Magdalena Judika Siringoringo. Dosen Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Magdalena Judika Siringoringo. Dosen Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen"

Transkripsi

1 PENERAPAN TAX AMNESTY PADA KANWIL DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SUMUT I Magdalena Judika Siringoringo Dosen Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen The research aims to describe the application of the tax revenue from tax amnesty in Medan. The research uses the tax revenue in 2015 and 2016, and the total revenue of tax amnesty from the 1 st and 2 nd period in Medan. The research uses the direct observation by collecting data which relevants to the increase of the tax revenue before and after the applying of tax amnesty. Keywords: Tax Amnesty, Tax Revenue, the 1 st & 2 nd period, Medan. I. PENDAHULUAN Pembangunan nasional yang berlangsung secara berkesinambungan selama ini bertujuan meningkatkan kesejateraan rakyat. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, diperlukan anggaran pembangunan yang cukup besar. Salah satu usaha untuk mewujudkan peningkatan penerimaan untuk pembangunan tersebut adalah dengan menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri, yaitu Pajak. Secara ekonomi, pemungutan pajak merupakan penerimaan negara yang digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Dengan meningkatnya taraf kehidupan masyarakat, maka diperlukan anggaran yang juga semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari besarnya anggaran pemerintah Indonesia dari tahun ke tahun, yaitu meningkatnya target APBN dari tahun 2015 yaitu sebesar Rp 1,761.6 triliun dengan sumbangan perpajakan mencapai Rp 1,294.3 triliun, dan dalam kebijakannya, pemerintah menargetkan penerimaan APBN 2016 sebesar Rp 1,822.5 triliun dengan sumbangan perpajakannya mencapai 75% atau sebesar Rp 1,360.2 triliun. Kenaikan target penerimaan perpajakan yang terus meningkat, tidak lepas dari upaya Presiden untuk membawa Indonesia berpindah strategi dari negara yang mengandalakan industri ekstraktif berbasis sumber daya alam (SDA) menuju negara yang modern dimana perpajakan menjadi motor utama pembangunan. Meskipun terasa berat, namun peningkatan target pendapatan dan perpajakan ini menjadi tujuan utama yang wajib didukung seluruh lapisan masyarakat. Terlebih dalam penganggaran APBN 1

2 2016, tercatat beberapa kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional, salah satu yaitu pemenuhan anggaran kesehatan sebesar 5% dari belanja negara, serta mempertahankan pemenuhan anggaran pendidikan sebesar 20% dari belanja negara, percepatan pelaksanaan proyek-proyek pembangunan infrastruktur, percepatan pengurangan kesenjangan (Gap). Selain itu penetapan alokasi anggaran transfer ke daerah dan dana desa dalam APBN 2016 pertama kali-nya mendekati anggaran kementerian /lembaga (Belanja K/L), kemudian meningkatkan besaran Dana Alokasi Umum serta memperbaiki dan memperkuat kebijakan DAK untuk mendukung implementasi nawacita dan pencapaian prioritas nasional, meningkatkan alokasi dana desa hingga 6% dari dan luar transfer ke daerah sesuai dengan road map dana desa sekaligus mempertajam alokasi Penanaman Modal Asing melalui peningkatan peran BUMN dan penyediaan dukungan untuk pembangunan infrastruktur. Beberapa kebijakan yang telah dilakukan pemerintah terkait dengan upaya pengamanan pencapaian target pendapatan dan perpajakan khususnya diantaranya :optimalisasi pemeriksaan melalui focusing sektor-sektor unggulan dari masing-masing kanwil, mengurangi transfer pricing dan fraud, data matching, optimalisasi IT, e-tax invoice serta perbaikan regulasi. Di tahun 2016 pemerintah kembali mengkaji kemungkinan penerapan kebijakan pengampunan pajak atau lebih di kenal dengan kebijakan tax amnesty. Harapannya, dengan memberikan kebijakan pengampunan pajak ini, pihakpihak yang menikmati pembangunan namun belum memberikan pembayaran pajak dengan benar, akan tertarik untuk segera melaksanakan kewajibanya. Menurut pandangan Widi Widodo (2008), kebijakan tax amnesty dapat meningkatkan pendapatan pajak negara dengan meningkatnya kepatuhan wajib pajak. Sebagaimana yang telah diatur dalam UU no 11 tahun 2016 tentang tax amnesty, telah memberi kemudahan kepada wajib pajak. Pemerintah per tanggal 1 juli 2016 secara resmi telah meluncurkan Program Amnesti Pajak Nasional dan Presiden Jokowi berharap masyarakat wajib pajak memanfaatkan fasilitas baik ini untuk kemudahan dan transparansi pelaporan pajak baik kewajiban pajak pribadi maupun perusahaan (corporate income tax). Program ini bukan hanya ditujukan kepada kalangan tertentu saja, misalnya kalangan konglomerat hitam sang pengemplang pajak, namun berlaku bagi seluruh lapisan masyarakat indonesia, baik yang selama ini enggan untuk membayar dan melaporkan kewajiban perpajakannya dengan baik dan benar, baik yang telah membayarkan dan melaporkan kewajiban perpajakannya namun dengan setengah hati, dan bahkan bagi mereka yang sudah tertib dalam membayar dan melaporkan SPT sekalipun tetap membutuhkan kemudahan dari pemerintah. 2

3 Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ferry Alberto (2015), Pengaruh Kebijakan Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) Oleh Pemerintah Terhadap Potensi Peningkatan Penerimaan Pajak Di Indonesia Tahun 2015 Menunjukkan bahwa implementasi pengampunan pajak di Indonesia memiliki peluang untuk berhasil dilaksanakan investigasi amnesty yang juga telah sukses diterapkan di beberapa Negara lain. Menurut Dwi Gita Kirana (2015), Analisa Penerapan Tax Amnesty Terhadap Penerimaan pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak menunjukkan bahwa dampak dari penerapan tax amnesty berupa sunsetpolicy yang diterapkan pada tahun 2008 belum berhasil secara signifikan atas penerimaan Negara yang berasal dari sektor pajak. Adapun tujuan penelitian adalah untuk menguraikan penerapan tax amnesty dalam meningkatkan penerimaan pajak di kota Medan. Dalam hal ini, penulis membatasi cakupan masalah penelitian yaitu penerimaan pajak melalui tax amnesty periode 1 & 2 yang diawali pada tanggal 1 Juli 2016 hingga 31 Desember 2016, dan responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah Wajib Pajak yang terdaftar dan jumlah Wajib Pajak yang telah ikut serta program tax amnesty periode 1 & 2. Objek penelitian ini adalah data penerimaan pajak tahun 2015 dan penerimaan pajak tahun 2016, dan penerimaan tax amnesty periode pertama dan periode kedua secara keseluruhan, jumlah Wajib pajak yang telah tax amnesty periode pertama dan periode kedua tahun 2016 yang terdaftar di kota medan, yang terdiri dari : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Belawan. Penelitian ini menggunakan observasi langsung terhadap objek penelitian dengan mengumpulkan data yang berkaitan dengan peningkatan penerimaan pajak sebelum dan sesudah diberlakukannya tax amnesty. II. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Penerimaan Pajak KPP Madya Medan dan Penerimaan Amnesti Pajak Periode Satu dan Dua. Berikut disajikan penerimaan pajak yang terjadi pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan pada tahun 2015 dan 2016 seperti pada tabel 1. 3

4 Tabel 1 Penerimaan Pajak KPP Madya Medan Tahun Jumlah Wajib pajak Penerimaan pajak (Rp,-) Sumber Data : Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Madya Medan Berdasarkan tabel 1 pada penerimaan pajak KPP Madya Medan dengan jumlah wajib pajak pada tahun 2015 berjumlah Penerimaan pajak sebesar Rp ,- Kemudian pada tahun 2016 jumlah wajib pajak pada KPP Madya Medan mengalami penurunan berjumlah diiringi dengan penerimaan pajak mengalami penurunan juga menjadi Rp ,- Sehingga jika penerimaan pajak KPP Madya Medan penerimaan tergantung pada jumlah wajib pajak. Maka semakin meningkat jumlah wajib pajak maka semakin meningkat penerimaan pajak oleh KPP Madya Medan. Berdasarkan tabel 1 tersebut telah dijelaskan bahwa adanya penurunan penerimaan pajak yang diakibatkan penurunan jumlah wajib pajaknya. Jumlah wajib pajak sangat mempengaruhi penerimaan pajak sehingga program amnesti pajak diharapkan mampu meningkatkan jumlah penerimaan pajak dengan diikuti kepatuhan wajib pajaknya. Penerimaan amnesti pajak periode pertama dan periode kedua, dalam hal ini merupakan uang tebusan akan mempengaruhi penerimaan pajak secara keseluruhan serta kepatuhan wajib pajaknya. Sehingga dapat dijelaskan pada tabel 2. Tabel 2 Jumlah Wajib Pajak dan Penerimaan Amnesti Pajak Periode Pertama dan Periode Kedua pada KPP Madya Medan Periode Jumlah Wajib Pajak Amnesti Pajak Penerimaan Amnesti Pajak (Rp,-) I II Sumber Data : Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Madya Medan Berdasarkan Tabel 2 pada penerimaan amnesti pajak KPP Madya Medan Periode pertamanya adalah Rp ,- dan periode kedua adalah Rp ,- dengan jumlah wajib pajak periode pertama sebesar 494 dan jumlah wajib pajak periode kedua sebesar 118. sehingga total penerimaan amnesti pajak Pada KPP Madya Medan periode pertama dan periode kedua sebesar Rp 4

5 ,- dengan total wajib pajak yang mengikuti amnesti pajak periode pertama dan periode kedua sebanyak 612. Berdasarkan Tabel 2 tersebut dijelaskan bahwa adanya kontribusi penerimaan amnesti pajak terhadap realisasi penerimaan pajak tahun 2016, dalam hal ini merupakan uang tebusan periode pertama, Rp ,- dan periode kedua, Rp ,-. Sehingga jumlah penerimaan pajak dalam hal ini merupakan uang tebusan dari amnesti pajak periode satu dan dua memberikan kontribusi sebesar 2,802% dari realisasi penerimaan pajak tahun 2016 sebesar Rp ,- dengan jumlah Wajib Pajak yang mengikuti Amnesti Pajak periode pertama sebesar 494 dan periode kedua sebesar 118. Dari jumlah Wajib pajak yang mengikuti Amnesti Pajak periode pertama dan periode kedua, persentasenya adalah 51,13 % dari total jumlah wajib pajak tahun 2016 adalah Dapat dievaluasi bahwa 51,13% dari wajib pajak yang terdaftar pada KPP Madya Medan signifikan mengikuti amnesti pajak, walaupun jumlah penerimaan pajak tahun 2015 adalah sebesar Rp ,- lebih besar dibanding tahun 2016 penerimaan pajaknya lebih rendah sebesar Rp ,-. Hal ini dikarenakan adanya pengurangan jumlah wajib pajak yang terdaftar pada KPP Madya Medan sebesar 162 namun kebijakan amnesty pajak mempunyai kontribusi dalam meningkatkan jumlah WP dan Uang Tebusan atas Penerimaan Pajak yang mengikuti amnesti pajak yaitu 51,13%. 2. Penerimaan Pajak KPP Pratama Medan Petisah dan Penerimaan Amnesti Pajak Periode Pertama dan Kedua. Pada KPP Pratama Medan Petisah telah menunjukkan pencapaian peningkatan penerimaan pajak tahun 2016 dengan, adanya peningkatan penerimaan pajak pada tahun tersebut. ini berkaitan dengan kontribusi program amnesti pajak dalam hal ini merupakan uang tebusan untuk meningkatkan penerimaan pajak tersebut. Data penerimaan pajak dilihat dari tabel 3. Tabel 3 Penerimaan Pajak KPP Pratama Medan Petisah Tahun Jumlah Wajib pajak Penerimaan pajak (Rp,-) Sumber Data : Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Medan Petisah Berdasarkan Tabel 3 pada penerimaan pajak KPP Pratama Medan Petisah dengan jumlah wajib pajak pada tahun 2015 berjumlah dengan penerimaan pajak sebesar Rp ,- 5

6 dan pada tahun 2016 jumlah wajib pajak pada KPP Pratama Medan Petisah mengalami kenaikan sebesar Rp di iringi dengan penerimaan pajak sebesar Rp ,-. Berarti jika dilihat dari data penerimaan pajak KPP Pratama Medan Petisah rasio kenaikan penerimaan pajak dari tahun 2015 ke tahun 2016 sebesar 55,36%, dan semakin meningkat jumlah wajib pajak maka semakin meningkat penerimaan pajak yang akan diterima oleh KPP Pratama Medan Petisah. Selanjutnya dapat dijelaskan bahwa adanya peningkatan penerimaan pajak yang diakibatkan meningkatnya jumlah wajib pajak. Jumlah wajib pajak sangat mempengaruhi penerimaan pajak sehingga program amnesti pajak diharapkan mampu meningkatkan jumlah penerimaan pajak dengan diikuti kepatuhan wajib pajak. Penerimaan amnesti pajak periode pertama dan periode kedua, dalam hal ini merupakan uang tebusan akan mempengaruhi penerimaan pajak secara keseluruhan serta kepatuhan wajib pajaknya. Data penerimaan pajak dapat disajikan pada tabel 4. Tabel 4 Jumlah Wajib Pajak dan Penerimaan Amnesti Pajak Periode Pertama dan Periode Kedua pada KPP Pratama Medan Petisah Periode Jumlah Wajib Pajak Amnesti Pajak Penerimaan Amnesti Pajak (Rp,-) I II Sumber Data : Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Medan Petisa Berdasarkan Tabel 4 pada penerimaan amnesti pajak KPP Pratama Medan Petisah periode pertama adalah Rp ,- dan periode kedua adalah Rp ,- dengan jumlah wajib pajak periode pertama sebesar dan jumlah wajib pajak periode kedua sebesar Dengan demikian total penerimaan amnesti pajak pada KPP Pratama Medan Petisah periode pertama dan periode kedua sebesar Rp ,- dan total wajib pajak yang mengikuti amnesti pajak sebanyak Berdasarkan tabel 4 pada penerimaan pajak KPP Pratama Medan Petisah dengan jumlah wajib pajak pada tahun 2015 berjumlah dengan penerimaan pajak sebesar Rp ,- dan pada tahun 2016 jumlah wajib pajak pada KPP Pratama Medan Petisah mengalami peningkatan berjumlah diikuti dengan penerimaan pajak mengalami peningkatan sebesar Rp ,-. Maka jika di lihat dari data penerimaan pajak KPP Pratama Medan Petisah bahwa 6

7 penerimaan tergantung pada jumlah wajib pajak, dan semakin meningkat jumlah wajib pajak maka semakin meningkat penerimaan pajak yang akan diterima oleh KPP Pratama Medan Petisah. Berdasarkan Tabel 4 tersebut dijelaskan bahwa adanya kontribusi penerimaan amnesti pajak terhadap realisasi penerimaan pajak tahun 2016, dalam hal ini merupakan uang tebusan periode pertama sebesar Rp ,- dan periode kedua sebesar Rp ,-. Sehingga jumlah penerimaan pajak dalam hal ini merupakan uang tebusan dari amnesti pajak periode pertama dan kedua memberikan kontribusi sebesar 31,87% dari realisasi penerimaan pajak tahun 2016 sebesar Rp ,- dengan jumlah Wajib Pajak yang mengikuti Amnesti Pajak periode pertama sebesar dan periode kedua sebesar Dari jumlah Wajib pajak yang mengikuti Amnesti Pajak periode pertama dan periode kedua, persentasenya adalah 5,80% dari total jumlah wajib pajak tahun 2016 adalah Menurut pegawai pajak di bagian pusat data dan informasi, bahwa tidak adanya jumlah target wajib pajak yang diharapkan mengikuti amnesti pajak periode pertama dan periode kedua oleh kantor KPP Pratama Medan Petisah, karena amnesti pajak merupakan hak atas setiap wajib pajak untuk memanfaatkan fasilitas amnesti pajak. dan berdasarkan tabel 4 dijelaskan juga bahwa kebijakan amnesti pajak membawa pengaruh yang positif untuk meningkatkan penerimaan pajak Dapat dikatakan 5,80% dari wajib pajak yang terdaftar pada KPP Pratama Medan Petisah mengikuti amnesti pajak, adalah signifikan karena jumlah penerimaan pajak tahun 2015 adalah sebesar Rp ,- dan dibanding tahun 2016 penerimaan pajaknya meningkat sebesar Rp ,-. Hal ini terjadi akibat adanya peningkatan jumlah wajib pajak yang terdaftar pada KPP Pratama Medan Petisah sebesar Kebijakan amnesti pajak mempunyai kontribusi dalam meningkatkan jumlah Wajib Pajak dan Uang Tebusan atas Penerimaan Pajak. 3. Penerimaan Pajak KPP Pratama Medan Polonia dan Penerimaan Amnesti Pajak Periode Pertama dan Kedua. Pada KPP Pratama Medan Polonia telah menunjukkan pencapaian peningkatan penerimaan pajak tahun 2016 dengan adanya peningkatan penerimaan pajak pada tahun tersebut. Hal ini berkaitan dengan kontribusi program amnesti pajak dalam hal ini merupakan uang tebusan untuk meningkatkan penerimaan pajak tersebut. Data penerimaan pajak dapat dilihat pada tabel 5. 7

8 Tabel 5 Penerimaan Pajak KPP Pratama Medan Polonia Tahun Jumlah Wajib pajak Penerimaan pajak (Rp,-) Sumber Data : Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Medan Polonia Berdasarkan Tabel 5 pada penerimaan pajak KPP Pratama Medan Polonia dengan jumlah wajib pajak pada tahun 2015 berjumlah Penerimaan pajak sebesar Rp ,-. Kemudian pada tahun 2016 jumlah wajib pajak pada KPP Pratama Medan Polonia Mengalami kenaikan sebesar diiringi dengan penerimaan pajak sebesar Rp ,-. Berarti jika dilihat dari data penerimaan pajak pada KPP Pratama Medan Polonia rasio kenaikan penerimaan pajak dari tahun 2015 ke tahun 2016 sebesar 93.56%, dan semakin meningkat jumlah wajib pajak maka semakin meningkat penerimaan pajak yang akan diterima oleh KPP Pratama Medan Polonia. Berdasarkan dari tabel 5 tersebut telah dijelaskan bahwa adanya peningkatan penerimaan pajak yang diakibatkan meningkatnya jumlah wajib pajak. Jumlah wajib pajak sangat mempengaruhi penerimaan pajak sehingga program amnesti pajak diharapkan mampu meningkatkan jumlah penerimaan pajak dengan diikuti kepatuhan wajib pajak. Penerimaan amnesti pajak periode pertama dan periode kedua, dalam hal ini merupakan uang tebusan akan mempengaruhi penerimaan pajak secara keseluruhan serta kepatuhan wajib pajaknya. Data penerimaan pajak disajikan pada tabel 6. Tabel 6 Jumlah Wajib Pajak dan Penerimaan Amnesti Pajak Periode Pertama dan Periode Kedua pada KPP Pratama Medan Polonia Periode Jumlah Wajib Pajak Amnesti Pajak Penerimaan Amnesti Pajak (Rp,-) I II Sumber Data : Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Medan Polonia 8

9 Berdasarkan Tabel 6 pada penerimaan amnesti pajak KPP Pratama Medan polonia periode pertama adalah Rp ,- dan periode kedua adalah Rp ,- dengan jumlah wajib pajak periode pertama sebesar dan jumlah wajib pajak periode kedua sebesar Dengan demikian total penerimaan amnesti pajak pada KPP Pratama Medan Polonia periode pertama dan periode kedua sebesar Rp ,- dan total wajib pajak yang mengikuti amnesti pajak periode pertama dan periode kedua adalah Berdasarkan tabel 5 pada penerimaan pajak KPP Pratama Medan Polonia dengan jumlah wajib pajak pada tahun 2015 berjumlah dengan penerimaan pajak sebesar Rp ,- dan pada tahun 2016 jumlah wajib pajak pada KKP Pratama Medan Polonia mengalami peningkatan sebesar diikuti dengan penerimaan pajak mengalami peningkatan sebesar Rp ,-. Maka jika dilihat dari data penerimaan pajak KPP Pratama Medan Polonia bahwa penerimaan tergantung pada jumlah wajib pajak dan semakin meningkat jumlah wajib pajak maka semakin meningkat penerimaan pajak yang akan diterima oleh KPP Pratama Medan Polonia. Berdasarkan Tabel 6 tersebut dijelaskan bahwa adanya kontribusi penerimaan amnesti pajak periode pertama dan periode kedua terhadap realisasi penerimaan pajak tahun 2016, dalam hal ini merupakan uang tebusan periode pertama, sebesar Rp ,- dan periode kedua sebesar Rp ,-. Sehingga jumlah penerimaan pajak dalam hal ini merupakan uang tebusan dari amnesti pajak periode pertama dan kedua memberikan kontribusi sebesar 51,95% dari realisasi penerimaan pajak tahun 2016 sebesar Rp ,- dengan jumlah Wajib Pajak yang mengikuti Amnesti Pajak periode pertama sebesar dan periode kedua sebesar dari jumlah Wajib pajak yang mengikuti Amnesti Pajak periode pertama dan periode kedua, persentasenya adalah 3,40% dari total jumlah wajib pajak tahun 2016 adalah Menurut pegawai pajak di bagian pusat data dan informasi, bahwa tidak adanya jumlah target wajib pajak yang diharapkan mengikuti amnesti pajak periode pertama dan periode kedua oleh kantor KPP Pratama Medan Polonia, karena amnesti pajak merupakan hak atas setiap wajib pajak untuk memanfaatkan fasilitas amnesti pajak. dan berdasarkan tabel 4.6 dijelaskan juga bahwa kebijakan amnesti pajak membawa pengaruh yang positif untuk meningkatkan penerimaan pajak. Dapat dikatakan 3,40% dari wajib pajak yang terdaftar pada KPP Pratama Medan Polonia mengikuti amnesti pajak, adalah signifikan karena jumlah penerimaan pajak tahun 2015 adalah sebesar Rp ,- dan dibanding tahun 2016 penerimaan pajaknya meningkat sebesar Rp ,-. Hal ini terjadi akibat adanya peningkatan jumlah wajib pajak yang terdaftar pada 9

10 KPP Pratama Medan Petisa sebesar Kebijakan amnesti pajak mempunyai kontribusi dalam meningkatkan jumlah Wajib Pajak dan Uang Tebusan atas Penerimaan Pajak. 4. Penerimaan Pajak KPP Pratama Medan Kota dan Penerimaan Amnesti Pajak Periode Pertama dan Kedua. Pada KPP Pratama Medan Kota telah menunjukkan pencapaian peningkatan penerimaan pajak tahun 2016 dengan, adanya peningkatan penerimaan pajak pada tahun tersebut. ini berkaitan dengan kontribusi program amnesti pajak dalam hal ini merupakan uang tebusan untuk meningkatkan penerimaan pajak tersebut. Data penerimaan pajak disajikan pada tabel 7. Tabel 7 Penerimaan Pajak KPP Pratama Medan Kota Tahun Jumlah Wajib pajak Penerimaan pajak (Rp,-) Sumber Data : Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Medan Kota Berdasarkan Tabel 7 pada penerimaan pajak KPP Pratama Medan Kota dengan jumlah wajib pajak pada tahun 2015 berjumlah dengan penerimaan pajak sebesar Rp ,- dan pada tahun 2016 jumlah wajib pajak pada KPP Pratama Medan Kota mengalami kenaikan sebesar diiringi dengan penerimaan pajak sebesar Rp ,-. Berarti jika dilihat dari data penerimaan pajak KPP Pratama Medan Kota rasio kenaikan penerimaan pajak dari tahun 2015 ke tahun 2016 sebesar 98,99%, dan semakin meningkat jumlah wajib pajak maka semakin meningkat penerimaan pajak yang akan diterima oleh KPP Pratama Medan Kota. Berdasarkan dari tabel 7 tersebut telah dijelaskan bahwa adanya peningkatan penerimaan pajak yang diakibatkan meningkatnya jumlah wajib pajak. Jumlah wajib pajak sangat mempengaruhi penerimaan pajak sehingga program amnesti pajak diharapkan mampu meningkatkan jumlah penerimaan pajak dengan diikuti kepatuhan wajib pajak. Penerimaan amnesti pajak periode pertama dan periode kedua, dalam hal ini merupakan uang tebusan akan mempengaruhi penerimaan pajak secara keseluruhan serta kepatuhan wajib pajaknya. Data penerimaan pajak dapat disajikan pada tabel 8. 10

11 Tabel 8 Jumlah Wajib Pajak dan Penerimaan Amnesti Pajak Periode Pertama dan Periode Kedua pada KPP Pratama Medan Kota Periode Jumlah Wajib Pajak Amnesti Pajak Penerimaan Amnesti Pajak (Rp,-) I II Sumber Data : Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Medan Kota Berdasarkan Tabel 8 pada penerimaan amnesti pajak pada KPP Pratama Medan Kota periode pertama adalah Rp ,- dan periode kedua adalah Rp ,- dengan jumlah wajib pajak periode pertama sebesar dan jumlah wajib pajak periode kedua sebesar Dengan demikian total penerimaan amnesti pajak pada KPP Pratama Medan Kota periode pertama dan periode kedua adalah Rp ,- dan total wajib pajak yang mengikuti amnesti pajak periode pertama dan periode kedua adalah Berdasarkan tabel 7 pada penerimaan pajak KPP Pratama Medan Kota dengan jumlah wajib pajak pada tahun 2015 berjumlah dengan penerimaan pajak sebesar Rp ,- dan pada tahun 2016 jumlah wajib pajak pada KKP Pratama Medan Kota mengalami peningkatan berjumlah diikuti dengan penerimaan pajak mengalami peningkatan sebesar Rp ,-. Maka jika dilihat dari data penerimaan pajak KPP Pratama Medan Kota bahwa penerimaan tergantung pada jumlah wajib pajak, dan semakin meningkat jumlah wajib pajak maka semakin meningkat penerimaan pajak yang akan diterima oleh KPP Pratama Medan Kota. Berdasarkan Tabel 8 tersebut dijelaskan bahwa adanya kontribusi penerimaan amnesti pajak periode pertama dan periode kedua terhadap realisasi penerimaan pajak tahun 2016, dalam hal ini merupakan uang tebusan periode pertama, sebesar Rp ,- dan periode kedua sebesar Rp ,-. Sehingga jumlah penerimaan pajak dalam hal ini merupakan uang tebusan dari amnesti pajak periode pertama dan kedua memberikan kontribusi sebesar 50,57% dari realisasi penerimaan pajak tahun 2016 sebesar Rp ,- dengan jumlah Wajib Pajak yang mengikuti Amnesti Pajak periode pertama sebesar dan periode kedua sebesar dari jumlah Wajib Pajak yang mengikuti Amnesti Pajak periode pertama dan periode kedua, persentasenya adalah 5,84% dari total jumlah wajib pajak tahun 2016 adalah 140,988, Menurut pegawai pajak di bagian pusat data dan informasi, bahwa tidak adanya jumlah target wajib pajak yang diharapkan mengikuti amnesti pajak periode pertama dan periode kedua oleh kantor KPP Pratama Medan Kota, 11

12 karena amnesti pajak merupakan hak atas setiap wajib pajak untuk memanfaatkan fasilitas amnesti pajak. dan berdasarkan tabel 8 dijelaskan juga bahwa kebijakan amnesti pajak membawa pengaruh yang positif untuk meningkatkan penerimaan pajak Dapat dikatakan 5,84% dari wajib pajak yang terdaftar pada KPP Pratama Medan Kota mengikuti amnesti pajak, adalah signifikan karena jumlah penerimaan pajak tahun 2015 adalah sebesar Rp ,- dan dibanding tahun 2016 penerimaan pajaknya meningkat sebesar Rp ,-. Hal ini terjadi akibat adanya peningkatan jumlah wajib pajak yang terdaftar pada KPP Pratama Medan Kota sebesar Kebijakan amnesti pajak mempunyai kontribusi dalam meningkatkan jumlah Wajib Pajak dan Uang Tebusan atas Penerimaan Pajak. 5. Penerimaan Pajak KPP Pratama Medan Timur dan Penerimaan Amnesti Pajak Periode Pertama dan Kedua. Pada KPP Pratama Medan Timur telah menunjukkan pencapaian peningkatan penerimaan pajak tahun 2016 dengan, adanya peningkatan penerimaan pajak pada tahun tersebut. ini berkaitan dengan kontribusi program amnesti pajak dalam hal ini merupakan uang tebusan untuk meningkatkan penerimaan pajak tersebut. Data penerimaan pajak disajikan pada tabel 9. Tabel 9 Penerimaan Pajak KPP Pratama Medan Timur Tahun Jumlah Wajib pajak Penerimaan pajak (Rp,-) Sumber Data : Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Medan Timur Berdasarkan Tabel 9 pada penerimaan pajak KPP Pratama Medan Timur dengan jumlah wajib pajak pada tahun 2015 berjumlah dengan penerimaan pajak sebesar Rp ,- dan pada tahun 2016 jumlah wajib pajak pada KPP Pratama Medan Timur mengalami kenaikan sebesar diiringi dengan penerimaan pajak sebesar Rp ,-. Berarti jika dilihat dari data penerimaan pajak KPP Pratama Medan Timur rasio kenaikan penerimaan pajak dari tahun 2015 ke tahun 2016 sebesar 57,56%, dan semakin meningkat jumlah wajib pajak maka semakin meningkat penerimaan pajak yang akan diterima oleh KPP Pratama Medan Timur. Pada KPP Pratama Medan Timur telah menunjukkan pencapaian peningkatan penerimaan pajak tahun 2016 dengan, adanya peningkatan penerimaan pajak pada tahun tersebut. ini berkaitan 12

13 dengan kontribusi program amnesti pajak dalam hal ini merupakan uang tebusan untuk meningkatkan penerimaan pajak tersebut. Data penerimaan pajak disajikan pada tabel 10. Tabel 10 Jumlah Wajib Pajak dan Penerimaan Amnesti Pajak Periode Pertama dan Periode Kedua pada KPP Pratama Medan Timur Periode Jumlah Wajib Pajak Amnesti Pajak Penerimaan Amnesti Pajak (Rp,-) I II Sumber Data : Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Medan Timur Berdasarkan Tabel 10 pada penerimaan amnesti pajak pada KPP Pratama Medan Kota periode pertama adalah Rp ,- dan periode kedua adalah Rp ,- dengan jumlah wajib pajak periode pertama sebesar dan periode kedua sebesar Dengan demikian total penerimaan amnesti pajak pada KPP Pratama Medan Timur periode pertama dan periode kedua adalah Rp ,- dan total wajib pajak yang telah melakukan amnesti pajak periode pertama dan periode kedua adalah Berdasarkan tabel 9 pada penerimaan pajak KPP Pratama Medan Timur dengan jumlah wajib pajak pada tahun 2015 berjumlah dengan penerimaan pajak sebesar Rp ,- dan pada tahun 2016 jumlah wajib pajak pada KKP Pratama Medan Timur mengalami peningkatan berjumlah diikuti dengan penerimaan pajak mengalami peningkatan sebesar Rp ,-. Maka jika dilihat dari data penerimaan pajak KPP Pratama Medan Timur bahwa penerimaan tergantung pada jumlah wajib pajak, dan semakin meningkat jumlah wajib pajak maka semakin meningkat penerimaan pajak yang akan diterima oleh KPP Pratama Medan Timur. Berdasarkan Tabel 10 tersebut dijelaskan bahwa adanya kontribusi penerimaan amnesti pajak periode pertama dan periode kedua terhadap realisasi penerimaan pajak tahun 2016, dalam hal ini merupakan tambahan dari uang tebusan atau penerimaan atas amnesti pajak periode pertama sebesar Rp ,- dan periode kedua sebesar Rp ,- Sehingga jumlah penerimaan pajak dalam hal ini merupakan uang tebusan dari amnesti pajak periode pertama dan kedua memberikan kontribusi sebesar 47,72% dari realisasi penerimaan pajak tahun 2016 sebesar Rp ,- dengan jumlah Wajib Pajak yang mengikuti Amnesti Pajak periode pertama sebesar dan periode kedua sebesar dari jumlah Wajib pajak yang mengikuti Amnesti Pajak periode pertama dan periode kedua, persentasenya adalah 5,26% dari total jumlah wajib pajak tahun 13

14 2016 adalah , Menurut pegawai pajak di bagian pusat data dan informasi, bahwa tidak adanya jumlah target wajib pajak yang diharapkan mengikuti amnesti pajak periode pertama dan periode kedua oleh kantor KPP Pratama Medan Timur, karena amnesti pajak merupakan hak atas setiap wajib pajak untuk memanfaatkan fasilitas amnesti pajak. dan berdasarkan tabel 4.10 dijelaskan juga bahwa kebijakan amnesti pajak membawa pengaruh yang positif untuk meningkatkan penerimaan pajak Dapat dikatakan 5,26% dari wajib pajak yang terdaftar pada KPP Pratama Medan Timur mengikuti amnesti pajak, adalah signifikan karena jumlah penerimaan pajak tahun 2015 adalah sebesar Rp ,- dan dibanding tahun 2016 penerimaan pajaknya meningkat sebesar Rp ,-. Hal ini terjadi akibat adanya peningkatan jumlah wajib pajak yang terdaftar pada KPP Pratama Medan Timur sebesar Kebijakan amnesti pajak mempunyai kontribusi dalam meningkatkan jumlah Wajib Pajak dan Uang Tebusan atas Penerimaan Pajak. III. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan jumlah penerimaan pajak dan penerimaan amnesti pajak periode pertama dan periode kedua pada KPP yang terdaftar di Kota Medan dapat dilihat pada tabel 11 jumlah penerimaan pajak tahun 2015, 2016, dan penerimaan amnesti pajak periode pertama dan periode kedua sebagai berikut : Tabel 11 Jumlah Penerimaan Pajak tahun 2015, 2016 dan Penerimaan Amnesti Pajak Periode Pertama dan Periode Kedua pada KPP Terdaftar Jumlah Penerimaan Amnesti Jumlah Penerimaan KPP Terdaftar Penerimaan Pajak Periode Satu dan Pajak 2016 (RP,-) Tahun 2015 (Rp,-) Dua (Rp,-) KPP Madya Medan KPP Pratama Medan Petisa KPP Pratama Medan Polonia KPP Pratama medan Kota

15 KPP Pratama Medan Timur Total Berdasarkan tabel 11 dapat dijelaskan bahwa penerimaan pajak sebelum berlakunya amnesti pajak pada tahun 2015 adalah Rp ,- dan penerimaan pajak setelah berlakunya amnesti pajak tahun 2016 periode pertama dan periode kedua adalah Rp ,- yang menunjukkan adanya peningkatan penerimaan pajak sebesar 29,72% dan penerimaa amnesti pajak sebesar Rp ,-. Dari total penerimaan pajak yang terdaftar di kota medan tahun 2016, peningkatan penerimaan pajak merupakan kontribusi dari kebijakan amnesti pajak tersebut, besarnya jumlah penerimaan pajak pada tahun 2016 sebagian besar merupakan bagian dari dana uang tebusan atau penerimaan atas amnesti pajak, secara keseluruhan kebijakan amnesti pajak yang telah berlandaskan hukum menjadi produk yang baik dan berhasil dalam meningkatnya penerimaan pajak. Diharapkan untuk program tax amnesty periode III, Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Sumut I sebaiknya perlu untuk menerapkan sosialisasi tax amnesty secara menyeluruh, sehingga wajib pajak dapat memahami bahwa program ini sangat bermanfaat bagi wajib pajak. 15

16 DAFTAR PUSTAKA Devano,Soni dan Rahayu S. K, Perpajakan: Konsep, Teori, dan Isu, Edisi Pertama, Cetakan Pertama: Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Fidel, Cara Mudah dan Praktis Memahami Masalah-Masalah Perpajakan, Pertama: Salemba Empat, Jakarta. Cetakan H.Eddy Faisal, Memahami Amnesti Pajak Dengan Cerdas dan Lengkap : PT.Buku Pintar Indonesia, Jakarta Barat. Mardalis, Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal, Edisi Pertama, Catatan Kedua Belas: Bumi Aksara, Jakarta. Mardiasmo, Perpajakan, Edisi Revisi: Andi Yogyakarta. Martono Nanang, Metode Penelitian Kuantitatif, Edisi Revisi: PT. Raja Grafindo, Jakarta. Materi Slide Sosialisasi Amnesti Pajak Kementerian Keuangan Direktorat Jendral Pajak. Nazir, Moh, Metode Penelitian, Cetakan Keenam: Ghalia Indonesia, Bogor. Pengampunan Pajak Berdampak Positif Pada Kinerja Pasar Modal. Resmi Siti, Perpajakan: Teori dan Kasus, Buku Satu, Edisi kelima: Salemba Empat, Jakarta. Riduan, Dasar-Dasar Statistika: Edisi Revisi, Catatan Kedelapan: Alfabeta, Bandung. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak. Waluyo dan Wirawan B, Iiyas, Perpajakan Indonesia, Buku I : Indeks, Jakarta. 16

17 IDENTITAS DIRI Nama : Magdalena Judika Siringoringo NIP/NIK : Tempat dan Tanggal Lahir : Medan, 15 Juni 1985 Jenis Kelamin : Perempuan Golongan/Pangkat : IIIc/Penata Jabatan Akademik : Lektor Alamat : Jl. Garuda III no. 62 P. Mandala Medan Alamat lenaringo@gmail.com RIWAYAT PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI Tahun Program Pendidikan (diploma, Perguruan Tinggi Jurusan/Program Lulus sarjana, magister, spesialis, dan Studi doktor) 2007 Sarjana (S-1) Universitas HKBP Nommensen 2012 Magister (S-2) Universitas Diponegoro Akuntansi/Akuntans i Akuntansi/Magister Akuntansi 17

BAB I PENDAHULUAN. materiil maupun spiritual. Dalam merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak

BAB I PENDAHULUAN. materiil maupun spiritual. Dalam merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materiil

Lebih terperinci

RANGKUMAN TUGAS AKHIR

RANGKUMAN TUGAS AKHIR ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TUBAN RANGKUMAN TUGAS AKHIR Oleh : PUTRI SELVIANDA DWI PRIHATINI NIM

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Djuanda, Gustian dan Irwansyah Lubis Pelaporan Pajak Penghasilan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

DAFTAR PUSTAKA. Djuanda, Gustian dan Irwansyah Lubis Pelaporan Pajak Penghasilan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta Rineka Cipta Devano, Sony dan Siti Kurnia Rahayu. 2006. Perpajakan : Konsep, Teori, dan Isu. Jakarta: Kencana

Lebih terperinci

Pengaruh Program Pengampunan Pajak Terhadap Efektivitas Penerimaan Pajak di Indonesia

Pengaruh Program Pengampunan Pajak Terhadap Efektivitas Penerimaan Pajak di Indonesia Akuntabilitas: Jurnal Ilmu Akuntansi Volume 10 (1), April 2017: 61-70 P-ISSN: 1979-858X; E-ISSN: 2461-1190 DOI: 10.15408/akt.v10i1.6115 Pengaruh Program Pengampunan Pajak Terhadap Efektivitas Penerimaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik di tahun kedepannya. Dengan keyakinan tersebut, pemerintah membuat

BAB I PENDAHULUAN. baik di tahun kedepannya. Dengan keyakinan tersebut, pemerintah membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Merosotnya perekonomian Indonesia pada tahun 2015 mendorong pandangan positif pemerintah untuk dapat mencapai perekonomian yang lebih baik di tahun kedepannya. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia memiliki berbagai permasalahan perpajakan yang umumnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia memiliki berbagai permasalahan perpajakan yang umumnya A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Indonesia memiliki berbagai permasalahan perpajakan yang umumnya juga ditemui di negara lain, misalnya rendahnya kepatuhan pajak, rendahnya penerimaan pajak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber utama dana penerimaan dalam negeri. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan pembangunan. Sebagian besar sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat merealisasikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat merealisasikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan salah satu kegiatan pemerintah yang berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas utama pemerintah. Berdasarkan data APBN tahun pajak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas utama pemerintah. Berdasarkan data APBN tahun pajak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu potensi penerimaan dalam negeri terbesar yang menjadi prioritas utama pemerintah. Berdasarkan data APBN tahun 2006-2011 pajak memberi kontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pemerintah yang berlangsung secara berkesinambungan. Tentunya

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pemerintah yang berlangsung secara berkesinambungan. Tentunya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang senantiasa melakukan pembangunan di segala bidang. Pembangunan nasional merupakan salah satu kegiatan pemerintah yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan utama dari kebijakan keuangan negara di bidang penerimaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan utama dari kebijakan keuangan negara di bidang penerimaan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tujuan utama dari kebijakan keuangan negara di bidang penerimaan dalam negeri yaitu untuk menggali, mendorong, dan mengembangkan sumber-sumber penerimaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang berada di wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta jiwa 1. Sedangkan usia produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pemerintah dan pembangunan. Pajak bertujuan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pemerintah dan pembangunan. Pajak bertujuan meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerimaan pajak merupakan sumber utama pendapatan negara dalam pembiayaan pemerintah dan pembangunan. Pajak bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri dan luar negeri. Sektor pajak merupakan salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri dan luar negeri. Sektor pajak merupakan salah satu sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber penerimaan negara yang paling dominan berasal dari penerimaan pajak. Sumber penerimaan negara terbagi menjadi dua, yaitu yang berasal dari dalam negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang notabenenya masih tergolong sebagai negara berkembang tentunya masih berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya melalui

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM. A. Sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM. A. Sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM A. Sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam Pada tahun 1987 Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi Pajak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembiayaan suatu Negara sangatlah bergantung kepada besarnya

BAB I PENDAHULUAN. Pembiayaan suatu Negara sangatlah bergantung kepada besarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembiayaan suatu Negara sangatlah bergantung kepada besarnya penerimaan pajak. Pajak merupakan fenomena umum sebagai sumber penerimaan negara yang berlaku di berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara (APBN) diambil dari sektor perpajakan. Dengan terkumpulnya dana

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara (APBN) diambil dari sektor perpajakan. Dengan terkumpulnya dana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam meningkatkan pembangunan nasional, suatu negara membutuhkan dana yang sangat besar sebagai sumber pembiayaan untuk menyelenggarakan pembangunan, untuk itu pemerintah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 45 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Rencana penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di Kantor Pelayanan Pajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan lainnya yaitu penerimaan migas maupun penerimaan bukan pajak,

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan lainnya yaitu penerimaan migas maupun penerimaan bukan pajak, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang penting dalam menopang keberlanjutan pembangunan suatu negara selain sumber penerimaan lainnya yaitu penerimaan

Lebih terperinci

B. REKOMENDASI Berdasarkan permasalahan permasalahan yang dihadapi KPP Pratama Sukoharjo dalam memanfaatkan e-filling serta dalam rangka meningkatkan

B. REKOMENDASI Berdasarkan permasalahan permasalahan yang dihadapi KPP Pratama Sukoharjo dalam memanfaatkan e-filling serta dalam rangka meningkatkan BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan analisis dan pembahasan data yang telah penulis jabarkan tentang evaluasi pemanfaatan e-filling dan tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penerimaan sektor pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penerimaan sektor pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerimaan sektor pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sangat penting, maka dari itu pemerintah mengintensifkan pemasukan dari sektor

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Adriani Penagihan Pajak: Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Bogor: Ghalia

DAFTAR PUSTAKA. Adriani Penagihan Pajak: Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Bogor: Ghalia DAFTAR PUSTAKA Adriani.2011. Penagihan Pajak: Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Bogor: Ghalia Indonesia. Ajijah.2013.Warga Kabupaten Bandung Keluhkan Kantor Pelayanan Pajak. URL http://bandung.bisnis.com/read/20140424/61817/507310/warga-kab.-bandungkeluhkan-kantor-pelayanan-pajak.

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN SUNSET POLICY TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PADA KANTOR PELAYANANPAJAK PRATAMA MAKASSAR SELATAN

ANALISIS PENERAPAN SUNSET POLICY TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PADA KANTOR PELAYANANPAJAK PRATAMA MAKASSAR SELATAN ANALISIS PENERAPAN SUNSET POLICY TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PADA KANTOR PELAYANANPAJAK PRATAMA MAKASSAR SELATAN Andi Batary Citta STIMLasharan Jaya Makassar Email : andibataricitta@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maju dan sejahtera. Dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. maju dan sejahtera. Dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang secara terus menerus melakukan pembangunan untuk dapat menjadi negara yang maju dan sejahtera. Dalam rangka

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam Pada tahun 1987 Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi Pajak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk membiayai BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Hal ini tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari ekspor dan berbagai jenis bantuan dari luar negeri masih dirasa

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari ekspor dan berbagai jenis bantuan dari luar negeri masih dirasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan fungsi pemerintahan dan pembangunan, pemerintah memerlukan dana yang tidak sedikit, sedangkan penerimaan negara dari devisa yang berasal dari ekspor

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI PADA KPP PRATAMA CIBINONG

PENGARUH TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI PADA KPP PRATAMA CIBINONG PENGARUH TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI PADA KPP PRATAMA CIBINONG Patar Simamora Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan Lecturer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut, maka pemerintah perlu banyak memperhatikan masalah

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut, maka pemerintah perlu banyak memperhatikan masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi suatu negara, hal ini menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah salah satu negara yang sedang. peningkatan taraf hidup yang lebih baik untuk perkembangan negara juga

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah salah satu negara yang sedang. peningkatan taraf hidup yang lebih baik untuk perkembangan negara juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah salah satu negara yang sedang berkembang.dengan perkembangannyaitu maka Indonesia melakukan beberapa peningkatan taraf hidup yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat dengan usaha pemerintah dalam melakukan pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah salah satu Negara. berkembang yang bertujuan untuk menjadi negara maju di masa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah salah satu Negara. berkembang yang bertujuan untuk menjadi negara maju di masa yang akan BAB I PENDAHULUAN I.1. LatarBelakang Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah salah satu Negara berkembang yang bertujuan untuk menjadi negara maju di masa yang akan datang, untuk itu dalam mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum (Mohammad Zain, 2007). Pajak diartikan sebagai pungutan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. umum (Mohammad Zain, 2007). Pajak diartikan sebagai pungutan yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal atau kontraprestasi yang langsung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan masyarakat dan perkembangan zaman, di antaranya dengan. mengembangkan e-government sebagai trend global birokrasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan masyarakat dan perkembangan zaman, di antaranya dengan. mengembangkan e-government sebagai trend global birokrasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya kehidupan tidak pernah lepas dari sebuah tuntutan akan perkembangan. Hal ini dibuktikan dengan perubahan dari zaman ke zaman. Sudah selayaknya dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satunya disebabkan oleh lebih besarnya

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satunya disebabkan oleh lebih besarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era perkembangan ekonomi saat ini yang semakin meningkat, hampir beberapa negara dilanda krisis ekonomi yang berkepanjangan. Hal tersebut dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber-sumber penerimaan negara Indonesia berasal dari berbagai sektor, dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak sebagai sumber penerimaan negara digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan juga membiayai pembangunan. Oleh karena itu upaya untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia sangatlah penting untuk mensejahterakan masyarakat. Pembangunan tidak akan tercapai apabila tidak ada kerja sama antara pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap masyarakat, oleh karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak adalah pembayaran yang bersifat paksaan kepada negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak adalah pembayaran yang bersifat paksaan kepada negara yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak adalah pembayaran yang bersifat paksaan kepada negara yang dibebankan pada pendapatan kekayaan seseorang yang diutamakan untuk membiayai pengeluaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini sektor perekonomian merupakan salah satu ujung tombak kemakmuran sebuah negara. Salah satu bentuk realisasi dari Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. maka dalam penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. maka dalam penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis regresi dan uji hipotesis serta pembahasan, maka dalam penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional. Pembangunan nasional. merupakan kegiatan yang akan terus-menerus dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional. Pembangunan nasional. merupakan kegiatan yang akan terus-menerus dilakukan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak memiliki peranan penting dalam penerimaan negara bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pembangunan Nasional. Untuk itu perlu adanya peningkatan kesadaran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pembangunan Nasional. Untuk itu perlu adanya peningkatan kesadaran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Sebagaimana kita ketahui, peranan pajak semakin besar dan penting dalam menyumbang penerimaan Negara dalam rangka kemandirian membiayai

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP 4.1 Ringkasan

BAB IV PENUTUP 4.1 Ringkasan BAB IV PENUTUP 4.1 Ringkasan Tax Amnesty atau Pengampunan Pajak adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi kewajiban pembangunan bangsa, maka pemerintah harus memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber dana negara salah satunya yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang berlangsung secara terus-menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang berlangsung secara terus-menerus dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan selama ini, bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materiil dan spiritual.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pendapatan negara yang paling potensial adalah penerimaan pajak. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Berbagai kasus yang menyeret aparatur pajak dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Berbagai kasus yang menyeret aparatur pajak dalam beberapa BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Pajak merupakan pendapatan negara yang cukup potensial untuk dapat mencapai keberhasilan pembangunan. Pajak juga merupakan sumber penerimaan negara yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkesinambungan selama 4 tahun terakhir dalam APBN.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkesinambungan selama 4 tahun terakhir dalam APBN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber penerimaan yang sangat vital bagi negara. Tidak dapat dipungkiri bahwa pajak memiliki peranan penting dalam menunjang penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang taat pajak. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin tingginya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang taat pajak. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin tingginya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pajak di Indonesia semakin meningkat dari masa ke masa. Pajak ditempatkan pada posisi teratas sebagai sumber penerimaan yang pertama dan utama dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diperjualbelikan, telah dikenai biaya pajak selain dari pada harga pokoknya

BAB I PENDAHULUAN. yang diperjualbelikan, telah dikenai biaya pajak selain dari pada harga pokoknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Faktur Pajak merupakan bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau penyerahan Jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara dapat dilihat dari dua sektor, yaitu sektor

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara dapat dilihat dari dua sektor, yaitu sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber penerimaan negara dapat dilihat dari dua sektor, yaitu sektor migas dan sektor non migas. Salah satu penerimaan negara yang bersumber dari sektor non migas adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak sebagai sumber penerimaan Negara digunakan untuk mebiayai pengeluaran rutin dan juga membiayai pembangunan. Oleh karena itu upaya untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dalam menjalankan pemerintahan, diperlukan sarana dan prasarana yang tentunya tidak terlepas dari masalah pembiayaan pembangunan yang memerlukan banyak dana.

Lebih terperinci

TAX AMNESTY DALAM PEREKONOMIAN MAKRO

TAX AMNESTY DALAM PEREKONOMIAN MAKRO TAX AMNESTY DALAM PEREKONOMIAN MAKRO Dr. Mahartono, M.M. Kepala Bagian Pelayanan, Penyuluhan dan Hubungan Masyarakat Kantor Wilayah DJP Jawa Timur III Disampaikan padaseminar Nasional Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap proyek pembangunan negara yang dilaksanakan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. setiap proyek pembangunan negara yang dilaksanakan oleh pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan terbesar bagi negara. Dari sumber penerimaan ini, nantinya akan digunakan untuk membiayai setiap proyek pembangunan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI

2015 PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia adalah Negara hukum berdasarkan pancasila dari undangundang dasar 1945, bertujuan mewujudkan tata kehidupan Negara dan bangsa yang yang

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Muslim, Afdilla Pengaruh tingkat pemahaman. Pendidikan, pengalaman dan penghasilan wajib pajak di KPP Padang. Skripsi FE Unand.

DAFTAR PUSTAKA. Muslim, Afdilla Pengaruh tingkat pemahaman. Pendidikan, pengalaman dan penghasilan wajib pajak di KPP Padang. Skripsi FE Unand. DAFTAR PUSTAKA Chandra Budi. 2013. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi, http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/124244, Diakses 17 Juli 2013. Devano Sony, Siti Kurnia Rahayu. 2006. Perpajakan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat telah menganggap pajak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat telah menganggap pajak sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini, pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat telah menganggap pajak sebagai salah satu kewajiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam penerimaan negara. Perkembangan kontribusi penerimaan pajak terhadap. Tabel 1. 1

BAB I PENDAHULUAN. dalam penerimaan negara. Perkembangan kontribusi penerimaan pajak terhadap. Tabel 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak memiliki fungsi yang sangat penting dalam pembangunan perekonomian bangsa. Menurut Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sumber pendapatan negara

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PAJAK DALAM RANGKA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK DI KPP PRATAMA JAKARTA KEBAYORAN BARU TIGA

EVALUASI PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PAJAK DALAM RANGKA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK DI KPP PRATAMA JAKARTA KEBAYORAN BARU TIGA EVALUASI PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PAJAK DALAM RANGKA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK DI KPP PRATAMA JAKARTA KEBAYORAN BARU TIGA HENDRY ALDARYANTO Jalan Kenangan 3 No. 85 Jakasampurna Bekasi Barat, 081297250365,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh wajib pajak baik orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesenjangan antara sisi pengeluaran dan sisi penerimaan negara. Penerimaan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesenjangan antara sisi pengeluaran dan sisi penerimaan negara. Penerimaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak menjadi pembicaraan yang utama untuk menjembatani kesenjangan antara sisi pengeluaran dan sisi penerimaan negara. Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan

Lebih terperinci

ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN BERDASARKAN REALISASI PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN

ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN BERDASARKAN REALISASI PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN BERDASARKAN REALISASI PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN (STUDI KASUS PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA KOTA BITUNG) THE ANALISYS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN BERDASARKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal atau kontraprestasi yang langsung

Lebih terperinci

ANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK DALAM UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN

ANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK DALAM UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN ANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK DALAM UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN DIMAS WIBISONO Jalan Taruna III no. 8 Kelurahan Serdang Jakarta Pusat, 08561808586,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin maupun pembangunan agar tercapai kemakmuran dan kesejahteraan

Lebih terperinci

Abstrak. Abstract. Pendahuluan

Abstrak. Abstract. Pendahuluan 1 Analisis Efektivitas dan Kontribusi Penagihan Tunggakan Pajak Dengan Penerbitan Surat Teguran dan Surat Paksa Terhadap Penerimaan Pajak (Studi Kasus Pada KPP Pratama Jember) Effectiveness and Contribution

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengawasan merupakan proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengawasan merupakan proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengawasan merupakan proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun pembangunan. Self assessment system merupakan suatu sistem pemungutan

BAB I PENDAHULUAN. maupun pembangunan. Self assessment system merupakan suatu sistem pemungutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu fungsi pajak ialah fungsi Budgetair yang artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 adalah mewujudkan masyarakat adil, makmur, merata material dan spiritual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan pembangunan nasional yang memerlukan biaya besar yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan pembangunan nasional yang memerlukan biaya besar yang berasal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era perkembangan ekonomi saat ini yang semakin meningkat, hampir beberapa negara dilanda krisis ekonomi yang berkepanjangan. Hal tersebut dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemakmuran rakyat, dan memelihara fakir miskin dan anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemakmuran rakyat, dan memelihara fakir miskin dan anak-anak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara hukum berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila. Dalam UUD 1945 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab untuk menyelenggarakan pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terusmenerus. dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terusmenerus. dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terusmenerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materiil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan nasional, di antaranya berasal dari penerimaan pajak dan penerimaan bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia sebagai salah satu negara yang dikategorikan berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia sebagai salah satu negara yang dikategorikan berkembang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai salah satu negara yang dikategorikan berkembang masih memerlukan pembangunan pada berbagai aspek. Sumber pendanaan aktivitas pembangunan negara diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Direktorat Jenderal Pajak (DJP) adalah sebuah Direktorat Jenderal di bawah Kementerian Keuangan Indonesia yang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Roda pembangunan nasional dapat terus bergerak dan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Roda pembangunan nasional dapat terus bergerak dan perekonomian BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Roda pembangunan nasional dapat terus bergerak dan perekonomian negara dapat terus tumbuh karena adanya penerimaan negara. Bagi Indonesia, penerimaan pajak sangat besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam nya membutuhkan anggaran yang sangat besar. Anggaran-anggaran

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam nya membutuhkan anggaran yang sangat besar. Anggaran-anggaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dimana sistem yang ada di dalam nya membutuhkan anggaran yang sangat besar. Anggaran-anggaran yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu penerimaan negara dalam Anggaran Pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu penerimaan negara dalam Anggaran Pendapatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan salah satu penerimaan negara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang memiliki peranan penting dalam menunjang penyelenggaraan negara.

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI) DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

EVALUASI PELAKSANAAN KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI) DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI EVALUASI PELAKSANAAN KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI) DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: Yunisa Eka Setyaningrum B200090048 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Realisasi Penerimaan Negara (Milyar Rupiah),

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Realisasi Penerimaan Negara (Milyar Rupiah), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, Indonesia dihadapkan pada tuntutan perkembangan berbagai bidang agar dapat menjaga stabilitas negara. Pemenuhan tuntutan tersebut diwujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional secara merata di berbagai penjuru daerah di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional secara merata di berbagai penjuru daerah di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional secara merata di berbagai penjuru daerah di Indonesia, merupakan salah satu tugas pemerintah untuk terus secara berkesinambungan melakukan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dari tahun ke tahun kontribusi pajak pada penerimaan negara terus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dari tahun ke tahun kontribusi pajak pada penerimaan negara terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari tahun ke tahun kontribusi pajak pada penerimaan negara terus mengalami peningkatan. Kontribusi sektor perpajakan yang meningkat itu menunjukkan pemerintah tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pajak sebesar 70% terhadap total penerimaan negara. Kontribusi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pajak sebesar 70% terhadap total penerimaan negara. Kontribusi tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak adalah iuran rakyat yang disetorkan kepada kas negara berdasarkan undang-undang sehingga dapat dipaksakan walaupun tanpa mendapat balas jasa secara langsung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN. perundang undangan. Setiap wajib pajak dituntut untuk memahami. semua aturan perpajakan yang berlaku. Tetapi tidak semua semua wajib

BAB I PENDAHULAN. perundang undangan. Setiap wajib pajak dituntut untuk memahami. semua aturan perpajakan yang berlaku. Tetapi tidak semua semua wajib BAB I PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perpajakan memiliki bermacam peraturan yang telah diatur dalam perundang undangan. Setiap wajib pajak dituntut untuk memahami semua aturan perpajakan yang

Lebih terperinci

ANALISIS PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN MINAHASA SELATAN

ANALISIS PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN MINAHASA SELATAN ANALISIS PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN MINAHASA SELATAN Johny Montolalu Joorie M. Ruru RINGKASAN Undang-undang Nomor 33

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya perwujudannya melalui pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah

BAB I PENDAHULUAN. upaya perwujudannya melalui pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, pemerintah berkewajiban untuk memajukan kesejahteraan umum. Salah satu upaya perwujudannya melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu tolak ukur kemajuan suatu negara adalah kesejahteraan rakyat. Kesejahteraan rakyat dapat dicapai melalui pembangunan nasional dalam berbagai aspek,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. meliputi beberapa kecamatan. Kebijakan kebijakan di KPP Pratama Pamekasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. meliputi beberapa kecamatan. Kebijakan kebijakan di KPP Pratama Pamekasan 57 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kantor Pelayanan Pajak ( KPP ) Pratama Pamekasan merupakan unit kerja dari DJP yang memiliki wilayah kerja di Pamekasan dan Kabupaten Kota, dan meliputi beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan tulang punggung penerimaan negara dan digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan tulang punggung penerimaan negara dan digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan tulang punggung penerimaan negara dan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara. Pajak berasal dari iuran masyarakat dan dapat dipaksakan dengan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP 4.1 Ringkasan

BAB IV PENUTUP 4.1 Ringkasan BAB IV PENUTUP 4.1 Ringkasan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 merupakan pajak yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, instansi atau lembaga pemerintah

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN EKSTENSIFIKASI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN JUMLAH WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA MENTENG DUA

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN EKSTENSIFIKASI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN JUMLAH WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA MENTENG DUA Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2013, pp. 456~461 EFEKTIVITAS PELAKSANAAN EKSTENSIFIKASI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN JUMLAH WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahun Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara terbesar dari dalam negeri. Berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2013, menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. : pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan lain- lain. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. : pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan lain- lain. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Untuk meningkatkan pertumbuhannya, pemerintah Indonesia terus melaksanakan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) tahun

BAB I PENDAHULUAN. dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun 2015 meningkatkan pendapatan negara sebesar 7,8% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan

Lebih terperinci