PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)"

Transkripsi

1 SIR 08 = PEKERJAAN DRAINASE PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS) 2007 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

2 Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar KATA PENGANTAR Modul ini berisi bahasan tentang pelaksanaan darinase dalam pekerjaan konstruksi jalan. Pengetahuan ini sangat bermanfaat dalam menunjang tugastugas inspektur jalan dalam rangka melaksanakan tugas pengawasan pekerjaan jalan. Inspeksi pekerjaan jalan dalam rangka pengawasan pekerjaan jalan dimaksudkan agar hasil pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan ketentuan spesifikasi dan dokumen kontrak lainnya. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan drainase mencakup pengawasan terhadap pekerjaan konstruksi drainase dan pemeliharaan drainase termasuk pengetahuan mengenai fungsi dan jenis drainase. Modul ini disusun berdasarkan dokumen pelaksanaan pekerjaan jalan yang secara umum digunakan oleh penyelenggara jalan. Diharapkan modul ini bermanfaat bagi para pembaca terutama dalam meningkatkan kemampuan pengawasan pekerjaan jalan. Jakarta, Desember 2005 Penyusun Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) i

3 Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar LEMBAR TUJUAN JUDUL PELATIHAN : Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Roads) MODEL PELATIHAN : Lokakarya terstruktur TUJUAN UMUM PELATIHAN : Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu melaksanakan pengawasan dan pelaporan pekerjaan konstruksi jalan untuk memastikan kesesuaian dengan rencana, metode kerja dan dokumen kontrak. TUJUAN KHUSUS PELATIHAN : Pada akhir pelatihan ini peserta diharapkan mampu: 1. Melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2. Melaksanakan Manajemen 3. Mengenal Bahan Jalan 4. Membuat Gambar Teknik 5. Mengenal Alat Berat 6. Melaksanakan Pengukuran dan pematokan 7. Melaksanakan Pekerjaan Tanah 8. Melaksanakan Pekerjaan Drainase 9. Melaksanakan Pekerjaan Perkerasan Jalan 10. Melaksanakan Pekerjaan Beton 11. Melaksanakan Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan 12. Melaksanakan Pemeliharaan Jalan Darurat dan Pengaturan Lalu Lintas 13. Melaksanakan Metode Kerja 14. Menyusun Pelaporan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) ii

4 Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar NOMOR : SIR-08 JUDUL MODUL : PEKERJAAN DRAINASE TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu memeriksa hasil pelaksanaan pekerjaan drainase jalan dan memastikan kesesuaian dengan gambar rencana dan gambar kerja. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK) Pada akhir pelatihan peserta mampu : 1. Menjelaskan fungsi dan jenis drainase 2. Memeriksa hasil pelaksanaan pekerjaan konstruksi drainase 3. Memeriksa hasil pelaksanaan pemeliharaan drainase.. Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) iii

5 Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... LEMBAR TUJUAN... DAFTAR ISI... DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (Site Inspector of Road)... DAFTAR MODUL... PANDUAN PEMBELAJARAN... i ii iv vi vii viii BAB I FUNGSI DAN JENIS DRAINASE... I FUNGSI DRAINASE... I DRAINASE PERMUKAAN... I JENIS-JENIS BANGUNAN DRAINASE PERMUKAAN... I MEMPERCEPAT PEMBUANGAN AIR DARI PERMUKAAN JALAN... I DRAINASE BAWAH PERMUKAAN... I PENGARUH AIR TANAH TERHADAP DAYA DUKUNG TANAH DASAR... I MEMPERKECIL PENGARUH AIR INFILTRASI TERHADAP TANAH DASAR... I SISTEM DRAINASE BAWAH PERMUKAAN... I-20 BAB II KONSTRUKSI SALURAN... II SELOKAN DAN SALURAN AIR... II UMUM... II BAHAN-BAHAN DAN JAMINAN KUALITAS... II PELAKSANAAN... II PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN... II PASANGAN BATU DENGAN ADUKAN... II UMUM... II BAHAN-BAHAN... II-9 Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) iv

6 Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar KONSTRUKSI PASANGAN BATU DENGAN ADUKAN... II PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN... II GORONG-GORONG DAN SALURAN BETON... II UMUM... II BAHAN-BAHAN... II PELAKSANAAN... II PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN... II-20 BAB III PENGGALIAN SALURAN... III-1 BAB IV PEMELIHARAAN SALURAN / DRAINASE... IV UMUM... IV JADWAL PEMELIHARAAN... IV PEMELIHARAAN SELOKAN SAMPING... IV PEMELIHARAAN SALURAN PENCEGAT... IV PEMELIHARAAN GORONG-GORONG... IV-3 RANGKUMAN DAFTAR PUSTAKA HAND OUT Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) v

7 Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (Site Inspector of Road) 1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Road) dibakukan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah ditetapkan unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Road) unit-unit tersebut menjadi Tujuan Khusus Pelatihan. 2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut. 3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang harus menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Road). Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) vi

8 Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar DAFTAR MODUL Jabatan Kerja : Site Inspector of Roads (SIR) Nomor Modul Kode Judul Modul 1 SIR 01 Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2 SIR 02 Manajemen 3 SIR 03 Bahan Jalan 4 SIR 04 Gambar Teknik 5 SIR 05 Alat Berat 6 SIR 06 Pengukuran dan Pematokan 7 SIR 07 Pekerjaan Tanah 8 SIR 08 Pekerjaan Drainase 9 SIR 09 Pekerjaan Perkerasan Jalan 10 SIR 10 Pekerjaan Beton 11 SIR 11 Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan 12 SIR 12 Pemeliharaan Jalan Darurat dan Pengaturan Lalu Lintas 13 SIR 13 Metode Kerja 14 SIR 14 Teknik Pelaporan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) vii

9 Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar PANDUAN INSTRUKTUR A. BATASAN NAMA PELATIHAN : Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Roads ) KODE MODUL JUDUL MODUL DESKRIPSI TEMPAT KEGIATAN : SIR-08 : PEKERJAAN DRAINASE : Modul ini membahas pengetahuan fungsi dan jenis drainase, konstruksi saluran, penggalian saluran serta pemeliharaan saluran untuk pelatihan Inspektur Lapangan Pekerjaan Jalan. : Ruangan Kelas lengkap dengan fasilitasnya. WAKTU PEMBELAJARAN : 2 (Dua) Jam Pelajaran (JP) (1 JP = 45 Menit) Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) viii

10 Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar B. RENCANA PEMBELAJARAN KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG 1. Ceramah : Pembukaan Menjelaskan dan menguraikan tentang : Tujuan instruksional umum(tiu) dan Tujuan instruksional khusus (TIK) Waktu : 5 menit Mengikuti penjelasan TIU dan TIK dengan tekun dan aktif Mengajukan pertanyaan apabila kurang jelas. OHT 2. Ceramah : Bab I Fungsi dan Jenis Drainase Menjelaskan dan menguraikan tentang: Fungsi drainase Drainase permukaan Drainase bawah permukaan Waktu : 30 menit Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila perlu OHT 3. Ceramah : Bab II Konstruksi Saluran Menjelaskan dan menguraikan tentang : Selokan dan saluran air Pasangan batu dengan adukan Gorong-gorong dan saluran beton Waktu : 20 menit Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila perlu OHT 4. Ceramah : Bab III Penggalian Saluran Menjelaskan dan menguraikan tentang: Penggalian Dengan Tenaga Manusia Penggalian dengan Mesin Waktu : 20 menit Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila perlu OHT 5. Ceramah : Bab IV Pemeliharaan Saluran Menjelaskan dan menguraikan tentang: Umum Jadwal pemeliharaan Pemeliharaan selokan samping Pemeliharaan saluran pencegat Pemeliharaan gorong-gorong Waktu : 15 menit Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila perlu OHT Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) ix

11 Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) i

12 Bab I : Fungsi dan Jenis Drainase 1.1. FUNGSI DRAINASE BAB I FUNGSI DAN JENIS DRAINASE Drainase jalan mengandung pengertian membuang atau mengalirkan air (air hujan, air limbah, atau air tanah) ke tempat pembuangan yang telah ditentukan dengan cara gravitasi atau menggunakan sistem pemompaan. Secara umum dikenal adanya 2 (dua) sistem drainase yaitu sistem drainase permukaan dan sistem drainase bawah permukaan. Kedua sistem tersebut direncanakan dengan maksud untuk mengendalikan air sebagai upaya memperkecil pengaruh buruk air terhadap perkerasan jalan maupun subgrade (tanah dasar). Secara normatif yang disebut subgrade adalah lapisan tanah (yang dianggap mewakili subgrade adalah lapsan tanah setebal 1.00 m) yang disiapkan sebagai badan jalan, bisa berupa tanah asli yang sudah dipadatkan atau tanah timbunan yang didatangkan dari tempat lain kemudian dipadatkan atau tanah yang distabilisasi dengan kapur atau bahan lainnya. Dalam struktur perkerasan jalan, di atas subgrade ini kemudian diletakkan perkerasan jalan, bisa perkerasan lentur maupun perkerasan kaku. Agar subgrade dapat memikul beban diatasnya (perkerasan jalan maupun lalu lintas) sesuai dengan batasan-batasan perencanaan, pada umumnya subgrade dipadatkan pada kadar air optimum. Yang dimaksudkan dengan kadar air optimum disini adalah kadar air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai dengan SNI Fungsi drainase jalan dengan demikian ada 2 (dua) cakupan yaitu : a. Memperkecil kemungkinan menurunnya daya dukung subgrade karena kadar airnya naik melebihi kadar air optimum sebagai akibat dari merembesnya air hujan ke dalam subgrade melalui pori-pori perkerasan jalan atau yang berasal dari air tanah yang naik ke permukaan; b. Memperkecil kemungkinan rusaknya perkerasan jalan sebagai akibat terendamnya perkerasan jalan oleh genangan air hujan. Sistem drainase permukaan mencakup 2 hal yaitu: a. drainase air limbah, dimaksudkan untuk membuang air limbah (air kotor dari rumah tangga, limbah cair dari pabrik dan sebagainya) ke instalasi pengolah air limbah; b. drainase air hujan, dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan terjadinya kerusakan jalan akibat air hujan. Air hujan yang jatuh ke permukaan jalan atau badan jalan mempunyai 3 kemungkinan: a. bergerak sebagai aliran air permukaan; b. menguap; c. merembes ke dalam tanah atau perkerasan jalan sebagai air infiltrasi. Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) I-1

13 Bab I : Fungsi dan Jenis Drainase Drainase permukaan berkepentingan dengan aliran air yang bergerak sebagai aliran air permukaan. Persentase besarnya aliran air permukaan dinyatakan sebagai run off coefficient. Debit air yang berasal dari air permukaan ditampung dan dialirkan ke dalam selokan samping kemudian dibuang melalui gorong-gorong. Pada jalan-jalan rural biasanya dipilih selokan samping terbuka, sedangkan pada jalan-jalan di daerah perkotaan dipilih selokan samping terbuka ataupun tertutup tergantung pada kepentingan atau kondisi setempat. Pada umumnya pembuangan air hujan pada jalan rural tidak terlalu menjadi masalah, karena lahan di kiri-kanan jalan cukup luas. Sedangkan pada jalan-jalan di daerah perkotaan, pembuangan air hujan yang bergerak sebagai aliran air permukaan justru merupakan persoalan yang seringkali sulit dicari pemecahannya karena sempitnya lahan terbuka di kiri-kanan jalan. Bahkan mungkin lokasi di kiri-kanan jalan telah dipadati dengan bangunan-bangunan pertokoan, tempat tinggal, perkantoran dan lain sebagainya. Dengan demikian dalam perencanaan drainase jalan di daerah perkotaan jalan perlu dicari, kemana air hujan harus dibuang setelah dialirkan melalui selokan samping dan gorong-gorong. Drainase air limbah bisa dibuat khusus untuk: a. mengalirkan air limbah saja, atau b. selain untuk membuang air limbah juga disiapkan untuk menampung air hujan dari halaman atau atap rumah sekaligus menggelontorkan air limbah, atau c. sekaligus berfungsi untuk menampung dan membuang air limbah maupun air hujan baik yang berasal dari sebelah luar badan jalan (dari atap rumah, halaman rumah, lereng tanah di atas selokan) atau air hujan yang berasal dari permukaan jalan. Sistem yang terakhir ini adalah yang termurah, akan tetapi mengandung risiko tanah terkontaminasi air limbah atau polusi lainnya. Drainase bawah permukaan adalah drainase yang dibuat untuk mengatasi pengaruh rembesan air, baik yang berasal dari air tanah maupun air hujan yang merembes ke dalam tanah yang kemungkinan dapat menaikkan permukaan air tanah sehingga mempengaruhi kadar air subgrade. Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa baik drainase permukaan maupun drainase bawah permukaan dibuat dengan maksud untuk menyelamatkan lapis-lapis perkerasan jalan dan subgrade dari pengaruh air yang merugikan DRAINASE PERMUKAAN Drainase permukaan dimaksudkan untuk menampung, mengalirkan dan kemudian membuang air (hujan) dari permukaan jalan agar tidak merusak perkerasan jalan. Air hujan yang tidak segera terbuang akan merusak lapis-lapis perkerasan jalan. Pada Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) I-2

14 Bab I : Fungsi dan Jenis Drainase kondisi tertentu, jika infiltrasi air permukaan telah mencapai subgrade, pada kadar air tertentu yang nilainya melebihi kadar air optimum, maka subgrade mulai menurun daya dukungnya. Penurunan daya dukung subgrade akan mempengaruhi kemampuan perkerasan jalan dalam memikul beban lalu lintas, karena secara teoritis daya dukung subgrade yang lebih rendah akan memerlukan perkerasan yang lebih tebal jika dibandingkan dengan kebutuhan tebal perkerasan yang dihitung berdasarkan daya dukung subgrade yang lebih tinggi, yang harus memikul beban repetisi yang sama seperti yang diprediksikan dalam desain JENIS-JENIS BANGUNAN DRAINASE PERMUKAAN Secara umum dikenal ada 2 jenis bangunan drainase permukaan yaitu selokan samping dan gorong-gorong. Fungsi kedua jenis bangunan ini adalah sebagai jalan air agar air hujan segera keluar dari permukaan jalan untuk menghindarkan perkerasan jalan dari kerusakan-kerusakan akibat genangan air. Proses terbuangnya air (hujan) dari lapis permukaan ke areal di luar badan jalan atau ke selokan samping kemudian melalui gorong-gorong dibuang keluar dari badan jalan atau ke tempat buangan air yang telah ditentukan, semuanya diupayakan didasarkan atas hukum gravitasi. Air bergerak ke tempat yang lebih rendah, prinsip inilah yang digunakan dalam mendesain drainase jalan. Kecepatan bergerak dari air tersebut akan tergantung dari seberapa besar grade (%) yang harus dilalui, makin tinggi grade yang harus dilalui, jika bangunan drainase terbuat dari tanah, akan makin mudah bangunan drainase tersebut digerus oleh air Selokan samping Ada 2 jenis selokan samping yaitu: - Selokan yang dilapisi (Lined side ditch) - Selokan yang tidak dilapisi (Unlined side ditch) Lined side ditch digunakan apabila kecepatan aliran air yang melaluinya akan mengakibatkan tanah tergerus, sedangkan unlined side ditch digunakan apabila kecepatan aliran air yang melaluinya tidak akan mengakibatkan selokan tanah tergerus. 1. Kecepatan Aliran dan Kemiringan Selokan samping Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) I-3

15 Bab I : Fungsi dan Jenis Drainase Berapa kecepatan aliran air maksimum agar selokan samping yang terbuat dari tanah tidak tergerus? Bagaimana dengan batasan kemiringan selokan samping? Tergantung dari jenis tanah, berikut ini diberikan table dari berbagai sumber yang memberikan batasan kecepatan aliran air yang diijinkan maupun kemiringan selokan samping : Tabel 1 : Kecepatan Aliran Air Yang Diijinkan Dan Kemiringan Selokan samping Berdasarkan Jenis Material Selokan samping Material Selokan samping Kecepatan Aliran Air Yang Diijinkan (m/detik) Kemiringan Selokan samping (%) Pasir halus Lempung kepasiran Lanau aluvial Kerikil halus Lempung kokoh Lempung padat Kerikil kasar Batu-batu besar Pasangan batu Beton Beton Bertulang Kemiringan selokan samping kurang lebih perlu direncanakan mengikuti vertical grade dari trase jalan. Jika ternyata vertical grade dari trase jalan > 5% sedangkan material badan jalan bukan dari lempung kokoh/lempung padat, maka selokan samping perlu dibuat dari pasangan batu atau beton atau beton bertulang tergantung dari pertimbangan desain. 2. Penampang Melintang Selokan Samping Penampang melintang selokan samping dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan: a. Kondisi tanah dasar b. Kecepatan aliran Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) I-4

16 Bab I : Fungsi dan Jenis Drainase c. Dalam atau dangkalnya kedudukan air tanah. Di bawah ini diberikan contoh-contoh bentuk selokan samping yang biasa digunakan dalam perencanaan jalan : No. Penampang Melintang Keterangan - Kondisi daerah : kering 1 - Air cepat mengalir - Air tanah dalam - Tanah banyak mengandung clay 2 - Pengaliran air kurang cepat - Tanah cukup stabil 3 - Medan sempit - Air tanah dalam - Tanah kurang stabil - Medan cukup luas 4 - Air tanah dekat permukaan 5 - Parit atau sungai kecil sejajar jalan 6 - Selokan samping dari pasangan batu 7 - Selokan samping tertutup (untuk daerah perkotaan) Gorong-gorong Gorong-gorong adalah bangunan drainase yang berfungsi untuk : a. Memberi jalan kepada air yang mengalir dari parit atau sungai kecil yang mengalir melintasi jalan. Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) I-5

17 Bab I : Fungsi dan Jenis Drainase b. Mengalirkan air yang telah terkumpul di dalam bak-bak penampung selokan samping untuk dibuang keluar ke tempat pembuangan. Berikut adalah contoh penempatan gorong-gorong yang berfungsi mengalirkan air dari saluran air yang memotong jalan : Penempatan culvert mengikuti sumbu saluran air Penempatan culvert tidak mengikuti sumbu saluran air karena pertimbangan memperpendek panjang culvert DISARANKAN TIDAK DISARANKAN Material untuk gorong-gorong ada 2 (dua) macam, yaitu : a. Beton tulang b. Baja Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) I-6

18 Bab I : Fungsi dan Jenis Drainase Penampang Melintang Gorong-gorong Penampang melintang gorong-gorong yang lazim digunakan antara lain adalah sebagai berikut : a. Lingkaran (circular) - Bentuk ini paling sering dipakai - Ditinjau dari segi struktur, relative efisien untuk kebanyakan kondisi muatan - Bisa dibuat dari beton tulang (antara lain 60 cm, 80 cm, 100 cm, 120 cm, 140 cm) atau dari baja (corrugated metal pipe < 2.00 m) - Penampang melintang : b. Ellips (elliptical) - Biasanya dipakai sebagai pengganti bentuk circular jika terdapat keterbatasan tinggi timbunan. - Dibandingkan dengan bentuk circular, bentuk pipa lengkung maupun ellips lebih mahal (pada kondisi debit yang harusm ditampung sama). - Potongan melintang : c. Box (rectangular) - Direncanakan untuk menampung debit yang relative besar - Bentuk ini biasanya paling cocok digunakan jika posisi tinggi muka air yang diijinkan (allowable headwater depth) rendah. - Penampang melintang : d. Lengkung (arch) - Bentuk ini dipakai jika kondisi tanah cukup baik. - Perlu pertimbangan desain yang lebih teliti untuk menghindari scouring - Potongan melintang : e. Multiple barrels - Dipakai pada kondisi kanal yang agak lebar melintasi jalan - Terdiri dari 2 (dua) atau lebih barrels Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) I-7

19 Bab I : Fungsi dan Jenis Drainase - Barrels bisa berupa circular atau box - Potongan melintang : Multiple circulars Multiple boxes Merencanakan Ujung-ujung Gorong-gorong Ujung-ujung gorong-gorong direncanakan dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut : - Mengurangi erosi - Menahan seepage - Menahan timbunan agar tidak longsor - Memperbaiki karakteristik hidrolik gorong-gorong - Agar ujung-ujung gorong-gorong tersebut stabil di posisinya Dalam perencanaan drainase jalan, dikenal pengakhiran ujung-ujung gorong-gorong sebagai berikut : a. Ujung-ujung gorong-gorong diletakkan melebihi posisi kaki-kaki timbunan (projecting end) - Gorong-gorong barrel diperpanjang sehingga melewati batas-batas timbunan - Tidak dipersiapkan untuk mengantisipasi keruntuhan konstruksi - Relatif ekonomis, akan tetapi bentuknya tidak menarik - Terbatas untuk gorong-gorong kecil - Jika yang digunakan untuk gorong-gorong adalah corrugated metal pipe sedangkan konsep perencanaan drainase yang dipilih adalah perencanaan dengan inlet control, maka pilihan ini adalah tidak tepat ditinjau dari sudut pandang hidrolika. Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) I-8

20 Bab I : Fungsi dan Jenis Drainase b. Ujung-ujung gorong-gorong diletakkan mengikuti bidang talud timbunan (mitered end) - Biasanya dipakai untuk metal gorong-gorong ukuran besar, untuk memperbaiki estetika gorong-gorong - Ditinjau dari segi struktur, tidak cukup untuk menahan gaya-gaya yang timbul karena beban tanah kecuali jika diberi angker atau diproteksi. c. Pengakhiran ujung-ujung pipe gorong-gorong (terminal end) - Khusus untuk circular gorong-gorong - Prefabricated metal atau precast concrete yang ditempatkan sebagai ujung gorong-gorong - Untuk mencegah erosi dan memperbaiki estetika MEMPERCEPAT PEMBUANGAN AIR DARI PERMUKAAN JALAN Selokan samping dan gorong-gorong direncanakan khusus untuk menampung dan membuang air dari permukaan jalan. Upaya memfungsikan secara maksimal bangunan drainase menjadi gagal apabila dihadapi kondisi bahwa selokan samping dan goronggorong sudah siap berfungsi, akan tetapi air hujan yang akan dibuang tidak secara cepat keluar dari permukaan jalan. Oleh karena itu prinsip mendayagunakan hukumhukum gravitasi untuk prencanaan drainase harus tetap dijadikan acuan. Berikut ini adalah upaya-upaya yang dilakukan berkaitan dengan pembuangan air dari permukaan jalan : Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) I-9

21 Bab I : Fungsi dan Jenis Drainase Membuat Kemiringan Melintang Pada Permukaan Jalan Penampang normal pada permukaan jalan dibuat miring keluar dimulai dari as jalan (disebut cross fall), dimaksudkan agar air hujan dapat segera mengalir dan terbuang dari permukaan jalan. Air yang tertahan di permukaan jalan kalau tidak segera terbuang keluar akan dimungkinkan meresap ke dalam perkerasan jalan, menempati pori-pori yang ada pada material perkerasan jalan. Fungsi aspal sebagai perekat bisa terganggu, lapis perkerasan bisa rusak, beban lalu lintas diatasnya akan semakin menambah rusaknya perkerasan jalan yang terendam air. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan cross fall untuk berbagai jenis lapis permukaan. Tabel berikut hanyalah merupakan referensi, penetapan cross fall sepenuhnya ditentukan oleh perencana dengan berbagai pertimbangan antara lain: air hujan cepat terbuang, cross fall tidak mengakibatkan permukaan jalan tanah cepat terkikis, mengurangi rembesan air hujan ke dalam perkerasan dan lain-lain. Tabel 2 : Jenis Lapis Permukaan Jalan dan Cross Fall Jenis Permukaan Cross Fall Jalan Tanah 4% - 6% Jalan Gravel 3% - 6% Surface Treatment 3% - 4% Waterbound Macadam 3% - 4% Bituminous Macadam 2% - 2.5% Penetration Macadam 2% - 2.5% Asphalt Concrete 2% - 2.5% Beton Semen 2% - 2.5% Memberikan minimum grade pada S curve Pada tikungan yang berbentuk S curve, terdapat arah kemiringan tikungan yang berubah dari plus ke minus. Berarti secara teoritis ada bagian dari kemiringan melintang jalan yang bernilai 0%. Secara praktis, guna mempercepat pembuangan air hujan, pada transition curve untuk curve yang berbentuk S, perlu diberikan longitudinal grade sebesar 0.5% Membuat Selokan Pencegat Kadang-kadang debit air yang harus ditampung oleh selokan samping, berasal dari catchment area di sebelah luar badan jalan, terlalu besar. Kasus seperti ini bisa terjadi Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) I-10

22 Bab I : Fungsi dan Jenis Drainase pada jalan yang terletak di daerah-daerah perbukitan atau pegunungan. Untuk mendapatkan dimensi selokan samping yang masih cukup wajar, maka tidak seluruh air yang berasal dari catchment area ditampung ke dalam selokan samping kiri kanan jalan, akan tetapi dicegat dulu oleh saluran pencegat yang dibuat di sebelah atas selokan samping. Air yang sudah terkumpul di saluran pencegat kemudian dibuang ke tempat lain DRAINASE BAWAH PERMUKAAN Drainase bawah permukaan dibuat dengan maksud untuk melindungi tanah dasar atau pondasi jalan dari pengaruh air tanah agar perkerasan jalan dapat terjaga fungsinya dengan baik, selain itu juga berfungsi mempertahankan dinding penahan tanah atau lereng agar tetap stabil. Jika drainase bawah permukaan tidak dipersiapkan dengan baik, maka pada kondisi tertentu, daya dukung tanah dasar maupun pondasi jalan akan menurun. Daya dukung tanah dasar akan menurun apabila tanah dasar tersebut jenuh dengan air akibat naiknya air kapiler dari permukaan air tanah ke tanah dasar. Bagaimana dengan daya dukung lapis-lapis pondasi jalan? Lapis pondasi jalan, baik lapis pondasi bawah maupun lapis pondasi atas terdiri dari bahan berbutir kasar, fungsinya akan menurun apabila rongga-ronga kosong (voids) yang ada di dalamnya kemasukan butirbutir halus yang berasal dari tanah dasar. Proses masuknya butir-butir halus ke dalam lapis pondasi dapat dimulai dari terjadinya pumping action oleh beban lalu lintas yang akan mendorong air tanah dan lumpur (dari tanah dasar yang sudah mulai jenuh dengan air karena naiknya air kapiler) masuk ke sambungan-sambungan, celah-celah yang ada di dalam lapis pondasi, atau melalui tepi perkerasan yang akhirnya akan menyebabkan rusaknya perkerasan jalan. Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) I-11

23 Bab I : Fungsi dan Jenis Drainase PENGARUH AIR TANAH TERHADAP DAYA DUKUNG TANAH DASAR Air di Dalam Tanah Air di dalam tanah terdiri dari jenis-jenis sebagai berikut: - Air higroskopis - Air kapiler, dengan gaya kapiler dan gravitasi - Air tanah gravitasi, bisa merupakan air tanah dalam kondisi bebas atau air tanah dalam kondisi artesis. Air higroskopis menyerupai zat yang sifatnya semi padat dan melekat dengan kuat pada permukaan butir-butir tanah karena tenaga electro-chemical. Air tersebut tidak dapat dikeluarkan dari butir-butir tanah kecuali dengan pemanasan yang tinggi. Air kapiler tertahan dan bergerak dalam tanah dengan tenaga kapiler dari rongga-rongga tanah dan gaya gravitasi. Air kapiler dapat naik dari permukaan air tanah ke tanah dasar dan pondasi jalan dan akan menurunkan daya dukung maupn kuat geser dari materialmaterial tersebut. Berikut ini sketsa yang menggambarkan keberadaan 3 jenis air di dalam tanah: Air tanah biasanya diklasifikasikan ke dalam 2 type yaitu air tanah dengan permukaan air bebas dan air tanah pada kondisi sumur artesis. Berikut ini diberikan skema yang menggambarkan hubungan antara air tanah, tekanan air pori dan derajat kejenuhan. Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) I-12

24 Bab I : Fungsi dan Jenis Drainase h2 w.h 2 Tekanan air pori Permukaan air tanah Air kapiler h1 Tekanan air tanah Air tanah bebas w.h 1 Tekanan air tanah / air pori 100% Derajat kejenuhan Gerakan Air Tanah Air bergerak mengikuti hukum gravitasi yaitu menuju ke tempat yang lebih rendah. Air hujan yang bergerak sebagai aliran permukaan, dalam perjalanan menuju ke tempat yang lebih rendah mempunyai beberapa kemungkinan: - Menguap, bergabung menjadi awan untuk kemudian jika persyaratannya sudah dipenuhi akan turun kembali ke bumi menjadi hujan. - Meresap ke dalam tanah karena melewati tanah yang koefisien permeabilitasnya memungkinkan bagi aliran air permukaan untuk infiltrasi ke dalam tanah. - Melanjutkan perjalanan ke tempat yang lebih rendah karena tidak mempunyai kesempatan menguap atau merembes ke dalam tanah karena melewati lapisanlapisan tanah yang impermeabel, namun setelah mencapai tempat yang lebih rendah juga mempunyai kemungkinan menguap dan infiltrasi. Siklus tersebut berulang, namun yang akan kita garisbawahi adalah aliran air permukaan yang mempunyai kesempatan infiltrasi ke dalam tanah. Apa yang terjadi setelah air permukaan tersebut merembes ke dalam tanah? Jawabannya adalah tergantung dari stratifikasi tanah yang dilaluinya, air infiltrasi ini bisa mengumpul menjadi air tanah dengan permukaan air bebas atau air tanah yang menjadi sumur artesis, mengalir ke permukaan sebagai mata air. Sketsa berikut menunjukkan beberapa keadaan air tanah yang berbeda-beda karena stratigrafi tanah yang keadaannya juga sangat kompleks: Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) I-13

25 Bab I : Fungsi dan Jenis Drainase Tinggi muka air tanah dapat berubah karena pengaruh musim, karena adanya galian atau timbunan, kalau dekat dengan sungai atau danau juga bisa terjadi karena turun atau naiknya permukaan air sungai danau. Jadi tinggi permukaan air tanah mempunyai sifat fluktuatif, kalau kebetulan jenis tanahnya mempunyai tenaga kapiler yang tinggi, air dari sekitarnya akan bergerak menuju ke tanah tersebut. Jika tanah tersebut dalam keadaan kering, maka tenaga kapiler akan menyedot air yang ada di bawahnya. Pada umumnya tanah yang berbutir halus mempunyai tenaga kapiler yang lebih besar dari pada tanah yang berbutir kasar, sehingga tanah yang berbutir halus akan mempunyai kadar air yang lebih tinggi dari pada tanah berbutir kasar. Lihat grafik tersebut di bawah: Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) I-14

26 Bab I : Fungsi dan Jenis Drainase Kadar air di atas permukaan air tanah akan dipengaruhi oleh cuaca. Meskipun demikian, karena penguapan dari permukaan tanah akan diimbangi oleh suplai dari air kapiler, maka kadar air tanah pada umumnya tidak menunjukkan fluktuasi yang besar kecuali pada lapisan yang langsung di bawah permukaan tanah Daya Dukung Tanah Dasar Jika kadar air pada tanah dasar naik sampai kadar air optimum, maka nilai kerapatan kering maksimum juga naik. Artinya daya dukung tanah dasar akan naik seiring dengan kenaikan kadar air namun hal ini hanya terjadi sampai pada kadar air optimum. Jika kadar air tanah dasar tadi ditambah lagi sehingga melebihi kadar air optimum, maka nilai kerapatan kering maksimum akan turun, artinya daya dukung tanah dasar akan semakin turun jika kadar air yang ditambahkan semakin jauh melewati kadar air optimum. Lihat grafik yang menunjukkan hubungan antara kerapatan kering maksimum dengan kadar air tersebut di bawah: Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) I-15

27 Bab I : Fungsi dan Jenis Drainase Mengacu pada Spesifikasi, tanah dasar yang dipersiapkan sebagai badan jalan harus dipadatkan terlebih dahulu sebelum diatasnya dipasang lapis-lapis perkerasan. Apakah yang dimaksud dengan tanah dasar pada pekerjaan jalan tersebut? Tanah dasar dapat dibentuk dari timbunan biasa, timbunan pilihan, lapis pondasi agregat, atau tanah asli di daerah galian. Tanah dasar harus dipadatkan hanya pada kondisi bilamana kadar air material berada dalam rentang 3% di bawah kadar air optimum sampai 1% di atas kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai dengan SNI Lihat skema di atas, pada kondisi I beban roda P diterima oleh bidang yang lebih luas dibandingkan dengan kondisi II q 1 < q 2. Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) I-16

28 Bab I : Fungsi dan Jenis Drainase Jadi permasalahan daya dukung tanah dasar menjadi krusial apabila elevasi permukaan air tanah dekat dengan elevasi permukaan tanah dasar. Pada kondisi tertentu akibat air kapiler, air tanah akan tersedot naik ke tanah dasar sehingga kadar air di dalam tanah dasar melebihi batas kadar air optimum, berarti daya dukungnya menjadi turun. Hal inilah yang harus diatasi dengan menyiapkan drainase bawah permukaan agar permukaan air tanah tidak semakin mendekat ke permukaan tanah dasar MEMPERKECIL PENGARUH AIR INFILTRASI TERHADAP TANAH DASAR Sketsa di atas menggambarkan bahwa sebagian dari air hujan akan mengakibatkan terjadinya aliran permukaan A dan B, sebagian lagi akan merembes (infiltrasi) ke dalam lapisan perkerasan (aliran C) dan sebagian lagi menguap. Debit yang berasal dari aliran air permukaan akan ditampung oleh selokan samping dan gorong-gorong dan kemudian dibuang keluar. Jika perencanaan selokan samping dan gorong-gorong memenuhi syarat-syarat teknis dan pemeliharannya baik, maka aliran air permukaan akan cepat terbuang keluar begitu hujan selesai. Berbeda dengan aliran air permukaan, maka air infiltrasi justru tidak segera terbuang keluar setelah hujan selesai, akan tetapi kemungkinan tertahan atau terperangkap ke dalam lapisan-lapisan perkerasan akan lebih besar, tergantung pada permeabilitas bahan perkerasan, bahann bahu jalan maupun adqa atau tidaknya drainase bawah permukaan. Debit aliran air permukaan A dan B tergantung pada berbagai faktor yaitu run off coefficient, rainfall intensity, dan catchment area. Kita ambil contoh paved roads dengan run off cofficient antara Ini artinya adalah pada aliran B, 70% - 95% dari volume air hujan yang jatuh di permukaan jalan terbuang langsung sebagai aliran air permukaan. Sisanya sebesar 5% - 30% akan merembes (infiltrasi) ke dalam lapisan Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) I-17

29 Bab I : Fungsi dan Jenis Drainase perkerasan melalui lapisan permukaan serta sebagian kecil menguap. Ditinjau dari segi prosentase, air infiltrasi relatif sedikit, akan tetapi jika ditinjau dari kecepatan mengalirnya untuk keluar dari lapis-lapis perkerasan relatif sangat kecil dibandingkan dengan kecepatan terbuangnya aliran permukaan. Oleh karena itu, secara kumulatif air infiltrasi akan bisa merusak ikatan antara butir-butir material perkerasan dan bitumen sebagai bahan pengikat. Ada sementara pengamat (Harry R. Cedergreen, Drainage of Highway and Airfield Pavement, USA 1974) yang mendapatkan fakta lapangan bahwa air infiltrasi yang merembes ke dalam perkerasan jalan lewat permukaan jalan mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam merusak konstruksi perkerasan, apabila air infiltrasi tersebut tidak diberi jalan untuk mengalir keluar. Penanggulangan kerusakan jalan hanya dengan memberikan overlay terhadap perkerasan jalan lama tidak selamanya merupakan keputusan yang tepat. Pada kondisi-kondisi khusus yang secara kualitatif adalah sebagai berikut: - Perkerasan jalan di atas impervous subgrade. - Jalan melewati sumber air atau terletak di daerah dengan curah hujan tinggi. - Permukaan air tanah relatif dekat dengan tepi bawah subbase atau bahkan di atas permukaan jalan (tanah di daerah galian, tebing kiri-kanan air tanahnya tingi) - Volume lalu lintas selama design life dinilai cukup tinggi, Maka pengamat tersebut menawarkan alternatif penanganan berupa drainase bawah permukaan dengan sistem konstruksi terdiri dari: - Open graded drainage layer dengan permeabilitas yang tinggi sekaligus berfungsi sebagai base layer. - Dilengkapi dengan collector pipe dan outlet pipe Untuk jelasnya lihat sketsa di bawah: Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) I-18

30 Bab I : Fungsi dan Jenis Drainase Pada gambar (a) perkerasan diletakkan di atas timbunan, sedangkan bahu jalan (shoulder) sebelah kanan terdiri dari material yang impervous. Air yang menggenang di dalam sub base, base, maupun surface tertahan oleh shoulder, tidak bisa mengalir keluar. Pada shoulder sebelah kiri, meskipun permeability-nya lebih besar dari pada sebelah kanan, belum berfungsi membuang air yang menggenang di dalam perkerasan dengancepat. Pada gambar (b) perkerasan diletakkan di atas galian. Oleh karena subgrade maupun shoulder terdiri dari material yang permeabiliti-nya rendah, sistem drainasenya juga sangat jelek. Pada kasus ini, air tetap terperangkap di dalamm lapis-lapis perkerasan. Pada gambar (c) perkerasan diletakkan di atas impermeable subgrade, sedangkan shoulder terdiri dari material yang permeabilitinya juga rendah. Apabila perkerasan dan shoulder berada dalam kondisi jenuh dengan air, maka akan terjadi bleeding pada tepi perkerasan. Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa: Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) I-19

31 Bab I : Fungsi dan Jenis Drainase - Sebagai konsekwensi dari pemadatan lapisan-lapisan perkerasan maupun stabilisasi base dan subbase akan diperoleh lapisan-lapisan perkerasan yang permeabilitasnya rendah. - Material yang digunakan untuk shoulder sering berfungsi sebagai barrier yang menghalang-halangi terbuangnya air yang menggenang dalam lapisan-lapisan perkerasan. Akibatnya subbase, base, dan surface makin lama akan makin jenuh dengan air, yang berarti potensial untuk menimbulkan kerusakan pada perkerasan SISTEM DRAINASE BAWAH PERMUKAAN Prinsip utama yang disarankan adalah menjaga agar lapis perkerasan dan subgrade relatif tetap kering. Sketsa di atas menggambarkan keadaan dimana permukaan air tanah berada di bawah subbase. Air infiltrasi relatif tidak sempat masuk ke dalam subbase, karena sesuai dengan sifatnya yang high permable open graded dapat mengalirkan air kesamping, ditampung oleh collector pipe. Dari sini air dibuang melalui outlet pipe. Dengan sistem demikian, air infiltrasi tidak akan sempat tergenang dalam lapisan-lapisan perkerasan untuk jangka waktu lama. Jadi perkerasan tidak akan berada dalam kondisi jenuh dengan air. Pengaruh permukaan air tanah Pada umumnya apabila permukaan air tanah berada pada kedalaman 1 m di bawah tepi bawah subbase, pengaruhnya terhadap lapisan perkerasan dapat diabaikan. Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) I-20

32 Bab I : Fungsi dan Jenis Drainase Apabila permukaan air tanah dekat atau lebih tinggi dari permukaan jalan, akan diperlukan subgrade drainage berupa longitudinal drain untuk menurunkan permukaan air tanah. Kalau longitudinal drain belum cukup, dapat ditambahkan drainage layer plus transverse interceptor drain. Lihat sketsa di bawah : Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) I-21

33 Bab I : Fungsi dan Jenis Drainase Pada gambar (a) jalan dibuat di suatu lereng sehingga sebagian di atas galian dan sebagian lagi di atas timbunan. Permukaan air tanah diturunkan dengan cara memasang longitunal drain pada sebelah kiri tepi perkerasan. Pada gambar (b) jalan dibuat pada daerah galian, padahal posisi semula permukaan air tanah berada di atas permukaan jalan. Untuk menurunkan permukaan air tanah di tepi kiri-kanan dipasang longitudinal drain. Pada gambar (c) dijumpai kasus jalan raya 4 (empat) jalur dengan posisi semula permukaan air tanah di atas permukaan jalan. Oleh karena jarak antara longitudinal kiri dan kanan agak jauh, untuk menurunkan permukaan air tanah masih diperlukan longitudinal drain lagi di tengah-tengah. Pada gambar (d) diperlihatkan kondisi dimana longitudinal drain saja belum cukup mampu untuk menghindari rembesan air tanah, padahal bagian jalan tersebut terletak pada perpindahan dari daerah galian ke daerah timbunan. Yang dikhawatirkan adalah air juga akan merembes ke daerah timbunan. Untuk menangani kasus ini disarankan mengkombinasikan pemakaian transverse inceptor drain dan drainage layer yang dipasang di bawah base, sebagai pengganti subbase. Lihat sketsa di bawah : Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) I-22

34 Bab I : Fungsi dan Jenis Drainase Berikut ini adalah contoh-contoh lain cara membuang air tanah yang dinilai mengganggu daya dukung subgrade : Jika tekanan hidrostatis relatif kecil Jika tekanan hidrostatis cukup besar Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) I-23

35 Bab I : Fungsi dan Jenis Drainase Filter material Harus mempunyai permeabilitas yang cukup tinggi agar dapat membuang dengan cepat air tanah yang mengganggu tanah dasar. Terdiri dari pasir, kerikil atau batu pecah yang gradasinya terkontrol. Bersih dari pelapukan dan mempunyai pembagian butir yang memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu sebagai berikut : D15 filter < 5 ; D subgrade 85 D15 filter > 5 ; D subgrade 15 D15 filter D lobang > 2 Persyaratan di atas dimaksudkan agar filter tidak tersumbat oleh material halus dari tanah dasar. Selanjutnya lihat grafik di bawah: Sumber : Subsoil Drainage, The Post Graduate Program on Highway Engineering, ITB-DPUT-JICA, 1976 Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) I-24

36 Bab II: Konstruksi Saluran BAB II KONSTRUKSI SALURAN 2.1. SELOKAN DAN SALURAN AIR UMUM 1. Uraian Pembuatan selokan baru (dengan pasangan atau tidak) sesuai arah dan ketinggian, relokasi atau perlindungan dari saluran yang ada. 2. Pekerjaan yang berhubungan, yang ditetapkan dibagian lain Sesuai dalam spesifikasi. 3. Toleransi dimensi saluran Ketinggian akhir dasar saluran maximum 1 cm, cukup halus dan merata, menjamin aliran bebas tanpa genangan. 4. Pelaporan Contoh material dan pembuatan rencana kerja sebelum pekerjaan dimulai. 5. Jadwal kerja Drainase berfungsi sebelum pekerjaan timbunan (urugan) dan struktur dimulai. Selokan dipotong sedikit lebih kecil, pemotongan akhir dan perbaikan dilaksanakan setelah pekerjaan yang berdekatan selesai. 6. Kondisi lokasi pekerjaan a. Semua galian harus dipelihara agar bebas dari air dan kontraktor harus menyediakan semua bahan-bahan peralatan dan tenaga kerja yang diperlukan untuk pengeringan (pemompaan), pengalihan saluran air dan pembangunan saluran sementara, tembok ujung serta cofferdam. Pompa yang siap pakai harus disiapkan ditempat kerja sepanjang waktu untuk menjamin tidak ada gangguan terhadap kelangsungan prosedur pengeringan. b. Bila pekerjaan sedang dilaksanakan pada saluran yang ada atau daerah lain dimana aliran bawah tanah atau air tanah dapat tercemar, maka kontraktor harus sepanjang waktu memelihara di tempat pekerjaan yang bersangkutan suatu persediaan air yang berkualitas air minum untuk Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) II-1

37 Bab II: Konstruksi Saluran digunakan oleh para pekerjanya untuk mencuci, beserta persediaan sabun dan obat pembasmi kuman secukupnya. 7. Pembetulan pekerjaan yang tidak memuaskan a. Pekerjaan pengukuran untuk menentukan profil permukaan yang ada atau yang dibangun harus diulangi sebagaimana diperlukan untuk memperoleh suatu catatan yang teliti mengenai keadaan fisik pekerjaan, hingga memuaskan Pemimpin Proyek. b. Setiap pekerjaan konstruksi tambahan yang diakibatkan oleh kesalahan atau ketidak-cocokan dalam gambar penampang memanjang yang diserahkan harus dilaksanakan oleh kontraktor atas biaya sendiri. c. Pekerjaan pembangunan selokan yang tidak memenuhi kriteria toleransi atau yang tidak diterima oleh Pemimpin Proyek, harus dibetulkan oleh kontraktor sebagaimana diarahkan oleh Pemimpin Proyek. Pekerjaan pembetulan dapat meliputi : 1) Penggalian atau penimbunan lebih lanjut, termasuk bila diperlukan penimbunan kembali terlebih dahulu pekerjaan baru dan kemudian penggalian kembali menurut garis yang ditentukan. 2) Perbaikan atau penggantian pekerjaan pasangan batu yang spesifikasi. d. Pekerjaan penimbunan yang tidak memuaskan harus dibetulkan sesuai dengan spesifikasi 1) Penimbunan yang telah selesai yang tidak sesuai dengan penampang melintang yang ditentukan atau disetujui atau dengan toleransi permukaan yang ditentukan dalam TOLERANSI DIMENSI, harus diperbaiki dengan menggaru permukaan tersebut dan membuang atau menambah bahan-bahan sebagaimana diperlukan, dilanjutkan dengan pembentukan dan pemadatan kembali. 2) Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan, yang ditentukan menurut batas kadar air yang ditentukan dalam spesifikasi atau sebagaimana diarahkan oleh Pemimpin Proyek harus dikoreksi dengan menggaru bahan-bahan yang bersangkutan diikuti dengan penyiraman dengan jumlah air secukupnya dan mencampur secara seksama dengan sebuah mesin perata (grader) atau peralatan lain yang disetujui. 3) Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan, yang ditentukan menurut batas kadar air yang ditetapkan dalam spesifikasi atau sebagaimana diarahkan oleh Pemimpin Proyek, harus diperbaiki dengan menggaru bahan-bahan yang bersangkutan dilanjutkan Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) II-2

38 Bab II: Konstruksi Saluran dengan pengerjaan dengan mesin perata berulang-ulang atau peralatan lainnya yang disetujui, dengan diberi waktu selang antara pekerjaan, dibawah kondisi cuaca kering sebagai pilihan atau bila pengeringan yang cukup tak dapat dicapai dengan mengerjakan dan membiarkan bahan-bahan yang digaru maka Pemimpin Proyek dapat memerintahkan agar bahan-bahan tersebut disisihkan dari pekerjaan dan diganti dengan bahan-bahan kering yang sesuai. 4) Timbunan yang menjadi jenuh karena hujan atau banjir atau lainnya setelah dipadatkan secara memuaskan sesuai dengan spesifikasi, pada umumnya tidak memerlukan pekerjaan perbaikan asalkan sifat bahan-bahan dan kerataan permukaan masih memenuhi persyaratan spesifikasi ini. 5) Perbaikan timbunan yang tidak memenuhi persyaratan sifat bahan atau kepadatan menurut spesifikasi harus sebagaimana diarahkan oleh Pemimpin Proyek dan dapat meliputi pemadatan tambahan, penggaruan kemudian diikuti dengan penyesuaian kadar air dan pemadatan kembali atau pembuangan dan penggantian bahanbahan. 6) Perbaikan timbunan yang rusak oleh erosi banjir atau menjadi lunak setelah pekerjaan diselesaikan dan diterima oleh Pemimpin Proyek harus sebagaimana ditentukan dalam spesifikasi 8. Fasilitas di bawah tanah Ketentuan yang ditetapkan untuk penggalian dalam spesifikasi harus diterapkan juga terhadap pekerjaan yang dikerjakan untuk fasilitas di bawah tanah ini. a. Kontraktor harus bertanggung-jawab untuk memperoleh setiap informasi yang ada tentang keberadaan serta lokasi bangunan utilitas dibawah tanah dan memperoleh serta membayar setiap perijinan yang diperlukan atau pemberian hak lainnya untuk melaksanakan penggalian yang disyaratkan oleh kontrak. b. Kontraktor harus bertanggung-jawab atas pemeliharaan dan perlindungan setiap saluran pipa bawah tanah, kabel, pipa penyalur atau lainnya diatas tanah dan jaringan pelayanan cadangan atau struktur yang mungkin ditemukan, dan memperbaiki setiap kerusakan terhadapnya yang ditimbulkan oleh kegiatan kontraktor. 9. Penggunaan dan pembuangan bahan-bahan galian Ketentuan yang ditetapkan untuk penggalian dalam spesifikasi harus diterapkan. Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) II-3

39 Bab II: Konstruksi Saluran a. Semua bahan-bahan yang layak yang digali dalam batas-batas proyek, sejauh dimungkinkan digunakan untuk pembentukan timbunan atau urugan kembali. b. Bahan-bahan galian yang banyak mengandung tanah organic, tanah gambut, sejumlah besar akar, atau bahan-bahan timbunan lainnya atau tanah kompresibel yang menurut pendapat Pemimpin Proyek akan menghambat pemadatan bahan-bahan yang dihampar diatasnya atau menyebabkan penurunan atau kegagalan yang tidak diinginkan, harus digolongkan sebagai tidak memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan-bahan timbunan untuk pekerjaan permanent. c. Setiap bahan-bahan galian yang melebihi kebutuhan timbunan, atau bahan-bahan yang tidak disetujui oleh Pemimpin Proyek sebagai bahanbahan yang layak untuk timbunan harus dibuang keluar dari daerah pekerjaan. d. Kontraktor harus bertanggung-jawab untuk semua pengaturan dan biaya untuk pembuangan bahan-bahan kelebihan atau yang tidak memenuhi syarat, termasuk pengangkutan dan perolehan ijin dari pemilik atau penghuni tanah dimana pembuangan itu dilaksanakan. 10. Pemulihan lokasi pekerjaan dan pembongkaran pekerjaan sementara Ketentuan yang ditetapkan untuk penggalian dalam spesifikasi harus diterapkan. a. Semua struktur sementara seperti cofferdam atau turap harus dibongkar oleh kontraktor setelah selesainya struktur permanent atau pekerjaan lainnya untuk apa penggalian telah dilakukan, kecuali bila diarahkan lain oleh Pemimpin Proyek. Pembongkaran harus dikerjakan dengan cara sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu atau merusak struktur atau formasi yang telah selesai. b. Bahan-bahan yang diperoleh kembali dari pekerjaan sementara tersebut tetap menjadi milik kontraktor atau dapat, dan jika disetujui sebagai layak oleh Pemimpin Proyek, dipakai untuk pekerjaan permanent dan dibayar menurut jenis pembayaran yang bersangkutan yang dimasukkan dalam Daftar Penawaran. c. Bahan-bahan galian tidak boleh ditempatkan dalam saluran air tetapi harus segera disisihkan dan dibuang. d. Semua lubang sumber bahan galian tambahan, quarry atau tempat pembuangan yang digunakan oleh kontraktor harus ditinggalkan dalam keadaan rapid an teratur dengan sisi dan lereng yang mantap. Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) II-4

40 Bab II: Konstruksi Saluran BAHAN-BAHAN DAN JAMINAN KUALITAS 1. Timbunan Timbunan yang digunakan harus memenuhi persyaratan sifat-sifat bahan-bahan, penempatan, pemadatan dan jaminan kualitas yang ditetapkan dalam spesifikasi. 2. Pasangan batu dengan adukan Pasangan batu dengan adukan untuk pelapisan selokan harus memenuhi persyaratan sifat bahan-bahan, penempatan, pemadatan dan jaminan kualitas yang ditetapkan dalam spesifikasi PELAKSANAAN 1. Penentuan lokasi saluran a. Lokasi, panjang, arah aliran dan kelandaian yang disyaratkan untuk semua selokan yang akan dibentuk kembali atau digali atau diberi pasangan, dan lokasi dari semua kantung lumpur dan selokan pembuang yang bersangkutan harus diusulkan dan diperlihatkan oleh kontraktor, dan yang kemudian akan disetujui atau diperbaiki oleh Pemimpin Proyek, dalam gambar pengukuran penampang memanjang yang disediakan oleh kontraktor b. Dalam batas-batas untuk mencapai penyelesaian teknis yang memuaskan untuk semua drainase dan masalah keamanan lalu-lintas sepanjang masa kontrak, lokasi selokan dan penampang melintang yang khas yang diperlihatkan dalam gambar akan diubah oleh Pemimpin Proyek bila diperlukan untuk memungkinkan mempertahankan pohon yang ada, khususnya di lokasi dimana keberadaannya penting untuk kestabilan lereng. 2. Pembangunan selokan a. Tumbuh-tumbuhan yang tidak dikehendaki, sampah dan endapan lainnya harus dipindahkan dari tepi dan lantai dasar selokan yang ada. b. Penggalian, penimbunan dan pemotongan harus dilaksanakan sebagaimana disyaratkan untuk membentuk kembali selokan-selokan baru sehingga mencapai kelandaian yang diperlihatkan dalam gambar Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) II-5

41 Bab II: Konstruksi Saluran penampang memanjang yang telah disetujui dan pada profil yang diperlihatkan gambar, atau sebagaimana diarahkan oleh Pemimpin Proyek. c. Sesudah pembentukan selokan disetujui oleh Pemimpin Proyek, maka dinding selokan dari pasangan batu dengan adukan harus dibangun sebagaimana ditetapkan dalam spesifikasi. d. Semua bahan-bahan hasil penggalian harus dibuang dengan memindahkannya dari lokasi pekerjaan untuk dibuang. 3. Pemeliharaan saluran air yang ada a. Sungai atau kanal alam yang berdampingan dengan lokasi pekerjaan kontrak ini tidak boleh diganggu dengan tanpa persetujuan dari Pemimpin Proyek. b. Bila suatu penggalian atau pengerukan dasar sungai tidak dapat dihindari untuk pelaksanaan pekerjaan dengan layak, maka kontraktor, setelah pekerjaan diselesaikan, harus menimbun kembali semua penggalian tersebut sampai mencapai permukaan tanah asal atau dasar sungai dengan bahan-bahan yang disetujui Pemimpin Proyek. c. Bahan-bahan dari pekerjaan pondasi atau penggalian lainnya, atau dari penempatan cofferdam tidak boleh ditinggalkan dalam daerah aliran sungai. 4. Relokasi saluran air a. Bilamana stabilisasi timbunan timbunan atau pekerjaan permanen lainnya dari kontrak tidak dapat dihindari akan menghalangi seluruh atau sebagian saluran air yang ada, maka saluran air tersebut harus di-relokasi / dialihkan untuk menjamin aliran yang bebas melewati pekerjaan pada ketinggian muka air banjir biasa. b. Relokasi saluran air tersebut harus mempertahankan kelandaian lantai dasar saluran yang ada dan harus diadakan sedemikian sehingga tidak menyebabkan gerusan yang merusak baik pada pekerjaan maupun pada tanah milik yang berdekatan. c. Kontraktor harus mengadakan pengukuran dan penggambaran penampang-penampang melintang dari saluran air yang akan di-relokasi dan memberikan tanda secara terinci sehubungan dengan usulannya untuk pekerjaan relokasi yang diperlukan. Pemimpin Proyek akan menyetujui atau memperbaiki usulan kontraktor tersebut sebelum suatu pekerjaan relokasi dimulai. Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) II-6

42 Bab II: Konstruksi Saluran PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN 1. Penggalian Penggalian dan pemotongan yang dilaksanakan untuk pekerjaan selokan dan saluran air harus diukur dan dibayar sebagai penggalian menurut spesifikasi atau sebagai bagian dari Pos Pekerjaan Tanah sebagaimana dirumuskan dalam spesifikasi 2. Penimbunan Timbunan yang digunakan untuk pekerjaan selokan dan saluran air harus diukur dan dibayar sebagai Penimbunan menurut spesifikasi atau sebagai bagian dari Pos Pekerjaan Tanah, seperti dirumuskan dalam spesifikasi. 3. Pelapisan dinding Pekerjaan pelapisan dinding untuk selokan dan saluran air diukur dan dibayar sebagai Pekerjaan pasangan batu dengan adukan, pekerjaan beton atau pasangan batu kosong dengan adukan encer menurut spesifikasi PASANGAN BATU DENGAN ADUKAN UMUM 1. Uraian a. Pekerjaan ini terdiri dari pemasangan lapis pelindung pada tepi atau dasar selokan dan saluran air, dan pembuatan lantai olak, kantung Lumpur dan bangunan saluran air kecil sejenis lainnya dengan pasangan batu dengan adukan semen yang dibangun diatas suatu dasar yang telah dipersiapkan untuk menjamin aliran air yang bebas dan tanpa genangan, sesuai dengan spesifikasi ini dan sesuai dengan garis, kelandaian, dan ukuran yang diperlihatkan dalam gambar atau sebagaimana yang diarahkan oleh Pemimpin Proyek. b. Pekerjaan tersebut juga meliputi pembangunan lubang sulingan air, termasuk penyediaan dan pemasangan acuan lubang pembuangan air (weephole) atau pipa. c. Pada umumnya pekerjaan pasangan batu dengan adukan tidak akan digunakan untuk bangunan-bangunan yang menahan beban seperti gorong-gorong pelat beton, tembok penahan tanah sepanjang jalur lalulintas, tembok kepala gorong-gorong pelat beton, dan sebagainya. Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) II-7

43 Bab II: Konstruksi Saluran 2. Toleransi dimensi a. Permukaan dari setiap batu tidak boleh berbeda dari profil permukaan ratarata pasangan batu disekitarnya lebih dari 30 mm. b. Untuk pasangan selokan dan saluran air, profil permukaan rata-rata yang dibentuk dengan pasangan batu tidak boleh berbeda dari profil lantai dasar saluran yang ditentukan atau disetujui lebih dari 20 mm, juga tidak berbeda dari profil penampang melintang yang ditentukan atau disetujui lebih dari 50 mm. c. Ketebalan minimum dari setiap pasangan batu dengan adukan harus 100 mm. d. Profil akhir untuk bangunan tidak utama yang tidak menahan beban seperti kantung Lumpur dan lantai olak tidak boleh berbeda dari profil yang ditentukan atau disetujui lebih dari 20 mm. 3. Pengajuan dan persetujuan a. Sebelum memulai pekerjaan, kontraktor harus mengajukan kepada Pemimpin Proyek 2 contoh seberat 50 kg yang masing-masing mewakili batu yang diusulkan untuk digunakan. Salah satu dari contoh ini akan ditahan oleh Pemimpin Proyek sebagai rujukan selama periode kontrak. Hanya batu yang telah disetujui oleh Pemimpin Proyek yang boleh digunakan dalam pekerjaan. b. Tidak ada pekerjaan pasangan batu dengan adukan boleh dimulai sampai Pemimpin Proyek telah menyetujui penyiapan pembentukan dimana pekerjaan yang bersangkutan akan ditempatkan. 4. Penjadwalan kerja a. Jumlah pasangan batu dengan adukan yang dilaksanakan dalam suatu waktu tertentu harus dibatasi sesuai dengan kecepatan pemasangan untuk menjamin agar semua batu dipasang dengan adukan segar. b. Bila pasangan batu dengan adukan akan dipasang pada lereng atau sebagai lapis dinding selokan, maka pembentukan pertama-tama harus dipersiapkan seperti tidak akan ada pasangan. Pembentukan akhir sampai garis yang disyaratkan harus dibuat segera sebelum pemasangan batu. 5. Kondisi lokasi pekerjaan Ketentuan yang dirinci dalam spesifikasi mengenai mempertahankan suatu lokasi pekerjaan yang tetap dalam keadaan kering dan pemeliharaan fasilitas Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) II-8

44 Bab II: Konstruksi Saluran sanitasi yang layak di lapangan, harus juga diterapkan untuk pekerjaan pasangan batu dengan adukan. 7. Pembetulan pekerjaan yang tidak memuaskan a. Pekerjaan pasangan batu dengan adukan yang tidak memenuhi toleransi yang diberikan harus diperbaiki oleh kontraktor atas biayanya sendiri dengan cara yang diarahkan oleh Pemimpin Proyek. b. Kontraktor harus bertanggung-jawab atas kestabilan dan keutuhan dari semua pekerjaan yang telah diselesaikan. Ia harus mengganti dengan biayanya sendiri setiap pekerjaan yang menjadi rusak atau terlantar, menurut pendapat Pemimpin Proyek karena kecerobohan atau kelalaiannya. Tetapi kontraktor tidak bertanggung-jawab atas kerusakan yang ditimbulkan oleh alam seperti angina topan atau pergeseran lapisan tanah yang tak dapat dihindari diatas mana pekerjaan dibangun, dengan syarat bahwa pekerjaan yang rusak tersebut telah diterima sebelumnya secara tertulis sebagai memuaskan dan telah selesai oleh Pemimpin Proyek BAHAN-BAHAN 1. Batu a. Batu harus terdiri dari batu alam atau batu galian yang kasar, kuat / keras, tahan lama, padat, tahan terhadap pengaruh udara dan air serta cocok dalam segala hal untuk fungsi yang dituju. b. Kualitas dan ukuran dari batu harus disetujui oleh Pemimpin Proyek sebelum digunakan. Batu untuk pasangan selokan dan saluran air harus sedapat mungkin empat persegi bentuknya. c. Kecuali ditentukan lain dalam Gambar atau Spesifikasi, maka setiap batu harus berbobot lebih dari 6 kg. 2. Adukan Adukan, haruslah adukan semen sesuai dengan persyaratan spesifikasi. 3. Drainase porous Bahan-bahan untuk pembentukan alas, lubang pembuangan air atau kantong saringan untuk pekerjaan pasangan batu adukan harus sesuai dengan persyaratan spesifikasi. Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) II-9

45 Bab II: Konstruksi Saluran KONSTRUKSI PASANGAN BATU DENGAN ADUKAN 1. Persiapan pembentukan atau pondasi a. Pembentukan untuk pelapisan dengan pasangan batu dengan adukan harus dipersiapkan sesuai dengan ketentuan Selokan dan saluran air dalam spesifikasi. b. Pondasi atau parit untuk tembok kepala atau bangunan dari pasangan batu dengan adukan harus dipersiapkan sesuai dengan ketentuan dari Penggalian dari spesifikasi. c. Lapisan alas tembus air dan rongga-rongga kantong saringan harus disediakan dimana ditentukan sesuai dengan ketentuan Drainase porous dari spesifikasi. 2. Penyiapan batu a. Batu-batu harus dibersihkan dari cacat dan bahan-bahan yang merusak, yang dapat mengganggu ikatan dengan adukan. b. Sebelum pemasangan, batu harus dibasahi seluruhnya dan diberi waktu yang cukup untuk menyerap air sampai hamper jenuh. 3. Penempatan lapisan batu a. Suatu alas dari adukan segar paling sedikit setebal 30 mm harus ditempatkan diatas bentuk yang telah dipersiapkan. Alas adukan ini harus dipasang secara bertahap dan diikuti oleh pemasangan batu permukaan sedemikian sehingga batu-batu tersebut selalu tertanam dalam adukan sebelum adukan mengeras. b. Batu-batu harus tertanam dengan kuat satu dengan lainnya untuk mendapatkan ketebalan lapisan yang diperlukan diukur tegak lurus terhadap talud saluran. Adukan tambahan harus ditempatkan untuk mengisi semua ruang antara batu-batu dan harus diselesaikan dalam keadaan hampir sama rata dengan permukaan lapis dinding selokan tetapi tidak menutupi batu yang bersangkutan. c. Pekerjaan harus dimulai dari dasar talud menuju keatas selokan, dan permukaan harus diselesaikan segera setelah pengerasan awal adukan dan menyapunya dengan sebuah sapu yang kaku. d. Permukaan yang telah diselesaikan harus dirawat seperti ditentukan untuk Pekerjaan Beton dalam spesifikasi. e. Talud dan bahu jalan yang berdampingan dengan selokan harus dirapikan dan disempurnakan untuk menjamin pertemuan yang halus dan rata Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) II-10

46 Bab II: Konstruksi Saluran dengan pekerjaan pasangan batu dengan adukan sehingga memungkinkan drainasi yang lancer dan mencegah terjadinya penggerusan pada tepi selokan yang bersangkutan. 4. Pembangunan struktur pasangan batu dengan adukan a. Tembok kepala yang akan dibangun dalam parit atau bangunan lainnya dengan menggunakan dukungan tanah atau acuan, harus dibangun dengan pengisian parit atau acuan dengan adukan setebal 60 % dari ukuran maximum batu-batu dalam adukan yang belum mengeras. Adukan tambahan kemudian harus ditambahkan dan proses tersebut diulangi sampai acuan itu terisi penuh. Adukan berikutnya ditambahkan kemudian sampai bagian atas untuk memperoleh suatu permukaan atas yang rata dan halus. b. Bila bentuk batu adalah sedemikian sehingga saling mengunci dengan cukup kuat, dan bila suatu adukan kaku digunakan maka bangunan pekerjaan pasangan batu dengan adukan dapat juga dibangun dengan tanpa acuan, dengan cara yang diuraikan untuk Pasangan Batu dari spesifikasi. c. Permukaan vertikal dari bangunan pekerjaan pasangan batu dengan adukan yang tak terlindung harus disempurnakan dan dirawat sebagaimana ditentukan diatas untuk pelapisan batu. Permukaan atas yang tak terlindung harus diselesaikan dengan lapisan adukan setebal 20 mm sampai garis dan ketinggian yang diperlukan. Lapisan itu harus mengakhiri bagian atas dinding sebagaimana diarahkan oleh Pemimpin Proyek. Lapisan itu harus dirawat seperti ditentukan untuk pekerjaan beton dari spesifikasi. d. Pengurugan kembali sekeliling bangunan yang telah selesai dirawat harus ditempatkan sesuai dengan ketentuan dari Penimbunan, atau Drainase porous dalam spesifikasi PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN 1. Pengukuran a. Pekerjaan pasangan batu dengan adukan harus diukur untuk pembayaran dalam meter kubik sebagai volume nominal dari pekerjaan yang diselesaikan dan diterima. b. Untuk pekerjaan pasangan batu dengan adukan yang digunakan untuk pasangan selokan dan saluran air, atau melapisi segala permukaan Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) II-11

47 Bab II: Konstruksi Saluran lainnya, maka volume nominal harus dirumuskan berdasarkan luas permukaan yang tidak terlindung dari pekerjaan yang telah selesai dan ketebalan nominal dari pelapisan. Untuk maksud-maksud pembayaran, maka ketebalan lapis nominal harus diambil yang tertipis dari : 1) Ketebalan yang ditentukan atau disetujui sebagaimana terlihat dalam Gambar atau diarahkan oleh Pemimpin Proyek. 2) Rata-rata ketebalan yang sebenarnya dipasang sebagaimana yang diperoleh dari pengukuran lapangan. 3) 150 mm. c. Untuk pekerjaan pasangan batu dengan adukan yang digunakan dalam semua situasi lainnya (bukan pelapisan), maka volume nominal untuk pembayaran harus dihitung sebagai volume teoritis yang ditetapkan berdasarkan garis lintas dan penampang melintang yang ditentukan atau disetujui. d. Setiap bahan-bahan yang dipasang melebihi volume teoritis yang telah disetujui tidak akan diukur atau dibayar. e. Alas yang tembus air atau bahan-bahan berbutir untuk kantong saringan harus diukur dan dibayar menurut Jenis Pembayaran untuk Drainasi Porous, sebagaimana ditetapkan dalam spesifikasi. Tidak ada pengukuran atau pembayaran terpisah akan diadakan untuk penyediaan atau pemasangan cetakan lubang pembuangan air atau pipa, begitupun tidak untuk segala cetakan lain yang digunakan. 2. Pembayaran Kuantitas pekerjaan pasangan batu dengan adukan yang ditentukan sebagaimana diatas, harus dibayar menurut Harga Penawaran per satuan pengukuran untuk Jenis Pembayaran yang diberikan dibawah ini dan tercantum dalam Daftar Penawaran. Harga dan pembayaran tersebut merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan dan penempatan semua bahan-bahan, untuk semua pembentukan atau persiapan pondasi yang diperlukan, untuk pembuatan lubang pembuangan air, untuk pengeringan tempat pekerjaan, untuk urugan kembali dan penyelesaian serta semua pekerjaan atau biaya lain yang diperlukan atau biasa diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan yang diuraikan dalam pasal ini dengan layak. Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) II-12

48 Bab II: Konstruksi Saluran Jenis Pembayaran No. Uraian Satuan Pengukuran 2.2. Pasangan batu dengan adukan m GORONG-GORONG DAN SALURAN BETON UMUM 1. Uraian a. Pekerjaan ini terdiri dari perbaikan, perpanjangan, penggantian atau pembangunan baru gorong-gorong pipa dan saluran beton termasuk tembok kepala gorong-gorong, bangunan lubang pemasukan dan lubang pengeluaran dan pekerjaan lain yang berhubungan dengan perlindungan terhadap erosi untuk menjamin aliran air yang bebas dan tanpa genangan, semuanya sesuai dengan Gambar dan Spesifikasi ini dan pada lokasi yang ditunjuk oleh Pemimpin Proyek. b. Pekerjaan ini juga harus termasuk pemasangan saluran berdinding lapis beton, dengan pelat penutup dimana diperlukan, di lokasi yang disetujui dan dimana air rembesan dari saluran air yang dindingnya tidak dilapisi dapat mengakibatkan ketidak-stabilan lereng timbunan. 2. Pekerjaan yang berhubungan yang ditetapkan di bagian lain (dari Spesifikasi) a. Pengaturan dan pengendalian lalu-lintas : Bab 1.8. b. Teknik lapangan : Bab 1.9. c. Selokan dan saluran air : Bab 2.1. d. Pasangan batu dengan adukan : Bab 2.2. e. Drainasi porous : Bab 2.4. f. Penggalian : Bab 3.2. g. Penimbunan : Bab 3.3. h. Pekerjaan beton : Bab 7.1. i. Adukan semen : Bab 7.3. Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) II-13

49 Bab II: Konstruksi Saluran 3. Standar rujukan AASHTO M 170 : Gorong-gorong beton bertulang, saluran air hujan dan pipa pembuang air kotor. 4. Penetapan titik ukur dan lokasi pekerjaan a. Dalam gambar pengukuran penampang memanjang yang diserahkan menurut spesifikasi, kontraktor harus memperlihatkan, sebagai tambahan untuk profil dasar saluran semua sungai / kali dan gorong-gorong yang dilintasi oleh proyek yang bersangkutan, ketinggian dasar saluran bagian hulu dan bagian hilir dan ukuran bagian dalam dari semua gorong-gorong yang ada. Gambar penampang memanjang yang telah diberi keterangan / catatan demikian untuk setiap bagian kontrak harus diserahkan kepada Pemimpin Proyek sekurang-kurangnya 30 hari sebelum tanggal rencana kontraktor memulai setiap pekerjaan gorong-gorong dalam bagian yang bersangkutan. b. Kontraktor juga harus memberi tanda dalam gambar penampang memanjang usulannya mengenai lokasi, panjang dan kelandaian dari semua selokan dan saluran, baik yang diberi pasangan maupun tidak dan termasuk saluran beton. Usulan yang telah diberi keterangan tersebut harus menunjukkan jenis selokan atau saluran yang dimaksudkan pada setiap lokasi. c. Dalam waktu 30 hari sejak Pemimpin Proyek menerima gambar penampang memanjang, yang telah diberi keterangan / catatan seperti diuraikan diatas untuk setiap bagian kontrak, maka Pemimpin Proyek akan menyetujui atau memperbaiki usulan kontraktor untuk saluran beton dan harus memberitahu kontraktor secara tertulis mengenai lokasi, sifat dan batas pekerjaan gorong-gorong yang diperlukan dalam bagian yang bersangkutan. 5. Penjadwalan kerja a. Tidak ada pekerjaan gorong-gorong atau saluran beton boleh mulai dikerjakan sebelum persetujuan tertulis Pemimpin Proyek dan lingkup pekerjaan telah dikeluarkan. b. Sebagaimana dirinci dalam spesifikasi, maka drainase yang memuaskan harus berfungsi dan efektif sebelum suatu pekerjaan penggalian atau penimbunan dilaksanakan. Pada umumnya, pekerjaan gorong-gorong sebagian besar sudah harus diselesaikan sebelum pekerjaan penimbunan Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) II-14

50 Bab II: Konstruksi Saluran dimulai, kecuali jika dapat dijamin adanya drainasi yang memadai dengan pekerjaan sementara khusus yang dibangun oleh kontraktor. c. Tidak ada pekerjaan persiapan tanah dasar atau pekerjaan pelapisan ulang perkerasan, baik pada daerah jalur kendaraan maupun bahu jalan, boleh dimulai sebelum gorong-gorong, tembok kepala gorong-gorong dan bangunan kecil lain yang berada dibawah permukaan tanah dasar telah diselesaikan dalam bagian proyek yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan spesifikasi. 6. Kondisi lokasi pekerjaan Ketentuan yang ditetapkan dalam spesifikasi mengenai pengeringan dan pemeliharaan sanitasi di lokasi pekerjaan harus diterapkan. 7. Pembetulan pekerjaan yang tidak memuaskan a. Pekerjaan pengukuran untuk menentukan profil permukaan yang ada atau yang telah dibangun, ketinggian lantai dasar atau ukuran gorong-gorong yang ada harus diulangi sebagaimana diperlukan untuk memperoleh suatu catatan yang teliti mengenai kondisi fisik yang bersangkutan sehingga memuaskan Pemimpin Proyek. b. Setiap pekerjaan konstruksi tambahan yang diakibatkan oleh kesalahan atau ketidak-cocokan data yang diberikan dalam gambar penampang memanjang yang diserahkan harus dilaksanakan oleh kontraktor atas biayanya sendiri. c. Semua pekerjaan dan bahan-bahan untuk pembangunan gorong-gorong dan saluran beton harus memenuhi toleransi dimensi dan berbagai ketentuan mengenai pembetulan pekerjaan yang tidak memuaskan yang diberikan dalam bab-bab spesifikasi ini yang relevan dengan pekerjaan atau bahan-bahan yang bersangkutan. 8. Fasilitas di bawah tanah Ketentuan yang ditetapkan untuk pekerjaan penggalian dalam spesifikasi harus diterapkan juga pada pekerjaan yang dilaksanakan menurut bab ini. 9. Penggunaan dan pembuangan bahan-bahan galian Ketentuan yang ditetapkan untuk penggalian dalam spesifiksi harus diterapkan. 10. Pemulihan lokasi pekerjaan dan pembongkaran pekerjaan sementara Ketentuan yang ditetapkan untuk penggalian dalam spesifikasi harus diterapkan. Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) II-15

51 Bab II: Konstruksi Saluran BAHAN-BAHAN 1. Alas Bahan-bahan butiran untuk lapisan alas saluran beton, pipa gorong-gorong dan bangunan lainnya harus memenuhi persyaratan spesifikasi. 2. Beton Beton yang digunakan untuk pekerjaan yang diuraikan dalam bab ini harus sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam spesifikasi. 3. Baja tulangan untuk beton Semua baja tulangan yang digunakan dalam pekerjaan harus sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam spesifikasi. 4. Pipa gorong-gorong Pipa gorong-gorong harus dari beton bertulang pracetak dan harus sesuai dengan persyaratan dalam AASHTO M Pasangan batu Bahan-bahan untuk tembok kepala gorong-gorong dari pasangan batu dengan adukan dan bangunan lainnya harus sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi. 6. Pasangan batu dengan adukan Bahan-bahan untuk pelapisan dengan pasangan batu dengan adukan, pekerjaan perlindungan erosi dan bangunan kecil yang diperlukan untuk pekerjaan harus sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi. 7. Adukan Adukan untuk sambungan dan cincin pipa (collars) harus berupa adukan semen sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam spesifikasi. 8. Bahan penyaring Bahan-bahan penyaring yang digunakan dalam pekerjaan harus sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam spesifikasi. Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) II-16

52 Bab II: Konstruksi Saluran 9. Urugan kembali Bahan-bahan urugan yang digunakan dalam pekerjaan harus sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam spesifikasi PELAKSANAAN 1. Persiapan lokasi pekerjaan a. Penggalian dan persiapan parit serta pondasi untuk saluran beton dan gorong-gorong harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam Bab dan 3.6. dan khususnya dengan yang diberikan dalam Penggalian untuk struktur dari spesifikasi b. Bahan-bahan untuk lapisan alas harus ditempatkan sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi,dan khususnya dengan pasal mengenai Penempatan bahan-bahan untuk lapisan alas. 2. Penempatan pipa gorong-gorong a. Pipa-pipa harus diletakkan dengan hati-hati, nap atau ujung berulir kearah hulu, klep (spigot) atau ujung berlidah dimasukkan seluruhnya kedalam nap atau alur-alur yang berdampingan, dan tepat menurut garis dan kelandaian yang dipersyaratkan. b. Sebelum bagian-bagian pipa selanjutnya diletakkan, maka setengah bagian bawah nap tersebut sebelumnya harus diberi adukan semen pada sisi dalam dengan ketebalan yang cukup sehingga permukaan sebelah dalam dari pipa berikutnya rapat dan rata. Pada waktu yang sama setengah bagian atas dari lidah pipa berikutnya harus diberi adukan sama yang sejenis. c. Setelah pipa tersebut diletakkan, maka sisa sambungan harus diisi dengan adukan dan adukan tambahan yang cukup untuk membentuk sebuah selimut disekeliling sambungan tersebut. Bagian dalam dari sambungan harus dibersihkan dan dirapikan sampai halus. Adukan pada bagian luar harus dibiarkan lembab selama 2 hari atau hingga Pemimpin Proyek mengijinkan pengurugan kembali dimulai. d. Pengurugan kembali dan pemadatan disekitar dan diatas pipa goronggorong harus dilaksanakan sebagaimana ditentukan dalam Bab Penimbunan dalam spesifiksi, dengan menggunakan bahan-bahan memenuhi persyaratan yang diberikan untuk Timbunan Pilihan. Bahanbahan tersebut harus terdiri dari tanah dan kerikil yang bebas dari Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) II-17

53 Bab II: Konstruksi Saluran gumpalan tanah lempung dan bahan-bahan organik serta tidak mengandung batu-batu yang akan tertahan saringan 25 mm. e. Penimbunan harus diadakan sampai ketinggian minimum 300 mm diatas puncak pipa dan untuk suatu jarak minimum sejauh 1,5 kali diameter pipa dari sumbu pipa kedua sisi pipa yang bersangkutan, kecuali untuk pipa dalam suatu parit galian. Perhatian khusus harus diberikan untuk menjamin bahwa pengurugan kembali dibawah bagian pipa yang menebal (haunches) dipadatkan dengan layak. g. Alat berat untuk memindahkan dan memadatkan tanah tidak boleh beroperasi lebih dekat dari 1,50 m dari gorong-gorong sampai goronggorong telah ditutup dengan suatu ketebalan sekurang-kurangnya 600 mm diatas puncak pipa-pipa yang bersangkutan. Alat ringan boleh dioperasikan dalam batas-batas diatas asal saja urugan kembali telah ditempatkan dan dipadatkan serta memberikan suatu perlindungan minimum 300 mm diatas puncak bagian atas pipa. Meskipun demikian, kontraktor harus bertanggung-jawab dan harus memperbaiki setiap kerusakan yang diakibatkan oleh operasi-operasi tersebut. g. Pipa-pipa harus diselimuti dengan beton sesuai dengan rincian yang diperlihatkan dalam gambar atau sebagaimana yang diarahkan oleh Pemimpin Proyek bila ketebalan lapis pelindung yang ditempatkan lebih dari pada tebal maximum atau kurang dari pada tebal minimum yang ditunjukkan dalam gambar atau spesifikasi pabrik pipa yang bersangkutan untuk ukuran dan kelas pipa yang bersangkutan. 3. Pembangunan saluran beton dan pasangan batu a. Gorong-gorong persegi dan pelat kecil harus dibuat menurut garis dan ukuran yang diberikan dalam gambar atau sebagaimana yang diarahkan oleh Pemimpin Proyek. b. Semua pekerjaan beton harus sesuai dengan persyaratan yang ditentukan dalam spesifikasi. c. Semua pekerjaan pasangan batu harus sesuai dengan persyaratan yang ditentukan dalam spesifikasi. 4. Tembok kepala gorong-gorong serta bangunan saluran masuk dan saluran keluar a. Kecuali jika diperlihatkan dalam gambar, maka pekerjaan lantai olak dan perlindungan erosi yang berhubungan dengan pekerjaan gorong-gorong Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) II-18

54 Bab II: Konstruksi Saluran harus dibuat dengan menggunakan pasangan batu dengan adukan sebagaimana ditentukan dalam spesifikasi. Pada umumnya pekerjaan pasangan batu dengan adukan juga harus digunakan untuk tembok kepala gorong-gorong kecil dan bangunan lain yang tidak disyaratkan untuk memikul beban konstruksi yang berat. b. Tembok kepala gorong-gorong besar atau gorong-gorong yang berada dibawah timbunan yang tinggi, atau bangunan pemikul beban lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan gorong-gorong harus dibuat dengan pasangan batu, atau bila pembebanan cukup tinggi, dengan beton bertulang. Bahan-bahan yang digunakan harus sebagaimana diarahkan oleh Pemimpin Proyek, dan harus memperhitungkan kualitas dan bentuk dari batu yang tersedia untuk pekerjaan pasangan batu, dan juga keterampilan dari tukang batu yang dipekerjakan oleh kontraktor. 5. Perpanjangan gorong-gorong yang ada a. Bila perpanjangan gorong-gorong yang ada memerlukan pembongkaran tembok kepala, tembok sayap atau pipa-pipa yang rusak dan lain-lainnya dari gorong-gorong yang ada, maka bagian-bagian tersebut harus dibongkar dengan hati-hati sebagaimana ditentukan dalam spesifikasi. sedemikian untuk menghindari kerusakan pada pipa-pipa atau struktur lain yang tidak dibongkar. Jika terjadi kerusakan terhadap suatu bagian dari gorong-gorong yang tidak dimaksudkan untuk dibongkar, dan menurut pendapat Pemimpin Proyek seharusnya dapat dihindarkan, maka bagian yang rusak tersebut harus diganti atas biaya kontraktor. b. Dimana gorong-gorong yang ada dan yang ditambahkan mempunyai desain yang berbeda atau menurut pendapat Pemimpin Proyek tidak mungkin diadakan suatu sambungan standar cincin penyambung dari beton, maka selimut beton harus dibuat untuk membentuk sambungan sebagaimana yang diperlihatkan dalam gambar atau sebagaimana yang diarahkan oleh Pemimpin Proyek. 6. Konstruksi saluran beton a. Saluran beton bertulang dan pelat penutup harus dibuat sesuai dengan garis, ketinggian dan perincian lain yang diperlihatkan dalam gambar, atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Pemimpin Proyek, dan sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi. Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) II-19

55 Bab II: Konstruksi Saluran Pekerjaan beton. Saluran tersebut dapat dicetak ditempat atau pracetak dan dipasang bagian demi bagian. Pelat penutup harus dibuat dalam bentuk satuan pracetak. b. Untuk saluran yang dicetak ditempat, maka Pemimpin Proyek dapat mengijinkan sisi galian digunakan sebagai pengganti cetakan acuan, dalam hal mana ketebalan dari dinding dan selimut tulangan baja harus ditambah setebal 25 mm dengan tanpa pembayaran tambahan. c. Lubang pembuangan air (weephole) harus dibentuk pada dinding saluran yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi. d. Untuk saluran yang dicetak ditempat, sambungan konstruksi harus diadakan pada setiap jarak antara 10 m atau kurang. Sambungan tersebut maupun sambungan antara bagian ujung saluran pracetak, harus selebar antara 1 cm dan 2 cm dan harus diselimuti dengan adukan dan rata dengan permukaan dalam saluran yang bersangkutan PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN 1. Pengukuran a. Untuk pembayaran gorong-gorong pipa harus diukur dalam jumlah meter panjang bangunan pipa baru atau perpanjangan yang dipasang, diukur dari tepi luar tembok kepala atau tembok-tembok kepala gorong-gorong, atau dari ujung ke ujung pipa-pipa yang dipasang dalam hal tak ada tembok kepala gorong-gorong. Diameter nominal yang terlihat dalam Daftar Penawaran mempunyai toleransi diameter 50 mm, sebagai contoh diameter 600 mm akan meliputi pipa berdiamater 551 mm hingga 650 mm. b. Kuantitas yang diukur untuk semua bangunan lainnya yang diuraikan dalam bab ini harus merupakan kuantitas berbagai bahan-bahan yang digunakan, dihitung sebagaimana ditetapkan dalam bab-bab yang bersangkutan dalam spesifikasi ini. c. Kecuali untuk penggalian batuan dan bahan drainasi porous yang digunakan, tidak ada pengukuran terpisah untuk pembayaran akan diadakan untuk pekerjaan penggalian atau penimbunan, biaya untuk pekerjaan ini dianggap sebagai tambahan untuk pelaksanaan pekerjaan gorong-gorong atau saluran beton dan telah termasuk dalam harga penawaran untuk pipa gorong-gorong dan untuk berbagai bahan-bahan konstruksi yang digunakan. Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) II-20

56 Bab II: Konstruksi Saluran 2. Pembayaran Kuantitasnya diukur sebagaimana ditentukan diatas, dibayar menurut Harga Penawaran per satuan pengukuran untuk Jenis Pembayaran yang diberikan di bawah ini dan tercantum dalam Daftar Penawaran. Harga dan pembayaran ini merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan dan penempatan semua bahan-bahan dan untuk semua penggalian dan pembuangan bahan-bahan, pengurugan kembali, pemadatan, acuan, lubang pembuangan air, dan semua biaya lain yang diperlukan atau biasa untuk penyelesaian dengan layak pekerjaan yang diuraikan dalam pasal ini. Jenis Pembayaran No. Uraian Satuan Pengukuran 2.3.(1) Gorong-gorong pipa beton bertulang diameter dalam 450 mm dan kurang. 2.3.(2) Gorong-gorong pipa beton bertulang diameter dalam 500 mm dan kurang. 2.3.(3) Gorong-gorong pipa beton bertulang diameter dalam 600 mm dan kurang. 2.3.(4) Gorong-gorong pipa beton bertulang diameter dalam 700 mm dan kurang. 2.3.(5) Gorong-gorong pipa beton bertulang diameter dalam 800 mm dan kurang. 2.3.(6) Gorong-gorong pipa beton bertulang diameter dalam 900 mm dan kurang. 2.3.(7) Gorong-gorong pipa beton bertulang diameter dalam 1000 mm dan kurang. 2.3.(8) Gorong-gorong pipa beton bertulang diameter dalam 1200 mm dan kurang. m m m m m m m m Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) II-21

57 Bab III: Penggalian Saluran BAB III PENGGALIAN SALURAN Penyediaan drainase yang memadai merupakan suatu faktor yang paling penting dalam setiap jenis kontruksi jalan. Adanya drainase yang cukup terutama sangat penting dalam kontruksi Lapis Pondasi Bawah (LPB). Seperti tertera dalam gambar berikut, LPB yang jenuh akan menyebabkan kegagalan, biasanya bermula pada tepi perkerasan yang dekat dengan genangan air. Draienase samping (gambar 3.1) harus selalu disiapkan sebelum menghampar LPB, kalau tidak LPB akan terkotori dengan tanah atau lempung sehingga kemungkinana besar akan terjadi kegagalan dini. Drainase yang cukup tidak berarti hanya membuat selokan atau saluran beton disisi jalan. Bermilyar-milyar rupiah terbuang karena kerusakan jalan yang sesungguhnya dapat diselamatkan jika semua pekerja pembangun jalan menyadari perlu dua masalah dasar yang sederhana dari drainase : A. Air harus mengalir ke drainase - Di semua tempat jalan harus dibuat dengan kemiringan punggung (yang ideal > 2%). Pada tikungan horizontal kekiri maupun kekanan, kemiringan dapat di pertahankan dengan punggung diagonal daripada dengan mengikuti alinyemen jalan. Gambar 3.1 Drainase Permukaan dan Bawah Permukaan Semua Air Mengalir Menjauhi Perkerasan B. Air harus mengalir keluar dari perkerasan ke drainase - Drainase samping sudah cukup memadai asalkan air tidak tergenang dan dapat mengalir, hal ini berarti pemeriksaan harus terus menerus. Pelatihan Site Inspector of Road (SIR) III-1

MODUL RDE - 07: DASAR-DASAR PERENCANAAN

MODUL RDE - 07: DASAR-DASAR PERENCANAAN PELATIHAN ROAD DESIGN ENGINEER (AHLI TEKNIK DESAIN JALAN) MODUL RDE - 07: DASAR-DASAR PERENCANAAN DRAINASE JALAN 2005 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT

Lebih terperinci

TANAH DASAR, BADAN JALAN REL DAN DRAINASI

TANAH DASAR, BADAN JALAN REL DAN DRAINASI Nursyamsu Hidayat, Ph.D. TANAH DASAR, BADAN JALAN REL DAN DRAINASI TANAH DASAR (SUBGRADE) Fungsi tanah dasar: Mendukung beban yang diteruskan balas Meneruskan beban ke lapisan dibawahnya, yaitu badan jalan

Lebih terperinci

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN 4.1.1 UMUM 1) Uraian a) Pekerjaan ini harus mencakup penambahan lebar perkerasan lama sampai lebar jalur lalu lintas yang diperlukan

Lebih terperinci

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS) SIR 09 = PEKERJAAN PERKERASAN JALAN PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS) 2007 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL. MODUL 6 : Tanah dasar, badan jalan dan Drainase jalan rel PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL. MODUL 6 : Tanah dasar, badan jalan dan Drainase jalan rel PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL MODUL 6 : Tanah dasar, badan jalan dan Drainase jalan rel OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan fungsi tanah dasar, badan jalan dan drainase jalan rel Mahasiswa dapat menjelaskan jenis-jenis

Lebih terperinci

MODUL SIB 10 : PEMELIHARAAN JALAN DARURAT DAN PEMELIHARAAN LALU LINTAS

MODUL SIB 10 : PEMELIHARAAN JALAN DARURAT DAN PEMELIHARAAN LALU LINTAS PELATIHAN SITE INSPECTOR OF BRIDGE (INSPEKTUR PEKERJAAN LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN) MODUL SIB 10 : PEMELIHARAAN JALAN DARURAT DAN PEMELIHARAAN LALU LINTAS 2006 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN

Lebih terperinci

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN 1. GAMBAR KONSTRUKSI JALAN a) Perkerasan lentur (flexible pavement), umumnya terdiri dari beberapa lapis perkerasan dan menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Gambar 6 Jenis Perkerasan Lentur Tanah

Lebih terperinci

DIVISI 2 DRAINASE SEKSI 2.1 SELOKAN DAN SALURAN AIR

DIVISI 2 DRAINASE SEKSI 2.1 SELOKAN DAN SALURAN AIR DIVISI 2 DRAINASE SEKSI 2.1 SELOKAN DAN SALURAN AIR 2.1.1 UMUM 1) Uraian a) Pekerjaan ini mencakup pembuatan selokan baru yang dilapisi (lined) maupun tidak (unlined) dan perataan kembali selokan lama

Lebih terperinci

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN SISTEM DRAINASE PERMUKAAN Tujuan pekerjaan drainase permukaan jalan raya adalah : a. Mengalirkan air hujan dari permukaan jalan agar tidak terjadi genangan. b. Mengalirkan air permukaan yang terhambat

Lebih terperinci

BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE)

BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE) BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE) MAKSUD Yang dimaksud dengan lapis tanah dasar (sub grade) adalah bagian badna jalan yang terletak di bawah lapis pondasi (sub base) yang merupakan landasan atau dasar konstruksi

Lebih terperinci

DIVISI 2 DRAINASE SEKSI 2.1 SELOKAN DAN SALURAN AIR UMUM PERSYARATAN

DIVISI 2 DRAINASE SEKSI 2.1 SELOKAN DAN SALURAN AIR UMUM PERSYARATAN 2.1.1 UMUM DIVISI 2 DRAINASE SEKSI 2.1 SELOKAN DAN SALURAN AIR 1) Uraian a) Pekerjaan ini mencakup pembuatan selokan baru yang dilapisi (lined) maupun tidak dilapisi (unlined) dan perataan kembali selokan

Lebih terperinci

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air. 4.4 Perhitungan Saluran Samping Jalan Fungsi Saluran Jalan Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah sekitarnya agar tidak merusak konstruksi jalan. Fungsi utama : - Membawa

Lebih terperinci

1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip

1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip Daftar Isi Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Kata Pengantar Pedoman Teknis Rumah berlantai 2 dilengkapi dengan Metode dan Cara Perbaikan Kerusakan ini dipersiapkan oleh Panitia D-III Arsitektur yang

Lebih terperinci

Bendungan Urugan I. Dr. Eng Indradi W. Tuesday, May 14, 13

Bendungan Urugan I. Dr. Eng Indradi W. Tuesday, May 14, 13 Urugan I Dr. Eng Indradi W. urugan Bendungan yang terbuat dari bahan urugan dari borrow area yang dipadatkan menggunakan vibrator roller atau alat pemadat lainnya pada hamparan dengan tebal tertentu. Desain

Lebih terperinci

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB)

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB) BAB V LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB) 5.1. UMUM a. Lapis Pondasi Agregat Semen (Cement Treated Base / CTB) adalah Lapis Pondasi Agregat Kelas A atau Kelas B atau Kelas C yang diberi

Lebih terperinci

DIVISI 2 DRAINASE SEKSI 2.1 SELOKAN DAN SALURAN AIR

DIVISI 2 DRAINASE SEKSI 2.1 SELOKAN DAN SALURAN AIR DIVISI 2 DRAINASE SEKSI 2.1 SELOKAN DAN SALURAN AIR 2.1.1 UMUM 1) Uraian a) Pekerjaan ini mencakup pembuatan selokan baru yang dilapisi (lined) maupun tidak (unlined) dan perataan kembali selokan lama

Lebih terperinci

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS) SIR 01 = KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS) 2007 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

PELATIHAN AHLI TEKNIK SUPERVISI PEKERJAAN JALAN (SUPERVISION ENGINEER OF ROADS CONSTRUCTION) MODUL MODUL SE 08 PERHITUNGAN HASIL PEKERJAAN

PELATIHAN AHLI TEKNIK SUPERVISI PEKERJAAN JALAN (SUPERVISION ENGINEER OF ROADS CONSTRUCTION) MODUL MODUL SE 08 PERHITUNGAN HASIL PEKERJAAN PELATIHAN AHLI TEKNIK SUPERVISI PEKERJAAN JALAN (SUPERVISION ENGINEER OF ROADS CONSTRUCTION) MODUL MODUL SE 08 PERHITUNGAN HASIL PEKERJAAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN PEMELIHARAAN RUTIN JALAN DAN JEMBATAN PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN UPR. 02 UPR. 02.4 PEMELIHARAAN RUTIN TALUD & DINDING PENAHAN TANAH AGUSTUS 1992 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN UMUM PERSYARATAN

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN UMUM PERSYARATAN 4.1.1 UMUM DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN 1) Uraian a) Yang dimaksud dengan Pelebaran Perkerasan adalah pekerjaan menambah lebar perkerasan pada jalan lama

Lebih terperinci

MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA

MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE PERMUKAAN UNTUK JALAN RAYA a) Mengalirkan air hujan dari permukaan jalan agar tidak terjadi genangan. b) Mengalirkan air permukaan yang terhambat oleh

Lebih terperinci

Drainase Lapangan Olahraga

Drainase Lapangan Olahraga Drainase Lapangan Olahraga Pendahuluan Sistem drainase untuk lapangan olah raga bertujuan untuk mengeringkan lapangan agar tidak terjadi genangan air bila terjadi hujan, karena bila timbul genangan air

Lebih terperinci

DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA

DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA PERKERASAN JALAN BY DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA Perkerasan Jalan Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan yang tersusun dari bawah ke atas,sebagai berikut :

Lebih terperinci

Spesifikasi Pipa Beton untuk Air Buangan, Saluran Peluapan dari Gorong-Gorong

Spesifikasi Pipa Beton untuk Air Buangan, Saluran Peluapan dari Gorong-Gorong Spesifikasi Pipa Beton untuk Air Buangan, Saluran Peluapan dari Gorong-Gorong SNI 03-6367-2000 1 Ruang lingkup Spesifikasi ini meliputi pipa beton tidak bertulang yang digunakan sebagai pembuangan air

Lebih terperinci

DRAINASE BAWAH PERMUKAAN (SUB SURFACE)

DRAINASE BAWAH PERMUKAAN (SUB SURFACE) BAB 5 DRAINASE BAWAH PERMUKAAN (SUB SURFACE) Tujuan Untuk mengeringkan lahan agar tidak terjadi genangan air apabila terjadi hujan. Lahan pertanian, dampak Genangan di lahan: Akar busuk daun busuk tanaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Pengertian Sumur Resapan Sumur resapan merupakan sumur atau lubang pada permukaan tanah yang dibuat untuk menampung air hujan agar dapat meresap ke dalam tanah. Sumur resapan

Lebih terperinci

5- PEKERJAAN DEWATERING

5- PEKERJAAN DEWATERING 5- PEKERJAAN DEWATERING Pekerjaan galian untuk basement, seringkali terganggu oleh adanya air tanah. Oleh karena itu, sebelum galian tanah untuk basement dimulai sudah harus dipersiapkan pekerjaan pengeringan

Lebih terperinci

Bendungan Urugan II. Dr. Eng Indradi W. Sunday, May 19, 13

Bendungan Urugan II. Dr. Eng Indradi W. Sunday, May 19, 13 Bendungan Urugan II Dr. Eng Indradi W. Bendungan urugan Bendungan yang terbuat dari bahan urugan dari borrow area yang dipadatkan menggunakan vibrator roller atau alat pemadat lainnya pada hamparan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalulintas umum,yang berada pada permukaan tanah, diatas

Lebih terperinci

RC TEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE

RC TEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE RC 141356 TEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE EVALUASI EVALUASI AKHIR SEMESTER : 20 % EVALUASI TGH SEMESTER : 15 % TUGAS BESAR : 15% PENDAHULUAN 1.1. Fasilitas Drainase sebagai Salah Satu Infrastruktur (Sarana

Lebih terperinci

BAB XII GALIAN BIASA UMUM. 1) Uraian

BAB XII GALIAN BIASA UMUM. 1) Uraian BAB XII GALIAN BIASA 3.1.1. UMUM 1) Uraian a) Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukan tanah atau batu atau bahan lain dari jalan atau sekitarnya yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konstruksi Perkerasan Lentur Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan itu berfungsi untuk

Lebih terperinci

ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN

ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN Prof. Dr.Ir.Hary Christady Hardiyatmo, M.Eng.,DEA Workshop Continuing Profesional Development (CPD) Ahli Geoteknik Hotel Ambara - Jakarta 3-4 Oktober 2016

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan jalan secara umum menggunakan perkerasan lentur atau kaku yang kedap air, sehingga pada saat musim hujan akan terdapat genangan air di permukaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bagian pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas yang berada

Lebih terperinci

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) 1 LAPIISAN DAN MATERIIAL PERKERASAN JALAN (Sonya Sulistyono, ST., MT.) A. Jenis dan Fungsi Lapis Perkerasan 1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) Kontruksi perkerasan lentur (flexible Pavement)

Lebih terperinci

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut:

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut: Pondasi Caisson atau Pondasi Sumuran Pondasi sumuran adalah suatu bentuk peralihan antara pondasi dangkal dan pondasi tiang dan digunakan apabila tanah dasar (tanah keras) terletak pada kedalaman yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Debit Banjir Rencana Debit banjir rencana adalah debit maksimum di sungai atau saluran alamiah dengan periode ulang (rata-rata) yang sudah ditentukan yang dapat dialirkan tanpa

Lebih terperinci

TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE

TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE DRAINASE PERKOTAAN TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE Sistem drainase perkotaan : adalah prasarana perkotaan yang terdiri dari kumpulan sistem saluran, yang berfungsi mengeringkan lahan dari banjir / genangan akibat

Lebih terperinci

1 PEKERJAAN PENDAHULUAN

1 PEKERJAAN PENDAHULUAN SPESIFIKASI TEKNIS Pasal 1 PEKERJAAN PENDAHULUAN Lingkup Pekerjaan Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat- alat bantu lainnya untuk persiapan pelaksanaan pekerjaan agar pekerjaan konstruksi

Lebih terperinci

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali KONSTRUKSI PONDASI 9.1 Konstruksi Pondasi Batu Kali atau Rollaag Konstruksi pondasi ini merupakan bagian dari konstruksi bangunan gedung dan sangat penting karena sangat menentukan kekokohan bangunan.

Lebih terperinci

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa AY 12 TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa tanah ke tempat yang relatif lebih rendah. Longsoran

Lebih terperinci

BAB 9. B ANGUNAN PELENGKAP JALAN

BAB 9. B ANGUNAN PELENGKAP JALAN BAB 9. B ANGUNAN PELENGKAP JALAN Bangunan pelengkap jalan raya bukan hanya sekedar pelengkap akan tetapi merupakan bagian penting yang harus diadakan untuk pengaman konstruksi jalan itu sendiri dan petunjuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pekerasan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pekerasan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pekerasan Jalan Perkerasan jalan merupakan konstruksi yang berfungsi untuk melindungi tanah dasar (subgrade) dan lapisan-lapisan pembentuk perkerasan lainnya supaya tidak mengalami

Lebih terperinci

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI DANGKAL F.45...... 03 BUKU KERJA 2011 K E M E N T E R I AN P E K E R J A AN U M U

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perencanaan dan perancangan secara umum adalah kegiatan awal dari rangkaian fungsi manajemen. Inti dari sebuah perencanaan dan perancangan adalah penyatuan pandangan

Lebih terperinci

Sambungan Persil. Sambungan persil adalah sambungan saluran air hujan dari rumah-rumah ke saluran air hujan yang berada di tepi jalan

Sambungan Persil. Sambungan persil adalah sambungan saluran air hujan dari rumah-rumah ke saluran air hujan yang berada di tepi jalan Kelengkapan Saluran Sambungan Persil Sambungan persil adalah sambungan saluran air hujan dari rumah-rumah ke saluran air hujan yang berada di tepi jalan Bentuk: Saluran terbuka Saluran tertutup Dibuat

Lebih terperinci

BAB III METODE ANALISIS

BAB III METODE ANALISIS BAB III Bab III Metode Analisis METODE ANALISIS 3.1 Dasar-dasar Perencanaan Drainase Di dalam pemilihan teknologi drainase, sebaiknya menggunakan teknologi sederhana yang dapat di pertanggung jawabkan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang lingkup Tatacara ini meliputi ketentuan-ketentuan, cara pengerjaan bangunan utama

Lebih terperinci

DIVISI 3 PEKERJAAN TANAH SEKSI 3.1 GALIAN UMUM

DIVISI 3 PEKERJAAN TANAH SEKSI 3.1 GALIAN UMUM DIVISI 3 PEKERJAAN TANAH SEKSI 3.1 GALIAN 3.1.1 UMUM 1) Uraian a) Pekerjaan ini terdiri dari pekerjaan galian tanah di dalam maupun di luar Rumija (Ruang Milik Jalan) untuk pembentukan badan jalan dimana

Lebih terperinci

TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH

TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH TEKNIK PELAKSANAAN BANGUNAN AIR Pertemuan #3 TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH ALAMSYAH PALENGA, ST., M.Eng. RUANG LINGKUP 1. PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH 2. PELAKSANAAN PEKERJAAN GEOTEKNIK (pertemuan selanjutnya).

Lebih terperinci

PERANCANGAN BANGUNAN PELENGKAP DRAINASE GORONG-GORONG. Disusun untuk Memenuhi. Tugas Mata Kuliah Drainase. Disusun Oleh:

PERANCANGAN BANGUNAN PELENGKAP DRAINASE GORONG-GORONG. Disusun untuk Memenuhi. Tugas Mata Kuliah Drainase. Disusun Oleh: PERANCANGAN BANGUNAN PELENGKAP DRAINASE GORONG-GORONG Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Drainase Disusun Oleh: Ramlan Effendi Tanjung Shena Meita Cassandra 21080112130074 Diny Setyanti 21080112130075

Lebih terperinci

DIVISI 3 PEKERJAAN TANAH SEKSI 3.1 GALIAN

DIVISI 3 PEKERJAAN TANAH SEKSI 3.1 GALIAN DIVISI 3 PEKERJAAN TANAH SEKSI 3.1 GALIAN 3.1.1 UMUM 1) Uraian a) Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukan tanah atau batu atau bahan lain dari jalan atau sekitarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. golongan, yaitu : struktur perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan struktur

BAB I PENDAHULUAN. golongan, yaitu : struktur perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan struktur BAB I PENDAHULUAN I.1. UMUM Secara umum struktur perkerasan dapat dikelompokkan ke dalam 2 golongan, yaitu : struktur perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan struktur perkerasan kaku (Rigid Pavement).

Lebih terperinci

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Kementerian Pekerjaan Umum 1 KERUSAKAN 501 Pengendapan/Pendangkalan Pengendapan atau pendangkalan : Alur sungai menjadi sempit maka dapat mengakibatkan terjadinya afflux

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan manusia, air tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik saja, yaitu digunakan untuk

Lebih terperinci

TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN

TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN BAB I DESKRIPSI 1.1. Maksud dan Tujuan 1.1.1. Maksud Tata cara ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Drainase Jalan

Perencanaan Sistem Drainase Jalan SOSIALISASI STANDAR PERENCANAAN TEKNIS BIDANG JALAN DITJEN. BINA MARGA DEP.PU Perencanaan Sistem Drainase Jalan GJW. Fernandez Peneliti Utama IVd Bidang Geoteknik Jalan Puslitbang Jalan dan Jembatan SPESIFIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama dalam menggerakan roda perekonomian nasional dan daerah, mengingat penting dan strategisnya fungsi jalan untuk mendorong

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN BENDUNGAN

METODE PELAKSANAAN BENDUNGAN METODE PELAKSANAAN BENDUNGAN 1. Saluran Bangunan Pelimpah (Spillway) dan peredam energi Gambar 1. Layout Spillway Pekerjaan pembangunan bangunan pelimpah (spillway) adalah sebagai berikut : Pekerjaan Tanah

Lebih terperinci

SPESIFIKASI UMUM BAB 1 PEKERJAAN TANAH

SPESIFIKASI UMUM BAB 1 PEKERJAAN TANAH SPESIFIKASI UMUM BAB 1 PEKERJAAN TANAH 1.1 GALIAN. Uraian a. Pekerjaan ini terdiri dari penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukkan tanah atau batu ataupun bahan bahan lainnya dari jalan kendaraan

Lebih terperinci

STANDAR LATIHAN KERJA (S L K)

STANDAR LATIHAN KERJA (S L K) STANDAR LATIHAN (S L K) Bidang Ketrampilan Nama Jabatan Kode SKKNI : Pengawasan Jalan : Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Roads) : INA.5211.322.05 DEPARTEMEN PEAN UMUM BADAN PEMBINAAN

Lebih terperinci

Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang

Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang Kriteria Desain Kriteria Desain Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang Perancang diharapkan mampu menggunakan kriteria secara tepat dengan melihat kondisi sebenarnya dengan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR STABILISASI

BAB II KONSEP DASAR STABILISASI BAB II KONSEP DASAR STABILISASI II.1 Pengertian Stabilisasi Penggunaan bahan penstabilisasi untuk konstruksi jalan telah dilakukan sejak zaman Romawi. Stabilisasi dapat dilakukan di tempat pada posisii

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi Teknis Kriteria perencanaan jaringan irigasi teknis berisi instruksi standard dan prosedur bagi perencana dalam merencanakan irigasi teknis.

Lebih terperinci

JENIS KERUSAKAN JALAN PADA PERKERASAN LENTUR LOKASI CIRI CIRI PENYEBAB AKIBAT CARA PENANGANAN

JENIS KERUSAKAN JALAN PADA PERKERASAN LENTUR LOKASI CIRI CIRI PENYEBAB AKIBAT CARA PENANGANAN JENIS KERUSAKAN JALAN PADA PERKERASAN LENTUR LOKASI CIRI CIRI PENYEBAB AKIBAT CARA PENANGANAN PERKERASAN LENTUR 1.KEGEMUKAN ASPAL (BLEEDING) LOKASI : Dapat terjadi pada sebagian atau seluruh permukaan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK

BAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK 98 BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan analisis terhadap lereng, pada kondisi MAT yang sama, nilai FK cenderung menurun seiring dengan semakin dalam dan terjalnya lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang berada di atas tanah dasar yang sudah dipadatkan, dimana fungsi dari lapisan ini adalah memikul beban lalu lintas

Lebih terperinci

TEKNOLOGI KONSERVASI AIR TANAH DENGAN SUMUR RESAPAN

TEKNOLOGI KONSERVASI AIR TANAH DENGAN SUMUR RESAPAN TEKNOLOGI KONSERVASI AIR TANAH DENGAN SUMUR RESAPAN Oleh Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair Direktorat Teknologi Lingkungan, Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, Material dan

Lebih terperinci

Stabilitas lereng (lanjutan)

Stabilitas lereng (lanjutan) Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana 12 MODUL 12 Stabilitas lereng (lanjutan) 6. Penanggulangan Longsor Yang dimaksud dengan penanggulangan longsoran

Lebih terperinci

MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PELATIHAN SITE INSPECTOR OF BRIDGE (INSPEKTUR PEKERJAAN LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN) MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 2006 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Kaku (Rigid Pavement) Pada Ruas Jalan Tol Solo - Ngawi, yaitu :

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Kaku (Rigid Pavement) Pada Ruas Jalan Tol Solo - Ngawi, yaitu : BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan. Kesimpulan Tugas Akhir ini dengan judul Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) Pada Ruas Jalan Tol Solo - Ngawi, yaitu : 1. Berdasarkan metode yang

Lebih terperinci

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PEMANFAATAN AIR HUJAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa air hujan merupakan sumber air yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB II PENAMPANG MELINTANG JALAN

BAB II PENAMPANG MELINTANG JALAN BAB II PENAMPANG MELINTANG JALAN Penampang melintang jalan adalah potongan suatu jalan tegak lurus pada as jalannya yang menggambarkan bentuk serta susunan bagian-bagian jalan yang bersangkutan pada arah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang, BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang, terutama di daerah perkotaan terus memacu pertumbuhan aktivitas penduduk. Dengan demikian, ketersediaan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat sifatnya dan hubungan dengan lingkungannya terutama

Lebih terperinci

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN FLEXIBLE PAVEMENT DAN RIGID PAVEMENT. Oleh : Dwi Sri Wiyanti

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN FLEXIBLE PAVEMENT DAN RIGID PAVEMENT. Oleh : Dwi Sri Wiyanti KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN FLEXIBLE PAVEMENT DAN RIGID PAVEMENT Oleh : Dwi Sri Wiyanti Abstract Pavement is a hard structure that is placed on the subgrade and functionate to hold the traffic weight that

Lebih terperinci

MODUL SIB 09 : PEKERJAAN BANGUNAN PELENGKAP DAN PERLENGKAPAN JALAN

MODUL SIB 09 : PEKERJAAN BANGUNAN PELENGKAP DAN PERLENGKAPAN JALAN PELATIHAN SITE INSPECTOR OF BRIDGE (INSPEKTUR PEKERJAAN LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN) MODUL SIB 09 : PEKERJAAN BANGUNAN PELENGKAP DAN PERLENGKAPAN JALAN 2006 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI

Lebih terperinci

PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON. Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON. Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton 4.1. PENGERTIAN UMUM 4.1.1. Pendahuluan Empat elemen kompetensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Mulai tahap perencanaan hingga tahap analisis, penelitian dilaksanakan berdasarkan sumber yang berkaitan dengan topik yang dipilih, yaitu penelitian tentang agregat

Lebih terperinci

Penggalian dengan menggunakan metode kerja yang menjamin stabilitas kemiringan lereng samping dan tidak membahayakan

Penggalian dengan menggunakan metode kerja yang menjamin stabilitas kemiringan lereng samping dan tidak membahayakan METODE PELAKSANAAN Proyek Normalisasi Kali Sunter Paket I 1. Kisdam dan Dewatering Dilaksanakan pada bangunan yang memerlukan kisdam dan pengeringan dengan sebelumnya dilakukan perhitungan dimensi kisdam/struktur

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 04/SE/M/2016 TANGGAL 15 MARET 2016 TENTANG PEDOMAN PERANCANGAN PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN TELFORD KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjaun Umum Jembatan adalah suatu struktur yang melintasi suatu rintangan baik rintangan alam atau buatan manusia (sungai, jurang, persimpangan, teluk dan rintangan lain) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia banyak sekali daerah yang,mengalami longsoran tanah yang tersebar di daerah-daerah pegunngan di Indonesia. Gerakan tanah atau biasa di sebut tanah longsor

Lebih terperinci

Drainase P e r kotaa n

Drainase P e r kotaa n Drainase P e r kotaa n Latar belakang penggunaan drainase. Sejarah drainase Kegunaan drainase Pengertian drainase. Jenis drainase, pola jaringan drainase. Penampang saluran Gambaran Permasalahan Drainase

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkerasan Jalan Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Uraian Umum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Uraian Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Uraian Umum Tanah merupakan material yang paling banyak digunakan dalam pembangunan suatu konstruksi, seperti tanah timbunan, bendungan urugan, tanggul sungai, dan timbunan badan

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET SNI 19-6413-2000 1. Ruang Lingkup 1.1 Metode ini mencakup penentuan kepadatan dan berat isi tanah hasil pemadatan di lapangan atau

Lebih terperinci

Spesifikasi kereb beton untuk jalan

Spesifikasi kereb beton untuk jalan Standar Nasional Indonesia Spesifikasi kereb beton untuk jalan ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata... iii Pendahuluan...iv 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1

Lebih terperinci

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan BAB HI LANDASAN TEORI 3.1 Konstruksi Perkerasan Konstruksi perkerasan lentur terdiri dan lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk sehingga muncul banyak kendaraan-kendaraan

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Dalam setiap Proyek Konstruksi, metode pelaksanaan yang dilakukan memiliki

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Dalam setiap Proyek Konstruksi, metode pelaksanaan yang dilakukan memiliki BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1. Uraian Umum Dalam setiap Proyek Konstruksi, metode pelaksanaan yang dilakukan memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan Proyek yang lainnya. Metode pelaksanaan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aspal Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat tua, pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat. Jika dipanaskan sampai suatu temperatur tertentu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. parameter yang tertulis dalam kriteria di bawah ini. Nilai-nilai yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. parameter yang tertulis dalam kriteria di bawah ini. Nilai-nilai yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kriteria perancangan adalah suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang Perancang diharapkan mampu menggunakan kriteria secara tepat dengan membandingkan

Lebih terperinci

DCE - 09 Pengukuran dan Perhitungan Hasil Kerja

DCE - 09 Pengukuran dan Perhitungan Hasil Kerja DAFTAR MODUL NO KODE JUDUL 1. DCE - 01 UUJK Profesi dan etos Kerja 2. DCE - 02a Manajemen Keselamatan Kerja dan Kesehatan DCE - 02b Manajemen Lingkungan 3. DCE - 03 Dokumen Kontrak 4. DCE - 04 Spesifikasi

Lebih terperinci

BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN

BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN Penampang melintang jalan adalah potongan melintang tegak lurus sumbu jalan, yang memperlihatkan bagian bagian jalan. Penampang melintang jalan yang akan digunakan harus

Lebih terperinci

TINJAUAN PELAKSANAAN PEMADATAN TANAH UNTUK PEKERJAAN JALAN DI KABUPATEN PURBALINGGA

TINJAUAN PELAKSANAAN PEMADATAN TANAH UNTUK PEKERJAAN JALAN DI KABUPATEN PURBALINGGA TINJAUAN PELAKSANAAN PEMADATAN TANAH UNTUK PEKERJAAN JALAN DI KABUPATEN PURBALINGGA Taufik Dwi Laksono, Dosen Teknik Sipil Universitas Wijayakusuma Purwokerto Dwi Sri Wiyanti, Dosen Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengaruh dan Kualitas Drainase Jalan Raya Drainase jalan raya adalah pengeringan atau pengendalian air dipermukaan jalan yang bertujuan untuk menghindari kerusakan pada badan

Lebih terperinci

DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN BETON SEMEN

DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN BETON SEMEN REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN BETON SEMEN SPESIFIKASI UMUM BIDANG JALAN DAN JEMBATAN FINAL April 2005 PUSAT LITBANG PRASARANA TRANSPORTASI BADAN PENELITIAN

Lebih terperinci

Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh

Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan KATA PENGANTAR Tahun 2019, pemerintah

Lebih terperinci