KIPRAH MUHAMMADIYAH DALAM KANCAH POLITIK NASIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KIPRAH MUHAMMADIYAH DALAM KANCAH POLITIK NASIONAL"

Transkripsi

1 KIPRAH MUHAMMADIYAH DALAM KANCAH POLITIK NASIONAL Oleh : H.Nilwani, S.Ag, M.Pd Abstrak Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang modernis, Terobosan-terobosan yang dilakukan Muhammadiyah yang cukup revolusioner pada jamannya. Dalam konteks sejarah reformasi yang pertama dilakukan Muhammadiyah adalah menggeser tradisi-tradisi yang kontra produktif terhadap kemajuan umat dan bangsa. Karena alam pikiran tradisionalis telah membelenggu kreatifitas dengan dogma-dogma yang irrasional dan anti kemajuan. Muhammadiyah merupakan gerakan amar ma ruf nahi mungkar, gerakan sosial dan pendidikan. Muhammadiyah dalam perkembengannya tampil menjadi organisasi masyarakat yang besar di Indonesia. Besarnya organisai ini ditandai dengan berbagai kiprahnya yang sukses dalam berbagai bidang kehidupan masyarakatindonesia. Terbukti dengan tumbuhnya amal usaha Muhammadiyah seperti ribuan sekolah, ratusan perguruan tinggi, rumah sakit, panti asuhan dan amal usaha lainya. Dengan perkembangan Muhammadiyah, perlu adanya pemikiran pada bidang politik Muhammadiyah untuk mendukung gerakan dakwah Muhammadiyah amar ma ruf nahi mungkar. Cacatan sejarah mengungkapkan bahwa kelompok ini menginginkan tegaknya satu bentuk masyarakat sosial-ekonomi dan politik Indonesia modern yang berdasarkan kepada ajaran islam. Contoh keterlibatan muhammadiyah atau sejumlah tokoh-tokohnya mendirikan PII,MIAI, partai masyumi dan parmusi. Dengan gerakan bidang sosial politik, Muhammadiyah telah mampu menempatkan diri dalam kedudukan sejajar dalam soal tawar-menawar dengan pemerintah, sehingga Muhammadiyah hingga saat ini cukup aman dari konflik kepentingan pemerintah. 33

2 Pendahuluan Sejak awal berdirinya Muhammadiyah merupakan pergerakan dakwah Amal ma ruf nahi mungkar. Bergerak demi terciptanya masyarakat utama adil, makmur dan sejahtera sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebener benarnya.muhammadiyah seperti halnya semua gerakan pembaharuan Islam di seluruh dunia sudah sejak dini berpendapat bahwa ijtihad tidak pernah tertutup. Ia terbuka selama-lamanya dengan tujuan untuk aktualisasi ajaran Islam dalam menghadapi segala perubahan yang terjadi Sebagaimana dikatakan Ahmad Syafi i Maarif bahwa ijtihad adalah metode berpikir dalam memahami ajaran Islam yang meliputi seluruh dimensi kehidupan manusia. Tanpa ijtihad Islam dapat kehilangan relevansinya dengan perkembangan zaman.untuk itu, perumusan yang tepat terhadap perkembangan dan perubahan dalam masyarakat, sebagaimana dilansir Menteri Agama H.Tarmidzi Taher, adalah perwujudan ijtihad, yang merupakan salah satu tema pokok pandangan Muhammadiyah. Ijtihad di sini tidak sekadar kembali kepada al- Qur an dan Sunnah, tetapi juga melihat dan mengkaji relevansi dan kontekstualisasi ajaran-ajaran Islam dengan perubahan dan perkembangan zaman. Dengan cara seperti itu ijtihad dapat fungsional dan menjadi factor penting untuk mengembangkan umat yang dinamis, yang dengan penuh keyakinan dan percaya diri siap menghadapi tantangan di masa mendatang. Sebagian publik di negeri tercinta ini, banyak yang melihat Muhammadiyah sebagai organisasi gerakan masyarakat yang buta dengan politik tidak mau bersentuhan dengan politik. Namun, sejatinya muhammadiyah tidaklah seperti itu, Muhammmadiya memang organisasi keagamaan namum tidak berarti awam dalam dunia politik. Sepanjang sejarah membuktikan keterlibatan Muhammadiyah atau tokoh-tokohnya yang memperjuangankan masyarakat dan pengembangan pergerakan amar ma ruf nahi mungkar. Untuk menjaga kemurnian ruh pergerakan sebagai organisasi keagamaan. Muhammadiyah lebih memilih/memposisikan dirinya untuk terbebas dari afiliasi dengan kekuatan orsospol. Sebagaimana ditegaskan dalam "Matan Keyakinan Cita-Cita Hidup, Muhamrnadiyah" tahun meski demikian tidak mengisolasikan diri dari perkembangan politik yang memiliki implikasi langsung terhadap kehidupan umat, masyarakat, bangsa dan negara. Ini merupakan tradisi yang tumbuh sejak Kongres Solo (1929), AR Fachruddin, ketua PP Muhammadiyah menyatakan secara sederhana, bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik, namun tidak "buta" politik. Tulisan ini berusaha menelusuri,menelaah bagaimana Kiprah Muhammadiyah dalam kancah Politik Nasional, mendeskripsikan khittah Muhammadiyah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sikap politik Muhammadiya dalam sejarah perpolitikan Indonesia serta model/bentuk peran politik Muhammadiyah Khittah Muhammadiyah Dalam Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara Khittah artinya garis besar perjuangan. Khittah mengandung konsepsi (pemikiran) perjuangan yang merupakan tuntunan, pedoman, dan 34

3 arah berjuang. Hal tersebut mempunyai arti penting karena menjadi landasan berfikir dan amal usaha bagi semua pimpinan dan anggota Muhammadiyah. Dari periode ke periode Kepemimpinan dalam Muhammadiyah telah dilahirkan beberapa Khittah. Khittah tersebut disusun mengikuti perkembangan persyarikatan dari masa ke masa. Isi suatu Khittah sesuai dengan dasar dan tujuan Muhammadiyah serta menunjukkan situasi masa dalam satu periode. Begitu pula sasaran yang akan dicapai dalam suatu periode tergambar dalam suatu khittah. Umumnya suatu khittah bersifat pembinaan kepemimpinan dan bimbingan untuk berjuang bagi para anggota Muhammadiyah. Muhammadiyah adalah gerakan dakwah Islam amar ma ruf nahi munkar dengan maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah berpandangan bahwa agama Islam menyangkut seluruh aspek kehidupan meliputi: aqidah, ibadah, akhlak dan muamalah duniawiyah yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan harus dilaksanakan dalam kehidupan perseorangan maupun kolektif. Dengan mengemban misi gerakan tersebut Muhamadiyah dapat mewujudkan atau mengaktualisasikan agama Islam menjadi rahmatan lil alamin dalam kehidupan di muka bumi ini. Adapun Khittah Denpasar tahun 2002 atau Khittah Muhammadiyah dalam Berbangsa dan Bernegara yang bersifat lengkap itu berisi sembilan butir pernyataan pokok, yaitu sebagai berikut: 1. Muhammadiyah meyakini bahwa politik dalam kehidupan bangsa dan negara merupakan salah satu aspek dari ajaran Islam dalam urusan keduniawian ( al-umur addunyawiyat) yang harus selalu dimotivasi, dijiwai, dan dibingkai oleh nilai-nilai luhur agama dan moral yang utama. 2. Muhammadiyah meyakini bahwa negara dan usaha-usaha membangun kehidupan berbangsa dan bernegara, baik melalui perjuangan politik maupun melalui pengembangan masyarakat, pada dasarnya merupakan wahana yang mutlak diperlukan untuk membangun kehidupan di mana nilai-nilai Ilahiah melandasi dan tumbuh subur bersamaan dengan tegaknya nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, perdamaian, ketertiban, kebersamaan, dan keadaban untuk terwujudnya Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur. 3. Muhammadiyah memilih perjuangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui usaha-usaha pembinaan atau pemberdayaan masyarakat guna terwujudnya masyarakat madani (civil society) yang kuat sebagaimana tujuan Muhammadiyah untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. 4. Muhammadiyah mendorong secara kritis atas perjuangan politik yang bersifat praktis atau berorientasi pada kekuasaan ( real politics) untuk dijalankan oleh partai-partai politik dan lembaga-lembaga formal kenegaraan dengan sebaikbaiknya menuju terciptanya sistem politik yang demokratis dan berkeadaban sesuai dengan cita-cita luhur bangsa dan negara. 5. Muhammadiyah senantiasa memainkan peranan politiknya sebagai wujud dari dakwah amar ma ruf nahi munkar dengan jalan 35

4 mempengaruhi proses dan kebijakan negara agar tetap berjalan sesuai dengan konstitusi dan citacita luhur bangsa. Muhammadiyah secara aktif menjadi kekuatan perekat bangsa dan berfungsi sebagai wahana pendidikan politik yang sehat menuju kehidupan nasional yang damai dan berkeadaban. 6. Muhammadiyah tidak berafiliasi dan tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan kekuatankekuatan politik atau organisasi manapun. Muhammadiyah senantiasa mengembangkan sikap positif dalam memandang perjuangan politik dan menjalankan fungsi kritik sesuai dengan prinsip amar ma ruf nahi munkar demi tegaknya sistem politik kenegaraan yang demokratis dan berkeadaban. 7. Muhammadiyah memberikan kebebasan kepada setiap anggota Persyarikatan untuk menggunakan hak pilihnya dalam kehidupan politik sesuai hati nurani masingmasing. Penggunaan hak pilih tersebut harus merupakan tanggungjawab sebagai warga negara yang dilaksanakan secara rasional dan kritis, sejalan dengan misi dan kepentingan Muhammadiyah, demi kemaslahatan bangsa dan negara. 8. Muhammadiyah meminta kepada segenap anggotanya yang aktif dalam politik untuk benar-benar melaksanakan tugas dan kegiatan politik secara sungguh-sungguh dengan mengedepankan tanggung jawab ( amanah), akhlak mulia (akhlaq al-karimah), keteladanan (uswah hasanah), dan perdamaian (ishlah). Aktifitas politik tersebut harus sejalan dengan upaya memperjuangkan misi Persyarikatan dalam melaksanakan da wah amar ma ruf nahi munkar. 9. Muhammadiyah senantiasa bekerjasama dengan pihak atau golongan mana pun berdasarkan prinsip kebajikan dan kemaslahatan, menjauhi kemudharatan, dan bertujuan untuk membangun kehidupan berbangsa dan bernegara ke arah yang lebih baik, maju, demokratis dan berkeadaban. Muhammadiyah berpandangan bahwa berkiprah dalam kehidupan bangsa dan negara merupakan salah satu perwujudan dari misi dan fungsi melaksanakan da wah amar ma ruf nahi munkar sebagaimana telah menjadi panggilan sejarahnya sejak zaman pergerakan hingga masa awal dan setelah kemerdekaan Indonesia. Peran dalam kehidupan bangsa dan negara tersebut diwujudkan dalam langkah-langkah strategis dan taktis sesuai kepribadian, keyakinan dan cita-cita hidup, serta khittah perjuangannya sebagai acuan gerakan sebagai wujud komitmen dan tanggungjawab dalam mewujudkan Baldatun Thoyyibatun Wa Rabbun Ghafur. Sikap Politik Muhammadiyah Dalam Sejarah Perpolitikan Indonesia a) Muhammadiyah sebelum penjajahan Jepang Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 8 Zulhijjah 1330 H /18 Nopember 1912 oleh Muhammad Darwis yang kemudian setelah pulang melaksanakan ibadah haji di tanah suci makkah berganti nama menjadi K.H. Ahmad Dahlan, seorang pegawai 36

5 Kesultanan Yogyakarta yang bertindak sebagai khatib dan bekerja sebagai pedagang. Organisasi ini didirikannya untuk mengorganisir kegiatannya mengajak kembali ke Qur'an dan Hadits yang pada mulanya mengalami penolakan namun kemudian berangsur-angsur diterima tidak hanya di Kauman tapi di tempat-tempat perdagangannya di luar Yogyakarta bahkan hingga ke luar Pulau Jawa. Di samping pengajian kepada kaum laki-laki, K.H. Ahmad Dahlan juga mengadakan pengajian kepada kaum ibu-ibu yang diberi nama "Sidratul Muntaha". Tahun beliau mendirikan 5 buah Sekolah Dasar. Tahun 1919 mendirikan Hooge School Muhammadiyah yang kemudian pada tahun 1921 diganti namanya menjadi Kweek School Muhammadiyah. Sekolah ini pada tahun 1923 dipecah menjadi dua, untuk laki-laki dan perempuan. Pada tahun 1930 namanya diganti menjadi Muallimin dan Muallimat. Selanjutnya Muhammadiyah mendirikan organisasi untuk kaum perempuan Aisyiyah yang dipimpin istrinya Ny. Walidah Ahmad Dahlan. Aisyiyah bermula dari badan otonom SAPATRESNA, kelompok pengajian wanita yang didirikan pada tahun Nama Aisyiyah digunakan sejak tahun Pada tahun 1918 Muhammadiyah mendirikan organisasi kepanduan yang bernama Hizbul Wathan. Tahun 1920 dibentuk media massa yang dinamai Suara Muhammadiyah. Pada tahun 1927 Muhammadiyah mempunyai 176 cabang, dan Aisyiyah mempunyai 68 cabang yang tersebar di seluruh kekuasaan Hindia Belanda. Sesuai dengan kondisi Hindia Belanda yang saat itu gerakan kepartaian dibatasi, Muhammadiyah lebih banyak bergerak di bidang sosial. Sampai dikeluarkannya aturan disiplin pada SI tahun 1928, Fachruddin tokoh Muhammadiyah berkiprah di SI, bahkan sampai menduduki Bendahara. b) Era Jepang Pada tahun 1937, yakni tanggal 21 September 1937, Muhammadiyah bersama Nahdatul Ulama (NU) mendirikan MIAI (M ajelis Islam A'la Indonesia) yang diwakili oleh K.H. Mas Mansyur dari Muhammadiyah, K.H. Abdul Wahab Chasbullah dari Nahdatul Ulama, dan K.H. Ahmad Dahlan mewakili organisasi nonpartai/ormas. Meskipun MIAI bukan bergerak di bidang politik, tetapi MIAIlah yang kemudian menjadi embrio Masyumi. MIAI dibubarkan oleh Jepang pada tahun 1943 dan menggantikannya dengan Masyumi yang di dalamnya juga terdapat Muhammadiyah. Pada tahun 1937 pula, K.H. Mas Mansyur bersama Dr.Sukiman Wirjosanjaya mendirikan PII (Partai Islam Indonesia) sebagai penimbangan atas sikap nonkooperatif dari PSII. c) Era Kemerdekaan Pada tanggal 7-8 November 1945, Masyumi tempat bernaung Muhammadiyah dan ormas Islam lainnya memutuskan untuk 37

6 mengusung suatu misi yakni kemerdekaan. Masyumi menjadi partai politik yang amat kental perjuangannya dalam era kemerdekaan. Sudirman, kepala Hizbul Wathan diangkat menjadi pemimpin TNI. Tahun 1947 Muhammadiyah membentukan Angkatan Perang Sabil ( APS) dengan Ketua Hajid, Wakil Ketua A.Badawi dan penasihat Ki Bagus Hadikusumo. d) Pasca Kemerdekaan Muhammadiyah aktif di Masyumi pasca kemerdekaan. Pada waktu pemilu 1955 Muhammadiyah masih bergabung dengan Masyumi meski NU waktu itu sudah keluar dan menjadi peserta Pemilu. Seiring dengan menurunnya "keuntungan-keuntungan politik" yang didapat Muhammadiyah selaku anggota istimewa Masyumi, Sidang Tanwir Muhammadiyah 1956 memutuskan meninjau ulang keanggotaan istimewa Muhammadiyah di Masyumi. Pada sidang tanwir 1959 Muhammadiyah resmi keluar dari Masyumi. e) Era Orde Baru K.H. Faqih Usman dari Muhammadiyah dan Dr.Anwar Haryono pernah mengirimkan surat kepada Soeharto untuk mencabut larangan terhadap partai masyumi. Nota Faqih Usman tersebut tidak ditanggapi. Selanjutnya Muhammadiyah dan bekas pendukung masyumi mendirikan Parmusi, yang pasca Pemilu 1971 berfusi ke PPP. f) Era Reformasi Pada bulan Agustus 1998, Amien Rais, Ketua Muhammadiyah saat itu mendirikan Partai Amanat Nasional (PAN) yang mendapat dukungan dan fasilitasi dari Muhammadiyah. Pengajuan Bambang Sudibyo dan Hatta Rajasa yang dua kali menjadi menteri dari PAN, menimbulkan disharmoni PAN dan Muhammadiyah. Ketidakpuasan terhadap PAN menyebabkan generasi muda Muhammadiyah melahirkan partai sendiri yakni Partai Matahari Bangsa pada tanggal 26 November Bentuk Peran Politik Muhammadiyah Khittah Muhammadiyah bagaimanapun lengkapnya tidaklah sempurna, selalu terdapat celah kekurangan. Tetapi dengan Khittah terdapat garis pembatas sekaligus bingkai bahwa Muhammadiyah sejatinya berposisi dan berperan sebagai organisasi kemasyarakatan (sosial - keagamaan) yang bergerak dalam lapangan pembangunan masyarakat, sebaliknya Muhammadiyah bukanlah organisasi politik atau yang berperan sebagaimana organisasi politik seperti halnya partai politik dengan segala aktivitasnya dalam perjuangan kekuasaan di ranah negara atau pemerintahan. Namun baik organisasi kemasyarakatan maupun organisasi politik melalui jalur yang berbada tetap bertemu dalam satu titik yaitu bersamasama membangun bangsa dan negara. Karenanya baik ormas keagamaan/kemasyarakatan maupun partai politik memiliki posisi dan peran yang berbeda tetapi sama-sama penting 38

7 dan strategis dalam membangun kehidupan bangsa dan negara. Muhammadiyah akan menjadi salah posisi dan tidak tepat manakala dipandang dan diposisikan dari sudut partai politik atau kepentingan perjuangan kekuasaan yang bersifat praktis. Partai politik dan perjuangan politik kekuasaan itu sendiri memang penting dan strategis tetapi juga bukan segala-galanya. Urusan bangsa dan negara terlalu penting hanya diserahkan dan menjadi garapan partai politik dan sekadar kepentingan perjuangan kekuasaan belaka. Lebih dari itu kenyataan juga menunjukkan bahwa kehidupan partai politik dan perjuangan politik kekuasaan sebagaimana menjadi agenda utama urusan politik tidaklah serba ideal sebagaimana dibayangkan oleh para pendukung politik praktis. Dalam sejumlah hal, untuk tidak menyatakan banyak hal, ranah politik kekuasaan bahkan seringkali sarat masalah, sehingga bukan sekadar dunia yang indah. Seorang pimpinan partai politik di negeri ini berangkat dari pengalamannya di lapangan bahkan sempat menyatakan bahwa politik itu dalam praktiknya sungguh jahat dan kotor, kendati tentu saja dalam sisi lain politik itu juga menunjukkan nilai luhur terutama ketika dibingkai moral dan sepenuhnya memperjuangkan hajat hidup bangsa dan negara. Jika sebagian pandangan menyatakan hasil kerja politik itu luar biasa bagaikan memancing ikan hiu, sedangkan dakwah sekadar mengail ikan teri, sesungguhnya tidak selamanya demikian. Ketika menang memang besar ikan tangkapannya, tetapi manakala kalah juga tak kalah besar jatuh dan bangkrutnya. Ormas-ormas Islam yang di masa lalu jaya kemudian berubah menjadi partai politik pada akhirnya juga tenggelam, atau ketika menjadi partai politik kemudian sarat masalah sedangkan urusan dakwah kemasyarakatannya terlantar. Partai politik Islam yang di masa lalu jaya kemudian mati dan menjadi beban sejarah atau partai-partai politik yang demikian ideal sejak awal tetapi setelah di perjalanan bagaikan kacang lupa kulit, sehingga resikonya pun tak kalah bera. Kerja politik dapat menghasilkan menteri atau posisi strategis di kekuasaan, tetapi pada saat yang sama kehilangan menteri atau jabatan kekuasaan karena tawar menawar politik selalu disertai pertukaran kepentingan, akhirnya dapat satu kehilangan satu. Perjuangan di ranah politik pun selalu diwarnai prgamatisasi yang luar biasa sehingga konflik, intrik, saling jegal, politik uang, dan masalahmasalah perebutan kepentingan menjadi sangat vulgar dan terbuka. Hal-hal yang demikian jangan diabaikan dari neraca politik, sehingga dunia politik kendati sekali lagi penting dan strategis, tidak seindah sebagaimana yang diagungkan para pejuang politik kekuasaan. Adapun gerakan-gerakan sosial kemasyarakatan memang kelihatan genggaman tangannya tak seberapa, mungkin kecil dan mengais-ngais. Tetapi dalam jangka panjang sering tidak kalah besar hasil dan manfaatnya. Kalau berandai-andai bahwa Muhammadiyah menjadi partai politik atau terus bergumul dalam perjuangan politik mungkin meraih sukses besar, tetapi juga terbuka kemungkinan bangkrut besar sehingga tidak seperti sekarang memiliki 171 perguruan tinggi, ribuan sekolah dan taman kanakkanak, puluhan rumah sakit, ratusan balai pengobatan dan panti asuhan, dan lebih penting lagi masih mengakar di masyarakat luas dengan kepercayaan yang melekat di dalamnya. Ketika sesekali masuk ke ranah perjuangan 39

8 atau dukungan politik, sering dengan mudah kritik dan peluruhan kepercayaan mengemuka ke ruang publik. Muhammadiyah juga tidak akan memiliki basis sosial yang kuat dalam berdakwah, sehingga boleh jadi kehilangan kepercayaan dari umat atau masyarakat, yang lama kelamaan surut dan mengecil sebagaimana ormas Islam yang lebih dulu lahir dan kemudian nyaris hilang dari peredaran. Pertimbangan yang demikian juga perlu dikemukakan dan menjadi perhatian agar tidak dengan mudah menegasikan posisi dan peran penting Muhammadiyah karena demikian kuat hasrat membawa gerakan Islam ini masuk ke kancah perjuangan politikpraktis baik langsung maupun tidak langsung. Politik sekali lagi penting dan strategis, tetapi juga ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan lebih-lebih dakwah kemasyarakatan tak kalah penting dan strategisnya manakala ditekuni, digarap, dikelola, dan diperjuangkan sepenuh hati dengan istiqamah. Karena itu, Muhammadiyah baik dengan Khittah maupun tanpa Khittah, sesungguhnya telah berada di jalur yang tepat, sebagaimana pihak atau organisasi lain yang mengambil jalur perjuangan politik sama tepatnya, manakala semuanya dilakukan dengan terfokus, optimal, sungguh-sungguh, dan lebih penting lagi dengan mengerahkan segala potensi dan berpijak pada idealisme. Kepalan tangan yang kecil dalam jalur gerakan dakwah kemasyarakatan manakala disatukan dari ratusan ribua hingga jutaan warga Muhammadiyah dalam menyangga gerakan Islam ini insya Allah akan melahirkan karya amaliah yang luar biasa. Dalam posisi yang demikian maka sebagaimana Khittah Denpasar, Muhammadiyah dengan tetap berada dalam kerangka gerakan dakwah dan tajdid yang menjadi fokus dan orientasi utama gerakannya, dapat mengembangkan fungsi kelompok kepentingan atau sebagai gerakan sosial civil-society dalam memainkan peran berbangsa dan bernegara tanpa harus bergumul dalam kancah perjuangan politik-praktis sebagaimana partai politik. Muhammadiyah sebagai gerakan sosial-keagamaan yang memerankan fungsi kelompok kepentingan sebagai kekuatan masyarakat madaniah merupakan format yang tepat dalam memainkan peran politik-kebangsaan untuk mewujudkan Indonesia sebagai bangsa dan negara yang maju, adil, makmur, sejahtera, bermartabat, dan berdaulat sebagaimana cita-cita nasional kemerdekaan tahun Muhammadiyah sebagai kelompok kepentingan dapat memainkan peran politik lobi, komunikasi politik, sosialisasi politik, pendidikan politik, melakukan kritik atau tekanan publik, dan distribusi kader politik atau kader profesional lainnya yang dapat masuk ke seluruh lini pemerintahan. Peran kelompok kepentingan tersebut dengan tetap dilakukan berdasarkan spirit dakwah alamr bi al-ma ruf wa nahyu an almunkar, yang dilakukan dengan pendekatan berwajah kultural dan tidak sebagaimana peran politisi dan partai politik yang sering bersifat serba terbuka, vulgar, dan sarat tawar menawar kepentingan yang bersifat pragmatis. Dalam menjalankan fungsi kelompok kepentingan tersebut dapat dilakukan melalui kelembagaan sesuai mekanisme yang berlaku dalam Muhammadiyah maupun perseorangan dengan tetap menjunjung tinggi prinsip, etika, dan kepentingan Muhammadiyah. 40

9 Kendati fungsi kelompok kepentingan sebagai aktualisasi peran politik kebangsaan selaku kekuatan masyarakat madaniyah dan wujud dari peran amar makruf dan nahi munkar, Muhammadiyah dan para pelaku gerakannya tetap harus memperhatikan prinsip-prinsip dan etika organisasi termasuk di dalamnya komitmen pada Khittah Muhammadiyah. Tidak boleh karena alasan menjalankan fungsi kelompok kepentingan kemudian terjebak pada langkah politik-praktis dan menjadikan organisasi sebagai pertaruhan politik, karena sampai batas tertentu pula melalui fungsi kelompok kepentingan akan terjadi proses politikpraktis manakala tidak dijaga jarak dan keseimbangan dalam menjalankannya. Baik dalam mendukung (amar makruf) maupun mengkritisi (nahi munkar) kebijakan pemerintah misalnya manakala dilakukan melampaui garis Khittah dan kepatutan organisasi maka pada akhirnya akan bermuara pada proses politik-praktis pula. Hingga di sini faktor etika gerakan dan kearifan dalam menjalankan fungsi kelompok kepentingan dari para pelaku gerakan menjadi penting dalam Muhammadiyah. Segala sesuatu dan langkah harus tetap berada dalam koridor organisasi dan tidak melampaui batas takaran. Hal tersebut kelihatan rumit atau konservatif tetapi apapun dalam menjalankan amanah organisasi memang perlu garis pembatas, kearifan, dan pertimbangan yang matang karena menyangkut sistem dan amanat gerakan yang tidak boleh dipertaruhkan dengan sembarangan tanpa mekanisme dan etika organisasi yang membingkainya. Kesantunan, objektivitas, moralitas atau akhlak, dan kearifan dalam menjaga batas-batas prinsip gerakan maupun dalam menjalankan fungsi kelompok kepentingan tetap diperlukan dari seluruh pelaku gerakan Muhammadiyah. Hindari pemaksaan kehendak, berjalan sendiri tanpa memperhatikan koridor organisasi, dan sikap berlebihan atau melampaui takaran dalam menjalankan fungsi politik kepentingan atas nama Muhammadiyah. Sebab manakala peran atau fungsi kelompok kepentingan itu dilakukan melampaui takaran atau kebablasan maka proses dan hasil akhirnya akan sama dengan fungsi atau peran partai politik dan masuk ke kancah atau jalur perjuangan politikpraktis. Pada situasi yang demikian maka selain selalu memperhatikan spirit dan binkai Khittah maupun prinsipprinsip organisasi yang selama ini menjadi manhaj gerakan Muhammadiyah, pada saat yang sama perlu dikedepankan kearifan dan etika dari para elite atau pelaku gerakan kelompok kepentingan dan Muhammadiyah secara keseluruhan. Di sinilah integrasi antara koridor organisasi dan akhlak politik setiap anggota Muhammadiyah sebagaimana terkandung dalam Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah menjadi sangat penting dan harus menjadi pijakan bagi setiap kader, elite,dan pimpinan Persyarikatan dalam kancah kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam mengoptimalkan peran Muhammadiyah dalam politik kebangsaan dapat dikembangkan pula jaringan kader politik kebangsaan, baik yang berada dan melalui jalur partai politik dan lembaga legislatif, maupun di jalur lembaga eksekutif dan yudikatif serta lembaga-lembaga pemerintahan lainnya. Jika secara kelembagaan Muhammadiyah tidak memainkan fungsi politik-praktis, maka secara fungsional dan non-institusional dapat dikembangkan jaringan kader politik sebagai langkah pengembangan 41

10 potensi kader di berbagai struktur kelembagaan di luar organisasi. Pengembangan jaringan kader politik atau kader kebangsaan tersebut berfungsi sebagai kepanjangan tangan atau anak panah gerakan Muhammadiyah. Dengan demikian sekaligus dapat dipecahkan kesenjangan hubungan antara kader politik / kader bangsa dengan Persyarikatan yang selama ini sampai batas tertentu menjadi keluhan sementara pihak. Lebih jauh lagi melalui jaringan kader politik kebangsaan tersebut dapat diptimalkan misi Muhammadiyah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui para kadernya di ranah kebangsaan. Agar peran kader politik kebangsan tersebut dapat dioptimalkan bagi kepentingan misi Muhammadiyah maka diperlukan usaha-usaha pemahaman misi ideologi gerakan bagi para kader bangsa tersebut. Muhammadiyah tentu akan terus mendorong para kadernya yang berkiprah di dunia politik-praktis maupun di berbagai jalur kehidupan lainnya secara positif, karena dakwah memang memerlukan penyangga dari seluruh lini dan struktur kehidupan. Namun para kader politik atau kader bangsa dari Muhammadiyah tersebut seyogyianya terus memupuk idealisme, prinsip, etika, dan modal dasar yang kuat atau memadai untuk berkiprah di ranah politik-praktis atau di ranah kebangsaan, selain faktor kemampuankemampuan objektif yang diperlukan sebagaimana layaknya pelaku politik yang idealis dan profesional. sekarang ini,organisasi yang bergerak dibidang keagamaan dengan maksud berdakwah amal ma ruf nahi mungkar dengan segala lini kehidupan masyarakat. Muhammadiyah juga melakukan gerakan politik, namun bukan politik praktis, perpolitikan muhammadiyah berdasarkan khittah perjuangan Muhammadiyah yang dibuat sebagai batasan gerak politik Muhammadiyah. Muhammadiyah dengan khittah dan manhaj gerakan yang melandasai serta membingkainya dapat memainkan peran kebangsaan secara lebih proaktif melalui aktualisasi kerja-kerja dakwah kemasyarakatan yang lebih progresif, baik untuk memperkuat basis civilsociety maupun penguatan kehidupan berbangsa dan bernegara. Khittah perjuangan Muhammadiyah ini harus dapat mencerminkan peran muhammadiyah dalam menjalankan fungsinya organisasi modern yang berorientasi masa depan. Selain itu, Khittah perjuangan harus menjadi variabel pengubah kultural dalam berorganisasi para kader terutama sekali dari kalangan angkatan muda Muhammadiyah ke arah yang lebih baik, agar kultural hasanah mereka dalam setiap nadi gerakan Muhammadiyah, maka diperlukan upaya pembumian semangat saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran dan saling berlomba-lomba untuk menuju cinta dan kasih sayang Allah. yang melandasi perjuangan pada cita-cita Muhammadiyah untuk menciptakan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya PENUTUP Dari paparan di atas dapat dikatakan bahwa Muhammadiyah sarat dengan dinamika dalam menapaki sejarahnya sejak berdiri hingga saat 42

11 DAFTAR PUSTAKA Jainuri, Achmad Ideologi Kaum Reformis. Surabaya : LPAM Nasir, Haedar,2011. Aktualisasi Khittah Muhammadiyah dan Format Peran Politik kebangsaan, blog.spot.com Prasetyo Hendro dan Ali Munhanif, Islam dan civil society, pandangan muslim Indonesia. Jakarta : Gramedia pustaka utama Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metode Sejarah. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Shobron Sudarsono dan Ali Marpuji, 2010 Membangun Konstruksi Ideal Relasi Muhammadiyah dan Politik, Tajdida Jurnal Pemikiran dan Gerakan Muhammadiyah Vol 8, No.1 Suwarno, Muhammadiyah Sebagai Oposisi. Yogyakarta: UII Press Rais Amien, Membangun Pilitik Adiluhung. Bandung : Zaman Wacana Mulia 43

MAKALAH AL ISLAM DAN KEMUHAMMADYAHAN III Muhammadiyah Sebagai Gerakan Ekonomi Dan Peran Muhammadyah Dalam Berbangsa Dan Bernegara

MAKALAH AL ISLAM DAN KEMUHAMMADYAHAN III Muhammadiyah Sebagai Gerakan Ekonomi Dan Peran Muhammadyah Dalam Berbangsa Dan Bernegara MAKALAH AL ISLAM DAN KEMUHAMMADYAHAN III Muhammadiyah Sebagai Gerakan Ekonomi Dan Peran Muhammadyah Dalam Berbangsa Dan Bernegara Disusun Oleh : Rina Febrina 1530221003 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik praktis artinya tidak terlibat dalam kegiatan politik yang berkaitan dengan proses

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan

BAB VI KESIMPULAN. kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan merupakan organisasi sosial kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan organisasi politik namun sepanjang

Lebih terperinci

REVITALISASI IDEOLOGI MUHAMMADIYAH

REVITALISASI IDEOLOGI MUHAMMADIYAH Pengantar Diskusi REVITALISASI IDEOLOGI MUHAMMADIYAH Oleh: Muhammad Purwana PENGERTIAN 1) kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling memerlukan adanya bantuan dari orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Manusia dituntut untuk saling

Lebih terperinci

MUQODDIMAH DAN ISI ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA MUHAMMADIYAH. Pertemuan ke-6

MUQODDIMAH DAN ISI ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA MUHAMMADIYAH. Pertemuan ke-6 MUQODDIMAH DAN ISI ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA MUHAMMADIYAH Pertemuan ke-6 PENDAHULUAN Muqoddimah AD Muhammadiyah; pokok pikiran yang menjiwai dan melandasi gerakan Muhammadiyah Isi AD/ART

Lebih terperinci

MILAD 100 TAHUN AISYIYAH M AISYIYAH AWAL ABAD KEDUA: MEMULIAKAN MARTABAT UMAT, BERKIPRAH MEMAJUKAN BANGSA

MILAD 100 TAHUN AISYIYAH M AISYIYAH AWAL ABAD KEDUA: MEMULIAKAN MARTABAT UMAT, BERKIPRAH MEMAJUKAN BANGSA MILAD 100 TAHUN AISYIYAH 1917-2017 M AISYIYAH AWAL ABAD KEDUA: MEMULIAKAN MARTABAT UMAT, BERKIPRAH MEMAJUKAN BANGSA A. DASAR PEMIKIRAN 1. Aisyiyah sebagai organisasi sosial keagamaan yang bergerak pada

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR MUHAMMADIYAH

ANGGARAN DASAR MUHAMMADIYAH ANGGARAN DASAR MUHAMMADIYAH BAB I NAMA, PENDIRI, DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 Nama Persyarikatan ini bernama Muhammadiyah. Pasal 2 Pendiri Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia sebagai salah satu Negara demokrasi. Pemilihan legislatif yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia sebagai salah satu Negara demokrasi. Pemilihan legislatif yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pemilihan umum legislatif telah dilaksanakan pada 9 april 2014 lalu oleh Negara Indonesia sebagai salah satu Negara demokrasi. Pemilihan legislatif yang meliputi

Lebih terperinci

Wacana Kepemimpinan Muhammadiyah. Oleh Dr. Drs. Muhammad Idrus, S.Psi., M.Pd

Wacana Kepemimpinan Muhammadiyah. Oleh Dr. Drs. Muhammad Idrus, S.Psi., M.Pd =============Dikirim untuk Harian Kedaulatan Rakyat================== Wacana Kepemimpinan Muhammadiyah Oleh Dr. Drs. Muhammad Idrus, S.Psi., M.Pd DALAM organisasi apapun posisi pemimpin merupakan unsur

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Identitas Responden dan Persepsi Tokoh-Tokoh Muhammadiyah di

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Identitas Responden dan Persepsi Tokoh-Tokoh Muhammadiyah di BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Identitas Responden dan Persepsi Tokoh-Tokoh Muhammadiyah di Banjarmasin tentang Hubungan Muhammadiyah dan Politik serta Kontribusinya Politik Sebelum penulis

Lebih terperinci

Tafsir Muqaddimah Anggaran Dasar & Kepribadian Muhammadiyah

Tafsir Muqaddimah Anggaran Dasar & Kepribadian Muhammadiyah BAITUL ARQAM KHUSUS AUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH, 12-13 AGUSTUS 2011 Tafsir Muqaddimah Anggaran Dasar & Kepribadian Muhammadiyah M. Wiharto S.Sy.,S.Pd.I.,M.A Majelis Pendidikan Kader PP.Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, da wah amar ma rūf nahī

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, da wah amar ma rūf nahī BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, da wah amar ma rūf nahī munkar berasas Islam bersumber Al-Qur an dan As-Sunnah, yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal

Lebih terperinci

KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH

KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH Oleh Suparno Abusina Email : suparnoabusina @gmail.com Disampaikan pada Baytul Arqam Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Semarang, Ahad, 14 Agustus 2016 Pengertian Kepribadian Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah ialah karena dirasakan tidak efektifnya lembaga-lembaga. reformulasi ajaran dan pendidikan Islam.

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah ialah karena dirasakan tidak efektifnya lembaga-lembaga. reformulasi ajaran dan pendidikan Islam. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama yang menempatkan pendidikan dalam posisi yang sangat vital. Oleh karena itu Muhammadiyah yang dikenal sebagai gerakan Islam modern di Indonesia, menjadikan

Lebih terperinci

MEWUJUDKAN ISLAM BERKEMAJUAN YANG BERCORAK RAHMATAN LIL ALAMIN. Oleh: Dahnil Anzar Simanjuntak, SE., ME. (Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah)

MEWUJUDKAN ISLAM BERKEMAJUAN YANG BERCORAK RAHMATAN LIL ALAMIN. Oleh: Dahnil Anzar Simanjuntak, SE., ME. (Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah) MEWUJUDKAN ISLAM BERKEMAJUAN YANG BERCORAK RAHMATAN LIL ALAMIN Oleh: Dahnil Anzar Simanjuntak, SE., ME. (Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah) disampaikan pada agenda kegiatan Baitul Arqom Pengurus ORMAWA

Lebih terperinci

SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA DIES NATALIS KE-62 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) TAHUN 2009

SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA DIES NATALIS KE-62 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) TAHUN 2009 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA DIES NATALIS KE-62 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) TAHUN 2009 Ballroom Hotel Sahid Jakarta, 16 Februari 2009 Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu alaikum Warahmatullahi

Lebih terperinci

KADER 1. APAKAH KADER ITU? 2. SIAPAKAH YANG DISEBUT KADER MUHAMMADIYAH? 3. APA FUNGSI KADER BAGI MUHAMMADIYAH 4. BAGAIMANA PROFIL KADER MUHAMMADIYAH?

KADER 1. APAKAH KADER ITU? 2. SIAPAKAH YANG DISEBUT KADER MUHAMMADIYAH? 3. APA FUNGSI KADER BAGI MUHAMMADIYAH 4. BAGAIMANA PROFIL KADER MUHAMMADIYAH? 1. APAKAH KADER ITU? KADER 2. SIAPAKAH YANG DISEBUT KADER MUHAMMADIYAH? 3. APA FUNGSI KADER BAGI MUHAMMADIYAH 4. BAGAIMANA PROFIL KADER MUHAMMADIYAH? Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya

Lebih terperinci

PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH MENGENAI KONSOLIDASI ORGANISASI DAN AMAL USAHA MUHAMMADIYAH

PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH MENGENAI KONSOLIDASI ORGANISASI DAN AMAL USAHA MUHAMMADIYAH Lampiran 1 SURAT KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH Nomor: 149/Kep/I.0/B/2006 Tentang: KEBIJAKAN PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH MENGENAI KONSOLIDASI ORGANISASI DAN AMAL USAHA MUHAMMADIYAH 240 Lampiran

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH

ANGGARAN DASAR IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH ANGGARAN DASAR IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH MUQADDIMAH Dengan nama Allah yang Maha Pemurah, Maha Penyayang. Segala Puji bagi Allah yang mengasuh semesta alam, yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi mobile terdapat adanya banyak fasilitas, antara lain pengaksesan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi mobile terdapat adanya banyak fasilitas, antara lain pengaksesan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi berkembang dengan sangat pesat di era modernisasi ini. Teknologi mobile yang saat ini tidak hanya digunakan sebagai alat komunikasi saja, tetapi

Lebih terperinci

PROFIL KADER MUHAMMADIYAH. Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah

PROFIL KADER MUHAMMADIYAH. Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah PROFIL KADER MUHAMMADIYAH Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah Apa yang dimaksud Kader Elite: Bagian yang terpilih & yang terbaik karena telah terlatih Inti tetap suatu resimen

Lebih terperinci

PEDOMAN HIDUP ISLAMI (PHI) WARGA MUHAMMADIYAH. Drs. H. Gunarto Muchsin

PEDOMAN HIDUP ISLAMI (PHI) WARGA MUHAMMADIYAH. Drs. H. Gunarto Muchsin PEDOMAN HIDUP ISLAMI (PHI) WARGA MUHAMMADIYAH Drs. H. Gunarto Muchsin Islam Tentang Kehidupan Hakekat Islam Agama untuk berserah diri semata-mata kepada Allah (Qs. An Nisa (4): 125) Agama semua nabi (Qs.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah dan rakyat Indonesia dewasa ini tengah gencar-gencarnya mengimplementasikan pendidikan karakter di institusi pendidikan. Pendidikan karakter yang diimplementasikan

Lebih terperinci

MUHAMMADIYAH DI MATA MAHASISWA NON IMM

MUHAMMADIYAH DI MATA MAHASISWA NON IMM BAHAN DISKUSI KELAS MUHAMMADIYAH DI MATA MAHASISWA NON IMM Oleh Kelompok 1 Muhammad Arifin (201410070311086); Arista Mutiara Risa (201410070311087) M. Prayogi Anggoro (201410070311089); Paksindra Agustina

Lebih terperinci

MENGENAL NILAI PERJUANGAN KI BAGUS HADI KUSUMO MENGENAL NILAI PERJUANGAN NYAI AHMAD DAHLAN. MENGENAL NILAI PERJUANGAN K.H.

MENGENAL NILAI PERJUANGAN KI BAGUS HADI KUSUMO MENGENAL NILAI PERJUANGAN NYAI AHMAD DAHLAN. MENGENAL NILAI PERJUANGAN K.H. MENGENAL NILAI PERJUANGAN NYAI AHMAD DAHLAN MENGENAL NILAI PERJUANGAN K.H. Mas Mansoer MENGENAL NILAI PERJUANGAN KI BAGUS HADI KUSUMO MENGENAL NILAI PERJUANGAN SUDIRMAN Nyai Ahmad Dahlan lahir dengan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melalui pembahasan dan analisis dari bab I sampai bab IV, maka ada beberapa hal yang sekiranya perlu penulis tekankan untuk menjadi kesimpulan dalam skripsi ini, yaitu

Lebih terperinci

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN KADER (PRESEPSI ORGANISASI OTONOM MUHAMMADIYAH)

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN KADER (PRESEPSI ORGANISASI OTONOM MUHAMMADIYAH) MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN KADER (PRESEPSI ORGANISASI OTONOM MUHAMMADIYAH) Neneng Istiqomah (201410070311126), Muhimatul Arifah (201410070311127), Ikhza Naharul Umam (201410070311128), Nurul Khunaidah

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab V, penulis memaparkan simpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan. Simpulan yang dibuat oleh penulis merupakan penafsiran terhadap analisis hasil

Lebih terperinci

BAB VI P E N U T U P

BAB VI P E N U T U P 188 BAB VI P E N U T U P A. Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan antara lain: Pertama, peran kiai pondok pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata dalam dinamika politik ada beberapa bentuk, yakni

Lebih terperinci

PENGAJIAN RAMADAN 1435 H PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH

PENGAJIAN RAMADAN 1435 H PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH PENGAJIAN RAMADAN 1435 H PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH Dakwah Pencerahan Menuju Indonesia Berkemajuan Yogyakarta, 4-6 Ramadan 1435 H / 1-3 Juli 2014 Pemikiran dan Strategi Dakwah Pencerahan Menuju Indonesia

Lebih terperinci

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA (Makalah Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas MK Pendidikan Pancasila) Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. Disusun Oleh: Nama : WIJIYANTO

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Muhammadiyah berasal dari bahasa arab Muhammad, yaitu nama Nabi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Muhammadiyah berasal dari bahasa arab Muhammad, yaitu nama Nabi dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammadiyah berasal dari bahasa arab Muhammad, yaitu nama Nabi dan Rasul terakhir ; ditambah dengan ya nisbah dan ta marbuthah, menjadi Muhammadiyah artinya

Lebih terperinci

Tentang Islam Yang Direstui Oleh Negara di Indonesia

Tentang Islam Yang Direstui Oleh Negara di Indonesia State Islam: Tentang Islam Yang Direstui Oleh Negara di Indonesia 13 September 2017 https://indoprogress.com/2017/09/state-islam-tentang-islam-yang-direstui-oleh-negara-di-indonesia/ Dendy Raditya Atmosuwito

Lebih terperinci

Meninjau Peran Muhammadiyah Pasca Reformasi

Meninjau Peran Muhammadiyah Pasca Reformasi Meninjau Peran Muhammadiyah Pasca Reformasi Joko Arizal Hidup- hiduplah Muhammadiyah dan jangan mencari penghidupan dalam Muhammadiyah. - KH. Ahmad Dahlan Berakhirnya kekuasaan Orde Baru pada 1998 memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam, baik yang dilakukan oleh perorangan, maupun oleh kelompok atau

BAB I PENDAHULUAN. Islam, baik yang dilakukan oleh perorangan, maupun oleh kelompok atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran lembaga-lembaga pendidikan Islam yang bercorak modern di Indonesia, tidak terlepas dari upaya yang dilakukan para ulama atau tokoh-tokoh Islam, baik

Lebih terperinci

POLITIK ISLAM DAN MASYARAKAT MADANI OLEH: DENNY PRITIANTO SA ADAH NURAINI LINA DWI ASTUTI

POLITIK ISLAM DAN MASYARAKAT MADANI OLEH: DENNY PRITIANTO SA ADAH NURAINI LINA DWI ASTUTI POLITIK ISLAM DAN MASYARAKAT MADANI OLEH: DENNY PRITIANTO SA ADAH NURAINI LINA DWI ASTUTI PENDAHULUAN Indonesia merupakan sebuah Negara yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Bahkan jumlah umat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan 201 BAB V PENUTUP A. Simpulan Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hubungan historis antara Turki Utsmani dan Hindia Belanda sejatinya telah terjalin lama sebagaimana yang telah dikaji oleh banyak

Lebih terperinci

BISYRON MUHTAR NBM SEKRETARIS PWM JATENG

BISYRON MUHTAR NBM SEKRETARIS PWM JATENG BISYRON MUHTAR NBM. 732.139 SEKRETARIS PWM JATENG Alamat : Bangsri 1 Purwodadi Tembarak Temanggung 56261 HP : 081 328 744 827 E-mail : bisyronmuhtar@gmail.com HAKEKAT MUQODIMAH ANGGARAN DASAR MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjamin kesejahteraan hidup material dan spiritual, dunia, dan ukhrawi. Agama Islam yaitu agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW

BAB I PENDAHULUAN. menjamin kesejahteraan hidup material dan spiritual, dunia, dan ukhrawi. Agama Islam yaitu agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada para Rasul sebagai hidayah dan rahmat Allah bagi umat manusia sepanjang masa, yang menjamin kesejahteraan hidup material

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Indonesia merupakan sebuah negara multikultural dan plural, yang terdiri dari

BAB V PENUTUP. 1. Indonesia merupakan sebuah negara multikultural dan plural, yang terdiri dari 113 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Indonesia merupakan sebuah negara multikultural dan plural, yang terdiri dari bermacam-macam suku, agama, ras dan antar golongan. Berdasar atas pluralitas keislaman di

Lebih terperinci

TUNTUNAN PENYELENGGARAAN MILAD MUHAMMADIYAH KE-102 / KE-99 TAHUN 1432 H / 2011 M

TUNTUNAN PENYELENGGARAAN MILAD MUHAMMADIYAH KE-102 / KE-99 TAHUN 1432 H / 2011 M Lampiran Surat Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor : 614/I.0/B/2011 Tanggal : 26 Zulkaidah 1432 H / 24 Oktober 2011 M TUNTUNAN PENYELENGGARAAN MILAD MUHAMMADIYAH KE-102 / KE-99 TAHUN 1432 H / 2011 M I. TEMA

Lebih terperinci

NO URUT. 16. Sumber : = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =

NO URUT. 16. Sumber :  = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = NO URUT. 16 Visi Partai adalah bahwa untuk mewujudkan cita-cita luhur Proklamasi 17 Agustus 1945, diperlukan kualitas manusia Indonesia yang patriotik, yaitu warga bangsa yang cerdas, sehat,cakap,tangguh,

Lebih terperinci

bentuk hubungan tertentu (bersosialisasi) dengan dunia sekitarnya dan memiliki jenjang struktural yang jelas, memiliki tujuan dan prinsip-prinsip

bentuk hubungan tertentu (bersosialisasi) dengan dunia sekitarnya dan memiliki jenjang struktural yang jelas, memiliki tujuan dan prinsip-prinsip BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, manusia merupakan makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia hidup dalam suatu bentuk hubungan tertentu (bersosialisasi)

Lebih terperinci

PANCASILA. Pancasila Merupakan Bagian Matakuliah Pengembangan Kepribadian. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

PANCASILA. Pancasila Merupakan Bagian Matakuliah Pengembangan Kepribadian. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis PANCASILA Modul ke: Pancasila Merupakan Bagian Matakuliah Pengembangan Kepribadian Fakultas Ekonomi dan Bisnis Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pendahuluan

Lebih terperinci

Dinamika Politik Muhammadiyah

Dinamika Politik Muhammadiyah Dinamika Politik Muhammadiyah Judul Buku : Muhammadiyah dalam Dinamika Politik Indonesia 1966-2006 Penulis : Syarifuddin Jurdi Penerbit : Pustaka Pelajar, Yogyakarta Pengantar : Ahmad Syafii Maarif Cetakan

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Qur'an 1433 H, Jakarta, 7 Agustus 2012 Selasa, 07 Agustus 2012

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Qur'an 1433 H, Jakarta, 7 Agustus 2012 Selasa, 07 Agustus 2012 Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Qur'an 1433 H, Jakarta, 7 Agustus 2012 Selasa, 07 Agustus 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERINGATAN NUZULUL QUR'AN TAHUN 1433 H/2012 M

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Munkar dan Tajdid, bersumber pada Al-Qur`an dan As-Sunnah, berasaskan

BAB I PENDAHULUAN. Munkar dan Tajdid, bersumber pada Al-Qur`an dan As-Sunnah, berasaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Muhammadiyah adalah Gerakan Islam, Da wah Amar Ma ruf Nahi Munkar dan Tajdid, bersumber pada Al-Qur`an dan As-Sunnah, berasaskan Islam (Anggaran Dasar Muhammadiyah

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT Disusun Oleh: Nama : DEFRI MUSTIKA LUBIS NIM : 11.11.5534 Kelompok : F Prog. Studi : Pendidikan Pancasila Jurusan : S1-Teknik Informatika Dosen :Dr.

Lebih terperinci

TAFSIR INDEPENDENSI HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

TAFSIR INDEPENDENSI HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM TAFSIR INDEPENDENSI HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM A. PEDAHULUAN Menurut fitrah kejadiannya, maka manusia diciptakan bebas dan merdeka. Karenanya kemerdekaan pribadi adalah hak yang pertama. Tidak ada sesuatu

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan 1. Secara Umum Konsep pendidikan yang Islami menurut Mohammad Natsir menjelaskan bahwa asas pendidikan Islam adalah tauhid. Ajaran tauhid manifestasinya

Lebih terperinci

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA 1. BPUPKI dalam sidangnya pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 membicarakan. a. rancangan UUD b. persiapan kemerdekaan c. konstitusi Republik Indonesia Serikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan

BAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada awal abad ke-20, sewaktu mulai timbul akan kesadaran dan paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan pembuka jalan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar bukan hanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar bukan hanya karena ukuran wilayahnya yang luas dan kondisi kekayaan alamnya yang melimpah melainkan juga bangsa Indonesia

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam MODUL PERKULIAHAN Pendidikan Agama Islam Islam Di Indonesia Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi dan Bisnis Manajemen 04 10230 Lestiyani Inayah, SAg Abstract Dalam bab ini kita

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010. BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Islam kultural dalam konsep Nurcholish Madjid tercermin dalam tiga tema pokok, yaitu sekularisasi, Islam Yes, Partai Islam No, dan tidak ada konsep Negara Islam atau apologi

Lebih terperinci

MILAD KE-107 DAN TA'RUF PIMPINAN CABANG MUHAMMADIYAH SEKOTA MEDAN

MILAD KE-107 DAN TA'RUF PIMPINAN CABANG MUHAMMADIYAH SEKOTA MEDAN MILAD KE-107 DAN TA'RUF PIMPINAN CABANG MUHAMMADIYAH SEKOTA MEDAN Rabu, 21-12-2016 page 1 / 8 page 2 / 8 page 3 / 8 page 4 / 8 page 5 / 8 MEDAN. Seorang tokoh Islam, tokoh kebangsaan itu bisa menjadi teladan

Lebih terperinci

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN M.Nidhamul Maulana 1 (2014100703111119), Mumtaza Ulin Naila 2 (201410070311120), Zubaidi Bachtiar 3 (201410070311121), Maliatul Khairiyah 4 (201410070311122), Devi

Lebih terperinci

KESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA

KESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA KANTOR UTUSAN KHUSUS PRESIDEN UNTUK DIALOG DAN KERJA SAMA ANTAR AGAMA DAN PERADABAN KESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA HASIL MUSYAWARAH BESAR PEMUKA AGAMA UNTUK KERUKUNAN BANGSA Jakarta 8-10 Februari 2018

Lebih terperinci

TULISKAN 5 TOKOH MUHAMMADIYAH YANG ANDA KENAL. BOLEH TOKOH NASIONAL (PUSAT) BOLEH JUGA TOKOH WILAYAH, DAERAH, CABANG, BAHKAN RANTING.

TULISKAN 5 TOKOH MUHAMMADIYAH YANG ANDA KENAL. BOLEH TOKOH NASIONAL (PUSAT) BOLEH JUGA TOKOH WILAYAH, DAERAH, CABANG, BAHKAN RANTING. MUHAMMAD AZIZ Divisi Diklat MPK PP Muhammadiyah Sekretaris PP Pemuda Muhammadiyah Dosen Fak. Teknologi Industri UAD S.T. & M.Cs. (UGM) Istri 1 Perum Sendok Indah No. 434 Prenggan Kotagede HP: 0811292903

Lebih terperinci

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK Modul ke: 13 Fakultas DESAIN SENI KREATIF Pancasila Dan Implementasinya Bagian III Pada Modul ini kita membahas tentang keterkaitan antara sila keempat pancasila dengan proses pengambilan keputusan dan

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PADA UPACARA BENDERA MEMPERINGATI HARI KEBANGKITAN NASIONAL KE-108 TAHUN 2016

SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PADA UPACARA BENDERA MEMPERINGATI HARI KEBANGKITAN NASIONAL KE-108 TAHUN 2016 MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PADA UPACARA BENDERA MEMPERINGATI HARI KEBANGKITAN NASIONAL KE-108 TAHUN 2016 Assalamu'alaikum Wr. Wb. Selamat pagi dan salam

Lebih terperinci

2015 STRATEGI PARTAI ISLAM D ALAM PANGGUNG PEMILIHAN PRESID EN DI INDONESIA TAHUN

2015 STRATEGI PARTAI ISLAM D ALAM PANGGUNG PEMILIHAN PRESID EN DI INDONESIA TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Partai politik sebagai kekuatan politik mempunyai hak dan bagian dalam setiap pemilihan umum. Pada setiap partai politik menganut ideologinya masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara besar dan memiliki beragam kebudayaan, suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara besar dan memiliki beragam kebudayaan, suku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara besar dan memiliki beragam kebudayaan, suku dan agama. Kebudayaan yang luhur dan nilai-nilai yang terkandung dalam Agama direalisasikan

Lebih terperinci

BAB III SEJARAH SINGKAT MAJELIS ULAMA INDOSESIA. pada masa itu, 10 orang ulama yang merupakan unsur dari ormas-ormas Islam

BAB III SEJARAH SINGKAT MAJELIS ULAMA INDOSESIA. pada masa itu, 10 orang ulama yang merupakan unsur dari ormas-ormas Islam BAB III SEJARAH SINGKAT MAJELIS ULAMA INDOSESIA A. Sekilas Tentang Berdirinya MUI 1. Sejarah Berdirinya MUI MUI berdiri sebagai hasil dari pertemuan atau musyawarah para ulama, cendekiawan dan zu ama yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negarawan merupakan karakter yang sangat penting bagi kepemimpinan nasional Indonesia. Kepemimpinan negarawan diharapkan dapat dikembangkan pada pemimpin pemuda Indonesia

Lebih terperinci

DINAMIKA POLITIK MUHAMMADIYAH PADA MASA SUKARNO SAMPAI MASA SOEHARTO PADA TAHUN SKRIPSI. Oleh FAJAR IWANTORO NIM

DINAMIKA POLITIK MUHAMMADIYAH PADA MASA SUKARNO SAMPAI MASA SOEHARTO PADA TAHUN SKRIPSI. Oleh FAJAR IWANTORO NIM DINAMIKA POLITIK MUHAMMADIYAH PADA MASA SUKARNO SAMPAI MASA SOEHARTO PADA TAHUN 1945-1998 SKRIPSI Oleh FAJAR IWANTORO NIM 090210302018 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1 Disampaikan pada Seminar Menghadirkan Kepentingan Perempuan: Peta Jalan Representasi Politik Perempuan Pasca 2014 Hotel Haris, 10 Maret 2016 Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa)

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Adanya penyelewengan terhadap pelaksanaan khittah Tarbiyah yang lebih

BAB VI PENUTUP. Adanya penyelewengan terhadap pelaksanaan khittah Tarbiyah yang lebih BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan Adanya penyelewengan terhadap pelaksanaan khittah Tarbiyah yang lebih cenderung melakukan ijtihad politik praktis ketimbang menjalankan perjuangan triologi khtitah Tarbiyah

Lebih terperinci

SAMBUTAN BUPATI KULONPROGO PADA ACARA PELANTIKAN PIMPINAN DAERAH MUHAMMADIYAH KABUPATEN KULONPROGO PERIODE

SAMBUTAN BUPATI KULONPROGO PADA ACARA PELANTIKAN PIMPINAN DAERAH MUHAMMADIYAH KABUPATEN KULONPROGO PERIODE SAMBUTAN BUPATI KULONPROGO PADA ACARA PELANTIKAN PIMPINAN DAERAH MUHAMMADIYAH KABUPATEN KULONPROGO PERIODE 2010-2015 Wates, 2 April 2011 Assalamu alaikum Wr.Wb. Yang Kami Hormati Unsur Muspida Kabupaten

Lebih terperinci

KHITTAH PERJUANGAN MUHAMMADIYAH

KHITTAH PERJUANGAN MUHAMMADIYAH Tugas Individu KHITTAH PERJUANGAN MUHAMMADIYAH DISUSUN OLEH: AKHSRULLAH 105031 0013 14 PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015 KATA PENGANTAR Dengan menyebut

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Musabaqah Tilawatil Qur'an, 5 Juni 2010 Sabtu, 05 Juni 2010

Sambutan Presiden RI pada Musabaqah Tilawatil Qur'an, 5 Juni 2010 Sabtu, 05 Juni 2010 Sambutan Presiden RI pada Musabaqah Tilawatil Qur'an, 5 Juni 2010 Sabtu, 05 Juni 2010 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PEMBUKAAN MUSABAQAH TILAWATIL QUR'AN (MTQ) TINGKAT NASIONAL KE-XXIII TAHUN

Lebih terperinci

Anggaran Dasar Muhammadiyah

Anggaran Dasar Muhammadiyah Anggaran Dasar Muhammadiyah BAB I NAMA, PENDIRI, DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 Nama Persyarikatan ini bernama Muhammadiyah. Pasal 2 Pendiri Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah

Lebih terperinci

Anggaran Dasar Muhammadiyah

Anggaran Dasar Muhammadiyah Anggaran Dasar Muhammadiyah BAB I NAMA, PENDIRI, DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 Nama Persyarikatan ini bernama Muhammadiyah. Pasal 2 Pendiri Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah

Lebih terperinci

Muhammadiyah HIMPUNAN KEPUTUSAN MUKTAMAR

Muhammadiyah HIMPUNAN KEPUTUSAN MUKTAMAR 95 95 Tahun Langkah Perjuangan Muhammadiyah HIMPUNAN KEPUTUSAN MUKTAMAR iv 95 Tahun Langkah Perjuangan Muhammadiyah 95 95 Tahun ahun Langkah Perjuangan Muhammadiyah HIMPUNAN KEPUTUSAN MUKTAMAR Penyalin:

Lebih terperinci

Oleh Hidayatulloh. Disampaikan Dalam Pengajian Dosen dan Karyawan UMSIDA Aula K.H. Ahmad Dahlan, 8 April 2017

Oleh Hidayatulloh. Disampaikan Dalam Pengajian Dosen dan Karyawan UMSIDA Aula K.H. Ahmad Dahlan, 8 April 2017 Oleh Hidayatulloh Disampaikan Dalam Pengajian Dosen dan Karyawan UMSIDA Aula K.H. Ahmad Dahlan, 8 April 2017 BAGAIMANA JAWABAN ANDA? Mengapa K.H. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah? Untuk apa Muhammadiyah

Lebih terperinci

BUTIR-BUTIR CERAMAH UMUM MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

BUTIR-BUTIR CERAMAH UMUM MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA BUTIR-BUTIR CERAMAH UMUM MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA DALAM PELANTIKAN PIMPINAN WILAYAH PEMUDA MUHAMMADIYAH PROPINSI BANTEN SERANG, 20 Januari 2012 1

Lebih terperinci

: DR. H. Happy Bone Zulkarnaen, MS.

: DR. H. Happy Bone Zulkarnaen, MS. Disampaikan oleh Anggota DPR RI : A-451 : DR. H. Happy Bone Zulkarnaen, MS. Assalaamualaikum Wa rahmatullahi Wa barakatuh, Salam sejahtera untuk kita semua, Yang Terhormat Saudara Pimpinan Pansus, Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari belum mengerti sampai mengerti agar lebih maju dan handal dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari belum mengerti sampai mengerti agar lebih maju dan handal dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya sangat diperlukan bagi setiap insan manusia. Pendidikan diarahkan sebagai pondasi untuk membangun individu dan bangsa. Pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan di bidang pendidikan yang dialami bangsa Indonesia pada saat ini adalah berlangsungnya pendidikan yang kurang bermakna bagi pembentukan watak

Lebih terperinci

Artikel HARI IBU 22 DESEMBER Mengobarkan Semangat Perjuangan Kaum Perempuan. Drs. Mardiya

Artikel HARI IBU 22 DESEMBER Mengobarkan Semangat Perjuangan Kaum Perempuan. Drs. Mardiya Artikel HARI IBU 22 DESEMBER Mengobarkan Semangat Perjuangan Kaum Perempuan Drs. Mardiya Peringatan Hari Ibu (PHI) ke-82 tahun ini yang secara nasional jatuh pada hari Rabu, 22 Desember 2010 akan sangat

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Sarana dan Prasarana DDII, Bekasi, 27 Juni 2011 Senin, 27 Juni 2011

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Sarana dan Prasarana DDII, Bekasi, 27 Juni 2011 Senin, 27 Juni 2011 Sambutan Presiden RI pada Peresmian Sarana dan Prasarana DDII, Bekasi, 27 Juni 2011 Senin, 27 Juni 2011 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERESMIAN SARANA DAN PRASARANA DEWAN DAKWAH ISLAMIYAH INDONESIA

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

GUBERNUR SULAWESI TENGAH GUBERNUR SULAWESI TENGAH SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH PADA ACARA PEMBUKAAN SELEKSI TILAWATIL QUR AN (STQ) KE-XXI TINGKAT PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2011 DI KOTA PALU SENIN, 14 MARET 2011 ASSALAMU

Lebih terperinci

MENDENGARKAN HATI NURANI

MENDENGARKAN HATI NURANI Mengejawantahkan Keputusan Kongres Nomor Kep-IX / Kongres XIX /2013 tentang Partisipasi Dalam Partai Politik dan Pemilu Wanita Katolik Republik Indonesia MENDENGARKAN HATI NURANI Ibu-ibu segenap Anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhlak merupakan salah satu dari tiga kerangka dasar ajaran Islam yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah yang dihasilkan dari

Lebih terperinci

Bagaimana pendapat Anda tentang penggunaan isu agama oleh capres saat ini?

Bagaimana pendapat Anda tentang penggunaan isu agama oleh capres saat ini? {mosimage} Mashadi Mantan Anggota DPR RI Para capres-cawapres mengumbar janji untuk perubahan. Bahkan mereka menggunakan idiom-idiom dan simbol-simbol Islam untuk menggaet hati para pemilih Muslim. Itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepatnya tanggal 18 November 1912 (Berita Resmi Muhammadiyah) didirikan oleh KH Ahmad

BAB I PENDAHULUAN. tepatnya tanggal 18 November 1912 (Berita Resmi Muhammadiyah) didirikan oleh KH Ahmad BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada tahun 1912 lahirlah persyarikatan Muhammadiyah bertempat di Yogyakarta tepatnya tanggal 18 November 1912 (Berita Resmi Muhammadiyah) didirikan oleh KH Ahmad

Lebih terperinci

02/07/2014. Oleh Prof. Dr. H. Suyatno, M.Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) Jakarta

02/07/2014. Oleh Prof. Dr. H. Suyatno, M.Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) Jakarta PENDIDIKAN DAN STRATEGI KEBUDAYAAN MENUJU INDONESIA BERKEMAJUAN Oleh Prof. Dr. H. Suyatno, M.Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) Jakarta INDONESIA BERKEMAJUAN SEBUAH KONSEP DARI

Lebih terperinci

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK A. Latar Belakang Pemikiran Indonesia merupakan negara kepulauan dengan keragamannya yang terdapat

Lebih terperinci

REVITALISASI PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM MENEGAKKAN NILAI-NILAI BHINNEKA TUNGGAL IKA. Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

REVITALISASI PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM MENEGAKKAN NILAI-NILAI BHINNEKA TUNGGAL IKA. Fakultas Hukum Universitas Brawijaya REVITALISASI PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM MENEGAKKAN NILAI-NILAI BHINNEKA TUNGGAL IKA Fakultas Hukum Universitas Brawijaya BHINNEKA TUNGGAL IKA SEBAGAI SPIRIT KONSTITUSI Pasal 36A UUD 1945 menyatakan

Lebih terperinci

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) 29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

PIDATO KETUA DPR-RI PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI KE-3 MASA SIDANG II TAHUN SIDANG KAMIS, 1 OKTOBER 2009

PIDATO KETUA DPR-RI PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI KE-3 MASA SIDANG II TAHUN SIDANG KAMIS, 1 OKTOBER 2009 PIDATO KETUA DPR-RI PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI KE-3 MASA SIDANG II TAHUN SIDANG 2009-2010 KAMIS, 1 OKTOBER 2009 0 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PIDATO KETUA DPR-RI PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan negara yang menganut sistem demokrasi,salah satu ciri negara yang menerapkan sistem demokrasi adalah melaksanakan kegiatan pemilihan umum

Lebih terperinci

PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)

PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5) PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5) Definisi Partai Politik Secara umum dapat dikatakan partai politik adalah suatu kelompok

Lebih terperinci

Ini Alasan Partai Islam Terseok-Seok

Ini Alasan Partai Islam Terseok-Seok http://www.suarapembaruan.com/politikdanhukum/ini-alasan-partai-islam-terseok-seok/49944 Jumat, 21 Februari 2014 10:24 Politik Aliran Pemilu 2014 Ini Alasan Partai Islam Terseok-Seok Yasin Mohammad. Partai

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH NOMOR : 233/KEP/I.0/B/2015 TENTANG PEDOMAN DAN TATA KERJA PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH PERIODE

KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH NOMOR : 233/KEP/I.0/B/2015 TENTANG PEDOMAN DAN TATA KERJA PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH PERIODE PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH NOMOR : 233/KEP/I.0/B/2015 TENTANG PEDOMAN DAN TATA KERJA PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH PERIODE 2015-2020 BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM PIMPINAN

Lebih terperinci

DEKLARASI SOLO DEKLARASI GARUT

DEKLARASI SOLO DEKLARASI GARUT DEKLARASI SOLO 1. IMM, adalah gerakan mahasiswa Islam. 2. Kepribadian Muhammadiyah, dalah landasan perjuangan IMM. 3. Fungsi IMM, adalah sebagai eksponen mahasiswa dalam Muhammadiyah ( stabilisator dan

Lebih terperinci

BAB IV PERANAN SD MUHAMAMDIYAH 1 SIDOARJO DALAM BIDANG PENDIDIKAN, DAKWAH DAN SOSIAL. A. Peranan SD Muhamamdiyah 1 Sidoarjo dalam bidang Pendidikan

BAB IV PERANAN SD MUHAMAMDIYAH 1 SIDOARJO DALAM BIDANG PENDIDIKAN, DAKWAH DAN SOSIAL. A. Peranan SD Muhamamdiyah 1 Sidoarjo dalam bidang Pendidikan 53 BAB IV PERANAN SD MUHAMAMDIYAH 1 SIDOARJO DALAM BIDANG PENDIDIKAN, DAKWAH DAN SOSIAL A. Peranan SD Muhamamdiyah 1 Sidoarjo dalam bidang Pendidikan Kehidupan tidak akan terlepas dari dunia pendidikan,

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam Modul ke: Pendidikan Agama Islam Kesalehan Sosial Fakultas EKONOMI Dr. Saepudin S.Ag. M.Si. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN KESALEHAN SOSIAL Kesalehan sosial adalah suatu perilaku

Lebih terperinci