Kode Etik Promosi, Pelayanan Kebidanan dan Mal Praktik Yang Sering Terjadi Dalam Pelayanan Kebidanan
|
|
- Adi Hadiman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Kode Etik Promosi, Pelayanan Kebidanan dan Mal Praktik Yang Sering Terjadi Dalam Pelayanan Kebidanan
2 OLEH : NUNIK ENDANG SUNARSIH, SST., S.H., M.Sc
3 Definisi Bidan Seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau scr sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan
4 Pelayanan Kebidanan Bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yg diberikan oleh bidan yg telah terdaftar (teregister) yg dpt dilakukan scr mandiri, kolabirasi, atau rujukan.
5 Macam Pelayanan Kebidanan LAYANAN PRIMER adl layanan bidan yang sepenuhnya menjadi tanggungjawab bidan LAYANAN RUJUKAN adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dlm rangka rujukan ke sistem layanan yang lebih tinggi LAYANAN KOLABORASI adl layanan yg dilakukan yg dilakukan oleh bidan sbg anggota tim yg kegiatannya dilakukan scr bersamaan atau sbg salah satu dr sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan
6 PRAKTIK KEBIDANAN Adl implimentasi dari atau ilmu kebidanan oleh bidan yg bersifat otonom, kpd perempuan, keluarga dan komunitasnya, didasari etika dan kode etik bidan.
7 ASUHAN KEBIDANAN Adl proses pengambilan keputusan dan tindakan yg dilakukan oleh bidan sesuai dg wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan
8 Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan Puskesmas Rumah Sakit WHERE? Klinik Masyarakat Rumah
9 Perilaku Profesional Bidan 1. Bertindak sesuai keahliannya dan didukung o/ pengetahuan & pengalaman serta ketrampilan yg tinggi 2. Bermoral tinggi 3. Berlaku jujur, baik kpd org lain maupun diri sendiri 4. Tdk melakukan tindakan coba2 yg tdk didukung ilmu pengetahuan, profesinya 5. Tdk memberikan janji yg berlebihan 6. Tdk melakukan tindakan yg semata-mata didorong o/ pertimbangan komersial 7. Memegang teguh etika profesi 8. Mengenali batas2 kemampuan 9. Menyadari ketentuan hukum yg membatasi gerakannya
10 SYARAT PRAKTIK BIDAN 1. Mempunyai lisensi / ijin praktik 2. Bekerja sesuai dg kewenangan dan kompetensinya 3. Berdasarkan etika dan kode etik kebidanan 4. Surat ijin praktik bidan (SIPB) dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kab/Kota dan ada rekomendasi dari IBI Cabang
11 Dasar Kompetensi Bidan KEPMENKES No 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan (9 kompetensi) Kompetensi 1 Bidan mpy persyaratan pengetahuan dan ketrampilan dr ilmu-ilmu sosial, kesehatan masy & etik yg membentuk dasar dr asuhan yg bermutu tinggi sesuai dg budaya, utk wanita, BBL dan keluarganya Kompetensi 2 Bidan memberikan asuhan yg bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yg tanggap thd budaya dan pelayanan menyeluruh di masy dlm rangka utk meningkatkan kehidupan keluarga yg sehat, perencanaan kehamilan & kesiapam mjd orang tua.
12 Lanjut Kompetensi 3 Bidan memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi utk mengoptimalkan kesehatan slm kehamilan yg meliputi : deteksi dini, pengobatan atau rujukan dr komplikasi tertentu Kompetensi 4 Bidan memberikan asuhan yg bermutu tinggi, tanggap thd kebudayaan setempat slm persalinan, memimpin slm persalinan yg bersih & aman, menangani situsi kegawatdaruratan tertentu utk mengoptimalkan kesehatan wanita & bayinya yg baru lahir.
13 Lanjut Kompetensi 5 Bidan memberikan asuhan pd ibu nifas & menyusui yg bermutu tinggi dan tanggap thd budaya stempat Kompetensi 6 Bidan memberikan asuhan yg bermutu tinggi, komperhensif pd BBL sehat sampai dg 1 bulan
14 Lanjut Kompetensi 7 Bidan memberikan asuhan yg bermutu tinggi, komperhensif pd bayi dan balita sehat 1 bulan 5 th. Kompetensi 8 Bidan memberikan asuhan yg bermutu tinggi, komperhensif pd keluarga dan masy sesuai dg budaya setempat Kompetensi 9 Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan gangguan sistem reproduksi
15 Kewenangan BPM Diatur Dalam Permenkes RI No. 1464/Menkes/Per/X/2010 (Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan) Dlm memberikan pelayanan kebidanan mengacu pd Kode etik bidan
16 Permenkes RI No. 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan Pasal 9 Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan : - Kesehatan ibu - Kesehatan anak - Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
17 Pasal 10 (1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a diberikan pada masa pra harnil kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan. (2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. pelayanan konseling pada masa pra hamil; b. pelayanan antenatal pada kehamilan normal; c. pelayanan persalinan normal; d. pelayanan ibu nifas normal; e. pelayanan ibu menyusui; dan f. pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan.
18 Lanjutan. (3) Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berwenang untuk: a. episiotomi; b. penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II; c. penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan; d. pemberian tablet Fe pada ibu hamil; e. pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas; f. fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu eksklusif; g. pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum; h. penyuluhan dan konseling; i. bimbingan pada kelompok ibu hamil; j. pemberian surat keterangan kematian; dan k. pemberian surat keterangan cuti bersalin.
19 Pasal 11 (1) Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah. (2) Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk: a. melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusltasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi Vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat; b. penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk; c. penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan;
20 Lanjutan. d. pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah; e. pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah; f. pemberian konseling dan penyuluhan; g. pemberian surat keterangan kelahiran; dan h. pemberian surat keterangan kematian.
21 Pasal 12 Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c, berwenang untuk : a. memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana; dan b. memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.
22 Pasal 13 (1) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 12, Bidan yang menjalankan program Pemerintah berwenang melakukan pelayanan kesehatan meliputi: a. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit; b. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu dilakukan di bawah supervisi dokter; c. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan; d. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaia, dan penyehatan lingkungan;
23 Lanjut e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak sekolah; f. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas; g. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom, dan penyakit lainnya; h.pencegahan penyalahgunaan Narkotika: Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi; dan i. Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program Pemerintah.
24 Lanjutan. (2) Pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi, penanganan bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) hanya dapat dilakukan oleh bidan yang dilatih untuk itu.
25 Pasal 14 (1) Bagi bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter, dapat melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9. (2) Daerah yang tidak memiliki dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah kecamatan atau kelurahan/desa yang ditelapkan oleh kepala dinas kesehatan kabupaten/kota. (3) Dalam hal daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah terdapat dokter, kewenangan bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku.
26 5 Aspek Dasar atau benang merah dalam pelayanan kebidanan Membuat keputusan klinik Asuhan sayang ibu dan sayang bayi Pencegahan infeksi Pencatatan (rekam medis) Rujukan
27 Kode Etik Adalah berupa norma norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota perofesi yg bersangkutan di dalam melaksanakan tugas profesinya dan hidup di masyarakat
28 Tujuan Kode Etik 1. Untuk meningkatkan pengabadian para anggota profesi 2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota 3. Untuk meningkatkan pengabadian para anggota profesi 4. Untuk meningkatkan mutu profesi
29 Penetapan Kode Etik Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh organisasi IBI untuk para anggotanya. Penetapan kode etik IBI ditentukan dalam Kongres IBI
30 Kode Etik Promosi Dalam Pelayanan Kebidanan Dengan makin banyaknya BPS/RB dan RS maka persaingan makin ketat untuk mendapatkan pasien dan berdampak pada aspek promosi yang kurang menghargai kode etik dalam layanan kesehatan
31 Etika Persaingan Pelayanan Kesehatan Usaha pelayanan kesehatan dg kegiatan pemasarannya tdk terhindar dr persaingan dan berhadapan dg pesaing di bidang usaha yg mengandung komersil Penyelenggaraan kesehatan msh terikat dgn kepentingan kemanusiaan shg nilai komersil dlm usaha pelayanan kesehatan dibebani nilai kemanusiaan Usaha pelayanan kesehatan mpy nilai sosial lbh drpd nilai komersial
32 Perkembangan Promosi Kesehatan Masyarakat 1. Usaha pengembangan kesmas selain melalui peningkatan iptek jg didukung dg pengembangan promosi 2. Promosi kesmas tdk boleh bertentangan dg dasar nilai norma, doktrin di bid. Kesehatan
33 Lingkup Norma Di Bidang Kesehatan 1. Norma Kesusilaan Tatanan hidup pergaulan kemasyarakatan 2. Norma Etika Tatanan hidup utk menjaga kepercayaan serta mutu profesi 3. Norma Hukum Tatanan hidup yg diatur oleh hukum negara melalui peraturan perundangan
34 5 Hak Asasi Manusia Dlm Doktrin Pelayanan Kesehatan Hak utk menentukan diri sendiri (the right to self determination) Hak utk pendapat dokter/nakes kedua, tlh tjd bagian peradaban tmsk didalamnyah idup sehat (the right second opinion) Hak memperoleh pemeliharaan kesehatan (the right to health care) Hak asasi manusia (The right to protection of privacy) Hak utk memperoleh informasi scr terbuka (the right to information)
35 4 Pokok Pikiran Yg hrs dikembangkan dlm hubungan pelayanan kesehatan 1) Menumbuhkan rasa tanggungjawab pasien sendiri utk memulihkan kesehatannya. 2) Penanganan kesehatan pasien yg dilakukan oleh nakes hny sbgi suatu upaya kesehatan shg tdk sepatutnya tindakan medik itu dipaksakan kpd yg bersangkutan, kecuali ada pernyataan scr tegas hubungan dg wabah epidemi yg membahayakan orang lain disekitarnya
36 Lanjut 3) Menumbuhkan jalinan kerjasama utk kesehatan antara nakes dan pasien akan lebih efektif. 4)Menempatkan kedudukan pasien yg lemah sedemikian rupa dg kedudukan nakes yg tdk lagi menonjolkan sifat kesehatan paternalistik seperti lampau
37 1. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 27 (1) Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan perlindungan hukum dlm melaksanakan tugas sesuai dg profesinya (2) Tenaga kesehatan dlm melaksanakan tugasnya berkewajiban mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan yg dimiliki (3) Ketentuan mengenai hak dan kewajiban tenaga kesehatan sbmn dimaksud pd ayat (1) dan (2) diatur dlm PP
38 PASAL Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta, wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu 2. Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka
39 Pasal 32 (1) Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta, wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu. (2) Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka.
40 PASAL 56 (1) Setiap orang berhak menerima atau menolak sbgian atau seluruh tindakan pertolongan yg akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami informasi mengenai tindakan tersebut scr lengkap (2) Hak menerima atau menolak sbgmn dimaksud pd ayat (1) tdk berlaku pd : a. Penderita penyakit yg penyakitnya dpt scr cpt menular ke dlm masy lbh luas; b. Keadaan seseorang yg tdk sadarkan diri; atau c. Gangguan mental berat (3) Ketentuan mengenai hak menerima atau menolak sbmn dimaksud pd ayat (1) diatur sesuai dg ketentuan peraturan peruu
41 PASAL 68 (1) Pemasangan implan obat dan/atau alat kesehatan dlm tubuh manusia hny dpt dilakukan oleh tenaga kesehatan yg mpy keahlian dan kewenangan serta dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan tertentu (2) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan pemasangan implan obat dan/atau alat kesehatan sbgmn dimaksud pd ayat (1) ditetapkan dg PP
42 PASAL Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan slm 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis 2. Selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga, pemerintah, pemerintah daerah, dan masy hrs mendukung ibu bayi scr penuh dg penyediaan waktu dan fasilitas khusus 3. Penyediaan fasilitas khusus sbgmn dimaksud pd ayat (2) diadakan di tempat kerja dan tempat sarana umum
43 KETENTUAN PIDANA Pasal 194 Setiap orang yg dg sengaja melakukan aborsi tdk sesuai dg ketentuan sbgmn dimaksud dlm pasal 75 ayat (2) dipidana dg pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) thn dan denda paling byk Rp ,00 (satu miliar rupiah) 43
44 Lanjut PASAL 200 Setiap orang yg dg sengaja menghalangi program pemberian air susu ibu eksklusif sbgmn dimaksud dalam pasal 128 (2) dipidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp (seratus juta rupiah)
45 PASAL 201 1) Dalam hal tindak pidana sbgmn dimaksud dlm pasal 190 (1), pasal 191, pasal 192, pasal 196, pasal 197, pasal 198, pasal 199 dan pasal 200 dilakuka oleh korporasi, selain pidana penjara dan denda thd pengurusnya, pidana yg dpt dijatuhkan thd korporasi berupa pidana denda dg pemberatan 3 (tiga) kali dr pidana sbgmn dimaksud dlm pasal 190 ayat (2), pasal 192, pasal 196, pasal 197, pasal 198, pasal 199 dan pasal 200 2) Selain pidana denda sbgmn dimaksud pd ayat (1), korporasi dpt dijatuhi pidana tambahan berupa : a. Pencabutan izin usaha; dan/atau b. Pencabutan status badan hukum
46 Undang-Undang No 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehata Pasal 77 Setiap Penerima Pelayanan Kesehatan yang dirugikan akibat kesalahan atau kelalaian Tenaga Kesehatan dapat meminta ganti rugi sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undang
47 Pengertian Malpraktik Medik Prof. dr. M Jusuf Hanafiah, SpoG (K) Kelalian dokter dlm menggunakan ketrampilan dan ilmu pengetahuan yg lazim digunakan dlm negobati pasien atau orang yang terluka. World Medical Assembly, Marbella Kegagalan dokter mematuhi standar pelayanan medis, atau kekurangan-cakapan, atau kelalian dlm memberi pelayanan kpd pasien, yg mrp penyebab lgsg dan cedera pd pasien
48 Macam dan Bentuk Malpraktik Kesalahan atau pelanggaran etik Kesalahan atau pelanggaran disiplin Kesalahan atau pelanggaran hukum
49 FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA MALPRAKTEK Tidak melakukan tindakan medis sesuai dengan standar profesi Tidak melakukan tindakan medis sesuai dengan Standar Prosedur Operasionla (SOP) Tidak memberikan informed consent Petugas kesehatan yg tidak memahami benar tentang filosofi keilmuan
50 Sebab - Sebab Terjadinya Gugatan Malpraktek KOMUNIKASI YG TIDAK BAIK HASIL PERAWATAN YG TIDAK MEMUASKAN BIAYA YANG DIANGGAP TERLALU TINGGI
51 Unsur-unsur kesalahan dlm hukum pidana (mnrt Jonkers) : 1) Bersifat bertentangan dg hukum 3) Akibat sebenarnya dpt dihindarkan 2) Akibat sebenarnya dpt dibayangkan 4) Perbuatan tsb dpt disalahkan
52 Tuntutan Hukum dapat ditinjau dari 3 aspek, yaitu : a. Hukum Pidana Contoh : Kelalaian b. Hukum Perdata Contoh : Perbuatan Melawan Hukum, Wanprestasi c. Hukum Administrasi Contoh : Tidak mempunyai SIP
53 Beberapa penyebab tuntutan, antara lain : 1. Kurangnya komunikasi 2. Informed Consent yang kurang benar 3. Tidak adanya manajemen resiko 4. Tanggung jawab kesehatan tidak terkualifikasi oleh manajemen
54 Sanksi Pidana Pasal 359 KHUP : Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.
55 Pasal 360 KHUP : 1. Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun. 2. Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain luka-luka sedemikian rupa sehingga timbul penyakit atau halangan menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian selama waktu tertentu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana kurungan paling lama enam bulan atau pidana denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah.
56 Lanjutan. UU No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan Pasal 84 : (1) Setiap Tenaga Kesehatan yang melakukan kelalaian berat yang mengakibatkan Penerima Pelayanan Kesehatan luka berat dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun. (2) Jika kelalaian berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan kematian, setiap Tenaga Kesehatan dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun.
57 UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 58 : 1) Setiap orang berhak menuntut ganti rugi seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian. 2) Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku tindakan penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat. 3) Ketentuan mengenai tata cara pengajuan tuntutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
58 Bagaimana Upaya Jika Terjadi Sengketa Medis? 1. Litigasi : Melalui Pengadilan 2. Non Litigasi : Melalui Mediasi (Lebih diutamakan)
59 Keunggulan Mediasi Keunggulan mediasi dalam menyelesaikan sengketa medis memiliki beberapa karakteristik, antara lain : a. Voluntary (sukarela) Keputusan bermediasi diserahkan kepada kesepakatan para pihak. b. Informal/fleksibel Para pihak dapat mendesain sendiri prosedur mediasi. c. Interest based (dasar kepentingan) Tidak dicari siapa yang benar atau salah.
60 d. Future looking (memandang ke depan) Lanjutan. Lebih menekankan untuk menjaga hubungan para pihak ke depan. e. Parties oriented Para pihak dapat secara aktif mengontrol proses mediasi dan pengambilan penyelesaian tanpa bergantung pada pengacara. f. Parties control Penyelesaian sengketa melalui mediasi merupakan keputusan dari masing-masing pihak. Mediator tidak dapat memaksakan untuk tercapainya kesepakatan.
61 Dasar Mediasi UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 29 Dalam hal tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam menjalankan profesinya, kelalaian tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi.
62 Strategi Untuk Menangggulangi Permasalahan Malpraktek a. Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya, karena perjanjian berbentuk daya upaya (inspaning verbintenis) bukan perjanjian akan berhasil (resultaat verbintenis). b. Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent. c. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis.
63 (Lanjut) Strategi Untuk Menangggulangi Permasalahan Malpraktek d. Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior / dokter. e. Memperlakukan pasien secara manusiawi dg memperhatikan segala kebutuhannya. f. Menjalin komunikasi yg baik dg pasien, keluarga dan masy sekitarnya.
64 Pelanggaran yg sering dijumpai dalam pelayanan Kesehatan Informe d concent Rekam medis Sistem rujukan
65 Informed Consent (Persetujuan Tindakan Medis) PERMENKES no 290/MenKes/Per/III/2008 Adalah Persetujuan yg diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar informasi dan penjelasan mengenai tindakan medik yg akan dilakukan thd pasien tsb Demi kepentingan pasien, informed consent tdk diperlukan bagi pasien gawat darurat dlm keadaan tdk sadar & tdk didampingi oleh keluarga pasien yg berhak memberikan persetujuan atau penolakan tindakan medis.
66 Tujuan Informed Consent 1. Perlindungan pasien utk segala tindakan medik 2. Perlindungan nakes thd terjadinya akibat yg tdk terduga serta dianggap merugikan hak orang lain. 3. Perlindungan thd pasien dimaksudkan sgl tindakan medik yg ditujukan pd badaniah & rohaniah yg dilakukan tanpa sepengetahuan pasien dr perlakuan prosedur medik yg sebenarnya tdk perlu/tanpa ada dasar kepentingan medik yg pd titik klimaksnya mrp penyalahgunaan dr standar profesi medik yg merugikan/membahayakan pasien
67 4. Perlindungan thd nakes yg telah melakukan tindakan medik atas dasar standar profesi medik ttpi menghadapi adanya akibat yg tdk terduga serta dianggap merugikan pihak lain, maka tindakan medik yg bermasalah itu memperoleh jaminan perlindungan berdasarkan risk of treatment dan error of judgement utk kepentingan kesehatan Lanjut
68 Penjelasan Risk of Treatment dan Error of Judgement Risk of Treatment Kejadian yg tdk bisa dihindarkan walaupun sdh berusaha pencegahan sedapat mungkin & bertindak dg sangat berhati-hati atas resiko tsb. Error of Judgement Sbg manusia yg tdk akan terhindar dr kesalahan yg wajar, maka bisa saja didiagnosa atau terapi yg ditegakkan tnyt keliru dlm batas-batas tertentu
69 Rekam Medis Permenkes RI No. 269 Tahun 2008 tentang Rekam Medis. BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 (1) Rekam Medis : berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
70 UU No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan Bagian Keenam Rekam Medis Pasal 70 (1) Setiap Tenaga Kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan perseorangan wajib membuat rekam medis Penerima Pelayanan Kesehatan. (2) Rekam medis Penerima Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi setelah Penerima Pelayanan Kesehatan selesai menerima pelayanan kesehatan.
71 Lanjutan. (3) Setiap rekam medis Penerima Pelayanan Kesehatan harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan atau paraf Tenaga Kesehatan yang memberikan pelayanan atau tindakan. (4) Rekam medis Penerima Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus disimpan dan dijaga kerahasiaannya oleh Tenaga Kesehatan dan pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
72 Lanjutan. Pasal 71 (1) Rekam medis Penerima Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 merupakan milik Fasilitas Pelayanan Kesehatan. (2) Dalam hal dibutuhkan, Penerima Pelayanan Kesehatan dapat meminta resume rekam medis kepada Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
73 Isi Rekam Medis Catatan Medis Semua informasi tentang riwayat penyakit, hasil pemeriksaan fisik, diagnosis, pengobatan serta hasilnya, laporan dokter, perawat, hasil pemeriksaan laboratorium, rontgen, dll. Catatan Non Medis Semua informasi lain yang tidak bersifat medis (identitas pasien, kondisi sosial ekonomi, dll) Dokumen Kelengkapan penunjang catatan medis (hasil lab, foto rontgen, dll)
74 Permenkes RI No. 269 Tahun 2008 tentang Rekam Medis Bab V Pemilikan, Pemanfaatan dan Tanggung Jawab Pasal 12 (1) Berkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan. (2) lsi rekam medis merupakan milik pasien. (3) lsi rekam medis sebaqaimana dimaksud pada ayat (2) dalam bentuk ringkasan rekam medis. (4) Ringkasan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diberikan, dicatat, atau dicopy oleh pasien atau orang yang diberi kuasa atau atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga pasien yang berhak untuk itu.
75 Pasal 13 (1) Pemanfaatan rekam medis dapat dipakai sebagai a. Pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien; b. Alat bukti dalam proses penegakan hukum, disiplin kedokteran dan kedokteran gigi dan penegakkan etika kedokteran dan etika kedokteran gigi; c. Keperluan pendidikan dan penelitian; d. Dasar pembayar biaya pelayanan kesehatan; dan data statistik kesehatan
76 Lanjutan. (2) Pemanfaatan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c yang menyebutkan identitas pasien harus mendapat persetujuan secara tertulis dan pasien atau ahli warisnya dan harus dijaga kerahasiaannya. (3) Pemanfaatan rekam medis untuk keperluan pendidikan dan penelitian tidak diperlukan persetujuan pasien, bila dilakukan untuk kepentingan negara.
77 Ditinjau dari segi medis, hasil pelayanan kebidanan : BAIK BURUK
78 Jika hasil penanganan BAIK, hal tersebut dianggap biasa karena sudah menjadi tugas nakes. Pujian juga jarang didapatkan, meskipun dalam penanganan kegawatdaruratan, seluruh kemampuan kita kerahkan
79 Jika hasil penanganan BURUK, nakes beresiko mendapatkan tuntutan/gugatan atas ketidakpuasan klien terhadap proses pelayanan yang kita berikan. Oleh karena itu, yang harus dipersiapkan nakes untuk mengantisipasi hal tersebut adalah : 1. Rekam Medis 2. Kewenangan 3. Kompetensi 4. SOP 5. Informed Consent
80 KESIMPULAN Bidan wajib memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang baik. Bidan wajib memahami peraturanperaturan terkait dengan kebidanan Bidan senantiasa meningkatkan kemampuan profesionalnya secara terus menerus dalam menghadapi tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang terbaik dan memuaskan. Jika terjadi sengketa medis, maka solusi terbaik diutamakan dengan mediasi.
81
BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN
BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciPEDOMAN PENGANGKATAN DAN PENEMPATAN DOKTER SPESIALIS/DOKTER GIGI SPESIALIS/DOKTER /DOKTER GIGI DAN BIDAN SEBAGAIPEGAWAI TIDAK TETAP
PEDOMAN PENGANGKATAN DAN PENEMPATAN DOKTER SPESIALIS/DOKTER GIGI SPESIALIS/DOKTER /DOKTER GIGI DAN BIDAN SEBAGAIPEGAWAI TIDAK TETAP RIATI ANGGRIANI,SH,MARS,MHum KEPALA BAGIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEBIDANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEBIDANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pemenuhan pelayanan kesehatan merupakan hak setiap
Lebih terperinciUU N0 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN
UU N0 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN UU N0 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN PASAL 4-8 N0 36/2009 HAK SETIAP ORANG : Kesehatan Akses atas sumber daya Pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau
Lebih terperinciNOMOR 900/MENKES/SK/VII/2002 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 900/MENKES/SK/VII/2002 TENTANG REGISTRASI DAN PRAKTIK BIDAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi
Lebih terperinciPada UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran khususnya pada pasal 52 juga diatur hak-hak pasien, yang meliputi:
Hak dan Kewajiban Pasien Menurut Undang-Undang Menurut Declaration of Lisbon (1981) : The Rights of the Patient disebutkan beberapa hak pasien, diantaranya hak memilih dokter, hak dirawat dokter yang bebas,
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEBIDANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEBIDANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan
Lebih terperinciBAB XX KETENTUAN PIDANA
Undang-undang Kesehatan ini disyahkan dalam sidang Paripurna DPR RI tanggal 14 September 2009 1 PASAL-PASAL PENYIDIKAN DAN HUKUMAN PIDANA KURUNGAN SERTA PIDANA DENDA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA KLINIK, IZIN USAHA RUMAH BERSALIN, DAN IZIN USAHA LABORATORIUM KLINIK SWASTA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA KLINIK, IZIN USAHA RUMAH BERSALIN, DAN IZIN USAHA LABORATORIUM KLINIK SWASTA
Lebih terperinci2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pelayanan Kesehatan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian
No.169, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Reproduksi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5559) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN [LN 2009/144, TLN 5063]
UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN [LN 2009/144, TLN 5063] BAB XX KETENTUAN PIDANA Pasal 190 (1) Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang melakukan praktik
Lebih terperinciBUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT
BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG KESEHATAN NO. 36 TH. 2009
UNDANG-UNDANG KESEHATAN NO. 36 TH. 2009 Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Lebih terperinciIMPLEMENTAS I PERAWAT PRAKTEK MANDIRI. Ns. SIM SAYUTI, S.Kep NIRA : Beprofessional nurse Knowledge, skill, & attitude
IMPLEMENTAS I PERAWAT PRAKTEK MANDIRI Ns. SIM SAYUTI, S.Kep NIRA : 35240258861 Beprofessional nurse Knowledge, skill, & attitude Hasil Evaluasi Peran dan Fungsi Perawat Puskesmas Daerah Terpencil (Depkes
Lebih terperinci2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang
No.307, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Keperawatan. Pelayanan. Praktik. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5612) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciInform Consent. Purnamandala Arie Pradipta Novita Natasya Calvindra L
Inform Consent Purnamandala Arie Pradipta Novita Natasya Calvindra L 1 PENDAHULUAN Malpraktek pada dasarnya adalah tindakan tenaga profesional (profesi) yang bertentangan dengan Standard Operating Procedure
Lebih terperinciBAB III ANALISA HASIL PENELITIAN
BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN A. Analisa Yuridis Malpraktik Profesi Medis Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 merumuskan banyak tindak pidana
Lebih terperinciAPLIKASI ETIKA DALAM PRAKTIK KEBIDANAN. IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes
APLIKASI ETIKA DALAM PRAKTIK KEBIDANAN IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes Praktek Kebidanan Oleh Bidan meliputi: 1. Pemeriksaan kehamilan 2. Pertolongan persalinan 3. Pelayanan keluarga berencana 4. Pemeriksaan
Lebih terperinciBUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PRAKTIK PERAWAT
BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PRAKTIK PERAWAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009
LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk
Lebih terperinciAspek Hukum Hubungan Profesional Tenaga Kesehatan -Pasien. Drg. Suryono, SH, Ph.D
Aspek Hukum Hubungan Profesional Tenaga Kesehatan -Pasien Drg. Suryono, SH, Ph.D Pengertian Legal Formal Komunikasi Kesehatan; Bentuk komunikasi antara tenaga kesehatan dan pasien yang ketentuannya diatur
Lebih terperinciPraktek Profesional Bidan. Kebidanan Sebagai Profesi :
Program Studi Mata kuliah Topik Sub topik : Kebidanan : Konsep Kebidanan : Peran Fungsi Bidan : Peran Fungsi Bidan Praktek Profesional Bidan Kebidanan Sebagai Profesi : - Profesi Bidan - Profesionalisme
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEBIDANAN (MIDWIFERY) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEBIDANAN (MIDWIFERY) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemenuhan pelayanan kesehatan merupakan
Lebih terperinciFILOSOFI ASUHAN KEHAMILAN
FILOSOFI ASUHAN KEHAMILAN Pernyataan mengenai keyakinan & nilai/value yg dimiliki yg berpengaruh thd perilaku seseorang/kelompok. (Pearson & Vaughan, 1986) Menggambarkan keyakinan yg dianut oleh bidan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
Lebih terperinciLEGISLASI LEGISLASI ASPEK LEGAL PELAYANAN KEBIDANAN ASPEK LEGAL PELAYANAN KEBIDANAN ASPEK LEGAL PELAYANAN KEBIDANAN 19/08/2010
19/08/2010 ASPEK LEGAL PELAYANAN KEBIDANAN LESTARI PUJI ASTUTI, S.SiT Pengertian Aspek legal adalah aspek/ faktor yang membuat pelayanan kebidanan menjadi legal dimata hukum Tujuan memberikan jaminan keamanan
Lebih terperinciKewenangan bidan dalam pemberian obat pada kehamilan dan proses kelahiran dan aspek hukumnya
Kewenangan bidan dalam pemberian obat pada kehamilan dan proses kelahiran dan aspek hukumnya A. Wewenang bidan Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI No.900/ Menkes/SK/VII/2002. Bidan dalam menjalankan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk
Lebih terperinciMateri Konsep Kebidanan
Materi Konsep Kebidanan A. MANAJEMEN KEBIDANAN 1. KONSEP DAN PRINSIP MANAJEMEN SECARA UMUM Manajemen adalah membuat pekerjaan selesai (getting things done). Manajemen adalah mengungkapkan apa yang hendak
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 3 TAHUN 2009 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 93 Tahun 2016 Seri E Nomor 45 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG
BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 93 Tahun 2016 Seri E Nomor 45 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER MANDIRI Diundangkan dalam Berita Daerah Kota Bogor Nomor
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG
BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN SUMEDANG DENGAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk
Lebih terperinciPEMBUKTIAN MALPRAKTIK
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia The Indonesian Association of Forensic Medicine Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2017 Proceeding Annual Scientific Meeting 2017 PEMBUKTIAN MALPRAKTIK Syarifah Hidayah
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG
PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN DAN SERTIFIKASI BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PONTIANAK,
Lebih terperinciPENGERTIAN FILOSOFI DAN DEFENISI BIDAN
PENGERTIAN FILOSOFI DAN DEFENISI BIDAN Definisi Bidan Bidan dalam bahasa Inggris berasal dari kata MIDWIFE yang artinya Pendamping wanita, sedangkan dalam bahasa Sanksekerta Wirdhan yang artinya : Wanita
Lebih terperinciPedoman Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed Consent)
Pedoman Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed Consent) Rumah Sakit xy Pedoman Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Kedokteran 1. Umum a. Bahwa masalah kesehatan seseorang (pasien) adalah tanggung
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia saat ini masih tinggi. World. Healthy Organization (WHO) mencatat tiap tahunnya lebih dari 500
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia saat ini masih tinggi. World Healthy Organization (WHO) mencatat tiap tahunnya lebih dari 500 ribu perempuan meninggal karena hamil,melahirkan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER
PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciLampiran III Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 900/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal : 25 Juli 2002
Lampiran III Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 900/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal : 25 Juli 2002 PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIK BIDAN I. PENDAHULUAN A. UMUM 1. Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan
Lebih terperinciPANDUAN TENTANG PEMBERIAN INFORMASI HAK DAN TANGGUNG JAWAB PASIEN DI RSUD Dr. M. ZEINPAINAN
PANDUAN TENTANG PEMBERIAN INFORMASI HAK DAN TANGGUNG JAWAB PASIEN DI RSUD Dr. M. ZEINPAINAN A Tujuan Sebagai proses pemberian informasi kepada pasien agar pasien memahami hak dan kewajibannya sebagai pasien
Lebih terperinciPANDUAN PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN RUMAH SAKIT RAWAMANGUN
PANDUAN PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN RUMAH SAKIT RAWAMANGUN RUMAH SAKIT RAWAMANGUN JAKARTA, INDONESIA 2013 Panduan Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed Consent) Rumah Sakit Rawamangun Paduan Pelaksanaan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG KEWAJIBAN RUMAH SAKIT DAN KEWAJIBAN PASIEN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG KEWAJIBAN RUMAH SAKIT DAN KEWAJIBAN PASIEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN
Lebih terperinciHAK DAN KEWAJIBAN PASIEN, PERAWAT, RUMAH SAKIT DASAR HUKUM
HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN, PERAWAT, RUMAH SAKIT DASAR HUKUM 1. UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan 2. PP No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan 3. Keputusan Menteri Kesehatan No. 647/Menkes/SK/IV/2000
Lebih terperinci-1- PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG KEWAJIBAN RUMAH SAKIT DAN KEWAJIBAN PASIEN
-1- PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG KEWAJIBAN RUMAH SAKIT DAN KEWAJIBAN PASIEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciTujuan & Tugas KKI. Tujuan:
Tujuan & Tugas KKI Tujuan: 1. Memberikan perlindungan kepada pasien 2. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis 3. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter/dokte gigi Tugas : Melakukan
Lebih terperincia. bahwa balai pengobatan dan rumah bersalin merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;
BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 9 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN BALAI PENGOBATAN DAN RUMAH BERSALIN WALIKOTA BOGOR, Menimbang : a. bahwa balai pengobatan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEORITIS
BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Tinjauan Umum Tentang Jaminan Sosial 1. Hukum Kesehatan Kesehatan merupakan hak asasi manusia, artinya, setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses pelayanan
Lebih terperinciLILIK SUKESI DIVISI GUNJAL HIPERTENSI DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM R.S. HASAN SADIKIN / FK UNPAD BANDUNG
LILIK SUKESI DIVISI GUNJAL HIPERTENSI DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM R.S. HASAN SADIKIN / FK UNPAD BANDUNG OUTLINE PENDAHULUAN TENAGA KESEHATAN MENURUT UNDANG-UNDANG TUGAS & WEWENANG PERAWAT PENDELEGASIAN
Lebih terperinciPANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL.
PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL. SURAT KEPUTUSAN No. : Tentang PANDUAN HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN DIREKTUR RS Menimbang : a. Bahwa untuk mengimplementasikan hak pasien dan keluarga di
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Simpulan. Setelah dijelaskan dan diuraikan sebagaimana tercantum dalam
BAB V PENUTUP A. Simpulan Setelah dijelaskan dan diuraikan sebagaimana tercantum dalam keseluruhan bab yang sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Perlindungan terhadap pasien dalam
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memajukan kesejahteraan umum sebagai
Lebih terperinciPilihlah satu jawaban yang benar pada pilihan di lembar jawaban.
Pilihlah satu jawaban yang benar pada pilihan di lembar jawaban. 1. Pernyataan mana tentang Rekam Medik (RM) yang tidak benar: a. Pemaparan isi RM hanya boleh dilakukan oleh dokter yang merawat pasien
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER
PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciQANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA
QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA BANDA ACEH, Menimbang : a. bahwa kesehatan
Lebih terperinciKOMPETENSI BIDAN INDONESIA
KOMPETENSI BIDAN INDONESIA Konsep dasar kebidanan Lingkup praktek kebidanan Model asuhan kebidanan Kerangka pengambilan keputusan dalam asuhan kebidanan Pra konsepsi,kb dan Ginekologi Bidan memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN IZIN PRAKTIK BIDAN DAN BIDAN MADYA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN TAHUN 2008 NOMOR 17 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG IZIN PRAKTIK BIDAN DAN BIDAN MADYA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciDASAR HUKUM PENYELENGGARAAN REKAM MEDIS
DASAR HUKUM PENYELENGGARAAN REKAM MEDIS Landasan hukum yang mendasari penyelenggaraan rekam medis di Indonesia: a. UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 pada pasal 53, disebutkan bahwa setiap tenaga kesehatan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.298, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Tenaga Kesehatan. Penyelenggaraan. Pengadaan. Pendayagunaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607) UNDANG-UNDANG
Lebih terperincidr. SETYO TRISNADI, Sp.F, G.Bioethics
dr. SETYO TRISNADI, Sp.F, G.Bioethics Etika adalah cabang ilmu filsafat moral yang mencoba mencari jawaban guna menentukan dan mempertahankan secara rasional teori yang berlaku secara umum tentang apa
Lebih terperinciPANDANGAN PROFESI BIDAN SERTA REKOMENDASI PERBAIKAN KEBIJAKAN TERKAIT BELANJA STRATEGIS JKN
PANDANGAN PROFESI BIDAN SERTA REKOMENDASI PERBAIKAN KEBIJAKAN TERKAIT BELANJA STRATEGIS JKN Dr. Emi Nurjasmi, M.Kes Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia Jl. Johar Baru V/D13, Johar Baru Jakarta Pusat
Lebih terperinciINFORMED CONSENT. dr. Meivy Isnoviana,S.H
INFORMED CONSENT dr. Meivy Isnoviana,S.H KATA KUNCI BANYAK ORANG MENGIRA BAHWA INFORMED CONSENT MERUPAKAN PERJANJIAN TERAPETIK (TIDAK) BANYAK PULA ORANG MENGIRA BAHWA PERNYATAAN KESANGGUPAN MEMBAYAR BIAYA
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memajukan kesejahteraan umum sebagai salah
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan
Lebih terperinciHospital by laws. Dr.Laura Kristina
Hospital by laws Dr.Laura Kristina Definisi Hospital : Rumah sakit By laws : peraturan Institusi Seperangkat peraturan yang dibuat oleh RS (secara sepihak) dan hanya berlaku di rumah sakit yang bersangkutan,dapat
Lebih terperinciPeraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 59 tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan
Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 59 tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan DIY tgl 19 29 November 2012 Latar Belakang Masyarakat Provider/fasyankes
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.915, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Data. Informasi Kesehatan. Rahasia Kedokteran. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG RAHASIA KEDOKTERAN
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PONDOK KESEHATAN DESA DI JAWA TIMUR
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PONDOK KESEHATAN DESA DI JAWA TIMUR Menimbang GUBERNUR JAWA TIMUR, : a. bahwa guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Lebih terperinciPERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT
PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT A. Peran Perawat Menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 peran perawat terdiri dari : 1. Sebagai pemberi asuhan keperawatan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 272 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DI KABUPATEN SERDANG
Lebih terperincistandar profesi medis
standar profesi medis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semua profesional dalam melaksanakan pekerjaannya harus sesuai dengan apa yang disebut standar (ukuran) profesi. standar profesi adalah pedoman
Lebih terperinciRUMAH SAKIT UMUM AULIA Jl. Raya Utara No. 03 Telp. (0342) , Fax. (0342) Kembangarum - Sutojayan - Blitar
RUMAH SAKIT UMUM AULIA Jl. Raya Utara No. 03 Telp. (0342) 444168, Fax. (0342) 444289 Kembangarum - Sutojayan - Blitar PERJANJIAN KERJA ANTARA RUMAH SAKIT UMUM AULIA DAN DOKTER No. Yang bertanda tangan
Lebih terperinciPerawat adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kewenangan untuk memberikan asuhan keperawatan pada orang lain berdasarkan ilmu
KELOMPOK 19 Perawat adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kewenangan untuk memberikan asuhan keperawatan pada orang lain berdasarkan ilmu dan kiat yang dimilikinya dalam batas-batas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ibu, dalam melalui proses tersebut wanita akan mengalami masa masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wanita pada dasarnya harus menjalankan kodrat sebagai seorang ibu, dalam melalui proses tersebut wanita akan mengalami masa masa mulai dari kehamilan, persalinan, nifas,
Lebih terperinci1. UU 29/2004 Tentang Praktik Kedokteran (UUPK) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis Rekam
1. UU 29/2004 Tentang Praktik Kedokteran (UUPK) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis Rekam medis sebagai mana dimaksud dalam ayat 1 harus segera
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Praktik Bidan. Penyelenggaraan.
No.50, 00 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Praktik Bidan. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 464/MENKES/PER/X/00 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN
Lebih terperinciBADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN. Disajikan Pada : RAPAT 23 SEPTEMBER 2014
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN Disajikan Pada : RAPAT 23 SEPTEMBER 2014 Pemetaan Tenaga Kesehatan Mutu Tenaga Kesehatan Untuk Memenuhi: 1.Hak dan Kebutuhan Kesehatan
Lebih terperinciWALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN
WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang : a. bahwa kesehatan
Lebih terperinciAndrie Irawan, SH., MH Fakultas Hukum Universitas Cokroaminoto Yogyakarta
* Andrie Irawan, SH., MH Fakultas Hukum Universitas Cokroaminoto Yogyakarta *Kesehatan dlm kosnep duni internasional adalah a state of complete physical, mental and social, well being and not merely the
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2009 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2009 T E N T A N G KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DI KABUPATEN CIREBON
Lebih terperinciBUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN
Lebih terperinci2 1. Pelayanan Kesehatan Tradional Empiris adalah penerapan kesehatan tradisional yang manfaat dan keamanannya terbukti secara empiris. 2. Pelayanan K
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.369, 2014 KESRA. Kesehatan. Tradisional. Pelayanan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5643) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPerbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Perlindungan Anak
7 Perbedaan dengan Undang Undang Perlindungan Anak Bagaimana Ketentuan Mengenai dalam Undang Undang Perlindungan Anak? Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak jo. Undang-Undang Nomor
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.122, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Sistem Rujukan. Pelayanan Kesehatan. Perorangan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 001 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Profesi perawat adalah salah satu tenaga kesehatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Perawat adalah tenaga profesional yang memiliki body of
Lebih terperincidr. AZWAN HAKMI LUBIS, SpA, M.Kes
dr. AZWAN HAKMI LUBIS, SpA, M.Kes Peraturan yg menjadi acuan : Peraturan Menteri Kesehatan RI. No.755/MENKES/PER/IV/2011 Tentang Penyelenggaraan Komite Medik Di Rumah Sakit. Definisi Komite Medik Perangkat
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.298, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Tenaga Kesehatan. Penyelenggaraan. Pengadaan. Pendayagunaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607) UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciRIATI ANGGRIANI,SH,MARS,MHum ANGGOTA PERHUKI DKI
RIATI ANGGRIANI,SH,MARS,MHum ANGGOTA PERHUKI DKI DASAR HUKUM UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 1992 TENTANG KESEHATAN. UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tenaga kesehatan memiliki peranan penting
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagai mana dimaksud dalam
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagai mana dimaksud dalam Pancasila
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN MENGENAI MALPRAKTEK YANG DILAKUKAN OLEH BIDAN. 1. Peraturan Non Hukum (kumpulan kaidah atau norma non hukum)
BAB II PENGATURAN MENGENAI MALPRAKTEK YANG DILAKUKAN OLEH BIDAN Peraturan tertulis maupun tidak tertulis, dilihat dari bidang pengaturannya, dibagi menjadi dua bentuk, yaitu: 25 1. Peraturan Non Hukum
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan
Lebih terperinciBAB IV KETENTUAN DIBOLEHKANNYA ABORSI AKIBAT PERKOSAAN DALAM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI
BAB IV KETENTUAN DIBOLEHKANNYA ABORSI AKIBAT PERKOSAAN DALAM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI A. Hukum Aborsi Akibat Perkosaan Aborsi akibat perkosaan merupakan permasalahan
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
13 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam aspek hukum kesehatan, hubungan dokter dengan pasien terjalin dalam ikatan transaksi atau kontrak terapeutik, (Hanafiah dan Amir, 2008). Tingginya
Lebih terperinci