BAB VII TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN PROSES TERMAL (PROTOTIPE ALAT PENGANGKAT SAMPAH SALURAN AIR)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VII TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN PROSES TERMAL (PROTOTIPE ALAT PENGANGKAT SAMPAH SALURAN AIR)"

Transkripsi

1 BAB VII TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN PROSES TERMAL (PROTOTIPE ALAT PENGANGKAT SAMPAH SALURAN AIR) Manis Yuliani, Ikbal, I Putu Angga K., Fajar Eko P., Yosep Widi N., Acep Waluyo, Dinda Rita K. H., Delfi Fatina Soraya, Sarkiwan, Firman L. Sahwan, Sri Wahyono, Suyadi, Saiful Mukhid ABSTRAK Permasalahan yang ditimbulkan oleh sampah merupakan permasalahan utama yang dihadapi oleh kota-kata besar di Indonesia. Sekitar % sampah dikelola secara baik dan tepat, sedangkan sisanya dibuang ke sungai sehingga mengakibatkan banjir. Dalam rangka mengatasi hal tersebut, Pusat Teknologi Lingkungan - BPPT membuat prototipe alat pengangkat sampah saluran air. Prototipe alat ini dipasang pada kolam yang telah dikondisikan sebagai saluran air yang berarus (simulator saluran air). Kapasitas dari prototipe alat pengangkat sampah saluran air adalah sekitar 24,31 l/menit. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, masih diperlukan banyak perbaikan agar prototipe ini menjadi layak untuk diterapkan ke lingkungan. Kata kunci: sampah, alat pengangkat sampah saluran air 7.1. Latar Belakang Sampah merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia karena setiap manusia pasti akan menghasilkan sampah. Jumlah sampah berbanding lurus dengan jumlah penduduk dan gaya hidup. Semakin besar jumlah penduduk dan semakin maju gaya hidup manusia, maka jumlah sampah yang akan dihasilkan juga semakin besar. Sampah yang tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan pencemaran baik pencemaran bau, pencemaran tanah maupun pencemaran air yang nantinya akan berdampak buruk terhadap kesehatan manusia. Sekitar % sampah dikelola secara baik dan tepat sedangkan sisanya dibuang ke sungai sehingga mengakibatkan banjir. Saat ini masih banyak warga yang membuang sampah ke bantaran sungai. Alasan yang mendorong warga membuang sampah di sungai adalah ketiadaan lahan sebagai tempat pembuangan, terbatasnya sarana pengangkut yang disediakan pemerintah kota, dan ketidaktahuan warga tentang pengelolaan sampah yang benar. Jika hal seperti ini terus berlanjut dan proses penanganan sampahnya masih kurang, maka sampah akan menumpuk dan menimbulkan masalah seperti banjir dan timbulnya bibit penyakit. Untuk itu perlu adanya suatu alat pengangkat yang dapat mengangkat sampah dari badan air (sungai). Saat ini BPPT khususnya Pusat Teknologi Lingkungan (PTL) melalui WP 2.3. Teknologi Pengolahan Sampah dengan Proses Termal telah melakukan kegiatan pembuatan prototipe alat pengangkat sampah saluran air. Prototipe alat pengangkat sampah saluran air ini merupakan salah satu output dari kegiatan WP 2.3. TA Alat pengangkat sampah saluran air adalah salah satu alat pre-treatment untuk penanganan sampah sebelum masuk ke proses termal. Dengan dipasangnya alat ini pada sungai yang berarus, diharapkan sampah saluran air dapat berkurang dan dapat dikelola bersama dengan sampah-sampah dari TPS dengan menggunakan proses termal. 86

2 7.2. Tujuan dan Sasaran Tujuan dari kegiatan ini adalah membuat prototipe alat pengangkat sampah saluran air yang merupakan alat pre-treatment sampah sebelum masuk ke proses termal. Sedangkan sasaran dari kegiatan ini adalah a. Pembuatan konsep desain prototipe alat pengangkat sampah b. Instalasi prototipe alat pengangkat sampah saluran air c. Uji coba prototipe alat pengangkat sampah saluran air 7.3. Hasil Kegiatan Triwulan I Kegiatan yang dilakukan Teknologi Pengolahan Sampah dengan Proses Termal (Prototipe alat pengangkat sampah saluran air) pada triwulan I meliputi : a. Studi Literatur, dilakukan untuk memperkaya pengetahuan tentang alat pengangkat sampah saluran air. Studi literatur ini dilakukan dengan mengkaji makalah makalah maupun hasil kajian yang telah dilakukan oleh pihak pihak lain. b. Pembahasan konsep desain alat pengangkat sampah saluran air Rapat pembahasan konsep desain alat pengangkat sampah saluran air dilaksanakan pada tanggal 25 Februari 2016, di ruang rapat BTPAL. Rapat ini bertujuan untuk menyempurnaan konsep desain alat pengangkat sampah saluran air yang disesuaikan dengan anggaran yang telah disediakan. Adapun hasil dari rapat tersebut adalah : 1. Needle roller diletakkan di belakang Trash web. 2. Dipasang pelindung pada kaki depan alat agar tidak ada sampah yang tersangkut. 3. Konstruksi alat dibuat mobile agar mudah dipindahkan. 4. Koordinasi dengan BTPAL terkait dengan peminjaman kolam kultur untuk dijadikan sebagai kolam uji coba alat pengangkut sampah saluran air Gambar 7.1. Pembahasan Konsep Desain Prototipe Alat Pengangkat Sampah Saluran Air Triwulan II Dari hasil percobaan yang dilakukan pada triwulan I, maka kegiatan yang dilakukan pada triwulan II adalah sebagai berikut: 87

3 a. Membuat desain prototipe alat pengangkat sampah saluran air Berikut ini merupakan desain dan spesifikasi prototipe alat pengangkat sampah saluran sungai yang akan dirancang. Gambar 7.2. Alat Pengangkat Sampah Saluran Air Tampak Depan Gambar 7.3. Alat Pengangkat Sampah Saluran Air Tampak Atas Keterangan : a : Conveyor Pengangkat Sampah Spesifikasi : Panjang :160 cm Lebar : 60 cm Bahan : Besi b : Needle Roller Spesifikasi : Panjang : 60 cm Bahan : Besi c : Conveyor pemindah sampah Spesifikasi : Panjang : 160 cm Bahan : Besi d : Bak pengumpul sampah Spesifikasi : Panjang : 50 cm Lebar : 50 cm 88

4 Tinggi : 80 cm Bahan : Akrilik Adapun mekanisme kerja alatnya adalah sampah yang berada di saluran air akan diangkat oleh conveyor pengangkat sampah (a). Setelah sampah sampai di atas, sampah yang bisa diangkat akan jatuh dari conveyor pengangkat sampah ke conveyor pemindah sampah (c). Sampah yang tidak terjatuh dari konveyor pengangkat sampah akan dibersihkan oleh neddle roller (b). Pada conveyor pemindah sampah, sampah akan dibiarkan beberapa saat agar air yang berada di sampah bisa berkurang. Setelah itu sampah akan diangkut ke bak pengumpul (d) untuk di bawa ke TPS. b. Pembuatan dan pemasangan prototipe alat pengangkat sampah saluran air. Berikut ini adalah foto hasil pemasangan prototipe alat pengangkat sampah saluran air pada kolam yang telah dikondisikan seperti saluran air (simulator saluran air). Gambar 7.4. Alat Pengangkat Sampah Saluran Air secara Lengkap Gambar 7.5. Alat Pengangkat Sampah Saluran Air Tampak Depan 89

5 Gambar 7.6. Alat Pengangkat Sampah Saluran Air Tampak Samping Triwulan III Ruang lingkup kegiatan pada triwulan III adalah sebagai berikut: a. Uji coba b. Perbaikan prototipe alat pengangkat sampah saluran air Hasil capaian pada triwulan III Kegiatan Teknologi Pengolahan Sampah dengan Proses Termal (Prototipe Alat Pengangkat Sampah Saluran Air) adalah sebagai berikut: a. Trial test Prototipe Alat Pengangkat Sampah Saluran Air Pada uji coba prototipe alat pengangkat sampah saluran air, tidak ada pengambilan data. Uji coba ini hanyak untuk melihat prototipe alat pengangkat sampah saluran air dapat dijalankan dengan baik atau tidak. Berikut ini uji coba yang dilakukan: Uji coba conveyor pengangkat sampah (motor, gear, rantai), Tujuan dari uji coba ini adalah untuk mengetahui fungsi dari motor, gear, rantai dan plat pada conveyor pengangkat sampah berjalan lancar atau tidak. Hasil uji coba adalah motor, rantai, gear dan plat dapat berjalan dengan baik. Uji coba conveyor pemindah sampah, Tujuan uji coba ini hampir sama dengan tujuan uji coba conveyor pengangkat sampah yaitu untuk mengetahui fungsi dari motor, gear, rantai dan plat pada conveyor pemindah sampah dapat berjalan lancar atau tidak. Hasil uji coba adalah motor, rantai, gear dan plat berjalan dengan baik. Uji coba aliran pada simulator saluran air, 90

6 Sudah dijelaskan di atas bahwa arah aliran simulator saluran air mempengaruhi arah prototipe alat pengangkat sampah yang akan dipasang. Tujuan dari uji coba ini adalah memastikan bahwa alat yang dipasang sudah sesuai dengan arah aliran pada simulator saluran air. Hasil uji coba adalah motor penggerak aliran dapat berjalan dan pemasangan prototipe sudah sesuai dengan arah aliran air simulator saluran air. Uji coba kemampuan prototype alat dalam mengangkat sampah dari saluran air Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan prototipe alat dalam mengangkat sampah. Setelah dilakukan uji coba ini, ternyata ada beberapa masukan untuk memperbaiki kinerja alat. Masukan-masukan tersebut akan ditampung dan dipertimbangkan untuk dilaksanakan. Berikut ini masukan-masukannya: 1. Penambahan penutup akrilik untuk sisi kanan dan sisi kiri konveyor pengangkat sampah. 2. Penambahan penutup pada belakang alat pengangkat sampah saluran air (pada sisi samping konveyor pemindah sampah) 3. Penambahan plat pada konveyor pengangkat sampah dan konveyor pemindah sampah b. Perbaikan Prototipe Alat Pengangkat Sampah Saluran Air Perbaikan prototipe alat pengangkat sampah saluran air berdasarkan masukan-masukan yang telah diperoleh pada saat uji coba prototipe. Pemasangan penutup pada kedua sisi conveyor pengangkat sampah. Tujuan dipasangnya penutup akrilik pada sisi-sisi konveyor pengangkat sampah adalah agar ketika conveyor mengangkat sampah dengan volume besar, tidak ada sampah yang terjatuh ke sisi samping conveyor. Gambar 7.7. Pemasangan Penutup Akrilik Pada Prototipe Alat Pengangkat Sampah Saluran Air Pemasangan penutup pada belakang alat pengangkat sampah saluran air (sisi pada conveyor pemindah sampah), Tujuan dari pemasangan penutup ini adalah agar sampah yang jatuhnya melebar ke sisi belakang tidak jatuh kembali ke badan air (lolos dari alat). 91

7 Gambar 7.8. Prototipe Alat Pengangkat Sampah Saluran Air yang telah dipasang penutup akrilik pada belakang prototipe alat Pemasangan plat tambahan pada conveyor pengangkat sampah dan conveyor pemindah sampah. Pada prototipe alat pengangkat sampah dan konveyor pemindah sampah, jarak antar platnya adalah sekitar 1,5-2 cm. Hal ini membuat sampah yang memiliki ukuran di bawah 1,5-2 cm tidak dapat terangkat. Untuk itu perlu dipasang plat pada celah tersebut. Lebar platnya sekitar 1 cm, sehingga sampah dengan lebar 1,5-2 cm bisa terangkat. Gambar 7.9. Pemasangan Plat Tambahan Pada Prototipe Alat Pengangkat Sampah Saluran Air Triwulan IV Ruang lingkup kegiatan ini pada triwulan IV adalah sebagai berikut: a. Running Prototipe Alat Pengangkat Sampah Saluran Air b. Evaluasi kinerja Prototipe Alat Pengangkat Sampah Saluran Air Setelah dilakukan penambahan-penambahan untuk perbaikan prototipe, maka dilakukanlah running prototipe untuk mengetahui seberapa jauh performance dari prototipe ini. Uji coba prototipe alat pengangkat sampah saluran air dilakukan di Gedung Geostech pada tanggal 27 Oktober Running yang dilakukan meliputi: 1) Running untuk mengetahui kemampuan alat dalam mengangkat sampah dengan variasi ukuran, bentuk maupun kekasaran permukaan. 2) Running untuk mengetahui kapasitas alat dalam mengangkat sampah (berat/waktu dan volume/waktu). 92

8 Berikut ini adalah hasil running prototipe alat pengangkat sampah saluran air : Tabel 7.1. Hasil Running Prototipe Alat Pengangkat Sampah Saluran Air dengan Variasi Ukuran dan Bentuk Sampah Sachet kopi Jenis Sampah Bentuk Keterangan Persegi, tipis, tekstur keras Styrofoam Ukuran : 48 cm x 22 cm x 7 cm Permukaan licin Bisa terangkat tetapi ada beberapa yang lolos dari conveyor pengangkat sampah. Bisa terangkat tetapi membutuhkan waktu lama untuk jatuh ke conveyor pemindah sampah. Dari conveyor pemindah sampah, sampah tidak bisa jatuh ke penampung sampah. Waktu (detik) Ukuran : 7 cm x 4 cm x 1 cm Permukaan licin Kayu Ukuran : 22 cm x 7 cm x 3 cm Permukaan : kasar Plastik kresek Tidak beraturan, tekstur lemes Bisa terangkat. Posisi terangkat bisa posisi tidur (horizontal) ataupun vertikal Bisa terangkat dengan posisi tidur (horizontal) ataupun vertikal. Bisa terangkat tetapi ada sebagian sampah plastik yang melilit as rantai Botol Aqua Daun Tabung Ukuran : Tinggi : 23 cm Diameter : 5 cm Tidak beraturan Tidak beraturan, tipis, tekstur keras. Bisa terangkat tetapi selalu dalam posisi tidur (horizontal). Bisa terangkat dengan posisi tidur (horizontal) ataupun vertikal. Bisa terangkat tetapi sebagian ada yang lolos dari plat conveyor pengangkat sampah

9 Jenis Sampah Kaleng Bentuk Tabung, Permukaan licin Ukuran : Tinggi : 8,5 cm Diameter : 5 cm Tidak beraturan Keterangan Bisa terangkat tetapi pada posisi tidur (horizontal). Waktu (detik) 15 Bisa terangkat. 15 Tabel 7.2. Hasil Running untuk Mengetahui Kapasitas Prototipe Alat Pengangkat Sampah Saluran Air Percobaan Volume (L) Berat (kg) Waktu (menit) Volume (L/ menit) Kapasitas Berat (kg/menit) I II III Rata-rata Berikut ini pembahasan dari hasil running prototipe alat pengangkat sampah saluran air. a. Running Prototipe Alat Pengangkat Sampah Saluran Air dengan Variasi Ukuran dan Bentuk Sampah Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa sampah sachet kopi, styrofoam ukuran 7 cm x 4 cm x 1 cm, kayu, plastik kresek, botol aqua (bagus dan penyok), daun, kaleng (bagus dan penyok) memiliki waktu mulai terangkat sampai terjatuh ke conveyor pemindah sampah secara berurutan adalah 16 s, 15 s, 15 s, 15 s, 17 s & 16 s, 16 s, 15 s & 15 s. Dari sampah yang telah disebutkan tersebut, ternyata waktu terangkat sampai terjatuh ke conveyor pemindah sampah hampir sama yaitu sekitar s. Sedangkan untuk sampah styrofoam yang berukuran 48 cm x 22 cm x 7 cm, waktu yang dibutuhkan adalah 41 s berbeda dengan sampah jenis lainnya dan sampah styrofoam yang berukuran 7 cm x 4 cm x 1 cm. Hal ini disebabkan oleh permukaan styrofoam yang licin dan ukurannya yang besar sehingga pada saat berada di permukan conveyor pengangkat sampah yang miring, tinggi plat (yang hanya sekitar 2 cm) dan gaya gesek tidak mampu mempertahankan styrofoam pada posisinya, yang mengakibatkan styrofoam cenderung turun ke bawah. Pada kolom keterangan disebutkan bahwa ada sebagian sampah sachet kopi dan daun yang bisa lolos dari conveyor pengangkat sampah. Hal ini disebabkan oleh ukuran yang tipis dan tekstur yang keras dari sampah sachet kopi dan daun. Berbeda dengan sampah plastik yang memiliki ukuran tipis tetapi teksturnya lemas. Sampah plastik akan cenderung menempel pada plat dan akan ikut terangkat oleh conveyor pengangkat sampah. Selain itu, kedalaman konveyor pengangkat sampah di dalam air juga mempengaruhi. Semakin dalam konveyor pengangkat sampah di dalam air, kemungkinan terangkatnya sampah sachet kopi dan daun akan semakin besar. 94

10 Pada kolom keterangan disebutkan bahwa sampah botol dan kaleng akan terangkat pada posisi tidur (horizontal). Ada beberapa hal yang mempengaruhi diantaranya adalah permukaan yang datar dan licin serta jarak antar plat pengait yang kurang lebar. Akibat permukaannya yang datar dan licin, plat pengait tidak mampu memegang sampah sehingga sampah akan cenderung ke posisi hirozontal. Pada kolom keterangan sampah styrofoam ukuran 48 cm x 22 cm x 7 cm, sampah tersebut dapat diangkat oleh conveyor pengangkat sampah tetapi tidak dapat jatuh dari conveyor pemindah sampah ke bak penampung sampah. Prototipe alat pengangkat sampah saluran air memiliki rangka yang berada di atas conveyor pemindah sampah. Rangka tersebut memiliki tinggi 13 cm dari conveyor pemindah sampah. Hal inilah yang mengakibatkan sampah yang memiliki panjang di atas 13 cm tidak dapat terjatuh ke bak penampung sampah karena terhalang oleh rangka. b. Running untuk kapasitas Prototipe Alat Pengangkat Sampah Saluran Air Pada percobaan I, volume dan berat sampah sebelum masuk simulator saluran air adalah 40 l dan 5,14 kg. Setelah dimasukkan ke simulator saluran air, dibutuhkan waktu 1,53 menit agar sampah dapat terangkat seluruhnya dan masuk ke bak penampungan. Dari data yang diperoleh tersebut, dapat dihitung kapasitas alat untuk mengangkat sampah yaitu sebesar 26,09 l/menit atau 3,35 kg/menit. Pada percobaan II, volume dan berat sampah sebelum masuk simulator saluran air adalah 40 l dan 4,69 kg. Setelah dimasukkan ke simulator saluran air, dibutuhkan waktu 1,67 menit agar sampah dapat terangkat seluruhnya dan masuk ke bak penampungan. Dari data yang diperoleh tersebut, dapat dihitung kapasitas alat untuk mengangkat sampah yaitu sebesar 24 l/menit atau 2, 81 kg/menit. Pada percobaan III, volume dan berat sampah sebelum masuk simulator saluran air adalah 40 l dan 4,36 kg. Setelah dimasukkan ke simulator saluran air, dibutuhkan waktu 1,75 menit agar sampah dapat terangkat seluruhnya dan masuk ke bak penampungan. Dari data yang diperoleh tersebut, dapat dihitung kapasitas alat untuk mengangkat sampah yaitu sebesar 22, 86 l/ menit atau 2,89 kg/ menit. Dari setiap hasil perhitungan kapasitas prototipe alat pengangkat sampah saluran air diperoleh kapasitas rata-rata sebesar 24, 31 l/ menit atau 2,89 kg/ menit Kesimpulan Dari hasil penelitian kegiatan Teknologi Pengolahan Sampah dengan Proses Termal (Prototipe Alat Pengangkat Sampah Saluran Air), maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: d. Waktu yang dibutuhkan sampah dari proses terangkat oleh konveyor pengangkat sampah sampai terjatuh ke conveyor pemindah sampah adalah sekitar s e. Perlu ada perbaikan desain rangka agar sampah dengan ukuran yang tinggi (lebih dari tinggi rangka yaitu 13 cm) bisa jatuh ke bak penampung sampah. f. Perlu ada perbaikan desain plat pengait sampah pada konveyor pengangkat sampah agar sampah bisa mudah diangkat. 95

11 g. Perlu ada penelitian tentang kedalaman pemasangan konveyor pengangkat sampah di dalam air, sehingga bisa diketahui kedalaman optimum agar sampah tidak lolos melalui bawah konveyor pengangkat sampah h. Kapasitas prototipe alat pengangkat sampah saluran air adalah 24, 31 l/menit (2,89 kg/menit) DAFTAR PUSTAKA 1. Adam Lindquist, 2016, Baltimore s Mr. Trash Wheel, The Journal of Ocean Technology, Vol.11, No Maritsa Rahman Ashidiqy, 2009, Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Masyarakat dalam Membuang Sampah Rumah Tangga di Sungai Mranggen, Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. 3. Slamet Riyanto, dkk, 2016, Rancang Bangun Inntopes (Innovation Tools Pengangkat Sampah) Pada Aliran Sungai, PELITA, Volume XI, Nomor 1 4. Widi Hartanto, 2006, Kinerja Pengelolaan Sampah Di Kota Gombong Kabupaten Kebumen, Program Pascasarjana, Magister Teknik Pembangunan Wilayah Dan Kota, Universitas Diponegoro, Semarang 96

Design Transporter of Waste in Waterways

Design Transporter of Waste in Waterways I PUTU ANGGA KRISTYAWAN dkk. Rancang Bangun Alat ISBN : 978-602-410-075-9 olume 1, Nomor 1, Maret 2015 Pages: xx-xx Rancang Bangun Alat Pengangkat Sampah pada Saluran Air Design Transporter of Waste in

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 36 HASIL DAN PEMBAHASAN Dasar Pemilihan Bucket Elevator sebagai Mesin Pemindah Bahan Dasar pemilihan mesin pemindah bahan secara umum selain didasarkan pada sifat-sifat bahan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 17 BAB IV METODE PENELITIAN A. Studi Literatur Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal jurnal dan segala referensi yang mendukung guna kebutuhan penelitian. Sumber yang diambil adalah sumber yang berkaitan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI Penelitian dimulai pada bulan Oktober sampai Desember 2008, bertempat di beberapa TPS pasar di Kota Bogor, Jawa Barat yaitu pasar Merdeka, pasar Jl. Dewi

Lebih terperinci

V.HASIL DAN PEMBAHASAN

V.HASIL DAN PEMBAHASAN V.HASIL DAN PEMBAHASAN A.KONDISI SERASAH TEBU DI LAHAN Sampel lahan pada perkebunan tebu PT Rajawali II Unit PG Subang yang digunakan dalam pengukuran profil guludan disajikan dalam Gambar 38. Profil guludan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota akan selalu berhubungan erat dengan perkembangan lahan baik dalam kota itu sendiri maupun pada daerah yang berbatasan atau daerah sekitarnya. Selain itu lahan

Lebih terperinci

DESAIN MESIN KOMPOSTER SKALA INDUSTRI KECIL

DESAIN MESIN KOMPOSTER SKALA INDUSTRI KECIL DESAIN MESIN KOMPOSTER SKALA INDUSTRI KECIL Gatot Pramuhadi 1), Abdul Wahhaab 2), Gina Rahmayanti 2), Nurwan Wahyudi 2), Syahidin Nurul Ikhwan 2) 1) Dosen Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Conveyor merupakan suatu alat transportasi yang umumnya dipakai dalam proses industri. Conveyor dapat mengangkut bahan produksi setengah jadi maupun hasil produksi

Lebih terperinci

Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Masyarakat. Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY

Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Masyarakat. Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Masyarakat Pendahuluan Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY siti_marwati@uny.ac.id Sampah merupakan suatu barang yang dihasilkan dari aktivitas

Lebih terperinci

Pelatihan Ulangan Semester Gasal

Pelatihan Ulangan Semester Gasal Pelatihan Ulangan Semester Gasal A. Pilihlah jawaban yang benar dengan menuliskan huruf a, b, c, d, atau e di dalam buku tugas Anda!. Perhatikan gambar di samping! Jarak yang ditempuh benda setelah bergerak

Lebih terperinci

1. Sebuah benda diam ditarik oleh 3 gaya seperti gambar.

1. Sebuah benda diam ditarik oleh 3 gaya seperti gambar. 1. Sebuah benda diam ditarik oleh 3 gaya seperti gambar. Berdasar gambar diatas, diketahui: 1) percepatan benda nol 2) benda bergerak lurus beraturan 3) benda dalam keadaan diam 4) benda akan bergerak

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. A. Lokasi penelitian

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. A. Lokasi penelitian BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi penelitian Penelitian dilakukan di kawasan rawan bencana (KRB) Gunung Merapi di DAS Pabelan. Pemilihan lokasi DAS Pabelan karena merupakan salah satu jalur yang terkena

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Alat Pirolisis Limbah Plastik LDPE untuk Menghasilkan Bahan Bakar Cair dengan Kapasitas 3 Kg/Batch BAB III METODOLOGI

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Alat Pirolisis Limbah Plastik LDPE untuk Menghasilkan Bahan Bakar Cair dengan Kapasitas 3 Kg/Batch BAB III METODOLOGI digilib.uns.ac.id 8 BAB III METODOLOGI A. ALAT DAN BAHAN 1. Alat yang digunakan : a. Las listrik f. Palu b. Bor besi g. Obeng c. Kunci pas/ring h. Rol pipa d. Tang i. Gergaji besi e. Kunci L j. Alat pemotong

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SIMULASI MESIN PEMBERSIH SAMPAH BOX CULVERT

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SIMULASI MESIN PEMBERSIH SAMPAH BOX CULVERT PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SIMULASI MESIN PEMBERSIH SAMPAH BOX CULVERT Oleh: Ainur Rafiq (6607040004) M Wahyu Nor P. (6607040025) Teknik Desain & Manufaktur Politekneik Perkapalan Negeri Surabaya ITS LATAR

Lebih terperinci

PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH BERDASARKAN SNI (STUDI KASUS: KAMPUS UNMUS)

PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH BERDASARKAN SNI (STUDI KASUS: KAMPUS UNMUS) PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH BERDASARKAN SNI 19-3964-1994 (STUDI KASUS: KAMPUS UNMUS) Dina Pasa Lolo, Theresia Widi Asih Cahyanti e-mail : rdyn_qyuthabiez@yahoo.com ;

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN ROLLER CONVEYOR DI PT. MUSTIKA AGUNG TEKNIK

BAB III PROSES PERANCANGAN ROLLER CONVEYOR DI PT. MUSTIKA AGUNG TEKNIK BAB III PROSES PERANCANGAN ROLLER CONVEYOR DI PT. MUSTIKA AGUNG TEKNIK 3.1 Pengertian Perancangan Perancangan memiliki banyak definisi karena setiap orang mempunyai definisi yang berbeda-beda, tetapi intinya

Lebih terperinci

optimal, karena terlalu banyak makan waktu untuk memisahkan ukuran ikan yang berbeda-beda dalam sekali penangkapan

optimal, karena terlalu banyak makan waktu untuk memisahkan ukuran ikan yang berbeda-beda dalam sekali penangkapan Rancang bangun alat penyortiran ikan dengan metode conveyor Disusun oleh: Eko supradianto (6307030009) Lugita herwani (630703017) Latar Belakang Pada proses pemisahan ikan, diperlukan suatu alat yang dapat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2013.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2013. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2013. Penelitian ini dilakukan dua tahap, yaitu tahap pembuatan alat yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi penelitian Penelitian dilakukan di daerah kawasan rawan bencana DAS Krasak. Pemilihan lokasi DAS Krasak karena merupakan salah satu jalur/kawasan yang terkena lahar

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PEMERAS SANTAN DENGAN SISTEM ROTARI KAPASITAS 281,448 LITER/JAM

PERANCANGAN MESIN PEMERAS SANTAN DENGAN SISTEM ROTARI KAPASITAS 281,448 LITER/JAM PERANCANGAN MESIN PEMERAS SANTAN DENGAN SISTEM ROTARI KAPASITAS 281,448 LITER/JAM Ir.Soegitamo Rahardjo 1, Asep M. Tohir 2 Lecture 1,College student 2,Departement of machine, Faculty of Engineering, University

Lebih terperinci

Tata cara pembuatan model fisik sungai dengan dasar tetap

Tata cara pembuatan model fisik sungai dengan dasar tetap Standar Nasional Indonesia Tata cara pembuatan model fisik sungai dengan dasar tetap ICS 93.025; 17.120.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Prototipe 1. Rangka Utama Bagian terpenting dari alat ini salah satunya adalah rangka utama. Rangka ini merupakan bagian yang menopang poros roda tugal, hopper benih

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor 1 2017 ISSN 1412-7350 PERANCANGAN ALAT ANGKUT TABUNG LPG 3 KG YANG ERGONOMIS (STUDI KASUS DI UD. X) Ronal Natalianto Purnomo, Julius Mulyono *, Hadi Santosa Jurusan

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

IV. PENDEKATAN RANCANGAN IV. PENDEKATAN RANCANGAN A. Kriteria Perancangan Pada prinsipnya suatu proses perancangan terdiri dari beberapa tahap atau proses sehingga menghasilkan suatu desain atau prototipe produk yang sesuai dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

INSTRUMEN OBSERVASI PENILAIAN FUNGSI KESEIMBANGAN (SKALA KESEIMBANGAN BERG) Deskripsi Tes Skor (0-4) 1. Berdiri dari posisi duduk

INSTRUMEN OBSERVASI PENILAIAN FUNGSI KESEIMBANGAN (SKALA KESEIMBANGAN BERG) Deskripsi Tes Skor (0-4) 1. Berdiri dari posisi duduk INSTRUMEN OBSERVASI PENILAIAN FUNGSI KESEIMBANGAN (SKALA KESEIMBANGAN BERG) Deskripsi Tes Skor (0-4) 1. Berdiri dari posisi duduk 2. Berdiri tanpa bantuan 3. Duduk tanpa bersandar dengan kaki bertumpu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Pada penelitian ini, variabel utama yang akan dibahas adalah pengaruh kedalaman elektroda terhadap pengembangan tanah lempung ekspansif. Variasi kedalaman

Lebih terperinci

Tolak Peluru. Presented By Suci Munasharah

Tolak Peluru. Presented By Suci Munasharah Tolak Peluru Presented By Suci Munasharah A. Teknik Dasar Tolak Peluru Terdapat beberapa teknik dasar dalam tolak peluru, diantaranya : Teknik Memegang Peluru Ada 3 teknik memegang peluru : Jari-jari direnggangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBAHASAN

BAB III METODE PEMBAHASAN BAB III METODE PEMBAHASAN 3.1. Metode Pembahasan Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini antara lain, yaitu : 1. Metode Literatur Metode literature yaitu, metode dengan mengumpulkan,

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. mulai. Studi pustaka. Desain pengujian street inlet. Survey alat street inlet

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. mulai. Studi pustaka. Desain pengujian street inlet. Survey alat street inlet BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut: mulai Rumusan masalah Studi pustaka Desain pengujian street inlet Survey alat

Lebih terperinci

USAHA, ENERGI & DAYA

USAHA, ENERGI & DAYA USAHA, ENERGI & DAYA (Rumus) Gaya dan Usaha F = gaya s = perpindahan W = usaha Θ = sudut Total Gaya yang Berlawanan Arah Total Gaya yang Searah Energi Kinetik Energi Potensial Energi Mekanik Daya Effisiensi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Desa Marga Agung, Kecamatan Jati Agung

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Desa Marga Agung, Kecamatan Jati Agung III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Marga Agung, Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 18 TAHUN 1995 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 18 TAHUN 1995 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 18 TAHUN 1995 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG DENGAN

Lebih terperinci

BAB IV METODELOGI PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian Langkah-langkah penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut: Mulai

BAB IV METODELOGI PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian Langkah-langkah penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut: Mulai BAB IV METODELOGI PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Langkah-langkah penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut: Mulai Rumusan masalah Studi pustaka Desain pengujian street inlet Survey

Lebih terperinci

BAB 1 KATA PENGANTAR

BAB 1 KATA PENGANTAR BAB 1 KATA PENGANTAR Sebagai negara agraria tidaklah heran jika pemerintah senantiasa memberikan perhatian serius pada pembangunan di sector pertanian. Dalam hal ini meningkatkan produksi pertanian guna

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian Langkah-langkah penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut: Mulai

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian Langkah-langkah penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut: Mulai BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Langkah-langkah penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut: Mulai Rumusan masalah Studi pustaka Desain pengujian street inlet Survey

Lebih terperinci

KONSEP PENANGANAN SAMPAH TL 3104

KONSEP PENANGANAN SAMPAH TL 3104 KONSEP PENANGANAN SAMPAH TL 3104 Environmental Engineering ITB - 2010 KELOMPOK 2 Dian Christy Destiana 15308012 Vega Annisa H. 15308014 Ratri Endah Putri 15308018 M. Fajar Firdaus 15308020 Listra Endenta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengabaikan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Untuk mencapai kondisi

BAB I PENDAHULUAN. mengabaikan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Untuk mencapai kondisi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan hidup yang semakin tinggi membuat manusia mengabaikan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang hidup sehat

Lebih terperinci

Cara Mengukur dan Menghitung Debit Saluran

Cara Mengukur dan Menghitung Debit Saluran Cara Mengukur dan Menghitung Debit Saluran Beberapa waktu lalu sudah dibahas mengenai cara menghitung debit rencana untuk kepentingan perencanaan saluran drainase. Hasil perhitungan debit rencana bukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan 4.1.1 Gambar Rakitan (Assembly) Dari perancangan yang dilakukan dengan menggunakan software Autodesk Inventor 2016, didapat sebuah prototipe alat praktikum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 125 mg/m3 10 mg/m3(se Menaker no 1/1997) 1.2 Ruang Lingkup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 125 mg/m3 10 mg/m3(se Menaker no 1/1997) 1.2 Ruang Lingkup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang PT. IPMOMI-Paiton adalah unit pembangkit listrik di Jawa Timur yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar utamanya. Salah satu lokasi pengangkut batubara atau coal

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Tanpa kita sadari di sekitar kita ternyata banyak sekali benda yang menerapkan prinsip gerak harmonik sederhana. Sebagai contoh adalah pegas yang digunakan pada tempat

Lebih terperinci

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PEMANFAATAN AIR HUJAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa air hujan merupakan sumber air yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Mulai. Dipasang pulley dan V-belt yang sesuai. Ditimbang kertas bekas sebanyak 3 kg3 Kg. Dihidupkan mesin untuk mengoprasikan alat

LAMPIRAN. Mulai. Dipasang pulley dan V-belt yang sesuai. Ditimbang kertas bekas sebanyak 3 kg3 Kg. Dihidupkan mesin untuk mengoprasikan alat LAMPIRAN Lampiran 1. Flowchart Penelitian Mulai Dipasang pulley dan V-belt yang sesuai Ditimbang kertas bekas sebanyak 3 kg3 Kg Dihidupkan mesin untuk mengoprasikan alat Dimasukan kertas kedalam alat Dihitung

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK 3.1 Perancangan dan pabrikasi Perancangan dilakukan untuk menentukan desain prototype singkong. Perancangan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Pendahuluan Indonesia sebagai negara berkembang dimana pembangunan di setiap wilayah di indonesia yang semakin berkembang yang semakin berkekembang pesat-nya bangunanbangunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. B. Alat dan Bahan

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. B. Alat dan Bahan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2012 sampai dengan Mei 2012 di bengkel Apppasco Indonesia, cangkurawo Dramaga Bogor. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

ANALISA KEMAMPUAN ANGKAT DAN UNJUK KERJA PADA OVER HEAD CONVEYOR. Heri Susanto

ANALISA KEMAMPUAN ANGKAT DAN UNJUK KERJA PADA OVER HEAD CONVEYOR. Heri Susanto ANALISA KEMAMPUAN ANGKAT DAN UNJUK KERJA PADA OVER HEAD CONVEYOR Heri Susanto ABSTRAK Keinginan untuk membuat sesuatu hal yang baru serta memperbaiki atau mengoptimalkan yang sudah ada adalah latar belakang

Lebih terperinci

Gambar 15. Gambar teknik perontok padi hasil rancangan (O-Belt Thresher) 34

Gambar 15. Gambar teknik perontok padi hasil rancangan (O-Belt Thresher) 34 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Prototipe Perontok Padi Tipe Pedal Hasil Rancangan (O-Belt Thresher) Prototipe perontok padi ini merupakan modifikasi dari alat perontok padi (threadle thresher) yang sudah ada.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUJIAN

BAB III METODE PENGUJIAN BAB III METODE PENGUJIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Perencanaan dan pembuatan kincir ini telah dilaksanakan pada bulan September2012- Januari 2013 di Laboratorium Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Pilihlah jawaban yang paling benar!

Pilihlah jawaban yang paling benar! Pilihlah jawaban yang paling benar! 1. Besarnya momentum yang dimiliki oleh suatu benda dipengaruhi oleh... A. Bentuk benda B. Massa benda C. Luas penampang benda D. Tinggi benda E. Volume benda. Sebuah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Fenomena Dasar Mesin (FDM) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 3.2.Alat penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat III. METODE PENELITIAN A. TAHAPAN PENELITIAN Pada penelitian kali ini akan dilakukan perancangan dengan sistem tetap (batch). Kemudian akan dialukan perancangan fungsional dan struktural sebelum dibuat

Lebih terperinci

SOAL DINAMIKA ROTASI

SOAL DINAMIKA ROTASI SOAL DINAMIKA ROTASI A. Pilihan Ganda Pilihlah jawaban yang paling tepat! 1. Sistem yang terdiri atas bola A, B, dan C yang posisinya seperti tampak pada gambar, mengalami gerak rotasi. Massa bola A, B,

Lebih terperinci

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK TUGAS SANITASI MASYARAKAT TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK Disusun Oleh : KELOMPOK Andre Barudi Hasbi Pradana Sahid Akbar Adi Gadang Giolding Hotma L L2J008005 L2J008014 L2J008053 L2J008078

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajaran. Mengenal satuan volume. Mengenal satuan waktu. Mengenal satuan debit. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan debit.

Tujuan Pembelajaran. Mengenal satuan volume. Mengenal satuan waktu. Mengenal satuan debit. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan debit. 27 Tujuan Pembelajaran Setelah belajar bab ini, siswa dapat : Mengenal satuan volume. Mengenal satuan waktu. Mengenal satuan debit. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan debit. Sumber: Dokumen

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari hasil survey serta perhitungan di lapangan dan dari hasil perencanaan MRF TPS Bendul Merisi. Maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. a. Komposisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah sampah di Indonesia merupakan masalah yang rumit karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah sampah di Indonesia merupakan masalah yang rumit karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah sampah di Indonesia merupakan masalah yang rumit karena kurangnya pengertian masyarakat terhadap akibat-akibat yang dapat ditimbulkan oleh sampah. Faktor yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN. Persiapan : - Studi literatur - Survey ke Ready Mix CV. Jati Kencana Beton

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN. Persiapan : - Studi literatur - Survey ke Ready Mix CV. Jati Kencana Beton BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN III.1. TAHAPAN PENELITIAN Pada penelitian ini dilakukan beberapa tahapan metode penelitian dari mulai persiapan sampai dengan pengambilan kesimpulan dan saran.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai terbentuk akibat aliran air dari daerah tinggi (gunung) menuju daerah yang lebih rendah (laut) karena adanya energi potensial. Asal air yang mengalir adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupannya sehari-hari, manusia tidak bisa dilepaskan dari suatu benda. Benda ini ada yang dapat digunakan seutuhnya, namun ada juga yang menghasilkan sisa

Lebih terperinci

TATA CARA PERENCANAAN BANGUNAN MCK UMUM

TATA CARA PERENCANAAN BANGUNAN MCK UMUM TATA CARA PERENCANAAN BANGUNAN MCK UMUM COPY SNI 03-2399 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN BANGUNAN MCK UMUM 1 Ruang Iingkup Tata cara ini meliputi istilah dan definisi, persyaratan yang berlaku untuk sarana

Lebih terperinci

TEKNIK PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA PIYUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR PENGELOLAAN LIMBAH PADAT *) Oleh : Suhartini **) Abstrak

TEKNIK PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA PIYUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR PENGELOLAAN LIMBAH PADAT *) Oleh : Suhartini **) Abstrak TEKNIK PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA PIYUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR PENGELOLAAN LIMBAH PADAT *) Oleh : Suhartini **) Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik pengelolaan sampah di TPA Piyungan

Lebih terperinci

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN KONSERVASI AIR TANAH MELALUI SUMUR RESAPAN DAN LUBANG RESAPAN BIOPORI Menimbang DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Rumah Susun Tanah Merah Surabaya

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Rumah Susun Tanah Merah Surabaya D199 Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Rumah Susun Tanah Merah Surabaya Daneswari Mahayu Wisesa dan Agus Slamet Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut

Lebih terperinci

IV. ANALISA PERANCANGAN

IV. ANALISA PERANCANGAN IV. ANALISA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung menggunakan traktor tangan sebagai sumber tenaga tarik dan diintegrasikan bersama dengan alat pembuat guludan dan alat pengolah tanah (rotary tiller).

Lebih terperinci

3.3.3 Perancangan dan Pembuatan Rangkaian Mekanis Pemasangan Sistem Telemetri dan Rangkaian Sensor

3.3.3 Perancangan dan Pembuatan Rangkaian Mekanis Pemasangan Sistem Telemetri dan Rangkaian Sensor 3.3.3 Perancangan dan Pembuatan Rangkaian Mekanis Rangkaian mekanik berfungsi untuk menunjang mekanisme gerak vertikal. Pada platform yang akan dibuat pembuatan rangkaian ini menggunakan komponen mekanik

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi

BAB II PEMBAHASAN MATERI. digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi 5 BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan merupakan satu diantara peralatan mesin yang digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi konstruksi, tempat

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN GENERATOR ELEKTRIK PADA SPEED BUMP PENGHASIL ENERGI LISTRIK DENGAN SISTEM PEGAS TORSIONAL

RANCANG BANGUN GENERATOR ELEKTRIK PADA SPEED BUMP PENGHASIL ENERGI LISTRIK DENGAN SISTEM PEGAS TORSIONAL 1 SIDANG TUGAS AKHIR BIDANG STUDI DESAIN RANCANG BANGUN GENERATOR ELEKTRIK PADA SPEED BUMP PENGHASIL ENERGI LISTRIK DENGAN SISTEM PEGAS TORSIONAL Dosen Pembimbing: Dr.Eng.Harus Laksana Guntur, ST., M.Eng

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Peta Curah Hujan Kabupaten Magelang

LAMPIRAN. Peta Curah Hujan Kabupaten Magelang LAMPIRAN Peta Curah Hujan Kabupaten Magelang Sumber : Bappeda Kab. Magelang. 2014 xv Peta Rawan Bencana Kabupaten Magelang Sumber : Bappeda Kab. Magelang. 2014 xvi Persyaratan RAMP Ketentuan dan Persyaratan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terfokus pada lingkungan kerja saat ini dan data antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM Pada bab ini menjelaskan tentang perancangan dan pembuatan sistem kontrol, baik secara hardware yang akan digunakan untuk mendukung keseluruhan sistem yang akan

Lebih terperinci

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN 1 Sampah merupakan konsekuensi langsung dari kehidupan, sehingga dikatakan sampah timbul sejak adanya kehidupan manusia. Timbulnya

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data pengamatan hasil penelitian Jumlah mata pisau (pasang) Kapasitas efektif alat (buah/jam) 300,30 525,12 744,51

Lampiran 1. Data pengamatan hasil penelitian Jumlah mata pisau (pasang) Kapasitas efektif alat (buah/jam) 300,30 525,12 744,51 38 Lampiran 1. Data pengamatan hasil penelitian Jumlah mata pisau (pasang) 2 4 6 Kapasitas efektif alat (buah/jam) 300,30 525,12 744,51 Bahan yang rusak (%) 0 0 11 39 Lampiran 2. Kapasitas alat (buah/jam)

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindahan bahan merupakan salah satu peralatan mesin yang dugunakan untuk memindahkan muatan dilokasi pabrik, lokasi konstruksi, lokasi industri,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Pada penelitian metode elektrokinetik untuk tanah lempung ekspansif, variabel utama yang akan dibahas adalah pengaruh besaran voltase terhadap pengembangan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Studi Literature Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal jurnal yang mendukung untuk kebutuhan penelitian. Jurnal yang diambil berkaitan dengan pengaruh adanya gerusan lokal

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM MATA KULIAH KETEKNIKAN BUDIDAYA IKAN (LUHT4338)

PANDUAN PRAKTIKUM MATA KULIAH KETEKNIKAN BUDIDAYA IKAN (LUHT4338) PANDUAN PRAKTIKUM MATA KULIAH KETEKNIKAN BUDIDAYA IKAN (LUHT4338) Praktikum dalam mata kuliah ini dimaksudkan untuk memberikan pengalaman lapangan kepada Saudara tentang beberapa materi yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB VI PENGUKURAN JARAK LANGSUNG

BAB VI PENGUKURAN JARAK LANGSUNG BAB VI PENGUKURAN JARAK LANGSUNG Jarak antara dua buah titik dimuka bumi dalam ukur tanah adalah merupakan jarak terpendek antara kedua titik tersebut tergantung jarak tersebut terletak pada bidang datar,

Lebih terperinci

a. 15 b. 18 c. 20 d Diketahui rumus fungsi f(x) = -2x + 5. Nilai f(-4) adalah a. -13 b. -3 c. 3 d Gradien garis -3x - 2y = 7 adalah

a. 15 b. 18 c. 20 d Diketahui rumus fungsi f(x) = -2x + 5. Nilai f(-4) adalah a. -13 b. -3 c. 3 d Gradien garis -3x - 2y = 7 adalah Soal Soal Simulasi UNBK Tahun Ajaran 2015-2016 Mata Pelajaran : Matematika I. Jawablah pertanyaan berikut ini dengan (X) menyilang pilihan a, b, c, dan d! 1. Hasil dari -15 + (-12 : 3) adalah a. -19 b.

Lebih terperinci

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018-1. Hambatan listrik adalah salah satu jenis besaran turunan yang memiliki satuan Ohm. Satuan hambatan jika

Lebih terperinci

b. Komponen D2 Berat komponen adalah 19,68 kg Gambar 65. Komponen D1 Gambar 66. Komponen D2

b. Komponen D2 Berat komponen adalah 19,68 kg Gambar 65. Komponen D1 Gambar 66. Komponen D2 1. Varian I Varian I memiliki tiga buah komponen yaitu komponen D1 yang berfungsi sebagai dinding utama, komponen D2, komponen D3 dan komponen D4. Varian I dikembangkan dalam modul 70 x 60 cm. a. Komponen

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan bagian yang tak terpisahkan

BAB I. PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan bagian yang tak terpisahkan BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan lingkungan hidup merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan kota. Angka pertumbuhan penduduk dan pembangunan kota yang semakin meningkat secara

Lebih terperinci

TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN

TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN Lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 12 Tahun 2009 Tanggal : 15 April 2009 TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN I. Pendahuluan Dalam siklus hidrologi, air hujan jatuh ke permukaan bumi,

Lebih terperinci

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dalam gerak translasi gaya dikaitkan dengan percepatan linier benda, dalam gerak rotasi besaran yang dikaitkan dengan percepatan

Lebih terperinci

KRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

KRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH - 1 - LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 02/PRT/M/2016 TENTANG PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH KRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH

Lebih terperinci

PENGENDALIAN MUTU KLAS X

PENGENDALIAN MUTU KLAS X PENGENDLIN MUTU KLS X. Untuk mengukur ketebalan selembar kertas yang paling teliti menggunakan alat ukur. mistar. jangka sorong C. rol meter D. micrometer sekrup E. sferometer 2. Perhatikan gambar penunjuk

Lebih terperinci

Optimisasi pengalokasian sampah wilayah ke tempat pembuangan sementara (TPS) di Kota Surakarta dengan model integer linear programming

Optimisasi pengalokasian sampah wilayah ke tempat pembuangan sementara (TPS) di Kota Surakarta dengan model integer linear programming Optimisasi pengalokasian sampah wilayah ke tempat pembuangan sementara (TPS) di Kota Surakarta dengan model integer linear programming Sigit Bagus Pamungkas I.0304067 UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan Mengingat lahan tebu yang cukup luas kegiatan pencacahan serasah tebu hanya bisa dilakukan dengan sistem mekanisasi. Mesin pencacah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tinjauan Umum Variabel bebas yaitu variasi perbandingan agregat kasar, antara lain : Variasi I (1/1 : 1/2 : 2/3 = 3 : 1 : 2) Variasi II (1/1 : 1/2 : 2/3 = 5 : 1 : 3) Variasi

Lebih terperinci

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay A. PILIHAN GANDA Petunjuk: Pilih satu jawaban yang paling benar. 1. Grafik

Lebih terperinci

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. diperlukan untuk menjaga kualitas struktur agar sesuai dengan spesifikasi yang

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. diperlukan untuk menjaga kualitas struktur agar sesuai dengan spesifikasi yang BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Pengendalian dan Pengawasan Proyek Dalam pembangunan Proyek Wang Residence, Pengendalian & Pengawasan diperlukan untuk menjaga kualitas struktur agar

Lebih terperinci

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

SKRIPSI / TUGAS AKHIR PROSES MANUFAKTUR MESIN PRESS BAGLOG JAMUR SKRIPSI / TUGAS AKHIR TRI HARTANTO (26410947) JURUSAN TEKNIK MESIN LATAR BELAKANG Dalam industri agrobisnis terutama dalam bidang penanaman jamur. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Studi Literatur Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal-jurnal pendukung kebutuhan penelitian. Jurnal yang digunakan berkaitan dengan pengaruh gerusan lokal terhdadap

Lebih terperinci

karena corong plastik yang digunakan tidak tahan terhadap benturan pada saat transportasi di lapangan. Model kedua yang digunakan terbuat dari bahan

karena corong plastik yang digunakan tidak tahan terhadap benturan pada saat transportasi di lapangan. Model kedua yang digunakan terbuat dari bahan 33 karena corong plastik yang digunakan tidak tahan terhadap benturan pada saat transportasi di lapangan. Model kedua yang digunakan terbuat dari bahan polimer yang lebih kuat dan tebal. Canister model

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA. 4.1 Hasil Perancangan Desain dan Alat. Hasil desain dan perancangan alat pemadat sampah plastik dapat dilihat pada

BAB IV HASIL DAN ANALISA. 4.1 Hasil Perancangan Desain dan Alat. Hasil desain dan perancangan alat pemadat sampah plastik dapat dilihat pada 59 BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil Perancangan Desain dan Alat Hasil desain dan perancangan alat pemadat sampah plastik dapat dilihat pada gambar dibawah ini : - Desain dan hasil perancangan alat :

Lebih terperinci

PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK MENJADI BRIKET ARANG DAN ASAP CAIR

PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK MENJADI BRIKET ARANG DAN ASAP CAIR PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK MENJADI BRIKET ARANG DAN ASAP CAIR Nisandi Alumni Mahasiswa Magister Sistem Teknik Fakultas Teknik UGM Konsentrasi Teknologi Pengelolaan dan Pemanfaatan Sampah

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN Perancangan atau desain mesin pencacah serasah tebu ini dimaksudkan untuk mencacah serasah yang ada di lahan tebu yang dapat ditarik oleh traktor dengan daya 110-200

Lebih terperinci