BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian"

Transkripsi

1 41 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka didapat hasil penelitian sebagai berikut: 1. Nomor Perkara: 615 K/Pdt.Sus/ Identitas Para Pihak a. Pemohon Kasasi dahulu Tergugat I Tim Likuidasi Lembaga Penjamin Simpanan, berkedudukan di Equity Tower 20 th 21 ST FI, Sudirman Centreal Business District (SCBD), Lot 9, Jalan Jenderal Sudirman Kav , Jakarta 12190, Indonesia, dalam hal ini memberi kuasa kepada Sigit Sumarlan dan kawan-kawan, Staf pada Divisi Litigasi pada Lembaga Penjamin Simpanan, berkantor di Jalan Jenderal Sudirman Kav Jakarta Selatan, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 1 Agustus b. Termohon Kasasi dahulu Penggugat Jandri Siadari,S.H.,LLM, selaku Kurator PT. Tripanca Group (Dalam Pailit), berkantor di Gedung Manggala Wanabakti Blok IV, Lantai 7, Ruang 718, Jalan Jenderal Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Pusat. c. Turut Termohon Kasasi dahulu Tergugat II PT. BPR Tripanca Setiadana (Dalam Likuidasi), berkedudukan di Jalan Laksamana Malahayati Nomor 138 Teluk Betung, Kota Bandar Lampung, Propinsi Lampung. 3. Kasus Posisi PT. Tripanca Group merupakan salah satu nasabah penyimpan dengan nomor rekening tabungan sebesar Rp ,- (sepuluh miliar dua ratus delapan puluh sembilan juta lima ratus enam puluh sembilan ribu tiga ratus tiga puluh tiga rupiah) di PT. BPR Tripanca Setiadana yang

2 42 sejak tanggal 24 Maret 2009 telah dicabut izin usahanya. Sejak dicabut izin usaha PT. BPR Tripanca Setiadana maka simpanan milik PT. Tripanca Group beralih kepengurusannya kepada Lembaga Penjamin Simpanan dikarenakan PT. BPR Tripanca Setiadana merupakan peserta atau anggota dari Lembaga Penjamin Simpanan. Tertanggal 3 Agustus 2009 PT. Tripanca Group telah menyatakan pailit berdasarkan Putusan Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Perkara Nomor : 33/Pailit/2009/PN.Niaga.Jkt.Pst. terhitung sejak tanggal Putusan Pailit tersebut, maka terhadap seluruh kekayaan Debitur Pailit beralih dari Debitur PT. Tripanca Group kepada Kurator. Kemudian ditunjuklah Jandri Siadari,S.H.,LLM, selaku Kurator PT. Tripanca Group (Dalam Pailit). Untuk menjalankan tugasnya, kurator akan melakukan berbagai upaya untuk mencari dan menemukan boedel pailit hingga kemudian ditemukan bahwa Debitur Pailit mempunyai simpanan sebesar Rp ,- (sepuluh miliar dua ratus delapan puluh sembilan juta lima ratus enam puluh sembilan ribu tiga ratus tiga puluh tiga rupiah) di PT. BPR Tripanca Setiadana. Dengan ditemukannya boedel pailit tersebut maka Jandri Siadari,S.H.,LLM, selaku Kurator telah menunjuk Kantor Hukum Hanis & Hanis yang beralamat di Gedung Sarinah Lantai 12, Jalan M.H. Thamrin Nomor 11 Jakarta Pusat untuk melakukan penagihan dana dan/atau klaim kepada Tim Likuidasi Lembaga Penjamin Simpanan atas simpanan PT. Tripanca Group (Dalam Pailit) yang terdapat di PT. BPR Tripanca Setiadana. Kantor Hukum Hanis & Hanis tersebut telah mengajukan klaim kepada Tergugat melalui suratnya Ref.No : 057/CMP-LPS/H&H/X/09, tertanggal 19 Oktober 2009 dengan perihal pengajuan klaim dan telah ditanggapi dengan surat No.S.681/KE/X/2009 tertanggal 28 Oktober 2009 dengan perihal Penyelesaian Simpanan Nasabah Tergugat II atas nama PT. Tripanca Group yang pada intinya memberitahukan bahwa penyelesaian simpanan atas nama PT. Tripanca Group (Dalam Pailit) melalui mekanisme penjaminan, ditunda

3 43 pembayarannya sampai dengan selesainya audit investigasi mengenai pihakpihak yang menyebabkan PT. Tripanca Setiadana menjadi Bank Gagal. Jandri Siadari,S.H.,LLM sebagai Penggugat telah mengajukan gugatan di Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Majelis Hakim telah menyidangkan perkara a quo tersebut dan berakhir pada tanggal putusan diucapkan yaitu pada tanggal 22 Juli 2011 dengan Putusan Nomor. 4/Gugatan Lain-lain/2011/PN.Niaga.Jkt.Pst jo. Nomor 33/Pailit/2009/ PN.Niaga.Jkt.Pst. Selanjutnya Lembaga Penjamin Simpanan mengajukan permohonan Kasasi ke Mahkamah Agung dengan alasan adanya kesalahan dalam pertimbangan Judex Facti di dalam putusannya dan juga adanya Error in Persona dalam gugatan termohon kasasi/ dahulu penggugat. 4. Dasar Permohonan Bahwa Jandri Siadari,S.H.,LLM sebagai Penggugat telah mengajukan gugatan di Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Majelis Hakim telah menyidangkan perkara a quo tersebut dan berakhir pada tanggal putusan diucapkan yaitu pada tanggal 22 Juli 2011 dengan Putusan Nomor. 4/Gugatan Lain-lain/2011/PN.Niaga.Jkt.Pst jo. Nomor 33/Pailit/2009/ PN.Niaga.Jkt.Pst yang amarnya mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya, menyatakan Tergugat I dan Tergugat II telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum, dan Menghukum Tergugat I untuk mengembalikan uang simpanan PT. Tripanca Group (Dalam Pailit) sejumlah Rp ,- (sepuluh miliar dua ratus delapan puluh sembilan juta lima ratus enam puluh sembilan ribu tiga ratus tiga puluh tiga rupiah) ditambah dengan bunga sebesar 6% (enam persen) per-tahun dari hasil uang tersebut kepada Kurator PT. Tripanca Group (Dalam Pailit) untuk dimasukkan ke dalam Boedel Pailit PT. Tripanca Group (Dalam Pailit) dan Menghukum Tergugat I dan Tergugat II untuk membayar ongkos perkara sebesar Rp ,00 (Empat Ratus Enam Belas Ribu Rupiah). Bahwa sengketa yang diajukan oleh Penggugat dalam kaitannya mengenai klaim penjaminan yang belum dibayar oleh Tergugat I dan bukan

4 44 sengketa mengenai proses likuidasi, hal ini ditegaskan sendiri oleh Penggugat bahwa sengketa a quo diajukan karena Penggugat merasa dirugikan atas perbuatan Tergugat I yaitu klaim simpanannya yang belum dibayar oleh Tergugat I. Karena terdapat sengketa atas pembayaran klaim tersebut sudah seharusnya secara absolute harus diperiksa serta diputus oleh Pengadilan sebagaimana diatur dalam Pasal 20 ayat (1) huruf b Undang-Undang Lembaga Penjamin Simpanan yaitu Pengadilan Negeri yang dalam hal ini adalah Pengadilan Negeri Jakarta Selatan bukan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Dengan demikian Penggugat telah salah dan keliru mengajukan gugatan a quo ke Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Bahwa gugatan Penggugat mengandung cacat formil (Error in Persona). Penggugat telah keliru dan salah dalam menentukan pihak Tergugat, dalam gugatannya Penggugat mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum (PMH) terhadap: a. Tim Likuidasi Lembaga Penjamin Simpanan, berkedudukan di Equity Tower 20 th 21 ST FI, Sudirman Centreal Business District (SCBD), Lot 9, Jalan Jenderal Sudirman Kav , Jakarta 12190, Indonesia sebagai TERGUGAT I; b. PT. BPR Tripanca Setiadana (Dalam Likuidasi), berkedudukan di Jalan Laksamana Malahayati Nomor 138 Teluk Betung, Kota Bandar Lampung, Propinsi Lampung sebagai TERGUGAT II; Penggabungan antara Tim Likuidasi dengan Lembaga Penjamin Simpanan merupakan hal yang salah. Lembaga Penjamin Simpanan merupakan suatu badan yang berbeda dan terpisah dari Tim Likuidasi yang dalam hal ini adalah Tim Likuidasi PT. BPR Tripanca Setiadana. Bahwa sesudah putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tersebut diucapkan pada tanggal 22 Juli 2011, kemudian terhadapnya oleh Pemohon/Tergugat I dengan perantaraan kuasanya berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 1 Agustus 2011 diajukan permohonan

5 45 kasasi secara lisan pada tanggal 4 Agustus 2011 dengan alasan-alasan kasasi yang pada pokoknya adalah: a. Terhadap sengketa pembayaran klaim penjaminan, jika terhadap suatu perbuatan melawan hukum merupakan kewenangan pengadilan perdata, jika terhadap putusan pejabat Tata Usaha Negara berupa hasil rekonsiliasi dan verifikasi simpanan nasabah merupakan kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara dan terhadap kedua sengketa tersebut di atas menjadi kewenangan absolut pengadilan masing-masing sesuai kewenangannya. Pemeriksaan terhadap sengketa klaim penjaminan yang diperiksa di Pengadilan Niaga secara absolut bertentangan dengan kewenangan mengadili (Exceptio Declinatoria); b. Sengketa terhadap kewajiban pembayaran klaim penjaminan merupakan sengketa dengan jumlah klaim penjaminan dengan jumlah maksimal penjaminan sebesar Rp ,00 (dua miliar rupiah) yang secara lex specialis derogat legi generali menurut Undang-Undang Lembaga Penjamin Simpanan adalah ranah kewajiban hukum dan Lembaga Penjamin Simpanan sedangkan pengembalian atas seluruh simpanan yang dimasukkan kedalam daftar boedel pailit bukanlah kewajiban hukum atas pembayaran klaim penjaminan berdasarkan Undang-Undang Lembaga Penjamin Simpanan; c. Gugatan perbuatan melawan hukum berdasarkan seluruh simpanan yang terdaftar di boedel pailit yang ditujukan kepada Pemohon/Dahulu Tergugat I adalah tidak tepat karena kewajiban pembayaran dari Lembaga Penjamin Simpanan hanya sebesar Rp ,00 (dua miliar rupiah) dan bukan atas pengembalian simpanan sebesar Rp ,- (sepuluh miliar dua ratus delapan puluh sembilan juta lima ratus enam puluh sembilan ribu tiga ratus tiga puluh tiga rupiah) yang terdapat dalam daftar boedel pailit dari Termohon Kasasi/Dahulu Penggugat; d. Pertimbangan Majelis Hakim tingkat pertama (Judex Facti) yang menyatakan secara keseluruhannya adalah mengenai penggabungan gugatan

6 46 antara Tim Likuidasi dengan Lembaga Penjamin Simpanan adalah pemahaman yang keliru dan bertentangan dengan hukum (Contra Legem); e. Eksepsi dari Pemohon Kasasi/Dahulu Tergugat I dengan terang dan jelas tidak mengenai pokok perkara sebagaimana dipertimbangkan oleh Majelis Hakim, sehingga eksepsi yang diajukan Pemohon Kasasi/Dahulu Tergugat I telah memenuhi ketentuan eksepsi; f. Majelis Hakim pada tingkat pertama (Judex Facti) telah mengabaikan ketentuan dan bukti-bukti yang menjadi dasar Pemohon Kasasi/Dahulu Tergugat I dalam melakukan penundaan pembayaran klaim simpanan terhadap PT. Tripanca Group (Dalam Pailit) yang kini dalam pengurusan Termohon Kasasi/Dahulu Penggugat; g. Tidak dimasukkannya bukti TI-6 sampai dengan TI-8 mengakibatkan Judex Facti tidak dapat mempertimbangkan mengenai dasar alasan penundaan pembayaran klaim. Sedangkan terhadap hasil rekonsiliasi dan verifikasi yang sudah diumumkan oleh Pemohon Kasasi/Dahulu Penggugat sehingga tidak perlu dibuktikan lagi di muka persidangan; h. Tidak benar bahwa Pemohon Kasasi/Dahulu Tergugat I mempunyai keharusan menyampaikan laporan perkembangan hasil verifikasi tetapi sesuai Pasal 16 ayat (3) Undang-Undang Lembaga Penjamin Simpanan; i. Majelis Hakim tingkat pertama (Judex Facti) telah keliru memahami batas waktu 90 hari yang disebut dalam Pasal 16 Undang-Undang Lembaga Penjamin Simpanan, karena 90 hari yang dimaksud adalah kewajiban Pemohon Kasasi/Dahulu I untuk menentukan simpanan yang layak bayar setelah melakukan rekonsiliasi dan verifikasi atas data nasabah penyimpan selambat-lambatnya 90 hari kerja terhitung sejak izin usaha bank dicabut dan batas waktu tersebut bukan mengenai batas waktu 90 hari untuk melakukan pembayaran; j. Dalam proses pemeriksaan pengadilan tingkat pertama Pemohon Kasasi/Dahulu Tergugat I dalam jawaban maupun duplik dan kesimpulan secara tegas dan jelas tidak pernah mengakui pernyataan bahwa uang

7 47 simpanan Termohon Kasasi/Dahulu Penggugat adalah boedel pailit sebagaimana pertimbangan dalam putusan Judex Facti; k. Pemeriksaan terhadap sengketa klaim penjaminan yang diperiksa di Pengadilan Niaga secara absolut bertentangan dengan kewenangan mengadili dari Pengadilan Niaga; l. Judex Facti telah mengabaikan fakta hukum bahwa PT. Tripanca Group (Dalam Pailit) yang kini dalam pengurusan Termohon Kasasi/Dahulu Penggugat adalah suatu perusahaan yang terafiliasi sangat erat dengan PT. BPR Tripanca Setiadana (Dalam Likuidasi) dimana pemiliknya melakukan kejahatan tindak pidana perbankan yang telah terbukti secara sah dan meyakinkan di persidangan pidana serta putusan tersebut telah berkekuatan hukum tetap; m. Pertimbangan Judex Facti di dalam putusannya saling bertentangan satu dan lainnya; n. Putusan Judex Facti secara jelas dan tegas bertentangan dengan hukum dari peraturan yang berlaku (Contra Legem). 5. Putusan Mahkamah Agung menjatuhkan putusan yang amarnya sebagai berikut: a. Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi: Tim Likuidasi Lembaga Penjamin Simpanan; b. Membatalkan putusan Pengadilan Niaga pada Pengadila Negeri Jakarta Pusat Nomor. 4/Gugatan Lain-lain/2011/PN.Niaga.Jkt.Pst jo. Nomor 33/Pailit/2009/ PN.Niaga.Jkt.Pst tanggal 22 Juli 2011; c. Mengabulkan gugatan penggugat untuk sebagian; d. Menyatakan Tergugat I dan Tergugat II telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum; e. Menghukum Tergugat I untuk mengembalikan uang simpanan PT. Tripanca Group (Dalam Pailit) sejumlah Rp ,00 (dua miliar rupiah) kepada Penggugat selaku kurator PT. Tripanca Group (Dalam Pailit) untuk dimasukkan ke dalam Boedel Pailit PT. Tripanca Group (Dalam Pailit);

8 48 f. Menolak gugatan Penggugat selain dan selebihnya; g. Menghukum Pemohon Kasasi/Dahulu Tergugat I untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp ,00 (lima juta rupiah); Demikianlah diputus dalam rapat permusyawaratan Mahkamah Agung pada hari Kamis tanggal 9 Februari 2012 oleh Dr.H.Mohammad Saleh, Sh.,MH. Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, H.Djafni Djamal, SH.,MH. dan H. Suwardi, SH., MH. Hakim Agung masing-masing sebagai Hakim Anggota, dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis dengan dihadiri Hakim-Hakim Anggota tersebut dan dibantu oleh Ferry Agustina Budi Utami, SH. Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri para pihak. B. Pembahasan 1. Prosedur Pembayaran Klaim Penjaminan Nasabah Penyimpan pada Bank Gagal oleh Lembaga Penjamin Simpanan a. Penjaminan Simpanan Nasabah Bank oleh Lembaga Penjamin Simpanan Setiap Bank yang melakukan kegiatan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia wajib menjadi peserta Penjaminan hal ini diatur dalam Pasal 8 Undang-Undang Lembaga Penjamin Simpanan. Pada dasarnya keanggotaannya bank pada Lembaga Penjamin Simpanan dapat bersifat sukarela atau bersifat wajib. Kecenderungan yang terjadi adalah sebagian besar negara (81%) dari 69 negara yang memiliki Lembaga Penjamin Simpanan mewajibkan bank untuk menjadi anggota Lembaga Penjamin Simpanan. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi adverse selection, yang dalam hal ini hanya bank yang lemah yang mau menjadi anggota. Cabang bank asing juga diwajibkan menjadi anggota Lembaga Penjamin Simpanan. Kantor cabang bank asing tersebut diwajibkan membayar premi asuransi sebagai biaya melakukan bisnis di Indonesia karenan simpanan yang

9 49 dijamin pada kantor cabang bank asing tersebut adalah simpanan milik warga negara dan atau penduduk Indonesia (Zulkarnain Sitompul, 2004: 9). Pasal 9 Undang-Undang Lembaga Penjamin Simpanan menguraikan beberapa kewajiban bank sebagai peserta penjaminan. Kewajiban tersebut meliputi: 1) Menyerahkan dokumen sebagai berikut: a) Salinan anggaran dasar dan/atau akta pendirian bank; b) Salinan dokumen perizinan bank; c) Surat keterangan tingkat kesehatan bank yang dikeluarkan Lembaga Pengawas Perbankan yang dilengkapi dengan data pendukung; d) Surat pernyataan dari direksi, komisaris, dan pemegang saham bank, yang memuat: (1)Komitmen dan kesediaan direksi, komisaris, dan pemegang saham bank untuk mematuhi seluruh ketentuan sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan; (2)Kesediaan untuk bertanggung jawab secara pribadi atas kelalaian dan/atau perbuatan yang melanggar hukum yang mengakibatkan kerugian atau membahayakan kelangsungan usaha bank; (3)Kesediaan untuk melepaskan dan menyerahkan kepada Lembaga Penjamin Simpanan segala hak, kepemilikan, kepengurusan, dan/atau kepentingan apabila bank menjadi Bank Gagal dan diputuskan untuk diselamatkan atau dilikuidasi. 2) Membayar kontribusi kepesertaan sebesar 0,1% (satu perseribu) dari modal sendiri (ekuitas) bank pada akhir tahun fiskal sebelumnya atau dari modal disetor bagi bank baru; 3) Membayar premi penjaminan; 4) Menyampaikan laporan secara berkala dslam format yang ditentukan; 5) Memberikan data, informasi, dan dokumen yang dibutuhkan dalam rangka penyelenggaraan penjaminan; dan

10 50 6) Menempatkan bukti kepesertaan atau salinannya di dalam kantor bank atau tempat lainnya sehingga dapat diketahui dengan mudah oleh masyarakat. Lembaga Penjamin Simpanan menjamin simpanan nasabah bank yang berbentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Jenis-jenis simpanan yang dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan tersebut dapat dirinci sebagai berikut: 1) Semua jenis simpanan termasuk giro, deposito dan tabungan dalam mata uang rupiah; 2) Pokok dan bunga. Bunga yang dijamin dihitung berdasarkan yang tercatat pada pembukuan pada tanggal dilakukannya penutupan bank. Nasabah penyimpan pada bank bermasalah biasanya menerima bunga yang lebih tinggi namun Lembaga Penjamin Simpanan tidak berkewajiban membayar bunga tinggi tersebut terhitung sejak bank diserahkan kepada Lembaga Penjamin Simpanan. 3) Simpanan dalam valuta asing sebaiknya juga dijamin. Hal tersebut untuk menghindari capital flight atau flight to quality. Dengan menjamin simpanan dalam valuta asing, Lembaga Penjamin Simpanan akan menghadapi resiko nilai tukar. Untuk itu dapat ditentukan bahwa pembayaran klaim dilakukan dalam mata uang rupiah berdasarkan nilai tukar pada saat bank diserahkan kepada Lembaga Penjamin Simpanan ( Zulkarnain Sitompul, 2004: 12) Simpanan yang dijamin tersebut merupakan hasil penjumlahan saldo seluruh rekening simpanan nasabah pada bank tanpa membedakan pemiliknya kecuali: 1) Data simpanan tidak tercatat pada bank; 2) Milik pihak yang mendapat keuntungan tidak wajar (misalnya memperoleh hasil bunga jauh di atas tingkat pasar); 3) Milik pihak yang menyebabkan keadaan bank menjadi tidak sehat (Jamal Wiwoho, 2011: 150).

11 51 Besaran nilai simpanan yang dijamin Lembaga Penjamin Simpanan untuk setiap nasabah bank sendiri telah mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan tersebut dilakukan secara bertahap dengan kerangka waktu sebagai berikut: 1) 6 (enam) bulan pertama sejak Lembaga Penjamin Simpanan beroperasi yaitu dari tanggal 22 September sampai dengan 21 Maret 2006, yang dijamin adalah seluruh simpanan berupa tabungan, giro, sertifikat deposito, deposito dan yang dipersamakan dengan itu. 2) 6 (enam) bulan berikutnya yaitu dari 22 Maret 2006 sampai dengan 21 September 2006, jumlah simpanan yang dijamin paling tinggi adalah Rp ,00 (lima miliar rupiah). 3) 6 (enam) bulan berikutnya yaitu periode 22 September 2006 sampai dengan 21 Maret 2007 jumalah simpanan yang dijamin menjadi Rp ,00 (satu miliar rupiah) dan terhitung mulai tanggal 22 Maret 2007 maka jumlah simpanan yang dijamin paling tinggi adalah Rp ,00 (seratus juta rupiah) untuk setiap penyimpan di sebuah bank. 4) Sejak tanggal 13 Oktober 2008 sampai dengan sekarang saldo yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu bank paling banyak adalah sebesar Rp ,00 (dua miliar rupiah). Ini berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2008 tentang Besaran Nilai Simpanan yang dijamin Lembaga Penjamin Simpanan. Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur mengenai perubahan besaran nilai simpanan yang dijamin Lembaga Penjamin Simpanan untuk mengantisipasi dampak dari krisis keuangan global. Perubahan jumlah simpanan yang dijamin akan diterapkan pemerintah sampai dicapainya kembali stabilitas sektor keuangan. Di dalam Undang-Undang Lembaga Penjamin Simpanan sendiri diatur mengenai kewenangan pemerintah yang dapat menyesuaikan kembali jumlah simpanan yang dijamin (Jamal Wiwoho, 2011: 151). Pasal 11 ayat (2)

12 52 Undang-Undang Lembaga Penjamin Simpanan menyebutkan bahwa nilai simpanan yang dijamin dapat diubah apabila dipenuhi salah satu atau lebih kriteria sebagai berikut: 1) Terjadi penarikan dana perbankan dalam jumlah besar secara bersamaan; 2) Terjadi inflasi yang cukup besar dalam beberapa tahun; atau 3) Jumlah nasabah yang dijamin seluruh simpanannya menjadi kurang dari 90% (sembilan puluh per seratus) dari jumlah nasabah penyimpan seluruh bank. Kenaikan jumlah simpanan yang dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan dilakukan pemerintah dengan mengingat telah memenuhi tiga syarat tersebut. Jika telah terpenuhi satu syarat saja, pemerintah diperbolehkan menyesuaikan nilai jaminan. b. Prosedur Pembayaran Klaim Penjaminan Nasabah Penyimpan pada Bank Gagal oleh Lembaga Penjamin Simpanan Dalam rangka pelaksanaan penjaminan simpanan, Lembaga Penjamin Simpanan berkewajiban melakukan pembayaran klaim terhadap simpanan nasabah penyimpan dari bank gagal yang dicabut izin usahanya dan juga berwenang untuk melakukan proses likuidasi pada bank tersebut. Untuk melakukakan kewajibannya ini, Lembaga Penjamin Simpanan berhak memperoleh data nasabah penyimpan dan informasi lain yang diperlukan per tanggal pencabutan izin usaha dari Lembaga Pengawas Perbankan dan/atau bank dalam rangka penghitungan dan pembayaran klaim penjaminan. Berdasarkan data tersebut maka Lembaga Penjamin Simpanan akan melakukan rekonsiliasi dan verifikasi untuk menetukan simpanan yang layak bayar dan simpanan yang tidak layak bayar selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari kerja terhitung sejak izin usaha bank dicabut. Rekonsiliasi dan verifikasi ini diatur lebih lanjut dalam Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 2/PLPS/2010 khususnya dalam Bab VIII tentang Rekonsiliasi dan Verifikasi Simpanan yang Dijamin. Pasal 31 menyebutkan bahwa dalam rangka rekonsiliasi dan verifikasi tersebut,

13 53 pemegang saham, dewan komisaris, direksi, dan pegawai bank yang dicabut izin usahanya, serta pihak lain yang terkait dengan bank dimaksud wajib membantu memberikan segala data dan informasi yang diperlukan oleh Lembaga Penjamin Simpanan, yaitu: 1) Daftar simpanan nasabah yang tercatat dalam pembukuan bank; 2) Daftar simpanan nasabah yang juga memiliki kewajiban kepada bank yang telah jatuh tempu dan/atau gagal bayar; 3) Daftar tagihan bank kepada nasabah debitur, termasuk yang telah dihapus bukukan oleh bank; 4) Standart Operating Procedure (SOP) internal bank yang berkenaan dengan simpanan nasabah; 5) Susunan Direksi, Komisaris, dan Pemegang Saham Bank; 6) Neraca dan rinciannya; dan 7) Data, informasi, dan dokumen pendukung lain yang diperlukan Lembaga Penjamin Simpanan. Rekonsiliasi merupakan proses pencocokan data transaksi keuangan yang diproses dengan sistem yang berbeda berdasarkan dokumen sumber hukum yang sama. Sedangkan verifikasi adalah satu bentuk pengawasan melalui pengujian dokumen keuangan. Lembaga Penjamin Simpanan dapat menunjuk, menguasakan, dan/atau menugaskan kepada pihak lain untuk melakukan rekonsiliasi bagi kepentingan dan/atau atas nama Lembaga Penjamin Simpanan. Proses rekonsiliasi dan verifikasi ini dilakukan untuk mengetahui secara pasti status simpanan nasabah, diantaranya simpanan layak bayar, simpanan tidak layak bayar, simpanan diatas maksimal penjaminan, giro/tabungan yang telah ditutup dan deposito yang telah dicairkan namun masih tercatat pada bank sebagai kewajiban negara atau kewajiban lainnya yang tidak termasuk dalam cakupan penjaminan simpanan (Yennie Agustin, 2013: ). Simpanan layak bayar yang dimaksud adalah simpanan yang berdasarkan hasil rekonsiliasi dan verifikasi telah memenuhi kriteria simpanan layak bayar (3T) yaitu:

14 54 1) Tercatat dalam pembukuan bank 2) Tingkat bunga simpanan tidak melebihi tingkat bunga penjaminan 3) Tidak melakukan tindakan yang merugikan bank Kemudian untuk simpanan layak bayar ini dapat melakukan pengajuan klaim penjaminan. Pengajuan klaim ini lebih lanjut diatur dalam Bab IX tentang Pengajuan Klaim. Dijelaskan bahwa Lembaga Penjamin Simpanan akan mengumumkan tanggal dimulainya pengajuan klaim penjaminan pada sekurang-kurangnya 2 (dua) surat kabar harian yang berperedaran luas. Pengumuman tersebut akan dilakukan secara bertahap berdasarkan hasil rekonsiliasi dan verifikasi yang telah diselesaikan dengan ketentuan: 1) Pengumuman tahap pertama dilakukan paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah rekonsiliasi dan verifikasi dimulai; 2) Pengumuman tahap terakhir dilakukan paling lambat 90 (sembilan puluh) hari kerja terhitung sejak izin usaha bank dicabut. Pengumuman tersebut juga memuat syarat dan tata cara pengajuan klaim atas simpanan yang layak bayar. Jangka waktu pengajuan klaim penjaminan oleh nasabah penyimpan kepada Lembaga Penjamin Simpanan tersebut adalah 5 (lima) tahun sejak izin usaha bank dicabut. Ketika nasabah penyimpan tidak mengajukan klaim penjaminan atas simpanannya, maka hak nasabah penyimpan untuk memperoleh pembayaran klaim dari Lembaga Penjamin Simpanan menjadi hilang. Paling lambat 2 (dua) bulan sebelum berakhirnya batas waktu pengajuan klaim, Lembaga Penjamin Simpanan akan memberikan pengumuman mengenai batas akhir waktu pengajuan klaim. Mekanisme mengenai pengajuan dan pembayaran klaim simpanan nasabah bank yang dicabut izin usahanya digambarkan sebagai berikut:

15 55 Gambar 2. Mekanisme Pengajuan dan Pembayaran klaim simpanan nasabah bank yang dicabut izin usahanya ( diakses pada 16 April 2016) Keterangan: Ketika bank gagal kemudian dicabut izin usahanya maka nasabah perlu untuk datang ke kantor bank terlikuidasi tersebut untuk melihat pengumuman daftar simpanan dan meminta surat keterangan Tim Likuidasi. Di kantor bank tersebut Lembaga Penjamin Simpanan akan memberikan pengumuman berupa daftar simpanan dan statusnya (layak bayar atau tidak layak bayar) juga terdapat keterangan mengenai syarat dan tata cara serta lokasi bank pembayar. Bagi nasabah dengan status simpanan layak bayar, maka nasabah tersebut berhak untuk mengajukan klaim pembayaran klaim simpanan dengan persyaratan sebagai berikut: 1) Perorangan:

16 56 (a)asli dan copy bukti identitas diri (KTP/SIM/Passport/lainnya); (b)asli bukti kepemilikan rekening simpanan (buku tabungan, bilyet deposito, bukti giro). 2) Organisasi/Badan Usaha/Badan Hukum (a)asli dan copy Anggaran Dasar, untuk Dana Pensiun wajib membawa Peraturan Dana Pensiun dan keputusan pendiri tentang Pengurus Dana Pensiun; (b)asli surat kuasa (untuk non-direksi); (c)asli dan copy bukti identitas diri (KTP/SIM/Passport/lainnya); (d)asli bukti kepemilikan rekening; (e)informasi tertulis Nomor Rekening Tujuan dan surat keterangan nasabah/ tim likuidasi. Nasabah kemudian dapat mendatangi bank pembayar yang telah ditetapkan Lembaga Penjamin Simpanan dengan membawa dokumen yang disyaratkan. Setelah itu bank pembayar akan menerima pengajuan klaim dan meneliti dokumen yang dibawa nasabah dan akan melakukan pencocokan dengan arsip nasabah dari administrasi bank. Bank pembayar akan melakukan pembayaran kepada nasabah ketika simpanannya memenuhi program penjaminan dan setelah itu bank akan menyampaikan laporan berkala pada Lembaga Penjamin Simpanan disertai dengan dokumen pembayaran yang telah dilakukan. Klaim pembayaran simpanan layak bayar diatur lebih lanjut dalam Bab X Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 2/PLPS/2010 yaitu dalam Pasal 36 sampai dengan Pasal 39. Pembayaran klaim simpanan layak bayar akan dilakukan oleh Lembaga Penjamin Simpanan melalui bank pembayar yang ditunjuk oleh Lembaga Penjamin Simpanan dan mulai dilakukan paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah proses rekonsiliasi dan verifikasi dimulai. Jika terdapat nasabah yang simpanannya melebihi jumlah maksimal simpanan yang dijamin maka Lembaga Penjamin Simpanan yang

17 57 menerbitkan surat keterangan mengenai simpanan yang tidak dibayar tersebut. Pembayaran klaim penjaminan atas simpanan layak bayar ini dilakukan secara tunai dengan menggunakan mata uang rupiah dan/atau setara tunai dengan mengalihkan rekening nasabah penyimpan tersebut ke bank pembayar. Dalam hal klaim penjaminan yang berupa valuta asing, maka pembayaran dilakukan dengan menggunakan kurs tengah yaitu ratarata kurs beli dan kurs jual per akhir hari yang diumumkan oleh Bank Indonesia yang berlaku pada tanggal pencabutan izin usaha bank tersebut. Untuk nasabah yang pada waktu bersamaan mempunyai kewajiban kepada bank, maka pembayaran klaim penjaminan akan dilakukan setelah kewajiban nasabah tersebut diperhitungkan. Simpanan nasabah yang dapat diperhitungkan dengan kewajiban tersebut nilainya adalah paling tinggi sebesar nilai simpanan layak bayar Lembaga Penjamin Simpanan. Pasal 39 Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 2/PLPS/2010 menyebutkan bahwa Lembaga Penjamin Simpanan dapat melakukan penundaan pembayaran kepada nasabah penyimpan apabila nasabah tersebut diindikasi/diduga oleh Lembaga Pengawas Perbankan, Lembaga Penjamin Simpanan, dan/atau penegak hukum melakukan perbuatan melanggar hukum yang menyebabkan kerugian atau membahayakan kelangsungan usaha bank sehingga bank menjadi bank gagal. Penundaan tersebut akan berakhir apabila: 1) Berdasarkan pemeriksaan Lembaga Pengawas Perbankan dan/atau Lembaga Penjamin Simpanan tidak ditemukan bukti bahwa nasabah tersebut telah melakukan perbuatan melanggar hukum yang mengakibatkan kerugian atau membahayakan kelangsungan usaha bank sehingga menjadi bank gagal; 2) Adanya surat keputusan penghentian penyidikan/penuntutan perkara dari penegak hukum; atau

18 58 3) Adanya putusan yang berkekuatan hukum tetap yang memutuskan bahwa nasabah tersebut tidak melakukan perbuatan melanggar hukum mengakibatkan kerugian atau membahayakan kelangsungan usaha bank sehingga menjadi bank gagal. Dalam hal terdapat putusan hukum berkekuatan hukum tetap yang memutuskan bahwa nasabah telah melakukan perbuatan melanggar hukum mengakibatkan kerugian atau membahayakan kelangsungan usaha bank sehingga menjadi bank gagal, maka status simpanan nasabah tersebut menjadi tidak layak bayar. Mengenai simpanan yang tidak layak dibayar berdasarkan hasil rekonsiliasi dan verifikasi apabila sesuai dengan ketentuan Pasal 40 Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 2/PLPS/2010 yang menyatakan bahwa klaim penjaminan dinyatakan tidak layak bayar apabila berdasarkan hasil rekonsiliasi dan verifikasi adalah: 1) Data simpanan nasabah dimaksud tidak tercatat dalam bank. Simpanan nasabah yang dinyatakan tercacat pada bank apabila dalam pembukuan bank terdapat data mengenai simpanan tersebut, anatar lain nomor rekening/bilyet, nama nasabah penyimpan, saldo rekening dan informasi lainnya yang lazim berlaku untuk rekening sejenisnya dan/atau terdapat bukti aliran dana yang menunjukkan keberadaan simpanan tersebut; 2) Nasabah penyimpan merupakan pihak yang diuntungkan secara tidak wajar/ nasabah penyimpanan dinyatakan sebagai pihak yang diuntungkan secara tidak wajar apabila nasabah tersebut memperoleh tingkat bunga melebihi maksimal tingkat bunga pinjaman yang ditetapkan Lembaga Penjamin Simpanan; 3) Nasabah penyimpan merupakan pihak yang menyebabkan keadaan bank menjadi tidak sehat. Suatu pihak yang dinyatakan termasuk sebagai pihak yang menyebabkan keadaan bank menjadi tidak sehat,

19 59 apabila pihak yang bersangkutan memiliki kewajiban kepada bank yang dikelompokkan dalam kredit macet berdasarkan peraturan perundang-undangan dan saldo kewajiban pihak tersebut lebih besar dari saldo simpanannya (Yennie Agustin, 2013: 321). Simpanan tidak layak bayar dan simpanan yang saldonya diatas nilai jaminan akan diselesaikan melalui proses likuidasi. Proses likuidasi adalah tindakan penyelesaian seluruh aset dan kewajiban bank yang dicabut izin usahanya. Penyelesaian kewajiban bank diatur dalam ketentuan Pasal 54 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan sebagaimana terakhir telah diubah dengan Undang- Undang Lembaga Penjamin Simpanan menyatakan bahwa pembayaran kewajiban bank kepada para kreditur dari hasil pencairan dan/atau penagihan dilakukan dengan urutan sebagai berikut: 1) penggantian atas talangan pembayaran gaji pegawai yang terutang; 2) penggantian atas pembayaran talangan pesangon pegawai; 3) biaya perkara dipengadilan, biaya lelang yang terutang, dan biaya operasional kantor; 4) biaya penyelamatan yang dikeluarkan oleh Lembaga Penjamin Simpanan dan/atau pembayaran atas klaim penjaminan yang harus dibayarkan oleh Lembaga Penjamin Simpanan; 5) pajak terutang; 6) bagian simpanan dari nasabah yang tidak dibayarkan penjaminannya dan simpanan dari nasabah penyimpan yang tidak layak bayar; dan 7) hak dari kreditur lainnya. Ketika nasabah penyimpan yang simpanannya tidak layak bayar merasa dirugikan maka nasabah tersebut dapat mengajukan keberatan kepada Lembaga Penjamin Simpanan disertai dengan bukti nyata dan jelas atau dapat melakukan upaya hukum melalui pengadilan. Apabila Lembaga Penjamin Simpanan menerima keberatan nasabah penyimpan atau

20 60 pengadilan mengabulkan upaya hukum nasabah tersebut, maka Lembaga Penjamin Simpanan akan mengubah status simpanan nasabah tersebut (reklasifikasi) dari simpanan tidak layak bayar menjadi simpanan yang layak bayar. Namun Lembaga Penjamin Simpanan hanya akan membayar simpanan nasabah tersebut sesuai dengan penjaminan berikut dengan bunga yang wajar sejak simpanan nasabah tersebut dinyatakan tidak layak bayar sampai dengan simpanan nasabah tersebut dibayar. 2. Analisis Pertimbangan Majelis Hakim dalam Kasus antara Lembaga Penjamin Simpanan melawan Kurator PT. Tripanca Group dan PT. BPR Tripanca Setiadana terkait dengan Sengketa Pembayaran Klaim Penjaminan Putusan Mahkamah Agung Nomor 615 K/Pdt.Sus/2011 tentang penyelesaian perselisihan tagihan (Renvoi Prosedur), Majelis Hakim memutus untuk mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi dan membatalkan putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor. 4/Gugatan Lain-lain/2011/PN.Niaga.Jkt.Pst jo. Nomor 33/Pailit/2009/ PN.Niaga.Jkt.Pst serta menghukum Tergugat I untuk mengembalikan uang simpanan PT. Tripanca Group (Dalam Pailit) sejumlah Rp ,00 (dua miliar rupiah) kepada Penggugat. Beberapa hal yang menjadi analisis penulis terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 615 K/Pdt.Sus/2011 tentang penyelesaian perselisihan tagihan (Renvoi Prosedur) yang diajukan oleh Tim Likuidasi Lembaga Penjamin Simpanan dapat dikabulkan oleh Mahkamah Agung, yakni: a. Perkara ini merupakan upaya Pemohon Kasasi/Dahulu Tergugat I, yakni Tim Likuidasi Lembaga Penjamin Simpanan, terhadap putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor. 4/Gugatan Lainlain/2011/PN.Niaga.Jkt.Pst jo. Nomor 33/Pailit/2009/ PN.Niaga.Jkt.Pst berkenaan dengan proses klaim simpanan yang diajukan oleh Jandri Siadari, SH.,LLM, selaku Kurator PT. Tripanca Group (Dalam Pailit).

21 61 Perkara ini bermula ketika Kurator PT. Tripanca Group (Dalam Pailit) mencari boedel pailit hingga kemudian ditemukan bahwa Debitur Pailit mempunyai simpanan sebesar Rp ,- (sepuluh miliar dua ratus delapan puluh sembilan juta lima ratus enam puluh sembilan ribu tiga ratus tiga puluh tiga rupiah) di PT. BPR Tripanca Setiadana (Dalam Likuidasi) yang kepengurusannya telah beralih kepada Lembaga Penjamin Simpanan. Untuk memaksimalkan boedel pailit tersebut kemudian Kurator PT. Tripanca Group (Dalam Pailit) menunjuk Kantor Hukum Hanis & Hanis untuk melakukan penagihan dan/atau klaim kepada Tergugat I. Kantor Hukum Hanis & Hanis kemudian mengajukan klaim melalui suratnya Ref.No : 057/CMP-LPS/H&H/X/09, tertanggal 19 Oktober 2009 dengan perihal pengajuan klaim dan telah ditanggapi oleh Tergugat I dengan surat No.S.681/KE/X/2009 tertanggal 28 Oktober 2009 dengan perihal Penyelesaian Simpanan Nasabah Tergugat II atas nama PT. Tripanca Group yang pada intinya memberitahukan bahwa penyelesaian simpanan atas nama PT. Tripanca Group (Dalam Pailit) melalui mekanisme penjaminan, ditunda pembayarannya sampai dengan selesainya audit investigasi mengenai pihak-pihak yang menyebabkan PT. Tripanca Setiadana menjadi Bank Gagal. Merasa dirugikan, Jandri Siadari, SH.,LLM, selaku Kurator PT. Tripanca Group (Dalam Pailit) kemudian mengajukan gugatan di Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Majelis Hakim telah menyidangkan perkara a quo tersebut dan berakhir pada tanggal putusan diucapkan yaitu pada tanggal 22 Juli 2011 dengan Putusan Nomor. 4/Gugatan Lain-lain/2011/PN.Niaga.Jkt.Pst jo. Nomor 33/Pailit/2009/ PN.Niaga.Jkt.Pst. Selanjutnya Lembaga Penjamin Simpanan mengajukan permohonan Kasasi ke Mahkamah Agung dengan alasan adanya kesalahan dalam pertimbangan Judex Facti di dalam putusannya dan juga adanya Error in Persona dalam gugatan termohon kasasi/ dahulu penggugat.

22 62 b. Tim Likuidasi Lembaga Penjamin Simpanan sebagai Pemohon Kasasi kepada Mahkamah Agung dalam pengajuan permohonan tersebut telah sesuai dengan ketetentuan mengenai pengajuan kasasi yang termuat dalam Pasal 43 sampai dengan Pasal 55 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung RI. Putusan Pengadilan pada Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat diucapkan pada tanggal 22 Juli 2011, kemudian terhadapnya oleh Pemohon Kasasi/Dahulu Tergugat I diajukan secara lisan pada tanggal 4 Agustus 2011 sebagaimana ternyata dari akte permo honan kasasi Nomor 46/Kas/Pailit/2011/PN.Niaga.Jkt.Pst, yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat, disertai dengan memori kasasi yang memuat alasan-alasan yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri/Niaga tersebut pada tanggal 4 Agustus Setelah itu pada tanggal 4 Agustus kepada Termohon Kasasi/Dahulu Penggugat telah disampaikan salinan permohonan kasasi dan salinan memori kasasi dari Pemohon Kasasi, diajukan kontra memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat pada tanggal 15 Agustus 2011 Permohonan kasasi a quo beserta alasan-alasannya telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama, diajukan dalam tenggang waktu dan cara yang ditentukan Undang-Undang maka oleh karena itu permohonan kasasi tersebut formal dapat diterima. c. Yang menjadi dasar permohonan kasasi ini adalah: 1) Judex Facti telah mengabaikan ketentuan dan bukti-bukti yang menjadi dasar Pemohon Kasasi/Dahulu Tergugat I dalam melakukan penundaan pembayaran klaim simpanan terhadap PT. Tripanca Group (Dalam Pailit) yang kini dalam pengurusan Termohon Kasasi/Dahulu Penggugat Pemohon Kasasi/Dahulu Tergugat I dengan tegas menolak pertimbangan Judex Facti Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang pada intinya menyatakan bahwa Pemohon

23 63 Kasasi/Dahulu Tergugat I tidak bersedia membayarkan simpanan Termohon Kasasi/Dahulu Penggugat dengan alasan masih melakukan proses audit investigatif mengenai pihak yang menyebabkan Turut Termohon Kasasi/Dahulu Tergugat II menjadi bank gagal tanpa memasukkan dan mempertimbangkan bukti-bukti yang disampaikan oleh Pemohon Kasasi/Dahulu Tergugat I. Adapun pertimbangan Judex Facti Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam putusan a quo pada halaman 34 baris ke-14 terkutip sebagai berikut: Menimbang, bahwa selanjutnya yang menjadi permasalahan dalam hal ini adalah, Tergugat I dan Tergugat II meskipun mengakui uang simpanan milik Penggugat sebagaimana tersebut di atas, tetapi tidak bersedia membayarkannya kepada Penggugat dengan alasan Tergugat I masih melakukan proses audit investigatif mengenai pihak yang menyebabkan Tergugat II menjadi bank gagal. Tindakan Pemohon Kasasi/Dahulu Tergugat I dalam menunda pembayaran klaim simpanan milik PT. Tripanca Group yang kini dalam pengurusan Termohon Kasasi/Dahulu penggugat sudah sesuai dengan kewenangannya. Hal ini juga sudah diketahui oleh Termohon Kasasi/Dahulu Penggugat dimana Termohon Kasasi/Dahulu Penggugat sendiri telah memberikan lampirkan dalam bukti P-7 fotokopi salinan Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 2/PLPS/2010 tentang Program Penjaminan Simpanan. Dalam Pasal 39 ayat (1) Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 2/PLPS/2010 tentang Program Penjaminan Simpanan disebutkan bahwa Lembaga Penjamin Simpanan dapat menunda pembayaran kepada nasabah penyimpan apabila nasabah tersebut diindikasi/diduga oleh Lembaga Pengawas Perbankan, Lembaga Penjamin Simpanan, dan/atau penegak hukum melakukan perbuatan melanggar hukum yang mengakibatkan kerugian atau membahayakan kelangsungan usaha bank sehingga bank menjadi bank gagal.

24 64 Atas ketentuan tersebut Judex Facti telah mengabaikan buktibukti tambahan yang diajukan Pemohon Kasasi/Dahulu Tergugat I yaitu bukti TI-6 sampai TI-8 yang telah disampaikan dalam persidangan dimana bukti tersebut menjelaskan bahwa PT. Tripanca Group (Dalam Pailit) terlibat dalam tindak pidana Perbankan yang terjadi di PT. BPR Tripanca Setiadana (Dalam Likuidasi) yang menyebabkan bank tersebut menjadi bank gagal. Dengan tidak dimasukkannya bukti-bukti yang disampaikan Pemohon Kasasi/Dahulu Tergugat I dan tidak dipertimbangkan dalam putusan pertama menyebabkan Pemohon Kasasi/Dahulu Tergugat I seolah-olah tidak memiliki dasar melakukan penundaan. Hal ini adalah sesuatu yang tidak benar karena Judex Facti wajib terikat pada peristiwa yang diajukan oleh para pihak yang bersengketa (secundum allegata judicare). Tidak dimasukkannya bukti-bukti tersebut juga terlihat dalam pertimbangan Judex Facti Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam putusan a quo pada halaman 35 baris ke-15 terkutip sebagai berikut: Menimbang sampai dengan pemeriksaan perkara ini oleh Majelis Hakim, Tergugat I tidak atau belum memperlihatkan di depan persidangan mengenai hasil rekonsiliasi dan atau verifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) yang dijadikan Tergugat I menjadi dasar/alasan membayar klaim simpanan Penggugat, selain mengajukan produk TI-3 berupa surat balasan Tergugat I No.S.681/KEJXI2009 tanggal 28 Oktober 2009 atas surat pengajuan klaim dari Penggugat dengan mengemukakan penyelesaian simpanan atas nama PT. Tripanca Group pada PT. BPR Tripanca Setiadana (DL) melalui mekanisme penjaminan, ditunda pembayarannya sampai dengan selesainya audit investigasi pihak-pihak yang menyebabkan PT. BPR Tripanca Setiadana (DL) menjadi bank gagal.

25 65 Tidak dimasukkannya bukti TI-6 sampai dengan TI-8 mengakibatkan Judex Facti tidak dapat mempertimbangkan mengenai dasar alasan penundaan pembayaran klaim. Untuk rekonsiliasi dan verifikasi yang sudah diumumkan oleh Pemohon Kasasi/Dahulu Tergugat I dan diketahui Termohon Kasasi/Dahulu Penggugat tidak perlu lagi dikemukakan didepan persidangan. Hasil rekonsiliasi dan verifikasi ini bukanlah yang menjadi alasan penundaan pembayaran klaim penjaminan simpanan milik PT. Tripanca Group (Dalam Pailit) tetapi yang menjadi alasan penundaan adalah dilakukannya proses audit investigatif sesuai dengan bukti TI-3. Pasal 39 ayat (2) Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 2/PLPS/2010 menyebutkan bahwa penundaan pembayaran klaim yang uangnya telah ditempatkan di bank pembayar tersebut dapat berakhir apabila memenuhi 3 (tiga) kriteria sebagai berikut: a) Berdasarkan hasil pemeriksaan oleh Lembaga Pengawas Perbankan dan/atau Lembaga Penjamin Simpanan tidak ditemukan bukti bahwa nasabah tersebut melakukan perbuatan melawan hukum yang mengakibatkan kerugian atau membahayakan kelangsungan usaha bank sehingga bank menjadi bank gagal; b) Adanya surat keputusan Penghentian Penyidikan/Penuntutan Perkara dari penegak hukum; atau c) Adanya putusan yang berkekuatan hukum tetap yang memutuskan bahwa nasabah tersebut tidak melakukan perbuatan melanggar hukum yang mengakibatkan kerugian atau membahayakan kelangsungan usaha Bank sehingga bank menjadi bank gagal. 2) Judex Facti telah salah menerapkan hukum yang berlaku Pemohon Kasasi/Dahulu Tergugat I dengan tegas menolak pertimbangan Judex Facti Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat mengenai keharusan menyampaikan laporan perkembangan hasil verifikasi. Dalam pertimbangan Judex Facti Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam putusan

26 66 a quo pada halaman 36 baris ke-9 terkutip: Menimbang bahwa Tergugat I seharusnya menyampaikan laporan perkembangan hasil verifikasi yang dilakukan terhadap nasabah penyimpan demi menjamin kepastian dan pemenuhan hak nasabah yang menyimpan uangnya pada Tergugat II yang juga haknya dilindungi oleh Undang-Undang. Pemohon Kasasi/Dahulu Tergugat I dengan tegas menyatakan bahwa tidak benar Pemohon Kasasi/Dahulu Tergugat mempunyai keharusan menyampaikan laporan perkembangan hasil verifikasi. Pasal 16 ayat (3) Undang-Undang Lembaga Penjamin Simpanan menyebutkan bahwa Lembaga Penjamin Simpanan wajib menentukan Simpanan yang layak dibayar setelah melakukan rekonsiliasi dan verifikasi atas data nasabah penyimpan selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari kerja terhitung sejak izin usaha bank dicabut. Jadi yang benar adalah Pemohon Kasasi/Dahulu Tergugat I wajib menentukan simpanan layak bayar bukan wajib menyampaikan laporan perkembangan verifikasi. Hasil rekonsiliasi dan verifikasi dari nasabah penyimpan pada Tergugat II sendiri telah diumumkan dalam 4 (empat) tahap yaitu Tahap I tanggal 14 April 2009, Tahap II tanggal 1 Juni 2009, Tahap III tanggal 7 Juli 2009, dan Tahap IV tanggal 10 Agustus Dalam Tahap IV tersebut telah termasuk didalamnya hasil rekonsiliasi dan verifikasi PT. Tripanca Group (Dalam Pailit), namun khusus terhadap PT. Tripanca Group yang kini dalam pengurusan Termohon Kasasi/Dahulu Penggugat pembayaran ditunda untuk menghindari kerugian yang lebih besar apabila terjadi salah bayar. Selain itu juga telah terjadi kekeliruan dari Judex Facti dalam memahami batas waktu 90 (sembilan puluh) hari yang disebutkan dalam Pasal 16 Undang-Undang Lembaga Penjamin Simpanan. Adapun pertimbangan Judex Facti Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam putusan a quo pada halaman 36 baris ke-14 terkutip sebagai berikut: Menimbang, bahwa penolakan Tergugat I memenuhi

27 67 permintaan Penggugat membayar klaim simpanan Penggugat kepada Tergugat II tersebut tidak beralasan dan bertentangan dengan ketentuan Pasal 16 UU LPS yang menentukan batas waktu pembayaran klaim pembayaran penjaminan dan tidak adanya laporan Tergugat I kepada Penggugat sebagai nasabah penyimpan uamh semenjak mengambil alih kegiatan, fungsi, tugas dan wewenang serta menguasai dan mengelola asset dan kewajiban Tergugat II sebagai bank gagal, adalah perbuatan melawan hukum. Judex Facti telah keliru memahami batas waktu 90 (sembilan puluh) hari yang disebut dalam Pasal 16 Undang-Undang Lembaga Penjamin Simpanan karena 90 (sembilan puluh) hari yang dimaksud adalah waktu untuk menentukan simpanan layak bayar setalah melakukan rekonsiliasi dan verifikasi atas data nasabah. Judex Facti memahami 90 (sembilan puluh) hari tersebut sebagai batas waktu untuk melakukan pembayaran. Sedangkan seharusnya pembayaran klaim penjaminan wajib mulain dilakukan pada hari ke-5 (lima) sejak verifikasi dimulai dan batas waktu pengajuan klaim yaitu 5 (lima) tahun sejak izin usaha bank dicabut hal ini telah diatur dengan jelas pada Pasal 16 ayat (4) dan ayat (7) Undang-Undang Lembaga Penjamin Simpanan. Kesalahan penerapan hukum juga terlihat dalam pertimbangan Judex Facti Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam putusan a quo pada halaman 36 baris ke-14 terkutip sebagai berikut: Dengan demikian kewenangan yang ada pada Lembaga Penjamin Simpanan berdasarkan Pasal 16 UU LPS tidak dapat mengesampingkan kewenangan Pengadilan Niaga (Extra Ordinary) yang secara khusus diberi kewenangan untuk memeriksa penyelesaian insolvensi atau pailit oleh Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang kepailitan sebagai undang-undang khusus. Pemohon Kasasi/Dahulu Tergugat I telah menegaskan bahwa Pasal 16 Undang-Undang Lembaga Penjamin Simpanan tidaklah

28 68 mengesampingkan kewenangan Pengadilan Niaga tetapi mengatur mengenai tatacara pembayaran klaim penjaminan. Sengketa pembayaran klaim penjaminan memerlukan pembuktian yang tidak sederhana dan tidak mudah sedangkan perkara kepailitan mensyaratkan adanya suatu utang yang pembuktiannya sederhana dan mudah. Sehingga berkaitan dengan perkara ini tidak sesuai jika diajukan dan diperiksa dalam Pengadilan Niaga. Terhadap sengketa pembayaran klaim penjaminan, jika terhadap suatu perbuatan melawan hukum merupakan kewenangan pengadilan perdata, jika terhadap putusan pejabat Tata Usaha Negara berupa hasil rekonsiliasi dan verifikasi simpanan nasabah merupakan kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara dan terhadap kedua sengketa tersebut di atas menjadi kewenangan absolut pengadilan masing-masing sesuai kewenangannya. Pemeriksaan terhadap sengketa klaim penjaminan yang diperiksa di Pengadilan Niaga secara absolut bertentangan dengan kewenangan mengadili (Exceptio Declinatoria). 3) Judex Facti mengabaikan fakta hukum bahwa PT. Tripanca Group (Dalam Pailit) yang kini dalam pengurusan Termohon Kasasi/Dahulu Penggugat adalah suatu perusahaan yang terafiliasi sangat erat dengan PT. BPR Tripanca Setiadana (Dalam Likuidasi) dimana pemiliknya melakukan kejahatan tindak pidana perbankan yang telah terbukti secara sah dan meyakinkan di persidangan pidana serta putusan tersebut telah berkekuatan hukum tetap. Bukti TI-6 sampai dengan TI-8 yang telah diabaikan oleh Judex Facti merupakan bukti penting yang menjelaskan tentang tindak pidana perbankan yang dilakukan oleh Sugianto Wiharjo alias Alay sebagai Pemegang Saham Pengendali (PSP) atas PT. BPR Tripanca Setiadana (Dalam Likuidasi) dimana dana hasil kejahatan tersebut mengalir kedalam rekening PT. Tripanca Group (Dalam Pailit) sebagaimana terbukti secara sah dan menyakinkan dalam pertimbangan

29 69 putusan perkara pidana Nomor 755/Pid.B/2009/PN.TK tanggal 24 Juli 2009 di Pengadilan Negeri Tanjung Karang. Pasal 39 ayat (3) Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 2/PLPS/2010 menyebutkan bahwa dalam hal terdapat putusan yang berkekuatan hukum tetap yang memutuskan bahwa nasabah tersebut melakukan perbuatan pelanggar hukum yang mengakibatkan kerugian atau membahayakan kelangsungan usaha bank sehingga bank menjadi bank gagal, maka status simpanan nasabah tersebut menjadi tidak layak bayar. Berdasarkan bukti yang diajukan Pemohon Kasasi/Dahulu Tergugat I maka simpanan tersebut dapat dikategorikan sebagai simpanan tidak layak bayar namun karena bukti tersebut tidak dipertimbangkan maka Pemohon Kasasi/Dahulu Tergugat I masih diharuskan membayar klaim penjaminan yang tidak layak bayar tersebut. 4) Judex Facti dalam putusannya memberikan pertimbangan yang bertentangan satu sama lain Pertimbangan yang bertentangan ini tersurat dalam pertimbangan Judex Facti Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam putusan a quo pada halaman 34 baris ke-16 terkutip sebagai berikut:... tetapi tidak bersedia membayarkannya kepada Penggugat dengan alasan Tergugat I masih melakukan proses audit investigatif terhadap pihak yang menyebabkan Tergugat II menjadi bank gagal Sedangkan dalam pertimbangan Judex Facti Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam putusan a quo pada halaman 34 baris ke-28 terkutip sebagai berikut: Menimbang, bahwa alasan penolakan Tergugat I untuk menolak atau menunda pembayaran simpanan Penggugat adalah terjadi ketidakkonsistenan Judex Facti dalam pertimbangan putusannya, apakah Pemohon Kasasi/Dahulu Tergugat I tidak bersedia membayarkan atau menolak membayar atau menunda pembayaran simpanan Termohon Kasasi/Dahulu Pernggugat.

SALINAN PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 1/PLPS/2005 TENTANG PROGRAM PENJAMINAN SIMPANAN DEWAN KOMISIONER LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN,

SALINAN PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 1/PLPS/2005 TENTANG PROGRAM PENJAMINAN SIMPANAN DEWAN KOMISIONER LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN, c SALINAN PERATURAN NOMOR 1/PLPS/2005 TENTANG PROGRAM PENJAMINAN SIMPANAN DEWAN KOMISIONER, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan perlu

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menunjang terwujudnya

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 96, 2004 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4420)

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menunjang terwujudnya perekonomian

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menunjang terwujudnya perekonomian

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menunjang terwujudnya perekonomian

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN [LN 2004/96, TLN 4420]

UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN [LN 2004/96, TLN 4420] UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN [LN 2004/96, TLN 4420] BAB XIII SANKSI ADMINISTRATIF DAN PIDANA Pasal 92 (1) LPS menjatuhkan sanksi administratif pada bank yang melanggar

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menunjang terwujudnya perekonomian

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menunjang terwujudnya perekonomian

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 2/PLPS/2005 TENTANG LIKUIDASI BANK DEWAN KOMISIONER LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN,

SALINAN PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 2/PLPS/2005 TENTANG LIKUIDASI BANK DEWAN KOMISIONER LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN, R AN SALINAN PERATURAN NOMOR 2/PLPS/2005 TENTANG LIKUIDASI BANK DEWAN KOMISIONER, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya UndangUndang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan perlu diatur

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk menunjang terwujudnya perekonomian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa gejolak moneter yang terjadi di

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENJAMINAN OLEH LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SESUAI DENGAN UU RI NOMOR 7 TAHUN 2009

BAB III PELAKSANAAN PENJAMINAN OLEH LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SESUAI DENGAN UU RI NOMOR 7 TAHUN 2009 38 BAB III PELAKSANAAN PENJAMINAN OLEH LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SESUAI DENGAN UU RI NOMOR 7 TAHUN 2009 A. Latar Belakang berdirinya Lembaga Penjamin Simpanan Industri perbankan merupakan salah satu komponen

Lebih terperinci

P U T U S A N No. 177 K/TUN/2002

P U T U S A N No. 177 K/TUN/2002 P U T U S A N No. 177 K/TUN/2002 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara Tata Usaha Negara dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai berikut dalam

Lebih terperinci

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan M P U T U S A N Nomor 2 K/Pdt.Sus-Pailit/2018 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata khusus kepailitan prosedur renvoi pada

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 68-1996 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 52, 1999 PERBANKAN. LIKUIDASI. IZIN USAHA. PEMBUBARAN. LEMBAGA KEUANGAN. (Penjelasan dalam

Lebih terperinci

PEMBAYARAN KLAIM PENJAMINAN NASABAH PENYIMPAN PADA BANK GAGAL OLEH LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 615 K/Pdt.

PEMBAYARAN KLAIM PENJAMINAN NASABAH PENYIMPAN PADA BANK GAGAL OLEH LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 615 K/Pdt. PEMBAYARAN KLAIM PENJAMINAN NASABAH PENYIMPAN PADA BANK GAGAL OLEH LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 615 K/Pdt.Sus/2011) Fany Fadilla Email: fany1009.ff@gmail.com Mahasiswa

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 18 K/N/2000 =============================== DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG

PUTUSAN Nomor 18 K/N/2000 =============================== DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG PUTUSAN Nomor 18 K/N/2000 =============================== DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG memeriksa perkara niaga dalam tingkat. kasasi telah mengalami putusan sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28 /POJK.05/2015 TENTANG PEMBUBARAN, LIKUIDASI, DAN KEPAILITAN PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1996 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1996 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK Menimbang: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1996 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-undang

Lebih terperinci

PERNYATAAN PEMEGANG SAHAM PERORANGAN

PERNYATAAN PEMEGANG SAHAM PERORANGAN Lampiran 1 (Dibuat dalam rangkap 2) DEWAN KOMISIONER PERNYATAAN PEMEGANG SAHAM PERORANGAN Berkenaan dengan kewajiban bank peserta Penjaminan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a angka 4 Undang-Undang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 16, 1999 BURSA BERJANGKA. PERDAGANGAN. KOMODITI. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. BAPPEBTI. (Penjelasan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari rangkaian diskusi dalam bab-bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan,

BAB V PENUTUP. Dari rangkaian diskusi dalam bab-bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan, 114 BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan Dari rangkaian diskusi dalam bab-bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut: a. UU Perbankan, UU Bank Indonesia, PP No.25/1999 dan SK DIR Bank Indonesia No.32/53/KEP/DIR

Lebih terperinci

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan M P U T U S A N Nomor 221 K/Pdt.Sus-PHI/2018 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata khusus perselisihan hubungan industrial

Lebih terperinci

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN MAKALAH LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN MAKALAH LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN MAKALAH LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN Disusun oleh: Nurul Sukma Putri (25211411) Ona Sendri Imelda Kaseh (25211469) Putri Sari Sigiro (25211670) Restu Nurul Andria (26211004) Rezza

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace diubah: UU 28-2004 file PDF: [1] LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 112, 2001 Kehakiman. Keuangan. Yayasan. Bantuan. Hibah. Wasiat. (Penjelasan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini

Lebih terperinci

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan

Lebih terperinci

Hal. 1 dari 9 hal. Put. No.62 K/TUN/06

Hal. 1 dari 9 hal. Put. No.62 K/TUN/06 P U T U S A N No. 62 K/TUN/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara Tata Usaha Negara dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai berikut dalam

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1996 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1996 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1996 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perbankan

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 67 /POJK.05/2016 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan berdasarkan kebiasaan dalam masyarakat,

Lebih terperinci

PENUNJUK Undang-undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

PENUNJUK Undang-undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PENUNJUK Undang-undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang 1 Tahun - Jangka Waktu Hibah - Kecuali dapat dibuktikan sebaliknya, Debitor dianggap mengetahui atau patut mengetahui bahwa hibah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/20172017 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

1 / 25 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Y A Y A S A N Diubah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN UMUM Industri perbankan merupakan salah satu komponen sangat penting dalam perekonomian nasional demi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 112, 2001 Kehakiman. Keuangan. Yayasan. Bantuan. Hibah. Wasiat. (Penjelasan dalam Tambahan

Lebih terperinci

P U T U S A N No. 237 K/TUN/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G

P U T U S A N No. 237 K/TUN/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G P U T U S A N No. 237 K/TUN/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara Tata Usaha Negara dalam tingkat kasasi telah mengambil putusan sebagai berikut

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/22/PBI/2010 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/22/PBI/2010 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/22/PBI/2010 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam upaya turut memelihara dan mendukung pencapaian

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN REASURANSI,

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahan pembiayaan dan perusaha

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahan pembiayaan dan perusaha LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.363, 2014 OJK. Perusahaan Pembiyaan. Kelembagaan. Perizinan Usaha. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5637) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

2017, No tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 T

2017, No tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 T No.578, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LPS. Penyelesaian Bank selain Bank Sistemik. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 17) PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

Lebih terperinci

P U T U S A N No. 26 K/PHI/2007 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perselisihan hubungan

P U T U S A N No. 26 K/PHI/2007 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perselisihan hubungan P U T U S A N No. 26 K/PHI/2007 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perselisihan hubungan industrial dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai

Lebih terperinci

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan M P U T U S A N Nomor 546 K/Pdt.Sus-PHI/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata khusus perselisihan hubungan industrial

Lebih terperinci

Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001

Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001 Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001 UU Tentang Yayasan BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan

Lebih terperinci

P U T U S A N 322 K/TUN/2005 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G

P U T U S A N 322 K/TUN/2005 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G P U T U S A N No. 322 K/TUN/2005 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara Tata Usaha Negara dalam tingkat kasasi telah mengambil putusan sebagai berikut

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN RANCANGAN PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN RANCANGAN PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN BATANG TUBUH PENJELASAN RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG PEMBUBARAN, LIKUIDASI, DAN KEPAILITAN PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAH REASURANSI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam agenda pembangunan nasional Tahun , secara politis dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam agenda pembangunan nasional Tahun , secara politis dikatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam agenda pembangunan nasional Tahun 2004 2009, secara politis dikatakan bahwa kondisi perbankan dan lembaga keuangan lainya belum mantap. Lemahnya pengaturan dan

Lebih terperinci

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Maia P U T U S A N Nomor 120 K/Pdt.Sus-PHI/2018 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata khusus perselisihan hubungan industrial

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL

KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 50 /POJK.04/2016 TENTANG PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

2017, No tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 T

2017, No tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 T No.577, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LPS. Penanganan Bank Sistemik. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 16) PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR 00/Pdt.G/2013/PTA.BTN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N NOMOR 00/Pdt.G/2013/PTA.BTN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N NOMOR 00/Pdt.G/2013/PTA.BTN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Banten yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu dalam tingkat

Lebih terperinci

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN (LPS)

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN (LPS) LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN (LPS) Dosen: Dr Jamal Wiwoho, dkk 4/9/2012 www.jamalwiwoho.com 1 Sejarah LPS Pada tahun 1998, krisis moneter dan perbankan yang menghantam Indonesia, yang ditandai dengan dilikuidasinya

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 3/PLPS/2005 TENTANG PENYELESAIAN BANK GAGAL YANG TIDAK BERDAMPAK SISTEMIK

SALINAN PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 3/PLPS/2005 TENTANG PENYELESAIAN BANK GAGAL YANG TIDAK BERDAMPAK SISTEMIK SALINAN PERATURAN NOMOR 3/PLPS/2005 TENTANG PENYELESAIAN BANK GAGAL YANG TIDAK BERDAMPAK SISTEMIK DEWAN KOMISIONER, Menimbang : a. bahwa salah satu tugas dan fungsi Lembaga Penjaminan Simpanan adalah turut

Lebih terperinci

SALINAPERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 1A/PLPS/2005 TENTANG

SALINAPERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 1A/PLPS/2005 TENTANG SALINAPERATURAN NOMOR 1A/PLPS/2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN NOMOR 1/PLPS/2005 TENTANG PROGRAM PENJAMINAN SIMPANAN DEWAN KOMISIONER, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyempurnaan ketentuan mengenai

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.194, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Valuta Asing. Penukaran. Bukan Bank. Usaha. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5932) PERATURAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 271/Pdt/2013/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA L A W A N D A N

P U T U S A N Nomor 271/Pdt/2013/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA L A W A N D A N P U T U S A N Nomor 271/Pdt/2013/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI BANDUNG yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara perdata dalam peradilan tingkat banding,

Lebih terperinci

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia P U T U S A N Nomor 119 K/Pdt.Sus-PHI/2018 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata khusus perselisihan hubungan industrial pada tingkat kasasi

Lebih terperinci

1905:217 juncto Staatsblad 1906:348) sebagian besar materinya tidak

1905:217 juncto Staatsblad 1906:348) sebagian besar materinya tidak UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. PRESIDEN, bahwa pembangunan hukum nasional dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamaa P U T U S A N Nomor 1351 K/Pdt.Sus-PHI/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata khusus perselisihan hubungan

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor: 018 K/N/1999 ================================================= DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor: 018 K/N/1999 ================================================= DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN Nomor: 018 K/N/1999 ================================================= DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG Memeriksa perkara Niaga dalam tingkat kasasi telah mengambil

Lebih terperinci

PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA

PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA Copyright (C) 2000 BPHN PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA *36161 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 9 TAHUN 1999 (9/1999) TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI

Lebih terperinci

Sistem Informasi Debitur. Peraturan Bank Indonesia No. 7/8/PBI/ Januari 2005 MDC

Sistem Informasi Debitur. Peraturan Bank Indonesia No. 7/8/PBI/ Januari 2005 MDC Sistem Informasi Debitur Peraturan Bank Indonesia No. 7/8/PBI/2005 24 Januari 2005 MDC PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/ 8 /PBI/2005 TENTANG SISTEM INFORMASI DEBITUR GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemulihan perekonomian nasional,

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 90 K/AG/2006 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G

P U T U S A N NOMOR : 90 K/AG/2006 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G P U T U S A N NOMOR : 90 K/AG/2006 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata agama dalam tingkat kasasi telah memutuskan

Lebih terperinci

MAHKAMAH AGUNG. memeriksa permohonan Peninjauan kembali telah mengambil putusan sebagai berikut dalam perkara kepailitan dari;

MAHKAMAH AGUNG. memeriksa permohonan Peninjauan kembali telah mengambil putusan sebagai berikut dalam perkara kepailitan dari; PUTUSAN Nomor 16 PK/N/1999 ==================================== DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG memeriksa permohonan Peninjauan kembali telah mengambil putusan sebagai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

PARTNERS. * Hengki M. Sibuea, Founder dan Senior Partner pada Kantor Hukum HENGKI SIBUEA &

PARTNERS. * Hengki M. Sibuea, Founder dan Senior Partner pada Kantor Hukum HENGKI SIBUEA & PENERAPAN RASA KEADILAN YANG BERTENTANGAN DENGAN JUMLAH YANG SUDAH DISEPAKATI ADALAH PERTIMBANGAN YANG KELIRU Oleh: Hengki M. Sibuea * Topik tersebut merupakan pertimbangan hukum Majelis Hakim Kasasi pada

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA PELAKSANA PENJAMINAN SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA PELAKSANA PENJAMINAN SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA PELAKSANA PENJAMINAN SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA PELAKSANA PENJAMINAN SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA PELAKSANA PENJAMINAN SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA PELAKSANA PENJAMINAN SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

PUTUSAN No.: 014 PK/N/2000 =============================== DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG

PUTUSAN No.: 014 PK/N/2000 =============================== DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG PUTUSAN No.: 014 PK/N/2000 =============================== DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG Memeriksa perkara niaga dalam permohonan peninjauan kembali telah mengambil putusan

Lebih terperinci

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN TENTANG PENGELOLAAN, PENATAUSAHAAN, SERTA PENCATATAN ASET DAN KEWAJIBAN D

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN TENTANG PENGELOLAAN, PENATAUSAHAAN, SERTA PENCATATAN ASET DAN KEWAJIBAN D BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.579, 2017 LPS. Program Restrukturisasi Perbankan. Pengelolaan, Penatausahaan, serta Pencatatan Aset dan Kewajiban. (Penjelasan Dalam Tambahan Berita Negara Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA PUTUSAN 3.1. DUDUK PERKARA PT AYUNDA PRIMA MITRA MELAWAN PT ADI KARYA VISI

BAB 3 ANALISA PUTUSAN 3.1. DUDUK PERKARA PT AYUNDA PRIMA MITRA MELAWAN PT ADI KARYA VISI BAB 3 ANALISA PUTUSAN 3.1. DUDUK PERKARA PT AYUNDA PRIMA MITRA MELAWAN PT ADI KARYA VISI Awal permasalahan ini muncul ketika pembayaran dana senilai US$ 16.185.264 kepada Tergugat IX (Adi Karya Visi),

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 15 /PBI/2014 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 15 /PBI/2014 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 15 /PBI/2014 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. b. c. d. bahwa penyelenggara

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.601, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN. Likuidasi. Bank. Perubahan PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 1/PLPS/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 40-2007 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 13, 1995 ( Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3587) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional dan stabilitas industri perbankan yang mempengaruhi stabilitas

I. PENDAHULUAN. nasional dan stabilitas industri perbankan yang mempengaruhi stabilitas I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri perbankan merupakan salah satu komponen penting dalam perekonomian nasional. Fungsi utama bank dalam suatu perekonomian adalah untuk menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.143, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Perdagangan. Berjangka. Komoditi. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 5548) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

P U T U S A N No. : 264 K / AG / 2006 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa

P U T U S A N No. : 264 K / AG / 2006 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa P U T U S A N No. : 264 K / AG / 2006 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata agama dalam tingkat kasasi telah memutuskan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 18/PMK.010/2012 TENTANG PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 18/PMK.010/2012 TENTANG PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 18/PMK.010/2012 TENTANG PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT

CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT PERJANJIAN KREDIT Yang bertanda tangan di bawah ini : I. ------------------------------------- dalam hal ini bertindak dalam kedudukan selaku ( ------ jabatan ------- ) dari

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab Undangundang

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMINAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMINAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci