LAPORAN KINERJA DITJEN KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KINERJA DITJEN KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017"

Transkripsi

1 LAPORAN KINERJA DITJEN KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017 DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT KEMENTERAIN KESEHATAN TAHUN 2018

2 KATA PENGANTAR Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat sebagai salah satu unit eselon I di Kementerian Kesehatan memiliki kewajiban untuk melaksanakan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Salah satu komponen SAKIP adalah membuat Laporan Kinerja yang menggambarkan kinerja yang dicapai atas pelaksanaan program dan kegiatan yang menggunakan APBN. Penyusunan laporan kinerja berpedoman pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokasi (Permenpan) Nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan kinerja ini merupakan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi mandat atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai. Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, untuk meningkatkan kinerjanya pada masa mendatang. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, telah menyelesaikan Laporan Kinerja tahun 2017 sebagai bentuk akuntabilias perjanjian kinerja yang dibuat pada awal tahun Secara garis besar laporan berisi informasi tentang tugas dan fungsi organisasi; rencana kinerja dan capaian kinerja sesuai dengan Rencana Stategis (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun , disertai dengan faktor pendukung dan penghambat capaian, serta upaya tindak lanjut yang dilakukan. Peningkatan kualitas laporan kinerja ini menjadi perhatian kami, masukan dan saran membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan penyusunan laporan di tahun yang akan datang. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat dijadikan bahan evaluasi untuk perbaikan dan pengembangan program di masa mendatang. Jakarta, Januari 2018 Direktur Jenderal dr. Anung Sugihantono, M.Kes NIP i LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

3 IKHTISAR EKSEKUTIF Sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan dalam Peraturan Menteri Pedayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokasi dan dalam PermenPAN Nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, maka Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat menyusun laporan kinerja sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja yang telah dilakukan pada tahun Pembangunan kesehatan pada periode adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan. Pelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat tahun 2017 mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015. Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan berbagai kegiatan yang dilaksanakan masingmasing unit eselon II di lingkup Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat. Upaya tersebut dilaksanakan di tiap jenjang pemerintahan mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah (melalui dana dekonsentrasi) dan Unit Pelaksana Teknis (UPT). Laporan kinerja disusun berdasarkan capaian kinerja tahun 2017 sebagaimana yang sudah ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja yang terdiri dari Indikator Kerja Utama (IKU). Sumber data dalam laporan ini diperoleh dari unit eselon II dan UPT di lingkup Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat tahun Berdasarkan Perjanjian Kinerja tahun 2017 antara Menteri Kesehatan dengan Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat memiliki 3 Indikator Kinerja, (1) Peningkatan persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan (PF) dengan capaian sebesar 82,79% (target 81%), (2) Penurunan persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) berdasarkan hasil PSG tahun 2017 di 34 Provinsi sebesar 14,8% (target 21,2%), (3) Peningkatan persentase kunjungan neonatal pertama (KN1) sebesar 89,82% (target 81%). Realisasi anggaran dilingkup Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat meliputi anggaran dekonsentrasi, kantor pusat dan kantor daerah sebesar 94,05%. Serapan dana kantor pusat sebesar 96,23%; kantor daerah 91,88% dan dekonsentrasi 89,05%. Capaian kinerja penyerapan anggaran keseluruhan sebesar 96,96% (data SPAN cut off 22 Januari 2018), sebanding dengan capaian kinerja program yang direpresentasikan melalui 3 Indikator Kinerja yang telah tercapai diatas 100%. Keseluruhan indikator kinerja utama program kesehatan masyarakat dilaksanakan di tingkat Puskesmas. Oleh karena itu alokasi anggaran tersebut bertujuan untuk memastikan indikator tersebut berjalan sebagaimana mestinya mulai dari level kebijakan, standar, pedoman dan evaluasi. Masalah dalam pelaksanaan kegiatan dan penyerapan anggaran di tahun 2017 dikarenakan adanya tambahan hibah luar negeri, efisiensi anggaran dan revisi anggaran antar program sehingga pagu mengalami perubahan yang cukup signifikan. ii LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

4 Perbaikan ke depan perlu koordinasi lebih baik antar unit eselon II dalam penyusunan rencana operasional kegiatan terutama dengan melibatkan Direktur Jenderal serta para eselon II sehingga rencana kegiatan yang dibuat dapat terlaksana dengan baik. Proses pengadaan barang dan jasa perlu dipersiapkan lebih awal (tidak melewati triwulan 2) agar tidak semua pengadaan menumpuk pada akhir tahun. iii LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

5 DAFTAR ISI IKHTISAR EKSEKUTIF... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GRAFIK... vi DAFTAR GAMBAR... vii BAB I... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Maksud dan Tujuan... 2 C. Visi, Misi dan Strategi Organisasi... 2 D. Tugas Pokok dan Fungsi... 3 E. Potensi dan Permasalahan... 4 F. Sistematika... 6 BAB II... 7 A. Perjanjian Kinerja... 7 B. Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat... 7 BAB III... 8 A. Capaian Kinerja Organisasi Indikator Kinerja Program... 8 B. Realisasi Anggaran BAB IV Kesimpulan iv LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

6 DAFTAR TABEL Tabel 1. Indikator kinerja Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat... 7 Tabel 2. Capaian Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat Tahun Tabel 3. Capaian Kinerja Provinsi terhadap target nasional Tahun Tabel 5. Realisasi anggaran Program Kesehatan Masyarakat Tahun Tabel 6. Realisasi Dekonsentrasi di lingkungan Ditjen Kesehatan Masyarakat Tahun Tabel 6. Realisasi anggaran Program Kesehatan Masyarakat menurut lokasi satuan kerja kantor daerah tahun v LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

7 DAFTAR GRAFIK Grafik 1. Trend Cakupan Pf Riskesdas Tahun Grafik 2. Target, Cakupan, dan Capaian Kinerja Renstra Tahun Grafik 3. Target dan Cakupan Persalinan di Fasilitas Kesehatan Grafik 4. Cakupan Persalinan di Fasilitas Kesehatan (Pf) Tahun Grafik 5. Perbandingan Persentase Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis (KEK) Tahun 2017 dengan Target Jangka Menengah Grafik 6. Rata-rata Konsumsi Kalori per Kapita per Hari Tahun Grafik 7. Rata-rata Konsumsi Protein per Kapita per Hari Tahun Grafik 8. Cakupan KN 1 Tahun Grafik 9. Target, Cakupan dan Capaian Kunjungan Neonatus 1 Tahun Grafik 10. Target, Cakupan dan Capaian Kunjungan Neonatus 1 Tahun Grafik 11. Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) di Tahun Grafik 12.Persentase Realisasi Dana Dekonsentrasi Program Kesmas vi LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

8 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Indikator Kinerja Utama Program Kesehatan Masyarakat... 8 vii LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

9 DAFTAR SINGKATAN KEK : Kurang Energi Kronik KN1 : Kunjungan Neonatal Pertama PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PF : Persalinan di Fasilitas Kesehatan TTD : Tablet Tambah Darah K4 : Kunjungan ke empat kali selama masa kehamilan Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar viii LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, senantiasa membangun akuntabilitas yang dilakukan melalui pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan terukur. Diharapkan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan kesehatan dapat berlangsung dengan bijaksana, transparan, akuntabel, efektif, dan efisien sesuai dengan prinsip-prinsip good governance sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Sasaran pokok RPJMN adalah: (1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak; (2) meningkatnya pengendalian penyakit; (3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan; (4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin; serta (6) meningkatkan responsivitas sistem kesehatan. Berakhirnya pelaksanaan tugas tahun 2016 yang merupakan awal tahun implementasi Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK 02.02/ Menkes/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan, yang mempunyai visi Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan. Pembangunan kesehatan pada periode adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional: 1) pilar paradigma sehat di lakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan promotif preventif dan pemberdayaan masyarakat; 2) penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat merupakan unit yang sangat berperan dalam mewujudkan pilar pertama dalam Program Indonesia Sehat. Pertanggungjawaban pelaksanaan kebijakan dan kewenangan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akuntabilitas tersebut salah satunya diwujudkan dalam bentuk penyusunan laporan kinerja. Laporan kinerja ini akan memberikan gambaran pencapaian kinerja Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat dalam satu tahun anggaran beserta dengan hasil capaian indikator kinerja dari masing-masing unit satuan kerja yang ada di lingkungan Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat di tahun Dengan perubahan Susunan Organisasi baru Permenkes Nomor 64 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan maka dilakukan perubahan dalam penyusunan perjanjian kinerja. Perjanjian kinerja yang ditandatangani Direktur 1 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

11 Jenderal Kesehatan Masyarakat dengan Menteri Kesehatan terdiri dari 1 sasaran dan 3 indikator kinerja, yang sebelumnya terdiri dari 3 sasaran dan 6 indikator kinerja. B. Maksud dan Tujuan Penyusunan laporan kinerja Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat merupakan bentuk pertanggungjawaban kinerja pada tahun 2017 dalam mencapai target dan sasaran program seperti yang tertuang dalam rencana strategis, dan ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat oleh pejabat yang bertanggungjawab. C. Visi, Misi dan Strategi Organisasi 1. Visi Visi Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, mendukung kepada visi Kementerian Kesehatan RI, yaitu Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-royong. 2. Misi Misi Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat mendukung kepada misi Kementerian Kesehatan yaitu: a. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan; b. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan negara hokum; c. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri sebagai negara maritim; d. Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan sejahtera; e. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing; f. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional, serta; g. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan. 3. Tujuan Terlaksananya pelayanan teknis administrasi kepada semua unsur di lingkungan Ditjen Kesehatan Masyarakat dalam rangka terselenggaranya pembangunan kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna agar meningkatnya status kesehatan masyarakat. 4. Nilai-nilai Guna mewujudkan visi dan misi serta rencana strategis pembangunan kesehatan, Ditjen Kesehatan Masyarakat menganut dan menjunjung tinggi nilainilai yang telah dirumuskan dalam Renstra Kementerian Kesehatan antara lain: a. Pro Rakyat; b. Inklusif; c. Responsif; d. Efektif; 2 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

12 e. Bersih. 5. Strategi Pembangunan Kesehatan Masyarakat Kebijakan pembangunan kesehatan difokuskan pada penguatan upaya kesehatan dasar (Primary Health Care) yang berkualitas terutama melalui peningkatan jaminan kesehatan, peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang didukung dengan penguatan sistem kesehatan dan peningkatan pembiayaan kesehatan. Strategi pembangunan kesehatan masyarakat tahun meliputi: a. Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja, dan Lanjut Usia yang Berkualitas. b. Mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat. c. Meningkatkan Penyehatan Lingkungan. d. Meningkatkan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. 6. Sasaran Ditjen Kesehatan Masyarakat Sasaran Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, adalah meningkatnya ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi seluruh masyarakat. 7. Indikator Kinerja Indikator kinerja Ditjen Kesehatan Masyarakat yaitu: a. Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan (PF); b. Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK). c. Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1). D. Tugas Pokok dan Fungsi Sesuai dengan Permenkes Nomor 64 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, tugas pokok Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat adalah menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Jenderal Kesehatan masyarakat menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: 1. Perumusan kebijakan di bidang peningkatan kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi masyarakat, serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. pembinaan gizi dan kesehatan ibu dan anak; 2. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi masyarakat, serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. pembinaan gizi dan kesehatan ibu dan anak; 3. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang peningkatan kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi masyarakat, serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. pembinaan gizi dan kesehatan ibu dan anak; 3 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

13 4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi masyarakat, serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. 5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang peningkatan kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi masyarakat, serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. 6. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, dan 7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri. Fungsi tersebut dilaksanakan oleh organisasi dengan susunan: a. Sekretariat Direktorat Jenderal; b. Direktorat Kesehatan Keluarga; c. Direktorat Kesehatan Lingkungan; d. Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga; e. Direktorat Gizi Masyarakat; dan f. Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. Disamping direktorat teknis di pusat, Direktorat Jenderal Kesehatan masyarakat membina beberapa Unit Pelaksana Teknis (UPT) di daerah, antara lain: 1. Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat (BKOM) Bandung; 2. Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat (BKTM) Makassar; 3. Loka Kesehatan Tradisional Masyarakat (LKTM) Palembang. E. Potensi dan Permasalahan Potensi dan permasalahan pembangunan kesehatan akan menjadi input dalam menentukan arah kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan. Saat ini akses ibu hamil, bersalin dan nifas terhadap pelayanan kesehatan sudah cukup baik, akan tetapi Angka Kematian Ibu masih cukup tinggi. Kondisi ini kemungkinan disebabkan antara lain karena kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil dan bersalin yang belum memadai, kondisi ibu hamil yang tidak sehat dan faktor determinan lainnya. Penyebab utama kematian ibu yaitu hipertensi dalam kehamilan dan perdarahan post partum, selain itu penyebab karena lain-lain juga semakin meningkat. Penyebab ini dapat diminimalisir apabila kualitas Antenatal Care dilaksanakan dengan baik, sehingga mampu menskrining kelainan pada ibu hamil sedini mungkin. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi ibu hamil tidak sehat antara lain adalah, anemia, ibu hamil yang menderita diabetes, hipertensi, malaria, TB, HIV, Hepatitis B dan empat terlalu (terlalu muda <20 tahun, terlalu tua >35 tahun, terlalu dekat jaraknya 2 tahun dan terlalu banyak anaknya > 3 tahun). Sebanyak 54,2 per 1000 perempuan dibawah usia 20 tahun telah melahirkan, sementara perempuan yang melahirkan usia di atas 40 tahun sebanyak 207 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini diperkuat oleh data yang menunjukkan masih adanya umur perkawinan pertama pada usia yang amat muda (<20 tahun) sebanyak 46,7% dari semua perempuan yang telah kawin. Potensi dan tantangan dalam penurunan kematian ibu dan anak adalah jumlah tenaga kesehatan yang menangani kesehatan ibu khususnya bidan sudah relatif tersebar ke seluruh wilayah Indonesia, namun kompetensi masih belum memadai. Demikian juga secara kuantitas, jumlah Puskesmas PONED dan RS PONEK meningkat namun belum diiringi dengan peningkatan kualitas pelayanan. Peningkatan 4 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

14 kesehatan ibu sebelum hamil terutama pada masa remaja, menjadi faktor penting dalam penurunan AKI dan AKB. Dalam 5 tahun terakhir, Angka Kematian Neonatal (AKN) tetap sama yakni 19/1000 kelahiran, sementara untuk Angka Kematian Pasca Neonatal (AKPN) terjadi penurunan dari 15/1000 menjadi 13/1000 kelahiran hidup, angka kematian anak balita juga turun dari 44/1000 menjadi 40/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian pada kelompok perinatal disebabkan oleh Intra Uterine Fetal Death (IUFD) sebanyak 29,5% dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 11,2%, ini berarti faktor kondisi ibu sebelum dan selama kehamilan amat menentukan kondisi bayinya. Tantangan ke depan adalah mempersiapkan calon ibu agar benar-benar siap untuk hamil dan melahirkan dan menjaga agar terjamin kesehatan lingkungan yang mampu melindungi bayi dari infeksi. Untuk usia di atas neonatal sampai satu tahun, penyebab utama kematian adalah infeksi khususnya pnemonia dan diare. Ini berkaitan erat dengan perilaku hidup sehat ibu dan juga kondisi lingkungan setempat. Untuk status gizi remaja, hasil Riskesdas 2013, secara nasional prevalensi remaja usia tahun yang pendek dan amat pendek adalah 35,1% dan pada usia tahun sebesar 31,4%. Sekitar separuh remaja mengalami defisit energi dan sepertiga remaja mengalami defisit protein dan mikronutrien. Pelaksanaan UKS harus diwajibkan di setiap sekolah dan madrasah mulai dari TK/RA sampai SMA/ SMK/MA, mengingat UKS merupakan wadah untuk mempromosikan masalah kesehatan. Wadah ini menjadi penting dan strategis, karena pelaksanaan program melalui UKS jauh lebih efektif dan efisien serta berdaya ungkit lebih besar. UKS harus menjadi upaya kesehatan wajib Puskesmas. Peningkatan kuantitas dan kualitas Puskesmas melaksanakan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang menjangkau remaja di sekolah dan di luar sekolah. Prioritas program UKS adalah perbaikan gizi usia sekolah, kesehatan reproduksi dan deteksi dini penyakit tidak menular. Selain penyakit tidak menular yang mengancam pada usia kerja, penyakit akibat kerja dan terjadinya kecelakaan kerja juga meningkat. Jumlah yang meninggal akibat kecelakaan kerja semakin meningkat hampir 10% selama 5 tahun terakhir. Proporsi kecelakaan kerja paling banyak terjadi pada umur tahun. Oleh karena itu program kesehatan usia kerja harus menjadi prioritas, agar sejak awal faktor risiko sudah bisa dikendalikan. Prioritas untuk kesehatan usia kerja adalah mengembangkan pelayanan kesehatan kerja primer dan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja, selain itu dikembangkan Pos Upaya Kesehatan Kerja sebagai salah satu bentuk UKBM pada pekerja dan peningkatan kesehatan kelompok pekerja rentan seperti Nelayan, TKI, dan pekerja perempuan. Perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks saat ini, selain masih menghadapi masalah kekurangan gizi, masalah kelebihan gizi juga menjadi persoalan yang harus kita tangani dengan serius. Selain itu kita dihadapi dengan masalah stunting. Stunting terjadi karena kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh kemiskinan dan pola asuh tidak tepat, yang mengakibatkan kemampuan kognitif tidak berkembang maksimal, mudah sakit dan berdaya saing rendah, sehingga bisa terjebak dalam kemiskinan. Seribu hari pertama kehidupan seorang anak adalah masa kritis yang menentukan masa depannya, dan pada periode itu anak Indonesia menghadapi gangguan pertumbuhan yang serius. Yang menjadi masalah, lewat dari 1000 hari, dampak buruk kekurangan gizi sangat sulit diobati. Untuk mengatasi stunting, masyarakat perlu dididik untuk memahami pentingnya gizi bagi ibu hamil dan anak balita. Secara aktif turut serta dalam komitmen global (SUN-Scalling Up Nutrition) 5 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

15 dalam menurunkan stunting, maka Indonesia fokus kepada 1000 hari pertama kehidupan (terhitung sejak konsepsi hingga anak berusia 2 tahun) dalam menyelesaikan masalah stunting secara terintegrasi karena masalah gizi tidak hanya dapat diselesaikan oleh sektor kesehatan saja (intervensi spesifik) tetapi juga oleh sektor di luar kesehatan (intervensi sensitif). Hal ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi. F. Sistematika Sistematika penulisan laporan kinerja Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat adalah sebagai berikut : - Ringkasan Eksekutif - Kata Pengantar - Daftar Isi - BAB I Penjelasan umum organisasi Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, penjelasan aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issued) yang sedang dihadapi organisasi. - BAB II Menjelaskan uraian ringkasan/ ikhtisar perjanjian kinerja Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat tahun BAB III Penyajian capaian kinerja Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi, dengan melakukan beberapa hal sebagai berikut: Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini; Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi; Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan; Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya; Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja dan melakukan analisa realisasi anggaran. - BAB IV Penutup, Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya. - LAMPIRAN Formulir PK : Pengukuran Kinerja 6 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

16 BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Perjanjian Kinerja Perjanjian kinerja Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat telah ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja yang merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu dengan didukung sumber daya yang tersedia. Indikator dan target kinerja yang telah ditetapkan menjadi kesepakatan yang mengikat untuk dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan sebagai upaya mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat Indonesia. Perjanjian penetapan kinerja tahun 2017 yang telah ditandatangani bersama oleh Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat dan Menteri Kesehatan berisi Indikator, antara lain: B. Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat Indikator kinerja program Kesehatan Masyarakat terdiri dari tiga indikator yang dianggap dapat merefleksikan kinerja program, yang meliputi: a. Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan (PF) b. Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) c. Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1) Cakupan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan menggambarkan indikator pelayanan kesehatan terhadap pelayanan persalinan yang dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Indikator PF menjadi penting karena penyebab kematian ibu di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh karena perdarahan dan infeksi pada saat persalinan. Menurunkan angka kematian ibu merupakan bagian dari kesepakatan global terhadap pembangunan kesehatan berkelanjutan (SDGs). Persentase ibu hamil Kurang energi Kronik (KEK) menggambarkan risiko yang akan dialami ibu hamil dan bayinya dalam masa kehamilan, persalinan dan pasca persalinan. Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1) menggambarkan keberlangsungan neonatal pada 6 jam sampai dengan 48 jam. Hal ini dilakukan sebagai antisipasi atau skreening diawal kehidupan bayi. Ketiga indikator diatas diharapkan dapat menjadi daya ungkit terhadap keberhasilan dalam pencapaian renstra Kementerian Kesehatan tahun Tabel 1. Indikator kinerja Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Tahun Target Sasaran Indikator Meningkatnya ketersediaan dan Keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi seluruh masyarakat 1.Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan 75% 77% 81% 82% 85% (PF) 2. Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) 24,2% 22,7% 21,2% 19,7% 18,2% 3. Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1) 75% 78% 81% 85% 90% 7 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

17 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Kinerja Organisasi Perkembangan terbaru membuktikan bahwa manajemen tidak cukup hanya memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien. Diperlukan instrumen baru, pemerintahan yang baik (good governance) untuk memastikan bahwa manajemen berjalan dengan baik. Selain itu, budaya organisasi turut mempengaruhi penerapan pemerintahan yang baik di Indonesia. Pengukuran kinerja dalam penyusunan laporan akuntabilitas kinerja dilakukan dengan cara membandingkan target kinerja sebagaimana telah ditetapkan dalam penetapan kinerja pada awal tahun anggaran dengan realisasi kinerja yang telah dicapai pada akhir tahun anggaran. Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran. Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan laporan kinerja adalah pengukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan (disclosure) secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja 1. Indikator Kinerja Program Program Kesehatan Masyarakat adalah salah satu program Kementerian Kesehatan dengan upaya prioritas untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan prevalensi gizi kurang. Sebagaimana telah termuat dalam dokumen Perjanjian Kinerja (PK) tahun 2017, indikator kinerja Program Kesehatan Masyarakat terdiri dari: Persentase Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronik (KEK) Persentase Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) Gambar 1. Indikator Kinerja Utama Program Kesehatan Masyarakat 8 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

18 Capaian kinerja program dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2. Capaian Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat Tahun 2017 Sasaran Indikator Target Cakupan Capaian Meningkatnya ketersediaan dan Keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi seluruh masyarakat Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan (PF) Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) * Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1) 81% 82,79% 102,21% 21,2% 14,8% (PSG 2017) 143,24% 81% 89,82% 110,89% *Indikator persentase Bumil KEK merupakan indikator negatif, dimana target capaian yang diharapkan dibawah target yang ditentukan. a. Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan (PF) Persalinan di fasilitas kesehatan merupakan indikator di Renstra Pada Renstra sebelumnya lebih dikenal dengan persalinan oleh nakes (Pn). Perubahan indikator ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir, dalam kerangka penurunan AKI dan AKB. Apabila setiap ibu bersalin di fasilitas kesehatan, diharapkan ketika terjadi komplikasi dan atau kegawatdaruratan maternal neonatal dapat segera ditangani oleh tim yang kompeten. Dengan komitmen ini maka akses ibu hamil dan bersalin terhadap pelayanan kesehatan menjadi sasaran penting bagi Direktorat Kesehatan Keluarga dalam mencapai sasaran Renstra meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan reproduksi. Dan harapannya adalah setiap ibu bersalin mendapatkan pelayanan sesuai standar yang sehingga kematian ibu dan bayi dapat diturunkan. Pertolongan persalinan merupakan proses pelayanan persalinan yang dimulai pada kala I sampai dengan kala IV persalinan. Indikator PF diukur dari jumlah ibu bersalin yang mendapatkan pertolongan sesuai standar oleh tenaga Kesehatan di fasilitas kesehatan dibandingkan dengan jumlah sasaran ibu bersalin dalam setahun dikali 100%. Analisa Capaian Kinerja Trend realisasi cakupan persalinan di fasilitas pelayanan Kesehatan berdasarkan Riskesdas menunjukkan kecenderungan peningkatan dari tahun ke tahun. Riskesdas tahun 2007 persalinan di faskes menunjukan angka sebesar 41,6%, tahun 2010 sebesar 56,8%, dan pada tahun 2013 sebesar 70,4%. Berdasarkan Data Rutin Direktorat Bina Kesehatan Ibu tahun 2014, realisasi cakupan PF sebesar 73,29%. Data tersebut, sebagaimana digambarkan pada grafik dibawah dijadikan dasar dalam penentuan target awal di tahun LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

19 Grafik 1. Trend Cakupan Pf Riskesdas Tahun dan Laporan Rutin Tahun Riskesdas Data Rutin Sumber : Riskesdas dan Data Evaluasi Direktorat Kesehatan Keluarga Tahun 2014 Pada tahun 2017, indikator Persalinan di Fasilitas Kesehatan berhasil mencapai 82,79% dari target kinerja 81%, dengan cakupan tersebut (82,79%) maka sudah ibu bersalin telah bersalin di fasilitas kesehatan. Dengan cakupan tersebut, maka capaian kinerja Direktorat Kesehatan Keluarga terkait indikator PF adalah sebesar 102,21%. Grafik 2. Target, Cakupan, dan Capaian Kinerja Renstra Tahun Target Cakupan Capaian Kinerja 10 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

20 DKI JAKARTA Bali JATENG JATIM NTB JABAR KALTARA SUMSEL LAMPUNG NASIONAL Banten KALTIM Kep. RIAU BENGKULU SULSEL SUMBAR GORONTALO ACEH JAMBI Kep. BABEL SUMUT SULTENG KALSEL DIY SULBAR KALBAR RIAU SULTRA NTT SULUT KALTENG PAPBAR PAPUA MALUT MALUKU Grafik 3. Target dan Cakupan Persalinan di Fasilitas Kesehatan menurut Renstra Renstra Cakupan Linear (Renstra) Sumber : Data Evaluasi Direktorat Kesehatan Keluarga Tahun 2017 Bila di lihat trend cakupan PF sebagaimana ditampilkan grafik diatas, pada tahun 2015 cakupan PF sebesar 78,4% dan pada tahun 2016 sebesar 77,3%. Angka ini menunjukan kesan trend penurunan cakupan walaupun dari sisi target masih dalam kategori baik (tercapai). Kesan penurunan ini disebabkan belum masuknya seluruh data cakupan daerah saat LAKIP disusun. Terdapat 12 provinsi (kurang lebih 40%) yang mengirimkan data hanya sampai bulan november Adapun di tahun 2017 cakupan Pf kembali meningkat menjadi 82.79%, melihat hal ini kecenderungan trend indikator PF meningkat, dikarenakan sudah ada kesepahaman dan kemudahan baik dari segi pencatatan dan pelaporan untuk persalinan di fasilitas kesehatan. Bila dibandingkan dengan target Renstra untuk tahun 2017 sebesar 81%, maka Direktorat Kesehatan Keluarga juga telah berhasil mencapai target. Dan harus mengupayakan peningkatan sebesar 2,2 poin dari cakupan 2017 untuk mencapai target 2019 sebesar 85%. Dengan melihat trend yang terus meningkat (berdasarkan hasil Riskesdas, dan cakupan diatas), maka dapat dikatakan cakupan Pf, on the track, dan diperkirakan mampu mencapai target di akhir Renstra sebesar 85%. Grafik 4. Cakupan Persalinan di Fasilitas Kesehatan (Pf) Tahun Cakupan Target Sumber : Data Evaluasi Direktorat Kesehatan Keluarga Tahun LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

21 Dari grafik diatas tergambar bahwa cakupan PF masih terjadi disparitas di 34 provinsi di Indonesia. Bila dibandingkan dengan target nasional sebesar 81%, maka 14 provinsi telah mencapai target dan 20 Provinsi belum mencapai target nasional. Tabel 3. Capaian Kinerja Provinsi terhadap target nasional Tahun 2017 Provinsi Target Capaian Kinerja (%) Nasional Cakupan (%) (Cakupan/Target) (%) Sumbar Gorontalo Aceh Jambi Kep. Babel Sumut Sulteng Kalsel DIY Sulbar Kalbar Riau Sultra NTT Sulut Papua Kalteng Malut Papbar Maluku Analisa Keberhasilan Dalam meningkatkan cakupan persalinan di Fasyankes dilakukan kegiatan yang akan meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan reproduksi. Kegiatan yang dilakukan dalam mendukung persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan antara lain sebagai berikut: 1. Puskesmas melaksanakan kelas ibu hamil. Kelas Ibu Hamil ini merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, persalinan, nifas, KB pasca persalinan, pencegahan komplikasi, perawatan bayi baru lahir dan aktivitas fisik/ senam ibu hamil. Kelas Ibu Hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan jumlah peserta maksimal 10 orang. Di kelas ini ibu-ibu hamil akan belajar bersama, diskusi dan tukar pengalaman tentang kesehatan Ibu dan anak (KIA) secara menyeluruh dan sistematis serta dapat dilaksanakan secara terjadwal dan berkesinambungan. Kelas ibu hamil 12 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

22 difasilitasi oleh bidan/tenaga kesehatan dengan menggunakan paket Kelas Ibu Hamil yaitu Buku KIA, Flip chart (lembar balik), Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil, dan Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil. 2. Puskesmas yang melakukan orientasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Orientasi P4K menitikberatkan pada kegiatan monitoring terhadap ibu hamil dan bersalin. Pemantauan dan pengawasan yang menjadi salah satu upaya deteksi dini, menghindari risiko kesehatan pada ibu hamil dan bersalin yang dilakukan diseluruh Indonesia dalam ruang lingkup kerja Puskesmas setempat serta menyediakan akses dan pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat pertama yang sekaligus merupakan kegiatan yang membangun potensi masyarakat khususnya kepedulian masyarakat untuk persiapan dan tindakan dalam menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir. Dalam pelaksanaan P4K, bidan diharapkan berperan sebagai fasilitator dan dapat membangun komunikasi persuasif dan setara diwilayah kerjanya agar dapat terwujud kerjasama dengan ibu, keluarga dan masyarakat sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan kesehatan ibu dan bayi baru lahir dengan menyadarkan masyarakat bahwa persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan akan menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir. 3. Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali (K4). Indikator ini memperlihatkan akses pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan minimal 4 kali, sesuai dengan ketetapan waktu kunjungan. Disamping itu, indikator ini menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, Melalui kegiatan ini diharapkan ibu hamil dapat dideteksi secara dini adanya masalah atau gangguan atau kelainan dalam kehamilannya dan dilakukan penanganan secara cepat dan tepat. Pada saat ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan, tenaga kesehatan memberikan pelayanan antenatal secara lengkap (10 T) yang terdiri dari: timbang badan dan ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, nilai status gizi (ukur LiLA), ukur tinggi fundus uteri, tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin, skrining status imunisasi TT dan bila perlu pemberian imunisasi Td, pemberian tablet besi (90 tablet selama kehamilan), test lab sederhana (Golongan Darah, Hb, Glukoprotein Urin) dan skrining terhadap Hepatitis B, Sifilis, HIV, Malaria, TBC, tata laksana kasus, dan temu wicara/ konseling termasuk P4K serta KB PP. Melalui konseling yang aktif dan efektif, diharapkan ibu hamil dapat melakukan perencanaan kehamilan dan persalinannya dengan baik serta memantapkan keputusan ibu hamil dan keluarganya untuk melahirkan ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. 4. Dukungan regulasi pelayanan KIA oleh Pemda. 5. Dukungan LP/LS dan organisasi profesi didalam pelayanan KIA. 6. Variable penilaian Persalinan di fasilitas kesehatan telah dilaksanakan di lapangan walaupun dari sisi indikator Renstra, maka PF masih tergolong baru. 7. Rumah Tunggu Kelahiran (RTK), tranportasi rujukan dan pembiayaan persalinan dalam Jampersal 8. Dukungan dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Kesehatan 13 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

23 Analisa Kegagalan Selain hal-hal yang menjadi faktor keberhasilan, beberapa hal dibawah ini menjadi faktor penghambat, yaitu 1) Masih adanya kesenjangan cakupan antar provinsi, dimana ada Provinsi yang cakupannya sangat rendah dan ada provinsi yang cakupannya lebih dari target bahkan lebih dari 100%. 2) Belum meratanya jumlah tenaga kesehatan di daerah-daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan. 3) Kondisi geografis masyarakat yang tinggal di daerah-daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan menyebabkan kesulitan untuk mengakses fasilitas pelayanan kesehatan. 4) Budaya di masyarakat dimana ibu hamil lebih senang bersalin di rumah atau di polindes. 5) Tingkat pendidikan ibu yang masih rendah 6) Dukungan keluarga dan masyarakat yang masih rendah 7) Belum ada analisa kualitatif dari pelayanan persalinan Alternatif solusi Upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan untuk pencapaian persalinan di fasilitas kesehatan 1) Daerah-daerah dengan kondisi geografis sulit dimana akses ke fasilitas pelayanan kesehatan menjadi kendala. Direktorat Kesehatan Keluarga menerapkan program Kemitraan Bidan dan Dukun serta Rumah Tunggu Kelahiran. Para Dukun diupayakan bermitra dengan Bidan, sehingga tidak ada lagi persalinan oleh dukun. Apabila dukun mendapat kasus ibu hamil yang akan bersalin, maka wajib dirujuk ke bidan. Selain itu, untuk mempermudah akses terhadap fasilitas kesehatan, pemerintah menyediakan Rumah Tunggu Kelahiran yang dapat dimanfaatkan oleh ibu hamil dan keluarga selama menunggu proses persalinan berlangsung sebelum dirujuk ke fasilitas kesehatan. 2) Penguatan pemanfaatan dana Jampersal di kab/ kota Pada tahun 2016 telah di gelontorkan dana dari pusat melalui mekanisme DAK non fisik yaitu Jaminan Persalinan (Jampersal) dengan ruang lingkup kegiatan tranportasi rujukan dan sewa serta operasional Rumah Tunggu Kelahiran (RTK). Pada tahun 2017, Jampersal masih tetap diberikan dengan penambahan ruang lingkup pembiayaan persalinan di fasilitas kesehatan bagi ibu bersalin miskin yang tidak mempunyai jaminan persalinan (JKN/KIS, dll). 3) Meningkatkan pengetahuan, dukungan keluarga dan masyarakat melalui kegiatan kelas ibu hamil, dan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). 4) Distribusi buku KIA sampai ke masyarakat dan peningkatan pemanfaatan penggunaan buku KIA 5) Audit Maternal dan Perinatal dan Surveilans kematian Ibu 6) Kerjasama lintas sektor. Contoh Kerjasama dengan Kementerian Agama untuk meningkatkan pengetahuan calon pengantin tentang kesehatan reproduksi untuk mendorong calon pengantin memeriksakan kesehatannya ke fasilitas kesehatan. 7) Dukungan Pemda dalam pencapaian SPM Bidang Kesehatan 14 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

24 b. Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) Status gizi adalah aspek penting untuk menentukan apakah seorang ibu yang sedang hamil dapat melewati masa kehamilannya dengan baik dan tanpa ada gangguan apapun. Status gizi ibu hamil haruslah normal, karena ketika ibu hamil tersebut mengalami gizi kurang atau gizi berlebih akan banyak komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan dan berdampak pada kesehatan janin yang dikandungnya. Salah satu permasalahan gizi ibu hamil adalah kekurangan energi kronik (KEK). Kekurangan energi kronis (KEK) adalah masalah gizi yang disebabkan karena kekurangan asupan makanan dalam waktu yang cukup lama, hitungan tahun. Berdasarkan Studi Diet Total (SDT) tahun 2014, gambaran asupan makanan ibu hamil di Indonesia masih memprihatinkan, dimana proporsi ibu hamil dengan tingkat kecukupan energi kurang dari 70% angka kecukupan energi (AKE) sedikit lebih tinggi di pedesaan dibandingkan dengan perkotaan yaitu sebesar 52,9% dibandingkan dengan 51,5%. Sementara proporsi ibu hamil dengan tingkat kecukupan protein kurang dari 80% angka kecukupan protein (AKP) juga lebih tinggi di pedesaan dibandingkan dengan perkotaan yaitu sebesar 55,7% dibandingkan 49,6%. Kurangnya asupan energi yang berasal dari zat gizi makro (karbohidrat, protein dan lemak) maupun zat gizi mikro terutama vitamin A, vitamin D, asam folat, zat besi, seng, kalsium dan iodium serta zat gizi mikro lain pada wanita usia subur yang berkelanjutan (remaja sampai masa kehamilan), mengakibatkan terjadinya kurang energi kronik (KEK) pada masa kehamilan, yang diawali dengan kejadian risiko KEK dan ditandai oleh rendahnya cadangan energi dalam jangka waktu cukup lama yang diukur dengan lingkar lengan atas (LiLA). Ibu hamil dengan masalah gizi dan kesehatan berdampak terhadap kesehatan dan keselamatan ibu dan bayi serta kualitas bayi yang dilahirkan. Kondisi ibu hamil KEK berisiko menurunkan kekuatan otot yang membantu proses persalinan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya kematian janin (keguguran), prematur, lahir cacat, bayi berat lahir rendah (BBLR) bahkan kematian bayi, ibu hamil KEK dapat mengganggu tumbuh kembang janin yaitu pertumbuhan fisik (stunting), otak dan metabolisme yang menyebabkan penyakit menular di usia dewasa. Masalah ibu hamil KEK merupakan salah satu fokus perhatian dan menjadi salah satu indikator kinerja program Kementerian Kesehatan, karena berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi risiko KEK pada ibu hamil (15-49 tahun) masih cukup tinggi yaitu sebesar 24,2%. Prevalensi tertinggi ditemukan pada usia remaja (15-19 tahun) sebesar 38,5% dibandingkan dengan kelompok lebih tua (20-24 tahun) sebesar 30,1%. Indikator persentase ibu hamil KEK diharapkan turun sebesar 1,5% setiap tahunnya. Pada awal periode di tahun 2015, persentase ibu hamil KEK ditargetkan tidak melebihi 24,2%, dan diharapkan di akhir periode pada tahun 2019, maksimal ibu hamil dengan risiko KEK adalah sebesar 18,2%. Dasar penetapan persentase bumil KEK mengacu kepada hasil Riskesdas tahun Dengan ditetapkannya target tersebut, maka diharapkan persentase ibu hamil KEK menurun setiap tahunnya. Dikarenakan indikator ini adalah indikator outcome, maka data hanya dapat diperoleh melalui survei yang dilakukan setiap tahun, dengan definisi operasional proporsi ibu hamil yang diukur lingkar lengan atasnya (LiLA) menggunakan pita LiLA dengan hasil ukur kurang dari 23,5 cm terhadap jumlah ibu hamil yang diukur LiLA-nya pada periode tertentu dikali 100%. Hasil survei pemantauan status gizi (PSG) tahun 2017, menunjukkan persentase ibu hamil dengan risiko KEK sebesar 14,8%, dimana angka 15 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

25 tersebut lebih rendah dibandingkan dengan persentase tahun lalu dan target yang telah ditetapkan. Hasil ini menjadi gambaran status gizi ibu hamil yang sesuai dengan harapan. Grafik 5. Perbandingan Persentase Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis (KEK) Tahun 2017 dengan Target Jangka Menengah Target Realisasi Sumber data: Pemantauan Status Gizi (PSG) Tahun 2015,2016 dan 2017 Analisis Keberhasilan Secara program kegiatan, keberhasilan pemerintah dalam menurunkan persentase ibu hamil KEK dapat didukung melalui: 1) Rata-rata Konsumsi Kalori dan Protein per Kapita per Hari Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), rata-rata konsumsi kalori dan protein per kapita per hari menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2013, konsumsi kalori per kapita per hari sebesar 1.842,75 Kal, meningkat menjadi 2.037,40 Kal pada tahun Grafik 6. Rata-rata Konsumsi Kalori per Kapita per Hari Tahun , , , , , , , , , , , , , Kalori (Kal) Sumber data: Badan Pusat Statistik (BPS) 16 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

26 Begitupun konsumsi protein per kapita per hari, tahun 2013 sebesar 53,08 gram, dan meningkat di tahun 2016 menjadi 56,67 gram. Grafik 7. Rata-rata Konsumsi Protein per Kapita per Hari Tahun Protein (gr) Sumber data: Badan Pusat Statistik (BPS) Unicef (1998) mengungkapkan bahwa status gizi seseorang dipengaruhi langsung oleh asupan makanan dan penyakit infeksi. Fakta bahwa konsumsi kalori dan protein per kapita per hari meningkat sejak tahun 2013, secara langsung berpengaruh juga kepada status gizi masyarakat termasuk ibu hamil. Peningkatan konsumsi kalori dan protein per kapita per hari masyarakat Indonesia, didukung juga dengan meningkatnya rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk kelompok barang makanan. Pada tahun 2013, pengeluaran untuk kelompok barang makanan sebesar Rp ,-/bulan, dan meningkat menjadi Rp ,-/bulan di tahun ) Kegiatan kelas ibu hamil Kelas Ibu Hamil ini merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka dalam kelompok. Melalui kelas ibu hamil diharapkan terjadi peningkatkan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku ibu dalam hal kehamilan. Dalam kegiatan ini pengetahuan tentang gizi dan konseling dapat diberikan untuk ibu hamil terutama ibu hamil yang berisiko. Data laporan rutin Direktorat Kesehatan Keluarga menunjukkan, puskesmas yang menyelenggarakan kelas ibu hamil meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2016, sebesar 91,28% puskesmas sudah melaksanakan kelas ibu hamil dan meningkat menjadi 92,98% di tahun Sehingga dapat diasumsikan bahwa semakin banyak ibu hamil yang meningkat pengetahuan gizinya. (Laporan rutin Dit. Kesga per 22 Januari 2018) 3) Penyelenggaraan kegiatan pelayanan antenatal di puskesmas (ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali) Kegiatan ini merupakan akses pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan minimal 4 kali, sesuai dengan ketetapan waktu kunjungan. Melalui kegiatan ini 17 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

27 diharapkan ibu hamil dapat dideteksi secara dini adanya masalah, gangguan atau kelainan dalam kehamilannya, dan dilakukan penanganan secara cepat dan tepat. Pada saat ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan, tenaga kesehatan memberikan pelayanan antenatal secara lengkap, salah satunya adalah nilai status gizi dengan cara mengukur LiLA. Pada tahun 2016, sebanyak 85,35% sudah mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama masa kehamilannya, dan meningkat menjadi 86,35% di tahun (Laporan rutin DIt. Kesga per 22 Januari 2018) 4) Gerakan Pekerja Perempuan Sehat Produktif (GP2SP) GP2SP merupakan upaya pemerintah, masyarakat maupun pengusaha untuk menggalang dan berperan serta, guna meningkatkan kepedulian dalam upaya memperbaiki kesehatan dan status gizi pekerja perempuan, sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja dan meningkatkan kualitas generasi penerus. Kegiatan utama GP2SP diantaranya adalah perusahaan menyediakan ruang ASI, mengadakan kelas ibu hamil, cek kesehatan secara berkala dan memperhatikan gizi pekerja hamil dan menyusui di tempat kerja. Pada tahun 2017, dari perusahaan dengan pekerja perempuan lebih dari 100 orang, sudah sekitar 402 (13%) perusahaan yang sudah melaksanakan GP2SP. Analisis Kegagalan Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2010), batas ambang masalah kesehatan masyarakat untuk ibu hamil dengan risiko KEK adalah <5%, sementara hasil PSG 2017 menunjukkan angka 14,8% untuk prevalensi ibu hamil KEK. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia masih mempunyai masalah kesehatan masyarakat kategori sedang (10-19%) untuk masalah ibu hamil dengan risiko KEK. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kondisi ini adalah: 1. Lebih dari setengah jumlah ibu hamil di Indonesia masih mengalami defisit konsumsi energi. Hal ini tergambarkan dari hasil Survei Diet Total (SDT) tahun 2014, yang menunjukkan sebanyak 52,2% ibu hamil dengan tingkat kecukupan energi <70% angka yang dianjurkan. Data ini diperkuat dengan hasil PSG (2016), dimana sebanyak 53,9% ibu hamil dengan tingkat kecukupan energi <70% angka yang dianjurkan. 2. Kegiatan pemberian makanan tambahan (MT) bagi ibu hamil KEK yang belum mencapai target di tahun 2017, yaitu sebesar 67,4% dari target 95%. (Laporan rutin Dit. Gizi Masyarakat per 23 Januari 2018) Alternatif Solusi Dalam mengatasi hambatan pencapaian kinerja, Ditjen Kesehatan Masyarakat pada tahun 2018 akan melakukan: 1. Konseling ibu tentang gizi seimbang yang terintegrasi di kelas ibu. 2. Penyuluhan tentang MT untuk ibu hamil KEK. 3. Pendidikan gizi seimbang dan konsumsi tablet tambah darah bagi remaja puteri, dalam rangka meningkatkan status kesehatan remaja putri yang merupakan calon ibu. c. Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1) Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama atau yang dikenal dengan sebutan dengan KN1, merupakan indikator yang menggambarkan upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko kematian pada periode neonatal yaitu 6-48 jam 18 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

28 setelah lahir, dengan cara mendeteksi sedini mungkin permasalahan yang mungkin dihadapi bayi baru lahir, sekaligus memastikan pelayanan yang seharusnya didapatkan oleh bayi baru lahir yang diantaranya terdiri dari konseling perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, pemberian Vitamin K1 injeksi (bila belum diberikan) dan Hepatitis B 0 (nol) injeksi (bila belum dberikan). Kunjungan ini dilakukan dengan pendekatan MTBM (Manajemen Terpadu Bayi Muda). Perhitungan cakupan ini dilakukan dengan cara membandingkan bayi baru lahir yang mendapatkan kunjungan neonatal pertama dengan jumlah seluruh bayi baru lahir di wilyahnya yang kemudian dikonversi dalam bentuk persentase. Analisa Capaian Kinerja Sepanjang Renstra , indikator KN 1 selalu mencapai target. Dan di akhir 2014, indikator ini telah mencapai cakupan sebesar 97 %. Target Indikator KN 1 diawal Renstra adalah sebesar 75 % (2015), penentuan target ini dibuat berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 dengan cakupan KN 1 sebesar 73% dan besar peningkatan rata-rata KN 1 sebesar 2 poin sehingga ditentukan target KN 1 sebesar 75%. Perlu kami sampaikan bahwa KN1 pada Renstra dengan Renstra adalah hal yang berbeda, yang semula berfokus pada akses (Renstra ) dan pada Renstra difokuskan pada kualitas pelaksanaan KN1. Dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan hal yang ingin dicapai melalui kegiatan KN 1. Grafik 8. Cakupan KN 1 Tahun Cakupan Target Akses Kualitas Sumber data : Evaluasi Direktorat Kesehatan Keluarga Tahun 2017 Target indikator kunjungan neonatal pertama (KN 1) tahun 2017 adalah 81%, hasil cakupan diakhir tahun 2017 sebesar 89,82% yang berarti sebanyak Bayi Baru lahir, telah dilakukan kunjungan neonatal pertama. Dengan cakupan tersebut capaian kinerja direktorat adalah sebesar 110,89%. 19 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

29 Grafik 9. Target, Cakupan dan Capaian Kunjungan Neonatus 1 Tahun Target Cakupan Capaian Grafik 10. Target, Cakupan dan Capaian Kunjungan Neonatus 1 Tahun Cakupan Renstra Sumber data : Laporan rutin Direktorat Kesehatan Keluarga Tahun Trend KN1 bila dilihat pada grafik diatas mengesankan terjadi penurunan pada tahun Kesan penurunan ini disebabkan karena data yang belum masuk secara keseluruhan, sebagaimana yang terjadi pada cakupan persalinan di fasilitas kesehatan. dan kemudian cakupan ini meningkat pada tahun Bila disandingkan dengan target di akhir tahun 2019 sebesar 90% maka terdapat gap sebesar 0,2 poin (satuan persen) yang harus dicapai. Terhadap target tahun 2018 sebesar 85%, maka dengan apa yang telah dilakukan pada tahun 2017 seharusnya dapat tercapai. Hasil capaian nasional bila dilihat per provinsi maka masih terdapat disparitas cakupan KN1. Disparitas terbesar (3 Provinsi dengan cakupan KN1 terkecil) antara lain Maluku, Papua Barat dan Sulawesi Utara. Terdapat 20 Provinsi yang telah mencapai target nasional sebesar 81%, dan 14 provinsi masih belum mencapai target nasional. DKI Jakarta dan Bali mendapatkan cakupan lebih dari 100% dikarenakan data sasaran BPS lebih rendah dibandingkan dengan data sasaran dan atau hasil yang telah dilakukan oleh kedua provinsi tersebut. 20 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

30 DKI JAKARTA JABAR JAMBI Bali KALTARA JATIM SUMSEL NTB Banten LAMPUNG BENGKULU Kep. BABEL NASIONAL KALTIM KALSEL SULSEL KALBAR ACEH SUMBAR GORONTALO SULTRA RIAU SUMUT JATENG Kep. RIAU SULBAR SULTENG DIY SULUT KALTENG MALUKU NTT MALUT PAPBAR PAPUA Grafik 11. Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) di Tahun Sumber data : Evaluasi Direktorat Kesehatan Keluarga Tahun 2017 Dari 14 provinsi yang belum mencapai target, terdapat 4 Provinsi yang perlu mendapat perhatian di tahun 2017 yaitu Maluku Utara, Papua, Maluku, Papua Barat, dan Sulawesi Utara karena capaian kinerja dibawah 70%. Adapun DI Yogyakarta masih belum mencapai target disebabkan perbedaan data sasaran provinsi dengan data sasaran yang dikeluarkan BPS-Pusdatin cukup besar dimana data sasaran dari provinsi DIY jauh lebih rendah dibandingkan dengan data sasaran BPS- Pusdatin yang berakibat teradap penurunan secara signifikan pada cakupan DIY. Analisa Keberhasilan Kunjungan neonatal pertama didaerah terutama dilakukan oleh bidan. Kementerian Kesehatan RI (Pusat) di era desentralisasi membagi wewenangnya dengan daerah. Kerjasama pusat dan daerah memiliki peran yang sangat besar didalam menjamin setiap bayi yang baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Faktor pendukung terlaksananya kegiatan yang menunjang capaian KN1 yaitu: 1) adanya pedoman Neonatal Esensial yang menjadi dasar/ standar pelayanan kesehatan bayi baru lahir yang didalamnya termasuk adalah kunjungan neonatal. Indikator KN 1 saat ini menjadi target RPJMN, oleh sebab itu maka perencanaan dan anggaran untuk mendukung kegiatan ini menjadi lebih kuat 2) Diperolehnya dukungan dari organisasi profesi dan lintas program dalam penggerakan anggotanya untuk melaksanakan KN 1. Dukungan ini dapat diperoleh melalui advokasi dan sosialisasi yang dilakukan terhadap organisasi profesi, dan pelibatan organisasi profesi terkait didalam kegiatan. 3) Terdapatnya pedoman di instansi pelayanan kesehatan. Di awal distribusi ini dilakukan di pusat untuk kemudian diadvokasi ke daerah untuk menyelenggarakan secara mandiri. Dengan telah semakin tersebar dan terdistribusinya buku saku pelayanan neonatal esensial maka cakupan dapat tercapai. Buku ini menjadi pedoman sekaligus suatu bentuk perlindungan terhadap nakes didalam melaksanakan Kunjungan Neonatal Pertama. 4) Upaya peningkatan kuantitas dan kualitas pelaksanaan KN 1 di integrasikan dan menjadi satu kesatuan dengan kegiatan upaya mendorong persalinan di fasilitas 21 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

31 kesehatan. Melalui persalinan di fasilitas kesehatan maka diharapkan bayi yang dilahirkan juga akan mendapatkan pelayanan sesuai standar. 5) Sosialisasi kepada masyarakat saat event nasional sebagai contoh adalah saat Perayaan Hari Anak Nasional Tahun ) Evaluasi pelaksanaan kunjungan neonatal dalam kaitannya dengan penurunan AKB. 7) Untuk menambah jumlah SDM kesehatan yang memahami kunjungan neonatal maka dilaksanakan juga orientasi tim pengkaji AMP, Orientasi Skrining Bayi Baru Lahir, dan Orientasi Tenaga Kesehatan dalam Surveilans Kelainan Bawaan Berbasis RS di Jakarta. 8) Dukungan dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan. Analisa Kegagalan Faktor Penghambat Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama antara lain: 1) Belum optimalnya dukungan lintas sector terkait pemenuhan pendidikan dan pengentasan kemiskinan 2) Belum semua daerah dan lintas sektor/lintas program terkait memberikan dukungan secara optimal. 3) Masalah jumlah distribusi dan kualitas SDM kesehatan yang masih juga belum merata, sehingga belum semua nakes dapat memberi pelayanan Kunjungan Neonatal sesuai standar. 4) Kurangnya kepatuhan petugas dalam menjalankan pelayanan sesuai pedoman. 5) Masih ada persalinan meski ditolong oleh nakes tetapi tetap dilakukan di rumah (bukan di faskes). 6) Masalah koordinasi dan integrasi lintas program dan lintas sektor yang belum harmonis. 7) Masyarakat belum sepenuhnya menggunakan buku KIA sebagai panduan untuk kesehatan bayinya. 8) Sistem pencatatan dan pelaporan yang belum sesuai seperti yang diharapkan misalnya penolong persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan tidak mencatat dengan benar pelayanan yang telah diberikan dan juga belum dipakainya form Manajemen Terpadu Bayi Muda pada kunjungan neonatal merupakan kendala dalam pencapaian KN. Alternatif solusi Alternatif solusi yang dilakukan dalam mengatasi hambatan antara lain: 1. Melakukan sosialisasi indikator dan definisi operasional dari tingkat pusat ke provinsi. 2. Perluasan sosialisasi indikator dan definisi operasional ke kabupaten/kota dan puskesmas menggunakan dana dekonsentrasi. 3. Pemantauan berkala pelaksanaan KN1 secara berjenjang. 4. Mengawal kebijakan sistem informasi kesehatan dan komunikasi data (komdat) kemenkes sebagai mekanisme 1 pintu di tingkat pusat terkait pelaporan agar memasukkan indikator baru. 5. Refresing petugas kesehatan terhadap pedoman KIA 6. Menguatkan peran tokoh agama, tokoh masyarakat agar ibu hamil memanfaatkan buku KIA. 7. Dukungan Pemda dalam pencapaian SPM Bidang Kesehatan 22 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

32 B. Realisasi Anggaran Anggaran yang awalnya diperjanjikan pada Program Kesehatan Masyarakat di Direktorat Jenderal Kesehatan Masyakat sebesar Rp ,-. Namun dalam perjalanannya (di tahun anggaran yang sama) mengalami beberapa penyesuaian, antara lain: 1. Revisi Penambahan Hibah Luar Negeri Satuan Kerja Direktorat Kesehatan Lingkungan bedasarakan surat Direktur Kesehatan Lingkungan nomor PR.04.02/BIII.5/795/2017 tanggal 30 Maret 2017 tentang Usulan revisi anggaran dan Surat Kepala Kanwil Prop. DKI Jakarta Nomor S-1536/WPB.12/2017 tanggal 3 April 2017 tentang Pengesahan Revisi Anggaran. NO KEGIATAN 1 DIREKTORAT KESEHATAN LINGKUNGAN PAGU 2017 (AWAL) PENAMBAHAN HLN (PAMSIMAS) PAGU 2017 (MENJADI) Berdasarkan perubahan anggaran diatas, maka pagu Ditjen Kesmas mengalami perubahan menjadi Pemotongan/penghematan anggaran berdasarkan : (1) Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2017 tentang Efisiensi belanja barang Kementerian/Lembaga dalam pelaksanaan Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara TA. 2017, (2) Surat Menteri Keuangan Nomor S-584/MK.02/2017 tentang Perubahan Pagu Belanja K/L dalam APBN-P 2017, (3) Surat Sekretaris Jenderal nomor PR.04.02/I/1979/2017 tanggal 7 Juli 2017 tentang Efisiensi belanja baranag Kementerian Kesehatan dengan rincian per kegiatan sebagai berikut : NO KEGIATAN 1 DIREKTORAT KESEHATAN KELUARGA 2 DIREKTORAT KESEHATAN LINGKUNGAN 3 DIREKTORAT KESEHATAN KERJA DAN OLAH RAGA 4 DIREKTORAT GIZI MASYARAKAT 5 DIREKTORAT PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAGU 2017 (SEBELUM) EFISIENSI PAGU 2017 (MENJADI) LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

33 6 SEKRETARIAT DITJEN KESEHATAN MASYARAKAT 7 DINKES PROV. DKI JAKARTA DINKES PROV. JAWA BARAT DINKES PROV. JAWA TENGAH DINKES PROV. DI. YOGYAKARTA DINKES PROV. JAWA TIMUR DINKES PROV. ACEH DINKES PROV. SUMATERA UTARA DINKES PROV. SUMATERA BARAT DINKES PROV. RIAU DINKES PROV. JAMBI DINKES PROV. SUMATERA SELATAN 18 DINKES PROV. LAMPUNG DINKES PROV. KALIMANTAN BARAT DINKES PROV. KALIMANTAN TENGAH DINKES PROV. KALIMANTAN SELATAN 22 DINKES PROV. KALIMANTAN TIMUR DINKES PROV. SULAWESI UTARA DINKES PROV. SULAWESI TENGAH DINKES PROV. SULAWESI SELATAN DINKES PROV. SULAWESI TENGGARA 27 DINKES PROV LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

34 MALUKU 28 DINKES PROV. BALI DINKES PROV. NUSA TENGGARA BARAT 30 DINKES PROV. NUSA TENGGARA TIMUR DINKES PROV. PAPUA DINKES PROV. BENGKULU DINKES PROV. MALUKU UTARA DINKES PROV. BANTEN DINKES PROV. BANGKA BELITUNG DINKES PROV. GORONTALO DINKES PROV. KEPULAUAN RIAU DINKES PROV. PAPUA BARAT DINKES PROV. SULAWESI BARAT DINKES PROV. KALIMANTAN UTARA BKOM BKTM LKTM JUMLAH Untuk Satuan Kerja Direktorat Gizi Masyarakat terjadi pengurangan pagu di luar efisiensi sebesar Rp , semula diperuntukan untuk pengadaan PMT AS namun proses revisi tidak disetujui oleh DJA dengan pertimbangan usulan tersebut tidak sesuai dengan Trilateral Meeting 2017, dan perlu disinkronkan dengan Inpres 4/2017 serta hasil RAPBN Sehingga dilakukan pergeseran anggaran sebesar 100 M ke Lintas Sektor. Revisi tersebut ditetapkan berdasarkan surat Direktur Anggaran bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan a.n. Direktur Jenderal Anggaran Nomor: S- 1626/AG/2017 tanggal 14 Agustus 2017 hal Pengesahan revisi APBN-P Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan TA LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

35 3. Revisi penambahan penerimaan hibah langsung TA NO SATUAN KERJA SEMULA 1 DIREKTORAT KESEHATAN KELUARGA 2 DIREKTORAT KESEHATAN LINGKUNGAN 3 DIREKTORAT KESEHATAN KERJA DAN OLAH RAGA 4 DIREKTORAT GIZI MASYARAKAT 5 DIREKTORAT PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 6 SEKRETARIAT DITJEN KESEHATAN MASYARAKAT 7 DINKES PROV. DKI JAKARTA 8 DINKES PROV. JAWA BARAT 9 DINKES PROV. JAWA TENGAH 10 DINKES PROV. DI. YOGYAKARTA 11 DINKES PROV. JAWA TIMUR PENAMBAHAN HLN MENJADI DINKES PROV. ACEH DINKES PROV. SUMATERA UTARA DINKES PROV. SUMATERA BARAT DINKES PROV. RIAU DINKES PROV. JAMBI DINKES PROV. SUMATERA SELATAN 18 DINKES PROV. LAMPUNG 19 DINKES PROV. KALIMANTAN BARAT DINKES PROV. 20 KALIMANTAN TENGAH DINKES PROV. KALIMANTAN SELATAN DINKES PROV. KALIMANTAN TIMUR LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

36 23 DINKES PROV. SULAWESI UTARA DINKES PROV. SULAWESI TENGAH DINKES PROV. SULAWESI SELATAN DINKES PROV. SULAWESI TENGGARA 27 DINKES PROV. MALUKU DINKES PROV. BALI DINKES PROV. NUSA TENGGARA BARAT DINKES PROV. NUSA TENGGARA TIMUR DINKES PROV. PAPUA DINKES PROV. BENGKULU DINKES PROV. MALUKU UTARA DINKES PROV. BANTEN DINKES PROV. BANGKA BELITUNG DINKES PROV. GORONTALO DINKES PROV. KEPULAUAN RIAU DINKES PROV. PAPUA BARAT DINKES PROV. SULAWESI BARAT DINKES PROV. KALIMANTAN UTARA BKOM BKTM LKTM JUMLAH Setelah mengalami efisiensi, penambahan hibah, dan realokasi maka total alokasi anggaran Ditjen Kesmas adalah Rp ,-. Sumber daya anggaran merupakan unsur utama selain SDM dalam menunjang pencapaian indikator kinerja. Peranan pembiayaan sangat berpengaruh terhadap penentuan arah kebijakan dan pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan upaya pembangunan Program Kesehatan Masyarakat. Lebih terperinci alokasi dan realisasi anggaran menurut jenis anggaran dapat dilihat sebagai berikut: 27 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

37 Tabel 4. Realisasi anggaran Program Kesehatan Masyarakat Tahun 2017 menurut jenis anggaran No Satuan Kerja Alokasi Realisasi SP2D % Realisasi SP2D 1 Dekonsentrasi ,05 2 Kantor Pusat ,23 3 Kantor Daerah ,88 TOTAL ,05 Sumber Data: Sekretariat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Tahun 2017 Dari sisi akuntabilitas, kewenangan pemerintah pusat terkait akuntabilitas dana dekonstrasi dan tugas pembantuan telah dilimpahkan kepada gubernur sebagai kepala daerah tingkat I. Oleh karenanya pembiayaan melalui dekonsentrasi menjadi tanggungjawab dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota kepada gubernur dan bupati/wali kota. Sehingga dalam pertanggungjawaban akuntabilitas menjadi kewenangan pemerintah daerah sesuai ketentuan peraturan perundangan. Tabel 5. Realisasi Dekonsentrasi di lingkungan Ditjen Kesehatan Masyarakat Tahun 2017 No Nama Satker Alokasi Realisasi SP2D % Realisasi SP2D 1 Dinkes Prov DKI ,16 2 Dinkes Prov Jabar ,42 3 Dinkes Prov Jateng ,19 4 Dinkes Prov Yogya ,62 5 Dinkes Prov Jatim ,31 6 Dinkes Prov Aceh ,18 7 Dinkes Prov Sumut ,82 8 Dinkes Prov Sumbar ,60 9 Dinkes Prov Riau ,79 10 Dinkes Prov Jambi ,93 11 Dinkes Prov Sumsel ,68 12 Dinkes Prov Lampung ,77 13 Dinkes Prov Kalbar ,46 14 Dinkes Prov Kalteng ,64 15 Dinkes Prov Kalsel ,81 16 Dinkes Prov Kaltim ,69 17 Dinkes Prov Sulut ,03 18 Dinkes Prov Sulteng ,36 19 Dinkes Prov Sulsel ,57 20 Dinkes Prov Sultra ,30 21 Dinkes Prov Maluku ,01 22 Dinkes Prov Bali ,99 23 Dinkes Prov NTB ,11 24 Dinkes Prov NTT ,10 25 Dinkes Prov Papua ,31 28 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

38 26 Dinkes Prov Bengkulu ,83 27 Dinkes Prov Malut ,19 28 Dinkes Prov Banten ,48 29 Dinkes Prov Babel ,18 30 Dinkes Prov Gorontalo ,48 31 Dinkes Prov Kep. Riau ,47 32 Dinkes Prov Papbar ,23 33 Dinkes Prov Sulbar ,15 34 Dinkes Prov Kaltara ,40 Sumber Data: Sekretariat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Tahun 2017 Grafik 12.Persentase Realisasi Dana Dekonsentrasi Program Kesmas s.d. tw IV TA Sumber Data: Sekretariat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Tahun 2017 Selain sumberdaya anggaran di kantor pusat, Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat juga didukung sumberdaya anggaran yang berada di kantor daerah yaitu pada Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang terdiri dari: a) BKTM Makassar, b) LKTM Palembang dan BKOM Bandung. Secara umum serapan anggaran pada kantor daerah sebesar 91,88%, dengan rincian sebagai berikut: Tabel 6. Realisasi anggaran Program Kesehatan Masyarakat menurut lokasi satuan kerja kantor daerah tahun 2017 No Satuan Kerja Alokasi Realisasi % 1 BKTM MAKASAR ,93 2 LKTM PALEMBANG ,52 3 BKOM BANDUNG ,64 Total ,88 Sumber Data: Sekretariat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Tahun LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

39 Efisiensi yang telah dilakukan Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat menerapkan kebijakan pengintegrasian kegiatan yang hanya dilakukan di tingkat Direktorat Jenderal antara lain: a. Rapat Koordinasi teknis yang sebelumnya diadakan setiap satker minimal 2 kali setahun, di tahun 2017 hanya dilakukan di tingkat Ditjen Kesehatan Masyarakat. Dengan pengintegrasian ini banyak sekali menghemat sumber daya seperti: 1) Anggaran; bila sebelumnya alokasi transport setiap pertemuan di satker ada 12 kali (6 satker) maka dengan pengintegrasian ini hanya dianggarkan 1 kali transport. 2) Sumberdaya manusia; Bila sebelumnya pengelola program bisa diundang berkali-kali ke pusat maka dengan pengintegrasian ini mengurangi kunjungan petugas daerah untuk menghadiri pertemuan di pusat, sehingga waktu untuk bekerja di daerah menjadi lebih banyak dan efektif. b. Kebijakan Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) yang dianggarkan melalui dana DAK non Fisik, sehingga mendongkrak capaian persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan dan kunjungan neonatal pertama. 30 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

40 BAB IV PENUTUP Kesimpulan 1. Indikator kinerja (IK) Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat terdiri atas tiga indikator, yaitu: 1) Persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan (PF) dengan capaian 82,79% dari target 81%. 2) Persentase Ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) dengan capaian sebesar 14,8,% dari target 21,2%. 3) Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1) dengan capaian sebesar 89,82% dari target 81%. 2. Ketiga indikator tersebut dilaksanakan di tingkat Puskesmas, di mana pusat berperan untuk memastikan indikator tersebut berjalan sebagaimana mestinya melalui dukungan dari tahap perencanaan (Juknis, Juklak, Pedoman), pelaksanaan (sosialisasi, orientasi, refreshing) dan monitoring evluasi sekaligus pembiayaan. 3. Analisa keberhasilan indikator terutama adalah ketersediaan data, format laporan rutin, kejelasan mekanisme pelaporan dan tidak adanya perubahan indikator. 4. Untuk analisa penghambat, beberapa point yang perlu digaris bawahi adalah belum adanya sistem pencatatan dan pelaporan terintegrasi satu pintu dan masih berjalan berdasarkan program masing-masing, selain itu adanya perubahan perangkat organisasi dan tata kelola berakibat pengelola program perlu belajar memahami kembali tiap indikator tersebut. 5. Alternatif solusi yang dapat diberikan, antara lain memaksimalkan pembinaan penyelenggaraan program dan terfokus pada daerah sasaran yang aktif kepada seluruh pengelola kesehatan di daerah dalam percepatan pencapaian target indikator program serta memaksimalkan komunikasi aktif baik melalui media elektronik maupun surat menyurat kepada seluruh pimpinan daerah dalam rangka implementasi serta monitoring evaluasi data dan pelaporan tepat waktu. 6. Pada tahun 2017, Ditjen Kesmas mengalami perubahan anggaran semula Rp menjadi Rp ,- disebabkan adanya penambahan hibah luar negeri, pemotongan/penghematan dan realokasi anggaran. Namun demikian, dalam realisasi anggaran telah mencapai diatas 90%. Hal ini dapat dikatakan sejalan dengan capaian indikator kinerja, dimana telah mencapai target. 31 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

41 7. LAMPIRAN 32 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

42 33 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017

LAPORAN KINERJA DITJEN KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA DITJEN KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA DITJEN KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT KEMENTERAIN KESEHATAN TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat sebagai salah satu

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA TAHUN 2015 DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Setiap satuan kerja, unit organisasi dalam tingkat eselon I dan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA

RENCANA STRATEGIS PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA RENCANA STRATEGIS PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA TAHUN 2015-2019 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan dengan amanat Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

GRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN

GRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN GRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN 2005-2014 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 83.3 85.0 82.0 85.1 60.0 64.5 68.7 71.2 57.5 48.1 2005 2006 2007

Lebih terperinci

Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kav. 4-9 Jakarta. p f

Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kav. 4-9 Jakarta. p f Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kav. 4-9 Jakarta p. 021 5203883 f. 021 5210176 direktoratbinagizi@gmail.com www.gizi.depkes.go.id Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015 Direktorat Bina Gizi Ditjen Bina

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT

KEBIJAKAN PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT KEBIJAKAN PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT Bali, 19 April 2018 1 SISTEMATIKA 1. PENDAHULUAN 2. KEBIJAKAN PROGRAM KESMAS 3. CAPAIAN INDIKATOR KESMAS YANG BELUM TERCAPAI

Lebih terperinci

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK Millennium Development Goals (MDGs) Komitmen Negara terhadap rakyat Indonesia dan global Komitmen Indonesia kepada masyarakat Suatu kesepakatan dan kemitraan global

Lebih terperinci

Penerapan Kebijakan Jaminan Persalinan dalam Mendukung Pelayanan Keluarga Berencana

Penerapan Kebijakan Jaminan Persalinan dalam Mendukung Pelayanan Keluarga Berencana Penerapan Kebijakan Jaminan Persalinan dalam Mendukung Pelayanan Keluarga Berencana Disampaikan dlm Pertemuan Medis Teknis Tingkat Provinsi Tahun 2011 Grandcity, 21 Maret 2011 Kerangka Penyajian o Situasi

Lebih terperinci

Lampiran Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Kesehatan Keluarga TA 2016

Lampiran Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Kesehatan Keluarga TA 2016 Lampiran Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Kesehatan Keluarga TA 2016 Lampiran Perjanjian Kinerja Direktur Kesehatan Keluarga dengan Dirjen Kesehatan Masyarakat. Lampiran, Cakupan Indikator Kesehatan

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PROGRAM DI TINGKAT PROVINSI

PENYELENGGARAAN PROGRAM DI TINGKAT PROVINSI PENYELENGGARAAN PROGRAM DI TINGKAT PROVINSI INPUT Kebijakan nasional Peraturan dan perundangan Pedoman /Juknis/Juklak Kurmod Bahan Advokasi Kit Pelatihan, Sosialisasi, Orientasi, Pembinaan Pencatatan dan

Lebih terperinci

STRATEGI AKSELARASI PROPINSI SULBAR DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI

STRATEGI AKSELARASI PROPINSI SULBAR DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI STRATEGI AKSELARASI PROPINSI SULBAR DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI Wiko Saputra Peneliti Kebijakan Publik Perkumpulan Prakarsa PENDAHULUAN 1. Peningkatan Angka Kematian Ibu (AKI) 359 per

Lebih terperinci

kegiatan Direktorat Gizi Masyarakat. Berbagai hambatan dan kendala yang diidentifikasi, telah

kegiatan Direktorat Gizi Masyarakat. Berbagai hambatan dan kendala yang diidentifikasi, telah Pengantar D alam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019, meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak merupakan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional. Untuk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia ISSN 2442-7659 InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI di Indonesia 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia Pembangunan kesehatan dalam periode tahun 2015-2019 difokuskan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU

KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU dr. Budihardja, DTM&H, MPH Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA Disampaikan pada Pertemuan Teknis Program Kesehatan Ibu Bandung,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

EVIDENCE KAMPANYE GIZI SEIMBANG MEMASUKI 1000 HPK ( SDT- SKMI 2014)

EVIDENCE KAMPANYE GIZI SEIMBANG MEMASUKI 1000 HPK ( SDT- SKMI 2014) EVIDENCE KAMPANYE GIZI SEIMBANG MEMASUKI 1000 HPK ( SDT- SKMI 2014) P R A W I D Y A K A R Y A P A N G A N D A N G I Z I B I D A N G 1 : P E N I N G K A T A N G I Z I M A S Y A R A K A T R I S E T P E N

Lebih terperinci

KESEHATAN ANAK. Website:

KESEHATAN ANAK. Website: KESEHATAN ANAK Jumlah Sampel dan Indikator Kesehatan Anak Status Kesehatan Anak Proporsi Berat Badan Lahir, 2010 dan 2013 *) *) Berdasarkan 52,6% sampel balita yang punya catatan Proporsi BBLR Menurut

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

IKHTISAR EKSEKUTIF. iii

IKHTISAR EKSEKUTIF. iii i ii IKHTISAR EKSEKUTIF Direktorat Kesehatan Keluarga mulai menjalankan tugas pokok dan fungsinya pada tahun 2016. Ruang lingkup sasaran kegiatan didasarkan pada siklus hidup mulai dari periode Ibu hamil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat

BAB I PENDAHULUAN. atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia yakni suatu kondisi dimana jumlah dan ukuran sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat mengganggu kapasitas darah

Lebih terperinci

Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut :

Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut : 4. Sistem Informasi pelaporan dari fasilitas pelayanan kesehatan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kota Provinsi yang belum tepat waktu Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016 Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-24.3-/216 DS71-99-46-4 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komitmen Indonesia untuk mencapai MDG s (Millennium Development Goals) mencerminkan komitmen Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dan memberikan kontribusi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Buku Indikator Kesehatan

Buku Indikator Kesehatan Buku Indikator Kesehatan www.dinkes.sulbarprov.go.id Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Jalan Kurungan Bassi no 19 Mamuju Telpon 0426-21037 Fax : 0426 22579 BUKU INDIKATOR KESEHATAN PROVINSI SULAWESI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR 1 B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya tata Instansi Pemerintah yang baik, bersih dan berwibawa (Good Governance dan Clean Governance) merupakan syarat bagi setiap pemerintahan dalam

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hamil perlu dilakukan pelayanan antenatal secara berkesinambungan, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. hamil perlu dilakukan pelayanan antenatal secara berkesinambungan, seperti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya proses kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu kejadian yang fisiologis/alamiah, namun dalam prosesnya

Lebih terperinci

PEMBAHASAN PENGEMBANGAN REGULASI MUTU PELAYANAN KIA DI RS: ANTARA DAERAH TERPENCIL DENGAN DAERAH KOMPETENSI TINGGI

PEMBAHASAN PENGEMBANGAN REGULASI MUTU PELAYANAN KIA DI RS: ANTARA DAERAH TERPENCIL DENGAN DAERAH KOMPETENSI TINGGI PEMBAHASAN PENGEMBANGAN REGULASI MUTU PELAYANAN KIA DI RS: ANTARA DAERAH TERPENCIL DENGAN DAERAH KOMPETENSI TINGGI Dr. Budihardja, dj DTMH, MPH 13 April 2011 1 MDG 5 - Target 5A : Mengurangi 3/4 angka

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan atau masalah dalam

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2016 Direktur Kesehatan Keluarga

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2016 Direktur Kesehatan Keluarga KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) merupakan laporankinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatuinstansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi tersebut. Direktorat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi dan pangan merupakan masalah yang mendasar karena secara langsung dapat menentukan kualitas sumber daya manusia serta derajat kesehatan masyarakat. Salah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

RISET KESEHATAN DASAR 2010 BLOK

RISET KESEHATAN DASAR 2010 BLOK RISET KESEHATAN DASAR 2 BLOK KESEHATAN ANAK JENIS DATA Jenis data yang disajikan : berat badan lahir kepemikilan KMS dan Buku KIA, penimbangan balita, kapsul vitamin A, pemberian ASI proses mulai menyusui

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

PROFIL KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU, KECUKUPAN ZAT GIZI DAN STATUS GIZI MASYARAKAT INDONESIA (ANALISIS DATA STUDI DIET TOTAL 2014)

PROFIL KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU, KECUKUPAN ZAT GIZI DAN STATUS GIZI MASYARAKAT INDONESIA (ANALISIS DATA STUDI DIET TOTAL 2014) PROFIL KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU, KECUKUPAN ZAT GIZI DAN STATUS GIZI MASYARAKAT INDONESIA (ANALISIS DATA STUDI DIET TOTAL 2014) Dr. Siswanto, MHP, DTM Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mereduksi AKI (Angka Kematian Ibu) di Indonesia

Lebih terperinci

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI. Hari Anak-Anak Balita 8 April SITUASI BALITA PENDEK

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI. Hari Anak-Anak Balita 8 April SITUASI BALITA PENDEK ISSN 2442-7659 InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI 13 12 11 10 9 8 7 Hari Anak-Anak Balita 8 April 6 5 4 3 SITUASI 2 BALITA PENDEK BALITA PENDEK Pembangunan kesehatan dalam periode

Lebih terperinci

STATUS GIZI. Website:

STATUS GIZI. Website: STATUS GIZI Baku Standar yang Digunakan 1 Anak balita WHO Anthropometri 2005 2 Anak umur 5-18 th WHO Anthropometri 2007 (5-19 th) 3 Risiko KEK WUS (LiLA 90, P >80) 5 Status

Lebih terperinci

Kegiatan Subdit Kesehatan Usia Reproduksi T.A 2017

Kegiatan Subdit Kesehatan Usia Reproduksi T.A 2017 Kegiatan Subdit Kesehatan Usia Reproduksi T.A 2017 Disampaikan Pada : Pertemuan Rapat Koordinasi Teknis Program Kesehatan Masyarakat Bekasi 14-17 Juni 2016 STATUS KESEHATAN PEREMPUAN Angka Kematian Ibu

Lebih terperinci

Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Bina Kesmas Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 23 Nopember 2010

Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Bina Kesmas Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 23 Nopember 2010 PENCAPAIAN DAN UMPAN BALIK PELAPORAN INDIKATOR PEMBINAAN GIZI MASYARAKAT 2010 Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Bina Kesmas Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 23 Nopember 2010 SASARAN PEMBINAAN

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya tata Instansi Pemerintah yang baik, bersih dan berwibawa (Good Governance dan Clean Governance) merupakan syarat bagi setiap pemerintahan dalam

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 272 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DI KABUPATEN SERDANG

Lebih terperinci

RPJMN KESEHATAN DAN GIZI MASYARAKAT

RPJMN KESEHATAN DAN GIZI MASYARAKAT RPJMN 2015-2019 KESEHATAN DAN GIZI MASYARAKAT ISU YANG BELUM TERSELESAIKAN Tingginya Kematian Ibu dan Bayi Tingkat Fertilitas yang Stagnan Ketersediaan Farmasi dan Alkes Akses terhadap Air Minum dan Sanitasi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA TAHUN 2016 DIREKTORAT KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT KEMENTERIAN

Lebih terperinci

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan

Lebih terperinci

Kata kunci : Kebijakan Kesehatan, Jampersal, Angka Kematian Ibu (AKI)

Kata kunci : Kebijakan Kesehatan, Jampersal, Angka Kematian Ibu (AKI) kesehatan ibu dan anak, penyediaan SDM yang berkulitas dan penyediaan sarana dan prasarana dalam upaya percepatan penurunan AKI di Kabupaten Bangka Tengah. Kata kunci : Kebijakan Kesehatan, Jampersal,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Oleh: Ellyna Chairani Direktorat Sistem dan Pelaporan EKP, BAPPENAS. Jakarta, 8 Desember 2015 Kementerian Kesehatan

Oleh: Ellyna Chairani Direktorat Sistem dan Pelaporan EKP, BAPPENAS. Jakarta, 8 Desember 2015 Kementerian Kesehatan Oleh: Ellyna Chairani Direktorat Sistem dan Pelaporan EKP, BAPPENAS Jakarta, 8 Desember 2015 Kementerian Kesehatan Outline Paparan 1. Kinerja Pelaksanaan Rencana Kerja Kemenkes 2014-2015 - Capaian Indikator

Lebih terperinci

Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D., Sp.GK. Disampaikan pada Seminar Hari Gizi Nasional, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, 25 Februari 2015

Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D., Sp.GK. Disampaikan pada Seminar Hari Gizi Nasional, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, 25 Februari 2015 Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D., Sp.GK. Disampaikan pada Seminar Hari Gizi Nasional, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, 25 Februari 2015 1 Lingkungan sangat berpengaruh pada tumbuh kembang anak SISTEM MAKRO

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan Indonesia diselenggarakan dalam upaya mencapai visi Indonesia Sehat 2010. Tujuan pembangunan kesehatan 2005 2009 diarahkan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAH, PEMERINTAH DAERAH PROPINSI DAN PEMERINTAH KAB/KOTA BIDANG KESEHATAN (GIZI DAN KIA)

PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAH, PEMERINTAH DAERAH PROPINSI DAN PEMERINTAH KAB/KOTA BIDANG KESEHATAN (GIZI DAN KIA) PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAH, PEMERINTAH DAERAH PROPINSI DAN PEMERINTAH KAB/KOTA BIDANG KESEHATAN (GIZI DAN KIA) Disampaikan pada : SEMILOKA REVISI PP 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN DAN NSPK YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

PERINGATAN HARI GIZI NASIONAL KE JANUARI 2017 TEMA : PENINGKATAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH NUSANTARA MENUJU MASYARAKAT HIDUP SEHAT

PERINGATAN HARI GIZI NASIONAL KE JANUARI 2017 TEMA : PENINGKATAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH NUSANTARA MENUJU MASYARAKAT HIDUP SEHAT PERINGATAN HARI GIZI NASIONAL KE-57 25 JANUARI 2017 TEMA : PENINGKATAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH NUSANTARA MENUJU MASYARAKAT HIDUP SEHAT 3 DIMENSI PEMBANGUNAN: PEMBANGUNAN MANUSIA, SEKTOR UNGGULAN, PEMERATAAN

Lebih terperinci

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) I. Pendahuluan II. III. IV. Pangan dan Gizi Sebagai Investasi Pembangunan Analisis Situasi Pangan dan Gizi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap saat yang dapat membahayakan jiwa ibu dan bayi (Marmi, 2011:11).

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap saat yang dapat membahayakan jiwa ibu dan bayi (Marmi, 2011:11). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan LTA Pada dasarnya proses kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu kejadian yang fisiologis/alamiah, namun

Lebih terperinci

KESEHATAN REPRODUKSI. Website:

KESEHATAN REPRODUKSI. Website: KESEHATAN REPRODUKSI Tujuan Umum: Menyediakan informasi mengenai indikator kesehatan ibu dan besaran masalah kesehatan reproduksi Khusus: Memperoleh informasi kejadian kehamilan di rumah tangga Memperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi baru lahir merupakan proses fisiologis, namun dalam prosesnya

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi baru lahir merupakan proses fisiologis, namun dalam prosesnya 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan pemilihan metode keluarga berencana merupakan suatu mata rantai yang berkesinambungan dan berhubungan dengan kesehatan

Lebih terperinci

Filosofi. Mendekatkan Akses pelayanan kesehatan yg bermutu kepada masyarakat. UKM_Maret

Filosofi. Mendekatkan Akses pelayanan kesehatan yg bermutu kepada masyarakat. UKM_Maret Filosofi Mendekatkan Akses pelayanan kesehatan yg bermutu kepada masyarakat UKM_Maret 2006 1 MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS Tujuan Pembangunan Millenium (MDG) yg meliputi : 1 Menghapuskan kemiskinan & kelaparan.

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pertemuan sperma dan ovum sebagai rangkaian kejadian dari

BAB I PENDAHULUAN. dari pertemuan sperma dan ovum sebagai rangkaian kejadian dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis dari proses fertilisasi dari pertemuan sperma dan ovum sebagai rangkaian kejadian dari pembentukan gamet, ovulasi, pertemuan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN SUMEDANG DENGAN

Lebih terperinci

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq RENCANA AKSI KEGIATAN wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 125 BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.3 Implementasi Program Kesehatan Ibu dan Anak Bidang Pelayanan Antenatal Care dan Nifas di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang Setiap kebijakan yang dibuat pasti

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGI 1. Visi Visi 2012-2017 adalah Mewujudkan GorontaloSehat, Mandiri dan Berkeadilan dengan penjelasan sebagai berikut : Sehat, adalah terwujudnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perempuan ingin menghadapi kelahiran dengan aman dan nyaman. Continuity

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perempuan ingin menghadapi kelahiran dengan aman dan nyaman. Continuity BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Kehamilan dan persalinan adalah peristiwa yang alamiah atau natural bagi perempuan. Meskipun alamiah, kehamilan, persalinan dan masa setelah persalinan dapat terjadi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

TANTANGAN PROGRAM GIZI DI INDONESIA. Doddy Izwardy Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan

TANTANGAN PROGRAM GIZI DI INDONESIA. Doddy Izwardy Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan TANTANGAN PROGRAM GIZI DI INDONESIA Doddy Izwardy Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan Mengapa Terjadi Kurang Gizi di Indonesia? Hanya 36% balita 6-23 bulan yang mengkonsumsi asupan makanan berkecukupan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI O U T L I N E PENDAHULUAN SITUASI TERKINI STROKE

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN TERPADU PENANGGULANGAN KEMISKINAN

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN TERPADU PENANGGULANGAN KEMISKINAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN TERPADU PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAFTAR ISI Kondisi Umum Program Kesehatan... 1 1. Jumlah Kematian Balita dan Ibu pada Masa Kehamilan, Persalinan atau NifasError! Bookmark not

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan dengan amanat Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian Kesehatan telah menyusun Rencana Strategis

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA KONGRES KE 15 DAN TEMU ILMIAH INTERNASIONAL PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA TAHUN 2014

SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA KONGRES KE 15 DAN TEMU ILMIAH INTERNASIONAL PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA TAHUN 2014 SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA KONGRES KE 15 DAN TEMU ILMIAH INTERNASIONAL PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA TAHUN 2014 Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh Selamat pagi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak dini dengan memantau kesehatan ibu, dengan digunakan indicator

BAB I PENDAHULUAN. sejak dini dengan memantau kesehatan ibu, dengan digunakan indicator BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir merupakan suatu keadaan yang fisiologis namun dalam prosesnya terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam

Lebih terperinci

PEMANTAUAN WILAYAH SETEMPAT KESEHATAN IBU DAN ANAK (PWS-KIA) Tarwinah

PEMANTAUAN WILAYAH SETEMPAT KESEHATAN IBU DAN ANAK (PWS-KIA) Tarwinah PEMANTAUAN WILAYAH SETEMPAT KESEHATAN IBU DAN ANAK (PWS-KIA) Tarwinah Pengertian PWS KIA alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk hidup sehat. Visi ini dicapai dengan dukungan masyarakat dan pemerintah, oleh karena itu

Lebih terperinci