BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi manusia mempunyai peranan yang sangat penting dalam interaksi manusia. Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan ide, gagasan, keinginan, perasaan, dan sebagainya kepada orang lain. Tanpa bahasa manusia akan kesulitan dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial. Selain sebagai alat komunikasi, bahasa juga berfungsi sebagai penyampai pesan seseorang kepada orang lain. Berbahasa dapat dilakukan secara tertulis maupun lisan (Ariyani, 2010: 1). Penelitian terhadap pragmatik dapat dilakukan pada segala macam tuturan yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik tuturan yang terdapat di masyarakat maupun tuturan di televisi. Komunikasi berhubungan erat dengan media massa, baik cetak maupun elektronik. Salah satu media massa elektronik adalah televisi. Televisi merupakan sarana hiburan bagi masyarakat dalam penelitian ini, penulis bermaksud untuk meneliti tuturan dalam acara Pangkur Jenggleng Padhepokan Ayom-ayem yang tayang di sebuah stasiun televisi yaitu TVRI Yogyakarta. Pangkur Jenggleng Padhepokan Padepokan Ayom-ayem merupakan salah satu program acara unggulan dari TVRI Yogyakarta. Acara tersebut merupakan acara komedi atau humor Jawa yang memiliki unsur budaya Jawa sangat kental di dalamnya. Pangkur Jenggleng Padepokan Ayom-ayem dirancang untuk 1

2 2 menampung dan mengembangkan unsur budaya yang dikemas dengan unsur hiburan di dalamnya sehingga tetap menarik untuk disaksikan. Humor merupakan salah satu unsur yang membentuk komunikasi dengan menciptakan suasana nyaman antara penutur dengan mitra tutur. Komunikasi langsung maupun tidak langsung yang tanpa disertai humor tentunya tidak menarik. Adanya humor yang berupa tulisan dan kata-kata yang lucu dapat menghibur, meredakan ketegangan dan membuat orang tertawa. Di dalam situasi formal pun, humor diperlukan agar suasana menjadi lebih kondusif dan menarik. Humor menjadi pelengkap dalam media elektronik agar sajiannya lebih variatif, tidak hanya mengulas hal-hal yang terkesan formal atau serius. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat kita saat ini lebih memilih sajian yang dapat menghibur. Hal ini dikarenakan kesibukan masyarakat kita yang sudah lelah dengan aktivitas harian, sehingga mereka membutukan sesuatu yang dapat melepas lelah. Di dalam sebuah percakapan, hendaknya penutur dan mitra tutur mematuhi aturan kesantunan agar komunikasi dapat berjalan dengan seimbang. Namun, di dalam wacana humor biasanya banyak ditemukan prinsip kesantunan yang sengaja dilanggar agar menimbulkan kelucuan tertentu. Berikut contoh analisis dalam acara Pangkur Jenggleng Padhepokan Ayom-ayem yang berjudul Tata Krama di TVRI Jogja pada tanggal 1 Februari 2016: Konteks Tuturan: Tindak tutur ini terjadi antara Pak Dalijo dan Suwiyah yang sedang menyapa para penonton di studio. Pak Dalijo tiba-tiba memberikan tanggapan

3 3 tentang pertanyaan Suwiyah yang menanyakan penampilan dan paras wajah si penabuh kendang. Bentuk Tuturan: Dalijo Suwiyah Dalijo Suwiyah Dalijo : Dhik, ibu-ibuke wa jan cuantik-cuantik, nan jelita. Bapak-bapake guantheng-guantheng. Wah brengose Dik, ibu-ibunya memang semua cantik, juga jelita. Bapakbapaknya semuanya ganteng. Wah kumisnya : Mung loro, sing kene mas? Hanya dua, yang sini mas? : Wee iki, maco man! Wah ini, maco man! : Sing kono mas, sing kono mas? (seraya menunjuk tukang kendang) Yang sana mas, yang sana mas? (seraya menunjuk tukang kendang) : Macan man! Harimau man! (01/TK/PJ/01/02/16) Pada percakapan di atas termasuk tuturan yang tidak santun yaitu tuturan yang disampaikan Pak Dalijo yang berbunyi Macan man! Harimau man!, terdapat pelanggaran terhadap maksim pujian atau penghargaan, terutama submaksim pertama karena memperbanyak kecaman kepada orang lain. Jelas sekali tuturan tersebut merupakan tuturan yang melanggar prinsip kesantunan. Tuturan tersebut diucapkan oleh Pak Dalijo yang sengaja mengecam si penabuh kendhang dengan menyebutnya sebagai macan. Tuturan tersebut tentunya tidak mengenakkan hati si penabuh kendang. Tuturan seperti itu jelas melanggar prinsip kesantunan. Pak Dalijo telah bertutur tentang hal-hal yang tidak menyenangkan orang lain, orang lain yang di maksud di sini merujuk pada si penabuh kendang dengan menyebutnya sebagai macan.

4 4 Mampu bertutur secara halus dan isi tutur katanya memiliki maksud yang jelas dapat menyejukkan hati dan membuat orang lain berkenan. Kesantunan seseorang dapat dilihat dari tuturannya, karena bahasa merupakan cermin kepribadian seseorang. Seseorang akan merasa senang jika mitra tuturnya berbicara dengan santun. Pemakaian bahasa secara santun belum banyak mendapat perhatian. Oleh karena itu, sangat wajar jika sering ditemukan pemakaian bahasa yang baik ragam bahasanya, tetapi nilai rasa yang terkandung di dalamnya menyakitkan hati pembaca atau pendengarnya. Hal ini terjadi karena pemakai bahasa belum mengetahui bahwa di dalam suatu struktur bahasa (yang terlihat melalui ragam dan tata bahasa) terdapat struktur kesantunan. Pranowo (2009: 4) berpendapat bahwa struktur bahasa yang santun adalah struktur bahasa yang disusun oleh penutur/penulis agar tidak menyinggung perasaan pendengar atau pembaca. Berdasarkan uraian tersebut, kesantunan mempunyai arti penting dalam berbahasa. Dalam pragmatik terdapat banyak prinsip mengenai kesantunan yang dapat digunakan untuk menganalisis tuturan. Prinsip kesantunan Leech (selanjutnya akan disebut prinsip kesantunan) menjelaskan cara bertutur secara santun dengan membagi menjadi tujuh macam maksim. Ketujuh maksim tersebut dijelaskan dengan masing-masing dua submaksim yang lebih terperinci. Dengan tujuh maksim yang dirumuskan oleh Leech, dapat dianalisis apakah tuturan tersebut santun atau tidak santun kepada orang lain. Setiap maksim dari tujuh maksim tersebut dapat dimanfaatkan untuk menentukan peringkat kesantunan sebuah tuturan. Prinsip kesantunan ini dapat digunakan untuk menganalisis tuturan yang terdapat dalam acara Pangkur Jenggleng Padhepokan Ayom-ayem.

5 5 Selain itu, dalam prinsip kesantunan tersebut disertai pula dengan tiga skala kesantunan. Setiap skala dari tiga skala tersebut dapat dimanfaatkan untuk menentukan peringkat kesantunan sebuah tuturan. Skala kesantunan ini dapat digunakan untuk menganalisis tuturan dalam Pangkur Jenggleng Padhepokan Ayom-ayem. Dengan skala kesantunan pula, dapat diketahui peringkat kesantunan sebuah tuturan. Alasan peneliti memilih topik penelitian ini yaitu: 1. Peneliti ingin memanfaatkan tayangan acara Pangkur Jenggleng Padhepokan Ayom-ayem yang tayang di TVRI Jogja sebagai objek penelitian, dalam hal ini data berupa wacana humor yang terdapat dalam tuturan acara Pangkur Jenggleng Padepokan Ayom-ayem. 2. Kekhasan dalam penelitian ini terletak pada objeknya, yaitu wacana humor. Wacana humor dalam tuturan pada acara Pangkur Jenggleng Padhepokan Ayom-ayem menarik untuk diteliti karena dewasa ini humor sangat diperlukan untuk merelaksasikan diri setelah padatnya kegiatan sehari-hari dan dari wacana humor tersebut terdapat aturan kesopanan yang sengaja untuk dilanggar demi menciptakan kelucuan. 3. Penelitian tentang Pelanggaran Prinsip Kesantunan dalam Acara Pangkur Jenggleng Padhepokan Ayom-ayem di TVRI Jogja belum pernah diteliti. Adapun penelitian yang sejenis dengan penelitian ini di antaranya sebagai berikut.

6 6 1. Tindak Tutur Dagelan Basiyo (Suatu Kajian Pragmatik) oleh Harsono Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS (2007) bentuk skripsi. Membahas tentang tentang fungsi bahasa, tipe-tipe humor, serta interpretasi pragmatik di dalam dagelan Basiyo. 2. Pelanggaran Prinsip Kesantunan dan Implikatur dalam Acara Opera Van Java (OVJ) di Trans 7 (Suatu Kajian Pragmatik) oleh Dwi Ariyani Fakultas Sastra dan Seni Rupa, UNS (2010) bentuk skripsi. Membahas tentang bentuk pelanggaran prinsip kesantuan dalam acara OVJ di Trans 7, prinsip ironi dalam acara OVJ, implikatur yang muncul berdasarkan pelanggaran prinsip kesantunan dalam acara OVJ. 3. Ketidaksantunan Berbahasa Indonesia dalam Sidang Tindak Pidana Korupsi Kasus Wisma Atlet Berdasarkan Prinsip Kesantunan Leech oleh Giri Indra Kharisma Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember (2013) bentuk skripsi. Mendeskripsikan tentang tindak tuturtidak santun dalam sidang tindak pidana korupsi kasus Wisma Atletdan alternatif pembenahannyaberdasarkan prinsip kesantunan Leech dan faktor penyebab terjadinya bentuk tuturan yang tidak santun dalam sidang tindak pidana korupsi kasus Wisma Atlet. 4. Kesantunan Berbahasa Jawa Siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta oleh Eko Purnomo Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret (2012) bentuk skripsi. Penelitian ini menghasilkan bentuk kesantunan dan ketidaksantunan tuturan bahasa Jawa yang digunakan siwa di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta, faktor penentu kesantunan tuturan

7 7 bahasa Jawa yang digunakan siwa di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta dan fungsi kesantunan tuturan bahasa Jawa yang digunakan siwa di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta. Penelitian yang akan dilakukan ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu sama-sama meneliti tentang kesantunan berbahasa. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini menekankan bentuk tuturan yang tidak santun yang melanggar prinsip kesantunan Leech. Penelitian atau skripsi terdahulu yang telah dipaparkan di atas sebagai salah satu acuan atau referensi bagi peneliti, karena penelitian di atas sama-sama meneliti kesantunan berbahasa. Penelitian atau skripsi di atas merupakan sarana pembanding dengan penelitian ini, karena masalah yang terdapat dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya berbeda. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimanakah bentuk pelanggaran prinsip kesantunan terhadap maksimmaksim Leech dalam acara Pangkur Jenggleng Padhepokan Ayom-ayem? 2. Bagaimanakah bentuk pelanggaran prinsip kesantunan menurut skala kesantunan Leech dalam acara Pangkur Jenggleng Padhepokan Ayomayem?

8 8 C. Tujuan Penelitian Suatu penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas, sehingga hasil penelitiannya dapat diketahui. Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan bentuk pelanggaran prinsip kesantunan terhadap maksim-maksim Leech dalam acara Pangkur Jenggleng Padhepokan Ayom-ayem. 2. Mendeskripsikan bentuk pelanggaran prinsip kesantunan menurut skala kesantunan Leech dalam acara Pangkur Jenggleng Padhepokan Ayomayem. D. Manfaat Penelitian Sebuah penelitian yang dilakukan harus dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun praktis. Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain: 1. Manfaat Teoretis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi perkembangan studi pragmatik, khususnya tentang prinsip kesantunan. 2. Manfaat Praktis. Manfaat praktis penelitian ini adalah dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam hal pemahaman wacana dialog humor, terutama dalam hal memahami pelanggaran prinsip kesantunan dan tingkat kesantunan berbahasa untuk menunjukkan bahwa tuturan tersebut sopan atau tidak.

9 9 Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk landasan kajian penelitian sejenis selanjutnya. E. Landasan Teori 1. Pragmatik Thomas (dalam Sulistyo, 2013:2) mendefinisikan pragmatik sebagai kajian makna dalam interaksi, sedangkan Richards (dalam Sulistyo, 2013: 3) mengatakan bahwa pragmatik adalah kajian tentang penggunaan bahasa di dalam komunikasi, terutama hubungan di antara kalimat dan konteks yang disertai situasi penggunaan kalimat itu. Yule mendefinisikan pragmatik ke dalam 4 (empat) definisi (dalam Indah Fajar Wahyuni dan Rombe Mustajab, 2006: 3-4). Pertama, menurutnya pragmatik adalah studi tentang maksud penutur. Hal tersebut karena pragmatik mempelajari makna yang disampaikan oleh penutur dan ditafsirkan oleh petutur. Kedua, pragmatik adalah studi tentang makna kontekstual. Diperlukan suatu pertimbangan tentang bagaimana cara penutur mengatur apa yang ingin mereka katakan yang disesuaikan dengan orang yang diajak bicara, di mana, kapan, dan dalam keadaan apa. Ketiga, pragmatik adalah studi tentang bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan. Tipe studi ini menggali betapa banyak sesuatu yang tidak dikatakan ternyata menjadi bagian yang disampaikan. Keempat, pragmatik adalah studi tentang ungkapan dari jarak hubungan. Keakraban, baik secara fisik, sosial, atau konseptual, menyiratkan

10 10 adanya pengalaman yang sama. Pada asumsi tentang seberapa dekat atau jauh jarak petutur, penutur menentukan seberapa banyak kebutuhan yang dituturkan. Analisis pragmatik berupaya menemukan maksud penutur, baik yang diekspresikan secara tersurat maupun yang diungkapkan secara tersirat dibalik tuturan. 2. Pragmatik Humor Berbahasa secara pragmatik, yaitu melakukan interaksi sosial dengan menggunakan bahasa sebagai sarana komunikasi. Sehubungan dengan hal tersebut, harus diperhatikan kaidah-kaidah bahasa dan prinsip-prinsip pemakaian bahasa. Pragmatik humor didasarkan atas penyimpangan kaidah pragmatik berbahasa. Parameter-parameter pragmatik yang sering digunakan, dilanggar, disimpangkan dan diabaikan oleh pelawak yaitu: (1) ilkuosi dan perlokusi dalam parameter tindak tutur, (2) maksim (aturan) berbahasa dengan prinsip kerja sama, yang meliputi: maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, maksim cara, dan prinsip kesantunan yang meliputi: maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim pengargaan, maksim kerendah hati, maksim kecocokan, maksim kesimpatian, maksim pertimbangan, yakni termasuk dalam parameter implikatur percakapan (Leech, 1993: 119). Jadi, humor pada hakikatnya adalah penyimpangan aspek pragmatik berbahasa untuk memperoleh kelucuan. 3. Humor Humor merupakan hiburan karena penciptaannya ditujukan untuk menghibur pembaca. Humor juga bisa berperan sebagai sarana kritik dari

11 11 segala fenomena yang terjadi dilingkungan sekitar. Dengan adanya humor kita bisa terhibur dan sejenak bisa merelaksasikan pikiran setelah pikiran kita ditunutut untuk bekerja dalam segala rutinitas sehari-hari. Humor juga bisa menjadi kritik sosial terhadap segala ketimpangan yang ada di dalam masyarakat. Herawati (2007: 7) menggambarkan humor sebagai suatu rangsangan yang dapat menyentuh perasa penikmat. Humor dapat digunakan sebgai alat untuk mengekspresikan gagasan, pikiran, atau perasaan seseorang sehingga sasaran humor akan tersentuh perasanya. Sebagai akibanya, yang bersangkutan dapat tersenyum atau bakan tertawa geli. 4. Situasi Tutur Pragmatik mengkaji makna dalam hubungannya dengan situasi tutur.leech menyatakan aspek-aspek dalam situasi tutur (1993: 19-21). a) Yang menyapa (penyapa) atau yang disapa (pesapa) Orang yang menyapa disebut dengan penutur dan orang yang disapa disebut petutur. Petutur selalu menjadi sasaran tuturan dari penutur. b) Konteks sebuah tuturan Konteks ialah suatu pengetahuan latar belakang yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan petutur, dan yang membantu petutur menafsirkan makna tuturan. c) Tujuan sebuah tuturan Istilah tujuan lebih netral daripada maksud, karena tidak membebani pemakainya dengan suatu kemauan atau motivasi yang sadar,

12 12 sehingga dapat digunakan secara umum untuk kegiatan yang berorientasi tujuan. d) Tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan: tindak ujar Pragmatik berurusan dengan tindak-tindak atau performansiperformansi verbal yang terjadi dalam situasi dan waktu tertentu.dengan demikian, pragmatik menangani bahasa pada tingkatan yang lebih konkret daripada tata bahasa. e) Tuturan sebagai produk tindak verbal Sebuah tuturan dapat merupakan suatu contoh kalimat (sentenceinstance) atau tanda kalimat (sentence-stoken), tetapi bukanlah sebuah kalimat. Tuturan-tuturan merupakan unsur-unsur yang maknanya dikaji dalam pragmatik, sehingga dengan tepat pragmatik dapat digambarkan sebagai suatu ilmu yang mengkaji makna tuturan. 5. Prinsip Kesantunan Leech Sopan santun merupakan mata rantai yang hilang antara prinsip kerja sama dengan masalah bagaimana mengaitkan daya dengan makna. Leech (1993: 166) menyatakan bahwa tuturan yang sopan bagi petutur atau pihak ketiga bukan merupakan tuturan yang sopan bagi penutur, begitu pula sebaliknya. Prinsip kesantunan Leech berhubungan dengan dua pihak, yaitu diri dan lain. Diri ialah penutur dan lain adalah petutur, dalam hal ini lain juga dapat menunjuk kepada pihak ketiga baik yang hadir maupun yang tidak hadir dalam situasi tutur (Leech, 1993: 206). Leech (1993: 206) merumuskan

13 13 prinsip kesantunannya ke dalam tujuh maksim. Ketujuh maksim tersebut ialah sebagai berikut. a) Maksim Kearifan (Tact Maxim) (dalam ilokusi direktif dan komisif) 1. Buatlah kerugian orang lain sekecil mungkin 2. Buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin b) Maksim Kedermawanan (Generosity Maxim) (dalam ilokusi direktif dan komisif) 1. Buatlah keuntungan diri sendiri sekecil mungkin 2. Buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin c) Maksim Pujian (Approbation Maxim) (dalam ilokusi ekspresif dan asertif) 1. Kecamlah orang lain sesedikit mungkin 2. Pujilah orang lain sebanyak mungkin d) Maksim Kerendahan Hati (Modesty Maxim) (dalam ilokusi ekspresif dan asertif) 1. Pujilah diri sendiri sesedikit mungkin 2. Kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin e) Maksim Kesepakatan (Agreement Maxim) (dalam ilokusi asertif) 1. Usahakan agar ketaksepakatan antara diri dan lain terjadi sesedikit mungkin 2. Usahakan agar kesepakatan antara diri dengan lain terjadi sebanyak mungkin

14 14 f) Maksim Simpati (Sympathy Maxim) (dalam ilokusi asertif) 1. Kurangi rasa antipati antara diri dengan lain hingga sekecil mungkin 2. Tingkatkan rasa simpati sebanyak-banyaknya antara diri dan lain g) Maksim pertimbangan (Consideration Maxim) (dalam ilokusi asertif dan ekspresif) 1. Minimalkan rasa tidak senang pada mitra tutur 2. Maksimalkan rasa senang pada mitra tutur Berikut penjelasan dari masing-masing maksim di atas: a) Maksim Kearifan atau Kebijaksanaan (Tact Maxim) Maksim kearifan berorientasi pada petutur (Cruse, 2000: 363). Maksim kearifan memiliki dua segi, yaitu segi negatif dan segi positif. Segi negatif ialah buatlah kerugian petutur sekecil mungkin dan segi positif buatlah keuntungan petutur sebesar mungkin. Segi yang kedua (segi positif) merupakan akibat yang wajar dari segi pertama. Dapat dijelaskan bahwa jika penutur ingin melakukan sesuatu yang menguntungkan petutur maka harus memperkecil kemungkinan bagi petutur untuk mengatakan tidak. Dalam konteks informal, sebuah imperatif di mana penutur tidak memberi kesempatan kepada petutur untuk mengatakan tidak merupakan suatu tindakan yang sopan. Hal tersebut dapat dilihat pada tuturan, Maukah anda mengambil sandwich sepotong lagi? lebih santun daripada Ambillah sandwich sepotong lagi (Leech, 1993: ).

15 15 Dalam konteks yang berbeda, misalnya ingin menyuruh petutur untuk mencuci piring, tuturan yang tidak langsung lebih sopan daripada tuturan langsung. Tuturan Bisakah kamu mengambilkan bolpoin itu? lebih sopan daripada Ambil bolpoin itu!. b) Maksim Kedermawanan (Generosity Maxim) Maksim kedermawanan memiliki orientasi untung rugi kepada penutur. Berdasarkan maksim ini, tuturan Biar saya yang menjemur pakaian. lebih santun daripada Saya ragu apakah saya bisa menjemur pakaian. Dapat dikatakan bahwa penutur harus mengutarakan dengan tuturan yang bersifat langsung jika bermaksud memberi biaya bagi diri sendiri. Hal tersebut agar tidak menciptakan kemungkinan bahwa petutur yang akan melakukan biaya yang seharusnya dilakukan penutur. c) Maksim Pujian atau Penghargaan (Approbation Maxim) Padamaksim ini, submaksim pertama lebih penting, yaitu jangan mengatakan hal-hal yang tidak menyenangkan mengenai orang lain, terutama bagi petutur. Berdasarkan maksim ini tuturan Masakanmu enak sekali lebih santun daripada tuturan Masakanmu sangat tidak enak (Leech, 1993: ). d) Maksim Kerendahan Hati (Modesty Maxim) Maksim kerendahan hati berorientasi kepada penutur. Memuji diri sendiri merupakan tuturan yang tidak santun. Jika seseorang dipuji dengan tuturan Kamu melakukannya dengan sangat bagus, akan lebih santun bila menjawab Ya, yang saya lakukan tidak terlalu buruk daripada Ya, saya melakukannya dengan baik (Cruse, 2000: 365).

16 16 e) Maksim Kesepakatan atau Kesepakatan (Agreement Maxim) Kesepakatan merupakan hubungan antara opini penutur dengan petutur (Cruse, 2000: 365). Orang cenderung melebih-lebihkan kesepakatannya dengan orang lain, juga mengurangi ketidaksepakatannya melalui ungkapan penyesalan, kesepakatan sebagian, dan sebagainya (Leech, 1993: 217). Berdasarkan maksim ini, pertanyaan Apakah pamerannya menyenangkan? akan terdengar sopan jika dijawab dengan Iya, pamerannya menarik daripada dijawab dengan Pamerannya sanga tidak menarik. Contoh lain ialah jika ada pertanyaan Apakah kamu menyukai kopi?, maka jawaban Saya lebih suka teh daripada kopi terdengar lebih santun daripada Saya tidak suka kopi. f) Maksim Simpati (Sympathy Maxim) Maksim simpati menjelaskan bahwa ucapan selamat dan belasungkawa merupakan tindak tutur yang santun, walaupun ucapan belasungkawa mengungkapkan keyakinan penutur tentang keyakinan negatif bagi petutur (Leech, 1993: 218). Tuturan Saya sangat menyesal mendengar bahwa kucingmu mati merupakan tuturan yang santun daripada Saya sangat senang mendengar bahwa kucingmu mati. Akan tetapi, ada sesuatu yang berat dalam mengutarakan belasungkawa, karena dengan demikian berarti penutur meyakini sesuatu yang tidak sopan, yaitu keyakinan yang merugikan petutur (Leech, 1993: 218). g) Maksim Pertimbangan(Consideration Maxim) Inti pematuhan maksim ini adalah bahwa penutur perlu mempertimbangkan perasaan petutur, jangan sampai petutur merasa lebih

17 17 tidak senang dalam suasana yang tidak menyenangkan; kalau dapat, rasa tidak senang itu dapat berkurang (Asim, 2005: 10). Cruse (2000: 366) mencontohkan lebih sopan untuk mengutarakan Saya turut sedih mendengar kabar tentang suami anda daripada Saya turut sedih mendengar tentang kematian suami anda. Pengungkapan secara rinci berpotensi menambah rasa tidak senang petutur karena ia diingatkan kepada hal-hal yang menyedihkan (Asim, 2005:11). 6. Skala Kesantunan Leech Leech (1993: 194) mengidentifikasi tiga skala yang menunjukkan tingkat kearifan suatu situasi percakapan tertentu. Skala-skala tersebut ialah sebagai berikut. a. Skala untung-rugi Skala ini memperkirakan keuntungan atau kerugian suatu tindakan bagi penutur atau petutur (Leech, 1993: 194). Leech (1993: ) menjelaskan peringkat kesantunan berdasarkan skala untung-rugi. b. Skala keopsionalan Skala ini memperhitungkan jumlah pilihan yang diberikan penutur kepada petutur (Leech, 1993: 195). Semakin besar jumlah pilihan yang diberikan oleh penutur maka semakin santun tuturan itu. Berdasarkan skala ini, tuturan Kalau tidak lelah, pindahkan kotak itu. lebih santun daripada Pindahkan kotak ini! c. Skala ketaklangsungan Skala ini mengukur panjang jalan yang menghubungkan tindak ilokusi dengan tujuan ilokusi, sesuai dengan analisis cara-tujuan (Leech,

18 : 195). Skala ketaklangsungan dapat dirumuskan dari sudut pandang petutur, yaitu sesuai dengan panjangnya jalan inferensial yang perlukan oleh makna untuk sampai ke daya (Leech, 1993: 195). Tuturan Saya ada acara lain lebih santun daripada tidak bisa untuk menolak ajakan orang lain. 7. Pelanggaran Prinsip Kesantunan Pelanggaran dalam KBBI diartikan sebagi perbuatan (perkara) melanggar. Pelanggaran prinsip kesantuan diartikan sebagai perbuatan yang melanggar dari prinsip kesantunan. Perbuatan yang dimaksud di sini adalah tuturan seseorang yang melanggar prinsip kesantunan Leech. Tuturan yang tidak sesuai dengan prinsip kesantunan dikategorikan sebagai bentuk pelanggaran prinsip kesantunan. 8. Pangkur Jenggleng Padhepokan Ayom-ayem Pangkur Jenggleng Padhepokan Ayom-ayem adalah salah satu program unggulan di TVRI Jogja yang sampai saat ini masih digemari oleh masyarakat Jogja dan sekitarnya. Acara ini merupakan salah satu program acara lawakan atau humor tradisional yang tayang setiap hari Senin pukul WIB. Sebagai acara yang dikemas dalam bentuk humor, Pangkur Jenggleng Padhepokan Ayom-ayem hadir dengan bentuk lakon yang mengambil tema tentang kehidupan sehari-hari masyarakat dengan berbagai problematikanya. Kejelian dalam menghadirkan bintang tamu seniman-seniman tradisional dan penyanyi-penyanyi campursari yang cantik mejadi penyumbang besar kesuksesan acara ini. Berpedoman pada guyon maton (bercanda pada

19 19 tempatnya), Pangkur Jenggleng menjadi obat kerinduan masyarakat Jogjakarta dan Jawa Tengah pada acara serupa yang pernah jaya di masa dulu dengan tokoh Almarhum Basiyo sebagai bintangnya. Namun perjalanan Pangkur Jenggleng TVRI Jogja tidak mulus begitu saja, ada juga kritik dari masyarakat tentang format acaranya yang lebih banyak porsi humornya daripada pitutur atau nasihat. Kritik yang wajar dan membangun mengingat acara ini sendiri mengambil judul Pangkur Jenggleng yang seharusnya tidak terlalu jauh keluar dari hakikat tembang macapat sendiri yaitu sebagai bentuk pitutur atau nasehat yang disampaikan lewat lagu, kalau ingin menonjolkan humor cerdas yang berlatar Jawa akan lebih baik bila memakai judul Guyon Maton saja. Acara Pangkur Jenggleng Padhepokan Ayom-ayem sekarang ini sudah banyak digemari oleh masyarakat ( diakses pada tanggal 28 Maret 2016 pukul WIB). F. Metode Penelitian Dalam metode penelitian ini akan dijelaskan mengenai sembilan hal yaitu: (1) sifat peneltian, (2) data, (3) sumber data, (4) alat penelitian, (5) populasi (6) sampel, (7) metode dan teknik pengumpulan data, (8) Teknik Klasifikasi Data, (9) metode analisis data, dan (10) metode penyajian analisis data. 1. Sifat penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Dalam peneltian kaulitatif ini data yang terkumpul berbentuk kata-kata. Penelitian ini berusaha untuk mendeskripsikan data-data kebahasaan terutama mengenai tuturan-tuturan

20 20 sebagaimana adanya, sehingga menghasilkan penafsiran yang objektif. Penelitian deskriptif kualitatif dalam penelitian ini yaitu mendeskripsikan bentuk pelanggaran kesantuanan berbahasa Jawa dalam acara Pangkur Jenggleng Padhepokan Ayom-ayem yang ditayangkan di TVRI Jogja. 2. Data Data merupakan fenomena lingual khusus yang mengandung dan berkaitan langsung dengan masalah yang dimaksud (Sudaryanto, 1993: 5). Data dalam penelitian ini adalah berupa tuturan yang melanggar prinsip kesantunan yang terdapat dalam acara Pangkur Jenggleng Padhepokan Ayomayem. 3. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini berasal dari tayangan acara Pangkur Jenggleng Padhepokan Ayom-ayem episode Februari 2016 yang meliputi lima episode. 4. Alat penelitian Alat penelitian melipu ti alat utama dan alat bantu. Disebut alat utama karena alat tersebut yang paling dominan dalam penelitian, sedangkan alat bantu berguna untuk memperlancar jalannnya penelitian. Alat utama dalam penelitan ini adalah diri sipeneliti sendiri, sedangkan alat bantunya meliputi alat elektronik dan alat tulis-menulis. Alat elektronik berupa netbook, handphone, headset dan flashdisk. Alat tulis-menulis berupa bolpoin, buku catatan, penjepit kertas dan buku referensi. 5. Populasi

21 21 Populasi dalam penelitian ini adalah tuturan humokr berbahasa Jawa yang terdapat pada tayangan acara Pangkur Jenggleng Padhepokan Ayomayem di TVRI Jogja. Keseluruhan data yang terdapat dalam penelitian ini ada tiga belas episode yang meliputi bulan Januari 2016, Februari 2016, dan Maret Sampel Sampel hendaknya mampu mewakili atau dianggap mewakili populasi secara keseluruhan.pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel secara selektif dan benar-benar memenuhi kepentingan dan tujuan penelitian berdasarkan data yang ada, sehingga bisa sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari seluruh tayangan acara Pangkur Jenggleng Padhepokan Ayom-ayem. Pengambilan sampel ini dikhususkan pada episode Februari 2016 yang meliputi lima episode yaitu: tanggal 01 Februari 2016 dengan judul Tata Krama, tanggal 08 Februari 2016 dengan judul Dana, tanggal 15 Februari 2016 dengan judul Tambah Umur, tanggal 22 Februari 2016 dengan judul Paguyuban Anyar dan tanggal 29 Februari 2016 dengan judul Macapat. Episode Februari 2016 yang meliputi lima episode telah mewakili data penelitian ini dan telah memenuhi kepentingan dan tujuan penelitian dalam penelitian ini. 7. Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam peneltian ini adalah metode simak. Metode simak dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Di dalam

22 22 metode simak tedapat teknik dasar dan teknik lanjutan. Adapun teknik dasar dari metode simak dalam penelitian ini adalah teknik simak simak bebas libat cakap dan teknik lanjutannya adalah teknik catat. Tahap pertama dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data, yaitu mengumpulkan tayangan acara Pangkur Jenggleng Padhepokan Ayom-ayem dengan cara mengunduh tayangan dari youtube yang selanjutnya tuturan dalam tayangan acara tersebut dialihkan ke dalam bentuk bahasa tulis atau dengan kata lain video tayangan yang telah penulis unduh ditranskrip dengan mencatat seluruh tuturan yang terdapat dalam video Pangkur Jenggleng Padhepokan Ayom-ayem. Langkah kedua yaitu mencari dan menyimak atau dari sumber yang telah ditentukan untuk mendapatkan gambaran sesuai dengan sasaran dan tujuan penelitian. Tahap selanjutnya adalah mencatat data dari sumber yang telah ditentukan kemudian dikartukan dalam kartu data lengkap dengan masingmasing bentuk pelanggaran kesantunan. Langkah berikutnya adalah mengklasifikasikan dan menganalisis data sesuai dengan masalah penelitian. Data yang dianalisis berupa tuturan yang terdapat dalam acara Pangkur Jenggleng Padhepokan Ayom-ayem. 8. Teknik Klasifikasi Data Klasifikasi data dilakukan sesuai dengan pokokmpersoalan yang diteliti. Hasil klasifikasi data harus memberikan manfaat dan kemudahan dalam pelaksanaan analis data (Mastoyo, 2007: 47). Klasifikasi berarti penyusunan bersistem dalam kelompok atau golongan menurut kaidah atau standar yang ditetapkan (KBBI, 2008: 706). Klasifikasi data dilakukan setelah semua data

23 23 yang dibutuhkan telah terkumpul. Menurut Subroto pengklasifikasian data merupakan masalah pengaturan data menurut asas-asas tertentu, hal ini mempunyai kepentingan yang cukup strategis di dalam penelitian (2007:51). Data yang dikumpulkan dikelompok-kelompokkan terlebih dahulu dengan maksud untuk mendapatkan tipe-tipe data yang tepat dan cermat. Klasifikasi data akan dapat memberikan arah serta gambaran mengenai langkah-langkah analisis dalam tahap selanjutnya. Klasifikasi data pada penelitian ini dilakukan dengan penyimakan terhadap pelanggaranpelanggaran prinsip kesantunan. Adanya pengurutan data bermanfaat untuk mencocokan data-data dengan analisisnya, yaitu memberikan syarat tambahan apa yang akan dikerjakan berikutnya dan bagaimana tahapan ini dilakukan dengan mengurutkan sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun penomoran data disesuaikan menurut nomor urut contoh data, judul acara, sumber data, tanggal, bulan dan tahun. Contoh: (7/TK/PJ/01/02/16). Keterangan: 7: nomor urut data TK: judul acara, yaitu Tata Krama PJ: Pangkur Jenggleng (sumber data) 01: tanggal penayanagn acara 02: bulan penayangan acara yaitu Februari 16: tahun penayangan acara yaitu 2016

24 24 9. Metode Analisis Data Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kontekstual. Metode kontekstual adalah metode analisis yang diterapkan pada data dengan mendasarkan, memperhitungkan dan mengaitkan konteks (Rahardi, 2005: 16). Metode kontekstual dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis bentuk pelanggaran prinsip kesantunan yang terkandung dalam acara Pangkur Jenggleng Padhepokan Ayom-ayem di TVRI Jogja. Metode selanjutnya yang digunakan adalah metode padan pragmatis. Metode padan pragmatis adalah metode analisis dimana alat penentunya adalah mitra wicara (mitra tutur). Dalam penelitian ini, mitra tutur yang mempunyai peranan penting tentang anggapan apakah tuturan tersebut santun atau tidak santun. Metode padan pragmatis sangat efektif digunakan dalam penelitian ini mengingat tolok ukur kesantunan sebuah tuturan ditentukan oleh mitra tutur. Berikut contoh analisis dalam acara Pangkur Jenggleng Padhepokan Ayom-ayem yang berjudul Tata Krama di TVRI Jogja pada tanggal 1 Februari 2016 dengan menggunakan metode tersebut: Konteks Tuturan: Tindak tutur ini terjadi antara penabuh dan Pak Dalijo yang sedang membicarakan tentang upah yang hendak diberikan kepada teman satu grup gamelan mereka. Pak Dalijo malah memberikan upah tersebut dalam waktu yang cukup lama, padahal dia telah menerima uang jauh-jauh hari. Bentuk Tuturan : Pak Mur : Ooo sing bayarane kanca-kanca ra mbok keki kae ta? Iya ta?! Ooo yang upahnya teman-teman tidak kamu berikan itu ya? Iya kan?!

25 25 Dalijo : Kula caoske, nak let telung sasi. Saya berikan, setelah selang tiga bulan. (03/TK/PJ/1/02/16) Pada percakapan di atas terdapat pelanggaran prinsip kesantunan. Dilihat dari maksim kedermawanan, tuturan Pak Dalijo tersebut jelas melanggar maksim kedermawanan, terutama submaksim pertama karena memperbanyak keuntungan terhadap diri sendiri. Pelanggaran terlihat pada tuturan Pak Dalijo: Kula caoske, nak let telung sasi. Saya berikan, setelah selang tiga bulan. Tuturan tersebut diucapkan oleh Pak Dalijo yang mengatakan bahwa ia memberikan upah kepada teman-temannya setelah tiga bulan sesuai waktu yang seharusnya mereka menerima upah dari Pak Dalijo. Seharusnya Pak Dalijo memberikan upah kepada teman-temannya setelah selesai pementasan, bukannya memberikan upah setelah selang tiga bulan seperti yang telah dia lakukan. Dilihat dari maksim kedermawanan, tuturan Pak Dalijo tersebut jelas melanggar maksim kedermawanan, terutama submaksim pertama karena memperbanyak keuntungan terhadap diri sendiri sehingga tuturan seperti di atas termasuk tuturan yang tidak sopan. Dilihat dari skala untung-rugi, pada tuturan Pak Dalijo diatas termasuk tuturan yang menguntungkan diri sendiri. Pak Dalijo hanya memikirkan keuntungan terhadap diri sendiri dengan membiarkan teman-temannya menunggu upah yang diberikan Pak Dalijo, sementara Pak Dalijo telah menerima upah tersebut jauh-jauh hari untuk diberikan kepada teman lainnya.

26 26 Tuturan yang memberikan keuntungan terhadap dirinya sendiri termasuk tuturan yang tidak santun. 10. Metode Penyajian Hasil Data Metode pnyajian hasil analisis menggunakan metode formal dan metode informal. Metode penyajian informal adalah perumusan dengan katakata biasa walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya, sedangkan penyajian formal adalah perumusan dengan menggunakan tanda dan lambanglambang (Sudaryanto, 1993: ). Hasil penelitian data berupa kaidah-kaidah yang berhubungan dengan masalah penelitian. Kaidah yang ditemukan disajikan dalam bentuk rumusan yang disertai dengan contoh-contoh bentuk pelanggaran prinsip kesantuan berbahasa dalam acara Pangkur Jenggleng Padhepokan Ayom-ayem. Dengan demikian, dapat mempermudah pemahaman terhadap hasil-hasil penelitian yang ditemukan. Metode penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode penyajian informal. Sudaryanto (1993:145) mendefinisikan metode penyajian informal adalah hasil analisis disajikan dengan cara mendeskripsikan data dalam bentuk kata-kata atau kalimat biasa.

PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DALAM ACARA PANGKUR JENGGLENG PADHEPOKAN AYOM-AYEM DI TVRI JOGJA (Suatu Kajian Pragmatik)

PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DALAM ACARA PANGKUR JENGGLENG PADHEPOKAN AYOM-AYEM DI TVRI JOGJA (Suatu Kajian Pragmatik) PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DALAM ACARA PANGKUR JENGGLENG PADHEPOKAN AYOM-AYEM DI TVRI JOGJA (Suatu Kajian Pragmatik) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif berusaha memahami makna dari fenomena-fenomena, peristiwa-peristiwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang mereka ingin sampaikan dan juga bagaimana respon. menyampaikan gagasan, pikiran dan perasaan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang mereka ingin sampaikan dan juga bagaimana respon. menyampaikan gagasan, pikiran dan perasaan mereka. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam bertindak tutur manusia mempunyai banyak cara untuk menyampaikan apa yang mereka ingin sampaikan dan juga bagaimana respon orang lain selaku mitra tutur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa dalam kegiatan berkomunikasi berfungsi sebagai alat penyampai pesan atau makna. Bahasa dibedakan menjadi dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian merupakan jalan yang ditempuh peneliti dalam menuju ke pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur kerja bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan pikiran manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif bagi manusia. Tanpa bahasa, sulit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk menjalankan segala aktivitas. Bahasa juga sebagai salah satu aspek tindak tutur yang terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat untuk menunjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan masyarakat adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat untuk menunjang kepentingannya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu hal yang mutlak dibutuhkan oleh semua makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan melakukan komunikasi dengan sesamanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa manusia akan sulit berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesamanya. Selain itu bahasa juga menjadi

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA OPERA VAN JAVA DI TRANS 7: SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK

PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA OPERA VAN JAVA DI TRANS 7: SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK digilib.uns.ac.id PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA OPERA VAN JAVA DI TRANS 7: SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar

Lebih terperinci

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo PENERAPAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PERCAKAPAN FILM SANG PENCERAH SUTRADARA HANUNG BRAMANTYO, RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENYIMAK DAN BERBICARA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW Syamsul Arif Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Kesantunan berbahasa merupakan hal yang penting dalam kegiatan berkomunikasi.

Lebih terperinci

ANALISIS PENYIMPANGAN MAKSIM KERJASAMA DAN AKSIM KESOPANAN DALAM WACANA KARTUN PADA URAT KABAR KOMPAS (TINJAUAN PRAGMATIK)

ANALISIS PENYIMPANGAN MAKSIM KERJASAMA DAN AKSIM KESOPANAN DALAM WACANA KARTUN PADA URAT KABAR KOMPAS (TINJAUAN PRAGMATIK) ANALISIS PENYIMPANGAN MAKSIM KERJASAMA DAN AKSIM KESOPANAN DALAM WACANA KARTUN PADA URAT KABAR KOMPAS (TINJAUAN PRAGMATIK) Oleh : Agung Nugroho A.310.010.128 Skripsi Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif adalah metode penelitian dengan cara menggambarkan atau menuliskan keadaan subjek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik jika syarat syarat tertentu

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik jika syarat syarat tertentu BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik jika syarat syarat tertentu terpenuhi. Salah satunya adalah kesadaran terhadap bentuk sopan santun. Kesopansantunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi manusia. Manusia menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan pikirannya, baik yang dilakukan secara lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property 7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kesopanan Berbahasa Kesopanan berbahasa sangat diperlukan bagi penutur dan petutur. Menurut Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property associated with

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI Oleh: Latifah Dwi Wahyuni Program Pascasarjana Linguistik Deskriptif UNS Surakarta Abstrak Komunikasi dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dalam interaksi sosial manusia adalah komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dalam interaksi sosial manusia adalah komunikasi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bagian penting dalam interaksi sosial manusia adalah komunikasi atau melakukan tindak tutur jika sedang berinteraksi dengan sesamanya. Searle mengatakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seseorang ketika berbicara tidak lepas dari penggunaan bahasa. Pengertian bahasa menurut KBBI (2007:88) adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunkaan

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media yang utama dalam komunikasi manusia untuk menyampaikan informasi. Bahasa itu bersifat unik bagi manusia sekaligus bersifat universal. Anderson

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7 PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi (Wijana,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah alat komunikasi, manusia dapat saling memahami satu sama lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah alat komunikasi, manusia dapat saling memahami satu sama lain sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antar sesama dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menyampaikan maksud dan tujuan kepada orang lain sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan bertujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini, BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berikut beberapa penelitian yang dapat menjadi acuan dan perbandingan dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan

Lebih terperinci

Persyaratan. Oleh: A FAKULTA

Persyaratan. Oleh: A FAKULTA 1 ANALISIS PENGGUNAANN DAN PENYIMPANGAN PRINSIP KESANTUNAN PADA WACANA POJOK NUWUNN SEWU KORAN SOLOPOS EDISI OKTOBER 2014 ARTIKEL PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama. Sutedi (2003: 2) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Keahlian itu sangat ditekankan pada arah dan tujuan pembentukan emosional. Seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangPenelitian Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat saling menyapa dengan manusia lain serta mengungkapkan perasaan dan gagasannya.

Lebih terperinci

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam berkomunikasi yaitu untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam berkomunikasi yaitu untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan penting dalam berkomunikasi yaitu untuk memudahkan makhluk hidup berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Berdasarkan penyampaiannya, komunikasi

Lebih terperinci

SKRIPSI PENYIMPANGAN PRAGMATIK KARTUN OPINI DALAM BUKU DARI PRESIDEN KE PRESIDEN KARUT MARUT EKONOMI HARIAN & MINGGUAN KONTAN (2009)

SKRIPSI PENYIMPANGAN PRAGMATIK KARTUN OPINI DALAM BUKU DARI PRESIDEN KE PRESIDEN KARUT MARUT EKONOMI HARIAN & MINGGUAN KONTAN (2009) SKRIPSI PENYIMPANGAN PRAGMATIK KARTUN OPINI DALAM BUKU DARI PRESIDEN KE PRESIDEN KARUT MARUT EKONOMI HARIAN & MINGGUAN KONTAN (2009) KARYA BENNY RACHMADI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dapat terhibur dengan humor orang lain. Menurut Wijana (2004: 37)

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dapat terhibur dengan humor orang lain. Menurut Wijana (2004: 37) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Humor merupakan hal yang tidak asing lagi dalam kehidupan kita. Humor sangat berperan penting sebagai sarana hiburan atau sarana penghilang stres setelah letihnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab III ini dikemukakan mengenai metode penelitian yang peneliti gunakan. Metode penelitian merupakan alat, prosedur, dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran yang cukup sentral dalam kehidupan sehari-hari, bahkan hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. peran yang cukup sentral dalam kehidupan sehari-hari, bahkan hampir semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat untuk berinteraksi, maksudnya alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau juga perasaan. Seseorang dapat menyampaikan ide, gagasan, pikiran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian diperlukan dalam pencapaian sasaran penelitian, seperti yang ditegaskan oleh Sudaryanto (1992:25) bahwa metode dalam penelitian sangat dibutuhkan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Dalam bertutur atau berkomunikasi sangat erat hubungannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Dalam bertutur atau berkomunikasi sangat erat hubungannya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Percakapan atau dialog dalam sebuah tuturan diperlukan suatu kerja sama yang baik antara penutur dengan mitra tutur. Selain kerja sama, faktor kesopanan harus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Pustaka. penelitian yang bersumber dari acara infotainment talkshow baru pertama kali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Pustaka. penelitian yang bersumber dari acara infotainment talkshow baru pertama kali BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai prinsip kesantunan dan implikatur yang menggunakan pendekatan pragmatik sudah banyak dilakukan, akan tetapi penelitian

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik)

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik) IMPLEMENTASI KESANTUNAN LEECH TERHADAP KEHIDUPAN BERMASYARAKAT (Suatu Strategi untuk Menciptakan Kerukunan Hidup Bermasyarakat yang Damai dan Harmonis) Nisa Afifah S111308007 Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sejenis Sebelumnya Penelitian tentang humor mengenai prinsip kerjasama sudah penah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, antara lain Rini Devi Ellytias (2013)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas dari pemandu acara, suatu acara akan berjalan biasa sehingga para

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas dari pemandu acara, suatu acara akan berjalan biasa sehingga para BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemandu acara adalah orang yang memiliki peran penting dalam keberhasilan suatu acara yang dipandunya. Seorang pembawa acara harus mampu mengendalikan sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam berbahasa diperlukan kesantunan, karena tujuan berkomunkasi bukan hanya bertukar pesan melainkan menjalin hubungan sosial. Chaer (2010:15) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbahasa adalah kebutuhan utama bagi setiap individu dalam kehidupan. Bahasa pada dasarnya dapat digunakan untuk menyampaikan maksud yang ada di dalam pikiran kita.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif-kualitatif. Menurut Bogdan dan Bilken dalam Subroto, penelitian kualitatif merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Adi Dwi Prasetio, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Adi Dwi Prasetio, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berbagai peristiwa yang terjadi di negeri ini, termasuk kisruh di lingkungan pemerintahan tak lepas dari sorotan masyarakat. Hal itu ditandai oleh semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangPenelitian Bahasa adalah hasil budaya suatu masyarakat berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, karenaujarantersebutmengandung pemikiran-pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disampaikan dapat diterima dan dilaksanakan oleh lawan bicaranya. Begitu juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disampaikan dapat diterima dan dilaksanakan oleh lawan bicaranya. Begitu juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan manusia merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Manusia memerlukan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesamanya agar apa yang disampaikan dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat paling penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat berkomunikasi antara sesama manusia lainnya. Salah satu media yang digunakan dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial lain, kegiatan berbahasa baru terwujud apabila manusia terlibat

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli)

PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli) PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli) Oleh Latifah Dwi Wahyuni dan Nisa Afifah Abstrak Pada proses jual beli, baik di

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah 0 TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7 Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman pada saat ini banyak menuntut masyarakat untuk memahami berbagai macam penggunaan bahasa yang digunakan sebagai suatu alat untuk berkomunikasi.

Lebih terperinci

WACANA KARTUN EDITORIAL OOM PASIKOM PADA RUBRIK OPINI HARIAN KOMPAS: SUATU TINJAUAN PRAGMATIK SKRIPSI

WACANA KARTUN EDITORIAL OOM PASIKOM PADA RUBRIK OPINI HARIAN KOMPAS: SUATU TINJAUAN PRAGMATIK SKRIPSI WACANA KARTUN EDITORIAL OOM PASIKOM PADA RUBRIK OPINI HARIAN KOMPAS: SUATU TINJAUAN PRAGMATIK SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA IKLAN PEMASARAN GEDUNG PERKANTORAN AGUNG PODOMORO CITY NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: FENDY ARIS PRAYITNO NIM A

TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA IKLAN PEMASARAN GEDUNG PERKANTORAN AGUNG PODOMORO CITY NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: FENDY ARIS PRAYITNO NIM A TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA IKLAN PEMASARAN GEDUNG PERKANTORAN AGUNG PODOMORO CITY NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: FENDY ARIS PRAYITNO NIM A310 090 180 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Show Campur-Campur di Stasiun Televisi ANTV memiliki dua penelitian yang

BAB II LANDASAN TEORI. Show Campur-Campur di Stasiun Televisi ANTV memiliki dua penelitian yang 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Penelitian yang berjudul Prinsip Kesopanan Berbahasa dalam Acara Talk Show Campur-Campur di Stasiun Televisi ANTV memiliki dua penelitian yang relevan. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan alat komunikasi antar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan alat komunikasi antar 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan alat komunikasi antar sesamanya di dalam suatu lingkungan pergaulan hidup untuk melaksanakan maksud tertentu. Banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media komunikasi yang paling canggih dan produktif. Kentjono (dalam Chaer, 2007: 32) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung antar masyarakat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung antar masyarakat sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung antar masyarakat sebagai manusia yang berpikir, berperasaan, dan berkinerja. Pikiran, perasaan, dan keinginan baru terwujud

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI Penulisan landasan teori digunakan untuk mendukung suatu penelitian. Landasan teori terdiri atas dua bagian, yaitu kajian teori dan kajian penelitian yang relevan. Kajian teori

Lebih terperinci

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

TINDAK KESANTUNAN KOMISIF PADA IKLAN KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH SURAKARTA. Naskah Publikasi

TINDAK KESANTUNAN KOMISIF PADA IKLAN KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH SURAKARTA. Naskah Publikasi TINDAK KESANTUNAN KOMISIF PADA IKLAN KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH SURAKARTA Naskah Publikasi Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu Beberapa penelitian tentang prinsip kesantunan sudah pernah dilakukan. Penelitian yang pernah dilakukan dan berkaitan dengan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tulisannya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan media massa. Media

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tulisannya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan media massa. Media BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan manusia salah satunya yaitu sebagai alat komunikasi dengan lingkungannya. Tuturan manusia dapat diekspresikan melalui media massa baik lisan

Lebih terperinci

2015 REALISASI PRINSIP RELEVANSI PADA ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE

2015 REALISASI PRINSIP RELEVANSI PADA ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan oleh manusia untuk menyampaikan ide, gagasan, maupun pengalaman kepada orang lain. Selain sebagai media komuninikasi, bahasa juga dipakai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Chaer, 2010: 22). Sehingga dalam bertutur tentu menggunakan bahasa dalam

BAB I PENDAHULUAN. (Chaer, 2010: 22). Sehingga dalam bertutur tentu menggunakan bahasa dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bertutur merupakan suatu kegiatan sosial. Bertutur merupakan realisasi dari berbahasa. Karena bahasa bersifat abstrak, sedangkan bertutur bersifat konkret (Chaer, 2010:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, pikiran maupun suatu informasi. Bahasa sebagai media penyampai

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, pikiran maupun suatu informasi. Bahasa sebagai media penyampai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan alat komunikasi yang berfungsi untuk menyampaikan gagasan, pikiran maupun suatu informasi. Bahasa sebagai media penyampai gagasan, pikiran,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan mitra tuturnya baik dari segi makna ataupun maksud tuturannya. Manusia berbicara dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk sosial, dorongan untuk berkomunikasi muncul dari keinginan manusia untuk dapat berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana terpenting dalam segala jenis komunikasi yang terjadi di dalam kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah,

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS ANDALAS. Tinjauan Pragmatik. Skripsi

IMPLIKATUR PERCAKAPAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS ANDALAS. Tinjauan Pragmatik. Skripsi IMPLIKATUR PERCAKAPAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS ANDALAS Tinjauan Pragmatik Skripsi diusulkan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Diajukan oleh: Ardison 06184023 JURUSAN SASTRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peristiwa tutur terjadinya atau berlangsung pada interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai media penyampaian informasinya. dipergunakan dalam wacana humor. Penggunaan bahasa yang biasa saja

BAB I PENDAHULUAN. sebagai media penyampaian informasinya. dipergunakan dalam wacana humor. Penggunaan bahasa yang biasa saja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini, surat kabar telah menjadi kebutuhan bagi manusia. Melalui surat kabar kita bisa memperoleh berbagai informasi yang sedang aktual atau sedang hangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia lain. Proses interaksi tersebut terjadi karena adanya komunikasi antar anggota masyarakat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bahasanya. Bahasa setiap daerah memiliki style atau gaya tersendiri dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bahasanya. Bahasa setiap daerah memiliki style atau gaya tersendiri dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat penting dalam kehidupan individu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bahasa dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan yang lain, juga untuk

Lebih terperinci

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia   ABSTRAK REALISASI PRINSIP KESOPANAN BERBAHASA INDONESIA DI LINGKUNGAN SMA MUHAMMADIYAH PURWOREJO TAHUN 2012 DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DI SMA Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. kuantitatif. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. kuantitatif. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Suatu penelitian tertentu, berdasarkan teknik pendekatannya dapat dikaji melalui 2 cara yakni melalui metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif.

Lebih terperinci

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A KESANTUNAN BERBICARA PENYIAR RADIO SE-EKS KARESIDENAN SURAKARTA: KAJIAN PRAGMATIK Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diajukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA WACANA OPERA VAN JAVA DI TRANS 7

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA WACANA OPERA VAN JAVA DI TRANS 7 TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA WACANA OPERA VAN JAVA DI TRANS 7 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan

Lebih terperinci

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN Dhafid Wahyu Utomo 1 Bayu Permana Sukma 2 Abstrak Di ranah formal, seperti di perguruan tinggi, penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial dan anggota masyarakat memerlukan bahasa sebagai media komunikasi untuk berinteraksi dengan makhluk lainnya untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan pesan secara cepat dan ringkas, situasi atau kejadian-kejadian tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur atau tindak ujar (speech act) merupakan sesuatu yang bersifat pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik pragmatik

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal lain(kbbi, 2003:58). 2.1.1Implikatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada penelitian ini yang bertopik Warna Warni Percintaan dan Gelar Pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pada penelitian ini yang bertopik Warna Warni Percintaan dan Gelar Pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Humor sudah mulai berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Humor dapat terjadi diberbagai kegiatan baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam suatu acara, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Baryadi (2005: 67) sopan santun atau tata krama adalah salah satu wujud penghormatan seseorang kepada orang lain. Penghormatan atau penghargaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah di dalam interaksi lingual itu.

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah di dalam interaksi lingual itu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa adalah aktivitas sosial. Bahasa itu terdiri atas dua bagian yaitu lisan, seperti percakapan, pembacaan berita, berpidato,kegiatan diskusi/seminar,

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNANLEECH DALAM DIALOG FILM MY STUPID BOSSKARYA UPI AVIANTODAN RELEVANSINYATERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA

PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNANLEECH DALAM DIALOG FILM MY STUPID BOSSKARYA UPI AVIANTODAN RELEVANSINYATERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA 1 PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNANLEECH DALAM DIALOG FILM MY STUPID BOSSKARYA UPI AVIANTODAN RELEVANSINYATERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA Herlina Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebencian. Benci (a) ialah sangat tidak suka dan kebencian (n) ialah sifat-sifat benci

BAB I PENDAHULUAN. kebencian. Benci (a) ialah sangat tidak suka dan kebencian (n) ialah sifat-sifat benci BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berinteraksi dengan yang lain, manusia memiliki emosi yang dapat diekspresikan melalui banyak hal. Salah satu contoh emosi tersebut ialah perasaan kebencian.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian... 31

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian... 31 DAFTAR ISI PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Penelitian... 1 B. Identifikasi Masalah...

Lebih terperinci