BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian Lokasi Penelitian Kecamatan Boyolali merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Boyolali yang terdiri dari 3 (tiga) kelurahan dan 6 (enam) desa dengan jumlah penduduk pada tahun 2016 sebanyak jiwa dan rumah tangga. Jumlah rumah tangga penerima beras miskin pada tahun 2017 sebanyak rumah tangga. Kecamatan Boyolali memiliki batas batas wilayah sebagai berikut - Sebelah Utara : Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang. - Sebelah Timur : Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali. - Sebelah Selatan : Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali. - Sebelah Barat : Kecamatan Musuk, Kecamatan Cepogo dan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Kecamatan Boyolali merupakan wilayah yang dekat dengan pusat pemerintahan. Sampai dengan tahun 2014 Kelurahan Siswodipuran Kecamatan Boyolali merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Boyolali sebelum berpindah ke wilayah Kelurahan Kemiri, Kecamatan Mojosongo pada tahun Keluarga Penerima Manfaat Penyaluran beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah bertujuan untuk mengurangi beban pengeluaran para Keluarga Sasaran Penerima Manfaat (KPM) dalam memenuhi kebutuhan pangan. Selain itu juga untuk meningkatkan akses masyarakat berpendapatan rendah dalam pemenuhan kebutuhan pangan pokok sebagai salah satu hak dasarnya. Daftar Penerima Manfaat (DPM) di desa/kelurahan yang menjadi dasar Penyaluran di desa/ kelurahan disebut DPM-1. Daftar ini telah 25

2 mengakomodir hasil perubahan KPM melalui mekanisme Musyawarah di desa/kelurahan, jika diperlukan pemutakhiran yang ditetapkan dalam pagu beras bantuan, untuk Kecamatan Boyolali banyaknya pagu bantuan setiap desa/kelurahan seperti pada tabel berikut : Tabel 4.1. Banyaknya Rukun Warga (RW), Rukun Tetangga (RT) dan KPM di Kecamatan Boyolali Tahun 2017 No Desa/Kelurahan Rukun Warga Rukun KPM* (RW) Tetangga (RT) 2017 (1) (2) (3) (4) (5) 01 Pulisen Siswodipuran Banaran Winong Penggung Kiringan Karanggeneng Mudal Kebonbimo *) Keluarga Penerima Manfaat Mekanisme Penyaluran Raskin Penyaluran beras bersubsidi bagi masyarakat berpendapatan rendah telah dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia sejak tahun Program ini pada awalnya disebut dengan Operasi Pasar Khusus (OPK) yang dilaksanakan sebagai program darurat untuk merespon krisis ekonomi yang terjadi pada saat itu. Pada perkembangannya, program beras bersubsidi diperluas fungsinya sebagai bagian dari program perlindungan sosial yang bertujuan untuk mengurangi beban pengeluaran masyarakat berpendapatan rendah dalam pemenuhan hak dasar berupa kebutuhan pangan pokok dan dikenal dengan sebutan Raskin/Rastra. 26 Manfaat Program Raskin/Rastra antara lain adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan ketahanan pangan di tingkat KPM, sekaligus sebagai mekanisme perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan. 2. Peningkatan akses pangan baik secara fisik (beras tersedia di TD), maupun ekonomi (harga jual yang terjangkau) kepada KPM.

3 Dalam pelaksanaan Program Raskin/Rastra diperlukan panduan pelaksanaan kegiatan yang sistematis yang dijadikan pedoman berbagai pihak baik pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa/kelurahan maupun pihak lain yang terkait dalam pelaksanaan Program Raskin/Rastra tahun 2017 adalah : a. Penetapan Pagu Raskin/Rastra Nasional Pagu Nasional merupakan besaran jumlah Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang menerima atau jumlah beras yang dialokasikan untuk KPM secara nasional. Pagu Nasional merupakan hasil kesepakatan pembahasan antara pemerintah dan DPR yang dituangkan dalam Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). b. Penetapan Pagu Provinsi Pagu Provinsi merupakan besaran jumlah Keluarga Sasaran Penerima Manfaat (KPM) yang menerima atau jumlah beras yang dialokasikan untuk KPM di setiap provinsi, yang ditetapkan oleh Menteri Sosial. c. Penetapan Pagu Kabupaten/Kota Pagu untuk setiap kabupaten/kota ditetapkan oleh Gubernur dengan mengacu pada pagu Kabupaten/Kota yang disampaikan oleh Menteri Sosial pada waktu penetapan pagu provinsi. d. Penetapan Pagu Kecamatan dan Desa/Kelurahan Pagu Kecamatan dan desa/kelurahan/ pemerintahan setingkat merupakan besaran jumlah Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang menerima di setiap kecamatan dan desa/kelurahan atau jumlah beras yang dialokasikan untuk KPM di setiap kecamatan dan desa/kelurahan. Pagu untuk setiap kecamatan dan desa/kelurahan ditetapkan oleh Bupati/ Walikota. e. Pelaksanaan Penyaluran Beras Sampai Titik Distribusi (TD) 1. Pelaksanaan penyaluran beras sampai TD menjadi tugas dan tanggung jawab Perum BULOG. 2. Berdasarkan Pagu Raskin, Bupati/Walikota/Ketua Tim Koordinasi Kabupaten/Kota atau Pejabat yang ditunjuk oleh 27

4 Bupati/Walikota menerbitkan Surat Permintaan Alokasi (SPA) kepada Perum BULOG. 3. Berdasarkan SPA, Perum BULOG menerbitkan SPPB/ DO beras untuk masing-masing kecamatan atau desa/ kelurahan. 4. Sesuai dengan SPPB/DO maka Perum BULOG menyalurkan beras sampai ke TD. 5. Penyaluran beras dari TD ke TB sampai KPM menjadi tanggung jawab pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/ kota). 6. Pelaksanaan penyaluran beras dari TB kepada KPM dilakukan oleh Pelaksana Distribusi dengan menyerahkan beras kepada KPM sebanyak 15 kg/kpm/bulan, selama 12 kali dalam setahun, atau sesuai dengan kebijakan Pemerintah Pusat. 7. Harga Tebus Rastra (HTR) sebesar Rp.1.600,00/kg atau sesuai dengan kebijakan Pemerintah Pusat di TD. BAGITO dalam Implementasi Raskin Penyaluran beras miskin sejatinya merupakan program pemerintah untuk mengentaskan masalah kemiskinan di Indonesia yang masih relatif tinggi diatas 10% 1. Pemerintah selalu berupaya menurunkan tingkat kemiskinan tersebut melalaui berbagai program bantuan yang salah satunya adalah program bantuan beras untuk rakyat miskin. Kecamatan Boyolali yang terdiri dari tiga kelurahan dan enam desa merupakan wilayah ibukota Kabupaten Boyolali dengan kepadatan penduduk pada tahun 2015 sebanya jiwa/km 2 dengan jumlah rumah tangga sebanyak , mendapatkan alokasi jumlah penerima raskin di tahun 2017 sesuai DPM baru dari pemerintah sebanyak rumah tangga atau sekitar 8,97 % rumah tangga. 1 Pada bulan September 2016, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 27,76 juta orang (10,70 persen), berkurang sebesar 0,25 juta orang dibandingkan dengan kondisi Maret 2016 yang sebesar 28,01 juta orang (10,86 persen). 28

5 Pelaksanaan penyaluran raskin pada masing-masing wilayah memiliki strategi dan pendekatan yang berbeda sesuai dengan kondisi kewilayahannya yang berbeda, untuk tiga wilayah perkotaan 2 melakukan penyaluran raskin kepada rumah tangga sesuai dengan daftar DPM yang diterima dari pusat, sesuai dengan Pedoman Umum pelaksanaan penyaluran raskin. Jika ada yang sudah meninggal dan di rumah tersebut tidak ada yang menggantikan baru dialihkan ke rumah tangga lainnya dengan berita acara penggantian dari RT setempat. BAGITO di daerah perkotaan bisa di hilangkan dikarenakan adanya pengertian warga yang tidak menerima bahwa mereka yang tidak terdaftar dalam daftar penerima manfaat tidak memiliki hak untuk menerima bantuan beras bersubsidi. Kesadaran yang ada pada warga tersebut tidak lepas dari peran aparat pemerintah desa/kelurahan yang melakukan pendekatan, sosialisasi serta memberikan pahaman kepada warganya tentang makna dari bantuan beras bersubsidi dari pemerintah, niat yang baik tentunya harus diikuti dengan kepatuhan terhadap peraturan yang ada, sehingga tidak menimbulkan gejolak yang bisa merusak kerukunan antar warga. Pelaksanaan distribusi beras bersubsidi sesuai dengan daftar yang ada di DPM dengan tegas dilaksanakan di tiga kelurahan perkotaan, di wilayah Kecamatan Boyolali yang lain tidak dengan tegas menyatakan semua wilayah di desanya tidak dilakukan pembagian beras merata, bisa juga dilakukan secara bergiliran (BAGILIR), kebijakan selanjutnya diserahkan kepada warga RT setempat seperti yang disampaikan oleh Lurah Winong Bp. Surono seperti berikut : Awal jadi kades tahun 2007 ada pembagian beras secara merata (BAGITO) namun setelah diberi penjelasan oleh kades, tidak ada lagi pembagian secara merata, karena dirasa tidak tepat sasaran. Ada masyarakat yang legowo ada yang tidak, kalau pihak desa keputusan akhir diserahkan ke masyarakat. 2 wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. (wikipedia : diakses pada 1 juli 2017) 29

6 Untuk Desa Karanggeneng berbeda dengan wilayah lainnya. Di desa ini sebagian besar dilakukan pembagian beras subsidi secara merata, walaupun ada sebagian kecil yang diberikan sesuai dengan warga yang ada di daftar penerima manfaat khususnya untuk wilayah perumahan. Walaupun BAGITO tidak dibenarkan namun hal ini tetap dilakukan untuk meredam gesekan antar warga masyarakat dikarenakan menurut Bp. Abdul rahman, modin Desa Karanggeneng, faktor yang mendorong terjadinya bagito lebih karena faktor iri hati, perbedaan tingkat ekonomi antar masyarakat pedesaan sangat tipis. Tidak ada faktor kebersamaan dan semangat saling berbagi untuk masalah bantuan. Dari uraian di atas terlihat bahwa ada praktek BAGITO dalam implementasi raskin di Kecamatan Boyolali walaupun tidak merata di semua wilayah. Keputusan pelaksanaan BAGITO maupun BAGILIR diserahkan pada hasil musyawarah tingkat RT. Bagi penerima beras yang namanya ada dalam DPM, sebagian menerima keputusan yang diambil namun ada yang dengan terpaksa menerima keputusan tersebut seperti disampaikan oleh Bp. Sukarnen : Mau bagaimana lagi, daripada ada suara-suara yang tidak mengenakkan dan sudah diputuskan dalam musyawarah RT, ya sudah dibagi rata saja.(karanggeneng, 09 Mei 2017). Sehingga menurut Bp. Abdul rahman, Semangat kebersamaan, saling berbagi dan tenggang rasa untuk masalah bantuan ekonomi yang diberikan gratis tidak terlihat secara nyata di masyarakat khususnya di wilayah Kecamatan Boyolali. Pembahasan Hasil Penelitian Kebijakan mengurangi angka kemiskinan dengan pemberian beras miskin yang dilakukan pemerintah kepada warga miskin adalah kebijakan substantif, yaitu jenis kebijakan yang menyatakan apa yang akan dilakukan pemerintah atas masalah tertentu. Kebijakan beras untuk orang miskin adalah kebijakan material yang sengaja dibuat untuk memberikan keuntungan sumberdaya yang kongkrit pada 30

7 kelompok tertentu. Kebijakan prosedural bersifat lebih teknis, tentang standard dan prosedur seperti kriteria masyarakat yang berhak menerima beras Implementasi program raskin di Kecamatan Boyolali di beberapa desa/kelurahan sudah melaksanakan pendistribusian beras sesuai kebijakan pemerintah dengan mematuhi standart dan prosedur yang telah ditetapkan seperti dalam pedoman umum pelaksanaan seperti yang disampaikan Bp. Eko Susilo Kadus IV Desa Kiringan : Setiap DPM dibuatkan girik dan beras diambil sendiri-sendiri di kantor desa. Secara keseluruhan data tersebut sebenarnya sudah sesuai sasaran, penerima raskin memang orang miskin namun sebenarnya ada yang lebih miskin lagi yang tidak mendapatkan. Jadi secara umum tepat sasaran DPM adalah rumah tangga miskin. (Kiringan, 08 Mei 2017). Meskipun sudah ada petunjuk pelaksanaan dari pemerintah namun masih ada desa yang melakukan kebijakan lokal. Lingkup kebijakan bersifat lokal atau ada di tingkat daerah, yang sifatya teknis dan erat kaitannya dengan isu-isu lokal, kebijakannya dapat merupakan turunan (teknis atau implementatif) dari kebijakan yang ada di atasnya (LAN, 2015), dengan melakukan pembagian merata (bagito) untuk menghindari gejolak dan menjaga kondisi yang kondusif di masyarakat seperti yang disampaikan Modin Desa Karanggeneng, Bp. Abdul rahman berikut : Kondisi sekarang kondusif dikarenakan semua tidak bisa berbuat banyak, mau mengusulkan revisi ataupun merubahnya juga diluar kewenangan pihak desa, jadi ya diterima apa adanya. Akhirnya ya gimana lagi ya BAGITO padahal dibagi roto tidak boleh. Hampir semua beras dibagi, kecuali di wilayah perumahan dan ini sudah dilakukan sejak pertama kali turun beras. Tetapi dahulu dari 3000an KK yang ada di karanggeneng ini yang dapat beras sebanyak 800an jadi tidak banyak gejolak namun lama- lama jatahnya menjadi turun hingga tinggal 200an KK inilah yang menimbulkan gejolak sehingga diambil langkah kebijakan oleh masing-masing RT untuk dibagi ke sesama. (Karanggeneng, 09 Mei 2017). Pembahasan terhadap implementasi BAGITO dibalik kebijakan Raskin akan difokuskan pada aktor, lingkungan dan isi kebijakan dengan acuan Teori Dunn. Masing-masing bagian ini akan dibahas 31

8 berdasarkan fenomena penelitian yang diamati ditinjau dari tiga perspektif, yaitu perspektif kepatuhan, perspektif kelancaran dan perspektif kepuasan. Proses analisis terhadap fenomena pengamatan dilakukan dengan proses triangulasi baik dari sumber informasi maupun isi informasi. Perspektif Kepatuhan Keberhasilan suatu program juga dipengaruhi oleh seberapa besar kekuasaan, kepentingan dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan, kepatuhan pegawai pelaksana lapangan terhadap peraturan yang ada serta usaha-usaha yang dilakukan oleh para pejabat atasan kepatuhan dari pejabat ditingkat lebih rendah dalam mengubah perilaku masyarakat/kelompok sasaran. Penetapan DPM Selama ini penetapan Daftar Penerima Manfaat (DPM) merupakan kewenangan Tim Nasional Percepatan Penganggulangan Kemiskinan (TNP2K) pusat. Dengan dikeluarkannya penetapan DPM tersebut dan dengan penerima manfaat yang baru untuk setiap periode, menimbulkan persoalan baru bagi aparat kelurahan. Hal ini dikarenakan masih ada warga yang tergolong miskin tidak terdaftar dalam DPM serta berkurangnya pagu penerima manfaat bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jika dilihat dari pernyataannya maka pihak desa khususnya perangkat desa maka lebih senang jika bantuan subsidi beras tersebut dihapuskan. Di wilayah Kecamatan Boyolali hanya ada satu desa yang jumlah penerima manfaatnya mengalami penambahan, namun tetap saja perubahan dan penambahan tersebut menimbulkan permasalahan tersendiri. Dari hal tersebut diatas terlihat bahwa untuk setiap perubahan daftar penerima manfaat baik penambahan maupun pengurangan jumlah yang dikeluarkan pemerintah pusat tetap akan menyisakan permasalahan yang harus dihadapi dan dipecahkan oleh aparat 32

9 desa/kelurahan, namun para aktor pelaksana lapangan tidak bisa berbuat banyak dan patuh terhadap keputusan yang telah ditetapkan pemerintah pusat. Pelaksanaan Penyaluran Penyaluran beras bersubsidi ini sesuai pedoman umum seharusnya dilakukan setiap bulan, namun untuk tahun 2017 pelaksanaannya terlambat. Pelaksanaan penyaluran rastra (istilah baru untuk raskin) pada awal tahun 2017 dirapel selama tiga bulan hal ini dikarenakan keputusan pemerintah sebagai payung hukum baru keluar pada 9 Maret Tata cara penyaluran untuk pengambilan beras tersebut menggunakan kartu penerima manfaat berupa girik (sebutan masyarakat untuk kartu tersebut) yang dibagikan setiap akan turun bantuan subsidi beras sebagai kartu kendali bahwa yang bersangkutan telah mendapatkan beras dan beras diambil sendiri-sendiri di kantor Desa. Girik ini juga sebagai penanda dan kartu kendali bila ada kebijakan dari RT yang melakukan penggantian penerima manfaat, bahwa benar adanya, hak penerima beras telah dialihkan ke warga yang lain atas musyawarah RT. Berbeda lagi dengan kebijakan yang dilakukan Desa Mudal yang mengirim langsung beras tersebut sampai tingkat RT dengan alasan jarak penerima dengan kantor kelurahan relatif jauh, Sedangkan untuk Desa Karanggeneng pengambilan dilakukan oleh pihak RT dikarenakan beras yang seharusnya diterimakan sebanyak 15 kg/penerima subsidi namun dibagi rata. Dari hal tersebut diatas terlihat bahwa tidak adanya keseragaman tentang tata cara penyaluran beras ke penerima subsidi, para aktor pelaksana lapangan di desa/kelurahan memiliki tata cara tersendiri dalam penyaluran beras bersubsidi untuk disampaikan ke rumah tangga penerima manfaat. Kontrol bahwa penerima manfaat adalah mereka yang ada di dalam daftar tidak dimiliki oleh dua desa tersebut, ada ketidak patuhan aktor pelaksana lapangan terhadap peraturan pelaksanaan pembagian raskin yang mensyaratkan pembagian tersebut harus tepat jumlah dan tepat sasaran. 33

10 Kualitas Beras Kualitas beras subsidi tidak tertuang secara khusus dalam pedoman umum subsidi pangan sehingga tidak ada aturan baku mengenai standart minimal kualitas beras, beras yang diterima terkadang berkualitas buruk dikarenakan masa simpan yang lama. Hal tersebut membuat para penerima terkadang enggan menerima raskin, seharusnya pengecekan dilakukan dengan teliti agar beras yang diterima benar-benar berkualitas baik karena sesuai ketentuan jika beras berkualitas buruk maka pihak kelurahan/desa wajib mengembalikan beras melalui satker raskin/rastra ke BULOG dan akan ditukar dengan beras yang bermutu baik. Berikut pendapat Kepala Desa Winong Bp. Surono mengenai kualitas beras: 34 Banyak penerima raskin yang berasnya dijual ataupun ditukar dengan kualitas beras yang lebih baik. (Winong, 03 Mei 2017). Menurut Pendapat dari Bp. Abdul rahman modin Desa Karanggeneng yang memiliki pengalaman dalam penanganan secara langsung dan bersentuhan dengan raskin sejak awal mula adanya raskin berpendapat : Kalau saya tidak cocok dengan program raskin, karena beras yang dibagikan ke masyarakat miskin tersebut rata-rata kualitasnya jelek. (Karanggeneng, 09 Mei 2017). Dari peryataan di atas dapat disimpulkan bahwa BULOG sebagai lembaga penyedia beras raskin, sesuai dengan pedoman umum raskin melakukan penjaminan kualitas beras yang disalurkan sesuai prinsip 6T, yaitu tepat kualitas. Rumah tangga penerima manfaat enggan melakukan penukaran ke BULOG dikarenakan apapun kualitas beras yang diterima tujuannya adalah untuk dijual kembali sehingga mendapatkan keuntungan dari selisih harga pasaran beras. Ketepatan Sasaran Tujuan dari pemberian bantuan beras adalah meringankan beban pengeluaran rumah tangga penerima manfaat dalam mencukupi kebutuhan pangan beras melalui penyaluran beras bersubsidi dengan alokasi 15 kg/kk miskin/bulan.

11 Untuk mendapatkan daftar nama Rumah tangga Sasaran pemerintah melakukan pemutakhiran data setiap tiga tahun sekali, dan terakhir dilakukan di tahun 2015 dengan Pemutakhiran Basis Data Terpadu 2015 (PBDT 2015). Tujuan utama kegiatan PBDT 2015 adalah untuk memperoleh keterangan rumah tangga dan anggota rumah tangga BDT kondisi tahun 2015 sebagai data dan informasi yang mutakhir. Mekanisme pelaksanaan PBDT 2015 berbeda dengan tiga kegiatan sebelumnya 3 yaitu dengan adanya keterlibatan masyarakat melalui kegiatan Forum Konsultasi Publik (FKP). FKP merupakan forum diskusi antar perangkat daerah dan tokoh masyarakat di tingkat desa/kelurahan yang bertujuan untuk mengidentifikasi keberadaan rumah tangga dalam BDT. Forum Konsultasi Publik (FKP) adalah forum pertemuan untuk bertanya-jawab bersama dengan publik/masyarakat. Agar konsultasinya efektif dan efisien maka konsultasi hanya melibatkan tokoh yang mewakili masyarakat, seperti ketua komunitas, Kepala Dusun, Ketua RW, Ketua RT atau Ketua SLS atau tokoh yang mewakili. FKP dilaksanakan pada tingkat desa/kelurahan dengan mengundang perwakilan masyarakat dari wilayah setingkat di bawah desa/kelurahan. Namun pada kenyataannya masih saja ada warga miskin yang tidak menerima jatah beras bersubsidi seperti yang disampaikan oleh Kadus II Desa Kiringan Bp. Eko Susilo sebagai berikut : Secara keseluruhan data tersebut sebenarnya sudah sesuai sasaran, penerima raskin memang orang miskin namun sebenarnya ada yang lebih miskin lagi yang tidak mendapatkan. Jadi secara umum tepat sasaran, DPM adalah rumah tangga miskin. Contohnya adalah ada rumahtangga sama-sama tidak mampu tapi yang satu muda 3 Kegiatan serupa pernah dilaksanakan oleh Pemerintah sebanyak tiga kali dengan nama yang berbeda, yaitu Pendataan Sosial Ekonomi tahun 2005 (PSE 2005), Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2008 dan PPLS Data tersebut digunakan untuk menyusun rumah tangga sasaran penerima BLT (Bantuan Langsung Tunai), Bantuan Langsung Subsidi Masyarakat (BLSM), Program Keluarga Harapan (PKH), Program pembagian beras untuk penduduk miskin (Raskin), Program Simpanan Keluarga Sejahtera 2015, Program Indonesia Pintar, Program Indonesia Sehat, Penerima Bantuan Iuran (PBI) , dan sebagainya. 35

12 yang satunya tua, kalau logika cara berpikir saya kan yang tua yang mendapatkan bantuan tetapi di DPM yang muda yang keluar namanya. Karena yang muda masih kuat kerja nguli tapi yang tua sudah tidak mampu lagi. Di kiringan jujur warga mampu tapi dapat beras tidak ada, semuanya yang dapat warga tidak mampu hanya kurang pas saja. (Kiringan, 08 Mei 2017). Sama halnya yang terjadi di Desa Penggung menurut penuturan Bp. Slamet Winarno : Sebenarnya mereka yang menerima memang termasuk golongan miskin cuman memang ada yang lebih miskin namun tidak mendapatkan beras (Penggung, 09 Mei 2017). Dari keterangan diatas maka pemerintah sebagai penyedia data telah berusaha untuk melakukan pemutakhiran dan peningkatkan kualitas data sehingga rumah tangga penerima raskin sesuai dengan sasaran adalah mereka yang benar-benar membutuhkan, walaupun oleh aparat kelurahan dan masyarakat akurasinya masih dirasakan kurang dikarenakan masih adanya warga miskin yang seharusnya lebih berhak menerima namun masih terlewat (undercoverage). Perspektif Kelancaran Kekuasaan dan kepentingan yang dimiliki dari sebuah implementasi yang ada diharapkan mampu mewujudkan kehendak dan harapan rakyat. Strategi implementasi akan dapat mencapai keberhasilan dalam pelaksanaan program yang sedang dilaksanakan. Pembayaran Harga tebus bantuan beras subsidi sesuai ketentuan pedoman umum subsidi pangan sebesar Rp /kg sampai dengan titik distribusi dan dilakukan secara tunai. Pelaksana distribusi di kelurahan/desa langsung menyetor uang tebus kepada Perum BULOG setempat sebelum jadwal waktu pengiriman bantuan beras ke titik distribusi di kantor kelurahan/desa. Strategi pembayaran yang diambil oleh masing-masing desa/kelurahan berbeda, ada beberapa desa/kelurahan melakukan 36

13 strategi untuk pengambilan pertama penerima bantuan membayar double, karena sebelum pengambilan beras di gudang bulog, pembayaran harus lunas terlebih dahulu. Sehingga nanti untuk pengambilan terakhir di bulan desember tidak membayar. Kebijakan yang dilakukan di Kelurahan Pulisen dan Desa Winong memang berbeda dengan wilayah lainnya di Kecamatan Boyolali yang memberikan dana talangan untuk dibayarkan ke Perum BULOG. Dana untuk pengambilan beras ke BULOG ditomboki pihak kelurahan terlebih dahulu, setelah beras sampai kelurahan baru warga membayar beras tersebut pada saat pengambilan. Berbeda lagi dengan kebijakan yang dilakukan Desa Mudal yang melakukan jemput bola dimana petugas berkeliling untuk mengumpulkan bukti tanda terima serta uang pengganti setelah beras tersebut diterima oleh penerima manfaat seperti diutarakan Modin Desa Mudal Bp. Mahmudi sebagai berikut : Namun disisi lain pihak desa kesulitan dalam mengumpulkan bukti penerimaan/ tanda tangan dan juga dalam mengumpulkan uang pengganti beras, bila belum terkumpul sampai dengan turunnya lagi beras miskin maka pengurus/ desa harus nombok duluan dengan rata-rata menunggak selama satu putaran (Mudal, 08 Mei 2017). Dari uraian di atas disimpulkan bahwa berbagai upaya dan strategi diterapkan untuk mengatasi permasalahan pembayaran beras di wilayah kerja masing demi kelancaran penyaluran beras, baik di wilayah tersebut melakukan BAGITO maupun yang diberikan sesuai dengan yang ada di daftar penerima bantuan subsidi beras. Pengaduan Pengaduan tentang pelaksanaan Program Rastra ditangani secara berjenjang untuk diselesaikan mulai dari tingkat kabupaten/kota, provinsi dan Pusat sesuai dengan materi pengaduan dan wewenang yang dimilikinya. Ditetapkan batas waktu tertentu (diatur dalam pedoman khusus Kemendagri) untuk menyelesaikan setiap langkah dalam proses penanganan pengaduan. Unit Pengaduan di tingkat kabupaten/kota, provinsi, dan pusat membuat laporan secara berkala 37

14 tentang pengaduan yang diterima, tindak lanjut dan rekomendasi untuk perbaikan Program Rastra (Pedum Rastra, 2017 : 48). Di semua desa/kelurahan di Kecamatan Boyolali semua pengaduan ditampung dan ditangani oleh perangkat desa/kelurahan yang langsung menangani raskin, materi pengaduan apa saja yang terkait dengan raskin terutama menyangkut enam indikator raskin, namun pengaduan tersebut tidak ada yang bersifat resmi secara tertulis ke kelurahan tetapi pengaduan mereka hanya bersifat lisan tidak tertulis. Penyelesaian Masalah Langkah dan tindakan yang diambil oleh sebagian besar aparat desa/kelurahan hampir semuanya seragam dengan memberikan pengertian dan penjelasan kepada warga yang melakukan pengaduan ke desa/kelurahan. Pada umumnya pengaduan untuk awal tahun 2017 dikarenakan adanya perubahan daftar penerima biasanya pengaduan dikarenakan pada tahun sebelumnya mendapatkan beras subsidi namun pada tahun ini tidak mendapatkan beras subsidi, dan telah ditangani oleh aparat desa/kelurahan dengan memberikan keterangan dan penjelasan terkait daftar penerima yang baru seperti yang disampaikan Modin Desa Winong sebagai berikut : Protes secara lisan adalah hal biasa, namun setelah dijelaskan dari masing perangkat desa, kadus menjelaskan ke masyarakat secara langsung kepada yang merasa berhak tetapi tidak menerima. Secara umum dari desa sebenarnya menghendaki bila ada perubahan DPM dari pusat diberi waktu untuk bisa melakukan klarifikasi ke masyarakat bawah siapa saja yang sebenarnya berhak mendapatkan, tidak tau-tau sudah ditetapkan DPMnya sehingga mau nggak mau ya dilaksanakan sesuai pagu dan penerima yang ada di daftar dan itu yang bisa disampaikan ke masyarakat (Winong, 03 Mei 2017). Menanggapi protes/keluhan masyarakat terkait dengan raskin, aparat kelurahan telah menanggapi dengan arif, menerangkan apa yang menjadi kewenangan aparat desa/kelurahan. Hal ini sesuai dengan toeri dalam Wahab (2000) tentang ukuran keberhasilan dan efektifitas implementasi kebijakan juga dilihat dari upaya dalam 38

15 menanggulangi permasalahan yang terjadi oleh pejabat-pejabat dilapangan. Pemecahan masalahan untuk beberapa kasus yang mendasar terkait kehendak pembagian secara merata telah disikapi oleh pejabat di lapangan dengan berusaha memberikan pemahaman bahwasanya raskin tersebut tidak boleh dibagi merata sesuai pedum raskin yang telah ditetapkan pemerintah pusat. Sikap yang diambil oleh aparat desa adalah mengembalikan keputusan akhir ke warga masyarakat dengan musyawarah dan kesepekatan warga hasil rapat tingkat RT, baik yang melakukan BAGITO maupun yang diterimakan utuh sesuai dengan DPM, yang terpenting bagi petugas adalah tidak ada permasalahan di lapangan dan program raskin tersebut berjalan dengan lancar. Perspektif Kepuasan Implementasi yang berhasil mengarah kepada kinerja yang memuaskan semua pihak, terutama kelompok penerima manfaat yang diharapkan. Rakyat sebagai penerima manfaat seharusnya mampu menjadi partner dari pemerintah karena pada dasarnya program yang dilakukan adalah demi kepentingan rakyat, sehingga rakyat disini diharapkan dapat seiring sejalan dengan pemerintah. Kelompok sasaran diharapkan dapat berperan aktif terhadap program yang dijalankan pemerintah, karena hal ini akan sangat mempengaruhi pelaksanaan program dari pemerintah. Pembagian beras secara merata Bagito Penyaluran beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah bertujuan untuk mengurangi beban pengeluaran para Keluarga sasaran Penerima Manfaat (KPM) dalam memenuhi kebutuhan pangan (Pedum Rastra, 2017:4). Jadi kalau berpedoman pada peraturan tersebut beras bersubsidi hanya diterimakan kepada masyarakat yang ada di Daftar Penerima Manfaat (DPM) dan tidak diperkenankan melakukan pembagian beras kepada masyarakat diluar daftar tersebut. 39

16 Pada beberapa kasus ada pergeseran penerima dikarenakan si penerima sudah meninggal, digeser berdasarkan usulan dari RT. Bisa juga yang ada di DPM sudah lebih mampu pada pelaksanaan lapangan kelurahan menyerahkan sepenuhnya ke pihak RT yang penting RT berani bertindak untuk mengganti orang tersebut. Jadi kebijakan sepenuhnya diserahkan ke RT yang dianggap lebih mengetahui, namun demikian penggantian tersebut telah sesuai prosedur yang ada dan ada berita acara dari pihak RT untuk penggantian orang tersebut dan pihak yang diganti sudah legowo. Pelaksanaan distribusi beras bersubsidi sesuai dengan daftar yang ada di DPM dengan tegas dilaksanakan di tiga kelurahan perkotaan dan satu desa di wilayah Kecamatan Boyolali, wilayah yang lain tidak dengan tegas menyatakan semua wilayah di desanya tidak dilakukan pembagian beras merata, bisa juga dilakukan secara bergiliran (BAGILIR), kebijakan selanjutnya diserahkan kepada warga RT setempat dan masing-masing pihak merasa puas dengan keputusan yang diambil. Untuk Desa Karanggeneng berbeda dengan wilayah lainnya. Di desa ini sebagian besar dilakukan pembagian beras subsidi secara merata (BAGITO), walaupun ada sebagian kecil yang diberikan sesuai dengan warga yang ada di daftar penerima manfaat, seperti dituturkan oleh Bp Abdul rahman berikut ini : Kondisi sekarang kondusif dikarenakan semua tidak bisa berbuat banyak, mau mengusulkan revisi ataupun merubahnya juga diluar kewenangan pihak desa, jadi ya diterima apa adanya. Akhirnya ya gimana lagi ya BAGITO padahal dibagi roto tidak boleh. Hampir semua beras dibagi, kecuali di wilayah perumahan. Dan ini sudah dilakukan sejak pertama kali turun beras (Karanggeneng, 09 Mei 2017). Masih menurut penuturan Bp. Abdul rahman, faktor yang mendorong terjadinya bagito dikarenakan faktor iri hati dan perbedaan antar mereka secara kasat mata sangat tipis, yang satu mendapatkan dan yang lain tidak mendapatkan, sehingga menimbulkan iri hati. 40

17 Penelitian ini juga menunjukkan adanya perbedaan penilaian terhadap adanya BAGITO dalam implementasi raskin. Sebagian aparat kurang setuju karena menganggap bagito maupun bagilir tidak sesuai dengan pedoman umum pelaksanaan raskin. Sebagian aparat lainnya setuju sepanjang pelaksanaannya bisa memberikan rasa puas bagi semua pihak. Evaluasi Penentuan KPM Seperti halnya penetapan DPM yang didalamnya merupakan daftar Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dalam satu wilayah, merupakan kewenangan pusat, daerah tidak diberikan kesempatan untuk meneliti dan melakukan verifikasi lapangan terkait kebenaran dan ketepatan penerima bantuan subsidi beras tersebut Proses pendataan juga tidak kalah penting dalam tahapan pengumpulan informasi yang akan dijadikan acuan oleh pemerintah pusat dalam menetapkan Keluarga Penerima Manfaat seperti halnya yang disampaikan Bp. Gatot berikut : Proses pendataan yang harus lebih jeli. Dikarenakan ada ketua RT yang mengusulkan seluruh warga RT untuk di data sebagai penerima raskin. Sehingga proses verifikasinya yang harus lebih jeli dilapangan. Tidak mau menyaring terlebih dulu, semua proses diserahkan pada saat penyaringan/verifikasi lapangan oleh petugas pendata (Pulisen, 27 April 2017). Beberapa desa sudah memiliki rangking KK miskin dengan persepsi kemiskinan menurut masyarakat. Masing masing RT memiliki data kriteria miskin menurut persepsi mereka, harapan warga data tersebut bisa disandingkan dengan data dari pusat kemudian dari hasil musyawarah tersebut dihasilkan data kombinasi yang ditetapkan sebagai data DPM, misal satu RT tersebut mendapatkan 10 ruta miskin maka pihak RT akan bermusyawarah untuk mengkombinasikan data tersebut sehingga didapat 10 nama sesuai urutan RT tersebut. Kalau hal tersebut diterapkan pihak RT maupun pihak desa akan aman, yang penting daftar tersebut berdasarkan rapat RT/ warga. 41

18 Ada perbedaan persepsi antara data lapangan hasil survei oleh petugas dan persepsi miskin menurut masyarakat. Misalkan ada yang secara fisik rumah jelek lantai tanah dinding kayu namun masih mampu dan memiliki pekerjaan walaupun hasilnya sedikit ataupun memiliki aset, sementara yang satunya kondisi rumah secara fisik lebih bagus lantai ubin dan dinding tembok namun sudah tua dan tidak mampu bekerja, ada juga yang rumahnya bagus tetapi peninggalan orang tua. Kalau data tidak dikombinasikan untuk mencari sasaran yang tepat, harus ada penyamaan persepsi dan sudut pandang. Ketika satu warga satu RT tersebut duduk bersama dan menentukan urutan dari yang paling miskin itulah yang mendekati kebenaran, melakukan perangkingan terlebih duhulu. Untuk penentuan kemiskinan menurut persepsi masyarakat sangat dipengaruhi keadaan lingkungan, sebagai gambaran bahwa yang paling miskin di lingkungan perumahan dengan ukuran miskin di lingkungan perkampungan ukurannya sudah lain sehingga kalau ditentukan pihak RT masing-masing akan menjadi bias, dikarenakan berbeda ukuran. Penelitian ini menunjukkan adanya kekurang puasan terhadap tahapan penentuan Keluarga Penerima Manfaat dalam implementasi raskin. Sebagian aparat dan masyarakat kurang setuju karena menganggap penentuan Keluarga Penerima Manfaat dilakukan secara sepihak oleh pemerintah pusat tanpa melibatkan aparat desa/kelurahan dan masyarakat. Sebagian aparat lainnya setuju sepanjang pelaksanaannya bisa memberikan rasa puas bagi semua pihak, kekurang puasan yang dirasakan oleh masyarakat bisa diatasi dengan memberikan pengertian dan pemahaman mengenai maksud dan tujuan raskin. Peran Aparat Desa/Kelurahan Peran dan keaktifan aparat dalam memberikan pelayanan kepada warga terutama warga yang berhak menerima bantuan beras bersubsidi sangatlah penting, namun disisi lain berdasarkan hasil wawancara ternyata ada kelelahan dan keengganan melanjutkan 42

19 program tersebut kalau bukan dikarenakan tugas dan kewajiban yang melekat pada jabatan mereka. Sebagian aparat kelurahan menilai bahwa penghentian program bantuan raskin tidak akan membuat masyarakat diwilayahnya menjadi sengsara. Penelitian ini juga menunjukkan adanya perbedaan penilaian terhadap keberadaan Raskin. Sebagian aparat lainnya setuju sepanjang pelaksanaannya tepat sasaran. Sementara itu, masyarakat penerima terbantu dengan keberadaan Raskin dan mereka menilai keberadaan program tidak memengaruhi etos kerja sebagai aparat petugas lapangan. Sebagian aparat kurang setuju karena menganggap Raskin sebagai program yang hanya memberi ikan, bukannya kail. Seperti yang disampaikan Bp. Abdul rahman modin Desa Karanggeneng yang memiliki pengalaman dalam penanganan secara langsung dan bersentuhan dengan raskin sejak awal mula adanya raskin berpendapat: Kalau saya tidak cocok dengan program raskin, karena beras yang dibagikan ke masyarakat miskin tersebut rata-rata kualitasnya jelek. Jadi tetap kedepan dirubah pola bantuannya, ibarat tidak dikasih ikan tapi dikasih kail. Karena kalau tetap dilanjutkan tetap aparat paling bawah yang menjadi korban, menjadi tumpuan dan umpatan dari yang tidak menerima, secara kasat mata perbedaan antara yang menerima dan tidak menerima hanya tipis. Gejolaknya lebih kentara pada saat ada gerakan gotong royong masyarakat desa, hingga ada yang mengatakan yang melakukan gotong royong yang menerima bantuan beras saja sementara yang tidak menerima bantuan enggan untuk melakukan kegiatan gotong royong. Ibarat kucing sepuluh di lempar ikan asin satu, ya pasti saling berebut (Karanggeneng, 09 Mei 2017). Pelajaran yang cukup berharga bagi pemerintah dalam menghentikan pelaksanakan program bantuan untuk rakyat miskin, salah satunya dapat dilihat antara lain pada saat pemerintah memutuskan untuk menghentikan program Bantuan Langsung Tunai (BLT), adanya BLT membuat masyarakat menjadi gempar dan suasana menjadi tidak kondusif namun setelah dihilangkan masyarakat diam dan kembali tenang, juga tidak ada yang menanyakan maupun protes terhadap penghentian program tersebut. 43

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGGANTIAN BIAYA HARGA TEBUS RASKIN DAN PETUNJUK TEKNIS PROGRAM SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM RASKIN

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM RASKIN WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM RASKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KONSEP GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS KELUARGA MISKIN TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 4.A TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 03.A 2015 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 03.A TAHUN 2015ang/II/2006 TENTANG TATA CARA PENYALURAN BERAS MISKIN KOTA BEKASI TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 5.A 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 05.A TAHUN 2016ang/II/2006 TENTANG TATA CARA PENYALURAN BERAS BERSUBSIDI BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH/MISKIN

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PANJANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PANJANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PANJANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG PANJANG NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM SUBSIDI BERAS SEJAHTERA KOTA PADANG PANJANG TAHUN 2017

Lebih terperinci

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 53 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN UMUM SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN

WALIKOTA BANJARMASIN "a WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DISTRIBUSI BERAS KOTA (RASKO) UNTUK KELUARGA KURANG MAMPU (MISKIN)

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 75

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 75 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 75 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS SUBSIDI BERAS SEJAHTERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

PROGRAM RASKIN 2013 SUBSIDI BERAS BAGI RUMAH TANGGA BERPENDAPATAN RENDAH

PROGRAM RASKIN 2013 SUBSIDI BERAS BAGI RUMAH TANGGA BERPENDAPATAN RENDAH PROGRAM RASKIN 2013 SUBSIDI BERAS BAGI RUMAH TANGGA BERPENDAPATAN RENDAH BAMBANG WIDIANTO SEKRETARIS EKSEKUTIF (TNP2K) JAKARTA, 29 JANUARI 2013 TUJUAN DAN PRINSIP UTAMA PROGRAM RASKIN Mengurangi beban

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 5 TAHUN 2016

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 5 TAHUN 2016 PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN BERAS BERSUBSIDI BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DI KABUPATEN KARAWANG TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

10. Satuan kerja beras miskin yang selanjutnya disebut Satker Raskin adalah petugas yang melayani dan bertangung jawab atas pengambilan dan

10. Satuan kerja beras miskin yang selanjutnya disebut Satker Raskin adalah petugas yang melayani dan bertangung jawab atas pengambilan dan BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 04 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM PENYALURAN BERAS MISKIN KABUPATEN BIMA TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BIMA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KOTA DUMAI TAHUN 2014

PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KOTA DUMAI TAHUN 2014 PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KOTA DUMAI TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA DUMAI, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG - : WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DISTRIBUSI BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN (RASKIN) KOTA BANJARMASIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERPENDAPATAN RENDAH (RASKIN) PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

BERPENDAPATAN RENDAH (RASKIN) PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 PETUNJUK PELAKSANAAN SUBSIDI

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 1 TAHUN 2016

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 1 TAHUN 2016 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM BERAS MISKIN/BERAS SEJAHTERA TAHUN ANGGARAN 2016 DI KABUPATEN CIAMIS Menimbang DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DIKOTA SURABAYA TAHUN 2011

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DIKOTA SURABAYA TAHUN 2011 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DIKOTA SURABAYA TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

Lebih terperinci

D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A

D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A B U P A T I B A T A N G PROVINSI J A W A T E N G A H P E R A T U R A N B U P A T I B A T A N G N O M O R f T A H U N T E N T A N G P E T U N J U K T E K N I S P R O G R A M S U B S I D I B E R A S B A

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR : 16 TAHUN 2015 TANGGAL : 3 Maret BAB 1 PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR : 16 TAHUN 2015 TANGGAL : 3 Maret BAB 1 PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR : 16 TAHUN 2015 TANGGAL : 3 Maret 2015 ---------------------------------------- BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Negara Indonesia menghadapi tantangan dalam

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2016 BUPATI

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENYALURAN BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENYALURAN BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN KEPUTUSAN TANGGAL : 8-3-2012 NOMOR : 16 TAHUN 2012 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENYALURAN BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Program

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2010

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2010 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2010 WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa guna kelancaran

Lebih terperinci

Materi Sosialisasi. Bantuan Sosial Beras Sejahtera (Bansos Rastra) 2018

Materi Sosialisasi. Bantuan Sosial Beras Sejahtera (Bansos Rastra) 2018 Materi Sosialisasi Bantuan Sosial Beras Sejahtera (Bansos Rastra) 2018 1 Transformasi Bantuan Pangan (dari Subsidi menjadi Bansos) 2016 2017 2018* SUBSIDI RASTRA 15,5 juta SUBSIDI RASTRA 14,3 juta BPNT

Lebih terperinci

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN : PROGRAM BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH TAHUN 2014 TAK TEPAT SASARAN. medanseru.co

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN : PROGRAM BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH TAHUN 2014 TAK TEPAT SASARAN. medanseru.co BADAN PEMERIKSA KEUANGAN : PROGRAM BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH TAHUN 2014 TAK TEPAT SASARAN medanseru.co Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menyatakan bahwa kinerja penyaluran program beras

Lebih terperinci

BAB III PENGAWASAN PELAKSANAAN PEMBAGIAN PROGRAM RASTA(BERAS UNTUK KELUARGA SEJAHTERA) DI DESA SUTORAGAN, KECAMATAN KEMIRI, KABUPATEN PURWOREJO

BAB III PENGAWASAN PELAKSANAAN PEMBAGIAN PROGRAM RASTA(BERAS UNTUK KELUARGA SEJAHTERA) DI DESA SUTORAGAN, KECAMATAN KEMIRI, KABUPATEN PURWOREJO BAB III PENGAWASAN PELAKSANAAN PEMBAGIAN PROGRAM RASTA(BERAS UNTUK KELUARGA SEJAHTERA) DI DESA SUTORAGAN, KECAMATAN KEMIRI, KABUPATEN PURWOREJO A. Gambaran Umum Kepengurusan Desa Sutoragan dan Struktur

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 1 TAHUN 2015 LAMPIRAN : 13 (Tiga Belas)

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 1 TAHUN 2015 LAMPIRAN : 13 (Tiga Belas) PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 1 TAHUN 2015 LAMPIRAN : 13 (Tiga Belas) TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM BERAS MISKIN TAHUN ANGGARAN 2015 DI KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 59 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BATANG NOMOR / 5 TAHUN 2015

BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BATANG NOMOR / 5 TAHUN 2015 BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BATANG NOMOR / 5 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DI KABUPATEN BATANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MARA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2008:2). Sedangkan pengertian sistem menurut Romney dan Steinbart

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2008:2). Sedangkan pengertian sistem menurut Romney dan Steinbart BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem & Prosedur 1. Pengertian Sistem Sistem adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan satu dengan yang lainnya, yang berfungsi untuk mencapai tujuan tertentu

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH DESA/MUSYAWARAH KELURAHAN DALAM RANGKA PROGRAM SUBSIDI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun

BERITA DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun BERITA DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 2009 Nomor 1 Seri E.7 PERATURAN WALIKOTA PADANG PANJANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM PENYALURAN BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN (RASKIN)

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GAYO LUES. Nomor : 241 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI GAYO LUES NOMOR 8 TAHUN 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN GAYO LUES. Nomor : 241 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI GAYO LUES NOMOR 8 TAHUN 2016 1 BERITA DAERAH KABUPATEN GAYO LUES Nomor : 241 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI GAYO LUES NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN DAN PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN BERAS MISKIN GRATIS KABUPATEN GAYO LUES BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM

Lebih terperinci

TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENYALURAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENYALURAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENYALURAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang

Lebih terperinci

Pemutakhiran Basis Data Terpadu Tahun 2015 Untuk Program-program Perlindungan Sosial

Pemutakhiran Basis Data Terpadu Tahun 2015 Untuk Program-program Perlindungan Sosial Pemutakhiran Basis Data Terpadu Tahun 2015 Untuk Program-program Perlindungan Sosial Disampaikan oleh: Kepala BPS DI Yogyakarta Sosialisasi Pemutakhiran Basis Data Terpadu 2015, TKPKD Kabupaten Bantul

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR: 77 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR: 77 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR: 77 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENYALURAN BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS BERAS SUBSIDI BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH KABUPATEN CILACAP TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BATANG NOMOR / /2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN R E N D A H DI KABUPATEN BATANG

PERATURAN BUPATI BATANG NOMOR / /2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN R E N D A H DI KABUPATEN BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BATANG NOMOR 5 1 1 / /2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN R E N D A H DI KABUPATEN BATANG BUPATI BATANG Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB V SISTEM DAN IMPLEMENTASI KONTROL PROGRAM RASKIN

BAB V SISTEM DAN IMPLEMENTASI KONTROL PROGRAM RASKIN BAB V SISTEM DAN IMPLEMENTASI KONTROL PROGRAM RASKIN 5.1. Deskripsi Program Beras Untuk Rumah Tangga Miskin (Raskin) 5.1.1. Prinsip Pengelolaan Raskin Prinsip pengelolaan Beras untuk Rumah Tangga Miskin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia, masih menghadapi masalah kemiskinan dan kerawanan pangan yang harus ditanggulangi bersama oleh pemerintah dan masyarakat. Masalah

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS BAGI RUMAH TANGGA MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangganya. Program raskin tersebut merupakan salah satu program

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangganya. Program raskin tersebut merupakan salah satu program BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Raskin adalah salah satu program pemerintah untuk membantu masyarakat yang miskin dan rawan pangan, agar mereka mendapatkan beras untuk kebutuhan rumah tangganya.

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 51 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN UMUM PENYALURAN BERAS BERSUBSIDI DALAM PROGRAM PERCEPATAN DAN PERLUASAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN PROVINSI JAWA TIMUR

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN BELANJA SUBSIDI HARGA TEBUS BERAS MISKIN KOTA SURABAYA TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN

Lebih terperinci

8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 2 8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 9. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009; 10. Peraturan

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM PROVINSI PAPUA PERATURAN BUPATI JAYAPURA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN JAYAPURA TAHUN 2015 BUPATI JAYAPURA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PROGRAM RASTRA TAHUN ANGGARAN 2017 BAB I PENDAHULUAN

PETUNJUK TEKNIS PROGRAM RASTRA TAHUN ANGGARAN 2017 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 6 Tahun 2017 TANGGAL : 24 Pebruari 2017 PETUNJUK TEKNIS PROGRAM RASTRA TAHUN ANGGARAN 2017 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia masih dan terus melakukan

Lebih terperinci

SAMBUTAN PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PELAKSANAAN PENYALURAN RASKIN MENGGUNAKAN KARTU. Jakarta, 17 Juli 2012

SAMBUTAN PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PELAKSANAAN PENYALURAN RASKIN MENGGUNAKAN KARTU. Jakarta, 17 Juli 2012 MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PELAKSANAAN PENYALURAN RASKIN MENGGUNAKAN KARTU Jakarta, 17 Juli 2012 Bismillahir rahmaanir rahim,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 18

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 18 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 18 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DI KABUPATEN BANJARNEGARA

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT NOMOR 54 TAHUN 2014

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT NOMOR 54 TAHUN 2014 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT NOMOR 54 TAHUN 2014 KATA PENGANTAR MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN

Lebih terperinci

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 4.A TAHUN 2013 TENTANG

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 4.A TAHUN 2013 TENTANG ~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 4.A TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA,

Lebih terperinci

pelaksanaan dan pengawasan dengan mengedepankan peran serta masyarakat;

pelaksanaan dan pengawasan dengan mengedepankan peran serta masyarakat; BUPATI PAMEKASAN PERATURAN BUPATI PAMEI(ASAN NOMOR 4A TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM BERAS UNTUK RT'MAII TANGGA MISKIN TAHUN 2OI4 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAMEKASAN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO TENTANG

BUPATI SUKOHARJO TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH RUMAH TANGGA MISKIN DI KABUPATEN SUKOHARJO

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 2 TAHUN 2007 SERI : E PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR : 2 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN (RASKIN) TAHUN 2007 DI KABUPATEN

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BASIS DATA TERPADU TAHUN Disampaikan oleh: Kepala BPS Kabupaten Bandung

PEMANFAATAN BASIS DATA TERPADU TAHUN Disampaikan oleh: Kepala BPS Kabupaten Bandung PEMANFAATAN BASIS DATA TERPADU TAHUN 2015 Disampaikan oleh: Kepala BPS Kabupaten Bandung DASAR HUKUM Inpres Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PROGRAM RASKIN (JUKNIS RASKIN) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

PETUNJUK TEKNIS PROGRAM RASKIN (JUKNIS RASKIN) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 1 PETUNJUK TEKNIS PROGRAM RASKIN (JUKNIS RASKIN) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 2 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pangan adalah salah satu hak asasi manusia dan sebagai komoditi strategis yang dilindungi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kemerdekaannya Bangsa Indonesia telah bercita-cita untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kemerdekaannya Bangsa Indonesia telah bercita-cita untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal kemerdekaannya Bangsa Indonesia telah bercita-cita untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, sebagaimana yang tertuang dalam alinea ke empat Undang-Undang

Lebih terperinci

G U B E R N U R J A M B I

G U B E R N U R J A M B I G U B E R N U R J A M B I PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG MEKANISME PEMBAYARAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BELANJA SUBSIDI RASKIN DI PROVINSI JAMBI TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM BANTUAN SOSIAL BERAS SEJAHTERA

PEDOMAN UMUM BANTUAN SOSIAL BERAS SEJAHTERA 2018 PEDOMAN UMUM BANTUAN SOSIAL BERAS SEJAHTERA A PEDOMAN UMUM BANTUAN SOSIAL BERAS SEJAHTERA PEDOMAN UMUM BANTUAN SOSIAL BERAS SEJAHTERA SAMBUTAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 308 /KPTS/013/2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN RASKIN TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 308 /KPTS/013/2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN RASKIN TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 308 /KPTS/013/2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN RASKIN TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa pemerintah menyediakan dan menyalurkan

Lebih terperinci

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 26 TAHUN No. 26, 2016 NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 26 TAHUN No. 26, 2016 NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG - 1 - S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 26 TAHUN 2016 NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM SUBSISDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM BERAS MISKIN (RASKIN)/ BERAS SEJAHTERA (RASTRA) TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA 1 BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : TAHUN 2008 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN (RASKIN) TAHUN 2008 DI KABUPATEN MAJALENGKA

Lebih terperinci

BAB VIII RENCANA SISTEM MONITORING DAN EVALUASI

BAB VIII RENCANA SISTEM MONITORING DAN EVALUASI BAB VIII RENCANA SISTEM MONITORING DAN EVALUASI 8.1 Mekanisme dan Prosedur Monitoring Berbagai upaya yang dilakukan melalui pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan dapat dimaksimalkan bila

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DI WILAYAH KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu faktor yang menentukan tingkatan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu faktor yang menentukan tingkatan kesejahteraan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masayarakat merupakan suatu permasalah yang sangat penting dan perlu perhatian khusus oleh pemerintah. Hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah

Lebih terperinci

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 58 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 58 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 58 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN (RASKIN) KABUPATEN KAYONG UTARA TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM SUBSIDI RASTRA

PEDOMAN UMUM SUBSIDI RASTRA KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN PERTANIAN PEDOMAN UMUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Negara Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Negara Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan menjadi masalah yang krusial di negara berkembang seperti Indonesia. Negara Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau dan tersebar dari Sabang sampai Merauke

Lebih terperinci

SOLUSI DAN PENANGANAN MASALAH KEPESERTAAN PROGRAM PERCEPATAN DAN PERLUASAN PERLINDUNGAN SOSIAL (P4S)

SOLUSI DAN PENANGANAN MASALAH KEPESERTAAN PROGRAM PERCEPATAN DAN PERLUASAN PERLINDUNGAN SOSIAL (P4S) SOLUSI DAN PENANGANAN MASALAH KEPESERTAAN PROGRAM PERCEPATAN DAN PERLUASAN PERLINDUNGAN SOSIAL (P4S) Sri Kusumastuti Rahayu (TNP2K) Juli 2013 PERSEPSI/KOMENTAR SOAL KEBIJAKAN BLSM Kebijakan BLSM menimbulkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dan 34 mengamanatkan bahwa pemerintah

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dan 34 mengamanatkan bahwa pemerintah 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dan 34 mengamanatkan bahwa pemerintah wajib menjamin kehidupan fakir miskin, anak-anak terlantar, mengembangkan sistem jaminan sosial,

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM RASKIN 2014

PEDOMAN UMUM RASKIN 2014 PEDOMAN UMUM RASKIN 2014 KATA PENGANTAR MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmatnya Program Subsidi Beras bagi Masyarakat

Lebih terperinci

BERALIH DARI SUBSIDI UMUM MENJADI SUBSIDI TERARAH: PENGALAMAN INDONESIA DALAM BIDANG SUBSIDI BBM DAN REFORMASI PERLINDUNGAN SOSIAL

BERALIH DARI SUBSIDI UMUM MENJADI SUBSIDI TERARAH: PENGALAMAN INDONESIA DALAM BIDANG SUBSIDI BBM DAN REFORMASI PERLINDUNGAN SOSIAL KANTOR WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BERALIH DARI SUBSIDI UMUM MENJADI SUBSIDI TERARAH: PENGALAMAN INDONESIA DALAM BIDANG SUBSIDI BBM DAN REFORMASI PERLINDUNGAN SOSIAL Dr. Bambang Widianto Deputi Bidang

Lebih terperinci

BUPATI MALUKU TENGGARA

BUPATI MALUKU TENGGARA SALINAN BUPATI MALUKU TENGGARA PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 1.C TAHUN 2014 TENTANG PENTUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KABUPATEN MALUKU TENGGARA TAHUN 2014 DENGAN

Lebih terperinci

penurunan, jumlah tersebut cukup besar dan masih rentan terhadap gejolak

penurunan, jumlah tersebut cukup besar dan masih rentan terhadap gejolak BAB I PENDAHITLUAN 1.1 Tatar Belakang Masalah Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2003 tercatat sebanyak 373 lutajiwa (17,4) mengalami pcnurunan sebanyak 1,1 juta jiwa dibanding tahun 2002 yaitu

Lebih terperinci

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

G U B E R N U R SUMATERA BARAT No. Urut: 02, 2015 G U B E R N U R SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DI PROVINSI

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

- 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG - 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN KELURAHAN SERTA PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Sosialisasi dan Pelatihan Petugas Pendaftar Mekanisme Pemutakhiran Mandiri (MPM) Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin

Sosialisasi dan Pelatihan Petugas Pendaftar Mekanisme Pemutakhiran Mandiri (MPM) Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin Sosialisasi dan Pelatihan Petugas Pendaftar Mekanisme Pemutakhiran Mandiri (MPM) Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin Sekretariat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Sekretariat

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PEDOMAN UMUM PENYALURAN RASKIN Subsidi Beras Untuk Masyarakat Berpendapatan Rendah KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN BESARAN BIAYA PENGGANTI TRANSPORT DISTRIBUSI PROGRAM SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pelaksanaan OPK Raskin. PKS-BBM dan PPD-PSE di Kecamatan Rambipuji

BAB III METODE PENELITIAN. pelaksanaan OPK Raskin. PKS-BBM dan PPD-PSE di Kecamatan Rambipuji BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Jenis Penelitian Sebagaimana judul skripsi ini, maka sentral dari penelitian ini adalah keluarga prasejahtera di Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember. Untuk pelaksanaan OPK

Lebih terperinci

Regulasi Penugasan Pemerintah kepada Perum BULOG 1

Regulasi Penugasan Pemerintah kepada Perum BULOG 1 Ringkasan Eksekutif Regulasi Penugasan Pemerintah kepada Perum BULOG 1 Perum Bulog didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 2003. Merujuk pada PP tersebut, sifat usaha, maksud, dan tujuan

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG Menimbang BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA, RUKUN WARGA, LEMBAGA KEMASYARAKATAN LAINNYA DAN DUSUN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 3A TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN (RASKIN) KABUPATEN SAMPANG TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

G U B E R N U R SUMATERA BARAT No. Urut: 03, 2013 Menimbang G U B E R N U R SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM BERAS BAGI RUMAH TANGGA MISKIN PROVINSI SUMATERA BARAT

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BUPATI BENGKAYANG, PERATURAN BUPATI BENGKAYANG NOHOR: 5 TAHUN 2013

BUPATI BENGKAYANG, PERATURAN BUPATI BENGKAYANG NOHOR: 5 TAHUN 2013 BUPATI BENGKAYANG PERATURAN BUPATI BENGKAYANG NOHOR: 5 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA BUSKIN KABUPATEN BENGKAYANG TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN TANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI POLEWALI MANDAR BUPATI POLEWALI MANDAR KEPUTUSAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR: KPTS/500/52/HUK TENTANG PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI DAN PEMANTAU PENDISTRIBUSIAN BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR TAHUN

Lebih terperinci

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PANGANDARAN NOMOR 7.A TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANGANDARAN,

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PANGANDARAN NOMOR 7.A TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANGANDARAN, BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PANGANDARAN NOMOR 7.A TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM BERAS MISKIN/BERAS SEJAHTERA TAHUN ANGGRAN 2016 DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berusaha membangun dalam segala bidang aspek seperti politik, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. berusaha membangun dalam segala bidang aspek seperti politik, sosial, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang berusaha membangun dalam segala bidang aspek seperti politik, sosial, pendidikan, ekonomi dan lain-lain.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengelolaan Sampah. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengelolaan Sampah. Pedoman. No.274, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengelolaan Sampah. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

Lebih terperinci

Pemanfaatan Data Terpadu Untuk Program Perlindungan Sosial di Kota Tanjung Balai

Pemanfaatan Data Terpadu Untuk Program Perlindungan Sosial di Kota Tanjung Balai Pemanfaatan Data Terpadu Untuk Program Perlindungan Sosial di Kota Tanjung Balai Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) September 2017 1

Lebih terperinci

SOLUSI DAN PENANGANAN MASALAH KEPESERTAAN PROGRAM PERCEPATAN DAN PERLUASAN PERLINDUNGAN SOSIAL (P4S)

SOLUSI DAN PENANGANAN MASALAH KEPESERTAAN PROGRAM PERCEPATAN DAN PERLUASAN PERLINDUNGAN SOSIAL (P4S) SOLUSI DAN PENANGANAN MASALAH KEPESERTAAN PROGRAM PERCEPATAN DAN PERLUASAN PERLINDUNGAN SOSIAL (P4S) Bambang Widianto Deputi Seswapres Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Penanggulangan Kemiskinan/ Sekretaris

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 45

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 45 BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 45 WALIKOTA BANDUNG PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR 836 TAHUN 2010 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR 269 TAHUN 2010 TENTANG

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN TENTANG BERAS BERSUBSIDI. A. Pengertian dan Dasar Hukum Beras Bersubsidi

BAB II PENGATURAN TENTANG BERAS BERSUBSIDI. A. Pengertian dan Dasar Hukum Beras Bersubsidi BAB II PENGATURAN TENTANG BERAS BERSUBSIDI A. Pengertian dan Dasar Hukum Beras Bersubsidi 1. Pengertian Beras Bersubsidi Beras bersubsidi atau beras miskin adalah sebuah program bantuan pangan bersyarat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN KECAMATAN PREMBUN KEPALA DESA KABUARAN Jalan Wadaslintang Km 06 Desa Kabuaran Tlp

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN KECAMATAN PREMBUN KEPALA DESA KABUARAN Jalan Wadaslintang Km 06 Desa Kabuaran Tlp PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN KECAMATAN PREMBUN Jalan Wadaslintang Km 06 Desa Kabuaran Tlp. 081391667231 Kode Pos 54394 KEPUTUSAN KECAMATAN PREMBUN KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 511/07/KEP/2014 TENTANG PEMBENTUKAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang Mengingat : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci