STUDI KOMPARASI PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA ANTARA MODEL MMP DAN MODEL PEMBELAJARAN STAD PADA MATERI BANGUN RUANG PRISMA KELAS VIII

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI KOMPARASI PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA ANTARA MODEL MMP DAN MODEL PEMBELAJARAN STAD PADA MATERI BANGUN RUANG PRISMA KELAS VIII"

Transkripsi

1 STUDI KOMPARASI PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA ANTARA MODEL MMP DAN MODEL PEMBELAJARAN STAD PADA MATERI BANGUN RUANG PRISMA KELAS VIII MTs MA ARIF NU PITURUH TAHUN 2012/2013 SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh HERU SUSILO NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2014 i

2

3

4 PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Heru Susilo NIM : Program Studi : Pendidikan Matematika Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas : Universitas Muhammadiyah Purworejo Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Purworejo, 21 Februari 2014 Yang membuat pernyataan Heru Susilo iv

5 MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO Kita tidak selalu bisa membangun masa depan bagi generasi muda. Tapi kita bisa membangun generasi muda untuk masa depan ( Franklin D Roosevelt). Jadilah diri sendiri (penulis). PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk: 1. Nenekku 2. Ayah dan ibuku tercinta yang selalu mendoakan, membimbing, dan mendukung keberhasilanku 3. Adikku (Sigit) tersayang 4. Teman-teman seperjuangan, terimakasih atas indahnya kebersamaan kita selama ini. v

6 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr.wb. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Studi Komparasi Prestasi Belajar Matematika Antara Model MMP Dan Model Pembelajaran STAD Pada Materi Bangun Ruang Prisma Kelas VIII MTs Ma arif Nu Pituruh Tahun 2012/2013. Penyusunan skripsi ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti secara khusus ingin menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada yang terhormat. 1. Drs. H. Hartono, M.M. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan ijin untuk penelitian. 2. Riawan Yudi Purwoko, S.Si.,M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah membantu prosedur perijinan penelitian. 3. Dr. H. Bambang Priyo Darminto, M.Kom, Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan petunjuk dalam penulisan skripsi ini. 4. Prasetiyo Budi Darmono, S.Pd., dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan petunjuk dalam penulisan skripsi ini. vi

7 5. H. Muh. Iskandar, M. Ag, Kepala Madrasah Tsanawiyah Ma arif NU Pituruh yang telah memberikan ijin penelitian di sekolah yang dipimpinnya. 6. Ani Nursanti, S.Pd., Guru matematika kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Ma arif NU Pituruh yang telah membantu dan membimbing dalam pengambilan data dan pelaksanaan penelitian sehingga berjalan dengan lancar. 7. Semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan baik materil, spiritual, curahan kasih sayang serta doa hingga penyelesaian penelitian ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta bermanfaat dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Wassalamu alaikum wr.wb. Purworejo, 21 Februari 2014 Penyusun Heru Susilo vii

8 ABSTRAK Heru Susilo Studi Komparasi Prestasi Belajar Matematika Antara Model MMP Dan Model Pembelajaran STAD pada Materi Bangun Ruang Prisma Kelas VIII MTs Ma arif NU Pituruh Tahun 2012/2013. Skripsi. Pendidikan Matematika. Universitas Muhammadiyah Purworejo Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah prestasi belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran dengan model MMP lebih baik dari pada prestasi belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran dengan model STAD. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs Ma arif NU Pituruh tahun ajaran 2012/2013. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik cluster random sampling, sampel yang diperoleh terdiri dari dua kelas yaitu kelas VIII A sebagai kelas eksperimen I dan kelas VIII C sebagai kelas eksperimen II. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat eksperimental, yang melibatkan variabel terikat berupa prestasi belajar matematika. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentsi dan metode tes. Instrumen penelitian berupa soal pilihan ganda yang kemudian dicari tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas, dan reliabilitasnya. Uji instrumen dilakukan di kelas VIII D. Teknik analisis data yang digunakan yaitu uji normalitas dengan metode liliefors dan uji homogenitas dengan metode bartlett sedangkan untuk uji hipotesi menggunakan uji t. Hasil uji hipotesis menggunakan uji t dengan = 5% diperoleh harga statisti uji t obs sebesar 2,37 dan t tabel sebesar 1,66 dan { }. Ini menunjukkan bahwa t obs DK sehingga dapat disimpulkan bahwa Prestasi belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran MMP lebih baik dari pada prestasi belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD Kelas VIII MTs Ma arif Nu Pituruh tahun 2012/2013 dengan materi bangun ruang prisma. Kata- kata kunci : prestasi belajar, MMP, STAD, prisma viii

9 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii SURAT PERNYATAAN... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAK... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 3 C. Batasan Masalah... 3 D. Perumusan Masalah... 3 E. Tujuan Penelitian... 4 F. Manfaat Penelitian... 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pustaka... 6 B. Kajian Teori... 7 C. Tinjauan Materi D. Kerangka Pikir E. Rumusan Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Tempat dan Waktu Penelitian C. Desain Penelitian D. Variabel Penelitian E. Populasi dan Sampel F. Teknik Pengumpulan Data G. Instrumen Penelitian H. Teknik Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data B. Hasil Analisis Data C. Pembahasan Hasil Penelitian BAB V PENUTUP A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix

10 DAFTAR GAMBAR Diagram 1. Data Post Test... Halaman x

11 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Nilai Penghargaan Kelompok Tabel 2. Perolehan Skor dan Predikat Tim Tipe STAD Tabel 3. Pembentukan Kelompok Tabel 4. Penentuan Nilai Peningkatan Hasil Belajar Tabel 5. Unsur-Unsur Prisma Tabel 6. Desain Penelitian Tabel 7. Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Tes Tabel 8. Interpretasi Daya Pembeda Tabel 9. Rangkuman Uji Normalitas Data Awal Tabel 10. Rangkuman Hasil Homogenitas Nilai Pree Test Tabel 11. Rangkuman Uji Normalitas Setelah Perlakuan Tabel 12. Rangkuman Hasil Homogenitas Post Test xi

12 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Silabus RPP LKS Kunci Jawaban LKS Kuis Individual Kunci Jawaban Kuis Individual Kisi-kisi Instrumen Penelitian Tes Prestasi Belajar Matematika Kunci Jawaban Tes Prestasi Belajar Matematika Daftar Hadir Siswa Tabel Jawaban Siswa Tabel Jawaban Kelompok Atas Tabel Jawaban Kelompok Bawah Hasil Analisis Taraf Kesukaran Hasil Analisis Daya Pembeda Hasil Analisis Soal Diterima Hasil Analisis Uji Validitas Tabel Belahan Awal Dan Belahan Akhir Hasil Analisis Uji Reliabilitas Data Nilai Pree Test Data Nilai Post Test Analisis Uji Normalitas Pree Test Analisis Uji Normalitas Post Test Analisis Uji Homogenitas Pree Test Analisis Uji Homogenitas Post Test Analisi Uji Keseimbangan/Rerata Kemampuan Awal Analisi Uji Ketaksamaan Rerata Kemampuan Akhir (Hipotesis) Tabel r Product Moment Tabel Normal Standar Tabel Nilai Kritik Uji Lilliefors Tabel Distribusi Chi-Kuadrat x Tabel Distribusi t Sertifikat STAD Kartu Bimbingan Skripsi Surat-surat xii

13 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti tehadap guru mata pelajaran matematika, ditemukan beberapa masalah yang menarik untuk diteliti lebih lanjut. Dari beberapa masalah tersebut di antaranya adalah guru memberikan pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran konvensional, yaitu model mengajar guru dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan kepada siswa di depan kelas yang pada umumnya siswa mengikuti pelajaran secara pasif, kemudian siswa merangkum pelajaran yang diberikan oleh guru dilanjutkan mengerjakan soal-soal latihan. Kaitannya dengan pembelajaran matematika di MTs Ma Arif NU Pituruh, dari hasil wawancara tersebut dikatakan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VIII masih rendah, hal ini dapat dilihat dari nilai ujian semester ganjil tahun ajaran 2012/2013 yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). Padahal kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan adalah 70. Dimana persentase siswa yang memenuhi KKM hanya 45%. Adapun pengalaman guru kelas yang bersangkutan, mengatakan bahwa hasil dari ulangan harian pada materi bangun prisma ini masih jauh dari standar KKM, ini dimungkinkan karena siswa masih banyak yang belum mampu memecahkan masalah dari materi ini. Rendahnya hasil belajar siswa tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya model pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran 1

14 2 masih berpusat pada guru, yang menyebabkan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran dan dalam hal ini kebanyakan dari siswa sering kali mengalami kesulitan dan kekeliruan dalam menyelesaikan soal-soal latihan. Berdasarkan masalah di atas peneliti menduga kemungkinan model pembelajaran yang digunakan selama ini kurang tepat. Hal inilah yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar matematika siswa. Untuk mengatasi problematika dalam pelaksanaan pembelajaran, tentu diperlukan model-model mengajar yang dipandang mampu mengatasi kesulitan guru melaksanakan tugas mengajar dan juga kesulitan belajar siswa. Penulis tertarik untuk menerapkan model pembelajaran MMP (Missouri Mathematics Project) dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) pada pokok bahasan bangun ruang prisma. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang menekankan berpikir dan latihan bertindak demokratis, pembelajaran aktif, perilaku kooperatif. Dalam pelaksanaannya pembelajaran kooperatif dapat merubah peran guru dari peran terpusat pada guru keperan pengelola aktivitas kelompok kecil. Sehingga dengan demikian peran guru yang selama ini monoton akan berkurang dan siswa akan semakin terlatih untuk menyelesaikan berbagai permasalahan, bahkan permasalahan yang dianggap sulit sekalipun. MTs Ma arif NU Pituruh merupakan sekolah jenjang menengah pertama yang terlek di Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo. Setelah dilakukan observasi diperoleh hasil bahwa masih banyaknya nilai siswa yang belum memenuhi standar KKM yang telah ditentukan oleh guru.

15 3 Berdasarkan beberapa alasan di atas melalui model pembelajaran pembelajaran MMP dan model kooperatif tipe STAD diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika pokok bahasan bangun ruang prisma pada siswa kelas VIII MTs Ma arif NU Pituruh. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru menggunakan model pembelajaran konvensional. 2. Rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap mata pelajaran matematika, khususnya pada bangun ruang prisma. 3. Masih banyak siswa yang tidak dapat memecahkan masalah/persoalan secara tepat dalam pembelajaran matematikanya. C. Pembatasan Masalah Dari identifikasi masalah yang dikemukakan di atas upaya untuk mengatasi ketiga masalah tersebut yaitu peneliti akan melakukan eksperimentasi model pembelajaran MMP dan model pembelajaran STAD pada pokok bahasan bangun ruang prisma. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

16 4 apakah prestasi belajar matematika antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model MMP lebih baik dari pada prestasi belajar matematika siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD? E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang diutarakan di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu untuk mendapatkan informasi apakah prestasi belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran dengan model MMP lebih baik dari pada prestasi belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran dengan model STAD. F. Manfaat Penelitian Dengan tercapainya tujuan, maka dengan penelitian ini akan diperoleh manfaat bagi penulis sendiri maupun orang lain atau lembaga-lembaga lain di bidang pendidikan, yaitu Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan (LPTK) dan instansi kedinasan yang terkait dengan pendidikan. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoretis Secara toretis penelitian ini diharapkan dapat: a. Memberikan suatu sumbangan yang positif terhadap pengembangan pengetahuan, beberapa ketrampilan dan kreatifitas khususnya dalam bidang pendidikan matematika. b. Sebagai sumber belajar yang disesuaikan dengan pengamatan dan pengalaman lapangan langsung sehingga memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut.

17 5 c. Membantu dalam usaha penyempurnaan sistem pengajaran yang menguntungkan khususnya pengajaran matematika. 2. Manfaat praktis Bagi guru a. Mengefektifkan peningkatan belajar matematika siswa b. Membantu mendapatkan alternatif pilihan metode pembelajaran yang tepat. c. Meningkatkan kesadaran perlunya penggunaan metode pembelajaran dalam proses pembelajaran. Bagi siswa a. Meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa terhadap mata pelajaran matematika. b. Meningkatkan kreativitas, aktivitas, dan motivasi untuk menunjang belajar matematika. c. Mengembangkan daya penalaran untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Bagi sekolah Memberi sumbangan dalam rangka perbaikan proses belajar mengajar di sekolah agar kegiatan pembelajaran berlangsung variatif, tidak monoton, dan tidak membosankan. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan, wawasan serta pengalaman dan menjadi bahan acuan bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian ini.

18 6 BAB II KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Matematika a. Pengertian Belajar Setiap manusia dilahirkan di dunia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan pikiran tersebut, manusia banyak melakukan berbagai macam kegiatan atau aktivitas. Salah satu kegiatan yang dilakukan agar manusia memperoleh ilmu atau pengalaman yaitu belajar. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu pengusaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Lilik Wahyu Utumo (2008: 8) belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan organisme-organisme manusia mengubah tingkah lakunya sebagai hasil pengalaman yang diperolehnya. Dari uraian beberapa pendapat di atas maka dapat dirumuskan definisi belajar yaitu suatu proses untuk mencapai suatu tujuan yaitu perubahan kearah yang lebih baik. Perubahan tersebut adalah perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan tingkah laku yang bersifat menetap dan perubahanperubahan itu terjadi karena berbagai usaha yang dilakukan oleh individu yang bersangkutan. 6

19 7 b. Proses Pembelajaran Matematika Menurut Oemar Hamalik (2007: 58) pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan. Berbagai macam cara dilakukan oleh guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa sehingga peran guru sangat penting. Keberhasilan guru melaksanakan peranannya sebagian besar terletak pada kemampuannya melaksanakan berbagai peranan dalam situasi mengajar dan belajar. Matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit oleh sebagian siswa. Oleh karena itu, proses pembelajaran untuk mata pelajaran matematika harus memperhatikan karakteristik matematika. 2. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan tujuan yang diinginkan oleh setiap orang yang belajar. Hasil yang memuaskan atau tidak dari prestasi belajar yang didapat seseorang tergantung dari orang yang menjalaninya. Istilah prestasi di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke satu (1988: 700) didefinisikan sebagai hasil yang telah dicapai atau dilakukan. Prestasi belajar dapat diartikan sebagai penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. 3. Konsep Model Pembelajaran MMP Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Convey dalam Krismanto (2003: 11) mengatakan bahwa

20 8 salah satu model yang secara empiris melalui penelitian adalah model yang dikembangkan dalam MMP. MMP merupakan salah satu model terstruktur seperti halnya Struktur Pengajaran Matematika (SPM). Dalam pelaksanaannya, penerapan model MMP melalui beberapa lagkah sebagai berikut: a. Pendahuluan/review: 1) Meninjau ulang pelajaran sebelumnya terutama yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang sedang dilakukan, 2) Membahas soal pada Pekerjaan Rumah ( PR ) yang diberikan pada pelajaran sebelumnya yang dianggap paling sulit oleh siswa dan 3) Membangkitkan motivasi siswa, dengan cara memberikan satu contoh soal yang berkaitan dengan soal PR yang dianggap sulit oleh para siswa tersebut. b. Pengembangan 1) Penyajian ide baru dan perluasan konsep matematika terdahulu, 2) Penjelasan materi yang dilakukan oleh guru atau siswa melalui diskusi, 3) Serta demonstrasi dengan menggunakan contoh yang konkret. Selain hal-hal di atas, guru juga sebaiknya memberikan informasi tujuan pembelajaran kepada siswa sebagai langkah antisipasi mengenai sasaran pembelajaran. Pada langkah ini sebaiknya terjadi diskusi kelas. Untuk mencapai hal tersebut, guru dapat menyajikan materi dengan metode tanya jawab. Adanya diskusi diharapkan dapat menjadikan pembelajaran lebih efektif dan bermakna, dibandingkan sepenuhnya hanya menyimak apa yang dijelaskan oleh gurunya. Diskusi tersebut dapat meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan

21 9 memecahkan masalah. Pengembangan akan lebih bijaksana bila dikombinasikan dalam bentuk latihan terkontrol untuk meyakinkan bahwa siswa mengikuti penyajian materi. c. Latihan Terkontrol Langkah ke tiga ini bisa disebut juga dengan latihan dengan bimbingan guru. Pada langkah ini siswa diminta untuk mengerjakan latihan yang menghendaki siswa terlibat dalam prosedur-prosedur seperti investigasi, penemuan dan inquiri dengan pengawasan guru. Pengawasan ini berguna untuk mengawasi tejadinya miskonsepsi pada pembelajaran. Latihan yang diberikan kepada siswa sebaiknya dilakukan secara kelompok (kooperatif). d. Seatwork Dalam langkah ini siswa dituntut untuk: 1) Belajar sendiri untuk latihan 2) Perluasan konsep Seatwork juga dimaksudkan sebagai sarana untuk mengaplikasikan pemahaman yang diperoleh dari langkah pengembangan dan latihan terkontrol. e. Pekerjaan Rumah Memberikan penugasan atau PR kepada siswa dimaksudkan agar siswa juga belajar di rumah. Waktu pemberian PR diakhir proses belajar mengajar. PR ini selanjutnya akan menjadi bahan review pada pembelajaran selanjutnya. Dalam model MMP siswa diberikan lembar tugas yang berisi sederet soal ataupun perintah untuk mengembangkan suatu ide atau konsep matematika. Lembar tugas ini dapat diselesaikan secara kelompok (pada langkah latihan

22 10 terkontrol), secara individu (pada langkah seatwork) bahkan bersama-sama seluruh siswa dalam kelas (pada langkah pengembangan). MMP mempunyai penekanan pada belajar kooperatif dan kemandirian siswa. Dengan penggunaan model pembelajaran MMP memungkinkan untuk terjadi interaksi tingkat tinggi karena dalam pembelajarannya terjadi beberapa interaksi antara guru dan siswa, siswa dan siswa, bahkan dengan media dan sumber belajar. Karakteristik model pembelajaran MMP adalah adanya lembar tugas. Dengan lembar tugas ini diharapkan: 1) Memungkinkan siswa menjadi kreatif dalam mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampian yang berbeda-beda. 2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan pertanyaan mereka sendiri dan mencoba menjawabnya. 3) Memberikan masalah-masalah sebagai cara alternatif mendemonstrasikan pembelajaran dan kompetensi siswa. 4) Memberi kesempatan untuk berinteraksi secara positif dan bekerja sama dengan teman dikelasnya. 5) Memberikan forum bagi siswa untuk berbagi pembelajaran dan kepandaian mereka dengan siswa lain. Ditinjau dari langkah-langkah yang termuat dalam model MMP, Rachmadi Widdiharto (2004: 29) menyebut beberapa kelebihan dari model ini, antara lain: a) Penggunaan waktu yang diatur dengan relatif ketat sehingga banyak materi yang dapat tersampaikan pada siswa. b) Banyak latihan sehingga siswa terampil dalam menyelesaikan berbagai macam soal. c) Adanya perpaduan antara belajar kooperatif dan belajar mandiri dalam setiap pembelajarannya.

23 11 4. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pembelajaran kooperatif yang paling tua dan yang paling banyak diaplikasikan adalah STAD. Pembelajaran kooperatif tipe STAD diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok. Menurut Trianto (2007: 52) pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Slavin (Trianto, 2007: 58) menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu. Pembelajaran kooperatif yang paling tua dan yang paling banyak diaplikasikan adalah STAD. Pembelajaran kooperatif tipe STAD diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok. Menurut Trianto (2007: 52) pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah

24 12 anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Menerapkan pembelajaran kooperatif didalam kelas harus memperhatikan langkah-langkahnya agar pembelajaran kooperatif tidak disamakan dengan belajar kelompok. Trianto (2007: 54) menyatakan langkah-langkah penerapan pembelajaran tipe STAD adalah sebagai berikut: Fase 1 : Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotifasi siswa belajar Fase 2 : Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan Fase 3 : Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien Fase 4 : Guru melakukan bimbingan kepada kelompok atau kelas pada saat mereka mengerjakan tugasnya Fase 5 : Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya Fase 6 : Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok Penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Menghitung skor individu tabel berikut: Untuk memberikan skor perkembangan individu dapat dihitung seperti Tabel 1 Nilai Penghargaan Kelompok (Penghitungan Skor Perkembangan) No. Skor Tes Nilai Perkembangan 1. Lebih Dari 20 Poin Di Atas Skor Awal Sama Atau Hingga 10 Poin Di Atas Skor Awal Sepuluh Hingga Satu Poin Di Bawah Skor Awal Lebih Dari 10 Poin Di Bawah Skor Awal. 5

25 13 b. Menghitung skor kelompok Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlah semua skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, di peroleh kategori skor kelompok seperti tercantup pada tabel berikut: Tabel 2 Perolehan Skor dan Predikat Tim Tipe STAD No. Predikat Tim Rata-Rata Skor 1. Super Team 25 x Great Team 15 x Good Team 5 x x 5 c. Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok Setelah masing-masing kelompok memperoleh predikat, guru memberikan hadiah atau penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan predikatnya. Hadiah atau penghargaan yang dimaksud disini adalah penghargaan berupa sertifikat. Dari tinjauan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana. Dikatakan demikian karena dalam pembelajarannya yang dilakukan masih dekat kaitannya dengan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat pada fase 2 dari fase-fase pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu adanya penyajian informasi atau materi pembelajaran. Perbedaannya model ini dengan model konvensional terletak pada adanya pemberian penghargaan pada kelompok berupa sertifikat.

26 14 5. Pembentukan dan Penghargaan Kelompok. Salah satu ciri dari pembelajaran kooperatif yaitu bekerja dalam tim atau kelompok dan penghargaan. Menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemampuan siswa dalam kelompok adalah heterogen dan kemampuan antar satu kelompok dengan kelompok lain relatif homogen. Apabila memungkinkan kelompok kooperatif perlu memperhatikan rsa, agama, suku, jenis kelamin dan latar belakang. Apabila dalam satu kelas terdiri dari ras dan latar belakang yang sama, maka pembentukan kelompok dapat didasarkan pada prestasi akademik, yaitu: a. Siswa dalam kelas terlebih dahulu diranking sesuai kepandaian dalam mata pelajaran matematika. Tujuannya adalah untuk mengurutkan siswa sesuai kemampuan matematika dan digunakan untuk mengelompokkan siswa kedalam kelompok. b. Menentukan tiga kelompok dalam kelas yaitu kelompok atas, kelompok sedang, kelompok bawah. Kelompok atas sebanyak 25% dari seluruh siswa yang diambil dari ranking satu, kelompok tengah 50% dari seluruh siswa yang diambil dari urutan setelah diambil kelompok atas, kelompok bawah sebanyak 25% dari seluruh siswa yang terdiri atas siswa setelah diambil kelompok atas dan kelompok sedang. Kaitannya untuk pembelajaran kooperatif, pembagian kelompok seperti ini sangat penting dilakukan tujuannya adalah untuk bertukar pikiran dalam belajar berkelompok antar siswa. Menurut Slavin (Widyantini, 2008: 8) mengemukakan salah satu cara membentuk kelompok berdasarkan kemampuan akademik adalah seperti

27 15 berikut ini: Tabel 3 Pembentukan Kelompok Kemampuan No. Nama Ranking Kelompok 1 1 A Tinggi 2 2 B 25% 3 3 C 4 4 D Sedang 50% 5 5 D 6 6 C 7 7 B 8 8 A 9 9 A B C D D Rendah C 25% B A Untuk teknis atau langkah dalam pemberian penghargaan, Slavin (Widyantini, 2008: 8) mengemukakan guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar dari nilai dasar (awal) ke nilai kuis/tes setelah siswa bekerja dalam kelompok. berikut: Langkah-langkah memberi penghargaan kelompok dijelaskan sebagai a. Menentukan nilai dasar/awal masing-masing siswa. Nilai dasar/awal dapat berupa nilai tes/kuis awal atau menggunakan nilai ulangan sebelumnya. b. Menentukan nilai tes/kuis yang telah dilaksanakan setelah siswa bekerja dalam kelompok, misal nilai kuis I, nilai kuis II, atau rata-rata nilai kuis I dan kuis II kepada setiap siswa yang kita sebut nilai kuis terkini. c. Menentukan nilai peningkatan hasil belajar yang besarnya ditentukan berdasarkan selisih nilai kuis terkini dan nilai dasar/awal masing-masing

28 16 siswa dengan menggunakan kriteria berikut ini. Tabel 4 Penentuan Nilai Peningkatan Hasil Belajar Kriteria Nilai Peningkatan 1. Nilai kuis/tes terkini turun lebih dari 10 poin dibawah nilai awal 5 2. Nilai kuis/tes terkini turun 1 sampai dengan 10 poin dibawah nilai awal Nilai kuis/tes terkini sama dengan nilai awal sampai dengan 10 diatas nilai awal Nilai kuis/tes terkini lebih dari 10 diatas nilai awal 30 Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rata-rata nilai peningkatan yang diperoleh masing-masing kelompok dengan memberikan predikat cukup, baik, sangat baik, dan sempurna. Kriteria untuk status kelompok. Cukup : bila rata-rata nilai peningkatan kelompok kurang dari 15 (rata-rata nilai peningkatan kelompok <15). Baik : bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 15 dan 20 (15 rata-rata nilai peningkatan kelompok <20). Sangat baik : bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 20 dan 25 (20 rata-rata nilai peningkatan kelompok <25). Sempurna : bila rata-rata nilai peningkatan kelompok lebih atau sama dengan 25 (rata-rata nilai peningkatan kelompok 25). 5. Tinjauan Materi a. Pengertian Prisma Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang berhadapan yang sama dan sebangun atau kongruen dan sejajar, serta bidang-bidang lain yang berpotongan menurut rusuk-rusuk yang sejajar.

29 17 Perhatikan bentuk prisma berikut. Berbeda dengan kubus dan balok, bangun ruang di atas memiliki kekhasan tersendiri. Coba perhatikan bangun ruang tersebut memiliki bentuk alas dan atap yang sama bentuk dan aturannya. Selain itu, semua sisi bagian samping berbentuk persegi panjang bangun ruang ini dinamakan prisma. b. Ciri-Ciri Prisma Prisma mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Prisma mempunyai sepasang sisi sejajar yang sama bentuk dan ukuran. Kedua sisi ini selanjutnya disebut sisi alas dan dan sisi atas/atap/tutup. b. Titik-titik sudut sisi alas dan sisi tutup prisma dihubungkan dengan rusuk-rusuk yang saling sejajar dan sama panjang. Rusuk-rusuk ini disebut sisi tegak. Panjang rusuk tegak ini merupakan tinggi prisma. Beberapa jenis prima khusus sebagai berikut. a. Prisma yang semua sisinya berbentuk persegi disebut kubus. b. Prisma yang alasnya berbentuk persegi atau persegi panjang disebut balok. c. Prisma yang alasnya berbentuk lingkaran disebut tabung.

30 18 c. Unsur-Unsur Prisma Perhatikan tabel berikut: Tabel 5 Unsur-Unsur Prisma Jenis prisma Sisi Rusuk Titik Diagonal Diagonal sudut sisi ruang Prisma segi-3 5 = = = = = 3 0 Prisma segi-4 6 = = = = = 4 1 Prisma segi-5 7 = = = = = 5 2 Prisma segi-6 8 = = = = = 6 3 Prisma segi-n n + 2 3n 2n n(n - 1) n(n - 3) Secara umum unsur-unsur prisma segi-n (n = banyak rusuk sisi alas) sebagai berikut. a. Banyak sisi = n + 2 b. Banyak rusuk = 3n c. Banyak titik sudut = 2n d. Banyak diagonal sisi = n(n - 1) e. Banyak diagonal ruang = n(n - 3) d. Luas permukaan prisma Sama seperti kubus dan balok, luas permukaan prisma dapat dihitung menggunakan jaring-jaring prisma tersebut. Caranya adalah dengan menjumlahkan semua luas bangun datar pada jaring-jaring prisma. Coba kamu perhatikan prisma segitiga beserta jaring-jaringnya pada gambar berikut ini.

31 19 Dari gambar diatas terlihat bahwa prisma segitiga ABC.DEF memiliki sepasang segitiga yang identik dan tiga buah persegipanjang sebagai sisi tegak. Dengan demikian, luas permukaan prisma segitiga tersebut adalah: Luas permukaan prisma = luas ABC + luas DEF + luas EDAB + luas DFCA + luas FEBC = 2 luas ABC + luas EDAB + luas DFCA + luas FEBC = (2 luas alas) + (luas bidang-bidang tegak) Jadi, luas permukaan = 2 luas alas + luas bidang-bidang tegak e. Volume prisma Untuk mengetahui rumus volume prisma, perhatikan Gambar berikut.

32 20 Gambar diatas memperlihatkan sebuah balok ABCD.EFGH yang dibagi dua secara melintang. Ternyata, hasil belahan balok tersebut membentuk prisma segitiga, seperti pada Gambar (b). Perhatikan prisma segitiga ABD.EFH pada Gambar (c). Dengan demikian, volume prisma segitiga adalah setengah kali volume balok. Volume prisma ABD.EFH = = = ( = Jadi, volume prisma dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut. Volume prisma =. B. Tinjauan Pustaka Dalam penelitian ini dikemukakan hasil penelitian-penelitian terdahulu sebagai bahan perbandingan yang berhubungan dengan permasalahan penilitian sekarang. Dalam penelitian tersebut penyusun menyampaikan dalam uraian berikut. Penelitian yang dilakukan oleh Khoirur Abror (2012) tentang prestasi belajar siswa kelas VIII MTs Hidayatussibyan Wonosobo tahun pelajaran 2011/2012 menunjukkan bahwa metode pembelajaran MMP lebih baik untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Novika Sukwandani (2011) tentang Penerapan Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) Dan Inquiring Minds Want To Know Untuk

33 21 Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Matematika, hasilnya adalah model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Perbedaan dengan penelitian ini adalah terletak pada model pembelajaran yang kedua. Penelitian Fery Eko Sugiarto (2009) tentang Keefektifan Implementasi Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) menunjukkan MMP lebih efektif dari pembelajaran Ekspositori. Dari penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran MMP dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Sehubungan dengan hal tersebut, dirasakan perlu untuk lebih mengembangkan penelitian-penelitian yang ada. C. Kerangka Berpikir Proses belajar merupakan kegiatan inti dari proses pendidikan di sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses belajar menghasilkan salah satunya adalah prestasi belajar yang diperoleh para siswa. Prestasi belajar adalah ganbaran dari keberhasilan seorang siswa di sekolah dalam kegiatan belajarnya yang diketahui dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh para guru. Oleh karena itu, prestasi belajar bisa dijadikan sebagaii tolak ukur keberhasilan proses belajar mengajar. Namun, kenyataannya masih banyak prestasi belajar matematika siswa masih rendah. Diindikasikan bahwa masalah utama terdapat pada proses pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat dapat

34 22 menimbulkan kebosanan yang akhirnya pembelajaran tidak berlangsung efektif dan efisien sehingga dapat berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Selain itu, latihan-latihan yang diberikan tipe soalnya lebih bersifat rutin. Hal ini tentu tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan konsep matematis mereka, karena prosedur penyelesaiannya hanya sekedar mengulang. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran tersebut haruslah menyediakan latihan-latihan yang tipe soalnya nonrutin dan melalui model pembelajaran yang bermakna, efektif dan efisien, sehinnga diharapkan dapat menghasilkan prestasi belajar yang baik. Dalam penelitian ini penulis ingin mengkomparasikan Model pembelajaran matematika MMP dan model STAD. MMP merupakan model pembelajaran terstuktur yang dikemas dalam lima langkah yaitu: review, pengembangan, latihan terkontrol, seatwork dan penugasan. Kelima langkah tersebut dilakukan secara sistematis dengan alokasi waktu yang telah ditentukan. Untuk mengetahui adakah perbedaan yang signifikan pada prestasi belajar matematika siswa kelas VIII semester II MTs Ma arif NU Pituruh tahun ajaran 2012/2013 pada kompetensi bangun ruang prisma antara penggunaan kedua metode tersebut. Prestasi belajar dilihat dari perolehan nilai dalam tes prestasi belajar pada kompetensi yang bersangkutan. E. Rumusan Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H 1 = µ 1 µ 2

35 23 Prestasi belajar siswa yang dikenai MMP lebih baik dari prestasi belajar siswa yang dikenai STAD pada siswa kelas VIII semester II MTs Ma arif NU Pituruh tahun ajaran 2012/2013.

36 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat eksperimental. Menurut Sugiyono (2007: 23) disebut penelitian kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan dianalisis menggunakan statistik. Menurut suharsimi Arikunto (2006: 3), penelitian eksperimen merupakan suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat antara dua vaktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneli dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu. Penelitian ini dilakukan untuk mengusahakan timbulnya variabel-variabel. Variabel bebas dalam hal ini adalah penerapan model pembelajaran MMP dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang kemudian dilihat pengaruhnya terhadap variabel terikatnya yaitu prestasi belajar matematika siswa. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat yang digunakan sebagai penelitian adalah MTs Ma arif NU desa Megulung Kidul Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo. 2. Waktu Penelitian Penelitian dimulai pada bulan Oktober 2012 dan berakhir pada bulan Juli 2013 dengan rincian sebagai berikut. 24

37 25 Persiapan penelitian selama 10 minggu, meliputi: 1) Permohonan izin penelitian selama 2 minggu. 2) Penyusunan proposal selama 8 minggu. a. Pengumpulan data selama 6 minggu. b. Pengelolaan data selama 10 minggu. c. Penulisan laporan hasil penelitian selama 12 minggu. C. Desain Penelitian Keterangan: Desain pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 6 Desain Penelitian Kelompok Tes Awal(Pree Test) Perlakuan Post Test Eksperimen I T 1 X 1 T 2 Eksperimen II T 1 X 2 T 2 T 1 = Nilai Pree Test X 1 = Pembelajaran dengan model MMP X 2 = Pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD T 2 = Nilai Post Test Pada rancangan penelitian ini sampel dibagi atas dua kelompok berdasarkan pembagian kelas. Kelompok pertama adalah kelompok eksperimen I dan kelompok kedua adalah kelompok eksperimen II. Kelompok eksperimen I diberi perlakuan model MMP sedang kelompok eksperimen II diberi perlakuan pembelajaran model STAD. Selanjutnya dicari perbedaan rerata kedua kelompok dan dianalisis dengan statistik yang sesuai.

38 26 D. Variabel Penelitian Variabel adalah segala sesutu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007: 2). Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat yang menjadi inti dari penelitian ini. 1. Variabel Bebas Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2007: 4). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang terdiri dari dua model pembelajaran yaitu model pembelajaran MMP yang dikenakan pada kelas eksperimen I dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dikenakan pada kelas eksperimen II. 2. Variabel Terikat Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2007: 4). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar matematika, yaitu prestasi belajar matematika setelah menempuh pembelajaran dengan model pembelajaran MMP dan prestasi belajar matematika setelah menempuh pembelajaran dengan model pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe STAD. E. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian (Suharsimi Arikunto,

39 : 130). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs Ma arif NU Pituruh tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 5 kelas. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2007: 62). Adapun sampel pada penelitian ini adalah sebagian siswa kelas VIII MTs Ma arif NU Pituruh tahun ajaran 2012/2013. Sampel berjumlah 72 siswa yang terdiri dari dua kelas, yakni kelas VIII A berjumlah 35 siswa dan kelas VIII C berjumlah 37 siswa. 3. Teknik sampling Teknik sampling adalah teknik pengambilan sample (Sugiyono, 2007: 62). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik cluster random sampling yaitu dengan melakukan pengambilan dua kelas dari 5 kelas secara acak. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling dengan alasan: siswa mendapatkan materi berdasarkan kurikulum yang sama, siswa duduk pada tingkat kelas yang sama, dan pembagian kelas tidak bedasarkan rangking. Dengan menggunakan teknik cluster random sampling diperoleh dua kelas diperoleh dua kelas sebagai kelas sampel, yaitu satu kelas eksperimen I dan satu kelas eksperimen II. Kelas yang digunakan sebagai kelas eksperimen I adalah kelas VIII A (menggunakan model MMP) dan sebagai kelas eksperimen II adalah kelas VIII C (menggunakan model STAD).

40 28 F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah kegiatan untuk mendapatkan data. Pada penelitian ini teknik yang digunakan untuk pengumpulan data adalah teknik dokumentasi dan teknik test. 1. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yang digunakan pada penelitian ini adalah untuk memperoleh data tentang kemampuan awal siswa yang diambil dari nilai Ujian Akhir Semester ganjil kelas VIII MTs Ma Arif Pituruh Tahun Pelajaran 2012/2013 untuk mata pelajaran matematika pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II yang digunakan dalam menguji keseimbangan antara kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II, dan digunakan untuk mengelompokan siswa dalam pembentukan kelompok serta digunakan untuk menentukan skor awal siswa. 2. Metode Tes Metode tes merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memberikan sejumlah item pertanyaan mengenai materi yang telah diberikan kepada sampel penelitian. Tes disini digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Tes ini diberikan setelah peneliti melakukan pembelajaran pada sampel. Adapun langkah-langkah teknik pengumpulan data digunakan dalam penelitian ini adalah. a. Menentukan objek penelitian b. Menentukan kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II c. Menentukan materi pembelajaran

41 29 d. Menyusun instrumen penelitian e. Pengambilan data dokumentasi untuk mengetahui keadaan awal sampel f. Menguji keseimbangan kedua kelompok yang berdistribusi normal agar dapat diketahui bahwa kedua kelompok berangkat dari titik awal yang sama yaitu dengan cara mencari homogenitasnya. g. Pada pembelajaran, kelompok eksperimen I diberi perlakuan model pembelajaran MMP sedangkan kelompok eksperimen II diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. h. Kedua kelompok diberikan post test pada akhir pembelajaran. i. Menganalisis nilai post test. G. Instrumen Penelitian Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 160), instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. 1. Persiapan Instrumen Instrumen penelitian ini berupa dokumen yang diambil dari tempat penelitian dan tes dilakukan untuk memperoleh data prestasi belajar siswa yang lebih baik antara siswa yang pembelajarannya dengan menggunakan MMP dan siswa yang pembelajarannya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Tes dalam penelitian ini berjumlah 35 butir soal berbentuk pilihan ganda dengan 4 opsi jawaban, terdiri dari 1 jawaban benar dan 3 jawaban pengecoh.

42 30 Materi yang digunakan dalam tes ini adalah pokok bahasan bangun ruang prisma. Sebelum soal tes diberikan terlebih dahulu diadakan uji coba. Setelah uji coba dilakukan kemudian instrumen tersebut dianalisis yang tujuannya untuk mengetahui apakah instrumen tersebut layak atau tidak sebagai alat ukur penelitian. 2. Uji Instrumen Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Agar instrumen tersebut memenuhi syarat untuk digunakan dalam pengambilan data penelitian, maka dilakukan uji instrumen terlebih dahulu, uji instrumen meliputi taraf kesukaran, daya pembeda, validitas dan reliabilitas. a) Taraf Kesukaran Suharsimi Arikunto (2009: 207) mengatakan soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya, sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Untuk menentukan tingkat kesukaran tiap-tiap butir soal digunakan rumus: Di mana:

43 31 P B JS : indeks kesukaran. : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul. : jumlah seluruh siswa peserta tes. (Suharsimi Arikunto, 2009: 208) Penafsiran akan tingkat kesukaran/ TK butir tes diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 7 Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir tes Besar TK Interpretasi 0,00 TK < 0,25 Sukar 0,25 TK 0,75 Sedang 0,75 < TK 1,00 Mudah Kategori soal yang dipakai dalam instrumen penelitian ini adalah soal dengan kategori sedang. b) Daya Pembeda Daya pembeda dari suatu butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah. Senada dengan Suharsimi Arikunto (2009: 211) daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Seluruh pengikut tes dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok pandai atau kelompok atas (upper group) dan kelompok bodoh atau kelompok bawah (lower group). Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda adalah: Di mana:

44 32 D : indeks diskriminasi J A : banyaknya peserta kelompok atas. J B : banyaknya peserta kelompok bawah. B A : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar. B B : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar. P A : = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (ingat, P sebagai indeks kesukaran). P B : = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar. (Suharsimi Arikunto, 2009: 213) Untuk menentukan kreteria daya pembeda dapat diklasifikasin menurut Suharsimi Arikunto (2006: 218) sebagai berikut. Tabel 8 Interpretasi Daya Pembeda Nilai D Derajat Interpretasi 0,00 < D 0,20 Jelek (poor) 0,20 < D 0,40 Cukup (satsfactory) 0,40 < D 0,70 Baik (good) 0,70 < D 1,00 Baik sekali (exelent) Negatif Harus dibuang Butir soal dikatakan baik jika indeks diskriminasinya positif dan tidak nol.

45 33 c) Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 2006: 168). Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi dan mampu mengukur apa yang sebenarnya ingin diukur. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Validitas suatu soal dinyatakan dengan koefisien korelasi (r). Validitas dihitung menggunakan rumus product moment dengan angka kasar: { }{ } Keterangan: : koefisien korelasi antara x dan y : jumlah peserta didik : nilai tes siswa : nilai kriterium. (Suharsimi Arikunto, 2006: 170) Selanjutnya penafsiran harga koefisien korelasi menggunakan interpretasi sebagai berikut: 0,00 0,20 sangat rendah (hampir tidak ada korelasi). 0,21 0,40 korelasi rendah. 0,41 0,70 korelasi cukup. 0,71 0,90 korelasi tinggi. 0,91 1,00 korelasi sangat tinggi (sempurna).

46 34 Suatu tes dikatakan valid jika memiliki kriteria penafsiran korelasi cukup sampai dengan kriteria penafsiran tinggi. Uji validitas instrumen dilakukan dengan cara memberikan soal tes untuk dikerjakan oleh siswa diluar sampel. Dengan menggunakan taraf signifikan 5%, jika koefisien korelasi lebih besar dati t tabel maka instrumen tersebut dikatakan valid dari hasil uji validitas akan diketahui apakah seluruh butir soal yang ada pada instrumen valid sehingga memenuhi syarat untuk memenuhi data penelitian. d) Reliabilitas Reliabilitas merupakan syarat yang harus dipenuhi agar suatu instrumen layak sebagai alat ukur penelitian. Nana sudjana & Ibrahim (2009: 120) mengemukakan reliabilitas sebagai ketetapan atau keajegan alat ukur dalam mengukur apa yang diukurnya. Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 183) rumus yang digunakan untuk mengukur reliabilitas ini salah satunya yaitu dengan menggunakan rumus Spearman Brown, yaitu: { }{ } ( ) Keterangan: r 11 reliabilitas instrumen. indeks korelasi antara dua belahan instrumen. Untuk mengetahui tes tersebut reliabel atau tidak, dapat dilihat di kriteria penafsiran korelasi sebagai berikut:

47 35 0,00 0,20 sangat rendah (hampir tidak ada korelasi). 0,21 0,40 korelasi rendah. 0,41 0,70 korelasi cukup. 0,71 0,90 korelasi tinggi. 0,91 1,00 korelasi sangat tinggi (sempurna). Suatu tes dikatakan reliabel jika memiliki kriteria penafsiran korelasi cukup sampai dengan kriteria penafsiran tinggi. 3. Analisi Uji Instrumen Uji instrumen dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut memenuhi syarat untuk digunakan dalam pengambilan data penelitian atau tidak. Uji instrumen meliputi uji taraf kesukaran, daya pembeda, validitas, dan reliabilitas. a. Uji Taraf Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran yang memadai artinya tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Soal yang mudah tidak menuntut siswa untuk mempertinggi usaha untuk memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar membuat siswa mudah putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk kembali karena diluar kemampuannya. Dalam penelitian ini soal dianggap mempunyai tingkat kesukaran yang memadai jika 0,25 p 0,75, dimana p adalah indeks kesukaran. Dengan kata lain penelitian ini menggunakan item soal dengan kategori sedang. Dari perhitungan dapat diperoleh hasil sebagai berikut. No. 1 P = 0,85 (mudah)

48 36 No. 2 P = 0,94 (mudah) Dari hasil pengujian terhadap 35 butir soal dengan 35 responden terdapat 10 item soal yang tidak memadai yaitu item soal nomor 1,2,3,7,8,13,14,23 dengan indeks kesukaran di atas 0,75 termasuk dalam kategori mudah, sedangkan nomor 6 dan 32 dengan indeks kesukaran di bawah 0,25 termasuk dalam kategori sukar. Sedangkan item soal yang lain termasuk dalam kategori sedang. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran. b. Uji Daya Pembeda Menurut Suharsimi Arikunto (2011: 211) daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Seluruh pengikut tes dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok pandai atau kelompok atas (upper group) dan kelompok bodoh atau kelompok bawah (lower group). Dari perhitungan dapat diperoleh hasil sebagai berikut. No. 1 D = 0,17 (positif/baik) No. 2 D = 0,11 (positif/baik) Dari hasil pengujian terhadap 35 butir dengan 35 responden terdapat item soal yang mempunyai daya beda bernilai negatif yaitu nomor 9,24,28,33 dan terdapat pula item soal yang mempunyai daya beda bernilai nol yaitu nomor 11 dan 32. Sedangkan item soal yang lain termasuk dalam item soal yang mempunyai daya beda bernilai positif. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran.

49 37 c. Uji Validitas Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan soal pada siswa di luar sampel. Teknik perhitungan yang digunakan untuk menghitung indeks validitas menggunakan rumus kolerasi product moment. Instrumen terdiri dari 35 item soal tes belajar prestasi belajar matematika yang kemudian diajukan pada 35 siswa. Dengan menggunakan taraf signifikan 5 %, pada daftar r product moment diperoleh r tabel sebesar 0,600. Instrumen dikatakan valid jika r xy > r tabel. Dari perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut. No. 1 r xy = 0,17 (positif/baik) No. 2 r xy = 0,11 (positif/baik) Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Dari perhitungan validitas terhadap 35 item soal diperoleh 33 item soal dengan indeks validitas lebih tinggi dari r tabel dan terdapat 2 item soal dengan indeks validitas lebih rendah dari r tabel yakni butir soal no. 2 dan soal no. 32 dinyatakan tidak valid dan tidak memenuhi syarat untuk pengumpulan data. d. Uji Reliabilitas Teknik yang digunakan dalam uji realiabilitas adalah teknik belah dua dan menggunakan rumus r 11. Sama halnya dengan uji validitas, uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan soal tes pada siswa di luar sampel. Instrumen berupa 35 item soal tes prestasi belajar matematika yang kemudian diajuakan pada 35 siswa. Dari perhitungan diperoleh indeks reliabilitas instrumen (r 11 ) sebesar 0,68. Ini menunjukkan bahwa instrumen reliabel. Karena

50 38 0,40 < r 11 < 0,70, maka termasuk dalam indeks/derajat reliabilitas sedang. Perhitungan selengkapnya ditunjukkan pada lampiran. e. Butir Soal Yang digunakan Berdasarkan indeks kesukaran dan daya pembeda yang ditetapkan dari 35 butir soal, terdapat 15 butir soal yang ditolak. Sehingga terpilih sebanyak 20 butir soal tes prestasi belajar matematika yang semuanya mewakili masing-masing indikator yang tertuang dalam kisi-kisi penyusunan soal. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. H. Teknis Analisis Data 1. Analisis Tahap Awal Sebelum sampel diberi perlakuan maka perlu dianalisis dahulu melalui uji normalitas, homogenitas, dan keseimbangan, hal ini dilakuakan supaya berangkat dari titik awal yang sama. a. Uji Normalitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas ini digunakan metode Lilliefors dengan prosedur seperti berikut ini. 1) Menentukan hipotesis sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal. 2) Menentukan taraf signifikansi: 3) Menentukan statistik uji yang digunakan

51 39 ; keterangan: nilai masing-masing sampel nilai rata-rata sampel koefisien Lilliefors skor standar jumlah sampel dengan proporsi cacah terhadap seluruh cacah 4) Menentukan daerah kritik (DK) { } ; n adalah ukuran sampel. 5) Menentukan keputusan uji diterima jika tidak terletak di daerah kritik 6) Menarik kesimpulan a) Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika diterima. b) Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika ditolak. b. Uji Homogenitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini digunakan metode Bartlett dengan uji Chi kuadrat dengan prosedur seperti berikut ini. 1) Menentukan hipotesis (variansi populasi homogen)

52 40 2) Menentukan taraf signifikansi: (variansi populasi tidak homogen) 3) Menentukan statistik uji yang digunakan [ ] keterangan: banyaknya populasi = banyaknya sampel banyaknya seluruh nilai (ukuran) banyaknya nilai (ukuran) sampel kederajat kebebasan derajat kebebasan untuk RKG ( ) ( ) ( ) (Budiyono, 2004: 176) 4) Menentukan daerah kritik (DK) { } 5) Menentukan keputusan uji diterima jika tidak terletak di daerah kritik 6) Menarik kesimpulan a) Variansi populasi homogen jika diterima.

53 41 b) Variansi populasi tidak homogen jika ditolak. c. Uji Keseimbangan Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas yaitu kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II memiliki kemampuan awal yang sama atau tidak. Data yang digunakan untuk menguji keseimbangan diambil dari dokumentasi nilai ujian akhir sekolah/ UAS semester ganjil kelas VIII MTs Ma arif NU Pituruh tahun ajaran 2012/2013 pada kelas eksperimen I dan eksperimen II. Statistik uji yang digunakan dalam uji keseimbangan adalah uji-t yaitu: Langkah-langkah uji keseimbangan adalah seperti berikut ini. 1) Menentukan hipotesis (kedua kelas berasal dari populasi yang memiliki kemampuan awal yang sama) (kedua kelas berasal dari populasi yang memiliki kemampuan awal yang berbeda) 2) Menentukan taraf signifikansi : 3) Menentukan statistik uji yang digunakan Dengan: t = harga statistik yang di uji t = rata-rata dari eksperimen I

54 42 = rata-rata dari eksperimen II = jumlah anggota eksperimen I = jumlah anggota eksperimen II = variansi eksperimen I = variansi eksperimen II = deviasi baku dari eksperimen I dan eksperimen II 4) Menentukan daerah kritik (DK) { } 5) Menentukan keputusan uji diterima jika harga tidak terletak di daerah kritik. 6) Menarik kesimpulan a) Kedua kelas berasal dari populasi yang memiliki kemampuan awal yang sama jika diterima. b) Kedua kelas berasal dari populasi yang memiliki kemampuan awal yang berbeda jika ditolak. 2. Analisis Tahap Akhir Setelah sampel diberikan perlakuan lalu dianalisis melalui uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan varian dua rata-rata, hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar kelompok eksperimen I dan prestasi belajar kelompok eksperimen II.

55 43 a. Uji Normalitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas ini digunakan metode Lilliefors dengan prosedur seperti berikut ini. 1) Menentukan hipotesis sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal. 2) Menentukan taraf signifikansi: 3) Menentukan statistik uji yang digunakan ; keterangan: nilai masing-masing sampel nilai rata-rata sampel koefisien Lilliefors skor standar jumlah sampel dengan proporsi cacah terhadap seluruh cacah 4) Menentukan daerah kritik (DK) { } ; n adalah ukuran sampel. 5) Menentukan keputusan uji diterima jika tidak terletak di daerah kritik 6) Menarik kesimpulan

56 44 a) Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika diterima. b) Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika ditolak. b. Uji Homogenitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini digunakan metode Bartlett dengan uji Chi kuadrat dengan prosedur seperti berikut ini. 1) Menentukan hipotesis (variansi populasi homogen) (variansi populasi tidak homogen) 2) Menentukan taraf signifikansi: 3) Menentukan statistik uji yang digunakan [ ] keterangan: banyaknya populasi = banyaknya sampel banyaknya seluruh nilai (ukuran) banyaknya nilai (ukuran) sampel kederajat kebebasan derajat kebebasan untuk RKG

57 45 ( ) ( ) ( ) 4) Menentukan daerah kritik (DK) { } 5) Menentukan keputusan uji diterima jika tidak terletak di daerah kritik 6) Menarik kesimpulan a) Variansi populasi homogen jika diterima. b) Variansi populasi tidak homogen jika ditolak. c Uji Hipotesis (Uji Kesamaan Varian Dua Rata-Rata ) Setelah kedua sampel diberikan perlakuan yang berbeda, maka dilaksanakan tes akhir. Hasil tes akhir ini akan diperoleh data yang akan digunakan sebagai dasar untuk menguji hipotesis penelitian. Untuk pengujian hipotesis digunakan analisis uji satu pihak yaitu pihak kanan dengan langkah sebagai berikut: 1) Menentukan hipotesis 2 Prestasi belajar siswa yang dikenai MMP tidak lebih baik dari prestasi belajar siswa yang dikenai STAD pada siswa kelas VIII semester II MTs Ma arif NU Pituruh tahun ajaran 2012/2013.

58 46 Prestasi belajar siswa yang dikenai MMP lebih baik dari prestasi belajar siswa yang dikenai STAD pada siswa kelas VIII semester II MTs Ma arif NU Pituruh tahun ajaran 2012/ ) Menentukan taraf signifikansi : 3) Menentukan statistik uji yang digunakan ( ) keterangan: rata-rata dari kelas eksperimen 1 rata-rata dari kelas eksperimen 2 jumlah siswa kelas eksperimen 1 jumlah siswa kelas eksperimen 2 variansi dari kelas eksperimen 1 variansi dari kelas eksperimen 2 0 (tidak dibicarakan selisih rataan) 4) Menentukan daerah kritik (DK) DK { } 5) Menentukan keputusan uji ditolak jika harga terletak di daerah kritik. 6) Menarik kesimpulan

59 47 a) Prestasi belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran MMP tidak lebih baik dari pada prestasi belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD jika. b) Prestasi belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran MMP lebih baik dari pada prestasi belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD jika ditolak.

60 48 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian diawali dengan melakukan pengujian kemampuan awal pada kedua kelompok sampel yakni dengan menggunakan pre test. Pre test di sini diperoleh dari nilai UAS semester ganjil. Adapun nilai tertinggi kelompok eksperimen I 65 dan nilai terendah 50. Sedangkan untuk kelompok eksperimen II nilai tertinggi 67, dan nilai terendah 42. Rata-rata nilai kelompok eksperimen I 56,52 dan rata-rata nilai kelompok eksperimen II 56,56. Selanjutnya kedua kelompok diberi perlakuan yang berbeda. Kelompok eksperimen I diberi perlakuan dengan model pembelajaran MMP dan kelompok eksperimen II menggunakan model STAD. Kemudian barulah diadakan post test untuk mengetahui prestasi belajar siswa. Data nilai post test diperoleh nilai tertinggi kelompok eksperimen I 100 dan nilai terendah 65, sedangkan untuk kelompok eksperimen II nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 60. Rata-rata nilai kelompok eksperimen I 85,42 dan rata-rata nilai kelompok eksperimen II 79,32. Selisih antara rata-rata nilai kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II adalah 6,24. Lebih jelasnya perhatikan diagram di bawah ini ,42 79, MMP Diagram 1 Data Post Test STAD Tertinggi Rata-rata Terendah 48

61 49 Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 17. B. Hasil Analisis Data 1. Hasil Analisis Data Awal Sebelum sampel diberikan perlakuan maka perlu dianalisis dahulu melalui uji normalitas, uji homogenitas, uji keseimbangan, hal ini dilakukan untuk mengetahui bahwa baik kelompok eksperimen I maupun kelompok eksperimen II berangkat dari titik awal yang sama. a. Uji Normalitas Uji normalitas dari data awal bertujuan untuk mengetahui apakah kedua sampel berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas menggunakan uji Lilliefors dengan tingkat signifikasi = 0,05. Rangkuman uji normalitas sebagai berikut: Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut. 1) Hipotesis pengujian : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal. 2) Untuk mengetahui normal atau tidaknya, data yang diperolehdalam penelitian ini menggunakan rumus Lilliefors. 3) Taraf signifikan 4) Kreteria pengujian Sebagai daerah kritik untuk uji ini ialah: { }; dengan n adalah ukuran sampel. diterima jika L obs

62 50 5) Komputasi : Data diperoleh dari kelas eksperimen I dan sehingga diperoleh : dan Data diperoleh dari kelas eksperimen II dan sehingga diperoleh : dan Statistik uji yang digunakan: ; Dari perhitungan diperoleh tabel berikut Tabel 9 Rangkuman Uji Normalitas Data Awal No Kategori L obs N L tabel Keputusan uji Ket. 1 Eksperimen I 0, ,150 H 0 diterima Normal 2 Eksperimen II 0, ,146 H 0 diterima Normal 6) Kesimpulan (a) Pada kelompok eksperimen I L obs = 0,125 DK, H 0 diterima maka sampel berdistribusi normal. (b) Pada kelompok eksperimen II L obs = 0,099 DK, H 0 diterima maka sampel berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kedua sampel mempunyai variansi yang homogen. Dalam penelitian ini uji homogenitas yang

63 51 digunakan adalah uji Bartlett dengan tingkat signifikasi = 0,05. Rangkuman hasil penelitian untuk uji homogenitas disajikan berikut ini. Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut. 1) Hipotesis pengujian (variansi populasi homogen) (variansi populasi tidak homogen) 2) Statistik yang digunakan dalam uji homogenitas adalah uji Barlett. 3) Taraf signifikan 4) Kreteria pengujian Sebagai daerah kritik untuk uji ini ialah: { } dengan n adalah ukuran sampel. diterima jika 5) Statistik hitung Untuk mengetahui homogenitas varians digunakan rumus sebagai berikut: [ ] Dari perhitungan diperoleh tabel berikut: Tabel 10 Rangkuman Hasil Homogenitas Nilai Pre Test Kelompok Keputusan Kesimpulan Eksperimen I dan Eksperimen II 2,25 3,841 H 0 diterima Kedua kelompok mempunyai variansi yang sama.

64 52 6) Kesimpulan Berdasarkan perhitungan hasil penelitian diperoleh dan. { } dengan n adalah ukuran sampel. diterima jika. Dengan demikian jelas bahwa diterimadan dapat disimpulkan bahwa data awal kelompok eksperimen I dan eksperimen II mempunyai variansi yang sama (homogen). Perhitungan selengkanya dapat dilihat pada lampiran. c. Uji Keseimbangan Uji keseimbangan dilakukan sebelum penelitian dilakukan, hal ini untuk mengetahui apakah sampel penelitian yang dikenai model pembelajaran MMP yaitu kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai kemampuan awal yang sama. Langkah-langkahnya sebagai berikut: 1. Hipotesis pengujian : kedua kelas berasal dari populasi yang memiliki kemampuan awal yang sama : kedua kelas berasal dari populasi yang memiliki kemampuan awal yang tidak sama. 2. Statistik yang digunakan Menggunakan analisis uji satu pihak yaitu pihak kanan dengan uji t Statistik hitung:

65 53 Setelah dihitung, diperoleh rataan nilai siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut : t hitung = dan t tabel = { }; 5. Daerah Kritik : ; { }; 6. Kesimpulan Dengan demikian diterima, artinya kedua kelas berasal dari populasi yang memiliki kemampuan awal yang sama. Hasil uji keseimbangan menunjukkan tidak terdapat perbedaan rerata antara kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. 2. Analisis Data Akhir Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu data harus memenuhi syarat uji normalitas dan uji homogenitas dalam penelitian ini uji normalitas menggunakan uji Lilliefors dan uji homogenitas menggunakan uji Barlett.

66 54 a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data variabel terikat yaitu prestasi belajar matematika yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas hasil prestasi belajar matematika dalam penelitian ini meliputi, kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II. Uji normalitas menggunakan uji Lilliefors dengan tingkat signifikasi = 0,05. Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut. 1) Hipotesis pengujian : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal. 2) Untuk mengetahui normal atau tidaknya, data yang diperolehdalam penelitian ini menggunakan rumus Lilliefors. 3) Taraf signifikan 4) Kreteria pengujian, sebagai daerah kritik untuk uji ini ialah: { }; dengan n adalah ukuran sampel. diterima jika L obs 5) Komputasi : Data diperoleh dari kelas eksperimen I dan sehingga diperoleh : dan Data diperoleh dari kelas eksperimen II dan sehingga diperoleh : dan 11,25 Statistik uji yang digunakan:

67 55 ; Dari perhitungan diperoleh tabel berikut. Tabel 11 Rangkuman Uji Normalitas Setelah Perlakuan No Kategori L obs N L tabel Keputusan uji Ket. 1 Eksperimen I 0, ,150 H 0 diterima Normal 2 Eksperimen II 0, ,146 H 0 diterima Normal 6) Kesimpulan (a) Pada kelompok eksperimen I L obs = 0,124 DK, H 0 diterima maka sampel berdistribusi normal. (b) Pada kelompok eksperimen II L obs = 0,094 DK, H 0 diterima maka sampel berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data hasil prestasi belajar matematika kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II mempunyai variansi yang homogen. Dalam penelitian ini uji homogenitas yang digunakan adalah uji Bartlett dengan tingkat signifikasi = 0,05. Rangkuman hasil penelitian untuk uji homogenitas disajikan dalam tabel berikut ini. Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut. 1) Hipotesis pengujian (variansi populasi homogen) (variansi populasi tidak homogen)

68 56 2) Statistik yang digunakan dalam uji homogenitas adalah uji Barlett. 3) Taraf signifikan 4) Kreteria pengujian Sebagai daerah kritik untuk uji ini ialah: { } dengan n adalah ukuran sampel. diterima jika 5) Statistik hitung Untuk mengetahui homogenitas varians digunakan rumus sebagai berikut: [ ] Dari perhitungan diperoleh tabel berikut: Tabel 12 Rangkuman Hasil Homogenitas Post Test Kelompok Keputusan Kesimpulan Eksperimen I dan Eksperimen II 0,152 3,841 H 0 diterima Kedua kelompok mempunyai variansi yang sama. 6) Kesimpulan Berdasarkan perhitungan hasil penelitian diperoleh dan. { } dengan n adalah ukuran sampel. diterima jika. Dengan demikian jelas bahwa diterima dan dapat disimpulkan bahwa data awal kelompok

69 57 eksperimen I dan eksperimen II mempunyai variansi yang sama (homogen). Perhitungan selengkanya dapat dilihat pada lampiran. c. Uji Hipotesis Analisis terakhir dalam penelitian ini adalah uji hipotesis. Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui apakah model pembelajaran MMP lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis uji rata-rata satu pihak yaitu pihak kanan dengan rumus t untuk tingkat signifikasi = 0,05. Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut. 1) Hipotesis Prestasi belajar matematika siswa kelas VIII semester II MTs Ma arif NU Pituruh tahun ajaran 2012/2013 yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran MMP tidak lebih baik dari prestasi belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran STAD. Prestasi belajar matematika siswa kelas VIII semester II MTs Ma arif NU Pituruh tahun ajaran 2012/2013 yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran MMP lebih baik dibandingkan dengan prestasi belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran STAD. 2) Statistik yang digunakan

70 58 Statistik yang akan digunakan adalah uji perbedaan dua rerata yaitu uji t satu pihak, yaitu pihak kanan yaitu dengan rumus uji t. 3) Taraf signifikan 4) Statistik hitung Rumus t yang digunakan adalah: Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa t obs sebesar 2,37 dan t tabel sebesar 1,666 dengan DK : { }. Ini menunjukkan bahwa t obs DK sehingga H 0 ditolak yang berarti model pembelajaran MMP lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. 5) Kesimpulan Prestasi belajar matematika siswa kelas VIII MTs Ma arif NU Pituruh tahun pelajaran 2012/2013 pada materi bangun ruang prisma dengan model pembelajaran MMP lebih baik daripada dengan metode pembelajaran STAD. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa t obs sebesar 2,37 dan t tabel sebesar 1,666 dengan DK : { }. Ini menunjukkan bahwa t obs DK sehingga H 0 ditolak yang berarti model pembelajaran MMP lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

71 59 C. Pembahasan Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi apakah prestasi belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran dengan model MMP lebih baik dari pada prestasi belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran dengan model STAD pada siswa kelas VIII semester 2 MTs Ma arif NU Pituruh tahun pelajaran 2012/2013 pada materi bangun ruang prisma. Penelitian diawali dengan melakukan pengujian kemampuan awal pada kedua kelompok sampel yakni dengan menggunakan pre test. Pre test di sini diperoleh dari nilai UAS semester ganjil. Adapun nilai tertinggi kelompok eksperimen I 65 dan nilai terendah 50. Sedangkan untuk kelompok eksperimen II nilai tertinggi 67, dan nilai terendah 42. Rata-rata nilai kelompok eksperimen I 56,52 dan rata-rata nilai kelompok eksperimen II 56,56. Berdasarkan hasil perhitungan tingkat kesukaran dari 35 soal diperoleh 20 item soal yang baik yaitu yang mempunyai kategori sedang sebesar 0,25 TK 0,75. Sedangkan untuk daya pembeda terdapat 29 butir soal yang positif. Berdasarkan indeks kesukaran dan daya pembeda yang ditetapkan dari 35 butir soal terdapat 15 soal yang ditolak, sehingga terpilih sebanyak 20 butir soal tes prestasi belajar matematika yang semuanya mewakili masing-masing indikator yang tertuang dalam kisi-kisi penyusunan soal. Selanjutnya dari 20 butir soal tersebut dicari validitas dan reliabilitasnya. Dari 20 butir soal tersebut, untuk validitas sebesar 0,60 dan indeks reliabilitasnya sebesar 0,68. Dengan kata lain 20 butir soal tersebut valid. Hasil uji keseimbangan diperoleh t obs sebesar 0,045 dan nilai t tabel sebesar

72 60 1,666 dengan { }. Karena nilai t obs maka H 0 diterima, berarti tidak terdapat perbedaan rerata antara kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II. Jadi dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok mempunyai kemampuan awal yang sama. Akan tetapi sebelum uji keseimbangan ini dilakukan terlebih dahulu telah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Sebelum data prestasi belajar matematika dikenakan uji hipotesis, terlebih dahulu data prestasi belajar tersebut harus memenuhi uji normalitas dan uji homogenitas. Untuk uji normalitas pada kelompok eksperimen I diperoleh L obs sebesar 0,124 dan L tabel sebesar 0,150 untuk { } sedangkan eksperimen II diperoleh L obs sebesar 0,094 dan L tabel sebesar 0,146 dan { } jadi keputusan uji untuk masing-masing kelompok yaitu H 0 diterima dengan kata lain kelompok-kelompok tersebut berdistribusi normal. Untuk uji homogenitas diperoleh χ obs sebesar 2,25 dan χ tabel sebesar 3,841 dengan { }. Ini menunjukkan bahwa χ obs DK sehingga H 0 diterima yang kesimpulannya variansi dari populasi tersebut sama (homogen). Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan uji t diperoleh harga statistik uji t obs sebesar 2,37 dan t tabel sebesar 1,666 dan { }. Ini menunjukkan bahwa t obs DK sehingga H 0 ditolak yang berarti model pembelajaran MMP lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran STAD. Pembelajaran yang dilakukan di kelas eksperimen I adalah pembelajaran yang dikenai model pembelajaran MMP dan pembelajaran yang dilakukan di kelas eksperimen II adalah pembelajaran yang dikenai model pembelajaran

73 61 STAD. Dalam penelitian ini waktu yang digunakan adalah 3 kali pertemuan dengan jumlah siswa untuk kelas A adalah 35 orang dan kelas C adalah 37 orang. Pembelajaran pada kelas eksperimen I mendorong siswa untuk memiliki rasa tanggung jawab individual, karena nantinya guru akan menunjuk secara acak anggota kelompok yang akan mewakili kelompoknya untuk memaparkan hasil diskusi. Sedangkan pembelajaran pada kelas eksperimen II siswa hanya diperintahkan bekerja dalam kelompok dan mempertanggungjawabkannya secara kelompok pula, siswa kurang aktif dalam kelompok sehingga pembelajaran yang menggunakan model MMP lebih baik daripada model pembelajaran STAD.

74 62 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan data dan pembahasan data penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Data nilai post test diperoleh nilai tertinggi kelompok eksperimen I 100 dan nilai terendah 65, sedangkan untuk kelompok eksperimen II nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 60. Rata-rata nilai kelompok eksperimen I 85,42 dan ratarata nilai kelompok eksperimen II 79,32. Selisih antara rata-rata nilai kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II adalah 6,24. Ini merupakan angka yang cukup tinggi untuk menggambarkan selisih prestasi belajar matematika pada pokok bahasan bangun ruang prisma antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran MMP dan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran STAD pada siswa kelas VIII semester 2 MTs Ma arif NU Pituruh tahun pelajaran 2012/ Prestasi belajar matematika siswa dengan model pembelajaran MMP lebih baik dibandingkan dengan prestasi belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas VIII semester 2 MTs Ma arif NU Pituruh tahun pelajaran 2012/2013 pada materi bangun ruang prisma. B. Saran ini adalah Saran yang dapat penulis sumbangkan sehubungan dengan hasil penelitian 62

75 63 1. Dalam penyampaian materi pelajaran matematika, guru dan calon guru perlu memperhatikan adanya pemilihan model pembelajaran. 2. Untuk melaksanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif diperlukan perhatian khusus dalam merencanakan waktu dan memilih materi yang akan diajarkan. 3. Prestasi belajar matematika untuk kelas yang diberi perlakuan model pembelajaran MMP lebih tinggi jika dibandingkan dengan prestasi belajar matematika untuk kelas yang diberi perlakuan model STAD. Oleh karena itu peneliti menyarankan untuk menggunakan model pembelajaran MMP sebagai salah satu model pembelajaran alternatif dalam pembelajaran matematika. 4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari penelitian ini.

76 64 DAFTAR PUSTAKA Abror, Khoirur Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Missouri Mathematics Project Materi Bangun Ruang Sisi Datar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII MTs Hidayatussibyan Wonosobo Tahun Pelajaran Skripsi, tidak diterbitkan. Universitas Muhammadiyah Purworejo, Purworejo. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, Oemar Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hamalik, Oemar Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Krismanto, Al Beberapa Teknik, Model dan Strategi dalam Pembelajaran Matematika (Makalah Pada Pelatihan Instruktur/ Pengembangan SMU). Yogyakarta : PPPG Matematika. Nana Sudjana & Ibrahim Penelitian Dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Purwanto, Ngalim Prinsip-Prinsip dan Teknik evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosdakarya. Shadiq, Fajar Model-Model Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta: PPPPTK. Sugiarto, Fery Eko Keefektifan Implementasi Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) Materi Pokok Persamaan dan Pertidaksamaan Kuadrat Pada Peserta Didik Kelas X SMAN 1 Ungaran. diakses dari pada Selasa 19 November 2013 pukul 3:42 WIB. Sugiyono Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

77 65 Sukwandani, Novika Penerapan Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) dan Inquiring Mids Want To Know Untuk Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Matematika. diakses dari 9/1350 pada Kamis, 21 November Trianto Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Wahyu Utomo, Lilik Psikolog Pendidikan. Buku, tidak diterbitkan. Universitas Muhammadiyah Purworejo Widiharto, Rachmadi Model-Model Pembelajaran Matematika SMP (Makalah Instruktur/ Pengembangan Matematika SMP) Yogyakarta:PPPG Matematika. Widyantini Theresia dan Pujiati (Eds.) Penerapan Pendekatan Kooperatif STAD dalam Pembelajaran Matematika SMP.Yogyakarta: PPPPTK.

78 Lampiran 1 SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : MTs Ma arif NU Pituruh Kelas : VIII (Delapan) Mata Pelajaran : Matematika Semester : II (Dua) Standar Kompetensi : 5. Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya. Kompetensi Dasar 5.1 Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas serta bagianbagiannya. Materi Pembelajaran Prisma Kegiatan Pembelajaran Mendiskusikan unsur-unsur prisma dengan menggunakan model Indikator Pencapaian Kompetensi Menyebutkan unsur-unsur prisma: rusuk, bidang sisi, diagonal bidang, diagonal ruang, bidang diagonal. Penilaian Teknik Bentuk Contoh Instrumen Tes tertulis Daftar pertanyaan Perhatikan prisma ABCDEF.GHIJKL 1. Sebutkan rusuk-rusuk tegaknya! 2. Sebutkan diagonal ruangnya! 3. Sebutkan bidang alas dan atasnya! Alokasi Waktu 2 x 40 menit Sumber Belajar Buku teks, lingkun gan, bangun ruang sisi datar (padat dan kerang ka)

79 Lampiran 1 Merancang jaring-jaring Prisma Membuat jaring-jaring Prisma Unjuk kerja Tes uji petik kerja 5.2 Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas Prisma Mencari rumus luas permukaan prisma. Menggunakan rumus untuk menghitung luas permukaan prisma. Menemukan rumus luas permukaan prisma. Menghitug luas permukaan prisma. Tes lisan Tes tertulis Daftar pertanyaan Uraian Dengan menggunakan karton manila, buatlah model prisma segi yang lain. Sebutkan rumus luas permukaan prisma? 4 x 40 menit Perhatikan prisma segitiga siku-siku pada gambar diatas. Tentukan: a. luas permukaan prisma keseluruhan,

80 Lampiran 1 b. luas permukaan prisma tanpa tutup. Mencari rumus volume prisma. Menggunakan rumus untuk menghitung volume prisma. Menentukan rumus volume prisma. Menghitung volume prisma. Tes lisan Tes tertulis Daftar Pertanyaan Tes pilihan ganda Sebutkan rumus volume prisma! Perhatikan prisma segitiga pada gambar diatas. Dari gambar tersebut, tentukan: a. luas alas prisma segitiga, b. volume prisma segitiga. Mengetahui, Kepala Madrasah Guru Mata Pelajaran Purworejo, April 2013 Praktikan, H. Muh. Iskandar, M. Ag NIP Ani Nursanti, S.Pd NIP Heru Susilo NIM

81

82 Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : MTs Ma arif NU Pituruh Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Semester : VIII (Delapan) / Genap Pertemuan ke : 1 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit A. Standar Kompetensi 5. memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagian lainnya, serta menentukan ukurannya. B. Kompetensi Dasar 5.1 Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagianbagian lainnya. C. Indikator Menyebutkan unsur-unsur prisma: rusuk, bidang sisi, diagonal bidang, diagonal ruang, bidang diagonal Membuat jaring-jaring Prisma D. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menyebutkan unsur-unsur prisma: rusuk, bidang sisi, diagonal bidang, diagonal ruang, dan bidang diagonal. 2. Siswa dapat membuat jaring-jaring Prisma E. Materi Ajar 1. Pengertian Prisma Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang berhadapan yang sama dan sebangun atau kongruen dan sejajar, serta bidang-bidang lain yang berpotongan menurut rusuk-rusuk yang sejajar.

83 Lampiran 2 Perhatikan bentuk prisma berikut. 2. Ciri-Ciri Prisma Prisma mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Prisma mempunyai sepasang sisi sejajar yang sama bentuk dan ukuran. Kedua sisi ini selanjutnya disebut sisi alas dan dan sisi atas/atap/tutup. b. Titik-titik sudut sisi alas dan sisi tutup prisma dihubungkan dengan rusuk-rusuk yang saling sejajar dan sama panjang. Rusuk-rusuk ini disebut sisi tegak. Panjang rusuk tegak ini merupakan tinggi prisma. Beberapa jenis prima khusus sebagai berikut. a. Prisma yang semua sisinya berbentuk persegi disebut kubus. b. Prisma yang alasnya berbentuk persegi atau persegi panjang disebut balok. c. Prisma yang alasnya berbentuk lingkaran disebut tabung. 3. Unsur-Unsur Prisma Jenis prisma sisi rusuk Titik sudut Diagonal sisi Diagonal sisi Prisma segi-3 5 = = 3 x 3 6 = 2 x 3 6 = 2 x 3 0 = 3 x 0 Prisma segi-4 6 = = 3 x 4 8 = 4 x 4 12 = 4 x 3 4 = 4 x 1 Prisma segi-5 7 = = 3 x 5 10 = 2 x 5 20 = 5 x 4 10 = 5 x 2 Prisma segi-6 8 = = 3 x 6 12 = 2 x 6 30 = 6 x 5 18 = 6 x 3 Prisma segi-n n + 2 3n 2n n(n - 1) n(n - 3) Secara umum unsur-unsur prisma segi-n (n = banyak rusuk sisi alas) sebagai berikut. a. Banyak sisi = n + 2 b. Banyak rusuk = 3n c. Banyak titik sudut = 2n. d. Banyak diagonal sisi = n(n - 1) e. Banyak diagonal ruang = n(n - 3)

84 Lampiran 2 4. Jaring-Jaring Prisma Jaring-jaring prisma diperoleh dengan cara mengiris beberapa rusuk prisma tersebut sedemikian sehingga seluruh permukaan prisma terlihat. Misalkan, prisma yang akan dibuat jaring-jaringnya adalah prisma segitiga. Berikut ini adalah alur pembuatan jaring-jaring prisma segitiga. Coba kamu perhatikan gambar berikut. Gambar. Alur Pembuatan Jaring-jaring Prisma segitiga. 5. Bidang Diagonal Gambar. Alur Pembuatan Jaring-jaring Prisma Segienam. Perhatikan prisma segienam ABCDEF.GHIJKL dibawah ini.

85 Lampiran 21 Pada prisma segienam tersebut, terdapat dua buah diagonal bidang yang sejajar yaitu BI dan FK. Kedua diagonal bidang tersebut beserta ruas garis KI dan FB membentuk suatu bidang di dalam prisma segienam ABCDEF.GHIJKL. Bidang tersebut adalah bidang BFKI yang merupakan bidang diagonal prisma segienam. F. Model Pembelajaran 1. Model Missouri Mathematics Project (MMP) 2. Model Student Teams Achievement Division (STAD) G. Langkah-langkah Pembelajaran Model Missouri Mathematics Project (MMP) Fase Aktivitas Waktu Langkah I Pendahuluan 1. Guru membuka pertemuan dengan salam dan berdoa bersama. 2. Guru menjelaskan model pembelajaran yang akan digunakan yaitu Model Missouri Mathematics Project (MMP). 3. Meninjau ulang pembelajaran sebelumnya. 4. Guru memberikan motivasi dengan memberi penjelasan pentingnya menguasai materi ini. 10 menit Langkah II Pengembangan Ekplorasi 1. Guru menyajikan ide baru dan atau perluasan konsep matematika terdahulu yang berhubungan dengan materi. 2. Guru memberikan stimulus berupa pemberian materi mengenai 15 menit

86 Lampiran 2 3. pengertian prisma, jenis prisma, bagian-bagian prisma, unsur prisma, jaring-jaring prisma,dan bidang diagonal. 4. Guru mendemostrasikan dengan contoh kongkrit atau yang bersifat piktoral dan simbolik. 5. Guru memfasilitasi terjadinya interaksi antar siswa serta antara siswa dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya. 6. Siswa berinteraksi antar siswa serta denggan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya. 7. Guru melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. 8. Siswa berperan aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Langkah III Latihan terkontrol Langkah IV Kerja mandiri Elaborasi 1. Guru membagi siswa menjadi kelompok terdiri dari 4 atau 5 siswa. 2. Siswa memperhatikan, mencatat, dan berkumpul dalam kelompoknya masin-masing. 3. Guru memberi tugas aktifitas untuk dikerjakan siswa secara berkelompok. 4. Siswa secara berkelompok mengerjakan tugas menggunakan peralatan yang telah dibawanya. 5. Guru memfasilitasi siswa untuk menyajikan hasil kerja kelompok. 6. Siswa mengkomunikasikan secara lisan atau mempresentasikan hasil kelompoknya. 7. Guru meminta siswa untuk berdiskusi menyatukan pendapat pada materi yang diperolehnya. Guru memberikan latihan untuk dikerjakan siswa secara individu. Konfirmasi 1. Guru mengevaluasi jawaban yang 25 menit 10 menit

87 Lampiran 2 dikerjakan siswa. 2. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan terhadap keberhasilan siswa. 3. Siswa dengan difasilitasi guru melakukan refleksi perolehan pengalaman belajar yang telah dilakukan. 4. Guru memfasilitasi siswa untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar. 5. Siswa menanyakan hal-hal yang belum jelas. Langkah V Penugasan (PR) 1. Guru memberikan soal sebagai latihan di rumah. 2. Guru memberikan tugas membawa alat yang akan digunakan dalam pembelajaran selanjutnya. 5 menit Penutup 1. Guru bersama siswa membuat rangkuman pelajaran 2. Guru melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan. 3. Guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam serta memberikan motivasi belajar 10 menit Model Student Teams Achievement Division (STAD) 1. Pendahuluan (10 menit) a) Guru membuka pelajaran dengan salam. b) Guru melakukan absensi kehadiran siswa dan melihat kesiapan siswa mengikuti pelajaran. c) Guru memberikan informasi pendekatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

88 Lampiran 2 d) Guru memberikan motivasi dan berusaha membangkitkan minat siswa untuk belajar. 2. Kegiatan inti (60 menit) Fase 1: Presentasi Kelas a) Guru memberikan penjelasan tentang tujuan mempelajari standar kompetensi memahami sifat-sifat bangun ruang sisi datar dan bagian-bagiannya beserta menentukan ukurannya. (eksplorasi) b) Guru memberikan informasi tentang materi mengenai pengertian prisma, jenis prisma, bagian-bagian prisma, unsur prisma, jaringjaring prisma,dan bidang diagonal secara garis besar. (eksplorasi) Fase 2: Pembentukan Tim a) Guru menginformasikan pengelompokan siswa, setiap kelompok terdiri dari 4 siswa yang dibentuk berdasarkan kemampuan prestasi sebelumya. (eksplorasi) b) Guru menyuruh siswa berkumpul sesuai kelompok masing-masing. (eksplorasi) Fase 3: Bekerja Dalam Kelompok a) Guru membagikan Lembar Kerja Siswa kepada masing-masing kelompok. (elaborasi) b) Siswa bekerja dalam kelompok, belajar bersama, berdiskusi mengerjakan eksperimen sesuai LKS yang diberikan guru. (elaborasi) Fase 4: Scafolding a) Guru berkeliling di dalam kelas untuk mengamati kerja masingmasing kelompok. (eksplorasi) b) Guru memberikan bantuan seperlunya jika terdapat kelompok yang mengalami kesulitan. (eksplorasi) c) Guru memastikan masing-masing kelompok telah memahami materi bahan ajar yang diberikan. (eksplorasi)

89 Lampiran 2 Fase 5: Validation a) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok. (elaborasi) b) Guru memberikan kesimpulan hasil diskusi kelompok. (eksplorasi) Fase 6: Quizzes a) Guru memberikan kuis secara individual. (konfirmasi) b) Guru mengawasi jalannya kuis. (eksplorasi) Fase 7: Penghargaan Kelompok a) Guru memberitahukan perolehan skor dan predikat tim masingmasing kelompok dari kuis sebelumnya. (eksplorasi) b) Guru memberikan tanda penghargaan berupa sertifikat sederhana kepada masing-masing kelompok. (eksplorasi) 3. Penutup (10 menit) a) Guru mengadakan refleksi dengan menanyakan kepada siswa tentang kesan dan pesan atau hal yang dirasakan siswa selama mengikuti pembelajaran. b) Guru menugasi siswa untuk mempelajari materi selanjutnya. c) Guru menutup pembelajaran dengan salam. H. Sumber dan Alat/Media Belajar Sumber: Agus, Nuniek Avianti.2007.Mudah Belajar Matematika 2: Untuk Kelas VIII Sekolah Menengah pertama/madrasah Tsanawiyah.Jakarta:Pusat Perbukuan DEPDIKNAS Alat/media : 1. Papan tulis 2. Spidol dan penghapus 3. Peraga matematika 4. Lingkungan sekitar

90 Lampiran 2 I. Penilaian Indikator Pencapaian Kompetensi Menyebutkan unsur-unsur Teknik Bentuk Instrumen Penilaian Instrumen/ Soal 1. Perhatikan prisma ABCDEF.GHIJKL dibawah ini. prisma: rusuk, bidang sisi, diagonal bidang, diagonal ruang, bidang diagonal. Tes tertulis Daftar pertanyaan Latihan lembar tugas Tentukan: a. Rusuk-rusuk tegaknya! b. Diagonal ruangnya! c. Bidang alas dan atasnya! 2. Dari gambar prisma segitiga di bawah ini, tentukan: a. sisi, b. rusuk, c. titik sudut, d. diagonal bidang, e. bidang diagonal.

91 Lampiran 2 Membuat jaring-jaring Prisma 3. Buatlah jaring-jaring dari prisma berikut: a. prisma segilima, b. prisma segienam. Guru Mata Pelajaran Purworejo, April 2013 Praktikan Ani Nursanti, S.Pd NIP Heru Susilo NIM Mengetahui Kepala Madrasah H. Muh. Iskandar, M. Ag NIP

92 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan pendidikan : MTs Ma arif NU Pituruh Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Semester : VIII (Delapan) / Genap Pertemuan ke : 2 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit A. Standar Kompetensi 5. memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagian lainnya, serta menentukan ukurannya. B. Kompetensi Dasar 5.2 Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas C. Indikator Menentukan rumus luas permukaan prisma Menghitung luas permukaan prisma Menentukan rumus volume prisma Menghitung volume prisma. D. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menentukan rumus luas permukaan prisma. 2. Siswa dapat menghitung luas permukaan prisma. 3. Siswa dapat menentukan rumus volume prisma. 4. Siswa dapat menghitung volume prisma. E. Materi Ajar 1. Luas permukaan prisma Sama seperti kubus dan balok, luas permukaan prisma dapat dihitung menggunakan jaring-jaring prisma tersebut. Caranya adalah dengan menjumlahkan semua luas bangun datar pada jaring-jaring prisma.

93 Lampiran 1 Coba kamu perhatikan prisma segitiga beserta jaring-jaringnya pada gambar berikut ini. Dari gambar diatas terlihat bahwa prisma segitiga ABC.DEF memiliki sepasang segitiga yang identik dan tiga buah persegipanjang sebagai sisi tegak. Dengan demikian, luas permukaan prisma segitiga tersebut adalah Luas permukaan prisma = luas ABC + luas DEF + luas EDAB + luas DFCA + luas FEBC = 2 luas ABC + luas EDAB + luas DFCA + luas FEBC = (2 luas alas) + (luas bidang-bidang tegak) Jadi, luas permukaan dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut. Luas permukaan prisma = 2 luas alas + luas bidang-bidang tegak 2. Volume prisma Untuk mengetahui rumus volume prisma, perhatikan Gambar berikut.

94 Lampiran 1 Gambar diatas memperlihatkan sebuah balok ABCD.EFGH yang dibagi dua secara melintang. Ternyata, hasil belahan balok tersebut membentuk prisma segitiga, seperti pada Gambar (b). Perhatikan prisma segitiga ABD.EFH pada Gambar (c). Dengan demikian, volume prisma segitiga adalah setengah kali volume balok. Volume prisma ABD.EFH = = = ( = Jadi, volume prisma dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut. Volume prisma = F. Model Pembelajaran 1. Model Missouri Mathematics Project (MMP) 2. Model Student Teams Achievement Division (STAD) G. Langkah-langkah Pembelajaran Model Missouri Mathematics Project (MMP) Fase Aktivitas Waktu Langkah I Pendahuluan 1. Guru membuka pertemuan dengan salam dan berdoa bersama. 2. Guru menjelaskan kembali model pembelajaran yang akan digunakan yaitu Model Missouri Mathematics Project (MMP). 3. Meninjau ulang pembelajaran sebelumnya dan pembahasan PR. 4. Guru memberikan motivasi dengan memberi penjelasan pentingnya menguasai materi ini. 10 menit Langkah II Pengembangan Ekplorasi 1. Guru menyajikan ide baru dan atau perluasan konsep matematika terdahulu yang berhubungan dengan materi. 15 menit

95 Lampiran 1 2. Guru memberikan stimulus berupa pemberian materi mengenai luas permukaan dan volume limas. 3. Guru mendemostrasikan dengan contoh kongkrit atau yang bersifat piktoral dan simbolik. 4. Guru memfasilitasi terjadinya interaksi antar siswa serta antara siswa dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya. 5. Siswa berinteraksi antar siswa serta denggan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya. 6. Guru melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. 7. Siswa berperan aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Langkah III Latihan terkontrol Langkah IV Kerja mandiri Elaborasi 1. Guru membagi siswa menjadi kelompok terdiri dari 4 atau 5 siswa. 2. Siswa memperhatikan, mencatat, dan berkumpul dalam kelompoknya masin-masing. 3. Guru memberi tugas aktifitas untuk dikerjakan siswa secara berkelompok. 4. Siswa secara berkelompok mengerjakan tugas menggunakan peralatan yang telah dibawanya. 5. Guru memfasilitasi siswa untuk menyajikan hasil kerja kelompok. 6. Siswa mengkomunikasikan secara lisan atau mempresentasikan hasil kelompoknya. 7. Guru meminta siswa untuk berdiskusi menyatukan pendapat pada materi yang diperolehnya. Guru memberikan latihan untuk dikerjakan siswa secara individu. Konfirmasi 1. Guru mengevaluasi jawaban yang dikerjakan siswa. 25 menit 10 menit

96 Lampiran 1 Langkah V Penugasan (PR) 2. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan terhadap keberhasilan siswa. 3. Siswa dengan difasilitasi guru melakukan refleksi perolehan pengalaman belajar yang telah dilakukan. 4. Guru memfasilitasi siswa untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar. 5. Siswa menanyakan hal-hal yang belum jelas. 1. Guru memberikan soal sebagai latihan di rumah. 2. Guru memberikan tugas membawa alat yang akan digunakan dalam pembelajaran selanjutnya. Penutup 1. Guru bersama siswa membuat rangkuman pelajaran 2. Guru melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan. 3. Guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam serta memberikan motivasi belajar. 5 menit 10 menit Model Student Teams Achievement Division (STAD) 1. Pendahuluan (10 menit) a) Guru membuka pelajaran dengan salam. b) Guru melakukan absensi kehadiran siswa dan melihat kesiapan siswa mengikuti pelajaran. c) Guru memberikan informasi pendekatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. d) Guru memberikan motivasi dan berusaha membangkitkan minat siswa untuk belajar.

97 Lampiran 1 2. Kegiatan inti (60 menit) Fase 1: Presentasi Kelas a) Guru memberikan penjelasan tentang tujuan mempelajari standar kompetensi memahami sifat-sifat bangun ruang sisi datar dan bagian-bagiannya beserta menentukan ukurannya. (eksplorasi) b) Guru memberikan informasi tentang materi mengenai luas permukaan dan volume prisma secara garis besar. (eksplorasi) Fase 2: Pembentukan Tim a) Guru menginformasikan pengelompokan siswa, setiap kelompok terdiri dari 4 siswa yang dibentuk berdasarkan kemampuan prestasi sebelumya. (eksplorasi) b) Guru menyuruh siswa berkumpul sesuai kelompok masing-masing. (eksplorasi) Fase 3: Bekerja Dalam Kelompok a) Guru membagikan Lembar Kerja Siswa kepada masing-masing kelompok. (elaborasi) b) Siswa bekerja dalam kelompok, belajar bersama, berdiskusi mengerjakan eksperimen sesuai LKS yang diberikan guru. (elaborasi) Fase 4: Scafolding a) Guru berkeliling di dalam kelas untuk mengamati kerja masingmasing kelompok. (eksplorasi) b) Guru memberikan bantuan seperlunya jika terdapat kelompok yang mengalami kesulitan. (eksplorasi) c) Guru memastikan masing-masing kelompok telah memahami materi bahan ajar yang diberikan. (eksplorasi) Fase 5: Validation a) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok. (elaborasi) b) Guru memberikan kesimpulan hasil diskusi kelompok. (eksplorasi)

98 Lampiran 1 Fase 6: Quizzes a) Guru memberikan kuis secara individual. (konfirmasi) b) Guru mengawasi jalannya kuis. (eksplorasi) Fase 7: Penghargaan Kelompok a) Guru memberitahukan perolehan skor dan predikat tim masingmasing kelompok dari kuis sebelumnya. (eksplorasi) b) Guru memberikan tanda penghargaan berupa sertifikat sederhana kepada masing-masing kelompok. (eksplorasi) 3. Penutup (10 menit) a) Guru mengadakan refleksi dengan menanyakan kepada siswa tentang kesan dan pesan atau hal yang dirasakan siswa selama mengikuti pembelajaran. b) Guru menugasi siswa untuk mempelajari materi selanjutnya. c) Guru menutup pembelajaran dengan salam. H. Sumber dan Alat/Media Belajar Sumber: Nuniek Avianti Agus.2007.Mudah Belajar Matematika 2: Untuk Kelas Viii Sekolah Menenga /Madrasah Tsanawiyah.Jakarta:Pusat Perbukuan DEPDIKNAS Alat/media : 1. Papan tulis 2. Spidol dan penghapus 3. Peraga matematika 4. Lingkungan sekitar I. Penilaian Indikator Pencapaian Kompetensi Menghitung luas permukaan prisma. Teknik Tes tertulis Bentuk Instrumen Daftar pertanyaan Latihan lembar tugas Penilaian Instrumen/ Soal 1. Perhatikan prisma segitiga siku-siku pada gambar di bawah ini.

99 Lampiran 1 Tentukan: a. luas permukaan prisma keseluruhan, b. luas permukaan prisma tanpa tutup. 2. Perhatikan prisma segitiga pada gambar di bawah ini. Menghitug volume prisma. Dari gambar tersebut, tentukan: a. luas alas prisma segitiga, b. volume prisma segitiga. Guru Mata Pelajaran Purworejo, April 2013 Praktikan Ani Nursanti, S.Pd NIP Heru Susilo NIM Mengetahui Kepala Madrasah H. Muh. Iskandar, M. Ag NIP

100

101 Lampiran 3 LEMBAR KERJA SISWA (LKS) Pertemuan : Ke-. Topik : Menentukan unsur-unsur, rumus, menghitung luas permukaan volume prisma. Kelas/ Semester : VIII/Dua Kelompok : Anggota Kelompok : Petunjuk 1. Pelajari Lembar Kerja Siswa tentang menemukan rumus dan menghitung luas permukaan prisma secara berdiskusi dengan teman-temanmu satu kelompok. 2. Diskusikan dan bahas bersama dengan temanmu. Jika dalam kelompokmu mengalami kesulitan dalam mempelajari Lembar Kerja Siswa, tanyakan pada gurumu, tetapi berusahalah semaksimal mungkin terlebih dahulu.

102 1. Perhatikan prisma ABCDEF.GHIJKL dibawah ini. Tentukan: a. Rusuk-rusuk tegaknya! b. Diagonal ruangnya! c. Bidang alas dan atasnya! 2. Perhatikan gambar prisma segitiga di bawah ini! a. Buatlah jaring-jaringnya! b. Pada prisma tegak, rusuk-rusuk tegaknya tegak lurus dengan sisi... c. Luas permukaan prisma diperoleh dengan menjumlahkan luas sisi-sisi pada permukaannya. Luas Permukaan Prisma 3. Dari rumus yang kamu peroleh, carilah luas permukaan prisma segitiga berikut ini! 9 cm 12 cm 10 cm 15 cm

103 KUNCI LEMBAR KERJA SISWA (LKS) 1. a. Rusuk-rusuk tegaknya: AG, BH, CI, DJ, EK, FL b. Diagonal ruangnya: GJAD, CGOL, KAJB, HKEB, FKEJ, FGEL, AFBE, AHBI, DICH, GFLE, AEBD,GKHJ, LJGI, FDAC, LAKF, GIAC, HJBD, LJGD c. Bidang alasnya: ABCDEF, dan bidang atasnya: GHIJKL 2. a. Jaring-jaringnya: b. persegi Panjang c. Luas Permukaan Prisma: = luas ABC + luas DEF + luas EDAB + luas DFCA + luas FEBC = 2 x luas ABC + luas EDAB + luas DFCA + luas FEBC = (2 x luas alas) + (luas bidang-bidang tegaknya) 3. Luas Permukaan Prisma: = 2 x Luas + (luas sisi-sisi tegak) = 2 x ( ) + (15 x 10) + ( 10 x 9)+ (12 x 10) = = 468 cm

104 Lampiran 5 Kuis Individual. 1. Alas sebuah prisma berbentuk persegi panjang dengan panjang 15 cm dan lebar 9 cm. Hitunglah luas permukaan prisma tersebut, jika tinggi prisma 20 cm. Skor Maks = 3 2. Volume prisma segitiga di bawah ini adalah.... Skor Maks = 2 NILAI KUIS KE- = (TOTAL : 5) X 20

105 Lampiran 7 KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN Mata Pelajaran Kelas/ Semester Standar Kompetensi : Matematika : VIII/ 2 (dua) : 5. Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagianbagiannya, serta menentukan ukurannya.

106 Lampiran 8 LEMBAGA PENDIDIKAN MA ARIF NU MADRASAH TSANAWIYAH (MTs) MA ARIF NU PITURUH Alamat: Desa Megulungkidul, Pituruh, Purworejo Telp. (0275) TES PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 LEMBAR SOAL Mata Pelajaran : Matematika Pokok Bahasan : Bangun Ruang Prisma Kelas/Semester : VIII/II Waktu : 80 menit Petunjuk: 1. Berdoalah sebelum mengerjakan soal di bawah ini. 2. Bacalah setiap soal dengan teliti. 3. Pilih salah satu jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang (X) pada lembar jawab yang sudah disediakan. 4. Periksa kembali jawaban anda sebelum lembar jawab dikumpulkan. 5. Selamat mengarjakan. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat! 1. Bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang berhadapan yang sama dan sebangun atau kongruen dan sejajar, serta bidang-bidang lain yang berpotongan menurut rusuk-rusuk yang sejajar, adalah pengertian dari.... a. kubus c. prisma b. balok d. limas 2. Salah satu ciri dari prisma adalah.... a. Mempunyai satu alas b. Mempunyai sepasang sisi sejajar yang sama bentuk dan ukuran yang disebut sisi alas dan dan sisi atas/atap/tutup. c. Tidak memiliki sisi alas dan dan sisi atas/atap/tutup. d. Semua sisi tega berbentuk segitiga

107 Lampiran 8 3. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut. (i) (ii) (iii) (iv) Prisma segilima memiliki 7 sisi. Prisma segilima memiliki 15 rusuk. Prisma segilima memiliki 10 titik sudut. Prisma segilima memiliki 30 diagonal sisi. Pernyataan yang benar ditunjukkan oleh.... a. (i), (ii), (iii) dan (iv) c. (i) dan (iii) b. (i), (ii) dan (iii) d. (ii) dan (iv) 4. Sebuah prisma memiliki 14 titik sudut. Banyak diagonal sisi prisma tersebut adalah.... a. 20 c. 42 b. 30 d Banyaknya titik sudut, banyaknya rusuk, dan banyak sisi sebuah prisma segin adalah.... a. 2n, 3n, dan n +2 c. 2n, 3n, dan 4n b. 2n, n + 2, dan 3n d. 3n, 2n, dan n Rumus untuk mencari banyaknya diagonal sisi bangun prisma adalah.... a. n ( n 1 ) c. n ( n 3 ) b. n ( n 2 ) d. n ( n 4 ) 7. Rumus untuk mencari banyaknya diagonal ruang bangun prisma adalah.... a. n ( n 1 ) c. n ( n 3 ) b. n ( n 2 ) d. n ( n 4 ) 8. Rumus umum untuk mencari luas permukaan prisma yaitu.... a. (2 + luas alas) x (keliling alas + tinggi) b. (2 x keliling alas) + (luas alas x tinggi) c. (2 x luas alas) + (keliling alas x tinggi) d. (2 + keliling alas) x (luas alas + tinggi) 9. Banyaknya rusuk pada prisma segienam adalah.... a. 6 c. 24 b. 18 d. 48

108 Lampiran Gambar berikut menunjukkan bangun ruang prisma, kecuali... a. c b d 11. Perhatikan gambar prisma segi lima beraturan berikut. a. Sisi ABCDE sejajar dengan sisi FGHIJ. b. Memiliki lima sisi tegak. c. Sisi ABFG sejajar dengan DCHI. d. Bidang ADIF adalah bidang diagonal. Pernyataan yang tidak benar tentang prisma tersebut adalah Perhatikan gambar berikut. Gambar tersebut merupakan jaringjaring bangun ruang.... a. limas segiempat b. limas segitiga siku-siku c. prisma segitiga sama sisi d. prisma segitiga siku-siku

109 Lampiran Perhatikan gambar berikut. Pada gambar prisma di samping, bagian yang sama bentuk dan ukurannya adalah... a. PR dan TQ b. PRUS dan RQTU c. PQTS dan RQTU d. PRQ dan SUT 14. Perhatikan gamabr berikut. Bagian prisma yang memiliki ukuran yang samaadalah... a. DE dengan BC b. AB dengan AC c. AD dengan CF d. EB dengan EF 15. Sebuah prisma yang alasnya berbentuk persegi dengan panjang sisi 12 cm dan tinggi prisma 15 cm. Luas permukaan prisma tersebut adalah.... a cm 2 c cm 2 b cm 2 d cm Alas sebuah prisma berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 8 cm, lebar 6 cm dan tinggi prisma 15 cm. Luas permukaan prisma tersebut adalah.... a. 616 cm 2 c. 475 cm 2 b. 516 cm 2 d. 450 cm Alas sebuah prisma berbentuk segitiga siku-siku ABC.DEF dengan panjang sisi masing-masing 9 cm, 12 cm, dan 15 cm. Jika tinggi prisma 10 cm, maka luas permukaan prisma tersebut adalah.... a. 468 cm 2 c. 698 cm 2 b. 569 cm 2 d. 768 cm Rumus umum untuk mencari volume prisma yaitu.... a. luas alasxtinggi b. keliling alas+luas alas x tinggi

110 Lampiran 6 c. (2 x luas alas) + (keliling alas x tinggi) d. (2 + keliling alas) x (luas alas + tinggi) 19. Alas sebuah prisma berbentuk belah ketupat dengan panjang sisi 10 cm dan panjang diagonalnya masing-masing 12 cm dan 16 cm. Jika tinggi prisma 20 cm, maka luas permukaan prisma tersebut adalah.... a. 792 cm 2 c. 992 cm 2 b. 835 cm 2 d cm Alas sebuah prisma berbentuk persegi panjang dengan panjang 15 cm, lebar 10 cm, dan luas permukaan prismanya 900 cm 2. Jumlah luas bidang tegaknya adalah.... a. 450 cm 2 c. 550 cm 2 b. 500 cm 2 d. 600 cm Alas sebuah prisma berbentuk segitiga siku-siku dengan panjang sisi sikusikunya 20 cm dan 15 cm. Jika luas permukaan prisma tersebut cm 2 maka tinggi prismanya adalah.... a. 24 cm c. 30 cm b. 26 cm d. 46 cm 22. Sebuah prisma memiliki luas alas 84 cm2. Jika tinggi prisma tersebut adalah 17 cm, volumenya adalah.... a cm 3 c. 878 cm 3 b cm 3 d. 848 cm Perhatikan gambar di bawah ini. Ruas garis CJ Pada prisma di samping disebut.... a. Rusuk tegak b. Tinggi prisma c. Diagonal ruang d. Diagonal sisi

111 Lampiran Perhatikan jaring-jaring segi enam beraturan berikut. Jika jaring-jaring tersebut dibentuk prisma, sisi BCLMakan sejajar dengan sisi.... a. CDKL b. DEJK c. EFIJ d. FGHI 25. Perhatikan gambar prisma di samping. Alas prisma berbentuk jajaran genjang. Diketahui BC = 17 cm, DK = 15 cm, dan KB = 24 cm. Jika AE = 30 cm, panjang kerangka prisma... cm. a. 120 c. 308 b. 196 d Volume prisma segitiga di samping adalah... cm³ a c b d Sebuah prisma memiliki alas belah ketupat dengan panjang diagonal 16 cm dan 12 cm. Jika tinggi prisma 24 cm, panjang kerangka prisma tersebut... cm. a. 152 cm c. 308 cm b. 176 cm d. 316 cm

112 Lampiran Perhatikan gambar di samping. Luas permukaan prisma ABC.DEF adalah... cm. a c b d Perhatikan prisma di bawah ini. Luas permukaan prisma PQR.STU adalah... cm 2. a c b d Sebuah bak berbentuk prisma segitiga berisi air setengah bagian. Tinggi prisma tersebut 150 cm. Panjang alas segitiga 100 cm dan tingginya 80 cm. Volume air yang ada dalam bak tersebut adalah. a liter b. 200 liter c liter d. 300 liter 31. Volume prisma segitiga di samping adalah.... a. 438 cm 3 c. 483 cm 3 b. 448 cm 3 d. 484 cm Volume prisma di samping adalah... cm 3. a c b d

113 Lampiran Suatu cetakan agar-agar berbentuk prisma segitiga. Panjang cetakan itu 25 cm, alas dan tinggi segitiganya 19 cm dan 8 cm. Volume cetakan agar-agar adalah.... cm 3 a c b d Volume gabungan prisma di samping adalah... cm 3. a c b d Sebuah tugu dibuat berbentuk prisma dengan alas persegi. Panjang rusuknya 5 m dan tingginya 4 m. Untuk mengecat tugu tersebut, 1 kaleng cat cukup untuk mengecat 5 m 2. Banyaknya kaleng cat untuk mengecat tugu tersebut yaitu.... a. 22 kaleng c. 26 kaleng b. 23 kaleng d. 28 kaleng selamat mengerjakan

114 Lampiran 9 KUNCI JAWABAN 1. C 11. C 21. C 31. B 2. B 12. D 22. B 32. A 3. B 13. D 23. C 33. C 4. C 14. C 24. C 34. C 5. A 15. D 25. D 35. C 6. A 16. B 26. A 7. C 17. A 27. B 8. C 18. C 28. B 9. B 19. C 29. D 10. A 20. D 30. D

115 Lampiran 10 No DAFTAR HADIR SISWA KELAS VIII A Nama 1 AGUNG LAKSONO 2 AHMAD MAHFUDZ 3 DHEA SYAVITA 4 EVA RISTIANI 5 FANI YULIATIN F 6 FARA CHOIRUN NISA 7 GUNARNI 8 IQBAL MAULANA A M 9 KEZIYANA 10 KHUSNUL KHOTIMAH 11 LAILA MUNDRIKA ZAIN 12 LAILATUL AROFAH 13 MARWIYAH 14 MOHAMAD SAIFUDIN 15 NUR AINI ZAHIROH 16 PUJI KURNIATI 17 RAHMAT HIDAYAT 18 RORO MALICHATUS S 19 SABAR PAMUJI 20 SABILLA HANA WITA S 21 SITI KHOIRIYAH 22 SITI NURHASANAH 23 SOFIATUL MUKMINAH 24 TITI NISMAWATI 25 TURMINAH 26 ULIL HIDAYAH 27 ULIN NAFI'AH 28 ULIN NI'MAH 29 ULVA SITRINA 30 USWATUN HASSANAH 31 WAHYU SAFITRI 32 YULI ASTUTI 33 ZELVI ROHMATUNNISA 34 RIZKI ABDILLAH 35 YOGI PRANATA

116 Lampiran 10 No DAFTAR HADIR SISWA KELAS VIII C Nama 1 ABDUL GHOFUR 2 AFIF PURNOMO HADI P 3 AHMAD SYAIFUDIN 4 AMIN NUDIN KHAFI 5 DODI ARDIANSYAH 6 EKA NOVA ARIANTI 7 ELLIS WIDYAWATI 8 HANANDRIYA RAMADHAN 9 HARI BEKTI NUR C 10 HIDAYATURROHMAN 11 IMAMATUL KHOIRIYAH 12 ISNAWATI 13 KARLIYAH 14 KHOIRUN NASIKHIN 15 KOTIMAH 16 KRISTIANTI HARI P 17 LANTAR SURATMAN 18 LIIN SURUROH 19 M.JULI FIRNANDA 20 MAHMUD IKHSAN 21 MISBACHUL MUNIR 22 MUHAMMAD ASHORI 23 MUHAMAD SOHIBUL BURHAN 24 MUHAMAD FAHMI HIDAYAT 25 MUHAMMAD HUSSEN 26 NUR TAUFIK 27 RAHMATWATI 28 RIPTO EKO SAPUTRO 29 SARIFUDIN 30 SUPARTINI 31 TAIFUR ANWAR 32 TAKDIR MEGI SETYAWAN 33 TIKO PRASTIYO 34 TURMINAH 35 WAHYU WIDODO 36 YUNUS AL IMAN 37 ANAS ANDRIANSYAH

117

118 No Nama TABEL BELAHAN AWAL DAN BELAHAN AKHIR Item Soal Belahan Awal (x) Belahan Akhir (y) 1 Agus Riyanto Ahmad Samsu Ducha Ani Romadhoni Atun Dedy Riyanto Desty Ayu Lestari Diki Setiawan Dwi Marwati Elsita Ika Ayu N Fathurrohman Febri Anto Huzaini Abdullah Ibnu Hasan Imam Nur Jono Indra Wati Jafar Sodik Jaga Setiawan Linda Septiani Lutfi Lutfi Rosadi Lutfi Zullaeli Muhaimin M. Dimas B M. Fahmi Huda Mujiatul Magfuroh Ngatirah Prima Tul k Samiati Saraswati Sidik K Siti Wasilah Sri Rahmawati Triyanti Widodo Dwi C JUMLAH

119

120 ANALISIS UJI RELIABILITAS INSTRUMEN No x y x 2 y 2 xy N xy-( x)( y) {N x^2 - ( x)^2} {N y^2 - ( y)^2} akar 6054,559 rxy 0, r11 0, , , , Jumlah

121 ,559 0,523242

122 RELIABILITAS No 1 x 3 y 3 x 2 9 y 2 9 xy jumlah

123 Lampiran 22 ANALISIS UJI NORMALITAS PREE TEST KELAS EKSPERIMEN I Metode Lilliefors 1. : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal Statistik uji yang digunakan: ( ) ( ) ; Dengan ( ) ( ); ( ); dan ( ) = proporsi cacah terhadap seluruh. 4. Komputasi : Data diperoleh dari kelas eksperimen I dan sehingga diperoleh : dan ( ) ( ) = ( ) ( ) = ( ) = = = Tabel Untuk Mencari No. ( ) ( ) ( ) ( )

124 Lampiran ( ) ( ) = 0, Daerah Kritik : 0,149 * +; 6. Keputusan Uji : diterima 7. Kesimpulan : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

125 ANALISIS UJI NORMALITAS PREE TEST KELAS EKSPERIMEN II Metode Lilliefors 1. : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal Statistik uji yang digunakan: ( ) ( ) ; Dengan ( ) ( ); ( ); dan ( ) = proporsi cacah terhadap seluruh. 4. Komputasi : Data diperoleh dari kelas eksperimen II dan sehingga diperoleh : dan ( ) ( ) = ( ) ( ) = ( ) = = = Tabel Untuk Mencari No. ( ) ( ) ( ) ( )

126 Daerah Kritik : ( ) ( ) = 0,131 * +; 6. Keputusan Uji : diterima 7. Kesimpulan : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

127 ANALISIS UJI NORMALITAS POST TEST KELAS EKSPERIMEN I Metode Lilliefors 1. : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal Statistik uji yang digunakan: ( ) ( ) ; Dengan ( ) ( ); ( ); dan ( ) = proporsi cacah terhadap seluruh. 4. Komputasi : Data diperoleh dari kelas eksperimen dan sehingga diperoleh : dan ( ) ( ) = ( ) ( ) = ( ) = = = Tabel Untuk Mencari No. ( ) ( ) ( ) ( )

128 ANALISIS UJI NORMALITAS POST TEST KELAS EKSPERIMEN II Metode Lilliefors 1. : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal Statistik uji yang digunakan: ( ) ( ) ; Dengan ( ) ( ); ( ); dan ( ) = proporsi cacah terhadap seluruh. 4. Komputasi : Data diperoleh dari kelas eksperimen II dan sehingga diperoleh : dan ( ) ( ) = ( ) ( ) = ( ) = = = 11,25 Tabel Untuk Mencari No. ( ) ( ) ( ) ( )

129 Lampiran 24 ANALISIS UJI HOMOGENITAS PREE TEST Uji Bartlett 1. : (Variansi populasi homogen) 2. : (Variansi populasi tidak homogen). 3. Statistik uji yang digunakan: 4. Komputasi: Data kelas eksperimen I: Data kelas eksperimen II: Setelah dihitung, diperoleh : = = SS 1 = SS 2 = = = ,8 = 776,171 = = 1375,081

130 Lampiran 24 Tabel Untuk Menghitung Sampel Eksperimen I ,171 1,358 46,188 Eksperimen II ,081 1,582 56,952 Jumlah ,25 103,141 = 30,732 = ( ) ( ) sehingga : 5. Daerah Kritik : ; 6. Keputusan Uji : diterima 7. Kesimpulan : Variansi-variansi dari ke dua populasi tersebut sama (homogen).

131 ANALISIS UJI HOMOGENITAS POST TEST Uji Bartlett 1. : (Variansi populasi homogen) 2. : (Variansi populasi tidak homogen). 3. Statistik uji yang digunakan: 4. Komputasi: Data kelas eksperimen I: Data kelas eksperimen II: Setelah dihitung, diperoleh : = = SS = = = ,4 = 3768,571 1 SS = = ,9 = 4558,108 2

132 Lampiran 26 ANALISIS UJI KESEIMBANGAN/RERATA KEMAMPUAN AWAL 1. : kedua kelas berasal dari populasi yang memiliki kemampuan awal yang sama : kedua kelas berasal dari populasi yang memiliki kemampuan awal yang tidak sama Statistik uji yang digunakan: 4. Komputasi : Setelah dihitung, diperoleh rataan nilai siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut : Kelas eksperimen :,,, Kelas kontrol :,,,56, (sebab tidak dibicarakan selisih rataan)

133 5. Daerah Kritik : ; ; 6. Keputusan Uji : diterima 7. Kesimpulan : kedua kelas berasal dari populasi yang memiliki kemampuan awal yang sama.

134 Tabel Untuk Menghitung Sampel Eksperimen I , ,8403 2, ,51973 Eksperimen II , ,6141 2, ,68936 Jumlah , ,2091 = 118,952 = ( ) ( ) sehingga : 5. Daerah Kritik : ; 6. Keputusan Uji : diterima 7. Kesimpulan : Variansi-variansi dari ke dua populasi tersebut sama (homogen).

135 Lampiran 27 ANALISIS UJI KETAKSAMAAN RERATA KEMAMPUAN AKHIR (UJI HIPOTESIS) 1. : prestasi belajar matematika dengan model pembelajaran MMP tidak lebih baik daripada dengan metode pembelajaran STAD : prestasi belajar matematika dengan model pembelajaran MMP lebih baik daripada dengan metode pembelajaran STAD Statistik uji yang digunakan: 4. Komputasi : Setelah dihitung, diperoleh rataan nilai siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut : Kelas eksperimen :,,, Kelas kontrol :,,,32, (sebab tidak dibicarakan selisih rataan)

136 5. Daerah Kritik : ; ; 6. Keputusan Uji : ditolak 7. Kesimpulan : prestasi belajar matematika siswa kelas VIII MTs Ma arif NU Pituruh tahun pelajaran 2012/2013 pada materi bangun ruang prisma dengan model pembelajaran MMP lebih baik daripada dengan metode pembelajaran STAD.

137

138

139

140 7.5 Tabel Nilai Tabel Titik Kritis Distribusi t 0.1 α df FORUM STATISTIKA -

141 Lampiran 33 SERTIFIKAT STAD SERTIFIKAT DIBERIKAN KEPADA KELOMPOK 3 DENGAN PREDIKAT SUPER TEAM SERTIFIKA SERTIFIKAT DIBERIKAN KEPADA KELOMPOK 1 DENGAN PREDIKAT GREAT TEAM DIBERIKAN KEPADA KELOMPOK 5 DENGAN PREDIKAT GOOD TEAM

142

143

144

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hasil belajar dengan bahasa akhlak dalam menyelesaikan persoalan penjumlahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan di atas, maka dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe TGT

Lebih terperinci

ALFI UMU SOLIHAH NIM.

ALFI UMU SOLIHAH NIM. EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DAN STAD PADA MATERI LUAS PERMUKAAN BANGUN RUANG SISI DATAR KELAS VIII SMP NEGERI 1 SRUWENG KABUPATEN KEBUMEN SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dengan evaluasi tipe

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dengan evaluasi tipe BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan sasaran dari penelitian yang akan dilaksanakan. Objek dari penelitian ini terdiri dari dua variabel terdiri dari variabel terikat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 10 Bandarlampung pada semester

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 10 Bandarlampung pada semester III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 10 Bandarlampung pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data,

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI PRESTASI BELAJAR ANTARA SFE DAN MODEL KONVENSIONAL PADA KUBUS DAN BALOK SMP N 39 PURWOREJO

STUDI KOMPARASI PRESTASI BELAJAR ANTARA SFE DAN MODEL KONVENSIONAL PADA KUBUS DAN BALOK SMP N 39 PURWOREJO STUDI KOMPARASI PRESTASI BELAJAR ANTARA SFE DAN MODEL KONVENSIONAL PADA KUBUS DAN BALOK SMP N 39 PURWOREJO Herly Kurniyawan, Bambang Priyo Darminto Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 03 Februari 2014 sampai dengan 7 Juli 2014

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 03 Februari 2014 sampai dengan 7 Juli 2014 31 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 03 Februari 014 sampai dengan 7 Juli 014 di SD Negeri Kampung Baru Bandar Lampung pada semester genap tahun

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian komparatif dengan pendekatan eksperimen. Penelitian komparatif adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA TIPE JIGSAW DAN TIPE STAD PADA SISWA KELAS VIII

STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA TIPE JIGSAW DAN TIPE STAD PADA SISWA KELAS VIII STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA TIPE JIGSAW DAN TIPE STAD PADA SISWA KELAS VIII Oleh: Farida Nurul Ngaini, Bambang Priyo Darminto, Wharyanti Ika P. Program Studi Pendidikan Matematika Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penelitian ini memiliki tujuan untuk melihat pengaruh pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penelitian eksperimen diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Subjek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah kemampuan analisis siswa kelas XI IIS SMA Negeri 6 Bandung pada mata pelajaran ekonomi. Penelitian ini menganalisa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode eksperimen. Dalam penelitian ini, peneliti membagi subjek yang diteliti

BAB III METODE PENELITIAN. metode eksperimen. Dalam penelitian ini, peneliti membagi subjek yang diteliti BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian Metode merupakan suatu cara ilmiah yang digunakan untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

Kata Kunci: model pembelajaran, Student Teams-Achievement Divisions (STAD), Kubus dan balok

Kata Kunci: model pembelajaran, Student Teams-Achievement Divisions (STAD), Kubus dan balok EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS MATERI KUBUS DAN BALOK TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 13 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 262 siswa dan

III. METODE PENELITIAN. Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 262 siswa dan III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang berjumlah 6 siswa dan terdistribusi dalam

Lebih terperinci

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA Wiji Catur Kurniawan Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo Email: J13x_kuroshaki@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai pada bulan September 2013 sampai dengan bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai pada bulan September 2013 sampai dengan bulan BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan September 2013 sampai dengan bulan Oktober 2013. 2. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Menguji hipotesis komparatif

METODOLOGI PENELITIAN. suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Menguji hipotesis komparatif III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Berdasarkan tingkat eksplanasinya, penelitian ini tergolong penelitian komparatif dengan pendekatan eksperimen. Penelitian komparatif adalah suatu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini diarahkan sebagai penelitian Quasi Eksperimen, karena

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini diarahkan sebagai penelitian Quasi Eksperimen, karena BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini diarahkan sebagai penelitian Quasi Eksperimen, karena peneliti tidak mampu mengontrol semua variabel yang mungkin dapat mempengaruhi pemahaman

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Ngambur Pesisir Barat. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Ngambur Pesisir Barat. Populasi 1 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri Ngambur Pesisir Barat. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX semester ganjil SMP Negeri Ngambur Pesisir

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode yang Digunakan Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen menurut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Desain penelitian merupakan cara atau metode yang akan ditempuh dalam penelitian, sehingga rumusan masalah dan hipotesis yang akan diajukan dapat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan pretest-posttest one

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan pretest-posttest one III. METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan pretest-posttest one group design pada kelompok-kelompok ekuivalen. Penelitian akan dilakukan pada dua

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Kegiatan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 39 Palembang dimulai dari tanggal 07 Februari 2015 s/d 29 April 2015.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode quasy experiment atau eksperimen semu. B. DesainPenelitian Desain penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Di dalam penelitian ini, tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh metode observasi lingkungan alam sekitar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penuh. Desain yang digunakan peneliti adalah Pretest-Posttest Control Group

BAB III METODE PENELITIAN. penuh. Desain yang digunakan peneliti adalah Pretest-Posttest Control Group BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu (Quasi Experiment), dimana variabel penelitian tidak memungkinkan untuk dikontrol secara penuh. Desain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan eksperimen bentuk quasi eksperimental design, kelompok kontrol tidak dapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Lokasi dan Subjek Penelitian 1.1.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di SMK Pertanian Pembangunan Negeri Cianjur Desa Sirnagalih, Kecamatan Cilaku, Kabupaten Cianjur.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti tidak mampu mengontrol sepenuhnya variabel-variabel yang mungkin

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti tidak mampu mengontrol sepenuhnya variabel-variabel yang mungkin 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan Quasi Eksperimen, hal ini disebabkan peneliti tidak mampu mengontrol sepenuhnya variabel-variabel yang mungkin dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 29 Bandar Lampung. Populasi yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 29 Bandar Lampung. Populasi yang III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 9 Bandar Lampung. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII yang terbagi dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Karanganyar yang beralamat di Jl. R. W. Monginsidi Karanganyar. Alasan dipilihnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. salah pengertian, berikut diberikan definisi beberapa istilah tersebut:

BAB III METODE PENELITIAN. salah pengertian, berikut diberikan definisi beberapa istilah tersebut: 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Pada penelitian ini terdapat beberapa istilah dan agar tidak menimbulkan salah pengertian, berikut diberikan definisi beberapa istilah tersebut: 1.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan pendekatan penelitian, metode penelitian, desain penelitian, populasi penelitian, sampel penelitian, instrumen penelitian,

Lebih terperinci

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN STAD DENGAN TGT MATERI OPERASI HIMPUNAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN STAD DENGAN TGT MATERI OPERASI HIMPUNAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN STAD DENGAN TGT MATERI OPERASI HIMPUNAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA Teguh Pratama Nuur Efendi, Supriyono, Mita Hapsari Jannah Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Banyak pengertian tentang hasil belajar menurut beberapa ahli yaitu sebagai berikut: 1. Menurut Darmansyah (2006: 13) menyatakan bahwa hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen (experimental research)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen (experimental research) BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen (experimental research) yang melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari tanggal November 2012 di SMA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari tanggal November 2012 di SMA 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian Penelitian ini dilakukan dari tanggal 16-19 November 2012 di SMA Negeri 2 Sumedang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karakter penguasaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen dengan desain yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen dengan desain yang 43 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen dengan desain yang digunakan adalah Pretest-Posttest Control Group Design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih

Lebih terperinci

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA MATERI BANGUN DATAR SEGITIGA

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA MATERI BANGUN DATAR SEGITIGA EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA MATERI BANGUN DATAR SEGITIGA Oleh: Mardita Alfanni, Bambang Priyo Darminto, Riawan Yudi Purwoko Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), maksudnya adalah penelitian yang langsung dilakukan di medan terjadinya gejala-gejala. 34

Lebih terperinci

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH Agita Ira Cafitha; Bambang Priyo Darminto; Riawan Yudi Purwoko Program Studi Pendidikan Matematika Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berbeda dengan metode eksperimen. Metode kuasi eksperimen ini merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. berbeda dengan metode eksperimen. Metode kuasi eksperimen ini merupakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen atau eksperimen semu (Arikunto, 003:7). Metode penelitian kuasi eksperimen berbeda dengan metode eksperimen.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN 1. Tahap Analisis Tahap analisis dilakukan untuk menentukan tujuan dari pengembangan media pembelajaran dan memilih materi belajar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian ini,penulis menggunakan metode penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen didefinisikan sebagai metode sistematis guna membangun

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. komparatif dengan pendekatan eksperimen. Penelitian komparatif adalah

III. METODOLOGI PENELITIAN. komparatif dengan pendekatan eksperimen. Penelitian komparatif adalah 47 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Berdasarkan tingkat eksplanasinya, penelitian ini tergolong penelitian komparatif dengan pendekatan eksperimen. Penelitian komparatif adalah suatu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, penilitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi pokok lingkaran dengan menggunakan multimedia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Way Pengubuan kabupaten Lampung

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Way Pengubuan kabupaten Lampung 31 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Way Pengubuan kabupaten Lampung Tengah. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 6 Bandung yang beralamat di Jl. Soekarno-Hatta (Riung Bandung), Jawa Barat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 6 Bandung yang beralamat di Jl. Soekarno-Hatta (Riung Bandung), Jawa Barat. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian dilakukan di Program Keahlian Teknik Audio Video SMK Negeri 6 Bandung yang beralamat di Jl. Soekarno-Hatta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen. 1 Pendekatan yang dilakukan berbentuk Posttest-Only Control Design,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen karena terdapat unsur manipulasi yaitu mengubah keadaan biasa secara sistematis kekeadaan tertentu serta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian kuantitatif yang akan dilakukan merupakan metode eksperimen yang berdesain posttest-only control design, karena tujuan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ini hanya

III. METODE PENELITIAN. jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ini hanya III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Perlakuan dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika dengan model

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Perlakuan dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika dengan model BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini diarahkan sebagai penelitian quasi eksperimen karena peneliti ingin mengetahui pengaruh suatu perlakuan terhadap suatu variabel. Perlakuan

Lebih terperinci

Metode penelitian adalah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam. suatu penelitian, dimana langkah-langkah tersebut meliputi pengumpulan,

Metode penelitian adalah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam. suatu penelitian, dimana langkah-langkah tersebut meliputi pengumpulan, 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam suatu penelitian, dimana langkah-langkah tersebut meliputi pengumpulan, penyusunan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAAN. mengetahui pengaruh yang muncul. Dalam penelitian ini penulis melakukan

BAB III METODE PENELITIAAN. mengetahui pengaruh yang muncul. Dalam penelitian ini penulis melakukan BAB III METODE PENELITIAAN 3.1 Rancangan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan, maka jenis penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimen. Penelitian ini merupakan kegiatan untuk meneliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Suharsimi (2006:160) Metode penelitian adalah cara yang

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Suharsimi (2006:160) Metode penelitian adalah cara yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Menurut Suharsimi (2006:160) Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data untuk penelitiannya. Metode penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif eksperimen dengan desain penelitian post test only control design. Subjek penelitian yang dipilih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan studi eksperimental, kelompok yang akan terlibat dalam penelitian ini yaitu kelompok eksperimen. Kelompok ini akan mendapatkan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian eksperimen untuk mengkaji pengaruh model Cooperative Learning tipe CIRC terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini diarahkan sebagai penelitian Quasi Eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini diarahkan sebagai penelitian Quasi Eksperimen, karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini diarahkan sebagai penelitian Quasi Eksperimen, karena peneliti tidak mampu mengontrol semua variabel yang mungkin dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Waktu, Populasi, Sampel Penelitian 1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 2 Cimahi, yang beralamat di Jl. Kamarung No. 69 Km 1,5 Cimahi

Lebih terperinci

Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Menggunakan Model Penemuan Terbimbing dan Model Pengajaran Langsung

Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Menggunakan Model Penemuan Terbimbing dan Model Pengajaran Langsung Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Menggunakan Model Penemuan Terbimbing dan Kuswanto; Heru Kurniawan; Supriyono Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo e-mail: kuswantomath@gmail.com

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tipe STAD pada siswa kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung melalui

III. METODE PENELITIAN. tipe STAD pada siswa kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung melalui III. METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen yang mengungkap perbedaan penguasaan konsep kimia menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian dengan data berupa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti tidak mampu mengontrol sepenuhnya variabel-variabel yang mungkin

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti tidak mampu mengontrol sepenuhnya variabel-variabel yang mungkin BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan Quasi Eksperimen, hal ini disebabkan peneliti tidak mampu mengontrol sepenuhnya variabel-variabel yang mungkin dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode eksperimen. Metode eksperimen pada umumnya dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan metode Pre eksperimental design.

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan metode Pre eksperimental design. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penilitian Dalam penelitian ini digunakan metode Pre eksperimental design. Menurut Suharsimi Arikunto (2013: 84), pre eksperimental design seringkali dipandang sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang mengarah pada penelitian eksperimen, yaitu metode penelitian yang mempunyai maksud mencari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatifeksperimen, karena penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen. Metode eksperimen

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian komparatif atau eksperimen. Penelitian

METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian komparatif atau eksperimen. Penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian komparatif atau eksperimen. Penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Menguji hipotesis komparatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan, yaitu penerapan strategi pembelajaran Inquiry pada pembelajaran. matematika dan pembelajaran konvensional.

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan, yaitu penerapan strategi pembelajaran Inquiry pada pembelajaran. matematika dan pembelajaran konvensional. BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen karena terdapat unsur manipulasi yaitu mengubah keadaan biasa secara sistematis kekeadaan tertentu serta tetap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 4 Madiun yang beralamat di Jalan Serayu Kota Madiun. Waktu pelaksanaanya pada semester II tahun pelajaran 2014/2015

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. bersifat membandingkan. Menguji hipotesis komparatif berarti menguji parameter

III. METODOLOGI PENELITIAN. bersifat membandingkan. Menguji hipotesis komparatif berarti menguji parameter 58 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Berdasarkan tingkat eksplanasinya, penelitian ini tergolong penelitian komparatif dengan pendekatan eksperimen. Penelitian komparatif adalah suatu penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Menurut Margono (2010:1) metode penelitian adalah semua kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Menurut Margono (2010:1) metode penelitian adalah semua kegiatan 34 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Margono (2010:1) metode penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan dan percobaan secara ilmiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kelas X SMAN 2 Kuok Kecamatan Kuok

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kelas X SMAN 2 Kuok Kecamatan Kuok 4 A III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas X SMAN Kuok Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar pada semester genap tahun ajaran 013/014 yaitu pada tanggal 4 April-17

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 38 A III METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan sesuatu hal yang besar manfaatnya bagi penulis yang akan memberikan pokok-pokok yang akan penulis teliti, sehingga memudahkan

Lebih terperinci

tahun ajaran 2013/2014 yang tersebar dalam 6 kelas yaitu kelas VIII. 1,

tahun ajaran 2013/2014 yang tersebar dalam 6 kelas yaitu kelas VIII. 1, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2013/2014 yang mulai pada tanggal 20 Januari sampai 18 Februari 2014. Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandar Lampung yang terletak di 24 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandar Lampung yang terletak di Jl. Turi Raya No.1 Labuhan Dalam, Kecamatan Tanjung Senang, Kota Bandar Lampung.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif. BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Efektivitas dari penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Efektivitas dari penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional. Efektivitas dari penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berkomunikasi siswa dilihat dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di MAN 1 Bandar Lampung dengan populasi seluruh

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di MAN 1 Bandar Lampung dengan populasi seluruh III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian dilaksanakan di MAN 1 Bandar Lampung dengan populasi seluruh siswa kelas X IPA semester genap pada tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari empat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tidak memungkinkan untuk dikontrol secara penuh, tetapi peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tidak memungkinkan untuk dikontrol secara penuh, tetapi peneliti 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen, dimana variabel penelitian tidak memungkinkan untuk dikontrol secara penuh, tetapi peneliti menerapkan desain

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Campbell & Stanley dalam Arikunto (2006 : 84) mengelompokkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Campbell & Stanley dalam Arikunto (2006 : 84) mengelompokkan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Campbell & Stanley dalam Arikunto (2006 : 84) mengelompokkan rancangan penelitian menjadi dua kelompok yaitu, pre experimental design (eksperimen yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN R X O 2 R O 4

BAB III METODE PENELITIAN R X O 2 R O 4 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen. Menurut Juliansyah Noor penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dan tipe Jigsaw terhadap pemahaman konsep dan keterampilan berpikir keatif siswa digunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 31 Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 31 Bandar Lampung. Populasi 6 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 31 Bandar Lampung. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII yang ada di SMP Negeri 31 Bandar Lampung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Pembelajaran melalui penerapan tutor sebaya merupakan pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Pembelajaran melalui penerapan tutor sebaya merupakan pembelajaran BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Pembelajaran melalui penerapan tutor sebaya merupakan pembelajaran yang dilakukan pada kelas eksperimen dengan membagi siswa ke dalam beberapa kelompok,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN R X O 1 R O 2

BAB III METODE PENELITIAN R X O 1 R O 2 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif yang merupakan metode eksperimen berdesain posttest-only control design, karena tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENETIAN. Dalam melakukan penelitian tentunya diperlukan suatu metode yang

BAB III METODE PENETIAN. Dalam melakukan penelitian tentunya diperlukan suatu metode yang A III METODE PENETIAN 3.1 Desain Penelitian Dalam melakukan penelitian tentunya diperlukan suatu metode yang sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai. Metode penelitian menurut Sugiyono (2006:1)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subjek Penelitian Subjek dalam penelitan ini adalah siswa kelas XI IPS SMAN 8 Kota Bandung pada tahun ajaran 2013/2014. Kemudian terpilih dua kelas yaitu kelas XI IPS 1 dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sribhawono.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sribhawono. III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sribhawono. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester genap tahun pelajaran 01-013 sebanyak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. data dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Metode yang akan

III. METODE PENELITIAN. data dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Metode yang akan 32 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk memperoleh data dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Metode yang akan digunakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian komparatif dengan pendekatan eksperimen. Penelitian komparatif adalah suatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Darul Huffaz Pesawaran yang terletak di jalan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Darul Huffaz Pesawaran yang terletak di jalan III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di MTs Darul Huffaz Pesawaran yang terletak di jalan Bernung 1 Gedong Tataan Pesawaran. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bendungan Uwai, Kecamatan Bangkinang, Kabupaten Kampar.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bendungan Uwai, Kecamatan Bangkinang, Kabupaten Kampar. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 29 Januari sampai 21 Februari semester genap tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini dilaksanakan di

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Koneksi Matematis. Sejak sekolah dasar, siswa telah diperkenalkan dengan banyak konsep

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Koneksi Matematis. Sejak sekolah dasar, siswa telah diperkenalkan dengan banyak konsep BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Koneksi Matematis Sejak sekolah dasar, siswa telah diperkenalkan dengan banyak konsep matematika. Sampai suatu saat nanti konsep-konsep matematika akan ada dalam otak siswa

Lebih terperinci