BAB I PENDAHULUAN. sebagai: Ketahanan pangan terjadi apabila semua orang secara terus

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Ketahanan pangan didefinisikan menurut World Food Summit (1996) sebagai: Ketahanan pangan terjadi apabila semua orang secara terus menerus, baik secara fisik, sosio, dan ekonomi mempunyai akses untuk pangan yang memadai, bergizi dan aman, yang memenuhi kebutuhan pangan mereka dan pilihan makanan untuk hidup secara aktif dan sehat. Di Indonesia, ketahanan pangan diatur dalam Undang-undang No.7 tahun 1996 tentang pangan. Indonesia memiliki sumber daya yang cukup untuk menjamin ketahanan pangan bagi penduduknya, karena terdapat banyak sumber bahan pangan non beras (seperti umbi-umbian, pisang dan kacang-kacangan) yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Namun ketahanan pangan nasional yang baik belum tentu dapat menjamin kebutuhan akan pangan penduduk dapat terpenuhi secara cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya (aman dan bergizi) (WNPG, 2012). Berdasarkan Data Susenas, pada tahun 2002 persentase penduduk yang termasuk sangat rawan pangan mencapai 13.1% (sekitar 26.5 juta jiwa), tahun % (sekitar 28.7 juta jiwa) dan pada tahun 2007 dan 2008 mengalami penurunan menjadi 13.0% (29.2 juta jiwa) dan 11.07% (25.1 juta jiwa) (DKP, 2009). Wanita memiliki peran penting dalam ketahanan pangan, berdasarkan penelitian Quisumbing et al. (1995) diketahui bahwa dalam 1

2 menjaga ketahanan panga rumah tangga, wanita turut memiliki peran yang penting. Masalah gizi pada kelompok wanita usia subur (WUS) yang sering kali terjadi yaitu kurang energi kronik (KEK). Yang merupakan akibat dari tidakseimbangnya asupan kebutuhan dengan pengeluaran energi. Hal ini terjadi karena terlalu beratnya beban kerja seorang wanita, selain itu seorang wanita (ibu) sering tidak makan demi anak-anak atau suaminya (Tobing, 2009). Penelitian yang dilakukan di berbagai Negara menemukan bahwa seorang ibu dari keluarga rawan pangan yang memiliki anak sering kali mengesampingkan asupan makan dan kebutuhan gizi mereka sendiri hanya untuk memastikan bahwa anak mereka tidak kekurangan makanan (Che and Chen, 2001; Hammelin, Beadury and Habicht, 2002). Hasil survei NSS-HKI di empat kota (Jakarta, Semarang, Makassar dan Surabaya) menunjukkan hasil bahwa prevalensi overweight pada wanita usia produktif didaerah kumuh perkotaan yaitu berkisar antara 18-25%, yang justru lebih besar dari prevalensi underweight (11-14%). Demikian juga, hasil survei di daerah pedesaan (Jabar, Banten, Jateng, Jatim, Lampung, Sumbar, Lombok dan Sulsel) prevalensi overweight berkisar antara 10-21%, sementara prevalensi underweight antara 10-14%. Dengan kata lain Indonesia saat ini sedang mengalami beban gizi ganda, yaitu kondisi dimana masalah gizi kurang dan gizi kebih terjadi secara bersama-sama. Berdasarkan Data Riskesdas (2010), status gizi wanita dewasa di Provinsi Lampung sebanyak 10,7% mengalami underweight, sebanyak 10,8% mengalami overweight, dan sebanyak 13,4% mengalami masalah obesitas. 2

3 Data yang digunakan MDGs dalam indikator kelaparan, hampir duapertiga dari penduduk Indonesia masih berada di bawah asupan kalori sebanyak 2100 kalori perkapita/hari (Ibrahim et al., 2009). Provinsi Lampung masuk dalam salah satu provinsi yang mempunyai rerata konsumsi Energi per Kapita per Hari dibawah rerata nasional (<2100 kalori perkapita/hari). Data DKP tahun 2009 menguraikan bahwa prevalensi sangat rawan pangan di Provinsi Lampung sebesar 7,4%. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti merasa tertarik untuk mengetahui bagaimana ketahanan pangan rumah tangga dan status gizi ibu di Kecamatan Teluk Betung Selatan Provinsi Lampung. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah, apakah ada hubungan antara ketahanan pangan rumah tangga dengan asupan makan dan status gizi ibu di Kecamatan Teluk Betung Selatan Provinsi Lampung. 3. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk mengetahui ketahanan pangan rumah tangga, asupan makan dan status gizi ibu di Kecamatan teluk Betung Selatan Provinsi Lampung. 3

4 Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran asupan makan dan status gizi ibu di Kecamatan Teluk Betung Selatan 2. Mengetahui hubungan antara ketahanan pangan rumah tangga dengan asupan makan ibu di Kecamatan Teluk Betung Selatan 3. Mengetahui hubungan antara ketahanan pangan rumah tangga dengan status gizi ibu di Kecamatan Teluk Betung Selatan 4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Untuk menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman khususnya dibidang ketahanan pangan rumah tangga dan juga asupan makan serta status gizi ibu 2. Bagi Pemerintah (Badan Ketahanan Pangan dan Dinas kesehatan) Sebagai masukan bagi Badan Ketahanan pangan untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga di Teluk Betung Selatan Provinsi lampung. Dan sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan untuk meningkatkan program gizi bagi ibu di teluk Betung Selatan Provinsi Lampung 5. Keaslian Penelitian 1. Penelitian dari Tobing (2009) dengan judul Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga dan Status Gizi Ibu dan Anak Balita di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional yang dilakukan di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai. Pengambilan 4

5 sampel menggunakan teknik simple random sampling sebanyak 80 keluarga. Responden dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga dan anak balita. Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar masuk dalam kategori rawan pangan dengan kelaparan tingkat ringan. Tingkat konsumsi energi dan protein ibu dan anak balita sebagian besar masuk dalam kategori sedang yaitu masing-masing 48,75% dan 52,50%. Status gizi ibu dan anak balita juga dalam kategori normal. Penelitian ini juga melakukan melakukan pengukuran status gizi pada anak balita. Persamaan dengan penelitian ini yaitu metode penelitian yang dipakai. 2. Penelitian dari Gulliford dan Deepak (2002) dengan judul Food Insecurity, Food Choices, and Body Mass Index in Adults; Nutrition Transition in Trinidad and Tobago. Penelitian ini menggunakan studi cross sectional yang dilakukan pada 15 kelompok rumah tangga di wilayah utara pusat Trinidad. Penelitian ini menggunakan orang dewasa berusia >25 tahun sebagai responden. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 300 rumah tangga. Hasil dari penelitian ini sebanyak 134 (25%) subjek penelitian masuk dalam kategori rawan pangan. Kerawanan pangan rumah tangga juga berkaitan dengan underweight pada orang dewasa di Trinidad dan Tobago. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu lokasi penelitian dan subjek penelitian. Penelitian ini menggunakan anak laki-laki dewasa sebagai subjek. Persamaan penelitian ini yaitu terdapat pada metode penelitiannya. 3. Penelitian dari Dharod et al. (2013) dengan judul Food Insecurity: Its Relationship to Dietary Intake and Body Weight among Somali Refugee Women in the United State. Penelitian ini menggunakan studi cross sectional dengan pengambilan sampel menggunakan metode snowball. 5

6 Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 195 orang wanita yang memiliki kriteria inklusi yaitu wanita asli Somali, bertempat tinggal di Lewiston, memiliki kurang lebih 1 orang anak usia 12 tahun atau lebih muda lagi dan menyiapkan makanan untuk keluarganya sendiri. Hasil dari penelitian menunjukkan ketahanan pangan berhubungan positif dengan kejadian overweight dan obesitas. Sebagian besar (67%) sampel penelitian mengalami kerawanan pangan di beberapa tingkat. Umumnya mereka yang mengalami kerawanan pangan merupakan pendatang baru dan menggunakan bahasa Somalia dalam berkomunikasi sehari-hari dirumahnya. Bila dibandingkan antara sampel penelitian yang mengalami rawan pangan dengan yang ketahanan pangannya terjamin, diketahui bahwa konsumsi daging dan telur mereka lebih tinggi daripada konsumsi asupan buah dan sayurannya. Persamaan dengan penelitian ini adalah sampel penelitian yaitu ibu yang memiliki anak <18 tahun dan penggunaan kuisioner dari USDA untuk mengetahui tingkat ketahanan. Perbedaan dengan penelitian ini adalah untuk mengetahui asupan makan pada sampel penelitian menggunakan kuisioner FFQ. 6