BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Masa ini dapat dikatakan sebagai masa yang paling penting dalam perkembangan pada tahap-tahap kehidupan selanjutnya. Ini dikarenakan pada masa ini terjadi begitu banyak perubahan dalam diri individu baik itu perubahan fisik maupun perubahan psikologi. Pada wanita ditandai dengan adanya menarche (Proverawati 2010). Menarche merupakan perdarahan pertama kali dari uterus yang terjadi pada wanita dimasa pubertas sekitar usia tahun. Menarche merupakan perubahan yang menandakan bahwa remaja sudah memasuki tahap kematangan organ seksual. Dimulainya menarche membuat organ seks sekunder tumbuh berkembang, seperti pembesaran payudara, mulai tumbuh rambut ketiak, panggul membesar dan juga mulai berkembangnya beberapa organ vital yang siap untuk dibuahi (Manuaba, 2007). Usia menarche bervariasi pada setiap individu dan wilayah tempat tinggal. Namun usia menarche dapat dikatakan normal apabila terjadi pada usia tahun (Susanti, 2012). Kecenderungan usia menarche yang semakin dini juga berimplikasi pada resiko terjadinya kehamilan pada usia yang lebih muda (Silva, 2005; Rah dkk, 2009). Usia menarche yang terlalu cepat pada sebagian remaja putri 1

2 2 dapat menimbulkan keresahan karena secara mental mereka belum siap. Menstruasi juga berarti pengeluaran zat besi, yang mana pada setiap siklus menstruasi sekitar 4 mg zat besi dikeluarkan. Seorang remaja putri mengalami menarche 1 tahun lebih awal maka dia akan kehilangan zat besi sebanyak 48 mg lebih banyak (MacKibben, 2003). Menurunnya usia menarche ini terdapat implikasi negatif terhadap kesehatan anak remaja dan membingungkan karena remaja merupakan sumber daya manusia yang penting. Implikasinya antara lain adalah meningkatnya resiko kanker payudara. Usia menarche pada awalnya diobservasi bersamaan dengan obesitas tipe abdominal serta peningkatan insulin, testosteron dan insulin-like growth factor 1, yang bertindak sebagai faktor pertumbuhan untuk proliferasi jaringan kelenjar mama dan mempromosi karsinogenesis kelenjar mama. Implikasi kesehatan yang lainnya adalah penyakit kardiovaskular serta gangguan metabolik atau gangguan psikologi (Karapanou dan Papadimitriou, 2010). Data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut WHO (1995) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berumur tahun. Rata-rata 900 juta remaja berada di Negara sedang berkembang. Tahun 2008 jumlah remaja di Indonesia diperkirakan sudah mencapai 62 juta jiwa (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2011). Menurut Biro Pusat Statistik (2010) di Kabupaten Jember kelompok umur tahun adalah terdiri dari 50,1% remaja laki-laki dan 49,9% remaja perempuan.

3 3 Studi pada 1166 remaja putri umur tahun di Inggris menunjukkan usia menarche adalah 12 tahun 11 bulan, dibandingkan tahun yang lalu 6 bulan. Studi yang dilakukan di Amerika juga menunjukkan adanya penurunan usia menarche 1-3 bulan per dekade. Selama 20 tahun terakhir ini di Moscow, usia menarche meningkat dari 12 tahun 6 bulan menjadi 13 tahun. Remaja putri di Yunani dan Kanada, terutama bagi mereka yang berbadan kurus dan aktivitas yang tinggi (Kabir, 2007). Berdasarkan data Depkes RI (2010), diketahui bahwa di Indonesia terjadi penurunan usia menarche. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar tahun 2010 terdapat 5,2% anak-anak di 17 Provinsi di Indonesia telah memasuki usia menarche di bawah usia 12 tahun. Hasil yang diperoleh dari Riskesda (2010) di Kabupaten Malang, Jawa Timur sebanyak 74,8% remaja putri memiliki status gizi normal. Sebesar 25,3% remaja putri mengalami menarche pada usia tahun dan 36,5% pada usia tahun. Anurogo (2011), mengungkapkan usia menarche terlalu dini dapat menjadi faktor risiko terjadinya disminore primer. Penelitian di Indonesia, menurunnya umur menarche terjadi di daerah Jogyakarta, dari 562 remaja Jawa di Yogyakarta (300 perempuan dan 262 laki-laki), usia berkisar antara tahun menunjukkan rata-rata tinggi dan berat badan serta usia menarche remaja Yogyakarta yang diukur tahun 2005 lebih besar dengan usia menarche lebih muda dibanding remaja Yogyakarta 23 tahun yang lalu. Tinggi dan berat badan serta usia menarche: 7,37 cm (5,1%), 9,21 kg (26,1%) dan 16,6 bulan (10,6%) (Rahmawati et al, 2005).

4 4 Menurut Proverawati (2009), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi usia menarche diantaranya adalah status gizi, sosial ekonomi, kelainan fisik, audio visual, lingkungan sosial dan genetik. Soetjiningsih, (2007), menyatkan bahwa usia menarche dini yang berhubungan dengan faktor gizi karena kematangan seksual dipengaruhi oleh nutrisi dalam tubuh remaja. Remaja yang lebih dini menarche akan memiliki indeks masa tubuh (IMT) yang lebih tinggi dan remaja menarche terlambat memiliki IMT lebih kecil pada usia yang sama. Selain status gizi, menurut Kartono (2006), menyatakan salah satu terjadinya menarche disebabkan oleh rangsangan-rangsangan kuat dari luar, salah satunya adalah melalui keterpaparan media massa, baik cetak atau elektronik. Penelitian Brown et al (2005) dikatakan adanya keterkaitan antara keterpaparan media massa (televisi, radio, dan majalah) dengan kecepatan usia pubertas remaja yang secara tidak langsung menyebabkan cepatnya usia menarche remaja putri. Survey tersebut menjelaskan bahwa dari media massa yang ada kebanyakan informasinya berisi mengenai seks dan remaja tersebut sering melihat atau mendengarkan media massa di ruangannya sendiri. Pada studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan di 3 SMP/Sederajat di Kecamatan Ukui, dengan jumlah keseluruhan siswi kelas 1 berjumlah 131 orang. Di dapatkan hasil siswi yang mengalami menarche di bawah usia < 11 Tahun berjumlah 35 orang (29,91%). Sedangkan siswi yang mengalami menarche usia Tahun sebanyak 55 orang (47,0%).

5 5 Selanjutnya siswi yang mengalami menarche pada usia > 12 Tahun sebanyak 27 orang (23,07%) Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan di 3 SMP/Sederajat di Kecamatan Ukui, SMPN 2 merupakan salah satu SMP Negeri di kecamatan Ukui dengan faktor sosial ekonomi yang heterogen karena terdapatnya siswi yang merupakan penduduk tempatan, daerah transmigrasi dan lingkungan perusahaan. Dengan demikian di harapkan peneliti akan mendapatkan data yang lebih variatif dari status gizi, sosial ekonomi, keterpaparan dengan bacaan-bacaan majalah dewasa, dan keterpaparan dengan media audio visual. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik dan berminat untuk mengadakan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan kejadian menarche dini pada siswi SMPN 2 kelas 1 di Kecamatan Ukui. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengangkat permasalahan yaitu : 1. Apakah faktor status gizi berhubungan terhadap menarche dini pada siswi SMPN 2 kelas 1 Kecamatan Ukui Tahun 2016? 2. Apakah faktor penggunaan media audio visual berhubungan terhadap menarche dini pada siswi SMPN 2 kelas 1 Kecamatan Ukui Tahun 2016? 3. Apakah faktor keterpaparan majalah dewasa berhubungan terhadap menarche dini pada siswi SMPN 2 kelas 1 Kecamatan Ukui Tahun 2016?

6 6 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya menarche dini pada siswi SMPN 2 kelas 1 Kecamatan Ukui Tahun Tujuan Khusus a. Diketahuinya distribusi frekuensi status gizi siswi SMPN 2 kelas 1 Kecamatan Ukui Tahun b. Diketahuinya distribusi frekuensi penggunaan media audio visual pada siswi SMPN 2 kelas 1 Kecamatan Ukui Tahun c. Diketahuinya distribusi frekuensi keterpaparan bacaan pada siswi SMPN 2 kelas 1 Kecamatan Ukui Tahun d. Diketahuinya distribusi frekuensi kejadian menarche dini pada siswi SMPN 2 kelas 1 Kecamatan Ukui Tahun 2016 e. Menganalisa hubungan faktor status gizi terhadap menarche dini pada siswi SMPN 2 kelas 1 Kecamatan Ukui Tahun f. Menganalisa hubungan faktor penggunaan media audio visual terhadap menarche dini pada siswi SMPN 2 kelas 1 Kecamatan Ukui Tahun g. Menganalisa hubungan faktor keterpaparan bacaan majalah dewasa terhadap menarche dini pada siswi SMPN 2 kelas 1 Kecamatan Ukui Tahun 2016.

7 7 D. Manfaat Penelitian 1. Aspek Teoritis Untuk menambah pengetahuan penulis tentang menarche dan pengaplikasikan ilmu yang di peroleh selama mengikuti pendidikan serta untuk menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman dalam melakukan penelitian dan sebagai masukan yang dapat dijadikan sumbangan pemikiran dan perbandingan bagi penulis di masa yang akan datang serta untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya tentang menarche. 2. Aspek Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengawasan atau pembinaan kesehatan prepoduksi remaja, terutama instansi terkait khususnya tim promkes puskesmas kec ukui.

8 8 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Dasar Menarche 1. Pengertian Menarche Menarche adalah perdarahan kali pertama dari uterus terjadi pada wanita di masa pubertas sekitar usia tahun. Perubahan yang menandakan bahwa remaja sudah memasuki tahap kematangan organ seksual dalam tubuh. Dimulainya menarche membuat organ seks sekunder tumbuh berkembang seperti pembesaran payudara, mulai tumbuh rambut ketiak, panggul membesar dan juga mulai berkembangnya beberapa organ vital yang siap untuk dibuahi (Manuaba, 2007). Usia menarche bervariasi pada setiap individu dan wilayah tempat tinggal. Namun usia menarche dapat dikatakan normal apabila terjadi pada usia tahun (Susanti, 2012). 2. Macam Macam Menarche Menurut Winkjosastro (2005), menarche ada 2 (dua), yaitu : a. Menarche Prekoks Yaitu sudah mengalami haid sebelum umur 10 tahun. b. Menarche Tarda Yaitu menarche yang baru datang pada umur tahun. 8

9 9 3. Mekanisme Menarche Menurut Health Parenting Article (2007) dan Biohealthworld Article (2007), proses terjadinya menstruasi pada wanita dijelaskan sebagai berikut: a. Wanita mempunyai sepasang indung telur yang disebut sebagai ovarium yang terletak disebelah kiri dan kanan rahim, dimana masingmasing menyimpan sekitar hingga telur yang belum matang/folikel. Sekali dalam satu bulan, di pertengahan siklus menstruasi akan mengeluarkan sel telur yang matang dari satu atau kedua indung telur, kejadian ini di namakan ovulasi. b. Sel telur yang telah matang,akan dilepaskan dari ovarium menuju tuba faloopi untuk siap dibuahi, bila tidak ada sperma yang masuk, maka sel telur akan meuju rahim. c. Hormon estrogen akan bekerjasama dengan hormone FSH (Stimulating Follicle Hormon) membantu sel telur tumbuh dalam rahim dan kemudian memberi signal kepada rahim agar mempersiapkan diri dalam menerima sperma untuk pembuahan. d. Jika sel telur yang telah dilepaskan tersebut tidak dibuahi, maka endometrium (dinding rahim) akan meluruh dan dikeluarkan dari vagina dalam bentuk darah yang dinamakan menstruasi.

10 10 4. Konsep Dasar Usia Menarche Dini Usia menarche bervariasi pada setiap individu dan wilayah tempat tinggal. Namun usia menarche dapat dikatakan normal apabila terjadi pada usia tahun (Susanti, 2012). Dikatakan menarche dini berkaitan dengan pubertas prekoks yang terjadi pada anak di usia kurang dari 12 tahun (Susanti,2009). Menarche dini merupakan menstruasi pertama yang dialami seorang wanita subur pada usia di bawah 12 tahun. Kondisi menarche dini karena mendapat produksi hormone estrogen lebih banyak dibanding wanita lain pada umumnya, itulah sebabnya menjadikan masalah ini menjadi penting. Usia rerata menarche di Amerika Serikat adalah 12,8 tahun sementara di China 17 tahun. Sejumlah penelitian berkata bahwa alasan kejadian kanker payudara di cina 1/3 dari kejadian di Amerika. Bahkan China, provinsi dengan rerata usia menarche lebih tua cenderung memiliki rerata terjadinya kanker payudara rendah (Rosenthal, 2009). Menarche dini dapat terjadi karena beberapa faktor yang meliputi keadaan gizi, genetik, konsumsi makanan, sosial ekonomi, keterpaparan media massa orang dewasa, perilaku seksual dan gaya hidup. Usia menarche dini yang berhubungan dengan faktor gizi karena kematangan seksual dipengaruhi oleh nutrisi dalam tubuh remaja. Remaja yang lebih dini mengalami menarche akan memiliki Indeks Massa Tubuh ( IMT ) yang lebih tinggi, sedangkan remaja yang mengalami menarche terlambat memiliki IMT lebih kecil pada usia yang sama (Soetjiningsih, 2007).

11 11 Faktor sosial dan ekonomi juga mempengaruhi terjadinya menarche dini. Pengaruh keadaan sosial ekonomi mempengaruhi kemampuan daya beli keluarga dalam mencukupi kebutuhan nutrisi makanan (Astuti, 2010). B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Menarche Dini 1. Kesehatan Umum Remaja. Pada masa sekarang tingkat kesehatan masyarakat semakin meningkat, keadaan ini dipengaruhi oleh faktor dan pelayanan kesehatan yang semakin baik, Semua ini menyebabkan semakin berkurangnya penyakit-penyakit menahun dimasyarakat. Menurut Winkjosastro (2005) jika kesehatan remaja baik, maka akan mempengaruhi datangnya menarche pada remaja tersebut. Faktor kesehatan mempunyai peran yang penting dalam perkembangan remaja. Anak dengan penyakit kronis yang di derita akan mengganggu kesehatan remaja, dimana kondisi ini akan menyebabkan kelambatan dalam perkembangan seksualnya. Penyakit kronis yang di derita bias penyakit jantung, kencing manis, TB paru, kanker, dll (Soetjiningsih 2010). 2. Status Gizi Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, I.D.N. 2002).

12 12 Status gizi adalah keadaan yang mencerminkan keseimbangan antara zat-zat gizi yang diserap oleh tubuh secara normal yang akan dijadikan energi guna metabolisme tubuh secara menyeluruh. Status gizi remaja wanita akan sangat mempengaruhi terjadinya menarche baik dari faktor terjadinya menarche, adanya keluhan-keluhan selama menarche maupun lamanya hari menarche. Wanita remaja secara psikologi yang pertama kali akan mengeluh rasa nyeri, perutnya terasa pegal dan kurang nyaman. Tetapi ada juga remaja yang tidak merasakan hal itu, dan itu semua karena asupan gizi yang edekuat. Gizi kurang atau terbatas akan mempengaruhi pertumbuhan fungsi organ tubuh, yang akan menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi. Hal ini akan mengakibatkan gangguan pada haid, tetapi akan berangsur baik bila asupan makanan bernutrisi baik (Proverawati, 2009) Pertumbuhan normal tubuh memerlukan nutrisi yang memadahi, kecukupan energi, protein, lemak dan suplai semua nutrisi esensial yang menjadi basis pertumbuhan. Remaja memerlukan lebih banyak besi dan wanita membutuhkan lebih banyak lagi untuk mengganti besi yang hilang bersama darah haid (Arisman, 2007). Zat nutrien dibagi dua golongan besar yakni makro nutrien dan mikro nutrien (zat-zat mikro). Zat gizi makro merupakan komponen terbesar dari susunan diet serta berfungsi menyuplai energi dan zat-zat gizi esensial yang berguna untuk keperluan pertumbuhan sel atau jaringan, fungsi pemeliharaan maupun aktivitas tubuh (Almatsier, 2004).

13 13 Tabel 2.1 Daftar Kebutuhan Zat Gizi Remaja Putri Umur (Th) Bb (Kg) Energi (Kal) Protein(Gr) Vitamin(Re) Fe(Mg) Sumber : Kemenkes RI (2013) Gizi kaum remaja dicerminkan oleh pola makannya, karena akan sangat menentukan apakah mereka bisa mencapai pertumbuhan fisik optimal sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya. Untuk itu diperlukan gizi yang cukup sesuai dengan standar yang telah di cantumkan diatas. Status gizi remaja wanita akan sangat mempengaruhi terjadinya menarche baik dari faktor terjadinya menarche, adanya keluhan-keluhan selama menarche maupun lamanya hari menarche. Wanita remaja secara psikologi yang pertama kali akan mengeluh rasa nyeri, perutnya terasa pegal dan kurang nyaman. Tetapi ada juga remaja yang tidak merasakan hal itu, dan itu semua karena asupan gizi yang adekuat. Gizi kurang atau terbatas akan mempengaruhi pertumbuhan fungsi organ tubuh, yang akan menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi. Hal ini akan mengakibatkan gangguan pada haid, tetapi akan berangsur baik bila asupan makanan bernutrisi baik (Proverawati, 2009). Pada anak remaja putri mulai terjadi menarche (awal menstruasi) yang berarti mulai terjadi pembuangan Fe. Oleh sebab itu kalau konsumsi makanan khususnya Fe kurang, maka akan terjadi kekurangan Fe (anemia). Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi :

14 14 a. Faktor External 1) Pendapatan Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut. 2) Pendidikan Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang baik. 3) Pekerjaan Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan pengaruh terhadap kehidupan keluarga. 4) Budaya Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan. b. Faktor Internal 1) Usia Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua dalam pemberian nutrisi anak balita.

15 15 2) Kondisi Fisik Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat. 3) Infeksi Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan. Pengukuran antropometri yang meliputi berat badan, tinggi badan, dan Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT), merupakan indikator dalam mengukur status gizi yang secara tidak langsung dapat menentukan besar komposisi tubuh dengan status gizi tertentu (Supariasa 2012) 1) Berat Badan Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat/lebih lambat dari keadaan normal (Supariasa, 2012).

16 16 2) Tinggi Badan Menurut penelitian Frisch dan Revelle (1970), bahwa ada keterkaitan antara usia menarche remaja putrid dengan tinggi badan. Disimpulkan bahwa kecepatan pertumbuhan tubuh memperngaruhi pubertas dan akhirnya menarche; remaja putri yang usia pubertasnya cepat maka pertumbuhan tinggi badannya juga cepat. Data tinggi badan biasanya didapatkan dengan pengukuran menggunakan microtoise yang memiliki ketelitian 0,1 cm dengan cara menggantungkan microtoise pada dinding yang rata dengan ketinggian 2 cm dari lantai (Santy, 2006). 3) BMI (Body Mass Index) atau IMT (Indeks Massa Tubuh) Status gizi adalah salah satu indikator untuk menilai status kesehatan remaja yang mudah dan murah, yang dibutuhkan hanya disiplin dan komitmen untuk terus menerus secara rutin memantau berat badan dan tinggi badan. Status gizi pada remaja dihitung dengan menggunakan rumus indeks massa tubuh atau yang biasa disingkat dengan istilah IMT atau BMI (Body Mass Index). Akan tetapi IMT bukan tanpa kelemahan, karena IMT hanya menggambarkan proporsi ideal tubuh seseorang antara berat badan saat ini terhadap tinggi badan yang dimilikinya. IMT tidak mampu mengambarkan tentang proporsi lemak yang terkandung di dalam tubuh seseorang.

17 17 Meskipun demikian, jika nilai IMT sudah menunjukkan ke arah kelebihan berat badan atau overweight/obesitas, biasanya seseorang diminta untuk melakukan pemeriksaan lanjutan, apakah kelebihan berat badan tersebut merupakan hasil dari timbunan lemak atau otot, bisanya dengan menggunakan beberapa pengukuran antropometri seperti pengukuran lemak bawah kulit. Adapun Rumus IMT dapat dilihat sebagai berikut : IMT = Berat badan (kg) / {Tinggi badan (m) x Tinggi badan (m) 2 } Hasil ukur Status Gizi Kurus, jika sesuai standar IMT/U = - 3 SD Hingga < -2SD Normal, jika sesuai standar IMT/U = - 2 SD hingga 1 SD Gemuk, jika sesuai standar IMT/U = >1 SD hingga 2 SD Frisch (2005) dalam penelitiannya mengatakan bahwa terdapatnya hubungan antara usia menarche dengan berat badan kritis pada remaja. Frisch dan Revelle (2005) mendapatkan survei bahwa 3 atau 4 bulan per dekade di Eropa dalam kurun waktu 100 tahun terjadi penurunan usia menarche dalam hubungannya terhadap tinggi badan dan berat badan. Menurut penelitian Andiri (2010), yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian menarche dini pada remaja putri di SMA Bakti Senayan diketahui terdapat hubungan antara status gizi dengan menarche dini pada remaja putri dengan nilai p = 0,009 < 0,05.

18 18 3. Sosial Ekonomi (Pendapatan Orang Tua) Sosial ekonomi keluarga merupakan gambaran penghasilan orang tua yang diperoleh dari usaha atau bekerja sehingga dapat memenuhi kebutuhan, kemakmuran dan kesejahteraan keluarga. Remaja dengan kondisi sosial ekonomi orang tua yang lebih baik, yang bersekolah pada sekolah yang berada di pusat kota yang penuh dengan segala fasilitas pertokoan, mall yang menyediakan fastfood juga fasilitas untuk mengakses informasi seperti warnet dan sebagainya memungkinkan remaja mempunyai status kesehatan dan nutrisi yang lebih baik serta paparan informasi yang lebih terbuka. Dengan demikian timbul pertanyaan apakah kondisi ini berpengaruh terhadap usia menarche dan indeks masa tubuh serta pola konsumsi remaja dibandingkan remaja yang bersekolah pada daerah pinggiran kota dengan segala fasiltas yang tersedia serta kondisi sosial ekonomi orang tua yang terbatas (Supariasa, Bakri dan Fajar 2012). Tingkat sosial ekonomi sangat erat hubungannya dengan kemampuan penyediaan gizi dan pemeliharaan kesehatan secara umum dalam memenuhi kebutuhan anggota keluarga (Astuti, 2010). Soetjiningsih (2010), mengemukakan bahwa upaya perbaikan tingkat sosial ekonomi, dapat menyebabkan terpenuhinya kebutuhan gizi masyarakat sehingga pertumbuhan dan perkembangan fisik terjadi secara optimal dan menarche terjadi lebih dini dari masa sebelumnya. Hal ini menunjukkan tingkat sosial ekonomi mempunyai hubungan yang bermakna dengan usia menarche. Kondisi sosial ekonomi yang baik

19 19 tentunya akan berpengaruh terhadap kemampuan masyarakat untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari termasuk juga kebutuhan nutrisinya, dengan demikian kebutuhan nutrisi bagi tubuhnya terpenuhi. Status sosial ekonomi seorang remaja dari kalangan ekonomi rendah akan berdampak pada makanan yang di konsumsinya, misalnya mereka makan seadanya tanpa memikirkan kandungan gizinya. Sebaliknya remaja dari ekonomi tinggi mereka lebih mudah mendapatkan makanan yang disukainya karena di dukung oleh pendapatan yang di peroleh (Putri 2009). Penghasilan orang tua berhubungan dengan gaya hidup dan kondisi psikologi remaja, dengan penghasilan orang tua yang lebih tinggi akan meningkatkan daya beli gaya hidup keseharian. Remaja dalam kondisi sosial ekonomi orang tua yang tinggi akan dipenuhi kebutuhan keseharian seperti fasilitas akses informasi dari media masa (elektronik dan cetak), makanan bergizi, makanan fast food, minuman soft drink sehingga remaja memperoleh informasi yang lebih terbuka (Astuti, 2010). Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) (2006), garis kemiskinan penduduk perkotaan ditetapkan sebesar Rp per kapita per bulan dan penduduk miskin perdesaan sebesar Rp per kapita per bulan. Dengan uang senilai tersebut seseorang diasumsikan dapat memenuhi kebutuhan konsumsi setara dengan kalori per kapita per hari, ditambah dengan pemenuhan kebutuhan pokok minimum lain seperti sandang,kesehatan,pendidikan, transportasi.

20 20 Untuk kabupaten pelalawan pada tahun 2016 upah minimum kabupaten pelalawan sebesar Rp ,-. 4. Media Audio Visual Media audio visual merupakan media yang menyajikan tayangan dalam bentuk gambar dan suara melalui layar kacaca atau televisi. Audio visual memiliki fungsi sebagai berikut: a. Memberikan informasi secara jelas b. Memberikan hiburan (Andina, 2011). Televisi adalah salah satu media komunikasi massa yang mempunyai unsur-unsur kata, musik, dan sound effect serta visual. Unsur visual yaitu berupa gambar yang hidup yang mempunyai daya tarik yang kuat yang dapat memberikan kesan mendalam bagi pemirsanya (Lukman el Hakim 2014). Televisi sering menampilkan adegan percintaan atau pacaran yang akan cenderung mengajari anak-anak remaja untuk berpacaran,berpenampilan seksi, serta berpola hidup serba senang dan seba mudah. Ransangan-ransangan melalui arus informasi tersebut membuat anak-anak sekarang menjadi cepat matang secara fisik (Okanegara.2008). Menurut Matondang (2003) dikatakan bahwa: a. Terpapar,jika remaja putri menonton acara televisi setelah pukul >3 kali dalam seminggu atau pernah menonton film orang dewasa b. Tidak terpapar, jika remaja putri menonton acara televisi setelah pukul WIB 3 kali dalam seminggu atau tidak pernah menonton film orang dewasa.

21 21 Menurut Santrock (2002), early-maturation sangat dipengaruhi oleh nutrisi, lingkungan, globalisasi, dan media massa. Anak-anak yang sedang menuju remaja merupakan salah satu kelompok penduduk yang mudah terpengaruh oleh arus informasi baik yang negatif maupun yang positif. Informasi yang negatif di zaman sekrang ini muncul di banyak media seperti tayangan sinetron yang menampilkan film atau video porno dan bacaan yang mengarah pada hal berbau seksual. Ransangan-ransangan melaui arus informasi tersebut membuat anak-anak sekarang menjadi cepat matang secara fisik (Okanegara.2008). Studi yang dilakukan oleh Brown dan Whiterspoon (2002), menyebutkan bahwa ada sebanyak 6-7 jam perhari remaja yang terpapar oleh berbagai macam bentuk media di amerika Serikat. Dari remaja yang berumur antara 8-13 tahun ada 44% yang lebih senang menyaksikan TV, 17% remaja yang menyukai mendengarkan radio, sedangkan sisanya adalah menggunakan komputer, melihat-lihat gambar, dan video games (Escobar-Chaves et al.2005). Di Indonesia, khususnya di kota Padang, ditemukan bahwa beberapa anak perempuan telah mengalami pubertas pada usia baru mencapai tahun. Ketika memasuki pengalaman pubertas yang menandakan adanya physical-maturation, mendorong keinginan remaja puber perempuan untuk mengadakan interaksi sosial dengan kalangan lebih dewasa atau yang dianggap lebih matang pribadinya sehingga menimbulkan kecendrungan berperilaku mengikuti orang dewasa pada

22 22 umumnya, seperti berpacaran, merokok dan sering pulang malam (Zulkarnain.2007). Menurut penelitian Andiri (2010), yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian menarche dini pada remaja putri di SMA Bakti Senayan diketahui terdapat hubungan antara pengaruh media audio visual dengan menarche dini pada remaja putri dengan nilai p = 0,011 < 0, Paparan Bacaan Majalah Dewasa Myrtati (2009) mengatakan bahwa salah satu faktor yang berhubungan dengan umur menarche adalah faktor non-fisik atau psikologis yang menstimulasi percepatan kedewasaan. Rangsangan psikis yang dimaksud adalah pengaruh lingkungan, misalnya informasi seksual dari berbagai media, perilaku keluarga dan masyarakat, adat dan kebiasaan masyarakat setempat yang menstimulir kedewasaan. Walaupun rangsangan psikis yang sama tidak selalu berdampak sama pada setiap orang, namun secara umum dapat diasumsikan bahwa dengan banyaknya rangsangan psikis, misalnya informasi seksual, akan memacu hipotalamus untuk mempengaruhi hipofisis dalam mensekresi FSH sehingga mempercepat datangnya menarche. Percepatan usia menarche akan memberi konsekuensi yang harus dihadapi oleh remaja putri. Semakin dini usia haid pertama secara biologis berart memungkinkan wanita remaja yang bersangkutan untuk lebih cepat dewasa dalam hal kemampuan sistem reproduksi. Hal ini memberikan

23 23 konsekuensi lain yang lebih besar, yaitu yang bersangkutan dapat segera mengandung bila mereka melakukan hubungan seksual dengan pasangannya. Sementara itu pada sisi yang lain, pranata sosial setempat masih tidak mentolelir terjadinya hubungan seksual diantara sepasang wanita dan pria tanpa mereka diikat oleh pranata perkawinan. Kesenjangan ini semakin menjadi permasalahan kompleks ketika lingkungan sosial setempat juga menuntut remaja wanita yang bersangkutan untuk tidak segera menikah dengan alasan harus menyelesaikan sekolah atau pekerjaannya terlebih dahulu (Hendarsari, 2010) Media massa orang dewasa (pornografi) merupakan media yang menggambarkan adegan, maupun gambar yang bisa membangkitkan gairah birahi sehingga seseorang akan merasa senang. Teknologi yang semakin mudah untuk diakses membuat remaja sering kali dengan bebas mengakses media massa orang dewasa (Rofi atu 2014). Perilaku seksual adalah sikap dan tindakan seseorang yang mendorong untuk melakukan hasrat seksual seperti menyukai lawan jenis, berhayal dengan lawan jenis yang bukan dari anggota keluarga, berpelukan dan bergandengan tangan. Perilaku seksual bisa merangsang hipotalamus, mengeluarkan FSH dan LH dari hipofise anterior untuk mengsekresi hormone estrogen sehingga proses pematangan alat reproduksi seks sekunder lebih cepat (Soetjiningsih, 2010). Menurut penelitian Andiri (2010), yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian menarche

24 24 dini pada remaja putri di SMA Bakti Senayan diketahui terdapat hubungan antara kepertepaparan majalah dewasa dengan menarche dini pada remaja putri dengan nilai p = 0,033 < 0, Kebudayaan Kebudayaan yang ada dimasyarakat mempengaruhi prilaku dan kebiasaan seseorang. Dasar dasar prilaku seseorang itu ditentukan oleh faktor biologis dan psikologis. Faktor biologis ini mempengaruhi sistem syaraf, kematangan seksual, dan proses pendewasaan. Sedangkan faktor psikologis mempengaruhi tempramen, kemampuan belajar, perasaan dan keterampilan. Jadi secara tidak langsung terlihat faktor biologis ini dapat mempercepat perkembangan seksual. Contohnya, kebudayaan di negara barat seperti AS, remajanya sudah melakukan prilaku seks dengan lawan jenis pada umur 13 tahun, keadaan dapat mempercepat kematangan tubuh seperti menarche (Joekonto, 2003). 7. Keturunan Pembawa sifat keturunan pada manusia adalah kromosom dan gen. Penelitian Ong et al (2006) menyebutkan adanya keterkaitan antara umur menarche anak dengan umur menarche ibu. Dikatakan pula umur menarche ibu dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan badan anak sehingga mempengaruhi waktu menarchenya. Usia ibu menarche dengan usia menarche responden berkaitan pada genetik atau keturunan. Usia menarche ibu kemungkinan

25 25 berhubungan dengan usia menarche siswi karena adanya faktor genetic yang berperan pada percepatan usia menarche (Rofi atul, 2014). C. Kerangka Teori Kerangka teori adalah suatu kerangka yang berhubungan dengan abstrak atau nyata yang disusun berdasarkan tema/topik (Manuaba, 2009). Adapun kerangka teori dalam penelitian ini sebagai berikut: Faktor yang berhubungan : 1. Kesehatan umum remaja 2. Status gizi remaja 3. Pendapatan orang tua 4. Audio visual 5. Paparan majalah dewasa 6. Kebudayaan 7. Keturuannan Menarche dini Skema 2.1 Kerangka Teori D. Kerangka Konsep Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Soekidjo 2002). Berdasarkan landasan teori di atas maka berikut adalah

26 26 kerangka konsep penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya menarche dinipada siswi kelas 1 SMPN 2 Ukui. Variabel independen Variabel dependen Status gizi Audio visual Menarch dini Paparan majalah dewasa Skema 2.2 Kerangka Konsep E. Hipotesa Hipotesa penelitian adalah jawaban sementara dari suatu penelitian, patokan duga atau dalil sementara yang kebenarannya akan di buktikan dengan penelitian tersebut. (Notoatmodjo, 2012). Adapun hipotesa dalam penelitian ini adalah: 1. Ada hubungan faktor status gizi terhadap menarche dini pada siswi SMPN 2 kelas 1 Kecamatan Ukui Tahun Ada hubungan faktor penggunaan media audio visual terhadap menarche dini pada siswi SMPN 2 kelas 1 Kecamatan Ukui Tahun Ada hubungan faktor keterpaparan bacaan majalah dewasa terhadap menarche dini pada siswi SMPN 2 kelas 1 Kecamatan Ukui Tahun 2016.

27 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik dengan rancangan crossectional, karena pengukuran variabel bebas dengan variable terikat dilakukan sekali waktu pada saat yang bersamaan. (Notoadmodjo 2007). Penelitian dimulai Menentukan subjek pilihan status gizi,terpapar bacaan dewasa,terpapar media audio visual, siswi kelas 1 SMPN 2 Kecamatan Ukui Tahun 2016 Menentukan menarche dini siswi kelas 1 SMPN 2 Kecamatan Ukui Tahun 2016 Melakukan pengamatan secara bersamaan dalam sekali waktu Melakukan pengolahan dan analisa data Sumber : Hidayat (2007) Hasil analisa Skema 3.1 Rancangan Penelitian 27

28 28 2. Alur Penelitian Alur penelitian ini dapat dilihat pada skema sebagai berikut : SMPN 2 Ukui Kabupaten Pelalawan Proses izin penelitian dari tempat penelitian yaitu SMPN 2 Ukui Kabupaten Pelalawan Remaja Putri yang telah menarche N = 67 orang Status gizi 1. Kurus 2. Normal 3. Gemuk Penggunaan audio visual 1.Terpapar 2.Tidak Keterpaparan bacaan majalah dewasa 1. Terpapar 2. Tidak Pengolahan Data Analisa data : univariat dan bivariat Penyajian hasil penelitian Skema 3.2 Alur Penelitian

29 29 3. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang akan peneliti lakukan meliputi : a. Mengajukan permohonan surat izin pengambilan data kepada bagian Program Studi D IV Bidan Pendidik yang disetujui oleh Ketua STIKes Tuanku Tambusai Riau. b. Memasukkan surat izin pengambilan data tersebut ke SMPN 2 Ukui. c. Melakukan studi pendahuluan di SMPN 2 Ukui. d. Melakukan seminar proposal. e. Setelah mendapatkan persetujuan untuk di teliti,kemudian mengajukan surat izin penelitian ke SMPN 2 Ukui. f. Menjelaskan prosedur penelitian pada responden yang akan di teliti. g. Meminta responden untuk menandatangani surat persetujuan menjadi responden penelitian. h. Meminta responden untuk mengisi kuisioner penelitian. i. Mengumpulkan kuisioner yang telah diisi oleh responden. j. Mengolah data hasil penelitian. 4. Variabel Penelitian Variabel yang akan diteliti pada penelitian ini adalah a. Variabel bebas yaitu status gizi, paparan media audio visual, paparan bacaan/ majalah dewasa. b. Variabel terikat yaitu menarche dini

30 30 B. Lokasi Dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 2 Ukui 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 6 hingga 8 April tahun C. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswi kelas 1 SMPN 2 Ukui yang telah menarche yang berjumlah 67 orang siswi. 2. Sampel Penelitian Sampel adalah bagian dari populasi yang akan di teliti atau sebagian jumlah dari karakteritis yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2011). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas 1 yang yang telah menarche yang berada di SMPN 2 Ukui. Teknik sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik total sampling jadi, sampel dalam penelitian ini berjumlah 67 orang siswi. Adapun kriteria sampel dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut: a. Kriteria inklusi Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian pada populasi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: 1) Responden adalah siswi kelas 1 SMPN 2 Kecamatan Ukui 2) Responden sudah mengalami menstruasi

31 31 3) Responden yang berada ditempat pada saat penelitian 4) Bersedia untuk menjadi responden. b. Kriteria eksklusi Siswi SMPN 2 Ukui yang sakit kronis/sedang skorsing selama dalam waktu penelitian. D. Alat Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Kuisioner sebagai pengumpulan data. jenis pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan tertutup, sebanyak 12 pertanyaan. Sehingga responden hanya perlu memberikan jawaban berupa tanda (x) pada jawaban yang diberikan. 2. Melakukan pengukuran dan penimbangan berat badan dalam bentuk tabel. E. Prosedur Pengumpulan Data Untuk keperluan analisa data, peneliti memerlukan sejumlah data pendukung yang berasal dari dalam dan luar lapangan, untuk itu peneliti menggunakan dua macam cara pengumpulan data. Yaitu: a. Data Primer Tehnik pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner tertutup dan koisioner akan diberikan kepada responden untuk diisi, selain itu akan dilakukan pengukuran berat badan dan pengukuran tinggi badan terhadap responden.

32 32 b. Data Sekunder Informasi yang dapat dari tata usaha SMPN 2 Ukui, meliputi jumlah siswi kelas 1 yang telah menarche. F. Definisi Operasional Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2011). Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Skala Ukur Hasil Ukur Status gizi Keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture pada remaja putri Timbangan Dan meteran Standar Antropometri Indeks BB/TB index BB/TB Ordinal 0 = Kurus, jika sesuai standar IMT/U= - 3 SD hingga < -2SD 1 = Normal, jika sesuai standar IMT/U = - 2 SD hingga 1 SD 2 = Gemuk, jika sesuai standar IMT/U = >1 SD hingga 2 SD Media audio visual - Paparan terhadap acara televisi setelah pukul WIB selama 1 minggu atau pernah menonton film orang dewasa Kuisioner Mengisi format isian Ordinal 0=Terpapar,jika menonton acara televisi setelah pukul > 3 kali dalam seminggu atau pernah menonton film orang dewasa 1=Tidak terpapar, jika menonton acara televise setelah pukul WIB 3 kali dalam seminggu atau tidak pernah menonton film orang dewasa.

33 33 Membaca buku cerita novel majalah dewasa - Paparan buku cerita novel majalah yaitu frekuensi membaca buku dalam minggu Kuisioner Mengisi format isian Ordinal 0=Terpapar, jika membaca buku / tabloid/majalah orang dewasa/dan pernah membuka situs dewasa di internet 1=Tidak terpapar, jika tidak membaca buku/ tabloid/majalah dewasa dan tidak pernah membuka situs dewasa di internet Menarche Usia menarche adalah usia seorang wanita saat muncul haid pertama ( dalam tahun dan bulan ) Kuisioner Mengisi format isian Ordinal 0 = Menarche dini apabila menstruasi pertama < usia 12 Tahun 1 = Menarche normal apabila menstruasi pertama 12 Tahun G. Pengolahan Data Data yang di peroleh terlebih dahulu dilakukan pengolahan data sebagai berikut : 1. Editing, yaitu setiap lembar kuisioner di periksa untuk memastikan bahwa setiap pertanyaan pada kuisioner telah terisi semua. 2. Coding, yaitu pemberian kode pada setiap jawaban yang terkumpul kedalam komputer untuk dianalisa dengan menggunakan komputer.

34 34 3. Entry, yaitu memasukkan data yang telah terkumpul kedalam computer untuk dianalisa dengan menggunakan computer. 4. Cleaning, yaitu memeriksa kembali data yang telah dimasukkan kedalam computer untuk memastikan bahwa data tersebut telah bersih dari kesalahan. 5. Scoring, yaitu memberikan nilai atas jawaban yang diberikan serta dibuat persentase dari variable tersebut. H. Analisa Data 1. Analisa Univariat Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan prosentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini mengetahui presentase usia menarche, status gizi, media audio visual, serta presentase paparan terhadap majalah dewasa. Rumus distribusi frekuensi: P X Keterangan : P = Presentase F = Frekuensi tiap kategori N = Jumlah sampel (Sibagariang, 2010).

35 35 2. Analisa Bivariat Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan dan berkolerasi. Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis dengan menentukan hubungan variabel bebas dan variabel terikat melalui uji statistik Chi square. Analisis dilakukan untuk mengetahui antara variabel independen dengan variabel dependen. Analisis yang digunakan adalah Chi square. Adapun syarat uji Chi square yang digunakan sebagai berikut: a. Tidak ada sel dengan expected frequency <1 b. Banyak sel dengan expected frequency <5 tidak lebih dari 20% dari banyak sel seluruhnya. Jika syarat uji Chi Square tidak terpenuhi baris/kolom sel digabungkan, jika tidka tetap memenuhi syarat gunakan uji lainnya yaitu Fisher Exact, dengan dasar pengambilan keputusan yaitu dengan membandingkan nilai P dengan nilai 0,05, sebagai berikut : a. Jika nilai P 0,05, maka keputusan Ho diterima artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel indepeden dan dependen b. Jika nilai P 0,05, maka keputusan Ho ditolak artinya terdapat hubungan yang bermakna antara variabel indepeden dan dependen. Menurut Sudigdo & Sofian (2014), untuk mengetahui besarnya resiko maka digunakan analisis odds rasio (OR) dengan interprestasi sebgai berikut :

36 36 a. Bila OR hitung > 1, maka faktor yang diteliti merupakan faktor resiko terjadi efek. b. Bila OR hitung = 1, maka faktor yang diteliti belum bisa ditentukan dan memerlukan penelitian selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang remaja akan tumbuh dan berkembang menuju tahap dewasa. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga tahap antara lain masa remaja awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja sebagai mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila anak telah mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan mengalami periode pubertas terlebih dahulu. Pada

Lebih terperinci

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 Fahmi Fuadah 1 1 Mahasiswa Program Pascasarjana Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi adalah suatu proses yang normal, yang terjadi setiap bulannya pada hampir semua wanita. Menstruasi terjadinya pengeluaran darah, dalam jangka waktu 3-5 hari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada wanita di masa pubertas sekitar usia tahun. Menarche merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada wanita di masa pubertas sekitar usia tahun. Menarche merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menarche merupakan perdarahan pertama kali dari uterus yang terjadi pada wanita di masa pubertas sekitar usia 10-16 tahun. Menarche merupakan perubahan yang menandakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016. A. HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian yang mengenai hubungan status gizi dengan siklus menstruasi pada remaja putri yang dilakukan di SMP N 2 Gamping Sleman Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pubertas merupakan suatu tahapan yang sangat penting bagi wanita. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi dewasa. Perubahan tersebut meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan. perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial. Buku-buku Pediatri

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan. perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial. Buku-buku Pediatri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja atau masa adolescence merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi pertama (darah yang pertama kali keluar dari vagina) yang dialami oleh remaja putri disebut sebagai menarche. Menarche adalah sebuah tanda dimana seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Dalam pembahasan tentang status gizi, ada tiga konsep yang harus dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Responden menurut Usia. sisanya merupakan kelompok remaja awal.

BAB V PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Responden menurut Usia. sisanya merupakan kelompok remaja awal. BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Karakteristik Responden menurut Usia Karakteristik usia responden menunjukan distribusi tertinggi adalah usia 9-11 tahun sebanyak 16 responden (53%) dan sisanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara zat-zat gizi yang masuk dalam tubuh manusia dan penggunaannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara zat-zat gizi yang masuk dalam tubuh manusia dan penggunaannya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Menurut Soekirman (2000) status gizi adalah merupakan keadaan kesehatan akibat interaksi antara makanan, tubuh manusia dan lingkungan hidup manusia. Selanjutnya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Defenisi Remaja Remaja merupakan suatu tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa, yang ditandai oleh perubahan-perubahan fisik umum serta perkembangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Para pemimpin negara-negara di dunia telah membuat kesepakatan internasional untuk mengatasi masalah-masalah kependudukan dituangkan dalam Millenium Development Goals

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi yang dicanangkan Departemen Kesehatan RI, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi yang dicanangkan Departemen Kesehatan RI, oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja putri merupakan salah satu sarana dalam program kesehatan reproduksi yang dicanangkan Departemen Kesehatan RI, oleh karena itu harus mendapatkan perhatian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 237,6 juta jiwa, hasil

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 237,6 juta jiwa, hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 237,6 juta jiwa, hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukan bahwa 63,4 juta diantaranya adalah remaja yang terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah dengan usia 6-14 tahun saat sedang duduk di bangku SD

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah dengan usia 6-14 tahun saat sedang duduk di bangku SD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak sekolah dengan usia 6-14 tahun saat sedang duduk di bangku SD dan SMP sedang menjalani pendidikan dasar yang merupakan titik awal anak mengenal sekolah yang sesungguhnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial, dan perilaku. Perubahan fisik yang dominan terjadi selama proses ini, diikuti

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial, dan perilaku. Perubahan fisik yang dominan terjadi selama proses ini, diikuti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Setiap anak dalam perkembangannya akan mengalami perubahan fisik, psikis, sosial, dan perilaku. Perubahan fisik yang dominan terjadi selama proses ini, diikuti oleh

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USIA MENARCHE PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMA NEGERI 2 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USIA MENARCHE PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMA NEGERI 2 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2013 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USIA MENARCHE PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMA NEGERI 2 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 213 PERMATA SHANTI Mahasiswa Pada STiKes Ubudiyah Banda Aceh Abtract Menarche

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan mengalami periode pubertas terlebih dahulu. Pada

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI Devillya Puspita D. dkk, Hubungan antara Status Gizi dan Siklus Menstruasi... 99 HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI Devillya Puspita D, Selty Tingubun Universitas Respati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk adalah berusia tahun (BKKBN, 2003) Leutinizing Hormon (LH) yang signifikan (Aulia, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. penduduk adalah berusia tahun (BKKBN, 2003) Leutinizing Hormon (LH) yang signifikan (Aulia, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa Remaja adalah usia di antara anak-anak dan dewasa, yang secara biologis yaitu antara umur 10 sampai 19 tahun. Peristiwa terpenting yang terjadi pada gadis remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, dan berakhir jika sudah ada kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, dan berakhir jika sudah ada kemampuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebelum seorang wanita siap menjalani masa reproduksi, terdapat masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa kedewasaan yang lebih dikenal dengan masa pubertas.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Definisi Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan masa dewasa. Dalam masa ini, remaja itu berkembang kearah kematangan seksual, memantapkan identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Menurut WHO (World

BAB I PENDAHULUAN. antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Menurut WHO (World BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah individu yang berada pada tahap masa transisi yang unik yang ditandai oleh berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yaitu masa yang berada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional, yaitu pengukuran variabel-variabelnya

METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional, yaitu pengukuran variabel-variabelnya III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja Remaja menjadi penting untuk mendapatkan perhatian yang besar. Remaja sering dimasukkan pada kategori kelompok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja Remaja menjadi penting untuk mendapatkan perhatian yang besar. Remaja sering dimasukkan pada kategori kelompok BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja Remaja menjadi penting untuk mendapatkan perhatian yang besar. Remaja sering dimasukkan pada kategori kelompok umur yang relatif bebas dari masalah kesehatan spesifik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu komponen penting dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan.sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian menggunakan rancangan penelitian kuantitatif pendekatan analitik dengan menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu

Lebih terperinci

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan tentang kesehatan reproduksi merupakan masalah penting yang perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak. Pada masa remaja, pertumbuhan fisik dan seksualnya

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN USIA MENARCHE DI SMPN 7 BANJARMASIN. Erni Yuliastuti

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN USIA MENARCHE DI SMPN 7 BANJARMASIN. Erni Yuliastuti HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN USIA MENARCHE DI SMPN 7 BANJARMASIN Erni Yuliastuti Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Email : yuliastutierni @ ymail.com Abstrak Masa remaja merupakan masa transisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja

BAB I PENDAHULUAN. Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization sekitar seperlima dari penduduk

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan secara proses maupun fungsi pada sistem reproduksi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan secara proses maupun fungsi pada sistem reproduksi manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi menurut WHO dalam RISKESDAS (2010) merupakan suatu keadaan yang utuh, sehat dan sejahtera secara fisik, mental dan sosial, tidak hanya kondisi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa, sedangkan menurut Depkes RI 2006 jumlah remaja meningkat yaitu 43 juta jiwa, dan menurut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan seseorang dapat dapat diindikasikan oleh meningkatkatnya usia harapan hidup (UHH), akibatnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia) semakin bertambah banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan berwawasan kesehatan merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan berwawasan kesehatan merupakan salah satu aspek 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan berwawasan kesehatan merupakan salah satu aspek penting dalam mewujudkan pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk mencapai kemampuan

Lebih terperinci

HUBUNGAN GANGGUAN HAID DENGAN INDEKS MASA TUBUH (IMT)

HUBUNGAN GANGGUAN HAID DENGAN INDEKS MASA TUBUH (IMT) HUBUNGAN GANGGUAN HAID DENGAN INDEKS MASA TUBUH (IMT) Sri Utami, Keilmuan Dasar Keperawatan Maternitas Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Indonesia, Staf Akademik Departemen Keperawatan Maternitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan fisik yang lebih dahulu dibanding anak laki-laki, dengan menstruasi awal (menarche) (Winkjosastro, 2007).

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan fisik yang lebih dahulu dibanding anak laki-laki, dengan menstruasi awal (menarche) (Winkjosastro, 2007). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam siklus kehidupan setiap manusia terdapat suatu masa yang disebut dengan masa remaja. Setiap anak ketika memasuki masa remaja akan mengalami perubahan fisik yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN MENARCHE PADA SISWI KELAS IX SMPN 1 KAMPAR KECAMATAN KAMPAR TAHUN 2014

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN MENARCHE PADA SISWI KELAS IX SMPN 1 KAMPAR KECAMATAN KAMPAR TAHUN 2014 HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN MENARCHE PADA SISWI KELAS IX SMPN 1 KAMPAR KECAMATAN KAMPAR TAHUN 2014 Nur Afrinis Dosen STIKes Tuanku Tambusai Riau, Indonesia ABSTRACT Good nutritional status will increase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menstruasi pertama kali atau Menarche ( Nelson,2012). sudah menginjak haidnya yang pertama (Menarche). Datangnya haid ini

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menstruasi pertama kali atau Menarche ( Nelson,2012). sudah menginjak haidnya yang pertama (Menarche). Datangnya haid ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masa remaja merupakan masa sesudah kanak-kanak dan dianggap sebagai permulaan dari kedewasaan. Tanda dimulainya perubahan dari masa kanak-kanak kemasa dewasa disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi antara anak dan dewasa yang terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial. World Health Organisation

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan suatu tahap perkembangan dari masa anak anak menuju masa dewasa akan terjadi perubahan fase kehidupan dalam hal fisik, fisiologis dan sosial (WHO,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas atau yang biasa dikenal sebagai kegemukan, merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan anak. Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan hubungan status gizi dengan siklus menstruasi. Penelitian. satu kali pada satu saat (Nursalam, 2013).

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan hubungan status gizi dengan siklus menstruasi. Penelitian. satu kali pada satu saat (Nursalam, 2013). BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelatif dan menggunakan rancangan penelitian cross-sectional. Penelitian deskriftif koleratif untuk mendeskripsikan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas. Dimana masa

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas. Dimana masa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja sering disebut masa pubertas. Dimana masa pubertas adalah masa peralihan dari anak anak menjadi dewasa. Dimulai antara usia 7-13 tahun untuk perempuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas pada anak sampai kini masih merupakan masalah, satu dari sepuluh anak di dunia ini mengalami obesitas dan peningkatan obesitas pada anak dan remaja saat ini

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSLUSIF DENGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEMANDING

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSLUSIF DENGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEMANDING HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSLUSIF DENGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEMANDING Nurus Safaah STIKES NU TUBAN PRODI S1 Keperawatan ABSTRAK Menarche

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik dari segi fisik maupun dari segi hormonal. Salah satu. perkembangan tersebut adalah perkembangan hormone Gonadotropin

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik dari segi fisik maupun dari segi hormonal. Salah satu. perkembangan tersebut adalah perkembangan hormone Gonadotropin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa dimana terjadi perkembangan bentuk tubuh baik dari segi fisik maupun dari segi hormonal. Salah satu perkembangan tersebut adalah perkembangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PAPARAN MEDIA DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI KELAS V DAN VI DI SD MUHAMMADIYAH WIROBRAJAN 3 YOGYAKARTA

HUBUNGAN PAPARAN MEDIA DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI KELAS V DAN VI DI SD MUHAMMADIYAH WIROBRAJAN 3 YOGYAKARTA HUBUNGAN PAPARAN MEDIA DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI KELAS V DAN VI DI SD MUHAMMADIYAH WIROBRAJAN 3 YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Lilis Yuliasari 201510104081 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase hidup manusia dimana fase ini terdapat banyak perkembangan pesat baik fisik, psikologis dan sosial. Perkembangan fisik ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif analityc dengan rancangan cross sectional study, yaitu setiap variabel diobservasi hanya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Menarche a. Pengertian menarche Menarche adalah pengeluaran darah menstruasi pertama yang disebabkan oleh pertumbuhan folikel primodial ovarium yang mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan tahap di mana seseorang mengalami sebuah masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanakkanak berakhir, ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia yang sehat setiap harinya memerlukan makanan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga memiliki kesanggupan yang maksimal dalam menjalankan kehidupannya.

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN Zulliati 1, Muhammad Basit 2,Tria Dwi Putri 1 1 AKBID Sari Mulia Banjarmasin 2 STIKES

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN ZAT GIZI MIKRO DAN MORBIDITAS TERHADAP STATUS GIZI SISWA SISWI DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN ZAT GIZI MIKRO DAN MORBIDITAS TERHADAP STATUS GIZI SISWA SISWI DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN ZAT GIZI MIKRO DAN MORBIDITAS TERHADAP STATUS GIZI SISWA SISWI DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA Karya Tulis Ilmiah ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah

Lebih terperinci

2015 PROFIL KONSENTRASI BELAJAR SISWI YANG MENGALAMI DISMENORE

2015 PROFIL KONSENTRASI BELAJAR SISWI YANG MENGALAMI DISMENORE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa, pada masa remaja seseorang akan mengalami pubertas. Pubertas adalah masa ketika seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menghawatirkan. Tidak hanya di Indonesia, penelitian di berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. semakin menghawatirkan. Tidak hanya di Indonesia, penelitian di berbagai negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus kelebihan berat badan pada anak terus mengalami peningkatan dan semakin menghawatirkan. Tidak hanya di Indonesia, penelitian di berbagai negara membuktikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan bagian dari sektor kesehatan yang penting dan mendapat perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat pertumbuhan yang terjadi sebelumnya pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kesehatan reproduksi remaja saat ini masih menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian. Kesehatan reproduksi remaja tidak hanya masalah seksual saja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif analityc dengan rancangan cross sectional study, yaitu setiap variabel diobservasi hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan; biasanya mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis dan sosial (Rudolph, 2014). Batas usia remaja menurut

BAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis dan sosial (Rudolph, 2014). Batas usia remaja menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode kehidupan terjadinya perubahan biologis, psikologis dan sosial (Rudolph, 2014). Batas usia remaja menurut WHO (2009), adalah 12-24 tahun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia matang dan secara hukum diakui hak-haknya sebagai warga Negara.

BAB I PENDAHULUAN. usia matang dan secara hukum diakui hak-haknya sebagai warga Negara. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan kelompok manusia yang berada diantara usia kanak-kanak dan dewasa (Jones, 1997). Permulaan masa remaja dimulai saat anak secara seksual menjadi matang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seorang wanita disebut hamil jika sel telur berhasil dibuahi oleh sel sperma. Hasil pembuahan akan menghasilkan zigot, yang lalu berkembang (dengan cara pembelahan sel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan proses. kematangan manusia. Pada masa ini merupakan masa transisi antara masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan proses. kematangan manusia. Pada masa ini merupakan masa transisi antara masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan proses kematangan manusia. Pada masa ini merupakan masa transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa. Selama masa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering ditemukan di berbagai

Lebih terperinci

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo. 102 KERANGKA PEMIKIRAN Orang dewasa 15 tahun seiring dengan bertambahnya umur rentan menjadi gemuk. Kerja hormon menurun seiring dengan bertambahnya umur, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan tahap dimana seseorang mengalami sebuah masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Gizi lebih adalah suatu keadaan berat badan yang lebih atau diatas normal. Anak tergolong overweight (berat badan lebih) dan risk of overweight (risiko untuk berat

Lebih terperinci

Lentera Vol. 14 No.2 Maret

Lentera Vol. 14 No.2 Maret GAMBARAN STATUS GIZI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA DESA COT BADA TUNONG KABUPATEN BIREUEN ACEH Nurhidayati Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Almuslim yun_bir_aceh@yahoo.com Gizi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi, globalisasi teknologi, dan informasi serta berbagai faktor lainnya turut mempengaruhi pengetahuan,

Lebih terperinci

Analisis Usia Menarchee Dan Status Gizi Terhadap Usia Ibu Menopause

Analisis Usia Menarchee Dan Status Gizi Terhadap Usia Ibu Menopause Analisis Usia Menarchee Dan Status Gizi Terhadap Usia Ibu Menopause Diane Magriece Kalengkongan 1, Linda Makalew 2, Jenny Mandang 1,3.Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado 2. Jurusan Analis Poltekkes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah penduduk di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2007 sekitar seperlima

Lebih terperinci

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi. Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

ISSN Vol 2, Oktober 2012

ISSN Vol 2, Oktober 2012 ISSN 2 57 Vol 2, Oktober 22 HUBUNGAN STATUS GIZI DAN JENIS SARAPAN PAGI SERTA TINGKAT PENDAPATAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV DAN V SDN PULAU LAWAS KECAMATAN BANGKINANG SEBERANG SYAFRIANI Dosen

Lebih terperinci

KETELAN. Oleh: PUTRI J Disusun Fakultas

KETELAN. Oleh: PUTRI J Disusun Fakultas HUBUNGAN ANTARA ASUPAN LEMAK DAN STAT TUS GIZI DENGANN STAT US MENARCHE DINI PADAA SISWI DI SD MUHAMMADIYAH 1 KETELAN SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang yang menjadi Obesitas dan overweight merupakan suatu yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional, yaitu peneliti mempelajari hubungan antara asupan energi, asupan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. variabel terikat dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo,

III. METODE PENELITIAN. variabel terikat dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dimana data yang berkaitan dengan variabel bebas dan variabel terikat

Lebih terperinci

Sumini, Keywords: Nutritional status, age of Menarche

Sumini, Keywords: Nutritional status, age of Menarche Hubungan Status Gizi dengan Usia Menarche pada Siswi Sekolah Dasar Kelas 4, 5 dan 6 di Sekolah Dasar Negeri Grabahan Kecamatan Karangrejo Kabupaten Magetan. (Nutritional status with age at menarche Elementary

Lebih terperinci

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat SKRIPSI HUBUNGAN SUMBER INFORMASI DAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 7 SURAKARTA TAHUN 2011 Proposal skripsi Skripsi ini Disusun untuk

Lebih terperinci