Bab VI Dinamika PKL Pasca Perda Nomor 2 Tahun 2003

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab VI Dinamika PKL Pasca Perda Nomor 2 Tahun 2003"

Transkripsi

1 Bab VI Dinamika PKL Pasca Perda Nomor 2 Tahun 2003 Setelah melewati perjalanan panjang pasca implementasi Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2003, maka pada bagian ini penulis melihat kondisi kekinian PKL dan stakeholder dalam hubungan dengan perkembangan kota serta berbagai dinamika terkait eksistensi PKL di Kota Salatiga. Penulis berupaya mengkaji bagaimana pengelolaan PKL serta relasi dengan semua stakeholder inti yang telah terbangun selama kurang lebih lima belas tahun sejak ditetapkannya Perda Nomor 2 Tahun 2003, sehingga pada bagian ini penulis mampu melihat bagaimana proses partisipasi yang terbangun serta harmoni sosial di antara sesama PKL maupun dengan stakeholder tetap terjaga atau telah mengalami perubahan atau mungkin telah hilang. Perkembangan PKL Kota Salatiga Pengalaman panjang partisipasi PKL Kota Salatiga bersama stakeholder ternyata menyimpan sejumlah kesan positif dalam perkembangan selanjutnya. Dari hasil penelusuran di lapangan penulis mendapatkan berbagai informasi terbaru tentang eksistensi PKL bersama stakeholder yang tetap saling menopang dan menghargai demi langgengnya kondisi hidup yang harmonis antara sesama PKL maupun dengan stakeholder. Hubungan dengan pemerintah daerah melalui Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Salatiga sangat baik karena sampai saat ini semua PKL berada dalam pengawasan, selain itu PKL juga difasilitasi melalui bantuan dari dinas berupa tenda dan 173

2 Partisipasi Publik dan Harmoni Sosial gerobak yang diserahkan untuk menopang usaha PKL (hasil wawancara dengan ibu Jumiaty, PKL aneka makanan tanggal 25 Oktober 20017). Dari penjelasan tersebut penulis melihat bahwa PKL saat ini sangat diperhatikan oleh pemerintah daerah karena saat ini PKL dikendalikan melalui program pembinaan. Hal tersebut dikuatkan dengan penjelasan kepala Dinas Perindagkop Kota Salatiga bapak Drs. Muthoin, M.Si, beliau menjelaskan bahwa pemerintah kota selalu memperhatikan keberadaan PKL di Kota Salatiga dan melakukan pembinaan. Pada dinas Perindagkop terdapat unit kerja yang membawahi PKL dan memiliki program tahunan yaitu program pembinaan PKL. Dari program tersebut maka pemerintahpun berupaya memfasilitasi PKL yang telah eksis dengan memberikan bantuan usaha berupa tenda, gerobak, dan kompor gas. Melalui bantuan tersebut diharapkan para PKL lebih fokus menjalankan usaha mereka agar lebih berkembang sehingga kesejahteraan hidup mereka turut digenjot naik (wawancara dengan kepala dinas tanggal 24 Oktober 2017). 174 Gambar 6. 1 Shelter PKL di Daerah Margosari Menilik keberadaan PKL Kota Salatiga dalam beberapa tahun terakhir ternyata mengalami penurunan dari segi jumlah, sebagaimana telah dijelaskan pada pendahuluan bahwa berdasarkan hasil wawancara dan pengumpulan data di lapangan ternyata jumlah PKL kota Salatiga dari waktu ke waktu mengalami penurunan cukup signifikan. Pada tahun 2003 jumlah PKL di Kota Salatiga adalah 2.750

3 Dinamika PKL Pasca Perda Nomor 2 Tahun 2003 (FMPS 2003) dan pada tahun 2015 turun menjadi 1.720, data terbaru tahun 2017 jumlah totalnya adalah (Disperindagkop Salatiga, 2017). Ketika melihat jumlah PKL yang terus mengalami penurunan maka pasti muncul pertanyaan mengapa berkurang dan tidak bertambah padahal dengan berkembangnya masyarakat di Kota Salatiga dalam lima belas tahun terakhir harusnya bertambah. Temuan penulis ketika melakukan observasi dan wawancara di lapangan terdapat dua penyebab utama mengapa jumlah PKL mengalami penurunan. Berikut ini penjelasan mengapa sehingga jumlah PKL di Kota Salatiga mengalami penurunan. Pertama, banyak PKL yang telah sukses dalam usaha sehingga status mereka bukan lagi PKL tetapi telah menjadi pedagang eksis bahkan pedagang toko. Bagi PKL yang telah memiliki cukup modal mereka kemudian mengembangkan usahanya sehingga tempat awal tidak dapat menampung barang dagangan mereka. Berikut ini beberapa hasil wawancara dari PKL yang telah sukses dan tetap eksis tetapi telah mengalami peningkatan status dari PKL ke pedagang eksis: Pada awalnya saya berjualan pakaian di dekat jalan masuk Pasar Raya I dengan tujuan untuk membiayai biaya sekolah anak-anak saya, dari usaha tersebut saya memperoleh keuntungan yang kemudian dipakai sebagai modal menambah barang dagangan lainnya. Setelah Pasar Raya I direnovasi pemerintah memberi tawaran bagi kami PKL untuk menempati kios hanya dengan membayar retribusi sebesar tiga ribu rupiah perhari, tawaran tersebut saya ambil karena mengingat barang dagangan saya telah bertambah banyak dan saya butuh tempat yang bisa menampung barang sehingga lebih nyaman berjualan (Wawancara dengan ibu Cahyati tanggal 24 Oktober 2017). Selanjutnya Cak Hasan pedagang Sate Madura yang pada awalnya mangkal di trotoar Jalan Patimura, beliau menjelaskan tentang pengalamannya sebagai PKL yang kemudian beralih menjadi pedagang eksis: Saya memulai usaha sebagai PKL sate Madura yang menjajakan sate pada sore sampai malam hari. Usaha tersebut dimulai dengan tujuan menghidupi anak isteri yang berada di 175

4 Partisipasi Publik dan Harmoni Sosial 176 kapung halaman, setelah tiga tahun menggeluti usaha sebagai PKL ternyata hasilnya luar biasa dan atas ridho Sang Ilahi maka dagangannya bisa saya tingkatkan pada tahun keempat. Pelangganpun semakin banyak sehingga saya harus memakai karyawan untuk membantu, akhirnya saya harus memanggil isteri dari kampung untuk sama-sama mengelola usaha. Kamipun kemudian mencari tempat tetap untuk menetap dan pada akhirnya saya berhenti menjadi PKL setelah memiliki warung di jalan Patimura (Wawancara tanggal 25 Oktober 2017). Seirama dengan pemikiran serta pengalaman Cak Hasan, bapak Budi Haryadi pedagang masakan Padang yang saat ini berjualan di Kridanggo, beliau menuturkan pengalamannya sejak menjadi PKL sampai sukses menjadi pedagang eksis: Sebelum menjadi pedagang eksis pada awalnya saya mengikuti abang dan kami menjadi PKL di Jalan Kartini sejak tahun 2003, setelah dibangun selasar di Jalan Kartini abang saya kemudian mempercayakan usahanya kepada saya dan kami pindah ke Kridanggo. Setelah dipercayakan usaha tersebut abang saya kemudian sakit dan meninggal dunia, akhirnya saya meneruskan usaha tersebut sendiri dan dalam waktu dua tahun usaha saya mengalami peningkatan karena banyak pelanggannya. Saya kemudian menempati warung yang disiapkan oleh dinas Perindagkop hanya dengan membayar retribusi perharinya empat ribu rupiah. Usaha saya lumayan maju sehingga saya harus memakai tenaga kerja untuk membantu setiap harinya, saat ini pendapatan perhari rata-rata di atas satu juta rupiah dan jika dibandingkan dengan pendapatan saat masih menjadi PKL di Jalan Kartini justru saat ini jauh lebih tinggi (Wawancara tanggal 25 Oktober 2017). Dari temuan tersebut ternyata dengan adanya peningkatan taraf hidup PKL mempengaruhi jumlah PKL di Kota Salatiga, dari pengalaman dimaksud penulis melihat bahwa PKL yang sukses adalah mereka yang tekun menjalankan usahanya sehingga mereka kemudian beralih status menjadi pedagang eksis dan juga pedagang tetap (Toko). Para PKL sendiri ternyata memiliki semangat yang berbeda dalam menjalankan tugas sebagai pedagang kecil yang tidak bisa dipandang sebelah mata.

5 Dinamika PKL Pasca Perda Nomor 2 Tahun 2003 Kedua, penegakkan Perda secara konsisten dan bertanggung jawab oleh pemerintah kota lewat Satpol PP dan dinas Perindagkop yang tidak kompromi dengan daerah larangan sehingga tidak ada PKL liar di luar kontrol. Adapun strategi untuk mengendalikan agar tidak bertambahnya jumlah PKL maka oleh dinas Perindagkop menerapkan strategi dengan memakai ketua paguyuban dan seluruh anggota paguyuban untuk mempertahankan jumlah mereka dalam lokasi yang ditempati. Berikut ini penuturan kepala dinas Peridagkop Kota Salatiga bapak Muthoin: Dalam upaya mengendalikan jumlah PKL agar tetap dan tidak bertambah jumlahnya maka strateginya adalah membentuk paguyuban dengan tujuan mereka menjadi perpanjangan tangan pemerintah kota yang ada di lapangan. Ketua paguyuban adalah penanggung jawab utama di lapangan, sehingga ketika ada PKL baru yang tanpa pemberitahuan sebelumnya melakukan aktivitas di sekitar lokasi maka paguyuban tersebut yang bertanggung jawab atas lokasi mereka sehingga tidak ada benturan dengan pemerintah. Selain itu melalui ketua-ketua paguyuban tersebut kami mudah mengontrol mereka ketika ada permasalahan yang muncul di lapangan, karena dinas dengan mudah memanggil ataupun berkoordinasi dengan ketua paguyuban sebagai perpanjangan tangan kami di lapangan Selain memanfaatkan ketua-ketua paguyuban di masing-masing paguyuban, pemerintah daerah melalui Satpol PP dan dinas Perindagkop melakukan pendekatan persuasif kepada oknumoknum PKL untuk terlibat dalam menjaga lingkungan mereka. Menurut penjelasan bapak Dadang salah satu kepala bidang di Disperindagkop yang membidangi pedagang pasar, menjelaskan bahwa apabila ada pedagang yang berjualan di daerah yang tidak diperuntukkan bagi pedagang pasar maupun PKL, mereka tidak ditindak kasar melalui pengusuran tetapi dibina secara bertahap melalui surat teguran atau didatangi langsung oleh tim gabungan (Satpol PP, Disperindagkop, Dinas Perhubungan, dan Polisi) untuk berdiskusi mencari solusi bersama (Wawancara tanggal 23 Oktober 2017). 177

6 Partisipasi Publik dan Harmoni Sosial Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dipahami mengapa jumlah PKL dari tahun ke tahun mengalami penurunan, penulis melihat strategi pemkot dalam mengendalikan jumlah dengan menggunakan PKL yang telah terdaftar dan memiliki STDU melalui ketua-ketua paguyubannya untuk menjaga dan mempertahankan jumlah anggota komunitasnya adalah sebuah solusi bijak. Melalui strategi tersebut maka benturanpun dapat dihindari sehingga konflik dengan semua pihak tidak terjadi, selain itu kondisi harmonipun tetap terjaga dengan baik karena masing-masing pihak saling menjaga dalam suasana aman dan damai. Gambar 6. 2 PKL Jam dan Kacamata di Pelataran Pertokoan Tamansari Peningkatan kesejahteraan PKL juga merupakan salah satu faktor yang memberi kontribusi signifikan terhadap penurunan jumlah PKL di Kota Salatiga, karena itu pemerintah kota sebagai pemegang kendali melalui Dinas Perindagkop diharapkan meningkatkan perhatiannya terhadap para PKL. Dengan perhatian serius melalui pembinaan ataupun program pendampingan lainnya, penulis yakin bahwa masalah peningkatan jumlah PKL dapat dikendalikan dengan baik, sehingga tidak terjadi masalah dalam upaya meredam pertambahan jumlah PKL. Berikut ini jumlah PKL berdasarkan data dari Dinas Perindagkop tahun

7 Dinamika PKL Pasca Perda Nomor 2 Tahun 2003 Tabel 6. 1 Data Jumlah PKL Tahun 2017 NO WILAYAH PKL JUMLAH TAMBAHAN TOTAL 1 A. Yani (Kios Buah) Jenderal Sudirman Kemiri Raya Kridanggo Lapangan Pancasila Muwardi Pasar Pagi Pasar Raya 1 Malam Patimura Margosari Pos Tingkir (Salatiga Suruh) Shopping Gerobog Putih Shopping Teras Pasar Raya II Sukowati Brigjen Sudiarto Jl. Pemuda Jl. Senjoyo Pasar Blauran Jl. Merak Taman Makam Pahlawan buah 22 Turen Blok C Kemasan JUMLAH TOTAL Sumber: Dinas Perindagkop Tahun 2017 Dalam perjalanan sejak tahun 2003 pemerintah Kota Salatiga ternyata sangat memperhatikan eksistensi PKL, hal tersebut dapat dilihat dari regulasi yang dikeluarkan setelah Perda No 2 Tahun 2003 yaitu Perwali Nomor 18 Tahun 2006 yang adalah petunjuk pelaksanaan dari Perda Nomor 2 Tahun 2003, dan Perda Nomor 4 Tahun 2015 tentang Penataan, Pengelolaan, dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima. Berdasarkan realita tersebut tidak diragukan lagi bagaimana pemerintah kota memposisikan PKL sebagai entitas kota yang harus diperhatikan serta diberdayaakan. 179

8 Partisipasi Publik dan Harmoni Sosial Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2015 tentang Penataan, Pengelolaan, dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Setelah Perda Nomor 2 Tahun 2003 tentang Penataan Pedagang Kaki Lima Kota Salatiga dimplementasikan pada tahun 2003, kondisi Kota Salatiga khususnya konflik PKL dengan seluruh stakeholder tidak terjadi lagi. Semangat kebersamaan yang terbangun melalui partisipasi semua pihak dalam mencari solusi atas masalah yang terjadi akibat eksistensi PKL dengan peningkatan yang tidak terkendali, tetap menjadi bagian dalam praktek hidup berdampingan. Dalam perjalanan selama dua belas tahun sejak Perda Nomor 2 Tahun 2003 diimplementasikan, pemerintah daerah melihat bahwa Perda tersebut perlu ditinjau kembali karena ada hal-hal yang tidak relevan dengan konteks saat ini. Dengan alasan tersebut maka pada tahun 2015 kembali diterbitkan Perda Nomor 4 Tahun 2015 sebagai wujud kepedulian pemerintah daerah Kota Salatiga terhadap PKL. Dalam Perda ini sangat jelas dibahas tentang siapa PKL dan bagaimana fungsi serta peran PKL dalam konteks masyarakat di Kota Salatiga yang dibahas secara paripurna bagaimana posisi PKL bagi pemerintah daerah dan masyarakat umum. Sekalipun proses perumusannya berbeda dengan situasi saat Perda Nomor 2 tahun 2003 dirumuskan, tetapi dalam proses perumusan tersebut PKL juga tetap dilibatkan dalam tahapan perencanaan sampai dengan implementasi melalui ketua paguyubannya. Pemerintah daerah tetap menghargai PKL dan stakeholder sehingga dalam perumusan perda dimaksud, semua komponen yang bersentuhan dengan kebijakan tersebut dilibatkan agar mengetahui secara baik maksud serta tujuan dari kebijakan yang ditetapkan. Pada pembahasan selanjutnya pemerintah daerah menopang PKL untuk membangun kemitraan dengan dunia usaha sehingga PKL diberi bantuan modal usaha yang bersumber dari APBD. Adapun bentuk kemitraan dengan dunia usaha antara lain; peremajaan penataan tempat usaha PKL; peningkatan kemampuan berwira usaha melalui bimbingan, pelatihan dan bantuan permodalan; promosi usaha 180

9 Dinamika PKL Pasca Perda Nomor 2 Tahun 2003 lewat event pada lokasi binaan; dan berperan aktif dalam penataan PKL untuk mewujudkan kawasan perkotaan menjadi lebih tertib, bersih, indah dan nyaman. Komitmen pemerintah kota untuk memberdayakan PKLpun dapat dilihat dari pemberian bantuan serta pembinaan dari dinas Perindagkop yang dilakukan setiap tahun sesuai program dari bidang PKL. Gambar 6. 3 PKL Makanan di Depan Toko dan di Bawah Marka Larangan Berjualan Melalui pemberdayaan sebagaimana yang telah dipaparkan di atas maka sangat diharapkan PKL di Kota Salatiga menjadi salah satu sektor penggerak ekonomi mikro sehingga tingkat kesejahteraan masyarakatpun mengalami peningkatan. Hak PKL yang harus diterima sesuai Perda Nomor 4 Tahun 2015 adalah mendapatkan pengaturan, penataan, pembinaan, supervisi, dan pendampingan dalam pengembangan usaha. Selain itu PKL juga berhak mendapatkan pelayanan pendaftaran usaha PKL, mendapatkan informasi dan sosialisasi terkait kegiatan yang dilakukan pemerintah daerah di tempat dimana PKL berjualan, dan berhak mendapatkan pendampingan dalam mendapatkan pinjaman permodalan dengan lembaga keuangan yang telah menjalin kemitraan dengan pemerintah daerah (Perda Nomor 4 Tahun 2015: pasal 34). 181

10 Partisipasi Publik dan Harmoni Sosial Selain hak yang harus didapatkan oleh PKL tidak terlepas juga kewajiban serta larangan yang diberlakukan bagi PKL itu sendiri. Adapun kewajiban PKL yang tidak terdapat pada perda penataan PKL sebelumnya adalah menyerahkan tempat usaha atau lokasi usaha tanpa menuntut ganti rugi dalam bentuk apapun, apabila lokasi usaha tidak ditempati selama 1 (satu) bulan atau sewaktu-waktu lokasi berjualannya dibutuhkan oleh pemerintah. Sedangkan larangan yang awalnya tidak ada pada Perda Nomor 2 Tahun 2003 adalah PKL dilarang berpindah tempat atau lokasi dan atau memindahtangankan TDU tanpa sepengetahuan dan seizin Walikota (Perda Nomor 4 tahun 2015: pasal 35 dan pasal 36). Dari kewajiban dan larangan tersebut dapat dipahami, bahwa pemerintah daerah benar-benar fokus serta peduli dengan PKL sebagai wujud peningkatan kesejahteraan warga sekaligus upaya mengendalikan peningkatan jumlah PKL. Mengkaji Perda Nomor 4 Tahun 2015 sebagian besar konsepnya di adopsi dari Perda Nomor 2 Tahun 2003 terkait retribusi, waktu berjualan, luas lapak, lokasi berjualan serta sanksi-sanksi administrasi atas pelanggaran yang dilakukan. Berdasarkan kajian tersebut maka dapat dibahasakan bahwa Perda Nomor 4 Tahun 2015 adalah wajah baru dari Perda Nomor 2 Tahun 2003 yang disempurnakan sesuai perkembangan daerah. Untuk efektifitas pelaksanaan program penataan dan pemberdayaan PKL maka harus ditunjang dengan penyebaran informasi, penyuluhan dan sosialisasi secara masif dengan tujuan menggerakkan komitmen bersama antara PKL, pemerintah daerah, dunia usaha, serta masyarakat pada umumnya. Partisipasi sebagai Sebuah Warisan Seiring dengan penataan ruang kota yang dilakukan oleh pemerintah daerah melalui peraturan daerah Kota Salatiga, harus menyelaraskan kepentingan publik dan privat dan mendayagunakan fungsi ruang yang ada, maka pengaturan mengenai lokasi peruntukkan bagi PKL harus disesuaikan dengan fungsi kawasan yang ada di Kota 182

11 Dinamika PKL Pasca Perda Nomor 2 Tahun 2003 Salatiga. Hal tersebut dilakukan mengingat ruang gerak PKL akan dan selalu memunculkan dampak terhadap ganguan arus lalu lintas, terganggunya estetika wajah kota dan kebersihan serta fungsi prasarana kawasan perkotaan. Dengan demikian maka antara pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lain harus jalan dalam keseimbangan, sehingga dalam mengimplementasikan sebuah kebijakan tidak berbenturan dengan kepentingan publik. karena itu pemerintah Kota Salatiga menggunakan konsep partisipasi dengan melibatkan semua pemangku kepentingan dalam tahap perencanaan sebuah program sampai dengan tahap implementasinya. Partisipasi yang terbangun sejak tahun 2002 ternyata masih memiliki pengaruh dan secara konsisten diterapkan sampai saat ini, hal tersebut dapat dibuktikan melalui hubungan yang harmoni antara sesama PKL maupun dengan stakeholder lainnya. Kondisi usaha PKL yang tidak diwarnai konflik internal maupun eksternal serta situasi daerah kondusif sejak ditetapkannya Perda nomor 2 Tahun 2003 menunjukkan bahwa konsep partisipasi tidak hanya sebatas pada perumusan kebijakan penataan PKL, tetapi telah masuk lebih jauh dalam praktek hidup antar sesama PKL maupun dengan stakeholder. Tanpa adanya pemahaman mendalam mengenai partisipasi yang telah berlangsung lama maka pasti kondisi kota tidak akan kondusif, apalagi dengan dinamika terkini terdapat banyak PKL baru yang tidak terlibat pada proses partisipasi di tahun 2002, namun semangat partisipasi tersebut tetap terlihat dalam aktivitas mereka. Kondisi saat ini sesuai hasil observasi lapangan dan berdasarkan wawancara dengan PKL dan beberapa stakeholder ditemukan bahwa, pada umumnya PKL di Kota Salatiga hidup dalam suasana harmoni dan mereka saling menopang satu dengan lainnya sebagai wujud kebersamaan yang diwarisi dari proses partisipasi yang terbangun sejak tahun Mengapa sehingga partisipasi disebut sebagai warisan? Sebagaimana penjelasan sebelumnya bahwa partisipasi harus dilihat secara komprehensif melalui pola hidup setiap hari dalam aktivitas yang ditunjukkan oleh masing-masing PKL. Untuk memahami secara detail bagaimana partisipasi aktif semua pihak baik pemerintah daerah 183

12 Partisipasi Publik dan Harmoni Sosial dalam hal ini dinas Perindagkop, PKL, maupun stakeholder maka hal tersebut dapat dilihat dari proses pembinaan ketika ada PKL baru (liar) yang menempati zona larangan bagi PKL ataupun juga masuk dalam paguyuban yang telah terbentuk. Gambar 6. 4 Deretan PKL Jual Beli Emas di Sepanjang Depan Toko Emas Pasar Raya I Pengalaman konflik tahun 2002 memberi kesan positif bagi langgengnya harmoni sosial di antara PKL dan stakeholder sehingga penulis melihatnya sebagai warisan partisipasi yang patut diapresiasi dan merupakan ciri khas penataan PKL Kota Salatiga. Berikut ini cuplikan wawancara dengan kepala Dinas Perindagkop Kota Salatiga terkait proses partisipasi yang dilakukan oleh semua pihak baik pemerintah daerah, PKL, dan stakeholder lainnya dalam menyikapi munculnya PKL baru di zona tertentu. 184 Jika ada PKL baru maka strategi kami untuk menghidari konflik dengan warga dan juga pemilik toko ataupun lokasi tempat PKL baru berjualan adalah dengan melibatkan ketua RT, RW, dan pemilik toko ataupun lahan dilibatkan secara bersama untuk membuat surat pernyataan bersama. Melalui rekomendasi bahwa mereka mengijinkan serta tidak terganggu dengan aktivitas PKL baru di sekitar wilayah atau lokasi mereka. Setelah semuanya selesai maka kamipun membina PKL tersebut secara bertahap sampai dengan

13 Dinamika PKL Pasca Perda Nomor 2 Tahun 2003 bagaimana mereka memperoleh STDU (Wawancara tangal 24 Oktober 2017). Selanjutnya bapak Yoga kepala sub bidang PKL dinas Perindagkop Kota Salatiga menegaskan bahwa pembinaan dilakukan bukan hanya pada PKL yang telah terdaftar, tetapi juga terhadap PKL baru (liar) yang telah terpantau ketika mereka melakukan aktivitas di zona larangan dalam waktu tertentu, berikut ini penuturannya: Ketika ada PKL baru maka dilakukan pembinaan dengan cara mendatangi mereka dan menjelaskan bahwa daerah yang mereka tempati adalah zona larangan yang sesuai dengan perda karena itu mereka (PKL), jika ingin berjualan maka harus mencari tempat di zona yang diperuntukan bagi PKL. Adapun syaratnya adalah jika PKL tersebut telah mendapat tempat di zona yang diperuntukkan untuk berjualan maka harus ada persetujuan dari para PKL ataupun paguyuban yang telah ada di tempat tersebut, jika ada persetujuan maka pemkot melalui dinas Perindagkop mengeluarkan ijin untuk berjualan. Bagi PKL yang berjualan di zona larangan tetapi ada space luas berupa halaman toko contohnya seperti di area pertokoan Jalan Patimura maka PKL harus mendapat ijin dari pemilik toko melalui rekomendasi tertulis yang diserahkan ke dinas Perindagkop (Wawancara tanggal 24 Oktober 2017). Menguatkan fakta partisipasi di lapangan yang masih tetap terjaga sampai saat ini, maka penulis menelusuri dengan mengumpulkan informasi di lapangan terkait keberadaan PKL baru. Wawancara dengan ketua RT 01/RW 02 Margosari bapak Wahyu 1, beliau menguatkan apa yang dijelaskan kepala dinas Perindagkop bahwa mereka selalu dilibatkan dalam penyelesaian masalah PKL ketika ada PKL baru yang mangkal di daerah Margosari. Hal tersebut dilakukan oleh dinas untuk mengantisipasi muncul masalah dengan warga di sekitar lingkungan, karena itu ketua RT dan RW harus dihadirkan untuk bersama mencari solusi bagi PKL baru. Selanjutnya beliau menjelaskan bahwa mereka tidak tega melihat PKL yang mencari nafkah di daerah mereka di usir atau diperlakukan tidak 1 Hasil wawancara tanggal 26 Oktober

14 Partisipasi Publik dan Harmoni Sosial manusiawi karena merekapun harus menghidupi keluarga di rumah. Karena itu maka mereka kemudian berupaya sebaik mungkin untuk menjaga lingkungan tetap aman di satu pihak dan di lain pihak membantu PKL untuk dapat berjualan tanpa masalah. Selanjutnya bapak Mustamin 2 pemilik toko di Jalan Pattimura menjelaskan bahwa mereka memberi ijin untuk halaman depan toko mereka dipakai sebagai lokasi berjualan bagi PKL ada dua hal yang mendasarinya: pertama, dengan adanya aktivitas PKL di depan toko mereka maka lokasi tersebut akan menjadi ramai karena para pengunjung akan berdatangan ke lokasi tersebut. Dengan demikian maka lokasi mereka akan dikenal oleh masyarakat luas sehingga barang dagangan yang dijual di toko juga akan diketahui orang banyak. Kedua, pemilik toko tidak keberatan dengan aktivitas PKL karena ketika malam hari pemilik toko merasa aman karena toko mereka ada yang menjaganya. Para PKL yang berjualan sampai larut malam telah membantu menjaga keamanan di daerah pertokoan sehingga pemilik toko tidak kuatir dengan pencurian ataupun pembobolan pintu toko. Pengalaman lain dalam hubungan dengan eksistensi PKL Kota Salatiga serta pengalaman konflik dan partisipasi yang terbangun sejak tahun 2002, bapak Tris penjual ronde yang mangkal sejak tahun 1992 di daerah Kaloka. Beliau menuturkan pengalamannya selama menjadi PKL sudah 25 tahun ada bagitu banyak pahit manis perjalanan hidup sebagai orang kecil yang menyambung hidup dari hasil jualan di jalan: Pada akhir tahun sembilan puluan kami mengalami masalah di lapangan karena pada waktu itu jumlah PKL bertambah drastis sehingga kami berebutan lahan, alasan kenapa tiba-tiba banyak yang menjadi PKL sampai saat ini secara pribadi saya tidak tahu. Dengan bertambahnya jumlah PKL maka banyak masalah yang terjadi dan kami sebagai PKL terlibat konflik dengan Satpol PP ketika melakukan operasi, selain itu dengan sesama kami juga terjadi konflik karena banyak PKL pendatang saat itu sehingga kami tidak saling kenal. Banyaknya PKL serta belum terorganisir secara baik memunculkan 2 Hasil wawancara tanggal 25 Oktober

15 Dinamika PKL Pasca Perda Nomor 2 Tahun 2003 persaingan yang tidak sehat. Kondisi tersebut berlangsung kurang lebih dua tahun tetapi saya secara pribadi tetap bertahan karena kami sekeluarga bergantung dari penghasilan saya sebagai PKL, dengan demikian risiko apapun harus siap dihadapi demi mencukupi kebutuhan kami. Pada tahun 2002 kami mulai terorganisir dan terlibat dalam berbagai pertemuan baik sesama PKL mapun dengan pihak pemerintah, dari pertemuan tersebut maka kami dapat diorganisr secara baik dan konflikpun sampai saat ini tidak lagi terjadi (Wawancara tanggal 25 Okober 2017). Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dipahami bahwa untuk menjadi PKL saat ini harus melalui proses yang kompleks karena warisan partisipasinya tetap kental dijunjung oleh semua pihak. Dinas Perindagkop sendiri sebagai instansi berwenang tidak serta merta mengambil keputusan terhadap permasalahan PKL tanpa melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan, dengan demikian maka penulis melihat bahwa partisipasi yang terbangun pada tahun 2002 serta Harmoni sosialnya tetap dijunjung demi kabaikan barsama. Kesimpulan Sekalipun proses partisipasi yang terbangun sejak tahun 2002 telah lama berlangsung bahkan para aktor partisipasipun telah tiada namun bangunan partisipasinya masih tetap bertahan sampai saat ini. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa dinamika PKL telah mengalami perubahan seiring berlalunya waktu karena dari kondisi yang telah penulis paparkan di atas, bahwa PKL sendiri ada yang telah berubah status dan ada pula PKL baru yang tidak mengetahui proses awal partisipasi dibangun. Tetapi kondisi di lapangan menunjukkan bagaimana partisipasi dan harmoni sosial tetap terjaga dengan baik oleh masing-masing pihak. Keterlibatan pemerintah, PKL dan stakeholder lainnya dalam menyikapi permasalahan PKL adalah wujud partisipasi yang tetap langgeng demi menjaga harmoni sosial dalam kehidupan bersama yang saling peduli. Pemerintah daerah dalam perumusan Perda nomor 4 187

16 Partisipasi Publik dan Harmoni Sosial Tahun 2015 tidak berjalan sendiri tetapi melibatkan PKL dan stakeholder, hal tersebut merupakan implementasi dari partisipasi yang terbangun selama ini sehingga semua pihak merasa memiliki terhadap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah daerah. Dengan perda tersebut PKL semakin diperhatikan oleh pemerintah daerah yang memposisikan PKL sebagai mitra dalam peningkatan ekonomi masyarakat sehingga tidak ada kesan bahwa PKL adalah entitas yang harus disingkirkan dari wajah kota karena dampak negatif selalu ditimbulkan lewat aktivitas mereka pada ruang publik. Pemberdayaan PKL yang ditetapkan oleh pemerintah daerah melalui Perda Nomor 4 Tahun 2015, menunjukkan bahwa partisipasi telah menjadi bagian dari kelangsungan hubungan antara pemerintah daerah, PKL dan seluruh stakeholder. Dengan keterlibatan semua pemangku kepentingan dalam sebuah kebijakan ataupun programprogram pemerintah maka hal tersebut akan memberi dampak positif bagi masyarakat umum, sehingga akan terwujud harmoni sosial di antara semua pihak. Dari pengalaman konflik dan resolusi konflik PKL dan stakeholder Kota Salatiga tahun 2002, ternyata membawa dampak posisitif bagi kelangsungan partisipasi dan harmoni sosial sampai saat ini. 188

Partisipasi Publik dan Harmoni Sosial

Partisipasi Publik dan Harmoni Sosial Bab VIII Penutup Ruang publik di wilayah perkotaan merupakan magnet yang memiliki daya tarik tersendiri bagi para pelaku usaha sektor informal. PKL merupakan aktivitas ekonomi sektor informal yang cukup

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang :

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, SALINAN BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang : a. bahwa pedagang

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang

Lebih terperinci

- 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

- 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA - 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.607,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

Lebih terperinci

- Dasar Hukum Peraturan Daerah ini adalah :

- Dasar Hukum Peraturan Daerah ini adalah : PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA 12 HLM, LD Nomor 5 SERI D ABSTRAK : - bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

WALIKOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA WALIKOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAUBAU, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA PALANGKA RAYA

WALIKOTA PALANGKA RAYA 1 WALIKOTA PALANGKA RAYA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGATURAN, PENERTIBAN DAN PENGAWASAN PEDAGANG KREATIF LAPANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa kegiatan

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

Lebih terperinci

BUPATI PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG

BUPATI PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG BUPATI PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO Menimbang

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI NOMOR 8 2007 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SUKABUMI, Menimbang

Lebih terperinci

Salinan NO : 9/LD/2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2014

Salinan NO : 9/LD/2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2014 Salinan NO : 9/LD/2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2014 No.07,2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Dinas Perindustrian,Perdagangan & Koperasi Kabupaten Bantul; Pedagang Kaki Lima,Pemberdayaan,Penataan PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 07 TAHUN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan ketertiban umum serta penegakan peraturan daerah. Pedagang Kaki Lima atau yang biasa disebut PKL adalah istilah untuk

I. PENDAHULUAN. dan ketertiban umum serta penegakan peraturan daerah. Pedagang Kaki Lima atau yang biasa disebut PKL adalah istilah untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mengantisipasi perkembangan dan dinamika kegiatan masyarakat seirama dengan tuntutan era globalisasi dan otonomi daerah, maka kondisi ketenteraman

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2004 NOMOR : 16 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PENERTIBAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang :

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 15 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 15 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 15 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

6. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indones

6. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indones Menimbang BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa kegiatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEDAGANG KAKI LIMA KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER, Menimbang : a. bahwa pedagang

Lebih terperinci

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR Oleh: SULISTIANTO L2D 306 023 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENGATURAN, PENERTIBAN DAN PENGAWASAN PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENGATURAN, PENERTIBAN DAN PENGAWASAN PEDAGANG KAKI LIMA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENGATURAN, PENERTIBAN DAN PENGAWASAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA RAYA Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : a. bahwa kegiatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KABUPATEN BARITO UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN DAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang

Lebih terperinci

B A L A N G A N B U P A T I KABUPATEN BALANGAN YANG MAHA ESA BUPATI. budayaa. perlu. mampu. terhadap

B A L A N G A N B U P A T I KABUPATEN BALANGAN YANG MAHA ESA BUPATI. budayaa. perlu. mampu. terhadap 1 B U P A T I B A L A N G A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN, Menimbang : a. b. bahwaa kegiatan usaha

Lebih terperinci

Manajemen Relokasi Pedagang Kaki Lima Taman Menteri Supeno di Kota Semarang

Manajemen Relokasi Pedagang Kaki Lima Taman Menteri Supeno di Kota Semarang 1 ARTIKEL Manajemen Relokasi Pedagang Kaki Lima Taman Menteri Supeno di Kota Semarang Fikry, Larasati, Sulandari Jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak Kota Payakumbuh yang strategis menjadikannya sebagai salah satu kota yang memainkan peran penting di Propinsi Sumatera Barat. Kota Payakumbuh merupakan gerbang

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA SALINAN BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 60 TAHUN 2016

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 60 TAHUN 2016 BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

Lebih terperinci

BUPATI BULELENG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BUPATI BULELENG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA SALINAN BUPATI BULELENG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG TAHUN 2015 SALINAN BUPATI

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: IDENTITAS PEDAGANG KAKI LIMA.

MEMUTUSKAN: IDENTITAS PEDAGANG KAKI LIMA. Menimbang : BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR TENTANG PERIZINAN DAN KARTU IDENTITAS PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa pasar tradisional merupakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGATURAN, PENERTIBAN DAN PENGAWASAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KABUPATEN MURUNG RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SORONG PEMERINTAH KOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA

WALIKOTA SORONG PEMERINTAH KOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA SALINAN WALIKOTA SORONG PEMERINTAH KOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SORONG, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2014 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2014 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON SALINAN NOMOR 5 TAHUN 2014 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN RUANG BAGI PEDAGANG KAKI LIMA DI PUSAT PERBELANJAAN DAN PUSAT PERKANTORAN DI KOTA SURABAYA

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI TENTANG LARANGAN MENGALIHFUNGSIKAN TROTOAR DAN SUNGAI YANG AKTIF UNTUK TEMPAT BERDAGANG PADA PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011

BAB III IMPLEMENTASI TENTANG LARANGAN MENGALIHFUNGSIKAN TROTOAR DAN SUNGAI YANG AKTIF UNTUK TEMPAT BERDAGANG PADA PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011 BAB III IMPLEMENTASI TENTANG LARANGAN MENGALIHFUNGSIKAN TROTOAR DAN SUNGAI YANG AKTIF UNTUK TEMPAT BERDAGANG PADA PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG KETERTIBAN UMUM DAN KETENTRAMAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR : 16 TAHUN 2002 TENTANG PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR : 16 TAHUN 2002 TENTANG PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR : 16 TAHUN 2002 TENTANG PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH SALINAN NN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasar sebagai arena atau suatu tempat pertukaran baik dalam bentuk fisik

I. PENDAHULUAN. Pasar sebagai arena atau suatu tempat pertukaran baik dalam bentuk fisik 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar sebagai arena atau suatu tempat pertukaran baik dalam bentuk fisik sebagai tempat perkumpulan atau bertemunya para penjual dan pembeli, maupun yang tidak berbentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk dapat memberikan pengaruh positif sekaligus negatif bagi suatu daerah. Di negara maju pertumbuhan penduduk mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA KABUPATEN SEMARANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA KABUPATEN SEMARANG BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan

I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara tradisional menurut Kotler (2007) pasar merupakan tempat fisik dimana para pembeli dan penjual berkumpul untuk membeli dan menjual barang. Pasar dinyatakan sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI WILAYAH KOTA MALANG

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI WILAYAH KOTA MALANG PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI WILAYAH KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 12 TAHUN 2007

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 12 TAHUN 2007 BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa peningkatan jumlah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 4 TAHUN 2010 T E N T A N G PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN

Lebih terperinci

WALIKOTA MALANG. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209) ;

WALIKOTA MALANG. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209) ; S A L I N A N NO. 01/C, 2000 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI WILAYAH KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah. Sehingga kebijakan tidak bersifat satu arah. Kebijakan bisa dibilang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah. Sehingga kebijakan tidak bersifat satu arah. Kebijakan bisa dibilang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kebijakan publik merupakan segala hal yang diputuskan oleh pemerintah. Definisi ini menunjukkan bagaimana pemerintah memiliki otoritas untuk membuat kebijakan yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang : a. bahwa dengan semakin banyaknya

Lebih terperinci

STUDI ARAHAN PENATAAN FISIK AKTIVITAS PKL DI KORIDOR JALAN SUDIRMAN KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR

STUDI ARAHAN PENATAAN FISIK AKTIVITAS PKL DI KORIDOR JALAN SUDIRMAN KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR STUDI ARAHAN PENATAAN FISIK AKTIVITAS PKL DI KORIDOR JALAN SUDIRMAN KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR Oleh: HAPSARI NUGRAHESTI L2D 098 433 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2008 NOMOR 3

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2008 NOMOR 3 LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2008 NOMOR 3 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA SALINAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN Dengan Judul Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Ponorogo tentang Perda Nomor 5 Tahun 2011 dalam Menertibkan Pedagang Kaki Lima (Studi an pada Pedagang kaki

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE NOMOR 04 TAHUN 2003 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DALAM DAERAH KOTA TERNATE

PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE NOMOR 04 TAHUN 2003 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DALAM DAERAH KOTA TERNATE PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE NOMOR 04 TAHUN 2003 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DALAM DAERAH KOTA TERNATE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOTA TERNATE Menimbang a. bahwa untuk melakukan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR O l e h : R.B. HELLYANTO L 2D 399 247 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENGATURAN TEMPAT DAN USAHA SERTA PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat dan semakin luas di berbagai kota di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat dan semakin luas di berbagai kota di Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan masyarakat saat ini menuntut setiap orang untuk berupaya berdayaguna dalam upaya meningkatkan taraf hidupnya kearah yang lebih baik. Baik itu melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di Indonesia, kota-kota besar masih merupakan tujuan bagi mereka yang ingin memperbaiki nasib dan meningkatkan tarap kehidupannya. Dengan asumsi bahwa kota

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUISIONER DATA UMUM PKL DI KOTA BOGOR

LAMPIRAN KUISIONER DATA UMUM PKL DI KOTA BOGOR 80 LAMPIRAN Lampiran 1 Kuisioner untuk KUISIONER DATA UMUM DI KOTA BOGOR A. IDENTIFIKASI RESPONDEN A.1. Nama Responden : A.2. Alamat : A.3. Jenis Kelamin : 1 Laki-laki 2 Perempuan A.4. Umur Bapak/Ibu :.Tahun

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 79 TAHUN 2016

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 79 TAHUN 2016 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETERTIBAN JALAN, FASILITAS UMUM DAN JALUR HIJAU

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETERTIBAN JALAN, FASILITAS UMUM DAN JALUR HIJAU Menimbang BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETERTIBAN JALAN, FASILITAS UMUM DAN JALUR HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN ANAK JALANAN, GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KOTA MATARAM

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN ANAK JALANAN, GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KOTA MATARAM PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN ANAK JALANAN, GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KOTA MATARAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pedagang kaki lima adalah bagian dari aktivitas ekonomi yang merupakan kegiatan pada sektor informal. Kegiatan ini timbul karena tidak terpenuhinya kebutuhan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara tentunya mempunyai tata pemerintahan beserta unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara tentunya mempunyai tata pemerintahan beserta unsur-unsur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap negara tentunya mempunyai tata pemerintahan beserta unsur-unsur pemerintahan yang terkait di dalamnya. Unsur-unsur pemerintahan yang dimaksud adalah para

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA I. 2. Apakah tata kelola transportasi di Kota Yogyakarta sudah responsif terhadap kebutuhan masyarakat?

PEDOMAN WAWANCARA I. 2. Apakah tata kelola transportasi di Kota Yogyakarta sudah responsif terhadap kebutuhan masyarakat? PEDOMAN WAWANCARA I : Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta Jalan Imogiri No. 1, Kota Yogyakarta Tata Kelola Transportasi 1. Bagaimana tata kelola transportasi yang telah berjalan di kota Yogyakarta? 2. Apakah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 12 TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 12 TAHUN BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI SIAK, a. bahwa peningkatan jumlah

Lebih terperinci

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, Menimbang : a. bahwa setiap kegiatan usaha dapat menimbulkan bahaya

Lebih terperinci

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2007

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2007 QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA WALIKOTA BANDA ACEH, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 7 TAHUN 2006 SERI : C NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 7 TAHUN 2006 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 7 TAHUN 2006 SERI : C NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 7 TAHUN 2006 T E N T A N G LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 7 TAHUN 2006 SERI : C NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 7 TAHUN 2006 T E N T A N G PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pedagang Kaki Lima dahulu dikenal dengan pedagang emperan jalan dan kemudian disebut pedagang kaki lima. Saat ini, istilah pedagang kaki lima digunakan untuk menyebut

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN, Menlmbang : a. bahwa pedagang

Lebih terperinci

Implementasi Kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima di Sentra PKL Jalan Dharmawangsa Kota Surabaya

Implementasi Kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima di Sentra PKL Jalan Dharmawangsa Kota Surabaya Implementasi Kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima di Sentra PKL Jalan Dharmawangsa Kota Surabaya SKRIPSI diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà - 1 - jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 60 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA PADA SEBAGIAN RUAS JALAN CIHIDEUNG KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

- 1 - WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN TEMPAT USAHA DAN GANGGUAN

- 1 - WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN TEMPAT USAHA DAN GANGGUAN - 1 - WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN TEMPAT USAHA DAN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang : a. bahwa untuk melakukan suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI DAN OBJEK LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI DAN OBJEK LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI DAN OBJEK LOKASI PENELITIAN A.Letak Dan Luas Wilayah Kecamatan Mandau Kecamatan Mandau yang Ibukotanya Duri merupakan salah satu kecamatan yang termasuk dalam wilayah administrasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. merencanakan pertumbuhan dan perubahannya (Catanese & Snider, 1988).

PENDAHULUAN. merencanakan pertumbuhan dan perubahannya (Catanese & Snider, 1988). PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota pada hakikatnya adalah suatu tempat yang akan berkembang terus menerus sesuai dengan perkembangan zaman dan potensi yang dimilikinya. Dalam perkembangannya, segala

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a. bahwa keberadaan pedagang kaki lima di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil yang didapat selama penelitian, maka penulis mengambil kesimpulan dari data dan fakta yang telah dipaparkan. Peneliti juga memberikan rekomendasi sebagai

Lebih terperinci

KONSEP SIMBIOSIS MUTUALISTIK SEKTOR FORMAL DAN INFORMAL PERKOTAAN UNTUK PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI SEPANJANG KORIDOR JALAN SAMANHUDI JEMBER

KONSEP SIMBIOSIS MUTUALISTIK SEKTOR FORMAL DAN INFORMAL PERKOTAAN UNTUK PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI SEPANJANG KORIDOR JALAN SAMANHUDI JEMBER KONSEP SIMBIOSIS MUTUALISTIK SEKTOR FORMAL DAN INFORMAL PERKOTAAN UNTUK PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI SEPANJANG KORIDOR JALAN SAMANHUDI JEMBER MARIA KURNIA U Ks HADIE 3207 203 003 Latar belakang

Lebih terperinci

TENTANG WALIKOTA CIMAHI, selain. Kota. Cimahi;

TENTANG WALIKOTA CIMAHI, selain. Kota. Cimahi; LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 172 TAHUN : 2014 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN PASAR PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIMAHI, Menimbang :

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALI KOTA TASIKMALAYA NOMOR 107 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KOMPLEK DADAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR KABUPATEN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR KABUPATEN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang : a. bahwa untuk melakukan suatu kegiatan

Lebih terperinci