BAB I PENDAHULUAN. wisata pendakian Gunung Sinabung yang memberikan pesona alam tersendiri.
|
|
- Hartanti Susanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hampir sepanjang waktu Gunung Sinabung memberikan manfaat bagi alam dan makhluk yang ada di sekitarnya. Lereng dan wilayah sekitar Gunung Sinabung terkenal dengan kesuburan tanahnya karena guyuran abu vulkanis Gunung Sinabung, tanaman jeruk, kopi dan tanaman lainnya dapat tumbuh subur. Selain itu di sekitar lereng ataupun kawasan lainnya terdapat beberapa kawasan rekreasi diantaranya objek wisata Danau Lau Kawar serta wisata pendakian Gunung Sinabung yang memberikan pesona alam tersendiri. Disisi lainnya Gunung Sinabung yang telah tertidur 400 tahun lamanya memberikan ancaman yang dapat menyebabkan bencana di wilayah lereng dan sekitarnya pada waktuwaktu tertentu. Ancaman Gunung Sinabung yang menimbulkan bencana misalnya pada beberapa peristiwa erupsi terakhir pada tahun mengguncang dunia yang dapat dilihat secara jelas karena terdokumentasi dengan baik. Ancaman erupsi Gunung Sinabung berupa awan panas, lahar panas, lahar dingin serta abu vulkanik, sehingga memberi dampak terhadap masyarakat desa yang berada disekitar kaki Gunung Sinabung harus diungsikan ke tempat yang aman. Masyarakat desa yang berada pada jarak 2-3 kilometer dan terjauh 4-6 kilometer. Pada bulan Januari 2014 awan panas mencapai radius 4,5 kilometer, lahar dingin yang mengalir mengikuti aliran sungai yang berasal dari mata air Gunung Sinabung serta abu vulkanik yang menutupi lahan pertanian dan wilayah pemukiman di lerengnya, selain itu menimbulkan korban jiwa dan kerugian harta benda. Serangkaian erupsi Gunung Sinabung yang diawali pada tahun 2010, letusan Gunung Sinabung pada 27 Agustus 2010 dikategorikan tipe letusan freatik (letusan terjadi karena tekanan gas) yang diikuti jatuhan abu vulkanik Gunung Sinabung hingga menutupi Desa
2 Sukameriah, Gungpintu, Sigarang-garang, Sukadebi, Bekerah dan Simacem. Tanggal Agustus letusan abu atau freatik dari kawah puncak. Pada Agustus 2010 letusan abu dari puncak disertai suara dentuman dan kolom abu berkisar meter. Pada 3 dan 7 September letusan abu dengan tinggi kolom abu berkisar meter ( riwayat erupsi dan letusan Gunung Sinabung _ merdeka.com.htm, diakses tanggal 25 april 2014 Pukul WIB). Selanjutnya serangkaian aktivitas Gunung Sinabung menunjukkan aktivitas signifikannya pertengahan September 2013 yang ditandai dengan getaran-getaran yang cukup intensive atau sering. Disusul dengan setiap 20 menit terjadi gempa dimana puncaknya yaitu pertengahan Desember Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutpo Purwo Nugroho membenarkan adanya peningkatan aktivitas Gunung Sinabung. Tertanggal 12 Desember 2013 perkembangan aktivitas Gunung Sinabung terjadi 2 kali gempa vulkanik 1 kali gempa vulkanik dangkal, 41 kali gempa frekuensi rendah, 187 kali gempa hybrid (berkekuatan tinggi), 8 kali gempa hembusan dan terus menerus dengan amplitude maksimum 2 mm, longsoran material yang mengarah ke tiga desa seperti desa Bekerah, Mardinding dan Simacem, tercatat pengungsi mencapai jiwa yang terdiri dari kepala keluarga yang tersebar di 31 titik posko pengungsian. Dengan pola kegempaan vulkanik seperti itu, diramalkan Gunung Sinabung bisa saja meletus dengan frekuensi yang besar sekali. Bisa dibuktikan berapa hari tanda-tanda seperti meluncurnya awan panas dan abu vulkanik yang menganggu jarak pandang serta pernapasan warga di desa sekitar Gunung Sinabung mengakibatkan pengungsi kian bertambah menjadi jiwa ( diakses tanggal 29 maret 2014 pukul WIB). Pada tanggal Desember 2014 tanda-tanda Gunung Sinabung meletus semakin kuat gunung setinggi meter dari permukaan laut mengeluarkan guguran material sejauh
3 5 km ke arah tenggara. Dari seluruh gunung api yang berada di atas kondisi normal di Indonesia dimana Gunung Sinabung satu-satunya yang memiliki status awas (level IV). Sehingga ditetapkanlah tidak diperbolehkan aktivitas warga di radius 5 kilometer (zona merah) dari kaki gunung tersebut. Perubahan yang signifikan pada kondisi struktur Gunung Sinabung menyebabkan terjadinya longsoran di sekitar badan gunung di wilayah puncak gunung teramati bentuk kubah magma yang kapan saja dapat menyemburkan lava pijar. Selanjutnya Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi merekomendasikan masyarakat di 17 desa dan 2 dusun seperti desa Gurukinayan, Sukameriah, Berastepu, Bekerah, Gamber, Simacem, Perbaji, Mardinding, Kuta Gugung, Kuta Rakyat, Sigarang- Garang, Sukanalu, Temberun, Kuta Mbaru, Kuta Tonggal, Tiganderket, Selandi dan Dusun Sibintun serta Dusun Lau Kawar harus diungsikan ( diakses tanggal 30 maret 2014 pukul WIB) Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tanggal 08 januari 2014 mengumumkan bahwa pengungsi terus bertambah yaitu jiwa (7.079 KK). Tertanggal 15 januari 2014, jumlah pengungsi makin bertambah dimana tercatat pengungsi (8.161 KK) tersebar di 39 titik pengungsian. Terdapat titik pengungsi baru yaitu di Maka Jl. Samura sebanyak 122 jiwa (42 KK) yang berasal dari Desa Gung Pinto. 9 Februari 2014 tercatat jumlah pengungsi erupsi Gunung Sinabung mencapai jiwa ( KK) yang terletak di 41 titik pengungsian yang statusnya masih skala bencana kabupaten, dimana artinya Pemerintah Daerah Karo masih mampu mengatasi bencana tersebut yang dibantu Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara yang didampingi oleh pemerintah pusat. Adanya usulan agar dijadikan skala bencana nasional tidak memenuhi persyaratan Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana pasal 51 ayat 2, dimana disebutkan penetapan skala nasional ditetapkan oleh presiden, skala provinsi oleh gubernur dan skala kabupaten/kota oleh bupati/walikota dimana pmerintahan
4 Kabupaten Karo masih berjalan normal. Selain itu juga tidak ada korban jiwa banyak dan terjadi eskalasi bencana yang luas. Berbeda dengan erupsi Gunung Merapi tahun 2010, dimana presiden memerintahkan kendali operasi tanggap darurat dalam satu komando berada di tangan kepala BNPB dibantu Gubernur DIY, Gubernur Jawa Tengah, Pangdam IV Diponegoro, Kapolda Jawa tengah dan DIY pada 05 sepetemper Keputusan Presiden saat itu didasarkan bertambahnya korban dan pengungsi. Pada 4 september 2010 korban jiwa 44 tewas, 119 luka-luka, mengungsi, kemudian ketika erupsi besar 5 september 2010 korban meningkat 114 tewas, 218 luka-luka dan 300 ribu mengungsi (Pusat Data Imformasi dan Humas BNPB). Adanya informasi peningkatan aktivitas Gunung Sinabung kerugian yang ditimbulkan makin besar. Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo menyatakan kerugian di sektor pertanian dan perkebunan sejak Gunung Sinabung erupsi 6 januari 2014 diperkirakan Rp 712,2 milyar dari ha lahan pertanian dan perkebunan. Luas lahan pertanian dan perkebunan ini meliputi tanaman pangan (1.837 Ha), holtikultura (5.716 Ha), tanaman buah (1.630 Ha), biofarmaka (1,7 Ha) dan perkebunan (2.856 Ha). Dimana dampak kerugian terbesar terdapat di 4 kecamatan seperti Nemanteran, Simpang Empat, Payung dan Tigandreket ( Meringankan Beban Pengungsi Sinabung _ Kompasiana.com.htm diakses tanggal 03 april 2014 pukul WIB). Penanganan korban bencana gunung meletus yang baik selama ini dilakukan oleh berbagai instansi, namun tidak didukung dengan kebutuhan minimum bagi para korban bencana. Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana pasal 26 ayat 2 menyatakan bahwa setiap orang yang menjadi korban bencana berhak mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar artinya kebutuhan untuk menyambung hidup dan kehidupannya selama berada di tenda-tenda pengungsian. Sementara menurut Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana
5 pasal 28 ayat 1 bahwa bantuan pemenuhan kebutuhan dasar harus diberikan kepada korban bencana alam dalam bentuk penampungan sementara, bantuan pangan dan sandang, mendapatkan air bersih dan sanitasi lingkungan dan pelayanan kesehatan (Sudibyakto, 2011: 121). Konteks bencana erupsi Gunung Sinabung bantuan darurat bencana untuk pemenuhan kebutuhan dasar tentunya harus menganut prinsip standar minimal kebutuhan dasar. Oleh karena itu sangat diperlukan pendampingan pengungsi korban bencana Gunung Sinabung khususnya bagi kelompok yang rentan seperti bayi, balita, anak-anak, ibu hamil atau menyusui, penyandang cacat (disabilitas), orang sakit dan manula yang menjadi korban erupsi Gunung Sinabung agar kriteria kebutuhan minimal dapat dilaksanakan sebagaimana semestinya. Dengan demikian azas pemberian bantuan harus berdasarkan pada prioritas untuk kelompok rentan ini dan harus adil. Hal yang sangat penting adalah adanya Tim Rapid Need Assesment dalam rangka membantu pemerintah daerah setempat dalam memantau dan memberikan saran dan jalan keluar tentang jenis kebutuhan yang diperlukan korban bencana secara proposional (Sudibyakto, 2011: 122). Salah satu poin pembelajaran yang dapat diambil dari erupsi Gunung Sinabung adalah bahwa anak-anak merupakan kelompok yang sering terabaikan dan tidak tertangani dengan baik. Trauma dan dampak terhadap kesehatan anak kurang mendapat perhatian dan sering tidak tepat dalam penanganannya. Kondisi lain yang juga mengancam anak-anak dalam situasi darurat pasca bencana adalah eksploitasi ekonomi, keterpisahan dari keluarga dan kehilangan arena dimana mereka biasa beraktivitas dan bermain dengan teman-teman sebaya. Anak-anak dalam keadaan darurat atau bencana berada dibawah resiko dan ancaman karena tingkat ketergantungan mereka yang tinggi terhadap orang dewasa. Karena belum memiliki banyak pengalaman hidup, kemampuan anak untuk melindungi diri sendiri terbatas dan mereka tidak dalam posisi yang dapat mengambil keputusan atas dirinya sendiri.
6 Anak terutama saat mereka berusia sangat dini sangat rentan dan membutuhkan dukungan khusus agar dapat menikmati hak mereka sepenuhnya. Bagaimana anak dapat diberikan nilai setara dan bersamaan diberikan perlindungan yang diperlukan? Sebagian dari jawabannya terletak pada prinsip demi kepentingan anak sebagaimana yang dirumuskan dalam pasal 3 ayat 1 Konvensi Hak Anak (KHA) yang hendaknya dijadikan pertimbangan utama dalam langkah-langkah yang berhubungan dengan anak. Kapan saja keputusan resmi yang berdampak pada anak diambil, kepentingan anak hendaknya dipandang sebagai hal yang penting. Kepentingan orang tua atau Negara hendaknya bukan merupakan pertimbangan yang benar-benar penting. Hal ini memang merupakan salah satu pesan utama yang terkandung di dalam Konveksi Hak Anak. Bilamana menafsirkan prinsip ini, komite hak anak menekankan pentingnya prosedur ini untuk pengambilalihan keputusan yang memberikan perhatian pada kepentingan anak (Hammaberg, 2001: ). Berkaca pada bencana terdahulu seperti pasca tsunami di Aceh dan Nias tahun 2004, anak-anak yang selamat dari bencana alam tidak serta merta aman dari ancaman. Ratusan anak-anak menjadi korban penculikan dan perdagangan manusia (human trafficking) yang disebabkan keterpisahan dari keluarga, selain itu munculnya kemiskinan baru pasca bencana. Ratusan anak-anak di Nias menjadi pekerja konstruksi dan penggali tambang pasir untuk memenuhi kebutuhan material bangunan dimasa rehabilitasi dan rekonstruksi. Pasca gempa bumi di Yogyakarta dan Sumatera Barat, anak-anak dijadikan pengemis untuk mencari bantuan dijalanan. Berdasarkan kondisi itulah maka banyak sekali pemangku kepentingan (stakeholder) baik dari unsur pemerintah dan non-pemerintah seperti lembaga swadaya masyarakat (lokal maupun internasional), perusahaan, organisasi massa dan masyarakat selalu mengambil bagian dalam upaya penanggulangan bencana khususnya untuk memenuhi kebutuhan anakanak yang menjadi koban bencana. Perhatian dan bantuan dalam masa tanggap darurat
7 bencana tersebut dari sisi jumlah dan jenis bantuan sangat banyak dan seringkali jika tidak diorganisir dengan baik akan mengakibatkan tidak meratanya distribusi bantuan sehingga bantuan yang sifatnya temporer seperti makanan menjadi rusak dan tidak dapat dimanfaatkan. Bantuan tanggap darurat bencana alam tersebut dari sisi jenis bantuannya lebih banyak diprioritaskan pada bantuan logistik dan jika sasarannya anak-anak, program-program yang ditawarkan lebih banyak bersifat permainan-permainan yang bertujuan untuk mencegah sekaligus mengatasi trauma yang dihadapi anak akibat bencana alam. Bantuan dan maksud baik dari semua pemangku kepentingan tersebut akan menjadi lebih komprehensif (menyeluruh) dan efektif jika setiap program dan bantuan yang diberikan untuk anak berangkat dari sebuah landasan konsep yang kuat yang untuk selanjutnya dapat dipergunakan sebagai panduan dalam melakukan aksi-aksi nyata untuk membantu anak yang menjadi korban bencana. Bantuan logistik dan program permainan adalah salah satu upaya perlindungan anak dan upaya perlindungan anak dalam konteks bencana alam sangat luas sekali (http//: diakses tanggal 2 april 2014 pukul WIB). Berbicara tentang penanganan anak berbasis perlindungan anak dalam tanggap darurat bencana erupsi Gunung Sinabung perlu dipahami tentang konsep hak dan anak. Hak sering didefinisikan sebagai kebutuhan yang paling mendasar bagi setiap manusia dan ketika kebutuhan tersebut tidak dipenuhi akan berdampak buruk bagi kelangsungan hidup dan keberfungsian sosial manusia tersebut. Sedangkan konsep anak dengan mengacu pada definisi Undang-Undang Perlindungan anak dan Konvensi Hak Anak yaitu setiap individu yang berada dibawah usia 18 tahun. Jadi berangkat dari kedua konsep bahwa hak anak merupakan kebutuhan mendasar yang melekat pada anak agar terpenuhi sedangkan aktivitas dan kegiatan untuk menjamin serta melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi optimal sesuai dengan harkat martabat kemanusiaan
8 serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi adalah perlindungan anak. Jadi upaya penanganan anak yang berdampak bencana dalam masa tanggap darurat secara khusus adalah termasuk aktivitas perlindungan anak. Penanganan anak korban bencana erupsi Gunung Sinabung telah digalakkan beberapa bentuk penanganannya antara lain mengoptimalkan kebijakan yang telah ditetapkan presiden dalam penanganan korban dampak erupsi Gunung Sinabung mengupayakan terpenuhinya standar minimum dalam pemenuhan dasar para pengungsi mempercepat pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah pasca bencana erupsi Gunung Sinabung mendorong keluarnya Perpres (Peraturan Presiden) tentang penetapan status dan tingkatan bencana serta membangun ketangguhan dalam menghadapi bencana di masa mendatang. Selain itu anak harus segera kembali memperoleh pendidikan yang layak. Kegiatan pendidikan diselenggarakan di sekolah-sekolah darurat. Dalam banyak peristiwa bencana, kondisi ini berlangsung dalam waktu lama. Situasi ini jelas kurang menguntungkan bagi anak-anak yang harus belajar dengan fasilitas yang serba terbatas yang pada akhirnya proses belajar mengajar tidak bisa berlangsung secara optimal. Terlebih lagi Kabupaten Karo belum memiliki metode pendidikan standar yang dapat diterapkan pada kondisi pasca bencana. Posko Pengungsian Universitas Karo (UKA) 1 yang berlokasi di Desa Ketaren Kecamatan Kabanjahe merupakan salah satu posko aktif menerima pengungsi yang berasal dari desa terparah dampak erupsi Gunung Sinabung antara lain berasal dari desa Simacem, Bekerah dan Kuta Tunggal. Data yang didapat dari Assesment KKSP terdapat 990 jiwa total pengungsi yang berada di Posko UKA 1 antara lain jumlah balita terdapat 77 balita dan anak usia sekolah 279 anak, selebihnya dewasa dan lansia. Banyak pengungsi kini mengeluhkan berbagai jenis penyakit. Dari 10 jenis penyakit yang berhasil ditemukan tim medis relawan medan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan kasus menonjol dan jenis penyakit yang peling banyak diderita para pengungsi.
9 Buruknya sanitasi air, lingkungan dan kondisi udara bercampur abu vulkanik mungkin merupakan salah satu penyebab banyaknya pengungsi yang menderita ISPA. Jenis penyakit menonjol lainnya yang ditemukan adalah depresi karena lahan pertanian milik pengungsi yang mati dikarenakan abu erupsi gunung sinabung( diakses tanggal 05 april 2014 pukul WIB). Hidup di barak pengungsian memang serba kurang baik itu berupa pemenuhan kebutuhan pokok (sembako), air bersih, selimut, listrik, pakaian ganti, sarana pendidikan bagi anak-anak serta fasilitas lainnya yang mereka butuhkan juga sangat terbatas. Kesulitankesulitan ini juga sering terjadi pada anak-anak yang masih sekolah disebabkan karena jarak dari posko ke sekolah mereka sangat jauh dari tempat pengungsian. Bagi anak-anak pengungsi korban bencana erupsi Gunung Sinabung dalam upaya penanganannya perlu mendapat perlindungan khusus supaya terjamin terpenuhinya hak-hak anak untuk mereka hidup, tumbuh dan berkembang secara wajar sesuai dengan usianya, termasuk yang terpenting kebutuhan penyembuhan trauma pada anak akibat bencana selain itu pendidikan formal ataupun informal diperlukan secara memadai. Pada tanggal 30 April 2014 erupsi Gunung Sinabung terjadi namun saat ini masih banyak pengungsi yang tinggal di barak pengungsian terutama anak-anak. Mereka tetap bertahan dengan terus mengharapkan bantuan dari berbagai pihak. Di Posko Pengungsian Universitas Karo (UKA) I sekitar 382 kepala keluarga yang masih berada di tempat penampungan sementara yang terus bertahan hidup sembari menunggu bantuan relokasi rumah baru dan bantuan logistik dari berbagai lembaga. Keadaan di posko pengungsi asal Desa Bekerah dan Simacem yang masih bertahan saat ini mulai jenuh akan janji relokasi dari pemerintah bahkan ada dari beberapa orang yang mengalami stress akibat tanaman mereka raib begitu saja. Namun selain dampak negatif dari bencana mereka juga bersyukur masih
10 diberi kehidupan anak-anak mereka masih tertolong dengan berbagai upaya yang dilakukan banyak pihak dalam memenuhi kebutuhan anak mereka. Khusus dalam penanganan anak korban bencana erupsi Gunung Sinabung yang terdapat di Posko Pengungsian Universitas Karo (UKA) 1 sejauh ini penanganan anak-anak korban bencana erupsi Gunung Sinabung dinilai baik karena banyak hiburan yang diberikan relawan atau mahasiswa yang mendampingi mereka untuk keluar dari trauma akibat bencana yang dialami. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari para pengungsi setiap pekannya selalu memperoleh bantuan dari berbagai pihak, baik dari instansi pemerintah maupun lembaga lokal ataupun luar seperti bantuan obat-obatan, makanan, susu dan biskuit bagi anak-anak atau bumil (ibu hamil), masker, makanan ringan serta peralatan-peralatan lainnya yang dijatah per kepala keluarga. Terutama bagi anak-anak penanganan yang diberikan oleh mahasiswa dan tim relawan memberikan hiburan-hiburan dalam metode belajar bermain seperti permainan tradisional, mendatangkan tokoh-tokoh animasi kartun berbentuk badut, selain itu melukis bersama anak dengan dunia khayalnya, penanganan psikososial juga terdapat di Posko Pengungsian Universitas Karo (UKA) I ini seperti bernyanyi, permainan dinamika kelompok anak-anak. Kegiatan psikososial anak ini bertujuan sebagai langkah pemulihan fisik dan psikis anak pasca bencana erupsi Gunung Sinabung. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Tinjauan Penanganan Anak Korban Bencana Erupsi Gunung Sinabung di Posko Pengungsian Universitas Karo (UKA) 1 Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo yang Berbasis Perlindungan Anak. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka dapat dirumuskan masalah bagaimana penanganan anak korban bencana erupsi Gunung Sinabung
11 berbasis perlindungan anak di Posko Pengungsian Universitas Karo (UKA) 1 Kecamatan kabanjahe Kabupaten Karo yang berbasis perlindungan anak. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penanganan anak korban bencana erupsi Gunung Sinabung yang berbasis perlindungan anak di Posko Pengungsian Universitas Karo (UKA) 1 Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap pihak-pihak terkait yang menangani anak korban bencana erupsi Gunung Sinabung yang penanganannya berbasis perlindungan anak b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dalam rangka pengembangan teori-teori, konsep-konsep dan model penanganan anak korban bencana erupsi Gunung Sinabung yang berbasis perlindungan anak dalam perspektif Ilmu Kesejahteraan Sosial 1.4 Sistematika Penulisan Untuk memudahkan memahami dan mengetahui isi yang terkandung dalam skripsi ini, maka diperlukan sistematika. Sistematika Penulisan secara garis besarnya dikelompokkan dalam enam bab, dengan urutan sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penelitian.
12 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, definisi konsep dan definisi operasional BAB III : METODE PENELITIAN Berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data. BAB IV : GAMBARAN LOKASI PENELITIAN Berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang berhubungan dengan objek yang akan diteliti. BAB V : ANALISIS DATA Berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan analisisnya BAB VI : PENUTUP Berisikan tentang pokok-pokok kesimpulan dan saran-saran yang perlu disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian.
BAB I PENDAHULUAN. faktor alam dan non alam yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan non alam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik secara materi atau secara spiritual. Bencana sering terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana alam merupakan peristiwa alam yang disebabkan oleh proses dan aktivitas alam, baik yang terjadi secara alami maupun karena sebelumnya ada tindakan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam lingkaran gunung api (ring of fire). Posisi tersebut menyebabkan Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan alamnya, tetapi merupakan salah satu Negara yang rawan bencana karena berada dipertemuan tiga lempeng yaitu lempeng Indo Australia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik secara materi atau secara spiritual. Bencana sering terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana alam merupakan peristiwa alam yang disebabkan oleh proses dan aktivitas alam, baik yang terjadi secara alami maupun karena sebelumnya ada tindakan atau
Lebih terperinciBersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424, 021-5228371
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhenti mengganggu salah satu wilayah Indonesia, yakni daerah Kabupaten Karo. Gunung
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terhitung sejak tahun 2010 sampai pada tahun 2015 ada satu bencana yang tidak berhenti mengganggu salah satu wilayah Indonesia, yakni daerah Kabupaten Karo. Gunung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, Hal ini berarti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, Hal ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Parker (1992), bencana ialah sebuah kejadian yang tidak biasa terjadi disebabkan oleh alam maupun ulah manusia, termasuk pula di dalamnya merupakan imbas dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidrologis serta demografis. Dampak dari terjadinya suatu bencana akan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Terjadinya bencana alam di suatu wilayah merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan. Hal ini disebabkan karena bencana alam merupakan suatu gejala alam yang tidak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis, hidrologis, dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana. Badan Nasional Penanggulangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Penelitian ini berangkat dari kejadian bencana alam yang terjadi di Kabupaten Karo
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian ini berangkat dari kejadian bencana alam yang terjadi di Kabupaten Karo pada akhir September 2013 yang lalu. Bencana alam yang terjadi yaitu bencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. geografis Indonesia yang demikian menempatkan Indonesia di posisi silang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan posisi geografisnya, Indonesia terletak di antara Benua Asia dan Benua Australia serta diantara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Letak geografis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng. menjadi negara yang rawan terhadap bencana alam.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia terletak di garis khatulistiwa dan berada diantara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudera Hindia. Karena letaknya yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
Lebih terperinci24 November 2013 : 2780/45/BGL.V/2013
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424, 021-5228371
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. aspek fisik, psikis, dan psikososial (Dariyo, 2004). Jika dilihat dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Adolesen (remaja) adalah masa transisi/peralihan dari masa kanak kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di duniakarena posisi geografis Indonesia terletak di ujung pergerakan tiga lempeng dunia yaitu Eurasia,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa dekade terakhir, skala bencana semakin meningkat seiring dengan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa dekade terakhir, skala bencana semakin meningkat seiring dengan peningkatan urbanisasi, deforestasi, dan degradasi lingkungan. Hal itu didukung oleh iklim
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan negara kepulauan terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah negara Indonesia memiliki kerawanan tinggi terhadap terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam maupun faktor manusia. Hal ini
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Ringkasan Temuan Penahapan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud terdapat lima tahap, yaitu tahap perencanaan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud 2014, tahap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daratan. Salah satu kenampakan alam yang meliputi wilayah perairan ialah sungai.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenampakan alam di permukaan bumi meliputi wilayah perairan dan daratan. Salah satu kenampakan alam yang meliputi wilayah perairan ialah sungai. Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. api pasifik (the Pasific Ring Of Fire). Berada di kawasan cincin api ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang berada pada lingkaran cincin api pasifik (the Pasific Ring Of Fire). Berada di kawasan cincin api ini menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gunungapi Merapi merupakan gunung yang aktif, memiliki bentuk tipe stripe strato yang erupsinya telah mengalami perbedaan jenis erupsi, yaitu erupsi letusan dan leleran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga. harta benda, dan dampak psikologis (BNPB, 2007).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. individu membutuhkannya. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia dan setiap individu membutuhkannya. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, dijelaskan bahwa pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada saat gunungapi meletus mengeluarkan tiga jenis bahan yaitu berupa padatan, cair, dan gas.
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. Masyarakat Tangguh Bencana Berdasarkan PERKA BNPB Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana, yang dimaksud dengan Desa/Kelurahan Tangguh Bencana adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara yang rawan bencana karena alam negeri kita ini berdiri di atas pertemuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan alamnya, tetapi merupakan salah satu negara yang rawan bencana karena alam negeri kita ini berdiri di atas pertemuan lempeng-lempeng
Lebih terperinciSaya yang bernama Nanda Nugraha P. Lubis, mahasiswa tingkat akhir Departemen
Kuesioner Penelitian No Responden:... Dengan Hormat, Saya yang bernama Nanda Nugraha P. Lubis, mahasiswa tingkat akhir Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fisip USU sedang mengadakan penelitian, dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gunung Merapi merupakan gunung api tipe strato, dengan ketinggian 2.980 meter dari permukaan laut. Secara geografis terletak pada posisi 7 32 31 Lintang Selatan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Maraknya kabar mengenai negara-negara maupun daerah-daerah yang terkena bencana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Maraknya kabar mengenai negara-negara maupun daerah-daerah yang terkena bencana alam menghiasi surat kabar maupun berita-berita yang ada di televisi, bencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia adalah negara yang kaya akan gunung api dan merupakan salah satu negara yang terpenting dalam menghadapi masalah gunung api. Tidak kurang dari 30
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki gunung merapi cukup banyak yang tersebar di seluruh penjuru nusantara meliputi Sumatera, Jawa, dan Irian Jaya. Di Sumatera
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan kepulauan Indonesia merupakan daerah pertemuan lempeng bumi dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan curah hujan yang relatif
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara dengan gunung berapi terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah gunung berapi yang masih aktif
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Masyarakat. Penanggulangan Bencana. Peran Serta.
No.1602, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Masyarakat. Penanggulangan Bencana. Peran Serta. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dan memiliki kurang lebih 17.504 buah pulau, 9.634 pulau belum diberi nama dan 6.000 pulau tidak berpenghuni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember 2010 tercatat sebagai bencana terbesar selama periode 100 tahun terakhir siklus gunung berapi teraktif
Lebih terperinciBUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
1 BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Menimbang : a. bahwa Pemerintah Daerah
Lebih terperinciSUSUNAN PERTANYAAN WAWANCARA PERTANYAAN WAWANCARA KEPADA INFORMAN KUNCI. Mitigasi Bencana Erupsi Gunung Sinabung?
SUSUNAN PERTANYAAN WAWANCARA PERTANYAAN WAWANCARA KEPADA INFORMAN KUNCI 1. Bagaimana proses pembentukan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Karo? 2. Apa saja program BPBD Kabupaten Karo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gunung Sinabung tidak pernah meletus sejak 400 tahun yang lalu yaitu tahun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gunung Sinabung tidak pernah meletus sejak 400 tahun yang lalu yaitu tahun 1600 tetapi mendadak aktif kembali dengan meletus pada tahun 2010 dan tercatat dua
Lebih terperinciII. PENGAMATAN 2.1. VISUAL
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 4122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 1295 Telepon: 22-7212834, 5228424, 21-5228371
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permukaan Bumi mempunyai beberapa bentuk yaitu datar, berbukit. atau bergelombang sampai bergunung. Proses pembentukan bumi melalui
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Permukaan Bumi mempunyai beberapa bentuk yaitu datar, berbukit atau bergelombang sampai bergunung. Proses pembentukan bumi melalui berbagai proses dalam waktu yang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua daerah tidak pernah terhindar dari terjadinya suatu bencana. Bencana bisa terjadi kapan dan dimana saja pada waktu yang tidak diprediksi. Hal ini membuat
Lebih terperinciJenis Bahaya Geologi
Jenis Bahaya Geologi Bahaya Geologi atau sering kita sebut bencana alam ada beberapa jenis diantaranya : Gempa Bumi Gempabumi adalah guncangan tiba-tiba yang terjadi akibat proses endogen pada kedalaman
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITR TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA
9 Oktober 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITR TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Nomor 7 Seri A Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa
Lebih terperinciPOKOK DOA BENCANA ALAM TSUNAMI, GUNUNG MELETUS DAN BANJIR DI INDONESIA
POKOK DOA BENCANA ALAM TSUNAMI, GUNUNG MELETUS DAN BANJIR DI INDONESIA Bapak/Ibu/Sdr/i terkasih dalam Tuhan, Indonesia sedang mengalami bencana alam yg bertubi-tubi melanda negeri tercinta ini. Sebagai
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. lima hal, atau kombinasi dari beberapa macam penyakit, diantaranya : ISPA
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara berkembang kebanyakan kematian Balita disebabkan oleh lima hal, atau kombinasi dari beberapa macam penyakit, diantaranya : ISPA (ISPA Non Pneumonia dan ISPA
Lebih terperinciINSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH
INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 360 / 009205 TENTANG PENANGANAN DARURAT BENCANA DI PROVINSI JAWA TENGAH Diperbanyak Oleh : BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH JALAN IMAM BONJOL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui garis astronomis 93⁰BT-141 0 BT dan 6 0 LU-11 0 LS. Dengan morfologi yang beragam dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan bencana, baik yang disebabkan kejadian alam seperi gempa bumi, tsunami, tanah longsor, letusan
Lebih terperinciB U P A T I K A R O PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG
B U P A T I K A R O PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PERSYARATAN PENETAPAN PEMILIH DAN PENDAFTARAN CALON KEPALA DESA DALAM PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DESA BAGI
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. Wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi atau ring of fire yang dimulai dari Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi Utara hingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yaitu dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah sebagai pelaksana roda pemerintahan dalam suatu Negara wajib menjamin kesejahteraan dan keberlangsungan hidup warga negaranya. Peran aktif pemerintah diperlukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu
9 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu masih menyisakan pilu bagi banyak pihak, terutama bagi orang yang terkena dampak langsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik material
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggi. Secara historis, Indonesia merupakan Negara dengan tingkat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah Negara dengan kekayaan alam yang melimpah. Kekayaan dari flora dan faunanya, serta kekayaan dari hasil tambangnya. Hamparan bumi Indonesia
Lebih terperinciProposal Kegiatan Posko Tanggap Bencana Merapi 2010 Satu Bumi. Desa Krinjing, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang
Proposal Kegiatan Posko Tanggap Bencana Merapi 2010 Satu Bumi Desa Krinjing, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang I. Latar Belakang Gunung Merapi ditingkatkan dari Normal menjadi Waspada pada tanggal 20
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG
SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL BAB 7
SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL BAB 7 1. Usaha mengurangi resiko bencana, baik pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang dilewati oleh dua jalur pegunungan muda dunia sekaligus, yakni pegunungan muda Sirkum Pasifik dan pegunungan
Lebih terperinciLetusan Gunung Sinabung Tingkatkan Kesuburan Tanah
Letusan Gunung Sinabung Tingkatkan Kesuburan Tanah Sabtu, 25 Januari 2014 Dibaca 403 kali http://analisadaily.com/kota/news/letusan-gunung-sinabung-tingkatkan-kesuburantanah/1282/2014/01/25 Url Berita
Lebih terperinciGUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG
1 GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana merupakan suatu peristiwa yang tidak dapat diprediksi kapan terjadinya dan dapat menimbulkan korban luka maupun jiwa, serta mengakibatkan kerusakan dan
Lebih terperinci- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1
PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa untuk meminimalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Merapi ditingkatkan dari normal menjadi waspada, dan selanjutnya di tingkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Menurut Gema Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) (2011:14), Gunung Merapi merupakan salah satu gunung berapi yang paling aktif di dunia. Erupsi
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer
BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki 129 gunungapi yang tersebar luas mulai dari Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Kepulauan Nusa Tenggara, Kepulauan Banda, Kepulauan Halmahera dan Sulawesi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS VI SEMESTER 2 CARA- CARA PENANGGULANGAN BENCANA ALAM A. CARA- CARA MENGHADAPI BENCANA ALAM 1. Menghadapi Peristiwa Gempa Bumi Berikut adalah upaya yang dapat dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi bencana geologi yang sangat besar, fakta bahwa besarnya potensi bencana geologi di Indonesia dapat dilihat dari
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2083, 2014 BNPB. Bantuan Logistik. Penanggulangan Bencana. Pemanfaatan
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2083, 2014 BNPB. Bantuan Logistik. Penanggulangan Bencana. Pemanfaatan PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG PEMANFAATAN
Lebih terperinciKEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NOMOR 57 BANDUNG 40122 JALAN JENDERAL GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 TELEPON: 022-7215297/021-5228371 FAKSIMILE:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak pada zona rawan bencana. Posisi geografis kepulauan Indonesia yang sangat unik menyebabkan Indonesia termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki karakteristik bencana yang kompleks, karena terletak pada tiga lempengan aktif yaitu lempeng Euro-Asia di bagian utara, Indo-Australia di bagian
Lebih terperinciBUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 10 TAHUN 2017
BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN, PENGGUNAAN DAN PENETAPAN RINCIAN DANA DESA SETIAP DESA KABUPATEN KARO TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara periodik setiap tiga tahun, empat tahun atau lima tahun. Krisis Merapi yang berlangsung lebih dari
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH
BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia meliputi subsektor tanaman, bahan makanan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang mengandalkan sektor pertanian sebagai penopang pembangunan juga sebagi sumber mata pencaharian penduduknya. Sektor pertanian di
Lebih terperinciArahan Presiden RI pd Peninjauan Korban Gunung Sinabung, Tgl 23 Jan 2014, di Sumut Kamis, 23 Januari 2014
Arahan Presiden RI pd Peninjauan Korban Gunung Sinabung, Tgl 23 Jan 2014, di Sumut Kamis, 23 Januari 2014 ARAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PENINJAUAN KORBAN ERUPSI GUNUNG SINABUNG DI KABANJAHE,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Ring of fire) dan diapit oleh pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang dilintasi oleh jalur api (Ring of fire) dan diapit oleh pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan Australia. Letak wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia termasuk daerah yang rawan bencana dan memiliki jumlah penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam maupun akibat dari ulah
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1408, 2014 BNPB.Bantuan. Duka. Cita.Besaran. Pemberian Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN DAN
Lebih terperinciWALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG
WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara rawan bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus, tanah longsor, badai dan banjir. Bencana tersebut datang hampir setiap
Lebih terperinciPENANGANAN DARURAT BENCANA GEMPA BUMI DI KABUPATEN LOMBOK UTARA. Oleh : Ir, Tri Budiarto, M.Si (Direktur Tanggap Darurat BNPB)
PENANGANAN DARURAT BENCANA GEMPA BUMI DI KABUPATEN LOMBOK UTARA Oleh : Ir, Tri Budiarto, M.Si (Direktur Tanggap Darurat BNPB) Jakarta, 17 Juli 2013 Waktu Kejadian 22 Juni 2013 (12:42:36 WIB), Magnitude
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : bahwa
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SINGKAWANG
PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA SINGKAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai suatu negara kepulauan yang mempunyai banyak sekali gunungapi yang berderet sepanjang 7000 kilometer, mulai dari Sumatera, Jawa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggal di sekitar kaki Gunung Sinabung, terutama Desa Guru Kinayan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Gunung Sinabung dengan koordinat puncak 3 o 10 LU, 98 o 23 BT, adalah gunung berapi aktif di dataran tinggi Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Ketinggian Gunung
Lebih terperinciLAPORAN KEGIATAN MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI BIDANG SOSIAL EKONOMI DI WILAYAH PASCABENCANA
LAPORAN KEGIATAN MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI BIDANG SOSIAL EKONOMI DI WILAYAH PASCABENCANA LOKASI: KABUPATEN KARO, PROVINSI SUMATERA UTARA Nomor : Lap. /D-III/RR.03/01/2016
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MEDAN
PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MEDAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciRANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,
1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan lebih dari 13.466 pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Wilayah Indonesia terbentang
Lebih terperinciLAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 15 TAHUN 2011 TANGGAL : 9 SEPTEMBER 2011 PEDOMAN MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 15 TAHUN 2011 TANGGAL : 9 SEPTEMBER 2011 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang PEDOMAN MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI Indonesia adalah negara
Lebih terperinciBersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Kelud di Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang, Provinsi Jawa Timur.
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424, 021-5228371
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan.
No.2081, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. Pengertian Bencana Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bencana mempunyai arti sesuatu yang menyebabkan atau menimbulkan kesusahan, kerugian atau penderitaan. Sedangkan bencana
Lebih terperinci