BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun 2016 ini disusun berdasarkan pada : 1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam wilayah Propinsi Djawa Tengah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 42). 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali dirubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679). 3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat. 4. Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Nomor 11 Tahun 2008 tentang Penetapan Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Purbalingga (Lembaran Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun 2008 Nomor 11). 5. Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Nomor 1 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Purbalingga Tahun (Lembaran Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun 2009 Nomor 1). 6. Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Nomor 5 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Purbalingga Tahun (Lembaran Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun 2011 Nomor 5). 7. Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Nomor 6 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun (Lembaran Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun 2011 Nomor 6). 8. Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Nomor 8 Tahun 2015 tentang Angaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Purbalingga Tahun 2016 (Lembaran Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun 2015 Nomor 8). 9. Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016 (Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Purbalingga Nomor 25). I.1

2 10. Peraturan Bupati Nomor 73 Tahun 2015 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun 2016 (Berita Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun 2015 Nomor 73). 11. Peraturan Bupati Nomor 110 Tahun 2015 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016 (Berita Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun 2015 Nomor 110). 12. Peraturan Bupati Nomor 32 Tahun 2016 tentang Perubahan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun 2016 (Berita Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun 2016 Nomor 32). 13. Peraturan Bupati Purbalingga Nomor 38 Tahun 2016 tentang Penjabaran Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun Angaran 2016 (Berita Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun 2016 Nomor 38). B. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah a. Luas Wilayah dan Batas Administrasi Daerah Kabupaten Purbalingga memiliki wilayah seluas ,122 ha atau sekitar 2,39% dari luas wilayah Provinsi Jawa Tengah. Secara administratif Kabupaten Purbalingga terdiri dari 18 kecamatan, 224 desa, 15 kelurahan, 886 dusun, RW, dan RT). Kabupaten Purbalingga secara geografis terletak di bagian barat daya wilayah Provinsi Jawa Tengah dengan posisi pada Bujur Timur dan Lintang Selatan. Adapun batas wilayah administrasi Kabupaten Purbalingga sebagai berikut: Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Pemalang dan Kabupaten Pekalongan. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Banyumas. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Banyumas. Gambar 1.1 Peta Administratif Kabupaten Purbalingga I.2

3 b. Kondisi Topografis Secara fisiografis, Kabupaten Purbalingga terletak pada wilayah perbatasan antara Zona Serayu Utara dan Zona Vulkanik Kwarter. Wilayah Kabupaten Purbalingga memiliki ketinggian tempat antara 23 meter meter di atas permukaan laut. Berdasarkan kondisi topografi, wilayah Kabupaten Purbalingga dibagi dalam dua kategori wilayah, yakni : 1) Bagian utara merupakan wilayah berbukit-bukit dengan kemiringan lebih dari 40%. Wilayah ini meliputi Kecamatan Karangreja, Karangjambu, Bobotsari, Karanganyar, Kertanegara, Karangmoncol, Rembang, sebagian wilayah Kecamatan Kutasari, Bojongsari, dan Mrebet. 2) Bagian selatan merupakan wilayah dengan tingkat kemiringan berkisar antara 0-25%. Wilayah ini meliputi Kecamatan Kalimanah, Padamara, Purbalingga, Kaligondang, Kemangkon, Bukateja, Kejobong, Pengadegan, sebagian wilayah Kecamatan Kutasari, Bojongsari, dan Mrebet. c. Kondisi Geologi Berdasarkan kondisi geologi, wilayah Kabupaten Purbalingga terdiri dari batuan sedimen klasik berupa batuan andesit, sirtu, batu pasir darat, batu lempung, dan trass dengan persebaran sebagai berikut: Tabel 1.1 Sebaran Sumber Daya Mineral Kabupaten Purbalingga Menurut Kecamatan Sumber Daya Mineral Kecamatan Andesit Batu Gamping Batu Lempung Batu Pasir Lempung Tras Sirtu 1. Kemangkon 2. Bukateja 3. Kejobong 4. Kaligondang 5. Purbalingga 6. Kalimanah 7. Kutasari 8. Mrebet 9. Bobotsari 10. Karangreja 11. Karanganyar 12. Karangmoncol 13. Rembang 14. Bojongsari 15. Padamara 16. Pengadegan 17. Karangjambu 18. Kertanegara Sumber: Inventarisasi Geologi dan Sistem Informasi Sumberdaya Mineral-BPPT d. Kondisi Klimatologi Wilayah Kabupaten Purbalingga sebagian wilayahnya terletak di lereng bagian Selatan Gunung Slamet dengan rata-rata curah hujan mm/tahun dan suhu udara berkisar antara 22 0 C 33 0 C. e. Kondisi Hidrologi I.3

4 Kabupaten Purbalingga termasuk dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu, Sub-DAS Pekacangan dan Klawing dengan anak-anak sungai sebagai berikut: 1. Sungai Ponggawa 2. Sungai Gemuruh 3. Sungai Kajar 4. Sungai Lemberang 5. Sungai Tlahab 6. Sungai Soso 7. Sungai Lebak 2. Gambaran Umum Demografis a. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin 8. Sungai Tungtunggunung 9. Sungai Laban 10. Sungai Kuning 11. Sungai Wotan 12. Sungai Gintung 13. Sungai Tambra 14. Sungai Muli Jumlah penduduk Kabupaten Purbalingga menurut jenis kelamin dan persebaran per kecamatan pada tahun 2015 dan 2016 adalah sebagaimana tabel 1.2 berikut : Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Per Kecamatan Tahun No Kecamatan Jumlah Penduduk Tahun 2015 Jumlah Jumlah Penduduk Tahun 2016 Jumlah L P L P Kemangkon ,609 30,187 60,796 2 Bukateja ,577 36,928 74,505 3 Kejobong ,763 24,219 48,982 4 Kaligondang ,415 31,030 62,445 5 Purbalingga ,687 29,124 57,811 6 Kalimanah ,395 26,835 54,230 7 Kutasari ,689 29,368 60,057 8 Mrebet ,587 36,096 73,683 9 Bobotsari ,428 25,863 52, Karangreja ,227 21,058 43, Karanganyar ,870 18,827 38, Karangmoncol ,109 27,534 56, Rembang ,779 31,052 63, Bojongsari ,618 26,844 54, Padamara ,759 20,659 41, Pengadegan ,577 18,397 36, Karangjambu ,126 11,285 23, Kertanegara ,368 16,869 34,237 J U M L A H , , ,758 Sumber : Data Agregat Kependudukan Kecamatan (DAK2) Semester II Tahun b. Penduduk Kabupaten Purbalingga Menurut Kelompok Umur Jumlah penduduk Kabupaten Purbalingga menurut kelompok umur pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 1.3 berikut : I.4

5 Tabel 1.3 Penduduk Kabupaten Purbalingga Menurut Kelompok Umur Tahun 2016 No Kelompok Umur Jumlah Persentase (%) , , , , , , , , , , , , , , , ,02 Jumlah / Total Sumber : Data Agregat Kependudukan Kecamatan (DAK2) Semester II Tahun 2016 c. Penduduk Kabupaten Purbalingga Menurut Jenis Pekerjaan Berdasarkan data Kabupaten Purbalingga Dalam Angka Tahun 2016 yang diambil dari kegiatan Survey Angkatan Kerja Nasional pada Bulan Agustus Tahun 2015, terdapat sekitar orang Purbalingga usia 15 tahun ke atas, 64,75% diantaranya telah bekerja diberbagai sektor. Sisanya yang merupakan pengangguran terbuka sebesar 3,29%, bukan angkatan kerja karena sedang sekolah, mengurus rumah tangga atau faktor lainnya sebesar 31,95%. Selengkapnya mengenai jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas menurut jenis kegiatan selama seminggu yang lalu dan jenis kelamin di Kabupaten Purbalingga dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 1.4 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang lalu dan Jenis Kelamin di Kabupaten Purbalingga, 2015 No Kegiatan Utama Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah 1 Angkatan kerja a. Bekerja b. Pengangguran Terbuka Bukan angkatan kerja a. Sekolah b. Mengurus rumah tangga c. Lainnya Jumlah Sumber: Kabupaten Purbalingga Dalam Angka, 2016 d. Penduduk Kabupaten Purbalingga Menurut Tingkat Pendidikan Berdasarkan Data Agregat Kependudukan Kecamatan (DAK2) Semester II Tahun 2016, ditinjau dari tingkat pendidikan, sebagian besar penduduk Purbalingga hanya berpendidikan tingkat dasar. Pada tahun I.5

6 2016, dari seluruh penduduk sejumlah orang, 40,09% berpendidikan tingkat SD, 16,91% tamat SLTP dan 11,72% tamat SLTA. Hanya 3,11% yang telah menempuh pendidikan tinggi baik tingkat diploma, sarjana maupun pasca sarjana. Selengkapnya mengenai Persentase Jumlah Penduduk Kabupaten Purbalingga Berdasarkan Pendidikan Akhir Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 1.5 berikut : Tabel 1.5 Persentase Jumlah Penduduk Kabupaten Purbalingga Berdasarkan Pendidikan Akhir Tahun 2016 No Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Jumlah Persentase (%) 1 Tidak/belum sekolah ,98 2 Belum tamat SD/sederajat ,20 3 Tamat SD/sederajat ,09 4 SLTP/sederajat ,91 5 SLTA/sederajat ,72 6 Diploma I/II ,39 7 AKademi/Diploma III/Sarjana Muda ,73 8 Diploma IV/Strata I ,93 9 Strata II/III 560 0,06 Jumlah Sumber : Data Agregat Kependudukan Kecamatan (DAK2) Semester II Tahun Kondisi Ekonomi a. Potensi Unggulan Daerah 1) Potensi Pengembangan Wilayah Potensi pengembangan wilayah dapat diketahui dari potensi kawasan budidaya sebagaimana ditetapkan dalam RTRW Kabupaten Purbalingga tahun Kawasan budidaya terdiri atas: (1) kawasan peruntukan hutan produksi; (2) kawasan hutan rakyat; (3) kawasan peruntukan pertanian; (4) kawasan peruntukan perikanan; (5) kawasan peruntukan pertambangan; (6) kawasan peruntukan industri; (7) kawasan peruntukan pariwisata; (8) kawasan peruntukan permukiman; dan (9) kawasan peruntukan lainnya. Kawasan peruntukan hutan produksi meliputi hutan produksi dan hutan produksi terbatas. Selengkapnya kawasan peruntukan hutan produksi meliputi : a) Kecamatan Bobotsari seluas kurang lebih 52 hektar; b) Kecamatan Karanganyar seluas kurang lebih 44 hektar; c) Kecamatan Karangjambu seluas kurang lebih 203 hektar; d) Kecamatan Kertanegara seluas kurang lebih 218 hektar; dan e) Kecamatan Karangreja seluas kurang lebih 23 hektar. Adapun hutan produksi terbatas di Kabupaten Purbalingga meliputi : a) Kecamatan Bobotsari seluas kurang lebih 174 (seratus tujuh puluh empat) hektar; I.6

7 b) Kecamatan Karanganyar seluas kurang lebih 22 (dua puluh dua) hektar; c) Kecamatan Karangjambu seluas kurang lebih (seribu enam ratus dua puluh sembilan) hektar; d) Kecamatan Karangmoncol seluas kurang lebih 590 (lima ratus sembilan puluh) hektar; e) Kecamatan Kertanegara seluas kurang lebih 507 (lima ratus tujuh) hektar; f) Kecamatan Kutasari seluas kurang lebih 13 (tiga belas) hektar; g) Kecamatan Mrebet seluas kurang lebih 400 (empat ratus) hektar; h) Kecamatan Karangreja seluas kurang lebih (seribu tiga ratus sembilan puluh tiga) hektar. Untuk kawasan hutan rakyat di Kabupaten Purbalingga terdiri dari : a) Kecamatan Bobotsari seluas kurang lebih hektar; b) Kecamatan Bojongsari seluas kurang lebih hektar; c) Kecamatan Bukateja seluas kurang lebih 611 hektar; d) Kecamatan Kaligondang seluas kurang lebih hektar; e) Kecamatan Karanganyar seluas kurang lebih hektar; f) Kecamatan Karangjambu seluas kurang lebih hektar; g) Kecamatan Karangmoncol seluas kurang lebih hektar; h) Kecamatan Karangreja seluas kurang lebih hektar; i) Kecamatan Kejobong seluas kurang lebih hektar; j) Kecamatan Kemangkon seluas kurang lebih 153 hektar; k) Kecamatan Kertanegara seluas kurang lebih hektar; l) Kecamatan Kutasari seluas kurang lebih hektar; m) Kecamatan Mrebet seluas kurang lebih hektar; n) Kecamatan Pengadegan seluas kurang lebih hektar; dan o) Kecamatan Rembang seluas kurang lebih hektar. Kawasan peruntukan pertanian terdiri atas pertanian tanaman pangan, pertanian hortikultura, perkebunan dan peternakan dengan rincian sebagai berikut : a) Kecamatan Bobotsari seluas kurang lebih hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 910 hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 527 hektar; b) Kecamatan Bojongsari seluas kurang lebih hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 266 hektar; c) Kecamatan Bukateja seluas kurang lebih hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 851 hektar; I.7

8 d) Kecamatan Kaligondang seluas kurang lebih hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 868 hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 864 hektar; e) Kecamatan Kalimanah seluas kurang lebih hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 679 hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 635 hektar; f) Kecamatan Karanganyar seluas kurang lebih hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 268 hektar dan lahan kering seluas kurang lebih hektar; g) Kecamatan Karangjambu seluas kurang lebih 794 hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 319 hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 475 hektar; h) Kecamatan Karangmoncol seluas kurang lebih hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 674 hektar; i) Kecamatan Karangreja seluas kurang lebih 202 hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 85 hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 117 hektar; j) Kecamatan Kejobong seluas kurang lebih 474 hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 382 hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 93 hektar; k) Kecamatan Kemangkon seluas kurang lebih hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 945 hektar; l) Kecamatan Kertanegara seluas kurang lebih hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 92 hektar; m) Kecamatan Kutasari seluas kurang lebih hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 139 hektar; n) Kecamatan Mrebet seluas kurang lebih hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 35 hektar; o) Kecamaan Padamara seluas kurang lebih hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 720 hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 514 hektar; p) Kecamatan Pengadegan seluas kurang lebih 154 hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 55 hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 99 hektar; q) Kecamatan Purbalingga seluas kurang lebih 714 hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 259 hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 455 hektar; dan I.8

9 r) Kecamatan Rembang seluas kurang lebih hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 832 hektar dan lahan kering seluas kurang lebih hektar. Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan seluas kurang lebih hektar ditetapkan sebagai lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan. Sementara kawasan pertanian hortikultura seluas kurang lebih hektar meliputi: Kecamatan Bojongsari; Kecamatan Mrebet; Kecamatan Karangreja; Kecamatan Bukateja; Kecamatan Kemangkon; Kecamatan Kaligondang; Kecamatan Pengadegan; Kecamatan Rembang; Kecamatan Kertanegara; Kecamatan Karangmoncol; Kecamatan Karanganyar; Kecamatan Kutasari; Kecamatan Bobotsari; dan Kecamatan Padamara. Kawasan perkebunan Kabupaten Purbalingga meliputi: a) Kelapa deres, kelapa dalam, dan tebu seluas kurang lebih 29 hektar berada di Kecamatan Kemangkon; b) Kelapa dalam, kopi robusta, lada, kapulaga, mlinjo dan tebu seluas kurang lebih hektar berada di Kecamatan Kejobong; c) Kelapa dalam, melati gambir, dan tebu seluas kurang lebih 22 hektar berada di Kecamatan Bukateja; d) Kelapa dalam, kopi robusta, lada, kapulaga, mlinjo, dan tebu seluas kurang lebih hektar berada di Kecamatan Pengadegan; e) Kelapa deres, kopi robusta, glagah arjuna, nilam, teh, karet, cengkeh, dan kapulaga seluas kurang lebih 194 hektar berada di Kecamatan Karangmoncol; f) Kelapa deres, kopi robusta, glagah arjuna, kapulaga, tebu, kakao, cengkeh, mlinjo, dan nilam seluas kurang lebih 175 hektar berada di Kecamatan Kertanegara; g) Kelapa deres, kopi robusta, glagah arjuna, nilam, teh, kapulaga, tebu, dan cengkeh seluas kurang lebih 404 hektar berada di Kecamatan Karanganyar; h) Kelapa dalam, kopi robusta, lada, mlinjo, dan tebu seluas kurang lebih 830 hektar berada di Kecamatan Kaligondang; i) Kelapa deres, kopi robusta, casieavera (kayu manis), nilam, teh, pandan, lada, panili, kapuk randu, kapulaga, dan cengkeh seluas kurang lebih hektar berada di Kecamatan Rembang; j) Kopi robusta, glagah arjuna, casieavera, teh, cengkeh, dan kapulaga seluas kurang lebih 246 hektar berada di Kecamatan Karangreja; k) Kelapa deres, kopi robusta, casieavera, nilam, pandan, lada, kapulaga, mlinjo, tebu, dan kakao seluas kurang lebih 988 hektar berada di Kecamatan Mrebet; I.9

10 l) Kelapa deres, kopi robusta, casieavera, nilam, panili, mlinjo, dan tebu seluas kurang lebih 555 hektar berada di Kecamatan Bojongsari; m) Kelapa dalam, kelapa deres, kopi robusta, casieavera, nilam, lada, panili, kapulaga, mlinjo, tebu, dan cengkeh seluas kurang lebih 503 hektar berada di Kecamatan Bobotsari; n) Glagah arjuna, casieavera, nilam, mlinjo, dan kopi robusta seluas kurang lebih 69 hektar berada di Kecamatan Karangjambu; dan o) Kelapa deres, kopi robusta, casieavera, nilam, teh, lada, mlinjo, jarak pagar, dan cengkeh seluas kurang lebih 322 hektar berada di Kecamatan Kutasari. Kawasan Peruntukan Peternakan terdiri atas: a) Ternak hewan besar berupa sapi, kerbau, dan kuda meliputi: Kecamatan Bobotsari; Kecamatan Bojongsari; Kecamatan Bukateja; Kecamatan Karangjambu; Kecamatan Karangmoncol; Kecamatan Karangreja; Kecamatan Kejobong; Kecamatan Kemangkon; Kecamatan Kutasari; Kecamatan Mrebet; Kecamatan Padamara; dan Kecamatan Rembang; b) Ternak hewan kecil berupa kambing dan domba meliputi: Kecamatan Bobotsari; Kecamatan Bojongsari; Kecamatan Bukateja; Kecamatan Kaligondang; Kecamatan Karangmoncol; Kecamatan Karangreja; Kecamatan Kejobong; Kecamatan Kemangkon; Kecamatan Kutasari; Kecamatan Mrebet; Kecamatan Padamara; Kecamatan Pengadegan; dan Kecamatan Rembang; c) Ternak unggas berupa ayam, itik, dan angsa meliputi: Kecamatan Pengadegan; Kecamatan Kejobong; Kecamatan Bobotsari; Kecamatan Bojongsari; Kecamatan Bukateja; Kecamatan Kaligondang; Kecamatan Kalimanah; Kecamatan Karangmoncol; Kecamatan Karangreja; Kecamatan Padamara; dan Kecamatan Kutasari. Kawasan peruntukan perikanan terdiri atas: (1) kawasan budidaya perikanan darat seluas kurang lebih 300 (tiga ratus) hektar meliputi : kawasan pembenihan yang berada di Kecamatan Kutasari; kawasan pembesaran yang berada di Kecamatan Kalimanah, Kecamatan Mrebet, Kecamatan Bojongsari, dan Kecamatan Padamara; kawasan pemasaran yang berada di Kecamatan Purbalingga dan Kecamatan Kutasari; dan kawasan produksi pakan yang berada di Kecamatan Purbalingga dan Kecamatan Kutasari. Sementara itu kawasan pengolahan ikan berada di Kecamatan Purbalingga. Kawasan peruntukan pertambangan berupa pertambangan mineral non logam dan batuan seluas kurang lebih 15 hektar berada di Desa Gunungwuled Kecamatan Rembang. I.10

11 Kawasan peruntukan industri seluas kurang lebih 298 hektar meliputi: Desa Kebutuh Kecamatan Bukateja; Desa Kedungbenda Kecamatan Kemangkon; Desa Majapura dan Desa Banjarsari Kecamatan Bobotsari; Desa Jetis Kecamatan Kemangkon; Desa Toyareka Kecamatan Kemangkon; Kelurahan Mewek Kecamatan Kalimanah; Kelurahan Karangmanyar Kecamatan Kalimanah; Kecamatan Karangmoncol; Kecamatan Karanganyar; Kecamatan Karangreja; Kecamatan Kalimanah; Kecamatan Bojongsari; Kecamatan Kaligondang; dan Kecamatan Padamara. Sementara itu industri kecil dan mikro menyebar di kawasan permukiman. Kawasan peruntukan pariwisata terdiri atas: a. Pariwisata alam meliputi Pendakian Gunung Slamet, Goa Lawa, Bumi Perkemahan Munjul Luhur, dan Agrowisata Serang. b. Pariwisata budaya meliputi: 1) Monumen Tempat Lahir Jenderal Soedirman berada di Kecamatan Rembang; 2) Situs Bandagai yang berada di Kecamatan Karangjambu; 3) Situs Mujan yang berada di Kecamatan Bobotsari; 4) Wisata Batu Menhir yang berada di Kecamatan Karanganyar; 5) Wisata Batu Gilang yang berada di Kecamatan Kertanegara; 6) Museum Profesor Soegardha Poerbakawatja dan Masjid Agung Darussalam yang berada di Kecamatan Purbalingga; 7) Wisata Batu Putin, Situs Onje, dan Situs Batu Tulis yang berada di Kecamatan Mrebet; dan 8) Desa Wisata Karangbanjar yang berada di Kecamatan Bojongsari. c. Pariwisata buatan meliputi: 1) Obyek Wisata Air Bojongsari yang berada di Kecamatan Bojongsari; 2) Kolam Renang Tirta Asri yang berada di Kecamatan Kutasari; 3) Akuarium Air Tawar Purbasari Pancuran Mas yang berada di Kecamatan Padamara; dan 4) Sanggaluri Park yang berada di Desa Kutasari Kecamatan Kutasari. d. Pariwisata Minat Khusus meliputi : 1) Desa Wisata Agropolitan Serang Kecamatan Karangreja 2) Desa Wisata Panusupan Kecamatan Rembang 3) Desa Wisata Tanalum Kecamatan Rembang 4) Desa Wisata Kedungbenda Kecamatan Kemangkon 2) Potensi Unggulan Lapangan Usaha Potensi unggulan daerah dapat ditentukan dengan metode Location Quotient (LQ) Index. Penggunaan Location Quotient (LQ) I.11

12 LAPANGAN USAHA Pertanian,Kehutanan dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Index pada data PDRB sektoral antar daerah dalam provinsi merupakan salah satu cara untuk mengetahui sektor-sektor basis di masing-masing daerah secara relatif dibandingkan dengan aktivitas sektor-sektor tersebut pada level provinsi. Makna dari sektor basis mengindikasikan bahwa peranan sektor tersebut di dalam suatu daerah lebih besar dibandingkan rata-rata peranan sektor tersebut diantara daerah-daerah lain dalam satu provinsi. Berdasarkan pemetaan sektor-sektor basis yang dilakukan pada data PDRB ADHK tahun 2015, pola sektor-sektor unggulan/sektor basis Kabupaten Purbalingga memiliki tiga sektor basis yakni sektor Pertanian, sektor pertambangan dan penggalian serta sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang. Tabel 1.6 PDRB ADHK dan Location Quotient (LQ) Index Kabupaten Purbalingga Tahun 2015 PDRB JAWA TENGAH RATA2 JTG PDRB PURBALINGGA LQ PURBALINGGA KONTRIBUSI LAP USAHA PURBALINGGA PERTUMBUHAN LAPANGAN USAHA PURBALINGGA PERUBAHAN KONTRIBUSI LAP USAHA PURBALINGGA , , ,7 1,2 29,79 47,18 (1,01) ,68 657,71 944,4 1,4 5,08 64,51 0,38 Industri Pengolahan , , ,9 0,5 25,71 61,91 1,54 Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air,Pengelolaan Sampah,Limbah dan Daur Ulang 814,90 23,28 8,2 0,4 0,04 18,45 (0,01) 632,70 18,08 19,4 1,1 0,10 13,80 (0,04) Kontruksi , , ,5 0,4 5,68 52,20 0,00 Perdagangan Besar dan Eceran,Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum , , ,6 0,6 12,31 32,58 (1,82) ,59 885,96 572,7 0,6 3,08 54,06 0, ,64 894,13 432,1 0,5 2,33 55,75 0,05 Informasi dan Komunikasi ,26 871,75 288,7 0,3 1,55 44,19 (0,09) Jasa Keuangan dan Asuransi ,16 826,06 391,9 0,5 2,11 44,05 (0,12) Real Estate ,47 478,56 191,3 0,4 1,03 47,67 (0,03) Jasa Perusahaan 3.498,01 99,94 30,5 0,3 0,16 77,93 0,02 Administrasi Pemerintahan,Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib ,62 826,45 516,1 0,6 2,78 38,59 (0,27) Jasa Pendidikan , , ,4 0,8 5,50 100,18 1,32 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8.425,87 240,74 183,2 0,8 0,99 76,76 0,14 Jasa Lainnya ,52 418,19 325,4 0,8 1,75 43,23 (0,11) Produk Domestik , , ,1 52,18 Regional Bruto Sumber: BAPPEDA Kabupaten Purbalingga, 2016 I.12

13 Selain dengan metode LQ, potensi daerah dapat dilihat melalui persentase peran masing-masing sektor. Setor yang memiliki keunggulan komparatif antara lain : a. Pertanian, kehutanan, dan perikanan b. Industri Pengolahan c. Perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor Kategori pertanian, kehutanan, dan perikanan menyumbang 30% dari total PDRB mencakup sub kategori usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang terdiri atas tanaman pangan, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan, peternakan, dan jasa pertanian dan perburuan, sub kategori usaha Kehutanan dan Penebangan Kayu, dan subkategoriusaha Perikanan. Lapangan usaha ini masih menjadi tumpuan dan harapan dalam penyerapan tenaga kerja. Pada tahun 2015 lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan memberi kontribusi terhadap PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 29,79%. Kurun waktu 5 tahun terakhir lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan mengalami penurunan kontribusi sebesar 1,01%. Lapangan usaha tanaman hortikultura merupakan penyumbang terbesar terhadap kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yaitu tercatat sebesar 29,60% dari seluruh nilai tambah pertanian. Pada kategori industri pengolahan, secara keseluruhan memberikan andil sebesar 25,71% terhadap PDRB. Selama kurun waktu lima tahun terakhir ( ) peran lapangan usaha ini naik sebesar 1,54% dan hanya lapangan usaha industri pengolahan dari 3 terbesar lapangan usaha yang memiliki perubahan positif dalam peran PDRB. Sedangkan lapangan usaha yang menyumbang peranan terbesar terhadap kategori industri pengolahan adalah industri makanan dan minuman yaitu sebesar 50,45% pada tahun Peranan terbesar berikutnya industri kimia, farmasi dan obat tradisional 16,82% diikuti oleh industri pengolahan lainnya dan pengolahan tembakau masing-masing sebesar 9,72% dan 9,08%. Peranan terbesar berikutnya yaitu Industri kayu, barang dari kayu dan gabus sebesar 8,68 persen, industri tekstil dan pakaian jadi sebesar 5,12%. Industri pengolahan lapangan usaha selain yang tersebut diatas menyumbang peranan tidak mencapai 1%. Lapangan usaha yang memberi peranan terkecil yaitu Industri karet, barang dari karet dan plastik sebesar 0,02%. Kategori perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor menyumbang di atas 12,31%. Namun demikian selama lima tahun teakhir ( ) terjadi penurunan peranan pada lapangan usaha ini yakni sebesar 1,82%. I.13

14 b. Pertumbuhan Ekonomi/PDRB 1) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Pertumbuhan Ekonomi Capaian PDRB di Kabupaten Purbalingga mengalami peningkatan dalam kurun waktu Kenaikan tersebut terjadi baik kepada capaian PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Tahun Struktur lapangan usaha sebagian masyarakat Kabupaten Purbalingga telah bergeser dari lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan ke lapangan usaha ekonomi lainnya yang terlihat dari penurunan peranan setiap tahunnya terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Purbalingga. Walaupun demikian kategori Pertanian masih memegang peranan yang cukup besar di Kabupaten Purbalingga, tercatat hingga 2015 peranannya masih bertengger di 29,79%. Peranan terbesar selanjutnya di isi oleh industri pengolahan yang berada pada kisaran 25,71%. Peranan terendah terjadi pada pengadaan listrik dan gas yang hingga 2015 hanya memberikan peran sebesar 0,04%. Perkembangan peranan/sumbangan sektor PDRB Kabupaten Purbalingga secara rinci dapat dilihat pada tabel 1.7 berikut : Tabel 1.7 Distribusi PDRB ADHB Kabupaten Purbalingga Tahun Sektor Rp % Rp % Rp % Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan ,3 29, ,5 29, ,3 29,79 Pertambangan dan Penggalian ,6 4, ,8 4, ,9 5,08 Industri Pengolahan ,7 24, ,9 25, ,7 25,71 Pengadaan Listrik dan Gas 7.734,6 0, ,8 0, ,6 0,04 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, ,4 0, ,4 0, ,3 0,10 Limbah, dan Daur Ulang Konstruksi ,4 5, ,4 5, ,2 5,68 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil ,4 13, ,7 12, ,9 12,31 dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan ,8 3, ,9 3, ,4 3,08 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum ,9 2, ,7 2, ,2 2,33 Informasi dan Komunikasi ,9 1, ,4 1, ,2 1,55 Jasa Keuangan dan Asuransi ,5 2, ,8 2, ,8 2,11 Real Estate ,3 1, ,5 1, ,4 1,03 Jasa Perusahaan ,7 0, ,1 0, ,3 0,16 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial ,5 3, ,5 2, ,9 2,78 Jasa Pendidikan ,3 5, ,7 5, ,0 5,50 I.14

15 Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Rp % Rp % Rp % ,3 1, ,9 1, ,4 0,99 Jasa Lainnya ,1 1, ,4 1, ,7 1,75 Sumber : BPS Kabupaten Purbalingga, , , ,2 Pertumbuhan ekonomi memberikan gambaran tingkat perubahan ekonomi di suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi dihitung menggunakan rumusan pertumbuhan PDRB ADHK atas dasar tahun Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Purbalingga selama 5 (lima) tahun terakhir cenderung fluktuatif. Pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Purbalingga sebesar 5,67% naik menjadi 5,79% pada tahun Pada tahun 2012 mengalami pertumbuhan sebesar 5,79%, namun pada tahun 2013 menurun menjadi 5,27%, dan pada tahun 2014 mengalami pertumbuhan lagi sebesar 5,86%, sedangkan pada tahun 2015 mengalami penurunan kembali sehingga menjadi sebesar 5,39%. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Purbalingga pada tahun sudah berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional bahkan pada tahun pertumbuhan ekonomi Purbalingga juga berada di atas pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah. Perbandingan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Purbalingga dengan Provinsi Jawa Tengah dan Nasional tersaji pada gambar di bawah ini: Gambar 1.2 Perbandingan Laju Pertumbuhan Ekonomi Purbalingga Jawa Tengah dan Nasional Nasional Jawa Tengah Purbalingga Sumber: BPS Kabupaten Purbalingga (PDA 2016) I.15

16 2) PDRB Perkapita PDRB ADHB per kapita Kabupaten Purbalingga pada kurun waktu cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2010, PDRB per kapita Kabupaten Purbalingga mencapai Rp ,55 meningkat sebesar 60,90% menjadi Rp ,83 pada tahun Selengkapnya PDRB per Kapita Menurut Lapangan Usaha Kurun Waktu dapat dilihat pada tabel berikut : Tahun Tabel 1.8 PDRB per Kapita menurut Lapangan Usaha Kabupaten Purbalingga Tahun PDRB / Kapita Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan Pertahun Perbulan Pertahun Perbulan , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,10 Sumber : Bappeda Kabupaten Purbalingga, ) Rata-rata Pengeluaran Penduduk Rata-rata pengeluaran penduduk per kapita sebulan dapat dijadikan sebagai cermin tingkat pendapatan per kapita sebulan. Ratarata pengeluaran penduduk per kapita sebulan di Kabupaten Purbalingga pada tahun 2015 adalah Rp ,-. Angka ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2014 yang tercatat sebesar Rp ,- per kapita sebulan. Kenaikan ini dimungkinkan karena naiknya harga berbagai jenis kebutuhan penduduk yang ditandai dengan adanya inflasi yang terjadi sepanjang tahun Tabel 1.9 Pengeluaran Rata-rata Perkapita Sebulan Menurut Jenis Pengeluaran Kabupaten Purbalingga, Jenis Pengeluaran Rupiah Persentase Rupiah Persentase (1) (2) (3) (4) (5) Makanan , ,11 Bukan Makanan , ,89 Jumlah , ,00 Sumber : Susenas 2015 I.16

17 Dari tabel di atas terlihat bahwa pada tahun 2015, sebesar 49,11% (Rp ,-) pengeluaran penduduk di Kabupaten Purbalingga digunakan untuk kebutuhan makanan, sedangkan sisanya sebesar 50,89% (Rp ,-) dikeluarkan untuk kebutuhan bukan makanan. Persentase pengeluaran untuk kebutuhan makanan selama kurun waktu mengalami penurunan dari 56,51% pada tahun 2014 menjadi 49,11% pada tahun Sebaliknya persentase pengeluaran untuk kebutuhan bukan makanan meningkat dari 43,49% menjadi 50,89%. Pola pengeluaran penduduk cenderung bergeser dari yang sebelumnya sebagian besar untuk pengeluaran makanan menuju sebagian besar pengeluaran untuk non makanan. Perubahan pendapatan seseorang diharapkan akan berpengaruh pada pergeseran pola pengeluaran. Semakin tinggi pendapatan, semakin tinggi pengeluaran bukan makanan. Dengan demikian, pola pengeluaran dapat dipakai sebagai salah satu alat untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk, sekarang perubahan komposisinya digunakan sebagai petunjuk perubahan tingkat kesejahteraan. 4) Laju Inflasi Perkembangan inflasi tahun kalender setiap tahunnya, tren perubahan yang terjadi di Purbalingga, Jawa Tengah serta nasional menunjukkan pola yang hampir sama. Pada tahun 2015 inflasi Kabupaten Purbalingga berada pada 1,62% jauh di bawah nasional dan provinsi yakni 3,35% dan 2,73%. Gambar 1.3 Laju Inflasi Tahun Kalender Kabupaten Pubalingga Tahun Sumber: BPS Kabupaten Purbalingga, Nasional Jawa Tengah Purbalingga ) Indeks Gini Pada tahun 2014 Gini Ratio Kabupaten Purbalingga adalah 0,30 yang artinya ketimpangan cukup rendah atau pemerataan cukup tinggi karena masih di bawah 0,35. Sementara itu gini ratio untuk Provinsi Jawa Tengah tercatat sebesar 0,38 pada tahun Perkembangan I.17

18 Indeks Gini Kabupaten Purbalingga secara rinci dapat dilihat pada grafik yang tersaji di bawah ini: Gambar 1.4 Perkembangan Indeks Gini Kabupaten Purbalingga Tahun Sumber: BPS Prov Jawa Tengah ) Pemerataan Pendapatan Versi Bank Dunia Pada tahun 2014, distribusi pendapatan penduduk Kabupaten Purbalingga tergolong merata pada ketimpangan rendah. Hal tersebut ditunjukkan sebesar 22,57% pendapatan dinikmati oleh 40% masyarakat berpenghasilan rendah, sebesar 37,11% oleh 40% masyarakat berpenghasilan menengah dan sebesar 40,32% oleh 20% masyarakat berpenghasilan tinggi. Data dapat dilihat pada tabel 1.10 berikut : Kriteria Bank Dunia Tabel 1.10 Pemerataan Pendapatan Penduduk Kabupaten Purbalingga Menurut Kriteria Bank Dunia Tahun Indikator (1) (2) (3) (4) - 40 % rendah 20,60 21,02 22,57-40 % sedang 34,12 37,44 37,11-20 % tinggi 45,28 41,54 40,32 Sumber : BPS Prov Jawa Tengah Purbalingga I.18

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Kabupaten Purbalingga Kabupaten Purbalingga merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah. Wilayah Kabupaten Purbalingga terdiri dari 18 (delapan belas) kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 01/08/1205/Th. VIII, 16 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2015

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2015 BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH No. 02/12/1204/Th. XIX, 1 Desember 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2015 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2015 sebesar 5,08 persen

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN 7 Desember 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN EKONOMI TAHUN 2015 TUMBUH 4,06 PERSEN MELAMBAT SEJAK EMPAT TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kabupaten Bangka Selatan tahun 2015 yang diukur

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 BPS PROVINSI BENGKULU No. 10/02/17/XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 5,30 PERSEN, MENINGKAT DIBANDINGKAN TAHUN 2015 Perekonomian Provinsi Bengkulu

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan dalam suatu wilayah agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan memerlukan perencanaan yang akurat dari pemerintah. Upaya dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Majalengka GAMBAR 4.1. Peta Kabupaten Majalengka Kota angin dikenal sebagai julukan dari Kabupaten Majalengka, secara geografis terletak

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang pada umumnya termasuk di Indonesia masih memunculkan adanya dualisme yang mengakibatkan adanya gap atau kesenjangan antara daerah

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT 14

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT 14 ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT 14 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 16,51 x 21,59 cm : xvi + 115 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik, BPS Kabupaten Murung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK A. Gambaran Umum Objek/Subjek Penelitian 1. Batas Administrasi. Gambar 4.1: Peta Wilayah Jawa Tengah Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN BATU BARA

BPS KABUPATEN BATU BARA BPS KABUPATEN BATU BARA No. 01/07/1219/Th.VI, 24 Juli 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BATU BARA TAHUN 2016 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batu Bara tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak, Batas Wilayah, dan Keadaan Alam Provinsi Jawa Timur merupakan satu provinsi yang terletak di Pulau Jawa selain Provinsi Daerah Khusus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar sektor. Akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang mengarah kearah yang lebih baik dalam berbagai hal baik struktur ekonomi, sikap, mental, politik dan lain-lain. Dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia memiliki tanah yang subur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2016 No. 01/08/12.77/Th.XVII, 1 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2016 Pertumbuhan Ekonomi Padangsidimpuan tahun 2016 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015 BPS KABUPATEN SERDANG BEDAGAI No. 01/10/1218/Th.VII, 10 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Serdang Bedagai tahun 2015 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 No. 17/05/31/Th.IX, 15 MEI 2010 No. 7/10/3171/Th.VII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 Release PDRB tahun 2014 dan selanjutnya menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA 2008

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH),

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH), KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH), 2010-2016 A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4 848 847.7 5 422 596.4 6 137 535.9 6 879 709.2 7 610 994.1 8 399 150.1

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 54/08/35/Th.XIV, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II 2016 TUMBUH 5,62 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN II-2015 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2015 BADAN PUSAT PUSAT STATISTIK STATISTIK KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN No. 01/11/1215/Thn.2016, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2015 Pertumbuhan ekonomi kabupaten Humbang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 66 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi Geografis a. Kabupaten Brebes Kabupaten Brebes merupakan salah satu kabupaten terluas di Jawa Tengah yaitu pada posisi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1 58 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta Gambar 4.1 Peta Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), D.I.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014 No. 11/02/15/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH 7,9 PERSEN KINERJA POSITIF YANG TERUS TERJAGA DALAM KURUN LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang Balai Pelaksana Teknis Bina Marga atau disingkat menjadi BPT Bina Marga Wilayah Magelang adalah bagian dari Dinas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 HALAMAN SAMPUL DEPAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN... HALAMAN MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR No. 01/10/3172/Th.VII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 TUMBUH 5,98 PERSEN Release PDRB tahun 2014 dan selanjutnya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI LABUHANBATU TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI LABUHANBATU TAHUN 2015 BPS KABUPATEN LABUHANBATU No. 01/10/1207/Th. IX, 6 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI LABUHANBATU TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Labuhanbatu Tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 55/08/35/Th.XIII, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2015 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II 2015 TUMBUH 5,25 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II-2016 No. 57/8/33/Th.X, 5 Agustus 216 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II-216 EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II-216 TUMBUH 5,75 PERSEN Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2016 Pertanian, Kehutanan, dan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Konstruksi Perdagangan Besar dan Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi

Lebih terperinci

LUAS LAHAN MENURUT PENGGUNAANNYA KABUPATEN PURBALINGGA 2014 No. Katalog BPS : 3311004.3303 No. Publikasi : 33033.1502 Ukuran Buku : 15 cm X 21 cm Jumlah Halaman : 19 halaman Naskah / Olah Data : Rachmat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk dalam suatu daerah karena hal tersebut merupakan kejadian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/10/31/75/Th. V, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2014 tumbuh 6,24 persen. Pada tahun 2014, besaran Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015 No. 09/09/12.77/Th.XII, 1 September 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Padangsidimpuan tahun 2015 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA SEMESTER I TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA SEMESTER I TAHUN 2016 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 47/08/12/Th.XIX, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA SEMESTER I TAHUN 2016 EKONOMI SUMATERA UTARA SEMESTER I TAHUN 2016 TUMBUH 5,34 PERSEN Pertumbuhan Ekonomi

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kabupaten Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kabupaten Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur yang memiliki luas 1.371,78 Km2, penggunaan wilayah Ponorogo sebagaian besar untuk area ke hutanan yaitu

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 1997 SERI D NO. 12

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 1997 SERI D NO. 12 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 1997 SERI D NO. 12 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 1993 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN MALINAU

BPS KABUPATEN MALINAU BPS KABUPATEN MALINAU No. 03/07/6501/Th.I, 19 Juli 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI MALINAU TAHUN 2016 EKONOMI MALINAU TAHUN 2016 TUMBUH 1,71 PERSEN Perekonomian Malinau tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/10/31/75/Th. VI, 7 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2015 tumbuh 5,61 persen. Pada tahun 2015, besaran Produk

Lebih terperinci

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR No. 01/10/3172/Th.VIII, 7 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2015 TUMBUH 5,41 PERSEN Perekonomian Jakarta Timur tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 63/11/34/Th.XVIII, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 4,68 PERSEN, LEBIH LAMBAT

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA SEMESTER I TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA SEMESTER I TAHUN 2017 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 7/08/1/Th. XX, 7 Agustus 017 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA SEMESTER I TAHUN 017 EKONOMI SUMATERA UTARA SEMESTER I TAHUN 017 TUMBUH,80 PERSEN Pertumbuhan Ekonomi Sumatera

Lebih terperinci

https://binjaikota.bps.go.id

https://binjaikota.bps.go.id BPS KOTA BINJAI No. 1/10/1276/Th. XVI, 10 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA BINJAI TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Kota Binjai tahun 2015 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA PUSAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA PUSAT TAHUN 2015 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA PUSAT TAHUN 2015 No. 01/10/Th. XVI, Oktober 2016 Perekonomian Kota Jakarta Pusat pada selang waktu 2011-2015 yang diukur berdasarkan PDRB

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Lokasi 1. Kondisi Fisik Nusa Tenggara Barat a. Peta wilayah Sumber : Pemda NTB Gambar 4. 1 Peta Provinsi Nusa Tenggara Barat b. Konsisi geografis wilayah Letak dan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2016 No. 010/0/15/Th.XI, 6 Februari 017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH,37 PERSEN Perekonomian Provinsi Jambi tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL DI PROVINSI ACEH PERIODE

ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL DI PROVINSI ACEH PERIODE ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL DI PROVINSI ACEH PERIODE 2012-2016 Isthafan Najmi Fakultas Ekonomi, Universitas Abulyatama Email: isthafan@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis,

Lebih terperinci

LAMPIRAN IV INDIKASI PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN

LAMPIRAN IV INDIKASI PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN LAMPIRAN IV INDIKASI PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 0-0 NO. PROGRAM UTAMA LOKASI BESARAN SUMBER DANA A LEGALISASI RAPERDA RTRW KABUPATEN PURBALINGGA Sekretaris

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG EKONOMI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN I-2016 TUMBUH 3,30 PERSEN, MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I- No. 32/05/19/Th.X,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2016 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/08/31/75/Th.VII, 10 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2016 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2016 tumbuh 4,65 persen. Pada tahun 2016, besaran Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA PUSAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA PUSAT TAHUN 2014 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA PUSAT TAHUN 2014 No. 01/10/Th. XV, Oktober 2015 Perekonomian Kota Jakarta Pusat pada selang waktu 2011-2014 yang diukur berdasarkan PDRB

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 No. 11/02/15/Th.X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH 4,21 PERSEN Perekonomian Provinsi Jambi tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN LANGKAT No. 01/11/1213/Th. IX, 1 Nopember 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Langkat tahun 2015 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2015 BPS KOTA TANJUNGBALAI No. 01/10/1272/Th.XVI, 10 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Kota Tanjungbalai Tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II-2016 No. 57/8/33/Th.X, 5 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II- EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II- TUMBUH 5,75 PERSEN Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2016 No. 32/05/51/Th. X, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2016 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2016 TUMBUH SEBESAR 6,04% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,46% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2017 BPS KOTA TANJUNGBALAI No. 01/07/1272/Th.X, 5 Juli 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2017 Pertumbuhan Ekonomi Kota Tanjungbalai Tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 No. 31/05/51/Th. XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2017 TUMBUH SEBESAR 5,75% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,34% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SEKADAU TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SEKADAU TAHUN 2015 BPS KABUPATEN SEKADAU No.01/09/6109/Th. II, 26 September 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SEKADAU TAHUN 2015 PEREKONOMIAN SEKADAU TAHUN 2015 TUMBUH 5,75 PERSEN KEMBALI MELAMBAT DIBANDING TAHUN SEBELUMNYA Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 13/02/52/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 TUMBUH 5,06 PERSEN Perekonomian Provinsi

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SEKADAU TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SEKADAU TAHUN 2014 z BPS KABUPATEN SEKADAU No.01/11/6109/Th. I, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SEKADAU TAHUN 2014 PEREKONOMIAN SEKADAU TAHUN 2014 TUMBUH 6,11 PERSEN MELAMBAT SEJAK LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak Geografis dan Batas Administrasi Kabupaten di Wilayah BARLINGMASCAKEB Wilayah BARLINGMASCAKEB terdiri atas Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Purbalingga,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2017 No. 26/05/75/Th.XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2017 EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2017 TUMBUH 7,27 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN I-2016 Perekonomian Gorontalo yang diukur

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2017 No. 06/08/62/Th.XI, 07 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II TAHUN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II TAHUN TUMBUH 6,12 PERSEN Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan II- (y on y)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT No.01/10/3174/Th.VIII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014 EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014 TUMBUH 5,85 PERSEN Trend laju pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen No. 11/02/75/Th.XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen Perekonomian Gorontalo tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT SEMESTER I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT SEMESTER I TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 07/08/53/Th.XVIII, 5 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI NTT SEMESTER I TAHUN EKONOMI NTT SEMESTER I TAHUN TUMBUH 4,84 PERSEN Perekonomian NTT semester I tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG No. 12/02/19/Th.X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG EKONOMI TAHUN TUMBUH 4,08 PERSEN MELAMBAT SEJAK EMPAT TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kepulauan Bangka Belitung

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 55/08/52/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2015 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2015 TUMBUH 3,76 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar alinea keempat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar alinea keempat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 19945 alinea keempat, mengatakan bahwa fungsi dan tujuan Negara Indonesia yaitu memajukan kesejahteraan umum. Hal tersebut

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TAPANULI SELATAN TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI TAPANULI SELATAN TAHUN 2016 BPS KABUPATEN TAPANULI SELATAN PERTUMBUHAN EKONOMI TAPANULI SELATAN TAHUN 2016 No. 01/08/03/Th. V, 1 Agustus 2017 Kabupaten Tapanuli Selatan terdiri dari 14 kecamatan dan 248 desa/kelurahan Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016 No. 1/0/33/Th.XI, 6 Februari 017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN TUMBUH 5,8 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN PERTUMBUHAN TAHUN SEBELUMNYA 17 1 A. PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016 No. 12/02/51/Th. XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN EKONOMI BALI TAHUN TUMBUH 6,24 PERSEN MENINGKAT JIKA DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA. Perekonomian Bali tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

Perekonomian Papua tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Perekonomian Papua tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) No. 09/02/94/Th. IX, 05 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TAHUN EKONOMI PAPUA TAHUN TUMBUH 7,97 PERSEN TUMBUH LEBIH CEPAT DIBANDING TAHUN LALU Perekonomian Papua tahun yang diukur berdasarkan Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2017 No. 26/05/15/Th.XI, 5 Mei PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I- EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I- TUMBUH 4,27 PERSEN DIBANDING TRIWULAN I- Perekonomian Provinsi Jambi yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 52/08/35/Th.XV, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,03 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Letak Geografis Kabupaten Brebes Jawa Tengah Kabupaten Brebes merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Jawa Tengah yang berada di sepanjang pantai utara Laut Jawa letaknya

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG PAGU PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH KECAMATAN DI KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri makanan dan minuman. Menurut Maria (2009), Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. industri makanan dan minuman. Menurut Maria (2009), Indonesia sebagai negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tebu merupakan salah satu tanaman komoditas penting yang memiliki tingkat ketahanan tanaman dan nilai ekonomi yang tinggi. Di masa kejayaan tempo dulu sekitar tahun

Lebih terperinci