SKRIPSI. IDENTIFIKASI MORFOLOGI DURIAN (Durio zibethinus) SUNAN DAN BRONGKOL DALAM PENYUSUNAN BASIS DATA KERAGAMAN. Oleh Latif Nur Effendi H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI. IDENTIFIKASI MORFOLOGI DURIAN (Durio zibethinus) SUNAN DAN BRONGKOL DALAM PENYUSUNAN BASIS DATA KERAGAMAN. Oleh Latif Nur Effendi H"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id SKRIPSI IDENTIFIKASI MORFOLOGI DURIAN (Durio zibethinus) SUNAN DAN BRONGKOL DALAM PENYUSUNAN BASIS DATA KERAGAMAN Oleh Latif Nur Effendi H PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

2 digilib.uns.ac.id IDENTIFIKASI MORFOLOGI DURIAN (Durio zibethinus) SUNAN DAN BRONGKOL DALAM PENYUSUNAN BASIS DATA KERAGAMAN SKRIPSI untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Oleh Latif Nur Effendi H PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit 2013 to user i

3 digilib.uns.ac.id SKRIPSI IDENTIFIKASI MORFOLOGI DURIAN (Durio zibethinus) SUNAN DAN BRONGKOL DALAM PENYUSUNAN BASIS DATA KERAGAMAN Latif Nur Effendi H Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping Dr.Ir. Endang Yuniastuti, M.Si Dra. Sri Rossati, M.Si NIP NIP Surakarta, Februari 2013 Fakultas Pertanian Dekan Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S NIP ii

4 digilib.uns.ac.id SKRIPSI IDENTIFIKASI MORFOLOGI DURIAN (Durio zibethinus) SUNAN DAN BRONGKOL DALAM PENYUSUNAN BASIS DATA KERAGAMAN yang dipersiapkan dan disusun oleh Latif Nur Effendi H telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal: Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Program Studi Agroteknologi Susunan Tim Penguji: Ketua Anggota I Anggota II Dr. Ir. Endang Yuniastuti, M.Si Dra. Sri Rossati, M.Si Ir. Wartoyo SP., MS NIP NIP NIP iii

5 digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan rangkaian penelitian danpenulisan skripsi yang berjudul Identifikasi Morfologi Durian (Durio zibethinus) Sunan dan Brongkol Dalam Penyusunan Basis Data Keragaman ini dengan baik. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan dan penyusunan skripsi ini dapat berjalan baik dan lancar karena adanya pengarahan, bimbingan, dan bantuanberbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Dr. Ir. Hadiwiyono, M.Si selaku ketua program studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Dr. Ir. Endang Yuniastuti, M.Si selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan petunjuk, motivasi, bimbingan, kritik, saran dan sumbangan pemikiran kepada penulis selama pelaksanaan penelitian sampai akhir penulisan skripsi ini. 4. Dra. Sri Rossati, M.Si selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penelitian hingga akhir penulisan skripsi ini. 5. Ir. Wartoyo SP.,M.S selaku Dosen Pembahas yang telah memberikan masukan dan saran serta pengarahan agar skripsi ini lebih baik. 6. Prof. Dr. Ir. Joko Purnomo, M.P selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan motivasi dan bimbingan kepada penulis dalam pelaksanaan kegiatan akademis. 7. Bapak Triyono dan Mas Ribut selaku kepala dan pegawai Balai Pengembangan Tanaman Hortikultura (BPTH) Ranukitri, Mojogedang, Kab. Karnganyar atas bimbingan dan bantuannya selama penelitian. iv

6 digilib.uns.ac.id 8. Bapak Juwanto selaku ketua kelompok tani Ajuning Tani Brongkol, Jambu, Kab. Semarang atas bimbingan dan bantuannya selama penelitian. 9. Teman-teman Solmated 08 atas pertemanan, bantuan dan dukungannya selama ini. 10. Semua pihak yang telah membantu demi kelancaran penelitian dan penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan menambah wawasan dan ilmu bagi pembaca. Surakarta, Februari 2013 Penulis v

7 digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERSETUJUAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN... SUMMARY... I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Perumusan Masalah... 2 C. Tujuan Penelitian... 2 D. Manfaat Penelitian... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA... 3 A. Biologi Durian Sunan dan Brongkol... 3 B. Perbanyakan Tanaman Durian... 4 C. Analisis Keragaman Genetik... 6 D. Identifikasi Morfologi... 8 III. METODE PENELITIAN... 9 A. Tempat dan Waktu Penelitian... 9 B. Bahan dan Alat Penelitian... 9 C. Rancangan Penelitian... 9 D. Variabel Pengamatan E. Analisis Data IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Geografis Lokasi Penelitian ii iii iv vi viii x xiii xiv xv vi

8 digilib.uns.ac.id B. Identifikasi Morfologi Pohon C. Identifikasi Morfologi Daun D. Identifikasi Morfologi Buah E. Identifikasi Morfologi Biji F. Identifikasi Morfologi Keseluruhan Karakter Morfologi V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii

9 digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Nomor Judul dalam Teks Halaman 1. Tinggi Tanaman Durian Sunan dan Brongkol Diameter Tajuk Durian Sunan dan Brongkol Diameter Batang Durian Sunan dan Brongkol Ketebalan Kulit Batang Durian Sunan dan Brongkol Jumlah Cabang Durian Sunan dan Brongkol Letak Cabang Durian Sunan dan Brongkol Matriks Data Pohon Bentuk Daun Durian Sunan dan Brongkol Panjang Daun Durian Sunan dan Brongkol Lebar Daun Durian Sunan dan Brongkol Bentuk Ujung Daun Durian Sunan dan Brongkol Panjang Tangkai Daun Durian Sunan dan Brongkol Warna Permukaan Bawah Daun yang Muda Durian Sunan dan Brongkol Warna Permukaan Bawah Daun yang Tua Durian Sunan dan Brongkol Matriks Data Daun Bentuk Buah Durian Sunan dan Brongkol Bentuk Ujung Buah Durian Sunan dan Brongkol Warna Kulit Buah Masak Durian Sunan dan Brongkol Panjang Tangkai Buah Durian Sunan dan Brongkol Diameter Buah Durian Sunan dan Brongkol Berat Buah Durian Sunan dan Brongkol Jumlah Duri Durian Sunan dan Brongkol Warna Daging Buah Durian Sunan dan Brongkol Rasa Buah Durian Sunan dan Brongkol Jumlah Lokus Durian Sunan dan Brongkol Tebal Kulit Lokus Durian Sunan dan Brongkol Lebar Lokus Durian Sunan dan commit Brongkol to user viii

10 digilib.uns.ac.id 28. Panjang Lokus Durian Sunan dan Brongkol Matriks Data Buah Jumlah Biji Per Buah Durian Sunan dan Brongkol Jumlah Biji Per Lokus Durian Sunan dan Brongkol Bentuk Biji Durian Sunan dan Brongkol Lebar Biji Durian Sunan dan Brongkol Panjang Biji Durian Sunan dan Brongkol Ketebalan Biji Durian Sunan dan Brongkol Berat Biji Durian Sunan dan Brongkol Matriks Data Biji Matriks Data Keseluruhan ix

11 digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Nomor Judul dalam Teks Halaman 1. Pohon Durian Sunan Pohon Durian Brongkol Bentuk Tajuk Durian Sunan Bentuk Tajuk Durian Brongkol Bentuk Batang Durian Sunan Bentuk Batang Durian Brongkol Permukaan Batang Durian Sunan Permukaan Batang Durian Brongkol Warna Kayu Durian Sunan Warna Kayu Durian Brongkol Cabang Durian Sunan Cabang Durian Brongkol Pola Percabangan Durian Sunan Pola Percabangan Durian Brongkol Tipe Percabangan Durian Sunan Tipe Percabangan Durian Brongkol Letak Cabang Durian Sunan Letak Cabang Durian Brongkol Dendrogram Pohon Daun Durian Sunan Daun Durian Brongkol Daun Durian Brongkol Tepi Daun Tua dan Muda Durian Sunan Tepi Daun Tua dan Muda Durian Brongkol Bentuk Ujung Daun Durian Sunan Bentuk Ujung Daun Durian Brongkol Bentuk Ujung Daun Durian Brongkol Bentuk Pangkal Daun Durian commit Sunan... to user 34 x

12 digilib.uns.ac.id 29. Bentuk Pangkal Daun Durian Brongkol Tipe Kedudukan Daun Durian Sunan Tipe Kedudukan Daun Durian Brongkol Tipe Tangkai Daun Durian Sunan Tipe Tangkai Daun Durian Brongkol Warna Permukaan Atas Daun Durian Sunan Warna Permukaan Atas Daun Durian Brongkol Warna Permukaan Bawah Daun Muda Durian Sunan Warna Permukaan Bawah Daun Muda Durian Brongkol Warna Permukaan Atas Daun Tua Durian Sunan Warna Permukaan Atas Daun Tua Durian Brongkol Warna Permukaan Bawah Daun Tua Durian Sunan Warna Permukaan Bawah Daun Tua Durian Brongkol Susunan Tulang Daun Durian Sunan Susunan Tulang Daun Durian Brongkol Flush Durian Sunan Flush Durian Brongkol Dendrogram Daun Bentuk Buah Durian Sunan Bentuk Buah Durian Brongkol Bentuk Buah Durian Brongkol Bentuk Dasar Buah Durian Sunan Bentuk Dasar Buah Durian Brongkol Bentuk Ujung Buah Durian Sunan Bentuk Ujung Buah Durian Brongkol Bentuk Ujung Buah Durian Brongkol Bentuk Ujung Buah Durian Brongkol Warna Kulit Buah Durian Sunan Warna Julit Buah Durian Brongkol Warna Kulit Dalam Durian Sunan Warna Kulit Dalam Durian Brongkol commit to... user 46 xi

13 digilib.uns.ac.id 60. Duri pada Durian Sunan Duri pada Durian Brongkol Warna Daging Buah Durian Sunan Warna Daging Buah Durian Brongkol Dendrogram Buah Bentuk Biji Durian Sunan Bentuk Biji Durian Brongkol Bentuk Biji Durian Brongkol Bentuk Ujung Biji Durian Sunan Bentuk Ujung Biji Durian Brongkol Warna Kulit Biji Durian Sunan Warna Kulit Biji Durian Brongkol Warna Kotiledon Durian Sunan Warna Kotiledon Durian Brongkol Embrio Durian Sunan Embrio Durian Brongkol Biji Durian Sunan Biji Durian Brongkol Biji Durian Brongkol Dendrogram Biji Dendrogram Keseluruhan xii

14 digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Nomor Judul dalam Lampiran Halaman 1. Skoring Morfologi Deskripsi Morfologi Data Morfologi Durian Brongkol Peta Kebun Hortikultura Pendem Peta Desa Brongkol Rata-Rata Curah Hujan KBH Pendem (Mm) Rata-Rata Curah Hujan Brongkol (Mm) xiii

15 digilib.uns.ac.id I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki beragam jenis buah - buahan salah satunya durian (Durio zibenthinus). Di Indonesia cukup banyak ditemukan varietas durian yang satu dengan lainnya berbeda baik dalam rasa, aroma, dan warna daging buahnya. Beberapa durian varietas lokal mulai jarang ditemukan, antara lain durian sukun, durian merah, durian jember dan durian brongkol (Yuniastuti dan Pardjanto 2009). Hal ini dikarenakan pengembangan tanaman durian varietas lokal belum optimal, terutama dalam peremajaan tanaman. Durian sunan merupakan durian lokal unggulan nasional yang berasal dari Boyolali, Jawa Tengah. Tanaman induk pertama durian sunan di Boyolali sudah mati. Sedangkan durian brongkol merupakan durian lokal yang berasal dari Desa Brongkol, Kabupaten Semarang. Beberapa durian brongkol menjadi juara dalam perlombaan durian tingkat provinsi Jawa Tengah. Durian brongkol juga memiliki potensi untuk dikembangkan sehingga menghasilkan nilai ekonomis tinggi. Proses pengembangan tanaman durian sunan dan brongkol masih memiliki kendala yaitu informasi yang masih sedikit. Penamaan beberapa durian lokal masih berdasarkan nama pemilik kebun dan nama daerah sehingga basis data keragaman belum tersusun dengan baik. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis yang tepat terhadap keragaman antara kedua durian sehingga informasi yang dihasilkan akan lebih berguna dalam rangka pengembangan secara lebih luas. Analisis fenotip di lakukan dengan karakterisasi morfologi terhadap kedua durian. Informasi keragaman dapat digunakan untuk mengetahui hubungan tingkat kemiripan antara kedua durian. Data mengenai ciri morfologi durian sunan dan brongkol dapat dijadikan sebagai basis data keragaman dua durian tersebut sehingga dapat digunakan dalam kegiatan pemuliaan tanaman. 1

16 digilib.uns.ac.id 2 B. Perumusan Masalah Usaha pengembangan durian lokal Indonesia seperti durian sunan dan brongkol memiliki kendala informasi yang masih sedikit. Analisis fenotipik dapat dijadikan dasar untuk mengetahui ciri morfologi dan dan tingkat kemiripan antara kedua durian. Pokok permasalahan pada penelitian: 1. Karakter morfologi untuk mengenali durian sunan dan brongkol. 2. Tingkat kemiripan antara durian sunan dan brongkol. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui karakter morfologi untuk mengenali durian sunan dan brongkol. 2. Mengetahui tingkat kemiripan antara durian sunan dan brongkol. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini mempunyai manfaat antara lain: 1. Memberikan informasi mengenai karakter morfologi durian sunan dan brongkol. 2. Memberikan informasi tingkat kemiripan antara durian sunan dan brongkol berdasarkan karakter morfologi.

17 digilib.uns.ac.id II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Durian Sistematika (taksonomi) tanaman durian menurut Wiryanta (2008) diklasifikasikan sebagai berikut: Regnum : Plantarum Divisio : Magnoliophyta Klasis : Magnoliopsida Ordo : Malvales Familia : Bombacaceae Genus : Durio Spesies : Durio zibethinus Murr. Tanaman durian tumbuh baik pada ketinggian meter diatas permukaan laut. Kisaran curah hujan sekitar milimeter pertahun. Suhu udara C, kelembaban 75 80%. Tanah yang cocok untuk pertanaman durian adalah tanah gembur, banyak mengandung BO, sedikit berpasir, durian tidak tahan genangan air yang dapat mengakibatkan penyakit busuk akar. ph tanah yang cocok adalah antara 5,5 6,5 (Setiadi 1999). Menurut Brown (1997) tinggi pohon antara meter tergantung varietas, memiliki tajuk rimbun, warna kulit batang coklat kehitaman. Daun durian berbentuk oblongus, pangkal daun tumpul (obtusus), ujung daun meruncing (acuminatus), susunan tulang daun menyirip (penninervis), bentuk tepi daun rata (integer), duduk daun pada nodus, tipe kedudukan daun berseling, tekstur permukaan daun perkamen, permukaan atas daun yang muda berwarna hijau muda, sedangkan permukaan bawah daun berwarna coklat. Permukaan atas daun yang tua berwarna hijau tua, sedangkan permukaan bawah daun berwarna coklat muda (Yuniastuti dan Parjanto 2009). Bunga durian merupakan bunga lengkap yang tersusun dari bagian-bagian bunga di dalam empat lingkaran (tetracyclis). Bagian bagian bunga durian terdiri atas: tangkai bunga (pedicellus), dasar bunga (receptacle), alat kelamin jantan dan betina, serta perhiasan bunga yaitu kelopak bunga (sepal) dan mahkota 3

18 digilib.uns.ac.id 4 bunga (corolla). Letak bunga durian flos ramiflorous, tata letak bunga payung majemuk, bentuk kuncup bunga bulat telur, warna kelopak bunga (sepal) kuning tua, warna mahkota bunga (corolla) putih keabu abuan, warna bakal buah hijau kekuningan (Rianggono 2010). Bentuk buah bulat telur, bulat, hingga elip. Panjang buah 25 cm, lebar 20 cm, kulit buah tebal, kulit buah berduri, berwarna hijau, kekuningan, kecoklatan, sampai keabu-abuan. Waktu pemasakan buah dari masa berbunga diperlukan waktu 4 bulan. Berat buah durian pada umumnya 1,5 kg 5 kg. Setiap buah memiliki 5 lokus, masing-masing terdiri dari 3 biji atau lebih. Biji berbentuk elip dan bulat telur, panjang sekitar 4 cm, berwarna coklat. Biji terbungkus oleh daging buah. Daging buah durian berwarna putih hingga kuning terang dengan ketebalan bervariasi. Pemuliaan tanaman durian diarahkan untuk menghasilkan durian dengan daging buah yang tebal dan biji yang kecil (Verheij 1997). B. Perbanyakan Tanaman Durian Perbanyakan tanaman durian dilakukan dengan generatif dan vegetatif. Perbanyakan secara generatif dilakukan dengan mengecambahkan biji. Biji dipilih untuk bibit dengan syarat asli dari induknya, segar, sudah cukup umur, tidak kisut, tidak terserang hama dan penyakit. Keunggulan perbanyakan secara generatif tanaman adalah mempunyai sistem perakaran yang lebih kuat, lebih mudah diperbanyak, tahan terhadap penyakit tanah dan cekaman lingkungan, serta jangka waktu berbuah lebih lama. Kelemahan budidaya secara generatif adalah waktu untuk mulai berbuah lebih lama, sifat keturunan tidak sama dengan induk, ada beberapa tanaman yang sulit dalam memproduksi benih atau benih sulit berkecambah (Purnomosidhi et al. 2002). Selain perbanyakan generatif, tanaman durian juga dapat diperbanyak dengan perbanyakan vegetatif. Perbanyakan secara vegetatif adalah cara perkembangbiakan tanaman dengan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti batang, cabang, ranting, pucuk daun, umbi dan akar untuk menghasilkan tanaman yang baru yang sama dengan induknya. Adapun kelebihan bibit dari hasil perbanyakan vegetatif adalah: umur berbuah lebih cepat, aroma dan cita rasa buah tidak menyimpang dari sifat commit induknya, to user diperoleh individu baru dengan sifat

19 digilib.uns.ac.id 5 unggul lebih banyak, misalnya batang bawah yang unggul perakarannya disambung dengan batang atas yang unggul produksi buahnya dan bahkan dapat divariasikan (Mahfudz et al dan Rukmana 1999). Kelemahan perbanyakan secara vegetatif perakaran kurang baik, lebih sulit dikerjakan karena membutuhkan keahlian tertentu, dan umur tanaman berbuah lebih pendek (Purnomosidhi et al. 2002). Macam-macam perbanyakan durian secara vegetatif dapat dilakukan dengan cara sambung pucuk, penyusuan, okulasi, dan stek. Perbanyakan vegetatif yang sering digunakan untuk perbanyakan tanaman durian adalah sambung pucuk dan okulasi. Perbanyakan sambung pucuk dan okulasi menggabungkan sifat antara 2 tanaman dengan menggabungkan sifat antara batang atas dan batang bawah tanaman. Batang atas yang akan memberikan hasil sesuai dengan sifat induk yang diinginkan. Oleh sebab itu, kriteria pemilihan batang atas dan batang bawah berbeda. Kriteria tanaman yang digunakan sebagai batang atas adalah cukup tua, berbuah lebat, buah manis, buah besar, dan sehat. Kriteria tanaman yang digunakan sebagai batang bawah adalah sistem perakaran kuat, tahan terhadap hama penyakit, dan sesuai dengan kondisi setempat (Hatmann et al. 1997). Metode sambung pucuk merupakan perbanyakan tanaman gabungan antara perbanyakan secara generatif (dari persemaian biji) dengan salah satu bagian vegetatif (cabang/ranting) tanaman. Keunggulan menggunakan metode sambung pucuk adalah perbanyakan dapat dilakukan lebih awal, yakni pada bibit hasil semaian batang bawah yang baru berumur dua bulan, dengan tingkat keberhasilan sambungan tinggi yakni sekitar 80% sehingga akan diperoleh bibit bermutu dalam waktu yang singkat (BPTP Sulawesi Selatan 2006). Menurut (Hatmann et al. 1997) perbanyakan dengan cara sambung pucuk menghasilkan tanaman dengan perakaran kuat, toleran terhadap lingkungan tertentu, kematangan reproduktif dan produksi buah lebih awal. Sedangkan metode tempel atau okulasi merupakan penggabungan dua bahan perbanyakan tanaman durian melalui metode tempel mata tunas dilakukan pada batang bawah durian yang telah berumur lebih dari 6 bulan dengan ukuran batang sebesar pensil.

20 digilib.uns.ac.id 6 Keberhasilan sambung dan okulasi menurut (Winarno et al. 1990) dipengaruhi oleh: a. Faktor tanaman Faktor tanaman mencakup kehalusan sayatan untuk memastikan persentuhan kambium dan kesamaan ukuran batang bawah dan batang atas. Pada batang bawah yang kurang sehat, proses pembentukan kalus pada bagian yang dilukai sering terhambat. b. Faktor lingkungan Penyambungan dan okulasi sebaiknya dilakukan pada musim kemarau. Temperatur optimum adalah 25 C 30 C, kelembaban tinggi (80%), bila kelembaban rendah akan mengalami kekeringan, dan menghambat pembentukan kalus pada sambungan karena banyak sel-sel pada sambungan mati. Cahaya matahari berpengaruh pada waktu pelaksanaan berlangsung. Oleh karena itu sebaiknya dilakukan pada waktu pagi atau sore hari pada saat matahari kurang kuat memancarkan sinarnya. c. Faktor pelaksanaan 1. Keahlian Pengalaman, ketelitian, dan kecepatan merupakan pencegahan paling baik terhadap infeksi penyakit dan kerusakan pada kambium. 2. Kesempurnaan alat Dalam penyambungan diperlukan ketajaman dan kebersihan alat, tali pengikat yang tipis dan lentur. C. Analisis Keragaman Genetik Analisis keragaman genetik berguna untuk mengetahui keragaman genetik dan hubungan kekerabatan suatu tanaman. Beberapa macam penanda yang dapat digunakan untuk membedakan varietas antara lain: morfologi tanaman, pola pita isozim, dan pola pita DNA (Sukartini 2011). Analisis menggunakan penanda morfologi dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap organ vegetatif dan generatif tanaman. Kelebihan menggunakan penanda morfologi adalah pelaksanaan identifikasi mudah. Kelemahan analisis keragaman menggunakan penanda morfologi adalah

21 digilib.uns.ac.id 7 ekspresi morfologi suatu tanaman yang sangat dipengaruhi oleh faktor umur dan faktor lingkungan (Rao 2004). Penanda isozim dapat digunakan dalam analisis keragaman genetik karena dikendalikan oleh gen tunggal dan bersifat kodominan dalam pewarisannya. Kelebihannya adalah mudah dilakukan dan membutuhkan bahan dalam jumlah sedikit. Metode isozim telah banyak dimanfaatkan oleh pemulia tanaman untuk mengidentifikasi varietas. Wardani (1999) melakukan analisis isozim esterase dan peroksidase untuk memilih tetua tanaman tebu yang berpotensi produksi tinggi. Kelemahan penanda isozim adalah rendahnya kemampuan dalam mendeteksi polimorfisme (Rao 2004). Beberapa sistem enzim tertentu dipengaruhi oleh regulasi perkembangan jaringan yang dibatasi umur dan jenis jaringan (Azrai 2005). Sedangkan penanda molekuler mempunyai beberapa kelebihan bila dibandingkan dengan penanda morfologi dan isozim. Penanda molekuler sering berada di dekat gen sehingga dapat membantu menentukan posisi suatu gen. Selain itu penanda molekuler juga menunjukkan polimorfisme yang tinggi sehingga dapat mendeteksi keanekaragaman genetik antarjenis maupun di dalam jenis. Kelebihan penanda molekuler yang berbasiskan DNA memiliki keuntungan karena keakuratan identifikasi tidak tergantung pada kondisi lingkungan, umur, atau sifat fisiologi dari patogen, namun lebih tergantung pada kualitas DNA yang diekstraksi (Louws dan Cuppels 2001). Teknologi penanda molekuler pada tanaman berkembang sejalan dengan semakin banyaknya pilihan penanda molekuler. Penanda pertama berdasarkan pada hibridisasi DNA seperti Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP). Penanda kedua berdasarkan pada reaksi rantai polimerase atau Polymerase Chain Reaction (PCR) dengan menggunakan sekuen-sekuen nukleotida sebagai primer, seperti Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD) dan Amplified Fragment Length Polymorphism (AFLP). Penanda ketiga berdasarkan pada PCR dengan menggunakan primer yang menggabungkan sekuen komplementer spesifik dalam DNA target, seperti Sequence Tagged Sites (STS), Sequence Characterized commit Amplified to user Regions (SCARs), Simple Sequence

22 digilib.uns.ac.id 8 Repeats (SSRs) atau mikrosatelit, dan Single Nucleotide Polymorphisms (SNPs) (Azrai 2006). D. Identifikasi Morfologi Identifikasi morfologi didasarkan pada pengamatan secara langsung terhadap fenotip tanaman. Menurut Suryadi et al. (2003) identifikasi morfologi merupakan kegiatan awal untuk mengetahui variasi sifat pertumbuhan vegetatif dan generatif maupun sifat morfologi tanaman yang bertujuan untuk menghasilkan deskripsi tanaman. Identifikasi morfologi digunakan untuk mengetahui terjadinya variasivariasi tanaman sehingga menimbulkan keragaman antar tanaman. Keragaman suatu tanaman dapat pula disebabkan oleh faktor genetik, faktor lingkungan dan gabungan dari faktor genetik dan faktor lingkungan (Crisp dan Astley 1984). Identifikasi morfologi mengarah pada deskripsi yang digunakan untuk mengidentifikasi tanaman sebagai bahan acuan gambaran sifat-sifat varietas, baik bagi pemulia, peneliti maupun petani (Hayat 2008). Menurut Kountur (2003) analisis klaster digunakan untuk mengklasifikasikan atau mengelompokkan tanaman ke dalam beberapa kelompok tertentu berdasarkan sifat kemiripan morfologi. Menurut Widayah (2006) Hasil analisis klaster disajikan dalam bentuk dendrogram. Kemiripan antar sampel di intrepretasikan oleh nilai kemiripan.

23 digilib.uns.ac.id II. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Agustus Penelitian dilaksanakan di Kebun Benih Hortikultura RANUKITRI, Pendem, Mojogedang, Kabupaten Karanganyar pada ketinggian 382 meter diatas permukaan laut dan di Desa Brongkol, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang pada ketinggian 634 meter diatas permukaan laut serta di Laboratorium Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian UNS. B. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan Tanaman durian sunan dan brongkol 2. Alat a. Jangka sorong b. Rol meter c. Penggaris d. Klinometer e. Munsel colour chart f. Timbangan g. Kamera C. Perancangan Penelitian Penelitian identifikasi morfologi durian sunan dan brongkol bersifat eksploratif. Data deskripsi karakter morfologi diperoleh dan diolah mengikuti standar IPGRI (Internasional Plant Genetic Resources Institute) dengan menggunakan skoring. Penentuan sampel dilakukan secara sengaja (purposive random sampling). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung dilapang, pendokumentasian bagian vegetatif dan generatif tanaman durian sunan dan brongkol. Pengambilan sampel terbagi sebagai berikut : a. Deskripsi pohon, data diambil dari 3 sampel. b. Deskripsi daun, data diambil dari 5 sampel daun muda dan daun tua. c. Deskripsi buah, data diambil dari commit 3 sampel to user buah yang telah masak. 9

24 digilib.uns.ac.id 10 d. Deskripsi biji, data diambil dari seluruh sampel biji. D. Variabel pengamatan Pada penelitian ini variabel yang diamati dalam mengidentifikasi morfologi tanaman durian sunan dan brongkol antara lain: 1. Morfologi tanaman a. Pengamatan terhadap pohon meliputi: 1) Tinggi tanaman Diukur dari pangkal batang sampai ujung kanopi tertinggi pada pohon. 2) Bentuk tajuk Diamati secara langsung. 3) Diameter tajuk Diukur pada bagian terlebar tajuk tanaman dengan menggunakan rol meter. 4) Bentuk batang Bentuk batang diamati secara langsung. 5) Diameter batang Diukur dengan menggunakan rol meter, kemudian menggunakan rumus matematis lingkaran untuk mengetahui diameter batang. 6) Keadaan permukaan batang Dilakukan dengan uji organoleptik pada permukaan batang luar. 7) Warna batang (warna kulit batang dan kayu) Diamati secara langsung warna pada kulit batang dan kayu dibandingkan dengan munsel colour chart. 8) Ketebalan kulit batang Kulit luar disayat sampai pada kayu, diukur ketebalan kulit batang. 9) Lapisan lilin Diamati secara langsung ada tidaknya lapisan lilin pada batang. 10) Jumlah cabang Dihitung secara langsung jumlah cabang pada tanaman.

25 digilib.uns.ac.id 11 11) Pola percabangan Diamati dari batang utama tanaman. Pengamatan pola percabangan dibedakan antara tegak, semi tegak, dan horisontal. 12) Tipe percabangan Diamati secara langsung pada tipe percabangan tanaman dibandingkan dengan IPGRI. 13) Letak cabang Letak cabang diukur menggunakan klinometer pada cabang yang letaknya paling rendah dekat dengan permukaan tanah. 14) Bulu pada cabang Diamati secara langsung ada tidaknya bulu pada cabang. 15) Sistem perakaran Diamati dengan melihat apakah sistem perakarannya tunggang atau serabut. b. Pengamatan terhadap daun meliputi: 1) Bentuk daun Diamati secara langsung dibandingkan antara panjang dan lebar daun. 2) Panjang daun Diukur dari pangkal daun sampai ujung daun. 3) Lebar daun Diukur pada bagian terlebar dari helaian daun dari sisi satu ke sisi seberangnya. 4) Tebal daun Diukur dengan jangka sorong dari bagian atas permukaan daun sampai dengan bagian permukaan bawah daun. 5) Tekstur daun Dilakukan dengan uji organoleptik apakah daun mudah patah, kaku, atau lemas. 6) Tepi daun muda dan daun tua Diamati pada bagian tepi daun.

26 digilib.uns.ac.id 12 7) Bentuk ujung daun Diamati pada bagian ujung daun. 8) Bentuk pangkal daun Diamati pada bagian pangkal daun. 9) Tipe kedudukan daun Diamati secara langsung pada tempat menempelnya daun. 10) Rumus daun Diamati berdasarkan perbandingan antara banyaknya garis spiral (garis yang menghubungkan daun berturut-turut dari bawah ke atas) yang melingkari batang atau cabang dengan jumlah daun yang dilewati selama melingkari tersebut (daun permulaan tidak dihitung). 11) Tipe tangkai daun Diamati secara langsung apakah termasuk tipe bulat, pipih dan bersayap, bersegi, setengah lingkaran, atau segitiga. 12) Panjang tangkai daun Diukur dari buku-buku (nodus) sampai pangkal daun (basis folii). 13) Warna daun (warna permukaan atas dan permukaan bawah daun) Diamati secara langsung dibandingkan dengan munsel colour chart. 14) Susunan tulang daun Diamati pada sistem pertulangan daun. 15) Aroma flush Dilakukan dengan uji organoleptik dengan kategori tidak beraroma dan beraroma. c. Pengamatan terhadap buah meliputi: 1) Tipe buah Diamati berdasarkan asal-usul pembentukan buah. 2) Bentuk buah Diamati secara langsung dibandingkandengan IPGRI. 3) Bentuk dasar buah Diamati secara langsung dibandingkan dengan IPGRI.

27 digilib.uns.ac.id 13 4) Bentuk ujung buah Diamati secara langsung dibandingkan dengan IPGRI. 5) Warna kulit buah masak Diamati secara langsung dibandingkan dengan munsel colour chart. 6) Tekstur permukaan kulit buah masak Dilakukan dengan uji organoleptik dengan kategori sangat keras, keras, agak keras, lunak, dan sangat lunak. 7) Warna kulit dalam Diamati secara langsung pada kulit bagian dalam dibandingkan dengan munsel colour chart. 8) Panjang tangkai buah Diukur dari tempat keluarnya buah sampai dasar buah. 9) Diameter buah Diukur pada bagian terlebar durian dengan penggaris. 10) Berat buah Diukur dengan menimbang sampel buah pada timbangan. 11) Banyak duri Ditung secara langsung dengan luasan 10 cm x 10 cm. 12) Warna daging buah Diamati secara langsung dibandingkan dengan munsel colour chart. 13) Rasa buah Dilakukan uji organoleptik apakah berasa manis, manis pahit, pahit, dan tidak terasa manis. 14) Jumlah lokus Dihitung secara langsung jumlah lokus setiap sampel. 15) Tebal kulit lokus Diukur dengan menggunakan jangka sorong. 16) Lebar lokus Diukur dengan menggunakan jangka sorong pada bagian terlebar lokus.

28 digilib.uns.ac.id 14 17) Panjang lokus Panjang lokus diukur secara langsung dari ujung satu ke ujung yang lain. d. Pengamatan terhadap biji meliputi: 1) Jumlah biji per buah Dihitung secara langsung jumlah biji per buah. 2) Jumlah biji per lokus Dihitung dari rata-rata jumlah biji perlokus. 3) Bentuk biji (bentuk biji luar dan bentuk kotiledon) Diamati secara langsung dibandingkan dengan IPGRI. 4) Ujung biji Diamati pada bagian ujung biji, diamati secara langsung dibandingkan dengan IPGRI. 5) Tekstur biji (tekstur kulit biji dan tekstur kotiledon) Diamati dengan uji organoleptik kulit biji dan kotiledon apakah termasuk sangat lunak, lunak, agak keras, keras dan sangat keras. 6) Lebar biji Diukur pada bagian tengah terlebar biji menggunakan jangka sorong. 7) Panjang biji. Diukur dari pangkal sampai ujung biji menggunakan jangka sorong. 8) Ketebalan biji Diukur menggunakan jangka sorong. 9) Warna biji (warna kulit biji dan warna kotiledon) Diamati secara langsung dibandingkan dengan munsel colour chart. 10) Besar embrio Diamati secara langsung ukuran embrio apakah termasuk besar atau kecil. 11) Berat biji Diukur dengan menimbang berat biji pada timbangan analitik.

29 digilib.uns.ac.id Keadaan geografis lokasi penelitian Pengamatan terhadap kondisi geografis lokasi penelitian sebagai data pendukung meliputi ketinggian tempat, letak lintang, letak bujur, kemiringan lahan, dan curah hujan. E. Analisis Data Penelitian identifikasi morfologi durian sunan dan brongkol menghasilkan data deskriptif. Selanjutnya data deskriptif kualitatif kemudian diubah menjadi data kuantitatif menggunakan skoring. Selanjutnya dilakukan analisis dengan program NTSYS versi 2.02i (Numerical Taxonomy and Multivariate System) menggunakan metode UPGMA (Unweighted Pair Group Methode Arithmatic Average) untuk menggambarkan dendrogram tingkat kemiripan (Rohlf 1998).

30 digilib.uns.ac.id IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Geografis Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Pendem, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar dan di Desa Brongkol, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang. Kedua tempat ini memiliki geografis yang berbeda. Keadaan geografis di lokasi penelitian Desa Pendem memiliki curah hujan rata-rata 2415 mm/tahun dengan ketinggian 382 meter diatas permukaan laut berada ,2 LS ,9 BT memiliki kesuburan tanah yang sedang dengan ph 6 7, jenis tanah latosol coklat dengan topografi yang agak bergelombang (5 ). Luas lahan 17,23 hektar. Peta kebun benih hortikultura pendem terlampir pada lampiran 4. Desa Brongkol memiliki curah hujan rata-rata 2449 mm/tahun dengan ketinggian tempat 634 meter diatas permukaan laut berada LS ,3 BT yang mempunyai kesuburan tanah sedang dengan ph 6 7, dan dan jenis tanah latosol coklat dengan tanah yang miring yaitu 25 karena merupakan daerah perbukitan, selain tanaman durian ada juga tanaman salak, kopi, cengkeh, maupun palawija yang digunakan sebagai tanaman sela. Luas lahan 150 hektar. Peta Desa Brongkol terlampir pada lampiran 5. Tanaman durian tumbuh baik pada ketinggian meter diatas permukaan laut. Kisaran curah hujan sekitar mm/tahun. Suhu udara C, kelembaban 75 80%. Tanah yang cocok untuk tanaman durian adalah tanah gembur, banyak mengandung BO, sedikit berpasir, durian tidak tahan genangan air yang dapat mengakibatkan penyakit busuk akar. ph tanah yang cocok adalah antara 5,5 6,5 (Setiadi 1999). B. Identifikasi Morfologi Pohon 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati sebagai indikator pertumbuhan. Data hasil pengukuran tinggi tanaman durian sunan dan brongkol disajikan pada tabel 1. 17

31 digilib.uns.ac.id 18 Tabel 1. Tinggi tanaman durian sunan dan brongkol Sampel Tinggi tanaman (m) Skor sunan 1 9,85 1 sunan 2 9,17 1 sunan 3 8,34 1 brongkol 1 23,93 4 brongkol 2 29,99 5 brongkol 3 23,13 4 Ketinggian pohon durian sunan antara 8,34 9,85 meter, sedangkan pada durian brongkol antara 23,13 29,99 meter. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor antara lain oleh umur tanaman, bahan tanam, pemangkasan, dan jarak tanam. Tanaman durian brongkol sudah berumur tahun, sedangkan durian sunan baru berumur tahun. Tanaman yang lebih tua sudah mengalami fase pertumbuhan yang lebih lama dari pada tanaman dengan umur lebih muda sehingga tanaman dengan umur yang lebih tua memiliki pohon yang lebih tinggi. Hal ini bersesuaian dengan pernyataan Helmi (1999) yang menyatakan bahwa pertumbuhan tinggi tanaman bertambah seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Bahan tanam mempengaruhi tinggi suatu tanaman, bahan tanam durian sunan berasal dari perkembangbiakan vegetatif menggunakan okulasi. Tanaman yang mengalami perkembangbiakan vegetatif memiliki habitus rendah (Jawal 2010). Sedangkan tanaman durian brongkol diperbanyak menggunakan perbanyakan generatif dengan menggunakan biji. Faktor pemangkasan berpengaruh terhadap ketinggian pohon durian. Tunas pucuk pada bagian ujung batang tanaman durian sunan dipangkas, sehingga memacu pertumbuhan tunas lateral. Pemangkasan pucuk pada durian sunan dilakukan agar pohon tidak terlalu tinggi untuk kemudahan perawatan. Menurut Salisbury dan Ross (1995) penambahan jumlah cabang lateral ini dapat terjadi karena hilangnya dominansi apikal akibat pemangkasan tunas pucuk batang utama. Hal ini menyebabkan tunas-tunas lateral pada batang utama tumbuh dan berkembang yang pada akhirnya membentuk cabang tanaman. Sedangkan pada tanaman durian brongkol tidak mengalami

32 digilib.uns.ac.id 19 pemangkasan tunas pucuk pada ujung batang, sehingga pertumbuhan tunas apikal berlangsung terus menerus sehingga pohon tumbuh ke atas dan menjadi semakin tinggi. Faktor jarak tanam berpengaruh terhadap tinggi tanaman durian. Tanaman durian sunan ditanam pada jarak 10 meter x 10 meter, antara satu tanaman dengan tanaman lainnya tidak saling menaungi, tanaman mendapatkan banyak sinar matahari, cabang leluasa untuk tumbuh ke samping, sehingga tinggi tanaman durian sunan lebih pendek. Sedangkan tanaman durian brongkol ditanam dengan jarak tanam yang tidak teratur dan berdekatan dengan tanaman lainnya. Menurut Sudomo (2012) pada jarak tanam yang lebih rapat menyebabkan ruang tumbuh relatif lebih sempit, hormon auksin akan mendorong pertumbuhan tinggi untuk mendapatkan cahaya. Hal ini yang menyebabkan tanaman durian brongkol lebih tinggi daripada durian sunan. 2. Tajuk Gambar 1. Pohon durian sunan Gambar 2. Pohon durian brongkol a. Bentuk tajuk Berdasarkan hasil penelitian bentuk tajuk durian sunan segitiga sama sisi (spherical) (skor 2), sedangkan durian brongkol adalah segitiga sama kaki (pyramida) (skor 1). Perbedaan bentuk tajuk pada durian sunan dan brongkol disebabkan oleh faktor jarak tanam dan pemangkasan.

33 digilib.uns.ac.id 20 Gambar 3. Bentuk tajuk durian sunan Gambar 4. Bentuk tajuk durian brongkol Jarak tanam berpengaruh terhadap bentuk tajuk. Tanaman durian sunan ditanam pada jarak 10 meter x 10 meter, tanaman mendapat banyak sinar matahari, cabang leluasa untuk tumbuh ke samping, sehingga durian sunan memiliki bentuk tajuk segitiga sama sisi. Sedangkan tanaman durian brongkol ditanam dengan jarak tanam yang tidak teratur dan berdekatan dengan tanaman lainnya. Menurut Sudomo (2012) pada jarak tanam yang lebih rapat menyebabkan ruang tumbuh relatif lebih sempit, hormon auksin mendorong pertumbuhan tinggi untuk mendapatkan cahaya. Hal inilah yang menyebabkan pada tanaman durian brongkol memiliki tajuk segitiga sama kaki. Pemangkasan berpengaruh terhadap bentuk tajuk tanaman durian sunan dan brongkol. Menurut Salisbury dan Ross (1995) pemangkasan pada pucuk batang utama menghilangkan dominansi apikal. Hal ini menyebabkan tunas-tunas lateral pada batang utama tumbuh dan berkembang, terbentuk tajuk segitiga sama sisi. Pemangkasan awal (sejak di pembibitan), dengan tujuan untuk membentuk percabangan yang rendah, menyebarkan arah percabangan, dan mengoptimalkan penerimaan cahaya (Widodo 1995). Sedangkan pada tanaman durian brongkol tidak mengalami pemangkasan tunas commit pucuk, to user sehingga pertumbuhan tunas apikal

34 digilib.uns.ac.id 21 berlangsung terus menerus sehingga pohon tumbuh ke atas dan terbentuk tajuk segitiga sama kaki. b. Diameter tajuk Data hasil pengukuran diameter tajuk durian sunan dan brongkol disajikan pada tabel 2. Tabel 2. Diameter tajuk durian sunan dan brongkol Sampel Diameter tajuk (cm) Skor sunan sunan sunan brongkol brongkol brongkol Berdasarkan hasil penelitian diameter tajuk durian sunan antara cm sedangkan durian brongkol cm. Diameter tajuk durian sunan dan brongkol dipengaruhi oleh umur tanaman. Durian sunan sampel 1 berumur 22 tahun memiliki diameter tajuk 965 cm, durian sunan sampel 2 berumur 22 tahun memiliki diameter tajuk 1060 cm, durian sunan sampel 3 berumur 15 tahun memiliki diameter tajuk 904 cm. Sedangkan pada durian brongkol, diamater tajuk pada durian brongkol sampel 1 paling rendah dibandingkan dengan durian brongkol sampel 2 dan 3. Hal ini dikarenakan umur tanaman durian brongkol sampel 1 adalah 30 tahun, sedangkan tanaman durian brongkol sampel 2 adalah 60 tahun, tanaman durian brongkol sampel 3 berumur 75 tahun. Umur tanaman dapat mempengaruhi diameter tajuk. Hal ini bersesuaian dengan penelitian Hidayat (2004) bahwa semakin tua tanaman manggis jumlah tajuk yang tumbuh semakin banyak dengan semakin banyaknya percabangan. semakin tua tanaman, maka banyak membentuk cabang cabang. Dengan pembagian asimilat yang banyak pada tajuk maka diameter tajuk akan meningkat.

35 digilib.uns.ac.id Batang a. Bentuk batang Batang merupakan salah satu bagian dari tubuh tanaman. Selain sebagai tempat pelekatan daun, bunga dan buah, batang juga berfungsi sebagai jalan pengangkutan air dan zat zat mineral yang terlarut di dalamnya. Berdasarkan hasil penelitian bentuk batang durian sunan dan brongkol adalah bulat (skor 1). Bentuk batang yang bulat dipengaruhi oleh faktor genetik. Gambar 5. Bentuk batang durian sunan Gambar 6. Bentuk batang durian brongkol b. Diameter batang Data hasil pengukuran diameter batang durian sunan dan brongkol disajikan pada tabel 3. Tabel 3. Diameter batang durian sunan dan brongkol Sampel Diameter batang (cm) Skor sunan 1 49,04 3 sunan 2 24,52 2 sunan 3 30,25 2 brongkol 1 30,00 2 brongkol 2 26,10 2 brongkol 3 74,20 4 Perbedaan umur durian sunan dan brongkol menyebabkan pebedaan ukuran diameter batang. Umur tanaman durian sunan antara tahun, memiliki diameter batang 24,52 49,04 cm. Sedangkan durian brongkol berumur tahun memiliki diameter batang 26,10 74,20 cm.

36 digilib.uns.ac.id 23 Menurut Purnomo et al. (2010) jaringan kambium mempunyai sifat membelah ke kedua arah, yaitu ke arah dalam membentuk jaringan xylem dan ke arah luar membentuk jaringan floem. Pertumbuhan sekunder secara horisontal memperlihatkan pertambahan ukuran diameter pada daerah batang. Jaringan kambium terus berkembang seiring dengan pertambahan umur tanaman dan kandungan nutrisi tanaman, semakin bertambah umur tanaman, lingkaran tahun juga bertambah, batang menjadi semakin tebal. c. Keadaan permukaan batang Jaringan pengangkut (pembuluh) pada tumbuhan, terdiri atas jaringan xylem dan jaringan floem. Jaringan xylem berfungsi mengangkut air dan unsur hara dari akar ke daun, sedangkan jaringan floem berfungsi mengangkut dan mengedarkan zat zat makanan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tanaman. Berdasarkan hasil penelitian durian sunan dan brongkol memiliki permukaan batang yang kasar (skor 2). Hal ini sesuai dengan pendapat Kurniawan (2012) bahwa keadaan permukaan batang kasar. Gambar 7. Permukaan batang durian sunan d. Warna kulit batang Gambar 8. Permukaan batang durian brongkol Bagian terluar dari batang tanaman durian adalah kulit kayu. Durian sunan dan brongkol memiliki warna kulit batang yang sama yaitu coklat kehitaman (skor 4). Hal ini menunjukkan kesamaan sifat morfologi antara durian sunan dan brongkol. Hal ini sama dengan pendapat Rianggono (2010) bahwa warna kulit batang durian adalah coklat kehitaman. Pigmen pembentuk warna coklat kehitaman pada kulit batang durian adalah karotenoid (Purnomo et al. commit 2010). to user

37 digilib.uns.ac.id 24 e. Warna kayu Berdasarkan hasil penelitian, warna kayu durian sunan maupun durian brongkol adalah coklat (skor 3). Hal ini menunjukkan kesamaan sifat morfologi durian sunan dan brongkol. Hal ini sama dengan pendapat Rianggono (2010) bahwa warna kayu durian coklat. Pigmen pembentuk warna coklat pada kayu adalah karotenoid (Purnomo et al. 2010). Gambar 9. Warna kayu durian sunan Gambar 10. Warna kayu durian brongkol f. Ketebalan kulit batang Data hasil pengukuran tebal kulit batang durian sunan dan brongkol disajikan pada tabel 4. Tabel 4. Ketebalan kulit batang durian sunan dan brongkol Sampel Ketebalan kulit batang (cm) Skor sunan 1 2,36 4 sunan 2 1,22 2 sunan 3 1,80 3 brongkol 1 1,30 2 brongkol 2 2,00 3 brongkol 3 2,00 3 Berdasarkan hasil penelitian ketebalan kulit batang durian sunan antara 1,22 2,36 cm, sedangkan durian brongkol antara 1,30 2,00 cm. kecepatan pembelahan kambium ke arah dalam membentuk xylem lebih cepat daripada pembelahan ke luar membentuk floem. Ini menyebabkan kayu selalu lebih tebal daripada kulit kayu.

38 digilib.uns.ac.id 25 g. Lapisan lilin Lapisan lilin merupakan hasil modifikasi jaringan epidermis. Berdasarkan hasil penelitian pada batang durian sunan dan brongkol tidak terdapat lapisan lilin (skor 1). Menurut pendapat Kurniawan (2012) bahwa pada batang durian tidak terdapat lapisan lilin. h. Jumlah cabang Pohon durian merupakan tanaman memiliki cabang. Data jumlah cabang durian sunan dan brongkol disajikan pada tabel 5. Tabel 5. Jumlah cabang durian sunan dan brongkol Sampel Jumlah cabang Skor sunan sunan sunan brongkol brongkol brongkol Jumlah cabang durian sunan antara cabang, sedangkan durian brongkol cabang. Jumlah cabang pada durian sunan dan brongkol hampir sama, ini disebabkan oleh pemangkasan dan jarak tanam. Faktor pemangkasan berpengaruh terhadap jumlah cabang durian. Tunas pucuk pada bagian ujung batang durian sunan dipangkas, sehingga berakibat pada pertumbuhan tunas lateral. Menurut Salisbury dan Ross (1995) penambahan jumlah cabang dapat terjadi karena hilangnya dominansi apikal akibat pemangkasan tunas pucuk batang utama. Hal ini menyebabkan tunas-tunas lateral pada batang utama tumbuh dan berkembang yang pada akhirnya membentuk cabang tanaman. Sedangkan pada tanaman durian brongkol tidak mengalami pemangkasan pada ujung batang, sehingga pertumbuhan tunas apikal berlangsung terus menerus sehingga pohon tumbuh ke atas dan menjadi semakin tinggi. Jarak tanam berpengaruh pada persaingan penyerapan hara, air dan cahaya matahari. Pada jarak tanam yang rapat akan menyebabkan

39 digilib.uns.ac.id 26 pembentukan internodia/ruas menjadi berkurang, sebaliknya jarak tanam yang renggang, penerimaan intensitas cahaya besar dan memberi kesempatan bagi tanaman untuk tumbuh menyamping. Dengan demikian akan mempengaruhi banyak sedikitnya jumlah cabang yang terbentuk (Budiastuti 2000). Helmi (1999) juga berpendapat jarak tanam mempengaruhi serapan hara tanaman, sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jumlah cabang tanaman. Gambar 11. Cabang durian sunan i. Pola percabangan Pada batang tanaman yang memiliki cabang, menunjukkan pola percabangan tertentu. Cabang-cabang pada suatu tanaman biasanya membentuk sudut tertentu dengan batang pokok. Sudut tersebut menentukan arah tumbuh cabang. Berdasarkan hasil penelitian, durian sunan dan brongkol memiliki pola percabangan mendatar/ horisontal (skor 3) cabang dengan batang pokok membentuk sudut kurang lebih 90 (Tjitrosoepomo 2003). Gambar 12. Cabang durian brongkol Gambar 13. Pola percabangan durian sunan Gambar 14. Pola percabangan durian brongkol

40 digilib.uns.ac.id 27 j. Tipe percabangan Tipe-tipe percabangan tanaman ada 3 macam yaitu yaitu monopodial, simpodial, dan dikotom. Dikatakan percabangan monopodial jika batang pokok tampak jelas karena lebih besar ukurannya dan lebih cepat pertumbuhannya daripada cabang-cabangnya. Sedangkan simpodial jika batang utama lebih kecil dan lebih lambat pertumbuhannya. Sedangkan dikotom atau menggarpu adalah jika percabangannya selalu membentuk dua cabang sama besar (Tjitrosoepomo 2003). Berdasarkan hasil penelitian tipe percabangan durian sunan dan brongkol adalah monopodial (skor 1) karena batang pokok pada tanaman durian sunan dan brongkol selalu tampak jelas karena lebih besar dan lebih cebih cepat pertumbuhannya dari pada cabang-cabangnya. Gambar 15. Tipe percabangan durian sunan Gambar 16. Tipe percabangan durian brongkol k. Letak cabang Data hasil pengukuran letak cabang durian sunan dan brongkol disajikan pada tabel 6. Tabel 6. Letak cabang durian sunan dan brongkol Sampel Letak cabang (cm) Skor sunan sunan sunan brongkol brongkol 2 commit 110 to user 2 brongkol

41 digilib.uns.ac.id 28 Letak cabang durian sunan antara cm, sedangkan durian brongkol antara cm. Perbedaan letak cabang tersebut dipengaruhi oleh pemangkasan dan jarak tanam. Faktor pemangkasan dapat berpengaruh terhadap letak cabang durian. Tunas pucuk pada bagian ujung batang tanaman durian sunan dipangkas, sehingga berakibat pada pertumbuhan tunas lateral. Menurut Salisbury dan Ross (1995) pemangkasan pucuk mengakibatkan hilangnya dominansi apikal, pertumbuhan auksin pada ujung batang terhenti. Hal ini menyebabkan tunas-tunas lateral pada batang utama tumbuh dan berkembang yang pada akhirnya membentuk cabang tanaman yang dekat dengan permukaan tanah/rendah. Sedangkan pada tanaman durian brongkol tidak mengalami pemangkasan tunas pucuk pada ujung batang, sehingga pertumbuhan tunas apikal berlangsung terus menerus sehingga pohon tumbuh ke atas dan menjadi semakin tinggi, sehingga letak cabang tanaman durian brongkol jauh dari permukaan tanah. Jarak tanam berpengaruh pada persaingan penyerapan hara, air dan cahaya matahari. Pada jarak tanam yang rapat (brongkol) akan menyebabkan pembentukan internodia/ruas menjadi berkurang, sebaliknya jarak tanam yang renggang (sunan), penerimaan intensitas cahaya besar dan memberi kesempatan bagi tanaman untuk tumbuh menyamping. Dengan demikian akan mempengaruhi letak cabang yang terbentuk (Budiastuti 2000). \ Gambar 17. Letak cabang durian sunan Gambar 18. Letak cabang durian brongkol

42 digilib.uns.ac.id 29 l. Bulu pada cabang Trikomata merupakan derivat epidermis yang membentuk struktur beragam seperti rambut, sisik, rambut kelenjar, atau tonjolan. Berdasarkan hasil penelitian pada durian sunan dan brongkol tidak memiliki bulu pada cabang (skor 1). Trikoma atau bulu pada cabang dipengaruhi oleh faktor genetik pada tanaman. 4. Sistem perakaran Akar merupakan organ penting yang berfungsi untuk memperkuat berdirinya tanaman, menyerap air dan zat makanan terlarut dari dalam tanah. Akar terdiri atas akar tunggang dan akar serabut. Sistem akar tunggang yaitu akar embrio tumbuh terus menjadi akar utama dan bercabang-cabang menjadi akar yang lebih kecil jika akar lembaga tumbuh menjadi akar pokok yang bercabang menjadi akar yang lebih kecil (Muzayyinah 2008). Sistem akar tunggang merupakan salah satu ciri tanaman dikotil. Tanaman durian sunan dan brongkol termasuk kedalam golongon tanaman dikotil sehingga berdasarkan hasil penelitian sistem perakaran durian sunan dan brongkol adalah tunggang (skor 2). Sistem akar tunggang yaitu akar embrio tumbuh terus menjadi akar utama dan bercabang-cabang menjadi akar yang lebih kecil jika akar lembaga tumbuh menjadi akar pokok yang bercabang menjadi akar yang lebih kecil (Muzayyinah 2008). 5. Matriks data pohon Matriks data pohon diperoleh dengan melakukan analisis menggunakan dengan program NTSYS versi 2.02i (Numerical Taxonomy and Multivariate System) menggunakan metode UPGMA (Unweighted Pair Group Methode Arithmatic Average) untuk menggambarkan tingkat kemiripan (Rohlf 1998). Matriks data pohon disajikan pada tabel 7. Tabel 7. Matriks data pohon Varietas sunan 1 sunan 2 sunan 3 brongkol 1 brongkol 2 brongkol 3 sunan 1 1,00 sunan 2 0,81 1,00 sunan 3 0,87 0,87 1,00 brongkol 1 0,62 0,75 0,68 1,00 brongkol 2 0,62 0,75 commit 0,75 to user 0,75 1,00 brongkol 3 0,62 0,68 0,68 0,81 0,81 1,00

43 digilib.uns.ac.id 30 A A1 A2 sunan1 sunan3 B1 sunan2 B B2 B3 B4 brongkol2 brongkol1 brongkol Coefficient Gambar 19. Dendrogram pohon Berdasarkan dendrogram, pada nilai kemiripan 0,69 dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok A dan kelompok B yang dibedakan atas sifat tinggi tanaman, bentuk tajuk dan letak cabang. Pada nilai kemiripan 0,84, kelompok A terpisah menjadi kelompok A1 dan A2 yang dibedakan atas sifat diameter tajuk. Kelompok A1 terdiri atas durian sunan sampel 1 dan durian sunan sampel 3 pada nilai kemiripan 0,88 yang dibedakan atas sifat diameter batang dan ketebalan kulit batang. Sedangkan pada nilai kemiripan 0,78, kelompok B terpisah menjadi kelompok B1 dan B2 yang dibedakan atas sifat letak cabang dan tinggi tanaman. Pada nilai kemiripan 0,81 kelompok B2 terpisah menjadi kelompok B3 dan B4 yang dibedakan atas sifat diameter tajuk, diameter batang, dan ketebalan kulit batang. Pada nilai kemiripan tertinggi 0,88 terdiri atas durian sunan sampel 1 dan durian sunan sampel 3, perbedaan sifat morfologi terdapat pada diameter batang dan ketebalan kulit batang. Perbedaan diameter batang dan tebal kulit batang disebabkan oleh perbedaan umur tanaman. Durian sunan sampel 1 berumur 22 tahun, sedangkan durian sunan sampel 3 berumur 15 tahun, semakin tua tanaman maka nutrisi yang diterima oleh tanaman, baik nutrisi dari hasil fotosintesis maupun nutrisi dari pemupukan akan semakin bertambah banyak, sehingga mempengaruhi pertumbuhan tanaman seperti diameter batang dan tebal kulit batang.

44 digilib.uns.ac.id 31 Sedangkan pada nilai kemiripan terendah kemiripan 0,69 dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok A dan kelompok B. Kelompok A terpisah menjadi kelompok A1 (durian sunan sampel 1 dan durian sunan sampel 3) dan kelompok A2 (durian sunan sampel 2). Sedangkan kelompok B terpisah menjadi kelompok B1 (durian brongkol sampel 2) dan kelompok B2 yang terpisah menjadi kelompok B3 (durian brongkol sampel 1) dan kelompok B4 (durian brongkol sampel 3). Perbedaan antara cabang A dan cabang B terdapat pada sifat tinggi tanaman, bentuk tajuk dan letak cabang. Cabang A terdiri atas durian sunan, sedangkan cabang B terdiri atas durian brongkol. Perbedaan pada sifat tinggi tanaman antara durian sunan dan brongkol disebabkan oleh faktor umur tanaman, bahan tanam, pemangkasan, dan jarak tanam. Perbedaan sifat bentuk tajuk dan letak cabang tanaman disebabkan oleh faktor pemangkasan dan jarak tanam. 1. Bentuk daun C. Identifikasi Morfologi Daun Setiap tanaman memiliki bentuk daun yang khas. Data pengamatan bentuk daun disajikan pada tabel 8. Tabel 8. Bentuk daun durian sunan dan brongkol Sampel Bentuk daun Skor sunan 1 Oblongus 4 sunan 2 Oblongus 4 sunan 3 Oblongus 4 brongkol 1 Lanceolatus 5 brongkol 2 Oblongus 4 brongkol 3 Oblongus 4 Hasil penelitian durian sunan sampel 1,2,3 dan brongkol sampel 2 dan 3 memiliki bentuk daun oblongus (skor 4) yaitu perbandingan panjang daun dan lebar daun sebesar 2,5 3 : 1 (gambar 4). Sedangkan durian brongkol sampel 1 memiliki bentuk daun lanset (lanceolatus) (skor 5) yaitu perbandingan panjang dan lebar daun 3 5 : 1 (gambar 5). Bentuk daun suatu tanaman di sebabkan oleh faktor genetik yang terdapat pada bahan tanam. Bahan tanam pada durian sunan menggunakan bagian vegetatif dari tanaman induk. Organ vegetatif tersebut di okulasi dan menghasilkan keturunan daun yang sama

45 digilib.uns.ac.id 32 yaitu oblongus. Sedangkan bahan tanam durian brongkol menggunakan biji. Bahan genetik dari biji menghasilkan keturunan daun yang beragam. Gambar 20. Daun durian sunan 2. Panjang daun pada tabel 9. Gambar 21. Daun durian brongkol Data pengukuran panjang daun durian sunan dan brongkol disajikan Tabel 9. Panjang daun durian sunan dan brongkol Sampel Panjang daun (cm) Skor sunan 1 12,34 3 sunan 2 14,11 3 sunan 3 14,58 3 brongkol 1 14,77 3 brongkol 2 19,32 4 brongkol 3 19,37 4 Berdasarkan hasil penelitian, panjang daun durian sunan antara 12,34 14,58 cm (tabel 9), sedangkan durian brongkol antara 14,77 19,37 cm (tabel 9). Hasil pengamatan panjang daun tertinggi terdapat pada durian brongkol sampel 3 sebesar 19,37 (tabel 9) dan hasil terendah pada daun durian sunan sampel 1 sebesar 12,34 (tabel 9). Perbedaan panjang daun disebabkan oleh faktor genetik yang terkandung dalam bahan tanam. Gambar 22. Daun durian brongkol

46 digilib.uns.ac.id Lebar daun tabel 10. Data pengukuran lebar daun durian sunan dan brongkol disajikan pada Tabel 10. Lebar daun durian sunan dan brongkol Sampel Lebar daun (cm) Skor sunan 1 4,80 2 sunan 2 5,44 2 sunan 3 5,64 2 brongkol 1 4,45 2 brongkol 2 6,97 3 brongkol 3 6,59 3 Berdasarkan hasil pengamatan lebar daun durian sunan antara 4,80 5,64 cm, sedangkan durian brongkol antara 4,45 6,97 cm. Hasil tertinggi untuk pengamatan lebar daun terdapat pada daun durian brongkol sampel 2 dengan lebar daun 6,97 (tabel 10), sedangkan hasil terendah terdapat pada daun durian sunan sampel 1 dengan lebar 4,80 (tabel 10). Perbedaan lebar daun disebabkan oleh faktor genetik yang terkandung dalam bahan tanam. 4. Tebal daun Berdasarkan hasil penelitian ketebalan daun durian sunan dan brongkol sama sebesar 0,03 cm (skor 1). Hal ini menunjukkan adanya kesamaan sifat morfologi tebal daun antar durian sunan dan brongkol. Menurut Kurniawan (2012) tebal daun durian adalah 0,03 cm. 5. Tekstur daun Berdasarkan hasil penelitian tekstur daun durian sunan dan brongkol memiliki tekstur perkamen (perkamenteus) (skor 3) yaitu tekstur yang tipis tetapi cukup kaku. Hal ini disebabkan oleh faktor genetik. Menurut Rianggono (2010) tekstur daun durian adalah perkamen. 6. Tepi daun muda dan daun tua Setiap daun memiliki suatu karakter. Karakter daun diantaranya adalah tepi daun. Berdasarkan hasil penelitian, tepi daun durian sunan dan brongkol adalah rata (integer) tidak bertoreh (skor 1). Berdasarkan hasil tersebut

47 digilib.uns.ac.id 34 menunjukkan adanya kesamaan sifat tepi daun antara durian sunan dan brongkol. Sifat tepi daun muda dan tua di sebabkan oleh faktor genetik. Gambar 23. Tepi daun tua dan muda durian sunan 7. Bentuk ujung daun Ujung daun atau bagian helaian daun yang terletak paling jauh dari tangkai daun disebut ujung daun (apex folii). Beberapa bentuk ujung daun antara lain meruncing (acuminatus), runcing (acutus), tumpul (obtusus), ujung daun terpotong (truncatus) dan ujung daun berlekuk (emarginatus) (Tjitrosoepomo 2003). Data pengamatan bentuk ujung daun disajikan pada tabel 11. Tabel 11. Bentuk ujung daun durian sunan dan brongkol Sampel Bentuk ujung daun Skor sunan 1 Meruncing (Acuminate) 2 sunan 2 Meruncing (Acuminate) 2 sunan 3 Meruncing (Acuminate) 2 brongkol 1 Meruncing panjang (Long Acuminate) 3 brongkol 2 Meruncing (Acuminate) 2 brongkol 3 Meruncing panjang (Long Acuminate) 3 Berdasarkan hasil penelitian, durian sunan sampel 1, 2, 3 dan durian brongkol sampel 2 memiliki ujung daun meruncing (acuminate) (skor 2), sedangkan pada durian brongkol sampel 1 dan sampel 3 memiliki bentuk ujung daun meruncing panjang (long acuminate) (skor 3). Gambar 24. Tepi daun tua dan muda durian brongkol Bentuk ujung daun ditentukan oleh faktor genetik suatu tanaman yang dibawa oleh bahan tanam, durian sunan memiliki ujung daun yang seragam (meruncing) dikarenakan bahan tanam berasal dari hasil okulasi sehingga

48 digilib.uns.ac.id 35 bentuk ujung daun sama dengan tanaman induk. Sedangkan pada durian brongkol terdapat keragaman bentuk ujung daun (meruncing dan meruncing panjang) karena bahan tanam durian brongkol berasal dari biji. Gambar 25. Bentuk ujung daun durian sunan 8. Bentuk pangkal daun Pangkal daun dibagi menjadi 6 macam berdasarkan kedua tepi daun (kanan dan kiri) pangkal tidak bertemu melainkan terpisah oleh tulang daun, yaitu runcing (acutus), meruncing (acuminatus), tumpul (obtusus), membulat (rotundus), rompang (truncatus), berlekuk (emarginatus) (Tjitrosoepomo 2003). Berdasarkan hasil penelitian, bentuk pangkal daun durian sunan dan brongkol adalah tumpul (obtusus) (skor 2). Karakter bentuk pangkal daun pada tanaman durian sunan dan brongkol dipengaruhi oleh faktor genetik. Hal ini sesuai dengan pendapat Rianggono (2010) bahwa bentuk pangkal daun durian adalah tumpul (obtusus). Gambar 26. Bentuk ujung daun durian brongkol Gambar 27. Bentuk ujung daun durian brongkol Gambar 28. Bentuk pangkal Gambar 29. Bentuk pangkal daun durian sunan daun durian brongkol

49 digilib.uns.ac.id Tipe kedudukan daun Daun pada suatu tanaman biasanya terdapat pada batang atau cabang. Umumnya daun pada batang terpisah dengan jarak tertentu. Letak daun antara satu tanaman dengan tanaman lainnya berbeda-beda. Berdasarkan hasil penelitian, tipe kedudukan daun durian sunan dan brongkol yaitu berseling. Tipe kedudukan daun disebabkan oleh faktor genetik. Menurut Dinas Pertanian dan Perikanan (2010) tipe kedudukan daun durian adalah berseling. Gambar 30. Tipe kedudukan daun durian sunan 10. Rumus daun Rumus daun adalah perbandingan antara berapa kali daun yang tegak lurus mengelilingi batang dengan jumlah daun yang dilewati. Berdasarkan hasil penelitian, durian sunan dan brongkol memiliki rumus daun sama yaitu ½ (skor 1). 11. Tipe tangkai daun Tangkai daun (petiolus) merupakan bagian daun yang berfungsi untuk menempatkan helaian daun pada posisi yang sedemikian rupa sehingga dapat memperoleh cahaya matahari sebanyak-banyaknya (Muzayyinah 2008). Tangkai daun berfungsi untuk mendukung helaian daun. Tangkai ini juga memudahkan helaian daun untuk memperoleh cahaya matahari, sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung dengan baik. Gambar 31. Tipe kedudukan daun durian brongkol Berdasarkan hasil pengamatan, tipe tangkai daun durian sunan dan brongkol memiliki memiliki tipe tangkai daun bulat (skor 1), ini menunjukkan

50 digilib.uns.ac.id 37 bahwa kedua durian memiliki kesamaan sifat morfologi. Sifat tipe tangkai daun disebabkan oleh faktor genetik. Gambar 32. Tipe tangkai daun durian sunan 12. Panjang tangkai daun Tangkai daun memiliki ukuran panjang tertentu. Data pengukuran panjang tangkai daun durian sunan dan brongkol disajikan pada tabel 12. Tabel 12. Panjang tangkai daun durian sunan dan brongkol Sampel Panjang tangkai daun (cm) Skor sunan 1 1,82 2 sunan 2 1,91 2 sunan 3 1,91 2 brongkol 1 2,26 3 brongkol 2 2,12 3 brongkol 3 2,27 3 Panjang tangkai daun durian sunan antara 1,82 1,91 cm, sedangkan durian brongkol antara 2,12 2,27 cm. Panjang tangkai daun terbesar pada durian brongkol sampel 3 dengan panjang 2,27 cm, sedangkan terkecil panjang tangkai durian sunan sampel 1 dengan panjang 1,82. Panjang tangkai daun dipengaruhi oleh faktor genetik. 13. Warna permukaan atas daun yang muda Gambar 33. Tipe tangkai daun durian brongkol Klorofil memberi ciri warna hijau pada daun. Pigmen ini terdapat di dalam kloroplas, sel-sel memiliki kemampuan menyerap energi cahaya matahari sehingga terjadi proses fotosintesis. Daun tanaman durian bagian permukaan atas dan permukaan bawah daun berbeda secara morfologis (Divinkom 2005). Berdasarkan commit hasil to penelitian, user warna permukaan atas daun

51 digilib.uns.ac.id 38 yang muda pada durian sunan dan brongkol adalah hijau muda (skor 2). Warna hijau muda pada daun yang muda disebabkan jumlah klorofil sedikit. Gambar 34. Warna permukaan atas daun yang muda pada durian sunan Gambar 35. Warna permukaan atas daun yang muda pada durian brongkol 14. Warna permukaan bawah daun yang muda Data pengamatan warna permukaan bawah daun yang muda pada durian sunan dan brongkol disajikan pada tabel 13. Tabel.13 Warna permukaan bawah daun yang muda durian sunan dan brongkol Sampel Warna permukaan bawah Skor daun yang muda sunan 1 Coklat muda 2 sunan 2 Coklat muda 2 sunan 3 Coklat muda 2 brongkol 1 Coklat muda 2 brongkol 2 Coklat muda 2 brongkol 3 Coklat muda 2 Warna permukaan bawah daun yang muda pada semua sampel durian sunan dan brongkol berwarna coklat muda (skor 2). Hal ini disebabkan oleh faktor genetik. Pigmen pembentuk warna coklat muda pada permukaan bawah daun muda adalah karotenoid. Gambar 36. Permukaan bawah daun Gambar 37. Permukaan bawah daun yang muda pada durian sunan yang muda pada durian brongkol

52 digilib.uns.ac.id Warna permukaan atas daun yang tua Berdasarkan hasil penelitian, warna permukaan atas daun yang tua pada semua sampel durian sunan dan brongkol adalah hijau tua (skor 4). Hal ini disebabkan klorofil pada daun tua lebih banyak daripada daun muda. Kesamaan warna permukaan atas daun yang tua pada durian sunan dan brongkol menunjukkan kesamaan morfologi. Gambar 38. Permukaan atas daun yang tua pada durian sunan Gambar 39. Permukaan atas daun yang tua pada durian brongkol 16. Warna permukaan bawah daun yang tua Data pengamatan warna permukaan bawah daun yang tua disajikan pada tabel 14. Tabel 14. Warna permukaan bawah daun yang tua durian sunan dan brongkol Sampel Warna permukaan Skor bawah daun yang tua sunan 1 Coklat muda 2 sunan 2 Coklat muda 2 sunan 3 Coklat muda 2 brongkol 1 Coklat 3 brongkol 2 Coklat 3 brongkol 3 Coklat 3 Warna permukaan bawah daun yang tua durian sunan sampel 1, 2 dan 3 adalah coklat muda (skor 2), sedangkan durian brongkol sampel 1,2 dan 3 berwarna coklat (skor 3). Hal ini disebabkan oleh faktor genetik. Pigmen pembentuk warna coklat dan coklat muda pada permukaan bawah daun yang tua adalah karotenoid.

53 digilib.uns.ac.id 40 Gambar 40. Permukaan bawah daun yang tua pada durian sunan 17. Susunan tulang daun Gambar 41. Permukaan bawah daun yang tua pada durian brongkol Tulang-tulang daun (nervatio) adalah bagian daun yang berfungsi untuk memberi kekuatan dan bentuk pada daun, dan sebagai berkas-berkas pembuluh atau jalan pengangkutan makanan, baik dari dalam tanah ke daun, maupun dari daun ke seluruh tubuh tanaman. Susunan tulang daun dibedakan menjadi 4 golongan, yaitu menyirip (penninervis), menjari (palminervis), melengkung (cervinervis), dan sejajar (rectinervis). Berdasarkan hasil penelitian, susunan tulang daun durian sunan dan brongkol adalah bertulang menyirip (penninervis) (skor 2). (Tjitrosoepomo 2003). Susunan tulang daun disebabkan oleh faktor genetik. Kesamaan susunan tulang daun durian sunan dan brongkol menunjukkan kesamaan sifat morfologi. Gambar 42. Susunan tulang daun durian sunan Gambar 43. Susunan tulang daun durian brongkol

54 digilib.uns.ac.id Aroma flush Berdasarkan hasil penelitian, tidak ada aroma khas pada flush durian sunan dan brongkol (skor 1). Tidak ada aroma flush menunjukkan kesamaan sifat morfologi. Karakter aroma flush disebabkan oleh faktor genetik. Gambar 44. Flush durian sunan Gambar 45. Flush durian brongkol 19. Matriks data daun Matriks data daun diperoleh dengan melakukan analisis menggunakan dengan program NTSYS versi 2.02i (Numerical Taxonomy and Multivariate System) menggunakan metode UPGMA (Unweighted Pair Group Methode Arithmatic Average) untuk menggambarkan tingkat kemiripan (Rohlf 1998). Matriks data daun disajikan pada tabel 15. Tabel 15. Matriks data daun Varietas sunan 1 sunan 2 sunan 3 brongkol 1 brongkol 2 brongkol 3 sunan 1 1,00 sunan 2 1,00 1,00 sunan 3 1,00 1,00 1,00 brongkol 1 0,78 0,78 0,78 1,00 brongkol 2 0,78 0,78 0,78 0,78 1,00 brongkol 3 0,73 0,73 0,73 0,84 0,94 1,00

55 digilib.uns.ac.id 42 A sunan1 sunan2 B1 sunan3 B B2 B3 brongkol1 brongkol2 B4 brongkol Coefficient Gambar 46. Dendrogram daun Berdasarkan dendrogram, pada nilai kemiripan 0,72 dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok A dan kelompok B yang dibedakan atas sifat bentuk daun, panjang daun, lebar daun, bentuk ujung daun, panjang tangkai daun, dan warna permukaan bawah daun yang tua. Kelompok A terdiri atas durian sunan sampel 1, sampel 2, dan sampel 3 pada nilai kemiripan 1,00, tidak terdapat perbedaan sifat morfologi daun. Sedangkan pada nilai kemiripan 0,81 kelompok B terpisah menjadi kelompok B1 dan B2 yang dibedakan atas sifat bentuk daun, panjang daun, dan lebar daun. Pada nilai kemiripan 0,94 kelompok B2 terpisah menjadi kelompok B3 dan B4 yang dibedakan atas sifat bentuk ujung daun. Pada nilai kemiripan tertinggi 1,00 terdiri atas terdiri atas durian sunan sampel 1, durian sunan sampel 2, dan durian sunan sampel 3. Tidak terdapat perbedaan sifat morfologi. Penyebab kesamaan semua karakter pada daun diantara semua sampel durian sunan adalah sifat genetik dari bahan tanam durian sunan berasal dari perkembangbiakan vegetatif (okulasi). Perkembangbiakan vegetatif menghasilkan keturunan yang sama dengan induknya. Sedangkan pada nilai kemiripan terendah 0,72 dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok A dan kelompok B yang dibedakan atas sifat bentuk daun, panjang daun, lebar commit daun, to user bentuk ujung daun, panjang tangkai

56 digilib.uns.ac.id 43 daun, dan warna permukaan bawah daun yang tua. Kelompok A terdiri atas durian sunan sampel 1, sampel 2, dan sampel 3. Kelompok B terpisah menjadi kelompok B1 (durian brongkol sampel 1) dan kelompok B2 yang terpisah menjadi kelompok B3 (durian brongkol sampel 2) dan kelompok B4 (durian brongkol sampel 3). Kelompok A terdiri atas durian sunan, sedangkan kelompok B terdiri atas durian brongkol. Perbedaan sifat bentuk daun, panjang daun, lebar daun, bentuk ujung daun, panjang tangkai daun, dan warna permukaan daun yang tua disebabkan oleh faktor genetik yang terkandung dalam bahan tanam. 1. Tipe buah berdaging D. Identifikasi Morfologi Buah Buah merupakan bagian dari tanaman yang menjadi struktur reproduksi tambahan pada tanaman angiospermae yang di dalamnya terdapat biji. Buah durian merupakan tipe buah berdaging. Pada umumnya tipe buah berdaging tergolong sebagai buah sejati. Hal ini sesuai dengan penelitian ini karena berdasarkan hasil penelitian, buah durian sunan dan brongkol tergolong ke dalam buah kotak sejati (skor 4). Menurut Tjitrosoepomo (2003) durian termasuk tipe buah kotak sejati. 2. Bentuk buah Data bentuk buah durian sunan dan brongkol disajikan pada tabel 16. Tabel. 16 Bentuk buah durian sunan dan brongkol Sampel Bentuk buah Skor sunan 1 Bulat telur (ovoid) 3 sunan 2 Bulat telur (ovoid) 3 sunan 3 Bulat telur (ovoid) 3 brongkol 1 Bulat telur (ovoid) 3 brongkol 2 Bulat telur (ovoid) 3 brongkol 3 Bulat panjang (oblong) 2

57 digilib.uns.ac.id 44 Pada durian sunan memiliki bentuk buah yang sama yaitu bulat telur di sebabkan oleh faktor genetik dan bahan tanam. Bentuk buah durian sunan bulat telur sedangkan durian brongkol bulat telur dan bulat panjang. Bentuk buah durian sunan seragam (bulat telur) dipengaruhi oleh sifat genetik yang terkandung dalam bahan tanam yang berasal dari okulasi, sehingga bentuk buah durian sunan sama dengan induk. Sedangkan pada durian brongkol, bentuk buah beragam dipengaruhi oleh sifat genetik yang terkandung dalam bahan tanam yang berasal dari biji. 3. Bentuk dasar buah Berdasarkan hasil penelitian, durian sunan dan brongkol memiliki bentuk dasar buah yang sama yaitu membulat (skor 4). Karakter bentuk dasar buah yang sama pada durian sunan dan brongkol disebabkan oleh faktor genetik. Gambar 47. Bentuk buah durian sunan Gambar 48. Bentuk buah durian brongkol Gambar 49. Bentuk buah durian brongkol Gambar 50. Bentuk dasar buah durian sunan Gambar 51. Bentuk dasar buah durian brongkol

58 digilib.uns.ac.id Bentuk ujung buah Ujung buah merupakan bagian buah yang letaknya paling jauh dari dasar buah. Data pengamatan bentuk ujung buah durian sunan dan brongkol disajikan pada tabel 17. Tabel 17. Bentuk ujung buah durian sunan dan brongkol Sampel Ujung buah Skor sunan 1 Tumpul 3 sunan 2 Tumpul 3 sunan 3 Tumpul 3 brongkol 1 Meruncing 2 brongkol 2 Tumpul 3 brongkol 3 Datar 5 Perbedaan sifat bentuk ujung buah disebabkan oleh faktor genetik. Sifat ujung buah durian sunan adalah tumpul, keseragaman sifat ini disebabkan oleh sifat genetik yang terkandung dalam bahan tanam durian sunan berasal dari perkembangbiakan vegetatif (okulasi). Bahan tanam dengan perkembangbiakan vegetatif menghasilkan keturunan yang sama dengan induk. Sedangkan bahan tanam durian brongkol berasal dari biji sehingga menghasilkan sifat yang bervariasi. Gambar 52. Bentuk ujung buah durian sunan Gambar 53. Bentuk ujung buah durian brongkol Gambar 54. Bentuk ujung buah durian brongkol Gambar 55. Bentuk ujung buah durian brongkol

59 digilib.uns.ac.id Warna kulit buah masak Setiap buah memiliki ciri khas warna kematangan buah. Proses pematangan buah sering dihubungkan dengan rangkaian perubahan yang dapat dilihat meliputi warna, aroma, tekstur dan rasa. Perpaduan sifat sifat tersebut akan menyokong kemungkinan buah buahan enak dimakan. Data pengamatan warna kulit buah masak durian sunan dan brongkol disajikan pada tabel 18. Tabel 18. Warna kulit buah masak durian sunan dan brongkol Sampel Warna kulit buah masak Skor sunan 1 Hijau kecoklatan 1 sunan 2 Hijau kecoklatan 1 sunan 3 Hijau kecoklatan 1 brongkol 1 Kuning kecoklatan 3 brongkol 2 Kuning kecoklatan 3 brongkol 3 Kuning kecoklatan 3 Gambar 56. Warna kulit buah masak durian sunan Gambar 57. Warna kulit buah masak durian brongkol Ciri khas warna kulit buah masak pada durian sunan adalah hijau kecoklatan. Sedangkan pada durian brongkol adalah kuning kecoklatan. Warna kulit buah masak dipengaruhi oleh faktor genetik. Pematangan buah distimulasi oleh gas etilen yang berdifusi ke dalam ruang-ruang antar sel buah (Purnomo et al. 2010). Warna hijau kecoklatan pada durian sunan dipengaruhi oleh pigmen hijau (klorofil) dan karotenoid. commit Sedangkan to user pada durian brongkol, terjadi

60 digilib.uns.ac.id 47 perubahan warna dari hijau menjadi warna kulit buah kuning kecoklatan, hal ini dipengaruhi oleh pigmen karotenoid. 6. Tekstur permukaan kulit buah masak Berdasarkan hasil penelitian durian sunan dan brongkol memiliki tekstur permukaan kulit buah masak adalah agak keras (skor 3). Persamaan tekstur permukaan kulit buah masak menunjukkan terdapat kesamaan sifat morfologi antara durian sunan dan brongkol. Menurut Purnomo et al. (2010) dalam proses pematangan buah terjadi perubahan asam dan pati menjadi gula bebas, terjadi peningkatan pektinase yang akan melunakkan dan merusak dinding sel, peningkatan berbagai macam pigmen seperti antosianin, serta degradasi klorofil. Tekstur permukaan buah mengalami perubahan, dari keras menjadi agak keras. 7. Warna kulit dalam Warna pada bagian-bagian tumbuhan dipengaruhi oleh pigmen tertentu. Berdasarkan hasil penelitian, durian sunan dan brongkol memiliki warna kulit dalam putih kusam (skor 2). Ciri khas warna kulit dalam durian ditentukan oleh faktor genetik. Gambar 58. Warna kulit dalam durian sunan 8. Panjang tangkai buah Data pengukuran panjang tangkai buah durian sunan dan brongkol disajikan pada tabel 19. Gambar 59. Warna kulit dalam durian brongkol

61 digilib.uns.ac.id 48 Tabel 19. Panjang tangkai buah durian sunan dan brongkol Sampel Panjang tangkai buah Skor sunan 1 10,0 cm 3 sunan 2 10,2 cm 3 sunan 3 10,4 cm 3 brongkol 1 12,5cm 4 brongkol 2 9,0 cm 3 brongkol 3 8,5 cm 3 Panjang tangkai buah durian sunan berkisar antara 10,0 10,4 cm, sedangkan durian brongkol berkisar antara 8,5 12,5 cm. Sifat panjang tangkai buah dipengaruhi oleh faktor genetik. 9. Diameter buah Data pengukuran diameter buah durian sunan dan brongkol disajikan pada tabel 20. Tabel 20. Diameter buah durian sunan dan brongkol Sampel Diameter buah durian Skor sunan 1 15,2 cm 1 sunan 2 14,3 cm 1 sunan 3 15,1 cm 1 brongkol 1 19,2 cm 3 brongkol 2 17,1 cm 2 brongkol 3 19,4 cm 3 Durian sunan memiliki durian sunan memilki diameter 14,3 15,2. Sedangkan durian brongkol memilki diameter 17,1 19,4. Pada pengukuran diameter buah menunjukkan bahwa diameter buah durian brongkol mempunyai diameter lebih besar daripada durian sunan. Diameter buah dipengaruhi oleh faktor genetik. 10. Berat buah tabel 21. Data pengukuran berat buah durian sunan dan brongkol disajikan pada

62 digilib.uns.ac.id 49 Tabel 21. Berat buah durian sunan dan brongkol Sampel Berat buah Skor sunan 1 1,6 kg 2 sunan 2 1,8 kg 2 sunan 3 1,8 kg 2 brongkol 1 3,17 kg 4 brongkol 2 1,87 kg 2 brongkol 3 3,25 kg 4 Berat buah durian sunan antara 1,6 1,8 kg, sedangkan durian brongkol antara 1,87 3,25 kg. Durian brongkol memiliki ukuran buah yang lebih besar daripada durian sunan. Hal ini dipengaruhi oleh faktor genetik tanaman. Menurut Purnomo et al. (2010) Buah dianggap dewasa apabila telah mencapai ukuran maksimum dan tidak terjadi pertambahan berat lagi. 11. Jumlah duri Duri pada buah durian merupakan organ aksesori pada buah. Duri pada buah durian ini terbentuk jaringan epidermis yang terdapat pada kulit buah yang kemudian menghasilkan tonjolan-tonjolan. Data penghitungan jumlah duri durian sunan dan brongkol di hitung pada disajikan pada tabel 22. Tabel 22. Jumlah duri durian sunan dan brongkol Sampel Banyak duri (10 x 10 cm) Skor sunan sunan sunan brongkol brongkol brongkol luasan 10 cm x 10 cm Jumlah duri durian sunan berkisar antara duri, sedangkan durian brongkol berkisar antara duri. Perbedaan karakter jumlah duri pada durian sunan dan brongkol disebabkan oleh faktor genetik yang terkandung di dalam bahan tanam. Penyebab keseragaman karakter jumlah duri pada durian sunan adalah sifat genetik bahan tanam durian sunan berasal dari perbanyakan vegetatif dengan okulasi. Hasil perbanyakan commit vegetatif to user menghasilkan keturunan yang

63 digilib.uns.ac.id 50 sama dengan tanaman induk. Sedangkan bahan tanam durian brongkol berasal dari biji. Hasil perkembangbiakan generatif yang terjadi melalui biji biasanya berbeda dengan tanaman induk. Hal inilah yang menyebabkan durian brongkol memiliki karakter jumlah duri yang bervariasi jumlahnya yaitu 45, 54, 93. Gambar 60. Duri pada durian sunan Gambar 61. Duri pada durian brongkol 12. Warna daging buah Data pengamatan warna daging buah durian sunan dan brongkol disajikan pada tabel 23. Tabel 23. Warna daging buah durian sunan dan brongkol Sampel Warna daging buah Skor sunan 1 Krem 2 sunan 2 Krem 2 sunan 3 Krem 2 brongkol 1 Kuning 3 brongkol 2 Kuning 3 brongkol 3 Kuning 3 Ciri khas warna daging durian sunan adalah krem, sedangkan warna daging durian brongkol adalah kuning. Sifat warna daging buah disebabkan oleh faktor genetik tanaman. Pigmen pembentuk warna krem dan kuning adalah karotenoid (Abidin 1984).

64 digilib.uns.ac.id 51 Gambar 62. Warna daging buah durian sunan Gambar 63. Warna daging buah durian brongkol 13. Rasa buah Masing-masing buah memiliki rasa yang berbeda beda. Data rasa buah durian sunan dan brongkol disajikan pada tabel 24. Tabel 24. Rasa buah durian sunan dan brongkol Sampel Rasa buah Skor sunan 1 Manis pahit 2 sunan 2 Manis pahit 2 sunan 3 Manis pahit 2 brongkol 1 Manis pahit 2 brongkol 2 Manis pahit 2 brongkol 3 Manis 1 Perbedaan rasa disebabkan oleh faktor genetik yang terkandung dalam bahan tanam. Keseragaman rasa daging buah durian sunan (manis pahit) disebabkan oleh bahan tanam yang berasal dari hasil okulasi. Hasil perkembangbiakan vegetatif akan menghasilkan keturunan yang sama dengan induknya. Sedangkan pada tanaman durian brongkol, bahan tanam berasal dari biji, sehingga keturunan beragam (manis dan manis pahit). 14. Jumlah lokus Lokus merupakan ruang daging buah durian. Data jumlah lokus durian sunan dan brongkol disajikan pada tabel 25.

65 digilib.uns.ac.id 52 Tabel 25. Jumlah lokus durian sunan dan brongkol Sampel Jumlah lokus Skor sunan sunan sunan brongkol brongkol brongkol Berdasarkan data tersebut, jumlah lokus durian sunan dan brongkol adalah 5. Kesamaan jumlah lokus menunjukkan kesamaan sifat morfologi. Kesamaan karakter jumlah lokus pada durian sunan dan brongkol dipengaruhi oleh faktor genetik. 15. Tebal kulit lokus Data pengukuran tebal kulit lokus buah durian sunan dan brongkol disajikan pada tabel 26. Tabel 26. Tebal kulit lokus durian sunan dan brongkol Sampel Tebal kulit lokus Skor sunan 1 0,79 cm 2 sunan 2 0,75 cm 2 sunan 3 0,64 cm 1 brongkol 1 1,03 cm 3 brongkol 2 1,10 cm 3 brongkol 3 1,22 cm 4 Tebal kulit lokus durian sunan antara 0,64 0,79 cm, sedangkan durian brongkol antara 1,03 1,22 cm. Berdasarkan data pengamatan, durian brongkol memiliki tebal kulit lokus yang lebih tebal daripada durian sunan. Tebal kulit lokus suatu tanaman disebabkan oleh faktor genetik yang terkandung dalam bahan tanam. 16. Lebar lokus tabel 27. Data pengukuran lebar lokus durian sunan dan brongkol disajikan pada

66 digilib.uns.ac.id 53 Tabel 27. Lebar lokus durian sunan dan brongkol Sampel Lebar lokus buah Skor sunan 1 5,25 cm 1 sunan 2 4,91 cm 1 sunan 3 4,93 cm 1 brongkol 1 5,97 cm 1 brongkol 2 4,95 cm 1 brongkol 3 5,85 cm 1 Lebar lokus durian sunan antara 4,91 5,25 cm, sedangkan durian brongkol antara 4,95 5,97 cm. Lebar lokus dipengaruhi oleh faktor genetik. 17. Panjang lokus Data pengukuran panjang lokus durian sunan dan brongkol disajikan pada tabel 28. Tabel 28. Panjang lokus durian sunan dan brongkol Sampel Panjang lokus buah Skor sunan 1 14,03 cm 3 sunan 2 15,16 cm 3 sunan 3 13,70 cm 3 brongkol 1 19,82 cm 4 brongkol 2 14,75 cm 3 brongkol 3 17,52 cm 4 Panjang lokus durian sunan antara 13,70 15,16 cm, sedangkan panjang lokus durian brongkol antara 14,75 19,82 cm. Panjang lokus dipengaruhi oleh faktor genetik. 18. Matriks data buah Matriks data buah diperoleh dengan melakukan analisis menggunakan dengan program NTSYS versi 2.02 i (Numerical Taxonomy and Multivariate System) menggunakan metode UPGMA (Unweighted Pair Group Methode Arithmatic Average) untuk menggambarkan tingkat kemiripan (Rohlf 1998). Matriks data buah disajikan pada tabel 29.

67 digilib.uns.ac.id 54 Tabel 29. Matriks data buah Varietas sunan 1 sunan 2 sunan 3 brongkol 1 brongkol 2 brongkol 3 sunan 1 1,00 sunan 2 1,00 1,00 sunan 3 0,94 0,94 1,00 brongkol 1 0,47 0,47 0,47 1,00 brongkol 2 0,76 0,76 0,76 0,64 1,00 brongkol 3 0,47 0,47 0,47 0,64 0,58 1,00 A3 sunan1 A A1 A2 A4 sunan2 sunan3 B B1 B2 brongkol2 brongkol1 brongkol Coefficient Gambar 64. Dendrogram buah Berdasarkan dendrogram, pada nilai kemiripan 0,51 dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok A dan kelompok B yang dibedakan atas sifat bentuk buah, bentuk ujung buah, panjang tangkai buah, berat buah, banyak duri, rasa buah dan panjang lokus. Pada nilai kemiripan 0,76, kelompok A terpisah menjadi kelompok A1 dan A2 yang dibedakan atas warna kulit buah masak, diameter buah, dan warna daging buah. Pada nilai kemiripan 0,94 kelompok A1 terpisah menjadi kelompok A3 dan A4 yang dibedakan atas sifat tebal kulit lokus. Kelompok A3 terdiri atas durian sunan sampel 1 dan durian sunan sampel 2 pada nilai kemiripan 1,00, tidak ada perbedaan sifat morfologi buah. Sedangkan pada nilai kemiripan 0,64, kelompok B terpisah menjadi kelompok B1 dan B2 yang dibedakan atas sifat bentuk buah, bentuk ujung buah, panjang tangkai buah, diameter buah, berat buah, banyak duri, rasa buah, dan tebal kulit lokus.

68 digilib.uns.ac.id 55 Pada nilai kemiripan tertinggi 1,00 terdiri atas terdiri atas durian sunan sampel 1 dan durian sunan sampel 2. Tidak terdapat perbedaan sifat morfologi. Penyebab kesamaan semua karakter pada buah durian sunan sampel 1 dan durian sunan sampel 2 adalah faktor genetik yang terkandung dalam bahan tanam. Perkembangbiakan tanaman dengan cara vegetatif menghasilkan keturunan yang sama dengan tanaman induk. Sedangkan pada nilai kemiripan terendah 0,51 dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok A dan kelompok B yang dibedakan atas sifat bentuk buah, bentuk ujung buah, panjang tangkai buah, berat buah, banyak duri, rasa buah dan panjang lokus. Kelompok A terpisah menjadi kelompok A1 dan kelompok A2. Kelompok A1 terpisah menjadi kelompok A3 (durian sunan sampel 1 dan durian sunan sampel 2) dan kelompok A4 (durian sunan sampel 3). Kelompok A2 yaitu durian brongkol sampel 2. Kelompok B terpisah menjadi kelompok B1 (durian brongkol sampel 1) dan B2 (durian brongkol sampel 3). Kelompok A terdiri atas durian sunan sampel 1,2,3 dan durian brongkol sampel 2. Kelompok B terdiri atas durian brongkol sampel 1 dan durian brongkol sampel 3. Perbedaan sifat bentuk buah disebabkan oleh faktor genetik yang terkandung dalam bahan tanam. Bentuk buah durian sunan bulat telur sedangkan durian brongkol bulat telur dan bulat panjang. Keseragaman bentuk buah durian dipengaruhi oleh faktor genetik yang terkandung dalam bahan tanam yang berasal dari hasil okulasi. Sedangkan pada durian brongkol, bentuk buah beragam dipengaruhi oleh faktor genetik yang terkandung dalam bahan tanam yang berasal dari biji. Perbedaan sifat pada bentuk ujung buah, panjang tangkai buah, berat buah, banyak duri, rasa buah, dan panjang lokus buah disebabkan oleh faktor genetik dalam bahan tanam. Pada durian sunan memiliki ujung buah yang tumpul, keseragaman sifat ini disebabkan oleh sifat gen dalam bahan tanam durian sunan berasal dari perbanyakan vegetatif dengan okulasi. Bahan tanam dengan perkembangbiakan vegetatif menghasilkan keturunan yang sama

69 digilib.uns.ac.id 56 dengan induknya. Sedangkan bahan tanam durian brongkol berasal dari biji sehingga menghasilkan sifat yang bervariasi. 1. Jumlah biji per buah E. Identifikasi Morfologi Biji Biji terbentuk dari hasil pembuahan yang terjadi di dalam bakal buah. Data jumlah biji durian sunan dan brongkol disajikan pada tabel 30. Tabel 30. Jumlah biji per buah durian sunan dan brongkol Sampel Jumlah biji/buah Skor sunan sunan sunan brongkol brongkol brongkol Jumlah biji per buah durian sunan antara biji, sedangkan durian brongkol berkisar antara Keseragaman jumlah biji pada durian sunan dikarenakan faktor genetik yang terkandung dalam bahan tanam yang berasal dari perkembangbiakan vegetatif (okulasi). Perkembangbiakan vegetatif menghasilkan keturunan yang seragam. Sedangkan sifat beragam pada jumlah biji durian brongkol disebabkan oleh faktor genetik yang terkandung dalam bahan tanam berupa biji. Bahan tanam dari biji menghasilkan keturunan yang bervariasi. 2. Jumlah biji per lokus tabel 31. Data jumlah biji tiap lokus durian sunan dan brongkol disajikan pada Tabel 31. Jumlah biji per lokus durian sunan dan brongkol Sampel Jumlah biji/lokus Skor sunan sunan sunan brongkol brongkol brongkol 3 4 2

70 digilib.uns.ac.id 57 Jumlah biji perlokus durian sunan 4 biji perlokus, sedangkan durian brongkol 2 4 biji perlokus. Dari data tersebut menunjukkan durian brongkol sampel 2 memiliki biji yang jumlahnya paling sedikit. Keseragaman jumlah biji pada durian sunan dikarenakan faktor genetik yang terkandung dalam bahan tanam yang berasal dari perkembangbiakan vegetatif (okulasi). Sedangkan pada durian brongkol perkembangbiakan tanaman berasal dari biji. Sehingga jumlah biji per buah durian beragam. 3. Bentuk biji Setiap biji tanaman memiliki bentuk yang berbeda-beda. Data pengamatan bentuk biji disajikan pada tabel 32. Perbedaan bentuk biji disebabkan oleh faktor genetik dalam bahan tanam. Keseragaman jumlah biji pada durian sunan dikarenakan faktor genetik dalam bahan tanam yang berasal dari perkembangbiakan vegetatif (okulasi). Sedangkan pada durian brongkol perkembangbiakan tanaman berasal dari biji. Tabel 32. Bentuk biji durian sunan dan brongkol Sampel Bentuk biji Skor sunan 1 Bulat telur 3 sunan 2 Bulat telur 3 sunan 3 Bulat telur 3 brongkol 1 Bulat telur 3 brongkol 2 Elip 2 brongkol 3 Bulat telur 3 Gambar 65. Bentuk biji durian sunan Gambar commit to 66. user Bentuk biji durian brongkol Gambar 67. Bentuk biji durian brongkol

71 digilib.uns.ac.id Ujung biji Berdasarkan hasil penelitian, durian sunan dan brongkol memiliki ujung biji yang tumpul (skor 3). Kesamaan sifat ujung biji ini menunjukkan kesamaan morfologi. Persamaan ujung biji yang tumpul pada sampel buah durian sunan dan brongkol disebabkan oleh faktor genetik. Gambar 68. Bentuk ujung biji durian sunan 5. Tekstur kulit biji Gambar 69. Bentuk ujung biji durian brongkol Berdasarkan hasil penelitian durian sunan dan brongkol sama-sama memiliki tekstur kulit biji keras (skor 4). Tekstur kulit biji durian yang keras dipengaruhi oleh sklereid pada kulit biji (Marini 2003). 6. Tekstur kotiledon Kotiledon merupakan organ cadangan makanan pada biji. Berdasarkan hasil penelitian, durian sunan dan brongkol memiliki tekstur kotiledon yang keras (skor 4). 7. Lebar biji tabel 33. Data pengukuran lebar biji durian sunan dan brongkol disajikan pada Tabel 33. Lebar biji durian sunan dan brongkol Sampel Lebar biji Skor sunan 1 2,75 cm 3 sunan 2 2,81 cm 3 sunan 3 2,79 cm 3 brongkol 1 3,38 cm 5 brongkol 2 2,35 cm 2 brongkol 3 2,80 cm 3

72 digilib.uns.ac.id 59 Durian sunan memiliki lebar biji dengan ukuran 2,75 2,81 cm, sedangkan durian brongkol memiliki biji 2,35 3,38 cm. Lebar biji dipengaruhi oleh faktor genetik dalam bahan tanam. 8. Panjang biji Biji tanaman memiliki ukuran panjang tertentu. Data panjang biji durian sunan dan brongkol pada tabel 34. Tabel 34. Panjang biji durian sunan dan brongkol Sampel Panjang biji Skor sunan 1 4,98 cm 2 sunan 2 4,88 cm 2 sunan 3 4,81 cm 2 brongkol 1 5,31 cm 3 brongkol 2 5,38 cm 3 brongkol 3 5,44 cm 4 Ukuran panjang biji durian sunan adalah 4,81, 4,88, 4,98. Sedangkan ukuran panjang biji durian brongkol adalah 5,31, 5,38, 5,44. Panjang biji dipengaruhi oleh faktor genetik yang terkandung dalam bahan tanam. 9. Ketebalan biji Data pengukuran ketebalan biji durian sunan dan brongkol disajikan pada tabel 35 pengukuran tebal biji durian sunan dan brongkol. Tabel 35. Ketebalan biji durian sunan dan brongkol Sampel Ketebalan biji Skor sunan 1 2,40 cm 2 sunan 2 2,61 cm 2 sunan 3 2,67 cm 3 brongkol 1 3,09 cm 5 brongkol 2 1,07 cm 1 brongkol 3 2,27 cm 3 Durian sunan memiliki ukuran ketebalan biji 2,40, 2,61 dan 2,67 cm, sedangkan durian brongkol memiliki ukuran ketebalan biji antara 1,07, 2, 27 3,09 cm. Ketebalan biji dipengaruhi faktor genetik yang terkandung dalam bahan tanam.

73 digilib.uns.ac.id Warna kulit biji Warna kulit biji merupakan warna permukaan terluar pada biji. Berdasarkan hasil penelitian, warna kulit biji durian sunan dan brongkol adalah coklat muda (skor 2). Hal ini dipengaruhi oleh faktor genetik. Warna coklat muda pada kulit biji dipengaruhi oleh pigmen karotenoid (Abidin 1984). Gambar 70. Warna kulit biji pada kulit biji durian sunan Gambar 71. Warna kulit biji durian brongkol 11. Warna kotiledon Warna kotiledon durian sunan dan brongkol adalah putih kekuningan (skor 1). Kesamaan sifat warna biji dalam menunjukkan kesamaan sifat morfologi. Hal ini dipengaruhi oleh faktor genetik. Warna kotiledon dipengaruhi oleh pigmen warna karotenoid (Abidin 1984). Gambar 72. Warna kotildeon durian sunan 12. Besar embrio Berdasarkan hasil pengamatan embrio durian sunan dan brongkol memiliki embrio berukuran besar (skor 2). Gambar 73. Warna kotiledon durian brongkol

74 digilib.uns.ac.id Berat biji Gambar 74. Embrio durian sunan Berat biji adalah suatu ukuran yang digunakan untuk menyatakan besarnya massa yang dimiliki oleh suatu biji. Data pengukuran berat biji durian sunan dan brongkol disajikan pada tabel 36. Tabel 36. Berat biji durian sunan dan brongkol Sampel Berat biji (gr) Skor sunan 1 14,63 3 sunan 2 14,32 3 sunan 3 15,06 3 brongkol 1 31,25 5 brongkol 2 6,30 2 brongkol 3 17,59 4 Berat biji durian sunan antara 14,32 15,06 gram, sedangkan durian brongkol memiliki berat biji berkisar anatar 6,30 31,25 gram. Biji durian sunan lebih berat daripada durian brongkol. Keseragaman berat biji pada durian sunan dikarenakan faktor genetik yang terkandung dalam bahan tanam yang berasal dari perkembangbiakan vegetatif (okulasi). Sedangkan pada durian brongkol menghasilkan berat biji yang beragam, hal ini dipengaruhi faktor genetik yang terkandung dalam biji. Bahan tanam dari biji menghasilkan keturunan yang bervariasi. Gambar 75. Embrio durian brongkol Gambar 76. Biji durian sunan

75 digilib.uns.ac.id 62 Gambar 76. Biji durian sunan Gambar 77. Biji durian brongkol Gambar 78. Biji durian brongkol 14. Matriks data biji Matriks data biji diperoleh dengan melakukan analisis menggunakan dengan program NTSYS versi 2.02i (Numerical Taxonomy and Multivariate System) menggunakan metode UPGMA (Unweighted Pair Group Methode Arithmatic Average) untuk menggambarkan tingkat kemiripan (Rohlf 1998). Matriks data biji disajikan pada tabel 37. Tabel 37. Matriks data biji Varietas sunan 1 sunan 2 sunan 3 brongkol 1 brongkol 2 brongkol3 sunan 1 1,00 sunan 2 1,00 1,00 sunan 3 0,92 0,92 1,00 brongkol 1 0,69 0,69 0,69 1,00 brongkol 2 0,53 0,53 0,53 0,61 1,00 brongkol 3 0,76 0,76 0,84 0,69 0,53 1,00

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data 16 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 s/d Januari 2016. Lokasi penelitian berada di Desa Giriharjo, Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 10 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di pekarangan warga di Kecamatan Jumantono, Kecamatan Karanganyar dengan dua jenis tanah yang berbeda yaitu tanah Latosol (Desa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 7 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Ketileng, Kecamatan Malo, Kabupaten Bojonegoro pada bulan April Oktober 2015. B. Bahan dan Alat Penelitian Bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar

TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar Menurut Sarwono (2005) ubijalar tergolong tanaman palawija. Tanaman ini membentuk umbi di dalam tanah. Umbi itulah yang menjadi produk utamanya. Ubijalar digolongkan ke

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani tanaman karet Menurut Sianturi (2002), sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mentimun Papasan Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota Cucurbitaceae yang diduga berasal dari Asia dan Afrika. Tanaman mentimun papasan memiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Sorgum Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae (Poaceae). Tanaman ini telah lama dibudidayakan namun masih dalam areal yang terbatas. Menurut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 8 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kepuhsari, Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah, serta pengamatan dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae,

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut, divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, ordo liliales,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk famili Clusiaceae yang diperkirakan berasal dari Asia Tenggara khususnya di semenanjung Malaya, Myanmar, Thailand, Kamboja,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun LAMPIRAN Lampiran 1. Skoring sifat dan karakter tanaman cabai 1. Tinggi tanaman : Tinggi tanaman diukur mulai dari atas permukaan tanah hingga ujung tanaman yang paling tinggi dan dinyatakan dengan cm.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Besar

TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Besar xii TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Besar Jeruk besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) yang sering disebut pamelo berasal dari Asia Tenggara, yaitu Indonesia, India, Cina Selatan dan beberapa jenis berasal dari Florida,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Kedelai Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja atau Soja max, tetapi pada tahun 1984 telah disepakati nama botani yang

Lebih terperinci

KARAKTERISASI MORFOLOGI VARIETAS LOKAL DURIAN PETRUK DAN BRONGKOL DI JAWA TENGAH

KARAKTERISASI MORFOLOGI VARIETAS LOKAL DURIAN PETRUK DAN BRONGKOL DI JAWA TENGAH Agrotech Res J. Vol 4. No 1. 2015: 16-21 SSN : 2302-8226 KARAKTERSAS MORFOLOG VARETAS LOKAL DURAN PETRUK DAN BRONGKOL D JAWA TENGAH rfian Trias Yunanto 1), Endang Yuniastuti 2), Parjanto 2) 1) Undergraduate

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Tanaman Sorgum Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. Tanaman ini sudah lama dikenal manusia sebagai penghasil pangan, dibudidayakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Jagung Manis Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea mays saccarata L. Menurut Rukmana ( 2009), secara sistematika para ahli botani mengklasifikasikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) Kopi tergolong pohon dan termasuk dalam famili Rubiaceae. Tumbuhan ini tumbuhnya tegak, bercabang dan bila dibiarkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) termasuk ke dalam Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Fabales, Famili : Fabaceae, Genus : Pachyrhizus, Spesies

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini berlangsung sejak bulan September 2013 sampai dengan Juli 2014 di Desa Sotol Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan. 3.2. Bahan dan Alat Bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo: TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo: Caryophyllales, Famili: Cactaceae, Genus:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cengkeh adalah tumbuhan asli Maluku, Indonesia. Cengkeh dikenal dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman asli Indonesia ini tergolong

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi dan Morfologi Kacang Tunggak Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari genus Vignadan termasuk ke dalam kelompok yang disebut catjangdan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Dalam taksonomi tumbuhan, tebu tergolong dalam Kerajaan Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas Monocotyledoneae, Ordo Glumaceae, Famili Graminae, Genus

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tanaman Sorgum Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas dan daerah beriklim sedang. Sorgum dibudidayakan pada ketinggian 0-700 m di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa.

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa. 6 3 lintas, ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu: 1. Apabila koefisien korelasi antara peubah hampir sama dengan koefisien lintas (nilai pengaruh langsung) maka korelasi tersebut menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah 3 TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah Hillel (1998) menyatakan bahwa tanah yang padat memiliki ruang pori yang rendah sehingga menghambat aerasi, penetrasi akar, dan drainase. Menurut Maryamah (2010) pemadatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman pangan dari famili Leguminosae yang berumur pendek. Secara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kacang Tanah Secara garis besar kacang tanah dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe tegak dan menjalar. Kacang tanah tipe tegak percabangannya lurus atau sedikit miring ke atas.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh dengan nama latin Camellia sinensis, merupakan salah satu tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub). Tanaman teh berasal dari daerah pegunungan di Assam,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

A : JHONI ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV

A : JHONI ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV N A M A : JHONI N I M : 111134267 ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV I Ayo Belajar IPA A. StandarKompetensi 2. Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya B. KompetensiDasar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

A. Struktur Akar dan Fungsinya

A. Struktur Akar dan Fungsinya A. Struktur Akar dan Fungsinya Inti Akar. Inti akar terdiri atas pembuluh kayu dan pembuluh tapis. Pembuluh kayu berfungsi mengangkut air dari akar ke daun. Pembuluh tapis berfungsi mengangkut hasil fotosintesis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Siahaan dan Sitompul (1978), Klasifikasi dari tanaman kedelai adalah sebagai berikut : Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi secara morfologi beberapa kultivar cabai di Yogyakarta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi secara morfologi beberapa kultivar cabai di Yogyakarta BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi secara morfologi beberapa kultivar cabai di Yogyakarta dilakukan pada bulan Januari-Juni 2016 di lahan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP Yogyakarta).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai (Capsicum annuum L.) termasuk dalam genus Capsicum yang spesiesnya telah dibudidayakan, keempat spesies lainnya yaitu Capsicum baccatum, Capsicum pubescens,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai Cabai merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Selatan. Cabai dikenal di Eropa pada abad ke-16, setelah diintroduksi oleh Colombus saat perjalanan pulang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Semangka Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Cucurbitaceae sehingga masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan melon (Cucumis melo

Lebih terperinci

SKRIPSI. KARAKTERISASI MORFOLOGI TANAMAN DURIAN PETRUK DAN DURIAN LOKAL BRONGKOL (Durio zibethinus Murr.) DI JAWA TENGAH

SKRIPSI. KARAKTERISASI MORFOLOGI TANAMAN DURIAN PETRUK DAN DURIAN LOKAL BRONGKOL (Durio zibethinus Murr.) DI JAWA TENGAH digilib.uns.ac.id SKRIPSI KARAKTERISASI MORFOLOGI TANAMAN DURIAN PETRUK DAN DURIAN LOKAL BRONGKOL (Durio zibethinus Murr.) DI JAWA TENGAH Oleh Irfian Trias Yunanto H 0708118 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

Lebih terperinci

hingga dapat mencapai cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut berbentuk silinder berongga yang

hingga dapat mencapai cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut berbentuk silinder berongga yang TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, ordo liliales, famili liliaceae, genus Allium,

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buah ini sudah lama menjadi salah satu makanan khas dari kota Medan.Buah ini

BAB I PENDAHULUAN. buah ini sudah lama menjadi salah satu makanan khas dari kota Medan.Buah ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG USAHA Durian merupakan salah satu jenis buah yang sangat di idolakan di Indonesia. Sesuai dengan sebutan durian yang di duga berasal dari istilah melayu, buah ini sudah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Taksonomi Tanaman Dracaena Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan beruas-ruas. Daun dracaena berbentuk tunggal, tidak bertangkai,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jenis kelamin menjadi salah satu studi genetik yang menarik pada tanaman

I. PENDAHULUAN. Jenis kelamin menjadi salah satu studi genetik yang menarik pada tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jenis kelamin menjadi salah satu studi genetik yang menarik pada tanaman dioecious. Jenis kelamin betina menjamin keberlangsungan hidup suatu individu, dan juga penting

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Gladiol Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis (Herlina, 1991). Tanaman gladiol berasal dari Afrika Selatan dan menyebar di Asia dan

Lebih terperinci

Spermatophyta Angiospermae Dicotyledoneae Araucariales Araucariaceae Agathis Agathis dammara Warb.

Spermatophyta Angiospermae Dicotyledoneae Araucariales Araucariaceae Agathis Agathis dammara Warb. AGATHIS DAMMARA WARB. Botani Agathis alba Foxw. Spermatophyta Angiospermae Dicotyledoneae Araucariales Araucariaceae Agathis Agathis dammara Warb. Damar Pohon, tahunan, tinggi 30-40 m. Tegak, berkayu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman cabai Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semula dikenal sebagai tumbuhan hias. Dalam perkembangan selanjutnya,

BAB I PENDAHULUAN. semula dikenal sebagai tumbuhan hias. Dalam perkembangan selanjutnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bayam merupakan tanaman sayuran yang dikenal dengan nama ilmiah Amaranthus sp. Kata "amaranth" dalam bahasa Yunani berarti "everlasting" (abadi). Tanaman bayam berasal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman Morfologi tanaman kedelai ditentukan oleh komponen utamanya, yaitu akar, daun, batang, polong, dan biji. Akar kedelai muncul dari belahan kulit biji yang muncul di sekitar

Lebih terperinci

PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015

PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015 PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015 DESKRIPSI VARIETAS LADA LADA VAR. NATAR 1 SK Menteri Pertanian nomor : 274/Kpts/KB.230/4/1988 Bentuk Tangkai

Lebih terperinci

PERAKITAN VARIETAS SALAK :

PERAKITAN VARIETAS SALAK : PERAKITAN VARIETAS SALAK : SARI INTAN 48 : SK Mentan No.3510/Kpts/SR.120/10/2009 SARI INTAN 541 : SK Mentan No.3511/Kpts/SR.120/10/2009 SARI INTAN 295 : SK Mentan No.2082/Kpts/SR.120/5/2010 KERJASAMA ANTARA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Durian (Durio zibethinus Murr.) dpl. (Nurbani, 2012). Adapun klasifikasi tanaman durian yaitu Kingdom

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Durian (Durio zibethinus Murr.) dpl. (Nurbani, 2012). Adapun klasifikasi tanaman durian yaitu Kingdom II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian (Durio zibethinus Murr.) 1. Karakteristik Tanaman Durian Durian (Durio zibethinus Murray) merupakan buah-buahan tropika asli Asia Tenggara, terutama Indonesia. Sumber

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi Tanaman Pisang. Menurut Cronquist (1981) Klasifikasi tanaman pisang kepok adalah sebagai. berikut: : Plantae

TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi Tanaman Pisang. Menurut Cronquist (1981) Klasifikasi tanaman pisang kepok adalah sebagai. berikut: : Plantae 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Tanaman Pisang Menurut Cronquist (1981) Klasifikasi tanaman pisang kepok adalah sebagai berikut: Regnum Divisio Classis Ordo Familya Genus : Plantae : Magnoliophyta

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang mempunyai jenis 180 jenis. Tanaman gladiol ditemukan di Afrika, Mediterania, dan paling banyak

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dilaksanakan dari bulan Mei 2016 sampai Juni 2016.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dilaksanakan dari bulan Mei 2016 sampai Juni 2016. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di 2 (dua) kecamatan yaitu Kecamatan Barusjahe dan Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara. Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kedelai Suprapto (1999) mennyatakan tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Kelas: Dicotyledone, Ordo:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantiatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN 1 PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN Tujuan Pembelajaran: 1. Mengidentifikasi faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan 2. Merancang percobaan pengaruh faktor luar terhadap pertumbuhan tumbuhan 3. Menentukan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen dalam bentuk polong muda. Kacang panjang banyak ditanam di

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di Indonesia. Daerah utama penanaman kedelai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA.1 Kacang Panjang.1.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Panjang Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan 14 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gladiol Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan pada bentuk daunnya yang sempit dan panjang seperti pedang. Genus gladiolus terdiri

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari 4 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari Menurut Kristio (2007) dalam taksonomi tumbuhan, bunga matahari dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kacang Tanah Kacang tanah tergolong dalam famili Leguminoceae sub-famili Papilinoideae dan genus Arachis. Tanaman semusim (Arachis hypogaea) ini membentuk polong dalam

Lebih terperinci

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. Sifat dan perilaku tanaman kopi dapat dipelajari dari sisi biologinya. Artikel ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan tentang beberapa aspek biologi

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan pada bulan Mei sampai bulan Desember 2015 di kebun salak Tapansari, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Salak yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Tanaman Teh Klasifikasi tanaman teh yang dikutip dari Nazaruddin dan Paimin (1993) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KONSENTRASI GIBERELIN (GA3) PADA PERTUMBUHAN STEK BATANG KOPI (Coffea canephora) DALAM MEDIA CAIR

EFEKTIVITAS KONSENTRASI GIBERELIN (GA3) PADA PERTUMBUHAN STEK BATANG KOPI (Coffea canephora) DALAM MEDIA CAIR EFEKTIVITAS KONSENTRASI GIBERELIN (GA3) PADA PERTUMBUHAN STEK BATANG KOPI (Coffea canephora) DALAM MEDIA CAIR SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 Program Studi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

Cara Perkembangbiakan Tumbuhan

Cara Perkembangbiakan Tumbuhan Cara Perkembangbiakan Tumbuhan Kompetensi Dasar :2.1 Mengidentifikasi cara perkembangbiakan tumbuhan dan hewan Tumbuhan Dapat Berkembang Biak Secara Generatif Maupun Vegetatif 1. Tumbuhan Berkembang Biak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki batang berbentuk segi empat. Batang dan daunnya berwarna hijau

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki batang berbentuk segi empat. Batang dan daunnya berwarna hijau II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Botani Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L) Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman umbi-umbian dan tergolong tanaman berumur pendek. Tumbuhnya bersifat menyemak dan

Lebih terperinci

(STEK-SAMBUNG) SAMBUNG)

(STEK-SAMBUNG) SAMBUNG) PERBANYAKAN TANAMAN ANGGUR DENGAN STEKBUNG (STEK-SAMBUNG) SAMBUNG) Perbanyakan anggur yang banyak dilakukan adalah dengan stek batang/cabang Cabang/ranting yang digunakan adalah hasil dari pangkasan lanjutan/produksi

Lebih terperinci