KATA PENGANTAR. Yusuf Siswantara, S.S., M. Hum

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Yusuf Siswantara, S.S., M. Hum"

Transkripsi

1 KATA PENGANTAR Modul kecil ini merupakan usaha pengembangan program pembelajaran Pendidikan Agama Katolik. Kami membuatnya dalam rangka pendampingan eksposure dalam kelas Agama Katolik. Dengan demikian, kami tidak bermaksud untuk mempublikasikan sebagai kajian ilmiah. Modul ini bukanlah buku teoritis apalagi teologis dogmatis. Buku ini adalah pegangan praktis tentang bagaimana orang lain untuk mengalami iman dalam konteks. Maka, buku ini pun bersifat sementara. Karena itu, beberapa catatan kaki bisa jadi terlupakan. Artinya, dari pengalaman proses pengalaman pembelajaran, buku pegangan ini bisa berubah dan berkembang. Dalam penyusunan buku pengembangan pembelajaran pendidikan Agama ini, kami terbantu dan banyak belajar dari modul eksposure yang dibuat oleh Saudara Cosmas Lili Alika, S. Pd., M. Hum., Lic. Th dan perjumpaan dengan rekan tim dosen Agama Katolik di lingkungan Unpar, terkhusus Lembaga Kajian Humaniora. Untuk semua itu dan kepada semua pihak, kami ucapkan terima kasih, terkhusus Rm. Fabie dan Bpk Rudi atas kepercayaannya. Akhirnya, kami menyadari banyak hal yang masih harus diperhatikan. Oleh karena itu, modul eksposure ini terbuka untuk kritik dan saran konstruktif demi pengembangan pendidikan Agama Katolik di pendidikan tinggi. Yusuf Siswantara, S.S., M. Hum 1

2 2

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI PENDAHULUAN BAGIAN I: DASAR-DASAR PEMAHAMAN BAB I. WAHYU-IMAN: Gerak Dialogis Allah-Manusia (tematik eksposure 1) Bab II.Iman dan Agama (tematik eksposure 2) Bab III.Kitab Suci dan Tradisi Suci (tematik eksposure 3) Bab IV. Gereja dan Ajaran Sosial Gereja (tematik eksposure 4) BAGIAN II. DASAR-DASAR EKSPOSURE Bab V. Mengenal Metode Sosial Bab VI. Penjelasan metode Eksposure Bab VII. Metode Observasi (Beberapa Catatan Tambahan) DAFTAR BACAAN 3

4 4

5 PENDAHULUAN a. Pengantar: Buku ini adalah buku kerja atau buku pegangan. Sebagaimana dimaksudkan, bagian ini berisi tentang petunjuk praktis dan hal-hal penting yang harus dipahami sebelum menjalankan kegiatan eksposure sebagai media pembelajaran. Karena sifat praktis ini, maka paparan berikut lebih banyak menjawab pertanyaan: apa yang harus saya lakukan, dan bukan mengapa saya melakukan ini atau itu. Karena kepraktisannya, semua peserta didik diharapkan mencermatinya dan memahami. b. Metode Pendidikan bottom-up dan pengalaman-teori. Pemahaman pertama yang harus dipunyai semua peserta didik adalah metode pendidikan. Supaya memudahkan pemahaman, kita sebut saja metode lama dan metode baru. Pertama, metode lama. Sangat umum dan sudah biasa (bahkan menjadi kewajiban supaya suatu proses dapat disebut sebagai pendidikan ) adalah bahwa pendamping (entah guru atau dosen) dan peserta didik (siswa atau mahasiswa) bertemu di suatu tempat (biasanya, kelas); pendamping memberikan bahan atau materi, dan peserta didik mendengarkan-memahami-mengerti; jika dianggap perlu, sessi tanya-jawab akan dibuka. Dalam proses ini, peran aktif sepenuhnya ada di pihak pendamping. Lebih dari itu, pendamping menjadi faktor penentu apakah proses pendidikan bisa berjalan atau tidak. Hal ini tampak saat pendamping tidak bisa datang dan peserta didik berkreativitas sendiri tanpa arah. Dari sisi lain, peserta didik menjadi pihak pasif. Dalam kepasifan itu, tersirat pesan bahwa proses pendidikan bukanlah 5

6 urusanku. Karena pola lama ini juga, peserta didik hanya menunggu kapan masuk, kapan keluar kelas, kapan ujian, dan kapan lulus. Materi pun dilihat hanya sebagai paparan teori yang dalam kenyataannya pasti berbeda (kalau tidak bisa dikatakan tidak berlaku). Sementara itu, tentang tanggungjawab, kita bisa lihat bahwa walaupun tidak bisa dikatakan nol, hanya sedikit sekali peserta didik yang sadar bahwa pendidikan (pinter atau tidaknya si aku) pertama-tama adalah urusanku dan tanggungjawabku. Kedua, metode baru. Supaya jernih, kata baru dan lama hanyalah sebuah penamaan sebagaimana urutannya saja. Tidak ada makna yang menyangkut isi metode. Metode baru dan metode lama di sini sama dengan metode satu dan metode dua. Dengan penjernihan ini, kita bisa melihat bahwa metode baru ini adalah metode lama. Supaya jelas, mari kita lihat perjalanan pendidikan. Awalnya, pendidikan dimulai di alam terbuka. Peserta didik adalah para pencari kebenaran yang ingin memenuhi rasa ingin tahu-nya. Mereka mencari guru (orang yang bijaksana) dan menjadikannya sang guru. Aktivitas terbesarnya adalah diskusi dan berdialog. Topik diskusi dan dialog pun relevan dengan kehidupan zamannya. Mereka melihat, berpikir kritis, mempertanyakan, dan mencari jawab. Guru menjadi teman pencarian, moderator diskusi, bidan yang melahirkan gagasan-gagasan (menurut Sokrates). Misalnya, Sokrates melakukan pendidikannya dengan berdiskusi dan berdialog sampai para muridnya melahirkan sendiri kebenaran yang dicarinya. Model a la Sokrates inilah yang dikatakan sebagai metode baru. Peserta didik aktif, mencari, kritis, mempertanyakan, dan menemukan jawabannya. Peserta didik menjadi pusat aktivitas 6

7 dan perhatian. Sementara itu, pendamping tetap memainkan peran sebagai moderator dalam segala aktivitas. Dalam beberapa kesempatan, materi tetap diberikan sebagai bahan diskusi, dan arah pendampingan tetap ditentukan secara tegas dan jelas. Pendidikan agama selayaknya ditempatkan dalam wilayah pencarian nilai dan metodologi ini. Dalam konteks ini, eksposure harus dipahami. Sebagai metode pendidikan, eksposure mengangkat dua hal sekaligus: 1) aktivitas peserta didik sebagai pusat proses (buttom-up), dan 2) pengalaman sebagai sarana pembelajaran.yang perlu dan penting untuk ditetapkan di awal adalah apa saja yang harus dipenuhi atau dicapai oleh mahasiswa sebagai individu dan kelompok. c. Eksposure: Metode Pendidikan. Buku ini dibagi dalam dua skema besar, yaitu Dasar-dasar Pemahaman dan dasar-dasar Eksposure. Dalam dasar-dasar pemahaman, kita akan melihat berbagai telaah teologis, yang kiranya harus dipahami sebagai bekal konseptual dalam (nantinya) melaksanakan eksposure. Sementara, dalam dasar-dasar eksposure, kita akan melihat observasi partisipatif sebagai metode eksposure, lingkaran pastoral, dan teknis eksposure. 7

8 8

9 BAGIAN I DASAR-DASAR PEMAHAMAN 9

10 10

11 BAB I. WAHYU-IMAN: Gerak Dialogis Allah-Manusia (tematik eksposure 1) WAHYU adalah sapaan Allah dalam hidup manusia. Allah mewahyukan diri kepada manusia sebagai Keputusannya yang berbelas kasih. DV 2 (Dei Verbum no. 2) menyatakan Dalam kebaikan dan kebijaksanaan-nya, Allah berkenan mewahyukan diri- Nya dan memaklumkan rahasia kehendak-nya.... Dengan demikian, sangat jelas bahwa dalam Gereja Katolik, Wahyu dipahami sebagai gerakan atau tindakan aktif dari Allah yang mendahului manusia dengan sapaan yang berbelas kasih. Allahlah yang pertama mendatangi manusia dan me-wahyu-kan diri- Nya sendiri. Sementara itu, IMAN adalah tanggapan manusia atas sapaan Allah dalam wahyu-nya. Inilah gerak dialogis. Wahyu sebagai inisiatif pribadi Allah kepada manusia dilanjutkan dengan Iman sebagai tanggapan pribadi manusia kepada Allah. Dalam gerak dialogis relasi Allah dan manusia ini, yang harus kita ingat adalah bahwa inisiatif dan aktornya adalah Allah. Artinya, Allah yang menyapa terlebih dahulu dan Allah pulalah yang memampukan manusia untuk menanggapi sapaan-nya. Allah yang bersemayam dalam terang yang tak terhampiri (1 Tim 6: 1-6) hendak menyampaikan kepada manusia, yang Ia ciptakan dalam kebebasan, kehidupan ilahi-nya sendiri, supaya melalui Putra- Nya yang tunggal Ia mengangkat mereka menjadi anak-anak-nya (Bdk. Konsili Vat: DS 3015, Ef 1: -45). Dengan demikian,...berkat rahasia itu, manusia dapat menghadap Bapa melalui Kristus, Sabda yang menjadi daging, dalam Roh Kudus, dan ikut serta dalam kodrat ilahi (DV. 2). 11

12 Pewahyuan Allah terjadi dalam tahapan. 1) Allah membiarkan diri dikenal sejak awal mula. Silahkan dilihat dalam Rm 1: Allah, yang menciptakan segala sesuatu melalui Sabda- Nya serta melestarikannya dalam makhluk-makhluk, senantiasa memberikan kesaksian tentang dirinya kepada manusia. DV 3 menegaskan: karena Ia bermaksud membuka jalan menuju keselamatan di surga, Ia sejak awal mula telah menampakkan Diri kepada manusia pertama. 2) Allah mengadakan perjanjian dengan Nuh. Dalam perjanjian dengan Nuh sesudah air bah, kehendak keselamatan ilahi dinyatakan kepada bangsa-bangsa ; artinya, kepada manusia, yang tinggal di negerinya masing-masing dan mempunyai bahasa serta suku-sukunya sendiri (Kej 10: 5). 3) Allah memilih Abraham. Supaya mengumpulkan kembali umatnya, Allah menunjuk Abraham sebagai bapa para bangsa. 4) Allah membentuk bangsa Israel Bagi Dirinya. Tuhan menjadikan bangsa Israel, membebaskan dari perbudakan Mesir, mengadakan perjanjian Sinai, memberi hukum-nya lewat Musa, supaya teguh iman bahwa Allah adalah satu dan penyelamat. 5) Yesus sebagai perantara dan pemenuhan seluruh Wahyu Allah. Dalam diri Yesus, Allah secara utuh dan penuh mewahyukan diri-nya dengan senyatanya. Dalam diri Yesus pula, manusia dimampukan untuk menjawab pewahyuan Allah sebagai jawaban Ya atas tawaran keselamatan Allah bagi manusia. 12

13 BAB II. IMAN dan AGAMA (Tematik eksposure 2) 1. Relasi Allah dan Manusia secara personal Kita akan melihat arti agama dan iman. Selenjutnya, kita akan mendudukan agama dan iman dalam relasional. Semoga penjelasan ini memberi bekal pemahaman yang jelas. Agama adalah institusi atau sistem sosial yang mengorganisasi-kan orang-orang atau pribadi-pribadi yang mempunyai kepercayaan tertentu. Agama sebagai institusi atau sistem sosial memuat berbagai unsur atau bagian, antara lain: sistem kepercayaan, sistem organisasional, sistem keanggotaan dan struktur, sistem kegiatan. Bagi anggota-anggotanya, agama menjadi sisi outside (sisi luaran) diri. Artinya, agama sangat berkaitan erat dengan aku berhubungan dengan orang lain. Pendirian atas kelembagaan agama mempunyai tujuan pemeliharaan nilai-nilai religius. Artinya, agama ada dan didirikan, bertahan dan berkembang demi tujuan pengembangan iman umatnya. Sebaliknya, iman atau kepercayaan atau nilai-nilai hidup dipelihara dan dikembang-tumbuhkan dalam lembaga atau institusi atau sistem sosial yang bernama Agama. Sementara itu, iman adalah nilai-nilai hidup yang dipercayaai berguna dan baik sehingga pantas diperjuangkan atau dihidupi oleh pribadi yang mempercayainya. Iman mengajarkan nilai, tujuan, hakekat dari hidup. Boleh dibilang, iman adalah sisi inside (sisi dalam) diri. Artinya, iman sangat berkaitan erat dengan aku berhubungan dengan diriku dan tuhan. Adanya iman memungkinkan orang untuk melihat dan membangun nilai pribadi yang dihayati secara pribadi dan kelompok. 13

14 Bagaimana keduanya dihubungkan? Di atas, sudah dijelaskan bahwa agama ada untuk pengembangan iman atau bahwa iman berkembang dalam agama. Secara ekstrim-positif, seharusnya agama mengembangkan iman seseorang. Atau, iman seseorang bertumbuh dalam lembaga keagamaan. Akan tetapi, kita tidak bisa menutup mata sisi ekstrim-negatif dari keduanya. Sisi ekstrim-negatif itu adalah bahwa orang bisa mempunyai iman A tetapi mempunyai agama B. Ada banyak faktor penyebab atau pendukung dari situasi-pecah tersebut. Salah satunya adalah pemaksaan dalam konteks perkawinan. Tetapi, lepas dari sisinegatif, kita pantas menengok agama sebagai salah satu pengembangan iman. 2. Dua Dimensi Agama: Sosial dan Ilahi. Telah dibahas bahwa agama merupakan institusi sosial, dimana anggota masyarakat berkumpul sesuai dengan keyakinan religiusnya. Di dalam agama, satu anggota berhubungan dengan anggota lain. Iman yang diyakini dan dirayakan pun merupakan iman seluruh umat beragama. Tata cara perayaan dan kegiatan agama pun semata-mata demi para anggota. Singkatnya, agama mempunyai (1) dimensi sosial. Sejalan dengan dimensi sosial-internal, agama bersentuhan dengan dunia. Yang dimaksud dengan dunia di sini adalah kenyataan seluruh umat manusia beserta alam semesta. i Jika dunia diartikan sebagai keseluruhan kenyataan alam semesta, maka agama mempunyai dimensi sosial-eksternal, yaitu kenyataan manusiawi dan duniawi. Konsekuensi dari dimensi sosial-eksternal ini sangat jelas dan tegas, yaitu bahwa agama tidak bisa diam dalam dan sebagai wilayah mandiri yang lepas dari kenyataan hidup di dunia. 14

15 Dimensi kedua adalah dimensi internal. Agama didirikan untuk menjaga kelestarian ajaran dan demi pemeliharaan anggota dan pengikut. Agama menghantar anggotanya kepada pengalaman akan Allah. Atau, agama menghantar umatnya kepada Allah yang adikodrati. Dari ulasan di atas, kita bisa menempatkan agama sebagai institusi dengan dua dimensi. Agama bersifat ilahi tetapi juga tidak bisa terasing dari kenyataan hidup. Urusan agama yang religius pun tidak bisa dilepaskan dari kenyataan sosial. 3. Dua Dimensi Iman: Imanen dan Transenden Jikalau agama mempunyai dimensi iman, kita juga bias melihat dan memahami iman dalam dua dimensi. Banawiratma menempatkan iman sebagai istilah teologis yang berkaitan dengan apa yang oleh orang beriman disebut juga pengalaman iman. Pengalaman iman ini merupakan tanggapan manusia atas sapaan atau panggilan Allah Yang Maha Kuasa. Dalam teologi, dinyatakan bahwa karena belas kasih dan cinta-nya, Allah terlebih dahulu telah menyapa manusia. Demikian pula, manusia diharapkan membalas sapaan Allah (Iman). Jelas, iman bukan masalah tindakan manusia lepas dari yang lain. Sebaliknya, iman adalah urusan relasional dan komunikasi, yaitu antara Allah dan manusia. Inilah dimensi transenden dari iman.manusia beriman berarti manusia menanggapi, menjawab, meng iya kan sapaan Allah, dan menyerahkan hidupnya kepada-nya. Sikap iman berarti sikap iya dan setuju atas pewahyuan Allah dalam diri Yesus Kristus. Allah yang mewahyukan diri adalah Allah yang hadir dalam diri Yesus Kristus, rela hidup sebagai manusia, tinggal, menderita, dan wafat sebagai penjahat. Pewahyuan dan histori 15

16 ini menjelaskan dan menegaskan bahwa Allah adalah pribadi yang dekat, Allah yang beserta kita. Beriman kepada Allah berarti sikap penyerahan diri kepada Dia yang begitu dekat dan ada di sekitar kita. Dimensi vertical (transcendental) bersatu dengan dimensi horizontal (imanen). Demikian pula, imanpersonal bersinggungan dengan iman-sosial. Doa berkorelasi dengan tindakan. Dengan tegas dan jelas, Yesus menyatakan isyarat tersebut: barang siapa melakukan kebaikan kepada sesama, hal itu dilakukan juga untuk Yesus. Sabda senada juga diungkapkan: memberi makan kepada kaum miskin, menjenguk tawanan di penjara, dan sebagainya. 16

17 BAB III. KITAB SUCI & TRADISI SUCI (tematik eksposure 3) Gereja Katolik Roma menghargai warisan iman rasuli dalam dua bentuknya, yaitu Kitab Suci yang sekian abad lalu telah ditetapkan oleh Gereja dan Tradisi Suci yang juga dilestarikan dan dihidupi dalam Gereja. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Kehidupan Yesus Kristus hanya berlangsung kurang lebih 33 tahun. Dalam waktu itu, banyak peristiwa terjadi dan saksi atas peristiwa itu adalah para rasul. Dalam 1 Tim 2: 4, jelas dinyatakan bahwa Allah menghendaki supaya semua orang idselamatkan dan memperoleh pengetahuan akankebenaran. Artinya supaya semua orang mengenal Yesus Kristus. Karena itu Kristus harus diwartakan kepada semua bangsa dan manusia dan wahyu mesti sampai ke batas-batas dunia (Katekismus. P. 30). Dei Verbum 7 menjelaskan bahwa Dalam kebaikan-nya, Allah telah menetapkan, bahwa apa yang diwahyukan-nya demi keselamatan semua bangsa, harus tetap utuh untuk selamanya dan diteruskan kepada segala keterunan. Nah, sesuai dengan amanat tersebut, Terjadilah pengalihan injil dengan dua cara. Yang pertama, secara lisan oleh para Rasul, yang dalam perwartaan lisan, dengan teladan serta penetapanpenetapan meneruskan entah apa yang mereka terima dari mulut, pergaulan, dan karya Kristus sendiri, entah apa yang atas dorongan Roh Kudus telah mereka pelajari ; dan, secara tertulis oleh para Rasul dan tokoh-tokoh rasuli, yang atas ilham Roh Kudus itu juga telah membukukan amanat keselamatan (DV. 7). Penulisan amanat keselamatan disebut Kitab Suci. Dan, penerusan amanat dalam bentuk menghidupi dan menghayati 17

18 dalam hidup keseharian dinamakan dengan Tradisi, yang walaupun berbeda dengan Kitab Suci, namun sangat erat berhubungan dengannya(dv. 7). Demikianlah,dalam ajaran, hidup serta ibadatnya,gereja melestarikan serta meneruskan kepada semuaketurunan dirinya seluruhnya, imannya seutuhnya. Ungkapan-ungkapan para BapaSuci memberi kesaksian akan kehadiran tradisi itu yang menghidupkan dan yang kekayaannya meresapi praktik serta kehidupan Gereja yang beriman dan berdoa(dv8). Bagaimana hubungan TRADISI dan KITAB SUCI? Tradisi Suci dan Kitab suci berhubugnan erat sekali dan terpadu. Sebab, keduanya mengalir dari sumber ilahi yang sama, dan dengan cara tertetenut bergabung menjadi satu dan menjurus ke arah tujuan yang sama. Kedua-duanya menghadirkan dan mendayagunakan misteri Kristus di dalam Gereja,yang menjanjikan akan tinggal bersama orang-orang-nya sampai akhir Zaman. Dua Cara yang berbeda dalam mengalihkannya. Kitab Suci adalah pembicaraaan Allah sejauh itu termaktub dengan ilham Roh ilahi. Oleh Tradisi Suci, Sabda Allah yang oleh Kristus Tuhan dan Roh Kudus dipercayakan kepada para Rasul, disalurkan seutuhnya kepada para pengganti mereka supaya mereka ini dalam terang Roh kebenaran dengan pewartaan mereka memelihara, menjelaskan dan menyearkannya dengan setia (DV.9). Dengan Demikian, maka Gereja, yang dipercayakan untuk meneruskan dan menjelaskan Wahyu, menimba kepastiannya tentang segala sesuatu yang diwahyukan bukan hanya melalui Kitab Suci, tetapi juga Tradisi Suci. Maka, keduanya (Tradisi Suci dan Kitab Suci) harus diterima dan dihormati dengan caita rasa kesalehan dan hormat yang sama. 18

19 Catatan: 1. Tradisi yang kita bicarakan di sini, berasal dari para rasul, yang meneruskan apa yang mereka ambil dari ajaran dan contoh Yesus dan yang mereka dengar dari Roh Kudus. Generasi Kristen yang pertama ini belum mempunyai perjanjian Baru yang tertulis, dan perjanjian baru ini pun sebenarnya memeberi kesaksian tentang proses tradisi yang hidup itu. 2. Tradisi-tradisi teologis, disipliner, liturgis, atau religius yang dalam perjalanan waktu terjadi di gereja setempat, bersifat lain. (Jadi, tidak termasuk dalam tradisi yang kita bicarakan). Tradisi lokal ini merupakan ungkapan Tradisi Suci yang disesuaikan dengan tempat dan zaman yang berbeda-beda. Dalam terang Tradisi Suci (utama) dan di bawah bimbingan Wewenang Mengajar Gereja, tradisi lokal itu dapat dipertahankan, diubah, atau dihapus. 19

20 20

21 Bab IV. Ajaran Sosial Gereja, Gerak Gereja dalam dunia (tematik eksposure 2) Gereja menyadari bahwa walaupun bukan dari dunia, Gereja diutus ke tengah-tengah dunia, berada dalam dunia, dan menjadi bagian dari situasi dunia. ( Pergilah ke seluruh dunia.. Mark 16: 15 atau diutus di tengah-tengah serigala, Matius 10:16-25). Dengan demikian, Gereja tidak bisa memisahkan diri dengan dunia. Kehadiran Gereja adalah untuk mewartakan kabar sukacita kepada dan dalam dunia. Untuk itu, Gereja bersuara dan menanggapi permasalahan dunia sebagai bagian dari perutusan- Nya di dalam dunia. Semua perhatian dan gerak Gereja tersebut diungkapkan dalam ensiklik social, Ajaran Sosial Gereja. Rerum Novaarum (RN) merupakan ensiklik pertama Gereja. Dikeluarkan oleh Paus Leo XIII (setelah meninggalnya Paus Pius IX, 1878). Perhatian besar paus Leo XIII adalah masalah politik dunia, semisal: Mengenai Sosialisme (1878), Konstitusi Kristen tentang Negara (1885). RN merupakan ensiklik yang berfokus pada masalah buruh. Quadragesimo Anno (QA) merupakan ensiklik kedua yang dikeluarkan oleh Pius XI ( ) sebagai pengganti Pius XI dan Paus benedictus XV (dua paus yang menggantikan Paus Leo XIII). QA membahas masalah kapitalisme dan sosialisme. Masalah social berkembang, tidak sekedar masalah buruh, tetapi meluas ke struktur-struktur social yang menindas kaum buruh. Mater et Magistra (Ibunda dan Guru, MM) adalah ensiklik yang dikeluarkan oleh Paus Yohanes XXIII. MM merupakan ensiklik 21

22 ke-4 dari 7 ensiklik yang dikeluarkannya. Karena merupakan peringatan 70 tahun terbitnya Ensiklik Paus Leo XIII (Rerum Novarum), MM mengulas kembali RN dan QA dan menganalisa Negara Dunia Ketiga (Negara yang belum terindustrialisasi), serta ajakan kaum awam untuk peduli menciptakan keadilan social. PACEM IN TERRIS (Perdamaian di Dunia, PT) merupakan ensiklik terakhir Paus Yohanes XXIII. Focus ensiklik PT adalah perdamaian. Kewajiban individu, Negara, pemerintah, dan masyarakat (dunia) menjadi bahan pembicaraan penting dalam kerangka perdamaian dunia. GAUDIUM ET SPES (Gereja dalam Dunia Modern, GS) merupakan dokumen pastoral Konsili Vatikan II, tentang panggilan manusia dan Gereja, keprihatinan perkawinan dan keluarga, budaya, social-ekonomi, politik dan perdamaian. Secara jelas, Gereja menemukan kembali arah perahu: perutusan gereja umat Allah dalam dunia. POPULARUM PROGRESSIO (Perkembangan Bangsa-bangsa, PP) merupakan ensiklik Paus Paulus VI pada tahun PP mengabdikan diri pada kemiskinan dunia dan pengembangan solidaritas umat manusia demi deadilan social. Dalam kerangka ini, Kepausan membentuk Komisi Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian. OCTOGESIMA ADVENIENS (Panggilan untuk Bertindak, OA) adalah surat apostolic Paus Paulus VI kepada cardinal Maurice Roy, Persiden Kepausan untuk Keadilan dan Perdamiana, pada tahun OA merupakan sekaligus peringantan ulang tahun ke-80 Ensiklik Paus Leo XIII, Rerum Novarum. OA masih menyoroti masalah ketidakadilan. Tetapi, OA menekankan masalah-masalah baru: kaum wanita, generasi muda, orang miskin karena urbanisasi. 22

23 KEADILAN DI DUNIA (KD) merupakan hasil Sinode Umum Kedua Para Uskup Sedunia, 30 September sampai 6 November Tema sinode ini adalah masalah keadilan dengan tema misi Umat Allah dalam memajukan keadilan di dunia. Para uskup memahami pentingnya memperhatikan ketidak-adilan dan system structural ketidakadilan tersebut. Tetapi, lebih dari itu, Gereja hendaknya memberi kesaksian akan pentingnya perkembangan sebagai hak. REDEMPTOR HOMINI (Rahasia penebusan dan Martabat manusia, RH) adalah ensiklik pertama Paus Yohanes Paulus II pada tahun Lewat ensikliknya, Paus berbicara tentang arti penebusan Yesus bagi manusia dan Gereja serta kondisi manusia yang sudah ditebus dalam dunia modern. Akhirnya, paus menegaskan perutusan Gereja dalam dunia ini. LABOREM EXERCENS (Tentang makna Kerja Manusia, LX) merupakan ensiklik Paus Yohanes Paulus II, tahun 1982 sebagai peringatan ke-90 dari ensiklik Rerun Novarum. LX berbicara tentang makna kerja dalam dunia, konflik tenaga kerja (buruh) dan modal, hak-hak kaum pekerja dalam kaitannya dengan HAM, serta unsur spiritualitas kerja berdasarkan Injil. Sollicitudo Rei Socialis (Keprihatinan Sosial Gereja, SRS) adalah ensiklik Paus Yohanes Paulus II tentang keprihatinan social. Paus menyoroti tentang merosotnya ekonomi, struktur-struktur dosa dimana semua manusia dipanggil untuk bertobat, serta kesetiakawanan demi kehidupan yang lebih manusiawi. Laudato Si (tentang Perawatan Rumah Kita Bersama, LS) merupakan ensiklik Puas Fransiskus tentang masalah ekologi sebagai paradigma untuk melihat dan menilai masalah ekonomi, politik, dan perkembangan dunia. 23

24 24

25 BAGIAN II DASAR-DASAR EKSPOSURE 25

26 26

27 BAB IV. MENGENAL METODE SOSIAL a. Lingkaran Dinamika Eksposure Kita akan melihat bahwa eksposure agama Katolik menggunkaan dinamika lingkaran: observasi, analasisa, refleksi, dan rumusan-aksi. Berikut lingkaran dinamika eksposure: 1. OBSERVASI 4. PERUMUSAN DAN AKSI 2. ANALISA 3. REFLEKSI Eksposure memulaikan aktivitasnya dengan memakai berawal dari pengalaman (yaitu: apa yang sedang terjadi atau dialami). Langkah pertama, Observasi. Refleksi dan penghayatan iman tidak berada di menara gading. Ia tidak stiril terhadap pahit getirnya kehidupan. Oleh karena itu, tindakan turun gunung harus dilakukan supaya iman menjadi bergulatan pengalaman yang nyata. Dalam kerangka inilah, eksposure diawali dengan observasi. Observasi di sini adalah tindakan keluar, mengalami dan merasakan pengalaman atau situasi tertentu. Dalam kerangka gerak keluar ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dipersiapkan sebelumnya. 27

28 Untuk menangkap pengalaman, kita bisa menggunakan banyak metode penelitian. Salah satunya adalah observasi. Berikut beberapa keterangan tentang metode tersebut. 1. Metode Partisipative observation (Observasi Partisipatif). Dalam eksposure, kita akan menggunakan metode sosial observasi partisipatif. Secara sederhana, observasi partisipatif adalah metode penelitian ilmiah dengan cara hadir dan merasakan konteks yang diteliti. Di dalamnya, terjadi wawancara informal (wawancara ngobrol warung kopi ), pengumpulan data statistic, dan pengamatan langsung oleh peneliti. Sebagai gambaran, observasi partisipatif dapat dilakukan dengan cara: Tinggal bersama, Wawancara, Kunjungan, Pengamatan langsung, Informasi Instansi. Dalam metode ini, seluruh panca indra digunakan secara optimal (mata untuk mengamati, telinga untuk mendengar, rasa untuk merasakan panas atau penat, dsb). Setelah dirasa menemukan data-data (sesederhana atau sekecil apapun), peneliti harus mengingat dengan cara menulisnya dalam catatan-pribadi atau catatan harian. Selain catatan, peneliti bisa memanfaatkan alat modern (smartphone, misalnya) untuk menghasilkan data berupa: audio, visual, atau audio-visual. Dengan data-data tersebut, peneliti akan melakukan analisa. 2. Analisa Fakta dan Penilian Dalam pengalaman observasi, peserta sering kali melihat pengalaman dengan cara umum atau sekilas pandang. Dalam eksposure kali ini, peserta hendaknya membedakan fakta dan penilaian, atau fakta dan asumsi. Hal ini penting untuk membedakan manakah kenyataan dan manakah penafsiran. 28

29 Untuk itu, observer (mahasiswa) hendaknya membedakan fakta dan asumsi. 3. Mental Block Bicara tentang orang lain atau kelompok sosial tertentu, kita sudah mempunyai aneka pengetahuan, cara berpikir, atau paradigm tertentu tentangnya. Contoh pertama adalah pandangan terhadap kemiskinan para pemulung. Dalam kepala kita, sudah terpatri bahwa pemulung mempunyai hidup sengsara, melarat, dan miskin. Mereka mempunyai penghasilan kecil dari sumber penghasilan yang kotor dan pekerjaan pemulung dihindari oleh anggota masyarakat. Contoh kedua adalah pandangan kita tentang pengemis. Seorang pengemis terpaksa mengemis karena tidak mempunyai kesempatan kerja. Mengemis adalah sebuah keterpaksaan, bukan pilihan. Jika mereka bisa memilih, tentunya mereka tidak mau menjadi pengemis. Mereka miskin dan berkekurangan, rentan terhadap kekerasan, dan berpendapatan kecil. Dua contoh di atas adalah pikiran dan pengetahuan kita. Dalam pengalaman observasi, bisa jadi, peserta menemukan bahwa seorang pengemis bisa mendapatkan 100 ribu sehari Artinya, kurang lebih 3 juta per bulan. Penghasilan ini sudah di atas UMR Bandung. Jika demikian, apakah mereka miskin? Dalam 2-3 jam, seorang pemulung di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) mampu mendapatkan hasil ribu. Atau, pemulung mempunyai spesialisasi objek yang diambil: pemulung khusus plastic, botol, atau bahkan pemulung limbah rumah sakit. 29

30 Dengan demikian, pengetahuan awal tentang objek observasi harus disadari. Praduga atau asumsi harus disimpan untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru selama observasi. Hal ini menghindarkan peneliti (mahasiswa) untuk tidak menilai sesuatu tanpa data dan informasi yang cukup dan secara sembrono. Langkah kedua, Analisa Sosial. Langkah analisa sosial ini mengandalkan kemampuan yang merupakan andil dari ilmu-sosial. Eksposure (pelaku eksposure) mengkaji, menelaah, dan mengadakan analisa atas data-informasi yang diperoleh dari lapangan. Data-informasi disusun sedemikian rupa sehingga menjadi cerita atau bangunan informasi yang lengkap tentang objek yang diteliti. Cerita atau bangunan informasi mengarahkan peneliti (mahasiswa) untuk mendalami topic yang menjadi focus penelitian. Artinya, informasi tidak berhenti pada informasi. Data dan informasi mendorong mahasiswa untuk memperluas pengetahuan tentang topic pembicaraan. Tujuannya adalah untuk menempatkan masalah social secara lebih luas dan jelas. Kita akan melihat satu contoh, yaitu masalah pengemis. Dari observasi, kita menemukan segala data tentang profil, sejarah, motivasi, dan aktivitas harian sejumlah pengemis di suatu tempat (dalam suatu waktu). Dari data tersebut, kita bisa mengembangkan pengetahuan tentang: berapa pengemis di kota Bandung (konteks: Bandung) dan Indonesia, bagaimana persebaran pengemis di Indonesia. Kita bisa bertanya: a) Secara umum, dari mana asal pengemis, bagaimana karakter pengemis? b) apa motivasi mereka mengemis? Dan, apakah mereka mempunyai niat untuk berhenti 30

31 dan alih kerja? c) bagaimana kebijakan pemerinta untuk para pengemis? Adakan peraturan pemerintah (daerah atau pusat) tentang pengemis? Apa yang sudah dilakukan pemerintah (daerah atau pusat) terhadap para pengemis (selain Satpol PP merasia pengemis)? d) Adakah organisasi yang mengatur atau melindungi pengemis? Adakah sindikat pengemis, terkhusus anak-anak dan perempuan? e) Bagaimana dengan kekerasan yang dialami pengemis? Jenis kekerasan apa yang diperoleh? Apakah ada perlindungan pemerintah terhadap para pengemis? f) Adakah organisasi social (LSM cs) yang bergerak dalam bidang ini? Organisasi social apa saja yang peduli dengan para pengemis? Apa visi mereka? Dan, apa yang mereka lakukan untuk para pengemis? Deretan pertanyaan dan pendalaman di atas bisa diteruskan. Pertanyaan terakhirnya adalah apa yang sebenarnya dialami oleh para pengemis?, Apa yang menjadi masalah para pengemis?, atau Apa yang bisa kita rumuskan tentang pengemis sebagai masalah social?! Jawaban atas pertanyaan ini cukup ditulis dalam satu kalimat inti (Maksimal tulisan adalah 2 kalimat). Dari rumusan masalah social ini, mahasiswa membawanya sebagai inti pengalaman yang akan direfleksikan dalam konteks iman (Katolik). Langkah ketiga, Refleksi Iman. Tentunya, analisa sosial menghasilkan rumusan pengalaman atau hipotesa sosial. Hipotesa sosial tersebut tidak boleh berhenti pada tataran humanis semata. Sebaliknya, hipotesa sosial didalami dalam refleksi iman sehingga kenyataan hidup tidak sekedar pengalaman manusiawi semata-mata. Kenyataan hidup dihayati menjadi medan pergulatan iman (Kristiani). 31

32 Dalam kenyataan hidup, iman (Kristiani) ditantang untuk bersuara dan bertindak. Secara konkret, kita akan melihat rumusan analisa sosia: kemiskinan dan kemurahan hati. Intinya, analisas social melihat pengemis (lih, langkah kedua) dalam kaitan antara kemiskinan dan Kemurahan hati. Kemiskinan, karena pengemis adalah pihak yang mayoritas miskin; kemurahan hati, karena kehidupan pengemis tergantung pada sisa orang lain. Dalam refleksi iman, mahasiswa bisa merenungkan makna kemiskinan dan kemurahan hati. Apa arti kemiskinan dalam konteks iman (khususnya, kristiani)? Bagaimana Kitab Suci dan Gereja melihat kemiskinan dan kemurahan hati? Bagaimana Ajaran Sosial Gereja menilai kemiskinan dan kemurahan hati? Pada tahap akhir refleksi, mahasiswa merumuskan makna kemiskinan dan kemurahan hati dalam konteks penghayatan iman. Dalam tahap ini, mahasiswa melihat masalah iman dalam kacamata iman (Katolik). Dengan cara ini, persoalan social tidak bisa dilepaskan dalam penghayatan iman. Masalah sosial dibenturkan dengan nilai-nilai iman yang dihayati dan diperjuangkan oleh kaum beriman, yaitu Injil Yesus Kristus, Magisterium (Ajaran resmi Gereja), serta Tradisi Suci. Dengan gerak dialog tersebut, mahasiswa bisa berusaha menjawab dan mewujud-nyatakan iman kita dalam dinamika hidup. Demikianlah, refleksi iman membutuhkan kerja sama dengan ilmu-ilmu profan (ilmu sosial). Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana refleksi iman bekerja sama dengan ilmu profan? Tentang pertanyaan di atas, ada beberapa hal yang harus didsadari bersama. (1) dalam berefleksi iman, kita membutuhkan 32

33 pemahaman komprehensif atas pengalaman hidup (kenyataan sosial) dan hal itu dibantu oleh ilmu sosial. Ilmu sosial diharapkan mampu membuat gambaran dan analisa se-objektif mungkin. (2) Situasi sosial-objektif haruslah didekati olehlintas disiplin ilmu. Situasi yang semakin komplek pun membutuhkan kerjasama-intensif dengan ilmu-ilmu sosial. Dan, (3) refleksi iman membutuhkan standart pelayanan. Untuk melakukan refleksi iman, kita mengandalkan ilmu sosial supaya mendapat lukisan situasi seobjektif mungkin. (4) Bagi pelayanan sosial, dimensi refleksi iman menjadikan tindakan tersebut sebagai ungkapan iman. (5) Telaah atau analisa sosial menyajikan premis-premis nilai (entah disadari atau tidak). Premis nilai itu perlulah diungkapkan untuk bias didiskusikan sehingga kajian yang dihasilkan bisa dipertanggung-jawabkan dengan baik. Langkah keempat, Perumusan Aksi. Analisa sosial dan Refleksi iman bermuara pada perumusan aksi. Perumusan aksi di sini harus diperjelas supaya tidak terkesan gerakan sosial. Peserta eksposure diminta untuk membuat kesimpulan, merumuskan opsi atau pilihan penilaian atas situasi, analisa, dan refleksi imannya. Sangat dimungkinkan bahwa saat perumusan opsi, peserta eksposure membuat niat dan rencana aksi sebagai tindak lanjut dari penilaian dan pilihan yang dilakukan. 33

34 34

35 BAB VI. PENJELASAN METODE EKSPOSURE 1. Sekilas Exposure dalam Pendidikan Agama Exposure merupakan salah satu sarana atau metode pendidikan, yang memadukan unsur perencanaan, keterlibatan, studi pustaka, dan refleksi mahasiswa dalam rangka pengembangan iman. 2. Tema Exposure Tema Exposure semester ini adalah Keterlibatan dalam hidup sesama sebagai wujud cinta kepada Allah. 3. Tujuan Melatih kepekaan, kepedulian, dan keberanian untuk terlibat dalam hidup sesama sebagai wujud imannya dalam hidup nyata. 4. Fokus Eksposure Siapa yang dimaksud dengan sesama? Dalam eksposure kali ini, sesama itu adalah mereka yang dipinggirkan, tidak dianggap, menderita, miskin, cacat, terlantar dan terabaikan, menjadi korban. Secara rinci, sesama itu bisa meliputi: a) Anak jalanan b) Yatim piatu c) Pemulung d) Gelandangan e) Pengamen f) Pedagangan asongan g) Tukang becak h) Tukang semir i) Buruh galian j) Buruh pabrik k) Kurban penggusuran l) Kurban perkosaan m) Kurban kekerasan n)...dsb 35

36 Pada saat memilih objek eksposure, kita harus memperhatikan beberapa hal berikut. a) Masyarakat ekonomi lemah Kita akan belajar pengalaman hidup dari masyarakat ekonomi lemah. Secara asumtif, mereka adalah pedagang asongan atau PKL, buruh pabrik, satpam, pengamen, tukang parker (lih daftar di atas) b) Masyarakat termarginal Kita membedakan klas ekonomi lemah dan klas masyarakat termaginal. Istilah marginal ini bukanlah kata baku; yang dimaksud dengan marginal di sini adalah kelompok masyarakat yang (bisa jadi tidak-miskin) tetapi nereka disingkirkan atau dihindari olwh masyarakat. Misalnya adalah PSK (pekerja sex komersial). c) Berdasarkan lokalitas Eksposure semester ini tidak berfokus, pertama-tama, pada pengalaman personal tetapi lebih ingin menggali pengalaman komunitas. Sejak awal, mahasiswa hendaknya berfokus pada masalah social (bukan masalah personal). Objek yang dipilih harus atau sebaiknya bersifat komunal. Artinya, persoalan yang digali nantinya bukan hanya masalah pribadi dan personal, tetapi menyangkut situasi sosial dan bahkan struktur sosial. Contoh 1, tukang parkir... Observasi dan penelian tidak berhenti pada masalah pribadi seorang tukang parkir tetapi sekelompok kang parkir sebagai elemen masyarakat. Contoh 2, pembantu rumah tangga. Tidak hanya menyangkut satu orang pemban rumah tangga, tetapi sekelompok pembantu rumah tangga. Peneliti mengambil objek penelitian menyangkut satu sektor dan weilayah tertentu dari sektor tersebut. Contoh 1, 36

37 sekelompok pkl di jalan X dimana fakta atau data diambil dalam rentang waktu juni tahun Intinya: tidak personal tetapi komunitas 5. Mekanisme Exposure a) Mahasiswa membuat kelompok sekitar 4-6 orang per kelompok. Kelompok menentukan tema (pemulung, anak jalan, dll). b) Kelompok melakukan kegiatan eksposure. Secara periodik, kelompok berkumpul dan men-sharing-kan pengalaman keterlibatan di antara anggotanya. c) Kelompok mengikuti alur kerja sesuai dengan buku petunjuk. Beberapa hal praktis, bisa dibicarakan dalam pertemuan dengan pendamping atau dosen. d) Kelompok membuat laporan akhir kelompok berupa makalah atau paper dan mempresentasikan hasil di depan pendamping atau dosen dan mahasiswa lainnya. e) Hasil kelompok dikirim dalam bentuk hard-copy dan soft-copy. f) Masing-masing mahasiswa membuat laporan refleksi pribadi dan evaluasi pribadi sesuai petunjuk. Teknis: semua laporan dikumpulkan ke koordintar kelas (pilih sendiri di antara kelomok di kelas). g) Secara kelompok, laporan dipresentasikan sebagai nilai UAS (lih. Kriteria Penilaian). 6. Proses Teknis Eksposure a) Tentang Identitas objek penelitan 1. Siapa objek observasi Anda? Nama? Tempat? Lahir? Riwayat hidup? Pekerjaan? Aktivitas non kerja? Minat? Keluarga? Jenis kelamin? Usia? Jenjang pendidikan? 37

38 2. Siapa saja yag berperan dalam hidupnya? b) Tentang Masalah objek penelitian 1. Rumuskan masalah apa yg anda lihat dalam objek observasimu? 2. Jelaskan alasannya! c) Tentang Metode Penelitian 1. Observasi-partisipatif. Mahasiswa mengamati dan mengalami bersama objek observasinya. 2. Data bisa diperoleh dengan berbagai cara: Anget untuk pemetaan situasi. Wawancara mendalam terhadap objek kunci. Peta atau mapping masalah d) Tentang Latar belakang masalah objek penelitian 1. Kenapa masalah itu bisa mubcul, sisi histotis? 2. Siapa pemicunya? siapa yg mengawali? Faktor yang mempengaruhinya? e) Tentang Masalah dan dampak sosialnya 1. Apakah masalah dari objek tersebut mempunyai dampak atau berkaitan dengan masalah sosial? 2. Dimana titik penghubung antara masalah objek observasi dan masalah sosisal? 3. Jika tidak ada dampak atau kaitan sosial, objek dan masalahnya harus diganti karena hanya melingkupi masalah pribadi!!!! f) Tentang Titik keprihatinan peneliti terhadap masalah sosial di atas. 1. Sebagai peneliti, Anda bukanlah pihak netral. Apa keprihatinan awal atau dasarmu sebagai peneliti? 2. Mengapa Anda menaruh perhatian terhadap masalah tersebut? 38

39 3. Apa kaitannya keprihatinan Anda dengan masaalah sosial yabg sedang kita hadapi? g) Tentang Masalah sosial dan iman katolik 1. Mengapa masalah sosial tersebut muncul? 2. Bagaimana iman katolik bisa menerangi atau memperjelas masalah sosial tersebut? h) Tentang Keprihatinan kaum beriman terhadap masalah sosial. 1. Jika Anda menggunakan kacamata orang Katolik atau Orang yang tahu ajaran katolik, bagaimana masalah sosial itu akan dilihat? 2. Bagaimana KS menjelaskan masalah sosial itu? 3. Bagaimana Tradisi ASG, menjelaskannya? 4. Bagaimana suara hatimu menjelaskan masalah tersebut? i) Tentang Opsi sosial sebagai wujud penghayatan iman katolik. 1. Sebutkan pilihat tindakan berdasarkan masalah tersebut? 2. Jelaskan alasan yg bisa mempertanggungjawabkan pilihan tersebut? 3. Apa yg akan diperjuangkan dari pilkihan tindakan terasebut? 7. Jadwal Exposure Semester GENAP 2015/2016 Berikut jadwal kegiatan eksposure sampai dengan ujian akhir semester. No TP Tgl Keterangan 1. I 28/Maret s.d 1 April Pembagian kelompok, pemilihan tema, pembagian buku pegangan (ebook) 2. I 4-8 April Laporan tema (objek), konsultasi kelompok 3. II April Materi 1, konsultasi kelompok 39

40 4. III April Materi 2, konsultasi kelompok 5. IV April Materi 3, konsultasi kelompok 6. V Mei Presentasi 1, 2, 3 7. VI Mei Presentasi 1, 2, Pekan I UAS 8. Kriteria Penilaian Penilaian akan dilihat dari: a) laporan pribadi (nilai dosen), b) laporan kelompok (nilai dosen), c) keaktifan (nilai dari anggota kel), d) keterlibatan diri (nilai diri sendiri), d) presentasi (nilai dosen). Mahasiswa akan mendapat penilaian dari a) Mahasiswa itu sendiri, b) anggota satu kelompok, c) dosen pendamping. Nilai yang akan diperoleh masing-masing mahasiswa adalah: a) nilai laporan pribadi, b) nilai laporan kelompok, c) nilai anggota kel, d) nilai pribadi, dan e) nilai presentasi. Nilai tersebut akan diproses dan menghasilkan nilai UAS. Perhitungan nilai UAS: (A+B+C+D+E)/5. ii 9. Hal-hal penting selama eksposure a) Ada tiga tahap besar selama eksposure: Perkenalan, Keterlibatan, Study, Laporan. Silahkan mengikuti tahapan ini dengan menyesuaikan keadaan dan situasi. b) Saat eksposure, sebaiknya anda sopan dalam berbicara dan pakaian. Silahkan memperkenalkan diri terlebih dahulu. Jangan sampai orang tersinggung perasaan atau menjaga jarak dengan anda. Buatlah orang lain mau terbuka dengan Anda sebagai bagian dari sahabat mereka. 40

41 c) Silahkan amati keadaan dengan seksama: rumah, tetangga, lingkungan sekitar, gang, jalan becek, panas, jalan bising, mimik, cara bicara orang, dll. Catatlah semua itu sebagai bagian dari laporan. d) Pasang mata dan telinga untuk menangkap, tetapi buka hati untuk merasakan jerih payah, kesusahan, perjuangan. Catatlah semua perasaan pribadi sebagai bagian dari pengalaman. e) Posisikan diri Anda sebagai sahabat atau bagian keluarga mereka. Ngobrol dengan santai. Nongkronglah bersama mereka di trotoar atau kios. Ngobrolah dengan santai jangan menjadi orang asing yang menginterogasi. f) Hindari ngobrol sambil mencatat atau merekam. Sebaiknya, Anda merekam percakapan secara tersembunyi (merekam dengan HP, misalnya). Salinlah percakapan Anda di rumah dalam tulisan (verbatim). Salinan percakapan akan menjadi data bagi laporan. Menyalin atau membuat laporan, sebaiknya, dilakukan setelah selesai eksposure (sesegera mungkin dan jangan ditunda). g) Jangan mengganggu jam kerja atau pekerjaan mereka. Anda harus bisa mencari waktu yang tepat untuk bicara atau melakukan pendekatan. h) JANGAN PERNAH MENGUMBAR JANJI. Anda sebaiknya tidak menejanjikan ini atau memberikan itu. Kalau Anda tergerak untuk membantu, simpan keinginan Anda dan datanglah di lain waktu untuk mewujudkan keinginan dan gerakan hati itu tanpa menjanjikan hal itu sebelumnya. i) Sebaiknya, Anda membuat dokumentasi foto. Tetapi, HARUS DIINGAT: mengambilan dokumen harus alami. 41

42 Carilah alasan yang baik untuk berphoto. Misalnya: berfoto buat kenang-kenangan. Mengambil foto tetapi tidak tepat waktu, akan membuat benteng dalam diri mereka. j) Jangan lupa berpamitan dan berterima kasih. 10. Tahap-Tahap Eksposure a) Tahap Persiapan Mahasiswa membuat kelompok, mencari subjek eksposure, dan membuat rencana kegiatan, baik pribadi atau kelompok. b) Tahap I: Pengenalan & Identifikasi Tahap pengenalan ini adalah tahap paling awal dan penentu dari seluruh proses keterlibatan. Jika mahasiswa berhasil di tahap ini, maka proses selanjutnya akan lebih mudah. Dalam tahap ini, mahasiswa harus berfokus pada pengumpulan data-data dan informasi: 1. identitas orang-nya: nama, usia, tanggal lahir, alamat rumah, nama anggota keluarga, dll; 2. sejarah: mengapa keadaannya seperti ini, asli penduduk Bandung atau pendatang, kapan tinggal bandung, bagaimana sejarah pekerjaannya, mengapa memilih pekerjaan tersebut; 3. Lingkungan sekitar: keadaan rumah, kontrakan atau hak milik, denah rumah, peta daerah sekitar rumah, kategori rumah: (rumah kardus, rumah permanen, rumah kayu), kategori sosial rumah: rumah kumuh, rumah elit, kampung/desa, dll. 4. Persoalan: apa yang dihadapi oleh dan menurut subjek. Untuk tahu hal ini, mahasiswa tidak bisa langsung menanyakannya kepada subjek. Persoalan subjek 42

43 merupakan hasil analisa mahasiswa dari hasil wawancara, survei, dan pengamatan. Sebaiknya, analisa ini dikonfrontasikan dengan situasi subjek. Jangan sampai: Menurut mahasiswa, suatu keadaan adalah persoalan, tetapi menurut subjek keadaan itu bukanlah persoalan. Oleh karena itu, butuh second opinion dari anggota kelompok dalam diskusi kelompok. 5. Mahasiswa bisa melibatkan diri dalam kehidupan subjek: melakukan apa yang dilakukan subjek. Mahasiswa diharapkan secara total merasakan hidup subjek. Tinggalkan keagungan diri dan kemewahan yang Anda alami saat ini. Walaupun Anda tidak akan 100% mengalami kehidupan mereka, Anda tetap bisa mencicipi kehidupan mereka. Berikan waktu dan diri Anda dalam hidup mereka (bukan uang dan materi). 6. Tahap ini, mahasiswa mengalami menjadi sahabat bagi sesama. Mahasiswa berfokus pada pengalaman: bagaimana perasaan Anda dan pikiran Anda dipengaruhi oleh kehidupan orang lain ini. c) Tahap II: Analisa Sosial & Studi Pustaka Mahasiswa sudah mempunyai banyak data-informasi yang bisa membantu mahasiswa untuk memahami pengalaman hidup dari objek observasi. Pengalaman dan data objek observasi diletakkan dalam lingkup yang lebih luas dan masalahnya dipahami dengan lebih mendalam. Mahasiswa mencari bahan referensi yang bisa memperkaya bahan sebelumnya. Dari semua bahan, mahasiswa membangun sebuah kerangka pemikiran konseptual dan paradigma sesuai dengan tema pilihan. 43

44 Tahap analisa social dan studi pustaka ini berakhir dalam pertanyaan: apa masalah sosialnya? d) Tahap III: Refleksi Iman Dalam tahap ke-3, refleksi iman dilakukan. Refleksi iman ini menggunakan sudut pandang Katolik. Mahasiswa memandang masalah social dengan cara pandang iman, baik itu Kitab Suci, Ajaran Sosial Gereja, Magisterium (Ajaran Gereja). e) Tahap IV: Action Plan dan Pelaporan Eksposure. Di sebelumnya, mahasiswa sudah melakukan analisa social dengan hasil rumusan masalah social dan refleksi iman dengan hasil rumusan pergulatan iman. Pada tahap akhir ini, mahasiswa dituntut untuk membuat rencana aksi sebagai konsekuensi atau tindak-lanjut dari rumusan pergulatan iman. Mahasiswa juga membuat laporan akhir sebagai bahan penilaian UAS. Mahasiswa membuat laporan sebagai dokumentasi seluruh proses eksposure. CATT: Seluruh tahapan ini bisa dilakukan secara fleksibel. Artinya, mahasiswa bisa melakukan pengenalan-identifikasi bersamaan dengan keterlibatan. Tetapi, fokus utamanya adalah pengenalan dan identifikasi. 44

45 11. Format Laporan Akhir. Semua mahasiswa peserta eksposure harus melewati semua pelaporan berikut. Format ini tidak baku dan bisa dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan. LAPORAN PROSES EXPOSURE (tema) Nama : NPM : Kelas : Kelompok : LEMBAGA PENGEMBANGAN HUMANIORA UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN BANDUNG, 20 45

46 Beberapa hal penting dalam Laporan 1. Bentuk Laporan: a) Ukuran kertas A4 b) Huruf: Cambria, huruf 12, spasi 1,5 c) Margn kanan-kiri-atas-bawah: 3 cm 2. Susunan Laporan: 1. COVER (sudah jelas) 2. PENGANTAR (sudah jelas) 3. DAFTAR ISI (Sudah jelas) 4. BAB I. Pendahuluan a) Latar belakang, alasan memilih subjek, hasil yang diharapkan. b) Rumusan masalah penelitian Sekitar 1 halaman saja, jelaskanlah masalah yang ingin Anda jelaskan. Kemukakanlah juga asumsi atau pikiranpikiran awal yang sudah ada di dalam pikiran Anda! c) Metode Penelitian Jelaskan bagaimana Anda akan melakukan eksposure secara rinci! Bagaimana prosesnya? Metode atau langkahnya? Jika ada angket atau sejenisnya, jelaskan! Kendalanya? Faktor Pendukungnya? Tantangannya? 5. Bab III. Profil Objek Penelitian Judul di atas sebaiknya ditambah dengan rumusan tematik (hal khas, khusus, istimewa, atau yang menyentuh) dari objek observasi kelompok. Tulislah 6. BAB III. Analisa Sosial dan Refleksi Iman a) Analisa Sosial Buatlah analisa social atas hasil observasi-partisipatif yang sudah dilakukan! Tampakkan dan munculkanlah masalah social yang melatar-belakangi objek eksposure! 46

47 b) Refleksi Iman Jika Tuhan ada dalam konteks di atas, menurut Anda, apa yang akan dilakukan-nya? Mengapa? (Catt: Argumentasimu menentukan nilaimu.) 7. BAB IV. Rencana Aksi dan Rekomendasi a) Rencana Aksi Bagian ini merupakan bagian akhir. Rumuskan kembali secara singkat: refleksi iman dan analisa social. Setelah mengungkapkan analisa social dan refleksi iman, rumuskanlah semua aksi yang bisa dilakukan atas dasar analisa dan refleksi tersebut! Dari semua kemungkinan aksi tersebut, pilihlah 2-3 aksi yang memenuhi kriteria berikut: realistic, terukur jelas, bisa dilakukan! b) Rekomendasi Buatlah rekomendasi atas hasil eksposure kelompok. Rekomendasi ini bukanlah evaluasi atau kritik-saran eksposure, tetapi rekomendasi atas tema yang kelompok olah selama eksposure. 8. DAFTAR PUSTAKA 9. DAFTAR LAMPIRAN a) Refleksi pribadi atas proses eksposure per pribadi, maksimal 1 halaman, A4, 1 spasi, garamond. Meliputi emosi atau rasa, kognitif, skill. b) Evaluasi pelaksanaan eksposure kelompok, rangkuman masing masing anggota kelompok. Meliputi buku panduan, hp ndmpingan, objek, laporan, mekanisme laporan, refleksi, evaluasi dll. c) Daftar pertanyaan angket. d) Hasil atau data mentah angket e) Hasil pengolahan angket f) Hasil wawancara-mendalam dengan responden. 47

48 wawancara dibuat dalam notulensi verbatim dari hasil rekaman. (Audio disertakan dalam file) g) Dokumentasi foto Beberapa foto penting bisa disertakan dalam laporan hard-copy. Foto pendukung lain bisa disatukan dengan laporan soft-copy. h) Identitas peserta Eksposure: profil mahasiswa anggota kelompok beserta foto pribadi. 12. Penegasan Aturan a) Pelanggaran dan Konsekuensi: No copy paste internet! Kutipan harus disertai dengan catatan kaki. Jika dilanggar, kegiatan dan hasil eksposure atas nama kelompok akan dibatalkan. Konsekuensinya: nilai UAS adalah 1. Seluruh anggota hadir dalam presentasi. Ketidakhadiran anggota berarti absen UAS. Jika dilanggar, mahasiswa akan dianggap tidak-hadir. Konsekuensnya: nilai UAS tidak ada (bukan 1). b) Komponen nilai UAS adalah 1 nilai presentasi (dosen), 1 nilai partisipasi atau keaktivan dalam group (anggota kelompok), 1 nilai penampilan (kelompok lain saat presentasi), dan 1 nilai paper. c) Unsur paper yang dinilai adalah kelengkapan data, struktur penulisan, kelengkapan informasi, rumusanrumusan inti (analisa social, refleksi iman, aksi). d) Nilai Paper juga akan digunakan dalam nilai-nilai tugas. 48

49 BAB V METODE OBSERVASI iii (BEBERAPA CATATAN TAMBAHAN) 1. Pengantar Dalam ulasan berikut ini, eksposure akan disejajarkan dengan kegiatan penelitian sosial dan pelaku eksposure dianggap sebagai peneliti. Dalam kontes ini, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut: 1. Peranan Peneliti dalam membentuk pengetahuan. Dalam proses pembentukan pengetahuan, peneliti merupakan figur utama yang mempengaruhi dan membentuk pengetahuan. Peran ini dilakukan melalui proses pengumpulan, pemilihan dan interpretasi data. Jadi, sangatlah tidak mungkin untuk melakukan penelitian, jika penelitian tidak terjun langsung pada obyek yang diteliti. Konsekuensinya, peneliti harus terlibat secara langsung dalam setiap tahap kegiatan penelitian dan harus berada langsung dalam setting penelitian yang dipilih. 2. Arti penting hubungan peneliti dengan pihak lain. Penelitian kualitatif merupakan proses yang melibatkan peserta (yang diteliti), peneliti dan pembaca serta relationship yang mereka bangun. Jadi, peneliti dipengaruhi oleh lingkungan sosial, historis dan kultural dimana riset dilakukan. Konsekuensinya, ketika melakukan penelitian, peneliti harus mampu membangun hubungan yang baik dengan obyek penelitian dan mampu menyajikan hasil penelitian sehingga pembaca dapat mengikuti dengan jelas alur pemikiran peneliti dalam membangun suatu pengetahuan. 49

Dalam penyusunan buku pengembangan pembelajaran pendidikan Agama ini, kami terbantu dan banyak belajar dari modul eksposure yang dibuat oleh Saudara

Dalam penyusunan buku pengembangan pembelajaran pendidikan Agama ini, kami terbantu dan banyak belajar dari modul eksposure yang dibuat oleh Saudara KATA PENGANTAR Buku ini merupakan usaha pengembangan program pembelajaran Pendidikan Agama Katolik.Tentunya, masih terus berproses dan akan berkembang dalam perjalanannya. Semangat dasar pengembangan pendidikan

Lebih terperinci

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN DALAM KONSTITUSI KITA Kita mengembangkan kesadaran dan kepekaan terhadap masalah-masalah keadilan, damai dan keutuhan ciptaan.para suster didorong untuk aktif

Lebih terperinci

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J.

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Mistika dikenal oleh orang sekitar sebagai seorang yang suci, orang yang dekat dengan Tuhan,

Lebih terperinci

KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL

KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL Warta 22 November 2015 Tahun VI - No.47 KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL Hasil Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia IV (sambungan minggu lalu) Tantangan Keluarga dalam Memperjuangkan Sukacita Anglia 9.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas/Semester : VIII / 1 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit A. Standar Kompetensi : Memahami

Lebih terperinci

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

Th A Hari Minggu Biasa VIII 26 Februari 2017

Th A Hari Minggu Biasa VIII 26 Februari 2017 1 Th A Hari Minggu Biasa V 26 Februari 2017 Antifon Pembuka Mzm. 18 : 19-20 Tuhan menjadi sandaranku. a membawa aku keluar ke tempat lapang. a menyelamatkan aku karena a berkenan kepadaku. Pengantar Rasa-rasanya

Lebih terperinci

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a 1 Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a. 6-7. 9-11 Bagian-bagian Kitab Taurat Allah dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan sehingga pembacaan dimengerti.

Lebih terperinci

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Jenjang Pendidikan : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kurikulum : 2006 Jumlah Kisi-Kisi : 60 KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018 NO KOMPETENSI DASAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Gereja adalah persekutuan umat beriman yang percaya kepada Kristus. Sebagai sebuah persekutuan iman, umat beriman senantiasa mengungkapkan dan mengekspresikan

Lebih terperinci

BAGIAN SATU PENGAKUAN IMAN

BAGIAN SATU PENGAKUAN IMAN Bagian Satu 11 Kompendium Katekismus Gereja Katolik *************************************************************** BAGIAN SATU PENGAKUAN IMAN 12 Kompendium 14 Kompendium Lukisan ini menggambarkan tindakan

Lebih terperinci

Pertemuan Pertama. Allah Yang Murah Hati

Pertemuan Pertama. Allah Yang Murah Hati APP 2013 Pertemuan Pertama Allah Yang Murah Hati Sasaran Pertemuan: Melalui pertemuan ini kita semakin meningkatkan kesadaran kita akan Allah yang murah hati, berbela rasa. Bacaan Pertemuan Pertama: Matius

Lebih terperinci

SPIRITUALITAS EKARISTI

SPIRITUALITAS EKARISTI SPIRITUALITAS EKARISTI SUSUNAN PERAYAAN EKARISTI RITUS PEMBUKA LITURGI SABDA LITURGI EKARISTI RITUS PENUTUP RITUS PEMBUKA Tanda Salib Salam Doa Tobat Madah Kemuliaan Doa Pembuka LITURGI SABDA Bacaan I

Lebih terperinci

(Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VIII, 1 /2 Maret 2014)

(Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VIII, 1 /2 Maret 2014) (Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VIII, 1 /2 Maret 2014) Para Ibu/Bapak, Suster/Bruder/Frater, Kaum muda, remaja dan anak-anak yang yang terkasih dalam Kristus, 1. Bersama dengan

Lebih terperinci

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA 1 Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA Bacaan Pertama Kis. 10 : 34a. 37-43 Kami telah makan dan minum bersama dengan Yesus setelah Ia bangkit dari antara orang mati. Bacaan diambil dari Kisah Para

Lebih terperinci

MATERI I MATERI I. subyek yang ikut berperan

MATERI I MATERI I. subyek yang ikut berperan subyek yang ikut berperan 14 1 7. PERTANYAAN UNTUK DISKUSI Menurut Anda pribadi, manakah rencana Allah bagi keluarga Anda? Dengan kata lain, apa yang menjadi harapan Allah dari keluarga Anda? Menurut Anda

Lebih terperinci

BAB XII MENJAGA KEUTUHAN CIPTAAN. Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Psikologi.

BAB XII MENJAGA KEUTUHAN CIPTAAN. Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Psikologi. BAB XII Modul ke: 13 MENJAGA KEUTUHAN CIPTAAN Fakultas MKCU Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. www.mercubuana.ac.id Program Studi Psikologi MENJAGA KEUTUHAN CIPTAAN Terima Kasih A. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

KONTEKSTUALISASI DAN PERJANJIAN LAMA

KONTEKSTUALISASI DAN PERJANJIAN LAMA KONTEKSTUALISASI DAN PERJANJIAN LAMA SHORTER kitab Perjanjian lama lebih dahulu menempatkan Sabda kepada dunia, konsep yang mendasari pendekatan Kristologi untuk berkontekstualisasi. inilah suara Tuhan

Lebih terperinci

3. Apa arti keadilan? 4. Apa arti keadilan menurut keadaan, tuntutan dan keutamaan? 5. Apa Perbedaan keadilan komutatif, distributive dan keadilan

3. Apa arti keadilan? 4. Apa arti keadilan menurut keadaan, tuntutan dan keutamaan? 5. Apa Perbedaan keadilan komutatif, distributive dan keadilan 3. Apa arti keadilan? 4. Apa arti keadilan menurut keadaan, tuntutan dan keutamaan? 5. Apa Perbedaan keadilan komutatif, distributive dan keadilan legal? 6. Sebutkan sasaran yang dikritik Nabi Amos! 7.

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah satunya karena Indonesia berdasar pada Pancasila, dan butir sila pertamanya adalah Ketuhanan

Lebih terperinci

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) 10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi

Lebih terperinci

Revitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND

Revitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND MERESAPI SABDA TERLIBAT DI DALAM DUNIA Revitalisasi Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND Revitalisasi bagi Kongregasi Aktif Merasul berarti menggambarkan kembali

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA - 273 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

Gereja untuk Apa? Ef.1:1-14. Pdt. Andi Halim, S.Th.

Gereja untuk Apa? Ef.1:1-14. Pdt. Andi Halim, S.Th. Gereja untuk Apa? Ef.1:1-14 Pdt. Andi Halim, S.Th. Ayat 1. Orang-orang kudus bukan orang yang sama sekali tidak ada cacatnya. Di dunia ini semua orang berdosa, tanpa kecuali, temasuk bunda Maria, santo-santa

Lebih terperinci

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 1 KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 Pontianak, 16 Januari 2016 Paul Suparno, S.J 2. Abstrak Keluarga mempunyai peran penting dalam menumbuhkan bibit panggilan, mengembangkan, dan menyertai dalam perjalanan

Lebih terperinci

PEKERJAAN ROH KUDUS Lesson 12 for March 25, 2017

PEKERJAAN ROH KUDUS Lesson 12 for March 25, 2017 PEKERJAAN ROH KUDUS Lesson 12 for March 25, 2017 Yesus memperkenalkan Roh Kudus sebagai Penghibur dan Penolong kita. Dia juga mengatakan kepada kita bahwa pekerjaan utamanya adalah untuk menginsafkan dunia.

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kesimpulan akhir dari penelitian tentang teologi kontekstual berbasis budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata peribadahan GKJ di dalam menanamkan

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan KISI-KISI PENULISAN SOAL Jenis Sekolah : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kurikulum : 2006 Alokasi Waktu : 120 Menit Jumlah soal : 40 + 5 Bentuk Soal : Pilihan Ganda dan Uraian

Lebih terperinci

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari... Definisi Keselamatan Permulaan Memasuki Keselamatan Akibat-akibat Keselamatan

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari... Definisi Keselamatan Permulaan Memasuki Keselamatan Akibat-akibat Keselamatan Keselamatan Saya sedang duduk di rumahnya yang kecil, ketika Amelia, yang berusia 95 tahun, menceritakan apa sebabnya ia menerima Yesus sebagai Juruselamatnya. Bertahun-tahun yang lalu ia berdiri di depan

Lebih terperinci

EVANGELISASI BARU. Rohani, Desember 2012, hal Paul Suparno, S.J.

EVANGELISASI BARU. Rohani, Desember 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 EVANGELISASI BARU Rohani, Desember 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Budayanita waktu mengajar agama pada beberapa orang tua yang ingin menjadi Katolik, sering meneguhkan bahwa mereka itu sebenarnya

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!.

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. 1 Ucapan Petrus dalam suatu dialog dengan Yesus ini mungkin

Lebih terperinci

Allah Adalah Pola Bagi Hidup Kita

Allah Adalah Pola Bagi Hidup Kita Allah Adalah Pola Bagi Hidup Kita Banyak negara yang memiliki peribahasa seperti "Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga." Suatu hal yang menarik tentang keluarga ialah kemiripan antara anggotaanggota

Lebih terperinci

LITURGI SABDA. Tahun C Minggu Paskah III. Bacaan Pertama Kis. 5:27b b-41. Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus.

LITURGI SABDA. Tahun C Minggu Paskah III. Bacaan Pertama Kis. 5:27b b-41. Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus. 1 Tahun C Minggu Paskah III LITURGI SABDA Bacaan Pertama Kis. 5:27b-32. 40b-41 Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus. Bacaan diambil dari Kisah Para Rasul: Setelah ditangkap oleh pengawal

Lebih terperinci

Penelaahan Tiap Kitab Secara Tersendiri

Penelaahan Tiap Kitab Secara Tersendiri Penelaahan Tiap Kitab Secara Tersendiri Mungkin kelihatannya lebih mudah untuk mengandalkan beberapa ayat Alkitab yang kita gemari untuk membimbing dan menguatkan kita secara rohani. Akan tetapi, kita

Lebih terperinci

Pendidikan Agama. Katolik IMAN DAN GLOBALISASI ( PEMBAHARUAN KONSILI VATIKAN II ) Modul ke: 12Fakultas Psikologi

Pendidikan Agama. Katolik IMAN DAN GLOBALISASI ( PEMBAHARUAN KONSILI VATIKAN II ) Modul ke: 12Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Modul ke: 12Fakultas Psikologi Katolik IMAN DAN GLOBALISASI ( PEMBAHARUAN KONSILI VATIKAN II ) Program Studi Psikologi Oleh : Drs. Sugeng Baskoro, M.M Sejarah Konsili Vatikan II Konsili

Lebih terperinci

TAHUN AYIN ALEPH. Minggu I. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

TAHUN AYIN ALEPH. Minggu I. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. TAHUN AYIN ALEPH Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. (Matius 6:33) Minggu I Pada tanggal 8 September 2010, kalender orang Yahudi berubah

Lebih terperinci

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK 1 MODUL PERKULIAHAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK IMAN KATOLIK Fakultas Program Studi Tatap Muka Reguler Kode MK Disusun Oleh MKCU PSIKOLOGI 02 MK900022 Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Abstract Pada Bab

Lebih terperinci

Pekerja Dalam Gereja Tuhan

Pekerja Dalam Gereja Tuhan Pekerja Dalam Gereja Tuhan Kim, seorang yang baru beberapa bulan menjadi Kristen, senang sekali dengan kebenaran-kebenaran indah yang ditemukannya ketika ia mempelajari Firman Tuhan. Ia membaca bagaimana

Lebih terperinci

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN Disampaikan sebagai pengganti khotbah dalam Perayaan Ekaristi Minggu Biasa VI tanggal 10-11

Lebih terperinci

ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA

ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA Tahun 2011 2015 1 Latar Belakang Ecclesia Semper Reformanda >> gerak pastoral di KAJ >> perlunya pelayanan pastoral yg semakin baik. 1989 1990: Sinode I KAJ

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan. 1 NN, Badan Geologi Pastikan Penyebab Gempa di Yogyakarta, ANTARA News,

BAB 1 Pendahuluan.  1 NN, Badan Geologi Pastikan Penyebab Gempa di Yogyakarta, ANTARA News, 1 BAB 1 Pendahuluan 1. 1. Latar Belakang Gempa bumi yang terjadi pada tanggal 27 Mei 2006 berkekuatan 5,9 Skala Richter pada kedalaman 17,1 km dengan lokasi pusat gempa terletak di dekat pantai pada koordinat

Lebih terperinci

Suster-suster Notre Dame

Suster-suster Notre Dame Suster-suster Notre Dame Diutus untuk menjelmakan kasih Allah kita yang mahabaik dan penyelenggara Para suster yang terkasih, Generalat/Rumah Induk Roma Paskah, 5 April 2015 Kisah sesudah kebangkitan dalam

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL

PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL Lenda Dabora Sagala STT Simpson Ungaran Abstrak Menghadapi perubahan sosial, Pendidikan Agama Kristen berperan dengan meresponi perubahan

Lebih terperinci

dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014

dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014 SURAT GEMBALA PRAPASKA 2014 KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014 Allah Peduli dan kita menjadi perpanjangan Tangan Kasih-Nya untuk Melayani Saudari-saudaraku yang terkasih,

Lebih terperinci

Editorial Merawat Iman

Editorial Merawat Iman Editorial Merawat Iman... kita percaya bahwa Allahlah Sang Penabur, yang menaburkan benih Injil dalam kehidupan kita. Melalui karya katekese, kita semua dipanggil untuk bersama Allah menumbuhkan dan memelihara

Lebih terperinci

Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap

Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap Pengantar Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap tahunnya oleh seluruh umat katolik sedunia untuk menghormati Santa Perawan Maria. Bapa Suci

Lebih terperinci

RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order

RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order HARI 1 JEJAK-JEJAK PEMURIDAN DALAM SURAT 1-2 TIMOTIUS Pendahuluan Surat 1-2 Timotius dikenal sebagai bagian dari kategori Surat Penggembalaan. Latar belakang

Lebih terperinci

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. 03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna,

Lebih terperinci

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA A. KOMPETENSI 1. Standar Kompetensi Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan

Lebih terperinci

LITURGI SABDA. Bacaan pertama (Am. 7 : 12-15) Pergilah, bernubuatlah terhadap umat-ku. Bacaan diambil dari Nubuat Amos

LITURGI SABDA. Bacaan pertama (Am. 7 : 12-15) Pergilah, bernubuatlah terhadap umat-ku. Bacaan diambil dari Nubuat Amos TAHN B - Hari Minggu Biasa XV 12 Juli 2015 LTRG SABDA Bacaan pertama (Am. 7 : 12-15) Pergilah, bernubuatlah terhadap umat-ku. Bacaan diambil dari Nubuat Amos Sekali peristiwa berkatalah Amazia, imam di

Lebih terperinci

B. RINGKASAN MATERI 1. Gereja yang satu 2. Gereja yang kudus 3. Gereja yang katolik 4. Gereja yang apostolic

B. RINGKASAN MATERI 1. Gereja yang satu 2. Gereja yang kudus 3. Gereja yang katolik 4. Gereja yang apostolic BAB II SIFAT SIFAT GEREJA A. KOMPTENTSI 1. Standar Kompetensi Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan bergereja

Lebih terperinci

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN I Allah Tritunggal Kami percaya kepada satu Allah yang tidak terbatas, yang keberadaan-nya kekal, Pencipta dan Penopang alam semesta yang berdaulat; bahwa

Lebih terperinci

Pada waktu itu Musa berkata kepada bangsanya tentang hal-ikhwal persembahan katanya,

Pada waktu itu Musa berkata kepada bangsanya tentang hal-ikhwal persembahan katanya, 1 Tahun C Hari Minggu Prapaskah I LITURGI SABDA Bacaan Pertama Ul. 26 : 4-10 Pengakuan iman bangsa terpilih. Bacaan diambil dari Kitab Ulangan: Pada waktu itu Musa berkata kepada bangsanya tentang hal-ikhwal

Lebih terperinci

oleh Gereja 1Uhan Apa yang Dilakukan untuk Dunia Ini

oleh Gereja 1Uhan Apa yang Dilakukan untuk Dunia Ini Apa yang Dilakukan oleh Gereja 1Uhan untuk Dunia Ini Dalam pelajaran 6, kita melihat bahwa orang percaya mempunyai tanggung jawab terhadap orang-orang percaya lainnya. Semua orang percaya termasuk keluarga

Lebih terperinci

TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET

TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET 1 TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET Seminar Religius di BKS 2016 Kanisius, 8 September 2016 Paul Suparno, SJ Pendahuluan Tema BKS tahun 2016 ini adalah agar keluarga mewartakan

Lebih terperinci

42. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK

42. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK 42. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

5 Bab Empat. Penutup. Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang

5 Bab Empat. Penutup. Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang 5 Bab Empat Penutup Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang merupakan uraian singkat dari bab pendahuluan dan ketiga bab di atas, guna membuktikan kebenaran hipotesis penelitian dan hal-hal

Lebih terperinci

UKDW BAB I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

UKDW BAB I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Teologi merupakan suatu usaha atau kegiatan untuk mencermati kehadiran Tuhan Allah di mana Allah menyatakan diri-nya di dalam kehidupan serta tanggapan manusia akan

Lebih terperinci

LITURGI SABDA Bacaan Pertama Kel 17 : 3-7 Berikanlah air kepada kami, supaya kami dapat minum. Bacaan diambil dari Kitab Keluaran:

LITURGI SABDA Bacaan Pertama Kel 17 : 3-7 Berikanlah air kepada kami, supaya kami dapat minum. Bacaan diambil dari Kitab Keluaran: Tahun A Hari Minggu Prapaskah III (Penyelidikan Pertama Calon Baptis) LITRGI SABDA Bacaan Pertama Kel 17 : 3-7 Berikanlah air kepada kami, supaya kami dapat minum. Bacaan diambil dari Kitab Keluaran: Sekali

Lebih terperinci

APA KATA TUHAN? RENUNGAN SINGKAT! POKOK ANGGUR YANG BENAR. Yoh 15:1-8

APA KATA TUHAN? RENUNGAN SINGKAT! POKOK ANGGUR YANG BENAR. Yoh 15:1-8 Yoh 15:1-8 POKOK ANGGUR YANG BENAR HARI MINGGU PASKAH V 03 MEI 2015 (1) Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. (2) Setiap ranting pada-ku yang tidak berbuah, dipotong-nya dan setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan dan nilai-nilai rohani masyarakat. Kehidupan rohani menjadi semakin terdesak dari perhatian umat

Lebih terperinci

Dasar Kebersatuan Umat Kristen. Efesus 2: Pdt. Andi Halim, S.Th.

Dasar Kebersatuan Umat Kristen. Efesus 2: Pdt. Andi Halim, S.Th. Dasar Kebersatuan Umat Kristen Efesus 2:11-22 Pdt. Andi Halim, S.Th. Bicara soal kebersatuan, bukan hanya umat Kristen yang bisa bersatu. Bangsa Indonesia pun bersatu. Ada semboyan Bhineka Tunggal Ika,

Lebih terperinci

(Disampaikan sebagai pengganti Homili, pada Misa Sabtu/Minggu, 28/29 September 2013)

(Disampaikan sebagai pengganti Homili, pada Misa Sabtu/Minggu, 28/29 September 2013) (Disampaikan sebagai pengganti Homili, pada Misa Sabtu/Minggu, 28/29 September 2013) Makin Beriman, Makin Bersaudara, Makin Berbela Rasa Melalui Pangan Sehat Para Ibu dan Bapak, Suster, Bruder, Frater,

Lebih terperinci

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan 21-23 Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Orang-orang yang percaya kepada Kristus terpecah-belah menjadi ratusan gereja. Merek agama Kristen sama

Lebih terperinci

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran 2008 2009 L E M B A R S O A L Mata pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas : 8 Hari / tanggal : Waktu : 60 menit PETUNJUK UMUM : 1. Tulislah nama

Lebih terperinci

TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri

TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri 1 RITUS PEMBUKA PERARAKAN MASUK LAGU PEMBUKA TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Umat : Amin. Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan

Lebih terperinci

Santo Yohanes Rasul adalah orang yang sejak semula boleh mengalami kasih Yesus secara istimewa.

Santo Yohanes Rasul adalah orang yang sejak semula boleh mengalami kasih Yesus secara istimewa. 1. Allah, Sumber Segala Kasih Santo Yohanes Rasul adalah orang yang sejak semula boleh mengalami kasih Yesus secara istimewa. Pada perjamuan malam ia boleh duduk dekat Yesus dan bersandar dekat dengan

Lebih terperinci

5. Pengantar : Imam mengarahkan umat kepada inti bacaan, liturgi yang akan dirayakan saat itu.

5. Pengantar : Imam mengarahkan umat kepada inti bacaan, liturgi yang akan dirayakan saat itu. TATA CARA dan URUTAN PERAYAAN EKARISTI: Bagian 1 : RITUS PEMBUKA Bertujuan mempersatukan umat yang berkumpul dan mempersiapkan umat untuk mendengarkan sabda Allah dan merayakan Ekaristi dengan layak. Ritus

Lebih terperinci

Sukacita atas belas kasih Allah

Sukacita atas belas kasih Allah Sukacita atas belas kasih Allah Kehadiran gereja hendaknya menampakkan belas kasih Allah baik melalui paroki, komunitas, kelompok asosiasi dan gerakan lainnya; atau dengan kata lain kehadiran orang Kristen

Lebih terperinci

LITURGI SABDA Bacaan pertama (Kej 9 : 8-15) Perjanjian Allah dengan Nuh sesudah ia dibebaskan dari air bah. Bacaan diambil dari Kitab Kejadian

LITURGI SABDA Bacaan pertama (Kej 9 : 8-15) Perjanjian Allah dengan Nuh sesudah ia dibebaskan dari air bah. Bacaan diambil dari Kitab Kejadian TAHN B - Hari Minggu Prapaskah I 22 Februari 2015 LITRGI SABDA Bacaan pertama (Kej 9 : 8-15) Perjanjian Allah dengan Nuh sesudah ia dibebaskan dari air bah. Bacaan diambil dari Kitab Kejadian Sesudah air

Lebih terperinci

Revelation 11, Study No. 22 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 22,oleh Chris McCann

Revelation 11, Study No. 22 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 22,oleh Chris McCann Revelation 11, Study No. 22 in Indonesian Language Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 22,oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di Pemahaman Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu.

Lebih terperinci

Pola Tuhan Bagi Para Pekerja

Pola Tuhan Bagi Para Pekerja Pola Tuhan Bagi Para Pekerja Kim mempelajari alasan-alasan bagi perkumpulan orang percaya dalam gereja yang mula-mula. Ia melihat adanya bermacam-macam keperluan yang mempersatukan mereka - keperluan akan

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMALB AUTIS

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMALB AUTIS - 1927 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMALB AUTIS KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA - 165 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA KELAS VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Iman Menuju Kesempurnaan

Pertumbuhan Iman Menuju Kesempurnaan Pertumbuhan Iman Menuju Kesempurnaan Kolose 2 : 18-19 2:18 Janganlah kamu biarkan kemenanganmu digagalkan oleh orang yang pura-pura merendahkan diri dan beribadah kepada malaikat, serta berkanjang pada

Lebih terperinci

Gereja Menyediakan Persekutuan

Gereja Menyediakan Persekutuan Gereja Menyediakan Persekutuan Pada suatu Minggu pagi sebelum kebaktian Perjamuan Tuhan, lima orang yang akan diterima sebagaianggota gereja berdiri di depan pendeta dan sekelompok diaken. Salah seorang

Lebih terperinci

NOVENA PENTAKOSTA 2015 ROH KUDUS MEBANGKITKAN SIKAP SYUKUR DAN PEDULI

NOVENA PENTAKOSTA 2015 ROH KUDUS MEBANGKITKAN SIKAP SYUKUR DAN PEDULI NOVENA PENTAKOSTA 2015 ROH KUDUS MEBANGKITKAN SIKAP SYUKUR DAN PEDULI *HATI YANG BERSYUKUR TERARAH PADA ALLAH *BERSYUKURLAH SENANTIASA SEBAB ALLAH PEDULI *ROH ALLAH MENGUDUSKAN KITA DALAM KEBENARAN *ROH

Lebih terperinci

Sukacita kita dalam doa

Sukacita kita dalam doa Sukacita kita dalam doa Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu. (John 16:24) Sukacita dalam melayani Allah dan sesama merupakan suatu perwujudan nyata: sesuatu yang spontan, bahkan

Lebih terperinci

Rencana Allah untuk Gereja Tuhan

Rencana Allah untuk Gereja Tuhan Rencana Allah untuk Gereja Tuhan Yesus berkata, "Aku akan mendirikan jemaatku dan alam maut tidak akan menguasainya" (Matius 16:18). Inilah janji yang indah! Ayat ini memberitahukan beberapa hal yang penting

Lebih terperinci

APA KATA TUHAN? RENUNGAN SINGKAT! FIRMANKU = SALING MENGASIHI MINGGU PASKAH VI 01 MEI Yoh 14: Divisi Kombas - Kepemudaan BPN PKKI

APA KATA TUHAN? RENUNGAN SINGKAT! FIRMANKU = SALING MENGASIHI MINGGU PASKAH VI 01 MEI Yoh 14: Divisi Kombas - Kepemudaan BPN PKKI Yoh 14:23-29 FIRMANKU = SALING MENGASIHI MINGGU PASKAH VI 01 MEI 2016 (23) Jawab Yesus: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya

Lebih terperinci

KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI PERGURUAN TINGGI UMUM

KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI PERGURUAN TINGGI UMUM KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI PERGURUAN TINGGI UMUM Komisi Kateketik KWI Jakarta 2011 Kurikulum PAK - PTU Kurikulum PAK - PTU 1 4. Iman yang memasyarakat Ajaran Sosial Gereja Daftar Isi Daftar

Lebih terperinci

PASTORAL DIALOGAL. Erik Wahju Tjahjana

PASTORAL DIALOGAL. Erik Wahju Tjahjana PASTORAL DIALOGAL Erik Wahju Tjahjana Pendahuluan Konsili Vatikan II yang dijiwai oleh semangat aggiornamento 1 merupakan momentum yang telah menghantar Gereja Katolik memasuki Abad Pencerahan di mana

Lebih terperinci

BAB IV HATI NURANI. 2. KOMPETENSI DASAR Mengenal suara hati, sehingga dapat bertindak secara benar dan tepat

BAB IV HATI NURANI. 2. KOMPETENSI DASAR Mengenal suara hati, sehingga dapat bertindak secara benar dan tepat BAB IV HATI NURANI A. KOMPETENSI 1. STANDAR KOMPETENSI Memahami nilai nilai keteladanan Yesus Kristus sebagai landasan mengembangkan diri sebagai perempuan atau laki laki yang memiliki rupa rupa kemampuan

Lebih terperinci

Bacaan diambil dari Kitab Nabi Yesaya:

Bacaan diambil dari Kitab Nabi Yesaya: 1 Tahun A Hari Minggu Adven I LITURGI SABDA Bacaan Pertama Yes. 2 : 1-5 Tuhan menghimpun semua bangsa dalam Kerajaan Allah yang damai abadi. Bacaan diambil dari Kitab Nabi Yesaya: Inilah Firman yang dinyatakan

Lebih terperinci

Alkitab. Persiapan untuk Penelaahan

Alkitab. Persiapan untuk Penelaahan Persiapan untuk Penelaahan Alkitab Sekarang setelah kita membicarakan alasan-alasan untuk penelaahan Alkitab dan dengan singkat menguraikan tentang Alkitab, kita perlu membicarakan bagaimana menelaah Alkitab.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau

Lebih terperinci

-uhan BERSUKACITA. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. (Joh 15:16)

-uhan BERSUKACITA. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. (Joh 15:16) -uhan BERSUKACITA dengan panggilan kita Dalam panggilanmu, Tuhan berkata kepadamu: Kamu penting bagi-ku, Aku mencintaimu, Aku memperhitungkanmu. (Paus Fransiskus) Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah

Lebih terperinci

Pelajaran ini akan menolong saudara... Menerangkan siapa Yesus. Mengerti tujuan kedatangan-nya yang pertama dan kedatangan-nya

Pelajaran ini akan menolong saudara... Menerangkan siapa Yesus. Mengerti tujuan kedatangan-nya yang pertama dan kedatangan-nya Yesus Kristus "Ya, tentu saja saya percaya kepada Yesus Kristus," kata teman baru saya. "Ia seorang nabi besar, seorang utusan Allah yang memberi banyak ajaran yang harus kita ikuti." "Baik sekali," jawab

Lebih terperinci

Suster-suster Notre Dame

Suster-suster Notre Dame Suster-suster Notre Dame Diutus untuk menjelmakan kasih Allah kita yang mahabaik dan penyelenggara Para Suster yang terkasih, Generalat/Rumah Induk Roma Natal, 2013 Natal adalah saat penuh misteri dan

Lebih terperinci

Level 2 Pelajaran 11

Level 2 Pelajaran 11 Level 2 Pelajaran 11 PERNIKAHAN (Bagian 2) Oleh Don Krow Hari ini kita akan kembali membahas mengenai pernikahan, dan satu pertanyaan yang muncul adalah, Apakah itu pernikahan? Apakah anda pernah memikirkan

Lebih terperinci

Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini

Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini Catatan: Bahan ini diambil dari http://www.sabda.org/sabdaweb/biblical/intro/?b=47, diakses tanggal 3 Desember 2012. Selanjutnya mahasiswa dapat melihat situs www.sabda.org yang begitu kaya bahan-bahan

Lebih terperinci

SPIRITUALITAS MISTIK DAN KENABIAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN SEKOLAH KATOLIK Pertemuan MABRI, Muntilan 22 Maret 2014 Paul Suparno, S.J.

SPIRITUALITAS MISTIK DAN KENABIAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN SEKOLAH KATOLIK Pertemuan MABRI, Muntilan 22 Maret 2014 Paul Suparno, S.J. SPIRITUALITAS MISTIK DAN KENABIAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN SEKOLAH KATOLIK Pertemuan MABRI, Muntilan 22 Maret 2014 Paul Suparno, S.J. Isi singkat 1. Semangat mistik 2. Semangat kenabian 3. Spiritualitas

Lebih terperinci

PELAJARAN 11 GEREJA DAN DUNIA

PELAJARAN 11 GEREJA DAN DUNIA PELAJARAN 11 GEREJA DAN DUNIA TUJUAN KHUSUS PEMBELAJARAN Pada akhir pelajaran, saya dapat: 1. menjelaskan arti dunia; 2. menjelaskan pandangan Gereja tentang dunia; 3. menjelaskan arti dari Konstitusi

Lebih terperinci

Tahun C Hari Minggu Biasa XIII LITURGI SABDA. Bacaan Pertama 1 Raj. 19 : 16b Bersiaplah Elisa, lalu mengikuti Elia.

Tahun C Hari Minggu Biasa XIII LITURGI SABDA. Bacaan Pertama 1 Raj. 19 : 16b Bersiaplah Elisa, lalu mengikuti Elia. 1 Tahun C Hari Minggu Biasa XIII LITURGI SABDA Bacaan Pertama 1 Raj. 19 : 16b. 19-21 Bersiaplah Elisa, lalu mengikuti Elia. Bacaan diambil dari Kitab Pertama Raja-Raja: Sekali peristiwa Tuhan berkata kepada

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. Latar Belakang Masalah a) Gambaran GKP Dan Konteksnya Secara Umum Gereja Kristen Pasundan atau disingkat GKP melaksanakan panggilan dan pelayanannya di wilayah Jawa

Lebih terperinci

Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang- orang majus dari Timur ke Yerusalem 2 dan bertanya- tanya: "Di manakah Dia, raja

Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang- orang majus dari Timur ke Yerusalem 2 dan bertanya- tanya: Di manakah Dia, raja Persembahanku. Hari Raya Penampakkan Tuhan - 04 Januari 2015 Matius 2 : 1 12 1 Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang- orang majus dari Timur ke Yerusalem

Lebih terperinci

Seri Kitab Wahyu Pasal 11, Pembahasan No. 1, oleh Chris McCann. Selamat malam dan selamat datang di Pemahaman Alkitab EBible

Seri Kitab Wahyu Pasal 11, Pembahasan No. 1, oleh Chris McCann. Selamat malam dan selamat datang di Pemahaman Alkitab EBible Seri Kitab Wahyu Pasal 11, Pembahasan No. 1, oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di Pemahaman Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini kita akan membicarakan Pembahasan No.

Lebih terperinci