LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA (LAKIN) DIREKTORAT JENDERAL PENGUATAN RISET DAN PENGEMBANGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA (LAKIN) DIREKTORAT JENDERAL PENGUATAN RISET DAN PENGEMBANGAN"

Transkripsi

1 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA (LAKIN) DIREKTORAT JENDERAL PENGUATAN RISET DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2017

2 TIM LAKIN 2017 LAKIN ini disusun oleh: Penanggung Jawab Ketua : Muhammad Dimyati : Prakoso Anggota: 1. Dadi Alamsyah (Setditjen) 2. Pancara Sutanto (Setditjen) 3. Syarip Hidayat (Setditjen) 4. Victoria Suhartini (DRPM) 5. Desmelita (DRPM) 6. Mustangimah (DRPM) 7. Adhi Indra Hermanu (DRPM) 8. Aldi Haryadi (DPKI) 9. Suwitno (DPKI) 10. Endang Taryono (DPKI) 11. Sri Wahyono (DPKI) 12. Hendro Wicaksono (DPTI) 13. Juhartono (DPTI) 14. Ermalina (DPTI) 15. Sjaeful Irwan (DSRP) 16. Syafarudin (DSRP) 17. Hariyanto (DSRP) 18. Rahmat Fazri (DSRP) 19. Dwi Nugroho Setyabudi (DPKI) 20. Entin Laelasari (DPKI) 21. Aris Irawan (DPTI) 22. Rahmat Fazri (DSRP) 23. Sunandar (Setditjen) 24. Asep Khoerudin (Setditjen) ii

3 KATA PENGANTAR Dengan berakhirnya tahun anggaran 2017, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi telah melakukan serangkaian evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2017 guna mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Evaluasi tersebut juga merupakan bentuk pertanggungjawaban dan bagian dari akuntabilitas Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi kepada masyarakat, serta sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIN meliputi seluruh penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi yang ditunjang oleh anggaran DIPA 2017 yang berasal dari 2 (dua) fungsi Layanan Umum dan fungsi Pendidikan. Laporan ini dilaksanakan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), dan Penanggung jawab Kegiatan (PPK), selama tahun anggaran 2017 sesuai dengan tugas dan fungsi yang telah ditetapkan. Kepada seluruh pimpinan dan staf Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan yang terlibat dalam penyusunan laporan ini, disampaikan ucapan terima kasih sehingga laporan dapat diterbitkan sesuai dengan rencana. Kami menyadari bahwa laporan ini masih sangat makro, sehingga memerlukan tambahan analisis yang lebih tajam. Walaupun demikian, kami berharap laporan dapat memberikan perspektif baru dalam membangun industri dan perekonomian nasional berbasis iptek oleh para pemangku kebijakan, pelaku iptek, dan industri nasional. Kami mengharapkan masukan dan koreksi dari berbagai pihak untuk meningkatkan serta perbaikan kinerja di masa yang akan datang. Semoga laporan Kinerja Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Tahun 2017 ini dapat bermanfaat sebagai bahan evaluasi serta acuan dalam menyusun Laporan Kinerja Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi dan rencana pelaksanaan program di masa datang. Jakarta,. Januari 2018 Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan ttd Muhammad Dimyati NIP iii

4 RINGKASAN EKSEKUTIF Sebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan (Dirjen Risbang), Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi telah menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIN) Tahun 2017, yang merupakan gambaran tentang capaian kinerja Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Tahun 2017, dengan mengacu pada Rencana Strategis Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan tahun Dalam rencana kinerja Tahun 2017 Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan telah menetapkan 4 (empat) Indikator Kinerja Utama (IKU) yang diambil dari Indikator Kinerja Sasaran (IKS) dengan alasan penetapan masing-masing IKU sebagaimana diuraikan dalam Tabel berikut: Tabel 1 Indikator Kinerja Utama Dirjen Risbang Tahun 2017 No. Indikator Kinerja Utama Alasan 1. Jumlah publikasi internasional 2. Jumlah Kekayaan Intelektual (KI) yang didaftarkan Mengukur kinerja produktivitas riset iptek dan pendidikan tinggi dalam pengembangan ilmu pengetahuan secara internasional. Mengukur kualitas hasil riset iptek dan pendidikan tinggi untuk meningkatkan perolehan perlindungan HKI dengan menggali secara maksimum potensi HKI yang diperoleh dari suatu kegiatan penelitian, pengembangan dan pengabdian kepada masyarakat. 3. Jumlah prototipe R&D Mengukur tingkat kesiapan teknologi hasil riset iptek yang telah teruji pada simulasi di lingkungan operasional. 4. Jumlah prototipe industri Mengukur tingkat kesiapan teknologi hasil riset iptek yang telah didemonstrasikan dan diuji coba di lapangan. Dari hasil analisis capaian indikator kinerja Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan selama tahun 2017 terdapat beberapa realisasi pencapaian indikator yang berhasil mencapai kinerja seperti yang telah ditargetkan pada awal tahun, bahkan melebihi. Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan sebagai berikut: iv

5 Tabel 2. Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Ditjen Penguatan Risbang Sasaran Strategis Meningkatnya produktivitas kekayaan intelektual. Meningkatnya produktivitas riset pendidikan tinggi, litbang dan pengabdian masyarakat Meningkatnya kesiapan teknologi laik industri Indikator Kinerja Jumlah KI yang didaftarkan Jumlah Publikasi Internasional Jumlah Prototipe R&D Jumlah Prototipe Industri Target Realisasi 2016 Tahun 2017 Target Realisasi % % % % % Jika dianalisis lebih mendalam kinerja yang telah dicapai memberikan manfaat terhadap beberapa aspek. Jumlah KI dari Indikator Kinerja Utama (IKU) ini telah mendorong peningkatan jumlah paten terdaftar secara Nasional dan meningkatkan kemampuan sumber daya peneliti Indonesia. Konsorsium telah menjadi wahana untuk mendorong terjadinya koordinasi dan sinergi antar pelaku litbang (industri, akademisi dan lembaga litbang). Selain itu juga menjadi wahana terjadinya pergeseran dari technology push ke market driven. Jumlah artikel publikasi internasional dari IKU ini telah mendorong peningkatan jumlah publikasi ilmiah secara nasional dan internasional yang dilakukan oleh peneliti dari Indonesia. Jumlah prototipe R&D, dikembangkan bagi riset yang membutuhkan demonstrasi dari prototipe sistem nyata dalam suatu lingkungan operasional, seperti misalnya dalam suatu pesawat terbang, kendaraan atau ruang angkasa. Jumlah prototipe R&D ditujukan untuk meningkatkan relevansi dan produktivitas litbang untuk memenuhi kebutuhan teknologi di industri. Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan ditahun-tahun mendatang akan berupaya terus meningkatkan kinerja dalam melaksanakan peran dan tanggung jawab yang diembannya melalui pelaksanaan langkah-langkah yang lebih kongkrit dalam Pengembangan Iptek Nasional, sehingga target Renstra Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan dapat dicapai. Langkah-langkah yang ditempuh Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan di tahun-tahun mendatang diantaranya: 1. Meningkatkan kinerja perumusan kebijakan dan instrumen kebijakan dengan melakukan uji publik dan sosialisasi Rencana Induk Riset Nasional (RIRN); 2. Meningkatkan kinerja serta efektifitas koordinasi pelaksanaan kebijakan dan instrumen kebijakan melalui sinkronisasi dan advokasi substansi regulasi iptek ke regulasi sektor; 3. Meningkatkan kinerja evaluasi pelaksanaan kebijakan dan instrumen kebijakan; v

6 4. Melakukan pembenahan perencanaan anggaran dan program yang didukung data akurat, sehingga pemanfaatannya lebih mengena pada sasaran sehingga optimal, efektif dan efisien dapat dicapai; 5. Meningkatkan koordinasi internal dan eksternal, khususnya peningkatan koordinasi dalam pelaksanaan pengawasan terhadap pelaksanaan APBN; 6. Mengembangkan kebijakan manajemen teknologi untuk mendorong peningkatan tingkat kesiapterapan teknologi (TKT) teknologi level prototipe hasil litbang menjadi prototipe industri; 7. Melakukan sinkronisasi kegiatan dan program bersama dalam bidang fokus (Energi, Material Maju, Kesehatan & Obat, Pangan &, Kemaritiman, Hankam, Teknologi Informasi dan Komunikasi, Kebencanaan dan Sosial Humariora); 8. Mengembangkan kerjasama fasilitasi kepada inventor masyarakat melalui pendampingan program Corporate Social Responsibility (CSR), serta mengembangkan sistem pelaporan berbasis web melalui sistem informasi penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (simlitabmas) Demikian capaian kinerja Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan tahun 2017, yang merupakan gambaran hasil evaluasi terhadap Kinerja Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan tahun vi

7 DAFTAR ISI TIM LAKIN ii KATA PENGANTAR... iii RINGKASAN EKSEKUTIF... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL...x BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tugas dan Fungsi Struktur Organisasi Sumber Daya Manusia (SDM)... 3 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Rencana Strategis Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Arah Kebijakan dan Strategi Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Penetapan Kinerja (PK) Tahun BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Pengendalian Kinerja Pengukuran Kinerja Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Analisis Capaian Kinerja Realisasi Anggaran BAB IV PENUTUP LAMPIRAN vii

8 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan. 2 Gambar 1.2 Komposisi Sumber Daya Manusia Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Tahun Gambar 3.1 Manajemen Kinerja Berorientasi Hasil (Output/Income) Gambar 3.2 Grafik Publikasi Internasional Negara Asean Gambar 3.3 jurnal ilmiah telah terakreditasi secara nasional yang terdaftar di ARJUNA Gambar 3.4 Perkembangan Jurnal DOAJ Indonesia dan ASEAN Gambar 3.5 Perkembangan Jurnal Negara ASEAN Terindeks di DOAJ Gambar 3.6 Jurnal Internasional Indonesia terindeks SCOPUS Gambar 3.7 Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan didampingi oleh Direktur Pengelolaan Kekayaan Intelektual beserta Narasumber pada acara Indonesian Journal Editors Workshops, Bali, September Gambar 3.8 Target dan capaian Renstra Gambar 3.9 Pelatihan Pemanfaatan Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat yang berpotensi Paten di Malang dan Semarang Gambar 3.10 Pelatihan Sentra Kekayaan Intelektual di Yogyakarta Gambar 3.11 Hasil Kegiatan Insinas Gambar 3.12 Pengukuran Panjang badan baduta (bayi dibawah dua tahun) menggunakan alat P2B2D versi Gambar 3.13 Jumlah Prototipe Industri TRL 7 ( ) Gambar 3.14 Kurva S pembiayaan riset dan pengembangan Gambar 3.15 Hasil Insentif Pengembangan Teknologi Industri Gambar 3.16 dashboard Monev RIRN Gambar 3.17 laman GARUDA (Garba Rujukan Digital) Gambar 3.18 Hasil Kajian Technology Foresight bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi Gambar 3.19 Hasil Kajian Technology Foresight bidang Teknologi Kesehatan dan Obat Gambar 3.20 Buku Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) Tahun Gambar 3.21 Direktur Sistem Riset dan Pengembangan dalam rangka Sosialisasi Implementasi RIRN di Indonesia, Depok, 12 September Gambar 3.22 Portal Simlitabmas Gambar 3.23 Portal Arjuna Gambar 3.24 Jaringan Penulis dan Peneliti Gambar 3.25 Portal SINTA Gambar 3.26 Sidang TKPIPA. Peneliti Asing mempresetasikan proposal penelitiannya dihadapan sidang Tim Koordinasi, Pengawasan, Saksi Pelaksanaan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan oleh Perguruan Tinggi Asing, Badan Usaha, Dan Orang Asing (TKPIPA) viii

9 Gambar 3.27 Kondisi base camp penelitian di Pos 2 (kiri atas) dan Pos Gambar 3.28 Jumlah publikasi internasional dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman sejak tahun 1995 Desember Sejak bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2017 telah dihasilkan sebanyak 49 publikasi internasional Gambar 3.29 Jumlah publikasi internasional pada masing-masing bidang penelitian unggulan sampai dengan bulan Desember 2017 yang dilakukan oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Gambar 3.30 Peta Laboratorium LBM EIJKMAN Gambar 3.31 Fasilitas Ruang Laboratorium Pusat Genom Nasional LBM Eijkman Gambar 3.32 Rapor Kinerja Ditjen Penguatan Risbang Gambar 3.33 Target dan Realisasi Penyerapan Anggaran Ditjen Penguatan Risbang ix

10 DAFTAR TABEL Tabel 1 Indikator Kinerja Utama Dirjen Risbang Tahun iv Tabel 2.Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Ditjen Penguatan Risbang... v Tabel 2.1 Matriks Rencana Strategis Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Tabel 2.2. Matriks Kegiatan, Sasaran Kegiatan (Output), dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) di lingkungan Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Tabel 2.3 Indikator Kinerja Sasaran (IKS) Tabel 2.4 Penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU) Tabel 2.5 Ikhtisar Program dan Kegiatan Tahun 2017 Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Tabel 2.6 Penetapan Kinerja Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Tahun Tabel 2.7. Penetapan Indikator Kinerja Utama Tahun Tabel 3.1 Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun Tabel 3.2. Jumlah Publikasi Internasional Tabel 3.3. Publikasi Internasional Negara Asean Tabel 3.4. Program/Kegiatan Dalam Rangka Publikasi Internasional Tabel 3.5. IKU KI yang Didaftarkan Tabel 3.6. Jumlah Kumulatif Indikator Kinerja Jumlah KI yang didaftarkan Tabel 3.7 Jumlah Paten Indonesia dibandingkan Negara Lain Tabel 3.8. Tingkat Kesiapterapan Teknologi (TRL, Technology Readiness Level) Tabel 3.9 Capaian Indikator Kinerja Jumlah Prototipe R&D (TRL sd 6) Tabel Capaian Kegiatan InSINas (Data ) Tabel 3.11 Capaian Hasil Penelitian Perguruan Tinggi (Data ) Tabel 3.12 Jumlah Prototipe Laik Industri (TRL 7) Tabel 3.13 Hasil Capaian Jumlah Prototipe Laik Industri TRL Tabel 3.14 Target dan Capaian Kinerja Sekretariat Ditjen Penguatan Risbang Tabel 3.15 Rekapitulasi Peserta Pelatihan Reviewer Tahun Tabel 3.16 Realisasi Daya Serap (Fungsi Pendidikan) Tabel 3.17 Realisasi Daya Serap (Fungsi Layanan Umum) x

11 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Maksud dari penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan adalah sebagai pertanggung jawaban kepada masyarakat mengenai pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta pengelolaan sumber daya, pelaksanaan kebijakan dan program yang telah dilakukan sepanjang tahun 2017, sebagaimana yang diwajibkan dalam Undang-Undang Nomor 28 pasal 3 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Bersih dan Bebas dari Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN), Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi PemerintahPeraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 13 Tahun Selain itu Laporan akuntabilitas kinerja Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan dapat digunakan sebagai sarana evaluasi untuk menyusun dan melaksanakan program dan kegiatan pada tahun mendatang, dengan tujuan untuk mengukur kinerja dan pencapaian sasaran kegiatan pada Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Tahun Tugas dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi No. 15 tahun 2016, tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, pada Pasal 339 menyebutkan, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristekdikti mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan, koordinasi, dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang penguatan riset dan pengembangan. Untuk melaksanakan tugas tersebut di atas, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan menyelenggarakan fungsi: 1. Perumusan, koordinasi, dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang penguatan riset dan pengembangan; 2. Perumusan dan koordinasi kebijakan serta fasilitasi pengelolaan aset kekayaan intelektual; 3. Penyiapan pemberian ijin tertulis kegiatan penelitian dan pengembangan oleh perguruan tinggi asing, lembaga penelitian dan pengembangan asing, badan usaha asing, dan orang asing di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; 4. Penyiapan pemberian ijin tertulis kegiatan penelitian dan pengembangan terapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berisiko tinggi dan berbahaya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penguatan riset dan pengembangan; 1

12 6. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan; dan 7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri. 1.3 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan terdiri dari satu jabatan struktural eselon I, lima jabatan struktural eselon II, sembilan belas jabatan struktural eselon III, dan empat puluh jabatan struktural eselon IV. Struktur organisasi Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan ditunjukkan pada Gambar 1.1 Gambar 1.1 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan 2

13 1.4 Sumber Daya Manusia (SDM) Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan didukung oleh SDM sebanyak 156 pegawai, dengan komposisi pendidikan sebagaimana gambar 1.2 Gambar 1.2 Komposisi Sumber Daya Manusia Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Tahun 2017 Keterangan : SDRP : Sekretariat Direktorat Jenderal Penguatan Risbang DSRP : Direktorat Sistem Riset dan Pengembangan DRPM : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat DPTI : Direktorat Pengembangan Teknologi Industri DPKI : DIrektorat Pengelolaan Kekayaan Intelektual 3

14 1.5 Sistematika Penyajian Laporan akuntabilitas kinerja Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan tahun 2017 disusun dengan kerangka sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari Latar belakang, Tugas dan Fungsi, Struktur Organisasi, Sumber Daya Manusia, Anggaran dari Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Bab ini berisi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional , rencana strategis, arah kebijakan dan strategis, dan penetapan kinerja Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Bab III menjabarkan tentang pengukuran kinerja, perbaikan sistem akuntabilitas kinerja dan analisis capaian indikator kinerja utama. Analisis capaian kinerja utama berisi hasil kegiatan yang dilaksanakan oleh masing-masing Direktorat. BAB IV PENUTUP Bagian penutup berisi kesimpulan dari laporan 4

15 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Di dalam RPJMN persoalan peningkatan akses, kualitas, dan relevansi pendidikan tinggi menjadi fokus penting. Pendidikan tinggi berperan penting dalam upaya mencapai kemajuan, meningkatkan daya saing, dan membangun keunggulan bangsa, melalui pengembangan ilmu pengetahuan, penemuan ilmiah, dan inovasi teknologi. Pendidikan tinggi mempunyai kaitan erat dengan kemajuan ekonomi karena dapat melahirkan SDM berkualitas yang memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi. Untuk itu, layanan pendidikan tinggi yang berkualitas harus dapat diakses oleh seluruh penduduk usia produktif, agar mereka mampu menjadi kekuatan penggerak pertumbuhan ekonomi. Perguruan Tinggi Indonesia juga belum mampu berkompetisi dengan Perguruan Tinggi negara lain bahkan masih tertinggal dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara sekalipun. Sejumlah lembaga internasional secara berkala melakukan survei untuk menyusun peringkat universitas terbaik dunia dan menempatkan universitas-universitas Indonesia, bahkan yang berstatus paling baik di Indonesia sekalipun berada pada posisi yang masih rendah. Pembangunan iptek pada RPJMN diarahkan terutama untuk mendukung agenda prioritas Nawa Cita ke-6, yaitu "Meningkatkan Produktivitas Rakyat dan Daya Saing di Pasar Internasional". Agenda ini diuraikan menjadi 10 sub-agenda prioritas yang salah satu di antaranya adalah "Meningkatkan Kapasitas Inovasi dan Teknologi". Dalam penyusunan Prioritas Riset Nasional digunakan pendekatan top-down dan botom-up dengan memeriksa dokumen negara yang relevan dalam proses pembangunan dan mempertimbangkan aspek riset di dalamnya, yakni (1) RPJPN , (2) RPJMN , (3) Buku Putih Iptek, (4) ARN , (5) Riset iptek sektoral dan akademik, (6) RIPIN , (7) Nawa Cita, dan (8) Dokumen-dokumen rencana dan capaian lembaga penelitian dan pengembangan. Dengan mengacu pada dokumen-dokumen ini, dilakukan pemilihan tema/topik riset yang didapatkan secara topdown maupun yang bersifat botom-up, kemudian dijabarkan justifikasi dan target yang 5

16 diklasifikan dalam 10 Bidang Fokus. Bidang Fokus ini sesuai dengan 7 fokus di Agenda Riset Nasional ditambah dengan 3 fokus baru sebagai berikut: 1. Pangan Mengembangkan teknologi untuk meningkatkan produktivitas pertanian dalam rangka mendukung terwujudnya kemandirian pangan, meliputi: perluasan lahan produksi, pengembangan bibit unggul khususnya untuk lahan suboptimal, peningkatan produktivitas dan pengurangan kehilangan hasil panen, pengembangan teknologi perikanan, pengembangan teknologi industri pangan skala kecil, dan peningkatan kualitas gizi dan keanekaragaman pangan guna mencapai kondisi swasembada dan ketahanan pangan yang berkelanjutan. 2. Penciptaan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan Mengembangkan teknologi energi yang meliputi teknologi eksplorasi, eksploitasi, dan produksi energi untuk mendukung terpenuhinya kebutuhan energi nasional dan konservasi energi sesuai dengan Kebijakan Energi Nasional yang bersumber pada panas bumi, angin, surya, nuklir, energi hidro, energi laut, fuell cell, biofuel, biomassa dan biogas, batubara, hidrogen, dan coal bed methane. Pengembangan teknologi energi ini juga dumaksudkan memberikan dukungan teknologi bagi pengembangan industri energi skala kecil dan upaya pemberdayaan masyarakat. 3. Pengembangan Teknologi dan Manajemen Transportasi Mengembangkan teknologi dan manajemen transportasi nasional untuk mendukung klaster industri transportasi dan memecahkan persoalan transportasi nasional. Pengembangan teknologi dan manajemen transportasi tersebut difokuskan pada teknologi sarana dan prasarana transportasi, teknologi dan manajemen transportasi perkotaan, teknologi dan manajemen transportasi barang / logistik, dan teknologi dan manajemen transportasi antar / multimoda yang hemat energi dan ramah lingkungan, serta teknologi dan manajemen untuk meningkatkan keamanan dan keselamatan transportasi. 4. Teknologi Informasi dan Komunikasi Mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengurangi kesenjangan informasi, mengurangi pembajakan kekayaan intelektual, dan mengurangi belanja teknologi impor, yang meliputi: telekomunikasi berbasis Internet Protocol (IP), penyiaran multimedia berbasis digital, aplikasi perangkat lunak 6

17 berbasis open source, telekomunikasi murah untuk desa terpencil, teknologi digital untuk industri kreatif, dan infrastruktur informasi. 5. Pengembangan Teknologi Pertahanan dan Keamanan Mengembangkan teknologi untuk memperoleh kemandirian industri pertahanan dan keamanan nasional dalam menghasilkan produk sarana pertahanan dan perbekalan untuk mendukung operasi taktis dan strategis kelas ringan, sedang, menengah, dan kelas berat untuk mengurangi belanja teknologi impor. Produk yang dimaksud meliputi peralatan pendukung daya gempur, peralatan pendukung daya gerak, peralatan pendukung Komando; Kendal; Komunikasi; Komputer; Informasi; Pengamatan dan Pengintaian (K4IPP), peralatan pendukung sarana pertahanan, peralatan pendukung Polri, dan perlengkapan khusus. Peningkatan kualitas dan tingkat teknologi industri pertahanan, dapat dilakukan melalui joint production dengan industri militer negara-negara lain serta bentuk kerjasama yang lain. 6. Pengembangan Teknologi Kesehatan dan Obat Mengembangkan Iptek kesehatan dan obat khususnya obat alami untuk mendukung klaster industri kesehatan dan industri farmasi nasional, yang meliputi: Iptek untuk mendukung kesejahteraan masyarakat dan teknologi sarana kesehatan dan obat. Disamping itu, mencari teknologi terkini untuk memerangi penyakitpenyakit menular seperti H5N1, H1N1 dan virus-virus berbahaya lainnya. Hal ini penting karena virus-virus tersebut akan terus bermutasi dan mengancam kehidupan umat manusia. 7. Material Maju Melakukan riset dan pengembangan di bidang teknologi material maju guna mendukung pembangunan industri di dalam negeri yang sangat bermanfaat antara lain dalam: (i) meningkatkan nilai tambah dan daya saing sumberdaya alam Indonesia, (ii) mengurangi ketergantungan produk impor, (iii) meningkatkan kandungan lokal, (iv) membuka lapangan kerja, dan (v) meningkatkan pemasukan pajak. Bahan material maju yang diharapkan dapat dikuasai pembuatannya oleh industri dalam negeri antara lain adalah material maju logam tanah jarang, material untuk energy storage (baterai), material fungsional dan material nano, material katalis, dan bahan baku untuk industri besi dan baja. Riset material maju ditujukan untuk menguasai material strategis pendukung produk-produk teknologi, yang antara lain 7

18 difokuskan pada: (i) tanah jarang, (ii) bahan magnet permanen, (iii) material baterai padat, dan (iv) material berbasis silikon. 8. Kemaritiman Melakukan riset dan pengembangan dibidang teknologi kemaritiman untuk mendukung: (i) pengembangan infrastruktur kemaritiman, dengan tema dan topik riset komunikasi navigasi, security, supervisi, dan kontrol (radar, sonar, sistem manajemen pelayaran), (ii) pengembangan industri perkapalan dan kepelabuhan, dengan topik riset pengembangan armada kapal kecil dan peningkatan sistem dan teknologi kepelabuhan, dan (iii) pemanfaatan dan pengamanan sumberdaya kemaritiman, dengan topik riset kelestarian sumber daya laut, kualitas hasil laut hasil panen dan diversifikasi produk hasil laut. 9. Bidang Manajemen Penanggulangan Kebencanaan Melakukan riset dan pengembangan dibidang teknologi untuk mengantisipasi perubahan iklim dan penanggulagan kebencanaan dengan tema/topik riset : (1) Teknologi dan Manajemen Bencana Geologi: (a) Mitigasi pengurangan resiko bencana, (b) Pengcegahan dan kesiapsiagaan, (c) Tanggapan darurat, (d) Rehabilitasi dan rekonstruksi, (e) Regulasi dan budaya sadar bencana; (2) Teknologi dan Manajemen Bencana Hidrometeorologi: (a) Mitigasi pengurangan resiko bencana, (b) Pencegahan dan kesiapsiagaan, (c) Tanggapan darurat, (d) Rehabilitasi dan rekonstruksi, (e) Regulasi dan budaya sadar bencana; (3) Teknologi dan Manajemen Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan: (a) Mitigasi pengurangan resiko bencana, (b) Pencegahan dan kesiapsiagaan, (c) Tanggapan darurat, (d) Rehabilitasi dan rekonstruksi, (e) Regulasi dan budaya sadar bencana; (4) Teknologi dan Manajemen Lingkungan : (a) Kajian pemetaan kesehatan lingkungan, (b) Rehabilitasi ekosistem, (c) Eksplorasi ramah lingkungan, (d) Regulasi dan budaya. 10. Sosial Humaniora - Seni Budaya - Pendidikan Melakukan riset dan pengembangan di bidang sosial humaniora- seni budayapendidikan untuk membangun jati diri bangsa dengan tema/topik riset : (1) Kajian Pembangunan Sosial Budaya: (a) Kearifan lokal, (b) Indigenous studies, (c) Global village; (2) Kajian Sustainable Mobility: (a) Urban planning & transportation; (3) Kajian Penguatan Modal Sosial : (a) Reforma agrarian, (b) Pengentasan kemiskinan dan kemandirian pangan, (c) Rekayasa sosial dan pengembangan 8

19 pedesaan; (3) Kajian Ekonomi dan Sumber Daya Manusia: (a) Kewirausahaan, koperasi, dan UMKM, (b) Pendidikan berkarakter dan berdaya saing, (c) Senibudaya pendukung pariwisata. 2.2 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan a. Visi Guna menyelenggarakan tugas dan fungsi yang telah ditetapkan, maka Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan menetapkan visi sebagai berikut: Meningkatnya relevansi dan produktivitas riset dan pengembangan iptek untuk daya saing bangsa b. Misi Dari visi tersebut di atas kemudian dijabarkan dalam bentuk misi, yaitu: 1. Menghasilkan kebijakan riset dan pengembangan iptek yang relevan antara penghasil dan pengguna; dan 2. Meningkatkan produktivitas riset dan pengembangan iptek untuk meningkatkan daya saing. c. Tujuan Dalam Rencana Strategis Tahun , Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan telah menetapkan beberapa tujuan yang ingin dicapai. Tujuan-tujuan tersebut didasarkan pada identifikasi faktor-faktor penentu keberhasilan dan tujuan yang ingin dicapai secara kelembagaan. Tujuan-tujuan yang ditetapkan adalah: 1. Meningkatnya relevansi kebijakan riset dan pengembangan iptek; dan 2. Meningkatnya produktivitas riset dan pengembangan Iptek. d. Program dan Sasaran Pada periode , telah ditetapkan program Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan adalah Penguatan Riset dan Pengembangan. Untuk mengukur pencapaian kinerja di lingkup Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, ditetapkan sejumlah sasaran strategis yang menggambarkan kondisi yang harus dicapai 9

20 pada tahun 2019, seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 2.1 Sasaran strategis Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan untuk tiap tujuan tersebut di atas adalah: 1. Meningkatnya dukungan manajemen untuk program riset dan pengembangan iptek; 2. Meningkatnya relevansi kebijakan riset dan pengembangan iptek; 3. Meningkatnya produktivitas riset pendidikan tinggi, litbang dan pengabdian masyarakat; 4. Meningkatnya kesiapan teknologi laik industri; 5. Meningkatnya produktivitas kekayaan intelektual; 6. Meningkatnya litbang iptek unggulan di bidang kesehatan dan obat; 10

21 Tabel 2.1 Matriks Rencana Strategis Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan VISI MISI TUJUAN Meningkatnya relevansi dan produktivitas riset dan pengembangan iptek untuk daya saing bangsa 1. Menghasilkan kebijakan riset dan pengembangan iptek yang relevan antara penghasil dan pengguna 2. Meningkatkan produktivitas riset dan pengembangan iptek untuk meningkatkan daya saing 1) Meningkat nya relevansi kebijakan riset dan pengembangan iptek 2. Meningkatnya produktivitas riset dan pengembangan iptek INDIKATOR KINERJA TUJUAN (IKT) 1. Jumlah Kebijakan untuk peningkatan relevansi kebijakan riset dan pengembangan Iptek 2) Jumlah publikasi internasional; jumlah paten yang didaftarkan; jumlah prototipe R&D (TRL s.d 6); jumlah prototipe laik industri (TRL 7) SASARAN STRATEGIS (SS) 1. Meningkatnya dukungan manajemen untuk program riset dan pengembangan iptek 2. Meningkatnya relevansi kebijkakan riset dan pengembangan iptek 3. Meningkatnya produktivitas riset pendidikan tinggi, litbang dan pengabdian masyarakat 4. Meningkatnya kesiapan teknologi laik industri INDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGIS (IKSS) / INDIKATOR KINERJA PROGRAM (IKP) Jumlah layanan dukungan program penguatan riset dan pengembangan Jumlah Kebijakan riset dan pengembangan iptek Jumlah prototipe R&D (TRL s.d. 6) Jumlah prototipe laik Industri (TRL 7) TARGET IKS Meningkatnya produktivitas kekayaan intelektual Jumlah KI yang di daftarkan

22 VISI MISI TUJUAN INDIKATOR KINERJA TUJUAN (IKT) SASARAN STRATEGIS (SS) INDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGIS (IKSS) / INDIKATOR KINERJA PROGRAM (IKP) Jumlah publikasi internasional TARGET IKS Meningkatnya Litbang Iptek unggulan di bidang kesehatan dan obat Hasil penelitian unggulan bidang kesehatan dan obat Untuk mencapai Sasaran Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan sebagaimana tertuang pada Tabel 2.1, ditetapkan Kegiatan, Sasaran Kegiatan (Output), dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) sebagai mana pada Tabel 2.2. berikut 12

23 Tabel 2.2. Matriks Kegiatan, Sasaran Kegiatan (Output), dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) di lingkungan Direktorat Jenderal VISI MISI TUJUAN Meningkatnya relevansi dan produktivitas riet dan pengembanga n iptek untuk daya saing bangsa 1. Menghasilka n kebijakan riset dan pengembang an iptek yang relevan antara penghasil dan pengguna 1) Meningkat nya relevansi kebijakan riset dan pengemban gan iptek INDIKATOR KINERJA TUJUAN (IKT) 1. Jumlah Kebijakan untuk peningkat an relevansi kebijakan riset dan pengemba ngan Iptek Penguatan Riset dan Pengembangan SASARAN STRATEGIS (SS) 1. Meningkat nya dukungan manajeme n untuk program riset dan pengemba ngan iptek INDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGIS (IKSS) / INDIKATOR KINERJA PROGRAM (IKP) Dukungan Manajemen untuk Program Penguatan Riset dan Pengemban gan SASARAN KEGIATAN Layanan Dukungan Manajemen Eselon I INDIKATOR KINERJA KEGIATAN Jumlah dokumen perencanaan program dan anggaran Jumlah dokumen laporan keuangan dan perbendahar aan Jumlah dokumen LAKIP/LAKIN Jumlah dokumen pemantauan dan evaluasi Jumlah dokumen hukum Jumlah dokumen kerjasama TARGET IKK Jumlah dokumen layanan informasi

24 VISI MISI TUJUAN INDIKATOR KINERJA TUJUAN (IKT) SASARAN STRATEGIS (SS) INDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGIS (IKSS) / INDIKATOR KINERJA PROGRAM (IKP) SASARAN KEGIATAN Layanan Internal (overhead) Layanan perkantoran INDIKATOR KINERJA KEGIATAN Jumlah dokumen kepegawaian Jumlah dokumen rumah tangga Jumlah dokumen Barang Milik Negara Jumlah layanan tata usaha pimpinan Jumlah perangkat pengolah data dan evaluasi Jumlah kendaraan Gaji dan tunjangan Penyelenggar aan operasional dan pemeliharaan perkantoran TARGET IKK

25 VISI MISI TUJUAN INDIKATOR KINERJA TUJUAN (IKT) SASARAN STRATEGIS (SS) 2. Meningkat nya relevansi kebijakan riset dan pengemba mbangan iptek INDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGIS (IKSS) / INDIKATOR KINERJA PROGRAM (IKP) Jumlah pengemban gan sitem riset dan pengemban gan (Risbang) SASARAN KEGIATAN Sistem Informasi Riset dan Pengembang an Iptek Technology Foresight Rekomendasi Kemitraan Riset dan Pengembang an INDIKATOR KINERJA KEGIATAN Jumlah rekomendasi kebijakan sistem informasi rsiet dan pengembang an iptek Jumlah Technology Foresight Jumlah rekomendasi kemitraan riset dan pengembang an Jumlah fasilitas kemitraan riset dan pengembang an TARGET IKK

26 VISI MISI TUJUAN 2. Meningkatkan produktivitas riset dan pengembanga n iptek untuk meningkatkan daya saing 2. Meningkatnya produktivitas riset dan pengembanga n iptek INDIKATOR KINERJA TUJUAN (IKT) 2) Jumlah publikasi internasion al; jumlah paten yang didaftarka n; jumlah prototipe R&D (TRL s.d 6); jumlah prototipe laik industri (TRL 7) SASARAN STRATEGIS (SS) 3. Meningkatnya produktivitas riset pendidikan tinggi, litbang dan pengabdian masyarakat INDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGIS (IKSS) / INDIKATOR KINERJA PROGRAM (IKP) Jumlah riset litbang dan pengabdian masyarakat SASARAN KEGIATAN Rekomendasi Kebijakan Implementasi RIRN dan Prioritas Riset Nasional Sistem Aplikasi Risbang Iptek dan Pendidikan Tinggi Pengembang an Iptek Hasil Penelitian untuk Pengabdian Masyarakat Prototipe teknologi untuk masyarakat Hasil penelitian dosen di perguruan tinggi (BOPTN) PTN Non Badan Hukum (BH) INDIKATOR KINERJA KEGIATAN Jumlah Rekomendasi kebijakan implementasi RIRN dan Prioritas Riset Nasional Jumlah Pengembang an sistem informasi SIMLITABMA S Jumlah hasil penelitian Jumlah prototipe teknologi untuk masyarakat Jumlah Hasil penelitian dosen di perguruan tinggi TARGET IKK

27 VISI MISI TUJUAN INDIKATOR KINERJA TUJUAN (IKT) SASARAN STRATEGIS (SS) 4. Meningkatnya kesiapan teknologi laik industri INDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGIS (IKSS) / INDIKATOR KINERJA PROGRAM (IKP) Jumlah riset pendidikan tinggi dan pengabdian masyarakat Jumlah prototipe Industri (TRL 7) SASARAN KEGIATAN Bantuan Pendanaan Penelitian di PTN Badan Hukum (PTN BH) Hasil pengabdian dosen kepada masyarakat (BOPTN) PTN BH Hasil Pengabdian Dosen kepada Masyarakat (BOPTN) PTN Non Badan Hukum Prototipe hasil pengembang an teknologi di industri INDIKATOR KINERJA KEGIATAN Jumlah PTN Badan Hukum menerima bantuan pendaan penelitian Jumlah hasil pengabdian kepada masyarakat Jumlah hasil pengadian kepada masyarakat Jumlah prototype yang laik industri bidang energi dan transportasi TARGET IKK

28 VISI MISI TUJUAN INDIKATOR KINERJA TUJUAN (IKT) SASARAN STRATEGIS (SS) 5. Meningkatnya produktivitas kekayaan intelektual INDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGIS (IKSS) / INDIKATOR KINERJA PROGRAM (IKP) Jumlah pengelolaan kekayaan intelektual dan perijinan penelitian SASARAN KEGIATAN Hasil penelitian untuk pengabdian masyarakat Rekomendasi kebijakan dibidang Valuasi dan Fasilitasi Kekayaan Intelektual INDIKATOR KINERJA KEGIATAN Jumlah prototype yang laik industri bidang pangan, kesehatan, dan obat Jumlah prototype yang laik industri bidang Hankam dan TIK Jumlah prototype yang laik industri bidang bahan baku dan material maju Jumlah hasil penelitian (INSINAS) Jumlah rekomendasi kebijakan dibidang valuasi dan fasilitasi kekayaan intelektual TARGET IKK

29 VISI MISI TUJUAN INDIKATOR KINERJA TUJUAN (IKT) SASARAN STRATEGIS (SS) INDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGIS (IKSS) / INDIKATOR KINERJA PROGRAM (IKP) SASARAN KEGIATAN Sentra Kekayaan Intelektual (KI) yang dibina dan diperkuat Kekayaan Intelektual untuk didanai dan didaftarkan Rekomendasi kebijakan dibidang perijinan penelitian asing dan beresiko tinggi dan berbahaya Mitra Pendamping Peneliti asing yang difasilitasi Aplikasi Riset peneliti asing yang diproses INDIKATOR KINERJA KEGIATAN Jumlah Sentra KI yang dibina dan diperkuat Jumlah pelatihan TOT Jumlah non paten yang didaftarkan Jumlah paten yang dihasilkan Jumlah rekomendasi kebijakan dibidang perijinan penelitian asing dan beresiko tinggi dan berbahaya Jumlah mitra pendamping peneliti asing yang difasilitasi Jumlah aplikasi riset peneliti asing TARGET IKK

30 VISI MISI TUJUAN INDIKATOR KINERJA TUJUAN (IKT) SASARAN STRATEGIS (SS) INDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGIS (IKSS) / INDIKATOR KINERJA PROGRAM (IKP) SASARAN KEGIATAN Teknologi yang divaluasi Rekomendasi kebijakan dibidang fasilitasi jurnal ilmiah INDIKATOR KINERJA KEGIATAN Jumlah teknologi yang divaluasi Jumlah rekomendasi kebijakan dibidang fasilitasi jurnal ilmiah TARGET IKK Jurnal ilmiah yang ditingkatkan mutunya Fasilitasi Akses Basis Data Jurnal Ilmiah Internasional Jumlah jurnal ilmiah nasional yang difasilitasi untuk diakreditasi Jumlah jurnal ilmiah nasional yang difasilitasi menjadi bereputasi internasional Jumlah basis data jurnal ilmiah internasional (non perguruan tinggi)

31 VISI MISI TUJUAN INDIKATOR KINERJA TUJUAN (IKT) SASARAN STRATEGIS (SS) INDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGIS (IKSS) / INDIKATOR KINERJA PROGRAM (IKP) SASARAN KEGIATAN Rekomendasi kebijakan dibidang fasilitasi publikasi ilmiah Artikel ilmiah yang ditingkatkan mutunya INDIKATOR KINERJA KEGIATAN Jumlah rekomendasi kebijakan dibidang fasilitasi publikasi ilmiah Jumlah artikel ilmiah yang ditingkatkan mutunya untuk dipublikasika n pada jurnal ilmiah nasional terakreditasi Jumlah artikel ilmiah yang ditingkatkan mutunya untuk dipublikasika n pada jurnal ilmiah internasional bereputasi TARGET IKK

32 VISI MISI TUJUAN INDIKATOR KINERJA TUJUAN (IKT) SASARAN STRATEGIS (SS) INDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGIS (IKSS) / INDIKATOR KINERJA PROGRAM (IKP) Pengelolaan Kekayaan Intelektual Perguruan Tinggi SASARAN KEGIATAN Kekayaan intelektual yang didaftarkan dari Hasil Litbang Perguruan Tinggi Jurnal ilmiah perguruan tinggi difasilitasi untuk diakreditasi yang Fasilitasi akses basis data jurnal Ilmiah Internasional INDIKATOR KINERJA KEGIATAN Jumlah kekayaan intelektual yang didaftar dari hasil Litbang perguruan tinggi Jumlah jurnal ilmiah Nasional dari perguruan tinggi yang difasilitasi untuk diakreditasi Jumlah jurnal ilmiah Nasional dari perguruan tinggi yang difasilitasi menjadi bereputasi internasional Jumlah basis data jurnal ilmiah internasional untuk perguruan tinggi TARGET IKK

33 VISI MISI TUJUAN INDIKATOR KINERJA TUJUAN (IKT) SASARAN STRATEGIS (SS) 6. Meningkatnya Litbang Iptek unggulan di bidang kesehatan dan obat INDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGIS (IKSS) / INDIKATOR KINERJA PROGRAM (IKP) Hasil penelitian unggulan bidang kesehatan dan obat SASARAN KEGIATAN Artikel ilmiah dari perguruan tinggi yang difasilitasi untuk dipublikasikan Paket penelitian di bidang kesehatan dan obat Layanan internal Layanan perkantoran INDIKATOR KINERJA KEGIATAN Jumlah artikel ilmiah dari perguruan tinggi yang difasilitasi untuk dipublikasika n pada jurnal ilmiah nasional terakreditasi Jumlah artikel ilmiah dari perguruan tinggi yang difasilitasi untuk dipublikasika n pada jurnal ilmiah internasional bereputasi Jumlah paket penelitian di bidang kesehatan dan obat Jumlah layanan internal Jumlah layanan perkantoran TARGET IKK

34 Dengan mengacu kepada matriks tabel 2.2 telah disusun sebanyak 57 (lima puluh tujuh) Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) dan diuraikan kedalam Indikator Kinerja Sasaran (IKS) pada tabel 2.3 sesuai sumber pendanaan yang berasal dari 2 (dua) fungsi yaitu layanan pendidikan dan layanan umum. Tabel 2.3 Indikator Kinerja Sasaran (IKS) (Layanan Pendidikan) NO PROGRAM/KEGIATAN TARGET SASARAN PENANGGUNG JAWAB Dokumen Perencanaan Program dan Anggaran Dokumen LAKIP/LAKIN 1 Dokumen 1 Dokumen Sekretariat Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan 3. Dokumen Pemantauan dan Evaluasi 1 Dokumen (12 layanan) (Sesditjen) 4. Dokumen Laporan Keuangan dan Perbendaharaan 1 Dokumen (12 layanan) 5. Dokumen Hukum, Kerjasama, dan Layanan Informasi 1 Dokumen (12 layanan) 6. Dokumen Umum, Kepegawaian, dan Rumah Tangga 1 Dokumen (12 layanan) 7. Layanan Internal (overhead) 12 layanan 8. Layanan Perkantoran 12 bulan Hasil Penelitian Dosen di Perguruan Tinggi (BOPTN) PTN BH Hasil Pengabdian Dosen Kepada 11 Perguruan Tinggi judul Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) Masyarakat (BOPTN) PTN Non BH 11. Penelitian laporan HKI yang Didaftarkan dari Hasil Litbang Perguruan Tinggi Karya Ilmiah Perguruan Tinggi yang Difasilitasi Untuk Dipublikasikan 250 Paten 700 publikasi Direktorat Pengelolaan Kekayaan Intelektual (DPKI) (Layanan Umum) NO PROGRAM/KEGIATAN TARGET SASARAN PENANGGUNG JAWAB Sistem Informasi Riset dan Pengembangan Iptek Technology Foresight 1 Rekomendasi 1 Rekomendasi Direktorat Sistem Riset dan Pengembangan (DSRP) 3. Program Kemitraan Risbang 1 Rekomendasi 4. Implementasi RIRN dan ARN 1 Rekomendasi 5. Pengembangan Aplikasi Sistem Risbang 3 Aplikasi 6. Prototipe Teknologi untuk Masyarakat 40 Prototipe DRPM Hasil Penelitian Pengembangan Teknologi Industri Hasil Penelitian untuk Pengabdian Masyarakat (INSINas) 69 laporan 250 Judul Direktorat Pengembangan Teknologi Industri (DPTI) 24

35 NO PROGRAM/KEGIATAN TARGET SASARAN PENANGGUNG JAWAB 9. Sentra HKI yang Dibina dan Diperkuat 20 Sentra KI DPKI 10. HKI untuk Didanai dan Didaftarkan 40 Paten 11. Ijin Penelitian yang Diproses 650 Aplikasi 12. Teknologi yang Divaluasi 15 Teknologi 13. Penulisan Artikel dan Jurnal yang ditingkatkan mutunya 200 Artikel Rumusan IKS yang telah ditetapkan diharapkan dapat memberikan gambaran kepada berbagai pihak yang berkepentingan untuk melihat hasil-hasil yang telah dan akan dicapai oleh Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan kedepan. Agar selalu dapat selaras dengan IKU Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, maka berdasarkan kepada IKS telah dilakukan penyesuaian IKU Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan seperti yang diuraikan pada (Tabel 2.4). IKU Ditjen Penguatan Risbang tidak ada perubahan melakukan penyesuaian definisi terkait dengan Keputusan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kepmen Ristekdikti) Nomor 255/M/KPT/2017 tentang Indikator Kinerja Utama Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Tahun Tabel 2.4 Penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU) 2017 No Indikator Kinerja Utama Definisi/Formula/Dokumen Sumber 1. Jumlah Publikasi Internasional Definisi: Publikasi Internasional adalah hasil penelitian yang dimuat dalam Jurnal Ilmiah Internasional atau prosiding yang memiliki International Standard Serial Number (ISSN) dan/atau buku yang telah diterbitkan oleh Perguruan Tinggi atau penerbit lainnya dan memiliki International Standard Book Number (ISBN). Formula: 1. Undang Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi; 2. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 20 Tahun 2017 tentang Pemberian Tunjangan Profesi Dosen dan Tunjangan Kehormatan Profesor. Jurnal Internasional adalah jurnal yang memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Karya ilmiah yang diterbitkan ditulis dengan memenuhi kaidah ilmiah dan etika keilmuan; b. memiliki ISSN; 25

36 No Indikator Kinerja Utama Definisi/Formula/Dokumen Sumber c. ditulis dengan menggunakan bahasa resmi PBB (Arab, Inggris, Perancis, Rusia, Spanyol, dan Tiongkok); d. memiliki terbitan versi daring (online); e. Dewan Redaksi (Editorial Board) adalah pakar dibidangnya paling sedikit berasal dari 4 (empat) Negara; f. Artikel Ilmiah yang diterbitkan dalam 1 (satu) nomor terbitan paling sedikit penulisnya berasal dari 2 (dua) Negara; dan g. Terindeks oleh database Internasional: Web of Sciences, Scopus, Microsoft Academic Search. Dokumen Sumber: Web of Science, Scopus, Microsoft Academic Search, Google Scolar, Sinta. 2. Jumlah Kekayaan Intelektual yang didaftarkan Definisi: Pendaftaran atas kekayaan intelektual yang merupakan hak yang timbul dari kemampuan berfikir atau olah piker yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia yang terdiri atas paten, hak cipta, merek, varietas tanaman, rahasia dagang, desain industri, dan desain tata letak sirkuit terpadu serta indikasi geografis. Formula: a. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta; b. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten; c. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek; d. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Varietas Tanaman; e. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang; f. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri; dan g. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu 3. Jumlah Prototipe Penelitian dan Pengembangan (Research and Development/R & D) Dokumen Sumber: Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Definisi: Bentuk awal (contoh) atau standar ukuran dari sebuah riset dasar (tingkat kesiapterapan teknologi 1 sampai dengan 3) atau riset terapan (tingkat kesiapterapan teknologi 4 sampai dengan 6). 26

37 No Indikator Kinerja Utama Definisi/Formula/Dokumen Sumber Formula: Kriteria tingkat kesiapterapan teknologi mengacu pada Peraturan Menteri, Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 42 Tahun 2016 tentang Pengukuran dan Penetapan Tingkat Kesiapterapan Teknologi. Dokumen Sumber: Sistem Informasi Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Aplikasi Pengukuran Tingkat Kesiapterapan Teknologi, INSINAS, Program Pengembangan Teknologi Industri (PPTI), dan sumber lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan. 4. Jumlah prototipe Industri Definisi: Bentuk prototype yang merupakan hasil pengembangan teknologi yang telah lulus uji pada sistem lingkungan sebenarnya (tingkat kesiapterapan teknologi 7). Formula: Kriteria tingkat kesiapterapan teknologi mengacu pada Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 42 Tahun 2016 tentang Pengukuran dan Penerapan Tingkat Kesiapterapan Teknologi. Dokumen Sumber: Aplikasi Pengukuran Tingkat Kesiapterapan Teknologi, INSINAS, Program Pengembangan Teknologi Industri (PPTI), dan sumber lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan. 2.3 Arah Kebijakan dan Strategi Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan a. Arah Kebijakan Arah kebijakan Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan adalah membangun sistem riset dan pengembangan yang terintegrasi dari hulu hingga hilir, antara perguruan tinggi, lembaga litbang dan industri pengguna atau masyarakat, yang disinergikan dalam kebijakan tunggal hasil konsensus seluruh pemangku kepentingan. Dalam pelaksanaannya, kebijakan tersebut harus menitikberatkan pada prinsip-prinsip efisiensi dan efektivitas serta berujung pada peningkatan relevansi dan produktivitas riset dan pengembangan iptek. Keberhasilan Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, salah satunya harus dapat dilihat dari efektivitas pelaksanaan kebijakan strategis nasional iptek yang 27

38 berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional sebagai efek dari infrastruktur iptek. Untuk merealisasikan hal tersebut, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan menumbuh kembangkan motivasi, memberikan stimulasi dan fasilitasi, serta menciptakan iklim yang kondusif bagi penelitian, pengembangan, dan penerapan iptek, melalui: 1. Dukungan manajemen dan layanan program penguatan riset dan pengembangan iptek; 2. Penguatan sistem riset dan pengembangan; 3. Peningkatan produktivitas riset pendidikan tinggi, litbang dan pengabdian masyarakat; 4. Peningkatan produktivitas teknologi laik industri; dan 5. Peningkatan produktivitas kekayaan intelektual. b. Strategi kebijakan Dengan memperhatikan visi, misi, serta tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, maka disusun strategi kebijakan sebagai berikut: 1. Menciptakan sistem riset dan pengembangan yang handal dan terintegrasi; 2. Memfasilitasi pelaksanaan riset dasar dan terapan serta pengabdian kepada masyarakat; 3. Memfasilitasi pelaksanaan pengembangan teknologi laik industri; 4. Melaksanakan pengelolaan kekayaan intelektual agar dapat didayagunakan; dan 5. Melaksanakan manajemen dukungan dan layanan program penguatan riset dan pengembangan. c. Program dan Kegiatan Sebagai langkah nyata dalam menjalankan program yang telah ditetapkan, maka Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan telah melaksanakan 26 (dua puluh enam) kegiatan yang dilaksanakan oleh lima direktorat dan sekretariat direktorat jenderal yang berada di lingkungan Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan. Kegiatan tersebut merupakan aspek operasional dari suatu rencana strategis yang diarahkan untuk memenuhi sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi. Pada tahun anggaran 2017, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan dapat dilihat pada Tabel

39 Tabel 2.5 Ikhtisar Program dan Kegiatan Tahun 2017 Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan (Fungsi Pendidikan) Program Kegiatan Target Penanggung Jawab Meningkatnya relevansi dan produktivitas riset dan pengembangan iptek untuk daya saing bangsa Dokumen Perencanaan Program dan Anggaran Dokumen LAKIP/LAKIN 1 Dokumen 1 Dokumen Dokumen Pemantauan dan Evaluasi 1 Dokumen (12 layanan) Dokumen Laporan Keuangan dan Perbendaharaan Dokumen Hukum, Kerjasama, dan Layanan Informasi Dokumen Umum, Kepegawaian, dan Rumah Tangga Layanan Internal (overhead) Layanan Perkantoran Hasil Penelitian Dosen di Perguruan Tinggi (BOPTN) PTN BH Hasil Pengabdian Dosen Kepada Masyarakat (BOPTN) PTN Non BH Penelitian HKI yang Didaftarkan dari Hasil Litbang Perguruan Tinggi Karya Ilmiah Perguruan Tinggi yang Difasilitasi Untuk Dipublikasikan 1 Dokumen (12 layanan) 1 Dokumen (12 layanan) 1 Dokumen (12 layanan) 12 layanan 12 bulan 11 Perguruan Tinggi Judul laporan 250 Paten 700 publikasi Sesditjen DRPM DPKI 29

40 (Fungsi Layanan Umum) Program Kegiatan Target Penanggung Jawab Meningkatnya relevansi dan produktivitas riset dan pengembangan iptek untuk daya saing bangsa Sistem Informasi Riset dan Pengembangan Iptek Technology Foresight Program Kemitraan Risbang Implementasi RIRN dan ARN Pengembangan Aplikasi Sistem Risbang Prototipe Teknologi Untuk Masyarakat Hasil Penelitian Pengembangan Teknologi Industri Hasil Penelitian untuk Pengabdian Masyarakat (INSINas) Sentra HKI yang Dibina dan Diperkuat HKI untuk Didanai dan Didaftarkan Ijin Penelitian yang Diproses Teknologi yang Divaluasi Penulisan Artikel dan Jurnal yang ditingkatkan mutunya 1 Rekomendasi 1 Rekomendasi 1 Rekomendasi DSRP 1 Rekomendasi 3 Aplikasi 40 Prototipe DRPM 69 laporan DPTI 250 judul 20 Sentra KI 40 Paten 650 aplikasi DPKI 15 Teknologi 200 Artikel 2.4 Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2017 Penetapan Kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen yang merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelola. Tujuan khusus penetapan kinerja antara lain adalah untuk: meningkatkan akuntabilitas, transparansi dan kinerja aparatur; sebagai wujud nyata komitmen antara penerima amanat dengan pemberi amanat; sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi; menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur; dan sebagai dasar pemberian penghargaan atau sanksi. 30

41 Tabel 2.6 Penetapan Kinerja Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Tahun 2017 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Kinerja 1. Meningkatnya dukungan manajemen untuk program riset dan pengembangan iptek 2. Meningkatnya Relevansi kebijakan riset dan pengembangan iptek 3. Meningkatnya Produktivitas riset Pendidikan Tinggi, litbang dan pengabdian masyarakat 4. Meningkatnya Kesiapan Teknologi laik Industri 5. Meningkatnya produktivitas Kekayaan Intelektual 6. Meningkatnya litbang iptek unggulan di bidang kesehatan dan obat Jumlah layanan dukungan program penguatan riset dan pengembangan Jumlah Kebijakan riset dan pengembangan iptek Jumlah prototipe R&D Jumlah prototipe industri Jumlah HKI yang di daftarkan Jumlah publikasi internasional Hasil penelitian unggulan bidang kesehatan dan obat 12 bulan layanan 5 kebijakan 783 prototipe 20 prototipe KI publikasi 15 hasil penelitian Dari 7 (tujuh) Indikator Kinerja Sasaran tersebut pada tabel 2.6 telah ditentukan 4 (empat) Indikator Kinerja Utama sebagaimana yang disajikan pada tabel 2.7. Tabel 2.7. Penetapan Indikator Kinerja Utama Tahun 2017 Sasaran Program/Kegiatan Indikator Kinerja Utama Target Meningkatnya produktivitas kekayaan intelektual. Meningkatnya produktivitas riset pendidikan tinggi, litbang dan pengabdian masyarakat Meningkatnya kesiapan teknologi laik industri Jumlah KI yang didaftarkan Jumlah publikasi internasional Jumlah Prototipe R&D Jumlah Prototipe Industri KI publikasi 783 prototipe 20 prototipe 31

42 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 3.1 Pengendalian Kinerja Dalam rangka efisiensi, efektivitas, dan penajaman hasil-hasil kerja Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, manajemen program berupa: perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan dan pelaporan kegiatan disempurnakan menjadi manajemen kinerja (hasil kerja) berupa: perencanaan kinerja, pelaksanaan kinerja, pengukuran kinerja, pengendalian kinerja dan pelaporan kinerja sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 3.1. Penyempurnaan ini dilakukan, agar kerja Ditjen Risbang berubah dari pendekatan/cara pandang yang berorientasi proses/kegiatan (process oriented) menuju manajemen kinerja yang berorientasi hasil/kinerja (output/outcome oriented). Untuk itu, hal-hal yang berkaitan dengan hasil kerja seperti tujuan, sasaran, target, capaian, indikator kinerja utama (IKU) menjadi titik-tolak manajemen, yang dirumuskan secara seksama, jelas dan akurat serta ditetapkan. Dalam hal pengendalian kinerja, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan terus melakukan perbaikan. Dari Penetapan Kinerja 2017 yang telah ditandatangani, telah dibuat penjabaran lebih lanjut ke dalam suatu rencana aksi yang lebih detail dan dimanfaatkan sebagai instrumen untuk memantau dan mengevaluasi kemajuan kinerja secara periodik. Gambar 3.1 Manajemen Kinerja Berorientasi Hasil (Output/Income) 32

43 3.2 Pengukuran Kinerja Pengukuran kinerja merupakan salah satu alat untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja. Pengukuran kinerja akan menunjukkan seberapa besar kinerja manajerial yang dicapai, seberapa bagus kinerja finansial organisasi, dan kinerja lainnya yang menjadi dasar penilaian akuntabilitas. Pengukuran tingkat capaian kinerja dilakukan dengan cara membandingkan antara target kinerja yang telah ditetapkan dengan realisasinya. Dengan membandingkan antara realisasi dan rencana, maka dapat dilihat jumlah persentase pencapaian pada masing-masing indikator kinerja utama. Dengan diketahui capaian kinerja, maka dapat dianalisis faktor penyebab keberhasilan dan ketidakberhasilan, yang selanjutnya dapat dipetakan kekurangan dan kelemahan realisasi dan rencana kegiatan, kemudian ditetapkan strategi untuk meningkatkan kinerja dimasa yang akan datang. 3.3 Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Dalam upaya mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan terus melaksanakan berbagai upaya perbaikan, dengan tujuan untuk mendorong terwujudnya pemerintahan yang baik (good governance) dan berorientasi kepada hasil (result oriented government). Telah dilakukan berbagai agenda akuntabilitas kinerja di semua komponen yang merupakan bagian integral dari sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP), meliputi aspek: perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja, evaluasi kinerja dan capaian kinerja. a. Perencanaan Kinerja 1) Menetapkan Renstra Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan. Pada dokumen Renstra tersebut tercantum Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Program, beserta target-target indikator kinerja sasaran strategis (IKS), indikator kinerja program (IKP) dan indikator kinerja kegiatan (IKK). 2) Dalam rangka penguatan akuntabilitas kinerja, sehubungan dengan telah ditetapkanya Permenristekdikti No. 15 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, maka telah dilakukan revisi terhadap dokumen perencanaan yaitu Perjanjian Kinerja (PK) 2016, Indikator Kinerja Utama (IKU) dan Rencana Kinerja Tahunan (RKT)

44 b. Pengukuran Kinerja Pada dokumen Renstra Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan tercantum indikator kinerja sasaran meliputi Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS), Indikator Kinerja Program (IKP) dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK). Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan mengupayakan pengukuran atas targettarget yang direncanakan dengan menetapkan Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS) dan Indikator Kinerja Program (IKP) yang berorientasi hasil (outcome) dan diformalkan dalam Keputusan Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan. c. Pelaporan Kinerja. Penyajian informasi capaian kinerja dalam laporan kinerja secara terus menerus diperbaiki dan ditingkatkan antara lain melalui capaian kinerja dari unit kerja eselon II dengan IKU yang terukur. Dalam LAKIN ini juga terus ditingkatkan kualitasnya dengan menggambarkan pembandingan capaian kinerja yang memadai, tidak hanya antara realisasi kinerja dengan target, tetapi pembandingan dengan tahun 2019 (akhir periode Renstra) maupun kontribusinya terhadap pencapaian nasional dan pembandingan dengan internasional, serta dampak yang ditimbulkan dari capaian kinerja IKU. d. Evaluasi Kinerja Dalam laporan evaluasi kinerja telah dikembangkan dan diimplementasikan dalam Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi (SIMONEV), dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam sistem monitoring dan evaluasi di Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Sistem ini dikembangkan secara online, dalam rangka pemantauan dan evaluasi kinerja program, realisasi capaian fisik dan anggaran unit kerja dan satuan kerja mandiri. Hal ini dilakukan untuk memberikan keyakinan yang memadai dan sebagai bahan masukan kebijakan bagi pimpinan atas pelaksanaan program dan kegiatan dilapangan juga untuk bahan evaluasi yang dapat diketahui baik ketercapaian program dan kegiatan maupun dapat mengetahui kendala dalam pelaksanaan program dan kegiatan. 34

45 3.4 Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) IKU ditetapkan mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi sesuai dengan Permenristekdikti No. 13 Tahun Hal penting yang mendasari ditetapkannya IKU untuk periode 5 tahun mendatang yaitu peningkatan mutu pendidikan tinggi dan hilirisasi hasil-hasil riset/penelitian. Upaya meningkatkan mutu pendidikan tinggi riset dan pengembangan menjadi kian penting dalam rangka menjawab berbagai tantangan besar. Tantangan paling nyata adalah globalisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Hal ini menuntut lembaga perguruan tinggi, lembaga litbang dan industri untuk menghasilkan penelitian yang berkualitas. Peningkatan mutu riset dan pengembangan juga merupakan urgensi yang mendesak untuk ditingkatkan. Pendidikan tinggi dan dunia kerja bukan hanya untuk menyiapkan lulusan yang siap kerja karena memiliki keterampilan atau keahlian yang dibutuhkan dunia industri. Pendidikan tinggi mesti juga melatih lulusan untuk mampu mandiri menjadi wirausaha yang membuka lapangan kerja bagi dirinya maupun orang lain. Pendidikan dan dunia kerja jadi fokus yang penting saat ini. Di sisi lain bahwa hasil riset harus dikomersialisasikan dan dihilirisasikan, tidak hanya berhenti di riset saja, tidak cukup menjadi prototype, namun harus bermanfaat bagi masyarakat. Untuk meningkatkan pemanfaatan hasil penelitian di masyarakat, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan melakukan sinergi dengan kementerian lain, lembaga litbang dan dunia usaha mengembangkan konsorsium riset. Sehubungan dengan hal tersebut berikut ini adalah capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) dan realisasi capaian kinerjanya. 35

46 Tabel 3.1 Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2017 Sasaran Strategis Meningkatnya produktivitas kekayaan intelektual. Meningkatnya produktivitas riset pendidikan tinggi, litbang dan pengabdian masyarakat Meningkatnya kesiapan teknologi laik industri Indikator Kinerja Jumlah KI yang didaftarkan Jumlah Publikasi Internasional Jumlah Prototipe R&D Jumlah Prototipe Industri Target Realisasi 2016 Tahun 2017 Target Realisasi % % % % % 3.5 Analisis Capaian Kinerja A. Analisis Capaian Indikator Kinerja Utama Sebagaimana telah ditetapkan pada BAB II, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan mempunyai 4 IKU yaitu: jumlah KI yang didaftarkan, jumlah publikasi internasional, jumlah prototipe R&D (TRL s.d 6), dan Jumlah prototipe industri (TRL 7). Capaian kinerja Sasaran Strategis seperti terlihat pada tabel 3.1 diatas menunjukkan capaian IKU Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Tahun 2017, bahwa secara umum target berhasil dipenuhi, bahkan terdapat capaian yang melebihi target yang telah ditentukan. Secara lebih detil capaian indikator kinerja utama dijelaskan dalam analisis capaian kinerja sebagai berikut: Produktivitas penelitian dan pengembangan dinilai dengan tiga indikator yaitu paten, publikasi ilmiah dan prototype R&D dan prototipe industri. Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi terus mendorong peningkatan perolehan HKI, diantaranya melalui instrumen kebijakan Insentif Riset SINas, disamping riset-riset dasar dan terapan untuk meningkatkan academic excellence juga mendorong lebih banyak lagi pelaksanaan riset melalui pola konsorsium yang melibatkan lembaga litbang, pemerintah dan dunia usaha/industri sehingga menghasilkan prototipe yang dapat diadopsi oleh industri. Disamping itu juga memfasilitas peningkatan perolehan KI domestik, dengan memberikan insentif berupa insentif pendaftaran paten, dan fasilitasi penguatan sentra KI. 36

47 Oleh karena itu Sasaran Strategis Meningkatnya Produktivitas Kekayaan Intelektual, Meningkatnya Produktivitas Riset Pendidikan Tinggi, Litbang dan Pengabdian Masyarakat, Meningkatnya Relevansi dan Produktivitas Riset dan Pengembangan merupakan upaya yang harus dilakukan dengan menetapkan indikator kinerja yang harus ditingkatkan yaitu: 1. Jumlah KI yang didaftarkan; 2. Jumlah publikasi internasional; 3. Jumlah prototipe R&D (TRL s.d 6); dan 4. Jumlah prototipe industri (TRL 7). Penjelasan masing-masing Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2017 adalah sebagai berikut: 1. Jumlah Publikasi Internasional Sasaran Kegiatan Meningkatnya Produktivitas Kekayaan Intelektual Salah satu ukuran produktivitas hasil Iptek adalah publikasi baik publikasi nasional maupun publikasi internasional bereputasi. Jumlah publikasi internasional merupakan IKU pertama Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan. IKU ini mengukur kinerja produktivitas riset iptek dan pendidikan tinggi dalam pengembangan ilmu pengetahuan secara internasional. Capaian IKU ini pada tahun 2017 disajikan pada Tabel 3.2 Indikator Kinerja Jumlah publikasi internasion al Tabel 3.2. Jumlah Publikasi Internasional Target (Nominal) Realisasi 2016 Tahun 2017 Target Realisasi % Realisa si dari Target % Realisa si dari Target Renstra Kenaika n dari capaian % 57% 68% Ket: Jumlah Target Renstra (nominal) merupakan penjumlahan target tiap tahun dari tahun Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan, pada tahun 2017 tingkat capaian indikator ini telah mencapai target yang ditetapkan bahkan telah melebihi target capaian. Dari target yang ditetapkan sebesar publikasi internasional, terealisasi sebesar dokumen yang terindeks scopus dengan persentase capaian kinerja sebesar 134%. Jika dibandingkan dengan tahun 2016 dengan capaian 9.574, maka capaian tahun 2017 mengalami peningkatan yang sangat signifikan sebesar 68%. Selama 20 (dua puluh) tahun publikasi ilmiah internasional Indonesia selalu berada dibawah Thailand, dan baru tahun ini Indonesia dapat mengungguli Thailand dan berada pada peringkat ketiga diantara Negara ASEAN lainnya. Hal tersebut mengindikasikan 37

48 meningkatnya kualitas riset di Indonesia dengan jumlah capaian publikasi ilmiah internasional terindeks Scopus menjadi publikasi sampai tanggal 31 Desember 2017, jumlah publikasi ilmiah internasional Indonesia diatas tiga Negara ASEAN lainnya setelah Thailand, Vietnam dan Phillipines (lihat tabel 3.3.). Tabel 3.3. Publikasi Internasional Negara Asean Negara Malaysia Singapore Indonesia Thailand Vietnam Phillipines Sumber : SCOPUS per 31 Desember 2017 Gambar 3.2 Grafik Publikasi Internasional Negara Asean Dari gambar grafik 3.2 terlihat bahwa jumlah publikasi ilmiah internasional Malaysia dan Thailand dalam tiga tahun terakhir memiliki kecenderungan turun, Singapura cenderung stagnan, sedangkan Indonesia terus menaik, bahkan di tahun 2017 angka kenaikan cukup signifikan yaitu di sekitar publikasi dari tahun sebelumnya (lihat grafik publikasi negara-negara Asean ). Secara signifikan terlihat bahwa hampir setiap tahun, kinerja perguruan tinggi baik negeri maupun swasta meningkat dalam hal produktifitas publikasi baik di jurnal 38

49 internasional maupun jurnal nasional terakreditasi. Posisi Indonesia di Scientific Journal Ranking (SJR) pada posisi 61dengan H-Indek sebesar 112. H-Indek ini merupakan indeks komposit dari 5 indikator: (1) jumlah dokumen atau publikasi dari tahun , (2) jumlah publikasi yang layak dikutip (citabel doucument), (3) jumlah kutipan (citation), (4) jumlah kutipan sendiri (selfcitations) dan (5) jumlah kutipan per dokumen (citation per documents). Sementara upaya membangun perguruan tinggi yang mengarah kepada universitas riset masih sulit dilakukan karena beberapa kendala, yaitu: (1) banyak perguruan tinggi lebih berorientasi pada penyelenggaraan program akademik dan program studi yang laku di pasaran (diploma dan kelas ekstensi) yang menjadi sumber pendapatan terbesar perguruan tinggi, (2) ketiadaan fokus pengembangan institusi untuk menjadi pusat unggulan sebagai wujud mission differentiation, dan (3) beban mengajar para dosen yang sangat tinggi serta kurang tersedia waktu dan dana untuk melakukan penelitian/riset. Hal ini berdampak pada terbatasnya publikasi di jurnal ilmiah nasional maupun jurnal internasional. Untuk meningkatkan kinerja publikasi ilmiah di jurnal internasional bereputasi, maka diupayakan dosen/peneliti melakukan penelitian yang lebih fokus pada permasalahan kebutuhan strategis baik bersifat penelitian lokal, nasional maupun internasional dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada di perguruan, kemudahan penggunaan fasilitas laboratorium perguruan tinggi, pemberian regulasi kebijakan yang mengarah pada kemudahan akses penelitian, dan regulasi tentang manajemen administrasi penggunaan keuangan riset/penelitian dan sistem reward yang sangat memadai. Untuk mendukung keberhasilan pencapaian target realisasi tahun 2017 telah dilaksanakan kegiatan peningkatan kapasitas program karya ilmiah yang dipublikasikan pada jurnal internasional seperti sosialisasi dan pelatihan, klinik penulisan artikel ilmiah, peningkatan kapasitas lembaga pengelola jurnal, bantuan dosen sebagai pembicara pada seminar internasional, penyediaan bahan referensi ilmiah melalui langganan jurnal internasional yang dapat diakses secara mudah dan gratis oleh dosen peneliti di perguruan tinggi. Secara rinci kegiatan dapat digambarkan dalam tabel sebagai berikut: 39

50 No Tabel 3.4. Program/Kegiatan Dalam Rangka Publikasi Internasional 2017 Program Usulan Proposal Target Realisasi % 1 Hibah Penulisan Buku Ajar/Teks 250 Judul 50 Judul 50 Judul 100% 2 Insentif Penulisan Buku (Buku 661 Judul 50 Judul 50 Judul 100% Terbit) 3 Bantuan Seminar Luar Negeri 504 Judul 75 Judul 96 Judul 128% 4 Direktori Profil Publikasi Internasional Perguruan Tinggi 5 Pelatihan Penulisan Artikel Jurnal Ilmiah Nasional 6 Insentif Artikel pada Jurnal Internasional 7 Pelatihan Penulisan Artikel di Jurnal Bereputasi Internasional - 1 Direktori 1 Direktori 100% - 5 wilayah 5 wilayah 100% Judul 75 Judul 107 Judul 143% - 8 wilayah 8 wilayah 100% 8 Bantuan Konferensi Ilmiah 188 PT 10 PT 12 PT 120% Internasional 9 Sosialisasi publikasi ilmiah - 9 wilayah 9 wilayah 100% Dari kegiatan pemberian hibah, insentif, bantuan, langganan e-journal, sosialisasi, monitoring dan pelatihan/workshop penyusunan hasil penelitian, pengabdian pada masyarakat (PPM) serta kegiatan-kegiatan dalam rangka publikasi internasional sebagaimana tersebut di atas, sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian yang dipublikasikan baik pada jurnal nasional terakreditasi dan internasional bereputasi, baik untuk dosen itu sendiri maupun perguruan tinggi sebagai capaian kinerja penelitian/ppm tersebut. Beberapa kendala yang dihadapi dalam upaya pencapaian IKU jumlah publikasi internasional diantaranya: a. Kurang berkembangnya budaya menulisdi perguruan tinggi, dan/atau rendahnya kemauan dan kemampuan menulis hasil-hasil penelitian maupun pengabdian kepada masyarakat dalam jurnal bermutu. b. Sempitnya sirkulasi persebaran jurnal terkait oleh tiras yang sedikit, serta disebabkan oleh penggunaan bahasa yang tak terbacakan secara luas. c. Motivasi melakukan penelitian belum diimbangi dengan tanggung jawab moral sebagai peneliti untuk menyebarluaskan hasil-hasil penelitiannya yang sangat 40

51 berguna bagi masyarakat luas baik untuk kepentingan praktis maupun pengembangan teoritis. d. Kurangnya mutu tata kelola jurnal secara elektronik mengakibatkan para penulis dan pengelola jurnal belum terbiasa dengan pengelolaan jurnal secara elektronik. Melihat hambatan dan permasalahan tersebut di atas, beberapa langkah antisipasi yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang adalah sebagai berikut: a. Perlunya sosialisasi, pelatihan penulisan, klinik penulisan dan insentif/hibah bagi dosen/peneliti guna memotivasi menulis artikel ilmiah bermutu; b. Dilakukannya pengembangan Akreditasi Jurnal Nasional secara elektronik, sehingga mampu meningkatkan jumlah dan memperluas sirkulasi persebaran jurnal nasional, serta meningkatkan jumlah jurnal internasional; c. Perlu adanya kebijakan yang mendukung peningkatan publikasi ilmiah, seperti kewajiban menerbitkan artikel bagi calon lulusan pascasarjana. d. Melakukan pelatihan penerapan aplikasi jurnal elektronik, memberikan keterampilan dalam mengelola jurnal secara elektronik dan melakukan pendampingan tata kelola jurnal secara elektronik disertai dengan pemberian bantuan tata kelola jurnal yang diperuntukkan pada pengembangan jurnal. e. Melanggan akses e-journal yang berkualitas dan mensosialisasikan program tersebut berikut cara penggunaannya yang efektif. Salah satu faktor untuk meningkatkan publikasi internasional, adalah terfasilitasi dan tersedianya wadah untuk menampung publikasi ilmiah berupa lembaga Jurnal Ilmiah di dalam negeri. Hal ini sangat membantu dalam rangka proses pembelajaran menuju publikasi internasional. Sebagai dukungan dalam mencapai jumlah publikasi baik nasional dan internasional, saat ini telah beroperasi sistem akreditasi jurnal ilmiah menggunakan sepenuhnya metode on-line (daring), yaitu Sistem ARJUNA, akronim untuk Akreditas Jurnal Nasional. Saat ini sudah ada 2000 e-journal ilmiah yang telah mendaftarkan diri ke dalam Arjuna terdapat peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya hanya 969 e-journal yang telah terdaftar. Dari 2000 e-journal ilmiah yang sudah tedaftar di ARJUNA, sebanyak 333 jurnal ilmiah telah terakreditasi secara nasional dimana 43 jurnal terakreditasi pada periode satu dan 71 jurnal terakreditasi pada periode dua. Akreditasi tahun 2017 mengalami peningkatan 41

52 dibandingkan akhir tahun sebelumnya yang berjumlah 267 jurnal ilmiah nasional yang terakreditasi (Gambar 3.3). Gambar 3.3 jurnal ilmiah telah terakreditasi secara nasional yang terdaftar di ARJUNA Peningkatan kuantitas jurnal ilmiah nasional diimbangi peningkatan secara kualitas jurnal ilmiah tersebut. Bahkan saat ini, Indonesia merupakan Negara peringkat pertama di dunia yang jurnalnya terindeks di DOAJ (Directory of Open Access Journal) dengan jurnal ilmiah yang terindeks, mengungguli Brazil (1.122 jurnal), dan Inggris (966 jurnal). Hal tersebut meningkat drastis dari tahun 2016 yang hanya 484 jurnal ilmiah Indonesia terindeks di DOAJ (Gambar 3.4). Perkembangan Jurnal DOAJ Indonesia dan Asean Sumber: Gambar 3.4 Perkembangan Jurnal DOAJ Indonesia dan ASEAN

53 Perkembangan jurnal Indonesia terindeks di DOAJ jauh melesat dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya (Gambar 3.5) Sumber : DOAJ per 31 Desember 2017 Gambar 3.5 Perkembangan Jurnal Negara ASEAN Terindeks di DOAJ Jurnal ilmiah nasional yang terindeks Scopus pada tahun 2017 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya menjadi 36 jurnal, dimana ada peningkatan 11 jurnal dibandingkan tahun 2016 yang hanya terindeks 25 jurnal (Gambar 3.6). Hal tersebut merupakan capaian dari program-program Direktorat Pengelolaan Kekayaan Intelektual dalam mendukung mutu jurnal ilmiah Indonesia menuju bereputasi Internasional seperti Asistensi Tata Kelola Jurnal menuju bereputasi Internasional, Insentif Jurnal Terindeks, Workshop Internasionalisasi Jurnal. Bidang Ilmu Jurnal Indonesia Terindeks Scopus (36 Jurnal) Sosial Humaniora 2 6% Pendidikan 1 3% Ekonomi 1 3% 3 8% Rekayasa 14 39% Kesehatan 4 11% Agama 4 11% MIPA 7 19% Rekayasa MIPA Agama Kesehatan Ekonomi Pendidikan Sosial Humaniora Gambar 3.6 Jurnal Internasional Indonesia terindeks SCOPUS 43

54 Bahkan pada tanggal September 2017 bertempat di Denpasar Bali, Direktorat Pengelolaan Kekayaan Intelektual telah menyelenggarakan Indonesia Journal Editors Workshop yang mendatangkan langsung narasumber mancanegara dari Scopus, Web of Science, DOAJ, PKP OJS, Asean Citation Index (ACI), ORCID, dan CrossRef. Pada kesempatan tersebut Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Muhammad Dimyati membuka Workshop Internasional Jurnal yang diikuti oleh 110 peserta yang merupakan perwakilan dari masing-masing jurnal. (Gambar 3.4). Gambar 3.7 Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan didampingi oleh Direktur Pengelolaan Kekayaan Intelektual beserta Narasumber pada acara Indonesian Journal Editors Workshops, Bali, September 2017 Faktor yang mendukung peningkatan jumlah publikasi internasional diantaranya adanya: a. Kebijakan yang memihak pada pertumbuhan publikasi Internasional yaitu : Surat Edaran Dirjen Dikti No. 152 tahun 2012 dimana setiap Sarjana (S1), Magister (S2) dan Doktor (S3) untuk dapat lulus harus mempublikasikan tugas akhirnya di jurnal nasional, nasional terakreditasi dan Internasional. b. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 17 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Dosen dan Angka kreditnya c. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 78 Tahun 2013 tentang Pemberian Tunjangan Profesi dan Tunjangan Kehormatan bagi Dosen yang Menduduki Jabatan Akademik Profesor d. Kebijakan-kebijakan yang telah disebut diatas, beserta instrument pendukung kebijakan yang dimiliki Kemenristekdikti diantaranya insentif, membuat jumlah publikasi internasional bisa diprediksi pertumbuhannya, berdasarkan sumber potensi 44

55 publikasi yaitu dosen dan peneliti. Berdasarkan prediksi ini, di tahun 2019 Indonesia bisa mengungguli Malaysia. 2. Jumlah Kekayaan Intelektual (KI) Yang Didaftarkan Kekayaan intelektual (KI) adalah kekayaan yang timbul dari kemampuan intelektual manusia yang dapat berupa karya di bidang teknologi, ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Karya ini dihasilkan atas kemampuan intelektual melalui pemikiran, daya cipta dan rasa yang memerlukan curahan tenaga, waktu dan biaya untuk memperoleh produk baru dengan landasan kegiatan penelitian atau yang sejenis. KI ini perlu ditindaklanjuti pengamanannya melalui suatu sistem perlindungan terhadap KI. Saat ini perkembangan dan kemajuan suatu bangsa tidak lagi ditentukan oleh banyaknya sumber daya alam yang dimilikinya, namun sangat ditentukan oleh banyaknya jumlah karya intelektual yang dihasilkan suatu bangsa. Semakin banyak karya KI yang dihasilkan maka semakin sejahteralah negara dan masyarakatnya. Fakta ini dibuktikan oleh negara-negara yang menghasilkan paten cukup besar. Dengan adanya dukungan, fasilitasi dari Pemerintah tidak saja jumlah pemilikan KI semakin besar dan berkualitas, namun yang lebih penting lagi dapat mencerminkan posisi kemajuan Iptek nasional di satu pihak, dan sebagai indikator kemajuan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di pihak lain. Terlebih-lebih lagi dengan adanya kebebasan masuknya barang dan jasa sebagai akibat hilangnya batas-batas negara (globalisasi). Kondisi ini menghasilkan persaingan yang semakin ketat di berbagai lini kehidupan sosial-ekonomi dan budaya sehingga berpengaruh terhadap daya saing dan daya tahan serta kesinambungan pembangunan nasional. Sebagai salah satu negara dengan penduduk terbesar di dunia dengan sumber daya alam (SDA) dan budaya yang kaya dan beragam, sudah selayaknya apabila Indonesia mengembangkan dan mendayagunakan potensi yang dimiliki sebesarbesarnya untuk kepentingan masyarakat. Hal ini terutama untuk menghadapi globalisasi yang disertai oleh serbuan pasar produk dan jasa negara lain di dalam negeri. Dalam konteks inilah, KI hendaknya dilihat bukan saja yang bersifat personal, tetapi juga yang bersifat komunal. Perlindungan dan pengakuan atas produk budaya dan kreativitas harus sama-sama dikembangkan sebagaimana ditunjukkan melalui perhatian yang tinggi dari lembaga-lembaga internasional seperti World Intellectual 45

56 Property Organization (WIPO) dan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Pada perkembangannya, KI memang tidak saja mencakup yang bersifat personal dan konvensional, tetapi juga yang bersifat komunal. Kendatipun perjuangan negara berkembang yang memiliki lebih banyak sumber daya KI yang bersifat komunal sampai saat ini belum sepenuhnya memberikan hasil yang menggembirakan, tetapi belakangan ini negara maju juga sudah mulai memperlihatkan keinginan untuk mengakomodasi KI yang bersifat komunal ini sebagai bagian dari HKI yang juga perlu dikaitkan dengan perdagangan internasional Harus dihargai bahwa perhatian dan komitmen tinggi pemerintah terhadap masalah KI khususnya di bidang hukum relatif besar baik pada level nasional maupun internasional. Pada level nasional, berbagai undang-undang dan peraturan pemerintah, serta kebijakan yang terkait sebagai turunannya telah ditetapkan, seperti Undang-Undang Nomor 18 tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) khususnya pasal 13 ayat (3) yang menegaskan bahwa dalam meningkatkan pengelolaan Kekayaan Intelektual, Perguruan Tinggi dan Lembaga Litbang wajib mengusahakan pembentukan sentra KI sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya ; dan pasal 23 yang mengamanahkan pemerintah menjamin perlindungan bagi KI yang dimiliki oleh perseorangan atau lembaga sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Selain itu terdapat Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta, Undang-Undang Nomor 14 tahun 2011 tentang Paten yang telah direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 13 tahun 2016 (disahkan tanggal 26 Agustus 2016), Undang- Undang Nomor 15 tahun 2001 tentang Merek, Undang-Undang Nomor 30 tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, Undang-Undang Nomor 31 tahun 2000 tentang Desain Industri, Undang-Undang Nomor 32 tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu. Kepedulian Pemerintah terhadap pengembangan dan perlindungan KI salah satunya adalah penetapan program pendaftaran KI perguruan tinggi dan litbang sebagai salah satu Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian. Penetapan jumlah KI yang didaftarkan sebagai salah satu IKU bertujuan untuk meningkatkan perolehan dan perlindungan KI dengan menggali secara maksimum potensi KI yang diperoleh dari suatu kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang sedang berjalan maupun yang sudah selesai yang dilakukan oleh dosen/peneliti. Program perolehan 46

57 dan pendaftaran KI Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan saat ini masih terbatas untuk perolehan paten dan paten sederhana. Paten merupakan hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi untuk selama waktu tertentu. Sangat disadari sepenuhnya bahwa proses peraihan paten di Kementerian Hukum dan HAM RI memerlukan waktu cukup lama sejak sebuah pendaftaran invensi/penemuan dosen/peneliti pada lembaga tersebut. Hal ini sudah merupakan granted, yang memang menjadi kebanggaan bagi si penemu/dosen/peneliti dan aset bagi keberhasilan perguruan tinggi/lembaga litbang dalam rangka pengembangan keilmuan. Target dan perolehan KI yang didaftarkan dapat dilihat pada Tabel 3.5. Tabel 3.5. IKU KI yang Didaftarkan Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target (Kumulatif) Realisasi 2016 Tahun 2017 Target Realisasi % Realisasi dari Target % Realisasi dari Target Renstra Kenaikan dari capaian 2016 Meningkatnya Produktivitas Kekayaan Intelektual Jumlah KI yang didaftarkan % 167% 26% Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan, pada tahun 2017 tingkat capaian indikator ini melebihi target yang ditetapkan. Dari target yang ditetapkan sebesar KI berhasil terealisasi sebesar KI dengan persentase capaian kinerja sebesar 210%. Hal ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Dalam Rencana Strategis , target di akhir periode perencanaan jangka menengah untuk Jumlah KI yang didaftarkan sebesar KI, capaian pada tahun 2016 sebesar KI sedangkan tahun 2017 jumlah KI yang didaftarkan sudah mencapai paten atau dengan persentase capaian kinerja 167% terhadap target Renstra (tabel 3.6). Tabel 3.6. Jumlah Kumulatif Indikator Kinerja Jumlah KI yang didaftarkan Indikator Kinerja Target Tahun/Jumlah Jumlah KI yang didaftarkan

58 Sumber: Kemenkumham Gambar 3.8 Target dan capaian Renstra Pada tahun 2017 target kinerja Jumlah KI yang didaftarkan terpenuhi. Hal ini membuktikan program peningkatan raihan KI sejak Tahun telah berhasil dicapai oleh Kemenristekdikti. Namun demikian, Pemerintah harus terus melakukan suatu terobosan baik dalam hal fasilitasi dana riset, maupun fasilitasi kebijakan dan termasuk meningkatkan sumberdaya hasil riset yang mengarah pada peningkatan paten. Meningkatnya capaian kinerja ini diantaranya terkait adanya Undang-Undang No. 13 Tahun 2016 tentang Paten, yang berisi solusi pengaturan mengenai beberapa substansi penting, antara lain: a. Pemanfaatan dengan sistem elektronik Kekayaan Intelektual untuk peningkatan layanan dan manajemen Kekayaan Intelektual nasional; b. Imbalan bagi peneliti Pegawai Negeri Sipil yang merupakan bagian dari Aparatur Sipil Negara untuk meningkatkan jumlah Paten dalam negeri, dan sekaligus mendorong semangat para peneliti yang berstatus Pegawai Negeri Sipil; c. Dimungkinkannya kepemilikan paten oleh Instansi pemerintah dan inventor, kecuali diperjanjikan lain, akan memberikan semangat baru bagi peneliti untuk terus mempatenkan hasil karyanya walau sudah berusia menjelang purna tugas; d. Penyempurnaan ketentuan terkait invensi baru dan langkah inventif untuk publikasi di Perguruan Tinggi atau lembaga ilmiah nasional; 48

59 e. Hak Atas Paten dapat beralih/dialihkan dan bahkan dapat dijadikan objek jaminan fidusia; f. Menambah kewenangan Komisi Banding untuk memeriksa permohonan koreksi atas deskripsi, klaim, atau gambar setelah Permohonan diberi paten dan penghapusan Paten yang sudah diberi; g. Pengangkatan dan pemberhentian ahli oleh Menteri sebagai Pemeriksa. Ketentuan ini merupakan terobosan untuk menjawab tantangan perkembangan teknologi yang sangat pesat, dimana diperlukan para professional pemeriksa yang memiliki tingkat kemampuan advance di bidang teknologi mutakhir dan juga untuk pemberdayaan ilmuwan dan ahli di bidang teknologi yang tersebar di perguruan tinggi dan litbang Pemerintah untuk berkiprah dalam pembangunan sistem paten nasional. Pengaturan mengenai force majeur dalam pemeriksaan administratif dan substantif Permohonan serta Pengaturan ekspor dan impor terkait lisensi-wajib; h. Keharusan pengungkapan dengan jelas dan benar asal sumber daya genetik dan/atau pengetahuan tradisional dalam deskripsi paten. Ketentuan ini sejalan dengan Nagoya Protokol yang dimaksudkan dalam rangka Access Benefic Sharing sebagai upaya melindungi Sumber Daya Genetik Pengetahuan Tradisional (SDGPT). Perubahan mekanisme pembayaran biaya tahunan paten dari setelah Pemegang Paten memanfaatkan hak ekskulsifnya menjadi sebelum Pemegang Paten memanfaatkan hak eksklusifnya; i. Pengaturan paten sederhana, yang memberikan kemudahan dan keberpihakan kepada para Peneliti dan Pengusaha lokal, utamanya UKM (Usaha Kecil dan Menengah) untuk mempatenkan hasil-hasil karyanya, akan mendorong semangat para pengusaha kecil dan menengah untuk bekerja sama dengan para peneliti dan sekaligus akan mendorong pertumbuhan ekonomi kerakyatan dan ekonomi kreatif; j. Percepatan/pengurangan waktu penyelesaian pemeriksaan substantif; dan k. Pengecualian pembayaran biaya tahunan paten bagi Perguruan Tinggi dan Litbang Pemerintah. Sebagai gambaran kondisi peningkatan perolehan KI khususnya paten Indonesia dapat dilihat pada tabel 3.7. Dari tabel tersebut, jumlah paten Indonesia (8.538) masih dibawah Singapore (10.980) namun masih cukup tinggi apabila dibandingkan dengan Thailand (7.820), Malaysia (7.236), Vietnam (5.228), dan Filipina (3.417). Hal ini membuktikan 49

60 bahwa kalangan dosen/peneliti di perguruan tinggi dan Litbang cukup produktif dalam menghasilkan KI setiap tahunnya. Melihat trend peningkatan jumlah paten pada tabel tersebut, tidak menutup kemungkinan bahwa Indonesia pada tahun 2019 semakin meningkat dan mampu melampaui Singapore. Hal ini sangat dimungkinkan, terlebih lagi dengan peningkatan anggaran program kegiatan fasilitasi KI, baik untuk kalangan dosen/peneliti perguruan tinggi maupun peneliti Litbang. Tabel 3.7 Jumlah Paten Indonesia dibandingkan Negara Lain DATA PATEN NEGARA ASEAN, ASIA, DAN USA TAHUN No. Negara Prosentase (%) 1 Indonesia 8, , Malaysia 7, , Singapore 10,312 10,814 10, Brunei Darussalam ND ND ND ND 5 Filipina 3, , Vietnam , Laos Kamboja Thailand 7, , Myanmar China 1,338, Jepang 318, Amerika Serikat 605, Korea Selatan 208, World 3,127,900 Sumber : Kemenhumkam RI dan WIPO statistic database, Desember 2017 Namun demikian dari kondisi tersebut, secara umum masih ada beberapa permasalahan dan kendala yang perlu mendapatkan perhatian, diantaranya: a. Jumlah peneliti/perekayasa, dosen dan mahasiswa melakukan penelitian yang memiliki paten potensial tidak optimal. Pemahaman kekayaan intelektual di lembaga litbang, perguruan tinggi dan industri, khususnya peneliti/perekayasa, dosen dan mahasiswa masih kurang. Peneliti/perekayasa, dosen hanya sekadar melakukan penelitian semata, tetapi tidak mempunyai tujuan bahwa setiap 50

61 penelitian harus menjadi sebuah invensi yang akan didaftarkan sebagai Paten atau Paten Sederhana, karena apabila suatu penelitian tidak ditujukan untuk menjadi invensi, maka hasil penelitian tersebut hanya akan menjadi pengisi jurnal ilmiah atau proceeding. b. Pusat Pengelolaan/Sentra KI di lembaga litbang dan Perguruan Tinggi masih belum sepenuhnya mendapat dukungan dari pemimpin. c. Perlu adanya usaha untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang belum dimiliki oleh pengelola sentra KI melalui training sehingga tidak terjadi kemandekan bahkan kemunduran kemampuan pengelola sentra KI. d. Terbatasnya jumlah peneliti/perekayasa, dosen dan mahasiswa yang melakukan penelitian yang berpotensi paten. e. Kekhawatiran para pemilik paten (Paten Granted) khususnya dikalangan lembaga litbang dan perguruan tinggi dalam hal pembiayaan pemeliharaan paten yang dikenakan setiap tahun, terlebih paten tersebut belum dapat dikomersialisasikan walaupun sejak November 2016 telah dilakukan penurunan tarif. Dari hambatan dan permasalahan tersebut di atas, beberapa langkah yang telah dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan melalui Direktorat Pengelolaan KI, sebagai berikut: a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas KI melalui Program Uber KI/Raih KI dengan adanya Pelatihan Pemanfaatan Hasil Penelitian Pengabdian kepada Masyarakat dan Kreatifitas Peneliti/Dosen dan mahasiswa yang berpotensi paten yang di dalamnya memberikan pemahaman yang lebih tentang pentingnya Hak Kekayaan Intelektual, pendampingan drafting paten, serta mendorong peneliti dari lembaga litbang dan perguruan tinggi untuk terus melakukan penelitian yang berpotensi paten (gambar 3.9 dan gambar 3.10). b. Memberikan insentif dan pendanaan dalam rangka mendorong motivasi bagi peneliti maupun peningkatan kapasitas lembaga melalui berbagai program, seperti adanya program insentif pendaftaran paten (Lampiran II.1.). c. Menyelenggarakan Program Insentif Pembentukan/Penguatan Sentra KI Perguruan Tinggi/Lembaga Penelitian. d. Mendorong pertemuan antara penemu dan pengusaha serta industri sebagai pengguna karya penelitian yang telah diberikan paten untuk memberikan lebih banyak kesempatan kepada pemilik paten untuk dapat dikomersialkan. 51

62 LAKIN Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan 2017 e. Menyelenggarakan sosialisasi/pemahaman kepada lembaga litbang/perguruan tinggi khususnya peneliti/perekayasa/dosen dan mahasiswa akan pentingnya Hak Kekayaan Intelektual. Gambar 3.9 Pelatihan Pemanfaatan Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat yang berpotensi Paten di Malang dan Semarang Gambar 3.10 Pelatihan Sentra Kekayaan Intelektual di Yogyakarta 3. Jumlah Prototipe R&D TRL s.d 6 Tingkat Kesiapanterapan Teknologi (TKT) atau TRL (Technology Readiness Level) merupakan hasil dari rekayasa riset dan/atau penelitian untuk dapat disiapkan menjadi suatu bentuk teknologi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat (pemerintah, masyarakat dan dunia industri). Terdapat 9 (sembilan) tingkat kesiapterapan teknologi yaitu dari tingkat 1 sampai dengan tingkat 9. Sedangkan untuk tingkat TRL s.d 6 gambarannya adalah riset/penelitian dan pengembangan secara aktif dimulai. Hal ini dapat menyangkut studi analitis dan studi 52

63 laboratorium untuk memvalidasi secara fisik atas prediksi analitis tentang elemenelemen terpisah dari teknologi. Untuk memperjelas uraian dan gambaran tingkat kesiapan teknologi atau TRL, diperlihatkan dalam tabel dibawah ini : Tabel 3.8. Tingkat Kesiapterapan Teknologi (TRL, Technology Readiness Level) TRL Sistem benar-benar teruji/terbukti melalui keberhasilan pengoperasian Sistem telah lengkap dan memenuhi syarat (qualified) melalui pengujian dan demonstrasi dalam lingkungan/ aplikasi sebenarnya Demonstrasi prototipe sistem dalam lingkungan/aplikasi sebenarnya Demonstrasi model atau prototipe sistem/subsistem dalam suatu lingkungan yang relevan Validasi kode, komponen dan/atau breadboardvalidation dalam suatu lingkungan simulasi Penjelasan Aplikasi (penerapan) teknologi secara nyata dalam bentuk akhirnya dan di bawah kondisi yang dimaksudkan (direncanakan) sebagaimana dalam pengujian dan evaluasi operasional. Pada umumnya, ini merupakan bagian/aspek terakhir dari upaya perbaikan/penyesuaian (bug fixing) dalam pengembangan sistem yang sebenarnya. Contoh-contohnya termasuk misalnya pemanfaatan sistem dalam kondisi misi operasional. Teknologi telah terbukti bekerja/berfungsi dalam bentuk akhirnya dan dalam kondisi sebagaimana yang diharapkan. Pada umumnya, TKT ini mencerminkan akhir dari pengembangan sistem yang sebenarnya. Contohnya termasuk misalnya uji pengembangan dan evaluasi dari sistem dalam sistem persenjataan sebagaimana dirancang dalam rangka memastikan pemenuhan persyaratan spesifikasi desainnya. Prototipe mendekati atau sejalan dengan rencana sistem operasionalnya. Keadaan ini mencerminkan langkah perkembangan dari TKT/TRL 6, membutuhkan demonstrasi dari prototipe sistem nyata dalam suatu lingkungan operasional, seperti misalnya dalam suatu peswat terbang, kendaraan atau ruang angkasa. Contoh-contohnya termasuk misalnya pengujian prototipe dalam pesawat uji coba (test bed aircraft). Riset/penelitian dan pengembangan secara aktif dimulai. Hal ini dapat menyangkut studi analitis dan studi laboratorium untuk memvalidasi secara fisik atas prediksi analitis tentang elemen-elemen terpisah dari teknologi. Contoh-contohnya misalnya komponen-komponen yang belum terintegrasi ataupun mewakili. Keandalan teknologi yang telah terintegrasi (breadboard technology) meningkat secara signifikan. Komponenkomponen teknologi yang mendasar diintegrasikan dengan elemen-elemen pendukung yang cukup realistis sehingga teknologi yang bersangkutan dapat diuji dalam suatu lingkungan tiruan/simulasi. Contoh-contohnya misalnya integrasi komponen di laboratorium yang telah memiliki keandalan tinggi ('high fidelity'). 53

64 TRL Validasi kode, komponen dan/atau breadboardvalidation dalam lingkungan laboratorium Pembuktian konsep (proof-of-concept) fungsi dan/atau karakteristik penting secara analitis dan eksperimental Formulasi konsep dan/atau aplikasi teknologi Prinsip dasar dari teknologi diteliti dan dilaporkan Sumber : Graettinger, et al., (2002) Penjelasan Komponen-kompoenen teknologi yang mendasar diintegrasikan untuk memastikan agar bagian-bagian tersebut secara bersama dapat bekerja/berfungsi.keadaan ini masih memiliki keandalan yang relatif rendah dibanding dengan sistem akhirnya. Contoh-contohnya misalnya integrasi piranti/perangkat keras tertentu (sifatnya ad hoc) di laboratorium. Riset/penelitian dan pengembangan secara aktif dimulai. Hal ini dapat menyangkut studi analitis dan studi laboratorium untuk memvalidasi secara fisik atas prediksi analitis tentang elemen-elemen terpisah dari teknologi. Contoh-contohnya misalnya komponen-komponen yang belum terintegrasi ataupun mewakili. Invensi dimulai. Saat prinsip-prinsip dasar diamati, maka aplikasi praktisnya dapat digali/dikembangkan. Aplikasinya masih bersifat spekulatif dan tidak ada bukti ataupun analisis yang rinci yang mendukung asumsi yang digunakan. Contohcontohnya masih terbatas pada studi makalah. Tingkat terendah dari kesiapan teknologi. Riset ilmiah dimulai untuk diterjemahkan kedalam riset terapan dan pengembangan. Contoh-contohnya misalnya berupa studi makalah menyangkut sifat-sifat dasar suatu teknologi (technology's basic properties). Sebuah inovasi atau hasil temuan baru atau invention dari hasil karya peneliti belum dapat dikatakan teknologi apabila hasil temuan tersebut belum mengandung unsurunsur kesiapan yang benar-benar dapat diterapkan, dan mempunyai nilai keunggulan, baik teknologi baru atau pembaharuan. Amanat yang ditargetkan dalam tahun 2017 jumlah prototipe TRL s.d 6, sebesar 783 prototipe, berhasil terealisasi sebesar prototipe (terdiri dari prototipe BOPTN penelitian dan dari Insinas sebesar 354 judul) dengan persentase capaian kinerja sebesar 180 %. 54

65 Sasaran Kegiatan Meningkatkan Produktivitas Riset pendidikan tinggi, litbang dan pengabdian masyarakat Tabel 3.9 Capaian Indikator Kinerja Jumlah Prototipe R&D (TRL sd 6) Indikator Kinerja Jumlah prototipe R&D Target (Nominal) Realisasi 2016 Tahun 2017 Target Realisasi % Realisasi dari Target % Realisasi dari Target Renstra Kenaikan dari capaian % 92% 78% Ket : Jumlah Target Renstra (nominal) merupakan penjumlahan target tiap tahun dari tahun Ketercapaian target jumlah prototipe R&D (TRL s.d 6) didukung oleh kegiatan pengembangan prototipe riset Hankam dan Insentif Riset Sistem Inovasi Nasional (Insentif Riset SINas) yang merupakan salah satu instrumen kebijakan yang dikembangkan dengan mempertimbangkan perlunya optimalisasi sumberdaya litbang, meningkatkan sinergi Lemlitbang dengan industri, memperkuat kapasitas Iptek di Lemlitbang dan industri. Insentif Riset SINas berupa skema bantuan pendanaan riset ini dimaksudkan untuk mengatasi persoalan-persoalan utama terkait upaya penguatan Sistem Inovasi Nasional (SINas) terutama upaya untuk mendorong terjadinya sinergi antar lembaga riset, meningkatkan produktivitas penelitian dan pengembangan, dan mendorong pendayagunaan sumberdaya Litbang nasional. Penyelenggaraan Insentif Riset SINas telah dimulai sejak Tahun Anggaran 2012 dan tetap dilanjutkan secara berkesinambungan dengan topik-topik kegiatan riset selaras dengan prioritas pembangunan nasional Iptek.Aktivitas insentif riset SINas diutamakan pada tujuh bidang prioritas (bidang fokus) Iptek yang sudah dituangkan dalam dokumen resmi yang diacu (RPJPN, RPJMN, Jakstranas Iptek, ARN), yaitu: (1) teknologi ketahanan pangan, (2) teknologi energi, (3) teknologi transportasi, (4) teknologi informasi dan komunikasi, (5) teknologi pertahanan dan keamanan, (6) teknologi kesehatan dan obat, (7) teknologi material maju. Kegiatan penelitian dosen yang menghasilkan prototipe R&D (TRL s.d 6) mendapat dukungan sumberdana dari 2 (dua) fungsi yaitu fungsi pendidikan dan fungsi 55

66 layanan umum. Sumberdana fungsi pendidikan diwujudkan dalam kegiatan penelitian BOPTN, sedangkan dari fungsi layanan umum berasal dari dana rupiah murni. Kegiatan peningkatan jumlah prototipe R&D (TRL s.d 6) dalam program insentif sistem inovasi nasional di Indonesia, terdapat beberapa kegiatan untuk mendukung capaian yang lainnya sebagaimana tersebut pada tabel dibawah ini untuk capaian kinerja program kegiatan InSINas tahun 2016, sebagai berikut : Tabel Capaian Kegiatan InSINas (Data ) No. Program/Kegiatan Prototipe Laboratorium Publikasi Jurnal Internasional Publikasi Jurnal Nasional Terakreditasi 4 Paten Terdaftar Adapun contoh dari kegiatan Insinas yang telah dihasilkan seperti pada gambar 3.11 Gambar 3.11 Hasil Kegiatan Insinas 56

67 Sedangkan program/kegiatan yang bersumber dari fungsi Pendidikan (BOPTN Penelitian) dapat dilihat pada tabel (3.11). Tabel 3.11 Capaian Hasil Penelitian Perguruan Tinggi (Data ) Tahun Design Hak Kekayaan Intelektual Prototipe Teknologi Tepat Guna Grand Total * Grand Total Ket: * (Lampiran II.2) Gambaran tersebut merupakan rekapitulasi hasil laporan kinerja penelitian yang disampaikan perguruan tinggi pada laman simlitabmas.ristekdikti.go.id/kinerja. Laporan ini disampaikan oleh dosen/peneliti yang telah mendapatkan hibah penelitian dari berbagai skema penelitian yang didapat oleh dosen/peneliti. Dari keempat hasil penelitian terlihat Hak Kekayaan Intelektual diurutan pertama (TRL 6) diikuti teknologi tepat guna (TRL 5) diposisi kedua, ketiga adalah prototipe (TRL 6) dan terakhir dalam bentuk design (sederhana, TRL 4). Capaian tahun 2017 merupakan angka sementara karena proses validasi data akan dilakukan tahun Menurunnya capaian di tahun 2017 merupakan dampak dari pemotongan anggaran yang porsinya cukup besar yang diambil dari layanan pendidikan (BOPTN). Berikut dibawah ini salah satu contoh hasil prototipe yang dihasilkan melalui penelitian BOPTN. Aplikasi Laser Range Finder Pada Pengukur Panjang Badan Bayi Digital (P2B2D) Versi 2.0 dengan Data Terintegrasi merupakan salah satu prototipe hasil penelitian BOPTN yang dilakukan oleh peneliti dari Indonesia melalui skema penelitian yang ada di Direktorat Riset dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Ditjen Penguatan Risbang. Hasil penelitian tersebut akan dipatenkan seperti P2B2D versi 1.0 dan digunakan secara meluas dalam survey antropometri yang melibatkan pengukuran panjang badan pada bayi (Gambar 3.12). 57

68 Gambar 3.12 Pengukuran Panjang badan baduta (bayi dibawah dua tahun) menggunakan alat P2B2D versi 2.0 Sebagaimana diketahui bahwa kelompok perguruan tinggi di Indonesia hampir sebagian besar diamanatkan atau diberikan tugas untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang bersifat dasar, dan pengembangan kurikulum nasional dan lokal, bahan untuk penulisan buku ajar. Sedangkan bagi sebagian kecil perguruan tinggi besar (khususnya PTN BH) diarahkan untuk lebih meningkatkan hasil penelitian yang bersifat terapan, menciptakan teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk dunia industri sebagaimana diamanat pada tipe TRL 6 termasuk sampai dengan TRL s.d 7. Adapun kendala dalam mencapai target diantaranya adalah terbatasnya sumberdana pendukung untuk penciptaan Jumlah Prototipe R&D s.d TRL 6, proses penelitian khususnya menyangkut pelaksanaan proses penggunaan dana yang cukup rumit (dana penelitian masih bersumber mata anggaran dari jenis Belanja Barang), dosen peneliti yang kurang disiplin atau tidak tepat waktu, tidak taat pada pedoman TRL s.d 6 dan merasa belum pentingnya sebuah hasil penelitian untuk diarahkan TRL s.d 6 di mata dosen yang bersangkutan. Sedangkan solusi yang dapat memberikan dampak positif untuk kinerja Jumlah Prototipe R&D s.d TRL 6 diantaranya adalah melaksanakan kegiatan sosialisasi secara terus-menerus baik melalui lembaga LPPM/LPM maupun kepada dosen/peneliti yang bersangkutan dengan berbagai media, baik elektronik (simlitabmas) atau surat edaran tentang kebijakan riset/penelitian dan menyusun berbagai pedoman pemahaman tentang standar R&D TRL s.d 6, Pelatihan dan workshop hasil-hasil program hibah yang mengarah pada Prototipe R&D TRL s.d 6, dan penyempurnaan pedoman Skema-skema Hibah Penelitian/Riset. 58

69 4. Jumlah Prototipe Industri TRL 7 IKU Jumlah Prototipe Industri TRL 7 dimulai sejak tahun 2014 sebanyak 3 unit. Kemudian pada tahun 2015 IKU Jumlah Prototipe Industri sebanyak 4 unit. Pada tahun 2016, dari target IKU yang ditetapkan sebesar 15 prototipe berhasil terealisasi sebesar 45 prototipe, melebihi target, dengan persentase capaian kinerja sebesar 300%. Kemudian pada tahun 2017 ini ditargetkan IKU yang ditetapkan sebesar 20 prototipe berhasil terealisasi sebesar 86 prototipe, melebihi target, dengan persentase capaian kinerja sebesar 430%. Gambar 3.13 Jumlah Prototipe Industri TRL 7 ( ) Adapun kenaikan prosentase realisasi Prototipe Industri tahun 2017 terhadap target nominal Renstra sebesar 82%. Target nominal Renstra merupakan penjumlahan target Prototipe Industri dari tahun 2015 sampai dengan tahun

70 Sasaran Kegiatan Meningkatnya kesiapan teknologi laik industri Indikator Kinerja Jumlah Prototipe Industri Tabel 3.12 Jumlah Prototipe Laik Industri (TRL 7) Target (Nominal) Realisasi 2016 Target Realisasi Tahun 2017 % Realisasi dari Target % Realisasi dari Target Renstra Kenaikan dari capaian % 142% 91% Ket : Jumlah Target Renstra (nominal) merupakan penjumlahan target tiap tahun dari tahun Upaya untuk meningkatkan kesiapterapan teknologi masih mengalami banyak kendala, beberapa kendala yang terjadi dalam upaya menaikan tingkat kesiapan teknologi dari TRL 6 ke TRL 7 antara lain seperti: kompleknya parameter-parameter yang ada dilingkungan sebenarnya belum teridentifikasi pada saat pengembangan prototype di skala laboratorium, masalah kesiapan lokasi dan lingkungan yang digunakan untuk melakukan uji coba lingkungan sebenarnya, prosedur pengujian praklinis dan klinis untuk bidang kesehatan yang yang panjang serta sulitnya memperoleh objek/pasien untuk digunakan dalam pengujian lingkungan sebenarnya, keterbatasan persediaan bahan baku untuk mendukung proses di skala TRL 7, serta permasalahan pencairan administrasi keuangan yang tidak sesuai dengan jadwal awal. Solusi untuk mengatasi kendala diatas antara lain: perlu dilakukan identifikasi parameter lingkungan yang menyeluruh sebelum teknologi disesain untuk diterapkan pada lingkungan sebenarnya, mempersiapkan dan merencanakan waktu uji serta lokasi yang tepat yang bisa mewakili kondisi kerja pada lingkungan sebenarnanya (terutama lingkungan uji yang sangat dipengaruhi oleh musim), kerjasama dengan intansi dan lembaga terkait untuk mempermudah memperoleh obyek/pasient untuk pengujian pada bidang kesehatan, membuat rencana penyerapan anggaran yang baik dan koordinasi dengan beberapa lembaga yang bisa diajak kerjasama untuk mempermudah dalam pelaksanaan pengujian lapangan. Gambaran tentang capaian kinerja 86 (delapan puluh enam) prototipe yang telah dihasilkan dapat dilihat tabel bidang fokus, judul, dan mitra kerja yang ikut dalam konsorsium riset. 60

71 Tabel 3.13 Hasil Capaian Jumlah Prototipe Laik Industri TRL 7 NO JUDUL PENINGKATAN EFISIENSI DAN KEHANDALAN PERANGKAT DC DC KONVERTER 5 KW UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DAN ANGIN PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI PNEUMATIC RUBBER FENDER PADA INDUSTRI KARET NASIONAL. PENGEMBANGAN TURBIN PANAS BUMI SKALA KECIL S/D 5MW BERBASIS PENYEMPURNAAN TURBIN 3 MW PLTP KAMOJANG PENGEMBANGAN RADIATION PORTAL MONITOR UNTUK DETEKSI DAN IDENTIFIKASI ENERGI DAN AKTIFITAS LALULINTAS BAHAN NUKLIR DAN FASILITAS NUKLIR UJI PENERAPAN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK HYBRID TURBIN ANGIN DAN PANEL SURYA BERKAPASITAS 1 KW DI 10 TITIK DI PROVINSI SUMATERA BARAT PENGEMBANGAN HERMETIC TURBINE UNTUK PENERAPAN DI GEOTHERMAL BINARY CYCLE TECHNOLOGY OPTIMASI PEMANFAATAN LIMBAH NABATI SEBAGAI ENERGI TERBARUKAN PENGEMBANGAN OPTOELECTRONIC SYSTEM SEBAGAI SISTEM MISI PESAWAT TERBANG TANPA AWAK (PTTA) PENGEMBANGAN CENTRAL TIRE INFLATION SYSTEM (CTIS) UNTUK KENDARAAN TEMPUR RODA BAN. PENGEMBANGAN SISTEM KENDALI ROKET BERBASIS PENJEJAK SINAR INFRA MERAH PENGEMBANGAN KENDARAAN TAKTIS WATER CANON PENGEMBANGAN MAN-PACK GROUND SURVEILLANCE RADAR UNTUK APLIKASI MILITER DALAM RANGKA PENGAWASAN DAN PENGAMANAN WILAYAH PERBATASAN PENGEMBANGAN WAHANA BENAM PENYERGAP SKALA INDUSTRI UNTUK PENGAMANAN WILAYAH MARITIM NKRI SISTEM PEMROSESAN DAN SENTRALISASI DATA RPM (RADIATION PORTAL MONITOR) MENGGUNAKAN SECURE NETWORK RANCANG BANGUN FLIGHT CONTROLLER UNTUK UAV BERSAYAP TETAP PRODUKSI PROTEIN NS1 REKOMBINAN UNTUK KIT DIAGNOSTIK DENGUE DAN VALIDASI KIT DIAGNOSTIK BIDANG FOKUS LEMBAGA LITBANG / INDUSTRI PENGUSUL ENERGI UI UI ENERGI ENERGI PT. SAMUDERA LUAS PARAMACITRA Pusyantek BPPT ENERGI BATAN UGM ENERGI ENERGI ENERGI HANKAM PT PLN PT. Intan Prima Kalorindo Pusyantek BPPT PT LEN Indonesia MITRA PT LPNK INDUSTRI BPPT Pusyantek BPPT BATAN, BAPETEN BPPT Pusyantek BPPT PT Weston Integrasi Energi PT. SAMUDERA LUAS PARAMACITRA PT Nusantara Turbin Propulsi PT. LEN PT PLN, PT AWINA PT. Intan Prima Kalorindo PT. ENERBA TEKNOLOGI PT LEN Indonesia HANKAM PINDAD PINDAD HANKAM PT KINARYA LAPAN PT KINARYA HANKAM PT ASTANITA BPPT PT ASTANITA HANKAM PT Radar dan Telekomunikasi Indonesia LIPI PT Radar dan Telekomunikasi Indonesia HANKAM LPIK - ITB LPIK - ITB PT. BHIMASENA HANKAM PT. LEN UGM HANKAM KESOBAT PT. Aero Terra Indonesia LPIK ITB LPIK ITB, UNPAD BATAN, BAPETEN PT. LEN PT. Aero Terra Indonesia 61

72 NO JUDUL FABRIKASI EXTERNAL FRACTURE FIXATION DAN HAND PROSTHESIS BERBASIS RAPID PROTOTYPING UNTUK KEMANDIRIAN PRODUKSI ALAT KESEHATAN DI INDONESIA PENGEMBANGAN PRODUKSI BAHAN BAKU OBAT BERBASIS BIOSIMILAR RECOMBINANT HUMAN ERYTHROPOETIN (LANJUTAN, TAHUN TERAKHIR) UJI IN VITRO DAN IN VIVO ALAT ELECTRO- CAPACITIVE CANCER THERAPY (ECCT) YANG DIKEMBANGKAN EDWAR TECHNOLOGY SEBAGAI MODALITAS TERAPI BERBASIS TUMOR TREATING FIELDS UNTUK KANKER PAYUDARA, LIDAH DAN GLIOBLASTOMA. PATCHABLE DEVICE DETEKSI DINI ANGIN DUDUK UNTUK PENANGANAN AWAL SERANGAN JANTUNG MEMATIKAN PENELITIAN PENGUJIAN KLINIS VALIDITAS BREAST ECVT SCREENER (BES) UNTUK DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA (LANJUTAN) PENELITIAN PENGUJIAN KLINIS TINGKAT KEAMANAN DAN KEBERMANFAATAN TEKNOLOGI ECCT (ELECTRO-CAPACITIVE CANCER THERAPY) PADA KANKER NASOFARING STADIUM LANJUT DAN KANKER ASTROSITOMA DERAJAT III DAN IV (LANJUTAN) PENGEMBANGAN PERANGKAT KEDOKTERAN MULTI DIAGNOSIS BERBASIS NUKLIR VALIDASI PROSES PRODUKSI DAN KENDALI KUALITAS KAPSUL I-131 TERAPI PENGEMBANGAN BISKUIT DAUN KATUK UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI ASI PADA IBU NIFAS UNTUK MENGURANGI PENGGUNAAN OBAT IMPOR. UJI DINAMIK DAN UJI KLINIS PROTOTIP SENDI PANGGUL (HIP JOINT) YANG SESUAI DENGAN MORFOMETRI SENDI ORANG INDONESIA SEBAGAI PENGGANTI KERUSAKAN TULANG SENDI AKIBAT OSTEOARTHRITIS, OSTEOPOROSIS DAN KECELAKAAN MIKROENKAPSULASI PROBIOTIK INDIGENOUS POWDER DAN APLIKASINYA DI BIDANG INDUSTRI UNTUK MENDUKUNG KESEHATAN VALIDASI PROSES PRODUKSI SKALA INDUSTRI KIT MACROAGGREGATED ALBUMIN UNTUK PEMENUHAN REGISTRASI OBAT DIAGNOSIS KANKER PARU APLIKASI TEKNOLOGI NANO DISPERSI UNTUK MENGATASI GANGGUAN METABOLIT (SELULIT) DENGAN BAHAN AKTIF DARI EKSTRAK JAHE DAN EKSTRAK PEGAGAN BIDANG FOKUS LEMBAGA LITBANG / INDUSTRI PENGUSUL KESOBAT LPPM ITS LPPM ITS MITRA PT LPNK INDUSTRI PT. Prima Medika Sejahtera KESOBAT PT BIOFARMA PT BIOFARMA KESOBAT KESOBAT KESOBAT KESOBAT Indonesia UNIVERSITAS TELKOM PT Ctech Edwar Technology RSUD DR. SOETOMO Indonesia UNIVERSITAS TELKOM RS Saiful Anwar KESOBAT BATAN BATAN KESOBAT BATAN BATAN KESOBAT AKADEMI KEBIDANAN MITRA HUSADA MEDAN KESOBAT UGM UGM KESOBAT UGM UGM AKADEMI KEBIDANAN MITRA HUSADA MEDAN KESOBAT BATAN BATAN KESOBAT PUSLIT KIMIA - LIPI PUSLIT KIMIA - LIPI PT Ctech Edwar Technology PT Ctech Edwar Technology RSUD DR. SOETOMO, PT Ctech Edwar Technology PT. Sarandi Karya Nugraha PT. KIMIA FARMA PT. ORTIDE Indonesia PT SANBE FARMA PT. KIMIA FARMA PT. NANOTECH HERBAL INDONESIA 62

73 NO JUDUL OPTIMALISASI TEKNIK PREPARASI SEDIAAN RADIOFARMAKA SIAP INJEKSI TC-99M- TETROFOSMIN UNTUK PENGGUNAAN DI RUMAH SAKIT APLIKASI MATERIAL POLIMER TERMOPLASTIK SEBAGAI KOMPONEN SENJATA GENGGAM PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INDUSTRI XANTHAN GUM SKALA PILOT DAN INDUSTRI BERBASIS BAHAN BAKU LOKAL UNTUK MATERIAL LUMPUR PENGEBORAN (DRILLING MUD) MINYAK, GAS DAN GEOTHERMAL (LANJUTAN) PEMBUATAN PILOT PLAN BAHAN AKTIF BATERAI LITHIUM BERBASIS POSFAT (LANJUTAN) PENGEMBANGAN TEKNOLOGI DAUR ULANG LIMBAH CARBON BLACK DARI INDUSTRI BAN SEBAGAI UPAYA MENUJU ZERO WASTE PRODUCTION. PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH SENG GALVANIS MENJADI SENG OKSIDA DALAM UPAYA PENINGKATAN NILAI TAMBAH INDUSTRI NASIONAL PENERAPAN TEKNOLOGI SENSOR GAS BERACUN BERBASIS NANOMATERIAL LOGAM TANAH JARANG DALAM RANGKA PENGAWASAN POLUSI UDARA PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PEMANFAATAN ZIRKONIA (ZRO2) SEBAGAI MATERIAL REFRAKTORI PEMBUATAN PILOT PLAN TITANIUM DIOKSIDA DAN LITHIUM TITANAT (LANJUTAN) BIDANG FOKUS LEMBAGA LITBANG / INDUSTRI PENGUSUL KESOBAT BATAN BATAN MMBB MMBB PT PINDAD (Persero) Balai Bioteknologi - BPPT MMBB LPPM ITS LPPM ITS MITRA PT LPNK INDUSTRI LIPI Balai Bioteknologi - BPPT PT KIMIA FARMA PT PINDAD (Persero) PT. MAL PT. PETRO JORDAN ABADI MMBB LIPI LIPI PT. AGRONESIA MMBB PT. Agronesia PT. Agronesia MMBB MMBB MMBB PT. Elda Sarana Informatika PT DNR International Pusat Penelitian Fisika - LIPI Pusat Penelitian Fisika - LIPI PT. Elda Sarana Informatika PT DNR International PT. Monokem Surya 39 PENGEMBANGAN PRODUK DABEX UNDERGROUND. MMBB PT DAHANA (Persero) PT DAHANA (Persero) PENGEMBANGAN TEKNOLOGI HIGH TEMPERATURE FURNACE UNTUK PENELITIAN MATERIAL LANJUT DAN PENGUATAN INOVASI NASIONAL OPTIMASI DAN UJI PRODUKSI PILOT PLANT LOGAN PEMISAHAN URANIUM, THORIUM DAN LOGAM TANAH JARANG (PLUTHO) PENGEMBANGAN TEKNOLOGI EKSTRASI NATURAL WAX DARI LIMBAH PERTANIAN BEKATUL (RICE BRAN) DAN AMPAS TEBU (SUGARCANE) PRODUKSI MASKER MULTIFUNGSI BERBASIS TEKNOLOGI ADSORPSI-FOTOKATALISIS MMBB Pusat Penelitian Fisika - LIPI Pusat Penelitian Fisika - LIPI MMBB BATAN BATAN MMBB MMBB PT. Kirana Mitra Abadi PT Planet Medika Indonesia LIPI CV. FISIKA LABORATORIA PT. Kirana Mitra Abadi PT Planet Medika Indonesia 63

74 NO JUDUL PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PRODUKSI HARAMAYTM-FIPULP: KOMBINASI TEKNOLOGI BIODEGUMMING DAN BIOBLEACHING ALFA- SELULOSA RAMIE (BOEHMERIA NIVEA) MEMENUHI STANDAR MATERIAL NITROSELULOSA PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PADUAN ALUMINIUM BERBASIS ZR-CE UNTUK APLIKASI KONDUKTOR TRANSMISI TEGANGAN TINGGI PEMBUATAN FLOKULAN BERBAHAN DASAR TAPIOKA DAN AKRILAMIDA PENGEMBANGAN MESIN SLURRY ICE (BUBUR ES) SEBAGAI TEKNOLOGI YANG MENJAGA KUALITAS KESEGARAN BAHAN PANGAN OLAHAN REKAYASA TEKNOLOGI PRODUKSI PUPUK HAYATI & ZAT PEMACU PERTUMBUHAN TANAMAN (ZPT) DAN APLIKASINYA DI INDUSTRI UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN. TEKNOLOGI REGENERASI LIMBAH SPENT BLEACHING EARTH MENJADI REGENERATED SPENT BLEACHING EARTH SEBAGAI BAHAN PEMUCAT PADA PRODUKSI INDUSTRI MINYAK KELAPA SAWIT. PENGEMBANGAN PROTOTIPE LAIK INDUSTRI ENKAPSULASI PUPUK HAYATI AGRIMETH GENERASI II PENINGKATAN SKALA PRODUKSI BENIH TANAMAN KENTANG MENGGUNAKAN TEKNOLOGI KULTUR JARINGAN IN VITRO DAN EX VITRO PENGEMBANGAN PROSES PRODUKSI TEPUNG FERCAF SECARA SEMI KONTINYU PADA SKALA PILOT PRODUKSI ENZIM ALFA-AMILASE UNGGUL HASIL REKAYASA STRUKTUR PROTEIN UNTUK APLIKASI INDUSTRI BERBASIS PATI YANG EKONOMIS MMBB BIDANG FOKUS LEMBAGA LITBANG / INDUSTRI PENGUSUL Padjajaran Padjajaran MITRA PT LPNK INDUSTRI PT. RAMINDO BERKAH PERSADA MMBB PTM - BPPT PTM - BPPT PT. KMI WIRE MMBB LPPM - ITS LPPM - ITS PANGAN PANGAN PANGAN PANGAN PANGAN PT HIKARI SINDO SUKSES Pusat Teknologi Bioindustri - BPPT UNIVERSITAS BRAWIJAYA PT AGRO INDO MANDIRI Balai Bioteknologi - BPPT UNIVERSITAS BRAWIJAYA PANGAN LPIK ITB LPIK ITB PANGAN 54 JUKU SISTEM SX-145 DAN ST-024 PANGAN PENGEMBANGAN BIOPESTISIDA KITOSAN UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN PANGAN DAN SAYURAN PENGEMBANGAN PRODUKSI PANGAN FUNGSIONAL SEREAL HITAM SEBAGAI ANTI DIABETES PRODUKSI BENIH DAN BUAH MELON UNGGUL KULTIVAR MELONI SEBAGAI PRODUK HORTIKULTURA INDUSTRI DALAM NEGERI UNTUK KEMANDIRIAN BENIH BUAH MELON NASIONAL PANGAN Padjajaran PT. HIDROLAB NAVAL INDONESIA PT. RISET PERKEBUNAN NUSANTARA PANGAN UGM UGM PANGAN UGM UGM Padjajaran Pusat Teknologi Bioindustri - BPPT LIPI Balai Bioteknologi - BPPT PT HIKARI SINDO SUKSES PT. Pupuk Iskandar Muda PT LABO CHEMI INDONESIA PT AGRO INDO MANDIRI Asosiasi Petani Hortikultura Sejahtrera PT. Swasembada Pangan Lokal CV. SUPRIMA PT. HIDROLAB NAVAL INDONESIA PT. RISET PERKEBUNAN NUSANTARA PT. TIGA PILAR SEJAHTERA PT. RAJA PILAR AGROTAMA 64

75 NO JUDUL PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI BIOPEAT UNTUK MENDUKUNG SENTRA PRODUKSI JAGUNG DI LAHAN SUB OPTIMAL GAMBUT, KAB INDRAGIRI HILIR PENGEMBANGAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI ENERGI SURYA DALAM UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL PENGEMBANGAN PEMANFAATAN PENGOLAHAN AIR DALAM UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL AGROMIX SUPER : SUPLEMEN PAKAN MENGANDUNG AGEN IMMUNO-STIMULATOR UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS PRODUK PETERNAKAN PRODUKSI SKALA INDUSTRI TANAMAN KECOMBRANG SEBAGAI PELAPIS (COATING) AKTIF RAMAH LINGKUNGAN PADA KOMODITAS HORTIKULTURA DAN PERIKANAN PENGEMBANGAN BISKUIT BUAH BIT (BETA VULGARIS) DALAM MENINGKATKAN HAEMOGLOBIN PENDERITA TUBERKOLOSIS PARU PEMBACA KARTU PINTAR DENGAN SAM TUNGGAL UNTUK MULTIPLE CARDS TERINTEGRASI DENGAN SISTEM INFORMASI AKADEMIK (LANJUT) IMPLEMENTASI SECURE AND FORENSIC READY TRANSACTION NETWORK DI ITB (LANJUT) PERANCANGAN SYSTEM ON CHIP (SOC) UNTUK SMART CARD NFC (LANJUT) PERANCANGAN ANALOG FRONT END (AFE) UNTUK SMART CARD NFC (LANJUT) IMPLEMENTASI SECURE AND FORENSIC READY TRANSACTION NETWORK DI UI (LANJUT) IMPLEMENTASI JARINGAN CERDAS LAYANAN AKADEMIS DAN NON AKADEMIS DI KAMPUS UNHAS (LANJUT) PENERAPAN TEKNOLOGI RADAR FMCW DAN AIS UNTUK NAVIGASI KAPAL NELAYAN SAMPAI WILAYAH PERBATASAN LAUT ZEE TAHAP 2 (LANJUT) HILIRISASI SISTEM PEMELIHARAAN KAPAL BERBASIS ELEKTRONIK UNTUK MENDUKUNG LOGISTIK NASIONAL SISTEM KOMUNIKASI DATA & NAVIGASI UNDERWATER GLIDER UNTUK SAMPLING DATA OSEANOGRAFI BIDANG FOKUS PANGAN PANGAN PANGAN LEMBAGA LITBANG / INDUSTRI PENGUSUL Pusyantek BPPT B2TKE - BPPT UPN VETERAN YOGYAKARTA PANGAN UGM UGM PANGAN PANGAN TIK UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA MEDAN UNIVERSITAS TELKOM UPN Yogyakarta MITRA PT LPNK INDUSTRI UPN VETERAN YOGYAKARTA UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA MEDAN UNIVERSITAS TELKOM, ITB, UNHAS. Pusyantek BPPT B2TKE - BPPT B2TKE - BPPT PT RSUP PDAM GUNUNG KIDUL PDAM GUNUNG KIDUL PT. PASIR TENGAH PT. SAPA BIOTEK AGRINUSA PT. NEKO NEKO BAKERY TIK ITB ITB PT. INTI TIK PT XIRKA PT XIRKA TIK PT XIRKA PT XIRKA TIK TIK TIK Indonesia Hasanuddin PT Radar dan Telekomunikasi Indonesia Indonesia UNIVERSITAS TELKOM, ITB, UNHAS. LIPI PT. INTI PT Radar dan Telekomunikasi Indonesia TIK PT SEATECH ITS PT SEATECH TIK LPIK ITB LPIK ITB PT. BHIMASENA 65

76 NO JUDUL PENGUJIAN PROTOTIPE AISITS UNTUK INSPEKSI DAN TRACKING KAPAL SEBAGAI PENDUKUNG KESELAMATAN PELAYARAN PENGEMBANGAN PROTOTIPE LAIK INDUSTRI MESIN CETAK HURUF BRAILLE BERKECEPATAN 400 KARAKTER PER DETIK PENGEMBANGAN PLATFORM E-SERVICES UNTUK MANAJEMEN PENGURANGAN RISIKO BENCANA HIDROMETEOROLOGI SKALA NASIONAL SISTEM INFORMASI DATA RADIASI DAN KENDALI RPM (RADIATION PORTAL MONITOR ) PENGUATAN TEKNOLOGI WOODWORKING CNC MILLING MACHINE (WCM1000) SEBAGAI PENINGKATAN DAYA SAING PRODUK MANUFAKTUR INDUSTRI UKM LOKAL R80 AIRCRAFT POWER OFF MODEL SET UP, CALIBRATION & WIND TUNNEL TEST (EFEK SLIPSTREAM PROPELLER TERHADAP KARAKTERISTIK AERODINAMIKA PESAWAT UDARA R80 TAHUN KEDUA) VALIDASI CFD TERHADAP KARAKTERISTIK AERODINAMIKA PESAWAT UDARA R80 (EFEK SLIPSTREAM PROPELLER TERHADAP KARAKTERISTIK AERODINAMIKA PESAWAT UDARA R80 PREDIKSI & PENGUJIAN TAHUN KEDUA) ENGINE NACELLE INSTRUMENTATION- 2 & INSTALLATION (PROPOSAL 2 DALAM PENELITIAN EFEK SLIPSTREAM PROPELLER TERHADAP KARAKTERISTIK AERODINAMIKA PESAWAT UDARA R80 PREDIKSI & PENGUJIAN TAHUN KEDUA) EVALUASI PROTOTIPE LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) BERBASIS ALUMINIUM PT INDUSTRI KERETA API (PT INKA). R80 ENGINE NACELLE MODEL DESIGN, MANUFACTURING, INSTRUMENTATION- 1 (PROPOSAL 1 DALAM PENELITIAN EFEK SLIPSTREAM PROPELLER TERHADAP KARAKTERISTIK AERODINAMIKA PESAWAT UDARA R80 PREDIKSI & PENGUJIAN TAHUN KEDUA) PENGEMBANGAN KERETA DENGAN PROPULSI MESIN JAMAK (PPTI 2017) LANJUTAN AERODYNAMICS CHARACTERISTICS PREDICTION USING CFD (PROPOSAL 3 DALAM PENELITIAN EFEK SLIPSTREAM PROPELLER TERHADAP KARAKTERISTIK AERODINAMIKA PESAWAT UDARA R80 PREDIKSI & PENGUJIAN TAHUN KEDUA) BIDANG FOKUS LEMBAGA LITBANG / INDUSTRI PENGUSUL MITRA PT LPNK INDUSTRI TIK LPPM - ITS LPPM - ITS PT. INOSOFT TIK LPPM - ITS LPPM - ITS TIK LPIK ITB LPIK ITB TIK UGM UGM TRANSPORTASI LPPM ITS LPPM ITS TRANSPORTASI TRANSPORTASI TRANSPORTASI TRANSPORTASI TRANSPORTASI TRANSPORTASI TRANSPORTASI PT Mulya Bangun Sentosa PT Regio Aviasi Industri (PT RAI) PT Mulya Bangun Sentosa PT. INKA (PERSERO) PT Mulya Bangun Sentosa PT. INKA (PERSERO) PT Regio Aviasi Industri (PT RAI) BATAN, BAPETEN PT. SIMENTARI ABDHI BINA SURABAYA PT. TRITECH CONSULT INDONESIA PT. LEN PT. AJISAKA SAINS TEKNOLOGI DAN REKAYASA PT Mulya Bangun Sentosa PT Regio Aviasi Industri (PT RAI) PT Mulya Bangun Sentosa PT. INKA (PERSERO) PT Mulya Bangun Sentosa PT. INKA (PERSERO) PT Regio Aviasi Industri (PT RAI) 66

77 NO JUDUL PENGEMBANGAN NC MILLING MACHINE TOOLS UNTUK PEMBUATAN KOMPONEN OTOMOTIF OPTIMALISASI DAN UJI LAPANGAN SISTEM EVALUATOR AXLE COUNTER DI PERKERETAAPIAN BIDANG FOKUS TRANSPORTASI LEMBAGA LITBANG / INDUSTRI PENGUSUL BALAI TEKNOLOGI MEPPO BPPT MITRA PT LPNK INDUSTRI BALAI TEKNOLOGI MEPPO BPPT PT. DAUN BIRU ENGINEERING TRANSPORTASI LPIK - ITB LPIK - ITB PT. LEN Sebagaimana diketahui meskipun anggaran untuk penelitian semakin tahun semakin besar, namun anggaran penelitian sebelum 2017 belum mampu mendanai penelitian sampai ke hilir, yaitu penelitian yang mampu mendatangkan manfaat ekonomi secara langsung pada masyarakat luas. Oleh karena itu, hilirisasi penelitian yang telah dihasilkan oleh perguruan tinggi, LPNK, LPK, dan industri merupakan permasalahan yang harus dipecahkan bersama dengan seluruh pemangku kepentingan, baik dari kalangan akademisi, pemerintah dan badan usaha (Academician, Business, Government ABG). Tantangan yang dihadapi dalam menjalankan program pengembangan teknologi industri TRL 7 adalah bagaimana prototipe laik industri benar-benar bisa didorong ke hilir/komersial. Menurut Mainsfield dkk (1981), untuk mencapai kesuksesan komersialisasi hasil R&D dalam proses inovasi (Research Based Innovation) maka ada 3 tahapan yang harus dilalui yaitu tahap invensi (fase dimana temuan baru akan dikembangkan), tahap inovasi (antara lain pengenalan produk baru ke pasar) serta tahap difusi (penyebaran produk baru ke pasar). Tingkat keberhasilan suatu riset dan pengembangan dari tahap invensi sampai menjadi suatu inovasi hanya sebesar 22%. Sisanya yang 78% mengalami kegagalan diakibatkan karena ketidaklaikan teknis dan potensi keekonomian. Kemudian keberhasilan suatu tahap inovasi sampai menjadi komersial dan berhasil masuk pasar hanya sebesar 40% dari jumlah inovasi. Artinya, inovasi yang bisa sukses sampai masuk pasar hanya sekitar 8,8% saja. Kurva-S dari dukungan pembiayaan riset dan pengembangan dan pemanfaataannya harus dilaksanakan sampai tuntas seperti gambar di bawah ini. 67

78 LAKIN Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan 2017 Gambar 3.14 Kurva S pembiayaan riset dan pengembangan Oleh karena itu, segala upaya untuk melahirkan suatu produk inovasi dioptimalkan sesuai kaidah seleksi alam (competition). Semakin banyak upaya riset dan pengembangan yang berpotensi semakin besar kuantitas keberhasilan menuju hilirisasi/komersial.tahapan penyelenggaraan program pengembangan teknologi industri senantiasa dilaksanakan dengan penuh perhatian, ketelitian serta konsentrasi agar dapat melahirkan prototipe laik industri. Gambar 3.15 merupakan beberapa contoh hasil dari program pengembangan teknologi industri yang telah tercapai tahun

79 LAKIN Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan 2017 Gambar 3.15 Hasil Insentif Pengembangan Teknologi Industri B. Analisis Capaian Indikator Kinerja Program 1. Meningkatnya dukungan manajemen untuk Program Riset dan Pengembangan Iptek Dalam rangka mendukung kegiatan yang ada di Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Sekretariat Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan telah melaksanakan kegiatan selama tahun Capaian kegiatan dari target yang ada dapat dilihat pada tabel

80 Tabel 3.14 Target dan Capaian Kinerja Sekretariat Ditjen Penguatan Risbang Program Kegiatan Target 2017 Capaian 2017 Dukungan Manajemen untuk Program Penguatan Riset dan Pengembangan (5713) Dokumen Perencanaan 1 Dokumen 1 Dipa Petikan Program dan Anggaran Dokumen LAKIP/LAKIN 1 Dokumen 1 Dokumen Draft LAKIN 2017 Dokumen Pemantauan dan Evaluasi Dokumen Laporan Keuangan dan Perbendaharaan 1 Dokumen (12 layanan) 1 Dokumen (12 layanan) 1 Dokumen Pemantauan dan Evaluasi 1 Dokumen Laporan Keuangan dan Perbendaharaan 1 Dokumen Hukum, Kerjasama, dan Layanan Dokumen Hukum, 1 Dokumen Kerjasama, dan Layanan (12 layanan) Informasi Informasi Dokumen Umum, 1 Dokumen Kepegawaian, dan Rumah (12 layanan) Tangga Layanan Internal (overhead) 12 layanan 12 layanan 1 Dokumen Umum, Kepegawaian, dan Rumah Tangga Layanan Perkantoran 12 bulan 12 bulan Sampai dengan Desember 2017 pengadaan peralatan dan mesin pada Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan telah terealisasi sebanyak 102 unit yang terdiri dari : 1. Pengadaan peralatan dan mesin tahap I -- (43 unit) 2. Pengadaan peralatan dan mesin tahap II berupa server -- (1 unit) 3. Pengadaan laptop di Dit Pengelolaan KI, Ditjen Penguatan Risbang -- (3 unit) 4. Pengadaan peralatan dan mesin DSRP, Ditjen Risbang -- (25 unit) 5. Pengadaan rak besi dan standing bracket TV -- (2 unit) 6. Pengadaan peralatan dan mesin berupa 12 laptop dan 4 AC portable -- (16 unit) 7. Pengadaan dan pemasangan CCTV di lantai 19 dan 20 Gd II BPPT, Ditjen Risbang -- (10 unit) 8. Pengadaan laptop Dirjen dan Sesditjen Penguatan Risbang -- (2 unit) Dalam rangka mendukung implementasi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 106/PMK.2/2016 dan Permenristekdikti Nomor 69 Tahun 2016, Sesditjen Risbang telah memfasilitasi pelatihan reviewer penelitian yang dilaksanakan selama tahun 2017 di beberapa kota di Indonesia (tabel 3.15). Pelatihan ini diharapkan dapat menghasilkan reviewer penelitian yang jujur dan profesional dalam menilai kelayakan proposal penelitian dan keluaran penelitian. Reviewer adalah bagian dari kelengkapan upaya 70

81 untuk meningkatkan tiga indikator Riset dan Pengembangan (Risbang), yaitu publikasi, kekayaan intelektual, dan prototype teknologi. Keberadaan reviewer jujur dan profesional diharapkan mampu mendukung Risbang dalam mencapai 3 indikator output penelitian tersebut baik secara kuantitas maupun kualitas. Tabel 3.15 Rekapitulasi Peserta Pelatihan Reviewer Tahun 2017 No Pelatihan Tempat Tanggal Jumlah Peserta Bersertifikat ISO *) 1 Angkatan 2 Semarang 31 Mei - 04 Juni Angkatan 3 Surabaya Juni Angkatan 4 Serpong Juni Angkatan 5 Serpong Juli Angkatan 6 Bogor Agustus Angkatan 7 Depok September Angkatan 8 Malang September Angkatan 9 Surabaya September Angkatan 10 Magelang Oktober Angkatan 11 Medan Oktober Angkatan 12 Surabaya Oktober Angkatan 13 Semarang Nopember Angkatan 14 Bandung Nopember Angkatan 15 Makasar Nopember Angkatan 16 Surabaya Desember Sumber: Bagian Umum, Sesditjen Risbang Total Dalam rangka menyebarluaskan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 106/PMK.2/2016 dan Permenristekdikti Nomor 69 Tahun 2016 serta Permenristekdikti Nomor 14 Tahun 2017, Sesditjen Risbang melakukan Sosialisasi peraturan perundang-undangan tersebut di Perguruan Tinggi atau Kopertis. Tujuan Sosialisasi Peraturan ini adalah untuk menyebarluaskan pengetahuan dan pemahaman peraturan bagi dosen dalam menjalankan Tridarhma Perguruan Tinggi. 71

82 Selama tahun 2017, Sesditjen Risbang melakukan penyusunan beberapa Permenristekdikti dan pada akhir telah ditetapkan Permenristekdikti tentang Tim Koordinasi, Pengawasan, dan Sanksi Penelitian Pelaksanaan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan oleh Perguruan Tinggi Asing, Badan Usaha, Dan Orang Asing. Mengusung semangat inovasi dalam pelayanan publik, Sesditjen Risbang juga telah melakukan serangkaian inovasi dalam mempublikasikan dan mensosialisasikan program dan layanan di Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan. Pada tahun 2017, Sesditjen Risbang telah merevitalisasi tampilan laman web sebagai upaya untuk mempermudah pencarian informasi bagi para pemangku kepentingan dan masyarakat. Selain itu, beberapa media sosialisasi seperti video animasi tentang proses perizinan penelitian bagi orang asing telah disiapkan dalam menunjang sosialisasi kegiatan di Direktorat. Sesditjen Risbang juga turut berpartisipasi dalam berbagai pameran nasional dalam upaya menghadirkan informasi terkait program dan layanan kepada masyarakat luas. Dalam upaya meningkatkan capaian beberapa indikator kinerja utama (IKU) Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Sesditjen Risbang juga telah memfasilitasi berbagai rencana kerja sama dengan mitra kerja dalam dan luar negeri. Salah satu yang dilakukan di tahun 2017 adalah fasilitasi rencana kerja sama antara Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat dengan pihak Pemerintah Inggris yang diwakili oleh The Natural Environment Research Council (NERC) tentang pendanaan riset bersama. Selain itu di tahun 2017, Sesditjen Risbang telah memfasilitasi rencana kerja sama asing dan dalam negeri antara Direktorat Jenderal dan Direktorat-direktorat dengan mitra-mitra sebagai berikut: 1. The Netherlands Organisation for Scientific Research (NWO) Belanda 2. Islamic World Science Citation Center (ISC) Iran 3. United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) 4. PT. L oreal Indonesia dan Komite Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) Selain itu, dalam upaya monitoring dan evaluasi kerja sama luar negeri, telah dilaksanakan perjalanan dinas ke berbagai daerah dan negara, misalnya monitoring kerja sama pendanaan riset dengan Pemerintah Perancis dan Pemerintah Belanda pada bulan Oktober

83 2. Meningkatnya Relevansi Kebijakan Riset dan Pengembangan Iptek Direktorat Sistem Riset dan Pengembangan melalui program kegiatan Sistem Riset dan Pengembangan Iptek (5714) selama tahun 2017 telah menghasilkan capaian diantaranya sebagai berikut: Rekomendasi kebijakan pengembangan aplikasi monitoring RIRN dan indeks sitasi publikasi, terkait dengan kegiatan ini telah dilakukan lanjutan pengembangan aplikasi RIRN, yaitu aplikasi monev RIRN. Aplikasi tersebut dapat diakses melalui laman Aplikasi ini memberikan informasi kepada peneliti, dosen, lembaga, dan industri terkait dengan data/informasi riset dan pengembangan. Data yang terkandung dalam aplikasi ini adalah data yang diperoleh dari hasil riset skema Simlitabmas, Insinas, PPTI, dan data yang diperoleh dari lembaga penelitian. Sedangkan untuk masukan data riset lembaga dapat diakses melalui laman Aplikasi Monev RIRN ini digunakan untuk mempermudah dalam monitoring riset yang telah dilakukan, sedang dilakukan, atau yang akan dilakukan dan apakah riset-riset yang dilakukan sejalan dengan Rencana Induk Riset Nasional (RIRN). Luaran dari aplikasi ini bisa menjadi arah atau roadmap riset dan juga menjadi masukan dalam pengambilan keputusan. Gambar 3.16 dashboard Monev RIRN Selain itu, dalam kegiatan ini juga dilakukan kajian terkait pengembangan aplikasi citation index. Saat ini, aplikasi yang telah dikembangkan dan menjadi salah satu portal tempat penemuan referensi ilmiah dan umum karya anak bangsa adalah Aplikasi Garuda (Garba Rujukan Digital). Melalui aplikasi ini, para peneliti/dosen dapat memperoleh informasi referensi ilmiah. Serta juga, seharusnya aplikasi ini menjadi aplikasi index citation. Namun demikian, aplikasi tersebut belum menjadi 73

84 aplikasi index citation. Tindak lanjut dari kegiatan ini adalah perlu dilakukan pengembangan Garuda yang lebih komprehensif dan memiliki aplikasi index citation. Gambar 3.17 laman GARUDA (Garba Rujukan Digital) 1 (satu) Kajian tema riset foresight technology (Workshop Foresight) Bidang TIK dengan pendekatan system dynamics melalui causal loop diagram (SBM-ITB) sebagai masukan untuk matriks PRN-inventarisasi isu. Dalam kajian ini membahas terkait Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 setelah China, India dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia terus menunjukkan peningkatan yang signifikan. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 1970, 1990 dan 2015 terus menunjukkan kenaikan. Pada tahun 2045, jumlah penduduk Indonesia diperkirakan jiwa, dengan kelompok umur produktif menjadi 61%. Pergeseran kelompok umur pada kelompok usia lanjut (60 tahun ke atas) dari 8,4% (2015) diprediksikan menjadi 18,3% pada tahun Peningkatan jumlah penduduk usia lanjut menunjukkan terjadi peningkatan angka harapan hidup namun di sisi lain berpotensi memicu perubahan pola hidup dan tatanan sosial di masyarakat. Dari sisi PDB, pada tahun 2045 Indonesia diprediksikan menjadi negara dengan pendapatan tinggi dan salah satu PDB terbesar di dunia. Dengan skenario dasar atau normal (business as usual) atau skenario pertumbuhan ekonomi yang tinggi, maka PDB perkapita Indonesia diperkirakan akan mencapai USD atau USD , urutan ke-4 setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Tren perkembangan TIK di Indonesia saat ini antara lain berkembangnya infrastruktur telekomunikasi secara pesat, terjadinya digitalisasi di berbagai sektor, kehadiran media digital yang menggeser media konvensional, dan tata kelola pemerintahan yang semakin terbuka dan inovatif. Walau memiliki jumlah pengguna aktif internet terbesar ke-4 di Asia dengan pertumbuhan yang signifikan dari tahun ke tahun, pembangunan TIK di Indonesia masih tertinggal tingkat Asia Tenggara (ASEAN), yang tercermin dari Indeks Pembangunan Teknologi Informasi Komunikasi IP-TIK 74

85 Indonesia (peringkat 111 dari 176 negara) dan global competitiveness index (peringkat 41 dari 137 negara di seluruh dunia). Walaupun jejaring tenaga ahli dan pusat riset bidang TIK masih belum terbentuk sesuai harapan, industri teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Indonesia dalam lima tahun terakhir tumbuh 9,98-10,7% per tahun, hampir dua kali lipat pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 4,79-6,56%. Mulai 2019, industri TIK domestik diproyeksikan tumbuh di atas 11% per tahun karena seluruh wilayah Nusantara terhubung jaringan internet seiring rampungnya proyek pembangunan broadband serat optik (Palapa Ring) pada akhir Sedangkan tren inovasi TIK di pemerintahan menunjukkan tren mengarah kepada penggabungan data manusia dan mesin, scaling government, warga sebagai ahli, personalized services, pemerintahan eksperimental, serta transformasi sistem dan proses internal. Ditengarai permasalahan utama dalam pengembangan risbang cenderung mengarah kepada implementasi kebijakan yang kurang mendukung, kurang berjalannya jejaring iptek, kurangnya sarana pra-sarana dan porsi pendanaan risbang dalam APBN. Keamanan data menjadi perhatian utama dalam pertukaran dan pemanfaatan data lintas instansi, sehingga prioritas arah pengembangan riset produk berbasis TIK pun sebaiknya diarahkan dengan fokus keamanan sistem dan tema lainnya, yang hasilnya bisa dipakai untuk memenuhi kuota kebutuhan dalam negeri dan sesuai kebutuhan konsumen dari berbagai kalangan. Teknologi bidang TIK memiliki sifat unpredictable (tidak memungkinkan untuk diprediksi) dalam jangka panjang, sehingga penahapan capaian teknologi dibagi berdasarkan 3 (tiga) periode dengan prioritas: s.d 2025 (ekspansi infrastruktur, industri 4.0, mobile devices, big data analytics, blockchain, dan smart city); s.d 2035 (terrabit connections, virtual reality augmented reality - mixed reality, software embedded nano level component, dan smart nation), dan s.d 2045 (artifical general intelligence, bio-electronics, dan smart society). Berdasarkan kategori periode tersebut, rekomendasi penguasaan teknologi, strategi balitbang - institusi pemerintahan - universitas, prioritas topik riset, alternatif solusi terhadap permasalahan yang telah dan mungkin ada, dan seterusnya untuk bidang TIK - dalam rangka mewujudkan peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi bagi masyarakat Indonesia; 75

86 Gambar 3.18 Hasil Kajian Technology Foresight bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi 1 (satu) Kajian tema foresight bidang kesehatan dan obat dengan pendekatan scenario planning (SBM-ITB) sebagai masukan untuk matriks PRN-inventarisasi isu. Dari Berbagai inovasi teknologi kesehatan telah dan akan terus mengubah gaya hidup sekaligus pola layanan kesehatan. Perkembangan teknologi kesehatan saat ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan bidang biologi molekular, teknologi informasi, mikroelektronika, biofisika dan teknologi material. Dalam tahap yang lebih advanced, teknologi kesehatan juga dipengaruhi oleh aplikasi teknologi sel punca, terapi berbasis gen, nutrigenomik, farmakogenomik dan yang paling mutakhir adalah gene editing, sebuah pendekatan terapi untuk memperbaiki gen melalui teknik insersi, dilesi, modifikasi atau penggantian gen yang rusak dengan sekuen DNA yang tepat. Pada tahun 2045, jumlah penduduk Indonesia diprediksi menjadi tidak kurang dari 318 juta jiwa dan angka harapan hidup rata-rata penduduk diperkirakan naik menjadi 73,2 tahun. Indonesia akan mendapatkan bonus demografi dimana tidak kurang dari 60% penduduk adalah kelompok usia produktif. Namun demikian, sekitar 10% penduduk adalah kelompok lansia dan 10% hidup dalam obesitas. Hal ini mempengaruhi pola hidup dan penyakit yang berkembang di masyarakat. Diprediksi, bahwa penyakit tidak menular akan berkurang, namun penyakit gangguan metabolisme seperti diabetes mellitus dan hipertensi maupun degeneratif seperti gagal jantung dan gagal ginjal serta kanker akan meningkat secara signifikan. Kondisi tersebut di atas mengharuskan Indonesia perlu menyiapkan strategi dan antisipasi terkait sumber daya yang diperlukan baik alokasi anggaran yang memadai maupun kebijakan arah riset dan pengembangan bidang teknologi kesehatan. Dalam bidang 76

87 ekonomi, memasuki era 2045 Indonesia diprediksi menjadi negara dengan pendapatan tinggi, jika tidak terjadi hal yang luar biasa. Dengan skenario dasar atau skenario pertumbuhan ekonomi yang tinggi, maka product domestic bruto (PDB) perkapita Indonesia akan mencapai USD atau USD Kondisi ini membuka peluang bisnis yang sangat menarik di Indonesia, termasuk industri farmasi dan alat kesehatan. Namun, pada saat yang sama menjadi tantangan bagi bangsa untuk dapat mandiri dan bersaing dalam bidang kesehatan. Pola layanan kesehatan global akan sangat dipengaruhi oleh berkembangnya beberapa teknologi utama antara lain: (1) teknologi nano, (2) mesin yang dapat belajar, (3) konektivitas, (4) genomik dan (5) robotik. Berubahnya pola layanan kesehatan global ini akan sangat dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah teknologi: (1) interface antara otak dan komputer, (2) biosensor yang dapat dipakai atau ditanam pada jaringan tubuh manusia, (3) gene therapy dan gene editing, (4) nanorobotik, (5) material maju, (6) 3- D printing, (7) artificial intelligent, (8) regenerative medicine, (9) precision medicine dan (10) virtual reality. Perkembangan teknologi tersebut di atas mempengaruhi pola layanan kesehatan di masa mendatang. Secara umum, pola pengobatan global akan menuju pada customized atau bahkan personalized medicine. Bagaimana Indonesia dapat mengantisipasi perubahan global dalam bidang teknologi kesehatan? Secara umum riset bidang teknologi kesehatan merupakan riset yang unik karena membutuhkan waktu yang relatif panjang (long term research), biaya yang besar (capital intensive), membutuhkan SDM yang kompeten (skilled human resources) dan fasilitas riset yang memadai (highly shopisticated) dengan resiko kegagalan yang cukup tinggi (high risk investment). Selain itu, riset bidang kesehatan di Indonesia saat ini masih bersifat technology push (science & technology driven) belum berorientasi market driven. Sebagian besar hasil riset bidang kesehatan baru sampai pada Tingkat Kesiapan Teknologi level 3-4 (proof of concept, Lab scale), sehingga masih membutuhkan tahapan lanjutan untuk bisa dilakukan hilirisasi. Oleh karena itu, menyambut perubahan menuju era 2045, perlu dilakukan: (1) Perencanaan kegiatan riset dan targetnya harus dilaksanakan secara nasional bukan hanya tugas dari salah satu kementerian atau lembaga riset saja, sehingga seluruh pemangku kepentingan dapat terlibat dan berkoordinasi dengan lebih baik; (2) Diperlukan kemauan politik negara dan konsistensi kebijakan dalam pengembangan ilmu dan teknologi jangka panjang sehingga perkembangan 77

88 capaian, target output serta outcomes program dapat diukur dengan baik, termasuk di dalamnya adalah dukungan alokasi sumber daya riset (anggaran riset, SDM dan fasilitas peralatan laboratorium) yang signifikan. (3) Untuk mendukung pengembangan teknologi kesehatan era 2045 diperlukan SDM unggul dalam teknologi: sel punca, biologi molekular, rekayasa genetika, gene therapy, gene editing, bio-imaging, bio-and smart material, biophysics, nanomedicine, bio-censor dan bio-chips dan lain-lain. Selain itu, para peneliti yang berada dan bekerja di luar negeri agar difasilitasi untuk kembali ke Indonesia dan melakukan kegiatan riset di pusat-pusat riset nasional. (4) Negara perlu mendirikan pusat-pusat unggulan teknologi kesehatan yang spesifik dan dilengkapi dengan berbagai peralatan laboratorium yang memadai dan advanced seperti adanya pusat riset rekayasa genetika, gene therapy dan gene editing, nanomedicine, immunology sel punca, cancer therapy, biocensor, bio-chips dan lain-lain yang secara proximity, berdekatan dan dalam satu wilayah dengan rumah sakit dan industri. (5) Secara intensif perlu adanya kerjasama riset dengan lembaga internasional. Dalam rangka untuk mengantisipasi munculnya permasalahan aspek hukum terkait material transfer agreement (MTA) dan intellectual property right (IPR), maupun hal terkait lainnya diperlukan adanya unit atau pusat khusus kerjasama riset luar negeri atau memperkuat posisi unit sejenis yang saat ini telah ada; Gambar 3.19 Hasil Kajian Technology Foresight bidang Teknologi Kesehatan dan Obat 78

89 1 (satu) Rekomendasi Kebijakan Kemitraan Strategis Risbang Dalam Negeri dan 1 (satu) Rekomendasi Kebijakan Kemitraan Strategis Risbang Luar Negeri. Adapun kajian yang dilakukan baik dalam negeri dan luar negeri adalah untuk kegiatan peningkatan program kerjasama riset strategis adalah (1) Membangun sistem intermediasi yang dapat menjadi jembatan terjadinya transaksi kerjasama strategis antara lembaga riset, perguruan tinggi dan industri untuk penguatan daya saing nasional, (2) Membangun ruang interaksi dan komunikasi yang intens antara pelaku riset, pengguna hasil riset, serta pengambil kebijakan riset nasional; Rekomendasi Kebijakan Implementasi RIRN dan ARN. adapun penyusunanan rekomendasi kebijakan bertujuan Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) Tahun disusun untuk menyelaraskan kebutuhan riset jangka panjang dengan arah pembangunan nasional terkait ilmu pengetahuan dan teknologi. RIRN menjadi penting karena pembangunan nasional membutuhkan perencanaan sektoral untuk mengintegrasikan langkah-langkah yang terpadu dan terintegrasi, khususnya antar Kementerian/Lembaga, untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelaksanaannya. RIRN dirancang dengan pendekatan holistik, lintas institusi, lintas ranah dan berdasarkan fokus riset. Hal ini dilakukan karena tidak semata-mata hanya untuk mengakomodasi semua pihak pelaku riset, tetapi lebih utama lagi adalah untuk mensinergikan seluruh kekuatan yang ada agar mendapatkan hasil yang optimal di tengah keterbatasan sumberdaya. Secara khusus, untuk penetapan fokus riset dilakukan melalui dua pendekatan, yakni top-down dan bottom-up. Proses top-down dilakukan dengan cara menetapkan prioritas sesuai dengan kebutuhan makro dan tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia di masa mendatang. Sebaliknya pendekatan bottom-up dilakukan dengan melihat potensi kekuatan dan sumber daya yang ada mengacu pada data riil sampai dengan tahun 2015 sebagai data dasar. Untuk saat ini draft surat mengenai RIRN sedang dalam proses menunggu persetujuan dari presiden yang nantinya diharapkan menjadi salah satu peraturan presiden yang mengatur mengenai riset secara nasional; 79

90 Gambar 3.20 Buku Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) Tahun Gambar 3.21 Direktur Sistem Riset dan Pengembangan dalam rangka Sosialisasi Implementasi RIRN di Indonesia, Depok, 12 September 2017 Laporan akhir pengembangan tiga (3) aplikasi sistem informasi riset dan pengembangan diantaranya sebagai berikut: 1. Aplikasi Sistem Informasi Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (Simlitabmas) dengan menambahkan feature Modul Kinerja Kelembagaan Penelitian. Simlitabmas merupakan sistem informasi penelitian dan pengabdian kepada masyarakat berbasiskan web dengan alamat simlitabmas.ristekdikti.go.id 80

91 dalam rangka mendukung pelaksanaan penyiapan perumusan, koordinasi, sinkronisasi pelaksanaan kebijakan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang riset dan Abdimas di Ditjen Penguatan Risbang. Pemerintah Indonesia memiliki komitmen tinggi untuk meningkatkan mutu dan kuantitas publikasi akademisi. Dukungan pendanaan untuk penelitian dinyatakan secara tegas dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi Pasal 89 bahwa perguruan tinggi mendapatkan Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) dimana paling sedikit 30% dialokasikan untuk kegiatan penelitian. Sejalan dengan adanya dukungan pendanaan yang semakin baik dari pemerintah, perguruan tinggi harus mengelola agenda penelitiannya dengan lebih profesional, di antaranya dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Gambar 3.22 Portal Simlitabmas 2. Aplikasi Arjuna Sistem akreditasi jurnal nasional (Arjuna) yang secara khusus dikembangkan untuk pengelolaan akreditasi terbitan berkala ilmiah nasional secara elektronik, diharapkan akan dapat meningkatkan efektifitas, efisiensi, dan produktivitas keseluruhan proses akreditasi. Penggunaan akronim Arjuna hendaknya dapat menginspirasi para pengelola terbitan berkala ilmiah akan semangat keindahan, ketekunan, kejujuran, keberanian, dan kehebatan. 81

92 Gambar 3.23 Portal Arjuna 3. Aplikasi SINTA Science and Technology Index (SINTA) adalah pusat sitasi dan kepakaran di Indonesia yang merupakan sebuah sistem informasi penelitian berbasis web yang menawarkan akses cepat, komprehensif dan kemudahan akses ke jurnal yang diterbitkan oleh perguruan tinggi dan lembaga penelitian di Indonesia dan kutipan artikel jurnal untuk mengukur kinerja para peneliti di Indonesia. Sinta memberikan informasi tentang tolok ukur institusi, kolaborasi, analisis tren penelitian, dan direktori pakar Indonesia. Gambar 3.24 Jaringan Penulis dan Peneliti 82

93 Aplikiasi ini dalam rangka mewujudkan kemandirian anak negeri dan mendorong kultur publikasi, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) meluncurkan SINTA - Science and Technology Index. Salah satu permasalahan yang masih dihadapi Indonesia yakni belum sebandingnya jumlah mahasiswa dan jumlah dosen dengan jumlah publikasi yang dihasilkan. Kurang dikenalnya penelitian anak negeri di tingkat global antara lain diakibatkan rendahnya publikasi global para peneliti tersebut. SINTA merupakan portal yang berisi tentang pengukuran kinerja Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang meliputi antara lain kinerja peneliti/penulis/author, kinerja jurnal, kinerja institusi Iptek. Berbeda dengan sistem lain yang telah ada sebelumnya di Indonesia, SINTA memiliki fungsi relasi, sitasi, dan pengindex. SINTA juga menggunakan sistem entry-exit digital dan dikelola secara multisektor yang mempunyai tugas dan fungsi sinergis yakni Kemenristekdikti dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Gambar 3.25 Portal SINTA 3. Meningkatnya Produktivitas Kekayaan Intelektual Pengelolaan Kekayaan Intelektual dan Perijinan Penelitian (5719) selama tahun 2017 diantaranya menghasilkan beberapa capaian sebagai berikut : a) Sentra KI yang telah dibina dan diperkuat untuk didanai mencapai 20 (dua puluh) dari 48 proposal yang lolos seleksi secara substansi pada akhir tahun b) Raih HKI untuk didanai dan didaftarkan sampai akhir tahun 2017 sebanyak 35 paten didaftarkan dari target 40 paten. Sebelum didanai dan didaftarkan, 83

94 dilakukan pendampingan drafting paten Raih KI, pemberkasan draf paten hasil pendampingan untuk didaftarkan. c) Kegiatan ijin penelitian yang diproses hasil yang dicapai sampai akhir tahun 2017 adalah sebanyak 746 aplikasi dan 557 SIP. Selain itu di subdirektorat perizinan penelitian mempunyai kegiatan Fasilitasi Dana Pendampingan Untuk Para Mitra Kerja Peneliti Asing. Selama tahun 2017 telah memfasilitasi sebanyak 18 mitra pendamping peneliti asing. Kegiatan ini merupakan skema bantuan dana penelitian untuk para peneliti yang menjadi mitra kerja peneliti asing dan terkendala dalam melakukan penelitian bersama di lapangan (joint fieldwork) dengan mitra asingnya karena tidak tersedianya dana pendamping penelitian. Setelah menerima dana pendampingan diharapkan para peneliti yang bermitra kerja dengan peneliti asing dapat berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan litbang di lapangan dan menghasilkan output berupa publikasi ilmiah bersama (joint publication) maupun publikasi ilmiah secara indivial berbasiskan kompetensi masing-masing peneliti. Diharapkan juga para peneliti asing yang lebih senior dan sangat berpengalaman dalam menulis artikel di jurnal-jurnal berkelas internasional dapat dimanfaatkan sebagai mentor atau pembimbing penulisan artikel bagi para peneliti Indonesia yang menjadi mitra kerja dalam proyek kerjasama penelitian tersebut sehingga dalam penulisan bersama (co-authorship) artikel-artikel hasil penelitian, para peneliti Indonesia dapat menembus jurnal-jurnal berkelas dunia. Upaya yang dilakukan subdirektorat perijinan penelitian dalam rangka memantau perkembangan penelitian yang dilakukan peneliti asing bersama mitra pendamping diantaranya sebagai berikut: 1. Melakukan desk monitoring terhadap laporan kemajuan dan laporan akhir dari penelitian; 2. Evaluasi terhadap output dan outcome dari kerjasama antara peneliti asing dengan mitra kerja Indonesia melalui Focus Group Discussion (FGD) dengan menghadirkan mitra kerja, dan instansi terkait seperti Ditjen Imigrasi, Kementerian Perdagangan, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol), Kementerian Kesehatan, Kementerian Lingkungan Hidup, Tentara Nasional Indonesia, Badan Intelijen Strategis (BAIS TNI), 84

95 LAKIN Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan 2017 Kepolisian Republik Indonesia (POLRI), dan Badan Intelejen Negara Republik Indonesia (BIN) (gambar 3.26). 3. Meninjau langsung lokasi penelitian bersama dengan Kementerian/Instansi terkait untuk melihat perkembangan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti asing apakah sesuai dengan surat ijin penelitian yang diajukan sebelumnya. Jika ditemukan hal yang tidak sesuai, akan diberikan sanksi sesuai hukum yang ada di Indonesia, bahkan peneliti tersebut akan dicabut ijin penelitiannya dan dideportasi untuk dikembalikan ke Negara asal (gambar 3.27). Gambar 3.26 Sidang TKPIPA. Peneliti Asing mempresetasikan proposal penelitiannya dihadapan sidang Tim Koordinasi, Pengawasan, Saksi Pelaksanaan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan oleh Perguruan Tinggi Asing, Badan Usaha, Dan Orang Asing (TKPIPA) 85

96 Gambar 3.27 Kondisi base camp penelitian di Pos 2 (kiri atas) dan Pos 4. d) Valuasi Teknologi Valuasi teknologi/paten (technology/patent valuation) merupakan salah satu aktifitas penting dalam proses komersialisasi dan alih teknologi hasil penelitian dan pengembangan. Kegiatan tersebut merupakan suatu proses identifikasi dan mengukur manfaat (benefit) serta risiko finansial dari teknologi/paten saat ini dan akan datang yang umumnya dikonversi menjadi nilai uang. Penilaian teknologi/paten dapat digunakan untuk keperluan alih teknologi, perselisihan atau pelanggaran KI, penentuan harga jual, perpajakan, akuntansi keuangan, manajemen internal, merger dan akuisisi, dan agunan untuk pinjaman (jika kebijakan mendukung). Metode valuasi paten telah banyak dikembangkan oleh para ahli ekonomi, finansial, dan ahli lainnya. Terdapat tiga pendekatan dasar yang banyak digunakan dalam melakukan valuasi teknologi/paten dan menjadi dasar dalam pengembangan berbagai teknik valuasi teknologi/paten, yaitu valuasi berbasis biaya (cost based approach), valuasi berbasis pasar (market based approach), dan valuasi berbasis pendapatan (income based approach). Masing-masing metode tersebut mempunyai kelebihan muapun keunggulan dalam menilai suatu teknologi/paten. Sampai saat ini belum ada kebijakan di Indonesia yang mengatur secara detail tentang teknis penilaian teknologi/paten, metode atau pendekatan yang digunakan, manfaat penilain teknologi/paten, dan 86

97 lain-lain. Jika ada hal tersebut baru sebatas mengatur valuasi teknologi/paten untuk akuntansi negara, belum sampai untuk kepentingan komersialisasi dan alih teknologi. Valuasi teknologi/paten untuk akuntansi negara menggunakan pendekatan berbasis biaya (cost based method). Pendekatan ini diterapkan karena paling mudah dilakukan dan nilainya dapat dipertanggungjawabkan secara finansial kepada auditor atau penilai aset pemerintah. Beberapa perguruan tinggi/lembaga penelitian telah melaksanakan valuasi teknologi/paten. Pada tahun 2017 Direktorat Pengelolaan Kekayaan Intelektual telah melakukan valuasi terhadap 15 teknologi/paten yang dilaksanakan oleh lembaga seperti di bawah ini: 1) Valuasi 3 (tiga) Teknologi/Paten oleh Institut Teknologi Bandung diantaranya: - Kaki Palsu dengan Lutut Prostesis untuk Pasien Amputasi Atas Lutut (Transfemoral); - Katalis Pengolahan-Hidro (Hydrotreating) yang Aktif pada Penjenuhan Olefin dan Penyingkiran Nitrogen dalam Umpan Hidrokarbon dan Proses Pembuatannya; - Kit Diagnostik Demam Berdarah Dengue dari Protein NS1 DENV-2 dan DENV-4 Rekombinan Kombinasi untuk Deteksi DBD Serotipe NS1 DENV-2 dan/atau DENV-4. 2) Valuasi 3 (tiga) Teknologi/Paten oleh Institut Bogor, - Pengolahan Beras Analog Berbahan Jagung; - Biskuit Ikan Lele (Clarias); - Pelangsing Ekstrak Asam Gelugur. 87

98 3) Valuasi 2 (dua) Teknologi/Paten oleh Hasanuddin Makassar - Minyak Boka; - Probumin (Suplemen makanan dari ikan gabus). 4) Valuasi 7 (tujuh) Teknologi/Paten oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) - Marka Optik Penduga Jarak antar Kendaraan - Ekstrak Dan Fraksi untuk Bahan Obat Antidiabetes dari Tumbuhan Kalanchoe; - Pengering Infra Merah; - Tempe Aneka Rasa dan Aroma dan Metode Pembuatannya; 88

99 - Paten Proses Pembuatan Senyawa Turunan Metil Sinamat sebagai Precursor Bahan Baku Obat; - Alat Penghancur Kocok Berenergi Tinggi; - Mikrokapsul Sediaan Farmasi untuk Anti Selulit yang Mengandung Asiatikosida dan Ekstrak Jahe untuk Penggunaan Oral. 4. Meningkatnya Litbang Iptek Unggulan di Bidang Kesehatan dan Obat (EIJKMAN) a) PENINGKATAN LITBANG IPTEK UNGGULAN DI BIDANG KESEHATAN, OBAT- OBATAN DAN INSTRUMENTASI MEDIS Sejak ditemukan teknologi penggandaan DNA, ilmu biologi molekuler telah memicu revolusi di bidang ilmu pengetahuan termasuk bidang kedokteran, biologi dan konservasi. Teknologi berbasis ilmu biologi molekuler telah mengungkap berbagai fenomena penyakit dan membantu pencegahan, diagnosis serta pengobatan. Disamping itu akhir-akhir ini ilmu biologi molekuler turut berperan penting dalam konservasi berbagai flora dan fauna di dunia. Pesatnya perkembangan ilmu biologi molekuler telah memicu munculnya cabang ilmu lain seperti genomik dan genetik. Indonesia sebagai negara yang memiliki keanekaragaman gen manusia dan hayati yang tidak ternilai harganya sepatutnya memiliki suatu lembaga yang berfokus pada pengembangan kemampuan analisis genomik sehingga mampu menangani secara cepat dan tepat berbagai tantangan di bidang kedokteran dan kesehatan masyarakat, termasuk pengembangan diagnostik, vaksin dan penemuan obat baru untuk penyakit infeksi. Ilmu genomik secara luas memberikan dampak tidak hanya di bidang kedokteran dan kesehatan, namun meliputi semua aspek kehidupan, termasuk ketahanan pangan dan kesejahteran masyarakat secara berkelanjutan. Pemanfaatan biologi molekuler khususnya genomik di berbagai bidang kehidupan masyarakat sudah menjadi suatu kebutuhan, sehingga potensi keanekaragaman genom yang sangat besar tersebut perlu dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya 89

100 bagi kesejahteraan rakyat. Program penelitian keanekaragaman genom hayati bertujuan untuk mempelajari variasi genom, yang meliputi genom manusia dan patogen. Tujuan lain adalah untuk mengembangkan suatu lembaga penelitian bertaraf internasional di bidang biologi molekuler dan genetika yang berdaya saing tinggi di tingkat internasional serta mampu menguasai, mengadaptasi dan mengaplikasikan teknologi biologi molekuler terkini untuk menangani berbagai tantangan dalam berbagai bidang kehidupan terkait kedokteran dan kesehatan untuk kesejahteraan rakyat. Sasaran utama adalah meningkatnya kemampuan inovasi nasional di bidang kesehatan dan obat. Luaran yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk menjawab berbagai tantangan di bidang kedokteran dan kesehatan yang bersifat strategis. Dengan meningkatnya kemampuan penelitian genomik dan genetik maka Indonesia memiliki sumber informasi genetik yang sesuai dengan ciri khas yang ada di Kepulauan Indonesia, dan tidak perlu tergantung pada luaran yang dihasilkan dari bagian dunia yang lain. Target akhir adalah: Mengkomunikasikan 15 (lima belas) hasil penelitian unggulan di bidang kesehatan dan obat dalam bentuk draft manuskrip/publikasi ilmiah internasional atau uji diagnostik molekul. Berikut lima belas penelitian unggulan di Lembaga Bio Molekuler Eijkman tahun anggaran 2017: Penelitian Ilmu Pengetahuan Dasar 1. Defisiensi G6PD dan Kelainan Protein Membran di Sel Darah Merah 2. Pemetaan Genom dan Pemanfaatan Informasi Genetik, Patogen Emerging Desease 3. Keanekaragaman Genom Manusia Indonesia dan Kedokteran Molekul 4. Mitokondria dan Penyakit Terkait Gaya Hidup 5. Mitokondria dan Penyakit Infeksi 6. Identifikasi Karekteristik Genetik Virus Hepatitis B (VHB) di Indonesia dan Implikasinya Secara Epidemiologis dan Klinis 7. Studi Resistensi Antibiotik Pada Streptococcus Pneumoniae dan Eksplorasi Senyawa Bioaktif dari Indonesia 8. Studi Molekuler Penyakit Demam Berdarah Dengue di Indonesia 9. Patogenesis Molekuler Infeksi Malaria dan Kaitannya dengan, Respons Inang (Host) 90

101 Penelitian Penguasaan Teknologi 10. Pengembangan dan Penerapan Teknologi Identifikasi DNA Forensik; 11. Pengembangan Pemanfaatan dan Penambangan Data (Data-Mining) untuk Kedokteran Molekul; 12. Sistem Analisa dan Manajemen Data Genomik Penelitian Ilmu 13. Pengembangan Kemampuan Diagnosis Kelainan Kromosom dengan Teknologi Sitogenetika Molekuler; 14. Defek Molekul Serta Patomekanisme Mutasi Thalassemia dan Hemoglobinopati 15. Pengembangan dan Penerapan Teknologi Identifikasi Resistensi Parasit Terhadap Obat Anti Malaria dan Resistensi Vektor Terhadap Insektisida; Capaian yang telah dihasilkan oleh LBM Eijkman dalam kurun waktu januari desember tahun 2017 yaitu sebanyak 49 penelitian yang telah dipublikasikan secara internasional dari beberapa bidang penelitian seperti: public health (1); DSD (1); immunology (1); nutrition-lifestyle disease (1); entomology (2); human genome diversity (6); environemental biology (2); dengue (9); hepatitis (3); viral disease (4); bacteriology (3); dan malaria (16). Gambar 3.28 Jumlah publikasi internasional dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman sejak tahun 1995 Desember Sejak bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2017 telah dihasilkan sebanyak 49 publikasi internasional. 91

102 Gambar 3.29 Jumlah publikasi internasional pada masing-masing bidang penelitian unggulan sampai dengan bulan Desember 2017 yang dilakukan oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman. b) PENINGKATAN LITBANG IPTEK UNGGULAN DI BIDANG KESEHATAN, OBAT- OBATAN DAN INSTRUMENTASI MEDIS Pengembangan Pusat Genomik Nasional di dalam dan sebagai bagian dari LBM Eijkman yang berfokus pada kekayaan keanekaragaman genom akan memacu penelitian kedokteran yang bersifat strategis yang hasilnya dapat dimanfaatkan secara langsung bagi kesejahteraan rakyat, juga secara pasti akan memicu penelitian di bidang pengembangan diagnostik, vaksin dan penemuan obat baru untuk penyakit infeksi, dengan didukung oleh laboratorium dan sumber daya manusia dengan keahlian di bidang genomik yang diakui secara nasional maupun internasional. Maksud dan tujuan dari kegiatan penelitian dibidang ini adalah LBM Eijkman ingin membangun kemampuan dan fasilitas terkini dalam memajukan penelitian genomik di Indonesia, termasuk di dalamnya fasilitas laboratorium, piranti lunak dan keras untuk pengolahan data, dan tenaga-tenaga ahli yang menjadikan fasilitas ini lengkap, mandiri, efisien dan efektif. Dengan adanya fasilitas Pusat Genomik Nasional di LBM Eijkman diharapakan akan dapat: a. Membangun kemampuan dan fasilitas terkini dalam memajukan penelitian genomik di Indonesia yang mampu bersaing secara internasional, termasuk di dalamnya fasilitas laboratorium, piranti lunak dan keras untuk pengolahan 92

103 data, dan tenaga-tenaga ahli handal yang menjadikan fasilitas ini lengkap, mandiri, efisien dan efektif. b. Mewujudkan pusat unggulan penelitian dan rujukan nasional dalam bidang genomik dan bioinformatik. Dengan adanya Pusat Genomik maka berbagai masalah yang terkait variasi genetik dan genomik hayati dapat dipecahkan sesuai dengan karakteristik yang ada di Indonesia. Pusat Genomik Nasional akan memfasilitasi kegiatan genetik dan genomik dalam hal analisis sampel, pengumpulan data dan interpretasi hasil sehingga para peneliti Indonesia tidak perlu lagi mengirim materi genetik untuk di analisis di luar negeri. Target akhir adalah Kemampuan nasional dalam mengambil dan mengolah data genomik (data mining) patogen dari sumber manusia, hewan, pertanian/peternakan dan lingkungan untuk dimanfaatkan bagi pengembangan berbagai macam penggunaan, seperti tes diagnostik molekul, pengembangan obat baru, vaksin dan sebagainya, yang mempunyai dampak ekonomi luas. Kegiatan Pengembangan Pusat Genom Nasional di LBM Eijkman sebagai berikut : 1. Renovasi ruang laboratorium (1 lantai) menjadi ruang fasilitas genom (2 lantai): Lantai dasar untuk fasilitas sekuensing berteknologi Next Generation Sequencing (NGS) dan Next-NGS (NNGS) Lantai atas untuk fasilitas sekuensing berteknologi Sanger Capillary Sequencing 2. Pengadaan fasilitas data center, mekanikal-elektrikal dan power backup beserta kelengkapannya 3. Pengadaan peralatan sekuensing DNA NGS beserta seluruh fasilitas penunjangnya 4. Pengadaan peralatan Capillary Sequencing beserta seluruh fasiltas penunjangnya 93

104 Gambar 3.30 Peta Laboratorium LBM EIJKMAN Keterangan Gambar : 1. Laboratorium Pusat Genomik 2. Genset 3. Data Center 4. Laboratorium pengganti yang dipakai sebagai data center Gambar 3.31 Fasilitas Ruang Laboratorium Pusat Genom Nasional LBM Eijkman 94

105 3.6 Realisasi Anggaran Sumber pembiayaan pelaksanaan program/kegiatan dalam mendukung dan mencapai target sasaran tahun 2017 bersumber dari anggaran fungsi layanan umum dan fungsi pendidikan secara keseluruhan telah mencapai 95.61% sampai akhir Desember Adapun realisasi anggaran atau daya serap antara Fungsi Layanan Umum dan Fungsi Pendidikan dapat disajikan pada table 3.17 dan table 3.18 Tabel 3.16 Realisasi Daya Serap (Fungsi Pendidikan) NO KEGIATAN/OUTPUT PAGU REALISASI % PENANGGUNG JAWAB Perencanaan Setditjen Layanan Dukungan Manajemen Eselon I Layanan Internal (Overhead) Layanan Perkantoran Hasil Penelitian Dosen di Perguruan Tinggi (BOPTN) PTN BH Setelah APBNP menjadi DRPM Hasil Pengabdian Dosen kepada Masyarakat (BOPTN) Setelah APBNP menjadi Penelitian Setelah APBNP menjadi HKI yang didaftarkan dari Hasil Litbang Perguruan Tinggi Karya ilmiah Perguruan Tinggi yang difasilitasi untuk dipublikasikan Setelah APBNP menjadi Setelah APBNP menjadi DPKI

106 Tabel 3.17 Realisasi Daya Serap (Fungsi Layanan Umum) No Kegiatan/Output Pagu Realisasi % Penanggung Jawab Sistem Informasi DSRP Riset dan Pengembangan Iptek Setelah revisi menjadi Technology Foresight Program Kemitraan Risbang Implementasi RIRN dan ARN Pengembangan Aplikasi Sistem Riset dan Pengembangan Paket Hasil Penelitian Prototipe Teknologi Untuk Masyarakat Setelah APBNP menjadi Setelah APBNP menjadi Setelah APBNP menjadi Penelitian Setelah APBNP menjadi Sentra HKI yang dibina dan diperkuat HKI untuk didanai dan didaftarkan Ijin Penelitian yang diproses Teknologi yang Divaluasi Penulisan Artikel dan Jurnal yang ditingkatkan mutunya DRPM DPTI Setelah APBNP menjadi DPKI Setelah APBNP menjadi Setelah APBNP menjadi

107 Secara umum program dan kegiatan Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan dapat dilaksanakan dengan baik yang ditunjukkan melalui rapor kinerja triwulan IV tahun 2017 dengan rata-rata capaian kinerja anggaran fisik dan keuangan yang mencapai hampir 100% (gambar 3.32). Sumber: aplikasi SIMonev, Gambar 3.32 Rapor Kinerja Ditjen Penguatan Risbang 97

108 Hampir semua kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik, dalam arti semua sasaran yang ditetapkan dapat dicapai. Sedangkan daya serap keuangan (anggaran) DIPA berdasarkan aplikasi SIMonev (Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi) mencapai 95.10% seperti yang tertera pada gambar 3.33 Sumber : aplikasi SIMonev, Gambar 3.33 Target dan Realisasi Penyerapan Anggaran Ditjen Penguatan Risbang 98

109 BAB IV PENUTUP Dengan sumberdaya manusia yang terbatas, Ditjen Penguatan Riset dan Pengembangan dapat mencapai semua target kinerja yang ditetapkan dengan penggunaan anggaran secara efisien. Kegiatan-kegiatan yang merupakan kegiatan strategis yang terkait dengan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat dan program kreatifitas mahasiswa serta program kebijakan riset iptek nasional, produktifitas riset iptek TRL s.d 6 R&D dan produktifitas riset iptek layak industry, maupun pelaksanaan hibah kompetisi, serta kegiatan pengembangan kerjasama antar lembaga pendidikan tinggi dapat dilaksanakan dengan baik. Adapun kegiatan yang secara signifikan mengalami kendala karena alasan teknis dan substansial yaitu kerjasama dengan lembaga penelitian internasional. Namun demikian, meskipun daya serap keuangan agak rendah namun prosentase capaian kinerja fisik tetap pada kondisi yang lebih tinggi dari daya serap keuangan. Keberhasilan dalam melaksanakan seluruh rangkaian program kegiatan tidak terlepas dari komitmen yang tinggi semua pihak dan atau instansi terkait termasuk para tim/pakar dari perguruan tinggi dan lembaga litbang serta masyarakat yang membantu pelaksanaan program dan kegiatan. Beberapa program dan kegiatan yang menjadi program dan sasaran strategis Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan akan terus ditingkatkan kinerja pelaksanaannya pada tahun-tahun mendatang. 99

110 LAMPIRAN I 1. PERJANJIAN KINERJA Unit Kerja Eselon I : Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Tahun Anggaran :

111 2. PENGUKURAN KINERJA A. Indikator Kinerja Sasaran Sasaran Strategis Meningkatnya produktivitas kekayaan intelektual. Meningkatnya produktivitas riset pendidikan tinggi, litbang dan pengabdian masyarakat Meningkatnya kesiapan teknologi laik industri Indikator Kinerja Jumlah KI yang didaftarkan Jumlah Publikasi Internasional Jumlah Prototipe R&D Jumlah Prototipe Industri Target Realisasi 2016 Tahun 2017 Target Realisasi % % % % % 101

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA (LAKIN) 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA (LAKIN) 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA (LAKIN) 2016 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI DIREKTORAT JENDERAL PENGUATAN RISET DAN PENGEMBANGAN TIM LAKIN 2016 LAKIN ini disusun oleh: Penanggung Jawab

Lebih terperinci

TIM LAKIP. Lakip ini disusun oleh: Penanggung Jawab : Muhammad Dimyati. Anggota:

TIM LAKIP. Lakip ini disusun oleh: Penanggung Jawab : Muhammad Dimyati. Anggota: i TIM LAKIP Lakip ini disusun oleh: Penanggung Jawab : Muhammad Dimyati Ketua : Prakoso Anggota: 1. Endang Taryono 2. Pancara Sutanto 3. Syarip Hidayat 4. Ermalina 5. Dadi Alamsyah 6. Suwitno 7. Marhaindro

Lebih terperinci

REVISI II TAHUN 2017

REVISI II TAHUN 2017 REVISI II TAHUN 2017 i REVISI II TAHUN 2017 Dokumen Renstra 2015-2019 Ditjen Penguatan Risbang dilakukan revisi pada Matriks Rencana Strategis, Matriks Kegiatan, Sasaran Kegiatan (output), dan Indikator

Lebih terperinci

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan REVISI I TAHUN 2016 i

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan REVISI I TAHUN 2016 i REVISI I TAHUN 2016 i REVISI I TAHUN 2016 Dokumen Renstra 2015-2019 Ditjen Penguatan Risbang ini dilakukan revisi dalam rangka melakukan efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran. TIM PENYUSUN LAKIN

Lebih terperinci

PROGRAM KEGIATAN VALUASI & FASILITASI HKI

PROGRAM KEGIATAN VALUASI & FASILITASI HKI PROGRAM KEGIATAN VALUASI & FASILITASI HKI dalam rangka : Workshop HKI: Pengembangan dan Peningkatan Kekayaan Intelektual di kalangan Dosen di Perguruan Tinggi di Banjarmasin Sabtu, 17Nopember 2017 Kementerian

Lebih terperinci

RENCANA INDUK PENELITIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO TAHUN

RENCANA INDUK PENELITIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO TAHUN RENCANA INDUK PENELITIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO TAHUN 2016-2020 Tim Penyusun Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Diponegoro Rencana Induk Penelitian Memberikan arah prioritas

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan

Lebih terperinci

STRATEGI PENINGKATAN KLASTER PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

STRATEGI PENINGKATAN KLASTER PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT STRATEGI PENINGKATAN KLASTER PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Ocky Karna Radjasa Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan KEMENRISTEK DIKTI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan. Muhammad Dimyati NIP

KATA PENGANTAR. Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan. Muhammad Dimyati NIP i KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas tersusunnya Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan (Risbang) periode 2015-2019, Kementerian Riset, Teknologi

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN PEDOMAN PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT EDISI X 1

BAB 1 PENDAHULUAN PEDOMAN PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT EDISI X 1 BAB 1 PENDAHULUAN Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat disamping melaksanakan pendidikan sebagaimana diamanahkan oleh Undangundang Nomor 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

MOSAIK REFORMASI RISBANG/LITBANG NASIONAL

MOSAIK REFORMASI RISBANG/LITBANG NASIONAL Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 42 tahun 2016 Tentang Pengukuran dan Penetapan Tingkat Kesiapterapan Teknologi (Technology Readiness Level) - Hilirisasi Hasil Riset dan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

PERMENRISTEKDIKTI NO. 20 TAHUN 2017

PERMENRISTEKDIKTI NO. 20 TAHUN 2017 PERMENRISTEKDIKTI NO. 20 TAHUN 2017 tentang Pemberian Tunjangan Profesi Dosen dan Tunjangan Kehormatan Profesor Komisi C Dewan Guru Besar IPB Pasal 4 Lektor Kepala harus menghasilkan: a. paling sedikit

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN p PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KOORDINATOR

Lebih terperinci

Dibuat dalam rangka Workshop Simlitabmas bagi Operator Perguruan Tinggi Swasta di lingkungan Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Wilayah VII

Dibuat dalam rangka Workshop Simlitabmas bagi Operator Perguruan Tinggi Swasta di lingkungan Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Wilayah VII Simlitabmas dan Strategi Pengembangan Tata Kelola Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Perguruan Tinggi Swasta dalam penerimaan hibah dari Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TRIWULAN I Pusat Penelitian Geoteknologi

LAPORAN KINERJA TRIWULAN I Pusat Penelitian Geoteknologi LAPORAN KINERJA TRIWULAN I Pusat Penelitian Geoteknologi Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bandung, 2016 CATATAN/REVIEW PEJABAT ESELON 1 Bagian ini diisi catatan/review pejabat

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI *) 1. STAF AHLI PANGAN DAN PERTANIAN 2. STAF AHLI ENERGI DAN MATERIAL MAJU 3. STAF AHLI TEKNOLOGI INFORMASI, KOMUNIKASI DAN TRANSPORTASI 4. STAF AHLI KESEHATAN DAN OBAT 5. STAF AHLI PERTAHANAN DAN KEAMANAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2018 TENTANG RENCANA INDUK RISET NASIONAL TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2018 TENTANG RENCANA INDUK RISET NASIONAL TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2018 TENTANG RENCANA INDUK RISET NASIONAL TAHUN 2017-2045 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : 7 TAHUN 2015 TANGGAL : 18 SEPTEMBER 2015 KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN Sekretariat Kementerian

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TRIWULAN II Pusat Penelitian Geoteknologi

LAPORAN KINERJA TRIWULAN II Pusat Penelitian Geoteknologi LAPORAN KINERJA TRIWULAN II Pusat Penelitian Geoteknologi Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bandung, 2016 CATATAN/REVIEW PEJABAT ESELON 1 Bagian ini diisi catatan/review

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L No.1236, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-KEMARITIMAN. SAKIP. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI Nomor Tahun 2015

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI Nomor Tahun 2015 LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI Nomor Tahun 2015 DAFTAR NAMA JABATAN STRUKTURAL, KELAS JABATAN, DAN PERSEDIAAN PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI,

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS Rencana Strategis Ditjen Bina Marga memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan penyelenggaraan jalan sesuai

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI SEKRETARIAT KABINET

STRUKTUR ORGANISASI SEKRETARIAT KABINET LAMPIRAN PERATURAN SEKRETARIS KABINET REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 4 TAHUN 2015 TANGGAL : 19 JUNI 2015 STRUKTUR ORGANISASI SEKRETARIAT KABINET Sekretaris Kabinet Wakil Sekretaris Kabinet Deputi Bidang Politik,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.76, 2015 ADMINISTRASI. Pemerintah. Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Penyelenggaraan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepo

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepo No.1452, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENRISTEK-DIKTI. SAKIP. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SISTEM AKUNTABILITAS

Lebih terperinci

Hilirisasi Hasil Riset dan Pengembangan

Hilirisasi Hasil Riset dan Pengembangan Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 42 tahun 2016 Tentang Pengukuran dan Penetapan Tingkat Kesiapterapan Teknologi (Technology Readiness Level) -Hilirisasi Hasil Riset dan Pengembangan-

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

Materi Tiga. PERMENRISTEKDIKTI NO. 20 TAHUN 2017 tentang Pemberian Tunjangan Profesi Dosen dan Tunjangan Kehormatan Profesor PENYAMAAN PERSEPSI

Materi Tiga. PERMENRISTEKDIKTI NO. 20 TAHUN 2017 tentang Pemberian Tunjangan Profesi Dosen dan Tunjangan Kehormatan Profesor PENYAMAAN PERSEPSI PENYAMAAN PERSEPSI PERMENRISTEKDIKTI NO. 20 TAHUN 2017 tentang Pemberian Tunjangan Profesi Dosen dan Tunjangan Kehormatan Profesor Materi Tiga TIM BKD KEMENTERIAN RISTEK DAN DIKTI DIREKTORAT JENDERAL SUMBER

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH MALUKU 1 Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Peningkatan kapasitas pemerintah Meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur

Lebih terperinci

9 AGENDA NAWACITA. 2. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya; 8. Melakukan revolusi karakter bangsa;

9 AGENDA NAWACITA. 2. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya; 8. Melakukan revolusi karakter bangsa; 9 AGENDA NAWACITA 1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara; 2. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 RKT DIT. PPL TA. 2013 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

2016, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara R

2016, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara R No.546, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Litbang. Pedoman. Peencabutan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 34 Tahun 2016 Seri E Nomor 25 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 34 Tahun 2016 Seri E Nomor 25 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 34 Tahun 2016 Seri E Nomor 25 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KOTA BOGOR Diundangkan dalam Berita Daerah Kota Bogor

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semarang, Pebruari 2014 KEPALA DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TENGAH

KATA PENGANTAR. Semarang, Pebruari 2014 KEPALA DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TENGAH KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 disusun dalam rangka memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015 DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR 009 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

PERATURAN NOMOR 009 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI B (BPPT) A D A N P PERATURAN E N KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN G TEKNOLOGI K NOMOR 009 TAHUN 2015 A TENTANG J I ORGANISASI DAN TATA KERJAA N BADAN PENGKAJIAN

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Misi SKPD Lingkungan yang baik sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia. Ketersediaan sumber daya alam secara kuantitas

Lebih terperinci

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Oleh: Endang Wahyudi Kepala Bagian Akuntabilitas dan Pelaporan

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Oleh: Endang Wahyudi Kepala Bagian Akuntabilitas dan Pelaporan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Oleh: Endang Wahyudi Kepala Bagian Akuntabilitas dan Pelaporan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi 29 Juli 2016 ROADMAP RB 2015-2019

Lebih terperinci

PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI

PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI Lampiran I 1. Jumlah pusat unggulan Iptek Mengukur kinerja kelembagaan Iptek 2. Jumlah peneliti per 1 juta penduduk Mengukur kualitas SDM Iptek 3. Jumlah kekayaan intelektual hasil litbangyasa Iptek Mengukur

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA www.unduhsaja.com SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DI KEMENTERIAN DALAM

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 (1) Kementerian K

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 (1) Kementerian K LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.111, 2015 ADMINISTRASI. Pemerintahan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Laporan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG UNIT ORGANISASI DAN TUGAS ESELON I KEMENTERIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG UNIT ORGANISASI DAN TUGAS ESELON I KEMENTERIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG UNIT ORGANISASI DAN TUGAS ESELON I KEMENTERIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

RENCANA INDUK RISET NASIONAL - RIRN

RENCANA INDUK RISET NASIONAL - RIRN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA RENCANA INDUK RISET NASIONAL - RIRN Tim RIRN Jakarta, 11 Maret 2016 1 1 Latar Belakang Penyusunan Evaluasi Menko PMK menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

Kebijakan Perencanaan dan Penganggaran Kemristekdikti Tahun Anggaran 2019

Kebijakan Perencanaan dan Penganggaran Kemristekdikti Tahun Anggaran 2019 Bandung, 27 April 2018 Kebijakan Perencanaan dan Penganggaran Kemristekdikti Tahun Anggaran 2019 Oleh : Akhmad Mahmudin Kepala Bagian Perencanaan dan Penganggaran Biro Perencanaan Sekretariat Jenderal

Lebih terperinci

2017, No Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Neg

2017, No Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Neg No.1138, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Penetapan IKU. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 70 TAHUN 2017 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RPJMN 2010-2014 Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) menjelaskan bahwa Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA SUSUNAN ORGANISASI,

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DI PERGURUAN TINGGI EDISI X REVISI TAHUN

PANDUAN PELAKSANAAN PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DI PERGURUAN TINGGI EDISI X REVISI TAHUN a PANDUAN PELAKSANAAN PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DI PERGURUAN TINGGI EDISI X REVISI TAHUN 2017 Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Bengkulu Utara selama lima tahun, yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA (PK) Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

PENETAPAN KINERJA (PK) Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Unit Organisasi Eselon I: Deputi Relevansi dan Produktivitas Iptek Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Meningkatnya Relevansi dan Jumlah paten terdaftar Produktivitas Litbang Iptek Bagi Jumlah publikasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 189 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 189 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 189 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 BAPPEDA LITBANG KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015 DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALI NAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN TENTANG

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALI NAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN TENTANG SALI NAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOORDINATOR

Lebih terperinci

GubernurJawaBarat. Jalan Diponegoro Nomor 22 Telepon : (022) Faks. (022) BANDUNG

GubernurJawaBarat. Jalan Diponegoro Nomor 22 Telepon : (022) Faks. (022) BANDUNG GubernurJawaBarat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS UNIT DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI JAWA BARAT Menimbang

Lebih terperinci

INSENTIF RISET SINas PROGRAM PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INDUSTRI

INSENTIF RISET SINas PROGRAM PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INDUSTRI INSENTIF RISET SINas PROGRAM PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INDUSTRI Direktorat Pengembangan Teknologi Industri Direktur Jendral Penguatan Riset dan Pengembangan Kerangka Pikir Daya Saing Kemenristekdikti LEMBAGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PERATURAN PRESIDEN NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja pelaksanaan tugas perencanaan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) DINAS KOPERASI DAN UMKM PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) DINAS KOPERASI DAN UMKM PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) DINAS KOPERASI DAN UMKM PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 DINAS KOPERASI DAN UMKM PROVINSI JAWA TENGAH Semarang, 29 Februari 2016 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2019 1. PENDAHULUAN Penyusunan RKT 2019 mengacu kepada Dokumen Renstra Kemenko PMK 2015-2019, 100 Program Prioritas Presiden, serta Isu Strategis Bidang PMK dalam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Dasar Hukum 1.3 Tujuan 1.4 Sasaran 1.5 Ruang Lingkup 1.6 Pengertian dan Istilah BAB II JENIS DATA YANG DIKUMPULKAN 2.1 Data

Lebih terperinci

PAGU RKAKL/DIPA DAN REALISASI TA 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PAGU RKAKL/DIPA DAN REALISASI TA 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PAGU RKAKL/DIPA DAN REALISASI TA 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 51 BELANJA PEGAWAI 52 BELANJA BARANG 53 BELANJA MODAL 57 BELANJA BANTUAN SOSIAL KEMENTERIAN/LEMBAGA, UNIT PAGU REALISASI PAGU

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya mendorong penyelenggaraan kepemerintahan yang baik, Majelis Permusyawaratan Rakyat telah menetapkan Tap MPR RI Nomor : XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Teknologi. Industri. Pengguna. Pembinaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Teknologi. Industri. Pengguna. Pembinaan. No.227, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Teknologi. Industri. Pengguna. Pembinaan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG PEMBINAAN TEKNOLOGI DAN INDUSTRI

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

MEMUTUSKAN : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 88 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

Lebih terperinci

PELATIHAN REVIEWER PENELITIAN NASIONAL Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

PELATIHAN REVIEWER PENELITIAN NASIONAL Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi PELATIHAN REVIEWER PENELITIAN NASIONAL Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Bandung, 21 Nopember 2017 1. Pendahuluan Visi Misi Pembangunan

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA INDUK RISET NASIONAL

RANCANGAN RENCANA INDUK RISET NASIONAL KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN RENCANA INDUK RISET NASIONAL 2015-2040 Tim RIRN 2015-2040 Jakarta, 28 Januari 2016 1 1 Latar Belakang Penyusunan Evaluasi

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci