UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk Indonesia diproyeksikan dalam kurun waktu dua puluh lima tahun

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk Indonesia diproyeksikan dalam kurun waktu dua puluh lima tahun mendatang akan terus meningkat. Menurut Badan Pusat Statistik, pada sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia sebanyak 238,5 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2035 jumlah penduduk Indonesia meningkat menjadi 305,6 juta jiwa. Meskipun demikian, laju pertumbuhan penduduk Indonesia per tahun dalam periode menunjukkan kecenderungan menurun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia dalam periode yaitu 1,38 persen dan diproyeksikan menurun pada tahun 2035 menjadi 0,62 persen per tahun. Turunnya laju pertumbuhan penduduk ini ditentukan oleh turunnya angka kelahiran (Badan Pusat Statistik, 2013). Dengan menurunnya angka kematian di Indonesia maka angka harapan hidup penduduk Indonesia meningkat yaitu 70,1 pada tahun Hal tersebut mengakibatkan jumlah lansia di Indonesia semakin meningkat (Mubarak et al, 2006). Menua adalah suatu proses menurunnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas 1

2 2 (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Martono & Pranarka, 2009). Menua juga disertai penurunan semua sistem didalam tubuh. Salah satu penurunan yang dapat terjadi adalah penurunan fungsi kognitif. Hal tersebut tentunya juga akan berpengaruh pada aktivitas sehari-hari (Activities of Daily Living-ADL) sehingga dapat menurunkan kualitas hidup lansia yang berimplikasi pada kemandirian dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari (Nugroho, 2008). Berdasarkan data WHO, jumlah lansia didunia mencapai 600 juta pada tahun 2000 dan diperkirakan akan mencapai angka 1,2 milyar pada tahun Perkembangan lansia di dunia khususnya di negara berkembang meningkat dengan persentase 75% dan 2/3 dari jumlah seluruh lansia didunia berada di negara berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan jumlah lansia terbanyak di dunia. Tahun 2000 proporsi jumlah lansia di Indonesia diperkirakan sebesar 7,28% dan pada tahun 2020 diperkirakan menjadi 11,34% dari total populasi penduduk (Maryam,2008). Jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia pada tahun 2010 adalah jiwa dari jiwa atau 7,6% dari seluruh penduduk. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi dengan persentase penduduk lansia tertinggi di Indonesia yaitu mencapai 13,38%(Badan Pusat Statistik, 2013). Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang jumlah lansia-nya relatif tinggi yaitu 18,29% dari total penduduk lansia di DIY. Kabupaten Gunungkidul berada kurang lebih 40 km dari

3 3 pusat ibukota Provinsi DIY. Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul 1.485,36 km2 atau 46,63% dari luas Provinsi DIY. Jumlah lansia yang ada di Kabupaten Gunungkidul yaitu jiwa. Berdasarkan Pendataan Keluarga (BPMPKB) pada tahun 2009, jumlah penduduk Kabupaten Gunungkidul adalah jiwa dengan perincian berdasar jenis kelamin adalah jiwa penduduk laki-laki dan jiwa penduduk perempuan (sex ratio 96,3). Kepadatan penduduk (Man Land Ratio) Kabupaten Gunungkidul sebesar 488,5/km² dengan rata-rata jiwa per-rumah tangga (family size) adalah 3.8 jiwa. Tingkat kognitif memegang peranan penting dalam fungsi memori dan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Jika tingkat kognitif menurun maka fungsi fisik dan psikis lansia akan terganggu.gangguan yang terjadi pada fungsi fisik misalnya yaitu menurunnya fungsi panca indera, minat dan fungsi organ seksual serta kemampuan motorik. Gangguan yang terjadi pada fungsi psikis misalnya yaitu lansia menjadi sering mengalami perasaan rendah diri, bersalah atau merasa tidak berguna lagi, apalagi bila mereka telah ditinggal mati oleh pasangan hidupnya. Kondisi-kondisi seperti ini membuat mereka menutup diri dengan orang muda ataupun sebayanya sehingga sudah tidak berminat untuk kontak sosial (Pieter & Lubis 2010). Secara fisiologis manusia akan menjadi tua tetapi akan lebih baik jika dalam masa tua tetap sehat. Dan inilah letak pentingnya kemandirian bagi lansia karena lansia tidak hanya menghabiskan masa tuanya dengan tidak produktif atau bahkan

4 4 mengalami ketergantunagan tetapi walaupun dalam masa tua harus tetap mendapatkan kualitas hidup yang baik (Pratikwo, et al, 2006). Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti berminat untuk meneliti hubungan tingkat kognitif dan kemandirian dalam aktivitas sehari hari dengan kualitas hidup pada lansia di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 1.2 Rumusan Masalah Pada penelitian ini permasalahan yang akan dibahas dirumuskan sebagai berikut : 1. Adakah hubungan antara tingkat kognitif dengan kualitas hidup pada lansia? 2. Adakah hubungan antara kemandirian dalam ADL (Activities of Daily Living) dan IADL (Instrumental Activities of Daily Living) dengan kualitas hidup pada lansia? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar sarjana kedokteran pada Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana. Mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara tingkat kognitif dan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari dengan kualitas hidup pada lansia.

5 5 2. Tujuan Khusus Mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara tingkat kognitif dengan kualitas hidup pada lansia. Mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara kemandirian 1.4 Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis dalam ADL (Activities of Daily Living) dan IADL (Instrumental Activities of Daily Living) dengan kualitas hidup pada lansia. Belajar mengenai cara melakukan sebuah penelitian yang benar. Belajar mengenai teori-teori tingkat kognitif, kemandirian dalam aktivitas sehari-hari dan kualitas hidup pada lansia yang 2. Secara Praktis digunakan pada penelitian ini. Memberikan data-data kepada kecamatan Karangmojo terkait tingkat kognitif, kemandirian dalam aktivitas sehari-hari dan kualitas hidup pada lansia didearah tersebut. 1.5 Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Daftar Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Penelitian Metode Subyek Hasil Najiyatul et al, Hubungan Fungsi Cross- 33 orang Tidak ada hubungan 2011 Kognitif dengan sectional yang signifikan antara Kemandirian fungsi kognitif dengan

6 6 dalam melakukan ADL pada Lansia di UPT PSLU kemandirian dalam melakukan ADL pada Lansia Lestari et al, Mental dan Kemandirian dalam Aktivitas Sehari-hari Usia dalam melakukan ADL Lanjut di pada lansia. Kelurahan Banjardowo Genuk, Semarang. Hubungan Antara 90 orang Terdapat hubungan yang bermakna antara status mental lanjut usia dengan kemandirian dengan Status signifikan antara status Fungsional Usia Lanjut Panti Wredha di Semarang. 49 orang Tidak terdapat Pasuruan. Nina Setiawan, Hubungan Status Crosssectional Cross Status Kognitif sectional hubungan yang kognitif dengan ADL. Ferni, 2014 Hubungan Cross- 30 orang Terdapat hubungan Kelemahan Fisik sectional yang konsisten antara dan Status Mental kelemahan fisik dengan

7 7 Usia Lanjut di Dusun Gampingan, Kecamatan status mental, terdapat hubungan yang signifikan antara kelemahan fisik dan Monica, 2015 Wirobrajan, Yogyakarta. Sehari-hari pada status mental dengan aktivitas sehari hari dengan alat dan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dan hasil MMSE. Hubungan Kondisi Fisik, Status Mental dan Kemandirian dalam Aktivitas Crosssectional 30 orang Ada hubungan yang signifikan antara status mental dengan kemandirian dalam aktivitas hidup sehari- hari yaitu korelasi Lansia di antara ADL dengan Kelurahan Semanu, Kecamatan Semanu, HVLT, IADL dengan HVLT, ADL dengan MMSE dan IADL dengan MMSE. Lansia dengan status mental

8 8 Kabupaten Gunung Kidul. yang lebih baik mempunyai kemandirian dalam aktivitas hidup seharihari yang lebih tinggi. Ada hubungan yang signifikan antara status pendidikan dengan status mental (MMSE). Perbedaan peneitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah lokasi penelitian yang berbeda dari penelitian yang sudah ada yaitu di Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunung Kidul, DIY. Ada kesamaan faktor yang diteliti dengan penelitian sebelumnya yaitu mengenai tingkat kognitif dan kemandirian dala aktivitas sehari-hari tetapi pada penelitian ini juga meneliti mengenai kualitas hidup pada lansia yang belum diteliti pada penelitian sebelumnya. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan jumlah sampel yang berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu sebanyak 50 orang. Hal tersebut yang membuat penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dan layak untuk menjadi sebuah penelitian baru.