KENDALIKAN PENGGULUNG DAUN TEH Homona coffearia DENGAN PARASITOID. Oleh : Ardiyanti Purwaningsih, SP. MP dan Umiati, SP.

Transkripsi

1 KENDALIKAN PENGGULUNG DAUN TEH Homona coffearia DENGAN PARASITOID Oleh : Ardiyanti Purwaningsih, SP. MP dan Umiati, SP. Pernah minum teh??? Pasti hampir seluruh orang didunia ini pernah menikmati kesegaran air teh. Kadang kita tidak sadar bahwa teh memiliki beragam manfaat antara lain bahan minuman penyegar, bahan industri, farmasi dan kosmetik. Kandungan unsur-unsur pokok teh seperti kafein, polyphenol, tanin, dan minyak essensial banyak dimanfaatkan dalam bidang kesehatan. Kafein yang terkandung dalam teh memiliki manfaat memberikan rasa segar dan dapat mendorong kinerja jantung. Polyphenol sangat berkhasiat dalam mengaktifkan enzim pelarut lemak/trigliserida serta mengurangi metabolisme gula darah sehingga mengurangi berat badan. Tanin sangat berperan dalam mengetahui kualitas dan mutu teh jadi karena senyawa tersebut terkait dengan rasa, warna, dan aroma. Selain itu teh memiliki unsur Flouride (F) yang tinggi sehingga sangat berguna dalam memperkuat gigi ( 2007). Citra teh sebagai minuman yang menyegarkan dan menyehatkan membuat komoditas ini banyak digemari masyarakat di berbagai belahan dunia. Sebagai salah satu komoditas industri berbasis sumberdaya alam, teh berpeluang untuk terus memperbesar devisa negara. Persaingan perdagangan teh di pasar dunia merupakan tantangan bagi Indonesia untuk meningkatkan produksi teh baik kualitas maupun kuantitasnya. Asosiasi Teh Indonesia menyatakan pada tahun 2006, Indonesia merupakan Negara penghasil teh ke-5 setelah India, Cina, Sri Lanka dan Kenya dengan produksi 5,8 persen dari total produksi dunia (Desyana, 2008). Rendahnya produksi dibandingkan empat negara tersebut antara lain karena rendahnya produktivitas dan mutu teh yang disebabkan antara lain oleh serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Salah satu OPT utamanya adalah ulat penggulung daun teh Homona coffearia. ULAT PENGGULUNG DAUN (Homona coffearia) Gejala Serangan Gejala serangan yang sering nampak yaitu, terlihat adanya satu atau lebih daun terlipat dengan menggunakan benang halus atau dengan menggulung daun eh dan menyambungkan pinggiran daun teh (Gambar 1). Mula-mula ulat memakan epidermis

2 daun sehingga seluruh daun dimakan. Larva akan makan daun pertama sehingga habis kemudian pindah ke daun yang lain. Selama perkembangannya, satu ulat dapat menghabiskan lebih dari 1 helai daun. Pada instar awal, kerusakan yang ditimbulkan sangat kecil karena yang dimakan adalah permukaan bawah dari daun yang tua. Setelah panjang tubuh mencapai 5 mm, ulat berpindah ke daun-daun muda. Serangan terjadi sepanjang tahun. Apabila kondisi lingkungan yang mendukung seperti akhir musim kemarau atau awal musim hujan populasi hama dapat meningkat. Serangan berat mengakibatkan tanaman teh menjadi gundul (Arifin, 1999). Gambar 1. Larva Homona dan Gejala daun menggulung karena Homona sp Bioekologi Anggota ordo Lepidoptera famili Tortricinae ini biasanya merusak daun teh dengan cara menggulung daun dan membuat tempat berlindung untuk diri sendiri. Ngengat H. coffearia akan meletakkan telur segera setelah kawin dan dapat bertelur antara butir. Bentuk telur yang datar akan diletakkan dalam satu kelompok pada permukaan atas daun teh yang tua. Setelah 6-8 hari, larva yang menetas akan memakan daun teh muda. Perkembangan larva hingga instar terakhir terjadi selama 3-4 minggu. Larva yang akan menjadi kepompong akan menjalin daun-daun teh menjadi rumah kepompong. Periode pupa H. coffearia berlangsung selama 6-8 hari. Pupa yang menetas akan menjadi ngengat dewasa yang aktif hanya pada malam hari (Samiksha, 2014). Satu generasi memerlukan 5-6 minggu pada daerah rendah, dan 7-8 minggu pada daerah tinggi.

3 Gambar 2. Siklus Hidup H. coffearia Pengendalian Pengendaliannya dapat dilakukan dengan cara mekanis, yaitu dengan melakukan pemetikan daun yang terserang dan pengambilan kelompok telur. Cara hayati dengan menggunakan musuh alami antara lain Macrocentrus homonae, Elasmus homonae, jamur penyebab Wilt disease dan bakteri entomopatogenik. Dengan pengendalian kimiawi, yaitu menggunakan insektisida dengan berbahan aktif Lamda Sihalotrin. PARASITOID Macrocentrus homonae Nix. (Hymenoptera, Braconidae) Parasit braconidae M. homonae merupakan parasit yang efektif untuk mengendalikan ulat daun teh H. coffearia. Pada Tahun 1963 M. homonae berhasil diekspor dari Jawa ke negara Srilangka untuk mengendalikan serangan ulat penggulung daun di negara tersebut. Gambar 3. Imago Macrocentrus sp.

4 Panjang imago M. homonae bisa mencapai 12 mm, warnanya cokelat muda sampai hitam atau coklat,. Bentuk tubuhnya langsing memanjang. Warna pupa cokelat dengan panjang 5mm dan lebar 1,5 mm.(pracaya, 2008). Antena imago lebih panjang dari pada panjang tubuh, ovipositor betina mempunyai panjang yang sama atau lebih panjang dari metasoma. Tidak mempunyai oksipital carina (lengkungan sempit di belakang mata) serta Terdapat tonjolan seperti gigi pada trocanter kaki tengah dan kaki belakang Stadia telur M. homonae berlangsung selama 10 hari, stadia larva selama + 14 hari. Perkembangan pupa parasitoid berlangsung selama 14 hari. Imago betina parasitoid hidup selama 6-38 hari (Cranham, 1961) Macrocentrus homonae merupakan agen pengendali yang penting, dapat menyerang berbagai stadia larva inang dan masuk melalui rongga tubuh inang. Tingkat parasitasi dari M. homonae pada larva H. coffearia mulai mencapai 75-90% (Walgama. 2015). Parasitoid betina mempunyai ovipositor yang panjang untuk menembus gulungan daun yang dibuat oleh larva H. coffearia pencarian inang dilakukan berdasarkan bau yang dikeluarkan oleh larva. Apabila larva inang telah ditemukan, parasitoid akan memaksa inang keluar dari gulungan daun teh. Keberhasilan M. homonae sebagai parasit karena perkembangan larva yang bersifat poliembrionik, mempunyai kemampuan daya sebar yang jauh dan kemampuan daya cari inang yang sangat baik (Pinese, 1996). Parasitoid ini dapat berkembang dengan cepat karena bersifat poli embrionik (dalam satu telur terdapat 2 atau lebih embrio) sehingga dalam satu ulat teh terdapat lebih dari satu parasit. Imago betina dapat mengoviposi ulat penggulung daun teh sampai 15 kali. Satu kali oviposisi tabuhan dapat mengeluarkan satu telur dan dalam satu telur dapat terbentuk lebih kurang 30 embrio. Dengan demikian dalam satu tubuh inang bisa menghasilkan 450 larva parasit. Macrocentrus homonae bersifat endoparasit, sejak telur diletakkan dalam tubuh inang hingga periode larva instar terakhir, parasitoid akan berada di dalam tubuh inang (Damiri,2015) Larva parasitoid Macrocentrus akan masuk kedalam tubuh dan memakan cairan tubuh inang hingga menjadi larva parasitoid instar terakhir. Larva tersebut akan keluar dari kulit inang dan akan memakan seluruh bagian tubuh inang kecuali kepala dan kutikula. Kokon parasitoid akan saling melekat dan membentuk kumpulan kokon yang besar diatas larva inang (Cranham, 1961). Bagian kepala larva

5 H. coffearia yang terparasit akan memberwarna hitam mengkilat (Gambar 4). Imago parasitoid akan keluar dari kokonnya dengan membuat lubang pada bagian atas operculum sebagai jalan keluar (Gambar 5). Gambar 4. Koloni kokon Macrocentrus pada larva ulat penggulung daun yang terparasit (Walgama, 2015). Gambar 5. Kokon M. homonae yang berhasil menetas (operculum pada bagian atas terbuka sebagai jalan keluar dari parasitoid (Walgama, 2015) Penutup Potensi pengendalian ulat penggulung daun dengan menggunakan parasitoid masih sangat tinggi dan perlu dikembangkan. kemapanan menggunakan musuh alami akan berlangsung dalam jangka waktu lama dan berdampak pada pertanaman teh secara luas.

6 Daftar Pustaka Adrrianto Pengendalian hayati. pengendalaian-hayati.html Arifin, M Pemanfaatan musuh alami dalam pengendalian hama utama tanaman teh, kopi, dan kelapa. Seminar Pemasyarakatan PHT Tanaman Perkebunan. Dinas Perkebunan Kabupaten Bogor, 4-5 Agustus p. Cranham.J.E, The Natural Balance of Pests and Parasites on Ceylon Tea, Especially tea Tortrix and Macrocentrus. Tea Quart.32,26-41 Desyana, Cornila Ekspor Teh Indonesia Turun. diakses 29 Maret 2017 Damiri, B. V Integrated Pest Management for Controlling Tea Pests in Indonesia. Plant Protection Department, College of Agriculture, King Saud University, Pinese, B Population dynamics and biological control of avocado leafroller in north Queensland. QLD departement of Primary Industries. NSW. Pracaya. Hama Penyakit Tanaman Penebar Swadaya. Depok Samiksha Flush Worm (Homona Coffearia) : Distribution, Life Cycle and Control. Didownload pada 21 Maret zoology/flushworm-homona-coffearia-distribution-life-cycle-and-control/24072/ Walgama, R.S. (2015) Hyperparasitism of Homona coffearia Nietn. (Lepidoptera: Tortricidae), the Tea Tortrix of Sri Lanka: Implications for Biological Control. Advances in Entomology, 3, Penulis 1, Penulis 2, Jombang, 31 Nopember 2017 Ardiyanti Purwaningsih, SP.MP. Umiati, SP NIP NIP Mengetahui, Kabid. Proteksi BBPPTP Surabaya Kasie Yantekinfo, Koordinator Fungsional, Wahyu Irianto,SP, NIP Warnoto NIP Erna Zahro in, SP NIP

7