ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA REWORK PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI KOTA PADANG TUGAS AKHIR MIFTAHUL FAJRI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA REWORK PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI KOTA PADANG TUGAS AKHIR MIFTAHUL FAJRI"

Transkripsi

1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA REWORK PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI KOTA PADANG TUGAS AKHIR Oleh : MIFTAHUL FAJRI PROGRAM STUDI DIV MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI PADANG 2017

2 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA REWORK PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI KOTA PADANG TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Terapan Teknik MIFTAHUL FAJRI PROGRAM STUDI DIV MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI PADANG 2017

3 TUGAS AKHIR ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA REWORK PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI KOTA PADANG MIFTAHUL FAJRI Disetujui oleh : Ketua Jurusan Teknik Sipil Ketua Program Studi DIV Manajemen Rekayasa Konstruksi ( DR. Ir. Yurisman, MT. ) Nip ( Ir. Indra Yurmansyah, MSc ) Nip

4 TUGAS AKHIR ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA REWORK PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI KOTA PADANG Disetujui oleh : Pembimbing I Pembimbing II (Satwarnirat, ST., MT) Nip (Zulfira Mirani, ST.,MT) Nip Tugas Akhir ini telah diajukan dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Sidang Tugas Akhir Pada Hari/Tanggal : Senin / 09 Oktober 2017 Tim Penguji : 1. Satwarnirat, ST., MT Ketua (...) Nip Zulfira Mirani, ST.,MT Sekretaris ( ) Nip Aguskamar, ST., M.Eng Anggota ( ) Nip Ir. Mafriyal, M.Si Anggota ( ) Nip

5

6 ABSTRAK Penyelenggaraan proyek konstruksi suatu bangunan dilaksanakan melalui sistem manajemen proyek tertentu. Proyek konstruksi mempunyai jadwal dan rencana pelaksanaan yang telah ditentukan. Pekerjaan ulang ( rework) pada proyek konstruksi diakibatkan karena kesalahan dalam perencanaan, kesalahan prosedur kerja, kurangnya pengawasan sehingga hasil pekerjaan tidak sesuai dengan desain awal konstruksi dan dapat mengakibatkan beberapa kerugian, seperti biaya, waktu, kualitas pekerjaan, dan menurunnya motivasi kerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab rework pada proyek konstruksi gedung di Kota Padang. Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner yang melibatkan 40 orang responden, terdiri dari 20 orang responden dari perusahaan konsultan dan 20 orang responden dari perusahaan kontraktor. Analisis yang dipakai yaitu analisis deskriptif dan analisis t-test dengan bantuan program Statistical Package for Social Science (SPSS) for Windows version Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor paling dominan penyebab rework adalah faktor kurangnya sinkronisasi dokumen proyek, faktor kurangnya teamwork antara owner, konsultan, kontraktor, dan pihak pihak terlibat lainnya, faktor pertimbangan dan keputusan yang salah di lapangan, dan faktor harmonisnya komunikasi dengan konsultan desain. Dari sudut pandang konsultan dan kontraktor tidak terdapat perbedaan pandangan yang signifikan terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya rework. Kata Kunci: Rework, Konstruksi Gedung, Penyebab Rework, Statistical Package for Social Science

7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah Subhanawata ala atas rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik. Shalawat dan salam tidak lupa penulis curahkan untuk Rasulullah Salallahu alaihi wassalam, atas ilmu pengetahuan yang dapat berkembang seperti sekarang ini. Tugas Akhir ini berjudul ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA REWORK PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI KOTA PADANG. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan bagi setiap mahasiswa jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Padang untuk mendapatkan gelar Sarjana Terapan. Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini tentu saja tidak terlepas dari dukungan, saran dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu secara khusus penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Dr. Ir. Yurisman. MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang 2. Bapak Ir.Indra Yurmansyah M.Sc, selaku ketua program Studi DIV Manajemen Rekayasa Konstruksi Politeknik Negeri Padang. 3. Ibu Satwarnirat, ST., MT selaku dosen pembimbing I Tugas Akhir yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan, serta masukan yang sangat berarti bagi penulis. 4. Ibu Zulfira Mirani, ST., MT selaku dosen pembimbing II Tugas Akhir yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan, serta masukan yang sangat berarti bagi penulis. 5. Teman-teman seperjuangan teknik sipil prodi manajemen konstruksi angkatan 2013 yang memberikan bantuan, motivasi dan semangat yang tinggi dalam menyelesaikan skripsi ini.

8 Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan berbagai kritikan dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas akhir ini. Akhirnya penulis mengharapkan semoga tugas akhir ini berguna dimasa yang akan datang. Padang, September 2017 MIFTAHUL FAJRI

9 DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan Penelitian Rumusan Masalah Batasan Masalah Manfaat Penelitian Sistematika Penulisan... 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Proyek Konstruksi Definisi Rework dan Batasan Rework Definisi Rework Batasan Rework Faktor Penyebab Terjadinya Rework Dampak Rework Antisipasi Terjadinya Rework... 16

10 2.6. Jasa Konstruksi Pengertian Jasa Konstruksi Kualifikasi Jasa Konstruksi Kualifikasi Jasa Konstruksi Pelaksana Pekerjaan Kualifikasi Jasa Perencana Konstruksi Program dan Cara Kerja SPSS Uji Validitas Dan Relibilitas Analisis Deskriptif Uji Normalitas Shapiro Wilk Uji Homogenitas Uji Independent T-Test Penelitian Terdahulu BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Uraian Umum Bagan Alir Penelitian Objek Penelitian Jenis Data Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Sampel Metode dan Prosedur Pengumpulan Data Metode Pengumpulan Data Perancangan Data... 41

11 3.7. Metode Analisa Data Uji Validitas Dan Reabilitas Analisis Deskriptif Uji Prasyarat Analisis Uji Independent T-Test BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Uraian Umum Profil Responden Bidang Usaha Kualifikasi Perusahaan Jabatan Pengalaman Kerja Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Validitas Uji Reliabilitas Analisis Data Analisis Deskriptif Mean Uji Normalitas Shapiro Wilk Uji Homogenitas Uji Independent T-Test Pembahasan... 70

12 BAB V PENUTUP 5.1.Kesimpulan Rekomendasi DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

13 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 3.1 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Faktor-faktor Penyebab Rework... Diagram Prosedur SPSS... Diagram Alir Tahapan Dalam Penelitian... Karakteristik Responden Berdasarkan Bidang Usaha... Karakteristik Berdasarkan Kualifikasi Perusahaan... Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan... Karakteristik Berdasarkan Pengalaman Kerja

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner... Lampiran 2 Daftar Responden... Lampiran 3 Input Data Kuesioner... Lampiran 4 Uji Validitas dan Reliabilitas... Lampiran 5 Uji Analisis Deskriptif... Lampiran 6 Uji Normalitas Shapiro Wilk... Lampiran 7 Uji Homogenitas... Lampiran 8 Uji Independent T-Test...

15 DAFTAR RESPONDEN Konsultan No Nama Perusahaan Kualifikasi Perusahaan Alamat Perusahaan Direktur 1 PT. Natural Sumatera Consultant K2 Komp. Palm Griya No. E/14 Chandra Surya, ST 2 PT. Triartha Nusa Engineering K2 Jl. Kalimas No. 18 Susmizarti, SE 3 CV. Bina Citra Consultant K1 Jl. Sulawesi B/13 Wisma Indah I Ulak Karang Utara Ir. Trinov Ramdhani 4 CV. Multi Mitra Serasi K2 Perumahan Salingka Bungo Permai 2 Blok EE No.8 Dr.Ir. Bahrul Anif, MT 5 CV. Buana Cipta K2 Jl. Bakti I No. 02 Alai Anadra Disyah Putry, SE 6 PT. Taru Nusantara K2 Jl. Sungai Deli No. 3A Lapai Padang Diki Siswandi, S.Kom 7 PT. Indosarana Pratama Nusantara K2 Jl. Sumba Blok M 06 Wisma Indah I Ulak Karang Ir. M.I. Nengah Tela, MSc 8 CV. Sojoji Madani K1 Wisma Lapai Jaya Blok F/5 Kel. Kampung Lapai Jimmi, ST 9 CV. Artistik Engineering K2 Jl. Padang Pasir VII No. 12 Ir. Yadi Samitra, MT., Arch 10 PT. Tantedjo Gurhano K1 Jl. Padang Pasir VII No. 12 Padang Ir. Roza Evayanti 11 PT. Emtujuh Sarana Konsultan K2 Jl. Sumba Blok M 07 Wisma Indah I Ulak Karang Ir. H. Martalius Peli, MSc 12 PT. Nuansa Archiplant K1 Belanti Permai II C/7 Padamg Suparjan

16 Kontraktor No Nama Perusahaan Kualifikasi Perusahaan Alamat Perusahaan Direktur 1 PT. Arshy Citra Komato M2 Jl. Seranti No.5 Air Tawar Timur Ir. Nasirman Chan 2 PT. Astam Prima Karya M1 Jl. Sri Gunting No. 03 Kel. Air Tawar Barat Ir. Khairul Anwar 3 PT. Iso Iki Asano M2 Komp. Cendana Andalas Blok CC No.9 Syukrizal Syukur, B.Sc 4 CV. Akasia Raya K3 Jl. Keruing No. 6 Komp. Dangau Teduh Liza Agusthia 5 PT. Giat Pembangunan K3 Jl. Anshar I No. 28 Tunggul Hitam Romi Febrianta 6 PT. Putra Giat Pembangunan M1 Jl. Anshar I No. 28 Tunggul Hitam Erwandi 7 PT. Barettamuda Pratama M2 Jl. Veteran No. 12C H. Hariadi, BE 8 PT. Budi Jaya General M1 Jl. Ngurah Rai No. 7 Air Tawar Gamawi Sudanta Rivaldo, SE 9 PT. Trio Citra Abadi M1 Jl. Dr. Sutomo No. 125 C Lt II John Bastian 10 PT. Pertama Monvy Jaya M1 Jl. Dr. Sutomo No. 125 C Lt II Hambri 11 CV. Cuda Karya Graha K3 Jl. Anshar I No. 28 Dadok Tunggul Hitam Rovi Febrianta 12 CV. Usaha Bakti Mandiri K3 Jl. Merak No. 15 Berok Siteba Susi Febrianti, ST

17 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16 Tabel 4.17 Tabel 4.18 Tabel 4.19 Tabel 4.20 Tabel Kuesioner... Bidang Usaha... Kualifikasi Perusahaan... Jabatan... Pengalaman Kerja... Hasil Pengujian Validitas Desain dan Penjadwalan... Hasil Pengujian Validitas Manajerial... Hasil Pengujian Validitas Sumber Daya Manusia... Hasil Pengujian Validitas Klien... Hasil Pengujian Cara Efektif Mengurangi Rework... Hasil Pengujian Reliabilitas... Analisis Deskriptif Desain dan Penjadwalan... Analisis Deskriptif Manajerial... Analisis Deskriptif Sumber Daya Manusia... Analisis Deskriptif Klien... Analisis Deskriptif Cara Efektif Mengurangi Rework... Uji Normalitas Variabel Desain dan Penjadwalan... Uji Normalitas Variabel Manajerial... Uji Normalitas Variabel Sumber Daya Manusia... Uji Normalitas Variabel Klien... Uji Homogenitas... Uji Independent T-Test

18 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri jasa konstruksi di Kota Padang memegang peranan penting dalam meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian Kota Padang. Banyak bangunanbangunan baru yang di bangun di kota Padang seperti rumah/perumahan, kantorkantor, pabrik-pabrik, rumah sakit, jembatan, dan sebagainya. Perkembangan ini juga harus diikuti dengan peningkatan kualitas manajemen yang mengatur agar tercapainya hasil yang sesuai harapan. Namun dalam pelaksanaan proyek-proyek konstruksi tersebut ada beberapa kesalahan yang sering terjadi, seperti kesalahan pekerjaan yang dikarenakan kesalahan gambar dan desain, kurangnya keterampilan dari pekerja, komunikasi antar stakeholder yang kurang jelas, dan masih banyak lagi faktor yang akan menghambat pekerjaan proyek. Akibat kesalahan-kesalahan tersebut akan menimbulkan terjadinya rework. Rework adalah suatu pekerjaan ulang yang diakibatkan karena kesalahankesalahan dari suatu pelaksanaan proyek konstruksi. Menurut Andi et al (2005) Rework tidak dapat dihindari dari dunia konstruksi. Sangat jarang, bahkan mustahil untuk tidak menemui rework pada pelaksanaan proyek konstruksi. Akibat pelaksanaan suatu proyek tidak terlalu memperhatikan kualitas proyek yang sedang dikerjakan, maka akan menimbulkan rework. Hal ini akan menyebabkan penurunan kualitas pekerjaan yang akan berdampak kepada klaim dari klien, maka harus dilakukan perbaikan untuk memperoleh produk yang sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati. Rework dapat memberikan dampak buruk pada performa dan produktivitas, baik konsultan, kontraktor, dan pihak lainnya yang terkait dalam proyek. Kesalahan yang di lakukan oleh pihak tersebut tentunya berbeda-beda. Menurut Love (2002), rework merupakan salah satu kontributor utama pada pembengkakan biaya dan keterlambatan proyek. 1

19 Dari beberapa hasil penelitian menyatakan dampak buruk yang disebabkan oleh rework. Burati dkk (1992) menyatakan bahwa dari hasil penelitian yang dilakukan pada sembilan proyek menunjukkan bahwa biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk memperbaiki masalah kualitas mencapai 12,4 % dari nilai kontrak. Barber dkk (2000) menemukan dari hasil penelitiannya bahwa biaya karena kegagalan kualitas mencapai 25% dari nilai kontrak. Disamping biaya langsung rework juga berdampak pada biaya tidak langsung, seperti biaya administrasi yang membesar dan menurunnya motivasi, moral pekerja, dan personal konstruksi. Dengan mempertimbangkan bahwa dampak buruk yang diakibatkan oleh rework pada proses pelaksanaan konstruksi cukup signifikan, maka usaha-usaha untuk mengurangi terjadinya rework pada tahap konstruksi sangat diperlukan. Namun dalam pencapaian tujuan ini harus dipelajari terlebih dahulu faktor-faktor apa saja yang akan menyebabkan terjadinya rework. Dari uraian di atas penulis memilih judul Analisis Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Rework Pada Proyek Konstruksi Gedung di Kota Padang Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya rework pada proyek konstruksi gedung di kota Padang 2. Untuk mengetahui apakah antara kontraktor dan konsultan ada perbedaan terhadap faktor yang menyebabkan terjadinya rework pada proyek konstruksi gedung di kota Padang 3. Untuk menentukan cara paling efektif untuk mengurangi rework pada proyek konstruksi gedung di kota Padang Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang yang dikemukakan di atas, masalah yang dapat dirumuskan adalah: 2

20 1. Faktor-faktor apa yang paling dominan menjadi penyebab rework pada proyek konstruksi gedung di kota Padang? 2. Apakah terdapat perbedaan pandangan antara konsultan dan kontraktor mengenai faktor-faktor penyebab rework? 3. Bagaimana cara paling efektif untuk mengurangi rework pada proyek konstruksi gedung? 1.4. Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih mengarah pada latar belakang dan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penulis membuat batasan-batasan masalah guna membatasi ruang lingkup penelitian, antara lain: 1. Penelitian dilakukan dan dibatasi terhadap kontraktor dan konsultan yang berada di Kota Padang berdasarkan pengalaman kerja masing-masing kontraktor dan konsultan tersebut. 2. Penelitian hanya untuk kasus-kasus rework pada pekerjaan-pekerjaan dalam fase konstruksi bangunan gedung. 3. Responden yang mengisi kuesioner ini adalah konsultan dan kontraktor yang tergabung dalam asosiasi jasa konstruksi GAPENSI dan INKINDO yang berada di wilayah Kota Padang Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan sebagai referensi dan informasi mengenai faktor-faktor penyebab terjadinya rework. Secara khusus manfaat penelitian bagi: 1. Peneliti Memberikan gambaran mengenai kendala apa saja yang sering terjadi pada proyek konstruksi, sehingga penulis dapat mempersiapkan diri saat memasuki dunia konstruksi, agar hasil proyek menjadi optimal dengan anggaran yang efisien. 3

21 2. Perusahaan Konstruksi Memberikan masukan referensi dan informasi mengenai faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya rework pada proyek konstruksi, sehingga dengan diketahuinya penyebab-penyebab rework tersebut perusahaan konstruksi dapat mengantisipasi dan meminimalisir terjadinya rework. 3. Masyarakat Memberikan pengetahuan kepada masyarat mengenai pengaruh rework terhadap kelancaran proses konstruksi dan akibat yang ditimbulkan terhadap proses konstruksi tersebut Sistematika Penulisan Untuk memudahkan dalam pemahaman masalah yang dibahas, maka penulisan tugas akhir ini dibahas dalam beberapa bab sebagai beriukut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang latar belakang pemilihan topik penulisan, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang pembahasan mengenai teori-teori yang menjadi landasan dari masalah yang akan dibahas, dan juga hal-hal yang berkaitan yang dapat dijadikan landasan teori dan juga pembahasan mengenai penelitian sebelumnya. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai penelitian itu sendiri dan teknikteknik analisa yang dipakai, cara pengumpulan data, serta cara menganalisis data. 4

22 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas mengenai analisis data, dan pembahasan dari analisis data. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berisi kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian dan saran-saran, sebagai masukan bagi perusahaan dan penelitian selanjutnya. 5

23 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Proyek Konstruksi Proyek adalah suatu kegiatan yang mempunyai jangka waktu tertentu dengan alokasi sumber daya terbatas, untuk melaksanakan suatu tugas yang telah digariskan. Menurut Soeharto (1997), kegiatan proyek dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang sementara berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber dana tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan tegas. Dari pengertian di atas, maka dapat dijabarkan beberapa karakteristik proyek sebagai berikut: 1. Waktu proyek terbatas, artinya jangka waktu, waktu mulai (awal proyek) dan waktu akhir proyek sudah tertentu. 2. Hasilnya tidak berulang, artinya produk suatu proyek hanya sekali, bukan produk rutin atau berulang (pabrikasi). 3. Mempunyai tahapan kegiatan-kegiatan berbeda-beda, dengan pola di awal sedikit, berkembang makin banyak, menurun, dan berhenti. 4. Intensitas kegiatan-kegiatan (tahapan, perencanaan, perancangan, pelaksanaan, dan perawatan). 5. Banyak ragam kegiatan dan memerlukan klasifikasi tenaga yang beragam pula. 6. Lahan atau lokasi proyek tertentu, artinya luasan dan tempat proyek sudah ditetapkan, tidak dapat sembarang tempat. 7. Spesifikasi proyek tertentu, artinya persyaratan yang berkaitan dengan bahan, alat, tenaga, dan metode pelaksanaannya yang sudah ditetapkan dan haru memenuhi prosedur persyaratan tersebut. Proyek mempunyai tiga karakteristik yang dapat dipandang secara tiga dimensi. Tiga karakteristik tersebut adalah: 6

24 1. Bersifat unik Keunikan dari proyek konstruksi adalah tidak pernah terjadi kegiatan yang sama persis (tidak ada proyek yang identik, yang ada adalah proyek yang sejenis), proyek bersifat sementara, dan selalu terlibat grup pekerja yang berbeda-beda. 2. Dibutuhkan sumber daya (Resources) Setiap proyek membutuhkan sumber daya, yaitu pekerja, uang, mesin, metode, dan material. Dalam kenyataannya, mengorganisasikan pekerja lebih sulit daripada sumber daya lainnya. 3. Organisasi Setiap organisasi mempunyai keragaman tujuan dimana didalamnya terlibat sejumlah individu dengan keahlian yang bervariasi, perbedaan ketertarikan, kepribadian yang bervariasi, dan ketidakpastian. Langkah awal yang harus dilakukan adalah menyusun visi menjadi satu tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. (Wulfram I. Ervianto; 2002) Definisi Rework dan Batasan Rework Definisi Rework Rework dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi pengerjaan ulang. Selanjutnya dalam penelitian ini akan dipakai istilah rework. Rework sudah menjadi bagian yang hampir tak terpisahkan dalam dunia konstruksi. Oleh karena itu banyak peneliti yang mengadakan riset dan penelitian untuk mengetahui apa sebenarnya dari rework tersebut. Para peneliti tersebut mendefenisikan rework menurut pandangan dan pemikiran masing-masing. Defensi rework menurut pandangan para peneliti, antara lain : 1. CIDA (Construction Industry Development Agency, 1995) mendefenisikan rework sebagai mengerjakan sesuatu paling tidak satu kali lebih banyak, yang disebabkan oleh ketidakcocokan oleh permintaan. 2. Love et al (1999) rework adalah efek yang tidak perlu dari mengerjakan ulang suatu proses atau aktivitas yang diimplementasikan secara tidak tepat pada awalnya dan dapat ditimbulkan oleh kesalahan ataupun adanya variasi. 7

25 3. CII (Construction Industry Institute oleh pemiliknya, Cause and Effect of Field Rework Research Team 153, 2000) Rework adalah melakukan pekerjaan di lapangan lebih dari sekali atau aktifitas yang memindahkan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya sebagai bagian dari proyek. 4. COAA (Construction Owner Association of Alberta, 2002) Rework adalah total biaya yang dikeluarkan di lapangan selain dari biaya awal dan sumber daya awal. 5. Fayek at al (2002) mendefinisikan Rework aktivitas yang menghilangkan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya sebagai bagian dari proyek diluar sumber daya, dimana tidak ada change order dan change of scope. Pada penelitian ini diambil satu pengertian yang dirasa tepat, yaitu rework adalah aktivitas di lapangan yang harus dikerjakan lebih dari sekali, atau aktivitas yang menghilangkan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya sebagai bagian dari proyek diluar sumber daya, dimana tidak ada change order yang dikeluarkan Batasan Rework Bagaimanapun juga pengertian tersebut masih kurang jelas sehingga perlu diberikan batasan mengenai mana yang termasuk rework dan mana yang tidak. Berikut ini beberapa hal yang tidak termasuk rework antara lain, (COAA, 2002) : 1. Perubahan scope pekerjaan mula-mula (change). Contohnya: balok dengan permukaan yang tidak rata, jika permukaan yang tidak rata tadi dihilangkan atau dikikis maka hal ini akan tergolong rework, tetapi jika balok tadi ditambah tebalnya untuk menjadikan rata permukaan tadi maka akan tergolong sebagai perubahan dari scope pekerjaan mulamula (Change). 2. Perubahan desain atau kesalahan yang tidak mempengaruhi pekerjaan di lapangan. Contohnya: terjadi kesalahan atau perubahan desain konstruksi atap, tetapi pada saat perubahan diberikan ke kontraktor dan sampai di pekerja lapangan, proyek belum berjalan sampai pembangunan atap. Bisa disebut sebagai perubahan yang belum terlambat. 8

26 3. Penambahan/penghilangan scope pekerjaan karena kesalahan desainer dan kontraktor. Contohnya : penambahan kolom ukir, bukan kolom struktur. Hal ini dilakukan dengan menambah satu pekerjaan baru bukan memperbaiki atau menghilangkan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya. 4. Kesalahan fabrikasi off-site yang dibetulkan off-site. Contohnya : pemesanan tiang pancang tidak sesuai dengan ukuran yang diminta, tetapi hal ini diketahui sebelumnya, dan diperbaiki sebelum dipasang. 5. Kesalahan off-site modular fabrication yang dibetulkan off-site. 6. Kesalahan pabrikasi on-site tapi tidak mempengaruhi aktivitas dilapangan secara langsung (diperbaiki tanpa mengganggu jalannya aktivitas konstruksi) Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Rework Menurut Winata dan Hendarlim (2004) penyebab -penyebab terjadinya rework adalah sebagai berikut : 1. Faktor yang berkaitan dengan desain dan dokumentasinya Desain merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan yang sering menyebabkan rework. Berikut merupakan bagian kesalahan yang berkaitan dengan desain dan dokumentasinya : a. Kesalahan Desain Kesalahan desain bisa terjadi jika arsitek, drafter, konsultan ataupun kontraktor menggambarkan sesuatu atau kondisi bagian dari proyek tidak sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya, yang pada akhirnya gambar tersebut telah diturunkan dilapangan dan dikerjakan. Hal ini akan menyebabkan komplain dari pihak pemilik yang akhirnya mengharuskan rework. b. Perubahan desain Perubahan desain biasanya dilakukan untuk memenuhi permintaan dari salah satu konsumen (Love et al, 2002) diantaranya adalah 9

27 pemilik, dengan tujuan untuk memenuhi keinginan mereka atas misalnya : operasional dari fasilitas yang dibangun, atau untuk menjaga agar proyek tetap berada dalam jangkauan anggaran. Selain pemilik sebenarnya perubahan desain dapat juga disebabkan oleh: 1) Kontraktor untuk meningkatkan constructability dari fasilitas 2) Suplier untuk memungkinkan pemakaian produk yang sudah ada (standar) atau untuk memudahkan mobilisasi dari material baik ketika menuju proyek ataupun ketika di dalam proyek. 3) Desainer untuk memenuhi modifikasi desain. 4) Subkontraktor untuk menghilangkan konflik pengaturan pekerjaan. c. Desain yang tidak jelas Desain yang tidak jelas sering membuat mandor atau pekerja mempunyai pengertian yang berbeda dari yang dimaksudkan oleh desainer. Hal ini akhirnya mengakibatkan kesalahan yang menyebabkan rework, contohnya : pengaturan kembali servis karena bentrokan dari buruknya informasi yang diberikan dalam gambar. Di sini rework dapat berupa klaim karena variasi jika secara langsung mempengaruhi jalannya proyek dan menyebabkan gangguan (Love et al, 2002). d. Lack of constructibility Sering kali desain yang dikeluarkan tidak memperhatikan kemudahan pelaksanaan dilapangan. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya rework karena oleh pekerja dilapangan akhirnya gambar tadi dikerjakan sebisanya dan akhirnya mengakibatkan terjadinya kesalahan yang bisa menyebabkan terjadinya rework. Hal ini sering disebabkan karena kurangnya pengetahuan desainer mengenai konstruksi. Banyak kasus dimana kontraktor mengeluh karena desain yang sulit atau bahkan mustahil untuk dikerjakan. (Andi et al, 2003). 10

28 e. Kurangnya Pengetahuan Terhadap Karakter Bahan Dalam penggunaan bahan-bahan bangunan juga perlu diperhatikan karakteristik dari bahan yang dipakai. Karena kadang ada bahan yang tidak bisa dipakai secara bersamaan karena ketidakcocokan karakteristik kedua bahan tersebut. f. Buruknya koordinasi desain dan dokumentasi Dalam proyek sering ditemui adanya ketidakcocokan antara gambar struktur dengan gambar arsitektur, selain itu juga koordinasi antara gambar konstruksi dan gambar dari bagian lain seperti bagian instalasi listrik dan plumbing. Hal ini dapat menyebabkan kesalahan dalam pengerjaan karena gambar-gambar tadi saling bentrok satu sama lain dalam pelaksanaannya. Hal ini mengakibatkan perlunya dilakukan pembongkaran untuk memperbaiki kesalahan tadi agar dapat dibuat sesuai dengan keinginan gambar dan dalam hal ini termasuk rework. 2. Faktor yang berkaitan dengan manajerial a. Jadwal yang terlalu padat atau tekanan oleh waktu Tekanan oleh waktu adalah salah satu dasar penyebab terjadinya kesalahan. Pelaksanaan yang terburu-buru dapat menyebabkan terjadinya kesalahan yang dapat mengakibatkan terjadinya rework. b. Kurangnya kontrol dalam pekerjaan Kurangnya pengontrolan oleh kontraktor dalam pengerjaan dapat menyebabkan kualitas atau hasil pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai dengan harapan. Dalam hal ini bisa terjadi karena klaim dari owner dan akhirnya menyebabkan rework. c. Kurangnya kerja sama antara pemilik, desainer, kontraktor, suplier, dan pihak-pihak lain yang terkait. Masalah utama yang terdeteksi dalam fase desain ini adalah kecilnya interaksi antara desainer dan kontraktor dan di antara spesialis (listrik, plumbing, AC, dan sebagainya), situasi ini memaksa fase berikutnya untuk berjalan pada fase desain yang tidak lengkap 11

29 d. Kurangnya informasi mengenai keadaan lapangan Kurangnya informasi mengenai keadaan lapangan dapat menyebabkan pekerjaan terganggu dan bisa menyebabkan rework. Contohnya ketika pemancangan fondasi tiang pancang ternyata di dalam tanah ada fondasi dari bangunan terdahulu, sehingga pemancangan gagal dan terjadilah rework karena harus mengulang pemancangan di tempat tadi. e. Kurangnya antisipasi terhadap perubahan keadaan alam Seperti dalam proses pengecoran tiba-tiba hujan dan pada saat itu tidak tersedia terpal untuk menutupi sehingga coran menjadi rusak. f. Spesifikasi yang dikirim oleh suplier tidak sesuai Jika bahan yang tidak sesuai dengan permintaan tadi terlanjur dipasang maka perlu dilakukan pembongkaran untuk memperbaikinya. g. Pengiriman yang terlambat atau tidak tepat waktu Misalnya dalam proses Pancoran, dua truk pengangkut tiba dan terlebih dahulu diadakan pengecoran, lalu truk berikutnya datang terlambat sehingga menyebabkan beton terlanjur setting. Hal ini akan membuat perlunya proses lebih lanjut untuk bisa melakukan pengecoran pada bagian yang belum selesai karena sebagian sudah terlanjur setting. h. Jeleknya alur informasi baik formal maupun informal Sebagai contoh masalah dalam konstruksi West Gate Bridge, Victoria, Australia, yang mengakibatkan robohnya pada tahun 1967, tidak ada yang memberitahu bahwa komponen (Box girder) tidak boleh dipaksa untuk tersambung. Bila mereka tidak bisa tersambung atau tidak cocok mereka harus modifikasi. Konsultan tidak berusaha untuk memastikan kontraktor mengerti filosofi desain dan metode konstruksi yang lama tidak dapat digunakan. Mereka juga tidak memeriksa konstruksinya untuk melihat apakah telah dikerjakan dengan benar. 12

30 3. Faktor yang berkaitan dengan sumber daya (Resources) a. Kurangnya pengalaman bekerja Pengalaman yang kurang biasanya menghasilkan pekerjaan yang kurang baik dan memerlukan perbaikan untuk mencapai kualitas yang diinginkan. b. Kurangnya pengetahuan pekerja Pengetahuan pekerja yang kurang mengenai apa yang dikerjakannya dapat menyebabkan kesalahan dalam pengerjaannya. Misalnya kurangnya pengetahuan mengenai pemakaian alat penggetar beton dapat menghasilkan kualitas beton yang dihasilkan buruk. c. Jumlah kerja lembur yang terlalu banyak Dengan banyaknya jumlah jam kerja lembur akan mengakibatkan pekerja mengalam kelelahan yang akan berakibat kepada menurunnya kualitas pekerjaan dan akan sering terjadi kesalahan dalam bekerja yang dapat menyebabkan rework. d. Bekerja tidak sesuai prosedur Pengerjaan yang tidak sesuai prosedur tentu saja akan menghasilkan pekerjaan dengan kualitas yang lebih buruk, dan hak ini sering kali memerlukan perbaikan untuk kualitas yang diharapkan. e. Pertimbangan yang salah dalam lokasi proyek Sering kali jika dihadapkan pada situasi yang mendesak, misalnya karena jadwal yang padat, pekerja lapangan harus mengambil keputusan sendiri mengenai apa yang mereka kerjakan. Terkadang keputusan mereka itu salah dan mengakibatkan hasil yang berbeda dari keinginan desainer maupun kontraktor. f. Kurangnya QA/QC Pekerjaan yang kurang memperhatikan QA/QC akan dapat mengakibatkan didapatkannya hasil dengan kualitas yang tidak sesuai dengan keinginan sehingga perlu diusahakan usaha lebih lanjut untuk memperbaiki kualitas yang diinginkan. Hal ini mengakibatkan terjadinya rework. 13

31 Gambar 1. Faktor-faktor penyebab rework (Sumber: Winata dan Hendarlim (2004) Kemudian Manoa Malik (2011) menambahkan faktor penyebab terjadinya rework adalah faktor klien, ada 5 faktor yang dibahas berkaitan dengan klien, yaitu: 1. Kurangnya pengetahuan mengenai proses D & C (Design & Construction) Kurangnya pengetahuan desain dan konstruksi biasanya akan menyebabkan kesalahan dalam proses pelaksanaan pekerjaan konstruksi, misalnya gambar desain yang kurang sempurna dan spesifikasi material yang kurang. Hal ini dapat menyebabkan pembongkaran kembali atau penambahan pekerjaan dan keterlambatan. 2. Kurangnya pengalokasian dana (biaya) untuk pemeriksaan tempat proyek Memperoleh informasi yang akurat diperlukan survei dan penelitian yang sangat mendalam. Hal ini tentunya memerlukan waktu yang lama sehingga biaya sangat besar, karena kurangnya informasi keadaan lapangan dapat menyebabkan pekerjaan terganggu dan bisa juga menimbulkan rework. 14

32 3. Kurangnya keterlibatan klien dalam proyek. Komunikasi dan kerja sama yang baik harus tercipta antara semua pihak yang terkait dalam proyek. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan rapat secara berkala atau minimal laporan yang teratur, sehingga konsultan dan owner dapat mengetahui perkembangan proyek yang sedang berjalan dengan baik. Bila klien kurang melibatkan diri dalam monitoring dalam perkembangan proyek, maka dapat mengakibatkan hasil proyek yang tidak sesuai dengan keinginan klien. Hal ini dapat menimbulkan klaim dari klien, sehingga harus dilakukan pembongkaran dan melakukan perbaikan agar hasil proyek sesuai dengan keinginan klien. 4. Buruknya komunikasi dengan konsultan desain Buruknya komunikasi dengan konsultan desain membuat kurang sempurnanya proses yang sedang berjalan. Hal ini menyebabkan terjadinya change order, kualitas bangunan berkurang (dalam desain maupun rework). (Alarcon dan Mardones, 1998). 5. Rendahnya fee (pembayaran) untuk mempersiapkan dokumentasi kontrak Memperoleh informasi yang akurat dalam mempersiapkan dokumentasi kontrak dibutuhkan biaya yang besar. Bila informasi keadaan lapangan tidak akurat, maka pelaksanaan pekerjaan di lapangan akan terganggu dan menyebabkan rework Dampak Rework Menurut Andi (2005) beberapa penelitian telah mengungkapkan bahwa biaya yang ditimbulkan sebagai akibat dari rework cukup signifikan. Sebagai contoh,abdul Rahman mengatakan bahwa biaya nonconformance pada suatu proyek highway yang ditelitinya adalah sebesar 5% dari nilai kontrak. Dalam penelitan lain dalam sembilan proyek, Burati et al, menyebutkan bahwa biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk memperbaiki kualitas adalah 12,4% dari nilai kontrak. Sementara itu, penelitan lain bahkan menemukan biaya karena kegagalan kualitas mencapai 25%. 15

33 Disamping biaya langsung rework juga berdampak pada biaya tidak langsung, seperti biaya administrasi yang membesar dan menurunnya motivasi, moral pekerja, dan personal konstruksi. Dengan mempertimbangkan bahwa dampak buruk yang diakibatkan oleh rework pada proses pelaksanaan konstruksi cukup signifikan, maka usaha-usaha untuk mengurangi terjadinya rework pada tahap konstruksi sangat diperlukan. Namun dalam pencapaian tujuan ini harus dipelajari terlebih dahulu faktor-faktor apa saja yang akan menyebabkan terjadinya rework Antisipasi Terjadinya Rework Setelah mengetahui faktor-faktor apa saja penyebab rework pada proyek konstruksi, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi cara-cara untuk menghindari atau mengurangi terjadinya rework. Menurut Andi et al (2005) cara efektif mengurangi rework adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan komunikasi, baik antara atasan dengan bawahan maupun antara pemilik, desainer (konsultan), kontraktor, subkontraktor, dan suplier. 2. Memperkirakan semua bentuk perubahan dan kesalahan desain sehingga dapat dilakukan pencegahan. Hal ini dapat dilakukan pada fase desain. 3. Mengadakan pelatihan dan pendidikan tenaga kerja 4. Meningkatkan komitmen dalam memberikan pelayanan yang berkualitas 5. Memperkecil perbandingan antara jumlah mandor dengan pekerja 6. Pengawasan yang baik dilapangan 7. Pemilihan pelaksana dan perencana yang tepat 8. Detail gambar harus memperhatikan kemudahan pelaksanaan (constructibility) 9. Membuat kebijakan terkait zero defect construction. 10. Memberikan sanksi (teguran / tertulis) terhadap kesalahan kerja 16

34 2.6. Jasa Konstruksi Pengertian Jasa Konstruksi Menurut Permen PU No. 8 Tahun 2011 tentang Jasa Konstruksi, Jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi. Sedangkan pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanika, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lainnya Kualifikasi Jasa Konstruksi Kualifikasi jasa konstruksi merupakan bagian dari proses registrasi badan usaha penggolongan usaha di bidang jasa konstruksi menurut tingkat/kedalaman kompetensi dan kemampuan usaha. Kualifikasi dikelompokkan dalam; usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar yang diperhitungkan dari pengalaman, kualifikasi tenaga terampil/ahli yang dimiliki, dan memiliki dukungan keuangan yang sesuai. Berdasarkan klasifikasi dan kualifikasi di atas, setiap badan usaha memiliki kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan dengan lingkup nilai sebagai berikut: Kualifikasi jasa konstruksi Pelaksana Pekerjaan (Kontraktor) Kualifikasi Usaha Jasa Pelaksanaan Konstruksi Nasional didasarkan pada tingkat/kedalaman kompetensi dan kemampuan usahanya yang ditinjau dari : 1. Aspek Penanggung Jawab Badan Usaha (PJBU), adalah pimpinan Badan Usaha yang ditetapkan sebagai Penanggung Jawab Badan Usaha. PJBU merupakan Direktur Utama atau anggota Direksi atau Pimpinan Badan Usaha untuk Kantor Pusat dan Kepala Cabang/Perwakilan untuk Kantor Cabang/Perwakilan yang bertanggung jawab atas berjalannya operasional Badan Usaha. 2. Penanggung Jawab Klasifikasi yang selanjutnya disebut PJK adalah tenaga ahli tetap yang ditunjuk pimpinan Badan usaha untuk bertanggung jawab 17

35 terhadap aspek keteknikan satu klasifikasi tertentu yang dimiliki Badan usaha sesuai dengan keahlian yang dimiliki. 3. Penanggung Jawab Teknik selanjutnya disebut PJT adalah tenaga kerja tetap yang ditunjuk PJBU untuk bertanggungjawab terhadap aspek keteknikan dalam operasionalisasi Badan usaha jasa konstruksi. Penggolongan kualifikasi Badan usaha jasa pelaksana konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 didasarkan pada kriteria tingkat/kedalaman kompetensi dan potensi kemampuan usaha, yang selanjutnya dibagi menurut kemampuan melaksanakan pekerjaan berdasarkan kriteria risiko, dan/atau kriteria penggunaan teknologi, dan/atau kriteria besaran biaya, dapat dibagi jenjang kompetensinya sebagai berikut : 1. Badan Usaha Kualifikasi Kecil Perusahaan dengan kualifikasi usaha kecil dapat melaksanakan pekerjaan konstruksi dengan resiko kecil, berteknologi sederhana, dan berbiaya kecil. a. Kualifikasi kecil 1 (K1) Perusahaan dapat melaksanakan pekerjaan dengan nilai proyek sampai dengan Rp. 1 Milyar. Maksimal 2 klasifikasi dan 4 sub klasifikasi atau sub bidang. Perusahaan harus memiliki tenaga kerja bersertifikat keterampilan (SKT) tingkat 3 minimal 1 orang untuk ditetapkan sebagai penanggung jawab teknik (PJT) dan penanggung jawab klasifikasi (PJK). Nilai kekayaan bersih perusahaan harus diatas Rp (lima puluh juta) sampai dengan Rp (dua ratus juta). b. Kualifikasi kecil 2 (K2) Perusahaan dapat melaksanakan pekerjaan dengan nilai proyek sampai dengan Rp. 1,75 Milyar. Maksimal 2 klasifikasi dan 6 sub klasifikasi atau sub bidang. Perusahaan harus memiliki tenaga kerja bersertifikat keterampilan (SKT) kualifikasi kelas 2 min imal 1 orang untuk 18

36 ditetapkan sebagai penanggung jawab teknik (PJT) dan penanggung jawab klasifikasi (PJK). Nilai kekayaan bersih perusahaan harus diatas Rp (dua ratus juta) sampai dengan Rp (tiga ratus lima puluh juta). Pengalaman kerja perusahaan harus sesuai dengan sub klasifikasi dengan nilai kumulatif selama kurun waktu 10 tahun minimal Rp. 1 Milyar. c. Kualifikasi kecil 3 (K3) Perusahaan dapat melaksanakan pekerjaan dengan nilai proyek sampai dengan Rp. 2,5 Milyar. Maksimal 3 klasifikasi dan 8 sub klasifikasi atau sub bidang. Perusahaan harus memiliki tenaga kerja bersertifikat keterampilan (SKT) kualifikasi kelas 2 minimal 1 orang untuk ditetapkan sebagai penanggung jawab teknik (PJT) dan penanggung jawab klasifikasi (PJK). Nilai kekayaan bersih perusahaan harus diatas Rp (tiga ratus lima puluh juta) sampai dengan Rp (lima ratus juta). Pengalaman kerja perusahaan harus sesuai dengan sub klasifikasi dengan nilai kumulatif selama kurun waktu 10 tahun minimal Rp. 1,75 Milyar. 2. Badan Usaha Kualifikasi Menengah Perusahaan dengan kualifikasi usaha menengah dapat melaksanakan pekerjaan konstruksi dengan resik menengah, berteknologi madya, dan berbiaya sedang. a. Kualifikasi menengah 1 (M1) Perusahaan dapat melaksanakan pekerjaan dengan nilai proyek sampai dengan Rp. 10 Milyar. Maksimal 4 klasifikasi dan 10 sub klasifikasi atau subbidang. 19

37 Perusahaan harus memiliki tenaga kerja bersertifikat keahlian (SKA) kualifikasi ahli muda 1 orang untuk ditetapkan sebagai penanggung jawab teknik (PJT) dan minimal 1 orang sebagai penanggung jawab klasifikasi (PJK). Nilai kekayaan bersih perusahaan harus diatas Rp (lima ratus juta) sampai dengan Rp. 2 Milyar. Perusahaan telah memiliki pengalaman kerja tertinggi minimal Rp. 833 juta per-sub klasifikasi atau akumulatif dalam kurun waktu 10 tahun minimal Rp. 2,5 milyar. b. Kualifikasi menengah 2 (M2) Perusahaan dapat melaksanakan pekerjaan dengan nilai proyek sampai dengan Rp. 50 Milyar. Maksimal 4 klasifikasi dan 12 sub klasifikasi atau sub bidang. Perusahaan harus memiliki tenaga kerja bersertifikat keahlian (SKA) kualifikasi ahli madya 1 orang untuk ditetapkan sebagai penanggung jawab teknik (PJT) dan minimal kualifikasi ahli muda 1 orang sebagai penanggung jawab klasifikasi (PJK). Nilai kekayaan bersih perusahaan harus diatas Rp. 2 Milyar sampai dengan Rp. 10 Milyar. Perusahaan telah memiliki pengalaman kerja minimal Rp. 3,33 milyar per-sub klasifikasi atau akumulatif dalam kurun waktu 10 tahun minimal Rp. 10 milyar untuk setiap sub klasifikasi. 3. Badan Usaha Kualifikasi Besar Perusahaan dengan kualifikasi usaha menengah dapat melaksanakan pekerjaan konstruksi dengan resik tinggi, berteknologi tinggi, dan berbiaya besar. a. Kualifikasi besar 1 (B1) Perusahaan dapat melaksanakan pekerjaan dengan nilai proyek sampai dengan Rp. 250 Milyar. Maksimal 4 klasifikasi dan 14 sub klasifikasi atau sub bidang. 20

38 Perusahaan harus memiliki tenaga ahli bersertifikat keahlian (SKA) kualifikasi ahli madya 1 orang untuk ditetapkan sebagai penanggung jawab teknik (PJT) dan minimal 1 orang sebagai penanggung jawab klasifikasi (PJK). Nilai kekayaan bersih perusahaan harus diatas Rp. 10 Milyar sampai dengan Rp. 50 Milyar. Perusahaan telah memiliki pengalaman kerja minimal Rp. 16,66 milyar per-sub klasifikasi atau akumulatif dalam kurun waktu 10 tahun minimal Rp. 50 milyar. b. Kualifikasi besar 2 (B2) Perusahaan dapat melaksanakan pekerjaan dengan nilai proyek sampai dengan tidak terbatas dengan klasifikasi dan subklasifikasi atau subbidang tidak terbatas. Perusahaan harus memiliki tenaga kerja bersertifikat keahlian (SKA) kualifikasi ahli madya atau tingkat utama 1 orang untuk ditetapkan sebagai penanggung jawab teknik (PJT) dan minimal kualifikasi ahli muda 1 orang sebagai penanggung jawab klasifikasi (PJK). Nilai kekayaan bersih perusahaan harus diatas Rp. 50 Milyar sampai dengan tak terbatas. Perusahaan telah memiliki pengalaman kerja minimal Rp. 83,33 milyar per-sub klasifikasi atau akumulatif dalam kurun waktu 10 tahun minimal Rp. 250 milyar untuk setiap subklasifikasi Kualifikasi jasa Perencana Konstruksi (Konsultan) 1. Badan Usaha Kualifikasi Kecil Perusahaan dengan kualifikasi usaha kecil dapat melaksanakan pekerjaan konstruksi dengan resiko kecil, berteknologi sederhana, dan berbiaya kecil. 21

39 a. Kualifikasi kecil 1 (K1) Perusahaan dapat melaksanakan pekerjaan dengan nilai proyek sampai dengan Rp. 500 juta. Maksimal 3 klasifikasi dan 6 sub klasifikasi atau sub bidang. Perusahaan harus memiliki tenaga kerja bersertifikat keahlian (SKA) kualifikasi ahli muda minimal 1 orang untuk ditetapkan sebagai penanggung jawab teknik (PJT) dan penanggung jawab klasifikasi (PJK). Nilai kekayaan bersih perusahaan harus diatas Rp (lima puluh juta). b. Kualifikasi kecil 2 (K2) Perusahaan dapat melaksanakan pekerjaan dengan nilai proyek sampai dengan Rp. 750 juta. Maksimal 6 klasifikasi dan 18 sub klasifikasi atau sub bidang. Perusahaan harus memiliki tenaga kerja bersertifikat ahli (SKA) kualifikasi ahli muda minimal 1 orang untuk ditetapkan sebagai penanggung jawab teknik (PJT) dan penanggung jawab klasifikasi (PJK). Nilai kekayaan bersih perusahaan harus diatas Rp (seratus ratus juta). Pengalaman kerja perusahaan harus sesuai dengan sub klasifikasi dengan nilai kumulatif selama kurun waktu 4 tahun minimal Rp. 500 juta. 2. Badan Usaha Kualifikasi Menengah Perusahaan dengan kualifikasi usaha menengah dapat melaksanakan pekerjaan konstruksi dengan resik menengah, berteknologi madya, dan berbiaya sedang. 22

40 a. Kualifikasi menengah 1 (M1) Perusahaan dapat melaksanakan pekerjaan dengan nilai proyek sampai dengan Rp. 1,5 Milyar. Maksimal 6 klasifikasi dan 20 sub klasifikasi atau sub bidang. Perusahaan harus memiliki tenaga kerja bersertifikat keahlian (SKA) kualifikasi ahli madya 1 orang untuk setiap sub klasifikasi dan dapat merangkap sebagai penanggung jawab teknik (PJT) dan penanggung jawab klasifikasi (PJK). Nilai kekayaan bersih perusahaan harus diatas Rp (seratus lima puluh juta). Perusahaan telah memiliki pengalaman kerja per-sub klasifikasi atau subbidang atau akumulatif dalam kurun waktu 10 tahun minimal Rp. 750 juta. b. Kualifikasi menengah 2 (M2) Perusahaan dapat melaksanakan pekerjaan dengan nilai proyek sampai dengan Rp. 2,5 Milyar. Maksimal 6 klasifikasi dan 20 sub klasifikasi atau sub bidang. Perusahaan harus memiliki tenaga kerja bersertifikat keahlian (SKA) kualifikasi ahli madya 1 orang untuk setiap sub klasifikasi dan 1 orang sebagai penanggung jawab klasifikasi (PJK). Nilai kekayaan bersih perusahaan harus diatas Rp (tiga ratus juta). Perusahaan telah memiliki pengalaman kerja per-sub klasifikasi atau subbidang atau akumulatif dalam kurun waktu 10 tahun minimal Rp. 1,5 milyar. 3. Badan Usaha Kualifikasi Besar Perusahaan dengan kualifikasi usaha menengah dapat melaksanakan pekerjaan konstruksi dengan resik tinggi, berteknologi tinggi, dan berbiaya besar. 23

41 a. Kualifikasi besar (B) Perusahaan dapat melaksanakan pekerjaan dengan nilai proyek sampai dengan tidak terbatas. Perusahaan dapat mengajukan klasifikasi dan subklasifikasi atau subbidang. Perusahaan harus memiliki tenaga ahli bersertifikat keahlian (SKA) kualifikasi ahli madya 1 orang untuk setiap subklasifikasi dan 1 orang sebagai sebagai penanggung jawab teknik (PJT) dan 1 orang sebagai penanggung jawab klasifikasi (PJK). Nilai kekayaan bersih perusahaan harus diatas Rp (lima ratus juta). Perusahaan telah memiliki pengalaman kerja per-sub klasifikasi atau subbidang atau akumulatif dalam kurun waktu 10 tahun minimal Rp. 2,5 milyar Program dan Cara Kerja SPSS (Statistical Product Solution Service) Pada dasarnya komputer berfungsi mengolah data menjadi informasi yang berguna bagi pengguna komputer. Data yang diolah dimasukkan sebagai input, kemudian dengan proses pengolahan data oleh komputer dihasilkan output berupa informasi untuk kegunaan lebih lanjut. Berikut ini sedikit gambaran tentang cara kerja computer dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) dalam mengolah data. INPUT DATA Dengan Data Editor PROSES DATA Dengan Data Editor o o o OUTPUT DATA Dengan Output Navigator Pivot Table Editor Text Output Editor Chart Editor Gambar 3.2 Diagram Prosedur SPSS 24

42 Keterangan : 1. Data dimasukkan melalui data editor yang otomatis muncul di layar SPSS pada saat SPSS dibuka. 2. Data yang telah di input kemudian diproses melalui data editor. 3. Hasil pengolahan data muncul di layar windows yang lain dari SPSS, yaitu output navigator. Lalu tampilannya dapat berupa : a. Tulisan Pengerjaan (perubahan bentuk huruf, penambahan, pengurangan dan lainnya) yang berhubungan dengan output berupa teks dapat dilakukan melalui menu text output editor. b. Tabel Semua pekerjaan yang berhubungan dengan tabel dapat dilakukan melalui menu pivot table editor. c. Grafik Output yang berbentuk grafik (chart) dapat dilakukan melalui menu chart editor Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas Istilah valid atau validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu dimensi atau indikator dikatakan valid apabila indikator tersebut mampu mencapai tujuan pengukuran dari variabel pengamatan A haruslah indikator yang pada akhirnya memberikan informasi dan menggambarkan variabel pengamatan A. Dalam praktiknya, kecermatan pengukuran baik dalam bidang eksak, sosial ataupun psikologi yang masih didapati suatu kesalahan. Kesalahan itu dapat berupa hasil yang terlalu tinggi (overestimate) atau terlalu rendah (underestimate). Kesalahankesalahan inilah yang disebut dengan istilah measurement error. Indikator yang valid adalah indikator yang memiliki tingkat mesurement error yang kecil. Adapun untuk menghitung nilai validitas menggunakan rumus korelasi product adalah sebagai berikut : 25

43 = { ᵢ ( ᵢ)²{ ² ( )²}} Dimana : r Y Xi N = Koefesien kolerasi = Faktor penyebab rework = Elemen variabel bebas = Jumlah data Uji validitas dilakukan pada setiap butir pertanyaan, dan hasilnya dapat dilihat melalui hasil rhitung yang dibandingkan dengan rtabel, dimana rtabel dapat diperoleh dari tabel distribusi nilai (signifikan 5%) yang ada pada lampiran. Jika rtabel < rhitung maka valid, sebaliknya jika rtabel > rhitung maka tidak valid. 2. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas merupakan terjemahan dari realibility yang berasal dari kata real dan ability. Reliabilitas biasa diartikan sebagai keterpecayaan, keterandalan atau konsistensi. Hasil suatu pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap subjek yang sama diperoleh data yang relatif sama, artinya mempunyai konsistensi pengukuran yang baik. Sebaliknya, apabila diperoleh suatu hasil yang berbeda-beda dengan subjek yang sama, maka dikatakan inkonsisten. Menurut Hair et al (dalam buku SPSS Complete) reliabilitas merupakan serangkaian indikator gagasan laten yang konsisten dalam pengukurannya. Dalam istilah yang lebih formal, reliabilitas adalah tingkatan dimana serangkaian dua atau lebih indikator berbagi di dalam pengukuran gagasan mereka. Indikator gagasan yang dapat dipercaya sangat berhubungan, menunjukan bahwa mereka semua mengukur gagasan laten yang sama. Ketika reliabilitas menurun, indikator menjadi kurang konsisten, sehingga menjadi indikator gagasan laten yang lebih buruk. Menghitung reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha sebagai berikut: 11 = 1 1 ² ² 26

44 Dimana: r11 k = koefesien reliabilitas = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya item ² = jumlah varian butir ² = ( ²) ² = varians total ² = ( ²) Untuk reliabilitas dapat dilihat dari nilai koefesien reliabilitas (r11). Jika nilai r11>0,7 maka variabel tersebut dikatakan reliable. Jika <0,7 maka variabel tersebut dikatakan inreliable Analisis Deskriptif Menurut Moh. Nazir (Dalam Mandani, 2010), metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari analisis deskripsi adalah membuat deskripsi gambaran yang sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta yang diteliti di lapangan merupakan analisis yang digunakan untuk mengolah data yang diperoleh dalam bentuk angka kemudian dideskripsikan berdasarkan distribusi frekuensi, nilai rata-rata dan deviasi standar melalui perhitungan statistik. Analisis deskriptif dilakukan dengan maksud untuk melihat kecenderungan penyebaran data setiap variabel. Analisis ini bertujuan untuk menggambarkan apa yang ditemukan pada hasil penelitian dan memberikan informasi sesuai dengan yang diperoleh di lapangan. 27

45 Analisis Mean (rata rata), dengan rumus X= Dimana : X = Mean (rata rata) Xi = Data pengamatan dari 1 sampai n N = Jumlah data sampel Uji Normalitas Shapiro Wilk Uji normalitas berguna untuk menentukan apakah data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal. Selain itu, uji normalitas data juga akan menentukan langkah yang harus ditempuh selanjutnya, yaitu analisis statistik apa yang harus digunakan, apakah statistik parametrik atau non-parametrik. Berdasarkan pengalaman empiris beberapa ahli statistik, data yang jumlahnya lebih besar dari 30 (n > 30), maka sudah dapat diasumsikan berdistribusi normal. Bisa disebut dengan sampel besar. Namun untuk memberikan kepastian, data yang dimiliki terdistribusi normal atau tidak, sebaiknya digunakan uji statistik normalitas, karena belum tentu data yang ukurannya lebih besar dari 30 dipastikan berdistribusi normal, demikian sebaliknya data yang ukurannya kurang dari 30 belum tentu tidak berdistribusi normal, untuk itu perlu pembuktian. Ada beberapa metode yang digunakan untuk menguji kenormalan sampel, yaitu : 1. Goodness of fit 2. Kolmogorov Smirnov 3. Liliefors 4. Shapiro Wilk Uji Shapiro Wilk adalah sebuah metode atau rumus perhitungan sebaran data yang dibuat oleh Shapiro dan Wilk. Metode Shapiro Wilk adalah metode uji 28

46 moralitas yang efektif dan valid digunakan untuk sampel berjumlah kecil. Dalam penerapannya, para peneliti dapat menggunakan aplikasi SPSS. Dimana: D ai Xn-i+1 Xi = Berdasarkan rumus di atas = Koefisien test Shapiro Wilk = Angka ke n pada data = Angka ke i pada data X G T3 bn, cn, dn = Rata-rata data = Identik dengan nilai Z distribusi normal = Berdasarkan rumus di atas = Konversi statistik Shapiro Wilk pendekatan distribusi normal Cara baca hasil perhitungan uji Shapiro Wilk adalah dengan melihat nilai Shapiro Wilk hitung dan tingkat signifikansinya. Dalam hasil uji SPSS, nilai Shapiro Wilk hitung ditunjukkan dengan nilai signifikansinya. Nilai signifikansi dibandingkan dengan nilai probabilitasnya (p). Jika nilai p > 0,05, maka data berdistribusi normal Jika nilai p < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal Uji Homogenitas Pengujian homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya variasivariasi dua buah distribusi atau lebih. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data dalam variabel-variabel yang diuji bersifat homogen atau tidak. 29

47 Pengujian homogenitas dilakukan untuk menentukan langkah selanjutnya mengenai jenis metode statistik yang digunakan apakah parametrik atau nonparametrik. Syarat mutlak uji statistik parametrik adalah data yang akan diuji harus normal dan homogen. Faktor-faktor yang menyebabkan sampel atau populasi yang tidak homogen adalah proses sampling yang salah, penyebaran yang kurang baik, bahan yang sulit untuk homogen, atau alat untuk uji homogenitas rusak. Apabila sampel uji tidak homogen maka sampel tidak tidak bisa digunakan dan perlu dievaluasi kembali mulai dari proses sampling sampai penyebaran bahkan bila memungkinkan harus diulangi sehingga mendapatkan sampel uji yang homogen. Uji homogenitas digunakan sebagai syarat dalam analisis Independent sampel T-Test. Pada penelitian ini uji homogenitas menggunakan Test of Homogenity of Variance berdasarkan pada uji Levene Test, karena sampel diambil dari 2 kelompok data yang berbeda. Dimana: F = Koefisien F S1 2 = Varians kelompok 1 S2 2 = Varians kelompok 2 Dasar pengambilan keputusan dalam uji homogenitas adalah: Jika nilai signifikansi > 0,05, maka distribusi data adalah homogen Jika nilai signifikansi < 0,05, maka distribusi data adalah tidak homogen Uji Independent T Test Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas pada penelitian ini maka dilanjutkan untuk melakukan uji perbedaan. Uji perbedaan pada penelitian ini 30

48 menggunakan teknik statistik Independent Sample T-Test dengan bantuan program SPSS versi 21. Independent T Test adalah uji komparatif atau uji beda untuk mengetahui adakah perbedaan mean atau rerata yang bermakna antara dua kelompok bebas yang berskala interval atau rasio. Dua kelompok bebas yang dimaksud adalah dua kelompok yang tidak berpasangan, artinya sumber data berasal dari subjek yang berbeda. Dalam penelitian ini kelompok yang peneliti uji adalah perusahaan konsultan dan kontraktor yang ada di kota Padang. Peneliti ingin melihat apakah terdapat perbedaan pandangan antara konsultan dan kontraktor terhadap faktorfaktor penyebab terjadinya rework di kota Padang. Dimana: t = Koefisien t X n X 2 = Mean masing-masing sampel = Jumlah kasus pada tiap sampel/banyaknya objek = Jumlah deviasi pangkat dua Untuk mengetahui perbedaan pandangan antara konsultan dengan kontraktor mengenai penyebab terjadinya rework ketentuannya sebagai berikut: Hipotesis: H0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pandangan konsultan dengan kontraktor mengenai rework H1 = Terdapat perbedaan yang signifikan antara pandangan konsultan dengan kontraktor mengenai rework 31

49 Kriteria keputusan: a. Jika nilai probabilitas (Sig.) > 0,05, maka H0 diterima b. Jika nilai probabilitas (Sig.) < 0,05, maka H0 ditolak 2.8. Penelitan Terdahulu Beberapa penelitian sejenis yang sudah dilakukan yaitu: 1. Pada penelitian yang disajikan oleh Peter E. D. Love, David J. Edwards, Hunna Watson, dan Peter Davis dalam makalah Rework in Civil Infrastructure Projects: Determination of cost predictors (2010). Kemunduran proyek bisa ditentukan oleh lima variable prediksi rework yang signifikan, antara lain : a. Penggunaan informasi teknologi yang tidak efektif b. Cara kerja dan komunikasi yang tidak jelas (kesalahpahaman) c. Keterlibatan klien yang berlebihan dalam proyek. d. Perubahan yang dibuat atas permintaan klien. e. Kurangnya pengajuan perubahan oleh kontraktor untuk memperbaiki kualitas. 2. Love et al (2004) mengidentifikasi faktor yang memprediksi rework pada proyek konstruksi : perubahan yang dibuat atas permintaan klien saat produk telah diselesaikan, manajemen delay, tidak efektifnya penggunaan aplikasi IT dari disainer, dan disain konstruksi. 3. Handaru Witjaksana (2012) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa jenis pekerjaan yang paling sering terjadi rework adalah finishing dan M/E, faktor desain, seperti kesalahan, buruknya koordinasi, dan perubahan desain mendapat perhatian dari responden sebagai penyebab yang utama. 4. Arifal Hidayat (2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa faktor utama penyebab rework dari aspek kualitas dokumen desain proyek konstruksi dari persepsi konsultan berdasarkan urutan ranking adalah : a. kurangnya pengetahuan terhadap karakter bahan b. keadaan di gambar dengan dilapangan tidak sesuai 32

50 c. perubahan desain oleh pihak owner d. desain yang tidak jelas e. buruknya koordinasi dokumen f. kesalahan desain 5. Ardhan Herdianto, dkk (2015) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa faktor utama penyebab rework adalah faktor manajerial (kurangnya teamwork, kontrol dilapangan, komunikasi antar pihak tidak berjalan baik, alur informasi kurang jelas, dan jadwal yang terlalu padat). 33

51 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Uraian Umum Penelitian ini termasuk jenis penelitian survey yaitu penelitian menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Ada tiga persyaratan penting dalam mengadakan kegiatan penelitian yaitu : 1. Sistematis Apabila penelitian dilaksanakan menurut pola tertentu, dari yang paling sederhana sampai kompleks hingga tercapai tujuan secara efektif dan efesien. 2. Berencana Apabila penelitian dengan adanya unsur kesengajaan dan sebelumnya sudah dipikirkan langkah-langkah pelaksanaannya. 3. Mengikuti konsep ilmiah Apabila mulai dari awal sampai akhir kegiatan penelitian mengikuti cara-cara yang sudah ditentukan, yaitu prinsip memperoleh ilmu pengetahuan. Metode penelitian adalah suatu ilmu yang mempelajari cara-cara penelitian untuk menemukan, mengumpulkan, mengembangkan, menganalisis, menguji kebenarannya, sistematis, dan berdasarkan ilmu pengetahuan dengan metode ilmiah. Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer, yaitu langsung berhubungan dengan responden dengan cara memberikan beberapa pertanyaan berupa kuesioner yang disusun oleh peneliti. Berkaitan dengan apa yang dipaparkan di atas, maka dapat dijelaskan dengan bagan alir dari flow chart pada gambar Bagan Alir Penelitian Adapun tahapan-tahapan kegiatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk bagan alir pada gambar 3.1. berikut ini : 34

52 Mulai Studi Pendahuluan dan Literatur Tinjauan Pustaka Menentukan Variabel Penelitian Menentukan Populasi dan Sampel Penelitian Membuat Format Kuisioner Penyebaran Kuisioner Input Data Tidak Uji Validitas & Reliabilitas Valid dan Reliabel Ya A B 35

53 A B Analisis Deskriptif Uji Normalitas Uji Homogenitas Tidak Normal dan Homogen Ya Analisis Independent T-Test Pembahasan Kesimpulan dan Rekomendasi Selesai Gambar 3.1. Diagram Alir Tahapan Dalam Penelitian Berikut penjelasan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini : 1. Studi pendahuluan dan literatur Berisikan tentang Latar belakang, perumusan masalah, dan batasan masalah: a. Memilih masalah yang diteliti. b. Merumuskan, membatasi masalah, menentukan tujuan dan manfaat, kemudian melakukan studi pendahuluan. 36

54 2. Tinjauan pustaka a. Menyajikan kajian pustaka/referensi untuk mendukung teori utama. b. Menguji sebuah teori yang telah mapan. 3. Penyebaran Kuisioner 4. Menginput data hasil dari penyebaran kuisioner serta melakukan rekapitulasi data. 5. Melakukan uji validitas dan reliabilitas menggunakan program komputer Statistical Product and Service Solution ( SPSS) versi 21 terhadap data yang sudah didapatkan. Jika data yang diuji sudah valid dan reliabel maka dilanjutkan ke tahap pengolahan data berikutnya, jika data tidak valid dan reliable maka dilakukan penyebaran kuisioner kembali atau dengan mengeliminasi pernyataan yang tidak valid. 6. Analisis data dengan menggunakan program komputer Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 21, yaitu: a. Pengujian Validitas b. Pengujian Reliabilitas c. Analisis Deskriptif Pengujian analisis deskriptif berfungsi untuk melihat faktor yang paling dominan menyebabkan terjadinya rework dan untuk melihat cara efektif mengurangi terjadinya rework. d. Uji Normalitas Uji normalitas berfungsi untuk melihat apakah penyebaran data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas merupakan uji prasyarat untuk melakukan uji Independent t-test. e. Uji Homogenitas Uji homogenitas berfungsi untuk melihat apakah data yang di uji bersifat homogen atau tidak. Uji homogenitas merupakan uji prasyarat untuk melakukan uji Independent t-test. f. Uji Independent T-Test Uji Independent t-test berfungsi untuk melihat apakah terdapat perbedaan mean antara konsultan dan kontraktor. 37

55 7. Pembahasan Melakukan analisis untuk melihat faktor apa saja yang dominan menyebabkan terjadinya reworik, kemudian untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pandangan antara konsultan dan kontraktor mengenai penyebab dominan terjadinya rework, dan untuk mengetahui cara meminimalisir terjadinya rework. 8. Kesimpulan dan Rekomendasi 3.3. Objek Penelitian Objek penelitian dilakukan pada perusahaan konstruksi (konsultan dan kontraktor) yang tergabung dalam asosiasi jasa konstruksi GAPENSI dan INKINDO yang ada di kota Padang Jenis Data Penelitian Data yang akan diteliti dan di analisis dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) data, yaitu data primer dan data sekunder. 1. Data Primer Data primer didapat dengan melakukan studi lapangan. Studi lapangan merupakan cara pengumpulan data dengan menyebarkan kuisioner terhadap kontraktor dan konsultan yang berkompeten terhadap permasalahan yang diteliti. Sebagai landasan teori dalam pengumpulan data primer dilakukan dengan studi literatur melalui buku-buku, jurnal dan artikel di internet. Dalam pengumpulan data penelitian ini menggunakan kuisioner, yang dibuat untuk memperoleh data primer yang disusun berdasarkan parameter analisis yang dibutuhkan. 2. Data Sekunder Merupakan data atau informasi yang diperoleh dari studi literatur, seperti buku-buku, jurnal, penelitian-penelitian yang berkaitan sebelumnya, dan juga disebut data yang sudah diolah, meliputi : a. Data yang digunakan sebagai landasan teori untuk penelitian ini diperoleh dari buku-buku, jurnal, makalah dan lain-lain. 38

56 b. Data untuk penelitian juga diambil dari penelitian sebelumnya Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Dalam penelitian ini populasinya adalah kontraktor dan konsultan yang tergabung dalam anggota GAPENSI dan INKINDO di Sumatera Barat yang menangani proyek gedung di kota Padang Sampel Menurut Sugiyono (2008) sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Menurut Arikunto (2008) penentuan pengambilan sampel adalah jika kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika jumlah subjeknya di atas 100 dapat diambil antara 10-15% atau lebih. Jumlah populasi pada penelitian ini yang memenuhi syarat adalah sebanyak 110 kontraktor (gedung) dengan kualifikasi K2, K3, M1 dan M2 yang tergabung sebagai anggota GAPENSI kota Padang dan 120 konsultan dengan kualifikasi K1 dan K2 yang tergabung sebagai anggota INKINDO. Maka untuk itu jumlah sampel minimum yang di anjurkan dalam penelitian ini sebanyak 12 kontraktor dan konsultan dengan maksimum 2 (dua) re sponden pada setiap kontraktor. Total responden pada penelitian ini adalah sebanyak 40 responden Metode dan Prosedur Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data (Riduwan, 2009). Dalam penelitian, data yang dibutuhkan untuk dianalisis adalah data yang sesuai dengan persoalan yang dihadapi, artinya data yang dikumpulkan itu berkaitan dan tepat. 39

57 Dalam penelitian ini pengumpulan data yang digunakan adalah penulis menyebarkan kuisioner tertulis kepada kontraktor dan konsultan, yaitu berupa kumpulan pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada seorang responden, dan cara menjawabnya juga dilakukan dengan tertulis. Dari hasil kuisioner dapat disusun secara sistematis sampai didapat suatu kesimpulan. Untuk studi lapangan (pengamatan langsung pada proyek) dengan cara: 1. Kuisioner Metode pengumpulan data dengan cara membagikan daftar pertanyaan sesuai dengan yang diteliti kepada responden. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto dalam bukunya yang berjudul Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, 1998: 55, Kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Kuisioner dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu: a. Dipandang dari cara menjawab 1. Kuisioner terbuka, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang diberikan kepada responden sehingga responden dapat menjawab dalam kalimatnya sendiri. 2. Kuisioner tertutup, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih. b. Dipandang dari jawaban yang diberikan 1. Kuisioner langsung, yaitu jika daftar pertanyaannya diserahkan pada responden agar menjawab tentang dirinya. 2. Kuisioner tak langsung, yaitu jika daftar pertanyaan diserahkan kepada responden agar menjawab tentang orang lain. c. Dipandang dari bentuknya 1. Kuisioner pilihan ganda sama dengan kuisioner tertutup, responden tinggal memilih jawaban yang tersedia. 2. Kuisioner isian sama dengan kuisioner terbuka, responden diberi kesempatan untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri. 40

58 3. Chek list yaitu sebuah daftar pertanyaan dimana responden tinggal menghubungkan tanda chek (v) pada kolom yang sesuai. 4. Rating scale yaitu sebuah pertanyaan yang diikuti oleh kolomkolom yang menunjukkan tingkatan, misalnya mulai sangat baik sampai sangat kurang baik Perancangan Kuisioner Kuisioner dirancang dalam 3 kelompok : 1. Data Responden Pada bagian ini berisikan data mengenai bidang usaha, jabatan responden, pengalaman kerja responden. 2. Pertanyaan Kuisioner Pada bagian ini berisikan pernyataan tentang faktor-faktor penyebab terjadinya rework pada proyek konstruksi gedung. Responden diminta untuk memberikan peringkat berdasarkan tingkat keseringan menjadi penyebab terjadinya rework. Kuisioner ini dibuat dengan skala likert dimana responden diberi pilihan ( option) yang kemudian tinggal memilih derajat keseringan/jarang atas pernyataan yang diajukan. Nilai skala likert tersebut adalah : a. Jawaban sangat sering diberi nilai 5 b. Jawaban sering diberi nilai 4 c. Jawaban kadang-kadang diberi nilai 3 d. Jawaban jarang diberi nilai 2 e. Jawaban sangat jarang diberi nilai 1 Dalam penelitian ini peneliti menyusun kuesioner berdasarkan data sekunder yaitu referensi dari beberapa hasil penelitian sebelumnya. Untuk lebih jelasnya kuesioner yang disusun dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut : 41

59 Tabel 3.1. Tabel Kuisioner Bagian 1. Faktor-faktor Penyebab rework pada proyek konstruksi gedung. No Faktor Perencanaan dan Penjadwalan 1 Kesalahan desain (Kesalahan gambar yang terlambat diketahui sehingga menyebabkan pembongkaran atau perbaikan). 2. Gambar detail yang kurang jelas ataupun kurang informatif 3. Gambar rencana kerja yang tidak tersusun dengan baik 4. Kurangnya constructibility (desain yang kurang memperhatikan kemudahan pekerjaan dilapangan) 5. Kurangnya sinkronisasi dokumen proyek seperti koordinasi gambar arsitektur, gambar struktur, dan gambar M/E 6. Metode Konstruksi yang salah atau tidak tepat 7. Jadwal yang terlalu padat sehingga mengakibatkan kurangnya waktu dan menyebabkan pekerjaan terburu-buru Sumber: Ronald Hasudungan Asbudi Hasugian No Faktor Manajerial 1 Kurangnya teamwork (kerja sama) antara owner, kontraktor, konsultan, subkontraktor, ataupun pihak yang terkait 2. Kurangnya informasi terhadap keadaan lapangan 3. Buruknya alur informasi struktur organisasi (atasan ke bawahan) Skor Skor

60 4. Kurangnya antisipasi terhadap keadaan alam, misalnya hujan mendadak 5. Ketidakpahaman dalam pelaksanaan konstruksi 6. Buruknya komunikasi antara kontraktor dengan konsultan pengawas Sumber: Ronald Hasudungan Asbudi Hasugian No Faktor Sumber Daya Manusia 1 Banyaknya jumlah jam kerja (lembur) 2. Pertimbangan dan pengambilan keputusan yang salah dilapangan 3. Ketidakmampuan identifikasi jenis pekerjaan 4. Kurangnya pengalaman pekerja 5. Kurangnya pengetahuan pekerja 6. Kurangnya pengetahuan tentang karakter bahan 7. Tidak jelasnya perintah dan pengarahan kepada pekerja Sumber: Ronald Hasudungan Asbudi Hasugian No Faktor Owner 1 Kurangnya pengetahuan mengenai proses D & C (Design & Construction) 2. Kurangnya pengalokasian dana untuk pemeriksaan tempat proyek 3. Kurangnya keterlibatan owner dalam proyek 4. Buruknya komunikasi dengan konsultan desain 5. Rendahnya fee (pembayaran) untuk mempersiapkan dokumentasi kontrak Sumber: Manoa Malik Skor Skor

61 Bagian 2. Cara efektif yang dilakukan untuk mengurangi atau menghindari rework. Keterangan : 1. Tidak efektif 4. Efektif 2. Kurang efektif 5. Sangat Efektif 3. Cukup efektif No Cara efektif mengurangi/mengindari rework 1 Meningkatkan komunikasi dan kerja sama antara pemilik, konsultan, kontraktor, subkontraktor, ataupun pihak-pihak yang terkait 2. Memperkirakan semua bentuk perubahan dan kesalahan desain sehingga dapat dilakukan pekerjaan sesuai harapan 3. Mengadakan pelatihan dan pendidikan tenaga kerja 4. Melengkapi data-data dan informasi proyek yang akan dikerjakan agar tidak terjadi kesalahan 5. Memilih metode konstruksi yang sesuai 6. Perencanaan dilakukan sebaik mungkin agar dapat meminimalisasi kesalahan dalam pelaksanaan proyek 7. Pemakaian dan penyimpanan material dan peralatan direncanakan sebaik mungkin 8. Menambah jumlah pekerja yang cakap dan berpengalaman 9. Memperketat pengawasan dalam proyek agar tidak terjadi kesalahan 10. Memperkecil perbandingan antara jumlah mandor dengan pekerja Sumber: Ronald Hasudungan Asbudi Hasugian Skor

62 3.7. Metode Analisis Data Tujuan analisis data menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasi. Dalam proses ini sering kali digunakan statistik karena memang salah satu fungsi statistik adalah menyederhanakan data. Untuk analisis data perhitungan dibantu dengan menggunakan program Statistical Product Solution Service (SPSS) for windows versi Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas Suatu dimensi atau indikator dikatakan valid apabila indikator tersebut mampu mencapai tujuan pengukuran dari variabel pengamatan A haruslah indikator yang pada akhirnya memberikan informasi dan menggambarkan variabel pengamatan A. Uji validitas dilakukan pada setiap butir pertanyaan, dan hasilnya dapat dilihat melalui hasil rhitung yang dibandingkan dengan rtabel, dimana rtabel dapat diperoleh dari tabel distribusi nilai (signifikan 5%) yang ada pada lampiran. Jika rtabel < rhitung maka valid, sebaliknya jika rtabel > rhitung maka tidak valid. 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas biasa diartikan sebagai keterpecayaan, keterandalan atau konsistensi. Hasil suatu pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap subjek yang sama diperoleh data yang relatif sama, artinya mempunyai konsistensi pengukuran yang baik. Sebaliknya, apabila diperoleh suatu hasil yang berbeda-beda dengan subjek yang sama, maka dikatakan inkonsisten. Untuk reliabilitas dapat dilihat dari nilai koefesien reliabilitas (r11). Jika nilai r11>0,7 maka variabel tersebut dikatakan reliable. Jika <0,7 maka variabel tersebut dikatakan inreliable. 45

63 Analisis Deskriptif Analisis deskriptif dilakukan dengan maksud untuk melihat kecenderungan penyebaran data setiap variabel. Analisis ini bertujuan untuk menggambarkan apa yang ditemukan pada hasil penelitian dan memberikan informasi sesuai dengan yang diperoleh di lapangan. 1) Mean (rata rata), dengan rumus X= Di mana : X = Mean (rata rata) Xi = Data pengamatan dari 1 sampai n N = Jumlah data sampel Uji Prasyarat Analisis Teknik analisis data dengan uji Independent t-test harus memenuhi persyaratan uji normalitas dan uji homogenitas. Berikut dijabarkan beberapa teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. a. Uji Normalitas Shapiro Wilk Uji normalitas berguna untuk menentukan apakah data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal. Selain itu, uji normalitas data juga akan menentukan langkah yang harus ditempuh selanjutnya, yaitu analisis statistik apa yang harus digunakan, apakah statistik parametrik atau non-parametrik. Cara baca hasil perhitungan uji Shapiro Wilk adalah dengan melihat nilai Shapiro Wilk hitung dan tingkat signifikansinya. Dalam hasil uji SPSS, nilai Shapiro Wilk hitung ditunjukkan dengan nilai signifikansinya. Nilai signifikansi dibandingkan dengan nilai probabilitasnya (p). 46

64 Jika nilai p > 0,05, maka data berdistribusi normal Jika nilai p < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal b. Uji Homogenitas Pengujian homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya variasivariasi dua buah distribusi atau lebih. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data dalam variabel-variabel yang diuji bersifat homogen atau tidak. Pada penelitian ini uji homogenitas menggunakan Test of Homogenity of Variance berdasarkan pada uji Levene Test, karena sampel diambil dari 2 kelompok data yang berbeda. Dasar pengambilan keputusan dalam uji homogenitas adalah: Jika nilai signifikansi > 0,05, maka distribusi data adalah homogen Jika nilai signifikansi < 0,05, maka distribusi data adalah tidak homogen Uji Independent T Test Independent T Test adalah uji komparatif atau uji beda untuk mengetahui adakah perbedaan mean atau rerata yang bermakna antara dua kelompok bebas yang berskala interval atau rasio. Dalam penelitian ini kelompok yang peneliti uji adalah perusahaan konsultan dan kontraktor yang ada di kota Padang. Peneliti ingin melihat apakah terdapat perbedaan pandangan antara konsultan dan kontraktor terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya rework di kota Padang. Untuk mengetahui perbedaan pandangan antara konsultan dengan kontraktor mengenai penyebab terjadinya rework ketentuannya sebagai berikut: Hipotesis: H0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pandangan konsultan dengan kontraktor mengenai rework H1 = Terdapat perbedaan yang signifikan antara pandangan konsultan dengan kontraktor mengenai rework 47

65 Kriteria keputusan: a. Jika nilai probabilitas (Sig.) > 0,05, maka H0 diterima b. Jika nilai probabilitas (Sig.) < 0,05, maka H0 ditolak 48

66 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Uraian Umum Dalam bab ini disajikan gambaran umum obyek penelitian serta hasil yang telah diperoleh, beserta interpretasi data. Perhitungan statistik dalam penelitian ini menggunakan program SPSS versi 21. Metode yang digunakan dalam analisis data adalah uji validitas dan reliabilitas, uji deskriptif, uji normalitas shapiro wilk, uji homogenitas, dan uji Independent t test. Analisa data ini merupakan bagian terpenting dari penyusunan skripsi karena dalam analisis ini diperoleh kesimpulan yang merupakan gambaran jawaban dari masalah yang dikemukakan pada pendahuluan di depan Profil Responden Kuesioner disebarkan kepada 40 orang responden yang terdiri dari perusahaan konsultan dan kontraktor yang ada di kota Padang. Karakteristik responden yang peneliti bahas pada penelitian ini adalah berdasarkan bidang usaha, kualifikasi perusahaan, jabatan, dan pengalam kerja. Data hasil kuesioner dapat dilihat pada lampiran I. Daftar konsultan dan kontraktor dapat dilihat pada lampiran II Bidang Usaha Data responden berdasarkan bidang usaha dapat dikelompokkan seperti tabel 4.1. di bawah ini: Tabel 4.1. Bidang Usaha Bidang Usaha Jumlah % Konsultan Kontraktor Total Sumber : Data Primer

67 Bidang Usaha Kontraktor 50% Konsultan 50% Konsultan Kontraktor Sumber : Data Primer 2017 Gambar 4.1. Karakteristik responden berdasarkan bidang usaha Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini terdiri dari 20 perusahaan konsultan dan 20 perusahaan kontraktor Kualifikasi Perusahaan Data responden berdasarkan kualifikasi perusahaan dapat di kelompokkan seperti tabel 4.2. di bawah ini: Tabel 4.2. Kualifikasi Perusahaan Kualifikasi Jumlah % K1 4 16,7 K2 8 33,3 K3 4 16,7 M1 5 20,8 M2 3 12,5 Total Sumber : Data Primer

68 Kualifikasi Perusahaan K1 16,7% K2 33,3% M2 12,5% M1 20,8% K1 K2 K3 M1 M2 K3 16,7% Sumber : Data Primer 2017 Gambar 4.2. Karakteristik responden berdasarkan kualifikasi perusahaan Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa responden terbesar berasal dari kualifikasi K2 yaitu sebesar 33,3% kemudian M1 sebesar 20,8%, kualifikasi K1 sebesar 16,7%, K3 sebesar 16,7%, dan M2 sebesar 12,5% Jabatan Data responden berdasarkan jabatan dapat dikelompokkan seperti tabel 4.3. dibawah ini. Tabel 4.3. Jabatan Jabatan Jumlah % Project Manager 3 7,5 Site Manager 7 17,5 Project Director 1 2,5 Staf Teknik 8 20 Pelaksana Lapangan 1 2,5 Quality Control 2 5 Supervision Engineer 4 10 General Superintendent 3 7,5 Drafter 2 5 Pengawas Lapangan 9 22,5 Total Sumber : Data Primer

69 General Superintendent 8% Supervision Engineer 10% Drafter 5% Jabatan Pengawas Lapangan 23% Project Manager 7% Quality Control 5% Pelaksana Lapangan 3% Sumber : Data Primer 2017 Staf Teknik 20% Site Manager 17% Project Director 2% Gambar 4.3. Karakteristik responden berdasarkan jabatan Berdasarkan gambar diatas dapat disimpulkan bahwa persentase untuk Project manager sebesar 7,5%, project director sebesar 2,5%, site manager sebesar 17,5%, staf teknik sebesar 20%, Pelaksana lapangan sebesar 2,5%, Quality Control sebesar 5%, Supervision Engineer sebesar 10%, General Superintendent sebesar 7,5%, drafter sebesar 5% dan pengawas lapangan sebesar 22,5% Pengalaman Kerja Data responden berdasarkan jabatan dapat dikelompokkan seperti tabel 4.4. di bawah ini: Tabel 4.4. Pengalaman Kerja Pengalaman Kerja Jumlah % <5 tahun 9 22, > ,5 Total Sumber : Data Primer

70 >10 tahun 42,5% Pengalaman Kerja <5 tahun 22,5% 5-10 tahun 35% <5 tahun 5-10 tahun >10 Sumber : Data Primer 2017 Gambar 4.4. Karakteristik responden berdasarkan pengalaman kerja Dari gambar 4.4. dapat dilihat bahwa 22,5% responden memiliki pengalaman <5 tahun bekerja, 35% responden memiliki pengalaman 5-10 tahun bekerja, 42,5 % responden memiliki pengalaman >10 tahun bekerja Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Validitas Untuk menguji apakah setiap butir pernyataan benar-benar dapat mengungkapkan variabel yang diteliti maka dilakukan analisis validitas atau kesahihan pernyataan, semakin tinggi kesahihan pernyataan berarti semakin tepat pula alat pengukur tersebut. Menurut Arikunto (2010) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Adapun uji validitas yang akan penulis lakukan pada responden adalah uji validitas yang dilakukan dengan menghitung korelasi masing-masing pernyataan butir dengan skor total pengamatan. Dengan kriteria pengujian: Jika r hitung r tabel maka angket dikatakan valid. Jika r hitung < r tabel maka angket dikatakan tidak valid. Jika dinyatakan valid Jika < dinyatakan tidak valid 53

71 Atau dengan mendeteksi nilai Correted Item Total Correlation hasil out put SPSS 21. Jika nilai Corrected Item Total Corelation yang diperoleh untuk tiap pernyataan lebih besar dari rtab maka data dapat dikatakan valid. Uji validitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang diberikan layak digunakan atau tidak. Dalam penelitian ini uji validitas akan di uraikan pada tabel di bawah ini. Tabel 4.5. Hasil Pengujian Validitas Variabel Desain dan Penjadwalan (X1) r No Item Pernyataan Hitung r Tabel Keterangan 1 Desain dan Penjadwalan 1 0,586 0,3120 Item Valid 2 Desain dan Penjadwalan 2 0,697 0,3120 Item Valid 3 Desain dan Penjadwalan 3 0,600 0,3120 Item Valid 4 Desain dan Penjadwalan 4 0,732 0,3120 Item Valid 5 Desain dan Penjadwalan 5 0,596 0,3120 Item Valid 6 Desain dan Penjadwalan 6 0,607 0,3120 Item Valid 7 Desain dan Penjadwalan 7 0,414 0,3120 Item Valid Sumber : Data Olahan SPSS 2017 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa setiap pernyataan pada variabel desain dan penjadwalan adalah valid. Hal ini dikarenakan rhitung > rtabel. Tabel 4.6. Hasil Pengujian Validitas Variabel Manajerial (X2) r No Item Pernyataan Hitung r Tabel Keterangan 1 Manajerial 1 0,708 0,3120 Item Valid 2 Manajerial 2 0,466 0,3120 Item Valid 3 Manajerial 3 0,767 0,3120 Item Valid 4 Manajerial 4 0,655 0,3120 Item Valid 5 Manajerial 5 0,567 0,3120 Item Valid 6 Manajerial 6 0,687 0,3120 Item Valid Sumber : Data Olahan SPSS

72 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa setiap pernyataan pada variabel manajerial adalah valid. Hal ini dikarenakan rhitung > rtabel. Tabel 4.7. Hasil Pengujian Validitas Variabel Sumber Daya Manusia (X3) r r No Item Pernyataan Hitung Tabel Keterangan 1 Sumber Daya Manusia 1 0,516 0,3120 Item Valid 2 Sumber Daya Manusia 2 0,686 0,3120 Item Valid 3 Sumber Daya Manusia 3 0,585 0,3120 Item Valid 4 Sumber Daya Manusia 4 0,659 0,3120 Item Valid 5 Sumber Daya Manusia 5 0,813 0,3120 Item Valid 6 Sumber Daya Manusia 6 0,676 0,3120 Item Valid 7 Sumber Daya Manusia 7 0,522 0,3120 Item Valid Sumber : Data Olahan SPSS 2017 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa setiap pernyataan pada variabel sumber daya manusia adalah valid. Hal ini dikarenakan rhitung > rtabel. Tabel 4.8. Hasil Pengujian Validitas Variabel Klien (X4) r r No Item Pernyataan Hitung Tabel Keterangan 1 Klien 1 0,693 0,3120 Item Valid 2 Klien 2 0,823 0,3120 Item Valid 3 Klien 3 0,604 0,3120 Item Valid 4 Klien 4 0,734 0,3120 Item Valid 5 Klien 5 0,513 0,3120 Item Valid Sumber : Data Olahan SPSS 2017 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa setiap pernyataan pada variabel klien adalah valid. Hal ini dikarenakan rhitung > rtabel. 55

73 Tabel 4.9. Hasil Pengujian Validitas Cara Efektif Mengurangi Rework No Item Pernyataan r Hitung r Tabel Keterangan 1 Antisipasi Rework 1 0,848 0,3120 Item Valid 2 Antisipasi Rework 2 0,802 0,3120 Item Valid 3 Antisipasi Rework 3 0,469 0,3120 Item Valid 4 Antisipasi Rework 4 0,749 0,3120 Item Valid 5 Antisipasi Rework 5 0,692 0,3120 Item Valid 6 Antisipasi Rework 6 0,593 0,3120 Item Valid 7 Antisipasi Rework 7 0,704 0,3120 Item Valid 8 Antisipasi Rework 8 0,804 0,3120 Item Valid 9 Antisipasi Rework 9 0,715 0,3120 Item Valid 10 Antisipasi Rework 10 0,590 0,3120 Item Valid Sumber : Data Olahan SPSS 2017 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa setiap pernyataan pada variabel cara efektif mengurangi rework adalah valid. Hal ini dikarenakan rhitung > rtabel Uji Reliabilitas Reliabilitas menunjukkan suatu pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya (Arikunto, 2010). Uji reliabilitas yang dimaksud penelitian ini adalah untuk mengetahui kekonsistenan jawaban seseorang terhadap pernyataan dari waktu ke waktu. Untuk mengukur reliabilitas dari waktu ke waktu maka digunakan rumus Alpha Cronbach yang diolah dengan program SPSS versi 21. Kriteria pengujian r hitung r tabel maka dikatakan reliabel, sedangkan jika r hitung< r tabel maka dikatakan tidak reliabel. Dalam penelitian ini uji reliabilitas adalah sebagai berikut : 56

74 Tabel Uji Reliabilitas No Variabel rhitung rtabel Keterangan 1 Desain dan Penjadwalan (X1) 0,704 0,312 Item reliabel 2 Manajerial (X2) 0,720 0,312 Item reliable 3 Sumber Daya Manusia (X3) 0,748 0,312 Item reliabel 4 Klien (X4) 0,709 0,312 Item reliable 5 Antisipasi Rework 0,883 0,312 Item reliabel Sumber : Data Olahan SPSS 2017 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa setiap pernyataan masingmasing variabel semuanya reliabel. Hal ini dikarenakan rhitung> rtabel. 4.4 Analisa Data 4.4.1Analisa Deskriptif Mean Analisa deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2012). Analisis deskriptif bertujuan untuk mendapatkan nilai mean dari keseluruhan penilaian yang telah diberikan oleh responden atas variabel yang ditanyakan pada kuesioner. Penggunaan nilai mean adalah untuk mendapatkan gambaran secara kualitatif mengenai faktor-faktor apa saja yang paling dominan mempengaruhi terjadinya rework pada proyek konstruksi di kota Padang yang diukur dengan skala Likert. Setelah pengolahan validitas dan reliabilitas kemudian dilanjutkan dengan pengujian untuk memperoleh nilai mean. Hasil output datanya dapat dilihat pada tabel di bawah ini dengan menggunakan program SPSS: 57

75 Tabel Analisis Deskriptif Variabel Desain dan Penjadwalan Mean No Item Pernyataan Konsultan Kontraktor Total 1 Kesalahan Desain 2,5 2,6 2,55 2 Detail yang kurang jelas 2,7 2,7 2,70 3 Gambar rencana tidak tersusun dengan baik 2,8 2,6 2,70 4 Kurangnya Constructibility 2,6 2,95 2,775 5 Kurangnya sinkronisasi dokumen proyek 2,85 2,9 2,875 6 Metode konstruksi yang tidak tepat 2,9 2,65 2,775 7 Jadwal yang terlalu padat 2,75 2,75 2,75 Sumber : Data Olahan SPSS 2017 Pada kelompok faktor desain dan penjadwalan, konsultan menempatkan faktor metode konstruksi yang tidak tepat pada peringkat pertama dengan mean sebesar 2,9, sedangkan kontraktor menempatkan faktor kurangnya constructibility pada peringkat pertama dengan nilai mean sebesar 2,95. Faktor ini kemudian diikuti oleh faktor buruknya koordinasi dokumen proyek dengan nilai mean sebesar 2,85 untuk konsultan dan 2,9 untuk kontraktor. Sedangkan faktor yang paling kecil pengaruhnya ialah faktor kesalahan desain dengan nilai mean sebesar 2,5 untuk konsultan dan 2,6 untuk kontraktor. Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling mempengaruhi terjadinya rework terkait dengan desain dan penjadwalan ialah faktor kurangnya sinkronisasi dokumen proyek seperti pekerjaan arsitektur, struktur, dan M/E. 58

76 Tabel Analisis Deskriptif Manajerial Rata-rata No Item Pernyataan Konsultan Kontraktor Total 1 Kurangnya teamwork 2,9 3,85 3,375 2 Kurangnya informasi terhadap keadaan lapangan 2,95 3,45 3,2 3 Buruknya alur informasi struktur organisasi 2,1 3,25 2,675 4 Kurangnya antisipasi terhadap keadaan alam 2,6 3 2,8 5 Ketidaksepahaman dalam pelaksanaan konstruksi 2,9 3,25 3,075 6 Buruknya komunikasi antara kontraktor dengan konsultan pengawas 2,6 3,4 3 Sumber : Data Olahan SPSS 2017 Pada kelompok faktor manajerial, konsultan dan kontraktor berbeda pandangan terhadap faktor yang menjadi penyebab utama rework. Konsultan menempatkan faktor kurangnya informasi terhadap lapangan pada peringkat pertama dengan nilai mean sebesar 2,95, sedangkan kontraktor menempatkan faktor kurangnya teamwork pada peringkat pertama dengan nilai mean sebesar 3,85. Pada peringkat 2 konsultan berpandangan bahwa faktor yang mempengaruhi rework selanjutnya ialah kurangnya teamwork dan ketidaksepahaman dalam pelaksanaan konstruksi dengan nilai mean sebesar 2,9, sedangkan kontraktor menempatkan faktor kurangnya informasi terhadap keadaan lapangan dengan nilai mean sebesar 3,45. Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling mempengaruhi terkait dengan manajerial ialah faktor kurangnya teamwork (kerja sama) antara owner, konsultan, kontraktor, subkontraktor, ataupun pihak-pihak yang terkait. 59

77 Tabel Analisis Deskriptif Variabel Sumber Daya Manusia Rata-rata No Item Pernyataan Konsultan Kontraktor Total 1 Banyaknya jumlah jam kerja (lembur). 2,35 2,6 2,475 2 Pertimbangan dan pengambilan keputusan yang 2,5 2,8 2,65 salah di lapangan. 3 Ketidakmampuan identifikasi jenis pekerjaan 2,45 2,6 2,525 4 Kurangnya pengalaman pekerja. 2,4 2,7 2,55 5 Kurangnya pengetahuan pekerja. 2,5 2,55 2,525 6 Kurangnya pengetahuan tentang karakter bahan 2,75 2,3 2,525 7 Tidak jelasnya perintah dan pengarahan kepada pekerja 2,9 2,35 2,625 Sumber : Data Olahan SPSS 2017 Pada faktor sumber daya manusia antara konsultan dan kontraktor kembali berbeda pandangan terhadap faktor yang paling mempengaruhi penyebab terjadinya rework. Konsultan menempatkan faktor tidak jelasnya perintah dan pengarahan kepada pekerja pada peringkat pertama dengan nilai mean sebesar 29, sedangkan kontraktor menempatkan faktor pertimbangan dan pengambilan keputusan yang salah di lapangan pada peringkat pertama dengan nilai mean sebesar 2,8. Kemudian di peringkat kedua konsultan menempatkan faktor kurangnya pengetahuan tentang karakter bahan dengan nilai mean sebesar 2,75, faktor kurangnya pengalaman pekerja merupakan faktor kedua yang menyebabkan terjadinya rework dengan nilai mean sebesar 2,7. 60

78 Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling mempengaruhi terkait dengan sumber daya manusia adalah ialah faktor pertimbangan dan pengambilan keputusan yang salah di lapangan. Tabel Analisis Deskriptif Variabel Klien No Item Pernyataan Kurangnya pengetahuan mengenai proses D & C (Design & Construction) Kurangnya pengalokasian dana untuk pemeriksaan tempat proyek Kurangnya keterlibatan owner dalam proyek Kurang harmonisnya komunikasi dengan konsultan desain Rendahnya fee (pembayaran) untuk mempersiapkan dokumentasi kontrak Rata-rata Total Konsultan Kontraktor 2,6 2,65 2,625 2,5 3 2,75 2,7 2,75 2,725 2,8 2,8 2,8 2,55 1,8 2,175 Sumber : Data Olahan SPSS 2017 Konsultan dan kontraktor berpandangan sama mengenai faktor yang paling mempengaruhi rework pada kelompok ini, yaitu dengan menempatkan faktor buruknya komunikasi dengan konsultan desain pada peringkat pertama dengan nilai mean sebesar 2,8. Pada peringkat kedua faktor penyebab terjadinya rework pada kelompok ini yaitu faktor kurangnya keterlibatan owner dalam proyek pada konstruksi pada konsultan dengan nilai mean sebesar 2,7 dan kontraktor sebesar 2,75. 61

79 Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling mempengaruhi terkait dengan klien adalah ialah faktor kurang harmonisnya komunikasi dengan konsultan desain. Tabel Analisis Deskriptif Cara Efektif Mengurangi Rework No Item Pernyataan Mean 1 Meningkatkan komunikasi 4,425 2 Memperkirakan semua bentuk perubahan 4 3 Mengadakan pelatihan dan pendidikan tenaga kerja 3,775 4 Melengkapi data-data informasi proyek 4,375 5 Memilih metode konstruksi yang sesuai 4,525 6 Perencanaan dilakukan sebaik mungkin 4,325 7 Pemakaian dan penyimpanan material direncanakan sebaik mungkin 4,15 8 Menambah jumlah pekerja yang cakap dan berpengalaman 3,875 9 Memperketat pengawasan dalam proyek 4, Memperkecil perbandingan antara jumah mandor dengan pekerja 3,35 Sumber : Data Olahan SPSS 2017 Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa cara paling efektif untuk mengurangi terjadinya rework pada proyek konstruksi di kota Padang adalah dengan memilih metode konstruksi yang sesuai dengan nilai mean sebesar 4,525, meningkatkan komunikasi dan kerja sama antara pemilik, konsultan, kontraktor, subkontraktor, ataupun pihak-pihak yang terkait dengan nilai mean sebesar 4,425, memperketat pengawasan dalam proyek dengan nilai mean sebesar4,375, melengkapi data-data informasi proyek dengan nilai mean sebesar 4,375. Proyek konstruksi sangat memungkinkan akan terjadinya pengerjaan ulang (rework) baik di satu item atau beberapa item pekerjaan, karena pekerjaan konstruksi merupakan kombinasi dari kegiatan-kegiatan yang cukup kompleks 62

80 dan banyak mengandung resiko serta ketidakpastian dalam pelaksanaannya. Usaha meminimalisir rework adalah semua bentuk kegiatan yang melibatkan seluruh pihak terkait dalam proyek konstruksi, dengan mempertimbangkan cakupan pada rework, sehingga biaya, waktu, dan tenaga diluar yang telah direncanakan dapat dikurangi. Tabel di atas menunjukkan solusi meminimalisir rework secara efektif yang diperoleh dari hasil olahan kuesioner. 1. Memilih metode konstruksi yang sesuai Dengan memilih metode konstruksi yang sesuai akan mengurangi kesalahan dalam pekerjaan sehingga akan meminimalisir terjadinya rework. 2. Meningkatkan komunikasi dan kerja sama antara pemilik, konsultan, kontraktor, subkontraktor, ataupun pihak-pihak yang terkait, misal antara atasan dan bawahan, owner dan kontraktor maupun konsultan, dan lain sebagainya. Komunikasi dan koordinasi yang baik akan menghasilkan suasana dalam proyek yang kondusif, menjaga kelancaran alur informasi. 3. Memperketat pengawasan dalam proyek Dengan meningkatkan pengawasan di lapangan agar tenaga kerja lebih teliti dalam melakukan pekerjaan, kontrol di lapangan terhadap metode kerja, alur informasi, pengiriman material yang masuk, dapat menghasilkan mutu konstruksi yang baik. Jika terdapat kesalahan kerja dapat segera ditinjak lanjuti. 4. Melengkapi data-data informasi proyek Dengan melengkapi data-data informasi proyek diharapkan dapat mengurangi terjadinya rework 5. Perencanaan dilakukan sebaik mungkin Perencanaan yang baik akan menghasilkan pekerjaan yang baik pula sehingga jika perencanaan baik akan meminimalisir terjadinya pekerjaan ulang (rework) 6. Pemakaian dan penyimpanan material direncanakan sebaik mungkin 63

81 Material konstruksi yang tersimpan dengan baik dan pemakaian yang maksimal akan meningkatkan kualitas konstruksi sehingga tidak perlu terjadinya rework 7. Memperkirakan semua bentuk perubahan Mengidentifikasi potensi rework seperti kesalahan desain, metode kerja, pemilihan material. Proyek merupakan pekerjaan yang kompleks maka potensi kegagalan dapat terjadi, hal ini menjadi tugas konsultan dan kontraktor untuk memperhitungkan perubahan desain yang akan terjadi dan memperhitungkan pekerjaan mana yang memerlukan ketelitian dan pengawasan yang lebih 8. Menambah jumlah pekerja yang cakap dan pengalaman Pekerja yang cakap dan berpengalaman berpotensi kecil mengalami kesalahan dalam pekerjaan yang akan menyebabkan terjadinya pekerjaan ulang (rework). 9. Mengadakan pelatihan dan pendidikan tenaga kerja Dengan mengadakan pelatihan dan pendidikan tenaga akan meningkatkan kualitas pekerjaan pekerja sehingga akan dapat meminimalisir terjadinya rework. 10. Memperkecil perbandingan antara jumlah mandor dengan pekerja Perbandingan mandor dan pekerja tidak boleh terlalu besar karena akan menyulitkan mandor untuk mengawasi para pekerjanya, sehingga pekerjaan menjadi tidak maksimal yang berakibat terjadinya rework Uji Normalitas Shapiro Wilk Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya sebaran skor variabel-variabel penyebab terjadinya rework. Metode untuk menguji kenormalan pada penelitian ini penulis menggunakan metode Shapiro Wilk, karena uji Shapiro Wilk merupakan uji prasyarat untuk uji Independent t test. dengan bantuan program SPSS versi Uji Shapiro Wilk adalah sebuah metode atau rumus perhitungan sebaran data yang dibuat oleh Shapiro dan Wilk. Metode Shapiro Wilk adalah metode uji 64

82 moralitas yang efektif dan valid digunakan untuk sampel berjumlah kecil. Dalam penerapannya, para peneliti dapat menggunakan aplikasi SPSS. Cara baca hasil perhitungan uji Shapiro Wilk adalah dengan melihat nilai Shapiro Wilk hitung dan tingkat signifikansinya. Dalam hasil uji SPSS, nilai Shapiro Wilk hitung ditunjukkan dengan nilai signifikansinya. Nilai signifikansi dibandingkan dengan nilai probabilitasnya (p). Jika nilai p > 0,05, maka data berdistribusi normal Jika nilai p < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal Dalam penelitian ini uji normalitas Shapiro Wilk akan diuraikan pada tabel di bawah ini. Tabel Uji Normalitas Variabel Desain dan Penjadwalan No Jenis Nilai Sig. Perusahaan Hitung Nilai Sig. 5% 1 Konsultan 0,053 0,05 2 Kontraktor 0,212 0,05 Keterangan Data Berdistribusi Normal Data Berdistribusi Normal Sumber : Data Olahan SPSS 2017 Berdasarkan hasil nilai signifikansi hitung, diperoleh nilai signifikansi untuk konsultan sebesar 0,053, sedangkan nilai signifikansi untuk kontraktor sebesar 0,212. Karena nilai signifikansi konsultan dan kontraktor lebih besar > 0,05, maka disimpulkan bahwa data variabel desain dan penjadwalan berdistribusi normal. 65

83 Tabel Uji Normalitas Variabel Manajerial No Jenis Nilai Sig. Perusahaan Hitung Nilai Sig. 5% 1 Konsultan 0,197 0,05 2 Kontraktor 0,405 0,05 Keterangan Data Berdistribusi Normal Data Berdistribusi Normal Sumber : Data Olahan SPSS 2017 Berdasarkan hasil nilai signifikansi hitung, diperoleh nilai signifikansi untuk konsultan sebesar 0,197, sedangkan nilai signifikansi untuk kontraktor sebesar 0,405. Karena nilai signifikansi konsultan dan kontraktor lebih besar > 0,05, maka disimpulkan bahwa data variabel manajerial berdistribusi normal. Tabel Uji Normalitas Variabel Sumber Daya Manusia No Jenis Nilai Sig. Perusahaan Hitung Nilai Sig. 5% 1 Konsultan 0,163 0,05 2 Kontraktor 0,192 0,05 Keterangan Data Berdistribusi Normal Data Berdistribusi Normal Sumber : Data Olahan SPSS 2017 Berdasarkan hasil nilai signifikansi hitung, diperoleh nilai signifikansi untuk konsultan sebesar 0,163, sedangkan nilai signifikansi untuk kontraktor sebesar 0,192. Karena nilai signifikansi konsultan dan kontraktor lebih besar > 66

84 0,05, maka disimpulkan bahwa data variabel sumber daya manusia berdistribusi normal. Tabel Uji Normalitas Variabel Klien No Jenis Nilai Sig. Perusahaan Hitung Nilai Sig. 5% 1 Konsultan 0,141 0,05 2 Kontraktor 0,161 0,05 Keterangan Data Berdistribusi Normal Data Berdistribusi Normal Sumber : Data Olahan SPSS 2017 Berdasarkan hasil nilai signifikansi hitung, diperoleh nilai signifikansi untuk konsultan sebesar 0,141, sedangkan nilai signifikansi untuk kontraktor sebesar 0,161. Karena nilai signifikansi konsultan dan kontraktor lebih besar > 0,05, maka disimpulkan bahwa data variabel klien berdistribusi normal Uji Homogenitas Pengujian homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya variasivariasi dua buah distribusi atau lebih. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data dalam variabel-variabel yang diuji bersifat homogen atau tidak. Pengujian homogenitas dilakukan untuk menentukan langkah selanjutnya mengenai jenis metode statistik yang digunakan apakah parametrik atau nonparametrik. Syarat mutlak uji statistik parametrik adalah data yang akan diuji harus normal dan homogen. Faktor-faktor yang menyebabkan sampel atau populasi yang tidak homogen adalah proses sampling yang salah, penyebaran yang kurang baik, bahan yang sulit untuk homogen. Apabila sampel uji tidak homogen maka sampel tidak tidak bisa digunakan dan perlu dievaluasi kembali mulai dari proses sampling 67

85 sampai penyebaran bahkan bila memungkinkan harus diulangi sehingga mendapatkan sampel uji yang homogen. Uji homogenitas digunakan sebagai syarat dalam analisis Independent sampel T-Test. Pada penelitian ini uji homogenitas menggunakan Test of Homogenity of Variance berdasarkan pada uji Levene Test, karena sampel diambil dari 2 kelompok data yang berbeda. Dasar pengambilan keputusan dalam uji homogenitas adalah: Jika nilai signifikansi > 0,05, maka distribusi data adalah homogen Jika nilai signifikansi < 0,05, maka distribusi data adalah tidak homogen Dalam penelitian ini uji homogenitas akan diuraikan pada tabel di bawah ini. Tabel Uji Homogenitas Levent Test No Variabel Nilai Sig. Nilai Sig. Hitung 5% 1 Desain dan Penjadwalan 0,24 0,05 2 Manajerial 0,587 0,05 3 Sumber Daya Manusia 0,508 0,05 4 Klien 0,68 0,05 Keterangan Variabel Homogen Variabel Homogen Variabel Homogen Variabel Homogen Sumber : Data Olahan SPSS 2017 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa setiap variabel yang di uji adalah homogen. Hal ini dikarenakan Sig. hitung > Sig. 5% (0,05) Uji Independent T - Test Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas pada penelitian ini maka dilanjutkan untuk melakukan uji perbedaan. Uji perbedaan pada penelitian 68

86 ini menggunakan teknik statistik Independent Sample T-Test dengan bantuan program SPSS versi 21. Independent T Test adalah uji komparatif atau uji beda untuk mengetahui adakah perbedaan mean atau rerata yang bermakna antara dua kelompok bebas yang berskala interval atau rasio. Dua kelompok bebas yang dimaksud adalah dua kelompok yang tidak berpasangan, artinya sumber data berasal dari subjek yang berbeda. Dalam penelitian ini kelompok yang peneliti uji adalah perusahaan konsultan dan kontraktor yang ada di kota Padang. Peneliti ingin melihat apakah terdapat perbedaan pandangan antara konsultan dan kontraktor terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya rework di kota Padang. Untuk mengetahui perbedaan pandangan antara konsultan dengan kontraktor mengenai penyebab terjadinya rework ketentuannya sebagai berikut: Hipotesis: H0 H1 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pandangan konsultan dengan kontraktor mengenai rework = Terdapat perbedaan yang signifikan antara pandangan konsultan dengan kontraktor mengenai rework Kriteria keputusan: a. Jika nilai probabilitas (Sig.) > 0,05, maka H0 diterima b. Jika nilai probabilitas (Sig.) < 0,05, maka H0 ditolak Tabel Uji Independent T-Test No Variabel Sig. (2- tailed) Sig. 5% Keterangan 1 Desain dan Penjadwalan 0,965 0,05 H0 diterima 2 Manajerial 0,000 0,05 H0 ditolak 3 Sumber Daya Manusia 0,964 0,05 H0 diterima 4 Klien 0,87 0,05 H0 diterima Sumber : Data Olahan SPSS

87 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai probabilitas (sig.) faktor desain dan penjadwalan sebesar 0,965. Karena probabilitas (sig) 0,965 > 0,05 H0 diterima. Artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pandangan konsultan dengan kontraktor mengenai rework terhadap faktor desain dan penjadwalan. Pada faktor manajerial diketahui nilai probabilitas (sig.) sebesar 0,000, karena probabilitas (sig.) 0,000 < 0,05 H 0 ditolak. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara pandangan konsultan dengan kontraktor mengenai rework terhadap faktor manajerial. Pada faktor sumber daya manusia diketahui nilai probabilitas (sig.) sebesar 0,964, karena probabilitas (sig.) 0,964 < 0,05 H0 diterima. Artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pandangan konsultan dengan kontraktor mengenai rework terhadap faktor sumber daya manusia. Pada faktor klien diketahui nilai probabilitas (sig.) sebesar 0,870, karena probabilitas (sig.) 0,870 < 0,05 H 0 diterima. Artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pandangan konsultan dengan kontraktor mengenai rework terhadap faktor klien Pembahasan Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaanpertanyaan penelitian yaitu: Pertama, Faktor apa saja yang paling dominan menjadi penyebab terjadinya rework pada pelaksanaan konstruksi gedung di kota Padang?. Kedua, Apakah terdapat perbedaan pandangan antara konsultan dan kontraktor mengenai faktor-faktor penyebab terjadinya rework pada pelaksanaan konstruksi gedung di kota Padang?. Ketiga, Bagaimana cara paling efektif untuk mengurangi rework pada proyek konstruksi gedung? Dari hasil pengolahan dan analisis skor yang telah penulis lakukan, diperoleh hasil bahwa; Pertama, Faktor yang paling dominan menjadi penyebab terjadinya rework pada pelaksanaan konstruksi gedung di kota Padang adalah faktor kurangnya sinkronisasi dokumen proyek pada variabel desain dan penjadwalan dengan nilai mean sebesar 2,875. faktor kurangnya teamwork pada variabel manajerial dengan nilai mean sebesar 3,375, faktor pertimbangan dan pengambilan keputusan yang salah di lapangan pada variabel sumber daya 70

88 manusia dengan nilai mean sebesar 2,65, faktor kurang harmonisnya komunikasi dengan konsultan desain pada variabel klien dengan nilai mean sebesar 2,8. Hal ini dibuktikan dengan hasil mean faktor yang telah disebutkan tadi lebih besar dari mean faktor lainnya. Kedua, Pandangan konsultan dengan kontraktor mengenai penyebab terjadinya rework di kota Padang secara garis besar adalah sama dengan dibuktikannya nilai signifikansinya hampir mendekati satu, tetapi ada satu perbedaan pandangan konsultan dan kontraktor yaitu pada variabel manajerial. Artinya bahwa antara konsultan dan kontraktor memiliki permasalahan yang berbeda mengenai faktor manajerial. Ketiga, Cara paling efektif untuk mengurangi/meminimalisir terjadinya rework dalam penelitian ini peneliti mendapatkan hasil bahwa hal yang harus di tingkatkan adalah pada metode kerja. Pemilihan metode kerja yang baik akan memberikan hasil kerja yang baik karena jika pemilihan metode kerja yang benar maka ini akan mengurangi terjadinya rework. Kemudian meningkatkan komunikasi dan kerja sama antara pemilik proyek, konsultan desain, kontraktor subkontraktor, dan stakeholder lainnya. Komunikasi merupakan hal terpenting dalam pekerjaan yang melibatkan banyak orang, jika komunikasi buruk antar stakeholder maka suatu pekerjaan akan mendapati banyak permasalahan, permasalahan-permasalahan ini akan berujung terjadinya kesalahan kerja dan akan menyebabkan terjadinya rework yang akan merugikan proyek. Maka dari itu, setiap pekerjaan harus memiliki struktur organisasi yang jelas sehingga dapat meningkatkan komunikasi antar stakeholder proyek. Ketiga, memperketat pengawasan pekerjaan di lapangan, dengan memperketat pengawasan pekerjaan di lapangan diharapkan hasil pekerjaan akan lebih maksimal, sehingga hal-hal yang akan menyebabkan proyek rugi tidak akan terjadi. 71

89 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan mengenai faktor-faktor penyebab terjadinya rework pada proyek konstruksi gedung di kota Padang pada 40 responden yaitu konsultan dan kontraktor yang ada di kota Padang, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah rework tidak dapat sepenuhnya dihindari dari dunia konstruksi, usaha-usaha untuk memperkecil atau mencegah terjadinya rework yang sama wajib dilakukan mengingat dampak yang diakibatkan cukup besar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tugas akhir ini telah menyajikan suatu penelitian untuk menyelidiki faktor-faktor penyebab rework dan juga cara yang efektif untuk mengurangi rework di kota Padang. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan faktor-faktor penyebab terjadinya rework dalam pelaksanaan proyek konstruksi dari sudut pandang konsultan dan kontraktor, maka dapat di ambil kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan pandangan yang signifikan antara konsultan dan kontraktor mengenai faktor-faktor penyebab terjadinya rework pada pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Kota Padang. Berikut merupakan faktor-faktor penyebab utama terjadinya rework pada proyek konstruksi gedung di Kota Padang adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan faktor desain dan penjadwalan adalah kurangnya sinkronisasi dokumen proyek seperti pekerjaan struktur, arsitektur, dan M/E. 2. Berdasarkan faktor manajerial adalah kurangnya teamwork antara owner, konsultan, kontraktor, subkontraktor, dan pihak-pihak yang terlibat lainnya. 3. Berdasarkan faktor sumber daya manusia adalah pertimbangan dan pengambilan keputusan yang salah di lapangan. 4. Berdasarkan faktor klien adalah kurang harmonisnya komunikasi dengan konsultan desain. 72

90 5.2. Rekomendasi Dari hasil penelitian analisis faktor-faktor penyebab terjadinya rework pada pelaksanaan proyek konstruksi di kota Padang dapat diberikan rekomendasi sebagai berikut: 1. Cara paling efektif yang dilakukan untuk mengurangi atau meminimalisir terjadinya rework pada pelaksanaan proyek konstruksi adalah dengan memilih metode konstruksi yang sesuai dan meningkatkan komunikasi dan kerja sama antara pemilik proyek, konsultan, kontraktor, subkontraktor, ataupun pihakpihak yang terkait. 2. Hasil penelitian hendaknya digunakan sebagai alat bantu bagi perusahaan konsultan dan kontraktor di kota Padang untuk dapat meningkatkan kualitas pekerjaan, sehingga rework dapat di minimalisir. 3. Bagi masyarakat hendaknya juga mempunyai pemahaman yang baik mengenai rework dan cara menguranginya, sehingga dapat dihindari terjadinya keterlambatan dan pembengkakan biaya dalam pelaksanaan konstruksi 4. Penelitian-penelitian selanjutnya tentang rework dilakukan dengan mengambil topik tertentu sehingga diperoleh hasil yang lebih spesifik 5. Di dalam proses pencarian responden, penulis merasa kesulitan. Hal ini dikarenakan banyaknya alamat perusahaan konsultan dan kontraktor yang tidak sesuai dengan alamat yang didaftarkan. Sehingga dalam penelitian selanjutnya dapat ditanyakan terlebih dahulu kepastian alamat dari responden. Kesulitan lainnya yaitu lamanya proses pengisian kuesioner dan bahkan ditolaknya permohonan bantuan pengisian oleh perusahaan. 73

91 DAFTAR PUSTAKA Winata, S. dan Hendarlim, Y., Faktor- faktor Penyebab Rework pada Pekerjaan Konstruksi. Dimensi Teknik Sipil Vol. 7 No. 1, Maret Universitas Kristen Petra. Surabaya. Manik, Manoa, Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Rework Pada Proyek Konstruksi. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Hasugian, Ronald Analisis Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Rework Pada Pelaksanaan Proyek Konstruski. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Andi, et al., Faktor-Faktor Penyebab Rework pada Pekerjaan Konstruksi, CED, Vol.7, No. 1, 22 29, March Counstruction Industry Development Agency (CIDA), Measuring up or Muddling Tough: Best Practice in the Australian Non-Residentila Counstruction Industry, CIDA and Masters Builders Australia, Sydney Australia, Fayek et al., Measuring and Classifying Counstruction Filed Rework: Apilot Study, Love et al., Influence of Project Type and Procuremen Method on Rework Cost in Building Counstruction Engineering and Management, 128 (1), pp, 18-29, Soeharto I, Manajemen Proyek dari Konseptual Sampai Operasional, Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta, Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, AlfaBeta, Bandung, I, Ervianto, dan Wulfram. Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta : Andi, Love, Peter. Influence of Project Type and Procurement Method on Rework Cost in Building Construction Projects, Journal of Construction Engineering Ana Management. Permen PU No. 8 Tahun 2011 Tentang Jasa Konstruksi

92

93 1. Variabel Desain dan Penjadwalan Lampiran Analisis Deskriptif Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Desain_1 40 1,00 4,00 2,5500,71432 Desain_2 40 2,00 4,00 2,7000,79097 Desain_3 40 1,00 4,00 2,7000,88289 Desain_4 40 2,00 4,00 2,7750,80024 Desain_5 40 1,00 4,00 2,8750,93883 Desain_6 40 1,00 4,00 2,7750,83166 Desain_7 40 1,00 4,00 2,7500,86972 Desain_Penjadwalan 40 13,00 25,00 19,1250 3,50960 Valid N (listwise) 40 Group Statistics Perusahaan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Desain_1 Desain_2 Desain_3 Desain_4 Desain_5 Desain_6 Desain_7 Desain_Penjadwalan Konsultan 20 2,5000,60698,13572 Kontraktor 20 2,6000,82078,18353 Konsultan 20 2,7000,73270,16384 Kontraktor 20 2,7000,86450,19331 Konsultan 20 2,8000,69585,15560 Kontraktor 20 2,6000 1,04630,23396 Konsultan 20 2,6000,75394,16859 Kontraktor 20 2,9500,82558,18460 Konsultan 20 2,8500,93330,20869 Kontraktor 20 2,9000,96791,21643 Konsultan 20 2,9000,71818,16059 Kontraktor 20 2,6500,93330,20869 Konsultan 20 2,7500,85070,19022 Kontraktor 20 2,7500,91047,20359 Konsultan 20 19,1000 3,12713,69925 Kontraktor 20 19,1500 3,93734,88042

94 2. Variabel Manajerial Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Manajerial_1 40 2,00 4,00 3,3750,77418 Manajerial_2 40 2,00 4,00 3,2000,64847 Manajerial_3 40 1,00 4,00 2,6750,94428 Manajerial_4 40 2,00 4,00 2,8000,82275 Manajerial_5 40 2,00 4,00 3,0750,85896 Manajerial_6 40 2,00 4,00 3,0000,78446 Manajerial 40 11,00 24,00 18,1250 3,13939 Valid N (listwise) 40 Group Statistics Perusahaan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Manajerial_1 Manajerial_2 Manajerial_3 Manajerial_4 Manajerial_5 Manajerial_6 Manajerial Konsultan 20 2,9000,78807,17622 Kontraktor 20 3,8500,36635,08192 Konsultan 20 2,9500,68633,15347 Kontraktor 20 3,4500,51042,11413 Konsultan 20 2,1000,64072,14327 Kontraktor 20 3,2500,85070,19022 Konsultan 20 2,6000,82078,18353 Kontraktor 20 3,0000,79472,17770 Konsultan 20 2,9000,85224,19057 Kontraktor 20 3,2500,85070,19022 Konsultan 20 2,6000,68056,15218 Kontraktor 20 3,4000,68056,15218 Konsultan 20 16,0500 2,39462,53545 Kontraktor 20 20,2000 2,33057, Variabel Sumber Daya Manusia Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation SDM_1 40 1,00 4,00 2,4750,67889 SDM_2 40 1,00 4,00 2,6500,83359 SDM_3 40 1,00 4,00 2,5250,90547 SDM_4 40 2,00 4,00 2,5500,78283 SDM_5 40 2,00 4,00 2,5250,67889

95 SDM_6 40 1,00 4,00 2,5250,75064 SDM_7 40 1,00 4,00 2,6250,83781 SDM 40 12,00 25,00 17,8750 3,46549 Valid N (listwise) 40 Group Statistics Perusahaan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean SDM_1 SDM_2 SDM_3 SDM_4 SDM_5 SDM_6 SDM_7 SDM Konsultan 20 2,3500,48936,10942 Kontraktor 20 2,6000,82078,18353 Konsultan 20 2,5000,68825,15390 Kontraktor 20 2,8000,95145,21275 Konsultan 20 2,4500,75915,16975 Kontraktor 20 2,6000 1,04630,23396 Konsultan 20 2,4000,68056,15218 Kontraktor 20 2,7000,86450,19331 Konsultan 20 2,5000,68825,15390 Kontraktor 20 2,5500,68633,15347 Konsultan 20 2,7500,78640,17584 Kontraktor 20 2,3000,65695,14690 Konsultan 20 2,9000,91191,20391 Kontraktor 20 2,3500,67082,15000 Konsultan 20 17,8500 3,52846,78899 Kontraktor 20 17,9000 3,49285, Variabel Klien Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Klien_1 40 1,00 4,00 2,6250,80662 Klien_2 40 1,00 4,00 2,7500,98058 Klien_3 40 2,00 4,00 2,7250,84694 Klien_4 40 1,00 4,00 2,8000,85335 Klien_5 40 1,00 4,00 2,1750,67511 Klien 40 9,00 19,00 13,0750 2,84999 Valid N (listwise) 40

96 Group Statistics Perusahaan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Klien_1 Klien_2 Klien_3 Klien_4 Klien_5 Klien Konsultan 20 2,6000,82078,18353 Kontraktor 20 2,6500,81273,18173 Konsultan 20 2,5000,94591,21151 Kontraktor 20 3,0000,97333,21764 Konsultan 20 2,7000,86450,19331 Kontraktor 20 2,7500,85070,19022 Konsultan 20 2,8000,95145,21275 Kontraktor 20 2,8000,76777,17168 Konsultan 20 2,5500,68633,15347 Kontraktor 20 1,8000,41039,09177 Konsultan 20 13,1500 2,94288,65805 Kontraktor 20 13,0000 2,82843, Variabel Cara Efektif Mengurangi Rework Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Q1 40 2,00 5,00 4,4250,81296 Q2 40 1,00 5,00 4,0000,84732 Q3 40 3,00 5,00 3,7750,69752 Q4 40 2,00 5,00 4,3750,74032 Q5 40 2,00 5,00 4,5250,64001 Q6 40 3,00 5,00 4,3250,65584 Q7 40 2,00 5,00 4,1500,66216 Q8 40 2,00 5,00 3,8750,68641 Q9 40 3,00 5,00 4,3750,70484 Q ,00 4,00 3,3500,76962 Total 40 24,00 48,00 41,1750 5,05806 Valid N (listwise) 40

97 1. Variabel Desain dan Penjadwalan Lampiran Uji Homogenitas Desain Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic df1 df2 Sig. 1, , Variabel Manajerial Test of Homogeneity of Variances Manajerial Levene Statistic df1 df2 Sig., , Variabel Sumber Daya Manusia SDM Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic df1 df2 Sig., , Variabel Klien Klien Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic df1 df2 Sig., ,680

98 1. Variabel Desain dan Penjadwalan Lampiran Uji Independent T Test Group Statistics Perusahaan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Desain Konsultan 20 19,1000 3,12713,69925 Kontraktor 20 19,1500 3,93734,88042 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Desain Equal variances assumed 1,425,240 -,044 38,965 -, , , ,22605 Equal variances not assumed -,044 36,147,965 -, , , ,22989

99 2. Variabel Manajerial Group Statistics Perusahaan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Manajerial Konsultan 20 16,0500 2,39462,53545 Kontraktor 20 20,2000 2,33057,52113 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Manajerial Equal variances assumed,300,587-5,554 38,000-4,15000, , ,63740 Equal variances not assumed -5,554 37,972,000-4,15000, , ,63736

100 3. Variabel Sumber Daya Manusia Group Statistics Perusahaan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean SDM Konsultan 20 17,8500 3,52846,78899 Kontraktor 20 17,9000 3,49285,78102 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper SDM Equal variances assumed,446,508 -,045 38,964 -, , , ,19744 Equal variances not assumed -,045 37,996,964 -, , , ,19745

101 4. Variabel Klien Group Statistics Perusahaan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Klien Konsultan 20 13,1500 2,94288,65805 Kontraktor 20 13,0000 2,82843,63246 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Klien Equal variances assumed,173,680,164 38,870,15000, , ,99767 Equal variances not assumed,164 37,940,870,15000, , ,99777

102 Lampiran. Input Data Kuesioner Konsultan R PERNYATAAN Desain dan Penjadwalan Manajerial Sumber Daya Manusia TOTAL TOTAL TOTAL Lampiran. Input Data Kuesioner Kontraktor R PERNYATAAN Desain dan Penjadwalan Manajerial Sumber Daya Manusia TOTAL TOTAL TOTAL

103

104 Lampiran. Input Data Kuesioner Cara Efektif Mengurangi Rework R PERNYATAAN Total

105 Lampiran Uji Normalitas Shapiro Wilk 1. Variabel Desain dan Penjadwalan Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent Konsultan ,0% 0 0,0% ,0% Kontraktor ,0% 0 0,0% ,0% Descriptives Statistic Std. Error Mean 19,1000, % Confidence Interval for Mean Lower Bound 17,6365 Upper Bound 20,5635 5% Trimmed Mean 19,0000 Median 18,5000 Variance 9,779 Konsultan Std. Deviation 3,12713 Minimum 15,00 Maximum 25,00 Range 10,00 Interquartile Range 5,50 Skewness,666,512 Kurtosis -,584,992 Mean 19,1500, % Confidence Interval for Mean Lower Bound 17,3073 Upper Bound 20,9927 5% Trimmed Mean 19,1667 Median 19,5000 Variance 15,503 Kontraktor Std. Deviation 3,93734 Minimum 13,00 Maximum 25,00 Range 12,00 Interquartile Range 7,50 Skewness -,038,512 Kurtosis -1,223,992

106 Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Konsultan,139 20,200 *,906 20,053 Kontraktor,105 20,200 *,937 20,212 *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

107 2. Variabel Manajerial Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent Konsultan ,0% 0 0,0% ,0% Kontraktor ,0% 0 0,0% ,0% Descriptives Statistic Std. Error Mean 16,0500, % Confidence Interval for Mean Lower Bound 14,9293 Upper Bound 17,1707 5% Trimmed Mean 16,1111 Median 16,0000 Variance 5,734 Konsultan Std. Deviation 2,39462 Minimum 11,00 Maximum 20,00 Range 9,00 Interquartile Range 3,50 Skewness -,270,512 Kurtosis -,112,992 Mean 20,2000, % Confidence Interval for Mean Lower Bound 19,1093 Upper Bound 21,2907 5% Trimmed Mean 20,2222 Median 20,5000 Variance 5,432 Kontraktor Std. Deviation 2,33057 Minimum 16,00 Maximum 24,00 Range 8,00 Interquartile Range 3,75 Skewness -,130,512 Kurtosis -1,087,992

108 Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Konsultan,181 20,087,935 20,197 Kontraktor,147 20,200 *,952 20,405 *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

109 3. Variabel Sumber Daya Manusia Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent Konsultan ,0% 0 0,0% ,0% Kontraktor ,0% 0 0,0% ,0% Descriptives Statistic Std. Error Mean 17,8500, % Confidence Interval for Mean Lower Bound 16,1986 Upper Bound 19,5014 5% Trimmed Mean 17,7222 Median 16,5000 Variance 12,450 Konsultan Std. Deviation 3,52846 Minimum 13,00 Maximum 25,00 Range 12,00 Interquartile Range 5,75 Skewness,529,512 Kurtosis -,754,992 Mean 17,9000, % Confidence Interval for Mean Lower Bound 16,2653 Upper Bound 19,5347 5% Trimmed Mean 17,8333 Median 18,0000 Variance 12,200 Kontraktor Std. Deviation 3,49285 Minimum 12,00 Maximum 25,00 Range 13,00 Interquartile Range 4,50 Skewness,471,512 Kurtosis,128,992

110 Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Konsultan,200 20,035,931 20,163 Kontraktor,176 20,104,935 20,192 a. Lilliefors Significance Correction

111 4. Variabel Klien Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent Konsultan ,0% 0 0,0% ,0% Kontraktor ,0% 0 0,0% ,0% Descriptives Statistic Std. Error Mean 13,1500, % Confidence Interval for Mean Lower Bound 11,7727 Upper Bound 14,5273 5% Trimmed Mean 13,0556 Median 13,0000 Variance 8,661 Konsultan Std. Deviation 2,94288 Minimum 9,00 Maximum 19,00 Range 10,00 Interquartile Range 4,25 Skewness,374,512 Kurtosis -,271,992 Mean 13,0000, % Confidence Interval for Mean Lower Bound 11,6763 Upper Bound 14,3237 5% Trimmed Mean 12,9444 Median 13,0000 Variance 8,000 Kontraktor Std. Deviation 2,82843 Minimum 9,00 Maximum 18,00 Range 9,00 Interquartile Range 4,00 Skewness,279,512 Kurtosis -1,038,992

112 Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Konsultan,136 20,200 *,928 20,141 Kontraktor,210 20,021,931 20,161 *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai pekerjaan ulang. Pada penelitian ini rework didefinisikan sebagai aktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai pekerjaan ulang. Pada penelitian ini rework didefinisikan sebagai aktivitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Batasan Rework Kata rework bila diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia dapat berarti sebagai pekerjaan ulang. Pada penelitian ini rework didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. menjadi manpower, material, machines, money, method (Ervianto,2005).

BAB II LANDASAN TEORI. menjadi manpower, material, machines, money, method (Ervianto,2005). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian proyek Manajemen konstruksi (construction management), adalah bagaimana agar sumber daya yang terlibat dalam proyek konstruksi dapat diaplikasikan oleh manajer proyek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lintas fungsi organisasi sehingga membutuhkan bermacam keahlian (skills) dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lintas fungsi organisasi sehingga membutuhkan bermacam keahlian (skills) dari 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek Proyek merupakan sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan dimana ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu, proyek biasanya bersifat lintas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Di dalam suatu proyek konstruksi terdapat berbagai kegiatan yang dilakukan orang-orang yang terlibat di dalam proyek itu sendiri. Menurut Soeharto (1997),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hunna Watson, dan Peter Davis dalam makalah Rework in Civil Infrastructure

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hunna Watson, dan Peter Davis dalam makalah Rework in Civil Infrastructure 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya Pada penelitian yang disajikan oleh Peter E. D. Love, David J. Edwards, Hunna Watson, dan Peter Davis dalam makalah Rework in Civil Infrastructure Projects:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa ahli yang mendefinisikan kata rework beberapa di antaranya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa ahli yang mendefinisikan kata rework beberapa di antaranya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Rework Ada beberapa ahli yang mendefinisikan kata rework beberapa di antaranya sebagai berikut: 1. Rework sebagai proses mengerjakan suatu bahan bangunan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profil Kabupaten Manggarai Barat Kabupaten Manggarai Barat merupakan hasil Pemekaran wilayah administratif Kabupaten Manggarai, melalui UU RI NO. 8 Tahun 2003. Hasil pemekaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata rework dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata rework dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Rework Kata rework dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai mengolah lagi; mengerjakan ulang, dan akan seterusnya dipakai. Beberapa definisi rework

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENGERJAAN ULANG (REWORK) YANG BERKAITAN DENGAN MANAJERIAL PADA PROYEK KONTRUKSI JALAN DI KABUPATEN ROKAN HULU

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENGERJAAN ULANG (REWORK) YANG BERKAITAN DENGAN MANAJERIAL PADA PROYEK KONTRUKSI JALAN DI KABUPATEN ROKAN HULU FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENGERJAAN ULANG (REWORK) YANG BERKAITAN DENGAN MANAJERIAL PADA PROYEK KONTRUKSI JALAN DI KABUPATEN ROKAN HULU TABRANI 1 Arifal Hidayat, MT 2 dan Anton Ariyanto, M.Eng 2 Program

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU

BAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU BAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU Analisis yang dilakukan berdasarkan data dari bab 3 untuk proyek konstruksi tradisional dan bab 4 untuk proyek EPC diperoleh bahwa setiap proyek konstruksi mempunyai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka

BAB 2 LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Istimawan Dipohusodo (1996:4) menyatakan bahwa proyek dengan segala ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilibatkan di dalamnya merupakan salah satu upaya manusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya mengenai Green Construction telah dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya mengenai Green Construction telah dilakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Literatur Penelitian sebelumnya mengenai Green Construction telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti di Indonesia antara lain: 1. Atmaja (2011), dalam skripsinya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil analisis penelitian ini terhadap faktor-faktor penyebab, jenis

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil analisis penelitian ini terhadap faktor-faktor penyebab, jenis BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari hasil analisis penelitian ini terhadap faktor-faktor penyebab, jenis pekerjaan dan cara efektif untuk mengurangi rework pada pekerjaan proyek konstruksi

Lebih terperinci

ANALISA FAKTOR PENYEBAB PEKERJAAN ULANG PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KOTA MALANG Kusnul Prianto 2

ANALISA FAKTOR PENYEBAB PEKERJAAN ULANG PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KOTA MALANG Kusnul Prianto 2 ANALISA FAKTOR PENYEBAB PEKERJAAN ULANG PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KOTA MALANG Kusnul Prianto 2 Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuifaktor apa sajakah yang menyebabkan pekerjaan ulang pada

Lebih terperinci

FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN KONTRAKTOR DALAM MEMILIH SUPPLIER PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI DI KOTA MEDAN TUGAS AKHIR

FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN KONTRAKTOR DALAM MEMILIH SUPPLIER PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI DI KOTA MEDAN TUGAS AKHIR FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN KONTRAKTOR DALAM MEMILIH SUPPLIER PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI DI KOTA MEDAN TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Syarat Menyelesaikan Program Sarjana Sains Terapan Oleh: ANIK

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR PENYABAB PEKERJAAN ULANG (REWORK) PADA PROYEK GEDUNG DI KABUPATEN ROKAN HULU BERDASARKAN PERSEPSI KONTRAKTOR

FAKTOR FAKTOR PENYABAB PEKERJAAN ULANG (REWORK) PADA PROYEK GEDUNG DI KABUPATEN ROKAN HULU BERDASARKAN PERSEPSI KONTRAKTOR FAKTOR FAKTOR PENYABAB PEKERJAAN ULANG (REWORK) PADA PROYEK GEDUNG DI KABUPATEN ROKAN HULU BERDASARKAN PERSEPSI KONTRAKTOR YUNI SARTIKA (1) ARIFAL HIDAYAT, MT (2) ARIE SYAHRUDDIN S, ST (2) Program Studi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan Faktor sukses adalah suatu bagian penting, dimana prestasi yang memuaskan diperlukan untuk suatu organisasi agar dapat mencapai

Lebih terperinci

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 3 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 3 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG REGISTRASI

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MENYEBABKAN COST OVERRUN PADA PROYEK KONSTRUKSI

FAKTOR FAKTOR YANG MENYEBABKAN COST OVERRUN PADA PROYEK KONSTRUKSI FAKTOR FAKTOR YANG MENYEBABKAN COST OVERRUN PADA PROYEK KONSTRUKSI Yeltsin C. Dapu A.K.T. Dundu, Ronny Walangitan Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado email: yeltsindapu@yahoo.co.id

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PEKERJAAN ULANG PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG (Studi Kasus Kabupaten Aceh Utara Propinsi Aceh) Bakhtiar A 1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PEKERJAAN ULANG PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG (Studi Kasus Kabupaten Aceh Utara Propinsi Aceh) Bakhtiar A 1) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PEKERJAAN ULANG PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG (Studi Kasus Kabupaten Aceh Utara Propinsi Aceh) Bakhtiar A 1) ABSTRAK Salah satu faktor penyebab keterlambatan pelaksanaan

Lebih terperinci

PROJECT PLANNING AND CONTROLLING GEDUNG RUSUNAWA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN MS.PROJECT

PROJECT PLANNING AND CONTROLLING GEDUNG RUSUNAWA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN MS.PROJECT Ethos (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat): 181-190 PROJECT PLANNING AND CONTROLLING GEDUNG RUSUNAWA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN MS.PROJECT 1 Sanny Stephanie dan 2 Dwi Dinariana 1 Program S1

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Jasa Konstruksi 2.1.1. Pengertian Jasa Konstruksi Menurut Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional No 10 Tahun 2013 memberikan definisi bahwa Usaha Jasa Pelaksana

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KETERLAMBATAN PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI KOTA MEDAN TUGAS AKHIR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KETERLAMBATAN PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI KOTA MEDAN TUGAS AKHIR FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KETERLAMBATAN PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI KOTA MEDAN TUGAS AKHIR Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan oleh: ELWI MAULANA

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI MEDAN

POLITEKNIK NEGERI MEDAN ANALISIS PENYEBAB KETERLAMBATAN PENYELESAIAN PEKERJAAN PROYEK KONSTRUKSI (BANGUNAN GEDUNG) PEMERINTAH DI KABUPATEN NIAS TUGAS AKHIR Ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA SAINS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kegagalan pada Proyek Konstruksi Kegagalan konstruksi merupakan kegagalan yang bersifat teknis dan non teknis. Kegagalan pekerjaan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. permasalahan yang ada. Meskipun rework tidak dapat sepenuhnya dihindari dari

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. permasalahan yang ada. Meskipun rework tidak dapat sepenuhnya dihindari dari BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah disampaikan pada bagian sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yang dapat diperoleh dalam menjawab permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun luar negeri. Dengan banyaknya perusahaan-perusahaan kontraktor

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun luar negeri. Dengan banyaknya perusahaan-perusahaan kontraktor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya Negara Indonesia baik di bidang ekonomi maupun pariwisata serta dunia konstruksi pada masa ini, maka banyak proyek-proyek baru di seluruh

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FAKTOR - FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG DI KOTA MEDAN TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI FAKTOR - FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG DI KOTA MEDAN TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI FAKTOR - FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG DI KOTA MEDAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan Memenuhi syarat

Lebih terperinci

Gambar 1.2 View Design Hotel Travello Bandung Proses Pengadaan Proyek Jenis Lelang Proyek Proyek pembangunan Hotel Travello Bandung, o

Gambar 1.2 View Design Hotel Travello Bandung Proses Pengadaan Proyek Jenis Lelang Proyek Proyek pembangunan Hotel Travello Bandung, o BAB II DATA - DATA PROYEK 2.1 Pengertian Proyek Pengertian Proyek adalah suatu himpunan atau kumpulan kegiatan yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, dimana memiliki suatu target kuantitatif

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. 3. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Proyek Konstruksi Proyek adalah suatu kegiatan yang mempunyai jangka waktu tertentu dengan alokasi sumber daya terbatas, untuk melaksanakan suatu kegiatan yang telah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, material, machine, money,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, material, machine, money, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Menurut Ervianto (2002), suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG \IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi merupakan salah

Lebih terperinci

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAREPARE, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara berkembang Hal ini dilakukan guna meningkatkan taraf hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara berkembang Hal ini dilakukan guna meningkatkan taraf hidup dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuntutan pembangunan disegala bidang mulai dirasakan, terutama di Negara berkembang Hal ini dilakukan guna meningkatkan taraf hidup dan kesejateraan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknik sipil mengalami kemajuan, baik ditinjau dari segi mutu, bahan, struktur

BAB I PENDAHULUAN. teknik sipil mengalami kemajuan, baik ditinjau dari segi mutu, bahan, struktur BAB 1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN Penelitian ini dilakukan untuk melaksanakan analisis factor penyebab terjadinya pembengkakan biaya upah tenaga kerja pada proyek, dalam bab pertama ini akan dibahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wayu Hidayat. Faktor-faktor risiko,... FT UI., 2007.

BAB I PENDAHULUAN. Wayu Hidayat. Faktor-faktor risiko,... FT UI., 2007. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemahaman tentang konstruksi dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: teknologi konstruksi (construction technology) dan manajemen konstruksi (construction

Lebih terperinci

Penerapan Prinsip Prinsip Constructability pada proyek konstruksi di surabaya

Penerapan Prinsip Prinsip Constructability pada proyek konstruksi di surabaya Penerapan Prinsip Prinsip Constructability pada proyek konstruksi di surabaya Thomas Albertus 1, Windrik Tomy 2, Paulus Nugraha 3, dan Herry P. Chandra, ABSTRAK : Constructability adalah penggunaan optimal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu. Dalam suatu proyek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu. Dalam suatu proyek BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Proyek merupakan sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan dimana ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu. Dalam suatu proyek membutuhkan berbagai

Lebih terperinci

ANALISA REWORK PADA KONSTRUKSI GEDUNG DI KABUPATEN BONDOWOSO

ANALISA REWORK PADA KONSTRUKSI GEDUNG DI KABUPATEN BONDOWOSO ANALISA REWORK PADA KONSTRUKSI GEDUNG DI KABUPATEN BONDOWOSO Kukuh Rahardjo dan I Putu Artama Wiguna Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Email: kukuhrah@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi merupakan rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam rangkaian kegiatan tersebut,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah observasi dan studi kasus pada salah satu proyek yang sedang dikerjakan oleh Takenaka Total J.O. Metode penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR YANG MENJADI PENYEBAB PEKERJAAN ULANG (REWORK) PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI

ANALISIS FAKTOR YANG MENJADI PENYEBAB PEKERJAAN ULANG (REWORK) PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI ANALISIS FAKTOR YANG MENJADI PENYEBAB PEKERJAAN ULANG (REWORK) PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI Hesti Selviani NRP : 0421036 Pembimbing : Ir. V. HARTANTO M.Sc. JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. periode tertentu (temporer) (Maharesi, 2002). Menurut Nurhayati (2010) Proyek

BAB II LANDASAN TEORI. periode tertentu (temporer) (Maharesi, 2002). Menurut Nurhayati (2010) Proyek BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Proyek Konstruksi Proyek dalam analisis jaringan kerja adalah serangkaian kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan produk yang unik dan hanya dilakukan dalam periode

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan rincian pada bab IV, maka pada bab V ini dapat disimpulkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan rincian pada bab IV, maka pada bab V ini dapat disimpulkan 46 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan rincian pada bab IV, maka pada bab V ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 5.1.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan kerja a. Faktor

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB REWORK PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI (Studi Kasus Pembangunan Apartemen Mansyur Residence)

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB REWORK PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI (Studi Kasus Pembangunan Apartemen Mansyur Residence) IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB REWORK PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI (Studi Kasus Pembangunan Apartemen Mansyur Residence) Wahyudi Ali Napitupulu 1, Syahrizal 2 dan Andy Putra Rambe 3 1 Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek adalah aktivitas sementara dari personil, material, serta sarana untuk menjadikan/mewujudkan sasaran-sasaran proyek dalam kurun waktu tertentu yang kemudian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Menurut Mulyani (2006), proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan proyek yang berkaitan dengan bidang konstruksi (pembangunan) yang mempunyai dimensi

Lebih terperinci

ANALISA FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PENYELESAIAN PROYEK KONSTRUKSI MENGGUNAKAN METODE UJI KENDALL S W TUGAS AKHIR

ANALISA FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PENYELESAIAN PROYEK KONSTRUKSI MENGGUNAKAN METODE UJI KENDALL S W TUGAS AKHIR ANALISA FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PENYELESAIAN PROYEK KONSTRUKSI MENGGUNAKAN METODE UJI KENDALL S W TUGAS AKHIR Diajukan Oleh : MARCIO JEANE MARCAL FERREIRA LIHITE 0853010006 PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 06 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Kegiatan konstruksi adalah kegiatan yang harus melalui suatu proses yang panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan. Dengan banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya ialah terjadinya rework. Rework tidak dapat dihindari dari dunia

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya ialah terjadinya rework. Rework tidak dapat dihindari dari dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam pelaksanaan proyek-proyek konstruksi ada beberapa hambatan, salah satunya ialah terjadinya rework. Rework tidak dapat dihindari dari dunia konstruksi.

Lebih terperinci

BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK 3.1. Pengertian Proyek Menurut Nokes (2007), proyek adalah sebuah kegiatan yang bersifat sementara yang telah ditetapkan awal pekerjaanya dan waktu selesainya (dan biasanya

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FAKTOR PEMILIHAN SUPPLIER OLEH PERUSAHAAN KONSTRUKSI DI KOTA MEDAN JEFRY SUWANDA NIM:

IDENTIFIKASI FAKTOR PEMILIHAN SUPPLIER OLEH PERUSAHAAN KONSTRUKSI DI KOTA MEDAN JEFRY SUWANDA NIM: IDENTIFIKASI FAKTOR PEMILIHAN SUPPLIER OLEH PERUSAHAAN KONSTRUKSI DI KOTA MEDAN TUGAS AKHIR Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan oleh: JEFRY SUWANDA NIM: 0905141012

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN Nomor 45 Tahun 2012 Seri E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN Nomor 45 Tahun 2012 Seri E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN Nomor 45 Tahun 2012 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL. NOMOR : 11 TAHUN 2013 Pasal 12 KONSTRUKSI JAKARTA, 16 DESEMBER 2013

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL. NOMOR : 11 TAHUN 2013 Pasal 12 KONSTRUKSI JAKARTA, 16 DESEMBER 2013 Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 PERATURAN Pasal 9 Pasal 10 LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL Pasal 11 NOMOR : 11 TAHUN 2013 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 TENTANG

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. McGraw-Hill, Journal of Construction Engineering and Management, Vol. 119, No.4, December, 1993, pg ), hal.

BAB I PENDAHULUAN. McGraw-Hill, Journal of Construction Engineering and Management, Vol. 119, No.4, December, 1993, pg ), hal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Proyek konstruksi semakin hari menjadi semakin kompleks karena membutuhkan biaya serta perhatian yang besar dalam pengelolaan waktu dan sumber daya lebih baik

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TUNTUTAN (CLAIM) PADA PROYEK KONSTRUKSI

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TUNTUTAN (CLAIM) PADA PROYEK KONSTRUKSI ANALISIS FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TUNTUTAN (CLAIM) PADA PROYEK KONSTRUKSI TUGAS AKHIR Oleh : Nia Monita Sari 1104105008 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2015 ABSTRAK Klaim konstruksi

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KLAIM KONTRAK DAN PENYELESAIANNYA PADA PROYEK KONSTRUKSI

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KLAIM KONTRAK DAN PENYELESAIANNYA PADA PROYEK KONSTRUKSI ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KLAIM KONTRAK DAN PENYELESAIANNYA PADA PROYEK KONSTRUKSI TUGAS AKHIR Oleh: I Nyoman Gede Mahardika NIM: 1204105121 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

ANALISA FREKUENSI DAN BESARAN NILAI CHANGE ORDER SERTA FAKTOR PENYEBAB NYA PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI

ANALISA FREKUENSI DAN BESARAN NILAI CHANGE ORDER SERTA FAKTOR PENYEBAB NYA PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI ANALISA FREKUENSI DAN BESARAN NILAI CHANGE ORDER SERTA FAKTOR PENYEBAB NYA PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI F. Simhanandi 1, W. Budiharjo 2, Andi 3 ABSTRAK : Dalam setiap proyek konstruksi selalu

Lebih terperinci

A. PENGERTIAN PROYEK KONSTRUKSI

A. PENGERTIAN PROYEK KONSTRUKSI PROYEK KONSTRUKSI A. PENGERTIAN PROYEK KONSTRUKSI Suatu rangkaian kegiatan di bedakan atas dua jenis yaitu kegiatan rutin dan kegiatan proyek, yaitu : Kegiatan rutin adalah suatu kegiatan yang terus menerus

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KUASA PENGGUNA ANGGARAN (KPA)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KUASA PENGGUNA ANGGARAN (KPA) KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) Satker Nama PPK KUASA PENGGUNA ANGGARAN (KPA) DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF PROVINSI SULAWESI TENGGARA : Destinasi Pariwisata : Aswad Laembo, SE Nama Pekerjaan : Perencanaan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Disusun Sebagai Persyaratan Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana

TUGAS AKHIR. Disusun Sebagai Persyaratan Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Persyaratan Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana PERBANDINGAN METODE PRECAST DENGAN METODE KONVENSIONAL DITINJAU BERDASARKAN PERENCANAAN BIAYA DAN WAKTU PADA GEDUNG ADMINISTRASI

Lebih terperinci

WALI KOTA BONTANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

WALI KOTA BONTANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI WALI KOTA BONTANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BONTANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNTUK PELAKSANAAN PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI KEGIATAN : PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESAIN (DED) PEMBANGUNAN GEDUNG DPRD PADA

UNTUK PELAKSANAAN PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI KEGIATAN : PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESAIN (DED) PEMBANGUNAN GEDUNG DPRD PADA P E M E R I N T A H K A B U P A T E N P U R B A L I N G G A DINAS PEKERJAAN UMUM Alamat Jl. Raya Purbalingga - Kaligondang Km. 2, Telp. (0281) 893158 - Purbalingga UNTUK PELAKSANAAN PEMILIHAN PENYEDIA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek Konstruksi Suatu proyek konstruksi biasanya merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Selain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dianggap sebagai akibat tidak dipenuhinya rencana jadwal yang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dianggap sebagai akibat tidak dipenuhinya rencana jadwal yang telah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Penjadwalan Kunci utama keberhasilan melaksanakan proyek tepat waktu adalah perencanaan dan penjadwalan proyek yang lengkap dan tepat. Keterlambatan dapat dianggap sebagai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU

PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAMUJU, Menimbang Mengingat : a. bahwa penyedia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada proyek EPC maupun proyek konstruksi tradisional, kualitas atau mutu adalah salah satu hal yang sangat penting dan seharusnya

BAB I PENDAHULUAN. Pada proyek EPC maupun proyek konstruksi tradisional, kualitas atau mutu adalah salah satu hal yang sangat penting dan seharusnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan konstruksi selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, terlihat dari ruang lingkup bidang konstruksi yang semakin luas. Bidang konstruksi yang dulu

Lebih terperinci

MODEL SUMBER DAN PENYEBAB REWORK PADA TAHAPAN PROYEK KONSTRUKSI

MODEL SUMBER DAN PENYEBAB REWORK PADA TAHAPAN PROYEK KONSTRUKSI MODEL SUMBER DAN PENYEBAB REWORK PADA TAHAPAN PROYEK KONSTRUKSI Erick Chundawan 1, Ratna S Alifen 2 ABSTRAK: Dalam dunia konstruksi, rework merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Rework dapat terjadi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dibuat (Arditi and Patel, 1989)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dibuat (Arditi and Patel, 1989) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Penjadwalan Kunci utama keberhasilan melaksanakan proyek tepat waktu adalah perencanaan dan penjadwalan proyek yang lengkap dan tepat. Keterlambatan dapat dianggap sebagai

Lebih terperinci

PANDANGAN KONTRAKTOR MENGENAI SUMBER DAYA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KABUPATEN ROKAN HULU

PANDANGAN KONTRAKTOR MENGENAI SUMBER DAYA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KABUPATEN ROKAN HULU PANDANGAN KONTRAKTOR MENGENAI SUMBER DAYA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KABUPATEN ROKAN HULU Hendra (1) Arifal Hidayat, ST,MT (2) Arie Syahruddin S, ST (2) Program Studi

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA PT. JAKARTA INTERNATIONAL CONTAINER TERMINAL

KERANGKA ACUAN KERJA PT. JAKARTA INTERNATIONAL CONTAINER TERMINAL KERANGKA ACUAN KERJA SUPERVISORY WORKS FOR T1 2 nd FLOOR REFURBISHMENT PT. JAKARTA INTERNATIONAL CONTAINER TERMINAL 1. PENDAHULUAN Lantai 2 gedung T1 PT. JICT saat ini digunakan untuk department ICT (Information

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan industri saat ini, dan perkembangan sarana

BAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan industri saat ini, dan perkembangan sarana BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada perkembangan industri saat ini, dan perkembangan sarana pembangunan, terutama pembangunan gedung sangatlah pesat. Maka tingkat kesulitan untuk mengelola dan menjalankan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI PENYEBAB PEMBENGKAKAN BIAYA (COST OVERRUN) PROYEK PERUMAHAN MOHAMMAD FANDHU AL ADDIAT

TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI PENYEBAB PEMBENGKAKAN BIAYA (COST OVERRUN) PROYEK PERUMAHAN MOHAMMAD FANDHU AL ADDIAT TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI PENYEBAB PEMBENGKAKAN BIAYA (COST OVERRUN) PROYEK PERUMAHAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi syarat penyelesaian Pendidikan sarjana Teknik Sipil Disusun oleh: MOHAMMAD FANDHU

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Proyek dan Proyek Konstruksi Menurut Soeharto (1999), kegiatan proyek adalah suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan perlu mengadopsi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan perlu mengadopsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan perlu mengadopsi visi, misi dan strategi yang tepat yang didukung oleh strategi sumber daya manusia dan

Lebih terperinci

Pengertian manajemen secara umum

Pengertian manajemen secara umum Pengertian manajemen secara umum 1. Manajemen sebagai suatu proses, maksud disini dapat dilihat dari bagaimana cara orang melakukan suatu proses untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI DI KABUPATEN BULELENG

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI DI KABUPATEN BULELENG ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI DI KABUPATEN BULELENG TUGAS AKHIR Oleh : Ni Kadek Lia Arista 1204105007 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. bab IV akan disajikan data yang telah dikumpulkan serta analisis statistik yang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. bab IV akan disajikan data yang telah dikumpulkan serta analisis statistik yang 29 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penyebaran kuisioner dilakukan pada bulan April sampai Mei 2015. Pada bab IV akan disajikan data yang telah dikumpulkan serta analisis statistik yang digunakan untuk mengolah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tahap- tahap dalam Proyek Konstruksi Pekerjaan proyek konstruksi dimulai dengan tahap awal proyek yaitu tahap perencanaan dan perancangan, kemudian dilanjutkan dengan tahap

Lebih terperinci

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI ANALISIS RISIKO PELAKSANAAN PEKERJAAN MENGGUNAKAN KONTRAK UNIT PRICE (Studi Kasus: Peningkatan dan Pelebaran Aset Infrastruktur Jalan Alai-By Pass Kota Padang Sebagai Jalur

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Organisasi Proyek Organisasi proyek adalah sekumpulan orang yang terorganisir yang memiliki ilmu dan keahlian yang berbeda-beda untuk melaksanakan tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pelaksanaan proyek konstruksi tentu diharapkan dapat berjalan sesuai dengan perencanaan dan jadwal yang telah ditentukan yakni dapat diselesaikan tepat waktu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kontraktor Untuk melaksanakan pembangunan di lapangan, tentu saja membutuhkan seorang kontraktor yang dapat melaksanakan pekerjaan dari seorang owner agar pekerjaan tersebut

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA PENYEBAB TERJADINYA KETERLAMBATAN WAKTU PENYELESAIAN PROYEK KONSTRUKSI DI DINAS PU. BINA MARGA KABUPATEN SUMENEP Oleh : Subaidillah Fansuri Dosen Fakultas Teknik Universitas Wiraraja (kacongngaebo@yahoo.co.id)

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi berperan

Lebih terperinci

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 PEMBANGUNAN. Konstruksi. Jasa. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

EVALUASI PENGERJAAN ULANG (REWORK) PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI SEMARANG

EVALUASI PENGERJAAN ULANG (REWORK) PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI SEMARANG JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 93 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015, Halaman 93 106 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts EVALUASI

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA I. LATAR BELAKANG

KERANGKA ACUAN KERJA I. LATAR BELAKANG KERANGKA ACUAN KERJA I. LATAR BELAKANG a. Setiap bangunan Gedung harus diwujudkan dan dilengkapi dengan peningkatan Mutu atau Kualitas, sehingga mampu memenuhi secara optimal fungsi bangunannya, dan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek adalah suatu kegiatan yang mempunyai jangka waktu tertentu dengan alokasi sumber daya terbatas, untuk melaksanakan suatu tugas yang telah digariskan. Menurut

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1 BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUSAHAAN Perusahaan kontraktor adalah orang atau badan usaha yang menerima pekerjaan dan melaksanakan pekerjaan sesuai yang ditetapkan, peraturan dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU BERBASIS ISO 9001:2008 PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEREJA BNKP MEDAN TUGAS AKHIR

TINJAUAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU BERBASIS ISO 9001:2008 PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEREJA BNKP MEDAN TUGAS AKHIR TINJAUAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU BERBASIS ISO 9001:2008 PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEREJA BNKP MEDAN TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Syarat Menyelesaikan Program Sarjana Terapan Oleh: AMALIA HANI NIM:

Lebih terperinci