BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Pengertian Darah Darah merupakan bagian penting dari system transport yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total. Prosentase ini pada pria lebih besar dibanding wanita karena pengaruh hormon androgen. Darah juga merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang terdiri dari dua bagian besar yaitu plasma darah yang merupakan bagian cair dan bagian korpuskuli yakni benda-benda darah yang terdiri dari sel darah putih atau lekosit, sel darah merah atau eritrosit dan sel pembeku darah atau trombosit (Atulmetha dan Hoffbrand, 2006). Empat puluh lima sampai enam puluh persen darah terdiri atas sel-sel darah terutama eritrosit. Lekosit dan trombosit walaupun secara fungsional sangat esensial, hanya merupakan sebagian kecil saja dari darah secara keseluruhan (Atulmetha dan Hoffbrand, 2006). Sel darah merah atau eritrosit selama hidupnya tetap berada dalam darah. Sel-sel ini mampu mengangkut oksigen secara efektif tanpa meninggalkan pembuluh darah serta cabang-cabangnya. Leukosit melaksanakan fungsinya didalam jaringan, sedangkan keberadaannya dalam darah hanya melintas saja. Trombosit melakukan fungsinya pada 5

2 6 dinding pembuluh darah, sedangkan trombosit yang ada dalam sirkulasi tidak mempunyai fungsi khusus (Atulmetha dan Hoffbrand, 2006). 2. Fungsi Sel-Sel Darah Darah dalam keseluruhannya mempunyai banyak fungsi. Fungsifungsi yang paling penting dari darah adalah sebagai berikut (Bakri, dkk., 2000): 1. Fungsi yang berhubungan dengan pernafasan Fungsi pernafasan adalah darah membawa oksigen dari paru-paru kejaringan-jaringan membawa karbon dioksida dari jaringanjaringan ke paru-paru untuk dikeluarkan. 2. Fungsi yang berhubungan dengan nutrisi Darah mengangkut zat-zat makanan yang diabsorbsi dari usus atau dibuat dalam tubuh ke sel-sel yang menggunakannya atau menyimpannya. 3. Fungsi yang berhubungan dengan ekskresi Darah mengangkut ampas-ampas metabolisme ke alat-alat ekskresi di mana zat-zat tersebut dikeluarkan. 4. Fungsi yang berhubungan dengan kekebalan Darah mentransfort lekosit, antibodi dan substansi protektif lainnya. 5. Fungsi yang berhubungan dengan hormon Darah mengangkut ekskresi hormonal dari satu organ ke organ lain.

3 7 6. Fungsi yang berhubungan dengan keseimbangan air dalam tubuh. Darah mengatur keseimbangan air dalam tubuh yaitu dari satu organ ke organ lainnya dan ke alat-alat pembuangan, misalnya ginjal dan paru-paru. 7. Fungsi yang berhubungan dengan pengaturan suhu Darah memainkan peranan melalui beberapa jalan yaitu : a. Darah mengandung sejumlah panas b. Darah mengalir dengan cepat dan mendistribusikan panas tersebut dengan konsekwensi meratanya panas pada seluruh tubuh. c. Mengatur panas ke permukaan tubuh, dimana panas itu di eliminir dengan penguapan atau iradiasi. d. Mensuplai air guna penguapan pada kulit dan paru-paru. 8. Fungsi yang berhubungan dengan pengaturan tekanan osmotik 9. Fungsi yang berhubungan dengan pengaturan keseimbangan asam 10. Fungsi yang berhubungan dengan pengaturan keseimbangan ion-ion 11. Fungsi yang berhubungan dengan pengaturan tekanan darah 3. Pembentukan sel darah atau eritropoiesis Eritropoesis pada orang dewasa dalam keadaan normal terutama terjadi didalam sumsum tulang di mana sistem eritrosit mencapai 20-30% bagian jaringan sumsum tulang yang aktif membentuk sel darah. Apabila tidak ada gangguan eritropoesis, 20% sel sumsum tulang yang berinti adalah sel darah seri eritrosit yang berinti. Sel darah merah berinti

4 8 dalam sumsum tulang terdapat di dalam stroma sumsum tulang di luar jaringan sinusoid (Lefever, 2008). Perkembangan sel darah dalam sumsum tulang melalui berbagai tahap yaitu mula-mula besar dan berisi nukleus tapi tidak ada hemoglobin, kemudian dimuati hemoglobin dan akhirnya kehilangan nukleusnya dan baru diedarkan ke dalam sirkulasi darah (Anderson, 2002). Sel eritrosit yang paling awal dapat dikenal dalam sumsum tulang adalah pronormoblas yang pada pewarnaan Romanowsky merupakan sel besar dengan sitoplasma biru tua, nukleus ditengah dengan nukleoli dan kromatin yang sedikit mengelompok. Pronormoblas berkembang menjadi normoblas basofil yang mulai mensintesis hemoglobin yang selanjutnya menjadi normoblas polikromatoid. Inti sel selanjutnya menyusut sedang hemoglobin dibentuk dalam jumlah yang lebih banyak dan sel menjadi normoblas asidofil. Sitoplasma pada normoblas asidofil telah berisi dengan hemoglobin, inti menjadi sangat kecil dan dibuang, kemudian retikulum endoplasma direabsorbsi. Sel pada stadium ini dinamakan retikulosit (Sacher dan Mcpherson, 2004). Retikulosit adalah sel muda eritrosit yang telah kehilangan sifat melekatnya pada masa sumsum tulang lainnya sehingga dengan mudah dapat masuk ke dalam sinusoid dan selanjutnya turut dengan aliran darah ke dalam pembuluh darah. Sel ini memakan waktu 1-2 hari dalam sumsum tulang dan beredar dalam darah tepi selama 1-2 hari sebelum

5 9 matang, terutama dalam limpa, ketika RNA hilang sempurna dan terbentuk eritrosit matang yang berwarna merah jambu, yang merupakan cakram bikonkaf tanpa nukleus (Hoffbrand, 2000). Perubahan morfologi sel yang terjadi selama proses diferensiasi sel pronormoblas sampai eritrosit matang dapat dikelompokkan dalam 3 kelompok : a. Ukuran sel makin mengecil akibat mengecilnya inti sel. b. Inti sel menjadi makin padat dan akhirnya dikeluarkan pada tingkatan eritroblas asidofilik. c. Dalam sitoplasma dibentuk hemoglobin yang diikuti dengan hilangnya RNA dari dalam sitoplasma sel (Lefever, 2008). B. Hemoglobin Hemoglobin adalah bahan yang terdiri dari besi yang disebut hem dan protein globin dalam setiap sel darah merah mengandung 300 molekul hemoglobin.setiap molekul hemoglobin memiliki empat tempat pengikatan untuk oksigen.tugas akhir hemoglobin adalah menyerap karbonddioksida dan ion hidrogen serta membawanya ke paru tempat zat-zat tersebut dilepaskan dari hemoglobin (Arisman, 2002) Hemoglobin adalah komplek protein-pigmen yang menggandung zat besi. Komplek tersebut berwarna merah dan terdapat didalam eritrosit.sebuah molekul hemoglobin memiliki empat gugus haeme yang menggandung besi fero dan empat rantai globin (Arisman, 2002)

6 10 Menurut Parakkasi, Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin, sehingga anemia gizi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dan kandungan hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan mikronutrien essensil dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi mengantar oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, untuk dieksresikan ke dalam udara pernafasan, sitokrom, dan komponen lain pada sistem enzim pernafasan seperti sitokrom oksidase, katalase, dan peroksidase. Besi berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel darah merah dan mioglobin dalam sel otot. Kandungan ± 0,004 % berat tubuh (60-70%) terdapat dalam hemoglobin yang disimpan sebagai ferritin di dalam hati, hemosiderin di dalam limpa dan sumsum tulang (Rahardjo, 2006) Kurang lebih 4% besi di dalam tubuh berada sebagai mioglobin dan senyawa-senyawa besi sebagai enzim oksidatif seperti sitokrom dan flavoprotein. Walaupun jumlahnya sangat kecil namun mempunyai peranan yang sangat penting. Mioglobin ikut dalam transportasi oksigen menerobos sel-sel membran masuk kedalam sel-sel otot. Sitokrom, flavoprotein, dan senyawa-senyawa mitokondria yang mengandung besi lainnya, memegang peranan penting dalam proses oksidasi menghasilkan Adenosin Tri Phosphat (ATP) yang merupakan molekul berenergi tinggi. Sehingga apabila tubuh mengalami anemia gizi besi maka terjadi penurunan kemampuan bekerja. Pada anak sekolah berdampak pada peningkatan absen sekolah dan penurunan prestasi belajar (Wikipedia, 2007)

7 11 Menurut Wirakusumah, Besi yang terdapat di dalam tubuh orang dewasa sehat berjumlah lebih dari 4 gram. Besi tersebut berada di dalam selsel darah merah atau hemoglobin (lebih dari 2,5 g), myoglobin (150 mg), phorphyrin cytochrome, hati, limpa sumsum tulang (> mg). Ada dua bagian besi dalam tubuh, yaitu bagian fungsional yang dipakai untuk keperluan metabolik dan bagian yang merupakan cadangan. Hemoglobin, mioglobin, sitokrom, serta enzim hem dan nonhem adalah bentuk besi fungsional dan berjumlah antara mg/kg berat badan. Sedangkan besi cadangan apabila dibutuhkan untuk fungsi-fungsi fisiologis dan jumlahnya 5-25 mg/kg berat badan. Ferritin dan hemosiderin adalah bentuk besi cadangan yang biasanya terdapat dalam hati, limpa dan sumsum tulang. Metabolisme besi dalam tubuh terdiri dari proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan, penyimpanan dan pengeluaran (Rahardjo, 1996) Menghitung Kadar Hemoglobin dengan cara yang paling sederhana adalah dengan metoda sahli.cara ini kurang teliti karena membandingkan Warna standar dengan warna yang terbentuk dengan menggunakan mata telanjang maka subjektivitas sangat berpengaruh. Cara otomatik memungkinkan Kadar Hb yang dihitung lebih teliti. Kadar Hb orang dewasa wanita 12 g/100 ml, pria 13 g/100 ml Dengan pertimbangan di atas, maka penelitian untuk pemeriksaan Hb digunakan metode otomatik Penurunan kadar Hb dijumpai pada anemia, perdarahan,radiasi dan terapi obat-obatan cenderung menurunkan kadar Hb sedangan kadar Hb tinggi dijumpai pada polisitemia vera.

8 12 C. Eritrosit Eritrosit berasal dari sel induk pluripotensial yang kemudian melalui sel induk mieloit multipotensial membentuk sel eritroit pelopor. Eritrosit dibentuk melalui suatu proses pematangan yang terdiri atas beberapa tahap, yaitu pembelahan dan perubahan-perubahan morfologi sel-sel berinti mulai dari proeritroblas sampai ortokromatik eritroblas, disusul kemudian oleh pembentukan eritrosit tidak berinti yang disebut retikulosit dan akhirnya menjadi eritrosit (Boedina, 2001). Aktifitas eritropoietik diatur oleh hormon eritropoitin, yang dihasilkan oleh gabungan faktor ginjal dengan protein plasma Rangsangan untuk produksi eritropoietin adalah tekanan O 2 dalam jaringan ginjal. Kadar oksigen dalam jaringan ditentukan oleh aliran darah, kadar hemoglobin, saturasi oksigen hemoglobin dan afisitas oksigen terhadap hemoglobin (Hoffbrand, 2006). Segala keadaan yang menurunkan oksigenasi ginjal, misalnya kadar hemoglobin yang rendah, gangguan penglepasan oksigen oleh hemoglobin, gangguan pertukaran oksigen pada pernapasan dan hambatan aliran darah dapat meningkatkan kadar eritropoietin apabila fungsi ginjal adekuat (Boedina SK 2001). Jumlah eritrosit baru yang diproduksi setiap hari sangat banyak, maka sumsum tulang memerlukan banyak prekursor untuk mensintesis dalam jumlah banyak. Golongan zat berikut dibutuhkan untuk eritropoiesis (Hoffbrand, 2006 )

9 13 1. Logam : besi, mangan, kobalt 2. Vitamin : B12, folat, C, E, B6, tiamin, riboflavin, asam pantotenat 3. Asam amino 4. Hormon : eritropoietin, androgen, tiroksin Fungsi utama eritrosit yaitu membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh dan transfer karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru. Transfer oksigen berlangsung melalui hemoglobin yang terdapat dalam eritrosit. Eritrosit yang mengandung hemoglobin merupakan komponen hematologi utama dari transpor oksigen, transpor gas, mempertahankan integritas dan fleksibilitas membran (Isbister, 1999). Morfologi eritrosit dapat diamati pada sediaan apus yang dicat dengan pulasan Wright, Giemsa atau menggunakan zat warna lain. Eritrosit normal berbentuk bikonkav dengan diameter 7-9 µm. Gambaran sediaan apus yang menunjukkan sebagian besar eritrosit berdiameter < 7 µm disebut dengan istilah mikrositosis. Keadaan ini dijumpai pada anemia defisiensi besi, thalasemia. Eritrosit berdiameter > 9 µm disebut makrositosis menunjukkan eritrosit lebih besar daripada normal banyak dijumpai pada anemia megaloblastik. Gambaran yang menunjukkan berbagai ukuran sel disebut anisositosis. Eritrosit dengan zona tengah yang lebih pucat dan lebar disebut hipokrom, merupakan petunjuk bahwa kadar hemoglobin eritrosit itu rendah (Boedina, 2001) Menghitung jumlah eritrosit dengan cara manual menggunakan volume darah yang sangat kecil dengan pengenceran yang tinggi. Cara ini

10 14 memakan waktu dan kuarang teliti, cara otomatik memungkinkan jumlah eritrosit dihitung lebih teliti.( Villanova, 2000 ).Jumlah eritrosit pada orang dewasa wanita 4.8 ± 0.6 juta/mm3, pria 5.4 ± 0,8 juta/mm3 (Wallach, 2002 ) Peningkatan jumlah eritrosit dijumpai pada polisitemia vera, dehidarsi, hipoksia. Sedangkan penurunan jumlah ertrosit dijumpai pada anemia, perdarahan, hemolisis, malnutrisi (Uthman, 2002 ). D. Retikulosit Retikulosit merupakan eritrosit muda yang telah kehilangan inti sel dan masih mengandung sisa RNA serta masih tetap mensintesis hemoglobin yang selanjutnya mengalami pematangan selama 1-2 hari dalam darah tepi untuk menjadi eritrosit dewasa. Ukurannya 8-9 mikron diameternya dan didalam sitoplasmanya terdapat sisa-sisa inti yang tersusun secara retikulair. Retikulosit mudah dikenal karena didalam sitoplasmanya masih terdapat sisa RNA. Polikromatofilia yang menunjukkan warna yang kebiru-biruan dan bintik-bintik basofil pada eritrosit, sebenarnya disebabkan oleh bahan ribosom ini. Retikulum tersebut hanya dapat tercatat dalam retikulosit. Banyak retikulum tergantung pada umur retikulosit yaitu makin muda makin banyak, makin tua makin kurang retikulumnya. Retikulosit dapat dibedakan dari eritrosit matang dengan pewarnaan Wright karena berukuran lebih besar dan berwarna lebih biru dari pada eritrosit (Widman, 2000). Sel normal beredar sebagai retikulosit selama 1-2 hari dan sebagai eritrosit matang selama 120 hari. Darah dengan kadar hemoglobin yang

11 15 normal terdapat 0,5-2,5% retikulosit menunjukkan sumsum tulang yang normal (Widman, 2000). Jumlah retikulosit yang normal dicapai kembali setelah kadar hemoglobin stabil, biasanya setelah 30 hari. Retikulositosis yang menetap atau peningkatan retikulosit untuk kedua kali menandakan perdarahan yang berlanjut atau berulang. Pada defisiensi besi, terutama defisiensi akibat perdarahan kronik, pengobatan dengan preparat besi meningkatkan jumlah retikulosit dalam waktu tiga hari. Jumlah retikulosit harus tetap tinggi sampai tercapai kadar hemoglobin yang normal (Widman, 2000). Tubuh yang kehilangan darah secara spontan, peningkatan jumlah retikulosit menandakan bahwa sumsum tulang bereaksi secara normal. Perdarahan yang cukup banyak biasanya menyebabkan retikulositosis yaitu jumlah retikulosit meningkat dari nilai normal karena banyaknya produksi sel muda dari sumsum tulang yang telah mengalami pematangan menjadi retikulosit, dimana retikulosit adalah sel muda yang terdapat dalam darah tepi. Retikulositosis terjadi dalam 1-2 hari dan mencapai puncaknya pada hari ke-4 sampai ke-7 (Widman, 2000). Hitung retikulosit adalah tes yang mengukur seberapa besar sel darah merah muda yang disebut retikulosit diproduksi sumsum tulang dan kemudian dilepaskan ke dalam aliran darah. Pemeriksaan retikulosit merupkan alat diagnostik penting. Jumlah retikulosit yang terdapat dalam darah tepi merupakan refleksi akurat adanya peningkatan eritropoesis (Brown, 2001).

12 16 Retikulosit beredar dalam aliran darah kira-kira dua hari sebelum menjadi sel darah merah matang. Sepuluh persen dari eritrosit didalam darah perifer adalah retikulosit. Hal ini berarti bahwa hanya satu persen dari jumlah jangka hidup eritrosit adalah retikulosit (Bakri, dkk, 200). Cara hitung retikulosit dapat dilakukan dengan metode manual menggunakan mikroskop yaitu metode basah dan kering dengan sediaan kering dan Metode otomatik dapat menggunakan zat warna fluorezen pada automatic analyzer. Tes hitung retikulosit cara otomatik akurasinya jauh lebih baik, waktu lebih cepat dibandingkan penghitungan cara manual. Namun mempunyai keterbatasan bila ada pembekuan tidak dapat dihitung oleh alat sehingga hasil perhitungan akan menurun dan harga pemeriksaan jauh lebih mahal. Hasil yang lebih tinggi didapat pada erithroblastosis fetalis, anemia hemolitik, perdarahan dan penyakit ginjal dengan peningkatan produksi eritropoetin (Gandasubrata, 2000). Hasil yang lebih rendah didapat pada kegagalan sumsum tulang, pembengkakan hati, defisiensi folat, defisiensi besi, defisiensi vitamin B12, terapi dengan radiasi dan penyakit ginjal dengan penurunan produksi eritropoetin. Nilai normal pada perhitungan manual 0,5-2% (Osgood-Wilhelm). Jumlah retikulosit merupakan cermin bagi aktifitas eritrositik, artinya dengan menunjukkan baik tidaknya fungsi eritropoetik dalam keadaan tertentu. Bila oleh suatu keadaan patologi, misalnya anemia hemolitik,

13 17 jumlah retikulosit Sangat meningkat mencapai 30-50% maka keadaan ini disebut crisis retikulosit. Sebenarnya banyaknya retikulosit yang ada dalam darah perifer menunjukkan jumlah eritrosis yang harus diganti setiap harinya, yang mengalami destruksi secara fisiologis oleh karena telah mencapai umurnya E. Pengaruh Bahan Pemeriksaan, Alat, Reagen, dan Pemeriksa Terhadap Pemeriksaan Kadar Hemogobin Jumlah Eritrosit Dan Retikulosit 1. Bahan Pemeriksaan Pemeriksaan kadar Hb, jumlah eritrosit dan retikulosit dapat menggunakan darah vena maupun darah kapiler. Pemeriksaan dengan darah kapiler memberikan hasil lebih rendah dibandingkan darah vena (Thompson, 2003 ) 2. Alat Alat pemeriksaan bila tidak dilakukan perawatan secara rutin maupun kalibrasi maka akan mempengaruhi hasil pemeriksaan kadar Hb, jumlah eritrosit dan retikulosit menjadi rendah atau lebih tinggi. Dengan demikian perlu dilakukan perawatan alat secara rutin dengan melakukan perawatan harian yaitu auto clean untuk menghilangkan kotoran dan fibrin, membersihkan jarum clossed sampler, perawatan mingguan dengan membersihkan sher valve, perawatan bulanan membersihkan fan filter, dan melakukan kalibrasi dengan menggunakan kalibrator komersial. Kalibrasi hendaknya

14 18 diperiksa secara teratur dengan menggunakan program pemantapan mutu yang biasa dilakukan dilaboratorium, sesuai dengan persyaratan laboratorium yang mencakup quality control harian pada setiap pagi dan pada setiap perubahan nomor lot reagen. Alat yang digunakan untuk penelitian ini sudah dilakukan pemeliharaan secara rutin dan terkalibrasi.( Thompson CB, 2003 ) 3. Reagen Reagen harus diperlakukan sesuai aturan yang diberikan pabrik pembuatnya termasuk cara penyimpanan, penggunaan dan expirednya. Pemakaian reagen yang sudah rusak oleh karena sudah expired maupun salah dalam suhu simpan akan menyebabkan penurunan kadar Hb, jumlah eritrosit danretikulosit. Hal ini dapat diatasi dengan pemakai reagen yang tidak expired dan menyimpan reagen pada suhu yang telah ditentukan pabrik pembuatnya yaitu pada suhu C. ( Thompson CB, 2003 ) 4. Pemeriksa Faktor pemeriksa juga dapat berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan kadar Hb, jumlah eritrosit dan retikulosit, bila sampel tidak dicampur dengan benar sebelum sampel diperiksa atau pada saat sampel dihisap oleh penghisap sampel tidak sampai dasar tabung maka hasil pemeriksaan kadar Hb, jumlah eritrosit menjadi lebih rendah. Hal ini memerlukan pemeriksa yang berpengalaman dan terlatih demikian juga dalam pemeriksaan jumlah retikulosit (Thompson CB, 2003)

15 19 F. Donor Darah Suatu tindakan pengambilan darah dengan volume tertentu melalui pembuluh darah vena (Bakri, dkk, 200). 1. Seleksi donor dimaksudkan untuk menjamin keselamatan donor maupun resipien. 2. Syarat donor darah a. Berat badan minimal kg b. Dalam keadaan sehat c. Sukarela tidak dibayar d. Umur antara tahun e. Tekanan darah antara / mmhg f. Kadar Hb minimal 12 gr% g. Jumlah donor biasanya dua atau tiga kali dalam setahun h. Tidak berpenyakit jantung, paru-paru, kencing manis, penyakit pendarahan, kanker, penyakit kulit kronis i. Tidak hamil, menyusui, menstruasi (bagi wanita) j. Kulit lengan donor sehat k. Tidak menerima transfusi darah/komponen darah 6 bulan terakhir l. Tidak menderita penyakit infeksi, malaria, hepatitis, HIV/AIDS m. Bukan pecandu alkohol/narkoba n. Tidak mendapat imunisasi dalam 2-4 minggu terakhir dan tidak demam

16 20 o. Tidak digigit binatang yang menderita rabies dalam satu tahun (Contreras Marcela, 2003). 3. Pemeriksaan dan uji saring darah a. Pemeriksaan kadar hemoglobin b. Pemeriksaan golongan darah ABO c. Pemeriksaan golongan darah Rhesus d. Pemeriksaan syphilis e. Pemeriksaan HbS Ag f. Pemeriksaan anti HIV g. Pemeriksaan HCV (Contreras Marcela, 2003) G. Respon eritropoesis terhadap donor Reaksi pertama setelah pengambilan darah adalah timbulnya simtomatologi hipovolumia dan hipoksemi sehingga menimbulkan mekanisme kompensasi tubuh untuk menyesuaikan diri. Mekanisme kompensasi tubuh bekerja melalui peningkatan curah jantung dan pernafasan, meningkatkan pelepasan oksigen oleh hemoglobin, mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan dari sela-sela jaringan dan redistribusi aliran darah ke organ-organ vital (Sylvia Anderson, 2001). Kehilangan 750 ml darah secara cepat mengakibatkan penurunan yang cukup berarti dari tekanan vena pusat, turunnya curah jantung dan tekanan darah. Hilangnya 1,5-2 liter darah secara akut mengakibatkan gangguan berat pada sirkulasi (Sylvia A Anderson, 2001).

17 21 Segera setelah terjadi perdarahan akut konsentrasi Hb masih tetap normal. Menurunnya volume darah secara akut diperbaiki dengan meningkatnya volume plasma. Masuknya cairan ekstravaskuler ke dalam sirkulasi menyebabkan pengenceran sel-sel darah sehingga indeks eritrosit turun (Sylvia A Anderson, 2001). Tubuh dengan pengambilan darah akan menimbulkan rangsangan eritropoetin dalam enam jam. Menurut Hoffbrand pada tahun 2000, peningkatan jumlah retikulosit akan mencapai maksimum 10 hari dan tetap tinggi sampai hemoglobin kembali ke kadar normal.

18 22 H. Kerangka Teori Donor Pronormoblas Normoblas basofilik Eritropoesis Normoblas polikromatik Hemoglobinisasi sutoplasma & normoblas ortokromatik Sistem sumsum tulang Retikulosit Eritrosit Perifer (darah tepi) Sebelum donor Setelah 7 hari donor Umur Jenis kelamin Keadaan gizi Konsumsi tablet besi pasca donor Kadar Hb, Jumlah eritrosit dan retikulosit Gambar.1 Kerangka teori

19 23 I. Kerangka Konsep Sampel darah sebelum donor darah Sampel darah 7 hari setelah donor darah Kadar Hb, jumlah eritrosit dan retikulosit Gambar 1.2 Kerangka konsep J. Hipotesis 1. Ada perbedaan yang bermakna antara kadar Hb sebelum dan setelah tujuh hari melakukan donor darah 2. Ada perbedaan yang bermakna antara jumlah eritrosit sebelum dan setelah tujuh hari melakukan donor darah 3. Ada perbedaan yang bermakna antara jumlah retikulosit sebelum dan setelah tujuh hari melakukan donor darah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Zat besi Besi (Fe) adalah salah satu mineral zat gizi mikro esensial dalam kehidupan manusia. Tubuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hemoglobin 1. Pengertian Hemoglobin merupakan pigmen yang mengandung zat besi terdapat dalam sel darah merah dan berfungsi terutama dalam pengangkutan oksigen dari paru- paru

Lebih terperinci

SISTEM PEREDARAN DARAH

SISTEM PEREDARAN DARAH SISTEM PEREDARAN DARAH Tujuan Pembelajaran Menjelaskan komponen-komponen darah manusia Menjelaskan fungsi darah pada manusia Menjelaskan prinsip dasar-dasar penggolongan darah Menjelaskan golongan darah

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil perhitungan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC pada kerbau lumpur betina yang diperoleh dari rata-rata empat kerbau setiap

Lebih terperinci

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE ANFIS HEMATOLOGI Darah Tempat produksi darah (sumsum tulang dan nodus limpa) DARAH Merupakan medium transport tubuh 7-10% BB normal Pada orang dewasa + 5 liter Keadaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Definisi Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang mengandung elektrolit. Peranannya sebagai medium pertukaran antara sel-sel yang terfiksasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah) Profil parameter eritrosit yang meliputi jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit kucing kampung (Felis domestica) ditampilkan

Lebih terperinci

Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA Kelas Yupiter Nama Pengajar: Kak Winni Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah A. Bagian-Bagian Darah Terdiri atas apakah darah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transpor berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transpor berbagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah Darah adalah jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan tubuh lain, berbeda dalam konsistensi cair, beredar dalam suatu sistem tertutup yang dinamakan sebagai pembuluh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen, antibodi, panas, elektrolit dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen, antibodi, panas, elektrolit dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Darah Darah adalah jaringan hidup yang bersirkulasi mengelilingi seluruh tubuh dengan perantara jaringan arteri, vena dan kapilaris, yang membawa nutrisi, oksigen, antibodi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia Anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah atau kapasitas pembawa oksigen mereka tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan fisiologis yang bervariasi menurut

Lebih terperinci

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS. PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS. Praktikum IDK 1 dan Biologi, 2009 Tuti Nuraini, SKp., M.Biomed. 1 TUJUAN Mengetahui asal sel-sel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya kesehatan transfusi darah adalah upaya kesehatan berupa penggunaan darah bagi keperluan pengobatan dan pemulihan kesehatan. Sebelum dilakukan transfusi darah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah Darah dalam tubuh berfungsi untuk mensuplai oksigen ke seluruh jaringan tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi (sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah Darah adalah suatu cairan yang sangat penting bagi manusia karena berfungsi sebagai alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya untuk menunjang kehidupan.

Lebih terperinci

STORYBOARD SISTEM PEREDARAN DARAH

STORYBOARD SISTEM PEREDARAN DARAH STORYBOARD SISTEM PEREDARAN DARAH Mata Kuliah : Pengembangan Media Pembelajaran Pokok Bahasan : Sistem Peredaran Darah Sasaran : Pemahaman siswa akan materi sistem peredaran darah menjadi lebih baik. Kompetensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. DARAH Darah adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga mensuplai jaringan tubuh dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan klinis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan klinis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversible dengan etiologi yang beragam. Setiap penyakit yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia Anemia adalah penurunan jumlah normal eritrosit, konsentrasi hemoglobin, atau hematokrit. Anemia merupakan kondisi yang sangat umum dan sering merupakan komplikasi dari

Lebih terperinci

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya SISTEM SIRKULASI Kompetensi Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya Suatu sistem yang memungkinkan pengangkutan berbagai bahan dari satu tempat ke tempat lain di dalam tubuh organisme Sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa plasma

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa plasma BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Pengertian darah Dalam system sirkulasi darah merupakan bagian penting yaitu dalam transport oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di era globalisasi menuntut penyedia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. darah dan sel darah. Sel darah terdiri atas tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. darah dan sel darah. Sel darah terdiri atas tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN UMUM DARAH Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Sel darah terdiri atas tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Pengertian umum darah Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup, mulai dari binatang primitif sampai manusia. Dalam keadaan fisiologik, darah selalu berada dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat yang tidak berbahaya maupun yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat yang tidak berbahaya maupun yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencemaran Udara Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata Paham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi

Lebih terperinci

MAKALAH GIZI ZAT BESI

MAKALAH GIZI ZAT BESI MAKALAH GIZI ZAT BESI Di Buat Oleh: Nama : Prima Hendri Cahyono Kelas/ NIM : PJKR A/ 08601241031 Dosen Pembimbing : Erwin Setyo K, M,Kes FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan

Lebih terperinci

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Eritrosit Fungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Haemoglobin adalah senyawa protein dengan besi (Fe) yang dinamakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Haemoglobin adalah senyawa protein dengan besi (Fe) yang dinamakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Haemoglobin 1. Definisi Haemoglobin Haemoglobin adalah senyawa protein dengan besi (Fe) yang dinamakan konjungsi protein, sebagai intinya Fe dan dengan rangka protoporphyrin

Lebih terperinci

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Fungsi utama eritrosit:

Lebih terperinci

Metabolisme Besi dan Pembentukan Hemoglobin

Metabolisme Besi dan Pembentukan Hemoglobin Metabolisme Besi dan Pembentukan Hemoglobin a. Metabolisme besi Zat besi normal dikonsumsi 10-15 mg per hari. Sekitar 5-10% akan diserap dalam bentuk Fe 2+ di duodenum dan sebagian kecil di jejunum. Pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari tubuh yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total. a. Plasma darah, merupakan bagian yang cair

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari tubuh yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total. a. Plasma darah, merupakan bagian yang cair BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah 1. Definisi Darah Darah merupakan bagian penting dari sistem transport dan bagian penting dari tubuh yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total. Darah merupakan

Lebih terperinci

- - SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA - - dlp5darah

- - SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA - - dlp5darah - - SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian dlp5darah Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana

Lebih terperinci

BAB 2BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan bagian padat. Bagian cair disebut plasma sedangkan bagian yang padat

BAB 2BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan bagian padat. Bagian cair disebut plasma sedangkan bagian yang padat BAB 2BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DARAH Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu bagian cair dan bagian padat. Bagian cair disebut plasma sedangkan bagian yang padat disebut sel darah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Donasi darah merupakan proses pengambilan darah. secara sukarela dari seseorang kemudian darahnya akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Donasi darah merupakan proses pengambilan darah. secara sukarela dari seseorang kemudian darahnya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Donasi darah merupakan proses pengambilan darah secara sukarela dari seseorang kemudian darahnya akan disimpan di bank darah. Total darah yang dapat didonasikan tidak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.

HASIL DAN PEMBAHASAN. diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel 5. 50 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kadar Hemoglobin Itik Cihateup Data hasil pengamatan kadar hemoglobin itik cihateup fase grower yang diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat

Lebih terperinci

Kompetensi Memahami mekanisme kerja fisiologis organ-organ pernafasan

Kompetensi Memahami mekanisme kerja fisiologis organ-organ pernafasan SISTEM PERNAFASAN Kompetensi Memahami mekanisme kerja fisiologis organ-organ pernafasan 1. Pernafasan Eksternal 2. Pernafasan Internal EXIT Mengapa harus bernafas? Butuh energi Butuh Oksigen C 6 H 12 O

Lebih terperinci

Dr. Indra G. Munthe, SpOG DEPARTMENT OF OBSTETRICS AND GYNECOLOGY

Dr. Indra G. Munthe, SpOG DEPARTMENT OF OBSTETRICS AND GYNECOLOGY Dr. Indra G. Munthe, SpOG DEPARTMENT OF OBSTETRICS AND GYNECOLOGY FACULTY OF MEDICINE THE UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA A. Jenis-jenis Penyakit Darah 1. Anemia Dalam Kehamilan Secara fisiologik konsentrasi

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS I. Tujuan Percobaan 1. Mempelajari dan memahami golongan darah. 2. Untuk mengetahui cara menentukan golongan darah pada manusia. II. Tinjauan Pustaka Jenis penggolongan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indeks Eritrosit atau Mean Cospuscular Value adalah suatu nilai rata-rata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indeks Eritrosit atau Mean Cospuscular Value adalah suatu nilai rata-rata BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Indeks Eritrosit Indeks Eritrosit atau Mean Cospuscular Value adalah suatu nilai rata-rata yang dapat memberi keterangan mengenai rata-rata eritrosit dan mengenai banyaknya hemoglobin

Lebih terperinci

SISTEM HEMATOLOGI MANUSIA

SISTEM HEMATOLOGI MANUSIA 1 SISTEM HEMATOLOGI MANUSIA Oleh medical record Di susun untuk memenuhi nilai tugas praktik computer 1 browsing artikel di internet Di susun oleh : Anissatul fitriyani (G0C015011) PROGRAM DIPLOMA III ANALIS

Lebih terperinci

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

Mengenal Penyakit Kelainan Darah Mengenal Penyakit Kelainan Darah Ilustrasi penyakit kelainan darah Anemia sel sabit merupakan penyakit kelainan darah yang serius. Disebut sel sabit karena bentuk sel darah merah menyerupai bulan sabit.

Lebih terperinci

Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik

Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik Amaylia Oehadian Sub Bagian Hematologi Onkologi Medik Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Kelainan darah pada lupus Komponen darah Kelainan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia 1. Definisi Anemia Menurut WHO, anemia gizi besi didefinisikan suatu keadaan dimana kadar Hb dalam darah hemotokrit atau jumlah eritrosit lebih rendah dari normal sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kadar Hemoglobin Kadar hemoglobin adalah ukuran pigmen respiratorik dalam butiranbutiran darah merah. Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kirakira 15gr setiap 100 ml

Lebih terperinci

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Conducted by: Jusuf R. Sofjan,dr,MARS 2/17/2016 1 Darah adalah jaringan cair

Lebih terperinci

SISTEM PEMBULUH DARAH MANUSIA. OLEH: REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt

SISTEM PEMBULUH DARAH MANUSIA. OLEH: REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt SISTEM PEMBULUH DARAH MANUSIA OLEH: REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt ARTERI Membawa darah bersih (oksigen) kecuali arteri pulmonalis Mempunyai dinding yang tebal Mempunyai jaringan yang elastis Katup hanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian darah yang berasal dari donor kepada seorang penderita (resipien).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian darah yang berasal dari donor kepada seorang penderita (resipien). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transfusi darah 2.1.1 Pengertian Transfusi Darah Transfusi darah adalah suatu cara pengobatan berupa penambahan darah atau bagian-bagian darah yang berasal dari donor kepada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6-8 % dari berat badan total. Pada pria prosentase ini sedikit lebih besar daripada wanita. 45-60 % darah

Lebih terperinci

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. penting dari sistem transport dan bagian penting

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. penting dari sistem transport dan bagian penting B A B II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah 1. Definisi Darah. Darah merupakan bagian penting dari sistem transport dan bagian penting dari tubuh yang jumlahnya 6 8 % dari berat badan total. Darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anti nyamuk merupakan benda yang sudah tak asing lagi bagi kita. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi gigitan nyamuk. Jenis formula

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEPATUHAN 1. Defenisi Kepatuhan Kepatuhan adalah tingkat ketepatan perilaku seorang individu dengan nasehat medis atau kesehatan. Dengan menggambarkanpenggunaan obat sesuai petunjuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari sel darah. (Evelyn C. Pearce, 2006)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari sel darah. (Evelyn C. Pearce, 2006) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Volume

Lebih terperinci

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009 BAB IV Darah Darah berfungsi sebagai : 1. Alat transport O 2 dari paruparu diangkut keseluruh tubuh. CO 2 diangkut dari seluruh tubuh ke paruparu. Sari makanan diangkut dari jonjot usus ke seluruh jaringan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum. terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum. terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh populasi. 1 Wanita hamil merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 28 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Tingkat Energi Protein Ransum Berbeda Terhadap Total Protein Darah Ayam KUB Rataan total protein darah ayam kampung unggul Balitbangnak (KUB) pada penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari sel darah. ( Evelyn C. Pearce, 2006 ) sedang keberadaannya dalam darah, hanya melintas saja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari sel darah. ( Evelyn C. Pearce, 2006 ) sedang keberadaannya dalam darah, hanya melintas saja. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Volume

Lebih terperinci

Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O

Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O Apersepsi 1. Pernahkan bagian tubuhmu terluka, misalnya karena terjatuh atau terkena bagian tajam seperti pisau dan paku? 2. Apakah bagian tubuh yang terluka tersebut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Eritrosit, Hemoglobin, Hematokrit dan Indeks Eritrosit Jumlah eritrosit dalam darah dipengaruhi jumlah darah pada saat fetus, perbedaan umur, perbedaan jenis kelamin, pengaruh parturisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hati merupakan organ sentral dalam metabolisme di tubuh. Berat rata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hati merupakan organ sentral dalam metabolisme di tubuh. Berat rata BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hati 1. Anatomi Hati Hati merupakan organ sentral dalam metabolisme di tubuh. Berat rata rata 1500 g atau 2% dari berat tubuh total, hati menerima 1500 ml darah per menit, atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 20 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Primatexco Batang Jawa Tengah, perusahaan ini merupakan pabrik yang memproduksi kain mori untuk bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur.

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan kadar hemoglobin di dalam darah kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur. Kriteria anemia berdasarkan WHO

Lebih terperinci

5 Sistem. Peredaran Darah. Bab. Di dalam tubuh makhluk hidup terdapat suatu sistem yang berfungsi untuk mengedarkan makanan dan O 2

5 Sistem. Peredaran Darah. Bab. Di dalam tubuh makhluk hidup terdapat suatu sistem yang berfungsi untuk mengedarkan makanan dan O 2 Bab 5 Sistem Peredaran Darah Sumber: Encarta 2005 Arteri Vena Gambar 5.1 Sistem peredaran darah pada manusia Peta Konsep Di dalam tubuh makhluk hidup terdapat suatu sistem yang berfungsi untuk mengedarkan

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajaran. 1. Dapat menjelaskan 3 komponen penyusun sistem peredaran darah pada manusia.

Tujuan Pembelajaran. 1. Dapat menjelaskan 3 komponen penyusun sistem peredaran darah pada manusia. Tujuan Pembelajaran 1. Dapat menjelaskan 3 komponen penyusun sistem peredaran darah pada manusia. 2. Dapat menjelaskan fungsi jantung dalam sistem peredaran darah. 3. Dapat menjelaskan fungsi pembuluh

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan di PMI antara lain mencakup pengerahan donor, penyumbangan darah, pengambilan, pengamanan, pengolahan, penyimpanan, dan penyampaian darah kepada pasien. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sel darah merah atau eritrosit merupakan sel yang paling sederhana yang ada di dalam tubuh. Eritrosit tidak memiliki nukleus dan merupakan sel terbanyak dalam darah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan yang banyak dijumpai di berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Wanita muda memiliki risiko yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang 26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi fisiologis ternak dapat diketahui melalui pengamatan nilai hematologi ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang mengandung butir-butir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan satu dari empat masalah gizi yang ada di indonesia disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah gangguan akibat kurangnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berwarna merah dan tidak transparan serta berada dalam suatu ruang. tertutup yang dinamakan pembuluh darah (Sadikin, 2001).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berwarna merah dan tidak transparan serta berada dalam suatu ruang. tertutup yang dinamakan pembuluh darah (Sadikin, 2001). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Definisi Darah umumnya dipandang sebagai cairan tubuh yang kental, berwarna merah dan tidak transparan serta berada dalam suatu ruang tertutup yang dinamakan pembuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e

BAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e BAB I PENDAHULUAN Anemia adalah kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Tingkat normal dari hemoglobin umumnya berbeda pada laki-laki dan wanita-wanita. Untuk laki-laki,

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hemoglobin merupakan protein berpigmen merah yang terdapat pada eritrosit. Hemoglobin terdiri dari heme yang terdiri dari cincin porfirin sebagai pengikat oksigen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Pengertian Darah Darah merupakan komponen esensial mahluk hidup yang dalam keadaan fisiologik, darah selalu berada dalam pembuluh darah sehingga dapat menjalankan fungsinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sisanya terdiri dari sel darah. ( Evelyn C. Pearce, 2006 ) sedang keberadaannya dalam darah, hanya melintas saja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sisanya terdiri dari sel darah. ( Evelyn C. Pearce, 2006 ) sedang keberadaannya dalam darah, hanya melintas saja. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Volume

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap satu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Karbon Monoksida a. Pengertian Karbon Monoksida Karbon monoksida (CO) adalah gas yang tidak berbau, tidak berasa, dan juga tidak berwarna.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Cacing Tambang Pada umumnya prevalensi cacing tambang berkisar 30 50 % di perbagai daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan seperti di

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI PERHITUNGAN JUMLAH ERITROSIT DARAH

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI PERHITUNGAN JUMLAH ERITROSIT DARAH LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI PERHITUNGAN JUMLAH ERITROSIT DARAH Dosen Pengampu: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes Disusun Oleh : Nama: Sofyan Dwi Nugroho NIM : 16708251021 Prodi : Pendidikana IPA PRODI

Lebih terperinci

Shabrina Jeihan M XI MIA 6 SISTEM TR A N SFU SI D A R A H

Shabrina Jeihan M XI MIA 6 SISTEM TR A N SFU SI D A R A H Shabrina Jeihan M XI MIA 6 G O LO N G A N D A R A H,U JI G O LO N G A N D A R A H D A N SISTEM TR A N SFU SI D A R A H G olongan darah Golongan darah -> klasifikasi darah suatu individu berdasarkan ada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran darah berupa jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit sapi perah FH umur satu sampai dua belas bulan ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3 Gambaran Eritrosit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreatinin Kreatinin adalah produk akhir metabolisme kreatin.keratin sebagai besar dijumpai di otot rangka, tempat zat terlibat dalam penyimpanan energy sebagai keratin fosfat.dalam

Lebih terperinci

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. PROTEIN Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringanjaringan

Lebih terperinci

Sistem Peredaran Darah Manusia

Sistem Peredaran Darah Manusia Sistem Peredaran Darah Manusia Struktur Alat Peredaran Darah Pada Manusia Sistem peredaran darah pada manusia tersusun atas jantung sebagai pusat peredaran darah, pembuluh-pembuluh darah dan darah itu

Lebih terperinci

Apa itu Darah? Plasma Vs. serum

Apa itu Darah? Plasma Vs. serum Anda pasti sudah sering mendengar istilah plasma dan serum, ketika sedang melakukan tes darah. Kedua cairan mungkin tampak membingungkan, karena mereka sangat mirip dan memiliki penampilan yang sama, yaitu,

Lebih terperinci

Anemia Megaloblastik. Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a Bag. Anak FK-UWK Surabaya

Anemia Megaloblastik. Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a Bag. Anak FK-UWK Surabaya Anemia Megaloblastik Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a Bag. Anak FK-UWK Surabaya Anemia Megaloblastik Anemia megaloblastik : anemia makrositik yang ditandai peningkatan ukuran sel darah merah yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Darah 2.1.1 Definisi Darah Darah merupakan jaringan cair yang terdiri dari dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Plasma darah adalah bagian cair yang terdiri dari air,

Lebih terperinci

Jaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu.

Jaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu. Kelompok 2 : INDRIANA ARIYANTI (141810401016) MITA YUNI ADITIYA (161810401011) AYU DIAH ANGGRAINI (161810401014) NURIL NUZULIA (161810401021) FITRI AZHARI (161810401024) ANDINI KURNIA DEWI (161810401063)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan yang cepat pada tubuh remaja membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALatihan Soal 6.2. Varises. Anemia. Polisitemia. Hipertensi

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALatihan Soal 6.2. Varises. Anemia. Polisitemia. Hipertensi SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALatihan Soal 6.2 1. Penyakit yang dapat,memicu terjadinya stroke adalah... Varises Polisitemia Hipertensi Kunci Jawaban : D Hipertensi (tekanan

Lebih terperinci

FUNGSI PHOSPOR DALAM METABOLISME ATP

FUNGSI PHOSPOR DALAM METABOLISME ATP TUGAS MATA KULIAH NUTRISI TANAMAN FUNGSI PHOSPOR DALAM METABOLISME ATP Oleh : Dewi Ma rufah H0106006 Lamria Silitonga H 0106076 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008 Pendahuluan Fosfor

Lebih terperinci

Ruswantriani, Pembimbing : Penny Setyawati, dr, SpPK, M. Kes

Ruswantriani, Pembimbing : Penny Setyawati, dr, SpPK, M. Kes ABSTRAK GAMBARAN LABORA TORIUM ANEMIA DEFISIENSI NUTRISI (STUDI PUST AKA) Ruswantriani, 2005. Pembimbing : Penny Setyawati, dr, SpPK, M. Kes Anemia merupakan masalah kesehatan dunia dan cenderung meningkat

Lebih terperinci

Makalah Sistem Hematologi

Makalah Sistem Hematologi Makalah Sistem Hematologi TUGAS I untuk menyelesaikan tugas browsing informasi ilmiah Disusun Oleh: IBNU NAJIB NIM. G1C015004 PROGRAM DIPLOMA IV ANALISI KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002) 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik / penyakit ginjal tahap akhir (ESRD / End Stage Renal Disease) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencemaran Udara Pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrak fisik atau bahan kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai jumlah tertentu.( Fardiaz S, 1992

Lebih terperinci

SISTEM SIRKULASI OLEH : DRS. DJOKO IRAWANTO

SISTEM SIRKULASI OLEH : DRS. DJOKO IRAWANTO SISTEM SIRKULASI OLEH : DRS. DJOKO IRAWANTO SISTEM SIRKULASI 1. Darah 2. Alat Peredaran Darah 3. Proses Peredaran Darah 4. Peredaran Darah Hewan 5. Kelainan Dan Penyakit 1. DARAH Cairan yang berwarna merah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia khususnya anemia defisiensi besi, yang cukup menonjol pada anak-anak sekolah khususnya remaja (Bakta, 2006).

Lebih terperinci