BAB VI SKENARIO, KESIMPULAN, DAN SARAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI SKENARIO, KESIMPULAN, DAN SARAN"

Transkripsi

1 BAB VI SKENARIO, KESIMPULAN, DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Beberapa kesimpulan dari penulisan tesis ini, antara lain : 1. Hasil identifikasi potensi bahaya kecelakaan kerja dari metode FMEA terdapat 81 potensi bahaya kecelakaan kerja yang mungkin timbul dalam pekerjaan struktur gedung secara umum. 2. Tingkat risiko kecelakaan paling tinggi yang didapat menggunakan metode FMEA dari pekerjaan pada proyek gedung X adalah pekerjaan pembesian sehingga menjadi prioritas utama segera evaluasi untuk mengurangi tingkat kecelakaan. 3. Pemodelan yang dilakukan sudah dapat mewakili sistem manajemen keselamatan kerja proyek gedung X, dengan sumber bahaya dari unsafe condition. Model ini dapat diterapkan untuk pekerjaan struktur lainnya dengan penyesuaian proses pekerjaan. 4. Hasil skenario menunjukan bawah skenario kedua merupakan pilihan paling optimal. Hal ini membuktikan bahwa sistem manajemen keselamatan proyek gedung X sangat baik. 6.2 Saran Untuk penyedia jasa dalam bidang keselamatan kerja kontruksi penelitian ini berguna memberi langkah-langkah yang tepat dalam proses idetentifikasi potensi bahaya kecelakaan kerja, pengukuran tingkat risiko

2 159 kecelakaan kerja, dan evaluasi. Langkah-langkah ini berguna untuk menentukan tindakan yang akan diambil untuk mengurangi tingkat kecelakaan kerja, terutama pada pekerjaan yang sudah terjadi kecelakaan dan mempunyai tingkat risiko kecelakaan yang tinggi. Pengambilan keputusan yang terpat dapat mengoptimalkan sumber daya yang ada (waktu, uang, dan tenaga). Metode FMEA akan memberi pekerjaan yang menjadi prioritas untuk segera diperbaiki, sehingga sumber daya yang ada dapat lebih difokuskan ke pekerjaan tersebut. Selanjutnya sistem dinamik memberi hasil yang nilai rill (kuantitatif) sehingga sangat mudah bagi pengguna mengambil keputusan secara tepat. Selain itu sistem dinamik memberi hasil prediksi dan hasil penerapan keputusan yang kita ambil (skenario), sehingga pengguna mengetahui hasil dari keputusannya di periode mendatang. Beberapa saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini, antara lain: 1. Unsafe condition merupakan bahaya langsung penyebab kecelakaan, sedangkan menurut teori efek domino menyebutkan bahwa unsafe action merupakan bahaya langsung paling berdapak. Maka itu perlu dimodelkan secara bersama sistem keselamatan dengan sumber unsafe action dan unsafe condition. 2. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya memilih periode proyek yang periodenya sehingga data histotis lebih baik, hal ini berguna untuk mempermudah asumsi parameter dan bobot.

3 Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan tingkatan S, O, D dengan melakukan pengukuran sendiri sehingga hasilnya tidak terlalu bias. Metode untuk pengukuran S, O, D dapat menggunakan fuzzy logic. 4. Untuk peneliti dengan tingkat lanjutan dapat menggabungkan metode FMEA dan sistem dinamik secara langsung, artinya S, O, D pada metode FMEA dapat dijadikan parameter dalam sistem dinamik. Sehingga sistem dinamik dapat menghasilkan pengukuran tingkat risiko dengan hasil yang kuantitatif. 5. Penelitian selanjutnya perlu dilakukan pengukuran yang lebih baik dan bersifat objektif untuk parameter dalam model sehingga model bisa mewakili keselamatan kerja secara general.

4 DAFTAR PUSTAKA Anonim (2008), SNI 7394:2008 Tata Cara Perhitungan Haraga Satuan Pekerjaan Beton untuk Kontruksi Bangunan Gedung dan Perumahan, Badan Standarisasi Indonesia Anwar, F.N., Farida, I., dan Ismail, A., 2014, Analisis Manajemen Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada Pekerjaan Upper Structure Gedung Bertingkat (Studi Kasus Proyek Skyland City Jatinangor), Sekolah Tinggi Teknologi Garut, Garut. Asiyanto, 2005, Manajemen Produksi untuk Jasa Konstruksi. Pradnya Paramita, Jakarta. Eriyatno, 2003, Ilmu Sistem, IPB Press, Bogor. Forrester, J.W. and Senge, P., 1980, Tests for Building Confidence in System Dynamics Models, in A.A. Legasto. Forrester, J.W., 1969, Urban Dynamics, Cambridge, MA: The MIT Press. Gandhatama C., dan Halim, Y., 2009, Evaluasi Unsafe Act dan Unsafe Condition pada suatu Proyek, Petra Christian University. Hariadi, F., 2006, Upaya Penurunan jumlah Cacat Pada Mesin Dual D3e Dengan Menggunakan Metode FMEA, Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya.

5 162 Heinrich, H.W., 1959, Industrial Accident Prevention: a Scientific Approach, NY: McGraw-Hill. ILO. 2003, Encyclopedia of Occupational Health and Safety. Geneva. ILO. 2013, Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sarana untuk Produktivitas. Jakarta. Junaedi, T., dan Nurcahyo, T.J.W.A.C.B, 2013, Analisa dan Pengukuran Potensi Risiko Kecelakaan Kerja dengan Menggunakan Metode APMM (Accident Potential Measurement Method) pada Proyek Pembangunan Dormitory 5 Lantai Akademi Teknik Keselamatan dan Penerbangan Surabaya, ITS, Surabaya. Kim, D. H., dan Anderson, V., 1998, System Archetype Basics, From Story to Structure, USA: Pegasus Communication, Inc. King, R.W., dan Hudson, R., 1985, Construction Hazard and Safety Handbook: Safety, England : Butterworths. Kontogiannis, T., 2012, Modeling Patterns Of Breakdown (Or Archetypes) Of Human And Organizational Processes In Accidents Using System Dynamics, Safety science, Vol. 50, hal Kustiyaningsih, F., 2011, Penentuan Prioritas Penanganan Kecelakaan Kerja di PT. GE LIGHTING INDONESIA Dengan Metode Failure Mode And Effect Analysis (FMEA), Tugas Akhir, Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

6 163 Law, A.M., dan Kelton, W.D., 1991, Simulation Modeling and Analysis, 2nd ed, McGraw-Hill Inc., New York. Marimin, Djatna, T., Suharjito, Hidayat, S., Utama, D.N., Astuti, R., dan Martini, S., 2013, Teknik dan Analisis Pengambilan Keputusan FUZZY Dalam Manajemen Rantai Pasok, IPB Press, Bogor. Moizer J.D., 1999, System Dynamics Modelling of Occupational Safety: A Case, University of Stirling, England. Muhammadi, E., Aminullah, dan Soesilo, 2001, Analisis Sistem Dinamis Lingkungan Hidup, Sosial, Ekonomi, Dan Manajemen, UMJ Press, Jakarta. Muslim, E.A., Ratnaningsih, A., Sri Sukmawati, S., 2014, Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Proyek Gunawangsa Merr Apartment, Universitas Jember, Jember. National Incident Database Report, 2011, New Zealand Mountain Safety Council, New Zealand. Purnomo, H., 2003, Analisis Sistem, Pemodelan Sistem, Bahan Kuliah, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Republik Indonesia Peraturan Mentri Tenaga Kerja Republik Indonesia. Nomor Per.03/Men/1998. Tentang Tata Cara Pelaporan Dan Pemeriksaan Kecelakaan. Mentri Ketenagakerjaan Republik Indonesia

7 164 Republik Indonesia Peraturan Mentri Tenaga Kerja Republik Indonesia. Nomor 44 Tahun Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian Bagi Pekerja Harian Lepas, Borongan, dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu pada Sektor Jasa Usaha Kontruksi. Mentri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Richardson, G.P., dan Pugh, A.L.III., 1986, Introduction to Sistem Dynamics Modelling with Dynamo. The MIT Press, Cambridge, Massachussete, and London, England. Saragi, Y.R.R., 2011, Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) pada Pembangunan Gedung, Universitas HKBP Mommensen, Medan. Sepang, B.A.W., 2013, Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Proyek Pembangunan Ruko Orlens Fashion Manado, Universitas Sam Ratulangi, Manado. Stamatis, D.H., 1995, Failure Mode and Effect Analysis FMEA from Theory to Execution, Wisconsin: ASQC Quality Press. Wang, Y.M., Chin, K.S., Poon G.K.K., dan Yang J.B. 2009, Risk Evaluation in Failure Mode and Effects Analysis Using Fuzzyweighted Geometric Mean, Expert Systems with Applications 36 (2009) , Science Direct.

8 LAMPIRAN

9 LAMPIRAN A HASIL KUISONER FMEA A.1 Identifikasi Potensi Bahaya Kecelakaan Pekerjaan Struktur Gedung Pada tahap ini dilakukan penyebaran kuisoner dengan tujuh responden (ganjil) ke tiga proyek berbeda. Proyek gedung A untuk responden K5 K7, proyek gedung B untuk responden K3 K4, dan proyek gedung C untuk responden K1 K2. Dari hasil kuisoner konfirmasi didapat bahwa potensi bahaya kecelakan konstruksi yang mungkin timbul sebanyak 81 bahaya dari 191 kemungkinan dalam kuisoner. Bahaya dikatakan mungkin terjadi bila jumlah responden yang menjawab relavan lebih dari 50% dari jumlah responden. Hasil kuisoner konfirmasi pada potensi bahaya kecelakaan kerja yang sudah diidentifikasi dapat dilihat pada tabel dibawah (tabel A.1). A.2 Nilai RPN Bahaya Kecelakaan Pekerjaan Struktur Gedung X Bahaya kecelakaan kerja yang relavan disesuaikan pada pekerjaan proyek gedung X, lalu dilakukan pemberian nilai severity, occurrence, dan detection. Pemberian nilai sesuai dengan ranking yang ditentukan dan hasil dari kuisoner pemberian nilai dapat dilihat pada tabel A.2 A.7. Penyebaran kuisoner dilakukan kepada tiga staf HSE proyek gedung X yang bertanggung jawab atas keselamatan kerja. Hasil perhitungan nilai RPN proyek gedung X dapat dilihat pada tabel A.8 didapat dari data kuisoner severity, occurrence, dan detection.

10 Tabel A.1 Kuisoner Identifikasi Potensi Kecelakaan Pekerjaan Struktur Gedung 166

11 167 Lanjutan Tabel A.1 2 Pekerjaa 3. Pembesian pile cap, a. Tangan lecet atau terluka saat penganyaman besi (fabrikasi) Mungkin pondasi pondasi menerus dan b. Tepeleset/ terjatuh saat pemasangan anyaman besi di lapangan Mungkin dan plat lantai (erection c. Terpotong karena bar cutter Tidak Mungkin diapragma tulangan) d. Luka bakar saat pengelasan Mungkin wall e. Tertusuk tulangan saat pemasangan/ penganyaman besi Mungkin f. Tertimpa swing crane Tidak Mungkin g. Tangan terjepit tulangan saat pemasangan/ penganyaman besi Mungkin h. Tersandung atau keseleo saat mengangkut besi Mungkin i. Tertimpa anyaman/ tulangan besu Tidak Mungkin j. Menginjak material/ alat yang tajam Mungkin k. Tertimpa slink/ kait crane saat lifting anyaman besi Tidak Mungkin l. Tangan tertusuk kawat bendrat Mungkin m. Tertimpa alat-alat kerja Mungkin n. Terjepit/ terluka saat pemasangan anyaman besi Tidak Mungkin 4. Bekesting a. Tertusuk paku dan terluka saat pemasangan bekesting Mungkin b. Tersandung atau keseleo saat mengangkut bekesting dengan manual Tidak Mungkin c. Lecet dan terluka karena membongkar bekesting Mungkin d. Tertimpa slink/ kait crane lifting bekesting Tidak Mungkin e. Tertimpa alat-alat kerja Mungkin f. Terjepit papan bekesting Tidak Mungkin g. Iritasi mata Tidak Mungkin h. Menginjak material/ alat yang tajam Mungkin i. Tertimpa papan bekesting Tidak Mungkin j. Terjatuh kedalam lubang saat memasang bekesting Tidak Mungkin k. Tertimpa swing crane Tidak Mungkin l. Tertimpa longsoran tanah saat pemasangan bekesting pile cap Tidak Mungkin m. Terpeleset / jatuh saat pembuatan dan pembongkaran bekesting Mungkin 5. Pengecoran pile cap a. Tertabrak truk ready mix/ pump Tidak Mungkin b. Tertimpa / tersembur beton ready mix Tidak Mungkin c. Tertimpa selang pump beton Tidak Mungkin d. Menginjak material/ alat yang tajam Mungkin e. Suhu panas saat pengecoran Tidak Mungkin f. Terjatuh ke lubang saat pengecoran Tidak Mungkin g. Tertimpa slink/ kait crane saat lifting alat bantu cor Tidak Mungkin h. Tertimpa alat-alat kerja Mungkin i. Iritasi mata Tidak Mungkin j. Sesak nafas Tidak Mungkin k. Tertimpa swing crane Tidak Mungkin l. Iritasi akibat kontak langsung dengan beton Tidak Mungkin m. Terluka karena pergerakan mesin mixer truk ready mix Tidak Mungkin 6. Pemasangan diaphrag a. Alat clamshell menambarak pekerja dan fasilitas Tidak Mungkin b. Pekerja terkena angkur Tidak Mungkin c. Terkena percikan las Mungkin d. Tertusuk besi Mungkin e. Tertimpa material Mungkin f. Sesak nafas Tidak Mungkin g. Tertimpa alat-alat kerja Mungkin h. Tertimpa slink/ kait crane saat lifting material atau alat Tidak Mungkin i. Pekerja jatuh kedalam galian Mungkin

12 Lanjutan Tabel A.1 168

13 Lanjutan Tabel A.1 169

14 170 Tabel A.2 Ranking Severity Rangking Dampak Akibat Luka 10 Kematian beberapa invidu (masal) Kehilangan nyawa 9 Kematian individu (sesorang) atau merubah 8 Perlu perawatan serius dan menimbulkan kehidupan individu cacat permanen 7 Dirawat lebih dari 12 jam, dengan luka pecah 6 pembuluh darah, hilangan ingatan hebat, Berdapak besar pada kerugian besar, dll individu sehingga tidak Dirawat lebih dari 12 jam, patah tulang, tulang ikut lagi dalam bergeser, radang dingin, luka bakar, susah aktivitas bernafas dan lupa ingatan sementara, jatuh / terpeleset 5 Dampak yang diterima sedang (individu hanya Keseleo / terkilir, retak /patah ringan, keram atau kejang 4 1 sampai 2 hari tidak ikut dalam aktivitas) Luka bakar ringan, luka gores / tersayat, frosnip (radang dingin/panas), hyperthermia 3 Melepuh, tersengat panas, keseleo ringan, Dampak diterima kecil tergelicir atau terpeleset ringan (individu masih dapat 2 Tersengat matahari, memar, teriris ringan, ikut dalam aktivitas) tergores 1 Tidak berdapak Terkenah serpihan, tersengat serangga, (individu tidak tergigit serangga mendapat dapak yang terasa) Sumber : National Incident Database Report, 2011 dan Wang, et al, 2009 Tabel A.3 Ranking Occurance Probability of Occurance Occurance Ranking Sangat tinggi :kegagalan hampir tidak bisa dihindari >1 in in 3 9 Tinggi : umumnya berkaitan dengan proses terdahulu 1 in 8 8 yang pernah terjadi 1 in 20 7 Sedang : umumnya berkaitan dengan proses terdahulu yang kadang terjadi tetapi tidak dalam jumlah besar Rendah : kegagalan terisolasi yang berkaitan dengan proses hampir identik Sangat rendah : hanya kegagalan terisolasi yang berkaitan dengan proses hampir identik Remote : kegagalan mustahil, tak pernah ada kegagalan terjadi dalam proses yang identik Sumber : Wang, et al, in in in in in in

15 171 Tabel A.4 Ranking Detection Deteksi Kemungkinan Terditeksi Ranking Hampir tidak Tidak ada alat pengontrol yang mampu mendeteksi 10 mungkin Sangat Alat pengontol saat ini sangat sulit mendeteksi bentuk 9 jarang dan penyebab kegagalan Jarang Alat pengontrol saat ini sangat sulit mendeteksi bentuk 8 dan penyebab kegagalan Sangat Kemampuan alat kontrol untuk mendeteksi bentuk dan 7 rendah penyebab sangat rendah Rendah Kemampuan alat kontrol untuk mendeteksi bentuk dan 6 penyebab rendah Sedang Kemampuan alat kontrol untuk mendeteksi bentuk dan 5 penyebab sedang Agak tinggi Kemampuan alat kontrol untuk mendeteksi bentuk dan 4 penyebab sedang sampai tinggi Tinggi Kemampuan alat kontrol untuk mendeteksi bentuk dan 3 penyebab tinggi Sangat tinggi Kemampuan alat kontrol untuk mendeteksi bentuk dan 2 penyebab sangat tinggi Hampir pasti Kemampuan alat kontrol untuk mendeteksi bentuk dan penyebab hampir pasti 1 Sumber : Wang, et al, 2009

16 172 Tabel A.5 Hasil Kuisoner Severity No Jenis Pekerjaan Proses Pekerjaan Potensi Bahaya Akibatnya K1 K2 K3 Rata-rata 1 Pembesian Balok Pengangkutan tulangan besi (fabrikasi) Pemotongan besi tulangan (fabrikasi) Pembengkokan tulangan besi (fabrikasi) Tersandung, terpeleset, menginjak material/ alat, dan tertusuk Tertusuk besi, terjepit besi tulangan, menginjak material/ alat, dan tertimpa alat kerja Terjepit saat membengkokan, terluka oleh alat kerja, tertusuk, dan tertimpa alat kerja Lecet, robek, memar, dan keseleo robek, lecet, dan memar Lecet, robek, dan memar Pengecoran plat lantai Penganyaman besi tulangan Terjepit tulangan, tertusuk bendrat/ Lecet, robek, (fabrikasi) tulangan, terluka oleh alat kerja, terjepit memar, dan alat kerja, dan tertimpa alat kerja luka bakar Pengangkutan besi anyaman Terjepit anyaman tulangan, tertusuk Lecet, robek, ke lapangan (dengan crane) tulangan, menginjak material/ alat, dan memar, dan terpeleset keseleo Penempatan anyaman di Terjepit anyaman tulangan, tertusuk Lecet, robek, lapangan (dengan crane) tulangan, menginjak material/ alat, dan memar, dan terpeleset keseleo Penyambungan anyaman Terjepit anyaman tulangan, tertusuk Lecet, robek, tulangan di lapangan tulangan, tertusuk kawat bendrat, memar, dan menginjak material/ alat, dan terpeleset keseleo Persiapan atau pembersihan Terjatuh/ terpeleset, mengijak material, dan Lecet, robek, lapangan untuk pengecoran tertimpa alat kerja memar, dan keseleo Pengecoran dengan ready Terjatuh/ terpeleset, mengijak material, dan Lecet, robek, mix tertimpa alat kerja memar, dan keseleo Pemerataan pengecoran Terjatuh/ terpeleset, mengijak material, dan Lecet, robek, beton dengan vibrator dan tertimpa alat kerja memar, dan juga alat keseleo

17 173 Jenis No Pekerjaan 1 Pembesian Balok 2 Pengecoran plat lantai Proses Pekerjaan Pengangkutan tulangan besi (fabrikasi) Tabel A.6 Hasil Kuisoner Detection Potensi Bahaya Kondisi SMK3 K1 K2 K3 Rata-rata Tersandung, terpeleset, menginjak material/ alat, dan tertusuk Pemotongan Tertusuk besi, terjepit besi tulangan besi tulangan, (fabrikasi) menginjak material/ alat, dan tertimpa alat kerja kerja Pembengkokan Terjepit saat tulangan besi membengkokan, (fabrikasi) terluka oleh alat kerja, tertusuk, dan tertimpa alat kerja kerja Penganyaman Terjepit besi tulangan tertusuk (fabrikasi) tulangan, bendrat/ tulangan, terluka oleh alat kerja, terjepit alat kerja, dan tertimpa alat kerja Pengangkutan Terjepit anyaman besi anyaman tulangan, tertusuk ke lapangan tulangan, menginjak (dengan crane) material/ alat, dan terpeleset kerja Penempatan Terjepit anyaman anyaman di tulangan, tertusuk lapangan tulangan, menginjak (dengan crane) material/ alat, dan terpeleset kerja Penyambungan Terjepit anyaman anyaman tulangan, tertusuk tulangan di tulangan, tertusuk lapangan kawat bendrat, menginjak material/ alat, dan terpeleset Persiapan atau Terjatuh/ terpeleset, pembersihan mengijak material, lapangan untuk dan tertimpa alat pengecoran kerja Pengecoran Terjatuh/ dengan ready mengijak mix Pemerataan Terjatuh/ pengecoran mengijak beton dengan vibrator dan juga alat terpeleset, material, dan tertimpa alat kerja terpeleset, material, dan tertimpa alat kerja Terdapat alat pelindung diri seperti helm, sarung tangan karet / kulit, masker, pakaian kerja, dan sepatu kerja. Serta display keselamatan kerja dan kesehatan kerja Terdapat alat pelindung diri seperti helm, sarung tangan karet / kulit, masker, pakaian kerja, dan sepatu kerja. Serta display keselamatan kerja dan kesehatan Terdapat alat pelindung diri seperti helm, sarung tangan karet / kulit, masker, pakaian kerja, dan sepatu kerja. Serta display keselamatan kerja dan kesehatan Terdapat alat pelindung diri seperti helm, sarung tangan karet / kulit, masker, pakaian kerja, dan sepatu kerja. Serta display keselamatan kerja dan kesehatan kerja Terdapat alat pelindung diri seperti helm, sarung tangan karet / kulit, masker, pakaian kerja, dan sepatu kerja. Serta display keselamatan kerja dan kesehatan Terdapat alat pelindung diri seperti helm, sarung tangan karet / kulit, masker, pakaian kerja, dan sepatu kerja. Serta display keselamatan kerja dan kesehatan Terdapat alat pelindung diri seperti helm, sarung tangan karet / kulit, masker, pakaian kerja, dan sepatu kerja. Serta display keselamatan kerja dan kesehatan kerja Terdapat alat pelindung diri seperti helm, sarung tangan karet / kulit, masker, pakaian kerja, dan sepatu kerja. Serta display keselamatan kerja dan kesehatan kerja Terdapat alat pelindung diri seperti helm, sarung tangan karet / kulit, masker, pakaian kerja, dan sepatu kerja. Serta display keselamatan kerja dan kesehatan kerja Terdapat alat pelindung diri seperti helm, sarung tangan karet / kulit, masker, pakaian kerja, dan sepatu kerja. Serta display keselamatan kerja dan kesehatan kerja

18 174 No Jenis Pekerjaan 1 Pembesian Balok 2 Pengecoran plat lantai Tabel A.7 Hasil Kuisoner Occurance Proses Pekerjaan Potensi Bahaya K1 K2 K3 Rata-rata Pengangkutan tulangan Pemotongan tulangan (fabrikasi) Pembengkokan tulangan besi (fabrikasi) alat kerja Penganyaman besi tulangan (fabrikasi) Tersandung, terpeleset, menginjak material/ alat, dan tertusuk besi besi Tertusuk besi, terjepit besi tulangan, menginjak material/ alat, dan tertimpa alat kerja Terjepit saat membengkokan, terluka oleh alat kerja, tertusuk, dan tertimpa Terjepit tulangan, tertusuk bendrat/ tulangan, terluka oleh alat kerja, terjepit alat kerja, dan tertimpa alat kerja Pengangkutan besi Terjepit anyaman tulangan, tertusuk anyaman ke lapangan tulangan, menginjak material/ alat, dan (dengan crane) terpeleset Penempatan anyaman Terjepit anyaman tulangan, tertusuk di lapangan (dengan tulangan, menginjak material/ alat, dan crane) terpeleset Penyambungan Terjepit anyaman tulangan, tertusuk anyaman tulangan di tulangan, tertusuk kawat bendrat, lapangan menginjak material/ alat, dan terpeleset Persiapan atau Terjatuh/ terpeleset, mengijak material, pembersihan lapangan dan tertimpa alat kerja untuk pengecoran Pengecoran dengan Terjatuh/ terpeleset, mengijak material, ready mix dan tertimpa alat kerja Pemerataan pengecoran Terjatuh/ terpeleset, mengijak material, beton dan tertimpa alat kerja dengan vibrator dan juga alat

19 175 Tabel A.8 Nilai Rata-Rata RPN No Jenis Pekerjaan Proses Pekerjaan Potensi Bahaya Severity Occurrence Detection Nilai RPN 1 Pembesian Balok Pengangkutan tulangan Tersandung, terpeleset, menginjak besi (fabrikasi) material/ alat, dan tertusuk 2 Pengecoran plat lantai Pemotongan besi tulangan Tertusuk besi, terjepit besi tulangan, (fabrikasi) menginjak material/ alat, dan tertimpa alat kerja Pembengkokan tulangan Terjepit saat membengkokan, terluka besi (fabrikasi) oleh alat kerja, tertusuk, dan tertimpa alat kerja Penganyaman besi Terjepit tulangan, tertusuk bendrat/ tulangan (fabrikasi) tulangan, terluka oleh alat kerja, terjepit alat kerja, dan tertimpa alat kerja Pengangkutan besi Terjepit anyaman tulangan, tertusuk anyaman ke lapangan tulangan, menginjak material/ alat, dan (dengan crane) terpeleset Penempatan anyaman di Terjepit anyaman tulangan, tertusuk lapangan (dengan crane) tulangan, menginjak material/ alat, dan terpeleset Penyambungan anyaman Terjepit anyaman tulangan, tertusuk tulangan di lapangan tulangan, tertusuk kawat bendrat, menginjak material/ alat, dan terpeleset Persiapan atau Terjatuh/ terpeleset, mengijak material, pembersihan lapangan dan tertimpa alat kerja untuk pengecoran Pengecoran dengan ready Terjatuh/ terpeleset, mengijak material, mix dan tertimpa alat kerja Pemerataan pengecoran Terjatuh/ terpeleset, mengijak material, beton dengan vibrator dan dan tertimpa alat kerja juga alat

20 LAMPIRAN B TES SENSITIVITAS B.1. Konstanta Modifikasi Parameter Tests Tabel B.1 Keluaran Dasar Konstanta Nilai Awal Kumulatif Kecelakaan Unsafe Condition Per Volume Besi 56, Kumulatif Biaya Keselamatan 67,602, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Volume Besi Sedang Dikerjakan 19, Tabel B.2 Keluaran Kebijakan Pelaporan Kecelakaan Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 101,315, ,339, ,204, ,903, ,300, ,999, ,698, ,397, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Volume Besi Sedang Dikerjakan 19, , , , , , , , Tabel B.3 Keluaran Waktu Pelaporan Kecelakaan Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 67,602, ,602, ,602, ,602, ,602, ,602, ,602, ,602, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.4 Keluaran Bobot Bahaya Tak Terkontrol Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 1,134,948, ,945, ,383, ,195, ,445, ,008, ,981, ,211, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan

21 177 Tabel B.5 Keluaran Bobot Bahaya Menengah Dikontrol Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 2,402,354, ,352, ,185, ,463, ,885, ,740, ,494, ,810, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.6 Keluaran Bobot Bahaya Penuh Dikontrol Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 523,123, ,405, ,203, ,135, ,681, ,068, ,630, ,301, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.7 Keluaran Kebijakan Pengawasan Keselamatan Kumulatif Kecelakaan Unsafe Condition Per Volume Besi Kumulatif Biaya Keselamatan 62,568, ,256, ,451, ,373, ,688, ,212, ,631, ,000, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.8 Keluaran Kebijakan Bahaya Menengah Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 90,849, ,349, ,767, ,184, ,019, ,437, ,854, ,272, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.9 Keluaran Waktu Mengatur Bahaya Menengah Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 57,977, ,254, ,329, ,033, ,997, ,226, ,196, ,885, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan

22 178 Tabel B.10 Keluaran Kebijakan Bahaya Penuh Dikontrol Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 86,025, ,205, ,385, ,620, ,642, ,134, ,627, ,120, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.11 Keluaran Waktu Mengatur Bahaya Penuh Dikontrol Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 67,149, ,149, ,149, ,149, ,781, ,835, ,281, ,370, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.12 Keluaran Jadwal Volume Besi, dan Realisasi Volume Besi Kumulatif Kecelakaan Unsafe Condition Per Volume Besi Kumulatif Biaya Keselamatan 31,426, ,426, ,522, ,522, ,191, ,911, ,928, ,820, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Volume Besi Sedang Dikerjakan Tabel B.13 Keluaran Target Pekerja Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 32,029, ,446, ,681, ,381, ,048, ,838, ,090, ,795, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.14 Keluaran Kemampuan Tukang Besi Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 66,438, ,438, ,602, ,602, ,601, ,601, ,601, ,698, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan

23 179 Tabel B.15 Keluaran Berat Besi Per Meter Kubik Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 205,136, ,217, ,698, ,601, ,602, ,602, ,602, ,602, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.16 Keluaran Efektifitas Kontrol Unsafe Condition Kumulatif Kecelakaan Unsafe Condition Per Volume Besi Kumulatif Biaya Keselamatan 76,632, ,953, ,916, ,879, ,522, ,522, ,522, ,522, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.17 Keluaran Unsafe Condition Dari Pekerjaan Besi Kumulatif Kecelakaan Unsafe Condition Per Volume Besi Kumulatif Biaya Keselamatan 31,522, ,522, ,522, ,522, ,268, ,700, ,467, ,756, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.18 Keluaran Kebijakan Kontrol Unsafe Condition Kumulatif Kecelakaan Unsafe Condition Per Volume Besi Kumulatif Biaya Keselamatan 66,530, ,929, ,176, ,594, ,963, ,249, ,713, ,028, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.19 Perbandingan Keluaran Kebijakan Pelaporan Kecelakaan Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan

24 180 Tabel B.20 Perbandingan Keluaran Waktu Pelaporan Kecelakaan Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.21 Perbandingan Keluaran Bobot Bahaya Tak Terkontrol Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.22 Perbandingan Keluaran Bobot Bahaya Menengah Dikontrol Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.23 Perbandingan Keluaran Bobot Bahaya Penuh Dikontrol Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.24 Perbandingan Keluaran Kebijakan Pengawasan Keselamatan Kumulatif Kecelakaan Unsafe Condition Per Volume Besi Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan

25 181 Tabel B.25 Perbandingan Keluaran Kebijakan Bahaya Menengah Dikontrol Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.26 Perbandingan Keluaran Waktu Mengatur Bahaya Menengah Dikontrol Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.27 Perbandingan Keluaran Kebijakan Bahaya Penuh Dikontrol Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.28 Perbandingan Keluaran Waktu Mengatur Bahaya Penuh Dikontrol Kumulatif Kecelakaan Unsafe Condition Per Pekerja Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Antara Bahaya Aktif dan Tidak Ak Kumulatif Laporan Kecelekaan Volume Pekerjaan Besi Sedang Dikerjak Tabel B.29 Perbandingan Keluaran Jadwal dan Realisasi Volume Besi

26 182 Tabel B.30 Perbandingan Keluaran Target Pekerja Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.31 Perbandingan Keluaran Kemampuan Tukang Besi Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.32 Perbandingan Keluaran Berat Besi Per Meter Kubik Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.33 Perbandingan Keluaran Efektifitas Kontrol Unsafe Condition Kumulatif Kecelakaan Unsafe Condition Per Volume Besi Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.34 Perbandingan Keluaran Unsafe Condition Dari Pekerjaan Besi Kumulatif Kecelakaan Unsafe Condition Per Volume Besi Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan

27 183 Tabel B.35 Perbandingan Keluaran Kebijakan Kontrol Unsafe Condition Kumulatif Kecelakaan Unsafe Condition Per Volume Besi Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.36 Keluaran Dasar Konstanta Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Unsafe Condition Per Volume Besi Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Realisasi Pekerja Tabel B.37 Settling Time Kebijakan Pelaporan Kecelakaan Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Tabel B.38 Settling Time Waktu Pelaporan Kecelakaan Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Tabel B.39 Settling Time Bobot Bahaya Tak Terkontrol Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif

28 184 Tabel B.40 Settling Time Bobot Bahaya Menengah Dikontrol Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Tabel B.41 Settling Time Bobot Bahaya Penuh Dikontrol Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Tabel B.42 Settling Time Kebijakan Pengawasan Keselamatan Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Tabel B.43 Settling Time Kebijakan Bahaya Menengah Dikontrol Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Tabel B.44 Settling Time Waktu Mengatur Bahaya Menengah Dikontrol Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif

29 185 Tabel B.45 Settling Time Kebijakan Bahaya Penuh Dikontrol Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Tabel B.46 Settling Time Waktu Mengatur Bahaya Penuh Dikontrol Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Tabel B.47 Settling Time Jadwal Volume Besi, dan Realisasi Volume Besi Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Tabel B.48 Settling Time Target Pekerja Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Tabel B.49 Settling Time Kemampuan Tukang Besi Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif

30 186 Tabel B.50 Settling Time Berat Besi Per Meter Kubik Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Tabel B.51 Settling Time Efektifitas Kontrol Unsafe Condition Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Unsafe Condition Per Volume Besi Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Tabel B.52 Settling Time Unsafe Condition Dari Pekerjaan Besi Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Tabel B.53 Settling Time Kebijakan Kontrol Unsafe Condition Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Tabel B.54 Value Kebijakan Pelaporan Kecelakaan Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Realisasi Pekerja

31 187 Tabel B.55 Value Waktu Pelaporan Kecelakaan Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Realisasi Pekerja Tabel B.56 Value Bobot Bahaya Tak Terkontrol Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu 120,638, ,447, ,863, ,396, ,279, ,196, ,133, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Realisasi Pekerja Tabel B.57 Value Bobot Bahaya Menengah Dikontrol Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Realisasi Pekerja Tabel B.58 Value Bobot Bahaya Penuh Dikontrol Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Realisasi Pekerja Tabel B.59 Value Kebijakan Pengawasan Keselamatan Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Unsafe Condition Per Volume Besi Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Realisasi Pekerja

32 188 Tabel B.60 Value Kebijakan Bahaya Menengah Dikontrol Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Realisasi Pekerja Tabel B.61 Value Waktu Mengatur Bahaya Menengah Dikontrol Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Realisasi Pekerja Tabel B.62 Value Kebijakan Bahaya Penuh Dikontrol Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Realisasi Pekerja Tabel B.63 Value Waktu Mengatur Bahaya Penuh Dikontrol Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Realisasi Pekerja Tabel B.64 Value Jadwal Volume Besi, dan Realisasi Volume Besi Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Unsafe Condition Per Volume Besi Biaya Keselamatan Minggu ,694, ,694, ,750, ,768, ,773, ,925, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Realisasi Pekerja

33 189 Tabel B.65 Value Target Pekerja Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Realisasi Pekerja Tabel B.66 Value Kemampuan Tukang Besi Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Realisasi Pekerja Tabel B.67 Value Berat Besi Per Meter Kubik Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu ,000, ,857, ,713, ,713, ,713, ,713, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Realisasi Pekerja Tabel B.68 Value Efektifitas Kontrol Unsafe Condition Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Unsafe Condition Per Volume Besi Biaya Keselamatan Minggu ,773, ,756, ,698, ,698, ,698, ,698, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Realisasi Pekerja Tabel B.69 Value Unsafe Condition Dari Pekerjaan Besi Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Unsafe Condition Per Volume Besi Biaya Keselamatan Minggu 1,961, ,961, ,961, ,615, ,633, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Realisasi Pekerja

34 190 Tabel B.70 Value Kebijakan Kontrol Unsafe Condition Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Unsafe Condition Per Volume Besi Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Realisasi Pekerja Tabel B.71 Perbandingan Value Kebijakan Pelaporan Kecelakaan Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Tabel B.72 Perbandingan Value Waktu Pelaporan Kecelakaan Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Tabel B.73 Perbandingan Value Bobot Bahaya Tak Terkontrol Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Tabel B.74 Perbandingan Value Bobot Bahaya Menengah Dikontrol Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif

35 191 Tabel B.75 Perbandingan Value Bobot Bahaya Penuh Dikontrol Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Tabel B.76 Perbandingan Value Kebijakan Pengawasan Keselamatan Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Unsafe Condition Per Volume Besi Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Tabel B.77 Perbandingan Value Kebijakan Bahaya Menengah Dikontrol Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Tabel B.78 Perbandingan Value Waktu Mengatur Bahaya Menengah Dikontrol Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Tabel B.79 Perbandingan Value Kebijakan Bahaya Penuh Dikontrol Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif

36 192 Tabel B.80 Perbandingan Value Waktu Mengatur Bahaya Penuh Dikontrol Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Tabel B.81 Perbandingan Value Jadwal Volume Besi, dan Realisasi Volume Besi Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Unsafe Condition Per Volume Besi Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Realisasi Pekerja Tabel B.82 Perbandingan Value Target Pekerja Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Realisasi Pekerja Tabel B.83 Perbandingan Value Kemampuan Tukang Besi Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Realisasi Pekerja Tabel B.84 Perbandingan Value Berat Besi Per Meter Kubik Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Realisasi Pekerja

37 193 Tabel B.85 Perbandingan Value Efektifitas Kontrol Unsafe Condition Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Unsafe Condition Per Volume Besi Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Tabel B.86 Perbandingan Value Unsafe Condition Dari Pekerjaan Besi Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Unsafe Condition Per Volume Besi Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Tabel B.87 Perbandingan Value Kebijakan Kontrol Unsafe Condition Potensi Kecelakaan Tenaga Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Unsafe Condition Per Volume Besi Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif B.2. Modifikasi Parameter Tingkatan Tests Tabel B.88 Keluaran Dasar Initial Nilai Awal Potensi Kecelakaan Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Unsafe Condition Per Volume Besi Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Realisasi Pekerja

38 194 Tabel B.89 Keluaran Unsafe Condition Potensi Kecelakaan Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Unsafe Condition Per Volume Besi Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Realisasi Pekerja Tabel B.90 Keluaran Bahaya Penuh Dikontrol Potensi Kecelakaan Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu ,714, ,785, ,857, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Realisasi Pekerja Tabel B.91 Keluaran Bahaya Menengah Dikontrol Potensi Kecelakaan Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu ,169, ,469, ,751, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Realisasi Pekerja Tabel B.92 Keluaran Bahaya Tak Terkontrol Potensi Kecelakaan Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Realisasi Pekerja Tabel B.93 Keluaran Bahaya Terkontrol Potensi Kecelakaan Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Realisasi Pekerja

39 195 Tabel B.94 Keluaran Laporan Kecelakaan Diproses Potensi Kecelakaan Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Realisasi Pekerja Tabel B.95 Perbandingan Keluaran Unsafe Condition Potensi Kecelakaan Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Unsafe Condition Per Volume Besi Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Tabel B.96 Perbandingan Keluaran Bahaya Penuh Dikontrol Potensi Kecelakaan Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Tabel B.97 Perbandingan Keluaran Bahaya Menengah Dikontrol Potensi Kecelakaan Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Tabel B.98 Perbandingan Keluaran Bahaya Tak Terkontrol Potensi Kecelakaan Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif

40 196 Tabel C.99 Perbandingan Keluaran Bahaya Terkontrol Potensi Kecelakaan Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Tabel C.100 Perbandingan Keluaran Laporan Kecelakaan Diproses Potensi Kecelakaan Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Tabel B.101 Value Unsafe Condition Potensi Kecelakaan Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Unsafe Condition Per Volume Besi Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Realisasi Pekerja Tabel B.102 Value Bahaya Penuh Dikontrol Potensi Kecelakaan Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Realisasi Pekerja Tabel B.103 Value Bahaya Menengah Dikontrol Potensi Kecelakaan Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Realisasi Pekerja

41 197 Tabel B.104 Value Bahaya Tak Terkontrol Potensi Kecelakaan Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Realisasi Pekerja Tabel B.105 Value Bahaya Terkontrol Potensi Kecelakaan Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Realisasi Pekerja Tabel B.106 Value Laporan Kecelakaan Diproses Potensi Kecelakaan Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Realisasi Pekerja Tabel B.107 Perbandingan Value Unsafe Condition Potensi Kecelakaan Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Unsafe Condition Per Volume Besi Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Tabel B.108 Perbandingan Value Bahaya Penuh Dikontrol Potensi Kecelakaan Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif

42 198 Tabel B.109 Perbandingan Value Bahaya Menengah Dikontrol Potensi Kecelakaan Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Tabel B.110 Perbandingan Value Bahaya Tak Terkontrol Potensi Kecelakaan Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Tabel B.111 Perbandingan Value Bahaya Terkontrol Potensi Kecelakaan Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Tabel B.112 Perbandingan Value Laporan Kecelakaan Diproses Potensi Kecelakaan Kerja Laporan Kecelakaan Diproses Biaya Keselamatan Minggu Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif B.3. Tabel Fuction Parameter Tests Tabel B.113 Keluaran Dasar Konstanta Tes Fungsi Tabel Nilai Awal Kumulatif Kecelakaan Unsafe Condition Per Volume Besi 56, Kumulatif Biaya Keselamatan 67,602, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Volume Besi Sedang Dikerjakan 19,

43 199 Tabel B.114 Original Sensitivitas Keluaran Waktu Pelaporan Kecelakaan Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 67,602, ,602, ,602, ,602, ,602, ,602, ,602, ,602, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.115 Original Sensitivitas Keluaran Bobot Bahaya Menengah Dikontrol Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 2,402,354, ,352, ,185, ,463, ,885, ,740, ,494, ,810, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.116 Original Sensitivitas Keluaran Bobot Bahaya Tak Terkontrol Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 1,134,948, ,945, ,383, ,195, ,445, ,008, ,981, ,211, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.117 Slope Waktu Pelaporan Kecelakaan Pada Bahaya Teridentifikasi Dari Pengawasan Keselamatan Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 67,602, ,602, ,602, ,602, ,602, ,602, ,602, ,602, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.118 Slope Bobot Bahaya Menengah Pada Bahaya Teridentifikasi Dari Pengawasan Keselamatan Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 2,402,354, ,352, ,185, ,463, ,885, ,740, ,494, ,810, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan

44 200 Tabel B.119 Slope Bobot Bahaya Tak Terkontrol Pada Bahaya Teridentifikasi Dari Pengawasan Keselamatan Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 1,134,948, ,945, ,383, ,195, ,445, ,008, ,981, ,211, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.120 Shape Waktu Pelaporan Kecelakaan Pada Bahaya Teridentifikasi Dari Pengawasan Keselamatan Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 67,602, ,602, ,602, ,602, ,602, ,602, ,602, ,602, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.121 Shape Bobot Bahaya Menengah Pada Bahaya Teridentifikasi Dari Pengawasan Keselamatan Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 2,402,354, ,352, ,185, ,463, ,885, ,740, ,494, ,810, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.122 Shape Bobot Bahaya Tak Terkontrol Pada Bahaya Teridentifikasi Dari Pengawasan Keselamatan Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 1,134,948, ,945, ,383, ,195, ,445, ,008, ,981, ,211, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.123 Perbandingan Sensitivitas Slope Waktu Pelaporan Kecelakaan Pada Bahaya Teridentifikasi Dari Pengawasan Keselamatan Kumulatif Kecelakaan Unsafe Condition Per Volume Besi Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Volume Besi Sedang Dikerjakan

45 201 Tabel B.124 Perbandingan Sensitivitas Slope Bobot Bahaya Menengah Pada Bahaya Teridentifikasi Dari Pengawasan Keselamatan Kumulatif Kecelakaan Unsafe Condition Per Volume Besi Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Volume Besi Sedang Dikerjakan Tabel B.125 Perbandingan Sensitivitas Slope Bobot Bahaya Tak Terkontrol Pada Bahaya Teridentifikasi Dari Pengawasan Keselamatan Kumulatif Kecelakaan Unsafe Condition Per Volume Besi Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Volume Besi Sedang Dikerjakan Tabel B.126 Perbandingan Sensitivitas Shape Waktu Pelaporan Kecelakaan Pada Bahaya Teridentifikasi Dari Pengawasan Keselamatan Kumulatif Kecelakaan Unsafe Condition Per Volume Besi Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Volume Besi Sedang Dikerjakan Tabel B.127 Perbandingan Sensitivitas Shape Bobot Bahaya Menengah Pada Bahaya Teridentifikasi Dari Pengawasan Keselamatan Kumulatif Kecelakaan Unsafe Condition Per Volume Besi Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Volume Besi Sedang Dikerjakan Tabel B.128 Perbandingan Sensitivitas Shape Bobot Bahaya Tak Terkontrol Pada Bahaya Teridentifikasi Dari Pengawasan Keselamatan Kumulatif Kecelakaan Unsafe Condition Per Volume Besi Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Volume Besi Sedang Dikerjakan

46 202 Tabel B.129 Slope Waktu Pelaporan Kecelakaan Pada Bahaya Karena Unsafe Condition Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 52,076, ,076, ,076, ,076, ,076, ,076, ,076, ,076, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.130 Slope Bobot Bahaya Menengah Pada Bahaya Karena Unsafe Condition Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 1,490,059, ,651, ,601, ,918, ,171, ,234, ,851, ,813, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.131 Slope Bobot Bahaya Tak Terkontrol Pada Bahaya Karena Unsafe Condition Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 682,854, ,190, ,447, ,200, ,802, ,952, ,345, ,890, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.132 Shape Waktu Pelaporan Kecelakaan Pada Bahaya Karena Unsafe Condition Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 65,040, ,040, ,040, ,040, ,040, ,040, ,040, ,040, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.133 Shape Bobot Bahaya Menengah Pada Bahaya Karena Unsafe Condition Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 2,237,339, ,867, ,983, ,354, ,652, ,726, ,636, ,069, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan

47 203 Tabel B.134 Shape Bobot Bahaya Tak Terkontrol Pada Bahaya Karena Unsafe Condition Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 1,089,938, ,098, ,393, ,491, ,970, ,589, ,603, ,864, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.135 Perbandingan Sensitivitas Slope Waktu Pelaporan Kecelakaan Pada Bahaya Karena Unsafe Condition Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.136 Perbandingan Sensitivitas Slope Bobot Bahaya Menengah Pada Bahaya Karena Unsafe Condition Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.137 Perbandingan Sensitivitas Slope Bobot Bahaya Tak Terkontrol Pada Bahaya Karena Unsafe Condition Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan

48 204 Tabel B.138 Perbandingan Sensitivitas Shape Waktu Pelaporan Kecelakaan Pada Bahaya Karena Unsafe Condition Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.139 Perbandingan Sensitivitas Shape Bobot Bahaya Menengah Pada Bahaya Karena Unsafe Condition Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.140 Perbandingan Sensitivitas Shape Bobot Bahaya Tak Terkontrol Pada Bahaya Karena Unsafe Condition Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.141 Slope Waktu Pelaporan Kecelakaan Pada Unsafe Condition Per Pekerja Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 43,778, ,778, ,778, ,778, ,778, ,778, ,778, ,778, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan

49 205 Tabel B.142 Slope Bobot Bahaya Menengah Pada Unsafe Condition Per Pekerja Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 975,431, ,010, ,189, ,915, ,896, ,642, ,745, ,073, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.143 Slope Bobot Bahaya Tak Terkontrol Pada Unsafe Condition Per Pekerja Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 447,424, ,010, ,856, ,138, ,963, ,419, ,031, ,740, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.144 Shape Waktu Pelaporan Kecelakaan Pada Unsafe Condition Per Pekerja Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 69,805, ,805, ,805, ,805, ,805, ,805, ,805, ,805, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.145 Shape Bobot Bahaya Menengah Pada Unsafe Condition Per Pekerja Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 2,549,441, ,945, ,852, ,154, ,796, ,456, ,071, ,282, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.146 Shape Bobot Bahaya Tak Terkontrol Pada Unsafe Condition Per Pekerja Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 1,171,678, ,195, ,935, ,515, ,579, ,095, ,035, ,240, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan

50 206 Tabel B.147 Perbandingan Sensitivitas Slope Waktu Pelaporan Kecelakaan Pada Unsafe Condition Per Pekerja Kumulatif Kecelakaan Unsafe Condition Per Volume Besi Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Volume Besi Sedang Dikerjakan Tabel B.148 Perbandingan Sensitivitas Slope Bobot Bahaya Menengah Pada Unsafe Condition Per Pekerja Kumulatif Kecelakaan Unsafe Condition Per Volume Besi Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Volume Besi Sedang Dikerjakan Tabel B.149 Perbandingan Sensitivitas Slope Bobot Bahaya Tak Terkontrol Pada Unsafe Condition Per Pekerja Kumulatif Kecelakaan Unsafe Condition Per Volume Besi Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Volume Besi Sedang Dikerjakan Tabel B.150 Perbandingan Sensitivitas Shape Waktu Pelaporan Kecelakaan Pada Unsafe Condition Per Pekerja Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.151 Perbandingan Sensitivitas Shape Bobot Bahaya Menengah Pada Unsafe Condition Per Pekerja Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan

51 207 Tabel B.152 Perbandingan Sensitivitas Shape Bobot Bahaya Tak Terkontrol Pada Unsafe Condition Per Pekerja Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.153 Slope Waktu Pelaporan Kecelakaan Pada Kemungkinan Sumber Bahaya Sama Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 67,602, ,602, ,602, ,602, ,602, ,602, ,602, ,602, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.154 Slope Bobot Bahaya Menengah Pada Kemungkinan Sumber Bahaya Sama Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 2,402,354, ,352, ,185, ,463, ,885, ,740, ,494, ,810, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.155 Slope Bobot Bahaya Tak Terkontrol Pada Kemungkinan Sumber Bahaya Sama Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 1,134,948, ,945, ,383, ,195, ,445, ,008, ,981, ,211, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.156 Shape Waktu Pelaporan Kecelakaan Pada Kemungkinan Sumber Bahaya Sama Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 67,602, ,602, ,602, ,602, ,602, ,602, ,602, ,602, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan

52 208 Tabel B.157 Shape Bobot Bahaya Menengah Pada Kemungkinan Sumber Bahaya Sama Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 2,402,354, ,352, ,185, ,463, ,885, ,740, ,494, ,810, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.158 Shape Bobot Bahaya Tak Terkontrol Pada Kemungkinan Sumber Bahaya Sama Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 1,134,948, ,945, ,383, ,195, ,445, ,008, ,981, ,211, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.159 Perbandingan Sensitivitas Slope Waktu Pelaporan Kecelakaan Pada Kemungkinan Sumber Bahaya Sama Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.160 Perbandingan Sensitivitas Slope Bobot Bahaya Menengah Pada Kemungkinan Sumber Bahaya Sama Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.161 Perbandingan Sensitivitas Slope Bobot Bahaya Tak Terkontrol Pada Kemungkinan Sumber Bahaya Sama Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan

53 209 Tabel B.162 Perbandingan Sensitivitas Shape Waktu Pelaporan Kecelakaan Pada Kemungkinan Sumber Bahaya Sama Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.163 Perbandingan Sensitivitas Shape Bobot Bahaya Menengah Pada Kemungkinan Sumber Bahaya Sama Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.164 Perbandingan Sensitivitas Shape Bobot Bahaya Tak Terkontrol Pada Kemungkinan Sumber Bahaya Sama Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.165 Slope Waktu Pelaporan Kecelakaan Pada Unsafe Condition Hilang Karena Pengontrolan

54 210 Tabel B.166 Slope Bobot Bahaya Menengah Pada Unsafe Condition Hilang Karena Pengontrolan Kumulatif Kecelakaan Unsafe Condition Per Volume Besi Kumulatif Biaya Keselamatan 2,795,297, ,382, ,405, ,079, ,418, ,753, ,135, ,172, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.167 Slope Bobot Bahaya Tak Terkontrol Pada Unsafe Condition Hilang Karena Pengontrolan Kumulatif Kecelakaan Unsafe Condition Per Volume Besi Kumulatif Biaya Keselamatan 1,263,074, ,951, ,928, ,920, ,514, ,912, ,768, ,910, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.168 Shape Waktu Pelaporan Kecelakaan Pada Unsafe Condition Hilang Karena Pengontrolan Kumulatif Kecelakaan Unsafe Condition Per Volume Besi Kumulatif Biaya Keselamatan 74,826, ,826, ,826, ,826, ,826, ,826, ,826, ,826, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.169 Shape Bobot Bahaya Menengah Pada Unsafe Condition Hilang Karena Pengontrolan Kumulatif Kecelakaan Unsafe Condition Per Volume Besi Kumulatif Biaya Keselamatan 2,848,253, ,869, ,840, ,164, ,223, ,488, ,820, ,819, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.170 Shape Bobot Bahaya Tak Terkontrol Pada Unsafe Condition Hilang Karena Pengontrolan Kumulatif Kecelakaan Unsafe Condition Per Volume Besi Kumulatif Biaya Keselamatan 1,279,919, ,344, ,999, ,883, ,391, ,768, ,609, ,740, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan

55 211 Tabel B.171 Perbandingan Sensitivitas Slope Waktu Pelaporan Kecelakaan Pada Unsafe Condition Hilang Karena Pengontrolan Kumulatif Kecelakaan Unsafe Condition Per Volume Besi Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.172 Perbandingan Sensitivitas Slope Bobot Bahaya Menengah Pada Unsafe Condition Hilang Karena Pengontrolan Kumulatif Kecelakaan Unsafe Condition Per Volume Besi Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.173 Perbandingan Sensitivitas Slope Bobot Bahaya Tak Terkontrol Pada Unsafe Condition Hilang Karena Pengontrolan Kumulatif Kecelakaan Unsafe Condition Per Volume Besi Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.174 Perbandingan Sensitivitas Shape Waktu Pelaporan Kecelakaan Pada Unsafe Condition Hilang Karena Pengontrolan Kumulatif Kecelakaan Unsafe Condition Per Volume Besi Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan

56 212 Tabel B.175 Perbandingan Sensitivitas Shape Bobot Bahaya Menengah Pada Unsafe Condition Hilang Karena Pengontrolan Kumulatif Kecelakaan Unsafe Condition Per Volume Besi Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.176 Perbandingan Sensitivitas Shape Bobot Bahaya Tak Terkontrol Pada Unsafe Condition Hilang Karena Pengontrolan Kumulatif Kecelakaan Unsafe Condition Per Volume Besi Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.177 Slope Waktu Pelaporan Kecelakaan Pada Risiko Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 48,437, ,437, ,437, ,437, ,437, ,437, ,437, ,437, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.178 Slope Bobot Bahaya Menengah Pada Risiko Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 1,236,353, ,434, ,436, ,436, ,037, ,437, ,294, ,437, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.179 Slope Bobot Bahaya Tak Terkontrol Pada Risiko Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 588,859, ,813, ,895, ,256, ,345, ,617, ,097, ,707, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan

57 213 Tabel B.180 Shape Waktu Pelaporan Kecelakaan Pada Risiko Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 66,828, ,828, ,828, ,828, ,828, ,828, ,828, ,828, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.181 Shape Bobot Bahaya Menengah Pada Risiko Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 2,358,047, ,259, ,971, ,542, ,199, ,113, ,909, ,256, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.182 Shape Bobot Bahaya Tak Terkontrol Pada Risiko Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan 1,109,243, ,416, ,357, ,337, ,722, ,318, ,315, ,563, Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.183 Perbandingan Sensitivitas Slope Waktu Pelaporan Kecelakaan Pada Risiko Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.184 Perbandingan Sensitivitas Slope Bobot Bahaya Menengah Pada Risiko Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan

58 214 Tabel B.185 Perbandingan Sensitivitas Slope Bobot Bahaya Tak Terkontrol Pada Risiko Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.186 Perbandingan Sensitivitas Shape Waktu Pelaporan Kecelakaan Pada Risiko Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.187 Perbandingan Sensitivitas Shape Bobot Bahaya Menengah Pada Risiko Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan Tabel B.188 Perbandingan Sensitivitas Shape Bobot Bahaya Tak Terkontrol Pada Risiko Kumulatif Kecelakaan Kumulatif Biaya Keselamatan Rasio Bahaya Aktif dan Tidak Aktif Kumulatif Laporan Kecelekaan

59 LAMPIRAN C KUMPULAN DATA KESELAMATAN KERJA C.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara wawancara tidak terstruktur sehingga nara sumber bebas bercerita, pertanyaan yang diajukan sekitar kecelakaan kerja dan bahaya yang mengancam. Pengumpulan data juga memalui rekapan data yang ada disusun dalam tabel biasa. Terakhir pengambilan data dengan observasi tertutup, saat kunjungan ke lapangan secara tersembunyi sambil menilai kondisi lapangan. Observasi hanya dilakukan dua kali. Data juga dikumpulkan dari beberapa studi litelatur. Beberapa data yang dikumpulkan dan direkap dalam lampiran D agar lebih mudah dimengerti. Data ini berguna sebagai data historis untuk model dinamik.

60 216 Tabel C.1. Kecelakaan dan Kehilangan Waktu Kerja Selama 18 Minggu (Periode Juni - September 2016) Minggu Terluka Lebih dari 2 Kehilangan Waktu (Hari) Terluka 2 Hari atau Kurang Kehilangan Waktu (Hari) Total Luka Kehilangan Ringan Waktu (Hari) Total Terjadi Kecelaka Total Tabel C.2. Rata-rata pelaporan kecelakaan dan invetigasi untuk lebih dari 2 hari Bagian Pekerja Bagian Penjelasan Penggunaan Waktu Waktu Yang Digunakan Membuat Laporan (Jam) Safety Management Coordinator HSE Investigasi dan Penulisan Laporan 2.5 Safety Management Supervisor HSE Investigasi dan Penulisan Laporan 2 Operative Staf HSE Investigasi 1.5 Lainnya Korban Terluka Investigasi atau Pengobatan Kepada Korban 1 Lainnya Saksi Mata Investigasi 0.75 Lainnya Total Pertolongan Pertama Langkah Pertolongan Pertama Tabel C.3. Rata-rata pelaporan kecelakaan dan invetigasi untuk kurang dari 2 hari Bagian Pekerja Bagian Penjelasan Penggunaan Waktu Waktu Yang Digunakan Membuat Laporan (Jam) Safety Management Coordinator HSE Investigasi dan Penulisan Laporan 2 Safety Management Sipervisor HSE Investigasi dan Penulisan Laporan 1.5 Operative Staf HSE Investigasi 1.5 Lainnya Korban Terluka Investigasi atau Pengobatan Kepada Korban 1 Lainnya Saksi Mata Investigasi 0.75 Lainnya Total Pertolongan Pertama Langkah Pertolongan Pertama

61 217 Tabel C.4. Rata-rata pelaporan kecelakaan dan invetigasi untuk kecelakaan ringan Bagian Pekerja Bagian Penjelasan Penggunaan Waktu Waktu Yang Digunakan Membuat Laporan (Jam) Safety Management Coordinator HSE Investigasi dan Penulisan Laporan 0.5 Safety Management Supervisor HSE Investigasi dan Penulisan Laporan 0.25 Operative Staf HSE Investigasi 0.2 Lainnya Korban Terluka Investigasi atau Pengobatan Kepada Korban 0 Lainnya Saksi Mata Investigasi 0 Lainnya Total Pertolongan Pertama Langkah Pertolongan Pertama Tabel C.5. Data Kecelakaan Kerja Berdasarkan Dampak Luka Periode Juni September 2016 Tabel C.6. Penyebaran Bahaya Periode Juni - September 2016

62 218 Tabel C.7. Kebijakan Bahaya Menengah dan Penuh Dikontrol Tabel C.8. Kebijakan Pengawasan Sistem Keselamatan (18 Minggu) Bagian Pengawasan Keselematan (Orang-Jam) Juni Juli Agustus September Jun-Sept Inspeksi Keselamatan HSE Manajemen Total Tabel C.9. Upah Kerja Pembesian NO URAIAN SATUAN HARGA UPAH /Hari Total Upah/Jam Upah Lembur/ Jam 1 Mandor Orang/ hari (7 jam) Rp 90, Rp 12, Rp 25, Kepala Tukang besi Orang/ hari (7 jam) Rp 80, Rp 11, Rp 17, Tukang besi Orang/ hari (7 jam) Rp 70, Rp 10, Rp 12, Pekerja Orang/ hari (7 jam) Rp 60, Rp 8, Rp 10, Sumber : rata-rata upah kerja proyek kontruksi Tabel C.10. Upah Kerja HSE No Uraian Upah Kerja/ Bulan Upah Kerja/ Jam 1 HSE Koordinator Rp 10,000, Rp 46, HSE Supervisior Rp 8,000, Rp 37, HSE Kontroling Rp 6,000, Rp 28, Safety Inspector Rp 6,500, Rp 30, Staf HSE Rp 5,000, Rp 23, Sumber : rata-rata upah kerja PT. X

PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL

PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat diambil kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Penelitian ini secara garis besar mencoba menjelaskan langkah-langkah dalam mengevaluasi tingkat kecelakaan kerja yang bersumber dari bahaya unsafe condition

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan dan Kesehatan Kerja (K3) ILO (2003) mendefinisikan K3 adalah upaya pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan para pekerja baik secara fisik, mental, dan sosial.

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Industri Itenas No.02 Vol.02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional April 2014

Jurusan Teknik Industri Itenas No.02 Vol.02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional April 2014 Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.02 Vol.02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional April 2014 USULAN PERBAIKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) BERDASARKAN

Lebih terperinci

TESIS ANALISIS TINGKAT RISIKO KECELAKAAN KERJA DENGAN METODE FMEA DAN PEMODELAN SISTEM KESELAMATAN KERJA DENGAN SISTEM DINAMIK (STUDI KASUS: PROYEK GE

TESIS ANALISIS TINGKAT RISIKO KECELAKAAN KERJA DENGAN METODE FMEA DAN PEMODELAN SISTEM KESELAMATAN KERJA DENGAN SISTEM DINAMIK (STUDI KASUS: PROYEK GE TESIS ANALISIS TINGKAT RISIKO KECELAKAAN KERJA DENGAN METODE FMEA DAN PEMODELAN SISTEM KESELAMATAN KERJA DENGAN SISTEM DINAMIK (STUDI KASUS: PROYEK GEDUNG X DI YOGYAKARTA) JOKO APRIYAN No. Mhs.: 15.2377/PS/MTS

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Oleh : Taufiq Junaedi ( )

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Oleh : Taufiq Junaedi ( ) ANALISA DAN PENGUKURAN POTENSI RISIKO KECELAKAAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE APMM (ACCIDENT POTENTIAL MEASUREMENT METHOD) PADA PROYEK PEMBANGUNAN DORMITORY 5 LANTAI AKADEMI TEKNIK KESELAMATAN DAN PENERBANGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecelakaan kerja yang menimpa pekerja disebuah proyek. konstruksi bisa terjadi karena faktor tindakan manusia itu sendiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecelakaan kerja yang menimpa pekerja disebuah proyek. konstruksi bisa terjadi karena faktor tindakan manusia itu sendiri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja yang menimpa pekerja disebuah proyek konstruksi bisa terjadi karena faktor tindakan manusia itu sendiri atau kondisi tempat bekerjanya

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT. BISMA KONINDO DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS

ANALISIS TINGKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT. BISMA KONINDO DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS ANALISIS TINGKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT. BISMA KONINDO DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS Disusun Oleh: Okky Oksta Bera (35411444) Pembimbing : Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT.

Lebih terperinci

UCAPAN TERIMA KASIH...

UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... v UCAPAN TERIMA KASIH... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR BAGAN... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada bidang konstruksi bangunan merupakan salah satu yang berpengaruh besar dalam mendukung perkembangan pembangunan di Indonesia. Dengan banyaknya perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia ditandai dengan adanya bermunculan proyek yang dibangun baik oleh pemerintah maupun oleh swasta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu dari sekian banyak bidang usaha yang tergolong sangat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu dari sekian banyak bidang usaha yang tergolong sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang No. 18 tahun 1999, Bidang jasa konstruksi merupakan salah satu dari sekian banyak bidang usaha yang tergolong sangat rentan terhadap kecelakaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1. Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di Proyek Penerapan Program K3 di proyek ini di anggap penting karena pada dasarnya keselamatan dan kesehatan kerja

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Uraian Umum Metoda pelaksanaan dalam sebuah proyek konstruksi adalah suatu bagian yang sangat penting dalam proyek konstruksi untuk mencapai hasil dan tujuan yang

Lebih terperinci

Analisis Prioritas Kecelakaan Kerja dengan Metode Failure Mode and Effect Analysis di PT. PAL Indonesia (Persero)

Analisis Prioritas Kecelakaan Kerja dengan Metode Failure Mode and Effect Analysis di PT. PAL Indonesia (Persero) Analisis Prioritas Kecelakaan Kerja dengan Metode Failure Mode and Effect Analysis di PT. PAL Indonesia (Persero) Fifin Dwi Megan Sari *1) dan I Wayan Suletra 2) 1) Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. sesuai dengan fungsi masing-masing peralatan. Adapun alat-alat yang dipergunakan

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. sesuai dengan fungsi masing-masing peralatan. Adapun alat-alat yang dipergunakan BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Peralatan Dalam pekerjaan proyek konstruksi peralatan sangat diperlukan agar dapat mencapai ketepatan waktu yang lebih akurat, serta memenuhi spesifikasi

Lebih terperinci

Abstrak. Abstract METODOLOGI PENELITIAN PENDAHULUAN

Abstrak. Abstract METODOLOGI PENELITIAN PENDAHULUAN ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEATAN KERJA (K3) PADA PROYEK GUNAWANGSA MERR APARTMENT (RISK ANALYSIS OF SAFETY AND EALT OCCUPATION AT GUNAWANGSA MERR APARTMENT) Enny A Muslim, Anik Ratnaningsih, Sri

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. lift di cor 2 lantai diatas level plat lantai. Alasan menggunakan metode perlakuan core sebagai kolom adalah :

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. lift di cor 2 lantai diatas level plat lantai. Alasan menggunakan metode perlakuan core sebagai kolom adalah : BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Core Lift Core Lift/ Shear Wall merupakan unsur yang harus dimiliki oleh gedung bertingkat banyak sebagai struktur yang digunakan untuk pemasangan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENGECORAN KOLOM, DINDING CORE WALL, BALOK DAN PLAT LANTAI APARTEMENT GREEN BAY PLUIT LANTAI 15 - LANTAI 25

BAB IV METODE PENGECORAN KOLOM, DINDING CORE WALL, BALOK DAN PLAT LANTAI APARTEMENT GREEN BAY PLUIT LANTAI 15 - LANTAI 25 BAB IV METODE PENGECORAN KOLOM, DINDING CORE WALL, BALOK DAN PLAT LANTAI APARTEMENT GREEN BAY PLUIT LANTAI 15 - LANTAI 25 4.1 SYARAT PELAKSANAAN Syarat pelaksanaan diantaranya sebagai berikut: a. Pekerjaan

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)(STUDI KASUS PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG APARTEMEN PUNCAK CBD SURABAYA) PUBLIKASI ILMIAH

MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)(STUDI KASUS PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG APARTEMEN PUNCAK CBD SURABAYA) PUBLIKASI ILMIAH MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)(STUDI KASUS PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG APARTEMEN PUNCAK CBD SURABAYA) PUBLIKASI ILMIAH TEKNIK SIPIL DiajukanUntukMemenuhiPersyaratan MemperolehGelarSarjanaTeknik

Lebih terperinci

EVALUASI JENIS DAN AREA POTENSIL KECELAKAAN KERJA PADA INDUSTRI PABRIK X

EVALUASI JENIS DAN AREA POTENSIL KECELAKAAN KERJA PADA INDUSTRI PABRIK X B-15-1 EVALUASI JENIS DAN AREA POTENSIL KECELAKAAN KERJA PADA INDUSTRI PABRIK X Suharman Hamzah Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Makassar, 90245

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Identifikasi Potensi Bahaya Identifikasi bahaya yang dilakukan mengenai jenis potensi bahaya, risiko bahaya, dan pengendalian yang dilakukan. Setelah identifikasi bahaya dilakukan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinjauan Umum Pada bagian ini akan dilakukan analisis dan pembahasan mengenai proses dari manajemen risiko yaitu identifikasi risiko, kemudian dilanjutkan proses pemeringkatan

Lebih terperinci

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah No. Responden : KUESIONER PENELITIAN KEPATUHAN PENGGUNAAN APD, PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PEKERJAAN KONSTRUKSI PEKERJA KONSTRUKSI DAN SIKAP TERHADAP PENGGUNAAN APD DI PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN U-RESIDENCE

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Keselamatan Kerja Tarwaka (2008: 4) mengatakan bahwa keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan,

Lebih terperinci

Informed Consent. Pesetujuan menjadi Responden

Informed Consent. Pesetujuan menjadi Responden Informed Consent Pesetujuan menjadi Responden Selamat Pagi/Siang/Sore Perkenalkan nama saya Rian Krisna Pratiwi mahasiswi S1 Kesehatan Masyarakat, Jurusan K3, Universitas Esa Unggul, saya bermaksud melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan. Kecelakaan kerja secara

BAB 1 : PENDAHULUAN. teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan. Kecelakaan kerja secara BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahaya dan risiko terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja terdapat pada setiap pekerjaan. Besarnya risiko yang terjadi tergantung dari jenis industri, teknologi

Lebih terperinci

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN. tinggi dapat menghasilkan struktur yang memenuhi syarat kekuatan, ketahanan,

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN. tinggi dapat menghasilkan struktur yang memenuhi syarat kekuatan, ketahanan, BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG 4.1. Tinjauan Bahan dan Material Bahan dan material bangunan merupakan elemen terpenting dari suatu proyek pembangunan, karena dari berbagai macam bahan dan

Lebih terperinci

Causal Effects Diagram dalam Memodelkan Risiko K3 dengan Mempertimbangkan Keterkaitan Penyebab Risiko pada Gedung Bertingkat

Causal Effects Diagram dalam Memodelkan Risiko K3 dengan Mempertimbangkan Keterkaitan Penyebab Risiko pada Gedung Bertingkat Petunjuk Sitasi: Handayani, D. I., & Prihatiningsih, T. (2017). Causal Effects Diagram dalam Memodelkan Risiko K3 dengan Mempertimbangkan Keterkaitan Penyebab Risiko pada Gedung Bertingkat. Prosiding SNTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah perusahaan dalam melakukan aktivitas kontruksi harus memenuhi unsur keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam kegiatan konstruksi kecelakaan dapat terjadi

Lebih terperinci

TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA

TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA Alfonsus Dwiputra W. 1, Yulius Candi 2, Ratna S. Alifen 3 ABSTRAK: Proses pembangunan perumahan sebagai

Lebih terperinci

ABSTRAK. ditemukan bahwa pekerjaan struktur atas memiliki risiko lebih banyak dan rata-rata indeks risiko lebih besar dari struktur bawah.

ABSTRAK. ditemukan bahwa pekerjaan struktur atas memiliki risiko lebih banyak dan rata-rata indeks risiko lebih besar dari struktur bawah. MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH DAN STRUKTUR ATAS GEDUNG BERTINGKAT Beryl Adityanto & Sony Irawan Jati Utomo D H, Frida Kistiani Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1. Pengamatan Pekerjaan Konstruksi Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari beberapa pekerjaan dasar. Yaitu pekerjaan pengukuran, pembesian,

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Tinjauan Umum Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran pengerjaannya. Pengadaan

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI 5.1 Pekerjaan Kolom Kolom merupakan bagian dari struktur suatu bangunan. Fungsi kolom itu sendiri sebagai penyangga stuktur pelat dan balok atau juga meneruskan beban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masalah Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan seringkali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta

Lebih terperinci

PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL

PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Suatu pekerjaan proyek konstruksi tentunya ingin diselesaikan dengan tepat

Lebih terperinci

ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY

ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY Pengendalian Bahaya berguna agar terjadinya incident, accident penyakit akibat hubungan kerja ditempat kerja berkurang atau tidak

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Tinjauan Umum Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran pengerjaannya. Pengadaan

Lebih terperinci

MEMPELAJARI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PROSES PRODUKSI METAL STAMPING PART

MEMPELAJARI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PROSES PRODUKSI METAL STAMPING PART MEMPELAJARI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PROSES PRODUKSI METAL STAMPING PART Disusun oleh: Diki Alnastain 32411082 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA BEKASI

Lebih terperinci

Tabel 5.1 Nilai pada Tiap-tiap sub Kategori pada Tiap Kategori 79 Tabel 5.2 Perbandingan Dampak Kecelakaan dari Kategori Ringan dan Kategori Berat 87

Tabel 5.1 Nilai pada Tiap-tiap sub Kategori pada Tiap Kategori 79 Tabel 5.2 Perbandingan Dampak Kecelakaan dari Kategori Ringan dan Kategori Berat 87 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola 10 Tabel 2.2 Jenis Kecelakaan dan Bidang Industri 13 Tabel 2.3 Kategori Kecelakaan Kerja 20 Tabel 2.4 Critical Review 25

Lebih terperinci

Identifikasi Bahaya Pada Pekerjaan Maintenance Kapal Menggunakan Metode HIRARC dan FTA Dengan Pendekatan Fuzzy

Identifikasi Bahaya Pada Pekerjaan Maintenance Kapal Menggunakan Metode HIRARC dan FTA Dengan Pendekatan Fuzzy Identifikasi Bahaya Pada Pekerjaan Maintenance Kapal Menggunakan Metode HIRARC dan FTA Dengan Pendekatan Fuzzy di Industri Kapal Andri Kurniawan 1, Mardi Santoso 2, Mey Rohma Dhani 1 1 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KONDISI PROYEK ALAT DAN BAHAN BANGUNAN

BAB IV TINJAUAN KONDISI PROYEK ALAT DAN BAHAN BANGUNAN BAB IV TINJAUAN KONDISI PROYEK ALAT DAN BAHAN BANGUNAN 4.1 KONDISI PROYEK 4.1.1 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan merupakan seluruh rangkaian pekerjaan yang pertama kali harus dilakukan guna memudahkan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) C-41

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) C-41 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-41 Analisa Perbandingan Metode Halfslab dan Plat Pekerjaan Struktur Plat Lantai Proyek Pembangunan Apartement De Papilio Tamansari

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK 7.1 Pelaksanaan Pekerjaan Balok Balok adalah batang dengan empat persegi panjang yang dipasang secara horizontal. Hal hal yang perlu diketahui

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan dan pemenuhan bahan bangunan serta alat kerja pada suatu proyek

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan dan pemenuhan bahan bangunan serta alat kerja pada suatu proyek BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Tinjauan Umum Penyediaan dan pemenuhan bahan bangunan serta alat kerja pada suatu proyek kontruksi memerlukan manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis material baik untuk konstruksi utama maupun untuk accessories tambahan

BAB I PENDAHULUAN. jenis material baik untuk konstruksi utama maupun untuk accessories tambahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Maraknya pembangunan di bidang offshore yang membutuhkan berbagai jenis material baik untuk konstruksi utama maupun untuk accessories tambahan membuat perusahaan

Lebih terperinci

Kata Kunci : halfslab, plat komposit bondek, metode plat lantai.

Kata Kunci : halfslab, plat komposit bondek, metode plat lantai. Analisa Perbandingan Metode Halfslab dan Plat Pekerjaan Struktur Plat Lantai Proyek Pembangunan Apartement De Papilio Tamansari Surabaya Rininta Fastaria dan Yusroniya Eka Putri Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

Evaluasi dan Perbaikan pada Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja (SMK3) untuk Menekan Unsafe Behavior pada Pekerja. (Studi Kasus : PT.

Evaluasi dan Perbaikan pada Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja (SMK3) untuk Menekan Unsafe Behavior pada Pekerja. (Studi Kasus : PT. Evaluasi dan Perbaikan pada Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja (SMK3) untuk Menekan Unsafe Behavior pada Pekerja (Studi Kasus : PT.DPS) Danis Maulana 2507.100.101 Dosen Pembimbing Ir.Sritomo

Lebih terperinci

No Uraian Kerja Hazard/Bahaya Risk/Resiko Risk Assessment Recommendation Action Result Act

No Uraian Kerja Hazard/Bahaya Risk/Resiko Risk Assessment Recommendation Action Result Act No Uraian Kerja Hazard/Bahaya Risk/Resiko Risk Assessment Recommendation Action Result Act LOADING UNLOADING MATERIAL 1 Menurunkan manual Material/Equipm ent dari mobil bergerak COLUMN 2 Instal Rebar/angkur

Lebih terperinci

INTEGRASI METODE FMEA DAN TOPSIS UNTUK MENGANALISIS RISIKO KECELAKAAN PADA PROSES FRAME AND FORK WELDING

INTEGRASI METODE FMEA DAN TOPSIS UNTUK MENGANALISIS RISIKO KECELAKAAN PADA PROSES FRAME AND FORK WELDING INTEGRASI METODE FMEA DAN TOPSIS UNTUK MENGANALISIS RISIKO KECELAKAAN PADA PROSES FRAME AND FORK WELDING Rama Putra Perdana, Evi Yuliawati Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. terhitung mulai dari tanggal 07 Oktober 2013 sampai dengan 07 Desember 2013

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. terhitung mulai dari tanggal 07 Oktober 2013 sampai dengan 07 Desember 2013 BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pengamatan Pekerjaan Konstruksi Dalam kegiatan Kerja Praktik (KP) yang kami jalankan selama 2 bulan terhitung mulai dari tanggal 07 Oktober 2013 sampai dengan 07 Desember

Lebih terperinci

BAB V METODE UMUM PELAKSANAAN KONSTRUKSI. Metode pelaksanaan di lapangan akan mudah dikerjaan dengan membuat

BAB V METODE UMUM PELAKSANAAN KONSTRUKSI. Metode pelaksanaan di lapangan akan mudah dikerjaan dengan membuat BAB V METODE UMUM PELAKSANAAN KONSTRUKSI 5.1 Uraian Umum Pada setiap proyek, metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan konstruksi yang harus direncanakan sebelumnya. Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri. Penggunaan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri. Penggunaan Teknologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan dapat merugikan manusia

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI KOLOM DAN BALOK. perencanaan dalam bentuk gambar shop drawing. Gambar shop

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI KOLOM DAN BALOK. perencanaan dalam bentuk gambar shop drawing. Gambar shop BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI KOLOM DAN BALOK 5.1 Uraian Umum Pada setiap proyek, metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan konstruksi yang harus direncanakan sebelumnya.

Lebih terperinci

STUDI HARGA SATUAN UPAH UNTUK PROYEK BANGUNAN TINGGI Michael Purnomo 1, Elvin Laynardo 2, Indriani Santoso 3, Budiman Proboyo 4

STUDI HARGA SATUAN UPAH UNTUK PROYEK BANGUNAN TINGGI Michael Purnomo 1, Elvin Laynardo 2, Indriani Santoso 3, Budiman Proboyo 4 STUDI HARGA SATUAN UPAH UNTUK PROYEK BANGUNAN TINGGI Michael Purnomo 1, Elvin Laynardo 2, Indriani Santoso 3, Budiman Proboyo 4 ABSTRAK: Pekerja adalah salah satu faktor penting dalam suatu proyek konstruksi

Lebih terperinci

BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN. perencana. Dengan kerjasama yang baik dapat menghasilkan suatu kerja yang efektif

BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN. perencana. Dengan kerjasama yang baik dapat menghasilkan suatu kerja yang efektif BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Tinjauan Umum Dalam pelaksanaan pekerjaan diperlukan kerjasama yang baik dari semua pihak yang terkait, baik itu perencana, pemberi tugas, pengawas maupun pelaksana karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk membantu kehidupan manusia. Penggunaan mesin-mesin,

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk membantu kehidupan manusia. Penggunaan mesin-mesin, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era industrialisasi modern penggunaan teknologi maju sangat dibutuhkan untuk membantu kehidupan manusia. Penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi dan bahan-bahan

Lebih terperinci

Jurnal Teknologi Vol. 7, No. 2, Oktober 2017, Hal E- ISSN : ISSN : Copyright 2017 by LPPM UPI YPTK Padang

Jurnal Teknologi Vol. 7, No. 2, Oktober 2017, Hal E- ISSN : ISSN : Copyright 2017 by LPPM UPI YPTK Padang PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KECELAKAAN KERJA DENGAN METODE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PADA PROSES PRODUKSI REMAH KARET (CRUMB RUBBER) DI PT.P&P LEMBAH KARET PADANG ROBINO INDAN Universitas Putra

Lebih terperinci

PROYEK PEMBANGUNAN RUMAH TINGGAL 4 LANTAI JALAN INDRAPURA SEMARANG

PROYEK PEMBANGUNAN RUMAH TINGGAL 4 LANTAI JALAN INDRAPURA SEMARANG LAPORAN KERJA PRAKTEK PROYEK PEMBANGUNAN RUMAH TINGGAL 4 LANTAI JALAN INDRAPURA SEMARANG Diajukan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan studi Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP DAHNIAR ADE AYU R NRP

Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP DAHNIAR ADE AYU R NRP PERBANDINGAN METODE PELAKSANAAN PLAT PRECAST DENGAN PLAT CAST IN SITU DITINJAU DARI WAKTU DAN BIAYA PADA GEDUNG SEKOLAH TINGGI KESEHATAN DAN AKADEMI KEBIDANAN SIDOARJO Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP. 3107

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran BAB IV Tinjauan Bahan Bangunan Dan Alat - Alat BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Tinjauan Umum Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan manajemen yang baik untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan industri besar dan sedang di Jawa Tengah pada tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan industri besar dan sedang di Jawa Tengah pada tahun 2008 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan industri besar dan sedang di Jawa Tengah pada tahun 2008 tercatat sebesar 4.678 unit perusahaan dengan 1694,45 ribu orang tenaga kerja. Sektor industri dibedakan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pekerja rumah sakit agar produktivitas pekerja tidak mengalami penurunan. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. pekerja rumah sakit agar produktivitas pekerja tidak mengalami penurunan. (1) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang No 44 tahun 2009 menyatakan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEPATUHAN INSTRUKSI KERJA DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI DI PT. ANEKA ADHILOGAM KARYA CEPER KLATEN

HUBUNGAN KEPATUHAN INSTRUKSI KERJA DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI DI PT. ANEKA ADHILOGAM KARYA CEPER KLATEN HUBUNGAN KEPATUHAN INSTRUKSI KERJA DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI DI PT. ANEKA ADHILOGAM KARYA CEPER KLATEN Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIRARC (STUDI KASUS PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA UNIT SEMARANG)

ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIRARC (STUDI KASUS PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA UNIT SEMARANG) ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIRARC (STUDI KASUS PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA UNIT SEMARANG) Rani Rumita *, Susatyo Nugroho W.P., Sari Veronica Jantitya

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan menerapkan berbagai teknologi dan menggunakan bermacam-macam bahan. Hal ini mempunyai

Lebih terperinci

BAB V METODE UMUM PELAKSANAAN KONSTRUKSI. Metode pelaksanaan di lapangan akan mudah dikerjaan dengan membuat

BAB V METODE UMUM PELAKSANAAN KONSTRUKSI. Metode pelaksanaan di lapangan akan mudah dikerjaan dengan membuat BAB V METODE UMUM PELAKSANAAN KONSTRUKSI 5.1 Uraian Umum Pada setiap proyek, metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan konstruksi yang harus direncanakan sebelumnya. Metode

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. didik untuk bekerja pada bidang tertentu, sesuai dengan misi Sekolah Menengah Kejuruan

BAB 1 : PENDAHULUAN. didik untuk bekerja pada bidang tertentu, sesuai dengan misi Sekolah Menengah Kejuruan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan Kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik untuk bekerja pada bidang tertentu, sesuai dengan misi Sekolah Menengah Kejuruan

Lebih terperinci

EVALUASI UNSAFE ACT, UNSAFE CONDITION, DAN FAKTOR MANAJEMEN DENGAN METODE BEHAVIOR BASED SAFETY PADA PROYEK APARTEMEN. Patricia 1, David 2 and Andi 3

EVALUASI UNSAFE ACT, UNSAFE CONDITION, DAN FAKTOR MANAJEMEN DENGAN METODE BEHAVIOR BASED SAFETY PADA PROYEK APARTEMEN. Patricia 1, David 2 and Andi 3 EVALUASI UNSAFE ACT, UNSAFE CONDITION, DAN FAKTOR MANAJEMEN DENGAN METODE BEHAVIOR BASED SAFETY PADA PROYEK APARTEMEN Patricia 1, David 2 and Andi 3 ABSTRAK : Perkembangan dunia properti menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN SAFETY MANAGEMENT TERHADAP KINERJA PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SKRIPSI

PENGARUH PENERAPAN SAFETY MANAGEMENT TERHADAP KINERJA PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SKRIPSI PENGARUH PENERAPAN SAFETY MANAGEMENT TERHADAP KINERJA PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SKRIPSI Oleh NIA TRI WIJAYANTI 04 03 01 049 6 DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam melaksanakan suatu proyek konstruksi, diperlukan adanya suatu

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam melaksanakan suatu proyek konstruksi, diperlukan adanya suatu BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Uraian Umum Dalam melaksanakan suatu proyek konstruksi, diperlukan adanya suatu sistem manajemen yang baik. Berbagai metode dilakukan oleh pihak pelaksana dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial terhadap risiko

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial terhadap risiko BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial terhadap risiko kecelakaan kerja. Lingkungan kerja ada beberapa macam, salah satunya ialah industri mebel yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri berlomba melakukan efisiensi dan meningkatkan produktifitas dengan menggunakan alat produksi

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT. Proyek Menara Sentraya dilakukan oleh PT. Pionir Beton Industri

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT. Proyek Menara Sentraya dilakukan oleh PT. Pionir Beton Industri BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT 4.1 Bahan Bahan Yang Digunakan meliputi : Bahan-bahan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi a. Beton Ready mix. Beton Ready mix adalah beton

Lebih terperinci

USULAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK STANG ENGKOL DI PRODUSEN SENJATA MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA)

USULAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK STANG ENGKOL DI PRODUSEN SENJATA MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA) Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas.02 Vol.4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Aprili 2016 USULAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK STANG ENGKOL DI PRODUSEN SENJATA MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN 5. 1 Uraian Umum Metoda konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan pelaksanaan konstruksi yang mengikuti prosedur serta telah dirancang sesuai dengan pengetahuan atau

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK

LAPORAN KERJA PRAKTEK LAPORAN KERJA PRAKTEK PENGAMATAN PROSES STRUKTUR PROYEK RAMAYANA CIKUPA Jl. Raya Serang Km. 19, Tangerang - Banten Di ajukan sebagai salah satu syarat untuk kelulusan mata kuliah kerja praktik Jurusan

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Kolom Kolom merupakan bagian dari suatu struktur suatu bangunan. Fungsi Kolom itu sendiri sebagai penyangga stuktur pelat dan balok atau juga meneruskan beban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya pembangunan nasional yang dilakukan oleh suatu bangsa pada umumnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup rakyatnya. Pembangunan sektor industri

Lebih terperinci

Seminar Nasional Maritim, Sains, dan Teknologi Terapan 2016 Vol. 01 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 21 November 2016 ISSN:

Seminar Nasional Maritim, Sains, dan Teknologi Terapan 2016 Vol. 01 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 21 November 2016 ISSN: Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam Praktikum Pengelasan (Studi Kasus: di Welding Centre Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya) Retno Ningsih, Ayu Raisa Azhar, M. Puspita Adi Paripurno

Lebih terperinci

PERENCANAAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI GEDUNG RUSUNAWA ITB JATINANGOR

PERENCANAAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI GEDUNG RUSUNAWA ITB JATINANGOR PERENCANAAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI GEDUNG RUSUNAWA ITB JATINANGOR 1 Dana Lutfi Ilmansyah dan 2 Krishna S Pribadi Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment)

Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment) Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment) Maesaroh, Yayan Harry Yadi, Wahyu Susihono,, Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu diharapkan hasil dengan kualitas yang baik dan memuaskan, yaitu : 1. Memenuhi spesifikasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. terjadinya tindakan tidak aman (unsafe act) di kalangan para pekerja konstruksi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. terjadinya tindakan tidak aman (unsafe act) di kalangan para pekerja konstruksi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan analisis faktor penyebab terjadinya tindakan tidak aman (unsafe act) di kalangan para pekerja konstruksi serta

Lebih terperinci

Identifikasi Kecelakaan Kerja Pada Industri Konstruksi Di Kalimantan Selatan

Identifikasi Kecelakaan Kerja Pada Industri Konstruksi Di Kalimantan Selatan Volume 4 No. 1, Juli 2003 (11 18) Identifikasi Kecelakaan Kerja Pada Industri Konstruksi Di Kalimantan Selatan Retna Hapsari 1 Abstrak - Peranan jasa konstruksi dimasa sekarang dan nanti akan semakin terasa

Lebih terperinci

PENILAIAN RISIKO PADA PROSES PEMBUATAN SHEAR WALL PADA PEMBANGUNAN APARTEMEN

PENILAIAN RISIKO PADA PROSES PEMBUATAN SHEAR WALL PADA PEMBANGUNAN APARTEMEN PENILAIAN RISIKO PADA PROSES PEMBUATAN SHEAR WALL PADA PEMBANGUNAN APARTEMEN Ade Jiwantyo Harjono, Tjipto Suwandi Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Lebih terperinci

PENILAIAN SAFETY CLIMATE PEKERJA TERHADAP STATUS KARYAWAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN. (Studi Kasus pada Pekerja Workshop Di PT PAL Indonesia)

PENILAIAN SAFETY CLIMATE PEKERJA TERHADAP STATUS KARYAWAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN. (Studi Kasus pada Pekerja Workshop Di PT PAL Indonesia) PENILAIAN SAFETY CLIMATE PEKERJA TERHADAP STATUS KARYAWAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN (Studi Kasus pada Pekerja Workshop Di PT PAL Indonesia) Putri Hartaningrum *, Binti Mualifatul, Haidar Natsir Program Studi

Lebih terperinci

BAB VII ANALISA BIAYA

BAB VII ANALISA BIAYA BAB VII ANALISA BIAYA 7.1 ANALISA BIAYA STRUKTUR DERMAGA 7.1.1 HARGA MATERIAL DAN UPAH Harga material dan upah diambil dari Harga Satuan Pokok Kegiatan Pemerintah Kota Surabaya Th 2005 dan Tugas Akhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah meningkatnya jumlah tenaga kerja di kawasan industri yang. membawa dampak terhadap keadaan sosial masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. adalah meningkatnya jumlah tenaga kerja di kawasan industri yang. membawa dampak terhadap keadaan sosial masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak terjadinya revolusi industri di Inggris pada akhir abad ke - 18 dan awal abad ke-19, industri mulai berkembang ke seluruh Eropa Barat dan Amerika Utara kemudian

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. pengamatan struktur plat lantai, pengamatan struktur core lift.

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. pengamatan struktur plat lantai, pengamatan struktur core lift. BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pengamatan Pekerjaan Konstruksi Selama 2 bulan pelaksanaan kerja praktik (KP) yang terhitung mulai dari tanggal 16 Oktober 2013 sampai dengan 16 Desember 2013, kami melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Area dari keselamatan kerja dalam dunia rekayasa mencakup keterlibatan manusia baik para pekerja, klien, maupun pemilik perusahaan. Menurut Goetsch

Lebih terperinci

PROPORSI BIAYA TIAP SATUAN PEKERJAAN STRUKTUR BETON BERTULANG PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI

PROPORSI BIAYA TIAP SATUAN PEKERJAAN STRUKTUR BETON BERTULANG PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI PROPORSI BIAYA TIAP SATUAN PEKERJAAN STRUKTUR BETON BERTULANG PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI Jeremy August Tambayong 1, Budiman Proboyo 2, dan Indriani Santoso 3 ABSTRAK : Proses konstruksi sangat bergantung

Lebih terperinci

JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2 TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2 TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA IMPLEMENTASI JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) DALAM UPAYA PENCEGAHAN TERJADINYA KECELAKAAN AKIBAT KERJA (Studi Kasus: PT. ADI PUTRO WIRASEJATI) IMPLEMENTATION OF JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) IN PREVENTION OF WORK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang diharapkan dapat menurunkan tingkat kecelakaan kerja. Banyak berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Zaman berkembang semakin pesat seiring dengan kemajuan di sektor

BAB I PENDAHULUAN. Zaman berkembang semakin pesat seiring dengan kemajuan di sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zaman berkembang semakin pesat seiring dengan kemajuan di sektor industri. Demikian juga kemajuan industri di Indonesia. Setiap industri banyak melakukan perubahan

Lebih terperinci

Keywords: Risk, work accidents, Delphi, FMEA, FTA

Keywords: Risk, work accidents, Delphi, FMEA, FTA METODE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA) UNTUK MENGIDENTIFIKASI POTENSI DAN PENYEBAB KECELAKAAN KERJA PADA PROYEK GEDUNG Haryanto Pandapotan Pasaribu 1), Harijanto Setiawan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. No.3 tahun 1998 tentang cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan, kecelakaan. menimbulkan korban manusia dan harta benda.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. No.3 tahun 1998 tentang cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan, kecelakaan. menimbulkan korban manusia dan harta benda. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kecelakaan Kerja Menurut Frank E. Bird (Bird, 1989) kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan, yang dapat mengakibatkan cidera pada manusia atau

Lebih terperinci

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan BAB III TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Tinjauan Umum Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran pengerjaannya. Pengadaan

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTIK PROYEK PEMBANGUNAN MENARA ASTRA PROJECT (METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BELT TRUSS)

LAPORAN KERJA PRAKTIK PROYEK PEMBANGUNAN MENARA ASTRA PROJECT (METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BELT TRUSS) LAPORAN KERJA PRAKTIK PROYEK PEMBANGUNAN MENARA ASTRA PROJECT (METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BELT TRUSS) Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun Oleh : WAHYUDIN

Lebih terperinci