HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN INTENSI MENCONTEK SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 16 BANDA ACEH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN INTENSI MENCONTEK SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 16 BANDA ACEH"

Transkripsi

1 HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN INTENSI MENCONTEK SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 16 BANDA ACEH Nurul Fadhilah, Ruslan, Sudirman Z. ABSTRAK Konsep diri pada setiap orang tidak sama. Konsep diri berperan penting dalam menentukan tindakan yang akan dilakukan ke depannya. Konsep diri seorang siswa merupakan gambaran dan penilaian terhadap diri siswa yang memegang peranan terhadap keinginan di masa yang akan datang. Konsep diri siswa meliputi cara pandang siswa terhadap keyakinan atas dirinya sendiri dalam usahanya meraih prestasi. Penelitian ini mengangkat masalah adakah hubungan negatif antara konsep diri dengan intensi mencontek pada siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan negatif antara konsep diri dengan intensi mencontek siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh. Hipotesis penelitian yaitu terdapat hubungan negatif antara konsep diri dengan intensi mencontek siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasi. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa di Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh yang aktif pada tahun ajaran 2016/2017 sebanyak 395 siswa. Sampel dipilih menggunakan teknik simple random sampling dan diperoleh 195 siswa untuk menjadi sampel penelitan. Data dikumpulkan menggunakan angket/kuesioner dengan skala likert. Hasil penelitian ini dianalisis menggunakan uji hipotesis korelasi product moment pearson dengan bantuan komputer SPSS versi 22. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara konsep diri dengan intensi mencontek yang signifikan. Berdasarkan jawaban angket/kuesioner, maka hasil yang diperoleh yaitu antara variabel konsep diri dengan intensi mencontek memiliki hubungan sebesar -0,180 dengan nilai signifikansi sebesar 0,012. Dari penelitian ini dapat dikemukakan bahwa hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan negatif antara konsep diri dengan intensi mencontek siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh (H a ) diterima. Kata Kunci: Konsep Diri, Intensi Mencontek, Siswa PENDAHULUAN Pendidikan merupakan rangkaian aktivitas belajar. Penilaian hasil pendidikan merupakan salah satu dari rangkaian proses aktivitas belajar. Penilaian hasil pendidikan dilakukan untuk mengetahui sejauh manakah kemampuan anak didik setelah melalui proses pendidikan yang didapatnya. Masyarakat menganggap bahwa prestasi belajar yang baik ditunjukkan dengan pencapaian nilai yang tinggi, bahkan sebagian menganggap bahwa proses yang telah dilaluinya tidak penting. Tahun 2014 dunia pendidikan Indonesia dihebohkan dengan berita siswa SD memilih menyontek jawaban Ujian Nasional. Berita yang dimuat oleh Tempo di 88

2 Beberapa siswa yang di wawancarai mengakui bahwa mereka sudah mendapatkan kunci jawaban di hari pertama Ujian Nasional. Bahkan murid lainnya mengatakan bahwa dia mencontek saat mengerjakan soal ujian. Kasus ini cukup menyita perhatian publik sampai dimuat ke dalam media online dan dibagikan oleh ribuan pembaca media tersebut. Kasus serupa juga terjadi di tahun 2011 silam seperti berita lansiran Okezone di yaitu pada kejadian mencontek massal siswa Sekolah Dasar yang berada di Surabaya, Jawa Timur. Salah satu siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri Gadel II Surabaya mengakui bahwa ia disuruh oleh gurunya untuk menyebarkan contekan untuk semua siswa yang berada pada tingkat yang sama dengannya. Kejadian ini didapati setelah 4 hari Ujian Nasional berakhir sesuai dengan laporan dari wali murid. Kasus ini menghebohkan karena sampai ditindak lanjuti oleh Dinas Pendidikan serta persebaran berita melalui media. Berdasarkan hasil diskusi awal dengan guru di Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh, siswa yang didapati ketahuan dalam mencontek tidak diberikan hukuman dalam bentuk apapun dari pihak sekolah. Sekedar ditegur secara verbal sampai yang terberat adalah pengurangan poin dari nilai siswa tersebut. Perilaku mencontek pada siswa disebabkan karena keinginan siswa untuk memperoleh nilai yang baik tanpa usaha yang sebanding dengan nilai tersebut. Dampak dari mencontek adalah siswa kurang menghargai proses pembelajaran dan siswa cenderung menghalalkan cara apapun untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tentunya hal ini bertentangan dengan fungsi pendidikan nasional. Secara psikologis, mencontek merupakan perbuatan yang tidak baik karena pelaku mencontek biasanya menjadi tidak mandiri dan tidak bisa mempertanggungjawabkan hasil contekannya di depan khalayak ramai. Mencontek dapat menyebabkan kerusakan moral dan etika dalam berpikir serta bertindak. Banyak orangtua menuntut anaknya untuk memperoleh prestasi akademis yang tinggi, padahal kinerja akademik bukan hanya dapat dinilai dari sekedar segi kognitif, tetapi segi afektif juga psikomotorik pun memiliki peran di dalamnya. Konsep diri merupakan seperangkat sikap (aspek afektif) yang dinamis. Konsep diri ialah penggabungan dari keyakinan yang disandang oleh setiap orang mengenai dirinya sendiri. Menurut ibu Sri Darwina Hanum, salah satu guru di Sekolah Dasar Negeri 16 Banda 89

3 Aceh, konsep diri setiap anak tidak luput dari perlakuan dan kepedulian guru di lingkungan sekolah yang terbentuk dalam keikutsertaan terhadap kegiatan yang dilakukan oleh siswa guna meraih prestasi. Konsep diri dan prestasi belajar memiliki korelasi sangat kuat. Pada seorang siswa dengan konsep diri yang tinggi, maka kecenderungannya untuk mendapat prestasi belajar yang baik juga ikut tinngi. Sebaliknya, pada siswa dengan konsep diri yang rendah, siswa ini condong dalam memiliki prestasi belajar yang rendah pula. Sehingga kebanyakan pada siswa yang mempuyai konsep diri rendah biasanya melihat dirinya sebagai orang yang merasa tidak mampu dan merasa bahwa belajar tiada manfaatnya. Alhasil, siswa ini memutuskan untuk mendapatkan bantuan dari orang lain. Seringnya, mencontek merupakan jalan pintas yang dipilih oleh siswa berkonsep diri rendah. Paparan di atas mengindikasikan bahwa hubungan konsep diri dengan intensi mencontek relevan untuk dijadikan penelitian karena hal ini memiliki dampak yang luas terhadap sikap pribadi seseorang. Konsep diri memiliki peranan yang penting dalam pembentukan perilaku mencontek. Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan dapat dibuat rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: Apakah terdapat hubungan negatif antara konsep diri dengan intensi mencontek siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh? Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana hubungan konsep diri dengan intensi mencontek siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh. Konsep diri dapat diartikan sebagai cara pandang seorang individu terhadap dirinya sendiri dari berbagai aspek baik mengenai fisik, psikologis, dan sikap. Konsep diri dapat bersumber dari dalam diri sendiri. Kuat atau lemahnya konsep diri dalam diri seorang individu dapat menentukan kualitas hidup yang dijalani oleh individu tersebut. Konsep diri memiliki andil yang besar dalam kehidupan seorang individu. Konsep diri kerap dikaitkan dengan kekuatan individu yang ada dalam diri seseorang. Konsep diri bukanlah kejadian yang tabu lagi untuk diperbincangkan dalam lingkungan pendidikan. Kajian tentang konsep diri telah lama diteliti dan memiliki keterkaitan dengan teori psikologi yang telah dibahas oleh para ahli psikologi Konsep diri merupakan gambaran total seseorang terhadap dirinya sendiri. Gambaran ini merupakan hal yang dipercayai mengenai diri seseorang yang bersifat deskriptif dan evaluatif (Papalia et al, 2009:380). 90

4 Combs et al dalam Soemanto (2006:185) berpendapat dimana konsep diri merupakan pemikiran atau cara pandang individu mengenai dirinya, dan bukan orang lain. Konsep diri merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam memengaruhi tingkah laku. Rogers dalam Pervin (2010:179) menyatakan bahwa konsep aktualisasi diri mencakup kecenderungan organisme untuk tumbuh dari sebuah entitas sederhana menjadi kompleks, bergerak dari sebuah ketergantungan kepada kemandirian, dan dari kekakuan kepada proses kebebasan berekspresi. Rogers menyatakan dimana setiap orang perlu memerankan dirinya. Personalitas yang sehat adalah kepribadian yang mampu meyakini keahliannya serta menyepakati fakta bahwasanya dirinya dengan orang yang lain tidak sama (Friedman, 2011:345) Lebih lanjut, Rogers mendefinisikan self (diri) atau konsep diri sebaga pola karakterisitik yang diserap dari saya (sebagai subjek dan objek). Pola tersebut selalu konsisten dan terorganisasi (Daffidov, 1991:156) Adapun pokok-pokok teori Rogers dalam Suryabrata (2011:259) dirumuskan sebagai berikut: (1) Organism yakni keseluruhan pribadi/individu (the total individu), (2) Medan phenomenal yakni keutuhan pengalaman (the totally of experience), (3) self yakni diri sebagai komponen dari medan phenomenal. Lebih khusus, sifat setiap konsep dijabarkan sebagai berikut: 1. Organism Organisme mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (a) organisme memiliki pandangan pada keutuhan medan phenomenal karena tujuan dalam melengkapi kebutuhan-kebutuhannya. (b) Organisme memiliki sebuah pokok inti yakni aktualisasi, pertahanan, dan pengembangan diri. (c) Organisme bisa jadi merepresentasikan pengalaman-pengalaman itu sehingga mampu untuk disadari, atau mungkin juga organisme itu tak memperdulikan pengalaman yang telah dikumpulkannya. 2. Medan Phenomenal Medan phenomenal memiliki karakteristik disadari atau tak disadari, terkait apakah pengalaman yang menjadi dasar medan phenomenal itu disimbolkan ataupun tidak. 3. Self (Diri) Menurut Rogers dalam Pervin (2010:173) diri (The Self) merupakan bagian dari medan fenomenal yang dilihat oleh individu sebagai gambaran self (diri), me (saya, objek), dan I (saya, subjek). Rogers membagi self menjadi dua, yaitu actual self (konsep diri aktual, 91

5 yaitu dirinya sendiri pada saat ini), dan ideal self (konsep diri ideal, dirinya sendiri di masa mendatang). Oleh sebab itu menurut Rogers, orang tidak saja hanya memikirkan dirinya pada saat ini, tetapi juga diri mereka yang potensial di masa depan. Pengorganisasian pola persepsi tidak hanya mengenai diri mereka pada saat ini, tetapi juga ideal self yang mereka inginkan (Cervone, 2011:211) Intensi (intention) dapat diartikan sebagai pola perilaku yang dikondisikan ke stimulus pemelihara, intensi sebagai arah dari tindakan yang akan dilakukan di masa depan Husamah (2015:175). Menurut Riyanti (2015:253) intensi merupakan gejala kecondongan seseorang dalam mengerjakan sebuah tingkah laku juga sebagai anteseden langsung. Mencontek adalah aktivitas kecurangan dalam tes melalui pemanfaatan informasi yang berasal dari luar secara tidak sah (Pudjiastuti, 2010:107). Kesimpulannya mencontek adalah segala bentuk ketidakjujuran yang dilakukan demi mencapai hasil yang bagus namun melalui jalan yang tidak legal. Riyanti (2015:253) menyatakan intensi mencontek merupakan niat atau kecenderungan individu dalam membuat dan merekayasa kecurangan dengan tindakantindakan yang tidak diperbolehkan dalam penyelesaian tugas guna mendapatkan nilai atau hasil yang lebih baik. Macam-macam bentuk perilaku menyontek, yaitu: a. Individualistic-opportunistic, bisa dimaknai sebagai sikap yang terjadi dimana siswa merubah jawabannya saat ulangan, tes, atau ujian tengah terjadi melalui catatan sementara guru tidak berada di dalam kelas. b. Individualistic-planned, cirinya adalah memakai catatan ulangan, tes, atau ujian sedang terjadi, atau membawa jawaban yang sudah sempurna atau sudah disiapkan dengan menuliskannya sebelum ujian dimulai. c. Social-active, adalah perilaku mencontek yang dilakukan oleh siswa dalam menyalin, mencontoh, atau meminta jawaban milik siswa lain. d. Social-passive, perilaku mencontek yang membolehkan orang lain melihat bakan menyalin jawaban miliknya. (Hetherington dan Feldman dalam Hartanto, 2012:17) Menurut Singarambun dalam Iskandar (2009:56) Hipotesis merupakan sarana penelitian ilmiah yang utama dan harus dilakukan, karena hal ini merupakan instrumen kerja dan teori. Hal ini adalah dasar berpijak dari penelitian yang akan dilakukan. Berdasarkan paparan teoritis yang telah dijelaskan, hipotesis pada penelitian ini yakni Terdapat 92

6 hubungan negatif antara konsep diri dengan intensi mencontek siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh. METODE PENELITIAN Pada penelitan ini digunakan pendekatan kuantitatif serta jenis penelitian korelasi. Populasi dalam penelitian ini yaitu semua siswa di Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh yang aktif pada tahun ajaran 2016/2017 sebanyak 395 siswa. Penggunaan teknik simple random sampling dalam penelitian ini mengasilkan sampel sebanyak 195 siswa. Angket/kuesioner dengan skala likert digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini. Hasil penelitian ini dianalisis dengan uji hipotesis korelasi product moment pearson yang dianalisis menggunakan komputer SPSS versi 22. Hasil dari penelitian ini menyatakan terdapat hubungan negatif antara konsep diri dengan intensi mencontek yang signifikan. Berdasarkan jawaban angket/kuesioner, maka hasil yang diperoleh yaitu antara variabel konsep diri dengan intensi mencontek memiliki hubungan sebesar -0,180 dengan nilai signifikansi sebesar 0,012. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran secara umum konsep diri siswa di Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh dapat dilihat dari analisis data dengan menggunakan deskriptif data penelitian. Konsep diri siswa di Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh diukur menggunakan angket yang terdiri dari 16 pernyataan. Sebelum siswa mengisi angket, peneliti terlebih dahulu memberikan arahan/ petunjuk pengisian angket. Kategorisasi Konsep Diri Siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase X < 57,416 Rendah 35 17,9% 57,416< X Sedang ,7% 71,148 X > 71,184 Tinggi 28 14,4% Adapun hasil penelitian dapat dilihat dari frekuensi dan persentasenya. Siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh sebagian memiliki konsep diri dalam kategori sedang, kondisi ini dapat dideskripsikan dari frekuensi 28 orang dengan persentase 14,4%, 67,7% lainnya berada dalam kategori sedang dengan frekuensi 132 orang, dan 35 orang lainnya memiliki tingkat konsep diri yang rendah dengan persentase 17,9%. Berdasarkan persentase hasil penelitian sekolah tersebut, terlihat bahwa sebagian siswa Sekolah Dasar Negeri 16 93

7 Banda Aceh memiliki konsep diri yang sedang. Hasil analisis data menunjukkan konsep diri siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh dikatakan sedang. Agar lebih jelas, penjelasan tersebut dapat diintepresikan menggunakan histogram berikut : 200 Konsep Diri Rendah Sedang Tinggi Histogram konsep diri siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh Gambaran secara umum intensi mencontek siswa di Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh dapat dilihat dari analisis data dengan menggunakan deskriptif data penelitian. Intensi mencontek siswa di Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh diukur menggunakan angket yang terdiri dari 26 pernyataan. Sebelum siswa mengisi angket, peneliti terlebih dahulu memberikan arahan/ petunjuk pengisian angket. Kategorisasi Intensi Mencontek Siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase X < 73,246 Rendah 19 9,7% 73,246 < X Sedang ,3% 107,254 X > 73,246 Tinggi 33 16,9% Adapun hasil penelitian dapat dilihat dari frekuensi dan persentasenya. Siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh sebagian memiliki intensi mencontek dalam kategori sedang berdasarkan frekuensi 143 orang dengan persentase 73,3, 9,7% lainnya berada dalam kategori rendah dengan frekuensi 19 orang, dan 33 orang lainnya memiliki tingkat intensii mencontek yang tinggi dengan persentase 16,9%. Berdasarkan persentase hasil penelitian tersebut, terlihat bahwa sebagian siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh memiliki intensi mencontek yang sedang. Hasil analisis data menunjukkan konsep diri siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh dikatakan sedang. Agar lebih jelas, penjelasan tersebut dapat diintepresikan menggunakan histogram berikut : 94

8 Intensi Mencontek Rendah Sedang Tinggi Histogram intensi mencontek siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa dari hasil pengisian kuesioner secara keseluruhan konsep diri siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh dalam kriteria sedang dan perilaku intensi mencontek berada dalam kriteria yang sedang juga. Hal ini diperkuat dengan analisis statistik konsep diri siswa dengan memperoleh frekuensi relatif sebesar 67,7% dan intensi mencontek memperoleh frekuensi relatif sebesar 73,3%. Berdasarkan hasil uji korelasi penelitian, diperoleh bahwa hipotesis yang berbunyi terdapat hubungan negatif antara konsep diri dengan intensi mencontek siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh diterima. Hasil korelasi antara konsep diri dengan intensi mencontek menunjukkan bahwa hubungan antara keduanya adalah negatif. Artinya adalah hubungan antara kedua variabel tidak linier atau tidak searah, jadi jika variabel X tinggi maka variabel Y rendah yang dalam hal ini jika konsep diri tinggi maka intensi mencontek akan rendah. Pada siswa usia sekolah dasar, pembentukan konsep diri memiliki keterkaitan dengan kegiatan yang dilakukan sehari-hari, termasuk di dalamnya proses belajar mengajar di kelas. Proses pembentukan konsep diri ini bermula semenjak anak berusia dini. Di sekolah, guru dan teman sejawat memiliki peran penting dalam turut serta membentuk konsep diri seorang anak. Jika anak memiliki konsep diri positif, maka semua hal yang dilakukan oleh anak turut juga menjadi positif. Setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menyelesaikan tanggung jawab berupa tugas, ulangan, ataupun ujian yang diberikan di sekolah. Sebagian siswa memandang dengan penuh tanggung jawab setiap tugas yang diberikan, sebagian lagi memaknai setiap tugas yang diberikan merupakan pengalaman serta pengamalan ilmu yang di dapat di sekolah. Siswa yang mampu mengenal kemampuan dan ketidak mampuannya dalam menyelesaikan suatu permasalahn tentu meiliki perbedaan, tentu saja itu akan terlihat dari penghargaannya terhadap dirinya sendiri, dan juga orang lain. 95

9 Hal ini sejalan dengan pendapat Rogers yang membagi konsep diri menjadi 3 bagian penting, yaitu Organism berupa keseluruhan individu (the total individu), Medan Phenomenal berupa keseluruhan pengalaman, dan self yaitu diri individu itu sendiri. Adapun indikator yang dimiliki oleh konsep diri yakni mengenal Kondisi Fisik, menjelaskan identitas diri terkait kepribadian, mempelajari cara-cara pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, mengenal kemampuan dan ketidakmampuan yang dimiliki diri, memiliki keyakinan terhadap dirinya sendiri pada masa sekarang, memiliki cita-cita dan harapan di masa depan, dan memaknai pengalaman. Mencontek merupakan hal yang kerap kali dianggap lumrah di mata masyarakat awam. Pada dasarnya, mencontek merupakan perbuatan yang dilakukan demi mendapatkan nilai yang bagus tanpa berusaha dengan jerih payah sendiri. Pada siswa Sekolah Dasar, mencotek kerap kali terjadi ketika ulangan maupun ujian. Bentuk-bentuk mencontek yang sering dilakukan oleh siswa dijabarkan menjadi 4 kategori. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Hetherington dan Feldman ketika melakukan studi dampak penelitian mencotek di kalangan pelajar. 4 kategori tersebut yaitu: macam-macam bentuk perilaku menyontek, yaitu: (a) Individualistic-opportunistic, bisa dimaknai sebagai sikap yang terjadi dimana siswa merubah jawabannya saat ulangan, tes, atau ujian tengah terjadi melalui catatan sementara guru tidak berada di dalam kelas. (b) Individualistic-planned, dapat dicirikan sebagai memakai catatan ulangan, tes, atau ujian sedang terjadi, atau membawa jawaban yang sudah sempurna atau sudah disiapkan dengan menuliskannya sebelum ujian dimulai. (c) Social-active, adalah perilaku mencontek yang dilakukan oleh siswa dalam menyalin, mencontoh, atau meminta jawaban milik siswa lain. (d) Social-passive, perilaku mencontek yang membolehkan orang lain melihat bakan menyalin jawaban miliknya. Penelitian ini berusaha mengungkap hubungan antara konsep diri dengan intensi mencontek siswa. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu Terdapat hubungan negatif antara konsep diri dengan intensi mencontek siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh. Setelah seluruh data dikumpulkan, dan dianalisis secara seksama, diperoleh hasil penelitan yang menunjukan nilai koefisien korelasi (r)sebesar -0,180 dengan signifikansi 0,012. hasil perhitungan tersebut menunjukkan hipotesis diterima, dan terbukti bahwa terdapat hubungan negatif antara konsep diri dengan intensi mencontek siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh. SIMPULAN 96

10 Bersumber pada penelitian yang berjudul Hubungan Konsep Diri dengan Intensi Mencontek Siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh dapat ditarik simpulan Terdapat hubungan negatif antara konsep diri dengan intensi mencontek siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh. Koefisien korelasi (r) antara variabel konsep diri dengan intensi mencontek sebesar -0,180 dengan nilai signifikansi 0,012 menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara konsep diri dengan intensi mencontek yang signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsep diri siswa maka akan semakin rendah intensi mencontek siwa. Sebaiknya, semakin rendah konsep diri siswa, maka semakin tinggi intensi mencontek siswa. Sehingga dapat disimpulkan hipotesis yang berbunyi terdapat hubungan negatif antara konsep diri dengan intensi mencontek siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh diterima. DAFTAR PUSTAKA Cervone, Daniel., dan Lawrence A. Pervin Kepribadian Teori dan Penelitian. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika Friedman, Howard S., dan Miriam W. Schustack. Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hartanto,Dody Bimbingan dan Konseling Menyontek Mengungkap Akar Masalah dan Solusinya. Jakarta: Penerbit Indeks Iskandar Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press. Okezone Menyontek Massal Bukti Sistem Pendidikan Tak Sempurna. (Online), diakses pada 17 Desember 2016). Papalia, Diane E. et al Human Development. Jakarta: Salemba Humanika. Pervin, Lawrence A. et al Psikologi Kepribadian Teori dan Penelitian Edisi Kesembilan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Pudjiastuti, Endang Hubungan Self Efficacy dengan Perilaku Mencontek Mahasiswa Psikologi. Jurnal Terakreditasi, (Online), Vol. XXVIII, No. 1, ( diunduh pada 14 Desember 2016). Riyanti Intensi Mencontek ditinjau dari Theory of Planned Behavior. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, (Online), Vol. 03, No. 02, ( diunduh pada 18 Desember 2016). Soemanto, Wasty Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Suryabrata, Sumadi Psikologi Kepribadiani. Jakarta: Rajawali Pers. Tempo Siswa SD Memilih Menyontek Jawaban Ujian Nasional. (Online), diakses pada 15 Desember 2016). 97

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat kuantitatif, karena menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa. Penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah penilaian terhadap hasil usaha tersebut. 1. Pendidikan nasional Indonesia memiliki tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. masalah penilaian terhadap hasil usaha tersebut. 1. Pendidikan nasional Indonesia memiliki tujuan untuk mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha manusia (pendidik) untuk bertanggung jawab membimbing anak didik ke kedewasaan. Sebagai usaha yang mempunyai tujuan atau cita-cita tertentu sudah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Yakni penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada pola-pola numerikal (angka)

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas karakteristik subjek, desain penelitian, variabel penelitian,

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas karakteristik subjek, desain penelitian, variabel penelitian, BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas karakteristik subjek, desain penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian, serta teknik pengolahan data. 3.1 Karakteristik Subjek Populasi, Sampel,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih variabel. 39 Lebih lanjut jenis

BAB III METODE PENELITIAN. untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih variabel. 39 Lebih lanjut jenis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jenis survei eksplanatif asosiatif. Survei eksplanatif dengan jenis asosiatif digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Sebelum mengadakan penelitian, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menentukan tempat penelitian. Orientasi tempat penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERCAYA DIRI DENGAN INTENSI MENYONTEK

HUBUNGAN ANTARA PERCAYA DIRI DENGAN INTENSI MENYONTEK HUBUNGAN ANTARA PERCAYA DIRI DENGAN INTENSI MENYONTEK Naskah Publikasi Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh: PANGESTU PINARINGAN PUTRI F100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, keluarga, masyarakat dan Negara. khususnya bagi masyarakat Indonesia. Kualitas pendidikan di Indonesia saat

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, keluarga, masyarakat dan Negara. khususnya bagi masyarakat Indonesia. Kualitas pendidikan di Indonesia saat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses dari perjalanan hidup manusia. Melalui pendidikan manusia akan mengalami perubahan tingkah laku dari yang sebelumnya tidak

Lebih terperinci

Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Prestasi Mata Pelajaran Ekonomi

Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Prestasi Mata Pelajaran Ekonomi Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Prestasi Mata Pelajaran Ekonomi Ibnu Muchamad Romandhon (0712003) Mahasiswa Pendidikan Ekonomi IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Motivasi belajar dapat dilihat dari

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 1. Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam kelas VIII di MTs.

BAB V PEMBAHASAN. 1. Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam kelas VIII di MTs. 110 BAB V PEMBAHASAN A. Temuan Penelitian Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa temuan dan kesimpulan berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang terdiri

BAB 4 ANALISIS HASIL. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang terdiri BAB 4 ANALISIS HASIL Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang terdiri atas dua bagian. Bagian pertama berisi profil responden, bagian kedua adalah hasil dan pembahasan penelitian.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. AMANU, yang berstatus terakreditasi A terletak di Jl. Kol. Sugiono No

BAB III METODE PENELITIAN. AMANU, yang berstatus terakreditasi A terletak di Jl. Kol. Sugiono No BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan dalam melaksanakan penelitian. Oleh karena itu, apapun bentuk dan jenis

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN KORESPONDENSI

PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN KORESPONDENSI PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN KORESPONDENSI Azalia Harumi & Joko Kumoro Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia Email: harumiazalia@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prestasi belajar mahasiswa merupakan salah satu faktor penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prestasi belajar mahasiswa merupakan salah satu faktor penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar mahasiswa merupakan salah satu faktor penting dalam kesuksesan mahasiswa di masa depannya. Prestasi belajar mahasiswa di perguruan tinggi umumnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif. Metode kuantitatif menurut Sugiyono disebut sebagai metode positivistik

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Vania Dwi Tristiana (14541084) Prodi : PGSD FKIP UNISRI ABSTRAK

Lebih terperinci

Pendidikan Menengah Kejuruan

Pendidikan Menengah Kejuruan Pendahuluan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga tingkat satuan pendidikan yang berperan menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas dan kompeten di bidangnya. Sumber Daya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS SISWA DI ORGANISASI SEKOLAH DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS SISWA DI ORGANISASI SEKOLAH DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS SISWA DI ORGANISASI SEKOLAH DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 Naskah Publikasi Diajukan

Lebih terperinci

JURNAL HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN EFIKASI DIRI DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA.

JURNAL HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN EFIKASI DIRI DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA. JURNAL HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN EFIKASI DIRI DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA. THE RELATIONSHIP BETWEEN SEL-CONCEPT AND SELF- EFFICACY WITH STUDENTS SELF-REGULATED LEARNING Oleh: ARDHIANA CAHYA

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. pada masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. pada masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian BAB II METODOLOGI PENELITIAN.1 Bentuk Penelitian Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan menggunakan analisa kuantitatif yang menggambarkan kenyataan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KEBONAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KEBONAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KEBONAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar tahun dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar tahun dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar 10-13 tahun dan berakhir antara usia 18-22 tahun (Santrock, 2003: 31). Lebih rinci, Konopka dalam

Lebih terperinci

PENGARUH KEYAKINAN DIRI (SELF BELIEF) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA. Ika Gita Nurliana Putri; Rustono, WS.; Edi Hendri Mulyana

PENGARUH KEYAKINAN DIRI (SELF BELIEF) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA. Ika Gita Nurliana Putri; Rustono, WS.; Edi Hendri Mulyana PENGARUH KEYAKINAN DIRI (SELF BELIEF) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA Ika Gita Nurliana Putri; Rustono, WS.; Edi Hendri Mulyana Abstrak Keyakinan (belief) siswa terhadap pembelajaran

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG PELAJARAN KIMIA DENGAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA NEGERI 9 PEKANBARU

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG PELAJARAN KIMIA DENGAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA NEGERI 9 PEKANBARU HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG PELAJARAN KIMIA DENGAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA NEGERI 9 PEKANBARU 1 Siti Nazhifah 1, Jimmi Copriady, Herdini fhazhivnue@gmail.com 081372751632 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecurangan akademik merupakan fenomena umum di sekolah menengah dan perguruan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecurangan akademik merupakan fenomena umum di sekolah menengah dan perguruan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecurangan akademik merupakan fenomena umum di sekolah menengah dan perguruan tinggi (Cizek, 1999; Evans & Craig, 1990a, 1990b; Leveque & Walker, 1970; Schab,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian Variabel penelitian ini adalah dukungan sosial orang tua, harga diri (self-esteem) sebagai variabel bebas dan prestasi belajar sebagai variabel terikat.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian dilakukan dengan metode kualiitatif dan bersifat deskriptif, karena penelitian ini berusaha mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena yang diselidiki

Lebih terperinci

Sutamat Amin, Patni Ninghardjanti, Jumiyanto Widodo. Pendidikan Administrasi Perkantoran. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Sutamat Amin, Patni Ninghardjanti, Jumiyanto Widodo. Pendidikan Administrasi Perkantoran. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN TINGKAT PENGHASILAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 Sutamat Amin, Patni Ninghardjanti,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan pada penelitian deskriptif atau dalam rangka pengujian hipotesis

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan pada penelitian deskriptif atau dalam rangka pengujian hipotesis 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan pada data-data numerical atau

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA KELAS X SMK NEGERI I BANDUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA KELAS X SMK NEGERI I BANDUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA KELAS X SMK NEGERI I BANDUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization Abstrak. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian adalah MTs Al Inayah yang berlokasi di jalan cijerokaso No.63 Kelurahan Sarijadi Bandung, Kecamatan Sukasari Bandung. MTs Al

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang menekankan pada data data numerial (angka), mulai dari

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang menekankan pada data data numerial (angka), mulai dari BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian dalam skripsi ini menggunakan penelitian kuantitatif explanatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kuantitatif adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah penilaian terhadap hasil usaha tersebut. ( Suryabrata, 2002 : 293 ).

BAB I PENDAHULUAN. masalah penilaian terhadap hasil usaha tersebut. ( Suryabrata, 2002 : 293 ). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha manusia ( pendidik ) untuk bertanggung jawab membimbing anak didik menuju ke kedewasaan. Sebagai usaha yang mempunyai tujuan atau cita-cita

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Variabel penelitian memiliki beberapa jenis, pada peneltian ini jenis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang banyak menggunakan angka-angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel penelitian dalam penelitian ini meliputi variabel bebas dan variabel terikat. Variabel tersebut yaitu : 1. Variabel Bebas : Budaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang dipakai merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki peranan dalam sistem sosial, yang ditampilkan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki peranan dalam sistem sosial, yang ditampilkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu memiliki peranan dalam sistem sosial, yang ditampilkan pada perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Posisi atau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode juga tergantung pada permasalahan yang akan dibahas, dengan kata lain

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode juga tergantung pada permasalahan yang akan dibahas, dengan kata lain 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 52 Penggunaan metode dalam pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menganalisis data dengan menggunakan angka-angka, rumus atau model

BAB III METODE PENELITIAN. menganalisis data dengan menggunakan angka-angka, rumus atau model BAB III METODE PENELITIAN H. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan kuantitatif, maksudnya bahwa dalam menganalisis data dengan menggunakan angka-angka, rumus atau model matematis berdasarkan permasalahan

Lebih terperinci

Ananda Maha Putri 1), Linda Fitria 2) Progarm Studi Bimbingan dan Konseling UPI YPTK Padang

Ananda Maha Putri 1), Linda Fitria 2) Progarm Studi Bimbingan dan Konseling UPI YPTK Padang PERBEDAAN MOTIVASI SISWA MEGIKUTI BELAJAR TAMBAHAN DI SEKOLAH ANTARA SISWA LAIK-LAKI DAN PEREMPUAN SERTA IMPLIKASINYA DALAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Ananda Maha Putri 1), Linda Fitria 2) Progarm

Lebih terperinci

PERILAKU MENYONTEK SISWA SMA NEGERI DI KOTA PADANG SERTA UPAYA PENCEGAHAN OLEH GURU BK

PERILAKU MENYONTEK SISWA SMA NEGERI DI KOTA PADANG SERTA UPAYA PENCEGAHAN OLEH GURU BK Volume 2 Nomor 1 Februari 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor Halaman 71-75 Info Artikel: Diterima15/02/2013 Direvisi 21/02/2013 Dipublikasikan 01/03/2013

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan angka-angka dari mulai pengumpulan data, penafsiran terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan angka-angka dari mulai pengumpulan data, penafsiran terhadap BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Jenis penelitian pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang dalam prosesnya banyak menggunakan

Lebih terperinci

PENGARUH BIMBINGAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK SISWA MTS GUPPI AMBAL KEBUMEN

PENGARUH BIMBINGAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK SISWA MTS GUPPI AMBAL KEBUMEN PENGARUH BIMBINGAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK SISWA MTS GUPPI AMBAL KEBUMEN Pujianto Pendidikan Ekonomi, FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Perilaku Menyontek. Dalam institusi pendidikan atau sekolah terdapat perilaku yang dengan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Perilaku Menyontek. Dalam institusi pendidikan atau sekolah terdapat perilaku yang dengan BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Perilaku Menyontek Dalam institusi pendidikan atau sekolah terdapat perilaku yang dengan mudah ditemukan yaitu perilaku menyontek. Perilaku menyontek terjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. angka-angka dan analisis menggunakan statistik. subjek dari mana data dapat diperoleh. 30

BAB III METODE PENELITIAN. angka-angka dan analisis menggunakan statistik. subjek dari mana data dapat diperoleh. 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian dan Sumber Data 3.1.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah jenis penelitian field risearch (penelitian lapangan) dengan pendekatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBERIAN TUGAS DENGAN KREATIVITAS PADA PESERTA DIDIK KELAS X DI SMA NEGERI 8 KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015

HUBUNGAN PEMBERIAN TUGAS DENGAN KREATIVITAS PADA PESERTA DIDIK KELAS X DI SMA NEGERI 8 KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015 HUBUNGAN PEMBERIAN TUGAS DENGAN KREATIVITAS PADA PESERTA DIDIK KELAS X DI SMA NEGERI 8 KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan. Individu senantiasa akan menjalani empat tahapan perkembangan, yaitu masa kanak-kanak, masa

Lebih terperinci

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENURUNAN KECURANGAN AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 2 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENURUNAN KECURANGAN AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 2 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016. PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENURUNAN KECURANGAN AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 2 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh: NOVERI PRANATA NIM: 12500109 ABSTRAK Tujuan dalam penelitian

Lebih terperinci

PERSEPSI GURU PEMBIMBING TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN MAHASISWA PRAKTIK KKN-PPL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DI SMK PIRI 1 YOGYAKARTA

PERSEPSI GURU PEMBIMBING TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN MAHASISWA PRAKTIK KKN-PPL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DI SMK PIRI 1 YOGYAKARTA PERSEPSI GURU PEMBIMBING TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN MAHASISWA PRAKTIK KKN-PPL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DI SMK PIRI 1 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 Oleh: Niken Ayu Larasati 10502247004 ABSTRAK

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penelitian berdasarkan apa yang terjadi (Bungin, 2010:36). Tipe penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. penelitian berdasarkan apa yang terjadi (Bungin, 2010:36). Tipe penelitian ini III. METODE PENELITIAN A. Tipe penelitian Tipe penelitian yang akan digunakan adalah penelitian kuantitatif deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan berbagai kondisi, berbagai situasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Ditinjau dari obyeknya, penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Ditinjau dari obyeknya, penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Ditinjau dari obyeknya, penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research), karena data-data yang diperlukan untuk menyusun karya ilmiah ini diperoleh

Lebih terperinci

SITUS WASPADA.CO.ID DAN PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI

SITUS WASPADA.CO.ID DAN PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI SITUS WASPADA.CO.ID DAN PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI (Studi Korelasional Penggunaan Situs Portal Berita Online Waspada.co.id Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Informasi Di Kalangan Mahasiswa Ikatan Pemuda

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian dalam suatu penelitian ilmiah digunakan sebagai pedoman bagi peneliti untuk melakukan penelitian. Jenis penelitian pada penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang terdiri atas dua bagian. Bagian pertama berisi hasil pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian. 4.1

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSI SISWA KELAS VII DI SMPN 2 KRAS TAHUN PELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSI SISWA KELAS VII DI SMPN 2 KRAS TAHUN PELAJARAN 2014/2015 HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSI SISWA KELAS VII DI SMPN 2 KRAS TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan Proses Pelaksanaan Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan Proses Pelaksanaan Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan Proses Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan Penelitian Sebelum mengadakan penelitian, langkah awal yang perlu dilakukan oleh peneliti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas BAB II KAJIAN TEORI A. Self Efficacy 1. Pengertian Self Efficacy Sejarah self efficacy pertama kali diperkenalkan oleh Bandura dalam pembelajaran sosial, dimana self efficacy merupakan turunan dari teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 pada tingkat dasar menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik saintifik mengedepankan

Lebih terperinci

Abstract. Keywords: Keterampilan Mengajar Guru, Fasilitas Belajar, Prestasi Belajar. p-issn : e-issn : JURNAL NIAGAWAN

Abstract. Keywords: Keterampilan Mengajar Guru, Fasilitas Belajar, Prestasi Belajar. p-issn : e-issn : JURNAL NIAGAWAN PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN FASILITAS BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 BATANG KUIS TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Ainul Mardhiyah 1), Susanto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia dan bertujuan untuk meningkatkan potensi sumber daya manusia. Hal ini sejalan dengan pernyataan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang. mengembangkan pendidikan di Kedungkandang didirikanlah Madrasah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang. mengembangkan pendidikan di Kedungkandang didirikanlah Madrasah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang Berawal dari pemikiran dan kemauan yang kuat untuk mengembangkan pendidikan di Kedungkandang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat dilaksanakannya penelitian guna memperoleh data yang diperlukan. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan uraian keaslian penelitian. 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

Hubungan Antara Self-efficacy Akademik Dengan Hasil Belajar Siswa

Hubungan Antara Self-efficacy Akademik Dengan Hasil Belajar Siswa Konselor Volume 3 Number 1 March 2014 ISSN: 1412-9760 Received January 25, 2014; Revised February 24, 2014; Accepted March 30, 2014 Hubungan Antara Self-efficacy Akademik Dengan Hasil Belajar Siswa Gusriko

Lebih terperinci

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR NONFORMAL DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR NONFORMAL DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR NONFORMAL DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA N 2 SRAGEN TAHUN AJARAN 2013/2014 Naskah Publikasi Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI MTS AL-HAMID

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI MTS AL-HAMID HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI MTS AL-HAMID Oleh: Ardiles Delta Asmara 1) Dra. Indira Chanum, M.Psi. 2) Sjenny A. Indrawati, Ed.D. 3) ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. informasi yang bermanfaat untuk meningkatakan mutu suatu hal yang menarik minat

BAB III METODE PENELITIAN. informasi yang bermanfaat untuk meningkatakan mutu suatu hal yang menarik minat BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN Menurut Arikunto (2002:91) penelitian adalah suatu kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSAINGAN MERAIH NILAI TINGGI DENGAN INTENSITAS PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA MENENGAH KEJURUAN SKRIPSI.

HUBUNGAN ANTARA PERSAINGAN MERAIH NILAI TINGGI DENGAN INTENSITAS PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA MENENGAH KEJURUAN SKRIPSI. HUBUNGAN ANTARA PERSAINGAN MERAIH NILAI TINGGI DENGAN INTENSITAS PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA MENENGAH KEJURUAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Jenis Penelitian, Sifat Penelitian, Lokasi dan Waktu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN Jenis Penelitian, Sifat Penelitian, Lokasi dan Waktu penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian, Sifat Penelitian, Lokasi dan Waktu penelitian 3.1.1. Jenis Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif korelasional, yakni menitikberatkan pada masalah atau peristiwa yang berlangsung dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 86 Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK Emilia Roza (Eroza82@yahoo.com) 1 Muswardi Rosra 2 Ranni Rahmayanthi Z 3 ABSTRACT The objective of this research was

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Azwar (2007; 59) menjelaskan, setiap kegiatan penelitian tentu memusatkan perhatiannya pada beberapa fenomena atau gejala utama dan pada fenomena

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PROKRASTINASI AKADEMIK DENGAN PERILAKU MENYONTEK SISWA KELAS VIII SMP N 1 SENTOLO TAHUN PELAJARAN 2016/2017 ARTIKEL

HUBUNGAN ANTARA PROKRASTINASI AKADEMIK DENGAN PERILAKU MENYONTEK SISWA KELAS VIII SMP N 1 SENTOLO TAHUN PELAJARAN 2016/2017 ARTIKEL HUBUNGAN ANTARA PROKRASTINASI AKADEMIK DENGAN PERILAKU MENYONTEK SISWA KELAS VIII SMP N 1 SENTOLO TAHUN PELAJARAN 2016/2017 ARTIKEL Disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Oleh

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pendekatan objektif menganggap perilaku manusia disebabkan oleh kekuatan-kekuatan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pendekatan objektif menganggap perilaku manusia disebabkan oleh kekuatan-kekuatan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metodologi 3.1.1 Pendekatan Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan objektif. Pendekatan objektif menganggap perilaku manusia disebabkan

Lebih terperinci

PENGARUH RASA PERCAYA DIRI DAN INTENSITAS INTERAKSI SOSIAL TERHADAP PENYESUAIAN DIRI ANAK JALANAN DI KOTA MADIUN

PENGARUH RASA PERCAYA DIRI DAN INTENSITAS INTERAKSI SOSIAL TERHADAP PENYESUAIAN DIRI ANAK JALANAN DI KOTA MADIUN PENGARUH RASA PERCAYA DIRI DAN INTENSITAS INTERAKSI SOSIAL TERHADAP PENYESUAIAN DIRI ANAK JALANAN DI KOTA MADIUN Desti Lestari * Muh. Chotim ** Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian terpaan pesan pencegahan bahaya demam berdarah dan sikap ibu-ibu rumah tangga dilakukan di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru yang terdiri dari

Lebih terperinci

HUBUNGAN GENDER TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMP

HUBUNGAN GENDER TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMP HUBUNGAN GENDER TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMP Oleh: Umi Muthoharoh, Budiyono, Puji Nugraheni Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo rahmi_912313@yahoo.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. belajar yang baik secara langsung maupun tidak langsung menjadi dasar

I. PENDAHULUAN. belajar yang baik secara langsung maupun tidak langsung menjadi dasar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang mutlak harus dipenuhi manusia sebagai makhluk individu maupun kelompok. Pendidikan memberikan pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dimana kunci suksesnya terletak pada dunia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dimana kunci suksesnya terletak pada dunia pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (SDM) merupakan satu modal penting dalam meningkatkan kualitas hidup manusia di segala bidang. Dimana pada era modern ini, banyak terjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang difokuskan pada kajian

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang difokuskan pada kajian 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang difokuskan pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian, pelaksanaan penelitian, prosedur pengolahan data, deskripsi data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian, pelaksanaan penelitian, prosedur pengolahan data, deskripsi data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian, pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. masalah atau dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar penelitian terebut. 1

BAB III METODE PENELITIAN. masalah atau dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar penelitian terebut. 1 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian merupakan suatu proses dengan serangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis dengan tujuan dapat memecahkan masalah atau dapat menjawab

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan penjualan pribadi Terhadap Keputusan Menjadi Nasabah Di Bank

BAB III METODE PENELITIAN. dan penjualan pribadi Terhadap Keputusan Menjadi Nasabah Di Bank 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu Penelitian Waktu penelitian pengaruh periklanan, promosi penjualan, publisitas dan penjualan pribadi Terhadap Keputusan Menjadi Nasabah Di Bank Muamalat Cabang Palangka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1.Objek Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel independen yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1.Objek Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel independen yaitu BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Objek Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel independen yaitu Pengetahuan Kewirausahaan (X 1 ), Lingkungan Sekolah (X ) dan Pengalaman Praktek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel penelitian pada dasarnya adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2008:13). kelas VII di SMP Negeri 8 Salatiga yakni sebanyak 219 siswa.

BAB III METODE PENELITIAN. dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2008:13). kelas VII di SMP Negeri 8 Salatiga yakni sebanyak 219 siswa. BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif, karena data penelitian berupa angkaangka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2008:13). 1.2 Populasi dan Sampel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang terdiri dari variabel independen yaitu pemberian reward dan variabel

BAB III METODE PENELITIAN. yang terdiri dari variabel independen yaitu pemberian reward dan variabel 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode penelitian Penelitian ini adalah penelitian quasi-eksperimen yang menggunakan nonequivalent model grup kontrol. Penelitian ini terdiri dari dua variabel yang terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di sepanjang kehidupannya sejalan dengan pertambahan usianya. Manusia merupakan individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagaimana halnya dengan keluarga, sekolah juga mengajarkan nilai-nilai dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagaimana halnya dengan keluarga, sekolah juga mengajarkan nilai-nilai dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak remaja yang sudah duduk di bangku SMP dan SMA umumnya menghabiskan waktu sekitar 7 jam sehari di sekolahnya. Ini berarti bahwa hampir sepertiga dari waktunya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. secara objektif (Notoatmodjo, 2005). mahasiswa semester akhir Fakultas Psikologi dan Kesehatan.

BAB III METODE PENELITIAN. secara objektif (Notoatmodjo, 2005). mahasiswa semester akhir Fakultas Psikologi dan Kesehatan. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif yang merupakan suatu metode penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. oleh suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. oleh suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk BAB III METODE PENELITIAN Penelitian merupakan suatu proses dengan serangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis dengan tujuan dapat memecahkan masalah atau dapat menjawab

Lebih terperinci

JURNAL HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI (SELF ESTEEM) DENGAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017

JURNAL HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI (SELF ESTEEM) DENGAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 JURNAL HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI (SELF ESTEEM) DENGAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Oleh: NINING DEWI RATIH NPM. 12.1.01.01.0149 Dibimbing oleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain. 36 Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain. 36 Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe atau sifat dari penelitian ini menggunakan jenis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci