BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Perilaku Disiplin a. Pengertian Perilaku Behavior atau sering disebut dengan perilaku berkaitan erat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Perilaku Disiplin a. Pengertian Perilaku Behavior atau sering disebut dengan perilaku berkaitan erat"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Perilaku Disiplin a. Pengertian Perilaku Behavior atau sering disebut dengan perilaku berkaitan erat dengan kehidupan manusia yang berupa kegiatan yang dapat diamati perubahan dan gerakannya yang dipengaruhi secara kuat oleh pengalaman-pengalaman lingkungan. Menurut Sujiono (2009), perilaku merupakan bagian dari budi pekerti yang dapat membentuk sikap terhadap manusia, tuhan, diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan alam sekitar (hlm. 126). Hal senanda diungkapkan dalam Teori Behavioris, Skinner (1953) mengemukakan bahwa seluruh perilaku manusia dapat dijelaskan atau diamati sebagai respon yang terbentuk dari berbagai stimulus yang pernah diterimanya dari lingkungannya (Sujiono, 2009: 140). Bandura yakin bahwa anak belajar tidak hanya melalui pengalamannya tetapi juga melalui pengamatan, yakni mengamati apa yang dilakukan oleh orang lain (Desmita, 2009: 58). Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah pembentukan sikap, tanggapan individu manusia terhadap lingkungan yang didapatkan melalui pengalaman dan pengamatan yang mulai berkembang sekitar sejak lahir. b. Pengertian Disiplin Taman kanak-kanak merupakan tempat yang sangat berpengaruh dalam pembentukkan karakter anak usia dini. Penanaman pendidikan karakter sangatlah penting bagi anak usia dini terutama usia Taman Kanakkanak (TK) untuk menghadapi kehidupan di masa selanjutnya (SD). Salah satu unsur dari pendidikan karakter yaitu perilaku disiplin. 6

2 7 Wiyani & Barnawi (2013) mengemukakan Kata disiplin sendiri berasal dari bahasa Latin, yaitu disciplina dan discipulus yang berarti perintah dan peserta didik (hlm. 159). Jadi, disiplin dapat dikatakan sebagai perintah seorang guru kepada peserta didiknya. Hurlock (1999) mengatakan disiplin adalah berasal dari kata yang sama dengan "discipline" yakni seorang yang belajar dari atau secara sukarela mengikuti seorang pemimpin. Jadi disiplin adalah cara masyarakat mengajarkan perilaku moral yang diterima dalam kelompok, yang bertujuan menanamkan dan mendorong kepada peserta didik berperilaku moral yang baik sesuai dengan standar-standar yang ada (hlm. 82). Menurut Mini (2011) Disiplin adalah proses bimbingan yang bertujuan menanamkan pola perilaku tertentu, kebiasaan-kebiasaan tertentu atau membentuk manusia dengan ciri-ciri tertentu (hlm. 5). Sedangkan Kostelnik dan Marjorie (2007) Developmentally Appropriate Practise, Self discipline is the Voluntary, internal regulation of (Aulina, 2013: 38). Jadi menurut Kostelnik dan kawan-kawan, disiplin adalah sebuah perilaku sukarela (tanpa adanya paksaan) yang menunjukkan keteraturan internal akan peraturan-peraturan yang ada. Adnan mengemukakan berdisiplin adalah biasa mengerjakan secara tertib, memnfaatkan waktu untuk melakukan kegiatan positif, belajar secara teratur dan selalu mengerjakan sesuatu dengan penuh tanggung jawab (Wijonarti, 2004: 6). Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah Penanaman pola perilaku tertentu, pengendalian diri, ketaatan dan kepatuhan pada suatu aturan yang telah ditetapkan dengan penuh kesadaran tanpa adanya unsur paksaan. c. Tujuan Disiplin Tujuan awal dari disiplin ialah membuat anak terlatih dan terkontrol. Untuk mencapai itu, para orang tua dan guru harus mengajarkan kepada anak bentuk tingkah laku yang pantas dan tidak pantas. Hal senada

3 8 juga diungkapkan oleh Sirait (1988) yaitu tujuan utama disiplin adalah mengarahkan anak agar ia sendiri mampu mengontrol dirinya dan bisa melakukan aktivitas yang terarah sehingga tanpa disuruh ia telah berbuat sesuai norma yang berlaku (Wijonarti, 2004: 7). Aulina (2013) mengemukakan tujuan disiplin yaitu membentuk perilaku sedemikan rupa sehingga ia akan sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok budaya, tempat individu itu diidentifikasikan (hlm. 38). Christianti (2010) berpendapat tujuan disiplin pada anak terbagi atas tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Adapun tujuan jangka pendek yaitu untuk membuat anak-anak terlatih dan terkontrol, dengan mengajarkan bentuk perilaku yang pantas dan tidak pantas bahkan yang masih asing bagi mereka. Tujuan jangka panjang antara lain untuk membentuk perkembangan pengendalian diri sendiri (self control dan self direction), agar anak-anak dapat mengarahkan diri sendiri tanpa pengaruh dan pengendalian dari luar (hlm. 8). Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan disiplin adalah membentuk dan mengarahkan perilaku anak agar dirinya dapat melakukan aktivitas sesuai norma yang berlaku secara sadar tanpa adanya paksaan dari luar. d. Unsur-unsur Disiplin Menurut Hurlock (1999), bila disiplin mampu mendidik anak untuk dapat berperilaku sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh kelompok sosial mereka, maka disiplin harus memiliki empat unsur pokok yaitu : 1) Peraturan Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku, dimana pola tersebut ditetapkan oleh orang tua, guru atau teman bermain. Tujuannya adalah untuk membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu.

4 9 Adapun fungsi peraturan yaitu: a) Peraturan mempunyai nilai pendidikan, sebab peraturan memperkenalkan pada anak perilaku yang disetujui anggota kelompok tersebut; b) Peraturan membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan. 2) Hukuman Hukuman berasal dari kata kerja Latin, punire dan berarti menjatuhkan hukuman pada seseorang karena suatu kesalahan, perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan. Walaupun tidak dikatakan, namun tersirat bahwa kesalahan, perlawanan atau pelanggaran ini disengaja, dalam arti bahwa orang itu mengetahui bahwa perbuatan itu salah tetapi tetap melakukannya. Tujuan jangka pendek dari menjatuhkan hukuman adalah untuk menghentikan tingkah laku yang salah. Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk mengajar dan mendorong anak untuk menghentikan sendiri tingkah laku mereka yang salah. Hukuman merupakan salah satu unsur kedisiplinan yang dapat digunakan untuk membuat anak berperilaku sesuai standar yang ditetapkan kelompok sosial mereka. Hukuman memiliki tiga fungsi penting dalam perkembangan moral anak, yaitu: a) Menghalangi, hukuman dapat menghalangi pengulangan tindakan yang tidak diinginkan oleh masyarakat; b) Mendidik, Sebelum anak memahami konsep peraturan, mereka akan mempelajari manakah tindakan yang benar dan mana tindakan yang tidak benar; c) Motivasi, Fungsi hukuman yang ketiga adalah untuk menghindari perilaku yang tidak diterima masyarakat. 3) Penghargaan Penghargaan berarti tiap bentuk penghargaan untuk suatu hasil yang baik. Penghargaan tidak perlu berbentuk materi, tetapi dapat berupa kata-kata pujian, senyuman atau tepukan di punggung.

5 10 Penghargaan mempunyai beberapa peranan penting dalam mengajar anak untuk berperilaku sesuai dengan cara yang direstui masyarakat yaitu: a) Penghargaan mempunyai nilai mendidik; b) Penghargaan sebagai motivasi untuk mengulangi perilaku yang disetujui secara sosial. Apapun bentuk penghargaan yang digunakan, penghargaan itu harus sesuai dengan perkembangan anak. Bila tidak, ia akan kehilangan efektivitasnya. Dengan meningkatnya usia, penghargaan bertindak sebagai sumber motivasi yang kuat bagi anak untuk melanjutkan usahanya untuk berperilaku sesuai dengan harapan. 4) Konsistensi Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas. Peraturan, hukuman dan penghargaan yang konsisten membuat anak tidak bingung terhadap apa yang diharapkan dari mereka. Ada beberapa fungsi konsistensi yaitu : a) Mempunyai nilai mendidik; b) Mempunyai nilai motivasi yang kuat; c) Mempertinggi penghargaan terhadap peraturan danorang yang berkuasa. Anak yang terus diberi pendidikan disiplin yang konsisten cenderung lebih matang disiplin dirinya bila dibandingkan anak yang tidak diberi disiplin secara konsisten (hlm. 84- sebagai berikut : unsur disiplin adalah 1) Mengikuti dan menaati peraturan, nilai dan hukum yang berlaku; 2) Pengikutan dan ketaatan tersebut terutama muncul karena adanya kesadaran diri bahwa hal itu berguna bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Dapat juga muncul karena rasa takut, tekanan, paksaan dan dorongan dari luar dirinya; 3) Sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina, dan membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan; 4)Hukuman yang diberikan bagi yang melanggar ketentuan yang berlaku, dalam rangka mendidik, melatih, mengendalikan dan memperbaiki tingkah laku; 5) Peraturan-peraturaan yang berlaku sebagai pedoman dan ukuran perilaku.(hlm 33) Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur dari disiplin yaitu peraturan, hukuman, penghargaan sebagai motivasi

6 11 berprilaku, dan konsistensi berbentuk ketaatan. Dalam penelitian ini perilaku disiplin yang dimaksudkan mengandung unsur peraturan, penghargaan dan konsistensi. Peneliti tidak memasukkan unsur hukuman, sebab peneliti memfokuskan pada penanaman perilaku disiplin pada diri anak, harapannya perilaku disiplin tersebut muncul karena adanya kesadaran diri anak itu sendiri. e. Bentuk-bentuk Disiplin Menurut Hurlock (1999) ada beberapa tipe-tipe disiplin yaitu antara lain: 1) Disiplin Otoriter Merupakan disiplin yang menggunakan peraturan dan pengaturan yang keras untuk memaksakan perilaku yang diinginkan. Disiplin otoriter selalu berarti mengendalikan melalui kekuatan eksternal dalam bentuk hukuman, terutama hukuman badan. Contohnya adalah guru yang memberi peraturan keras di dalam kelas, apabila siswa tidak mengerjakan pekerjaan rumah maka harus berdiri di depan kelas selama jam pelajaran berlangsung. 2) Disiplin Permisif Disiplin permisif berarti sedikit disiplin atau tidak berdisiplin. Disiplin permisif biasanya tidak membimbing anak ke pola perilaku yang disetujui secara sosial dan tidak menggunakan hukuman. Anak dibiarkan meraba-raba dalam situasi yang terlalu sulit untuk ditanggulangi oleh mereka sendiri tanpa bimbingan atau pengendalian.contohnya adalah guru yang tidak memberikan hukuman apapun kepada siswanya yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah, jadi ia membiarkan siswanya yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah begitu saja tanpa memberinya pengarahan bahwa tindakan yang dilakukannya tersebut merupakan hal yang tidak baik.

7 12 3) Disiplin Demokratis Disiplin demokratis menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu diharapkan. Metode ini lebih menekankan aspek edukatif dari disiplin daripada aspek hukumannya.disiplin demokratis menggunakan hukuman dan penghargaan, dengan penekanan yang lebih besar pada penghargaan. Hukuman tidak pernah keras dan biasanya tidak berbentuk hukuman badan. Hukuman hanya digunakan bila terdapat bukti bahwa anak secara sadar menolak melakukan apa yang diharapkan dari mereka. Bila perilaku anak memenuhi standar yang diharapkan,orang tua yang demokratis akan menghargainya dengan pujian atau pernyataan persetujuan yang lain. Contohnya adalah guru yang memberikan pendekatan personal kepada siswanya yang melanggar tata tertib sekolah, misalnya tidak menggunakan seragam sekolah dengan memberikan pengarahan mengapa menggunakan seragam sekolah itu penting. Guru memberikan peringatan dan siswa tidak diberikan hukuman yang keras. Dan apabila siswa tersebut di lain waktu telah menggunakan seragam sekolah lengkap, guru akan memberikan penghargaan kepadanya berupa pujian dan penguatan agar siswa tersebut terus menggunakan seragam sesuai aturan (hlm. 93). Dalam penelitian ini menggunakan bentuk disiplin demokratis, anak diberikan pemahaman dan penanaman pentingnya berprilaku disiplin disekolah menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perlu berperilaku disiplin. Adapun pendapat yang senada juga disampaikan oleh Christianti (2010) yaitu 1) disiplin otoriter yang mengharuskan anak tunduk dan patuh pada aturan dan menggunakan hukuman sebagai bentuk pelajaran agara anak tidak mengulanginya; 2) disiplin permisif yang sangat minim sekali aturan atau kendali, anak dituntut untuk mengatasi permasalahan

8 13 mereka sendiri; 3) disiplin demokratis yaitu bentuk pendekatan kepada anak untuk menekankan aspek edukatif dari disiplin daripada aspek hukumannya (hlm. 7). Dari kedua pendapat ahli tersebut dapat peneliti simpulkan bentuk-bentuk disiplin yaitu disiplin otoriter, disiplin permisif dan disiplin demokratis. f. Fungsi Disiplin Disiplin memiliki fungsi-fungsi yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Committee for Children (2004) mengemukakan, purpose of discipline is to encourage moral, physical, and intellectual development and a sense of responsib, yang berarti fungsi disiplin adalah untuk mendorong perkembangan moral, fisik, dan intelektual dan rasa tanggung jawab pada anak-anak (American Humane Association, 2013: 1). disiplin, yaitu : 1) Menata Kehidupan Bersama Fungsi disiplin adalah mengatur tata kehidupan manusia, dalam kelompok tertentu atau dalam masyarakat. Dengan begitu, hubungan antara individu satu dengan yang lain menjadi baik dan lancar. 2) Membangun Kepribadian Lingkungan yang berdisiplin baik, sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. Apalagi seorang siswa yang sedang tumbuh kepribadiannya, tentu lingkungan sekolah yang tertib, teratur, tenang, tenteram, sangat berperan dalam membangun kepribadian yang baik. 3) Melatih Kepribadian Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin tidak terbentuk serta-merta dalam waktu singkat. Namun, terbentuk melalui satu proses yang membutuhkan waktu panjang. Salah satu proses untuk membentuk kepribadian tersebut dilakukan melalui latihan. 4) Pemaksaan Dari pendapat itu, disiplin dapat terjadi karena dorongan kesadaran diri. Disiplin dengan motif kesadaran diri ini lebih baik dan kuat. Dengan melakukan kepatuhan dan ketaatan atas kesadaran diri,

9 14 bermanfaat bagi kebaikan dan kemajuan diri. Sebaliknya, disiplin dapat pula terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar. 5) Menciptakan Lingkungan yang Kondusif Disiplin sekolah berfungsi mendukung terlaksananya proses dan kegiatan pendidikan agar berjalan lancar. Ha1 itu dicapai dengan merancang peraturan sekolah, yakni peraturan bagi guru-guru, dan bagi para siswa, serta peraturan-peraturan lain yang dianggap perlu. Kemudian diimplementasikan secara konsisten dan konsekuen. Dengan demikian, sekolah menjadi lingkungan pendidikan yang aman, tenang, tenteram, tertib dan teratur. Lingkungan seperti ini adalah lingkungan yang kondusif bagi pendidikan (Saputra, 2007: 20). Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi disiplin yaitu mendorong perkembangan moral anak, membangun dan melatih kepribadian anak dalam penataan hidup guna menciptakan lingkungan yang kondusif dan melatih rasa tanggung jawab anak. g. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Hurlock (1999) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi cara mendisiplin antara lain: 1) Kesamaan dengan disiplin yang digunakan orang tua dan guru; 2) Penyesuaian dengan cara yang disetujui kelompok; 3) Usia orang tua dan guru; 4) Pendidikan untuk menjadi orang tua atau guru; 5) Jenis kelamin; 6) Status sosioekonomi; 7) Konsep mengenai peran orang dewasa; 8) Jenis kelamin anak; 9) Usia anak; dan 10) Situasi).(hlm. 93) Beberapa faktor lainnya juga diungkapkan oleh Haditono (1984) yang mempengaruhi perilaku disiplin, antara lain yaitu: 1) diri anak itu sendiri; 2) sikap pendidik; 3) lingkungan; dan 4) tujuan.(faiz, 2012: 49) Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin anak yaitu, 1) faktor dari dalam diri anak; 2) penerapan disiplin yang digunakan orang tua dan guru; 3) usia orang tua dan guru yang mengasuh; 4) jenis kelamin dan usia anak; 5) lingkungan; dan 6) tujuan disiplin itu sendiri. h. Disiplin pada Anak Usia Dini J.J. Rouseau mengemukakan disiplin merupakan sikap moral seseorang yang tidak secara otomatis ada pada dirinya sejak lahir, tetapi dibentuk oleh

10 15 lingkungan melalui pola asuh dan perlakuan orang tuanya, guru serta orangorang dewasa lain di sekitar dirinya. Pada dasarnya anak itu lahir dengan sifat-sifatnya yang baik, ia hanya akan memiliki sifat-sifat jahat apabila ada pengaruh dari orang dewasa yang biasanya salah dalam membimbingnya yaitu dengan disiplin keras dengan contoh-contoh yang buruk (Arfiani, 2011: 8). Disiplin yang ditanamkan pada masa kanak-kanak harus menyesuaikan dengan perkembangan usia anak. Menurut Menurut Sujiono (2009) perkembangan disiplin anak usia dini antara lain: 1) Masa bayi 0 sampai 3 tahun walaupun Pada masa ini anak sudah mampu mengikuti pola disiplin sedikit menyulitkan. Disiplin dapat terbentuk berdasarkan pembentukan kebiasaan orang tua, misalnya : menyusui tepat waktu, makan tepat waktu, tidur tepat waktu, dan toilet training. 2) Masa kanak-kanak usia 3 sampai 8 tahun Anak mulai patuh terhadap tuntutan atau aturan orang tua dan lingkungan sosialnya, dapat merapikan kembali mainan yang habis digunakan, mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, mentaati peraturan/tata tertib secara menyeluruh.(aulina, 2013: 7) 2. Hakikat Metode Role playing a. Hakikat Metode Pembelajaran Metode pembelajaran menurut Suyono dan Hariyanto (2011) adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan (hlm. 19). Hamdani (2011) berpendapat Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk menyampaikan pelajaran kepada siswa. Karena penyampaian itu berlangsung dalam interaksi edukatif, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran (hlm. 80).

11 16 Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Macam-macam metode pembelajaran menurut Sanjaya (2009) yaitu sebagai berikut : 1) Metode ceramah Metode ceramah merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dengan penyajian materi melalui penjelasan secara lisan atau penjelasan secara langsung oleh seorang guru kepada sekelompok siswa. 2) Metode demonstrasi Metode demonstrasi adalah metode penyajian pembelajaran dengan cara memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi, atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan secara langsung maupun melalui penggunaan media pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan yang sedang disajikan. 3) Metode diskusi Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan dimana guru bersama-sama siswa mencari jalan pemecahan atas persoalan yang dihadapi. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan. 4) Metode proyek Metode proyek merupakan salah satu cara pemberian pengalaman belajar dengan menghadapkan anak dengan persoalan sehari-hari yang harus dipecahkan secara berkelompok. 5) Metode eksperimen Metode eksperimen adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya.

12 17 6) Metode pemberian tugas Metode pemberian tugas adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan cara guru memberi tugas tertentu kepada siswa dalam waktu yang telah ditentukan dan siswa mempertanggungjawabkan tugas yang dibebankan kepadanya. 7) Metode problem solving Metode problem solving merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan suatu permasalahan, yang kemudian dicari penyelesaiannya dengan dimulai dari mencari data sampai pada kesimpulannya. 8) Metode karyawisata Metode karyawisata adalah metode dalam proses pembelajaran siswa perlu diajak keluar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau objek yang mengandung sejarah, hal ini bukan rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat langsung atau kenyataan. 9) Metode tanya jawab Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. 10) Metode sosiodrama atau role playing Metode role playing adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada saat mendatang. Siswa melakukan peran masingmasing sesuai dengan tokoh yang ia perankan.(hlm ) Salah satu metode yang akan dibahas oleh peneliti adalah metode bermain peran atau metode role playing.

13 18 b. Pengertian Metode Role playing Menurut Zaini, Munthe, Aryani Role-Play aktivitas pembelajaran terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan- Craciun (2010) dalam jurnal internasional mengemukakan bahwa -playing is an interesting, agreeable and motivating way of engaging the student in the activities that are to be presented in classroom and that trough it ideas can be sketched or debates take place... role-playing adalah cara yang menarik, menyenangkan dan memotivasi melibatkan siswa dalam kegiatan yang akan disajikan di kelas dan bahwa palung itu ide dapat membuat Menurut Lankoski (2012) dalam jurnal internasional berpendapat -playing is a specific kind of pretence-play activity, namely pretending to be somebody else in fictional game world confined by bermain pura-pura, yaitu berpura-pura menjadi orang lain di dunia permainan fiksi yang dibatasi oleh aturan. (hlm. 35) Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa Role playing adalah suatu pembelajaran yang dirancang dengan cara yang menarik dan menyenangkan melibatkan interaksi, fantasi, imajinasi dimana peserta didik ikut terlibat aktif memainkan peran-peran tertentu. c. Langkah-Langkah Metode Role playing Shaftels dalam Joyce, Weil, dan Calhoun (2009) berpendapat bahwa role playing terdiri dari sembilan langkah, yaitu antara lain : 1) Warm up the group, yaitu memanaskan suasana kelompok, yakni mengidentifikasi dan memaparkan masalah, menjelaskan masalah, menafsirkan masalah, dan menjelaskan role playing. 2) Select participants, yaitu memilih partisipan, yakni menganalisis peran, memilih pemain yang akan melakukan peran. 3) Set the stage, yaitu mengatur setting tempat kejadian, yakni mengatur sesi-sesi tindakan, kembali menegaskan peran, lebih mendekat pada situasi yang bermasalah

14 19 4) Prepare observers, yaitu menyiapkan pengamat, yakni memutuskan apa yang akan dicari, memberikan tugas pengamatan. 5) Enact, yaitu pemeranan, yakni memulai role play, mengukuhkan role play, menyudahi role play. 6) Discuss and evaluate, yaitu berdiskusi dan mengevaluasi, yakni mereview pemeranan (kejadian, posisi, kenyataan), mendiskusikan fokus-fokus utama, mengembangkan pemeranan selanjutnya. 7) Reenact, yaitu memerankan kembali, yakni memainkan peran yang diubah, memberi masukan atau alternatif perilaku dalam langkah selanjutnya. 8) Discuss and evaluate, yaitu diskusi dan evaluasi, yakni sebagaimana dalam tahap enam. 9) Share experiences and generalize, yaitu saling berbagi dan mengembangkan pengalaman, yakni menghubungkan situasi yang bermasalah dengan kehidupan di dunia nyata serta masalah-masalah yang baru muncul. Menjelaskan prinsip umum dalam tingkah laku. (hlm ). Menurut Soebrata (1997) langkah-langkah penyajian metode role playing (bermain peran) yaitu adalah: 1) di deskripsikan skenario kejadian atau situasi yang akan dipentaskan; 2) mempelajari karateristik peranan yang akan di pentaskan; 3) memilih pemeran dan menugaskan untuk menghayati peran yang harus di bawakan; 4) melaksanakan bermain peran; 5) debriefing atau kegiatan mendiskusikan hasil bermain peran.(wijonarti, 2004: 24) Dari pendapat diatas dapat peneliti simpulkan bahwa langkahlangkah penyajian metode role playing yaitu: 1) menjelaskan masalah atau skenario yang akan dimainkan; 2) menganalisis dan menentukan peran yang akan dimainkan; 3) menentukan setting atau tempat untuk bermain peran; 4) meaksanakan bermain peran; 5) berdiskusi dan mengevaluasi hasi dari bermain peran, yakni mereview pemeranan (kejadian, posisi, kenyataan).

15 20 Adapun langkah langkah-langkah penyajian metode role playing dalam penelitian ini yaitu: 1) menjelaskan kepada anak bahwa kegiatan hari ini adalah bermain peran, mendeskripsikan skenario kejadian atau situasi yang akan diperankan, 2) menganalisis peran dan menentukan peran melalui diskusi dengan anak, 3) mengatur setting tempat kejadian untuk bermain peran, 4) melaksanakan role playing, 5) setelah kegiatan role playing selesai, guru mendiskusikan dan mengevaluasi hasil dari bermain peran yang dilakukan menghubungkan situasi yang bermasalah dengan kehidupan nyata khususnya mengenai tingkah laku anak. d. Kelebihan dan Kekurangan Metode Role playing Metode role playing memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, adapun kelebihan metode role playing menurut Djamarah dan Zain (2002), adalah sebagai berikut: 1) Siswa melatih dirinya untuk melatih, memahami, dan mengingat isi bahan yang akan didramakan. Sebagai pemain harus memahami, menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang harus diperankannya. Dengan demikian, daya ingatan siswa harus tajam dan tahan lama. 2) Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu main drama para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia. 3) Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah. Jika seni drama mereka dibina dengan baik kemungkinan besar mereka akan menjadi pemain yang baik kelak. 4) Kerja sama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya. 5) Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya. 6) Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain. (hlm ) Kemudian Craciun (2010) dalam jurnal internasional mengemukakan : There are many advantages for learning science trough role play. Role-play: 1) encourages students to create their own reality; 2) develops the ability to interact to other people; 3)increases

16 21 students motivation; 4) engages shy students in class activities; 5) makes students self confidence; 6) helps students to identify and correct misunderstandings; 7) is agreeable and fun; 8) shows students that the real world is complex and problems that appear in the real world cannot be solved by simply memorizing information; 9) underlines the simultaneous use of different skills (acquired separately) (. Dari pendapat Craciun, terdapat 9 kelebihan menggunakan metode role playing antara lain 1) mendorong siswa untuk menciptakan realitas mereka sendiri; 2) mengembangkan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain; 3) meningkatkan motivasi belajar siswa 4) melibatkan para siswa pemalu dalam kegiatan kelas; 5) membuat siswa percaya diri; 6) membantu siswa untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah; 7) bersifat menyenangkan; 8) memperlihatkan pada siswa bahwa dunia nyata yang kompleks dan masalah yang muncul di dunia nyata tidak dapat diselesaikan dengan hanya menghafal informasi; 9) menggarisbawahi penggunaan simultan dengan kemampuan yang berbeda (yang diperoleh secara terpisah). Dari kedua pendapat ahli diatas dapat peneliti simpulkan kelebihan metode role playing yaitu: meningkatnya interaksi dan kerjasama antar anak dengan teman dan orang lain, meningkatkan rasa percaya diri anak, merangsang perubahan perilaku anak (karena role playing memberi pengalaman langsung kepada anak tentang kehidupan dunia nyata yang kompleks, dimana anak dihadapkan pada suatu permasalah yang harus diselesaikan bersama), bersifat menyenangkan, bahasa lisan anak dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain. Metode role playing ternyata juga memiliki beberapa kelemahan, Wahab (2007) mengemukakan beberapa kelemahan dalam menggunakan metode bermain peran (Role playing) diantaranya: 1) Jika siswa tidak dipersiapkan dengan baik ada kemungkinan tidak akan melakukan secara sungguh-sungguh; 2) Bermain peran mungkin tidak akan berjalan dengan baik jika suasana kelas tidak mendukung; 3) Bermain peran tidak selamanya menuju pada arah yang diharapkan seseorang yang memainkannya, bahkan juga mungkin akan berlawanan dengan apa yang diharapkannya; 4) Siswa sering mengalami kesulitan untuk memerankan peran secara baik khususnya jika mereka tidak diarahkan atau tidak ditugasi dengan

17 22 baik. Siswa perlu mengenal dengan baik apa yang akan diperankannya; 5) Untuk berjalan dengan baik sebuah bermain peran, diperlukan kelompok yang sensitif, imajinatif, terbuka, saling mengenal sehingga dapat bekerjasama dengan baik; 6) Memerlukan alokasi waktu yang lama.(pratiwi, 2010: 28) Kemudian Djamarah dan Zain (2002) juga mengemukakan kelemahan dari metode role playing yaitu: 1)Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi kurang kreatif; 2) Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka pemahaman isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan pertunjukan; 3) Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit menjadi kurang bebas; 4) Sering kelas lain terganggu oleh suara pemain dan para penonton yang kadang-kadang bertepuk tangan, dan sebagainya.(hlm ) Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kelemahan metode role playing yaitu, banyak memakan waktu (baik waktu persiapan maupun pada pelaksanaan pertunjukan), anak yang tidak ikut bermain peran menjadi pasif, jika konsentrasi anak terganggu dapat mengakibatkan bermain peran menjadi kurang efektif, memerlukan tempat yang luas agar dapat bergerak bebas, kelas lain dapat terganggu oleh suara pemain dan penonton yang bersorak dan bertepuk tangan. 3. Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Usia 4-5 Tahun Peneliti mengambil beberapa indikator yang akan dijadikan acuan untuk membuat aspek-aspek yang diukur sesuai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan. Indikator-indikator tersebut berasal dari Tingkatan Pencapaian Perkembangan (TPP) yang bersumber dari Pemendiknas No. 58 Tahun 2009 yang telah dituangkan dalam Matriks Kurikulum Taman Kanak-kanak emosional usia 5 Kelompok B. Adapun indikator dari perkembangan sosial yaitu 1) bermain bersama; 2) bekerja secara mandiri; 3) berani pergi dan pulang sekolah sendiri bagi; 4) bermain sesuai jenis permainan yang dipilihnya; 5) membuang sampah pada tempatnya; 6) merapikan mainan setelah digunakan; 7) mentaati peraturan yang berlaku; 8) berangkat sekolah tepat waktu; dan 9) memelihara milik sendiri. Kemudian peneliti mengambil beberapa indikator dari perkembangan sosial emosional

18 23 usia 5 samp untuk dijadikan aspek yang akan diukur pada indikator kinerja yaitu 1) mentaati peraturan yang berlaku; 2) berangkat sekolah tepat waktu, 3) bekerja secara mandiri (lampiran 2 halaman 72). B. Penelitian yang Relevan Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis tentang hasilhasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan dengan penelitian yang diteliti. Menurut penulis, ada beberapa penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian ini, diantaranya: Fitriana (2013), dengan judul Upaya Meningkatkan Disiplin melalui Metode Bercerita pada Anak Kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal Gluntung Pandak Bantul Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan metode bercerita dapat meningkatkan disiplin anak. Kedisiplinan anak pada akhir tindakan siklus I diketahui bahwa dalam aspek ketuntasan mengerjakan tugas, anak yang mencapai skor 4 ada empat anak (28,6%). Pada aspek menunggu giliran bermain, anak yang mencapai skor 4 ada satu anak (7,1%). Pada aspek datang tepat waktu, anak yang mencapai skor 2 ada lima anak (35,7%), anak yang mencapai skor 4 ada dua anak (14,3%). Pada akhir tindakan siklus II, yaitu pada aspek ketuntasan mengerjakan tugas, anak yang mencapai skor 4 ada 13 anak (92,9%). Pada aspek menunggu giliran bermain, anak yang mencapai skor 4 ada 12 anak (85,7%). Pada aspek ketepatan waktu, anak yang mencapai skor 4 ada 11 anak (78,6%). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran dengan metode bercerita dapat meningkatkan disiplin anak. Penelitian Fitriyana tersebut diatas, relevan dengan penelitian ini. Persamaan kedua penelitian ini yaitu pada aspek yang akan ditingkatkan yaitu sama-sama untuk meningkatkan perilaku disiplin. Selain memiliki persamaan, kedua penelitian ini juga memiliki perbedaan yaitu penelitian yang dilakukan Fitriyana adalah dengan Metode Bercerita pada Kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal Gluntung Pandak Bantul Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013,

19 24 sedangkan penelitian ini adalah dengan penerapan Metode Role playing pada anak Kelompok B TK Aisyiyah 21 Premulung tahun ajaran 2013/2014. Hasil penelitian lainnya oleh Purnajati, Sulastri, & Kusmaryatni (2013) Implementasi Metode Mengajar dengan Teknik Bermain Peran untuk Meningkatkan Kemampuan berbahasa Siswa Kelompok B TK Widya kumara Sari Kubutambahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berbahasa pada anak kelompok B Tahun pelajaran 2012/2013 di TK Widya Kumara Sari dengan menerapakan metode mengajar dengan teknik bermain peran. Hasil penelitian ini menemukan bahwa penerapan metode bermain peran dapat meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak kelompok B Tahun pelajaran 2012/2013 di TK Widya Kumara Sari. Hal ini dapat di lihat dari perolehan rata-rata persentase kemampuan berbahasa pada siklus I sebesar 59,34% yang berada pada kategori rendah dan meningkat pada siklus II menjadi 75,00% yang berada pada kategori cukup. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbahasa pada anak kelompok B tahun pelajaran 2012/2013 di TK Widiya Kumara Sari dapat meningkat setelah menerapkan metode bermain peran dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak. Penelitian Purnajati, Sulastri, & Kusmaryatni diatas, relevan dengan penelitian ini. Persamaan kedua penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan metode bermain peran (role playing), perbedaan pada penelitian ini berupa aspek yang ditingkatkan yaitu kemampuan berbahasa anak Kelompok B TK Widiya Kumara Sari tahun pelajaran 2012/2013, sedangkan penelitian ini aspek yang ditingkatkan yaitu perilaku disiplin anak Kelompok B TK Aisyiyah 21 Premulung. Dari hasil penelitian Fitriana (2013) dan Purnajati, Sulastri, & Kusmaryatni (2013) menguatkan peneliti untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul Penerapan Metode Role playing untuk meningkatkan disiplin anak kelompok B TK Aisyiyah 21 Premulung Tahun Ajaran 2013/2014.

20 25 C. Kerangka Berpikir Kondisi awal anak kelompok B TK Aisyiyah 21 Premulung masih belum menunjukkan perilaku disiplin sesuai yang diharapkan yaitu anak yang datang ke sekolah tidak tepat waktu, tidak berseragam rapi, tidak melaksanakan tugas-tugas kelas yang menjadi tanggung jawabnya, serta tidak mentaati peraturan yang berlaku lainnya. Hal tersebut muncul disebabkan oleh proses pembelajaran yang dilakukan tenaga pendidik cenderung pada pencapaian target materi, mementingkan pada penghafalan konsep serta kurang dalam penanaman disiplin anak secara real. Penanaman perilaku disiplin hanya sebatas teori dan lisan saja, maka hasilnya penanaman perilaku disiplin kurang maksimal diterapkan oleh guru di TK Aisyiyah 21 Premulung. Salah satu cara yang diharapkan dapat dilakukan untuk meningkatkan perilaku disiplin anak yaitu dengan menerapkan role playing. Role playing adalah suatu pembelajaran yang dirancang dengan cara yang menarik dan menyenangkan melibatkan interaksi, fantasi, imajinasi dimana anak terlibat aktif memainkan peran-peran tertentu. Melalui role playing anak dapat memerankan peristiwaperistiwa yang dirancang oleh guru maupun bersama dengan anak, misalnya datang kesekolah tepat waktu. Kemudian perilaku disiplin anak akan meningkat dengan penerapan metode role playing. Berdasarkan uraian di atas dapat digambarkan kerangka berpikir pada bagan gambar 2.1 sebagai berikut:

21 26 Kondisi awal Guru menggunakan metode pembelajaran konvensional Perilaku disiplin anak masih rendah Tindakan Guru menggunakan metode role playing dalam pembelajaran Siklus I Siklus II Kondisi akhir Meningkatnya perilaku disiplin anak kelompok B TK Aisyiyah 21 Premulung Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian tindakan kelas dapat dirumuskan sebagai berikut. disiplin anak kelompok B TK Aisyiyah 21 Premulung Tahun ajaran 2013/2014 akan meningkat melalui penerapan metode role playing

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU DISIPLIN ANAK KELOMPOK B TK AISYIYAH 21 PREMULUNG TAHUN AJARAN 2013/2014

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU DISIPLIN ANAK KELOMPOK B TK AISYIYAH 21 PREMULUNG TAHUN AJARAN 2013/2014 PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU DISIPLIN ANAK KELOMPOK B TK AISYIYAH 21 PREMULUNG TAHUN AJARAN 2013/2014 Nanda Muna Ayuni 1, Lies Lestari 2, Yudianto Sujana 1 1 Program Studi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata benda communion yang dalam. persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan.

BAB II LANDASAN TEORI. satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata benda communion yang dalam. persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Interpersonal 2.1.1 Pengertian Komunikasi Kata komunikasi berasal dari kata latin cum yang kata depan yang berarti dengan, bersama dengan, dan unus yaitu kata bilangan

Lebih terperinci

METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS. Oleh : Ari Yanto )

METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS. Oleh : Ari Yanto ) METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS Oleh : Ari Yanto ) Email : ari.thea86@gmail.com Abstrak Salah satu masalah yang dihadapi oleh tenaga pengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia 6 tahun. Secara alamiah perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. seorang karakter di suatu cerita fiksi. Pada metode bermain peranan, titik tekanannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. seorang karakter di suatu cerita fiksi. Pada metode bermain peranan, titik tekanannya BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Metode Bermain Peran Bermain peran adalah suatu tipe permainan dimana pemain mengatur peran seorang karakter di suatu cerita fiksi. Pada metode bermain

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5 Hasil belajar adalah perubahan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR Guru TK ABA 010 Cabang Kuok Kabupaten Kampar email: herlinaher@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu gambaran untuk kemampuan yang ada pada diri seseorang. Kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu berbeda-beda, dengan adanya

Lebih terperinci

Penerapan Metode Role Playing Untuk Meningkatkan Perilaku Empati Pada Anak Kelompok B TK Islam Bakti IX Kerten Tahun 2013/2014

Penerapan Metode Role Playing Untuk Meningkatkan Perilaku Empati Pada Anak Kelompok B TK Islam Bakti IX Kerten Tahun 2013/2014 Penerapan Metode Role Playing Untuk Meningkatkan Perilaku Empati Pada Anak Kelompok B TK Islam Bakti IX Kerten Tahun 2013/2014 Saparida Rahmi U 1, Siti Wahyuningsih 1, Yudianto Sujana 1 1 Program Studi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Sosialisasi Anak Prasekolah 1. Pengertian Sosialisasi Sosialisasi menurut Child (dalam Sylva dan Lunt, 1998) adalah keseluruhan proses yang menuntun seseorang, yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Istilah disiplin berasal dari bahasa latin : Disciplina yang berarti tertib,

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Istilah disiplin berasal dari bahasa latin : Disciplina yang berarti tertib, 5 BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Hakikat Disiplin Anak 2.1.1 Pengertian Disiplin Istilah disiplin berasal dari bahasa latin : Disciplina yang berarti tertib, taat atau mengandalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang LISTYA ANGGRAENI, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang LISTYA ANGGRAENI, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia kanak-kanak, merupakan usia belajar berbagai hal. Pada fase ini, anak juga belajar mengembangkan emosinya. Karena pengaruh faktor kematangan dan faktor belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Meta Nurlaela, 2014 Meningkatkan kedisiplinan anak melalui pemberian teknik token

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Meta Nurlaela, 2014 Meningkatkan kedisiplinan anak melalui pemberian teknik token BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini memiliki peranan sangat penting untuk mengembangkan kepribadian anak serta mempersiapkan mereka memasuki jenjang pendidikan selanjutnya

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN USIA 5 6 TAHUN DI TK 011 PERMATAKU MERANGIN KABUPATEN KAMPAR

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN USIA 5 6 TAHUN DI TK 011 PERMATAKU MERANGIN KABUPATEN KAMPAR MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN USIA 5 6 TAHUN DI TK 0 PERMATAKU MERANGIN KABUPATEN KAMPAR Guru TK 0 Permataku Merangin Kabuapten Kampar email: gustimarni@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Disiplin BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari aktivitas atau kegiatan, kadang kegiatan itu kita lakukan dengan tepat waktu tapi kadang

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMERANAN DRAMA. Kata Kunci : Metode Bermain Peran dan Pemeranan Drama

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMERANAN DRAMA. Kata Kunci : Metode Bermain Peran dan Pemeranan Drama PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMERANAN DRAMA R. ArnisFahmiasih 1 ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masalah kemampuan pembelajaran sastra dalam memerankan drama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan oleh sebagian besar guru. Apakah hal tesebut dikarenakan guru kurang

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan oleh sebagian besar guru. Apakah hal tesebut dikarenakan guru kurang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Metode role playing pada proses belajar mengajar jarang atau tidak pernah dilaksanakan oleh sebagian besar guru. Apakah hal tesebut dikarenakan guru kurang memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa, oleh karena itu setiap warga Negara harus wajib mengikuti jenjang pendidikan baik jenjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. begitu saja terjadi sendiri secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. begitu saja terjadi sendiri secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa anak merupakan masa yang menyenangkan, karena sebagian besar waktunya untuk bermain. Anak dapat berkembang dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Lingkungan

Lebih terperinci

mendapatkan penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebijaksanaan.

mendapatkan penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebijaksanaan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kedisiplinan Belajar 2.1.1. Pengertian Kedisiplinan Belajar Kedisiplinan belajar adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari sekolah yang

Lebih terperinci

Peningkatan Pemahaman Tata cara pernikahan Melalui Metode Role Playing dan Demonstrasi Pada Siswa Kelas XII

Peningkatan Pemahaman Tata cara pernikahan Melalui Metode Role Playing dan Demonstrasi Pada Siswa Kelas XII Peningkatan Pemahaman Tata cara pernikahan Melalui Metode Role Playing dan Demonstrasi Pada Siswa Kelas XII Amin Tantri Hidayah (1) 1 SMA Negeri 1 Blitar, Email: 1 amintantrihidayah.@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK TK PERTIWI PABLENGAN MATESIH KARANGANYAR TAHUN 2012

UPAYA MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK TK PERTIWI PABLENGAN MATESIH KARANGANYAR TAHUN 2012 UPAYA MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK TK PERTIWI PABLENGAN MATESIH KARANGANYAR TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS IV SDN 1 LUNDONG

PENGGUNAAN MODEL ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS IV SDN 1 LUNDONG PENGGUNAAN MODEL ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS IV SDN 1 LUNDONG Rustiana Primasari 1, Wahyudi 2, Joharman 3 PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jl. Kepodang 67A

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. datang, jika suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. datang, jika suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang berkualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun. Anak usia dini merupakan sumber daya manusia yang sangat penting dan berpotensi tinggi untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang mengembangkan nilainilai karakter bangsa pada diri peserta didik, sehingga peserta didik dapat memaknai karakter bangsa

Lebih terperinci

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa.

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Demonstrasi 1. Pengertian Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aktivitas Belajar 2.1.1. Pengertian Aktivitas Belajar Sanjaya (2009: 130) mengungkapkan bahwa aktifitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktifitas fisik akan tetapi juga meliputi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Ngajaran 03 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Subyek yang menjadi penelitian

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN SISWA PADA MATA DIKLAT MELAKSANAKAN PELAYANAN PRIMA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING

MENINGKATKAN KETERAMPILAN SISWA PADA MATA DIKLAT MELAKSANAKAN PELAYANAN PRIMA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING Meningkatkan Keterampilan Siswa (Ike Apriliani) MENINGKATKAN KETERAMPILAN SISWA PADA MATA DIKLAT MELAKSANAKAN PELAYANAN PRIMA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING Ike Apriliani Pascasarjana

Lebih terperinci

PERANAN ORANGTUA DALAM MENANAMKAN DISIPLIN ANAK USIA DINI. DAMAIWATY RAY Dosen PG PAUD FIP Unimed

PERANAN ORANGTUA DALAM MENANAMKAN DISIPLIN ANAK USIA DINI. DAMAIWATY RAY Dosen PG PAUD FIP Unimed PERANAN ORANGTUA DALAM MENANAMKAN DISIPLIN ANAK USIA DINI DAMAIWATY RAY Dosen PG PAUD FIP Unimed Email : damaiwaty@gmail.com ABSTRAK Salah satu aspek yang penting yang harus di bentuk dan dikembangkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Prasiklus Kondisi prasiklus merupakan titik awal munculnya penelitian tindakan kelas ini. Kegiatan pra tindakan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengawali

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan melalui praktik pembelajaran di kelas 6 SD Negeri 2 Getas Kecamatan Kradenan Kabupaten Blora, dengan jumlah siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan. Peran dan kesadaran yang dimiliki orang tua untuk menempatkan anak-anak mereka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam berbagai disiplin ilmu serta memajukan daya pikir manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam berbagai disiplin ilmu serta memajukan daya pikir manusia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang di ajarkan di sekolah. Matematika merupakan ilmu yang bersifat universal yang mendasari perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan individu usia 0-6 tahun yang mempunyai karakterikstik yang unik. Pada usia tersebut anak sedang menjalani pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan tercantum dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu upaya mengembangkan kemampuan intelektual, potensi, bakat, dan kepribadian yang ada dalam individu dengan memberikan suatu pengetahuan dan

Lebih terperinci

Yuliningsih Dr. Sunarti, M. Pd Universitas PGRI Yogyakarta ABSTRAK

Yuliningsih Dr. Sunarti, M. Pd Universitas PGRI Yogyakarta ABSTRAK UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN METODE SOSIODRAMA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS VI A SD NEGERI 2 PEDES ARGOMULYO SEDAYU BANTUL TAHUN AJARAN 2016/2017 Yuliningsih Dr.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki perilaku individu yang lain, atau

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki perilaku individu yang lain, atau BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Interaksi Sosial Bonner (dalam Budiningsih, 2008:56) mengemukakan interaksi sosial yaitu hubungan antara dua atau lebih individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. dorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masih rendahnya kualitas pendidikan. Hal tersebut disebabkan oleh lemahnya proses pembelajaran.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Refleksi Awal Proses Pengembangan Perangkat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas V B SD Negeri 19 Kota Bengkulu. Subjek dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini tumbuh dan berkembang lebih pesat dan fundamental pada awalawal

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini tumbuh dan berkembang lebih pesat dan fundamental pada awalawal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini tumbuh dan berkembang lebih pesat dan fundamental pada awalawal tahun kehidupannya. Kualitas perkembangan anak dimasa depannya sangat ditentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang I. PENDAHULUAN Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 55 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Bab IV mendeskripsikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hasil penelitian. Baik dengan rumusan masalah penelitian, secara berurutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai kunci peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah hal yang perlu diperhatikan lagi di negara ini. Pendidikan juga dibuat oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kedisiplinan pada anak usia prasekolah 1. Pengertian Disiplin merupakan cara orang tua mengajarkan kepada anak tentang perilaku moral yang dapat diterima kelompok. Tujuan utamanya

Lebih terperinci

PENANAMAN DISIPLIN PADA ANAK USIA DINI

PENANAMAN DISIPLIN PADA ANAK USIA DINI PEDAGOGIA Vol. 2, No. 1, Februari 2013: halaman 36-49 PENANAMAN DISIPLIN PADA ANAK USIA DINI Choirun Nisak Aulina Dosen Jurusan PGPAUD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Anak Usia Dini H A R T I N I A53B090210

ARTIKEL ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Anak Usia Dini H A R T I N I A53B090210 PENGEMBANGAN KEDISIPLINAN ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN MAKRO PADA TAMAN KANAK-KANAK PERTIWI WANGLU KELOMPOK A KECAMATAN TRUCUK KABUPATEN KLATEN TAHUN PELAJARAN 2012-2013 ARTIKEL ILMIAH Untuk memenuhi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE ROLE PLAYING DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DI KELAS V SD

PENGGUNAAN METODE ROLE PLAYING DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DI KELAS V SD PENGGUNAAN METODE ROLE PLAYING DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DI KELAS V SD Oleh: Faisal Rahman Luthfi 1, Suripto 2, Harun Setyo Budi 3 FKIP, PGSD Universitas Sebelas Maret E-mail: luthfifaisal@ymail.com

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2013 2014 Sugiani Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran menurut Asmani (2012:17) merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan. Sedangkan menurut

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN DISIPLIN ANAK DI KOMPLEK MENDAWAI KOTA PALANGKA RAYA

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN DISIPLIN ANAK DI KOMPLEK MENDAWAI KOTA PALANGKA RAYA HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN DISIPLIN ANAK DI KOMPLEK MENDAWAI KOTA PALANGKA RAYA Oleh: Elisabeth Fransisca S.S 1) dan Titis Oktaviyanti 2) Program Studi PG-PAUD FKIP Universitas Palangka Raya Kampus

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS III

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS III PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS III Bainen, Syamsiati, Suryani PGSD, FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak Email : ibu.bainen@yahoo.com Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhannya. Sekolah merupakan salah satu lembaga yang

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhannya. Sekolah merupakan salah satu lembaga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang paling mutlak dimiliki oleh semua orang. Pendidikan akan menjadi penentu agar bangsa kita dapat berkembang secara optimal. Dengan

Lebih terperinci

PENINGKATAN BAHASA ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DI TK ABA 30 MEDAN

PENINGKATAN BAHASA ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DI TK ABA 30 MEDAN PENINGKATAN BAHASA ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DI TK ABA 30 MEDAN Rismauli Syarifah Saragih Guru TK ABA 30 Medan Surel : rismaulisyarifah@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan baik formal, informal

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan baik formal, informal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan atau instansi pemerintah. Disiplin kerja digunakan untuk dapat meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan atau instansi pemerintah. Disiplin kerja digunakan untuk dapat meningkatkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Disiplin Disiplin kerja sangatlah penting dalam mempengaruhi perkembangan diri suatu perusahaan atau instansi pemerintah. Disiplin kerja digunakan untuk dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang kesan. 1 Bermain peran (role play) adalah metode pembelajaran A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bermain peran (role play) adalah cara penguasaan bahanbahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam setiap kehidupan sosial terdapat individu-individu yang memiliki kecenderungan berperilaku menyimpang dalam arti perilakunya tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini adalah anak yang unik, dan memiliki karakteristik khusus,

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini adalah anak yang unik, dan memiliki karakteristik khusus, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang unik, dan memiliki karakteristik khusus, salah satunya adalah mempunyai rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Menurut Hakim (2000: 14), belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kecerdasan Interpersonal

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kecerdasan Interpersonal 2.1 Kecerdasan Interpersonal BAB II KAJIAN TEORI 2.1.1 Pengertian Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan interpersonal bisa dikatakan juga sebagai kecerdasan sosial, diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi anatara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN MAKRO TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN MAKRO TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak merupakan makhluk sosial, artinya sepanjang hidup manusia tidak lepas untuk saling berhubungan, dan saling membutuhkan dengan orang lain dalam menjalani

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 Model Pembelajaran Role Playing (model bermain peran) a Pengertian Role playing atau bermain peran menurut Zaini, dkk (2008:98) adalah suatu aktivitas pembelajaran

Lebih terperinci

Penggunaan Alat Peraga Boneka Wayang Untuk Meningkatkan Kemampuan Bercerita Pada Anak Kelompok B TK Aisyiyah 56 Baron Tahun Ajaran 2011/2012

Penggunaan Alat Peraga Boneka Wayang Untuk Meningkatkan Kemampuan Bercerita Pada Anak Kelompok B TK Aisyiyah 56 Baron Tahun Ajaran 2011/2012 Penggunaan Alat Peraga Boneka Wayang Untuk Meningkatkan Kemampuan Bercerita Pada Anak Kelompok B TK Aisyiyah 56 Baron Tahun Ajaran 2011/2012 Syintha Yulia Sari Arti 1, Hasan Mahfud 2, Ruli Hafidah 1 1

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang, untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 23 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Kondisi Awal Sebelum pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode demonstrasi, rata-rata hasil belajar IPA semester I kelas III SD Negeri Karangwotan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Hasil Belajar Energi Panas 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Energi Panas Mengenai hasil belajar dalam penelitian ini yang diteliti adalah hasil belajar

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI HUBUNGAN MAHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI HUBUNGAN MAHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI HUBUNGAN MAHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA Ismawati Alidha Nurhasanah 1, Atep Sujana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru dituntut untuk mampu memilih dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru dituntut untuk mampu memilih dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru dituntut untuk mampu memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi untuk mengaktifkan siswa. Belajar merupakan

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBELAJARAN. C. Prinsip Prinsip yang digunakan dalam proses pembelajaran anak usia dini sebagai berikut.

PEDOMAN PEMBELAJARAN. C. Prinsip Prinsip yang digunakan dalam proses pembelajaran anak usia dini sebagai berikut. SALINAN LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI PEDOMAN PEMBELAJARAN I. PENDAHULUAN Pendekatan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik untuk menumbuh kembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran. Pendidikan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di Sekolah Dasar (SD). Tujuan mata pelajaran IPS mengajak siswa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mandiri, disiplin dalam mengatur waktu, dan melaksanakan kegiatan belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. mandiri, disiplin dalam mengatur waktu, dan melaksanakan kegiatan belajar yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua sekolah menghendaki siswanya belajar optimal untuk mencapai prestasi tinggi. Tuntutan belajar tersebut mengharuskan siswa untuk belajar lebih mandiri,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia, sekaligus dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia, sekaligus dasar 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia, sekaligus dasar eksistensi suatu masyarakat yang dapat menentukan struktur suatu masyarakat dalam suatu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

Hadmin Luande, Nuraedah, dan Nurvita Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

Hadmin Luande, Nuraedah, dan Nurvita Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG PERISTIWA SEKITAR PROKLAMASI MELALUI METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) DI KELAS V SD INPRES 2 TERPENCIL LOMBOK KECAMATAN TINOMBO KABUPATEN PARIGI MOUTONG Hadmin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling kodrati dilakukan oleh semua orang. Begitu pula dengan seorang anak, sejak dalam kandungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan juga menjadi hak setiap individu tanpa terkecuali seperti dijelaskan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pendidikan tidak lepas dari proses belajar mengajar, yang di dalamnya meliputi beberapa komponen yang saling terkait, antara lain; guru (pendidik),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing.

BAB 1 PENDAHULUAN. datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini merupakan generasi penerus bangsa dimasa yang akan datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing. Untuk mengoptimalkan potensi

Lebih terperinci

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan 1 PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA SUB POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK SISWA KELAS VIII-7 SMP NEGERI 1 KREMBUNG SIDOARJO SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dan salah satu kebutuhan utama bagi setiap manusia untuk meningkatkan kualitas hidup serta untuk mencapai

Lebih terperinci

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah sebuah mata pelajaran di tingkat sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Disiplin Kerja 2.1.1 Pengertian Disiplin Menurut Sastrohadiwiryo (2005:291) Disiplin Kerja adalah suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam bidang pendidikan di sekolah peranan seorang guru sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam bidang pendidikan di sekolah peranan seorang guru sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam bidang pendidikan di sekolah peranan seorang guru sangat penting. Kualitas kinerja atau mutu guru dapat mempengaruhi proses pembelajaran dan mutu pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan hasil belajar berfikir logis, sistematis, kritis dan kreatif, serta hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN. dengan hasil belajar berfikir logis, sistematis, kritis dan kreatif, serta hasil belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan matematika/pengenalan konsep bilangan wajib diberikan kepada semua peserta didik mulai dari usia PAUD, untuk membekali peserta didik dengan hasil belajar

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN MENGGAMBAR BENTUK PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 2 GRUJUGAN BONDOWOSO

KEEFEKTIFAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN MENGGAMBAR BENTUK PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 2 GRUJUGAN BONDOWOSO KEEFEKTIFAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN MENGGAMBAR BENTUK PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 2 GRUJUGAN BONDOWOSO Angga Satrya Atma Nagara Universitas Negeri Malang E-mail: The_godfight@yahoo.co.id ABSTRAK:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesehatan serta sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesehatan serta sosial dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ditinjau dari berbagai aspek kehidupan, kebutuhan akan kreativitas sangatlah penting untuk mengatasi ancaman terhadap kelangsungan hidup. Pada saat ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Segala macam upaya dilakukan untuk perbaikan dalam pengajaran di sekolah terlebih untuk mata pelajaran fisika dewasa ini. Yang diperbaiki dan diperbaharui

Lebih terperinci

Jurnal EduScience (JES), Vol. 2, No. 2 ISSN : X Juli 2014, Hal

Jurnal EduScience (JES), Vol. 2, No. 2 ISSN : X Juli 2014, Hal PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATA PELAJARAN PKN PADA MATERI MENJELASKAN PENGERTIAN DASAR NEGARA SISWA KELAS X SMK YAYASAN BUDI KABUPATEN LABUHAN BATU Rohana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Aktivitas Belajar Slameto (2001 : 36) berpendapat bahwa penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi difikirkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan alat menyatakan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan alat menyatakan pikiran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan alat menyatakan pikiran dan perasaan serta sekaligus sebagai alat komunikasi antar manusia. Pengembangan bahasa di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara luas diketahui bahwa periode anak dibagi menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara luas diketahui bahwa periode anak dibagi menjadi dua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara luas diketahui bahwa periode anak dibagi menjadi dua periode yang berbeda, yaitu masa anak awal dan masa anak akhir. Periode masa anak awal berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana seorang anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. dimana seorang anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang 14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini ialah anak yang baru dilahirkan sampai dengan usia 6 tahun. Usia dini merupakan usia yang sangat fundamental dalam menentukan pembentukan karakter

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Problem Based Learning (PBL) Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan

Lebih terperinci