PERANCANGAN DAN VALIDASI DC-LISN (LINE IMPEDANCE STABILIZATION NETWORK) UNTUK PENGUJIAN CONDUCTED EMISSION PADA DC-SIDE POWER INVERTER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANCANGAN DAN VALIDASI DC-LISN (LINE IMPEDANCE STABILIZATION NETWORK) UNTUK PENGUJIAN CONDUCTED EMISSION PADA DC-SIDE POWER INVERTER"

Transkripsi

1 PERANCANGAN DAN VALIDASI DC-LISN (LINE IMPEDANCE STABILIZATION NETWORK) UNTUK PENGUJIAN CONDUCTED EMISSION PADA DC-SIDE POWER INVERTER Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian LIPI Kawasan PUSPIPTEK Gedung 417, Tangerang Selatan, Banten, Indonesia INTISARI Telah dilakukan perancangan serta validasi sebuah DC-LISN sebagai alat bantu pengujian conducted emission pada DC-side power inverter. Karena transformasi DC ke AC berlangsung sangat cepat dengan switching semikonduktor maka menyebabkan interferensi yang kuat dalam rentang frekuensi radio. Oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran level interferensi yang dihasilkan inverter tersebut sebagaimana dipersyaratkan dalam standard CISPR 11:2015 yaitu pengujian conducted emission untuk DC side power inverter. Dari hasil pengukuran serta simulasi diperoleh nilai yang sesuai dengan yang dipersyaratkan standard acuan yaitu CISPR dan ANSI C-63.4 : 2009, nilai tersebut merupakan nilai dari beberapa parameter yang ada dalam standard (isolasi, insertion loss serta impedansi). Artinya nilai tersebut masih dalam toleransi sehingga DC-LISN ini kedepanya bisa digunakan untuk pengembangan metode uji conducted emission sesuai CISPR 11 : 2015 Kata Kunci: Conducted emission, DC-LISN, power inverter ABSTRACT A DC-LISN for conducted emission test on DC-side power inverter has been designed and validated. DC to AC conversion that employs switching method generates strong interfering signals in radio frequency range. Therefore it is necessary to measure the generated inteference level of such inverters, as it required in the conducted emission test on DC-side power inverter in CISPR 11:2015. DC-LISN is one of the instruments needed in the conducted emission test. Simulation and measurements have been done to evaluate the parameters of the designed DC- LISN as required by CISPR and ANSI C-63.4:2009, i.e. isolation, insertion loss, and impedance. It s mean that the value is within tolerance, so the next this DC-LISN can be used for development of conducted emission testing method in accordance with CISPR 11 : 2015 Keywords: Conducted emission, DC-LISN, power inverter 1. PENDAHULUAN Tegangan keluaran yang dihasilkan dari photovoltaic merupakan tegangan DC (direct current) sehingga memerlukan piranti tambahan untuk mengubahnya menjadi tegangan AC (alternating current), piranti tambahan tersebut adalah inverter. Inverter merupakan perangkat listrik yang berfungsi untuk mengubah arus listrik searah (direct

2 current) menjadi arus listrik bolak-balik (alternating current). Dalam pengoperasiannya, inverter mampu mengkonversi arus DC 12/24 volt yang biasanya berasal dari baterai ataupun panel solar cell (photovoltaic) menjadi arus AC 220 volt setara dengan listrik PLN. Output dari inverter merupakan tegangan AC yang berbentuk gelombang sinus (sine wave), gelombang kotak (square wave) maupun sine wave modified atau gelombang sinus modifikasi seperti ditunjukkan oleh gambar 1. Melihat beberapa uraian diatas maka inverter merupakan salah satu bagian penting pada sistem photovoltaic. Gambar 1. Bentuk Gelombang pada Output Inverter Pada inverter, transformasi dari DC ke AC berlangsung sangat cepat karena dalam sistem inverter menggunakan switching dari perangkat semikonduktor dengan lebar pulsa puluhan kilohertz. Hal ini mengakibatkan adanya interferensi yang kuat dalam rentang frekuensi radio pada AC line maupun DC line, gelombang elektromagnetik yang terpancar secara konduksi (conducted emission) ini akan menimbulkan gangguan pada peralatan elektronik yang tersambung ke inverter tersebut karena berada dalam satu line [1]. Sebagaian besar inverter yang sekarang ini tersedia di pasar menghasilkan sinyal pada frekuensi radio melebihi batas yang diijinkan [2], untuk mengetahui gangguan pada DC line sebuah inverter, maka dilakukan pengujian conducted emission berdasarkan standard yaitu CISPR 11 : 2015 dalam rentang frekuensi 150 khz sampai dengan 30 MHz. Dalam pengujian conducted emission, salah satu piranti penting dalam sistem tersebut adalah LISN (line impedance stabilization network). LISN merupakan low pass filter yang ditempatkan antara AC/DC power supply dengan EUT (equipment under test) yang berfungsi untuk memfilter sinyal yang tidak diinginkan dari power supply dan serta sebagai penyedia port untuk mengukur noise dari radio frekuensi yang timbul [3]. Ada beberapa tipe LISN diantaranya adalah DC-LISN,

3 single-phase serta 3-phase AC LISN. Pada tahun 1998 sampai dengan tahun 2000, di Eropa telah dilakukan pengukuran serta simulasi untuk radiasi elektromagnetik yang berasal dari PV generator. Berawal dari pekerjaan ini maka timbulah sebuah hal baru tentang impedansi pada sebuah DC-LISN serta limit yang akan diterapkan pada pengujian DC side dari PV generator tersebut. DC-LISN dengan yang memenuhi spesifikasi tersebut akhirnya direalisasikan pada tahun Beberapa sampel pengukuran dilakukan dengan menggunakan DC-LISN yang baru dan DC-LISN yang lama yaitu dengan dagang yang berbeda [4]. Beberapa parameter dalam validasi LISN berdasarkan CISPR : 2006 dan ANSI C-63.4 : 2009 adalah impedansi, isolasi serta insertion loss [5][6]. Impedansi dalam hal ini adalah impedansi pada port LISN ke spectrum analyzer (receiver port), impedansi pada frekuensi 0,15 MHz 30 MHz bersadarkan CISPR : 2006 dengan toleransi 20 % ditunjukkan oleh gambar 2. Gambar 2. Karakteristik impedansi pada LISN (CISPR ) Pengukuran impedansi biasanya menggunakan adapter yang bertujuan untuk meningkatkan akurasi hasil pengukuran [7]. Isolasi disini merupakan kemampuan filter LISN dalam memblok sinyal yang tidak diinginkan yang berasal dari power supply ke EUT port dan sebaliknya. Insertion loss merupakan besarnya sinyal dari EUT port yang diteruskan dan diterima oleh receiver port, hal ini berhubungan dengan kemampuan dari LISN dalam melakukan pengukuran [8]. Dengan demikian perlu dirancang sebuah LISN yang mampu digunakan untuk proses pengujian conducted emission pada DC-side sebuah inverter.

4 Tujuan dari penelitian ini adalah merancang sebuah DC-LISN untuk digunakan pada rentang frekuensi 150 khz 30 MHz serta memvalidasi LISN tersebut berdasarkan CISPR : 2006 dan ANSI C-63.4 : 2009 yang meliputi impedansi dan insertion loss pada receiver port serta isolasi terhadap power supply pada EUT port (equipment under test). Dari beberapa hal tersebut diharapkan akan diperoleh LISN yang sesuai dengan standard sehingga kedepanya dapat digunakan untuk menyusun metode uji conducted emission pada inverter sebagai penerapan standard CISPR 11 : DASAR TEORI 2.1 Rangkaian Filter dan Impedansi Filter merupakan suatu sistem yang berfungsi untuk memisahkan sinyal berdasarkan frekuensinya. Rangkaian filter frekuensi terbagi menjadi dua macam yaitu filter aktif dan filter pasif. Filter aktif merupakan filter yang menggunakan rangkaian elektronika baik komponen elektronika pasif maupun komponen elektronika pasif misalnya operational amplifier (OP-Amp), transistor dan komponen lainnya, sedangkan filter pasif merupakan filter yang hanya menggunakan komponen elektronika pasif saja yaitu resistor, kapasitor serta induktor. Komponen aktif merupakan komponen yang membutuhkan sumber lain agar dapat bekerja dan komponen pasif merupakan komponen yang tidak membutuhkan sumber lain agar dapat bekerja sehingga tidak menghasilkan panas. Dalam filter frekuensi pasif, terdapat beberapa macam filter yaitu low pass filter (LPF) yang hanya melewatkan frekuensi rendah (di bawah frekuensi resonansi), high pass filter (HPF) yang melewatkan frekuensi tinggi (di atas frekuensi resonansi), band pass filter (BPF) yang memilih frekuensi tertentu saja untuk dilewatkan dan band stop filter (BSF) yang memilih frekuensi tertentu saja yang tidak dilewatkan. Komponen yang digunakan pada filter pasif adalah kapasitor dan induktor dimana hambatan dari kedua komponen ini sangat tergantung dari frekuensi. Hambatan kapasitor sebagai fungsi frekuensi dapat dituliskan dengan persamaan berikut... 1 dimana : = Hambatan kapasitor = Frekuensi (Hz) = Kapasitas kapasitor (nf)

5 Dari persamaan (1) terlihat bahwa hambatan kapasitor berbanding terbalik dengan frekuensi, artinya semakin tinggi frekuensi maka hambatannya semakin kecil dan sebaliknya. Hambatan induktor sebagai fungsi frekuensi dapat dituliskan dengan persamaan di bawah ini... 2 dimana : = Hambatan induktor atau rektansi i = Frekuensi (Hz) = Induktansi (Henry) Karena kapasitor dan induktor mempunyai hambatan yang berbeda-beda tergantung frekuensi, maka pada frekuensi tertentu kedua komponen tersebut akan mempunyai nilai hambatan yang sama. Frekuensi dimana hambatan kapasitor dan induktor bernilai sama inilah yang dinamakan frekuensi resonansi, bisa dituliskan ke dalam sebuah persamaan... 3 dimana : = Frekuensi Resonansi (Hz) = Kapasitas kapasitor (nf) = Induktansi (Henry) Saat terjadi resonansi, maka impedansi rangkaian menjadi sangat minimum dan besarnya sesuai dengan resistor pada rangkaian tersebut. Impedansi pada sebuah rangkaian RLC dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut dimana :... 4 Dari persamaan (4), jika maka akan diperoleh sehingga pada saat resonansi semua tegangan input jatuh ke resistor.

6 2.1 Insertion Loss Insertion loss (kehilangan sisipan) merupakan hilangnya daya sebuah gelombang baik gelombang mekanik maupun gelombang elektromagnetik karena perambatan. Dengan demikian amplituo gelombang yang ditransmisikan menjadi lebih kecil daripada amplitudo gelombang asalnya. Insertion loss bisa terjadi akibat gelombang merambat melalui sebuah medium baik medium padat, cair maupun udara. Insertion loss biasanya dinyatakan dalam db yaitu perbandingan amplitudo gelombang yang ditransmisikan dengan gelombang asal, insertion loss bisa dihitung menggunakan persamaan berikut... 5 dimana : = Insertion loss (db) = Daya yang ditransmisikan (dbµv) = Daya asal (dbµv) Dari persamaan (5) dapat diketahui bahwa semakin kecil insertion loss maka daya yang ditransmisikan akan semakin besar. Nilai maksimum insertion loss adalah 0 artinya hampir semua daya ditransmisikan, hal ini dengan asumsi bahwa sistem tidak memakai penguat sehingga tidak ada penguatan daya. 3. METODE PENELITIAN Dalam tulisan ini membahas mengenai perancangan serta validasi dari sebuah DC-LISN (line impedance stabilization network). Ada dua tahap dalam penelitian ini yaitu simulasi rangkaian menggunakan software LT Spice serta desain dan pembuatan LISN tersebut. Simulasi bertujuan untuk memperoleh analisis DC pada rangkaian serta untuk mendapatkan nilai ideal sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh standard sehingga dari nilai ideal akan sangat membantu dalam pemilihan komponen yang digunakan. DC- LISN didesain dengan menggunakan prinsip filter pada rangkaian R-L-C untuk menghasilkan impedansi yang konstan pada measurement port sesuai persyaratan romagnetik yang berasal dari sumber tegangan DC, skema rangkaian untuk DC LISN ditunjukkan oleh gambar 3. Yang dimaksud validasi LISN dalam penelitian ini meliputi insertion loss serta impedansi pada measurement port dari LISN tersebut. Dari kedua parameter tersebut, pengukuran impedansi mengikuti standard CISPR : 2006 untuk band B LISN,

7 sedangkan pengukuran insertion loss menikuti standard ANSI ANSI-63.4 : Pengukuran impedansi menggunakan network analizer E5071C (100 KHz 8,5 GHz) sedangkan pengukuran insertion loss dalam penelitian ini serta berdasarkan standard yang disebutkan diatas terdapat dua macam yaitu sinyal yang ditransmisikan melewati EUT port (transmitted signal measurement) serta yang diterima oleh measurement port (received signal measurement). Gambar 3 Desain rangkaian DC-LISN Kedua jenis pengukuran insertion loss serta tersebut menggunakan signal generator sebagai sumber sinyal dari EUT serta spektrum analyzer sebagai receiver karena berdasarkan ANSI-63.4 : 2009, pengukuran beberapa parameter tersebut bisa dilakukan secara manual menggunakan alat tersebut [9]. Untuk memvalidasi hasil pengukuran tersebut maka dilakukan perbandingan antara hasil simulasi dengan hasil pengukuran [10] dan hasil pengukuran dengan LISN komersial yang bekerja dalam rentang frekuensi yang sama [11], metode pengukuran untuk menmperoleh hasil validasi tersebut dapat dilihat pada gambar 4. Gambar 4. Skema pengukuran Insertion Loss pada LISN

8 Pengukuran transmitted signal measurement ini bertujuan untuk memastikan besarnya amplitudo sinyal yang keluar dari signal generator sedangkan pengukuran received signal measurement ini untuk mengetahui besarnya sinyal yang diterima oleh measurement port. Dengan demikian bisa dipastikan bahwa sinyal yang berasal dari signal generator hampir semuanya benar-benar terukur melalui spectrum analyzer. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dalam metode penelitian, bahwa dalam penelitian ini menggunakan dua tahap yaitu simulasi, rancang bangun berdasarkan hasil simulasi serta validasi. Oleh karena itu dalam pembahasan ini berisi tentang kedua tahap tersebut serta perbandingan hasil simulasi, pengukuran dan standard. 4.1 Simulasi menggunakan LT Spice Simulasi pertama yang dilakukan adalah isolasi, isolasi merupakan kemampuan LISN dalam melindungi EUT dari frekuensi yang tidak diinginkan yang berasal dari power supply. Dengan adanya fungsi isolasi dapat dipastikan bahwa tidak ada sinyal dari power supply yang masuk ke EUT port artinya fungsi dari power supply dalam hal ini murni untuk suplai tegangan ke EUT dan tidak mempengaruhi hasil pengukuran. Hasil simulasi ditunjukkan oleh gambar EUT Port Receiver Port ,001 0,1 10 Frekuensi (MHz) Gambar 5. Grafik simulasi isolasi LISN Dari gambar 5 terlihat bahwa terdapat dua grafik yaitu grafik isolasi pada EUT port LISN terhadap power supply serta grafik isolasi pada receiver port LISN. Dari kedua grafik tersebut terlihat bahwa untuk frekuensi diatas 100 KHz penguatan tegangannya

9 semakin kecil yaitu di bawah -150 db, hal ini berarti untuk frekuensi tersebut hampir tidak ada tegangan yang menuju ke EUT port maupun ke receiver port dikarenakan induktor hanya melewatkan frekuensi rendah. Fungsi power supply sebagai sumber tegangan ditunjukkan oleh grafik hijau yaitu pada rentang frekuensi dibawah 1 KHz yaitu pada penguatan tegangan 0 db. Penguatan 0 db berarti hampir semua tegangan disalurkan ke EUT khususnya untuk DC power supply yang mempunyai frekuensi 0 Hz. Selain isolasi, hal penting yang mempengaruhi kerja LISN adalah insertion loss. Insertion loss ini hubungannya dengan receiver port terhadap EUT port, karena gelombang elektromagnetik merambat dari EUT port menuju receiver port melalui sebagaian rangkaian LISN maka akan ada loss dari amplitudo gelombang tersebut saat diterima oleh receiver port. Dengan adanya loss tersebut maka amplitudo atau power gelombang elektromagnetik yang diterima di receiver port akan berkurang, hal inilah yang dinamakan insertion loss. Hasil simulasi untuk insertion loss disajikan oleh gambar 6, dari gambar 6 terlihat bahwa terdapat dua grafik yaitu transmitted signal serta received signal Received Signal Transmitted Signal ,001 0,1 10 Frekuensi (MHz) Gambar 6. Grafik simulasi insertion loss pada DC-LISN Grafik horisontal pada transmitted signal menunjukkan semua sinyal atau gelombang elektromagnetik dari EUT port ditransmisikan ke receiver port sedangkan pada grafik received signal ada beberapa sinyal yang di blok yaitu dibawah 1 khz. Salah satu faktor penting dalam transmisi sinyal adalah impedansi, karena akan berpengaruh terhadap power sinyal yang ditransmisikan, simulasi impedansi pada receiver port ditunjukkan oleh gambar 7. Simulasi dilakukan pada rentang frekuensi 100

10 khz 30 MHz sesuai dengan band B CISPR toleransi 20% CISPR Toleransi Toleransi Simulasi 0, Frekuensi (MHz) Gambar 7. Simulasi impedansi pada receiver port Gambar 7 merupakan perbandingan grafik impedansi dari hasil simulasi dengan CISPR , dari grafik dapat dilihat bahwa hasil simulasi tersebut masih berada pada rentang toleransi yang diijinkan oleh CISPR maupun ANSI C-63.4 : Dari beberapa simulasi yang telah dilakukan, hampir semua nilai yang diperoleh dari simulasi mendekati standard atau masih dalam batas toleransi sehingga bisa dilanjutkan menuju tahap perancangan serta validasi seperti yang telah disebutkan dalam metode penelitian. 4.2 Perbandingan hasil simulasi dengan pengukuran Dengan adanya perbandingan antara hasil simulasi dnegan pengukuran maka akan diperoleh sebuah kesimpulan apakah DC-LISN yang telah dibuat sesuai dengan yang dipersyaratkan standard atau tidak. Untuk isolasi hanya dilakukan simulasi saja karena sumber tegangan yang dipakai merupakan sumber tegangan DC sehingga hampir bisa dipastikan bahwa frekuensi tegangan DC tersebut adalah 0 Hz. Selain itu pengukuran isolasi pada frekuensi yang mendekati 0 Hz tidak bisa dilakukan karena kemampuan signal generator yang terbatas sehingga parameter yang akan dibandingkan antara hasil pengukuran dengan simulasinya adalah impedansi dan insertion loss yaitu transmitted signal measurement dan received signal measurement.

11 Gambar 8. Return loss (S 11) pada EUT Port Sebelum pengukuran insertion loss, maka pada EUT port terlebih dahulu diukur return loss (S11) yaitu perbandingan amplitudo sinyal yang kembali dengan amplitudo sinyal yang ditransmisikan. Hal ini perlu dilakukan karena nantinya input sinyal akan dilakukan melalui EUT port, dengan dmeikian dapat diketahui berapa sinyal yang kembali ke signal generator karena dalam transmisi gelombang tidak sepenuhnya sinyal dapat tersalurkan. Pengukuran return loss menggunakan network analyzer dalam rentang frekuensi 100 KHz 30 MHz dan hasil pengukuran dapat dilihat pada gambar 8. Dari grafik diperoleh bahwa nilai return loss terkecil adalah -21,8 db, hal ini berarti sangat kecil sekali amplitudo gelombang yang kembali ke signal generator dan hampir seluruhnya diteruskan melalui EUT port. 0,5 0-0,5-1 -1,5-2 Transmitted Signal Simulasi Received Signal 0, Frekuensi (MHz) Gambar 9. Hasil simulasi dan pengukuran insertion loss Pengukuran insertion loss menggunakan sumber sinyal dari signal generator port, pemilihan nilai

12 amplitudo ini berdasarkan kemampuan receiver dalam menangkap sinyal tersebut karena jika amplitudo terlalu kecil maka akan sama dengan noise pada spectrum analyzer sehingga amplitudo tersebut tidak bisa terukur dengan jelas, hal ini ditandai dengan adanya beberapa peak dalam frekuensi tertentu. Hasil pengukuran dan simulasi bisa dilihat pada gambar 9. Gambar 9 terdiri dari 3 grafik yaitu untuk pengukuran serta simulasi, terdapat dua pengukuran yaitu transmitted signal dan received signal. Untuk simulasi hanya diambil pada rentang frekuensi 150 KHz sampai dengan 30 MHz karena menyesuaikan dengan hasil pengukuran. Dalam gambat 9 terdapat tiga grafik yaitu simulasi, hasil pengukuran transmitted signal serta pengukuran received signal. Kedua grafik tersebut secara visual berada di bawah hasil simulasi, hal ini berarti nilai insertion loss lebih kecil dari simulasi artinya ada sebagaian amplitudo sinyal yang tidak ditransmisikan menuju receiver port. Transmitted signal mempunyai insertion loss yang lebih baik (mendekati nol) karena sinyal dari signal generator belum masuk ke sebagaian rangkaian DC-LISN sehingga sebagaian besar sinyal diteruskan menuju receiver port. Nilai terkecil insertion loss untuk transmitted signal adalah -0,52 db yaitu pada frekuensi 750 KHz, hal ini berarti frekuensi tersebut sekitar 11 % amplitudo sinyal tidak diteruskan. Tabel 1. Hasil pengukuran impedansi Frekuensi (MHz) Impedansi Simulasi Pengukuran 0,15 34,29 34,551 0,2 39,12 36,567 0,3 44,17 0,4 46,46 0,6 48, , , , , Pada pengukuran received signal measurement diperoleh nilai insertion loss yang lebih kecil daripada transmitted signal measurement untuk semua frekuensi. Hal ini karena sinyal yang masuk melalui EUT port mengalami kehilangan amplitudo akibat

13 melewati sebagaian rangkaian DC-LISN. Dari grafik terlihat bahwa nilai insertion loss terkecil yaitu -1,35 db yaitu pada frekuensi 30 MHz, dengan demikian hampir 27,5 % amplitudo sinyal tidak bisa diteruskan ke receiver port. Hal ini dikarenakan impedansi pada receiver port di frekuensi tersebut terlalu besar sehingga sebagaian amplitudo gelombang kembali ke rangkaian. Secara umum hasil yang diperoleh sudah baik karena hanya sebagaian kecil dari semua frekuensi yang mempunyai nilai insertion loss kecil artinya sebagaian besar sinyal dapat diteruskan. Ini terjadi akibat efek kapasitor yang hanya mampu melewatkan frekuensi tinggi dan menahan frekuensi rendah sesuai dengan hasil simulasi. Pengukuran impedansi pada receiver port bertujuan untuk memastikan bahwa pada semua frekuensi mempunyai nilai impedansi sesuai dengan persyaratan standard. Impedansi ini nantinya akan sangat berpengaruh terhadap nilai received signal seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Hasil pengukuran impedansi ditunjukkan oleh tabel CISPR Toleransi Toleransi Simulasi Pengukuran , Frekuensi (MHz) Gambar 10. Grafik pengukuran impedansi dan simulasi Hasil tersebut sebagian besar masih berada dalam rentang toleransi yang dipersyaratkan CISPR , ada beberapa frekuensi yang impedansinya terlalu besar yaitu pada frekuensi tinggi, hal ini dapat mengakibatkan sinyal tertahan dan tidak diteruskan menjuju receiver port. Sebagai buktinya adalah hasil pengukuran insertion loss untuk yang received signal measurement yaitu pada frekuensi tinggi nilai insertion loss menjadi semakin kecil yang berarti ada sebagian sinyal yang tertahan. Gabungan grafik impedansi untuk simulasi dan pengukuran dapat dilihat pada gambar 10. Pada frekuensi yang nilai impedansinya melebihi standard karena pada frekuensi tersebut belum terjadi

14 resonansi sehingga nilai impedansi bersumber bukan dari resistor saja, tetapi juga berasal dari kapasitor dan induktor. 5. KESIMPULAN Telah dilakukan perancangan serta validasi sebuah DC-LISN (line impedance stabilization network) untuk alat bantu pengujian conducted emission pada DC-side power inverter. Ada tiga parameter dalam validasi LISN tersebut yaitu isolasi, insertion loss serta impedansi, pengukuran parameter tersebut menggunakan signal generator, spectrum analyzer serta network analizer. Dari hasil perbandingan antara simulasi dengan pengukuran maka diperoleh nilai yang hampir sama untuk insertion loss serta impedansi. Ada beberapa frekuensi yang memiliki nilai impedansi yang lebihi standard yang diakibatkan oleh belum terjadinya resonansi pada frekuensi tersebut. Dengan demikian hasil yang diperoleh dengan pengukuran sudah sesuai dengan standard yang dipersyaratkan yaitu dengan menambahkan beberapa faktor ketika DC-LISN tersebut digunakan dalam sistem pengukuran. 6. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kelompok penelitian Electromagnetic Compatibility (EMC) P2SMTP LIPI serta manager teknis laboratorium EMC yang telah memberi ijin penggunaan peralatan laboratorium (signal generator, spectrum analyzer, network analyzer) dalam proses pengukuran. 7. DAFTAR PUSTAKA [1] Henze, N., Degner, T. (2002). Radio Interference of Photovoltaic Power System, 16th International Wroclaw Symposium and Exhibition on EMC, Wroclaw, Poland. [2] Degner, T., Enders, W., Schulbe, A., daub, H. (2000). EMC and Safety Design for Photovoltaic Systems, 16th Solar Energy Conference and Exhibition, Glasgow. [3] Staggs, D. (1986). RF Stabilization, EMC Symposium Record, pp [4] Haeberlin, H. (2001). New DC-LISN for EMC Measurement on DC-side PV Systems : Realisation and First Measurement at Inverter, 17th European Photovoltaic Solar Energy Conference, Munich, Germany. [5] International Electrotechnical Commissions. (2006). CISPR , Edition Specification for radio disturbance and immunity measuring

15 apparatus Part 1-2 : Radio disturbance and immunity measuring apparatus - Ancillary equipment Conducted disturbance, France, CISPR [6] American Nasional Standards Institute. (2009), ANSI C-63.4 : Methods of measurement of radio niose emission from low voltage electrical and electronic equipment in the range of 9 khz 40 GHz, United States, ANSI. [7] Borsero, M., Pravato, C., Sona, A., Stellini, M., Zuccato, A. (2007). Improved Adapters the Accurate Calibration of LISN Input Impedance, Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE). [8] Paul, C.R. (2006). Introduction to Electromagnetic Compatibility, Second Edition, John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey. [9] Johanneson, G. (2008). EMI Measurement and Modeling, Thesis, Chalmers University of Technology, Gothenburg, Sweden. [10]Silva, F.R.L., Libeiro, L.R., Dias, L.P., Santos, W.J., Capovilla, C.E., Araujo, H.X. (2013). The Design and Implementation of an EMC Pre-compliance Board, Progress in Electromagnetic Research Symposium Proceeding, Stockholm, Sweden, [11]Sakulhirirak, D., Tarateeraseth, V., Khan-ngern, W., Yoothanom, N. (2007). Design of High Performance and Low Cost Line Impedance Stabilization Network for University Power Electronic and EMC Laboratories, Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE), HASIL DISKUSI Penanya 1 Pertanyaan : Apakah pengukuran Conducted Emission (CE) secara kontak atau tidak? apa manfaatnya? Jawaban : CE merupakan gangguan elektromagnetik yang melalui sistem perkabelan atau jala-jala, jadi pengukuran CE dilakukan secara kontak. Manfaatnya adalah untuk safety produk-produk elektronik dari gangguan produk elektronik lainnya

16 Penanya 2 Pertanyaan : Apa perbedaan transmitted signal dengan received signal? dan mengapa berbeda amplitudonya? Jawaban : Transmitted signal merupakan signal yang masuk melalui EUT port sebelum ada insertion loss, sedangkan received signal merupakan signal yang diterima oleh receiver port setelah mengalami insertion loss sehingga amplitudo nya lebih kecil daripada transmitted signal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada abad ini perangkat elektronik sudah tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari. Tenryata rangkaian elektrik pada perangkat elektronik bisa menghasilkan emisi

Lebih terperinci

ANALISIS FILTER LINE IMPEDANCE STABILIZATION NETWORK PASIF UNTUK MENGURANGI HARMONISA PADA DC-DC CONVERTER

ANALISIS FILTER LINE IMPEDANCE STABILIZATION NETWORK PASIF UNTUK MENGURANGI HARMONISA PADA DC-DC CONVERTER ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.3 Desember 2015 Page 6939 ANALISIS FILTER LINE IMPEDANCE STABILIZATION NETWORK PASIF UNTUK MENGURANGI HARMONISA PADA DC-DC CONVERTER ANALYSIS OF

Lebih terperinci

MODUL 05 FILTER PASIF PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

MODUL 05 FILTER PASIF PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 MODUL 05 FILTER PASIF PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Riwayat Revisi

Lebih terperinci

Penguat Oprasional FE UDINUS

Penguat Oprasional FE UDINUS Minggu ke -8 8 Maret 2013 Penguat Oprasional FE UDINUS 2 RANGKAIAN PENGUAT DIFERENSIAL Rangkaian Penguat Diferensial Rangkaian Penguat Instrumentasi 3 Rangkaian Penguat Diferensial R1 R2 V1 - Vout V2 R1

Lebih terperinci

Filter Frekuensi. f 50

Filter Frekuensi. f 50 Filter Frekuensi Dalam kehidupan kita sehari-hari kita banyak menjumpai filter, filter dari kata itu sendiri adalah penyaring. Filter sendiri bermacam-macam, ada filter udara untuk menyaring udara kotor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 2 BAB III METODE PENELITIAN Pada skripsi ini metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen (uji coba). Tujuan yang ingin dicapai adalah membuat suatu alat yang dapat mengkonversi tegangan DC ke AC.

Lebih terperinci

Rancang Bangun Attenuator 105 MHz-990 MHz

Rancang Bangun Attenuator 105 MHz-990 MHz Rancang Bangun Attenuator 05 MHz-990 MHz * Agus Mulya Permana, PriyoWibowo, Dwi Mandaris Gunarwan Prayitno, Kun Fayakun, R. Harry Harjadi aboratorium Telekomunikasi dan Instrumen Program Studi Teknik Elektro,

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM KOMUNIKASI RADIO SEMESTER V TH 2013/2014 JUDUL REJECTION BAND AMPLIFIER GRUP 06 5B PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI JAKARTA PEMBUAT

Lebih terperinci

Materi 5: ELEKTRONIKA DAYA (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA

Materi 5: ELEKTRONIKA DAYA (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA Materi 5: ELEKTRONIKA DAYA 52150492 (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA INVERTER DC ke AC What is an Inverter? An inverter is an electrical circuit capable

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi komunikasi semakin cepat dan beragam, sehingga muncul standar teknologi yang baru dan semakin canggih. Di dalam suatu komunikasi umumnya terdapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahap Proses Perancangan Alat Perancangan rangkaian daya Proteksi perangkat daya Penentuan strategi kontrol Perancangan rangkaian logika dan nilai nominal Gambar 3.1 Proses

Lebih terperinci

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto Pengkondisian Sinyal Rudi Susanto Tujuan Perkuliahan Mahasiswa dapat menjelasakan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Mahasiswa dapat menerapkan penggunaan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Pendahuluan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Abstrak... Abstract... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... BAB I Pendahuluan Latar Belakang...

DAFTAR ISI. Abstrak... Abstract... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... BAB I Pendahuluan Latar Belakang... ABSTRAK Kemajuan teknologi sudah berkembang dengan pesat terutama dengan banyak terciptanya berbagai macam peralatan dalam bidang telekomunikasi yang salah satunya yaitu modem sebagai alat modulasi dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori teori yang mendasari perancangan dan perealisasian inductive wireless charger untuk telepon seluler. Teori-teori yang digunakan dalam skripsi

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI FILTER

BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI FILTER BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI FILTER Pada bab ini akan dibahas proses perancangan dan realisasi Bandstop filter dengan metode L resonator, yaitu mulai dari perhitungan matematis, perancangan ukuran,

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI Renny Rakhmawati, ST, MT Jurusan Teknik Elektro Industri PENS-ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya Phone 03-5947280

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM KONTROL MOTOR DC SEBAGAI FUNGSI DAYA DAN TEGANGAN TERHADAP KALOR

ANALISIS SISTEM KONTROL MOTOR DC SEBAGAI FUNGSI DAYA DAN TEGANGAN TERHADAP KALOR Akhmad Dzakwan, Analisis Sistem Kontrol ANALISIS SISTEM KONTROL MOTOR DC SEBAGAI FUNGSI DAYA DAN TEGANGAN TERHADAP KALOR (DC MOTOR CONTROL SYSTEMS ANALYSIS AS A FUNCTION OF POWER AND VOLTAGE OF HEAT) Akhmad

Lebih terperinci

1. Pengertian Penguat RF

1. Pengertian Penguat RF 1. Pengertian Penguat RF Secara umum penguat adalah peralatan yang menggunakan tenaga yang kecil untuk mengendalikan tenaga yang lebih besar. Dalam peralatan elektronik dibutuhkan suatu penguat yang dapat

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI FILTER

BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI FILTER BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI FILTER Pada bab ini akan dibahas mengenai bagaimana proses perancangan dan realisasi band pass filter square open-loop, mulai dari perhitungan matematis, perancangan ukuran,

Lebih terperinci

Rangkaian Arus Bolak Balik. Rudi Susanto

Rangkaian Arus Bolak Balik. Rudi Susanto Rangkaian Arus Bolak Balik Rudi Susanto Arus Searah Arahnya selalu sama setiap waktu Besar arus bisa berubah Arus Bolak-Balik Arah arus berubah secara bergantian Arus Bolak-Balik Sinusoidal Arus Bolak-Balik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inverter merupakan suatu rangkaian elektronik yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Inverter merupakan suatu rangkaian elektronik yang berfungsi sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inverter merupakan suatu rangkaian elektronik yang berfungsi sebagai pengubah tegangan arus searah menjadi tegangan arus bolak-balik dengan frekuensi tertentu. Tegangan

Lebih terperinci

Pengendalian Electromagnetic Interference (EMI) Printed Circuit Board (PCB) dalam Perkembangan Peralatan Elektronik

Pengendalian Electromagnetic Interference (EMI) Printed Circuit Board (PCB) dalam Perkembangan Peralatan Elektronik Pengendalian Electromagnetic Interference (EMI) Printed Circuit Board (PCB) dalam Perkembangan Peralatan Elektronik Sri Hardiati Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi - LIPI ash_egt@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN REALISASI

BAB 3 PERANCANGAN DAN REALISASI ABSTRAK Transceiver (transmitter receiver) tidak hanya digunakan untuk komunikasi suara saja tetapi dapat digunakan untuk komunikasi data dengan menggunakan sebuah modem. Untuk komunikasi jarak jauh biasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN V = IR P = IV = I (2) R

BAB I PENDAHULUAN V = IR P = IV = I (2) R BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dunia saat ini terdapat dua bentuk transmisi listrik, Direct Current (DC) dan Alternating Current (AC), dimana masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri.

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN REALISASI INVERTER MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMEGA168

PERANCANGAN DAN REALISASI INVERTER MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMEGA168 PERANCANGAN DAN REALISASI INVERTER MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMEGA168 Disusun Oleh : Daniel Wahyu Wicaksono (0922036) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha Jl. Prof. Drg.

Lebih terperinci

MODULATOR DAN DEMODULATOR. FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta

MODULATOR DAN DEMODULATOR. FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta MODULATOR DAN DEMODULATOR FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 Email: budihardja@yahoo.com Intisari

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS 4.1 Syarat Pengukuran Pengukuran suatu antena yang ideal adalah dilakukan di suatu ruangan yang bebas pantulan atau ruang tanpa gema (Anechoic Chamber). Pengukuran antena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ini terlihat dengan semakin banyaknya penggunaan peralatan elektronik baik pada

BAB 1 PENDAHULUAN. ini terlihat dengan semakin banyaknya penggunaan peralatan elektronik baik pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini peralatan elektronika daya cukup berkembang dengan pesat. Hal ini terlihat dengan semakin banyaknya penggunaan peralatan elektronik baik pada rumah tangga,

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN ALAT DAN/ATAU PERANGKAT TELEKOMUNIKASI WIRELESS LOCAL AREA NETWORK

METODE PENGUJIAN ALAT DAN/ATAU PERANGKAT TELEKOMUNIKASI WIRELESS LOCAL AREA NETWORK LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2018 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS ALAT DAN/ATAU PERANGKAT TELEKOMUNIKASI WIRELESS LOCAL AREA NETWORK METODE PENGUJIAN

Lebih terperinci

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO 1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO 2. SISTEM MODULASI DALAM PEMANCAR GELOMBANG RADIO Modulasi merupakan metode untuk menumpangkan sinyal suara pada sinyal radio. Maksudnya, informasi yang akan disampaikan kepada

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Teori Catu Daya Tak Terputus

BAB II DASAR TEORI 2.1. Teori Catu Daya Tak Terputus BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merealisasikan sistem. Teori-teori yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini adalah teori catu

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENGUAT DAYA RF

RANCANG BANGUN PENGUAT DAYA RF Berkala Fisika ISSN : 141-966 Vol. 6, No. 3, Juli 3, hal. 55-6 RANCANG BANGUN PENGUAT DAYA RF Sapto Nugroho 1, Dwi P. Sasongko, Isnaen Gunadi 1 1. Lab. Elektronika dan Instrumentasi, Jurusan Fisika, UNDIP

Lebih terperinci

BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING

BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING 2.1 Pendahuluan Signal Conditioning ialah operasi untuk mengkonversi sinyal ke dalam bentuk yang cocok untuk interface dengan elemen lain dalam sistem kontrol. Process

Lebih terperinci

CIRCUIT DASAR DAN PERHITUNGAN

CIRCUIT DASAR DAN PERHITUNGAN CIRCUIT DASAR DAN PERHITUNGAN Oleh : Sunarto YB0USJ ELEKTROMAGNET Listrik dan magnet adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, setiap ada listrik tentu ada magnet dan sebaliknya. Misalnya ada gulungan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS 4.1 Syarat Pengukuran Pengukuran suatu antena yang ideal adalah dilakukan di suatu ruangan yang bebas pantulan atau ruang tanpa gema (Anechoic Chamber). Pengukuran antena

Lebih terperinci

KONVERTER ELEKTRONIKA DAYA UNTUK PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK PADA BEBAN LISTRIK STATIS DAN LISTRIK DINAMIS

KONVERTER ELEKTRONIKA DAYA UNTUK PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK PADA BEBAN LISTRIK STATIS DAN LISTRIK DINAMIS PROSIDING 20 13 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK KONVERTER ELEKTRONIKA DAYA UNTUK PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK PADA BEBAN LISTRIK STATIS DAN LISTRIK DINAMIS Muhammad Tola, Baharuddin M. Diah, Rahmat Santosa

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Diagram alir metodologi perancangan

Gambar 3.1. Diagram alir metodologi perancangan 19 BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Metode Perancangan Berikut merupakan diagram alur kerja yang menggambarkan tahapantahapan dalam proses rancang bangun alat pemutus daya siaga otomatis pada Peralatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan kebutuhan manusia untuk mendapatkan informasi tanpa mengenal

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan kebutuhan manusia untuk mendapatkan informasi tanpa mengenal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri Telekomunikasi berkembang sangat cepat. Hal itu disebabkan kebutuhan manusia untuk mendapatkan informasi tanpa mengenal batas waktu dan ruang.

Lebih terperinci

UNINTERRUPTIBLE POWER SUPPLY MENGGUNAKAN INVERTER PWM 3 LEVEL. oleh Roy Kristanto NIM :

UNINTERRUPTIBLE POWER SUPPLY MENGGUNAKAN INVERTER PWM 3 LEVEL. oleh Roy Kristanto NIM : UNINTERRUPTIBLE POWER SUPPLY MENGGUNAKAN INVERTER PWM 3 LEVEL oleh Roy Kristanto NIM : 612007004 Skripsi Untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Elektro

Lebih terperinci

Simulasi Perancangan Filter Analog dengan Respon Chebyshev

Simulasi Perancangan Filter Analog dengan Respon Chebyshev Elkomika Teknik Elekro Itenas Vol. 1 No.2 Jurnal Teknik Elektro Juli Desember 2013 Simulasi Perancangan Filter Analog dengan Respon Chebyshev Rustamaji, Arsyad Ramadhan Darlis, Solihin Teknik Elektro Institut

Lebih terperinci

Modul 02: Elektronika Dasar

Modul 02: Elektronika Dasar Modul 02: Elektronika Dasar Alat Ukur, Rangkaian Thévenin, dan Rangkaian Tapis Reza Rendian Septiawan February 4, 2015 Pada praktikum kali ini kita akan mempelajari tentang beberapa hal mendasar dalam

Lebih terperinci

BAB I FILTER I. 1. Judul Percobaan. Rangkaian Band Pass Filter. 2. Tujuan Percobaan

BAB I FILTER I. 1. Judul Percobaan. Rangkaian Band Pass Filter. 2. Tujuan Percobaan BAB I FILTER I 1. Judul Percobaan Rangkaian Band Pass Filter 2. Tujuan Percobaan - Menentukan Frekuensi Cut Off dari suatu rangkaian Band Pass Filter. - Menentukan besar Induktansi dari suatu kumparan.

Lebih terperinci

FILTER AKTIF SHUNT 3 PHASE BERBASIS ARTIFICIAL NEURAL NETWORK (ANN) UNTUK MENGKOMPENSASI HARMONISA PADA SISTEM DISTRIBUSI 220/380 VOLT

FILTER AKTIF SHUNT 3 PHASE BERBASIS ARTIFICIAL NEURAL NETWORK (ANN) UNTUK MENGKOMPENSASI HARMONISA PADA SISTEM DISTRIBUSI 220/380 VOLT FILTER AKTIF SHUNT 3 PHASE BERBASIS ARTIFICIAL NEURAL NETWORK (ANN) UNTUK MENGKOMPENSASI HARMONISA PADA SISTEM DISTRIBUSI 220/380 VOLT Nama : Andyka Bangun Wicaksono NRP : 22 2 111 050 23 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Perancangan Mixer Untuk Mobile WiMax Pada Frekuensi 2,3 GHz

Perancangan Mixer Untuk Mobile WiMax Pada Frekuensi 2,3 GHz Perancangan Mixer Untuk Mobile WiMax Pada Frekuensi 2,3 GHz Ir. Gunawan Wibisono, M.Sc, Ph.D Dr. Purnomo Sidi Priambodo Dr.Ir. Agus Santoso Tamsir Prof.Dr. N. R. Poespawati Zakiyy Amri Departemen Teknik

Lebih terperinci

TAKARIR. periode atau satu masa kerjanya dimana periodenya adalah nol.

TAKARIR. periode atau satu masa kerjanya dimana periodenya adalah nol. TAKARIR AC {Alternating Current) Adalah sistem arus listrik. Sistem AC adalah cara bekerjanya arus bolakbalik. Dimana arus yang berskala dengan harga rata-rata selama satu periode atau satu masa kerjanya

Lebih terperinci

PENGUAT DERAU RENDAH PADA FREKUENSI 1800 MHz ABSTRAK

PENGUAT DERAU RENDAH PADA FREKUENSI 1800 MHz ABSTRAK PENGUAT DERAU RENDAH PADA FREKUENSI 1800 MHz Disusun Oleh: Nama : Fauzan Helmy Nrp : 0622131 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha, Jl. Prof.Drg.Suria Sumantri, MPH no.65,

Lebih terperinci

Rancangan Dual Band Cascode Band Pass Filter Frekuensi 119,7 MHz dan 123,2 MHz untuk Perangkat Tower Set Bandara Budiarto

Rancangan Dual Band Cascode Band Pass Filter Frekuensi 119,7 MHz dan 123,2 MHz untuk Perangkat Tower Set Bandara Budiarto SETRUM Volume 4, No. 1, Juni 215 ISSN : 231-4652 Rancangan Dual Band Cascode Band Pass Filter Frekuensi 119,7 MHz dan 123,2 MHz untuk Perangkat Tower Set Bandara Budiarto Teguh Firmansyah 1, Dwi Harsojo

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Alat Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang direncanakan diperlihatkan pada Gambar 3.1. Sinyal masukan carrier recovery yang berasal

Lebih terperinci

Pelatihan Sistem PLTS Maret 2015 PELATIHAN SISTEM PLTS INVERTER DAN JARINGAN DISTRIBUSI. Rabu, 25 Maret Oleh: Nelly Malik Lande

Pelatihan Sistem PLTS Maret 2015 PELATIHAN SISTEM PLTS INVERTER DAN JARINGAN DISTRIBUSI. Rabu, 25 Maret Oleh: Nelly Malik Lande PELATIHAN SISTEM PLTS INVERTER DAN JARINGAN DISTRIBUSI Rabu, 25 Maret 2015 Oleh: Nelly Malik Lande POKOK BAHASAN TUJUAN DAN SASARAN PENDAHULUAN PENGERTIAN, PRINSIP KERJA, JENIS-JENIS INVERTER TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bandpass Filter Filter merupakan blok yang sangat penting di dalam sistem komunikasi radio, karena filter menyaring dan melewatkan sinyal yang diinginkan dan meredam sinyal yang

Lebih terperinci

Simulasi Perancangan Filter Analog dengan Respon Butterworth

Simulasi Perancangan Filter Analog dengan Respon Butterworth Jurnal Reka Elkomika 2337-439X Februari 2013 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional TeknikElektro Itenas Vol.1 No.3 Simulasi Perancangan Filter Analog dengan Respon Butterworth LEONARD TAMPUBOLON, RUSTAMAJI,

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI FILTER EMI DENGAN MENGGUNAKAN FERRITE DAN KAPASITOR UNTUK MEREDAM NOISE

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI FILTER EMI DENGAN MENGGUNAKAN FERRITE DAN KAPASITOR UNTUK MEREDAM NOISE PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI FILTER EMI DENGAN MENGGUNAKAN FERRITE DAN KAPASITOR UNTUK MEREDAM NOISE PADA FREKUENSI TINGGI DESIGN AND IMPLEMENTATION OF EMI FILTER USING FERRITE AND CAPACITOR TO SUPPRESS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. resistor, kapasitor ataupun op-amp untuk menghasilkan rangkaian filter. Filter analog

BAB I PENDAHULUAN. resistor, kapasitor ataupun op-amp untuk menghasilkan rangkaian filter. Filter analog BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filter merupakan suatu perangkat yang menghilangkan bagian dari sinyal yang tidak di inginkan. Filter digunakan untuk menglewatkan atau meredam sinyal yang di inginkan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 25 BAB III PERANCANGAN SISTEM Sistem monitoring ini terdiri dari perangkat keras (hadware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras terdiri dari bagian blok pengirim (transmitter) dan blok penerima

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.5, No.1 Maret 2018 Page 824

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.5, No.1 Maret 2018 Page 824 ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.5, No. Maret 208 Page 824 POWER COMBINER 3-WAY UNTUK APLIKASI ELECTRONIC SUPPORT MEASURES 2-8 GHz (UWB) 3-WAY POWER COMBINER FOR ELECTRONIC SUPPORT MEASURES

Lebih terperinci

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1)

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) DASAR ELEKTRONIKA KOMPONEN ELEKTRONIKA SISTEM BILANGAN KONVERSI DATA LOGIC HARDWARE KOMPONEN ELEKTRONIKA PASSIVE ELECTRONIC ACTIVE ELECTRONICS (DIODE

Lebih terperinci

Perancangan Inverter Sinusoida 1 Fasa dengan Aplikasi Pemrograman Rumus Parabola dan Segitiga Sebagai Pembangkit Pulsa PWM

Perancangan Inverter Sinusoida 1 Fasa dengan Aplikasi Pemrograman Rumus Parabola dan Segitiga Sebagai Pembangkit Pulsa PWM Perancangan Inverter Sinusoida 1 Fasa dengan Aplikasi Pemrograman Rumus Parabola dan Segitiga Sebagai Pembangkit Pulsa PWM Agus Rusdiyanto P2Telimek, LIPI riesdian@gmail.com Bambang Susanto P2Telimek,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM 52 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM Bab ini membahas pengujian alat yang dibuat, kemudian hasil pengujian tersebut dianalisa. 4.1 Pengujian Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan dan

Lebih terperinci

PERANCANGAN RECTENNA (RECTIFIER ANTENNA) SEBAGAI PENGUBAH DAYA ELEKTROMAGNETIK MENJADI OUTPUT DC PADA FREKUENSI WIFI 2,4 GHZ JURNAL SKRIPSI

PERANCANGAN RECTENNA (RECTIFIER ANTENNA) SEBAGAI PENGUBAH DAYA ELEKTROMAGNETIK MENJADI OUTPUT DC PADA FREKUENSI WIFI 2,4 GHZ JURNAL SKRIPSI PERANCANGAN RECTENNA (RECTIFIER ANTENNA) SEBAGAI PENGUBAH DAYA ELEKTROMAGNETIK MENJADI OUTPUT DC PADA FREKUENSI WIFI 2,4 GHZ JURNAL SKRIPSI KONSENTRASI TEKNIK TELEKOMUNIKASI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

penulisan ini dengan Perancangan Anti-Aliasing Filter Dengan Menggunakan Metode Perhitungan Butterworth. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Sampling Teori Sampl

penulisan ini dengan Perancangan Anti-Aliasing Filter Dengan Menggunakan Metode Perhitungan Butterworth. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Sampling Teori Sampl PERANCANGAN ANTI-ALIASING FILTER DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERHITUNGAN BUTTERWORTH 1 Muhammad Aditya Sajwa 2 Dr. Hamzah Afandi 3 M. Karyadi, ST., MT 1 Email : muhammadaditya8776@yahoo.co.id 2 Email : hamzah@staff.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2013

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2013 ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2013 PERANCANGAN DAN REALISASI BANDPASS FILTER BERBASIS MIKROSTRIP MENGGUNAKAN METODE SQUARE LOOP RESONATOR PADA FREKUENSI 1710-1785

Lebih terperinci

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Realisasi PLL (Phase Locked Loop) sebagai modul praktikum demodulator FM sebelumnya telah pernah dibuat oleh Rizal Septianda mahasiswa Program Studi Teknik

Lebih terperinci

Rancangan Awal Prototipe Miniatur Pembangkit Tegangan Tinggi Searah Tiga Tingkat dengan Modifikasi Rangkaian Pengali Cockroft-Walton

Rancangan Awal Prototipe Miniatur Pembangkit Tegangan Tinggi Searah Tiga Tingkat dengan Modifikasi Rangkaian Pengali Cockroft-Walton Rancangan Awal Prototipe Miniatur Pembangkit Tegangan Tinggi Searah Tiga Tingkat dengan Modifikasi Rangkaian Pengali Cockroft-Walton Waluyo 1, Syahrial 2, Sigit Nugraha 3, Yudhi Permana JR 4 Program Studi

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Desember 2017 Page 3157

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Desember 2017 Page 3157 ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Desember 2017 Page 3157 IMPLEMENTASI DAN ANALISIS FILTER UNTUK MEMINIMALISASI NILAI HARMONISA PADA CONVERTER DC TO DC TIPE BUCK IMPLEMENTATION

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM INSTRUMENTASI KENDALI PENGENALAN NI ELVIS MEASUREMENT INSTRUMENT

MODUL PRAKTIKUM INSTRUMENTASI KENDALI PENGENALAN NI ELVIS MEASUREMENT INSTRUMENT MODUL PRAKTIKUM INSTRUMENTASI KENDALI PENGENALAN NI ELVIS MEASUREMENT INSTRUMENT A. Tujuan Praktikum 1. Memahami dasar-dasar penggunaan NI ELVIS 2. Memahami analisis rangkaian menggunakan NI ELVIS B. Alat

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI DAN ANALISIS FILTER HARMONISA BERBASIS ELECTROMAGNETIC COMPATIBILITY (EMC) PADA CONVERTER DC TO DC TIPE BUCK

IMPLEMENTASI DAN ANALISIS FILTER HARMONISA BERBASIS ELECTROMAGNETIC COMPATIBILITY (EMC) PADA CONVERTER DC TO DC TIPE BUCK IMPLEMENTASI DAN ANALISIS FILTER HARMONISA BERBASIS ELECTROMAGNETIC COMPATIBILITY (EMC) PADA CONVERTER DC TO DC TIPE BUCK HARMONICS FILTER IMPLEMENTATION AND ANALYSIS BASED ON ELECTROMAGNETIC COMPATIBILITY

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan pemakaian peralatan elektronika dengan sumber DC satu fasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan pemakaian peralatan elektronika dengan sumber DC satu fasa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan pemakaian peralatan elektronika dengan sumber DC satu fasa saat ini sudah sangat pesat, seperti Note Book, printer, Hand Phone, radio, tape dan lainnya.

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB IV DATA DAN ANALISA BAB IV DATA DAN ANALISA 4.1 Umum Setelah menjalani proses perancangan, pembuatan, dan pengukuran parameter - parameter antena mikrostrip patch sirkular, maka proses selanjutnya yaitu mengetahui hasil pengukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Blok diagram sistem radar [2]

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Blok diagram sistem radar [2] BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi begitu pesat, dari generasi ke generasi lahir berbagai inovasi yang merupakan objek pembaharuan penunjang kehidupan manusia. Di bidang komunikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid (Pembangkit Listrik Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid (Pembangkit Listrik Sistem 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid (Pembangkit Listrik Sistem Hibrid) Pembangkit Listrik Sistem Hibrid adalah pembangkit yang terdiri lebih dari satu pembangkit dengan

Lebih terperinci

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER 1. Tujuan Memahami op-amp sebagai penguat inverting dan non-inverting Memahami op-amp sebagai differensiator dan integrator Memahami op-amp sebagai penguat jumlah 2. Alat

Lebih terperinci

Desain Antena Log Periodik Mikrostrip Untuk Aplikasi Pengukuran EMC Pada Frekuensi 2 GHz 3.5 GHz

Desain Antena Log Periodik Mikrostrip Untuk Aplikasi Pengukuran EMC Pada Frekuensi 2 GHz 3.5 GHz JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Desain Antena Log Periodik Mikrostrip Untuk Aplikasi Pengukuran EMC Pada Frekuensi 2 GHz 3.5 GHz Tara Aga Puspita [1], Eko Setijadi [2], M. Aries Purnomo

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beban non linier pada peralatan rumah tangga umumnya merupakan peralatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beban non linier pada peralatan rumah tangga umumnya merupakan peralatan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber Harmonisa Beban non linier pada peralatan rumah tangga umumnya merupakan peralatan elektronik yang didalamnya banyak terdapat penggunaan komponen semi konduktor pada

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Pemilihan Frekuensi Carrier dan Komponen Filter Terhadap Bentuk Gelombang Keluaran pada Inverter Satu Fasa

Studi Pengaruh Pemilihan Frekuensi Carrier dan Komponen Filter Terhadap Bentuk Gelombang Keluaran pada Inverter Satu Fasa Yogyakarta, 16 Oktober 2008 Studi Pengaruh Pemilihan Frekuensi Carrier dan Komponen Filter Terhadap Bentuk Gelombang Keluaran pada Inverter Satu Fasa Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik LIPI

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Receiver [1]

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Receiver [1] BAB II DASAR TEORI 2.1. Receiver Penerima (Receiver) adalah sebuah alat yang menerima pancaran sinyal termodulasi dari pemancar (transmitter) dan mengubah sinyal tersebut kembali menjadi sinyal informasi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Sistem pengukur pada umumnya terbentuk atas 3 bagian, yaitu:

BAB II DASAR TEORI. Sistem pengukur pada umumnya terbentuk atas 3 bagian, yaitu: BAB II DASAR TEORI 2.1 Instrumentasi Pengukuran Dalam hal ini, instrumentasi merupakan alat bantu yang digunakan dalam pengukuran dan kontrol pada proses industri. Sedangkan pengukuran merupakan suatu

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN REALISASI LOW NOISE AMPLIFIER FREKUENSI S-BAND (2,425 GHZ) UNTUK APLIKASI STASIUN BUMI SATELIT NANO

PERANCANGAN DAN REALISASI LOW NOISE AMPLIFIER FREKUENSI S-BAND (2,425 GHZ) UNTUK APLIKASI STASIUN BUMI SATELIT NANO e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.1 April 016 Page 447 PERANCANGAN DAN REALISASI LOW NOISE AMPLIFIER FREKUENSI S-BAND (,45 GHZ) UNTUK APLIKASI STASIUN BUMI SATELIT NANO DESIGN AND REALIZATION OF

Lebih terperinci

Rangkaian Pembangkit Gelombang dengan menggunakan IC XR-2206

Rangkaian Pembangkit Gelombang dengan menggunakan IC XR-2206 Eddy Nurraharjo Program Studi Teknik Informatika, Universitas Stikubank email : eddynurraharjo@gmail.com Abstrak Sebuah sinyal dapat dihasilkan dari suatu pembangkit sinyal yang berupa sebuah rangkaian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret - Mei 2015 dan tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret - Mei 2015 dan tempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret - Mei 205 dan tempat pelaksanaan penelitian ini di Laboratorium Elektronika Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN GAP ANTAR RESONATOR PADA PERANCANGAN COUPLED EDGE BANDPASS FILTER

PENGARUH UKURAN GAP ANTAR RESONATOR PADA PERANCANGAN COUPLED EDGE BANDPASS FILTER PENGARUH UKURAN GAP ANTAR RESONATOR PADA PERANCANGAN COUPLED EDGE BANDPASS FILTER Ayudya Tri Lestari 1), Dharu Arseno, S.T., M.T. 2), Dr. Ir. Yuyu Wahyu, M.T. 3) 1),2) Teknik Telekomunikasi, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Blok Diagram dan Alur Rangkaian Blok diagram dan alur rangkaian ini digunakan untuk membantu menerangkan proses penyuplaian tegangan maupun arus dari sumber input PLN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, Telkom University sedang mengembangkan satelit mikro yang mengorbit pada ketinggian 600-700 km untuk wahana pembelajaran space engineering. Sebelum satelit

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM RF ENERGY HARVESTING PADA FREKUENSI UHF DESIGN AND REALIZATION OF RF SYSTEM ENERGY HARVESTING FOR UHF FREQUNECY

PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM RF ENERGY HARVESTING PADA FREKUENSI UHF DESIGN AND REALIZATION OF RF SYSTEM ENERGY HARVESTING FOR UHF FREQUNECY PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM RF ENERGY HARVESTING PADA FREKUENSI UHF DESIGN AND REALIZATION OF RF SYSTEM ENERGY HARVESTING FOR UHF FREQUNECY Hamka Ikhlasul Amal NZ 1, Arfianto Fahmi 2, Yuyu Wahyu 3

Lebih terperinci

ABSTRAKSI ANALISIS DISTORSI HARMONIK PADA SISTEM DISTRIBUSI DAN REDUKSINYA MENGGUNAKAN TAPIS HARMONIK DENGAN BANTUAN ETAP POWER STATION 4.

ABSTRAKSI ANALISIS DISTORSI HARMONIK PADA SISTEM DISTRIBUSI DAN REDUKSINYA MENGGUNAKAN TAPIS HARMONIK DENGAN BANTUAN ETAP POWER STATION 4. ABSTRAKSI ANALISIS DISTORSI HARMONIK PADA SISTEM DISTRIBUSI DAN REDUKSINYA MENGGUNAKAN TAPIS HARMONIK DENGAN BANTUAN ETAP POWER STATION 4. 0 TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan

Lebih terperinci

MODUL - 04 Op Amp ABSTRAK

MODUL - 04 Op Amp ABSTRAK MODUL - 04 Op Amp Yuri Yogaswara, Asri Setyaningrum 90216301 Program Studi Magister Pengajaran Fisika Institut Teknologi Bandung yogaswarayuri@gmail.com ABSTRAK Pada percobaan praktikum Op Amp ini digunakan

Lebih terperinci

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2010 MODUL I DIODA SEMIKONDUKTOR DAN APLIKASINYA 1. RANGKAIAN PENYEARAH & FILTER A. TUJUAN PERCOBAAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN TUNABLE BAND PASS FILTER AKTIF UNTUK APLIKASI ANALISIS SINYAL DENGAN DERET FOURIER

PERANCANGAN TUNABLE BAND PASS FILTER AKTIF UNTUK APLIKASI ANALISIS SINYAL DENGAN DERET FOURIER PERANCANGAN TUNABLE BAND PASS FILTER AKTIF UNTUK APLIKASI ANALISIS SINYAL DENGAN DERET FOURIER F.X. Hendra Prasetya Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Katolik Soegijapranata

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUJIAN S-PARAMETER PADA PERANGKAT DUPLEXER DAN KABEL COAXIAL DENGAN FREKUENSI MHz

ANALISIS PENGUJIAN S-PARAMETER PADA PERANGKAT DUPLEXER DAN KABEL COAXIAL DENGAN FREKUENSI MHz Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer ANALISIS PENGUJIAN S-PARAMETER PADA PERANGKAT DUPLEXER DAN KABEL COAXIAL DENGAN FREKUENSI 1.800 MHz ANALYSIS OF S-PARAMETER TESTING ON DUPLEXER DEVICE AND COAXIAL CABLE

Lebih terperinci

Sistem Perbaikan Faktor Daya Pada Penyearah Diode Tiga Phasa Menggunakan Hysteresis Current Control

Sistem Perbaikan Faktor Daya Pada Penyearah Diode Tiga Phasa Menggunakan Hysteresis Current Control JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Sistem Perbaikan Faktor Daya Pada Penyearah Diode Tiga Phasa Menggunakan Hysteresis Current Control Denny Prisandi, Heri Suryoatmojo, Mochamad Ashari Jurusan

Lebih terperinci

Penguat Inverting dan Non Inverting

Penguat Inverting dan Non Inverting 1. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian op-amp sebagai penguat inverting dan non inverting. 2. Mengamati fungsi kerja dari masing-masing penguat 3. Mahasiswa dapat menghitung penguatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain fungsi dari function generator, osilator, MAX038, rangkaian operasional amplifier, Mikrokontroler

Lebih terperinci

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali BAB III PERANCANGAN 3.1. Blok Diagram Pada dasarnya rangkaian elektronik penggerak kamera ini menggunakan beberapa rangkaian analok yang terbagi menjadi beberapa blok rangkaian utama, yaitu, rangkaian

Lebih terperinci

Materi 3: ELEKTRONIKA DAYA (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA

Materi 3: ELEKTRONIKA DAYA (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA Materi 3: ELEKTRONIKA DAYA 52150492 (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA KONVERTER DC KE DC CHOPPER PENGERTIAN DC to DC converter itu merupakan suatu device

Lebih terperinci

KOMPONEN-KOMPONEN ELEKTRONIKA

KOMPONEN-KOMPONEN ELEKTRONIKA KOMPONEN-KOMPONEN ELEKTRONIKA 1 Komponen: Elemen terkecil dari rangkaian/sistem elektronik. KOMPONEN AKTIF KOMPONEN ELEKTRONIKA KOMPONEN PASIF 2 Komponen Aktif: Komponen yang dapat menguatkan dan menyearahkan

Lebih terperinci

Elektronika Dasar Ponsel

Elektronika Dasar Ponsel Elektronika Dasar Ponsel Bagaimanapun sebuah ponsel adalah sebuah rangkaian elektronika. Akan tetapi ponsel tidak dapat berfungsi bila tidak diberikan daya atau tegangan (listrik). Sumber listrik Dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga. Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga. Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah 24 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah tangga diantaranya, switch-mode power suplay pada TV,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. yang dibangkitkan dengan frekuensi yang lain[1]. Filter digunakan untuk

BAB II DASAR TEORI. yang dibangkitkan dengan frekuensi yang lain[1]. Filter digunakan untuk BAB II DASAR TEORI 2.1 Filter Filter atau tapis didefinisikan sebagai rangkaian atau jaringan listrik yang dirancang untuk melewatkan atau meloloskan arus bolak-balik yang dibangkitkan pada frekuensi tertentu

Lebih terperinci

LAPORAN LAB TEKNIK PENGUKURAN FREKUENSI TINGGI

LAPORAN LAB TEKNIK PENGUKURAN FREKUENSI TINGGI LAPORAN LAB TEKNIK PENGUKURAN FREKUENSI TINGGI Percobaan No.1 Pengukuran Karakteristik Low Pass Filter (LPF) Oleh: Kelompok III/Kelas 3B 1. Aulia Rahman Hakim/131331041 2. Byan Arsyul Kamil/131331042 3.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUATAN BIOPOTENSIAL DENGAN REDUKSI INTERFERENSI GANGGUAN

ANALISIS PENGUATAN BIOPOTENSIAL DENGAN REDUKSI INTERFERENSI GANGGUAN ANALISIS PENGUATAN BIOPOTENSIAL DENGAN REDUKSI INTERFERENSI GANGGUAN Oleh: Moh. Imam Afandi * Abstrak Telah dilakukan analisis penguatan biopotensial dengan reduksi interferensi gangguan sinyal pada sistem

Lebih terperinci