Gambar 7.1. Kepentingan aktor dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambar 7.1. Kepentingan aktor dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma"

Transkripsi

1 VII. STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA AGRO BERKELANJUTAN 7.1 Kepentingan Aktor Pengembangan Kawasan Agrowisata Bina Darma merupakan kawasan wisata agro yang terdapat di Kabupaten Ogan Ilir yang karena potensi alam yang dimilikinya dapat dimanfaatkan sebagai kawasan wisata. Pengembangan kawasan wisata ini, tentu sangat tergantung dari dukungan/kepentingan semua aktor yang terkait di lokasi. Aktor yang berkepentingan tersebut, diantaranya pemerintah daerah (PEMDA), pengelola kawasan, wisatawan, lembaga pembina/pendamping, dan aparat desa (kepala desa). Oleh karena itu, sejauhmana kepentingan setiap aktor tersebut akan menentukan strategi yang tepat untuk pengembangan Agrowisata Bina Darma. Gambar 7.1 menyajikan hasil analisis kepentingan setiap aktor terkait bagi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan di Kabupaten Ogan Ilir, sedangkan Tabel 7.1 menyajikan susunan nilai rasio kepentingan (bobot) dan prioritasnya. Abbreviation Goal PEMDA PNGELOLA WSTAWAN LMBGBINA KPLDESA Definition Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma Berkelanjutan Pemerintah Daerah Pengelola Agrowisata Wisatawan Lembaga Pembina/Pendamping Kepala Desa Gambar 7.1. Kepentingan aktor dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma

2 82 Tabel 7.1. Hasil analisis rasio dan prioritas kepentingan setiap aktor dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma Aktor Pengembangan Rasio Kepentingan Prioritas Pengelola Agrowisata 0,353 1 Pemerintah Daerah 0,208 2 Lembaga Pendamping/ 0,206 3 Pembina Wisatawan 0,167 4 Kepala Desa 0,066 5 Berdasarkan Gambar 7.1 dan Tabel 7.1, pengelola Agrowisata Bina Darma mempunyai tingkat kepentingan yang paling tinggi bagi pengembangan Agrowisata Bina Darma di Kabupaten Ogan Ilir, yang ditunjukkan oleh nilai rasio kepentingan (RK) 0,353. Informasi ini dapat dipercaya karena mempunyai inconsistency ratio (IR) 0,09. Sedangkan secara statistik, batas inconsistency yang diperbolehkan adalah tidak lebih dari 0,1. Nilai RK tersebut memberi petunjuk bahwa kepentingan pengelola harus menjadi prioritas pertama dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma baik dengan skenario pengelolaan per wahana maupun skenario pengelolaan tiket terusan. Besarnya kepentingan pengelola wisata agro sangat wajar karena mereka merupakan pelaku langsung usaha wisata yang maju mundurnya sangat tergantung pada kemampuan mereka dalam mengelola dan memberi pelayanan terbaik kepada pengunjung (wisatawan). Menurut Jamieson dan Noble (2000), pengelola pariwisata mempunyai kepentingan mempertahankan eksistensi obyek wisata, manfaat dan dampak pengelolaan pariwisata, serta bersama-sama dengan masyarakat menjalin pertalian yang erat antara usaha lokal dengan pariwisata. Pemerintah Daerah (PEMDA) Kabupaten Ogan Ilir dan lembaga pembina/pendamping mempunyai kepentingan tertinggi kedua dan ketiga bagi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan di Kabupaten Ogan Ilir, yang ditunjukkan oleh nilai rasio kepentingan (RK) masing-masing 0,208 dan 0,206 pada incosistency terpercaya 0,09. Menurut Depdagri (2005), dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, PEMDA diberi kewenangan untuk menetapkan bentuk pengelolaan terhadap daerah, mengatur dan mengontrol jenis kegiatan yang prospektif bagi daerah, dan mendorong peluang pengembangan usaha yang mendukung pengembangan

3 83 daerah. Terkait hal tersebut, maka cukup wajar bila PEMDA Kabupaten Ogan Ilir mempunyai kepentingan tinggi terhadap pengembangan Agrowisata Bina Darma. Untuk lembaga pembina/pendamping, mereka juga berperan penting dalam memberikan pelatihan, pendampingan, dan mendukung pembiayaan yang dibutuhkan Agrowisata Bina Darma, sehingga kepentingan mereka juga cukup besar di kawasan Agrowisata Bina Darma. Aparat desa (kepala desa) mempunyai tingkat kepentingan paling rendah bagi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan di Kabupaten Ogan Ilir, yang ditunjukkan oleh nilai rasio kepentingan (RK) 0,066 pada incosistency terpercaya 0,09. Rendahnya tingkat kepentingan aparat desa (kepala desa) ini bisa jadi karena pengembangan wisata agro ini dapat membawa manfaat langsung kepada anggota masyarakat desa tersebut, sehingga strategi manapun yang terpilih dengan tujuan mendapatkan manfaat lebih bagi anggota masyarakat, aparat desa akan sangat senang meskipun secara institusi tidak banyak dirasakan. Disamping itu, pengembangan wisata agro ini tidak banyak melibatkan aparat desa karena semua perijinan dan pembiayaan tergantung PEMDA dan pengelola, serta pola pengembangannya dikonsultasikan dengan lembaga pembina/ pendamping. Sayogyo (1977) menyatakan bahwa pola pemerintahan desa lebih menunjukkan keramahan, keluwesan, dan penerimaan yang baik, daripada sifat birokratis terhadap suatu program pembangunan. Mereka umumnya mendukung penuh berbagai kegiatan yang membangun dan memajukan wilayah desanya. 7.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan 1. Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Menurut PEMDA Untuk memilih strategi yang tepat bagi pengembangan Agrowisata Bina Darma, PEMDA Kabupaten Ogan Ilir mempunyai penilaian tersendiri terhadap faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk mendukung pengembangan. Hal ini wajar karena setiap aktor mempunyai interest/penilaian tersendiri yang didasarkan pada pengalaman atau apa yang dipahami tentang suatu faktor pengembangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan wisata agro, termasuk di kawasan Agrowisata Bina Darma Kabupaten Ogan Ilir, diantaranya kualitas SDM, investasi, potensi pasar, dan fasilitas pendukung. Gambar 7.2 menyajikan hasil

4 84 analisis kepentingan faktor terkait dalam mendukung pengembangan Agrowisata Bina Darma menurut pandangan PEMDA. Abbreviation Goal PEMDA SDM INVSTASI PASAR FSLITAS Definition Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma Berkelanjutan Pemerintah Daerah Kualitas Sumberdaya Manusia Investasi Potensi Pasar Fasilitas Gambar 7.2. Kepentingan faktor pendukung menurut pandangan PEMDA Menurut pandangan PEMDA, potensi pasar merupakan faktor pendukung yang paling penting dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma, Kabupaten Ogan Ilir. Hal ini ditunjukkan oleh rasio kepentingan (RK) potensi pasar dibandingkan tiga faktor pendukung lainnya, yaitu sekitar 0,389 pada inconsistency terpercaya 0,06. Menurut pandangan PEMDA, investasi merupakan faktor pendukung yang penting kedua (RK = 0,303 pada incosistency terpercaya 0,06) dan harus menjadi perhatian berikutnya setelah potensi pasar dikelola dengan baik. Penilaian PEMDA yang baik terhadap potensi pasar dan investasi ini, bisa jadi karena PEMDA melihat bahwa pasar yang baik akan lebih menjamin keberlanjutan suatu kegiatan pengembangan, dan investasi menjadi faktor penting dalam aktualisasinya. Bila dikaitkan dengan manfaat yang bisa diterima oleh PEMDA yaitu pendapatan asli daerah (PAD), maka penekanan terhadap potensi pasar dan investasi wajar dan memang sangat dibutuhkan untuk menggerakkan ekonomi sekaligus peningkatan kontribusi terhadap PAD. Fasilitas tidak menjadi perhatian penting PEMDA yang ditunjukkan oleh nilai RK yang paling kecil (0,130) pada inconsistency terpercaya 0,06. Fasilitas pengembangan kawasan wisata agro umumnya dibangun oleh investor dalam hal

5 85 ini pihak Agrowisata Bina Darma. Menurut PEMDA, bila dukungan investor kuat maka dengan sendirinya fasilitas akan tersedia dengan baik. Untuk infrastruktur jalan masih cukup memadai ke lokasi Agrowisata Bina Darma, sehingga dianggap belum merupakan kebutuhan mendesak oleh PEMDA. Penilaian PEMDA ini sebenarnya tidak bertentangan dengan Spillane (1994) yang menyatakan bahwa fasilitas merupakan satu dari lima unsur penting (atraksi, fasilitas, infrastrukur, transportasi, dan rumah sakit) yang perlu diperhatikan untuk pengembangan kawasan wisata. PEMDA beranggapan bahwa kondisi fasilitas yang ada saat ini masih bagus dan bila ada kekurangan akan ditangani langsung investor, sehingga PEMDA tidak perlu turun tangan langsung. 2. Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Menurut Pengelola Bagi pengelola, kawasan Agrowisata Bina Darma perlu diperhatikan dengan optimal agar dapat menjadi aset penting daerah dan juga banyak membantu ekonomi dan kehidupan masyarakat sekitar. Dalam kaitan dengan pengembangan, pengelola mempunyai penilaian tersendiri terkait faktor-faktor apa yang perlu diperhatikan untuk mendukung pengembangan Agrowisata Bina Darma tersebut, dan hasilnya disajikan pada Gambar 7.3. Abbreviation Goal PNGELOLA SDM INVSTASI PASAR FSLITAS Definition Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma Berkelanjutan Pengelola Agrowisata Kualitas Sumberdaya Manusia Investasi Potensi Pasar Fasilitas Gambar 7.3. Kepentingan faktor pendukung menurut pandangan pengelola Menurut pengelola, potensi pasar merupakan faktor paling penting yang perlu diperhatikan untuk mengembangkan kawasan Agrowisata Bina Darma. Penilaian pengelola ini ditunjukkan oleh nilai rasio kepentingan (RK) potensi

6 86 pasar tersebut yang mencapai 0,487 pada inconsistency terpercaya 0,06. Dalam kaitan ini maka menurut pengelola, strategi pengembangan yang dipilih haruslah strategi yang dapat memanfaatkan secara optimal potensi pasar dari wisata agro tersebut, baik yang ada di Kabupaten Ogan Ilir maupun di luar Kabupaten Ogan Ilir. Untuk wilayah Kabupaten Ogan Ilir, potensi pasar tersebut dapat mencakup penduduk kota, masyarakat kecamatan terdekat, kelompok pencinta alam, dan pengawai/ karyawan instansi pemerintah dan swasta. Menurut pengelola, strategi pengembangan yang terpilih haruslah yang dapat mengoptimalkan potensi pasar tersebut, dan menjadikan obyek lokal sebagai tujuan utama wisatanya. Fasilitas dan investasi merupakan faktor pendukung kedua dan ketiga yang perlu diperhatikan menurut pandangan pengelola, namun tingkat kepentingannya sangat jauh di bawah potensi pasar. Menurut pandangan pengelola, rasio kepentingan fasilitas dan investasi masing-masing hanya sekitar 0,223 dan 0,162 pada inconsistency terpercaya 0,06. Bank Indonesia (2007) menyatakan bahwa investasi menjadi kebutuhan utama dalam pengembangan suatu wilayah, namun bila biaya investasi tersebut bisa disiapkan secara mandiri, maka investasi menjadi komponen yang mengikuti kegiatan pengembangan tersebut. Terkait dengan ini, bisa jadi pengelola Agrowisata Bina Darma mempunyai kemampuan finansial yang baik, dengan adanya pihak Universitas Bina Darma sebagai penyandang dana, sehingga tidak terlalu mengkhawatirkan masalah investasi dalam pengembangan kegiatan wisata agro yang dikelolanya. Kualitas SDM merupakan faktor pendukung yang tidak terlalu penting menurut pandangan pengelola, yaitu dengan rasio kepentingan 0,127 pada inconsistency terpercaya 0,06. Pengelola beranggapan bahwa wisata agro di kawasan Agrowisata Bina Darma ini difokuskan pada pemanfaatan wahana permainan dan pengembangan aktifitas di bidang pertanian dalam arti luas. Syamsu, dkk (2001) menyatakan unsur keunikan dan kelangkaan menjadi daya tarik penting dalam pengembangan suatu kawasan wisata agro, sehingga keunikan suatu kegiatan pola tanam, kelangkaan suatu hamparan tanaman perlu dilestarikan dan dibina terus di kawasan wisata agro.

7 87 3. Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Menurut Wisatawan Wisatawan merupakan perorangan atau kelompok orang yang melakukan kegiatan wisata pada suatu obyek wisata dengan tujuan untuk mendapatkan kepuasan tertentu. Terkait dengan ini, maka dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma harus juga memperhatikan kepentingan atau penilaian wisatawan terkait faktor-faktor pendukung yang perlu diperhatikan dalam pengembangan. Hasil penilaian wisatawan terkait pengembangan Agrowisata Bina Darma secara berkelanjutan yang diolah menggunakan program AHP (Expert Choice 9.5) disajikan pada Gambar 7.4. Abbreviation Goal WSTWAN SDM INVSTASI PASAR FSLITAS Definition Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma Berkelanjutan Wisatawan Kualitas Sumberdaya Manusia Investasi Potensi Pasar Fasilitas Gambar 7.4. Kepentingan faktor pendukung menurut pandangan wisatawan Dalam pandangan wisatawan, fasilitas dan investasi merupakan faktor pendukung yang paling penting yang harus diperhatikan dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma secara berkelanjutan di Kabupaten Ogan Ilir. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rasio kepentingan (RK) masing-masing 0,309 pada inconsistency terpercaya 0,06. Penilaian ini cukup beralasan karena kepuasan dalam berwisata akan didapat oleh wisatawan bila mereka menikmati dan merasa nyaman dengan fasilitas yang ada. Investasi akan mendukung pengadaan fasilitas yang dimaksud, sehingga wisatawan memberi perhatian penting terhadap faktor investasi ini. Terkait dengan ini, maka wisatawan akan lebih menyukai strategi pengembangan yang dapat membenahi secara maksimal fasilitas wisata yang ada, pengembangan investasi untuk mempertahankan keberlanjutannya. Pada kondisi

8 88 tertentu, fasilitas yang ada mungkin sudah memadai/menarik hanya kebanyakan wisatawan tidak menyadari atau belum mengetahui. Strategi pengembangan yang mengakomodir hal ini tentu sangat baik sehingga fasilitas dan obyek menarik yang terdapat di kawasan Agrowisata Bina Darma dapat diketahui semua calon wisatawan. Kualitas SDM merupakan faktor pendukung ketiga yang perlu diperhatikan dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma menurut pandangan wisatawan. Meskipun urutan ketiga, tetapi perhatian wisatawan relatif tinggi terhadap kualitas SDM ini dibandingkan aktor lainnya yang ditunjukkan oleh nilai RK 0,241 pada inconsistency terpercaya 0,06. Ini bisa jadi supaya pihak pengelola Agrowisata Bina Darma semakin kreatif dan inovatif dalam mengelola areal wisata agronya. Potensi pasar menjadi faktor pendukung yang paling rendah tingkat kepentingannya menurut wisatawan, yaitu dengan RK 0,142 pada inconsistency terpercaya 0,06. Pandangan wisatawan tentang faktor pendukung tersebut menjadi pertimbangan penting dalam penentuan prioritas strategi yang akan digunakan untuk mengembangkan kawasan Agrowisata Bina Darma, Kabupaten Ogan Ilir. 4. Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Menurut Lembaga Pembina/Pendamping Di kawasan Agrowisata Bina Darma, keterlibatan lembaga pembina/ pendamping disamping berperan sebagai pembina dan pendamping dalam pengelolaan kawasan wisata, lembaga ini juga membantu pengelola wisata agro bila kesulitan dalam keuangan. Lembaga pembina/pendamping ini telah menjadi bagian penting dalam pengembangan kawasan Agrowisata Bina Darma Kabupaten Ogan Ilir. Dalam kaitan dengan pengembangan tersebut, lembaga pembina/ pendamping ini mempunyai penilaian tersendiri terkait faktor-faktor apa yang perlu diperhatikan untuk mendukung pengembangan Agrowisata Bina Darma secara berkelanjutan. Hasil penilaiannya yang diolah menggunakan program AHP (Expert Choice 9.5) disajikan pada Gambar 7.5.

9 89 Abbreviation Goal LMBGBINA SDM INVSTASI PASAR FSLITAS Definition Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma Berkelanjutan Lembaga Pembina/Pendamping Kualitas Sumberdaya Manusia Investasi Potensi Pasar Fasilitas Gambar 7.5. Kepentingan faktor pendukung menurut pandangan lembaga pembina/pendamping Berdasarkan Gambar 7.5, potensi pasar merupakan faktor pendukung yang pertama yang harus diperhatikan dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma secara berkelanjutan menurut pandangan lembaga pembina/pendamping. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rasio kepentingan (RK) 0,365 pada inconsistency terpercaya 0,08. Kepentingan potensi pasar ini tidak terlalu dominan dibandingkan menurut penilaian pengelola (Bagian 2). Hal ini lebih karena lembaga pembina/pendamping tidak berinteraksi langsung dengan aktivitas wisatanya dibandingkan dengan pengelola yang bisa merugi bila wisata agro kurang diminati pasar. Penilaian lembaga pembina/pendamping terhadap potensi pasar ini menjadi pertimbangan penting dalam penentuan strategi terbaik untuk pengembangan Agrowisata Bina Darma, Kabupaten Ogan Ilir. Kompas (2003) menyatakan bahwa pasar produk merupakan penyebab utama pengembangan suatu usaha termasuk di bidang pariwisata, dan strategi pengembangan usaha tersebut sangat ditentukan oleh trend pasar bagi produk yang dihasilkan. Ketersediaan fasilitas merupakan faktor pendukung kedua yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kawasan wisata agro tersebut dengan RK 0,260 pada inconsistency terpercaya 0,08. Lembaga pembina/pendamping melihat bahwa fasilitas yang ada termasuk infrastruktur jalan ke lokasi perlu dibenahi lagi, sehingga kegiatan wisata agro di Agrowisata Bina Darma semakin nyaman. Kualitas SDM merupakan faktor pendukung yang dianggap tidak begitu penting

10 90 oleh lembaga pembina/pendamping, yang ditunjukkan oleh rasio kepentingannya paling kecil, yaitu 0,139 pada inconsistency terpercaya 0, Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Menurut Aparat Desa Sebagaimana aktor lainnya, aparat desa juga mempunyai harapan tersendiri terkait pengembangan kawasan Agrowisata Bina Darma Kabupaten Ogan Ilir, meskipun mereka mempunyai tingkat kepentingannya rendah seperti ditunjukkan pada Gambar 7.6. Harapan ini ada karena aparat desa (kepala desa) ingin melihat masyarakatnya lebih sejahtera bila kawasan Agrowisata Bina Darma akan dikembangkan lebih lanjut. Harapan atau penilaian aparat desa (kepala desa) terkait faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma secara berkelanjutan yang diolah lebih lanjut menggunakan program AHP (Expert Choice 9.5) disajikan pada Gambar 7.6. Abbreviation Goal KPLDESA SDM INVSTASI PASAR FSLITAS Definition Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma Berkelanjutan Kepala Desa Kualitas Sumberdaya Manusia Investasi Potensi Pasar Fasilitas Gambar 7.6. Kepentingan faktor pendukung menurut pandangan aparat desa (kepala desa) Menurut pandangan aparat desa (kepala desa), pembenahan fasilitas merupakan faktor paling penting yang perlu diperhatikan dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma, yang ditunjukkan oleh nilai rasio kepentingan (RK) 0,358 pada inconsistency terpercaya 0,02. Investasi menjadi menjadi faktor paling penting kedua yang perlu diperhatikan yang ditunjukkan oleh nilai rasio kepentingan (RK) 0,302 pada inconsistency terpercaya 0,02. Menurut aparat desa (kepala desa), kedua hal ini perlu dibenahi lebih awal karena menjadi daya tarik

11 91 pengelolaan Agrowisata Bina Darma secara jangka panjang. Keberadaan investor akan menjamin keberlanjutan pemeliharaan fasilitas wisata yang ada. Bila kedua faktor tersebut sudah dibenahi, maka menurut aparat desa, pasar akan tercipta dengan sendirinya, karena bila wisatawan tertarik, maka mereka akan datang. Potensi pasar ini menjadi faktor pendukung ketiga yang perlu diperhatikan menurut pandangan aparat desa, yang ditunjukkan oleh nilai rasio kepentingan (RK) 0,230 pada inconsistency terpercaya 0,02. Kualitas SDM tidak penting menurut aparat desa (RK = 0,110) pada inconsistency terpercaya 0,02). Pearce dan Moran (1994) menyatakan bahwa tradisi masyarakat yang unik dan potensi sumberdaya alam lokal merupakan potensi dasar yang dimiliki oleh suatu kawasan, yang keberadaannya tidak membutuhkan investasi besar, tetapi hanya membutuhkan kearifan manusia. Secara keseluruhan, kepentingan setiap faktor terkait dalam mendukung pengembangan Agrowisata Bina Darma menurut pandangan setiap aktor terkait di lokasi disajikan pada Tabel 7.2. Tabel 7.2. Hasil analisis rasio kepentingan (bobot) setiap faktor pendukung Aktor Pengembangan menurut pandangan aktor terkait Rasio Kepentingan Faktor Pembatas SDM INVESTASI PASAR FASILITAS Inconsistency Ratio Pemerintah Daerah 0,178 0,303 0,389 0,130 0,06 Pengelola Agrowisata 0,127 0,162 0,487 0,223 0,06 Wisatawan 0,241 0,309 0,142 0,309 0,06 Lembaga Pendamping/ 0,139 0,237 0,365 0,260 0,08 Pembina Kepala Desa 0,110 0,302 0,230 0,358 0,02 Pada Tabel 7.2, terlihat bahwa setiap faktor pendukung mempunyai urgensi tersendiri bagi setiap aktor dalam mendukung pengembangan Agrowisata Bina Darma. Untuk faktor fasilitas misalnya, pemerintah daerah memandangnya tidak begitu penting dibandingkan tiga faktor pendukung lainnya, sedangkan aparat desa (kepala desa), menjadikan fasilitas sebagai faktor pembatas yang

12 92 paling menentukan dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma. Untuk faktor investasi, pengelola agrowisata memandangnya tidak begitu penting (RK = 0,162), tetapi bagi aktor lainnya termasuk faktor pendukung yang lumayan penting. Perbedaan pandangan ini cukup wajar terjadi karena perbedaan kepentingan masing-masing aktor dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma. Hal ini menjadi pertimbangan penting dalam pemilihan strategi yang paling tepat untuk pengembangan kawasan wisata agro tersebut. 7.3 Prioritas Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma Pemilihan opsi strategi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan ini ditentukan melalui pertimbangan integral terhadap kepentingan semua aktor dan kepentingan setiap faktor pendukung pengembangan. Bila melihat hasil analisis Bagian 7.1 dan bagian 7.2, maka setiap aktor mempunyai kepentingan dan peran yang berbeda-beda, begitu juga dengan penilaian terhadap faktor yang dianggap penting dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma, Kabupaten Ogan Ilir. Hasil analisis terkait kepentingan setiap aktor (5 aktor), dan penilaian terhadap setiap faktor pendukung (4 faktor) akan mempengaruhi pemilihan strategi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan di Kabupaten Ogan Ilir. Mengacu kepada jumlah aktor yang berkepentingan dan jumlah faktor yang mempengaruhi kegiatan pengembangan, maka jumlah pertimbangan untuk memilih setiap opsi strategi pengembangan yang ditawarkan ada sekitar 20 pertimbangan. Bila mengacu kepada Saaty (1991), maka kombinasi pertimbangan yang menyeluruh (integratif) ini memberi indikasi bahwa strategi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang dipilih akan lebih dapat mengakomodir semua kepentingan, kondisi/keterbatasan yang ada untuk pengembangan kegiatan wisata agro yang lebih baik di Agrowisata Bina Darma, Kabupaten Ogan Ilir. Berdasarkan rancangan hirarki dalam metodologi yang di cek kembali kesesuaiannya dengan kondisi dilapangan, maka ada 5 (lima) opsi strategi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang ditawarkan, yaitu : a. Meningkatkan promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI) b. Mengembangkan wisata agro berbasis pendidikan (S-PENDIK)

13 93 c. Melestarikan tradisi dan budaya masyarakat lokal (S-TRABUD) d. Mencegah kerusakan dan kehancuran lokasi wisata (S-CEGAH) e. Mengedepankan kualitas wisata agro (S-KUALIT) Hasil analisis pemilihan strategi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan tersebut setelah diolah menggunakan sofware Team EC ditunjukkan pada Gambar 7.7, sedangkan hasil penetapan prioritas strategi berdasarkan nilai rasio kepentingan disajikan pada Tabel 7.3. Gambar Hasil analisis pemilihan strategi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan Gambar 7.7 Tabel 7.3. Hasil analisis pemilihan strategi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (berdasarkan urutan prioritas) Hasil analisis rasio dan prioritas kepentingan setiap opsi strategi dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma Strategi Pengembangan Rasio Kepentingan Prioritas S-PRMOSI 0,248 1 S-CEGAH 0,229 2 S-KUALIT 0,205 3 S-PENDIK 0,168 4 S-TRABUD 0,150 5 Berdasarkan Gambar 7.7 dan Tabel 7.3, opsi strategi meningkatkan promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI) mempunyai rasio kepentingan paling tinggi dibandingkan empat opsi strategi lainnya, yaitu sekitar 0,248 pada inconsistency terpercaya 0,07. Secara statistik, batas inconsistency yang diperbolehkan tidak lebih dari 0,1. Tabel 7.4 dan Tabel

14 menyajikan contoh hasil analisis yang menunjukkan strategi meningkatkan promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI) lebih baik dari strategi lainnya terkait beberapa faktor pendukung dalam pandangan aktor terkait. Tabel 7.4. Perbandingan berpasangan diantara opsi strategi terkait investasi dalam pandangan PEMDA Berdasarkan Tabel 7.4, strategi meningkatkan promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI) lima kali lebih penting daripada strategi melestarikan tradisi dan budaya masyarakat lokal (S-TRABUD) dan strategi mengedepankan kualitas wisata agro (S-KUALIT). Strategi promosi (S- PRMOSI) tiga kali lebih penting daripada strategi mengembangkan wisata agro berbasis pendidikan (S-PENDIK) dan strategi mencegah kerusakan dan kehancuran lokasi wisata (S-CEGAH). Terkait dengan ini, maka dalam pandangan PEMDA, untuk meningkatkan investasi maka strategi promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI) jauh lebih baik dari semua strategi lainnya.

15 95 Tabel 7.5. Perbandingan berpasangan diantara opsi strategi terkait potensi pasar dalam pandangan Pengelola Berdasarkan Tabel 7.5, strategi meningkatkan promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI) lima kali lebih penting daripada strategi mengembangkan wisata agro berbasis pendidikan (S-PENDIK) dan strategi melestarikan tradisi dan budaya masyarakat lokal (S-TRABUD). Strategi promosi (S-PRMOSI) tiga kali lebih penting daripada strategi mencegah kerusakan dan kehancuran lokasi wisata (S-CEGAH) dan dan strategi mengedepankan kualitas wisata agro (S-KUALIT). Terkait dengan ini, maka strategi meningkatkan promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI) merupakan strategi yang paling tepat bagi pengembangan Agrowisata Bina Darma di Kabupaten Ogan Ilir (prioritas pertama). Hal ini sesuai dengan pendapat Tamba (2004) yang menyatakan bahwa promosi merupakan ujung tombak pemasaran produk (termasuk wisata), dan oleh karenanya pengembangan usaha harus memberikan perhatian khusus kepada kegiatan promosi sehingga produk yang dihasilkan dapat dikenal luas dan diterima dengan baik oleh pasar. Hasil analisis perbandingan lainnya ditunjukkan pada Lampiran 13 22, sedangkan hasil analisis perbandingan dalam memenuhi harapan/kepentingan aktor terkait disajikan pada Lampiran

16 96 Opsi strategi mencegah kerusakan dan kehancuran lokasi wisata (S- CEGAH) menjadi strategi prioritas kedua untuk pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan di Kabupaten Ogan Ilir (RK = 0,229 pada inconsistency terpercaya 0,07). Strategi mencegah kerusakan dan kehancuran lokasi wisata (S-CEGAH) dapat menjadi back-up bagi pengembangan kegiatan wisata agro di Agrowisata Bina Darma, terutama bila banyak kendala untuk mengembangkan kegiatan promosi wisata, seperti dana promosi yang minim, konflik pengelolaan, dan isu destruksi lingkungan yang menyebabkan kegiatan promosi tidak menarik. Opsi strategi mengedepankan kualitas wisata agro (S-KUALIT) dan Mengembangkan wisata agro berbasis pendidikan (S-PENDIK) menjadi strategi prioritas ketiga dan keempat untuk pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan. Kedua opsi strategi mempunyai rasio kepentingan (RK) masingmasing 0,205 dan 0,168 pada inconsistency terpercaya 0,07. Sedangkan opsi strategi melestarikan tradisi dan budaya masyarakat lokal (S-TRABUD) menjadi strategi prioritas terakhir untuk pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan di Kabupaten Ogan Ilir (RK = 0,150 pada inconsistency terpercaya 0,07). Pelestarian tradisi dan budaya masyarakat lokal tidak menjadi prioritas, bisa jada karena tradisi dan budaya tersebut telah menyatu dengan kehidupan dan kegiatan pertanian yang dilakukan oleh masyarakat sekitar, sehingga tanpa diprogramkan tradisi dan budaya tersebut tetap lestari. 7.4 Hasil Analisis Vertikal Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma yang Berkelanjutan Pada bagian ini, semua elemen yang terkait dengan penentuan strategi pengembangan Agrowisata Bina Darma akan dibahas secara menyeluruh dan vertikal mulai dari aktor yang dominan berperan, faktor pendukung dominan yang mempengaruhi pengembangan, sampai terpilihnya satu strategi terbaik (prioritas) untuk pengembangan kegiatan wisata agro di kawasan Agrowisata Bina Darma. Hal ini supaya implementasi strategi terpilih lebih efektif dan tepat sasaran dengan mengoptimalkan peran aktor serta faktor pendukung yang dominan. Hasil analisis vertikal pada level pertama (tingkat aktor) menunjukkan bahwa kepentingan pengelola mempunyai rasio paling tinggi, yaitu mencapai

17 97 0,353. Hal ini menunjukkan bahwa peran pengelola sangat penting dalam mendukung keberlanjutan pengembangan Agrowisata Bina Darma, dimana maju mundurnya kegiatan wisata agro sangat tergantung pada pola pengelolaan yang dikembangkan oleh mereka. Untuk mengelola Agrowisata Bina Darma, pihak Universitas Bina Darma (pemilik lokasi), menunjuk pengelola khusus yang mempunyai kewenangan untuk menetapkan jenis kegiatan wisata yang dikembangkan, lama kunjungan, jenis atraksi, menetapkan tarif tiket, serta pengadaan dan perawatan berbagai fasilitas yang dibutuhkan. Terkait ini, maka cukup wajar bila pengelola mempunyai peran dan kepentingan dominan bagi maju mundurnya kegiatan wisata agro di kawasan Agrowisata Bina Darma. Untuk level kedua (tingkat faktor pembatas), potensi pasar mempunyai rasio kepentingan paling tinggi, yaitu mencapai 0,323. Hal ini menunjukkan bahwa faktor pendukung berupa potensi pasar sangat dominan dalam mendukung pengembangan kegiatan wisata agro di lokasi. Hasil identifikasi lapang menunjukkan bahwa anak-anak sekolah, masyarakat Kota Palembang, dan masyarakat kota terdekat lainnya menjadi pasar potensial bagi kegiatan wisata agro di kawasan Agrowisata Bina Darma. Hal ini cukup realistis karena jarak yang dekat dan sifat wisata yang mendekatkan masyarakat dengan alam. Anak sekolah dan masyarakat kota biasanya ingin mencari ketenangan dan meninggalkan sejenak kepenatan serta hiruk-pikuknya kota atau aktivitas yang ramai. Hasil analisis vertikal yang memberi rasio kepentingan tinggi bagi potensi pasar ini dapat menjadi arahan bagi pengelola untuk mengembangkan pasar, sehingga aktivitas kunjungan lebih meningkat dan keberlanjutan Agrowisata Bina dapat lebih terjamin. Musim libur harus dimanfaatkan dengan baik untuk menarik minat pengunjung dari kalangan anak sekolah dan pekerja kantoran. Dengan memperhatikan peran aktor dan faktor pendukung yang dominan, maka pada analisis vertikal level ketiga, didapatkan strategi prioritas untuk pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan. Strategi prioritas tersebut adalah meningkatkan promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI) dengan rasio kepentingan 0,248. Strategi promosi dianggap sebagai strategi yang paling tepat untuk memanfaatkan pasar potensial Agrowisata Bina Darma lebih karena paling cocok untuk memberi informasi dan

18 98 pengertian kepada masyarakat calon pengunjung, sehingga mereka dapat mengetahui jenis-jenis obyek wisata yang dapat dinikmati di kawasan Agrowisata Bina Darma, dan kemudahan untuk mengunjunginya. Implementasi strategi Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S- PRMOSI) akan efektif, bila memperhatikan : 1. Dukungan PEMDA baik dalam kemudahan ijin, penyertaan dan pelibatan Agrowisata Bina Darma dalam berbagai kegiatan promosi daerah, dan kegiatan daerah lainnya harus dipertahankan. 2. Pengelola wisata agro harus tetap menjalankan kegiatan pelayanan wisata agro secara rutin dan selalu memelihara obyek wisata yang ada baik pada kondisi ramai maupun sepi pengunjung (manfaat finansial kecil). 3. Kegiatan promosi dapat memanfaatkan wisatawan yang berkunjung dengan member pelayanan yang baik, selebaran pamflet serta promosi lewat media elektronika, surat kabar, internet, dan lainnya. 4. Kemitraan dengan lembaga pembina/pendamping perlu terus dipertahankan dalam bentuk memberikan pendampingan pengelolaan. Secara keseluruhan, hasil analisis vertikal penentuan strategi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan disajikan pada Gambar 7.8. Berdasarkan Gambar 7.8, untuk keberlanjutan pengembangan Agrowisata Bina Darma, maka strategi prioritas pertama pengembangan kegiatan wisata adalah meningkatkan promosi tentang Agrowisata Bina Darma. Hal ini perlu dilakukan dengan memberi perhatian penting pada pengembangan potensi pasar serta mengakomodir secara maksimal kepentingan pengelolaan. Menurut Tamba (2004) dan Spillane (1994), upaya promosi yang dilakukan selaras dengan potensi pasar yang ada merupakan aktivitas penting yang perlu dilakukan oleh pengelola wisata alam secara terus menerus, sehingga kawasan selalu menarik minat pengunjung (wisatawan). Kepentingan pengelola juga perlu diberi perhatian utama, karena mereka adalah pelaku langsung kegiatan wisata agro dan menjadi penentu akhir maju-mundurnya Agrowisata Bina Darma ke depan.

19 99 Tujuan yang dicapai Mewujudkan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan Aktor Pemerintah Daerah (0,208) Pengelola (0,353) Wisatawan (0,167) Lembaga Pembina/ Pendamping (0,206) Kepala Desa (0,066) Faktor-faktor Kualitas SDM (0,159) Investasi (0,263) Potensi Pasar (0,323) Fasilitas (0,256) Strategi yang dapat ditempuh Meningkatkan promosi tentang Agrowista Bina Darma yang berkelanjutan (0,248) Mengembangkan wisata agro berbasis program pendidikan (0,168) Melestarikan tradisi dan budaya masyarakat lokal (0,150) Mencegah kerusakan dan kehancuran lokasi wisata (0,229) Mengedepan kan kualitas wisata agro (0,205) Gambar 7.8. Hasil analisis vertikal strategi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan Pada saat intensitas strategi promosi (S-PRMOSI) dikurangi, strategi yang menjadi back-up dapat dintensifkan implementasinya. Seperti dijelaskan sebelumnya, strategi mencegah kerusakan dan kehancuran lokasi wisata (S- CEGAH) merupakan strategi kedua/back-up utama dari strategi promosi tersebut (RK = 0,229). Strategi mencegah kerusakan dan kehancuran lokasi wisata (S- CEGAH) dapat dilakukan, misalnya dalam bentuk memperbaiki fasilitas wisata yang rusak, melakukan konservasi pada lingkungan sekitar yang kurang terawat, dan membangun wahana/obyek wisata tambahan di lokasi. Strategi mengedepankan kualitas wisata agro (S-KUALIT) menjadi strategi prioritas ketiga untuk pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (RK = 0,205). Oleh karena semua fasilitas termasuk masih baru, maka kualitas pelaksanaan kegiatan wisata agro diduga dapat berjalan dengan baik dalam beberapa tahun ke depan. Pada waktu tertentu nantinya fasilitas tersebut mungkin sudah ada yang rusak dan kurang maksimal dalam operasinya, maka perlu menjadi perhatian bagi pengelola untuk memberikan penanganan perbaikan secara cepat dan terus-menerus melakukan perawatan rutin. Bila hal ini

20 100 dapat dilakukan dengan baik, maka kualitas pelakasanaan kegiatan wisata agro terus terjaga hingga di masa datang. Strategi mengembangkan wisata agro berbasis pendidikan dan strategi melestarikan tradisi dan budaya masyarakat lokal merupakan strategi prioritas keempat dan kelima yang dapat dikembangkan di kawasan Agrowisata Bina Darma. Fasilitas yang masih baik terutama kebun buah dan taman satwa dapat mendukung peningkatan pendidikan bagi pengunjung terutama dari kalangan anak-anak, dan hal ini harus terus dipertahankan. Tradisi dan tata nilai budaya lokal dapat diintroduksi dalam paket wisata nantinya, sehingga kegiatan wisata lebih variatif dan lebih menarik minat. Kedua strategi ini tidak begitu mendesak sehingga bisa dilakukan bila kegiatan promosi, dan kualitas layanan sudah dimaksimalkan. Wisata dengan basis edukasi dan muatan budaya lokal dapat menjadi variasi atau pilihan baru bagi pengunjung nantinya untuk berwisata di kawasan Agrowisata Bina Darma. Bila hal ini dapat dilakukan dengan baik, maka keberlanjutan kegiatan Agrowisata Bina Darma dapat dipertahankan hingga masa mendatang. 7.5 Implementasi Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma Terpilih Pada Bagian 7.3 dinyatakan bahwa strategi meningkatkan promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI) terpilih sebagai strategi yang paling tepat (prioritas pertama) untuk pengembangan kegiatan wisata agro di Agrowisata Bina Darma Kabupaten Ogan Ilir. Dalam implementasinya, strategi terpilih ini perlu ditunjukkan untuk memecahkan berbagai permasalahan yang terjadi di kawasan Agrowisata Bina Darma. Untuk tahap pertama, implementasi strategi terpilih dapat dilakukan dalam bentuk pemberian pembekalan kepada pegawai yang dimiliki oleh Agrowisata Bina Darma. Hal ini karena pegawai merupakan SDM yang sudah tersedia, berinteraksi langsung dengan calon pengunjung/wisatawan, serta menjadi ikon dalam promosi, terutama terkait dengan layanan. Bila pegawai diberi pemahaman promosi atau diberi pembekalan yang maksimal, yang memudahkan mereka dalam menjelaskan obyek wisata yang bisa dikunjungi secara lengkap, maka akan sangat mungkin mereka dapat menyakinkan dan menarik pengunjung/wisatawan. Keberhasilan penempaan pegawai sehingga mampu meningkatkan daya tarik bagi

21 101 pengunjung, merupakan hal penting dalam salah satu keberhasilan implementasi strategi peningkatan promosi (strategi terpilih). Keberhasilan ini juga sekaligus memecahkan masalah manajerial usaha yang belum stabil di Agrowisata Bina Darma, karena pegawai terlatih tentu akan lebih siap pakai, ulet, dan lebih kuat bertahan terhadap berbagai krisis pengelolaan yang terjadi. Pelaksanaan strategi promosi (strategi terpilih) dapat juga didekati dengan rekrutmen dan pembinaan tenaga operator, pemeliharaan fasilitas serta perbaikan bangunan/fasilitas yang sudah tua, menjadi bagian penting dari obyek kegiatan wisata agro. Kekurangan operator dan pemeliharaan fasilitas serta umur bangunan yang sudah tua menjadi masalah di Agrowisata Bina Darma selama ini. Bila sebagian dari anggaran program promosi dapat digunakan pada pembenahan hal ini, maka kegiatan wisata dan berbagai atraksi di setiap obyek wisata dapat berjalan maksimal karena operator dapat berperan aktif sesuai tugasnya dan fasilitas wisata berfungsi baik. Aksi nyata dari hal ini adalah dengan menambah tenaga operator sesuai kebutuhan setiap obyek wisata, kemudian mereka dilatih bagaimana cara mengoperasikan obyek wisata dengan baik termasuk mengenai perawatan rutin harian, perawatan rutin mingguan dan bulanan, serta teknik cepat mengatasi masalah mendadak yang terjadi pada mesin. Selama masa rekrutmen dan pelatihan, perbaikan fasilitas utama, fasilitas penunjang, dan pembangunan fasilitas utama yang baru perlu terus dikebut, sehingga tersedia pada waktu yang tepat dan peningkatan pelayanan lebih maksimal dan signifikan. Perbaikan dan pembangunan tersebut dapat mencakup : perbaikan area wahana yang masih becek dan tergenang air, perbaikan area dan pembangunan stand penjualan souvenir, pembangunan unit pengolahan di rumah jamur, penambahan area kebun agro, dan pembangunan fasilitas pelayanan medis. Operator yang terampil dan fasilitas wisata yang baik dan memadai tentu dapat meningkatkan kenyamanan dalam berwisata, ini merupakan hal positif dalam peningkatan promosi, sehingga secara tidak langsung hal ini juga merupakan implementasi dari strategi terpilih (peningkatan promosi). Strategi peningkatan promosi (strategi terpilih) berikutnya juga dapat dikembangkan melalui pemberdayaan potensi masyarakat sekitar, misalnya dengan memperkenalkan dan menampung hasil industri kerajinan, pertanian dan

22 102 budaya masyarakat lokal. Selama ini, hasil usaha dari petani sayuran/palawija, kerajinan tenun songket, keranjang bambu, anyaman kipas dari bambu, anyaman tikar purun, sangkek dan tampa, serta hasil industri makanan seperti kemplang ikan belum banyak dijajakan di sekitar Agrowisata Bina Darma. Padahal ini dapat meningkatkan daya tarik pengunjung, karena selain berekreasi di obyek wisata, mereka juga dapat berwisata jalan-jalan dan berbelanja beberapa hasil usaha dan kerajinan masyarakat lokal yang disukai. Stand souvenir yang telah dibangun pada tahap sebelumnya dari pelaksanaan strategi terpilih ini akan sangat menentukan dan mendukung keberhasilan hal ini. Untuk bidang kesenian, potensi masyarakat seperti rebana ibu-ibu, seropal anam, kelompok campur sari, kuda lumping, dan lainnya juga dapat dipentaskan sebagai bagian dari kegiatan wisata di kawasan Agrowisata Bina Darma. Pengembangan promosi dengan melibatkan potensi masyarakat lokal tersebut akan sangat positif, selain meningkatkan daya tarik wisata juga dapat membantu ekonomi masyarakat lokal. Pada kondisi ini juga permasalahan berupa harga tiket dan makan di restoran yang dirasa mahal, dapat langsung terpecahkan, dimana dengan adanya hal ini, pengunjung/wisatawan dapat menikmati banyak hal dan mendapat kepuasan lebih, sehingga biaya tiket dan makan di restoran terasa wajar. Strategi meningkatkan promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI) melalui pemberdayaan potensi lokal cukup mudah diimplementasikan karena birokrasi yang ada di desa sekitar tidak sulit dan bahkan aparat desa cenderung mendukung. Pada tahap selanjutnya, strategi peningkatan promosi ini dapat dilakukan dengan menjalinkan kerjasama dengan PEMDA terkait (PEMDA Kabupaten Ogan Ilir). Bila selama ini belum banyak komunikasi yang dilakukan dengan Dinas Pariwasata Kabupaten Ogan Ilir, melalui implementasi strategi, hal ini dapat ditingkatkan. Kondisi ini dapat dipahami karena pemilik wilayah (termasuk PEMDA), akan selalu menginginkan kemajuan, pembangunan, peningkatan ekonomi masyarakat di wilayahnya, sehingga semua upaya yang mempromosikan atau memperkenalkan potensi wilayah akan selalu didukung dan dianggap sebagai upaya yang sangat baik. Menurut Sayogyo (1977) dan Syamsu (2001), ikatan emosional suatu kelompok usaha masyarakat dengan suatu wilayah (PEMDA)

23 103 akan menyebabkan mereka terus berupaya mengembangkan dan memperkenalkan potensi wilayah tersebut, meskipun secara individu mereka tidak memperoleh manfaat banyak. Promosi yang mengintegrasikan potensi obyek wisata, potensi masyarakat lokal (kerajinan, makanan, dan kesenian) merupakan ikatan emosional yang dikembangkan dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma di Kabupaten Ogan Ilir.

Lampiran 1. Analisis Prakelayakan Skenario Per Wahana Agrowisata Bina Darma

Lampiran 1. Analisis Prakelayakan Skenario Per Wahana Agrowisata Bina Darma LAMPIRAN Lampiran 1. Analisis Prakelayakan Skenario Per Wahana Agrowisata Bina Darma Komponen Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 Penerimaan Kebun Agro 34200000

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian sebagaimana disampaikan dalam bab-bab sebelumnya, terdapat beberapa kesimpulan yang dirumuskan sebagai berikut.

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian sebagaimana disampaikan dalam bab-bab sebelumnya, terdapat beberapa kesimpulan yang dirumuskan sebagai berikut. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian sebagaimana disampaikan dalam bab-bab sebelumnya, terdapat beberapa kesimpulan yang dirumuskan sebagai berikut. a. Strategi penguatan kelembagaan dalam

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Potensi kepariwisataan di Indonesia sangat besar. Sebagai negara tropis dengan sumberdaya alam hayati terbesar ketiga di dunia, sangat wajar bila pemerintah Indonesia memberikan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011) I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan alam merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa yang harus dimanfaatkan dan dilestarikan. Indonesia diberikan anugerah berupa kekayaan alam yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pariwisata telah menjadi salah satu industri andalan dalam menghasilkan devisa suatu negara. Berbagai negara terus berupaya mengembangkan pembangunan sektor

Lebih terperinci

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA AGRO PAGILARAN BATANG JAWA TENGAH Dengan Tema Ekowisata

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA AGRO PAGILARAN BATANG JAWA TENGAH Dengan Tema Ekowisata LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA AGRO PAGILARAN BATANG JAWA TENGAH Dengan Tema Ekowisata Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS

VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS Keputusan pengunjung untuk melakukan pembelian jasa dilakukan dengan mempertimbangkan terlebih dahulu kemudian memutuskan untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: masyarakat, keamanan yang baik, pertumbuhan ekonomi yang stabil,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: masyarakat, keamanan yang baik, pertumbuhan ekonomi yang stabil, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Faktor ekternal yang berupa peluang dan ancaman yang dapat digunakan berdasarkan penelitian ini yaitu:

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI

V. GAMBARAN UMUM LOKASI V. GAMBARAN UMUM LOKASI 5.1. Profil Agrowisata Bina Darma Agrowisata Bina Darma adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata yang ada di wilayah Sumatera Selatan, soft louncing 27 Desember

Lebih terperinci

VI. DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAN ANALISIS PRAKELAYAKAN

VI. DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAN ANALISIS PRAKELAYAKAN VI. DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAN ANALISIS PRAKELAYAKAN 6.1. Daya Dukung Lingkungan Agrowisata Bina Darma Informasi daya dukung lingkungan berguna untuk mengetahui kapasitas atau kemampuan optimal kawasan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hal ini berdasarkan pada pengakuan berbagai organisasi

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi dilapangan serta analisis yang dilaksanakan pada bab terdahulu, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk merumuskan konsep

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAYA DUKUNG DAN PEMASARAN PARIWISATA BERKELANJUTAN. Oleh : M. Liga Suryadana

PENGELOLAAN DAYA DUKUNG DAN PEMASARAN PARIWISATA BERKELANJUTAN. Oleh : M. Liga Suryadana PENGELOLAAN DAYA DUKUNG DAN PEMASARAN PARIWISATA BERKELANJUTAN Oleh : M. Liga Suryadana KLASIFIKASI WISATA Wisata alam (nature tourism), merupakan aktifitas wisata yang ditujukan pada pemanfaatan terhadap

Lebih terperinci

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR Oleh : MUKHAMAD LEO L2D 004 336 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABALONG, Menimbang : a. bahwa kondisi wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber penghasil devisa potensial selain sektor migas. Indonesia sebagai suatu negara kepulauan memiliki potensi alam dan budaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rangka teoritis untuk menjelaskan kepuasan pelanggan. pelanggan memang berkaitan dengan penilaian kualitas jasa yang dirasakan oleh

I. PENDAHULUAN. rangka teoritis untuk menjelaskan kepuasan pelanggan. pelanggan memang berkaitan dengan penilaian kualitas jasa yang dirasakan oleh I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya tujuan sebuah bisnis adalah menciptakan para pelanggan yang puas. Sejalan dengan itu berbagai upaya telah dilakukan untuk menyusun rangka teoritis untuk

Lebih terperinci

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang melimpah. Kekayaan hayati Indonesia dapat terlihat dari banyaknya flora dan fauna negeri ini. Keanekaragaman sumber

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Margasatwa dan Budaya Kinantan Bukittinggi Melalui Konsep Sustainable. 2. Sarana dan fasilitas perlu ditingkatkan pengawasannya.

BAB V PENUTUP. Margasatwa dan Budaya Kinantan Bukittinggi Melalui Konsep Sustainable. 2. Sarana dan fasilitas perlu ditingkatkan pengawasannya. BAB V PENUTUP 5.1.Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian mengenai Strategi Pengembangan Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan Bukittinggi Melalui Konsep Sustainable Tourism Development maka didapatkan

Lebih terperinci

agrowisata ini juga terdapat pada penelitian Ernaldi (2010), Zunia (2012), Machrodji (2004), dan Masang (2006). Masang (2006) yang dikutip dari

agrowisata ini juga terdapat pada penelitian Ernaldi (2010), Zunia (2012), Machrodji (2004), dan Masang (2006). Masang (2006) yang dikutip dari II TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata didefinisikan sebagai kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Sebagai suatu aktivitas manusia, pariwisata

Lebih terperinci

PARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR. Oleh : GRETIANO WASIAN L2D

PARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR. Oleh : GRETIANO WASIAN L2D PARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR Oleh : GRETIANO WASIAN L2D 004 314 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI V. 1. KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempegaruhi pengembangan produk wisata bahari dan konservasi penyu di Kabupaten

Lebih terperinci

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan 5. URUSAN KEPARIWISATAAN Pariwisata merupakan salah satu sektor kegiatan ekonomi yang cukup penting dan mempunyai andil yang besar dalam memacu pembangunan. Perkembangan sektor pariwisata akan membawa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan perikanan sebagai bagian dari pembangunan ekonomi nasional mempunyai tujuan antara lain untuk meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan nelayan. Pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata untuk dikembangkan dan diupayakan menjadi daya tarik wisata daerah. Potensi wisata tersebut

Lebih terperinci

Ekowisata Di Kawasan Hutan Mangrove Tritih Cilacap

Ekowisata Di Kawasan Hutan Mangrove Tritih Cilacap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi sumber daya alam hutan serta perairannya berupa flora, fauna dan ekosistem termasuk di dalamnya gejala alam dengan keindahan alam yang dimiliki oleh bangsa

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. kualitas maupun kuantitas komponen wisata. Secara garis besar kegiatan

BAB VI PENUTUP. kualitas maupun kuantitas komponen wisata. Secara garis besar kegiatan BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan Pengembangan desa wisata Karang Tengah dideskripsikan sebagai sebuah kronologi kegiatan pengelolaan yang bertujuan untuk semakin menyempurnakan kualitas maupun kuantitas

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pada masa ini namun juga bagaimana kemanfaatannya pada masa mendatang. ekonomi sebagai tujuan utama pembangunan.

BAB V PENUTUP. pada masa ini namun juga bagaimana kemanfaatannya pada masa mendatang. ekonomi sebagai tujuan utama pembangunan. BAB V PENUTUP Menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan di segala bidang pembangunan sudah bukan merupakan pilihan lagi, melainkan kebutuhan dan keharusan. Pembangunan tidak hanya sekedar ditujukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 12 2013 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2013 2028 Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri Pariwisata merupakan salah satu sektor jasa yang menjadi unggulan di tiap-tiap wilayah di dunia. Industri Pariwisata, dewasa ini merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pelayanan merupakan hal penting bagi penyedia produk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pelayanan merupakan hal penting bagi penyedia produk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan merupakan hal penting bagi penyedia produk maupun jasa karena pelayanan menjadi salah satu penentu kepuasan pelanggan. Apabila pelayanan yang diberikan sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang sengit. Hal tersebut mengakibatkan para produsen berlombalomba

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang sengit. Hal tersebut mengakibatkan para produsen berlombalomba BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi telah menimbulkan persaingan yang ketat untuk produk dan jasa yang dihasilkan oleh setiap perusahaan. Agar sebuah perusahaan mampu terus eksis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah

BAB I PENDAHULUAN. bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat besar, yang dihuni oleh bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah tersebut

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan Kesiapan Kondisi Jayengan Kampoeng Permata Sebagai Destinasi Wisata

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan Kesiapan Kondisi Jayengan Kampoeng Permata Sebagai Destinasi Wisata BAB V PEMBAHASAN Pada bab sebelumnya telah dilakukan analisis yang menghasilkan nilai serta tingkat kesiapan masing-masing komponen wisata kreatif di JKP. Pada bab ini akan membahas lebih lanjut mengenai

Lebih terperinci

Revitalisasi Pengembangan Obyek Wisata Air Panas Cipari

Revitalisasi Pengembangan Obyek Wisata Air Panas Cipari Revitalisasi Pengembangan Obyek Wisata Air Panas Cipari Kabupaten Cilacap merupakan salah satu daerah yang memiliki keanegaraman hayati yang tinggi berupa sumber daya alam yang berlimpah, baik di daratan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran konsep kepariwisataan dunia kepada pariwisata minat khusus atau yang salah satunya dikenal dengan bila diterapkan di alam, merupakan sebuah peluang besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertarik di bidang bisnis selalu memikirkan dan berusaha untuk melakukan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. tertarik di bidang bisnis selalu memikirkan dan berusaha untuk melakukan bisnis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dari zaman dahulu hingga sekarang seseorang atau sebagian besar orang yang tertarik di bidang bisnis selalu memikirkan dan berusaha untuk melakukan bisnis dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu subsektor yang potensial dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu subsektor yang potensial dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pariwisata merupakan salah satu subsektor yang potensial dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan devisa melalui upaya pengembangan dan pengelolaan dari berbagai

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Samosir secara garis besar berada pada fase 3 tetapi fase perkembangannya ada

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Samosir secara garis besar berada pada fase 3 tetapi fase perkembangannya ada BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Perkembangan pariwisata menurut teori Miossec terjadi di Kabupaten Samosir secara garis besar berada pada fase 3 tetapi fase perkembangannya ada yang berbeda

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai macam kebudayaan, agama, suku yang berbeda-beda, dan kekayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai macam kebudayaan, agama, suku yang berbeda-beda, dan kekayaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak pulau dengan berbagai macam kebudayaan, agama, suku yang berbeda-beda, dan kekayaan alam. Berbagai

Lebih terperinci

2 Pada tahun 2010, Provinsi Bangka Belitung menyelenggarakan Tahun Kunjungan Bangka Belitung yang disebut dengan Visit Babel Archipelago 2010 untuk me

2 Pada tahun 2010, Provinsi Bangka Belitung menyelenggarakan Tahun Kunjungan Bangka Belitung yang disebut dengan Visit Babel Archipelago 2010 untuk me BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian World Tourist Destination mencatat bahwa Eropa merupakan daerah tujuan wisata nomor satu di dunia sehingga banyak dikunjungi wisatawan global. Namun, krisis

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan kesimpulan akhir dari studi yang dilakukan dan beberapa saran dan rekomendasi terhadap studi lanjutan pengembangan pariwisata daerah studi. Kesimpulan berupa

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR Oleh : BETHA PATRIA INKANTRIANI L2D 000 402 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan

BAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan BAB V KESIMPULAN Mencermati perkembangan global dengan kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan arus perjalanan manusia yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan 25 METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Situ Sawangan-Bojongsari, Kecamatan Sawangan dan Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat. Waktu penelitian adalah 5

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan 5. URUSAN KEPARIWISATAAN Wonosobo dengan kondisi geografis pegunungan dan panorama alam yang memukau merupakan kekayaan alam yang tak ternilai bagi potensi pariwisata. Selain itu budaya dan keseniannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik. Waktu penelitian dilaksanakan selama 4 bulan yaitu bulan Mei Agustus 2008. Tempat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari aspek pariwisata, Kebun Binatang Ragunan belum memiliki kelas yang berkualitas.

BAB 1 PENDAHULUAN. dari aspek pariwisata, Kebun Binatang Ragunan belum memiliki kelas yang berkualitas. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu objek wisata di Jakarta yang banyak mendapat perhatian pengunjung adalah Kebun Binatang Ragunan. Kebun Binatang Ragunan didirikan pada tahun 1864 di Cikini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Daya Saing Sektor Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta Menggunakan Metode Shift Share Metode shift share digunakan dalam penelitian ini untuk melihat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan memiliki keanekaragaman flora dan fauna dunia. Terdapat banyak tempat yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan memiliki keanekaragaman flora dan fauna dunia. Terdapat banyak tempat yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dan memiliki keanekaragaman flora dan fauna dunia. Terdapat banyak tempat yang memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Negara Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman makhluk hidup yang tinggi. Keanekaragaman makhluk hidup yang menjadi kekayaan alam Indonesia ini dimungkinkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

Studi Kelayakan Pengembangan Wisata Kolong Eks Tambang Kabupaten Belitung TA LATAR BELAKANG

Studi Kelayakan Pengembangan Wisata Kolong Eks Tambang Kabupaten Belitung TA LATAR BELAKANG 1.1 LATAR BELAKANG Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) merupakan salah satu daerah penghasil sumber daya alam khususnya tambang. Kegiatan penambangan hampir seluruhnya meninggalkan lahan-lahan terbuka

Lebih terperinci

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM 111 VI. RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM Rancangan strategi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna merupakan langkah terakhir setelah dilakukan beberapa langkah analisis, seperti analisis internal

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

VI. ATRIBUT-ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE CV ALAM SIBAYAK

VI. ATRIBUT-ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE CV ALAM SIBAYAK VI. ATRIBUT-ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE CV ALAM SIBAYAK Penelitian ini menggunakan analisis Regresi Logistik atau yang disebut model LOGIT untuk mengidentifikasi atribut-atribut

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisa komponen pengembangan wisata belanja, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada potensi dan kemungkinan pengembangan wisata belanja Kabupaten Karanganyar

Lebih terperinci

CONTOH BENTUK/MODEL KERJA SAMA DAERAH

CONTOH BENTUK/MODEL KERJA SAMA DAERAH LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 22 TAHUN 2009 TANGGAL : 22 Mei 2009 CONTOH BENTUK/MODEL KERJA SAMA DAERAH Bentuk /model kerja sama daerah dapat dilaksanakan sebagai berikut : A. Bentuk/Model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan dunia pariwisata dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 6.1 Kesimpulan. 1. Rendahnya tingkat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kulon Progo dapat

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 6.1 Kesimpulan. 1. Rendahnya tingkat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kulon Progo dapat BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan 1. Rendahnya tingkat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kulon Progo dapat dipengaruhi oleh; (1) daya tarik produk-produk wisata yang dimilik; (2) biaya yang

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2017-2027 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian mengenai peran pemerintah daerah dalam

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian mengenai peran pemerintah daerah dalam 159 BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai peran pemerintah daerah dalam pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Sragen, maka dapat disimpulkan sebagai

Lebih terperinci

cenderung akan mencari suasana baru yang lepas dari hiruk pikuk kegiatan sehari hari dengan suasana alam seperti pedesaan atau suasana alam asri yang

cenderung akan mencari suasana baru yang lepas dari hiruk pikuk kegiatan sehari hari dengan suasana alam seperti pedesaan atau suasana alam asri yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati dan dikenal sebagai salah satu negara megabiodiversitas terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya alam maupun kebudayaan unik dan tidak dimiliki oleh Negara lain. Oleh karena itu, Indonesia menjadi

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ACEH

PROFIL DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ACEH PROFIL DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ACEH Nama Instansi : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Alamat : Jalan Tgk. Chik Kuta Karang No.03 Banda Aceh Kode Pos 23121 Telp : (+62 651) 26206, 23692, Fax

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menyegarkan pikiran setelah bekerja dan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menyegarkan pikiran setelah bekerja dan memanfaatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata dapat didefinisikan suatu perjalanan dari suatu tempat menuju tempat lain yang bersifat sementara, biasanya dilakukan oleh orangorang yang ingin

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kabupaten Tulungagung, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut.

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kabupaten Tulungagung, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut. BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. Kesimpulan Hasil analisis dari penelitian tentang pengembangan objek wisata pantai di Kabupaten Tulungagung, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Unsur

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN MANGGARAI BARAT MELALUI PEMBENTUKAN CLUSTER WISATA TUGAS AKHIR. Oleh: MEISKE SARENG KELANG L2D

PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN MANGGARAI BARAT MELALUI PEMBENTUKAN CLUSTER WISATA TUGAS AKHIR. Oleh: MEISKE SARENG KELANG L2D PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN MANGGARAI BARAT MELALUI PEMBENTUKAN CLUSTER WISATA TUGAS AKHIR Oleh: MEISKE SARENG KELANG L2D 605 199 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi BAB III ANALISIS ISU ISU STRATEGIS 3.1 Permasalahan Pembangunan 3.1.1 Permasalahan Kebutuhan Dasar Pemenuhan kebutuhan dasar khususnya pendidikan dan kesehatan masih diharapkan pada permasalahan. Adapun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam mempertahankan kelangsungan bisnisnya, untuk berkembang dan mendapatkan laba.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tempat kerja, di rumah, maupun di tempat lain. Aktivitas rutin tersebut dapat

I. PENDAHULUAN. tempat kerja, di rumah, maupun di tempat lain. Aktivitas rutin tersebut dapat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia tidak terlepas dari kegiatan rutin di tempat kerja, di rumah, maupun di tempat lain. Aktivitas rutin tersebut dapat menimbulkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Palembang adalah ibu kota di Provinsi Sumatera Selatan. Kota ini memiliki makanan khas, diantaranya pempek, tekwan, pindang ikan patin, dan martabak. Hal ini memberikan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan 66 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan dan kebutuhan prasarana dan sarana transportasi perkotaan di empat kelurahan di wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini membahas mengenai latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, serta metodologi penyusunan landasan konseptual laporan seminar tugas akhir dengan judul

Lebih terperinci

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP Ekowisata pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata saat ini merupakan suatu industri yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata saat ini merupakan suatu industri yang sedang berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata saat ini merupakan suatu industri yang sedang berkembang pesat, dalam hal ini pariwisata akan berkembang menjadi salah satu industri yang tumbuh

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan Desa Ledok Sambi merupakan salah satu desa wisata di Kabupaten Sleman, atraksi utama yang ada di desa ini adalah kegiatan outbound dengan konsep XP Learning

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk didalamnya pada sektor pariwisata. Pembangunan dibidang pariwisata

Lebih terperinci

KAJIAN WUJUD KESIAPAN MASYARAKAT TERHADAP KEBUTUHAN WISATAWAN DI KAWASAN WISATA AGRO BANGUNKERTO, SLEMAN, YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

KAJIAN WUJUD KESIAPAN MASYARAKAT TERHADAP KEBUTUHAN WISATAWAN DI KAWASAN WISATA AGRO BANGUNKERTO, SLEMAN, YOGYAKARTA TUGAS AKHIR KAJIAN WUJUD KESIAPAN MASYARAKAT TERHADAP KEBUTUHAN WISATAWAN DI KAWASAN WISATA AGRO BANGUNKERTO, SLEMAN, YOGYAKARTA TUGAS AKHIR Oleh : APRI PORWANTI NINGSIH L2D 098 408 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 17.270 kunjungan, sehingga dari hasil tersebut didapat nilai ekonomi TWA Gunung Pancar sebesar Rp 5.142.622.222,00. Nilai surplus konsumen yang besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1.Perencanaan Kinerja Kota Padang menempati posisi strategis terutama di bidang kepariwisataan. Kekayaaan akan sumber daya alam dan sumber daya lainnya telah memberikan daya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengelolaan Pariwisata Pengelolaan merupakan suatu proses yang membantu merumuskan kebijakankebijakan dan pencapaian tujuan. Peran pemerintah dalam pengelolaan pariwisata, seperti

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pengelolaan yang sejauh ini dilaksanakan hampir sebagian besar tidak sesuai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pengelolaan yang sejauh ini dilaksanakan hampir sebagian besar tidak sesuai BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Hasil evaluasi pengelolaan Menara Pakaya menunjukkan bahwa pengelolaan yang sejauh ini dilaksanakan hampir sebagian besar tidak sesuai dengan indikator pariwisata

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR Oleh : TEMMY FATIMASARI L2D 306 024 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci