BAB I PENDAHULUAN. Munkar dan Tajdid, bersumber pada Al-Qur`an dan As-Sunnah, berasaskan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Munkar dan Tajdid, bersumber pada Al-Qur`an dan As-Sunnah, berasaskan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Muhammadiyah adalah Gerakan Islam, Da wah Amar Ma ruf Nahi Munkar dan Tajdid, bersumber pada Al-Qur`an dan As-Sunnah, berasaskan Islam (Anggaran Dasar Muhammadiyah BAB II, Pasal 4 Ayat 1-2) yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 18 November 1912 (8 Dzullhijjah 1330H) di Yogyakarta, yang lahir dalam masa keterpurukan kehidupan berbangsa pada era penjajahan kolonialisme. Muhammadiyah identik dengan gerakan islam modernis-puritan dan berbasis ijtihad (Asyari, 2010:28). Peranannya sebagai kekuatan sosial kemasyarakatan sangat besar dalam mempercepat proses Indonesia menuju bangsa yang merdeka, maju, adil dan makmur. Aktivitasnya berkaitan dengan bidang agama, pendidikan, kesehatan, sosial, kesehatan, ekonomi dan tak jarang bersentuhan dengan politik. Sejak awal Muhammadiyah tidak pernah menjadi kekuatan politik dan menyatakan tidak akan pernah menjadi partai politik. K.H. Ahmad Dahlan sendiri akrab dengan tokoh-tokoh politik pada zamanya dan pernah di BO dan SI tetapi beliau tidak pernah memiliki keterikatan menjadikan Muhammdiyah sebagai organisasi politik dan tidak pernah merumuskan ideologi politik Muhammadiyah. Meskipun demikian Muhammadiyah tidak apolitik, apalagi anti terhadap politk, juga tidak pernah absen dari pentas politik, hal ini 1

2 sebagai konsekuensi dari pemahaman islam Muhammadiyah yang integral. Sebagaimana penjelasan Syarifuddin Jurdi (2010:281) : Dalam sejarah bangsa, kader-kader Muhammadiyah banyak yang berhasil melakukan transmisi pada berbagai lembaga Negara [ ]. Doktrin kader yang ditanamkan Muhammadiyah memiliki tiga orientasi; kader persyarikatan (kader yang dipersiapkan untuk mengemban tugas-tugas dalam Muhammadiyah); kader umat (kader yang akan berkiprah pada wilayah sosial keumatan melakukan dakwah islam dan pencerahan), dan kader bangsa (kader yang dipersiapkan untuk bangsa dan Negara). Hanya saja, wajah politikyang ditampilkan itu berbeda, seiring dinamika politik yang terjadi, terutama dipengaruhi oleh rezim berkuasa serta pemahaman dan sikap politik pimpinan Muhammadiyah. Dalam pemikiran politik islam secara garis besar paling tidak ada tiga aliran pemikiran politik. Yaitu, pertama, aliran yang berpendirian bahwa islam adalah agama yang sempurna dan serba lengkap yang mengatur segala aspek kehidupan, termasuk kehidupan bernegara. Aliran ini disebut revivalisme, yaitu suatu paham politik yang menginginkan kebangkitan islam lewat praktek politik islam yang diteladani oleh Nabi Muhammad dan Khulafau al-rasyidin. Kedua, aliran yang berpendirian bahwa Alquran tidak mengatur masalah politik atau negara. Aliran yang sering disebut sekulerisme ini menolak pendasaran politik pada islam dan memisahkan agama dari negara atau politik. Ketiga, aliran yang berpendapat bahwa dalam Alquran tidak terdapat sistem politik, tetapi terdapat seperangkat tata-nilai etika bagi kehidupan berpoitik (Syaifullah, 1997:14). Berbeda dengan organisasi islam yang lain, semisal sarekat islam atau NU yang pernah menjadi partai politik. Muhammadiyah tetap konsistensi tidak terjun langsung dalam politik, 2

3 sehingga lebih memperoleh tempat netral di masyarakat. Kongres Muhammadiyah ke-13 di Solo tahun 1930, Mas Mansur selaku ketua PP Muhammadiyah pada waktu itu, untuk pertama kalinya merumuskan suatu pandangan atau yang dapat disebut sebagai ideologi politik Muhammadiyah. Keputusan itu menyebutkan bahwa Muhammadiyah berpendirian tidak mengutamakan salah satu partai politik diatas partai politik yang lain. Muhammadiyah memberi hormat terhadap partai-partai yang ada, utamanya partai Islam, dengan penghormatan yang sepadan. Sama halnya dengan gerakan keagamaan lain, Muhammadiyah tidaklah bebas dari tarikan tarikan untuk berpolitik, meskipun tidak secara kelembagaan. Ada panggilan untuk mengambil peran dalam membangun bangsa. Ketika Masyumi terbentuk pada tahun 1945 banyak aktivis Muhammadiyah melibatkan diri dalam dunia politik. Pada masa keemasan Masyumi ( ) dukungan massa Muhammadiyah sangatlah besar, bahkan menjadi aggota istimewa dari partai tersebut. Tetapi sayap dakwah amar ma ruf nahi munkar Muhammadiyah tetap setia menjalankan tugas dengan baik. Ketika Masyumi mengalami kemunduran dan akhirnya dipaksa membubarkan diri pada tahun 1960, Muhammadiyah kembali tidak melibatkan diri dalam politik. Tidak harmonisnya hubungan umat Islam dan pemerintah secara tidak langsung mempersempit ruang dakwah Muhammadiyah melalui peran politik. Sebagai anggota istimewa partai Masyumi, yang saat itu kiprah politiknya sedang mengalami krisis. Peran politik Muhammadiyah menjadi termarginalkan, dan akibatnya, kesulitan 3

4 dalam memainkan peran politik secara proporsional. Relasi aktivis Muhammadiyah dan aktivis Islam dengan Negara (pemerintah) menjadi renggang dan dipenuhi rasa curiga. Pada masa Orde Baru harapan begitu besar, beberapa tokoh Muhammadiyah ikut dalam Golkar, dan sebagian lagi ikut mendukung rehabilitasi Masyumi yang akhirnya gagal karena tidak direstui oleh pemerintah, dan setelah itu kadernya ikut berperan mendirikan Parmusi yang citranya merosot karena peristiwa Kudeta Naro Rezim Orde Baru begitu kuat mengintervensi kebebasan masyarakat dalam berpartisipasi politik. Ruang kebebasan masyarakat dipersempit dengan kontrol yang sangat ketat. Aspirasi politik dibatasi dengan mengelompokkan partai politik berdasarkan ideologi, seperti: partai-partai yang berasaskan Islam (Parmusi, NU, PSSI, Perti) dikelompokkan dalam wadah Partai Persatuan Pembangunan (PPP), sedangkan partai yang berhaluan sekuler dikelompokkan dalam wadah Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Rezim Orde Baru sendiri menggunakan kendaraan politik Golongan Karya (Golkar), yang ruang geraknya lebih leluasa untuk meraih dukungan dari berbagai kelompok masyarakat. Dalam periode Orde Baru Muhammadiyah memainkan peran politik yang beragam seiring watak kepemimpinan Muhammadiyah sendiri. Kepemimpinan AR Fachruddin ( ) respon politik Muhammadiyah bersifat moderat dan akomodatif terhadap kebijakan pemerintah. Ketegangan yang sebelumnya sempat memuncak perlahan mereda dengan sikap saling 4

5 menerima terhadap kebijakan dan orientasi dari masing-masing pihak. Pemerintah bersedia menapung aspirasi umat Islam. Muhammadiyah menghindari kritik terbuka dan lebih mengedepankan dialog. Kontribusi terhadap pembangunan negara dan masyarakat secara politik disampaikan secara langsung kepada pimpinan negara dan pejabat publik. Periode saat kepemimpinan Azhar Basyir hubungan Muhammadiyah dengan pemerintah semakin baik. Sehingga semakin menguntungkan kepentingan Muhammadiyah sendiri dan juga kepentingan umat Islam secara luas. Pemerintah sendiri juga memberi sambutan yang hangat dengan menerbitkan kebijakan yang menguntungkan umat Islam. Lahirnya ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) tahun 1990, disahkannya Kompilasi Hukum Islam 1991 dan berdirinya Bazis 199I, kemudian dihapuskan kebijakan yang melarang siswi-siswi muslim memakai jilbab pada jam sekolah, dan penghapusan Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah (SDSB, 1993), merupakan sikap pemerintah yang lebih melunak dan ingin mendekatkan diri kepada umat Islam (Jurdi, 2010:466) Hubungan politik antara Muhammadiyah dan pemerintah memanas ketika Amien Rais ( ) menjadi ketua PP Muhammadiyah, yang sebelumnya saat masih menjadi wakil PP Muhammadiyah sempat menggulirkan wacana suksesi pemerintahan. Kepemimpinan Amien Rais memperlihatkan menguatnya prinsip dakwah amar ma ruf nahi munkar. Di era kepemimpinan Amien Rais, Muhammadiyah bersikap lebih kritis, terutama dalam merespon persoalan ketimpangan sosial, politik, dan 5

6 pembangunan ekonomi bangsa. Muhammdiyah melalui ketua umumnya, Amien Rais secara terbuka mengkritisi kebijakan pemerintah yang tidak populis dan merugikan rakyat Indonesia, seperti kasus Busang dan Freeport. Dengan lantang mengkritisi roda pemerintahan Orde Baru yang sarat Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN), berupa tuntutan suksesi kepemimpinan bangsa melalui gerakan reformasi. Kritik pedas dan terbuka ini tidak jarang membuat merah telinga rezim Orde Baru, dan bahkan sempat menimbulkan kerenggangan dan ketegangan. Tumbangnya rezim Orde Baru melalui gerakan reformasi memberi harapan bagi terciptanya tatanan politik dan format pemerintahan yang baru. Presiden Soeharto turun tahta dan masyarakat memperoleh kebebasan menyampaikan pendapat, ditandai maraknya aksi demonstrasi dan banyaknya berdiri partai politik dengan ragam corak dan ideologi, serta terbukanya kesempatan kepada semua pihak memainkan peran di dalamnya, termasuk merealisasikan kepentingannya sendiri dan kelompoknya. Amien Rais yang merasa terpanggil terjun ke panggung politik praktis meletakkan jabatan sebagai ketua umum PP Muhammadiyah. Sebagai penggantinya, Ahmad Syafii Ma arif tampil sebagai ketua umum PP Muhammadiyah ( ). Dalam kepemimpinan Syafii Ma arif, Muhammadiyah tidak melakukan perubahan orientasi secara frontal, namun tetap melanjutkan kiprah kepemimpinan sebelumnya (Amien Rais), dengan tetap bersikap kritis terhadap kebijakan pemerintah sebagai prinsip dakwah amar ma ruf nahi munkar dan tetap berusaha menjaga netralitasnya berpolitik. 6

7 Perkembangan yang terjadi dalam Muhammadiyah setelah jatuhnya pemerintahan Orde Baru menunjukkan adanya indikasi semakin tertariknya warga Muhammadiyah untuk terjun ke dunia politik praktis. Netralitas sikap politik Muhammadiyah ini tidak berjalan mulus. Kelahiran Partai Amanat Nasional (PAN). Ketokohan Amien Rais sebagai Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang mendeklarasikan PAN dan kemudian duduk sebagai Ketua partai, lambang matahari sebagai simbol partai, dan ketika mantan Ketua Umum Amien Rais memutuskan mencalonkan diri sebagai calon presiden pada pemilu presiden (Pilpres) 2004, Muhammadiyah dihadapkan pilihan sulit dan mengaburkan banyak orang dan mereka menganggap bahwa PAN adalah Muhammadiyah. Situasi bangsa saat diterpa krisis multidimensional dan membutuhkan pemimpin yang kredibel menuntaskan problematika yang dihadapi, di saat yang sama ada kader Muhammadiyah sedang berjuang mencalonkan diri sebagai presiden. Muhammadiyah berkewajiban memberi dukungan kepada kadernya. Dukungan ini merupakan kontribusi Muhammadiyah terhadap pembangunan bangsa dan negara. Pencalonan Amien Rais melalui kendaraan Partai Amanat Nasional (PAN), dan dalam pemilu legislatif suara partai harus memenuhi perolehan suara sesuai ketentuan UU Pilpres. Jika perolehan suara tidak memenuhi ketentuan, pencalonan Amien Rais menemui hambatan politis. Oleh karena itu, mau tidak mau, dukungan terhadap Amien Rais harus dimulai dari memberikan dukungan suara kepada PAN di pemilu legislatif. 7

8 Dengan demikian, secara tidak langsung PAN memperoleh rekomendasi dan legitimasi sebagai partai pilihan utama warga Muhammadiyah. Memasuki kepemimpinan Din Syamsuddin ( ) penghimpitan Muhammadiyah dengan partai politik makin meluas, ditandai lahirnya Partai Matahari Bangsa (PMB). Partai baru yang lahir dari proses politik internal angkatan muda Muhammadiyah yang menilai relasi PAN dengan Muhammadiyah menimbulkan masalah sejak berakhirnya pemilu PAN dinilai tidak berkontribusi signifikan dan tidak sejalan dengan perjuangan Muhammadiyah. Kelahiran PMB bertujuan menyalurkan aspirasi politik Muhammadiyah melalui wadah partai politik, dan tentu saja, kantong suara utama PMB berasal dari warga Muhammadiyah. Kontestasi kepentingan politik tidak terelakkan memperebutkan suara warga Muhammadiyah. Dalam kondisi inilah Muhammadiyah diuji kembali,mampu memanfaatkan politik secara maksimal sembari menghindarkan warganya dari jebakan konflik politik akibat adanya dua partai yang sama-sama memiliki ikatan emosional dengan Muhammadiyah. Tampilan wajah politik Muhammadiyah merupakan adaptasi dari pengalaman sejarah politik yang pernah dialami pada tiap-tiap periode serta tidak terlepas dari sikap dan pandangan para pimpinan Muhammadiyah terhadap politik. Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui persepsi aktivis mahasiswa yang dipandang sebagai kelompok sosial idealis, terhadap partisipasi politik pimpinan Muhammadiyah. Pimpinan dapat diartikan sebagai minoritas-minoritas pribadi yang dipilih atau yang diangkat untuk 8

9 melayani suatu kolektivitas secara efektif dan bertanggung jawab kepada mereka. Dalam komunitas islam yang menjadi simbol dari elit sosialnya adalah kiai, guru ngaji dan mubaligh. Fajlurrahman Jurdi (2007:61) mengatakan, para elit islam merupakan orang-orang yang selalu mengembangkan doktrin ajaran islam kepada masyarakat baik dilakukan secara kultural maupun struktural. Partisipasi pimpinan Muhammadiyah dalam poitik yang dimakud adalah tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh aktor, terutama elit pimpinanya dalam mengalokasikan nilai-nilai, atau dalam ikut mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakankebijakan publik. Dapat pula dimasukkan disini tindakan atau kegiatan Muhammadiyah dalam ikut mengawasi kekuasaan pemerintah dan memberikan masukan-masukan yang bukan upaya-upaya untuk memperoleh kekuasaan. Aktivis mahasiswa bergerak dengan ide dan pemikiran yang mengusung pada perbaikan dan mempunyai pedoman yang jelas, kebanyakan berinduk pada salah satu organisasi mahasiswa ekstra kampus, seperti IMM, HMI, PMII, dan yang lainya. Dunia mahasiswa adalah dunia idealis. Idealisme mahasiswa merupakan hal yang diproyeksikan oleh organisasi-organisasi mahasiswa. Dalam perguruan tinggi tidak bisa dipungkiri untuk mendapatkan kedewasaan berfikir, pengalaman organisasi dan jiwa kepemimpinan mahasiswa seringkali mendapatkanya justru dari organisasi ekstra kampus. Menurut Fadjar dan Effendy (1998:9). Bahasan politik dan hal yang berkaitan dengan islam menjadi tema yang selalu menarik diperbincangkan oleh 9

10 organisasi mahasiswa yang berlandaskan islam. Berdasarkan uraian di atas peneliti mengambil judul : Persepsi Aktivis terhadap Partisipasi Pimpinan Muhammadiyah dalam Poitik. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan beberapa pokok pikiran dan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pemahaman aktivis mahasiswa organisasi ekstra kampus tingkat cabang di wilayah Kota Malang terhadap Khittah dan ideologi politik Muhammadiyah? 2. Bagaimana penilaian dan sikap para aktivis mahasiswa terhadap kiprah pimpinan dan warga Muhammadiyah dalam dunia politik? 3. Apakah harapan aktivis mahasiswa terhadap pimpinan dan tokoh Muhammadiyah yang terjun ke politik? 1.3 Batasan Masalah Batasan masalah pada penelitian ini, penelitian ini dilakukan kepada pimpinan dan anggota IMM cabang Malang, pimpinan dan angota HMI cabang Malang dan pimpinan dan anggota PMII cabang Malang yang sesuai dengan judul yang dipilih. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka penelitian ini memiliki tujuan untuk: 1. Menjelaskan pemahaman aktivis mahasiswa terhadap Khittah dan ideologi politik Muhammadiyah, serta tokoh muhammadiyah yang berpolitik. 10

11 2. Menjelaskan penilaian dan sikap para aktivis mahasiswa terhadap kiprah tokoh Muhammadiyah dalam dunia politik. 3. Menjelaskan harapan aktivis mahasiswa terhadap tokoh Muhammadiyah yang terjun dalam dunia politik. 1.5 Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian tentang Persepsi Aktivis terhadap Partisipasi Pimpinan Muhammadiyah dalam Poitik ini diharapkan mempunyai manfaat. Dan manfaat tersebut bisa bersifat teoritis dan praktis. 1. Secara Teoritis, penelitian ini digunakan sebagai bahan pembelajaran tentang hubungan politik dan Muhammadiyah yang selama ini sering dipahami salah oleh orang-orang di luar Muhammadiyah bahkan oleh orang Muhammadiyah sendiri. Disarmping juga menjadi bahan refleksi bagi kader-kader Muhammadiyah yang mempunyai cita-cita politik. 2. Secara Praktis, penelitian ini memberi manfaat bagi para pembaca dan bisa dijadikan bahan referensi tambahan baik di perpustakaan Universitas Muhammadiyah Malang secara umum maupun di perpustakaan Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan secara khusus. 1.6 Penegasan Istilah Supaya tidak terjadi kesalahan dalam memahami makna dari judul skripsi ini, maka disini perlu dijelaskan istilah-istilah yang menjadi kata kunci, yaitu : Persepsi 11

12 Persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu, yang diperoleh melalui penginderaan (KBBI). Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses yang menggabungkan dan mengorganisir data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri (Shaleh, 2009:110). Persepsi merupakan stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan. Terdapat perbedaan dalam penginderaan manusia. Mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi positif maupun persepsi negatif, yang nantinya akan mempengaruhi tindakan manusia. Stimulus mana yang akan mendapatkan respon dari individu tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan. Berdasarkan hal tersebut, perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman-pengalaman yang dimiliki individu tidak sama, maka dalam mempersepsi suatu stimulus, hasil persepsi mungkin berbeda antar individu satu dengan individu lain. Dalam kaitanya dengan persepsi, Dayakisni dan Yuniarti (2004:173) mengatakan bahwa diawali bagaimana latar belakang budaya mempengaruhi proses sensasi dan persepsi, dan selanjutnya hasil interpretasi tersebut akan mempengaruhi proses-proses lain dalam kognisi manusia Aktivis Mahasiswa Aktivis adalah orang (terutama anggota organisasi politik, sosial, buruh, petani, pemuda, mahasiswa, wanita) yang bekerja aktif mendorong pelaksanaan sesuatu atau berbagai kegiatan dalam organisasi (KBBI). Mahasiswa dalam Peraturan Pemerintah RI No. 30 Tahun 1990 adalah peserta 12

13 didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Aktivis mahasiswa bergerak dengan ide dan pemikiran yang mengusung pada perbaikan dan mempunyai pedoman yang jelas, kebanyakan berinduk pada salah satu organisasi mahasiswa ekstra kampus, seperti IMM, HMI, PMII, dan yang lainya. Dunia mahasiswa adalah dunia idealis. Idealisme mahasiswa merupakan hal yang diproyeksikan oleh organisasi-organisasi mahasiswa. Disana diajarkan melihat realita dalam lingkungan sosial maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dan mengukur tingkat kepekaan diri. Dalam perguruan tinggi tidak bisa dipungkiri untuk mendapatkan kedewasaan berfikir, pengalaman organisasi dan jiwa kepemimpinan mahasiswa seringkali mendapatkanya justru dari organisasi ekstra kampus. Menurut Fadjar dan Effendy (1998:9). Selain pelayanan akademik kurikuler yang merupakan kegiatan-kegiatan akademik yang tersusun secara teratur, terjadwal, rutin dan regular. Pembinaan mahasiswa yang termasuk kegiatan ekstra-kurikuler dimaksudkan untuk meningkatkan potensi yang dimiliki mahasiswa. Secara khusus, kegiatan ekstra-kurikuler merupakan kegiatan penunjang yang sifatnya memperkaya kegiatan kurikuler. Misalnya pertemuan atau forum ilmiah, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa Khittah Secara etimologis, kata khittah berasal dari bahasa Arab, yang artinya rencana, jalan, atau garis (Kamus Al-Munawwir). Dengan demikian 13

14 khittah dapat diartikan rencana, jalan, atau garis perjuangan dalam mewujudkan misi dan cita-cita gerakan Partisipasi Politik Partisipasi adalah perihal turut berperan serta dalam suatu kegiatan; keikutsertaan; peran serta (KBBI). Politik adalah segala urusan dan tindakan mengenai pemerintahan Negara atau terhadap Negara lain (KBBI). Partisipasi politik dapat dipahami sebagai peran serta dalam berbagai kegiatan politik. Sebagai definisi umum dapat dikatakan bahwa partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan negara dan, secara lagsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah (Budiarjo, 2009:367) Pimpinan Muhammadiyah Pimpinan Muhammadiyah yang peneliti maksud adalah aktor, terutama elit pimpinan Muhammadiyah dalam dalam konteks politik yang mengalokasikan nilai-nilai, atau dalam ikut mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan-kebijakan publik. Dapat pula dimasukkan disini tindakan atau kegiatan Muhammadiyah dalam ikut mengawasi kekuasaan pemerintah dan memberikan masukan-masukan yang bukan upaya-upaya untuk memperoleh kekuasaan. 14

Dinamika Politik Muhammadiyah

Dinamika Politik Muhammadiyah Dinamika Politik Muhammadiyah Judul Buku : Muhammadiyah dalam Dinamika Politik Indonesia 1966-2006 Penulis : Syarifuddin Jurdi Penerbit : Pustaka Pelajar, Yogyakarta Pengantar : Ahmad Syafii Maarif Cetakan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan

BAB VI KESIMPULAN. kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan merupakan organisasi sosial kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan organisasi politik namun sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik praktis artinya tidak terlibat dalam kegiatan politik yang berkaitan dengan proses

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. seperti Nasionalisme Radikal, Tradisi Jawa, Komunisme, Sosial Demokrat dan Islam,

BAB V PENUTUP. seperti Nasionalisme Radikal, Tradisi Jawa, Komunisme, Sosial Demokrat dan Islam, BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Banyak muncul pemikiran-pemikiran politik di Indonesia sejak awal Indonesia merdeka, hal iu menyebabkan sering kali terjadi pergesekan diantara pemikiran-pemikiran politik tersebut.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab V, penulis memaparkan simpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan. Simpulan yang dibuat oleh penulis merupakan penafsiran terhadap analisis hasil

Lebih terperinci

Wacana Kepemimpinan Muhammadiyah. Oleh Dr. Drs. Muhammad Idrus, S.Psi., M.Pd

Wacana Kepemimpinan Muhammadiyah. Oleh Dr. Drs. Muhammad Idrus, S.Psi., M.Pd =============Dikirim untuk Harian Kedaulatan Rakyat================== Wacana Kepemimpinan Muhammadiyah Oleh Dr. Drs. Muhammad Idrus, S.Psi., M.Pd DALAM organisasi apapun posisi pemimpin merupakan unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan negara yang menganut sistem demokrasi,salah satu ciri negara yang menerapkan sistem demokrasi adalah melaksanakan kegiatan pemilihan umum

Lebih terperinci

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA BAB V KESIMPULAN Media massa di Indonesia berkembang seiring dengan bergantinya pemerintahan. Kebijakan pemerintah turut mempengaruhi kinerja para penggiat media massa (jurnalis) dalam menjalankan tugas

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. disimpulkan bahwa KAMMI telah melakukan beberapa hal terkait dengan strategi

BAB V PENUTUP. disimpulkan bahwa KAMMI telah melakukan beberapa hal terkait dengan strategi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan pembahasan dalam skripsi ini, dapat disimpulkan bahwa KAMMI telah melakukan beberapa hal terkait dengan strategi penguatan gerakan dalam hal menebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling memerlukan adanya bantuan dari orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Manusia dituntut untuk saling

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Muhammadiyah berasal dari bahasa arab Muhammad, yaitu nama Nabi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Muhammadiyah berasal dari bahasa arab Muhammad, yaitu nama Nabi dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammadiyah berasal dari bahasa arab Muhammad, yaitu nama Nabi dan Rasul terakhir ; ditambah dengan ya nisbah dan ta marbuthah, menjadi Muhammadiyah artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi kemahasiswaan dibagi menjadi dua, yaitu organisasi intra kampus dan ekstra kampus. Organisasi mahasiswa intrakampus adalah organisasi mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jatuhnya pemerintahan Orde Baru sesungguhnya, sebagaimana dikatakan Amien

BAB I PENDAHULUAN. jatuhnya pemerintahan Orde Baru sesungguhnya, sebagaimana dikatakan Amien BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintahan Orde Baru yang telah berkuasa selama kurang lebih 32 tahun yakni suatu kurun yang cukup panjang bagi sebuah pemerintahan, runtuh pada 21 Mei 1998.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 172 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dipaparkan dalam bab ini merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis di dalam skripsi yang berjudul Peta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, da wah amar ma rūf nahī

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, da wah amar ma rūf nahī BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, da wah amar ma rūf nahī munkar berasas Islam bersumber Al-Qur an dan As-Sunnah, yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negarawan merupakan karakter yang sangat penting bagi kepemimpinan nasional Indonesia. Kepemimpinan negarawan diharapkan dapat dikembangkan pada pemimpin pemuda Indonesia

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Indonesia merupakan sebuah negara multikultural dan plural, yang terdiri dari

BAB V PENUTUP. 1. Indonesia merupakan sebuah negara multikultural dan plural, yang terdiri dari 113 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Indonesia merupakan sebuah negara multikultural dan plural, yang terdiri dari bermacam-macam suku, agama, ras dan antar golongan. Berdasar atas pluralitas keislaman di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah resmi menetapkan 12 partai nasional untuk mengikuti pemilihan umum 2014. Ketetapan ini secara langsung membawa dampak pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andriyana, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andriyana, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah negara demokrasi, dengan kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat memiliki peranan penting dalam aspek kehidupan bernegara. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Permasalahan Partisipasi merupakan aspek yang penting dari demokrasi, partisipasi politik yang meluas merupakan ciri khas dari modernisasi politik. Partisipasi politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia sebagai salah satu Negara demokrasi. Pemilihan legislatif yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia sebagai salah satu Negara demokrasi. Pemilihan legislatif yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pemilihan umum legislatif telah dilaksanakan pada 9 april 2014 lalu oleh Negara Indonesia sebagai salah satu Negara demokrasi. Pemilihan legislatif yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang unik. Bali dipandang sebagai daerah yang multikultur dan multibudaya. Kota dari provinsi Bali adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa adalah pemilik peran penting dalam menyampaikan berbagai informasi pada masyarakat. Media komunikasi massa yaitu cetak (koran, majalah, tabloid), elektronik

Lebih terperinci

REVITALISASI IDEOLOGI MUHAMMADIYAH

REVITALISASI IDEOLOGI MUHAMMADIYAH Pengantar Diskusi REVITALISASI IDEOLOGI MUHAMMADIYAH Oleh: Muhammad Purwana PENGERTIAN 1) kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Demokrasi mengamanatkan adanya persamaan akses dan peran serta penuh bagi laki-laki, maupun perempuan atas dasar perinsip persamaan derajat, dalam semua wilayah

Lebih terperinci

2015 STRATEGI PARTAI ISLAM D ALAM PANGGUNG PEMILIHAN PRESID EN DI INDONESIA TAHUN

2015 STRATEGI PARTAI ISLAM D ALAM PANGGUNG PEMILIHAN PRESID EN DI INDONESIA TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Partai politik sebagai kekuatan politik mempunyai hak dan bagian dalam setiap pemilihan umum. Pada setiap partai politik menganut ideologinya masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah setelah runtuhnya Orde Baru, di era reformasi saat ini, media dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah setelah runtuhnya Orde Baru, di era reformasi saat ini, media dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebebasan media dalam memberitakan berita yang bertentangan dengan pemerintah setelah runtuhnya Orde Baru, di era reformasi saat ini, media dengan bebas memberitakan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH

ANGGARAN DASAR IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH ANGGARAN DASAR IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH MUQADDIMAH Dengan nama Allah yang Maha Pemurah, Maha Penyayang. Segala Puji bagi Allah yang mengasuh semesta alam, yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Organisasi ini bernama TUNAS INDONESIA RAYA disingkat TIDAR, selanjutnya disebut Organisasi. 2. Organisasi ini

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251).

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251). BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi secara sederhana dapat diartikan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang dianggap paling

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemuda merupakan suatu generasi bangsa yang akan menentukan perubahan- perubahan dimasa akan datang. Hal ini dapat di pahami, mengingat pemuda berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pemilihan umum (Pemilu) dimaknai sebagai sarana kedaulatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pemilihan umum (Pemilu) dimaknai sebagai sarana kedaulatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pemilihan umum (Pemilu) dimaknai sebagai sarana kedaulatan rakyat. Melalui Pemilihan Umum juga diyakini akan melahirkan wakil dan pemimpin yang dikehendaki rakyatnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. oleh masyarakat menunjukkan bahwa Indonesia sudah menjadi negara yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. oleh masyarakat menunjukkan bahwa Indonesia sudah menjadi negara yang telah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia telah menjadi negara demokrasi yang semakin berkembang. Berawal dari PEMILU pertama pada tahun 1955 untuk memilih pemimpin negara, sampai pemilihan

Lebih terperinci

INTERAKSI SOSIAL PADA AKTIVIS IMM DAN KAMMI. Skripsi

INTERAKSI SOSIAL PADA AKTIVIS IMM DAN KAMMI. Skripsi INTERAKSI SOSIAL PADA AKTIVIS IMM DAN KAMMI Skripsi Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana S-1 Psikologi Oleh : NANANG FEBRIANTO F. 100 020 160 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

DINAMIKA POLITIK MUHAMMADIYAH PADA MASA SUKARNO SAMPAI MASA SOEHARTO PADA TAHUN SKRIPSI. Oleh FAJAR IWANTORO NIM

DINAMIKA POLITIK MUHAMMADIYAH PADA MASA SUKARNO SAMPAI MASA SOEHARTO PADA TAHUN SKRIPSI. Oleh FAJAR IWANTORO NIM DINAMIKA POLITIK MUHAMMADIYAH PADA MASA SUKARNO SAMPAI MASA SOEHARTO PADA TAHUN 1945-1998 SKRIPSI Oleh FAJAR IWANTORO NIM 090210302018 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PEDOMAN KERJA ORGANISASI PEMERINTAHAN MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG 2016 (GBPK OPM FT UM 2016)

GARIS-GARIS BESAR PEDOMAN KERJA ORGANISASI PEMERINTAHAN MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG 2016 (GBPK OPM FT UM 2016) KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM) FAKULTAS TEKNIK DEWAN MAHASISWA FAKULTAS Jalan Semarang 5 Malang 65145 Telp. (0341) 565-307 Laman www.um.ac.id GARIS-GARIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan menduduki lembaga perwakilan rakyat, serta salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat saling bertukar informasi dengan antar sesama, baik di dalam keluarga

BAB I PENDAHULUAN. dapat saling bertukar informasi dengan antar sesama, baik di dalam keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah kebutuhan manusia dengan berkomunikasi manusia dapat saling bertukar informasi dengan antar sesama, baik di dalam keluarga maupun bermasyarakat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas Tunggal Pancasila oleh Nahdlatul Ulama : Latar Belakang dan Proses 1983-1985 yang menjadi bahan

Lebih terperinci

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik Kuliah ke-11 suranto@uny.ac.id 1 Latar Belakang Merajalelanya praktik KKN pada hampir semua instansi dan lembaga pemerintahan DPR dan MPR mandul, tidak mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbagai permasalahan politik salah satunya dapat diamati dari aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbagai permasalahan politik salah satunya dapat diamati dari aspek 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai permasalahan politik salah satunya dapat diamati dari aspek dinamika internal partai politik yang menyebabkan kinerja partai politik sebagai salah satu institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Maraknya pemakaian jilbab di Indonesia pada tahun 1980-an tidak terlepas dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal atau dalam negeri yang ikut mempengaruhi

Lebih terperinci

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Asas kerakyatan mengandung arti bahwa kedaulatan ada pada rakyat. Segala hukum (recht, peraturan perundang-undangan)

Lebih terperinci

BAB VI P E N U T U P

BAB VI P E N U T U P 188 BAB VI P E N U T U P A. Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan antara lain: Pertama, peran kiai pondok pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata dalam dinamika politik ada beberapa bentuk, yakni

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR MUHAMMADIYAH

ANGGARAN DASAR MUHAMMADIYAH ANGGARAN DASAR MUHAMMADIYAH BAB I NAMA, PENDIRI, DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 Nama Persyarikatan ini bernama Muhammadiyah. Pasal 2 Pendiri Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istilah unjuk rasa dan demonstrasi mahasiswa (Matulessy, 2005). Mahasiswa telah

BAB I PENDAHULUAN. istilah unjuk rasa dan demonstrasi mahasiswa (Matulessy, 2005). Mahasiswa telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejumlah perubahan di Indonesia, tercatat peran signifikan gerakan mahasiswa di dalamnya. Gerakan mahasiswa (student movement) merupakan salah satu bentuk dari

Lebih terperinci

Ini Alasan Partai Islam Terseok-Seok

Ini Alasan Partai Islam Terseok-Seok http://www.suarapembaruan.com/politikdanhukum/ini-alasan-partai-islam-terseok-seok/49944 Jumat, 21 Februari 2014 10:24 Politik Aliran Pemilu 2014 Ini Alasan Partai Islam Terseok-Seok Yasin Mohammad. Partai

Lebih terperinci

Jl. Lembang Terusan No. D57, Menteng Jakarta Pusat, 10310, Indonesia Telp. (021) , Fax (021) Website:

Jl. Lembang Terusan No. D57, Menteng Jakarta Pusat, 10310, Indonesia Telp. (021) , Fax (021) Website: WARISAN POLITIK SOEHARTO Jl. Lembang Terusan No. D57, Menteng Jakarta Pusat, 10310, Indonesia Telp. (021) 391-9582, Fax (021) 391-9528 Website: www.lsi.or.id, Email: info@lsi.or.id Latar belakang Cukup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004

I. PENDAHULUAN. basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan salah satu partai politik dengan basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004 mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dafin Nurmawan, 2014 Gema Hanura sebagai media pendidikan politik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dafin Nurmawan, 2014 Gema Hanura sebagai media pendidikan politik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap partai politik membutuhkan kader-kader yang berkualitas. Begitupun dengan Partai HANURA. Karena dengan adanya kader yang berkualitas bisa mengukur eksistensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik di era reformasi ini memiliki kekuasaan yang sangat besar, sesuatu yang wajar di negara demokrasi. Dengan kewenanangannya yang demikian besar itu, seharusnnya

Lebih terperinci

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG)

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang mengalami perkembangan demokrasi yang sangat pesat. Hal tersebut ditandai dengan berbagai macam ekspresi yang

Lebih terperinci

Anggaran Dasar Muhammadiyah

Anggaran Dasar Muhammadiyah Anggaran Dasar Muhammadiyah BAB I NAMA, PENDIRI, DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 Nama Persyarikatan ini bernama Muhammadiyah. Pasal 2 Pendiri Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah

Lebih terperinci

Anggaran Dasar Muhammadiyah

Anggaran Dasar Muhammadiyah Anggaran Dasar Muhammadiyah BAB I NAMA, PENDIRI, DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 Nama Persyarikatan ini bernama Muhammadiyah. Pasal 2 Pendiri Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi informasi dipercaya sebagai kunci utama dalam sistem informasi manajemen. Teknologi informasi ialah seperangkat alat yang sangat penting untuk bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan.

BAB I PENDAHULUAN. melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan. BAB I PENDAHULUAN I. 1.Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan tulang punggung dalam demokrasi karena hanya melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan. Kenyataan ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat (anggota) yang menjadi cikal bakal dari partisipasi politik. Dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Politik merupakan hal yang sering diperbincangkan dalam masyarakat. Apalagi tahun ini

BAB I PENDAHULUAN. Politik merupakan hal yang sering diperbincangkan dalam masyarakat. Apalagi tahun ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Politik merupakan hal yang sering diperbincangkan dalam masyarakat. Apalagi tahun ini merupakan tahun politik di Indonesia, karena tahun ini di Indonesia menjalani Pemilu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai sebuah negara berdaulat telah melalui perjalanan sejarah panjang dalam kepemimpinan nasional sejak kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17

Lebih terperinci

Migrasi Aktivis ke Kekuasaan Politik. Oleh Tata Mustasya

Migrasi Aktivis ke Kekuasaan Politik. Oleh Tata Mustasya Migrasi Aktivis ke Kekuasaan Politik Oleh Tata Mustasya Peralihan peran aktivis menjadi elite politik sebenarnya bukan merupakan hal baru. Paling tidak, hal ini terlihat jelas pascaproklamasi kemerdekaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berposisi di baris depan, sebagai komunitas sosial yang memotori perwujudan

BAB I PENDAHULUAN. berposisi di baris depan, sebagai komunitas sosial yang memotori perwujudan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam konteks transisi politik di Indonesia, gerakan mahasiswa memainkan peranan yang penting sebagai kekuatan yang secara nyata mampu mendobrak rezim otoritarian.

Lebih terperinci

2015 MODEL REKRUTMEN DALAM PENETUAN CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI JAWA BARAT

2015 MODEL REKRUTMEN DALAM PENETUAN CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI JAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia adalah negara demokrasi. Salah satu ciri dari negara demokrasi adalah adanya pemilihan umum. Sebagaimana diungkapkan oleh Rudy (2007 : 87)

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. ikatan-ikatan sosial. Selain itu keberadaan masyarakat sipil juga berpengaruh

BAB V PENUTUP. ikatan-ikatan sosial. Selain itu keberadaan masyarakat sipil juga berpengaruh BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Masyarakat sipil lahir dari interaksi sosial masyarakat yang terbina berkat ikatan-ikatan sosial. Selain itu keberadaan masyarakat sipil juga berpengaruh sebagai penyeimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh organisasi politik memiliki strategi yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh organisasi politik memiliki strategi yang berbeda-beda. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi adalah suatu cara atau taktik dalam meraih dan memperoleh sesuatu. Sehingga dalam wahana politik strategi merupakan sesuatu hal yang sangat urgen yang kianhari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar

Lebih terperinci

PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH MENGENAI KONSOLIDASI ORGANISASI DAN AMAL USAHA MUHAMMADIYAH

PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH MENGENAI KONSOLIDASI ORGANISASI DAN AMAL USAHA MUHAMMADIYAH Lampiran 1 SURAT KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH Nomor: 149/Kep/I.0/B/2006 Tentang: KEBIJAKAN PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH MENGENAI KONSOLIDASI ORGANISASI DAN AMAL USAHA MUHAMMADIYAH 240 Lampiran

Lebih terperinci

BAB IV MEMAKNAI HASIL PENELITIAN BUDAYA POLITIK SANTRI

BAB IV MEMAKNAI HASIL PENELITIAN BUDAYA POLITIK SANTRI 69 BAB IV MEMAKNAI HASIL PENELITIAN BUDAYA POLITIK SANTRI A. Santri dan Budaya Politik Berdasarkan paparan hasil penelitian dari beberapa informan mulai dari para pengasuh pondok putra dan putri serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu Negara yang menjalankan sistem demokrasi,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu Negara yang menjalankan sistem demokrasi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu Negara yang menjalankan sistem demokrasi, akan tetapi pembangunan demokrasi di Indonesia seperti banyak mengalami rintangan dan halangan.

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: MOH SYAIFUDIN ZUHRI ( ) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SKRIPSI. Oleh: MOH SYAIFUDIN ZUHRI ( ) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSEPSI AKTIVIS MAHASISWA TERHADAP PARTISIPASI PIMPINAN MUHAMMADIYAH DALAM POLITIK PADA ORGANISASI EKSTRA KAMPUS TINGKAT CABANG DI WILAYAH KOTA MALANG SKRIPSI Oleh: MOH SYAIFUDIN ZUHRI (201010090311054)

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Dalam pola hubungan yang oleh Thomas Poguntke dijuluki independent

BAB V KESIMPULAN. Dalam pola hubungan yang oleh Thomas Poguntke dijuluki independent BAB V KESIMPULAN A. Benang Merah Dalam pola hubungan yang oleh Thomas Poguntke dijuluki independent collateral ini ada sejumlah kerenntanan yang penting untuk dicatat. Pertama, pola independent collateral

Lebih terperinci

Tentang Islam Yang Direstui Oleh Negara di Indonesia

Tentang Islam Yang Direstui Oleh Negara di Indonesia State Islam: Tentang Islam Yang Direstui Oleh Negara di Indonesia 13 September 2017 https://indoprogress.com/2017/09/state-islam-tentang-islam-yang-direstui-oleh-negara-di-indonesia/ Dendy Raditya Atmosuwito

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010. BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Islam kultural dalam konsep Nurcholish Madjid tercermin dalam tiga tema pokok, yaitu sekularisasi, Islam Yes, Partai Islam No, dan tidak ada konsep Negara Islam atau apologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Sunatra dalam Pendidikan Politik Kewarganegaraan (2016), suatu bangsa akan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Sunatra dalam Pendidikan Politik Kewarganegaraan (2016), suatu bangsa akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, pemuda senantiasa selalu menempati peran yang strategis dalam setiap peristiwa penting yang terjadi dan dapat dikatakan

Lebih terperinci

POLITIK ISLAM DAN MASYARAKAT MADANI OLEH: DENNY PRITIANTO SA ADAH NURAINI LINA DWI ASTUTI

POLITIK ISLAM DAN MASYARAKAT MADANI OLEH: DENNY PRITIANTO SA ADAH NURAINI LINA DWI ASTUTI POLITIK ISLAM DAN MASYARAKAT MADANI OLEH: DENNY PRITIANTO SA ADAH NURAINI LINA DWI ASTUTI PENDAHULUAN Indonesia merupakan sebuah Negara yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Bahkan jumlah umat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada bab yang terakhir ini akan dibahas kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Terdapat beberapa kesimpulan yang didapatkan penulis merupakan jawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepala daerah di Indonesia ditandai dengan diberlakukannya Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. kepala daerah di Indonesia ditandai dengan diberlakukannya Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi sistem pemilihan pemimpin publik yakni kepala daerah dan wakil kepala daerah di Indonesia ditandai dengan diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka Desain Negara Indonesia Merdeka terbentuk sebagai Negara modern, dengan kerelaan berbagai komponen pembentuk bangsa atas ciri dan kepentingan primordialismenya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Mahasiswa dikenal sebagai agen of change yaitu mahasiswa sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Mahasiswa dikenal sebagai agen of change yaitu mahasiswa sebagai BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Mahasiswa dikenal sebagai agen of change yaitu mahasiswa sebagai perintis, penggerak dan penggagas untuk melakukan sebuah perubahan kearah yang lebih baik. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang baru pertama kali dilakukan di dalam perpolitikan di Indonesia, proses politik itu adalah Pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan

BAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada awal abad ke-20, sewaktu mulai timbul akan kesadaran dan paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan pembuka jalan bagi

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Setelah dilakukannya pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat. dirumuskan kesimpulan berupa:

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Setelah dilakukannya pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat. dirumuskan kesimpulan berupa: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Setelah dilakukannya pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat dirumuskan kesimpulan berupa: 1. Pasca bergulirnya reformasi, euforia akan hadirnya wadah untuk menampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik merupakan upaya atau cara untuk memperoleh sesuatu yang dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya berkisar di lingkungan kekuasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan politik di landasi oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan politik di landasi oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan politik di landasi oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik pasal 11 huruf a,b,c,d, dan e. Partai politik berfungsi sebagai, a) sarana

Lebih terperinci

Menuju Pemilu Demokratis yang Partisipatif, Adil, dan Setara. Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia Jakarta, 16 Desember 2015

Menuju Pemilu Demokratis yang Partisipatif, Adil, dan Setara. Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia Jakarta, 16 Desember 2015 Menuju Pemilu Demokratis yang Partisipatif, Adil, dan Setara Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia Jakarta, 16 Desember 2015 1 Konteks Regulasi terkait politik elektoral 2014 UU Pilkada

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Pertarungan wacana politik Kasus Bank Century di media massa (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian menunjukkan berbagai temuan penelitian yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) menjadi bagian terpenting dalam penyelenggaraan demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. Pemilu sering diartikan

Lebih terperinci

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Survei syariah terbaru yang diselenggarakan SEM Institute menunjukkan mayoritas rakyat Indonesia (72 persen) menginginkan tegaknya syariah hingga level negara. Ini mengkonfirmasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan Negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan Negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka pelaksanaan cita-cita bangsa dan mewujudkan tujuan Negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945,

Lebih terperinci

Indonesia akan menyelenggarakan pilpres setelah sebelumnya pilleg. Akankah ada perubahan di Indonesia?

Indonesia akan menyelenggarakan pilpres setelah sebelumnya pilleg. Akankah ada perubahan di Indonesia? {mosimage} Hafidz Abdurrahman Ketua DPP Hizbut Tahrir Indonesia Tak lama lagi, rakyat Indonesia akan kembali berpesta dalam demokrasi. Setelah beberapa waktu lalu diminta memilih wakil rakyat, kini rakyat

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 36 menit )

LATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 36 menit ) LATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 36 menit ) 1. Lembaga tinggi negara yang terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD adalah a. DPR c. DPD e. MK f. MA 2. Yang bukan Tugas MPR adalah a. Melantik Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dakwah merupakan suatu kegiatan atau usaha yang di lakukan kaum

BAB I PENDAHULUAN. Dakwah merupakan suatu kegiatan atau usaha yang di lakukan kaum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dakwah merupakan suatu kegiatan atau usaha yang di lakukan kaum muslimin untuk meyampaikan, menyeru serta mengajak umat manusia kepada jalan kebenaran dalam

Lebih terperinci

Meninjau Peran Muhammadiyah Pasca Reformasi

Meninjau Peran Muhammadiyah Pasca Reformasi Meninjau Peran Muhammadiyah Pasca Reformasi Joko Arizal Hidup- hiduplah Muhammadiyah dan jangan mencari penghidupan dalam Muhammadiyah. - KH. Ahmad Dahlan Berakhirnya kekuasaan Orde Baru pada 1998 memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan adalah dimensi penting dari usaha United Nations Development Programme (UNDP) untuk mengurangi separuh kemiskinan dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kyai dan Jawara ditengah tengah masyarakat Banten sejak dahulu menempati peran kepemimpinan yang sangat strategis. Sebagai seorang pemimpin, Kyai dan Jawara kerap dijadikan

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput.

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput. BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput. - Media Elektronik : Internet, tv, dan radio. - Survei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insan yang memiliki berbagai dimensi yaitu sebagai bagian dari civitas akademika

BAB I PENDAHULUAN. insan yang memiliki berbagai dimensi yaitu sebagai bagian dari civitas akademika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa merupakan salah satu bagian dari sumber daya manusia Indonesia dan sekaligus aset merupakan aset bangsa yang kelak akan menjadi generasi penerus dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. visi bersama mahasiswa yang menjadi cita-cita atau arah perubahan yang hendak

BAB VI PENUTUP. visi bersama mahasiswa yang menjadi cita-cita atau arah perubahan yang hendak BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Orientasi gerakan mahasiswa pada hari ini dapat juga dikatakan sebagai visi bersama mahasiswa yang menjadi cita-cita atau arah perubahan yang hendak diwujudkan dalam sistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diatur dalam Undang-Undang (UU) Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu

I. PENDAHULUAN. diatur dalam Undang-Undang (UU) Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan salah satu pilar demokrasi sebagai wahana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan yang demokratis. Pemerintahan

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanpa pretensi untuk mengecilkan peran kelompok lain dari masyarakat yang turut bergerak dalam panggung perubahan sosial, peran mahasiswa merupakan unsur yang seolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Organisasi Masyarakat merupakan suatu komponen kelompok yang ada di tengah masyarakat, dimana keberadaannya menjadi suatu kelompok yang akan memberikan kontribusi

Lebih terperinci