BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Konsep Albert Bandura (dalam Ashord & LeCroy, 2010) dikembangkan dari social learning theory menjadi Social Cognitive Theory
|
|
- Erlin Makmur
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Self-Efficacy Definisi Self-Efficacy Konsep Albert Bandura (dalam Ashord & LeCroy, 2010) tentang selfefficacy dikembangkan dari social learning theory menjadi Social Cognitive Theory Menurut Bandura (1997 dalam Zimmerman, 2009) self-efficacy adalah keyakinan yang dimiliki seseorang tentang kemampuan yang dimilikinya untuk menghadapi tugas atau situasi tertentu. Self-efficacy yang tinggi akan membuat seseorang akan berusaha semakin giat, di berbagai penelitian menunjukan kualitas individu akan meningkat seiring pertumbuhan self-efficacy. Self-efficacy menurut Van der Bijl & Shortridge-Bagget (2002) adalah keyakinan seseorang dalam penyelesaian tujuan dan dapat memotivasi dirinya sendiri. Merujuk dari pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa selfefficacy adalah keyakinan individu dalam menyelesaikan tugas dan dapat memotivasi dirinya sendiri untuk berusaha menampilkan tindakan yang diperlukan dalam mencapai kinerja yang diinginkan dalam mencapai tugas dan menghasilkan sesuatu Dimensi Self-Efficacy Dimensi Self-efficacy Bandura (1997 dalam Muharrani, 2011) mengemukakan bahwa self-efficacy individu dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu:
2 a. Tingkat (level) Self-efficacy individu dalam mengerjakan suatu tugas berbeda dalam tingkat kesulitan tugas. Individu yang memiliki self-efficacy yang tinggi cenderung memilih tugas yang tingkat kesukarannya sesuai dengan kemampuannya. b. Keluasan (generality) dimensi ini berkaitan dengan penguasaan individu terhadap bidang atau tugas pekerjaan. Individu dapat menyatakan dirinya memiliki self-efficacy pada aktivitas yang luas, atau terbatas pada fungsi domain tertentu saja. Individu yang meiliki self-efficacy tinggi akan mampu menguasai beberapa bidang sekaligus untuk menyelesaikan suatu tugas. Sebaliknya, Individu dengan self-efficacy yang rendah hanya menguasai sedikit bidang yang diperlukan dalam menyelesaikan suatu tugas. c. Kekuatan (strength) dimensi ketiga ini lebih menekankan pada tingkat kekuatan atau kemantapan individu terhadap keyakinannya. Self-efficacy menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan individu akan memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Lebih lanjut self-efficacy menjadi dasar dirinya melakukan usaha yang keras, bahkan ketika menemui hambatan sekalipun. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa self-efficacy mencakup dimensi tingkat (level), keluasan (generality) dan kekuatan (strength) Sumber-sumber Self-efficacy Bandura (1997 dalam Khasanah 2012) menjelaskan bahwa self-efficacy individu didasarkan pada empat hal, yaitu: a. Pengalaman yang telah dilalui Pengalaman yang telah dilalui individu dan mendapatkan
3 keberhasilan merupakan sumber yang paling besar pengaruhnya terhadap self-efficacy individu. Ketika anak sudah mampu menyelesaikan suatu tugas, keyakinan anak akan meningkat untuk menyelesaikan tugas atau aktivitas setelahnya, hal ini terlihat saat anak ingin segera memulai tugas selanjutnya dengan ekspresi muka senang dan terlihat tidak sabar untuk segera menyelesaikan tugas tersebut. b. Pengalaman individu lain Individu tidak bergantung pada pengalamannya sendiri tentang kegagalan dan kesuksesan sebagai sumber self-efficacynya. Self-efficacy juga dipengaruhi oleh pengalaman individu lain. Pengamatan individu akan keberhasilan individu lain dalam bidang tertentu akan meningkatkan self-efficacy individu tersebut pada bidang yang sama. Pada anak usia dini, ketika melihat teman sebaya atau orang lain sekitar berhasil menyelesaikan tugasnya dan di puji karena telah menyelesaikan tugasnya dengan baik, anak akan terpacu untuk segera menyelesaikan tugasnya. Hal tersebut meningkatkan keyakinan diri anak bahwa mampu untuk menyelesaikan tugas seperti teman yang lainnya. c. Persuasi verbal Persuasi verbal dipergunakan untuk meyakinkan bahwa individu memiliki kemampuan yang memungkinkan dalam meraih apa yang diinginkan. Self-efficacy anak akan meningkat ketika sedang mengalami kesulitan, terdapat orang sekitar lainnya yang meyakinkan bahwa ia mampu menghadapi tugas yang sedang dihadapinya. Persuasi verbal ini meningkat self-efficacy yang mengarahkan anak untuk berusaha lebih giat. d. Keadaan fisiologis
4 Penilaian individu akan kemampuannya dalam mengerjakan suatu tugas sebagian dipengaruhi oleh keadaan fisiologis. Gejolak emosi dan keadaan fisiologis yang dialami individu memberikan suatu isyarat terjadinya suatu hal yang tidak diinginkan sehingga situasi yang menekan cenderung dihindari. Informasi dari keadaan fisik seperti jantung berdebar, keringat dingin, dan gemetar menjadi isyarat bagi individu bahwa situasi yang dihadapinya berada di atas kemampuannya. Berdasarkan penjelasan di atas, self-efficacy bersumber pada pengalaman yang telah dilalui, pengalaman individu lain, persuasi verbal, dan keadaan fisiologis individu Proses-proses Yang Mempengaruhi Self-efficacy Menurut Bandura (1997, dalam Khasanah 2012), proses psikologis dalam self-efficacy yang turut berperan dalam diri manusia ada 4 yaitu proses kognitif, motivasional, afeksi dan proses pemilihan atau seleksi. a. Proses kognitif Proses kognitif merupakan proses berfikir, didalamya termasuk pemerolehan, pengorganisasian, dan penggunaan informasi. Berdasarkan pengalaman keberhasilan anak menyelesaikan tugas sebelumnya mempengaruhi penilaian anak akan kemampuan dirinya, sehingga anak merasa bahwa dirinya yakin dan akan semakin berusaha dan mencapai tujuannya, dan apabila menemui hambatan anak akan bertanya kepada orang sekitar baik itu teman sebaya atau pengajar. Semakin anak yakin akan kemampuannya anak akan mencoba dan berusaha untuk menyelesaikan tugas. b. Proses motivasi
5 Motivasi manusia biasanya dibangkitkan melalui kognitif. Individu memberi motivasi atau dorongan bagi diri mereka sendiri dan mengarahkan tindakan melalui tahap pemikiran-pemikiran sebelumnya. Kepercayaan akan kemampuan diri dapat mempengaruhi motivasi dalam beberapa hal, yakni menentukan tujuan yang telah ditentukan individu, seberapa besar usaha yang dilakukan, seberapa tahan mereka dalam menghadapi kesulitan-kesulitan dan ketahanan mereka dalam menghadapi kegagalan. Menurut Bandura, ada tiga teori motivator, teori pertama yaitu causal attributions (atribusi penyebab), teori ini mempengaruhi motivasi, usaha dan reaksireaksi individu. Individu yang memiliki self-efficacy tinggi bila menghadapi kegagalan cenderung menganggap kegagalan tersebut diakibatkan usaha-usaha yang tidak cukup memadai. Sebaliknya individu yang self-efficacy-nya rendah, cenderung menganggap kegagalanya diakibatkan kemampuan mereka yang terbatas. Teori kedua outcomes experience (harapan akan hasil), motivasi dibentuk melalui harapanharapan. Biasanya individu akan berperilaku sesuai dengan keyakinan mereka tentang apa yang dapat mereka lakukan. Teori ketiga goal theory (teori tujuan), dimana dengan membentuk tujuan terlebih dahulu dapat meningkatkan motivasi. c. Proses afeksi Proses afeksi merupakan proses pengaturan kondisi emosi dan reaksi emosional. Menurut Bandura keyakinan individu akan coping mereka turut mempengaruhi level stres dan depresi seseorang saat mereka menghadapi situasi yang sulit. Persepsi self-efficacy tentang kemampuannya mengontrol sumber stres memiliki peranan penting dalam timbulnya kecemasaan. Individu yang percaya akan kemampuannya untuk mengontrol situasi cenderung tidak memikirkan hal-hal yang negatif. Individu yang merasa tidak mampu mengontrol situasi cenderung mengalami level kecemasan yang tinggi, selalu memikirkan kekurangan mereka,
6 memandang lingkungan sekitar penuh dengan ancaman, membesarbesarkan masalah kecil, dan terlalu cemas pada hal-hal kecil yang sebenarnya jarang terjadi. d. Proses seleksi Kemampuan individu untuk memilih aktivitas dan situasi tertentu turut mempengaruhi efek dari suatu kejadian. Individu cenderung menghindari aktivitas dan situasi yang diluar batas kemampuan mereka. Bila individu merasa yakin bahwa mereka mampu menangani suatu situasi, maka mereka cenderung tidak menghindari situasi tersebut. Dengan adanya pilihan yang dibuat, dapat meningkatkan kemampuan, minat, dan hubungan sosial. Berdasarkan pemaparan diatas, bahwa proses self-efficacy meliputi proses kognitif, proses motivasi, proses afeksi dan proses seleksi. 2.2 Perkembangan Kognitif Teori Piaget merupakan akar revolusi kognitif saat ini yang menekankan pada proses mental. Piaget mengambil perspektif organismik, yang memandang perkembangan kognitif sebagai produk usaha anak untuk memahami dan bertindak dalam dunia mereka. Menurut Suyadi (2009) salah satu teori Piaget menyatakan bahwa pengetahuan dibangun melauli kegiatan atau aktivitas pembelajaran. Seperti Piaget, Lev Vygotsky (dalam Santrock, 2007) juga percaya bahwa anak secara aktif menciptakan pengetahuan mereka sendiri dan dibantu dengan interaksi sosial dan budaya dalam menuntun perkembangan kognitif. Lebih lanjut Proses kognisi menurut Berk (2005) adalah proses mental yang mengacu kepada proses mengetahui (knowing) sesuatu.
7 Piaget (1954, dalam Santrock, 2007) mengatakan bahwa ketika seseorang anak mulai membangun pemahamannya tentang dunia, otak yang berkembang pun membentuk skema. Ini merupakan tindakan-tindakan atau representasi-representasi mental yang mengorganisasikan pengetahuan. Skema-skema perilaku (aktivitas-aktivitas fisik) mencirikan masa bayi dan skema-skema mental (aktivitas-aktivitas kognitif) berkembang pada masa anak-anak. Piaget yakin bahwa proses-proses penting tersebut berlanjut meliputi asimilasi, akomodasi, organisasi, keseimbangan dan penyimbang. Organisasi adalah kecenderungan untuk membuat struktur kognitif yang semakin kompleks system pengetahuan atau cara berpikir yang disertai dengan pencitraan realitas yang semakin akurat. Adaptasi merupakan istilah Piaget untuk cara memperlakukan informasi baru dengan mempertimbangkan apa yang telah mereka ketahui. Adaptasi meliputi dua langkah: (1) asimilasi, mengambil informasi baru dan menyertakannya dalam struktur kognitif yang telah ada, dan (2) akomodasi, mengubah struktur kognitif seseorang dalam rangka memasukan informasi baru. Penyeimbang dan tahapan-tahapan perkembangan penyeimbangan (equilibration) usaha untuk mendapatkan kestabilan atau ekuilibrium menghendaki perpindahan dari asimilasi ke akomodasi. Ketika seorang anak tidak dapat menangani informasi baru dalam struktur kognitif yang telah ada, dan karena itu akan terjadi disekulibrium, ketidakseimbangan, mereka akan mengorganisasikan pola mental baru yang mengintegrasikan pengelaman baru tersebut, dan mengembalikan tingkat ekualibrium yang lebih dapat diterima. Bagi Piaget (dalam Santrock, 2007), motivasi untuk berubah adalah
8 pencarian internal akan keseimbangan. Saat skema-skema lama disesuaikan dan skema-skema baru dikembangkan, anak mengorganisasi dan mereorganisasi skema-skema lama dan baru. Akhirnya, organisasi tersebut secara fundamental berbeda dengan organisasi yang lama; inilah cara berpikir yang baru, tahapan baru. Hasil dari proses-proses ini, menurut Piaget, adalah individu-individu mengalami empat tahapan perkembangan. Cara memahami dunia yang berbeda membuat tahapan yang satu lebih berkembang dibandingkan yang lain. Menurut Mooney (dalam Santrock, 2001) Kognisi secara kualitatif berbeda pada satu tahapan dibandingkan tahapan lain. Dengan kata lain, cara anak-anak berpikir dalam satu tahapan berbeda dengan cara mereka berpikir pada tahapan yang lain. Piaget (dalam Papalia dkk, 2008) juga percaya bahwa individu melalui empat tahap dalam memahami dunia. Tiap tahap berhubungan dengan usia dan terdiri dari cara berpikir yang berbeda- beda. Cara pemahaman dunia yang berbeda inilah yang membuat suatu tahap lebih maju dari tahapa yang lain. Lev Vygotsky (dalam Santrock, 2007) juga percaya bahwa anak secara aktif menciptakan pengetahuan mereka sendiri dan dibantu dengan interaksi sosial dan budaya dalam menuntun perkembangan kognitif Tahapan Kognitif Jean Piaget
9 Setiap tahapan Piaget (Papalia, Olds, & Feldman, 2008) berhubungan dengan usia anak yang bersangkutan dan terdiri atas cara cara pemikiran yang unik. Piaget yakin ada empat tahapan perkembangan kognitif : Sensorimotor (lahir hingga 2 tahun). Secara gradual bayi mulai dapat mengorganisir aktivitas yang berhubungan dengan lingkungan melalui sensoris dan motorik Preoperasional (2 hingga 7 tahun). Anak mengembangkan system representasional dan menggunakan simbol untuk mempresentasikan orang, tempat dan peristiwa. Bahasa dan imaji memainkan peran manifestasi penting tahap ini. Pemikiran masih belum logis. Operasi konkret (7 hingga 11 tahun). Anak dapat memecahkan masalah secara logis jika mereka difokuskan kepada situasi saat itu, tetapi tidak dapat berpikir abstrak Operasi formal (11 hingga dewasa). Individu dapat berpikir secara abstrak. Berhadapan dengan situasi hipotetik, dan berpikir tentang kemungkinankemungkinan. Piaget menyelaraskan skema anak (kerangka kerja kognitif) dengan pengalaman, dan perubahan kognitif terjadi kala konteks tersebut disusun ulang sehingga memampukan pergerakan menuju tingkat yang lebih tinggi. Pada penelitian ini penulis mengambil subyek anak usia 3-6 tahun, dalam teori Piaget (dalam Santrock, 2007) disebut tahapan praoperasional dimana dunia kognitif anak prasekolah bersifat kreatif, bebas, dan fantasis. Imajinasi anak
10 prasekolah bekerja sepanjang waktu dan jangkauan mental mereka tentang dunia mereka terus berkembang. Dalam tahapan praoperasional, anak mulai mengpresentasikan dunia mereka dengan kata-kata, bayangan dan gambar-gambar. Pemikiran-pemikiran simbolik berjalan melampaui koneksi-koneksi sederhana dari informasi sensorik dan tindakan fisik. 2.3 Metode Montessori Metode Montessori adalah pendidikan bagi anak usia dini yang dalam penyusunannya berdasarkan teori perkembangan anak. Karakteristik dari metode ini adalah menekankan dalam aktivitas yang dimunculkan oleh diri anak. Tujuan pendidikan Montessori adalah mengoptimalkan seluruh kemampuan anak melalui stimulasi yang dipersiapkan. Guru perlu membuat perencanaan secara rinci dan mempersiapkan lingkungan pembelajaran yang tenang dan teratur agar anak merasa nyaman untuk belajar. Metode Montessori pertama kali di gagas oleh Maria Montessori pada akhir abad 19 dan awal 20. Montessori mengamati cara anak-anak bereaksi terhadap lingkungan yang tenang dan teratur di mana semua benda memiliki tempat sendiri. Montessori melihat anak-anak belajar mengendalikan gerakan mereka dan menangkap ketidaksukaan mereka saat ketenangan itu terganggu bila ada yang tersandung atau menjatuhkan sesuatu. Montessori memberikan mereka kesempatan untuk mengembangkan kemandirian, dan menyadari adanya peningkatan harga diri serta percaya diri pada anak-anak saat diajari dan diberi semangat untuk melakukan sesuatu bagi diri mereka sendiri.
11 Metode Montessori (dalam Roopnarine & Jhonson, 2011) terdapat pengelompokan usia, biasanya usia 3, 4, 5, dan 6 di gabungkan dalam satu ruangan dengan tujuan agar siswa usia yang lebih kecil dapat belajar dari siswa yang usianya lebih besar dan dapat belajar bersosialisasi dengan teman yang memiliki umur yang berbeda atau tidak sebaya. Ruang kelas di sekolah Montessori juga diatur secara fungsional, yang memungkinkan anak bekerja, bergerak dan berkembang secara bebas. Kondisi ruangan dan peralatan disesuaikan dengan ukuran siswa. Material pembelajaran diatur dalam rak-rak yang mudah dijangkau siswa. Ruang kelas ditata indah dan menarik bagi anak karena pada usia awal rasa estetika mulai berkembang. Dinding ruang belajar diberi gambar yang menarik. Terdapat beberapa peraturan dasar di dalam kelas Montessori tentang perilaku dan kerapian, tetapi selebihnya siswa bebas untuk memilih aktivitas yang mereka inginkan, dan bereaksi selama yang mereka mau. Siswa bebas berjalan-jalan dan bereaksi sendiri maupun dalam kelompok kecil. Kebanyakan siswa memilih aktivitas yang menarik minatnya, meskipun guru membantu memilihkan aktivitas-aktivitas yang memiliki berbagai tantangan dan eksplorasi baru. Jika telah selesai dengan suatu kegiatan, siswa diharapkan mengembalikan benda yang digunakan ke tempat semula. Menurut Seldin (2007) hal ini diharapkan dapat meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab siswa.
12 2.3.1 Masa Peka Anak Montessori menyadari bahwa anak-anak menempuh tahapan-tahapan ketertarikan dan keingintahuan yang disebutnya masa-masa peka, di mana anak-anak tergugah dan terpikat oleh aspek-aspek khusus dari lingkungan mereka. Masa peka sejak lahir hingga enam tahun menurut Montessori (1964 dalam Seldin, 2007) yaitu : 1. Gerak (sejak lahir hingga satu tahun ) Gerakan acak bayi jadi terkoordinasi dan terkontrol saat ia belajar meraih, menyentuh, memutar, menyeimbangkan diri, merangkak dan berjalan. 2. Bahasa (sejak lahir hingga enam tahun) Diawali dengan celotehan dan suara-suara, kemampuan bayi berkembang dari gumaman menjadi kata, frase lalu kalimat. 3. Benda kecil ( usia satu tahun hingga empat tahun) Anak-anak menyukai benda dan detail-detail kecil saat koordinasi mata tangannya meningkat lebih baik dan akurat 4. Keteraturan ( usia dua hingga empat tahun) Segala sesuatu harus berada ditempatnya. Tahap ini ditandai dengan kecintaan terhadap rutinitas dan keinginan akan konsistensi dan pengulangan. 5. Musik ( usia dua hingga enam tahun) Jika musik jadi bagian kehidupan sehari-hari, anak secara spontan akan tertarik pada perkembangan nada, ritme, dan melodi.
13 6. Masalah toilet (usia 18 bulan hingga tiga tahun ) Saat system saraf berkembangan lebih baik dan terintegrasi, anak akan belajar untuk mengontrol aktivitas buang air kecil dan buang air besarnya. 7. Keramahan dan sopan santun ( usia dua hingga enam tahun) Anak-anak suka meniru perilaku sopan santun dan baik budi yang nantinya akan turut membentuk karakter kepribadiannya. 8. Indra (usia dua hingga enam tahun ) Pendidikan tentang indra dimulai sejak lahir, namun usia dua tahun anak akan takjub dengan pengalaman indranya (rasa, suara, sentuhan, dan bau). 9. Menulis (usia tiga hingga empat tahun) Montessori menemukan bahwa kemampuan menulis muncul lebih dulu daripada membaca dan diawali dengan usaha meniru huruf dan angka menggunakan pensil dan kertas. 10. Membaca (usia tiga hingga lima tahun) Anak-anak menunjukan ketertarikan spontan pada symbol dan suara yang mereka hasilkan tak lama lagi mereka akan mengucapkan kata-kata 11. Hubungan ruang (usia empat hingga enam tahun) Ketika anak mulai mengembangkan pemahamannya tentang ruang, anak akan semakin pandai menyusun puzzle yang rumit sekalipun.
14 12. Matematika (usia empat hingga enam tahun) Montessori menemukan cara untuk memberikan anak pengalaman matematika yang nyata, dalam masa peka mereka terhadap angka dan jumlah. Montessori berpendapat (1964 dalam Seldin, 2007) bahwa siswa yang merasa dihormati dan cakap secara emosi akan lebih berkembang daripada siswa yang hanya disayang dan dimanja. Beliau meyakini bahwa keberhasilan disekolah terkait langsung dengan tingkat kepercayaan anak bahwa mereka adalah manusia yang mampu dan mandiri. Lebih lanjut menurut Montessori (dalam Seldin, 2007) pada usia sekitar tiga tahun kemampuan anak untuk melakukan penyerapan yang kuat beralih menjadi jenis penyerapan yang lebih sadar dan bertujuan. Anak menjadi seorang penjelajah yang faktual dan peka, mencatat hubungan antara banyak hal dan membuat perbandingan. Anak mulai menggolongkan dan menyaring pengalaman penginderan, membawa kesan yang diserap sebelumnya ke alam sadar. Anak membangun pikirannya selangkah demi selangkah hingga di penuhi oleh ingatan, kekuatan untuk memahami, kemampuan untuk berpikir. Pemikiran alam bawah sadar oleh Montessori terkait erat dengan tahapan sensorimotor Piaget (lahir -2 tahun) dan periode pikiran secara sadar terkait dengan tahap praoperasional Piaget (usia 2-7 tahun).
15 2.4 Anak Usia Dini Penelitian dalam bidang ilmu psikologi menurut Berk (2005) menunjukkan bahwa tahun-tahun pertama dalam kehidupan seorang anak merupakan masa yang sangat penting yang akan mempengaruhi fase perkembangan selanjutnya. Beliau menyatakan sebaiknya berbagai upaya harus dilakukan agar seorang anak tidak mengalami hambatan dalam perkembangannya. Lebih lanjut di butuhkan stimulus yang tepat dalam mempengaruhi fase perkembangan anak usia dini. Salah satu stimulus tersebut dengan pendidikan anak usia dini yang saat ini mulai berkembang di Indonesia
16 2.5 Kerangka Berpikir Pentingnya masa golden age pada perkembangan anak Salah satu perkembangan anak yang meningkat pesat pada masa golden age yaitu perkembangan kognitif Faktor kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak dalam belajar, karena sebahagian besar aktivitas dalam belajar selalu berhubungan dengan masalah mengingat dan berfikir Pendidikan anak usia dini sebagai stimulasi dini untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak Salah satu metode pendidikan anak usia dini yang saat ini berkembang di Indonesia yaitu metode Montessori Metode Montessori menekankan dalam aktivitas yang dimunculkan oleh diri anak tanpa arahan guru Kesempatan anak melakukan kegiatan yang menjadi pilihan anak sendiri maka akan menimbulkan suatu keyakinan tersendiri dalam diri anak Keyakinan anak muncul dikarenakan anak merasa di percaya dan mampu untuk menyelesaikan kegiatan atau tugas yang mereka pilih sendiri (self efficacy) Self-efficacy yang tinggi akan membuat anak akan semakin giat dalam menyelesaikan tugas Apakah terdapat hubungan antara self-efficacy dengan perkembangan kognitif siswa pre-school Montessori
17 Perkembangan anak terjadi mulai dari aspek sosial, emosional, dan intelektual yang berkembang pesat sejak usia dini (3-6 tahun) dan bisa disebut dengan golden age. Menurut Hidayat (2005) masa usia dini adalah masa dimana kognitif anak mulai menunjukkan perkembangan dan anak telah mempersiapkan diri untuk memasuki sekolah. Pengalaman belajar yang diperlukan usia dini diantaranya mengenal warna, mengerti kata sifat, mengenal huruf dan angka, berhitung sederhana, mengerti perintah sederhana, dan mengenal bentuk suatu objek (Utami, 2009). Lebih lanjut kemampuan lain seperti mengelompokkan, mengamati, menganggap, dan membayangkan hal-hal yang lebih abstrak juga berkembang. Kemampuan tersebut seharusnya sudah dapat dicapai oleh anak saat mengikuti pendidikan anak usia dini. Berdasarkan penelitian Apriana (2009) yaitu perkembangan kognitif dengan skor IQ, dimana skor IQ ini merupakan ukuran yang menunjukkan taraf kemampuan kognitif atau taraf intelegensi seseorang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan anak usia dini memiliki hubungan yang signifikan dengan perkembangan kognitif anak usia pra-sekolah di kelurahan Tinjomoyo kecamatan Banyumanik, Semarang. Hal ini sejalan dengan pandangan Theo dan Martin (2004) bahwa pendidikan anak usia dini juga memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan berbagai kegiatan sehingga dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya. Pentingnya pendidikan anak usia dini untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak menyebabkan banyaknya metode pengajaran bagi anak usia dini yang berkembang di Indonesia. Salah satunya yaitu metode Montessori, metode yang di gagas oleh Maria Montessori ini memandang anak apadanya, potensi bawaan dan kemampuan anak akan berkembang sesuai
18 dengan kondisinya, peran lingkungan hanya memberikan arahan dan bimbingan yang tepat. Tujuan metode pendidikan Montessori yaitu sebagai pengantar prinsip, agar anak-anak lebih siap dan dapat memasuki kesenjangan pendidikan selanjutna dengan persiapan yang matang saat di pendidikan anak usia dini. Metode Montessori memberikan kesempatan kepada anak untuk menemukan discover lingkungannya, dengan permainan dan percobaan sederhana. Langkah-langkah dilakukan secara bertahap dan meningkat, dari yang sederhana sampai yang terlihat kompleks. Pelatihan awal dalam metode Montessori ini melalui latihan sensorial yang mencakup panca indra, sehingga anak mengenal konsep dasar dulu terutama indra peraba. Memberikan kebebasan pada anak untuk memilih kegiatan atau aktivitas yang diinginkan di sekolah ini membuka kesempatan anak untuk mengeksplore minatnya tanpa ada batasan oleh pengajar. Memberikan kepercayaan pada anak ini menimbulkan keyakinan diri pada anak akan berkembang, ketika anak menyelesaikan kegiatan yang dipilihnya sendiri dan mampu menyelesaikan hal ini akan menjadi kebanggan tersendiri untuk anak, dan ketika anak mendapatkan pujian akan hasil kerja nya sendiri maka keyakinan diri anak akan berkembang lebih baik lagi. Pengalaman menyenangkan tersebut akan terekam dalam memori anak, dan anak akan lebih yakin lagi atau termotivasi untuk menyelesaikan tugas yang lebih kompleks. Keyakinan diri ini biasa di sebut self-efficacy. Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin melakukan penelitian terhadap siswa pre-school Montessori, apakah terdapat hubungan antara self-efficacy yang dimiliki siswa Motessori dikarenakan adanya kebebasan dalam pemilihan aktivitas akan memiliki hubungan dengan perkembangan kognitif siswa.
19
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang pada masa itu secara khusus memperlakukan wanita secara. konservatif. Meskipun banyak rintangan, Montessori adalah wanita
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metode Montessori 2.1.1. Sejarah Maria Montessori lahir pada tahun 1870 di Italia, sebuah negara yang pada masa itu secara khusus memperlakukan wanita secara konservatif. Meskipun
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan
BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Usia dini adalah usia yang sangat penting bagi perkembangan anak,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia dini adalah usia yang sangat penting bagi perkembangan anak, sehingga disebut golden age. Masa usia dini merupakan masa yang perlu mendapat penanganan sedini mungkin,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Self Efficacy Konsep mengenai self efficacy ini pada dasarnya melibatkan banyak kemampuan yang terdiri dari aspek kegiatan sosial dan kemampuan untuk bertingkah laku.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Self Efficacy 1. Pengertian Self Efficacy Self efficacy merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu. Konsep self efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan anak merupakan proses yang kompleks, terbentuk dari potensi anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak berlangsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak. Masa ini disebut sebagai the golden age, yaitu saat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini merupakan usia yang sangat penting dan menentukan bagi perkembangan anak. Masa ini disebut sebagai the golden age, yaitu saat perkembangan otak, sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah individu yang unik, dimana anak selalu bergerak, memiliki rasa ingin tahu yang kuat, memiliki potensi untuk belajar dan mampu mengekspresikan diri
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara mengajar 2.1.1 Pengertian Cara mengajar Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara mengajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Salah satu aspek penting dalam perkembangan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Self-efficacy Self-efficacy merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu. Konsep Self efficacy pertama kali
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas
BAB II KAJIAN TEORI A. Self Efficacy 1. Pengertian Self Efficacy Sejarah self efficacy pertama kali diperkenalkan oleh Bandura dalam pembelajaran sosial, dimana self efficacy merupakan turunan dari teori
Lebih terperinciJean Piaget salah seorang ahli psikologi perkembangan. Skema (struktur), asimilasi, akomodasi, ekuilibrium, organisasi,adaptasi
Jean Piaget salah seorang ahli psikologi perkembangan Skema (struktur), asimilasi, akomodasi, ekuilibrium, organisasi,adaptasi Skema: struktur kognitif seseorang yang memungkinkan individu untuk mengingat
Lebih terperinciPerkembangan Kognitif. Psikologi Anak Usia Dini Unita Werdi Rahajeng
Perkembangan Kognitif Psikologi Anak Usia Dini Unita Werdi Rahajeng www.unita.lecture.ub.ac.id Ruang Lingkup Kemampuan Kognitif Kognisi perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan Konsep umum yg mencakup
Lebih terperinciTeori Albert Bandura A. Latar Belakang Teori self-efficasy
Teori Albert Bandura A. Latar Belakang Teori Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial (Social Learning Teory) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen
Lebih terperinciTEORI BELAJAR KOGNITIF
Pengertian Teori Kognitif TEORI BELAJAR KOGNITIF Istilah Cognitive berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efikasi Diri (self-efficacy) Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran penting. Faktor person (kognitif) yang ditekankan Bandura (dalam Santrock,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dukungan Sosial 2.1.1 Pengertian Dukungan Sosial (Uchino, 2004 dalam Sarafino, 2011: 81). Berdasarkan definisi di atas, dijelaskan bahwa dukungan sosial adalah penerimaan seseorang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. kognitif, emosional dan lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh,
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Teori -Teori Belajar Teori belajar merupakan kegiatan yang ada didalam diri manusia untuk mengubah suatu perilaku dalam diri seseorang. Dalam psikologi dan pendidikan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa mengalami masa peralihan dari remaja akhir ke masa dewasa awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih dituntut suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang semakin meningkat. Individu dituntut untuk semakin maju agar dapat mengikuti persaingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia yang selalu berkembang dan berubah sesuai dengan perubahan zaman. Saat ini pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha atau kegiatan yang disengaja untuk membantu, membina, dan mengarahkan manusia mengembangkan segala kemampuannya yang dilaksanakan
Lebih terperinciTEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET
TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET A. Pengertian Kognitif Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa :
1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana yang dilakukan dalam rangka mencapai kedewasaan subyek didik secara aktif mengembangkan potensipotensi dirinya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan proses globalisasi, terjadi transformasi sosial, ekonomi, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan proses globalisasi, terjadi transformasi sosial, ekonomi, dan demografis yang mengharuskan sekolah dan perguruan tinggi untuk lebih menyiapkan anak didik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang pasal 28 ayat 2 bahwa setiap anak berhak atas
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang pasal 28 ayat 2 bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang, serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Konsep self-efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self-efficacy
BAB II LANDASAN TEORI A. SELF-EFFICACY 1. Pengertian Self-efficacy Self-efficacy merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu. Konsep self-efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self-efficacy
Lebih terperinciPeran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa
Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa 125120307111012 Pendahuluan Kemandirian merupakan salah satu aspek terpenting yang harus dimiliki setiap individu dan anak. Karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses perkembangan yang sangat pesat bagi kehidupan serta organisasi yang merupakan satu kesatuan jasmani
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya
4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Perkembangan Balita Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya mengetahui sekelumit pertumbuhan fisik dan sisi psikologinya. Ada beberapa aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prestasi menjadi suatu hal yang sangat didambakan oleh banyak orang di era globalisasi saat ini. Ketika seseorang mampu mencapai prestasi yang baik maka akan memunculkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai hal tersebut, salah satu usaha yang dilakukan adalah mendidik anak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan perkembangan IPTEK, setiap manusia mengusahakan agar warga negaranya kreatif dan dapat mengikuti perkembangan zaman. Untuk mencapai hal tersebut,
Lebih terperinciTugas Individu. Manajemen strategik pendidikan
Tugas Individu Manajemen strategik pendidikan Nama :Apri Eka Budiyono Nim : 2016081005 1. Ke dua bacaan tersebut membahas tentang apa? Bahas dan Jelaskan Dari bacaan tersebut terdapat teori piaget dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengingat, berpikir, bahasa, sosial emosional dan fisik, sehingga dalam kegiatan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bermain merupakan aktivitas yang penting dilakukan oleh anak-anak. Sebab dengan bermain anak-anak akan bertambah pengalaman dan pengetahuannya. Moeslichatoen
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self-Efficacy. berhubungan dengan keyakinan bahwa dirinya mampu atau tidak mampu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Self-Efficacy 1. Definisi Self-Efficacy Seseorang bertingkah laku dalam situasi tertentu pada umumnya dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan kognitif, khususnya faktor kognitif
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri. Menurut Bandura (1997) Efikasi diri merupakan bagian penting dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Efikasi Diri A. Efikasi Diri Menurut Bandura (1997) Efikasi diri merupakan bagian penting dalam teori sosial kognitif atau efikasi diri sebagai kepercayaan terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga masa dewasa. Perkembangan yang dilalui tersebut merupakan suatu perubahan yang kontinu
Lebih terperinciPENERAPAN TEORI JEAN PIAGET DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
PENERAPAN TEORI JEAN PIAGET DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-Dasar Proses Pembelajaran Matematika 1 Dosen Pengampu: Mohammad Asikin, M.Pd Disusun oleh: 1.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Remaja
TINJAUAN PUSTAKA Remaja Remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescent yang mempunyai arti tumbuh menjadi dewasa. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat bagi kehidupan serta organisasi yang merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses perkembangan yang sangat pesat bagi kehidupan serta organisasi yang merupakan satu kesatuan jasmani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (www.dbeusaid.org/publications/index.cfm?fuseaction=throwpub&id..).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dilakukan pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah pendidikan tinggi yang merupakan lanjutan dari pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk mempersiapkan peserta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh. Sebagai bagian dari pendidikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang menjelaskan mengenai pengertian perkembangan, pengertian emosi, dan pengertian pendidikan anak usia dini. A. Pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat menemukan potensi tersebut. Seorang anak dari lahir memerlukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap anak dilahirkan bersamaan dengan potensi-potensi yang dimilikinya. Merupakan tugas orang tua dan guru sebagai pendidik untuk dapat menemukan potensi tersebut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. Anak memiliki karakteristik yang khas dan tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendefiniskan pendidikan anak usia dini sebagai. boleh terpisah karena ketiganya saling berkaitan. Aspek kognitif berkaitan dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam rentang kehidupan manusia, memiliki peran yang strategis. Manusia melalui usaha sadarnya berupaya untuk mengembangkan segenap potensi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengkomunikasikan ide-ide dan keyakinannya. atau perkembangan, yang salah satunya melalui pendidikan di Taman Kanak-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia TK adalah anak yang berusia 4-6 tahun dan musik memiliki peranan yang sangat penting dalam pembentukan pribadi anak yang harmonis dalam logika, rasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak autis merupakan salah satu anak luar biasa atau anak berkebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak autis merupakan salah satu anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus yang memiliki gangguan perkembangan tertentu. Dewasa ini, anak autis telah menjadi perhatian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Contoh peran pendidikan yang nyata bagi perkembangan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Contoh peran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Anak adalah makhluk sosial sama seperti dengan orang dewasa. Anak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah makhluk sosial sama seperti dengan orang dewasa. Anak terlahir dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa sehingga membutuhkan orang dewasa dalam membantu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi orang tua dari anak-anak mereka. Orang tua merupakan individu yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan anugrah yang sangat berarti bagi orang tua karena setelah pasangan menikah, peran selanjutnya yang di dambakan adalah menjadi orang tua dari anak-anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan formal yang menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional dan mempunyai tujuan untuk menyiapkan peserta didik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini setiap orang berusaha untuk dapat bersekolah. Menurut W. S
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini setiap orang berusaha untuk dapat bersekolah. Menurut W. S Winkel 1987 dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pengajaran salah satu kemampuan pokok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman, saat ini masyarakat semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini didukung pula dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia menjadi bangsa yang kian berkembang adalah harapan seluruh rakyat Indonesia. Masyarakat Indonesia mengharapkan adanya pembaharuan di segala bidang,
Lebih terperinciPerkembangan Kognitif dan Linguistik. Y. Joko Dwi Nugroho,S.Psi,M.Psi,Psikolog
Perkembangan Kognitif dan Linguistik Y. Joko Dwi Nugroho,S.Psi,M.Psi,Psikolog Prinsip dasar perkembangan manusia Proses perkembangan melibatkan proses pertumbuhan. Proses Perkembangan Anak Melibatkan Beberapa
Lebih terperinciSelamat Membaca dan Memahami Materi Tentang Perkembangan Kognisi pada Masa Bayi Psikologi Perkembangan I Dosen :
Selamat Membaca dan Memahami Materi Tentang Perkembangan Kognisi pada Masa Bayi Psikologi Perkembangan I Dosen : Triana Noor Edwina, M.Si Fakultas Psikologi UMBY UMBY TEORI PIAGET TENTANG PERKEMBANGAN
Lebih terperinciBERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI
BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI Asep Ardiyanto PGSD FIP Universitas PGRI Semarang ardiyanto.hernanda@gmail.com Abstrak Bermain bagi anak usia dini adalah sesuatu yang sangat
Lebih terperinciTahapan Perkembangan Kognitif Menurut Piaget
TEORI PERKEMBANGAN 1. PENDEKATAN PERKEMBANGAN KOGNITIF Pendekatan ini di dasarkan pada asumsi atau keyakinan bahwa kemampuan kognitif merupakan sesuatu yang fundamental dan yang membimbing tingkah laku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam dimensi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penentu kehidupan pada masa mendatang. Seperti yang diungkapkan Dr.Gutama (2004) dalam modul
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Perkembangan anak usia dini merupakan perkembangan yang sangat penting untuk generasi penerus bangsa. Karena anak usia dini merupakan masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang berada pada rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya. Perkembangan secara optimal selama masa usia dini memiliki dampak terhadap pengembangan kemampuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola. Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola 1. Pengertian Motivasi Berprestasi Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu usaha pada tiap individu dalam
Lebih terperinciMEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina
MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini yang menjadi pondasi bagi pendidikan selanjutnya sudah seharusnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di zaman globalisasi sekarang ini membutuhkan manusia yang mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang
Lebih terperinciMendidik Anak Usia Dini dengan Permainan
Mendidik Anak Usia Dini dengan Permainan Pendidikan Anak Usia Dini yang Selaras dengan Tumbuh Kembang Sebagai bahan Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Pendidikan Anak Usia Dini Dosen Pengampu : Unita Werdi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Usia dini merupakan usia yang sangat penting bagi perkembangan anak sehingga disebut masa emas (golden age) atau masa peka. Anak usia dini adalah individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini atau pra sekolah merupakan usia yang efektif untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya pengembangan ini dapat dilakukan dengan
Lebih terperinciSelamat membaca, mempelajari dan memahami materi Rentang Perkembangan Manusia II
Selamat membaca, mempelajari dan memahami materi Rentang Perkembangan Manusia II PERKEMBANGAN KOGNISI oleh Dr. Triana Noor Edwina, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta Tahap perkembangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EFIKASI DIRI PARENTING 1. Pengertian Efikasi Diri Bandura merupakan tokoh yang memperkenalkan istilah efikasi diri (selfefficacy). Bandura (2001) mendefinisikan bahwa efikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun terakhir terjadi perubahan yang semakin pesat dalam berbagai sektor kehidupan. Perubahan tersebut terjadi sebagai dampak dari kemajuan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak
7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dimana seorang anak dididik dan dibesarkan. Berdasarkan Undang-undang nomor 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal dalam kehidupan manusia. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk memanusiakan manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar, terencana untuk mewujudkan proses belajar dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan karekteristik peserta didik. Dalam proses pendidikan,
Lebih terperinciadapun tahap-tahap perkembangan anak sesuai dengan usianya sebagai berikut:
Aspek Aspek Perkembangan Anak Ditulis oleh : Sanjaya Yasin Perkembangan Anak.inilah yang menarik darianak karena anak berkebang tidak secara serentak, dalam artian anak berkembang secara bertahap sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membaca dan keterampilan menulis. Anak-akan dituntut untuk dapat berbicara,
19 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa mempunyai tujuan agar siswa terampil berbahasa yang meliputi keterampilan berbicara, keterampilan menyimak, keterampilan membaca dan keterampilan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Anak dan Taman Kanak-kanak Anak adalah generasi masa depan yang memiliki pribadi unik, zaman yang akan datang adalah milik anak-anak kita. Masa kanak-kanak adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kajian Pembelajaran Langsung a. Pengertian Pembelajaran Langsung Menurut Arends (1997) model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2
PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Oleh: LILIS SUHARYANI A.520085055
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia hidup selalu dipenuhi oleh kebutuhan dan keinginan. Seringkali kebutuhan dan keinginan tersebut tidak dapat terpenuhi dengan segera. Selain itu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecerdasan Emosional pada Remaja Akhir. 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Pada remaja Akhir
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecerdasan Emosional pada Remaja Akhir 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Pada remaja Akhir Menurut Goleman (2000) kecerdasan emosional adalah kemampuan yang dimiliki seseorang
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR Ernawulan Syaodih Pendahuluan Perkembangan individu merupakan sesuatu yang kompleks, artinya banyak faktor yang turut berpengaruh dan saling terjalin dalam berlangsungnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan upaya pembinaan pada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konstruktivisme a. Sejarah Konstruktivisme Menurut Von Glaserfield (1988), pengertian konstruktif kognitif
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konstruktivisme a. Sejarah Konstruktivisme Menurut Von Glaserfield (1988), pengertian konstruktif kognitif muncul pada abad 20 dalam tulisan Mark Baldwin yang secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa ini merupakan masa kritis dimana anak membutuhkan rangsanganrangsangan yang tepat untuk mencapai
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Self-efficacy menurut Bandura (1997) adalah keyakinan individu
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Pengertian Self-Efficacy Self-efficacy menurut Bandura (1997) adalah keyakinan individu
Lebih terperinciKARAKTERISTIK ANAK USIA SD Oleh : Sugiyanto
KARAKTERISTIK ANAK USIA SD Oleh : Sugiyanto Ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat Sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi. Salah satu di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi. Salah satu di antaranya adalah pendidikan AUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-8 tahun. Anak usia
Lebih terperinciPENGEMBANGAN SOSIAL DAN KEPRIBADIAN. Program PLPG PAUD UAD 2017
PENGEMBANGAN SOSIAL DAN KEPRIBADIAN Program PLPG PAUD UAD 2017 PENTINGNYA PENGEMBANGAN SOSIAL 1. Anak perlu distimulasi dan difasilitasi, sehingga perkembangan sosialnya dapat berkembang dengan baik. Anak
Lebih terperinciTeori Belajar dalam Pembelajaran Matematika
Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika I. Aliran Psikologi Tingkah Laku Teori Thorndike Teori Skinner Teori Ausubel Teori Gagne Teori Pavlov Teori baruda Teori Thorndike Teori belajar stimulus-respon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ela Nurlaela Sari, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja merupakan masa dimana setiap individu mengalami perubahan yang drastis baik secara fisik, psikologis, maupun lingkup sosialnya dari anak usia
Lebih terperinci