PELAKSANA KEGIATAN. TEAM: MISWADI, S.Pi [Team Leader] Romie Jhonnerie, S.Pi, M.Sc [Ahli Sistem Informasi, Database, Setting]

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PELAKSANA KEGIATAN. TEAM: MISWADI, S.Pi [Team Leader] Romie Jhonnerie, S.Pi, M.Sc [Ahli Sistem Informasi, Database, Setting]"

Transkripsi

1

2 PELAKSANA KEGIATAN YAYASAN LAKSANA SAMUDERA [Baharu Minda Bahari] Jl. Kandis Ujung No 92 Pekanbaru - RIAU Telp/Fax: gerainfo@yahoo.com RAMSES FIRDAUS, S.Pi, M.Si [Penanggung Jawab Program] TEAM: MISWADI, S.Pi [Team Leader] Sri Kartaharja, S.Pi [Ahli Perikanan & Ekosistem Terumbu Karang] Romie Jhonnerie, S.Pi, M.Sc [Ahli Sistem Informasi, Database, Setting] Beli Nasution, S.IP, MA [Ahli Komunikasi] Yossi Oktorini, ST, M.Sc [Ahli Penginderaan Jauh, GIS, Surveying] Ahmad Nawawi [Administrasi dan Keuangan]

3 KATA PENGANTAR Kompleksitas permasalahan pengelolaan Program COREMAP memerlukan perhatian yang seksama terutama Coral Reef Information and Training Center (CRITIC) COREMAP II Pusat dan Daerah, sehingga dapat tepat sasaran dan tepat konsepnya pula. Dalam mensukseskan pengelolaan Program COREMAP di daerah berhubungan dengan berbagai stakeholders sehingga membutuhkan suatu komunikasi yang tepat dalam menyampaikan pesan informasi. Dengan demikian biaya pengelolaan Program COREMAP II untuk Kabupaten Natuna dapat lebih efesien dan efektif. Suatu konsep pelaksanaan yang baik terbangun dari suatu persiapan yang matang yang dilakukan oleh orang-orang yang ahli dan berpengalaman. Konsep yang telah disusun pun harus bersifat terbuka untuk suatu koreksi dan penyempurnaan. Untuk mencapai suatu konsep yang mendekati kesempurnaan maka masukan dari berbagai fihak menjadi penting termasuk diantaranya para pengambil kebijakan ditingkat daerah, para akademisi, para peneliti dan masyarakat. Untuk pengembangan Program COREMAP ke kawasan lain pada berbagai tahapan membutuhkan dukungan komunikasi dalam menyampaikan informasi dan pesan penyelamatan terumbu karang. Aspek ini menjadi sangat besar peranannya karena kerusakan ekosistem terumbu karang sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Kajian yang seksama tentang strategi komunikasi yang efektif dalam menyampaikan pesan penyelamatan terumbu karang di Kabupaten Natuna sangat dibutuhkan mengingat kondisi masyarakat terkait langsung dengan keberadaan dan eksploitasi ekosistem terumbu karang. Pekanbaru, Februari 2006 Pelaksana, YAYASAN LAKSANA SAMUDERA [Baharu Minda Bahari] i

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... PENDAHULUAN Latar Belakang Isu Permasalahan Tujuan Luaran Ruang Lingkup Metode Penelitian Lokasi penelitian Metode pengumpulan data Analisa data... 5 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Bunguran Timur Kondisi daerah Potensi sumberdaya alam Potensi sumberdaya manusia Potensi sarana dan prasarana Potensi kelembagaan Tingkat perkembangan desa Kecamatan Bunguran Barat Kondisi daerah Potensi sumberdaya alam Potensi sumberdaya manusia Potensi sarana dan prasarana Potensi kelembagaan Tingkat perkembangan desa EKOSISTEM DAN PENGELOLAAN TERUMBU KARANG Kondisi Ekosistem dan Ancaman terhadap Terumbu Karang Pengelolaan Terumbu Karang Kebijakan Nasional dalam Pengelolaan Terumbu Karang i ii iv v vi ii

5 MASYARAKAT PESISIR NATUNA DAN KEGIATAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA LAUT Aktivitas Nelayan di Pulau Bunguran dan Dampaknya Peran Tokoh terhadap Adat dan Tradisi Masyarakat Melayu Faktor-faktor dalam Perubahan Masyarakat KOMUNIKASI, MEDIA DAN STRATEGI Proses Komunikasi Pemilihan Media Komunikasi Strategi yang Efektif dalam Komunikasi Strategi pada media radio Strategi pada media film dokumenter dan VCD lagu daerah Strategi pada media luar ruang (MLR) Strategi pada media penyuluhan Strategi untuk sosialisasi pada usia dini RENCANA TINDAK LANJUT Radio Komunitas Film Dokumenter dan VCD Lagu Daerah Media Luar Ruang (MLR) Penyuluhan Sosialisasi pada Usia Dini (Komik) KESIMPULAN KEPUSTAKAAN LAMPIRAN iii

6 DAFTAR TABEL Tabel 1. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat usia di Kec Bunguran Timur Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kec Bunguran Timur Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kec Bunguran Timur Jumlah penduduk berdasarkan etnis di Kec Bunguran Timur Jumlah penduduk berdasarkan agama di Kec Bunguran Timur Jumlah kepemilikan televisi di Kec Bunguran Timur Jumlah kepemilikan parabola di Kec Bunguran Timur Jumlah kepemilikan radio di Kec Bunguran Timur Jumlah angkatan kerja di Kec Bunguran Timur Jumlah penduduk berdasarkan kesejahteraan di Kec Bunguran Timur Jumlah penduduk berdasarkan tingkat usia di Kec Bunguran Barat Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kec Bunguran Barat Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kec Bunguran Barat Jumlah penduduk berdasarkan etnis di Kec Bunguran Barat Jumlah penduduk berdasarkan agama di Kec Bunguran Barat Jumlah kepemilikan televisi di Kec Bunguran Barat Jumlah kepemilikan parabola di Kec Bunguran Barat Jumlah kepemilikan radio di Kec Bunguran Barat Jumlah angkatan kerja di Kec Bunguran Barat Jumlah penduduk berdasarkan kesejahteraan di Kec Bunguran Barat Matriks pemilihan media komunikasi Matriks Strategi pada media radio Matriks Strategi pada media film dokumenter dan VCD lagu daerah Matriks strategi pada media luar ruang (MLR) Matrik strategi pada media penyuluhan Matriks strategi untuk sosialisasi pada usia dini Jadwal produksi pembuatan film dokumenter dan VCD lagu daerah iv

7 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Peta lokasi penelitian Skema konsep dasar komunikasi Tata letak studio Pemancar radio Contoh media luar ruang (a, b dan c) v

8 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar kuisioner Daftar responden Kecamatan Bunguran Timur Daftar responden Kecamatan Bunguran Barat Surat keterangan desa Kecamatan Bunguran Timur Surat keterangan desa Kecamatan Bunguran Barat Dokumentasi kegiatan vi

9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang (COREMAP) di Kepulauan Riau dimaksudkan untuk memperbaiki dan mencegah terjadinya kerusakan ekosistim terumbu karang akibat aktivitas manusia baik yang memberikan dampak langsung maupun tidak langsung. Kegiatan yang dapat memberikan kerusakan langsung terhadap ekosistim terumbu karang antara lain pengambilan karang untuk bahan bangunan, penangkapan ikan dengan bahan peledak, pembiusan (sianida), pengoperasian trawl dan sebagainya. Sedangkan kegiatan lain yang dapat memberikan dampak tidak langsung misalnya kegiatan penambangan pasir dan penggundulan hutan pantai yang menyebabkan tingginya sedimentasi, pembuangan limbah industri, sampah dan sebagainya ke laut. Terumbu karang merupakan bagian dari suatu sistem ekologi laut dan pesisir yang komplek, mempunyai peranan penting dalam berbagai proses biologi dan fisika laut yang berkaitan dengan kelestarian sumberdaya hayati laut dan pesisir. Selain itu terumbu karang juga mempunyai fungsi pelindung pantai dari hempasan ombak dan arus laut yang menjadi penyebab abrasi, Unesco (2001). Terumbu karang mempunyai diversitas biologi yang tinggi dan berfungsi sebagai tempat tumbuh, berlindung dan mencari makan bagi berbagai biota laut, dengan demikian keberadaan terumbu karang merupakan jaminan bagi kelangsungan hidup ikan-ikan karang dan organisme lain yang berasosiasi dengannya. Keindahan terumbu karang juga memberi warna tersendiri dalam menunjang kepariwisataan yang tentunya memberi tambah bagi masyarakat setempat. Ancaman kerusakan terumbu karang yang paling menghawatirkan saat ini adalah karena aktifitas manusia, terutama penangkapan ikan dengan bom atau sianida, pengambilan karang untuk bangunan, serta pembuangan limbah industri dan rumah tangga. Masyarakat disekitar kawasan terumbu karang merupakan kalangan yang paling penting dalam pemanfaatannya. Sebaliknya kalangan ini pula yang akan menerima akibat yang timbul dari kondisi baik maupun buruknya eksistim ini, Umar (1999). Seiring dengan berkembang pesatnya pembangunan dan tuntutan ekonomi di Kabupaten Natuna secara tidak langsung memberikan andil rusaknya terumbu karang. Hal ini terjadi karena banyaknya pembangunan tanpa memperhatikan kaidah lingkungan terutama kurangnya kesadaran pemerintah, pihak swasta (investor) dan masyarakat akan pentingnya keberadaan terumbu karang dalam kehidupan. Pelaksanaan Program COREMAP pada Phase I telah dilaksanakan pada tujuh desa di dua kecamatan di Kabupaten Kepulauan Riau (sekarang menjadi Kabupaten Lingga setelah pemekaran propinsi dan kabupaten). Dua kecamatan tersebut yaitu di Kecamatan Senayang (meliputi Desa Tanjung Medang, Desa Temiang, Desa Mamut, Desa Pasir Panjang dan Kelurahan Senayang) dan Kecamatan Lingga (meliputi Desa Sekanah dan Desa Limbung). Dari program-program yang telah dilaksanakan ternyata 1

10 memberikan dampak yang positif bagi masyarakat. Hal ini dapat diketahui semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang arti penting ekosistim terumbu karang, respon masyarakat yang negatif terhadap semua kegiatan yang dapat mengakibatkan kerusakan terumbu karang dan secara kualitatif kegiatan pengrusakan terumbu karang khususnya pengeboman ikan semakin berkurang. Melihat perkembangan hasil dari Program COREMAP Phase I, Pemerintah Pusat dan Lembaga Donor melanjutkan program ini kepada Phase II. Pada fase ini dilakukan ekstensifikasi program ke kawasan lain yang potensial. Hal ini telah direspon positif oleh Pemerintah Kabupaten Natuna yang telah menyatakan kesediaan wilayahnya dijadikan sebagai kawasan pengembangan Program COREMAP Phase II. Pada tahun 2005, lima desa pada dua kecamatan di Kabupaten Natuna telah menjadi lokasi program COREMAP Phase II. Dua kecamatan tersebut adalah Kecamatan Bunguran Barat (meliputi Desa Sabang Mawang, Desa Pulau Tiga dan Desa Sededap) dan Kecamatan Bunguran Timur (meliputi Desa Sepempang dan Desa Tanjung). Untuk pengembangan Program COREMAP ke kawasan lain pada berbagai tahapan membutuhkan dukungan komunikasi dalam menyampaikan informasi dan pesan penyelamatan terumbu karang. Aspek ini menjadi sangat besar peranannya karena kerusakan ekosisitem terumbu karang sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Sehubungan dengan hal itu maka perlu adanya kajian yang seksama tentang strategi komunikasi yang efektif dalam menyampaikan pesan penyelematan terumbu karang di Kabupaten Natuna mengingat kondisi masyarakat terkait langsung dengan keberadaan dan eksploitasi ekosistem terumbu karang seperti masyarakat nelayan, pengusaha dan aparat setempat Isu Permasalahan 1.3. Tujuan Beberapa isu permasalahan yang muncul dalam upaya penyelamatan dan pelestarian terumbu karang diantaranya masih rendahnya tingkat pemahaman masyarakat nelayan di Kecamatan Bunguran Timur dan Bunguran Barat tentang arti pentingnya terumbu karang. Realita ini dapat dilihat dari kebanyakan masyarakat menggunakan material terumbu karang sebagai bahan bangunan rumah, jalan, jembatan dan pasarana sosial lainnya. Kemudian dari pada itu maraknya aksi yang menimbulkan perusakan terhadap terumbu karang seperti pembiusan dan pengeboman di Kecamatan Bunguran Timur dan Bunguran Barat. Disamping itu, aktivitas penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan kebanyakan menimbulkan kerusakan terhadap terumbu karang. Melihat fenomena tersebut, upaya penyelamatan dan pelestarian terumbu karang yang dilakukan belum mendapatkan model komunikasi yang efektif untuk menyadarkan masyarakat tentang penyelamatan dan pelestarian terumbu karang di Kecamatan Bunguran Timur dan Bunguran Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : Mengkaji komunikasi efektif yang disesuaikan dengan kebutuhan stakeholders. Mengidentifikasi jenis dan media yang cocok untuk menyampaikan pesan penyelamatan terumbu karang. 2

11 1.4. Luaran Luaran dari penelitian ini adalah: 1.5. Ruang Lingkup Model komunikasi efektif untuk menyampaikan pesan penyelamatan terumbu karang Buku saku hasil penelitian berdasarkan kepentingan stakeholders Di dalam studi ini data yang dikumpulkan terbatas pada data primer dan data skunder. Data primer meliputi kondisi terumbu karang, sikap dan perilaku masyarakat dalam mengakses ekosistem terumbu karang, sarana dan prasarana dalam memperoleh informasi. Sedangkan data skunder meliputi profil desa lokasi penelitian Metode Penelitian Lokasi penelitian Lokasi penelitian dilakukan pada desa pesisir di Kecamatan Bunguran Timur dan Kecamatan Bunguran Barat. Desa pesisir di Kecamatan Bunguran Timur meliputi: 1) Desa Sepempang 2) Desa Tanjung 3) Desa Kelanga 4) Desa Pengadah Desa pesisir di Kecamatan Bunguran Barat meliputi: 1) Desa Sabang Mawang 2) Desa Pulau Tiga 3) Desa Sededap 3

12 Peta lokasi penelitian dapat dilihat berdasarkan gambar dibawah ini: Gambar 1. Peta lokasi penelitian Metode pengumpulan data Teknik pengumpulan data primer dilakukan menggunakan metode PRA dan RRA, melalui wawancara bebas mendalam, fokus group diskusi/fgd dan observasi lapangan. Teknik pengumpulan data skunder melalui proses koleksi dari kantor kepala desa/kelurahan, kantor kecamatan dan Badan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Natuna untuk memperkuat dan mempertajam informasi yang telah diperoleh. 4

13 Responden terdiri dari nelayan, aparat desa, aparat kecamatan, aparat pemerintah desa, tokoh masyarakat, anak-anak, tokoh pemuda, tokoh agama, kelompok ibu-ibu dan masyarakat umum Selanjutnya untuk melengkapi dan mendukung hasil penelitian dilakukan kajian studi berbagai dokumen/kepustakaan yang relevan Analisa data Data lapangan yang diperoleh melalui proses koleksi data selanjutnya dilakukan analisis secara kulitatif. Proses analisa data ini sudah dimulai sejak pengumpulan data di lapangan secara berkesinambungan selama penelitian berlangsung sampai draf laporan akhir tersusun. Kegiatan analisa data dimulai dengan mereduksi data yang mencakup dan mengikhtiarkan hasil pengumpulan data selengkap mungkin, dan memilahmilahnya kedalam suatu konsep, kategori atau tema tertentu. Setelah pengolahan data, selanjutnya ditampilkan (display) dalam bentuk grafik, diagram, sketsa, matrik yang dapat memberikan informasi yang jelas, sehingga menyatakan atau mengarah pada suatu kesimpulan. Sebelum penarikan kesimpulan dilakukan verifikasi atau pengujian untuk melihat padu tidaknya data dengan konsep yang dikembangkan, teori dengan data yang tersedia serta padu tidaknya keseluruhan temuan penelitian dengan realitas lapangan. 5

14 BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Kecamatan Bunguran Timur Kondisi daerah Kecamatan Bunguran Timur terdiri dari 10 (sepuluh) desa dan 1 (satu) kelurahan. Desa yang menjadi lokasi penelitian di kecamatan ini terdiri dari 4 (empat) desa yaitu Desa Sepempang, Desa Tanjung, Desa Kelanga dan Desa Pengadah. Masing-masing desa berada di lereng Gunung Ranai yang terletak di Pulau Bunguran Kabupaten Natuna Propinsi Kepulauan Riau. Batas-batas wilayah desa Desa Sepempang yaitu: bagian sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tanjung, sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Ranai, sebelah Timur berbatasan dengan Laut Natuna, dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Ceruk. Batas-batas wilayah Desa Tanjung yaitu: bagian sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kelanga, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sepempang, sebelah Timur berbatasan dengan Laut Natuna, dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Ceruk. Batas-batas wilayah Desa Kelanga yaitu: bagian sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pengadah, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kelanga, sebelah Timur berbatasan dengan Laut Natuna, dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kelarik Utara. Batas-batas wilayah Desa Pengadah yaitu: bagian Utara berbatasan dengan Desa Kelarik Utara, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kelanga, sebelah Timur berbatasan dengan Laut Natuna, dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kelarik Utara. Berdasarkan kondisi fisiknya, desa lokasi penelitian di daerah ini memiliki bentang wilayah tanah berbukit dan bergunung batu, dataran rendah dan landai. Masing-masing desa memiliki ketinggian tanah yang berbeda dari permukaan air laut. Desa Sepempang berada pada ketinggian tanah 10 (sepuluh) meter di atas permukaan laut, sedangkan Desa Tanjung, Desa Kelanga dan Desa Pengadah berada pada ketinggian tanah 2 (dua) meter di atas permukaan laut. Bagian daratan masing-masing desa ditumbuhi berbagai jenis kayu, pohon cengkeh dan pohon kelapa. Berdasarkan tata letak, masing-masing desa terletak di lereng Gunung Ranai, dekat dengan kawasan hutan, sehingga dikategorikan sebagai desa sekitar hutan. Selain itu dapat pula dikategorikan sebagai desa pantai pesisir. Sebagaimana daerah pesisir lainnya, pemukiman penduduk membujur mengikuti bentuk pantai dan sungai, sangat sedikit bermukim di daerah pedalaman (menjauhi pantai). Beberapa desa di Kecamatan Bunguran Timur memiliki pulau-pulau kecil. Pulau Senoa adalah salah satu pulau di Desa Sepempang yang merupakan tempat bertelurmya penyu dan habitat bagi burung walet. 6

15 Sebagaimana di kawasan lainnya di Natuna, wilayah ini dipengaruhi oleh 2 (dua) musim yaitu musim hujan (September Pebruari) dengan suhu rata-rata harian 24 0 C dan musim kemarau (Maret Agustus) dengan suhu rata-rata 34 0 C. Berdasarkan pergerakan angin, masyarakat nelayan setempat mengenal adanya 4 (empat) musim angin yaitu musim utara (Desember Pebruari), musim selatan (September-Nopember), musim barat (Juni Agustus) dan musim timur (Maret-Mei). Musim utara ditandai dengan kuatnya angin yang berhembus terus menerus dan diikuti dengan besarnya gelombang. Wilayah desa di Kecamatan Bunguran Timur (terutama pada lokasi penelitian) dapat ditempuh dari ibu kota kecamatan/kabupaten dengan menggunakan transportasi darat. Transportasi darat yang dapat digunakan berupa kendaraan roda dua, roda empat atau sejenisnya. Ojek merupakan jenis transportasi kenderaan roda dua dan satu-satunya transportasi reguler yang umum digunakan masyarakat umum. Jarak dan waktu tempuh masing desa ke kota kecamatan dan kota kabupaten berbeda-beda. Untuk Desa Sepempang berjarak 7 km dengan waktu tempuh sekitar 15 menit. Desa Tanjung berjarak 12 km dengan waktu tempuh sekitar 30 menit. Desa Kelanga berjarak 18 km dengan waktu tempuh sekitar 45 menit. Desa Pengadah (desa terjauh yang terletak di bagian ujung sebelah utara Pulau Bunguran) berjarak 34 km dengan waktu tempuh 1,5 jam Potensi sumberdaya alam Pertanian (perkebunan, tanaman pangan dan peternakan) Pulau Bunguran, terutama desa-desa lokasi penelitian, memiliki kesuburan tanah yang baik untuk pengembangan sektor pertanian. Sedangkan potensi laut merupakan kekayaan alam yang mendukung sektor perikanan karena keragaman hasil-hasil laut dan ekosistemnya terutama terumbu karang. Disamping itu, potensi sumberdaya alam menawarkan potensi pariwisata alam baik laut maupun daratan pegunungan yang memiliki daya tarik tersendiri yang unik. Potensi perkebunan dan tanaman pangan berupa tanaman keras, tanaman palawija dan tanaman buah-buahan. Jenis tanaman perkebunan produktif (tanaman keras) yang dikembangkan masyarakat diantaranya kelapa, cengkeh, kopi, pinang, lada, jambu mete, karet dan cokelat. Kelapa dan cengkeh merupakan jenis tanaman primadona sejak dahulu di Natuna sehingga daerah ini dikenal sebagai daerah penghasil kelapa dan cengkeh terbesar di Indonesia. Namun demikian tidak terdapat perkebunan kelapa dan cengkeh milik pemerintah atau swasta, seluruhnya merupakan perkebunan masyarakat setempat. Jenis tananam palawija yang dikembangkan masyarakat pedesaan diantaranya jagung, ubi jalar, ubi kayu dan cabe serta mentimun. Akan tetapi masyarakat Desa Pengadah tidak tertarik dalam mengembangkan komoditas tanaman pangan tersebut. Sedangkan jenis buah-buahan yang dibudidayakan masyarakat setempat antara lain jeruk, rambutan, salak, nenas, pisang, durian, manggis dan mangga. Skala produksi dari masing-masing komoditas hanya mampu memenuhi kebutuhan masyarakat itu sendiri. Kondisi geografis wilayah yang kurang menguntungkan (jauh dari pasar luar daerah) mengakibatkan pemasaran berbagai komoditas tanaman pangan menjadi terkendala sehingga membuat minat masyarakat untuk mengembangkan dalam skala produksi yang lebih besar menjadi terhambat juga. Potensi peternakan yang dikembangkan masyarakat pedesaan diantaranya sapi, ayam, bebek, kambing, merpati dan walet. Jenis hasil yang diperoleh dari peternakan tersebut adalah daging dan telur. Sedangkan walet, hasil yang diperoleh berupa sarang. 7

16 Kehutanan, bahan galian dan sumberdaya air Potensi hutan yang dimanfaatkan masyarakat pedesaan diantaranya kayu dan madu lebah. Kayu dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan masyarakat terutama bahan bangunan. Sedangkan madu lebah dengan kemampuan produksi mencapai rata-rata sekitar 50 liter/tahun/desa merupakan hasil hutan yang khas yang dapat ditemukan dengan mudah di pasar-pasar rakyat di daerah ini. Disamping hutan darat, terdapat juga hutan mangrove yang dapat ditemukan di beberapa lokasi penelitian terutama Desa Pengadah, Desa Kelanga dan Desa Tanjung. Vegetasi mangrove tumbuh dengan baik terutama di daerah aliran sungai. Namun untuk Desa Pengadah disamping di daerah aliran sungai, mangrove tumbuh dengan baik di daerah pesisir pantai. Luas hutan mangrove di Desa Pengadah mencapai 8 ha. Sekitar 6 ha masih berada dalam kondisi baik dan sisanya berada dalam kondisi rusak disebabkan oleh konversi lahan untuk pemukiman dan adanya kegiatan penebangan untuk kebutuhan masyarakat setempat. Potensi bahan galian yang ditemukan di Kecamatan Bunguran Timur antara lain batu granit, batu kapur, pasir dan pasir kwarsa. Bahan galian ini ditemukan hampir di seluruh daerah penelitian dan pemanfaatannya adalah untuk bahan bangunan. Selain bahan galian, ditemukan juga sumberdaya air yang potensial. Air adalah salah satu sumberdaya alam yang merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan suatu komunitas dalam kawasan pemukiman. Sumber air bersih yang digunakan masyarakat untuk air minum dan mandi di kawasan ini berasal dari mata air Gunung Ranai dan air sumur. Untuk mendapatkan sumber air bersih, pada umumnya masyarakat desa membuat sumur gali yang dimanfaatkan setiap kepala keluarga (KK) untuk kebutuhan harian. Setelah adanya program air bersih, berupa pipanisasi air yang bersumber dari pegunungan yang dialirkan ke setiap rumah masyarakat, semakin memudahkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air bersih. Sumber daya perikanan Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya perikanan laut sangat tinggi. Sektor penangkapan lebih mendominasi dari pada sektor budidaya. Produksi perikanan Natuna tahun 2004 untuk kawasan Bunguran Timur tercatat sebesar ton. Alat tangkap yang banyak digunakan oleh masyarakat nelayan secara umum antara lain berupa pancing tonda, pancing ulur, bubu karang, jaring hanyut (gill net), bagan tancap, bagan apung, kelong pantai, sengerit, jaring pantai, dan pancing rawai. Usaha budidaya perikanan di daerah ini sampai saat ini belum mampu berkembang dengan baik. Namun dibeberapa tempat telah dilakukan usaha keramba tancap untuk pembesaran ikan khususnya ikan-ikan karang terutama yang diperoleh dari hasil tangkapan bubu. Lambannya perkembangan usaha budidaya di kawasan pantai timur Pulau Bunguran dipengaruhi oleh faktor-faktor teknis dan ekonomis. Disamping itu, juga sangat dipengaruhi oleh kondisi alam berupa musim. Musim hujan yang terjadi mulai bulan September sampai Pebruari terutama pada musim utara. Pada musim utara terjadi gelombang yang cukup besar. Oleh karena pantai Pulau Bunguran Timur ini langsung berhadapan dengan Laut Cina Selatan, maka hempasan gelombang dapat secara langsung memukul daerah bibir pantai sehingga mampu menimbulkan tingkat kerusakan yang cukup tinggi di kawasan pantai termasuk keramba tancap dan bagan tancap. 8

17 Potensi sumberdaya manusia Jumlah penduduk Berdasarkan Buku Data Profil Desa/Kelurahan Kabupaten Natuna Tahun 2004, jumlah penduduk secara keseluruhan untuk masing-masing desa di lokasi penelitian sebagai berikut: Tabel 1. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat usia di Kecamatan Bunguran Timur No Tingkat Usia Jumlah (jiwa) Sepempang Tanjung Kelanga Pengadah ,35% ,59% 0 0,00% 55 12,94% ,25% ,19% ,64% 44 10,35% ,25% 108 8,60% ,92% 22 5,18% ,06% ,67% 124 9,44% 37 8,71% ,14% 106 8,44% ,58% 50 11,76% ,98% 115 9,16% 0 0,00% 28 6,59% ,44% 112 8,92% 0 0,00% 40 9,41% ,23% 75 5,97% 0 0,00% 27 6,35% ,23% 103 8,20% ,71% 23 5,41% ,71% 76 6,05% 0 0,00% 28 6,59% ,95% 91 7,25% ,76% 29 6,82% ,02% 9 0,72% 0 0,00% 26 6,12% 13 > ,40% 66 5,25% ,95% 16 3,76% Jumlah ,00% ,00% ,00% ,00% Sumber : Buku Data Profil Desa/Kelurahan Kabupaten Natuna Tahun 2004 Pendidikan Pendidikan merupakan sarana untuk mencerdaskan bangsa, oleh sebab itu berhasil atau tidaknya pembangunan suatu bangsa banyak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan penduduknya. Sarana pendidikan yang menunjang pendidikan terdiri dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Jumlah siswa dan tenaga pengajar juga mempengaruhi tingkat pendidikan. Pada desa-desa di lokasi penelitian di Kecamatan Bunguran Timur terdapat 5 buah sekolah dasar dengan jumlah murid rata-rata 97 orang dan jumlah tenaga pengajar ratarata 8 orang. Sedangkan SLTP hanya terdapat di Desa Tanjung sebanyak 1 buah dengan jumlah murid sebanyak 203 orang dan tenaga pengajar 10 orang. 9

18 Tabel 2. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan Bunguran Timur No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Sepempang Tanjung Kelanga Pengadah 1 Belum sekolah 84 0,75% ,76% ,61% 11 2,59% 2 Tdk pernah sekolah Usia 7-45 thn 10 0,09% 70 5,57% 47 3,58% 8 1,88% Usia > 45 thn 207 1,84% 0 0,00% 30 2,28% ,88% 3 Pernah sekolah tidak tamat 80 0,71% ,65% 105 7,99% 60 14,12% 4 SD/sederajat 645 5,74% ,38% ,60% ,94% 5 SLTP/sederajat 124 1,10% ,19% 98 7,46% 18 4,24% 6 SLTA/Sederajat 72 0,64% 86 6,85% 61 4,64% 20 4,71% 7 Sarjana/D1 0 0,00% 1 0,08% 0 0,00% 0 0,00% 8 Sarjana/D2 4 0,04% 15 1,19% 7 0,53% 6 1,41% 9 Sarjana/D3 5 0,04% 1 0,08% 0 0,00% 0 0,00% 10 Sarjana/S1 13 0,12% 3 0,24% 4 0,30% 1 0,24% Jumlah ,06% ,00% ,00% ,00% Sumber : Buku Data Profil Desa/Kelurahan Kabupaten Natuna Tahun 2004 Mata pencaharian Masalah kependudukan selalu berkaitan dengan masalah ketenagakerjaan. Tingkat pertumbuhan penduduk akan berpengaruh terhadap tingkat penyediaan tenaga kerja. Potensi sumberdaya alam Natuna terutama Kecamatan Bunguran Timur sangat mendukung untuk pertanian dan perikanan maka sebagian besar mata pencaharian penduduk daerah ini adalah petani dan nelayan. Mata pencaharian lainnya adalah pedagang, PNS, tukang batu, tukang kayu, karyawan/buruh swasta, guru swasta, montir, peternak dan kontraktor. Tabel 3. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kecamatan Bunguran Timur No Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Sepempang Tanjung Kelanga Pengadah 1 Petani ,73% ,01% ,27% 91 54,49% 2 Nelayan ,55% 82 16,57% ,26% 55 32,93% 3 Pedagang 60 10,87% 16 3,23% 8 1,41% 8 4,79% 4 PNS 30 5,43% 19 3,84% 6 1,06% 3 1,80% 5 Tukang Batu 20 3,62% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 6 Tukang Kayu 14 2,54% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 7 Buruh Swasta 19 3,44% 43 8,69% 0 0,00% 0 0,00% 8 Guru 5 0,91% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 9 Montir 2 0,36% 3 0,61% 0 0,00% 0 0,00% 10 Peternak 2 0,36% 30 6,06% 0 0,00% 10 5,99% 11 Kontraktor 1 0,18% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Jumlah ,00% ,00% ,00% ,00% Sumber : Buku Data Profil Desa/Kelurahan Kabupaten Natuna Tahun 2004 Etnis dan agama Sebagaimana desa-desa pesisir lainnya di Kabupaten Natuna pada khususnya dan di Propinsi Kepulauan Riau pada umumnya, sebahagian besar penduduk yang bermukim 10

19 di Pulau Bunguran adalah etnis Melayu. Etnis lainnya dalam jumlah yang relatif kecil yaitu Tionghoa, Papua, Jawa dan Batak. Agama yang dianut oleh masyarakat di daerah ini antara lain Islam, Budha, Katholik, Kristen dan Hindu. Sebagaimana daerah pesisir di Kepulauan Riau, masyarakat pesisir umumnya menganut agama Islam dalam jumlah yang mayoritas. Sedangkan agama lainnya seperti Budha, Katholik, Kristen dan Hindu berada pada jumlah yang minoritas. Tabel 4. Jumlah penduduk berdasarkan etnis di Kecamatan Bunguran Timur No Etnis Jumlah (jiwa) Sepempang Tanjung Kelanga Pengadah 1 Melayu ,75% ,57% ,00% ,00% 2 Tionghoa 17 1,37% 13 1,04% 0 0,00% 0 0,00% 3 Papua 4 0,32% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 4 Jawa 5 0,40% 4 0,32% 0 0,00% 0 0,00% 5 Batak 2 0,16% 1 0,08% 0 0,00% 0 0,00% Jumlah ,00% ,00% ,00% ,00% Sumber : Buku Data Profil Desa/Kelurahan Kabupaten Natuna Tahun 2004 Tabel 5. Jumlah penduduk berdasarkan agama di Kecamatan Bunguran Timur No Agama Jumlah (jiwa) Sepempang Tanjung Kelanga Pengadah 1 Islam ,31% ,26% ,00% ,00% 2 Budha 17 1,37% 8 0,64% 0 0,00% 0 0,00% 3 Katolik 0 0,00% 29 2,31% 0 0,00% 0 0,00% 4 Kristen 4 0,32% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 5 Hindu 0 0,00% 10 0,80% 0 0,00% 0 0,00% Jumlah ,00% ,00% ,00% ,00% Sumber : Buku Data Profil Desa/Kelurahan Kabupaten Natuna Tahun Potensi sarana dan prasarana Transportasi, informasi dan komunikasi Sarana dan prasarana transportasi yang telah dibangun di daerah ini antara lain berupa prasarana transportasi darat dan laut. Saat ini prasarana transportasi darat yang telah dibangun berupa jalan desa, jalan antar desa/kecamatan dan jembatan desa. Prasarana jalan merupakan urat nadi kelancaran lalu lintas di darat. Lancarnya arus lalu lintas akan menunjang perekonomian suatu wilayah. Umumnya masyarakat pesisir mengunakan sarana transportasi darat, disamping dikarenakan prasarananya tersedia baik juga karena semua desa di Kecamatan Bunguran Timur merupakan satu daratan yang tidak terpisah oleh pulau-pulau sehingga untuk perjalanan lintas desa sangat efektif dan ekonomis menggunakan transportasi darat. Pada umumnya sarana transportasi darat yang dipakai adalah kendaraan roda dua, dan ojek merupakan satu-satunya transportasi regular yang tersedia. Sementara itu sarana transportasi laut, umumnya masyarakat menggunakan perahu motor untuk transportasi antar pulau. Perahu motor yang digunakan pada umumnya milik sendiri. Kepemilikan sarana dan prasarana informasi dan komunikasi pada suatu daerah akan berpengaruh terhadap perkembangan dan kemajuan daerah tersebut. Sarana informasi dan komunikasi yang dimiliki masyarakat terutama yang berhubungan dengan kegunaannya sebagai sarana penyedia hiburan seperti film dan nyanyian. Jenis sarana informasi dan hiburan yang umum terdiri dari radio, televisi, VCD dan koran/majalah. 11

20 Siaran televisi yang biasa diakses masyarakat adalah yang umum diakses oleh masyarakat Natuna yaitu siaran Televisi Indonesia dengan menggunakan digital receiver (parabola). Untuk mendapat informasi dari televisi, masyarakat desa mampu memperolehnya dengan memiliki sendiri dan ada juga yang memperolehnya dengan menonton di rumah tetangga. Tabel 6. Jumlah kepemilikan televisi di Kecamatan Bunguran Timur No Desa Jlh KK Kepemilikan % 1 Sepempang ,09% 2 Tanjung ,82% 3 Kelanga ,29% 4 Pengadah ,80% Sumber : Buku Data Profil Desa/Kelurahan Kabupaten Natuna Tahun 2004 Tabel 7. Jumlah kepemilikan parabola di Kecamatan Bunguran Timur No Desa Jlh KK Kepemilikan % 1 Sepempang ,09% 2 Tanjung ,82% 3 Kelanga ,29% 4 Pengadah ,80% Sumber : Buku Data Profil Desa/Kelurahan Kabupaten Natuna Tahun 2004 Tabel 8. Jumlah kepemilikan radio di Kecamatan Bunguran Timur No Desa Jlh KK Kepemilikan % 1 Sepempang ,12% 2 Tanjung ,00% 3 Kelanga ,00% 4 Pengadah ,00% Sumber : data primer Surat kabar berupa koran dan majalah hanya terdapat di pusat kecamatan yaitu di Ranai. Namun jenisnya tidak beragam dan tidak tepat waktu dalam penyajiannya karena kondisi daerah yang tidak dapat dijangkau dengan cepat. Masyarakat dalam mendapatkan informasi melalui media tersebut masih bersifat temporer dan tidak tetap. Sedangkan majalah Suara Natuna yang merupakan majalah terbitan lokal milik pemerintah daerah saat ini hanya tersebar di setiap kantor desa. Banyak informasi penting tentang perkembangan pembangunan daerah Natuna dan hingga saat ini masih 4 edisi yang sudah diterbitkan. Sarana informasi lainnya berupa mading (majalah dinding) atau yang terdapat di Kantor Desa. Untuk daerah Desa Sepempang, papan informasi diletakkan di setiap wilayah RT sedangkan untuk daerah lainnya masih dipusatkan di kantor desa. Stiker yang berisi gambar dan tulisan yang memuat pesan-pesan positif ditemukan di setiap kantor desa dan di beberapa rumah masyarakat. Tong sampah yang sisinya bertuliskan pesan positif ditemukan di kantor desa dan tempat-tempat umum lainnya. Sedangkan untuk jam dinding, payung, kalender dan poster dijadikan pula sebagai media informasi politik yang memuat pesan-pesan persuasip dalam pemilihan partai dan tokoh politik pada saat pemilihan kepala daerah. Selain itu informasi-informasi lainnya dapat diperoleh masyarakat antara lain di di rumah ibadah dan tempat berkumpulnya masyarakat seperti warung masyarakat, pasar, 12

21 pangkalan ojek, terminal, dermaga pendaratan ikan nelayan dan tempat pengumpul ikan (tauke). Penerangan Sumber penerangan di suatu kawasan merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi aktivitas sehari-hari masyarakat yang menghuni kawasan tersebut. Ditemukan adanya keanekaragaman sumber penerangan di lokasi penelitian yang dikarenakan adanya keterbatasan daya, sulitnya jaringan, jumlah yang kurang memadai dan keterbatasan kemampuan masyarakat untuk menjangkaunya. Untuk lokasi penelitian ini, Desa Sepempang merupakan satu-satu desa di Kecamatan Bunguran Timur yang sudah dilengkapi dengan prasarana listrik. Masyarakat yang memanfaatkan sumber penerangan listrik sangat dominan, meskipun demikian masih ditemukan masyarakat yang menggunakan sumber penerang diesel dan lampu minyak tanah. Untuk daerah lainnya yang belum mampu mengakses listrik, masih menggunakan sumber penerang diesel dan lampu minyak tanah. Jaringan listrik untuk Kecamatan Bunguran Timur mengarah ke utara telah menjangkau hingga Desa Tanjung namun akses masyarakat hanya mampu hingga Desa Sepempang. Kesehatan Sarana dan prasarana kesehatan yang tersedia berupa puskemas pembantu dengan tenaga medis dan bidan pemerintah. Disamping itu juga terdapat pelayanan kepada ibuibu hamil dan bayi yaitu berupa kegiatan posyandu, biasanya dilakukan 1 bulan sekali di tiap-tiap dusun yang ada di desa tersebut. Namun pada empat daerah lokasi penelitian hanya Desa Sepempang yang telah tersedia puskesmas pembantu dan masih aktif. Sedangkan untuk daerah lainnya tidak tersedia dengan baik. Untuk Desa Pengadah, bangunan puskesmas pembantu telah ada namun sudah tidak berfungsi lagi. Walau tidak tersedia bangunan puskesmas pembantu, di setiap desa telah disediakan tenaga medis dan bidan untuk pelayanan kesehatan masyrakat Potensi kelembagaan Salah satu elemen dasar dalam strategi pengembangan suatu kawasan adalah kelembagaan atau institusi yang ada pada suatu wilayah tersebut. Kelembagaan yang sudah ada antara lain kelembagaan pemerintahan, kemasyaraan, politik, ekonomi, pendidikan dan keamanan. Kelembagaan pemerintahan di desa ada dua yaitu Pemerintah Desa sebagai pelaksana desa dan Badan Perwakilan Desa sebagai badan yang mengawasi kinerja pemerintah desa dan berperan dalam penyampaian aspirasi masyarakat. Kelembagaan kemasyarakatan masih terbatas pada lembaga organisasi ibu-ibu desa berupa kelompok PKK. Kelembagaan PKK merupakan organisasi ibu-ibu di desa yang diketuai oleh istri kepala desa. Kegiatannya secara rutin dilakukan satu kali dalam sebulan berupa kegiatan arisan, kegiatan membuat anyaman, kadang-kadang diselingi dengan kegiatan cara memasak sehat yang dibimbing oleh bidan desa. Sedangkan kegiatan lain yang bersifat produktif belum mampu dilakukan. Namun demikian kelompok keterampilan masyarakat berupa kelompok PKK ini ditemukan hampir di setiap desa dengan kegiatan rutin anyaman bambu dan anyaman tikar dan Desa 13

22 Tanjung telah tersedia Pusat Keterampilan dan Pelatihan Masyarakat (PKBM) sebagai pusat pelatihan keterampilan masyarakat. Kelembagaan politik juga mempengaruhi tingkat wawasan dan pengetahuan masyarakat. Banyaknya kantor-kantor pengurus partai politik yang terdapat di masing-masing desa telah menunjukkan semakin tinggi pemahaman dan keterlibatan masyarakat dalam kancah politik lokal. Partai politik yang terdapat di desa diantaranya Partai Merdeka, PBB, PAN, PKB, PDI Perjuangan, Partai Golkar, PKS, PNI Marhaenisme, Partai Pelopor, PDK, PKPB dan PPP. Kelembagaan ekonomi secara sederhana berupa toko kelontong yang merupakan milik masyarakat setempat dan pedagang pengumpul (tauke) sebagai kelembagaan ekonomi informal dan tetap berfungsi terutama bagi petani dan nelayan. Peran tauke antara lain mulai dari menampung ikan hasil tangkapan, mensuplai alat tangkap dan kebutuhan sehari-hari sampai pemberian kredit kepada nelayan dengan konsekwensi harus menjual ikan hasil tangkapan dengan harga yang ditentukan. Hampir di setiap desa ditemukan lembaga permodalan yang dapat menunjang usaha ekonomi masyarakat diantaranya UED-SP (Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam). Lembaga permodalan diharapkan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat tempatan. Disamping itu, ditemukan juga koperasi yang merupakan kelembagaan ekonomi masyarakat dalam peningkatan kesejahteraan. Dalam upaya peningkatan keamanan masyarakat, yang mewadahi partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga lingkungannya, di masing-masing desa telah dibangun pos keamanan lingkungan (Pos Kamling) dengan dilengkapi sejumlah hansip disamping partisipasi aktif masyarakat disetiap komunitas Tingkat perkembangan desa Salah satu yang menjadi harapan masyarakat di Kabupaten Natuna adalah dibukanya lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya. Saat ini masyarakat memandang masih kurangnya lapangan pekerjaan, sehingga banyak diantara masyarakat yang bermata pencaharian tidak menentu. Berdasarkan Buku Data Profil Desa/Kelurahan Kabupaten Natuna Tahun 2004, di dapat diketahui jumlah angkatan kerja dalam kategori umur tahun sebagai berikut: Tabel 9. Jumlah angkatan kerja di Kecamatan Bunguran Timur No Golongan Jumlah (jiwa) Sepempang Tanjung Kelanga Pengadah 1 Masih Sekolah 63 6,59% 97 11,59% 68 9,02% 85 23,22% 2 Ibu Rumah Tangga ,84% ,21% ,85% ,24% 3 Bekerja Penuh 94 9,83% 78 9,32% ,98% 28 7,65% 4 Bekerja Tidak Menentu ,74% ,88% 69 9,15% ,89% Jumlah ,00% ,00% ,00% ,00% Sumber : Buku Data Profil Desa/Kelurahan Kabupaten Natuna Tahun 2004 Pendapatan masyarakat desa sangat beragam, tergantung dengan jenis pekerjaan tetap dan pekerjaan tambahannya. Namun secara pasti sangat sulit untuk ditentukan dalam angka. Pendapatan masyarakat desa berdasarkan jenis mata pencaharian berupa petani, nelayan, pedagang, PNS, tukang batu, tukang kayu, karyawan/buruh swasta, guru swasta, montir, peternak dan kontraktor. Namun petani dan nelayan merupakan jenis 14

23 mata pencaharian yang sangat besar menyumbangkan pendapatan per kapita masyarakat. Pada umumnya di Kabupaten Natuna, kemiskinan yang ada di daerah ini tidak hanya kemiskinan dalam artian kurangnya materi tetapi lebih didominasi oleh kemiskinan struktural dan kultural khususnya dalam pemanfaatan/pola penggunaan keuangan keluarga. Tabel 10. Jumlah penduduk berdasarkan golongan kesejahteraan di Kecamatan Bunguran Timur No Golongan Jumlah (jiwa) Sepempang Tanjung Kelanga Pengadah 1 Pra Sejahtera 62 18,13% 66 19,41% 65 18,57% 35 28,00% 2 Sejahtera ,19% ,82% ,57% 66 52,80% 3 Sejahtera ,68% 23 6,76% 10 2,86% 24 19,20% Jumlah ,00% ,00% ,00% ,00% Sumber : Buku Data Profil Desa/Kelurahan Kabupaten Natuna Tahun 2004 Kepribadian masyarakat Masyarakat pedesaan secara umum memiliki sikap gotong royong dalam hal membangun rumah, mengelola tanah, menjaga kebersihan desa ataupun membangun jalan dan jembatan. Masyarakat nelayan sebenarnya mempunyai kearifan tradisional dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan. Sebagian besar mayarakat tidak melakukan kegiatan yang dapat merusak lingkungan khususnya terumbu karang. Masyarakat pesisir pada umumnya masyarakat Melayu yang sangat menghargai lingkungan hidupnya sebagai tempat mereka mencari nafkah. Biasanya setiap hari jum at nelayan tidak melaut. Karena pada hari jum at digunakan untuk sholat jum at. Namun ada juga yang beranggapan bahwa hari jum at adalah hari yang tidak baik untuk melakukan aktivitas melaut. Kondisi ini hampir sama dengan nelayan daerah lain di Riau. Namun demikian, berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa masyarakat di lokasi penelitian, aktivitas umum sebagian besar masyarakat Kecamatan Bunguran Timur pada saat dahulu adalah pembiusan. Kondisi ini dipengaruhi oleh perdagangan ikan hidup yang cukup tinggi pada waktu itu. Penampung ikan hidup ini adalah nelayan Hongkong yang menambatkan kapalnya di tengah laut. 15

24 2.2. Kecamatan Bunguran Barat Kondisi daerah Lokasi penelitian di Kecamatan Bunguran Barat yaitu Desa Sabang Mawang, Desa Pulau Tiga, dan Desa Sededap. Masing-masing desa berada di pulau-pulau kecil yang terletak di kawasan Pulau Bunguran Kabupaten Natuna Propinsi Kepulauan Riau. Jumlah desa/kelurahan di kecamatan ini berjumlah 6 desa dan 1 kelurahan. Batas-batas wilayah Desa Sabang Mawang sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pulau Tiga, sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Natuna, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cemaga dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sededap. Tipologi Desa Sabang Mawang adalah desa kepulauan dan desa pesisir. Orbitasi jarak ke ibukota kecamatan terdekat 22,5 km dan jarak ke ibukota kabupaten terdekat 73 km. Batas-batas wilayah Desa Pulau Tiga sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sedanau Timur, sebelah Selatan berbatasan dengan Sabang Mawang, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sabang Mawang dan sebelah Barat berbatasan dengan Laut Natuna. Tipologi desa adalah desa kepulauan dan desa pesisir. Orbitasi jarak ke ibukota kecamatan terdekat 30 km dan jarak ke ibukota kabupaten terdekat 80 km. Batas-batas wilayah Desa Sededap sebelah Utara berbatasan dengan Laut Natuna, sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Natuna, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sabang Mawang dan sebelah Barat berbatasan dengan Laut Natuna. Tipologi desa adalah desa kepulauan dan desa pesisir. Orbitasi jarak ke ibukota kecamatan terdekat 40 km dan jarak ke ibukota kabupaten terdekat 80 km. Sebagaimana di kawasan lainnya di Natuna, wilayah ini dipengaruhi oleh 2 (dua) musim yaitu musim hujan (September Pebruari) dengan suhu rata-rata harian 24 0 C dan musim kemarau (Maret Agustus) dengan suhu rata-rata 34 0 C. Berdasarkan pergerakan angin, masyarakat nelayan setempat mengenal adanya 4 (empat) musim angin yaitu musim utara (Desember Pebruari), musim selatan (September-Nopember), musim barat (Juni Agustus) dan musim timur (Maret-Mei). Musim utara ditandai dengan kuatnya angin yang berhembus terus menerus dan diikuti dengan besarnya gelombang. Wilayah desa di Kecamatan Bunguran Barat (terutama pada lokasi penelitian) hanya mampu ditempuh dari ibu kota kecamatan dengan menggunakan transportasi laut. Selain itu, untuk menempuh lokasi penelitian dari ibukota kabupaten mampu ditempuh dengan transportasi darat (sebahagian perjalanan) lalu dilanjutkan dengan transportasi laut. Dua daerah umum untuk menjangkau lokasi penelitian adalah pelabuhan Binjai (pelabuhan ferry menuju ibukota kecamatan, Sedanau) kemudian pelabuhan Selat Lampa (pelabuhan Pelni). Transportasi reguler tidak tersedia untuk menjangkau hingga ke wilayah desa penelitian melainkan harus menggunakan (menyewa atau sejenisnya) transportasi laut milik masyarakat setempat Potensi sumberdaya alam Pertanian (perkebunan, tanaman pangan dan peternakan) Perkebunan kelapa dan cengkeh merupakan primadona sejak dahulu. Namun tidak terdapat perkebunan milik pemerintah atau swasta, semuanya adalah perkebunan masyarakat setempat. Kepemilikan lahan untuk perkebunan masyarakat di masing- 16

25 masing desa sangat berbeda-beda. Luasan lahan yang dimiliki masyarakat pada umumnya dimanfaatkan untuk berbagai tanaman perkebunan yang produktif seperti kelapa, cengkeh, kopi, pinang, lada, jambu mete, karet dan cokelat. Komoditas tanaman pangan yang dikembangkan masyarakat pedesaan diantanya jagung, ubi jalar, ubi kayu dan cabe serta mentimun. Sementara itu komoditas buahbuahan yang dibudidayakan masyarakat setempat antara lain jeruk, rambutan, salak, nenas, pisang, durian, manggis dan mangga. Skala produksi dari masing-masing komoditas hanya mampu memenuhi kebutuhan masyarakat itu sendiri. Karena geografis wilayah yang kurang menguntungkan (jauh dari pasar luar) mengakibatkan pemasaran berbagai komoditas tanaman pangan menjadi terkendala sehingga membuat minat masyarakat untuk mengembangkan dalam skala produksi yang lebih besar menjadi terhambat juga. Jenis populasi ternak yang biasa dipelihara masyarakat secara pribadi diantaranya sapi, ayam, bebek dan kambing. Jenis hasil yang diperoleh dari peternakan tersebut adalah daging dan telur. Kehutanan, bahan galian dan sumberdaya air Hutan merupakan potensi alam dengan keanekaragaman hayati yang cukup besar. Masyarakat juga mengandalkan hutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Potensi hutan yang secara umum dimanfaatkan masyarakat daerah ini diantaranya kayu dan bambu untuk berbagai kebutuhan terutama bahan bangunan bagi masyarakat setempat. Selain itu hasil lain dari hutan di daerah ini adalah madu lebah. Karena wilayah desa di Kecamatan Bunguran Barat pada umumnya daerah pulaupulau, disamping hutan darat terdapat juga hutan mangrove. Luasan hutan mangrove berbeda dengan berbagai jenis yang berbeda pula. Dengan kondisi pulau-pulau, mengakibatkan daerah pantai yang cukup besar sehingga sangat mendukung untuk pertumbuhan mangrove. Namun seiring dengan pertambahan penduduk dan pembangunan daerah ini, fungsi lingkungan pantai di beberapa tempat telah mengalami penurunan dan bahkan mengalami kerusakan. Bahan galian sebagai potensi daerah antara lain batu kapur dan pasir. Pemanfaatannya adalah untuk bahan bangunan terutama bagi masyarakat setempat. Selain itu, kebutuhan dasar bagi hidup masyarakat dalam kawasan pemukiman adalah air. Air bersih yang digunakan masyarakat adalah untuk air minum dan mandi. Sumber air bersih di kawasan ini berasal dari mata air Gunung Ranai dan sumur galian. Pada umumnya masyarakat desa membuat sumur gali untuk memperoleh air bersih yang dimanfaatkan setiap kepala keluarga (KK) untuk kebutuhan harian. Setelah adanya program air bersih, berupa pipanisasi air yang bersumber dari pegunungan yang dialirkan ke setiap rumah masyarakat, semakin memudahkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air bersih. Sumber daya perikanan Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya perikanan laut sangat tinggi. Sektor penangkapan lebih mendominasi daripada sektor budidaya. Produksi perikanan Natuna tahun 2004 mencatat untuk kawasan Bunguran Timur sebesar ,9 ton. 17

26 Alat tangkap yang banyak digunakan oleh masyarakat nelayan secara umum antara lain berupa pancing tonda, pancing ulur, bubu karang, jaring hanyut (gill net), bagan tancap, bagan apung, kelong pantai, sengerit, jaring pantai, dan pancing rawai. Usaha budidaya perikanan di daerah ini sampai saat ini belum mampu berkembang dengan baik. Namun dibeberapa tempat telah dilakukan usaha keramba tancap untuk pembesaran ikan khususnya ikan-ikan karang terutama yang diperoleh dari hasil tangkapan bubu Potensi sumberdaya manusia Jumlah penduduk Berdasarkan Buku Data Profil Desa/Kelurahan Kabupaten Natuna Tahun 2004, jumlah penduduk secara keseluruhan untuk masing-masing desa di lokasi penelitian sebagai berikut: Tabel 11. Jumlah penduduk berdasarkan tingkatan usia di Kecamatan Bunguran Barat No Tingkat Usia Jumlah (jiwa) Sabang Mawang Pulau Tiga Sededap ,35% 136 9,26% 89 12,41% ,35% ,39% 84 11,72% ,54% ,46% 82 11,44% ,80% ,82% 90 12,55% ,51% ,30% 77 10,74% ,39% ,16% 50 6,97% ,06% 135 9,19% 48 6,69% ,25% 115 7,83% 55 7,67% ,32% 75 5,11% 43 6,00% ,53% 56 3,81% 32 4,46% ,14% 51 3,47% 21 2,93% ,35% 36 2,45% 9 1,26% 13 > ,43% 11 0,75% 37 5,16% Jumlah ,00% ,00% ,00% Sumber : Buku Data Profil Desa/Kelurahan Kabupaten Natuna Tahun 2004 Pendidikan Pendidikan merupakan sarana untuk mencerdaskan bangsa, oleh sebab itu berhasil atau tidaknya pembangunan suatu bangsa banyak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan penduduknya. Sarana pendidikan yang menunjang proses pendidikan terdiri dari Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Jumlah siswa dan tenaga pengajar mempengaruhi tingkat pendidikan di suatu daerah. Pada desa-desa di lokasi penelitian di Kecamatan Bunguran Barat terdapat 3 buah sekolah dasar di masing-masing desa dengan jumlah murid rata-rata 87 orang dan jumlah tenaga pengajar rata-rata 6 orang. Sedangkan SLTP hanya terdapat di Desa Pulau Tiga sebanyak 1 buah dengan jumlah murid sebanyak 97 orang dan tenaga pengajar 6 orang. 18

27 Tabel 12. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan Bunguran Barat No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Sabang Mawang Pulau Tiga Sededap 1 Belum sekolah ,95% ,64% ,18% 2 Tidak pernah sekolah (7-45 thn) ,25% 119 8,10% 7 0,98% 3 Tidak pernah sekolah (> 45 thn) ,44% ,57% 0 0,00% 4 Pernah sekolah (tidak tamat) ,59% 89 6,06% 53 7,39% 5 SD/sederajat ,95% ,77% ,74% 6 SLTP/sederajat 146 6,55% 106 7,22% 50 6,97% 7 SLTA/Sederajat 110 4,93% 104 7,08% 26 3,63% 8 Sarjana/D1 0 0,00% 3 0,20% 0 0,00% 9 Sarjana/D2 22 0,99% 9 0,61% 3 0,42% 10 Sarjana/D3 0 0,00% 0 0,00% 1 0,14% 11 Sarjana/S1 8 0,36% 11 0,75% 4 0,56% Jumlah ,00% ,00% ,00% Sumber : Buku Data Profil Desa/Kelurahan Kabupaten Natuna Tahun 2004 Mata pencaharian Masalah kependudukan selalu berkaitan dengan masalah ketenagakerjaan. Tingkat pertumbuhan penduduk akan berpengaruh terhadap tingkat penyediaan tenaga kerja. Potensi sumberdaya alam Natuna terutama Kecamatan Bunguran Barat sangat mendukung untuk pertanian dan perikanan maka sebagian besar mata pencaharian penduduk daerah ini adalah petani dan nelayan. Mata pencaharian lainnya adalah buruh swasta, PNS, pedagang, tukang batu, guru swasta dan montir. Jumlah penduduk berdasarkan golongan mata pencaharian adalah sebagai berikut: Tabel 13. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kecamatan Bunguran Barat No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Sabang Mawang Pulau Tiga Sededap 1 Petani ,57% ,05% ,79% 2 Nelayan ,92% ,32% ,26% 3 Buruh 25 1,76% 30 4,11% 0 0,00% 4 PNS 19 1,33% 20 2,74% 6 1,82% 5 Pedagang 6 0,42% 10 1,37% 0 0,00% 6 Tukang batu 0 0,00% 0 0,00% 4 1,22% 7 Guru 0 0,00% 0 0,00% 3 0,91% 8 Montir 0 0,00% 3 0,41% 0 0,00% Jumlah ,00% ,00% ,00% Sumber : Buku Data Profil Desa/Kelurahan Kabupaten Natuna Tahun 2004 Etnis dan agama Sebagaimana desa-desa pesisir lainnya di Kabupaten Natuna pada khususnya dan di Propinsi Kepulauan Riau pada umumnya, sebahagian besar penduduk yang bermukim di Pulau Bunguran adalah etnis Melayu. Etnis lainnya dalam jumlah yang relatif kecil yaitu Tionghoa dan Batak. Agama yang dianut oleh masyarakat di daerah ini antara lain Islam, Kristen, Katholik dan Budha. 19

28 Tabel 14. Jumlah penduduk berdasarkan etnis di Kecamatan Bunguran Barat No Etnis Jumlah (jiwa) Sabang Mawang Pulau Tiga Sededap 1 Melayu ,94% ,46% ,00% 2 Tionghoa 37 1,66% 5 0,34% 0 0,00% 3 Papua 9 0,40% 0 0,00% 0 0,00% 4 Jawa 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 5 Batak 0 0,00% 3 0,20% 0 0,00% Jumlah ,00% ,00% ,00% Sumber : Buku Data Profil Desa/Kelurahan Kabupaten Natuna Tahun 2004 Tabel 15. Jumlah penduduk berdasarkan agama di Kematan Bunguran Barat No Agama Jumlah (jiwa) Sabang Mawang Pulau Tiga Sededap 1 Islam ,94% ,46% ,00% 2 Budha 37 1,66% 5 0,34% 0 0,00% 3 Katolik 9 0,40% 0 0,00% 0 0,00% 4 Kristen 0 0,00% 3 0,20% 0 0,00% 5 Hindu 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% Jumlah ,00% ,00% ,00% Sumber : Buku Data Profil Desa/Kelurahan Kabupaten Natuna Tahun Potensi sarana dan prasarana Transportasi, informasi dan komunikasi Sarana dan prasarana transportasi yang telah dibangun di daerah ini antara lain berupa prasarana transportasi darat dan laut. Saat ini prasarana transportasi darat yang telah dibangun berupa jalan desa, jembatan dan dermaga desa. Prasarana tersebut merupakan sarana penghubung antar kampung dalam suatu desa (terutama dalam satu pulau) dan antar pulau-pulau di sekitarnya. Lancarnya arus lalu lintas akan menunjang perekonomian daerah tersebut. Daerah-daerah di Kecamatan Bunguran Barat merupakan daerah pulau-pulau sehingga sangat umum bagi masyarakat pesisir daerah ini menggunakan sarana transportasi laut sebagai sarana untuk memperlancar hubungan antar kampung/desa dikarenakan prasarananya tersedia dengan baik dan untuk perjalanan lintas desa sangat efektif. Pada umumnya sarana transportasi laut yang digunakan masyarakat setempat adalah perahu motor atau biasa disebut pompong yang merupakan satu-satunya sarana transportasi bagi masyarakat. Belum tersedia transportasi umum/reguler. Pada umumnya pompong merupakan milik masyarakat sendiri yang digunakan selain untuk prasarana dalam mencari nafkah juga digunakan sebagai sarana transportasi. Kepemilikan sarana dan prasarana informasi dan komunikasi pada suatu daerah akan berpengaruh terhadap perkembangan dan kemajuan daerah tersebut. Sarana informasi dan komunikasi yang dimiliki masyarakat terutama yang berhubungan dengan kegunaannya sebagai sarana penyedia hiburan seperti film dan nyanyian. Jenis sarana informasi dan hiburan yang umum terdiri dari radio, televisi, VCD dan koran/majalah. Siaran televisi yang biasa diakses masyarakat adalah yang umum diakses oleh masyarakat Natuna yaitu siaran Televisi Indonesia dengan menggunakan digital receiver (parabola). Untuk mendapat informasi dari televisi, masyarakat desa mampu 20

29 memperolehnya dengan memiliki sendiri dan ada juga yang memperolehnya dengan menonton di rumah tetangga. Berdasarkan data kepemilikan televisi di tingkat masyarakat pada Profil Desa/Kelurahan Kabupaten Natuna 2004, jumlah kepemilikan sarana informasi seperti televisi dan parabola berjumlah: Tabel 16. Jumlah kepemilikan televisi di Kecamatan Bunguran Barat No Desa Jlh KK Kepemilikan % 1 Sabang Mawang ,45% 2 Pulau Tiga ,18% 3 Sededap ,25% Sumber : Buku Data Profil Desa/Kelurahan Kabupaten Natuna Tahun 2004 Tabel 17. Jumlah kepemilikan parabola di Kecamatan Bunguran Barat No Desa Jlh KK Kepemilikan % 1 Sabang Mawang ,63% 2 Pulau Tiga ,14% 3 Sededap ,25% Sumber : Buku Data Profil Desa/Kelurahan Kabupaten Natuna Tahun 2004 Stasiun Radio RRI yang terletak di pusat Desa Sepempang, tidak mampu diakses dengan baik oleh seluruh masyarakat di Kecamatan Bunguran Barat. Namun demikian masyarakat dapat menjangkau siaran dari Kalimantan walaun tidak dapat diakses dengan baik. Tabel 18. Jumlah kepemilikan radio di Kecamatan Bunguran Barat No Desa Jlh KK Kepemilikan % 1 Sabang Mawang ,78% 2 Pulau Tiga ,05% 3 Sededap ,42% Sumber : data primer Surat kabar berupa koran dan majalah hanya terdapat di pusat kecamatan yaitu di Sedanau. Namun jenisnya tidak beragam dan tidak tepat waktu dalam penyajiannya karena kondisi daerah yang tidak dapat dijangkau dengan cepat. Masyarakat dalam mendapatkan informasi melalui media tersebut masih bersifat temporer dan tidak tetap. Sedangkan majalah Suara Natuna yang merupakan majalah terbitan lokal milik pemerintah daerah saat ini hanya tersebar di setiap kantor desa. Banyak informasi penting tentang perkembangan pembangunan daerah Natuna dan hingga saat ini masih 4 edisi yang sudah diterbitkan. Sarana informasi lainnya berupa mading (majalah dinding) hanya terdapat di Kantor Desa. Stiker yang berisi gambar dan tulisan yang memuat pesan-pesan positif ditemukan di setiap kantor desa dan di beberapa rumah masyarakat. Tong sampah yang sisinya bertuliskan pesan positif ditemukan di kantor desa dan tempat-tempat umum lainnya. Sedangkan untuk jam dinding, payung, kalender dan poster dijadikan pula sebagai media informasi politik yang memuat pesan-pesan persuasip dalam pemilihan partai dan tokoh politik pada saat pemilihan kepala daerah. 21

30 Selain itu informasi-informasi lainnya dapat diperoleh masyarakat antara lain di di rumah ibadah dan tempat berkumpulnya masyarakat seperti warung masyarakat, pasar, pangkalan ojek, terminal, dermaga pendaratan ikan nelayan dan tempat pengumpul ikan (tauke). Kesehatan Pembangunan bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, merata dan murah. Dengan tujuan tersebut diharapkan akan tercapai derajat kesehatan masyarakat yang baik, pada gilirannya memperoleh kehidupan yang sehat dan produktif. Sarana dan prasarana kesehatan yang tersedia berupa puskemas pembantu dengan tenaga medis dan bidan pemerintah. Disamping itu juga terdapat pelayanan kepada ibuibu hamil dan bayi yaitu berupa kegiatan posyandu, biasanya dilakukan 1 bulan sekali di tiap-tiap dusun yang ada di desa tersebut Potensi kelembagaan Salah satu elemen dasar dalam strategi pengembangan suatu kawasan adalah kelembagaan atau institusi yang ada pada suatu wilayah tersebut. Kelembagaan yang sudah ada antara lain kelembagaan pemerintahan, kemasyaraan, politik, ekonomi, pendidikan dan keamanan. Lembaga pemerintahan di desa ada dua yaitu pemerintah desa sebagai pelaksana desa dengan dan Badan Perwakilan Desa (BPD) sebagai badan yang mengawasi kinerja pemerintah desa dan berperan dalam penyampaian aspirasi masyarakat. Kelembagaan kemasyarakatan masih terbatas pada lembaga organisasi ibu-ibu desa berupa kelompok PKK. Kelembagaan PKK merupakan organisasi ibu-ibu di desa yang diketuai oleh istri kepala desa. Kegiatannya secara rutin dilakukan satu kali dalam sebulan berupa kegiatan arisan, kegiatan membuat anyaman, kadang-kadang diselingi dengan kegiatan cara memasak sehat yang dibimbing oleh bidan desa. Sedangkan kegiatan lain yang bersifat produktif belum mampu dilakukan. Banyaknya kantor-kantor pengurus partai politik yang terdapat di masing-masing desa telah menunjukkan tingginya pemahaman dan keterlibatan masyarakat dalam kancah politik lokal. Kesekretariatan partai politik yang terdapat di desa diantaranya Partai Golkar, PDI Perjuangan, PPP, PKB, Partai Merdeka, Partai Pelopor, PAN, PKS, PBB dan PDK. Di masing-masing desa, sarana prasarana fisik ekonomi yang ada ditemukan toko kelontong yang merupakan milik masyarakat setempat. Pedagang pengumpul (tauke) sebagai kelembagaan ekonomi informal di daerah tetap berfungsi terutama bagi petani dan nelayan. Peran tauke antara lain mulai dari menampung ikan hasil tangkapan, mensuplai alat tangkap dan kebutuhan sehari-hari sampai pemberian kredit kepada nelayan dengan konsekwensi harus menjual ikan hasil tangkapan dengan harga yang ditentukan. Hampir di setiap desa ditemukan lembaga permodalan yang dapat menunjang usaha ekonomi masyarakat berupa usaha simpan pinjam seperti UED-SP (Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam). Lembaga permodalan ini diharapkan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat tempatan. 22

31 Disamping itu, ditemukan juga koperasi yang merupakan kelembagaan ekonomi masyarakat dalam peningkatan kesejahteraan. Kelompok keterampilan masyarakat yang ditemukan diantaranya kelompok anyaman dengan produksi anyaman bambu dan anyaman tikar yang digerakkan ibu-ibu PKK. Sedangkan di Desa Pulau Tiga telah tersedia Lembaga Kursus Mengetik untuk meningkatkan keterampilan SDM masyarakat setempat. Dalam upaya peningkatan keamanan masyarakat, yang mewadahi partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga lingkungannya, di masing-masing desa telah dibangun pos keamanan lingkungan (Pos Kamling) dengan dilengkapi sejumlah hansip disamping partisipasi aktif masyarakat disetiap komunitas Tingkat perkembangan desa Salah satu yang menjadi harapan masyarakat di Kabupaten Natuna adalah dibukanya lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya. Saat ini masyarakat memandang masih kurangnya lapangan pekerjaan, sehingga banyak diantara masyarakat yang bermata pencaharian tidak menentu. Berdasarkan Buku Data Profil Desa/Kelurahan Kabupaten Natuna Tahun 2004, di dapat diketahui jumlah angkatan kerja dalam kategori umur tahun sebagai berikut: Tabel 19. Jumlah angkatan kerja di Kecamatan Bunguran Barat No Golongan Jumlah (jiwa) Sabang Mawang Pulau Tiga Sededap 1 Masih Sekolah ,98% 68 10,79% ,68% 2 Menjadi Ibu Rumah Tangga ,84% ,76% ,92% 3 Bekerja Penuh ,37% ,16% ,44% 4 Bekerja Tidak Menentu ,81% ,29% 89 14,96% Jumlah ,00% ,00% ,00% Sumber : Buku Data Profil Desa/Kelurahan Kabupaten Natuna Tahun 2004 Pendapatan masyarakat desa sangat beragam, tergantung dengan jenis pekerjaan tetap dan pekerjaan tambahannya. Namun secara pasti sangat sulit untuk ditentukan dalam angka. Pendapatan masyarakat desa berdasarkan jenis mata pencaharian berupa petani, nelayan, pedagang, PNS, tukang batu, tukang kayu, karyawan/buruh swasta, guru swasta, montir, peternak dan kontraktor. Namun petani dan nelayan merupakan jenis mata pencaharian yang sangat besar menyumbangkan pendapatan per kapita masyarakat. Pada umumnya di Kabupaten Natuna, kemiskinan yang ada di daerah ini tidak hanya kemiskinan dalam artian kurangnya materi (uang) tetapi lebih didominasi oleh kemiskinan structural dan cultural khususnya dalam pemanfaatan/pola penggunaan uang yang diperoleh. Pengaturan ekonomi rumah tangga merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat pesisir. 23

32 Tabel 20. Jumlah penduduk berdasarkan golongan kesejahteraan di Kecamatan Bunguran Barat No Golongan Jumlah (jiwa) Sabang Mawang Pulau Tiga Sededap 1 Pra Sejahtera ,91% ,96% 87 63,50% 2 Sejahtera ,71% ,91% 29 21,17% 3 Sejahtera ,38% 54 14,14% 21 15,33% Jumlah KK ,00% ,00% ,00% Sumber : Buku Data Profil Desa/Kelurahan Kabupaten Natuna Tahun 2004 Kepribadian masyarakat Masyarakat pedesaan memiliki sikap gotong royong dalam pembangunan rumah, dalam pengelolaan tanah, dalam menjaga kebersihan desa dan dalam pembangunan jalan/jembatan. Masyarakat nelayan sebenarnya mempunyai kearifan tradisional dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan. Sebagian besar mayarakat tidak melakukan kegiatan yang dapat merusak lingkungan khususnya terumbu karang. Masyarakat pesisir pada umumnya masyarakat Melayu yang sangat menghargai lingkungan hidupnya sebagai tempat mereka mencari nafkah. Biasanya setiap hari jum at nelayan tidak melaut. Karena pada hari jum at digunakan untuk sholat jum at. Namun ada juga yang beranggapan bahwa hari jum at adalah hari yang tidak baik untuk melakukan aktivitas melaut. Kondisi ini hampir sama dengan nelayan daerah lain di Riau. Namun demikian, berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa masyarakat di lokasi penelitian, aktivitas umum sebagian besar masyarakat pada saat dahulu adalah pengeboman. Kondisi ini dipengaruhi oleh perdagangan ikan cukup tinggi pada waktu itu. Penampung ikan ini adalah nelayan Hongkong yang menambatkan kapalnya di tengah laut. Namun seiring dengan perkembangan daerah, lambat laun aktivitas destructive fishing ini mulai menurun dan sudah sangat sedikit. 24

33 BAB 3 EKOSISTEM DAN PENGELOLAAN TERUMBU KARANG 3.1. Kondisi Ekosistem dan Ancaman terhadap Terumbu Karang Terumbu karang adalah ekosistem laut yang terdiri dari flora dan fauna laut yang umumnya didominasi oleh karang batu. Karang hidup berasosiasi dengan biota lain. Terumbu karang berperan sebagai produsen yang sekaligus sebagai konsumen Karang bersimbiosis dengan zooxanthella yang menghasilkan bahan organik. Karang memakan plankton untuk memnuhi kebutuhan hidupnya (Suharsono, 1998). Terumbu karang dan segala kehidupan yang ada didalamnya merupakan salah satu kekayaan alam yang bernilai tinggi. Manfaat yang terkandung didalam ekosistem terumbu karang sangat besar dan beragam, baik manfaat langsung maupun manfaat tidak langsung. Manfaat langsung antara lain: sebagai habitat ikan dan biota lainnya, sumber makanan, perikanan tangkap dan budidaya, pariwisata bahari, bahan obat-obatan dan bahan baku industri. Manfaat tidak langsung antara lain: sebagai penahan abrasi dan pemecah gelombang. Eksploitasi sumberdaya alam secara besar-besaran tanpa mempertimbangkan kelestariannya berdampak pada menurunnya kualitas lingkungan hidup termasuk terumbu karang. Suharsono, 1998 menyatakan bahwa degradasi terumbu karang dapat ditimbulkan oleh dua penyebab utama yaitu akibat kegiatan manusia (secara langsung dan tidak langsung) dan akibat alam (biologi dan fisika). Kegiatan manusia secara langsung yang menyebabkan terjadinya degradasi terumbu karang antara lain: penambangan karang, penangkapan ikan dengan bom, penangkapan ikan dengan cyanida, penggunaan bubu karang, penangkapan ikan dengan jaring muroami, penggunaan jangkar perahu dan kegiatan pariwisata. Kegiatan manusia secara tidak langsung yang menyebabkan terjadinya degradasi terumbu karang antara lain: sedimentasi, limbah kota/pencemaran dan tumpahan minyak bumi. Degradasi terumbu karang yang diakibatkan oleh alam secara biologi, antara lain: predasi dan kompetisi, penyakit dan bio erosi. Degradasi terumbu karang yang diakibatkan oleh alam secara fisika, antara lain: perubahan suhu air laut, pasang surut, radiasi sinar ultraviolet, penurunan salinitas dan bencana alam (gempa bumi, letusan gunung merapi, tsunami, taufan atau badai) Berdasarkan data REA Kabupaten Natuna tahun 2004, secara keseluruhan, rata-rata pengamatan komunitas terumbu karang Reef Edge dilakukan pada kedalaman 3 meter (standar deviasi = 3) dengan rentang 3 15 meter. Sedangkan visibility rata-rata 4 meter dan rentang nilai tertinggi dan terendah berkisar antara 2-10 meter. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa perairan Bunguran dan sekitarnya sudah mulai terganggu untuk tumbuh kembangnya terumbu karang. Persentase tutupan Substrat rata-rata adalah 86,23 % standar deviasi 14,07. Persentase tutupan Substrat paling tinggi adalah 100 % yaitu pada ST-168, ST-255, ST-212, ST- 186, ST-233, dan ST-245, sedangkan terendah adalah 57,14 % pada ST-246, 75 stasiun, 25

34 96. Tutupan Substrat di reef edge rata-rata adalah 86,23 %. Persentase tutupan Substrat paling dominan dijumpai adalah Substrat kategori Karang hidup, yaitu dijumpai pada semua stasiun (75 stasiun reef edge dan 96 stasiun reef top). Perairan Bunguran dapat dikatakan perairan yang mempunyai komunitas terumbu karang yang masih cukup baik tetapi sedang dalam mengalami tekanan. Tekanan terhadap terumbu karang dari faktor alam yang dijumpai adalah pemangsa karang dari jenis Achantaster planchii (bulu seribu), selain itu juga ada dijumpai blooming Dinoflagellata (Red Tide). Kondisi ini dijumpai di sekitar Bunguran yang termasuk desa Tanjung dan Pengadah. Secara keseluruhan kondisi terumbu karang di perairan Bunguran sangat baik untuk dikelola dimanfaatkan dan dilestarikan didukung dengan konsisi ikan karang. Keragaman jenis ikan karang pada kawasan I Bunguran rata-rata adalah 3,15 (standar deviasi = 0,78), angka ini termasuk kategori tinggi (H 3 =tinggi). kawasan II Bunguran rata-rata keragaman ikan karang adalah 2,92 (standar deviasi = 0,54), angka ini termasuk kategori sedang (H 1 3 =sedang). Keragaman jenis ikan pada kawasan III Bunguran rata-rata adalah 3,2 (standar deviasi = 0,64), angka ini termasuk kategori tinggi(h 3 =sedang). Keragaman jenis ikan pada Kawasan IV Bunguran rata-rata adalah 3,14 (standar deviasi = 0,61), angka ini termasuk kategori tinggi (H 3 =tinggi). Hasil penelitian, jumlah individu yang dijumpai sebanyak 5616 ekor, terdiri dari 133 jenis ikan yang terbagi dalam 16 family, didominasi oleh kelompok Mayor, family Pomacentridae. Jumlah individu yang paling banyak ditemukan adalah ikan Neopomacentrus filamentosus sebanyak 520 ekor. Jumlah individu tertinggi sebanyak 576 ekor ada pada ST-021 kawasan III. Hasil penelitian ikan karang di Reef Top bahwa jumlah individu ikan yang dijumpai sebanyak 1171 ekor, terdiri dari 69 jenis ikan yang terbagi dalam 16 family, didominasi oleh kelompok Mayor, family Pomacentridae. Jumlah individu yang paling banyak ditemukan adalah ikan Chromis sp sebanyak 125 ekor Kerusakan karang dijumpai pada daerah studi adalah akibat perubahan suhu perairan yang terlalu ekstrim dan pola arus global dari dua arah terutama dari arah Barat Laut yang sangat kuat dan dari arah Timur Laut. Kita ketahui bahwa kondisi geografis Bunguran terletak pada 2 pola arus global yang sangat berbeda yaitu arus dari Barat Laut dan Timur Laut yang mengakibatkan adanya up welling yang membuat perairan subur. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian, yaitu jumlah ikan rata-rata paling banyak dijumpai pada kedua wilayah ini. Kerusakan terumbu karang di Bunguran ada juga di sebabkan oleh pemangsa yaitu Achantaster plancii atau bulu seribu yang banyak dijumpai di lokasi penelitian Pengelolaan Terumbu Karang Pengelolaan sumberdaya laut secara berkelanjutan adalah kebutuhan masyarakat luas terutama nelayan yang mata pencahariannya tergantung langsung pada sumberdaya tersebut. Dalam upaya memenuhi kebutuhan tersebut, pembangunan sektor kelautan dan perikanan haruslah diletakkan dalam kerangka paradigma pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut berbasis masyarakat. Oleh karena itu potensi yang dimiliki masyarakat harus diaktualisasikan dan diletakkan sebagai pelaku utama dari kegiatan pembangunan itu sendiri. Salah satu program pembangunan di sektor kelautan dan perikanan saat ini yang berlandaskan pada konsep pengelolaan sumberdaya alam berbasis masyarakat adalah Coral Reef Rehabilitation and Management Project (COREMAP). 26

35 COREMAP merupakan perwujudan nyata dari upaya pengelolaan kekayaan laut dan pesisir khususnya ekosistem terumbu karang dan sumberdaya ikan secara berkelanjutan, dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Tujun program ini adalah: 1) Memperkuat kapasitas kelembagaan dalam pengelolaan terumbu karang di tingkat nasional dan daerah/lokal, 2) Merehabilitasi dan mengelola kawasan ekosistem terumbu karang dan ekosistem terkait, dan 3) Meningkatkan pendapatan dan standard hidup masyarakat pesisir Pada program COREMAP, masyarakat terus didorong dan ditingkatkan kemampuan mereka dalam mengorganisir diri termasuk menentukan pilihan kegiatan pembangunan di daerahnya secara musyawarah dengan mengacu pada asas dari, oleh dan untuk masyarakat. Cakupan jenis kegiatannya terbuka luas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pedesaan dan menjamin ketersediaan ikan secara berkelanjutan. Kemudian selaras dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah berasaskan semangat otonomi daerah, COREMAP dikembangkan sebagai media untuk membangun kesadaran masyarakat dan semua pihak terhadap perubahan arah para pelaku pembangunan, serta media mewujudkan masyarakat sebagai penggagas dalam sebuah kegiatan pembangunan. Beberapa proses dan kegiatan yang dilakukan dalam COREMAP selalu mempertimbangkan dukungan untuk pencapaian pemerintahan yang baik. Seluruh proses kegiatan dalam COREMAP pada hakekatnya memiliki dua dimensi, yaitu: 1) Memberikan wewenang dan kepercayaan kepada masyarakat untuk menentukan sendiri kebutuhannya, merencanakan dan mengambil keputusan secara terbuka dan penuh tanggung jawab, dan 2) Menyediakan dukungan lingkungan yang kondusif untuk mewujudkan peran masyarakat dalam pembangunan, khususnya dalam upaya peningkatan kesejahteraan mereka sendiri Kebijakan Nasional dalam Pengelolaan Terumbu Karang Terumbu karang merupakan bagian dari sumberdaya alam di daerah pesisir yang pengelolaannya tidak terlepas dari pengelolaan sumberdaya alam lainnya seperti hutan mangrove dan padang lamun. Oleh karena itu, kebijakan nasional pengelolaan terumbu karang harus memperhatikan dan menggunakan pendekatan menyeluruh dan terpadu. Selain itu, kebijakan pengelolaan terumbu karang juga harus mempertimbangkan pelaksanaan desentralisasi. Kebijakan nasional pengelolaan terumbu karang disusun berdasarkan prinsipprinsip: 1. Keseimbangan antara intensitas dan variasi pemanfaatan terumbu karang 2. Pengelolaan sesuai dengan prioritas kebutuhan masyarakat lokal dan ekonomi naional 3. Kepastian hukum melalui pelaksanaan peraturan perundang-undangan untuk mencapai tujuan pengelolaan dan pemanfaatan terumbu karang yang optimal 4. Pengelolaan yang berkeadilan dan berkesinambungan 5. Pendekatan pengelolaan secara koperatif antara semua pihak terkait 27

36 6. Pengelolaan berdasarkan data ilmiah yang tersedia dan kemampuan daya dukung lingkungan 7. Pengakuan hak-hak ulayat dan pranata sosial persekutuan masyarakat adat tentang pengelolaan terumbu karang 8. Pengelolaan terumbu karang sesuai dengan semangat otonomi daerah Kebijakan umum pengelolaan terumbu karang Indonesia adalah mengelola ekosistem terumbu karang berdasarkan keseimbangan antara pemanfaatan dan kelestarian yang dirancang dan dilaksanakan secara terpadu dan sinergis oleh Pemerintah, Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, Masyarakat, swasta, perguruan pemerintah serta organisasi non pemerintah. 28

37 BAB 4 MASYARAKAT PESISIR NATUNA DAN KEGIATAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA LAUT 4.1. Aktivitas Nelayan di Pulau Bunguran dan Dampaknya Masyarakat pesisir Natuna, terutama yang terdapat pada beberapa site seperti Desa Sepempang, Tanjung, Kelanga dan Pengadah di Kecamatan Bunguran Timur, Desa Sabang Mawang, Pulau Tiga dan Sededap di Kecamatan Bunguran Barat merupakan masyarakat nelayan yang tidak tetap. Selain menggeluti aktivitas di laut, mereka juga memiliki aktivitas di darat yaitu bertani, hal ini terjadi hampir pada semua masyarakat Kabupaten Natuna. Nelayan di Pulau Bunguran sudah mulai mengeluhkan pendapatan mereka yang menurun akibat kebanyakan terumbu karang yang ada di sekitar perairan desa mereka sudah mulai mengalami gangguan. Lokasi dimana mereka biasa melakukan aktivitas penangkapan ikan dan mendapatkan hasil yang cukup besar sudah mulai berkurang. Hal ini dikarenakan adanya aktivitas pembiusan, pengeboman dan penggunaan alat tangkap yang merusak seperti mini trawl dan pukat gelang terutama sebelumnya, meskipun aktivitas itu sekarang sudah mulai berkurang tetapi dampak masih dirasakan. Masyarakat nelayan Bunguran Timur pada umumnya pernah melakukan aktivitas penangkapan ikan dengan menggunakan potasium. Sedangkan masyarakat nelayan Bunguran Barat disinyalir masih ada yang menggunakan bahan peledak untuk menangkap ikan. Disamping itu, aktivitas nelayan asing (nelayan Thailand) dan nelayan luar daerah (nelayan Tegal, Kalimantan dan Madura) cukup mengganggu nelayan tempatan sehingga berpengaruh terhadap hasil pendapatan nelayan terutama dalam penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti trawl dan pukat gelang. Uraian diatas menggambarkan bahwa kehidupan masyarakat nelayan pesisir Kabupaten Natuna telah terganggu karena adanya aktivitas-aktivitas yang berpotensial menimbulkan kerusakan lingkungan dan terlebih lagi secara nyata menurunkan tingkat pendapatan nelayan. Dalam proses menjalankan program COREMAP di Kabupaten Natuna, di tengah masyarakat itu sendiri masih banyak orang-orang yang melakukan aktivitas yang berpotensial menimbulkan kerusakan lingkungan. Oleh sebab itu diperlukan kehati-hatian dalam proses transfer wawasan dan pengetahuan serta tindakan penyadaran sehingga tidak memunculkan konflik baru di tengah masyarakat. Aktivitas penambangan batu-batu karang hampir terjadi di wilayah pesisir daerah ini seperti yang terjadi di Desa Pengadah (bagian ujung Utara Pulau Bunguran) yang masih didapati tumpukan batu karang yang diambil dari daerah pantai untuk bahan bangunan. Sementara di daerah lainnya, hampir seluruh jalan-jalan desa yang dibangun, pondasi rumah dan infrastruktur lainnya menggunakan material batu karang sehingga sebagian besar daerah ini untuk daerah pesisir sangat jarang 29

38 ditemukan batu-batu karang sebagaimana ditemukan di Senayang-Lingga. Pantai di daerah ini menjadi landai, sehingga nilai terumbu karang sebagai pemecah gelombang menjadi menurun fungsinya Peran Tokoh terhadap Adat dan Tradisi Masyarakat Melayu Peran tokoh sangat erat hubungannya dengan adat dan tradisi serta mempengaruhi pengambilan keputusan di tengah masyarakat. Tradisi dalam pengertian sebagai tingkah laku dan perbuatan manusia selalu berlanjut dari generasi ke generasi berikutnya, lebih banyak didorong oleh berbuat karena adanya suatu mitos atau tradisi itu. Mitos itulah yang memberikan kebenaran kepada seseorang untuk merealisir tradisi. Maka berbicara mitos dalam tradisi sebagai suatu hal dalam kehidupan, kita harus memperhatikannya dengan teliti. Suatu tradisi merupakan suatu cara yang efektif untuk menggerakkan potensi masyarakat selama belum didapatkan cara baru yang dapat diterima oleh masyarakat desa. Penyaringan dan seleksi terhadap mitos-mitos yang diberikan oleh tradisi di suatu daerah sangat perlu dilakukan. Dengan demikian, mampu mengganti arah mitos atau bahkan menciptakan mitos baru terhadap tradisi yang masih hidup, sehingga tradisi tersebut menjadi potensial sifatnya bagi kehidupan masyarakat. Dalam hal ini tentulah diperhatikan segala dimensi sosial budaya yang terdapat dalam kehidupan masyarakat sehingga penggantian arah mitos atau munculnya mitos baru dalam suatu tradisi tidak sampai menggoncangkan kehidupan sosial masyarakat yang akhirnya menimbulkan sifat yang tidak simpati. Pemuka adat sangat berperan dalam memegang dan menghidupkan tradisi di masyarakat. Ketika peran pemuka adat menjadi surut, muncullah peran ulama melalui kekuatan ilmu pengetahuan, agama dan politik. Sehingga nilai-nilai yag terbangun lebih kuat nilai agamisnya. Peran ulama merupakan sumber segala ilmu, sehingga dikatakan bahwa aktivitas masyarakat bergerak oleh lidah dan tangan ulama. Kehidupan masyarakat Melayu di Riau merupakan masyarakat yang agamis, maka seorang pemuka yang meskipun mampu memecahkan masalah-masalah kehidupan yang praktis tetapi tidak memiliki aspirasi agama dalam kepemimpinannya, lambat laun dia akan ditolak oleh masyarakat. Konsekwensinya harus membentuk pribadinya baik menjadi pemimpin atau pemuka yang agamis sehingga mampu berinterkasi dengan cepat dengan masyarakat Faktor-faktor dalam Perubahan Masyarakat Nilai-nilai dasar masyarakat Melayu, atau lebih mengarah kepada orientasi nilai tradisional, sangat mempengaruhi tata nilai kehidupan. Tata nilai ini dalam sikap hidup memiliki kecenderungan terhadap segi kehidupan bermasyarakat. Tata nilai dasar yang mempengaruhi adalah resam, adat dan agama (Islam). Beberapa orientasi nilai tradisional yang penting sebagaimana dikatakan UU Hamidy, 2004 dalam Jagad Melayu dalam Lintasan Budaya di Riau, diantaranya: Sederhana dalam penampilan hidup. Berusaha tidak melampaui norma-norma yang berlaku. Para pelampau akan melahirkan sikap serakah, egois dan sombong, sehingga merusak pergaulan sosial. Hutang dianggap bukan merupakan beban material, tetapi lebih-lebih lagi sebagai beban moral. Sebab itu hutang bersifat negatif. Jika terpaksa juga 30

39 berhutang, maka hendaklah lansai semasa hidup, jangan mati dalam keadaan berhutang. Martabat atau harga diri berada di atas nilai kebendaan. Orang besar kata Raja Ali Haji adalah orang yang memelihara budi pekertinya. Inilah sebabnya orang Melayu tabu sekali terhadap zina, judi dan minuman keras sebab akan menjadi pangkal balak jatuhnya martabat. Harta itu yang utama berkahnya, bukan jumlahnya. Harta yang diperoleh dengan kekerasan dan rebut-rampas tidak akan menjadi berkah (keselamatan). Malah diyakini akan mengundang malapetaka. Jika tidak di dunia, akan diterima di akhirat. Penyakit, disamping disebabkan oleh kuman, juga dapat disebabkan oleh makhluk halus dan perbuatan manusia. Gangguan makhluk halus sebagai ujud setan dapat mendatangkan malapetaka. Tetapi perbuatan dosa, juga dapat diprcaya mendatangkan penyakit. Jika seorang budak melayu mengatakan perutnya sakit karena makan jambu, maka ibu bapaknya tidaklah pertamatama menanyakan keadaan jambu yang dimakan misalnya busuk atau baik. Tapi menanyakan dengan cara bagaimana anak itu mendapatkan jambu itu. Jika jambu itu dicuri, mereka yakin itulah yang menyebabkan datangnya penyakit itu. Dalam kaitan ini maka orang Melayu tidak bisa menerima prinsip 4 sehat 5 sempurna, sebab belum ada unsur halal. Karena itu semestinya makanan yang sehat itu ialah makanan yang halal, yang unsurnya 4 sehat 5 sempurna. Begitu pula dengan men sano in corpore sano (dalam tubuh yang sehat ada jiwa yang waras) tapi yang benar in corpore sano men sano (hanya jiwa yang waras membentuk tubuh yang sehat). Kejujuran, adalah penampilan harga diri yang utama. Sebab sekali lancung keujian, seumur hidup orang tak percaya. Persaudaraan harus ujud dalam kebersamaan. Tanda persaudaraan ini adalah harta, tenaga dan pikiran. Jika tak dapat menolong dengan harta tolonglah dengan tenaga. Jika tak dapat juga menolong dengan tenaga bantulah dengan fikiran. Bahasa adalah lambang budi pekerti. Bahasa harus memperlihatkan yang batin. Itulah sebabnya Raja Ali Haji sampai membuat gurindam, jika hendak melihat orang yang berbangsa lihat kepada budi bahasa. Keseimbangan lahir dan batin merupakan tajuk mahkota kehidupan. Inilah hidup yang benilai. Sebab berguna pada yang fana (dunia) dan bermakna di alam baka (akhirat). Jika yang zahir buruk (penampilan fisik tak baik) imbangilah dengan batin (budi pekerti) yang baik. Jika yang batin jauh lebih baik dari yang zahir, itulah manusia yang mulia. Sebab yang batin itu lambang abadi, sebagaimana di akhirat akan terbukti. Kekuasaan, hendaklah terbagi atas beberapa teraju kehidupan. Beraja di hati dan bersultan di mata hanya akan mendatangkan malapetaka. Itulah sebabnya kekuasaan raja-raja Melayu terbagi atas beberapa kendali. Yang dipertuan Besar dengan gelar Sultan, adalah simbol kerajaan, sebagai pucuk pimpinan. Yang Dipertuan Muda dengan gelar Raja, adalah pelaksana amanah kerajaan. Sedangkan Kadi Kerajaan atau Mufti yang memegang teraju mahkamah akan memberikan panduan syariat, undang dan adat, agar terpelihara keadilan dan 31

40 kebenaran. Dalam kesatuan kepemimpinan adat maka terbagilah kakuasaan atas Penghulu atau Batin sebagai pemegang kendali, monti (Tongkat) sebagai pemelihara teks adat, Hulubalang (Antan-Antan) sebagai pengambil tindakan terhadap pelanggar norma-norma, dan Malin (ulama) memberikan timbangan keadilan. Perselisihan sedapat mungkin dihindarkan. Mengapa perselisihan atau konfrontasi dihindarkan, karena perselisihan pertama-tama bukan hanya mengganggu ketentraman, tetapi akirnya akan menjatuhkan martabat dan mendatangkan bencana. Hidup dan waktu tidak dihubungkan dengan baik. Hidup memang berharga, tatapi waktu sering diabaikan. Pengertian waktu hanya merujuk kepada waktu sembahyang, tidak dilengkapi dengan waktu untuk bekerja. Padahal waktu dengan syariat (ibadah) hendaklah sejalan dengan waktu dalam bekerja (beramal). Akibatnya waktu hanya dinilai dari sudut ukhrawi, kurang bernilai dari sudut dunia. Sehingga nilai ekonomi waktu menjadi rendah. Menonjolkan diri dipandang sebagai akhlak yang tidak baik. Menonjolkan diri dipandang ada hubungan dengan kesombongan. Akibatnya jika ada peluang, jarang orang Melayu yang mau menampilkan dirinya. Meskipun sesungguhnya dia mampu. Ini ada hubungannya dengan tanggung jawab dan sikap rendah hati yang dipandang baik. Dia kuatir, jangan-jangan ada orang lain yang lebih mampu dari padanya. Karena itu kata sepakatlah yang lebih disukai untuk menunjuk seseorang, bukan permintaan diri sendiri. Hukum yang terkandung dalam adat dan undang-undang yang dibuat oleh kerajaan (negara) jangan dipermainkan. Sebab, bila hukum tidak berada pada timbangan yang adil dan hati nurani yang benar, niscaya merusak kehidupan masyarakat. Hukum yang digunakan untuk menakut-nakuti orang disebut hukum beruk besar di rimba. Hukum yang dipaksakan disebut hukum si gerik panggang. Kedua cara pemakaian hukum ini jangan dipakai. Hukum hendaknya kalau masih dalam batas-batas pelanggaran yang ringan, bukan pertama-tama untuk menyiksa. Tetapi sedapat mungkin mempunyai sentuhan peringatan, sehingga dapat timbul keinsyafan kepada yang bersalah. Yang terakhir ini disebut hukum si palu-palu ular. Ular dipalu tidak mati tanah yang kena tidak lumbang. Jadi si pelanggar bisa menjadi orang yang baikbaik, sedangkan masyarakat tidak gelisah oleh hukum itu. Dalam proses perubahan dalam kerangka program COREMAP Phase II Kabupaten Natuna secara umum, perlu memperhatikan nilai nilai hidup masyarakat Melayu yang sangat kontras dalam kaitannya tentang proses perubahan masyarakat tersebut. Tidak jarang juga terjadi dalam proses tranfer informasi sering terkendala di masyarakat seperti mengajak beberapa masyarakat untuk pelatihan (jenis apapun) dengan harapan agar mereka mampu menyampaikan balik kepada masyarakatnya. Namun yang terjadi mereka kurang berupaya untuk menyampaikannya, tetapi kalau ada orang yang bertanya baru mereka membuka informasi tersebut. Hal ini ada kaitannya dengan sikap sebagaimana tersebut sebelumnya. Disamping itu, tradisi dan kebiasaan dalam kehidupan masyarakat pesisir juga komplek. Masyarakat nelayan memiliki sikap gotong royong dalam 32

41 pembangunan rumah, dalam pengelolaan tanah, dalam menjaga kebersihan desa dan dalam pembangunan jalan/jembatan. Masyarakat nelayan sebenarnya mempunyai kearifan tradisional dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan. Sebagian besar mayarakat tidak melakukan kegiatan yang dapat merusak lingkungan khususnya terumbu karang. Masyarakat pesisir pada umumnya masyarakat Melayu yang sangat menghargai lingkungan hidupnya sebagai tempat mereka mencari nafkah. Biasanya setiap hari jum at nelayan tidak melaut. Karena pada hari jum at digunakan untuk sholat jum at. Namun ada juga yang beranggapan bahwa hari jum at adalah hari yang tidak baik untuk melakukan aktivitas melaut. Kondisi ini hampir sama dengan nelayan daerah lain di Riau. Kondisi-kondisi ini menjadi perhatian dalam upaya transfer pengetahuan untuk suatu perubahan masyarakat pesisir terutama dalam komunitas masyarakat Melayu. 33

42 BAB 5 KOMUNIKASI, MEDIA DAN STRATEGI 5.1. PROSES KOMUNIKASI Supardi dan Syaiful Anwar (2002), mengungkapkan bahwa komunikasi adalah usaha mendorong orang lain menginterpretasikan pendapat seperti apa yang dikehendaki oleh orang yang mempunyai pendapat tersebut. Dengan komunikasi diharapkan diperoleh titik kesamaan saling pengertian. Kemungkinan salah pengertian dengan demikian dapat terjadi, karena tidak adanya atau kurang sempurnannya penerimaan dari mereka yang dihubungi. Ada dua tahap dalam proses komunikasi, yakni secara primer dan secara sekunder. 1. Proses Komunikasi Secara Primer: adalah proses penyampaian fikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan meggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan fikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. 2. Proses Komunikasi Secara Sekunder: Adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, telex, surat kabar, majalah, radio. Televisi, film, dan lain-lain adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Jadi, proses komunikasi sekunder merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, maka dalam menata lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus memperhitungkan ciri-ciri atau sifat media yang akan digunakan. Penentuan media yang akan digunakan sebagai hasil pilihan dari sekian banyak alternatif perlu didasari pertimbangan siapa komunikan yang akan dituju. Komunikan media surat, poster, atau papan pengumuman akan berbeda dengan komunikan surat kabar, radio, televisi, film, atau media lainnya. Setiap media memiliki ciri atau sifat tertentu yang efektif dan efisien untuk dipergunakan bagi penyampaian suatu pesan tertentu pula. (Onong Uchjana E. 1984). Walaupun komunikasi sempurna jarang ada, tetapi orang perlu berusaha sedapat mungkin melakukan hal itu. Suatu contoh bahwa pemimpin sebuah organisasi mengusahakan melalui orang lain agar segala sesuatu itu terlaksana seperti diharapkan. Kegiatan ini memerlukan komunikasi, tentu saja komunikasi yang baik. Orang harus dapat mengirimkan tanda yang jelas dan dimengerti oleh orang lain. Selanjutnya dilaksanakan oleh orang lain. Ini selanjutnya menimbulkan sikap dan moral berorganisasi yang baik. Akhirnya orang akan dapat mempengaruhi orang lain secara otomatis dan proses berorganisasi berjalan dengan sendirinya. 34

43 Tidak dapat dipungkiri, bahwa hak untuk berkomunikasi adalah salah satu hak asasi manusia yang paling dasar. Eksistensi kemanusiaan kita juga tergantung pada komunikasi. Tanpa komunikasi sebenarnya eksistensi manusia itu tidak pernah ada. Orang akan bertanya tentang sesuatu bila dia tidak tahu, bahkan bayi yang baru lahir sekalipun melakukan komunikasi melalui tangisan. Proses komunikasi berdasarkan paradigma Harold Lasswell : Gambar 2. Skema konsep dasar komunikasi ENCODING DECODING SENDER (pengirim) MEDIA MASSAGE (pesan) RECEIVER (penerima) NOISE (gangguan) FEED BACK (umpan balik) RESPONSE Penjelasan : Sender Encoding Massage Media Decoding Receiver Response Feed Back Noise : Komunikator yang menyampaikan pesan kepada seorang atau sejumlah orang. : Penyandian, yakni proses pengalihan fikiran ke dalam bentuk lambang. : Pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator. : Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan. : Proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya. : Komunikan yang menerima pesan dari komunikator. : Tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterima pesan. : Umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator. : Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang 35

44 berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya. Komunikasi dikatakan efektif bila pesan yang disampaikan oleh komunikator berkaitan erat dengan pesan seperti yang ditangkap oleh penerima. Singkatnya, komunikasi akan terjadi apabila ada kesamaan bahasa dan kesamaan makna. Untuk itu komunikator harus tahu tujuan komunikasi yang dilakukannya. Biasanya ada 4 (empat) tujuan komunikasi, yaitu: 1) Perubahan Pendapat (Opinion Change), 2) Perubahan Sikap (Attitude Change), 3) Perubahan Perilaku (Behavior Change) dan 4) Perubahan Sosial (Social Change). Sarjana-sarjana komunikasi pembangunan selalu menekankan, bahwa komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses perubahan sikap dan tingkah laku suatu masyarakat dan menjadikan media massa sebagai mobility multiplier (Lerner, 1958) dan mereka juga menyarankan agar media massa seharusnya menghasilkan suatu iklim suasana untuk pembangunan (Schramm, 1964). Komunikasi juga akan mengubah masyarakat melalui penyebaran dan penyerapan ideide dan hal-hal yang baru (Rogers dan Shoemaker, 1971). Singkat kata, para pakar komunikasi tersebut berpendapat bahwa perkembangan media massa (cetak dan elektronik) yang pesat di negara-negara membangun (dalam hal ini tentunya juga di Natuna) akan berakibat langsung kepada pembangunan di wilayah ini. Semakin intens penggunaan media massa, bermakna akan tercipta suatu iklim pembangunan karena kondisi tersebut akan mempercepat proses pendidikan dan pengembangan wawasan masyarakat terhadap diri serta lingkungannya. Beberapa media komunikasi yang telah ada dan diakses masyarakat di Natuna secara umum adalah: 1) Media penyiaran radio (RRI), 2) Media cetak seperti Suara Natuna (majalah), Natuna Pos (tabloid), Sijori Pos, Batam Pos dan Media Kepri (surat kabar), 3) Media elektronik (televisi nasional), 4) Media luar ruang seperti majalah dinding, papan informasi, sign board, poster dan stiker, 5) Kegiatan penyuluhan seperti penyuluhan tentang pertanian, perkebunan, perikanan dan tentang program COREMAP. Khusus untuk media cetak, komunikasi tidak berjalan baik karena dalam perjalanannya media ini tidak tertib dalam pendistribusian. Kendala-kendala teknis seperti transportasi yang tidak up to date sering kali terjadi PEMILIHAN MEDIA KOMUNIKASI Dalam konteks penyelamatan terumbu karang di Kabupaten Natuna, berdasarkan data lapangan yang dikumpulkan oleh Yayasan Laksana Samudera maka strategi komunikasi yang paling efektif dalam menyampaikan pesan untuk penyelamatan terumbu karang di wilayah ini adalah menciptakan kesadaran dan empati masyarakat terhadap lingkungannya melalui pemilihan media yang tepat. Setelah melakukan survey di 2 (dua) kecamatan yaitu Kecamatan Bunguran Timur dan Kecamatan Bunguran Barat Kabupaten Natuna dan melakukan analisa terhadap datadata lapangan serta melakukan studi literatur maka media yang efektif digunakan untuk mengkomunikasikan pesan-pesan penyelamatan terumbu karang ini adalah: 1) Radio, 2) Film dokumenter dan VCD lagu-lagu daerah, 3) Media luar ruang (MLR), 4) Penyuluhan, dan 5) Sosialisasi usia dini berupa komik dan permainan anak-anak.. Pemilihan media tersebut dapat disimpulkan melalui matriks berikut: 36

45 Tabel 21. Matriks pemilihan media komunikasi Dasar Sarana Pilihan media Kecamatan Bunguran Timur Stasiun RRI terdapat di Desa Sepempang Radio Minat baca masyarakat kecil Mendapatkan informasi cenderung melihat dan mendengar RRI Natuna dapat diakses dengan baik Kepemilikan radio berkisar antara 30% - 80% Kepemilikan televisi berkisar antara 4,8% - 35% Sebagian besar masyarakat berpendidikan SD (58,88%) Mata pencaharian masyarakat lebih banyak petani (62,08%) dan nelayan (21,12%) Penyampaian informasi telah menggunakan papan informasi Stiker, poster, leaflet dan sign board telah beredar di masyarakat dalam berbagai jenis dan bentuk Beberapa kepentingan telah menggunakan cara-cara seperti ini untuk menyampaikan informasi ke masyarakat Musyawarah merupakan cara yang sering dilakukan masyarakat dalam memutuskan sesuatu persoalan, menjalin silaturahmi dan menyampaikan informasi baru Masyarakat didominasi suku Melayu (98,81%) dan beragama Islam (98,40%) Anak-anak usia sekolah berjumlah rata-rata 21,96% Anak-anak suka melihat gambar (kartun) daripada membaca Kecamatan Bunguran Barat Minat baca masyarakat kecil Mendapatkan informasi cenderung melihat dan mendengar RRI Natuna kurang dapat diakses dengan baik Kepemilikan radio ±40% Kepemilikan televisi berkisar antara 18%-26% Sebagian besar masyarakat berpendidikan SD (39,22%) Mata pencaharian masyarakat lebih banyak petani (58,6%) dan nelayan (36,33%) Penyampaian informasi telah menggunakan papan informasi Stiker, poster, leaflet dan sign board telah beredar di masyarakat dalam berbagai jenis dan bentuk VCD player dimiliki pada hampir semua pemilik televisi Papan informasi telah ada di setiap kantor desa Telah ada contoh stiker, poster, leaflet dan sign board Musyawarah masyarakat Perkumpulan masyarakat (kelompok ibu, wirid yasin dan sebagainya) Anak-anak usia sekolah lebih suka bermain dan mengidolakan tokoh-tokoh kartun superhero Kepemilikan radio di masyarakat VCD player Majalah dinding dan papan informasi Film dokumenter dan VCD lagu-lagu daerah Media luar ruang (MLR) Penyuluhan Sosialisasi pada usia dini Radio komunitas Film dokumenter dan VCD lagu-lagu daerah Media luar ruang (MLR) 37

46 Beberapa kepentingan telah menggunakan cara-cara seperti ini untuk menyampaikan informasi ke masyarakat Musyawarah merupakan cara yang sering dilakukan masyarakat dalam memutuskan sesuatu persoalan, menjalin silaturahmi dan menyampaikan informasi baru Masyarakat didominasi suku Melayu (98,78%) dan beragama Islam (98,78%) Anak-anak usia sekolah berjumlah rata-rata 24,59% Anak-anak suka melihat gambar (kartun) daripada membaca Musyawarah masyarakat Perkumpulan masyarakat (kelompok ibu, wirid yasin dan sebagainya) Anak-anak usia sekolah lebih suka bermain dan mengidolakan tokoh-tokoh kartun superhero Penyuluhan Sosialisasi pada usia dini 5.3. STRATEGI YANG EFEKTIF DALAM KOMUNIKASI Dalam rangka penerapan media komunikasi diperlukan suatu strategi yang merupakan penjabaran secara khusus dari pemilihan media komunikasi tersebut yang masih terurai secara umum. Strategi ini merupakan rangkaian faktor yang harus diperhatikan dalam upaya efektivitas media komunikasi dilakukan. Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Akan tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Demikian pula dengan strategi komunikasi yang merupakan panduan perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen (management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ada 3 (tiga) tujuan utama strategi komunikasi: 1. to secure understanding, yaitu memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya. 2. to establish acceptance, yaitu apabila komunikan sudah dapat mengerti dan menerima, maka penerimanya itu harus dibina. 3. to motivate action, pada akhirnya kegiatan dimotivasikan. Strategi komunikasi akan efektif apabila sesuai dengan konsep komunikasi yang dinamakan AIDDA, singkatan dari Attention (perhatian), Interest (minat), Desire (hasrat), Decision (keputusan), dan Action (kegiatan) Strategi pada Media Radio Beberapa hal yang mampu dilakukan sebagai strategi pada media radio diantaranya adalah sebagai berikut: 38

47 Tabel 22. Matriks Strategi pada media radio Strategi Komunikasi Materi Komunikasi Pesan Komunikasi Sasaran Dialog interaktif Pengelolaan SDL Kerusakan SDL Nelayan Wawancara khusus Pelestarian terumbu Perusakan SDL Masyarakat Pemutaran iklan layanan masyarakat secara berkala Pemutaran lagu-lagu tentang pemeliharaan SDL secara rutin Sandiwara radio, oleh tokoh lokal karang Pelestarian SDL Penyelamatan lingkungan Pengetahuan tentang SDL Kawasan lindung Kawasan lindung Pelestarian terumbu karang Daerah tangkap Kerusakan SDL Perusakan SDL Penyadaran masyarakat umum Masyarakat umum Masyarakat umum Masyarakat umum Pemerintah daerah Pada radio swasta [bersifat komersil] atau radio pemerintah [RRI] semua program acara telah baku berdasarkan standar program yang telah disusun. Hal yang dapat memberikan peluang adalah radio komunitas. Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan strategi komunikasi yang dilakukan melalui media radio dengan media yang lebih khusus yaitu radio komunitas dapat terbagi dalam faktor internal dan eksternal. Beberapa faktor internal yang dapat di lakukan, antara lain: 1. Memproduksi program acara yang dapat merangsang pendengar dan pemirsa untuk mengatasi masalah lingkungan, hak asasi manusia dan good government. Sehingga pada acara penyiaran komunitas masyarakat akan banyak mendapatkan contoh dari sebuah program aksi yang dapat dilakukan masyarakat maupun organisasi masyarakat sipil lainnya untuk kemudian disesuaikan isunya, strateginya dan langkah aktivitasnya di komunitas. 2. Memproduksi program acara yang dapat meningkatkan apresiasi terhadap kemajemukan dalam kehidupan bermasyarakat. 3. Memproduksi program yang dapat merangsang pendengar untuk menumbuh kembangkan kemampuan potensial ekonomi dan sumber daya lokal, sehingga pada acara penyiaran komunitas pendengar akan memperoleh keterampilanketerampilan yang dapat dilakukan dalam skala yang lebih baik dan luas. Beberapa faktor eksternal agar komunikasi melalui media radio komunitas ini berjalan secara efektif, maka yang harus dilakukan adalah: 1. Mengenali masyarakat sebagai audiens atau masyarakat sekitar penerima informasi. 2. Mengikuti secara terus menerus perkembangan masyarakat sehingga diketahui perubahan pada masyarakat karena masyarakat tumbuh dan berkembang, sangat korelatif dengan: a) ragam informasi yang ingin dikonsumsi, b) cara mengkonsumsi informasi dari radio, c) waktu mengkonsumsi informasi dari radio, dan d) fasilitas yang disediakan radio untuk kemudahan pendengar mendapatkan informasi. 3. Menonjolkan karakter radio dibandingkan dengan media lainnya. Beberapa hal yang dapat diperhatikan antara lain: a) radio mampu melakukan 39

48 komunikasi intim yang imajinatif, b) daya langsung, untuk mencapai khalayak radio tidak mengalami proses yang kompleks, c) daya tembus, artinya radio tidak mengenal jarak dan rintangan, dan d) daya tarik radio ini terletak pada tiga unsur (musik, kata-kata, dan efek suara) Strategi pada Media Film Dokumenter dan VCD Lagu-lagu Daerah Agar komunikasi yang dilakukan efektif melalui film dokumenter dan VCD lagu-lagu daerah ini ada beberapa strategi yang dapat di lakukan sebagaimana pada matriks berikut: Tabel 23. Matriks strategi pada media film dokumenter dan VCD lagu-lagu daerah Strategi Komunikasi Materi Komunikasi Pesan Komunikasi Sasaran Nonton bareng, film lingkungan terumbu karang di masyarakat umum melalui VCD di tempat-tempat umumseperti warung atau layar tancap Pelestarian lingkungan Perusakan dan kerusakan lingkungan Masyarakat umum Pemerintah desa Anak-anak Kaum muda Nonton bareng, film perjuangan masyarakat tentang lingkungan melalui VCD di tempat-tempat umumseperti warung atau layar tancap Pemutaran VCD lagulagu daerah dan SDL di tempat umum Penyelematan lingkungan Semangat perlawanan rakyat dalam penyelamatan lingkungan Masyarakat umum Pemerintah daerah Anak-anak Kaum muda Pelestarian SDL Rasa cinta lingkungan Masyarakat umum Pemerintah daerah Anak-anak Kaum muda Beberapa hal yang mesti diperhatikan untuk proses pembuatan film dokumenter dan VCD lagu-lagu daerah adalah: 1. Dalam pembuatan film dokumenter ini agar melibatkan penduduk tempatan sebagai pelakon sehingga secara psikologis pesan-pesan penyelamatan terumbu karang yang disampaikan langsung menyentuh komunitas tersebut. 2. Film dokumenter yang diproduksi diupayakan menyampaikan pesan-pesan atau moral film terhadap penyelamatan terumbu karang, yang semakin halus penggarapannya akan semakin baik. Dengan demikian masyarakat tidak akan merasa digurui. Karena hampir semua film mengajari masyarakat bagaimana bergaul dan bertingkah laku dengan manusia dan lingkungannya melalui film-film yang mereka saksikan. 3. Dalam pembuatan klip VCD lagu-lagu daerah dengan mengambil setting wilayah pantai Natuna yang indah dengan terumbu karangnya. Klip ini dibuat se-artistik mungkin sehingga keindahan itu mempunyai maksud atau makna yang tegas untuk penyelamatan terumbu karang. 40

49 Strategi pada Media Luar Ruang (MLR) Media luar ruang (MLR) agar menjadi efektif, maka strategi komunikasi yang harus dilakukan adalah: Tabel 24. Matriks strategi pada media luar ruang (MLR) Strategi Komunikasi Materi Komunikasi Pesan Komunikasi Sasaran Papan informasi ditempel pesan-pesan lingkungan Event olahraga & kesenian dimeriahkan dengan umbul-umbul dan kostum yang memiliki pesan lingkungan Sign board yang diletakkan pada tempat strategis Stiker/poster dan sejenisnya yang dibagikan pada penduduk dan pihak sekolah Kalender dan peralatan lain yang dibubuhi pesan lingkungan seperti payung, asbak rokok, gantungan kunci dan sebagainya Pengetahuan pengelolaan SDL Penyelamatan lingkungan Pelestarian lingkungan Pengetahuan lingkungan Pelestarian lingkungan Pelestarian lingkungan Penyelamatan lingkungan Pengenalan biota laut Gambar terumbu karang Kerusakan dan perusakan SDL Penyelamatan lingkungan Pelestarian lingkungan Penyelamatan lingkungan Pemeliharaan lingkungan Penggunaan alat tangkap ramah lingkungan Pemeliharaan lingkungan Penggunaan alat tangkap ramah lingkungan Penyelamatan lingkungan/sdl Masyarakat umum Pemerintah desa Masyarakat umum Masyarakat umum Pemerintah daerah Masyarakat umum Pemerintah daerah Masyarakat umum Pemerintah daerah 1. Penggunaan teks papan reklame dibatasi hanya untuk pesan saja dan penekanan media ini adalah pada seni (gambar-gambar). Karena meskipun memiliki daya lihat yang tinggi tapi waktu lihatnya sangat singkat yaitu 5-10 detik saja. 2. Majalah dinding (mading) yang sudah tersedia, beberapa tempat (space) digunakan untuk memasang poster dengan pesan penyelamatan terumbu karang. Pada panel poster ini gambar dicetak pada sejumlah lembaran kertas lebar. Lembaranlembaran ini kemudian ditempelkan seperti wallpaper pada mading yang disediakan oleh desa atau kelurahan tersebut. 3. Menciptakan pesan yang memiliki conversation value tinggi sehingga menjadi slogan dan buah bibir masyarakat, seperti Terumbu Karang Adalah Keluarga Kita, Jangan Sakiti Kami dan lain sebagainya Strategi pada Media Penyuluhan Pada media penyuluhan, beberapa strategi dalam penyuluhan yang dilakukan agar menjadi efektif, antara lain: 41

50 Tabel 25. Matrik strategi pada media penyuluhan Strategi Komunikasi Materi Komunikasi Pesan Komunikasi Sasaran Pertemuan masyarakat Pengajian/wirid Arisan Kunjungan ke desa Pengetahuan pengelolaan SDL Penyelamatan lingkungan Pelestarian lingkungan Kerusakan dan perusakan SDL Pemahaman lingkungan Pelestarian lingkungan Masyarakat umum Pemerintah desa Kum muda Anak-anak 1. Mengidentifikasi dan memilih tokoh-tokoh masyarakat yang tepat yang benarbenar menjadi panutan dalam masyarakat seperti kepala suku, tokoh agama, ketua organisasi, dll. Membekali mereka dengan pengetahuan tentang pentingnya penyelamatan terumbu karang di daerah masing-masing. Seluruh upaya untuk suksesnya program ini dipusatkan pada kemampuan mereka dalam melakukan komunikasi yang persuasif. 2. Menciptakan pembentuk opini dengan cara merekrut generasi-generasi muda yang dinamis dan memiliki kemampuan komunikasi yang baik untuk menyebarkan pesan-pesan penyelamatan terumbu karang ini pada setiap kesempatan (kegiatankegiatan) sosial masyarakat. 3. Membuat forum rutin yang memberikan informasi tentang perkembangan lingkungan hidup, khususnya masalah-masalah terumbu karang dan kelautan lainnya. Sehingga masyarakat dapat berdiskusi serta berbagi pengalaman melalui forum tersebut Strategi untuk Sosialisasi Pada Usia Dini Biasanya anak-anak memproyeksikan diri mereka pada tokoh-tokoh idolanya dan mencari permainan yang membuat mereka dapat berkumpul dengan teman-temannya, untuk itu strategi komunikasi yang dapat kita gunakan adalah: Tabel 26. Matriks strategi untuk sosialisasi pada usia dini Strategi Komunikasi Materi Komunikasi Pesan Komunikasi Sasaran Kunjungan ke sekolah Pengetahuan Pengelolaan dan Anak sekolah lingkungan SDL pelestarian SDL Bacaan komik lingkungan Pengetahuan lingkungan SDL Menanamkan jiwa cinta lingkungan Anak-anak usia sekolah Kreasi permainan anak (menciptakan permainan bagi anakanak) Pengetahuan lingkungan SDL Pengenalan lingkungan SDL, alatalat yang merusak dan tidak merusak Anak-anak usia sekolah Mainan anak yang dibubuhi pesan lingkungan seperti mobil, boneka, dll Pengetahuan lingkungan SDL Pelestarian lingkungan/sdl Anak-anak usia sekolah Mengadakan komik untuk anak-anak dengan para pahlawan (super hero) lingkungan hidup. Mengeksplorasi budaya masyarakat yang berhubungan dengan kehidupan bahari sehingga tercipta aktifitas-aktifitas yang dapat menggiring anak-anak kepada kehidupan untuk mencintai lingkungannya. 42

51 BAB 6 RENCANA TINDAK LANJUT MEDIA KOMUNIKASI 6.1. RADIO KOMUNITAS Berdasarkan data lapangan yang berhasil dihimpun oleh peneliti, siaran Radio Republik Indonesia (RRI) dapat diakses dengan baik oleh masyarakat di wilayah Kecamatan Bunguran Timur. Sedangkan di wilayah Kecamatan Bunguran Barat, siaran Radio Republik Indonesia (RRI) kurang jelas diakses oleh masyarakat karena terhalang oleh beberapa bukit yang cukup tinggi. Berangkat dari kondisi tersebut peneliti menyarankan untuk dapat didirikan stasiun radio komunitas pada bebarapa desa di Kecamatan Bunguran Barat yaitu: (1) Desa Sabang Mawang (2) Desa Pulau Tiga, dan (3) Desa Sededap. Untuk menindaklanjuti pendirian radio komunitas sebagai media sosialisasi penyelamatan terumbu karang di lokasi yang telah ditentukan, yakni (1) Desa Sabang Mawang (2) Desa Pulau Tiga, dan (3) Desa Sededap, dengan pertimbangan: 1. Berada di tengah pemukiman penduduk 2. Mudah diakses partisipan program radio 3. Mudah diakses anggota masyarakat lainnya 4. Biaya sewa studio rendah atau bahkan bisa gratis 5. Lokasi netral dari berbagai kepentingan yang ada 6. Relatif aman dari gangguan pencuri atau perusak 7. Tersedia sumber daya listrik yang memadai 8. Terdapat tempat yang cukup tinggi untuk menempatkan pemancar 9. Tidak terhalang oleh bukit atau bangunan yang tinggi Langkah-langkah berikutnya adalah: 1. Menyiapkan perangkat keras (hardware), yaitu: 1) Studio. Fasilitas studio pemancar radio ini dapat ditempatkan di rumah atau ruangan biasa, yang penting ada cukup tempat untuk meletakkan berbagai peralatan studio termasuk untuk operator agar bisa bekerja dengan leluasa. Luas minimum adalah 9 meter persegi. Namun, jika darurat studio ini bisa saja dengan ukuran 3 meter sampai 5 meter persegi. Bagian terpenting dari studio adalah bilik penyiar, tempat di mana alat-alat produksi diletakkan, seperti tape recorder, tape deck atau computer dengan MP3, audio mixer, amplifier, mikrofon, speaker, dll. Studio ini lazim disebut juga bilik siaran. Kadang-kadang, seluruh peralatan produksi siaran dikontrol dan dioperasikan oleh teknisi, sementara penyiar hanya berurusan dengan mikrofon. Namun, beberapa penyiar yang juga 43

52 mengurus produksi mengoperasikan pula tape recorder atau computer dengan MP3. Syarat utama bilik penyiar yang baik adalah kedap suara dan memenuhi persyaratan akustik sederhana lainnya. Keseimbangan akustik ini bisa dicapai dengan memasang bahan-bahan lembut seperti kartun bekas, tempat telur, styrofoam, korden, kain, sabut kelapa, kardus, dan sejenisnya disebagian tembok dan langit-langit studio. Tujuannya adalah mencegah terlalu banyak gema suara dari tembok ke mikrofon. Gambar 3. Tata letak studio 2) Peralatan Produksi. Peralatan-peralatan di dalam studio dipasang berhubungan dengan audio console mixer yang memproses, menyusaikan, menguatkan dan mencampurkan semua input suara dan mengirimkannya ke pemancar dan speaker monitor. Peralatan penyiaran seperti tape deck atau computer dengan MP3, dirangkai dengan rapi sehingga mudah digunakan oleh penyiar. 3) Pemancar. Dari berbagai pengalaman mendirikan radio komunitas, sebuah pemancar 20 watt bisa memiliki jarak efektif sekitar 12 kilometer tapi jika ditempatkan dipuncak bukit dengan antenna yang terdiri dari dua batang alumanium yang melintang sejajar ditempatkan beberapa kaki di atas (lihat gambar 1). Sekitar enam meter kabel koaksial jenis RG-8 digunakan untuk menyambung pemancar dengan antenna. Biasanya sinyal yang terpancar dapat didengar hingga jarak sekitar 40 kilometer, meskipun samara-samar. 44

53 Gambar 4. Pemancar radio Jika darurat studio bisa di mana saja, dengan pemancar yang disambungkan pada antena dengan sebuah tape recorder dan mikrofon sebagai sumber audio dan aki mobil sebagai sumber listrik. Berat total seluruh peralatan hanya sekitar sepuluh kilogram. Perlu menjadi perhatian, semua pemancar radio (FM, AM, UHF, VHF dan SSB) memerlukan antena untuk penyiaran. Penyiaran tanpa antena akan menimbulkan kerusakan serius pada pemancar. 2. Menyiapkan perangkat lunak (software), pada siaran radio dikenal dengan program acara. Menyusun program berarti merancang dan menerapkan urutanurutan mata acara ke dalam jatah waktu dan saat penyiaran (slot). Kegiatan ini juga meliputi penentuan bentuk, isi, dan cara penanganan masing-masing mata acara. Pada akhirnya program yang tersusun akan menggambarkan citra umum sebuah stasiun radio. Sewaktu menyusun program acara, ada beberapa pertanyaan mendasar yang harus dijawab, yaitu: Berapa jam lamanya program yang disusun? Dari jam berapa hingga jam berapa stasiun harus mengudara? Mata acara apa saja yang akan disiarkan? jenisnya? bentuknya? judulnya? pemandu acaranya? durasi/lama siarannya? jadwal siarannya? Kepedulian apa yang ingin ditunjukkan oleh stasiun? citranya? Bagaimana mata acara akan disusun? Program apa yang harus ditempatkan pada jam utama siaran (prime time)? Beberapa pertimbangan dalam penyusunan program acara radio komunitas yang akan digunakan sebagai media untuk penyampaian pesan penyelamatan terumbu karang di Kabupaten Natuna ini adalah: 45

54 1) Kebutuhan dan minat pendengar Kebutuhan, minat, dan kebiasaan mendengar para pendengar adalah factor penentu yang terpenting dalam penyusunan program yang akan disajikan. Prinsip dalam strategi komunikasi menyatakan bahwa kepentingan si penerima pesan merupakan dasar yang menentukan seluruh rancangan komunikasi yang disajikan oleh sumber komunikasi. Apa yang menjadi kebutuhan si penerima? tujuan khusus juga perlu disusun untuk target pendengar tertentu seperti petani, nelayan, ibu rumah tangga, kaum muda anak-anak, kelompok etnis, warga lanjut usia, dan pemimpin pemerintahan setempat. Berikut adalah contoh-contoh tujuan khusus radio komunitas untuk nelayan dan kaum muda di Kabupaten Natuna: Sasaran: NELAYAN Tujuan: Meningkatkan kesadaran para nelayan dalam menjaga dan melestarikan terumbu karang serta memajukan kualitas kehidupan mereka. Cara: a. Menyikapi kerusakan dan kepunahan terumbu karang di wilayah tersebut; b. Memotivasi para nelayan untuk terlibat aktif dalam penyelamatan terumbu karang; c. Memperkenalkan teknologi yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan para nelayan setempat; d. Meningkatkan keterlibatan para nelayan dalam kehidupan komunitas. e. Mendorong para nelayan untuk beribadah menurut kepercayaan mereka masing-masing. Sasaran: KAUM MUDA Tujuan: Melibatkan diri dalam aktifitas menyeluruh yang akan membuat kaum muda produktif dan menjadi warga yang memiliki kepedulian terhadap pelestarian terumbu karang. Cara: a. Mendorong kaum muda untuk mengadakan atau berpartisipasi dalam berbagai kegiatan pelestarian terumbu karang; b. Mendorong kaum muda untuk berkosentrasi pada hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan kualitas diri; c. Memperkuat kepribadian kaum muda sehingga mereka bisa melindungi diri dari godaan obat-obatan terlarang; d. Mengajari remaja putus sekolah beberapa kegiatan produktif yang akan membuka peluang ekonomi dan social; 46

55 e. Memperdalam kesadaran komunitas yang baik diantara kaum muda dan pengabdian yang mendalam pada ajaran agama mereka. Identifikasi yang jelas atas berbagai kelompok sasaran dan tujuan khusus radio komunitas bagi masing-masing kelompok akan memberikan kepercayaan dan arahan kepada pengelola radio dalam merancang program yang punya tujuan tertentu termasuk pencapaian tujuan-tujuan tersebut dalam hal ini adalah pesan penyelamatan terumbu karang. Salah satu sumber daya penting yang bisa dimanfaatkan pengelola radio komunitas adalah lembaga-lembaga lokal seperti sekolah, koperasi, unit pemerintahan local, lembaga pemerintahan nasional, organisasi masyarakat, dsb. Mereka adalah sumber potensial bagi isi program, atau bisa digunakan hanya sebatas sumber informasi. Pengambilan keputusan dalam penyusunan program acara adalah salah satu tugas paling sensitif dan menantang dalam radio komunitas. Kegiatan ini perlu dilakukan saat memulai sebuah stasiun radio atau ketika perubahan dan perbaikan isi siaran diperlukan. Evaluasi berkala biasanya memicu perubahan dalam menyusun program. 2) Kebiasaan mendengar para pendengar Kebiasaan mendengar umumnya merujuk pada kecenderungan memilih jenis acara tertentu, isi, penyajian, waktu, dan orang-orang yang disukai oleh pendengar atau yang biasa diperdengarkan kepada mereka. Kecenderungan atau preferensi ini tidak selalu sejalan dengan kebutuhan seperti yang dilihat oleh para praktisi penyiaran. Pertama-tama, siapa yang menentukan kebutuhan pendengar? karena itu, penting untuk mempertimbangkan kebiasaan dan kesukaan pendengar. Sangat penting untuk memberi mereka bukan saja apa yang mereka butuhkan tapi juga apa yang mereka inginkan; lebih baik lagi kalau informasi penting dan motivasi yang mereka butuhkan bisa diberikan kepada mereka melalui bentuk dan penyajian yang mereka inginkan. Di waktu-waktu apa saja dalam sehari orang-orang dibiasakan mendengar jenis program tertentu? misalnya, berdasarkan pengalaman masyarakat di pedesaan atau pinggir pantai kebanyakan program disiarkan jam hingga jam pagi dan sore jam sampai jam kemudian malam jam sampai jam Ada nelayan atau petani yang membawa radionya ke laut atau ke sawah, tapi ini lebih merupakan kekecualian dan bukan berlaku umum. Target kita dalam penelitian ini adalah ketika mereka berada di rumah. 3) Kemampuan radio komunitas Jebakan yang biasa dialami oleh radio komunitas adalah ketika mereka menyusun program yang ternyata persyaratan pelaksanaannya berada di luar kemampuan pengelola. Kemampuan untuk merancang program adalah satu hal; sedangkan menjalankannya adalah hal yang lain lagi. Sebuah rencana mungkin menjadi terlalu besar karena program-program yang disusun membutuhkan pekerja, materi, peralatan, dan pendanaan yang tidak dimiliki pengelola. Pada akhirnya, si perancang program hanya akan datang 47

56 dengan cetak-biru atau rancangan program yang kelihatan menakjubkan di atas kertas, tapi nyaris tak bisa diterapkan. Karena itu sangatlah penting untuk mengajukan pertanyaan, Apa yang mampu radio komunitas kita lakukan?. Kemampuan para pengelola yang ada harus diperhitungkan sejalan dengan kebutuhan susunan program. Penyusun program radio komunitas di Natuna ini harus menyadari akan keterbatasan-keterbatasan sebagai berikut: a. Sebagian besar peserta yang terlibat dalam penyelenggaraan radio komunitas ini melakukan pekerjaan mereka secara sukarela; b. Sebagian besar peserta mempunyai pekerjaan lain; c. Sebagian besar peserta baru saja dilatih; d. Sebagian besar peserta masih mencoba mencari pengalaman dalam kerja penyiaran; dan e. Bakat masing-masing peserta yang sesungguhnya belum muncul ke permukaan. Dengan melihat keterbatasan ini, kita harus berhati-hati agar tidak terlalu ambisius. Pada tahapan awal beroperasinya, lama siaran jangan terlalu panjang untuk menghindari terlalu memaksakan kemampuan para pengelola (peserta). Bentuk-bentuk program sesederhana mungkin, yang hanya membutuhkan kerja produksi sesedikit mungkin. Penyusun program harus mampu bekerjasama dengan orang-orang lain dalam pembuatan tiaptiap mata acara untuk mencapai dinamika dalam penyajiannya. Bentukbentuk program tempat peserta bekerja bersama sambil menunjukkan bakat serta minat mereka, harus sebisa mungkin dipergunakan. Guna mencapai hal tersebut, peneliti sarankan untuk memilih program kompilasi layaknya format majalah udara (air magazine), yang memungkinkan keragaman penyajian dalam segmen pendek. Pendanaan adalah sumber daya lain yang hampir selalu tidak cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan. Daripada terus menerus terlibat dalam pertarungan untuk mendapat alokasi dana yang lebih besar, yang paling baik adalah menggunakan dana dan sumber daya yang ada dengan sebaikbaiknya. Menyadari keterbatasan dan bekerja dalam batas-batas yang ada merupakan tindakan yang lebih bijaksana. Satu kenyataan yang paling menonjol adalah kesulitan untuk mendapatkan uang tunai di daerah penelitian ini. Kebanyakan sumber daya yang ada adalah yang ditawarkan atau didapatkan secara gratis. Dengan demikian, penting untuk mengetatkan pengeluaran dan menyeleksi kebutuhan program sebatas kemampuan pendanaan yang ada di tangan. Kreatifitas dan keterampilan adalah nilainilai yang harus dipraktekkan oleh para penyusun program. 4) Persaingan dengan media lainnya Strategi efektif untuk stasiun radio komunitas adalah menampilkan yang tidak dapat ditawarkan oleh media lainnya; yakni, isi lokal dengan selera lokal. Tidak ada alasan untuk menghindarinya. Radio komunitas ini harus bertahan pada alasan terkuat tentang kehadirannya: kejadian-kejadian lokal, masalah lokal, kepedulian dan orang-orang setempat. Kalau radio komunitas ini nanti dapat membuat laporan mendalam mengenai apa yang 48

57 terjadi di komunitasnya secara regular, tidak mungkin ada siaran daerah atau nasional yang bisa menyaingi jumlah pendengar yang mampu diraihnya. Elemen kedekatan adalah kualitas paling kuat yang harus dijunjung oleh radio komunitas. Orang akan antusias untuk mencari tahu setiap hari atau mungkin setiap jam mengenai orang-orang atau kejadian yang terjadi di sekitar tempat tinggal mereka. Stasiun radio komunitas ini nantinya mau tidak mau harus bersaing dengan media lain. Di Kabupaten Natuna siaran televisi terutama televisi swasta nasional cukup mendominasi, untuk menyikapi ini penyusunan program bisa menghindari persaingan langsung melawan media-media tersebut, dengan mencari waktu (jam siaran) yang tepat dan menyiarkan materi yang sangat lokal sifatnya. Warna lokal bisa berarti membahas berbagai masalah dalam kaitannya dengan konteks lokal, mengangkat contoh-contoh lokal dan menggunakan bahasa dengan aksen lokal. Tenggelamnya sebuah perahu nelayan di lingkungan desa lebih mungkin menjadi bahan berita yang menarik daripada kasus korupsi para pejabat. Pemilihan Kepala Desa pasti akan lebih menarik daripada pemilihan Gubernur. Kita harus mengupayakan jenis program yang berkarakter kuat dan renyah, yang disiarkan dalam waktu pendek bisa lebih efektif dalam meraih pendengar. Sebaliknya, program panjang atau menengah bukan hanya cenderung memaksakan kemampuan pekerja dan sumber daya radio komunitas ini nanti, tapi lebih penting lagi, ini akan membuat radio komunitas ditinggalkan oleh sebahagian besar pendengarnya. Salah satu tujuan sebuah radio komunitas adalah untuk melahirkan identitas komunitas di kalangan para anggotanya. Dengan merawat dan bangga pada warisan budayanya, seperti dialek daerah dan aksen lokal, stasiun radio ini juga membangun kepribadian tersendiri dalam perjalanannya kelak FILM DOKUMENTER DAN VCD LAGU-LAGU DAERAH Media ini dipilih berdasarkan data yang diperoleh di lapangan hampir. % warga masyarakat mempunyai VCD player yang dapat memutar film dan lagu-lagu dengan video klip. Media ini cukup efektif karena filem dokumenter dan klip lagu-lagu memiliki nilai hiburan, nilai pendidikan, dan nilai artistik. Keunggulan filem dibanding media lainnya dalam berkomunikasi dengan khalayak filem menggunakan teknik bercerita dengan gambar (pictorial storytelling). Sebuah point kuat dalam menyampaikan pesan disaat jumlah waktu untuk membaca telah menurun. Riset komunikasi juga membuktikan bahwa citra-citra visual melompati proses logika otak dan langsung disampaikan ke pusat emosi otak sehingga menciptakan dampak emosi kuat (orang bisa menangis, marah, dls). Agar komunikasi yang dilakukan efektif melalui filem dokumenter dan VCD lagu-lagu daerah ini ada beberapa strategi yang dapat di lakukan, antara lain: 1. Dalam pembuatan film dokumenter ini agar melibatkan penduduk tempatan sebagai pelakon sehingga secara psikologis pesan-pesan penyelamatan terumbu karang yang disampaikan langsung menyentuh komunitas tersebut. 2. Filem dokumenter yang diproduksi diupayakan menyampaikan pesan-pesan atau moral filem terhadap penyelamatan terumbu karang, yang semakin halus 49

58 penggarapannya akan semakin baik. Dengan demikian masyarakat tidak akan merasa digurui. Karena hampir semua filem mengajari masyarakat bagaimana bergaul dan bertingkah laku dengan manusia dan lingkungannya melalui filemfilem yang mereka saksikan. 3. Dalam pembuatan klip VCD lagu-lagu daerah dengan mengambil setting wilayah pantai Natuna yang indah dengan terumbu karangnya. Klip ini dibuat seartistik mungkin sehingga keindahan itu mempunyai maksud atau makna yang tegas untuk penyelamatan terumbu karang. Langkah-langkah rencana produksi compact disc (CD) profil penyelamatan terumbu karang Natuna (film dokumenter) dan klip lagu-lagu daerah. 1. Latar belakang produksi Kabupaten Natuna tidak hanya kaya akan Sumber Daya Alam (SDA) tetapi juga kaya akan kebudayaan, yang saat ini terus dibangun dan dikembangkan oleh Pemda Natuna bersama masyarakat. Di sisi lain Otonomi Daerah (Otda) juga menuntut kemandirian daerah dalam merencanakan dan membangun wilayah masing-masing. Untuk mewujudkan visi dan misi daerah serta mendukung pembangunan di Natuna yang berwawasan lingkungan diperlukan berbagai media promosi dan publikasi. Media ini dimaksudkan sebagai katalisator pemercepat proses penyebaran informasi, sehingga selain praktis, masyarakat dapat dengan mudah mengetahuinya dan terlibat di dalamnya. Media dimaksud adalah pembuatan profil kekayaan laut dan terumbu karang Natuna dalam bentuk Compact Disc (CD) serta klip lagu-lagu daerah. 2. Tujuan produksi Secara khusus, tujuan pembuatan profil kekayaan laut dan terumbu karang Natuna dalam bentuk Compact Disc (CD) serta klip lagu-lagu daerah ini adalah: a. Mendeskripsikan seluruh potensi Sumber Daya Alam (SDA) kelautan dan kekayaan budaya Kabupaten Natuna. b. Mempublikasikan ancaman-ancaman kelestarian terumbu karang, di mana penanganannya harus bekerjasama antara pemerintah daerah dan masyarakat setempat. 3. Sasaran produksi 1) Para pendatang atau wisatawan 2) Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Propinsi 3) Masyarakat umum. 4. Format CD Bentuk : Compact Disc. Durasi Narasi 5. Tim pelaksana : Menit. : Bahasa Indonesia dan Daerah. Pelaksana terdiri dari praktisi production house (PH) dengan melibatkan ahli komunikasi, ahli lingkungan, ahli sosial dan kemasyarakatan, dan lain-lain. 50

59 Tim produksi berjumlah 14 orang yang terdiri dari: Penanggung jawab (1 orang), Staff ahli (5 orang), Sutradara (1 orang), Asisten sutradara (1 orang), Kameraman (2 orang), Penulis naskah/arranger (1 orang), Editor (1 orang), Narator/penyanyi (1 orang), dan Graphic designer (1 orang). 6. Jadwal produksi Proses produksi secara total membutuhkan waktu 120 hari kerja, atau selama empat bulan, dengan perincian: pra produksi selama 4 minggu, produksi 8 minggu dan pasca produksi 4 minggu. Tabel 27. Jadwal produksi pembuatan film dokumenter dan VCD lagu daerah Tahapan Kegiatan Minggu ke- Pra Produksi Penulisan naskah X X X X Produksi Pengambilan gambar dan pengisian suara X X X X X X X X Pasca Produksi Editing X X X X 7. Anggaran biaya Anggaran diharapkan dari Pemerintah Daerah dengan leading sector dinas terkait seperti Dinas Pariwisata, Dinas Infokomkesbang, dan Dinas Kelautan dan Perikanan MEDIA LUAR RUANG (MLR) Dalam komunikasi khususnya dunia periklanan, media luar ruang (MLR) ini adalah media yang menjangkau orang-orang di luar rumah sehingga disebut juga media luar rumah (MLR). Contoh media ini seperti: papan reklame, huruf lampu (sign), balon besar, billboard, bis dan taxi, poster serta periklanan terminal. Alasan media ini dipilih karena disamping ekonomis juga menjangkau banyak orang. Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan di dua kecamatan, yakni Bunguran Barat dan Bunguran Timur. Hampir di setiap desa sudah memiliki papan reklame penyelamatan terumbu karang dan juga ada majalah dinding (mading). namun selama ini media tersebut tidak efektif digunakan untuk penyampaian pesan penyelamatan terumbu karang. Peneliti menyarankan agar media tersebut efektif, maka strategi komunikasi yang harus dilakukan adalah: 1. Penggunaan teks papan reklame dibatasi hanya untuk pesan saja dan penekanan media ini adalah pada seni (gambar-gambar). Karena meskipun memiliki daya lihat yang tinggi tapi waktu lihatnya sangat singkat yaitu 5-10 detik saja. 2. Majalah dinding (mading) yang sudah tersedia, beberapa tempat (space) digunakan untuk memasang poster dengan pesan penyelamatan terumbu karang. Pada panel poster ini gambar dicetak pada sejumlah lembaran kertas lebar. Lembaran-lembaran ini kemudian ditempelkan seperti wallpaper pada mading yang disediakan oleh desa atau kelurahan tersebut. 3. Menciptakan pesan yang memiliki conversation value tinggi sehingga menjadi slogan dan buah bibir masyarakat. seperti contoh berikut: 51

60 Gambar 5. Contoh media luar ruang (a, b dan c) (a) (b) (c) 52

61 6.4. PENYULUHAN Penyuluhan merupakan media komunikasi personal yang meliputi dua orang atau lebih yang berkomunikasi langsung secara tatap muka, yakni pembicara dengan audiensnya. Komunikasi personal bisa lebih efektif karena adanya peluang untuk mengindividualisasikan penyampaian pesan dan umpan baliknya (response). Dalam penyuluhan, pengaruh personal sangatlah menentukan khususnya apabila pesan yang disampaikan menyangkut masalah-masalah kepentingan masyarakat banyak. Biasanya cenderung audiens menjadi pencari informasi yang aktif. Untuk itu, agar penyuluhan yang dilakukan efektif ada beberapa strategi komunikasi yang dapat dilakukan, antara lain: 1. Mengidentifikasi dan memilih tokoh-tokoh masyarakat yang tepat yang benarbenar menjadi panutan dalam masyarakat seperti kepala suku, tokoh agama, ketua organisasi dan lain-lain. Membekali mereka dengan pengetahuan tentang pentingnya penyelamatan terumbu karang di daerah masing-masing. Seluruh upaya untuk suksesnya program ini dipusatkan pada kemampuan mereka dalam melakukan komunikasi yang persuasif. 2. Menciptakan pembentuk opini dengan cara merekrut generasi-generasi muda yang dinamis dan memiliki kemampuan komunikasi yang baik untuk menyebarkan pesan-pesan penyelamatan terumbu karang ini pada setiap kesempatan (kegiatan-kegiatan) sosial masyarakat. 3. Membuat forum rutin yang memberikan informasi tentang perkembangan lingkungan hidup, khususnya masalah-masalah terumbu karang dan kelautan lainnya. Sehingga masyarakat dapat berdiskusi serta berbagi pengalaman melalui forum tersebut SOSIALISASI PADA USIA DINI (KOMIK) Sasaran komunikasi ini adalah anak-anak yang duduk pada tingkat Sekolah Dasar atau anak-anak katagori usia wajib belajar 6 (enam) tahun. Generasi ini sangat potensial untuk dipersiapkan sebagai satu generasi yang kelak bertindak dan berprilaku sesuai dengan wawasan lingkungan, sehingga kita memperoleh generasi penerus yang sadar dan memahami arti pentingnya lingkungan hidup terutama dalam melestarikan terumbu karang. Biasanya anak-anak memproyeksikan diri mereka pada tokoh-tokoh idolanya dan mencari permainan yang membuat mereka dapat berkumpul dengan teman-temannya, untuk itu strategi komunikasi yang dapat kita gunakan adalah: 1. Mengadakan komik untuk anak-anak dengan para pahlawan (super hero) lingkungan hidup. 2. Mengeksplorasi budaya masyarakat yang berhubungan dengan kehidupan bahari sehingga tercipta aktifitas-aktifitas yang dapat menggiring anak-anak kepada kehidupan untuk mencintai lingkungannya. 53

62 BAB 7 KESIMPULAN Untuk strategi komunikasi yang efektif dalam menyampaikan pesan penyelamatan terumbu karang di Kabupaten Natuna ini, peneliti menggunakan saluran komunikasi personal dan non personal. Komunikasi personal dilakukan melalui penyuluhan dan komunikasi nonpersonal dilakuan melalui media penyiaran (radio), media elektronik (film dokumenter dan VCD lagu-lagu daerah), media luar ruang (papan reklame dan poster), media cetak (komik). Media ini diperoleh setelah memperoleh data dan hasil survei lapangan di dua kecamatan, yaitu Bunguran Barat dan Bunguran Timur. Dalam beberapa kasus, komunikasi personal sering lebih efektif ketimbang komunikasi non personal (komunikasi massa), namun komunikasi massa tetaplah sarana utama yang dapat menggerakkan komunikasi personal. Komunikasi melalui media ini mempengaruhi sikap dan prilaku dan pribadi melalui proses komunikasi dua tahap. Sering sekali gagasan mengalir dari radio dan media lainnya yang sudah dibentuk kepada pembentuk opini yang selanjutnya meneruskannya kepada kelompok penduduk yang kurang begitu memahami masalah-masalah di lingkungan sosialnya. Strategi komunikasi dengan aliran dua tahap ini punya beberapa tahap implikasi : 1. Pengaruh komunikasi nonpersonal (media massa) pada opini masyarakat tidak terjadi secara langsung, kuat dan otomatis sebagaimana selama ini diasumsikan, karena ternyata dimediasi oleh para pembentuk opini, orang yang biasanya dimintai pendapat atau yang selalu menyebarkan opininya pada orang lain. 2. Masyarakat beriteraksi terutama dalam kelompok sosialnya sendiri dan memperoleh gagasan utamanya dari pembentuk opini dalam kelompok mereka. 3. Komunikasi dua-tahap menyarankan agar komunikator massa sebaiknya mengarahkan pesan secara khusus pada pembentuk opini dan membiarkan mereka menyebarkannya pada orang lain. Pesan penyelamatan terumbu karang ini mestinya dipahami benar-benar terlebih dahulu oleh orang paling berpengaruh di kelompok masyarakat itu. Untuk Kecamatan Bunguran Barat dan Bunguran Timur, peneliti melihat masyarakat terdiri dari klik-klik, yaitu kelompok-kelompok kecil yang anggotanya kerap berinteraksi. Anggota klik sangat mirip, dan kedekatan mereka selain memfasilitasi komunikasi yang efektif, juga membentengi mereka dari gagasan-gagasan baru. Tantangan komunikasi yang peneliti lihat adalah bagaimana menciptakan sistem yang lebih terbuka sehingga antara klik-klik tadi terjalin saling pertukaran informasi dalam masyarakat. Keterbukaan ini dibantu oleh orang-orang yang berfungsi sebagai liasion dan bridge. Seorang liasion adalah orang yang menghubungkan dua klik atau lebih tanpa harus tergabung dalam salah satu klik. Sedangkan bridge adalah orang yang tergabung dalam satu klik dan terkait dengan orang lain dan klik lain. 54

63 KEPUSTAKAAN Becker, Samuel L., Discovering Mass Communication, Scoot Foresmen and Co. Glenview, Illionis. Carlile, John S., Production and Directions of Radio Programs, Prentice Hall, Inc., New York. Denis, Everette E., The Media Society, W.M.C, Brown Company, Dubuque, Iowa. Departemen Kelautan dan Perikanan RI, Pedoman Umum Pengelolaan Terumbu Karang, Jakarta. Habermas, Jurgen, Communication, A Evolution of Society, Beacon Press, Boston. Lee, Monle & Carla Johnson, Pronsip-Prinsip Pokok Periklanan Dalam Perspektif Global, Prenada, Jakarta. Masduki, Radio Siaran dan Demokratisasi, Penerbit Jendela, Yogyakarta. Schramm, Wibur & William E. Porter., Men, Women, Massages and Media; Understanding Human 2 nd Edition, Harper an Row, New York. Suharsono, Kesadaran Masyarakat tentang Terumbu Karang; Kerusakan Karang di Indonesia, PUSLITBANG LIPI, Jakarta. Supardi dan Syaiful Anwar, Dasar-Dasar Perilaku Organisasi, UII Press, Yogyakarta. UU Hamidy, Jagad Melayu dalam Lintasan Budaya di Riau, Bilik Kreatif Press, Pekanbaru. UU Hamidy, Kearifan Puak Melayu Riau Memelihara Lingkungan Hidup, UIR Press, Pekanbaru. Wright, Charles R., Mass Communication, A Sociological Perspective, 3 th Edition, Random House, New York. Warner J. Severin, James W. Tankrd, Jr., Teori Komunikasi; Sejarah, Metode dan Terapan dalam Media Massa, Edisi Kelima, Prenada Media, Jakarta.

64 LAMPIRAN

65 Lampiran 1 Daftar Kuisioner 1. DAFTAR QUESTIONER Nama :... Jenis Kelamin :... Umur :... Pekerjaan :... Alamat :... Apakah anda tahu terumbu karang? a. Sangat tahu b. Tahu c. Kurang tahu d. Tidak tahu Apakah terumbu karang di daerah ini kondisinya mengalami perubahan? a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu Kalau mengalami perubahan, bagaimana perubahannya? a. Semakin baik b. Semakin rusak Kalau kondisinya semakin rusak, apa penyebabnya menurut anda. Tahukah anda fungsi terumbu karang? a. Sangat tahu c. Kurang tahu b. Tahu d. Tidak tahu Apabila anda berprosfesi sebagai nelayan, jenis ikan apa yang biasa anda tangkap? a. Ikan karang b. Ikan permukaan Apabila jenis tangkapan anda ikan karang, bagaimana hasil tangkapan anda saat ini? a. Meningkat b. Menurun c. Sama d.... Apabila hasil tangkapan anda menurun, tahukah anda penyebabnya a. Tahu b. Tidak tahu Setujukah anda dengan adanya upaya penyelamatan dan pelestarian terumbu karang? a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju Apakah sebelumnya ada sosialisasi dari pemerintah desa/kecamatan/kabupaten /propinsi mengenai upaya penyelamatan dan pelestarian terumbu karang? a. Ada b. Tidak ada c. Tidak tahu

66 Strategi komunikasi Jenis media informasi yang anda miliki di rumah a. Televisi b. Radio c. Koran/majalah d. Tidak ada Dari media apa setiap informasi terbaru yang biasa anda terima? a. Televisi b. Radio c. Koran/majalah d. Tidak ada Media apa yang sangat baik menurut anda untuk memperoleh informasi a. Televisi b. Radio c. Koran/majalah d. Tidak tahu Bagaimana respon anda terhadap informasi a. Sangat tinggi b. Tinggi c. Kurang d. Tidak ada Apakah anda biasanya selalu meluangkan waktu untuk mendapatkan informasi a. Ya b. Tidak selalu c. Tidak pernah Dari media informasi mana anda biasanya mendapat informasi yang tidak mengganggu aktivitas anda a. Televisi b. Radio c. Koran d. Majalah Jenis informasi apa yang anda sukai a. Olah raga b. Politik c. Ekonomi d. Artis/film/sinetron Apakah forum kelompok merupakan langkah yang tepat untuk memperoleh informasi a. Sangat tepat b. Tepat c. Kurang tepat d. Tidak tepat Apakah anda selalu mengikuti diskusi kelompok dalam mengambil keputusan a. Ya b. Jarang c. Tidak pernah d.... Dimanakah diskusi kelompok yang efektif dilakukan a. Kantor desa b. Mesjid/mushalla c.... Untuk segmentasi remaja, kegiatan komunikasi apa yang paling menarik dilakukan?

67 2. PANDUAN DISKUSI Nama :... Jenis Kelamin : Pria/Wanita... Tempat lahir :... Desa/Kelurahan :... Kecamatan :... Suku :... Agama :... Pekerjaan :... Alamat : Sudah berapa lama saudara tinggal di Kabupaten Natuna? 2. Pendidikan formal terakhir? 3. Pekerjaan pada saat ini? 4. Berapa rata-rata jumlah pendapatan setiap bulan? 5. Berapa jumlah keluarga yang menjadi tanggungan? 6. Setelah Natuna menjadi kabupaten, apa perubahan yang anda rasakan khususnya untuk taraf kehidupan/pekerjaan (ekonomi keluarga anda)? 7. Apakah pemerintah daerah memberikan perhatian dan informasi (penyuluhan) terhadap pekerjaan yang saudara tekuni? 8. Apabila jawabannya Ya pada pertanyaan 7, seperti apa perhatian itu dan melalui saluran apa informasi (penyuluhan) diberikan dan siapa saja (dinas/instansi) yang memberikannya? 9. Apa saja saluran informasi yang ada atau tersedia di daerah/tempat anda (TV, Radio, koran, majalah/tabloid atau film)? 10. Apa saja saluran informasi dan komunikasi tradisional yang masih digunakan warga anda hingga saat ini? Sebutkan jenis dan bentuknya! 11. Saat ini media yang paling sering anda gunakan untuk memperoleh informasi apa saja? (TV, radio, koran, majalah/tabloid atau film). Tegaskan urutannya sesuai dengan yang paling sering anda akses! 12. Bagaiman memperoleh informasi dari media tersebut? (memiliki sendiri atau mendapatkannya dari orang lain)! 13. Minta saran/masukan/harapan mereka untuk pemerintah (daerah/pusat) tentang media komunikasi bagi masyarakat tempatan! Tim Peneliti Lapangan Oktober 2005

68 Lampiran 2. Daftar Responden Kecamatan Bunguran Timur 1. Desa Sepempang

69

70 2. Desa Tanjung

71 3. Desa Kelanga

72 4. Desa Penagadah

73 Lampiran 3 Daftar Responden Kecamatan Bunguran Barat 1. Desa Sabang Mawang

74 2. Desa Pulau Tiga

75 3. Desa Sededap

76 Lampiran 4 Surat Keterangan Pemerintah Desa Kecamatan Bunguran Timur 1. Surat Keterangan Pemerintah Desa Sepempang

77 2. Surat Keterangan Pemerintah Desa Tanjung

78 3. Surat Keterangan Pemerintah Desa Kelanga

79 4. Surat Keterangan Pemerintah Desa Pengadah

80 Lampiran 5 Surat Keterangan Pemerintah Desa Kecamatan Bunguran Barat 1. Surat Keterangan Pemerintah Desa Sabang Mawang

81 2. Surat Keterangan Pemerintah Desa Pulau Tiga

82 3. Surat Keterangan Pemerintah Desa Sededap

4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Daerah Kecamatan Pulau Tiga merupakan salah satu bagian dari wilayah Kabupaten Natuna yang secara geografis berada pada posisi 3 o 34 30 3 o 39

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kecamatan merupakan bagian integral dari pembangunan daerah dan pembangunan nasional. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN UTARA 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN UTARA 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.041 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.060 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.050 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR I. PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kelurahan Nunhila memiliki 4 wilayah RW dan 17 wilayah RT, dengan

Lebih terperinci

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara Sumber: Chapman, D. J (2004) Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Lebih terperinci

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN 5.1. LATAR BELAKANG DESA KESUMA Kawasan penelitian yang ditetapkan ialah Desa Kesuma, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Desa ini berada pada

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Profil Kelurahan Mulyaharja 4.1.1. Keadaan Umum Kelurahan Mulyaharja Kelurahan Mulyaharja terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. wilayah Kabupaten Lampung Utara berdasarkan Undang-Undang No.6 Tahun

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. wilayah Kabupaten Lampung Utara berdasarkan Undang-Undang No.6 Tahun 27 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Barat Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan hasil pemekaran wilayah Kabupaten Lampung Utara berdasarkan Undang-Undang No.6 Tahun

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang 79 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur 1. Keadaan Umum Pemerintahan Kecamatan Teluk Betung Timur terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR LAUT 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR LAUT 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.051 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki garis pantai yang terpanjang di dunia, lebih dari 81.000 KM garis pantai dan 17.508 pulau yang membentang

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut: KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Biofisik 4.1.1 Letak dan Aksesibilitas Berdasarkan buku Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Purwakarta (21) Dinas Kehutanan Purwakarta merupakan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah teritorial Indonesia yang sebagian besar merupakan wilayah pesisir dan laut kaya akan sumber daya alam. Sumber daya alam ini berpotensi untuk dimanfaatkan bagi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Tengah dari Kabupaten Lampung Barat di Provinsi Lampung. 2. Potensi Sumber Daya Alam dan Mata Pencarian

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Tengah dari Kabupaten Lampung Barat di Provinsi Lampung. 2. Potensi Sumber Daya Alam dan Mata Pencarian 45 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Pekon Kampung Jawa 1. Potensi Pekon Kampung Jawa Pekon Kampung Jawa merupakan salah satu wilayah Kecamatan di Pesisir Tengah dari Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km²

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km² BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG 2.1 Letak Geografis Pulau Burung Pulau Burung merupakan salah satu kecamatan dari 17 kecamatan yang berada dalam wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir,

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Sibolga terletak di kawasan pantai Barat Sumatera Utara, yaitu di Teluk Tapian Nauli. Secara geografis, Kota Sibolga terletak di antara 01 0 42 01 0 46 LU dan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang 38 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai 31 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pringsewu, secara geografis Kabupaten

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pringsewu, secara geografis Kabupaten 47 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pringsewu, secara geografis Kabupaten Pringsewu terletak pada 140 0 42 0-105 0 8 0 BT dan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.040 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TAMBELAN 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TAMBELAN 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1423 Katalog BPS : 1101001.2102.070 Ukuran Buku : 17,6

Lebih terperinci

Jurnal Wahana Foresta Vol 8, No. 2 Agustus 2014 IDENTIFIKASI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DI SEKITAR KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI TEBING TINGGI

Jurnal Wahana Foresta Vol 8, No. 2 Agustus 2014 IDENTIFIKASI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DI SEKITAR KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI TEBING TINGGI IDENTIFIKASI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DI SEKITAR KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI TEBING TINGGI 1) Oleh : Evi Sribudiani 1), dan Yuliarsa 2) Dosen Jurusan Kehutanan Universitas Riau (Email : sribudiani_unri@yahoo.co.id)

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU Wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada posisi geografis 107 o 52 sampai 108 o 36 Bujur Timur (BT) dan 6 o 15 sampai

Lebih terperinci

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah yang memberikan kontribusi produksi perikanan yang sangat besar dan tempat aktivitas manusia paling banyak dilakukan; bahkan menurut

Lebih terperinci

BAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER

BAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER BAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER 4.1. Keadaan Umum Lokasi Desa Cibaregbeg masuk wilayah Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur, yang merupakan tipologi desa dataran rendah dengan luas

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Desa penelitian ini merupakan salah satu desa di Kabupaten Banyumas. Luas wilayah desa ini sebesar 155,125 ha didominasi oleh hamparan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Pulau Pramuka secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu, Kotamadya Jakarta

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang 1. Keadaan Fisik a. Letak 62 Kelurahan Proyonangan Utara merupakan kelurahan salah satu desa pesisir di Kabupaten Batang Provinsi

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA 2016 B A D A N P U S AT S TAT I S T I K KO TA B I T U N G Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 No. Publikasi : 7172.1616 Katalog

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN. Desa Alam Panjang adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Rumbio Jaya

BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN. Desa Alam Panjang adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Rumbio Jaya BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Lokasi Penelitia Desa Alam Panjang adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Rumbio Jaya Kabupaten Kampar yang menurut beberapa tokoh masyarakat desa dikenal karena

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Timur Provinsi Lampung. Desa ini memiliki luas hektar. Desa yang terdiri

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Timur Provinsi Lampung. Desa ini memiliki luas hektar. Desa yang terdiri 27 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Biofisik dan Tata Guna Lahan Desa Margasari terletak di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur Provinsi Lampung. Desa ini memiliki luas 1.702

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir bukan merupakan pemisah antara perairan lautan dengan daratan, melainkan tempat bertemunya daratan dan perairan lautan, dimana didarat masih dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pringsewu. Keadaan Geografis Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah barat Bandar Lampung, ibukota Provinsi

Lebih terperinci

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar Bupati Murung Raya Kata Pengantar Perkembangan daerah yang begitu cepat yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan pambangunan daerah dan perkembangan wilayah serta dinamisasi masyarakat, senantiasa

Lebih terperinci

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir BAB V ANALISIS Bab ini berisi analisis terhadap bahasan-bahasan pada bab-bab sebelumnya, yaitu analisis mengenai komponen-komponen utama dalam pembangunan wilayah pesisir, analisis mengenai pemetaan entitas-entitas

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNBAUN SABU KEC. ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNBAUN SABU KEC. ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNBAUN SABU KEC. ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR I. PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Dari sisi geografis Kota Kupang memiliki luas 260,127 km² atau

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016 ISSN : No. Publikasi : 3211.1608 Katalog BPS : 1102001.3211050 Ukuran Buku : 17,6 cm 25 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

VI ANALISIS DPSIR DAN KAITANNYA DENGAN NILAI EKONOMI

VI ANALISIS DPSIR DAN KAITANNYA DENGAN NILAI EKONOMI 55 VI ANALISIS DPSIR DAN KAITANNYA DENGAN NILAI EKONOMI 6.1 Analisis DPSIR Analisis DPSIR dilakukan dalam rangka memberikan informasi yang jelas dan spesifik mengenai faktor pemicu (Driving force), tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut terendah. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan 29 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Desa Teluk Mesjid Desa Teluk Mesjid adalah suatu wilayah di kecamatan Sungai Apit kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang sangat luas dan terdiri dari lima pulau besar dan belasan ribu pulau kecil. Letak antara satu pulau dengan pulau lainnya

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 29 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Keadaan Lingkungan 4.1.1 Batas Wilayah Desa Mulyaharja terbentuk dari pemekaran Desa Sukaharja. Desa Sukaharja termasuk bagian dari Kecamatan

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN ANGKONA

PROFIL KECAMATAN ANGKONA PROFIL KECAMATAN ANGKONA Link Website Kecamatan Angkona 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Angkona terletak 32 km di jazirah timur ibukota Kabupaten LuwuTimur. Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Nuha

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Tabel I Luas wilayah menurut penggunaan

BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Tabel I Luas wilayah menurut penggunaan BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Letak dan Luas Wilayah Kelurahan Pagaruyung merupakan salah satu dari sekian banyak kelurahan yang ada dikecamatan Tapung yang terbentuk dari program Transmigrasi oleh

Lebih terperinci

Katalog BPS : 1403.9108030 KECAMATAN MEOS MANSAR DALAM ANGKA 2011 Badan Pusat Statistik Kab Raja Ampat I Geografis BAB I GEOGRAFIS A. Letak Geografis Kecamatan Meos Mansar terletak pada bagian selatan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang 13 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang 1. Sejarah Singkat Desa sikijang adalah sebuah desa yang terletak Di Kecamatan Logas Tanah Darat, kabupaten

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut dan hampir sepertiga penduduknya mendiami daerah pesisir pantai yang menggantungkan hidupnya dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara kepulauan yang memiliki sekitar 17.508 pulau dan panjang garis pantai lebih dari 81.000

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah

Lebih terperinci

Bab III Karakteristik Desa Dabung

Bab III Karakteristik Desa Dabung Bab III Karakteristik Desa Dabung III.1. Kondisi Fisik Wilayah III.1.1. Letak Wilayah Lokasi penelitian berada di Desa Dabung yang merupakan salah satu desa dari 18 desa yang terdapat di Kecamatan Kubu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan 24 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Desa Merak Belantung

Lebih terperinci

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan BAB II DESA PULOSARI 2.1 Keadaan Umum Desa Pulosari 2.1.1 Letak Geografis, Topografi, dan Iklim Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Desa Lebih terletak di Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali dengan luas wilayah 205 Ha. Desa Lebih termasuk daerah dataran rendah dengan ketinggian

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. Desa Taman Sari merupakan bagian dari Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten

GAMBARAN UMUM. Desa Taman Sari merupakan bagian dari Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten IV. GAMBARAN UMUM A. Geografis Desa Taman Sari merupakan bagian dari Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Luas Desa Taman Sari adalah seluas 2.118 ha/m2. meliputi lahan pemukiman

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Wilayah Desa Jogonayan 1. Kondisi Geografis dan Administrasi Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Belitung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak tanggal 25 Februari

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 33 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Kepulauan Seribu Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terletak di sebelah Utara Teluk Jakarta dan Laut Jawa Jakarta. Pulau Paling utara,

Lebih terperinci

P R O F I L DESA DANUREJO

P R O F I L DESA DANUREJO P R O F I L DESA DANUREJO PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG KECAMATAN MERTOYUDAN DESA DANUREJO ALAMAT :DANUREJO MERTOYUDAN MAGELANG TELP (0293) 325590 Website : danurejomty.wordpress.com Email : desadanurejo@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau dan Kabupaten Lingga BAB III KONDISI UMUM 3.1. Geografis Wilayah Kepulauan Riau telah dikenal beberapa abad silam tidak hanya di nusantara tetapi juga

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN BANDAR KHALIFAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

PROFIL KECAMATAN BANDAR KHALIFAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI PROFIL KECAMATAN BANDAR KHALIFAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI A. Sejarah Singkat Kecamatan. Kecamatan Bandar Khalifah sebelum merdeka adalah merupakan bagian dari Kerajaan Padang. Pada masa kekuasaan Raja

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. termasuk dalam Kabupaten Lampung Selatan. Sejak berdirinya Kecamatan Teluk

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. termasuk dalam Kabupaten Lampung Selatan. Sejak berdirinya Kecamatan Teluk IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Kelurahan Bakung Kelurahan Bakung Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung pada tahun 1982 asal mulanya merupakan satu wilayah dari Kampung

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN KAWASAN NELAYAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah dan Geografis KelurahanMaharatu Desa Swamedyaialah desa yang berkecukupan dalam hal sumber daya alam dan sumber daya manusia. Dalam hal dana modal sehingga

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian 60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penilitian Sejarah Desa Bale Luas, Batas dan Topografi Wilayah

BAB IV ANALISIS DATA 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penilitian Sejarah Desa Bale Luas, Batas dan Topografi Wilayah BAB IV ANALISIS DATA 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penilitian 4.1.1 Sejarah Desa Bale Desa Bale terletak diwilayah timur Indonesia tepatnya di wilayah Maluku Utara. Pada tahun 1800an kesultanan ternate berkunjung

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kabupaten Kampar 4.1.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang Selatan, 100º 23' - 101º40' Bujur Timur.

Lebih terperinci

USAHA PERIKANAN TANGKAP DAN BUDIDAYA SEBAGAI MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF

USAHA PERIKANAN TANGKAP DAN BUDIDAYA SEBAGAI MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF USAHA PERIKANAN TANGKAP DAN BUDIDAYA SEBAGAI MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF OLEH: Nama : FEMBRI SATRIA P NIM : 11.02.740 KELAS : D3-MI-01 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMASI DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh 39 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 8 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4. Keadaan Wilayah Kepulauan Seribu merupakan sebuah gugusan pulaupulau kecil yang terbentang dari teluk Jakarta sampai dengan Pulau Sibera. Luas total Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah: : Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah: : Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Banjarsari terletak di Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah:

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI DESA BANGUNKERTO

KEADAAN UMUM LOKASI DESA BANGUNKERTO IV. KEADAAN UMUM LOKASI DESA BANGUNKERTO A. Keadaan Geografis Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan dengan luas wilayah

Lebih terperinci

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R Oleh : Andreas Untung Diananto L 2D 099 399 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, terdiri dari lebih 17.000 buah pulau besar dan kecil, dengan panjang garis pantai mencapai hampir

Lebih terperinci

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN BA B PENDAHULUAN I 1.1. Latar Belakang Sebagai bangsa yang besar dengan kekayaan potensi sumber daya alam yang luar biasa, sebenarnya Indonesia memiliki peluang yang besar untuk menjadi pelaku ekonomi

Lebih terperinci