BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran yang melandasi Corporate Social Responsibility (CSR) atau

Transkripsi

1 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemikiran yang melandasi Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan yang sering dianggap inti dari etika bisnis adalah bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomi dan legal (artinya kepada pemegang saham atau shareholder) tetapi juga kewajiban-kewajiban terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholder),menurut Global Compact Initiative yaitu tujuan perusahaan tidak hanya memburu keuntungan ekonomi (profit) namun juga untuk kesejahteraan orang (people), dan memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan hidup planet ini dalam (Nugroho,2005). Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 01 (revisi tahun 2009) paragraf 12 menyarankan untuk mengungkapkan tanggung jawab akan masalah lingkungan dan sosial,yaitu Entitas dapat pula menyajikan,terpisah dari laporan keuangan,laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement),khususnya bagi industri dimana faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap karyawan sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting. Laporan tambahan tersebut diluar ruang lingkup Standar Akuntansi Keuangan. Untuk tanggung jawab sosial dengan diberlakukannya Undang-Undang No 40 tahun 2007 pasal 74 tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan. Pasal

2 18 ini menjelaskan Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau yang berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Maka CSR yang sebelumnya merupakan suatu hal yang bersifat sukarela akan berubah menjadi suatu hal yang diwajibkan. Banyak para pengusaha yang berargumen bahwa CSR tidak dapat dipaksakan karena akan menjadi bagian dari strategi bisnis perusahaan. Namun, payung hukum tanggung jawab sosial perusahaan berupa UU yang telah disebutkan diatas belumlah cukup untuk mewajibkan perusahaan dalam menjalankan tanggung jawab sosialnya. Setidaknya ada dua hal yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk mempertegas UU tersebut. Pertama, Dibutuhkan Peraturan Pemerintah untuk memperjelas besaran dana CSR yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Hal ini bertujuan agar perusahaan punya standar pengeluaran dana CSR sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Mantan wakil Presiden RI, Jusuf Kalla pernah menyatakan bahwa besarnya dana CSR yang harus dikeluarkan oleh perusahaan berkisar antara 2-3 % dari laba bersih perusahaan tersebut. Kedua, Peratuan pemerintah atau Keputusan Menteri dibutuhkan untuk implementasi, pengawasan dan rincian sanksi apabila ada perusahaan yang tidak mengeluarkan dana CSR yang telah ditetapkan besarannya. Sanksi ini berfungsi sebagai warning bagi perusahaan yang masih enggan menjalankan tanggung jawab sosialnya. Sanksi ini bisa berupa teguran dan bahkan sampai pada pemutusan kontrak karya perusahaan.( Banyak kalangan, tidak mempercayai bahwa perusahaan tidak sungguhsungguh dalam menerapkan CSR. Masyarakat beranggapan bahwa sebuah

3 19 institusi yang hanya mengejar keuntungan semata tidak mungkin mempunyai maksud dan tujuan mulia untuk memberdayakan masyarakat, menghormati hakhak pegawainya serta tidak merusak lingkungan. Oleh karena itu sangatlah tidak mungkin untuk menuntut perusahaan agar bertanggungjawab secara sosial. CSR tidak memberikan hasil pelaporan keuangan dalam jangka pendek. Namun CSR akan memberikan dampak, baik langsung maupun tidak langsung pada keuangan perusahaan di masa yang akan datang. Investor juga ingin investasinya dan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaannya memiliki citra yang baik di mata masyarakat. Dengan demikian, apabila perusahaan melakukan program-program CSR secara berkelanjutan, maka perusahaan akan dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu, program CSR lebih tepat apabila digolongkan sebagai investasi dan harus menjadi strategi bisnis dari suatu perusahaan. Dalam proses perjalanan CSR banyak masalah yang dihadapinya, diantaranya adalah program CSR belum tersosialisasikan dengan baik di masyarakat. Hal ini menyebabkan program CSR belum bergulir sebagai mana mestinya, mengingat masyarakat belum mengerti apa itu program CSR, Siregar (2007). Sedangkan menurut Basamalah dan Jermias (2005) menunjukkan bahwa salah satu alasan manajemen melakukan pelaporan tanggungjawab sosial adalah untuk alasan strategis. Selama ini masih banyak oknum perusak lingkungan yang tak tersentuh hukum dan membawa keresahan di masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal itu diungkapkan Walhi Kalsel dalam siaran persnya yang disampaikan ke redaksi Mata Banua. Walhi Kalsel meminta kepada pemerintah dan aparat hukum untuk menyeret para penjahat lingkungan ke pengadilan, terkait

4 20 tindakan mereka yang merugikan lingkungan dan masyarakat. Terkait dengan PT Galuh Cempaka (anak perusahaan PT. Antam) yang ada di Kalsel, menurut organisasi nonpemerintah yang fokus pada persoalan lingkungan ini, perusahaan tersebut telah melakukan kejahatan lingkungan, yaitu sengaja melakukan pembuangan limbah atau zat ke aliran sungai yang dapat membahayakan bagi kesehatan dan keselamatan orang banyak, ujar Hegar Wahyu Hidayat (2008), Pjs Direktur Eksekutif WALHI Kalsel. ISRA merupakan penghargaan tahunan yang diselenggarakan oleh National Center for Sustainability Reporting (NCSR), penghargaan ini diberikan kepada perusahaan-perusahaan yang telah melaporkan dan mempublikasikan kegiatan terkait aspek lingkungan dan social (CSR) selain aspek ekonomi untuk memelihara keberlanjutan (sustainability) perusahaan itu sendiri. Publikasi ini termasuk program Corporate Social Responsibility (CSR) yang ditujukan kepada para pemangku kepentingan (stakeholder) sekaligus mensosialisasikan amanat Undang-Undang No 40 tahun 2007 pasal 66 tentang perseroan terbatas. Perusahaan yang mendapatkan penghargaan ISRA ini merupakan perusahaan yang dalam proses pelaporannya menggunakan Global Reporting Initiative (GRI) yang di dalamnya mengatur prinsip dasar yang harus terdapat pada sustainability report yaitu: seimbang, dapat dibandingkan, teliti, tepat waktu, jelas dan dapat dipercaya. Sedangkan untuk menilai implementasi dari tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam sustainability report maka terdapat tiga jenis standar pengungkapan berdasarkan GRI, yaitu: (1) strategi dan profil, (2) pendekatan manajemen dan (3) indikator pelaksanaan. Untuk masing-masing

5 21 standar mempunyai acuan dalam mengungkapkan tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam sustainability report menurut Aldair (2012). Kepemilikan perusahaan berdasarkan proporsi saham yang dimiliki terbagi menjadi 2 jenis yaitu kepemilikan manajemen dan kepemilikan institusi. Kepemilikan manajemen adalah proporsi saham yang dimiliki oleh pihak manajerial perusahaan atau pihak yang berhubungan langsung dengan kegiatan perusahaan seperti( direksi,direktur dan manajer dll), sedangkan kepemilikan institusi adalah kepemilikan saham yang dimilki oleh pihak institusional seperti lembaga pemerintah,instansi,asuransi bank dll atau kepemilikan individual diatas 5%. Kepemilikan manajemen dan kepemilikan institusi memiliki kepentingan berbeda terhadap perusahaan dalam hal penentuan tanggung jawab social perusahaan. Kepemilikan manajemen berhubungan / interaksi langsung dengan masyarakat atau lingkunga sekitar perusahaan sehingga pihak manajemen merasa bertanggung jawab untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar atau melestarikan lingkungan sebagai rasa tanggung jawab social perusahaan. Berbanding terbalik dengan kepentingan kepemilikan institusi, yang justru mengharapkan tingkat profitabilats setinggi-tingginya sehingga menganggap bahwa tanggung jawab social hanya akan menabah biaya perusahaan yang menyebabkan penurunan dividen yang akan diterima. Karena itu saya tertarik untuk meneliti variable independen tersebut dengan melihat pengaruhnya terhadap tanggung jawab social perusahaan pada perusahaan yang menerima ISRA. Leverage adalah proporsi jumlah total hutang yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan total asset yang dimilki. Variable ini digunakan untuk

6 22 melihat pengaruhnya terhadap tanggung jawab social perusahaan karena dengan semakin besarnya hutang maka perusahaan cenderung akan mengurangi tanggung jawab social perusahaan karena akan menambah beban perusahaan. Berdasarkan hal ini saya tertarik untuk meneliti variable leverage terhadap tanggung jawab social persahaan yang mendapatkan penghargaan ISRA yang notabene merupakan perusahaan perusahaan yang menjunjung tinggi tanggung jawab social perusahaan terhadap lingkungan. Cowen dkk (1987) dalam Hackston & Milne (1999) dalam Retno (2006) mengatakan bahwa perusahaan yang berorientasi pada konsumen diperkirakan akan memberikan informasi mengenai pertanggungjawaban sosial karena hal ini akan meningkatkan image perusahaan dan meningkatkan penjualan. Menurut Frank Jefkins yang dialih bahasakan oleh Haris Munandar (1996:384), Corporate Image (Citra Perusahaan),yaitu : Gagasan / persepsi mental dari khalayak tertentu atas suatu perusahaan atau organisasi,yang didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman khalayak itu sendiri. Citra perusahaan bisa bervariasi dan tidak sesuai dengan yang sesungguhnya, bergantung pada sejauh mana khalayak itu berhubungan dengan (dan mengetahui tentang) organisasi /perusahaan yang bersangkutan. Atas dasar itulah perusahaan harus senantiasa berusaha menciptakan hubungan yang baik antara pihaknya sendiri dengan segenap unsur yang menjadi khalayak atau konsumennya. Kepemilikan manajemen memiliki keuntungan khusus atas biaya CSR dari pemegang saham lainnya. Demsetz (1983) dan Fama dan Jensen (1983) menyatakan, tingkat kepemilikan manajemen yang tinggi cenderung untuk tetap

7 23 bertahan, dimana manajemen untuk melakukan program CSR dengan mudah. Selain itu Damsetz (1986) dalam Junaidi (2006) berargumen bahwa kepemilikan oleh manajemen yang besar akan efektif memonitoring aktivitas perusahaan dan dia menyimpulkan bahwa konsentrasi kepemilikan akan meningkatkan nilai perusahaan. (Tarjo, 2008). Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen. Adanya kepemilikan oleh institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal.semakin tinggi kepemilikan institusional maka akan mengurangi perilaku opportunistic manajer yang dapat mengurangi agency cost yang diharapkan akan meningkatkan nilai perusahaan (Wahyudi dan Pawestri, 2006). Diamond (1991) dan Gilson (1990) menyatakan bahwa tingginya tingkat suku bunga utang juga mendorong kreditur untuk berperan aktif untuk mengawasi perusahaan (manajemen). Hasil mereka mendukung hipotesis bahwa leverage yang lebih tinggi mempunyai hubungan negatif ke CSR. Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang hasilnya dituangkan dalam skripsi yang berjudul Pengaruh Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan Institusi dan Leverage Terhadap Tanggung Jawab Sosial Perusahaan : Studi pada Perusahaan yang memenangkan Indonesia Sustainability Reporting Awards (ISRA) yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun Perumusan Masalah Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

8 24 1. Apakah Kepemilikan Manajemen berpengaruh terhadap tanggung jawab sosial perusahaan? 2. Apakah Kepemilikan Institusi berpengaruh terhadap tanggung jawab sosial perusahaan? 3. Apakah Leverage berpengaruh terhadap tanggung jawab sosial perusahaan? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Pengaruh Kepemilikan Manajemen terhadap tanggung jawab sosial perusahaan 2. Pengaruh Kepemilikan Institusi terhadap tanggung jawab sosial perusahaan. 3. Pengaruh Leverage terhadap tanggung jawab sosial perusahaan 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan mamfaat antara lain : 1. Diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap praktik tanggung jawab sosial perusahaan,dan memberikan tambahan wawasan mengenai Kepemilikan Manajemen,Institusi dan Leverage terhadap tanggung jawab sosial perusahaan 2. Selain kondisi keuangan tanggung jawab sosial perusahaan juga berperan penting dalam kemajuan perusahaan dalam jangka panjang

9 25 3. Dengan hasil analisis yang dilakukan ini diharapkan agar dapat meningkatkan kesadaran perusahaan untuk melakukan tanggung jawab sosial perusahaan 1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh data dan menjawab masalah yang sedang diteliti, penulis melakukan penelitian melalui situs website: di Pojok Bursa Universitas Widyatama yang berlokasi di Jalan Cikutra No. 204A Bandung. Adapun waktu penelitian dilakukan dari bulan September 2012 sampai dengan selesai.