERLINDUNGAN DIRI DI INSTALASI GAWAT DARURAT Di RS Kabupaten Ponorogo Oleh : ERINA RANI YEYEN CRISWANTI NIM : 11611941 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO THE RELATIONSHIP BETWEEN THE WORKLOAD WITH PERFORMANCE OF NURSES IN RSUD SARAS HUSADA PURWOREDJO Naskah Publikasi Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR Survey Indeks Kepuasan Masyarakat sesuai Kepmenpan Nomor 25/M.PAN/2/2004 RSUD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan 2016

LAPORAN AKHIR Survey Indeks Kepuasan Masyarakat sesuai Kepmenpan Nomor 25/M.PAN/2/2004 RSUD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan 2016 LAPORAN AKHIR Survey Indeks Kepuasan Masyarakat sesuai Kepmenpan Nomor 25/M.PAN/2/2004 RSUD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan 2016 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia PRAKATA Sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab utama kematian di. Indonesia (Sagita, 2013). Adapun stroke adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab utama kematian di. Indonesia (Sagita, 2013). Adapun stroke adalah penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab utama kematian di Indonesia (Sagita, 2013). Adapun stroke adalah penyakit yang disebabkan karena terhambatnya aliran darah ke otak, biasanya

Lebih terperinci

PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ASUPAN ZAT GIZI MIKRO SELAMA KEHAMILAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA MEDAN

PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ASUPAN ZAT GIZI MIKRO SELAMA KEHAMILAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA MEDAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ASUPAN ZAT GIZI MIKRO SELAMA KEHAMILAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA MEDAN SKRIPSI OLEH: TRISNA SUTANTI SINAMBELA 091101041 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari satu periode (Udjianti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan

BAB I PENDAHULUAN. di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan sakit pada anak usia prasekolah dan anak usia sekolah banyak ditemui di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan selama dirawat

Lebih terperinci