ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI DAN LAHAN KRITIS DI DAERAH ALIRAN SUNGAI RORAYA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 1)
|
|
- Yulia Hardja
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Ecogreen Vol. 4 No. 1, April 2018 Halaman ISSN ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI DAN LAHAN KRITIS DI DAERAH ALIRAN SUNGAI RORAYA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 1) (The Degree of Erosion Hazardand Critical Land Analysis of Roraya Watershed Southeast Sulawesi Province) La Baco S 2), Umar Ode Hasani 2), Kahirun 2) dan Abdul Jalil 3) 1) Bagian dari Hasil Studi Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS Roraya 2) Masing-masing sebagai Staf Pengajar Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan UHO 3) Kepala Seksi Program Balai Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung Sampara Correspondence Author by bacosudia@yahoo.com ABSTRACT The degree of erosion hazardand critical land has a link to affect soil conditions. Lands that have a heavy erosion rate tend to be critical which is characterized by low soil productivity. The purpose of this study was to analyze the degree of erosion hazard and critical land in the Roraya watershed. This research was conducted using survey method for primary and secondary datacollection. The results showed that soil erosion rates in the Roraya watershed were dominated by moderate erosion rates (15-59 ton/ha/year) and heavy erosion rates ( ton/ha/year) of 48, hectares (33, 17%) and 37, hectares (25.66% of the total area of the Roraya watershed). The critical land area in the Roraya watershed is 48, hectares or 33.21%, while the most critical land area is 1, hectares or 1.03% of the total area of the Roraya watershed. Keywords: erosion hazard, critical land, Roraya Watershed ABSTRAK Tingkat bahaya erosi dan lahan kritis mempunyai keterkaitan untuk mempengaruhi kondisi tanah. Tanah-tanah yang mempunyai tingkat erosi berat cenderung akan menjadi kritis yang dicirikan oleh produktivitas tanah rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat bahaya erosi dan lahan kritis di DAS Roraya. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode survei untuk pengambilan data primer dan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat erosi tanah di DAS Roraya didominasi oleh tingkat erosi sedang ( ton/ha/tahun) dan tingkat erosi berat ( ton/ha/tahun) masing-masing seluas seluas ,10 hektar (33,17 %) dan ,89 hektar (25,66 % dari total luas DAS Roraya). Luas lahan yang tergolong kritis di DAS Roraya adalah seluas ,06hektaratau 33,21 %,sedangkan luas lahan sangat kritis adalah 1.504,58hektar atau 1,03 % dari total luas DAS Roraya. Kata Kunci: bahaya erosi, lahan kritis, Daerah Aliran Sungai Roraya PENDAHULUAN Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang terpengaruh aktivitas daratan (Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2012 dan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, 2015). Pengelolaan Daerah Aliran Sungai upaya manusia dalam mengatur hubungan timbal balik antara sumberdaya alam dengan manusia
2 Analisis Tingkat Bahaya Erosi dan Lahan Kritis DAS Roraya La Baco S. et al. di dalam DAS, agar terwujud kelestarian kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatnya kemanfaatan sumberdaya alam bagi manusia secara berkelanjutan ((Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2012). Pengelolaan DAS secara utuh diselenggarakan melalui tahapan: perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, dan pembinaan dan pengawasan. Pengelolaan DAS tersebut dilaksanakan sesuai rencana tata ruang dan pola pengelolaan sumberdaya air sesuai dengan ketentuan perundang-undangan bidang penataan ruang dan sumberdaya air. Erosi adalah peristiwa berpindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut yang kemudian diendapkan ditempat lain. Pengikisan dan pengangkutan tanah tersebut terjadi oleh media alami, yaitu air dan angin ( Arsyad, 2000). Erosi menyebabkan hilangnya lapisan tanah yang subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air. Tanah yang terangkut tersebut akan terbawa masuk sumber air yang dinamai sedimen, dimana sedimen ini akan diendapkan di tempat yang aliran airnya melambat; di dalam sungai, waduk, danau, reservoir, saluran irigasi, di atas tanah pertanian dan sebagainya. Salah satu permasalahan yang terjadi pada DAS-DAS di Indonesia adalah semakin meningkatnya jumlah lahan kritis atau lahan potensial kritis akibat eksploitasi lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya dan minimnya tindakan konservasi yang diterapkan. Akibatnya terjadi penurunan kualitas lahan yang pada akhirnya akan menyebabkan bertambahnya lahan kritis dan lahan-lahan potensial kritis. Lahan kritis adalah lahan yang tidak produktif. Meskipun dikelola, produktivitas lahan kritis sangat rendah, bahkan dapat terjadi hasil produksi yang diterima jauh lebih sedikit daripada biaya produksinya. Lahan kritis bersifat tandus, gundul, dan tidak dapat digunakan untuk usaha pertanian, karena tingkat kesuburannya sangat rendah. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya lahan kritis adalah: (1) genangan air yang terus-menerus seperti di daerah pantai dan rawa-rawa; (2) kekeringan yang biasanya terjadi di daerah bayangan hujan; (3) erosi tanah yang biasanya terjadi di daerah dataran tinggi, pegunungan, dan daerah miring lainnya; (4) pengelolaan lahan yang kurang memerhatikan aspek-aspek kelestarian lingkungan, lahan kritis dapat terjadi baik di dataran tinggi, pegunungan, daerah yang miring maupun di dataran rendah; (5) m asuknya material yang dapat bertahan lama ke lahan pertanian, misalnya plastik. Plastik dapat bertahan 200 tahun di dalam tanah sehingga sangat mengganggu kelestarian lahan pertanian; dan (6) t erjadinya pembekuan air, biasanya terjadi di daerah kutub atau pegunungan yang sangat tinggi; serta (7)masuknya zat pencemar (misal pestisida dan limbah pabrik) ke dalam tanah sehingga tanah menjadi tidak subur. Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas maka dipandang perlu untuk melakukan penelitian tentang tingkat erosi dan lahan kritis di DAS Roraya Provinsi Sulawesi Tenggara. Hasil penelitian tersebut diperlukan sebagai bahan informasi tentang tingkat erosi dan lahan kritis di wilayah tersebut. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Aliran Sungai Roraya Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara administrasi lokasi penelitian meliputi Kabupaten Konawe Selatan, Kolaka Timur dan Kabupaten Bombana yang mencakup 15 kecamatan. Penelitian dilaksanakan selama 2 (dua) bulan yakni mulai Bulan Agustus sampai Bulan Nopember Penelitian ini merupakan penelitian kombinasi antara survei lapangan untuk ground check dan pengumpulan data sekunder dari instansi terkait. Penelitian lapangan dilakukan untuk mengambil data primer, sementara itu penelitian instansional dilakukan untuk mengambil data sekunder yang diperlukan. Secara garis besar bahwa penelitian ini mencakup 2 (dua) aspek yakni aspek tingkat erosi dan lahan kritis di DAS Roraya Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian tingkat erosi 18
3 Ecogreen Vol. 4(1) April 2018, Hal dilakukan dengan menggunakan pendekatan prediksi erosi, sedangkan penelitian tingkat kekritisan lahan dilakukan dengan pendekatan analisis kriteria atau faktor-faktor yang menentukan tingkat kekritisan lahan. Prediksi erosi dilakukan menggunakan pendekatan persamaan umum kehilangan tanah ( Universal Soil Loss Equation, USLE) yang dikembangkan untuk menduga kehilangan tanah melalui pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi erosi. Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi tersebut adalah curah hujan, tanah, topografi dan faktor pengelolaan. Faktor curah hujan yang mempengaruhi erosi adalah intensitas hujan, curah hujan maksimum selama 24 jam dan jumlah hari hujan. Faktor curah hujan tersebut selanjutnya disebut dengan faktor erosivitas hujan (R) (Wischmeier and Smith, 1978). Faktor tanah yang paling berpengaruh terhadap erosi adalah struktur tanah, tekstur tanah, bahan organik dan permeabilitas tanah. Kemampuan tanah untuk mempertahankan diri terhadap erosi selanjutnya disebut dengan faktor erodibilitas tanah (K). Selanjutnya faktor yang mempengaruhi erosi adalah topografi yang meliputi panjang lereng (L) dan kemiringan lereng (S). Faktor kemiringan dan panjang lereng disebut dengan faktor lereng (LS), sedangkan faktor pengelolaan mencakup pengelolaan tanaman/vegetasi (C) dan pengelolaan tanah (P), sehingga keduanya disebut faktor pengelolaan (CP) (Wischmeier and Smith, 1978). Persamaan umum kehilangan tanah (Universal Soil Loss Equation, USLE) merupakan persamaan umum untuk menentukan jumlah kehilangan tanah pada sebidang tanah selama periode waktu tertentu. USLE adalah model erosi yang dirancang untuk memprediksi ratarata erosi tanah dalam jangka waktu panjang dari suatu areal usaha tani dengan sistem pertanaman dan pengelolaan tertentu (Wischmeier dan Smith, 1978). Bentuk erosi yang dapat diprediksi adalah erosi lembar atau alur, tetapi tidak dapat memprediksi pengendapan dan tidak memperhitungkan hasil sedimen dari erosi parit, tebing sungai dan dasar sungai. Wischmeier dan Smith (1978) juga menyatakan bahwa metode yang umum digunakan untuk menghitung laju erosi adalah metode Universal Soil Loss Equation (USLE): A = RKLSCP dimana A= total tanah yang tererosi (ton/ha/tahun); R= faktor erosivitas hujan; K= faktor erodibilitas tanah; L=faktor panjang lereng; S=faktor kemiringan lereng; C=faktor pengelolaan tanaman/vegetasi; dan P=faktor pengelolaan tanah. Nilai faktor erosivitas hujan ditentukan dari data curah hujan yang mencakup data jumlah curah hujan hujan, curah hujan maksimum 24 jam dan jumlah hari hujan ratarata setiap bulan. Erosivitas hujan sangat berkaitan dengan energi kinetis atau momentum, yaitu parameter yang berasosiasi dengan laju curah hujan atau volume hujan (Asdak, 1995). Persamaan yang umum digunakan untuk menghitung erosivitas adalah persamaan yang dikemukakan oleh Bols (1978) dalam Hardjowigeno (1995). Penentuan nilai faktor erosivitas hujan ditentukan melalui persamaan: El 30 = 6,119 Rain 1,21 x Days -0,47 x MaxP 0,53 Dimana : EI 30=nilai faktor erosivitas hujan, Rain=rata-rata curah hujan bulanan (cm), Days=jumlah hari hujan per bulan (hari), dan MaxP=curah hujan maksimum selama 24 jam pada bulan yang bersangkutan. Erodibilitas tanah merupakan jumlah tanah yang hilang rata-rata setiap tahun per satuan indeks daya erosi curah hujan pada sebidang tanah tanpa tanaman (gundul), tanpa usaha pencegahan erosi, lereng 9% (5 ), dan panjang lereng 22 meter (Hardjowigeno, 1995). Besarnya nilai K ditentukan oleh tekstur, struktur, permeabilitas, dan bahan organik tanah (Wischmeier etal.,1971). Penentuan besarnya nilai K dapat dilakukan dengan menggunakan nomograph atau rumus Wischmeier et al. (1971) sebagaiberikut : 100K =1,292[2,1M 1,14 (10-4 )(12-a)+3,25(b-2)+2,5(c-3)] Dimana : K = faktor erodibilitas tanah, M = parameter ukuran butir diperoleh dari (% debu + % pasir sangat halus) (100 - %liat), a = % bahan organik (% C x 1,724), b = kode struktur tanah dan c = kode kelas permeabilitas 19
4 Analisis Tingkat Bahaya Erosi dan Lahan Kritis DAS Roraya La Baco S. et al. penampang tanah. Faktor lereng (LS) merupakan rasio antara tanah yang hilang dari suatu petak dengan panjang dan curam lereng tertentu dengan petak baku (tanah gundul, curam lereng 9%, panjang 22 meter, dan tanpa usaha pencegahan erosi) yang mempunyai nilai LS = 1. Menurut Weismeier dan Smith (1978) faktor lereng dapat ditentukan dengan persamaan: = (0, , , Dimana : LS adalah faktor lereng, X adalah panjang lereng dalam meter dan s adalah kecuraman lereng dalam persen (%). Faktor pengelolaan tanaman merupakan rasio tanah yang tererosi pada suatu jenis pengelolaan tanaman terhadap tanah yang tererosi dengan pada kondisi permukaan lahan yang sama tetapi tanpa pengelolaan tanaman atau diberakan tanpa tanaman. Pada tanah yang gundul (diberakan tanpa tanaman/petak baku) nilai C = 1.0. Faktor praktek konservasi tanah adalah rasio tanah yang hilang bila usaha konservasi tanah dilakukan (teras, tanaman, dan sebagainya) dengan tanpa adanya usaha konservasi tanah. Tanpa konservasi tanah nilai P = 1 (petak baku) (Arsyad, 2000). Penentuan nilai faktor pengelolaan tanaman/vegetasi dan faktor pengelolaan tanah diakukan menggunakan hasil-hasil penelitian sebelumnya (La Baco, 1997). Lebih lanjut dijelaskan bahwa kriteria tingkat erosi ditentukan berdasarkan acuan Dirjen RRL (1998). Kriteria tingkat erosi di DAS Roraya disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Kriteria Tingkat Bahaya Erosi DAS Roraya Provinsi Sulawesi Tenggara Kelas erosi Solum tanah (cm) I II III V Erosi (ton/ha/thn) < >480 Dalam >90 SR 0 R I S II B III Sedang R I S II B III Dangkal S II B III Sangat dangkal B <30 III Sumber: Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan (1998) Penilaian tingkat kekritisan lahan dilakukan untuk menentukan parameter atau variabel yang berkaitan dengan lahan kritis (Paimin, Sukresno dan Purwanto, 2010). Parameter-parameter yang menentukan tingkat kekritisan lahan meliputi faktor alami dan faktor manajemen. Faktor alami yang dimaksud meliputi: solum tanah, lereng, batuan singkapan, morfoerosi dan tekstur tanah terhadap kepekaan erosi, sedangkan faktor manajemen meliputi kawasan budidaya pertanian dan kawasan hutan dan perkebunan. Teknik penyidikan tingkat kekritisan lahan lebih jelas disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Teknik Penyidikan Tingkat Kekritisan Lahan di DAS Roraya Provinsi Sulawesi Tenggara No Parameter Teknik Penyidikan 1. Solum Tanah Peta Tanah Survei Tanah/Lapang 2. Lereng Deliniasi Peta Topografi/RBI 3. Batuan Singkapan Persen (%) batu menutup tanah atau batuan tersingkap 4. Morfoerosi Menggunakan Citra Satelit Resolusi Tinggi dan Survei Lapang 5. Jenis Tanah Peta Tanah dan Survei Lapang 6. Vegetasi Penutup Peta Penggunaan Lahan dan Survei Lapang 7. Praktek Konservasi Tanah Survei Lapang Sumber : Paimin, Sukresno dan Purwanto (2010) 20
5 Ecogreen Vol. 4(1) April 2018, Hal HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Singkat DAS Roraya Daerah Aliran Sungai (DAS) Roraya merupakan salah satu DAS lintas kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi Tenggara. Luas DAS Roraya secara geografis adalah ,55 hektar atau 1.455,97 km 2 (Menteri Kehutanan Republik Indonesia, 2011). Secara administrasi DAS Roraya terbagi dalam 3 (tiga) kabupaten : Kabupaten Kolaka Timur, Konawe Selatan, Bombana). Nama dan jumlah kecamatan pada masing-masing kabupaten/kota di DAS Roraya disajikan pada Tabel 3. Luas wilayah Kabupaten Konawe Selatan yang masuk DAS Roraya mencapai angka teringgi, sedangkan luas wilayah Kabupaten Bombana mencapai angka terendah (La Baco, dkk., 2016). Luas dan masing-masing kabupaten disajikan pada Tabel 4. dan Gambar 1. Tabel 3. Nama dan Luas Kecamatan Masing-masing Kabupaten di DAS Roraya No. Kabupaten Nama Kecamatan Jumlah 1. KolakaTimur Aere, LambandiadanPoli-Polia 3 2. Konawe Selatan Andoolo, Angata, Baito, Basala, Benua, Buke, Lalembuu, Landono, Mowila, Palangga, 11 dantinanggea 3. Bombana Lantari Jaya 1 Total 15 Tabel 4. Luas dan Proporsi Wilayah Administrasi Kabupaten di DAS Roraya No Kabupaten Bombana Kolaka Timur Konawe Selatan Luas (ha) (%) , , ,20 10,29 19,23 70,48 Grand Total ,55 100,00 Gambar 1. Peta Administrasi Daerah Aliran Sungai Roraya 21
6 Analisis Tingkat Bahaya Erosi dan Lahan Kritis DAS Roraya La Baco S. et al. Analisis Tingkat Bahaya Erosi DAS Roraya Erosi permukaan dapat diestimasi berdasarkan adanya kenampakan gejala-gejala erosi permukaan yang tampak, seperti adanya bekas-bekas percikan material tanah hasil pengelupasan oleh pukulan air hujan ( splash erosion), aliran lembaran yang bergerak perlahan di permukaan ( sheet erosion), adanya alur-alur kecil hasil goresan aliran limpasan permukaan ( rill erosion), parit-parit kecil hasil perkembangan dari alur-alur permukaan oleh goresan aliran limpasan permukaan ( gully erosion), kenampakan pemunculan batang pohon dan akar-akarnya akibat goresan aliran air hujan yang melalui batang ( stemflow), gundukan tanah dibawah tanaman pohon/kayu akibat pukulan hujan melalui air tembusan (throughfall), melalui aliran tajuk pohon (crown dreep), dan lain-lain masih banyak lagi kenampakan-kenampakan kecil di permukaan akibat tenaga pukulan air hujan dan tenaga aliran limpasan permukaan. Analisis tingkat bahaya erosi di DAS Roraya dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan prediksi erosi menggunakan Universal Soil Loss Equation dengan hasil prediksi erosi: < 15 ton/ha/tahun, ton/ha/tahun dan erosi > 480 ton/ha/tahun. Penyebaran besaran erosi menunjukkan bahwa erosi dengan tingkat sedang menyebar lebih luas dibandingkan dengan tingkat erosi lainnya. Tingkat bahaya erosi, luas wilayah penyebaran erosi di DAS Roraya disajikan pada Tabel 5. dan Gambar 2. Tabel 5. Tingkat Erosi dan Luas Wilayah Penyebaran Erosi di DAS Roraya No. Tingkat Bahaya Erosi BesaranErosi (ton/ha/tahun) Luas (ha) Proporsi (%) 1 SangatRingan < ,63 18,35 2 Ringan ,35 21,99 3 Sedang ,10 33,17 4 Berat ,89 25,66 5 SangatBerat > ,58 0,83 Jumlah ,55 100,00 Sumber: La Baco, dkk. (2016) Gambar 2. Peta Penyebaran Tingkat Erosi di DAS Roraya 22
7 Ecogreen Vol. 4(1) April 2018, Hal Tabel 5. dan Gambar 2. menunjukkan bahwa erosi dengan kategori sangat ringan yakni < 15 ton/ha/tahun menyebar pada wilayah dengan luas ,63 hektar atau sekitar 18,35 % dari total luas DAS Roraya, sementara itu erosi sebesar ton/ha/tahun (kategori ringan) menyebar pada wilayah seluas ,35 hektar atau sekitar 21,99 % dari total luas DAS Roraya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa erosi dengan besaran ton/ha/tahun menyebar pada wilayah seluas ,10 hektar ( 33,17 %), sedangkan erosi sebesar ton/ha/tahun (erosi berat) menyebar pada wilayah ,89 hektar atau 25,66 %, sementara itu tingkat erosi sangat berat (>460 ton/ha/tahun) menyebar pada wilayah seluas 1.205,58 hektar atau 0,83 % dari total luas DAS Roraya. Sebagian besar DAS Roraya terdapat kelas erosi sedang mencapai luas ,10 hektar atau 33,17 % dari luas DAS Roraya, disusul kelas erosi berat seluas ,89 hektar atau 25,66 % dari luas DAS Roraya, kelas ringan dan sangat ringan masing-masing seluas ,35 hektar ( 21,99%) dan ,63 hektar (18,35%). Besarnya kelas erosi sedang mengindikasikan bahwa DAS Roraya banyak terdapat penyebab erosi yang beragam. Salah satu yang paling terlihat adalah perubahan fungsi hutan dan lahan menjadi perkebunan dan pertambangan, serta perubahan peruntukan hutan dan lahan untuk kebutuhan lahan pertanian dan permukiman. Erosi menyebabkan hilangnya lapisan tanah yang subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air. Tanah yang terangkut tersebut akan terbawa masuk sumber air yang dinamai sedimen, dimana sedimen ini akan diendapkan di tempat yang aliran airnya melambat; di dalam sungai, waduk, danau, reservoir, saluran irigasi, di atas tanah pertanian dan sebagainya. Analisis Lahan Kritis di DAS Roraya Salah satu permasalahan yang terjadi pada DAS-DAS di Indonesia adalah semakin meningkatnya jumlah lahan kritis atau lahan potensial kritis akibat eksploitasi lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya dan minimnya tindakan konservasi yang diterapkan. Akibatnya terjadi penurunan kualitas lahan yang pada akhirnya akan menyebabkan bertambahnya lahan kritis dan lahan-lahan potensial kritis. Hasil analisis tingkat kekritisan lahan di DAS Roraya menunjukkan bahwa ada 5 (lima) kategori kekritisan lahan di wilayah tersebut, yakni: lahan tidak kritis, potensial kritis, agak kritis, kritis dan lahan sangat kritis. Masingmasing kategori kekritisan lahan di DAS Roraya disajikan pada Tabel 6 dan Gambar 3. Tabel 6 dan Gambar 3 menunjukkan bahwa luas lahan yang tergolong agak kritis seluas ,89 hektar atau 40,69% dari total luas DAS Roraya, potensial kritis seluas hektar. Angka tersebut sangat menghawatirkan karena lebih dari separuh lahan di wilayah ini akan mengalami kritis jika tidak dikelola dengan baik. Selain itu luas lahan yang tergolong kritis juga cukup besar yakni seluas ,06 hektar atau 33,21 % dari total luas DAS Roraya, luas lahan kategori sangat kritis seluas 1.504,58 hektar atau 1,03 % dari total luas DAS Roraya. Sementara itu kategori lahan tidak kritis seluas 3.802,02 hektar atau sekitar 2,61 % dari total luas DAS Roraya. Tabel 6. Tingkat Kekritisan dan Penyebaran Lahan Kritis di DAS Roraya No. Tingkat Kekritisan Luas (ha) Proporsi (%) 1 Tidak Kritis 3.802,02 2,61 2 Agak Kritis ,89 40,69 3 Potensial Kritis ,46 4 Kritis ,06 33,21 5 Sangat Kritis 1.504,58 1,03 Total ,55 100,00 Sumber: La Baco, dkk. (2016) 23
8 Analisis Tingkat Bahaya Erosi dan Lahan Kritis DAS Roraya La Baco S. et al. Gambar 3. Peta Penyebaran Lahan Kritis di DAS Roraya Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa sekitar 97,39 % luas lahan di DAS Roraya perlu mendapat perhatian serius karena luasan tersebut merupakan akumulasi dari lahan potensial kritis, agak kritis, kritis dan sangat kritis. Jika kondisi seperti ini tidak ditangani, maka secara perlahan dan pasti akan menyebabkan penurunan produktivitas lahan yang akan menyebabkan terjadinya penurunan pendapatan masyarakat. Akibatnya akan terjadi peningkatan angka kemiskinan di seluruh wilayah yang termasuk DAS Roraya khususnya kemiskinan petani yang sebagian besar berada di wilayah perdesaan. Kenyataan menunjukkan bahwa kontribusi sektor pertanian dalam arti luas terhadap Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) kabupaten di DAS Roraya masih lebih dari 50 % sehingga peningkatan luas lahan kritis akan mempengaruhi kondisi dan pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut yang masih didominasi sektor pertanian dalam arti luas. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Tingkat bahaya erosi dengan kategori sangat ringan (< 15 ton/ha/tahun) menyebar di wilayah dengan luas ,63 hektar atau sekitar 18,35 %, sementara itu erosi dengan kategori ringan (15 59 ton/ha/tahun) mencakup wilayah seluas ,35 hektar (21,99 %). Erosi dengan besaran ton/ha/tahun menyebar pada wilayah seluas ,10 hektar ( 33,17 %), sedangkan erosi sebesar ton/ha/tahun (erosi berat) menyebar pada wilayah ,89 hektar atau 25,66 %. Tingkat erosi sangat berat (>460 ton/ha/tahun) menyebar pada wilayah seluas 1.205,58 hektar atau 0,83 % dari total luas DAS Roraya. Luas lahan yang tergolong agak kritis adalah ,89 hektar (40,69%) dan lahan potensial kritis seluas Angka tersebut sangat menghawatirkan karena lebih dari separuh lahan di wilayah ini akan mengalami kritis jika tidak dikelola dengan baik. Selain itu luas lahan yang tergolong kritis juga cukup besar yakni seluas ,06 hektar atau 33,21 % dari total luas DAS Roraya, luas lahan kategori sangat kritis seluas 1.504,58 hektar atau 1,03 % dari total luas DAS Roraya. Sementara itu kategori lahan tidak kritis seluas 3.802,02 hektar atau sekitar 2,61 % dari total luas DAS Roraya. 24
9 Ecogreen Vol. 4(1) April 2018, Hal Saran Proporsi wilayah dengan tingkat erosi sedang sampai sangat berat mencapai menyebar secara luas di DAS Roraya. Sementara itu jumlah lahan kritis di DAS Roraya juga cukup luas. Berdasarkan hal ini maka sangat diperlukan adanya tindakan konservasi yang ditujukan untuk mengurangi erosi dan lahan kritis di DAS Roraya. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, S Konservasi Tanah dan Air. Penerbit: Institut Pertanian Bogor. Bogor, Jawa Barat. Asdak, C Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. CetakanPertama. GadjahMadaUniversityPress,Bulaksumur,Yogyakarta. BPDASHL Sampara Peta Daerah Aliran Sungai Roraya Provinsi Sulawesi Tenggara. Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Sampara. Kendari, Sulawesi Tenggara. Direktorat Jendral Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan Pedoman Penyusunan Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Daerah Aliran Sungai. Departemen Kehutanan RI. Jakarta. Haerdjowigeno, S Ilmu Tanah. Akademika Presindo. Jakarta. La Baco Analisis Usahatani Lahan Kering di Sub DAS Cimanuk Hulu Kabupaten Garut Jawa Barat. Thesis Magister Sains Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (Tidak Diterbitkan). La Baco, dkk Rencana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Roraya Provinsi Sulawesi Tenggara. Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Sampara. Kendari, Sulawesi Tenggara. Menteri Kehutanan Republik Indonesia Peraturan Menteri Kehutanan Nomor SK. 511/Menhut-V/2011 tentang Penetapan Batas Daerah Aliran Sungai. Kementerian Kehutanan Republik Indonesia, Jakarta. Paimin, Sukresno dan Purwanto Sidik Cepat Kondisi Sub DAS. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor, Indonesia. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 1 Tahun Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Provinsi Sulawesi Tenggara. Lembaran Daerah Nomor 1 Tahun Kendari, Sulawesi Tenggara. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor: 62 Tahun Jakarta, Indonesia. Wischmeier, W.H, and D.D. Smith Predicting Rainfall Erosion Losses-A Guide to Conservation Planning, USDA Agric. Handb. No pp. Wischmeier, W.H, C.B. Johnson, and B.V. Cross A Soil Erodibility Nomograph for Farmland and Construction Sites. Jour. Soil and Water Conservation, 26:
Prosiding Seminar Nasional INACID Mei 2014, Palembang Sumatera Selatan
No Makalah : 1.17 EROSI LAHAN DI DAERAH TANGKAPAN HUJAN DAN DAMPAKNYA PADA UMUR WADUK WAY JEPARA Dyah I. Kusumastuti 1), Nengah Sudiane 2), Yudha Mediawan 3) 1) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Curah Hujan Data curah hujan yang terjadi di lokasi penelitian selama 5 tahun, yaitu Januari 2006 hingga Desember 2010 disajikan dalam Gambar 5.1. CH (mm) 600 500 400
Lebih terperinciPRAKTIKUM RSDAL VI PREDIKSI EROSI DENGAN METODE USLE DAN UPAYA PENGENDALIANNYA
PRAKTIKUM RSDAL VI PREDIKSI EROSI DENGAN METODE USLE DAN UPAYA PENGENDALIANNYA Metode prediksi erosi yang secara luas telah dipakai serta untuk mengevaluasi teknik konservasi pada suatu area diantaranya
Lebih terperinciPEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO
PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO Rini Fitri Dosen pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Almuslim ABSTRAK Lahan kering di
Lebih terperinciRd. Indah Nirtha NNPS. Program Studi Teknik Lingkungn Fakultas Teknis Universitas Lambung Mangkurat
EnviroScienteae 10 (2014) 27-32 ISSN 1978-8096 STUDI TINGKAT BAHAYA EROSI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS AIR (TSS DAN TDS) DAS SEJORONG, KECAMATAN SEKONGKANG KABUPATEN SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA
Lebih terperinciSTUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah)
JURNAL ILMU LINGKUNGAN Volume 9, Issue 2: 57-61 (2011) ISSN 1829-8907 STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah) Rathna
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Uraian Umum Embung merupakan bangunan air yang selama pelaksanaan perencanaan diperlukan berbagai bidang ilmu guna saling mendukung demi kesempurnaan hasil perencanaan. Bidang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Erosi Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah dari suatu tempat ke tempat lain melalui media air atau angin. Erosi melalui media angin disebabkan oleh kekuatan angin sedangkan
Lebih terperinciTeknik Konservasi Waduk
Teknik Konservasi Waduk Pendugaan Erosi Untuk memperkirakan besarnya laju erosi dalam studi ini menggunakan metode USLE (Universal Soil Loss Equation) atau PUKT (Persamaan umum Kehilangan Tanah). USLE
Lebih terperinciMENENTUKAN LAJU EROSI
MENENTUKAN LAJU EROSI Pendahuluan Erosi adalah proses berpindahnya massa batuan dari satu tempat ke tempat lain yang dibawa oleh tenaga pengangkut yang bergerak di muka bumi. Tenaga pengangkut tersebut
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin (Suripin 2004). Erosi merupakan tiga proses
Lebih terperinciPOTENSI DAS DELI DALAM MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN BERDASARKAN EVALUASI KEMAMPUAN PENGGUNAAN LAHAN ABSTRAK
1 POTENSI DAS DELI DALAM MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN BERDASARKAN EVALUASI KEMAMPUAN PENGGUNAAN LAHAN ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi DAS Deli berdasarkan evaluasi kemampuan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE
BAB III LANDASAN TEORI A. Metode USLE Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) merupakan model empiris yang dikembangkan di Pusat Data Aliran Permukaan dan Erosi Nasional, Dinas Penelitian Pertanian,
Lebih terperinciMENENTUKAN PUNCAK EROSI POTENSIAL YANG TERJADI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LOLI TASIBURI DENGAN MENGGUNAKAN METODE USLEa
JIMT Vol. 0 No. Juni 203 (Hal. ) Jurnal Ilmiah Matematika dan Terapan ISSN : 2450 766X MENENTUKAN PUNCAK EROSI POTENSIAL YANG TERJADI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LOLI TASIBURI DENGAN MENGGUNAKAN METODE
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta
TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya manusia
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Erosi
3 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Erosi Erosi berasal dari bahasa latin erodere yang berarti menggerogoti atau untuk menggali. Istilah erosi ini pertama kali digunakan dalam istilah geologi untuk menggambarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sumber daya alam merupakan suatu bentuk kekayaan alam yang pemanfaatannya bersifat terbatas dan berfungsi sebagai penunjang kesejahteraan makhluk hidup khususnya manusia
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. Jika dirumuskan dalam suatu persamaan adalah sebagai berikut : R=.(3.1) : curah hujan rata-rata (mm)
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Curah hujan wilayah Menurut Triatmodjo (2010) stasiun penakar hujan hanya memberikan kedalaman hujan di titik di mana stasiun tersebut berada, sehingga hujan pada suatu luasan
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang
1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Erosi adalah proses terkikis dan terangkutnya tanah atau bagian bagian tanah oleh media alami yang berupa air. Tanah dan bagian bagian tanah yang terangkut dari suatu
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Karakter Daerah Tangkapan Air Merden
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Karakter Daerah Tangkapan Air Merden 1. Luas DTA (Daerah Tangkapan Air) Merden Dari hasil pengukuran menggunakan aplikasi ArcGis 10.3 menunjukan bahwa luas DTA
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai adalah suatu daerah atau wilayah dengan
TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai Daerah Aliran Sungai adalah suatu daerah atau wilayah dengan kemiringan lereng yang bervariasi yang dibatasi oleh punggung-punggung bukit atau yang dapat menampung
Lebih terperinciErosi. Rekayasa Hidrologi
Erosi Rekayasa Hidrologi Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Erosi merupakan tiga proses yang berurutan, yaitu
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa Sumber Brantas Kota Batu Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan
4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan Menurut Lillesand dan Kiefer (1997) penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu. Penggunaan lahan juga diartikan sebagai setiap
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat
18 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2006 - Agustus 2006 di wilayah daerah aliran sungai (DAS) Dodokan (34.814 ha) dengan plot pengambilan sampel difokuskan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)
BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) Metode USLE dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan besarnya erosi untuk berbagai macam kondisi tataguna lahan dan kondisi iklim yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model Model merupakan representasi dari realita. Tujuan pembuatan model adalah untuk membantu mengerti, menggambarkan, atau memprediksi bagaimana suatu fenomena bekerja di dunia
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak 1. Luas DTA (Daerah Tangkapan Air) Opak Dari hasil pengukuran menggunakan aplikasi ArcGis 10.1 menunjukan bahwa luas
Lebih terperinci1267, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lem
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1267, 2014 KEMENHUT. Pengelolaan. Daerah Aliran Sungai. Evaluasi. Monitoring. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 61 /Menhut-II/2014 TENTANG MONITORING
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut
TINJAUAN PUSTAKA Erosi Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagianbagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan bagian bentang alam (landscape) yang mencakup komponen fisik yang terdiri dari iklim, topografi (relief), hidrologi dan keadaan vegetasi alami (natural
Lebih terperinciYeza Febriani ABSTRACT. Keywords : Erosion prediction, USLE method, Prone Land Movement.
PREDIKSI EROSI MENGGUNAKAN METODA USLE PADA DAERAH RAWAN GERAKAN TANAH DI DAERAH JALUR LINTAS BENGKULU-KEPAHIANG Yeza Febriani Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lebih terperinciKAJIAN EROSI TANAH DENGAN PENDEKATAN WISCHMEIER PADA DAS KALIMEJA SUBAIM KECAMATAN WASILE TIMUR KABUPATEN HALMAHERA TIMUR
KAJIAN EROSI TANAH DENGAN PENDEKATAN WISCHMEIER PADA DAS KALIMEJA SUBAIM KECAMATAN WASILE TIMUR KABUPATEN HALMAHERA TIMUR Adnan Sofyan dan Gunawan Hartono*) Abstrak : Erosi yang terjadi di Sub Das Kalimeja
Lebih terperinciKAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA PENGGUNAAN LAHAN TANAMAN AGROFORESTRY DI SUB DAS LAU BIANG (KAWASAN HULU DAS WAMPU)
KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA PENGGUNAAN LAHAN TANAMAN AGROFORESTRY DI SUB DAS LAU BIANG (KAWASAN HULU DAS WAMPU) SKRIPSI Oleh HARRY PRANATA BARUS DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciTINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA HUTAN DAN LAHAN KAKAO DI DESA SEJAHTERA, KECAMATAN PALOLO, KABUPATEN SIGI
e-j. Agrotekbis (3) : 236-243, Agustus 203 ISSN : 2338-30 TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA HUTAN DAN LAHAN KAKAO DI DESA SEJAHTERA, KECAMATAN PALOLO, KABUPATEN SIGI Rate of erosion hazard (reh) on forest
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat manusia. Pengertian lahan dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998), yaitu : Lahan merupakan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)
BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) Metode USLE dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan besarnya erosi untuk berbagai macam kondisi tataguna lahan dan kondisi iklim yang
Lebih terperinciPREDIKSI DAN TINGKAT BAHAYA EROSI PADA LAHAN USAHA TANI PEGUNUNGAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG, JAWA TENGAH
PREDIKSI DAN TINGKAT BAHAYA EROSI PADA LAHAN USAHA TANI PEGUNUNGAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG, JAWA TENGAH Husein Suganda dan Neneng L. Nurida Peneliti Badan Litbang Pertanian Pada Balai Penelitian Tanah
Lebih terperinciPREDIKSI EROSI DAERAH ALIRAN SUNGAI POBOYA
PREDIKSI EROSI DAERAH ALIRAN SUNGAI POBOYA Leonidas Paarrang 1, Uswah Hasanah dan Anthon Monde 2 leonidaspaarrang@gmail.com 1 (Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu-Ilmu Pertanian Pascasarjana Universitas
Lebih terperinciPendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Vegetasi, Kemiringan Lereng dan Erodibilitas di Hulu Sub DAS Padang
Pendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Vegetasi, Kemiringan Lereng dan Erodibilitas di Hulu Sub DAS Padang Estimation of Actual Erosion by USLE Method Approach Vegetation, Slope
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecamatan Kejajar merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Pegunungan Dieng Kabupaten Wonosobo dengan kemiringan lereng > 40 %. Suhu udara Pegunungan Dieng
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat untuk Hutan Aceh Berkelanjutan Banda Aceh, 19 Maret 2013
ANALISIS SPASIAL ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN KEKRITISAN LAHAN SUB DAS KRUENG JREUE Siti Mechram dan Dewi Sri Jayanti Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG
Konservasi Lahan Sub DAS Lesti Erni Yulianti PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Erni Yulianti Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah
3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. Analisis Hidrologi 1. Curah Hujan Wilayah Curah hujan (mm) adalah ketinggian air hujan yang terkumpul dalam penakar hujan pada tempat yang datar, tidak menyerap, tidak meresap
Lebih terperinciUmmi Kalsum 1, Yuswar Yunus 1, T. Ferijal 1* 1 Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala PENDAHULUAN
Arahan Konservasi DAS Meureudu Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) (Conservation Directives of Drainage Basin Meureudu Using GIS Geographic Information Systems) Ummi Kalsum 1, Yuswar Yunus 1,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daerah yang berfungsi sebagai daerah resapan, daerah penyimpanan air, penampung air hujan dan pengaliran air. Yaitu daerah dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Embung merupakan bangunan air yang menampung, mengalirkan air menuju hilir embung. Embung menerima sedimen yang terjadi akibat erosi lahan dari wilayah tangkapan airnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan kemudian mengalirkan
Lebih terperinciEROSI DAN SEDIMENTASI
EROSI DAN SEDIMENTASI I. PENDAHULUAN Konservasi tanah dalam arti yang luas adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai
Lebih terperinciKAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI DI SUB-DAS TEWEH, DAS BARITO PROPINSI KALIMANTAN TENGAH
KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI DI SUB-DAS TEWEH, DAS BARITO PROPINSI KALIMANTAN TENGAH Oleh/By SYARIFUDDIN KADIR Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat ABSTRACT The
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya lahan merupakan komponen sumberdaya alam yang ketersediaannya sangat terbatas dan secara relatif memiliki luas yang tetap serta sangat bermanfaat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tank Model Penerapan Tank Model dilakukan berdasarkan data harian berupa data curah hujan, evapotranspirasi dan debit aliran sungai. Data-data tersebut digunakan untuk menentukan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Erosi Metode yang digunakan pada pendugaan erosi adalah Persamaan 2.1 yaitu metode USLE (Universal Soil Loss Equation) yang dikembangkan oleh Wishchmeier dan Smith (1978)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai tempat terutama daerah tropis khususnya di daerah pegunungan yang nantinya akan sangat berpengaruh
Lebih terperinciPREDIKSI EROSI PADA LAHAN PERTANIAN DI SUB DAS KRUENG SIMPO PROVINSI ACEH
PREDIKSI EROSI PADA LAHAN PERTANIAN DI SUB DAS KRUENG SIMPO PROVINSI ACEH (PREDICTION OF EROSION ON AGRICULTURAL LAND IN KRUENG SIMPO SUB WATERSHED ACEH PROVINCE) Rini Fitri ABSTRACT Erosion on agricultural
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Proses erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erosi merupakan proses penghancuran dan pengangkutan partikel-partikel tanah oleh tenaga erosi (presipitasi, angin) (Kusumandari, 2011). Erosi secara umum dapat disebabkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan Curah hujan adalah volume air yang jatuh pada suatu areal tertentu (Arsyad, 2010). Menurut Tjasyono (2004), curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH SEDIMENTASI KALI BRANTAS TERHADAP KAPASITAS DAN USIA RENCANA WADUK SUTAMI MALANG
STUDI PENGARUH SEDIMENTASI KALI BRANTAS TERHADAP KAPASITAS DAN USIA RENCANA WADUK SUTAMI MALANG Suroso, M. Ruslin Anwar dan Mohammad Candra Rahmanto Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Lebih terperinciPemetaan Tingkat Bahaya Erosi Sub DAS Petani Sumatera Utara. Mapping Erosion Level in Petani SubWatershed North Sumatera
Pemetaan Tingkat Bahaya Erosi Sub DAS Petani Sumatera Utara Mapping Erosion Level in Petani SubWatershed North Sumatera Roria Renta Silalahi, Supriadi*, Razali Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas
Lebih terperinciPREDIKSI EROSI MENGGUNAKAN METODE USLE DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WADUK MALAHAYU KECAMATAN BANJARHARJO KABUPATEN BREBES PROVINSI JAWA TENGAH
PREDIKSI EROSI MENGGUNAKAN METODE USLE DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WADUK MALAHAYU KECAMATAN BANJARHARJO KABUPATEN BREBES PROVINSI JAWA TENGAH (Suatu Kajian Geografi) Ristiani 1 (ristiani42@gmail.com)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan kegiatan memperbaiki, memelihara, dan melindungi keadaan DAS, agar dapat menghasilkan barang dan jasa khususnya, baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi segala kebutuhan hidup, sehingga dalam pengelolaannya harus sesuai dengan kemampuannya agar tidak menurunkan
Lebih terperinciPENDUGAAN EROSI TANAH DIEMPAT KECAMATAN KABUPATEN SIMALUNGUN BERDASARKAN METODE ULSE
PENDUGAAN EROSI TANAH DIEMPAT KECAMATAN KABUPATEN SIMALUNGUN BERDASARKAN METODE ULSE SKRIPSI Oleh: MARDINA JUWITA OKTAFIA BUTAR BUTAR 080303038 DEPARTEMEN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciKAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA PENGGUNAAN LAHAN TANAMAN PANGAN (UBI KAYU) DI KEBUN PERCOBAAN USU KWALA BEKALA
KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA PENGGUNAAN LAHAN TANAMAN PANGAN (UBI KAYU) DI KEBUN PERCOBAAN USU KWALA BEKALA SKRIPSI Oleh: HOLONG MUNTE 060308042 DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
9 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Persiapan : Oktober November 2010 (Bogor). Pelaksanaan lapang (pra survei dan survei) : Desember 2010. Analisis Laboratorium : Januari Februari 2011.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai merupakan suatu sistem alam yang menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai merupakan suatu sistem alam yang menjadi faktor pendukung dalam penyediaan kebutuhan air. Lahan-lahan yang ada pada suatu DAS merupakan suatu
Lebih terperinciBAB V ANALISIS SEDIMEN DAN VOLUME KEHILANGAN AIR PADA EMBUNG
V-1 BAB V ANALISIS SEDIMEN DAN VOLUME KEHILANGAN AIR PADA EMBUNG 5.1. Analisis Sedimen dengan Metode USLE Untuk memperkirakan laju sedimentasi pada DAS S. Grubugan digunakan metode Wischmeier dan Smith
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai Asahan. harafiah diartikan sebagai setiap permukaan miring yang mengalirkan air
TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai Asahan Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai terjemahan dari watershed secara harafiah diartikan sebagai setiap permukaan miring yang mengalirkan air (Putro et al, 2003).
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Sistem pertanian lahan kering adalah merupakan suatu bentuk bercocok tanam diatas lahan tanpa irigasi, yang kebutuhan air sangat bergantung pada curah hujan. Bentuk pertanian
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan
Lebih terperinciTUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN
TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN Penanggulangan Kerusakan Lahan Akibat Erosi Tanah OLEH: RESTI AMELIA SUSANTI 0810480202 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai dan Permasalahannya Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dan memperbaiki kualitas lingkungan. besar sementara wilayah kawasan lindung dan konservasi menjadi berkurang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dan lingkungan mempunyai hubungan timbal balik. Di dalam pembangunan, manusia merupakan konsumen yang berperan aktif dalam proses pemanfaatan sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi lahan kering untuk menunjang pembangunan pertanian di Indonesia sangat besar yaitu 148 juta ha (78%) dari total luas daratan Indonesia sebesar 188,20 juta ha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama semakin meningkat. Seiring dengan semakin meningkatnya populasi manusia. Dengan kata lain
Lebih terperinciZONASI TINGKAT ERODIBILITAS TANAH PADA AREA REKLAMASI TAMBANG PT. BHARINTO EKATAMA KABUPATEN KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR
ZONASI TINGKAT ERODIBILITAS TANAH PADA AREA REKLAMASI TAMBANG PT. BHARINTO EKATAMA KABUPATEN KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR Harjuni Hasan 1*, Rinto Syahreza Pahlevi 1 Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berada pada pertemuan tiga lempeng utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng pasifik. Pertemuan tiga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Umum Sedimentasi dapat didefinisikan sebagai pengangkutan, melayangnya (suspensi) atau mengendapnya material fragmental oleh air.sedimentasi merupakan akibat dari adanya
Lebih terperinciVIII. KONSERVASI TANAH DAN AIR
VIII. KONSERVASI TANAH DAN AIR KONSERVASI TANAH : Penggunaan tanah sesuai dengan kelas kemampuan tanah dan memperlakukan tanah tersebut agar tidak mengalami kerusakkan. Berarti : 1. menjaga tanah agar
Lebih terperinciBab ini berhubungan dengan bab-bab yang terdahulu, khusunya curah hujan dan pengaliran air permukaan (run off).
BAB VII. EROSI DAN SEDIMENTASI A. Pendahuluan Dalam bab ini akan dipelajari pengetahuan dasar tentang erosi pada DAS, Nilai Indeks Erosivitas Hujan, Faktor Erodibilitas Tanah, Faktor Tanaman atau Faktor
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
124 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis data yang diperoleh maka penulis dapat menyimpulkan dan memberikan rekomendasi sebagai berikut: A. Kesimpulan Sub Daerah Aliran
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Letak dan Ciri-ciri Lintasan Sepeda Gunung Letak lintasan sepeda gunung di HPGW disajikan dalam Gambar 5. Ciricirinya disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9 Keadaan plot penelitian
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii KATA PENGANTAR... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR PETA... xii DAFTAR LAMPIRAN...
Lebih terperinciAPLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK ANALISA TINGKAT BAHAYA EROSI DAN KEKRITISAN LAHAN PADA DAS BADUNG PROVINSI BALI Saikhul Islam 1, Moh. Sholichin 2, Runi Asmaranto 2 1 Mahasiswa Sarjana Teknik
Lebih terperinciPENINGKATAN EROSI TANAH PADA LERENG TIMBUNAN OVERBURDEN AKIBAT KEGIATAN PENAMBANGAN DI DAERAH CLERENG, PENGASIH, KABUPATEN KULON PROGO
PENINGKATAN EROSI TANAH PADA LERENG TIMBUNAN OVERBURDEN AKIBAT KEGIATAN PENAMBANGAN DI DAERAH CLERENG, PENGASIH, KABUPATEN KULON PROGO Ag. Isjudarto Jurusan Teknik Pertambangan STTNAS Isjudarto0911@gmail.com
Lebih terperinciPENENTUAN TINGKAT KEKRITISAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM DI SUB DAS AEK RAISAN DAN SUB DAS SIPANSIHAPORAS DAS BATANG TORU
PENENTUAN TINGKAT KEKRITISAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM DI SUB DAS AEK RAISAN DAN SUB DAS SIPANSIHAPORAS DAS BATANG TORU SKRIPSI OLEH: BASA ERIKA LIMBONG 061201013/ MANAJEMEN
Lebih terperinciPENGGUNAAN METODE USLE DAN MUSLE DALAM ANALISA EROSI DAN SEDIMENTASI DI DAS BELAWAN
PENGGUNAAN METODE USLE DAN MUSLE DALAM ANALISA EROSI DAN SEDIMENTASI DI DAS BELAWAN Anshar Raufan Adhirahman 1, A. P. Mulia Tarigan 2, Hendri Irwandi 3, M. Irsan 4 1 Mahasiswa Departemen Teknik Sipil,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan berkelanjutan mengandung makna bahwa pengelolaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan sekarang tidak boleh mengurangi kemampuan sumberdaya
Lebih terperinciDAFTAR ISI Keaslian Penelitian... 4
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR PETA... xiv INTISARI... xv ABSTRAK...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak awal kehidupan manusia, sumberdaya alam sudah merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak awal kehidupan manusia, sumberdaya alam sudah merupakan sumber kehidupan manusia dan sebagai pendukung kelangsungan hidup manusia sekaligus merupakan sumberdaya
Lebih terperinci190. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No
190. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 PENDUGAAN EROSI TANAH DI KECAMATAN RAYA KABUPATEN SIMALUNGUN BERDASARKAN METODE USLE Mardina Juwita Oktafia Butar Butar, 1
Lebih terperincisumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu
BAB I PENDAHULUAN Pembangunan pertanian merupakan bagian integral daripada pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur (Ditjen Tanaman Pangan, 1989). Agar pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian, pemukiman, penggembalaan serta berbagai usaha lainnya
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan lahan semakin meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk Indonesia. Peningkatan kebutuhan akan lahan akan digunakan untuk kegiatan pertanian, pemukiman,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah dan air merupakan sumberdaya alam utama yang mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan manusia. Sebagai sumberdaya yang banyak digunakan, tanah dapat mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Solehudin, 2015 Kajian Tingkat Bahaya Erosi Permukaandi Sub Daerah Aliran Sungai Cirompang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jumlah manusia yang menghuni permukaan bumi kian hari kian meningkat, tetapi kondisi tersebut berlaku sebaliknya dengan habitat hidup manusia, yaitu lahan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya alam yang semakin meningkat tanpa memperhitungkan kemampuan lingkungan telah menimbulkan berbagai masalah. Salah satu masalah lingkungan di
Lebih terperinci6/14/2013 .PENDAHULUAN KANDUNGAN HARA DAN TINGKAT EROSI PADA LAHAN MIRING BERSOLUM DANGKAL METODE
PENDAHULUAN KANDUNGAN HARA DAN TINGKAT EROSI PADA LAHAN MIRING BERSOLUM DANGKAL Oleh: Nining Wahyunigrum dan Tyas Mutiara Basuki BADAN LITBANG KEHUTANAN BPTKPDAS SOLO Degradasi lahan di Indonesia umumnya
Lebih terperinciPEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DALAM PENGKLASIFIKASIAN BAHAYA EROSI PADA DAS TALAWAAN
PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DALAM PENGKLASIFIKASIAN BAHAYA EROSI PADA DAS TALAWAAN Prayitno (1), J. S. Tasirin (1), M. Y. M. A. Sumakud (1) & J.A. Rombang, MSc (1), 1 Program Studi Ilmu
Lebih terperinci