BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN FATWA NO. 21/DSN- MUI/X/2001 TENTANG PEDOMAN UMUM ASURANSI SYARI AH
|
|
- Erlin Salim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN FATWA NO. 21/DSN- MUI/X/2001 TENTANG PEDOMAN UMUM ASURANSI SYARI AH A. Analisis Terhadap Implementasi Fatwa DSN-MUI Di Asuransi Syari ah Bumiputera Cabang Semarang Setelah penulis meneliti sebenarnya apakah pada Asuransi Syari ah Bumiputera Cabang Semarang telah merealisasikan dan menerapkan fatwa Dewan Syari ah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syari ah dalam kinerjanya atau hanya sebatas omong kosong belaka, yang akan menyesatkan dan menjadi topeng bagi perekonomian Islami pada masyarakat khususnya bagi umat Islam yang menginginkan berasuransi yang aman, dimana hal tersebut bertujuan menjaga keamanan bagi keluarga, hartanya dan sekaligus menginvestasikan dananya (peserta atau nasabah) pada Asuransi Syari ah Bumiputera Cabang Semarang. Dalam menjalankan usahanya secara syari ah, Asuransi Syari ah Bumiputera Cabang Semarang menggunakan pedoman yang dikeluarkan oleh Dewan Syari ah Nasional Majelis Ulama Indonesia, yaitu fatwa No. 21/DSN- MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syari ah. Fatwa tersebut dikeluarkan karena regulasi yang ada tidak dapat dijadikan pedoman untuk menjalankan asuransi secara syari ah. Oleh karena itu keraguan umat Islam untuk mengikuti program asuransi dengan diintrodusirnya akad-akad tradisional Islam dalam polis asuransi oleh perusahaan Asuransi Syari ah Bumiputera Cabang Semarang hendaknya tidak ada lagi. Karena dalam hal ini Asuransi Syari ah 87
2 88 Bumiputera Cabang Semarang telah mengimplementasikan akad-akad tradisional Islam dalam kegiatan usaha perasuransiannya, di antaranya yaitu akad tijarah dan akad tabarru ( Wirdyaningsih, 2005: 254) Selain berpedoman pada fatwa Dewan Syari ah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 21/DSN-MUI/X/2001, Asuransi Syari ah Bumiputera Cabang Semarang dalam kinerjanya juga menggunakan prinsip sebagaimana yang ada dalam asuransi syari ah (prinsip dasar yang berlaku pada konsep ekonomi Islami). Adapun diantara prinsip- prinsip tersebut adalah prinsip saling bertanggung jawab, prinsip saling bekerja sama atau saling bantu membantu dan prinsip saling melindungi penderitaan satu sama lain (Sholahuddin, 2006: 139) 1. Prinsip Ketakwaan (Tauhid) Pada Asuransi Syari ah Bumiputera Cabang Semarang prinsip tauhid ini merupakan dasar utama dalam kegiatan usaha perasuransian dimana dalam setiap gerak langkahnya harus mencerminkan nilai-nilai ketuhanan. Salah satunya ada kegiatan yang dilakukan oleh pihak perusahaan yang diikuti oleh setiap pegawai dan manajer perusahaan asuransi syari ah tersebut, yang mana pada setiap bulannya ada kegiatan yang berorientasi untuk mempererat tali silaturahmi. Meskipun ini kegiatan intern perusahaan tetapi kegiatan ini merupakan wadah bagi para anggota perusahaan Asuransi Syari ah Bumiputera Cabang Semarang khususnya dan para pelaku ekonomi umumnya untuk lebih mendekatkan diri Kepada Khaliq-Nya. Dan juga para pemegang polis mentasyarufkan sebagian dananya untuk tabarru. Kegiatan ini dilakukan oleh seluruh perusahaan asuransi syariah di Semarang dan perusahaan Islam lainnya, selain mempunyai misi Habblumminallah (Hubungan dengan Allah) dan juga Habblumminannas
3 89 (Hubungan dengan Manusia) dengan maksud mencari masukkan dan kritikan pihak lain, untuk kemajuan dan kesuksesan perusahaan lain( Wawancara dengan Bapak Anwar Afandi, SE, Branch Manager Asuransi Syari ah Bumiputera Semarang Tanggal 14 Januari 2015.) 2. Prinsip Keadilan (Justice) Pada prinsip kedua ini asuransi syari ah menempatkan kata keadilan direalisasikan pada hak dan kewajiban antara peserta asuransi dan perusahaan asuransi. Juga pada pembagian profit yang dihasilkan dari hasil pengelolaan sesuai dengan akad yang telah disetujui diawal perjanjian. Secara teoritis, pada prinsipnya antara Asuransi konvensional dan Asuransi syari ah tidak jauh berbeda atau pada prinsipnya hampir sama (Kuat, 2009:5). Walaupun demikian, perbedaan yang ada diantara keduanya dapat menentukan halal dan haramnya suatu produk (normative). Selain perbedaan akad, perbedaan yang paling mendasar adalah pada penempatan dana investasi yang terbatas pada perusahaan- perusahaan yang telah menjalankan standar operasional syari ah. Hal ini merupakan salah satu prinsip yang membedakan dengan asuransi konvensional, karena dengan adanya prinsip keadilan pembagian profit sharing pada saving yang terkumpul dari dana premi yang akan di bagi hasilkan sesuai dengan kesepakatan awal. 3. Prinsip Tolong-menolong (Ta awun) Prinsip yang paling utama dalam konsep asuransi syari ah adalah prinsip tolong menolong (ta awun), begitu juga pada perusahaan Asuransi Syari ah Bumiputera Cabang Semarang, dimana prinsip tolong menolong (ta awun) ini merupakan bentuk solusi bagi mekanisme operasionalnya, seseorang yang masuk asuransi syari ah sejak awal harus mempunyai niat dan motivasi untuk membantu
4 90 dan meringankan beban temannya yang pada suatu ketika mendapatkan musibah atau kerugian. Hal ini sesuai dengan hadits (Ali,2004:116) Artinya: dari abu Hurairoh ra, dari nabi SAW, beliau bersabda: barang siapa yang meringankan beban satu kesusahan dari kesusahankesusahan dunia seorang mukmin, maka Allah akan meringankan kesusahannya di hari kiamat, dan barang siapa memudahkan atau membantu orang yang kesulitan maka Allah akan memudahkan baginya(urusannya) di dunia dan akhirat(h.r. Muslim) 4. Prinsip Kerja sama (Cooperation) Berpegang dari sifat manusia sebagai mahluk sosial tidak akan dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan dari yang lain. Sebagai apresiasi dari posisi dirinya sebagai mahluk sosial, nilai kerja sama adalah suatu norma yang tidak dapat ditawar lagi yang mana hanya dengan mewujudkan kerja sama antar sesama manusia, maka barulah merealisasikan kedudukannya sebagai mahluk sosial. Pada Asuransi Syari ah Bumiputera Cabang Semarang, kerja sama dalam bisnis asuransi dapat terwujud dalam bentuk akad yang dijadikan acuan antara kedua belah pihak yang terlibat, yaitu antara peserta asuransi dan perusahaan. Dalam opersionalnya, akad yang dipakai dalam bisnis asuransi ini memakai konsep mudharabah. karena pada dasarnya konsep mudharabah adalah konsep dasar dalam kajian ekonomika Islami dan mempunyai nilai historis dalam perkembangan keilmuan (Sholahuddin, 2006: 140 )
5 91 5. Amanah (trustworthy/al-amanah) Asuransi Syari ah Bumiputera Cabang Semarang dalam mengimplementasikan prinsip amanah ini melalui nilai-nilai akuntabilitas, dimana perusahaan ini melalui penyajian laporan keuangan setiap periode tercatat secara rapi. Dalam hal ini Asuransi Syari ah Bumiputera Cabang Semarang memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi para nasabah atau peserta asuransi untuk mengakses laporan keuangan perusahaan asuransi ini. Laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan asuransi ini mengusahakan dengan sebenar-benarnya dan penuh kebenaran serta keadilan dalam bermuamalah. 6. Prinsip Larangan Riba Dalam setiap transaksi, seorang muslim dilarang memperkaya diri dengan cara yang tidak dibenarkan: Artinya: orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
6 92 Salah satu tujuan didirikannya Asuransi Syari ah Bumiputera adalah dalam rangka menghindari praktek riba yang ada dalam asuransi konvensional, dimana asuransi konvensional dalam menginvestasikan dananya dengan menggunakan mekanisme bunga. Dengan demikian asuransi konvensional sangat sulit untuk menghindari praktek riba, pada hal dalam Islam riba sangat dilarang dan haram hukumnya. Dengan adanya Dewan Pengawas Syari ah (DPS) semua premi yang terkumpul dari peserta dikelola atau diinvestasikan sesuai dengan hukum syar i yaitu menjauhi haram dan dalam pembagian keuntungan peserta bukan berdasarkan bunga, namun dari pendapatan perusahaan atas hasil investasi atau pengelolaan premi tersebut sehingga pada Asuransi Syari ah Bumiputera Cabang Semarang benar-benar bebas dari bunga. 7. Prinsip Larangan Maisyir (Judi) Allah SWT. telah memberi penegasan terhadap keharaman melakukan aktivitas ekonomi yang mempunyai unsur maisyir (Judi): Firman Allah dalam QS al-maidah: 90 Artinya: Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan(qs. Al-Maidah : 90) Untung-untungan merupakan salah satu perbuatan yang tidak dibolehkan dalam aktivitas ekonomi Islam. Unsur maisir dalam asuransi konvensional terlihat apabila selama masa perjanjian peserta tidak mengalami musibah atau kecelakaan,
7 93 maka peserta tidak berhak mendapatkan apa-apa termasuk premi yang disetornya. Sedangkan keuntungan yang diperoleh ketika peserta yang belum lama menjadi anggota, jumlah premi yang disetor sedikit akan menerima dana pembayaran klaim yang jauh lebih besar atau apabila pemegang polis dengan sebab-sebab tertentu membatalkan kontraknya sebelum masa reversing period biasanya pada tahun ketiga maka yang bersangkutan peserta asuransi tidak akan menerima kembali uang yang telah dibayarkan kecuali sebagian kecil saja, dalam hal ini peserta asuransi pada posisi rugi, juga adanya unsur keuntungan yang dipengaruhi oleh under writing dimana untung rugi terjadi sebagai hasil dari ketetapan (Iqbal, 2006: 26) Lain halnya konsep di Asuransi Syari ah Bumiputera, apabila peserta tidak mengalami kecelakaan atau musibah selama menjadi peserta asuransi maka ia berhak mendapatkan premi yang disetor kecuali dana yang dimasukkan ke dalam dana tabarru (derma) (Wirdyaningsih, 2005: 258) 8. Prinsip Larangan Gharar (Ketidakpastian) Ketidakpastian atau gharar tercermin dalam bentuk akad dan sumber dana pembayaran klaim dan keabsahan syar i menerima uang klaim itu sendiri, hal ini dikemukakan oleh bapak Imam selaku Branch manajer di Asuransi Syari ah Bumiputera Cabang Semarang. Bentuk kontrak akad asuransi konvensional atau perjanjian dapat dikategorikan sebagai akad tabadulli atau akad pertukaran yaitu pertukaran pembayaran premi dengan uang pertanggungan, dimana akad pertukaran haruslah diketahui berapa yang harus dibayarkan dan berapa yang diterima. Keadaan ini yang akan menimbulkan gharar karena antara perusahaan asuransi dan peserta asuransi tidak tahu berapa yang akan diterimanya (sejumlah
8 94 uang pertanggungan) dan tidak tahu berapa yang akan dibayarkan (sejumlah seluruh premi) karena hanya Allah yang tahu kapan seseorang akan meninggal. Dalam asuransi konvensional peserta tidak mengetahui dari mana dana pertanggungan yang diberikan perusahaan asuransi berasal. Peserta hanya tahu jumlah pembayaran klaim yang akan diterimanya. Lain halnya pada Asuransi Syari ah Bumiputera Cabang Semarang dimana perusahaan telah menetapkan pembayaran premi sejak awal akan dibagi dua yaitu masuk ke rekening khusus dimana uang ini akan diniatkan tabarru atau derma untuk membantu saudaranya yang lain. Dengan kata lain dana klaim dalam konsep asuransi syari ah diambil dari dana tabarru yang mereka kumpulkan dan dana shodaqoh yang diberikan oleh peserta dan satu lagi dimasukkan ke rekening pemegang polis. Pada Asuransi Syari ah Bumiputera Cabang Semarang prinsip diatas merupakan prinsip yang sangat membedakan dengan asuransi konvensional. Adapun perbedaan konsep yang paling mendasar contohnya adalah: 1. Pada asuransi konvensional, peserta asuransi (nasabah) tidak akan menerima kembali uang yang telah disetorkan seandainya di tengah jalan berhenti berasuransi. 2. Pada asuransi syari ah (Asuransi Syari ah Bumiputera Cabang Semarang) peserta asuransi akan menerima kembali uang yang telah disetorkan dengan dipotong biaya administrasi. Dari segi ekonomi asuransi adalah sarana untuk mendapatkan kepastian untuk menjamin atas harta benda dan atau jiwa sebagai upaya menghindari atau membebaskan suatu resiko, kerugian atau ketidak untungan yang diharapkan
9 95 dengan cara mengalihkan atau membagikan resiko kepada pihak lain atas suatu kerugian yang tidak pasti atau kerugian yang mungkin akan diderita. Tujuan asuransi pada dasarnya adalah mengalihkan resiko yang ditimbulkan oleh peristiwa- peristiwa yang tidak diharapkan kepada orang lain yang bersedia mengambil resiko itu dengan mengganti kerugian yang dideritanya. Pihak yang bersedia menerima resiko itu disebut Penanggung ( insurer ), ia melakukan itu tentu saja bukan karena kemanusiaan saja akan tetapi karena memang ada celah- celah untuk mendapatkan keuntungan dengan jalan tertanggung membayar premi sebagaimana yang telah ditetapkan dalam awal perjanjian, dalam permasalahan ini akan timbul untung-untungan, untuk yang untung adalah penanggung dalam hal ini adalah perusahaan asuransi atau tertanggung sebagai peserta asuransi tinggal melihat apa yang terjadi. Setelah adanya perjanjian yang dibuat, dalam perjanjian asuransi yang dalam hal ini adalah asuransi konvensional. Adapun pengertian asuransi syariah sebagaimana yang tercantum dalam fatwa DSN No 21/MUI/2001 adalah sebagai berikut : asuransi syariah ( ta min, Bumiputera atau Tadhamun ) adalah usahausaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan atau Tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad ( perikatan ) yang sesuai dengan syariah Dalam melaksanakan kegiatan usahanya Asuransi Syariah Bumiputera menerapkan suatu akad atau suatu perjanjian yang isinya menyangkut kegiatankegiatan yang dilaksanakan, dengan dibuatnya akad tersebut, maka terjadilah kegiatan atau usaha bersama antara peserta asuransi dengan perusahaan asuransi. Akad merupakan bagian yang paling penting dalam berasuransi karena dalam
10 96 akad inilah letak yang membedakan antara kegiatan asuransi syariah dengan asuransi konvensional. Selanjutnya disini akan peneliti sajikan hasil penelitian terhadap Cabang Asuransi Syariah Bumiputera berupa wawancara dengan petugas yang ditunjuk oleh Kepala Asuransi Syariah Semarang dengan hasil sebagai berikut : 1) Pengertian asuransi syariah adalah Ta min, Bumiputera atau Tadhamun adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah orang / pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabaru yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad ( perikatan ) yang sesuai dengan syariah. 2) Akad yang sesuai dengan syariah adalah akad yang sesuai dengan ajaran agama islam yaitu akad tersebut terhindar dari: Ghoror, Maysir, Riba dan Riswah atau suap. akad ada dua yaitu akad tijaroh adalah akad yang bertujuan komersial dan kedua adalah akad tabaru yaitu akad yang tujuannya untuk kebaikan. Disini akad dibuat oleh lembaga asuransi dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh lembaga, jadi peserta tinggal pilih kalau setuju dengan isi akad yang telah dibuat oleh lembaga bisa masuk menjadi peserta namun kalau tidak setuju dengan isi akadnya, akad tersebut tidak bisa dirubah. Adapun akad yang sesuai dengan operasional kantor cabang Asuransi Syariah Bumiputera di Semarang adalah sebagai berikut: 1. Akad Antara Sesama Peserta Risk-Sharing Based ( Ta awuni ) Yaitu akad dimana antara sesama peserta bertabarru untuk saling memikul resiko bila salah satu atau lebih tertimpa musibah
11 97 Catatan : Bahwa peserta bertabarru kepada sesama peserta, dan bukan bertabarru kepada perusahaan asuransi syariah. Model dari akad ini adalah Ta awuni : Tabarru, Hibah, 2. Akad Antara Peserta Dengan Perusahaan Yaitu akad antara (kumpulan) peserta dengan Bumiputera adalah dengan akad tijari. Dan oleh karenanya Bumiputera diperkenankan mengambil keuntungan dari akad tersebut. Dalam hubungan seperti ini dapat juga digunakan akad wakalah bil ujrah, ijarah, mudharabah musytarakah dsb. Dalam akad ini Bumiputera bertindak sebagai operator/ wakil untuk mengelola resiko nasabah. 3. Akad dalam menginvestasikan dana peserta (Bumiputera dengan Nasabah/Perwakilan Nasabah) Dana peserta diinvestasikan oleh Bumiputera dalam investasi yang sesuai dengan syariah dengan skim mudharabah / mudharabah musytarakah. Hasil dari investasi tersebut dibagi berdasarkan akad yang digunakan. Model yang digunakan adalah mudharabah dengan bagi hasil, wakalah dengan fee / ujrah dan mudharabah musytarakah. Hubungan akad dalam asuransi syariah adalah sebagai berikut: 1. Akad Tabarru Akad tabarru merupakan akad dalam memindahkan kepemilikan harta/ dana seseorang kepada orang lain, melalui cara hibah/ derma/ shadaqah. Dalam akad tabarru ini tidak disyaratkan adanya qabul dari penerima hibah. Namun cukup hanya dengan ijab saja dari si pemberi, maka harta / dana yang ditabarru kan telah berpindah kepemilikannya kepada penerima/ yang diakadkan.
12 98 Tabarru secara bahasa berarti bersedekah atau berderma. Tabarru secara hukum fiqhiyah masuk ke dalam kategori akad hibah. 2. Akad Mudharabah Mudharabah berasal dari kata dharb yang berarti memukul atau berjalan. Yang dimaksud adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Kerjasama dilakukan antara pihak pertama, yaitu shahibul maal (pemilik modal) dengan menyediakan seluruh modal (100%), sedangkan pihak kedua yaitu mudharib (pengusaha) bertindak sebagai pengelola yang melakukan suatu usaha yang disepakati bersama, missal proyek pembuatan rumah, jembatan, jalan dsb. Ketika proyek ini mendatangkan hasil atau keuntungan, maka dibagi antara shahibul maal (pemilik modal) dengan mudharib ( pengusaha ) sesuai dengan nisbah yang disepakati bersama dalam akad. 3. Akad Mudharabah Musytarakah Perbedaan antara mudharabah dengan mudharabah muystarakah hanyalah terletak pada kesertaan modal mudharib pada proyek yang dikerjakan. Dalam akad ini mudharib (penguasaha) selain berfungsi sebagai pengusaha, ia juga berfungsi sebagai shahibul maal ke 2, karena turut berkontribusi dalam kepesertaan dana. Sehingga dalam akad ini terdapat 1. Shahibul Maal pertama, 2 Mudharib, sekaligus sebagai shahibul maal ke 2. Misalnya terdapat proyek pembangunan rumah dengan modal Rp. 80 juta. Kemudian mudharib menyertakan dananya sebesar Rp. 20 juta. Setelah proyek selesai dan terjuallah rumah tersebut dengan harga 120 juta. Maka sebelum hasilnya dinisbahkan antara shahibul maal dengan mudharib, terlebih dahulu
13 99 dibagi keuntungan tersebut atas dasar kepesertaan dana masing-masing 20% milik shahibul maal 2 (Rp. 4.juta) dan 80%nya (Rp16 juta) milik bersama, yang kemudian dinisbahkan sesuai dengan kesepakatan mereka berdua. (Misal 60 ; 40) 4. Akad Wakalah Bil Ujrah Seorang ingin melakukan sebuah pekerjaan, yaitu proyek A. Namun dikarenakan keterbatasannya, ia tidak mampu melakukannya sendiri, sehingga ia mewakilkan kepada pihak lain untuk melakukan proyeknya tersebut. Pihak lain yang memiliki keahlian dalam bidang tersebut menerima pekerjaan itu, dan berfungsi sebagai wakil dari pihak pertama. Dan oleh karenanya ia berhak mendapatkan ujrah/ fee. Dalam hal ini, orang yang mewakilkan disebut muwakil, sedangkan orang yang menerima pekerjaan tersebut adalah wakil, sedang pekerjaannya adalah taukil. Secara bahasa, wakalah berarti penyerahan, pendelegasian atau pemberian mandate kepada seseorang. Sedangkan menurut istilah, wakalah adalah : a) Penyerahan dari seseorang kepada orang lain untuk mengerjakan sesuatu. b) Pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada yang lain dalam hal-hal yang diwakilkan. Perjanjian pemberian kepercayaan dan hak dari lembaga/ seseorang kepada pihak lain sebagai Wakil dalam melaksanakan urusan tertentu. 3) Premi adalah kewajiban peserta asuransi untuk memberikan sejumlah dana kepada perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad. 4) Kedudukan dalam akad tijaroh (mudharobah) perusahaan bertindak sebagai mudharib (pengelola) dan peserta bertindak sebagai shohibul mal atau pemegag polis dalam akad tabaru (hibah) peserta memberikan hibah yang
14 100 digunakan untuk menolong peserta lain yang terkena musibah, sedangkan perusahaan bertindak sebagai pengelola dana hibah. 5) Ketentuan dalam akad tijaroh dapat berubah menjadi akad tabaru dan dari akad tabaru tidak dapat dirubah menjadi akad tijaroh. 6) Pada asuransi syariah Semarang terdapat atau menjalankan dua jenis asuransi yaitu asuransi jiwa dan asuransi kerugian Adapun cara pengelolaan premi yang dibayarkan oleh peserta yang dengan akad tijaroh. diinvestasikan dan hasil investasi dibagikan kepada peserta dan premi yang berasal dari dana tabaru dapat juga diinvestasikan, namun hasilnya tidak dibagikan kepada peserta akan tetapi dikembalikan kepada tabaru untuk kebajikan. 7) Klaim adalah kewajiban perusaan untuk membayar dana kepada peserta yang telah dibayarkan berdasarkan akad yang disepakati pada awal perjanjian yang besarnya sesuai dengan premi yang dibayarkan, dikurangi biaya-biaya serta ditambah keuntungan apabila ada Klaim atas akad tijaroh sepenuhnya merupakan kewajiban perusahaan untuk memenuhinya. Klaim atas akad tabaru merupakan hak peserta dan merupakan kewajiban perusahaan sebatas yang disepakati. 8) Ketika dana sudah terkumpul, perusahaan asuransi berkewajiban untuk menginvestasikan dana yang sudah terkumpul dengan secara syariah. Dari hasil investasi mudharobah, perusahaan mendapatkan hak yang besar kecilnya disesuaikan dengan akad sedangkan dalam dana tabaru perusahaan hanya mendapatkan fee saja. Namun dalam menginvestasikan dana yang telah terkumpul tersebut, peserta tidak mengetahui bagaimana dana atau premi tersebut diinvestasikan
15 101 9) Dalam melaksanakan asuransi syariah ini perusahaan asuransi Semarang diawasi oleh DPS (Dewan Pengawas syariah). 10) Apabila terjadi suatu masalah perusahaan asuransi akan menyelesaikan secara musyawarah dan jika tidak terjadi mufakat akan diselesaikan melalui lembaga Badan Arbitrasi Syariah Nasional (BASYARNAS) B. Analisis Terhadap Pelaksanaan Produk-Produk Di Asuransi Syari ah Bumiputera Cabang Semarang Segala musibah dan bencana yang menimpa manusia merupakan qadha dan qadar Allah. Namun manusia (muslim) wajib berikhtiar untuk memperkecil resiko yang timbul, dan salah satu caranya adalah dengan menabung. Tetapi upaya tersebut sering kali tidak memadai karena yang harus ditanggung lebih besar dari yang diperkirakan. Asuransi Syari ah Bumiputera Cabang Semarang sebagai asuransi yang bertumpu pada konsep tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan (wa ta awanu alal birri wat taqwa) serta perlindungan (at-ta min), menjadikan semua peserta sebagai keluarga besar yang saling menanggung satu sama lain dan dengan meniadakan tiga unsur yang masih dipertanyakan, yaitu gharar, maisir, dan riba. Pada prinsipnya produk-produk yang ada di Asuransi Syari ah Bumiputera Cabang Semarang berbeda dengan produk-produk yang ada di asuransi konvensional. Dalam hal menentukan premi, pemberian klaim, dan penentuan hasil usaha, Pada asuransi konvensional didasarkan pada perhitungan bunga sedangkan pada Asuransi Syariah Bumiputera Cabang Semarang berdasarkan prinsip bagi hasil.
16 Produk - Produk asuransi syariah yaitu: a. Mitra Iqra Produk mitra iqra dirancang untuk memprogram pendidikan anak secara syariah mulai dari tingkat taman kanak-kanak sampai dengan anak menjadi sarjana SI, sekaligus berfungsi untuk menata kesejahteraan keluarga agar kelak apabila orang tua meninggal tidak sampai kesejahteraan dan pendidikan anak terabaikan. Firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 9 Artinya : Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka, oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. Ciri-ciri spesifik dan manfaat a. Produk mitra iqra merupakan gabungan antara : 1) Unsur tabungan 2) Unsur tolong-menolong (Ta awun) b. Premi Mitra iqra terdiri dari 1) Premi tabungan 2) Premi tabarru 3) Premi biaya c. Umur calon peserta 1) Minimal usia 15 tahun (dikenakan table premi tabarru usia 20 tahun) 2) Umur saat mulai asuransi ditambah masa asuransi maksimal 65 tahun d. Usia peserta Non Medical maksimal 53 tahun dan dalam kondisi sehat e. Cara bayar premi dibagi menjadi 4 yaitu
17 103 1) Triwulan minimal Rp ,- 2) Setengah tahun minimal Rp ,- 3) Tahunan minimal Rp ,- 4) Sekaligus minimal manfaat awal sebesar Rp ,- f. Masa pembayaran premi minimal 2 tahun dan maksimal 17 tahun g. Masa observasi Non Medical selama 2 tahun, yaitu 1) Tahun I sebesar NILAI TUNAI + (60 % x Santunan Kebajikan) 2) Tahun II sebesar NILAI TUNAI + (80% x Santunan Kebajikan) 3) Tahun III dst sebesar 100 % X KLAIM MENINGGAL h. Pembagian keuntungan hasil investasi (mudharabah) : 1) Untuk Peserta (Shohibul Mall) sebesar 70 % 2) Untuk Pengelola (Mudharib) sebesar 30 % i. Penerimaan dana tahapan pendidikan Syariah 1) Peserta panjang umur sampai berakhirnya akad diberikan tahapan : a) TK usia 4 tahun menerima tahapan 10 % x Manfaat Awal b) SD usia 6 tahun menerima tahapan 10% x Manfaat Awal c) SLTP usia12 tahun menerima tahapan 20% x Manfaat Awal d) SLTA usia15 tahun menerima tahapan 25% x Manfaat Awal e) PT.1 usia 18 tahun menerima tahapan 35% x Manfaat Awal f) PT.2 usia 19 tahun menerima tahapan 25%x Sisa Nilai Tunai g) PT.3 usia 20 tahun menerima tahapan 35% x Sisa Nilai Tunai h) PT.4 usia 21 tahun menerima tahapan 50% x Sisa Nilai Tunai i) PT.5 usia 22 tahun menerima tahapan 100% x Sisa Nilai Tunai Mulai usia tahun, kewajiban peserta membayar premi berhenti.
18 104 2) Bila peserta meninggal dunia sebelum akad asuransi berakhir, diterimakan: a) Santunan kebajikan b) Nilai tunai ( premi tabungan + Mudharobah) c) Dana tahapan pendidikan tetap diberikan sesuai aturan : (1) TK usia 4 tahun menerima tahapan 10 % x Manfaat Awal (2) SD usia 6 tahun menerima tahapan 10% x Manfaat Awal (3) SLTP usia 12 tahun menerima tahapan 20%x Manfaat Awal (4) SLTA usia 15 tahun menerima tahapan 25% x Manfaat Awal (5) PT.1 usia 18 tahun menerima tahapan 35% x Manfaat Awal (6) PT.2 usia 19 tahun menerima tahapan15% x Sisa Nilai Tunai (7) PT.3 usia 20 tahun menerima tahapan 20% x Sisa Nilai Tunai (8) PT.4 usia 21 tahun menerima tahapan 20% x Sisa Nilai Tunai (9) PT.5 usia 22 tahun menerima tahapan 25% x Sisa Nilai Tunai d) Apabila peserta berhenti sebelum akad berakhir peserta bias mengambil Nilai Tunai ( Premi Tabungan + Mudharabah ) e) Peserta boleh berhenti sementara (cuti) bayar : 1) Apabila peserta dalam rentang waktu cuti mendapatkan tahapan pendidikan, maka peserta wajib melunasi premi yang belum terbayar terlebih dahulu baru kemudian bias mendapatkan tahapan pendidikan. 2) Apabila peserta meninggal dunia saat cuti bayar selama masih ada premi Tabarru : (a) Ahli waris menerima santunan kebajikan (b) Nilai tunai (bila masih ada) (c) Tahapan pendidikan tidak berlaku
19 105 b. Mitra Mabrur Firman Allah dalam Alqur an surat Al-Imran (3) ayat 97 Artinya : Dan Allah mewajibkan manusia mengerjakan ibadah haji, yaitu yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Produk Mitra Mabrur dirancang secara khusus untuk memprogram kebutuhan dana saat menunaikan ibadah haji di tanah suci. Menunaikan spiritual ibadah haji adalah melaksanakan rukun islam yang kelima, nyaris menjadi ikhtiar dan impian kita semua. Sayang sekali, bahwa dengan keterbatasan biaya ikhtiar itu kerap hanya berakhir dalam bentuk doa-doa panjang di ujung ibadah kita. Dengan Mitra Mabrur, kita dapat merancang melaksanakan ibadah haji dengan tentram, tanpa khawatir meninggalkan keluarga di rumah. Kini, impian menjadi tamu Allah tidak lagi harus berhenti pada doa. Ciri-Ciri Spesifik dan Manfaat : a. Produk Mitra Mabrur merupakan gabungan antara : 1) Unsur Tabungan 2) Unsur Tolong-menolong ( Ta awun ) b. Premi Mitra Mabrur terdiri dari : 1) Premi Tabungan 2) Premi Tabarru 3) Premi Biaya c. Jangka waktu akad asuransi 1) Paling pendek 5 tahun 2) Maksimal 15 tahun
20 106 d. Umur calon peserta Umur peserta minimal 15 tahun ( dikenakan tabel premi tabarru usia 20 tahun e. Usia non medical maksimal 53 tahun dan dalam kondisi sehat f. Cara membayar premi dibagi menjadi 4 yaitu 1) Sekaligus, minimal manfaat awal sebesar Rp ,- 2) Tahunan, minimal Premi Rp ,- 3) Setengah tahunan, minimal Premi Rp ,- 4) Triwulan, minimal Premi Rp ,- g. Masa Observasi non medical selama 2 (dua) tahun yaitu : 1) Tahun I sebesar NILAI TUNAI + (60% x Santunan Kebajikan) 2) Tahun II sebesar NILAI TUNAI + (80% x Santunan Kebajikan) 3) Tahun III dst sebesar NILAI TUNAI + (80% x Santunan Kebajikan) h. Pembagian keuntungan hasil investasi (Mudharabah) : 1) Untuk Peserta ( Shohibul Mal ) = 70 % 2) Untuk Peserta ( mudharib ) = 30 % i. Masa leluasa (Grace Period) selama satu bulan kalender (30 hari) j. Bila pembayaran premi berhenti maka : 1) Peserta diperbolehkan Cuti Bayar Premi, dan setelah tunggakan selama cuti terbayar maka secara otomatis akad normal kembali 2) Peserta boleh mengambil NILAI TUNAI (Premi Tabungan + Mudharabah) dengan cara : (a) Santunan Kebajikan ( Dana Tolong-menolong ) (b) Premi Tabungan ( setelah dikurangi premi Tabarru ) (c) Bagi Hasil ( Mudharabah ) investasi
21 107 3) Peserta meninggal saat pembayaran premi berhenti ( Lapse), ahli waris menerima warisan : (a) Selama masih ada premi Tabarru (b) Apabila premi Tabarru habis, maka secara otomatis perusahaan akan mengambilkan dari dana tabungan untuk membayar premi Tabarru 4) Peserta masih dijamin proteksinya : 5) Perjanjian (akad) berakhir secara otomatis : Apabila Dana Tabungan telah habis untuk membayar premi Tabarru k. Manfaat Mitra Mabrur 1) Jika peserta panjang umur sampai akad berakhir akan mendapatkan Premi Tabungan Haji Sesuai Rencana Awal meliputi: 2) Jika peserta meninggal dunia dalam masa perjanjian ( akad ) berjalan maka ahli waris mendapatkan Dana Tabungan Haji sampai saat meninggalnya peserta meliputi : (a) Premi Tabungan yang terkumpul (b) Mudharabah ( Bagi Hasil ) (c) Santunan Kebajikan Dana tersebut bisa digunakan ahli waris untuk menunaikan ibadah haji. 3) Jika peserta mengundurkan diri sebelum akad berakhir, peserta memperoleh : (a) Premi Tabungan yang terkumpul (b) Mudharabah (Bagi Hasil) 4) Jika peserta mengambil sebagian nilai tunai untuk pendaftaran ONH (Ongkos Naik Haji) guna mendapatkan kursi di Depag, dengan syarat sebagai berikut : (a) Pengambilan uang tunai sebagian, bila polis telah berjalan 2 (dua) tahun (b) Pengambilan maksimal 50% x nilai tunai
22 108 (c) Pengambilan sebagian nilai tunai, hanya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun (d) Pengambilan sebagian nilai tunai, maksimal dapat dilakukan 3 (tiga) kali selama masa asuransi berjalan (e) Pengambilan sebagian nilai tunai hanya dapat dilakukan pada kantor Debit Penangguhan Polis YBS. (f) Bila pengembalian sebagian nilai tunai dilakukan diluar kantor tagih, harus dimintakan mutasi ke kantor tagih yang lama\ 2. Investasi Jenis investasi perusahaan asuransi sistem syariah, keuangan dikelola sendiri oleh Divisi Syariah (tidak dicampur dengan usaha konvensional), Kep.Dirjen Lembaga Keuangan No.Kep.4499/LK/2000 yaitu berupa: a. Deposito dan sertifikat deposito syariah b. Sertifikat wadi ah bank Indonesia c. Saham syariah yang tercatat di bursa efek d. Obligasi yang tercatat di bursa efek e. Surat berharga syariah yang diterbitkan atau dijamin oleh perusahaan (SUKUK) f. Unit penyertaan reksadana syariah g. Penyertaan langsung syariah h. Bangunan atau tanah dan bangunan untuk investasi i. Pembiayaan kepemilikan tanah dan atau bangunan, kendaraan bermotor dan barang modal dengan skema murabahah (jual beli dengan pembayaran ditangguhkan) j. Pembiayaan modal kerja dengan skema mudharabah (bagi hasil)
23 Mekanisme Pengelolaan Dana Tabarru Berdasarkan hasil wawancara hari senin tanggal 28 maret 2015 dengan ibu Dwi Setianingsih, SE selaku pegawai administrasi dari AJB Bumiputera 1912 Syariah Semarang menyatakan bahwa operasional kerja sehari-hari karyawan mengikuti Standar Operasional Prosedur dari Bumiputera pusat. Standar Operasional Prosedur tersebut terbagi menjadi dua bagian pekerjaan yaitu indoor dan outdoor. Yang termasuk dalam kategori indoor adalah karyawan bagian administrasi, bagian umum, dan lain-lain. Sedangkan outdoor adalah para agen-agen pemasaran dari Bumiputera Syariah itu sendiri. Bahkan, beliau mengatakan, pengelolaan dana dalam arti perhitungan asuransi yang telah ada baik yang masuk atau keluar juga dikelola oleh pusat langsung, sehingga kantor-kantor cabang hanya merupakan pintu gerbang / perantara/ penghubung bagi nasabah dengan AJB Bumiputera 1912 Syariah Pusat. Jadi penjelasan mengenai mekanisme pengelolaan dana hanya diketahui secara umum oleh peneliti, yang akan dipaparkan selanjutnya. Dalam prakteknya, asuransi syariah menerapkan prinsip saling kerjasama dan tolong menolong, jadi jika ada keuntungan akan dibagi rata dan jika ada kerugian maka akan dirasakan bersama. Pada hakekatnya shahibul maal atau nasabah yang membayar premi di asuransi memiliki tujuan untuk memiliki rasa aman jika sewaktuwaktu mereka ditimpa musibah yang entah kapan akan terjadi. Dengan membayarkan premi di asuransi maka nasabah percaya kepada perusahaan asuransi syariah terkait untuk dapat mengelola dana tersebut sehingga jika sewaktu-waktu mereka tertimpa musibah maka mereka dapat terbantu dari perusahaan asuransi syariah.
24 110 Untuk lebih dapat menjelaskan mekanisme pengelolaan dana tabarru asuransi syariah, berikut akan di bahas oleh peneliti tentang mekanisme pengelolaan dana tabarru yang terdapat pada AJB Bumiputera 1912 Syariah: Dari hasil wawancara hari jum at tanggal 21 maret 2015 dengan Ibu Dwi Setianingsih, SE mengatakan bahwa dana tabarru yang ada pada AJB Bumiputra itu dalam investasinya dipisahkan dengan dana lainya. Dana tabarru dikelola sendiri oleh perusahaan dan diinvestasikan ke anak perusahaan yang dimiliki AJB Bumiputra seperti PT. Bumiputera Wisata, PT. Informatics OASE, PT. Bumiputera Mitrasarana, Bumiputera Muda 1967, PT. Mardi Mulyo. Ketika dana tabarru habis maka untuk menanggulangi ketidakcukupan diambilkan dana dari qardh untuk membayar santunan atau klaim yang diajukan oleh peserta. Bantuan dana qardh itu didapatkan dari BI(Hasil wawancara dengan ibu Dwi Setianingsih bagian Administrasi) Adapun salah satu produk yang dimiliki oleh AJB Bumiputera 1912 Syariah adalah Mitra Mabrur atau yang lebih dikenal sebagai asuransi dana haji, atau asuransi tabungan haji. Produk ini merupakan salah satu produk dari AJB Bumiputera 1912 Syariah bagi para calon jamaah haji. Karena pada dasarnya produk ini ditujukan kepada masyarakat yang belum mempunyai dana tunai untuk pemesanan porsi pemberangkatan haji sekaligus menabung untuk diri mereka sewaktu mereka akan berangkat haji serta menjaminkan resiko jiwanya kepada pihak asuransi. Mitra Iqra juga salah satu produk asuransi syariah di AJB Bumiputra Program asuransi pendidikan yang menjamin biaya sekolah anak mulai dari Tanam Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi. Merupakan gabungan antara tabungan dan tolong menolong dalam menanggulangi musibah kematian.
25 111 Salah satu bentuk investasi terbesar yang dilakukan oleh AJB Bumiputera 1912 Syariah adalah investasi dalam bentuk obligasi syariah, sedangkan sebagian kecil di investasikan ke unit usaha syariah lainnya. Investasi tersebut dilakukan oleh satu tim khusus dari AJB Bumiputera 1912 Syariah Pusat, tim tersebutlah yang mengatur dana investasi dan kapan akan berinvestasi. Satu hal yang menjadi catatan bahwa dana yang akan diinvestasikan merupakan kumpulan dana dari semua produk AJB Bumiputera 1912 Syariah. Akan tetapi pembagian hasilnya tetap ada jumlah-jumlah tertentu disetiap produkproduknya, karena ada laporan atau semacam data yang dapat dilihat jumlah dari masing-masing produk dan pembagiannya sesuai dengan melihat data tersebut. Pembagian hasil keuntungan yang akan diperoleh oleh peserta adalah sebesar 70% dan 30% lagi untuk perusahaan. Hal ini menganut system mudharabah yang dianjurkan oleh Islam sebagai ganti system bunga yang mengandung riba. Nasabah memperoleh hak atas bagi hasil tersebut sampai masa kontrak habis yang pada masa akhir kontrak akan ditambah dengan dana tabungan yang telah disetorkan. Sedangkan jika nasabah meninggal dunia sewaktu masa kontrak maka ahli waris nasabah akan memperoleh dana santunan atau "santunan kebajikan" ditambah dengan pembagian hasil keuntungan yang diperoleh perusahaan atas investasinya dan dana tabungan yang telah disetorkan atau nilai tunai. Adapun besaran santunan kebajikan ditetapkan oleh perusahaan diluar bagi hasil keuntungan investasi. Lamanya masa asuransi tergantung dari nasabah, lebih lama masa asuransi maka hasil investasi yang dibagikan juga akan semakin besar. Tabel hasil investasi di lampiran merupakan tabel untuk memudahkan nasabah dalam melihat seberapa besar hasil yang akan didapatkan jika menabung dengan jumlah tertentu selama masa kontrak tiga, empat, lima, atau enam tahun. Sebagai contoh dikaitkan dengan setoran
26 112 di awal yaitu dana tabungan sebesar Rp ,- dengan masa kontrak tujuh belas tahun, maka hasil yang akan didapatkan oleh nasabah adalah Rp ,- (angka yang tercetak tebal). Jadi setoran di awal tergantung dari pemilihan nasabah berkaitan dengan nominal tabungan yang akan disetorkan. Pertanyaan selanjutnya adalah dari manakah dana Rp ,-? Dana tersebut didapatkan atas pembagian hasil investasi yang dilakukan oleh perusahaan ditambah dengan dana tabungan yang telah disetorkan. Perhitungan lebih rinci dapat dilihat pada tabel yang ada di bawah table hasil investasi. Asumsi yang digunakan pada ilustrasi di lampiran adalah tingkat hasil investasi yang didapatkan perusahaan adalah 11%, angka tersebut tidaklah tetap tergantung dari pengelolaan dana tersebut, bisa jadi tingkat hasil investasi lebih tinggi dari 11% atau bahkan lebih rendah. Pada tabel perhitungan terdapat akumulasi premi, yaitu dana tabungan kotor yang dibayarkan kepada AJB Bumiputera 1912 Syariah. Pada tahun pertama terdapat angka Rp ,-. Angka ini didapatkan dari pembayaran dana tabungan Rp ,-/3bulan dikali setahun, sehingga muncul angka Rp ,-. Begitu juga tahun kedua dan seterusnya adalah akumulasi dana premi yang telah dibayarkan. Kemudian ada istilah tabarru, yaitu dana yang sifatnya seperti infaq untuk membantu nasabah lain yang membutuhkan, dana tabarru inilah sumber dari santunan kebajikan jika ada klaim meninggal dunia. Jumlah Dana tabarru didapat dari premi yang disetahunkan dikalikan iuran tabarru. Dana investasi adalah bagian kontribusi yang merupakan dana tabungan peserta yang dikelola oleh perusahaan. Sebagai contoh pada tahun pertama dana tabungan kotor dikurangi dengan biaya premi dan dana tabarru.
27 113 Tahun pertama = Rp Rp Rp = Rp Tahun kedua = Rp Rp Rp = Rp Jadi akumulasi di tahun kedua dana tabungan bersih adalah Rp ditambah Rp sehingga menjadi Rp Kolom berikutnya adalah kolom tabungan, kolom ini adalah dana tabungan bersih. Kolom tabungan merupakan dana tabungan kotor yang telah dibayarkan oleh nasabah kemudian dipotong dengan biaya premi satu tahun dan dana tabarru. Kolom mudharabah adalah kolom dimana bagi hasil keuntungan investasi yang diberikan kepada nasabah. Angka yang tertera tersebut ditetapkan oleh perusahaan yang perhitungannya juga dilakukan oleh AJB Bumiputera 1912 Syariah Pusat. Kolom selanjutnya adalah santunan kebajikan, yaitu dana santunan yang diberikan jika nasabah meninggal dunia, akan tetapi bukan hanya santunan kebajikan saja akan tetapi juga ditambahkan dengan nilai tunai sehingga muncul angka yang ada pada kolom klaim meninggal. Sedangkan nilai tunai adalah jumlah antara tabungan bersih dengan bagi hasil keuntungan perusahaan yang didapatkan oleh nasabah. Dari perhitungan-perhitungan pada tabel perhitungan tersebut maka akan diperoleh hasil investasi jika tidak ada klaim meninggal dunia sebesar yang ada pada kolom nilai tunai. Jika nasabah tetap hidup sampai masa kontrak tujuh belas tahun selesai maka nasabah akan mendapatkan nilai tunai sebesar Rp ,- Sebagaimana telah penulis kemukakan dalam bab III, Asuransi Syari ah Bumiputera Cabang Semarang merupakan salah satu instansi asuransi syari ah yang ada di Semarang yang dalam kinerjanya sesuai dengan sistem syari ah dan dapat menegakkan ekonomi Islam serta produk-produk yang ada di Asuransi Syari ah Bumiputera Cabang Semarang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
28 114 Dan mengenai penerapan fatwa Dewan Syari ah Nasional Majelis Ulama Indonesia tentang Pedoman Umum Asuransi Syari ah yang berkenaan dengan asuransi syari ah serta prinsip-prinsip asuransi syari ah di Asuransi Syari ah Bumiputera Cabang Semarang masih belum sempurna atau masih dalam tahap penyempurnaan, mengingat Asuransi Syari ah Bumiputera Cabang Semarang masih dikategorikan perusahaan baru. Dasar hukum dari kontrak asuransi syariah adalah ayat al-qur an, hadist dan sangat menjaga transaksi dari unsur riba, judi(maisir), larangan gharar (ketidakpastian). Akad dalam muamalah dan juga dalam asuransi secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu akad tijarah dan akad tabarru. Dalam hal pembayaran klaim semua memakai reimbursement adalah sistem pelayanan dimana peserta harus membayar terlebih dahulu seluruh biaya yang dikeluarkan dan kemudian mengajukan klaim untuk penggantian biaya tersebut kepada perusahaan. Dalam asuransi jiwa bumiputera syariah dan konvensional terdapat persamaan seperti dalam prinsip- prinsip universal seperti kejujuran, tolongmenolong, keadilan bekerjasama, amanah, kerelaan tanpa ada paksaan bertanggung jawab, akan tetapi ada juga perbedaan tersebut adalah dalam pengawasan asuransi syariah dilakukan oleh dewan syariah nasional, dalam asuransi konvensional tidak ada, dalam asuransi syariah investasi dana dengan sistem bagi hasil dan kepemilikan dana adalah milik peserta akan tetapi dalam asuransi konvensional dengan sistem bunga dan kepemilikan, pengelolaan dan investasi dana sepenuhnya milik perusahaan.
Unsur Fatwa Ketentuan dalam fatwa Implementasi di AJB tijarah tabarru
Asuransi Syariah (Ta min, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan / atau tabarru yang memberikan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. A. Pengelolaan dana tabarru pada AJB Bumiputra 1912 kantor cabang
52 BAB IV ANALISIS A. Pengelolaan dana tabarru pada AJB Bumiputra 1912 kantor cabang syariah di Semarang Berikut ini akan dijelaskan pengelolaan dana tabarru yang terdapat pada AJB Bumiputera Unit Syariah
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Praktik dari Produk Asuransi Pendidikan Mitra Iqra dan Asuransi Haji
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Praktik dari Produk Asuransi Pendidikan Mitra Iqra dan Asuransi Haji Mitra Mabrur di AJB Bumiputera Syariah cabang Sidoarjo AJB Bumiputera syariah menawarkan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS SISTEM BAGI HASIL PRODUK ASURANSI HAJI MITRA MABRUR. A. Pembiayaan Dana Haji Mitra Mabrur AJB Bumiputera 1912 Syari ah
BAB IV ANALISIS SISTEM BAGI HASIL PRODUK ASURANSI HAJI MITRA MABRUR A. Pembiayaan Dana Haji Mitra Mabrur AJB Bumiputera 1912 Syari ah Setiap umat Islam dimanapun berada tidak ada yang tidak rindu untuk
Lebih terperinciBAB III MEKANISME PENGELOLAAN DANA TABARRU. A. Gambaran Umum AJB Bumiputra 1912 Wilayah Syariah Semarang. 1. Sejarah Singkat AJB Bumiputa 1912
BAB III MEKANISME PENGELOLAAN DANA TABARRU A. Gambaran Umum AJB Bumiputra 1912 Wilayah Syariah Semarang 1. Sejarah Singkat AJB Bumiputa 1912 Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera adalah Perusahaan Asuransi
Lebih terperinciAsuransi Syariah. Insurance Goes To Campus. Oleh: Subchan Al Rasjid. Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 17 Oktober 2013
Insurance Goes To Campus Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 17 Oktober 2013 Asuransi Syariah Oleh: Subchan Al Rasjid Sharia Division Sharia - Marketing Manager PT. BNI Life Insurance Pengertian Asuransi-text
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi. Tidak hanya untuk kepentingan pribadi dan keluarga, tetapi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asuransi sebagai salah satu lembaga keuangan non bank yang bergerak dalam bidang usaha (bisnis) pengelolaan atau penanggulangan risiko, pada hakikatnya bertujuan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Operasional Produk Mitra Mabrur Plus. masyarakat sebagai calon peserta asuransi.
BAB V PEMBAHASAN A. Operasional Produk Mitra Mabrur Plus Sebagai sebuah perusahaan asuransi, maka asuransi syariah menawarkan produk-produk perasuransiannya. Produk asuransi yang dimaksud di sini adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan Industri Asuransi Jiwa Di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan industri asuransi jiwa di Indonesia berkembang cukup pesat dan memainkan peranan yang cukup besar dalam perekonomian di Indonesia dewasa ini. Seiring dengan
Lebih terperinciPT PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE KONSEP SYARIAH
PT PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE KONSEP SYARIAH Always Listening, Always Understanding 10 PENGENALAN SYARIAH Syariah Syariah = Undang-undang Islam Definisi : Jalan yang lurus Sumber : Al Quran (45:18) ~ kemudian
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. Dari uraian pembahasan diatas, maka peneliti menyimpulkan dari hasil
158 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian pembahasan diatas, maka peneliti menyimpulkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Asuransi Bumiputera Syariah dan Asuransi Manulife Syariah Kantor
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO A. Aplikasi Akad Mura>bah}ah pada Pembiayaan di BMT UGT Sidogiri Cabang Larangan
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI JIWA AKIBAT TERTANGGUNG BUNUH DIRI
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI JIWA AKIBAT TERTANGGUNG BUNUH DIRI (studi tentang ketentuan yang berlaku pada PT. Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Surabaya) A. Analisis Hukum
Lebih terperinciSALINAN NOMOR 18 /PMK.010/2010 TENTANG PENERAPAN PRINSIP DASAR PENYELENGGARAAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN NOMOR 18 /PMK.010/2010 TENTANG PENERAPAN PRINSIP DASAR PENYELENGGARAAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. A. Pelaksanaan Akad Tabarru Pada PT. Asuransi Takaful Keluarga
91 BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Akad Tabarru Pada PT. Asuransi Takaful Keluarga Bandar Lampung Harta Hak milik dalam arti sebenarnya tidak hanya sekedar aset biasa, akan tetapi memiliki arti yang sangat
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian serta analisis hasil penelitian yang telah dikemukakan
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian serta analisis hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bagian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Konsep
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. setiap manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari risiko, bahaya atau kerugian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asuransi merupakan salah satu lembaga yang memiliki peran penting, karena setiap manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari risiko, bahaya atau kerugian material dan
Lebih terperinciBAB III DATA PENELITIAN
BAB III DATA PENELITIAN A. Sejarah Berdiri dan Perkembangannya Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera Syari ah adalah Perusahaan Asuransi Jiwa Nasional milik Bangsa Indonesia yang pertama dan tertua. Didirikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan investasi yang di selenggarakan sesuai dengan syariah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuransi syariah merupakan prinsip perjanjian berdasarkan hukum islam antara perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi dengan pihak lain, dalam menerima amanah
Lebih terperinciPedoman Umum Asuransi Syariah
Halal Guide.INFO Guide to Halal and Islamic Lifestyle Pedoman Umum Asuransi Syariah Kontribusi dari Administrator Sunday, 16 April 2006 Terakhir kali diperbaharui Saturday, 22 April 2006 Fatwa Dewan Syari'ah
Lebih terperinciBAB 4 PEMBAHASAN. kontribusi yang dibayarkan oleh peserta, dana investasi dari akad mudharabah, hasil
BAB 4 PEMBAHASAN Dalam penelitian ini peneliti akan membahas mengenai evaluasi atas dana kontribusi yang dibayarkan oleh peserta, dana investasi dari akad mudharabah, hasil investasi yang menggunakan dana
Lebih terperinciSharing (berbagi resiko). Cara pembayarannya sesuai dengan kebutuhan
62 BAB IV ANALISIS FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO. 81/DSN- MUI/III/2011 TERHADAP MEKANISME PENGEMBALIAN DANA TABARRU BAGI PESERTA YANG BERHENTI SEBELUM MASA PEMBAYARAN BERAKHIR PADA PRODUK PRULINK SYARIAH
Lebih terperinciBAB IV. oleh Baitul mal wat Tamwil kepada para anggota, yang bertujuan agar anggota
BAB IV PRODUK SANTUNAN MUAWANAH BMT UGT SIDOGIRI DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN KEPMEN NO 91 TAHUN 2004 (PETUNJUK KEGIATAN KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH) 1. Analisis Produk Santunan Muawanah dan Asuransi
Lebih terperinciBAB 1V REASURANSI PADA TABUNGAN INVESTASI DI BANK SYARIAH BUKOPIN SIDOARJO DITINJAU DARI HUKUM ISLAM
BAB 1V REASURANSI PADA TABUNGAN INVESTASI DI BANK SYARIAH BUKOPIN SIDOARJO DITINJAU DARI HUKUM ISLAM A. Aplikasi Reasuransi pada Tabungan Investasi di Bank Syariah Bukopin Sidoarjo PT Bank Syariah Bukopin
Lebih terperinci) **+*&,'**- *** *.'/ %$!. 01&2*3+*&41&**5$ (+2 Hai orang-orang yang beriman tunaikanlah akad-akad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yan
DEWAN SYARI AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 21/DSN-MUI/X/2000 Tentang PEDOMAN UMUM ASURANSI SYARI AH Dewan Syari ah Nasional, setelah Menimbang : a. bahwa dalam menyongsong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2014, hlm.viii. 2 Nurul Ichsan Hasan, Pengantar Perbankan Syariah, Gaung Persada Pers Group, Cet ke-1, Jakarta, 2014, hlm.100.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Umat Islam pada zaman sekarang ini semakin bersemangat untuk merealisasikan syariat di dalam kehidupan mereka sehingga dapat sesuai dengan tuntutan al-qur an dan al-sunnah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih lagi menyangkut lembaga perekonomian umat Islam. Hal ini karena agama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Islam sebagai ajaran rahmatan lil `alamin, pada dasarnya membuka peluang kepada siapapun untuk mengembangkan usaha di bidang perekonomian, lebih lagi menyangkut
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran : Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah.
LAMPIRAN Lampiran : Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah. FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 Tentang PEDOMAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jadi wajar jika terjadinya sesuatu di masa datang hanya dapat direkayasa semata.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kita sebagai manusia tak seorang pun mengetahui tentang apa yang akan terjadi di masa datang secara sempurna walaupun menggunakan berbagai alat analisis. Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alat analisis. Hal ini disebabkan karena di masa datang penuh dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita sebagai manusia tidak seorangpun mengetahui tentang apa yang akan terjadi di masa datang secara sempurna walaupun menggunakan berbagai alat analisis. Hal ini
Lebih terperinciBAB IV. IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI No 52/DSN-MUI/III/2006 TENTANG AKAD WAKALAH BIL UJRAH PADA ASURANSI MOBIL
BAB IV IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI No 52/DSN-MUI/III/2006 TENTANG AKAD WAKALAH BIL UJRAH PADA ASURANSI MOBIL DI PT ASURANSI SINAR MAS SYARIAH PEKALONGAN Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai akad yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menghadapi ancaman yang sama (Alfred Manes, 1930). sesungguhnya asuransi bertujuan memberikan perlindungan (proteksi) atas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jika rumusan ekonomi secara singkat sebagai ilmu tentang usaha manusia mencari kepuasan memenuhi kebutuhannya menuju kesejahteraan, maka jelas, bahwa asuransi yang bertujuan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Pada bagian ini penulis akan menyajikan kesesuaian praktik akad asuransi
140 BAB V PEMBAHASAN Pada bagian ini penulis akan menyajikan kesesuaian praktik akad asuransi syariah pada Asuransi Bumiputera Syariah dan Asuransi Manulife Syariah Kantor Unit Pemasaran Tulungagung dengan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA
BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA A. Mudharabah 1. Pengertian Mudharabah Mudharabah atau yang disebut juga dengan qirad adalah suatu bentuk akad kerja sama antara
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. syariah yaitu Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Keberadaaan prinsip indemnitas pada asuransi syariah sesuai dengan ketentuan hukum Islam. Hal ini berdasarkan fatwa-fatwa yang terkait dengan asuransi syariah yaitu Fatwa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Analisis Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut
Lebih terperinciPRAKTIK ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJELIS ULAMA INDONESIA DAN KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH
0 PRAKTIK ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJELIS ULAMA INDONESIA DAN KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH (Studi Multi Situs pada Asuransi Bumiputera Syariah dan Asuransi Manulife
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN SISTEM MUD{A>RABAH MUSYA>RAKAH PADA PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SURABAYA
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN SISTEM MUD{A>RABAH MUSYA>RAKAH PADA PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SURABAYA A. Analisa Terhadap Penerapan Sistem Mud{a>rabah Musya>rakah Pada PT. Asuransi
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN SISTEM MUD{A>RABAH MUSYA>RAKAH PADA PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SURABAYA
BAB III PELAKSANAAN SISTEM MUD{A>RABAH MUSYA>RAKAH PADA PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SURABAYA A. PENJELASAN SINGKAT TENTANG PT. ASURANSI TAKAFUL SURABAYA 1. Sejarah berdirinya PT. Asuransi Takaful Keluarga
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, definisi asuransi adalah:
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Asuransi Syariah II.1.1. Pengertian Asuransi Sesuai dengan ketetapan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, definisi asuransi adalah:
Lebih terperinciDan tolong-menolonglah dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kep
DEWAN SYARI AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 39/DSN-MUI/X/2002 Dewan Syari ah Nasional, setelah Tentang ASURANSI HAJI Menimbang : a. bahwa perjalanan haji mengandung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan ekonomi Islam di Indonesia semakin lama semakin mendapatkan perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyak
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH A. Analisis Terhadap Klaim Asuransi Dalam Akad Wakalah Bil Ujrah. Klaim adalah aplikasinya oleh peserta untuk memperoleh
Lebih terperinciAKUNTANSI ASURANSI SYARIAH. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.
AKUNTANSI ASURANSI SYARIAH Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si. Pengertian Asuransi Syariah Asuransi dalam bahasa Arab disebut At ta min yang berasal dari kata amanah yang berarti memberikan perlindungan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Asuransi pada dasarnya merupakan persiapan yang dibuat oleh sekelompok orang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuransi pada dasarnya merupakan persiapan yang dibuat oleh sekelompok orang yang masing-masing menghadapi kerugian kecil sebagai sesuatu yang tidak dapat diduga. Apabila
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA A. Analisis Hukum Islam Terhadap Praktik Pemberian Komisi Kepada
Lebih terperinciMAPPING PERBANDINGAN KHES FATWA DSN-MUI
MAPPING PERBANDINGAN KHES FATWA DSN-MUI NO URAIAN PASAL/AYAT KHES KOMENTAR 1. Pasal 20 ayat 6 LKS dalam pembiayaan murabahah Murabahah adalah pembiayaan berkedudukan sebagai penjual bukan saling menguntungkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hukum Islam yang menjadi bagian tak terpisahkan dari agama Islam
BAB I PENDAHULUAN Hukum Islam yang menjadi bagian tak terpisahkan dari agama Islam merupakan hukum yang secara empirik hidup dalam masyarakat Indonesia (the living law) sejak masuknya Islam ke Nusantara.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah sebagai penuntun memiliki daya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah sebagai penuntun memiliki daya jangkau dan daya atur yang universal, artinya meliputi segenap aspek kehidupan umat manusia dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) sebagai lembaga keuangan mikro syariah mempunyai peran yang cukup penting dalam mengembangkan aspek-aspek produksi dan investasi untuk meningkatkan
Lebih terperinciAKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH
AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH SESI 11: Akuntansi Pengelola Dana Asuransi Syariah Achmad Zaky,MSA.,Ak.,SAS.,CMA.,CA 2 DEFINISI : FATWA DSN NO 21/DSN-MUI/X/2001 TENTANG PEDOMAN UMUM ASURANSI SYARIAH Asuransi
Lebih terperinci4. Firman Allah SWT tentang perintah untuk saling tolong menolong dalam perbuatan positif, antara lain QS. al- Ma idah [5]: 2:./0*+(,-./ #%/.12,- 34 D
DEWAN SYARI AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 31/DSN-MUI/VI/2002 Dewan Syari ah Nasional, setelah Tentang PENGALIHAN HUTANG Menimbang : a. bahwa salah satu bentuk jasa
Lebih terperincib. Undang-undang RI. Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. c. Surat dari PT. Danareksa Investment Management, nomor S-09/01/DPS- DIM. d. Pendapat pe
DEWAN SYARI AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 20/ DSN-MUI/IX/2000 Tentang PEDOMAN PELAKSANAAN INVESTASI UNTUK REKSA DANA SYARIAH Dewan Syari ah Nasional, setelah Menimbang
Lebih terperinciFATWA DSN MUI. Fatwa DSN 01/DSN-MUI/IV/2000: Giro. 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syari'ah, yaitu giro yang berdasarkan perhitungan bunga.
FATWA DSN MUI Fatwa DSN 01/DSN-MUI/IV/2000: Giro Pertama: Giro ada dua jenis: 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syari'ah, yaitu giro yang berdasarkan perhitungan bunga. 2. Giro yang dibenarkan secara
Lebih terperinciPrinsip Syariah pada Pasar Keuangan October Bagaimana cara mengembangkan pasar?
Prinsip Syariah pada Pasar Keuangan Iwan P. Pontjowinoto Pasar & Pasar Keuangan Apa itu pasar? Bagaimana cara mengembangkan pasar? Apa itu pasar ikan? Apa itu pasar tekstil? Apa itu Pasar Senen? Apakah
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian a) Implementasi Akad Murabahah Di Indonesia, aplikasi jual beli murabahah pada perbankan syariah di dasarkan pada Keputusan Fatwa Dewan Syariah
Lebih terperinciBAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1
BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1 5.1. Dewan Pengawas Syariah Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah dewan yang melakukan pengawasan terhadap prinsip syariah dalam kegiatan usaha lembaga
Lebih terperinciOTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 69 /POJK.05/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN REASURANSI,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Risiko akan selalu ada dan mengikuti kehidupan manusia. Salah satu. pembangunan, terbakarnya bangunan dan lain sebagainya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Risiko akan selalu ada dan mengikuti kehidupan manusia. Salah satu risiko yang kerap terjadi dan menimpa kehidupan manusia adalah terkait harta benda. Adapun
Lebih terperinci$!%#&#$ /0.#'()'*+, *4% :;< 63*?%: #E Orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
DEWAN SYARI AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 32/DSN-MUI/IX/2002 Dewan Syari ah Nasional, setelah Tentang OBLIGASI SYARIAH Menimbang : a. bahwa salah satu bentuk instrumen
Lebih terperinciBAB IV. Prudential Life Assurance Kantor Agency Cabang Kudus 1 yaitu PRUlink. Syariah Assurance Account (PAA Syariah) dan PRUlink syariah investor
53 BAB IV ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM ASURANSI PRUSYARIAH DALAM PERSPEKTIF PEMEGANG POLIS PADA PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE KANTOR AGENCY CABANG KUDUS 1 A. Analisis Diferensiasi Produk Dari
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penerapan Prinsip Syariah Dalam Akad/Kontrak Pada Asuaransi. Jiwa Bersama (AJB) Syariah Cabang Yogyakarta.
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Penerapan Prinsip Syariah Dalam Akad/Kontrak Pada Asuaransi Jiwa Bersama (AJB) Syariah Cabang Yogyakarta. Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera syariah, dalam akad dijelaskan
Lebih terperinciBAB III. BUMIPUTERA SYARI'AH 1912 Cab. SIDOARJO A. MEKANISME AJB BUMIPUTERA SYARIAH 1912 CABANG SIDOARJO
BAB III DANA TABARRU' PADA PENGELOLAAN DANA PESERTA (PREMI) DI AJB BUMIPUTERA SYARI'AH 1912 Cab. SIDOARJO A. MEKANISME AJB BUMIPUTERA SYARIAH 1912 CABANG SIDOARJO 1 Sejarah Berdirinya AJB Bumiputera Syari'ah
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang
BAB II DASAR TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Bank Syariah Bank Syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang operasional dan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS WADI< AH MUD{A>RABAH TERHADAP BONUS HAJI GRATIS PADA PT. ANUGERAH NUR NABAWI JOMBANG
BAB IV ANALISIS WADI< AH MUD{A>RABAH TERHADAP BONUS HAJI GRATIS PADA PT. ANUGERAH NUR NABAWI JOMBANG A. ANALISIS TENTANG APLIKASI BONUS HAJI GRATIS PADA PT. ANUGERAH NUR NABAWI JOMBANG Bonus Haji gratis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian di Indonesia dewasa ini menunjukkan perkembangannya yang cukup pesat. Hal itu terlihat dengan adanya lembaga keuangan yang bermunculan baik itu
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN
BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Pada bab ini, penulis akan menjabarkan mengenai hasil analisa yang telah dilakukan terhadap objek penelitian mengenai perlakuan akuntansi terhadap pendapatan kontribusi yang
Lebih terperinciUsulan Penelitian Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi
NASKAH PUBLIKASI ANALISIS PENGELOLAAN DANA SIMPANAN SYARI AH ANGGOTA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TAHUN 2015 (STUDI KASUS DI KJKS BMT SURYA MADANI BOYOLALI) Usulan Penelitian Diajukan Untuk Memperoleh
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Pengertian bank menurut UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagai mana diubah dengan UU No. 10 tahun 1998 : a. Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut
Lebih terperinciPOLIS ASURANSI DEMAM BERDARAH SYARIAH
POLIS ASURANSI DEMAM BERDARAH SYARIAH Bahwa Peserta telah mengajukan suatu permohonan tertulis yang menjadi dasar dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari Polis ini, Pengelola akan membayar santunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan khususnya kehidupan ekonomi sangat besar baik itu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini bahaya kerusakan dan kerugian adalah kenyataan yang harus dihadapi manusia di dunia. Sehingga kemungkinan terjadi risiko dalam kehidupan khususnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada saat ini umat Islam dihadapkan pada persoalan-persoalan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini umat Islam dihadapkan pada persoalan-persoalan ekonomi kontemporer, akibat dari perkembangan peradaban manusia dan iptek (ilmu pengetahuan dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme Produk SI RELA AULIA di KSPPS BMT Amanah Usaha Mulia (AULIA) Magelang. 1 1. Mekanisme Pembukaan Rekening Tabungan SI RELA AULIA. Langkah pertama dalam
Lebih terperinciPrinsip Sistem Keuangan Syariah
TRANSAKSI SYARIAH 1 Prinsip Sistem Keuangan Syariah 1. Pelarangan Riba 2. Pembagian Risiko 3. Tidak menganggap Uang sebagai modal potensial 4. Larangan melakukan kegiatan spekulatif 5. Kesucian Kontrak
Lebih terperinciPerbedaan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional
Perbedaan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional Konsep & Sistem Perbankan Fungsi Bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat lain yang memerlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis yang melanda dunia perbankan Indonesia sejak tahun 997 telah menyadarkan semua pihak bahwa perbankan dengan sistem konvensional bukan merupakan satu-satunya
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. kepastian dana pendidikan anak sesuai rencana untuk setiap cita-cita yang
8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tabungan ib Pendidikan 1. Pengertian Tabungan ib Pendidikan Tabungan ib Pendidikan merupakan jenis tabungan berjangka dengan potensi bagi hasil yang kompetitif guna memenuhi
Lebih terperinciPrinsip prinsip Islam
Bank Syariah Lembaga perbankan yang menggunakan sistem dan operasional berdasarkan prinsip hukum atau syariah Islam yang secara utuh dan total menghidari riba seperti diatur dalam Alquran dan Hadist Sesuai
Lebih terperinciSOAL DAN JAWABAN AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH
SOAL DAN JAWABAN AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH Guru Pembimbing Kelas : Nur Shollah, SH.I : SMK XI Pilihan Ganda : Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat! 1. Perintah Allah tentang praktik akuntansi
Lebih terperinciBAB 3 OBJEKPENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menitikberatkan objek penelitian pada
BAB 3 OBJEKPENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menitikberatkan objek penelitian pada pengakuan pendapatan, hasil investasi dan beban pada asuransi jiwa PT. AJB Bumiputera 1912,
Lebih terperinciJenis jenis akad yang akan digunakan di takaful dalam rangka mengeliminir adanya gharar dan maisir adalah :
4. Akad Tabarru Tabarru artinya dana kebajikan; seperti yang telah dijelaskan di depan bahwa akad merupakan salah satu permasalahn pokok yang masih dipersoalkan sebagian besar ulama diasuransi kompensional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem keuangan syariah merupakan subsistem dari sistem ekonomi syariah. Ekonomi syariah merupakan bagian dari sistem ekonomi Islam secara keseluruhan. Dengan demikian,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Deposito 1. Pengertian Deposito Secara umum, deposito diartikan sebagai simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut
Lebih terperinciBAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP DISKON PEMBELIAN BARANG DALAM TRANSAKSI MURA>BAH}AH DI BMT MANDIRI SEJAHTERA JL. RAYA SEKAPUK KECAMATAN UJUNG PANGKAH KABUPATEN GRESIK A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul maal wat tamwil
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul maal wat tamwil Koperasi syariah yang lebih dikenal dengan nama KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah) dan UJKS (Unit Jasa
Lebih terperinciMusha>rakah di BMT MUDA Kedinding Surabaya
BAB IV ANALISIS FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO: 08/DSN-MUI/IV/2000 TERHADAP PENANGGUNGAN RISIKO OLEH NASABAH DALAM AKAD PEMBIAYAAN MUSHᾹRAKAH DI BMT MUDA KEDINDING SURABAYA A. Analisis Aplikasi Penanggungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Dewasa ini, perkembangan perekonomian masyarakat dalam skala makro dan mikro, membuat lembaga keuangan khususnya lembaga keuangan syariah bersaing untuk mendapatkan
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR Desentralisasi/ Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi
LAPORAN AKHIR Desentralisasi/ Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Urgensi Sertifikasi Kelembagaan Asuransi Syariah (Takaful) Dalam Rangka Perlindungan Hukum Nasabah Tahun ke 1 dari Rencana 2 Tahun Dr.
Lebih terperinciperbankan di Indonesia menganut dual banking system yaitu perbankan konvensional dan
Latar Belakang Fenomena meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap keberadaan sistem perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah mendapat respon positif dari pemerintah dengan dikeluarkannya UU Nomor
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG POLIS ASURANSI JIWA DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH PRODUK UNIT LINK SYARIAH
Destri Budi Nugraheni dan Haniah Ilhami Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Jl. Socio Justicia No.1 Bulaksumur, Sleman Yogyakarta PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG POLIS ASURANSI JIWA DALAM AKAD WAKALAH
Lebih terperinci4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah [2]: 275: &$!%#*#$ 234 +#,-.,(/01 '() )5'(2%6.789:;<= & #AB7CDE3" Orang yang makan (mengambil) riba ti
DEWAN SYARI AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 30/DSN-MUI/VI/2002 Tentang PEMBIAYAAN REKENING KORAN SYARI AH Dewan Syari ah Nasional, setelah Menimbang : a. bahwa salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hakikat kehidupan manusia tidak dapat terlepaskan dari risiko. Risiko
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hakikat kehidupan manusia tidak dapat terlepaskan dari risiko. Risiko dapat terjadi pada perseorangan maupun kelompok organisasi atau perusahaan. Setiap tahap
Lebih terperinci4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah (2): dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba Firman Allah SWT QS. al-baqarah (2):27
DEWAN SYARI AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 38/DSN-MUI/X/2002 Tentang SERTIFIKAT INVESTASI MUDHARABAH ANTAR BANK (SERTIFIKAT IMA) Dewan Syari ah Nasional, setelah
Lebih terperinciPedoman Pelaksanaan Reksadana Syariah
Pedoman Pelaksanaan Reksadana Syariah Kontribusi dari Administrator Sunday, 16 April 2006 Terakhir kali diperbaharui Saturday, 22 April 2006 Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle Fatwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konvensional. Namun, orang awam dan orang-orang mengenal bank syari ah dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidak dapat dibantah, bahwa bank syariah tidaklah sama dengan bank konvensional. Namun, orang awam dan orang-orang mengenal bank syari ah dari kulit saja, selalu berpandangan,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA
59 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA Lembaga-lembaga keuangan muncul karena tuntutan obyek yang berlandaskan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penentuan Nilai Tunai Pada Asuransi Jiwa Unit Link Konvensional (PRU
1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penentuan Nilai Tunai Pada Asuransi Jiwa Unit Link Konvensional (PRU Link Assurance Account) PRU Link Assurance Account (PAA) adalah produk unit link yang ditawarkan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENERAPAN AKAD MUDHARABAH SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PRODUK PENGHIMPUNAN DANA DI BANK SYARI AH MANDIRI KUDUS
81 BAB IV ANALISIS PENERAPAN AKAD MUDHARABAH SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PRODUK PENGHIMPUNAN DANA DI BANK SYARI AH MANDIRI KUDUS A. Analisis Penerapan Akad Mudharabah Terhadap Produk Penghimpunan Dana Di
Lebih terperinciBAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO.
BAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO.15/DSN-MUI/IX/2000 A. Analisis Kesesuaian Metode Perhitungan Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah
Lebih terperinci