VISUALISASI KEINDAHAN WABI SABI

Transkripsi

1 VISUALISASI KEINDAHAN WABI SABI DALAM BUSANA KULIT ART WEAR PENCIPTAAN Kalbening Hasanah NIM PROGRAM STUDI S-1 KRIYA SENI JURUSAN KRIYA FAKULTAS SENI RUPA INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA 2018 i

2 VISUALISASI KEINDAHAN WABI SABI DALAM BUSANA KULIT ART WEAR PENCIPTAAN Oleh: Kalbening Hasanah NIM Tugas Akhir ini Diajukan kepada Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana S-1 dalam Bidang Kriya Seni 2018 ii

3 iii

4 PERNYATAAN KEASLIAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam laporan Tugas Akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar Kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak ada karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam laporan Tugas Akhir ini dan disebutkan dalam daftar pustaka Yogyakarta, 5 Januari 2018 Kalbening Hasanah iv

5 "With one eye on the past, i walk backwards into the future" Yohji Yamamoto v

6 KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkatnya yang telah melimpa`hkan rahmat, karunia, dan kasih sayangnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir Penciptaan dengan judul: "Visualisasi Keindahan Wabi-Sabi dalam Busana Kulit Art-Wear". Selama proses penyusunan laporan tugas akhir karya seni ini, telah banyak pihak yang ikut terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung, membantu dan memberikan pengarahan serta motivasi, sehingga dirasa untuk menyampaikan rasa terima kasih yang terhormat: 1. Dr. Mukhamad Agus Burhan, M. Hum., selaku Rektor Institut Seni Indonesia Yogyakarta. 2. Dr. Suastiwi Triatmojo, M. Des., selaku Dekan Fakultas Seni Rupa. 3. Dr. Ir. Yulriawan Dafri, M. Hum., selaku Ketua Program Studi S-1 Kriya Seni yang telah banyak membantu dalam layanan akademik, memberikan pengarahan dan pengajaran selama masa studi. 4. Agung Wicaksono M.Sn., selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu, bimbingan, dan pengarahan selama proses penyusunan laporan tugas akhir penciptaan karya seni. 5. Aruman S.Sn., M.A., selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu, bimbingan, dan pengarahan selama proses penyusunan laporan tugas akhir penciptaan karya seni. 6. Febrian Wisnu Adi S.Sn., M.A., selaku dosen wali yang telah banyak membantu layanan akademik dan membimbing selama masa studi. 7. Para dosen pengampu mata kuliah dan staf karyawan prodi Kriya Seni yang selama masa stui telah memberikan ilmunya dan menginspirasi. 8. Kedua orang tua, Tatang Sutarno dan Asriana beserta seluruh keluarga yang selalu mendo'akan, memberi semangat juga dukungan baik dalam moral maupun materi. 9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung hingga terselesaikan penulisan laporan tugas akhir penciptaan karya seni ini. vi

7 Laporan tugas akhir penciptaan karya seni ini masih jauh dari kata sempurna. Hal ini disebabkan oleh kemampuan formal pencipta yang masih dalam tahap belajar. Namun dengan dorongan mempersembahkan laporan tugas akhir penciptaan karya seni sebagai pustaka seni ilmiah di akhir masa studi, pencipta dapat menyelesaikan penulisannya. Semoga laporan tugas akhir penciptaan karya seni ini bermanfaat. Yogyakarta, 5 Januari 2018 Kalbening Hasanah vii

8 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LUAR...i HALAMAN JUDUL DALAM...ii LEMBAR PENGESAHAN...iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN...iv HALAMAN PERSEMBAHAN/MOTTO...v KATA PENGANTAR...vi DAFTAR ISI...viii DAFTAR TABEL...x DAFTAR GAMBAR...xi DAFTAR LAMPIRAN...xiv INTISARI (ABSTRAK)...xv BAB I. PENDAHULUAN...1 A. Latar Belakang Penciptaan...1 B. Rumusan Penciptaan...3 C. Tujuan dan Manfaat...3 D. Metode Pendekatan dan Penciptaan...4 BAB II. KONSEP PENCIPTAAN...7 A. Sumber Penciptaan...7 B. Landasan Teori...13 BAB III. PROSES PENCIPTAAN...21 A. Data Acuan...21 B. Analisis Data...25 C. Rancangan Karya...37 D. Proses Pewujudan Alat dan Bahan Teknik Pengerjaan Tahap Pewujudan...52 E. Kalkulasi Biaya Pembuatan Karya...56 BAB IV. TINJAUAN KARYA...57 A. Tinjauan Umum...57 B. Tinjauan Khusus...59 viii

9 BAB V. PENUTUP...77 Kesimpulan...77 DAFTAR PUSTAKA...79 WEBTOGRAFI...80 LAMPIRAN...81 ix

10 DAFTAR TABEL Tabel 1. Alat...45 Tabel 2. Bahan...49 Tabel 3. Kalkulasi Biaya Bahan Karya Tabel 4. Kalkulasi Biaya Bahan Karya Tabel 5. Kalkulasi Biaya Bahan Karya Tabel 6. Kalkulasi Biaya Bahan Karya Tabel 7. Kalkulasi Biaya Bahan Karya Tabel 8. Kalkulasi Biaya Bahan Karya Tabel 9. Kalkulasi Biaya Bahan Karya Tabel 10. Kalkulasi Biaya Bahan Karya Tabel 11. Kalkulasi Biaya Bahan Karya Keseluruhan...58 x

11 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Penerapan wabi-sabi dalam dunia desain...1 Gambar 2. Fokus wabi-sabi dalam mencari keindahan dalam hidup...7 Gambar 3. Wabi-sabi dalam wujud interior...9 Gambar 4. Wabi-sabi dalam wujud interior...9 Gambar 5. Konsep Wabi-sabi dalam seni arsitektur...11 Gambar 6. Konsep wabi-sabi dalam busana art-wear...12 Gambar 7. Konsep wabi-sabi dalam busana art-wear...12 Gambar 8. Peragaan Busana karya desainer Rei Kawakubo tahun Gambar 9. Peragaan Busana karya desainer Rei Kawakubo tahun Gambar 10. Peragaan Busana karya desainer Rei Kawakubo tahun Gambar 11. Peragaan Busana karya desainer Rei Kawakubo tahun Gambar 12. Peragaan Busana karya desainer Yohji Yamamoto tahun Gambar 13. Peragaan Busana karya desainer Yohji Yamamoto tahun Gambar 14. Peragaan Busana karya desainer Alexander Wang...23 Gambar 15. Peragaan Busana karya desainer Alexander Wang...23 Gambar 16. Peragaan busana koleksi Yves Saint Laurent tahun Gambar 17. Koleksi Busana Karya Alexander Wang...23 Gambar 18. Model rompi panjang kulit asimetris...24 Gambar 19. Model rompi kulit wanita...24 Gambar 20. Model baju jumpsuit wani...24 Gambar 21. Analisis Data Acuan Gambar Pertama...25 Gambar 22. Analisis Data Acuan Gambar Kedua...26 xi

12 Gambar 23. Analisis Data Acuan Gambar Ketiga...27 Gambar 24. Analisis Data Acuan Gambar Keempat...28 Gambar 25. Analisis Data Acuan Gambar Kelima...29 Gambar 26. Analisis Data Acuan Gambar Keenam...30 Gambar 27. Analisis Data Acuan Gambar Ketujuh...31 Gambar 28. Analisis Data Acuan Gambar Kedelapan...32 Gambar 29. Analisis Data Acuan Gambar Kesembilan...33 Gambar 30. Analisis Data Acuan Gambar Kesepuluh...34 Gambar 31. Analisis Data Acuan Gambar Kesebelas dan Keduabelas...35 Gambar 32. Analisis Data Acuan Gambar Ketigabelas...35 Gambar 33. Rancangan Karya I...37 Gambar 34. Pola Busana I...37 Gambar 35. Rancangan Karya II...38 Gambar 36. Pola Busana II...38 Gambar 37. Rancangan karya III...39 Gambar 38. Pola Busana III...39 Gambar 39. Rancangan karya IV...40 Gambar 40. Pola Busana IV...40 Gambar 41. Rancangan Karya V...41 Gambar 42. Pola Busana karya V...41 Gambar 43. Rancangan Karya VI...42 Gambar 44. Pola Busana Karya VI...42 Gambar 45. Rancangan Karya VII...43 Gambar 46. Pola Busana karya VII...43 Gambar 47. Rancangan Karya VIII...44 xii

13 Gambar 48. Pola Busana karya VIII...44 Gambar 49. Skema Tahap Pewujudan...52 Gambar 50. Pemindahan Pola pada kulit...53 Gambar 51. Pemotongan Pola Kulit...53 Gambar 52. Tahap Penjahitan...54 Gambar 53. Teknir Bakar Kulit...54 Gambar 54. Proses pembuatan bunga kulit...55 Gambar 55. Karya Gambar 56. Karya Gambar 57. Karya Gambar 58. Karya Gambar 59. Karya Gambar 60. Karya Gambar 61. Karya Gambar 62. Karya xiii

14 DAFTAR LAMPIRAN Foto Poster Pameran...82 Foto Siuasi Pameran...83 Suasana Fashion Show...84 Katalog...85 Biodata (CV)...86 CD...88 xiv

15 ABSTRAK Wabi-sabi merupakan suatu konsep tentang mencari keindahan dalam suatu ketidaksempurnaan dalam hidup dan berserah diri pada takdir ataupun nasib suatu makhluk hidup. Konsep tersebut lebih dikenal sebagai konsep keindahan yang berasal dari Jepang yang menyangkut tentang deformasi atau ketidaksempurnaan bentuk. Wabi-Sabi atau The Beauty Of Imperfect/Impermanently ini menerangkan bahwa keindahan terdapat dalam suatu ketidakabadian yang bisa ditemukan dalam suatu objek. Wabi-sabi mengisyaratkan bahwa di dunia ini tidak diciptakan sesempurna bahkan abadi seperti yang manusia pikirkan, melainkan kita hidup di dalam dunia ketidakabadian. Di balik ketidakabadian tersebut, terdapat sesuatu hal yang tersembunyi, dan tentunya memiliki makna di balik itu semua. Wabi-sabi sebagai pandangan hidup digambarkan menjadi suatu karya seni, salah satunya dalam bentuk busana art-wear. Art-wear dalam hal pembuatannya lebih mengedepankan aspek estetika atau keindahannya, dibandingkan dengan kegunaannya. Pewujudan konsep dikaji dengan menggunakan pendekatan fungsi fisik seni yang digagas oleh Feldman dan didampingi oleh pendekatan ergonomi yang dimaksudkan sebagai wujud pengekspresian seniman terhadap sesuatu yang dilihatnya dan diwujudkan dalam karya seni yang berhubungan dengan kegunaannya untuk manusia. Karya diwujudkan dengan menggunakan kulit samak domba dan kambing sebagai media utamanya dengan mempertahankan struktur bentuk hingga bagian yang cacat agar dapat merepresentasikan konsep ketidaksempurnaan dari wabi-sabi. Kata kunci: wabi-sabi, busana, cacat, kulit. xv

16 ABSTRACT Wabi-sabi is a concept of seeking beauty in an imperfection in life and submitting to the destiny or destiny of a living being. The concept is better known as the concept of beauty that comes from Japan which concerns about the deformation or imperfection of the form. Wabi-Sabi or The Beauty Of Imperfect/Impermanently explains that beauty can be found imperfection/impermanently in nature. Wabi-sabi explained that in this world is not created as perfect as human beings think, but we live in a world of immortality. Behind the imperfect of nature, there is something hidden, and it certainly has the meaning behind it all. Wabi-sabi could be described as an art, especially in a fashion industry, specially for art-wear. Art-wear in terms of making more advanced aspects of aesthetics or beauty, compared with its usefulness. The conceptualization of the concept is examined by using the approach of physical function of art initiated by Feldman and examined by ergonomic approach which is meant as a form of artist expression and manifested in artwork related to its usefulness for human. The work is realized by using the leather of sheep and goats as the main medium by maintaining the shape structure to the defective part in order to represent the concept of imperfection of the wabi-sabi. Keywords: wabi-sabi, fashion, imperfect, leather. xvi

17 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Seringkali manusia dalam kesehariannya mengucapkan kata 'indah' atau kata yang bermakna serupa terhadap suatu objek apapun yang berada dalam lingkup penglihatan manusia. "Indah" dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, atau KBBI bermakna sebagai suatu keadaan yang enak dipandang, cantik, dan elok. Kata indah juga dapat bermakna sebagai peduli atau menaruh perhatian. 1 Gb.1. Penerapan wabi-sabi dalam dunia desain (sumber: diakses 10 Februari 2017, 19:20:05) Seseorang dalam kesehariannya menggunakan kata indah untuk mewakili suatu perasaan manusia ketika melihat objek yang menarik sesuatu hal yang tersembunyi, dan tentunya memiliki makna di balik itu semua. 1 Departemen Pendidikan Nasional (ed.) Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2015) p.531

18 2

19 Karya seni yang mengacu pada konsep wabi-sabi ini, sang seniman tidak dapat membuat karya secara sembarangan, atau tidak beraturan, meskipun dapat dikatakan sebagai konsep dari deformasi. Akan tetapi, penciptaan suatu karya tersebut dilandasi dengan perasaan yang tulus. tenang, dan sabar, sehingga makna yang ingin disampaikan oleh seniman dapat tersampaikan dengan baik kepada para penikmatnya. Wabi-sabi ini erat kaitannya dengan keindahan yang sederhana, alamiah, atau yang berdasarkan prinsip orang Jepang, bahwa segala sesuatu di dunia ini merupakan bagian dari alam. Kebudayaan Jepang pada umumnya sebagai suatu ekspresi nyata atau sebagai suatu bentuk penghargaan atau pengabdian masyarakat Jepang terhadap lingkungan sekitarnya. 2 Konsep wabi-sabi ini divisualisasikan dalam busana art-wear. Pemilihan art-wear sebagai media dalam penggambaran konsep tersebut, karena busana art-wear dibandingkan jenis busana dengan kategori lainnya dalam hal pembuatan lebih mengedepankan aspek estetika atau keindahannya, dibandingkan dengan fungsi atau kegunaannya. Tidak hanya media seperti kanvas, sebongkah batu, ataupun sepotong kayu dapat dijadikan media dalam pengekspresian suatu hasrat dalam berkarya seni, melainkan suatu objek yang cukup dekat dengan manusia pun dapat menjadi suatu media dalam berkarya seni. Busana art-wear tidak hanya mengekspresikan hasrat menusia saja, melainkan dalam hal ini dapat menjadikan manusia tersebut sebagai bagian dari karya seninya. Wabi-sabi memiliki pemahaman bahwa keindahan dapat ditemukan dalam hal atau objek yang paling sederhana dan sering dijumpai atau ditemukan sekalipun. Hal ini menarik untuk dikaji dan diaplikasikan ke dalam bidang seni rupa, khususnya seni kriya. Pewujudan konsep wabi-sabi ini ke dalam seni kriya dengan media kulit sebagai objek penerapan konsep tersebut. Kulit yang digunakan dalam penciptaan karya berupa kulit yang diolah dengan teknik samak, baik yang berasal dari kulit domba maupun kambing. Penggunaan media kulit sebagai bahan utama dalam penciptaan karya ini agar dapat memanfaatkan kulit-kulit hewan, 2 Taiji Maeda, Japanese Decoratve Design; Tourist Library: 23 (Tokyo: Japan Travel Bureau, 1960), p. 1 3

20 dengan bentuk apapun, bahkan dalam bentuk limbah, atau bahan yang sudah dibuang dan tidak digunakan lagi. Selain itu, kulit dapat digunakan untuk menjabarkan tentang konsep 'ketidakabadian' wabi-sabi ini. Beberapa jenis kulit biasanya dalam jangka waktu yang tertentu akan berubah, baik berubah struktur maupun warnanya, sehingga dapat menjadi suatu ciri khas tersendiri dalam busana art-wear tersebut. B. Rumusan Penciptaan Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka untuk mewujudkan karya dibutuhkan rumusan penciptaan agar lebih mudah dalam menciptakan suatu karya, rumusan dalam penciptaan karya yaitu: 1. Bagaimana pemahaman konsep wabi-sabi berdasarkan teori estetika timur yang diwujudkan dengan karya art-wear kulit? 2. Bagaimana wujud dari konsep wabi-sabi dalam teori fungsi seni Edmand Burke Feldman? 3. Bagaimana proses pewujudan konsep wabi-sabi ke dalam busana artwear berbahan kulit? C. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Dalam penciptaan suatu karya seni, di dalamnya terdapat tujuan tertentu yang hendak dicapai, yaitu. a) Mewujudkan konsep dari wabi-sabi berdasarkan teori estetika timur, dalam bentuk busana art-wear, b) Menggambarkan wujud dari konsep wabi-sabi berdasarkan teori fungsi seni Edmand Burke Feldman, dan c) Mewujudkan busana art-wear dengan konsep wabi-sabi. 2. Manfaat Dengan terwujudnya karya ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pencipta. lingkungan seni, maupun diluar lingkungan seni. 4

21 a) Manfaat Akademis Secara akademis, penciptaan karya ini dapat dijadikan acuan oleh para mahasiswa, maupun akademikus, khususnya di bidang kriya seni kulit, dalam menggali dan mengembangkan ide-ide penciptaan yang berhubungan dengan konsep estetika wabi-sabi. Disamping itu, dalam penciptaan karya ini dapat menjadi bahan referensi dan sebagai sumber pengetahuan bagi masyarakat umum, baik dalam lingkungan seni maupun luar seni. b) Manfaat Praktis Dalam penciptaan karya ini, tentunya dapat memberikan kesempatan pagi penulis untuk mengembangkan teknik-teknik dan teori yang telah dipelajari selama proses pembelajaran ini. Selain itu, karya yang diciptakan dapat memberikan nuansa baru dalam perkembangan karya seni kriya. D. Metode Pendekatan dan Penciptaan 1. Metode Pendekatan a) Pendekatan Estetika 1) Estetika Timur (Zen Buddhisme) Konsep wabi-sabi yang berasal dari Jepang ini tentunya dipengaruhi oleh ajaran atau filsafat estetika timur, khususnya Zen Buddhisme. Zen merupakan suatu aliran filsafat yang pada dasarnya tidak mempunyai ajaran ataupun rumusan pemikiran, namun berusaha membebaskan seseorang dari ikatan lahir dan mati dengan cara memahami kekhasan diri sendiri secara intuitif. Tujuan dari Zen ini sendiri yaitu pencapaian pencerahan, seperti tujuan dari Buddhisme. 5

22 2) Estetika Barat (Edmand Burke Feldman) Metode pendekatan yang digunakan yaitu teori estetika dari Edmand Burke Feldman, dengan mengacu pada sifat-sifat seni yang telah digolongkan, seni sebagai fungsi personal, sosial, maupun sebagai fungsi fisik. Seni dalam ikatan fungsi fisik merujuk pada benda-benda yang dibuat untuk digunakan sebagai alat atau wadah. 3 Seni sebagai fungsi fisik yang dimaksud ialah, seni tidak hanya sebagai wadah dalam menuangkan ekspresi sang seniman, tetapi sebagai fungsinya dalam kehidupan sehari-hari. Dan di sini, seni berarti lebih daripada menghiasi atau memperindah pada pengertian dasarnya. 4 b) Pendekatan Ergonomis Dalam penciptaan suatu karya seni yang bersifat fungsional, diperlukan studi tentang manusia atau karakteristik manusia yang dimana berkaitan dengan pewujudan desain yang penggunaannya ditujukan untuk manusia itu sendiri. 5 Dengan kata lain, sebagai studi atau kajian tentang prinsip desain yang tidak hanya mengutamakan keindahan karya, juga mementingkan unsur kenyamanan bagi si pemakai. 2. Metode Penciptaan Metode penciptaan adalah metode yang digunakan dalam proses penciptaan yang berawal dari penyusunan gagasan atau ide dan direalisasikan dalam suatu karya. Metode yang digunakan menggunakan tahapan 3 tahap 6 langkah oleh SP Gustami, yaitu: 6 a) Eksplorasi Eksplorasi merupakan salah satu tahapan mewujudkan karya dengan mencari atau mengeksplorasi sumber ide dan gagasan 3 burke- feldman- dalam- gagasan.html (diakses penulis pada tanggal 10 Februari 2017, 21:55) 4 ibid 5 Karl Kroemer dkk., Ergonomics: How to Design for Ease and Efficiency (New Jersey: Prenctice Hall Inc, 2001), p. 6 SP Gustami, Butir- Butir Mutiara Estetika Timur (Yogyakarta: Prasista, 2007), p. 6

23 dengan mencari sumber data dan referensi, pengolahan dan analisa data, hasil dari penjelajahan atau analisis data, dan dijadikan dasar acuan dalam perancangan dan proses pewujudan karya. Tahap penggalian sumber data dalam eksplorasi yaitu tahap pengembaraan jiwa atau tahap perenungan pada sumber data atau referensi tersebut, dan tahap penggalian landasan teori yang digunakan untuk material analisis, dan diperoleh konsep pemecahan signifikan. b) Perancangan Tahap Perancangan yaitu, tahapan atau langkah dimana memulai mengolah kembali data-data dan referensi yang ditemukan dengan cara membuat sketsa, rancangan, atau desain awal suatu karya. Dua tahap dakam langkah perancangan, yaitu tahap menuangkan ide atau gagasan ke dalam perancangan, dan tahap visualisasi gagasan, atau membuat prototype atau sampel karya. c) Pewujudan Setelah rancangan karya telah dipilih, tahap selanjutnya ialah tahap perwujudan. Tahap ini merupakan tahap proses mewujudkan karya berdasarkan rancangan atau desain yang terpilih dengan membuat prototype dari karya yang sesungguhnya. Setelah prototype dianggap berhasil, langkah selanjutnya ialah mewujudkan karya tersebut dengan mewujudkan karya yang sesungguhnya, dan selanjutnya dilakukan evaluasi pada karya. 7