BAB III METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian menggunakan metode eksperimental untuk mengetahui pengaruh penyimpanan terhadap viabilitas dan aktivitas antibakteri bakteriosin dari bakteri asam laktat (BAL) pada sediaan probiotik Desain Penelitian Penelitian in vitro dilakukan dengan 2 faktor, yaitu: (1) suhu simpan (Ts): pada suhu 4 o C (dalam refrigerator = Ts1) dan suhu 28 o C (dalam inkubator = Ts2), (2) waktu simpan (Ws): pada hari ke-0, 7, 14, 21, 28 (Ws1, Ws2, Ws3, Ws4, dan Ws5). Semua sampel di simpan dalam kemasan asli untuk uji viabilitas dari BAL. Uji aktivitas antibakteri bakteriosin dari BAL dilakukan terhadap bakteri patogen S. aureus dan E. coli (Carollina, 2015; Abdelsamei, et al., 2015) Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi dan Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Biologi, Medan. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus-Oktober Tahun Alat dan Bahan Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah autoklaf, batang pengaduk, bunsen, tabung sentrifugasi, cool box, colony counter, hot plate, inkubator, 41

2 jangka sorong, jarum ose, Laminar Air Flow Cabinet, mikro pipet, neraca analitik, penangas air, penyaring mikro 0,22 µm, petridisk, refrigerator, sentrifugasi, spatula, spuit, spektrofotometer UV-Vis, dan alat-alat gelas sesuai kebutuhan. Beberapa gambar alat dapat dilihat pada Lampiran 22 halaman Seluruh alat gelas disterilkan menggunakan oven pada suhu 180 o C selama 120 menit dengan membungkus menggunakan kertas roti. Jarum ose disterilkan dengan cara dibakar menggunakan lampu spiritus (Ditjen POM, 1995) Bahan Bahan uji adalah sediaan probiotik mengandung BAL. Biakan bakteri patogen yang digunakan yaitu Staphylococcus aureus (S. aureus ATCC 6538) dan Escherichia coli (E. coli ATCC 8939) koleksi Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi USU. Bahan kimia yang digunakan jika tidak dinyatakan lain berkualitas pro analis yaitu akuades, alkohol 70%, alkohol 96%, NaOH 1 N, NaCl 0,9%, H 2 O 2 3%, gentian violet, lugol, safranin, minyak imersi dan larutan McFarland No. 0,5. Media yang digunakan yaitu MRSA, MRSB, NA, dan MHA. Gambar bahan dapat dilihat pada Lampiran 23 halaman 105. Kontrol positif yang digunakan adalah Tetrasiklin HCl 30 µg (Oxoid) dan akuades sebagai kontrol negatif. Pencadang kertas yang digunakan adalah pencadang kertas kosong diameter 6 mm (Oxoid). Pencadang kertas kosong disterilkan dalam autoklaf suhu 121 o C selama 15 menit (Adebayo, et al., 2014) Pengumpulan Sampel Pengumpulan sampel dilakukan dengan metode purposif sampling. Sampel merupakan 4 jenis sediaan probiotik mengandung BAL yang di beli dari apotekapotek yang ada di wilayah kota Medan, Sumatera Utara yaitu: 42

3 A. Lacto B diproduksi oleh Novell Farma dengan berat 1 g/sachet mengandung viable cell 6,0 x 10 7 CFU/sachet (setara 7,78 log CFU/sachet), terdiri dari: L. acidophilus, S. thermophilus dan B. longum. Kadaluarsa Februari B. Rillus diproduksi oleh Kalbe Farma dengan berat 1,5 g/tablet dengan viable cell 1,0 x 10 9 CFU/tablet (9 log CFU/tablet) terdiri dari: L. plantarum, B. bifidum dan S. thermophilus. Kadaluarsa Februari C. Interlac diproduksi oleh Kalbe Farma dengan berat 0,5 g/tablet mengandung L. reuteri 1 x 10 8 CFU/tablet (8 log CFU/tablet). Kadaluarsa November D. Lacbon diproduksi oleh Kimia Farma dengan berat 0,25 g/tablet mengandung L. sporogenes 5 x 10 7 CFU/tablet (7,70 log CFU/tablet). Kadaluarsa Agustus Komposisi dan banyaknya sampel yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2 halaman Pembuatan media demann Rogosa Sharpe Agar (MRSA) Komposisi : Peptone 10 g Lab-Lemco powder Yeast extract Glucose Sorbiton Mono-oleate Dipotasium hydrogen phosphate Sodium acetate 3H 2 O Triammonium citrate Magnesium Sulphate 7H 2 O Manganese Sulphate 4H 2 O Agar 8 g 4 g 20 g 1 ml 2 g 5 g 2 g 0,2 g 0,05 g 10 g 43

4 Sebanyak 62 gram media MRSA dilarutkan dalam 1000 ml akuades steril, dihomogenkan dengan hot plate sampai larut dan disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 o C, selama 15 menit (Oxoid, The Manual Laboratories, 2006) Pembuatan media demann Rogosa Sharpe Broth (MRSB) Komposisi : Peptone 10 g Lab-Lemco powder Yeast extract Glucose Sorbiton Mono-oleate Dipotasium hydrogen phosphate Sodium acetate 3H 2 O Triammonium citrate Magnesium Sulphate 7H 2 O Manganese Sulphate 4H 2 O 8 g 4 g 20 g 1 ml 2 g 5 g 2 g 0,2 g 0,05 g Sebanyak 52 gram media MRSB dilarutkan dalam 1000 ml akuades steril, dihomogenkan dengan hot plate sampai larut dan disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 o C selama 15 menit (Oxoid, The Manual Laboratories, 2006) Pembuatan media Nutrient Agar (NA) Komposisi : Lab-Lemco Powder 1 g Yeast Extract Peptone Sodium Chloride Agar 2 g 5 g 5 g 15 g 44

5 Sebanyak 28 gram media NA dilarutkan dalam 1000 ml akuades steril, dihomogenkan dengan hot plate sampai larut dan disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 o C, selama 15 menit (Oxoid, The Manual Laboratories, 2006) Pembuatan media Muller Hinton Agar (MHA) Komposisi : Beef Dehydrated Infusion from 300 g Casein Hydrolysate Starch Agar 17,5 g 1,5 g 17,0 g Sebanyak 38 gram media MHA dilarutkan dalam 1000 ml akuades steril, dihomogenkan dengan hot plate sampai larut dan disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 o C, selama 15 menit (Oxoid, The Manual Laboratories, 2006) Pembuatan media agar miring Sebanyak 3 ml media NA steril dimasukkan ke dalam tabung reaksi steril, didiamkan pada temperatur kamar sampai memadat pada posisi miring kira-kira 45 o. Hal yang sama dilakukan terhadap media MRSA (Sihombing, 2014) Pembuatan larutan NaCl 0,9% Sebanyak 9 g NaCl ditimbang dan dilarutkan sempurna dengan akuades steril dalam labu tentukur 1000 ml, kemudian dicukupkan dengan akuades steril sampai garis tanda dalam erlenmeyer steril kemudian disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 o C selama 15 menit (Ditjen POM, 1995) Pembuatan larutan McFarland No. 0,5 Sebanyak 0,05 ml larutan BaCl 2 1% dicampur dengan 9,95 ml larutan H 2 SO 4 1% dan dikocok homogen. Larutan McFarland No. 0,5 ini setara dengan suspensi sel bakteri konsentrasi 1,5 x 10 8 CFU/mL (Sihombing, 2014). 45

6 Peremajaan bakteri Satu ose koloni bakteri patogen S. aureus dan E. coli dengan menggunakan jarum ose steril, ditanam pada media NA miring dengan cara menggores. Kemudian diinkubasi pada suhu 37 o C selama 24 jam. Hal yang sama dilakukan terhadap BAL pada media MRSA miring (Sihombing, 2014) Pembuatan inokulum bakteri patogen Koloni bakteri patogen S. aureus dan E. coli hasil peremajaan pada media NA miring diambil dengan jarum ose steril lalu disuspensikan dalam 10 ml NaCl 0,9%. Kultur diukur kekeruhan dengan membandingkan kekeruhannya mengunakan larutan McFarland No. 0,5 (konsentrasi bakteri 1,5 x 10 8 CFU/mL) (Sihombing, 2014; Barzavar, 2015) Pembuatan lempeng bakteri patogen Dipipet sebanyak 1 ml inokulum bakteri patogen S. aureus dan E. coli (konsentrasi bakteri 1,5 x 10 8 cfu/ml) dimasukkan ke dalam cawan petri steril kemudian ditambahkan 15 ml media MHA steril. Lalu cawan petri diputar sesuai angka delapan agar bakteri menyebar rata pada media (Sutrisna, et al., 2012) Prosedur Uji viabilitas BAL Sebanyak 1 g serbuk sampel dilarutkan homogen dalam 9 ml NaCl 0,9%, diperoleh konsentrasi pengenceran Dibuat pengenceran bertingkat hingga pengenceran Dipipet 1 ml larutan dari masing-masing serial pengenceran dimasukkan dalam cawan petri steril (triplo). Dituang 15 ml media MRSA suhu 45 o C ke dalam cawan petri tersebut dan dihomogenkan. Diinkubasi pada suhu 37 o C selama 48 jam. Diamati dan dihitung ALT koloni BAL yang tumbuh 46

7 pada media MRSA menggunakan colony counter. Pengenceran dengan jumlah koloni koloni dijadikan dasar perhitungan. Uji viabilitas dilakukan pada hari ke-0 dan setelah di simpan pada suhu 4 o C dan 28 o C hari ke-7, 14, 21 dan 28 (Carollina, 2015; Abbas, et al., 2015; Utami, 2013). Alur pengujian terdapat pada Lampiran 3a halaman Uji aktivitas antibakteri hasil uji viabilitas BAL Sebanyak 1 ose koloni BAL hasil uji viabilitas pada media MRSA diinokulasikan ke dalam 20 ml media MRSB dan diinkubasi pada suhu 37 o C selama 72 jam secara aerobik (inokulum). Inokulum bakteri yang diperoleh disentrifugasi pada kecepatan rpm pada suhu 4 o C selama 20 menit (supernatan). Diukur dan disesuaikan ph supernatan menjadi ph 7,0 menggunakan NaOH 1 N (supernatan netral). Supernatan netral yang diperoleh kemudian disaring menggunakan penyaring mikro 0,22 µm (bakteriosin). Dipipet sebanyak 20 µl masing-masing inokulum, supernatan dan bakteriosin lalu diteteskan pada pencadang kertas yang sudah disusun diatas lempeng bakteri patogen kemudian diinkubasi pada suhu 37 o C selama 24 jam. Diukur zona bening yang terbentuk dengan Tetrasiklin HCl 30 µg sebagai kontrol positif dan akuades sebagai kontrol negatif (Begum, 2015; Yulinery, 2015; Khoiriyah, dkk., 2014; Jiang, 2011; Setianingsih, 2010). Alur pengujian dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman Isolasi BAL Isolasi BAL dilakukan dengan mengamati morfologi koloni bakteri yang tumbuh pada media MRSA pada uji viabilitas meliputi bentuk, tepian, warna, permukaan, elevasi dan ukuran (Utami, 2013; Ramalingam dan Anvita, 2011) Identifikasi BAL Identifikasi BAL dilakukan dengan beberapa cara antara lain: 47

8 a. Pewarnaan Gram Isolat BAL dari media MRSA dibuat olesan tipis pada gelas objek steril dan difiksasi panas. Kemudian diteteskan gentian violet, tunggu selama 1 menit, dibilas dengan akuades. Preparat diberi tetesan lugol dan dibiarkan selama 1 menit lalu dibilas dengan akuades. Kemudian preparat dicuci dengan alkohol 96% sampai gentian violet pada preparat tidak luntur lagi lalu dibilas dengan akuades. Selanjutnya preparat diberi tetesan zat warna safranin dan dibiarkan selama 45 detik lalu dibilas dengan akuades dan dikeringkan. Kemudian preparat diteteskan minyak imersi dan diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x untuk melihat bentuk dan warna dinding sel setelah dilakukan pewarnaan. Bakteri yang termasuk dalam kelompok Gram positif dinding selnya berwarna ungu atau gelap sedangkan kelompok bakteri Gram negatif akan menunjukkan warna merah safranin (Sharah, dkk., 2015). b. Uji katalase Isolat BAL dari media MRSA dioles pada gelas objek yang telah disterilkan dengan alkohol, lalu diteteskan larutan H 2 O 2 3%. Preparat diamati, bila terdapat gelembung gas maka menunjukkan bakteri tersebut katalase positif dan apabila tidak terbentuk gelembung gas maka bakteri tersebut katalase negatif (Sharah, dkk., 2015). Alur terdapat pada Lampiran 3b halaman Penentuan waktu inkubasi optimum BAL Modifikasi penentuan waktu inkubasi optimum BAL dari masing-masing sampel dengan mengambil 1 ose koloni BAL pada media MRSA miring diinokulasikan secara aseptis ke dalam 10 ml media MRSB diinkubasi pada suhu 37 o C selama 24 jam (kultur). Kultur dipindahkan ke dalam media MRSB segar disamakan kekeruhannya dengan mengukur nilai Optical Dencity 48

9 menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 600 ŋm, absorbansi 1 (setara 10 9 CFU/mL) menggunakan media MRSB sebagai blanko. Sebanyak 2 ml inokulum setara 10 9 CFU/mL diinokulasi ke dalam 100 ml media MRSB secara aseptik kemudian diinkubasi pada suhu 37 o C selama 120 jam (inokulum aktif). Sebanyak 1 ml inokulum aktif diencerkan homogen dengan 9 ml NaCl 0,9 % (pengenceran 10-1 ). Dibuat pengenceran bertingkat hingga diperoleh piring dengan jumlah koloni koloni dengan memipet sebanyak 1 ml dari masing-masing serial pengenceran dimasukkan ke dalam cawan petri steril dan ditambahkan 15 ml media MRSA suhu 45 o C dan dihomogenkan kemudian diinkubasi terbalik pada suhu 37 o C selama 48 jam pada kondisi aerobik. Perhitungan ALT koloni yang tumbuh pada media MRSA dilakukan terhadap inokulum aktif pada waktu inkubasi ke-0, 24, 48, 72, 96 dan 120 jam menggunakan colony counter (Khoiriyah, dkk., 2014; Barua, et al., 2015). Alur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman Penentuan waktu optimum aktivitas antibakteri bakteriosin dari BAL Dipipet 1 ml kultur aktif BAL diinokulasi ke dalam 20 ml media MRSB diinkubasi pada suhu 37 o C selama 96 jam (inokulum). Inokulum disentrifugasi pada kecepatan rpm pada suhu 4 o C selama 20 menit. ph supernatan diukur dan disesuaikan menjadi ph 7,0 menggunakan NaOH 1 N lalu disaring menggunakan penyaring mikro 0,22 µm. Pemanenan dilakukan pada waktu inkubasi ke-48, 72 dan 96 jam. Uji aktivitas dilakukan terhadap bakteri S. aureus karena memiliki kesamaan filogenetik dengan memipet 1 ml inokulum bakteri patogen setara larutan McFarland No. 0,5 (konsentrasi bakteri 1,5 x 10 8 CFU/mL) ke dalam cawan petri steril lalu ditambahkan 15 ml media MHA, dihomogenkan. Disusun cakram kertas steril pada lempeng patogen untuk masing-masing BAL 49

10 kemudian diteteskan 20 µl bakteriosin lalu diinkubasi pada suhu 37 o C selama 24 jam (Khoiriyah, dkk., 2014; Rawal, 2013; Sutrisna, dkk., 2012) Produksi bakteriosin dari BAL Dipipet 1 ml kultur aktif BAL diinokulasikan ke dalam 20 ml media MRSB dan diinkubasi pada suhu 37 o C selama 72 jam secara aerobik (inokulum). Inokulum bakteri disentrifugasi pada kecepatan rpm pada suhu 4 o C selama 20 menit (supernatan dan pelet). Diukur dan disesuaikan ph supernatan menjadi ph 7,0 menggunakan NaOH 1 N (supernatan netral), lalu disaring menggunakan penyaring mikro 0,22 µm (bakteriosin). Kemudian bakteriosin yang dihasilkan disimpan pada suhu 4 o C dan 28 o C selama 28 hari (Khoiriyah, dkk., 2014; Barzavar, 2015; Abbas, et al., 2016; Abdelsamei, et al., 2015; Gomashe, 2014; Francois, et al., 2013). Alur ekstraksi bakteriosin dapat dilihat pada Lampiran 6 halaman Uji aktivitas antibakteri bakteriosin dari BAL Sebanyak 20 µl bakteriosin dari masing-masing BAL diteteskan pada pencadang kertas steril yang telah disusun sebelumnya pada lempeng bakteri patogen S. aureus dan E. coli. Diinkubasi pada suhu 37 o C selama 24 jam. Pengamatan aktivitas antibakteri bakteriosin dari BAL dilakukan dengan mengukur zona bening yang terbentuk pada skala mm termasuk diameter pencadang kertas (6 mm), serta membandingkan aktivitas antibakteri bakteriosin dari BAL berdasarkan tabel potensi antibakteri. Pengukuran aktivitas antibakteri bakteriosin dari BAL terhadap bakteri patogen S. aureus dan E. coli dilakukan dengan 2 tahap yaitu: (i) sebelum penyimpanan yaitu pada hari ke-0, (ii) setelah penyimpanan pada suhu 4 o C (dalam refrigerator) dan 28 o C (dalam inkubator) pada hari ke-7, 14, 21, dan 28. Tetrasiklin HCl 30 µg digunakan sebagai kontrol positif 50

11 dan akuades sebagai kontrol negatif (Yulinery, 2015; Barua, et al., 2015; Francois, et al., 2013; Jiang, 2011). Secara keseluruhan alur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 7 halaman Analisis Data Analisis data menggunakan metoda analysis one-way of variance (ANOVA) dimana hasil dianggap berbeda secara signifikan jika P < 0,05. Selanjutnya untuk membandingkan hasil rata-rata setiap perlakuan, maka uji dilanjutkan dengan analisis Tukey HSD pada program Statistic Product and Service Solutions 17.0 (SPSS) (Abdelsamei, et al., 2015). 51

12 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Viabilitas BAL Sampel merupakan 4 jenis sediaan probiotik mengandung BAL khususnya Lactobacillus secara tunggal maupun campuran yaitu: A (Lacto B) mengandung L. acidophilus, B (Rillus) mengandung L. plantarum, C (Interlac) mengandung L. reuteri, dan D (Lacbon) mengandung L. sporogenes. Komposisi sampel dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 79. Pengamatan dan perhitungan jumlah BAL menggunakan alat colony counter dapat dilihat pada Gambar 4.1, Gambar 4.2, Tabel 4.1, dan Tabel 4.2. A B C D Gambar 4.1 Jumlah koloni BAL Keterangan: A (Lacto B): koloni BAL pada pengenceran 10-5 ; B (Rillus): koloni BAL pada pengenceran 10-6 ; C (Interlac): koloni BAL pada pengenceran 10-6 ; D (Lacbon): koloni BAL pada pengenceran

13 Tabel 4.1 Pengaruh penyimpanan pada suhu 4 o C terhadap viabilitas BAL (log CFU/sediaan) Hari ke- Viabilitas rata-rata pada suhu 4 o C ± SD (n=3) A (log10 7 ) B (log10 9 ) C (log10 8 ) D (log 10 7 ) Label 7,78 9,00 8,00 7,70 0 7,70 ± 0,1 9,08 ± 0,1 8,30 ± 0,0 7,77 ± 0,1 7 7,70 ± 0,1 9,09 ± 0,1 8,29 ± 0,1 7,77 ± 0,1 14 7,71 ± 0,1 9,09 ± 0,0 8,29 ± 0,1 7,78 ± 0,1 21 7,68 ± 0,1 9,09 ± 0,0 8,29 ± 0,1 7,76 ± 0,2 28 7,70 ± 0,1 9,09 ± 0,0 8,29 ± 0,0 7,76 ± 0,1 Tabel 4.2 Pengaruh penyimpanan pada suhu 28 o C terhadap viabilitas BAL (log CFU/sediaan) Hari ke- Viabilitas rata-rata pada suhu 28 o C ± SD (n=3) A (log10 7 ) B (log10 9 ) C (log10 8 ) D (log 10 7 ) Label 7,78 9,00 8,00 7,70 0 7,70 ± 0,1 9,08 ± 0,1 8,30 ± 0,0 7,77 ± 0,1 7 7,70 ± 0,1 9,09 ± 0,0 8,30 ± 0,1 7,76 ± 0,1 14 7,69 ± 0,1 9,09 ± 0,0 8,27 ± 0,1 7,78 ± 0,0 21 7,69 ± 0,1 9,09 ± 0,0 8,20 ± 0,1 7,77 ± 0,1 28 7,67 ± 0,1 9,11 ± 0,1 8,03 ± 0,1(*) 7,77 ± 0,1 9.5 Viabilitas bakteri (log CFU/sediaan) Waktu simpan (hari) ATs1 ATs2 BTs1 BTs2 CTs1 CTs2 DTs1 DTs2 Gambar 4.2 Pengaruh penyimpanan terhadap viabilitas BAL Keterangan: A (Lacto B); B (Rillus); C (Interlac); D (Lacbon); Ts1 (disimpan pada suhu 4 o C); Ts2 (disimpan pada suhu 28 o C); (*) berbeda secara signifikan. 53

14 Berdasarkan pengamatan dan perhitungan jumlah koloni BAL yang terdapat pada sediaan A, B, C, dan D diperoleh hasil bahwa jumlah koloni BAL yang tumbuh pada sediaan B, C, dan D sudah sesuai dengan jumlah koloni BAL yang tertera pada label kemasan. Sedangkan jumlah koloni BAL yang tumbuh pada sediaan A lebih rendah dari jumlah koloni BAL yang tertera pada label kemasan. Data perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 8 s/d Lampiran 12 halaman Penurunan jumlah koloni BAL dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhi viabilitas seperti formulasi atau bentuk sediaan, aktivitas air, nutrisi, dan suhu. Penyimpanan pada suhu 4 o C selama 28 hari tidak menyebabkan perubahan jumlah koloni dari seluruh BAL meskipun BAL dari sampel A tidak sesuai label. Jumlah koloni bakteri L. acidophilus dari susu fermentasi tetap baik saat di simpan pada suhu 4 ± 1 o C selama 28 hari (> 7 log CFU/g). Begitu juga dengan jumlah koloni bakteri L. plantarum dari produk makanan yang disimpan pada suhu 4 o C tetap menunjukkan hasil yang baik jika dibandingkan dengan penyimpanan pada suhu 27 o C selama 7 minggu (Ozcan, 2015; Darmasena, 2012). Carollina (2015) melakukan penelitian terhadap 4 jenis suplemen probiotik mengandung bakteri Lactobacillus yaitu Rillus, Lacbon, Lacto B, dan Lacidofil menggunakan media Plate Count Agar (PCA), menyimpulkan bahwa hanya suplemen Lacto B yang memiliki jumlah koloni yang tidak sesuai label. Jumlah koloni BAL pada sampel C turun secara signifikan saat disimpan pada suhu 28 o C selama 28 hari meskipun masih sesuai label. Hal ini dikarenakan suhu 28 o C merupakan suhu tumbuh optimum BAL pada fermentasi terkontrol. Selain itu dekatnya tanggal kadaluarsa dari sampel C (November 2017) merupakan faktor lain penyebab turunnya jumlah koloni BAL dari sampel C secara signifikan. 54

15 Penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa penyimpanan pada suhu 25 o C (pada ruangan yang diatur suhunya) selama 4 minggu mengakibatkan penurunan jumlah koloni BAL yang signifikan dari sampel Interlac. Jumlah koloni BAL dalam sampel probiotik menurun dengan meningkatnya suhu penyimpanan yang menyebabkan dehidrasi sel sehingga mengakibatkan kebocoran pada sel. Oleh karena itu penyimpanan pada suhu tinggi tidak dianjurkan untuk sediaan probiotik (Utami, 2013). 4.2 Aktivitas antibakteri hasil uji viabilitas BAL Data aktivitas antibakteri BAL dilihat pada Lampiran 13 s/d Lampiran 15 halaman 91-97, Gambar 4.3 s/d Gambar 4.6, serta Tabel 4.3 dan Tabel 4.4. Tabel 4.3 Pengaruh suhu 4 o C terhadap aktivitas antibakteri BAL Sampel Bakteri Meta Diamater zona hambat rata-rata (mm) ± SD (n=3) hari kepatogen bolit S. aureus i 8,17±0,5 8,17±0,2 8,17±0,5 8,16±0,4 8,17±0,2 A s 8,13±0,4 8,13±0,3 8,13±0,4 8,13±0,4 8,13±0,1 E. coli i 7,68±0,5 7,68±0,5 7,68±0,3 7,67±0,2 7,68±0,2 s 7,65±0,5 7,65±0,4 7,65±0,5 7,62±0,3 7,62±0,5 S. aureus i 8,21±0,2 8,21±0,6 8,21±0,4 8,21±0,3 8,21±0,3 B s 8,19±0,2 8,18±0,6 8,17±0,4 8,18±0,3 8,18±0,2 E. coli i 7,80±0,5 7,80±0,3 7,79±0,4 7,79±0,6 7,79±0,3 s 7,74±0,5 7,74±0,4 7,72±0,5 7,72±0,7 7,71±0,4 S. aureus i 8,14±0,4 8,14±0,3 8,14±0,2 8,14±0,6 8,10±0,1 C s 8,11±0,5 8,10±0,3 8,09±1,1 8,10±0,4 8,08±0,2 E. coli i 7,97±0,4 7,97±0,4 7,96±0,2 7,96±0,1 7,95±0,1 s 7,91±0,5 7,91±0,3 7,90±0,3 7,88±0,3 7,88±0,7 S. aureus i 8,11±0,3 8,11±0,6 8,11±0,2 8,11±0,1 8,10±0,4 D s 8,09±0,3 8,08±0,7 8,08±0,3 8,07±1,1 8,07±0,3 E. coli i 7,86±0,2 7,86±0,4 7,85±0,4 7,84±0,7 7,82±0,1 s 7,80±0,2 7,79±0,4 7,85±0,4 7,74±0,5 7,73±0,4 A, B, C, D S. aureus b 6,00 ± 0,00 E. coli b 6,00 ± 0,00 Kontrol (+) S. aureus 21,09 ± 0,56 E. coli 21,34 ± 0,85 Kontrol (-) S. aureus E. col 6,00 ± 0,00 6,00 ± 0,00 Keterangan: A (Lacto B); B (Rillus); C (Interlac); D (Lacbon); K (+) kontrol positif: Tetrasiklin HCL 30 µg; K (-) kontrol negatif: Akuades; i (inokulum); s (supernatan); b (bakteriosin). 55

16 Tabel 4.4 Pengaruh suhu 28 o C terhadap aktivitas antibakteri BAL Sampel Bakteri Meta Diamater zona hambat rata-rata (mm) ± SD (n=3) hari kepatogen bolit S. aureus i 8,17±0,5 8,12±0,4 8,16±0,2 8,18±0,3 8,16±0,1 s 8,13±0,4 8,06±0,4 8,13±0,1 8,01±0,2 8,11±0,2 A E. coli i 7,68±0,5 7,60±0,5 7,69±0,5 7,57±0,2 7,61±0,1 s 7,65±0,5 7,65±0,4 7,61±0,2 7,64±0,2 7,63±0,4 S. aureus i 8,21±0,2 8,21±0,2 8,18±0,3 8,19±0,2 8,17±0,2 B s 8,19±0,2 8,09±0,4 8,17±0,3 8,16±0,1 8,17±0,3 E. coli i 7,80±0,5 7,73±0,5 7,97±0,4 7,82±0,6 7,77±0,5 s 7,74±0,5 7,70±0,6 7,74±0,3 7,52±0,6 7,77±0,2 S. aureus i 8,14±0,4 8,10±0,8 8,06±0,2 8,10±0,4 8,08±0,2 C s 8,11±0,5 8,09±0,8 8,09±0,2 8,07±0,6 8,08±0,2 E. coli i s 7,97±0,4 7,91±0,5 8,00±0,3 7,86±0,5 7,91±0,3 7,87±0,3 7,87±0,3 7,86±0,3 7,91±0,1 7,88±0,4 S. aureus i 8,11±0,3 8,06±0,3 8,11±0,1 8,11±0,4 8,07±0,3 D s 8,09±0,3 8,06±0,2 8,11±0,1 8,08±0,2 8,08±0,2 E. coli i 7,86±0,2 7,93±0,3 7,92±0,3 7,88±0,4 7,87±0,3 s 7,80±0,2 7,76±0,3 7,79±0,2 7,81±0,3 7,80±0,3 A, B, C, D S. aureus b 6,00 ± 0,00 E. coli b 6,00 ± 0,00 Kontrol (+) S. aureus 21,09 ± 0,56 E. coli 21,34 ± 0,85 Kontrol (-) S. aureus E. coli 6,00 ± 0,00 6,00 ± 0,00 K (+) Sa A K (+) Sa B b K (-) i b K (-) i s s A B K (+) K (+) Sa C Sa D b K (-) s i C b K (-) s i D Gambar 4.3 Aktivitas antibakteri BAL terhadap bakteri S. aureus. Keterangan: A (Lacto B); B (Rillus); C (Interlac); D (Lacbon); K (+) kontrol positif: Tetrasiklin HCL 30 µg; K (-) kontrol negatif: Akuades; i (inokulum); s (supernatan); b (bakteriosin); Sa (S. aureus). 56

17 K (+) Ec A K (+) Ec B b K (-) s i b K (-) s i A B K (+) Ec C K (+) Ec D b K (-) s i b K (-) s i C D Gambar 4.4 Aktivitas antibakteri BAL terhadap bakteri E. coli Diameter zona hambat (mm) Waktu simpan (hari) K(+)Sa K(+)Ec K(-) ASai ASas AEci AEcs Gambar 4.5 Pengaruh suhu 4 o C terhadap aktivitas antibakteri BAL Keterangan: A (Lacto B); B (Rillus); C (Interlac); D (Lacbon); K (+) kontrol positif: Tetrasiklin HCL 30 µg; K (-) kontrol negatif: Akuades; i (inokulum); s (supernatan); b (bakteriosin); Sa (S. aureus); Ec (E. coli). 57

18 23.00 Diameter zona hambat (mm) Waktu simpan (hari) K(+)Sa K(+)Ec K(-) ASai ASas AEci AEcs Gambar 4.6 Pengaruh suhu 28 o C terhadap aktivitas antibakteri BAL Keterangan: A (Lacto B); B (Rillus); C (Interlac); D (Lacbon); K (+) kontrol positif: Tetrasiklin HCL 30 µg; K (-) kontrol negatif: Akuades; i (inokulum); s (supernatan); b (bakteriosin); Sa (S. aureus); Ec (E. coli). Diameter zona hambat yang dihasilkan oleh inokulum dan supernatan dari seluruh BAL pada sampel probiotik yang disimpan pada suhu 4 o C dan 28 o C selama 28 hari menunjukkan adanya aktivitas antibakteri terhadap bakteri S. aureus dan E. coli dan menghilang setelah dinetralkan menjadi bakteriosin menggunakan NaOH 1 N. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa 3 dari 4 sediaan probiotik mengandung bakteri Lactobacillus sp. memiliki jumlah koloni bakteri yang tidak sesuai label, namun aktivitas antibakteri yang dihasilkan dari inokulum bakteri probiotik menunjukkan hasil yang baik. Supernatan bebas sel dari BAL pada dadih memiliki aktivitas antibakteri yang kuat terhadap bakteri S. aureus dibandingkan terhadap E. coli dan mengalami penurunan aktivitas antibakteri hingga tidak memberikan zona hambat saat supernatan dinetralkan menggunakan NaOH 3 N (Begum, et al., 2015; Syukur, et al., 2015). 58

19 Menghilangnya aktivitas antibakteri bakteriosin dari BAL pada tahap ini disebabkan rendahnya perbandingan antara jumlah dan konsentrasi BAL terhadap media, sehingga bakteriosin tidak diproduksi secara optimum. Pada tahap ini BAL masih melakukan proses pertumbuhan dan belum maksimum mengeluarkan zat anti metabolit karena media yang tersedia masih cukup untuk melakukan proses pembelahan sel (Setianingsih, 2010). 4.3 Karakteristik BAL Pengamatan morfologi koloni BAL dapat dilihat pada Gambar 4.7. A B C D Gambar 4.7 Morfologi koloni BAL Keterangan: A (Lacto B): mengandung L. acidophilus; B (Rillus): mengandung L. plantarum; C (Interlac): mengandung L. reuteri; D (Lacbon): mengandung L. sporogenes. Hasil pengamatan visual terhadap morfologi koloni BAL yang tumbuh pada media MRSA dari keempat sediaan probiotik yaitu berbentuk bulat dengan tepian 59

20 rata menyeluruh, berwarna putih buram atau krim, halus, cembung dengan ukuran 0,1-4 mm. BAL memiliki bentuk bulat, warna putih buram atau krim, permukaan halus dan tepian rata (Syukur, 2014; Nudyanto, 2015). Utami (2013) melakukan pengamatan terhadap morfologi koloni bakteri Lactobacillus dari 3 sediaan probiotik masing-masing mengandung bakteri L. acidophilus, L. reuteri dan L. sporogenes bahwa seluruh morfologi koloni yang terbentuk hampir sama yaitu berbentuk bulat, tepian rata, dan berwarna putih buram. 4.4 Jenis BAL Hasil uji identifikasi BAL pada pewarnaan Gram menggunakan mikroskop cahaya menghasilkan sel bakteri berwarna ungu dengan bentuk sel batang bulat, tunggal atau membentuk rantai/berkelompok. Hasil menunjukkan bahwa bakteri yang dihasilkan merupakan jenis bakteri Gram positif. BAL merupakan bakteri Gram positif dengan dinding sel yang terdiri dari dua lapisan yaitu peptidoglikan yang tebal dan membran dalam. Lapisan peptidoglikan inilah yang dapat mengikat zat warna kristal violet. Zat warna yang telah diikat oleh dinding sel bakteri tidak akan hilang walaupun telah melalui proses pelunturan menggunakan alkohol 96% (Sharah, 2015; Pyar dan Peh, 2014; Nudyanto, 2015). Pada uji katalase empat isolat BAL dari sampel probiotik menunjukan hasil yang negatif ditandai dengan tidak terbentuknya gelembung udara saat diberi larutan H 2 O 2 3%. Bakteri tidak menghasilkan gelembung udara saat ditambahkan larutan H 2 O 2 3% disebabkan bakteri tidak dapat menguraikan komposisi H 2 O 2 menjadi O 2 dan H 2 O (Sharah, 2015; Pyar dan Peh, 2014; Nudyanto, 2015). Hasil pengamatan morfologi sel bakteri menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100x ditunjukkan pada Gambar 4.8 dan Tabel

21 A B C D Gambar 4.8 Morfologi sel BAL Tabel 4.5 Jenis BAL dalam sampel No. Sampel Pewarnaan Gram Bentuk sel Katalase 1. A positif batang bulat berkelompok negatif 2. B positif batang bulat tunggal negatif 3. C positif batang bulat berkelompok negatif 4. D positif batang bulat berantai negatif Keterangan: A (Lacto B): mengandung L. acidophilus; B (Rillus): mengandung L. plantarum; C: (Interlac) mengandung L. reuteri; D (Lacbon): mengandung L. sporogenes. 4.5 Waktu Inkubasi Optimum BAL Waktu inkubasi optimum BAL pada Lampiran 16 halaman 98, Tabel 4.6 dan Gambar

22 Tabel 4.6 Waktu inkubasi BAL Sampel Waktu inkubasi (jam) (log CFU/mL) A 9,00 ± 0,0 10,25 ± 0,0 11,75 ± 0,0 11,44 ± 0,0 12,18 ± 0,0 12,38 ± 0,0 B 9,00 ± 0,0 10,14 ± 0,0 12,44 ± 0,0 12,86 ± 0,0 13,03 ± 0,0 12,97 ± 0,0 C 9,00 ± 0,0 10,24 ± 0,0 11,99 ± 0,0 12,76 ± 0,0 13,25 ± 0,0 13,23 ± 0,0 D 9,00 ± 0,0 10,46 ± 0,0 12,44 ± 0,0 13,21 ± 0,0 13,45 ± 0,0 13,29 ± 0, Populasi bakteri (log CFU/mL) Waktu inkubasi (jam) Lacto B Rillus Interlac Lacbon Gambar 4.9 Pengaruh waktu inkubasi terhadap pertumbuhan BAL Keterangan: A (Lacto B): mengandung L. acidophilus; B (Rillus): mengandung L. plantarum; C (Interlac): mengandung L. reuteri; D (Lacbon): mengandung L. sporogenes. Seluruh BAL pada sampel mengalami fase lag pada waktu inkubasi 0 sampai 24 jam dan fase log pada waktu inkubasi 48 jam. Fase stasioner BAL pada sampel A di mulai pada waktu inkubasi 48 sampai 72 jam, sedangkan BAL pada sampel B, C dan D dimulai pada waktu inkubasi 48 sampai 96 jam. Fase kematian terjadi pada waktu inkubasi 96 jam untuk BAL pada sampel A dan pada waktu 120 jam untuk BAL pada sampel B, C dan D. 62

23 Inkubasi optimum bakteri Lactobacillus sp. dari sampel susu kambing pada suhu inkubasi 10, 27, 37 dan 45 o C dengan waktu inkubasi 18, 24, 48, 72, 96 dan 120 jam memberikan hasil bahwa suhu 37 o C dan waktu inkubasi 18 jam merupakan kondisi inkubasi optimum untuk bakteri Lactobacillus sp. Hal ini disebabkan oleh perbedaan jenis bakteri dan sampel yang diteliti karena karakteristik pertumbuhan masing-masing bakteri berbeda (Barua, et al., 2015) 4.6 Pengaruh Inkubasi terhadap Aktivitas Antibakteri Bakteriosin dari BAL Pengaruh waktu inkubasi optimum terhadap aktivitas antibakteri bakteriosin dari BAL pada bakteri patogen S. aureus dapat dilihat pada Lampiran 17 halaman 99, Gambar 4.10 dan Tabel 4.7. A B K (-) K (-) K (-) D D A D A C B C B C a b c Gambar 4.10 Aktivitas antibakteri bakteriosin dari BAL terhadap S. aureus Tabel 4.7 Aktivitas antibakteri bakteriosin dari BAL sampel terhadap S. aureus Diameter zona hambat rata-rata (mm) ± SD (n=3) Waktu inkubasi 48 jam 72 jam 96 jam Sampel A 6,00 ± 0,00 7,76 ± 0,33 6,49 ± 0,06 B 6,00 ± 0,00 8,02 ± 0,06 6,59 ± 0,04 C 6,00 ± 0,00 8,03 ± 0,10 6,54 ± 0,06 D 6,00 ± 0,00 7,95 ± 0,09 6,52 ± 0,09 Kontrol (-) 6,00 ± 0,00 Keterangan: A (Lacto B); B (Rillus); C (Interlac); D (Lacbon); K (-) kontrol negatif: Akuades; a: (waktu inkubasi 48 jam); b: (waktu inkubasi 72 jam); c: (waktu inkubasi 96 jam). 63

24 Berdasarkan pengamatan pada seluruh cakram kertas dari tiap isolat BAL tidak ditemukan penghambatan berupa areal bening sebagai aktivitas antibakteri bakteriosin pada waktu inkubasi 48 jam terhadap bakteri S. aureus. Aktivitas optimum antibakteri bakteriosin muncul pada waktu inkubasi 72 jam dan menurun kembali setelah waktu inkubasi 96 jam. Rawal, et al. (2013) menyatakan bahwa produksi optimum bakteriosin dari Lactobacillus dari tablet Sporolac terjadi pada awal fase stasioner yaitu pada waktu inkubasi 24 jam dan hilang setelah diinkubasi selama 48, 72 dan 96 jam. Karthikeyan dan Santosh (2009), bakteri L. plantarum menunjukkan aktivitas antibakteri bakteriosin secara optimum pada akhir fase stasioner (Setianingsih, 2010). Fakta ini menegaskan bahwa BAL memproduksi antimetabolit sekunder berupa bakteriosin setelah melewati fase pertumbuhannya (Pratiwi, 2008). 4.7 Aktivitas Antibakteri Bakteriosin dari BAL Aktivitas antibakteri bakteriosin dari BAL pada Lampiran 18 s/d Lampiran 21 halaman , Gambar 4.11 s/d Gambar 4.13, Tabel 4.8 dan Tabel 4.9. K (+) Sa K K (+) (+) Ec A B K (-) C D A A K (-) K (-) B B C C D D Gambar 4.11 Aktivitas antibakteri bakteriosin dari BAL Keterangan: A (Lacto B); B (Rillus); C (Interlac); D (Lacbon); K(+) kontrol positif: Tetrasiklin HCl 30 µg; K (-) kontrol negatif: Akuades; Sa (S. aureus); Ec (E.coli). 64

25 Tabel 4.8 Pengaruh penyimpanan pada suhu 4 o C terhadap aktivitas antibakteri bakteriosin dari BAL. Sampel A B C D Kontrol (+) Kontrol (-) Bakteri patogen S. aureus E. coli S. aureus E. coli S. aureus E. coli S. aureus E. coli S. aureus E. coli S. aureus E. coli Diameter zona hambat rata-rata (mm) ± SD (n=3) hari ke ,10 ± 0,39 8,10 ± 0,38 8,10 ± 0,45 8,09 ± 0,40 7,91 ± 0,40 7,45 ± 0,31 7,45 ± 0,34 7,45 ± 0,28 7,31 ± 0,16 7,24 ± 0,14 8,15 ± 0,25 8,15 ± 0,61 8,14 ± 0,51 8,12 ± 0,43 8,12 ± 0,15 7,62 ± 0,37 7,62 ± 0,26 7,59 ± 0,39 7,41 ± 0,15 7,31 ± 0,20 8,07 ± 0,57 8,07 ± 0,47 8,07 ± 1,20 8,00 ± 0,65 7,87 ± 0,18 7,54 ± 0,22 7,53 ± 0,07 7,53 ± 0,42 7,30 ± 0,22 7,26 ± 0,92 8,08 ± 0,40 8,08 ± 0,72 8,08 ± 0,31 7,96 ± 0,99 7,70 ± 0,14 7,56 ± 0,18 7,53 ± 0,36 7,50 ± 0,25 7,50 ± 0,44 7,37 ± 0,27 21,09 ± 0,56 21,34 ± 0,85 6,00 ± 0,00 6,00 ± 0, Diameter zona hambat (mm) Waktu simpan (hari) K(+)Sa K(+)Ec K(-) Aa Ab Ba Bb Ca Cb Da Db Gambar 4.12 Pengaruh penyimpanan pada suhu 4 o C terhadap aktivitas antibakteri bakteriosin dari BAL. Keterangan: A (Lacto B); B (Rillus); C (Interlac); D (Lacbon); K(+) kontrol positif: Tetrasiklin HCl 30 µg; K (-) kontrol negatif: Akuades; Sa (S. aureus); Ec (E.coli); a (S. aureus), b (E. coli). 65

26 Tabel 4.9 Pengaruh penyimpanan pada suhu 28 o C terhadap aktivitas antibakteri bakteriosin dari BAL. Sampel A B C D Kontrol (+) Kontrol (-) Bakteri patogen S. aureus E. coli S. aureus E. coli S. aureus E. coli S. aureus E. coli S. aureus E. coli S. aureus E. coli Diameter zona hambat rata-rata(mm) ± SD (n=3) hari ke ,10 ± 0,39 8,02 ± 0,38 7,75 ± 0,14 7,51 ± 0,34 7,26 ± 0,08(*) 7,45 ± 0,31 7,39 ± 0,44 7,05 ± 0,21 6,67 ± 0,07 6,36 ± 0,08(*) 8,15 ± 0,25 8,06 ± 0,38 7,91 ± 0,54 7,70 ± 0,28 7,54 ± 0,33 7,62 ± 0,37 7,37 ± 0,21 7,18 ± 0,14 6,87 ± 0,18 6,56 ± 0,25(*) 8,07 ± 0,57 8,03 ± 0,80 7,93 ± 0,36 7,87 ± 0,77 7,71 ± 0,75 7,54 ± 0,22 7,24 ± 0,10 7,08 ± 0,30 6,92 ± 0,20 6,85 ± 0,38 8,08 ± 0,40 8,00 ± 0,16 7,95 ± 0,16 7,71 ± 0,81 7,52 ± 0,28 7,56 ± 0,18 7,26 ± 0,96 7,10 ± 0,34 6,94 ± 0,21 6,88 ± 0,38 21,09 ± 0,56 21,34 ± 0,85 6,00 ± 0,00 6,00 ± 0, Diameter zona hambat (mm) Waktu simpan (hari) K(+)Sa K(+)Ec K(-) Aa Ab Ba Bb Ca Cb Da Db Gambar 4.13 Pengaruh penyimpanan pada suhu 28 o C terhadap aktivitas antibakteri bakteriosin dari BAL. Keterangan: A (Lacto B); B (Rillus); C (Interlac); D (Lacbon); K(+) kontrol positif: Tetrasiklin HCl 30 µg; K (-) kontrol negatif: Akuades; 66

27 Sa (S. aureus); Ec (E.coli); a (S. aureus), b (E. coli), (*) berbeda secara signifikan. Aktivitas antibakteri bakteriosin dari BAL pada setiap sampel yang disimpan pada suhu 4 o C selama 28 hari tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap bakteri S. aureus dan E. coli. Berbeda dengan penyimpanan yang dilakukan pada suhu 28 o C selama 28 hari. Aktivitas antibakteri bakteriosin dari BAL pada sampel A turun secara signifikan terhadap bakteri S. aureus dan E. coli dan aktivitas antibakteri bakteriosin dari BAL pada sampel B turun secara signifikan hanya terhadap bakteri E. coli, meskipun aktivitas antibakteri bakteriosin dari sampel C dan D tidak turun secara signifikan terhadap bakteri S. aureus dan E. coli. Aktivitas antibakteri bakteriosin L. acidophilus dari biakan murni yang di simpan pada suhu 4 o C tetap memberikan efek yang sama terhadap bakteri S. aureus dan E. coli selama 30 hari. Begitu juga dengan aktivitas antibakteri bakteriosin Lactobacillus sp. dari sampel dadih, keju dan tablet Sporolac tetap memberikan hasil yang sama terhadap bakteri S. aureus saat disimpan pada suhu 4 o C selama 2 bulan (Abdelsamei, et al., 2015; Rawal, et al., 2013). Aktivitas antibakteri bakteriosin dari BAL pada sediaan sereal OGI yang disimpan pada suhu 28 o C selama 7 hari meningkat terhadap bakteri patogen S. aureus yaitu dari 2 mm menjadi 5 mm pada pengenceran 10-1 dan dari 1 mm menjadi 3 mm pada pengenceran Aktivitas antibakteri bakteriosin menurun terhadap bakteri patogen E. coli yaitu dari 5 mm menjadi 1 mm pada pengenceran 10-1 dan dari 3 mm menjadi tidak memiliki aktivitas pada pengenceran 10-2 (Ohenhen, et al., 2015). Secara keseluruhan, aktivitas antibakteri bakteriosin dari BAL pada sediaan probiotik yang disimpan pada suhu 4 o C dan 28 o C memiliki potensi aktivitas 67

28 antibakteri sedang (diameter antara 5-10 mm) terhadap bakteri S. aureus dan bakteri E. coli. Potensi aktivitas antibakteri ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan diameter kontrol positif Tetrasiklin HCl 30 µg yang memiliki potensi antibakteri sangat kuat terhadap bakteri S. aureus dan terhadap bakteri E. coli dengan diameter rata-rata 21 mm (Wardani, 2015). Suhu 4 o C merupakan suhu terbaik untuk mempertahankan aktivitas antibakteri bakteriosin dari BAL pada sampel probiotik (Rawal, et al., 2013). 68

29 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan a. Jumlah koloni BAL dari sampel A (Lacto B): mengandung L. acidophilus tidak sesuai label sedangkan jumlah koloni BAL dari sampel B (Rillus): mengandung L. plantarum, C (Interlac): mengandung L. reuteri, dan sampel D (Lacbon): mengandung L. sporogenes) sesuai label. b. Penyimpanan pada suhu 4 o C selama 28 hari mempertahankan viabilitas seluruh BAL sedangkan penyimpanan pada suhu 28 o C selama 28 hari menyebabkan viabilitas BAL dari sampel C turun secara yang signifikan. Penyimpanan pada suhu 4 o C dan 28 o C selama 28 hari tetap menunjukkan daya hambat yang baik dari inokulum dan supernatan BAL dari sampel A, B, C dan D. c. Penyimpanan pada suhu 28 o C selama 28 hari menyebabkan aktivitas antibakteri bakteriosin dari BAL pada sampel A turun secara signifikan terhadap bakteri S. aureus ATCC 6538 dan E. coli ATCC 8939, dan BAL dari sampel B turun secara signifikan terhadap bakteri E. coli ATCC Saran Diharapkan melakukan penyimpanan pada suhu 4 o C (dalam refrigerator) terhadap sediaan probiotik terutama jenis A, B, C dan D untuk mempertahankan viabilitas dan aktivitas antibakteri bakteriosin terhadap bakteri patogen S. aureus dan E. coli. Kepada peneliti selanjutnya agar melakukan uji terhadap faktor-faktor lain yang mempengaruhi viabilitas dan aktivitas antibakteri bakteriosin dari BAL. 69

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014.

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014. 2. MATERI DAN METODE 2.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014. 2.2. Materi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Karakterisasi Isolat L. plantarum dan Bakteri Indikator

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Karakterisasi Isolat L. plantarum dan Bakteri Indikator MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini berlangsung selama tujuh bulan, yakni mulai dari bulan Februari sampai dengan bulan Agustus 2011. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Ilmu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi 13 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

III.METODOLOGI PENELITIAN

III.METODOLOGI PENELITIAN III.METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT PENELITIAN 1. Kultur Kultur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Enterococcus faecium IS-27526 (Genebank accession no. EF068251) dan Lactobacillus plantarum

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id LAMPIRAN Lampiran 1. Pembuatan Medium MRSA (demann Rogosa Sharpe Agar) Komposisi medium MRSA per 1000 ml:

bio.unsoed.ac.id LAMPIRAN Lampiran 1. Pembuatan Medium MRSA (demann Rogosa Sharpe Agar) Komposisi medium MRSA per 1000 ml: LAMPIRAN Lampiran 1. Pembuatan Medium MRSA (demann Rogosa Sharpe Agar) Komposisi medium MRSA per 1000 ml: Peptone 10 g Lab-Lemco powder 8 g Yeast extract 4 g Glucose 20 g Sorbiton Mono-oleate 1 ml Dipotasium

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April - Mei 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April - Mei 2015 di Laboratorium 17 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan April - Mei 2015 di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dari Lactobacillus plantarum yang diisolasi dari usus halus itik Mojosari (Anas

BAB III METODE PENELITIAN. dari Lactobacillus plantarum yang diisolasi dari usus halus itik Mojosari (Anas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen secara deskriptif yang bertujuan untuk memberikan informasi tentang potensi probiotik dari Lactobacillus

Lebih terperinci

II. METODELOGI PENELITIAN

II. METODELOGI PENELITIAN II. METODELOGI PENELITIAN 2.1 Metode Pengumpulan Data 2.1.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di UPT Laboratorium Biosain dan Bioteknologi Universitas Udayana. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Ragam S. thermophilus S-01 pada ph berbeda

Lampiran 1. Analisis Ragam S. thermophilus S-01 pada ph berbeda LAMPIRAN 57 Lampiran 1. Analisis Ragam S. thermophilus S-01 pada ph berbeda 1). Analisis Ragam S. thermophilus S-01 pada ph perlakuan 1 11,5 11,5 93,08 0,001 Error 4 4,84 1,1 total 5 117,35 ). Analisis

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Prosedur

MATERI DAN METODE. Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi dan Laboratorium Terpadu, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung dari bulan

Lebih terperinci

Sampel air kolam, usus ikan nila dan endapan air kolam ikan. Seleksi BAL potensial (uji antagonis)

Sampel air kolam, usus ikan nila dan endapan air kolam ikan. Seleksi BAL potensial (uji antagonis) Lampiran 1. Diagram Alir Penelitian Sampel air kolam, usus ikan nila dan endapan air kolam ikan. Seleksi BAL potensial (uji antagonis) Str Isolasi dan Karakteristik Bakteri Asam Laktat Isolat Bakteri Asam

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Sampel tanah diambil dari Hutan Larangan Adat Rumbio Kabupaten Kampar. Sedangkan Enumerasi dan Analisis bakteri dilakukan di Laboratorium Patologi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pembuatan Kultur Starter (modifikasi Koroleva, 1991) S. thermophillus (St) L. bulgaricus (Lb) atau Bifidobacterium BBIV (Bb)

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pembuatan Kultur Starter (modifikasi Koroleva, 1991) S. thermophillus (St) L. bulgaricus (Lb) atau Bifidobacterium BBIV (Bb) LAMPIRAN Lampiran 1. Pembuatan Kultur Starter (modifikasi Koroleva, 1991) S. thermophillus (St) L. bulgaricus (Lb) atau Bifidobacterium BBIV (Bb) Susu bubuk skim 8.5% + sukrosa 10% + ekstrak ragi 0.1%

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda pada pollard terhadap kandungan total bakteri, Gram positif/negatif dan bakteri asam laktat telah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian dan Analisis Data Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif meliputi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di 17 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli 2014 sampai dengan bulan September

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli 2014 sampai dengan bulan September 21 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli 2014 sampai dengan bulan September 2014 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia, Laboratorium Mikrobiologi

Lebih terperinci

Sampel air panas. Pengenceran 10-1

Sampel air panas. Pengenceran 10-1 Lampiran 1. Metode kerja Sampel air panas Diambil 10 ml Dicampur dengan media selektif 90ml Di inkubasi 24 jam, suhu 50 C Pengenceran 10-1 Di encerkan sampai 10-10 Tiap pengenceran di tanam di cawan petri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN A. 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan memberikan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol (Nazir, 1999). Pada penelitian

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Tahapan Penelitian. Kultur Stok S. thermopillus, L. bulgaricus, dan B. bifidum. MRS agar miring

LAMPIRAN. Lampiran 1. Tahapan Penelitian. Kultur Stok S. thermopillus, L. bulgaricus, dan B. bifidum. MRS agar miring LAMPIRAN Lampiran 1. Tahapan Penelitian Kultur Stok S. thermopillus, L. bulgaricus, dan B. bifidum MRS agar miring Peremajaan S. thermopillus, L. bulgaricus, dan B. bifidum Pengukuran OD dan Pembuatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada Januari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian isolasi dan identifikasi bakteri asam laktat pada susu

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian isolasi dan identifikasi bakteri asam laktat pada susu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian isolasi dan identifikasi bakteri asam laktat pada susu kambing segar ini menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) faktorial yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode difusi Kirby bauer. Penelitian di lakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Prosedur

MATERI DAN METODE. Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Kegiatan Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Desember 2013 dengan tahapan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Desember 2013 dengan tahapan 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Desember 2013 dengan tahapan kegiatan, yaitu pengambilan sampel, isolasi dan identifikasi bakteri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplorasi dan eksperimental dengan menguji isolat bakteri endofit dari akar tanaman kentang (Solanum tuberosum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif kualitatif meliputi

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif kualitatif meliputi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian dan Analisis Data Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga pada bulan Januari-Mei

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2015.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2015. 13 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN II. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah labu Erlenmeyer, 1.2. Bahan beaker glass, tabung

Lebih terperinci

Y ij = µ + B i + ε ij

Y ij = µ + B i + ε ij METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2008 sampai bulan September 2009. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Bagian Teknologi Hasil Ternak Perah dan Laboratorium

Lebih terperinci

METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Pendahuluan Preparasi Kultur Starter.

METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Pendahuluan Preparasi Kultur Starter. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Bagian Teknologi Hasil Ternak dan Laboratorium Terpadu, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor serta Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3 digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3 ulangan meliputi pemberian minyak atsiri jahe gajah dengan konsentrasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Februari sampai Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi,

BAB III METODE PENELITIAN. Februari sampai Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan selama 6 (enam) bulan yaitu pada bulan Februari sampai Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi,

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, lokasi, dan waktu penelitian 1. Materi penelitian 1.1. Alat

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, lokasi, dan waktu penelitian 1. Materi penelitian 1.1. Alat III. METODE PENELITIAN A. Materi, lokasi, dan waktu penelitian 1. Materi penelitian 1.1. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah labu Erlenmeyer, beaker glass, tabung reaksi, cawan petri,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental laboratoris dengan rancangan the post test only control group design. B. Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus Lampiran 2. Hasil Identifikasi Tumbuhan Lampiran 3. Serbuk Simplisia Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 sampai Febuari 2014

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 sampai Febuari 2014 26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 sampai Febuari 2014 dengan tahapan kegiatan, yaitu pengambilan sampel, isolasi dan

Lebih terperinci

Air Panas. Isolat Murni Bakteri. Isolat Bakteri Selulolitik. Isolat Terpilih Bakteri Selulolitik. Kuantitatif

Air Panas. Isolat Murni Bakteri. Isolat Bakteri Selulolitik. Isolat Terpilih Bakteri Selulolitik. Kuantitatif 75 Lampiran 1. Metode Kerja L.1.1 Bagan kerja Air Panas - Isolasi dan Seleksi Bakteri Pemurnian Bakteri Isolat Murni Bakteri Uji Bakteri Penghasil Selulase Secara Kualitatif Isolat Bakteri Selulolitik

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI. Disusun oleh : Dr. Henny Saraswati, M.Biomed PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

PETUNJUK PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI. Disusun oleh : Dr. Henny Saraswati, M.Biomed PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PETUNJUK PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI Disusun oleh : Dr. Henny Saraswati, M.Biomed PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2017 TATA TERTIB PRAKTIKUM 1. Setiap kali praktikum,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara identifikasi bakteri dari probiotik yang berpotensi sebagai bahan biodekomposer.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Isolasi Bakteri Endofit dari Batang dan Akar Tanaman Dara metode Radu & Kqueen (2002) yang dimodifikasi

LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Isolasi Bakteri Endofit dari Batang dan Akar Tanaman Dara metode Radu & Kqueen (2002) yang dimodifikasi LAMPIRAN Lampiran 1. Alur Kerja Isolasi Bakteri Endofit dari Batang dan Akar Tanaman Dara metode Radu & Kqueen (2002) yang dimodifikasi Bagian akar dan batang (3-5 cm) Dicuci dengan air mengalir selama

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2009. Pengambilan sampel susu dilakukan di beberapa daerah di wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Hidrolisis Kitosan A dengan NaOH

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Hidrolisis Kitosan A dengan NaOH BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-April 2011 di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia, Institut Pertanian Bogor (IPB), Laboratorium Kimia Pusat Studi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplorasi dan eksperimen. Penelitian eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Komposisi dan Cara Pembuatan Media Pertumbuhan Bakteri.

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Komposisi dan Cara Pembuatan Media Pertumbuhan Bakteri. DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Komposisi dan Cara Pembuatan Media Pertumbuhan Bakteri. A. Penyiapan Media Pertumbuhan S. thermophillus, L. bulgaricus, dan Bifidobacterium sp. (Bridson, 1998). Pembuatan media

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian eksperimental laboratorik. Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut methanol

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Februari 2011 hingga Agustus 2011 di Laboratorium Mikrobiologi Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan,

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3.3 Metode Penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Februari hingga Agustus 2011. Tempat pelaksanaan penelitian adalah Laboratorium Bioteknologi Hasil Perairan dan Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODOLOGIPENELITIAN

III. METODOLOGIPENELITIAN III. METODOLOGIPENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan antara Februari-Agustus 2007, di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan baku utama yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang jahe segar yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Aromatik dan Obat (Balitro) Bogor berumur 8

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada pellet calf starter dengan penambahan bakteri asam laktat dari limbah kubis terfermentasi telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada 4 April 2016 sampai 16 Agustus 2016. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Material dan Hayati Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan April sampai Bulan Agustus 2013. Penelitian pengaruh penambahan edible coat kitosan sebagai anti jamur pada

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitianini dilaksanakandaribulanagustus - Desember 2015 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitianini dilaksanakandaribulanagustus - Desember 2015 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. WaktudanTempat Penelitianini dilaksanakandaribulanagustus - Desember 2015 di LaboratoriumBiokimiaFakultasMatematikadanIlmuPengetahuanAlamUniversitas Lampung. B. AlatdanBahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011 bertempat di Laboratorium Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan,

Lebih terperinci

ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga.

ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Program Studi Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat 19 Metode ekstraksi tergantung pada polaritas senyawa yang diekstrak. Suatu senyawa menunjukkan kelarutan yang berbeda-beda dalam pelarut yang berbeda. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan pelarut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

II. METODELOGI PENELITIAN

II. METODELOGI PENELITIAN II. METODELOGI PENELITIAN 2.1. Metode Pengumpulan Data 2.1.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Sampel nasi bungkus diambil dari penjual nasi bungkus di wilayah sekitar kampus Universitas Udayana Bukit Jimbaran.

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN 2.1 Metode Pengambilan Data 2.1.1 Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. SPESIFIKASI BAHAN PENELITIAN

LAMPIRAN 1. SPESIFIKASI BAHAN PENELITIAN LAMPIRAN 1. SPESIFIKASI BAHAN PENELITIAN A. Spesifikasi Susu Skim Bubuk Oldenburger Komponen Satuan Jumlah (per 100g bahan) Air g 3,6 Energi kj 1480 Protein g 34,5 Lemak g 0,8 Karbohidrat g 53,3 Mineral

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Komposisi Media MGMK Padat dan Cara Pembuatannya Bahan: Koloidal kitin 12,5% (b/v) 72,7 ml. Agar 20 g.

LAMPIRAN. Lampiran 1. Komposisi Media MGMK Padat dan Cara Pembuatannya Bahan: Koloidal kitin 12,5% (b/v) 72,7 ml. Agar 20 g. 29 LAMPIRAN Lampiran 1. Komposisi Media MGMK Padat dan Cara Pembuatannya Bahan: K 2 HPO 4 0,7 g KH 2 HPO 4 0,3 g M g SO 4. 7H 2 O 0,5 g FeSO 4.7H 2 O 0,01 g ZnSO 4 0,001 g MnCl 2 0,001 g Koloidal kitin

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru pada bulan Mei 2013 sampai dengan Juni 2013.

III. MATERI DAN METODE. Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru pada bulan Mei 2013 sampai dengan Juni 2013. III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium Patologi Entomologi dan Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Sampel Daun Tumbuhan. dicuci dikeringanginkan dipotong-potong dihaluskan

LAMPIRAN. Sampel Daun Tumbuhan. dicuci dikeringanginkan dipotong-potong dihaluskan LAMPIRAN Lampiran A. Alur Kerja Ekstraksi Daun Tumbuhan Sampel Daun Tumbuhan dicuci dikeringanginkan dipotong-potong dihaluskan Serbuk ditimbang dimasukkan ke dalam botol steril dimaserasi selama + 3 hari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari: 1. 0 ppm: perbandingan media

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. D. Alat dan bahan Daftar alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 2.

BAB III METODE PENELITIAN. D. Alat dan bahan Daftar alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 2. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian dasar dengan menggunakan metode deskriptif (Nazir, 1998). B. Populasi dan sampel Populasi yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian terapan dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian terapan dengan menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian terapan dengan menggunakan metode eksperimen karena terdapat perlakuan untuk memanipulasi objek penelitian dan diperlukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan eksperimen dengan cara mengisolasi dan identifikasi mikroba endofit dari

BAB III METODE PENELITIAN. dan eksperimen dengan cara mengisolasi dan identifikasi mikroba endofit dari 42 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi dan eksperimen. Eksplorasi dan eksperimen dengan cara mengisolasi dan identifikasi mikroba endofit dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas mikrobiologi pada udara di inkubator

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Metode Penelitian Sampel

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan  Metode Penelitian Sampel 16 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 2012 di Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 19 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah eksperimen laboratorik dengan metode difusi (sumuran). Perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak enam kali sehingga digunakan 12 unit

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009 yang bertempat di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2012 di Bagian Mikrobiologi Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera utara.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. sampai Maret Pengambilan sampel tanah rizosfer Zea mays di Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. sampai Maret Pengambilan sampel tanah rizosfer Zea mays di Kecamatan BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan Desember 2013 sampai Maret 2014. Pengambilan sampel tanah rizosfer Zea mays di Kecamatan

Lebih terperinci

7. LAMPIRAN. Lampiran 1. Perbedaan Karakteristik Bakteri Asam Laktat. Tabel 7. Perbedaan Karakteristik Beberapa Jenis Bakteri Asam Laktat

7. LAMPIRAN. Lampiran 1. Perbedaan Karakteristik Bakteri Asam Laktat. Tabel 7. Perbedaan Karakteristik Beberapa Jenis Bakteri Asam Laktat 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Perbedaan Karakteristik Bakteri Asam Laktat Tabel 7. Perbedaan Karakteristik Beberapa Jenis Bakteri Asam Laktat Karakter Batang Bulat Carnob. Lactob. Aeroc. Enteroc. Lactoc. Leuconoc.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. reaksi, mikropipet, mikrotube, mikrotip, rak tabung reaksi, jarum ose,

III. METODE PENELITIAN. Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. reaksi, mikropipet, mikrotube, mikrotip, rak tabung reaksi, jarum ose, 22 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2014 sampai dengan Maret 2014, di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bio.unsoed.ac.id

III. METODE PENELITIAN. bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1 Materi Bahan yang digunakan meliputi kultur Candida albicans, sampel vagina wanita usia produktif, medium MRSA (demann

Lebih terperinci

DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU LAMPIRAN

DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU LAMPIRAN LAMPIRAN Lampiran 1. Diagram Alir Penelitian Peremajaan Bacillus Isolasi Bakteri Oportunistik Produksi Antimikrob Penghitungan Sel Bakteri Oportunistik Pengambilan Supernatan Bebas Sel Pemurnian Bakteri

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi 17 BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung dari bulan Januari sampai dengan April 2014.

Lebih terperinci

METODE Lokasi dan Waktu Materi

METODE Lokasi dan Waktu Materi METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Pengolahan Susu, Laboratorium Mikrobiologi Hasil Ternak bagian Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan IPB dan Laboratorium Mikrobiologi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium 11 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November 2013. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Biomassa Jurusan Kimia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014 di Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia dan Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu jenis isolat dan sumber fosfat yang digunakan. selama 3 bulan mulai tanggal 1 Februari 31 April 2017.

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu jenis isolat dan sumber fosfat yang digunakan. selama 3 bulan mulai tanggal 1 Februari 31 April 2017. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan dua variabel yaitu jenis isolat dan sumber fosfat yang digunakan. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Sterilisasi Alat dan Bahan Semua peralatan yang akan digunakan dalam penelitian disterilisasikan terlebih dahulu. Peralatan mikrobiologi disterilisasi dengan oven pada suhu 171 o C

Lebih terperinci

Koloni bakteri endofit

Koloni bakteri endofit Lampiran : 1 Isolasi Bakteri Endofit pada tanaman V. varingaefolium Tanaman Vaccinium varingaefolium Diambil bagian akar tanaman Dicuci (menghilangkan kotoran) Dimasukkan ke dalam plastik Dimasukkan ke

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian eksplorasi keberadaan mikroba pelarut fosfat dilaksanakan di ekowisata Mangrove kelurahan Wonorejo, kecamatan Rungkut, kota Surabaya

Lebih terperinci