FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016"

Transkripsi

1 PROSES PENATALAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN MALARIA DI PUSKESMAS SEI KEPAYANG BARAT KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2016 SKRIPSI OLEH SYLVIA NURUL AQSA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

2

3 ABSTRAK Puskesmas Sei Kepayang Barat berada di daerah endemis malaria dimana jumlah penderita positif malaria pada tahun 2015 adalah 816 kasus. Puskesmas Sei Kepayang Barat melaksanakan beberapa kegiatan program, akan tetapi kegiatan program belum berjalan optimal. Hambatan dalam kegiatan program penanggulangan malaria adalah Kerjasama lintas sektor, penempatan SDM, dan pengobatan yang tidak tuntas. Tujuan Penelitian : (1) Untuk Mengetahui proses penempatan SDM dalam program penanggulangan malaria di Puskesmas Sei Kepayang Barat (2) Untuk mengetahui bagaimana kerjasama lintas sektor dalam upaya penanggulangan penyakit malaria di Puskesmas Sei Kepayang Barat (3) Mendeskripsikan Penatalaksaan program penanggulangan penyakit malaria di Puskesmas Sei Kepayang Barat. Sedangkan Hipotesa yang diajukan adalah : (1) Bagaimana Proses pemilihan atau penempatan tenaga kesehatan dalam upaya penatalaksanaan program penanggulangan penyakit malaria (2) Bagaimana pelaksanaan kerjasama litas sektor dalam penatalaksanaan program penanggulangan penyakit malaria (3) Bagaimana proses pengobatan dalam penatalaksanaan program penanggulangan penyakit malaria. Jenis Penelitian menggunakan penelitian Deskriptif melalui pendekatan kualitatif dengan jumlah informan sebanyak 11 informan. Metode pengumpulan data dengan wawancara,dokumentasi,observasi. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa kerjasama lintas sektor belum berjalan dengan baik, jumlah dan jenis Tenaga kesehatan belum memenuhi standar Kemenkes, Proses penatalaksanaan malaria dimulai dengan diagnosa yang dilakukan dengan RDT setelah positif maka jenis obat yang di berikan adalah ACT ( artemisinin based combination therapy), Primakuine, dan Kina. Kegiatan program penatalaksanaan malaria sudah dilakukan akan tetapi kegiatan program belum berjalan efektif sehingga jumlah penderita positif malaria masih tinggi di Puskesmas Sei Kepayang Barat. Diharapkan kepada Puskesmas Sei Kepayang Barat Agar lebih meningatkan Kerjasama Lintas sektor baik dengan Kecamatan, Kelurahan, Sekolah dan juga melibatkan Masyarakat, serta meningkatkan penatalaksanaan kegiatan program penanggulangan malaria agar lebih efektif dan efesien di Puskesmas Sei Kepayang barat. Kata Kunci :Penatalaksanaa Program, Malaria. ii

4 ABSTRACT Health centre West Sei Kepayang are in malaria-endemic areas where the number of malaria positive patients in 2015 was 816 cases. Health centre West Sei Kepayang carry out several activities program, but the program has not run optimally activities. Obstacles in the activities of the malaria program is a crosssector cooperation, human resources placement, and incomplete treatment. Objective: (1) To Know the process for placement of human resources in the malaria program in Health centre West Sei Kepayang (2) To find out how the cross-sector cooperation in the fight against malaria in Health centre West Sei Kepayang (3) Describe Management eradication program of malaria in health centers West Sei Kepayang. While Hypothesis are: (1) How is the selection or recruitment of health workers in an effort to management of the eradication program of malaria (2) How is the implementation of cooperation litas sector in the management of the eradication program of malaria (3) What is the process of treatment in the management of the eradication program of malaria. Type of research uses descriptive research with a qualitative approach to the number of informants were 11 informants. The Data was collected by interview, documentation, observation. The results of this study indicate that cross-sector cooperation has not gone well, the number and type of health worker not meet the standards of the Ministry of Health, Process management of malaria begins with the diagnosis performed by RDT after testing positive for the types of medicines that is given is the ACT (artemisinin-based combination therapy), Primakuine, and Kina. Event management programs have been done but the malaria program of activities has not been effective so that the number of malaria positive patients was still high at Health centre West Sei Kepayang. Expected to be more increase West Kepayang Cross-sector cooperation both with the District, Village, Community School and is also involved, as well as improve the management activities of the malaria program to be more effective and efficient in PHC Sei Kepayang west. Keywords: Program Management, Malaria iii

5 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Tempat Lahir Tanggal Lahir Suku Bangsa Agama Anak Nama Ayah Suku Bangsa Ayah Nama Ibu Suku Bangsa Ibu : Sylvia Nurul Aqsa : Kisaran : 15-Januari-1995 : Batak Indonesia : Islam : Anak Tunggal : Irwansyah Lety Str : Batak Indonesia : Uni Darwati : Tionghoa Pendidikan Formal 1. SD/Tamat tahun : SD Negeri / SLTP/Tamat tahun : SMP Swasta Yayasan Pendidikan Anak Karyawan / SLTA/Tamat tahun : SMA Muhammadyah 8 Kisaran / Akademik/Tamat tahun : S-1 Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Lama studi di FKM USU : 4 (empat) Tahun iv

6 KATA PENGANTAR Puji dan syukur peneliti ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-nya sehingga peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan Skripsi ini yang diajukan guna melengkapi dan memenuhi syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan dengan judul Proses Penatalaksanaan Program Penanggulangan Malaria Di Puskesmas Sei Kepayang Barat Kabupaten Asahan Tahun 2016 Shalawat dan salam peneliti sampaikan kepada Rasulullah SAW yang membawa umat-nya dari alam kebodohan ke alam yang penuh ilmu pengetahuan. Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini peneliti banyak menghadapi kesulitan, tetapi berkat bimbingan, serta bantuan dari semua pihak yang terkait, akhirnya skripsi ini dapat peneliti selesaikan, maka dari itu perkenankan peneliti menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara. 2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, Msi selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat. 3. dr. Heldy B.Z, MPH selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat. 4. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes selaku dosen pembimbing I dan dr. Fauzi, SKM selaku dosen pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu, v

7 memberikan bimbingan, pengarahan, dan saran sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. 5. dr. Heldy BZ, MPH dan Putri Citra Cinta Asyura SKM, MPH selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan kepada penulis dalam menyempurnakan skripsi ini. 6. dr. Devi Nuraini Santi, M,Kes selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk selama penulis mengikuti pendidikan 7. Seluruh Dosen dan Staf Kepegawaian di Lingkungan FKM USU, terutama Pegawai Sub Bagian Pendidikan beserta Dosen Departeman Administrasi dan Kebijakan Kesehatan yang telah memberikan ilmu, bimbingan serta dukungan moral selama perkuliahan. 8. dr.abdi Sinaga Selaku kepala puskesmas dan seluruh pegawai di Puskesmas Sei Kepayang Barat yang telah membantu penulis dan memberikan izin penelitian di Puskesmas Sei Kepayang Barat. 9. Terkhusus dan teristimewa kepada kedua orang tua tercinta, ayahanda Irwansyah Lety dan Ibunda Uni Darwati atas segala pengorbana, dukungan dan doa restunya kepada penulis. 10. Teruntuk Alwi Nasrin yang selalu membantu dan, menemani penulis semasa kuliah. 11. Teruntuk Saudara dan sahabat dari kecil ( Dinda Putery Dewanty, Dea Puspa Anggraini) yang selalu memberi semangat dan selalu menjadi tempat curahan hati penulis. vi

8 12. Teruntuk teman-teman Lekjon teman seperjuangan semasa kuliah (Adun, Afin, Kesar, bg do, Amriza, rio, harun ) yang selalu menemani, memberi semangat, membantu penulis selama masa perkuliahan. 13. Teruntuk teman-teman PBL Desa Kuta Bale (Ariffandi, Irfan, Diana, Novia, Ance, Rira, Desi, Ara) terima kasih untuk dukungan dan semangat yang telah diberikan selama ini. 14. Teruntuk teman yang selalu membantu penulis Hasna, Manda, Fahri, dan Ayuni. 15. Keluarga XII IPA 1 SMA MUHAMMADYAH 8 Kisaran yang terus memberikan semangat kepada penulis sejak bangku sekolah hingga saat ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat terutama untuk kemajuan ilmu pengetahuan. Medan, Oktober 2016 Sylvia Nurul Aqsa vii

9 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... ABSTRACT... RIWAYAT HIDUP PENULIS... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv v viii xi xiii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Malaria Pengertian Malaria Penyebab Malaria Gejala Malaria Pusat Kesehatan Masyarakat Pengertian Puskesmas Fungsi Puskesmas Tahapan upaya penanggulangan Malaria di Indonesia Periode (Periode Pembasmian Malaria) Periode (Pemberantasan Malaria) Periode 2000-Sekarang Program Penangulangan Malaria Tatalaksana Penderita Malaria Diagnosis dan Pengobatan Malaria Skiring Ibu Hamil Pendistribusian kelambu Penyemprotan dinding rumah Pelaksanaan kegiatan MBS Penyuluhan kerja sama lintas sektor Penempatan SDM Pendanaan program Kerangka Fikir viii

10 BAB III METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Waktu Informan Penelitian Metode Pengumpulan Data Triangulasi Definisi Operasional Teknik Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian Letak Geografis Demografis Sumber Daya Kesehatan Karateristik Informan Wawancara Program Penanggulangan Malaria di Puskesmas Sei Kepayang Barat tahun Respon Informan Tentang Kerjasama Lintas Sekor dalam Program Penanggulangan Malaria Respon Informan tentang SDM, dan Penempatannya di Puskesmas Sei Kepayang Barat Respon Informan tentang Ketersediaan SDM Pelatihan Petugas dalam Penatalaksanaan Program Penanggulangan malaria di puskesmas Sei Kepayang Barat Respon Informan Tentang sumber pendanaan untuk kegiatan program penanggulangan malaria di puskesmas sei kepayang barat Respon Informan tentang Ketersediaan alat di Puskesmas Sei Kepayang Barat Respon Informan tentang Ketersediaan Obat Respon Informan tentang Kegiatan Skrining Ibu Hamil dalam program penanggulangan malaria Respon Informan tentang kegiatan pendistribusian Kelambu dalam Program Penanggulangan Malaria Respon Informan tentang kegiatan IRS Respon Informan tentang kegiatan Penyuluhan Respon Informan tentang kegiatan MBS Respon Informan tentang kegiatan Pencatatan dan Pelaporan Respon Informan tentang Pemantauan Masyarakat ix

11 Respon Informan tentang Keterlibatan Masyarakat Respon Informan tentang Tantangan Internal maupun Eksternal BAB V PEMBAHASAN Kerjasama Lintas Sektor Proses Penempatan SDM dan Tenaga Kesehatan Sumber Pendanaan Tatalaksana Program Pelaksana Program Penanggulangan Malaria Diagnosis dan Pengobatan Malaria Skrining Ibu Hamil Pendistribusian Kelambu Penyemprotan Dinding Rumah Pelaksanaan Kegiatan MBS Penyuluhan BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA... xiv LAMPIRAN Pedoman Wawancara Surat Izin PenelitianFKM USU Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian x

12 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Struktur P2M di Puskesmas Sei Kepayang Barat Gambar 2.2 Kerangka Fikir xiii

13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, karena menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi serta menurunkan produktivitas sumber daya manusia dan Pembangunan Nasional. Sehingga pemberantasan penyakit malaria harus terus dilakukan agar tidak mengancam masyarakat. Di dunia upaya pemberantasan penyakit malaria sudah lama dilakukan namun sampai saat ini penyakit malaria belum juga terberantas Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 menyebutkan bahwa malaria terjadi di 104 negara, bahkan 3,3 milyar penduduk dunia tinggal di daerah berisiko tertular malaria. Jumlah penderita malaria di dunia sebanyak 219 juta kasus, dimana 28 juta kasus terjadi di ASEAN. Setiap tahunnya sebanyak 660 ribu orang meninggal dunia karena malaria, 6% diantaranya berada di Asia Tenggara termasuk Indonesia (WHO, 2013). Keberhasilan pembangunan Indonesia sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas, dimana pembangunan sektor kesehatan merupakan salah satu unsur penentu. Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas, masyarakat harus bebas dari berbagai penyakit, termasuk penyakit malaria (Depkes RI, 2009). Di Indonesia, malaria tergolong penyakit menular yang masih bermasalah. Penyakit ini terjangkit disemua pulau di Indonesia, mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi baik di kota maupun di desa. Sebagian penduduk di 1

14 34 provinsi di indonesia terjangkit penyakit malaria,dan terdapat lebih dari 40 juta penduduk di Indonesia bermukim di daerah malaria, dan sekitar 11 juta di antaranya di daerah Jawa dan Bali. Upaya pengendalian penyakit malaria di Indonesiadimulai sejak tahun 1964 dengan adanya KOPEM (Komando Pembasmian Malaria) di pusat dan di daerah didirikan Dinas Pembasmian Malaria yang merupakan integrasi malaria, serta untuk pelatihan didirikan Pusat Latihan Malaria di Ciloto dan 4 pusat latihan lapangan di luar Jawa. Pada periode ini pengendalian malaria disebut sebagai periode pembasmian, dimana fokus pembasmian dilaksanakan di pulau Jawa, Bali dan Lampung. Dalam pemberantasan penyakit malaria di Indonesia pernah dilakukan suatu gerakan penggalakkan pemberantasan malaria melalui gerakan masyarakat yang dikenal dengan Gerakan Berantas Kembali Malaria atau Gebrak Malaria yang telah dicanangkan oleh Menteri Kesehatan di Kupang tanggal 8 April Gerakan ini merupakan embrio pengendalian malaria yang berbasis kemitraan berbagai sektor dengan slogan Ayo Berantas Malaria (Kemenkes, 2013). Sumatera Utara adalah salah satu provinsi yang melakukan upaya pengendalian malaria dan menargetkan eliminasi malaria di tahun 2020 mendatang, hal ini sesuai dengan keputusan menteri kesehatan Indonesia tahun Pada tahun 2013 angkaanual parasit insidance (API) provinsi Sumatera Utara adalah 1,30 per 1000 penduduk (Kemenkes, 2014). Adapun pola penanganan malaria yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara antara lain : peningkatan kerjasama lintas 2

15 program dan sektoral, penambahan jumlah peralatan (spray can), penerapan metode pengobatan malaria baru, peningkatan frekwensi penyuluhan kesehatan masyarakat, menyampaikan informasi kepada sarana-sarana kesehatan tentang perlunya pencatatan/pengiriman pelaporan kasus ke Dinas Kesehatan setempat dalam upaya pencegahan & penanggulangan lebih awal dan peningkatan peran serta masyarakat serta perbaikan sistem pencatatan dan pelaporan. Dari data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara kasus yang terdeteksi penyakit malaria pada tahun 2015 adalah kasus dimana daerah Sumatera Utara merupakan daerah endemis malaria diantara kabupaten yang paling banyak terdapat kasus adalah Mandailing Natal, Batubara, dan Kabupaten Asahan (Profil Dinkes Sumut,2014) Adapun jumlah kasus positif malaria per wialayah Unit pelayanan Kesehatan di Kabupaten Asahan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 1.1 Tabel 1.1 Jumlah Kasus Positif Malaria per wilayah Unit Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Asahan tahun 2015 Puskesmas Jumlah Penduduk Jumlah Kasus API (/1000) Puskesmas Sei /1000 Kepayang Barat Puskesmas Bagan /1000 Asahan Puskesmas Binjai Serbangun ,7/1000 Puskesmas Sei /1000 Apung Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan 2015 Dari data diatas menunjukkan bahwa jumlah kasus positif penderita malaria tertinggi terdapat di Puskesmas Sei Kepayang Barat Kabupaten Asahan. Jumlah kasus positif malaria nya adalah 816 kasus 808 penderitanya adalah anakanak dan dewasa sedangkan 8 orang nya ibu hamil. Kabupaten Asahan adalah salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang merupakan daerah endemis 3

16 malariakarna kondisi geografis puskesmas berada di daerah pesisir pantai dan rawa rawa (Profil Dinkes Kabupaten Asahan, 2015). Puskesmas Sei Kepayang Barat melaksanakan beberapa kegiatan program yang telah dibuat dan direncanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan. Kegiatan Program penanggulangan penyakit malaria tersebut diantaranya ialah diagnosa dan pengobatan, skrining ibu hamil, pendistribusian kelambu, penyemprotan dinding rumah /Indoor residual spraying (IRS), pelaksanaan kegiatan Mass blood survey (MBS) dan penyuluhan. Program ini dilaksanakan secara menyeluruh di Kecamatan Sei Kepayang Timur dan Kecamatan Sei Kepayang Barat yang hanya memiliki satu puskesmas yaitu Puskesmas Sei Kepayang Barat. Dengan beberapa program yang sedang dan telah dilaksanakan di Puskesmas Sei Kepayang Barat ternyata jumlah penderita penyakit malaria masih tinggi, dan semua kegiatan program penanggulangan malaria dijalankan oleh Puskesmas Sei Kepayang Barat dan sudah dilakukan selama lima tahun. Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di wilayah kerja Puskesmas Sei Kepayang Barat melalui wawancara dengan petugas kesehatan diperoleh informasi bahwa masalah yang dihadapi dalam penanggulanganpenyakit malaria adalah SDM yang bertugas dalam program penanggulangan penyakit malaria tidak sesuai dengan jabatan fungsionalnya, belum ada kerjasama lintas sektor dalam upaya pengendalian penyakit malaria, upaya pengobatan penderita penyakit malaria yang tidak tuntas (Primakuine), dan petugas dalam pelaksanaan penanggulangan malaria yang sering berganti, dan sumber dana untuk kegiatan program diperoleh dari dana APBD, dana bantuan 4

17 dari luar negeri GF (Global Fund) dan BOK (Bantuan Operasional Kesehatan). permasalahan diatas yang menyebabkan masih belum optimalnya upaya penatalaksanaan program penanggulangan malaria di wilayah kerja Puskesmas Sei Kepayang Barat. Menurut penelitian Manalu dan Rachmalia (2013) peran pemerintah daerah dan seluruh pemangku kepentingan dan masyarakat sangat dibutuhkan dalam pengendalian vektor malaria yang optimal dan penyediaan sumber data untuk mengambil kebijakan, sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai Proses Penatalaksanaan Program Penanggulangan Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Kepayang Barat Kabupaten Asahan Tahun Rumusan Masalah 1. Bagaimana pelaksanaan kerjasama lintas sektor dalam penatalaksanaan program penanggulangan penyakit malaria di Puskesmas Sei Kepayang Barat Kabupaten Asahan tahun Bagaimana proses pemilihan atau penempatan tenaga kesehatan dalam upaya penatalaksanaan program penanggulangan penyakit malaria di Puskesmas Sei Kepayang Barat Kabupaten Asahan tahun Bagaimana proses pengobatan dalam penatalaksanaan program penanggulangan penyakit malaria di Puskesmas Sei Kepayang Barat Kabupaten Asahan tahun

18 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui bagaimana kerjasama lintas sektor dalam upaya program penanggulangan penyakit malaria di Puskesmas Sei Kepayang Barat Kabupaten Asahan tahun Untuk mengetahui proses penempatan SDM dalam program penanggulangan penyakit malaria di Puskesmas Sei Kepayang Barat Kabupaten Asahan tahun Mendeskripsikan Penatalaksanaan program penanggulangan penyakit malaria di Puskesmas Sei Kepayang Barat Kabupaten Asahan tahun Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan informasi bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan dan Puskesmas tentang proses penatalaksanaan program penannggulangan malaria di Puskesmas Sei Kepayang Barat Kabupaten Asahan Tahun Sebagai sumber referensi untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. 6

19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Malaria Pengertian Malaria Malaria berasal dari bahasa Italia yaitu dari kata Mal artinya buruk dan Area yang artinya udara. Secara harfiah (bahasa) malaria adalah penyakit yang sering terjadi pada daerah dengan udara buruk akibat lingkungan yang juga buruk. Jadi definisi dari Malaria berarti suatu penyakit infeksi dengan demam berkala yang disebabkan oleh parasit Plasmodium (termasuk Protozoa) dan di tularkan oleh nyamuk Anopheles betina (Zulkhoni,2010) Penyebab Malaria Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh sekelompok parasit yang disebut Plasmodium yang hidup dalam sel darah merah. Plasmodium tersebut sangat kecil dan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Manusia harus menggunakan mikroskop untuk melihatnya. Parasit tidak dapat hidup sendiri, tetapi harus mendapat makanan dari organisme lain untuk hidup dan berkembang. Plasmodium yang menyebabkan malaria pada manusia terdiri dari 4 jenis : a. Plasmodium falciparum b. Plasmodium vivax c. Plasmodium malariae d. Plasmodium ovale. 7

20 (Baru-baru ini ditemukan 1 jenis plasmodium yang secara mikroskopis menyerupai Plasmodium Knowlesi ditemukan di Kalimantan) P.falciparum yang paling sering menyebabkan malaria berat (dengan komplikasi). Seorang penderita dapat terinfeksi oleh lebih dari satu jenis plasmodium, infeksi demikian disebut infeksi campuran (mix infection). (Kemenkes,2013) Gejala Malaria Gejala-gejala malaria ada yang tanpa komplikasi dan ada yang dengan komplikasi. 1. Gejala malaria tanpa komplikasi Malaria tanpa komplikasi biasaa dimulai dengan perasaan lemah, sakit kepala, kehilangan nafsu makan, mual dan muntah. Kemudian diikuti dengan gejalagejala malaria yang klasik. Gejala-gejala tersebut adalah sebagai berikut : a. Stadium Dingin : Merasa sangat dingin, nadi cepat tapi lemah, bibir dan jari-jari berwarna kebiruan, kulit kering dan pucat, bulu-bulu berdiri, kadang muntah. Pada anak-anak dapat terjadi kejang. lama gejala ini 15 menit sampai 1 jam. b. Stadium Panas : Muka memerah, kulit kering dan panas, sakit kepala menghebat, mual dan muntah, denyut nadi penuh dan cepat, rasa sangat haus, demam sampai 410C atau lebih. Lama gejala ini 2 sampai 4 jam. c. Stadium Berkeringat : Keringat berlebihan, suhu turun kembali sampai normal, biasanya penderita tertidur lelap dan bangun dengan rasa lemah, tetapi gejala lain tidak ada. Lama gejala ini 2 sampai 4 jam. Lamanya 8

21 seluruh gejala klasik tersebut adalah 8-12 jam.namun tidak semua pasien menunjukkan semua gejala diatas, dan lamanya gejala tersebut bisa pula berbeda-beda. Selain itu, banyak pasien yang menunjukkan gejala-gejala tambahan seperti diare 2. Gejala Malaria Berat (Dengan komplikasi) Malaria berat terutama disebabkan oleh infeksi P.falciparum. Jika tidak segera dirawat, infeksi ini bisa merusak otak serta menimbulkan kematian. Ada banyak gejala klinis malaria berat dan penderita bisa mengalami salah satu atau beberapa gejala berikut : a. Demam tinggi b. Denyut nadi cepat dan lemah c. Seluruh tubuh lemah (tidak bisa duduk dan berdiri) d. Kejang berulang > 2 kali per 24 jam setelah demam turun e. Mata atau tubuh berwarna kuning f. Darah mengucur dari hidung, gusi atau saluran pencernaan g. Napas memburu atau pendek-pendek h. Tidak bisa makan dan minum i. Muntah terus menerus j. Warna air seni seperti teh hitam sampai berwarna kopi kental k. Air seni bercampur darah l. Telapak tangan sangat pucat (Kemenkes,2013). 9

22 2.2 Pusat Kesehatan Masyarakat ( PUSKESMAS ) Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes RI, 2014) Fungsi Puskesmas Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugasnya, puskesmas menyelenggarakan fungsi: 1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya Dalam menyelenggarakan fungsi ini, puskesmas berwenang untuk : a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan. b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan. c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan. d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain terkait. 10

23 e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat. f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia puskesmas. g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan. h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan cakupan pelayanan kesehatan. i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit. 2. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya Dalam menyelenggarakan fungsi ini, puskesmas berwenang untuk : a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif, berkesinambungan dan bermutu. b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif. c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung. e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi. f. Melaksanakan rekam medis. 11

24 g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses pelayanan kesehatan. h. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan. i. Mengkoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya. j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem rujukan. Selain menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud, puskesmas dapat berfungsi sebagai wahana pendidikan tenaga kesehatan. Ketentuan mengenai wahana pendidikan tenaga kesehatan tersebut, dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Permenkes RI, 2014). Dalam konteks otonomi daerah saat ini, puskesmas mempunyai peran yang sangat penting sebagai intitusi pelaksana teknis. Puskesmas dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. peran tersebut ditujukkan dengan ikut serta menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realistis, tata laksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu (Mubarak, 2012). 12

25 2.3 Tahapan Upaya Penanggulangan Malaria di Indonesia Periode (Periode Pembasmian Malaria) Upaya pengendalian penyakit malaria dimulai sejak tahun 1959 dengan adanya KOPEM (Komando Pembasmian Malaria) di pusat dan di daerah didirikan Dinas Pembasmian Malaria yang merupakan integrasi institut Malaria, serta untuk pelatihan didirikan Pusat Latihan Malaria di Ciloto dan 4 pusat latihan lapangan di luar Jawa. Pada periode ini pengendalian malaria disebut sebagai periode pembasmian, dimana fokus pembasmian dilaksanakan di pulau Jawa, Bali dan Lampung. Kegiatan utama yang dilaksanakan adalah dengan penyemprotan insektisida, pengobatan dengan Klorokuin dan profilaksis. Baru pada tahun penyemprotan insektisida dilakukan juga di luar wilayah Jawa dan Bali. Upaya ini cukup berhasil di daerah Jawa dan Bali dengan adanya penurunan parasite rate ( Kemenkes 2013 ) Periode (Pemberantasan Malaria) Dengan terintegrasinya upaya pengendalian malaria dengan sistim pelayanan kesehatan, maka kegiatan malaria dilaksanakan oleh Puskesmas, Rumah sakit maupun sarana pelayanan kesehatan lainnya. Seiring dengan perubahan ekologi, tahun 1973 mulai dilaporkan adanya resistensi Plasmodium falciparum di Yogyakarta, bahkan tahun 1975 di seluruh provinsi di Indonesia, disertai dengan kasus resistensi Plasmodium terhadap Sulfadoksin-Pirimethamin (SP) di beberapa tempat di Indonesia.Tahun 1973 ditemukan penderita import dari Kalimantan Timur di Yogyakarta, tahun 1991 dilaporkan adanya kasus resistensi 13

26 Plasmodium vivaxterhadap Klorokuin di Pulau Nias, Provinsi Sumatera Utara.(Kemenkes 2013) Periode 2000 sekarang Pada tahun 2000 dilahirkan penggalakkan pemberantasan malaria melalui gerakan masyarakat yang dikenal dengan Gerakan Berantas Kembali Malaria atau Gebrak Malaria. Gerakan ini merupakan embrio pengendalian malaria yang berbasis kemitraan dengan berbagai sektor dengan slogan Ayo Berantas Malaria. Selanjutnya tahun 2004 dibentuk Pos Malaria Desa Sebagai bentuk Upaya Kesehatan berbasis masyarakat (UKBM). Mengingat malaria masih menjadi masalah di tingkatan global, dalam pertemuan WHO 60 tanggal 18 Mei 2007 telah dihasilkan komitmen global tentang eliminasi malaria bagi setiap negara. Indonesia termasuk salah satu negara yang berkomitmen untuk mengeliminasi malaria. Eliminasi Malaria sangat mungkin dilaksanakan mengingat telah tersedia 3 kunci utama yaitu : 1. Ada obat ACT (Artemisinin Based Combination Therapy) 2. Ada teknik diagnosa cepat dengan RDT (Rapid Diagnose Test) Ada teknik pencegahan dengan menggunakan kelambu LLIN (Long Lasting Insectized Net), yang didukung oleh komitmen yang tinggi dari pemda setempat (Kemenkes 2013) 2.4 Program Penangulangan Malaria Adapun kebijakan program pengendalian malaria adalah sebagai berikut: 1. Diagnosis malaria harus dilakukan dengan konfirmasi mikroskop atau tes diagnosis cepat (Rapid Diagnostic Test /RDT). 14

27 2. Pengobatan yang menggunakan terapi kombinasi berbasis Artemisin (Artemisinin Based Combination Therapy/ACT) sesudah konfirmasi laboratorium. 3. Pencegahan dari penularan malaria melalui penggunaan kelambu berinsektisida berjangka panjang (Long Lasting Insecticidal Net s/llins), penyemprotan dinding rumah (IRS/Indoor Residual Spraying), penggunaan repelen dan upaya yang lain yang terbukti efektif, efisien, praktis dan aman. 4. Layanan tata laksana kasus malaria dilaksanakan oleh seluruh fasilitas pelayanan kesehatan dan dilakukan secara terintegrasi ke dalam sistem layanan kesehatan dasar. 5. Pengendalian malaria dilaksanakan sesuai dengan azas desentralisasi yaitu kabupaten/kota sebagai titik berat manajemen program yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan, penilaian serta menjamin ketersediaan sumber daya manusia, sarana dan prasarana dan biaya operasional. 6. Penguatan kebijakan ditujukan untuk meningkatkan komitmen pemerintah pusat dan daerah meningkatkan tata kelola program yang baik serta peningkatan efektifitas, efisiensi dan mutu program. 7. Penggalangan kerjasama dan kemitraan diantara sektor pemerintah, dunia pendidikan, organisasi profesi, swasta dan masyarakat dilakukan dengan memanfaatkan Forum Nasional Gebrak Malaria. 15

28 8. Memperkuat inisiatif Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat yaitu dengan mengintegrasikan pembentukan Pos Malaria Desa (Posmaldes) ke dalam Desa Siaga.( Kemenkes 2014) Adapun kegiatan program penanggulangan yang dilakukan oleh Puskesmas Sei Kepayang Barat adalah diagnosis dan pengobatan malaria yang harus terkonfirmasi, skiring ibu hamil, pendistribusian kelambu, penyemprotan dinding rumah, pelaksanaan kegiatan MBS (Dinkes Asahan 2015) Perbedaan antara kebijakan program yang dilakukan oleh Kemenkes dengan kegiatan program penaggulangan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan adalah terletak pada penguatan kebijakan ditujukan untukmeningkatkan komitmen pemerintah pusat dan daerah meningkatkan tata kelola program yang baik serta peningkatan efektifitas, efisiensi dan mutu program.dan Penggalangan kerjasama dan kemitraan diantara sektor pemerintah, dunia pendidikan, organisasi profesi, swasta dan masyarakat dilakukan dengan memanfaatkan Forum Nasional Gebrak Malaria. Hal tersebut tidak digunakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan sebagai program kegiatan penanggulangan malaria adalah karna bukan termasuk wewenang puskesmas untuk melaksanakan hal tersebut. 16

29 2.5.1 Tatalaksana Program Penanggulangan Malaria Diagnosis Malaria dan Pengobatan Malaria Diagnosis malaria ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang laboratorium. Sedangkan diagnosis pasti malaria bisa dilakukan dengan pemeriksaan darah, baik secara mikroskopis, maupun uji diagnosis cepat (Rapid Diagnostic Test /RDT). Sedangkan pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia, termasuk stadium gametosit. Adapun tujuan pengobatan radikal untuk mendapat kesembuhan klinis dan parasitologik serta memutuskan rantai penularan (Kemenkes, 2013) Skiring Ibu Hamil Skrining adalah upaya pemeriksaan atau tes yang sederhana dan mudah yang dilaksanakan pada populasi masyarakat sehat yang bertujuan untuk membedakan masyarakat yang sakit atau berisiko terkena penyakit diantara masyarakat yang sehat. Pemeriksaan yang dapat di lakukan adalah dengan pemeriksaan mikroskopis dan pemeriksaan uji cepat (RDT). (Kemenkes 2013) Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ismen (2007) wanita hamil lebih beresiko terkena malaria 2,66 kali dari pada wanita tidak hamil Pendistribusian Kelambu Memakai kelambu berguna untuk mencegah terjadinya penularan (kontak langsung manusia dengan nyamuk) dan membunuh nyamuk yang hinggap pada 17

30 kelambu, WHO telah merekomendasikan bahwa ibu hamil harus segera mulai menggunakan kelambu saat tidur begitu tahu mereka hamil. Saat ini upaya pengendalian malaria menggunakan kelambu berinsektisida yang umur residu efektifnya relatif lama yaitu lebih dari 1 tahun. Untuk memaksimalkan pemakaian kelambu berinsektisida, kelambu tersebut harus dirawat dengan benar. Kelambu berinsektisida bisa dicuci dengan sabun atau bubuk detergen dengan cara mencelup-celupkannnya saja, tidak disikat, dikucek ataupun direndam karena akan mengurangi kekuatan insektisidanya, dan pastikan menjemur kelambu di tempat yang teduh dan sinar matahari tidak mengenai secara langsung. Adapun sasaran dan kebutuhan kelambu berinsektisida dihitung berdasarkan sasaran penduduk di tiap lokasi yang ditetapkan mendapat distribusi kelambu adalah sebagai berikut: a. Sasaran kepada seluruh penduduk Jumlah kelambu yang dibutuhkan minimal satu kelambu untuk dua orang atau kebutuhan kelambu dihitung dengan rumus : jumlah penduduk dibagi dua. b. Sasaran pada kelompok rentan (ibu hamil, bayi dan balita). Kelambu berinsektisida dibagikan secara rutin melalui kegiatan integrasi dengan program/kegiatan lain seperti KIA, imunisasi dan gizi. 1. Program/kegiatan kesehatan ibu hamil dan kesehatan anak, kebutuhankelambu dirinci sebagai berikut : 18

31 a. Untuk Ibu Hamil per tahun : 1,1 x Crude Birth Rate (CBR) x jumlah penduduk. b. Untuk Bayi per tahun : 1 x CBR x jumlah penduduk. c. Untuk Anak Balita : 9 % x jumlah penduduk. 2. Program/kegiatan Imunisasi Kebutuhan kelambu dihitung berdasarkan jumlah bayi yang sudah mendapat imunisasi lengkap yang ditandai dengan pemberian immunisasi campak setiap tahunnya. 3. Program/kegiatan Gizi Kebutuhan kelambu dihitung berdasarkan jumlah bayi dan anak balita yang akan diberi vitamin A setiap tahun. 4. Sumber biaya berasal dari : Anggaran Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Lintas Program (KIA, Imunisasi, Kesga), Lintas Sektor (Transmigrasi, Tenaga Kerja, TNI/POLRI), Lembaga Donor (GFATM, WHO, Unicef, PMI), LSM, swasta, dan lain-lain (Kemenkes, 2011). Pembagian kelambu harus dibarengi dengan edukasi yang tepat sesuai dengan tingkat pemahaman masyarakat stempat. Hal ini mengingat penggunaan kelambu seringkali diabaikan oleh masyarakat karena minimnya kesadaran dini akan pentingnya upaya pencegahan malaria (Renwarin,dkk, 2014) Penyemprotan Dinding Rumah (IRS / Indoor Residual Spraying ) Penyemprotan rumah dengan insektisida adalah suatu cara pengendalian vektor dengan menempelkan racun serangga dengan dosis tertentu secara merata pada permukaan dinding yang disemprot. Tujuannya adalah memutus rantai 19

32 penularan dengan memperpendek umur populasi, sehingga nyamuk yang muncul adalah populasi nyamuk muda atau belum infektif (belum menghasilkan sporozoit di dalam kelenjar ludahnya). Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut harus lebih memperhatikan waktu pelaksanaan berdasarkan data kasus malaria yaitu 2 bulan sebelum puncak kasus atau data pengamatan vektor, atau 1 bulan sebelum puncak kepadatan vektor. Monitoring dan evaluasi dilakukan terhadap cakupan bangunan harus mencapai minimal 80% dari jumlah rumah di desa tersebut, sedangkan cakupan permukaan yang disemprot minimal 90% dari semua bagian rumah yang seharusnya disemprot (Kemenkes,2013) Pelaksanaan Kegiatan Mass Blood Survei(MBS) Pengambilan dan pemeriksaan sediaan darah secara masal atau dalam istilah asing disebut MBS, dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Puskesmas Sei Kepayang Barat di desa Sei Kepayang Barat tersebut merupakan daerah endemis malaria sehingga diperlukan tindakan preventif sekaligus sebagai usaha pengendalian kasus di wilayah Kecamatan Sei Kepayang Barat. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kasus malaria baik itu berupa kasus baru maupun kambuhan sehingga pengambilan sampel darah dilakukan pada penderita maupun yang sehat. Tujuan dari kegiatan mass blood survey ini adalah menurunkan tingkat penularan malaria di daerah endemis tinggi dengan cara pengambilan darah,untuk menemukan penderita positif dan pengobatan yang tepat pada masyarakat wilayah sasaran 20

33 Manfaat dari kegiatan mass blood survey adalah sebagai beikut: a. Mengetahui berapa banyak masyarakat terindikasi kasus malaria positif. b. Memberikan pemahaman dan kesadaran pada masyarakat tentang penyakit malaria. c. Untuk membina peran serta masyarakat dalam pembrantasan d. penyakit malaria terutama dalam pemberantasan vektor Penyuluhan Metode penyuluhan yang dapat dilakukan, yaitu: 1. Penyuluhan perorangan, seperti kunjungan rumah, pada saat melakukan pendataan kasus, maupun pada saat warga berkunjung ke puskesmas. 2. Penyuluhan kelompok, seperti pada saat pertemuaan desa, forum pengajian atau majelis taklim, khotbah jumat, khotbah minggu, kunjungan posyandu, pertemuan PKK dan pertemuan karang taruna. 3. Penyuluhan massa, dapat dilakukan pada saat digelarnya pesta rakyat, kesenian tradisional, pemutaran film, ceramah umum, tabligh akbar. Selain itu penyuluhan massa juga dapat dilakukan melalui pemasangan media massa seperti poster dan spanduk di tempat-tempat keramaian yang sesuai dengan kelompok sasaran (Balai desa, Posyandu, Poskesdes dan Lain-lain) (Kemenkes, 2011). 21

34 2.6 Kerjasama Lintas Sektor Kerja sama lintas program merupakan kerja sama yang dilakukan antara beberapa program dalam bidang yang sama untuk mencapai tujuan yang sama. Kerja sama lintas program yang diterapkan di Puskesmas berarti melibatkan beberapa program terkait yang ada di Puskesmas. Tujuan khusus kerja sama lintas program adalah untuk menggalang kerja sama dalam tim dan selanjutnya menggalang kerja sama lintas sektoral. Kerja sama lintas sektor melibatkan dinas dan orang- orang di luar sektor kesehatan yang merupakan usaha bersama mempengaruhi faktor yang secara langsung atau tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Tujuan dari kerjasama lintas sektor adalah untuk menggalang kerjasama dalam rangka penyelenggaraan pembangunan di bidang kesehatan untuk meningkatkan program pembinaan pembangunaan bidang kesehatan masingmasing sektor. Mengetahui peran masing-masing sektor dan saling mendukung untuk melaksanakan pembangunan di bidang kesehatan, merumuskan kerja sama pembinaan pembangunan dalam bidang kesehatan. Kerja sama lintas sektor yang terkait dengan kegiatan program penanggulangan malaria adalah pendistribusian kelambu, penyemprotan dinding rumah, dan penyuluhan. Kegiatan tersebut dapat melibatkan Pihak Dinas Kesehatan kabupaten Asahan, pihak Kecamatan dan Kepala Desa untuk mempermudah proses pelaksanaan program kegiatan penanggulangan malaria di Puskesmas Sei Kepayang Barat. 22

35 2.7 Proses Penempatan SDM Rekrutmen dan seleksi adalah bagian tak terpisahkan dari managemen SDM kesehatan. Melalui proses inilah,institusi mampu mendapatkan SDM terbaik dan kompeten bagi organisasinya (Kurniati dan Efendi 2012) Seleksi dan penempatan merupakan langkah yang diambil setelah terlaksananya fungsi rekrutmen,diterima atau tidaknya pelamar yang telah lulus dari proses rekrutmen, kemudian tepat atau tidaknya penempatan seseorang pekerja pada posisi tertentu sangat ditentukan oleh fungsi seleksi dan penempatan ini (Kurniati dan Efendi 2012) Sistem penempatan tenaga kerja dapat didefenisikan sebagai suatu rangkaian komponen ketenagakerjaan, khususnya dalam menempatkan tenaga kerja yang tepat, dan pada posisi yang tepat pula dan dirancang untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar besarnya. Faktor yang harus dipertimbangkan dalam penempatan tenaga kerja pada posisi yang tepat adalah : a. Prestasi akademis b. Pengalaman c. Kesehatan fisik dan mental d. Status perkawinan e. Usia Prosedur tenaga kerja adalah tahapan yang harus ditempuh dalam menempatkan tenaga kerja yang tepat pada posisi yang tepat serta pengambilan keputusan yang dilakukan manager tenaga kerja, khusunya bagian penempatan 23

36 tenaga kerja baik melalui pertimbangan rasional maupun objektif ilmiah (Gomes 2003). Adapun struktur P2M di Puskesmas Sei Kepayang Barat Kabupaten Asahan tahun 2015 dapat dilihat dari gambar 2.1 P2M TB PARU P2M MALARIA P2M HIV P2M DBD Gambar 2.1 Struktur P2M di Puskesmas Sei Kepayang Barat Kabupaten Asahan Dari gambar diatas dapat dilihat Jumlah pengelola program P2M malaria di Puskesmas Sei Kepayang Barat dimana pada setiap bagian terdapat ada satu orang yang bertugas sebagai pengelola dan penaggung jawab program. Sulfitriyana (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Evektifitas Sistem Penempatan Pegawai pada Sekretariat Daerah Kabupaten Enrekang, menyimpulkan bahwa penempatan pegawai dilakukan berdasarkan proses pengadaan pegawai yang dimulai dari proses rekrutmen, seleksi, dan penempatan namun sebelum melakukan proses tersebut, bagian organisasi tata laksana (ORLATA) membuat analisis kebutuhan pegawai yang kemudian dijadikan sebagai masukan untuk memperoleh jumlah formasi. Setelah keluarnya Surat Keputusan bupati mengenai penempatan formasi pegawai di Sekretariat Daerah, maka para pegawai baru harus mengikuti prajabatan untuk menyempurnakan jabatan mereka sebagai pegawai negeri sipil. Tingkat keefektivan penempatan 24

37 pegawai masih belum maksimal karena masih ada beberapa pegawai yang terkadang harus di mutasi. Dengan alasan kekurangan personil dibagian lain atau karena kesalahan secara langsung dari daftar formasi penempatan tersebut. 2.8 Pendanaan program Adanya pendanaan program menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan suatu program terutama dalam program penanggulangan malaria. Ketersediaan dana yang cukup akan menunjang proses pelaksanaan program agar efektif dan efisien, sehingga suatu program akan menjadi terhambat apabila dana yang dibutuhkan tidak tersedia. Keterbatasan sumber daya dapat menjadi penghambat dalam melaksanakan suatu kebijakan. Semangkin besar dana yang dikeluarkan untuk memperbaiki suatu program, maka hasilnya pun akan efektif, apabila dana yang diberikan se efisien mungkin dan semangkin kecilnya dana yang digunakan untuk sebuah program, maka program tersebut akan berjalan lambat, dan hasilnya tidak akan efesien (Wibowo 2008) Program penanggulangan malaria di Puskesmas Sei Kepayang Barat bersumber dana dari APBD dan GF (global fund) yang diperoleh dari bantuan dana Luar Negri dan dana BOK Puskesmas. Dana global fund yang diterima oleh puskesmas adalah berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan, karna Puskesmas Sei Kepayang Barat adalah UPTD (unit pelaksana teknis dinas ). untuk obat, kelambu dan pemeriksaan mikropis dan pemeriksaan uji cepat (RDT) di dapat dari dana global fund, sedangkan IRS ( indoor Residual 25

38 Sprying)dan MBS ( Mass blood survey ) diperoleh dari dana APBD sedangkan penyuluhan diperoleh dari dana BOK Puskesmas. 2.9 Kerangka Pikir Proses penempatan SDM kerja sama lintas sektor Proses Penatalaksanaan 1. Diagnosis dan pengobatan 2. Skrining ibu hamil 3. Pendistribusian kelambu 4. Penyemprotan dinding rumah 5. Pelaksanaan kegiatan MBS 6. Penyuluhan Pendanaan Gambar 2.2 Kerangka Pikir Dari kerangka pikir diatas, dapat dijelaskan bahwa proses penatalaksanaan program penanggulangan malaria terkait oleh proses penempatan SDM yang bertanggung jawab dalam program penanggulangan Malaria apakah dalam proses penempatan SDM sudah menempatkan tenaga kerja yang tepat sesuai dengan fungsionalnya, lalu bagaimana kerja sama lintas sektor dengan pihak kecamatan dinas kesehatan dan kepala desa, serta ketersediaan dana dalam kegiatan program penanggulanagan malaria. Masing-masing mempengaruhi keberhasilan dari 26

39 penatalaksanaan program penanggulangan malaria di Puskesmas Sei Kepayang Barat. 27

40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif melalui pendekatan kualitatif.yaitu mendeskripsikan berbagai proses penatalaksanaan program penanggulangan Malaria di wilayah kerja Puskesmas Sei Kepayang Barat Kabupaten Asahan Tahun Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Sei Kepayang Barat Kabupaten Asahan. Alasan pemilihan lokasi ini adalah karena wilayah kerja Puskesmas ini adalah salah satu daerah endemis malaria dan jumlah penemuan kasus positif penderita malaria yang masih tinggi Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan september 2016 sampai Oktober Informan Penelitian Informan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive, yaitu teknik yang dilakukan untuk memilih informan yang bersedia dan mampu memberikan informasi yang berkaitan dengan topik penelitian,yang terdiri dari : 1. P2M Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan 2. Kepala Puskesmas Sei Kepayang Barat 3. Pengelola Program Malaria 4. Bidan desa 28

41 5. Kader Malaria 6. Kepala Desa 7. Camat 8. Ibu hamil 9. Masyarakat Penderita Malaria dan Masyarakat bukan Penderita Malaria. 10. Kepala Sekolah SD 3.4 Metode Pengumpulan Data 1. Wawancara Wawancara mendalam dilakukan dengan semi terstruktur yang dilengkapi dengan pedoman wawancara yang dijadikan dalam alur, urutan dan penggunaan data yang dibutuhkan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dengan informan. 2. Dokumentasi Merupakan fakta-fakta dan data yang tersimpan didalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk suratsurat, buku, catatan harian, dokumen pemerintah ataupun swasta, laporan, artefak, foto, data dari flashdisk dan sebagainya. 3. Observasi Yaitu sebagai suatu proses melihat, mengamati,mencermati perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Observasi disini yaitu mengamati bagaimana proses penatalaksanaan program penanggulangan malaria oleh tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Sei Kepayang Barat Kabupaten Asahan misalnya melihat situasi dilapangan, Bagaimana kegiatan Follow Up yang 29

42 dilakukan oleh bidan desa langsung kelapangan dan bagaimana kegiatan diagnosis yang dilakukan oleh petugas P2M Pusksmas Sei Kepayang Barat. 3.5 Triangulasi Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber, yaitu memilih informan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan yang diajukan. 3.6 Definisi Operasional Definisi operasional dalam penelitian ini disusun berdasarkan permasalahan dan kerangka konsep : 1. Kerja sama lintas sektor adalah penyelenggaraan pembangunan dibidang kesehatan dan saling mendukung untuk melaksanakan pembangunan dibidang kesehatan. 2. Proses penempatan SDM adalah mengalokasiakan para karyawan baru atau lama pada posisi kerja sesuai dengan fungsinya. 3. Ketersediaan dana adalah besarnya dana untuk program penanggulangan malaria yang bersumber dana dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam proses penatalaksanaan program penanggulangan malaria. 4. Proses penatalaksanaaan program kegiatan malaria di wilayah kerja Puskesmas Sei Kepayang Barat adalah: a. Diagnosis dan pengobtatan malaria adalah suatu penemuan penderita malaria dengan melakukan sediaan darah dengan tes uji cepat atau RDT, sedangkan pengobatan adalah tindak lanjut dari diagnosis malaria. 30

43 b. Skrining ibu hamil adalah kegiatan deteksi dini pada ibu hamil tanpa memandang usia kehamilan dan pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan RDT atau tes uji cepat. c. Pendistribusian kelambu adalah kegiatan dalam upaya pencegahan malaria yang dapat diberikan kepada ibu hamil, bayi, dan balita maupun masyarakat. d. Penyemprotan larutan insektisida pada dinding rumah adalah kegiatan yang dilakukan untuk pengendalian vektor nyamuk Anophelesdengan menggunakan alat spray can. e. Pelaksanaan kegiatan Mass Blood Survey (MBS) adalah upaya pencarian dan penemuan penderita malaria melalui survei di daerah endemis malaria. f. Penyuluhan adalah suatu proses usaha dalam membantu dan meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan mengenai bahaya malaria dan cara penanggulanagan malaria. 3.6 Teknik Analisis Data Teknik analisis data model interaktif menurut (Miles & Huberman Tahun 2012 ) terdiri atas empat tahapan yang harus dilakukan.. 1. Pengumpulan Data Proses pengumpulan data dilakukan sebelum penelitian, pada saat penelitian, dan bahkan di akhir penelitian. Idealnya, proses pengumpulan data sudah dilakukan ketika penelitian masih berupa konsep atau draft. Pengumpulan data pada penelitian kualitatif tidak memiliki segmen atau waktu tersendiri, melainkan sepanjang penelitian yang dilakukan proses pengumpulan data dapat dilakukan. 31

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan Indonesia sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk mendapatkan sumber daya tersebut, pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap ketahanan nasional, resiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada ibu

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap ketahanan nasional, resiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada ibu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria sebagai salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, berdampak kepada penurunan kualitas sumber daya manusia yang dapat menimbulkan

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa malaria merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah salah satu penyakit menular paling umum dan masalah kesehatan masyarakat yang besar. Malaria disebabkan oleh parasit yang disebut Plasmodium, yang ditularkan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Eliminasi Malaria di Daerah; BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 67 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang World Malaria Report (2011) menyebutkan bahwa malaria terjadi di 106 negara bahkan 3,3 milyar penduduk dunia tinggal di daerah berisiko tertular malaria. Jumlah kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Parasit Genus Plasmodium terdiri dari 4 spesies yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan dalam bidang kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan plasmodium. Parasit ini hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah

Lebih terperinci

menghasilkan output lewat suatu proses (Lababa,2008).

menghasilkan output lewat suatu proses (Lababa,2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep tentang Evaluasi 2.1.1 Pengertian Evaluasi Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Tanpa

Lebih terperinci

kematian, terutama pada kelompok yang berisiko tinggi seperti bayi, balita dan

kematian, terutama pada kelompok yang berisiko tinggi seperti bayi, balita dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit malaria masih merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di negara berkembang maupun di negara yang sudah maju di

Lebih terperinci

PENGENDALIAN MALARIA DI INDONESIA. Prof dr Tjandra Yoga Aditama Dirjen PP &PL

PENGENDALIAN MALARIA DI INDONESIA. Prof dr Tjandra Yoga Aditama Dirjen PP &PL PENGENDALIAN MALARIA DI INDONESIA Prof dr Tjandra Yoga Aditama Dirjen PP &PL Malaria : penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang hidup & berkembang biak dalam sel darah manusia Ditularkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Nyamuk anopheles hidup di daerah tropis dan

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH,

Lebih terperinci

BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI POLEWALI MANDAR BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POLEWALI MANDAR, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN ELIMINASI MALARIA DI KOTA LANGSA

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN ELIMINASI MALARIA DI KOTA LANGSA SALINAN WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN ELIMINASI MALARIA DI KOTA LANGSA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA LANGSA, Menimbang

Lebih terperinci

PERINGATAN HARI MALARIA SEDUNIA

PERINGATAN HARI MALARIA SEDUNIA PERINGATAN HARI MALARIA SEDUNIA TEMA : BEBAS MALARIA INVESTASI BANGSA SUKADANA, 25 APRIL 211 PROGRAM INTENSIFIKASI MALARIA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KAYONG UTARA A. LATAR BELAKANG Malaria merupakan salah

Lebih terperinci

Malaria disebabkan parasit jenis Plasmodium. Parasit ini ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi.

Malaria disebabkan parasit jenis Plasmodium. Parasit ini ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Malaria Key facts Malaria adalah penyakit yang mengancam keselamatan jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Setiap 30 detik seorang anak meninggal

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA PETUGAS MALARIA PUSKESMAS DI DAERAH ENDEMIS DAN NON ENDEMIS MALARIA KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2008

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA PETUGAS MALARIA PUSKESMAS DI DAERAH ENDEMIS DAN NON ENDEMIS MALARIA KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2008 HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA PETUGAS MALARIA PUSKESMAS DI DAERAH ENDEMIS DAN NON ENDEMIS MALARIA KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2008 S K R I P S I Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat dunia yang dapat

Lebih terperinci

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KOTA BENGKULU

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KOTA BENGKULU WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KOTA BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi parasit yaitu Plasmodium yang menyerang eritrosit.malaria dapat berlangsung akut maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit malaria

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit malaria BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit malaria tersebar hampir di seluruh dunia yaitu antara garis 60 lintang utara dan 40 lintang selatan, meliputi

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ELIMINASI MALARIA DI PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ELIMINASI MALARIA DI PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ELIMINASI MALARIA DI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa penyakit

Lebih terperinci

BUKU SAKU MENUJU ELIMINASI MALARIA DIREKTORAT PPBB, DITJEN PP DAN PL KEMENTERIAN KESEHATAN RI

BUKU SAKU MENUJU ELIMINASI MALARIA DIREKTORAT PPBB, DITJEN PP DAN PL KEMENTERIAN KESEHATAN RI BUKU SAKU MENUJU ELIMINASI MALARIA DIREKTORAT PPBB, DITJEN PP DAN PL KEMENTERIAN KESEHATAN RI KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat, hidayah dan karunianya

Lebih terperinci

DEFINISI KASUS MALARIA

DEFINISI KASUS MALARIA DEFINISI KASUS MALARIA Definisi kasus adalah seperangkat criteria untuk menentukan apakah seseorang harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat, dan orang.

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN LOMBOK UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium. Vivax. Di Indonesia Timur yang terbanyak adalah Plasmodium

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium. Vivax. Di Indonesia Timur yang terbanyak adalah Plasmodium BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria di Indonesia tersebar di seluruh pulau dengan derajat endemisitas yang berbeda. Spesies yang terbanyak dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium Development Goals (MDGs), Indonesia mempunyai komitmen untuk melaksanakannya serta menjadikannya

Lebih terperinci

Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria. Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria. Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Malaria Sudah diketahui sejak jaman Yunani Kutukan dewa wabah disekitar Roma Daerah rawa berbau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus. BAB I PENDAHULUAN 1.4 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk keperedaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus aedes

Lebih terperinci

Gambaran Infeksi Malaria di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012

Gambaran Infeksi Malaria di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012 Gambaran Infeksi di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012 Nugraheni Maraelenisa Letelay 1, Ellya Rosa Delima 2 1. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 45 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BADUNG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 45 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 45 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa penyakit

Lebih terperinci

Gambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 Februari 2014

Gambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 Februari 2014 872 Artikel Penelitian Gambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 Februari 2014 Hans Everald 1, Nurhayati 2, Elizabeth Bahar 3 Abstrak Pengobatan malaria

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang: a. BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, bahwa malaria merupakan penyakit

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering disebut sebagai vektor borne diseases. Vektor adalah Arthropoda atau

BAB I PENDAHULUAN. sering disebut sebagai vektor borne diseases. Vektor adalah Arthropoda atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit berupa serangga sering disebut sebagai vektor borne diseases. Vektor adalah Arthropoda atau invertebrata lain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama lebih dari tiga dasawarsa, derajat kesehatan di Indonesia telah mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan angka kematian bayi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang dominan di daerah tropis dan sub tropis dan dapat mematikan. Setidaknya 270 penduduk dunia menderita malaria dan lebih dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. miliar atau 42% penduduk bumi memiliki risiko terkena malaria. WHO mencatat setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. miliar atau 42% penduduk bumi memiliki risiko terkena malaria. WHO mencatat setiap tahunnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang sangat dominan di daerah tropis dan sub-tropis serta dapat mematikan. Setidaknya 270 juta penduduk dunia menderita malaria dan

Lebih terperinci

SISKA DEVI BANGUN NIM.

SISKA DEVI BANGUN NIM. PENGARUH FAKTOR PENGETAHUAN IBU DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP TINDAKAN IBU DALAM PENCEGAHAN GIZI BURUK PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AMPLAS KOTA MEDAN TAHUN 2010 SKRIPSI Oleh : SISKA DEVI

Lebih terperinci

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017 IMPLEMENTASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MALARIA DI PUSKESMAS SIABU KABUPATEN MANDAILING NATAL 2017 SKRIPSI OLEH: HARUN RIDWAN 121000483 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil pembangunan kesehatan saat ini adalah derajat kesehatan masyarakat semakin meningkat secara bermakna, namun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil pembangunan kesehatan saat ini adalah derajat kesehatan masyarakat semakin meningkat secara bermakna, namun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil pembangunan kesehatan saat ini adalah derajat kesehatan masyarakat semakin meningkat secara bermakna, namun belum dapat dinikmati secara merata oleh masyarakat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Helendra Taribuka, Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc

ABSTRAK. Helendra Taribuka, Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc ABSTRAK PENGARUH PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU PENDUDUK TERHADAP TINGGINYA PREVALENSI PENYAKIT MALARIA DI DESA MESA KECAMATAN TNS (TEO NILA SERUA) KABUPATEN MALUKU TENGAH TAHUN 2010 Helendra Taribuka,

Lebih terperinci

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN SALINAN BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 45 TAHUN 2017 TENTANG SURVEILANS BERBASIS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MASA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Penyakit ini merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang serius dan fatal yang disebabkan oleh parasit protozoa genus plasmodium yang ditularkan pada manusia oleh gigitan nyamuk Anopheles

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENDAHULUAN Seorang ibu akan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan jika ada suatu masalah atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi tingginya angka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high burden countries,

BAB 1 PENDAHULUAN. endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high burden countries, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit malaria masih mendominasi masalah kesehatan di masyarakat dunia, menurut laporan WHO tahun 2009 ada 109 negara endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Turki dan beberapa Negara Eropa) beresiko terkena penyakit malaria. 1 Malaria

BAB I PENDAHULUAN. Turki dan beberapa Negara Eropa) beresiko terkena penyakit malaria. 1 Malaria BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit malaria umumnya menyerang daerah tropis (Cina daerah Mekong, Srilangka, India, Indonesia, Filipina) dan subtropis (Korea Selatan, Mediternia Timur, Turki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di beberapa Negara tropis dan subtropis saat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di beberapa Negara tropis dan subtropis saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di beberapa Negara tropis dan subtropis saat ini. Menurut WHO tahun 2011, dari 106 negara yang dinyatakan

Lebih terperinci

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan I. Latar Belakang Beberapa pertimbangan dikeluarkannya Permenkes ini diantaranya, bahwa penyelenggaraan Pusat Kesehatan Masyarakat perlu ditata ulang untuk meningkatkan aksesibilitas, keterjangkauan, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara khususnya negara-negara berkembang. Berdasarkan laporan The World

BAB 1 PENDAHULUAN. negara khususnya negara-negara berkembang. Berdasarkan laporan The World BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Malaria sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan utama di berbagai negara khususnya negara-negara berkembang. Berdasarkan laporan The World Malaria Report 2005

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Tuberkulosis 2.1.1.1 Definisi Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat utama di dunia termasuk Indonesia. Penyakit malaria menjadi salah satu perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu. melahirkan, serta menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).

BAB I PENDAHULUAN. utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu. melahirkan, serta menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu melahirkan, serta menimbulkan Kejadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis, termasuk Indonesia. Berdasarkan data WHO (2010), terdapat sebanyak

Lebih terperinci

PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS

PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS DASAR : 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat 2. Peraturan Meteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB 1 :PENDAHULUAN. masih merupakan masalah kesehatan utama yang banyak ditemukan di. hubungan status gizi dengan frekuensi ISPA (1).

BAB 1 :PENDAHULUAN. masih merupakan masalah kesehatan utama yang banyak ditemukan di. hubungan status gizi dengan frekuensi ISPA (1). BAB 1 :PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung hingga alveoli,

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL. 1. Sejarah Perkembangan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul

BAB II DESKRIPSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL. 1. Sejarah Perkembangan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul BAB II DESKRIPSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL A. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul 1. Sejarah Perkembangan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul terletak di Jalan Lingkar

Lebih terperinci

PROVINSI KALIMANTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG,

PROVINSI KALIMANTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT PADA DINAS KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit genus plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan gigitan nyamuk Anopheles

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg No.122, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMKES. TB. Penanggulangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD Nomor : Revisi Ke : Berlaku Tgl: KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD UPT KESMAS TAMPAKSIRING 1. Pendahuluan Dewasa ini, pembangunan kesehatan di Indonesia dihadapkan pada masalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Tahapan Upaya Penanggulangan Malaria di Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Tahapan Upaya Penanggulangan Malaria di Indonesia BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tahapan Upaya Penanggulangan Malaria di Indonesia 2.1.1. Periode 1959 1968 (Pembasmian Malaria) Upaya pengendalian penyakit malaria dimulai sejak tahun 1959 dengan adanya KOPEM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan salah satu penyakit menular tropik yang distribusinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan salah satu penyakit menular tropik yang distribusinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular tropik yang distribusinya sangat luas di dunia. Menurut laporan tahunan WHO, diperkirakan 3,3 miliar penduduk dunia berisiko

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. telah berjangkit dalam periode waktu lama di tengah-tengah masyarakat Indonesia,

BAB 1 PENDAHULUAN. telah berjangkit dalam periode waktu lama di tengah-tengah masyarakat Indonesia, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TBC) Paru merupakan salah satu jenis penyakit generatif yang telah berjangkit dalam periode waktu lama di tengah-tengah masyarakat Indonesia, yang menyerang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap individu masyarakat yang harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk memproteksi masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan subtropik di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat setiap orang sehingga mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

TATALAKSANA MALARIA. No. Dokumen. : No. Revisi : Tanggal Terbit. Halaman :

TATALAKSANA MALARIA. No. Dokumen. : No. Revisi : Tanggal Terbit. Halaman : Revisi Halaman Kepala 1. Pengertian Malaria adalah suatu infeksi penyakit akut maupun kronik yang disebakan oleh parasit Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Penyakit Malaria merupakan infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies Plasmodium penyebab malaria

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyebab Malaria Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium yang ditransmisikan ke manusia melalui nyamuk anopheles betina. 5,15 Ada lima spesies

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Memasuki milenium ke-3,infeksi malaria masih merupakan problema klinik bagi negara tropik/sub topik dan negara berkembang maupun negara yang sudah maju.malaria merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi, angka kesakitan bayi, status gizi dan angka harapan hidup (Depkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi, angka kesakitan bayi, status gizi dan angka harapan hidup (Depkes RI, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Masa balita merupakan usia penting dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik anak. Pada usia ini, anak masih rawan dengan berbagai gangguan kesehatan, baik jasmani maupun rohani

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Malaria Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. 3 Malaria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Malaria merupakan penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada manusia oleh gigitan nyamuk Anopheles

Lebih terperinci

Penelitian. Vol. 4, No. 3, Juni Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang (Epidemiology and Zoonosis Journal) Hal :

Penelitian. Vol. 4, No. 3, Juni Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang (Epidemiology and Zoonosis Journal) Hal : Penelitian Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang (Epidemiology and Zoonosis Journal) Vol. 4, No. 3, Juni 2013 Hal : 128-132 Penulis : 1. Nina Rahmadiliyani 2. Noralisa Korespondensi : STIKES

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat baik fisik, mental, spiritual maupun sosial yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis. Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa dari genus Plasmodium. Penyakit ini merupakan salah satu penyebab meningkatnya angka kematian

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL 14 NOVEMBER 2016

SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL 14 NOVEMBER 2016 SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL 14 NOVEMBER 2016 Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam Sejahtera Bagi Kita Semua, Saudara-saudara sekalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vector borne disease merupakan penyakit-penyakit yang ditularkan pada manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda yang dapat menularkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan berkembangbiak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini ditularkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena 17 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi pada anak masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu dari tiga anak di dunia meninggal setiap tahun akibat buruknya kualitas gizi. Salah

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.438, 2017 KEMENKES. Penanggulangan Cacingan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN CACINGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan Masyarakat. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu dari tiga anak di dunia meninggal setiap tahun akibat buruknya kualitas gizi. Dari data Departemen

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT UPT. PUSKESMAS SOTEK

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT UPT. PUSKESMAS SOTEK Upt. Puskesmas Waru KERANGKA ACUAN No. Kode : PKM- STK-/V.2015 Terbitan : Mei 2015 No. Revisi : 00 Tgl. Mulai Berlaku : 01/06/2015 Halaman : 1/15 Ditetapkan Oleh Kepala Upt. Puskesmas Sotek H.Sudarman,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Thimotius Tarra Behy NIM

SKRIPSI. Oleh Thimotius Tarra Behy NIM GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PENYAKIT MALARIA SERTA PEMERIKSAAN SAMPEL DARAH MASYARAKAT PERUMAHAN ADAT DI KECAMATAN KOTA WAIKABUBAK KABUPATEN SUMBA BARAT - NTT SKRIPSI Oleh Thimotius

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah pengelolaan kesehatan bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah pengelolaan kesehatan bangsa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah pengelolaan kesehatan bangsa Indonesia yang diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG. ELiMINASI MALARIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG. ELiMINASI MALARIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA .' /9(. PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 154 TAHUN 2010 TENTANG ELiMINASI MALARIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTAJAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria masih merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, terutama di negara-negara tropis dan subtropis. Kurang lebih satu miliar penduduk dunia pada 104 negara (40%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sosial yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial

BAB I PENDAHULUAN. maupun sosial yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah suatu keadaan yang optimal baik dari segi badan, jiwa maupun sosial yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomi

Lebih terperinci