BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang dapat menyerang jaringan disekitarnya dan jika berlanjut dapat menyerang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang dapat menyerang jaringan disekitarnya dan jika berlanjut dapat menyerang"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kanker Leher Rahim Definisi Kanker adalah istilah yang digunakan untuk pertumbuhan sel dan jaringan yang ganas, otonom dan tidak terkontrol. Pertumbuhan tersebut membentuk tumor, yang dapat menyerang jaringan disekitarnya dan jika berlanjut dapat menyerang bagian tubuh yang lainnya, menghancurkan jaringan normal dan bersaing untuk nutrisi dan oksigen (WHO, 2006). Kanker selalu diberi nama sesuai dengan bagian tubuh dimana ia mulai terjadi, bahkan jika itu menyebar ke bagian tubuh lainnya nanti. Ketika kanker mulai terjadi di leher rahim, hal itu disebut kanker serviks (kanker leher rahim) (CDC, 2014). Kanker leher rahim disebabkan oleh HPV yang menular secara seksual, yang merupakan infeksi virus paling umum dari saluran reproduksi. Hampir semua individu yang aktif secara seksual akan terinfeksi HPV di beberapa titik dalam hidup mereka dan beberapa mungkin berulang kali terinfeksi. Puncak waktu infeksi segera setelah menjadi seksual aktif (WHO, 2013) Anatomi dan Histologi a. Anatomi Sistem reproduksi wanita terdiri dari dua bagian yaitu: genitalia eksterna dan genitalia interna. Genitalia eksterna meliputi: labia mayor dan minor, klitoris,

2 pembukaan kemih (uretra), dan pembukaan vagina atau introitus. Daerah antara vulva dan anus disebut perineum. Bartholin kelenjar dua tubuh kecil di kedua sisi introitus. Genitalia interna meliputi: tuba fallopi, rahim, ovarium, endometrium, serviks (leher rahim) dan vagina (Syaifuddin, 2006). Gambar 2.1. Genitalia Eksterna Wanita Sumber : Serviks uteri atau biasa disebut serviks terdapat di setengah hingga sepertiga bawah uterus, berbentuk silindris, dan menghubungkan uterus dengan vagina melalui kanal endoservikal. Serviks uteri terdiri dari portio vaginalis, yaitu bagian yang menonjol ke arah vagina dan bagian supravaginal. Panjang serviks uteri kira-kira 2,5 3cm dan memiliki diameter 2-2,5cm.

3 Pada serviks terdapat zona trasformasi (transformation zone), yaitu: area terjadinya perubahan fisiologis sel-sel skuamos dan kolumnar epitel serviks. Terdapat 2 ligamen yang menyokong serviks, yaitu ligamen kardinal dan uterosakral. Ligamen kardinal adalah jaringan fibromuskular yang keluar dari segmen bawah uterus dan serviks ke dinding pelvis lateral dan menyokong serviks. Ligamen uterosakral adalah jaringan ikat yang mengelilingi serviks dan vagina dan memanjang hingga vertebra. Serviks memiliki sistem limfatik melalui rute parametrial, kardinal, dan uterosakral (Saladin, 2007). b. Histologi Serviks adalah bagian inferior uterus yang struktur histologinya berbeda dari bagian lain uterus. Struktur histologi serviks dalam Saladin (2007) terdiri dari: Endoserviks : Epitel selapis silindris penghasil mukus Serabut otot polos hanya sedikit dan lebih banyak jaringan ikat padat (85%). Ektoserviks : Bagian luar serviks yang menonjol ke arah vagina dan memiliki lapisan basal, tengah, dan permukaan. Ektoserviks dilapisi oleh sel epitel skuamos nonkeratin. Pertemuan epitel silindris endoserviks dengan epitel skuamos eksoserviks disebut taut skuamokolumnar (squamocolumnar junction, SCJ). Epitel serviks mengalami beberapa perubahan selama perkembangannya sejak lahir hingga usia

4 lanjut. Sehingga, letak taut skuamokolumnar ini juga berbeda pada perkembangannya. Saat lahir, seluruh serviks yang terpajan dilapisi oleh epitel skuamos. Saat dewasa muda, terjadi pertumbuhan epitel silindris yang melapisi endoserviks. Epitel ini tumbuh hingga ke bawah ektoserviks, sehingga epitel silindris terpajan dan letak taut berada di bawah eksoserviks. Saat dewasa, dalam perkembangannya terjadi regenerasi epitel skuamos dan silindris. Sehingga epitel skuamos kembali melapisi seluruh ektoserviks dan terpajan, dan letak taut kembali ke tempat awal. Area tempat bertumbuhnya kembali epitel skuamos atau tempat antara letak taut saat lahir dan dewasa muda disebut zona transformasi (Saladin, 2007). Sel kanker pada awalnya berasal dari sel epitel serviks yang mengalami mutasi genetik sehingga mengubah perilakunya. Sel yang bermutasi ini melakukan pembelahan sel yang tidak terkendali, immortal dan menginvasi jaringan stroma dibawahnya. Keadaan yang menyebabkan mutasi genetik yang tidak dapat diperbaiki akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan kanker ini (Edianto, 2006) Gejala dan Tanda Perlu dimasyarakatkan upaya pengenalan kasus kanker leher rahim secara dini melalui program skrining. Tingkat keberhasilan pengobatan sangat baik pada stadium dini dan hampir tidak terobati bila kanker telah sampai dinding panggul atau organ disekitarnya seperti rektum dan kandung kemih. Pemeriksaan Pap smear bertujuan

5 untuk mengenali adanya perubahan awal sel epitel serviks, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan terjadinya kanker invasif. Pap smear ini menjadikan kanker leher rahim sebagai suatu penyakit yang dapat dicegah. Sebagaimana lazimnya pencegahan terhadap sesuatu jenis penyakit, perlu diwaspadai adanya faktor risiko dan ketersediaan sarana diagnostik serta penatalaksanaan kasus sedini mungkin. Lesi kanker leher rahim yang sangat dini ini dikenal sebagai servikal intraepitelial neoplasia (Cervical Intraepithelial Neoplasia = CIN) yang ditandai dengan adanya perubahan displastik epitel serviks. Walaupun telah terjadi invasi sel tumor ke dalam stroma, kanker leher rahim masih mungkin tidak menimbulkan gejala. Tanda dini kanker leher rahim tidak spesifik seperti adanya sekret vagina yang agak banyak dan agak berbau, kadangkadang dengan bercak perdarahan. Pada umumnya tanda yang sangat minimal ini sering diabaikan oleh penderita. Tanda yang lebih klasik adalah perdarahan bercak yang berulang, atau perdarahan bercak setelah bersetubuh atau membersihkan vagina. Dengan makin tumbuhnya penyakit tanda menjadi semakin jelas. Perdarahan menjadi semakin banyak, lebih sering, dan berlangsung lebih lama. Namun, terkadang keadaan ini diartikan penderita sebagai perdarahan haid yang sering dan banyak. Juga dapat dijumpai secret vagina yang berbau terutama dengan massa nekrosis lanjut. Nekrosis terjadi karena pertumbuhan tumor yang cepat tidak diimbangi pertumbuhan pembuluh darah (angiogenesis) agar mendapat aliran yang cukup. Nekrosis ini menimbulkan bau yang tidak sedap dan reaksi peradangan non spesifik.

6 Pada stadium lanjut ketika tumor telah menyebar keluar dari serviks dan melibatkan jaringan di rongga pelvis dapat dijumpai tanda lain seperti nyeri yang menjalar ke pinggul atau kaki. Hal ini menandakan keterlibatan ureter, dinding panggul, atau nervus skiatik. Beberapa penderita mengeluhkan nyeri berkemih, hematuria, perdarahan rectum sampai sulit berkemih dan buang air besar. Penyebaran ke kelenjar getah bening tungkai bawah dapat menimbulkan oedema tungkai bawah, atau terjadi uremia bila telah terjadi penyumbatan kedua ureter (Edianto, 2006) Perjalanan Penyakit Pada perempuan saat remaja dan kehamilan pertama, terjadi metaplasia sel skuamosa serviks. Bila pada saat ini terjadi infeksi HPV, maka akan terbentuk sel baru hasil transformasi dengan partikel HPV tergabung dalam DNA sel. Bila hal ini berlanjut maka terbentuklah lesi prakanker dan lebih lanjut menjadi kanker. Sebagian besar kasus displasia sel serviks sembuh dengan sendirinya, sementara hanya sekitar 10% yang berubah menjadi displasia sedang dan berat. 50% kasus displasia berat berubah menjadi karsinoma. Biasanya waktu yang dibutuhkan suatu lesi displasia menjadi keganasan adalah tahun. Kanker leher rahim invasif berawal dari lesi displasia sel-sel leher rahim yang kemudian berkembang menjadi displasia tingkat lanjut, karsinoma in-situ dan akhirnya kanker invasif. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa prekursor kanker adalah lesi displasia tingkat lanjut (high-grade dysplasia) yang sebagian kecilnya akan berubah menjadi kanker invasif dalam tahun, sementara displasia tingkat rendah (low-grade dysplasia) mengalami regresi spontan (Depkes, 2008).

7 Gambar 2.2. Perjalanan Penyakit Kanker Leher Rahim Sumber : 2.2Epidemiologi Kanker Leher Rahim Distribusi Frekuensi Kanker Leher Rahim Sampai saat ini, kanker leher rahim masih merupakan masalah kesehatan perempuan di Indonesia sehubungan dengan angka kejadian dan angka kematiannya yang tinggi. Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum yang lemah, status sosial ekonomi yang rendah, keterbatasan sumber daya, keterbatasan sarana dan prasarana, jenis histopatologi, dan derajat pendidikan ikut serta dalam menentukan prognosis penderita. Untuk wilayah ASEAN, insidens kanker leher rahim di Singapore sebesar 25,0 pada ras Cina; 17,8 pada ras Melayu; dan Thailand sebesar 23,7 per

8 penduduk. Insidens dan angka kematian kanker leher rahim menurun selama beberapa dekade terakhir di AS. Hal ini karena skrining Pap menjadi lebih populer dan lesi serviks pre-invasif lebih sering dideteksi daripada kanker invasif (Rasjidi, 2009). Penelitian yang dilakukan Foruozanfar et al.,(2011) terhadap 187 negara di dunia antara tahun menghasilkan bahwa incidence kanker leher rahim meningkat dari kasus pada tahun 1980 menjadi kasus pada tahun 2010 dimana setiap tahunnya terjadi peningkatan 0,6% dan untuk kasus baru lebih banyak terjadi di Negara yang sedang berkembang dari pada di Negara maju. Disebutkan juga pada tahun 2010 terdapat perempuan meninggal karena kanker leher rahim, sebanyak berada diantara usia 15 sampai 49 tahun (Dumesty, 2012). Menkes RI menyampaikan dalam acara Gerakan Perempuan Melawan Kanker leher rahim kerjasama PT Pertamina (Persero) dengan Female Cancer Program (FCP)-FKUI/RSCM di Jakarta (6/10), berdasarkan data dari Sistem Informasi RS tahun 2008 kanker leher rahim menempati urutan kedua (10,3%) pada pasien rawat inap di seluruh RS di Indonesia. Menurut penelitian Vet. J.N.I., et al (2012) yang dilakukan di tiga kota, prevalensi kanker leher rahim yang ditemukan adalah 199,6 kasus kanker leher rahim per perempuan, 120,0 per perempuan di Jakarta, 324,0 per perempuan di Tasikmalaya, 137,0 per perempuan di Bali. 31,8 % dari

9 penderita kanker leher rahim berusia di kisaran tahun, 27,3 % di kisaran > 60 tahun Faktor Risiko Kanker Leher Rahim Penyebab kanker leher rahim belum jelas diketahui, namun ada beberapa faktor risiko dan predisposisi yang menonjol : a. Infeksi Infeksi HPV (Human Papillomavirus) risiko tinggi merupakan awal dari patogenesis kanker leher rahim. HPV risiko tinggi merupakan karsinogen kanker leher rahim, dan awal dari proses karsinogenesis kanker leher rahim uteri. Proses karsinogenesis melalui tahap lesi prakanker yang terdiri dari Neoplasia intraepitelial serviks (NIS) I, II, dan III. Lesi prakanker NIS I sebagian besar akan mengalami regresi, sebagian kecil yang berlanjut menjadi NIS II, dan kemudian berlanjut menjadi kanker invasif serviks uterus (Andrijono, 2007). Virus HPV termasuk famili Papovavirus suatu virus DNA. Virus ini menginfeksi membran basalis pada daerah metaplasia dan zona transformasi serviks. Setelah menginfeksi sel epitel serviks sebagai upaya untuk berkembang biak, virus ini akan meninggalkan sekuensi genomnya pada sel inang. Edianto (2006) menyebutkan penyebab utama kanker leher rahim adalah infeksi HPV (Human Papiloma Virus). Lebih dari 90 kanker leher rahim jenis skuamosa mengandung DNA Virus HPV dan 50 % kanker leher rahim berhubungan dengan HPV Tipe 16. Infeksi virus HPV telah terbukti menjadi penyebab lesi

10 prakanker, kondiloma akuminatum dan kanker. Hasil penelitian Melva (2008) juga menyebutkan bahwa infeksi kelamin merupakan faktor risiko untuk terjadinya kanker leher rahim, dengan nilai RP 2,528 (CI 95%). Faktor risiko utama dari infeksi HPV adalah hubungan seksual termasuk diantaranya: hubungan seks dini, pasangan seksual yang banyak, dan berganti-ganti pasangan. Infeksi HPV risiko tinggi paling sering terjadi pada wanita muda, dengan prevalensi puncak setinggi 25-30% pada wanita usia di bawah 25 tahun (WHO, 2006). Sebenarnya sebagian besar HPV akan menghilang dengan sendirinya oleh kekebalan tubuh alami, tetapi ada beberapa tipe HPV yang tidak hilang oleh karena kekebalan tubuh alami dan justru menetap. Tipe inilah yang menetap dan menyebabkan perubahan sel normal serviks menjadi tidak normal. Perjalanan kanker serviks dari infeksi HPV, tahap pra kanker, hingga menjadi kanker serviks memakan waktu sekitar tahun (WHO, 2006). Menurut WHO (2006), walaupun infeksi dengan HPV risiko tinggi adalah penyebab kanker leher rahim, banyak perempuan yang terinfeksi dengan HPV risiko tinggi tidak berkembang menjadi kanker. Kebanyakan infeksi HPV serviks, menghilang dengan sendirinya, hanya sedikit yang bertahan dan bahkan lebih sedikit menjadi lesi prakanker atau kanker invasif. Kondisi atau kofaktor yang menyebabkan berkembangnya infeksi HPV menjadi kanker tidak diketahui dengan pasti, tetapi ada beberapa faktor yang mungkin berperan, sebagai berikut;

11 Faktor HPV : - Jenis virus - Infeksi simultan dengan beberapa jenis onkogenik - Jumlah tinggi virus (virus beban tinggi). Faktor tuan rumah: - Status kekebalan: orang dengan imunodefisiensi (seperti yang disebabkan oleh HIV infeksi) memiliki infeksi HPV lebih tinggi dan kemajuan yang lebih cepat untuk prakanker dan kanker. - Paritas: risiko kanker serviks meningkat dengan paritas tinggi. Faktor eksogen: - Merokok tembakau - Koinfeksi dengan HIV atau agen menular seksual lain seperti herpes simplex virus 2 (HSV-2), Chlamydia trachomatis dan Neisseria gonorhoeae - Penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang (> 5 tahun). Penelitian yang dilakukan oleh International Agency for Research on Cancer (IARC) terhadap sampel dari 22 negara mendapatkan adanya infeksi HPV pada sejumlah 99,7% kanker leher rahim. Penelitian meta-analisis yang meliputi kasus didapatkan 8 tipe HPV yang banyak ditemukan, yaitu tipe 16, 18, 45, 31, 33, 52, 58 dan 35. Penelitian kasus kontrol dengan kasus karsinoma serviks dan perempuan yang tidak menderita kanker leher rahim sebagai kontrol,

12 deteksi infeksi HPV pada penelitian tersebut dengan pemeriksaan PCR. Total prevalensi infeksi HPV pada penderita kanker leher rahim jenis karsinoma sel skuamosa adalah 94,1%. Prevalensi infeksi HPV pada penderita kanker leher rahim jenis adenokarsinoma dan adenoskuamosa adalah 93%. Penelitian pada NIS II/III mendapatkan infeksi HPV yang didominasi oleh tipe 16 dan 18. Progresivitas menjadi NIS II/III setelah menderita infeksi HPV berkisar 2 tahun (Munoz, dkk., 2006 dan Parkin, dkk., 2006; Andrijono, 2007). b. Umur Usia Insidens kanker serviks meningkat sejak usia tahun dan menunjukkan puncaknya pada usia tahun di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Ciptomangunkusumo, dan tahun di Indonesia (Wiknjosastro,2008). Menurut Aziz M.F.(2006), umumnya insidens kanker leher rahim sangat rendah di bawah umur 20 tahun dan sesudahnya menaik dengan cepat dan menetap pada usia 50 tahun. Menurut Arifuddin (2000), kanker leher rahim terjadi pada wanita yang berumur lebih 40 tahun tetapi bukti statistik menunjukkan kanker leher rahim dapat juga menyerang wanita antara usia tahun. Periode laten dan fase pra invasif untuk menjadi invasif memakan waktu sekitar 10 tahun. Hanya 9% dari wanita < 35 tahun menunjukkan Kanker leher rahim yang invasif pada saat didiagnosa. Epitel serviks terdiri dari 2 jenis, yaitu epitel skuamosa dan epitel kolumnar; kedua epitel tersebut dibatasi oleh sambungan skuamosa-kolumnar (SSK) yang

13 letaknya tergantung pada umur, aktivitas seksual dan paritas. Pada wanita dengan aktivitas seksual tinggi, SSK terletak di ostium eksternum karena trauma atau retraksi otot oleh prostaglandin. Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks; epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar menjadi epitel skuamosa disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh ph vagina yang rendah. Aktivitas metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada masa pubertas. Akibat proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SSK, yaitu SSK asli dan SSK baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar. Daerah di antara kedua SSK ini disebut daerah transformasi (Wiknjosastro,2008). Umumnya sel-sel mukosa baru matang setelah wanita berusia 20 tahun ke atas. Jadi, seorang wanita yang menjalin hubungan seks pada usia remaja, paling rawan bila dilakukan di bawah usia 16 tahun. Hal ini berkaitan dengan kematangan sel-sel mukosa pada serviks. Pada usia muda, sel-sel mukosa pada serviks belum matang. Artinya, masih rentan terhadap rangsangan. Sehingga tidak siap menerima rangsangan dari luar. Termasuk zat-zat kimia yang dibawa sperma. Karena masih rentan, sel-sel mukosa bisa berubah sifat menjadi kanker. Sifat sel kanker selalu berubah setiap saat yaitu mati dan tumbuh lagi. Dengan adanya rangsangan, sel bisa tumbuh lebih banyak dari sel yang mati, sehingga perubahannya tidak seimbang lagi. Kelebihan sel ini akhirnya bisa berubah sifat menjadi sel kanker. Lain halnya bila

14 hubungan seks dilakukan pada usia di atas 20 tahun, dimana sel-sel mukosa tidak lagi terlalu rentan terhadap perubahan (Khasbiyah, 2004). c. Pendidikan Penelitian yang dilakukan oleh Surbakti E (2004), pendidikan mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian kanker leher rahim (OR=2,012) dengan kata lain penderita kanker leher rahim yang berpendidikan rendah merupakan faktor risiko yang mempegaruhi terjadinya kanker leher rahim. Tinggi rendahnya pendidikan berkaitan dengan sosio ekonomi, kehidupan seks dan kebersihan. d. Usia Pertama Kali Kawin/ Melakukan Hubungan Seks Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda merupakan faktor risiko utama. Semakin muda seorang perempuan melakukan hubungan seks, semakin besar risiko terkena kanker leher rahim. Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai risiko 3 kali lebih besar daripada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun. Keadaan ini dikaitkan dengan keadaan sel-sel serviks yang masih sedang berkembang dan kemudian dipacu oleh sel mani yang berasal dari hubungan seksual (Rasjidi, 2007; Bustan, 2007; Gant, 2010). Hasil penelitian Yuniarto & Burham Warsito (2005) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara umur pertama kali kawin dengan risiko kanker leher rahim. Semakin dini umur pertama kali kawinnya (kurang dari 20 tahun) maka semakin besar pula risiko untuk menderita karsinoma serviks di kisaran umur antara 40 hingga 49 tahun. Penelitian Melva (2008) di RSUP H. Adam Malik juga menunjukkan

15 bahwa faktor melakukan hubungan seksual pertama < 20 tahun mempunyai pengaruh terhadap kejadian kanker leher rahim (RP= 2,330; CI= 95%). Artinya, umur pertama kali melakukan hubungan seks kemungkinan merupakan faktor risiko terjadinya kanker leher rahim pada tingkat kepercayaan 95%. Saia et, al (1997) mengatakan hal ini disebabkan karena pada usia sebelum 20 tahun organ reproduksi belum matang fungsi secara fisiologis sehingga rentan terhadap trauma baik pada koitus ataupun pada saat persalinan. Kurun reproduksi sehat adalah keadaan seorang wanita untuk dapat melahirkan yaitu usia tahun. Ditambahkan juga bahwa pada organ genitalia yang terlalu muda akan lebih mudah terkena trauma dan pulihnya lambat, sehingga keadaan ini merupakan suatu kondisi prakanker (Yuniarto & Burham Warsito, 2005). e. Paritas Walaupun usia menarke atau menopause tidak mempengaruhi resiko kanker leher rahim, hamil di usia muda, jumlah kehamilan atau manajemen persalinan yang tidak tepat dapat meningkatkan resiko. Kanker leher rahim sering diasosiasikan dengan kehamilan pertama pada usia muda, jumlah kehamilan yang banyak dan jarak kehamilan yang pendek (Rasjidi I.,2008). Kanker leher rahim lebih banyak ditemukan pada ibu dengan banyak anak (Bustan, 2007). Menurut penelitian Melva (2008) di RSUP H. Adam Malik menunjukkan bahwa paritas (jumlah anak) mempunyai pengaruh dengan kejadian kanker leher rahim (RP= 1,473; CI= 95%). Artinya, paritas yang tinggi merupakan faktor risiko terhadap kejadian kanker leher rahim. Hal ini dikuatkan lagi dengan

16 penelitian Surbakti (2004) yang mengatakan bahwa faktor risiko jumlah anak mempunyai pengaruh terhadap kejadian kanker leher rahim (OR= 4,375; CI 95%). f. Jumlah Perkawinan Ibu dengan suami yang mempunyai lebih dari satu atau banyak istri lebih berisiko kanker leher rahim (Bustan, 2007). Jumlah perkawinan adalah jumlah atau banyaknya perkawinan yang pernah dilakukan oleh seorang ibu selama hidupnya, di mana risiko tinggi jika ibu tersebut kawin lebih dari satu kali dan risiko rendah jika perkawinan dilakukan hanya satu kali. Setiap berhubungan seksual dengan satu pasangan baru, kesempatan untuk terkena penyakit akibat hubungan seksual semakin besar. Berdasarkan hasil analisis faktor risiko jumlah perkawinan terhadap kejadian kanker leher rahim diperoleh nilai OR 12,048 (CI 95%). Hal ini berarti ibu yang jumlah perkawinan lebih dari satu kali berisiko menderita kanker leher rahim 12,048 kali lebih besar dibanding ibu yang jumlah perkawinan hanya satu kali dan memiliki hubungan yang bermakna (Tira, 2008). g. Riwayat Pemakaian Kontrasepsi Penelitian menunjukkan bahwa risiko kanker serviks semakin meningkat selama seorang wanita menggunakan kontrasepsi oral, tetapi risikonya kembali turun lagi setelah kontrasepsi oral dihentikan. Dalam penelitian terbaru, risiko kanker serviks adalah dua kali lipat pada wanita yang mengambil pil KB lebih dari 5 tahun, namun risiko kembali normal 10 tahun setelah mereka dihentikan. American Cancer Society percaya bahwa seorang wanita dan dokter harus mendiskusikan apakah

17 manfaat menggunakan kontrasepsi oral lebih besar daripada potensi resiko. Seorang wanita dengan beberapa mitra seksual harus menggunakan kondom untuk menurunkan resikonya penyakit menular seksual lainnya tidak peduli apa bentuk kontrasepsi ia menggunakan (Depkes,2007). Hasil penelitian Tira (2008) diperoleh bahwa proporsi kejadian kanker leher rahim lebih banyak pada kelompok kasus yang memakai alat kontrasepsi hormonal sebesar 63,8% dibandingkan dengan yang tidak memakai alat kontrasepsi hormonal sebesar 36,2%. Hasil analisis faktor risiko pemakaian alat kontrasepsi hormonal terhadap kejadian kanker leher rahim diperoleh nilai OR sebesar 1,244 (CI 95%) hal ini berarti bahwa ibu yang memakai alat kontasepsi hormonal berisiko menderita kanker leher rahim 1,244 kali lebih besar dibanding ibu yang tidak memakai alat kontrasepsi hormonal meskipun hubungannya tidak bermakna. Penelitian Rohana (2009) juga menyebutkan pengaruh antara pemakaian alat kontrasepsi dengan kejadian kanker leher rahim (OR= 1,127; CI 95%). h. Merokok Tembakau mengandung bahan-bahan karsinogen baik yang dihisap sebagai rokok/sigaret atau dikunyah. Asap rokok menghasilkan polycyclic aromatic hydrocarbon heterocyclic nitrosamines. Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah serviks 56 kali lebih tinggi dibandingkan di dalam serum. Efek langsung bahanbahan tersebut pada serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus (Sjamsuddin, 2001). Tembakau mengandung bahan-bahan karsinogen baik yang dihisap sebagai rokok maupun yang dikunyah.

18 Bahan yang berasal dari tembakau yang dihisap terdapat pada getah serviks wanita perokok dan dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus (Rasjidi, 2007). Wanita yang merokok kemungkinan menderita Ca Cerviks 2 kali dibandingkan yang bukan perokok untuk menderita kanker leher rahim. Selain paruparu pada perokok banyak zat kimia yang mempengaruhi organ-organ tubuh. Zat-zat berbahaya yang diserap melalui paru-paru dan di bawa ke aliran darah seluruh tubuh. Tembakau telah ditemukan dalam lendir serviks perempuan yang merokok. Para peneliti percaya bahwa zat ini merusak DNA sel serviks dan dapat memberikan kontribusi pada perkembangan kanker serviks. Merokok juga membuat sistem kekebalan tubuh kurang efektif dalam memerangi infeksi HPV (Depkes, 2007). 2.3Penanggulangan Kanker Leher Rahim Pencegahan Pencegahan kanker leher rahim dimulai dari penyampaian informasi tentang faktor risiko dan bagaimana menghindari faktor risiko yang dimaksud, deteksi dini untuk mendapatkan lesi pra kanker leher rahim dan melakukan pengobatan segera. Apabila ditemukan kelainan pada penapisan, segera dilakukan rujukan secara berjenjang sesuai dengan kemampuan rumah sakit. Dalam Kepmenkes No. 796, pencegahan kanker leher rahim meliputi tiga tingkatan pencegahan yaitu primer, sekunder dan tersier yang diperjelas sebagai berikut:

19 a. Pencegahan Primer Pencegahan primer dimaksudkan untuk mengeliminasi dan meminimalisasi pajanan penyebab dan faktor risiko kanker, termasuk mengurangi kerentanan individu terhadap efek dari penyebab kanker. Selain faktor risiko, ada faktor protektif yang akan mengurangi kemungkinan seseorang terserang kanker. Pendekatan pencegahan ini memberikan peluang dan sangat cost-effective dalam pengendalian kanker tetapi membutuhkan waktu yang lama. Kegiatan pencegahan primer meliputi: 1. Memberikan edukasi tentang perilaku gaya hidup sehat. 2. Mempromosikan anti rokok termasuk menurunkan risiko terpajan asap rokok. 3. Perilaku seksual yang aman 4. Pemberian vaksin HPV. b. Pencegahan Sekunder Deteksi Dini dan Pengobatan Segera Diagnosis kanker leher rahim diperoleh melalui pemeriksaan histopatologi jaringan biopsi. Pada dasarnya bila dijumpai lesi seperti kanker secara kasat mata harus dilakukan biopsi walau hasil pemeriksaan Pap smear masih dalam batas normal. Sementara itu, biopsi lesi yang tidak kasat mata dilakukan dengan bantuan kolposkopi. Kecurigaan adanya lesi yang tidak kasat mata didasarkan dari hasil pemeriksaan sitologi serviks (Pap smear). Diagnosis kenker serviks hanya berdasarkan pada hasil pemeriksaan histopatologi jaringan biopsi. Hasil pemeriksaan

20 sitologi tidak boleh digunakan sebagai dasar penetapan diagnosis. Bila hasil biopsi dicurigai adanya mikroinvasi, dilanjutkan dengan konisasi (Edianto, 2006). Deteksi dengan penyaringan (screening) dapat dilakukan dengan pemeriksaan Pap-smear, IVA dan Kolposkopi. Kolposkopi jarang dilakukan karena memerlukan biaya yang lebih mahal, kurang praktis, dan memerlukan biopsi (Bustan, 2007). Penyaringan (screening) adalah upaya pemeriksaan atau tes yang sederhana dan mudah yang dilaksanakan pada populasi masyarakat sehat, yang bertujuan untuk membedakan masyarakat yang sakit atau berisiko terkena penyakit diantara masyarakat yang sehat. Upaya penyaringan dikatakan adekuat bila tes dapat mencakup seluruh atau hampir seluruh populasi sasaran, untuk itu dibutuhkan jenis pemeriksaan yang mampu dilaksanakan pada kondisi sumber daya yang terbatas seperti di Indonesia. 1. PAP SMEAR Pap smear adalah suatu metode dimana dilakukan pengambilan sel dari mulut rahim kemudian di periksa di bawah mikroskop. Pada pemerikaan biasanya dapat ditentukan apakah sel yang ada di mulut rahim masih normal, berubah menuju kanker, atau telah berubah menjadi sel kanker. Bentuk pemeriksaan yang paling utama dan dianjurkan untuk deteksi dini kanker leher rahim adalah pemeriksaan pap smear. Pemeriksaan ini sederhana, cepat dan tidak sakit. Setiap wanita yang telah berumur 18 tahun, atau wanita yang telah aktif secara seksual selayaknya mulai memeriksakan Pap smear. Pemeriksaan ini sebaiknya

21 dilakukan setiap tahun walaupun tidak ada gejala kanker. Pemeriksaan dilakukan lebih dari setahun jika sudah mencapai umur 65 tahun atau tiga pemeriksaan berturutturut sebelumnya menunjukkan hasil normal. Pemeriksaan lebih sering dilakukan pada wanita yang mempunyai lebih dari satu pasangan, telah berhubungan seksual sejak remaja, mempunyai penyakit kelamin, merokok, dan ada infeksi HPV. Jika pada pap smear ditemukan gambaran sel yang tidak normal maka akan dilakukan biopsi (pengambilan edikit jaringan mulut rahim) untuk pemeriksaan mikroskop lebih lanjut (Bustan, 2007). Di beberapa Negara maju, skrining kanker seviks dengan Pap smear secara lua terbukti mampu menurunkan angka kejadian kanker leher rahim invasive hingga 90% dan menurunkan mortalitas hingga 70-80%. Keberhasilan ini diraih berkat kemampuan pemeriksaan skrining pap smear yang mengenai adanya lesi prakanker leher rahim (Nuranna, 2006). 2. IVA Penyelenggaraan skrining kanker leher rahim dengan tes Pap smear adala sesuatu yang sudah ideal, tapi penyelenggaraannya secara luas apalagi secara nasional sangat sulit dilaksanakan di Indonesia. Hal ini disebabkan terkendala oleh faktor belum tersedianya sumber daya, khususnya spesialis Patologi Anatomik dan skinner sitologi di semua ibu kota provinsi, apalagi di kabupaten di Indonesia. Untuk mengatasi hal di atas, perlu upaya pemecahan masalah dengan metode skrining lain yang lebih mampu laksana, cost effective dan dimungkinkan dilakukan di Indonesia. Salah satu metode alternatif skrining kanker leher rahim yang dapat

22 menjawab ketentuan-ketentuan tersebut adalah inspeksi visual dengan pulasan asam asetat (IVA). IVA adalah pemeriksaan skrining kanker leher rahim dengan melihat secara langsung perubahan pada serviks setelah dipulas dengan asam asetat 3-5%. Dengan metode IVA, juga dapat diidentifikasi lesi prakenker serviks, baik Lesi Intraepitel Serviks Derajat Tinggi (LISDT), maupun Lesi Intraepitel Serviks Derajat Rendah (LISDR). Adanya tampilan bercak putih setelah pulasan asam asetat mengindikasikan kemungkinan adanya lesi prakanker leher rahim. Metode skrining IVA ini relatif mudah dan dapat dilakukan oleh dokter umum, bidan atau perawat yang telah dilatih. Jumlah profesi bidan di Indonesia yang potensial dapat dilatih agar dapat melakukan skrining kanker leher rahim. Kelompok ini merupakan pasukan pemeriksa yang dapat diandalkan dalam upaya penanggulangan kanker leher rahim di Indonesia (Nuranna, 2007). c. Pencegahan Tersier Pencegahan tertier dapat dilakukan berupa penyuluhan terhadap pasangan penderita kanker leher rahim khususnya yang telah menjalani histerektomi total agar tetap memperlakukan pasangannya sebagaimana biasanya, sehingga keharmonisan hubungan suami istri tetap terjaga. Konseling dapat dilakukann terhadap penderita stadium lanjut agar faktor psikologis tidak memperburuk keadaan.

23 2.3.2 Pengendalian a. Kebijakan di Indonesia Pengendalian kanker leher rahim di Indonesia berada di bawah Kementerian Kesehatan RI yaitu Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PPTM) Sub Direktorat Penyakit Kanker berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1575 tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan. Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit kanker leher rahim yang secara umum bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat kanker leher rahim, memperpanjang umur harapan hidup dan meningkatkan kualitas hidup penderita (Depkes, 2007). Pencegahan dan pengendalian terhadap penyakit PTM telah diatur di dalam Undang-Undang no 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Di dalam Pasal 161 dikatakan bahwa manajemen pelayanan kesehatan baik berupa promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative dititik beratkan pada deteksi dini dan pengobatan penyakit tidak menular. Rencana strategis Kementerian Kesehatan pada tahun menargetkan pencapaian 100% terhadap deteksi dini di dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular (Kemenkes, 2011) Secara tekhnis, peraturan yang digunakan mengenai pelaksanaan deteksi dini kanker leher rahim adalah Kepmenkes Nomor 430 tahun 2007 tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Kanker yang menjabarkan hal-hal yang berhubungan dengan nilai-nilai, tujuan, kebijakan, strategi, pokok-pokok kegiatan dan pengorganisasian dalam pengendalian penyakit kanker termasuk kanker leher rahim. Selanjutnya

24 digunakan juga Kepmenkes Nomor 769 tahun 2010 tentang Pedoman Tekhnis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker leher rahim yang ditujukan kepada pengelola program Pengendalian PTM Pusat, Daerah, dan Unit Pelaksana Tekhnis. b. Tujuan Tujuan pengendalian penyakit kanker leher rahim dapat diuraikan sebagai berikut (Depkes, 2007) : Tujuan Umum Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit kanker, memperpanjang umur harapan hidup serta meningkatkan kualitas hidup. Tujuan Khusus 1. Menggerakkan masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian faktor risiko penyakit kanker leher rahim. 2. Menyelenggarakan surveilans faktor risiko, surveilans kasus dan kematian melalui registrasi kanker leher rahim yang terpadu, akurat, berkelanjutan, untuk memberikan informasi yang dapat mendukung pengambilan kebijakan upaya pengendalian penyakit kanker leher rahim. 3. Melaksanakan deteksi dini pada kelompok masyarakat berisiko penyakit kanker leher rahim. 4. Melaksanakan penegakan diagnosis dan tatalaksana penderita penyakit kanker leher rahim yang berkualitas sesuai dengan standar profesi. 5. Mewujudkan jejaring kerja di setiap tingkat administrasi baik lintas program, lintas sektor serta mitra potensi di masyarakat.

25 6. Mengkoordinasikan kegiatan pengendalian penyakit kanker leher rahim secara nasional dan berjenjang. 7. Menyediakan kebijakan system pembiayaan pelayanan kesehatan penyakit kanker leher rahim yang berpihak pada kelompok masyarakat miskin dan berisiko. c. Kebijakan Untuk mencapai tujuan dan sasaran pengendalian kanker leher rahim, kegiatan-kegiatannya dilaksanakan berdasarkan pada kebijakan operational sebagai berikut (Depkes, 2007) : 1. Pengendalian penyakit kanker leher rahim didasari pada partisipasi dan pemberdayaan masyarakat dan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing daerah (local area specific), dengan mengoptimalkan kemampuan daerah. 2. Pengendalian penyakit kanker leher rahim dilaksanakan melalui pengembangan kemitraan dan jejaring kerja secara multi disiplin, lintas program dan lintas sektor. 3. Pengendalian penyakit kanker leher rahim dilaksanakan secara terpadu terhadap pencegahan primer, sekunder dan tersier. 4. Pengendalian penyakit kanker leher rahim dikelola secara professional, berkualitas, merata dan terjangkau oleh masyarakat melalui penguatan seluruh sumber daya.

26 5. Penguatan penyelenggaraan surveilans faktor risiko dan registry penyakit kanker leher rahim sebagai bahan informasi bagi pengambil kebijakan dan pelaksanaan program. 6. Pelaksanaan kegiatan pengendalian penyakit kanker leher rahim harus dilakukan secara efektif dan efisien melalui pengawasan yang terus ditingkatkan intensitas dan kualitasnya melalui pemantapan system dan prosedur pengawasan. Pelaksanaan pengawasan tersebut dilaksanakan secara komprehensif dan berbasis kenerja. d. Strategi Strategi operasional dalam pengendalian penyakit kenker leher rahim meliputi (Depkes, 2007) : 1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat sehingga dapat terhindar dari faktor risiko penyakit kanker leher rahim. 2. Mendorong pelaksanaan pembangunan berwawasan kesehatan sehingga dapat mengurangi kemungkinan terkena paparan faktor risiko penyakit kanker leher rahim terhadap masyarakat. 3. Mendorong dan memfasilitasi pengembangan potensi dan peran serta masyarakat untuk penyebar luasan informasi kepada masyarakat tentang penyakit kanker leher rahim dan pendampingan terhadap pasien dan keluarganya. 4. Mengembangkan kegiatan deteksi dini penyakit kanker leher rahim yang efektif dan efisien terutama bagi masyarakat berisiko.

27 5. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas melalui peningkatan sumber daya manusia dan penguatan institusi serta standarisasi pelayanan. 6. Mendorong sistem pembiayaan kesehatan bagi pelayanan kesehatan paripurna penderita kanker leher rahim sehingga dapat terjangkau bagi penduduk miskin. 7. Meningkatkan penyelenggaraan surveilans faktor risiko dengan mengintegrasikan dalam sistem surveilans terpadu di puskesmas dan di rumah sakit dan surveilans penyakit melalui pengembangan registry kanker leher rahim terpadu. 8. Mendorong dan memfasilitasi pengembangan vaksin untuk kuman penyebab kanker leher rahim yang dapat dicegah melalui imunisasi yang aman, efektif, dan terjangkau bagi masyarakat. e. Pokok-pokok Kegiatan Terdapat lima pokok kegiatan di dalam pengendalian penyakit kenker leher rahim yaitu (Depkes, 2007) : 1. Pencegahan dan penanggulangan faktor risiko. 2. Peningkatan imunisasi. 3. Penemuan dan tatalaksana penderita 4. Surveilans epidemiologi penyakit kanker leher rahim. 5. Peningkatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) pengendalian penyakit kanker leher rahim.

28 2.4 Landasan Teori Hubungan antara determinan-determinan diatas tentang kejadian Kanker leher rahim digambarkan dalam kerangka teori berikut ini (WHO, 2006; Rasjidi, 2007). Faktor risiko ekstrinsik: Usia pertama kali kawin/ melakukan hubungan seks< 20 tahun Paritas Jumlah perkawinan Riwayat Pemakaian Kontrasepsi Merokok Karakteristik Sosiodemografi: - Umur - Pendidikan Kanker Leher Rahim Faktor instrinsik: - Biologik Gambar 2.3. Kerangka Teori Kejadian Kanker Leher Rahim

29 2.5 Kerangka Konsep Berdasarkan landasan teori maka dapat digabungkan menjadi suatu pemikiran yang terintegrasi. Pemikiran yang terintegrasi tersebut merupakan kerangka konsep dalam penelitian ini dengan model sebagai berikut: Faktor yang mempengaruhi: Usia pertama kali kawin/ melakukan hubungan seks Paritas Riwayat Infeksi Kelamin Jumlah perkawinan Riwayat Pemakaian Kontrasepsi Merokok KejadianKanker Leher Rahim Gambar 2.4. Kerangka Konsep Penelitian Determinan Kanker Leher Rahim pada Penderita yang Datang Berobat di RSUP. H. Adam Malik Medan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pap smear 2.1.1. Definisi Pap smear Pap smear pertama kali diperkenalkan tahun 1928 oleh Dr. George Papanicolou dan Dr. Aurel Babel, namun mulai populer sejak tahun 1943. Pap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. serviks uteri. Kanker ini menempati urutan keempat dari seluruh keganasan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. serviks uteri. Kanker ini menempati urutan keempat dari seluruh keganasan pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kanker serviks merupakan suatu penyakit keganasan pada leher rahim atau serviks uteri. Kanker ini menempati urutan keempat dari seluruh keganasan pada wanita di dunia

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia BAB 4 HASIL 4.1 Pengambilan Data Data didapatkan dari rekam medik penderita kanker serviks Departemen Patologi Anatomi RSCM pada tahun 2007. Data yang didapatkan adalah sebanyak 675 kasus. Setelah disaring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada tahun 2012, kanker menjadi penyebab kematian sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB II ISI

BAB I PENDAHULUAN BAB II ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum kanker serviks diartikan sebagai suatu kondisi patologis, dimana terjadi pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol pada leher rahim yang dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa yang begitu penting dalam hidup manusia, karena pada masa tersebut terjadi proses awal kematangan organ reproduksi manusia yang disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Emilia, 2010). Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (Emilia, 2010). Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks adalah kanker yang terdapat pada serviks atau leher rahim, yaitu area bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina. (Emilia, 2010). Pada

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. daerah leher rahim atau mulut rahim, yang merupakan bagian yang terendah dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. daerah leher rahim atau mulut rahim, yang merupakan bagian yang terendah dari BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker leher rahim adalah salah satu keganasan atau neoplasma yang terjadi di daerah leher rahim atau mulut rahim, yang merupakan bagian yang terendah dari rahim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN kematian per tahun pada tahun Di seluruh dunia rasio mortalitas

BAB I PENDAHULUAN kematian per tahun pada tahun Di seluruh dunia rasio mortalitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker terbanyak ketiga, pada perempuan di seluruh dunia dan diperkirakan terjadi 529.000 kasus baru setiap tahunnya dan 275.000

Lebih terperinci

See & Treat untuk Skrining Lesi Prakanker Serviks

See & Treat untuk Skrining Lesi Prakanker Serviks See & Treat untuk Skrining Lesi Prakanker Serviks ---------------------------------------------------------------------- Dr. John Wantania, SpOG, IBCLC Lesi prakanker serviks telah dikenal luas di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rahim yaitu adanya displasia/neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyakit kanker

BAB I PENDAHULUAN. rahim yaitu adanya displasia/neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyakit kanker BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker leher rahim merupakan penyakit keganasan yang terjadi pada leher rahim. Perjalanan penyakit ini didahului dengan kondisi lesi pra-kanker leher rahim yaitu adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) dapat digolongkan menjadi satu kelompok utama dengan faktor

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) dapat digolongkan menjadi satu kelompok utama dengan faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada akhir abad 20 prevalensi penyakit menular mengalami penurunan, sedangkan penyakit tidak menular cenderung mengalami peningkatan. Penyakit tidak menular (PTM)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lesi Prakanker 2.1.1 Pengertian Lesi prakanker serviks atau disebut juga lesi intraepitel serviks (cervical intraepithelial neoplasia) merupakan awal dari perubahan menuju

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN 20 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Pengambilan Data Data didapatkan dari rekam medik penderita kanker serviks Departemen Patologi Anatomi RSCM Jakarta periode tahun 2004. Data yang didapatkan adalah sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kanker serviks merupakan salah satu masalah kesehatan serius negara-negara di dunia. Saat ini kanker serviks menduduki urutan kedua dari penyakit kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker leher rahim adalah tumor ganas pada daerah servik (leher rahim)

BAB I PENDAHULUAN. Kanker leher rahim adalah tumor ganas pada daerah servik (leher rahim) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker leher rahim adalah tumor ganas pada daerah servik (leher rahim) sebagai akibat adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang paling umum yang diakibatkan oleh HPV. Hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang paling umum yang diakibatkan oleh HPV. Hampir semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Papilomavirus (HPV) merupakan virus yang paling umum menginfesi saluran reproduksi. Wanita maupun pria akan terkena infeksi virus ini ketika mereka telah aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks merupakan masalah kesehatan yang melanda negara negara di dunia termasuk Indonesia. Kanker serviks merupakan kanker terbanyak kedua setelah kanker payudara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kanker leher rahim menduduki urutan pertama kejadian kanker ginekologis pada wanita secara keseluruhan di dunia. Di seluruh dunia kanker leher rahim menempati urutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang menyerang wanita. Kanker ini adalah kanker ketiga yang umum diderita oleh wanita secara global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal atau terus menerus dan tak terkendali, dapat merusak jaringan sekitarnya serta dapat menjalar ke tempat yang jauh dari

Lebih terperinci

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN 2012 I. INFORMASI WAWANCARA Tanggal Wawancara.../.../... No. Urut Responden...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks adalah penyakit keganasan serviks akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya. Kanker serviks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu keadaan fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal (Nadia, 2009). Keterlambatan diagnosa ini akan memperburuk status

BAB I PENDAHULUAN. awal (Nadia, 2009). Keterlambatan diagnosa ini akan memperburuk status BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan masalah kesehatan utama bagi masyarakat di seluruh dunia. Kanker yang khusus menyerang kaum wanita salah satunya ialah kanker serviks atau kanker leher

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di seluruh dunia kanker serviks atau kanker leher rahim menempati urutan ketujuh dari seluruh kejadian keganasan pada manusia (Cancer Research United Kingdom, 2010).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular. Salah satu 0 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia sebagai negara berkembang tengah mengalami transisi epidemiologi, yang ditandai dengan beralihnya pola penyakit dari yang semula didominasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kanker yang menempati peringkat teratas diantara berbagai penyakit kanker

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kanker yang menempati peringkat teratas diantara berbagai penyakit kanker BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), kanker serviks merupakan penyakit kanker yang menempati peringkat teratas diantara berbagai penyakit kanker yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. human papilloma virus (HPV) terutama pada tipe 16 dan 18. Infeksi ini

BAB I PENDAHULUAN. human papilloma virus (HPV) terutama pada tipe 16 dan 18. Infeksi ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan kanker ginekologi yang paling sering terjadi pada wanita, penyebab utamanya adalah adanya infeksi virus, yaitu oleh human papilloma virus (HPV)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan penyakit tidak menular. Penyakit ini timbul akibat kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat menyerang berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization atau WHO), kanker serviks merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia pada kaum hawa dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dini. 6,8 Deteksi dini kanker serviks meliputi program skrining yang terorganisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dini. 6,8 Deteksi dini kanker serviks meliputi program skrining yang terorganisasi dini. 6,8 Deteksi dini kanker serviks meliputi program skrining yang terorganisasi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks adalah keganasan dari leher rahim (serviks) yang disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Lesi prakanker leher rahim yang sangat dini dikenal dengan Neoplasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Lesi prakanker leher rahim yang sangat dini dikenal dengan Neoplasi BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lesi Prakanker Lesi prakanker leher rahim yang sangat dini dikenal dengan Neoplasi Intraepitelial Serviks atau NIS, yang ditandai dengan adanya perubahan displastik epitel serviks.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan dengan usia rata-rata 55 tahun (Stoler, 2014). Diperkirakan terdapat 500.000 kasus baru setiap

Lebih terperinci

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Serviks Kanker serviks merupakan penyakit yang umum ditemui di Hong Kong. Kanker ini menempati peringkat kesepuluh di antara kanker yang diderita oleh wanita dengan lebih dari 400 kasus baru setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah

BAB I PENDAHULUAN menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konferensi International tentang Kependudukan dan Pembangunan/ICPD (International Confererence on Population and Development) di Kairo tahun 1994 menyepakati perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh penduduk yang hidup

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker atau keganasan adalah suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan dan penyebaran jaringan secara abnormal. Kanker serviks, keganasan dari leher rahim (serviks)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Serviks 2.1.1. Anatomi Serviks Serviks terdapat di setengah hingga sepertiga bawah uterus, berbentuk silindris, dan menghubungkan uterus dengan vagina melalui kanalis servikalis.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ke arah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan liang senggama atau vagina.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ke arah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan liang senggama atau vagina. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Patogenesis 2.1.1. Diagnosis Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel skuamosa. Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker leher rahim (kanker serviks) masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker leher rahim (kanker serviks) masih menjadi masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker leher rahim (kanker serviks) masih menjadi masalah kesehatan bagi wanita, sebab penyakit akibat human papilloma virus (HPV) tersebut menjadi salah satu penyebab

Lebih terperinci

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini?

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini? Kanker Serviks Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, penyakit kanker serviks merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Di dunia, setiap dua menit seorang wanita meninggal dunia akibat kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Foundation for Woman s Cancer (2013) kanker serviks adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Foundation for Woman s Cancer (2013) kanker serviks adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Foundation for Woman s Cancer (2013) kanker serviks adalah kanker yang dimulai di leher rahim, bagian dari rahim atau rahim yang membuka ke dalam vagina.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak semua manusia yang harus dijaga,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak semua manusia yang harus dijaga, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak semua manusia yang harus dijaga, dipelihara, dan dibina sebaik-baiknya sehingga dapat tercapai kualitas hidup yang baik. World Health Organisation

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi wanita merupakan hal yang perlu diperhatikan agar suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi wanita merupakan hal yang perlu diperhatikan agar suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi wanita merupakan hal yang perlu diperhatikan agar suatu negara mampu mencapai derajat kesehatan yang optimal (1). Hingga saat ini masih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kanker secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji potong lintang atau cross sectional untuk menganalisa faktor faktor gaya hidup pada wanita peserta program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini. sebanyak jiwa per tahun (Emilia, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini. sebanyak jiwa per tahun (Emilia, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker serviks merupakan kanker yang banyak menyerang perempuan. Saat ini kanker serviks menduduki urutan ke dua dari penyakit kanker yang menyerang perempuan di dunia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Karsinoma serviks Kanker leher rahim adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel skuamosa. Kanker leher rahim merupakan kanker yang terjadi pada serviks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan pembangunan di Indonesia memberi dampak pada bergesernya pola penyakit. Selain penyakit infeksi, saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu penyakit yang dianggap sebagai masalah besar

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu penyakit yang dianggap sebagai masalah besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan suatu penyakit yang dianggap sebagai masalah besar di dunia. Setiap tahun dijumpai hampir 6 juta penderita baru yang diketahui mengidap kanker dan lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan kesehatan yang menyangkut baik secara fisik, mental dan sosial serta bukan hanya terbatas dari penyakit atau kecacatan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit kanker dengan 70% kematian terjadi di negara miskin dan berkembang. Salah satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit kanker dengan 70% kematian terjadi di negara miskin dan berkembang. Salah satu 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kanker merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskular. Diperkirakan 7,5 juta orang di dunia meninggal akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan merupakan salah satu kanker yang paling sering menyerang wanita di seluruh dunia. Bahkan menurut Badan Kesehatan Dunia, WHO, kanker jenis ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah penyakit tidak menular yang timbul akibat pertumbuhan tidak normal sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Pertumbuhan sel tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pap smear merupakan salah satu pemeriksaan skrining yang penting untuk mendeteksi adanya karsinoma serviks sejak dini. Pap smear sangat penting di Indonesia mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedua di dunia dimana konstribusinya 13 % dari 22% kematian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedua di dunia dimana konstribusinya 13 % dari 22% kematian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini penyakit kanker merupakan penyebab kematian utama kedua di dunia dimana konstribusinya 13 % dari 22% kematian yang disebabkan oleh penyakit tidak menular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia terdapat banyak kasus yang berkaitan dengan kesehatan, salah satunya adalah munculnya penyakit, baik menular

Lebih terperinci

Seri penyuluhan kesehatan. Kanker Leher Rahim. Dipersembahkan dengan gratis. Oleh: Klinik Umiyah. Jl. Lingkar Utara Purworejo,

Seri penyuluhan kesehatan. Kanker Leher Rahim. Dipersembahkan dengan gratis. Oleh: Klinik Umiyah.  Jl. Lingkar Utara Purworejo, Seri penyuluhan kesehatan Kanker Leher Rahim Dipersembahkan dengan gratis Oleh: Klinik Umiyah www.klinik-umiyah.com Jl. Lingkar Utara Purworejo, Jawa Tengah, Indonesia Pengertian dan gejala kanker leher

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, Karibia, Sub-Sahara

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, Karibia, Sub-Sahara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan penyakit mematikan kedua yang sering terjadi pada wanita. Penyakit ini sebanyak 529.800 di dunia pada tahun 2008 dan 85% terjadi di negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah salah satu penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit tidak menular dan merupakan penyebab kematian utama di dunia. Dari 57 juta kematian pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker sistim reproduksi meliputi kanker serviks, payudara, indung telur,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker sistim reproduksi meliputi kanker serviks, payudara, indung telur, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker sistim reproduksi meliputi kanker serviks, payudara, indung telur, rahim dan alat kelamin perempuan. Kanker serviks merupakan kanker yang paling banyak diderita

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN DENGAN PELAKSANAAN DETEKSI DINI KANKER SERVIK MELALUI IVA. Mimatun Nasihah* Sifia Lorna B** ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN DENGAN PELAKSANAAN DETEKSI DINI KANKER SERVIK MELALUI IVA. Mimatun Nasihah* Sifia Lorna B** ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN DENGAN PELAKSANAAN DETEKSI DINI KANKER SERVIK MELALUI IVA Mimatun Nasihah* Sifia Lorna B** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rahim yang terletak antara rahim uterus dengan liang senggama vagina.

BAB I PENDAHULUAN. rahim yang terletak antara rahim uterus dengan liang senggama vagina. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di dunia. Berdasarkan data Internasional Agency For Research on Cancer

BAB I PENDAHULUAN. di dunia. Berdasarkan data Internasional Agency For Research on Cancer BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyebab kematian dengan jumlah terbanyak di dunia. Berdasarkan data Internasional Agency For Research on Cancer (IARC) didapatkan data pada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULAN. kanker serviks (Cervical cancer) atau kanker leher rahim sudah tidak asing lagi

BAB 1 PENDAHULAN. kanker serviks (Cervical cancer) atau kanker leher rahim sudah tidak asing lagi BAB 1 PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang Masalah yang terdapat dalam kesehatan reproduksi salah satunya terjadi pada sistem organ reproduksi.kanker reproduksi meliputi kanker alat kelamin perempuan, kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks adalah kanker tersering nomor tujuh secara. keseluruhan, namun merupakan kanker terbanyak ke-dua di dunia pada

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks adalah kanker tersering nomor tujuh secara. keseluruhan, namun merupakan kanker terbanyak ke-dua di dunia pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kanker serviks adalah kanker tersering nomor tujuh secara keseluruhan, namun merupakan kanker terbanyak ke-dua di dunia pada wanita setelah kanker payudara

Lebih terperinci

No. Responden: B. Data Khusus Responden

No. Responden: B. Data Khusus Responden KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DENGAN TEST IVA PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA KOTA MEDAN TAHUN 2016 A.

Lebih terperinci

KuTiL = KankeR LeHEr RaHIM????

KuTiL = KankeR LeHEr RaHIM???? KuTiL = KankeR LeHEr RaHIM???? Abstrak Jangan salah tafsir!!! Bukan berarti orang yang kutilan itu punya kanker rahim, terutama pada wanita. Karena memang bukan itu yang dimaksud. Disini dimaksudkan bahwa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Papanicolaou smear atau Pap smear adalah metode yang digunakan untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Papanicolaou smear atau Pap smear adalah metode yang digunakan untuk BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pap smear 1.1 Pengertian Pap smear Pap smear pertama kali diperkenalkan pada tahun 1928 oleh dokter Yunani Dr. George N. Papanicolau dan Dr. Aurel Babel, tetapi mulai populer

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Serviks merupakan suatu area pada alat reproduksi wanita yang selnya mudah mengalami perubahan ke arah abnormal. Bahkan pada beberapa wanita dapat berkembang ke arah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi uraian tentang teori-teori yang berkaitan dengan penelitian. Uraian pada bagian ini dimulai dari konteks atau ruang lingkup penelitian tentang konsep kanker serviks,

Lebih terperinci

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 3, September 2017 ISSN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 3, September 2017 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PEMERIKSAAN IVA (INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT) DALAM DETEKSI DINI KANKER SERVIKS PADA PASANGAN USIA SUBUR Retno Palupi Yonni Siwi (STIKes Surya Mitra Husada Kediri)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan penyakit kanker nomor tiga paling banyak diderita wanita di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan penyakit kanker nomor tiga paling banyak diderita wanita di seluruh dunia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan penyakit kanker nomor tiga paling banyak diderita wanita di seluruh dunia. Diperkirakan 529.000 kasus baru tahun 2008 dan > 85% kejadian secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan

I. PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang sudah menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat menyebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kanker payudara ialah sejumlah sel di dalam payudara dan berkembang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kanker payudara ialah sejumlah sel di dalam payudara dan berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara ialah sejumlah sel di dalam payudara dan berkembang dengan tidak terkendali. Kanker payudara (Carcinoma Mammae) merupakan salah satu kanker yang sangat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kanker Serviks Insidens kanker di Indoneisa masih belum dapat diketahui secara pasti, karena belum ada registrasi kanker berbasis populasi yang dilaksanakan (Depkes, 2010) Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mendekati pola di Negara maju (Dalimartha, 2004). maupun orang-orang yang sama sekali tidak berpendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dan mendekati pola di Negara maju (Dalimartha, 2004). maupun orang-orang yang sama sekali tidak berpendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan modernisasi, terutama di kota besar, mengakibatkan pola penyakit di Indonesia berubah. Mengonsumsi makanan berlemak, kurang serat, maupun yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel tidak normal/terus-menerus dan tidak terkendali yang dapat merusak jaringan sekitarnya serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keempat tersering yang terjadi pada wanita, dan secara keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. keempat tersering yang terjadi pada wanita, dan secara keseluruhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan kanker yang berada pada urutan keempat tersering yang terjadi pada wanita, dan secara keseluruhan menempati urutan ke-7, diperkirakan 528.000

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terutama pada daerah transformasi epitel gepeng serviks. Sebagian besar

I. PENDAHULUAN. terutama pada daerah transformasi epitel gepeng serviks. Sebagian besar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks adalah keganasan yang berasal dari epitel pada serviks terutama pada daerah transformasi epitel gepeng serviks. Sebagian besar kanker serviks adalah epidermoid

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK) MAKASSAR

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK) MAKASSAR ARTIKEL FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM PERJAN DR.WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR TAHUN 2008 SRI SYATRIANI Dosen STIK Makassar SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut WHO kanker leher rahim (serviks) merupakan jenis kanker

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut WHO kanker leher rahim (serviks) merupakan jenis kanker BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO kanker leher rahim (serviks) merupakan jenis kanker yang paling banyak pengidapnya. Tiap tahun ada 500 ribu kasus baru kanker serviks di dunia. Hampir semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran kanker tidak terkontrol,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat. Kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat. Kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat. Kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di dunia sebesar 13% setelah penyakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Praktik pencegahan kanker servik Terbentuknya praktik terutama pada orang dewasa dimulai domain kognitif (pengetahuan) dalam arti subjek tahu terebih dahulu terhadap stimulus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Karsinoma serviks adalah keganasan dari leher rahim yang disebabkan oleh virus HPV (Human Papiloma Virus). Karsinoma serviks menempati peringkat ke2 tersering yang

Lebih terperinci

Kanker Leher Rahim (serviks)

Kanker Leher Rahim (serviks) Kanker Leher Rahim (serviks) DEFINISI Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim/ serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan manusia tidak dapat melakukan aktivitas sehari-harinya. Keadaan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan manusia tidak dapat melakukan aktivitas sehari-harinya. Keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah suatu hal yang penting bagi manusia, tanpa kesehatan manusia tidak dapat melakukan aktivitas sehari-harinya. Keadaan sehat menurut World Helath Organization

Lebih terperinci

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Apakah kanker rahim itu? Kanker ini dimulai di rahim, organ-organ kembar yang memproduksi telur wanita dan sumber utama dari hormon estrogen dan progesteron

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Papiloma Virus (HPV) terutama HPV 16 dan 18 (Aziz et al, 2006 ).

BAB I PENDAHULUAN. Papiloma Virus (HPV) terutama HPV 16 dan 18 (Aziz et al, 2006 ). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan jenis kanker yang paling banyak dijumpai pada perempuan di dunia. Setiap tahun terdapat 527.600 kasus kanker serviks invasif baru dan 265.700

Lebih terperinci

KANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS

KANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS KANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS OLEH : Dr. EMI RACHMAWATI. CH PUSAT KLINIK DETEKSI DINI KANKER GRAHA YAYASAN KANKER INDONESIA WILAYAH DKI JL.SUNTER PERMAI RAYA No.2 JAKARTA UTARA 14340 Pendahuluan Kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu untuk periode 5 tahun sebelum survey ( )

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu untuk periode 5 tahun sebelum survey ( ) BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Angka Kematian Ibu bersama dengan Angka Kematian Bayi senantiasa menjadi indikator keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pola penyakit saat ini telah mengalami transisi epidemiologi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pola penyakit saat ini telah mengalami transisi epidemiologi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola penyakit saat ini telah mengalami transisi epidemiologi yang ditandaidengan beralihnya penyebab kematian yang semula didominasi oleh penyakit menular bergeser

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK IBU DENGAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) BANGIL

KARAKTERISTIK IBU DENGAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) BANGIL KARAKTERISTIK IBU DENGAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) BANGIL Dewy Indah Lestary 1), Febriani Anita Ria 2) Akademi Kebidanan Wijaya Kusuma Malang Email : akbidwijayakusuma.ac.id 0341-7500328

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karsinoma serviks merupakan kanker kedua tersering di dunia dan pertama di Indonesia.,1,3 Gambaran histologik tersering dari karsinoma serviks adalah tipe sel skuamosa.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kanker yang paling tinggi di kalangan perempuan adalah kanker serviks. yang paling beresiko menyebabkan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. kanker yang paling tinggi di kalangan perempuan adalah kanker serviks. yang paling beresiko menyebabkan kematian. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Kanker merupakan salah satu jenis penyakit yang sudah tak asing lagi ditelinga. Berbagai jenis kasus baru ditemukan, namun jenis kasus kanker yang paling tinggi di kalangan

Lebih terperinci

30/10/2015. Penemuan Penyakit secara Screening - 2. Penemuan Penyakit secara Screening - 3. Penemuan Penyakit secara Screening - 4

30/10/2015. Penemuan Penyakit secara Screening - 2. Penemuan Penyakit secara Screening - 3. Penemuan Penyakit secara Screening - 4 Pengertian Tujuan dan sasaran Macam-macam bentuk screening Keuntungan Kriteria program skrining Validitas Reliabilitas Yield Evaluasi atau uji alat screening Penemuan Penyakit secara Screening - 2 Adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jawab terhadap pertumbuhan sel ikut termutasi (Saydam, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. jawab terhadap pertumbuhan sel ikut termutasi (Saydam, 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh dijaringan payudara, yakni didalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak hingga jaringan ikat pada payudara. Kanker

Lebih terperinci