BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketentuan, tata-tertib, peraturan-peraturan dan biasanya juga patuh kepada pembuat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketentuan, tata-tertib, peraturan-peraturan dan biasanya juga patuh kepada pembuat"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Disiplin Pengertian Disiplin Disiplin ialah sikap atau kesediaan psikologik untuk menepati atau mendukung nilai-nilai atau norma yang berlaku. Siswa yang disiplin akan berusaha untuk menepati ketentuan, tata-tertib, peraturan-peraturan dan biasanya juga patuh kepada pembuat peraturan (Suprapto, 2008:7). Sedangkan pendapat Nani (2005:68) disiplin ialah mematuhi peraturan yang diberikan oleh pembuat peraturan. Menurut Nawawi (2003:98) s iswa yang memiliki disiplin diri sadar untuk melakukan belajar sendiri, tanpa ada yang memerintah dan mengawasi; karena sudah memiliki rasa tanggung jawab untuk mendukung nilai-nilai yang dianggapnya baik dan tepat untuk dilakukan. Sikap untuk menepati dan mendukung nilai-nilai adalah sikap yang mengandung rasa tangggung jawab untuk kelangsungan nilai-nilai yang dianutnya, sehubungan dengan itu siswa yang bersangkutan tidak akan mengingkari dan membiarkan nilai-nilai tersebut direndahkan oleh orang lain. Turney dan Crains dalam Udin (2000:56) mengungkapkan definisi disiplin yang bervariasi yaitu: 1. Disiplin diartikan tingkat keteraturan yang terdapat pada satu kelompok. 2. Disiplin kelas diartikan sebagai teknik yang digunakan oleh guru untuk membangun atau memelihara keteraturan didalam kelas. 3. Ada pakar yang menyamakan kata disiplin dengan hukuman. 6 Disiplin semu juga dapat terjadi pada diri siswa, yaitu kepatuhan untuk menepati ketentuan dan tata tertib yang dilakukannya hanya pada saat ada orang lain mengawasinya. Tindakan patuh pada ketentuan dan tata-tertib tersebut dilakukan

2 dengan terpaksa, tanpa adanya kesadaran, oleh karena itu segera pengawasan tidak ada atau kendor, maka porak-porandalah segala peraturan dan tata-tertib bagi siswa yang bersangkutan. Menanamkan disiplin tidak harus dengan sikap otoriter, dengan paksaan ataupun kekerasan, yang terpenting adalah menanamkan pengertian sehingga timbul kesadaran untuk melakukan sesuatu sesuai nilai-nilai yang berlaku. Menghadapi siswa yang kurang disiplin perlu dilakukan pengawasan yang ketat, bahkan kalau perlu dengan sangsi-sangsi, namun pada akhirnya keberhasilan pembinaan disiplin tersebut akan sangat tergantung pada berhasilnya menumbuhkan pengertian dan kesadaran agar siswa itu sendiri pada akhirnya mematuhi nilai-nilai atas kehendak dan kesadarannya. Berdasarkan pendapat diatas maka dapat diambil kesimpulan, disiplin ialah keseriusan mengikuti suatu norma-norma dan aturan yang diberikan seorang guru kepada siswanya untuk menekuni peraturan yang diberikan oleh guru tersebut Jenis-jenis Disiplin Newstrom dalam Asmiarsih (2006:124) menyatakan bahwa disiplin mempunyai 3 (tiga) macam bentuk, yaitu : 1. Disiplin Preventif Disiplin preventif adalah tindakan agar terdorong untuk menaati standar atau peraturan. Tujuan pokoknya adalah mendorong agar memiliki disiplin pribadi yang tinggi, agar peran kepemimpinan tidak terlalu berat dengan pengawasan atau pemaksaan, yang dapat mematikan prakarsa dan kreativitas serta partisipasi. 2. Disiplin Korektif Disiplin korektif adalah tindakan dilakukan setelah terjadi pelanggaran standar atau peraturan, tindakan tersebut dimaksud untuk mencegah timbulnya pelanggaran lebih lanjut. Tindakan itu biasanya berupa hukuman tertentu yang biasa disebut sebagai tindakan disipliner, antara lain berupa peringatan, skors, pemecatan. 3. Disiplin Progresif Disiplin progresif adalah tindakan disipliner berulang kali berupa hukuman yang makin berat, dengan maksud agar pihak pelanggar bisa memperbaiki diri sebelum hukuman berat dijatuhkan.

3 Masalah yang terjadi pada kedisiplinan dalam belajar dapat dilihat dari gejala yang ditimbulkan oleh adanya perbuatan atau tingkah laku yang menyimpang dari tujuan serta harapan dari tindakan belajar. Perbuatan yang menyimpang adanya disiplin belajar berupa pelanggaran-pelanggaran disiplin belajar. Macam dari pelanggaran disiplin belajar banyak sekali dan penyebabnyapun bermacam-macam. Crow and Crow (1990:113) menguraikan tentang macam-macam pelanggaran disiplin, yaitu: Perilaku pelanggaran disiplin yang biasa terjadi ialah: terlambat, melalaikan tugas, membolos, berbisik dikelas, saling berkirim surat disaat pelajaran, membantah perintah, ribut, ceroboh dalam tindakan, marah, merusak benda-benda, berkelahi, tidak sopan, dan bertindak asusila. Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa perilaku pelanggaran disiplin banyak sekali macamnya. Hal ini dikarenakan kurang adanya pembentukan disiplin diri serta kurang adanya pengendalian diri dalam bertindak atau bertingkah laku. Adapun kedisiplinan belajar meliputi : a) Kedisiplin dalam masuk sekolah b) Kedisiplin dalam mengerjakan tugas dari guru c) Kedisiplin dalam belajar di rumah maupun disekolah d) Kedisiplin dalam mentaati peraturan atau tata tertib sekolah Keempat macam kedisiplinan diatas dapat diuraikan sebagai berikut: a) Kedisiplinan masuk sekolah Yang dimaksud disini adalah keaktifan, kepatuhan, serta ketepatan anak masuk sekolah. Artinya seorang anak dikatakan disiplin dalam masuk sekolah, jika ia setiap hari selalu datang di sekolah tepat waktu yang ditetapkan sebelumnya, jarang terlambat atau bahkan tidak pernah terlambat dan selalu aktif masuk sekolah.

4 Maka anak yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan atau tata tertib masuk sekolah dan dilakukan berulang kali menunjukkan anak tersebut atau tidak disiplin dalam masuk sekolah. Dengan demikian kedisiplinan dalam waktu sekolah menuntut adanya keaktifan, ketepatan waktu, ketaatan terhadap peraturan, serta keteraturan dalam menjalankannya. b) Kedisiplinan dalam mengerjakan tugas Mengerjakan tugas dalam belajar merupakan rangkaian kegiatan dalam belajar dilakukan di luar jam pelajaran sekolah dan merupakan kegiatan kurikuler. Tujuannya adalah untuk menunjang pemahaman serta penguasaan materi pelajaran yang disampaikan di sekolah. Slameto ( 2010:88) mengatakan Agar siswa berhasil dalam belajarnya, perlulah mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya. Tugas itu mencakup mengerjakan PR, menjawab soal latihan buatan sendiri, soal dalam buku pegangan, test atau ulangan harian, ulangan umum dan ujian. Dalam mengerjakan tugas, siswa sering melalaikan tugas tersebut. Artinya ia tidak mengerjakan tugas tersebut, atau mengerjakan tetapi terlambat dalam mengumpulkannya. Tindakan tersebut menunjukkan bahwa anak tidak disiplin dalam mengerjakan tugas. Dengan demikian kedisiplinan dalam mengerjakan tugas adalah kedisiplinan yang mencakup aspek keteraturan dalam mengerjakan tugas, ketepatan waktu dalam mengumpulkan, tanggung jawab dalam mengerjakan tugas, sekaligus mengerti dan memahami pelajaran yang dipelajari. c) Kedisiplinan dalam belajar di rumah maupun di sekolah Disiplin dalam belajar, baik belajar di rumah maupun belajar di sekolah menuntut adanya keteraturan, keaktifan, ketekunan, dan ketertiban dalam belajar yang terarah pada suatu tujuan belajar yang baik. Tindakan yang mengganggu berlangsungnya

5 proses belajar di sekolah akan merusak adanya disiplin belajar di sekolah. Dengan demikian disiplin dalam belajar adalah suatu keadaan dimana perilaku anak sebagai subyek yang belajar senantiasa teratur dalam belajar, tertib dan mengikuti pelajaran disekolah maupun belajar sendiri dirumah, dan selalu patuh, tunduk, serta taat terhadap peraturan yang ada. d) Kedisiplinan dalam menjalankan tata tertib sekolah Tata tertib sekolah merupakan peraturan yang mengikat semua personil yang ada di sekolah tersebut agar jalannya proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan lancar. Tata tertib merupakan pendukung dalam pembentukan disiplin pada anak, maka setiap anak yang disekolah wajib mentaati peraturan tersebut. Seoarang anak dikatakan disiplin dalam menjalankan tata tertib sekolah jika tindakannya senantiasa mentaati, mematuhi serta tunduk terhadap tata tertib tersebut Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan Belajar Menurut Crow and Crow (1990:114) faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan belajar diantaranya adalah faktor psikologi, faktor perseorangan, faktor sosial, faktor lingkungan. Faktor-faktor tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut: a) Faktor psikologi Faktor yang mempengaruhi kedisiplinan belajar siswa yang berasal dari psikologis siswa dimaksudkan adalah semua sifat-sifat yang dimiliki oleh siswa diantaranya motivasi belajar, perhatian dan kesadaran. b) Faktor perseorangan Faktor yang mempengaruhi kedisiplinan belajar siswa yang berasal dari perseorangan dimaksudkan bahwa setiap individu itu mempunyai perbedaan satu sama lain diantaranya kegemaran, bakat, minat, dan kebiasaan. c) Faktor sosial Faktor yang mempengaruhi kedisiplinan belajar siswa yang berasal dari sosial dimaksudkan adalah pergaulan siswa dengan teman sebaya di sekolah maupun di masyarakat dan interaksi siswa di dalam keluaraga. d) Faktor lingkungan Faktor yang berasal dari lingkungan dimaksudkan adalah lingkungan dimana siswa tinggal. Siswa tinggal di lingkungan kaum terpelajar, maka ia akan mempunyai tingkat kedisiplinan yang baik. Sebaliknya bila siswa berada di

6 lingkungan orang-orang yang acuh terhadap pendidikan, maka perhatian terhadap belajar akan kurang. Faktor lain yang mempengaruhi kedisiplinan belajar siswa berasal dari guru antara lain: disiplin waktu, disiplin melaksanakan tugas sesuai dengan kewajibankewajiban yang dibebankan kepada siswa, tindakan baik di dalam maupun di luar kelas. Cara belajar yang baik bukanlah bakat sejak lahir jadi segolongan orang saja. Cara belajar yang baik adalah suatu kecakapan yang dapat dimiliki oleh setiap siswa dengan cara latihan. Tetapi keteraturan dan disiplin harus ditanam dan diperkembangkan dengan penuh kemauan dan kesungguhan sehingga dapat dimiliki oleh seorang siswa Cara-cara Menanamkan Kedisiplinan Belajar yaitu: Menurut Hurlock (199 9:93) ada tiga cara dalam menanamkan kedisiplinan a) Cara menanamkan disiplin dengan cara otoriter Memaksakan perilaku yang diinginkan dengan peraturan keras dalam mengendalikan dengan melalui kekuatan eksternal dalam bentuk hukuman terutama hukuman badan. b) Cara menanamkan disiplin dengan cara permisif Biasanya disiplin permisif tidak membinbing anak ke pola prilaku yang disetujui secara sosial dan tidak menggunankan hukuman. c) Cara menanamkan disiplin dengan cara demokratis Penanaman kedisiplinan dengan menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu diharapkan, sehingga lebih menekankan aspek edukatif dari disiplin daripada aspek hukumannya. Secara umum disiplin berarti ketaatan terhadap aturan, baik aturan untuk umum atau kelompok tertentu dan bahkan aturan yang kita buat untuk diri sendiri. Pengertian disiplin kelas telah banyak diungkapkan oleh para pakar. Turney dan Crains (1980) dalam Udin (2000:10.6) mengaji ulang defenisi disiplin kelas yang berasal dari para pakar. Dalam kajian tersebut antara lain diungkapkan defenisi disiplin yang bervariasi sebagai berikut: 1. Disiplin diartikan tingkat keteraturan yang terdapat pada satu kelompok

7 2. Disiplin kelas diartikan sebagai teknik yang digunakan guru untuk membangun atau memelihara keteraturan didalam kelas 3. Ada pakar yang menyamakan kata disiplin dengan hukuman Dari semua pengertian di atas kita dapat menyimpulkan bahwa disiplin dapat mempunyai arti yang beragam. Sebagai kata benda disiplin dapat berarti tingkat keteraturan yang terdapat pada satu kelompok, yaitu dalam kelas atau teknik yang digunakan guru untuk membangun atau memelihara keteraturan dalam kelas. Sebagai kata sifat, disiplin berarti ketaatan pada aturan. Dan akhirnya sebagai kata kerja, disiplin dapat berarti hukuman, sehingga mendisplinkan berarti menghukum. 1. Disiplin diajarkan dan perlu dipelajari serta dihayati oleh siswa, agar siswa mampu mendisplinkan dirinya sendiri. Inilah yang meruapkan tujuan utama penanaman disiplin. Siswa mampu mengendalikan diri sendiri tanpa perlu dikontrol oleh guru Winzer (Udin, 2000:10.8) 2. Disiplin sebagaimana diakui oleh para pakar sejak dahulu, merupakan titik pusat berputarnya kehidupan sekolah Turney dan Crains (Udin, (2000:10.8). Keberhasilan dan kegagalan sekolah tergantung dari tingkat ketercapaian dalam menerapkan disiplin yang sempurna. 3. Tingkat ketaatan siswa yang tinggi terhadap aturan kelas, labih-lebih jika ketaatan tersebut tumbuh dari diri sendiri, bukan dipaksakan akan memungkinkan terciptanya iklim belajar yang kondusif, yaitu iklim belajar yang menyenangkan sehingga siswa terpacu untuk belajar. 4. Sebaiknya, tingkat ketaatan yang rendah terhadap aturan kelas akan membuat iklim belajar yang tidak kondusif, tidak menyenangkan. Guru akan lebih banyak berurusan dengan perilaku siswa yang menyimpang, sehingga pelajaran terbengkalai.

8 5. Jumlah siswa dalam satu kelas, lebih-lebih di negeri kita cukup banyak. Di kota-kota besar satu kelas bisa terdiri dari orang kelas. Kelas yang besar ini, jika tidak diikat oleh aturan yang ditaati bersama akan dapat menimbulkan kekacauan. 6. Kebiasaan untuk menaati aturan dalam kelas akan ber dampak lebih lanjut bagi kehidupan siswa di dalam masyarakat. Siswa yang terbiasa menaati aturan di dalam kelas, akan terdorong pula menaati aturan yang ada di dalam masyarakat. Faktor- faktor yang mempengaruhi Disiplin Kelas 1. Faktor Fisik Karena disiplin kelas dilandasi oleh adanya interaksi guru-siswa dalam konteks (hubunga n) kelas, maka factor fisik yang mempengaruhi disiplin kelas juga mencakup guru, siswa dan ruang kelas. Kondisi fisik guru yang antara lain tampak dalam penampilannya, akan mempengaruhi ketaatan siswa pada aturan. 2. Faktor Sosial Hubungan antar guru siswa dan tentunya siswa dengan siswa terjadi di dalam kelas. Kualitas interaksi sosial ini, yaitu kualitas hubungan guru, siswa-siswa juga dapat mempengaruhi disiplin kelas. 3. Faktor Psikologis Faktor psikologis atau kejiwaan juga dianggap sangat berpengaruh pada tingkat kedisplinan siswa. Faktor psikologis mencakup antara lian perasaan (sedih, senang, marah, bosan, benci dan sebagainya)

9 Akan tetapi sifat kepatuhan itu semu atau sementara. Mereka cenderung akan melakukan tindakan-tindakan yang negatif, sebagai pelarian maupun protes terhadap orang tuangnya Tahap-tahap Penerapan Kedisiplinan Belajar Disiplin merupakan hasil usaha guru dalam melaksanakan fungsinya sebagai pemimpin di dalam kelas. Gerungan (1997:38) Dalam menegakkaan disiplin, tindakan yang dapat dilakukan guru dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu: tindakan pencegahan (prefentif) terhadap pelanggaran disipli n dan tindakan terhadap peniadaan (kuratif) terhadap pelanggaran disiplin. a) Tindakan pencegahan Upaya pencegahan terhadap pelanggaran disiplin jauh lebih baik daripada penyembuhan (penindakan) setelah terjadinya pelanggaran. Sebab bila siswa melakukan pelanggaran lalu diberikan hukuman, maka akan timbul dampak psikologis pada siswa tersebut. b) Tindakan terhadap peniadaan (kuratif) pelanggaran disiplin Meskipun mencegah lebih baik dari pada meniadakan, tetapi apabila pelanggaran sudah terlanjur terjadi, maka tindakan yang harus dilakukan adalah menghentikan pelanggaran tersebut agar tidak berkembang. Tindakan yang dapat diberikan kepada pelanggar disiplin adalah pemberian hukuman. 4) Perlunya Kedisiplinan Menurut Hurlock (1999: 83-84) terdapat enam kondisi yang dianggap sangat penting yang mempengaruhi kebutuhan anak akan disiplin yaitu: (1) Terdapat variasi dalam laju perkembangan berbagai anak, tidak semua anak dengan usia yang sama dapat diharapkan mempunyai kebutuhan akan disiplin yang sama ataupun jenis disiplin yang sama. (2) Kebutuhan akan disiplin bervariasi menurut waktu dalam sehari. ( 3) Kegiatan yang dilakukan anak mempengaruhi kebutuhan akan disiplin. (4) Kebutuhan akan disiplin bervariasi dengan hari dalam seminggu. (5) Disiplin lebih sering dibutuhkan dalam

10 keluarga besar dari pada keluarga kecil. (6) Kebutuhan akan disiplin bervariasi dengan usia. Disiplin perlu untuk perkembangan anak, karena ia memenuhi beberapa kebutuhan tertentu. Dengan demikian disiplin memperbesar kebahagiaan dan penyesuaian pribadi dan sosial anak. Melalui disiplin mereka dapat belajar berperilaku dengan cara yang diterima masyarakat, dan sebagai hasilnya diterima oleh anggota kelompok sosial mereka Indikator-indikator Kedisiplinan Menurut Hasibuan (2005: ) Pada dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan suatu organisasi, di antaranya : 1. Tujuan dan kemampuan Tujuan dan kemampuan ini mempengaruhi tingkat kedisiplinan. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan. Hal ini berarti bahwa pelajaran yang dibebankan kepada anggota tim harus sesuai dengan kemampuan yang bersangkutan agar pelajaran dengan sungguh-sungguh dan disiplin dalam pelajaran. 2. Teladan pimpinan Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karena pimpinanan dijadikan teladan dan panutan. Pimpinan harus memberi contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta sesuai dengan perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik, kedisiplinan bawahan akan ikut baik. 3. Balas Jasa Balas jasa, kesejahteraan ikut mempengaruhi kedisiplinan, karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan terhadap kelompok. Jika kecintaan semakin tinggi terhadap pekerjaan kedisiplinan akan semakin baik. 4. Keadilan Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisplinan, karena ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama dengan manusia lainnya. Keadilan yang dijadikan dasar kebijakan dalam pemberian balas jasa atau hukuman akan tercipta kedisiplinan yang baik. 5. Waskat (pengawasan melekat) Waskat adalah tindakan nyata paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan. Dengan waskat berarti atasan harus aktif dan langsung mengatasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja dan prestasi belajar. 6. Sanksi hukuman Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, akan semakin takut melanggar peraturanperaturan. Berat atau ringan sanksi hukuman yang akan diterapkan ikut mempengaruhi baik buruknya kedisiplinan.

11 7. Ketegasan Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan, pimpinan harus berani dan tegas bertindak untuk memberikan sanksi sesuai dengan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian pimpinan akan dapat memelihara kedisiplinan. 8. Hubungan kemanusiaan Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama ikut menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu kelompok Prinsip-prinsip Pendisiplinan Prinsip-prinsip pendisiplinan yang dikemukakan Ranupandojo dalam Asmiarsih (2006:59) adalah : a. Pendisiplinan dilakukan secara pribadi Pendisiplinan seharusnya dilakukan dengan memberikan teguran kepada siswa. Teguran jangan dilakukan di hadapan orang banyak. Karena dapat menyebabkan siswa yang ditegur akan merasa malu dan tidak menutup kemungkinan menimbulkan rasa dendam yang dapat merugikan organisasi. b. Pendisiplinan harus bersifat membangun. Selain memberikan teguran dan menunjukkan kesalahan yang dilakukan siswa, harus disertai dengan saran tentang bagaimana seharusnya berbuat untuk tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama. c. Pendisiplinan harus dilakukan sacara langsung dengan segera. Suatu tindakan dilakukan dengan segera setelah terbukti bahwa siswa telah melakukan kesalahan. Jangan membiarkan masalah menjadi kadaluarsa sehingga terlupakan oleh siswa yang bersangkutan. d. Keadilan dalam pendisiplinan sangat diperlukan. Dalam tindakan pendisiplinan dilakukan secara adil tanpa pilih kasih. Siapapun yang telah melakukan kesalahan harus mendapat tindakan pendisiplinan secara adil tanpa membeda-bedakan. e. Pimpinan hendaknya tidak melakukan pendisiplinan sewaktu siswa absen Pendisiplinan hendaknya dilakukan dihadapan siswa yang bersangkutan secara pribadi agar ia tahu telah melakukan kesalahan. Karena akan percuma pendisiplinan yang dilakukan tanpa adanya pihak yang bersangkutan. f. Setelah pendisiplinan sikap dari pimpinan haruslah wajar kembali. Berdasarkan pendapat diatas sikap wajar hendaknya dilakukan pimpinan terhadap pemain yang telah melakukan kesalahan tersebut. Dengan demikian, proses pelajaran dapat lancar kembali dan tidak kaku dalam bersikap. 2.2 Metode Pembiasaan Pembelajaran membutuhkan metode dalam upaya pencapaian tujuan yang dicitacitakan, karena tanpa metode suatu materi pendidikan tidak mungkin terserap secara efektif

12 dan efisien oleh anak didik. Oleh karena itu metode merupakan syarat agar aktivitas pembelajaran dapat berjalan dengan baik Pengertian Metode Pembiasaan Metode pembiasaan yaitu sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan, di antaranya: a. Menurut Abdullah (1992:60) metode pembiasaan adalah cara atau upaya yang praktis dalam pembentukan (pembinaan) dan persiapan anak. b. Menurut Arief (2002:110) metode pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berpikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam. Dari beberapa definisi di atas, terlihat adanya kesamaan pandangan walaupun redaksinya berbeda-beda. Namun pada prinsipnya, mereka sepakat bahwa pembiasaan merupakan salah satu upaya pendidikan yang baik dalam pembentukan manusia dewasa. Oleh karena itu, dapat diambil suatu pengertian bahwa yang dimaksud metode pembiasaan adalah sebuah cara yang dipakai pendidik untuk membiasakan anak didik secara berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan dan akan terus terbawa sampai di hari tuanya. Ciri khas metode pembiasaan adalah kegiatan yang berupa pengulangan berkalikali dari suatu hal yang sama. Pengulangan ini sengaja dilakukan berkali-kali supaya asosiasi antara stimulus dengan suatu respon menjadi sangat kuat. Atau dengan kata lain, tidak mudah dilupakan. Dengan demikian, terbentuklah pengetahuan siap atau keterampilan siap yang setiap saat siap untuk dipergunakan oleh yang bersangkutan. Oleh karena itu, sebagai awal dalam proses pendidikan, pembiasaan merupakan cara yang sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai moral ke dalam jiwa anak.

13 Nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya ini kemudian akan termanifestasikan dalam kehidupannya semenjak ia mulai melangkah ke usia dewasa Arief (2002:110) salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan potensi dasar tersebut adalah melalui kebiasaan yang baik. Menurut Burghardt (Muhibbin, 2000:118) kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan kecenderungan respon dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang. Dalam proses belajar, pembiasaan juga meliputi pengurangan perilaku yang tidak diperlukan. Karena proses penyusutan atau pengurangan inilah muncul suatu pola bertingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatis Muhibbin (2000:118). Oleh karena itu, metode pembiasaan sesungguhnya sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai positif ke dalam diri anak didik, baik pada aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik Dasar dan Tujuan Metode Pembiasaan a. Dasar Pembiasaan Pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan yang sangat penting, terutama bagi anak-anak. Mereka belum menginsafi apa yang disebut baik dan buruk dalam arti susila. Mereka juga belum mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dikerjakan seperti pada orang dewasa, sehingga mereka perlu dibiasakan dengan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, dan pola pikir tertentu yang baik Nata (1997:101). Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang telah mempunyai kebiasaan tertentu akan dapat melaksanakannya dengan mudah dan senang hati. Bahkan segala sesuatu yang telah menjadi kebiasaan dalam usia muda sulit untuk diubah dan tetap berlangsung sampai hari tua. Untuk mengubahnya, sering kali diperlukan terapi dan pengendalian diri yang serius.

14 Atas dasar inilah, para ahli pendidikan senantiasa mengingatkan agar anak-anak segera dibiasakan dengan sesuatu yang diharapkan menjadi kebiasaan baik sebelum terlanjur mempunyai kebiasaan lain yang buruk. b. Tujuan Pembiasaan Pembiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Pembiasaan selain menggunakan perintah, suri teladan, dan pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual). Selain itu, arti tepat dan positif di atas ialah selaras dengan norma dan tata nilai moral yang berlaku, baik yang bersifat religius maupun tradisional dan cultural Muhibbin (2000:123). Dari penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan diadakannya metode pembiasaan di sekolah adalah untuk melatih serta membiasakan anak didik secara konsisten dan kontinyu dengan sebuah tujuan, sehingga benar-benar tertanam pada diri anak dan akhirnya menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan di kemudian hari Langkah-Langkah Metode Pembiasaan 1. Menciptakan suasana belajar mengajar yang aman dan menyenangkan yaitu dengan mengadakan hubungan baik antara guru dengan anak. 2. Memberikan hadiah atau penghargaan berupa kata-kata atau kalimat yang diucapakan guru setelah melihat sikap atau perilaku anak yang baik misalnya bagus 3. Memberikan kegiatan yang menyenangkan 4. Memberikan simbol/tanda tertentu pada hasil karya anak yang bagus

15 5. Memberi stimulus pada anak agar mampu menghargai hasil karyanya sendiri maupun hasil karya orang lain Faktor yang Membentuk Pembiasaan Faktor terpenting dalam pembentukan kebiasaan adalah pengulangan. Sebagai contoh, seorang anak akan terbiasa membuang sampah pada tempatnya ketika kebiasaan itu sering dilakukan hingga akhirnya menjadi kebiasaan baginya. Melihat hal tersebut, faktor pembiasaan memegang peranan penting dalam mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk menanamkan agama yang lurus (Armani, 2007:115). Pembiasaan merupakan proses pembelajaran yang dilakukan oleh orang tua atau pendidik kepada anak. Hal tersebut agar anak mampu membiasakan diri pada perbuatan-perbuatan yang baik dan yang dianjurkan, baik oleh norma agama maupun hukum yang berlaku. Kebiasaan adalah reaksi otomatis dari tingkah laku terhadap situasi yang diperoleh dan dimanifestasikan secara konsisten sebagai hasil dari pengulangan terhadap tingkah laku. Supaya pembiasaan itu dapat lekas tercapai dan baik hasilnya, maka harus memenuhi beberapa syarat tertentu, antara lain: 1) Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat. Usia sejak bayi dinilai waktu yang sangat tepat untuk mengaplikasikan pendekatan ini, karena setiap anak mempunyai rekaman yang cukup kuat dalam menerima pengaruh lingkungan sekitarnya dan secara langsung akan dapat membentuk kepribadian seorang anak. Kebiasaan positif maupun negative itu akan muncul sesuai dengan lingkungan yang membentuknya

16 2) Oleh karena itu, kebiasaan baik harus ditanamkan sedini mungkin sebelum anak itu mempunyai kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang akan dibiasakan. 3) Pembiasaan hendaklah dilakukan secara kontinyu (berulang -ulang), teratur, dan terprogram, sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang utuh, permanen, kontinyu, dan otomatis. Oleh karena itu, faktor pengawasan sangat menentukan dalam pencapaian keberhasilan dari proses ini. 4) Pembiasaan hendaknya diawasi secara ketat, konsisten, dan tegas. Jangan memberi kesempatan kepada anak untuk melanggar kebiasaan yang telah ditanamkan. 5) Pembiasaan yang pada mulanya hanya bersifat mekanistis, hendaknya secara berangsur-angsur diubah menjadi kebiasaan yang disertai dengan kata hati anak itu sendiri. Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwasanya dalam menanamkan kebiasaan diperlukan pengawasan. Pengawasan hendaknya digunakan meskipun secara berangsur-angsur peserta didik diberi kebebasan. Dengan perkataan lain, pengawasan dilakukan dengan mengingat usia peserta didik, serta perlu ada keseimbangan antara pengawasan dan kebebasan. Selain itu, pembiasaan hendaknya disertai dengan usaha membangkitkan kesadaran atau pengertian secara terus menerus akan maksud dari tingkah laku yang dibiasakan, sebab pembiasaan digunakan bukan untuk memaksa peserta didik agar melakukan sesuatu secara otomatis, melainkan agar anak dapat melaksanakan segala kebaikan dengan mudah tanpa merasa susah atau berat hati. Oleh karena itu, pembiasaan yang pada awalnya bersifat mekanistik hendaknya diusahakan agar menjadi kebiasaan yang disertai kesadaran (kehendak dan kata hati) peserta didik sendiri. Hal ini sangat mungkin apabila pembiasaan secara berangsur-

17 angsur disertai dengan penjelasan-penjelasan dan nasihat-nasihat, sehingga semakin lama akan timbul pengertian dari peserta didik. Adapun petunjuk dalam menanamkan kebiasaan yaitu: a. Kebiasaan jelek yang sudah lama terlanjur dimiliki anak, wajib sedikit demi sedikit dilenyapkan dan diganti dengan kebiasaan yang baik. b. Dalam menanamkan kebaikan, pendidik terkadang hendaknya secara sederhana menerangkan motifnya, sesuai dengan tingkatan perkembangan anak didik. c. Sebelum peserta didik menerima dan mengerti motif perbuatan yang dibiasakan, kebiasaan ditanamkan secara latihan terus-menerus disertai pemberian penghargaan dan pembetulan. d. Kebiasaan tetap hidup sehat, tentang adat istiadat yang baik, tentang kehidupan keagamaan yang pokok, wajib sejak kecil sudah mulai ditanamkan. e. Pemberian motif selama pendidikan suatu kebiasaan, wajib disertai usaha menyentuh perasaan anak didik. Rasa suka ini wajib selalu meliputi sikap anak didik dalam melatih diri memiliki kebiasaan. Demikianlah faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pembiasaan agar pembiasaan dapat dilakukan dengan mudah, lekas tercapai, dan baik hasilnya Kekurangan dan Kelebihan Metode Pembiasaan Sebagaimana metode-metode pendidikan lainnya di dalam proses pendidikan, metode pembiasaan tidak bisa terlepas dari dua aspek yang saling bertentangan, yaitu kelebihan dan kekurangan. Tidak satupun dari hasil pemikiran manusia yang sempurna dan bebas dari kelemahan. Adapun kelebihan dan kekurangan metode pembiasaan sebagai berikut. a. Kelebihan

18 1) Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dengan mempergunakan metode pembiasaan akan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan. 2) Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan tidak memerlukan banyak konsentrasi dalam pelaksanaannya. 3) Pembentukan kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang kompleks dan rumit menjadi otomatis. 4) Pembiasaan tidak hanya berkaitan dengan lahiriyah tetapi juga berhubungan dengan aspek batiniyah. b. Kekurangan 1) Metode ini dapat menghambat bakat dan inisiatif murid. Hal ini oleh murid lebih banyak dibawa kepada konformitas (kesesuaian) dan diarahkan kepada uniformitas (keseragaman). 2) Kadang-kadang pelatihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan. 3) Membentuk kebiasaan yang kaku karena murid lebih banyak ditujukan untuk mendapat kecakapan memberikan respon otomatis, tanpa menggunakan intelegensinya. 4) Dapat menimbulkan verbalisme (bersifat kabur atau tidak jelas) karena murid lebih banyak dilatih menghafal soal-soal dan menjawab secara otomatis. c. Cara Mengatasi Kelemahan 1) Latihan hanya untuk bahan atau tindakan yang bersifat otomatis. 2) Latihan harus memiliki arti yang luas. Karenanya, harus dijelaskan terlebih dahulu tujuan latihan tersebut agar murid harus mempunyai sikap bahwa latihan itu diperlukan untuk melengkapi belajar.

19 3) Masa latihan harus relatif singkat, tetapi harus sering dilakukan pada waktu-waktu tertentu. 4) Latihan harus menarik, gembira, dan tidak membosankan. Untuk itu, perlu dibandingkan minat intrinsik, tiap-tiap kemajuan yang dicapai murid harus jelas, dan hasil latihan terbaik dengan menggunakan sedikit emosi. 5) Proses latihan dan kebutuhan-kebutuhan harus disesuaikan dengan proses perbedaan individual. Dari pemaparan di atas, dapat dilihat beberapa kelebihan dan kekurangan metode pembiasaan serta cara mengatasi kelemahannya. Dengan demikian, diharapkan metode pembiasaan dapat dilaksanakan dengan lebih baik dalam proses pembelajaran. 2.3 Penerapan Disiplin Melalui Pembiasaan. Pembiasaan dengan disiplin di sekolah akan mempunyai pengaruh yang positif bagi kehidupan peserta didik di masa yang akan datang. Pada mulanya memang disiplin dirasakan sebagai suatu aturan yang mengekang kebebasan peserta didik. Akan tetapi bila aturan ini dirasakan sebagai suatu yang memang seharusnya dipatuhi secara sadar untuk kebaikan diri sendiri dan kebaikan bersama, maka lama kelamaan akan menjadi suatu kebiasaan yang baik menuju ke arah disiplin diri sendiri (self discipline). Disiplin tidak lagi merupakan suatu yang datang dari luar yang memberikan keterbatasan tertentu akan tetapi disiplin telah merupakan aturan yang datang dari dalam dirinya sebagai suatu hal yang wajar dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman utama dalam pelaksanaan disiplin akan memberikan kerangka dalam keteraturan hidup selanjutnya. Disiplin diri sendiri hanya akan tumbuh dalam suatu suasana di mana antara guru dan para peserta didik terjalin sikap persahabatan yang berakar pada dasar saling hormat menghormati dan saling mempercayai, Rohani (2001:134). Jadi sesuai

20 dengan pendapat ini berarti disiplin harus diterapkan dalam kerangka dan batas yang demokratis serta pedagogis. 2.4 Kerangka Berfikir Dalam dunia pendidikan, terdapat tiga ranah yang harus dikuasai oleh siswa, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif berorientasi pada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, ranah afektif berkaitan dengan attitude, moralitas, spirit, dan karakter sedangkan ranah psikomotorik berkaitan dengan keterampilan bersifat prosedural dan cenderung mekanis. Disiplin semu juga dapat terjadi pada diri siswa, yaitu kepatuhan untuk menepati ketentuan dan tata tertib yang dilakukannya hanya pada saat ada orang lain mengawasinya. Tindakan patuh pada ketentuan dan tata-tertib tersebut dilakukan dengan terpaksa, tanpa adanya kesadaran, oleh karena itu segera pengawasan tidak ada atau kendor, maka porakporandalah segala peraturan dan tata-tertib bagi siswa yang bersangkutan. Masalah yang terjadi pada kedisiplinan dalam belajar dapat dilihat dari gejala yang ditimbulkan oleh adanya perbuatan atau tingkah laku yang menyimpang dari tujuan serta harapan dari tindakan belajar. Dalam memberikan disiplin belajar pembelajaran membutuhkan metode dalam upaya pencapaian tujuan yang dicita-citakan, karena tanpa metode suatu materi pendidikan tidak mungkin terserap secara efektif dan efisien oleh anak didik. Oleh karena itu metode merupakan syarat agar aktivitas pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Dalam penelitian ini metode pembiasaan yang dilakukan dengan harapan dapat memberikan kedisiplinan siswa, sehingga siswa yang dapat melakukan pembiassan diri dalam pembelajaran akan dapat meningkatkan kedisiplinan siswa tersebut.

21 Berikut merupakan bagan kerangka berfikir penelitian: Siswa Rendahnya kedisiplinan siswa Dipengaruhi oleh Tindakan Pembelajaran menggunakan Metode Pembiasaan Meningkatkan disiplin belajar siswa Gambar 2.1 Kerangka berfikir 2.5 Hipotesis Tindakan Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berfikir maka hipotesis penelitian ini ialah terdapat peningkatan Disiplin Belajar Melalui Metode Pembiasaan Pada Siswa Kelas VA Pada Pelajaran Sains Di SD N 34/I Teratai.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan atau instansi pemerintah. Disiplin kerja digunakan untuk dapat meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan atau instansi pemerintah. Disiplin kerja digunakan untuk dapat meningkatkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Disiplin Disiplin kerja sangatlah penting dalam mempengaruhi perkembangan diri suatu perusahaan atau instansi pemerintah. Disiplin kerja digunakan untuk dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Disiplin Kerja 2.1.1 Pengertian Disiplin Menurut Sastrohadiwiryo (2005:291) Disiplin Kerja adalah suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Kata disiplin itu sendiri berasal dari Bahasa Latin discipline yang berarti

BAB II KAJIAN TEORI. Kata disiplin itu sendiri berasal dari Bahasa Latin discipline yang berarti BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Disiplin Kata disiplin itu sendiri berasal dari Bahasa Latin discipline yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerokhanian serta pengembangan tabiat. Disiplin

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. para pegawai. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang dapat memberikan

BAB II KAJIAN TEORITIS. para pegawai. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang dapat memberikan BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Disiplin Berbicara masalah disiplin kerja pada organisasi atau instansi, maka sasarannya tertuju pada proses pelaksanaannya dan tingkat keberhasilan kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Disiplin Kerja Disiplin kerja sangat penting untuk pertumbuhan suatu perusahaan. Disiplin kerja digunakan untuk memotivasi karyawan agar dapat mendisiplinkan diri dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Semangat Kerja 2.1.1 Pengertian Semangat Kerja Semangat kerja menggambarkan keseluruhan suasana yang dirasakan para karyawan dalam kantor. Apabila karyawan merasa bergairah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Semangat Kerja 2.1.1 Pengertian Semangat Kerja Semangat kerja menggambarkan keseluruhan suasana yang dirasakan para karyawan dalam kantor. Apabila karyawan merasa bergairah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemimpin 2.1.1 Pengertian Pemimpin Pada suatu organisasi, pemimpin memiliki peran yang sangat penting demi kamajuan organisasi dimana pemimpin memegang kekuasaan penting dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian MSDM Menurut Hasibuan (2009:10) Manajemen Sumber Daya Manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen mempunyai arti penting bagi kelangsungan hidup perusahaan dan pencapaian tujuan perusahaan. Karena perusahaan merupakan suatu organisasi besar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Disiplin Kerja Dalam menjalankan setiap aktivitas atau kegiatan sehari-hari, disiplin dapat diartikan sebagai masalah disiplin sering didefinisikan dengan tepat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Adapun Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia yang dikemukakan oleh para ahli adalah sebagai berikut: Menurut Armstrong (2013:28)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Disiplin berasal dari kata disple yang artinya patuh, patuh baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Disiplin berasal dari kata disple yang artinya patuh, patuh baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Disiplin Disiplin berasal dari kata disple yang artinya patuh, patuh baik kepada pemimpin maupun kepada aturan. Adapun pengertian disiplin yang dikemukakan oleh para ahli antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam organisasi, harus diakui dan diterima oleh manajemen. Tenaga kerja adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam organisasi, harus diakui dan diterima oleh manajemen. Tenaga kerja adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas Kerja 2.1.1 Pengertian Produktivitas Kerja Produktivitas tenaga kerja adalah salah satu ukuran perusahaan dalam mencapai tujuannya. Sumber daya manusia merupakan

Lebih terperinci

PENTINGNYA DISIPLIN PEGAWAI DALAM MENUNJANG AKTIVITAS KERJA PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MANADO TUGAS AKHIR.

PENTINGNYA DISIPLIN PEGAWAI DALAM MENUNJANG AKTIVITAS KERJA PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MANADO TUGAS AKHIR. PENTINGNYA DISIPLIN PEGAWAI DALAM MENUNJANG AKTIVITAS KERJA PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MANADO TUGAS AKHIR Tugas akhir ini diajukan guna memenuhi syarat untuk memperoleh Ijazah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Untuk memahami apa itu manajemen sumber daya manusia, kita sebaiknya meninjau terlebih dahulu pengertian manajemen itu sendiri. Manajemen berasal dari bahasa

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) menyatakan bahwa Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS. pembentukan kerangka pemikiran untuk perumusan hipotesis.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS. pembentukan kerangka pemikiran untuk perumusan hipotesis. 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang mendukung penelitian ini. Teori-teori tersebut akan membantu dalam proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1. Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan Pemberian definisi antara pemimpin dan kepemimpinan tidak dapat disamakan. Oleh karena pemimpin merupakan individunya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Disiplin Kerja Pengertian Disiplin Kerja Disiplin kerja merupakan fungsi operatif keenam dari Manajemen

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Disiplin Kerja Pengertian Disiplin Kerja Disiplin kerja merupakan fungsi operatif keenam dari Manajemen BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini penulis akan menguraikan kajian pustaka yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Kajian pustaka akan menjelaskan mengenai tinjauan pustaka dan kerangka dasar penelitian

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 6, Oktober 2016 INDIKATOR-INDIKATOR KEDISIPLINAN KERJA KARYAWAN PADA HOTEL KINI DI PONTIANAK

Bisma, Vol 1, No. 6, Oktober 2016 INDIKATOR-INDIKATOR KEDISIPLINAN KERJA KARYAWAN PADA HOTEL KINI DI PONTIANAK INDIKATOR-INDIKATOR KEDISIPLINAN KERJA KARYAWAN PADA HOTEL KINI DI PONTIANAK Yuliana Susi yulianasusi888@yahoo.co.id Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak ABSTRAKSI Tujuan penelitian adalah

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 3, Juli 2016 KEDISIPLINAN KERJA KARYAWAN PADA RESTORAN DAN ISTANA KUE CITA RASA DIPONTIANAK

Bisma, Vol 1, No. 3, Juli 2016 KEDISIPLINAN KERJA KARYAWAN PADA RESTORAN DAN ISTANA KUE CITA RASA DIPONTIANAK KEDISIPLINAN KERJA KARYAWAN PADA RESTORAN DAN ISTANA KUE CITA RASA DIPONTIANAK ABSTRAKSI Evi Mariati Email: mariayati764@yahoo.co.id Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak Faktor-faktor yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. datang, jika suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. datang, jika suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang berkualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun. Anak usia dini merupakan sumber daya manusia yang sangat penting dan berpotensi tinggi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah di tentukan bersama. Setiap organisasi pastilah memiliki tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. telah di tentukan bersama. Setiap organisasi pastilah memiliki tujuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Organisasi merupakan sarana/alat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu organisasi merupakan suatu wadah yang didalamnya terdapat aktivitas orang-orang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak pernah dikenalkan pada aturan maka akan berperilaku tidak disiplin

BAB I PENDAHULUAN. tidak pernah dikenalkan pada aturan maka akan berperilaku tidak disiplin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedisiplinan sangat penting diterapkan dalam lembaga pendidikan dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Keluarga merupakan salah satu panutan utama dalam penanaman

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. karyawan itu sendiri yang menyebabkan karyawan dapat menyesuaikan diri

BAB II LANDASAN TEORI. karyawan itu sendiri yang menyebabkan karyawan dapat menyesuaikan diri 10 BAB II LANDASAN TEORI A. Disiplin Kerja 1. Pengertian Disiplin Kerja Disiplin kerja merupakan suatu kekuatan yang berkembang dalam tubuh karyawan itu sendiri yang menyebabkan karyawan dapat menyesuaikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengelola, pengelolaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengelola, pengelolaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengelola, pengelolaan. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsifungsi

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 1, Mei 2016 DISIPLIN KERJA KARYAWAN PADA PT MALINDO PERSADA KHATULISTIWA KARANGAN ESTATE DI KARANGAN

Bisma, Vol 1, No. 1, Mei 2016 DISIPLIN KERJA KARYAWAN PADA PT MALINDO PERSADA KHATULISTIWA KARANGAN ESTATE DI KARANGAN DISIPLIN KERJA KARYAWAN PADA PT MALINDO PERSADA KHATULISTIWA KARANGAN ESTATE ABSTRAK Stefanus Fadri Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak email: stefanuspadri@yahoo.co.id PT Malindo Persada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia 6 tahun. Secara alamiah perkembangan

Lebih terperinci

MODEL PEMBERIAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KELAS

MODEL PEMBERIAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KELAS MODEL PEMBERIAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KELAS Jimmi Apul Maringan Manalu Sekolah Dasar Swasta Pengharapan Patumbak Deli Serdang Corresponding author: jimmimanalu94@gmail.com Abstrak Motivasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut rivai (2004) bahwa Disiplin adalah suatu alat yang digunakan para

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut rivai (2004) bahwa Disiplin adalah suatu alat yang digunakan para BAB II KAJIAN TEORI 1.1.Pengertian Disiplin Menurut rivai (2004) bahwa Disiplin adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada dunia pendidikan dalam upaya mengembangkan pemahaman diri sesuai

BAB I PENDAHULUAN. pada dunia pendidikan dalam upaya mengembangkan pemahaman diri sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah adalah sebagai bagian dari pendidikan nasional yang nantinya dapat meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, dan akhlak mulia. Begitu pula dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Disiplin BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari aktivitas atau kegiatan, kadang kegiatan itu kita lakukan dengan tepat waktu tapi kadang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Tentang Camat, Tugas, dan Fungsinya. Menurut Undang-Undang no 23 Tahun 2014 pasal 224 ayat (1) menyebutkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Tentang Camat, Tugas, dan Fungsinya. Menurut Undang-Undang no 23 Tahun 2014 pasal 224 ayat (1) menyebutkan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Camat, Tugas, dan Fungsinya Menurut Undang-Undang no 23 Tahun 2014 pasal 224 ayat (1) menyebutkan Kecamatan dipimpin oleh seorang kepala kecamatan yang disebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Disiplin 1.1.1 Pengertian Disiplin Di dalam menjalankan setiap aktivitas atau kegiatan sehari-hari, disiplin sering didefinisikan dengan cekatan, tepat, baik waktu maupun tempat.

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia merupakan faktor yang terpenting dalam suatu perusahaan maupun instansi pemerintah, hal ini disebabkan semua aktivitas dari suatu instansi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Disiplin Kerja 2.1.1 Pengertian Disiplin Disiplin berasal dari kata disciple yang artinya pengikut atau penganut. Pada kenyataan banyak peraturan organisasi yang harus ditaati

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 5, September 2017 KEDISIPLINAN KERJA KARYAWAN PADA CV JAYA RAYA DI NGABANG

Bisma, Vol 1, No. 5, September 2017 KEDISIPLINAN KERJA KARYAWAN PADA CV JAYA RAYA DI NGABANG KEDISIPLINAN KERJA KARYAWAN PADA ABSTRAKSI Repi email: filivarepitasari3@gmail.com Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak Kedisiplinan seringkali diartikan patuh dan taat pada nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam setiap kehidupan sosial terdapat individu-individu yang memiliki kecenderungan berperilaku menyimpang dalam arti perilakunya tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai kunci peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah hal yang perlu diperhatikan lagi di negara ini. Pendidikan juga dibuat oleh pemerintah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 55 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Bab IV mendeskripsikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hasil penelitian. Baik dengan rumusan masalah penelitian, secara berurutan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Disiplin Kerja Pegawai. kehidupan kelompok atau organisasi, baik organisasi formal maupun non

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Disiplin Kerja Pegawai. kehidupan kelompok atau organisasi, baik organisasi formal maupun non BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Kerja Pegawai 1. Pengertian Disiplin Kerja Pegawai Menurut Martoyo (2000), kata disiplin itu sendiri berasal dari bahasa Latin discipline yang berarti: latihan atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatan sumber daya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatan sumber daya manusia. Menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perhatian serius bagi orang tua yang tidak menginginkan anak-anaknya. tumbuh dan berkembang dengan pola asuh yang salah.

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perhatian serius bagi orang tua yang tidak menginginkan anak-anaknya. tumbuh dan berkembang dengan pola asuh yang salah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keluarga mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadian anak dalam hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan saat ini menghadapi berbagai masalah yang amat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah tersebut adalah menurunnya

Lebih terperinci

PEMBINAAN PESERTA DIDIK DALAM PENINGKATAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH. Oleh : Pitriani

PEMBINAAN PESERTA DIDIK DALAM PENINGKATAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH. Oleh : Pitriani PEMBINAAN PESERTA DIDIK DALAM PENINGKATAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH Oleh : Pitriani Abstrak: Pendidikan merupakan faktor utama dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan kata lain, pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permainan bola voli di Indonesia merupakan salah satu cabang olahraga yang banyak digemari masyarakat, karena dapat dilakukan oleh anak-anak hingga orang dewasa,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kedisiplinan pada anak usia prasekolah 1. Pengertian Disiplin merupakan cara orang tua mengajarkan kepada anak tentang perilaku moral yang dapat diterima kelompok. Tujuan utamanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, agar berlangsung tertib, efektif dan efisien. Norma-norma itu

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, agar berlangsung tertib, efektif dan efisien. Norma-norma itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak didik sebagai generasi penerus bangsa, sejak dini harus dikenalkan dengan nilai-nilai yang mengatur kehidupan manusia, yang berguna bagi dirinya masing-masing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memang dunia yang tidak pernah bisa habis untuk. diperbincangkan. Karena selama manusia itu ada,

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memang dunia yang tidak pernah bisa habis untuk. diperbincangkan. Karena selama manusia itu ada, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan memang dunia yang tidak pernah bisa habis untuk diperbincangkan. Karena selama manusia itu ada, perbincangan tentang pendidikan akan tetap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Motivasi Belajar 2.1.1. Pengertian Motivasi Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif/daya menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dorongan untuk bekerja, kerjasama dan koordinasi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. dorongan untuk bekerja, kerjasama dan koordinasi. 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen dapat diartikan sebagai sistem kerja, maksudnya adalah bahwa di dalam setiap aktifitas suatu organisasi perlu memiliki kerjasama

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Aktivitas Belajar Aktivitas dalam hal ini berarti siswa aktif dalam mengerjakan soal-soal atau tugas-tugas yang diberikan dengan rasa senang dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan, cara atau metode, material, mesin, uang dan beberapa sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan, cara atau metode, material, mesin, uang dan beberapa sumberdaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan sebuah perkumpulan atau wadah bagi sekelompok orang untuk bekerjasama, terkendali dan terpimpin untuk tujuan tertentu. Organisasi biasanya

Lebih terperinci

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional dan metode penelitian. A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan pendidikan bangsa ini akan cerdas dalam berpikir, dan bijak dalam bertindak. Agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan metode pengajaran yang tepat. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan metode pengajaran yang tepat. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting dalam kehidupan karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang dibekali dengan dorongan untuk hidup bersama. Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen pada dasarnya dibutuhkan oleh semua perusahaan. atau organisasi, karena tanpa semua usaha ataupun kegiatan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen pada dasarnya dibutuhkan oleh semua perusahaan. atau organisasi, karena tanpa semua usaha ataupun kegiatan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen pada dasarnya dibutuhkan oleh semua perusahaan atau organisasi, karena tanpa semua usaha ataupun kegiatan untuk mencapai tujuan akan sia-sia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta ketat untuk menghasilkan penerus-penerus yang bermoral baik, berwawasan

BAB I PENDAHULUAN. serta ketat untuk menghasilkan penerus-penerus yang bermoral baik, berwawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan aset keluarga yang harus dijaga dengan baik, kelak mereka akan menjadi aset bangsa dan negara, yang akan menentukan masa depan bangsa dan negara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial anak. Hurlock (1993: 250) berpendapat bahwa perkembangan sosial

BAB I PENDAHULUAN. sosial anak. Hurlock (1993: 250) berpendapat bahwa perkembangan sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah perkembangan (developmental) merupakan bagian dari masalah psikologi. Masalah ini menitik beratkan pada pemahaman dan proses dasar serta dinamika perilaku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manfaat dari pendidikan di sekolah, antara lain adalah menambah wawasan dan

I. PENDAHULUAN. Manfaat dari pendidikan di sekolah, antara lain adalah menambah wawasan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan bagi setiap warga negara. Baik itu pendidikan formal melalui lembaga resmi seperti sekolah ataupun pendidikan di luar sekolah. Manfaat

Lebih terperinci

BAB II. Reward dan Rasa Percaya Diri. berarti penghargaan atau hadiah. Sedangkan menurut istilah, banyak

BAB II. Reward dan Rasa Percaya Diri. berarti penghargaan atau hadiah. Sedangkan menurut istilah, banyak BAB II Reward dan Rasa Percaya Diri A. Reward 1. Pengertian Reward Menurut bahasa reward berasal dari bahasa inggris yang berarti penghargaan atau hadiah. Sedangkan menurut istilah, banyak sekali pendapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Disiplin Menurut Yani (2012:86) disiplin kerja adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati norma-norma peraturan yang berlaku disekitarnya.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peningkatan Aktivitas Siswa Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Kedisiplinan sangat penting diterapkan dalam lembaga pendidikan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Kedisiplinan sangat penting diterapkan dalam lembaga pendidikan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kedisiplinan sangat penting diterapkan dalam lembaga pendidikan dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Disiplin yang dimiliki siswa akan membantu siswa itu sendiri dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian. I. PENDAHULUAN Pada bab 1 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatakan kesadaran dan kesediaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatakan kesadaran dan kesediaan 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Disiplin Kerja Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manager untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam berbagai disiplin ilmu serta memajukan daya pikir manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam berbagai disiplin ilmu serta memajukan daya pikir manusia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang di ajarkan di sekolah. Matematika merupakan ilmu yang bersifat universal yang mendasari perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keith Davis ( 2007 ) mengemukakan bahwa : Dicipline is management action

BAB I PENDAHULUAN. Keith Davis ( 2007 ) mengemukakan bahwa : Dicipline is management action BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai macam pengertian disiplin kerja yang dikemukakan oleh para ahli, Keith Davis ( 2007 ) mengemukakan bahwa : Dicipline is management action to enforce organization

Lebih terperinci

ETOS KERJA PELATIHAN OPERATOR WHEEL LOADER MODUL : WLO - 01 PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

ETOS KERJA PELATIHAN OPERATOR WHEEL LOADER MODUL : WLO - 01 PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI PELATIHAN OPERATOR WHEEL LOADER MODUL : WLO - 01 ETOS KERJA DEPARTEMEN DEPARTEMEN PEKERJAAN PEKERJAAN UMUM UMUM BADAN BADAN PEMBINAAN PEMBINAAN KONSTRUKSI KONSTRUKSI DAN DAN SUMBER SUMBER DAYA DAYA MANUSIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal di Indonesia merupakan rangkaian jenjang pendidikan yang wajib dilakukan oleh seluruh warga Negara Indonesia, di mulai dari Sekolah Dasar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, peneliti menyimpulkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang telah dilaksanakan mengenai studi tentang Faktor-Faktor Determinan Dalam Pembinaan Disiplin

Lebih terperinci

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan L A M P I R A N 57 INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan Anda diminta untuk memilih 1 (satu) pernyataan dari setiap rumpun yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS 16 BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Konsep Belajar 2.1.1. Pengertian Belajar Slameto (2010, h. 1) mengatakan, Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Disiplin Kerja. penguasaan diri dengan tujuan menahan impuls yang tidak diinginkan, atau untuk

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Disiplin Kerja. penguasaan diri dengan tujuan menahan impuls yang tidak diinginkan, atau untuk BAB II LANDASAN TEORITIS A. Disiplin Kerja 1. Pengertian Disiplin Kerja Menurut kamus psikologi Chaplin (2002) dijelaskan disiplin adalah satu cabang ilmu pengetahuan, kontrol terhadap bawahan, hukuman,

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Manajemen Untuk memahami apa itu manajemen sumber daya manusia, kita sebaiknya meninjau terlebih dahulu pengertian manajemen itu sendiri. Manajemen berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di SMAN Situraja kabupaten

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di SMAN Situraja kabupaten BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Kesimpulan Umum Untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di SMAN Situraja kabupaten Sumedang, maka setiap pelanggaran-pelanggaran aturan sekolah yang dilakukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN DISIPLIN DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI 20 JEMBATAN MAS

HUBUNGAN DISIPLIN DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI 20 JEMBATAN MAS ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN DISIPLIN DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI 20 JEMBATAN MAS Oleh: ERATIKA PURNAMA SARI A1D109212 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Data yang disajikan dalam penelitian ini merupakan hasil wawancara, dokumentasi dan observasi atau pengamatan langsung terhadap bimbingan beragama dalam

Lebih terperinci

Salam sejahtera, Terimakasih kepada Tuhan yang maha Esa atas segala rahmat dan nikmat-nya yang terus mengalir dalam kehidupan kita.

Salam sejahtera, Terimakasih kepada Tuhan yang maha Esa atas segala rahmat dan nikmat-nya yang terus mengalir dalam kehidupan kita. Salam sejahtera, Terimakasih kepada Tuhan yang maha Esa atas segala rahmat dan nikmat-nya yang terus mengalir dalam kehidupan kita. Yang saya hormati Bpk kepala sekolah SMPn 09 Kendari beserta jajaran

Lebih terperinci

Menurut Rivai dalam bukunya yang berjudul manajemen sumber daya manusia untuk perusahaan (2009;2) menyatakan :

Menurut Rivai dalam bukunya yang berjudul manajemen sumber daya manusia untuk perusahaan (2009;2) menyatakan : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengelola, pengelolaan. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS 13 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Uraian Teoritis 1. Pengertian Disiplin Kerja Disiplin kerja sangat penting bagi pegawai yang bersangkutan maupun bagi organisasi karena disiplin kerja akan mempengaruhi produktivitas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. siswa (Studi Deskriptif Analitis di SMAN 1 CIASEM Kabupaten Subang) dapat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. siswa (Studi Deskriptif Analitis di SMAN 1 CIASEM Kabupaten Subang) dapat 133 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pembahasan penelitian yang telah dilaksanakan mengenai studi tentang Peran guru PKn dalam membentuk karakter disiplin siswa (Studi Deskriptif Analitis di

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. BRI Cabang Limboto, samping kiri kantor Urusan Agama

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. BRI Cabang Limboto, samping kiri kantor Urusan Agama 1 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 3.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kantor Pos Indonesia Cabang Limboto ini berada di Jln. Deliyana Hippy, Kelurahan Kayu Bulan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia pendidikan di Indonesia secara tidak langsung menuntut guru atau dosen untuk selalu mengembangkan keterampilan dan pola pikir.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. kepada keputusan-keputusan, peraturan-peraturan dan nilai-nilai tinggi dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. kepada keputusan-keputusan, peraturan-peraturan dan nilai-nilai tinggi dari BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Disiplin Kerja 2.1.1 Pengertian Disiplin Kerja Disiplin Kerja adalah suatu kekuatan yang berkembang di dalam tubuh pekerja sendiri dan menyebabkan dia dapat

Lebih terperinci

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebab melalui pendidikan diharapkan dapat menghasilkan

Lebih terperinci

KEDISIPLINAN, KONFLIK, KEPUASAN KERJA, STRESS & FRUSTASI DALAM PERKERJAAN. Pertemuan 9. 10/9/2016 Nova Yanti Maleha,S.E.MM 1

KEDISIPLINAN, KONFLIK, KEPUASAN KERJA, STRESS & FRUSTASI DALAM PERKERJAAN. Pertemuan 9. 10/9/2016 Nova Yanti Maleha,S.E.MM 1 KEDISIPLINAN, KONFLIK, KEPUASAN KERJA, STRESS & FRUSTASI DALAM PERKERJAAN Pertemuan 9 10/9/2016 Nova Yanti Maleha,S.E.MM 1 Mengapa Disiplin Penting? Disiplin menunjukkan besarnya rasa tanggung jawab karyawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam. Dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003) Selain faktor yang berada dalam diri peserta didik, untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam. Dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003) Selain faktor yang berada dalam diri peserta didik, untuk dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan dasar yang penting untuk kemajuan bangsa, karena dengan adanya pendidikan sebuah bangsa akan mencapai kemajuan, baik dalam pengembangan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Data yang disajikan dalam penelitian ini merupakan hasil wawancara, dokumentasi dan observasi atau pengamatan langsung terhadap problematika penanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mana merupakan wujud cinta kasih sayang kedua orang tua. Orang tua harus membantu merangsang anak

Lebih terperinci