Penentuan perilaku rangkak tarik dan keruntuhan rangkak geosintetik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Penentuan perilaku rangkak tarik dan keruntuhan rangkak geosintetik"

Transkripsi

1 Badan Standardisasi Nasional Badan Standardisasi Nasional SNI ISO 13431:2012 Penentuan perilaku rangkak tarik dan keruntuhan rangkak geosintetik Geotextiles and geotextile-related products Determination of tensile creep and creep rupture behavior ICS (ISO , IDT)

2 ISO 1999 All rights reserved BSN 2012 untuk kepentingan adopsi standar ISO menjadi SNI Semua hak dilindungi Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis BSN BSN Gd. Manggala Wanabakti Blok IV, Lt. 3,4,7,10. Telp Fax Diterbitkan di Jakarta

3 Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup Acuan normatif Istilah dan definisi Benda uji Pengambilan contoh Jumlah benda uji Ukuran benda uji Pengondisian Penentuan perilakurangkak tarik Prinsip Peralatan Prosedur Penentuan keruntuhan rangkak tarik Prinsip Peralatan Prosedur Perhitungan (untuk benda uji sesuai subpasal 3.6) Laporan pengujian... 9 Lampiran A (normatif) Contoh formulir pengujian perilaku rangkak tarik Lampiran B (normatif) Contoh formulir pengujian keruntuhan rangkak tarik Gambar 1 - Detail benda uji Gambar 2 - Definisi kontraksi lateral Gambar 3 - Alat pencatat rangkak tarik Gambar 4 - Tipikal lengan pembeban pada sistem pembebanan BSN 2012 i

4 Prakata Standar Nasional Indonesia tentang Penentuan perilaku rangkak tarik dan keruntuhan rangkak tarik geosintetik adalah adopsi identik dari ISO , Geotextiles and geotextile-related products Determination of tensile creep and creep rupture behaviour. SNI ini dipersiapkan oleh Panitia Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis Rekayasa Jalan dan jembatan S2 melalui Gugus Kerja Geoteknik Jalan. Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman Standardisasi Nasional (PSN) 03.1:2007 dan dibahas dalam rapat konsensus yang diselenggarakan pada tanggal 21 September 2011 di Bandung oleh Subpanitia Teknis, yang melibatkan para narasumber, pakar dan lembaga terkait. BSN 2012 ii

5 Pendahuluan Standar ini menetapkan cara uji penentuan perilaku sifat rangkak tarik dan keruntuhan rangkak geosintetik pada kondisi bebas (unconfined). Pada prinsipnya untuk penentuan sifat rangkak tarik, benda uji dibebani gaya statis konstan pada temperatur dan kelembapan ruang standar. Beban didistribusikan secara merata ke arah lebar benda uji. Pertambahan panjang/elongasi benda uji dicatat secara menerus atau diukur pada interval waktu tertentu. Beban diberikan selama jam. Jika benda uji runtuh sebelum jam maka waktu terjadinya keruntuhan tersebut dicatat. Sedangkan untuk penentuan sifat keruntuhan rangkak, benda uji dibebani dengan gaya statis konstan, pada kondisi temperatur dan kelembapanruang standar. Beban yang diberikan distribusikan secara merata terhadap lebar benda uji. Beban dibiarkan hingga benda uji mengalami keruntuhan. Waktu keruntuhan ditentukan menggunakan alat ukur waktu yang berhenti ketika keruntuhan terjadi pada benda uji. BSN 2012 iii

6 1 Ruang lingkup Penentuan perilaku rangkak tarik dan keruntuhan rangkak geosintetik Standar ini menetapkan cara uji penentuan perilaku sifat rangkak tarik dan keruntuhan rangkakgeosintetik pada kondisi bebas (unconfined). Cakupan penerapan standar ini terbatas pada produk dan penggunaan terhadap resiko kegagalan struktur bangunan yang disebabkan oleh keruntuhan dini (premature failure) atau variasi regangan/waktu perkuatan akibat beban konstan merupakan hal yang penting. Pengujian ini tidak disarankan untuk uji pengendalian mutu rutin karena sifat pengujian yang memerlukan waktu lama dan prosedur yang rumit. Hasil uji dapat dianggap tidak mewakili kinerja produk jika tekanan yang diberikan berupa tekanan tanah. 2 Acuan normatif Dokumen acuan berikut diperlukan untuk penggunaan dokumen ini. EN 963, Geotextiles and geotextiles related products - Sampling and preparation of test specimen(direvisi menjadi ISO 9862,Geosynthetics - Sampling and preparation of test specimen). ISO 10319, Geosynthetics Wide-width tensile test. ISO 554, Standard atmospheres for conditioning and/or testing Specification. 3 Istilah dan definisi Istilah dan definisi yang digunakan dalam standar ini adalah sebagai berikut: 3.1 beban awal (preload) gaya, sama dengan 1% dari nilai kuat tarik, tetapi tidak lebih besar dari 10% beban rangkak tarik, yang diberikan pada benda uji untuk menentukan nilai nol panjang ukur dan regangan (kn/m) 3.2 beban rangkak tarik (tensile creep load) beban tarik statis konstanper satuan lebar yang diberikan pada benda uji (kn/m) CATATAN 1 - Beban rangkak tarik umumnya dinyatakan sebagai persentase kuat tarik benda uji. Beban rangkak tarik terdiri dari beban awal dan, jika diterapkan, semua beban akibat alat pembebanan. 3.3 keruntuhan rangkak tarik (tensile creep rupture) keruntuhan tarik benda uji akibat beban tarik konstan yang lebih kecil dari kuat tariknya CATATAN 2 - Pada beberapa material, keruntuhan rangkak tarik didahului dengan meningkatnya kecepatan regangan. BSN dari 20

7 3.4 kontraksi lateral (lateral contraction) berkurangnya lebar benda uji selama uji tarik, dinyatakan dalam persen lebar benda uji pada saat diberikan beban awal, diukur pada titik tengah panjang ukur (lihat Gambar 2) 3.5 kuat tarik (tensile strength) beban maksimum per satuan lebar, kn/m, yang terjadi pada benda uji akibat diberikannya beban tarik luar jika diukur berdasarkan ISO lebar yang mewakili secara teknis (technically representative width, TRW) suatu ukuran lebar yang menunjukkan karakteristik kuat tarik/ regangan per satuan lebar pada beban maksimum yaitu ± 5% untuk kuat tarik dan ± 20% untuk regangan, pada kondisi uji yang sama. Nilai-nilai tersebut diukur berdasarkan ISO regangan awal (initial strain) perubahan panjang ukur, %, diukur pada benda uji saat 60 detik ± 5 detik setelah waktu pembebanan selesai 3.8 regangan rangkak tarik (tensile creep strain) perubahan panjang terhadap panjang awal benda uji sebagai fungsi waktu akibat beban tarik konstan 3.9 panjang-ukur (nominal gauge length) jarak awal antara dua titik-titik referensi pada benda uji yang sejajar dengan arah pembebanan sebelum beban awal diberikan. Panjang-ukur harus dibuat pada jarak tertentu dari alat penjepit benda uji. Panjang-ukur harus mewakili benda uji, sebagai contoh untuk struktur grid, panjang-ukur harus mencakup seluruh bagian jaring (meshes) atau tulang/rangka (ribs) 3.10 waktu pembebanan (loading time) waktu, detik, yang diperlukan untuk mengaplikasikan secara keseluruhan beban rangkak tarik 3.11 waktu rangkak (creep time) waktu yang dilalui sejak akhir pembebanan 3.12 waktu keruntuhan rangkak (time to creep rupture) waktu yang dilalui sejak akhir pembebananhingga terjadinya keruntuhan rangkak tarik benda uji BSN dari 20

8 4 Benda uji 4.1 Pengambilan contoh Ambil contoh untuk diuji dilaboratorium dan siapkan benda uji sesuai ISO Jumlah benda uji Untuk penentuan perilaku rangkak tarik (lihat Pasal 5), potong contoh uji menjadi 4 benda uji sedangkan untuk penentuan keruntuhan rangkak tarik (lihat Pasal 6), potong contoh uji menjadi 12 benda uji. 4.3 Ukuran benda uji Ukuran benda uji ditentukan berdasarkan hal-hal berikut ini: - agar sesuai dengan ukuran alat uji yang digunakan; - agar sesuai dengan ketelitian alat uji yang digunakan; - agar memenuhi lebar yang mewakili secara teknis; - agar memungkinkan dibuatnya panjang ukur minimum di antara dua penjepit benda uji dengan jarak minimal 20mm dari titik-titik atau garis referensi Panjang ukur minimum benda uji harus memenuhi (lihat Gambar 1): - minimum 200 mm; - untuk geogrids minimal dua elemen utuh; - untuk semua contoh, suatu ukuran panjang yang dapat mengukur panjang ukur hingga ketelitian ± 0,1% Lebar benda uji harus: mm untuk produk yang mengalami kontraksi lateral yang signifikan ( 10%) jika diuji berdasarkan ISO (lihat Gambar 2); - minimum tiga elemen lengkap/utuh untuk geogrids; - lebar yang mewakili secara teknisuntuk material-material lainnya. CATATAN3 - Ukuran benda uji sangat mempengaruhi kelayakan dan ketelitian pengujian. Lebar benda uji menentukan besarnya beban yang diperlukan. 4.4 Pengondisian Kondisikan benda uji pada kondisi atmosfer untuk pengujian geosintetik sesuai ISO 554 yaitu temperatur 23 0 C dan kelembapan 50% (direkomendasikan), temperatur 27 0 C dan kelembapan 65% (daerah tropis) atau temperatur 20 0 C dan kelembapan 65% (kondisi tertentu). Benda uji dianggap telah terkondisikan jika perubahan massa di antara dua penimbangan yang dilakukan secara berturut-turut dalam interval waktu tidak kurang dari 2 jam, tidak melebihi 0,25% massa benda uji. Pengujian harus dilakukan pada kondisi yang sama. CATATAN 4 - Pengondisian dan/atau pengujian pada kondisi kelembapan relatif yang ditentukan dapat tidak dilakukan apabila dapat ditunjukkan bahwa hal tersebut tidak mempengaruhi hasil pengujian. Bila pengujian dilakukan lebih dari jam, peniadaan kontrol kelembapan harus didasarkan atas bukti percobaan pengujian yang dilakukan pada periode waktu yang sama pada contoh yang sama dari polimer yang sama. BSN dari 20

9 5 Penentuan perilaku rangkak tarik 5.1 Prinsip Benda uji diberi beban berupa gaya statis konstan pada temperatur dan kelembapan ruang standar. Beban didistribusikan secara merata terhadap lebar benda uji. Pertambahan panjang/elongasi benda uji dicatat secara menerus atau diukur pada interval waktu tertentu. Beban diberikan selama jam. Jika benda uji runtuh sebelum jam maka waktu terjadinya keruntuhan tersebut dicatat. Benda uji dari contoh laboratorium harus diuji terlebih dahulu sesuai dengan ISO untuk menentukan kuat tarik dan lebar yang mewakili secara teknis. 5.2 Peralatan Umum Skema peralatan yang sesuai untuk pengujian ini ditunjukkan dalam Gambar 3 dan Gambar 4. Peralatan uji harus terdiri dari alat penjepit benda uji tanpa terjadi selip, sistem pembebanan dan sistem yang dapat mengukur perubahan panjang ukur terhadap waktu Alat penjepit benda uji Alat penjepit harus cukup lebar untuk dapat menjepit benda uji dengan kuat sepanjang lebarnya. Alat tersebut harus dapat menjepit benda uji tanpa terjadi selip dan dapat menjepit benda uji tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan pada benda uji, yang dapat mengakibatkan keruntuhan benda uji pada daerah penjepitan. Alat penjepit harus terpasang dengan benar pada sistem pembebanan untuk menghindari terjadinya eksentrisitas beban ketika beban diberikan. Terjadinya eksentrisitas beban dapat dihindari dengan penggunaan universal joint atau spherical seating Sistem pembebanan Kerangka pembebanan harus cukup kaku untuk menahan beban tanpa menyebabkan terjadinya deformasi. Kerangka pembebanan harus dilindungi terhadap getaran dari pengaruh luar. Kerangka pembebanan tidak boleh rentan terhadap gangguan yang disebabkan oleh keruntuhan benda uji lain dalam rangka pembebanan yang sama, rangka pembebanan yang berdekatan atau oleh sebab lain. Beban rangkak tarik harus konstan sebesar ± 1%.Beban rangkak tarik dapat diterapkan menggunakan beban yang bekerja secara langsung atau melalui sistem lengan beban, atau dengan menggunakan sistem mekanik, hidrolik atau pneumatik. Sistem pembebanan harus dikalibrasi sebelum melakukan pengujian untuk memastikan bahwa beban yang sesuai diberikan pada benda uji. CATATAN 5 - Perhatian khusus harus diberikan untuk memastikan bahwa beban rangkak tarik tetap konstan bila menggunakan sistem beban bukan beban mati, misalnya sudut sistem lengan beban harus dijaga tetap konstan untuk memastikan bahwa beban rangkak yang diberikan tetap berada dalam ketelitian yang disyaratkan. Sistem pembebanan harus dapat menerapkan beban awal pada benda uji. Sistem pembeban harus memungkinkan diterapkannya beban secara menerus terhadap benda uji BSN dari 20

10 sehingga beban rangkak tarik dapat diberikan seluruhnya dalam waktu tidak lebih dari 60 detik Sistem pengukuran regangan Perubahan panjang ukur atau regangan, harus diukur diantara dua garis sejajar sepanjang lebar benda uji atau di antara dua titik pada garis tengah benda uji pada arah pembebanannya. Perubahan panjang ukur dapat diukur menggunakan bermacam-macam alat yang dapat mengukur perubahan panjang ukur dengan ketelitian ± 0,1%. Alat yang umum digunakan adalah peralatan ukur mekanik, elektrik maupun optik. CATATAN 6 - Perhatian khusus harus dilberikan untuk memastikan keandalan dan stabilitas jangka panjang alat pembacaan. Alat pembacaan dapat dihubungkan dengan sistem pembacaan menerus atau data logger, atau perubahan panjang dapat diukur pada selang waktu tertentu seperti dijelaskan pada 5.3. CATATAN 7 - Kehati-hatian diperlukan saat membuat titik-titik atau garis referensi pada benda uji, untuk mencegah terjadinya pergeseran atau kerusakan selama pelaksanaan pengujian. 5.3 Prosedur Tentukan kekuatan tarik cara pita lebar contoh laboratorium berdasarkan ISO 10319, termasuk regangan hingga terjadi keruntuhan dan kontraksi lateral dari benda uji Evaluasi validitas penggunaan benda uji dengan lebar yang mewakili secara teknis kurang dari 200 mm, jika diperlukan. Prosedur untuk melakukan evaluasi dijelaskan pada contoh yang diberikan pada Pasal 7. Tentukan kuat tarikdan regangan pada beban maksimum untuk benda uji dengan lebar yang mewakili secara teknis Lakukan pengujian menggunakan empat beban yang berbeda. Beban tersebut dihitung berdasarkan nilai kuat tarik yang telah ditentukan sebelumnya (lihat 5.3.1). Rentang beban dapat dipilih di antara nilai-nilai berikut, yaitu 5%, 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60% dari nilai kuat tarik. Berikan empat beban yang berbeda tersebut pada empat benda uji yang berbeda, sehingga masing-masing benda uji dibebani oleh beban tarik rangkak yang berbeda Siapkan benda uji untuk pengujian rangkak tarik dan pasang benda uji pada alat uji. Untuk geotekstil teranyam, prosedur persiapan benda uji harus mengacu pada ISO Buat pada benda uji, panjang ukur berupa titik-titik atau garis referensi dengan jarak sesuai yang disyaratkan. Berikan beban awal, yaitu sama dengan 1% dari nilai kuat tarik, dan ukur panjang ukur hingga ketelitian ± 0,1%. Pasang dan tempatkan sistem pengukuran regangan dan posisikan nilai pada angka nol, jika memungkinkan. Berikan beban rangkak tarik secara menerus (lihat 5.3.3) hingga seluruh beban diterapkan dalam waktu tidak lebih dari 60 detik. Waktu awal pengujian dimulai saat seluruh beban rangkak tarik diterapkan pada benda uji. BSN dari 20

11 5.3.5 Hitung perubahan panjang ukur hingga ketelitian ± 0,1%, setelah seluruh beban rangkak tarik diberikan pada interval waktu berikut ini : 1, 2, 4, 8, 15, 30, dan 60 menit; 2, 4, 8, dan 24 jam; 3, 7, 14, 21, dan 42 hari (1 008 jam). Sebagai alternatif, dapat dilakukan pengukuran secara menerus atau pengukuran pada interval waktu yang sama atau dengan interval yang lebih pendek, dengan pembacaan pertama diambil dalam interval waktu 1 menit setelah seluruh beban rangkak tarik diterapkan pada benda uji dan pembacaan akhir diambil pada saat jam atau lebih dari waktu dimulainya pengujian. 6 Penentuan keruntuhan rangkak tarik 6.1 Prinsip Benda uji diberi beban berupa gaya statis konstan pada temperatur dan kelembapan ruang standar. Beban didistribusikan secara merata terhadap lebar benda uji. Beban dibiarkan hingga benda uji mengalami keruntuhan.waktu keruntuhan ditentukan menggunakan alat ukur waktu yang berhenti ketika keruntuhan terjadi pada benda uji. 6.2 Peralatan Umum Skema peralatan yang sesuai untuk pengujian ini ditunjukkan dalam Gambar 3 dan Gambar 4 tetapi tanpa sistem pengukuran regangan dan ditambah dengan alat ukur waktu otomotis. Peralatan uji harus terdiri dari alat penjepit benda uji tanpa terjadi selip, sistem pembebanan dan suatu sistem yang dapat mencatat waktu terjadinya keruntuhan Alat penjepit benda uji Alat penjepit harus cukup lebar untuk dapat menjepit benda uji dengan kuat sepanjang lebarnya. Alat tersebut harus dapat menjepit benda uji tanpa terjadi selip dan dapat menjepitbenda uji tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan pada benda uji, yang dapat mengakibatkan keruntuhan benda uji pada daerah penjepitan. Alat penjepit harus terpasang dengan benar pada sistem pembebanan untuk menghindari terjadinya eksentrisitas beban ketika beban diberikan. Terjadinya eksentrisitas beban dapat dihindari dengan penggunaan sambungan universal (universal joint- lihat Gambar 4) Sistem pembebanan Kerangka pembebanan harus cukup kaku untuk menahan beban tanpa menyebabkan terjadinya deformasi. Kerangka pembebanan harus dilindungi terhadap getaran dari sumber luar. Kerangka pembebanan tidak boleh rentan terhadap gangguan yang disebabkan oleh keruntuhan benda uji lain dalam rangka pembebanan yang sama, rangka pembebanan yang berdekatan atau oleh sebab lain. Beban rangkak tarik harus konstan sebesar 1%. Beban rangkak tarik dapat diterapkan menggunakan beban yang bekerja secara langsung atau melalui sistem lengan beban, atau BSN dari 20

12 dengan menggunakan sistem mekanik, hidrolik atau pneumatik. Sistem pembebanan harus dikalibrasi sebelum melakukan pengujian untuk memastikan bahwa beban yang sesuai diberikan pada benda uji. CATATAN 8 - Perhatian khusus harus diberikan untuk memastikan bahwa beban rangkak tarik tetap konstan bila menggunakan sistem beban bukan beban mati, misalnya sudut sistem lengan beban harus dijaga tetap konstan untuk memastikan bahwa beban rangkak yang diberikan tetap berada dalam ketelitian yang disyaratkan. Sistem pembeban harus memungkinkan diterapkannya beban secara menerus terhadap benda uji sehingga beban rangkak tarik dapat diberikan seluruhnya dalam waktu kurang dari 60 detik Sistem pencatatan waktu Ketelitian sistem pencatatan waktu harus ± 1%. Sistem pencatatan waktu tersebut harus dapat diatur pada angka nol yaitu ketika seluruh beban rangkak tarik diberikan pada benda uji dan sistem tersebut harus dapat pula mencatat secara otomatis waktu terjadinya keruntuhan rangkak tarik. 6.3 Prosedur Tentukan kekuatan tarik cara pita lebar contoh laboratorium berdasarkan ISO 10319, termasuk regangan hingga terjadi keruntuhan dan kontraksi lateral dari benda uji Evaluasi validitas penggunaan benda uji dengan lebar yang mewakili secara teknis kurang dari 200 mm, jika diperlukan. Tentukan kuat tarik dan regangan pada beban maksimum untuk benda uji dengan lebar yang mewakili secara teknis Lakukan pengujian menggunakan empat beban yang berbeda. Beban tersebut dihitung berdasarkan nilai kuat tarik yang telah ditentukan sebelumnya. Rentang beban dapat dipilih antara 50% hingga 90% dari nilai kuat tarik. Pada setiap beban yang dipilih, lakukan pengujian pada tiga benda uji, sehingga jumlah total benda uji adalah sebanyak 12 buah (= 4 beban x 3 benda uji). CATATAN 9 - Disarankan untuk memilih empat logaritmik waktu yang sama seperti 100 jam, 500 jam, jam, dan jam, untuk memperkirakan besarnya beban yang dapat mengakibatkan keruntuhan saat 100 jam dan untuk melakukan tiga pengujian lainnya secara pararel. Dari hasil uji tersebut, perkirakan beban yang dapat mengakibatkan keruntuhan saat 500 jam. Kemudian, lakukan hal yang sama untuk dua tingkat pembebanan lainnya Siapkan benda uji untuk pengujian keruntuhan rangkak tarik dan pasang benda uji pada alat uji. Untuk geotekstil teranyam, prosedur persiapan benda uji harus mengacu pada ISO Berikan beban rangkak tarik secara menerus hingga seluruh beban diterapkan dalam waktu tidak lebih dari 60 detik. Waktu awal pengujian dimulai saat seluruh beban rangkak tarik diterapkan pada benda uji Catat waktu saat terjadi keruntuhan rangkak tarik. BSN dari 20

13 7 Perhitungan (untuk benda uji sesuai subpasal 3.6) Bila menggunakan benda uji dengan lebar yang mewakili secara teknik kurang dari 200 mm, misalnya untuk contoh laboratorium dengan anyaman kasar atau geogrids, maka cara menentukan lebar benda uji menjadi sangat penting. Jumlah elemen tarik per meter lebar ditentukan sebagai berikut: Hamparkan contoh laboratorium, satu gulungan utuh jika memungkinkan, pada permukaan datar dan rapihkan jika terdapat lipatan dan kerutan. Dengan menggunakan penggaris sepanjang minimal 1,5 m, ukur lebar terkait dengan jumlah elemen tarik yang ada dalam kira-kira satu meter, hitung hingga ketelitian millimeter. Gunakan jumlah elemen untuk menghitung jumlah elemen tarik per meter lebar hingga mendekati 0,1 unit. Kemudian catat jumlah elemen tarik yang ada pada benda uji. Jika penentuan elemen tarik individual dari struktur lembaran tidak dapat dilakukan dan benda uji TRW kurang dari 200 mm akan digunakan, maka prosedur berikut harus diikut: Benda uji berupa geotekstil harus disiapkan dengan lebar kurang dari 200 mm tapi lebih besar dari 50 mm, menggunakan metode persiapan benda uji sesuai dengan ISO Tentukan kuat tarik dan regangan pada pembebanan maksimum dari benda uji dengan lebar 200 mm dan yang lebarnya kurang dari 200 mm sesuai dengan prosedur dalam ISO Hitung kuat tarik dan regangan pada pembebanan maksimum untuk kedua benda uji yaitu benda uji dengan lebar 200 mm dan benda uji yang lebarnya kurang dari 200 mm. CONTOH 1: Selembar geogrids memiliki 43 ribs atau elemen tarik dalam lebar sebesar 986 mm. Dengan demikian maka jumlah elemen tarik per meter lebar adalah 43,6 ribs atau elemen tarik. Nilai ini diperoleh sebagai berikut: dalam bentang selebar 986mm terdapat 43 ribs atau elemen tarik, maka lebar satu ribs atau elemen tarik adalah 986mm / 43 ribs = 22,93 mm. Maka dalam per meter lebar (1 000 mm) terdapat : mm/22,93 mm = 43,6 ribs atau elemen tarik. Sebuah benda uji untuk pengujian tarik cara pita lebar memiliki delapan elemen tarik, jumlah tersebut mewakili lebar sebagai berikut: (8 / 43,6) x ,5 mm Nilai rata-rata kekuatan benda uji ditentukan sebesar 10,8 kn dengan regangan rata-rata pada beban maksimum sebesar 12,8% dan kontraksi lateral sebesar 0%. Maka kuat tarik per meter lebar adalah: (1 000 /183,5) x 10,8 58,9 kn/m Benda uji dengan panjang yang memenuhi secara teknis, memiliki tiga elemen tarik, jumlah tersebut mewakili lebar sebagai berikut: (1 000 x 3) / 43,6 68,8 mm Kuat tarik rata-rata dari 10 benda uji dengan panjang yang memenuhi secara teknis ditentukan sebesar N dengan regangan rata-rata pada beban maksimum sebesar 13,4%. Maka kuat tarik per unit lebar adalah (43,6 / 3) x 4,086 59,4 kn/m Karena hasil pengujian kuat tarik dengan metoda cara pita lebar dan dengan menggunakan benda uji yang panjangnya mewakili secara teknis memiliki perbedaan kurang dari 5% dan BSN dari 20

14 regangan pada beban maksimum memiliki perbedaan kurang dari 20%, maka penggunaan benda uji yang panjangnya mewakili secara teknis untuk pengujian rangkak tarik dibolehkan. CONTOH 2 : Untuk benda uji dengan lebar 200 mm, nilai kuat tarik ditentukan sebesar 220,4 kn/m dan regangan pada beban maksimum sebesar 10,7 %. Untuk benda uji dengan lebar 60 mm, nilai kuat tarik ditentukan sebesar 213,4 kn/m dan regangan pada beban maksimum sebesar 15,2%. Hasil pengujian kuat tarik dengan lebar benda uji 60 mm berada dalam kisaran 5% dari hasil pengujian kuat tarik benda uji dengan lebar 200 mm, namun hasil pengujian regangan pada beban maksimum menunjukan perbedaan lebih dari 20% antara benda uji dengan lebar 60 mm dan benda uji dengan lebar 200 mm, sehingga penggunaan benda uji dengan lebar 60 mm sebagai benda uji dengan panjang yang memenuhi secara teknis tidak diperbolehkan. 8 Laporan pengujian Laporan pengujian harus mencakup informasi-informasi berikut: - Untuk kedua prosedur pengujian: a) Nomor dan tahun penerbitan standar ini; b) Identifikasi contoh, tanggal penerimaan; c) Kondisi temperatur dan kelembapan ruangan pengujian; d) Tanggal pengujian; e) Nilai rata-rata pengujian kuat tarik metode pita lebar, regangan dan kontraksi lateral benda uji sesuai ISO 10319; f) Informasi detail tentang pemilihan benda uji yang panjangnya mewakili secara teknis untuk pengujian rangkak tarik (jika digunakan); g) Ukuran, penjelasan kuat tarik dari pabrik, nilai rata-rata kuat tarik dan regangan benda uji yang digunakan untuk pengujian rangkak tarik (jika digunakan); h) Kondisi temperatur dan kelembapan pada saat pengujian dilakukan; i) Penjelasan mengenai sistem pembebanan, alat penjepit, dan peralatan extensometry; j) Beban rangkak tarik yang digunakan dan dinyatakan sebagai persentase dari kuat tarik pada poin e); k) Hasil dalam bentuk tabel untuk regangan rangkak terhadap waktu pengukuran; l) Informasi detail mengenai semua penyimpangan yang terjadi diluar prosedur di atas; - Untuk penentuan perilaku rangkak tarik: m) Nilai panjang ukur; n) Grafik regangan rangkak terhadap logaritma waktu untuk setiap benda uji dan setiap beban rangkak tarik dan untuk setiap temperatur, jika pengujian dilakukan pada temperatur yang berbeda. Grafik tersebut harus mencakup semua data-data diatas. - Untuk menghitung keruntuhan tarik: o) Waktu hingga terjadinya keruntuhan rangkak tarik untuk tiap benda uji (dalam tabel); p) Apabila pengujian dilakukan pada beberapa kondisi temperatur yang berbedabuat grafik beban rangkak tarik terhadap waktu hingga terjadinya keruntuhan (dengan waktu dalam skala logaritmik) untuk tiap temperature, jika memungkinkan juga sebuah garis regresi dengan batas kepercayaan kurang dari 95%. BSN dari 20

15 Keterangan: a) tanda Gambar 1- Detail benda uji Keterangan: a) = panjang ukur W = lebar benda uji W = pengurangan lebar benda uji akibat beban tarik CATATAN Untuk penggunaan benda uji dengan lebar (W) kurang dari 200mm, nilai kontraksi lateral tidak boleh lebih dari 10%. Gambar 2- Definisi kontraksi lateral BSN dari 20

16 Keterangan: 1 rangka pengaku 2 penjepit atas 3 dial 4 penjepit bawah 5 pemberat/beban Gambar 3- Alat pencatat rangkak tarik BSN dari 20

17 Keterangan: 1 rangka pengaku 2 penjepit benda uji 3 benda uji 4 lengan penopang beban a) dudukan berbentuk bulat b) beban c) pengatur beban agar tetap konstan selama pengujian d) panjang ukur e) alat pengukur regangan Gambar 4 - Tipikal lengan pembeban pada sistem pembebanan BSN dari 20

18 FORM 1 Pelanggan No Pekerjaan Tanggal Penerimaan Jenis Contoh Uji Lampiran A (normatif) Contoh formulir pengujian perilaku rangkak tarik : PT. XX : 123/2011/GT : 15-Sep-11 : Geotekstil non woven Kode Contoh Uji : Geotekstil TRX 2000 Catatan : KOP INSTANSI 1. Catat kondisi ruang pengujian Catatan 1: temperatur ruangan harus 20 o C + 2 o C dan kelembapan 65% + 2 % Temperatur ( o C) 2100,00% Kelembapan (%) 6300,00% 2. Timbang benda uji Catatan 2: benda uji siap digunakan jika perbedaan massa tidak lebih dari 0.25% yang ditimbang tiap 2 jam No Benda Uji Geosintetik PENENTUAN PERILAKU RANGKAK TARIK RSNI2 ISO Benda uji disiapkan oleh pelanggan dalam bentuk sudah terpotong dengan lebar 200 mm dan panjang 500 mm sebanyak 4 buah. Berat pada t=0 (gram) Berat pada t=2 jam (gram) Perbedaa n Berat (%) ,00% 10105,00% 0,05% ,00% 10200,00% 0,00% ,00% 10130,00% 0,20% ,00% 10160,00% 0,00% BSN dari 20

19 FORM 2 Catatan 1: Jika lebar benda uji 200 mm, isi langkah 1 dan lanjutkan ke langkah 4 Jika lebar benda uji kurang dari 200 mm (TRW), lakukan langkah 2 atau langkah 3, kemudian langkah 4 1. Benda uji dengan lebar 200 mm No Benda Uji Lebar (mm) Lakukan uji kuat tarik pita lebar (ISO 10319:2008) dan isi: Gaya tarik maksimum, F (kn) - Kuat tarik maksimum, T max (kn/m) - Regangan pada beban maksimum (%) - Kontraksi lateral (%) - 2. Benda uji kurang dari 200 mm (TRW) Catatan 2: TRW dapat digunakan jika perbedaan kuat tarik kurang kurang dari 5% dan regangan pada beban maksimum kurang dari 20% Lakukan uji kuat tarik pita lebar (ISO 10319:2008) untuk benda uji standar dan TRW serta isikan: Benda Uji Standar Benda Uji TRW Perbandingan TRW terhadap standar Keterangan Lebar benda uji (mm) Gaya tarik maksimum, F (kn) 44,08 42, Kuat tarik maksimum, T max (kn/m) 220,4 213,4 3,2% < 5% (OK) Regangan pada beban maksimum (%) 10,7 15,2 42,1% > 20% (tidak ok) Kesimpulan : TRW TIDAK BISA DIGUNAKAN 3. Benda uji kurang dari 200 mm (TRW) untuk geogrid atau benda uji dengan bukaan besar Catatan 3: TRW dapat digunakan jika perbedaan kuat tarik kurang kurang dari 5% dan regangan pada beban maksimum kurang dari 20% Lakukan uji kuat tarik pita lebar (ISO 10319:2008) untuk benda uji standar dan TRW serta isikan: Benda Uji Standar Benda Uji TRW Perbandingan TRW terhadap standar Keterangan Jumlah rib dengan lebar sekitar 1 m Lebar dari antar rib terluar (m) 0,986 0, Jumlah rib dalam lebar 1 m 43,6 43, Jumlah rib yang diuji kuat tarik Lebar nominal (m) 0,1834 0, Gaya tarik maksimum, F (kn) 10,8 4, Kuat tarik maksimum, T max (kn/m) 58,9 59,4 0,9% < 5% (OK) Regangan pada beban maksimum (%) 12,8 13,4 4,7% < 20% (OK) Kesimpulan : TRW BISA DIGUNAKAN KOP INSTANSI PENENTUAN PERILAKU RANGKAK TARIK SNI XXXX 4. Tentukan beban yang akan diterapkan pada benda uji Gaya tarik maksimum, F (kn) 4,086 No Benda Uji Persentase beban rencana terhadap gaya tarik maksimum (%) Beban rencana yang akan diterapkan (kg) (1) (2) (3)=(2)*gaya tarik maksimum/ Beban aktual yang diterapkan (kg) Persentase beban aktual yang diterapkan (%) (4) (5)=(4)*9.8067/1000 / gaya tarik maksimum Beban rangkak tarik per meter (kn/m) , , , , , , , ,6 Keterangan untuk kolom (6): 1. Untuk benda uji geotekstil dengan lebar 200 mm: (6) = (4)*9.8067/1000 dibagi 0.2 m 2. Untuk benda uji TRW dengan lebar < 200 mm: (6) = (4)*9.8067/1000 dibagi lebar TRW 3. Untuk benda uji TRW geogrid dengan lebar < 200 mm: (6)= (4)*9.8067/1000 dibagi lebar nominal (6) BSN dari 20

20 FORM 3 1. Benda Uji Kesatu KOP INSTANSI No Benda Uji Beban rangkak tarik per meter (kn/m) Persentase beban aktual yang diterapkan (%) Panjang gauge length awal (mm) : 200 Tanggal Waktu pembacaan Waktu pembacaan (jam) Elongasi gauge (mm) Regangan rangkak (%) (1) (2) (3) (4) (5)=(4)/gauge length awal 16-Sep-11 1 menit Sep-11 2 menit Sep-11 4 menit Sep-11 8 menit Sep menit Sep menit Sep menit Sep-11 2 jam Sep-11 4 jam Sep-11 8 jam Sep jam Sep-11 3 hari Sep-11 7 hari Sep hari Oct hari Oct hari Benda Uji Kedua No Benda Uji Beban rangkak tarik per meter (kn/m) Persentase beban aktual yang diterapkan (%) Panjang gauge length awal (mm) : 200 PENENTUAN PERILAKU RANGKAK TARIK SNI ISO Tanggal Waktu pembacaan Waktu pembacaan (jam) Elongasi gauge (mm) Regangan rangkak (%) (1) (2) (3) (4) (5)=(4)/gauge length awal 16-Sep-11 1 menit Sep-11 2 menit Sep-11 4 menit Sep-11 8 menit Sep menit Sep menit Sep menit Sep-11 2 jam Sep-11 4 jam Sep-11 8 jam Sep jam Sep-11 3 hari Sep-11 7 hari Sep hari Oct hari Oct hari BSN dari 20

21 FORM 4 KOP INSTANSI No Benda Uji Persentase beban aktual yang diterapkan (%) Beban rangkak tarik per meter (kn/m) Regangan (%) Keterangan: PENENTUAN PERILAKU RANGKAK TARIK SNI ISO Perilaku Rangkak Tarik Waktu (Jam) Penyelia (Rakhman Taufik)...,.. Pelaksana Beban 60% Beban 36% Beban 30% Beban 24% (Dian Asri Moelyani) BSN dari 20

22 FORM 1 Pelanggan No Pekerjaan Tanggal Penerimaan Jenis Contoh Uji Lampiran B (normatif) Contoh formulir pengujian keruntuhan rangkak tarik : PT. XX : 123/2011/GT : 15-Sep-11 : Geotekstil non woven Kode Contoh Uji : Geotekstil TRX 2000 Catatan : KOP INSTANSI 1. Catat kondisi ruang pengujian Catatan 1: temperatur ruangan harus 20 o C + 2 o C dan kelembapan 65% + 2 % Temperatur ( o C) 21 Kelembapan (%) Timbang benda uji Catatan 2: benda uji siap digunakan jika perbedaan massa tidak lebih dari 0.25% yang ditimbang tiap 2 jam No Benda Uji Geosintetik PENENTUAN KERUNTUHAN RANGKAK TARIK RSNI2 ISO Benda uji disiapkan oleh pelanggan dalam bentuk sudah terpotong dengan lebar 200 mm dan panjang 500 mm sebanyak 4 buah. Berat pada t=0 (gram) Berat pada t=2 jam (gram) Perbedaa n Berat (%) ,05 0,05% ,00% 3 101,5 101,3 0,20% 4 101,6 101,6 0,00% BSN dari 20

23 FORM 2 Catatan 1: Jika lebar benda uji 200 mm, isi langkah 1 dan lanjutkan ke langkah 4 Jika lebar benda uji kurang dari 200 mm (TRW), lakukan langkah 2 atau langkah 3, kemudian langkah 4 1. Benda uji dengan lebar 200 mm No Benda Uji Lebar (mm) A1, B1, C1 - A2, B2, C2 - A3, B3, C3 - A4, B4, C4 - Lakukan uji kuat tarik pita lebar (ISO 10319:2008) dan isi: Gaya tarik maksimum, F (kn) - Kuat tarik maksimum, T max (kn/m) - Regangan pada beban maksimum (%) - Kontraksi lateral (%) - 2. Benda uji kurang dari 200 mm (TRW) Catatan 2: TRW dapat digunakan jika perbedaan kuat tarik kurang kurang dari 5% dan regangan pada beban maksimum kurang dari 20% Lakukan uji kuat tarik pita lebar (ISO 10319:2008) untuk benda uji standar dan TRW serta isikan: Benda Uji Standar Benda Uji TRW Perbandingan TRW terhadap standar Keterangan Lebar benda uji (mm) Gaya tarik maksimum, F (kn) 44,08 42, Kuat tarik maksimum, T max (kn/m) 220,4 213,4 3,2% < 5% (OK) Regangan pada beban maksimum (%) 10,7 15,2 42,1% > 20% (tidak ok) Kesimpulan : TRW TIDAK BISA DIGUNAKAN 3. Benda uji kurang dari 200 mm (TRW) untuk geogrid atau benda uji dengan bukaan besar Catatan 3: TRW dapat digunakan jika perbedaan kuat tarik kurang kurang dari 5% dan regangan pada beban maksimum kurang dari 20% Lakukan uji kuat tarik pita lebar (ISO 10319:2008) untuk benda uji standar dan TRW serta isikan: Benda Uji Standar Benda Uji TRW Perbandingan TRW terhadap standar Keterangan Jumlah rib dengan lebar sekitar 1 m Lebar dari antar rib terluar (m) 0,986 0, Jumlah rib dalam lebar 1 m 43,6 43, Jumlah rib yang diuji kuat tarik Lebar nominal (m) 0,1834 0, Gaya tarik maksimum, F (kn) 10,8 4, Kuat tarik maksimum, T max (kn/m) 58,9 59,4 0,9% < 5% (OK) Regangan pada beban maksimum (%) 12,8 13,4 4,7% < 20% (OK) Kesimpulan : TRW BISA DIGUNAKAN KOP INSTANSI PENENTUAN KERUNTUHAN RANGKAK TARIK SNI XXXX 4. Tentukan beban yang akan diterapkan pada benda uji Gaya tarik maksimum, F (kn) 4,086 No Benda Uji Persentase beban rencana terhadap gaya tarik maksimum (%) Beban rencana yang akan diterapkan (kg) (1) (2) (3)=(2)*gaya tarik maksimum/ Beban aktual yang diterapkan (kg) Persentase beban aktual yang diterapkan (%) (4) (5)=(4)*9.8067/1000 / gaya tarik maksimum Beban rangkak tarik per meter (kn/m) A1, B1, C , ,4 A2, B2, C , ,9 A3, B3, C , ,6 A4, B4, C , ,5 Keterangan untuk kolom (6): 1. Untuk benda uji geotekstil dengan lebar 200 mm: (6) = (4)*9.8067/1000 dibagi 0.2 m 2. Untuk benda uji TRW dengan lebar < 200 mm: (6) = (4)*9.8067/1000 dibagi lebar TRW 3. Untuk benda uji TRW geogrid dengan lebar < 200 mm: (6)= (4)*9.8067/1000 dibagi lebar nominal (6) BSN dari 20

24 FORM 3 1. Benda Uji Ke : No Benda Uji Beban rangkak tarik per meter (kn/m) Persentase beban aktual yang diterapkan (%) A1 53,4 90 Panjang gauge length awal (mm) : 200 Tanggal Waktu pembacaan Waktu pembacaan (jam) Elongasi gauge (mm) Regangan rangkak (%) (1) (2) (3) (4) (5)=(4)/gauge length awal 16-Sep-11 1 menit 0,02 12,000 6,00 16-Sep-11 2 menit 0,03 12,486 6,24 16-Sep-11 4 menit 0,07 12,971 6,49 16-Sep-11 8 menit 0,13 13,457 6,73 16-Sep menit 0,25 13,943 6,97 16-Sep menit 0,50 14,429 7,21 16-Sep menit 1 15,400 7,70 16-Sep-11 2 jam 2 15,600 7,8 16-Sep-11 4 jam 4 15,800 7,9 16-Sep-11 8 jam 8 16, Sep jam 24 17,000 8,5 19-Sep-11 3 hari 72 18,000 9 PUTUS 2. Benda Uji Kedua No Benda Uji Beban rangkak tarik per meter (kn/m) Persentase beban aktual yang diterapkan (%) B1 53,4 90 Panjang gauge length awal (mm) : 200 KOP INSTANSI PENENTUAN KERUNTUHAN RANGKAK TARIK SNI XXXX Tanggal Waktu pembacaan Waktu pembacaan (jam) Elongasi gauge (mm) Regangan rangkak (%) (1) (2) (3) (4) (5)=(4)/gauge length awal 16-Sep-11 1 menit 0,02 11,600 5, Sep-11 2 menit 0,03 12,086 6, Sep-11 4 menit 0,07 12,571 6, Sep-11 8 menit 0,13 13,057 6, Sep menit 0,25 13,543 6, Sep menit 0,50 14,029 7, Sep menit 1,00 15,000 7, Sep-11 2 jam 2 15,200 7, Sep-11 4 jam 4 15,400 7, Sep-11 8 jam 8 15,600 7, Sep jam 24 16,600 8, Sep-11 2 hari, 22 jam 70 17,600 8,800 PUTUS BSN dari 20

25 FORM 4 Persentase beban aktual yang diterapkan (%) Regangan (%) Keterangan: PENENTUAN KERUNTUHAN RANGKAK TARIK SNI XXXX Waktu Runtuh Benda Uji (Jam) KOP INSTANSI Rata-rata waktu runtuh (jam) Standar deviasi waktu runtuh (jam) A1 B1 C ,0 2,0 2,26 87, ,7 2,5 2,85 80, ,0 3,6 4,08 58, ,3 1,5 1,73 45,0 Keruntuhan Rangkak Tarik...,.. Penyelia Pelaksana (Rakhman Taufik) Confidence level (jam) Confidence limit (jam) Waktu (Jam) (Dian Asri Moelyani) BSN dari 20

Metode penentuan karakteristik gesek (indeks) geosintetik dengan uji geser langsung

Metode penentuan karakteristik gesek (indeks) geosintetik dengan uji geser langsung Badan Standardisasi Nasional Badan Standardisasi Nasional SNI ISO 12957-1:2012 Metode penentuan karakteristik gesek (indeks) geosintetik dengan uji geser langsung ICS 59.080.70 Geosynthetics Determination

Lebih terperinci

Atmosfer standar untuk pengondisian dan/atau pengujian - Spesifikasi

Atmosfer standar untuk pengondisian dan/atau pengujian - Spesifikasi Standar Nasional Indonesia Atmosfer standar untuk pengondisian dan/atau pengujian - Spesifikasi Standard atmospheres for conditioning and/or testing Specifications ICS 19.020 (ISO 554 1976, IDT) Badan

Lebih terperinci

Metode uji indeks tahanan tusuk geomembran dan produk sejenisnya

Metode uji indeks tahanan tusuk geomembran dan produk sejenisnya Standar Nasional Indonesia Metode uji indeks tahanan tusuk geomembran dan produk sejenisnya ICS 59.080.30 (ASTM D4833-07 (2013), IDT) Badan Standardisasi Nasional ASTM 2013 All rights reserved BSN 2014

Lebih terperinci

Metode uji kekuatan tusuk statis geotekstil dan produk sejenisnya dengan batang penekan berdiameter 50 mm

Metode uji kekuatan tusuk statis geotekstil dan produk sejenisnya dengan batang penekan berdiameter 50 mm Standar Nasional Indonesia SNI 8056:2014 Metode uji kekuatan tusuk statis geotekstil dan produk sejenisnya dengan batang penekan berdiameter 50 mm ICS 59.080.30 (ASTM D6241 04 (2009), IDT) Badan Standardisasi

Lebih terperinci

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT)

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT) Standar Nasional Indonesia Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C117 2004, IDT) ICS 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional ASTM 2004

Lebih terperinci

Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D , IDT)

Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D , IDT) Standar Nasional Indonesia SNI ASTM D6934:2012 Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D 6934 04, IDT) ICS 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar

Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 SNI 7619:2012 Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Cara uji daktilitas aspal

Cara uji daktilitas aspal Standar Nasional Indonesia Cara uji daktilitas aspal ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi

Lebih terperinci

Cara uji geser langsung batu

Cara uji geser langsung batu Standar Nasional Indonesia Cara uji geser langsung batu ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

Metode uji penentuan ukuran terkecil rata-rata (UKR) dan ukuran terbesar rata-rata (UBR) butir agregat

Metode uji penentuan ukuran terkecil rata-rata (UKR) dan ukuran terbesar rata-rata (UBR) butir agregat Standar Nasional Indonesia SNI 4137:2012 Metode uji penentuan ukuran terkecil rata-rata (UKR) dan ukuran terbesar rata-rata (UBR) butir agregat ICS 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta

Lebih terperinci

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan Standar Nasional Indonesia Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron

Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron Standar Nasional Indonesia ICS 93.080.20 SNI 3643:2012 Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan Standar Nasional Indonesia Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

Cara uji kekakuan tekan dan kekakuan geser bantalan karet jembatan

Cara uji kekakuan tekan dan kekakuan geser bantalan karet jembatan Standar Nasional Indonesia ICS 93.020 Cara uji tekan dan geser bantalan karet jembatan Badan Standardisasi Nasional Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan

Lebih terperinci

Metode uji penentuan sifat-sifat tarik geogrid dengan metode tarik rib tunggal atau multi-rib

Metode uji penentuan sifat-sifat tarik geogrid dengan metode tarik rib tunggal atau multi-rib Standar Nasional Indonesia Metode uji penentuan sifat-sifat tarik geogrid dengan metode tarik rib tunggal atau multi-rib ICS 59.080.30 (ASTM D6637 11, IDT) Badan Standardisasi Nasional SNI 8130:2014 ASTM

Lebih terperinci

Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D , IDT)

Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D , IDT) Standar Nasional Indonesia ICS 93.080.20 Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D 6935 04, IDT) Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin,

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis aspal keras

Cara uji berat jenis aspal keras Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis aspal keras ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Cara uji sifat tahan lekang batu

Cara uji sifat tahan lekang batu Standar Nasional Indonesia Cara uji sifat tahan lekang batu ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Cara uji penetrasi aspal

Cara uji penetrasi aspal SNI 2432:2011 Standar Nasional Indonesia Cara uji penetrasi aspal ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D , MOD.)

Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D , MOD.) Standar Nasional Indonesia ICS 93.080.20 Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D 6930-04, MOD.) Badan Standardisasi Nasional SNI 6828:2012 BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Tata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal

Tata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal Standar Nasional Indonesia SNI 6890:2014 Tata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal ICS 93.080.20 (ASTM D 979-01 (2006), IDT) Badan Standardisasi Nasional ASTM 2006 All rights reserved BSN 2014

Lebih terperinci

Cara uji kuat tarik tidak langsung batu di laboratorium

Cara uji kuat tarik tidak langsung batu di laboratorium Standar Nasional Indonesia Cara uji kuat tarik tidak langsung batu di laboratorium ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

Metode uji penentuan faktor-faktor susut tanah

Metode uji penentuan faktor-faktor susut tanah SNI 4144 : 2012 Badan Standardisasi Nasional Metode uji penentuan faktor-faktor susut tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan

Lebih terperinci

Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar (ASTM C , IDT)

Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar (ASTM C , IDT) Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar (ASTM C 136-06, IDT) Badan Standardisasi Nasional SNI ASTM C136:2012 BSN 2012 Hak cipta dilindungi

Lebih terperinci

Metode uji deteriorasi geotekstil akibat kondisi terekspos cahaya, kelembapan, dan panas dengan peralatan tipe xenon arc

Metode uji deteriorasi geotekstil akibat kondisi terekspos cahaya, kelembapan, dan panas dengan peralatan tipe xenon arc Standar Nasional Indonesia SNI 8057:2014 Metode uji deteriorasi geotekstil akibat kondisi terekspos cahaya, kelembapan, dan panas dengan peralatan tipe xenon arc ICS 59.080.30 (ASTM D4355 07, IDT) Badan

Lebih terperinci

Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan

Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan Standar Nasional Indonesia ICS 93.010 Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan

Lebih terperinci

Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian

Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian Standar Nasional Indonesia SNI 1975:2012 Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian ICS 13.080.20; 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta

Lebih terperinci

Spesifikasi aspal keras berdasarkan kelas penetrasi

Spesifikasi aspal keras berdasarkan kelas penetrasi Standar Nasional Indonesia Spesifikasi aspal keras berdasarkan kelas penetrasi ICS 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak

Lebih terperinci

Tata cara pemasangan lembaran bitumen bergelombang untuk atap

Tata cara pemasangan lembaran bitumen bergelombang untuk atap Standar Nasional Indonesia SNI 7711.2:2012 Tata cara pemasangan lembaran bitumen bergelombang untuk atap ICS 91.060.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Cara uji pengukuran potensi keruntuhan tanah di laboratorium

Cara uji pengukuran potensi keruntuhan tanah di laboratorium Standar Nasional Indonesia SNI 8072:2016 Cara uji pengukuran potensi keruntuhan tanah di laboratorium ICS 91.010 Badan Standardisasi Nasional BSN 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan

Lebih terperinci

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball) Standar Nasional Indonesia Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball) ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin

Lebih terperinci

Cara uji kuat keliman jahit atau ikat panas geotekstil

Cara uji kuat keliman jahit atau ikat panas geotekstil Cara uji kuat keliman jahit atau ikat panas geotekstil RSNI M-03-2005 1 Ruang lingkup Standar ini menetapkan kaidah-kaidah dan langkah kerja dalam menilai kuat keliman geotekstil. Data yang dihasilkan

Lebih terperinci

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air Standar Nasional Indonesia Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air ICS 75.140; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Cara uji slump beton SNI 1972:2008

Cara uji slump beton SNI 1972:2008 Standar Nasional Indonesia Cara uji slump beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah

Lebih terperinci

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP )

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP ) Standar Nasional Indonesia Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP ) ICS 77.140.65 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau

Lebih terperinci

Metode uji partikel ringan dalam agregat (ASTM C ,IDT.)

Metode uji partikel ringan dalam agregat (ASTM C ,IDT.) Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 SNI ASTM C123:2012 Metode uji partikel ringan dalam agregat (ASTM C 123-03,IDT.) Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Spesifikasi aspal emulsi kationik

Spesifikasi aspal emulsi kationik Standar Nasional Indonesia Spesifikasi aspal emulsi kationik ICS 75.140; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

Kulit masohi SNI 7941:2013

Kulit masohi SNI 7941:2013 Standar Nasional Indonesia ICS 65.020.99 Kulit masohi Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini

Lebih terperinci

Cara uji penyulingan aspal cair

Cara uji penyulingan aspal cair Standar Nasional Indonesia Cara uji penyulingan aspal cair ICS 91.100.15; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles Standar Nasional Indonesia Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Analisis kadar abu contoh batubara

Analisis kadar abu contoh batubara Standar Nasional Indonesia Analisis kadar abu contoh batubara ICS 19.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A

Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A ICS 93.010 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin

Lebih terperinci

Metode uji CBR laboratorium

Metode uji CBR laboratorium Standar Nasional Indonesia Metode uji CBR laboratorium ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional SNI 1744:2012 BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau

Lebih terperinci

Cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik pembebanan

Cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik pembebanan Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 Cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik pembebanan Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan

Lebih terperinci

Cara uji kelarutan aspal

Cara uji kelarutan aspal Standar Nasional Indonesia Cara uji kelarutan aspal ICS 91.100.50 Badan Standardisasi Nasional SNI 2438:2015 BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian

Lebih terperinci

Tata cara penentuan kadar air batuan dan tanah di tempat dengan metode penduga neutron

Tata cara penentuan kadar air batuan dan tanah di tempat dengan metode penduga neutron Standar Nasional Indonesia Tata cara penentuan kadar air batuan dan tanah di tempat dengan metode penduga neutron ICS 13.080.40; 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Bambu lamina penggunaan umum

Bambu lamina penggunaan umum Standar Nasional Indonesia Bambu lamina penggunaan umum ICS 79.060.01 Badan Standardisasi Nasional BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan

Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan SNI 7537.3:2011 Standar Nasional Indonesia Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan ICS 79.040.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan

Lebih terperinci

Cara uji indeks tahanan tusuk geotekstil, geomembran, dan produk sejenis lainnya

Cara uji indeks tahanan tusuk geotekstil, geomembran, dan produk sejenis lainnya Cara uji indeks tahanan tusuk geotekstil, geomembran, dan produk sejenis lainnya RSNI M-02-2005 1 Ruang lingkup Standar ini menetapkan kaidah-kaidah dan cara mengukur indeks tahanan tusuk untuk menentukan

Lebih terperinci

Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang

Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang Standar Nasional Indonesia Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang ICS 91.100.30; 77.140.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... 1 Daftar tabel... Error!

Lebih terperinci

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan Standar Nasional Indonesia Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan ICS 93.080.10 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Baja tulangan beton SNI 2052:2014

Baja tulangan beton SNI 2052:2014 Standar Nasional Indonesia Baja tulangan beton ICS 77.140.15 Badan Standardisasi Nasional BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

Cara uji slump beton SNI 1972:2008. Standar Nasional Indonesia

Cara uji slump beton SNI 1972:2008. Standar Nasional Indonesia Standar Nasional Indonesia Cara uji slump beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah

Lebih terperinci

Metode uji CBR laboratorium

Metode uji CBR laboratorium Standar Nasional Indonesia Metode uji CBR laboratorium ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional SNI 1744:2012 BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin, menggandakan dan mengumumkan

Lebih terperinci

Prakata RSNI M

Prakata RSNI M Prakata Standar uji sifat tarik geotekstil dengan metode pita yang lebar ini disiapkan oleh Panitia Teknik Standardisasi Bidang Konstruksi dan Bangunan, melalui gugus kerja Bidang Geoteknik Jalan pada

Lebih terperinci

Spesifikasi blok pemandu pada jalur pejalan kaki

Spesifikasi blok pemandu pada jalur pejalan kaki Standar Nasional Indonesia ICS 93.080.20 Spesifikasi blok pemandu pada jalur pejalan kaki Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar ICS 91.100.15; 91.010.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

Metode uji kuat sambungan geotekstil

Metode uji kuat sambungan geotekstil Standar Nasional Indonesia ICS 59.080.70 Metode uji kuat sambungan geotekstil Standard test method for strength of sewn or bonded seams of Geotextiles (ASTM D4884/D4884M - 14a, MOD) Badan Standardisasi

Lebih terperinci

Cara uji kelarutan aspal modifikasi dalam toluen dengan alat sentrifus

Cara uji kelarutan aspal modifikasi dalam toluen dengan alat sentrifus Standar Nasional Indonesia Cara uji kelarutan aspal modifikasi dalam toluen dengan alat sentrifus ICS 91.100 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

Kayu lapis indah jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

Kayu lapis indah jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan Standar Nasional Indonesia Kayu lapis indah jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan ICS 79.040.20 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin

Lebih terperinci

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia Papan nama sungai ICS 93.140 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

Metode uji kuat geser langsung tanah tidak terkonsolidasi dan tidak terdrainase

Metode uji kuat geser langsung tanah tidak terkonsolidasi dan tidak terdrainase Standar Nasional Indonesia ICS 93.020 Metode uji kuat geser langsung tanah tidak terkonsolidasi dan tidak terdrainase Badan Standardisasi Nasional SNI 3420:2016 BSN 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Semen portland komposit

Semen portland komposit Standar Nasional Indonesia Semen portland komposit ICS 91.100.10 Badan Standardisasi Nasional BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi

Lebih terperinci

Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder

Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan

Lebih terperinci

Spesifikasi aspal keras berdasarkan kekentalan

Spesifikasi aspal keras berdasarkan kekentalan Standar Nasional Indonesia Spesifikasi aspal keras berdasarkan kekentalan ICS 75.140; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak

Lebih terperinci

Spesifikasi lembaran bahan penutup untuk perawatan beton

Spesifikasi lembaran bahan penutup untuk perawatan beton Standar Nasional Indonesia Spesifikasi lembaran bahan penutup untuk perawatan beton ICS 91.200 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Cara uji beban putus dan elongasi pada geotekstil dengan metode grab

Cara uji beban putus dan elongasi pada geotekstil dengan metode grab Cara uji beban putus dan elongasi pada geotekstil dengan metode grab M-01-2005 1 Ruang lingkup Cara uji ini menetapkan prosedur uji indeks untuk menentukan beban putus dan elongasi pada geotekstil dengan

Lebih terperinci

Metode uji sifat-sifat tarik geotekstil dengan cara pita lebar

Metode uji sifat-sifat tarik geotekstil dengan cara pita lebar Standar Nasional Indonesia ICS 59.080.70 Badan Standardisasi Nasional SNI 4416:2017 Metode uji sifat-sifat tarik geotekstil dengan cara pita lebar (ASTM D4595-11, MOD) ASTM All rights reserved BSN 2017

Lebih terperinci

Tata cara pengukuran tekanan air pori tanah dengan pisometer pipa terbuka Casagrande

Tata cara pengukuran tekanan air pori tanah dengan pisometer pipa terbuka Casagrande Standar Nasional Indonesia Tata cara pengukuran tekanan air pori tanah dengan pisometer pipa terbuka Casagrande ICS 93.140 Badan Standardisasi Nasional i BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton Standar Nasional Indonesia Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan perilaku struktur bambu akibat beban rencana. Pengujian menjadi penting karena bambu merupakan material yang tergolong

Lebih terperinci

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles Standar Nasional Indonesia Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Cara uji sifat dispersif tanah lempung dengan hidrometer ganda

Cara uji sifat dispersif tanah lempung dengan hidrometer ganda Badan Standardisasi Nasional Cara uji sifat dispersif tanah lempung dengan hidrometer ganda ICS 93.020; 13.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan

Lebih terperinci

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS) Standar Nasional Indonesia Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS) ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian

Lebih terperinci

Spesifikasi kompon cair pembentuk membran untuk perawatan beton

Spesifikasi kompon cair pembentuk membran untuk perawatan beton Badan Standardisasi Nasional Spesifikasi kompon cair pembentuk membran untuk perawatan beton (ASTM C 309-07) ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional ASTM 2007 All rights reserved BSN 2012 untuk kepentingan

Lebih terperinci

Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik (UMH-Fisik) dengan alat ukur arus tipe baling-baling

Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik (UMH-Fisik) dengan alat ukur arus tipe baling-baling Standar Nasional Indonesia SNI 3408:2015 Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik (UMH-Fisik) dengan alat ukur arus tipe baling-baling ICS 93.160 Badan Standardisasi Nasional

Lebih terperinci

Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol

Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol Standar Nasional Indonesia SNI 7729:2011 Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol ICS 93.080.20; 19.060 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...

Lebih terperinci

Kayu bundar jenis jati Bagian 3: Pengukuran dan tabel isi

Kayu bundar jenis jati Bagian 3: Pengukuran dan tabel isi Standar Nasional Indonesia Kayu bundar jenis jati Bagian 3: Pengukuran dan tabel isi ICS 79.040.20 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat

Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat Standar Nasional Indonesia Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat ICS 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar

Lebih terperinci

sasi Nasional Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di dan tidak untuk di komersialkan

sasi Nasional Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di  dan tidak untuk di komersialkan 2 Standar Nasional Indonesia Tataa cara penentuan tinggi muka air tanah pada lubang bor atau sumur pantau ICS 93.020 Badan Standardis sasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Metode uji densitas tanah di tempat (lapangan) dengan alat konus pasir

Metode uji densitas tanah di tempat (lapangan) dengan alat konus pasir Standar Nasional Indonesia Metode uji densitas tanah di tempat (lapangan) dengan alat konus pasir ICS 75.140; 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Kayu bundar Bagian 2: Pengukuran dan tabel isi

Kayu bundar Bagian 2: Pengukuran dan tabel isi Standar Nasional Indonesia Kayu bundar Bagian 2: Pengukuran dan tabel isi ICS 79.040.20 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau

Lebih terperinci

Cara uji bakar bahan bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung

Cara uji bakar bahan bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung Standar Nasional Indonesia Cara uji bakar bahan bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung ICS 13.220.50; 91.100.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...

Lebih terperinci

Cara uji bliding dari beton segar

Cara uji bliding dari beton segar Standar Nasional Indonesia Cara uji bliding dari beton segar ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...ii Pendahuluan...iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

SNI 7273:2008. Standar Nasional Indonesia. Kertas koran. Badan Standardisasi Nasional ICS

SNI 7273:2008. Standar Nasional Indonesia. Kertas koran. Badan Standardisasi Nasional ICS Standar Nasional Indonesia Kertas koran ICS 85.080.99 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Simbol

Lebih terperinci

Cara uji titik nyala dan titik bakar aspal dengan alat cleveland open cup

Cara uji titik nyala dan titik bakar aspal dengan alat cleveland open cup Standar Nasional Indonesia ICS 75.140; 93.080.20 Cara uji titik nyala dan titik bakar aspal dengan alat cleveland open cup Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Kayu lapis - Klasifikasi. Plywood - Classification

Kayu lapis - Klasifikasi. Plywood - Classification SNI ISO 1096:2010 Standar Nasional Indonesia Kayu lapis - Klasifikasi Plywood - Classification (ISO 1096:1999,IDT) Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 79-01 Hasil Hutan Kayu ICS 79.060 Badan

Lebih terperinci

Baja lembaran, pelat dan gulungan canai panas (Bj P)

Baja lembaran, pelat dan gulungan canai panas (Bj P) Standar Nasional Indonesia Baja lembaran, pelat dan gulungan canai panas (Bj P) ICS 77.140.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini menampilkan hasil pengujian karakteristik material bata dan elemen dinding bata yang dilakukan di Laboratorium Rekayasa Struktur Pusat Rekayasa Industri ITB. 4.1. Uji

Lebih terperinci

Cara koreksi kepadatan tanah yang mengandung butiran kasar

Cara koreksi kepadatan tanah yang mengandung butiran kasar Standar Nasional Indonesia Cara koreksi kepadatan tanah yang mengandung butiran kasar ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Bibit niaga (final stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 2: Ayam ras tipe petelur

Bibit niaga (final stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 2: Ayam ras tipe petelur Standar Nasional Indonesia ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional SNI 4868.2:2013 Bibit niaga (final stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 2: Ayam ras tipe petelur BSN 2013 Hak cipta dilindungi

Lebih terperinci

Tata cara analisis data pengujian surutan bertahap pada sumur uji atau sumur produksi dengan metode Hantush-Bierschenk

Tata cara analisis data pengujian surutan bertahap pada sumur uji atau sumur produksi dengan metode Hantush-Bierschenk Standar Nasional Indonesia SNI 8061:2015 Tata cara analisis data pengujian surutan bertahap pada sumur uji atau sumur produksi dengan metode Hantush-Bierschenk ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. tanah yang buruk. Tanah dengan karakteristik tersebut seringkali memiliki permasalahan

Bab 1 PENDAHULUAN. tanah yang buruk. Tanah dengan karakteristik tersebut seringkali memiliki permasalahan Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bowles (1991) berpendapat bahwa tanah dengan nilai kohesi tanah c di bawah 10 kn/m 2, tingkat kepadatan rendah dengan nilai CBR di bawah 3 %, dan tekanan ujung konus

Lebih terperinci

SNI 4482:2013 Standar Nasional Indonesia Durian ICS Badan Standardisasi Nasional

SNI 4482:2013  Standar Nasional Indonesia Durian  ICS Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia Durian ICS 67.080.10 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan

Lebih terperinci

Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong

Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong SNI 6792:2008 Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional SNI 6792:2008 Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan...

Lebih terperinci

PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil LAMPIRAN SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 25/SE/M/2015 TENTANG PEDOMAN METODE UJI PENGUKURAN KEDALAMAN KARBONASI BETON

Lebih terperinci

Kepada Yth.: Para Pejabat Eselon I di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURAT EDARAN NOMOR : 46/SE/M/2015 TENTANG

Kepada Yth.: Para Pejabat Eselon I di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURAT EDARAN NOMOR : 46/SE/M/2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Kepada Yth.: Para Pejabat Eselon I di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURAT EDARAN NOMOR : 46/SE/M/2015 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

Spesifikasi agregat untuk lapis permukaan jalan tanpa penutup

Spesifikasi agregat untuk lapis permukaan jalan tanpa penutup Standar Nasional Indonesia Spesifikasi agregat untuk lapis permukaan jalan tanpa penutup ICS 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan

Lebih terperinci

Cara uji jalar api pada permukaan bahan bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung

Cara uji jalar api pada permukaan bahan bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung Standar Nasional Indonesia Cara uji jalar api pada permukaan bahan bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung ICS 13.220.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi i Daftar

Lebih terperinci

Cara uji kuat tekan beton ringan isolasi

Cara uji kuat tekan beton ringan isolasi Revisi SNI 03-3421-1994 Rancangan Standar Nasional Indonesia Cara uji kuat tekan beton ringan isolasi ICS Badan Standarisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci